KUALITAS TERJEMAHAN SUBTITEL FILM OMAR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh
Siti Nur Asiah NIM: 1110024000026
PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2014 M
II
III
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa
: Siti Nur Asiah
NIM
: 1110024000026
Program Studi
: Tarjamah
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 18 Desember 2014
SITI NUR ASIAH
IV
ABSTRAK Siti Nur Asiah, 1110024000026. “Analisis Kualitas Terjemahan Subtitel Film Omar”. Skripsi, Jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Film Omar memiliki pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat. Data Nielsen menyebutkan, film Omar pertama kali tayang di MNC TV pada tahun 2012 berhasil meraih rating dan share yang cukup tinggi yakni 4,3/24,9 (week 1231, 29 Juli 2012). Dalam penayangan film Omar, MNC TV melengkapi dengan terjemahan subtitel. Hal ini untuk memudahkan penonton dalam memahami film berbahasa Arab. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keakuratan, keberterimaan dan tingkat keterpahaman terjemahan subtitel film Omar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik simak dan catat sebagai teknik pengumpulan data. Sumber data yang dianalisis berupa satuan bahasa dalam film Omar. Kualitas terjemahan diuji dengan cara (1) Membandingkan makna kata, frasa, klausa dan kalimat bahasa sumber dengan makna kata, frasa, klausa dan kalimat terjemahan untuk menentukan tingkat keakuratan terjemahan (2) Menentukan tingkat keberterimaan terjemahan, yang didasarkan pada frasa, klausa dan kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidahkaidah bahasa Indonesia (3) Menetapkan tingkat keterbacaan terjemahan, yang didasarkan pada tanggapan pembaca perihal seberapa mudah atau seberapa sulit mereka dalam memahami terjemahan. Dari segi keakuratan hasil terjemahan subtitel film Omar ini, peneliti mendapati ketidaktepatan dalam mengalihkan pesan sesuai dengan maksud dan tujuan Bsu, sehingga ada pesan yang tidak tersampaikan secara benar. Dari segi keberterimaan, peneliti menemukan pengalihan teks sumber yang jauh dari kelaziman bahasa sasaran. Hal itu terlihat dari penggunaan diksi yang banyak menggunakan kata-kata yang kurang tepat. Selanjutnya penggunaan kalimat yang kurang efektif serta penggunaan tanda baca yang tidak tepat, akan berakibat pada pemahaman yang sulit bagi pemirsa yang menonton film ini.
V
PRAKATA Rasa syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang penuh dengan hambatan dan tantangan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Strata Satu (S-1) pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi saya telah mengerahkan segenap kemampuan yang benar-benar membutuhkan konsentrasi tinggi dan dukungan moril. Tentunya kekurangan-kekurangan yang ada dalam skripsi ini sangat saya sadari, karena itu kritik dan saran saya harapkan. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah, kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. T.B Ade Asnawi, M.A selaku Ketua Jurusan Tarjamah, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah. Serta tak lupa ucapan terima kasih kepada dosendosen jurusan Tarjamah atas segala ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama ini kepada saya. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan menjadi bekal di masa depan. Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum dan Dr. Darsita Suparno, M.Hum selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu di tengah kesibukan mereka untuk membaca, mengoreksi, dan memberi referensi, serta memotivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dr.
VI
Abdullah, M.Ag dan Abdul Wadud Kasyful Anwar, Lc., M.A selaku dosen penguji yang bersedia memberikan masukan dan saran untuk perbaikan penelitian ini. Terima kasih saya sampaikan pula kepada Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A dan Amelia Hidayat, S.Pd yang mengurus biaya kuliah dan membina secara khusus para pemeroleh beasiswa Bidik Misi selama kuliah. Bapak dan Amak, orang tua saya, yang telah membesarkan dan mendidik saya. Saya mutlak berterima kasih kepada beliau berdua karena hanya dengan dukungan beliau berdualah saya dapat melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Kepada kakak-kakak saya, Mas Huda dan keluarga, terima kasih banyak atas pengorbanan yang beliau berikan kepada saya dan memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan studi. Kepada para pustakawan Fakultas Adab dan PU, saya mengucapkan terima kasih karena telah memberikan pinjaman buku-buku dan literatur untuk menunjang kelengkapan penulisan skripsi ini. Permohonan maaf saya sampaikan karena sering terlambat mengembalikan buku dan membayar denda. Tak lupa ucapan terima kasih saya sampaikan untuk teman-teman seangkatan yang berjasa maupun tidak. Adik-adik kelas yang masih bertahan, terima kasih sudah mengerti kakakmu sehingga kalian tidak mendahului saya untuk lulus duluan. Selanjutnya saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Mas Yotta (HRD MNC TV) yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di MNC TV. Kepada bapak Saifudin Kurdi, Program Operation Dept. Head, penulis
VII
mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu disela-sela kesibukan untuk memberikan informasi kepada saya mengenai sekilas film Omar. Terima kasih juga saya sampaikan kepada keluarga besar Social Trust Fund UIN Jakarta sebagai guru kehidupan yang mengajarkan indahnya untuk selalu berbagi. Motivasi dan dorongan kalian membuat saya ingin segera menjadi sukses di usia muda dengan menyegerakan wisuda. Semoga skripsi yang amat sederhana ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama penerjemahan film. Saran dan kritik membangun saya harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Ciputat, 18 Desember 2014
Siti Nur Asiah
VIII
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... V PRAKATA ........................................................................................................ VI DAFTAR ISI ..................................................................................................... IX PEDOMAN TRANSLITERASI...................................................................... XIV SINGKATAN ................................................................................................. XIX BAB I .................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A.
Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................... 3
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................... 3
D.
Tinjauan Pustaka.................................................................................... 4
E. Metode Penelitian...................................................................................... 6 1.
Fokus Penelitian .................................................................................... 7
2.
Sumber Data .......................................................................................... 7
3.
Metode Penyediaan Data ....................................................................... 8
4.
Analisis Data ......................................................................................... 9
5.
Metode Penyajian Hasil Analisis Data ................................................. 10
F.
Sistematika Penulisan .............................................................................. 12
BAB II ............................................................................................................... 13 PENERJEMAHAN FILM.................................................................................. 13 A.
Pengertian Penerjemahan Film ............................................................. 13
G.
Proses Penerjemahan Film ................................................................... 15
H.
Jenis Penerjemahan Film ..................................................................... 18
1.
Subtitel ................................................................................................ 18
2.
Sulih Suara .......................................................................................... 20
I.
Kualitas Penerjemahan Film .................................................................... 21 1.
Tingkat Keakuratan.............................................................................. 21
2.
Tingkat Keberterimaan ........................................................................ 22
3.
Tingkat Keterpahaman ......................................................................... 24
IX
J.
Problematika Penerjemahan Film ............................................................ 25
BAB III.............................................................................................................. 29 SEKILAS TENTANG FILM OMAR.................................................................. 29 A.
Film Omar di Arab .............................................................................. 29
1.
Pembuatan Film Omar ......................................................................... 29
2.
Pro dan Kontra Seputar Film Omar ...................................................... 30
K.
Film Omar di Indonesia ....................................................................... 31
1.
Penayangan Film Omar di TV Indonesia ............................................. 31
2.
Proses Penerjemahan Film Omar ......................................................... 32
BAB IV ............................................................................................................. 34 ANALISIS KUALITAS TERJEMAHAN SUBTITEL FILM OMAR ................. 34 A.
Analisis Dialog (1) ............................................................................... 34
1.
Keakuratan .......................................................................................... 34
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 35
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 36
L. Analisis Dialog (2) .................................................................................. 36 1.
Keakuratan .......................................................................................... 36
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 36
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 37
M. 1.
Keakuratan .......................................................................................... 37
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 38
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 38
N.
Analisis Dialog (4) ............................................................................... 38
1.
Keakuratan .......................................................................................... 39
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 39
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 39
O.
P.
Analisis Dialog (3) ............................................................................... 37
Analisis Dialog (5) ............................................................................... 40
.1
Keakuratan .......................................................................................... 40
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 40
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 41 Analisis Dialog (6) .................................................................................. 41
X
1.
Keakuratan .......................................................................................... 41
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 42
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 42
Q.
Analisis Dialog (7) ............................................................................... 42
1.
Keakuratan .......................................................................................... 42
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 43
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 43
R.
Analisis Dialog (8) ............................................................................... 43 1.
Keakuratan .......................................................................................... 44
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 44
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 45
S.
Analisis Dialog (9) .................................................................................. 45 1.
Keakuratan .......................................................................................... 45
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 46
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 47
T. Analisis Dialog (10) ................................................................................ 47 1.
Keakuratan .......................................................................................... 47
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 47
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 48
U.
Analisis Dialog (11) ............................................................................. 48
1.
Keakuratan .......................................................................................... 48
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 48
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 49
V.
Analisis Dialog (12) ............................................................................. 49
1.
Keakuratan .......................................................................................... 49
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 49
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 50
W.
Analisis Dialog (13) ............................................................................. 50
1.
Keakuratan .......................................................................................... 50
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 50
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 50
X.
Analisis Dialog (14) ............................................................................. 51
XI
1.
Keakuratan .......................................................................................... 51
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 53
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 53
Y.
Analisis Dialog (15) ............................................................................. 53
1.
Keakuratan .......................................................................................... 54
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 54
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 54
Z. Analisis Dialog (16) ................................................................................ 54 1.
Keakuratan .......................................................................................... 55
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 55
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 55
AA.
Analisis Dialog (17) ............................................................................. 56
1.
Keakuratan .......................................................................................... 56
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 56
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 56
BB.
Analisis Dialog (18) ............................................................................. 57
1.
Keakuratan .......................................................................................... 57
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 57
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 57
CC.
Analisis Dialog (19) ............................................................................. 58
1.
Keakuratan .......................................................................................... 58
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 58
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 59
DD.
Analisis Dialog (20) ............................................................................. 59
.1
Keakuratan .......................................................................................... 59
2.
Keberterimaan ..................................................................................... 60
3.
Keterpahaman ...................................................................................... 60
BAB V............................................................................................................... 64 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 64 A.
Kesimpulan.......................................................................................... 64
EE.
Saran ................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66
XII
Lampiran 1 Cuplikan Gambar Film Omar .......................................................... 69 Lampiran 2 Cuplikan Dialog Bahasa Arab Film Omar ....................................... 78 Lampiran 3 Cuplikan Terjemahan Subtitle Film Omar ....................................... 80
XIII
PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini merujuk pada pedoman transliterasi pada buku terbitan CEQDA yang berjudul ‘Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)’ cetakan II, April 2007. Berikut daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin: 1. Konsonan Huruf Arab
Huruf latin
ا ب
b
ت
t
ث
ts
ج
j
ح
h
خ
kh
د
d
ذ
dz
ر
r
ز
z
س
s
ش
sy
ص
s
ض
d
ط
t
ظ
z
ع
‘
غ
gh
ف
f
ق
q
ك
k
XIV
ل
l
م
m
ن
n
و
w
هـ
h
ء
‘
ي
y
2. Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkaf atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab ـــَــ ـــِــ ــــُــ
Tanda Vokal Latin a i u
Keterangan Fathah Kasrah Dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab ـــَـــ ي ـــَـــ و
Tanda Vokal Latin ai au
Keterangan a dan i a dan u
3. Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab di lambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu: Tanda Vokal Arab ـــَا ـــِي ـــُو
Tanda Vokal Latin â î ŭ
XV
Keterangan a dengan topi di atas i dengan topi di atas u dengan topi di atas
4. Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan addîwân. 5. Syaddah (Tasydîd) Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan tanda
)(ـــّـــ, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya kata “ضرُو َرة َّ ”الtidak di tulis ad-darŭrah melainkan al-darŭrah, demikian seterusnya. 6. Ta Marbŭtah Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbŭtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbŭtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbŭtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3). Contoh: No.
Kata Arab
Alih Aksara
1
طريقة
Tariqah
2
الجامعة اإلسالمية
al-jâmi’ah al-islâmiyyah
3
وحدة الوجود
Wahdat al-wujŭd
XVI
7. Huruf Kapital Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. (Contoh: Abŭ Hâmid al-Ghazâlî bukan Abŭ Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi). Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nŭr al-Dîn al-Rânîrî. 8. Cara Penulisan Kata Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas: Kata Arab
Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ُُستَاذ ْ ب األ َ ذَ َه
َج ُر َ َ ثـَبtsabata al-ajru ْ ت األ
XVII
al-harakah al-‘asriyyah ص ِريَة ْ الع َ ُاحلََرَكة
أ ْش َه ُد أَ ْن الَ اِلهَ إالَ اهللasyhadu an lâ ilâha illâ Allâh ِ Maulânâ Malik al-sâlih الصالِح َ َم ْولَنَا َملك يـُ َؤثـِّ ُرُك ُم اهللyu’atssirukum Allâh ِ al-mazâhir al-‘aqliyyah الع ْقلِيَة َ املَظَاهر
اآليَات ال َك ْونِيَّةal-âyât al-kauniyyah
الض َُّرْوَرة تُبِْي ُح امل ْحظُْوَراتal-darŭrat tubîhu al-mahzŭrât َ
XVIII
SINGKATAN BSa
: Bahasa Sasaran
BSu
: Bahasa Sumber
TSa
: Teks Sasaran
TSu
: Teks Sumber
TBp
: Teks Bahasa Penerima
NBSa : Naskah Bahasa Sasaran NBSa : Naskah Bahasa Sumber EYD : Ejaan Yang Disempurnakan
XIX
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri film saat ini menjadi media yang sangat populer untuk menarik perhatian para penonton. Di tengah menggeliatnya industri film di Indonesia, kebutuhan akan penerjemahan film tidak bisa dihindari. Film memiliki pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali film memberikan dampak positif dan negatif. Salah satu contoh dampak negatif adalah banyaknya pemberitaan tentang kenakalan remaja dalam media massa yang disebabkan karena meniru adegan film yang ditonton. Selain dampak negatif, banyak pula film yang diyakini mampu menginspirasi penontonnya. 1 Salah satu contoh film yang menginspirasi adalah film Omar, berperan penting sebagai tauladan dan pembentukan karakter. Pada dasarnya, penerjemahan film terbagi atas dua, yaitu subtitling dan dubbing.2 Dari segi media, ada dua hal yang menyulitkan dalam subtitling, yakni pembatasan waktu dan tempat (layout). Timeframe pemunculan subtitle didasarkan pada timecode (ukuran waktu dalam hh:mm:ss:ff). Pemunculan subtitle amat ditentukan oleh penentuan in-point dan out-point timecode. Waktu pemunculan subtitling antara 2-7 detik. Satu subtitle maksimal terdiri dari 2 baris, dan satu baris maksimal 35 karakter.3 Dalam hal ini saya mengangkat kajian tentang analisis kualitas terjemahan film dengan mengambil objek kajian film berjudul Omar. Salah satu alasan 1
Fenti Kusumastuti, “Analisis Kontrastif Subtitling dan Dubbing dalam Film Kartun Dora The Explorer Seri Wish Upon A Star,” (Tesis S2 Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011), h. 18 2 Moch Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-an, (Tangerang, Dikara, 2011), h.65 3 Frans Sayogie, Penerjemahan:Bahasa Inggris ke dalan bahasa Indonesia, (Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.211
menganalisis film ini karena sosok Omar adalah potret figur yang kuat dalam revolusi Islam pertama yang secara umum merubah wajah Timur Tengah secara keseluruhan. Film yang diproduksi oleh MBC Group ini telah beredar di Indonesia dan pernah tayang di MNC TV bulan Ramadhan 2012. Dalam penayangan film tersebut, MNC TV melengkapi dengan terjemahan subtitel. Hal ini untuk memudahkan penonton dalam memahami film berbahasa Arab. Namun, dengan membaca subtitel terkadang bukan tambah mengerti tetapi tambah bingung. Salah satu faktor penyebabnya adalah ada penerjemah yang dapat menyampaikan pesan teks sumber secara setia, tetapi hasil terjemahannya sulit dipahami oleh pembaca. Ada pula penerjemah yang mampu menghadirkan terjemahan yang sepertinya bagus dan natural, tetapi amanat teks sumber tidak tersampaikan karena pesan yang disampaikannya menyimpang jauh dari maksud si penulis teks sumber. Yang terakhir ini telah mengkhianati si penulis teks sumber sekaligus menipu pembaca teks target.4 Berikut ini salah satu cuplikan contoh subtitel yang terdapat dalam film Omar:
Pada contoh di atas penerjemah tidak memperhatikan aspek-aspek kebahasaan, seperti soal pilihan kata (diksi). Kata ‘desertir’ dan ‘undutiful’ tidak 4
M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 177
2
lazim digunakan dalam bahasa Indonesia. Ketidakwajaran penerjemahan seperti ini dapat menyesatkan pembaca. Apalagi film ini mengisahkan kehidupan pemimpin muslim pada abad ke-7, khalifah Omar Ibn Khattab. Karakter Omar sebagai pemimpin dengan moral mulia, pemimpin yang memastikan kesejahteraan rakyatnya, dan memastikan kepastian hukum bagi siapapun. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis ingin mencoba melakukan penelitian skripsi dengan judul “Analisis Kualitas Terjemahan Subtitel Film Omar.” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman serta demi menyamakan persepsi agar kajian yang ditulis tidak melebar pembahasannya, penulis perlu memberikan batasan dan rumusan masalah yang akan dikaji. Berkaitan dengan film Omar yang terdiri dari 31 episode, banyak sekali hal yang dapat dikaji. Namun, dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti kualitas penerjemahan subtitle film Omar pada episode ketiga belas. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini terbentuk pertanyaan: “Bagaimanakah keakuratan, keberterimaan dan tingkat keterpahaman terjemahan subtitel film Omar episode ketiga belas?” C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keakuratan, keberterimaan dan tingkat keterpahaman terjemahan subtitel film Omar episode ketiga belas. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai ber ikut:
3
1. Sebagai masukan bagi mahasiswa jurusan Tarjamah untuk memotivasi meningkatan kompetensi dalam penerjemahan film. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti, pembaca dan para penerjemah, agar hasil penerjemahan yang akan dihasilkan tepat sesuai harapan bahasa sumber. 3. Dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian yang lebih mendalam mengenai penerjemahan film. D. Tinjauan Pustaka Penelitian yang membahas film Omar, sejauh yang penulis temukan, sudah pernah dilakukan oleh Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Penelitian Achyar Machmudi (2013) yang berjudul “Pesan tentang Kepemimpinan Umar bin Khattab dalam
Film Omar Episode 22-24”
menekankan pada
pesan
kepemimpinan Umar bin Khattab pada masa awal pemerintahan dalam episode 22-24. Pendekatan yang digunakan peneliti adalah kajian semiotika yang berusaha menguak peristiwa dimana dua tanggung jawab besar mulai dibebankan kepada sang Khalifah, yaitu tanggung jawab dakwah islamiyah (hubungan antara manusia dengan Allah) dan tanggung jawab sosial yang berkaitan dengan hubungan antar sesama manusia. Sisi lain film Omar yang menarik untuk dijadikan objek penelitian adalah berkaitan
dengan
penerjemahan.
