LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PENELITI MUDA
PENGEMBANGAN MATERI AJAR MAHARAH KALAM DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN TAMTSILIYAH BERBASIS MEDIA FILM UNTUK PESANTREN DI KABUPATEN TANAH DATAR
Peneliti : AMRINA, S.Ag.,M. Ag
DILAKSANAKAN ATAS BIAYA DIPA STAIN BATUSANGKAR SESUAI SURAT PERJANJIAN KONTRAK PENELITIAN NOMOR : Sti.02/IX/TL.00/1000. a / 2014 TANGGAL 08 Agustus 2014
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR 2014
LAMPIRAN MATERI AJAR HARAH KALAM DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN TAMTSILIYAH BERBASIS MEDIA FILM UNTUK PESANTREN DI KABUPATEN TANAH DATAR
LAMPIRAN DIALOG FILM DALAM MATERI AJAR MAHARAH KALAM DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN TAMTSILIYAH BERBASIS MEDIA FILM UNTUK PESANTREN DI KABUPATEN TANAH DATAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Arab bagi orang Indonesia atau masyarakat tutur bukan Arab mempunyai tujuan yang jelas dan mengarah agar mencapai hasil pembelajaran yang efektif, efesien, dan maksimal sehingga dapat mengukur tercapai atau tidak proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa pengajaran bahasa Arab tanpa tujuan yang jelas akan membawa efek yang tidak efekif dan hasilnya tidak maksimal. Bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik reseptif maupun produktif. Kemampuan
reseptif yaitu kemampuan untuk memahami
pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis. Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkenaan dengan Islam bagi peserta didik. Mata pelajaranbahasa Arab memiliki tujuan sebagai berikut: a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah). b. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam. c. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya. 1
Kemahiran berbicara
(maharah al-kalam/
speaking skill) adalah
kemahiran kedua setelah kemahiran mendengar, yang merupakan kemahiran aktif selain kemahiran menulis. Menurut Hermawan (2011: 135-136) Kemahiran berbicara merupakan kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat yang
memanfaatkan
otot
dan
jaringan
otot
tubuh
manusia
untuk
menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Bahkan menurut Tarigan (1994/ II: 15) berbicara merupakan kombinasi faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik secara luas, sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Secara umum ketetampilan berbicara bertujuan agar para siswa mampu berkomunikasi baik lisan secara baik dengan bahasa yang mereka pelajari Secara baik dan wajar mengandung arti menyampaikan pesan kepada orang lain dalam cara yang secara sosial dapat diterima. Namun tentu saja untuk mencapai tahap kepandaian berkomunikasi diperlukan aktifitas-aktifitas latihan yang memadai yang mendukung. Aktifitas-aktifitas seperti itu bukanlah perkara mudah bagi pembelajaran bahasa Arab, sebab harus tercipta dahulu lingkungan bahasa yang mengarahkan ke arah sana. Nababan (1993: 175) membagi aktifitas ini ke dalam dua kategori, yaitu latihan prakomunikatif, seperti: dialog (al-hiwar), praktek pola (tathbiq al-namudzaj), karangan lisan (al-tarakib al-syafawi), dan latihan komunikatif, seperti: Percakapan kelompok (Hiwar al-jam’i), bermain peran (al-tamtsiliyat), Praktek ungkapan sosial (tathbiq al-ta’bir al-ijtima’iyyah), praktek lapangan (mumarasah al-mujtama’), problem solving (hill al-musykilat). Bermain peran (al-tamtsiliyat) merupakan aktifitas yang sangat bagus bagi mahasiswa untuk mengekspresikan perasaan, ide, dan gagasan mereka dengan menggunakan dialek fusha. Bermain peran(al-tamtsiliyat) salah satu strategi PAIKEM yang sangat cocok untuk pembelajaran kemahiran berbicara.
2
Istilah bermain jika digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya untuk kemahiran berbicara, ini akan sangat menarik perhatian siswa dalam belajar, karena bermain adalah sebuah aktifitas yang disukai oleh manusia. Apapun bentuk permainannya. Dengan bermain seseorang tidak saja dapat menghilangkan kejenuhan, kebosanan, rasa malas, dan keruwetan pikiran, tetapi dengan bermain seseorang juga bisa memperoleh hiburan, kesenangan, pengalaman, pengetahuan, variasi dari rutinitas, bahkan teman. Oleh karena itu permainan dapat dimanfaatkan sebagai media dan sekaligus teknik pembelajaran.Hal ini telah lama disadari oleh para ahli pendidikan sehingga lahirlah prinsip bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Dengan bermain, pembelajaran akan berlangsung dalam suasaana yang menyenangkan, wajar, dan alami. Dalam suasana yang demikian, transfer informasi, pengalaman, atau keterampilan dapat berlangsung “tanpa terasa”, sehingga siswa tidak merasa digurui atau dipaksa untuk belajar. Dalam pembelajaran kemahiran berbicara ini tidak hanya strategi yang harus diperhatikan, tetapi juga media yang akan digunakan. media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam pembelajaran yang berupa perangkat keras dan perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional secara efektif dan efesien serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah. Brigg lebih sederhana dalam mendefenisikannya, yaitu media merupakan segala alat fisik yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media elektronik (film, video). Menurut Azhar Arsyad (2005, 49) Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang berkelanjutan.Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri.Film ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi dan pendidikan.Film dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
3
mengajarkan keterampilan, menyingkat-atau memperpanjang waktu, atau mempengaruhi sikap. Pembelajaran kemahiran berbicara yang menggunakan strategi bermain peran(al-tamtsiliyat), itu sangat bagus jika dibarengi dengan menggunakan salah satu media audio visual, yaitu media film. Karena sebelum siswa memerankan adegan-adegan sesuai dengan materi yang dipelajari, media film akan sangat bagus dalam memberikan gambaran kongkrit dari situasi yang akan dilakukan siswa, baik itu cara pengucapan, intonasi, mimik, gerakan, membangun emosional, berkomunikasi dengan lawan bicara sesuai dengan konteks, dan lain-lain. Berdasarkan pada grandtour question dan observation di lapangan, ditemukan fakta bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab khususnya maharah kalam yang telah diuraikan di atas hampir tidak tercapai dan hasilnya tidak begitu memuaskan,sebahagian besar materi ajar maharah kalam yang terdapat di pesantren khususnya di Kabupaten Tanah Datar belum menjadikan siswa teribat aktif secara maksimal dalam percakapan (hiwar), hal ini disebabkan karena topik hiwar tidak aktual dan kontekstual ditambah lagi dengan penyajiannya yang monoton dan tidak disertai dengan strategi pembelajaran dan media yang menarik minat siswa. Hal ini mengakibatkan siswa merasa malu dan canggung untuk berbicara dengan bahasa Arab, kurang percaya diri, menganggap berbicara dengan bahasa Arab sulit. Kendala seperti di atas muncul karena disebabkan beberapa faktor, seperti: a. Kegiatan pembelajaran maharah kalam di kelas kurang menarik dan belum merangsang partisipasi siswa di mana suasana belajar cenderung kaku. b. Strategi pembelajaran maharah kalam yang masih konvensional, sehingga siswa belum merasa dilibatkan secara utuh dan secara keseluruhan dalam pembelajaran. c. Penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal oleh guru. Di mana guru lebih suka memberikan pembelajaran dengan verbal,
4
padahal secara teori pembelajaran yang dilaksanakan dengan sistim verbal akan memperoleh hasil yang lebih sedikit dari pada pembelajaran yang langsung melibatkan siswa dengan situasi tertentu (pengalaman langsung). Sehubungan dengan masalah di atas, maka upaya peningkatan kualitas kemampuan berbicara siswa merupakan suatu kebutuhan yang penting dan mendesak untuk dilakukan, perlu ada solusi yang terbaik untuk ini salah satunya
dengan
menggunakan
mengembangkan
strategi
yang
materi
menarik
ajar
yaitu
maharah strategi
kalam
tamtsiliyah
yang dan
dikombinasikan dengan film yang aktual dan kontekstual dengan kehidupan sehari- hari siswa. B. Rumusan Masalah Penelitian ini akan mengembangkan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film pada mata pelajaran bahasa Arab di pesantren Kabupaten Tanah Datar C. Batasan Masalah Permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Bagaimana validitas materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film dalam mata pelajaran bahasa Arab di pesantren Kabupaten Tanah Datar?.” D. Tujuan Penelitian Pengembangan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film pada mata pelajaran bahasa Arab di pesantren Kabupaten Tanah Datar.
E. Definisi Operasional Penelitian ini mengandung beberapa istilah yang harus dijelaskan, sehingga pemahaman terhadap judul bisa diseragamkam.
