LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PENELITI MUDA
PENGENTASAN KEJENUHAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK MODEL COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (Penelitian Tindakan Layanan pada Mahasiswa Prodi BK STAIN Batusangkar Tahun Akademik 2014/2015)
Peneliti: Darimis, S.Ag., M.Pd. (Dosen Keilmuan Bimbingan dan Konseling)
Dilaksanakan Atas Biaya DIPA STAIN Batusangkar Sesuai Surat Perjanjian Kontrak Penelitian Nomor: NOMOR: Sti.02/IX/TL.00/1000.a/2014 Tanggal 08 Agustus 2014
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR 2014 i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas: 1. Nama Lengkap 2. N I P Pangkat dan Golongan 3. Ruang 4. Tempat/ Tgl. Lahir 5. Jenis Kelamin 6. A g a m a 7. Pekerjaan 8. Alamat Rumah:
DARIMIS. S.Ag., M.Pd. 19760707 200901 2005 Penata Muda Tk. I (III/b) Pandam/ 07 Juli 1976 Perempuan Islam Dosen Tetap STAIN Batusangkar Komplek Perumahan Bintang Rizano Regency Blok C/5 Balai Labuh Ateh, Lima Kaum Batusangkar Tanah Datar
Pendidikan: 1. 2. 3. 4. 5.
Sekolah Dasar Negeri Pandam Lulus tahun 1990 MTsN Sijunjung lulus tahun 1993 MAN Palangki di Sijunjung lulus tahun 1996 IAIN Imam Bonjol Padang Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI lulus tahun 2000 UNP Padang, Program Pascasarjana pada tahun 2001, lulus sebagai Magister Pendidikan tahun 2003
Pengalaman Pekerjaan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Dosen tetap pada STIT Al-Yaqin Muaro Sijunjung, mulai tahun 19992008 Dosen tidak tetap pada STIKES Dharmasraya dari tahun 2006-2008 Dosen tidak tetap pada UMSB tahun 2006-2008 Pembantu ketua II di STIT Al-Yaqin Muaro Sijujung tahun 2005-2008 Sekretaris Kaukus Perempuan Parlemen Indonesia tingkat Propinsi Sumatera Barat dari tahun 2003-2008 Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Nagari Tanjung Gadang tahun 2006-2009 Koordinator bidang Keagamaan di KP2TP2A Kabupaten Sijunjung tahun 2009-2012 Staff Unit Pelaksana Teknis Bimbingan dan Konseling di STAIN Batusangkar tahun 2009-2012 Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling tahun 2012-2014
ii
Pengalaman Penelitian: 1. 2. 3.
4.
5.
Aplikasi Konsep Evaluasi Pendidikan Rasulullah di Sekolah Agama (Studi di Madrasah Tsanawiyah se- Kecamatan Sijunjung), tahun 2000 Peran Guru Agama dan Guru Pembimbing dalam Pengentasan Masalah Agama-Nilai dan Moral Siswa (Studi di SMAN 2 Padang) tahun 2003 Rancangan Program Bimbingan dan Konseling bagi Pengembangan Kecerdasan Sosial Siswa di SDIT Qurrata A’yun Batusangkar, tahun 2012 Pengembangan Model Konseling Hipotetik untuk Penguatan Optimisme Mahasiswa Menyelesaikan Skripsi (Dikembangkan Berdasarkan Interkoneksi antara Pendekatan REBT dan Psikoterapi Sufistik di STAIN Batusangkar tahun 2013 Pengentasan Kejenuhan Belajar Mahasiswa Melalui Konseling Kelompok Model Cognitive Behavior Therapy (Penelitian Tindakan Layanan pada Mahasiswa Prodi BK STAIN Batusangkar Tahun Akademik 2014/2015)
Daftar Publikasi: 1.
2.
3. 4. 5.
Pemulihan Kondisi Remaja Korban Narkoba Melalui Pendekatan Konseling, termuat di Ta’dib Vol. 13 No.1 Juni 2010 Pengentasan Masalah Stress Pasca Trauma Berbasis Model Konseling Spritual Teistik (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis pada Simtom Traumatis) dimuat pada Prosiding Seminar Internasional Post Traumatic Counseling tahun 2012 Model Bimbingan Kelompok sebagai Strategi Pendidikan Karakter Berbasis Latihan Permainan, belum diterbitkan di Jurnal Ta’dib STAIN Batusangkar tahun 2013 Buku Model-Model Konseling Tahun 2014 Revitalisasi Nilai-nilai Moral dalam Budaya Minangkabau Perspektif Model Konseling Realitas, dimuat pada Prosiding International Seminar Language and Arts (ISLA-3) Fakultas Bahasa dan Sastra UNP Bulan 1718 Oktober 2014 Batusangkar, 10 November 2014 Peneliti
Darimis, S.Ag., M.Pd NIP. 19760707 200901 2005
iii
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama NIP Judul Penelitian
Darimis, S.Ag., M.Pd. 19760707 200901 2 005 Pengentasan Kejenuhan Belajar Mahasiswa Melalui Konseling Kelompok Model Cognitive Behavior Therapy (Penelitian Tindakan Layanan pada Mahasiswa Prodi BK STAIN Batusangkar Tahun Akademik 2014/2015) Dengan ini sesungguhnya menyatakan bahwa penelitian dengan judul sebagaimana tersebut di atas adalah asli/otentik dan bersifat orisinil hasil karya saya sendiri (bukan skripsi/tesis dan disertasi serta tidak plagiasi atau terjemahan). Saya bersedia menerima sanksi hukum jika suatu saat terbukti bahwa proposal penelitian ini hasil plagiasi atau terjemahan. : : :
Demikian Pernyataan ini saya buat, untuk diketahui oleh pihak-pihak yang membutuhkan. Batusangkar, 10 November 2014 Yang membuat pernyataan,
Mengetahui: Ketua Jurusan Tarbiyah,
Dr. Sirajur Munir, M.Pd. NIP. 19740725 199903 1 003
Darimis, S.Ag., M.Pd. NIP.19760707 200901 2 005
iv
ABSTRAK Kejenuhan belajar mahasiswa dapat dilihat pada kualitas perilaku akademik mahasiswa sehari-hari. Kejenuhan belajar mengakibatkan menurunya kepercayaan diri, orientasi penguasaan materi kuliah, menimbulkan reaksi negative, bahkan mendatangkan kegagalan akademik. Maka masalah pokok yang mendasari penelitian ini adalah Bagaimana Pengentasan Masalah Kejenuhan Belajar Mahasiswa Melalui Konseling Kelompok Model Cognitive Behavior Therapy? Suatu Penelitian tindakan pada mahasiswa prodi BK STAIN Batusangkar tahun akademik 2014/2015. Penelitian ini difokuskan pada aspek:1) menyusun profil kejenuhan belajar mahasiswa; 2) mengidentifikasi factor-faktor penyebab kejenuhan belajar; dan 3) menyusun langkah-langkah penerapan konseling kelompok model CBT untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan konseling kelompok model CBT dalam rangka mengatasi kejenuhan belajar mahasiswa Prodi BK STAIN Batusangkar, di samping itu juga dapat mengembangkan teknik konseling kelompok model CBT untuk memperkuat ketahanan psikologis mahasiswa menghadapi kejenuhan belajar. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester V (lima) local B tahun akademik 2014/2015 yang diambil secara random. Dipilihnya semester V ini didasarkan pada pertimbangan, mahasiswanya telah empat semester menjalani kuliah, sudah mengenal organisasi, teman dan dosen pengampu mata kuliah, beban SKS lebih banyak dibandingkan semester sebelumnya. Untuk mengumpulkan data kejenuhan belajar digunakan instrument angket, dan instrument yang digunakan pada tindakan layanan adalah lembaran observasi. Setelah data diolah dan diklasifikasikan maka mahasiswa diberikan konseling kelompok model CBT selama dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejenuhan mahasiswa berada kategori tinggi. Setelah diberikan tindakan layanan konseling kelompok model CBT terjadi penurunkan kejenuhan belajar mahasiswa atau berkurangnya kejenuhan secara internal berdasarkan verbalisasi dan persepsi mahasiswa setelah tindakan layanan konseling.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil penelitian dosen tahun 2014 yang berjudul “Pengentasan Kejenuhan Belajar Mahasiswa Melalui Konseling Kelompok Model Cognitive Behavior Therapy (Penelitian Tindakan Layanan Pada Mahasiswa Prodi BK STAIN Batusangkar Tahun Akademik 2014/2015). Selanjutnya shalawat beserta salam penulis mohonkan kepada Allah SWT semoga selalu tercurah pada junjung umat, pelita dikala malam dan pelipur lara dikala duka yaitu Nabi Muhammad SAW. Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad. Penulisan laporan hasil penelitian ini bertujuan untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa khususnya mahasiswa program studi BK STAIN Batusangkar. Penulis menyadari bahwa selama menyusun proposal penelitian, seminar, mengambil data, meaplikasikan model CBT pada mahasiswa, dan mengolah data tidak terlepas dari tantangan. Berkat Rahmat Allah SWT serta bantuan dari berbagai pihak, alhamdulillah penulis dapat mengatasi semua tantangan tersebut. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada P3M yang memfasilitasi, Suami tercinta dan anak-anak penulis, Reviewer Bapak Ardimen, M.Pd., Kons, serta validator angket kejenuhan belajar, yaitu Ibu Dra. Hadiarni.M.Pd., Kons, dan mahasiswa yang menjadi responden. Penulis mendoakan semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan dicatat sebagai amal saleh dan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirnya kepada Allah SWT, penulis bermohon semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin. Batusangkar, 6 Desember 2014 Peneliti,
Darimis, S.Ag., M.Pd NIP. 19760707 200901 2005
v
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN KULIT …………………………………………………………. ..
i
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………...
ii
HALAMAN IDENTITAS ……………………………………………………...
iii
ABSTRAK ……………………………………………………………………...
iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………
vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...
viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………
ix
DAFTAR LAMPIRAN…….…………………………………………………...
x
PENDAHULUAN ………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………...
1
B. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah …………………...
4
C. Sasaran dan Tujuan Penelitian ………………………………..
4
D. Defenisi Operasional …………………………………………
5
E. Kajian Riset Sebelumnya ……………………………………..
5
KAJIAN TEORI ………………………………………………..
7
A. Kejenuhan Belajar ……………………………………………
7
1. Pengertian kejenuhan Belajar …………………………….
7
2. Ciri-Ciri Kejenuhan Belajar ………………………………
8
3. Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar ………………………
9
4. Upaya untuk Mengatasi Kejenuhan Belajar ………………
9
B. Hakekat Model Konseling CBT ……………………………..
10
BAB
BAB
I
II
1. Defenisi dan Tujuan CBT ………………………………...
10
2. Fokus dan Prinsip CBT …………………………………..
12
3. Teknik Konseling CBT …………………………………...
13 vi
C. Konseling Kelompok Model CBT BAB
BAB
III
IV
14
METODE PENELITIAN ………………………………………
17
A. Jenis Penelitian ……………………………….........................
17
1. Jenis Penelitian …………………………………………...
17
2. Lokasi Penelitian …………………………………………
17
3. Kondisi Penelitian ………………………………………...
17
B. Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data ……………….....
22
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………..
23
A. Kondisi Sebelum Tindakan …………………………………..
23
B. Deskripsi Prosedur Konseling Kelompok Model CBT untuk Mengentaskan Kejenuhan Belajar Mahasiswa …………….
28
C. Deskripsi Tindakan ………………………………………….
30
D. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………..
44
PENUTUP ……………………………………………………….
47
A. Kesimpulan …………………………………………………...
47
B. Keterbatasan ………………………………………………….
47
C. Rekomendasi …………………………………………………
47
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..
48
LAMPIRAN …………………………………………………………………….
50
BAB
V
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
III.1 : Struktur Konseling Kelompok Model CBT ………............................
15
IV.1 : Hasil Pengolahan angket Kejenuhan Belajar Mahasiswa …………...
24
IV.2 : Gambararan
Kisi-Kisi
angket
Penyebab
Kejenuhan
Belajar
Mahasiswa ……………………………………..…….....................
25
IV.3 : Persentase Jawaban Penyebab Kejenuhan Belajar Mahasiswa ..........
26
IV.4
: Cara Mahasiswa Mengatasi kejenuhan Belajar ……………………..
28
IV.5
: Struktur Konseling Kelompok Model CBT yang akan Dilakukan ….
29
IV.6
: Jadwal Pelaksanaan Tindakan ………………………………………. 30
IV.7
: Perencanaan Tindakan Model CBT …………………………………
31
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal
IV.1 : Grafik Kategori Kejenuhan Belajar Mahasiswa ….............................
25
IV.2 : Peningkatan Hasil Konseling untuk Kejenuhan Belajar Mahasiswa 45 pasca Tindakan………. ... Mahasiswa Pasca Konseling 46 IV.3 : Penurunan Kejenuhan Belajar Kelompok Model CBT……………………………….....................