Penelitian
yang
berhubungan
dengan
penerjemahan film Omar belum penulis temukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian, penulis melanjutkan penelitian ini dengan mencoba menganalisis kualitas terjemahan subtitel film Omar. Sepengetahuan penulis, ada
4
beberapa skripsi yang memiliki kesamaan substansi dengan penelitian penulis. Di antaranya: Amir Hamzah (2010), menulis skripsi berjudul Penilaian Kualitas Terjemahan, Studi Kasus Terjemahan Fiqh Al Islam wa Adillatuh. Penelitian tersebut untuk mengetahui sejauh mana ketepatan, kejelasan, dan kewajaran hasil terjemahan pada buku
Fiqh Al Islam wa Adilatuh. Evaluasi dan penilaian
merujuk kepada beberapa aspek pokok penilaian. Aspek-aspek itu antara lain: penyampaian pesan yang tepat dan lugas, penggunaan struktur kata yang sepadan dengan bahasa sasaran, pemilihan diksi yang berterima, keefektifan kalimat serta penggunaan tanda baca dan ejaan yang sesuai hingga penggunaan gaya bahasa yang tepat. Tatam Wijaya (2008) yang berjudul Kritik atas Terjemahan Hadist: Studi Kasus Hadist-Hadist Zakat Mukhtasar Shahih Bukhary. Dalam penelitian ini, berusaha mencoba menyajikan cara-cara mengkritik dan menilai suatu hasil terjemahan yang dilakukan para ahli. Teori yang dipakai adalah teori kritik dan penilalian Moch Syarif Hidayatullah. Metode yang digunakan adalah metode eksploratif-inferensial. Dalam metode yang digunakan Hidayatullah, penelitian dilakukan dengan cara mengungkapkan suatu masalah kemudian memberikan kritik, dan penilaian secara menyeluruh, luas, dari sudut pandang yang relevan. Setelah itu, diberikan kritik dan penilaian secara matematis menurut teori yang dipakai. Skripsi Amir dan Tatam melakukan penilaian kualitas terjemahan terhadap teks buku. Sementara dalam skripsi ini akan mencoba menganalisis terjemahan subtitel film. Jadi, menurut penulis, penelitian ini signifikan dan patut dilakukan.
5
Ada pula skripsi yang disusun oleh Yuli Wahyuni (2011) Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora yang berjudul “An Error Analysis On English-Indonesian Subtitle Translation in Romeo and Juliet Film”. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan subtitel sebagai korpus data penelitian. Perbedaannya yaitu skripsi tersebut menilai kesalahan pada subtitel Inggris-Indonesia yang didasarkan pada kategori kesalahan penerjemahan singular-plural, tensis dan bentuk kalimat. Kemudian penulis juga menjadikan skripsi yang berjudul “An Analysis of Accuracy in Translating Idiomatic Expression in up in the Air Film”, Suci Apriani 2012, jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Model analisis yang digunakan sama dengan penelitian ini yaitu sama-sama menilai akurasi terjemahan film. Perbedaannya skripsi tersebut hanya menilai akurasi terjemahan idiomatik yang terdapat dalam film The Air. E. Metode Penelitian Dalam pemecahan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan penyelidikan yang hati-hati, teratur dan terus menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Metode sama dengan method dalam bahasa Inggris, yaitu cara tertentu untuk melakukan sesuatu. Muhammad mendefinisikan metode penelitian atau research method sebagai aspek aksiologi dari suatu paradigma. 5 Metode penelitian di dalamnya mencakup bahan atau materi penelitian, alat, jalan penelitian, variabel dan data yang hendak disediakan dan analisis data.
5
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 168
6
Dalam penelitian ini, digunakan jenis penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Muhammad mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6 Data dihasilkan dari transkrip film Omar, catatan lapangan melalui pengamatan, dan foto-foto cuplikan subtitel film Omar. Fokus penelitian, cara memperoleh sumber data, metode penyediaan data, langkah mengaanalisis data, dan metode penyajian hasil analisis data akan diuraikan sebagai berikut: 1.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah penilaian kualitas terjemahan subtitel film Omar dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Hal-hal yang diasumsikan dapat menjadi objek penelitian dalam film Omar episode 13 adalah mengaitkan antara adegan, percakapan antar tokoh, dan terjemahan percakapan dalam bentuk subtitel bahasa Indonesia. 2.
Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah cuplikan film berjudul Omar yang diproduksi oleh MBC Group pada bagian episode ketiga belas. Alasan memilih episode ini karena peneliti menganggap episode ketiga belas memiliki tingkat kerumitan yang kompleks dalam menerjemahkan situasi peperangan. Data yang akan digunakan adalah dialog film dan subtitel. Film yang berdurasi 46 menit 36 detik ini terdiri dari 208 subtitel bahasa Indonesia. Analisis tidak dilakukan untuk semua subtitel. Dari 208 subtitel, hanya pada 21 menit pertama dengan mengambil korpus berjumlah 20 subtitel yang akan dianalisis karena kalimat Bsu
6
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 30
7
yang komplek sudah berhasil diterjemahkan ke dalam Bsa dan dianggap cukup mewakili kualitas penerjemahan subtitel film tersebut. 3.
Metode Penyediaan Data
Untuk menyediakan data, digunakan metode. Dalam penelitian, metode dibedakan dari teknik. Metode adalah cara yang harus dilakukan, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode. Metode penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Metode Simak Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan penyimakan terhadap penggunaan bahasa. 8 Metode simak memiliki teknik dasar berwujud teknik sadap. Teknik sadap adalah upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang. 9 Penyadapan penggunaan bahasa yang dimaksudkan ialah menyadap pemakaian bahasa para aktor dalam dialog film Omar. Dalam praktik selanjutnya, teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap. Teknik simak bebas libat cakap adalah teknik yang tidak melibatkan peneliti dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti. 10 Pada langkah ini peneliti menjadi pengamat atau penyimak film Omar dengan tidak ikut berinteraksi terhadap percakapan tokoh.
8
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 194 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 92 10 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 208 9
8
b. Metode Catat Metode catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan teknik simak bebas libat cakap.11 Teknik catat dipilih karena data yang dihadapi berwujud lisan dan tertulis, sehingga diperlukan untuk mendapatkan data satuan bahasa secara tercatat. Secara keseluruhan metode penyediaan data dapat disajikan sebagai berikut:
Metode Penyediaan Data
Metode Simak
Metode Catat
Teknik Dasar Sadap Teknik Lanjutan Simak Bebas Cakap Sumber: Mahsun (2007: 116) yang dimodifikasi oleh peneliti disesuaikan dengan kebutuhan penelitian
4.
Analisis Data Analisis data pada penelitian ini terdiri atas tiga tahap:
1. Membandingkan makna kata, frasa, klausa dan kalimat bahasa sumber dengan makna kata, frasa, klausa dan kalimat terjemahan untuk menentukan tingkat keakuratan terjemahan. 2. Menentukan tingkat keberterimaan terjemahan, yang didasarkan pada instrumen pengukur tingkat keberterimaan terjemahan.
11
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 211
9
3.
Menetapkan tingkat keterbacaan terjemahan, yang didasarkan pada
tanggapan pembaca perihal seberapa mudah atau seberapa sulit mereka dalam memahami terjemahan. Penilaian terhadap tingkat keterpahaman terjemahan subtitel film Omar sepenuhnya diserahkan kepada pemirsa bahasa sasaran, dalam hal ini peneliti menunjuk 14 mahasiswa dari COFFEE TAR (Community Of Arabic Movie Translator). Pemirsa bahasa sasaran menentukan apakah terjemahan yang mereka baca mudah dipahami. 5.
Metode Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode
informal. Hasil analisis disajikan melalui perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis. Aktivitas penelitian secara keseluruhan dapat disajikan sebagai berikut:
10
Paradigma Sumber Data
Penyediaan Data
Metodologi Penelitian
Sintaksis
Satuan bahasa yang berhubungan satu sama lain dalam film Omar Metode Simak Metode Catat
Teknik Dasar Sadap
Teknik Lanjutan Simak Bebas Cakap
1. Membandingkan makna kata, frasa, klausa dan kalimat bahasa sumber dengan makna kata, frasa, klausa dan kalimat terjemahan untuk menentukan tingkat keakuratan terjemahan.
Metode Kualitatif
Analisis Data
2. Menentukan tingkat keberterimaan terjemahan, yang didasarkan pada frasa, kausa dan kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidahkaidah bahasa Indonesia 3. Menetapkan tingkat keterbacaan terjemahan, yang didasarkan pada kemampuan peneliti perihal seberapa mudah atau seberapa sulit dalam memahami terjemahan.
Penyajian Data
Disajikan melalui perumusan dengan menggunakan kata-kata
Sumber: Muhammad (2011: 197) yang telah dimodifikasi oleh peneliti
11
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang akan penulis rincikan sebagai berikut: Bab I adalah pendahuluan. Bagian pendahuluan ini berisi satu bab tersendiri yang terdiri dari beberapa sub-bab, antara lain: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II adalah
pembahasan. Bagian pembahasan ini akan menguraikan
pengertian penerjemahan film, proses penerjemahan film, jenis penerjemahan film, metode penilaian kualitas terjemahan film dan problematika dalam penerjemahan film. Bab III akan mengulas seputar film Omar. Bagian ini menggambarkan bagaimana film Omar, proses pembuatan film Omar, penayangan film Omar di TV Indonesia, proses penerjemahan dan pro kontra terhadap film Omar. Bab IV merupakan pokok penelitian yang akan menganalisis kualitas terjemahan subtitel film dengan menggunakan tiga parameter penilaian. Ketiga parameter tersebuat adalah keakuratan, keberterimaan dan kualitas keterbacaan pada subtitel film Omar. Bab V adalah penutup. Pada bagian ini, ada dua hal yang perlu dikemukakan: kesimpulan dan saran.
12
BAB II PENERJEMAHAN FILM A. Pengertian Penerjemahan Film Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa terjemah adalah terjemahan salinan sesuatu bahasa kepada bahasa lain. Menterjemahkan berarti menyalin atau memindahkan dari suatu bahasa kepada bahasa lain. 12 Kata terjemah sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni ترمجة, yang mengandung arti menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari satu bahasa ke dalam bahasa lain. 13 Menurut M. Zaka Alfarisi yang mengutip pendapat Az-Zarqani, secara etimologis kata tarjamah memiliki empat pengertian14 sebagai berikut: Pertama, menyampaikan tuturan kepada orang yang kurang mampu menerima tuturan itu. Pengertian ini dapat disimak dalam syair berikut.
ِ ْ إِ ّن الثمانِْين – وب لَ ْغتُ ها – قَ ْد احوج .رجمان َ ََ َ َ ُ ُت َس ْمعي إِلى ت َ َْ
Umur 80 dan aku sudah mencapainya telah membuat pendengaranku membutuhkan penerjemah. Kedua, menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama. Sebagai contoh bahasa Arab dijelaskan dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula. Kamus ekabahasa, semisal Al-Munjidu fî alLughati wa al-A’lam dan KBBI juga termasuk ke dalam kategori ini. Dalam kategori ini pula, misalnya, Ibnu Abbas mendapat gelar ترمجان القرآنyang berarti ‘penerjemah atau penjelas Al-Quran’. 12
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h.
1062. 13
Louis Ma’luf, Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A’lam (Beirut: Dar El-masyrik, 1996), h. 60. M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 22. 14
13
Ketiga, menafsirkan tuturan dengan menggunakan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab dijelaskan lebih lanjut dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. Dari sini, penerjemah bisa dikatakan sebagai penafsir tuturan. Keempat, mengalihkan tuturan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain, seperti mengalihkan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Berkaitan dengan ini penerjemah bisa disebut sebagai pengalih bahasa. Menurut Catford dalam Rochayah Machali mendefinisikan penerjemahan sebagai “The replacement of textual material in one languange (SL) by equivalent textual material in another language (TL)” (mengganti bahan teks dalam bahas sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Newmark dalam Rochayah Machali juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas lagi; “Rendering the meaning of a text in to another language in the way that the author intended the text” (menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai yang dimaksudkan pengarang).15 Menurut
Hidayatullah,
secara
umum
penerjemahan
adalah
proses
memindahkan makna yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu (bahasa sumber [Bsu]; source language [SL]; al-lughah al-mutarjam minha) menjadi ekuivalen yang sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya dalam bahasa yang lain (bahasa sasaran [Bsa]; target language [TL]; al-lughoh al-mutarjam ilaiha).16 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa yang berbeda. Namun, penerjemahan film berbeda dengan penerjemahan lainnya, penerjemahan film
15
Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah: Panduan Lengkap Bagi Anda yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional (Bandung: Kaifa, 2009), h. 25. 16 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (Tangeerang Selatan: Dikara, 2011), h. 13.
14
lebih bertumpu kepada audio dan visual. Menurut pendapat Venuti yang dikutip oleh Fenty menyatakan bahwa penerjemahan film dinilai lebih sulit dipahami dibandingkan dengan penerjemahan tertulis karena banyaknya factor yang harus dipertimbangkan. “Nothing is simple when it comes to subtitles: every turn of phrase, every punctuation mark, every decision the translator makes holds implications for the viewing experience of foreign spectators”.17 Pada dasarnya penerjemahan film diharapkan mampu membuat penonton membaca film tersebut dan memahami jalan ceritanya. Penerjemahan film berfungsi mengalihbahasakan isi film bahasa sumber ke bahasa sasaran sehingga pemirsa dapat menangkap isi yang disampaikan oleh sebuah film. G. Proses Penerjemahan Film Penerjemahan merupakan proses yang bertahap. Menurut Nida dan Taber,18 penerjemahan yang baik harus melalui tahapan berikut ini: 1. Analisis (analysis). Pada tahap ini penerjemah mempelajari teks bahasa sumber baik dari segi bentuk maupun isinya. Penerjemahan harus pula melihat hubungan makna antar kata dan gabungan kata. Tujuan analisis adalah agar penerjemah memahami benar-benar pesan yang terkandung dalam teks bahasa sumber serta cara pengungkapannya secara kebahasaan. 2. Pengalihan (transfer).
