PS2
Z9
.tsogor
1
______....11
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
2012
STUD! l\PLIKASI PEN ANGANAN BALITA GIZI BUR UK (SEVERE WASTING) SECARA RAWAT JALAN DAN RA WAT INAP DI PROPINSI BANTEN DAN JAWA TENGAH
TETRA FAJARWATI, dkk
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINlK
LAPORAN
AKHIR PENELITIAN 2012
STUDI APLIKASI PENANGANAN BALITA GIZI BURUK (SEVERE WASTING) SECARA RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP DI PROPINSI BANTEN DAN JAWA TENGAH
TETRAFAJARWATI, dkk
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
BAD AN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN 2012
STUDI APLIKASI PENANGANAN BALITA GIZI BURUK (SEVERE WASTING) SECARA RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP DI PROPINSI BANTEN DAN JAWA TENGAH
TETRA FAJARWATI, dkk,
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHA TAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
SUSUNAN TIM PENELITI
Ketua Pelaksana
: dr.
Tetra Fajarwati
Tim Peneliti
: Dr. Astuti Lamid, MCN Ir. Amelia, MSc Drh. Endi Ridwan, MSc Dyah Santi Puspitasar, SKM, MKM Rika Rahmawati, SP, MPH Irlina Raswanti, SKM Tetty Meiliawati, BSc Dwi Anggraini, SKM Asmidah Karmini Usman
Peneliti Daerah
: Djalil, SH, SKM Rela Rahayuningsih, S.Sos M Sobri, Amd Anita Roosyanti, SKM dr. KodiatJuarsa,:tvfl(es Hj. Ika Mardiah, Ssos, Msi Tuti Susiyah Mustofiah
Pembantu Administrasi: Konsultan
Edi Hariadi
: dr. Siswanto, MHP, DTM
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATJ .N
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIGLOGI KLINIK
JI: Dr. Sumeru 63
: (0251) 8321763 : (0251) 8326348
Telp
Fax
Bogor 16125
SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT TEKNOL.OGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLllNIK NOMOR:
..
H.�
Q.�...
....
TENTANG
Q$.'/\1'(�9.Jt'/�1.:l
PEMBENTUKAN TIM PELAKSANAAN PENELITIAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK TAHUN 2012
KEPALA PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EP!DEMIOLOGI KLll1JIK
'ENIMBANG
1. Bahwa untuk
melaksanakan
kegiatan
Kesehatan d2n Epiderniologi Klinik Tahun
penelitian
pada
2012 perlu ditunjuk
Pusat
reknologi Terapan
Tim Pelaksanaan Penelitian
. pada Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2012.
2. l.lENGINGAT
1.
2.
(1) perlu ditelapkan dengarr Keputusan Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 201:�
Bahwa pembentukan tim tersebut pada butir
E>IPA.Pusat Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2012 yang disetujui oleh a.n Menteri Keuangan, Kepala Kanwil DJPB Propinsi Jawa Barat dengan Surat Pengesahan DIPA Tahun 2012 Nomor: 0762/024-11.2.01/1212012 tanggal 09 Desember 2011 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik yang diterbitkan oleh Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
M E MUT U S K AN MEN ET APKAN Pertama
Membentuk Tim Pelaksana Penelitian untuk melaksanakan kegiatan penelitian pada Pusat
.r<edua
Menunjuk petugas yang namanya tersebut dalam Daftar Lampiran Keputusan ini sebagai Tim Pelaksana Penelitian Pusat Tekno!ogi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tah un 2012
Ketiga
Tim Pelaksana Penelitian bertugas untuk melaksanakan penelitian seperti tersebut dalam Daftar Lampiran Keputusan ini sampai selesai, dengan menyerahkan taporan Kemajuan Penelitian, Laporan Pelaksanaan Penelitian dan Laporan Akhir Penelilian kepada Kepala Pusat ·Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun l01�
Keempat
Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2012
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan s/d 31 Desember 2012 dan akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dal�m penetapan ini.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
JJ. Dr. Sumeru Bogbr 16125
63
Telp Fax
-��san disampaikan kepadaYth:
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
9.
Ketua BadanPemeriksa Keuangan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Kepala Sadan Pene!itian dan Pengembangan Kesehatan
Sekretaris Jenderal Kemenkes RI lnspektur Jenderal Kemenkes RI
Sekret,aris Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kepala Biro Keuangan Sekjen Kemenkes RI Kepala Bagian Perencanaan dan Anggaran, Sadan Litbang Kesehatan Bendaharawan Pusat Teknologi Terapan l<esehatan dan Epidemiologi Klinik Bogor.
10. Masing-masing yang bersangkutan untuk dilaksanakan. 11. Arsip.
iv
: (0251) 8321763 : (0251)8326348
KEMENTERIAN KESEHATAN RI SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN l .
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK : (025 I) 8321763 Tclp JI. Dr. Sumeru 63 Fax : (0251) 8326348 Bogor 16125 LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KEPA .LA PUSAT TEKNOLOGI TE H P NK "' NOMOR ...... . .......... ;(...... . .. .... ....... ..
� � ��T ���� f�.� 5: 1p��.l?LOGI KLINIK ... .
�·
. .
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PELAKSANAAN PENELITIAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK TAHUN 2012
�� KEGlATAN/PENELITIAN:
"Studi Aplikasi Penanganan Ballta Gizi Buruk (severe wasting) Secara Rawat Jalan dan Rawat-I nap di Prop i ns i Bal ten dan Jawa Tengah"
I �I I I 12 I
I
Nama
Ketua Peneliti
Ir Amel ia MSc
Anggota Peneliti
,)
Dr. Astuti Lamid MCN
Anggota Peneliti
.!
Orh. Endi Ridwan, MSc
Anggota PeneliU
5
e>,iah Santi Puspitasari, SKM; MKM
Ang gota Peneliti
�
ltfma Raswanti, SKM
Anggota Pe neliti
-
Rl'ka Rachm awaty, SP ,
MPH
[S j Tety Meliawati, BSc 'I ; I Dwi Anggraini, SKM I ·: Asmidah Karmini I Usman ·1
·�
1 ; 13
�
• ;::
.-
;, �
I
dalam Tim
dr. Tetra Fajarwati
I i
:1
Kedudukan
2J
I .?1
Edi Hariadi
Anggota Peneliti
Bertanggu ng jawab alas keseluruhan penelitian sampai penulisan laporan.
Bertanggiung jawab alas pelaksanaan penelitian di Prop.
3 bin
Bertanggung jawab alas manajemen, pengolahan dan
5 bin
Jawa Tengah analisis data.
1
6 bln
Bertanggung jawab alas pengumpulan dan analisis data tatalaksana
6 bin
Bertanggung jawab atas pengumpulan dan analisis data tatal aksana
6 bin
Pembantu peneliti
Membantu pengumpulan data di Rumah Sal
Pembantu peneliti
Membantu pengurnpula" data di Puskesmas
Pembantu peneliti
Membantu pengumpulan data di Puskesmas
6 bin
5 bin
6 bin
Bertanggung jawab kegiatan adrninistrasi pene l itian
Pembantu peneliti
Membantu pengumpulan data di lapangan
Rela Rahayuningsih, SSos
Pembantu pene liti
Membantu pengumpulan data di lapangan
M Sobri, AMd
Pembantu pene li ti
Anita Roosyanti, SKM
P�mbantu peneliti
dr. Kodlat Juarsa, MKes
Pembantu penellti ' Membantu pengumpulan data di lapangqn
6 bin 2 bin
2 bin 2 bin
Membantu pengumpulan data di lapangan
2 bin
Membantu pengurnpulan data di lapangan
Hj. lka Mardiah Ssos, MSi
Pem b an tu penelit i
Membantu pengumpulan data di lapangan
Mustofiah
Pem ban tu pene l iti
Membantu pengumpulan data di lapangan
Dr. Si swa nto, MHP, DTM
Konsultan
Pem b antu penel iti
3 bin
Bertanggung jawab alas pengumpulan dan analisis data status gizi
Djalil, SH, SKM
Tuti Susiyah
3 bin
Banten
Membantu penguf!Jpulan data di Puskesmas
Administrasi
6 bin
Bertanggung jawab alas pelaksanaan penelitian di Prop.
Pembantu peneliti
Pembantu
Lama TuQas
Uraian Tugas
2 bin 2 bin 2 bin
Membantu pengumpulan data di lapangan
2 bin
Memberikan masukan tentang rancang2n penelitian.
2 bin
pelaksanaan dan a nali s is data.
-
---
_
------=-=--- -
-
-
-
--
KATA PENGANTAR
Puji syukur dihaturkan ke hadirat Yang Maha Kuasa atas berkah dan rahmatNya maka Laporan Akhir Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Topik penelitian ini adalah tentang aplikasi penanganan gizi buruk baik secara rawat jalan atau rawat inap yang elah dilakukan di Puskesmas atau Rumah Sakit (RS). Penelitian ini mendapat dukungan dana
dari DIPA tahun 2012 Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
(Pusat TTK&EK) Sadan Litbangkes Kemkes
RI.