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Daftar Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran 2
: Kisi-kisi Angket
Lampiran 3
: Angket Penelitian
Lampiran 4
: Lembaran Validasi Angket dari Validator
Lampiran 5
: Rekapitulasi Skor Pengolahan Data Kejenuhan Belajar
Lampiran 6
:
Daftar Hadir Konseling Kelompok setiap Pertemuan
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejenuhan merupakan kondisi psikologis tidak kondusif dialami individu. Kejenuhan tidak berdiri sendiri, melainkan didahului oleh kondisi lain, seperti, keletihan, kebosanan, dan rasa malas, kemudian terkumulasi
mendatangkan
kejenuhan. Setiap manusia dan apapun pekerjaan yang dilakukan pernah mengalami kejenuhan, meskipun kegiatan tersebut diawali dengan semangat yang mengala-nyala. Begitu juga dengan kegiatan belajar dilakukan peserta didik termasuk mahasiswa juga mengalami kejenuhan belajar. Kejenuhan
belajar secara
dikembangkan oleh Silvar
konseptual
pertama kali
muncul dan
tahun 2001 dalam Sugiana (2013) bahwa”
kecenderungan kejenuhan dengan segala faktor penyebabnya bukan hanya terjadi pada adegan pekerjaan, akan tetapi kejenuhanpun dapat terjadi pada kegiatan belajar. Kejenuhan belajar muncul dari adanya proses pengulangan belajar yang tidak mendatangkan prestasi atau hasil yang memuaskan, sehingga membuat individu letih baik secara fisik maupun psikis”. Konsep ini menyatakan bahwa kejenuhan tidak hanya dalam pekerjaan, tetapi juga dalam belajar yang dipicu oleh belajar terus menerus tetapi tidak mendatangkan hasil yang memuaskan. Selanjutnya, Maslach et al dalam Sugiana menjelaskan bahwa “pelajar yang mengalami kejenuhan belajar mengalami tiga hal utama, yakni keletihan emosi (emotional exhaustion), meningkatnya sikap sinis terhadap belajar (depersonalization), dan menurunya keyakinan diri dalam belajar (reduce academic efficacy)”. Karakteristik kejenuhan belajar mahasiswa dapat berakibat menurunkan kualitas akademik mahasiswa . Hal ini diungkapkan oleh Weiner dalam Mubiar (2012)”kegagalan akademik dapat menurunkan kepercayaan diri (self confident)
dan orientasi penguasaan, dan menimbulkan reaksi negatif”.
Terlihat jelas bahwa dampak yang ditimbulkan
kejenuhan belajar sangat
merugikan mahasiswa, baik secara personal, akademis dan sosial.
1
Sutjipto juga menjelaskan bahwa “kejenuhan belajar merupakan kondisi emosional ketika seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental ataupun fisik sebagai akibat tuntutan belajar yang meningkat”. Timbulnya kelelahan ini karena mereka bekerja keras, merasa bersalah, merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, merasa terjebak, kesedihan yang mendalam, merasa malu dan secara terusmenerus membentuk lingkaran dan menghasilkan perasaan lelah dan tidak nyaman yang pada gilirannya meingkatkan rasa kesal, kelelahan fisik, kelelahan mental dan emosional. Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap mahasiswa prodi BK jurusan Tarbiyah angkatan 2012 pada tahun akademik 2013/2014, detemukan ada 47 orang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kejenuhan belajar adalah: (1) kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan perkuliahan : 18 %; (2) tidak memahami materi yang diberikan dosen : 45 %; (3) banyak biaya untuk mengerjakan tugas kuliah :25%; (4) sulit menolak ajakan teman ketika sedang belajar : 16 %; (5) ada masalah akademik dengan dosen : 4,5 %; (6) ada masalah pribadi dengan dosen : 6 %; (7) ada masalah pribadi dengan teman : 10 %; (8) banyak masalah keluarga16,5 %; (9) banyak masalah di tempat kost : 5,5 %; (10) kesulitan dalam membuat tugas belajar: 51,5 % dan (11) kesulitan membagi waktu belajar dengan kesibukan di luar belajar : 28%. Data ini mengindikasikan bahwa factor penyebab kejenuhan yang paling banyak adalah kesulitan mahasiswa membagi waktu belajar dengan kesibukan di luar belajar. Selanjutnya dikelompokkan juga jawaban mahasiswa terkait dengan akibat yang mereka rasakan akibat kejenuhan belajar sebagai berikut ini : (1) suka marah-marah : 23,5%; (2) sering susah tidur: 26,5 %; (3) tidak peduli dengan tugas-tugas perkuliahan: 14,5 %; (4) tidak peduli dengan nilai (Indek Prestasi):5 %; (5) mudah bosan dengan kegiatan belajar : 57 %; (6) menjadi mudah terrsinggung : 31, 5 %; (7) sering gelisah : 44 %; (8) menjadi mudah sakit : 13 %; (9) sering merasa gagal : 21,5 %; dan (10) merasa rendah diri: 23,5 %. Terlihat bahwa mahasiswa mudah bosan dengan kegiatan belajar akibat kejenuhan belajar dialami mahasiswa.
2
Fenomena kejenuhan belajar yang dialami mahasiswa tidak dapat dibiarkan begitu saja, Pham dalam Sugiana (2013) menyatakan “learning burnout is actually something a lot more serious than people just being stressed from school" karena kejenuhan belajar merupakan fenomena perilaku yang kompleks, unik dan pada sisi tertentu dapat dikatakan sulit untuk ditebak. Oleh karena itu, pemahaman yang utuh tentang area, indikator dan penyebab kejenuhan belajar merupakan langkah awal sebelum memberikan layanan konseling untuk meminimalisir kejenuhan belajar mahasiswa. Kejenuhan belajar
mahasiswa merupakan masalah yang harus segera
ditangani dengan baik, salah satu cara adalah melalui layanan konseling sebagai upaya untuk membantu mahasiswa mengatasi kejenuhan belajar, mengembangkan cara efektif, membantu mahasiswa meraih sukses, dan meyesuaikan diri terhadap semua tuntutan pendidikan (Nurihsan dalam Mubiar, 2012). Agar kejenuhan belajar mahasiswa dapat ditangani, maka diperlukan pendekatan konseling yang tepat. Berbagai kajian teoretik maupun empirik menunjukkan bahwa konseling cognitive behavior therapy) selanjutnya disingkat CBT, untuk mengintervensi berbagai gangguan psikopatologis seperti menangani kejenuhan belajar. Secara umum, intervensi ini melibatkan proses kognitif dan perilaku dalam rangka perubahan perilaku dan kognitif. Menurut Mahoney dalam Mubiar (Bond et al., 2004) model konseling CBT dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap ‘insight-oriented’ dan ‘behavioral therapies’. Model konseling CBT dapat dipandang sebagai ‘bidirectional integration’ perspektif terapeutik. Schaufeli & Enzman dalam Mubiar (2012) menegaskan bahwa salah satu strategi konseling yang dapat membantu menangani kejenuhan belajar adalah dengan menggunakan model konseling kelompok model CBT . Lebih lanjut, Schaufeli & Enzman menjelaskan bahwa dengan menerapkan teknik dan prosedur yang benar, maka konseling CBT dipandang sebagai salah satu cara efektif untuk mengatasi kejenuhan belajar. Pendapat Schaufeli & Enzman dalam Sugiana (2013) dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shrap et al. dalam Mubiar (2012) yang menemukan bahwa penggunaan
3
model konseling CBT dapat membantu menuntaskan permasalahan kejenuhan belajar mahasiswa dengan hasil yang cukup memuaskan. Berdasarkan latar belakang dan ulasan teori di atas, didukung dengan fenomena-fenomena serta fakta-fakta yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kejenuhan belajar mahasiswa dan sekaligus mengaplikasikan model konseling kelompok model Cognitive Behavior Tharapy untuk mengentaskannya dalam bentuk penelitian tindakan pada mahasiswa prodi BK angkatan 2012 Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar. B. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang masalah di atas, maka
permasalahan penelitian dapat dirumuskan dengan:
Bagaimana
Pengentasan Masalah Kejenuhan Belajar Mahasiswa Melalui Konseling Kelompok Model Cognitive Behavior Therapy? Demi terarahnya penelitian ini maka perlu difokuskan pada aspek yang akan diteliti, yaitu: 1.
Menyusun profil kejenuhan belajar mahasiswa
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejenuhan belajar mahasiswa
3.
Menyusun langkah-langkah penerapan
konseling kelompok model CBT
untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa.
C. Sasaran dan Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki sasaran utama mengaplikasikan model konseling kelompok model CBT untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa Program Studi BK STAIN Batusangkar
dalam bentuk penelitian tindakan
layanan. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Diterapkannya konseling kelompok model CBT untuk mengatasi kejenuhan (bornout)
belajar
mahasiswa
Prodi
BK
Jurusan
Tarbiyah
STAIN
Batusangkar.
4
2.
Dikembangkannya materi konseling kelompok model CBT bagi mahasiswa untuk menyiapkan ketahanan psikologis terhadap kejenuhan belajar.
D. Definisi Operasional Berdasarkan kajian konsep utama pada latar belakang masalah, maka penulis mendefinisikan beberapa konsep utama sebagai kata kunci pada penelitian ini sebagai berikut: Kejenuhan Belajar merupakan kondisi psikologis mahasiswa yang mengalami kelelahan secara emosional, fisik, meningkatnya sikap sinis terhadap belajar, dan menurunnya keyakinan diri dalam belajar di perguruan tinggi. Konseling Kelompok menurut Geral Corey
Model CBT (Cognitive Behavior Therapy)
adalah Model konseling CBT adalah model konseling
menitikberatkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang menyimpang dari individu tentang sesuatu. Konseling diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan otak sebagai penganalisis pengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali tentang belajar, sehingga membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah yang lebih baik dalam belajar. Konseling kelompok merupakan jenis layanan konseling yang mengaktifkan dinamika kelompok untuk mengentaskan masalah individu yang menjadi anggota kelompok, secara intens dan konstruktif di bawah bimbingan pemimpin kelompok. Jadi yang penulis maksud dengan konseling kelompok model CBT adalah
pengentasan kejenuhan belajar yang dialami mahasiswa
sebagai anggota kelompok secara intensif dan konstruktif dengan menggunakan model konseling cognitive behavior therapy.
E. Kajian Riset Sebelumnya Ada beberapa penelitian yang relevan dengan substansi penelitian ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh Mubiar
Agustin tahun 2010 tentang
Pengembangan Model Konseling Kognitif Perilaku untuk Menangani Kejenuhan Belajar Mahasiswa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model konseling
5
kognitif perilaku efektif untuk menangani kejenuhan belajar mahasiswa, dan mampu menunrunkan semua gejala kejenuhan belajar mahasiswa. Selanjutnya penelitian yang dilaksanakan oleh Fuji Lestari tahun 2012 tentang Tingkat Kejenuhan Siswa pada Mata Pelajaran SKI di Madrasah Aliyah Pekalongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami kejenuhan siswa mengalami belajar rata-rata pada tingkat sedang. Hasil penelitian di atas, secara metodologi sangat berbeda dengan jenis penelitian yang akan penulis lakukan, terutama dari sisi jenis penelitian. Penelitian pertama menggunakan penelitian research and development. Penelitian kedua menggunakan penelitian kualitatif. Jadi, penelitian yang penulis akan lakukan sama-sama fokus pada kejenuhan belajar, namun jenis penelitian penuli akan gunakan penelitian tindakan layanan konseling.
6
BAB II KAJIAN TEORI A. Kejenuhan Belajar 1. Pengertian Kejenuhan Belajar Belajar memerlukan semangat dan energi yang memadai. Semangat dan energi merupakan bahan bakar bagi ketekunan, kegigihan dan kegairahan dalam belajar, namun kegairahan belajar ini tidak selamanya mampu dipertahankan individu, kadang ada rasa malas, lemah semangat dan kehilangan gairah belajar, sehingga berujung menurunnya performance akademik dan prestasi belajar. Menurut Muhibbin Syah (1999:161) jenuh berarti jemu dan bosan, ketika sistem akalnya tidak dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru. Kejenuhan juga dikemukakan oleh Sayyid M.Nuh (2003:21) dengan nama futur, yaitu suatu penyakit hati (rohani) yang efek minimalnya menimbulkan rasa malas, lamban, dan sikap santai dalam melakukan sesuatu amaliyah yang sebelumnya pernah dilakukan dengan penuh semangat dan menggebu-gebu serta efek maksimalnya terputus sama sekali dari kegiatan amaliyah tersebut. Hal ini berarti bahwa kejenuhan sebagai suatu penyakit rohani menimbulkan rasa malas, lamban dan sikap santai menjalankan amal ibadah, yang sebelumnya giat dilakukan. Lain halnya Thursen Hakim (2004:162) mengartikan “kejenuhan belajar dengan suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat, sehingga mengakibatkan timbulnya rasa lesu, tidak bersemangat atau hidup tidak bergairah untuk melakukan aktifitas belajar”. Berdasarkan beberapa pengertian kejenuhan belajar di atas dapat dipahami bahwa kejenuhan belajar adalah kondisi psikologis individu pelajar yang mengalami rasa bosan, lelah sekali, sehingga mendatangkan rasa malas, letih, lesu, tidak bersemangat, tidak bergairah, kehilangan energi untuk melakukan kegiatan belajar dimana pun dan kapanpun.
