perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Linguistik Minat Utama Linguistik Terapan Bidang Penerjemahan
Oleh: Ika Oktaria Cahyaningrum NIM.S130809008
PROGRAM STUDI LINGUISTIK MINAT UTAMA LINGUISTIK PENERJEMAHAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes
Disusun oleh: Ika Oktaria Cahyaningrum S130809008
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal: 2013
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D NIP. 196303281992011001
Dr. Tri Wiratno, M.A NIP. 196109141987031001
Mengetahui Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D NIP. 196303281992011001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes
Disusun oleh: Ika Oktaria Cahyaningrum S130809008
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal: 2013
Jabatan
Nama
Tanda tangan
Ketua
:
Prof. Dr. Djatmika, M.A.
.…………….
Sekretaris
:
Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D.
……………..
Anggota Penguji: 1. Prof. Dr. MR. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D …………….. 2. Dr. Tri Wiratno, M.A
……………..
Mengetahui, Direktur Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S NIP. 196107171986011001
Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D NIP. 196303281992011001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Ika Oktaria Cahyaningrum NIM : S130809008 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis ini diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari pernyataan saya tersebut terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
2013
Yang membuat pernyataan,
Ika Oktaria Cahyaningrum
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan untuk: Suami dan Putri kecilku tercinta Bapak dan Ibuku tersayang Keluarga Besarku yang kubanggakan Sahabat-sahabatku teman seperjuangan
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Awali hidup dan semua usaha dengan doa kepada ALLAH SWT
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas petunjuk, bimbingan, serta pertolonganNYA sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini. Dengan tulus penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2.
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D, Ketua Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I yang telah menyediakan waktu, kemudahan, serta bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini,
3.
Dr. Tri Wiratno M.A., selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu, kemudahan dan bimbingan serta sarannya selama proses penulisan tesis ini.
4.
Prof. Dr. Djatmika, M.A. dan Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D. selaku ketua dan sekertaris tim penguji yang telah memberikan masukan yang berharga demi perbaikan tesis ini.
5.
Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana, Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., dan semua dosen Pascasarjana UNS yang mengampu pada Program Studi S2 Linguistik minat utama Penerjemahan yang telah memberikan ilmuilmunya. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Semua karyawan perpustakaan dan biro administrasi yang telah memberi bantuan demi kelancaran penulisan tesis ini,
7.
Suami tercinta, putri kecilku tersayang dan kedua orang tuaku yang tak pernah letih dan lupa dalam memberikan doa, semangat, nasihat, dan dukungan.
8.
Sahabat-sahabat dan teman-teman LP 2009: Mita, Agustin, Prima, Mbak Beta, Bu Titik, Bu Dewi, Reni, Mbak Fella, Pak Yahya, Mas Bayu, dan Mas Rahmat yang telah memberikan saran, semangat, inspirasi dan juga bantuan selama masa kuliah dan proses penulisan tesis, serta semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah dan selalu memberikan bantuan, inspirasi, semangat, dan doa kepada penulis. Dalam kesempatan ini tidak ada yang bisa penulis sampaikan selain
ucapan terima kasih yang tulus. Teriring doa semoga rahmat dan hidayah Allah SWT senantiasa tercurah kepada mereka atas kebaikan yang diberikan kepada penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam studi penerjemahan.
Surakarta,
2013
Ika Oktaria Cahyaningrum
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Ika Oktaria Cahyaningrum. S130809008. 2013. Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes. Tesis. Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Dr. Tri Wiratno, M.A
Seiring dengan perkembangan perfilman yang semakin pesat maka tuntutan akan adanya terjemahan filmpun semakin tinggi. Penerjemahan subtitle pada film lebih banyak dinikmati karena tidak mengurangi kualitas dari keaslian film itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan jenis dan fungsi pragmatis kalimat tanya yang terdapat dalam teks bahasa sumber, mengidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan dan mengungkapkan dampak dari penggunaan teknik tersebut terhadap kualitas subtitle dari segi aspek keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability), serta keterbacaan (readabilty). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif terpancang untuk kasus tunggal. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa dokumen yang berupa transkrip film Sherlock Holmes beserta teks terjemahanya (subtitle) dalam Bahasa Indonesia dan berupa informasi yang didapat dari responden atau rater. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi teknik dan kualitas dari pengkajian dokumen, penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam. Pemilihan sampel data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Model analisis sesuai dengan model analisis etnografi yang diusulkan oleh Spradley. Hasil analisis menunjukkan terdapat tiga jenis kalimat tanya yaitu WH question (51,23%), yes-no question (46,28%), dan alternative question (2,47%). Sebagian besar fungsi pragmatis kalimat tanya pada subtitle tersebut adalah sebagai rhetoric question dengan prosentase sebesar 56,19% karena tidak saja untuk menanyakan sebuah informasi semata akan tetapi juga memiliki fungsi untuk mengungkapkan rasa emosional yang lain. Terdapat 11 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes dengan urutan panggunaan teknik sebagai berikut: teknik literal (29,75%), transposisi (16,52%), linguistik kompresi (9,09%), linguistik amplifikasi (8,26%), modulasi dan amplifikasi (7,43%), reduksi (6,61%), partikulasi (4,95%), peminjaman (4,13%), padanan lazim (3,30%), dan kreasi diskursif (2,47%). Dampak dari penggunaan teknik terhadap kualitas terjemahan dari nilai overall quality 2, 82 dengan nilai rata-rata keakuratan terjemahan 2, 74, keberterimaan 2, 88 dan keterbacaan 2, 98. Hal ini mengidentifikasi bahwa subtitle film ini memiliki kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang baik. Teknik penerjemahan yang memberikan kontribusi positif terhadap kualitas terjemahan untuk kalimat tanya jenis WH question adalah teknik linguistik amplifikasi, to user modulasi, partikulasi, peminjamancommit dan kreasi diskursif. Jenis kalimat tanya Yes-no
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
question terdapat dua teknik yaitu teknik partikulasi dan peminjaman. Sedangkan untuk jenis kalimat tanya alternative question , keseluruhan teknik memberikan dampak positif pada kualitas terjemahan yang dihasilkan. Terdapat ketentuan-ketentuan dalam penerjemahan subtitling yakni berupa pembatasan waktu dan tempat. Adanya ketentuan tersebut, seringkali teknik penghilangan dan teknik penambahan menjadi solusi dalam menghasilkan subtitle yang singkat, padat atau bahkan bisa ditambahkan informasi-informasi agar lebih jelas dalam penyampaian pesannya. Di lain pihak, dampak penggunaan teknik ini juga dapat memberikan dampak negatif pada kualitas terjemahan. Dengan kata lain penerjemah dituntut agar lebih cermat lagi dalam menerapkan teknik-teknik tersebut, sehingga dapat menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah difahami Kata Kunci: subtitle, kalimat tanya, teknik penerjemahan, kualitas terjemahan, keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Ika Oktaria Cahyaningrum. S130809008. 2013. Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes. Tesis. Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Dr. Tri Wiratno, M.A The impact of progressing movie‟s development makes increasing movie translation. Subtitling becomes main option because itsn‟t reduce the quality of the movie it self. The aims of the research are to describing the types and fuctions of questions in source text, identifying the translation tecniques applied, and discovering subtitle‟s quality as the impact of techniques in terms of accuracy, acceptability, and readability. This research is a descriptive, qualitative research, and focuses on a single case. The source of data is the film transcript of Sherlock Holmes and its subtitle in Indonesian, and the information collected from respondents/rater. Techniques of collecting data are document analysis, questionnaire distribution, and in-depth interview. During the data collection process, the analysis was also conducted. The model of the analysis was conducted at the same time during the data collection. The model of analysis was ethnographic analysis as proposed by Spradley. The result of the analysis shows that there are three kinds of questions namely Wh question, Yes-no question and Alternative question. The pragmatics uctions of questions are mostly as rhetorical question with 56,19 %, hence not only use for asking informations but also to show others emotionals. There are 11 kinds of translation tecnique in translating Sherlock Holmes‟s movie. Based on the frequencies, the techniques are literal translation (29,75%), transposition (16,52%), linguistic compression (9,09%), linguistic amplification (8,26%), modulation and amplification (7,43%), reduction (6,61%), particularization (4,95%), borrowing (4,13%), established equivalent (3,30%), and discursive creation (2,47%). The impact of the application of those translation techniques, toward the translation quality is the overall quality score 2, 82 with the average score of accuracy 2, 74, acceptability 2, 88, and readability 2, 98. These indicate that the subtitle has a good quality. The translation techniques which give the most positive contribution for the WH question‟s types are linguistic amplification, amplification, particularization, borrowing, and discursive creation. For Yes-no question types are particularization and borrowing. Alternative question as the last kinds of question types are the types which is all the translation tecniques give positive contributions. Space factor and time factor are ones of the subtitle‟s rules. In relation with the rules, deletion and addition are required in order to produce an efficient subtitle or to add any other informations. In the other hand, the impact of this to user tecniques is giving bad impact forcommit translation quality. For that reason, translator is
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suggested to be more carefully on using the tecniques, so that the translator can produce efficient subtitle in terms accurancy, acceptability, and readability translation. Keywords: subtitle, questions, translation technique, translation quality, accuracy, acceptability and readability.
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Persetujuan Pembimbing............................................................................................ii Pengesahan Tesis .......................................................................................................iii Pernyataan ..................................................................................................................iv Persembahan .............................................................................................................v Motto ..........................................................................................................................vi Kata Pengantar ...........................................................................................................vii Abstrak ......................................................................................................................ix Abstrack .....................................................................................................................xi Daftar Isi ....................................................................................................................xiii Daftar Gambar ...........................................................................................................xvi Daftar Tabel ..............................................................................................................xvii Daftar Lampiran .........................................................................................................xix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................ B. Batasan Masalah .......................................................................................... C. Rumusan Masalah ........................................................................................ D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... E. Manfaat Penelitian........................................................................................
1 9 9 10 10
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Penerjemahan .......................................................................................... 1.1. Definisi Penerjemahan ................................................................... 1.2. Proses Penerjemahan ..................................................................... 1.3. Teknik Penerjemahan .................................................................... 1.4. Kualitas Terjemahan ...................................................................... 2. Kalimat Tanya........... .............................................................................. 2.1. Definisi Kalimat Tanya.................................................................. 2.2. Jenis Kalimat Tanya ...................................................................... 2.3. Fungsi Kalimat Tanya.................................................................... 2.4. Kalimat Tanya dalam Bahasa Indonesia ........................................ 2.5. Kalimat Tanya dan Penerjemahan Pragmatik ................................ 3. Penerjemahan Subtitle ............................................................................. 3.1. Definisi Subtitle ............................................................................. commit to user 3.2. Standardisasi Subtitling .................................................................
12 12 14 16 21 23 23 24 31 35 37 39 39 41
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.3 Sekilas Film Sherlock Holmes ....................................................... 44 4. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 45 B. Kerangka Pikir ............................................................................................. 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................................ B. Data dan Sumber Data ................................................................................. C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... D. Teknik Cuplikan .......................................................................................... E. Validitas Data .............................................................................................. F. Teknik Analisis Data ................................................................................... G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .................................................................
49 50 52 55 56 58 59
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian 1. Penggunaan jenis-jenis Kalimat Tanya dan fungsi pragmatis Kalimat Tanya ................................................................................................ 61 1.1. WH question beserta fungsi pragmatis ............................................... 63 1.2. Yes-no question beserta fungsi pragmatis........................................... 66 1.3. Alternative question beserta fungsi pragmatis .................................... 68 2. Teknik Penerjemahan ................................................................................... 70 2.1. Teknik Literal ..................................................................................... 71 2.2. Teknik Transposisi ............................................................................. 72 2.3. Teknik Kompresi Linguistik............................................................... 74 2.4. Teknik Amplifikasi Linguistik ........................................................... 75 2.5. Teknik Modulasi ................................................................................. 76 2.6. Teknik Amplifikasi ............................................................................. 78 2.7. Teknik Reduksi ................................................................................... 79 2.8. Teknik Partikulasi ............................................................................... 80 2.9. Teknik Peminjaman ............................................................................ 81 2.10. Teknik Padanan Lazim ....................................................................... 83 2.11. Teknik Kreasi Diskursif ..................................................................... 84 3. Kualitas Terjemahan ..................................................................................... 85 1. Keakuratan ............................................................................................. 86 1.1. Terjemahan Akurat ........................................................................ 87 1.2. Terjemahan Kurang Akurat ........................................................... 89 2. Keberterimaan ........................................................................................ 92 commit................................................................... to user 2.1. Terjemahan Berterima 93
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2. Terjemahan Kurang Berterima ...................................................... 95 3. Keterbacaan ............................................................................................ 97 3.1. Tingkat Keterbacaan Tinggi .......................................................... 99 3.2. Tingkat Keterbacaan Sedang ......................................................... 100 B. Pembahasan ................................................................................................ 102 1. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Yes-no question ....................................................................................... 103 2. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis WH question ............................................................................................ 114 3. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Alternative question................................................................................. 123 4. Dampak pemakaian teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan Kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes ................................. 124 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ................................................................................................ 129 B.Saran ........................................................................................................... 131 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 133
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses Penerjemahan Nida dan Taber ................................................... 14 Gambar 2.2. Proses penerjemahan menurut Suryawinata dan Hariyanto .................. 15 Gambar 2.3. Kerangka Pikir....................................................................................... 48 Gambar 3.1. Skema Trianggulasi Data ...................................................................... 57 Gambar 3.1. Skema Trianggulasi Metode.................................................................. 57 Gambar 4.1. Diagram Tingkat Keakuratan ................................................................ 92 Gambar 4.2. Diagram Tingkat Keberterimaan ........................................................... 97 Gambar 4.3. Diagram Tingkat Keterbacaan .............................................................. 102 Gambar 4.4. Diagram Hasil Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle film SH 109 ................................................................. 128
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Contoh kalimat tanya Yes-no question beserta fungsi dan teknik ............. Tabel 1.2. Contoh kalimat tanya WH question beserta fungsi dan teknik ................. Tabel 1.3. Contoh kalimat tanya WH question beserta fungsi dan teknik ................. Tabel 3.1. Skala penilaian keakuratan ....................................................................... Tabel 3.2. Skala penilaian keberterimaan .................................................................. Tabel 3.3. Skala penilaian keterbacaan ...................................................................... Tabel 3.4. Kalimat yang termasuk ke dalam data penelitian ..................................... Tabel 3.5. Kalimat yang tidak termasuk ke dalam data penelitian ............................ Tabel 3.6. Klasifikasi jenis, fungsi, dan teknik kalimat tanya ................................... Tabel 3.7. Analisis penilaian kualitas terjemahan ...................................................... Tabel 4.1. Jenis dan fungsi kalimat tanya pada subtitle film SH ............................... Tabel 4.2. Kalimat tanya WH question ...................................................................... Tabel 4.3. Kalimat tanya Yes-no question.................................................................. Tabel 4.4. Kalimat tanya Alternative question .......................................................... Tabel 4.5. Penggunaan teknik dan frekuensi pemakaiannya ..................................... Tabel 4.6. Contoh penggunaan teknik literal ............................................................. Tabel 4.7. Contoh penggunaan teknik transposisi ..................................................... Tabel 4.8. Contoh penggunaan teknik kompresi linguistik ....................................... Tabel 4.9. Contoh penggunaan teknik amplifikasi linguistik .................................... Tabel 4.10. Contoh penggunaan teknik modulasi ...................................................... Tabel 4.11. Contoh penggunaan teknik amplifikasi .................................................. Tabel 4.12. Contoh penggunaan teknik reduksi ......................................................... Tabel 4.13. Contoh penggunaan teknik partikulasi .................................................... Tabel 4.14. Contoh penggunaan teknik peminjaman ................................................. Tabel 4.15. Contoh penggunaan teknik padanan lazim ............................................. Tabel 4.16. Contoh penggunaan teknik kreasi diskursif ............................................ Tabel 4.17. Contoh terjemahan akurat ....................................................................... Tabel 4.18. Contoh terjemahan kurang akurat ........................................................... Tabel 4.19. Contoh terjemahan berterima .................................................................. Tabel 4.20. Contoh terjemahan kurang berterima ...................................................... Tabel 4.21. Contoh keterbacaan tinggi ...................................................................... Tabel 4.22. Contoh keterbacaan sedang .....................................................................
commit to user
xvii
4 5 6 53 54 54 58 58 58 59 62 63 66 69 71 72 73 74 75 77 78 79 80 82 83 84 87 89 93 95 99 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.23. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya yes-no question ........................................................................................ Tabel 4.24. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya WH question ............................................................................................ Tabel 4.25. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya Alternative question ................................................................................ Tabel 4.26. Dampak pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya terhadap kualitas penerjemahan ..............................................................
commit to user
xviii
104 115 124 125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian Kualitas Terjemahan Subtitle Film Sherlock Holmes.. ......................................................................... 136
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media massa dalam bentuk audio visual yang digunakan untuk merefleksikan realitas sekaligus menyampaikan suatu informasi yang dapat dikomsumsi secara mendalam. Allen dan Gomery dalam bukunya Film History Theory and Practice, film merupakan sebuah penggambaran dari kondisi sosial sebuah masyarakat, film tersebut diwujudkan dalam bentuk gambar dan suara sedangkan tema dan cerita berasal dari sebuah penggambaran kondisi masyarakat itu sendiri (1985:158). Pengertian film kini juga diartikan sebagai sebuah genre dalam kesenian karena film atau rekaman gambar bergerak dapat pula ditemukan berbagai jenis seni yang direkam. Perkembangan film yang semakin pesat mengakibatkan timbul tuntutan akan adanya terjemahan film yang berkualitas. Terdapat dua jenis terjemahan film yakni subtitling dan dubbing, keduanya merupakan hasil terjemahan dari suatu produk film atau proses pengalihan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran yang berbentuk audio visual. Boordwell & Thompson (1990:409) mengatakan “The most two common form of screen translation are dubbing and subtitling”. Lebih lanjut Thomson mengatakan “Dubbing as the process of replacing part or all of the voices on the sountrack in order to correct mistakes or rerecord dialog”. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dubbing atau sulih suara adalah suatu commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
proses menggantikan suara untuk membetulkan kesalahan-kesalahan yang ada dan merekam kembali dialog tersebut. Subtitling sedikit berbeda dengan dubbing. Lebih lanjut Gambier (1993:276) mengatakan “Subtitling is one of two possible methods for providing the translation of a movie dilaogue, where the original dialogue soundtrack is left in place and the translation is printed along the bottom of the film. Dengan kata lain subtitling adalah terjemahan dialog film yang di tuliskan di bagian bawah pada film tersebut. Dari kedua istilah, dapat disimpulkan bahwa subtitling dan dubbing sama-sama merupakan suatu proses penerjemahan dengan mengalihkan pesan dengan cara yang berbeda yaitu dengan sebuah teks terjemahan tulis yang dimunculkan di bagian bawah layar dan penggantian audio bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui sulih suara dengan baik dan benar. Pembuatan subtitle sebuah film bukanlah pekerjaan yang mudah karena dibatasi ruang dan waktu. Profesi penerjemah merupakan profesi yang menuntut rasa tanggung jawab yang tinggi karena penerjemah adalah pihak yang menjembatani antara dua budaya yang berbeda. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus paham terhadap film dan konteks yang akan diterjemahkan. Penerjemahan subtitle lebih banyak diminati karena proses pengalihan pesannya lebih terasa alami tanpa mengantinya dengan proses sulih suara, sehingga film yang diminati tidak berkurang kualitasnya, dari segi kealamian suara pada film tersebut. Dalam menerjemahkan film, kontek situasi dan pemahaman lintas budaya merupakan bekal utama yang harus dimiliki oleh penerjemah dalam melakukan pekerjaanya. Film terdapat banyak percakapan yang dimainkan oleh para pelaku film yang tentunya dalam percakapan itu sendiri terdapat kalimat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
perintah, kalimat tanya dan lain-lain. Sebuah percakapan tidak lepas dari unsur bertanya dan menjawab, oleh karena itu penulis akan menfokuskan penelitian pada penerjemahan kalimat tanya dari subtitle film berjudul Sherlock Holmes. Sherlock Holmes adalah sebuah karya film hasil produksi Wanner Bros salah satu production house terkemuka di Amerika Serikat, yang menceritakan sebuah petualangan detektif terkenal Sherlock Holmes yang berasal dari cerita abad pertengahan di negara Inggris dengan kemampuannya dalam memecahkan berbagai macam kasus. Setelah dikaji subtitle tersebut, banyak terdapat kalimat tanya karena latar belakang film tersebut adalah seorang detektif yang lebih banyak melakukan investigasi, sehingga terdapat banyak percakapan dalam bentuk tanya jawab dalam dialog. Kalimat tanya merupakan kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara verbal, jawaban itu dapat berupa pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189). Setelah dikaji lebih lanjut, kalimat tanya dalam bahasa Inggris terdapat berberapa jenis, tidak hanya berupa yes-no question atau wh question saja, untuk jenis yes-no question masih terbagi menjadi beberapa macam. Selain jenisnya juga terdapat fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya dan diterjemahkan menjadi bentuk yang lain dalam bahasa Indonesianya. Fokus permasalahan disini adalah terdapat beberapa kalimat tanya dalam bahasa Inggris yang berbeda penggunaanya dengan bahasa Indonesia. Pada penerjemahannya dalam bahasa Indonesia tidak jarang terdapat perubahan struktur ataupun perubahan makna kalimat. Pemilahan data berupa jenis dan fungsi kalimat tanya kemudian dianalisa mengenai teknik yang digunakan dalam kalimat tanya. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengunaaan teknik penerjemahan sangatlah mempengaruhi terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan. Adanya pemakaian teknik seperti teknik reduksi ataupun penambahan informasi seperti penggunaan teknik amplifikasi menjadikan ketidaksepadanan makna karena tidak sesuai dengan konteks dari percakapan itu sendiri. Faktanya aturan baku dalam kebahasaan tidak selamanya diterapkan dalam bahasa percakapan langsung atau percakapan bahasa sehari-hari. Film ini merupakan penggambaran ragam budaya termasuk penggunaan bahasa dari para pelakunya, yang biasanya di setting berdasarkan daerah dan karakter yang digambarkan dalam film tersebut merupakan refleksi kebiasaan sehari-hari dalam kehidupan nyata. Untuk memperjelas uraian diatas, berikut ini beberapa contoh kalimat yang diambil dari film Sherlock Holmes yang selanjutnya akan disingkat menjadi SH. Tabel 1.1 : Contoh Kalimat Tanya Yes-no question No data
Bsu
Bsa
036
Shall we?
Kita minum sekarang?
Contoh kalimat tanya diatas adalah jenis kalimat tanya yes-no question, yang kemudian diterjemahkan dalam Bsu menjadi “Kita minum sekarang?”. Terdapat perubahan makna kata dari kata “shall” yang tidak diartikan menjadi akan atau mau. Bentuk kalimat tanya diatas diterjemahkan ke dalam bentuk deklaratif yang berfungsi sebagai kalimat tanya. Terdapat perubahan makna secara linguistik yang kemudian penyampaian ke dalam Bsanya menjadi lebih rinci dan jelas. Kalimat ini berbentuk kalimat tanya tetapi pada dasarnya bukanlah commit to user suatu pertanyaan. Disini pembicara mempunyai tujuan lain yaitu untuk mengajak
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai upaya untuk mengalihkan pokok pembicaraan mengulas masa lalu Irene yang kelam. Konteks situasi pada waktu itu adalah Irene yang merupakan mantan kekasih dari Holmes datang ke apartemenya dengan tujuan untuk membujuk atau merayu Holmes agar dapat membantunya memecahkan kasus yang ia tangani. Holmes masih merasa sakit hati terhadap kelakuanya di masa lampau sehingga ia menyindir dengan mengulas masa lalunya yang telah Irene perbuat terhadapnya. Irene mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menawarinya minum bersama. Teknik yang digunakan dalam kalimat tanya diatas adalah linguistik amplifikasi, dengan adanya penambahan unsur-unsur linguistik dalam Bsanya menjadikan terjemahan yang dihasilkan terasa alamiah dan para pembaca dapat menangkap pesan dengan mudah. Penerapan teknik ini ditujukan agar pesan yang disampaikan tidak rancu dan membingungkan, hasilnya tentu akan lain apabila hanya diartikan sesuai dengan kaidah aturan kebahasaan menjadi “Akankah kita?”, maka akan menghasilkan terjemahan yang terasa kaku dan kurang alami dikarenakan penyampaian pesan yang kurang terperinci sehingga menghasilkan terjemahan yang kurang terbaca. Tabel 1.2 : Contoh Kalimat Tanya Wh question No data
Bsu
Bsa
033
How can I help?
apa aku bisa membantumu?
Beda halnya dengan contoh (2), yang tergolong dalam bentuk Wh question, penerjemahan pada kata tanya how tidak selalu dimaknai dengan bagaimana. Kata tanya how dalam bahasa Indonesia tidak memiliki multi fungsi commit to user seperti kata tanya dalam bahasa Inggris yang bisa digunakan untuk menanyakan
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jarak, lama waktu, usia dan lain sebagainya. Kalimat tanya diatas pada dasarnya bukanlah suatu pertanyaan, disini pelaku mempunyai tujuan lain yaitu menyindir. Konteks situasi pada saat itu, Holmes sedang berkunjung ke penjara dimana Lord Blackwood ada dalam tahanan, dengan adanya peristiwa yang aneh yang terjadi selama Blackwood dipenjara menjadikan Holmes merasa terganggu dan terusik kenyamananya. Penekanan pada kalimat diatas adalah bagaimana sindiran tersebut dapat diungkapkan secara tegas. Kedatangan Holmes menjadikan Blackwood percaya diri, dia mengutarakan rasa marahnya dengan melontarkan sebuah sindiran pada Holmes. Teknik penerjemahan diatas menggunakan teknik transposisi, terdapat perubahan secara gramatikal, kata tanya how diartikan menjadi apa. Penerapan teknik transposisi untuk terjemahan kalimat tanya diatas menjadikan terjemahan terasa kaku dan kurang alamiah. Meskipun pemadanan makna dalam Bsa yang berbeda akan tetapi tidak begitu mempengaruhi pembaca dalam menangkap pesan yang disampaikan. Akan lebih akurat lagi apabila penerjemah menerjemahkan dengan menggunakan teknik literal, tanpa menggeser atau merubah susunan gramatikalnya menjadi “Bagaiman aku bisa membantumu?”, sehingga pesan yang disampaikan lebih akurat dengan mengunakan padanan kata yang sesuai. Tabel 1.3 : Contoh Kalimat Tanya WH question No data
Bsu
Bsa
050
What have we got here?
