Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA SALON DILA DI KELURAHAN BONESOMPE Palata Luru *) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh kualitas pelayanan dilihat dari aspek penampilan fisik terhadap kepuasan pelanggan pada Salon Dila di Kelurahan Bonesompe. Penelitian dilaksanakan pada Salon Dila di Kelurahan Bonesompe, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui metode wawancara dan penyebaran kuisioner. Data dianalisis dengan menggunakan regresi linear sederhana. Berdasarkan hasil analisis diperoleh koefisien regresi sebesar 0,441 artinya bahwa apabila kualitas pelayanan (penampilan fisik) ditingkatkan maka kepuasan pelanggan akan mengalami peningkatan, koefisien korelasi sebesar 0,467 artinya itu terdapat hubungan positif antara kualitas pelayanan (penampilan fisik) dengan kepuasan pelanggan pada Salon Dila di Kelurahan Bonesompe sebesar 46,7% dan koefisien determinasi sebesar 0,218 artinya bahwa 21,8% kepuasan pelanggan pada Salon Dila Kelurahan Bonesompe dapat dijelaskan oleh variabel kualitas pelayanan (penampilan fisik). Kata kunci : penampilan fisik, kepusan pelanggan. *) Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sintuwu Maroso
PENDAHULUAN Perkembangan dan peningkatan jasa sudah semakin menjadi perhatian masyarakat. Dizaman sekarang ini banyak penduduk Indonesia yang mengikuti perkembangan zaman yang serba modern dan canggih. Dari beberapa masyarakat sudah mulai memperhatikan penampilan mereka mulai dari dalam sampai fisik luar, mereka mendambakan untuk mempunyai penampilan fisik yang menawan mulai dari wajah, rambut, kuku dan kulit tubuh yang putih dan halus yang dapat menarik perhatian banyak orang. Tidak hanya kaum wanita yang datang kesalon untuk perawatan, kaum pria pun banyak meluangkan waktunya untuk merawat diri dan memanjakan tubuh mereka disalon, untuk merubah penampilan mereka menjadi lebih menarik. Bahkan tidak segan-segan para pelanggan mengeluarkan dana yang cukup besar untuk dapat merubah penampilan mereka. Salon kecantikan sudah banyak dijumpai sekarang ini, tidak hanya di pusatpusat perbelanjaan atau dikawasan pertokoan. Tetapi Salon kecantikan kini dapat di jumpai diberbagai tempat dan harganya pun relatif terjangkau. Hal utama yang 1
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
diprioritaskan oleh jasa salon tersebut adalah kepuasan pelanggan atau pelanggan agar menikmati, menyukai pelayanan yang telah diberikannya (sesuai dengan model) dan mengikuti trend yang ada. Seperti halnya dengan Salon Dila, salon kecantikan yang bertempat di Jl.Sultan Hasanudin Kelurahan Bonesompe Poso Kota. Salon ini berusaha menarik banyak pelanggan, dengan cara meningkatkan pelayanannya sehingga dengan demikian diharapkan mampu memuaskan para pelanggan. Jika pelanggan sudah merasa puas kepada salon kecantikan tersebut maka sudah barang tentu akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi Salon Dila. Salon Dila memyiapkan Dua (2) tenaga karyawan yang cukup handal dan ahli dalam bidangnya khususnya,dalam bidang kecantikan,penataan rambut dan perawatan tubuh. Salon ini menyiapkan pula berbagai macam produk untuk memenuhi kebutuhan pelangganya, Untuk menarik pelanggan Salon Dila telah berupaya semaksimal mungkin memuaskan kebutuhan pelanggannya, namun upaya ini nampaknya belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dilihat dari penampilan fisiknya.
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran Melalui kegiatan ekonomi, barang dan jasa mengalir dari produsen ke konsumen. Pemasaran merupakan tugas akhir
dari kegiatan ekonomi dalam
mermuaskan kebutuhan hidup manusia. Pemasaran memiliki aspek yang berbeda bagi setiap individu. Itulah sebabnya pemasaran dapat di lihat dari berbagai sudut pandang dan kenyataan atau fenomena yang ada dalam masyarakat, terutama yang berhubungan dengan perekonomian. Pemasaran
memiliki
arti
yang
berbeda-beda
antara
lain
(http
/organisasi/2007) a. Menurut WY Stanton (2007); Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. b. Pengertian Pemasaran Menurut H. Nystrom (2007); Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen.
2
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
c. Pengertian Pemasaran Menurut Philip dan Duncan (2007); Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen. Jadi dalam pengertian tersebut terdapat proses pertumbuhan adalah proses perpindahan barang dan/atau jasa dari produsen kekonsumen atau semua kegiatan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Pemasaran adalah faktor yang paling penting bagi suatu perusahaan didalam menjalankan operasional usahanya demi pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini disebabkan karena ruang lingkup pemasaran sangat luas, dimana kegiatannya di mulai dari proses produksi sampai ke konsumsi. Di mana sudah mencakup pula kegiatan promosi, penetapan harga penjualan dan pembelian. B. Pengertian Jasa Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya. (zeithalm dan bitners, 2005). Pengertian jasa di atas, Tjiptono (2004:18) mengutarakan ada lima sifat utama jasa bagi pembeli. 1) Intangibility (tidak berwujud) Jasa bebeda dengan barang. Bila barang merupakan
suatu objek, alat, atau benda; maka jasa adalah suatu perbuatan,
tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. 2) Inseparability (tidak dapat dipisahkan) Barang biasa diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. 3) Variability/Heterogeneity
(berubah-ubah)
Jasa
bersifat
variabel
karena
merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. 4) Perishability (tidak tahan lama) Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur
3
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan. 5) Lack of Ownership Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Adapun definisi jasa adalah suatu kegiatan atau unjuk kerja (performance) yang dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa yang diciptakan melalui proses dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam mengkonsumsi Jasa yang disediakan tidak akan terjadi pengalihan kepemilikan karena sifat dasar jasa yang tidak dapat disimpan (perishable). Atas hal tersebut maka untuk dapat berhasil melakukan pemasaran jasa yang di ciptakan/ disediakan factor utama yang perlu diperhatikan adalah pemenuhan kebutuhan konsumen pada saat dilakukannya proses pembelian. Sesuai dengn tingkatan produk selain dilakukannya melauli core benefitnya perusahaan perlu memberikan tambahan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut melalui Augmented product untuk menciptakan kepuasan dengan tujuan untuk menumbuhkan loyalitas. C. Konsep Dasar Pelayanan Ada tiga (3) konsep dasar yang harus diperhatikan dalam mewujudkan pelayanan: a. Konsep sikap (attitude) Keberhasilan bisnis industry jasa pelayanan akan sanggat tergantung pada orang – orang yang terlibat didalamnya.Sikap pelayanan yang diharapkan tertanam pada diri para karyawan adalah sikap yang baik, ramah, penuh simpatik dan mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan.Pelanggan akan menilai perusahaan dari kesan pertama dalam berhubungan dengan orang-orang yang terlibat dalam perusahaan tersebut. Sikap yang diharapkan berdasarkan konsep pelayanan adalah : 1) Sikap pelayanan prima berarti mempunyai rasa kebanggan terhadap pekerjaan 2) Memiliki penggabdian yang besar terhadap pekerjaan 3) Senantiasa menjaga martabat dan nama baik perusahaan