7
2. Ciri-Ciri Kejenuhan Belajar Kejenuhan belajar memiliki ciri-ciri, seperti yang diungkapkan oleh Maslach et al dalam Sugiana bahwa “perserta didik yang mengalami kejenuhan belajar mengalami tiga hal utama, yakni keletihan emosi (emotional exhaustion), meningkatnya sikap sinis terhadap belajar (depersonalization), dan menurunya keyakinan diri dalam belajar (reduce academic efficacy)”. Ketiga tanda kejenuhan belajar ini dialami oleh mahasiswa, seperti keletihan emosi akibat kejenuhan terlihat dari sikap mahasiswa mudah menyerah, lelah atau lesu dalam belajar, tidak semangat dalam kuliah, dan mudah putus asa dalam belajar. Begitu juga dengan sinisme terhadap belajar, terlihat dari perilaku mahasiswa, seperti tidak nyaman berada di kelas maupun mengikuti kegiatan kuliah, bolos, marah-marah, tidak mengerjakan tugas kuliah, berpikiran negatif pada dosen, dan kehilangan ketertarikan pada pelajaran. Terakhir tanda kejenuhan belajar adalah menurunnya keyakinan diri dalam belajar, seperti merasa menjadi orang yang tidak bahagia dan malang, tidak puas terhadap hasil belajar yang didapatkan, merasa tidak kompeten, merasa percaya diri yang rendah, dan merasa tidak berprestasi. Semua kondisi kejenuhan mahasiswa dalam belajar di atas seringkali menyebabkan mahasiswa tidak konsentrsai belajar di ruang kuliah, dan memungkinkan terjadinya perilaku menyimpang, seperti membolos, pura-pura sakit, dan pura-pura ada urusan lain di luar jam kuliah. Selanjutnya ciri-ciri kejenuhan belajar menurut Armand T Fabella (2003:117) ada dua, secara fisik dan secara psikologis dan perilaku, yaitu: a. Secara fisik: mengalami letih, merasa badan makin lemah, sering sakit kepala, gangguan pencernaan, sukar tidur, napas pendek, dan berat badan naik. b. Secara psikologis dan perilaku: mengalami kerja makin keras tetapi prestasi makin menurun, merasa bosan dan merasa bingung, semangat rendah, merasa tidak nyaman, mempunyai perasaan sia-sia, dan sukar membuat keputusan. Berdasarkan ciri-ciri kejenuhan belajar di atas dapat diketahui bahwa kejenuhan belajar mencakup tiga aspek, yaitu keletihan fisik, keletihan psikologis dan perilaku termasuk keletihan emeosi, meningkatnya sikap sisnis terhadap belajar, dan menurunnya keyakinan diri.
8
3. Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar Kejenuhan belajar merupakan suatu proses yang tidak sekali jadi, melainkan terjadi secara bertahap yang merusak fisik dan psikologis. Hal ini terjadi disebabkan oleh penyebab potensial dari dalam dan luar diri individu. Penyebab kejenuhan secara umum dikemukakan oleh Abu Abdirrahman Al-Qowiy (2004:1), yaitu: a) kesibukan monoton; b) prestasi mandeg; c) lemah minat; d) penolakan hati nurani; e) kegagalan berusaha; f) penghargaan nihil; g) ketegangan panjang; g) perlakuan buruk. Lain halnya Sapiro dalam Ratna Agustine (2011) bahwa ada tiga penyebab utama kejenuhan belajar, yaitu stress, kelelahan dan kejenuhan emosi. 4. Upaya untuk Mengatasi Kejenuhan Belajar Banyak cara mengatasi kejenuhan belajar, dapat dilakukan secara mandiri oleh individu dan dapat pula melalui bantuan orang lain. Menurut Paryati (2004:34) cara mengatasi kejenuhan belajar dapat dilakukan dengan mencari suasana baru, sehingga menimbulkan kesegaran, mengadakan rekresasi, untuk mengendorkan syaraf yang tegang, dan tertawa. Berbeda dengan pendapat Armand T Fabella, bahwa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kejenuhan belajar adalah: a) tingkatkan mawas diri; b) pelajari pengetahuan dan keterampilan baru; c) santai; d) kembangkan minat baru; e) gerak badan secara teratur; f) kembangkan keterampilan mengatur waktu; dan g) tumbuhkan dan kembangkan rasa humor. Berikutnya Abdurrahman Al-Qowiy menawarkan langkah-langkah praktis untuk mengatasi kejenuhan belajar, dintaranya: 1) istirahat sejenak; 2) ubah suasana sekitar; 3) pelihara kebersihan dan kerapian; 4) cari kesibukan lain; 5) konsumsi buah segar; 6) mandi air dingin; 7) lakukan tindakan pemijatan; 8) curhat kepada orang lain; 9) carilah hiburan sehat. Semua langkah praktis ini menggambarkan cara menguranfi kejenuhan belajar secara fisik dan sedikit psikologis. Cara mengatasi kejenuhan belajar yang menyentuh substansi belajar dikemukakan oleh Thursan Hakim, yaitu: a. b. c.
Belajar dengan cara atau metode yang bervariasi; Mengadakan perubahan fisik di ruang belajar; Menciptakan situasi baru di ruang belajar;
9
d. e.
Melakukan aktifitas rekreasi dan hiburan; Hindari adanya ketegangan mental saat belajar.
Lebih lengkap cara mengatasi kejenuhan belajar dikemukakan oleh Muhibbin Syah, yaitu dengan menggunakan kiat-kiat, yaitu: 1) melakukan istirahat dan menkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup; 2) pengubahan dan penjadwalan kembali jam-jam dan hari-hari belajar yang lebih memungkinkan mahasiswa/siswa belajar lebih giat; 3) pengubahan dan penataan kembali lingkungan belajar; 4) memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari sebelumnya; dan 5) siswa harus berbuat nyata dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi. Beranjak dari cara-cara mengatasi kejenuhan belajar di atas, dapat diketahui bahwa kejenuhan belajar dapat diatasi secara mandiri oleh individu yang mengalami kejenuhan belajar dengan berbagai cara dengan melakukan berbagai pendekatan dan suasana PTSDL belajar. Di samping itu dapat juga diatasi dengan meminta bantuan orang lain, seperti curhat pada sahabat dan konseling dengan konselor ahli dan berpengalaman di bidangnya. Di perguruan tinggi disediakan dosen penasehat akademik untuk membantu mahasiswa, serta dosen bimbingan dan konseling yang memiliki berbagai model konseling untuk membantu mahasiswa mengatasi kejenuhan belajar.
B. Hakikat Model Konseling Cognitive Behavior Therapy (CBT) 1. Defenisi dan Tujuan CBT Model konseling Cognitive Behavior Therapy (selanjutnya ditulis CBT) dipelopori oleh Aaron T. Beck tahun 1964. Beck mendefinisikan CBT sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan klien pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang. Pedekatan CBT didasarkan pada formulasi kognitif, keyakinan dan strategi perilaku yang mengganggu. Proses konseling didasarkan pada konseptualisasi atau pemahaman klien atas keyakinan khusus dan pola perilaku konseli. Harapan dari CBT yaitu munculnya restrukturisasi kognitif yang
10
menyimpang dan sistem kepercayaan untuk membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah yang lebih baik (Geral Corey, 2005:237). Pikiran negatif, perilaku negatif, dan perasaan tidak nyaman dapat membawa individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius, seperti depresi, trauma, dan gangguan kecemasan. Perasaan tidak nyaman atau negatif pada dasarnya diciptakan oleh pikiran dan perilaku yang disfungsional. Oleh sebab itu dalam konseling, pikiran dan perilaku yang disfungsional harus direkonstruksi sehingga dapat kembali berfungsi secara normal. Berdasarkan paparan definisi mengenai CBT, maka CBT adalah pendekatan konseling yang menitikberatkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang menyimpang. Konseling ini akan diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan otak sebagai penganalisis pengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Model konseling CBT bertujuan
mengajak individu untuk belajar
mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat, sehingga pada akhirnya dengan CBT diharapkan dapat membantu klien dalam menyelaraskan berpikir, merasa dan bertindak. Lebih jelas tujuan dari konseling CBT (Oemarjoedi, 2003: 9) yaitu mengajak klien untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi. Dikaitkan dengan kejenuhan belajar, mahasiswa yang merasa jenuh sebenarnya bersumber dari kesulitan mahasiswa berpikir logis, cenderung tidak mampu memahami potensi diri yang dimiliki, bisa juga dampak dari perilaku stagnan dalam jangka waktu tertentu, dan cenderung menyampaikan pernyataan negatif tentang belajar. Maka bentuk konseling model CBT menjadi pilihan yang tepat. Dikaitkan dengan focus penelitian maka model CBT bertujuan untuk mengentaskan kejenuhan belajar
mahasiswa, sehingga dengan konseling
mahasiswa diharapkan kompeten dalam hal sebagai berikut: a) mengatasi keletihan emosi kognitif; b) mengatasi keletihan emosi; c) mengelola waktu secara efektif; d) mengembangkan dan mengelola diri; e) menata hubungan yang
11
harmonis dengan teman, dosen, dan seluruh karyawan di STAIN; f) menata diri dalam menyesuaikan dengan lingkungan belajar.
2. Fokus dan Prinsip CBT CBT merupakan konseling yang menitikberatkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis, dan lebih melihat ke masa depan dibanding masa lalu. Aspek kognitif dalam CBT antara lain mengubah cara berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan memfasilitasi klien belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif. Sedangkan aspek behavioral dalam CBT yaitu mengubah hubungan yang salah antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan, belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta berpikir lebih jelas. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip ini diharapkan dapat mempermudah konselor dalam memahami konsep, strategi dalam merencanakan proses konseling dari setiap sesi, serta penerapan teknik-teknik CBT. Berikut adalah prinsip-prinsip dasar dari CBT berdasarkan kajian yang diungkapkan oleh Beck dalam Corey (2005): 1. Cognitive-Behavior Therapy didasarkan pada formulasi yang terus berkembang dari permasalahan dan konseptualisasi kognitif klien. 2. Cognitive-Behavior Therapy didasarkan pada pemahaman yang sama antara konselor dan konseli terhadap permasalahan yang dihadapi klien; 3. Cognitive-Behavior Therapy memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif; 4. Cognitive-Behavior Therapy berorientasi pada tujuan dan berfokus pada permasalahan; 5. Cognitive-Behavior Therapy berfokus pada kejadian saat ini; 6. Cognitive-Behavior Therapy merupakan edukasi, bertujuan mengajarkan konseli untuk menjadi terapis bagi dirinya sendiri, dan menekankan pada pencegahan. 7. Cognitive-Behavior Therapy berlangsung pada waktu yang terbatas. 8. Cognitive-Behavior Therapy yang terstruktur; 9. Cognitive-Behavior Therapy mengajarkan konseli untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi pemikiran disfungsional dan keyakinan mereka; 10. Cognitive-Behavior Therapy menggunakan berbagai teknik untuk merubah pemikiran, perasaan, dan tingkah laku.
12
Model CBT menerapkan self instructional sebagai teknik utama, bertujuan membantu konseli merestrukturisasi sistem berpikir dengan berpusat
pada
perubahan pola verbalisasi konseli. Teknik self instructional ini memiliki 3 komponen utama, yaitu observasi diri, membuat dialog internal, dan latihan keterampilan, diungkapkan oleh Back dalam Oemarjudi berikut: a.
Observasi diri, merupakan upaya konselor dalam membantu konseli untuk mengenali dan memahami, karakateristik negative dalam belajar mengajar yang memicu kejenuhan.
b.
Dialog internal baru, upaya konselor dengan konseli mengidentifikasi distorsi pemikiran terkait dengan kegiatan belajar yang menjadi pemicu munculnya kejenuhan belajar.
c.
Latihan keterampilan bertujuan,
bertujuan untuk membantu mahasiswa
belajar kembali keterampilan dan kebiasaan baru yang lebih sehat. Setelah keterampilan dasar dikuasai, maka focus latihan keterampilan diperluas pada upaya memotivasi mahasiswa, supaya dapat mengatasi kejenuhan belajar, mengenal
situasi
yang
menimbulkan
kejenuhan,
dan
mengajarkan
keterampilan mengganti gaya hidup menunda-nunda tugas belajar dengan aktivitas yang lebih positif. 3. Teknik Konseling CBT Konselor CBT biasanya menggunakan berbagai teknik intervensi untuk mendapatkan kesepakatan perilaku sasaran dengan konseli. Teknik yang biasa dipergunakan oleh para ahli dalam CBT (McLeod, 2006: 157-158) yaitu: a. Manata keyakinan irasional. b. Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu yang menarik ketimbang sesuatu yang menakutkan. c. Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role play dengan konselor. d. Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi ril. e. Mengukur perasaan, misalnya dengan mengukur perasaan cemas yang dialami pada saat ini dengan skala 0-100. f. Menghentikan pikiran. Konseli belajar untuk menghentikan pikiran negatif dan mengubahnya menjadi pikiran positif. g. Desensitization systematic. Digantinya respons takut dan cemas dengan respon relaksasi dengan cara mengemukakan permasalahan secara berulang-ulang dan
13
h. i. j. k. l.
berurutan dari respon takut terberat sampai yang teringan untuk mengurangi intensitas emosional konseli. Pelatihan keterampilan sosial. Melatih konseli untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya. Assertiveness skill training atau pelatihan keterampilan supaya bisa bertindak tegas. Penugasan rumah. Memperaktikan perilaku baru dan strategi kognitif antara sesi konseling. In vivo exposure. Mengatasi situasi yang menyebabkan masalah dengan memasuki situasi tersebut. Covert conditioning, upaya pengkondisian tersembunyi dengan menekankan kepada proses psikologis yang terjadi di dalam diri individu. Peranannya di dalam mengontrol perilaku berdasarkan kepada imajinasi, perasaan dan persepsi.