Penulis mengucapkan terima kasih atas
kesempatan serta dukungan dana yang diberikan oleh Sadan Litbangkes
untuk
rnelakukan
penelitian ini. Ucapan terirna kasih disarnpaikan kepada Kepala Pusat TTK&EK atas kepercayaan yang diberikan, masuk:an
dan
dorongan untuk melakukan penelitian ini.
Kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten lokasi penelitian disarnpaikan ucapan rerima kasih atas kerjasarna yang baik. Kepada berbagai pihak yang telah mebantu terlaksananya penelitian ini disarnpaikan terima kasih.
Bogor,
28
Desember 2012 Tim Penulis
vi
--
-
-
-
-
-
--=--=-..
--=
--::::-::::� �- - ---
...
�-
� -=--=� - --"'
=
-
-
�-
--
- �
*-
-
-
STUDI APLIKASI PENATALAKSANAAN BALITA GIZI BURUK SECARA
RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS DAN RlJMAH SAKIT m: PROPINSl Bk:'�TEr'� ll\�( J/, '�'A TENGAH
�
Gizi buruk atau severe wasting masih merupakan masalah kesehatan di masyarakat
dengan prevalensi Balita sangat kurus sebesar 6%. Penanganan Balita sangat kurus
dapat dilakukan baik secara rawat inap tingkat Rumah Sakit (RS) atau secara rawat jalan di tingkat Puskesmas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana aplikasi penanganan gizi buruk baik secara rawat inap maupun rawat jalan. Penelitian ini merupakan studi potong Iintang pada Puskesmas yang memberikan pelayanan rawat jalan dan Rumah Sakit yang memberikan pelayanan rawat inap
untuk balita gizi buruk
pada
4
kabupaten di Propinsi Banten dan Jawa Tengah.
Penelitian berlangsung pada bulan Oktober - Nopember 2012. Data mengenai masalah,
hambatan
buruk.diperoleh
dari
dan
kekuatan
dalam
aplikasi
penanganan
observasi dan wawancara dengan petugas
balita
gizi
gizi, dokter
Puskesmas dan kepala ruang perawatan anak dan tim gizi Rumah Sakit. Data pada catatan medis sekunder untuk menilai perubahan status gizi, status kesehatan, Enam betas Puskesmas dan empat Rumah Sakit menyatakan kesediaannya mengikuti penelitian. Pada penanganan balita gizi buruk secara rawat jalan, Input (SDM, sarana, dana
clan kebijakan) di Puskesmas sudah cukup memadai. Fonnula (F75 dan
FlOO)
merupakan sarana yang masih terbatas karena tergantung pengadaan dari Pusat dan Dinas Kesehatan. Adanya 2 istilah gizi buruk menurut BB/U dan BBffB), keterbatasan petugas dan rnakanan tambahan yang terbatas jumlah dan jenisnya merupakan kendala dalam pelaksanaan tatalaksana balita gizi buruk secara rawat jalan. Komitmen kepala Puskesmas dan tim yang solid merupakan kekuatan, sedangkan motivasi petugas dan adanya jadwal khusus pelayanan gizi merupakan peluang untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Transportasi yang sulit dan mahal untuk menjangkau Puskesmas dan sistem pencatatan yang rumit menjadi ancaman untuk penerapan tatalaksana. pencatatan yang tidak lengkap pada catatan med is ·
menyebabkan perubahan status gizi, morbiditas dan angka drop-out tidak dapat dinilai. Pada penanganan balita gizi buruk secara rawat inap, SDM, sarana dan prasarana di Rumah Sakit memadai, kecuali pengukur panjang badan/tinggi badan, sehingga mempengaruhi penentuan diagnosis gizi buruk. Gizi buruk bukan diagnosis utama
dan pennintaan keluarga untuk membawa pulang pasien sebelum perawatan selesai (pulang paksa) menjadi kendala dalam aplikasi tatalaksana secara rawat inap. Tim yang solid, tersedianya dana untuk kasus gizi buruk dan koordinasi yang baik
antara RS dan Dinas Kesehatan merupakan kekuatan dalam aplikasi tatalaksana balita gizi buruk secara rawat inap. Peluang yang ada untuk meningkatkan pelayanan adalah meningkatkan koordinasi antara dokter yang merawat, perawat ruangan dan tim gizi. Terbatasnya jumlah SDM terlatih dan adanya mutasi staff menjadi ancaman untuk penerapan tatalaksana secara rawat inap
�ta kunci:
:2.ialaksana gizi buruk, anak balita, rawatjalan
- -
-
- -��- -��-- ----�� -- -=--� - - --
� �=-=--��
- -- � -
-
-
� ·-M
�
DAFTAR ISi
Halaman Judul
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Susunan Tim Peneliti .. ....... ........ ........... ........... .................. . ....... . ....... . ...... ..........
11
Surat Keputusan Penelitian .. .... .... . ........ ................................................ .............
111
Kata Pengantar .. . ... ........ .. ... ....... . .. .. .... .......... .. .... .. ... ...... ..... ... .... .. .... .. . ...... .. . ........
v1
:Jaftar Isi .. .... .... ... .... ... ...... ............. ...... .................. ........... ................ ..... .. ...... ......
vii
!)aftar Tabel . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ix
.
::>aftar Lampiran
.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...
x
I. Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
l. Tinjauan Pustaka
. .. ............ .. . . .. . . ... .. . . . . ... . . . . ... . . .. . . . ........................
2
Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
3
3.1 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
3 .2
3
.
3.
.
.
Manfaat Penelitian
.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . ..
.:J. METOOE PENELITIAN a. Rancangan Penelitian
. .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... ..
4
. . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . ....
4
b. Tempat dan Waktu Penelitian ... .......... .. .
c. Desain dan Jenis Penelitian d. Populasi dan Sampel .
.
.
...
.. ... .
....
.. ... . ..... . .... .
.
.
..
.. . . .
.....
..
. . ............... ................... ...... ...... ...... .. ............
........... . . .... ... ..... .. . ... ............ ........ ..... . ...... . .. ... ... ... ...
e. Cara Pemilihan dan Penarikan Sampel ................... .'....... ....... . . .... ... .. ..
f. Variabel .
.
.
.
.
. ..... ... ... ... .. .... . . . . .... . . ... . . .. .. . . . ...... .... ...... . ...... . . .... . .... ..... ... . . .. . .... .. . .
4 5
5
5 5
g. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data . ............ . ... ........ . ....... .... ... .. .......
6
h. Manajemen dan Analisis Data ................................................................
7
i. Definisi Operasional .. ... .. ..... ................ .... .............. ..... .......... ... .. ... .........
7
.
5. PERTIMBANGAN ETIK PENELITIAN . .. . ..
vii
. . .
. ... .
. . .
.
. . . . .
.
. .
. ....
. . .
. ....
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Aplikasi
. ............................................ .........
...
Rawat
Tatalaksana Balita Gizi Buruk secara
9
Jalan di
Puskesmas . . .. . .... . . . .. . . . . . . ... .. ...... . .. . . . .. . . .. ... . ........ .... .... . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9
62 Aplikasi Tatalaksana Balita Gizi Buruk Secara Rawat Inap di Rumah Sakit -
.......
.. .. ..
..................
.
.
.............................................
.............
.
............
.. ...... ... .. .... ... .... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... ...
20
.
;........
20
. . . .. .
21
l:CAPAN TERIMA KASffi ........... ................................................................. .....
22
DAFI'AR PUSTAKA . ....................... ....................................................................
23
"-- - 'IPULAN DAN SARAN 7.1
Simpulan
12 Saran
...
.
..
.........
.
......
.
.
..............
.
..............
.............
.
..............
.
.
....................
..
.........
.
....
........
..................
.
.
.................
.
...
........
...
..
..
.
.
•
14
�IRAN
..
................................................................................................................. .
viii
DAFTAR TABEL
�.'iliel
6.1
SDM, Sarana, Dana dan Kebijakan Puskesmas untuk Tatalaksana Balita Gizi Buruk secara Rawat Jalan
..............................................
-:1>el 6.2
Analisis SWOT pada Tatalaksana Gizi Buruk secara Rawat Jalan
-:±el
Karakteristik Balita Gizi Buruk
6.3
......
.
.. .. ........ ....... .... . .. ... .. .. .. . . .. . . ..
12 13
SDM, Sarana, Dana dan Kebijakan Puskesmas untuk Tatalaksana
-.::bet 6.4
Balita Gizi Buruk secara Rawat Inap
.
............ ... ... .. .. ...... ................. .
. . ..
. .
-�16 .5
Analisis Situasi SWOT Menurut Rumah Sakit
�I
Analisis SWOT pada Tatalaksana Gizi Buruk secara Rawat Inap
6.6
.
....
.. . .. .
.
.....
..
......
..
.
14 16 17
Karakteristik Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan di
-zael 6.7
Rumah Sakit -3hel
..
10
....... ......... ............ . . . . . . . .. . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . .... ... .
..
Penyakit Penyerta pada Balita Gizi Buruk yang Dirawat Inap
6.8
....
.
. ..
18 18
ix
--
=-=o_ -
�-=-�--� :: -
-
�
-�
�-
�_:
=-=---
-
=
���-.=���
--= -== ----
---=-
-- ---=_--:-::.-=-..:::--- -- -
-� ---
__ -
- -----
-
DAFTAR LAMPIRAN
!.'...'!::Ipiran 1
Keterangan Lolos Kaji Etik ...... ....... ... ........ .... ..... ...... ... ... .... .......