4
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
b. Konsep Perhatian (attention) Dalam melakukan layanan,seorang petugas pada perusahaan industry jasa pelayanan harus senantiasa memperhatikan dan mencermati keinginan pelanggan.Apa bila pelanggan suda menunjukkan minat untuk membeli suatu barang/jasa yang kita tawarkan,segerah saja layani pelanggan tersebut dan tawarkan
bantuan.Sehingga
pelanggan
merasa
puas
danterpenuhi
keinginanya.Hal-hal lain yang perlu diperhatikan menyangkut bentuk-bentuk pelayanan berdasarkan konsep perhatian adalah sebagai berikut : 1) Mengucap salam pembuka pembicaraan. 2) Menanyakan apa saja keinginan pelanggan. 3) Mendengarkan dan memahami keinginan pelanggan. 4) Melayani pelanggan dengan cepat, tepat dan ramah. 5) Menempatkan kepentingan pelanggan pada nomor urut 1 c. Konsep Tindakan (action) Pada konsep perhatian,pelanggan,” menunjukkan minat” untuk membeli produk yang kita tawarkan.Pada konsep tindakan pelanggan sudah “menjatuhkan pilihan” untuk membeli produk yang diinginkanya.Terciptanya proses komunikasi pada konsep tindakan ini merupakan tanggapan terhadap pelanggan yang telah menjatuhkan pilihanya,sehingga terjadilah transaksi jual beli. Bentukbentuk pelayanan berdasarkan konsep tindakan adalah : 1) Segera mencatat pesanan pelanggan. 2) Menegaskan kembali kebutuhan / pesanan pelanggan. 3) Menyelesaikan transaksi pembayaran pesanan pelanggan. 4) Mengucapkan terimakasih diiringi harapan pelanggan akan kembali lagi. D. Kualitas pelayanan Definisi kualitas pelayanan adalah berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.Menurut zeithalm , 2005, terdapat lima dimensi dalam menentukan kualitas pelayanan yaitu : 1) Relialibity, yaitu : kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
5
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
2) Responsiveness, yaitu respon atau kesiaagan karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan pelanggan. 3) Assurance, yaitu kualitas pelayanan yang meliputi pengetahuan terhadap produk secara tepat , ualitas keramah-tamahan perhatian dan kesopanan dalam meberi pelayanan, ketrampilan dalam memberikan informasi kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menananmkan kepercyaan pelanggan terhadap perusahaan. 4) Empathy, yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahahan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. 5) Tangible, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan E. Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan Loveloock (2001) menjelaskan bahwa dengan meningkatnya kepuasan pelanggan akan memberikan dampak langsung terhadap tingkah laku dan sikap pelanggan. Dan saat ini dapat diketahui melalui intensitas terjadinya penurunan keluhan yang diterima oleh tenaga penjual maupun pihak manajemen, serta disisi lain akan menimbulkan adanya pembelian ulang yang dilakukan oleh pelanggan bersangkutan. Pelanggan yang mendapatkan kepuasan memiliki kecenderungan untuk menjadi pelanggan yang loyal,serta akan berusaha mengajak orang lain untuk untuk melakukan pembelian serta mampu untuk membicarakan (word of mounth) hal-hal yang baik mengenai produk yang ditawarkan perusahaan dan ini merupakan promosi diluar program perusahaan sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi biaya (cost) untuk menarik pelanggan baru.
METODOLOGI PENELITIAN Seluruh metode yang terkumpul akan diolah melalui 3 ( tiga ) tahapan, yaitu persiapan kelengkapan sejumblah instrument, tabulasi data yang diperoleh, dan penerapan sesuia dengan pendekatan yang digunakan dalam tujuan penelitian.
6
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Dalam menganalisis data, terutama untuk menjawab serta mengungkap masalah pada tujuan penelitian yang pertama penulis menggunakan analisis deskriptif interense yaitu analisis berdasarkan perbandingan antara teori dengan kenyataan yang diperoleh. Dalam hal ini penulis ingin melihat lebih jauh mengenai kepuasan pelanggan Salon Dila Kelurahan Bonesompe terhadap kualitas pelayanan dilihat dari aspek penampilan fisik, dengan membandingkan antara harapan dan kenyataan yang mereka terima. Untuk mengungkap serta menjawab masalah dan tujuan penelitian pertama, maka berdasarkan kuisioner yang disebarkan kepada responden, maka dapat diketahui pertanyaan responden tentang dimensi kualitas pelayanan terrhadap kepuasan. Untuk memudahkan penilaian dari jawaban responden maka dibuat kriteria pengukuran Skala Likert dari 1 – 5 yaitu dari sangat tidak puas sampai dengan sangat puas Untuk mengetahui peranan fariabel x (kualitas pelayanan) terhadap y (kepuasan pelanggan) Salon Dila Kelurahan Bonesompe adalah dengan menggunakan regresi sederhana. Menurut Sugiyono (2007), regresi linier sederhana sebagai berikut : y = a + bx dimana : y
= Kepuasan Pelanggan
x
= Kualitas Pelayanan dilihat dari penampilan fisik
HASIL PENELITIAN Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan dilihat dari aspek penampilan fisik (X), terhadap kepuasan pelanggan (Y) digunakan analisis regresi linear sederhana sebagaimana terlihat pada hasil komputer program statistik SPSS for winddows Release 16,00. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai persamaan regresi sebagai berikut : Y = 16,042 + 0,441 X Dimana : Y
= Kepuasan Pelanggan
X
= Kualitas Pelayanan dilihat dari penampilan fisik
7
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Konstanta sebesar 16,042 menunjukkan bahwa jika tidak ada variabel kualitas pelayanan dilihat dari penampilan fisik maka kepuasan pelanggan pada Salon Dila di Kelurahan Bonesompe sebesar 16,042. Koefisien regresi X sebesar 0,441 menunjukkan bahwa apabila kualitas pelayanan dilihat dari penampilan fisik (X) ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan (Y) akan mengalami peningkatan. Koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan dilihat dari penampilan fisik yang dianalisis menunjukkan hubungan yang searah koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan dilihat dari penampilan fisik yang dianalisis menunjukkan hubungan yang searah dengan kepuasan pelanggan pada Salon Dila di Kelurahan Bonesompe. Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien korelasi variabel kualitas pelayanan dilihat dari penampilan fisik terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0,467 atau 46,7%. Ini berarti bahwa terdapat hubungan positif dan seimbang antara kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan. Variabel kualitas pelayanan dilihat dari penampilan fisik ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,218 atau 21,8%. Artinya bahwa sebesar 21,8% dari kepuasan pelanggan pada Salon Dila Kelurahan Bonesompe dapat dijelaskan oleh variabel kualitas pelayanan yang dilihat dari penampilan fisik. Dan sisanya sebesar 78,2% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Dalam uji t dan F menunjukkan variabel bikti fisik berpengaruh tidak signifakan ini berarti bagi manajamen salon Dila tidak terlulu perlu untuk memperhatikan kualitas pelayanannya dari segi bukti fisik karena apapun bentuk pisik dari salon tersebut bagi pelanggan tidak menjadi masalah, yang perlu diperhatikan manajemen salon Dila adalah kualitas pelayan yang lain.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1.