C. Konseling Kelompok Model CBT 1. Pengertian Konseling Kelompok Konseling
kelompok
diartikan
Prayitno
(2004:1)
layanan
yang
mengaktifkan dinamika kelompok untuk pengentasan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif diiukuti oleh semua anggota di bawah bimbingan pemimpin kelompok. Selanjutnya Natawijaya mendefenisikan konseling kelompok layanan konseling yang memungkinkan peserta kelompok (konseli) memperoleh klesempatan untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang diaalami anggota kelompok melalui dinamika kelompok, masalah tersebut adalah masalah pribadi-pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. Jadi, konseling kelompok adalah bantuan konselor pada konseli, sehingga konseli terentaskan masalahnya, bersemangat, dan memperolah alternative solusi yang ditawarkan anggota kelompok melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok diwujudkan dengan kesediaan anggota kelompok berperan aktif, melibatkan diri, kerjasama, dan semangat untuk saling memberikan tanggapan, respons, simpati, dan empati antara anggota kelompok.
2. Prosedur Konseling Kelompok Model CBT Penggunaan konseling kelompok didasarkan bahwa konseling kelompok dipandang lebih efektif, karena mengaktifkan peran anggota kelompok, dan
14
memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan pengentasan masalah yang dihadapi anggota kelompok, sehingga mempermudah pencapaian tujuan konseling. Konseling kelompok umumnya dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran (Prayitno,1995:40), tahap-tahap ini merupakan satu kesatuan dalam seluruh kegiatan konseling kelompok. Menurut Aron T Beck dalam Corey (2008: 169) bahwa: “dalam setting kelompok setiap anggota mendapat kesempatan untuk mempraktekkan perilaku
baru, belajar kecakapan-kecakapan sosial dan
berinteraksi dengan orang lain, dan bagi anggota kelompok atau pimpinan kelompok dapat mengamati tingkah laku anggota kelompok dan memberikan umpan balik atas perilakunya. Maka konseling kelompok dapat dijadikan alternative format layanan yang dapat digunakan untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa dengan model CBT.
Tabel II.1 Struktur Model Konseling Kelompok Model CBT No
Tahapan Konseling Kelompok
Penjelasan
Kegiatan
(1 )
(2)
(3)
(4)
Pembentukan
Konselor mempersiapkan terbentuknya kelompok, dimulai dengan membentuk atau mengkondisikan anggota le;mpok, agar focus tehadap kegiatan yang akan dilakukan, dilanjutkan dengan dan menstimulasi proses konseling CBT untuk mengentaskan kejenuhan belajar.
1
2
Peralihan
3
Kegiatan
Kegiatan kelompok untuk membangun minat dan komitmen kerjasama antar anggota kelompok dan konselor, menjelaskan pengertian, tujuan, bentuk pelaksanaan konseling kelompok, dan asas-asas konseling konseling dominan. konseling. Kegiatan pada bagian ini konselor focus eksplorasi pada kerisauan mahasiswa saat ini, tingkat kekawatiran yang sedang dilami dan
1. Membaca salam 2. Berdo’a 3. Ta’ruf
1. Membangun niat ikhlas 2. Musyawarah 3. Ta’awun 4. Permainan sesuai masalah 5. Penstrukturan 1. Eksplorasi 2. Diskusi 3. Observasi diri
15
No
Tahapan Konseling Kelompok
Penjelasan
Kegiatan
(1 )
(2)
(3)
(4)
4
Pengakhiran
pengalaman yang dirasakan saat menghadapi kejenuhan belajar. Setelah itu dilakukan pembahasan masalah oleh anggota kelompok.
4. Kontrak perilaku
Pada tahap ini konselor melakukan tahapan pengakhiran, yang merupakan bagian untuk merefleksi keseluruhan rangkaian konseling. Kegiatan ini difokuskan membangun kesepakatan antara koselor dengan konseli tentang latihan yang akan dilakukan.
1. Refleksi 2. Menyimpulka n 3. Komitmen 4. Penilaian 5. Do’a Penutup
Pada tabel di atas terlihat jelas, tahapan, penjelasan tahapan dan kegiatan yang dilaksanakan konselor dan konseli pada konseling kelompok tersebut. Konseling kelompok mempunyai manfaat besar sebagai miniature situasi sosial atau laboratorium yang nyaman bagi mahasiswa. Tidak saja untuk mempelajari perilaku baru, juga dapat digunakan untuk mempraktekkan tingkah laku baru dalam situasi yang hampir sama dengan lingkungan hidup mahasiswa. Konseling kelompok mempunyai dua manfaat, yaitu 1) menumbuhkan motivasi individu, dan 2) perubahan perilaku sangat tergantung pada transfer latihan tingkah laku baru, pemahaman, sikap yang sebenarnya. Menurut Natawijaya (2004:67) “manfaat konseling kelompok adalah: a) Kemanan; b) peningkatan status dan penghargaan diri; c) pertalian; d) kepuasan dan peningkatan prestasi; e) bersifat universal; f) perilaku imitasi; g) intelektualitas; h) katarsis”.
16
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian termasuk kategori penelitian lapangan dengan jenis penelitian adalah penelitian tindakan. Penelitian tindakan (action research) menurut Kemis, action research adalah studi sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan praktek pendidikan pada kelompok partisipan dengan menggunakan tindakan dan hasil refleksi terhadap efek dari tindakan tersebut (Hopkins, 1993, p. 45). Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Hopkins menyatakan bahwa action research memiliki tahap-tahap yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect). Hasil penelitian diharapkan membantu mahasiswa mengubah kejenuhan belajar menjadi perilaku produktif dalam belajar sesuai dengan prinsip belajar yang menyenangkan dengan mengaplikasikan model konseling Cognitive Behavior Therapy (CBT). 2.
Lokasi Penelitian Penelitian diselenggarakan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Batusangkar. Khususnya pada mahasiswa prodi BK Semester V Tahun Akademik 2014/2015. 3.
Kondisi Penelitian Waktu penyelenggaraan penelitian berlangsung antara Bulan Agustus
sampai bulan November tahun 2014, penelitian dilakukan Hari Selasa dari jam 8.00 hingga jam 11.00 dan hari Rabu jam 09.00 hingga jam 12.00 WIB dan bahkan dilakukan pada hari Jum’at. Pertemuan berlangsung selama 8 kali. Setiap pertemuan didukung oleh 10 orang partisipan ( mahasiswa/ calon konselor ) dan juga observer penelitian. a. Kontribusi Penelitian bermafaat baik teoris maupun praktis. Secara teoritis manfaat hasil penelitian adalah:
17
(1) Menemukan dan menyusun profil kejenuhan belajar mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar (2) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejenuhan belajar mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar (3) Menyusun langkah-langkah penerapan konseling kelompok model
CBT
untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar b. Subjek Penelitian Penelitian ini direncanakan mengambil subjek dari mahasiswa semester V Program Studi BK STAIN Batusangkar Tahun Akademik 2014/2015. Pemilihan semester V ini didasarkan pada pertimbangan, mereka telah empat semester menjalani kuliah, sudah mengenal organisasi, teman sekelas, dosen yang mengampu mata kuliah, beban SKS mereka banyak dibandingkan semester di bawah. Semester V yang terdiri dari 3 lokal ABC diambil secara acak (random) satu lokal, diberikan angket untuk mengetahui kejenuhan belajat mahasiswa. Dari hasil pengolahan angket akan diperoleh frofil kejenuhan belajar mahasiswa. Kemudian diberikan tindakan layanan konseling kelompok model CBT untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa. c. Metode 1) Pengumpulan Data Data penelitian dikumpulkan dengan beberapa teknik, yaitu: angket, observasi, dan wawancara. b) Angket, pertanyaan dan pernyataan tertulis yang diberikan pada mahasiswa semester V. c) Observasi (pengamatan), akan dilakukan terhadap mahasiswa pada saat sesi konseling, maupun di luar sesi konseling, seperti pada saat kuliah dengan peneliti. Teknik pengamatan yang akan digunakan adalah pengamatan berperan secara aktif sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980) ditulis kembali Joko Nurkamto (2003 :12) berperan aktif di dalam pengertian kegiatan tersebut dipantau langsung oleh peneliti sebagai observer. Kemudian hasil pengamatan
18
akan dipergunakan guna menata langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya. 2) Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini mengikuti model dari Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect) (Hopkins, 1993:45). Tindakan yang digunakan pada penelitian ini adalah layanan konseling kelompok dengan model CBT dalam rangka mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa prodi BK. a) Rencana (Plan) Tahap pertama peneliti melakukan analisis terhadap hasil angket kejenuhan belajar mahasiswa. Peneliti mengidentifikasi akar permasalahan kejenuhan belajar mahasiswa yang sesungguhnya, memahami tingkat, dan frekuensi
kejenuhan
belajar belajar mahasiswa. Peneliti juga berupaya memahami kesalahan kognisi atau bentuk cara berpikir negatif yang menyebabkan kejenuhan belajar mahasiswa. Teknik-teknik yang digunakan pada tahap ini adalah imagery. Selanjutnya peneliti mencoba untuk mengkonseptualisasi masalah. Artinya memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang menjadi konseli untuk menguji logika dari rasionalisasi kejenuhan belajar yang dideskripsikan konseli dan menilai secara logis alasan tersebut. Terakhir peneliti membantu konseli melalui konseling
kelompok
melakukan
restrukturisasi
kognitif
konseli
untuk
menciptakan kognisi dan persepsi baru dengan mengubah pernyataan diri yang negatif, menyalahkan diri, dan merusak diri dengan berbagai perilaku negatif. Pada tahap berikutnya, peneliti membuat perencanaan tindakan, dengan urutan kerja sebagai berikut: 1) Mempersiapkan rencana konseling kelompok model CBT. 2) Merancang struktur model konseling kelompok model CBT seperti yang dicantumkan pada Bab II di atas 3) Membuat instrumen penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian, yaitu angket kejenuhan dan lembaran observasi pelaksanaan konseling. Instrumen penelitian dalam bentuk angket kejenuhan belajar, pada tabel berikut:
19
No
Variabel
1
Area kejenuhan Belajar
Sub Variabel
Indikator
a. Keletihan fisik 1) 2) 3) 4) 5) b. Keletihan 1) Emosil 2) 3) 4) 5) c. Meningkatnya 1) sikap sinis 2) terhadap 3) belajar 4) 5) d. Menurunnya keyakinan diri dalam belajar
1) 2) 3) 4) 5)
Letih tiap hari Badan lemah Sakit kepala Gangguan percernaan Sukar tidur Mudah menyerah Tidak bersemangat kuliah Mudah putus asa Mudah marah dan benci Mudah kehilangan kendali diri Tidak nyaman berada di kelas Suka membolos Tidak mengerjakan tugas kuliah Berpikiran negative pada dosen Kehilangan ketertarikan pada pelajaran Kehilangan idealisme dalam belajar Tidak puas terhadap hasil belajar Merasa tidak kompeten Percaya diri rendah Merasa diri tidak berprestasi
b) Pelaksanaan tindakan (Act) Pelaksanaan tindakan atau aplikasi layanan konseling CBT terdiri dari urutan kegiatan konseling yang dikenal dengan tahapan konseling kelompok: 1) Tahap pembentukan, yang teridiri dari apa, untuk apa, asasnya apa, dan bagaimana cara melakukan konseling kelompok model CBT setiap sesi, dari sesi 1 sampai sesi 6. 2) Tahap peralihan, yaitu menjelaskan kepada anggota kelompok bhawa kegiatan akan membahas masalah kejenuhan belajar mahasiswa. 3) Tahap kegiatan, yaitu membahas setiap isi konseling tentang kejenuhan belajar 4) Tahap Pengakhiran, menyimpulkan, komitmen, penyampaian kesan dan pesan, dan do’a penutup konseling.
20
c) Observasi Pelaksanaan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian ini, antara lain: Data proses pelaksanaan penelitian. Data proses pelaksanaa terdiri dari tiga data, yaitu jalannya proses konseling CBT. Selain itu peneliti mengobservasi perilaku belajar mahasiswa. Pedoman observasi sebagai berikut: No
Aspek observasi
Bentuk Data
1 2
Dinamika kelompok Keaktifan
3 4
Ekspresi emosi Perubahan Perilaku
Jumlah anggota, jumlah yang berbicara Kehadiran, kedisiplinan, frekuensi berbicara, kualitas pembicaraan, konsentrasi/fokus, Senang/tidak, gembira/tidak dll Ada/tidaknya, bentuk perubahan
d) Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan analisis data proses dan hasil tindakan. Kemudian peneliti melakukan interpretasi data tersebut. Secara ringkas dapat dilihat pada skema di bawah ini:
Permasalahan
SIKLUS I Permasalahan baru hasil refleksi
SIKLUS II
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan Tindakan I
Refleksi
Pengamatan/ Pengumpulan Data
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Pengamatan/ Pengumpulan Data II
Prosedur penelitian yang diterapkan antara lain akan digambarkan secara rinci pada tabel berikut.