24
�iran 2
Naskah Penjelasan dan: Persetujuan Penelitian . ....... ................
25
!.!Z::lpiran 3
Daftar Tilik Aplikasi Penanganan Balita Gizi Buruk tingkat
27
.
.
Puskesmas �4
..
. . . . . . . .......... ............... . . . . . . . . . ................ .......................... .
Daftar Tilik Aplikasi Penanganan Balita Gizi Buruk tingkat
29
Rurnah Sakit ..............................................................................
.
�iran 5
Data Balita Gizi Buruk ... . .... ........ .... .. .. ..... .... ........ ...... . .. ... . ... ... ....
x
31
1. PENDAHULUAN Kurang Energi dan Protein
(KEP)
pada anak masih menjadi masalah gizi dan
k:esehatan masyarakat di Indonesia. Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 6% Balita mempunyai status gizi sangat kurus
(Z skor berdasarkan BB!fB < -3 SD).
Beberapa propinsi masih ditemukan kantong-kantong gizi buruk baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa, seperti Gorontalo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Timur (NTB) dan Kalimantan Barat. Propinsi Jawa Tengah dan Banten merupakan 2 propinsi yang memiliki prevalensi gizi buruk
(severe wasting)
lebih tinggi
dibanding propinsi lainnya di pulau Jawa. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus
yang
ditemukan. Di lapangan, penanganan gizi buruk telah dilakukan baik di tingkat Rumah Sak.it maupun di tingkat Puskesmas. WHO menganjurkan bahwa penderita Gizi Buruk harus dirawat inap di Rumah Sakit (WHO, 1999; Depkes, 1999). Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua pendekatan yaitu rawat inap maupun rawat jalan sesuai dengan kondisi balita saat ditemukan. Direktorat Bina Gizi �iasyarakat, DepKes (2006) telah menerbitkan Panduan Tatalaksana Anak Gizi Buruk yang digunakan dalam penanganan balita gizi buruk secara rawat inap. Klinik Gizi Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Balitbangkes juga telah mengembangkan suatu panduan yang digunakan untuk penanganan balita gizi buruk secara rawat jalan. Tatalaksana ini telah dilakukan di tingkat puskesmas di beberapa kabupaten di Indonesia. Sampai saat ini belum diketahui sejauh mana aplikasi penanganan gizi buruk
bail< secara rawat inap atau rawat jalan yang telah diJakukan di Rumah Sakit (RS) dan di Puskesmas.
Oleh karena itu dilakukan studi aplikasi
penanganan gizi buruk
di
Puskesmas dan di RS di propinsi Banten clan Jawa Tengah. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk kebijakan mengenai sejauh mana penanganan gizi buruk yang dilakukan di RS dan puskesmas dan bagaimana keberhasilan di lapangan, sehingga dapat mengembangkan dan memberikan masukan terhadap kebijakan yang ada saat ini.
2.· TINJAUAN PUSTAKA
Kurang Energi dan Protein (KEP) pada anak merupakan masalah giz i dan kesebatan masyarakat di Indonesia. Data Riskesdas 20 I 0 menunjukkan bahwa 6% Balita mempunyai status gizi sangat kurus (Z skor berdasarkan BBffB < -3 SD). Upaya menangani setiap kasus yang ditemukan dengan tatalaksana gizi buruk yang sesuai :!engan prosedur merupakan salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi buruk.
Di lapangan, penanganan gizi buruk telah dilakukan baik di tingkat Rumah Sakit maupun di tingkat Puskesma s. Beberapa kendala telah diide nt ifik asi dalam penanganan balita gizi buruk di rumah sakit. Balita gizi buruk yang ditangani di rumah sakit memiliki
case-fatality rate
yang tinggi, yaitu 20-30% untuk kasus marasmus dan 50-
60°/o untuk kwarshiorkor. Tingginya angka kematian ini berkaitan dengan kurangnya tenaga kesehatan yang terlatih (Collins, 2006). Masa rehabilitasi yang panjang di rumah sakit menyebabkan keluarga meminta untuk segera pulang. Hal ini dikar e nakan etiadaan bia ya atau tidak ada yang merawat anggota keluarga lain di rumah Asworth,2006). Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua pendekatan yaitu rawat inap maupun rawat jalan sesuai dengan kondisi balita saat ditemukan. Balita gizi buruk tanpa k.omplikasi dapat dilakukan penanganan secara rawat jalan. Lurqin melaporkan bahwa pendekatan rawat jalan dalam penanganan balita gizi buruk dapat diterima dengan baik oleh ibu. Mereka termotivasi untuk datang terutama karena adanya pemeriksaan medis. Terjadi peningkatan pengetahuan kesehatan dan ibu mau tinggal lebih lama untuk mendapatkan nasihat kesehatan. Pada balita yang mendapatkan penanganan secara rawat jalan rata-rata peningkatan berat badan adalah sebesar 6, I g/kgBB/hari dengan rata-rata lama perawatan 57 hari dan angka drop-out 23,8% (Lurqin, 2003). Penelitian yang dilakukan Amelia dkk. mendapatkan 73,9% balita gizi buruk berdasarkan indeks BB!fB dapat mencapai status gizi normal setelah mengikuti pemulihan secara rawat jalan yang komprehensif selama 6 bulan (Amelia dkk., 20 I 0).
2
3. TU.JUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum: Mendapatkan gambaran penanganan gizi buruk secara rawat inap maupun secara rawat jalan di tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit
Tujuan Khusus: l.
Mengidentifikasi sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang tersedia di Puskesmas atau di Rumah Sakit
2.
Mengukur kepatuhan terhadap panduan dalam penanganan balita gizi buruk secara rawat jalan atau rawat inap
3. Mengidentifikasi hambatan, masalah dan kekuatan dalam aplikasi penanganan balita gizi buruk secara rawat jalan atau rawat inap
4.
Mengukur perubahan status gizi dan perubahan berat badan pada sebelum dan sesudah penanganan balita gizi buruk secara rawat jalan atau rawat inap
5.
Mengukur morbiditas, mortalitas dan angka drop out pada penanganan balita gizi buruk secara rawat jalan atau rawat inap _
6.
Mempelajari tatalaksana balita gizi buruk secara rawat jalan di Puskesmas atau rawat inap di RS.
3.2 MANFAAT PENELITIAN Studi ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat berupa infonnasi sejauh mana penanganan gizi buruk yang dilakukan di Puskesnias dan RS dan bagaimana keberhasilan
di
lapangan
sehingga
dapat digunakan
sebagai
rujukan
untuk
penyusunan kebijakan.
3
""" -= �
�-
-=
-
-�-
=� c=
� �
-:: -
-� -
-
4. METODA PENELITIAN
a. Kerangka konsep
Rawat Jalan di Puskesmas:
Status Gizi
menggunakan Panduan dari Klinik Gizi, PITK dan EK
Status kes
Gizi Buruk Rawat Inap di RS: Menggunakan Panduan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (2006)
Morbiditas, Mortalitas, Drop-out
Masalah, ham batan dan keberhasilan
Gizi buruk pada Balita dapat ditangani secara rawat inap maupun secara rawat jalan. Penanganan secara rawat jalan dapat dilakukan untuk balita gizi buruk tanpa tanda komplikasi. Balita gizi buruk yang dirawat inap di rumah sakit ditatalaksana sesuai dengan Panduan Tatalaksalana Anak Gizi Buruk dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat tahun 2006. Sedangkan untuk tatalaksana rawat jalan, digunakan panduan dari Klinik Gizi, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan
�an
Epidemiologi Klinik,
Balitbangkes. Setelah dilakukan penanganan baik secara rawat jalan maupun rawat inap diharapkan dapat terjadi peningkatan status gizi dan status kesehatan anak. Di dalam aplikasi penanganan Balita gizi buruk, terdapat berbagai masalah dan hambatan serta faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam tatalaksana.
b. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Serang dan PandegJang, Propinsi Banten dan di Kabupaten Pemalang dan Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober hingga Nopember 2012.
4
c.
Desain dan Jenis Penelitian
Desain yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional), dimana sd=6 data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini merupakan smm non-intervensi. d. Populasi dan Sampel
Sebagai populasi studi adalah seluruh Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Serang dan Pandeglang, Propinsi Banten dan di Kabupaten Pemalang dan Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan sebagai sampel adalah 4 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) tingkat Kabupaten dan 16 Puskesmas terpilih. e. Cara Pemilihan dan Penarikan sampel
Penelitian dilakukan di Kabupaten Serang dan Pandeglang, Propinsi Banten dan Kabupaten Pemalang dan Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Di tiap kabupaten diambil 1 RSUD dan 4 Puskesmas yang telah dilatih dan menerapkan tatalaksana rawat jalan Balita Gizi Buruk. Sampel dipilih secara purposive. f. Variabel Variabel yang akan dinilai adalah: Input dari penanganan Balita Gizi Buruk di tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit (meliputi: SDM, sarana - prasarana) Proses dari penanganan Balita Gizi Buruk di tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit (meliputi: kepatuhan terhadap Panduan, lama perawatan, masalah, hambatan dan kekuatan dalam aplikasi) Output dari penanganan Balita Gizi Buruk di tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit (meliputi: perubahan berat badan, perubahan status gizi, morbiditas, mortalitas dan drop-out)
5
g. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data In.strumen Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, Panduan Tatalaksalana Anak Gizi Buruk dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat tahun 2006 dan Panduan dari Klinik Gizi, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Balitbangkes. Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi:
1. Jumlah sumber daya manusia 2.
Jumlah sarana dan prasarana
3.