Koefisien regresi sebesar 0,441 menunjukkan apabila pelayanan (penampilan fisik) ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan pada Salon Dila Kelurahan Bonesompe akan meningkat.
8
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
2.
ISSN : 1693-9131
Besarnya sumbangan pelayanan (penampilan fisik) terhadap kepuasan pelanggan pada Salon Dila di Kelurahan Bonesompe ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,218 atau 21,8%.
B. Saran Saran yang perlu dikemukakan sehubungan dengan kesimpulan di atas sebagai berikut : 1.
Pimpinan Salon Dila Kelurahan Bonesompe lebih mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan lagi pelayanannya terutama penampilan fisiknya.
2.
Pimpinan Salon Dila Kelurahan Bonesompe memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggannya.
DAFTAR PUSTAKA Bitners, Zeithaml, 2000, Service Marketing, 2nd edition, Mc GRAW-HILL Fandy Tjiptono, 2004, Marketing Scale, Yogyakarta, Andi Offset. Hasan Albana, Arti Kata Salon Dalam Bahasa Indonesia ( http //www // Rumah Cantik // 2011 ). Kotler Philip, 2003, Manajemen Management, 11th edition, Prentice Hall. Khairul Maddy,( http // Konsep – Konsep Dasar Pelayanan // 2010 ) Lovelock, Christoper, 2001. Service Marketig (people technology, strategy), 4th edition, Prentice Hall. Lupiyoadi Rambat, Hamdani. A, 2006, Manajemen Pemasaran Jasa Edisi Kedua,Salemba Empat, Jakarta. Sugiono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung. Silahudin, ( http // Konsep Manajemen Pelayanan Publik // 2010 ). Wy Stanton, dan Kww, ( http // organisasi // 2007 ), Pengertian Pemasaran.
9
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
PENGELOLAAN PERALATAN PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN POSO Yoseptember Marande *) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan peralatan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso, data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan sekunder yang diperoleh secara langsung melalui dokumen dan wawancara secara langsung terhadap obyek yang relevan dengan penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian ini menunjukkan : 1). Bahwa peralatan pada Dinas ekerjaan Umum penggunaannya adalah dipergunakan bagi semua proyek pemerintah/swasta yang didanai oleh APBN. 2). Tingkat pendapatan sewa peralatan pada tahun 2005 sampai dengan 2008 mengalami peningkatan sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan yang disebabkan oleh kerusakan beberapa alat.
PENDAHULUAN Undang Undang nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pemberian otonomi daerah telah memacu semua pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota memacu sumber-sumber potensi pendapatan asli daerah sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengukur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan Dalam Peraturan tersebut pemerintah pusat dan daerah merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Semangat undang undang tersebut bukan keinginan untuk melimpahkan kewenangan pembiayaan pembangunan
pemerintah pusat ke
pemerintah daerah, tetapi lebih penting adalah peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumberdaya keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah telah menjadi kebutuhan pokok bagi pemerintah Kabupaten Poso, dalam rangka penataan sumber-sumber pendapatan asli daerah dalam rangka penetapan anggaran belanja daerah setiap tahun. Salah satu upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Poso dalam memenuhi kebutuhan dana pembangunan, semua 10
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Dinas/Badan/Kantor yang ada di lingkungan pemkab berusaha menggali sumbersumber pendapatan asli daerah yang dapat memperkuat keuangan daerah. Salah satu dinas yang sangat berperan dan potensial untuk menghasilkan pendapatan adalah Dinas Pekerjaan Umum. Sesuai peraturan daerah nomor 11 Tahun 2003 tentang organisasi dan tata kerja dinas dengan tugas pokok fungsi sesuai Keputusan Bupati Poso nomor 188.45/2575/tahun 2003 tanggal 20 Agustus 2003. Dinas Pekerjaan Umum berfungsi menyelenggarakan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum, serta pembinaan terhadap unit pelaksanaan teknis dinas dan cabang dinas, pengelolaan urusan ketatalaksanaan dan pelaksanaan tugas perbantuan. Dinas Pekerjaan Umum mempunyai unit teknis yang mengelola peralatan besar dan peralatan bantu untuk dimanfaatkan secara optimal dalam pemberian jasa yang maksimal bagi pembangunan nasional. Secara teknis pemanfaatan peralatan tersebut disewakan dalam rangka mempercepat dan menyelesaikan proyek pemerintah dan swasta. Penggunaan peralatan tersebut ditetapkan dengan keputusan menteri pekerjaan umum no: 585/KPTS/1988 tentang pedoman Penggunaan Peralatan dilingkungan Pekerjaan Umum Pendapatan sewa peralatan pada tahun 2005 sebesar Rp.103.731.834, pada tahun 2006 sebesar Rp.200.479.665, tahun 2007 meningkat sebesar 6% atau sejumlah Rp.212.363.367. pada
tahun 2008 meningkat sebesar 46% atau sejumlah
Rp.310.687.357, dan pada tahun 2009 menurun sebesar 25% atau sejumlah Rp.248.037.128. Turunnya pendapatan merupakan sebuah fenomena, secara ekonomi perlu mendapat kajian secara benar apa penyebab turunnya pendapatan sewa tersebut. Berdasarkan fenomena pendapatan sewa yang dikemukakan terdapat kecenderungan penurunan penerimaan sewa peralatan dimaksud, atas dasar masalah tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh dalam suatu karya ilmiah dengan judul Analisis Pengelolaan Peralatan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso, yang merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang harus disetorkan langsung kepada Kas Daerah dan selanjutnya akan dapat digunakan untuk kegiatan belanja daerah secara berkelanjutan (sustainable) melalui RAPBD yang disusun selanjutnya.