5
Materi ajar, atau learning material, adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa dan mahasiswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata kuliah dan mata pelajaran (Wina Sanjaya, 2011: 140). Dengan demikian bahan atau materi ajar bahasa Arab adalah materi pelajaran bahasa Arab yang merupakan gabungan antara pengetahuan, keterampilan dan sikap yang disusun secara sistematis sehingga dapat dipergunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan materi ajar adalah teks hiwar (percakapan) yang terdapat dalam buku bahasa Arab di pesantren Kabupaten Tanah Datar. Maharah al- kalam (Kemahiran berbicara/ speaking skill):adalah kemahiran kedua setelah kemahiran mendengar, yang merupakan kemahiran aktif selain kemahiran menulis. Menurut Hermawan (2011: 135-136) Kemahiran berbicara merupakan kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat yang
memanfaatkan
otot
dan
jaringan
otot
tubuh
manusia
untuk
menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Bahkan menurut Tarigan (1994/ II: 15) berbicara merupakan kombinasi faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik secara luas, sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film: adalah strategi yang merupakan sebuah aktifitas yang membutuhkan kemampuan siswa dalam mengekspresikan dialek bahasa Arab fusha dengan fasih dan sesuai makhrajnya, di samping dalam mengeksplorasikan kemampuannya dalam bermain peran.(Radliyah Zaenuddin, 2005: 67) Pembelajaran kemahiran berbicara yang menggunakan strategi bermain peran(al-tamtsiliyat), itu sangat bagus jika dibarengi dengan menggunakan salah satu media audio visual, yaitu media film. Karena sebelum siswa
6
memerankan adegan-adegan sesuai dengan materi yang dipelajari, media film akan sangat bagus dalam memberikan gambaran kongkrit dari situasi yang akan dilakukan siswa, baik itu cara pengucapan, intonasi, mimik, gerakan, membangun emosional, berkomunikasi dengan lawan bicara sesuai dengan konteks, dan lain-lain.
7
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Model Tamtsiliyah (Bermain Peran) 1. Pengertian Model Tamtsiliyah (Bermain Peran) Tamtsiliyah menurut Radliyah Zaenuddin (2005: 67) adalah strategi yang merupakan sebuah aktifitas yang membutuhkan kemampuan siswa dalam mengekspresikan dialek bahasa Arab fusha dengan fasih dan sesuai makhrajnya, di samping dalam mengeksplorasikan kemampuannya dalam bermain peran. Menurut Hermawan (2011: 141) pada aktifitas ini guru memberikan tugas peran tertentu yang harus dilakukan oleh para pelajar.Peran yang diberikan harus disesuaikan dengan tingkat penguasaan bahasa pelajar. Tentu saja peran yang diberikan kepada tingkat pemula tidak sama dengan yang diberikan kepada tingkat menengah dan lanjutan. Peran bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu. Metode bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahanbahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam „pertunjukan‟ dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Menurut Gangel (dalam Hodiqotul, 2010: 40) bermain peranadalah suatu metode mengajar, merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok.Menurut Blatner (Hadiqotul, 2010) bermain peran adalah sebuah metode untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi sosial yang kompleks. Metode bermain peran tergolong dalam model pembelajaran simulasi, sehingga di dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti. Metode bermain peran adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial (Sudjana, 2009: 89). Pada metode bermain peran ini, proses pembelajaran ditekankan
8
pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi, baik guru maupun siswa.Metode ini kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi. Dalam pembelajaran maharah kalam, kemampuan berbicara siswa dapat direkayasa untuk ditingkatkan melalui metode pembelajaran bermain peran, karena bermain peran efektif dalam memberikan pemahaman konsep secara luas kepada siswa melalui pengimitasian tokoh tertentu yang di setting dalam situasi tertentu.Hal tersebut dapat meningkatkan rasa sosial siswa terhadap lingkungan dan orang di sekitarnya. Menurut Alhafidzh (2010), metode bermain peran memiliki peran penting dalam proses pembelajaran dan dapat digunakan apabila: a. Pembelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang, b. Pembelajarandimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan, c. Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan, d. Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan keterampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak, e. Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, f. Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak, terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya. 2. Kelebihan Dan Kekurangan Strategi Tamtsiliyah (Bermain Peran) Sebagaimana dengan metode-metode pembelajaran yang lain, strategi bermain peran memiliki kelebihan dan kelemahan, karena secara prinsip tidak ada satupun strategi pembelajaran yang sempurna. Semua strategipembelajaran
9
saling melengkapi satu sama lain. Penggunaannya di dalam proses pembelajaran dapat dikolaborasikan, bergantung dari karakteristik materi pokok pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Kelebihan strategi bermain peran sebagaimana dijelaskan Makhrufi (2009) adalah: (1)
Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan,
(2)
Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias,
(3)
Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi,
(4)
Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
Adapun kelemahan strategi bermain peran terletak pada: (1) Bermain peran atau bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang, memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid.Dan ini tidak semua guru memilikinya, (2) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu, (3) Apabila pelaksanaan bermain peran dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai, (4) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini. 3. Langkah- Langkah Pembelajaran Maharah Kalam Menggunakan Strategi Tamstiliyah (Bermain Peran) Sebelum
peneliti
menggambarkan
bagaimana
langkah-
Dengan
langkah
pembelajaran maharah dengan menggunakan strategi bermain peran ini,
10
terlebih dahulu akan digambarkan langkah pembelajaran dengan menggunakan strategi bermain peran. Sudradjat (2010: 83) mengemukakan secara rinci tentang strategi bermain peran dalam proses pembelajaran di kelas bagi guru dan siswa, yaitu: (1) Bila bermain peran baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya
guru
menerangkannya
terlebih
dahulu
teknik
pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas (2) Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut, (3) Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa, (4) Setelah bermain peran itu dalam puncak klimaks, maka guru dapat menghentikan
jalannya
drama.
Hal
ini
dimaksudkan
agar
kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai bermain peran yang dimainkan.Bermain peran dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu (5) Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya bermain peran untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga peserta didik bisa mengetahui situasi yang diperankan.Semuanya berfokus pada pengalaman kelompok. Guru harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga tokoh dan penontonnya memahami masalah yang disampaikan. Sama seperti para pemainnya, penonton juga terlibat penuh dalam situasi belajar.Pada saat menganalisa dan berdiskusi, penonton harus memberikan solusi-solusi yang mungkin bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang disampaikan.
11
Adapun langkah- langkah pembelajaran maharah kalam dengan strategi tamtsiliyah (bermain peran) adalah: 1. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota sesuai dengan peran yang ada dalam teks dialog yang akan diajarkan (misalnya dua dan tiga orang) 2. Peserta didik diberi teks yang berisi dialog dan meminta meminta untuk mempelajarinya dan menanyakan kosa kata yang tidak dipahaminya. 3. Peserta didik diminta untuk memerankan peran yang ada dalam teks tersebut dan mengungkapkan dialog yang digunakan kedua tokoh tersebut melalui bahasa peserta didik dengan berbagai modifikasi, namun tentu saja tidak boleh keluar dari alur cerita. 4. Pasangan kemudian bertukar peran. (Radhliyah Zainuddin, 2005: 67) Langkah ini dilakukan mengingat strategi bermain peran ini membutuhkan kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan dialek bahasa arab fusha dengan fasih dan sesuai makhrajnya, di samping dalam mengeksporasikan kemampuannya dalam bermain peran. 8. Tujuan Pembelajaran Maharah Kalam Dengan Menggunakan Strategi Tamtsiliyah (Bermain Peran) Tujuan dari model pembelajaran bermain peran (tamtsiliyat) dengan menggunakan media filmadalah : 1. Dapat mengetahui sampai dimana pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan. 2. Melatih siswa untuk berkomunikasi bahasa Arab yang baik dan benar 3. Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dalam kelompok bermain peran dan dapat menghargai peran orang lain. 4. Memantapkan pemahaman siswa dari materi yang dipelajarinya 5. Menjadikan siswa aktif dan kreatif 6. Menciptakan
suasana
pembelajaran
yang
menyenangkan
dengan
menayangkan film dan langsung mengaplikasikannya dalam bentuk bermain peran sesuai dengan film yang telah diperlihatkan.
12
B. Konsep Media Film 1. Pengertian Media Kata Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “ tengah “, “ perantara “ atau “ pengantar “, Dalam bahasa arab, media adalah perantara ( ( الوسائل
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesanPengertian Media dan Media Pembelajaran. Yang dikemukakan oleh para ahli: 1. Menurut Santoso S. Hamijaya adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. 2. Menurut Mc. Luahan, media adalah channel (saluran) karena pada hakikatnya media cetak memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada. 3. Menurut Mc. Luahan, media adalah channel (saluran) karena pada hakikatnya media cetak memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada. 4. Menurut Blake dan Haralsen, media adalah medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan sesuatu pesan, dimana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikasi. 5. AECT menyatakan, media adalah segala bentuk yang diperlukan untuk proses penyaluran informasi. 6. NEA (National Education Association) berpendapat bahwa media adalah segala usaha yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yabg digunakna untuk kegiatan tersebut.
13
7. Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang merangsang yang sesuai unruk belajar, misalnya: media cetak, media elektronik (film, video). (Azhar Arsyad, 2005: 3) Dari berbagai pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam pembelajaran yang berupa perangkat keras dan perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksionalsecar efektif dan efesien serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah. Menurut Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efesien) melakukannya 1. Ciri Fiksaktif Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti biografi, video tape, audio tape, disket, komputer dan film. Dengan ciri fiksatif ini, media memunkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. 2. Ciri Manipulatif Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media mmemiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit. 3. Ciri Distributif Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama dengan kejadian itu.
14
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai nilai praktis sebagai berikut: 1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa atau mahasiswa 2. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk di alami secara langsung oleh siswa. 3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. 4. Media melahirkan keseragaman pengamatan 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit dan realistis. 6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. 7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. 8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang kongkrit sampai kepada yang abstrak. (M. Basyiruddin Usman, 2002: 13) Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain: 1. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang diterapkan. 2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa. 3. Kondisi audien (siswa) dari subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi siswa. 4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru.