Apa ini?
Pada contoh diatas memiliki kesamaan jenis dengan contoh kalimat tanya commit to user pada tabel 1.2 yaitu termasuk kedalam jenis Wh questions akan tetapi terdapat
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
pergeseran struktur dan susunan kata pada kalimat tanya diatas yang diartikan kedalam Bsa menjadi “Apa ini?”. Fungsi pragmatis kalimat tersebut termasuk kedalam Real Question, kalimat tanya yang berfungsi untuk menanyakan informasi atau mendapatkan keterangan secara langsung, konteks situasi pada saat itu, dimana Irene yang waktu itu akan dirampok oleh dua orang laki- laki tetapi ia bisa membela dirinya sendiri dan mengalahkan perampok tersebut. Disertai dengan kepercayaan diri yang tinggi, ia berganti membalas perampok tersebut dengan melecehkan sambil mencari-cari barang hasil rampokan yang lain, yang kemudian ia dapatkan sebuah dompet dari jaket pencuri tersebut dan mengambilnya. Teknik yang digunakan pada contoh ini menggunakan teknik linguistik kompresi, dimana dengan cara mensitesa elemen-elemen linguistiknya menjadi lebih sederhana lagi pada Bsanya sehingga menghasilkan terjemahan yang alami dan berterima. Teknik ini diterapkan agar pembaca mampu menangkap pesan lebih mudah dan lebih ringkas lagi, tanpa mengurangi pesan ataupun makna yang disampaikan. Selain itu manfaat dari penggunaan teknik ini menghasilkan terjemahan dalam Bsa terasa lebih sesuai dan juga tidak melanggar kaidah penulisan subtitle dimana penulisan subtitle tidak boleh lebih dari 40 karakter. Ketiga contoh diatas dapat diamati bahwa untuk menganalisa kalimatkalimat tanya akan lebih mudah bagi seorang penerjemah untuk mengetahui konteksnya terlebih dahulu. Perlu diperhatikan apabila dalam kalimat tanya tersebut kehilangan makna atau terdapat ketidaksesuaian antara Bsu dan Bsa maka akan fatal akibatnya sehingga pesan dalam konteks tidak tersampaikan dan commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadikan isi juga kualitas dari film tersebut menjadi tidak baik. Penerjemahan kalimat tanya sebaiknya seorang penerjemah lebih memperhatikan fungsi dari rhetorical
questions
untuk
memudahkan
dalam
menerjemahkan
(Larson,1984:236). Seorang penerjemah dianjurkan untuk menentukan terlebih fungsi dari kalimat tanya itu sendiri, kemudian baru menentukan bentuk terjemahanya sehingga maknanya akan didapat. Berdasarkan temuan- temuan diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut lagi mengenai penerjemahan kalimat tanya khususnya pada subtitle film berjudul Sherlock Holmes, yang akan membahas mengenai jenis sakaligus fungsi kalimat tanya, teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat tanya serta dampak dari penggunaan teknik tersebut terhadap keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Anik Nurhaniah (2008) dengan judul “ Terjemahan Kalimat Tanya pada Percakapan di dalam Novel Remaja Dear No Body ke dalam Bahasa Indonesia”. Peneliti hanya memfokuskan pada jenis dan fungsi kalimat tanya saja, selain itu peneliti hanya melihat tingkat kesepadanan makna saja dari kalimat tanya, dengan demikian peneliti kurang menyentuh aspek yang lain seperti teknik penerjemahannya dan kualitas terjemahan yang dihasilkan. Peneliti juga mengambil objek penelitian pada sebuah novel berjudul Dear No Body, di lain pihak, penulis akan meneliti tidak saja jenis-jenis kalimat tanya juga termasuk fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya tersebut. Di samping itu, penulis juga meneliti commit to user teknik penerjemahan yang digunakan beserta dampaknya terhadap aspek
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan pada sebuah teks subtitle film berjudul Sherlock Holmes. B. Batasan Masalah Agar tujuan dalam pembuatan tesis ini lebih terarah dan terfokus, perlu diketahui bahwa penulis hanya membatasi mengkaji subtitle yang terdapat dalam film Sherlock Holmes yang diproduksi oleh Wanner Bross Picture dalam bentuk film bioskop maupun DVD dengan durasi waktu penayangan rata-rata sekitar 128 menit. Data yang dianalisis berupa dialog; satuan lingual yang terdiri atas kata, frasa, klausa, dan kalimat tanya yang mengandung teknik penerjemahan, maupun unsur lain dalam bentuk tertulis yang merupakan bagian dari film tersebut. Penelitian ini berfokus pada subtitling atau penerjemahan film yang mengandung kalimat tanya saja dari Bahasa Inggris sebagai bahasa sumber ke dalam Bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran maka dialog yang tidak mengandung unsur kalimat tanya tidak diikutsertakan dalam proses analisis. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa sajakah jenis kalimat tanya dan fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya yang terdapat dalam teks subtitle film SH?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
2. Teknik-teknik penerjemahan apa yang digunakan dan alasan yang mendasari penggunaan teknik tersebut dalam menerjemahkan kalimat tanya dalam teks subtitle film SH? 3. Bagaimana dampak dari penggunaan teknik-teknik dalam teks subtitle film SH terhadap keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengklarifikasi jenis dan fungsi kalimat tanya yang terdapat dalam teks subtitle film SH. 2. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengklarifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah beserta alasan yang mendasari dalam penggunaan teknik tersebut untuk menerjemahkan kalimat tanya dalam teks subtitle film SH. 3. Mendeskripsikan dampak dari penggunaan teknik terhadap keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan dalam teks subtitle film SH. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang mendalam mengenai gambaran penggunaan jenis dan fungsi kalimat tanya yang terdapat dalam subtitle film. 2. Dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih detail mengenai to user teknik disertai alasan yangcommit mendasari penggunaan teknik tersebut terhadap
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penerjemahan kalimat tanya serta dampak yang ditimbulkan terhadap kualitas terjemahan khususnya kalimat tanya dalam subtitle film. 3. Dapat memberikan pedoman bagi para peneliti lain di bidang penerjemahan khususnya yang ingin mengadakan penelitian tentang kalimat tanya dan terjemahanya lebih mendalam lagi mengenai jenis, fungsi dan teknik serta dampaknya terhadap kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Penerjemahan 1.1. Definisi Penerjemahan Menurut Nida dan Taber (1969:12) dalam mendefinisikan penerjemahan sebagai “reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language massage, fisrt in terms of meaning and secondly in terms of style”. Mengartikan penerjemahan adalah usaha mereproduksi pesan dari bahasa sumber ke dalam bentuk yang paling sepadan dalam bahasa sasaran. Menurut definisi ini, masalah pilihan kata yang tepat dan sepadan menjadi hal pertama yang harus dihadapi seorang penerjemah sebelum mempermasalahkan mengenai bentuknya. Catford (1965:20) menambahkan translation may be defined as follows: “the replacement of textual material in one language (Source Language) by equivalent textual material in another language (Target Language)”. Di sini Catford
menyatakan
bahwa
penerjemahan
dapat
didefinisikan
sebagai
penggantian bahan tekstual dalam satu bahasa (bahasa sumber/BSu) dengan bahan tekstual bahasa lain (bahasa sasaran/BSa) yang sepadan. Selanjutnya
Larson (1984:3)
dalam hal
ini
menyatakan bahwa
penerjemahan meliputi kegiatan menerjemahkan BSu ke dalam BSa, yaitu dimulai dari bentuk bahasa pertama menuju bentuk bahasa kedua dengan menggunakan commit to user
12
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
struktur semantik. Dalam hal ini, maknalah yang dialihkan dan harus dipegang teguh. “Translation consists of translating the meaning of the source language into the receptor language. This is done by going from the form of the first language to the form of a second language by way of semantic structure. It is meaning which is being transferred and must be held constant. Only the form changes.” Lebih lanjut Bell menegaskan pengertian penerjemahan yang hampir sama dengan Catford, yakni penerjemahan sebagai suatu bentuk pengungkapan suatu
bahasa
dalam
bahasa
lainnya
sebagai
bahasa
sasaran,
dengan
mengedepankan semantik dan ekivalensi. “Translation is the expression in another language (or sasaran language) of what has been expressed in another, source language, preserving semantic and stylistic equivalences.”(Bell,1991:4-5). Pengertian
penerjemahan
menurut
Newmark
(1981)
bahwa
penerjemahan adalah mengkomunikasikan satu pesan dari satu bahasa ke bahasa yang berbeda. Hampir sama dengan pengertian penerjemahan menurut Nababan (2003:19-20) bahwa penerjemahan tidak hanya mengalihkan pesan saja tetapi juga bentuk bahasanya, baik penerjemah karya sastra atau penerjemah karya ilmiah perlu mempertimbangkan tidak hanya isi berita tetapi juga bentuk bahasa dalam terjemahan karena pada hakekatnya setiap bidang ilmu mempunyai gaya bahasa dalam mengungkapnya. Dari berbagai macam definisi penerjemahan diatas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah proses pengalihan pesan dari bahasa sumber dengan padanan alami yang sedekat mungkin ke dalam bahasa sasaran dengan memperhatikan gaya bahasanya. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.2. Proses Penerjemahan Menurut Nida dan Taber, 1969:33 mengatakan bahwa proses penerjemahan mempunyai 3 tahap. Tahap yang pertama adalah analisis, kemudian dilanjutkan tahap kedua yaitu pengalihan dan tahap terakhir adalah penyusunan kembali
atau
restructuring.
Lebih
jelasnya,
Nida
dan
Taber
(1969)
menggambarkan diagram proses penerjemahan tersebut sebagai berikut: Source Language
Receptor Language
Text
Text
Analysis
Restructuring
Transfer Gambar 2.1. Proses Penerjemahan Nida dan Taber (1969:33)
Seorang penrjemah harus dapat menganalisis isi teks yang akan diterjemahkan dengan hati-hati sekali. Hal ini dikarenakan pada tahap analisis, seorang penerjemah akan menghadapi beberapa kesulitan. Agar dapat menangakap isi teks dengan benar, maka seorang penerjemah harus mampu mengatasi kesuitan-kesulitan yang dihadapinya. Oleh karena itu, dirinya harus berhati-hati dalam melakukan proses analisis ini. Dalam melakukan penerjemahan, seorang penerjemah akan menghadapi beberapa masalah yang timbul akibat perbedaan budaya, antara lainbenturan budaya, dan ketiadaan padanan leksikal. Benturan budaya terjadi bila suatu istilah dalam bahasa sumber memiliki nilai yang berbeda dengan istilah yang ada dalam bahasa sasaran. Bila itu terjadi penerjemah harus menjaga makna asli istilah commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam bahasa sumber dengan menyesuaikan bentuk symbol cultural, atau dengan memberikan tambahan informasi untuk menunjukkan kepada teks bahasa sasaran bagaimana nilai-nilai cultural yang asli dari istilah tersebut. Jika hal itu tidak dilakukan, pembaca teks bahasa sasaran akan mendapatkan makna yang salah, sementara penyampaian makna yang asli menjadi tugas utama seorang penerjemah. Lebih lanjut Suryawinata dan Hariyanto (2003:19) menperinci tentang proses penerjemahan menjadi empat tahap seperti pada bagan proses penerjemahan di bawah ini: Teks asli dalam Bsu
Evaluasi dan revisi
Teks asli dalam Bsu
Proses eksternal Analisis/ restrukturisi/ Pemahaman Konsep,makna ,pesan dari teks Bsu
Proses internal
Tranfer Padanan
Penulisan kembali
Konsep,makna ,pesan dari Bsa
Gambar 2.2. Proses penerjemahan menurut Suryawinata & Haryanto(2003:19) Pada bagan diatas, dapat dijelaskan bahwa proses penerjemahan dibedakan menjadi empat tahap yaitu: 1. Tahap analisis atau pemahaman, dimana pada tahap ini dilakukan suatu analisa dari Bsu baik itu pada tataran frasa, kata maupun kalimat, selain itu penerjemah juga harus memahami faktor extralinguistik yang terkait commit to user dengan sosio budaya teks Bsu.
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tahap transfer, pada tahap ini penerjemah melakukan pengalihan pesan, makna maupun isi yang terkandung dalam Bsu ke dalam Bsa. Penerjemah juga dituntut untuk menemukan padanan kata Bsu dalam Bsa secara lisan maupun tulis untuk memperoleh terjemahan yang terbaik. 3. Restrukturisasi ialah pengubahan proses pengalihan menjadi bentuk stalistik yang cocok dengan bahasa sasaran, pembaca atau pendengar (Kridalaksana dalam Nababan, 2003:28). Pada tahap ini seorang penerjemah perlu memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan jenis teks yang diterjemahkan. 4. Tahap evaluasi dan revisi merupakan tahap akhir pada proses penerjemahan. Setelah menganalisa data yang dilanjutkan pada tahap transfer dan tahap restrukturisasi maka untuk memperoleh hasil terjemahan yang baik dilakukan kembali evaluasi. Apabila nantinya terdapat
kekurangan
dalam
padanan
ataupun
keselarasan
maka
dilakukanlah revisi terjemahan. 1.3. Teknik Penerjemahan Molina dan Albir (2002:509) mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan versi Molina dan Albir (2002: 509-511) 1. Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah teknik penerjemahan dimana commit to userBsu dengan unsur budaya yang penerjemah menggantikan unsur budaya
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
mempunyai sifat yang sama dalam Bsa dan unsur budaya tersebut akrab bagi pembaca sasaran. Misalkan: kata baseball (inggris) diterjemahkan menjadi futbol (spanyol) 2. Amplifikasi (amplification). Amplifikasi adalah teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam bahasa sumber. Bsu: What's the major concern? Bsa : Apa kekhawatiran utama kalian? 3. Peminjaman (borrowing). Peminjaman adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari Bsu. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) dan peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing) Pure Borrowing BSu : hotel BSa : hotel Naturalized Borrowing BSu : calculator BSa : kalkulator. 4. Kalke (Calcue). Kalke adalah teknik penerjemahan ,dimana penerjemah menerjemahkan rasa Bsu secar literal. Contoh: secretariat general diterjemahkan menjadi sekertaris jendral. 5. Kompensasi (compensation). Konpensasi adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stalistik teks Bsu ditempat lain dalam teks Bsa. BSu
commit to userwhat awaits the sin of greed : enter, stranger, but take heedof
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSa
: masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah terhadap dosa yang harus ditanggung orang serakah.
6. Diskripsi (description). Diskripsi merupakan teknik penerjemahan yang diterapkan dengan menggantikan istilah atau ungkapan dengan diskripsi bentuk dan fungsinya. Bsu
: Panettone (I)
Bsa
: The traditional Italian cake eaten on New Year‟s eve (E)
7. Kreasi diskursif (discursive creation). Teknik ini diperkenalkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film. BSu
: Shopaholic and Sister
BSa
: Si Gila Belanja Punya Kakak.
8. Kesepadanan lazim (established equivalent). Kesepadanan lazim adalah teknik utu menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim( berdasarkan kamus atau peggunaan sehari- hari). Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah. BSu
: afternoon, miss
BSa
: selamat siang, Nona.
9. Generalisasi (generalisation). Realisasi dari
teknik ini adalah dengan
mengunakan istilah yang lebih umum atau lebih netral. Misalnya kata penthouse diterjemahkan menjadi tempat tinggal, becak diterjemahkan menjadi vehicles (subordinat menjadi superordinat) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
10. Amplifikasi Linguistik (linguistic amplification). Perwujudan dari teknik ini adalah dengan menambah unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa. Teknik ini lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif atau dalam sulih suara (dubbing) Bsu : Shall we? Bsa : kita minum sekarang? 11. Kompresi linguistik (linguistics compression). Teknik penerjemahan yang dapat diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan simultan atau dalam penerjemahan teks film, dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa. Bsu : what have we got here? Bsa : Apa ini? 12. Penerjemahan Harfiah (literal translation). Penerjemahan harfiah merupakan teknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkan ungkapan kata demi kata. Bsu : Tea, Mr. Holmes? Bsa : Teh, tuan Holmes? 13. Modulasi (modulation). Modulasi merupakan teknik penerjemahan diman penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitanya dengan teks sumber. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural. Bsu : So that's, no to the opera then? Bsa : Jadi kau tidak mau pergi ke opera? commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
14. Partikulasi (particulation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan menggunakan istilah yang lebih konkrit atau presisi. Contoh: air transportation diterjemahkan menjadi helikopter (superordinat menjadi subordinat) 15. Reduksi (reduction). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi. Informasi teks Bsu dipadatkan dalam Bsa. Bsu : Can you taste the comet? Bsa : Kau bisa merasakan kometnya ? 16. Subtitusi (subtitution). Subtitusi merujuk pada pengubahan unsur-unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat). Bahasa isyarat dalam bahasa Arab yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi terimakasih. 17. Variasi (variation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan mengubah unsurunsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik: perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim digunakan dalam menerjemahkan teks drama. Bsu : Hi girl! Bsa : Hai Cewek! 18. Transposisi (transposition). Transposisi merupakan teknik penerjemahan dengan mengubah kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, stuktur dan unit. Kata kerja dalam Bsu diubah menjadi kata benda dalam Bsa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
Bsu : Couldn't you have a longer engagement? Bsa: Apa kau tidak bisa memperpanjang pertunanganmu? 1.4. Kualitas Penerjemahan Berikutnya, Nababan (2004) mengusulkan kajian kualitas terjemahan ini dikaitkan dengan tiga aspek, yakni tingkat keakuratan, tingkat keberterimaan, dan tingkat keterbacaan. a. Keakuratan atau ketepatan (accuracy) Istilah keakuratan (accuracy) dalam evaluasi penerjemahan sering digunakan untuk menyatakan sejauh mana terjemahan sesuai dengan teks aslinya (Shuttleworth & Cowie, 1997:3). Keakuratan merupakan kesesuaian atau ketepatan pesan yang disampaikan antara BSu dan BSa. Akurasi berhubungan erat dengan padanan. Hal yang menjadi prioritas dalam penerjemahan bukan kesejajaran formal (formal correspondence) tapi kesepadanan pesan (equivalence) antara teks BSu dan BSa. Machali (2000:110) menyatakan bahwa ketepatan ini dapat dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatika), semantik, dan pragmatik. Keakuratan (accuracy) tidak hanya dilihat dari ketepatan pemilihan kata, tetapi juga ketepatan gramatikal, kesepadanan makna, dan pragmatik. b. Keberterimaan (acceptability) Keberterimaan mengarah pada kelaziman dan kealamiahan teks terjemahan dalam BSa sesuai dengan kaidah dan norma kebahasaan pembaca BSa. Teks tersebut harus dapat diterima dan dipahami maksudnya oleh pembaca sasaran. Pembaca akan memahami makna yang terkandung dalam kalimat-kalimat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
yang membentuk suatu teks terjemahan dan kemudian mengaitkannya dengan konteks situasi teks tersebut. Istilah keberterimaan (acceptability) ini digunakan untuk menyatakan ketaatan terjemahan pada aturan linguistik dan norma tekstual bahasa sasaran (Shuttleworth & Cowie, 1997:2). Toury memberikan gagasan bahwa suatu terjemahan akan menjadi adequate jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa sumber, sedangkan terjemahan tersebut disebut berterima (acceptable) jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa sasaran (dalam Munday, 2001). c. Keterbacaan (readibility) Keterbacaan (readibility), merujuk pada Sakri dalam Nababan (2003:62), merupakan derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dibaca dan dipahami maksudnya. Suatu teks terjemahan dapat dinilai mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi jika teks tersebut mudah dibaca dan pembaca dapat menangkap pesan yang disampaikan, terlepas dari masalah kesesuaian pesan tersebut dengan pesan yang terdapat dalam teks BSu. Dengan kata lain, pembaca berperan sebagai subjek yang menentukan tingkat keterbacaan sebuah teks. Lebih lanjut, tingkat keterbacaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; panjang rata-rata kalimat, jumlah kata baru, serta kompleksitas gramatikal bahasa yang digunakan (Richard et al dan Sakri dalam Nababan, 2003). Selain faktor kebahasaan, tingkat keterbacaan juga dipengaruhi oleh latar pendidikan dan budaya pembaca sasaran. Terkait dengan subtitle, sebagai sumber data penelitian, keterbacaan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu legibility dan readability. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seperti yang diungkapkan oleh Gottlieb dalam Spanakaki (2007) bahwa subtitle dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif untuk mencapai tingkat keterbacaan yang tinggi merupakan subtitle yang baik. Legibility mencakup hal-hal seputar posisi pemenggalan kata dalam satu baris, jumlah panjang baris, ukuran dan warna huruf, penggunaan tanda baca, typeface serta waktu kemunculan teks. Readibility terkait dengan penyederhanaan kosakata dan struktur kalimat, penggabungan dialog-dialog pendek dan penghilangan, serta kecenderungan untuk menetralkan dialog atau ujaran yang tidak baku menjadi lebih jelas dan sesuai standart. Secara ringkas, readability lebih mengacu pada perubahanperubahan kualitatif dan kuantitatif dalam pengalihan informasi pada bahasa sumber agar dapat dipahami oleh pemirsa, sedangkan legibility berhubungan dengan penampilan (appearance) teks pada layar. 2. Kalimat Tanya 2.1. Definisi Kalimat Tanya Kalimat tanya pada umumnya digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu seperti yang dikemukakan oleh Quirk et al (1985:457) dalam mendefinisikan kalimat tanya
as a sentence that asks for information or a
response. Dengan kalimat tanya seseorang dapat menanyakan berbagai hal mengenai perasaan, pendapat, tujuan seseorang, kepunyaan dan sebagainya, dalam hal ini kalimat tanya membantu seseorang untuk mendapatkan informasi yang diingikanya. Quirk juga menambahkan, Questions are primarily used to seek information on specific point and (usually) to request the listener to supply this commit to user bahsa inggris secara sintaksis, information verbally (Quirk et al,1985:294).dalam
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kalimat tanya adalah jenis kalimat yang membalikan sebuah subyek dan kata kerja pertama dalam frasa ferba, (yes- no questions dalam contohnya,“ Is he coming?”)diawali dengan kata tanya (WH questions seperti “Where is he?”)atau yang diakhiri dengan tag questions (seperti contoh “Isn‟t he?”).ada beberapa kalimat tanya menggunakan nada besar sebagai penekananya (“What are you DOING?”dengan nada tinggi). 2.2. Jenis Kalimat Tanya Menurut Quirk, Greenboum, Leech, and Svartvick dalam bukunya A Grammar of Contempory membagi kalimat tanya menjadi dua kelas yaitu kelas mayor dan kelas minor ( Quirk et al, 1985:06). Kelas mayor dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: 1. Yes-No questions Questions that expect affirmation or negation, as in ”Have you finished the book?” 2. WH-questions Questions that typically expect a reply from an open rage of replies, as in ”What is your name?” 3. ALTERNATIVE questions Questions that expect as the reply for one of two or more options presented in the question, as in “Would you like to go for a WALK or stay at HOME?” (Quirk et al., 1985:806) Penjelasan yang lebih detail, Quirk et al menjelaskan lebih jauh tentang Yes- no question, Wh question, dan Alternative question.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1). Yes- no question. Yes- no question adalah pertanyaan yang dapat dijawab dengan yes atau no. Quirk membagi Yes- no question sendiri menjadi 3 yaitu: 1.1.Yes- no question dengan tobe atau auxilaries Pola pada yes-no question yaitu tobe (am, is, are, was, were) diletakkan sebelum subjek (Robert Krohn,1971:33). Selain Krohn, Quirk et al (1985:807) juga mengatakan bahwa: “yes-no question are usually for made by placing the operator before the subject and giving the sentence a rising intonation”. Seperti yang diungkapkan diatas dalam yes-no qoestion terdapat kalimat positif dan negatif. Beberapa contoh yang diberikan oleh Quirk untuk bentuk positif yes-no question adalah sebagai berikut: Statement
Questions
Someone called last night.
Did anyone call last night?
The boat has left already.
Has the boat left yet?
Pada contoh kalimat tanya diatas terdapat penambahan any, respon jawaban yang diharapkan dari positif yes-no question yang mendapat penambahan any atau ever bersifat netral. Dibawah ini adalah contoh- contoh yes- no question yang berbentuk negatif: a. Don‟t you believe me? b. Aren‟t you joining us this evening? c. Hasn‟t he told you what to do? (Quirk et al, 1985:808) commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Negative yes-no question adalah kalimat tanya yang berbentuk negatif. Pola negatif yes-no question sama dengan kalimat positif yaitu tobe (am, is, are, was, were) dan auxilaries (do/does, did, have/has/had) diletakkan di depan sebelum subjek tetapi bedanya tobe atau auxilaries ditambahi dengan kata not. 1.2.Yes-no questions dengan modal auxilaries Selain memakai tobe (am, is, are, was, were dan do/does, have) yes-no question dapat menggunakan modals seperti may, can, would, dan sebagainya. Penggunaan modals dalam bentuk kalimat tanya mempunyai fungsi masingmasing, pada contoh dibawah ini may dan can digunakan untuk meminta izin, must dan have to untuk suatu keharusan, yang umumnya merupakan otoritas pembicara dalam pernyataan dan otoritas pendengar dalam suatu pertanyaan (Quirk et al, 1985:815) a. (may/ can) I have leave now?
(„Will you permit me...‟) („I will permit you...‟)
Yes you may/ can b. Must I/ Do i have leave now?