Status gizi balita gizi buruk
4.
Berat badan dan tinggi badan
5.
Terapi diet yang diberikan
6. Penyakit penyerta 7.
Lama perawatan
8.
Jumlah kematian
9. Jumlah drop-out 10. Kepatuhan terhadap panduan 11. Masalah, hambatan dan kekuatan dalam aplikasi tatalaksana Data sumber daya manusia dan sarana-prasarana diperoleh dari data sekunder, observasi dan wawancara. Data mengenai status gizi, berat badan, tinggi badan, terapi diet, lama perawatan, rnorbiditas, mortalitas dan drop-out dari data rekam rnedis balita gizi buruk yang pernah dirawat pada p�riode tahun 2009
-
201 l.
Kepatuhan terhadap panduan diperoleh dengan membandingkan data yang ·
tercatat pada rekam medis terhadap panduan. Sedangkan data masalah, hambatan dan kekuatan dalarn aplikasi penanganan balita gizi buruk dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Wawancara dilakukan terhadap dokter yang merawat, perawat ruangan dan petugas gizi untuk melihat aplikasi penanganan balita gizi buruk di Rumah Sakit. Untuk aplikasi penanganan balita gizi buruk di Puskesmas dilakukan wawancara terhadap dokter yang merawat, petugas gizi dan 10 orangtua Balita yang pernah dirawat.
6
--
-
-
�-
�;;;:
_-
� o-., ,; �-- - �-===-�-= ---�-�;=-:; _"""- -� - -
� _::;;;� ;: ; � �=;.:.:;:�::::C:��
-
-
� _ _: - ---
h. Manajemen dan analisis data Manajemen data Data yang diperoleh dicatat pada masing-masing fonnulir penelitian, selanjutnya diedit dan dilakukan pengkodean. Data kemudian dimasukkan ke dalam komputer dan diolah menggunakan program Statistical Package For Social Sciences (SPSS) versi 15. Analisis dan interprctasi data Terlebih dahulu dilakukan analisis univariat terhadap data yang diperoleh. Pada data yang bersifat rasio maka data akan disajikan dalam rerata dan simpang baku. Data yang bersifat kategorik akan disajikan dalam proporsi (distribusi frekuensi). Untuk menilai aplikasi penanganan balita gizi buruk akan dilakukan analisis SWOT. Penyajian data Data disajikan dalam bentuk tekstular, tabular dan tabel SWOT. k. Definisi Operasional ..-\RIABEL
DESKRIPSI
METODA PENGUKURAN
SKALA
Data sekunder
Nominal
KATEGORI
.
SDM
Sumber daya manusia yang tersedia di RS/
1=Tidak cukup 2
=
Cukup (memiliki
dokter, perawat dan ahli gizi yang terlibat
Puskesmas yang terlibat dalam penanganan Balita
aktif)
Gizi Buruk Sarana �a
Peralatan yang
Observasi dan
mendukung
wawancara
Nominal
tidak memadai
(memenuhi 80% check-list)
buruk (tennasuk lab.) Keadaan seseorang
=
2 =memadai
pelayanan Balita gizi
s:ztils gizi
I
Data sekunder
berdasarkan hasil pengukuran BB dan TB/PB
Ordinal
lndeks BB/PB : l Kurus sekali (zskor BBffB <-3.0 SD) 2 Kurus (z-skor BBffB -2. l - -3.0 SD) 3 =Normal (z-skor BBfTB >-2.0 SD) =
=
7
Penyakit penyerta
Data sekunder
Keadaan anak
Ordinal
berdasarkan basil
1 =Ada 2 =Tidak ada
pemeriks dokter dan pemeriksaan penunjang Kepatuhan
I
petugas
I
Kepatuhan petugas
Data sekunder
Nominal
dalam menangani
1 = tidak patuh 2 = patuh
balita gizi buruk
sesuai SOP
-
PERTIMBANGAN ETIK PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan subjek manusia, dimana dilakukan wawancara epada petugas yang menanganai balita gizi buruk dan orangtua balita yang pemah cendapatkan penanganan balita gizi buruk. Oleh karenanya dimintakan ijin etik JlCllelitian.
Penelitian
ini
telah
mendapatkan
"Pembebasan
Persetujuan
Etik
Exempted)" yang dikeluarkan oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Badan ?enelitian dan Pengembangan Kesehatan tertanggal 3 Oktober 2012. (surat terlampir)
6. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai aplikasi tatalaksana balita gizi buruk secara rawat jalan dan rawat
inap dilakukan di
4
kabupaten dalam 2 propinsi. Data penelitian dikumpulkan
p;:rla periode Oktober hingga Nopember 2012. Pemilihan puskesmas dilakukan secara ;::uposive
dan ditentukan oleh peneliti bersama dengan staff gizi Dinas Kesehatan
X.abupaten
setempat.
�perhatikan
Masing-masing
kabupaten
dipilih
4
puskesmas
dengan
letak geografis dan banyaknya kasus di wilayah kerja puskesmas,
�gkan rumah sakit yang diteliti adalah rumah sakit milik pemerintah yaitu Rumah Sa..\it Umum Daerah (RSUD).
Dilakukan wawancara terhadap petugas gizi (TPG) puskesmas dan dokter ;uskesmas yang merawat balita gizi buruk untuk mendapatkan data mengenai aplikasi t!Ialaksana balita gizi buruk secara rawat jalan di Puskesmas. Aplikasi tatalaksana balita � buruk secara rawat inap diketahui dengan melakukan wawancara terhadap Kepala 3cngsal Perawatan Anak dan petugas gizi di Instalasi Gizi Rumah Sakit. Selanjutnya C:J:1a sekunder diperoleh dari data catatan medis yang tersimpan di Puskesmas maupun .:. Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit. APLIKASI TATALAKSANA BALITA GIZI BURUK SECARA RAWAT J,ALAN DI PUSKESMAS
Zbel
6.1
memperlihatkan input dari penanganan balita gizi buruk secara rawat jalan
.xrnpa SDM, sarana, dan dan kebijakan yang ada di Puskesmas. Dari data terlihat Cehwa hampir semm� puskesmas sudah memiliki SOM yang terlatih. Petugas gizi cerupakan
.Eita
SDM yang paling banyak telah mendapat pelatihan mengenai tatalaksana
gizi buruk, sedangkan dokter dan perawat yang terla'tih dijumpai di 10 puskesmas
;E.; 16
puskesmas yang diteliti (tabel
6.1). Pelatihan
terakhir diterima oleh petugas pada
:miang tahun 2006 hingga 2012. Sarana untuk pengukuran antropometri balita sudah dimiliki oleh Puskesmas. Ha:nya l puskesmas yang tidak memiliki timbangan, baik timbangan bayi maupun C:nbangan injak, karena puskesmas ini menggunakan timbangan dacin untuk .;iengukuran berat badan. Pengukur tinggi badan (microtoise) dimiliki oleh semua ::::e:sk smas namun pengukur panjang badan tidak dimiliki oleh 3 puskesmas, sedangkan 5 j>USkesmas
belum memiliki tabel baku antropometri WHO 2005.
9
� -
=
-
-
---=---
-
_
==
-
- -=-=-= �==---=-=�=--��-:__ �--=--=-=�==-�-==--=---=_::_ -=
-= _
-
==-�-=-=-==
-
-�
-
--_
-
alaupun puskesmas memiliki sarana pengukuran antropometri memadai, sebagia:a
nesa.r sarana ini digunakan bersama untuk kegiatan puskesmas lainnya, terutama untuk hgiatan KIA, sehingga pada beberapa puskesmas sarana ini terletak di ruang KIA dan
3u.kan di ruang pelayanan gizi. Tabel
6.1 SDM, Sarana, Dana dan Kebijakan Puskesmas
untuk Tatalaksana Balita Gizi Buruk secara Rawat Jalan No
I
-
Dokter
memiliki
memiliki
10
6
Petugas Gizi
13
3
Perawat
10
6
15
l
Saran a: - Timbangan bayi - Timbangan injak
15
l
-
Pengukur panjang badan
13
3
-
Pengukur tinggi badan
16
0
-
Tabel baku antropometri
11
5
13
3
8
8
11
5
16
0
.
-
3
Jumlab Puskesmas tidak
SDM: -
2
Jumlab Puskesmas
(WHO 2005) Pemeriksaan Hb Pemeriksaan feces Pemeriksaan gula darah Obat-obatan Ruangan khusus Fonn umpan-balik
Dana dan Kebijakan - Dana untuk merujuk -
12
4
4
12
8
8
Dana untuk PMT pemulihan
8
8
Prosedur Tetap (protap)
9
7
I
Fasilitas pemeriksaan laboratorium dimiliki oleh sebagian besar puskesmas, l::mya 50% puskesmas yang memiliki fasilitas
pemeriksaan
feces.