15
5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal 6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya, antara lain: 1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu. 2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. 3. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang digunakan 4. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media pengajaran 5. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan sembarang menggunakannya. 6. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari satu jenis media, maka guru dapat memanfaatkan multy media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar.(Arief S. Sadiman, 1986: 19) Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam khazanah pendidikan seperti ilmu cetak mencetak, tingkah laku (behaviorisme), komunikasi dan laju perkembangan
16
elektronik, media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis dan format (modul cetak, film, televisi, film rangkai, film bingkai, program radio, computer dan seterusnya. Dari sini usaha-usaha penataan timbul yaitu pengelompokan atau klasifikasi menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya, diantaranya: 1. Santoso S. hamijaya mengklasifikasikan media yang dikaitkan dengan teknologi pendidikan menurut penggunaannya, yaitu: a. Media dan teknologi pendidikan yang penggunaannya secara massal meliputi: Televisi, Film dan Slide, Radio b. Media dan teknologi yang metode penggunaannya secara individual, meliputi: Kelas dan Laboratorium elektronik c. Media dan teknologi pendidikan yang penggunaannya secara konvensional, seperti semua media yang biasa digunakan guru di kelas, laboratorium, atau di luar kelas, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. d. Media dan teknologi pendidikan pada pendidikan modern, meliputi Ruang kelas otomatis, system proyeksi berganda, system interkomunikasi. (Ahmad Rohani, 2003: 11) 2. Gerlach mengklasifikasikan media kepada lima kategori menurut sifat benda, yaitu: a. Benda-benda ali dan manusia ( real materials and people) b. Gambar-gambar dan gamabar-gambar yang disorotkan (visuals and projection) c. Benda-benda yang didengar (audio materials) d. Benda-benda cetakan (printed materials) e. Benda-benda yang dipamerkan ( display materials) 3. R Marry Thomas mengklasifikasikan media didasarkan tiga jenjang pengalaman, yaitu: a. Pengalaman dari benda asli (relief experience), misalnyan: kereta api, bola.
17
b. Pengalaman dari benda tiruan (substitude of reliefe experience), misalnya: gambar, film, model, sandiwara) c. Pengalaman dari kata-kat (words only), misalnya: buku, majalah, program radio, kaset, piringan hitam. 4. Bretz mengelompokkan media ke dalam tujuh kelas, yaitu: a. Kelas 1:
Media Audio-motion-visual, yaitu Media yang paling
lengkap dalam arti penggunaan di kelas dalam segala kemampuan audio dan visual yaitu meliputi televisi, sound, film, video tape, dan film TV recording. b. Kelas 2: Media audio-still-visual, yaitu media ini dapat menampilkan suara maupun gambar tanpa gerak, misalnya: sound filmstrip, sound slide set, rekaman still TV. c. Kelas
3:
Media
audio-semination,
yaitu
media
yang
berkemampuan untuk menampilkan suatu motion yang berupa titik-titik, tidak secara utuh, misalnya telewriting dan recorder telewriting. d. Kelas 4: Media motion-visual, yaitu mempunyai kemampuan seperti media kelas 1, kecuali suara (audio) yaitu berupa media silent film e. Kelas 5: Media still-visual, yaitu media yang berkemampuan menyampaikan
informasi
sera
visual,
tetap[I tidak
dapat
menyajikan motion, yanbg termasuk media ini adalah halaman cetakan, film strip, gambar f. Kelas 6: Media audio, yaitu media yang menggunakan suara saja, misalnya radio, telepon, audio tape recorder g. Kelas 7: Media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa symbol-simbol tertentu saja. (Ahmad Rohani, 2003:15) 5. Briggs mengklasifikasikan media kepada 13 macam yang dipergunakan dalam prosesbelajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media
18
transparan,film rangkai, film bingkai, fil, televisi dan gambar. (Arief S. Sadiman, 1986: 23) Dari paparan diatas Ahmad Rohani juga berpendapat bahwasnya klasifikasi media menurut jenis-jenisnya: 1. Berdasarkan indra yang digunakan: audio, visual, audio visual 2. Berdasarkan jenis pesan, yaitu: Media cetak, media non cetak, media grafis, media non grafis 3. Berdasarkan sasarannya, yaitu: media yang jangkauannya terbatas (tape), dan media yang jangkauannya luas (radio, pers) 4. Berdasarkan penggunaan tenaga listrik (elektronik), yaitu: media elektronika dan media non elektronika 5. Media asli dan tiruan 6. Media grafis 7. Media bentuk papan 2. Pengertian Media Film Menurut Azhar Arsyad (2005: 49) Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang berkelanjutan. Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Film ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi dan pendidikan. Film dapat menyajikan informasi, memaparkan proses , menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat-atau memperpanjang waktu, atau mempengaruhi sikap. Ditinjau dari sisi indra yang terlibat, film adalah alat komunikasi yang sangat membantu proses pembelajaran yang efektif, apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat dari pada apa yang hanya dapat dibaca saja.
19
3. Jenis- Jenis Film Film untuk konteks pembelajaran mempunyai banyak jenis yang variatif, (Yudhi Munandi, 2013: 117). di antaranya adalah sebagai berikut: a. Film documenter (documentaries). Yang dimaksud dengan film documenter adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta. Atau dengan kata lain perlakuan kreatif terhadap suatu kenyataan. Poin penting dalam poin ini adalah menggambarkan permasalahan kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain sebagainya. Misalnya film tentang dampak globalisasi terhadap sosial budaya di suatu daerah dan Negara, kehidupan manusia di daeerah pedalaman, kehidupan nelayan di daerah pesisir, system pendidikan di pesantren serta film documenter juga bias menampilkan rekaman penting dari sejarah manusia. b. Docudrama, yakni film- film documenter yang membutuhkan adegan, dengan demikian kisah- kisah yang ada daalaam docudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupan nyata, bias diambil dari sejarah. Misalnya kisah teladan para nabi dan rasul, wali songo, ulama dan tokoh terkenal serta kisah- kisah tentang orang shaleh lainnya. c. Film drama dan semidrama, keduanya melakukan human relation, tema- temanya bias dari kisah nyata dan bias juga tidak, yakni dari nilai- nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita. Misalnya tentang penyesalan orang kafir, dihukum karena pelit, takut kepada Allah, bersabar, indahnya hidup damai, kejujuran, jangan menghina keimanan orang lain dan lain- lain. Berkenaan
dengan
klasifikasi
film,
Asnawir
(2002:
100)
mengklasifikasikannya menjadi 10 jenis, yakni film informasi, film kecakapan atau drill, film apresiasi, film documenter, film rekreasi, film episode, film sain, film berita (news), film industry dan film provokasi.
20
Film- film yang dibuat khusus untuk pembelajaran hendaknya berdurasi pendek. Bahkan Ronald Anderson (1987: 100) berpendapat bahwa sebaiknya setiap program film yang dibuat hanya membahas satu konsep saja. 4. Kelebihan Media Film menurut Arief S. Sadiman, dkk (1986: 68-69), Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Kelebihan-kelebihan dari media film adalah: 1. Film merupakan suatu denominator balajar yang umum. Baik untuk yang cerdas maupun yang lamban akan memperoleh sesuatu dan film yang sama. Keterampilan membaca atau penguasaan bahasa yang kurang, bisa diatasi dengan menggunakan film. 2. Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi. 3. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian-kejadian sejarah yang lampau. 4. Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara yang lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luar dapat dibawa masuk kelas. 5. Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari yang bersifat umum ke khusus atau sebaliknya. 6. Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya di kelas 7. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti: warna, gerak lambat, animasi dan sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu. 8. Film memikat perhatian siswa. 9. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya, sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas. 10. Film bisa mengatasi keterbatasan daya indra kita (penglihatan) 11. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan siswa
21
Pada bahagian yang lain, (Yudhi Munandi, 2013: 116) menggambarkan kelebihan media film, di antaranya: 1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu 2. Mampu menggambarkan peristiwa- peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat. 3. Film dapat membawa peserta didik dari Negara satu ke Negara yang lain dan dari masa satu ke masa yang lain. 4. Film dapat diulangi, bila perlu untuk menambah kejelasan. 5. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat 6. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. 7. Mengembangkan imajinasi peserta didik 8. Memperjelas hal- hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistis. 9. Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang 10. Film sangat baik menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan suatu keterampilan dan lain- lain. 11. Semua peserta didik dapat belajar dari film, baik yang pandai maupun yang kurang pandai. 12. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar. 5. Peran Media Film Dalam Pembelajaran Menggunakan media film dalam pembelajaran dapat memberikan keuntungan baik untuk guru maupun untuk peserta didik, karena media media film mempunyai beberapa peran. Di antaranya: 1. Mengatasi pengalaman pribadi peserta didik 2. Mengatasi batas-batas ruang kelas 3. Mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil 4. Mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat 5. Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi bagian untuk diamati secara terpisah
22
6. Mengatasi suara yang terlalu halus untuk bias didengar secara langsung melalui telinga 7. Mengatasi peristiwa-peristiwa alam 8. Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau dengan keadaan alam sekitar 9. Memberikan kesamaan pengamatan terhadap sesuatu 10. Membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar peserta didik. (Ahmad Rohani, 2003: 18) Pada bahagian yang lain, Derek Rowntree menggambarkan peranan media film dalam pembelajaran, yaitu: 1. Membangkitkan motivasi belajar 2. Mengulang apa yang telah dipelajari 3. Menyediakan stimulus belajar 4. Mengaktifkan respon peserta didik 5. Memberikan balikan dengan segera 6. Menggalakkan latihan yang serasi (Azhar Arsyad, 2005: 45) Edgar Dale dalam kerucut pengalamannya menggambarkan tentang peran media film dalam pembelajaran
23
Kerucut Pengalaman Edgar Dale ABSTRAK
Verbal Lambang visual Visual Radio Film Televisi Karyawisata Demonstrasi Pengalaman melalui Drama Pengalaman Melalui Benda Tiruan Pengalaman Langsung
KONKRET
24
Bermacam peralatan dapat dipergunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Edgar Dale mengadakan peroleh pengalaman
klasifikasi pengalaman klasifikasi
pengalaman menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling Abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman ( cone of experience ) dari Edgar Dale. (Arief S. Sadiman, 1986: 8) Dari gambar di atas melihat bahwa kerucut pengalaman tersebut terdiri dari 12 macam klasifikasi media pengajaran yang dipergunakan, yakni: 1. Pengalamn langsung dan bertujuan, pengalaman ini diperoleh dengan berhubungan secara langsung dengan benda, kejadian, atau objek yang sebenarnya. Disini siswa secara aktif bekerja sendiri, memecahkan masalah sendiri yang kesemuanya
didasarkan atas tujuan yang diterapkan
sebelimnya. 2. Pengalamn tiruan, pengalaman ini diperoleh melalui benda-benda atau kejadian-kejadian tiruan yang sebenarnya. 3. Pengalaman melalui dramatisasi, pengalaman semacam ini diperoleh dalam bentuk drama dari berbagai gerakan. 4. Demonstrasi, yaitu pengalaman melalui percontohan atau pertunjukkan mengenai sesuatu hal atau sesuatu proses. 5. Pengalaman melalui karyawisata, pengalaman emacam ini diperoleh dengan mengajak kelas ke objek di luar kelas dengan maksud memperkaya dan memperluas pengalaman siswa. 6. Pengalaman melalui pameran (studi display), penglaman tersebut diperoleh melalui pertunjukan hasil pekerjaan siswa, perkembangan dan kemajuan sekolah. 7. Pengalaman melalui televisi, pengalaman ini diperoleh melalui program pendidikan yang ditayangkan lewat televisi.