(„Are you telling me...‟) („I‟m telling you...‟)
Yes you must/ have to 1.3.Kalimat tanya penegas (tag questions)
Menurut Quirk et al (1985:810-811) tag question adalah jenis yes-no question yang lebih jauh membahas orientasi negatif atau positif. Biasanya dalam suatu kalimat diletakkan diakhir dengan menggunakan kata kerja auxilaries. Tinggi rendahnya nada biasanya didasarkan pada jenis auxilaries, seperti pada contoh dibawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
jenis 1: He likes his JOB, DOESn‟t he? (nada tinggi) jenis 2: He doesn‟t like his JOB, DOESn‟t he? (nada tinggi) jenis 3: he likes his JOB, DOESn‟t he? (nada rendah) jenis 4: He doesn‟t like his JOB, DOES he? (nada rendah) Keempat jenis kalimat tanya diatas memiliki arti yang berbeda-beda yang disesuiakan dengan tinggi rendahnya nada. Pada contoh pertama merupakan sebuah kalimat asumsi yang menyatakan bahwa dia menyukai pekerjaannya, sedangkan pada kalimat kedua menyatakan bahwa dia tidak menyukai pekerjaanya. Pada kalimat ketiga dan keempat memiliki arti yang hampir sama tetapi dengan menuturkanya dengan nada rendah. Tag question dengan nada tinggi lebih mengharapkan pendengar untuk memberikan kebenaran dari sebuah pernyataan, sedangkan tag question dengan nada rendah, lebih megharapkan sebuah konfirmasi dari sebuah pernyataan dan lebih menekankan seruan dari pada pertanyaan yang tulus. 1.4.Kalimat tanya deklaratif (declarative questions) Declarative question adalah jenis kalimat tanya yang diidentikkan dengan kalimat deklaratif atau pernyataan tetapi fungsinya adalah sebagai pertanyaan yang ditandai dengan penggunaan nada tinggi. Ini bisa dilihat dari contoh dibawah ini: You relize what the RISK are? Boris will be THERE, I suppose? He didn‟t finish the RACE? Kalimat tanya deklaratif tersebut mengundang verifikasi pendengar untuk commit to user menjawab yes atau no (Quirk et al, 1985:814)
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
2) Wh- questions Wh question adalah salah satu jenis kalimat tanya yang paling sederhana dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari: who, what, where, why, which, when, how. Wh question juga bisa disebut kalimat tanya informasi, karena Wh question didukung informasi yang dibutuhkan pembicara dari pendengar. Quirk et al (1985:817- 818) memberikan contoh seperti dibawah ini. A: what are you doing?
B: I‟m reading.
A: What have you done with my book?
B: I‟ve hidden it.
A: What‟s happening?
B: It‟s snowing.
Kalimat nomor (1) pembicara A menanyakan apa yang dilakukan B. Dengan menggunakan bentuk pertanyaan B mengerti apa maksud dari A. Kalimat no(2) pendengar B dapat mengerti dengan mudah pertanyaan A. Sedangkan kalimat nomor (3)pembicara A menanyakan keadaan sekarang dan B menjawab dengan singkat pertanyaan A. Contoh lain dari Quirk et al (1985:821) tentang Wh questions yang diawali dengan why don‟t you dan singkatan why not biasanya digunakan untuk direktif. Direktif berfungsi sebagai saran atau instruksi menurut bahasa inggris amerika seperti contoh dibawah ini. Why don‟t you shave? Why don‟t you clean your teeth? Why not ignore their remaks? Why not go by train? Kalimat yang menggunakan Why don‟t mengekspresikan sebuah nasehat tapi lebih cenderung pada bentuk kritik dan nada kekesalan ketika si pembicara commit to user menuturkannya. Wh question adalah jenis kalimat tanya yang membutuhkan
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebuah jawaban yang lengkap. Wh question tidak hanya digunakan untuk menambah informasi tetapi terkadang juga digunakan untuk membuat sebuah sugesti. Jika kata Wh question diutarakan dengan intonasi tinggi ini berfungsi sebagai kalimat seru atau reaksi personal dari apa yang didengar oleh pendengar. 3) Pertanyaan dengan Pilihan (alternative questions) Ada dua jenis alternative question menurut Quirk et al (1985:23), yaitu tipe pertama yang mirip dengan yes-no question dan tipe kedua yang mirip dengan Wh question seperti pada contoh dibawah ini: a. Would you like CHOcolate, vaNILLA, or STRAWberry (ice cream)? b. Which ice cream would you LIKE, CHOcolate, vaNILLA, or STRAWberry? Pada jenis kalimat tanya alternatif diatas berbeda dari hanya sekedar penggunaan intonasi dari fungsi yes-no question saja. penambahan intonasi tinggi pada setiap kata untuk menunjukkan beberapa pilihan merupakan hal yang penting agar tidak terjadi kesalahfahaman nantinya. Contoh lainya terdapat pada kalimat di bawah ini: Alternative
: A: Shall we go by BUS or TRAIN?
Yes-no question : A: Shall we go by bus or TRAIN?
B: by TRAIN B: NO, Let‟s take the CAR
Pada contoh alternative question, A menanyakan pada B bahwa dia harus memilih bus atau kereta api. Penekanan pada kata bis dan kereta api dengan nada tinggi lebih memperjelas bahwa pembicara A menawarkan pilihan dengan menggunakan kalimat tanya. Sedangkan pada contoh kalimat tanya yes-no commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
question, pembicara A hanya menekankan kata kereta api dengan intonsi tinggi, akan tetapi B menjawab yang berlainan dengan apa yang ditawarkan pilihan A. Kelas yang kedua yaitu kelas minor menurut Quirk et al dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Exclamatory question Kalimat tanya exclamatory merupakan bagian dari kalimat tanya, tetapi lebih menekankan pada tindak illucosionari dari sebauh pernyataan. Biasanya kalimat tanya eclamatori berbentuk negatif yes-no question dengan penambahan nada tinggi dan rendah diakhir kalimat seperti contoh dibawah ini. a). Hasn‟t she GROWN! b). Wasn‟t it a marvelous CONcert! Dua jenis kalimat diatas mengajak pendengar untuk menyetujui apa yang diutarakan pembicara tentang perasaanya yang kuat. Quirk et al (1985:825). 2. Rhetorical questions Jenis kalimat tanya yang kedua menurut Quirk et al (1985:825- 826) adalah kalimat tanya retorikal. Kalimat tanya retorikal biasanya dalam bentuk yes-no question dan dalam bentuk Wh question. Kalimat tanya retorikal dalam yes- no question yang berbentuk positif memiliki pernyataan negatif yang kuat, sedangkan kalimat tanya dalam bentuk negatif memiliki pernyataan positif yang kuat. Seperti contoh dibawah ini : a). Positif: Is that a reason for despair? („surely that is not a reason‟) b). Negatif: Isn‟t the answer Obvious? („surely the answer is obvious‟) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
Tidak seperti kalimat tanya exclamatory, kalimat tanya rhetorical mempunyai intonasi tinggi yang normal dan ini dapat dibedakan berdasarkan jarak perpindahan. Rhetorical dalam bentuk Wh question mempunyai karakteristik yang spesial, yaitu memiliki bntuk pernyataan yang seimbang baik itu dalam kalimat rhetorical positif maupun negatif, seperti pada contoh dibawah ini: Who KNOWS/CARES?(„No body knows/cares‟ or „I don‟t know/cares) What DIFference does it make? („It makes no difference‟) How should I know? („There is no reason why I should know‟) Contoh kalimat diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Wh question dalam bentuk rhetorical question adalah sebagai penekanan maksud pembicara kepada pendengar. 2.3. Fungsi Kalimat Tanya Larson (1984:234) mengungkapkan bahwa daya ilokusi dalam kalimat tanya dibagi menjadi 3 yaitu statement atau declarative, question, command atau perintah.secara lebih lanjut larson menjelaskan fungsi kalimat tanya yang tidak hanya berfungsi untuk menayakan informasi tertentu, tetapi mempunyai fungsi yang lain seperti menunjukan kemarahan, memberi saran, perintah dan sebagainya. Dalam hal ini Larson (1984) membuat klasifikasi kalimat tanya yaitu pertanyaan nyata atau real question dan pertanyaan restoris (rethoric question). Kalimat tanya retoris dikatakanya sebagai fungsi kedua dalam kalimat tanya, sedangkan real question adalah merupakan fungsi utama dari sebuah kalimat tanya. Di lain pihak, Larson mengungkapkan (1984) ada beberapa kalimat tanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
yang berkesesuaian antara daya ilokusi dan bentuk gramatikalnya. Sehingga kalimat tanya tidak hanya berfungsi sebagai kalimat yang menanyakan informasi tertentu tetapi mempunyai fungsi lain seperti menunjukkan kemarahan, memberi saran, perintah dan lain sebaginya. Dalam hal ini Larson membuat dua klasifikasi kalimat tanya yaitu pertanyaan nyata (real question) dan pertanyaan retoris (rethoric question). a) Pertanyaan nyata (Real question) Menurut Larson (1984:234) “the purpose of a real question is to ask information”. Real question digunakan untuk meminta informasi, seperti kalimat berikut: Where is your home? What time are you coming? Dua kalimat diatas, menggunakan bentuk kalimat tanya dan tujuan dari pembicara bermaksud menanyakan informasi tentang alamat dan waktu kedatangan. b) Pertanyaan retoris (Rethorical question) Di sisi lain menurut Larson (1984), rethoric question adalah kalimat yang bentuk atau susunan kalimat merupakan kalimat tanya tetapi juga tujuan dari penggunaan kalimat tersebut lebih sekedar mencari informasi. Pertanyaan retoris tampak seperti real question tetapi sebenarnya kalimat tersebut bukanlah suatu pertanyaan. Tujuan dari pertanyaan tersebut mungkin saja untuk menyampaikan perintah, marah dan sebagainya. Seperti pada contoh berikut: Why don‟t you wash the dishes? commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kalimat wash the dishes bukan suatu pertanyaan yang kuat sebagai kalimat perintah tetapi juga bukan suatu pertanyaan. Kalimat tersebut adalah sebuah saran, jawaban dari kalimat pertanyaan diatas adalah okay, I will. Jika why adalah kata tanya yang menanyakan informasi maka jawabanya adalah sebuah alasan, sebagai contoh jawaban di bawah ini: Because I‟m just too tired Rethorical question dalam bahasa inggris juga digunakan untuk menyatakan kemarahan. Larson (1984:235) memberikan contoh dengan kata tanya when yang digunakan untuk menunjukkan amarah. When are you empty the garbage? Kontek kalimat tersebut adalah seorang ibu yang marah terhadap anaknya karena sampah tidak segera dibuang. Ibunya menyuruh anaknya membuang sampah dan anak tersebut tahu bahwa itu merupakan kewajiban anaknya untuk membuang sampah. Ibu itu ingin menyampaikan rasa emosi kepada anaknya karena anaknya tidak segera menjalankannya. Kalimat tanya retoris menurut Larson (1984:236) terdapat beberapa fungsi yaitu kaimat tanya retoris yang berfungsi untuk menekankan fakta, kalimat tanya retoris yang digunakan untuk menyatakan prihatin atau ketidakpastian, kalimat tanya retoris yang digunakan untuk mengenalkan topik yang baru atau permulaan pembicaraan, kalimat tanya yang digunakan untuk menunjukan keterkejutan, kalimat tanya yang dugunakan untuk menunjukkan teguran atau desakan. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seperti kutipan yang dikemukakan oleh Larson yang membahas tentang fungsi dari rhetorical questions (Larson, 1984:237) “rhetorical questions are also used to make statement, to arouse thought or get attention, or to express attitudes of wonder, admiration, doubt, reproach, indignation, and other emotions”. Dalam hal ini. rhetorical questions juga digunakan membuat pernyataan untuk
menimbulkan
pemikiran
atau
mendapatkan
perhatian,
untuk
mengungkapkan sikap keheranan, kakaguman, keraguan, penyesalan, kemarahan, dan emosi-emosi yang lain. Menurut Mey (1993:254-256) mengemukakan fungsi kalimat tanya as orders or requests, enquiries double as advices, confessions that operate like hidden threats, trap questions and so on. Lebih jauh Mey menjelaskan bahwa kalimat tanya berfungsi sebagai meminta atau memerintah, menanyakan dengan tujuan sebagai nasehat, kalimat tanya yang fungsinya sebagai pengakuan, kalimat tanya jebakan dan lain sebagainya. Contoh dibawah ini merupakan fungsi kalimat tanya jebakan atau trap question: When did you stop beating your wife? Menjawab seperti pada kalimat tanya diatas, penanya harus menyakinkan dirinya sendiri dengan berbagai jawaban yang ada. Mungkin jawaban yang akan muncul dari si penutur akan seperti “I never had a wife” atau “but I‟m not in habit of beating anybody” atau “I never stopped because I never started”. Namun dalam kontek yang berbeda seperti dalam ruang persidangan atau dalam ruang investigasi jenis jawaban seperti ini akan lebih menekan si penjawab untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
berkata jujur, dikarenakan si penanya akan menanyakan dengan desakan yang lebih kuat lagi seperti “Just answer the question: When?” 2.4. Kalimat Tanya Bahasa Indonesia Kalimat tanya dalam tata baku bahasa Indonesia (Hasan alwi, 2003:357) secara formal ditandai dengan kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel kah sebagai penegas. Kalimat tanya ditandai dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat tanya digunakan untuk meminta jawaban “ya” atau “tidak” atau meminta informasi. Sesuai dengan fungsinya, kalimat tanya berfungsi tidak hanya untuk menanyakan informasi atau sekedar untuk bertanya akan tetapi pada konteks wacana tertentu dapat berfungsi permintaan atau yang lainya (Hasan Alwi,2003:337). Sedangkan menurut Chaer, kalimat tanya atau interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara verbal, jawaban ini dapat berupa pngakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (2009:189). Berdasarkan penjelasan tersebut menurut Chaer ciri utama kalimat interogatif dalam bahasa Indonesia adanya intonasi naik pada akhir kalimat. Bila ada intonasi, meskipun kalimatnya tidak lengkap, maka kalimat tersebut sudah sebagai kalimat interogatif atau tuturan yang mengemban fungsi menanyakan. Kemudian, semua tuturan yang berfungsi menanyakan (interogatif) menghendaki adanya jawaban, terutama jawaban lisan; meskipun kemungkinan jawaban dilakukan dalam bentuk tindakan. Contohnya tuturan berikut ini yang diujarkan oleh seorang ibu pagi hari kepada commit to user anaknya yang sudah harus segera berangkat sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
A: Kamu belum mandi, Nak? B: (tidak berkata apa-apa; melainkan langsung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi). (Chaer, 2010:79) Pada tata baku bahasa Indonesia (Hasan Alwi,2003:358) ada beberapa cara membentuk kalimat tanya dari kalimat deklaratif: 1. Menambahkan partikel penanya apa Contoh: Dia istri pak Bambang. Apa dia istri pak Bambang? Contoh kalimat diatas memerlukan jawaban “ya” atau “tidak” 2. Membalikan susunan kata dalam kalimat deklaratif, dengan beberapa kaidah yang perlu diperhatikan, antara lain: a. Jika dalam kalimat deklaratif terdapat kata seperti dapat, bisa, harus, sudah, dan mau, kata tersebut dapat dipindahkan ke awal kalimat dan ditambah partikel kah. a) Dia dapat pergi sekarang. b) Dapatkah dia pergi sekarang? Bentuk kalimat sedang, akan, dan telah umumnya tidak dipakai dalam bentuk kalimat seperti ini. b. Kalimat yang prediketnya nomina atau adjektiva urutan subjek dan prediketnya dapat dibalikkan dan kemudian partikel kah ditambahkan pada frasa yang telah dipindahkan ke muka. a) Masalah ini urusan pak Ali. commit to user b) Urusan pak Alikah masalah ini?
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
c. Jika prediketnya adalah verba taktransitif, ekatransitif, atau semitransitif, verba beserta objeknya atau pelengkapnya dapat dipindahkan ke awal kalimat dan kemudian ditambah partikel kah. a) Dia menangis kemarin. b) Menangiskah dia kemarin? 3. Dengan menggunakan kata bukan(kah) atau tidak (kah) Contoh: a. Dia sakit b. Dia sakit, bukan? c. Bukankah dia sakit? 4. Dengan mempertahankan urutan kalimatnya seperti kalimat deklaratif, tetapi mengubah intonasi menjadi naik. Contoh: a. Jawabanya sudah diterima? b. Dia jadi pergi ke Medan? 5. Memakai kata tanya apa, berapa, siapa, kapan, dan mengapa. Contoh: a. Dia mencari pak Zaed. b. Dia mencari siapa? a. Pak Tarigan membaca buku. b. Pak Tarigan membaca apa? a. Keluarga pak Guntur akan pindah ke Surakarta. b. Keluarga pak Guntur akan pindah kemana? 2.5. Kalimat Tanya dan Penerjemahan Pragmatik Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi memerlukan dua sarana commit to user penting yaitu sarana linguistik dan sarana pragmatik. Sarana linguistik berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
dengan ketepatan bentuk dan struktur bahasa, sedangkan sarana pragmatik berkaitan dengan kecocokan bentuk dan struktur dengan konteks penggunaanya. Pragmatik adalah studi tentang bahasa yang digunakan dalam komunikasi, yang mencakup salah satunya adalah aspek tindak tutur seperti yang dinyatakan Jacobs (1995:264) “the study of the speech acts is an important part of the field of pragmatics, which is concerned with how the context of an utterance affects the way the utterance is understood”. Bahwa tindak tutur merupakan aspek domain dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan bagian yang terpenting dalam pragmatik yang mengarah pada bagaimana konteks dari ucapan mempengaruhi ucapan tersebut sehingga bisa dimengerti. Austin dalam Kempson (1977:50) membagi tindak tutur menjadi tiga yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi merupakan tindakan untuk mengujarkan kalimat dengan makna tertentu. Ilokusi adalah tindakan untuk mengujarkan kalimat dengan daya tertentu seperti penutur bermaksud untuk menyatakan tindak pujian, kritik, persetujuan dan lain sebagainya. Sedangkan perlokusi merupakan pengaruh lanjutan yang terjadi pada pihak pendengar yang diinginkan oleh penutur, sehingga menyebabkan pendengar melakukan sesuatu atau ujaran. Pembahasan diatas, dapat ditarik garis besar bahwa pragmatik mengkaji tentang tindak tutur dimana dalam suatu tuturan tersebut terdapat beberapa jenis kalimat yang digunakan yaitu: kalimat deklaratif, kalimat tanya dan perintah. Seperti dikemukakan pendapat dari Larson (1984:234) mengenai daya ilokusi menyatakan bahwa daya ilokusi dalam kalimat tanya dibagi menjadi tiga yaitu: statement/ declarative, questions, command/ perintah. Jadi dapat disimpulkan commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa penerjemahan kalimat tanya lebih difokuskan pada daya ilokusi dimana tuturan tersebut merupakan pembahasan domain dalam ilmu pragmatik. Sedangkan pragmatik itu sendiri mempunyai peran dalam penerjemahan sebagai penyampai pesan atau informasi dalam Bsa yang sesuai dengan informasi yang terdapat dalam Bsu, dimana sudah disesuaikan dengan konteks budaya dan norma yang ada. Namun, beberapa kalimat tanya ada yang tidak berkesesuaian antara daya ilokusi dan bentuk gramatikalnya, sehingga mengakibatkan kalimat tanya tidak hanya berfungsi sebagai kalimat yang menanyakan informasi tertentu tetapi mempunyai fungsi yang lain yaitu pertanyaan real questions dan rhetoric questions (Larson, 1984). Lebih jauh Larson (1984) menyatakan bahwa seorang penerjemah dalam menerjemahkan kalimat tanya sebaiknya mempelajari fungsi dari rhetorical questions untuk memudahkan dalam menerjemahkan. Pada saat menerjemahkan, seorang penerjemah harus menentukan terlebih dahulu kalimat tanyanya apakah masuk dalam jenis real atau rhetorical questions, kemudian baru menentukan bentuk terjemahan sehingga makna yang sebenarnya dapat tertangkap. 3. Penerjemahan Subtitle 3.1. Definisi Subtitle Film merupakan tontonan berupa gambar bergerak dan bersuara. Saat ini film telah menjadi media hiburan sekaligus media komunikasi. Pada umumnya orang menonton film untuk mendapatkan hiburan (Gambier, 1998: 266). Melalui hiburan yang ditonton tersebut, sesungguhnya terjadi komunikasi antara pembuat dan penonton film.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berkaitan dengan perfilmman terdapat 2 istilah yaitu subtitling dan dubbing, yang mana keduanya merupakan sebuah proses hasil terjemahan yang berbentuk audio visual. Penerjemahan subtitling film banyak digunakan pada banyak video berbahasa asing karena terbukti lebih murah dibandingkan dubbing. Selain itu, subtitle lebih sering diminati oleh penonton dengan pendidikan yang lebih tinggi khususnya mereka yang memiliki pengetahuan budaya dan bahasa sumber (O‟Connel, 2007) Berikut ini merupakan beberapa pengertian subtitle yang dikutip dari http://accurapid.com/journal/32film: 1. Subtitled is printed translation dialogue in a foreign language movie, usually appearing at the bottom of the screen (Encarta Dictionary) 2. Subtitling can be defined as the transcription of
film or TV dialogue
presented simultaneously on the screen (Baker, 2001:274) 3. Subtitling is the translation of the spoken language (source language) of a television program or film into target language. The translated text usually appears in two lines at the bottom of the screen. (Bety White, 2008) Pengertian dan kesimpulan dari pernyataan diatas adalah: Subtitle merupakan hasil terjemahan dialog film berbahasa asing dan biasanya ditempatkan pada bagian bawah layar bioskop ataupun televisi atau bisa juga didefinisikan sebagai tulisan atau teks dari sebuah film atau dialog dalam acara televisi yang ditampilkan secara utuh dalam layar. Subtitle juga bisa diartikan sebagai hasil terjemahan dari dialog bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk yang sepadan dan biasanya berada di bagian bawah layar, commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perubahan teks tersebut dapat berarti luas, namun dapat memungkinkan penonton mencerna hasil terjemahan dengan baik mengingat perbedaan budaya bahasa akan mempengaruhi hasil terjemahan dan merubah makna dan informasi yang seharusnya disampaikan kepada penonton. Maka penerjemah harus jeli dalam mencari pedanan yang tepat dan sesuai. 3.2. Standarisasi Subtitle Subtitle yang baik harus memenuhi syarat singkat, padat, akan tetapi jelas dan bahasanya mudah dipahami oleh penonton. Schwarz (1996) menyebutkan bahwa subtitle yang baik terdiri dari dua baris kalimat yang ditulis di bagian bawah layar. Tiap barisnya tersusun atas tidak lebih dari 35 karakter yang sudah mencakup spasi dan waktu tampilanya pada layar berkisar antara 1-11 detik (http://accurapid.com/journal/22subtitles). Dengan batasan semacam itu, sudah barang tentu pada penerjemahan film jenis subtitle ini akan terjadi banyak seleksi dan reduksi informasi serta perubahan-perubahan pada tingkat kalimat dan pemilihan kata atau diksi, akan tetapi tanpa menghilangkan makna secara keseluruhan. Terdapat pula beberapa aturan-aturan tentang subtitling yang mengacu pada panduan subtitling untuk produksi subtitle program televisi di Eropa. Karamitroglou (1998) memaparkan aturan-aturan dalam standarisasi subtitling yang mengacu pada panduan subtitling untuk produksi program televisi di Eropa berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
1. Posisi pada layar: Teks ditempatkan pada bagian bawah layar sehingga tidak menutupi gambar. Baris terendah setidaknya seperdua belas dari total tinggi layar. Posisi teks berada di tengah bagian bawah. 2. Untuk segmentasi dan panjang baris: penempatan baris seharusnya proporsional antara baris atas dan bawah serta diusahakan agar memiliki panjang yang sama karena pemirsa terbiasa dengan teks berbentuk segi empat daripada berbentuk segitiga. 3. Jumlah baris: jumlah yang diperbolehkan maksimal dua baris teks per tayang dan menempati paling tidak dua per dua belas dari total tinggi layar. Jika hanya terdiri dari satu baris, hendaknya diletakkan di bagian bawah. 4. Jumlah karakter per baris: masing-masing baris berjumlah tak lebih dari 35 karakter huruf dan tanda baca untuk meminimalkan reduksi pesan. Baris yang sampai melebihi 40 karakter akan mempengaruhi legibility teks karena kemungkinan besar ukuran font harus diperkecil. 5. Durasi: penonton atau pemirsa berusia 14-65 dari kalangan sosial menengah dan berpendidikan baik memiliki kemampuan membaca dengan kecepatan rata-rata 150-180 kata per menit yang berarti sekitar dua atau tiga kata per detik. Dengan demikian, teks dua baris terdiri dari 14-16 kata yang membutuhkan waktu setidaknya 5, 5 detik. Sementara teks satu baris ratarata terdiri dari 7-8 kata dan membutuhkan sekitar 3,5 detik per tayang. 6. Tanda baca: tanda titik dipergunakan di setiap akhir ujaran karakter atau aktor yang berbicara. Tanda tanya (?) dan seru (!) digunakan untuk menunjukkan pertanyaan dan perintah, seruan yang dikatakan oleh aktor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
Sementara garis pemisah (-) diletakkan sebelum ujaran masing-masing aktor. Penanda ini umumnya digunakan untuk teks yang berbentuk dialog dan melibatkan lebih dari satu karakter atau aktor. Tanda garis miring (/) pun dapat digunakan untuk tujuan yang sama. 7. Bahasa lisan: idealnya, bahasa lisan diterjemahkan dengan gaya bahasa yang sama untuk mendapatkan efek yang sama, namun penggabungan kalimat atau ujaran perlu dihindari karena dapat mengganggu penonton atau pemirsa selama image reading. 8. Kategori faktor-faktor linguistik yang bisa dihilangkan: a. Padding expression, yaitu ekspresi yang hampir tidak memiliki muatan semantik dan kemunculannya bersifat fungsional untuk mempertahankan alur ujaran yang wajar. Contoh ekspresi ini antara lain; well, you know, as I say, dan sebagainya. b. Tautological cumulative adjectives/adverbs seperti; great big, super extra, teeny weeny yang mana kata pertama memiliki peran dalam penekanan dan bisa digabungkan menjadi satu kata yang sepadan menjadi huge, extremely, dan tiny. c. Responsive expression seperti yes, no, ok, please, thanks, thank you, atau sorry bisa dihilangkan dengan asumsi bahwa ungkapan-ungkapan tersebut telah dikenal luas oleh sebagian besar masyarakat dunia. Gottlieb (1998:247) menambahkan tentang jenis subtitling yang dilihat dari segi linguistik yaitu subtitle intralinguistik dan subtitle interlinguistik. commit to user Subtitle intralinguistik merupakan bentuk subtitle yang sesuai dengan bahasa