Pemeriksaan
[;;.boratorium tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya berdasarkan indikasi. Obat �n yang diperlukan untuk balita gizi buruk, seperti obat-obat ISPA, TB, diare waupun mineral mix telah tersedia di semua Puskesmas. Ruangan khusus untuk ;ielayanan balita gizi buruk tersedia di 12 (75%) puskesmas namun hanya 4 (25%) :;::oske smas saja yang mempunyai fonnulir umpan balik ke Posyandu.
10
Dana untuk merujuk balita gizi buruk ke rumah sakit dan pengadaan PMT pemulihan tersedia
50%
Puskesmas. PMT berupa biskuit diberikan oleh Kementrian
'Kesehatan dalam jumlah terbatas dan tidak memiliki jadwal distribusi tetap. Prosedur Tetap (protap) mengenai tatalaksana balita gizi buruk tersedia di 9 puskesmas. Diagnosis gizi buruk ditentukan dengan pengukuran status gizi, pemeriksaan zdanya tanda klinis dan tanda bahaya. Semua puskesmas sudah melaksanakan diagnosis eengan baik, namun istilah gizi buruk masih sering dikacaukan dengan istilah gizi buruk beniasarkan berat badan menurut umur (BBIU). Pada tatalaksana balita gizi buruk, setelah diagnosis ditegakkan, balita akan oendapatkan PMT dan pemantauan berat badan. PMT yang diberikan berupa susu funnula (SGM atau PAN-Enteral), biskuit MP-ASI atau bubur susu. Jenis dan jumlah .PMT
yang diberikan tergantung persediaan di Puskesmas atau dropping dari Dinas
Xesehatan. Pemantauan berat badan tidak selalu dilakukan di Puskesmas dan tidak sesuai j2dwal yang ada di Protap. Pemantauan dapat dilakukan di Posyandu, satu kali dalam siebulan dan hanya melakukan penimbangan berat badan saja. Hal ini disebabkan jarak 2tltara
rumah dan Puskesmas yang jauh dan adanya keterbatasan dana untuk transport.
?eman�uan di Posyandu dilakukan oleh Bidan Desa. Pada saat terjadi kontak antara �gas puskesmas (baik Bidan ataupun TPG) selalu dilakukan konseling gizi. Pemeriksaan oleh Dokter hanya dilakukan bila balita gizi buruk datang ke Puskesmas mengalami sakit. Penyakit penyerta yang sering dijumpai pada balita gizi OOruk
adalah ISPA dan diare. Kejadian sakit dicatat pada catatan medis yang terpisah.
Tldak ada pemantauan terhadap morbiditas. Pemantauan terhadap balita gizi buruk crtakukan secara terus menerus hingga status gizi balita menjadi gizi kurang (status gizi menurut BB/U < -2SD). Beberapa kendala dalam aplikasi tatalaksana balita gizi buruk yang dapat ditemukan selama penelitian, antara lain: - Adanya istilah gizi buruk menurut BB/U dan menurut BB/TB, sehingga balita gizi buruk (severe wasting) tidak ditatalaksana sesuai dengan Protap, melainkan hanya mendapatkan PMT saja, sama seperti balita gizi buruk (BB/U <-3SD)
11
-
-� --
-
-=----
-
� �--_ �- -:__� � _ � � ,;__ .=-: -= � � - _:::� -� _ --=-==----= � -=-=.-,; � -= -:__ -�
- --
=
--
--=
=---
_ :-
-
Jumlah danjenis PMT yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan menyebabkan PMT yang diberikan
hanya berupa distribusi PMT secara merata, tidak
berdasarkan kebutuhan dan tahapan pemberian PMT. -
Tatalaksana tidak dapat berjalan secara optimal dan komprehensif karena Tim Puskesmas belum solid. Kasus gizi buruk terutama ditanggulangi oleh Petugas Gizi dibantu oleh Bidan Desa bila balita tidak dapat menjangkau Puskesmas. Dokter hanya terlibat untuk memberikan terapi penyakit penyerta.
Tabel 6.2 Analisis SWOT pada Tatalaksana Gizi Borok secara Rawat Jalan Kekuatan: SDM yang handal (Dokter, Perawat dan TPG terlatih
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kelemahan: Belum semua petugas terlatih
-
-
yang solid
-
Ada ruangan k.husus PMT tersedia dalam berbagai sediaan Catatan medis khusus
-
-
Pemberian PMT lewat Posyandu Kerjasama dengan RS untuk fisioterapi Kerjasama dengan perusahaan di sekitar wilayah kerja Puskesmas Motivasi orang tua meningkat bila hasil
Jumlah dan jenis PMT masih tergantung dropping Dinas Kesehatan
Komitmen Kepala Puskesmas dan tim
-
-
Dana untuk kasus gizi buruk tersedia, tetapi sistem claim Alat peraga terbatas Pemantauan tidak sesuai jadwal dan hanya berat badan saja Orang tua kesulitan untuk menyiapkan FIOO di rumah Orang tua bosan bila hanya diberi konseling saja
tera�i menunjukkan perbaikan
dikembangkan sebagai pusat perawatan
Ancaman: Tidak ada pelatihan penyegaran - Jumlah SDM terbatas -7 TPG
balita gizi buruk Kunjungan rumah untuk balita yang
-
Peluang: Tersedh fasilitas yang dapat -
-
-
-
tidak datang ke Puskesmas -
-
-
-
-
Petugas mempunyai motivasi dan minat
-
untuk merawat balita gizi buruk
-
Puskesmas punya jadwal khusus untuk konsultasi gizi Tersedia dana Jamkesda untuk kasus
-
merangkap Bidfln Sistem pencatatan yang rumit Anggaran gizi sangat sedikit Transport lte Puskesmas sulit dan mahal Orang tua menolak bila Balita dirujuk ke RS Adanya penyakit/kelainan congenital
gizi buruk Kerjasama dengan lintas sektor Kesadaran masyarakat mengenai gizi Pada periode tahun
2009 - 20 1 1 tercatat 286 kasus balita yang mendapat
perawatan gizi buruk secara rawat jalan di 16 Puskesmas. Karakteristik balita gizi buruk seperti tampak pada tabel 6.3
12
Tabel 6.3 Karakteristik Balita Gizi Buruk frekwensi
%
131 155
45,8 54,2
Jenis kelamin (n=286) - Laki-laki - Perempuan
..___.
Nilai median
24 (6 - 50) bulan
Umur (n=281) - 6 - 1 1 bulan 1 2 - 35 bulan - 3 6 - 59 bulan
38 168 75
-
Z - skor (BB/TB)
13,5 59,8
26,7 -3,84 (-6,63 - -3,00)
Lebih dari separuh balita gizi buruk berjenis kelamin perempuan dan kasus terbanyak pada kelompok umur 1 2 - 35 bulan yaitu 168 kasus. Median Z skor berdasarkan BBffB adalah -3,84 (-6,63 - -3,00) SD. Dari 286 kasus yang ditangani oleh Puskesmas hanya rerdapat 1 8 1 balita yang tersedia data berat badan selama masa pemantauan dengan lama pemantauan yang berbeda-beda. Terdapat 5 kasus yang meninggal selama mengikuti rawat jalan.
13
6.2
APLIKASI TATALAKSANA BALITA GIZI BURUK SECARA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
Input penanganan balita gizi buruk secara rawat inap di Rumah Sakit yang meliputi SDM, sarana, dana dan kebijakan dapat dilihat pada Tabel 6.4. TabeJ 6.4 SDM, Sarana, Dana dan Kebijakan Rumah Sakit untuk TataJaksana Balita Gizi Buruk secara Rawat Inap Jumlah Rumah
No 1
Sakit memiliki
SDM: Dokter Petugas Gizi Perawat
2
memiliki
4
0
-
4
0
-
4
0
-
4
0
-
4
0
-
l
3
-
1
3
3 l
-
4
0
-
4
0
-
4
0
-
4
0
Sarana: Timbangan bayi Timbangan injak Pengukur panjang badan Pengukur tinggi badan Tabel baku antropometri (WHO 2005) Pemeriksaan Hb Pemeriksaan feces Pemeriksaan gula darah Obat-obatan Ruangan khusus Fonn umpan-balik -
-
3
Sakit tidak
-
-
.
Jumlah Rumah
Dana dan Kebijakan Dana untuk merujuk Dana untuk PMT pemulihan Prosedur Tetap (protap) -
l 2
3 2
3
1
-
3
1
-
. 4
0
Dari data terlihat bahwa semua rumah sakit sudah memiliki SDM yang terlatih, namun demikian tidak semua petugas yang telah dilatih dapat menerapkan tatalaksana gizi buruk sesuai protap. Dari pengamatan selama penelitian, untuk melaksanakan tatalaksana sesuai protap diperlukan dukungan dari atasan, seperti Kepala Ruang Perawatan, dokter senior atau Kepala lnstalasi Gizi. Pelatihan terakhir yang pemah diterima adalah pada tahun 2012.