25
8. Pengalaman melalui gambar hidup atau film, gambar hidup merupakan rangkaian gambar-gambar yang diproyeksikan ke layar dengan kecepatan tertentu, bergerak secara kontiniu sehingga benar-benar mewujudkan gerakan yang normal dari apa yang diproyeksikan. 9. Pengalaman melalui radio, pengalaman disini diperoleh melalui siaran radio dalam bentuk ceramah, wawancara, sandiwara dan sebagainya. 10. Pengalaman melalui gambar, pengalaman disini diperoleh dari segala sesuatu yang diwujudkan secara visual. 11. Pengalaman melalui lambang visual, pengalaman disini diperoleh melalui lambang-lambang visual. 12. Pengalaman melalui lambang kata , pengalaman semacam ini diperoleh dalam buku dan bahan bacaan. (M. Basyiruddin Usman, 2002: 21) Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap kegunaan berbagai media instruksional edukatif oleh edgar dale, YD Finn dan F Hoban di Amerika Serikat, dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila Audio Visual Aids (AVA) digunakan secara baik akan memberikan sumbangan pendidikan sebagai berikut:’ 1. Memberikan dasar pertimbangan konkret bagi pemikiran dengan pengertian-pengertian abstrak 2. Mempertinggi perhatian anak 3. Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya Memberikan hasil belajar yang permanen 4. Menambah perbendaharaan bahasa anak yang benar-benar dipahami (tidak verbalistik) 5. Memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain. (Ahmad Rohani, 2003: 7) Levie & Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu:
26
1. Fungsi atensi yaitu: menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran 2.
Fungsi Afektif dapat terlihat dari kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks bergambar
3. Fungsi
Kognitif
terlihat
dari
temuan-temuan
penelitian
yang
mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar 4. Pesan Kompensatoris, yaitu memahami konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Adapun Kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar, yaitu: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra 3. Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik ( Arief S. Sadiman, 1986: 17) Edgar Dale mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran Hubungan guru siswa tetap merupakan elemen Pling penting dalam system pendidikan modern saat ini. Guru harus eslalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini terealisasi: a) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas b) Membuahkan perubahan signifikan terhadap tingkah laku c) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa d) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa e) Membuat hasil belajar bermakna bagi berbagai kemampuan siswa, dan lain-lain. (Azhar Arsyad, 2005: 23)
27
Menurut Sudjana dan Rivai manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah: a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas mak nanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memun gkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. 6. Langkah- langkah pemanfaatan media film dalam pembelajaran Pemanfaatan film dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal- hal berikut: a. Film harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hubungan film dengan tujuan pembelajaran menurut Ronald Anderson (1987: 116) yaitu:
Film untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep, seperti konsep jujur, sabar, demokrasi, dan lain- lain.
Film untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh suatu keterampilan yang haarus ditiru.
Misalnya
keterampilan
gerak
yang
bias
memperlambat dan mempercepatnya.
Film paling tepat bila digunakan untuk mempengaruhi sikap dan emosi.
b. Guru harus mengenal film yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. c. Sesudah film dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Di sini peserta didik melatih diri untuk mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab pertanyaan. d. Adakalanya film tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek- aspek tertentu.
28
e. Agar siswa tidak memandang film sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bahagianbahagian tertentu. f. Sesudah itu dapat di test berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari film itu. 7.Evaluasi Media Film Dalam mengevaluasi media atau bahan film, dapat dilakukan dengan mengisi tabel (Azhar Arsyad, 2005: 81) berikut: Rating No
Kriteria Tinggi
Sedang
Rendah
1
Dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa
-
-
-
2
Kualitas teknis
-
-
-
3
Kesempatan untuk latihan dan partisipasi yang relevan
-
-
-
4
Relevan dengan kurikulum dan (misalnya nyata)
-
-
-
5
Ketepatan informasi
-
-
-
6
Cakupan isi pelajaran
-
-
-
7
Pengaturan isi pelajaran
-
-
-
8
Pemahaman siswa
-
-
-
Titik Kekuatan
:
Titik Kelemahan :
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya film itu adalah berupa gambar hidup yang diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup, film bergerak dengan cepat dan bergantian
29
sehingga memberikan visual yang berkelanjutan, kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Film juga merupakan media audio visual yang menekankan kepada indra penglihatan dan pendengaran yang memiliki jenis yang berbeda-beda dan didalamnya berisi informasi, cerita/ kisah-kisah yang dapat menarik perhatian dan menimbulkan rasa ingin tahu bagi yang menontonnya, serta juga dapat membantu dalam memudahkan memahami pelajaran dalam proses pembelajaran. Film juga diberikan dengan bahasa yang berbeda, bagi kita warga Indonesia film yang berbahasa Indonesia akan mudah didapatkan dan bisa dikonsumsi serta dipahami bahasanya, akan tetapi film yang berbahasa arab itu bagi orang Indonesia/ non arab itu agak sulit mendapatkannya dan sulit memahami bahasanya, walaupun film yang ditampilkan itu berupa film kartun tapi kadang bahasanya itu terlalu tinggi, jadi kita sebagai seorang guru bahasa arab harus bisa memilih dan mencari film yang mudah bahasanya dan sesuai dengan kemampuan serta kebutuhan siswa, agar tujuan pembelajaran bahasa arab yang ingin dicapai dapat terwujud dengan baik dengan menggunakan media film. Jadi penulis juga bisa menyimpulkan bahwasanya penggunaan media film itu memiliki lebih banyak kelebihan daripada kelemahannya, hal ini bisa dibuktikan dari sumber-sumber yang telah didapatkan bahwasanya para ahli lebih
banyak
mengemukakan
kelebihan
film
dibandingkan
dengan
kelemahannya, disini penulis temukan dari beberapa pendapat para ahli bahwasanya empat para ahli telah mengemukakan tentang kelebihan dari film, sedangkan kelemahannya hanya dua orang ahli yang mengemukakannya. Jadi pantaslah media film ini disajikan dalam proses belajar mengajar, agar dapat membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran bahasa arab yang diharapkan.