17
Fenti Kusumastuti, “Analisis Konstrastif Subtitling dan Dubbing dalam Film Kartun Dora the Explorer Seri Wish Upon A Star,” (Tesis S2 PPS Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011), h. 43. 18 Nida dan Taber, The Teori and Practice of Translation (Deh Haag: Brill, 1969), h. 33.
15
Pada tahap ini, mulailah penerjemahan melakukan alih bahasa setelah melakukan analisis lengkap yang mencakup analisis gramatikal dan semantis. Proses ini masih terjadi dalam pikiran penerjemah. 3. Penyerasian (restructuring). Dalam tahap ini, penerjemah menyusun kembali teks dengan ragam yang sesuai dan gaya bahasa yang wajar dalam bahasa target. Berkaitan dengan hal ini, Newmark menyatakan ada empat tingkatan proses penerjemahan yang harus diperhatikan oleh seorang penerjemah yaitu tingkat teks, tingkat referensial, tingkat kepaduan dan tingkat kealamiahan. 19 Pada tingkat teks, penerjemah memulai dan berulang kali mengacu kembali kepada teks yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Pada tingkat referensial, penerjemah memvisualisasikan dan membangun tingkat objek dan konteks pemaknaan teks. Pada tingkat kepaduan, penganalisisan yang lebih bersifat umum dan gramatikal yang dilakukan oleh penerjemah pada teks bahasa sumber untuk dialihkan dalam teks bahasa sasaran. Terakhir, tingkat kealamiahan yaitu mencari redaksi teks bahasa sasaran yang dianggap alami atau wajar oleh pembaca atau pendengar. Suryawinata dalam Frans Sayogie menyatakan bahwa proses penerjemahan itu terdiri atas empat tahap,20 yaitu: Pertama, tahap menganalisis pesan dalam bahasa sumber yang mencakup hubungan gramatikal, dan makna dari setiap kata dan frase.
19
Newmark, A Text Book of Translation (New York: Prentice Hall, 1988), h. 19-20. Frans Sayogie, Penerjemahan: Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: lemlit UIN Jakarta, 2008), h. 22. 20
16
Kedua, tahap mentransfer materi yang telah dianalisis dalam benak penerjemah dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Ketiga, tahap restrukturisasi materi yang telah ditransfer tersebut sedemikian rupa sehingga makna dan pesan yang dihasilkan sesuai dengan kaidah dan gaya bahasa sasaran. Keempat, mengevaluasi dan merevisi hasil terjemahan dalam bahasa sasaran. Pada tahap ini kekurangan dan kejanggalan dapat diperbaiki dan diluruskan secara terus menerus melalui perbandingan dan pencocokan pesan dan kesan dalam bahasa sasaran dengan bahasa sumbernya. Proses menerjemahan suatu film berbeda dengan menerjemahkan teks tertulis seperti buku dan novel. Hal ini sesuai dengan pendapat Hervey dan Higgins dalam Fenti Kusumastuti yang menjelaskan beberapa alternatif proses penerjemahan 22 sebagai berikut: Pertama, penerjemah menerjemahkan teks bahasa sumber yang berbentuk media lisan hasil rekaman atau secara langsung, kemudian ditransfer menjadi media tertulis. Setelah itu, penerjemah baru menerjemahkan teks bahasa sumber yang telah berupa transkrip tertulis tersebut ke dalam teks bahasa sasaran yang disesuaikan supaya cocok untuk ditampilkan dalam bentuk lisan. Contoh: penerjemahan lirik lagu. Kedua, bentuk proses penerjemahan yang kedua
ini biasanya digunakan
ketika si penerjemah akan menerjemahkan teks drama. Penerjemah dapat langsung menerjemahkan dari teks sumber yang berbentuk transkrip tertulis. Dalam proses transfer, seorang penerjemah harus memperhatikan suasana ketika 22
Fenti Kusumastuti, “Analisis Konstrastif Subtitling dan Dubbing dalam Film Kartun Dora the Explorer Seri Wish Upon A Star,” (Tesis S2 PPS Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011), h. 32.
17
teks bahasa sumber tersebut
ditampilkan dan setelah itu penerjemah
merestrukturisasi dalam bentuk tertulis tetapi disesuaikan untuk tujuan penampilan panggung atau lisan. Ketiga, alternatif proses penerjemahan ini menggunakan teks bahasa sumber secara lisan dan tulisan, kemudian teks bahasa sasarannya dihasilkan untuk tujuan silent reading (membaca dalam hati). Akan tetapi, tidak jarang penerjemah hanya menggunakan teks lisan saja sebagai teks bahasa sumber kemudian diterjemahkan ke dalam teks bahasa sasaran. Contoh proses yang menggunakan bentuk ketiga ini adalah teks terjemahan dalam film. Keempat, dalam proses penerjemahan bentuk keempat, si penerjemah mengawali dari teks bahasa sumber berbentuk tulisan yang sebenarnya merupakan hasil transfer dari media lisan. Sama dengan bentuk proses yang sebelumnya, meskipun ditujukan untuk silent reading (membaca dalam hati), si penerjemah tetap
memperhatikan
penampilan
panggung
bahasa
sumber
ketika
menerjemahkannya ke dalam teks bahasa sasaran. Penerjemahan puisi biasanya diterjemahkan dengan cara demikian. H. Jenis Penerjemahan Film Pada dasarnya, penerjemahan film televisi terbagi menjadi dua, yaitu subtitel dan sulih suara. 1. Subtitel Subtitel adalah teks terjemahan yang muncul di bagian bawah layar televisi. Khusus untuk penerjemahan film dengan teknik subtitel, dalam Hidayatullah penerjemah harus memperhatikan beberapa hal berikut:23 23
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (Tangerang Selatan: Dikara, 2011), h. 66-67
18
a. Bahasa Indonesia yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia luwes yang baik dan benar. Dalam sulih suara, bahasa Indonesia yang baik dan benar bukanlah berarti menggunakan bahasa Indonesia yang formal, tapi menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi, kondisi, konteks film dan jenis film dengan tetap mengacu kepada kaidah yang berlaku. b. Harus diperhatikan time frame pemunculan subtitle yang didasarkan pada time code (ukuran waktu dalam hh:mm:ss:ff). c. Pemunculan subtitle amat ditentukan oleh penentuan in-point dan outpoint time code. d. Waktu pemunculan subtitle adalah antara 2-7 detik. e. Satu subtitle maksimal terdiri dari 2 baris, dan 1 baris maksimal 35 karakter. f. Pemenggalan kalimat perlu diperhatikan, dengan memperhatikan tata bahasa dan logika dalam satu kalimat. g. Nama sutradara, produser, aktor dan tim kru yang muncul di opening dan ending title tidak perlu diterjemahkan. h. Lirik lagu hanya diterjemahkan jika merupakan bagian dari isi film. Kalau sekadar bagian dari ilustrasi, tidak perlu diterjemahkan. i.
Kalau ada repetisi kata, cukup satu yang diterjemahkan.
j.
Kalau kalimatnya tidak jelas, cukup menerjemahkan kalimat yang jelas.
k. Tulisan di papan nama, surat, e-mail, dll. Yang ada kaitannya dengan isi cerita harus diterjemahkan.
19
l.
Ungkapan dan peribahasa jangan diterjemahkan secara harfiah, namun dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
m. Tidak perlu menerjemahkan semua detail. Kalimat boleh disederhanakan. Detail-detail yang tidak penting boleh dihilangkan. Walaupun begitu bukan berarti menerjemahkan dengan hanya merangkum dan mengambil intinya. 2. Sulih Suara Sulih Suara adalah mengganti audio bahasa sumber dengan audio bahasa sasaran. Untuk penerjemahan film dengan teknik sulih suara, penerjemah harus memperhatikan beberapa hal berikut: a. Panjang pendek terjemahan sama dengan panjang pendek kalimat bahasa sumber. b. Bahasa Indonesia yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia luwes yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik dan benar bukankal berarti menggunakan bahasa Indonesia yang formal, tapi menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, kondisi, konteks film dan jenis film dengan tetap mengacu kepada kaidah yang berlaku. c. Kalimat terjemahan lip-sync dengan kalimat bahasa sumber. d. Hubungan antar kalimat tidak terputus. e. Mengikuti tata bahasa Indonesia. f. Kalimat atau kata sesuai dengan gambar. Kadang terdapat ketidaksesuaian kata dengan gambar dalam film. Penerjemah harus jeli melihatnya. g. Bahasa terjemahan mampu menunjukkan strata sosial pemeran.
20
I. Kualitas Penerjemahan Film Parameter terjemahan yang berkualitas menurut Mangatur Nababan harus memenuhi tiga aspek, yaitu keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. 24 Ketiga aspek tersebut akan diuraikan di bawah ini: 1. Tingkat Keakuratan Aspek keakuratan mengacu pada sejauh mana tingkat kesepadanan pesan antara teks sumber dan teks target. Aspek ini harus dijadikan prioritas utama dalam penerjemahan. Sebab, keakuratan merupakan konsekuensi logis dari konsep dasar penerjemahan bahwa suatu teks disebut terjemahan kalau teks tersebut memiliki hubungan padanan dengan teks sumber. 25 Keakuratan berkaitan dengan hasil terjemahan yang dapat mengantarkan amanat teks sumber kepada pembaca teks terjemahan. Terjemahan yang akurat berarti tidak mengalami distorsi makna. Dengan kata lain, makna kata, frase, klausa, dan kalimat bahasa sumber terterjemahkan secara tepat ke dalam bahasa target. Dalam hal ini hasil terjemahan harus dapat mengomunikasikan makna yang sedapat mungkin mendekati makna yang dibawa teks sumber. Jadi, aspek keakuratan sangat terkait dengan dikotomi benar-salah hasil terjemahan. Dalam penilaian keakuratan hasil terjemahan, Nababan menggunakan instrumen penilai keakuratan terjemahan berskala 1-3 seperti tabel di bawah ini: Skala
Definisi
Kategori Terjemahan
3
Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, Akurat kalimat atau teks bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama 24
Mangatur Nababan, dkk, Pengembangan Model Penilaian Terjemahan (Surakarta: Universitas Sebelas Maret), h. 44. 25 M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 179.
21
sekali tidak terjadi distorsi makna. 2
Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa, Kurang akurat klausa, kalimat atau teks bahasa sumber sudah dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan.
1
Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, Tidak akurat kalimat atau teknis bahasa sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (deleted). Tabel 1. Instrumen keakuratan terjemahan menurut Nababan
2. Tingkat Keberterimaan Istilah keberterimaan merujuk pada apakah suatu terjemahan sudah diungkapkan sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran ataukah belum, baik pada tataran mikro maupun pada tataran makro. Konsep keberterimaan ini menjadi sangat penting karena meskipun suatu terjemahan sudah akurat dari segi isi atau pesannya, terjemahan tersebut akan ditolak oleh pembaca sasaran jika cara pengungkapannya bertentangan dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya bahasa sasaran. 26 Penelitian Syihabudin mengungkap aspek-aspek yang dianggap paling menentukan pemahaman pembaca atas teks terjemahan sebagaimana berikut ini: 27
26
Mangatur Nababan, dkk, Pengembangan Model Penilaian Terjemahan (Surakarta: Universitas Sebelas Maret), h. 45. 27 Syihabudin, Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek (Bandung: Humaniora, 2005), h. 218.
22
1. Struktur kalimat. Pada umumnya pembaca mengatakan bahwa terjemahan yang mudah dipahami ialah yang disusun dalam kalimat sederhana, tidak rumit, dan tidak berbelit-belit. 2. Pemakaian ejaan. Para pembaca juga berpandangan bahwa pemakaian ejaan sangat membantu pemahaman mereka akan maksud dan makna terjemahan. 3. Pemilihan kosakata yang lazim dipakai. Sebagian pembaca mengemukakan bahwa membaca terjemahan Depag seperti membaca buku tempo dulu, karena dijumpainya kata yang tidak lazim, tidak cocok, dan tidak sesuai. Hal ini sangat mengganggu pemahaman mereka. 4. Penjelasan istilah khusus. Pemahaman para pembaca juga terganggu oleh istilah-istilah khusus yang tidak diketahuinya, sementara dalam terjemahan istilah-istilah tersebut tidak dijelaskan. 5. Kelewatan pemakaian kosakata. Pemakaian preposisi yang tidak tepat, penyebutan kata secara berulang-ulang, dan pengulangan kata untuk menunjukkan jamak bagi kata yang dianggap jamak. 6. Pemanfaatan kata-kata bahasa Arab yang sudah menjadi bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia ditemukan kata-kata serapan dari bahasa Arab. Sebagian
pembaca
berpandangan
bahwa
sebaiknya
penerjemah
memanfaatkan kata serapan ini. Dalam menilai tingkat keberterimaan terjemahan, Nababan memberikan instrument penilai dalam tabel berikut: Skala Definisi 3
Kategori Terjemahan
Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang Berterima digunakan lazim digunakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang
23
digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. 2
Pada umumnya terjemahan sudah terasa Kurang berterima alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal.
1
Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti Tidak berterima karya
terjemahan;
istilah
teknis
yang
digunakan tidak lazim digunakan dan tidak akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidahkaidah bahasa Indonesia. Tabel 2. Instrumen keberterimaan terjemahan menurut Nababan 3. Tingkat Keterpahaman Parameter penilaian kualitas terjemahan yang ketiga adalah keterpahaman. Nababan dalam tingkat penilaian ketiga ini menyebut sebagai aspek keterbacaan yang digunakan dalam teks seperti buku dan novel. Namun, dalam penerjemahan subtitel dan sulih suara, lebih tepat disebut dengan keterpahaman. Menurut Zaka Alfarisi, tanggapan pembaca atas teks terjemahan menjadi penting untuk mengetahui sejauh mana keterpahaman hasil terjemahan. Biarkan para pembaca menghakimi teks terjemahan yang mereka baca: mudah atau sangat mudah, sulit atau sangat sulit. Senada dengan ini Sakri mengemukakan pendapat yang dikutip oleh Zaka bahwa keterpahaman suatu teks dipengaruhi oleh panjang kalimat, bangun kalimat, pilihan kata, dan penempatan informasi. 28 Instrumen yang digunakan Nababan dalam menilai tingkat keterbacaan adalah seperti tabel berikut ini: 28
M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 182-184.
24
Skala
Definisi
Kategori Terjemahan
3
Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau Tingkat
keterbacaan
teks terjemahan dapat dipahami dengan mudah tinggi oleh pembaca. 2
Pada umumnya terjemahan dapat dipahami Tingkat
keterbacaan
oleh pembaca; namun ada bagian tertentu yang sedang harus dibaca lebih dari satu kali untuk memahami terjemahan. 1
Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca.
Tingkat
keterbacaan
rendah Tabel 3. Instrumen keterbacaan terjemahan menurut Nababan J. Problematika Penerjemahan Film Banyak problematika yang harus ditanggulangi dalam penerjemahan film. Benny H. Hoed meninjau problematika penyulihan suara film melalui tiga segi, yaitu 1. Segi penerjemahan, 2. Segi penyelarasan naskah, 3. Segi pengisian suara.29 1. Penerjemahan Penerjemahan film secara umum memerlukan pengetahuan mengenai konteks sosial budaya pada film yang bersangkutan dan kemampuan untuk memperoleh kata / kalimat yang sepadan pula secara sosial budaya dalam bahasa Indonesia. Penerjemah harus memahami, paling sedikit empat masalah penting dalam penerjemahannya. Pertama, masalah pronomina dan kata sapaan. Kedua, mengenai kata makian. Ketiga, mengenai kata budaya. Keempat, mengenai laras dan dialek. a. Pronomina (kata ganti / )ضميرdan kata sapaan
29
Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 2006), h.
102.