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aslinya dan banyak digunakan dalam program-program televisi lokal yang ditujukan kepada pemirsa yang memiliki gangguan pendengar dan sejenisnya, selain itu digunakan pula untuk program bahasa asing untuk pembelajar bahasa. Sedangkan subtitling interlinguistik adalah jenis subtitle yang mentransfer informasi lisan dalam bahasa asing kemudian dialihkan ke dalam bahasa sasaran sekaligus dalam bentuk teks sehingga terjadi perubahan mode dan bahasa. Subtitle interlinguistik melibatkan dua bahasa yaitu bahasa asli yang dituangkan dalam teks bahasa sasaran. Subtile
yang
ditinjau
dari
teknisnya
O‟Connel
(2007:125-126)
membedakannya menjadi dua, yaitu closed subtitling dan open subtiling. Closed subtitling bersifat optional
artinya teks bisa dimunculkan atau tidak sesuai
dengan keinginan pemirsanya. Biasanya subtitle jenis ini digunakan oleh penyandang tuna rungu sehingga dibuat dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Subtitle ini cenderung berbentuk sebuah ringkasan dengan beberapa penjelasan dibandingkan dengan subtitle biasa. Lain halnya dengan open subtitling, yang merupakan jenis subtitling pada umumnya yang banyak dijumpai pada film-film atau program televisi. Open subtiting merupakan jenis terjemahan dalam bentuk teks yang pemirsa tidak dapat menghilangkan teks tersebut, dengan kata lain teks tersebut muncul dan menyatu dengan film. 3.3. Sekilas Film Sherlock Holmes Sherlock Holmes diceritakan sebagai seorang detektif yang memiliki kemampuan dahsyat dalam memecahkan kasus apapun. Bahkan di dalam berbagai commit to user novelnya, ia dapat memecahkan sebuah kasus tanpa harus meninggalkan
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
rumahnya barang sejengkal saja. Dalam cerita, Sherlock Holmes ditemani oleh rekannya yang bernama DR. John H. Watson, dan bertempat tinggal di 221B Baker Street. Berkisah tentang awal penangkapan seorang penjahat bernama Lord Blacwood yang telah membuat kekacauan masyarakat London pada waktu itu. Banyak ditemukan peristiwa dan intrik yang dikemas secara apik oleh sang sutradara. Perusahaan paling bonafit dan terkemuka yaitu Warnner Bross Picture merupakan perusahaan yang memproduksi film ini. Film ini sendiri telah menjadi perbincangan hangat dikalangan pecinta film sejak baru direncanakan akan dibuat pada tahun 2008 lalu. Film ini disajikan dalam bentuk komedi aksi, jadi tidak akan dibuat jenuh akan pemecahan kasus yang serius, melainkan akan dibuat tertawa akan aksi unik sang detektif dalam memecahkan kasus-kasus yang rumit. 1. Penelitian yang Relevan Adapun beberapa penelitian terdahulu yang juga berhubungan dengan topik penelitian ini dan juga dijadikan sebagai sumber acuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Anik Nurhaniah (2008) dengan judul “Terjemahan Kalimat Tanya pada Percakapan di dalam Novel Remaja Dear No Body ke dalam Bahasa Indonesia”. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada jenis kalimat tanya saja, selain itu peneliti hanya melihat tingkat kesepadanan makna saja dari kalimat tanya, dengan demikian peneliti kurang menyentuh aspek yang lain seperti teknik penerjemahannya. Peneliti juga mengambil objek penelitian pada sebuah novel berjudul Dear No Body, di lain pihak, commit to user penulis akan meneliti tidak saja jenis-jenis kalimat tanya akan tetapi fungsi
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
kalimat tanya tersebut. Di samping itu, penulis juga meneliti teknik penerjemahan yang digunakan beserta dampaknya terhadap aspek keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan pada sebuah teks subtitle film berjudul Sherlock Holmes. 2. Penelitian yang lainya yang terkait dengan analisis teknik dan kualitas terjemahan adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Nur Kholifah (2010) dengan judul Analisis Teknik dan Kualitas Teks Subtitle Film My Mom‟s New Boyfriend. Pada penelitian ini, peneliti mengambil objek yang sama yang dilakukan oleh penulis yaitu sebuah subtitle film. Akan tetapi fokus dan target penelitian dari peneliti hanya membahas secara lebih terperinci tentang taknik juga kualitas yang terdapat pada film tersebut. 3. Masih terkait dengan objek penelitian yaitu berupa subtitle film adalah penelitian yang dilakukan oleh Putranti (2007) mengenai Kajian Terjemahan Tindak Ilokusi Ekspresif Dalam Teks Terjemahan Film American Beuty. Dalam penelitian ini hanya mengkaji tentang tindak tutur ilokusi yang mempunyai fungsi ekspresif. Fokus penelitian yaitu hanya mengkaji kesepadanan teks terjemahan tindak ilokusi ekspresif dan juga kebertrimaan, yang hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Anik Nurhaniah (2008) dengan fokus permasalahan yaitu mengkaji pada tingkat kesepadanan kalimat tanya saja. 4. Sumber acuan yang masih terkait dengan objek penelitian ini adalah penelitian dari Widiani (2010) yang membahas mengenai teknik, metode dan ideologi penerjemahan subtitle film „Leap Year‟ versi non-komersial dan commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
versi VCD resmi dan dampaknya pada kualitas terjemahan. Pada penelitian ini peneliti lebih jauh membahas tentang kualitas terjemahan menggunakan teori kontrastif dengan membandingkan dua sumber data yang berbeda dalam satu film yang sama. B. Kerangka Pikir Sebagai landasan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, dalam tesis ini, diperlukan adanya kerangka pikir untuk memberikan gambaran tentang alur pemikiran yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Langkah awal yang dilakukan peneliti yaitu dengan mengkaji film secara lebih mendalam, yang kemudian melakukan pemilahan data dalam jenis, fungsi kalimat tanya sekaligus penandaan teks yang mengandung teknik penerjemahan. Data yang telah terkumpul diberi kode berdasarkan bahasa sumber, bahasa sasaran, dan nomor urut. Data disusun dalam bentuk kuesioner untuk disebarkan kepada para informan guna memperoleh informasi berbentuk nilai mengenai kualitas terjemahan yang dihasilkan. Pembaca ahli akan menilai keakuratan dan keberterimaan terjemahan subtitle film Sherlock Holmes, sementara target audience akan menilai keterbacaan terjemahan dengan menonton dan memberi komentar mengenai keterbacaan terjemahan pada subtitle film tersebut. Untuk lebih jelasnya, alur pikir ini dapat dilihat pada gambar kerangka pikir berikut:
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kalimat tanya Bsu dalam subtitle
Penerjemah
Kalimat tanya Bsa dalam subtitle
Data kalimat tanya Dalam subtitle
Jenis dan fungsi kalimat tanya dalam subtitle
Teknik penerjemahan kalimat tanya dalam subtitle
Kualitas penerjemahan kalimat tanya dalam subtitle
Keakuratan
Keberterimaan
Rater
Gambar 2.3. Kerangka Pikir
commit to user
Keterbacaan
Respondent
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Pada penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dimana studi kasusnya sudah terpancang atau embeded research. Sutopo memperjelas bahwa pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan mampu memicu pemahaman yang lebih nyata dari sekedar sajian angka dan frekuensi (2006:40). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif karena data yang disajikan lebih bermakna dan dapat memberikan pemahaman yang nyata dibandingkan data berupa angka atau frekuensi. Jenis penelitian ini juga bersifat holistik serta lentur dan terbuka. Disebut holistik karena beragam permasalahan selalu dipandang tanpa melepas kondisi lain yang berada dalam konteksnya. Variabel sebab dan variabel akibat saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Desainnya bersifat lentur dan terbuka sebab penelitian dapat berkembang terus selama pengumpulan data di lapangan (Sutopo, 2006:38). Dengan kata lain, peneliti lebih menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap dan mendalam yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data. Kemudian penelitian ini akan mengumpulkan data, mendiskripsikannya dan menganalisanya secara mendalam. Penelitian ini disebut sebagai penelitian terpancang atau embedded research karena fokus penelitian, dalam hal ini berupa subtitling, telah ditentukan commit to user
49
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebelumnya (Sutopo, 2006). Bentuk rancangan penelitian ini adalah suatu studi kasus (case research) karena berusaha mendeskripsikan suatu latar, objek atau suatu peristiwa tertentu secara mendalam. Dikatakan sebagai studi kasus tunggal, merujuk pada Sutopo (2006:136), karena tidak ada usaha maupun pemikiran untuk melakukan generalisasi dan hasil penelitian selalu terikat pada kekhususan karakteristik konteks yang dipilih serta hanya terarah pada sasaran dengan satu karakteristik. Orientasi penelitian ini adalah produk atau karya terjemahan, yakni subtitle film. Penelitian ini juga termasuk ke dalam penelitian etnografi, dikarenakan sebuah film merupakan sebuah penggambaran dari kondisi sosial sebuah masyarakat yang kompleks dengan masing-masing kebudayaan yang berbedabeda, seperti yang dikemukakan Speardly (1980:16) bahwa berbagai perbedaan budaya dan cara berinteraksi orang-orang yang memiliki perpektif berbeda dapat diketahui melalui etnografi. Dari uraian diatas, maka penelitian ini memfokuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu penerjemahan kalimat tanya dengan fokus objek yang diteliti pada subtitle film dan terjemahannya. B. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks kalimat tanya pada film dan terjemahannya. Selain itu, data ditunjang oleh penelitian rater terkait dengan kualitas terjemahan. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
1. Dokumen Penelitian ini berupa dokumen transkip film Sherlock Holmes yang diproduksi oleh Wanner Bross Picture tahun 2009 beserta teks terjemahanya dalam Bahasa Indonesia yang terdapat dalam film tersebut dalam bentuk subtitle. 2. Informan yang terdiri atas rater dan responden (pemirsa) yang membantu penilaian kualitas terjemahan. Rater yang terlibat dalam penilaian keakuratan, sejumlah tiga orang, dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan, yaitu: a.
memiliki pengetahuan tentang penerjemahan dan/atau memiliki keahlian dalam bidang penerjemahan,
b.
menguasai tata Bahasa Inggris dan/atau Bahasa Indonesia dengan baik serta penggunaannya terutama terkait dengan subtitling,
c.
memiliki latar belakang pendidikan bahasa,
d.
bersedia terlibat dalam penelitian ini. Sedangkan rater untuk menilai tingkat keberterimaan dipilih sesuai
kriteria berikut ini: a.
memiliki pengetahuan tentang penerjemahan dan/atau memiliki keahlian dalam bidang penerjemahan,
b.
menguasai tata Bahasa Indonesia dengan baik serta penggunaannya
c.
memiliki latar belakang pendidikan bahasa,
d.
bersedia terlibat dalam penelitian ini. Responden (pemirsa) yang dilibatkan dalam penilaian keterbacaan
subtitle, sejumlah tiga orang, akan dipilih sesuai kriteria berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
a.
menguasai Bahasa Indonesia dengan baik,
b.
berusia 18 tahun keatas,
c.
menggemari film, dan belum pernah menonton film Sherlock Holmes.
C. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengetahui teknik penerjemahan dan kualitas terjemahan, maka dalam penelitian ini menggunakan tiga cara antara lain: A. Analisa Dokumen Dokumen tertulis dan arsip seringkali menjadi sumber data atau sumber informasi yang penting dalam penelitian kualitatif, oleh karena itu perlu dilakukan teknik mencatat dokumen ini untuk memperoleh beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan peneliti (Sutopo, 2006:81). Dalam melakukan analisis dokumen, langkah-langkah yang ditempuh ialah: a.
Mengamati VCD serial televisi Sherlock Holmes dan membaca subtitle yang terdapat di bagian bawah layar.
b.
Mencatat unsur-unsur dalam film, baik yang berbentuk audio maupun visual, yang tersaji sebagai subtitle dalam bahasa sasaran (Bahasa Indonesia) untuk kemudian dibandingkan dengan transkrip film dalam bahasa sumber (Bahasa Inggris).
c.
Mengidentifikasi jenis dan fungsi pragmatis kalimat tanya.
d.
Mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan.
e.
Melakukan analisis ketepatan, keberterimaan, dan keterbacaan data.
f.
commit to user Melakukan penilaian terhadap data yang telah dianalisis.
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kuesioner Dalam penelitian ini kuesioner bertujuan untuk mendapatkan data awal dalam memperoleh informasi mengenai kualitas terjemahan dari segi keakuratan, keterbacaan, dan keberterimaan terjemahan. Teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis, namun bentuk tertulis lebih sering digunakan (Sutopo, 2006). Selanjutnya dijadikan acuan dalam wawancara untuk memperoleh informasi lebih mendalam. Seperti yang ditegaskan oleh Sutopo (2006: 82), kuesioner terbuka (open-ended questionnaire) memungkinkan peneliti untuk memberi kesempatan pada informan agar dapat memaparkan alasan atau penjelasan, argumen, dan pernyataan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pada penelitian ini menggunakan kuesioner guna menggali data tentang tingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan subtitle yang didasarkan pada skala penilaian berdasarkan criteria penilian accurancy rating instrument (Nababan, 2004:61). Berikut adalah tabel skala penilaian kualitas terjemahan yang digunakan untuk mengukur tingkat keakuratan, keberterimaan serta keterbacaan dalam subtitle film Sherlock Holmes dari Nababan (2010): Tabel 3.1. Skala Penilaian Keakuratan Skala
Kategori
Indikator
3
Akurat
Pesan tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, tidak terjadi distori makna.
2
Kurang Akurat Pesan tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, namun terjadi distorsi makna, terjemahan makna ganda atau penghilangan makna.
1
Tidak Akurat
Pesan tidak tersampaikan secara akurat ke dalam to user bahasacommit sasaran.
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.2. Skala Penilaian Keberterimaan Skala
Kategori
Indikator
3
Berterima
Terjemahan terasa alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran.
2
Kurang Berterima
Terjemahan terasa kurang alamiah, terdapat sedikit bagian yang kurang sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran.
1
Tidak Berterima
Terjemahan tidak alamiah, tidak sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran.
Tabel 3.3. Skala Penilaian Keterbacaan Skala
Kategori
3
Tingkat
Indikator Terjemahan mudah dipahami oleh pemirsa.
Keterbacaan Tinggi 2
1
Tingkat
Terjemahan dapat dipahami, namun ada
Keterbacaan
bagian tertentu yang kurang dapat dipahami
Sedang
oleh pemirsa.
Tingkat
Terjemahan sulit dipahami oleh pemirsa.
Keterbacaan Rendah
C. Wawancara Wawancara dimaksudkan untuk meminta pendapat mengenai kualitas terjemahan pada subtitle yang meliputitingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Pada penelitian ini, wawancara akan dilakukan dengan informan yang telah dipilih secara selektif (purposive sampling) berdasarkan kriteria yang commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
telah disebutkan sebelumnya pada penjelasan mengenai data dan sumber data. Pelaksanaan
wawancara dilakukan
dengan
metode mendalam
(in-depth
interviewing). Sesuai dengan penjelasan dari Moleong (2000: 148), wawancara mendalam adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan maksud tertentu. D. Teknik Cuplikan Sutopo (2006:63) memberikan pemahaman bahwa teknik cuplikan adalah bentuk khusus atau merupakan proses bagi pemusatan sumber data yang mengarah pada seleksi. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang teknik cuplikannya cenderung berupa teknik acak (random sampling), teknik cuplikan dalam penelitian kualitatif lebih bersifat selektif karena cuplikan diambil bukan untuk mewakili populasi, namun informasinya. Teknik cuplikan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah purposive sampling atau criterion based sampling yang digunakan untuk menentukan sumber data maupun informan yang dipilih berdasarkan posisi dengan akses tertentu dalam kaitannya dengan informasi yang dibutuhkan dan dipastikan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Sumber data dalam penelitian ini adalah subtitle film Sherlock Holmes yang dipilih karena banyaknya animo dari masyarakat tentang film ini sebagai perwujudan dari sebuah karya novel terkenal yang ditulis oleh Sir Arthur Conan Doyle yang dipulikasikan pertama kali pada tahun 1885. Dari novel yang sudah bayak peminatnya, oleh perusahaan perfilman commit to userterkemuka di dunia yaitu Wanner
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
Bross Picture maka dirilislah film yang menceritakan tentang petualangan seorang detektif dengan kecerdikan dan kepandaian yang dimilkinya dalam memecahkan semua kasus yang ada. Dikarenakan film tersebut merupakan jenis film bergenre action, petualangan dan misteri dalam pemecahan suatu kasusu, maka banyak ditemukan jenis kalimat tanya dikarenakan sebuah investigasi yang banyak dilakukan dalam setiap adegan tersebut. Dari hasil pemilahan data, didapat berbagai jenis dan fungsi kalimat tanya yang kemudian diterjemahkan denga menggunakan teknik yang berbeda yang berdampak pada kualitas terjemahan dalam subtitle tersebut yang kemudian dijadikan sumber data dalam penelitian ini. E. Validitas Data Teknik triangulasi merupakan, teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yag digunakan sebagai pembanding terhadap data yang lain (Moeleong, 2000:17). Trianggulasi merupakan cara yang digunakan untuk meningkatkan validitas dari data dalam penelitian kualitaatif. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan 2 macam triangulasi yaitu tri angulasi sumber dan triangulasi metode. 1. Triangulasi sumber Peneliti diarahkan dalam mengumpulkan data dengan mengunakan beragam sumber data yang tersedia untuk mengali data yang sejenis (Sutopo, 2006:93). Penekanan sumber data merupakan hal penting dalam teknik ini. Data yang didapat berasal dari jenis sumber yang berbeda yaitu dokumen yang berupa teks asli (Bsu) juga teks terjemahan (Bsa) dan sejumlah informan. Sumber data commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dimaksud adalah dokumen (subtitle) dan informan yang terdiri dari rater dan responden. Berikut adalah skema triangulasi data dengan modifikasi. Analisis dokumen
Data
Dokumen/arsip
Rater
Kuesioner
Responden
Gambar 3.1. Skema Triangulasi Data (Sutopo, 2006 :96)
2. Triangulasi metode Dalam triangulasi metode pengunaan metode dalam pengumpulan data yang berbeda akan lebih memperjelas untuk memperoleh informasi dan dokumen. Terjemahan yang sumber datanya berupa informasi dan dokumen. Triangulasi metode tidak hanya berfungsi untuk memperoleh informasi, akan tetapi juga berfugsi untuk memastikan data yang terkait dengan kualitas terjemahan yang
ada pada sumber data. Triangulasi metode dapat
digambarkan sebagai berikut.
Kuesioner
Data
Informan
Wawancara Content Analysis
Dokumen/ arsip
Gambar 3.2. Triangulasi Metode (Sutopo,2006:96) commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Teknik Analisi Data Pada tahap ini, penelitian menggunakan teori Spreadly (1980) dengan menggunakan empat tahapan yaitu: 1. Analisis Domain Dalam tahap ini dilakukan pemilahan terhadap data dan bukan data, seperti contoh dibawah ini: Tabel 3.4. kalimat yang termasuk ke dalam data penelitian Bsu Bsa As a medical man, have you Sebagai pria medis, apakah kau enjoyed my work? menikmati hasil karyaku? What have you done to, Kali ini, apa yang kau lakukan pada Gladstone? Gladstone? Tabel 3.5. kalimat yang tidak termasuk ke dalam data penelitian Bsu Head cooked to the left Partial deafness in ear
Bsa Kepala miring ke kiri Tuli sebagian di telinga
2. Analisis Taxonomy Setelah mengelompokkan data berupa kalimat tanya, selanjutnya dilakukan tahapan taxonomy dengan mengklasifikasikan berdasarkan pendekatan yang digunakan Tabel 3.6. Klasifikasi Jenis, Fungsi dan Teknik Kalimat Tanya No Data Kalimat Tanya Bsu
003
have enjoyed
Jenis dan Teknik fungsi Penerjemahan Bsa kalimat tanya you Sebagai pria Yes-no Reduksi commit to user my medis, question
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
apakah kau menikmati hasil karyaku? What have you Kali ini, apa done to, yang kau Gladstone now? lakukan pada Gladstone? work?
017
Sindiran
Wh question Marah
Kreasi Diskursif
3. Analisis Komponen Pada tahap ini, data yang sudah dikelompokan berdasarkan jenis dan tekniknya maka selanjutnya dilakukan analisis tentang tingkat kualitasnya yang meliputi keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Tabel 3.7. Tabel Analisis Penilaian Kualitas Terjemahan No Data
003
Jenis dan fungsi kalimat tanya Yes-no question Sindiran
Teknik Keakurat penerjemahan an
Keberterima an
Keterbaca an
Reduksi
Kurang berterima
Tinggi
Kurang akurat
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tahap penelitian dilakukan melalui serangkaian sebagai berikut: 1. Menyaksikan film Sherlock Holmes dan mengulanginya beberapa kali sehingga dapat memahami keseluruhan cerita yang ada. 2. Mencari
transkrip
film
berjudul
Sherlock
Holmes
(http://www.subtitledsource.org.com) dari internet dan menyalin teks subtitled baik ke dalam Bsu maupun Bsa. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pemilihan data yang termasuk ke dalam jenis, fungsi kalimat tanya sekaligus penandaan teks yang mengandung teknik penerjemahan. 4. Data yang telah terkumpul diberi kode berdasarkan bahasa sumber, bahasa sasaran, dan nomor urut, sebagai contoh: Kode
: BSu/001
Keterangan
: Bsu : bahasa sumber 001 : nomor urut data
Kode
: BSa/001
Keterangan
: BSa : bahasa sasaran 001 : nomor urut data
5. Data disusun dalam bentuk kuesioner untuk disebarkan kepada para informan guna memperoleh informasi berbentuk nilai mengenai kualitas terjemahan yang dihasilkan. 6. Pemeriksaan validitas data dengan menganalisa data dari segi jenis, fungsi, teknik dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan teknik tersebut terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan. 7. Berdasarkan semua tahapan analisis yang telah dilakukan, dibuat suatu kesimpulan sebagai tahap akhir penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASANYA
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai temuan penelitian beserta pembahasannya yang terkait dengan masalah yang diteliti. Pada sub bagian pertama membahas mengenai temuan penilitian berupa: hasil analisis jenis-jenis kalimat tanya beserta fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya, dilanjutkan dengan pembahasan mendalam tentang teknik-teknik penerjemahan yang digunakan dalam kalimat tanya dan kualitas terjemahan kalimat tanya yang terdapat pada subtitle film Sherlock Holmes. Pada sub bagian kedua akan dibahas secara mendalam mengenai pemaparan dari dampak penggunaan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan pada subtitle. A. Temuan Penelitian 1.
Penggunaan jenis-jenis kalimat tanya dan fungsi pragmatis kalimat tanya. Pada bagian ini, mengetengahkan hasil analisis yang telah diambil dari
keseluruhan data yang berupa kalimat tanya, yang mana penulis telah memilahmilah data kalimat tanya dan memberikan nomer kode pada masing-masing kalimat tanya agar mudah menganalis data yang telah ada. Berdasarkan teori dari Quirk et al (1985:06) , jenis kalimat tanya terbagi menjadi tiga macam yaitu kalimat tanya Yes/no questions, Wh questions, dan Alternative questions. Sedangkan menurut Kirkpatrick (dalam Larson, 1984:237) commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
mengemukakan bahwa fungsi pragmatik dalam kalimat tanya tidak saja hanya menanyakan suatu informasi akan tetapi juga untuk mengungkapkan sikap seperti kekaguman, penyesalan, keraguan, kemarahan dan emosi-emosi yang lainya. Hal ini juga didukung dengan pendapat dari Larson (1984:234), mengenai fungsi kalimat tanya tidak saja hanya menanyakan suatu informasi melainkan terdapat beberapa fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya seperti halnya mengungkapkan rasa prihatin atau ketidakpastian, keterkejutan, desakan atau teguran. Pembahasan diatas, maka penulis menganalisa data yang telah ada dan mengkategorikan dengan membaginya berdasarkan jenis dan fungsi kalimat tanya. Hasil analis data mengenai pembahasan jenis dan fungsi pragmatis kalimat tanya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.1. Jenis dan fungsi Kalimat Tanya pada Subtitle film Sherlock Holmes No 1.