21
Tabel 1. Prosedur Penelitian SIKLUS Siklus I
KEGIATAN PENELITIAN Perencanaan
Tindakan Pengamatan Refleksi
Siklus II
Perencanaan
Tindakan Pengamatan Refleksi Siklus-siklus berikutnya Kesimpulan, saran, rekomendasi
INDIKATOR 1. Merancang proses kerja model konseling CBT akan diterapkan 2. Menentukan Rencana Pelaksanaan Layanan konseling CBT 3. Menyusun langkah-langkah konseling CBT Melakukan konseling kelompok Model CBT 1. Melakukan obeservasi 2. Menilai hasil layanan konseling 1. Melakukan eveluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah, ada waktu setiap macam tindakan. 2. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya. 3. Evaluasi tindakan I 1. Identifiksi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah 2. Pengembangan program tindakan II Pelaksanaan program tindakan II Pengumpulan data tindakan II Evaluasi tindakan II
4. Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data Teknik analisis data terdiri atas tiga tahapan : a) pengumpulan data dan perencanaan langkah-langkah layanan konseling CBT; b) Validasai model konseling yang dipakai bantuan pakar konseling; c) interpretasi berdasarkan referensi. Secara detail diuraikan berikut: a)
Data penelitian dikumpulkan melalui angket, yaitu angket tentang kejenuhan belajar mahasiswa prodi BK semester V local B tahun akademik 2014/2015.
b) Berdasarkan data angket tersebut dilaksanakan konseling kelompok model CBT. c)
Dalam hal ini dilakukan integrasi kategorisasi atas dasar pengecekan frekuensi, distribusi fenomena dan juga telaah gejala (fenomemological assessment) atau berbagai respon/reaksi sepanjang sesi konseling.
d) Interpretasi berdasarkan referensi (kritik atau saran pertimbangan ekternal) e)
Abstraksi konsep
22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Sebelum Tindakan Visi Program studi Bimbingan dan Konseling STAIN Batusangkar adalah ”Menjadi pusat keunggulan (center of exellence) dalam penyelenggaraan dan pengembangan profesi konseling berbasis Islam, ilmu pendidikan, dan psikologi dengan memanfaatkan teknologi informasi. Visi program studi Bimbingan dan Konseling perlu didukung dengan misi. Terdapat enam misi untuk mewujudkan visi di atas, khususnya butir (2) berbunyi: ”menghasilkan Sarjana Pendidikan (S.Pd) yang menguasai landasan keilmuan dan keterampilan pengembangan profesi konseling dan mampu mengaplikasikannya dengan memanfaatkan al-Qur’an, hadist, pendidikan, psikologi, dan budaya, serta teknologi informasi dalam pelayanan konseling”. Menghasilkan sarjana pendidikan yang menguasai landasan keilmuan dan keterampilan pengembangan profesi konseling dan mampu mengaplikasinnya tentu tidak mudah. Semua unsur diharapkan memahami dan memiliki komitmen kuat,
upaya
serius
dan bersungguh-sungguh mewujudkannya,
termasuk
mahasiswa program studi bimbingan dan konseling. Mahasiswa dituntut untuk bersemangat
dalam
memperkuat
landasan
keilmuan
dan
keterampilan
pengembangan profesi konseling, tidak mudah menyerah dengan tantangan, tidak mudah jenuh dengan semua tuntutan tugas, suasana, dan peraturan perkuliahan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian tindakan layanan untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa program studi BK STAIN Batusangkar lokal B semester V tahun akedemik 2014/2015 dengan konseling kelompok model CBT. Konseling kelompok model CBT, yaitu model CBT yang dilaksanakan dalam format konseling kelompok, yang menitikberatkan pada restrukturisasi atau pembenahan distorsi kognitif dengan modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan otak sebagai penganalisis pengambil keputusan,
23
bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali tentang belajar, sehingga membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah yang lebih baik. Relevan dengan batasan masalah, maka perlu difokuskan pada aspek yang akan
diteliti,
yaitu:1)
Menyusun
profil
kejenuhan
belajar
mahasiswa;
2) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejenuhan belajar mahasiswa, dan 3) Menyusun langkah-langkah penerapan konseling kelompok model CBT untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa. Berdasarkan fokus penelitian ini, maka peneliti mengumpulkan data melalui angket, untuk mengungkap profil kejenuhan dan penyebab kejenuhan belajar mahasiswa pada semester V lokal B tahun 2014/2014. 1. Profil Kejenuhan Belajar Mahasiswa BK Profil kejenuhan belajar diungkap melalui angket, sebelum angket diisi oleh mahasiswa, terlebih dahulu dilakukan validitas konstruk dengan validator dalam hal ini meminta pendapat ahli bimbingan dan konseling, yaitu Ibu Dra. Hadiarni, M.Pd, Kons, hasil validasi terlampir. Angket tentang kejenuhan belajar mahasiswa berjumlah 50
pernyataan. Hasil pengolahan angket tersebut
dipaparkan pada tabel berikut: Tabel IV.1 Hasil Pengolahan Angket Kejenuhan Belajar Mahasiswa No 1
Interval Skor 161-200
Kategori Sangat Tinggi
f 2
% 7,69
2
121-160
Tinggi
19
73, 07
3
81-120
Sedang
5
19,23
4
41-40
Rendah
0
0
5
1-40
Sangat rendah
0
0
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa kejenuhan belajar mahasiswa berada kategori tinggi, sebanyak 19 orang (73,07%), kategori sedang 5 orang (19,23%) dan pada kategori sangat tinggi 2 orang (7,69%), tidak ada satu orang mahasiswa berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut:
24
Persentase Kejenuhan Belajar Mahasiswa 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Gambar IV.1 Kategori Kejenuhan Belajar Mahasiswa Gambar di atas mendeskripsikan bahwa mahasiswa
bimbingan dan
konseling mengalami kejenuhan dalam belajar. Angka ini cukup signifikan untuk melihat profil kejenuhan belajar mahasiswa program studi BK angakatan 2012 pada semester ganjil tahun akademik 2014/2015. 2. Penyebab Kejenuhan Belajar Mahasiswa Bk Berdasarkan angket yang diisi mahasiswa ditemukan bahwa banyak hal yang menyebabkan mahasiswa mengalami kejenuhan belajar atau kuliah. Sesuai dengan kisi-kisi yang disusun bahwa penyebab kejenuhan belajar ada dua, yaitu penyebab internal dan penyebab eksternal, sebagai berikut: Tabel IV.2 Gambaran Kisi-kisi Angket Penyebab Kejenuhan Belajar Mahasisw Sumber Internal Penyebab Kejenuhan belajar Eksternal
Jumlah Pernyataan
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3.
Indikator Prestasi Mandeg Lemah Minat Penolakan hati nurani Kegagalan berusaha Perilaku buruk Lingkungan kurang kondusif Hubungan kurang harmonis Penghargaan nihil
No.Item 42, 48, 38, 9,13, 50, 47 16, 45 23, 18 35, 22 2, 33,
Jumlah 2 1 2 2 2 2 2 2 15
25
Berdasarkan tebel di atas terlihat ada 15 pernyataan angket untuk mengungkapkan penyebab
kejenuhan belajar. Setelah angket diolah dengan
persentase maka diperoleh data dari ke 15 pernyataan sebagai berikut: Tabel IV.3 Persentase Penyebab Kejenuhan Belajar Mahasiswa No 1
Sub Variabel
No. Item
Penyebab Internal
42 48 38 9 13 47 50
16 45 2
Penyebab Eksternal
2 33
22
35 18
23
Pernyataan
f
%
Karena Nilai KHS saya rendah saya malas untuk kuliah Nilai saya semester lalu turun dari sebelumnya membuat saya letih belajar Prodi sekarang bukan pilihan saya, membuat saya mudah bosan dalam belajar Untuk kuliah sebenarnya hati nurani saya menolak, sehingga saya malas belajar Saya merasa telah belajar giat namun nilai tidak memuaskan Karena nilai kuliah saya rendah, membuat saya ingin berhenti kuliah Karena saya merasa gagal dalam belajar, maka saya jadi malas melakukan aktifitas kuliah
8
30,7
13
50
3
11,5
10
38,4
25
96,1
20
76,9
24
92,3
20
76,9
8
30,7
22
84,6
21
80,7
18
69,2
20
76,9
25
96,1
8
30,7
Karena saya tidak disiplin membuat saya malas kuliah Disebabkan melihat jimat dalam ujian membuat saya malas untuk kuliah Saya merasa tidak satupun orang menghargai hasil belajar saya Orang tua saya tidak pernah menanyakan kemajuan belajar, membuat saya lelah belajar Saya tersinggung oleh teman yang memberikan saran dalam belajar, membuat saya malas kuliah Saya malas berpendapat di kelas, karena ide-ide saya tidak didengar teman-teman Teman-teman yang individualitas membuat saya malas masuk local tersebut untuk kuliah Kamar belajar yang berantakan membuat saya malas belajar
Data pada tabel di atas mendeskripsikan bahwa penyebab kejenuhan belajar secara internal lebih banyak dipicu oleh persepsi mahasiswa yang merasa telah belajar giat namun nilai tidak memuaskan, hal dialami oleh 25 orang mahasiswa
26
atau mencapai 96,1%. Hal ini menjelaskan bahwa hati nurani mahasiswa menolak untuk mendapatkan nilai rendah, sehingga mereka merasa jenuh untuk belajar. Pada penyebab eksternal penyebab kejenuhan belajar pada indikator lingkungan kurang kondusif lebih banyak, hal ini ditunjukkan oleh hasil pengolahan angket pada pernyataan bahwa teman-teman yang individualitas membuat saya malas masuk lokal tersebut untuk kuliah, mencapai 25 mahasiswa menyatakan hal tersebut atau mencapai 96,1% mahasiswa kecewa dengan lingkungan belajar mereka di kelas, sehingga mereka jenuh kuliah. Berdasarkan pengolahan data di atas terlihat penyebab kejenuhan belajar lebih banyak bersifat internal. Hal ini dikuatkan dengan pengamatan terhadap mahasiswa perkuliahan semester ganjil 2014/2015, yang dilaksanakan pada setiap hari Selasa sesuai jadwal mata kuliah model-model konseling terlihat gejala kejenuhan belajar pada mahasiswa. Hal ini diperlihatkan dengan perilaku tidur di kelas, mengobrol dengan teman, main handphone, permisi dalam waktu yang relative lama, bahkan ada yang tidak kembali sampai perkuliahan berakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa mengalami kejenuhan belajar. Berdasarkan wawancara pribadi pada hari Selasa tanggal 29 September 2014 dengan mahasiswa (inisial DP), diperoleh juga informasi bahwa ada beberapa mata kuliah yang membuat mereka jenuh, termasuk kuliah model-model konseling, hal ini disebabkan teorinya banyak dan istilah sulit dimengerti terutama istilah asing. Kejenuhan belajar mahasiswa baik secara internal maupun internal cukup tinggi. Data profil dan penyebab kejenuhan belajar mahasiswa, yang dikumpulkan melalui angket terlihat bahwa terdapat kejenuhan belajar yang dialami mahasiswa, baik di kampus maupun di luar kampus. Peneliti juga melakukan kroscek data dengan wawancara ringan dan kegiatan pengamatan tidak terstrukur selama perkuliahan berlangsung. Dengan demikian data yang diperolah melalui angket dikonsultasikan dengan data kejenuhan dari pengamatan dan wawancara untuk mengecek implementasi pengisian angket/pengakuan dan perilaku mahasiswa. Di samping itu, dalam angket juga mahasiswa diminta untuk mengisi pertanyaan: “Jika Saudara merasa jenuh dalam belajar apa yang Saudara
27
lakukan, pilih sesuai dengan yang telah atau sedang Saudara lakukan?”. Setelah data ini diolah ternyata yang dilakukan mahasiswa ketika mengalami kejenuhan belajar paling banyak mengobrol dengan teman, seperti pada table di bawah ini. Tabel IV.4 Cara Mahasiswa Mengatasi Kejenuhan Belajar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kegiatan yang dilakukan Mengobrol dengan teman Bermain Games Berkumpul dengan teman-teman Berkunjung ke tempat wisata Nonton TV/Film Mendengar music Tidur Curhat pada sahabat SMS-an Menceritakan pada orang tua
f 26 13 19 15 15 21 17 15 13 10
% 100 50 73 57,6 57,6 80,7 65,3 57,6 50 38,4
Informasi table di atas adalah dari 26 orang (100% ) mengatasi kejenuhan dengan mengobrol pada teman sebanyak 21 orang (80,7%) mengatasi kejenuhan dengan mendengar music, 19 orang (73%) berkumpul dengan teman-teman, 17 orang (65,3%) tidur, berkunjung ke tempat wisata, nonton TV/film, dan curhat pada sahabat sebanyak 15 orang (57,6%), bermain games dan sms-an 13 orang (50%), dan 10 orang (384%) menceritakan pada orang tua. Ternyata tidak ada satu orangpun mahasiswa mengatasi kejenuhan belajar dengan cara menyempaikan pada konselor atau dosen penasehat akademik mereka.