11
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
KAJIAN PUSTAKA Kemampuan manusia pada umumnya terbatas baik secara fisik, pengetahuan, waktu dan perhatian sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan manusia membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab mendorong pembentukan kerja sama dan keterkaitan formal dalam suatu organisasi secara spesialisasi. Dalam organisasi pekerjaan yang berat dan sulit dapat diselesaikan dengan cara terbaik serta tujuan yang diinginkan tercapai. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi barang/jasa harus selalu siap dan tersedia untuk dioperasikan, sehingga dibutuhkan adanya kegiatan pemeliharaan dan perawatan. Pemeliharaan peralatan atau fasilitas produksi merupakan suatu hal yang tidak boleh diabaikan begitu saja dalam pengendalian produksi. Walaupun akibat dan pemeliharaan tidak dirasakan secara langsung akan tetapi mengingat akibat-akibat di dalam jangka panjang maka pemeliharaan ini mutlak diperlukan. Oleh karena akibat langsung dan tidak adanya pemeliharaan yang baik tidak segera dirasakan, banyak perusahaan/organisasi yang menganggap pemeliharaan ini sebagai faktor yang kurang berarti sehingga prioritas penyelenggaraan pemeliharaan menjadi terbelakang Namun apabila kerusakan mulai terjadi akibat pemeliharaan yang kurang baik, maka pada umumnya pada saat tersebut baru dirasakan betapa pentingnya pemeliharaan bagi peralatan yang dipergunakan. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1988), Peralatan adalah sumberdaya yang melipatgandakan jasa manusia untuk mencapai usahanya sekaligus menunjukan spesifikasi jenis usaha manusia tersebut. Assauri (1999), memberikan batasan bahwa, pemeliharaan peralatan merupakan fungsi dalam suatu perusahaan yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Peralatan sangat menentukan dalam proses produksi, karena pentingnya, pemimpin organisasi perusahaan harus memperhatikan pemeliharaan (maintenance) setiap peralatan yang digunakan untuk menjamin kelancaran proses produksi. Dalam organisasi, masalah pemeliharaan peralatan kurang diperhatikan, akhirnya terjadilah pemeliharaan yang tidak teratur. Peranan yang penting dari kegiatan pemeliharaan baru teringat setelah mesin/peralatan yang dimiliki rusak dan tidak dapat
12
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
dioperasikan. Keadaan ini sangat bertentangan dengan konsep manajemen pemeliharaan yakni bahwa selama proses produksi berlangsung tidak akan terjadi kemacetan yang disebabkan oleh ganguan peralatan/mesin. Gosali (2002), mendefenisikan bahwa pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Jadi
dengan
adanya
kegiatan
pemeliharaan
maka
peralatan
tersebut
dipergunakan untuk proses produksi dapat berjalan lancar atau terjamin, karena kemungkinan kemacetan yang disebabkan ganguan fasilitas atau peralatan produksi dapat dikurangi. a. Preventive maintenance Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian semua fasilitas produksi yang mendapatkan preventive maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat, sehingga pembuatan suatu rencana dan skedul pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat terhadap penggunaan peralatan tersebut. Preveentive maintenance sangat penting karena kegunaannya yang sangat efektif di dalam mengahadapi fasilitas produksi yang tergolong kritikal unit (crticall unit). Fasilitas yang tergolong seperti ini adalah kerusakan peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau keselamatan para pekerja, mempengaruhi kualitas pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan. Apabila preventive maintenance dilaksanakan pada peralatan yang termasuk dalam critical unit, maka tugas maintenance dapat dilakukan dengan suatu perencanaan yang intensif untuk unit bersangkutan. Sehingga rencana penggunaan peralatan dapat dipergunakan secara optimal Buffa dalam Handoko (2002), dalam prakteknya, preventive maintenance dapat dibedakan atas routine maintenance dan periodic maintenance. Routine maintenance
13
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara rutin (perhari) misalnya pengecekan bahan bakar dan pelumas. Periodic maintenance dapat dilakukan pula dengan memakai lamanya jam kerja peralatan atau fasilitas produksi tersebut sebagai jadwal kegiatan seperti pembersihan carburator ataupun alat-alat di bagian sistem aliran bahan bakar. Kegiatan periodic maintenance ini jauh lebih berat dari pada routine maintenance. b. Corrective atau Breakdown Maintenance Corrective maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadi suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan ini sering disebut kegiatan perbaikan atau reparasi. Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukannya preventive maintenance ataupun telah dilakukan tetapi sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas atau peralatan tersebut tetap rusak. Jadi dalam hal ini kegiatan maintenance sifatnya hanya menunggu sampai kerusakan terjadi dahulu, kemudian diperbaiki atau dibetulkan. Maksud dan tindakan perbaikan ini agar peralatan tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi, sehingga operasi proses produksi dapat berjalan lancar kembali. Apabila organisasi hanya mengambil kebijakan untuk melakukan corrective maintenance saja, maka terdapatlah faktor ketidakpastian dalam kelancaran proses produksinya akibat ketidak pastian akan kelancaran bekerjanya fasilitas atau peralatan produksi yang ada. Kebijaksanaan untuk melakukan corrective maintenance saja tanpa preventive maintenance akan menimbulkan akibat-akibat yang dapat menghambat ataupun tidak menghambat kegiatan produksi apabila terjadi kerusakan yang tiba-tiba pada fasilitas yang digunakan. Secara pintas kelihatan corrective maintenance lebih murah biayanya dari pada mengadakan preventive maintenance. Hal ini benar selama belum terjadi kerusakan pada waktu proses produksi berlangsung. Tetapi sekali kerusakan terjadi pada fasilitas/peralatan saat produksi berlangsung, maka akibat dan kebijakan corrective maintenance saja akan jauh lebih parah dari preventive maintenance. Di samping itu akan terjadi kenaikan yang melonjak terhadap biaya-biaya pemeliharaan pada saat terjadi kerusakan.