30
BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengembangan (development research) . Metode penelitian pengembangan ini digunakan untuk merancang dan mengembangkan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyahberbasis media filmdalam mata pelajaran bahasa Arab di pesantren Kabupaten Tanah Datar. B. Model Pengembangan Model pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah model IDI (Instructional Development Institute), prinsip yang digunakan dalam model ini adalah pendekatan sistem yang terdiri dari tiga tahapan pendekatan sistem, yaitu penentuan (define) atau analisis kebutuhan, pengembangan (develop), dan evaluasi (evaluate). Ketiga tahapan tersebut dihubungkan dengan umpan balik (feed back) untuk mengadakan revisi (Mudhoffir, 1990: 29) C. Prosedur Pengembangan Penelitian ini menggunakan tiga langkah pengembangan yaitu: 1. Tahap analisis muka –belakang (Front- end analysis) Tahap ini disebut juga dengan tahap analisis kebutuhan (need assesment) , di mana tahap ini dilakukan dalam rangka mendapatkan gambaran tentang kondisi awal di lapangan. Di antara tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah: menganalisis materi ajar maharah kalam yang dipergunakan oleh guru dan siswa dan menghubungkannya dengan hasil belajar yang diperoleh siswa, mereview literatur yang berhubungan dengan permasalahan, melakukan wawancara dengan guru, siswa, kepala pesantren dengan jajarannya
serta
pakar yang berkompeten di bidangnya. 2. Tahap prototipe Berdasarkan pada tahap sebelumnya, maka pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu:
31
a. Tahap validasi Untuk mendapatkan prototipe yang valid, terlebih dahulu dilakukan analisis pendahuluan dan penilain pakar (ekspert review). Kemudian prototipe ini dinilai oleh orang- orang yang berkompeten (validator) seperti teman sejawat dan guru mata pelajaran bahasa Arab. b. Tahap praktikalitas Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian prototipe materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film oleh guru dansiswa. Penentuannya dilakukan dengan melaksanakan eksperimen terhadap prototipe yang sebelumnya telah direvisi berdasarkan arahan pakar dan validator. Eksperimen dilakukan kepada kelompok kecil kemuadian kelompok besar. 3. Tahap Penilaian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengevaluasi apakah prototipe dapat digunakan dengan efektif
dengan cara mengamati proses
pembelajaran, dan juga mengamati hasil belajar siswa. Untuk lebih memahami rancangan penelitian di atas, dapat dilihat skema disain penelitian: Analisis Kebutuhan -Observasi materi ajar maharah kalam Yang digunakan guru. -Mengamati proses pembelajaran dan Nilai siswa mahasiswa dan proses perkuliahan Materi ajar dengan menggunkan Strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film
Uji Coba (validitas)
Hasil Studi Pendahuluan -Belum ada materi ajar maharah kalam yang menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film -Sebahagian besar siswa tidak mampu berbicara dengan bahasa Arab
Revisi
32
Uji rasionalitas oleh pakar
Mencari dukungan teori melaui studi literatur
Merancang prototipe materi ajar dengan strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film
D. Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Lembar validasi yang berguna untuk melihat kesahihan atau kelayakan materi ajar berbasis media film b. Angket untuk melihat praktikalitas atau keterpakaian atau kepraktisan materi ajar dengan menggunakanstrategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film yang telah dikembangkan. D. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif deskriptif yang diperoleh dari angket, wawancara dan tes hasil belajar
.
33
BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bahagian ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan pengembangan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren. Pemaparan tentang hasil penelitian ini di kelompokkan atas dasar rancangan penelitian pengembangan yang terdiri dari lima tahapan yaitu tahap analisis kebutuhan, tahap mengeksplorasi teori pendukung, tahap merancang dan mengembangkan prototipe materi ajarmaharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren, tahap uji rasionalitas dari pakar dan tahap revisi. A.Hasil Tahap Analisis Kebutuhan (Need Assasment) Tahap ini dikenal juga dengan tahap analisis muka belakang (front-end analysis) di mana tahap ini dilakukan untuk mendapat gambaran kondisi umum di lapangan. Sebagaimana yang telah digambarkan pada pembahasan sebelumnya bahwa pada tahap ini terdapat tujuh langkah utama yang dilakukan oleh peneliti, yaitu: pengumpulan informasi, identifikasi kesenjangan, analisis performance, identifikasi hambatan dan sumber, identifikasi karakteristik mahasiswa, identifikasi prioritas dan tujuan serta merumuskan masalah. Untuk lebih sistematisnya berikut akan digambarkan satu persatu. 1. Tahap pengumpulan informasi Pada tahap peneliti melakukan observasi awal pada beberapa pesantren di Kabupaten Tanah Datar, adapun objek observasi yang penulis lakukan adalah seputar pembelajaran bahasa Arab terutama yang berkaitan dengan kurikulum yang mereka gunakan, aspek- aspek pembelajaran bahasa Arab yang diajarkan serta masalah dan hambatan yang ditemui oleh guru, kepala pesantren serta para santri yang belajar bahasa Arab. Pada akhirnya di dapatkan informasi bahwa: 1. Sebahagian besar pesantren yang peneliti observasi telah menggunakan kurikulum 2003. Termasuk pembelajaran bahasa Arab disesuaikan dengan tuntutan kurikulum 20013.
34
2. Pembalajaran maharah kalam merupakan kemahiran yang wajib dipelajari dalam kurikulum 2013. 3. Semua
pesantren
yang
diobservasi
memiliki
jenjang
pendidikan yang terdiri dari tingkat Madrasah Tsanawiyah dan tingkat Madarasah Aliyah. 4. Semua
pesantren
kurikulum
yakni
yang
diobservasi
kurikulum
menggunakan
pesantren
dan
dua
kurikulum
KEMENAG RI dan dalam hal ini kurikulum 2013. 5. Pembelajaran maharah kalam adalah kemahiran yang harus dikuasai santri. Materi pembelajaran maharah kalam terdapat dalam satu dars yang digabungkan dengan kemahiran yang lain (hal ini disebabkan karena pembelajaran bahasa Arab pada kurikulum 2013 menggunakan metode nazhariyyah wihdah). 6. Dalam pelaksanaan pembelajaran maharah kalam ditemui banyak kesulitan. Berdasarkan pada hasil observasi, kesulitan tersebut dapat dikelompokkan menjadi: a) Kebanyakan guru masih merasa kebingungan untuk memahami pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab, mengingat kurikulum 2013 adalah kurikulum yang baru ditambah lagi minimnya sosialisasi terhadap kurikulum tersebut. b) Masih banyak guru yang belum menguasai strategi pembelajaran PAIKEM, sehingga ketika dihadapkan kepada suatu topic kemahiran (misalnya maharah kalam), mereka kebingungan untuk mengajarkannya dan metode dan strategi yang dipilih pada akhirnya hanya itu- itu saja. c) Kebanyakan santri membutuhkan materi maharah kalam lebih dari hanya sekedar yang terdapat di buku paket, mereka merasa perlu untuk guru menghadirkan topic maharah kalam tandingan atau tambahan agar wawasan dan kecakapan mereka dalam berbicara bisa diasah berulang-ulang.
35
d) Masih sangat terbatasnya sarana dan fasilitas yang dapat menunjang pembelajaran maharah kalam, seperti laptop, infokus, speaker.
Sehingga
pembelajaran
diajarkan
dengan
metode
sederhana yang pada akhirnya menimbulkan kebosanan para santri. e) Pada akhirnya semua hal tersebut menjadikan kemampuan santri belum mempuni khususnya dalam berbicara. Di tambah lagi dengan tidak adanya keberanian untuk mengungkapkan pemikiran mereka dalam bahasa Arab secara gambling dan terbuka. Berikut akan dipaparkan informasi tentang pembelajaran bahasa Arab termasuk pembelajaran maharah kalam untuk Madrasah Aliyah yang terdapat dibeberapa pesantren dan disesuaikan dengan tutntutan kurikulum 2013. I. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi Dasar (KD)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar
2. Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai)santun, responsif dan proaktifdan menunjukkan sikap sebagaibagian dari solusi atas berbagaipermasalahan dalam berinteraksisecara efektif, sosial dan alamserta m enempatkan dirisebagai cerminan bangsa dalampergaulan dunia.
2.1 Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi antar pribadi dengan guru dan teman. 2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman. 2.3 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai, dalam melaksanakan komunikasi fungsional.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, procedural , dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
3.1 Mengidentifikasi bunyi kata, frasa dan kalimat Bahasa Arab yang berkaitan dengan : ، فى المدرسة، المرافق العامة،البيانات الشخصية الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب
36
teknologi, seni, budaya, dan baik secara lisan maupun tertulis. humaniora dengan wawasan 3.2 Melafalkan kata, frasa, dan kemanusiaan, kebangsaan, kalimat Bahasa Arab yang kenegaraan, dan peradaban terkait berkaitan dengan : penyebab fenomena dan kejadian, ، فى المدرسة، المرافق العامة،البيانات الشخصية serta menerapkan pengetahuan الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب procedural pada bidang kajian 3.3 Menemukan makna atau gagasan dan minatnya untuk memecahkan dari ujaran kata, frasa, dan kalimat Bahasa Arab yang berkaitan masalah dengan : ، فى المدرسة، المرافق العامة،البيانات الشخصية الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب baik secara lisan maupun tertulis. 3.4 Memahami secara sederhana unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya dari teks terkait topik : ، فى المدرسة، المرافق العامة،البيانات الشخصية الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب yang sesuai dengan konteks penggunaannya. 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
4.1 Melakukan dialog sederhana sesuai konteks dengan tepat dan lancar terkait topik : ، فى المدرسة، المرافق العامة،البيانات الشخصية الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب Dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya secara benar dan sesuai konteks 4.2 Menyampaikan berbagai informasi lisan sederhana tentang : ، فى المدرسة، المرافق العامة،البيانات الشخصية الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya secara benar dan sesuai konteks. 4.3 Menyusun teks lisan dan tulis sederhana untuk mengungkapkan informasi terkait topik : ، فى المدرسة، المرافق العامة،البيانات الشخصية الحياة فى األسرة وفى سكن الطالب dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya secara benar 37
(بأل والضمائر واإلضافة بمعنى،النكرة والمعرفة
Tarkib:
المبتدأ (ضمائر،)الالم) المبتدأ والخبر (صفة )والخبر (الفعل المضارع 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar
2. Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif, sosial dan alam serta dalam menempatkan dirisebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.1 Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi antar pribadi dengan guru dan teman. 2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman. 2.3 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai, dalam melaksanakan komunikasi fungsional. ، معي/ ليس عندي، معانى حروف الجر،المصدر
Tarkib
العطف،)خبر(المضارع+)مبتدأ (ضمائرالجمع
II. Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) Bab 1
Judul KI البيانات الشخصية3,4
KD 3.1,3.2, 3.3.4.1, 4.2,4.3.
3,4
3.1,3.2, 3.3.4.1, 4.2,4.3.