B. Deskripsi Prosedur Konseling Kelompok Mengentaskan Kejenuhan Belajar Mahasiswa
Model
CBT
untuk
Pemilihan konseling kelompok didasarkan pada pertimbangan bahwa konseling kelompok dipandang lebih efektif, mengaktifkan peran anggota kelompok, dan memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan pengentasan masalah yang dihadapi anggota kelompok,
serta
mempermudah pencapaian tujuan konseling. Struktur model konseling kelompok
28
model CBT meliputi empat tahap: 1) tahap pembentukan; 2) tahap peralihan; 3) tahap kegiatan; dan ; 4) tahap pengakhiran: Praktek konseling kelompok model CBT ini menggunakan “pola 20/20/20”, artinya selama 20 menit pertama, focus konseling pada eksplorasi, pembahasan, dan 20 menit terakhir difokuskan membangun kesepakatan antara koselor dengan konseli tentang latihan yang akan dilakukan, dan 20 menit terakhir pembuatan kesepakatan atau kontrak konseling. Pola ini dilakukan dalam konseling kelompok, dengan prosedur konseling sebagai berikut: Tabel IV.5 Struktur Konseling Kelompok Model CBT
No
Tahapan Konseling Kelompok
(1 )
1
2
3
Penjelasan
Kegiatan
(2)
(3)
(4)
Pembentukan
Konselor mempersiapkan terbentuknya kelompok, dimulai dengan membentuk atau mengkondisikan anggota kelompok, agar focus tehadap kegiatan yang akan dilakukan, dilanjutkan dengan menstimulasi proses konseling CBT untuk mengentaskan kejenuhan belajar. Selanjutnya pimpinan kelompok menjelaskan pengertian, tujuan, bentuk pelaksanaan konseling kelompok, dan asas-asas konseling konseling dominan..
Peralihan
Kegiatan kelompok pada tahap ini untuk membangun minat dan komitmen kerjasama antar anggota kelompok dan konselor. Untuk keperluan ini dapat dilaksanakan simulasi permainan yang sesuai. Kegiatan ini bertujuan untuk mengakrabkan anggota kelompok. Selanjutnya pimpinan kelompok menjelaskan pengertian, tujuan, bentuk pelaksanaan konseling kelompok, dan asas-asas konseling konseling dominan..
Kegiatan
Kegiatan pada bagian ini konselor focus eksplorasi pada kerisauan mahasiswa saat ini, tingkat kekhawatiran yang sedang dilami dan pengalaman yang dirasakan saat menghadapi kejenuhan belajar. Setelah itu dilakukan pembahasan masalah oleh anggota kelompok. Selanjutnya konselor bersama anggota kelompok membahas “ada apa dengan kejenuhan? Agar anggota kelompok memahami esensi kejenuhan dan menambah wawasan tentang relevansi kejenuhan pada kegiatan belajar mahasiswa,
1. Membaca salam 2. Berdo’a 3. Ta’ruf
1. Membangun niat ikhlas 2. Musyawarah 3. Ta’awun 4. Permainan sesuai masalah 5. Penstrukturan
1. 2. 3. 4.
Eksplorasi Diskusi Observasi diri Kontrak perilaku
29
No
Tahapan Konseling Kelompok
Penjelasan
Kegiatan
(1 )
(2)
(3)
(4)
4
Pengakhiran
khususnya pada keletihan fisik dan emosi. Teknik yang digunakan adalah diskusi, eksplorasi, dan kontrak perilaku. Selanjutnya dilakukan eksplorasi mendalam terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku sebagai cara untuk sampai pada pengembangan keterampilan khusus sebagai respon terhadap masalah kejenuhan belajar yang dihadapi mahasiswa. Pada tahap ini konselor melakukan tahapan pengakhiran, yang merupakan bagian untuk merefleksi keseluruhan rangkaian konseling. Kegiatan ini difokuskan membangun kesepakatan antara koselor dengan konseli tentang latihan yang akan dilakukan sebelum sesi konseling berikutnya, dan antisipasi terhadap masalah yang mungkin dihadapi selama mecoba suatu Hai ini penting untuk para anggota dengan cara berkomitmen pada dirinya sendiri untuk melanjutkan usaha dan mempraktekkan tingkah laku baru di kehidupan nyata. Untuk memudahkan kelompok mencapai tujuan konseling, pengakhiran konseling direncanakan. Konseli belajar mengembangkan wawasan dalam keyakinan mereka untuk bergerak menuju perubahan. Keberhasilan konseling secara keseluruhan adalah berkurangnya gejala kejenuhan belajar dan menurunnya intensitas kejenuhan pada area fisik, emosi, menurunnya sikap sinis terhadap belajar, dan meningkatnya keyakinan diri dalam belajar.
1. Refleksi 2. Menyimpulka n 3. Komitmen 4. Penilaian 5. Do’a Penutup
C. Deskripsi Tindakan Deskripsi penelitian dari siklus I sampai siklus II, di mana siklus I dan II masing-masing terdiri dari dua pertemuan dengan perencanaan jadwal tindakan sebagai berikut. Tabel IV.6 Jadwal Pelaksanaan Tindakan
Siklus I
Kegiatan Pertemuan
Tanggal Rabu,
01
Indikator 1. Melakukan konseling kelompok model CBT
30
Siklus
Kegiatan pertama
Tanggal Oktober 2014
Pertemuan kedua
Rabu, 08 Oktober 2014
Pertemuan Pertama
Jum’at, 31 Oktober 2014
Pertemuan kedua
Selasa, 04 November 2014
II
Indikator sesuai dengan prosedur konseling di atas 2. Melakukan observasi 3. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan 1. Melakukan konseling kelompok model CBT sesuai dengan prosedur konseling di atas 2. Melakukan observasi 3. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan 4. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk siklus berikutnya 1. Melakukan konseling kelompok model CBT sesuai dengan prosedur konseling di atas 2. Melakukan observasi 3. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan 1. Melakukan konseling kelompok model CBT sesuai dengan prosedur konseling di atas 2. Melakukan observasi 3. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
1.
Laporan Siklus I
a.
Perencanaan Tindakan Siklus I Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I. Peneliti terlebih dahulu
membuat perencanaan tindakan yang akan diberikan kepada mahasiswa. Pada penelitian ini peneliti menerapkan konseling kelompok model CBT untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa semester VB Prodi BK STAIN Batusangkar. Konseling kelompok model CBT ini dilakukan yang terdiri dari 4 tahap, peneliti telah menyusun prosedur konseling, jumlah pertemuan, dan bentuk kegiatan pada setiap pertemuan, sebagai berikut: Tabel IV.7 Perencanaan Tindakan (Konseling Kelompok Model CBT)
No
Tahapan Konseling Kelompok
1
Pembentukan
2
Peralihan
Penjelasan Memulai kelompok.
Membentuk
Membangun minat dan komitmen kerjasama antar anggota kelompok
Bentuk Kegiatan
Alokasi Waktu
Membaca salam Berdo’a Ta’ruf Membangun niat ikhlas 10 Menit 2. Musyawarah 3. Ta’awun 4. Permainan sesuai 10 Menit
1. 2. 3. 1.
31
Tahapan Konseling Kelompok
No
3
4
Penjelasan
Eksplorasi kerisauan mahasiswa saat ini Tingkat kekawatiran Pengalaman terkait kejenuhan.
Kegiatan
Membangun kesepakatan antara koselor dengan konseli tentang latihan yang akan dilakukan.
Pengakhiran
Bentuk Kegiatan
Alokasi Waktu
5. 1. 2. 20 Menit 3. 4.
20 Menit
1. 2. 3. 4. 5.
masalah Penstrukturan Eksplorasi Diskusi Observasi diri Kontrak perilaku Refleksi Menyimpulkan Komitmen Penilaian Do’a Penutup
Berdasarkan table di atas maka perencanaan tindakan dideskripsikan setiap pertemuan pada siklus I direncanakan dua kali pertemuan melaksanakan konseling kelompok, sesuai dengan langkah-langkah pada table di atas. Tujuan tindakan pada siklus I adalah untuk mengetahui penurunan gejala kejenuhan belajar mahasiswa pasca konseling kelompok model CBT, dengan melihat perilaku yang ditampilkan mahasiswa di dalam dan di luar konteks konseling. b. Implementasi Tindakan dan Observasi Siklus I dilasanakan dengan jumlah dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 1 Oktober 2014 dan pertemuan kedua pada hari Rabu, tanggal 8 Oktober 2014 di Lokal L.III.6. Pada setiap pertemuan diselenggarakan dengan alokasi waktu 90 menit. Berikut gambaran proses pelaksanaan konseling kelompok pada setiap pertemuan Pertemuan Pertama 1. Konteks Fokus Penelitian
:
Memahami Esensi Kejenuhan
Arah KKP CBT
:
Ada Apa dengan Kejenuhan
Waktu
:
Rabu, 01 Oktober 2014
Tempat
:
Gedung L.III.6
Jumlah Mhs
:
10 Orang
32
2. Prosedur Konseling a) Tahap Pembentukan Peneliti mempersiapkan terbentuknya membentuk
kelompok, dimulai dengan
atau mengkondisikan anggota kelompok, supaya fokus tehadap
kegiatan yang dilakukan, dilanjutkan dengan perkenalan, dan menstimulasi proses konseling model CBT. Langkah selanjutnya yaitu pembentukan kelompok dan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilaksanakan, yaitu untuk membenahi cara berpikir tentang belajar dan semua rangkaian kegiatan terkait dengan belajar. Aspek penting dari CBT adalah cara konselor menggunakan teknik relevan untuk mengidentifikasi pikiran otomatis tentang belajar di perguaruan tinggi, sehingga konseli belajar mengembangkan wawasan dalam keyakinan mereka untuk bergerak menuju perubahan, terutama pada factor yang menyebabkan kesulitan belajar.
Selanjutnya pimpinan kelompok menjelaskan pengertian,
tujuan, bentuk pelaksanaan konseling kelompok, dan asas-asas konseling konseling dominan b) Tahap Peralihan Kegiatan kelompok pada tahap ini untuk membangun minat dan komitmen kerjasama antar anggota kelompok dan konselor. Untuk keperluan ini dapat dilaksanakan simulasi permainan yang sesuai. Kegiatan ini bertujuan untuk mengakrabkan anggota kelompok.
c) Tahap Kegiatan Kegiatan peneliti pada bagian ini berfocus pada eksplorasi kerisauan mahasiswa saat sekarang, tingkat kekawatiran yang sedang dilami dan pengalaman yang dirasakan saat menghadapi kejenuhan belajar. Setelah itu dilakukan pembahasan masalah oleh anggota kelompok. Selanjutnya konselor bersama anggota kelompok membahas “ada apa dengan kejenuhan? Agar anggota kelompok memahami esensi kejenuhan dan menambah wawasan tentang relevansi kejenuhan pada kegiatan belajar
33
mahasiswa, khususnya pada keletihan fisik dan emosi. Sebelum peneliti meminta anggota kelompok mengemukakan pengertian kejenuhan belajar, terlebih dahulu peneliti meminta anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang kejenuhan belajar. Awalnya anggota kelompok malu-malu untuk menyampaikan pendapat. Kemudian peneliti berusaha memotivasi, dan meyakinkan diri mereka bahwa pada hakekatnya semua orang memiliki potensi, hanya memilih untuk tidak eksis. Kemudian satu anggota kelompok menyampaikan pendapatnya: “kejenuhan belajar adalah suasana hati kita tidak enak dan tidak berminat mengikuti suatu kegiatan, bawaannya suntuk dan malas saja, tetapi tidak jelas kenapa”. Setelah satu orang berbicara, mahasiswa lain silih berganti berpendapat tentang kejenuhan belajar, macam-macam pendapat tentang kejenuhan belajar muncul menurut versi mereka masing-masing. Peneliti selanjutnya bertanya “siapa yang mengalami kejenuhan dalam kuliah?” Kemudian
masing-masing
anggota
kelompok
mengemukakan
permasalahan yang mereka alami, sebagian besar mereka mengalami kejenuhan belajar. Teknik yang digunakan adalah diskusi, eksplorasi, dan kontrak perilaku. Selanjutnya dilakukan eksplorasi mendalam
terhadap pikiran, perasaan, dan
perilaku sebagai cara untuk sampai pada pengembangan keterampilan khusus sebagai respon terhadap masalah kejenuhan belajar yang dihadapi mahasiswa. Tahap ini adalah inti dari kegiatan untuk membahas hakekat kejenuhan belajar d) Tahap Pengakhiran Pada tahap ini konselor melakukan tahapan pengakhiran, yang merupakan bagian untuk merefleksi
keseluruhan rangkaian konseling. Kegiatan ini
difokuskan membangun kesepakatan antara koselor dengan konseli
tentang
latihan yang akan dilakukan sebelum sesi konseling berikutnya, dan antisipasi terhadap masalah yang mungkin dihadapi selama mecoba suatu. Hai ini penting untuk anggota kelompok dengan cara berkomitmen pada dirinya sendiri untuk melanjutkan usaha dan mempraktekkan tingkah laku baru di kehidupan nyata. 3. Hasil Pengamatan Salam dan pengucapan do’a pada tahap pembentukan kurang ditanggapi anggota, sehingga anggota kurang fokus. Penjelasan tentang kejenuhan belajar
34
sudah dapat dipahami anggota. Kemudian anggota kelompok belum terlibat secara aktif atau dinamika kelompok belum tercipta dengan baik. 4. Refleksi Refleksi dilakukan peneliti terkait pelaksanaan konseling kelompok model CBT, untuk melihat pemahaman mahasiswa tentang esensi kejenuhan dari catatan observasi dan catatan lain, yang perlu diperbaiki pada siklus II. Malam hari sepulang dari kampus, tanggal 01 Oktober 2014 peneliti mencoba menganalisis data untuk mengadakan refleksi, dengan hasil dideskripsikan sebagai berikut: a) Tahap pembentukan dilakukan
dengan menarik, dan dilengkapi dengan
permainan atau games, sehingga mampu memfokuskan anggota kelompok dan lebih rileks. b) Dinamika kelompok diperhatikan dan buat semua anggota kelmpok aktif berpartisipasii. c) Penggunaan teknik CBT lebih dioptimalkan.