14
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
2. Pengelolaan Peralatan Keputusan menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 pasal 1 ayat (1) keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan belanja daerah. Menurut keputusan menteri tersebut memberikan pengertian bahwa keuangan daerah identik dengan pendapatan daerah, sebab semua hak daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan hak kekayaan daerah atau aset daerah merupakan sumber pendapatan bagi daerah. Menurut Undang Undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah, sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas: a. Pendapatan asli daerah, yaitu hasil pajak daerah, retribusi, hasil perusahaan milik daerah, hasil penggelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah b. Dana perimbangan c. Pinjaman daerah Dalam penyelenggaraan pembangunan di
daerah besarnya pendapatan akan
memperlancar pelaksanaan pembangunan artinya jika dana tersedia pekerjaan akan dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditetapkan METODOLOGI PENELITIAN Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian ialah metode deskriptif. Menurut Umar (2002), metode ini digunakan untuk menguraikan sebabsebab yang terjadi terhadap suatu kejadian yang ditemukan pada saat penelitian. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan pendekatan deskriptif/kualitatif yaitu, menguraikan mekanisme pengelolaan sewa peralatan pada Dinas pekerjaan Umum Poso
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jenis-jenis peralatan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso Berikut ini disajikan daftar jenis alat dan sewa alat perhari di Dinas Pekerjaan Umum (unit Pelaksana Teknis Dinas) sebagai berikut :
15
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Tabel 1. Data Alat No
Jenis Alat
Merk/Type
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Motor Grader Wheel Loader Three Wheel Roller Vibrating Roller Dump Truck Exavator Truck Tronton
Komatsu GD 511-1A Kawasaki 60 W IV Bukaka BRR-8 TW Meiwa MG – 7 Mitsubishi FE – 349 Komatsu PC-20-7 Mitsubishi FN 527Ml
Kapasitas 135 1,2 8 700 3,5 200 24
PS M3 Ton Kg M PC Ton
Jumlah Unit 1 1 2 1 5 1 1
Sewa/ Hari (Rp.) 1.643.422 792.132 435.415 223.258 297.765 2.142.204 959.196
2. Pemeliharaan Peralatan Setiap peralatan yang mengalami kerusakan atau masalah, perbaikan peralatan dilakukan di Workshop Peralatan Kasiguncu milik pemerintah daerah Kabupaten Poso. Semua jenis peralatan pada tabel di atas setiap tahunnya mendapat alokasi dana/biaya pemeliharaan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dan dianggarkan setiap tahun melalui daftar usulan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum. Pemeliharaan dan perbaikan ringan hanya pada sebatas penggatian minyak pelumas. Sesungguhnya jadwal perbaikan pemeliharaan setiap tahun telah ditetapkan dengan prosedur yang baku, seperti perawatan mesin, penggantian spare part yang sudah haus serta penyimpanan peralatan di pool, namun kondisi di lapangan, prosedur ini tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya karena pada saat perawatan akan dilakukan sering kali kendaraan masih berada di lokasi proyek atau bahkan ada yang sudah rusak, sehingga tidak dapat diperbaiki dalam waktu singkat. Di lain pihak suku cadang tidak selalu tersedia. Bila ditinjau dari segi usia ekonomis, penggunaan peralatan sudah hampir tidak layak pakai, sebab rata-rata umur ekonomis peralatan sudah melewati lima tahun. Untuk dapat memberi gambaran antara biaya pemeliharaan peralatan dan pendapatan dari sewa selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:
16
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Tabel 2. Biaya pemeliharaan Tahun 2005 - 2009 Pendapatan Sewa (Rp.)
Biaya Pemeliharaan (Rp.)
Setoran PAD (Rp.)
No.
Tahun
1.
2005
103.731.834
100.000.000
100.000.000
2.
2006
200.479.665
100.000.000
100.000.000
3.
2007
212.363.367
151.829.000
103.000.000
4.
2008
310.687.357
139.800.000
245.664.750
5.
2009
248.037.128
106.738.500
215.194.000
Jika dibandingkan antara pendapatan sewa dan biaya pemeliharaan yang dianggarkan selama 5 tahun terakhir maka terdapat selisih, dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2009 terjadi penurunan pendapatan sewa peralatan. Penurunan pendapatan disebabkan peralatan banyak yang mengalami kerusakan dan tidak dapat dipersewakan. Agar pemanfaatan alat lebih optimal, untuk pencapaian prestasi kerja yang tinggi dalam jangka waktu lama serta untuk pencapaian peningkatan pemasukan PAD, maka tentunya diperlukan pemeliharaan yang teratur serta pengoperasian yang tepat sesuai spesifikasi pemakain alat berat yang dimiliki Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Poso. Kemungkinan yang paling besar untuk menjamin alat berat dapat mencapai prestasi kerja dalam jangka waktu lama, diperlukan suatu pemeliharaan yang teratur dan ketekunan yang sungguh-sungguh. Untuk menghindari perbaikan yang tidak perlu dan kerusakan pada waktu alat berat beroperasi, harap selalu diperhatikan pelumas dan peraturan pemeliharaan. Operator dilarang melakukan perubahan atau perbaikan yang menyimpang dari petunjuk yang telah ditetapkan. Pemeliharaan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintah secara efektif dan efisien. Pada umumnya setelah melakukan pengadaan barang, sering terjadi kurang memperhatikan dalam hal pemeliharaan secara baik, ini akan mengakibatkan barang-barang akan habis atau tidak layak pakai sebelum habis umur ekonomisnya dan juga akan menimbulkan perbaikan yang membutuhkan biaya yang lebih besar.
17
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Pemeliharaan adalah suatu upaya atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan hasil guna dengan jalan memelihara/merawat, memperbaiki, merehabilitasi dan menyempurnakannya, agar alat-alat berat mempunyai manfaat ekonomis yang lebih lama dan selalu dalam keadaan baik serta siap pakai. Sehingga tujuan dari kegiatan pemeliharan untuk memperoleh dayaguna dan hasil guna yang maksimal dalam masa pemakaian yang layak, harus dilaksanakan dalam suatu sistim pemeliharaan yang baik dan teratur. Dengan harga sewa yang ideal/wajar serta peningkatan pemasukan PAD, diharapkan bisa menutupi kekurangan biaya pemeliharaan yang selama ini menjadi faktor utama kurang optimalnya pemanfaatan peralatan dan alat-alat berat di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso. Pemeliharaan yang dilakukan secara rutin terutama setelah alat berat dipergunakan, serta penggunaan operator yang baik dan mengerti tentang peralatan alat berat akan membantu kemampuan/kapasitas dari alat itu sendiri. Jenis-jenis pemeliharaan yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan Umum (1985), antara lain : 1. Merawat, menjaga jangan rusak atau dinamakan pemeliharaan preventif. 2. Pemeliharaan Berkala Sifat pemeliharaan ini terdiri dari rangkaian pemeriksaan, penyetelan, penggantian dan perbaikan yang dilaksanakan dalam jangka panjang yang disesuaikan dengan usia pemakaian alat berat tersebut. 3. Perbaikan Darurat. Sifat perbaikan ini tidak dapat direncanakan tetapi dapat diperkirakan dan diperhitungkan kebutuhannya, guna mengatasi kerusakan yang terjadi karena kecelakaan atau sebab lain yang tak terduga. Pada umumnya pemeliharaan dapat dilakukan pada tingkat-tingkat sebagai berikut : a. Tingkat I Pada tingkat ini pemeliharaan bersifat pencegahan yang dilakukan oleh operator. b. Tingkat II Pemeliharaan bersifat pencegahan, dilakukan secara berkala oleh tenaga-tenaga mekanik terdidik dan memerlukan alat khusus.
