LAMPIRAN 1
Universitas Sumatera Utara
BIODATA PENELITI
Nama
: Christa Merriana Panggabean
Nama Panggilan
: Christa
Tempat/Tanggal Lahir : Sibolga, 22 April 1994 Kewarganegaraan
: Indonesia
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen Protestan
Alamat Rumah Asli
: Jl. Dolok Tolong No. 8, Kelurahan Hutabarangan II, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga
Nama Orangtua
: Ayah : Welly H. Panggabean Ibu
: Elisabeth D. Lumbantobing
Pendidikan Formal
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
SMA
Negeri 1 Sibolga
SMP
Negeri 2 Sibolga
SD
Swasta HKBP 1 Sibolga
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
Universitas Sumatera Utara
PEDOMAN WAWANCARA Persepsi Imigran Arab terhadap Masyarakat Kota Medan
I.
II.
Identitas Informan Nama
:
Tempat, Tanggal Lahir
:
Jenis Kelamin
:
Usia
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Status (Menikah/Belum Menikah)
:
Jumlah Anak
:
Asal Negara
:
Lamanya Tinggal
:
Alasan Imigrasi
:
Pertanyaan 1. Bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali tinggal di Kota Medan? 2. Apa yang Anda pikirkan ketika hendak memulai komunikasi dengan Orang Medan? 3. Apakah ada kendala ketika Anda berkomunikasi dengan Orang Medan? 4. Bagaimana
pandangan
Anda
tentang
Orang
Medan
setelah
berkomunikasi dengan mereka?
Universitas Sumatera Utara
Hasil Wawancara I.
Identitas Informan Nama
: Muhammad
Tempat, Tanggal Lahir
: Suria, 17 Juli 1987
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 29 Tahun
Pendidikan
: Accounting
Pekerjaan
: Fashion Designer
Status (Menikah/Belum Menikah)
: Menikah
Jumlah Anak
:-
Asal Negara
: Irak
Lamanya Tinggal
: 4 Tahun
Alasan Imigrasi
: Negara asal sedang perang
II.
Pertanyaan
1.
Pernah tidak berkomunikasi dengan masyarakat di Kota Medan ini? “Pernah.”
2.
Bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali berkomunikasi dengan mereka? “Orang Medan is very friendly, very good. Sebelum ke sini saya di Jakarta sekitar enam bulan. Yang pertama agak sedikit susah karena gak bisa Bahasa Indonesia, tapi ada banyak teman-teman yang belajar sama saya Bahasa Indonesia. Saya belajar Bahasa Indonesia di negara ini.”
3.
Dalam situasi apa sajakah Anda melakukan komunikasi dengan masyarakat di Kota Medan ini? “Biasanya waktu mereka bilang halo, halo sama saya. Saya sudah lama di sini, jadi semua teman di daerah ini, semua teman saya, sampe Berastagi juga.”
Universitas Sumatera Utara
4.
Bahasa apa yang Anda gunakan ketika pertama kali berkomunikasi dengan mereka? “Pertama kali pake Bahasa Inggris.”
5.
Adakah rasa khawatir yang Anda rasakan ketika hendak berkomunikasi dengan masyarakat di Kota Medan? “Gak, saya gak pernah khawatir. Ya semua orang bagus, orang Jakarta bagus, orang Medan bagus, semua orang bagus tapi beda-beda sifatnya. Saya suka berteman-teman dengan orang-orang.”
6.
Menurut penilaian Anda, bagaimanakah masyarakat di Kota Medan ini? “Orang medan lebih sopan daripada orang Jakarta. Medan macet. Orangnya waktu sore suka bakar-bakar sampah, it’s not good.”
7.
Apa sajakah kendala yang Anda hadapi ketika berkomunikasi dengan masyarakat di Kota Medan? “Masalahnya di bahasa, ya dulu saya gak ngerti apa-apa, tapi temanteman saya dan saya belajar.”
8.
Adakah aturan di negara Anda yang penerapannya berbeda dengan di sini ketika melakukan aktivitas komunikasi? “Ini Arab beda-beda. Arab mungkin dua puluh lebih negara. Itu bedabeda. Ada yang gak bisa laki-laki sama perempuan gak bisa komunikasi, ada yang bebas, negara saya bebas. Ada yang pake jilbab, ada yang gak pake jilbab. Ada christians, ada yang lain gitu. Tapi di Saudi Arab lebih ketat. Dubai, Suria, Libanon, Irak bebas itu. Perempuan bisa pake jilbab atau gak suka hati dia. Kalo di negara lain gak, harus pake jilbab.”
9.
Pernahkah ada situasi di mana Anda merasa takut dan kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat di Kota Medan?
Universitas Sumatera Utara
“Saya gak pernah ketakutan, mungkin ada orang lain mungkin takut. Orang Medan bilang seperti itu, tapi kita gak bilang seperti itu. Kalo kamu liat orang tipu-tipu yaudah kamu lari aja dari dia. Tapi kalo saya gak. Kalo dia bilang halo, aku bilang halo sama dia. Saya gak pernah dapat masalah. Kalo kita baik-baik sama orang, gak ada trouble. Kita di sini tamu, kita harus hormat sama orang Indonesia. Kita sekarang hidup di dalam Indonesia kan. Kita harus belajar. Saya sekarang sampe sekarang empat bahasa bisa, Bahasa Arab, English, Persian, Indonesia. So, kita harus belajar. Saya suka belajar untuk nanti-nanti kalo saya berangkat ke negara lain. Saya suka balik ke Indonesia, buat bisnis di sini.” 10.
Bagaimana pandangan Anda tentang masyarakat di Kota Medan setelah berkomunikasi dengan mereka? “Sama saja. Semua orang bagus, orang Medan bagus. Saya gak bakalan takut berkomunikasi dengan mereka. Saya gak buat salah. Ini semua gak sama kan. Ada yang panjang, ada yang sempit, ada yang besar, ada yang kecil. Orang juga seperti itu. Ada yang jahat, ada yang baik. Kalo kita baik-baik sama orang, kalo orang-orang jahat, kita baik sama mereka, mereka harus baik sama kita kan. Kita harus senyum-senyum, gak marahmarah. Saya suka berteman-teman sama orang-orang. Terus kalo saya berangkat dari Indonesia, saya pasti mau komunikasi sama merekamereka. Kapan-kapan saya balik ke sini, yaa saya ada teman, gak usah cari teman baru. “
Universitas Sumatera Utara
I.
Identitas Informan Nama
: Ahmad
Tempat, Tanggal Lahir
: Irak, 14 Pebruari 1981
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 35 Tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Tentara
Status (Menikah/Belum Menikah)
: Menikah
Jumlah Anak
: 2 Orang
Asal Negara
: Irak
Lamanya Tinggal
: 4 Tahun
Alasan Imigrasi
: Negara asal sedang perang
II.
Pertanyaan
1.
Pernah tidak berkomunikasi dengan masyarakat di Kota Medan ini? “Pernah.”
2.
Bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali tinggal di Kota Medan? “Pertama kali masuk ke Indonesia, saya shocked, saya trauma. Kenapa bisa perempuan naik kereta, kenapa bisa perempuan bekerja, kenapa bisa perempuan seperti itu. Perempuan di negara asal saya bisa bekerja tapi bukan seperti di Indonesia. Mungkin bisa bekerja tapi sedikit, satu persen. Sebagian besar jadi ibu rumah tangga. Dan pertama skali saya tinggal di sini saya menangis. Karena saya mau pergi ke Australia. Anak saya lagi sakit, dua orang, gak bisa jalan, sakit kaki, harus diangkat. Kemarin di Irak, mau operasi anak, betulin kaki dia biar bisa jalan. Terus tiba-tiba di Indonesia sini gak ada dokter yang bisa operasi.”
3.
Menurut Anda, bagaimanakah masyarakat di Kota Medan ini?
Universitas Sumatera Utara
“Orang Indonesia orang baik. Orang yang sopan. Mereka menerima kita, menerima kami. Terima kasih untuk orang Indonesia.” 4.
Dalam situasi apa sajakah Anda melakukan komunikasi dengan masyarakat di Kota Medan ini? “Waktu saya jalan-jalan terus orang-orang bilang halo ke saya. Saya udah punya teman di sini namanya Mami. Dia orang Batak. Tapi sekarang udah pindah ke Jawa.”
5.
Bahasa apa yang Anda gunakan ketika pertama kali berkomunikasi dengan mereka? “Bahasa Inggris pertama sekali.”
6.
Apa sajakah kendala yang Anda hadapi ketika berkomunikasi dengan masyarakat di Kota Medan? “Bahasa saja. Saya selalu jalan-jalan ke luar sama Muhammad, kalo lagi komunikasi dia bantu translate ke saya.”
7.
Adakah aturan di negara Anda yang penerapannya berbeda dengan di sini ketika melakukan aktivitas komunikasi? “Di negara Irak gak bebas. Berbeda, laki-laki harus discuss sama lakilaki, laki-laki gak bisa discuss sama cewek. Seperti sekarang gak boleh, nanti istrinya harus pukul dia. Di sana gak bebas, tapi di sini udah openminded. Udah masuk Indonesia, satu bulan, tiga bulan, enam bulan, kita free, kita ikut aturan di sini.”
8.
Bagaimana pandangan Anda tentang masyarakat di Kota Medan setelah berkomunikasi dengan mereka? ”Sama saja. Orang sini baik, mereka sopan.”
Universitas Sumatera Utara
I.
II.
Identitas Informan Nama
: Ibrahim
Tempat, Tanggal Lahir
: Baghdad, 6 Agustus 1970
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 46 Tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Sales
Status (Menikah/Belum Menikah)
: Menikah
Jumlah Anak
: 4 Orang
Asal Negara
: Irak (Baghdad)
Lamanya Tinggal
: 2 Tahun
Alasan Imigrasi
: Negara asal sedang perang
Pertanyaan ―First of all I want to admit that you know that Indonesians, when we have communicate or socialize with, they are very nice and very kind. But you know still since we don’t speak in their languages, we’re facing so much difficulties in verbal communication. So, they are very nice, very kind and very welcome us. The problem when communicating with them is only the language because it’s especially for us to learn Indonesia words is not easy. Other problems? We don’t have any problems just the language.”
(Pertama-tama saya harus mengakui bahwa orang Indonesia, ketika kami berkomunikasi atau bersosialisasi dengan mereka, mereka sangat sopan dan sangat baik. Tapi kamu tahu, karena kami tidak bisa berbicara dalam bahasa mereka, kami mengalami kesulitan dalam komunikasi verbal.
Universitas Sumatera Utara
Intinya, mereka sangat sopan, sangat baik dan sangat menerima kami. Masalah ketika berkomunikasi dengan mereka hanyalah bahasa, karena khususnya bagi kami untuk belajar kata-kata Bahasa Indonesia tidaklah mudah. Masalah lainnya? Tidak ada, hanya permasalahan bahasa saja).
1.