Pertemuan Dua 1. Konteks Fokus Penelitian
:
Memahami Esensi Kejenuhan
Arah KKP CBT
:
Menyingkapi Misteri Kejenuhan
Waktu
:
Rabu, 08 Oktober 2014
Tempat
:
Gedung L.II.9
Jumlah Mhs
:
10 orang
2. Prosedur Konseling a) Tahap Pembentukan Peneliti membuka konseling kelompok dengan membaca basmalah kemudian dilanjutkan dengan puji syukur pada Allah dan salawat pada Nabi Muhamad SAW. Anggota kelompok menjawab dengan dengan semangat. Setelah peneliti mengemukakan gambaran umum kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu, anggota kelompok terlihat semangat. Peneliti tidak perlu menjelaskan
35
pengertian, tujuan, bentuk pelaksanaan konseling kelompok, dan asas-asas konseling, karena sudah dibahas sebelumnya. b) Tahap Peralihan Tahap ini peneliti lakukan pengembangan minat, fokus perhatian, komitmen kerjasama
antar
anggota
kelompok,
maupun
dengan
peneliti.
Peneliti
melaksanakan permainan the seven boom, untuk menguji dan memperkuat konsentrasi anggota kelompok. c) Tahap Kegiatan Kegiatan pada bagian ini konselor memfokuskan pada pada esensi kejenuhan belajar terkait dengan keletihan fisik dan keletihan emosi dalam belajar. Peneliti meminta pendapat anggota kelompok mengemukakan pendapat mereka mengenai bentuk kejenuhan belajar yang mereka alami dengan faktor penyebabnya. Setelah itu dilakukan pembahasan, selanjutnya peneliti menegaskan bentuk-bentuk kejenuhan belajar. Selanjutnya membahas
bersama anggota
kelompok tentang ”menyingkapi misteri kejenuhan belajar”, mereka diharapkan mampu mengenal sumber kejenuhan dan cara mengatasinya. Peneliti meminta anggota kelompok untuk menceritakan bentuk-bentuk kejenuhan belajar yang mereka alami. Ini perlu dilakukan untuk melihat kejenuhan belajar yang mereka alami salama ini, seorang anggota kelompok berinisial FK ingin masalahnya dahulu dibahas karena mendesak untuk dientaskan. Maka dengan kesepakatan anggota kelompok lain masalahnya disetujui untuk dibahas lebih dahulu. Ungkapan FK adalah: Masalah yang saya alami mungkin sama dengan teman lain. Saya merasa selalu malas belajar setiap hari, badan saya letih. Terkadang saya santai saja ketika ada tugas kuliah, setelah dekat waktu pengumpulan tugas baru tugas tersebut saya selesaikan dengan terburu-buru. Setelah berdiskusi, maka seluruh anggota kelompok menyetujui masalahnya dibahas dengan model konseling CBT, menggunakan teknik diskusi, eksplorasi, restrukturisasi kognitif dan kendali diri. Peneliti bersama anggota kelompok mengeksplorasi permasalah FK dan mendiskusikan dengan anggota kelompok. Kemudian dilakukan restrukturisasi kognitif, yaitu suatu teknik konseling CBT
36
untuk menyusun ulang distorsi kognitif atau cara berpikir yang salah tentang tugas dan kuliah. Peneliti meminta FK mengemukakan
pikiran-pikiran negatifnya.
Anggota kelompok lain menanyakan seberapa sering FK
berpikir negative
tentang tugas kuliah. FK menjelaskan banyak sekali pikiran negatifnya tentang kuliah. FK mengemukan: “Orang tua saya tidak pernah menanyakan kemajuan belajar saya. Peneliti dengan anggota kelompok lain menentang pikiran tersebut dengan merespon: Tidak pernah?. Selama ini saudara menempuh pendidikan tidak pernah ditanyakan orang tua berapa nilai Saudara?, jawab FK: “Yah, mungkin pernah. Pernah orang tua suatu kali menanyakan dan saya lupa kapan, tapi menurut saya orang tua saya benar-benar tidak peduli dengan pendidikan anak”. Teman lain bertanya: “apakah penghargaan orang tua terhadap nilai Sdr membuat Sdr semangat kuliah?”, jawab FK: Iya. Respon anggota kelompok lain: “bagaimana kalau cara orang tua Sdr menyayangi FK begitu dan tidak dapat diubah siapapun, lantas membuat FK tetap tidak semangat?, jawab FK: “Iya juga ya, sampai kapan saya harus dihargai dimotivasi orang tua, justeru saya sendiri yang berpikir dan member semangat pada diri sendiri. Kemudian peneliti membahas bersama kelompok cara-cara yang dapat digunakan dengan teknik kendali diri. Orang yang mampu mengendalikan diri kita adalah kita sendiri, bukan orang lain. Ketika kita ingin mendapatkan sesuatu maka kekuatan ada pada diri kita bukan orang lain. Sampai FK mengenrti dan mampu memilih mana yang terbaik untuk menghadapi kegiatan kuliah. d) Tahap Pengakhiran Peneliti menanyakan kesan dan pesan selama kegiatan konseling kelompok model CBT, kemudian membuat kontrak khususnya dengan FK untuk melakukan apa yang perlu dilakukan untuk semangat dalam kuliah. Begitu juga dengan anggota kelompok lain, juga membuat kontrak untuk mengambil hal-hal yang baik untuk mengatasi kejenuhan versi anggota kelompok masing-masing. Pada tahap ini konselor melakukan tahapan pengakhiran, yang merupakan bagian untuk merefleksi
keseluruhan rangkaian konseling. Setelah itu membaca do’a yang
dipimpin salah seorang anggota kelompok, dan konseling ditutup.
37
5. Hasil Pengamatan Anggota kelompok belum seluruhnya berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok, masih ada yang hanya sekadar duduk, senyum, dan pulang. Masih ada juga anggota kelompok yang berbicara satu sama lain, terlihat kurang fokus pada kegiatan kelompok. Kemudian masih ada diantara anggota kelompok yang menanggapi teman lain tanpa mempertimbnagkan perasan anggota yang dibahas masalahnya oleh kelompok. 6. Refleksi Refleksi dilakukan peneliti terkait pelaksanaan konseling kelompok model CBT, untuk melihat pemahaman mahasiswa tentang esensi kejenuhan dari catatan observasi dan catatan lain yang perlu diperbaiki pada siklus II. Ada beberapa hal penting perlu diperhatikan: 1. Setiap tahapan konseling kelompok dimeriahkan dengan permainan yang bersifat latihan konsentrasi sekaligus hiburan d) Dinamika kelompok perlu disempurnakan e) Pemilihan teknik khusus CBT lebih direlevankan lagi dengan masalah. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan pada minggu selanjutnya, karena bulan oktober 2014 minggu ujian tengah semester.
Peneliti memerlukan
koordinasi pemakaian ruang kuliah. Selain itu alasan pemilihan teknik CBT yang relevan juga menjadi alasan tersendiri. Jadi pelaksanaan tindakan siklus II akan dilakukan pada minggu ketiga Oktober, tepatnya hari Jum’at, 31 Oktober 2014 pertemuan kedua pada tanggal 4 November 2014. 2. Laporan Siklus II a. Perencanaan siklus II Pada hari Senin, 13 Oktober 2014, peneliti menyusun rencana tindakan siklus II untuk lebih membantu mahasiswa mereduksi kejenuhan belajar dengan konseling kelompok model CBT, yang pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan. Penyusunan tersebut dideskripsikan sebagai berikut: (sumber buku agenda penelitian peneliti). 1) Menyiapkan berbagai permainan kelompok untuk meningkatkan konsentrasi atau focus anggota kelompok.
38
2) Peneliti menyiapkan teknik-teknik konseling CBT yang dapat diterapkan pada konseling kelompok untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa. 3) Sebelum tindakan, peneliti meminta kolega peneliti untuk menyiapkan lembaran observasi dalam bentuk daftar cek dan format skala penilaian kegiatan. b. Implementasi Tindakan dan Observasi 1) Pertemuan Ke-1 siklus II Pertemuan Pertama 1. Konteks Fokus Penelitian
:
Membangun Komunikasi Efektif
Arah KKP CBT
:
Anda Tidak Dapat Hidup Sendiri
Waktu
:
Jum’at, 31 Oktober 2014
Tempat
:
Gedung L.III.3
Jumlah Mhs
:
10 orang
2.Prosedur Konseling a) Tahap Pembentukan Seperti biasa konselor membuka konseling kelompok dengan membaca basmalah, berdo’a, dilanjutkan dengan puji syukur pada Allah dan salawat pada Nabi Muhamad SAW. Peneliti mengemukakan gambaran umum kegiatan yang akan dilakukan, yaitu; konseling kelompok model CBT dengan arah konseling kelompok ”Anda tidak dapat hidup sendiri” pembahasan konseling kelompok ini masih lanjutan dari konseling sebelumnya yang membahas masalah FK. Pembahasan ini bertujuan membantu konseli dalam hal ini FK supaya dapat membangun komunikasi
yang efektif untuk meraih kesuksesan akademik,
mampu menjadi pendengar yang baik, dan dapat menjadi komunikator yang arif. b) Tahap Peralihan Peneliti lakukan pengembangan minat, fokus perhatian, komitmen kerjasama antar anggota kelompok, mapun dengan peneliti. Peneliti melaksanakan permainan ”lakukan apa yang dikatakan bukan apa yang dilakukan”, perintah tersebut didahului dengan
kata ”Aisyah”, untuk menguji dan memperkuat
konsentrasi anggota kelompok.
39
c) Tahap Kegiatan Kegiatan pada bagian ini konselor memfokuskan membangun kemampuan komunikasi anggota kelompok secara efektif. Kemampuan komunikasi sangat diperlukan untuk mencapai tujuan dan menyampaikan ide atau pendapat pada setiap kegiatan akademik kampus. Tanpa kemampuan ini sebagai mahasiswa akan mudah merasa jenuh, karena kejenuhan secara eksternal berasal dari hubungan yang kurang harmonis dengan orang lain. Teknik yang digunakan dalam konseling kelompok ini adalah pencatatan diri, evaluasi diri, dan pengukuhan diri. Anggota kelompok bersama Peneliti meminta FK melaporkan hubungan sosialnya dengan orang-orang penting dan sangat mempengaruhi emosinya dalam melaksanakan kegiatan akademik di kampus, seperti dosen, ketua program studi, teman sekelas, orang tua, dan teman sekost. FK diminta untuk mengemukakan bagaimana dirinya berkomunikasi dan bagaimana respon orang lain yang membuatnya jenuh. Maka FK mengemukakan: ” Saya malas berpendapat di kelas, karena ide-ide saya tidak didengar teman-teman”. Suatu waktu saya merasa: “mudah kehilangan kendali diri dalam belajar, sehingga membuat saya tidak
mampu
menolak
ajakan
teman
untuk
hura-hura”.
Bahkan
FK
menyampaikan: “Teman-teman yang individualitas membuat saya malas masuk lokal tersebut untuk kuliah”. Catatan diri terkait dengan orang lain yang menyebabkan FK mengalami kejenuhan belajar. Hal ini dibahas satu persatu oleh peneliti bersama anggota kelompok. Kemudian setelah pembahasan ini, maka anggota kelompok dan peneliti meminta FK untuk mengevaluasi, bahwa pikiran seperti itu sangat merugikan diri sendiri, dengan cara memperlihatkan beberapa fakta atau kenyataan bahwa semua itu hanya fikiran FK saja, belum tertu orang lain seperti yang disangkakannya. Kemudian peneliti membahas bersama kelompok cara-cara yang dapat digunakan untuk bekomunikasi untuk menyatakan diri pada orang lain. Setiap orang ingin eksis namun yang terpenting harus kenali kelebihan kita, dan pandai memanfaatkan kesempatan.