25
Pronomina dan kata sapaan berkaitan dengan sifat interaksi kebahasaan antar tokoh. Dalam menerjemahkannya sifat interaksi itu harus benar, yaitu setara, tidak setara, akrab, atau tidak akrab. Contoh: Orang pertama, misalnya ( اناbahasa Arab). Padanan اناdalam bahasa Indonesia bervariasi, misalnya saya dan aku. Orang kedua, misalnya ( انتbahasa Arab). Padanan انتdalam bahasa Indonesia bervariasi. Misalnya engkau, kau atau kamu. Dalam hal penerjemahan pronomina orang kedua tunggal, kata Anda sering tidak dapat digunakan dalam dialog film. Anda biasanya terdapat pada bahasa iklan dan pengumuman. Orang ketiga tunggal, misalnya ( هو – هيbahasa Arab). Padanan dalam bahasa Indonesia bervariasi, yaitu ia, atau beliau, ibu, bapak. Ini tergantung dari situasi sosial interaksinya dan siapa yang dirujuk oleh هو – هي. b. Kata kasar dan makian Kata kasar dan makian seperti bloody, fucking, shit, bull shit, son of a bitch, atau mother fucker, tidak selalu bersifat ‘menyerang’ atau ‘menghina’. Kata-kata itu, seperti halnya dalam bahasa Indonesia dan daerah, seperti gila, sialan, diamput, atau tai, dapat digunakan untuk memperlihatkan hubungan setara yang akrab. Jadi, harus dilihat dulu konteks penggunaan kata-kata makian itu.
c. Kata budaya ‘Kata budaya’ adalah kata yang terdapat dalam kebudayaan yang melatari film yang bersangkutan. Misalnya, dalam bahasa Inggris ada pumpkin yang tergantung dari konteksnya dapat berarti ‘labu’ atau ‘waluh’ dan biasanya berkaitan dengan halloween, atau dapat pula berarti panggilan akrab seorang ayah kepada anak
26
perempuannya. Dalam hal terakhir ini, tidak dapat digunakan padanan waluh atau labu. d. Laras dan dialek Laras adalah ragam bahasa yang menentukan makna suatu kata akibat konteks penggunaannya. Kata seperti entertainment dapat berarti hiburan (dalam laras perhotelan dan pariwisata), atau acara bebas / acara kesenian (dalam laras konferensi nasional atau internasional). Dialek terdiri atas dialek geografis dan dialek sosial. Dialek geografis adalah variasi kebahasaan berdasarkan perbedaan asal geografis. Seperti di Indonesia mengenal beragam dialek, seperti dialek jawa, batak, ambon dll. Dialek sosial adalah variasi kebahasaan akibat perbedaan kelompok sosial. 2. Penyelarasan Naskah Penyelarasan naskah menuntut kemampuan memahami benar tidaknya penerjemahan. Jika hasil penerjemahan tidak baik, tentunya pekerjaan penyelarasan naskah menjadi lebih berat. Penyelarasan naskah harus mampu menemukan terjemahan yang tepat bagi situasi sosial budaya yang sepadan dalam bahasa Indonesia dan berterima di kalangan masyarakat penonton. Namun, tidak hanya itu tugas penyelaras naskah. Ia harus mampu menyesuaikan penerjemahan dengan gerak bibir tokoh yang berbicara, jika hal itu tidak dilakukan oleh penerjemah. Ia harus menulis kembali terjemahan dengan kata-kata lain yang sesuai dengan gerak bibir dan waktu penuturan. Dalam proses sulih suara film penyelarasan naskah berarti juga menyelaraskan naskah terjemahan dengan situasi film, khususnya gerak bibir dan waktu pengujaran.
27
Dalam subtitling penyelarasan ini mencakupi kegiatan menyesuaikan teks dengan ruang pada layar dan tidak boleh melebihi dua baris. 3. Pengisian Suara Dalam proses sulih suara ada kegiatan pengisian suara yang merupakan bagian yang memberikan hasil akhir yang ditonton dan didengarkan oleh pemirsa. Dalam kenyataan, proses ini dilakukan di bawah arahan pengarah dialog yang juga harus menguasai segi kebahasaannya. Secara sinematografis suara harus sesuai dengan karakter tokoh yang disulih. Pengisi suara harus memahami benar tokoh dan situasi sosial budaya yang melatarinya. Dalam hubungan ini, kemampuan mengatur artikulasi sangat penting. Ia harus seperti seorang dalang yang dapat menuturkan kalimat-kalimatnya dengan karakter sosial dan intonasi serta tekanan yang tepat. Inilah segi kebahasaan yang harus diterapkan dalam proses pengisian suara. Pengawasan dan pengarahan proses pengisian suara dilakukan oleh pengarah dialog.
28
BAB III SEKILAS TENTANG FILM OMAR A. Film Omar di Arab 1. Pembuatan Film Omar Film Omar adalah sebuah seri film tentang sahabat Rosul. Film ini menceritakan kehidupan Omar bin Khattab sebagai satu-satunya Khalifah yang dijuluki Amirul Mukminin. Tidak hanya di Indonesia, film ini serentak telah tayang di beberapa negara. Film Omar diproduksi oleh 03 Production dan Midle East Broadcasting Centre (MBC) Group. Lokasi syuting berada di dua negara, Maroko dan Suriah. Untuk penulisan alur cerita, produser menyerahkan kepada Dr. Waleed Saif, ahli sejarah yang mengetahui secara detail seluk beluk kehidupan kota Mekkah zaman itu. Bertindak sebagai sutradara dalam film ini adalah Hatem Ali. Proses syuting dan produksi menghabiskan waktu 322 hari. Produser mendirikan dua kompleks perumahan di atas lahan seluas ribuan hektar dengan ribuan rumah. Tidak hanya itu, lebih dari 300 aktor dengan 3000 pemain pengganti dari 10 negara juga dilibatkan selama pembuatan film. Untuk kebutuhan wardrobe, film Omar menyertakan 39 desainer papan atas. Untuk properti, dibuatlah 1.970 pedang, 650 tombak, 1.050 tameng, 4.000 anak panah, 400 panahan, 1.600 tanah liat, 10.000 koin, 170 baju perang dan 75.050 sendal. Semua proses yang dijalani dan segala persiapan dalam pembuatan film ini terbayar dengan hasil yang begitu mengagumkan. Belajar sejarah khususnya sejarah Islam dengan cara ini memang efektif dan menarik, khususnya bagi orangorang yang gampang bosan dalam mempelajari sejarah hanya dari membaca.
29
2. Pro dan Kontra Seputar Film Omar Serial yang tayang serentak di Dubai dan Qatar ini, ternyata memicu pro dan kontra di negeri asalnya. Penayangan serial televisi yang menggambarkan sahabat Nabi Muhammad SAW, Umar Bin Khattab, memicu protes keras di dunia Arab. Opini yang terbentuk menyatakan penggambaran tentang sahabat itu dilarang. Kontroversi ini dimulai saat stasiun televisi Arab Saudi ‘MBC’ menayangkan serial berjudul Omar. Meski penggambaran secara visual tidak secara eksplisit disebut dilarang dalam Alquran, para ulama Al-Azhar telah mengeluarkan fatwa bahwa penggambaran Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dilarang. Menurut Ahmed al-Haddad, mufti di Dubai menyatakan pendapat tertulis pada kantor berita Reuters bahwa khalifah-khalifah pertama telah dijanjikan surga. Hidup mereka tidak dapat digambarkan oleh sembarang aktor.30 Dalam sejarahnya, cendekiawan Muslim tidak menyarankan penggambaran tokoh-tokoh yang dihormati dalam karya seni, dan beberapa diantaranya mengatakan bahwa itu dilarang karena dapat menyesatkan atau mendorong pada pemujaan. Itulah sebabnya mengapa masjid dihiasi pola geometrik atau tumbuhtumbuhan, bukannya gambar binatang atau manusia. Dipihak lain, sejumlah profesor berpendapat penggambaran sahabat nabi tidak dilarang. Penggambaran itu selalu menjadi kontroversi. “Namun, hal tersebut terjadi kalau dalam isi serial itu ada hasutan kebencian dan suasana permusuhan
30
Mahmoud Habbous, “Feature-Ramadan TV Show Stirs Argument Across Arab World,” artikel diakses pada 2 Mei 2014 jam 10.44 dari http://in.reuters.com/article/2012/08/13/mediaislam-drama-idINL6E8J780L20120813
30
atau konflik,” ungkap Profesor Hukum Islam Universitas Al-Qassim, Khaled alMusleh.31 Hatem Ali, sutradara film tersebut, seperti yang diberitakan dalam Reuters, mengatakan ia dan timnya sudah menduga akan ada kontroversi sebelum episode pertama ditayangkan. 32 Sebagai sutradara, Ali mengatakan bahwa serial Omar tidak dihubungkan dengan kebangkitan kekuasaan kelompok Islamis di Tunisia dan Mesir. Namun ia menambahkan bahwa serial tersebut menyentuh isu-isu yang tetap relevan saat ini. Seperti peran perempuan dalam Islam, tata kelola pemerintahan yang baik dan aplikasi hukum syariah. K. Film Omar di Indonesia 1. Penayangan Film Omar di TV Indonesia Film Omar hadir di Indonesia memberikan inspirasi bagi pemirsa. Penayangan film Omar di MNC TV mendapat sambutan positif dari Majelis Ulama Indonesia. MUI yang memantau program TV pada paruh pertama bulan Ramadan, menilai tayangan serial Omar tersebut menampilkan sirah Nabi Muhammad SAW dari sudut pandang Omar bin Khattab.33 Secara signifikan, tingkat kepermisaan salah satu program unggulan MNC TV ‘Omar’
mengalami
pergerakan
yang
menggembirakan.
Data
Nielsen
menyebutkan, serial kolosal yang pertama kali tayang di televisi dan disiarkan serentak di berbagai negara sejak awal bulan Ramadan 2012 ini terus
31
Al-Arabiya, “Saudi Scholar Islams Critics of MBC’s Omar ibn al-Khattab TV Series,” artikel diakses pada 2 Mei 2014 jam 11.20 dari http://www.alarabiya.net/articles/2012/07/22/227742.html 32 Mahmoud Habbous, “Feature-Ramadan TV Show Stirs Argument Across Arab World,” artikel diakses pada 2 Mei 2014 jam 10.44 dari http://in.reuters.com/article/2012/08/13/mediaislam-drama-idINL6E8J780L20120813 33 Reporter, “MUI Apresiasi Penayangan Film Omar”, berita diakses pada 7 Maret 2014 jam 17.47 dari http://news.mnctv.com/index.php?option=com_content&task=view&id=26100 31
memantapkan posisinya hingga masuk kejajaran Top 10 Program All TV Station (Week 1231, 30 Juli 2012). Selama penayangannya, ‘Omar’ bahkan berhasil meraih rating dan share yang cukup tinggi yakni 4,3/24,9 (week 1231, 29 Juli 2012). Perolehan rating dan share ‘Omar’ yang baik ini semakin diperkuat pula dengan banyaknya respos pemirsa melalui jaringan sosial media. 34 MNC TV bangga dapat menjadi televisi pertama di Indonesia yang berkesempatan untuk menayangkan ‘Omar’. Menurut Endah, direktur program dan produksi MNC TV, tidak mudah mendapatkan serial film Omar produksi Dubai. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Misalnya: tidak boleh mengedit (sensor) lebih dari 5 menit, dalam penayangannya tetap menggunakan bahasa Arab, tidak boleh menayangkan lebih dulu dari negara-negara Arab. 2. Proses Penerjemahan Film Omar Film Omar, produksi MBC Group dapat tayang di layar televisi Indonesia melalui beberapa tahapan. Saifudin Kurdi selaku kepala Program MNC TV menuturkan untuk mendapatkan izin penayangan film Timur Tengah ini pihak Director of Sales & Marketing melakukan negoisasi penawaran harga pembelian dan kerjasama penayangan film Omar. Selanjutnya setelah terucap akad sepakat antara kedua belah pihak, film Omar dikirim ke pihak Programming & Production. Proses penerjemahan film Omar dalam bentuk subtitel, pihak MNC TV mempercayakan kepada Arum Post. Rumah produksi yang berlokasi di Bekasi ini memilih Siti Mardiah, lulusan UIN Syarif Hidayatullah sebagai penerjemah 34
Reporter, “MNC TV Bedah Serial Kolosal –Omar” berita diakses pada 7 Maret 2014 jam 16.00 dari http://www.mnctv.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5236&Itemid=187
32
freelance Arab-Indonesia. Hasil terjemahan film kemudian diserahkan kembali ke PH Arum Post untuk di proses dalam bentuk subtitel. Tahap berikutnya pihak PH Arum Post mengirimkan film Omar yang sudah diolah terjemahannya dalam bentuk subtitel kepada bagian programming & production MNC TV. Asisten Program MNC TV, Mia, menuturkan bahwa tidak adanya editor khusus dalam penerjemahan film Omar karena keterbatasan waktu dan mengejar target agar tayang serentak dengan negara asal pembuatan film. Berikut disajikan dalam bentuk gambar sekilas proses penerjemahan film Omar.
Gambar Alur Penerjemahan Film Omar
33
BAB IV ANALISIS KUALITAS TERJEMAHAN SUBTITEL FILM OMAR Pada bab ini peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil penerjemahan subtitel film Omar. Analisis yang peneliti lakukan terbatas hanya pada episode ketiga belas dengan mengambil korpus data pada 21 menit pertama berjumlah 20 subtitel film Omar. Parameter yang digunakan untuk menganalisis kualitas terjemahan mengacu pada aspek keakuratan, keberterimaan dan keterpahaman terjemahan subtitel film Omar. Berikut ini analisis peneliti mengenai terjemahan subtitel film Omar. A. Analisis Dialog (1)
. َح ََّّت لَ ْو َرأَيْـتُ ُم ْونَا ََتَطََفنَا الطَْي،ُ فَالَ تَـْبـَر ُح ْوه. أَ ْن تَـ ْلَزُم ْوا َم َكانَ ُك ْم،ِيَأْ ُم ُرُك ْم َر ُس ْو ُل اهلل Rasulullah memerintahkan kalian agar tidak beranjak dari tempat kalian. Tetaplah berdiri tegak untuk hadapi musuh ...walau andai sekumpulan burung menghadang Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,35:30:10 --> ,,5,:5,00::0)
1. Keakuratan Pada dialog (1) ucapan tokoh Hamzah dalam Bsu diterjemahkan ke dalam subtitel Bsa menjadi tiga penggalan subtitel. Satu subtitel terdiri dari dua baris dan satu baris tidak lebih dari 35 karakter.35 Kalimat pertama diterjemahkan dengan baik ke dalam Bsu. Frasa
أَ ْن تَـلَْزُم ْواyang berasal dari يلزم- لزمdalam kamus al-
35
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (Tangerang Selatan: Dikara, 2011), h. 66
34
Munawwir artinya ‘tetap’ atau ‘tidak meninggalkan’. 36 Penerjemah dalam terjemahan ini menggunakan pilihan diksi lain yang artinya lebih tepat digunakan dengan menyesuaikan konteks, yaitu diksi ‘tidak beranjak’. Klausa ُفَالَ تَـْبـَر ُح ْوه terdapat la nahi yang men-jazm-kan fi’l mudhori’37 dan penerjemah lebih memilih diksi yang tidak secara langsung menyiratkan arti negasi tetapi tetap menunjukkan larangan untuk tidak meninggalkan tempat perang dengan ungkapan, ‘Tetaplah berdiri tegak untuk hadapi musuh’. Larangan tersebut dipertegas kalimat berikutnya dengan perumpamaan walaupun sekumpulan burung datang menghadang. Berdasarkan analisis, peneliti menilai dialog (1) sudah memenuhi kriteria keakuratan dengan memberikan skor 3 untuk terjemahan akurat. 2. Keberterimaan Hasil terjemahan dialog (1) sudah sesuai dengan konsep dasar terbentuknya suatu kalimat. Menurut Abdul Chair kalimat adalah satuan sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar biasanya berupa klausa; tetapi dapat juga berupa frasa atau kata. Intonasi final dapat berupa nada datar untuk kalimat deklaratif yang dalam ragam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda baca titik (.).38 Kalimat ke (1) merupakan jenis kalimat verba yang predikatnya berupa verba yang memiliki komponen makna tindakan. Contoh: Rasulullah memerintahkan kalian agar tidak beranjak dari tempat kalian. S
P
Ket.
O
Oleh karena itu peneliti menilai dialog (1) sudah memenuhi aspek keberterimaan dengan memberikan skor 3 untuk terjemahan berterima.