How do you feel when the first time you live in this country? Do you get confused or not? (Bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali tinggal di negara ini? Apakah Anda merasa bingung atau tidak?) “The first impression when the first time i live here is i feel secure and safe, because i already left the war zone and the stuffs, there are no bombs, no explosions anymore.” (Kesan pertama ketika pertama kali saya tinggal di sini adalah saya merasa aman dan selamat, karena saya akhirnya telah meninggalkan area perang dan kekacauan lainnya. Di sini tidak ada bom, tidak ada ledakan lagi).
2.
But with that diversity and the difference between us, Arabian and Indonesian, what do you think about that? (Tapi dengan keanekaragaman dan perbedaan di antara kita, orang Arab dan orang Indonesia, bagaimana pendapat Anda tentang hal tersebut?) “We don’t have much options. We have to do that.” (Kami tidak punya banyak pilihan. Kami harus bermigrasi).
3.
What‘s on your mind when you wanna have communicate with people in here? (Apa yang Anda pikirkan ketika hendak berkomunikasi dengan masyarakat di sini?)
Universitas Sumatera Utara
“The first time when i came to Indonesia, i was in Pekanbaru. And in Pekanbaru I knew some Indonesian families. They were very kind, very nice, very welcome and very generous.” (Pertama kali saya datang ke Indonesia, saya tinggal di Pekanbaru. Dan di Pekanbaru, saya mengenal beberapa keluarga orang Indonesia. Mereka sangat baik, sangat ramah, sangat menerima orang lain dan sangat murah hati).
4.
Pekanbaru is the first place where you communicate with local people and then you came to Medan, do you still feel fear or confused anymore? (Pekanbaru adalah tempat pertama di mana Anda berkomunikasi dengan masyarakat local , lalu Anda datang ke Medan, apakah Anda masih merasa takut atau kebingungan?) “The first time when i came to Pekanbaru or even when i came here, i can speak a little bit English. And Indonesia people with a little bit English, with a little bit sign language, everything was fine, all the problem has been solved. Whatever i need, whatever i wanna say, it will be able to deliver the message by the sign language. But i do know a little bit Indonesia like “pinggir bang” or “terima kasih”. Some of Indonesian people who can even with one sign, one gesture, they will understand what i’m trying to say.” (Pertama kali datang ke Pekanbaru atau bahkan ketika datang ke sini, saya bisa berbahasa Inggris sedikit. Dan orang Indonesia dengan sedikit Bahasa Inggris, dengan sedikit bahasa isyarat, semuanya pasti baik-baik saja. Semua masalah terpecahkan. Tapi saya juga tahu sedikit Bahasa Indonesia seperti “pinggir bang” atau “terima kasih”. Beberapa orang Indonesia bahkan hanya dengan satu isyarat, atau satu bahasa tubuh, mereka akan mengerti apa yang sedang saya coba katakan).
5.
Is there any difficulties when having communication with local people for this 2 years?
Universitas Sumatera Utara
Adakah kesulitan-kesulitan yang Anda hadapi ketika berkomunikasi dengan masyarakat lokal selama 2 tahun ini?) “Again, for two years, with sign language will work, and if you know a little bit of English or if you know the name in Bahasa then i will use that name. And a method by using sign language, it always works. I wanted to buy something, i just came to the seller and say that i need this one. That’s all i do it for this two years.” (Lagi, selama 2 tahun ini, bahasa isyarat saja akan berguna, dan jika kamu tahu sedikit Bahasa Inggris atau jika kamu tahu nama sesuatu dalam Bahasa Indonesia, tentu saya akan menyebutkan nama itu. Metode ini benar-benar bekerja dengan baik. Saya mau membeli sesuatu, cukup dengan mendatangi pedagangnya dan mengatakan bahwa saya beli yang ini. Itulah yang saya lakukan selama 2 tahun ini).
6.
Do you go alone to buy something that you need? (Apakah kamu pergi sendirian untuk membeli sesuatu yang kamu butuhkan?)
J:
“I didn’t encounter a new Indonesian people who can speak Arabic, and i have to be independent.” (Saya tidak menemukan orang Indonesia baru yang bisa berbahasa Arab, oleh karena itu saya harus mandiri).
7.
Is there any rules in your country that have difference application in here when having communication with other people? (Apakah ada peraturan di negara asal Anda yang pengaplikasinnya berbeda dengan di sini ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain?) “In Baghdad, first of all we don’t have open society like in Indonesia. Most of the girl’s body are covered. They wear the veil there. In Irak, it’s wrong to come and communicate with the girls. So we can’t communicate
Universitas Sumatera Utara
at all. Unless, if you know the girl, that’s a different story. But the girl who’s covered or she’s not covered, you’re not allowed to come and communicate with them. No. You don’t communicate with the girls. So, this is the main structure you know so that i saw the difference between Irak and Indonesia. Here i found out that they are very openminded, they are open society and they can speak to anyone, is it with a girl or not. In Irak, it’s so different. If you don’t know that girl, you can not speak to her. Here is very easy. Whether i know that girl or not, i can speak to her. And in Irak, if a woman ask a man, it’s not a problem. But for a man to ask a woman, it means he did an disrespectful and that’s wrong according to them.” (Di Baghdad, kami tidak punya kemasyarakatan yang terbuka seperti di Indonesia.
Hampir
seluruh
tubuh
perempuan
tertutup.
Mereka
menggunakan kerudung di sana. Dan bahkan ada beberapa....Di Irak, menghampiri dan berkomunikasi dengan kaum perempuan merupakan hal yang tabu, jadi kami kaum laki-laki, sama sekali tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Kecuali, jika kamu kenal dengan perempuan itu, itu hal yang lain. Tapi, perempuan yang berkerudung atau yang tidak berkerudung, kamu tidak diizinkan untuk menghampiri dan berkomunikasi dengan mereka. Tidak, kamu tidak berkomunikasi dengan perempuan. Jadi, inilah strukstur utama yang akhirnya membuat saya melihat perbedaan di antara Irak dan Indonesia. Inilah yang saya simpulkan tentang orang Indonesia. Mereka sangat berpikiran terbuka, mereka adalah masyarakat yang terbuka dan dapat berkomunikasi dengan siapa saja, apakah dengan perempuan atau tidak, Di Irak jelas sangat berbeda.Jika kamu tidak kenal dengan perempuan itu, kamu tidak bisa berkomunikasi dengannya. Di sini sangat mudah, apakah saya kenal atau tidak dengan perempuan itu, saya bisa berkomunikasi dengannya. Dan di Irak, jika seorang perempuan mengajak seorang laki-laki, itu bukanlah masalah. Tetapi jika seorang laki-laki mengajak seorang perempuan, berarti laki-laki tersebut telah melakukan suatu tindakan yang sangat tidak terhormat dan itu salah menurut mereka.)
Universitas Sumatera Utara
8.
Do you follow the rules in here or you stand on your principle? (Apakah kamu mengikuti peraturan di sini atau tetap berpegang pada aturan budaya kalian?) “I don’t feel that different rules are wrong. I’m fine with this. The difference in cultures, it doesn’t mean that we have to force the other people about our culture. This is wrong. So that’s why when i came to Indonesia, i saw that this is an open society, and he’s not copying with this culture and this tradition. And there’s a point that i’m highlighting that in Irak, the woman, she will not drive a motorbike. You never see it. But here, all the girls drive, and that’s also fine and we also accept it.” (Saya pikir, perbedaan aturan tidak salah. Saya tidak masalah . Perbedaan dalam budaya, itu bukan berarti bahwa kita harus memaksakan budaya kita kepada orang lain. Ini jelas salah. Jadi, itulah mengapa ketika pertama kali datang ke Indonesia, saya lihat di sini masyarakatnya terbuka. Dan ada satu poin yang sangat soroti bahwa di Irak, perempuan, mereka tidak akan mengendarai sepeda motor. Kamu tidak akan pernah melihatnya. Tapi di sini, semua perempuan mengendarainya, dan itu tidak jadi masalah, kami juga menerima hal itu.)
9.
After communicating with local people, what‘s your final perception about people in Medan? (Setelah berkomunikasi dengan masyarakat lokal, apa persepsi Anda tentang masyarakat di Kota Medan?) “I found out difference between Indonesian people in Pekanbaru and in Medan. Pekanbaru people is more kind and more welcoming comparing to people in Medan. Not big difference, but i found that people in Pekanbaru is more kind than in Medan. For example, when i went to a market in Pekanbaru, they will initiate and start asking you,”welcome Mister, how are you? Where do you come from”. But here i found out they are less,
Universitas Sumatera Utara
they are kind. But you know okay you will buy and then that’s it. I lived in Pekanbaru for nine or ten months.” (Saya menemukan perbedaan di antara masyarakat Indonesia yang tinggal di Pekanbaru dengan yang tinggal di Medan. Orang Pekanbaru lebih baik dan lebih hangat dibandingkan dengan orang Medan. Perbedaannya tidak besar, tapi saya menemukan orang Pekanbaru lebih baik daripada orang Medan. Contohnya, ketika saya pergi ke pasar di Pekanbaru, mereka akan berinisiatif dan mulai menanyai saya, ,”welcome Mister, how are you? Where do you come from”. Tapi di sini saya menemukan sedikit orang yang seperti itu. Orang Medan baik. Tapi kebanyakan lebih seperti “oke kamu mau membeli sesuatu” dan itu saja. Saya kebetulan sempat tinggal di Pekanbaru selama sembilan atau sepuluh bulan).
10.
But you still feel safe to stay here, right? (Tapi Anda masih merasa aman kan tinggal di sini? “All Indonesia is safe, and it’s really nice having experience to communicate with Indonesia people.” (Seluruh Indonesia aman, dan sangat menyenangkan punya pengalaman berkomunikasi dengan orang Indonesia).
Universitas Sumatera Utara
I.
Identitas Informan Nama
: Issa
Tempat, Tanggal Lahir
: Abu Dhabi, 7 Juli 1978
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 38 Tahun
Pendidikan
: Bachelor of Commerce (Damascus University)
II.