Jenis dan Fungsi Kalimat Tanya Jumlah Jenis Kalimat Tanya a. Yes-no question 56 18 Yes-no question dengan tobe Yes-no question dengan 11 modals 5 Tag question atau penegas 22 Declarative question b. Wh question 62 30 What 2 Where 2 Who 10 Why 13 How 3 When 2 Which commit to user c. Alternative question 3
Persentase 46,28% 14,87% 9,09% 4,13% 18,18% 51,23% 24,79% 1,65% 1,65% 8,26% 10,74% 2,47% 1,65% 2,47 %
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Fungsi Kalimat Tanya a. Real question b. Rhetoric question Sindiran Kemarahan Permintaan/ Request Trap/ Jebakan Ketidakpastian Penawaran/ offering Imperatif / perintah Nasehat/ advice Keterkejutan Kesedihan Jumlah Total
53 68 23 10 8 5 5 6 3 3 2 3 121 data
43,80% 56,19% 19,00% 8,26% 6,61% 4,13% 4,13 % 4,95% 2,47% 2,47% 1,65% 2,47% 100 %
1.1. WH question beserta fungsi Pragmatisnya Pembasan melalui tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan Jenis kalimat tanya lebih didominasi oleh jenis WH question, karena dalam percakapan yang terdapat pada film tersebut lebih cenderung bersifat interogasi, dimana percakapan lebih sering menggunakan kalimat tanya WH question untuk menanyakan suatu informasi atau bahkan menunjukkan kekesalan atau amarah semata. Terdapat 62 data (51,23 %) termasuk ke dalam jenis kalimat tanya WH question seperti tabel dibawah ini berikut beserta fungsi pragmatisnya : Tabel 4.2. Kalimat Tanya WH questions No Data
Fungsi Pragmatis
No Data
Fungsi Pragmatis
a. WHAT (tidak mengalami pergeseran d. WHY (tidak mengalami pergeseran fungsi Pragmatisnya) fungsi Pragmatisnya) Penggunaan kata „apa‟ sebagai padanan Penggunaan kata “mengapa” sebagai padanan 010 Mengeluh 005 Menyindir 017 Mencemaskan 038 Bertanya/ Real 023 Meminta 043 Menyindir 026 Bertanya 072 Menyesal 027 Bertanya 075 Menyesal commit to076 user 029 Menantang Meragukan 045 Menyindir 094 Meminta
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
046 048 050
Menyindir Bertanya/ Real Bertanya/ Real
095 Bertanya/ Real 098 Bertanya/ Real Penggunaan kata “bagaimana” sebagai padanan 051 Menghina 108 Memaksa 052 Bertanya/ Real e. HOW (tidak mengalami pergeseran fungsi Pragmatisnya) 054 Bertanya/ Real Penggunaan kata “apa” sebagai padanan 057 Bertanya/ Real 033 Menyindir 063 Bertanya/ Real Penggunaan kata “berapa” sebagai padanan 078 Menyindir 037 Menyindir 086 Bertanya/ Real 087 Menyindir 096 Bertanya/ Real 110 Bertanya/ Real 097 Bertanya/ Real 116 Bertanya/ Real 104 Bertanya/ Real Penggunaaan kata “dimana” sebagai padanan 105 Menyesal 059 Bertanya/ Real 113 Bertanya/ Real Penggunaaan kata “Bagaimana” sebagai padanan 115 Bertanya/ Real 004 Bertanya/ Real 117 Bertanya/ Real 028 Bertanya/ Real Penggunaan kata “bagaimana” sebagai 079 Menyangkal padanan 022 Menawarkan 088 Bertanya/ Real 056 Bertanya/ Real 121 Bertanya/ Real 065 Bertanya/ Real Penggunaaan kata “mengapa” sebagai padanan 067 Menantang 074 Bertanya/ Real 090 Menyarankan/ Menasehati f. WHERE (tidak mengalami pergeseran fungsi Pragmatisnya) Perubahan bentuk menjadi kalimat tanya Penggunaaan kata “dimana” sebagai deklaratif padanan 084 Menantang 002 Bertanya/ Real b. WHEN (tidak mengalami pergeseran 101 Bertanya/ Real fungsi Pragmatisnya) Penggunaan kata “kapan” sebagai g. WHICH (tidak mengalami pergeseran padanan fungsi Pragmatisnya) 006 Bertanya/ Real Penggunaaan kata “mana” sebagai padanan 080 Menyangkal 091 Bertanya/ Real 081 Menyangkal 092 Bertanya/ Real c. WHO (tidak mengalami pergeseran JUMLAH fungsi Pragmatisnya) Penggunaan kata “siapa” sebagai padanan Real question : 35 data 040 Bertanya/ Real Retoris question : 25 data 102 Bertanya/ Real
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada penelitian ini, terdapat pula terjemahan pada Bsa yang tidak semua diterjemahkan menjadi kata tanya dalam Bahasa Indonesia akan tetapi ada pula perubahan bentuk menjadi kalimat tanya deklaratif, seperti halnya pada jenis kalimat tanya yang diawali dengan „What‟ pada data 084. Peletakkan kalimat tanya pada kalimat Bsa sangat bervariasi, tidak selalu diletakkan di depan seperti halnya Bsu. Untuk terjemahan kalimat tanya pada Bsa juga sangat bervariasi dan tidak monoton diterjemahkan sesuai dengan artinya, meskipun demikian terjemahan pada Bsanya sudah disesuaikan dengan kaidah atau aturan yang terdapat dalam Bahasa Indonesia. Fungsi pragmatisnya, terdapat 6 jenis fungsi pada kalimat tanya jenis WH question yaitu : mengungkapkan sebuah sindiran dengan data berjumlah 12, mengekspresikan rasa kemarahan sebanyak 7 data, dan 6 data untuk mengungkapkan rasa mengeluh, menantang, menyindir, menyesal, menyarankan dan juga menasehati pada setiap masing-masing data. Meskipun terdapat perubahan bentuk dan jenis kalimat tanya dalam Bsanya namun tidak ditemukan pergeseran fungsi pragmatis pada jenis kalimat tanya WH question, hal ini disebabkan fungsi pragmatis dalam kalimat tanya tersebut dapat mempengaruhi penyampaian isi pesan pada Bsa jadi tidak tersampaikan. Dapat disimpulkan bahwa jumlah keseluruhan data adalah 60 data yang mana berdasarkan fungsinya data tersebut terbagi menjadi 2 yaitu kalimat tanya real question dengan jumlah 35 data dan kalimat tanya retoris dengan jumlah 25 data.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.2. Yes-no question beserta fungsi Pragmatisnya Jenis kalimat tanya yang kedua adalah Yes-no question dengan data berjumlah 56 data (46,28 %) dari keseluruhan data yang ada, dimana masingmasing fungsi kalimat tanya tidak hanya berfungsi sebagai kalimat tanya dengan jawaban ya atau tidak saja akan tetapi juga berfungsi untuk mengungkapkan rasa emosional dari penutur. Sama seperti kalimat tanya WH question juga terdapat pula perubahan jenis kalimat tanya itu sendiri. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan jenis beserta fungsi pragmatis yang terkandung pada kalimat tanya Yes-no question: Tabel 4.3. Kalimat Tanya Yes-no questions No Data Fungsi Pragmatis No Data Fungsi Pragmatis a. Tobe / auxilaries (tidak mengalami c. Declarative (tidak mengalami pergeseran fungsi Pragmatisnya) pergeseran fungsi Pragmatisnya) Penggunaan kata “apa/ apakah” sebagai 001 Menyindir padanan 003 Menantang 008 Meragukan 016 Menyindir 013 Mengeluh 021 Meragukan 015 Menawarkan 030 Menawarkan 018 Menekan 044 Menyindir 019 Menekan 053 Bertanya/ Real 020 Menekan 066 Menyangkal 024 Menyakinkan 068 Menantang 025 Menyakinkan 070 Bertanya/ Real 031 Meragukan 099 Menantang 032 Menawarkan 100 Bertanya/ Real 034 Menyindir 106 Bertanya/ Real 041 Bertanya/ Real 107 Menyindir 042 Memerintah 112 Menekan 058 Menyindir Penggunaan kata “bukan” sebagai 060 Bertanya/ Real padanan 014 Menyarankan/ Menasehati 062 Menyindir Perubahan bentuk menjadi kalimat tanya 077 Ketidak pastian deklaratif 069 Bertanya/ Real Menekan commit to083 user 082 Meragukan 085 Bertanya/ Real
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
118 Bertanya/ Real b. Modals (tidak mengalami pergeseran fungsi Pragmatisnya) Penggunaan kata “bisa/ bisakah/ boleh” sebagai padanan 012 Meminta
103 Bertanya/ Real Perubahan bentuk menjadi kalimat tanya penegas 055 Bertanya/ Real
d. Tag/ Penegas (tidak mengalami pergeseran fungsi Pragmatisnya) 049 Meminta Penggunaan kata “bukan/ partikel -kah” sebagai padanan 061 Meminta 007 Bertanya/ Real 120 Meminta 009 Bertanya/ Real Penggunaan kata “apa” sebagai padanan 089 Bertanya/ Real 011 Meminta 111 Bertanya/ Real 071 Menawarkan Perubahan bentuk menjadi kalimat tanya deklaratif Perubahan bentuk menjadi kalimat tanya 047 Bertanya/ Real deklaratif 036 Mengajak JUMLAH 064 Menawarkan 073 Menawarkan Real question : 17 data 093 Bertanya/ Real Penggunaan kata “bukan” sebagai Retoris question : 39 data padanan 119 Meminta
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan mengenai pembagian jenis kalimat tanya Yes-no question terbagi menjadi 4 kategori yaitu yes-no question dengan tobe/ auxilaries, modals, tag question/ penegas dan declarative question, yang masing-masing jenis tersebut juga memiliki fungsi pragmatis yang berbeda. Penggunaan padanan pada terjemahan Bsanya sangatlah bervariasi, tidak hanya itu, banyak pula terdapat perubahan jenis kalimat tanya itu sendiri menjadi bentuk kalimat tanya deklaratif bahkan penegas, hal ini dapat dilihat dari setiap jenis kalimat Yes-no question. Sama halnya dengan jenis kalimat tanya WH question yang peletakannya bervariasi, begitu pula dengan peletakkan kalimat tanya Yes-no question pada terjemahan Bsanya. commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dilihat dari segi fungsi pragmatisnya, fungsi retoris lebih banyak jumlahnya dari pada fungsi real atau sebenarnya. Hal ini disebabkan, banyaknya kalimat tanya yang dilontarkan si penutur dengan tujuan tidak saja memperoleh informasi semata dan jawaban yang dihasilkannyapun tidak lantas berupa kata „ya atau tidak saja‟ akan tetapi ungkapan yang lebih mendalam seperti sebuah sindiran atau kemarahan balik dari si penutur dalam menyampaikan pesan. Terdapat
39
data
yang
masing-masing
berfungsi
sebagai:
ungkapan
menyampaikan rasa menekan pada lawan tutur dengan tujuan untuk memperoleh jawaban yang sebenarnya dari lawan bicaranya, ungkapan rasa meminta dan menawarkan, dan ungkapan perasaan lain seperti mengeluh, menantang lawan bicaranya, menyindir, meragukan, menyangkal dan juga mengajak. Sama halnya dengan fungsi pragmatis WH question, dalam tabel diatas tidak ditemukan pergeseran fungsi pragmatis dari Bsu ke dalam Bsa karena hal ini akan mempengaruhi penyampaian isi pesan. 1.3. Alternative question beserta fungsi Pragmatisnya Jenis kalimat tanya yang terakhir adalah alternative question, dengan prosentase data terkecil diantara data yang sudah ada. Hanya terdapat tiga kalimat saja dengan jumlah prosentase sebanyak 2,47 %. Berdasarkan teori dari Jacobs (1995:263) susunan kalimat tanya alternatif question biasanya menggunakan kata sambung “or”. Dari teori tersebut, terdapat data kalimat tanya yang ditemukan dengan menggunakan kata sambung “or” seperti pada tabel di bawah ini: commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4. Kalimat Tanya Alternative questions No Data
Fungsi Pragmatis (tidak mengalami pergeseran fungsi Pragmatisnya) 109 Bertanya/ Real Penggunaan kata “apa” sebagai padanan 035 Menyindir 039 Menyindir Dari tabel diatas penggunaan kata “apa/apakah” dipakai sebagai padanan dalam Bsanya, sedangkan pada data 109 tidak diawali dengan penggunaan kata tanya dalam Bsanya, sedangkan jenisnya lebih cenderung pada kalimat tanya deklaratif dengan penggunaan kata sambung “atau” dalam terjemahanya. Fungsi pragmatis pada data diatas tidak terdapat pegeseran dan terbagi menjadi 2 fungsi, 1 data berfungsi sebagai kalimat tanya real atau sungguhan dan 2 data berfungsi untuk mengungkapkan sindiran dari si penutur. Kalimat tanya alternative question biasanya digunakan karena si penutur tidak sabar dengan lawan bicaranya yang tidak segera memberikan jawaban yang diinginkan, seperti pada contoh data no 035, dimana Holmes menyindir dengan keras kepada Irene tentang asal mula kalung permata yang dipakainya. Holmes merasa yakin bahwa kalung yang dipakainya adalah hasil curian dari seorang raja yang merasa kehilangan. Dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa kalimat tanya tidak hanya berfungsi untuk menyakan suatu informasi semata akan tetapi juga memilki fungsi-fungsi pragmatis seperti ungkapan emosianal dari si penutur kepada lawan bicaranya. Begitu pula dengan jenis kalimat tanya, terutama pada jenis kalimat tanya yes-no question dimana jawaban yang dituturkan tidak hanya berupa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
jawaban ya atau tidak saja, akan tetapi juga memiliki variasi jawaban yang berbeda. Dari pemilahan dan pembahasan kalimat tanya diatas terdapat pula terjemahan kalimat tanya yang dalam Bsanya dihilangkan atau terdapat pula penambahan informasi-informasi dengan pergeseran unsur-unsur linguistik baik itu secara struktural maupun kontekstual. Oleh sebab itu, hal-hal seperti ini mendasari penulis untuk meneliti lebih jauh lagi tentang penggunaan teknik penerjemahan dalam kalimat tanya yang terdapat pada data-data diatas. Hal ini juga akan mempengaruhi kualitas terjemahan yang dihasilkan. 2. Teknik Penerjemahan Terkait dengan pembahasan diatas mengenai jenis dan fungsi kalimat tanya, bahwa kalimat tanya yang terdapat pada bahasa sumber tidak mesti diartikan sama ke dalam bahasa sasaran. Terdapat pula perubahan makna dan penambahan kalimat yang diterjemahkan lain ke dalam bahasa sasaran dengan tujuan agar lebih mudah dimengerti oleh pemirsa. Dari kilasan diatas, maka penulis akan lebih jauh membahas mengenai teknik-teknik yang digunakan oleh si penerjemah dalam menerjemahkan khususnya pada kalimat tanya diatas. Dalam penelitian ini juga diperkuat dengan menggunakan teori yang berasal dari teori Molina dan Albir (2002) yang merupakan dasar acuan untuk mengidentifikasi data-data mengenai teknik penerjemahan yang digunakan dalam subtitle film Sherlock Holmes. Terdapat 12 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan subtile film ini. Selain itu, ditemukan pula lebih dari satu penggunaan teknik yang commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diterapkan pada sebuah ujaran. Berikut merupakan tabel yang berisi tentang penggunaan macam-macam teknik beserta frekuensi pemakaianya. Tabel 4.5. Penggunaan Teknik dan Frekuensi Pemakaianya No Teknik 1. Literal 2. Transposisi 3. Linguistik Kompresi 4. Linguistik Amplifikasi 5. Modulasi 6. Amplifikasi 7. Reduksi 8. Partikulasi 9. Peminjaman 10. Padanan lazim 11. Kreasi diskursif JUMLAH
Jumlah 36 20 11 10 9 9 8 6 5 4 3 121 data
Prosentase 29,75 % 16,52 % 9,09 % 8,26 % 7,43 % 7,43 % 6,61 % 4,95 % 4,13 % 3,30 % 2,47 % 100 %
2.1. Teknik Literal Penerjemahan literal atau sering juga disebut dengan penerjemahan harfiah
merupakan
jenis
penerjemahan
yang
dilakukan
dengan
cara
menerjemahakan kata demi kata. Teknik ini mempersyaratkan pemadanan leksikal yang masih terikat dengan Bsu tetapi susunanya leksikal yang membentuk suatu ungkapan sudah disesuaikan dengan kaidah Bsa. Berdasarkan dari tabel diatas, penerjemahan literal menduduki prosentase terbanyak dari teknik penerjemahan yang lainya. Terdapat sekitar 36 data (29,75 %) dari keseluruhan data kalimat tanya yang ada, berikut ini beberapa contoh penerjemahan literal yang telah diambil dari data yang ada: commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6. Contoh Penggunaan Teknik Literal No Data 006 012 015
Bsu When you moving in? Oh. Can I see that? Tea, Mr. Holmes?
Bsa Kapan kau pindah? oh. Bisa aku melihat itu? Teh, tuan Holmes?
Dari tabel diatas tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata yang membentuk frasa-frasa sangat terikat dengan Bsunya tetapi susunanya sudah disesuaikan dengan susunan kata dalam frasa Bahasa Indonesia. Kalimat tanya yang didahului dengan Wh question dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question dari Bsu juga diartikan sama ke dalam Bsa, begitu pula dengan kalimat tanya yes-no question menggunakan modal pada data 012 yang memiliki fungsi pragmatis bertanya atau real question dengan tujuan untuk memperoleh jawaban dari lawan tuturnya dan kalimat tanya declarative dengan fungsi kalimat untuk menawarkan minuman dari si penutur yang terdapat pada data 015 juga diartikan secara kata demi kata dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam terjemahanya. Sehingga dengan penggunaan teknik literal ini, diharapkan mampu menghindari distorsi makna dan mampu mencapai keberterimaan terjemahan. 2.2. Teknik Transposisi Transposisi merupakan salah satu teknik yang banyak digunakan setelah teknik penerjemahan literal. Teknik kedua ini digunakan dengan cara merubah susunan secara gramatikal agar hasil terjemahan lebih berterima. Terdapat 20 data commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan prosentase 16,52 % dalam penggunaan teknik ini. Teknik Transposisi dapat ditemukan pada contoh tabel dibawah ini: Tabel 4.7.Contoh Penggunaan Teknik Transposisi No Data 022 033 056
Bsu What about a complete stranger? How can I help? What of the coffin?
Bsa Bagaimana dengan orang asing? Apa aku bisa membantumu? Bagaimana degan peti matinya?
Dari tabel diatas, terdapat perubahan kelas kata dari Bsu ke Bsa dimana kalimat tanya pada Bsu yang diawali dengan Wh questions yang kemudian oleh penerjemah dicarikan padanan yang berbeda dari Bsa agar hasil terjemahan yang dihasilkan lebih bisa diterima dan terasa alami. Dalam proses penerjemahan, penerjemah selalu berusaha mendapatkan unsur bahasa sasaran yang sepadan dengan bahasa sumbernya agar dapat mengungkapkan pesan yang sama dalam teks sasaran. Fungsi pragmatis pada contoh kalimat tanya diatas
sebagai
ungkapan menawarkan diri untuk ditebak identitas personalnya (022), ungkapan sindiran yang dilontarkan si penutur (033) dan kalimat tanya real untuk menanyakan keadaan peti mati pada saat kejadian berlangsung (056) yang kesemuanya diterjemahkan tidak disesuaikan dengan padanan kalimat tanya pada Bsanya. Dengan penyesuaian secara gramatikal pada terjemahan Bsanya menjadikan terjemahan kalimat tanya diatas tidak terasa kaku dan alamiah dengan perubahan yang sudah disesuaikan terlebih dahulu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
2.3. Teknik Kompresi Linguistik Pada penggunaan teknik ini terdapat 11 data dengan prosentase 9,09 % dari total data yang ada. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik linguistik Amplifikasi dimana teknik ini digunakan dengan cara mensintasis elemen linguistik yang ada menjadi lebih sederhana. Tebel dibawah ini merupakan contoh dari penggunaan teknik Linguistik Kompresi: Tabel 4.8.Contoh Penggunaan Teknik Kompresi Linguistik No Data 026 047 050
Bsu What the hell's going on here, Charlie? That's no consequence to you really, is it Watson? Don't move! Now, what have we got here?
Bsa Apa yang terjadi, Charlie? Itu bukan urusanmu lagi kan Watson? Jangan bergerak! Apa ini?
Pada data-data diatas dapat dilihat bahwa terdapat pemadatan kalimat tanya dari Bsu yang kemudian diterjemahkan lebih sederhana ke dalam Bsa. Meskipun terdapat beberapa pengurangan kata atau perubahan elemen pada kalimat diatas, akan tetapi hasil terjemahan Bsanya tetap mudah dimengerti tanpa mengubah jenis kalimat tanyanya yaitu kalimat tanya WH question dan taq question besrta fungsi pragmatisnya. Dengan adanya pemadatan pada Bsanya menjadikan terjemahan lebih berterima dan lebih pendek dalam penulisanya sehingga tidak melanggar aturan dalam subtile yaitu dalam satu baris subtitle maksimum terdiri dari 40 karakter, termasuk spasi dan tanda bacanya. Pada data 026 dengan fungsi pragmatis bertanya yang diucapkan oleh inspektur Lestrade commit to user pada bawahanya, penerjemah berusaha mencarikan padanan yang sudah biasa
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipergunakan pada Bsa sebagai padanan kalimat untuk menanyakan suatu kondisi. Sedangkan pada data 047 dan 050 dengan fungsi pragmatis yang sama untuk menanyakan informasi pada lawan tuturnya, penerjemah menerjemahkanya lebih ringkas dan padat guna mendapatkan hasil terjemahan yang lebih berterima dan mudah ditangkap makna yang akan disampaikan pada pemirsa. 2.4. Teknik Amplifikasi Linguistik Teknik ini merupakan teknik yang berlawanan dengan teknik linguistik kompresi, dimana teknik ini digunakan dengan menambahkan unsur-unsur linguistik agar pesan yang disampaikan lebih berterima. Terdapat 10 data dengan prosentase 8,26 % yang menggunaan teknik ini. Berikut contoh dari penggunaan teknik linguistik aplifikasi: Tabel 4.9. Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi Linguistik No Data 036 070
Bsu
Bsa
Shall we? Do you have my cut?
071
Should I look after it for you?
kita minum sekarang? Apa kau membawa potonganku dari pertarunganmu? apa aku sebaiknya menyimpan sisa uangmu itu?
Jenis kalimat tanya yang diawali dengan modals dengan fungsi pragmatis sebagai ungkapan ajakan dari si penutur yaitu Irene pada data 036, diterjemahkan ke dalam Bsa diterjemahkan menjadi „Kita minum sekarang?‟ merupakan bentuk terjemahan yang meskipun mengalami banyak perubahan secara struktural, dengan penambahan unsur-unsurcommit linguistik to userpada Bsanya akan tetapi secara
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kontekstual arti dan makna terjemahan terasa lebih berterima dikarenakan disesuaikan dengan situasi yang ada pada waktu kejadian itu berlangsung. Penambahan unsur-unsur linguistik pada terjemahan Bsa juga bisa menjadikan terjemahan Bsa menjadi lebih rinci dan jelas namun juga bisa mempengaruhi ketidaktepatan dalam penyampaian pesan seperti pada data 070, dimana “my cut” diterjemahkan menjadi “potongan dari pertarunganku” menimbulkan distorsi makna, sehingga pesan jadi tidak terasa ilmiah dan kaku. Penerjemah menambahkan informasi yang kurang terperinci sehingga menimbulkan kerancuan pada makna yang disampaikan. Sebaliknya untuk data 071 dengan fungsi pragmatis menawarkan diri yang diungkapkan oleh si penutur yaitu Holmes pada lawan tuturnya Watson, penerjemah memcarikan padanan yang sesuai sehingga menghasilkan terjemahan yang tidak kaku, kata „look after it for you‟ diartikan ke dalam Bsa menjadi „menyimpan sisa uangmu itu‟ menjadikan terjemahan menjadi lebih berterima dan pesan yang disampaikan mudah ditangkap oleh pemirsa. 2.5. Teknik Modulasi Merupakan sebuah teknik penggantian sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam teks Bsu, bisa dalam tataran leksikal maupun struktural. Pada penggunaan teknik ini hanya terdapat 9 data (7,43 %) dari total keseluruhan data. Penggunaan teknik modulasi dapat ditemukan seperti contoh pada tabel dibawah ini: commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.10.Contoh Penggunaan Teknik Modulasi No Data 031 032 045
Bsu So that's, no to the opera then? Care to come along? What she after, anyway?
Bsa Jadi kau tidak mau pergi ke opera? kamu mau ikut? Apa yang dia inginkan?
Dari contoh tabel diatas terdapat penggantian sudut pandang yang diterjemahkan berbeda ke dalam bsa. Pada data 031, dengan fungsi pragmatis meragukan, ujaran tersebut memiliki arti mengulangi kembali sebuah ajakan yang diutarakan Holmes kepada Watson. Holmes merasa tidak yakin dengan keputusan Watson. Penerjemah menerjemahkannya dengan pergantian sudut pandang menjadi terjemahan yang mudah dimengerti dan difahami oleh pemirsa. Contoh lainya adalah pada data no 032, dengan fungsi pragmatis menawarkan ajakan pada Watson, dalam terjemahan Bsa dirasa lebih mudah dimengerti dan difahami meskipun terdapat perbedaan terjemahan akan tetapi tidak merubah pesan yang disampaikan. Beda halnya dengan data 045, dimana fungsi pragmatisnya untuk mengungkapkan rasa menyindir dari Watson pada Holmes. Pada kata “after” diterjemahkan menjadi “inginkan”, dengan perubahan sudut pandang dari Bsunya, maka terjemahan yang dihasilkan mempunyai dampak yang positif terhadap penggunaan teknik ini, terjemahan yang dihasilkan terasa lebih berterima dan lebih alamiah. Sehingga penggunaan teknik ini dirasa lebih tepat karena mencari fokus sudut pandang yang lebih mudah diterima dalam Bsanya akan terasa lebih mudah dimengerti dan difahami oleh penontonya. commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.6. Teknik Amplifikasi Teknik Amplifikasi digunakan jika diperlukan tambahan informasi atau parafrase yang eksplisit yang tidak terdapat dalam BSu guna mempermudah penyampaian pesan. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik kompensasi dengan data 9 jenis kalimat tanya prosentase sebanyak (7,43 %). Dibawah ini adalah contoh dari penggunaan teknik amplifikasi: Tabel 4.11.Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi No Data 041 054 106
Bsu You remember the Grand? What's the major concern? Aren't you--?
Bsa kau ingat hotel Grand? Apa kekhawatiran utama kalian? Apa kau tidak pergi...?