الحياة فى األسرة3,4 وفى السكن الطالب
3.1,3.2, 3.3.4.1, 4.2,4.3.
2 المرافق العامة فى المدرسة 3
38
Maharah Istima’ Muhadatsah Qiraah Kitabah Istima’ Muhadatsah Qiraah Kitabah Istima’ Muhadatsah Qiraah Kitabah
Struktur النكروالمعرفة )(بأل والضمائر واإلضافة بمعنى )الالم )المبتدأ والخبر(صفة
)المبتدأ(ضمائر والخبر (الفعل )المضارع
4
هواية الطالب3,4 والمعرض
3.1,3.2, 3.3.4.1, 4.2,4.3.
5
المهنة و النظام3,4
3.1,3.2, 3.3.4.1, 4.2,4.3.
6
المهنة والحياة3,4
3.1,3.2, 3.3.4.1, 4.2,4.3.
Istima’ Muhadatsah Qiraah Kitabah Istima’ Muhadatsah Qiraah Kitabah Istima’ Muhadatsah Qiraah Kitabah
/ليس عندي العطف،معي )مبتدأ (ضمائر الجمع )خبر (المضارع+ معانى حروف،المصدر الجر
III. Indikator dan Tujuan Pembelajaran A. Indikator Pembelajaran 1. Menjelaskan isi teks yang didengar yang berkaitan dengan topik 2. Menerapkan percakapan terkait topik 3. Menerangkan isi teks bacaan yang terkait topik 4. Menyusun teks tulis yang terkait topik B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan peserta didik mampu mendengar, bercakap, membaca dan menulis dengan bahasa Arab yang berkaitan dengan topik. IV. Proses Pembelajaran A. Pembelajaran Mufradat/Istima’ 1. Pendahuluan a. Siswa melihat gambar yang berkaitan dengan mufradat, dan guru menanyakan makna yang terdapat pada gambar b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat ini, yaitu mengenalkan mufradat yang berkaitan dengan topik c. Guru menyuruh siswa melihat mufradat yang ada, kemudian menanyakan mufradat yang telah diketahui. 2. Kegiatan inti
39
a. Guru mengajak siswa mendiskusikan makna yang terdapat dalam mufradat b. Guru memerintahkan siswa mencari arti mufradat yang belum diketahui dalam kamus atau dibuku c. Guru
memerintahkan
siswa
menutup
buku,
kemudian
membacakan mufradat dan siswa menirukan d. Guru membacakan mufradat dan siswa mengartikan makna mufradat yang dibacakan guru e. Guru memerintahkan siswa untuk membaca mufradat dengan tepat beserta maknanya. f. Guru
memberikan
latihan
(tadrib)
untuk
mengetahui
penguasaan siswa terhadap mufradat baru g. Guru membuat penilaian terhadap kemampuan penguasaan mufradat siswa. 3. Penutup a. Guru memberi kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan b. Guru memberikan pesan dan penugasan kepada siswa c. Guru menutup pembelajaran mufradat B. Pembelajaran Hiwar 1. Pendahuluan a. Siswa diajak untuk mengingat kembali mufradat yang telah dipelajari b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat ini, yaitu melakukan percakapan tentang topik c. Guru memberi penjelasan mengenai teknik pembelajaran hiwar yang akan diberikan. 2. Kegiatan inti a. Guru menanyakan kepada siswa tentang topik, dan siswa menjawab sesuai dengan kemampuannya b. Guru mengoreksi jawaban siswa yang mengalami kesalahan
40
c. Guru memberikan contoh percakapan tentang topik, disertai dengan penjelasan mengenai arti kata yang masih belum difahami siswa d. Siswa mempraktekkan hiwar (percakapan) tentang topik e. Guru memperbaiki kesalahan- kesalahan yang dilakukan siswa 3. Penutup a. Siswa diminta mengerjakan latihan membuat konsep hiwar secara tertulis b. Guru memberi penilaian terhadap latihan yang dikerjakan siswa c. Guru memberi kunci jawaban mengenai latihan yang diberikan d. Guru menutup pembelajaran C. Pembelajaran Tarkib 1. Pendahuluan a.
Siswa diminta melihat berbagai tanda dalam kalimat dan yang berkaitan dengan topik
b.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat ini.
c.
Guru menanyakan perbedaan antara isim nakirah dan ma’rifah
2. Kegiatan inti a. Guru mengajak siswa mendiskusikan perbedaan antara isim nakirah dan ma’rifah b. Guru menjelaskan kepada siswa perbedaan makna antara isim nakirah dan ma’rifah c. Guru memerintahkan siswa untuk memperhatikan tanda- tanda pada isim nakirah dan isim ma’rifah d. Guru menyampaikan kesimpulan mengenai isim nakirah dan isim nakirah
41
e. Guru memerintahkan siswa untuk merubah isim nakirah ke dalam isim ma’rifah f. Guru memberikan latihan (tadrib) untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap perubahan isim nakirah dan ma’rifah g. Guru membuat penilaian terhadap kemampuan penguasaan siswa terhadap materi 3. Penutup a. Guru memberi kunci jawaban dari tadrib yang diberikan b. Guru menutup pembelajaran D. Pembelajaran Qiraah (membaca) 1. Pendahuluan a.
Siswa diajak untuk mengingat kembali mufradat yang telah dipelajari sebagai persiapan pembelajaran qiraah
b.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat ini, yaitu membaca teks bacaan tentang topik tertentu
c.
Guru memberi penjelasan mengenai teknik pembelajaran qiraah yang akan diberikan
2. Kegiatan inti a. Guru menunjukkan kepada siswa bahwa pembelajaran qiraah ini berkaitan dengan pembelajaran hiwar b. Guru membacakan teks qiraah dengan benar dan fasih c. Guru dan siswa mendiskusikan kepada siswa mengenai isi yang terkandung dalam teks qiraah d. Siswa diminta mencari makna mufradat dalam teks qiraah yang belum diketahui e. Guru menunjukkan arti mufradat yang belum ditemukan siswa f. Guru memerintahkan siswa menterjemahkan arti teks bacaan g. Guru mengoreksi kesalahan siswa dalam mengartikan teks qiraah h. Guru memberi latihan untuk menguji kemampuan siswa terhadap penguasaan teks qiraah
42
3. Penutup a. Guru memberi penilaian terhadap latihan yang dikerjakan siswa b. Guru memberi kunci jawaban mengenai latihan yang diberikan c. Guru menutup pembelajaran E. Pembelajaran kitabah (menulis) 1. Pendahuluan a.
Siswa diajak untuk mengingat kembali mufradat yang telah dipelajari sebagai persiapan pembelajaran kitabah
b.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat ini, yaitu membuat kalimat yang berkaitan dengan tarkib yang dipelajari
c.
Guru memberi penjelasan mengenai teknik pembelajaran kitabah yang akan diberikan
2. Kegiatan inti a. Guru menunjukkan kepada siswa bahwa pembelajarn kitabah ini berkaitan dengan pembelajaran tarkib. b. Siswa disuruh membuat kalimat dengan arahan yang berupa contoh c. Guru menunjukkan perbedaan struktur kalimat yang telah dipelajari d. Guru memerintahkan siswa menterjemahkan arti kitabah yang telah ditulis. 3. Penutup a. Guru memberi penilaian terhadap latihan yang dikerjakan siswa b. Guru mengoreksi kesalahan dalam membuat kitabah c. Guru menutup pembelajaran. V. Penilaian 1. Skala sikap Guru melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam kegiatan diskusi.
43
Rubrik pengamatan pada saat pelaksanaan diskusi: No Nama Siswa
Aspek Yang Skor Nilai Ketunta- Skor Tindak Dinilai Maks san Maks Lanjut 1 2 3 T TT R P
1). Kejelasan dan kedalaman informasi a. Jika salah satu kelompok dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi lengkap dan sempurna, skor 30 b. Jika salah satu kelompok dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi lengkap dan kurang sempurna, skor 20 c. Jika salah satu kelompok dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi kurang, skor 10 2). Keaktifan dalam diskusi a. Jika kelompok berperan sangat aktif dalam diskusi, skor 30 b. Jika kelompok berperan aktif dalam diskusi, skor 20 c. Jika kelompok berperan kurang aktif dalam diskusi, skor 10 3). Kejelasan dan kerapian presentasi a. Jika salah satu kelompok dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan rapi, skor 40 b. Jika salah satu kelompok dapat mempresentasikan dengan jelas dan rapi, skor 30 c. Jika salah satu kelompok dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan kurang rapi, skor 20 d. Jika salah satu kelompok dapat mempresentasikan dengan kurang jelas dan tidak rapi, skor 10
44
2. Kolom “Unjuk Kerja” Kolom menyebutkan isi teks hiwar yang ada Skor nilai: a. Apabila peserta didik bisa menyebutkan isi teks lengkap, skor 2 b. Apabila peserta didik hanya bisa menyebutkan isi teks , skor Nilai = skor yang diperoleh x 100 dibagi dengan skor maksimal 3. Kolom pilihan ganda dan uraian a. Pilihan ganda: jumlah jawaban benar x 1 (maksimal 10 x1 = 100) b. Uraian: rubrik penilaian Nilai: Jumlah skor yang diperoleh (pilihan ganda dan isian) x 100 dibagi 90. 4. Tugas/ Portofolio Skor penilaian sebagai berikut: a. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya tepat waktu yang ditentukan dan perilaku yang diamati serta alasannya benar, nilai 100 b. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya setelah waktu yang ditentukan dan perilaku yang diamati serta alasannya benar, nilai 90 c. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya setelah waktu yang ditentukan dan perilaku yang diamati serta alasannya sedikit ada kekurangan, nilai 80 VI. Pengayaan Peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar, mengerjakan: a. Menerjemahkan teks hiwar b. Menjawab soal pengayaan yang telah dipersiapkan guru (guru mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil dalam pengayaan) VII.Remedial Peserta didik yang belum memenuhi ketuntasan belajar diberikan tugas untuk menterjemahkan teks bacaan dan membuat rangkuman tarkib yang berkaitan dengan pembahasan. Guru akan melakukan penilaian kembali.