Pekerjaan
: Manager
Status (Menikah/Belum Menikah)
: Menikah
Jumlah Anak
: 2 Orang
Asal Negara
: Suria
Lamanya Tinggal
: Hampir 4 Tahun
Alasan Imigrasi
: Seeking Refugee
Pertanyaan “Because basicly when we were in Saudi Arabia, we were out away from war zone in Syria. Saudi Arabia we consider as a safe place, but the problem that because we are Syrians, i am Syrian, the time of the passport is expired, they will not give you the residence permits in Saudi Arabia if you don’t have the valid passport. This is the reason we have to think about the country where we can seek refugee. So there, the Syrian or even the other nation native in Saudi Arabia unfortunately they can’t apply for U.N, they can not have a process and they can not. If your passport is expired, you will go to jail or you have to leave the country. So both, you know, no option is good for us. That’s why i had, you know, before my passport’s expired, i have to seek refugee. And basicly, you know, the second question why Indonesia. See for us, we don’t have, you know, it’s
Universitas Sumatera Utara
not like for example if you want to go for a tourist, you have so many countries, you just get the information, it’s not like that. We make our decision base on the available information. So for in such as same as what he said in fact, because i know my friend. He came to Indonesia, and he know the contact of the, for example his smuggler and those people. So i have to follow his step, i don’t have the option what about Turki, oke if i know the person maybe i can have a research or you know for example making a decision, so i can go here or there. But we have only one option, then we have to follow that way, that’s all. So that’s why my friend, the people whom i know, they came to Indonesia. And basicly our aim wasn’t to come and get apply for U.N here. No. My aim were to come to Indonesia and go to Australia, because we came before 4 years. So, and we know the contact of the smugglers here, which will help us to go to Australia, that’s why we have selected Indonesia. Because we don’t have any other option, that’s on available information.” (Karena pada dasarnya saat kami di Arab Saudi, kami berada jauh dari daerah perang di Suriah. Saudi Arabia sebenarnya tempat yang aman, tapi masalahnya adalah karena kami adalah orang Suriah, saya orang Suriah, jika masa berlaku passport telah kadaluarsa, mereka tidak akan memberikan bantuan kepada kami, mereka tidak akan memberikan izin tempat tinggal di Arab Saudi jika kami tidak punya passport yang sah. Inilah alasannya kami harus memikirkan negara di mana kami dapat mencari pengungsian. Jadi di sana, orang Suriah atau bahkan warga negara asing lainnya yang ada di Arab Saudi, sayangnya mereka tidak bisa mengajukan bantuan PBB, mereka tidak akan memprosesnya, tidak akan. Apabila passportmu kadaluarsa, kamu akan masuk penjara atau harus meninggalkan negara tersebut. Jadi tidak ada pilihan yang baik untuk kami. Itulah kenapa saya harus mencari pengungsian sebelum passport saya kadaluarsa. Dan pada dasarnya, pertanyaan kedua kenapa Indonesia. Lihatlah, untuk kami, kami tidak punya pilihan, hal itu bukan seperti misalnya jika kamu mau pergi bepergian sebagai turis, kamu punya banyak daftar negara tujuan, dan dapat banyak informasi, situasi
Universitas Sumatera Utara
kami tidak seperti itu. Kami membuat keputusan sesuai dengan informasi yang tersedia. Jadi, sama seperti yang telah disampaikan oleh Pak Ibrahim, karena saya tahu teman saya. Dia datang ke Indonesia, dan dia punya
kontak
orang-orang
yang
membantunya
kemarin,
seperti
penyelundup dan rekan-rekannya. Jadi, saya harus mengikuti langkahnya, saya tidak punya pilihan bagaimana dengan Turki dan sebagainya, oke jika saya tahu seseorang mungkin saya bisa menyelidikinya atau misalnya membuat satu keputusan, sehingga saya dapat pergi ke sini atau ke sana. Tapi kami hanya punya satu pilihan, lalu kami harus mengikuti jalan itu, itu saja. Jadi, itulah kenapa teman saya, seseorang yang saya kenal, mereka datang ke Indonesia. Dan pada dasarnya, permintaan yang kami ajukan kepada PBB, tujuannya bukanlah ke sini. Bukan. Tujuan saya adalah datang ke Indonesia untuk kemudian pergi ke Australia, karena kami datang sebelum 4 tahun. Jadi, kami tahu kontak penyelundup di sini, yang akan membantu kami untuk bisa pergi ke Australia, itulah kenapa kami akhirnya memilih Indonesia. Karena kami tidak punya banyak pilihan, semuanya bergantung informasi yang tersedia).
1.
Is it a long step from your country than came here? (Bukankah itu termasuk langkah yang cukup panjang dari negara Anda hingga datang ke sini?) “Let’s say from Saudi Arabia, because i was in Saudi Arabia. Fortunately, because we had the valid passport and we had a descent job there in Saudi Arabia, it was easy for me to obtain visa to Indonesia. So that’s why we didn’t come through the process of you know go to Malaysia and then come here. No. We came directly to Indonesia by the valid visa. This’s called a good point. This is one of reason also that made me also determined to go to Indonesia and not to think about any other place. Because you know have a valid visa and we can go by plane, because you know, so happening between the country it’s not also an easy way, with the family and kids and with your stuffs, and you know you don’t know this
Universitas Sumatera Utara
people, and then we are ilegal, it’s very difficult for us you know. That’s why we came directly with a valid visa to Indonesia was very easy and we directly we made up our mind.” (Mari kita bilang dari Arab Saudi, karena saya sedang di Arab Saudi saat itu. Untungnya, karena kami punya passport yang sah dan kami punya pekerjaan yang lumayan di sana, maka sangat mudah bagi kami untuk memperoleh visa ke Indonesia. Itulah kenapa kami tidak harus melewati proses yang panjang seperti harus pergi ke Malaysia dulu kemudian datang ke sini. Bukan. Kami bisa langsung datang ke Indonesia lewat visa yang sah ini. Ini disebut poin yang baik. Hal ini termasuk juga satu alasan yang membuat saya menentukan Indonesia dan tidak memikirkan tempat yang lain. Karena kami punya visa yang sah, kami bisa pergi naik pesawat. Kau tahu, apa yang telah kami lalui juga bukanlah hal yang mudah, dengan keluarga dan anak-anak dan semuanya, dan kau tahu, kau tidak mengenal orang-orang di sini, dan kemudian kami ilegal, itu sangat sulit untuk kami. Jadi, itulah mengapa kami dapat dengan mudah datang ke Indonesia secara langsung.
2.
What‘s on your mind after stay in here for almost 4 years? (Apa yang kamu pikirkan setelah tinggal di sini hampir 4 tahun lamanya?) “To be honest for me, when i came to Indonesia, i know that Indonesia isn’t a Moeslim country. So i wasn’t that much let’s say afraid or something, beside the language body which will always be there. My impression was since here’s not Moeslim country, i will be fine, i will be able to communicate in the way we haven’t, because in Moeslim country they speak Arabic, you know Qur’an, so i wasn’t that much afraid. And for the language, because we know English, and you know English is a formal language, wherever you go and any place in the world, even the people that don’t know English, still there are some words, we will be able to communicate with them by this language. That’s why i lose that much afraid.”
Universitas Sumatera Utara
(Sejujurnya bagi saya, ketika datang ke Indonesia, saya tahu bahwa negara ini bukanlah negara Islam. Jadi bisa dikatakan saya tidak begitu merasa ketakutan atau apalah, karena bahasa tubuh akan selalu berguna di sana. Kesan saya adalah karena negara ini bukanlah negara Islam, saya akan baik-baik saja, saya akan dapat berkomunikasi dengan cara yang berbeda dengan kami, karena di negara Islam, mereka berbicara dalam bahasa Arab, kamu tahu Qur’an, jadi tidak begitu khawatir. Dan untuk bahasa, karena kami tahu berbahasa Inggris, dan Bahasa Inggris adalah bahasa formal, ke belahan dunia manapun kamu pergi, meskipun orang-orang tidak mengerti bahasa Inggris, tapi setidaknya pasti ada beberapa kata yang dapat mereka mengerti, yang membuat kita dapat berkomunikasi dengan mereka dalam bahasa ini. Inilah yang membuat saya tidak terlalu merasa khawatir).
3.
Do you feel fine here? (Apakah Anda merasa aman di sini?) “Definitely, i’ll be fine. The Indonesian, they are very welcoming and i have to admit beside that they are very welcoming and generous, what i feel about Indonesia, they don’t have this sickness which we have in our society life for example this is Moeslim, Christians, Sia, Sunni. Ya i feel like Indonesia, they respect you whatever you are. In fact here in Indonesia, you might see a girl with no hijab, but she is a Moeslim, she is a Moeslim and that’s fine. And this is what i really i miss, this is what i really i respect, you know that every person here they treat you as a person, they treat you as a human. They don’t have any pre-judgement about you before seeing you, and that’s not happen in our society. In our society for example a girl, not wearing a hijab, directly they’ll have a prejudgement, she is noot a good girl. This is what happen. They don’t have this sickness, they don’t have this issues.” ―And when we talk about religion, seriously, we talk about Islam or Christians or Hindusm. Religion is a communication or relation between
Universitas Sumatera Utara
you and God. It shouldn’t be effecting your relation with the human-being. And honestly i’m saying i’m not trying to defend Islam but even if you see the Christians or Hindusm, or all the religions, they fought for piece. Only the extremist they’re trying to make the religion in another way, they’re trying to abuse the religion. I’m not talk about Islam, i talk about all other religion also. In Malaysia and Indonesia, in those countries i found out that even if you are a Christians or if you are a Moeslim, you should respect to your brother, your neighbour, you should respect to the other people.” (Pastinya, saya aman. Orang Indonesia sangat hangat, dan saya harus akui selain mereka hangat dan ramah, apa yang saya rasakan tentang Indonesia, mereka tidak punya penyakit seperti yang ada di negara saya contohnya di negara saya masyarakatnya sangat berjarak, ini Islam, ini Kristen, Sia, Sunni. Ya, saya merasa di Indonesia, mereka akan menghargai seperti apapun diri Anda. Kenyataannya di sini, kamu mungkin akan melihat perempuan tidak berhijab tapi dia seorang Muslim, dia Muslim dan itu tidak jadi masalah. Dan inilah hal yang benar-benar saya rindukan, inilah hal yang benar-benar saya hargai, kamu tahu setiap orang di sini memperlakukanmu sebagai orang, setiap orang di sini memperlakukanmu sebagai seorang manusia. Mereka tidak memiliki prasangka tentangmu sebelum mereka melihatmu, dan itu tidak terjadi di negara saya. Di negara saya contohnya kaum perempuan, apabila tidak memakai hijab, mereka akan langsung memprasangkainya sebagai perempuan yang tidak baik. Inilah yang terjadi. Sementara di sini, Indonesia tidak punya penyakit itu, tidak punya isu itu. Dan berbicara soal agama, secara serius, kita berbicara tentang Islam atau Kristen atau Hindu. Agama adalah komunikasi atau hubungan antara kamu dan Tuhan. Itu tidak akan mempengaruhi hubunganmu dengan sesama manusia. Dan jujur saya katakan, saya bukan mau membela Islam tapi bahkan jika kamu melihat orang Kristen atau Hindu, maupun semua agama, mereka sama-sama memperjuangkan kedamaian. Hanya pihakpihak ekstremlah yang berusaha membuat agama ke jalan yang lain,
Universitas Sumatera Utara
mereka berusaha menyalahgunakan agama. Saya tidak hanya berbicara tentang Islam, tetapi semua agama. Di Malaysia dan Indonesia, di negara-negara ini saya menemukan bahwa walaupun kamu seorang Kristen atau seorang Islam, kamu harus hormat kepada abangmu, tetanggamu, kamu harus hormat kepada orang lain). 4.
Before you stay in Medan, is there any place you stayed in? (Sebelum Anda tinggal di Medan, di mana lagi Anda pernah tinggal?) “Jakarta, Cilacap and then Medan. So in Jakarta we stayed around less than 1 month, then in Cilacap we stayed another 1 month, and the rest of time we stay in Medan almost in 3 years.” (Jakarta, Cilacap dan kemudian Medan. Di Jakarta kami pernah tinggal kurang dari 1 bulan, lalu di Cilacap selama 1 bulan, dan sisanya kami di Medan hampir 3 tahun).