18
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
c. Tingkat III Pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dilaksanakan oleh tenaga-tenaga ahli terdidik dan khusus dilapangan atau bengkel, meliputi perbaikan, penggantian dan penyetelan bagian tetapi bukan bagian yang utama. d. Tingkat IV Pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dilaksanakan oleh tenaga ahli, terdidik, khusus dan bermutu tinggi di bengkel besar serta dilengkapi alat-alat ukur tes, meliputi perbaikan, penggantian dan penyetelan pada bagian-bagian umum. e. Tingkat V Pemeliharaan
bersifat
pemulihan
kemampuan
atau
penyempurnaan,
dilaksanakan oleh tenaga ahli, terdidik, khusus dan bermutu tinggi di bengkel besar dengan fasilitas seperti unit produksi yang dilengkapi alat-alat ukur dan tes, meliputi pembongkaran, penyeleksian dan perbaikan bagian yang memenuhi syarat, penyetelan dan pengendalian mutu seperti halnya suatu barang hasil produksi. 4. Pendapatan Sewa Peralatan Sumber pendapatan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso terdiri atas sewa peralatan seperti tersebut pada tabel 1. Hasil penelitian selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 pendapatan yang diperoleh dari sewa peralatan seperti pada tabel berikut ini : Tabel 3 : Pendapatan sewa peralatan No.
Tahun
Jumlah Pendapatan
1.
2005
Rp.
Persentase Kenaikan
103.731.834 93%
2.
2006
Rp.
200.479.665 6%
3.
2007
Rp.
212.363.367
4.
2008
Rp.
310.687.357
5.
2009
Rp.
248.037.128
46% 25%
Sumber data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Poso (data diolah)
19
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Berdasarkan data pendapatan sewa pada tabel 3, Pendapatan sewa peralatan pada tahun 2005 sebesar Rp.103.731.834, pada tahun 2006 sebesar Rp.200.479.665, tahun 2007 meningkat sebesar 6% atau sejumlah Rp.212.363.367. pada tahun 2008 meningkat sebesar 46% atau sejumlah Rp.310.687.357, dan pada tahun 2009 menurun sebesar 25% atau sejumlah Rp.248.037.128. Penurunan pendapatan sewa pada tahun 2009 disebabkan pada tahun tersebut terjadi kerusakan pada alat berat dimana kerusakan tersebut sangat berpengaruh pada produksi alat yang lain dan keterbatasan suku cadang yang ada di Poso dan harus dipesan pada distributor luar daerah 4. Pengelolaan Sewa Penggunaan Peralatan dan Pelaporan Peralatan Prioritas penggunaan peralatan di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut : a. Penggunaan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan dalam satu penguasa barang secara swakelola. Cara ini merupakan penggunaan peralatan yang dilaksanakan sendiri oleh kantor/satuan/proyek baik di lingkungan pekerjaan umum maupun instansi pemerintah di luar dinas pekerjaan umum. Peralatan tersebut berasal dari satu penguasa barang atau dari penguasa barang lain. b. Penggunaan peralatan wajib dengan imbalan sewa atas penggunaan peralatan Dinas Pekerjaan Umum oleh kontraktor/perusahaan swasta lain untuk pelaksanaan pekerjaan pemborongan di lingkungan dinas dan pekerjaan pemborongan instansi di luar Dinas Pekerjaan Umum atas dasar perjanjian (kontrak) dengan memperhitungan imbalan jasa peralatan (sewa). c. Penggunaan peralatan untuk oleh kontraktor tanpa imbalan (sewa) atas dasar perjajian (kontrak) yang ditetapkan. Pelaporan peralatan dilaksanakan sebagai upaya fungsi pengawasan pimpinan atas penggunaan peralatan. Mekanisme pelaporan adalah sebagai berikut : a. Prosedur. Dalam hal penggunaan peralatan dengan swakelola, laporan penggunaan peralatan disampaikan kepada pemimpin proyek atau pejabat yang ditunjuk oleh unit yang mengoperasikan peralatan. Dalam hal peralatan digunakan kontraktor/perusahaan swasta lain, laporan harian disampaikan kepada kepala kantor/kepala satuan kerja/pemimpin proyek atau pejabat yang ditunjuk, oleh kontraktor/perusahaan swasta lain yang bersangkutan.
20
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
b. Wewenang Pengisian data pelaporan dalam hal penggunaan peralatan dengan swakelola ialah operator yang mengoperasikan peralatan tersebut. c. Syarat-Syarat Laporan penggunaan peralatan harus memuat hal-hal sebagai berikut : nama operator, pelaksanaan operasi (siang dan atau malam), Identitas peralatan yang digunakan (jenis, merek/type, dan nomor kode), keadaan lapangan (jenis material, kondisi lapangan), penambahan bahan-bahan kebutuhan peralatan, kegiatan peralatan dan hasil produksi selama dioperasikan, keadaan peralatan, tempat dan nama pekerjaan, dan mencantumkan nama petugas yang mengisi laporan serta pejabat/petugas yang memberi konfirmasi (persetujuan) terhadap kebenaran isi laporan. Selain Pelaporan penggunaan peralatan hal yang paling mendasar berkaitan dengan pendapatan daerah yakni pelaporan sewa peralatan. Pelaporan sewa peralatan meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Prosedur Pelaporan sewa peralatan ke kas negara dibuat oleh kantor/satuan kerja/proyek dan disampaikan kepada penguasa barang b. Wewenang Yang berwenang membuat dan menandatangani laporan sewa peralatan ialah Kepala kantor/Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). d. Syarat-syarat Laporan sewa memuat dengan jelas hal-hal sebagai berikut : tanggal pembayaran ke kas negara, jumlah pembayaran, tanggal dan nomor surat perjanjian penyewaan, nama kontraktor/perusahaan penyewa, nilai sewa dalam surat perjanjian, jumlah seluruh sewa peralatan yang telah di setor ke kas negara, sisa sewa peralatan yang belum di setor ke kas negara
21
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan yang telah dikemukakan maka penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : a. Bahwa penggunaan peralatan pada Dinas Pekerjaan Umum penggunaannya adalah diperuntukan bagi semua proyek pemerintah/swasta yang didanai oleh APBN dan APBD b. Pengelolaan penggunaan peralatan dapat dilakukan dengan cara swakelola, penggunaan dengan imbalan (sewa), dan penggunaan tanpa imbalan yang dituangkan dalam perjanjian kontrak c. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap penggunaan peralatan dokumen sewa memuat prosedur, wewenang, dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam perjanjian kontrak. Saran - saran a. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah perlu melakukan pemeliharaan rutin terhadap peralatan yang dipersewakan, untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan perlu dioptimalkan pemanfaatannya. b. Setiap dokumen perjanjian kontrak harus ditetapkan secara baik dan dipahami dengan benar bagi setiap pengguna peralatan, agar tidak terjadi masalah dikemudian hari. c. Dengan menerapkan mekanisme pengelolaan alat berat yang baik seperti yang telah diuraikan di atas, maka pemanfaatan alat berat pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso akan dapat digunakan secara efektif dan efisien sehingga dapat mengoptimalkan
pengoperasiannya
guna
meningkatkan
memenuhi biaya operasional dan pemeliharaan alat-alat berat.