45
Remedial pembelajaran dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu atas kesepakatan antara peserta didik dan guru. VIII. Interaksi guru dengan orang tua Guru meminta peserta didik memperlihatkan kolom “Evaluasi” dalam bukuteks kepada orang tuanya dengan memberikan komentar dan paraf. Caralainnya dapat juga dengan mengunakan buku penghubung kepada orang tuayang berisi tentang perubahan perilaku siswa setelah mengikuti kegiatanpembelajaran atau berkomunikasi langsung baik langsung, maupun melaluitelepon, tentang perkembangan perilaku anaknya. 2. Tahap identifikasi kesenjangan Pada tahap ini ditemukan fakta bahwa walaupun pembelajaran bahasa Arab
khususnya
pembelajaran
maharah
kalam
sudah
menggunkan
kurikulum2013, namun hal ini tidak serta merta mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam maharah kalam. Hal ini disebabkan karena materi maharah kalam masih menggunakan metode dan strategi konvensional sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam buku guru, di samping pembelajaran maharah kalam belum difasilitasi menggunaakan pembelajaran yang menarik seperti media audio visual atau multi media. Kesenjangan yang lain yang dapat diidentifikasi oleh peneliti adalah materi ajr maharah kalam belum mampu menjadikan siswa terbiasa untuk berbicara dalam bahasa Arab, hal ini disebabkan materi pembelajaran yang terdapat dalam buku paket terlalu sedikit dan tidak ada materi pendamping yang bisa menjadikan siswa lebih terbiasa mendengar dan berbicara dengan bahasa arab dengan baik dan benar. 3.
Tahap Analisis performance Tahap
analisis
performance
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
permasalahan mana yang dapat dipecahkan dalam penelitian ini. Berdasarkan analisa peneliti, jika tujuan pembelajaran bahasa arab di pesantren (khususnya pembelajaran maharah kalam) adalah untuk menjadikan santri nya mampu mengungkapkan pikiran, gagasan ide dalam bahasa Arab yang fasih dan fusha,
46
maka hal tersebut akan sulit terwujud dengan materi ajar, metode dan strategi pembelajaran yang konvensional sebagaimana yang termaktub dalam buku, maka selayaknya ketiga hal tersebut dimodifikasi dan diperkaya dengan materi ajar yang menarik, metode dan strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan minat mereka serta tentunya bisa diajarkan melalui metode CTL (contextual learning teaching). 4. Tahap identifikasi hambatan dan sumber Berdasarkan pada tahap analisis performance sebelumnya, ditemukan beberapa hambatan dan sumber yang tersedia dalam mewujudkan tujuan pembelajaran bahasa Arab terutama dalam mewujudkan materi ajar dengan menggunakan strategi tamtsilliyah berbasis media film untuk pesantren. Di antara hambatan tersebut antara lain: buku rujukan tentang materi ajar dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis ekonomi masih terbatas jumlahnya, ditambah lagi kesulitan dalam mengakses film- film yang senada dengan materi ajar santri yang terdapat di pesantren khususnya kelas VII, apalagi bila dikaitkan dengan kecendrungan minat, usia, psikologis santri
dan lain
sebagainya. 5. Tahap identifikasi karakteristik santri Karakteristik santrri yang ditemui terutama santri yang belajar bahasa Arab, khususnya materi maharah kalam sangat beragam, mulai dari tingkat kemampuan, latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin, motivasi, bahkan kecenderungan mereka dalam memilih, menonton suatu film. 6. Tahap identifikasi prioritas dan tujuan Berdasarkan pada beberapa tahapan di atas, akhirnya peneliti akhirnya menjadikan pengembangan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film sebagai prioritas dalam penelitian ini dengan tujuan agar santri yang belajar bahasa Arab khususnya pembelajaran maharah kalam
mampu memahami,
serta berani berbicara dan
mengungkapkan pikiran, ide, gagasan dalam bahasa Arab dengan fasih.
47
7. Tahap merumuskan masalah Pada tahapan terakhir ini ditemukan sebuah rumusan masalah yaitu bagaimanakah
pengembangan
materi
ajar
maharah
kalam
dengan
menggunakan strategi tamstilyah berbasis media film untuk pesantren? B. Hasil Tahap Mengeksplorasi Teori Pendukung Pada tahap ini, peneliti berusaha untuk mencari teori-teori yang dapat membantu peneliti dalam rangka mengembangkan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren. Dari proses pencarian tersebut, peneliti menemukan teori-teori yang langsung berhubungan dengan pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film. Di mana pada penjelasan terdahulu telah dipaparkan beberapa hal yang berhubungan dengan materi ajar
maharah kalam
dengan menggunakan strategi tamtsiliyah
berbasis media film di antaranya: a. Konsep materi ajar maharah kalam. b. Konsep media film c. Konsep strategi tamtsiliyah berbasis media film d. Pembelajaran
maharah
kalam
dengan
menggunakan
strategi
tamtsiliyah berbasis media film e. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film f. Dan lain- lain C. Hasil Tahap Merancang dan Mengembangkan Prototipe Pada tahap ini, peneliti merancang dan mengembangkan prototipe materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren mengacu pada teori-teori yang dipaparkan sebelumnya.
Agar
tahap
ini
lebih
terstruktur,
maka
peneliti
akan
manggambarkannya dari awal: a. Produk yang dihasilkan berupa CD yang terdiri dari empat buah film yang telah diedit sesuai dengan kebutuhan santri.
48
b. CD dilengkapi dengan panduan berupa pentunjuk teknis pelaksanaan yang masing-masing terdiri dari: 1. Identitas film, berupa: a). Jenis film b). Judul film c). Durasi fild) d). Topik materi pembelajaran e). Durasi materi pembelajaran f). Sinopsis film 2. Langkah- langkah mendisain media film, yang terdiri dari tiga langkah utama yaitu: a). Tahap persiapan b). Tahap pelaksanaan c). Tahap tindak lanjut 3. Materi film Materi film ini disusun sebagai panduan bagi guru dan siswa ketika mereka menemui kesulitan dalam memahami film yang mereka tonton. Materi film ini dirancang dengan disain yang menarik, termasuk dari sisi pewarnaan, gambar dan tokoh tokoh yang memerankan film. 4. Langkah- langkah pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah (bermain peran) berbasis medi film 5. Evaluasi media film Adapun yang menjadi objek evaluasi adalah: a). Kualitas isi (relevan dengan kurikulum, ketepatan isi/ materi, ketepatan
bahasa yang digunakan, cakupan isi pelajaran (tingkat
kosa kata dan dialog, dan materi yang disajikan komunikatif) b).
Kualitas instruksional (dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa, kesempatan siswa untuk latihan dan pertisipasi yang relevan, pemaman siswa, dapat membawa dampak positif terhadap siswa (menyentuh perasaan dan mempengaruhi emosi siswa dan dapat di tes dan diberikan penilaian)
49
c). Kualitas teknis ( mudah digunakan atau diputar, gambar dan tayangan film menarik, kecepatan suara, volume suara serta kesatuan dan keselarasan gambar dan suara. D. Hasil Uji Rasionalitas dari Pakar Materi ajar dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren ini telah melalui uji rasionalitas dari g pakar yang masingmasingnya berasal dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar dan native speaker yang berasal dari Mesir Hasil uji rasionalitas dari dari pakar menunjukkan adanya beberapa revisi yang harus dilakukan terhadap Materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film yang telah peneliti rancang sebelumnya, di antaranya: a.
Pemilihan topik dan tema film hendaknya merujuk pada materi pembelajaran
maharah
kalam
pembelajaran bahasa Arab
yang terdapat
dalam
buku
paket
dan disesuaikan dengan kurikulum yang
digunakan oleh pesantren yang bersangkutan. b.
Pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyyah berbasis media film hendaknya dilengkapi dengan petunjuk teknis atau langkah- langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru dan juga siswa.
c.
Dialog yang terdapat dalam film sebaiknya juga dimiliki oleh guru dan siswa dalam bentuk hard copy agar suatu saat tertentu bisa dirujuk apabila ketika menonton film guru dan siswa mengalami kesulitan.
d.
Masih banyak terdapat kesalahan penulisan dialog yang terdapat dalam film ketika peneliti menuliskannya dalam bentuk hard copy, oleh karena itu perlu diperdengarkan pada ahli bahkan ke native speaker keshahihan terks dialog dapat dipertanggung jawabkan.
e.
Pemilihan tema film sebaiknya disesuaikan dengan kondisi psikologis, usia, kecendrungan, hobi dan minat peserta didik agar tidak terjadi kebosanan ketika pembelajaran maharah kalam berlangsung.
50
f.
Pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film hendaknya disertai dengan strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning).