5.
What do you think about people in Medan? (Bagaimana pendapat Anda tentang Orang Medan?) “oke, in Jakarta and Cilacap, we didn’t have any chance to communicate and socialize with the people. Because in Jakarta, we were waiting for the trip to go by the boat and stuff like that. So we were trying to be not being alone in our home. In Cilacap, we were in the detention, the immigration detention, also we didn’t have any chance to communicate. But i have to admit something, all go, we were in detention in Cilacap, the immigration staffs, they were very nice with us. I have to admit about that. Because you see, you know the immigration staffs, we are staying illegal because we are trying to go by boat, we are considered, us illegal people. I came by visa, i know about that, but you know since we are trying to go by boat, we are doing like a crime or something illegal here. And in spite of that, the immigration staffs, they were so nice you know, and i still remember, there are some people from the immigration they used to come and bring for us ice boxes with water just to have a cold water. Imagine about that, not
Universitas Sumatera Utara
only bring me the last water which is always available, but they are so concern about us like if you want pulsa, if you want for example to buy a mobile because you know some people, they lose their mobile, they used to buy a mobile for us, oke we buy the mobile by our money, but still they’re not forced to do that you know. I, as a staff, as an immigration officer, but still they’re very so nice with us. Seriously. This is we are related to Cilacap. And we are in Medan, i never encountered any problem, i never encountered any time where i had misscommunication or something. We always see that Indonesian, they are so kind, always laughing. Seriously. In fact, sometimes we used to think that “oh, maybe he’s laughing, because he’s making a mockery with me or something. This is the beginning, i had this feeling. But later i found that they laugh all the time. They laugh in the mosque, they laugh in the lectur, they laugh in the class, they laugh everywhere. They take it easy, they take it easy, they don’t take anything serious, they don’t take it serious. And the beginning, i had this feeling maybe they’re making a mockery but no, this is not that case.” (Oke, di Jakarta dan Cilacap, kami tidak punya kesempatan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang-orang di sana. Karena di Jakarta, kami sedang menunggu perjalanan dengan naik kapal. Di Cilacap, kami sedang dalam penahanan, penahanan oleh pihak imigrasi, dan kami juga tidak punya kesempatan untuk berkomunikasi. Tapi saya harus akui satu hal, semua pergi, kami sedang dalam penahanan di Cilacap, staf imigrasi, mereka sangat baik kepada kami. Saya harus akui itu. Karena kamu tahu staf imigrasi, kami masih tetap berstatus ilegal karena kami sedang berusaha pergi dengan naik kapal, kami dipertimbangkan sebagai ilegal. Saya datang dengan visa, saya tahu itu, tapi karena kami berusaha pergi dengan kapal itu, artinya seperti kami sedang melakukan tindak kriminal, atau sesuatu yang ilegal di sini.Dan kebalikannya, staf imigrasi tersebut, mereka sangat baik kepada kammi, dan saya masih ingat, ada beberapa orang dari pihak imigrasi yang biasa datang dan membawakan kami kotak-kotak es dengan air minum hanya agar kami bisa minum air dingin. Coba bayangkan, tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
membawakan saya air minum yang terakhir di mana air minum biasanya selalu tersedia, tetapi mereka juga sangat memperhatikan kami seperti bila kamu ingin beli pulsa, jika kamu contohnya ingin membeli sebuah handphone, karena kamu tahu beberapa orang kehilangan handphonenya, mereka biasanya bersedia membelikankami sebuah handphone. Baiklah kami membeli handphone tersebut dengan uang kami, tapi tetap saja mereka tidak dipaksa untuk melakukan itu kamu tahu. Saya, sebagai seorang staf, sebagai seorang pegawai imigrasi, tapi tetap, mereka sangat baik pada kami. Serius. Inilah yang terjadi dengan kami di Cilacap. Dan kami sekarang di Medan, saya belum pernah menemui masalah-masalah, saya belum pernah menemukan suatu waktu di mana saya merasa misskomunikasi atau apalah. Kami selalu melihat bahwa Orang Indonesia, sangat baik dan selalu tertawa.Serius. Kenyataannya, terkadang kami biasanya menganggap bahwa “oh, mungkin dia tertawa, karena dia sedang mengejek saya atau sesuatu seperti itu”. Ini di awal, saya merasa seperti itu. Tapi kemudian saya tahu bahwa ternyata mereka tertawa setiap waktu.Meraka tertawa di mesjid, mereka tertawa di kampus, mereka tertawa di kelas, mereka tertawa di mana-mana. Mereka menanggapi semuanya dengan tenang, mereka tidak menanggapi sesuatu dengan serius. Dan di awal, saya merasa mungkin mereka sedang mengejek saya tapi tidak, kenyataannya bukan seperti itu).
6.
So you don‘t have any problem in communicating? (Jadi, kamu tidak punya masalah dalam berkomunikasi?) “For me i don’t have any problem, i know a little bit of Bahasa, a little bit. The main words which i need to use it, i know about it. The English language helps me too much that you know sometimes. The Arabic language aren’t having encountered so many people who knows Arabic here, the Arabic language. Beside of course the sign language will solve any of it. If you just know how to highlight it, how much of this, harga...harganya berapa, even if you don’t know the name of it. So the
Universitas Sumatera Utara
communication, it isn’t that much difficult. And this is one of the reason which is not pushing us to learn Bahasa. We know a little bit of Bahasa, so far you know 4 years, i feel like sufficient for it, i feel like sufficient. Most of difficult situation for example if he doesn’t know that you must use the water, if you want to have a service, and in those situation we have to use google translate. But most of sign language, English or Bahasa, they will understand.” (Bagi saya tidak ada masalah, saya tahu sedikit Bahasa Indonesia, sedikit saja. Kata-kata utama yang biasa saya gunakan, saya tahu. Bahasa Inggris sangat banyak membantu saya. Bahasa Arab tidak menemukan banyak orang yang tahu bahasa Arab di sini. Selain itu juga pastinya bahasa isyarat akan menyelesaikan semuanya. Hanya jika kamu tahu cara menyorotinya, berapa harganya ini, harga....harganya berapa, bahkan sekalipun kamu tidak tahu namanya apa. Jadi komunikasi, tidak terlalu sulit bagi saya. Dan inilah salah satu alasan yang membuat kami tidak terlalu terdorong untuk mempelaari Bahasa Indonesia. Kami tahu sedikit, karena sejauh ini kamu tahu sudah hampir 4 tahun, saya merasa itu sudah cukup. Sebagian besar situasi sulit yang saya hadapi seperti misalnya dia tidak paham bahwa saya harus menggunakan air, atau jika saya membutuhkan service sepeda motor saya, dan di situasi seperti itu biasanya saya harus menggunakan google translate. Tapi umumnya dengan menggunakan bahasa isyarat, Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia, mereka akan mengerti).
7.
Do you spend all your time here or you go to the other place in your daily life? (Apakah Anda menghabiskan sepanjang waktu Anda di sini saja atau Anda pergi ke tempat lain setiap hari?) “Most of the time here, but i went in Dakwah with the Indonesian people. You know Dakwah will go to the mosque and we have that kind of stuffs
Universitas Sumatera Utara
like that, we went to Berastagi, so we have communicated with Indonesian Moeslim in Dakwah. We have communicated or socialized with the Indonesian in futsal, we have socialized with them few times with played billiard. Those are the places we have socialized. Oh, sometimes we have gathering here. So, some of the institution, they come and give us lectures or seminars here. So, those are the occasions where we communicate with Indonesian. “ (Kebanyakan di sini, tapi saya pergi Dakwah denga orang-orang Indonesia. Kamu tahu Dakwah, saya akan pergi ke mesjid dan kami punya hal-hal seperti itu juga, kami juga pergi ke Berastagi, jadi kami telah berkomunikasi dengan Muslim Indonesia di Dakwah. Kami telah berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang Indonesia di tempat futsal, dan beberapa kali di tempat bermain billiar. Itulah tempat-tempat kami bersosialisasi dengan mereka. Oh, terkadang kami juga berkumpul di mess ini. Beberapa lembaga, mereka datang dan memberikan kuliah atau seminar di sini. Jadi, itulah kesempatan-kesempatan di mana kami berkomunikasi dengan orang Indonesia).
8.
Do you ever feel like ―they like me or not‖ of Indonesian people? (Pernahkah Anda merasa seperti “mereka menyukai saya atau tidak” dari orang Indonesia?)\ “I have this feeling a little bit at the beginning, but seriously day by day, the time you just get closer with Indonesian and you know the real thing, everything is fine. And i think the opposite. I feel like the Indonesian, they’re very respectful. The time they see a stranger, the time they see a foreigner, you know they will just really look at you as a guest, not as a foreigner. This is not a case in our country. This is not a case even in Saudi Arabia, because in Saudi Arabia, if you saw a foreigner, he doesn’t feel about he has to help or he has to come, get closer with him. Exactly the opposite. The Indonesian, the time we had a chance to communicate with you, they will come and with a smile start asking you “where are you
Universitas Sumatera Utara
from?”. Oke, maybe in the beginning, i had this feeling,”Oh, maybe he’s trying to get information about me or something” but in the beginning.” (Saya merasa seperti itu di awal, tapi hari demi hari, semakin kamu dekat dengan orang Indonesia dan kamu tahu hal yang sebenarnya, semuanya baik-baik saja. Dan saya pikir kebalikannya. Saya merasa orang Indonesia, mereka sangat menghargai orang lain. Waktu mereka melihat orang asing, waktu mereka melihat orang yang datang dari luar negeri, kamu tahu mereka akan sangat melihat kamu sebagai seorang tamu, bukan sebagai orang asing. Ini tentunya tidak terjadi di negara saya. Ini juga bahkan tidak terjadi di Arab Saudi, karena di sana, jika kamu melihat orang asing, mereka tidak merasa bahwa dia harus menolong atau dia harus menghampiri, mencoba mendekatinya. Justru kebalikannya. Orang Indonesia, waktu kami punya kesempatan berkomunikasi dengan mereka, mereka akan datang dan dengan tersenyum mulai menanyaimu “kamu datang dari mana? Oke, mungkin awalnya saya merasa seperti,”Oh, mungkin dia sedang berusaha mengorek informasi tentang saya atau sesuatu” tapi itu hanya di awal saja).
9.
For how long? (Berapa lama?) “Forget about Cilacap and Jakarta because we didn’t have the real chances to communicate, but here, it’s difficult to count the time, but i would say here maybe for 3, 4 months. I have the feeling if anybody ask me for example “where are you coming from?”, “are you married or not?”, “do you have kids?” Oke, he’s gathering information. I had this feeling, maybe huh. I had this feeling. I felt like every Indonesian will ask you the same question all the time “are you married or not?”, “where are you coming from?”, “where do you stay?”,“where do you live?”, this is a very common situation. I’m telling you that the time i meet any Indonesian, those questions, start that question, he ask you because he loves to communicate with you. As i told, he see us as a guest not as a foreigner.”