Bagan data diatas terdapat beberapa unsur penambahan yang terdapat pada Bsa, masing-masing penambahan informasi pada Bsa membuat hasil terjemahan lebih mudah difahami dan dimengerti oleh pembacanya seperti pada contoh data 041, dengan fungsi pragmatis untuk bertanya, dimana terdapat penambahan informasi pada Bsa yaitu pada kata „Hotel‟, dengan adanya penambahan kata tersebut menjadikan pesan dalam Bsa terasa lebih akurat lagi karena pemirsa akan merasa terbantu dengan penambahan kata “hotel” di depan kata “Grand”, tidak semua pemirsa faham apa arti kata “Grand” sehingga dengan adanya penambahan informasi ini menghasilkan terjemahan yang lebih berterima lagi. Sedangkan fungsi pragmatis yang sama yaitu untuk menanyakan informasi dari lawan penutur yaitu pada data 054, terdapat penambahan subjek pada Bsa yaitu “kalian”, yang menjadikan terjemahan terasa lebih tepat dan lebih rinci, ini commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimaksudkan agar pembaca lebih mudah lagi dalam merangkai satu kesatuan cerita pada film tersebut. Pada data 106, dimana pada Bsu terdapat penghilangan kata akan tetapi hasil terjemahan Bsanya terdapat penambahan kata kerja „pergi‟. Penambahan kata “pergi” pada Bsa didasarkan dengan adegan pada film tersebut, hal ini didukung dengan sebuah permintaan dari Holmes untuk Irene dan Watson agar cepat pergi dari tempat ia bersembunyi sedangkan ia tetap tinggal di tempatnya sehingga muncullah sebuah pertanyaan dari Watson yang kemudian dalam Bsanya, penerjemah menambahkan kata “pergi”. Dengan adanya penambahan kata menjadikan pesan yang disampaikan lebih detail dan lebih komplit lagi sehingga pemirsa tidak mengalami kesulitan dalam menangkap isi pesan tersebut. 2.7. Teknik Reduksi Teknik reduksi lebih menekankan pada pengurangan item informasi dalam Bsa, teknik ini merupakan kebalikan teknik amplifikasi. Sama halnya dengan teknik amplifikasi, teknik reduksi juga hanya terdapat 8 data atau sebanyak 6,61 % saja dari total keseluruhan data yang ada Beberapa penggunaan teknik ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.12.Contoh Penggunaan Teknik Reduksi No Data 003 009 046
Bsu have you enjoyed my work? He wont be moving with you, will he? What could she possibly need? commit to user
Bsa apa kau menikmatinya? Tidak akan pindah bersamamukan? Apa yang dia butuhkan?
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penghilangan objek pada data Bsa 009 dengan fungsi pragmatis untuk menanyakan sebuah informasi atau jawaban dan kata “possibily” pada data 046, dengan fungsi pragmatisnya untuk mengungkapkan rasa sindiran yang diutarakan Watson pada Holmes, tidak membuat pesan menjadi rancu dan membingungkan hal ini dilakukan untuk memadatkan kalimat agar menjadi lebih ringkas dan dapat sekali baca sesuai dengan kaidah penulisan subtitle pada film. Teknik ini biasanya digunakan karena informasi yang dihilangkan dianggap tidak terlalu penting dan mempengaruhi dalam penyampaian pesan, sedangkan pada percakapan tersebut terdapat konflik yang juga membutuhkan kecepatan membaca oleh pembaca. Sehingga penerjemah lebih memprioritaskan untuk terjemahan yang lainnya. Penghilangan unsur teks Bsu dari Bsa dapat pula dilakukan untuk menghindari pengulangan kata yang sama, oleh sebab itu penghilangan seperti ini bersifat optional atau bebas. 2.8. Partikulasi Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih konkrit, presisi atau spesifik, dari superordinat ke subordinat. Terdapat 6 data dengan prosentase sebesar 4,95 % dengan contoh pada tabel di bawah ini: Tabel 4.13.Contoh Penggunaan Teknik Partikulasi No Data
Bsu
014
Don't you think it's time you found another one?
035
Bsa
Bukankah menurutmu sudah waktunya kau mencari kasus baru? commit to userApakah itu intan maharajah yang Is that the Maharajah's missing
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
089
diamond? Or just another souvenir? He's a professor, isn't he?
hilang? atau hanya cendera mata lainya? Klaienmu seorang profesor bukan?
Meskipun antara data yang satu dengan yang lain mempunyai perbedaan pada jenis dan fungsi pragmatisnya akan tetapi pada data Bsu diatas diterjemahakan ke dalam terjemahan yang lebih spesifik sehingga menghasilkan terjemahan yang lebih terperinci lagi dan pemirsa menjadi lebih jelas dalam menangkap pesan yang disampaikan. Kalimat “another one” pada data 014 dengan fungsi pragmatis untuk mengungkapkan rasa menasehati atau memberikan saran, diterjemahkan menjadi lebih detail lagi menjadi sebuah kasus membuat pesan yang disampaikan lebih akurat dan terperinci, sama halnya dengan “anothe souvenir” pada data 035 dengan fungsi pragmatisnya untuk mengungkapkan rasa sindiriran, diterjemahkan dengan cenderamata lain dari sebuah kerajaan yang hilang. Untuk subjek “he” pada data 089 lebih ditekankan pada terjemahan Bsanya menjadi “klein” yang memiliki pengertian lebih terperinci dan spesifik lagi tentang siapa orang yang berada dibelakang semua kasus ini. 2.9. Peminjaman Penggunaan teknik ini lebih menekankan pada penggunaan kata atau ungkapan langsung dari bahasa lain. Pada teknik ini terdapat dua sifat yaitu peminjaman murni dan peminjaman natural. Teknik peminjaman alami memprasyaratkan penyesuaian lafal dari kata yang dipinjam dengan lafal yang lebih lazim pada Bsa. Sedangkan peminjaman murni merujuk pada Bsu secara commit to user utuh tanpa disertai penyesuaian lafal. Penggunaan teknik ini teridentifikasi 5 data
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan prosentase (4,13 %) yang mana 3 data termasuk ke dalam peminjaman alami dan 2 data termasuk ke dalam peminjaman murni. Penggunaan teknik ini terdapat pada data 020 dengan penjelasan sebagai berikut: Tabel 4.14.Contoh Penggunaan Teknik Peminjaman No Data 001 030
002 020 039
Peminjaman Murni Bsu You remember your revolver? Did you know the opera house is featuring "Don Giovanni"?
Bsa Kau membawa pistol revolver? Apa kau tahu "Don Giovanni"akan tampil dirumah opera? Peminjaman Alami Where is the inspector? Dimana inspektur? The Royal? Royal? Should I answer Apa aku harus menjawab secara chronologically or kronologis, atau secara alfabet? alphabetically?
Kata “revolver” pada data 001 dengan fungsi pragmatis untuk mengungkapkan rasa sindiran, tidak mengalami perubahan tanpa adanya penyesuaian pada lafalnya. Pada data tersebut juga ditemukan penggunaan teknik lainya seperti penggunaan teknik amplifikasi dengan menambahkan kata “pistol” di depan kata “revolver”, perubahan secara gramatikal juga terjadi akibat dari penggunaan teknik transposisi, perubahan kata dari “remember” yang kemudian diterjemahkan menjadi “membawa” membuat data menjadi kurang akurat, akan tetapi memiliki tingkat keberterimaan yang tinggi. Sedangkan untuk data 030 terdapat 2 peminjaman murni yaitu “don giovani” dan “opera” yang mana dipinjam secara utuh tanpa peyesuaian lafalnya, hal ini dikarenakan menghindari userpesan. Pada data 002 termasuk ke terjadinya kerancuan dan distorsicommit makna to pada
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam teknik peminjaman alami dimana peminjaman kata atau ungkapan yang diikuti pelafalan. Teknik ini memprasyaratkan penyesuaian lafal dari kata yang dipijam dengan lafal yang lazim terdapat dalam Bsanya. Kata “royal” menunjukkan sebuah nama hotel terkenal di Inggris pada waktu itu, untuk menunjukan suatu tempat atau nama dalam tata cara penulisan Bahasa Inggris biasanya ditambahkan sebuah article di depan kata benda, namun beda dengan aturan yang terdapat dalam Bahasa Indonesia, terjemahan diatas mengalami perubahan yang sudah disesuaikan dengan kaidah Bsanya. Sedangkan untuk peminjaman alami pada data 039 terjemahan pada Bsanya terkesan kaku karena tidak biasa dipergunakan dalam penggunaan kata dalam Bahasa Indonesia. 2.10. Padanan Lazim Teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari). Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah. Jumlah data yang diidentifikasi masuk ke dalam teknik padanan lazim adalah 4 data dengan prosentase sebesar 3,30 % dari keseluruhan data yang ditemukan. Berikut contoh dan penjelasan penggunaan teknik padanan lazim: Tabel 4.15.Contoh Penggunaan Teknik Padanan Lazim No Data 016 053 099
Bsu Is it poisoned, "Nanny"? Have the newspapers got wind of it yet? Have you Iost your mind?
Bsa Apakah ada racunya, "nenek"? Apa surat kabar sudah mendengar ini? apa kau sudah gila?
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tabel diatas ditunjukkan beberapa kata dalam Bsu yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bsa dengan cara menyesuaikan padanan yang sudah terdapat dalam kamus atau sudah umum digunakan dalam Bsa. Semisal kata “nanny” pada data 016 dengan fungsi pragmatisnya sebagai ungkapan sindiran, merupakan padanan kata “nenek”. Padanan kata yang sudah biasa ditemukan dalam Bsa juga digunakan pada data 053 dengan fungsi pragmatisnya untuk menanyakan
suatu
keadaan,
kata
“got
wind”
diterjemahakan
menjadi
“mendengar” terasa lebih alami dan mudah ditangkap maknanya oleh pemirsa. Contoh data lainya yaitu pada kata “lost your mind” pada data 099 dengan fungsi pragmatis untuk mengungkapkan rasa tantanganya pada Blackwood akan lebih umum dan mudah ditangkap pesanya dalam Bsa menjadi “gila”. Dengan mencari padanan yang sudah umum digunakan dalam kaidah Bsa, menjadikan terjemahan lebih berterima bagi pemirsanya. 2.11. Teknik Kreasi Diskursif Teknik terakhir dari penerjemahan subtilte film ini adalah teknik kreasi diskursif dimana teknik ini diperkenalkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks.
Teknik ini lazim
diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film. Penggunaan teknik ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini dengan 3 data (2,47 %) yang teridentifikasi, antara lain sebagai berikut: Tabel 4.16.Contoh Penggunaan Teknik Kreasi Diskursif No Data 017
Bsu Bsa What have you done commit to, Kali ini apa yang kau lakukan to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
074 076
Gladstone now? How so? Why else?
pada, Gladstone ? Mengapa begitu? Mengapa begitu?
Dua data dari tiga data diatas (074 dan 076) merupakan contoh dari penggunaan teknik diskursif dimana si penerjemah menerjemahkan kalimat tanya tersebut ke dalam terjemahan yang sama dalam Bsanya. Dengan adanya penggunaan teknik ini, terjemahan yang di hasilkan menjadi tidak kaku dan terasa alamiah. Pemakaian teknik ini juga sudah didasari dan disesuaikan dengan kaidah yang sudah biasa diterapkan dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan untuk keterangan waktu “now” diterjemahkan menjadi “kali ini” merupakan contoh dari sebuah padanan yang biasa atau lazim digunakan dalam Bsanya sehingga hasil terjemahanya menjadi tidak kaku dan berterima. 3. Kualitas Terjemahan Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari penerapan dari teknik penerjemahan pada kualitas terjemahan. Sebagai seorang penerjemah tentunya memiliki landasan pemikiran untuk selalu berusaha menghasilkan terjemahan yang berkualitas dengan menerapkan berbagai teknik penerjemahan, akan tetapi dalam menerapkan teknik tersebut, kemungkinan seorang penerjemah kurang tepat dalam mengambil keputusan yang mana akan mempengaruhi pada kualitas terjemahan. Kualitas terjemahan diibaratkan seperti tiga sisi mata uang logam, yaitu sisi pertama merupakan sisi keakuratan pengalihan pesan, sisi kedua merupakan commit to user sisi kebertrimaan terjemahan, dan sisi yang ketiga merupakan tingkat keterbacaan
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
terjemahan. Penilaian tentang kualitas terjemahan dapat terlihat dari ketiga sisi tersebut. Terdapat terjemahan yang mana isi dan pesanya antara Bsu dan Bsa sama akan tetapi dalam pengungkapannya kurang sesuai dengan kaidah norma atau budaya yang berlaku dalam Bsa. Hal ini sama dengan pendapat yang diutarakan oleh Spradley (1997: 16) tentang sebuah subtitle film yang dibuat dapat mempengaruhi penyampaian makna budaya asli. Terdapat kemungkinan lainya mengenai kebertrimaan yang tinggi namun pesanya menyimpang dari isi pesan teks Bsu, bahkan ada pula terjemahan dapat difahami dengan mudah oleh pembaca sasaran namun tingkat keakuratan dan kebertrimaanya sangat rendah. Dalam penilaian kualitas terjemahan, dilibatkan tiga orang rater untuk menentukan nilai pada masing-masing data, yang kemudian diambil nilai rata-rata yang akan dipergunakan untuk membantu pendiskripsian data. Dari ulasan diatas, maka pada pokok pembahasan di bawah ini akan dibahas mengenai kualitas terjemahan baik dari tingkat keakuratan pengalihan pesan, tingkat kebertrimaan dan tingkat keterbacaan terjemahan. Di bawah ini merupakan bentuk pemaparan mengenai kualitas terjemahan pada subtitle film Sherlock Holmes. 1. Keakuratan Inti dari penilaian keakuratan adalah kesesuaian atau ketepatan pesan yang disampaikan antara Bsu dan Bsa baik itu dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatika), semantik dan pragmatik. Dari keseluruhan data terdapat 104 commit to user data (85,95 %) termasuk ke dalam terjemahan akurat dan 17 data (14,04 %)
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masuk ke dalam terjemahan kurang akurat. Untuk terjemahan tidak akurat dalam subtitle film ini tidak ditemukan, dikarenakan kecenderungan si penerjemah menggunakan teknik literal dan transposisi yang menjadikan terjemahan tidak terasa kaku. 1.1. Terjemahan yang Akurat Terjemahan yang akurat mengacu pada tataran makna kata, frasa, klausa, dan kalimat yang dialihkan secara akurat ke dalam Bsa. Tidak terdapat distorsi makna atau kerancuan makna dalam penyampaian pesan. Terdapat 104 data (85,95 %) yang termasuk ke dalam terjemahan yang akurat dengan nilai ratarata 2,66-3. Berikut ini merupakan contoh subtitle yang diterjemahkan secara akurat ke dalam Bsa. Tabel 4.17. Contoh Terjemahan Akurat No data 002 008 015 017
Bsu Where is the inspector? Your colleague? Tea, Mr. Holmes? What have you done to, Gladstone now?
Bsa Dimana inspektur? rekanmu? Teh, tuan Holmes? Kali ini apa yang kau lakukan pada, Gladstone ?
Konteks situasi pada data 002: Percakapan dilakukan oleh si penutur yaitu Holmes kepada lawan bicaranya Watson dengan fungsi pragmatis untuk menanyakan keberadaan Inspektur Lestrade di sebuah gedung tua tempat penyergapan akan dilangsungkan. Konteks situasi pada data 008: Dituturkan oleh pasien dari Watson dengan lawan bicaranya Watson dengan fungsi pragmatis untuk mengungkapkan sebuah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
keraguan akan keberadaan teman dari dr.Watson yaitu Holmes, yang diutarakan si pasien di ruang praktik Watson. Konteks situasi pada data 015: Diutarakan oleh pengurus rumah tangga yaitu Ny.William di salah satu ruangan apartemen miik Holmes dengan fungsi pragmatis untuk menawarkan secangkir teh pada Holmes. Konteks situasi pada data 017: Penutur yaitu Watson mengungkapkan rasa kekhawatiranya kepada anjing kesayanganya yaitu Gladstone. Pemakaian teknik peminjaman alami pada data 002 terjemahan yang dihasilkan tidaklah begitu mengalami perubahan ataupun pergeseran secara struktural sehingga pesan yang disampaikan mudah ditangkap oleh pemirsa. Kata “inspektur” dalam Bsanya sudah biasa dipergunakan oleh aparat keamanan yang menunjukkan pada sebuah kepemimpinan. Sehingga dengan penggunaan teknik ini, pesan yang disampaikan dapat dengan mudah diterima dan difahami oleh pemirsanya. Terjemahan akurat yang lainya juga ditunjukkan dengan penggunaan teknik literal pada data 008, meskipun terdapat pegeseran posisi dari MD dalam Bsunya menjadi DM dalam Bsanya tidak menyebabkan distorsi makna yang dapat mengurangi keakuratan dalam penyampaian pesan. Hal ini hampir sama dengan penggunaan teknik literal pada data kalimat tanya nomer 015 yang mempengaruhi terhadap keakuratan pesan yang disampaikan, dengan menerjemahkanya kata demi kata memperkecil kemungkinan kesalahan secara gramatikal dan struktural. Selain itu teknik literal menghasilkan pesan yang sepadan dengan Bsunya. Sedangkan untuk data 017, seharusnya terjemahanya menjadi “kali ini apa yang telah kau lakukan pada Gladstone?” pada Bsa akan tetapi pemirsa tetap mampu commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menangkap pesan yang disampaikan penerjemah, meskipun terdapat pergeseran posisi pada keterangan waktunya dan terjemahan yang dihasilkan menghasilkan sebuah
kreasi
terjemahan
namun
kesepadanan
yang
digunakan
tidak
mempengaruhi pesan yang disampaikan. Untuk penilaian ke empat data diatas, ketiga rater memberikan penilaian yang sempurna yaitu 3. Dapat
disimpulkan
bahwa
penggunaan
keempat
teknik
diatas
memberikan dampak positif pada kualitas terjemahan yaitu keakuratan dalam penyampaian pesan. 1.2. Terjemahan Kurang Akurat Terjemahan kurang akurat mengacu pada terjemahan yang sebagian makna kata, istilah, teknis, frasa, klausa atau kalimat Bsu sudah dialihkan secara akurat ke dalam Bsa, akan tetapi masih terdapat distorsi makna atau terjemahan ganda (taksa) atau terdapat pula penghilangan makna yang mengganggu keutuhan pesan. Terdapat 17 data (14,04 %) yang termasuk ke dalam teerjemahan kurang akurat dengan nilai rata-rata 2- 2,33 , antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.18.Contoh Terjemahan Kurang Akurat No Data 003 028 059 070
Bsu Bsa have you enjoyed my work? apa kau menikmatinya? How did you lure them in? Bagaimana kau bisa memikat masuk? And how is our witness? dimana saksi kita? Do you have my cut? Apa kau membawa potonganku dari pertarunganmu? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
Konteks situasi pada data 003: Percakapan berlangsung di sebuah tempat penyergapan yang diutrakan oleh Blackwood dengan fungsi pragmatis sebagai ungkapan rasa menantang pada Watson agar ia terpancing emosinya dan terjebak dalam perangkap mautnya. Konteks situasi pada data 028: Dilakukan oleh penutur yaitu Watson di ruangan sempit dimana Holmes sedang asyik dengan eksperimenya. Fungsi pragmatis pada kalimat tanya yaitu untuk menanyakan informasi semata kepada Holmes. Konteks situasi pada data 059: Holmes sebagai penutur menanyakan keadaan dan kondisi saksi pada inspektur Lestrade di sebuah pemakaman dimana makam Blackwood telah dibongkar secara misterius. Konteks situasi pada data 070: Diujarkan oleh Watson pada Holmes dengan fungsi pragmatis untuk menanyakan uang yang dibawa oleh Holmes. Untuk ujaran kalimat tanya pada data 003 dan 028, terdapat penghilangan objek yang ditemukan pada Bsa. Dengan penggunaan teknik Reduksi, pesan yang ada pada Bsu terutama objeknya “my work” pada kalimat tanya yang diterjemahkan ke dalam Bsanya menjadi “apa kau menikmatinya?” (data 003) dan “them” pada kalimat tanya Bsa menjadi “bagaimana kau bisa memikat masuk?” (data 028) menghasilkan terjemahan terasa kaku dan kurang alamiah sehingga pesan yang disampaikan menjadi kurang akurat. Kata “menikmatinya” bisa mengacu pada hal apa saja, akan tetapi dengan penambahan objek pada Bsa “apa kau menikmati karyaku?” akan menjadikan pesan yang akan disampaikan menjadi lebih terfokus lagi. Sedangkan penghilangan obyek pada data Bsa 028 “bagaimana kau bisa memikat masuk?” terdapat kerancuan dan distorsi makna. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
Yang dimaksudkan oleh Watson adalah kunang-kunang yang bisa masuk ke dalam botol hanya dengan sebuah iringan petikan gitar dari Holmes. Kata “memikat” memiliki padanan kata yang kurang alamiah dalam Bsa, karena kata memikat kurang sesuai jika dipakai untuk binatang. Menurut pendapat rater, kata “memikat” seharusnya diganti menjadi “membujuk” dengan terjemahannya dalam Bsa menjadi “bagaimana kau bisa membujuknya masuk?”. Meskipun terdapat penghilangan objek pada Bsu menghasilkan terjemahan yang kurang akurat, akan tetapi pemirsa masih dapat memahami maksud pesan yang disampaikan oleh penutur Lord Blackwood pada Watson. Ujaran pada data 059, terdapat perubahan arti kalimat tanya dari “how” diterjemahkan menjadi “dimana”, yang menghasilkan terjemahan terasa kaku dan kurang alamiah. Walaupun Lastrade menjawab dengan pertanyaan “he‟s over there” akan tetapi maksud dari Holmes adalah untuk menanyakan keadaan saksi, jadi sebaiknya terjemahan menjadi “bagaimana dengan saksi kita?” akan terasa lebih alamiah dan lebih akurat dalam penyampaian pesannya. Penggunaan teknik amplifikasi pada data 070 “my cut” dan “have” yang diterjemahkan menjadi “apa kau membawa potongan dari pertarunganku?”, terasa kaku dan tidak alamiah dalam Bsanya. Dengan adanya penambahan informasi yang kurang sesuai menjadikan terjemahan kurang akurat meskipun para pemirsa masih mampu dalam menangkap pesan yang disampaikan. Maksud dari Watson adalah untuk menanyakan lembaran kertas judi yang dimenangkan oleh Holmes untuknya. Holmes harus bertanggung jawab untuk hilangnya cicin pertunangan Watson commit to user Jadi untuk membayar hutang sewaktu terjadi perkelahian membantu holmes.
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Watson, Holmes mengikuti pertandingan pertarungan judi yang akhirnya dimenangkan oleh Holmes. Dia membawa selebaran kertas judi yang bisa ditukarkan dengan sejumlah uang. Penggunaan teknik reduksi dalam terjemahan ini tidak memberi dampak positif pada hasil terjemahan terutama keakuratan pesan yang disampaikan. Sama halnya dengan penambahan informasi yang kurang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, juga akan menimbulkan kebingungan pada hasil terjemahanya. Ketiga rater memberikan nilai 2 untuk masing-masing data diatas terhadap keakuratan terjemahan yang dihasilkan.
Kurang Akurat 14%
Keakuratan
Akurat 86%
Gambar 4.1. Diagram Tingkat Keakuratan Terjemahan 2. Keberterimaan Penilaian kualitas terjemahan yang kedua dapat dilihat dari segi keberterimaannya. Dikatakan terjemahan yang berterima apabila terjemahan dalam Bsa lebih mengarah pada kelaziman dan kealamiahan yang mana sudah disesuaikan dengan norma dan kaidah yang ada dalam Bsa. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan terjemahan yang tidak berterima, hal ini karena si penerjemah menggunakan padanan kata atau commit istilah yang sudah lazim digunakan dalam Bsa, to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga terjemahan yang dihasilkan terasa alamiah dan pemirsa mudah memahami pesan yang disampaikan. Terdapat 112 data (92,56%) tergolong pada terjemahan yang sudah berterima dan 9 data (7,47%) tergolong pada terjemahan yang kurang berterima. 2.1. Terjemahan Berterima Suatu terjemahan dikatakan berterima jika terjemahan tersebut terasa alamiah dan terdengar akrab bagi pembacanya baik itu dari segi kata, frasa, maupun kalimat yang sudah disesuaikan dengan norma dan kaidah yang terdapat dalam Bsanya. Untuk terjemahan berterima terdapat 112 data (92,56%), dengan nilai rata-rata 2,66-3 dan pembahasanya sebagai berikut: Tabel 4.19. Contoh Terjemahan Berterima No Data 040 078 090
Bsu
Bsa
Who are you working for? What do you call this? What if we trusted each other?
099
Have you Iost your mind?
Kau bekerja untuk siapa? Lalu ini apa? Bagaimana kalau kita saling percaya? apa kau sudah gila?
Konteks situasi pada data 040: Percakapan dilakukan oleh Holmes yang menanyakan rasa penasaranya pada Irene di apartement Holmes. Konteks situasi pada data 078: Dituturkan oleh Watson pada Holmes di sebuah penjara dengan fungsi pragmatis sebagai ujaran untuk menyindir kelakuan yang telah Holmes perbuat terhadapnya yang mempengaruhi semua perubahan hidupnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
Konteks situasi pada data 090: Di sebuah apartemen milik Irene, percakapan diutarakan oleh Irene pada Holmes dengan fungsi pragmatis memberikan saran atau nasehat pada Holmes agar ia kembali percaya pada Irene. Konteks situasi pada data 099: Dilakukan oleh seorang duta besar pengikut fanatik sebuah ordo yang mana dia mengungkapkan sebuah tantangan pada Blackwood yang telah melakukan tindakan semena-mena pada perkumpulan ordo yang dia ikuti. Pada data 040 pada kalimat tanya yang diawali dengan Wh question “who” diterjemahkan ke dalam Bsa dengan cara pergeseran posisi dimana subjek dalam Bsa diletakkan terlebih dahulu dan diakhiri dengan kata tanyanya siapa. Dengan adanya pergeseran posisi yang sudah disesuaikan dengan kaidah dan norma yang berlaku dalam Bahasa Indonesia, menjadikan terjemahan kalimat tanya diatas menjadi lebih alami dan lebih berterima. Hal yang sama juga dilakukan pada data 078, dimana terdapat pergeseran yang tepat sehingga pesan tersampaikan dengan baik dan terdengar akrab dalam Bsanya. Sedangkan untuk data 090, penggunaan teknik transposisi sangat mempengaruhi keberterimaan suatu pesan yang disampaikan, dimana kata “what if” diterjemahkan ke dalam Bsa tetap menjadi kata tanya namun berbeda arti menjadi “bagaimana” dengan adanya penyesuaian atau pemadanan yang tepat pada kata tanya tersebut menjadikan hasil terjemahanya lebih berterima. Penggunaan teknik tranposisi untuk ketiga data diatas memberikan dampak positif pada penilaian keberterimaan. Lain halnya dengan penggunaan teknik padanan lazim pada data 099 yang telah dicarikan commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
padanan katanya dalam Bsa menjadi “gila”, terjemahan yang dihasilkan terasa lebih alamiah dan terdengar akrab ketimbang diartikan “hilang akal sehatmu”. 2.2. Terjemahan Kurang Berterima Terjemahan kurang berterima mengarah pada terjemahan yang terasa kurang alamiah dan kurang terdengar akrab bagi pembacanya baik itu dari segi kata, frasa, maupun kalimat yang sudah disesuaikan dengan norma dan kaidah yang terdapat dalam Bsanya. Terdapat 9 data (7,43%) dengan pemilaian rata-rata 2,33-2 tergolong pada terjemahan yang kurang berterima. Tabel 4.20.Contoh Terjemahan Kurang Berterima No Data 007 080 084
Bsu Hammer on nail, wasn't it? When do I complain about you setting fire to my room? what is this some parlour game where we have to guess what you're thinking?