40
d) Tahap Pengakhiran Peneliti menanyakan kesan dan pesan selama kegiatan konseling kelompok model CBT, kemudian membuat kontrak khususnya dengan FK untuk melakukan apa yang perlu dilakukan untuk semangat dalam kuliah. Begitu juga dengan anggota kelompok lain, juga membuat kontrak untuk mengambil hal-hal yang baik untuk mengatasi kejenuhan versi anggota kelompok masing-masing. Pada tahap ini konselor melakukan tahapan pengakhiran, yang merupakan bagian untuk merefleksi
keseluruhan rangkaian konseling. Setelah itu membaca do’a yang
dipimpin salah seorang anggota kelompok, dan konseling ditutup. 3.Hasil Pengamatan Anggota kelompok sudah menunjukkan keseriusan, semuanya fokus dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok. Ungkapan verbal dan nonverbal anggota kelompok menunjukkan bahwa mereka mengerti dan dapat memahami dan mengentaskan kejenuhan belajar mereka. Peneliti perlu memberikan tugas rumah untuk berlatih dalam berkomunikasi kepada orang-orang penting 10 kali dalam sebulan. Beberapa catatan untuk perbaikan agar pertemuan berikutnya anggota kelompok diberi keleluasaan saat sesi eksplorasi dan elaborasi, yaitu diberi kebebasan keluar ruangan. Jika alokasi waktu diskusi kelompok habis mereka diminta segera masuk ruangan dan melaksanakan presentasi. Peneliti setuju. 2) Pertemuan Kedua siklus II Pertemuan Dua 1. Konteks Fokus Penelitian
:
Membantu
Konseli
Menata
Diri
dalam
Penyesuaian Sosial Arah KKP CBT
:
Kampus Survival
Waktu
:
Selasa, 4 November 2014
Tempat
:
Gedung L.II.9
Jumlah Mhs
:
11 orang
41
2.Prosedur Konseling a) Tahap Pembentukan Peneliti membuka konseling kelompok dengan membaca basmalah, berdo’a, dilanjutkan dengan puji syukur pada Allah dan salawat pada Nabi Muhamad SAW. Peneliti mengemukakan gambaran umum kegiatan yang akan dilakukan yaitu konseling kelompok model CBT dengan
arah konseling
kelompok ”Kampus Suvival” pembahasan konseling kelompok ini masih lanjutan dari konseling berikutnya membahas masalah FK. Pembahasan ini bertujuan membantu konseli dalam hal ini FK agar mampu menata diri dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar sehingga dapat tetap semangat dan memiliki motivasi berprestasi tinggi, baik dalam kondisi positif maupun dalam kondisi negatif. b)Tahap Peralihan Peneliti lakukan pengembangan minat, focus perhatian, komitmen kerjasama antar anggota kelompok, mapun dengan peneliti. Peneliti melaksanakan permainan ”lakukan apa yang dikatakan bukan apa yang dilakukan”, perintah tersebut didahului dengan
kata ”Aisyah”, untuk menguji dan memperkuat
konsentrasi anggota kelompok. c)Tahap Kegiatan Kegiatan pada bagian difokuskan untuk membangun kapasitas diri anggota kelompok, yaitu FK untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar. Teknik yang digunakan relaksasi dan dan visualisasi. Relaksasi yaitu suatu teknik CBT dengan cara anggota kelompok diminta mampu menata diri bersama FK agar mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus, baik kegiatan akademik maupun non -akademik, baik kondisi lingkungan baik dan menyenangkan maupun lingkungan tersebut tidak kondusif. Menghadapi situasi yang mencekam, mencemaskan, dan menegangkan apa yang dapat saudara lakukan?
Kata peneliti, lalu beberapa anggota kelompok
menjawab: IK
: Saya akan lari dari stuasi tersebut.
LA
: Saya akan hadapi situasi tersebut, kita kan belum tahu tu, rasanya
42
kekuatannya, mana tahu itu hanya pikira kita aja. WFY
: Yang saya pikirkan adalah mungkin sesuatu akan membuat diri saya tidak berdaya, dipermalukan, dan boleh jadi ditolak orang lain.
MA
: saya bingung, soalnya saya sering merasa seprti itu di hadapan teman-teman yang suka mencemoohkan saya.
Peneliti mencoba untuk membahas masalah tersebut bersama anggota kelompok dengan mengubah persepsi konseli (FK)
dengan persepsi yang
berbeda, sebagai langkah menuju modifikasi perilaku dengan berfikir sebaliknya. Kenyataan bukan untuk dihindari, ketika kita menghindar dari situasi yang tidak kita ketahui akan mengangkat diri kita, namun karena kita mempersepsi itu suatu yang membahayakan maka secara otomatif distorsi kognitif akan membawa kita pada kemunduran. Hadapi saja kalau mencemaskan kita bisa lakukan relaksasi atau visualisasi, artinya peneliti melatih anggota kelompok melakukan gerakan otot ringan untuk mengurangi ketegangan pada situasi yang mencemaskan. Sedangkan teknik visualisasi artinya mengajarkan anggota kelompok untuk membayangkan kejadian yang menyenangkan bukan seperti yang difikirkan pada awalnya dengan punuh negative thinking tadi. d) Tahap Pengakhiran Peneliti menanyakan kesan dan pesan selama kegiatan konseling kelompok model CBT, kemudian membuat kontrak khususnya dengan FK untuk melakukan apa yang perlu dilakukan untuk semangat dalam kuliah. Begitu juga dengan anggota kelompok lain, juga membuat kontrak untuk mengambil hal-hal yang baik untuk mengatasi kejenuhan versi anggota kelompok masing-masing. Pada tahap ini konselor melakukan tahapan pengakhiran, yang merupakan bagian untuk merefleksi
keseluruhan rangkaian konseling. Setelah itu membaca do’a yang
dipimpin salah seorang anggota kelompok, dan konseling ditutup. 3.Hasil Pengamatan Anggota kelompok menujukkan kemajuan dengan beberapa kali pelaksaan konseling kelompok model CBT, sehingga tidak perlu lagi dilakukan konseling pada siklus berikutnya. Jadi tujuan siklus II dalam menggunakan konseling
43
kelompok model CB untuk mengentaskan kejenuhan belajar mahasiswa telah mencapai indikator keberhasilan. Dengan demikian penelitian sudah dapat dihentikan
C. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini membahas penurunan kejenuhan belajar mahasiswa pasca konseling kelompok model CBT. Pada sisi lain, evaluasi terhadap keberhasilan konseling untuk menurunkan kejenuhan belajar dilakukan pada setiap pertemuan konseling, terutama untuk melihat perubahan pernyataan diri konseli dan anggota kelompok, dari pernyataan diri yang maladaptif menjadi pernyataan diri yang positif dan realistik. Hal ini ditanyakan secara lisan setiap sesi konseling. Secara rinci dapat dilihat pada masing-masing aspek fokus penelitian: (1) Profil kejenuhan belajar mahasiswa; (2) penyebab kejenuhan belajar pada akhir siklus I dan II (berdasarkan data yang diperoleh sebagai hasil tindakan di Bagian C) dibandingkan dengan indikator keberhasilan tindakan. 1. Profil Kejenuhan Belajar Mahasiswa Prodi BK Angakatan 2012 sebelum dan sesudah Tindakan Hasil pengolahan data pertama sebelum tindakan dan setelah tindakan konseling kelompok model CBT, menujukkan terjadinya penurunan kejenuhan belajar mahasiswa. Akhir siklus I kejenuhan berada pada 73,07%, pada siklus II menjadi 57,08%. Artinya terjadi penurunan kejenuhan belajar 15,99%. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
44
%
Pelaksanaan Konseling Kelompok Model CBT
80 70 60 50 40 30 20 10 0
73.07 57.08
52
Akhir siklus I Akhir siklus II Penurunan
15.99
Indikator keberhasilan
Grafik IV.2 Peningkatan Pelaksanaan Konseling Kelompok Model CBT Pada gambar di atas terlihat bahwa terdapat penurunan kejenuhan belajar mahasiswa selama dilaksanakan tindakan sebagaimana disajikan di laporan persiklus terdahulu (akhir siklus I ke akhir siklus II) dapat divisualisasikan seperti pada grafik IV.2. Berdasarkan grafik tersebut terlihat jelas bahwa aplikasi konseling kelompok model CBT
dari siklus I ke siklus II menurun sebesar
15,99%. Artinya pada kedua siklus dapat membantu menurunkan kejenuhan belajar mahasiswa. 2. Penyebab Kejenuhan Belajar Mahasiswa Hasil pengamatan dan hasil pengolahan
data ditemukan bahwa pada
awalnya penyebab dominan kejenuhan belajar mahasiswa banyak dipicu oleh persepsi: “merasa telah belajar giat namun nilai tidak memuaskan”, dialami oleh 25 orang mahasiswa atau mencapai 96,1%. Kemudian setelah tindakan, menurun menjadi 15 orang mahasiswa atau 57,69%. Artinya terjadi penurunan sebanyak 38%. Demikian juga penyebab eksternal lebih dominan pada persepsi:“Temanteman yang individualis membuat saya malas masuk local tersebut untuk kuliah”, pada awalnya ada 25 orang atau 96,1% mahasiswa mempersepsi seperti itu, kemudian setelah tindakan hanya 12 orang atau 46,15% mahasiswa yang masih merasa hal tersebut. Artinya terjadi penurunan sebanyak 49% penurunan
45
kejenuhan belajar mahasiswa pasca layanan konseling kelompok model CBT. Hal ini dapat dilihat pada Grafik di bawah ini.
120 100
Penurunan Kejenuhan Belajar Mahasiswa Pasca Konseling Kelompok Model CBT 96.0196.01
%
80 57.69 46.15
60 40
49 38
20
Penurunan
Akhir siklus II
Sebelum tindakan
0 Internal Eksternal
Grafik IV.3 Penurunan Kejenuhan Belajar Mahasiswa Pasca Konseling Kelompok Model CBT Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa setelah tindakan pada akhir siklus II semua indikator keberhasilan konseling sesuai desain penelitian tercapai. Baik penurunan kejenuhan belajar secara umum, maupun penurunan jumlah mahasiswa mempersepsi penyebab kejenuhan belajar secara internal dan eksternal berkurang dari sebelumnya. Upaya perbaikan tentu saja terus dilakukan dengan berbagai model dan strategi konseling yang lain, demi optmalisasi perwujudan visi dam misi program studi BK di masa datang. Penelitian merupakan upaya mengatasi permasalahan, namun keterbatasan waktu dan kemampuan, maka ini yang dapat dilakukan untuk sementara. Penelitian ini membuka peluang penelitian baru sesuai dengan rekomendasi atau saran di bagian akhir laporan ini.
46
BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Pelaksanaan konseling kelompok model CBT setelah tindakan persiklus dapat menurunkan kejenuhan belajar mahasiswa. 2. Terjadi penurunan jumlah mahasiswa yang mempersepsi penyebab kejenuhan belajar baik aspek internal maupun aspek eksternal. B. Keterbatasan 1 Dari segi proses, pelaksanaan penelitian terkendala oleh fasilitas tempat konseling, karena dalam waktu bersamaan dilaksanakan kuliah mikro konseling dan kuliah lainya, sehingga konseling dilaksanakan di tempat yang kurang menjamin frivasi konseli. 2. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi, namun bisa digunakan sebagai bahan referensi pengalaman bagi pembaca yang memerlukan
inovasi
konseling demi meningkatkan kualitas belajar mahasiswa di masa datang.
C. Rekomendasi 1.
Peneliti selanjutnya dapat mencoba mengembangkan model konseling yang lain untuk menurunkan kejenuhan belajar mahasiswa.
2.
Pihak STAIN sudah saatnya menyediakan fasilitas labor teknik layanan micro skill counseling dalam bentuk one way screen room, sehingga praktikum layanan konseling dapat dijalankan sesuai standar profesi konseling.
3.
Mahasiswa diharapkan berkonsultasi pada penasehat akademik ketika mengalami kejenuhan belajar, bukan memilih curhat pada sahabat yang belum tentu mampu mengentaskan masalah dan belum tentu dapat dipercaya.
47
DAFTAR KEPUSTAKAAN Agustin, Mubiar, Pengembangann Model Konseling Kognitif Perilaku untuk Mengatasi Bornout pada Mahasiswa (Disertasi), pdf 2012 Agustin, Ratna. (2011). Menghalau Kejenuhan Bekerja. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi.dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Al-Qowiy, Abu Abddirahman, (2004). Mengatasi Kejenuhan. Jakarta: Khalifah Beck, Judith S. (2011). ). Cognitive Behavioral Therapy: The Basics. [Online]. Tersedia: http://cognitivetherapy.com/basics.html [26 April 2014] Chaplin, J.P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama. Fabella, Armand. (2003). Anda Sanggup Mengatasi Stress. Jakarta: Andi Offset. Hakim, Thursen. (2004). Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara Hopkins, D. (1992). Teachers’ guide to classroom action research. Bukingham: Open University Press Jacobs, et. Al (2003) Student Bornout as a Function Personality, Social Support, and Work Load. Journal of Collage Development. [online] tersedia www.findarticle.com/p/article/mi. [20 Mei 2014] Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori Psikologi: Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan dan Pikiran Manusia. Bandung: Nuansa Maslach, Christina. (1993). The Truth about Bornout. San Francisco:JourseyBass Publisher. McLeod, John. (2006). Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus. Alih Bahasa oleh A.K. Anwar. Jakarta: Kencana. NACBT. (2007). Cognitive-Behavioral Therapy. [Online]. http://www.nacbt.org/whatiscbt.htm [5 Januari 2013].
Tersedia:
48
Noushad, P.P. (2008). From Teacher Bornout to Student Bornout. [online]. Tersedia: http//www.eric.go.id/from-teacher-bornout-to student-bornout.pdf. [28 April 2014) Nuh, Muhammad Sayyid. (2003).Penyebab Gagalnya Dakwah. Bandung: Gema Insani Press. Oemarjoedi, A. Kasandra. (2003). Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi. Jakarta: Kreativ Media. Prayitno. (2004). Seri Layanan Konseling L-7. Padang: Jurusan BK FIP UNP. _______. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta:Ghalia Indonesia Sudrajat, Ahmad. Pendekatan Cognitive Behavior Therapy, (online). Tersedia: http://akhmadsudrajad.wordpress.com/2008/cbt. (18 Februari 2014) Sudarman, Paryati. (2004). Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Sugiana, Gian. (2013) Konseling Ego State bagi Siswa yang Mengalami Kejenuhan Belajar. (Prosiding KongresXII, dan Konvensi Nasional XVIII ABKIN dan Seminar Internasional Konseling di Denpasar). Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Pembelajaran dengan Pendekatan Baru. Jakarta: Logos Kencana Ilmu. Schaufeli, W. et. Al. (2002). Burnout and Engagement in University Student. Journal of Cross Cultural Psychology. Vol.33.No.55. PP.464-581.Western Washington University.
49