Universitas Sumatera Utara
(Abaikan soal Cilacap dan Jakarta karena kami tidak punya kesempatan untuk berkomunikasi, tapi di sini, sangat sulit untuk menghitung waktunya, tapi saya akan katakan di sini mungkin selama 3, 4 bulan. Saya merasa seperti itu jika seseorang menanyai saya misalnya “kamu datang dari mana?”, “kamu udah menikah atau belum?”, “kamu punya anak?” Oke, dia sedang mengumpulkan informasi. Saya punya pikiran seperti itu, mungkin kan. Saya merasa seperti itu. Saya rasa setiap orang Indonesia akan menanyaimu pertanyaan yang sama sepanjang waktu “kamu udah menikah atau belum?”, “kamu datang darimana?”, “kamu tinggal di mana?”, dan ini situasi yang umum. Saya katakan sama kamu bahwa waktu saya bertemu dengan orang Indonesia, pertanyaan-pertanyaan itu, mulai bertanya, dia menanyakanmu karena dia senang berkomunikasi denganmu. Seperti yang saya katakan, dia melihat kami sebagai seorang tamu bukan sebagai orang asing).
Universitas Sumatera Utara
I.
Identitas Informan Nama
: Fatima Alnahdi
Tempat, Tanggal Lahir
: Suriah, 12 Januari 1985
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 32
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Status (Menikah/Belum Menikah)
: Menikah
Jumlah Anak
: 2 Anak
Asal Negara
: Suriah
Lamanya Tinggal
: Hampir 4 Tahun
Alasan Imigrasi
: Seeking Refugee
II.
Pertanyaan
1.
So what do you think about your husband‘s decision to take you to Indonesia? (Bagaimana pendapatmu tentang keputusan suamimu untuk membawamu ke Indonesia?) “Really, it’s like yes, i just follow him in everything. We’re usually like that, we follow our husband. But it doesn’t mean that i don’t have a choice. If i want to stay, i can stay with my brother. My brother works in Saudi Arabia. And the beginning, the decision was like he started to go with his friend who’s coming here. So he said,”i will go with my friend and then i will reach Australia”. You’re not going without me.We will die together. And what about our daughters? I thought about maybe i will live my daughters with my brothers or something like that. And i thought no, if
Universitas Sumatera Utara
i take them with me it’s much more better. So, it was really that we were praying and like that, and i said oke, if there is goodness in that, God please make it happen. And it happened, all of us we came together.” (Serius, ini seperti ya, saya tentu mengikutinya dalam segala hal. Kami biasanya seperti itu, kami mengikuti suami kami. Tapi bukan berarti bahwa saya tidak punya pilihan. Jika saya mau tetap tinggal, saya bisa tinggal dengan saudara laki-laki saya. Saudara saya bekerja di Arab Saudi. Dan awalya, keputusan itu seperti dia mulai pergi kepada temannya yang datang ke sini. Jadi dia bilang,”saya akan pergi kepada teman saya dan kemudian saya akan ke Australia”. Kamu tidak akan pergi tanpa saya. Kita akan meninggal bersama. Dan bagaimana dengan anakanak perempuan kita? Saya berpikir bahwa mungkin saya akan meninggalkan mereka dengan saudara saya atau sesuatu seperti itu. Dan saya pikir tidak, lebih baik saya membawa mereka bersama saya. Saat itu kami benar-benar berdoa dan saya berkata,”Oke, jika di sana ada kebaikan, Tuhan, bantu kami Tuhan, kabulkanlah”. Dan itu terjadi, kami semua datang bersama).
2.
So you have a little argue before you come here? (Jadi, kalian sedikit berargumen sebelum datang ke sini?) “Yes, argue, thing like that.” (Ya, seperti itulah).
3.
And then you decided to move to Indonesia? (Dan lalu Anda memutuskan untuk pindah ke Indonesia?) “Yes, and you know we didn’t have in our mind at all that we will stay in Indonesia. We were like, we will go to Australia, or otherwise we will come back to Saudi Arabia, and then they deported us, it’s from God. And then we came here, we saw people are thinking about U.N and the immigration staff speaks about the U.N and we said we want to go, we
Universitas Sumatera Utara
want to live and they say no, because you are from Syria. It’s better to, you just tried the U.N. And then we start asking about what’s U.N, what’s IUM, what’s going on here. And they explain everything to us very clearly and they said we have to do the interview then we have to wait for the country and then they will take us from here. They give us a loan, so it was really strange thing, it’s very good but it’s like oke we stay here, they give us money, it’s really strange, we’re not used to that. We have to earn our money by ourself. So in beginning, even when i came here and i went to take the loan, really i was very shy.” (Ya, dan kamu tahu, tidak pernah terpikirkan oleh kami sebelumnya bahwa kami akan tinggal di Indonesia. Kami seperti, kami ingin pergi ke Australia, atau sebaliknya kembali ke Arab Saudi, dan kemudian mereka mendeportasi kami, itu semua dari Tuhan. Kemudian kami datang ke sini, kami lihat orang-orang sedang berpikir tentang PBB dan staf imigrasi juga membicarakan soal PBB dan kami katakan bahwa kami mau pergi, kami mau tinggal dan mereka berkata tidak, karena kami dari Suriah. Lebih baik mencoba PBB tersebut. Lalu kami mulai menanyakan apa itu PBB, apa itu IUM, apa yang terjadi di sini. Kemudian mereka menjelaskan kepada kami dengan sangat jelas dan mereka mengatakan bahwa kami harus melakukan wawancara lalu harus menunggu respon dari negara tersebut dan selanjutnya mereka akan membawa kami dari sini. Mereka memberi kami pinjaman, jadi itu benar-benar hal yang aneh, itu baik tapi itu seperti, oke kami tinggal di sini, mereka memberi kami uang, dan itu sangat aneh, karena kami tidak terbiasa. Kami harus mendapatkan uang sendiri. Jadi pada awalnya, bahkan ketika saya datang ke sini dan saya pergi untuk mendapatkan pinjaman, saya benar-benar merasa sangat malu).
4.
Because you don‘t want it? (Karena Anda tidak menginginkannya?)
Universitas Sumatera Utara
“I don’t want it. This is not mine. So in the beginning, it was really strange and everytime i see the Indonesians, they are smiling, i like that, i was really getting touched from inside. “ (Saya tidak ingin itu. Itu bukan milik saya. Jadi awalnya, benar-benar sangat aneh dan setiap saat saya bertemu orang Indonesia, mereka tersenyum, saya menyukainya, hati saya benar-benar tersentuh.
5.
But you don‘t have any option, right? (Tapi Anda tidak punya pilihan, bukan?) “Yes, but after that, really really, if you ask me about my country and ask me about Indonesian people, really i love Indonesians more. You know when i, girl’s shopping there, i see man, when i see man, i want to buy underwear, so i have to speak with them, i have to say that i want the size small, i want the size medium, i like this and i can’t try it. So i have to buy it and then try it at home, and if it’s working with me okay, but it’s not, i have to buy another one. Because you know the underwear, it’s not returned. But in here, it’s really easy, i go to Carrefour, i go to mall then everywhere. And i say, i want the size this, i want your size, what is your size? And then she look at here. Hahaha...” (Ya, tapi setelah itu, benar-benar, jika kamu tanya saya tentang negara asal saya dan menanyakan orang Indonesia, serius saya lebih mencintai orang Indonesia. Kamu tahu ketika saya, di sana perempuan yang berbelanja, saya melihat laki-laki, dan ketika saya melihat mereka, jika saya mau membeli celana dalam, jadi saya harus berbicara kepada mereka, saya harus katakan bahwa saya mau ukuran yang kecil, saya mau ukuran yang sedang, saya menyukai ini tapi saya tidak bisa mencobanya. Jadi, saya harus membelinya dan mencobanya di rumah, dan jika cocok dengan saya tidak jadi masalah, tapi jika tidak, maka saya harus membelinya lagi. Karena kamu tahu celana dalam tersebut tidak bisa dikembalikan. Tapi di sini, lebih mudah, saya pergi ke Carrefour, saya pergi ke mall dan ke mana-mana. Dan saya katakan, saya mau ukuran ini,
Universitas Sumatera Utara
saya mau sama seperti ukuranmu, punyamu ukuran apa? Kemudian dia melihat ke arahku. Hahaha).
6.
The first time you came here to Indonesia, what do you think about the people and the crowded things? (Pertama kali datang ke Indonesia, bagaimana pendapat Anda tentang orangnya dan hal-hal yang ramai di sini?) “You say crowded, but i don’t feel it’s very crowded. Because we are used to more crowded there. But mostly, it’s man. Here, mostly, it’s lotsly woman. So here i’m really happy.” (Kamu bilang ramai, tapi saya tidak merasa di sini sangat ramai. Karena kami biasanya lebih ramai daripada di sini. Tapi kebanyakan di sana kaum laki-laki. Di sini, kebanyakan kaum perempuan. Jadi, di sini saya merasa sangat senang).
7.
You feel free here? (Apakah Anda merasa bebas di sini?) “Even when i go in the bus or something, i sit near and i really fine with that.” (Bahkan ketika saya sedang di dalam bus, saya duduk berdekatan dan saya tidak masalah dengan itu).
8.
What do you think about the different culture between us for the first time? (Apa pendapat Anda tentang perbedaan budaya di antara kita untuk pertama kali?) “As my husband said that they will judge you by the way you look. So here, from the beginning, onetime i went to a mall, and i saw one girl, she was very very so interest. And then she went to mosque and i think that she maybe was not a Moeslim. But when i saw her praying, really really i was
Universitas Sumatera Utara
tearing at her. I was looking at her and all i look at her, i see her, really she’s praying from her heart. And then i want to finish it, my husband is waiting. I saw her, she takes her time, she was really peaceful, she was really concentrating. Really, don’t be judge people with their looks, and this is the bad thing. It’s really bad thing. Now the way i’m wearing, if i go there, i will be a bad person there. So that’s why i feel like i fell like, no, i’m happy here more than there.” (Seperti yang dikatakan suami saya bahwa mereka akan menilaimu dari penampilanmu. Di sini, sejak awal, suatu waktu saya pergi ke sebuah mall, dan saya melihat seorang perempuan, dia benar-benar sangat menarik. Lalu dia pergi ke mesjid dan saya pikir mungkin dia bukanlah seorang Muslim. Tapi saat saya lihat dia sedang berdoa, mata saya berkaca-kaca melihatnya. Saya sedang melihatinya dan selama saya mengamatinya, saya lihat dia benar-benar berdoa dari hatinya. Kemudian saya menyudahinya, suami saya menunggu. Saya mengamatinya, dia gunakan waktunya, dia sangat damai, sangat berkonsentrasi. Benar, jangan nilai seseorang dari penampilan luarnya, dan ini hal yang tidak baik. Sangat buruk. Sekarang dengan cara berpakaian seperti ini, jika saya di negara saya, maka saya adalah orang yang tidak baik di sana. Jadi, itulah kenapa saya seperti,”tidak, saya senang di sini, jauh lebih senang daripada di sana).
9.