36
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1265 37 Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat (Bandung: Nuansa Aulia, 2009), h. 119 38 Abdul Chair, Sintaksis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 163
35
3. Keterpahaman Berdasarkan tanggapan 14 responden yang sudah menonton film Omar episode ketiga belas, di antara mereka ada 4 orang menilai dialog ke 1 memiliki keterpahaman tinggi, 7 orang menilai dialog ini tingkat keterpahamannnya sedang dan 3 orang menilai dialog ke 1 tingkat keterpahamannya rendah. L. Analisis Dialog (2)
َحد َ َح ٌد أ َأ
Tuhan Yang Esa (Tuhan Yang Esa...) Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,:5,00:00-->,,5,:51:0,30)
1. Keakuratan Dalam kamus al-Munawwir kata أ ََحدmemiliki banyak arti, di antaranya ‘satu’, ‘Asma Allah’, ‘Esa’, ‘hari Ahad / hari minggu’. 39 Namun, konteks situasi yang terjadi dalam dialog film ini adalah panglima perang meneriakkan yel-yel untuk memberi dorongan semangat kepada pasukannya saat bertempur. Terjemahan ‘Tuhan Yang Esa’ yang dipilih penerjemah sudah sesuai dengan Bsu. Oleh karena itu peneliti memberikan skor 3 untuk hasil terjemahan akurat. 2. Keberterimaan Penulisan terjemahan pada dialog ke (2) sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia, yaitu menggunakan huruf kapital sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. 40 Cuplikan dialog ke (2) berbentuk kalimat tak lengkap atau biasa disebut kalimat minor. Kalimat tak lengkap pada dasarnya tidak memiliki subjek atau predikat.
39
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 10 40 Peraturan Menteri Pendidikan Naional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2009), h. 3
36
Dengan demikian untuk dialog ke (2) diberikan skor 3 karena termasuk terjemahan yang berterima. 3. Keterpahaman Pada dialog ke (2) terjemahan sudah jelas. Sebanyak 10 responden menilai sudah faham membaca terjemahan subtitel dialog ke 2. Responden yang menilai dialog ini tingkat keterpahamannnya sedang ada 2 orang dan 2 orang menilai dialog ke 2 tingkat keterpahamannya rendah. M. Analisis Dialog (3)
َهلُ َّم إِ ََل اْملبَ َارَزة ُ Ayo!kemari wahai musuh! kita bertarung. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,:5310::0 --> ,,5,:53:00:0)
1. Keakuratan Dalam penerjemahan dialog ke 3, penerjemah menggunakan strategi membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu dan menambahkan kata dalam Bsu yang disebut dalam Bsa 41. Perhatikan إِ ََلpada kata إِ ََل اْملبَ َارَزةyang hilang. Kalau ُ diterjemahkan secara harfiah menjadi: ke pertarungan..., kalimat menjadi rusak. . 42 Kata َهلُ َّمbersinonim dengan kata ! ال َ تَـ َعyang artinya “Marilah!”. Terjemahan
tambahan muncul dalam Bsa yaitu kata “Wahai Musuh” yang tidak diucapkan dalam dialog Bsu. Pada dialog ke (3) penerjemah sudah tepat memilih diksi yang sesuai dengan konteks adegan film, dengan demikian peneliti memberikan skor 3 untuk terjemahan dialog ke (3) yang tingkat keakurannya baik.
41
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (Tangerang Selatan: Dikara, 2011), h. 29 42 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1515
37
2. Keberterimaan Sebaiknya pemakaian tanda seru cukup sekali pada akhir kata ‘musuh’ menjadi ‘Ayo, kemari wahai musuh!’. Hal ini sudah mewakili pernyataan emosi yang kuat.43 Huruf pertama pada kata kita yang terletak di awal kalimat seharusnya memakai huruf kapital. 44 Terjemahan dialog ke (3) termasuk ke dalam jenis kalimat imperatif ajakan. Kalimat imperatif ajakan biasanya didahului kata ayo, mari, harap, dan hendaknya. Seperti contoh, ‘Ayo, kemari wahai musuh!’ Dengan demikian peneliti memberi skor 2 untuk hasil terjemahan kurang berterima pada dialog ke (3). 3. Keterpahaman Hasil terjemahan berdasarkan tanggapan 14 responden yang sudah menonton film Omar episode ketiga belas, di antara mereka ada 4 orang menilai dialog ke 3 memiliki
keterpahaman
tinggi,
9
orang
menilai
dialog
ini
tingkat
keterpahamannnya sedang dan 1 orang menilai dialog ke 3 tingkat keterpahamannya rendah. N. Analisis Dialog (4)
ِ ِ ِِ ِ ِ ك إِ ََل َ أ َْو يـُ َع ِّجلَِ ِْن بِ َسْيف،ك اهلل بِ َسْيف ْي إِ ََل النَا ِر َ َك َح ََّّت يـُ َع ِّجل َ ُ الَ أُفَا ِرق.َوالذ ْي نَـ ْفس ْي بِيَده .اْجلَن َِّة Demi zat yang aku berada di tangan-Nya
Tidak aku tinggalkan dirimu sampai pedangku mempercepatmu ke neraka,mengantarku ke surga. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,05,00,0: --> ,,5,05130:0:)
43
Peraturan Menteri Pendidikan Naional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2009), h. 32 44 Peraturan Menteri Pendidikan Naional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2009), h. 3
38
1. Keakuratan Pada dialog ke (4) pemunculan terjemahan menjadi dua subtitel. Subtitel pertama terdiri dari satu baris dan subtitel kedua terdiri dari dua baris. Bsu pada subtitel pertama yang diterjemahkan menjadi Demi zat yang aku berada di tangan-Nya terlalu tekstual seperti makna dalam kamus. Selanjutnya subtitel kedua, sebaiknya setelah tanda koma pada kata ‘neraka’ di beri kata penghubung ‘atau’ untuk menandai pilihan di antara beberapa hal (pilihan). Dalam dialog ini Ali bin Abi Thalib bersumpah di antara dua pilihan yaitu Ali tidak akan membiarkan musuh hingga pedang menghunusnya sampai mati dan masuk neraka atau musuh yang akan membunuh Ali dan membuatnya syahid menuju surga Allah. Berdasarkan analisis, peneliti memberi skor 2 untuk terjemahan dengan keakuratan sedang pada dialog ke (4). 2. Keberterimaan ِ ِ Bsu لجن َِّة َ س ْي ِف َ ْك إِلَى ا َ أ َْو يُ َع ِّجلَن ْي بyang diterjemahkan menjadi “Mengantarku ke Surga”
kurang berterima karena konteks yang terjadi adalah ada 2 pedang yang berbeda. Penerjemahan pedang yang kedua harus dimunculkan untuk membedakan antara dua pilihan Ali, apakah pedang Ali yang akan menghunus musuh hingga mengantarkan mereka ke neraka atau pedang musuh yang akan membunuh Ali, syahid menuju surga. Oleh karena itu skor yang diberikan 2 untuk terjemahan yang tingkat keberterimaannya sedang. 3. Keterpahaman ِ وyang diterjemahkan menjadi Apabila diperhatikan, ungkapan الذ ْي نـَ ْف ِس ْي بِيَ ِد ِه َ ‘Demi zat yang aku berada di tangan-Nya’, belum terbebaskan dari struktur bahasa sumber. Ungkapan tersebut merupakan pernyataan sumpah yang
39
dipergunakan untuk memperkuat pernyataan berikutnya. Dalam kebiasaan masyarakat Indonesia, ungkapan pernyataan sumpah dengan menggunakan ungkapan, “Demi zat yang aku berada di tangan-Nya” tidak biasa. Sehingga pilihan alternatif yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia adalah cukup diterjemahkan dengan frasa “Demi Allah”. Berdasarkan pemahaman para responden, ada 2 orang yang dapat memahami dengan baik dialog ini, 7 orang menganggap keterpahaman terjemahan sedang dan 5 orang kesulitan memahami terjemahan. O. Analisis Dialog (5)
ِ يا ابن ع ِّمي أُنْ ِش ُد َك اهلل والر احم َََ ْ َ ْ َ
Wahai anak pamanku! Aku memuji Allah yang maha Pengampun. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,05:,030, --> ,,5,05:3030:)
1. Keakuratan ِ الرmemiliki arti ‘Yang pengasih, Dalam kamus al-Munawwir kata احم َ penyayang’. 45 Sehingga dialog ke (5) kurang tepat jika diterjemahkan dengan ‘Pengampun’. Di antara nama Allah yang berarti ‘Maha Pengampun’ adalah غفور46. Dengan demikian skor yang diberikan 2 untuk terjemahan yang memiliki keakuratan sedang. 2. Keberterimaan Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, jika kata ‘maha’ sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan,
45
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 483 46 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1011
40
gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital. 47 Dengan demikian pada dialog ke (5) pemenggalan kata ‘maha’ yang diikuti oleh kata berimbuhan sudah benar, tetapi kata ‘maha’ belum menggunakan huruf kapital. Peneliti memberikan skor 3 untuk terjemahan ini yang sudah berterima. 3. Keterpahaman Pada dialog ke (5) Bsu ابْ ُن َع ِّم ْيyang diterjemahkan menjadi ‘anak pamanku’, dalam bahasa Indonesia bisa dipilihkan padanan kata yang artinya sama yaitu kata ‘sepupuku’. Sebanyak 8 responden menilai tingkat keterpahaman tinggi, 4 responden berargumen keterpahaman terjemahan dialog ke 5 sedang dan 2 responden sulit memahami terjemahan. P. Analisis Dialog (6)
ِأَفَالَ أَجهزت علَيه ْ َ َ َْ ْ
Bukankah kau telah siap membunuhnya? Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,050:0,01 --> ,,5,05000,01)
1. Keakuratan Pada dialog ke (6) hamzah istifham yang berwujud kalimat negatif dengan kata penyangkal bukankah sudah tepat. Pesan Bsu disampaikan ke dalam Bsa secara alamiah. Penerjemahan pronomina yang tersimpan dalam zamîr muttasil pada fi’l mâdî أ َْج َهْز َتsudah tepat, yaitu “Kau telah siap membunuh”.48 Dengan demikian peneliti memberi skor 3 karena terjemahan ini akurat.
47
Peraturan Menteri Pendidikan Naional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2009), h. 12 48 Fuad Ni’mah, Mulakhas Qawaid Al Lughah Al Arabiah (Beirut: Daar Staqofah), h. 115
41
2. Keberterimaan Intonasi final dalam kalimat interogatif sudah tepat dengan menggunakan tanda tanya (?).49 Dengan demikian peneliti memberi skor 3 karena terjemahan ini berterima. 3. Keterpahaman Kalimat tanya yang dilontarkan Umar kepada Ali sudah jelas dan mudah dipahami. Penggunaan tanda baca (?) sebagai intonasi final kalimat introgatif sudah sesuai kaidah bahasa Indonesia. 50 Pada terjemahan subtitel dialog ke (6) ada 7
responden
menilai
keterpahaman
tinggi,
5
responden
menganggap
keterpahaman terjemahan dialog ke 6 sedang, dan 2 orang tidak memahami pesan dialog tersebut. Q. Analisis Dialog (7)
ِ ِ اش َدِِن ِ ِ ْ ْي انْ َك َش َف َ ْ الرح َم ح ْ َ ف،ُت َع ْورتُه ُاستَ ْحيَـْيت مْنه َ ْ َ َإ َّن ابْن َع ِّم ْي ن ...anak pamanku,dia memuji Allah maha Pengasih ketika dia tersungkur diatas tanah. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,05000,,: --> ,,5,05330::3)
1. Keakuratan Ketidakakuratan dialog ke (7) terdapat pada Bsu استَ ْحيَـْيت ِمنْ ُه ْ انْ َك َش َفyang ْ َ ف،ُت َع ْورتُه diterjemahkan menjadi ‘dia tersungkur diatas tanah’. Dalam kamus al-Munawwir disebutkan kata ف َ انْ َك َشmemiliki arti yang sepadan dengan ( ظهرtampak, terang, 52 terbuka).51 Bsu استَ ْحيَا ِمنْ ُه ْ dapat diterjemahkan dengan ‘merasa malu’. Terjemahan
49
Peraturan Menteri Pendidikan Naional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2009), h. 32 50 Peraturan Menteri Pendidikan Naional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2009), h. 30 51 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1212 52 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 315
42
ِ Bsu استَ ْحيَـْيت ِمنْ ُه ْ ْي انْ َك َش َف َ ْ حdengan merujuk kamus al-Munawwir adalah ‘ketika ْ َ ف،ُت َع ْورتُه auratnya terbuka, dia merasa malu’ dan dalam subtitel terjemahan tidak muncul. Oleh karena itu peneliti memberikan skor 1 karena terjemahan ini tidak akurat. 2. Keberterimaan Pada pengalihan pesan dialog ke (7) peneliti melihat pengalihan pesan yang baik. Namun ada sedikit kekurangan saja yaitu dalam pengalihan kata maha pada ‘maha Pengasih’ sebagai unsur gabungan yang merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital. 53 Selain itu penggunaan kata depan pada kata ‘diatas’ seharusnya ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. 54 Skor yang diberikan pada dialog ini adalah 2 karena keberterimaan terjemahan kurang. 3. Keterpahaman Cuplikan kalimat terjemahan pada dialog ke (7) perlu dibaca lebih dari satu kali untuk bisa memahami pesan yang ingin disampaikan dalam film. Penerjemah dalam bagian ini terlihat menerjemahkan dengan menggunakan metode bebas yaitu menafsirkan adegan yang terjadi dalam film. Pada bagian ini terdapat 5 responden menilai sudah dapat memahami terjemahan, 5 orang menganggap tingkat terjemahan sedang dan 4 orang kesulitan memahami terjemahan. R. Analisis Dialog (8)
الدا ِر َ ِويْـ ًها بَِ ِْن َعْب ِد ِويْـ ًها ُُحَاةَ األ َْدبَار ض ْرباً بِ ُك ِّل بَـتَّار َ 53
Peraturan Menteri Pendidikan Naional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2009), h. 12 54 Peraturan Menteri Pendidikan Naional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2009), h. 19
43
Ayo bani Abdidar! Ayo lindungi barisan belakang. Tebaskan segala senjata yang tajam. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,05:000:0 --> ,,5,05,:0,::)
1. Keakuratan Pemunculan terjemahan dialog ke (8) terdiri dari dua subtitel (subtitel pertama dua baris dan subtitel kedua satu baris) dengan memperhatikan pemenggalan suku kata yang sesuai tata bahasa dan logika dalam satu kalimat. Kalimat bahasa sumber terterjemahkan secara tepat ke dalam bahasa Indonesia. Kata األ َْدبَارmerupakan bentuk jamak dari الدبرyang memiliki arti ‘akhir, belakang’. 55 Kata بَـتَّارdalam kamus al-Munawwir mempunyai arti ‘pedang yang tajam’ dan dalam subtitle film Omar kata ‘pedang’ diterjemahkan menjadi ‘senjata’. Karena sesuai dengan adegan dalam film, pasukan terlihat tidak hanya menggunakan pedang untuk berperang, ada juga di antara mereka menggunakan senjata lain seperti panah. Oleh karena itu hasil terjemahan dialog ke (8) diberikan skor 3 karena sudah akurat. 2. Keberterimaan Pada dialog ke (8) dialog berbentuk kalimat perintah. Menurut Abdul Chaer salah satu ciri kalimat perintah adalah mengharapkan adanya reaksi berupa fisik. 56 Dalam situasi ini Hindun dengan intonasi ucapan yang lantang menyerukan kepada bani Abdidar agar bersiap siaga menggunakan senjata untuk melindungi pasukan dari serangan kaum muslim. Oleh karena itu dialog ke (8) diberikan skor 3 karena terjemahan sudah berterima.
55
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 384 56 Abdul Chair, Sintaksis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 197
44
3. Keterpahaman Selanjutnya dialog ke (8) berupa kalimat seruan yang diucapkan Hindun agar pasukannya bersiap melawan musuh. Pemirsa dapat memahami pesan film ini dengan melihat terjemahan subtitel dan menonton adegan yang terjadi dalam film. Menurut pendapat responden terdapat 5 orang sudah memahami terjemahan dialog ke (8), 7 orang menilai keterpahaman sedang dan 2 orang menganggap terjemahan kurang dapat dipahami. S. Analisis Dialog (9)
.اق غَ ِْي َو ِامق َ فَِر. َوإِ ْن تُ ْدبُِرْوا نـُ َف َارق.ش النُ َم َارق ُ َونَـ ْف ُر.إِ ْن تُـ ْقبِلُ ْوا نـُ َعانَق Jika kalian maju kan kami peluk kami hamparkan kasur yang empuk.