E. Hasil Revisi terhadap Uji Rasionalitas dari Pakar Berdasarkan pada uji rasionalitas dari pakar, maka peneliti mengadakan revisi dan penyempurnaan sesuia dengan yang telah direkomendasikan oleh pakar. Di antaranya: a. Peneliti telah memilih topik atau tema film yang akan dipergunakan dalam pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah (bermain peran) sesuai dengan kurikulum yang digunakan pesantren. Dalam hal ini sebahagian besar pesantren yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar telah menggunakan kurikulum 2013 khususnya untuk kelas VII dan kelas X. b. Pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film telah dilengkapi dengan petunjuk teknis pelaksanaan media film dan pembelajarannya dalam maharah kalam. Sehingga penulis menyediakan buku petunjuk teknis yang isinya terdiri dari identitas film, langkah- langkah mendisain media film, materi film,langkah- langkah pembelajaran strategi tamtsiliyah berbasis media film dan evaluasi terhadap bahan film yang telah peneliti hasilkan sebelumnya. c. Begitu juga dengan dialog yang terdapat dalam film juga telah dituliskan dalam bentuk hard copy, dan telah didesain dengan semenarik mungkin, baik dari segi warna, gambar dan tokoh- tokoh yang terlibat dalam film tersebut. d. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan dialog yang terdapat dalam film, maka peneliti melakukan uji validitas terhadap dialog dengan cara memperdengarkan film pada native speaker, sehingga kesalahan penulisan langsung diperbaiki. e. Penulis berusaha dengan sebaik mungkin untuk memilih topic dan tema film sesuai dengan kondisi psikologis, usia, minat dan hobi siswa.
51
Sehingga hadirlah empat buah film kartun yang tentunya mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar maharah kalam. f. Untuk melengkapi pembelajaran maharah kalam, peneliti dalam buku pentunjuk teknis telah melengkapinya dengan langkah- langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan strategi pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) Sehingga secara umum, rancangan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren di Kabupaten Tanah Datar telah melalui proses uji rasionalitas dan revisi serta penyempurnaan. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. F. Keterbatasan Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan yang layak peneliti munculkan, di antaranya: 1.
Produk materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah ini belum sepenuhnya mengacu pada materi pembelajaran maharah kalam yang terdapat dalam buku paket bahasa Arab sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, hal ini karena peneliti merasa kesulitan untuk membrowsing film yang sama persis dengan tuntutan kurikulum, namun penulis telah berusaha untuk mencari materi film yang hampir sama dengan materi ajar maharah kalam yang terdapat dalam buku paket.
2.
Dialog yang terdapat dalam film belum sepenuhnya diedit sesuai dengan kebutuhan siswa, masih ada beberapa bahagian yang masih asli, seperti kecepatan dialog, teks dialog belum ditampilkan secara inheren dalam film yang sedang berjalan serta pemberian judul film belum bisa dilakukan dengan bahasa arab melainkan dengan latin arab, dan lain- lain.
52
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Prototipe materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar dalam pengembangannya telah melalui beberapa tahapan yakni analisis kebutuhan, didukung dengan teori yang relevan, perancangan dan pengembangn prototipe, uji rasinalitas dari pakar, dan tahap revisi dan penyempurnaan.
2.
Dalam pelaksanaan pembelajaran maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film dibutuhkan kreatifitas guru. Terutama dalam menentukan tema dan topik film agar sesuai dengan usia, perkembangan psikologis, minat siswa.
B. Implikasi Penelitian ini telah menghasilkan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film pada mata pelajaran bahasa Arab yang terdapat pada pesantren yang berada di Kabupaten Tanah Datar. Dengan adanya produk ini dapat menjadikan pembelajaran maharah kalam menjadi menarik dan mampu memotivasi siswa untuk mengungkapkan ide, gagasan, pendapat dan pemikiran mereka dalam bahasa Arab yang baik. C. Saran Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka peneliti dapat merekomendasikan saran- saran sebagai berikut: 1. Materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film dalam pemilihan filmnya sangat bergantung pada perkembangan zaman, teknologi dan informasi. Sehingga sangat dibutuhkan kreatifitas guru dalam menentukan tema dan topik film,
53
sehingga produk film yang dibuat tidak ketinggalan zaman dan tentunya disukai oleh siswa. 2. Walaupun produk yang dihasilkan dalam penelitian ini terbatas pada pembelajaran maharah kalam, tetapi tidak tertutup kemungkinannya untuk diaplikasikan dalam kemahiran yang lain, seperti maharah qiraah, kitabah dan istima’. Tentunya dengan merevisi langkahlangkah pembelajaran yang sesuai dengan kemahiran yang dimaksud. 3. Produk materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren di Kabupaten Tanah Datar
yang telah dikembangkan dalam penelitian ini masih sarat
dengan kelemahan dan kekurangan, sehingga tidak menutup kemungkinan munculnya perbaikan-perbaikan melalui penelitian lanjutan.
54
LUARAN PENELITIAN DAN SPESIFIKASI PRODUK Penelitian pengembangan ini akan menghasilkan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film dalam mata pelajaran bahasa Arab di pesantren Kabupaten Tanah Datar . Manfaat penelitian ini adalah: 1.
Produk pengembangan ini berbentuk materi ajar (khususnya teks percakapan / hiwar)
yang terdiri dari film- film berbahasa Arab dan
kemudikan di kumpulkan dalam sebuah CD Pembelajaran dan dilengkapi dengan teks dari dialog dalam film- film tersebut serta petunjuk penggunaan serta langkah- langkah pelaksanaan pembelajaran yang tentunya berdasarkan pada strategi tamtsiliyah yang telah dijabarkan dalam bab teori. 2.
Hasil penelitian pengembangan ini adalah berupa produk materi ajar maharah kalamdengan menggunakan strategi pembelajaran tamtsiliyah berbasis media film diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam memilih materi hiwar(percakapan) .
3. Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini akan mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar maharah kalam, karena topik dan strategi serta media yang digunakan disesuaikan dengan kondisi siswa baik secara psikologis maupun kemampuan siswa. 4. Mengingat pengembangan produk ini didasarkan pada pertimbangan prinsip- prinsip pengembangan materi ajar,
strategi dan media
pembelajaran bahasa Arab, maka baik guru maupun siswa tidak akan menemui kesulitan dalam menggunakan serta memahami materi ajar yang dirancang dengan menggunakan media film secara
strategi pembelajaran tamtsiliyah dan
komprehensif, sehingga pada akhirnya siswa akan
mampu berbicara dengan bahasa Arab
55
JADWAL KEGIATAN NO URAIAN KEGIATAN 1
Melakukan
analisis
observasi
awal
gambaran
umum
MINGGU
kebutuhan
untuk kondisi
dan Ke- 1 dan 2
BULAN Agustus
mengetahui awal
di
lapangan 2
Penyusunan
instrument penelitian, Ke- 3
Agustus
menetapkan subjek uji coba 3
Desain produk
Ke- 4 dan 1
Agus- Sept
4
Validasi dan revisi desain
Ke-2 dan 3
Sept
5
Uji coba produk dan analisis data
Ke 4 dan 1
Sept- Okt
6
Revisi produk
Ke 2
Oktober
7
Uji coba produk hasil revisi dan analisa Ke 3, 4 dan 1
Okt- Nov
data 8
Laporan
Ke 2,3,dan 4
56
November
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo: Jakarta. 2005 Anderson, Ronald H. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran, Terj. Yusuf Hadi Miarso Dkk, Rajawali Press: Jakarta. 1987 Asnawir dan Usman, Basyiruddin, Media Pembelajaran. Ciputat Press Jakarta. 2002 Dimyati & Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1994 Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011 KEMENAG RI, Buku Guru Bahasa Arab Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Untuk Kelas X Madarasah Aliyah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah Kemenag RI. 2014 Nababan, Sri Utari Subyakto. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1993 Mudhoffir, Teknologi Instruksional Sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, Bandung: Rosda Karya, 1990 Munandi, Yudhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Referensi Press: Jakarta. 2013 Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta. Tth Rosyidi, Abdul Wahab, Media Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: UIN Press. 2009 Sadiman, Arief S dan Rahardjo, dkk.Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. 1986 Sanjaya, wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2010 Sulaiman, Amir Hamzah, Media Audio Visual Untuk Pengajaran, Penerangan Dan Penyuluhan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1985 Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Kedwibahasaan Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti.1989 __________________. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1994
57
Zaenuddin, Radliyah. Metodologi & Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab.Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group. 2005 Zaini, Hisyam Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kali Jaga. 2007
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Amrina, M.Ag.
Nip.
: 197502011998032001
Pangkat/Gol
: Penata/IIIc
Tempat/Tanggal Lahir
: Bukittinggi/ 1-2-1975
Riwayat Penelitian:
1. Model Disain pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsnawiyah Swasta (MTsS) se Kabupaten tanah Datar. 2. Kreatifitas Guru dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) seKabupaten Tanah datar. 3. Program Pengajaran Bahasa Arab Intensif dan Pengaruhnya terhadap Aspek Psikologis Mahasiswa STAIN Prof. Dr. Mahmud Yunus Batusangkar. 4. Peningkatan kemampuan Mahasiswa dalam Pembelajaran Mufradat Melalui Media Strip Story pada Mata kuliah Bahasa Arab I di STAIN Batusangkar. 5. Pengembangan Disain Pembelajaran Berbasis Karakter Dalam Mata Kuliah Bahasa Arab II Pada STAIN Batusangkar 6. Pengembangan
Materi Ajar(Mawad Al-Dirasiyah) Berbasis Ekonomi
Pada Mata Kuliah Bahasa Arab II Dan III Di STAIN Batusangkar 7. Pengembangan materi ajar maharah kalam dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film dengan menggunakan strategi tamtsiliyah berbasis media film untuk pesantren di Kabupaten Tanah Datar.
59