There are more difference right? (Ada perbedaan yang lain?) “For men is no, for women, we feel that. Here, we open, we can do more. You know, usually when i go alone, i don’t speak a lot with anyone. Only with my friends. Usually we have gathering with friends at home. We don’t go out, unless we have like my brother or my father or my husband, you have to stuck with me. They are always with me. Now i can go alone, i feel really free, happy, more happy here. Really. But really really i want to learn Indonesia. There are a lot of times that i really wanted to understand
Universitas Sumatera Utara
what they are saying.
Onetime i went to Thamrin, we have electric
motorbike, and then my husband tell me to go inside and he will put the bike into parking. And then come to me in the supermarket. And i went from the entrance, and that was a girl, she came to me and said,”I like you”. I was oke, thank you. She said i like you. And she said come with me in the mall, and she putted her arm in my arm, and she said something in Indonesian, and the security was laughing. “What is she saying? They’re laughing. What is happening?” She was very nice, she was very kind and very friendly, but i really wanted to know what was she saying to me. That’s only happened for one time. I’m not afraid of her, because she doesn’t look like that. And you know, in the end, when i will go inside the supermarket i said,”oke, i will go” and then i speak to her “what is your name?”, her name is Julia and then i said my name Fatima. She said,“Fatima Muhammad something?” No, i don’t know him. Eveytime she said something, i said,”Tidak mengerti”. And then she said,”Fatima Muhammad Rasulullah...,” oh yesss, yess, the daughter of Muhammad Rasulullah, yes, the name of Muhammad Rasulullah’s daughter. And then she’s going and then we had high five.” (Untuk laki-laki tidak ada, tetapi untuk kaum perempuan, kami merasakan hal itu. Di sini, kami lebih bebas, lebih banyak yang bisa kami lakukan. Kamu tahu, biasanya ketika saya pergi sendirian, saya tidak bicara banyak dengan orang lain. Hanya dengan teman-teman saja. Biasanya kami berkumpul dengan teman-teman di rumah. Kami tidak bepergian ke luar, kecuali kami punya saudara laki-laki atau ayah atau suami, dan kami harus selalu bersama-sama dengan mereka. Mereka selalu bersama saya. Sekarang saya bisa pergi sendirian, saya benar-benar merasa bebas, bahagia, lebih bahagia di sini. Benar. Tapi serius, saya ingin belajar Bahasa Indonesia. Ada banyak sekali waktu di mana saya benar-benar ingin mengerti apa yang sedang mereka katakan. Suatu kali saya pergi ke Thamrin, kami punya sepeda motor listrik, lalu suami saya menyuruh saya masuk sementara dia akan memarkirkan kendaraan. Dan segera menyusul saya ke dalam supermarket. Kemudian saya berjalan ke pintu masuk, dan
Universitas Sumatera Utara
ada seorang perempuan, dia menghampiri saya dan berkata,”Saya menyukaimu”. Saya jawab,”Oke, terima kasih”. Dia bilang dia menyukai saya. Dan dia berkata datang bersama saya ke dalam mall, dan dia menggandeng lengan saya, dan dia mengatakan sesuatu dalam Bahasa Indonesia, dan penjaganya tertawa. “Apa yang dia katakan? Mereka tertawa. Apa yang terjadi?” Dia sangat manis, sangat baik dan ramah, tapi saya sangat ingin tahu apa yang dia katakan pada saya. Kejadian itu terjadi sekali saja. Saya tidak takut padanya, karena dia tidak kelihatan menakutkan. Dan kamu tahu, di akhir, ketika saya mau masuk ke supermarket saya berkata,”Oke, saya mau” lalu saya menanyakan namanya, dia bernama Julia dan saya perkenalkan nama saya Fatima. Dia
membalas,”Seperi
Fatima
Muhammad?”
Tidak
saya
tidak
mengenalnya. Setiap kali dia mengatakan sesuatu, saya jawab,”Tidak mengerti”.
Dan
kemudian
dia
berkata,”Fatima
Muhammad
Rasulullah...,” oh ya, ya, anak perempuannya Muhammad Rasulullah. Lalu dia pergi dan kami tos).
10.
I think she is a very special person for you because till now you still remember her name, right? (Karena sampai sekarang Anda masih mengingat namanya, saya rasa dia seseorang yang sangat spesial untuk Anda, bukan?) “Yes, i remember her face also, she was very cute, nice girl, she was a small girl, maybe teenager, usually Indonesian looks very young, but she looks like teenager, if she is old, maybe 21 years old, maximal.” (Ya, saya juga masih ingat wajahnya, dia sangat lucu, gadis yang manis, dia gadis yang mungil, mungkin remaja, biasanya orang Indonesia keliahatan sangat mudah, tapi dia kelihatan seperti remaja, mungkin usianya 21 tahun, maksimalnya).
11.
But that‘s the first and the last time? (Tapi itu yang pertama dan yang terakhir?)
Universitas Sumatera Utara
“First and the last time. Only 2 or 3 minutes. And even she refuses to come to supermarket with me down, she said, No, you go.” (Pertama dan terakhir. Hanya 2 atau 3 menit. Dan bahkan dia menolak untuk mengunjungi supermarket yang di lantai bawah bersama saya, dia bilang,”Tidak, kamu saja yang pergi”).
12.
But it‘s not everyday you meet people like her right? (Tapi tidak setiap hari Anda bertemu orang seperti dia, bukan?) “No, everyday i meet people who wants to talk to me, who wants to ask question, everytime i see Indonesian girls, i feel like question mark. But you know when i go out, i have to come back quickly for my daughters, i have to work cooking and like that. I mean in hurry, i try to answer a few questions, so i can answer, other than that i say,’Tidak mengerti” (Tidak, setiap hari saya bertemu orang-orang yang ingin berbicara kepada saya, yang ingin menanyakan pertanyaan, setiap kali saya melihat perempuan Indonesia, saya merasa melihat tanda tanya di wajah mereka. Tapi kamu tahu ketika saya pergi keluar, saya harus segera kembali untuk anak-anak perempuan saya, saya harus memasak. Maksunya, dengan terbutu-buru, saya berusaha menjawab beberapa pertanyaan, jadi saya bisa jawab, selain itu saya jawab,”Tidak mengerti”).
13.
But have you try to learn Indonesia language? (Tapi pernah tidak Anda mencoba untuk belajar Bahasa Indonesia?) “Really, my husband and me when we came the first few months, there is a place, a course near a bank, near Citra Garden, before or after that, there is like an institute, they teach English. So my husband speaks to them and said we want to learn Indonesia. They said,”Oke, we will ask” and like this and they said,”We want more people to come and learn or we come and teach you”. And then they don’t answer so we also, in Palladium,
Universitas Sumatera Utara
there is another like an institute or something like courses or something, we speak to that man also, and there is one man. And he said,”Oke, i will teach you” and i think he didn’t reply to us again, so i think he doesn’t have time or something, so we stop. We’re trying to learn Indonesia language from Sandy and he learn Arabic from us.” (Saya dan suami ketika kami tiba beberapa bulan pertama, ada satu tempat, satu kursus di dekat sebuah bank, dekat Citra Garden, sebelum atau setelahnya, ada seperti sebuah lembaga, mereka mengajarkan Bahasa Inggris. Jadi, suami saya berbicara kepada mereka dan mengatakan bahwa kami mau belajar Bahasa Indonesia. Mereka bilang,”Baiklah,
kami
akan
menanyakannya”
dan
kemudian
mengatakan,”Kami mau lebih banyak orang yang datang untuk belajar atau kami yang akan datang untuk mengajari kalian”. Sampai beberapa lama mereka tidak memberikan respon, lalu kami juga mencoba di Paladium, di sana ada juga lembaga yang sama seperti kursus, kami berbicara kepada petugas di sana, dan hanya ada satu orang laki-laki. Dan dia berkata,”Baiklah, saya akan mengajari kalian” dan lagi-lagi tidak ada balasan, saya pikir dia tidak punya banyak waktu, dan kami pun berhenti mencoba. Kami mencoba belajar Bahasa Indonesia dari Sandy dan dia juga belajar Bahasa Arab dari kami).
14.
What about in Bahasa, is there any words that you know? (Bagaimna dengan Bahasa Indonesia, adakah kata-kata yang Anda tahu?) “The words i know is colours. Because i go buy clothes. And all the time, i buy for my daughters i said,”Ada biru?, ada putih?, ada merah jambu? I don’t want hijau, i don’t want chocolate, i don’t want hitam. So for my daughters, i always search for colours like biru, merah, merah jambu. I like this. And usually i go to the local shop not malls all the time. I love local shop more because beside it’s cheaper, they have more things. And in bargaining i have a lot of friends, the name is Kak Afni. She is Indonesian. She’s a seller in Petisah. She can speak a little English. All the
Universitas Sumatera Utara
time, me and my friend, Mahmud, we used to go to her shop and we’re buying clothes with the used clothes. And she says,”Semua dua puluh”. We buy from her a lot. So everytime we go,”Hai Kak Afni!” and she remember on me. And she’s very kind. So in everyplace i go, i have one two friends. There, i have Kak Afni and one, her name is Sarah. She’s downstair. She sells jeans. And then in Melati, a few months i start to go Melati. And in Melati also there is one, called Chintya and one, hmm, what her name? I forgot her name but i try to memorize. Even in here, there is Pasar Sore, behind, there are also my friends.” (Kata-kata yang saya tahu adalah warna-warna. Karena saya berbelanja pakaian. Dan sepanjang waktu, ketika saya membeli pakaian untuk anakanak perempuan saya, saya berkata,”Ada biru?, ada putih?, ada merah jambu? Saya tidak mau warna hijau, saya tidak mau warna coklat, saya tidak mau warna hitam. Jadi untuk anak-anak perempuan saya, saya selalu cari warna seperti warna biru, merah, merah jambu. Saya menyukainya. Dan biasanya saya pergi ke pasar lokal dan tidak selalu ke mall. Saya lebih suka pasar lokal karena selain lebih murah, barang mereka juga lebih banyak. Dan untuk tawar-menawar saya punya banyak teman, namanya Kak Afni. Dia orang Indonesia. Seorang pedagang du Petisah. Dia bisa berbicara Bahasa Inggris sedikit. Sepanjang waktu, saya dan teman saya, Mahmud, kami biasa pergi ke tokonya dan berbelanja pakaian. Dan dia berkata,”Semua dua puluh”. Kami banyak belanja darinya. Jadi, setiap kali kami pergi ke sana,”Hai Kak Afni!” dan dia mengingat saya. Dia sangat baik. Jadi, di setiap tempat yang saya kunjungi, saya punya satu atau dua orang teman. Di sana, ada Kak Afni dan satunya lagi, namanya Sarah. Dia di lantai bawah. Dia jualan celanan jeans. Kemudian di Pajak Melati, setelah tinggal beberapa bulan di sini saya pergi ke sana. Dan di sana saya juga punya seorang teman bernama Chintya dan satunya lagi, hmm, siapa ya namanya? Saya lupa namanya tapi saya coba mengingatnya lagi. Bahkan di sini, ada Pasar Sore, di belakang, ada juga teman-teman saya).
Universitas Sumatera Utara
15.