14
Sarana yang diperlukan untuk aplikasi tatalaksana gizi buruk secara rawat inap sq>erti timbangan, fasilitas laboratorium dan obat-obatan sudah dimiliki oleh semua :=mah sakit dalam jumlah cukup. Alat pengukur panjang badan dan tinggi badan hanya 5niliki satu rumah sakit saja, sedangkan tiga rumah sakit lainnya tidak punya. OOetahui bahwa alat pengukur panj ang badan atau tinggi badan merupakan alat vital yang diperlukan
untuk
menentukan
'=lumnya mereka menggunakan
status
gizi
berdasarkan
pita pengukur kain
antropometri.
('met/en')
Pada
sebagai pengukur
c:!Iljang badan. Sebagian besar rumah sakit (75%) tidak menyediakan ruangan khusus untuk ?=f<1.Watan balita gizi buruk, namun demikian kasus gizi buruk dirawat secara terpisah ::zi pasien yang lain. Hanya 50% rumah sakit yang memberikan umpan balik ke Dinas �hatan atau Puskesmas yang merujuk. Penentuan status gizi balita menurut antropometri belum dilakukan di rumah 52.:
umur (BB/U) dan melihat adanya tanda klinis.
Balita yang didiagnosis dengan gizi buruk dikonsultasikan dengan Instalasi Gizi C!IUk �enentukan besamya asupan yang akan diberikan. Jenis dan jumlah asupan yang eberikan tidak sesuai dengan protap tetapi tergantung keadaan umum balita. Bila eadaan umurn jelek, semua asupan yang diberika:1 dalam bentuk cair (Formula I 00) �t NGT. Namun bila keadaan umum baik, maka pasien akan mendapat makanan bak ditambah makanan cair berupa Formula 100 atau formula lain yang setara (PANE::neral) untuk menambah asupan. Pemantauan berat padan dilakukan setiap hari, ':2J11Un tidak ditemukan pencatatannya di catatan medis. Untuk mengetahu i penatalaksanaan balita gizi buruk dilakukan wawancara crliadap kepala ruang perawatan anak dan tim gizi. Dari wawancara diketahui bahwa toordinasi yang baik antara rumah sakit dan Dinas Kesehatan membantu untuk validasi r:Jenentuan diagnosis gizi buruk dan merupakan kekuatan dalam manajemen balita gizi �k. Keadaan ini tidak dijumpai di setiap rumah sakit. Masing-masing rumah sakit =remiliki ciri khas, seperti tampak pada tabel 6.5
l't1 lrnl (),!'> Auulllfllj 8Uu1111l 8WO'J' McuuruC l{umub Snl
KEKUA TAN
- SOM lengkap dan terlatih - Koordinasi yang baik antara RS dan Dinkcs - Tim (dokter-peraawat - Tim gizi) solid - Tersedia dana baik untuk
RS. C
RS. B - Koordinasi yang baik antara RS
dan Dinkes
- Tersed;a FIOO dan formula
- Koordinasi Dokter - Perawat -
Tim Gizi terjalin baik
RS. D - SDM (dokter - perawat petugas gizi) terlatih dan kompeten - Tersedia clana
pengganti
- Or-tu belajar tentang cam pembuatan pembuatan formula di I nstalasi Gizi
pcrawatan balita gizi buruk maupun Penunggu
- Catalan mengenai asupan/ gizi merupakan bagian dari CM (sejak tahun 201 1)
HAMBATAN
- Pencntuan kasus belum
- Terapi tidak sesuai tatalaksana
menggunakan standar WHO - Tidak tersedia alat pengukur PBffB - Tatalaksana gizi tidak dilakukan bcrsamaan dengan terapi untuk penyakit penyerta (bukan
gizi, tetapi sesuai penyakit penyerta (gizi buruk bukan d iagnosis utama)
- Pasien minta pulang sebelum
sembuh (pulang paksa) - Hasil pemantauan tidak dicatat
- Pasien minta pulang bila
keadaan umum atau penyakit penyerta sudah membaik - Tidak tersedia mineral mix - Tidak ada catatan mengenai
pemberian diet
- Bclum ada ruangan khusus untuk perawatan balita gizi buruk - Orang tua perlu membeli obat scndiri yang tidak disediakan oleh j amkesmas - Orang tua memberikan makanan dari Iuar
prioritas) - Pasien minta pulang sebelum sembuh (pulang paksa) - Hasil pemantauan tidak dicatat
PELUANG
- Koordinasi an tara do kter -
.
perawat - Tim Gizi -7 untuk meningkatkan pelayanan
- Ada pcncatatan kasus di
ruangan
- Dana untuk penunggu diberi kan setiap hari
ANCAMAN
- Dana untuk penunggu tidak selalu tersedia - Jumlah staff terlatih terbatas
- Ada pencatatan khusus di
ruangan - Mahasiswa magang dapal membantu memberikan konseling clan edukasi gizi
- Kepala ruang belum ikut pelatihan
- Ada ahli gizi yang ditunjuk sebagai penanggungjawab ruangan ( 1 ahli gizi di tiap
- Ada follow-up untuk pasien yang sudah KRS, dilakukan olch Puskesmas
ruang perawatan)
- Belum ada koordinasi dengan Dinas Kesehatan
- Mutasi staff yang sudah terlatih - Dana untuk penunggu sudah tidak tersedia lagi
16
Beberapa kendala dalam aplikasi tatalaksana balita gizi buruk yang dapat ditemukan selama penelitian, antara lain: -
Penentuan status gizi menurut antropometri secara akurat tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya pengukur panjang badan atau pengukur tinggi badan
-
Diagnosis gizi buruk bukanlah diagnosis utama sehingga tatalaksana
untuk
penanganan masalah gizi buruk kurang diperhatikan -
Pemantauan asupan dan berat badan belum tercatat secara baik di Catatan Medis
-
Pengobatan yang diberikan tidak dapat sampai selesai karena keluarga membawa pulang pasien sebelum perawatan selesai (pulang paksa).
Tabel 6.6 Analisis SWOT pada Tatalaksana
I
Kekuatan: -
Gizi Buruk secara Rawat Inap
Kelemahan: -
SDM yang handal (Dokter, Perawat dan
Penentuan diagnosis gizi buruk belum
TPG terlatih) -
akurat karena tidak tersedia alat
Koordinasi yang baik dengan Dinas
pengukur panjang atau tinggi badan
-
Tersedia dana baik untuk penanganan
-
Kesehatan kasus maupun untuk keluarga Formula bisa disediakan oleh Instalasi
-
Gizi buruk bukan diagnosis utama
-
Keluarga minta pulang sebelum
Pemantauan asupan dan berat badan tidak tercatat di catatan medis pengobatan selesai (pulang paksa)
Gizi Keluarga belajar tentang penyiapan makanan di lnstalasi Gizi
Ancamao:
Peluang: -
Koordinasi yang baik antara dokter, meningkatkan pelayanan
-
Jumlah SOM terlatih terbatas dan adanya mutasi staff
Formulir catatan asupan merupakan
- Koordinasi yang lemah antara Rumah
bagian dari Catatan Medis -
Dana untuk keluarga untuk menunggu di RS tidak selalu tersedia
perawat ruangan dan tim gizi dapat -
-
Sakit dan Dinas Kesehatan
Mahasiswa magang dapat membantu konseling gizi dan kesehatan kepada keJuarga
Pada periode tahun
2009 - 20 1 1
tercatat
perawatan gizi buruk secara rawat inap di
4
222
kasus balita yang mendapat
Rumah Sakit. Han ya
92 (41 %)
Catatan
Medis yang dapat ditelusuri pada penelitian ini. Alasan tidak ditemukannya catatan medis antara lain: catatan medis sudah tersimpan di gudang, nomor register tidak sesuai dengan diagnosis atau catatan medis tidak dapat ditemukan. Karakteristik balita gizi ouruk dapat dilihat pada tabel 6.7.
17
Tabel 6.7 Karakteristik Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan di Rumah Sakit Frekwensi
%
42 50
45 ,7 54,3
Jenis kelamin (n=92) - Laki-laki - Perempuan
1 8 (6- 57) bulan
Umur (n=90) 6 - 1 1 bulan 1 2 - 35 bulan 3 6 - 59 bulan
19 58 13
-
-
-
Z - skor (BB/TB) (n=42)
21,1 64,4 14,4 -4,26 ± 1 , 1 SD
Lebih dari separuh (54,3%) balita gizi buruk yang dirawat inap di Rumah Sakit berjenis kelamin perempuan dan kasus terbanyak pada kelompok umur 12 - 35 bulan yaitu 58 kasus. Hanya 42 dari 92 (45,7%) catatan medis yang memiliki data status gizi balita. Didapatkan rerata Z skor (menurut BB/TB) adalah -4,26
±
I , I SD. Keterbatasan data
mengenai status gizi berdasarkan antropometri karena 3 dari 4 rumah sakit tidak memiliki alat pengukur panjang badan atau pengukur tinggi badan, sehingga tidak dapat ditentukan status gizi menurut BB!TB. Pneumoni dan diare merupakan penyakit penyerta terbanyak yang menyebabkan balita gizi buruk perlu mendapat rawat inap di rumah sakit. Penyakit penyerta yang Iain adalah anemi, TB paru atau adanya kelainan bawaan. Penyakit penyerta pada kasus gizi buruk dapat dilihat pada Tabel 6.8. Tabel 6.8 Peoyakit Penyerta pada Balita Gizi Buruk yang Dirawat Inap Frekwensi
O/o
Pneumoni
25
27,2
Diare
17
18,5
TB Paru
11
12,0
Kej ang Dern am
8
8,7
Anemia
4
4,3
Down Syndrome
4
4,3
Kelainan jantung bawaan
1
1,0
Lain-lain
8
8,7
Tanpa penyakit penyerta
14
15,2
18
Rerata lama hari perawatan adalah 8,43
±
5, 1 hari. Kriteria keluar rumah sakit
pada umumnya bila telah terjadi perbaikan keadaan umum dan berat badian telah meningkat. Tigapuluh tiga (39,8%) balita diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawat, namun lebih banyak balita yang keluar dari rumah sakit atas permintaan keluarga (pulang paksa), sebelum masa perawatan selesai yaitu
44 (53%) balita.