Atau jika kalian mundur kami kan berpisah perpisahan tanpa cinta kasih. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,51,5300013 --> ,,51,5:10000)
1. Keakuratan Pada dialog ke (9) diterjemahkan menjadi 4 baris dengan karakter tiap baris tidak melebihi dari 35 karakter. Kalimat Bsu نـَ ْف ُر ُش النُ َم َارقdalam penerjemahannya ke dalam bahasa sasaran, penerjemah menambahkan kata keterangan ‘yang empuk’ untuk menjelaskan sifat kasur. Jika merujuk kamus al-Munawwir, kata النُ َم َارق bersinonim dengan kata الوسادةyang berarti ‘bantal’.57 Pemilihan diksi yang penerjemah gunakan dalam penggantian arti kata ‘bantal’ dengan ‘kasur’ sudah akurat. Sebagai bahan pertimbangan untuk menguatkan alasan penggantian kata ‘kasur’ adalah kata sebelumnya pada Bsa ‘kami hamparkan’.
... اِْرِج ُع ْوا إِ ََل امل ْعَرَكة... اِْرِج ُع ْوا.اِْرِج ُع ْوا إِ ََل امل ْعَرَكة َ َ perang! Kembalilah ke medan kembalilah berperang! 57
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1464
45
Sumber: Film Omar Episode 13 (,,51,5:00,,3 --> ,,51,5:3003:)
Repetisi kata pada Bsu sudah diterjemahkan ke dalam Bsa dengan menggunakan pilihan diksi yang ringkas dan tidak bertele-tele. اِْرِجعُ ْواadalah fi’l amr mabni sukun dan fâ’ilnya berupa zâmîr mustatir yang merujuk pada zâmîr هم. إِ ََل امل ْعَرَكةadalah susunan ism majrur, امل ْعَرَكةmajrur karena sebelumnya didahului huruf jar َ َ 58 إِ ََل, tanda jarnya menggunakan kasrah.
Dengan demikian dialoh ke (9) diberikan skor 3 karena terjemahan sudah akurat. 2. Keberterimaan Dialog ke (9) terjemahan berupa kalimat luas bertingkat yang hubungan kedua klausanya menyatakan ‘syarat’ dibentuk dari dua buah klausa dengan bantuan konjungsi jika.59 Klausa utama pada terjemahan “Jika kalian maju & Atau jika kalian mundur” menyatakan suatu hal, kejadian atau peristiwa.
Klausa
bawahan pada terjemahan “kan kami peluk kami hamparkan kasur yang empuk & kami kan berpisah perpisahan tanpa cinta kasih” menyatakan persyaratan untuk terjadinya hal atau kejadian pada klausa utama itu.
اِْرِج ُع ْوا إِ ََل امل ْعَرَكة... اِْرِج ُع ْوا.اِْرِج ُع ْوا إِ ََل امل ْعَرَكة َ Kembalilah ke medan perang! َ kembalilah berperang! Sumber: Film Omar Episode 13 (,,51,5:00,,3 --> ,,51,5:3003:)
Terjemahan di atas berupa kalimat imperatif yang dibentuk dari sebuah klausa berpredikat verba yang diberi partikel lah, serta dengan menanggalkan
58 59
Fuad Ni’mah, Mulakhas Qawaid Al Lughah Al Arabiah (Beirut: Daar Staqofah), h. 115 Abdul Chair, Sintaksis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 180
46
subjeknya.60 Bedasarkan analisis tersebut, dialog ke (9) diberikan skor 3 karena terjemahan berterima. 3. Keterpahaman Berdasarkan sampel pehamaman responden yang sudah menonton film omar terdapat 2 orang menilai terjemahan dialog ke (9) keterpahaman tinggi, 9 orang menganggap terjemahan ini tingkat keterpahaman sedang dan 3 orang kesulitan memahami terjemahan. T. Analisis Dialog (10)
!...الغَنِْي َمة الغَنِْي َمة
Harta rampasan perang... Harta rampasan perang... Sumber: Film Omar Episode 13 (,,51151001:1 --> ,,511500030:)
1. Keakuratan Pada dialog ke (10) Bsu sudah diterjemahkan secara akurat. Dalam adegan film Omar terlihat pasukan muslim tergiur melihat musuh kalah dan meninggalkan hartanya di medan perang. Pasukan muslim mulai turun meninggalkan benteng pertahanan dan berkata ‘Harta rampasan perang...’. Kata الغَنِْي َمةadalah bentuk masdar dari يغَْن ُم-َغنِ َم
yang artinya ‘Jarahan atau harta
rampasan perang’.61 Dengan demikian diberikan skor 3 karena terjemahan sudah akurat. 2. Keberterimaan Ditinjau dari segi tingkat keberterimaan, terjemahan dialog ke (10) lazim digunakan dan kalimat sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Oleh karena itu diberikan skor 3 untuk terjemahan yang berterima. 60
Abdul Chair, Sintaksis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 197 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1020 61
47
3. Keterpahaman Pada pengalihan pesan dialog ke (10) peneliti melihat penerjemah dapat memberikan pengalihan yang tepat. Bahasa yang digunakan tidak lagi kaku serta dapat menyampaikan pesan yang terkandung. Para responden sebanyak 8 orang juga sependapat bahwa terjemahan ini dapat dipahami dengan mudah, 3 orang menilai keterpahaman terjemahan sedang, dan 2 orang kurang memahami terjemahan. U. Analisis Dialog (11)
.. الَ تَـْبـَر ُح ْوا َم َكانَ ُك ْم..الَ تَـْبـَر ُح ْوا َم َكانَ ُك ْم
Tetaplah di tempat kalian jangan beranjak pergi. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,51150:0:,0 --> ,,5115300,3:)
1. Keakuratan Melihat pertahanan kaum muslimin melemah, pada dialog ke (11) Ibnu Jubair menyerukan kepada pasukan, agar mereka tetap di tempat dan tidak beranjak pergi. Kalimat pada Bsu yang diulang 2 kali sudah diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran secara efektif dengan tidak mengulang lagi terjemahan kalimat yang sama. Sehingga diberikan skor 3 untuk terjemahan yang sudah akurat. 2. Keberterimaan Dialog yang diucapkan Ibnu Jubair pada dialog ke (11) berbentuk kalimat imperatif yang meminta lawan bicara untuk tidak meninggalkan medan perang. 62 Pemilihan kosakata yang dipakai sudah lazim digunakan dengan tidak mengulangulang pesan Bsu yang sama. Oleh karena itu diberikan skor 3 untuk terjemahan berterima.
62
Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.
353
48
3. Keterpahaman Selanjutnya pada dialog ke (11) peneliti melihat pengalihan pesan yang baik, namun ada sedikit kekurangan saja yaitu seharusnya menggunakan tanda baca seru (!) pada akhir kalimat. Tanda seru digunakan untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupan seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.63 Berdasarkan pehaman yang responden berikan, terdapat 5 orang sudah memahami terjemahan, 7 orang menilai keterpahamamn terjemahan sedang, dan 2 orang menilai terjemahan sulit dipahami. V. Analisis Dialog (12)
...قُتِ َل ُحََْزة
(Hamzah telah terbunuh..) Sumber: Film Omar Episode 13 (,,51:5100:0: --> ,,51:50:0000 )
1. Keakuratan Bentuk kalimat pasif pada susunan fi’il madhi mabni majhul terdapat dalam dialog ke (12).64 Hasil terjemahan sudah akurat dengan pilihan diksi kalimat pasif dalam bahasa Indonesia yang ditandai awalan ter- (Hamzah telah terbunuh). Oleh karena itu diberikan skor 3 untuk terjemahan dialog ke (12) yang sudah akurat. 2. Keberterimaan Selanjutnya pada dialog ke (12) berbentuk kalimat pasif. Dalam adegan film tersebut pasukan perang berteriak histeris melihat Hamzah terbunuh oleh Wahsyi. Terjemahan subtitel dialog bagian ini sudah berterima sehingga diberi skor 3.
63
Peraturan Menteri Pendidikan Naional RI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2009), h. 32 64 Fuad Ni’mah, Mulakhas Qawaid Al Lughah Al Arabiah (Beirut: Daar Staqofah), h.48
49
3. Keterpahaman Pengalihan pesan pada dialog ke (12) sudah sesuai dengan kaidah bahasa sasaran. Sehingga kalimat mudah difahami oleh pemirsa yang menonton film Omar. Sebanyak 11 responden menilai terjemahan ini memiliki tingkat keterpahaman tinggi, dan hanya 3 orang yang sulit memahami terjemahan. W. Analisis Dialog (13)
!.. إِ ََل َر ُس ْوِل اهلل..إِ ََل َر ُس ْوِل اهلل أيُّـ َها امل ْسلِ ُم ْو َن ُ kaum muslimin! Kembali ke Rasulullah wahai Ayo kembalilah ke Rasulullah Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5105,000:0 --> ,,5105130:10)
1. Keakuratan Gugurnya Hamzah di medan peperangan, membuat kubu pasukan muslim semakin melemah. Sehingga Abu Bakar dalam adegan ini mengajak kaum muslimin kembali menghadap Rasulullah. Dengan demikian terjemahan dialog ke (13) sudah bisa dikategorikan dalam tingkatan akurat dan diberikan skor 3. 2. Keberterimaan Penerjemahan pada dialog ke (13) peneliti menemukan hasil terjemahan yang harfiah sehingga tidak dapat keluar dari struktur teks bahasa sumber dan berasa kaku. Kalimat ini merupakan seruan Abu Bakar kepada pasukan muslim agar kembali menghadap Rasulullah. Alternatif terjemahan yang peneliti berikan adalah ‘Ayo kembalilah ke Rasulullah wahai kaum muslimin!’. Dengan demikian diberikan skor 2 karena terjemahan kurang berterima. 3. Keterpahaman Pesan yang disampaikan pada terjemahan dialog ke (13) menurut peneliti sudah dapat dipahami dengan mudah. Responden sebanyak 9 orang sependapat bahwa terjemahan ini mudah dipahami, 3 orang menilai keterpahaman terjemahan
50
dialog ke (13) sedang dan 2 orang menanggapi bahwa keterpahaman terjemahan ini sedang. X. Analisis Dialog (14)
.. ُحََْزة.. ُحََْزة ِ واحلرب بـ ْع َد احلر.ََْنن جَزيْـنَا ُكم بِيـوِم ب ْدر ات ُس ْعر ُ ب َذ َْ َ ُ َْ َ َ ْ َ ْ َ ُ Hamzah...Hamzah.
Kami membalas kalian wahai Abu Bakar perang demi perang yang begitu berbekas. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5105300::0 --> ,,5105::0,,:)
1. Keakuratan Pada dialog ke (14) terdapat ketidak akuratan pada penerjemahan klausa ‘Kami membalas kalian wahai Abu Bakar’. Pemilihan diksi yang kurang tepat terjadi pada kata بِيَـ ْوِم بَ ْدرyang dialihkan menjadi ‘wahai Abu Bakar’. Kata بِيَـ ْوِم بَ ْدر adalah zaraf zaman atau isim yang menunjukkan keterangan waktu dengan menyimpan makna ‘di, pada’, sehingga kata ini seharusnya dialihkan menjadi “Kami membalas kalian dalan perang Badar”.65
َوالَ أ َِخي َو َع ِّم ِه َوبَ ْك ِري.ص ِْب َ َما َكا َن ُعْتبَةَ َِل َم ْن
Hampir hilang sabar Utbah diriku saudaraku pamanku dan Bakri. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5105,,0:,1 --> ,,5105,0000,)
Selanjutnya pada cuplikan dialog ini terdapat hasil terjemahan yang harfiah sehingga tidak dapat keluar dari struktur bahasa sumber dan terasa kaku. Terjemahan kalimat ini seyogyanya dapat lebih diefektifkan dengan syarat pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dan tidak menyalahi kaidah tata bahasa yang ada pada bahasa sasaran. Peneliti rasa kalimat ini bisa diterjemahkan
65
Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat: Perpaduan Antara Teori dan Praktek Ringkas dan Jelas (Bandung: Nuansa Aulia, 2008), h. 160
51
dengan penggunaan diksi “Aku tidak sesabar Utbah tidak pula (sesabar) saudaraku, pamanku dan Bakri”.
ِ ِ ِ . فَ ُشك ُْر َو ْح ِّشي َعلَ َّي ُع ْم ِري.ص ْد ِر َ ََش َفْيت نَـ ْفسي َوق َ َش َفْيت َو ْحش ّي َغلْي َل.ضْيت نَ ْذ ِري .َح ََّّت تَ ِرَّم أ َْعظُ ِمي ِِف قَـ ِْبي
Kau telah mengobati dirimu dan kau telah laksanakan perintahku ... kau telah mengobati Wahsyi nya Dada seorang gagah berani
Maka terima kasih Wahsyi Aku sangat senang sampai aku dikubur Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5105,00,,0 --> ,,51051,00:1)
ِ ِ Hal lainnya peneliti temukan pada Bsa ص ْد ِر ُ َش َفْيyang َ ت َو ْحش ّي َغلْي َل diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran menjadi ... kau telah mengobati Wahsyi nya Dada seorang gagah berani kurang akurat. Terjemahan terasa kaku dan terlalu tekstual makna kamus. Alternatif yang peneliti berikan untuk terjemahan tersebut adalah engkau (Wahsyi) telah menyembuhkan rasa yang mendidih di dalam dadaku.
!..َالوفَاء ُ ْ َوَه َذا َوق..ت َوا ْشتَـ َفْيت َ قَ ْد َش َفْي،َهلُ َّم أَبَا َد ْْسَة َ ت
Kemarilah Abu Dasmah! Kau telah jalankan tugasmu, telah datang waktu pembebasan. Sumber: Film Omar Episode 13
Analisa lainnya yang dapat peneliti kemukakan yaitu dalam klausa ت َ قَ ْد َش َفْي َوا ْشتَـ َفْيتpenerjemah menggunakan metode penerjemahan bebas untuk mengalih bahasakan ke dalam bahasa sasaran. Saat menerjemah dengan menggunakan metode ini, penerjemah lebih mengutamakan isi dan tidak ingin dikungkung oleh struktur gramatika dan struktur makna bahasa sumber. Berdasarkan analisis tersebut peneliti memberi skor 1 karena terjemahan dialog ke (14) tidak akurat.
52
2. Keberterimaan Dalam penerjemahan dialog ke (14) di atas peneliti menemukan struktur bahasa sasaran masih belum terbebaskan dari struktur bahasa sumber. Karenanya, bahasa terjemahan seakan bahasa Indonesia berstruktur Arab. Hal ini seperti pada contoh “Kami membalas kalian wahai Abu Bakar perang demi perang yang begitu berbekas. Hampir hilang sabar Utbah diriku saudaraku pamanku dan Bakri. Kau telah mengobati dirimu dan kau telah laksanakan perintahku. Maka terima kasih Wahsyi aku sangat senang sampai aku dikubur.”