Who brought you there to Petisah, Melati, Pasar Sore? (Siapa yang membawamu ke sana ke Petisah, Melati, Pasar Sore?) “Because i have my friends here. Their husbands and their brothers, they go to this shop. And then, they don’t go with their wifes or with their sisters. They said go group of women and try to communicate with people. So for me was my friend, Mahwuba. She was always with Bahera. And we used to go exploring and speaking with people and like that. The main thing is we can go everywhere because we can speak English at least we can come back. So we don’t need to be worry. But now my friends are gone. They went to America, so now i’m alone. So i can alone, still i go alone. But i really need a friend now. So now i’m going to the course for sewing. So i have my teachers are Rina, Arni and Jojo. They are really kind and they are very good. And main thing from the Indonesian, i had one teacher here, her name is Lili. She was our guide for everything”. (Karena saya punya teman-teman di sini. Suami dan saudara laki-laki mereka pergi ke pasar-pasar ini. Mereka tidak pergi bersama istri atau saudara perempuan mereka. Mereka bilang pergilah kelompok perempuan dan cobalah berkomunikasi dengan orang-orang di sini. Jadi, kalau saya, saya bersama dengan teman saya, Mahwuba. Dan Mahwuba selalu bersama Bahera. Dan kami biasanya pergi menjelajah dan berbicara dengan orang-orang di sini. Intinya adalah kami bisa pergi ke mana saja, karena kami bisa berbahasa Bahasa Inggris, setidaknya kami bisa kembali ke tempat ini. Jadi kami tidak perlu khawatir. Tapi sekarang teman-teman saya telah pergi. Mereka pergi ke Amerika, jadi sekarang saya sendirian. Saya bisa sendirian, dan sampai sekarang saya masih pergi sendirian. Tapi sekarang saya sangat butuh teman. Jadi, sekarang saya sedang mengikuti kursus menjahit. Dan saya punya guru-guru yang bernama Rina, Arni dan Jojo. Mereka sangat manis, mereka sangat baik hati. Dan yang paling luar biasa dari orang Indonesia, saya punya seorang guru bernama Lili. Dia adalah pemandu kami dalam segala hal).
Universitas Sumatera Utara
16.
What is she did here? (Apa yang dia kerjakan di sini?) “She used to teaches English. And you know, our class was that’s it. Learning English is as much as well like a womens’ chatting. So you know, we always ask her,”The book, you are still only half of the book in three months? What are you doing?” And then she said,”we are chatting, we are speaking”. Hahaha...hahaha...So you know everytime i want to go for a good doctor, i ask Lili, i want to go shopping, i ask Lili. About herbal and medicine, and things like that, i ask her. She gives me a lot of tips about boarding to go to hospital and try to cure yourself at home and things like that. So Lili was really my guide in the beginning. Now she’s a teacher in Aceh now. I’m very happy for her, but really i miss her. And my daughters do all the time to say,”we want Ms. Lili to come back”. I said,”No, just pray for her that she’ll be happy there. Last time maybe i call her maybe one year and six months, and she said,”Please pray for me that i come to Medan”. “ I really will pray that you come to Medan”.” (Dia biasanya mengajar Bahasa Inggris. Dan kamu tahu, kelas kami sangat menyenangkan. Belajar Bahasa Inggris itu sama halnya seperti percakapan
perempuan.
Jadi
kamu
tahu,
kami
selalu
menanyakannya,”Buku, kamu hanya mengajarkan setengah bagian dari buku itu dalam tiga bulan? Apa yang kamu lakukan?” Lalu dia jawab,”Kita
sedang
bercakap-cakap,
kita
sedang
berbicara”.
Hahaha....hahaha... Jadi, kamu tahu, setiap saya mau pergi mencari seorang dokter yang bagus, saya tanya Lili, saya mau berbelanja, saya tanya dia. Tentang ramuan herbal dan obat-obatan, hal-hal seperti itu, saya tanya Lili. Dia beri saya banyak tips untuk mengurus semua hal di rumah sakit dan mencoba merawat diri sendiri di rumah. Jadi, Lili benarbenar pemandu saya sejak awal. Sekarang dia adalah seorang guru di Aceh. Saya ikut senang, tapi serius saya sangat merindukannya. Dan anak-anak perempuan saya sering bilang,”kami mau Nona Lili kembali”. Saya pun menjawab,”Tidak, doakan saja dia agar selalu bahagia di sana.
Universitas Sumatera Utara
Terakhir kali sepertinya saya pernah meneleponnya kalau tidak salah satu setengah tahun yang lalu dan dia bilang,”Tolong doakan saya biar bisa datang lagi ke Medan. Saya jawab,”Saya benar-benar akan berdoa untukmu biar kamu bisa datang ke Medan”). 17.
Do you have any difficulties when communicate with people? I mean, oke you don‘t know speak Indonesia and then you go like shopping in local market, you said that because you don‘t like mall. You like kind bargaining. (Apakah Anda menemukan kendala ketika berkomunikasi dengan orang di sini? Maksud saya, baiklah Anda tidak bisa berbicara dalam Bahasa Indonesia lalu Anda pergi berbelanja ke pasar lokal, kamu bilang kamu tidak begitu menyukai mall. Sepertinya kamu sangat suka menawar.) “I go to mall with my husband, i go to local market with my friends, because my husband hates bargaining and i love bargaining. He don’t like to waste time and shopping, he’s like,”oke, i’ll go to the mall, take your thing and come back”. But for me, i want to look everything, and i want to choose to see one by one and choose the thing that i want.” (Saya pergi ke mall bersama suami saya, saya pergi ke pasar lokal dengan teman-teman saya, karena suami saya benci menawar sedangkan saya sangat menyukainya. Dia tidak suka membuang-buang waktu dan berbelanja, dia seperti,”Baiklah, saya akan pergi ke mall, belilah barangbarangmu dan kembali”. Tapi bagi saya, saya mau melihat semuanyaa, dan saya memilih untuk melihat satu per satu lalu memilih barang yang saya inginkan).
18.
So, especially you‘re alone, have you ever in problem when communicate? (Nah, apalagikamu sendirian, pernahkan Anda menghadapi masalah ketika berkomunikasi?) “Frankly, never. Never, not a single time. Because always i go from the morning, i have time..sometimes i go in the morning, sometimes i go in the
Universitas Sumatera Utara
afternoon four o’clock until 6 or 5 o’clock, but when it’s night, i don’t go outside. Because it’s a rule law here. So we have to come back. Frankly, never...never...” (Jujur, tidak pernah. Tidak pernah, tidak sekalipun. Karena saya selalu pergi dari pagi, saya punya waktu...terkadang saya pergi pagi hari, kadang siang hari dari jam 4 hingga jam 6 atau 5, tapi kalau sudah malam, saya tidak pergi ke luar. Karena itulah peraturannya di sini. Jadi kami harus secepatnya kembali. Jadi, jujur saya tidak pernah menghadapi masalah. Tidak pernah).
19.
So you feel secure go alone? (Jadi Anda merasa aman pergi sendirian?) “Very very secure and even when i speak to men, i don’t feel anything bad.” (Sangat sangat aman dan bahkan ketika saya berbiara kepada kaum lakilaki, saya tidak merasakan sesuatu yang buruk).
20.
And then the seller, i mean the owner of the shop, maybe they can‘t speak English, they don‘t speak, like i mean educated people from most of people in here? (Kemudian pedagang, maksud saya pemilik toko, mungkin mereka tidak bisa berbahasa Inggris, seperti kebanyakan orang berpendidikan di sini?) “I don’t know but they can say yes or no. And they have gesture or things. They’re like,”Ada anak-anak?” and she asked,”Berapa umur?” and then i say,”ten and nine”. I like this, I memorize few sentences, so it helps me. But the problem was i can’t speak to them, but when they answer, it’s hard for me to understand. But they tried to give me the message by just gestures, so that i can understand.” (Saya tidak tahu tapi mereka bisa berkata iya atau tidak. Dan mereka juga punya bahasa tubuh. Mereka seperti,”Ada anak-anak?” dan dia
Universitas Sumatera Utara
menanyakan,”Berapa umur?” lalu saya jawab,”10 dan 9 tahun). Saya menyukai hal seperti ini, saya mengingat beberapa kalimat, jadi itu sangat membantu saya. Tapi permasalahannya adalah saya tidak bisa berbicara kepada mereka, tapi saat mereka menjawab, sangat sulit bagi saya untuk memahaminya. Tapi merekaa berusaha menyampaikan pesan kepada saya lewat bahasa tubuh, sehingga saya mengerti).
21.
But you trust them, right? (Tapi Anda mempercayai mereka, bukan?) “I really really trust them.” (Saya benar-benar mempercayai mereka).
22.
I mean, when they give you special price, how do you think about it? (Maksud saya, ketika mereka memberimu harga spesial, apa yang kamu pikirkan?) “You know at the beginning, it was like maybe they see me foreigner, and they will be mean, and then i said,”No, saya imigran, saya tidak turis”. And
then
she’s
like,”oke,oke,
dua
puluh,
tiga
puluh”
hahaha...hahaha...Because i have my friends, and you know with my friends, it’s like we take turns. Said,”Mahwuba, now your turn” and she used to,”Kak, dua, dua lima puluh” and afterthat i speak, both of us like making
her
crazy
and
she
said
like,”oke,
thank
you”,
hahahaha....hahaha...So really i feel very good when i go shopping. I really enjoy it.” (Kamu tahu di awal, mungkin mereka melihat saya sebagai orang asing, dan mereka akan jadi kejam membuat harga, kemudian saya pun menjawab,”Tidak, seperti,”baiklah,
saya
imigran,
baiklah,
saya
dua
tidak
turis”.
puluh,
tiga
Lalu
dia
puluh”
hahaha...hahaha...Karena saya punya teman-teman, dan bersama mereka, kami
selalu bergantiang menawar. Berkata,”Mahwuba, sekarang
Universitas Sumatera Utara
giliranmu” dan dia biasanya bilang,”Kak, dua, dua lima puluh” kemudian saya pun bicara, dan kammi berdua seperti membuatnya gila dan akhirnya
dia
pun
menjawab,”baiklah,
terima
kasih”,
hahaha...hahaha...Serius, saya sangat jago ketika berbelanja. Saya sangat menikmatinya).
23.
You don‘t have any problem when communicating, right? (Jadi kamu tidak menemukan masalah ketika berkomunikasi, bukan?) “I don’t have problem but i hope if i can learn more Indonesia, because really really we want to come back to Indonesia, at least for tour. So really i would like to learn Indonesia.” (Saya tidak punya masalah tap saya berharap saya bisa berlajar Bahasa Indonesia, karena sungguh kami ingin sekali kembali ke Indonesia, setidaknya untuk liburan. Serius, saya sangat ingin belajar Bahasa Indonesia).
24.