Terdapat 5 kasus yang meninggal dan 2 kasus perlu dirujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi fasilitasnya.
7. 7.1
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN APLIK.ASI TATALAKSANA BALITA GIZI BURUK SECARA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS
- Petugas (dokter, petugas gizi dan perawat) terlatih, sarana dan prasarana di Puskesmas sudah cukup memadai untuk melakukan tatalaksana balita gizi buruk
secara rawat jalan. Sarana yang masih terbatas adalah makanan tambahan berupa formula (F75 dan F l 00) karena tergantung pengadaan dari Pusat dan Dinas Kesehatan - Adanya 2 istilah gizi buruk (menurut BB/U dan BB/TB), keterbatasan petugas dan makanan tambahan yang terbatas jumlah dan jenisnya merupakan kendala dalam melaksanakan tatalaksana secara rawat jalan - Pada aplikasi tatalaksana rawat jalan, komitrnen kepala Puskesmas dan tim yang solid merupakan kekuatan, sedangkan motivasi petugas dan adanya jadwal khusus pelayanan gizi merupakan peluang untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Transportasi yang sulit dan mahal untuk menjangkau Puskesmas dan sistem pencatatan yang rumit menjadi ancaman untuk penerapan tatalaksana secara rawat jalan. - Perubahan status gizi, morbiditas dan angka drop-out tidak dapat dinilai, karena data tidak tersedia akibat pencatatan yang tidak lengkap. APLIKASI TATALAKSANA BALITA GIZI BURUK SEC <\RA RAWAT INAP DI RUMAH SAK.IT
- Petugas (dokter, petugas gizi dan perawat) terlatih, sarana dan prasarana dj Rumah Sakit memadai, kecuali pengukur panjang badan dan tinggi badan. Tidak tersedianya alat ini mempengaruhi penentuan diagnosis gizi buruk. - Diagnosis gizi buruk bukan diagnosis utama sehingga penanganan masalah gizi buruk kurang diperhatikan dan permintaan keluarga untuk membawa pulang pasien sebelum perawatan selesai (pulang paksa) menjadi kendala dalam aplikasi tatalaksana secara rawat inap - tim yang solid, tersedianya dana untuk kasus gizi buruk dan koordinasi yang baik antara RS dan Dinas Kesehatan merupakan kekuatan dalam aplikasi tatalaksana balita gizi buruk secara rawat inap. Peluang yang ada untuk meningkatkan
20
pelayanan adalah meningkatkan koordinasi antara dokter yang merawat, perawat ruangan dan tim gizi. Terbatasnya jumlah SDM terlatih dan adanya mutasi staff menjadi ancaman untuk penerapan tatalaksana secara rawat jalan. - Perubahan status gizi tidak dapat dinilai karena data tidak tersedia
7.2
SARAN
- Penggunaan istilah "gizi buruk" yang baku, sehingga anak sangat kurus (severe wasting) segera dapat dikenali dan diberikan tatalaksana yang tepat dan komprehensif - Meningkatkan pemahaman kepada petugas di Puskesmas mengenai cara dan manfaat pemantauan status gizi dalam tatalaksana gizi buruk melalui pelatihan penyegaran bagi petugas - Penanganan gizi merupakan bagian terintegrasi pada kasus gizi buruk dengan penyakit penyerta
8. UCAPAN TERIMA KASIB Ucapan terima kasih disampaikan kepada : 1.
Kepala Badan Litbang Kesehatan Kem Kes RI atas kesempatan untuk memperoleh dana dan melakukan penelitian ini.
2.
Kepala Pusat 1TK&EK atas kepercayaan serta dukungan moril yang diiberikan untuk melakukan uji klinis ini.
3.
Seksi Gizi Dinas Kesehatan Propinsi Ban ten dan Jawa Tengah yang telah memfasilitasi persiapan pengumpulan data di tingkat Kabupaten
4.
Kepala Dinas Kesehatan dan Direktur RSUD Kabupaten Serang, Pandeglang, Brebes dan Pemalang yang memberikan ijin melakukan penelitian dan staf gizi Dinas Kesehatan Kabupaten yang membantu dalam kegiatan pengumpulan data
5.
Kepala Puskesmas, petugas Gizi Puskesmas, Kepala Ruang Perawatan Anak RSUD, petugas gizi di Instalasi Gizi RSUD yang telah berkenan sebagai narasumber dan petugas Rekam Medik RSUD yang telah membantu dalam penyediaan Catatan Medis.
22
9. DAFTAR PUSTAKA 1.
Balitbangkes. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Badan Penelitian en Pengembangan Kesehatan, 201 0.
2.
WHO.
Management of severe malnutrition : A manual for physicians and other
senior health workers.
3. 4.
WHO.
Jeneva. 1999.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman tata laksana Kurang Energi-Protein pada anak di Rumah Sakit. Dep Kes RI. Jakarta. 1999.
Collins S, Nicky Dent, Paul Binns, Paluku Bahwere, Kate Sadler, Alistair Hallam. Management of severe acute malnutrition in children. Lancet, 2006; 368: 19922000.
5.
Ashworth A. Efficacy and effectiveness of community-based treatment of severe malnutrition. Food and Nutrition Bulletin, 2006; 27(3): S24-S48.
6.
Lurqin E. Ambulatory treatmen of severe malnutrition in Afghanistan. Field Exchange
Issue
19,
July
2003
(diunduh
dari
http://fex.ennonline.net/
19/ambulatory.aspx, tanggal 10 Agustus 2 0 1 1 ) 7.
Amelia, Anies Irawati, Astuti Lamid, Tetra Fajarwati, dan Rika Rahmawati. Pengaruh Pemulihan Gizi Buruk Rawat Jalan Secara Komprehensif Terhadap Kenaikan BB, PB dan Status Gizi Anak Balita. Penelitian Gizi Makanan: 33 (2), 2010.
8.
Dii-ektorat Bina Gizi Masyarakat. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Dep Kes RI. Jakarta. 2006
KE�IENTERIAN KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PE NGEi\1Bi\ . NGAN KESEHAT,.:\i"'\! ... KOYITSI ETfK PENELITlfu1'I KESEHATAN
Jaian Percetakan Negara No. 29, Gedung 4 Lantai 6, Jakarta I 0560 Telepon: (02 1) 42ll013 Fak.simile: (021) 421 1 0 1.3
E-mail:
[email protected]_, Website: http:iiwww.ke.Jitbang.depkes.go.id
PEMBEBASAN PERSETUJUAN ETIK Nomor : KE.0 1 . lO /EC/ i; 4. o
(EXEMPTED )
120\'1.
ang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang esehatan,
·
setelah dilaksanakan
pembahasan
dan penilaian,
dengan
ini
memutuskan
-:mtokol penelitian yang berjudul :
'"'Studi Aplikasi Penanganan Balita Gizi Buruk (Severe Wasting) Secara Rawat Jalan dan Rawat /nap di Propinsi Banten dan Jawa Tengah "
dr. Tetra Fajarwati
_eogan Ketua Pelaksana/Peneliti Utama:
·�at
dibebaskan
dari
keharusan
memperoleh
persetujuan
etik
(Exempted)
untuk
$aksanaan penelitian tersebut. Pembebasan ini berlaku sejak dimulai dilaksanakannya aielitian tersebut di atas sampai dengan selesai sesuai yang tercantum dalam protokol.
2fapun demikian kami rnengingatkan bahwa dalam pelaksanaan penelitian ini, pene!iti -lap
diminta
untuk
menjaga
dan
menghormatl
-:soonden/informan dalam penelitian ini.
martabat
manusia
yang
menjadi
Dengan demikian diharapkan Masyarakat luas
.::>al mernperoleh manfaat yang baik dari penelitian ini.
=-:.::ia akhir penelitian, laporan pe!aksanaan penelitian harus diserahkan kepada
KEPK
:=::0K. Jika ada perubahan protokol dan ! atau perpanjangan penelitian, harus mengajukan �-roati permohonan kajian etik penelitian (amandemen protokol).