Bsa Palu dan paku bukan? kapan aku mengeluh tentang kau membakar kamar- kamarku.? kau pikir ini permainan dimana kau harus menebak yang kau pikirkan?
Konteks situasi pada data 007: Diutarakan oleh seorang pasien Watson yang terkejut setelah mendengar suara tembakan yang berasal dari salah satu ruangan apartemen milik watson. Konteks situasi pada data 080: Diujarkan oleh Watson yang merasa kesal terhadap Holmes dengan sebuah sindiran-sindiran yang terus diucapkannya dengan tujuan untuk menekan Holmes. Konteks situasi pada data 084: Inspektur Lastrade yang merasa kesal mengutarakanya pada Holmes agar kasus yang ia percayakan pada Holmes segera commit to user diselesaikan tanpa adanya permainan yang membingungkan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
Penggunaan teknik transposisi pada data 007 menghasilkan terjemahan yang sedikit kurang berterima, hal ini dikarenakan terjemahan kata tanya pada Bsa yaitu kata “on” diterjemahkan menjadi “dan” menjadikan terjemahan tidak alamiah sehingga pemirsa tidak dapat memahami maksud yang disampaikan. Pendapat dari rater terjemahan tersebut akan lebih tepat jika diterjemahkan menjadi “sedang memaku bukan?”, hal ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu peristiwa berlangsung yaitu si penutur mempunyai maksud menyakinkan diri sendiri bahwa suara tersebut merupakan suara orang sedang memaku di tembok. Sedangkan untuk penggunaan teknik literal pada data 080, menghasilkan terjemahan yang terasa kaku, terdapat perubahan pada obkenya dari bentuk tunggal “my room” menjadi jamak “kamar-kamarku”, sebaiknya jika terjemahannya diubah dengan tetap memperhatikan kaidah dan norma pada Bsa, menjadi “Kapan aku mengeluh padamu saat kau membakar kamarku?”, sehingga ujaran yang disampaikan lebih terasa berterima. Penggunaan teknik linguistik kompresi juga terdapat data 084, dalam data tersebut juga terdapat padanan yang tidak sesuai dengan artinya terjemahan menjadi rancu dan kurang alamiah karena adanya perubahan subjek pada kata “we” yang diartikan “kau”. Tidak hanya penggantian subjeknya akan tetapi juga terdapat penghilangan kata tanya pada kalimat tersebut sehingga hal ini menjadikan perubahan jenis kalimat tanya dari jenis Wh question berubah menjadi kalimat tanya deklaratif. Terdapat pula kata yang tidak diterjemahkan seperti kata “parlour”, dari teknik ini menghasilkan terjemahan yang tidak mudah difahami maksudnya oleh pemirsanya sehingga terjemahanya menjadi kurang berterima. Teknik diatas tidaklah memberikan commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dampak positif terhadap hasil terjemahan pada Bsa, begitu pula juga tidak memberikan dampak positif apabila sudah terdapat unsur-unsur penggantian atau pengilangan yang tidak dibutuhkan untuk menilai kualitas terjemahan dari segi aspek keberterimaan.
Keberterimaan Kurang Berterima 7% Berterima 93%
Gambar 4.2. Diagram Tingkat Keberterimaan Terjemahan 3. Keterbacaan Tingkat penilaian terakhir untuk mengetahui kualitas terjemahan adalah keterbacaan, dimana untuk mengukur serta mengetahui tingkat keterbacaan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes dibagikan kuesioner kepada responden. Dimana pertanyaan tersebut menyangkut aspek readibility dan legibility. Aspek readibility menyangkut pada perubahan-perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam pengalihan informasi pada bahasa sumber agar dapat dipahami oleh pemirsa, sedangkan legibility mengacu pada penampilan (appearance) teks pada layar. Jawaban yang didapat dari beberapa responden yang menyangkut pada legibilty dalam subtitle, seluruh pemirsa mengungkapkan bahwa subtitle atau commitHolmes to user terutama fokus penelitian pada teks terjemahan pada film Sherlock
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kalimat tanya tidaklah terlalu panjang, dalam satu kali tayang maksimal terdapat dua baris yang berjumlah 15 kalimat tanya sedangkan sisanya 106 kalimat tanya muncul bersamaan dengan kalimat lainya. Menurut perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, jumlah karakter dari dua baris terdiri tidak lebih dari 40 karakter termasuk spasi dan tanda baca. Pada baris ke dua sesuai dengan aturan pada subtitle baris yang kedua lebih pendek dari pada baris yang pertama. Untuk pengaturan posisi subtitle, semua respoden menyatakan bahwa kemunculan subtitle di bawah tengah layar dengan huruf yang berukuran cukup besar dan jelas, sehingga tidak mengganggu respoden saat memperhatikan gambar pada layar. Berkaitan dengan penayangan subtitle pada film Sherlock Holmes, durasi penayangan pada satu baris subtitle minimal tidak lebih dari tiga detik sedangkan dua baris subtitle tidak lebih dari lima detik. Untuk hasil sinkronisasi antara gambar dan suaranya, seluruh responden menjawab tidak ada permasalahan yang didapat terutama pada objek penelitian yaitu kalimat tanya. Pertanyaan seputar readibility, didapat bahwa tidak ada responden yang menyatakan bahwa terjemahan kalimat tanya pada subtitle film ini sulit. Meskipun terdapat pula kalimat tanya yang sedikit kurang dimengerti oleh responden, hal ini dapat langsung tertutupi dengan jawaban dari pertanyaan tersebut, sehingga keseluruhan pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh responden. Dengan adanya subtitle yang terdapat pada film Sherlock Holmes tersebut, terutama pada bagian kalimat tanya beserta jawabanya menjadikan commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyampaikan keseluruhan pesan dapat tersampaikan dengan baik, antara alur cerita satu dengan yang lain menjadi satu kesatuan yang utuh. 3.1. Tingkat Keterbacaan Tinggi Berdasarkan penilaian dari sejumlah kuesioner didapat terjemahan yang rata-rata memiliki tingkat keterbacaan tinggi karena secara kata, istilah, teknis, frasa, kalusa dan kalimat terjemahanya dapat difahami dengan mudah oleh pemirsa. Dalam penelitian ini teridentifikasi 118 data (97,52 %) termasuk kategori keterbacaan tinggi antara lain dapat dicontohkan melalui kalimat dibawah tanya dibawah ini: Tabel 4.21.Contoh Keterbacaan Tinggi No Data 031
Bsu So that's, no to the opera then?
032 033 045
Care to come along? How can I help? What she after, anyway?
Bsa Jadi kau tidak mau pergi ke opera? kamu mau ikut? apa aku bisa membantumu? Apa yang dia inginkan?
Konteks situasi pada data 031: Diujarkan oleh Holmes kepada Watson sebagai wujud menyakinkan kembali untuk mengajak Watson. Konteks situasi pada data 032: Sebuah ajakan dituturkan oleh Holmes pada temanya Watson agar ia mau menemaninya menemui Blackwood di penjara, akan tetapi ajakan tersebut akhirnya ditolak oleh Watson. Konteks situasi pada data 033: Blackwood menuturkan kalimat tanya dengan fungsi pragmatis sebagai ungkapan sindiran pada Holmes yang mungkin masih merasa penasaran terhadap semuacommit kejahatan yang telah ia buat. to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konteks situasi pada data 045: Watson dengan nada menyindir mengujarkannya kepada Holmes tentang bantuan yang Irene inginkan dari Holmes. Penggunaan teknik modulasi pada data 031, 032 dan 045 menjadikan hasil terjemahan pada Bsa lebih mudah untuk difahami dan dimengerti oleh pemirsanya. Penggunaan kata-kata yang tepat dan tidak terlalu panjang juga sudah disesuaikan dengan kaidah dan norma dalam Bsanya menjadikan terjemahannya memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Untuk kalimat tanya 033, penggunaan teknik transposisi dirasa sangat tepat sekali dikarenakan ujaran yang diutarakan Blackwood bukanlah pertanyaan yang sesungguhnya akan tetapi hanya sebagai sindiran semata. Blackwood tidak benar-benar ingin membantu Holmes, dia hanya berusaha memancing argumen Holmes tentang dirinya. Sehingga terjemahan terasa tepat dan tidak membingungkan, lain halnya bila diterjemahkan menjadi “bagaimana aku bisa membantumu?” menjadikan terjemahannya terasa kaku dan tidak mudah dimengerti oleh pemirsa yang menyaksikanya. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik modulasi dan transposisi untuk penilaian tingkat keterbacaan memberikan dampak positif bagi terjemahan yang dihasilkan, sehingga para penikmat film tidak mengalami kesulitan ataupun hambatan yang berarti dalam penerjemahan subtitle film tersebut. 3.2. Tingkat Keterbacaan Sedang Dari hasil penelitian tentang keterbacaan kalimat tanya terdapat 3 data (2,47%) teridentifikasi pada terjemahan yang memiliki tingkat keterbacaan sedang. Hal ini disebabkan penggunaan padanan yang kurang lazim dalam commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bahasa Indonesianya sehingga pemirsa kurang dapat memahami pesan yang disampaikan. Keterbacaan sedang dapat dilihat dari bagan di bawah ini: Tabel 4.22.Contoh Keterbacaan Sedang No Data 007 028 070
Bsu Bsa Hammer on nail, wasn't it? Palu dan paku bukan? How did you lure them in? Bagaimana kau bisa memikat masuk? Do you have my cut? Apa kau membawa potonganku dari pertarunganmu?
Seperti
yang
sudah
dibahas
dalam
penilaian
keakuratan
dan
keberterimaan, kedua data diatas juga mendapat penilaian dari rater untuk tingkat keterbacaan sedang. Dimana pada data 007 penggunaan teknik transposisi menghasilkan terjemahan yang tidak akurat dan kurang berterima. Begitu pula untuk penilaian keterbacaan, dirasa terjemahanya terasa kaku dan menyebabkan distorsi makna dimana terjemahan Bsanya “palu dan paku, bukan?” membuat pembaca menjadi bingung karena yang dimaksudkan adalah kegiatan yang dilakukanya bukan untuk menjelaskan memilih barang yaitu palu atau paku. Untuk data 028 dan 070 penggunaan teknik literal dan amplifikasi linguistik menjadikan terjemahan terasa membingungkan bagi pembacanya, karena dengan penambahan informasi yang kurang tepat membuat pesan menjadi ambigu atau membingungkan. Padanan kata “lure” yang diterjemahkan secara literal menjadi kata “memikat” menghasilkan terjemahan yang kaku dan kurang sesuai karena kata memikat kurang tepat jika digunakan untuk binatang kunang-kunang. Kata “my cut” disini diartikan “potongan dari pertarunganku”, yang sebenarnya memiliki arti kertas taruhan yang dimenangkan Holmes dalam pertarungan commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
judinya, dimana kertas tersebut dapat ditukarkan dengan sejumlah uang untuk membayar hutang kepada Watson untuk hilangnya cicin tunanganya. Penambahan informasi yang kurang tepat atau penggunaan teknik amplifikasi diatas menjadikan terjemahan memiliki tingkat keterbacaan sedang karena pembaca mengalami kebingungan dan bahasa terjemahanya tidak biasa dipergunakan dalam kaidah Bsanya. Ketiga data diatas mendapatkan penilaian yang sama dari rater sebesar 2,3 untuk tingkat keterbacaanya.
Keterbacaan keterbaca an sedang 2%
keterbaca an Tinggi 98%
Gambar 4.3. Diagram Tingkat Keterbacaan Terjemahan B. Pembahasan Dimana setelah melalui beberapa proses penelitian dan menemukan serta mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam temuan penelitaian diatas, maka pada sub bagian kedua ini akan mengetengahkan beberapa pembahasan yang akan mengulas lebih rinci lagi mengenai dampak yang ditimbulkan dari penggunaan teknik terhadap kualitas terjemahan pada subtitle film Sherlock Holmes. Berikut ini adalah hasil analisis yang didapat dari beberapa temuan penelitian diatas, yaitu 1. Mengenai pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Yes-no to user pada kalimat tanya jenis WH questions, 2. Pemakaian teknik commit penerjemahan
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
questions, 3. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimata tanya jenis alternative questions dan yang terakhir adalah dampak pemakaian teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes. 1. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Yes-no questions Berikut ini tabel yang memaparkan penggunaan teknik penerjemahan pada kalimat tanya Yes-no questions: K1
: Keakuratan
K2
: Keberterimaan
K3
: Keterbacaan
commit to user
No
Jenis dan fungsi Teknik
Yes-no questions
111
-
-
-
007KA,KB,KT -
Jumlah pemakaian Modals Declarative teknik Real Rethoric Real Rethoric 012,049,061 060 008,015,018, 17 data 019,024,025, 042,058, 062-KA 093 064,073 055 001- KA 8 data
-
-
036,071
103- KA
-
4 data
-
047
-
-
-
-
4 data
044, 112- KA 003- KA, KB
-
-
-
041
009
-
-
011-KA 119 -
062- KB 083 031,032,034 -
085
013
4 data
014,068 016-KA 099 030 12 data
089 -
-
-
120-KA, KB
-
-
4 data 4 data
5 data
-
1 data
10 data
5 data
020 17 data
2 data 56 data
Tobe/aux Real Rethoric 021,066,107
1.
Literal
-
2.
Transposisi
118
082
3.
Ling. Amplifikasi
4.
Ling. Kompensasi
070-KA, KB, KT 100
5. 6.
Modulasi Amplifikasi
106- KA
7.
Reduksi
-
8. 9.
Partikulasi Padanan Lazim
069 053
10. Peminjaman 11. Kreasi Diskursif Jumlah jenis dan fungsi Kalimat Tanya
6 data
Tag Real
Rethoric
Tabel 4.24. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi Kalimat Tanya Yes-no questions
104
3 data 6 data
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dilihat dari tabel penggunaan teknik penerjemahan diatas, terdapat 10 teknik yang digunakan dengan rincian pada masing-masing data berupa: 17 data yang menggunakan teknik transposisi, 6 data menggunakan teknik amplifikasi. 4 data ditemukan pada masing-masing penggunaan teknik linguistik amplifikasi, linguistik kompensasi, reduksi, partikulasi dan padanan lazim. Teknik modulasi terdapat 3 data dan 2 data menggunakan teknik peminjaman. Tidak terdapat penggunaan teknik kreasi diskursif. Berikut
merupakan
pembahasan
terperinci
penggunaan
teknik
penerjemahan untuk setiap jenis kalimat tanya Yes-no question: 1. Teknik Literal Terdapat 17 data dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya sesungguhnya atau real question dengan 6 data dan 12 data sisanya dengan fungsi pragmatisnya sebagai kalimat tanya rethoric question atau kalimat tanya retoris. Teknik ini mempersyaratkan pemadanan leksikal yang masih terikat dengan Bsu tetapi susunanya leksikal yang membentuk suatu ungkapan sudah disesuaikan dengan kaidah Bsa. Hal ini disebabkan penerjemah menerjemahkanya kata demi kata guna menghindari tingkat kesalahan dalam terjemahanya. Sehingga dengan penggunaan teknik literal ini, diharapkan mampu menghindari distorsi makna dan mampu mencapai keberterimaan terjemahan. Dari a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries Terdapat 3 data yang menggunakan teknik ini yaitu data 021, 066 dan 107 dengan masing-masing fungsi pragmatisnya commit to user sebagai kalimat tanya retoris
105
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu meragukan, menyangkal dan menyindir. Ketiga teknik ini memberikan kontribusi positif pada hasil terjemahan yang dihasilkan, tidak ditemukan terjemahan yang kurang akurat, kurang berterima ataupun kurang terbaca. b) Taq question/ kalimat tanya penegas Hanya terdapat satu data yaitu data 111, dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question atau kalimat tanya sesungguhnya. Sama halnya dengan kalimat tanya yes-no question dengan tobe/ aux, pemakaian teknik ini mengasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan terbaca. c) Yes-no question dengan modals Terdapat empat data dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question data yaitu data 012, 049 dan 061 yaitu sebagai ungkapan rasa meragukan dan meminta. Keseluruhan data termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan terbaca dengan penilaian rata-rata yaitu 3 dari para rater. d) Declarative question Fungsi pragmatis kalimat tanya sebagai real question hanya terdapat satu data saja yaitu data 060 sedangkan 9 data memiliki fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris yaitu data 008, 015, 018, 019, 024, 025, 042, 058 dan 062. Hanya terdapat satu data yang kurang akurat yaitu pada data 062, hal ini disebabkan penerjemah berusaha menyesuaikan terjemahannya dengan struktur kalimat pada bahasa Indonesia akan tetapi malah mengahasilkan terjemahan yang kurang alamiah dan terasa kaku. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
2. Teknik Transposisi Teknik ini dalam bentuk pergeseran struktur merupakan teknik yang paling lazim diterapkan apabila struktur Bsa berbeda dari stuktur Bsu. Karena struktur bahasa Inggris dan struktur bahasa Indonesia berbeda pergeseran struktur menjadi bersifat wajib( obligatory)agar terjemahan yang dihasilkan sesuai dengan kaedah kaedah yang berlaku dalam bahasa indonesia. a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries Pada penggunaan teknik ini terdapat 2 data yang masing-masing data memiliki fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question dan kalimat tanya retoris yaitu untuk mengungkapkan rasa meragukan. Sama halnya dengan pemakaian teknik literal, teknik ini juga memberikan kontribusi positif terhadap hasil terjemahan yang dihasilkan. Pada data 118 dan data 082 termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan terbaca. b) Taq question/ kalimat tanya penegas Hanya terdapat satu data 007 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question. Terjemahan yang dihasilkan kurang akurat, kurang berterima dan kurang terbaca, hal ini disebabkan penerjemah merubah struktur kata dalam Bsa sehingga menimbulkan distorsi makna karena ketidaksesuaian dalam padanan katanya. c) Yes-no question dengan modals Data 093 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question dan dua data berikutnya dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris yaitu data 064 dan 073 yang mengungkapkan penawaran pada lawan commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tuturnya. Keseluruhan data termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan terbaca. d) Declarative question Terdapat dua data yaitu data 055 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question dan satu data berikutnya dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris yaitu data 001, menyindir adalah rasa yang diungkapkan oleh si penutur. Pada data 001, terjemahan yang dihasilkan kurang akurat dikarenakan pengubahan susunan struktural yang berbeda dari Bsanya sehingga terjemahan yang dihasilkan terasa kaku dan kurang alami. Namun demikian terjemahannya tetap masih mudah terbaca dan berterima. 3. Teknik Ling. Amplifikasi Terdapat 4 data dengan penggunaan teknik ini, dimana teknik ini digunakan oleh penerjemah dengan menambahkan unsur-unsur linguistik agar pesan yang disampaikan lebih berterima. hanya terdapat tiga jenis kalimat tanya tipe yes-no question yaitu: a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries Hanya terdapat satu data 070 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question. Hasil terjemahan pada data 070 termasuk ke dalam terjemahan yang kurang akurat, kurang berterima dan kurang terbaca. Hal ini disebabkan karena penerjemah menambahkan unsur-unsur linguistik yang kurang sesuai sehingga mengakibatkan ketidaktepatan dalam penyampaian pesan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
b) Yes-no question dengan modals Dua data yaitu 036 dan 071 yang juga mempunyai fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris masuk ke dalam penggunaan teknik ini. Keseluruhan data menghasilkan terjemahan akurat, berterima dan terbaca. Masingmasing rater memberikan penilaian 3 untuk terjemahan yang dihasilkan. c) Declarative question Satu data dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question yaitu data 103 yang telah diidentifikasi menggunakan teknik ini. Pada data tersebut terjemahan yang dihasilkan kurang akurat dikarenakan penerjemah menambahkan informasi yang kurang tepat secara struktural pada Bsanya sehingga terjemahan yang dihasilkan terasa kaku dan kurang akurat. Meskipun terjemahan terasa kaku akan tetapi tidak mengurangi pesan yang disampaikan pada pemirsa sehingga terjemahan pada Bsanya masih bisa berterima dan mudah terbaca pesan yang disampaikan. 4. Teknik Ling. Kompensasi Sama halnya dengan teknik ling. Amplifikasi, pada teknik ini hanya terdapat tiga kalimat tanya dimana teknik ini digunakan oleh penerjemah dengan cara mensintasis elemen linguistik yang ada menjadi lebih sederhana. Teknik tersebut ditemukan pada jenis kalimat tanya: a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries dan Taq question/ kalimat tanya penegas Hanya terdapat satu data yang ditemukan untuk masing-masing jenis kalimat tanya ini. Tipe yes-no question dengan tobe yaitu pada data 100 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
110 digilib.uns.ac.id
dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question, sedangkan jenis taq question pada data 047 dengan fungsi pragmatis yang sama yaitu sebagai kalimat tanya real question. Terjemahan yang dihasilkan akurat, berterima dan terbaca, dikarenakan penerjemah menggunakan padanan yang tepat dan telah disesuaikan dengan Bsanya. b) Declarative question Dua data yang ditemukan pada penggunaan teknik ini yaitu pada data 062 dan 083 yang memiliki fungsi pragmatis yang sama sebagai kalimat retoris yang mengungkapkan rasa menyindir dan menekan pada lawan tuturnya. Terjemahan kurang berterima terdapat pada data 062, disebabkan penggunaan padanan yang kurang tepat pada Bsa sehingga menghasilkan terjemahan yang kurang alamiah. 5. Teknik Modulasi Teknik kelima adalah teknik modulasi dengan satu jenis kalimat tanya yang ditemukan pada pemakaian teknik ini yaitu jenis declarative question. Teknik ini digunakan oleh penerjemah dengan cara mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognotif dalam kaitanya dengan Bsu. Terdapat tiga data pada jenis kalimat tanya declarative ini yaitu data 031, 032, dan 034, yang kesemuanya memiliki fungsi pragmatis sama yaitu sebagai kalimat tanya retoris. Terjemahan yang dihasilkan akurat, berterima dan terbaca. 6. Teknik Amplifikasi Sama halnya dengan dua teknik sebelumnya, pada penggunaan teknik ini juga terdapat tiga jenis kalimat tanya saja yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries Kalimat tanya dengan fungsi pragmatis real question terdapat pada data 106 sedangkan dua data sisanya yaitu 044 dan 112 memiliki fungsi rethoric question. Kekurang akuratan ditemukan pada data 106 dan 112, hal ini dilatarbelakangi karena penerjemah menambahkan informasi yang kuarang tepat sehingga terjemahan terasa kaku dan pesan yang disampaikan menjadi rancu atau membingungkan. Meskipun demikian terjemahan pada Bsa tetap berterima dan mudah terbaca oleh pemirsa. b) Yes-no question dengan modals Terdapat dua data dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris yaitu pada data 011 dan 119. Sama halnya dengan tipe yes-no question dengan tobe, kekurang akuratan juga terdapat pada data 011. Penambahan informasi pada Bsanya menghasilkan terjemahan yang terasa terasa kaku dan kurang alamiah. c) Declarative question Untuk tipe ini hanya terdapat satu data yaitu data 041 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya sesungguhnya atau real question. Penerjemah sangat tepat menggunakan teknik ini karena terjemahan yang dihasilkan mampu menyampaikan pesan secara akurat, mudah diterima dan terbaca oleh pemirsa. 7. Teknik Reduksi Penerjemah menggunakan teknik ini dengan cara menghilangan unsur teks Bsu dari Bsa atau dapat pula dilakukan untuk menghindari pengulangan kata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
112 digilib.uns.ac.id
yang sama, oleh sebab itu penghilangan seperti ini bersifat optional atau bebas. Terdapat tiga jenis kalimat tanya yes-no question untuk teknik ini yaitu: a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries Fungsi rethorical question ditemukan pada jenis ini yaitu pada data 003. Disamping itu pula, data tersebut menghasilkan terjemahan yang kurang akurat dan kurang berterima. Penghilangan objek pada data menghasilkan terjemahan yang kurang akurat dan kurang alami sehingga pesan yang disampaikan menjadi rancu dan membingungkan. b) Taq question/ kalimat tanya penegas Satu data yaitu pada data 009 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question, data tersebut memiliki terjemahan yang akurat, berterima dan terbaca dengan baik oleh pembaca sasaran. c) Declarative question Data 085 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question dan data 013 dengan fungsi kalimat sebagai kalimat tanya retoris memiliki terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Penerjemah berusaha menerjemahkan kalimat tersebut menjadi lebih padat dan ringkas lagi dengan cara mencarikan padanan yang tepat pada Bsa, sehingga pesan tersampaikan dengan mudah pada pembaca sasaran. 8. Teknik Partikulasi Tiga data (069, 014, dan 068) termasuk ke dalam jenis yes-no question dengan tobe dimana pada data 069 memiliki fungsi sebagai kalimat tanya real commit user question dan data sisanya memilki fungsitorethorical question. Satu data lagi yaitu
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada data 089 masuk ke dalam jenis kalimat tanya taq question atau kalimat tanya penegas dimana fungsi pragmatisnya sebagai kalimat tanya real question. Keseluruhan data yang ada termasuk terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Penerjemah mencarikan padanan atau istilah yang tepat dan telah disesuaikan dengan Bsanya sehingga menghasilkan terjemahan yang lebih explisit dan kongkrit pada terjemahanya. 9. Teknik Padanan Lazim Teknik yang hampir dengan teknik literal yaitu teknik padanan lazim, dimana penerjemah menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim ditemukan dalam Bsa. Sama halnya dengan teknik partikulasi, teknik ini juga hanya terdapat dua jenis kalimat tanya yaitu: a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries Terdapat tiga data pada penggunaan teknik ini yaitu data 053 dengan fungsi kalimat tanya real question dan dua data (016, 099) berikutnya dengan fungsi kalimat tanya retoris. Kekurang akuratan terdapat pada data 016 dimana penerjemah menggunakan padanan istilah yang terasa kaku dan kurang alami sehingga terjemahannya menjadi kurang akurat. b) Yes-no question dengan modals Pada tipe ini, hanya terdapat satu data yang ditemukan yaitu data 120 dimana data tersebut juga termasuk ke dalam terjemahan kurang akurat dan kurang berterima. Penyebabnya penerjemah mencarikan padanan yang kurang tepat sehingga hasil terjemahannya menjadi terasa kaku. commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10. Teknik Peminjaman Teknik terakhir untuk jenis kalimat tanya yes-no question adalah teknik peminjaman. Dimana terdapat dua jenis kalimat tanya yaitu yes-no question dengan tobe pada data 030 dan kalimat tanya declarative pada data 020. Kedua data tersebut memiliki fungsi pragmatis yang sama yaitu sebagai kalimat tanya rethoric question dan juga memiliki terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Pada data 030, penerjemah menggunakan teknik peminjaman alami dengan cara menyesuaikan lafal dari kata yang dipinjam dengan lafal yang lebih lazim pada Bsa. Sedangkan untuk data 020, penerjemah menggunakan teknik peminjaman murni dengan cara merujuk pada Bsu secara utuh tanpa disertai penyesuaian lafal. Sehingga kesalahan dan distorsi makna dapat dihindari. 2. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis WH questions Sama halnya dengan pembahasan pertama, pada pembahasan yang kedua akan dibahas secara rinci dan jelas tentang penggunaan teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis WH questions dengan tabel rincian sebagai berikut: K1
: Keakuratan
K2
: Keberterimaan
K3
: Keterbacaan
commit to user
No
Jenis dan fungsi
1.