So, how long you need time for adaptizing your self here, i mean like your husband, he got 3 to 6 months, finally understand, because first he felt insecure about people‘s opinion? (Berapa lama waktu yang kamu perlukan untuk bisa beradaptasi di sini, maksud saya seperti suami Anda, dia perlu 3 hingga 6 bulan, dan akhirnya paham, karena awalnya dia merasa gelisah dengan opini orang-orang di sini?) “For me, it wasn’t like that. Because usually i’m used to stay at home. So when i come out, it’s like i feel everyone loves me frankly. Some there’re places because all of them are women, so when i see the women we could see that, you feel the bad, negative things. So everytime i see someone, if i smile, she smile at me and it’s good to me, and if she didn’t smile, it’s like,”oke, i have to ignore her”.But usually all of them smile at me. The very first time i know one woman, her name is Hani. She was from the smuggler’s side. And the first time when we came here, and the smugglers
Universitas Sumatera Utara
took us to the boat, then we were in the sea for seven days. And then we came back, there was a group of men and women and i think the smugglers communicated with them, that they will take us to home or something then take care of us until they sent us to sea again. So when i came back for seven days, i was really dirty, i was really sick, my daughters you know, at that time we were all throwing up and the final days or even blood was coming out from us. And then, when we saw that group, and we said we are hungry and then they bring bread, jam, and chocolate. We were very hungry and then we eat anything. And she was with me, i mean Hani. And you know i told her,”i’m really dizzy, i’m really sick, i’m feeling very sick, please, i just want to toilet, just want to take shower and want to sleep. At that time, we were in the jungle. And they put a fire or something. And she said,”wait here only for a few hours until that, a lot of people are sleeping, and then they would take us to a home.” There is toilet and we can sleep and in the morning, the smugglers, they sent cars to take us again. You know, when they started moving, we have to walk in the jungle for one hour, she said,”maybe one hour to that home.” And all the time, she was holding me. You know the road of the jungle. I’m slippering, and i’m dizzy, all the time she was holding me and she was very possesive,”oke, go first, no problem”, but she was holding me all the time. My husband was holding one of my daughter, and the other guy was holding my other daughter. You know, i was thinking maybe they would kidnap my daughters or something or maybe my husband. But really when i saw them, i realized i was wrong. Even i reached the home first one, and i go in the toilet first one, you know after 5 minutes, my daughters arrived, after 10 minutes my husband arrived also. So really if that time, there were no doubt, so there is no doubt now also. Until now, no doubt about anything, nothing’s bad happened.” (Bagi saya, tidak seperti itu. Karena saya biasanya di rumah saja. Jadi, saat saya keluar rumah, jujur rasanya setiap orang mencintai saya. Ada beberapa tempat, karena semuanya perempuan, jadi saat kami bertemu, kami bisa merasakan aura-aura yang tidak baik, merasakan hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
negatif. Jadi, setiap kali saya bertemu seseorang, bila saya senyumi, lalu dia balas dengan tersenyum artinya baik bagi saya, tapi bila saya tersenyum dan dia tidak membalasnya, saya seperti,”oke, saya harus mengabaikannya. Tapi biasanya kebanyakan orang tersenyum kepada saya. Di awal sekali saya kenal seorang perempuan, namanya Hani. Dia itu dari pihak smuggler. Pertama tiba di negara ini, dan smuggler membawa kami ke kapal, lalu kami di lautan selama seminggu. Kemudian ketika kami kembali, ada satu kelompok perempuan dan laki-laki dan saya pikir pihak smuggler sudah berbicara kepada mereka, bahwa mereka akan membawa kami ke rumah atau sejenisnya dan merawat kami hingga nanti mereka mengirim kami kembali ke lautan. Setelah seminggu, kami pun kembali, keadaan saya sangat kotor, saya sangat kesakitan, kamu tahu anak-anak saya, sepanjang waktu kami muntah dan sampai hari terakhir bahkan tubuh kami pun berdarah. Lalu, ketika kami melihat kelompok itu, dan langsung mengatakan bahwa kami sangat kelaparan dan mereka pun membawakan roti, selai dan coklat. Kami benar-benar lapar dan memakan habis semuanya. Dan dia bersama saya, maksud saya Hani. Dan kamu tahu, saya bilang padanya,”saya sangat pening, saya benarbenar kesakitan, sangat kesakitan, tolonglah, saya hanya ingin ke toilet, saya hanya mau mandi dan segera tidur. Saat itu, kami sedang berada di hutan. Mereka membuat api unggun. Dan Hani berkata,”tunggulah di sini hanya untuk beberapa jam saja, orang-orang sudah tertidur, dan mereka akan mengantar kita ke rumah.” Di sana ada toilet dan kami dapat tidur dan pagi harinya, para smuggler, mereka mengirimkan mobil untuk mengangkut kami. Kamu tahu, ketika mereka mulai bergerak, kami masih
harus
berjalan
di
hutan
selama
satu
jam,
Hani
mengatakan,”mungkin satu jam lagi menuju rumah”. Dan selama itu juga dia menggandeng saya. Kamu tahulah jalanan di hutan. Saya terpeleset, dan kepala saya sangat pusing, sepanjang waktu dia pegangi saya dan menjadi sangat posesif,”Oke, jalanlah duluan, tidak apa-apa”, tapi dia tetap menggandeng saya terus-terusan. Suami saya memegang satu orang anak perempuan saya, dan laki-laki lain memegang yang satunya. Kamu
Universitas Sumatera Utara
tahu, saat itu saya berpikiran mungkin mereka mau mencuri anak saya atau suami saya. Tapi serius ketika saya melihat mereka, saya sadar bahwa saya salah. Walaupun saya yang pertama tiba di rumah, dan menjadi pengguna toilet pertama, kamu tahu setelah 5 menit, anak-anak perempuan saya pun tiba, dna 10 menit kemudian, suami saya juga tiba. Jadi jika saat itu saya tidak punya keraguan, maka sekarang juga tidak. Hingga sekarang, tidak berpikiran buruk terhadap apapun, maka hal buruk pun tidak akan terjadi).
25.
Is there any chance you will go back to Saudi Arabia soon? (Apakah ada peluang Anda akan kembali ke Arab Saudi secepatnya?) “No, really no.” (Tidak, sungguh tidak ada).
26.
I‘ll think you‘re fine here. (Saya rasa kamu baik-baik saja di sini) “I’m happy here, i enjoy everything, but really what concern me is my daughters’ education. This is the most concern. I tried to, even look for school, English course, and i want to high school for 3 years, and i saw there is Anisa, she is principle there, and really she said for one month, 200 dollars, it means 2 juta or 2,5 juta something like that. So it’s really expensive, so we didn’t continue with that. I sent them to Lia because Lia was one million for six month, so it was fair for six month.” (Saya sangat senang di sini, saya menikmati semuanya, tapi saya benarbenar sangat mengkhawatirkan pendidikan anak-anak perempuan saya. Inilah yang paling saya pikirkan. Saya telah mencoba, bahkan mencaricari sekolah, kursus Bahasa Inggris, dan juga ke SMA, dan di sana saya bertemu dengan Anisa, dia adalah kepala sekolah di sana, dan dia mengatakan bahwa biaya sekolah di sana untuk satu bulan sebesar 200 dolar, itu sama dengan 2 juta atau 2,5 juta. Sangat mahal, jadi kami tidak
Universitas Sumatera Utara
melanjutkannya. Akhirnya saya memasukkan mereka ke Kursus Lia karena di sana harganya 1 juta untuk 6 bulan, jadi saya rasa masih pas).
27.
So that concerns you, your daughters‘ education? (Jadi, kamu sangat memikirkan sekolah anak-anak perempuanmu ya?) “Daughters’ education, even for me, i don’t like being given money from people, and not working, not earning the money by ourself, or at least my husband.” (Pendidikan anak-anak perempuan, bahkan bagi saya, sebenarnya saya tidak terlalu suka diberi uang oleh orang lain, tidak bekerja, tidak menghasilkan uang sendiri, setidaknya suami saya harus bekerja).
28.
But you can make your own clothes or something because you‘re good in sewing? (Tapi kamu bisa membuat pakaian sendiri karena kamu pandai menjahit?) “Oke if i want to open a boutique, i need the money. I want to buy the things and all that needs money. More than that, i really want to continue my college degree. You know when i got married, i had only one condition, to continue college. I said to my husband,”I will marry you, but i have only one condition that i want to continue college”. And he said,”oke, if we got enough money and you have time, you can go and complete your education.” So for me, it’s still dream.” (Oke
jika saya mau membuka sebuah butik, saya perlu uang, untuk
membeli peralatan-peralatannya juga perlu uang. Lebih daripada itu, saya sangat ingin kuliah. Kamu tahu saat saya mau menikah, saya hanya punya satu syarat, yaitu mau kuliah. Saya bilang kepada suami saya,”saya mau menikah denganmu, tapi saya punya satu permintaan bahwa saya mau kuliah”. Lalu dia jawab,”Baiklah, kalau kita sudah punya cukup uang dn kamu punya waktu maka kamu bisa pergi dan melengkapi pendidikanmu”. Jadi, bagi saya itu masihlah sebuah mimpi).
Universitas Sumatera Utara
29.
And what subject? (Jurusan apa?) “ I don’t care as long as i get that degree, i don’t know until now. From the beginning, i just want to degree. Now when i see Indonesian, i see the fields that they are working, so i really want to be in a medical field. I hope. I will try.” (Saya tidak peduli selama saya dapat gelar, saya tidak tahu sampai sekarang. Sejak awal, saya hanya ingin kuliah. Sekang ketika saya bertemu
orang Indonesia, saya mengamati bidang-bidang pekerjaan
mereka, dan saya ingin bekerja di bidang kesehatan. Saya harap. Saya akan mencobanya).
30.
You are very ambitious about something, i mean you‘re not worried, you want to learn everything. (Anda kelihatan sangat punya ambisi akan sesuatu, maksud saya Anda tidak pernah khawatir, dan Anda ingin mempelajari semuanya). “You know, that’s the thing that we’re missing there. We are at home. You know, in our country, it’s more like, between woman it’s like,”haaa, my husband bought me this, we went to there, we have this car, we have this house, and like this. I don’t see that in here. It’s really simple people even when i wear a old shoes, it’s fine for me. There if i have small stain in my shoes, i will never wear it.” (Kamu tahu, itulah hal-hal yang tidak kami miliki di negara kami. Kami di rumah saya. Dan kamu tahu, di negara kami itu seperti, khususnya di antara kaum perempuan, itu seperti,”haaa, suami saya membelikanku ini, kami pergi ke sana, kami punya mobil, kami punya rumah, dan seterusnya. Saya tidak melihat itu di sini. Orang-orang di sini sangat sederhana bahkan saat saya memakai sepatu lama saya, tidak jadi masalah di sini.
Universitas Sumatera Utara
Sementara di sana jika sepatu saya punya sedikit noda, saya tidak akan pernah memakainya).
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
Universitas Sumatera Utara
DOKUMENTASI
Gambar 1. Mess YPAP I beralamat di Jalan Bunga Cempaka No. 4, Pasar III, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Proses Wawancara Mendalam dengan Informan 1, Muhammad, dan informan 2, Ahmad
Gambar 3. Proses Wawancara Mendalam dengan Informan 5, Fatima.
Universitas Sumatera Utara