Jakarta,
24
s ol.cl:o1';>e (
2o '""L
LAMPIRAN 2
NASKAH PENJELASAN DAN PERSETUJUAN PENELITIAN Kurang Energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat d i Indonesia. Data Riskesdas Indonesia termasuk gizi buruk (status gizi sangat merupakan
2010 menunjukkan bahwa
6% Balita di
kurus). Propinsi Jawa Tengah dan Banten
2 propinsi yang memiliki prevalensi gizi buruk lebih tinggi dibanding propinsi
lainnya di pulau Jawa. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua pendekatan yaitu rawat inap maupun rawat jalan sesuai dengan kondisi balita saat ditemukan. Beberapa kendala telah diidentifikasi dalam penanganan balita gizi buruk di rumah sakit, seperti tingginya angka kematian yang berkaitan dengan kurangnya tenaga kesehatan yang terlatih atau masa rehabilitasi yang panjang di rumah sakit sehingga keluarga meminta untuk segera pulang. Sedangkan penanganan secara rawat jalan dapat diterima dengan baik oleh ibu Balita. Data yang memadai mengenai aplikasi penanganan gizi buruk baik secara rawat inap atau rawat jalan yang dilakukan Rumah Sakit dan di Puskesmas belum tersedia. Berkaitan dengan hal tersebut, akan dilakukan penelitian dengan judul: "Studi Aplikasi Penaoganan
Balita Gizi Buruk (severe wasting) di Puskesmas dan Rumah Sakit di 2 P ro pinsi" . Dengan
mengetahui sejauh
mana aplikasi penanganan
gizi
buruk
diharapkan dapat
memberikan infonnasi mengenai keberhasilan dan kendala di lapangan sehingga dapat memberikan masukan clan mengembangkan terhadap kebijakan yang ada saat ini. Bersama ini kami jelaskan bahwa pada bulan Septe!11ber - Nopember 2012 akan dilakukan penelitian mengenai aplikasi penanganan balita gizi buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, yang melibatkan petugas Rumah Sakit dan petugas Puskesmas yang terlibat dalam penanganan balita gizi buruk dan ibu Balita gizi buruk. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengambilan data, meliputi: I.
Wawancara terhadap dokter,
perawat, petugas gizi maupun
ibu Balita untuk
mengetahui aplikasi penanganan Balita gizi buruk 2.
Rekam medis sebagai sumber data sekunder untuk data tinggi badan, berat badan, terapi diet, penyakit penyerta dan drop-out
3. Observasi mengenai sarana dan prasarana yang tersedia 25
LAMPIRAN 2
Manfaat langsung bagi Anda berpartisipasi dalam penelitian ini adalah menambah pengetahuan dan wawasan tentang penanganan balita gizi buruk dan mengetahui masalah, kendala dan keberhasilannya. Keikutsertaan Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela dan Anda berhak untuk menolak ataupun mengundurkan diri selama penelitian ini berlangsung. Semua data penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak mungkin orang lain menghubungkannya dengan Anda. Bila ada hal-hal yang masih belum jelas mengenai penelitian ini, Anda diberi kesempatan untuk bertanya kepada dokter peneliti. Apabila Anda bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi surat persetujuan untuk menjadi peserta dalam penelitian ini. Namun apabila Anda tidak bersedia, maka ha! tersebut tidak akan mempengaruhi apa-apa. Bila terdapat hal hal
yang
belum
jelas
atau
sewaktu-waktu
membutuhkan
penjelasan,
Anda
dapat
menghubungi dr. Tetra Fajarwati (telepon 0813 1 5 1 57563 atau 021-86604618).
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Pusat TTK EK dengan judul: "Studi Aplikasi Penanganan Balita Gizi Buruk (severe wasting) di Puskesmas dan Rumah Sakit di 2 Propinsi" . Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi dan memenuhi kewajiban sebagai subyek dalam penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila dalam pelaksanaan penelitian nanti saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat melakukannya tanpa sanksi apapun .
......................... , ............... . . . .. ....................... .. 2012.
Menyetujui
Mengetahui,
Peserta Penelitian,
Peneliti,
(
(dr. Tetra Fajarwati)
26
)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LAMPIRAN 3 PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
JI. Dr. Sumeru 63, Bogor
DAFTAR TILIK APLIKASI PENANGANAN BALITA GIZI BURUK Ting kat PUSKESMAS (Form 1 )
:smas
a
'"!
......................................................................................
.......................................................................................
.
51.Jmber ................. ........................................... ........................
.
Ada Jumlah
Pelath terakhir
Tidak ada
(tahun)
:Jokter terlatih =.:1u as
izi terlatih =arawat terlatih
·rana
-
Prasarana Ada Jumlah
Lokasi
Dalam Puskesmas
=-:meriksaan haemo lobin H b ::::;meriksaan fecess -=::..11eriksaan ula darah ::�t-obatan untuk ISPA :.:et-obatan untuk Diare :..::at-obatan untuk TB ::at-obatan izi mikro vitamin A, s ru Fe, m ultivit
1. di Ruangan 2. Lab 3. Apotik
Luar PKM
Ada
Tidak ada
enatalaksanaan Balita izi buruk
::::::Ja untuk kasus ru'ukan :;:..""la untuk emberi an PMT Pemulihan
Ada
Tidak Ada
Ya
Tidak
=-:isedur Tetap (Protap} Tatalaksana Balita Gizi Buruk
- entukan status gizi balita menurut antropometri dan
izi buruk
.:::r-.efi ksa tanda-tanda Marasmus/Kwashiorkor atau M-K 27
TidakAda
LAMPIRAN 3 v.elaksanakan tindak lan"ut
'..ernberikan PMT Pemulihan
:nlah kasus gizi
.::ng -
2011
buruk (BB/TB < -3 dan/atau dengan tanda klinis) periode
...m lah kasus gizi buruk yg berubah st gizinya (2009-201 1 ) �lah kasus gizi buruk yang meninggal (2009 - 2011) .:mlah kasus gizi buruk disertai penyakit penyerta (2009-201 1 ) •c�ITORING dan EVALUASI
L.Eporan bulanan
izi buruk ke Din Kes Kabu aten -:'Oervisi dari Din Kes kabu aten ke Puskesmas
ordala
Puskesmas dalam merawat balita gizi buruk
28
LAMPIRAN 4 OGJ
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEL
JI. Dr. Sumeru 63, Bogor
DAFTAR TILIK APLIKASI PENANGANAN BAUTA GIZ
"':.r.;ah Sakit
Tingkat RUMAH SAKIT (Form 2)
:c
-
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
llKc: -iat lllair:::. sumber ..................................................................................... o o > o o ' 0 0 o 0 o 0 ' 0 0 > 0'' 0 o ' o o o o o o o o o o 0 0 o o o o 0 0 o o o o 0 o o o I ' o o o o ' • ' ' ' o o o � o 0 o 0 o o o o ' o o oo o o o • o o o o o o o
.. �ur
�. :JJllber Daya Manusia
Ada
l'llc·
Jumlah
::>okter terlatih . Petugasgizi terlatih . =>erawat terlatih
Pelath terakhir
'
Tidalc ada
(tahun)
�. :..uana - Prasarana
�L
Ada Jumlah
Timbanqan bavi
Lokasi
TidakAda
_ r--unbanqan iniak
::>enqukur panjang badan ::>engukur tinqqi badan ,._abel Baku antropometri (WHO 2005)
!!Ir.:-
Dalam RS 1 . di Ruangan 2. Lab 3. Apotik
Luar RS
Ada
Tidak ada
::>emeriksaan haemoglobin (Hb) ::>emeriksaan fecess ::>emeriksaan gula darah O bat-obatan untuk ISPA 8 bat-obatan untuk Diare :::>bat-obatan untuk .TB . :lbat-obatan gizi mikro {vitamin A, syrup Fe, multivit)
lllir.:
•
•
!
=?uanqan khusus untuk penatalaksanaan Balita gizi buruk =onnulir umpan balik
�a::la
dan Kebijakan
:Jana untuk kasus ruiukan :>ana untuk pemberian PMT Pemulihan >osedur Tetap (Protap) Tatalaksana Balita Gizi Buruk
a :i::os Es Mb
2enentukan status gizi balita menurut antropometri dan
en is
!e!akukan penoukuran antropometri '!eJakukan pemeriksaan klinis :enentukan status gizi
. - W'emeriksa tanda bahava dan klinis gizi buruk .
"Bneriksa tanda kegawat-daruratan 21Tieriksa tanda-tanda Marasmus/Kwashiorkor atau M-K 29
Ada
Tidak Ada
Ya
Tidak
LAMPIRAN 4 elaksanakan tindak lan·ut
�emberikan PMT Pemulihan
mlah kasus gizi buruk (BB/TB < -3 dan/atau dengan tanda klinis) periode
:D09 - 2011
(2009-2011) mlah kasus gizi buruk yang meninggal (2009 - 201 1) _ mlah kasus gizi buruk disertai penyakit penyerta (2009-2011)
_
mlah kasus gizi buruk yg berubah st. gizinya
Rutin
aten .:..,d ala Puskesmas dalam merawat balita gizi buruk
30
Serin
Jaran
IJA I A lJAl.11 A
IJU.1 1 IUHUk.
Puskesmas I Rumah Sakit: . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Alamat:
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Kabupaten: ......... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Propinsi: . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
No
Nama Balita
Sex
BB
-
Keadaan Akhir
' Keadaan Awai
Umur TB
Z-skor
Penyakit Penyerta
Terapi awal
BB
Z-skor
Lama Perawatan
St. Keluar