!..َالوفَاء َ قَ ْد َش َفْي،َهلُ َّم أَبَا َد ْْسَة ُ ْ َوَه َذا َوق..ت َوا ْشتَـ َفْيت َ ت
Kemarilah Abu Dasmah! Kau telah jalankan tugasmu, telah datang waktu pembebasan. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,51053:0:,, --> ,,5105:00,,0)
Analisis lainnya peneliti melihat pemilihan diksi frasa اء ُ ْ َوَه َذا َوقyang َ َالوف َ ت dialihkan menjadi ‘telah datang waktu pembebasan’ menurut peneliti diksi yang dipilihkan kurang tepat. Sebaiknya akan lebih tepat diterjemahkan menjadi ‘dan sekarang saatnya kau bebas’. Oleh karena itu diberikan skor 1 karena terjemahan tidak berterima. 3. Keterpahaman Selanjutnya pada dialog ke (14) peneliti masih harus membaca berulang-ulang untuk memahami isi pesan dialog ke (14). Sependapat dengan peneliti, ada 6 responden menilai tingkat keterpahaman sedang, 7 orang sudah memahami terjemahan dan 1 orang sulit memahami terjemahan. Y. Analisis Dialog (15)
...هوووو أل هبل Ooh Alu Hubal (Ooh Alu Hubal...) Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5105:001:: --> ,,51:5,:01::)
53
1. Keakuratan Cuplikan dialog ke (15) merupakan lirik lagu yang seharusnya tidak perlu diterjemahkan karena bukan bagian dari isi film.66 Lirik lagu tersebut sekadar menjadi ilustrasi yang menggambarkan pasukan perang dari kalangan musuh bersorak-sorai menyambut kemenangan Wahsyi karena telah berhasil membunuh Hamzah. Mereka mengapresiasi wujud kegembiraan yang diraihnya dengan bernyanyi sepanjang perjalanan pulang. Oleh karena itu diberikan skor 1 untuk terjemahan yang tidak akurat. 2. Keberterimaan Kemudian pada dialog ke (15) terdapat kalimat yang tidak lazim diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Kalimat ini merupakan cuplikan lagu yang tidak perlu diterjemahkan karena bukan merupakan bagian dari isi film. Dengan demikian diberikan skor 1 karena terjemahan tidak berterima. 3. Keterpahaman Terjemahan pada dialog ke (15) sulit dipahami karena kalimat tersebut tidak logis dalam bahasa sasaran dan tidak ditemukan makna yang sesuai. Kalimat ini dalam adegan film Omar dinyanyikan oleh sekelompok pasukan musuh yang telah memenangkan peperangan melawan kaum muslim. Lirik yang mereka nyanyikan bukan termasuk bagian dari isi film, sehingga seharusnya tidak perlu diterjemahkan. Z. Analisis Dialog (16)
.. ُحر.. ُحر..أَنَا ُحر! ُحر
Aku bebas, bebas, bebas, bebas....
66
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (Pamulang: Dikara, 2011), h. 67
54
bebas, bebas, bebas, bebas, bebas... Sumber: Film Omar Episode 13 (,,51:5:00,03 --> ,,50,5,:003,)
1. Keakuratan Pada dialog ke (16) terdapat terjemahan repetisi kata yang berlebihan. Kata حر ّ yang berkali-kali diucapkan Wahsyi, sebaiknya cukup diterjemahkan dengan pengulangan tiga kali kata ‘bebas’, kemudian diikuti titik tiga (...) di belakangnya. Dialog ke (16) termasuk ke dalam jenis kalimat tak lengkap atau kalimat minor. Kalimat ini seperti berdiri sendiri dan tidak dilengkapi dengan subjek. Hal tersebut terjadi di dalam dialog karena unsur subjek yang tidak muncul itu sudah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu diberikan skor 2 untuk terjemahan yang kurang akurat. 2. Keberterimaan Selanjutnya pada cuplikan dialog ke (16) terdapat pemborosan kata dengan mengulang-ulang penerjemahan kata yang sama. Sebaiknya penggunaan kata yang sama berkali-kali dalam bahasa sumber cukup diterjemahkan tiga kali menjadi ‘Aku bebas.. bebas.. bebas...’. dengan demikian diberikan skor 2 karena terjemahan kurang berterima. 3. Keterpahaman Pada dialog ke (16) teks Bsu diucapkan berulang-ulang oleh aktor sebagai wujud kegembiraan yang mendalam. Hasil terjemahan subtitel dengan mudah dapat dipahami pemirsa karena bantuan melihat adegan aktor yang menunjukkan wajah ceria sambil berputar-putar gembira, Wahsyi berkata, “Aku bebas.. bebas.. bebas...”. Sebanyak 11 responden sepakat sudah memahami terjemahan dialog ke (16) dan hanya 3 orang yang belum memahami pesan dialog ke (16).
55
AA. Analisis Dialog (17)
ِ َمن أ َِذ َن ل ؟..ك َْ
Siapa yang mengizinkanmu? Sumber: Film Omar Episode 13 (,,50,51,0,,, --> ,,50,51000:0)
1. Keakuratan Dialog ke (17) sudah diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Dalam kamus Al-Munawwir kata أ َِذ َن لَهmemiliki arti leksikal “memperkenankan, memperbolehkan, memberi izin”.67 Cuplikan percakapan ini diucapkan oleh Wahsyi untuk menegur Raihana. Penerjemahan kata ganti orang ketiga yang ِ َ لmerujuk kepada digunakan sudah tepat yaitu ism zamir muttasil majrur berupa ك “kamu (perempuan)” yang bernama Raihana. 68 Berdasarkan analisis diberikan skor 3 karena terjemahan sudah akurat. 2. Keberterimaan Hasil terjemahan pada dialog ke (17) sudah sesuai dengan struktur bahasa sasaran dan bahasa yang digunakan luwes. Sehingga tidak ada analisis mendalam pada bagian ini. Dengan demikian diberikan skor 3 untuk terjemahan yang berterima. 3. Keterpahaman Cuplikan kalimat pada dialog ke (17) terjadi saat Wahsyi menegur Raihana karena dia mencoba menggunakan kalung milik Wahsyi tanpa izin terlebih dahulu. Kalimat yang diucapkan Wahsyi tersebut menurut peneliti mudah dipahami sebab diksi yang penerjemah pilih untuk mengalih bahasakan tidak asing didengar oleh pemirsa. Sebanyak 11 responden menilaimudah memahami 67
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 15 68 Fuad Ni’mah, Mulakhas Qawaid Al Lughah Al Arabiah (Beirut: Daar Staqofah), h. 114
56
terjemahan dialog ke (17) dan 3 responden menilai keterpahaman terjemahan rendah. BB. Analisis Dialog (18)
ِ ما بِك الَ أ َُّم لَك؟ ما الذ ْي فَـ َع ْلتُه؟ َ َ َ َ
Ada apa denganmu? memang apa yang telah kulakukan? Sumber: Film Omar Episode 13 (,,50,51000:0 --> ,,50,51:0::1)
1. Keakuratan Pada dialog ke (18) terdapat kata yang tidak diterjemahkan, yaitu kata ك َ َالَ أ َُّم ل. Mengutip arti leksikal dalam kamus Al-Munawwir, terjemahan kata ك َ َ الَ أ َُّم لadalah “perkataan yang mengandung arti celaan”. 69 Pelesapan arti kata tersebut sudah efektif karena akan dianggap sebagai terjemahan yang kaku bila dialih bahasakan menjadi “Ada apa denganmu perkataan yang mengandung celaan?”. Bentuk celaan dalam dialog tersebut cukup digambarkan dengan mimik intonasi ucapan si aktris. Hal ini ditunjukkan Raihana melalui raut muka masam saat berbicara dengan Wahsyi. Sehingga diberikan skor 3 karena terjemahan sudah akurat. 2. Keberterimaan Pada dialog ke (18) hasil terjemahan sudah akurat. Namun ada sedikit kesalahan pada penggunaan huruf kapital. Seharusnya setelah tanda tanya kata ‘memang’ menggunakan huruf kapital. Dengan demikian diberikan skor 3 karena terjemahan sudah berterima. 3. Keterpahaman Pada bagian ini dengan melihat adegan yang terjadi dalam film, kalimat tersebut muncul saat Raihana menjawab percakapan dengan Wahsyi. Raihana 69
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 39
57
merasa heran dengan tingkah laku Wahsyi yang tidak seperti biasanya. Hasil terjemahan yang diucapkan Raihana dalam Bsu akan mudah dipahami dengan memperhatikan
kelanjutan
percakapan
sebelum
maupun
sesudahnya.
Berdasarkan survei, ada 7 responden menilai terjemahan ini sudah dapat dipahami, 5 responden menganggap tingkat keterpahaman terjemahan sedang dan 2 responden sulit memahami terjemahan. CC.
Analisis Dialog (19)
!الَ َتََ ِّسي َشْيئاً ُد ْو َن إِ ْذِِن
Jangan sentuh apapun tanpa izinku! Sumber: Film Omar Episode 13 (,,50,5100303 --> ,,50,5100:33)
1. Keakuratan Dialog ke (19) kalimat dalam Bsu diterjemahkan sesuai dengan bahasa sasaran. Jenis kalimat pada dialog ke (19) adalah kalimat imperatif larangan. Kalimat imperatif dapat bersifat larangan dengan adanya kata jangan.70 Dalam percakapan ini Wahsyi melarang Raihana menyentuh apapun barang miliknya. Wahsyi marah melihat Raihana memegang kalung Wahsyi tanpa meminta izin terlebih dahulu. Berdasarkan analisis tersebut, terjemahan dialog ke (19) diberkan skor 3 karena sudah akurat. 2. Keberterimaan Selanjutnya pada dialog ke (19) merupakan bentuk kalimat imperatif. Sang aktor dalam dialog ini melarang lawan bicaranya agar tidak menyentuh perhiasan milik aktor tersebut. Sehingga diberikan skor 3 karena terjemahan sudah berterima.
70
Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.
357
58
3. Keterpahaman Pemilihan diksi terjemahan dialog ke (19) penerjemah menyusun kalimat dengan sederhana, tidak rumit, dan tidak -berbelit-belit. Sebanyak 6 responden meniali keterpahaman terjemahan dialog ke (19) tinggi, 6 responden menilai tingkat keterpahaman sedang dan 2 responden sulit memahami terjemahan. DD. Analisis Dialog (20)
ك َّ ََح ُّق ِم ِِّن بِهِ؟ أ َْم تُِريْ ُد أَ ْن ََتْت َ ص نَـ ْف َس َ ت َعلَى أَ ْن َو ُ َما ِزْد،َوْْيَك َ َوَم ْن أ.ض ْعتُهُ َعلَى ََْن ِري بِ ْارتِ َدائِِه؟ Celaka kau,padahal tidak sampai aku pakai perhiasan itu di kalung ku? Memang siapa yang lebih berhak atas itu? apakah kau mengkhususkan itu untukmu? Sumber: Film Omar Episode 13 (,,50,51:013: -->,,50,5000::,)
1. Keakuratan Pada dialog ke (20) Raihana menjawab dengan sengit ucapan Wahsyi. Bsu َوْْيَك yang diterjemahkan menjadi “Celaka kau”, sudah tepat. Dalam kamus alMunawwir kata ٌ َويْحberarti ‘Celaka’. 71 Cuplikan dialog ke (20) berbentuk kalimat pengingkaran atau negasi. Pengingkaran kalimat terlihat pada kata ingkar tidak yang ditempatkan di awal predikat yang tidak mengandung bentuk sudah atau telah pada kalimat berpredikat. Dialog ini menunjukkan bahwa tuduhan Wahsyi terhadap Raihana tidak benar. Raihana belum memakai kalung tersebut, ia baru memegangnya saja. Selanjutnya kekurang akuratan terdapat pada Bsu َعلَى ََْن ِريyang diterjemahan ke dalam bahasa sasaran menjadi “di kalung ku”. Seharusnya dapat dipilihkan padanan yang sesuai dengan konteks yaitu perhiasan itu di pakai di
71
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1586
59
leher bukan di kalung. Berdasarkan analisis terjemahan ini diberi skor 3 karena sudah akurat. 2. Keberterimaan Dalam penerjemahan dialog ke (20) terbagi menjadi dua subtitel. Tiap subtitel terdiri dari dua baris. Waktu pemunculan subtitel sudah memenuhi standar yaitu antara 2-7 detik. Selain itu hal yang harus diperhatikan juga adalah setelah tanda koma (,) pada frasa ‘Celaka kau’ seharusnya diberi jarak satu spasi sebelum kata ‘padahal’. Selanjutnya kata ‘apakah’ seharusnya menggunakan huruf kapital sebagai huruf pertama awal kalimat. Dengan demikian terjemahan ini diberikan skor 3 karena sudah berterima. 3. Keterpahaman Hasil terjemahan dialog ke (20) menurut peneliti sudah dapat dipahami, namun diperlukan lebih dari satu kali baca untuk memahami terjemahan. Ungkapan makian ini dilontarkan Raihana kepada Wahsyi karena dia marah terhadap larangan Wahsyi untuk tidak mencoba perhiasaan yang ingin ia miliki. Sebanyak 6 responden meniali keterpahaman terjemahan dialog ke (20) tinggi, 6 responden menilai tingkat keterpahaman sedang dan 2 responden sulit memahami terjemahan. Berikut secara rinci grafik tingkat keterpahaman terjemahan film Omar episode ketiga belas.
60
Tingkat Keterpahaman Terjemahan Subtitel Film Omar Episode ke 13
100%
90%
3
Keterpahaman
80%
2
1
2 2
4
70%
2 2
7
3 0
2
1 4
3
3 3 0
6
2 2 2
1
1
5
7
6 6
5
Keterpahaman Rendah
9 7
10
30%
10%
5
7
40%
20%
3
3
9
60% 50%
4
5
2
2
11 8
4
11 9
8 7
7 5 5
4
9
2
5
Keterpahaman Sedang
10 7
Keterpahaman Tinggi 6 6
2
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Dialog ke-
Diagram Tingkat Keterpahaman Terjemahan Subttel Film Omar Jika diurai secara rinci, masalah-masalah yang teridentifikasi pada terjemahan subtitle film Omar antara lain: 1. Pemadanan yang Tidak Tepat Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas terjemahan adalah pemadanan yang tidak tepat. Contohnya
َوالَ أ َِخي َو َع ِّم ِه َوبَ ْك ِري.ص ِْب َ َما َكا َن ُعْتبَةَ َِل َم ْن
Hampir hilang sabar Utbah diriku saudaraku pamanku dan Bakri. Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5105,,0:,1 --> ,,5105,0000,)
Ketidaktepatan pengalihan pesan terjemahan di atas mengakibatkan perbedaan pendapat bagi pemirsa dalam memahami maksud isi film. Menurut interpretasi peneliti, makna yang ingin disampaikan tokoh dalam dialog tersebut adalah “Bukan hanya Utbah yang kehilangan kesabaran, tetapi saudaraku, pamannya dan Bakri”.
61
Ketidaktepatan pada data no. (4) adalah masih menggunakan struktur bahasa sasaran yang belum terbebaskan dari bahasa sumber. Karenanya, terjemahan seakan bahasa Indonesia yang berstruktur Arab. Contoh
ِلذي نَـ ْف ِسي بِي ِده ِ َ ْ ْ َواyang
diterjemahkan menjadi “Demi zat yang aku berada di tangan-Nya”. Pada data no. (7) ُاستَ ْحيَـْي ُت ِمنْه ْ انْ َك َش َفyang diterjemahkan menjadi “dia ْ َ ف،ُت َع ْورتُه tersungkur diatas tanah” terjemahan menggunakan pemadanan yang tidak tepat. Sebaiknya terjemahan yang peneliti sarankan adalah “ketika auratnya terbuka, dia merasa malu”. 2. Pemilihan Diksi yang Tidak Tepat Pemilihan diksi yang tepat juga berpengaruh terhadap kualitas suatu terjemahan. Dialog yang tidak diterjemahkan sesuai dengan konteksnya akan berakibat pada rendahnya kualitas terjemahan. Pada data no. (5) َالر ِاحمyang diterjemahkan menjadi “maha Pengampun” tidak tepat, sehingga sebaiknya diterjemahkan dengan “Maha Pengasih atau Penyayang”. Pada no. (14) Bsu بِيَـ ْوِم بَ ْدرyang diterjemahkan menjadi “Wahai Abu Bakar” tidak tepat. Seharusnya terjemahan yang benar adalah “Perang Badar” bukan nama seseorang. 3. Terjemahan Tidak Logis Terjemahan tidak logis dalam dialog film Omar muncul pada data no. (15) yaitu “Ooh Alu Hubal”. Kalimat ini merupakan terjemahan dari cuplikan lagu
...هوووو أل هبل. 4. Penggunaan Ungkapan yang Berlebihan
62
Terjemahan pada no. (4) “Tidak aku tinggalkan dirimu sampai pedangku mempercepatmu ke neraka, mengantarku ke surga” terlihat menggunakan ungkapan yang berlebihan. Ungkapan tersebut dapat dipilihkan istilah yang lebih efektif dalam bahasa Indonesia, yaitu “Aku akan segera membunuhmu”.