Teknik Literal
2.
Transposisi
3.
Ling. Amplifikasi
4.
Ling. Kompensasi
5.
6. 7.
Real
What Retho
Real
When Retho
Where Real Retho
Real
Why Retho
Real
How Retho
Real
Who Retho
Which Real Retho
Jumlah pemakaian teknik
048, 086, 096, 097, 104, 115 056, 065, 117 063
010, 023, 029, 057
006
081
101-KB
-
095
-
004, 028KA, KB,KT 110
-
040, 102
-
-
-
19 data
022- KA 067, 090
-
-
-
-
-
043, 075-KB
033, 087
-
-
-
-
12 data
105
-
-
-
-
-
-
059KA 114 121
-
-
-
-
5 data
078 084-KB
-
-
-
-
-
-
088
-
-
-
-
7 data
Modulasi
026, 027, 050, 113 -
091, 092 -
045
-
-
-
098
-
-
-
-
-
-
6 data
Amplifikasi Reduksi
054 052
046-KA
-
080-KB -
-
-
038 -
005, 072, 094, 108 -
079
-
-
-
-
3 data 4 data
-
051 017
-
-
002 -
-
-
076
037 -
-
-
-
-
1 data 2 data 3 data
16 data
14 data
1 data
2 data
2 data
-
3 data
7 data
4 data
2 data
-
2 data
-
62 data
8. Partikulasi 9. Padanan Lazim 10. Peminjaman 11. Kreasi Diskursif Jumlah jenis dan fungsi Kalimat Tanya
116KA 074
9 data
Tabel 4.25. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi Kalimat Tanya WH questions
115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembahasan
yang
kedua
ini,
penggunaan
teknik
literal
tetap
mendominasi dengan 19 data yang telah teridentifikasi. 12 data ditemukan dengan menggunakan teknik transposisi. Teknik linguistik kompensasi lebih banyak penggunaanya yaitu sebesar 7 data dibanding dengan penggunaan teknik linguistik amplifikasi yaitu 5 data. Hal ini disebabkan karena aspek terjemahan pada subtitle film yang terbatasi oleh waktu dan lama waktu kemunculan juga banyaknya karakter penulisan dalam layar yang harus dipatuhi sehingga dengan mensintesa elemen-elemen linguistik menjadi bentuk yang lebih sederhana lebih banyak digunakan dari pada teknik linguistik amplifikasi. 6 data teridentifikasi menggunakan teknik modulasi dan 3 data menggunakan teknik amplifikasi. Penggunaan teknik reduksi hanya terdapat 4 data dan 3 data menggunakan teknik kreasi diskursif. 2 data terakhir menggunakan teknik peminjaman dan hanya 1 data teridentifikasi menggunakan teknik partikulasi. Berikut
merupakan
pembahasan
terperinci
penggunaan
teknik
penerjemahan untuk setiap jenis kalimat tanya Wh question: 1. Teknik Literal Terdapat 19 data yang menggunakan teknik literal dimana masingmasing data terdapat pada jenis kalimat tanya wh question yang diawali dengan kata tanya sebagai berikut: a) What, When, Why dan Who Jenis kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya What ditemukan pada data 048, 086, 096, 097, 104, 105 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat commit to user
116
perpustakaan.uns.ac.id
117 digilib.uns.ac.id
tanya real question dan pada data 010, 023, 029 dan 057 dengan fungsi pragmatis kalimat tanya sebagai kalimat retoris. Keseluruhan data yang ada termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Sedangkan untuk kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya When hanya terdapat dua data saja yaitu data 006 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question) dan data 081 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris). Kedua data tersebut juga diterjemahkan oleh penerjemah dan menghasilkan terjemahan yang akurat,berterima dan terbaca. Kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya Why ditemukan pada data 095 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question, sedangkan kalimat tanya tanya yang diawali dengan kata tanya Who terdapat pada data 040 dan 102, dimana kedua data tersebut berfungsi sebagai kalimat tanya retoris. Kedua jenis kalimat tanya tersebut, semua datanya menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca oleh pembaca sasaran. b) Where dan How Kata tanya yang diawali dengan Where ditemukan pada data 101 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question. Data tersebut masuk ke dalam terjemahan yang kurang berterima. Penerjemah menerjemahkan kata demi kata tanpa disesuaikan dengan Bsa yang berlaku sehingga mengakibatkan terjemahan terasa kurang alami. Untuk kalimat tanya yang diawali dengan How terdapat pada data 004, 028, dan 110 yang mana kesemua data tersebut memiliki fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
retoris. Pada data 028 terjemahan yang dihasilkan kurang akurat, kurang berterima
dan
kurang
terbaca,
hal
ini
dikarenakan
penerjemah
menerjemahkanya tanpa mempertimbangkan kesepadan kata pada Bsanya sehingga terjemahan yang dihasilkan terasa kaku, kurang alami dan pesan yang disampaikan menjadi rancu. 2. Teknik Transposisi Pemakaian teknik yang kedua ini terdapat 12 data yang masing-masing data terdapat pada jenis kalimat tanya wh question yang diawali dengan kata tanya sebagai berikut: a) What Terdapat 6 data dengan masing-masing data yaitu data 056, 065, 117 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question) dan data 022, 067, 090 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris). Kekurang akuratan ditemukan pada data 022, dimana penerjemah mengubah susunan struktur yang tidak disesuaikan dengan Bsa, sehingga terjemahan yang dihasilkan terasa kaku dan kurang akurat. b) Why Untuk jenis kalimat tanya ini terdapat pada data 043 dan 075, dimana kedua data tersebut berfungsi sebagai kalimat tanya retoris. Untuk jenis kalimat tanya ini, kekurang berterimaan ditemukan pada data 075. Perubahan susunan gramatikal menjadikan pesan yang disampaikan terasa rancu dan kurang alamiah, sehingga mengahasilkan terjemahan yang kurang berterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
c) How Pada data 059 dan 114 memiliki fungsi pragmatis sebagai kalimat tany real question, sedangkan dua data berikutnya yaitu data 033 dan 087 memiliki fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris. Data yang kurang akurat juga ditemukan pada jenis ini yaitu pada data 059 dimana perubahan secara struktural menjadikan terjemahan terasa kaku dankurang akurat. 3. Teknik ling. Amplifikasi Lima data diidentifikasi menggunakan teknik ini, data tersebut terdapat pada jenis kalimat tanya wh question yang diawali dengan kata tanya What, dengan dua data yang ditemukan yaitu data 063 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question dan data 105 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya rethoric question. Data lainnya adalah kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya How yaitu pada data 121, dimana real question atau bertanya dalam artian sesungguhnya merupakan fungsi pragmatis dari kalimat tanya itu sendiri. Dua data terakhir adalah data 091 dan 092 dimana kedua data tersebut memiliki fungsi pragmatis yang sama sebagai kalimat tanya real question. Keseluruhan data pada ketiga jenis kalimat tanya diatas mempunyai hasil terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. 4. Teknik ling. Kompensasi Pada penggunaan teknik yang keempat ini, terdapat dua jenis kalimat tanya wh question dengan diawali kata to tanya commit userWhat dan How. Kata tanya yang
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
diawali dengan What ditemukan pada data 026, 027, 050, 113 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question) dan pada data 078, 084 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris). Ketidak berterimaan ditemukan pada data 084, dimana penerjemah melakukan beberapa pengurangan kata atau perubahan elemen pada kalimat, akan tetapi padanan yang dihasilkan terasa tidak alamiah sehingg hasil terjemahan pada Bsanya menjadi kurang berterima. Lain halnya dengan kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya How, hanya terdapat satu data saja yaitu data 088 dimana fungsi pragmatisnya sebagai kalimat tanya real question dan terjemahan yang dihasilkannyapun merupakan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. 5. Teknik Modulasi Sama halnya dengan teknik ling. Amplifikasi, pada pemakaian teknik ini hanya terdapat dua jenis data dengan kata tanya yang diawali dengan What yaitu pada data 045 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question) dan kata tanya yang diawali dengan Why yaitu pada data 098 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question) dan data 005, 072, 094, 108 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris). Keseluruhan data tersebut termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. 6. Teknik Amplifikasi Pada pemakaian teknik ini, terdapat tiga data yang ditemukan, dua data pertama yaitu kalimat tanya dengan kata tanya yang diawali What yaitu pada data commit to user 054 dan Why pada data 038, kedua data tersebut memiliki fungsi pragmatis yang
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sama
yaitu
sebagai
kalimat
tanya
retoris
dimana
terjemahan
yang
dihasilkanyapun termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Satu data terakhir adalah kata tanya yang diawali When yaitu pada data 080 dengan fungsi kalimat sebagai kalimat tanya retoris. Kekurangberterimaan terjadi pada data ini dikarenakan penerjemah memberikan informasi tambahan yang tidak disesuaikan terlebih dahulu Bsanya sehingga menghasilkan terjemahan yang rancu dan kurang alamiah. 7. Teknik Reduksi Penggunaan teknik ini juga ditemukan pada dua jenis kalimat tanya yang diawali dengan What dan How. Untuk data yang diawali dengan What terdapat pada data 052 dan 046 dimana masing-masing data tersebut berfungsi sebagai kalimat tanya real question dan kalimat tanya retoris. Dua data berikutnya adalah kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya How, yaitu pada data 116 dan 079 dimana fungsi pragmatisnya sama seperti kata tanya sebelumnya. Dua data pada dua jenis kalimat tanya ini masuk ke dalam jenis terjemahan kurang akurat yaitu pada data 046 dan 116. Penerjemah dengan melakukan pengurangan informasi yang dibutuhkan pada Bsa malah menimbulkan terjemahan yang kaku dan kurang akurat. 8. Teknik Partikulasi Pada pemakaian teknik yang ke delapan ini, hanya terdapat satu data yang ditemukan yaitu pada data 037 dimana fungsi pragmatisnya sebagai kalimat commit to user tanya retoris yaitu mengungkapkan sindiran pada lawan bicaranya. Data tersebut
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
termasuk ke dalam data yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Pemakaian teknik ini dirasa tepat karena penerjemah mencarikan padanan istilah yang lebih terperinci dan sering dipergunakan padananya dalam Bsa sehingga menhasilkan terjemahan yang baik. 9. Teknik Peminjaman Dua data dengan jenis kalimat tanya diawali dengan What yaitu data 051 dan Where yaitu pada data 002. Dimana fungsi pragmatis pada data 051 sebagai kalimat tanya retoris dan pada data 002 sebagai kalimat tanya real question. Kedua data yang ditemukan termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Penerjemah menggunakan teknik ini guna menghindari kesalahan dalam terjemahanya yaitu dengan cara meminjam kata yang disesuaikan ataupun telah disesuiakan lafalnya dalam Bsanya sehingga pesan tersampaikan dengan baik dan benar. 10. Teknik Kreasi Diskursif Teknik terakhir yang tidak ditemukan pada jenis kalimat tanya yes-no question adalah penggunaan teknik kreasi diskursif dengan tiga jenis kalimat tanya yang ditemukan pada pemakaian tenik ini yaitu kalimat tanya yang diawali dengan kata What (data 017), Why (data 076) dan How (data 074). Fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya sesungguhnya atau real question terdapat pada data 074 sedangkan fungsi pragmatis rethoric question terdapat pada data 017 dan 076. Keseluruhan data tersebut termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca.
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Alternative questions Jenis kalimat tanya yang terakhir dan juga memiliki data terkecil yaitu 3 data adalah kalimat tanya alternative questions, dimana setiap data yang teridentifikasi masing-masing menggunakan tiga teknik penerjemahan yang berbeda pula, teknik yang digunakan adalah teknik linguistik amplifikasi yaitu data 109, teknik partikulasi pada data 035, dan teknik peminjaman pada data 039. Ketiga data tersebut memiliki terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah terbaca. Tidak ditemukan terjemahan yang kurang, hal ini disebabkan penggunaan teknik pada Bsa dirasa tepat dari segi penambahan unsur elemen linguistik, pencarian padanan yang sudah umum digunakan dan peminjaman kata yang sudah disesuaikan dengan lafalnya pada Bsa, yang menjadikan terjemahan akurat, berterima, dan mudah terbaca. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan penggunaan teknik penerjemahan pada kalimat tanya alternative questions.
commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No
Jenis dan Fungsi Teknik Literal 1. Transposisi 2. Ling. Amplifikasi 3. Ling. Kompensasi 4. Modulasi 5. Amplifikasi 6. Reduksi 7. Partikulasi 8. Padanan Lazim 9. Peminjaman 10. Kreasi Diskursif 11. Jumlah jenis dan fungsi Kalimat Tanya
Alternatif questions Real Rethoric 109 1 data
035 039 2 data
Jumlah pemakaian teknik 1 data 1 data 1 data 3 data
Tabel 4.26.Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi Kalimat Tanya Alternative questions 4. Dampak pemakaian teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes. Dari beberapa pembahasan diatas, pada bagian sub bagian terakhir ini merupakan suatu kesimpulan atau inti pembahasan yang didapat dari penelitian mengenai kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes. Pada tabel berikut ini merupakan hasil pemaparan mengenai penggunaan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan kalimat tanya beserta kesimpulanya. Keterangan : K1
: Keakuratan
K2
: Keberterimaan
K3
: Keterbacaan commit to user
Jenis dan fungsi kalimat tanya
Teknik
K3
Transposisi
Ling. Amplifikass i
Ling. Kompensasi
Modulasi
Amplifikasi
Reduksi
Partikulasi
Padanan Lazim
Peminjaman
Kreasi Diskursif
94,11 % 5, 88 % 100 % 100 % -
75 % 25 % 87,5 % 12,5 % 87,5 % 12,5 % -
50 % 50 % 75 % 25 % 75 % 25 % -
100 % 75 % 25 % 100 % -
100 % 100 % 100 % -
50 % 50 % 100 % 100 % -
75 % 25 % 75 % 25 % 100 % -
100 % 100 % 100 % -
50 % 50 % 75 % 25 % 100 % -
100 % 100 % 100 % -
-
94,73 % 5,26 % 89,47 % 10,52 % 89,47 % 10,52 % -
83,33 % 16,66 % 91,66 % 8,33 % 100 % -
100 % 100 % 100 % -
100 % 85,75 % 14,28 % 100 % -
100 % 100 % 100 % -
100 % 66,66 % 33,33 % 100 % -
50 % 50 % 100 % 100 % -
100 % 100 % 100 % -
-
100 % 100 % 100 % -
100 % 100 % 100 % -
-
-
100 % -
-
-
-
-
-
100 % -
100 % -
-
-
-
100 % 100 % -
-
-
-
-
-
100 % 100 % -
100 % 100 % -
-
Kualitas terjemahan
Yes-no questions K1 Akurat Kurang Akurat Tidak Akurat K2 Berterima Kurang Berterima Tidak Berterima K3 Mudah Terbaca Kurang Terbaca Tidak Terbaca WH questions K1 Akurat Kurang Akurat Tidak Akurat K2 Berterima Kurang Berterima Tidak Berterima K3 Mudah Terbaca Kurang Terbaca Tidak Terbaca Alternative questions K1 Akurat Kurang Akurat Tidak Akurat K2
Literal
Berterima Kurang Berterima Tidak Berterima Mudah Terbaca Kurang Terbaca Tidak Terbaca
Tabel 4.27. Dampak Pemakaian Teknik Penerjemahan pada Kalimat Tanya Terhadap Kualitas Penerjemahan
125
-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terlihat pada bagan tabel diatas, pada jenis kalimat tanya Yes-no questions, meskipun terdapat terjemahan kurang akurat pada penggunaan teknik literal akan tetapi tidak mengurangi tingkat keberterimaan dan keterbacaan. Beda halnya dengan penggunaan teknik transposisi dan linguistik amplifikasi, dimana 2 data teridentifikasi kurang akurat, 1 data teridentifikasi kurang berterima dan kurang kurang terbaca. Teknik linguistik kompensasi menjadikan terjemahan akurat dan mudah terbaca tetapi kurang berterima, begitu pula penggunaan teknik reduksi dan padanan lazim yang menghasilkan terjemahan kurang akurat dan kurang berterima tetapi mudah terbaca. Dapat disimpulkan bahwa dari segi keakuratan, penggunaan teknik linguistik kompensasi, modulasi, partikulasi dan peminjaman memberikan dampak positif pada keakuratan, sedangkan dari segi keberterimaan penggunaan teknik literal, modulasi, amplifikasi, partikulasi dan peminjaman menjadikan terjemahan terasa alamiah. Untuk tingkat keterbacaan dampak negatif hanya ditemukan pada penggunaan teknik transposisi dan linguistik amplifikasi. Untuk jenis kalimat tanya yang kedua adalah Wh questions, penggunaan teknik literal menjadikan terjemahan kurang akurat, kurang berterima, dan kurang terbaca, hal ini juga disebabkan karena penggunaan teknik lain yang terdapat pada satu ujaran kalimat tanya, teknik tersebut adalah teknik reduksi yang menjadikan terjemahan terasa kaku dan kurang alamiah sehingga pesan yang disampaikan tidak mudah dipahami maksudnya. Penggunaan teknik linguistik kompensasi dan amplifikasi juga menghasilkan terjemahan yang kurang berterima akan tetapi to user terjemahan. Sedangkan teknik tidak mempengaruhi keakuratan commit dan keterbacaan
126
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
transposisi menjadikan terjemahan kalimat tanya Wh questions menjadi terjemahan kurang akurat dan kurang berterima tetapi masih memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik linguistik amplifikasi,
linguistik
kompensasi,
modulasi,
amplifikasi,
partikulasi,
peminjaman dan kreasi diskursif memberikan dampak positif pada terjemahan, sedangkan linguistik kompensasi, modulasi, reduksi, partikulasi, peminjaman, dan kreasi diskursif memberikan dampak positif pada aspek keberterimaan. Teknik literal berpadu dengan teknik reduksi memberikan dampak negatif pada aspek keterbacaan, sedangkan teknik yang lainya tidak mempengaruhi kualitas keterbacaan. Jenis kalimat tanya yang terakhir adalah alternative questions, dimana terdapat data paling rendah dengan penggunaan teknik yang menghasilkan kualitas terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Penggunaan teknik tersebut terdapat pada masing-masing data antara lain penggunaan teknik linguistik amplifikasi, padanan lazim dan kreasi diskursif. Berikut ini merupakan diagram yang menunjukkan hasil kualitas terjemahan dari segi keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan:
commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kualitas Terjemahan 86.77%
97.50%
91.73%
13.22% 8.64% 2.47%
Keakuratan
Keberterimaan
Keterbacaan
Gambar 4.4. Diagram Hasil Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada subtitle film Sherlock Holmes
Dari beberapa kesimpulan diatas, maka dapat diambil garis besar inti dari pembahasan mengenai dampak yang dihasilkan dari penggunaan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes adalah akurat, berterima dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir ini terdapat 2 sub bagian yaitu kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan dianalisis yaitu mengenai pembahasan jenis dan fungsi pragmatis kalimat tanya, penggunaan teknik dalam kalimat tanya tersebut serta kualitas kalimat tanya dari subtitle film Sherlock Holmes dan saran bagi penelitian-penelitian selanjutnya. A. Kesimpulan Dari hasil analisis data penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kesimpulan dari penelitian mengenai jenis kalimat tanya dan fungsi pragmatis kalimat tanya terdapat tiga jenis kalimat tanya yang mana jenis Wh question menduduki jumlah terbanyak dari kedua jenis kalimat tanya yang lainya yaitu sebesar 56 data (51,23%) yang kemudian dilanjutkan dengan jenis yes-no question dengan 56 data (46,28%) dan alternative question dengan tiga data (2,47%). Dengan fungsi pragmatis yang terdapat pada kalimat tanya yang sebagian besar mempunyai fungsi sebagai kalimat tanya rhetoric question yaitu sejumlah 68 data (56,19 %). Fungsi pragmatis dari kalimat tanya tidak saja berfungsi untuk menanyakan sebuah informasi semata akan tetapi juga memiliki commit fungsi to user pragmatis lainya seperti halnya
129
perpustakaan.uns.ac.id
130 digilib.uns.ac.id
mengungkapkan rasa penyangkalan, penyesalan, permintaan bahkan sebuah sindiran. 2. Penggunaan teknik penerjemahan pada subtitle film ini sebanyak 11 teknik dengan teknik literal (36 data) menduduki peringkat terbanyak dalam hal penggunaanya, kemudian teknik transposisi dengan 20 data, 11 data teridentifikasi menggunakan teknik linguistik kompensasi, 10 data berikutnya menggunakan teknik linguistik amplifikasi. Sedangkan teknik modulasi dan amplifikasi terdapat 9 data, teknik reduksi dengan 8 data dan teknik partikulasi dengan 6 data. Padanan lazim hanya terdapat 4 data, dengan 5 data teridentifikasi menggunakan teknik peminjaman dan 3 data terakhir menggunakan teknik kreasi diskursif. 3. Pada setiap jenis kalimat tanya terdapat perbedaan penggunaan teknik, dari beberapa penggunaan teknik tersebut secara garis besar dapat ditarik kesimpulan mengenai teknik yang memberikan dampak positif pada kualitas terjemahan. Untuk jenis kalimat tanya Yes-no questions, hanya terdapat 2 teknik yang memberikan kontribusi positif pada terjemahan yaitu teknik partikulasi dan peminjaman. Dengan meminjam kata dan menjadikan terjemahan pada Bsa menjadi lebih terperinci lagi menjadikan pesan yang disampaikan terasa alamiah dan mudah dimengarti maksud pesannya. Sedangkan untuk jenis kalimat tanya Wh questions, terdapat 4 teknik yang memberikan kontribusi positif pada kualitas terjemahan yaitu teknik linguistik amplifikasi, modulasi, partikulasi, peminjaman, dan kreasi diskursif. Keempat teknik diatas, mampu memberikan terjemahan yang commit to user
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akurat, berterima dan mudah terbaca. Jenis kalimat tanya yang terakhir adalah alternative questions dengan data dan penggunaan teknik terkecil dari jenis kalimat tanya yang lain. Keseluruhan teknik memberikan dampak yang positif pada kualitas terjemahan, tidak ditemukan kekurangan dalam kualitas terjemahan yang dihasilkan. 4.
Dari total keseluruhan data yang ada, 105 data termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, ditinjau dari segi keberterimaan, terdapat 111 data termasuk ke dalam terjemahan yang sudah berterima, dan terdapat 118 data termasuk ke dalam kategori terjemahan dengan tingkat keterbacaan yang tinggi. Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terjemahan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes, mempunyai terjemahan yang akurat, berterima dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi.
B. Saran 1. Bagi penerjemah diharapkan untuk lebih hati-hati dan memperhatikan faktor legability lainya, misalnya dengan berbagai batasan tempat dan waktu dalam subtitle diharapkan penggunan teknik menjadikan terjemahan subtitle lebih efektif lagi. Dalam penerjemahan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes, penerjemah harus lebih memperhatikan penggunaan teknik literal, transposisi atau reduksi dimana teknik ini menghasilkan terjemahan yang kurang akurat dibanding dengan teknik penerjemahan yang lain. 2. Pemilihan kata, pemakaian istilah dan padanan kata juga faktor yang penting yang perlu diperhatikan oleh seorang penerjemah. Pemilihan kata yang lebih commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disesuaikan dengan kaidah dan norma Bsa menjadikan terjemahan lebih berterima karena pemakaian kata yang tepat dan tidak asing dalam Bsa. 3. Penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehigga penetilian ini perlu dikaji lebih lanjut dan mendalam, terutama jenis penelitian subtitle pada penerjemahan audiovisual lainnya dengan pendekatan yang sama atau berbeda, misalnya dari segi metode dan ideologi penerjemahan kalimat tanya. 4. Pada penelitian ini tidak melibatkan penerjemah film Sherlock Holmes, sehingga informasi yang didapat kurang terperinci dan mendalam. Misalnya penggunana teknik reduksi dan amplifikasi yang bertolak belakang, apa yang mendasari penerjemah menggunakan kedua teknik tersebut, apakah si penerjemah tidak mengetahui padanan yang tepat sehingga mereduksi begitu saja ataukah ada alasan yang kuat untuk menambahkan informasi agar penerjemahan yang dihasilkan menjadi lebih akurat dalam penyampaian pesan.
commit to user