63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini, penulis menggambarkan secara ringkas hasil analisis terjemahan subtitel film Omar. Namun, mengingat keterbatasan peneliti dalam menguak masalah yang ada, maka penelitian ini penulis batasi hanya pada episode ketiga belas. Untuk lebih fokus penulis
mengambil data pada 21 menit pertama
berjumlah 20 subtitel dalam episode tersebut. Ditinjau dari segi keakuratan hasil terjemahan film Omar ini, peneliti mendapati terjemahan yang tidak akurat dalam mengalihkan pesan yaitu sebanyak 3 data, 3 data diterjemahkan dengan kurang akurat dan 14 data lainnya peneliti mendapati penerjemah sudah menyampaikan pesan sesuai dengan pesan penulis. Analisis dari segi keberterimaan ditemukan sebanyak 13 data, terjemahan kurang berterima ditemukan sebanyak 5 data dan terjemahan tidak berterima ditemukan 2 data. Kategori tingkat keterpahaman ditemukan sebanyak 12 data, kategori tingkat keterpahaman sedang ditemukan 3 data dan kategori tingkat keterpahaman rendah ditemukan 5 data. Setelah
menganalisis
terjemahan
film
Omar,
maka
peneliti
dapat
menyimpulkan hasil terjemahan subtitel film Omar sudah baik dan memiliki beberapa kekurangan yang diperlukan tindak lanjut untuk disempurnakan serta perbaikan sisi-sisi kekurangan tersebut. Dari segi keakuratan hasil terjemahan subtitel film Omar ini, peneliti mendapati ketidaktepatan dalam mengalihkan pesan sesuai dengan maksud dan tujuan Bsu, sehingga ada pesan yang tidak tersampaikan secara benar. Dari segi keberterimaan, peneliti menemukan
64
pengalihan teks sumber yang jauh dari kelaziman bahasa sasaran. Hal itu terlihat dari penggunaan diksi yang banyak menggunakan kata-kata yang kurang tepat. Selanjutnya penggunaan kalimat yang kurang efektif serta penggunaan tanda baca yang tidak tepat, akan berakibat pada pemahaman yang sulit bagi pemirsa yang menonton film ini. EE.
Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan di sini antara lain: 1. Seandainya film ini akan ditayangkan ulang, disarankan untuk meneliti kembali terjemahan subtitelnya agar memenuhi syarat keterbacaan dan sifat komunikatif yang baik. 2. Terbatasnya pemerhati dan praktisi dalam bidang penerjemahan film, menjadi peluang bagi mahasiswa Tarjamah untuk lebih mendalami bidang ini.
65
DAFTAR PUSTAKA Alfarisi, Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Chair, Abdul. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Hastuti, Endang Dwi, dkk. “Analisis Terjemahan Film Inggris-Indonesia: Studi Kasus Terjemahan Film “Romeo and Juliet” (Kajian tentang Stretegi Penerjemahan): Proceding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian terhadap Masyarakat, 7 Desember 2011. Sukoharjo: LPPM Univet Bantara, 2011. Hidayatullah, Moch Syarif. Tarjim Al-An. Tangerang: Dikara, 2011. Hoed, Benny. H. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Jaya, 2006. Huan, Yan. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press, 2005. Kusumastuti, Fenti. “Analisis Kontrastif Subtitling dan Dubbing dalam Film Kartun Dora The Explorer Seri Wish Upon A Star.” Tesis S2 Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011. Ma’arif, Syamsul. Nahwu Kilat. Bandung: Nuansa Aulia, 2009. Ma’luf, Louis. Al-Munjid fi Al-Lughoh wa Al-A’lam. Beirut: Dar El-masyrik, 1996. Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah: Panduan Lengkap Bagi Anda yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional. Bandung: Kaifa, 2009. Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. Nababan, Mangatur, dkk. Pengembangan Model Penilaian Terjemahan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2012.
Kualitas
Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi). Ciputat: CeQDA, 2007. Newmark. A Text Book of Translation. London: Prentice Hall, 1988. Nida dan Taber. The Teori and Practice of Translation. Leiden: Brill, 1969. 66
Peraturan Menteri Pendidikan Naional RI. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2009. Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993. Rokhman, Muh Arif. Penerjemahan Teks Inggris. Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2006. Sayogie, Frans. Penerjemahan:Bahasa Inggris ke dalan bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2008. Syihabudin. Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek. Bandung: Humaniora, 2005. Tim penyusun. Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-2011. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2010. Rujukan Online Al Arabiya, “Saudi Scholar Islams Critics of MBC’s Omar ibn al-Khattab TV Serie,s” artikel diakses pada 2 Mei 2014 jam 11.20 dari http://www.alarabiya.net/articles/2012/07/22/227742.html Al-Youm, Al-Masry, “Omar ibn al-Khattab TV Series Raises Controversy,” artikel diakses pada 2 Mei 2014 jam 11.06 dari http://www.egyptindependent.com/news/omar-ibn-al-khattab-tv-seriesraises-controversy Bili Octa, Yacob, “Habiskan Rp. 200 Miliar, Film Omar Sempat Jadi Kontroversi”, Berita di akses pada 9 Maret 2014 dari http://www.merdeka.com/ramadan/habiskan-rp-200-miliar-film-omarsempat-jadi-kontroversi.html Habbous, Mahmoud, “Feature-Ramadan TV Show Stirs Argument Across Arab World,” artikel diakses pada 2 Mei 2014 jam 10.44 dari http://in.reuters.com/article/2012/08/13/media-islam-dramaidINL6E8J780L20120813 Reporter, “MNC TV Bedah Serial Kolosal –Omar berita diakses pada 7 Maret 2014 dari http://www.mnctv.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5 236&Itemid=187 Reporter, “MUI Apresiasi Penayangan Film Omar”, berita diakses pada 7 Maret 2014 dari 67
http://news.mnctv.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2 6100 Wartawan, “Mahasiswa UIN Menangis Saksikan Serial Omar”, artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://poskotanews.com/2012/08/03/mahasiswauin-menangis-saksikan-serial-omar/
68
Lampiran 1 Cuplikan Gambar Film Omar
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
69
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
70
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
71
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
72
Gambar 17
Gambar 18
Gambar 19
Gambar 20
73
Gambar 21
Gambar 22
Gambar 23
Gambar 24
74
Gambar 25
Gambar 26.
Gambar 27
Gambar 28
75
Gambar 29
Gambar 30
Gambar 31
Gambar 32
76
Gambar 33
Gambar 34
77
Lampiran 2 Cuplikan Dialog Bahasa Arab Film Omar
يَأْ ُم ُرُك ْم َر ُس ْو ُل اهللِ أَ ْن تَـ ْلَزُم ْوا َم َكانَ ُك ْم فَالَ تَـْبـَر ُح ْوهُ َح ََّّت لَ ْو َرأَيْـتُ ُم ْونَا ََتَطََفنَا الطَْي
1. Hamzah
2. Panglima dan Pasukan perang Muslim
َحد َح ٌد أ َ أَ 3. Thalhah
َهلُ َّم إِ ََل اْملبَ َارَزة.
ُ ِ ِ ِِ ِ ِ ك إِ ََل اْجلَن َِّة. ك اهلل بِ َسْيف ْي إِ ََل النَا ِر ،أ َْو يـُ َع ِّجلَِ ِْن بِ َسْيف َ َوالذ ْي نَـ ْفس ْي بِيَده الَ أُفَا ِرقُ َ ك َح ََّّت يـُ َع ِّجلَ َ
ِ الرِح َم. يَا ابْ ُن َع ِّم ْي أُنْش ُد َك اهللَ َو َ
4. Ali bin Abi Thalib
5. Thalhah
6. Panglima dan Pasukan perang Muslim
َحد... َح ٌد أ َ أَ 7. Umar bin Khattab
ت َعلَْي ِه. َج َه ْز َ أَفَالَ أ ْ اش َدِِن ِ ِ ِ ت ِمْنهُ. ْي انْ َك َش َف ْ استَ ْحيَـْي ُ الرح َم ح ْ َ ت َع ْورتُهُ ،فَ ْ إ َّن ابْ ُن َع ِّم ْي نَ َ ْ َ
8. Ali bin Abi Thalib
الدا ِر ِويْـ ًها بَِ ِْن َعْب ِد َ
9. Hindun
ِويْـ ًها ُُحَا َة األ َْدبَار ض ْرباً بِ ُك ِّل بَـتَّار َ 10. Hamzah dan pasukan perang Muslim
َحد َح ُد أ َ أَ اق غَ ِْي َو ِامق. ش النُ َم َارقَ .وإِ ْن تُ ْدبُِرْوا نـُ َف َارق .فَِر َ إِ ْن تُـ ْقبِلُ ْوا نـُ َعانَقَ .ونَـ ْف ُر ُ
11. Hindun
اِْرِج ُع ْوا إِ ََل امل ْعَرَكة ...اِْرِج ُع ْوا ...اِْرِج ُع ْوا إِ ََل امل ْعَرَكة... َ َ 12. Pasukan Muslim
الغَنِْي َمة الغَنِْي َمة!... 78
13. Ibnu Jubair كم... م َكانَ ُ
الَ تَـْبـَر ُح ْوا َم َكانَ ُك ْم ..الَ تَـْبـَر ُح ْوا َ
ْ
14. Pasukan perang
قُتِ َل ُحََْزة...
15. Abu Bakar
إِ ََل َر ُس ْوِل اهلل أيـُّ َها امل ْسلِ ُم ْو َن ..إِ ََل َر ُس ْوِل اهلل!.. ُ ُحََْزة ُ ..حََْزة .. ََْنن جَزيْـنَا ُكم بِيـوِم ب ْدر .واحلرب بـ ْع َد احلر ِ ات ُس ْعر ب َذ ُ ُ َ ْ َ ْ َ َ َْ ُ َ َْ
16. Hindun
ص ِْبَ .والَ أ َِخي َو َع ِّم ِه َوبَ ْك ِري َما َكا َن ُعْتبَةَ َِل َم ْن َ ِ ِ ِ ص ْد ِر ت نَـ ْفسي َوقَ َ ت نَ ْذ ِريَ .ش َفْي ُ ضْي ُ َش َفْي ُ ت َو ْحش ُّي َغلْي َل َ ش ًًي َعلَ َّي ُع ْم ِريَ .ح ََّّت تَ ِرَّم أ َْعظُ ِمي ِِف قَـ ِْبي. فَ ُشك ُْر َو ْح ِّ الوفَاءَ!.. ت َوا ْشتَـ َفْيتَ ..وَه َذا َوقْ ُ َهلُ َّم أَبَا َد ْْسَة ،قَ ْد َش َفْي َ ت َ
17. Pasukan Perang
هوووو أل هبل... 18. Wahsyi
أَنَا ُحر! ُحرُ ..حرُ ..حر..
19. Wahsyi
من أ َِذ َن لَ ِ ك..؟ َْ
20. Raihana
ما بِك الَ أ َُّم لَك؟ ما ِ الذ ْي فَـ َع ْلتُه؟ َ َ َ َ
21. Wahsyi
الَ َتََ ِّسي َشْيئاً ُد ْو َن إِ ْذِِن!
22. Raihana
ك بِ ْارتِ َدائِِه؟ َح ُّق ِم ِِّن بِهِ؟ أ َْم تُِريْ ُد أَ ْن ََتْتَ َّ ص نـَ ْف َس َ ت َعلَى أَ ْن َو َ َوْْيَكَ ،ما ِزْد ُ ض ْعتُهُ َعلَى ََْن ِريَ .وَم ْن أ َ
79
Lampiran 3 Cuplikan Terjemahan Subtitle Film Omar 0 ,,5,,5100::3 >-- ,,5,,51:0000 Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang 3 ,,5,050:0:1: >-- ,,5,0501000: Umar bin Khattab : ,,5,050:0:03 >-- ,,5,05000:0: Episode 13 : ,,5,0530003: >-- ,,5,053000,: Uhud 7 Syawal Tahun ke 3 Hijriyah 0 ,,5,35:00:00 >-- ,,5,35:30:10 Rasulullah memerintahkan kalian agar tidak beranjak dari tempat kalian. 0 ,,5,:5,30:10 >-- ,,5,35::0:,0 Tetaplah berdiri tegak untuk hadapi musuh 0 ,,5,:5,00::0 >-- ,,5,:5,:01:, ...walau andai sekumpulan burung menghadang. : ,,5,:51:0,30 >-- ,,5,:5,00:00 Tuhan Yang Esa (Tuhan Yang Esa)... 1, ,,5,:53:00:0 >-- ,,5,:5310::0 Ayo kemari wahai musuh! kita bertarung. 11 ,,5,05,00001 >-- ,,5,05,00,0: Demi zat yang aku berada di tangan-Nya 10 ,,5,05130:0: >-- ,,5,05,00,:0 Tidak aku tinggalkan dirimu sampai pedangku mempercepatmu ke neraka, atau mengantarku ke surga. 13 ,,5,05:3030: >-- ,,5,05:,030, Wahai anak pamanku! Aku memuji Allah yang Maha Pengasih 1: ,,5,05110::: >-- ,,5,05::0013 Tuhan Yang Esa (Tuhan Yang Esa)..
80
1: ,,5,05000,01 >-- ,,5,050:0,01 Bukankah kau telah siap membunuhnya? 10 ,,5,05330::3 >-- ,,5,05000,,: ...anak pamanku, dia memuji Allah Maha Pengasih ketika dia tersungkur diatas tanah. 10 ,,5,05::000: >-- ,,5,05:000:0 Ayo bani Abdidar! Ayo lindungi barisan belakang. 10 ,,5,05,:0,:: >-- ,,5,05,100:0 Tebaskan segala senjata yang tajam. 1: ,,5,:5:,0010 >-- ,,5,:53,0:0, Tuhan Yang Esa (Tuhan Yang Esa).. 0, ,,51,53000:, >-- ,,51,5300013 Jika kalian maju kan kami peluk, kami hamparkan kasur yang empuk. 01 ,,51,5:10000 >-- ,,51,53000,0 Atau jika kalian mundur kami kan berpisah, perpisahan tanpa cinta kasih. 00 ,,51,5:3003: >-- ,,51,5:00,,3 Kembalilah ke medan perang! Kembalilah berperang! 03 ,,511500030: >-- ,,51151001:1 Harta rampasan perang 0: ,,5115300,3: >-- ,,51150:0:,0 Tetaplah di tempat kalian, jangan beranjak pergi. 0: ,,5115:000:: >-- ,,51153:003, Tuhan Maha Esa (Tuhan Maha Esa).. 00 ,,51:51101,, >-- ,,51:5,00:10 Hamzaaah... 00 ,,51:50:0000 >-- ,,51:5100:0: (Hamzah telah terbunuh).. 00 ,,51:5030::0 >-- ,,51:5000:3, Hamzah telah terbunuh.
81
0: ,,51:53:0:,: >-- ,,51:53300:: (Hamzah telah terbunuh).. 3, ,,5105130:10 >-- ,,5105,000:0 Kembali ke Rasulullah wahai kaum muslimin! Ayo kembalilah ke Rasulullah 31 ,,5105:10030 >-- ,,5105300::0 Hamzah..Hamzah.. 30 ,,5105::0,,: >-- ,,5105:00:00 Kami membalas kalian wahai Abu Bakar, perang demi perang yang begitu berbekas. 33 ,,5105,0000, >-- ,,5105,,0:,1 Hampir hilang sabar Utbah diriku saudaraku pamanku dan Bakri. 3: ,,51051,00:1 >-- ,,5105,00,,0 Kau telah mengobati dirimu dan kau telah laksanakan perintahku 3: ,,51051:000: >-- ,,510511000: ..kau telah mengobati wahsyinya , dada seorang gagah berani 30 ,,5105030,:0 >-- ,,51051001:: Maka terima kasih Wahsyi, aku sangat senang sampai aku dikubur. 30 ,,5105:00,,0 >-- ,,51053:0:,, Kemarilah Abu Dasmah! Kau telah jalankan tugasmu, telah datang waktu pembebasan. 30 ,,51:5,:01:: >-- ,,5105:001:: Ooh Alu Hubal (Ooh Alu Hubal)... 3: ,,50,5,:003, >-- ,,51:5:00,03 Aku bebas, bebas, bebas, bebas.... bebas, bebas, bebas, bebas, bebas.... :, ,,50,51000:0 >-- ,,50,51,0,,, Siapa yang mengizinkanmu? :1 ,,50,51:0::1 >-- ,,50,51000:0 Ada apa denganmu? memang apa yang telah kulakukan? :0 ,,50,5100:33 >-- ,,50,5100303 Jangan sentuh apapun tanpa izinku!
82
:3 ,,50,5000030 >-- ,,50,51:013: Celaka kau, padahal tidak sampai aku pakai perhiasan itu di leherku :: ,,50,5000::, >-- ,,50,5030001 Memang siapa yang lebih berhak atas itu? Apakah kau mengkhususkan itu untukmu?
83