22
pendapatan
untuk
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
DAFTAR KEPUSTAKAAN Anonim, 1988. Kepmen PU. Nomor 585/KPTS/1988; Pedoman Penggunaan Peralatan di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum Anonim, 1999 UU Nomor 25 tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Anonim, 2004. UU Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Ahyari, Agus, 2002. Manajemen Produksi; Perencanaan Sistem Produksi, Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Assauri, Sofyan. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Gosali, 2002. Ketatalaksanaan Produksi dan Operasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Handoko, Hani, 2002. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, EdisiI, BPFE, Yogyakarta Umar, Husein, 2002. Metodologi Penelitian Pemasaran; Teori dan Aplikasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
23
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
PENGARUH KOMITMEN PEGAWAI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BAGIAN ADMINISTRASI PEMERINTAH KANTOR BUPATI POSO Marmin *) ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen pegawai, kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai pada bagian administrasi pemerintahan kantor Bupati Poso. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yakni menjelaskan semua fenomena dan gejala-gejala yang berkaitan dengan kinerja pegawai. Data diolah dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: ';, 1. Variabel komitmen pegawai berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai bagian administrasi pemerintahan 2. Variabel kepuasan kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai bagian administrasi pemerintahan 3. Variabel penelitian yang paling dominan berpengaaruh terhadap kinerja adalah kepuasan kerja 4. Berdasarkan hasil uji F, bahwa komitmen karyawan (Xi) dan Kepuasan kerja (X2) secara bersama berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai bagian administrasi pemerintahan umum. Kata kunci : komitmen, kepuasan dan kinerja pegawai *) Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sintuwu Maroso
PENDAHULUAN Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas merupakan tantangan serius bagi para Pemimpin dalam mengelola organisasi. Diperlukan kehati-hatian untuk rnelakukan penyesuaian diri dengan perkembangan dan sekaligus menjaga kelangsungan organisasi agar mampu bertahan dalam dunia persaingan. Pembinaan sumberdaya manusia dapat dilakukan oleh pemimpinmulai sejak calonpegawai negeri sipil hingga mclalui jenjang atau tahap pembinaan yang dianggap substansi sesuai tingkat kebutuhan yang dianggap perlu demi peningkatan kineria pegawai negeri sipil. Isu yang berkembang saat ini berkaitan dengan
kornitmen
pegawai untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Dalam banyak hal komitmen terhadap organisasi akan sangat dipengaruhi oleh usaha-usaha yang dilakukan oleh pegawai rnenyangkut hubungan dengan sesama rekan kerja, atasan bawahan, dan kepedulian terhadap dirisendiri dan lingkungan sekitarnya.
24
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Membangun hubungan yang baik dengan rekan sekerja dan keinginan yang kuat untuk menjadi bagian dari sebuah
team/group keria
dapat
membuka jalan bagi
komitmen. Masalah yang harus disadaribahwa tidak semua rekan kerja rnernahami apa yang ada dalam pikiran sesama pegawai, Sehingga kernungkinan di antara pegawai salah atau tidak rnernaharni solidaritas yang dibangun. Organisasi sebagai wadah bernaungnya pegawai bertanggungjawab dalam rnemirnbuhkankomitrnen karyawan. Kornitrnen ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
atau rnemberikan
stimulus pegawai untuk berprestasi dengan baik. Komitmen merupakan janii, iktiar dan tekad yang dimiliki dalam diri seseorang pegawai untuk bersungguh-sunguh melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sejalan dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi secara umum, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Tindakan sungguh-sungguh akan mendorong pegawai untuk berprestasi lebih baik dari periode sebelumnya. Komitmen pegawai bukanlah satu-satunya variable yang dapat mempengaruhi peningkatan kineria pegawai, factor lainnya adalah kepuasan kerja. Kepuasan keria merupakan salah satu factor yang sangat penting untuk mencapai prestasi kerja yang optimal. Ketika seorang pegawai menikmati kepuasan dalam bekeria tentu akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan respon umum pekerja berupa prilaku yang ditampilkan oleh karyawan sebagai hasil persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekeriaanya. Seorang pegawai yang telah bekeria dalam satu organisasi mempunyai sejumlah kebutuhan, hasrat serta pengalaman masa lalu yang menyatu dan membentuk suatu harapan yang dapat dipenuhi pada tempat kerjanya. Kondisi pegawai pada Bagian Administrasi Pemerintaban Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Poso dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 41 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, sangat perlu dilakukan pengkajian mengenai komitmen, kepuasan kerja dan kinerjal'egawai. Pegawai yang di tempatkan pada bagian tersebut sebagian besar merupakan pegawai yang di mutasi berasal dari kantor/ bagian yang ada di lingkungan sekretariat daerah Kabupaten Poso.
25
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Berdasarkan teori sumberdaya manusia, lingkungan dan suasana keria barn sangat mempengaruhi kinerja pegawai, kondisi ini nampak pada kegelisahan pegawai yang baru ditempatkan dan mengalami pemutasian.
Permasalahan yang dihadapi ini
dapat teratasi dengan membangun
antara pegawai yakni membantu
komitmen di
organsiasi menjadi sukses, memahami masalah
organisasi, merasa sekeluarga dalam
organisasi, tidak ada alasan untuk meninggalkan pada kantor. Selain itu mendorong pencapaian
kantor, merasa berhutang besar
kepuasan keria pegawai yakni puas
dalam menyelesaikan kerja, hubungan dengan rekan sekerja, penghargaan, kesempatan ikut program pengembangan, serta metode pimpinan mengatasi masalah. Secara kasat mata, Komitmen pegawai dan kepuasan
kerja pegawai
pada
bagian Pemerintahan sangat urgen untuk dilakukan penelitian agar amanah Peraturan Pemerintah Nomor 41 tentang Kelembagaan Organisasi Pemerintah Daerah dapat dilaksanakan dengan baik.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian
Komitmen
Komitmen pegawai dalam dunia keria atau organisasi seringkali meniadi isu yang sangat penting. Begitu pentingnya hal tersebut, beberapa organisasi berani memasukan unsur komitmen sebagai salah satu syarat untuk menduduki jabatan/posisi yang ditawarkan dalam iklan lowongan pekerjaan. Meskipun hal itu sudah sangat umum namun tidak jarang pengusaha maupun pegawai masih belum memahami arti komitmen seeara sungguh-sungguh, Padahal pemahaman terse but sangatlah penting agar tereipta kondisi keria yang kondusif sehingga organisasi dapat berialan seeara efisien dan efektif Porter dalam Kuntjoro (2002) mendefmisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relative dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga (3) hal yaitu: 1).
penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi
2).
kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama orgamsasi
3).
keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalum organisasi bagian dari organisasi)
26
(menjadi
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Sedangkan Steers dalam Kuntjoro (2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaa
terhadap nilai-nilai organisasi),
keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Steers bahwa komitmen
organisasi
berpendapat
merupakan kondisi dimanapegawai sangat
tertarik
terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi
sikap menyukai
organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan dan identifikasi terhadap nilainilai dan tujuan organisasi. Menurut Haerani
(2004)
ada
beberapa indikator
untuk
mengukur
komitmen karyawan dalam organisasi di antaranya 1) adanya upaya pegawai untuk membantu organisasi/kantor menjadi sukses, 2)menganggap masalah kantor menjadi masalah karyawan, 3)merasa bangga membicarakan tempat mereka bekerja, 4)merasa sebagai bagian keluarga di kantor, 5) tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk meninggalkan kantor, 6) adanya perasaan gagal jika akan meninggalkan tempat kerja, 7) serta merasa berhutang besar pada kantor karena telah merasa diberikan berbagai fasilitas dan kemudahan. Jadi seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam pegawaian dan ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi. Selain itu tampil tingkah laku berusaha ke arah tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu lama. 2. Kepuasan Kerja Kepuasan
kerja
merupakan
hal yang bersifat
.individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
individu.
Setiap
sesuai dengan
nilai-nilai situasi yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi tingkat kepuasan
yang dirasakan,
dan sebaliknya. 27
Menurut Anogoro dan Winiyati
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
(Wahyudi, 2004: 3) bahwa karyawan
ISSN : 1693-9131
kepuasan
kerja
berkaitan
erat
dengan
sikap
terhadap pekerjaannya, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan
bawahan. Kepuasan bias diperoleh dengan lingkungan kerja, yaitu rasa bangga, puas dan keberhasilan melaksanakan tugas pekerjaan sampai tuntas. Prestasi atau hasil kerja memberikan seseorang lingkungan
status
social,
respek
dan
pengakuan
dari
masyarakat.
Seorang manajer harus bisa memberikan menyukai pekerjaannya
rangsangan
agar orang
dan bias menambah kepuasan pada para karyawan. Sebab
kemaiuan itu sendiri bukan disebabkan oleh sifat dari pekeriaan, akan tetapi lebih banyak disebabkan oleh situasi lingkungan pekeriaan dan konteks sosialnya. Menurut Handoko (2001) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah suatu keadaan yang menyenangkan
dengan mana para karyawan memandang pekerjaan
mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal senada juga dikemukakan oleh Siagian (2000) bahwa kepuasan kerja cara pandang seseorang,
baik yang
bersifat
positif
merupakan
maupun negative terhadap
pekerjaannya. Sedangkan menurut Martoyo (2000) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah suatu keadaan emosional karyawan dimana terjadi atau tidak terjadi titik ternu antara nilai balas jasa karyawan dari perusahaan/organisasi
dengan tingkat
nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan bersangkutan. Dalam hal ini Robbins (2000) mendifinisikan
kepuasan keria sebagai perbedaan antara
banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang mereka yakin harusnya mereka terima. Dari beberapa difinisi di atas, jelaslah bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum seorang pekerja terhadap pekerjaannya. Kepuasan keria mampu mempengaruhi tingkat absensi, perputaran tenaga kerja, semangat kerja, keluhankeluhan dan masalah sumber daya manusia vital lainnya. Oleh karena itu, monitoring yang cermat dan kontinyu terhadap kepuasan kerja karyawan tersebut sangat penting untuk mendapat perhatian pimpinan perusahaan dan terutama divisi manajemen
sumber daya manusia. Dalam penelitian ini acuan konsep
kepuasan kerja mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Siagian (2000) dan
28
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
program pengembangan,
ISSN : 1693-9131
kebijakan kerja, pekerjaan yang tidak monoton, serta
cara pimpinan menangani masalah. 3. Penilaian kinerja Penilaian prestasi pegawai atau sering dikenal dengan istilah perfomance rating, performance appraisal, employe evaluation, merit rating(Mangkunegara,2002). Menurut Megginson (Mangkunegara, 2002) performance appraisalmerupakan
suatu
proses yang digunakan oleh maiikan untuk menentukan apakah seorang pegawai melakukan pekerjaannya sesuai dengan yang dimaksudkan. Dari pendapat di atas dapat memberikan gambaran bahwa kenberhasilan seorang pegawai terletak pada pencapaian kerja sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditetapkan, pendapat di atas juga mempersernpit ruang gerak yang akan dinilai sebab terbatas
dengan prosedur
kerja yang telah ditetapkan,
sedangkan persoalan
perilaku kerja dan rnotivasi kerja pegawai bukan hal yang esensi untuk dinilai. Pendapat
yang
lebih
luas
dikemukakanoleh
Sikula
dalarn
(Mangkunegara,2002) bahwa penilaian pengawai rnerupakan evaluasi yang sistirnatis dari pekerjaan pegawai dan potensi
yang dapat dikernbangkan. Lebih lanjut
dikatakan bahwa penelitian adalah proses penaksiran atau penentuan nilai, kualitas jasa, atau status dari beberapa objek, orang ataupun sesuatu. Dapat
disirnpulkan
bahwa
penilaian
prestasi
kerja
pegawai
dalarn pandangan ini, tidak hanya terbatas pada prosedur kerja apa yang telah dicapai tetapi juga melibatkan
penilaian potensi diri, nilai, kualitas jasa, serta
status dari beberapa obiek, orang atau sesuatu. Penilaian dalam pandangan ini merupakan penilaian yang melibatkan unsur emosi individu dalarn nilai, sehingga lebih luas cakupan dalarn penilaiannya. Merujuk dari dua definisi yang dikernukakan
oleh dua ahli di
atas, Mangkunegara (2002) rnenyirnpulkan bahwa prestasi kerja pegawai adalah suatu proses
penilaian
perusahaan secara padanya.
prestasi
sistimatik
kerja pegawai berdasarkan
yang dilakukan
pekerjaan
yang
pemimpin ditugaskan
Proses penilaian prestasi kerja pegawai jika dilakukan dengan tertib, baik
dan benar dapat membantu
rneningkatkan
motivasi
kerja
sekaligus
juga
meningkatkan loyalitas dari para karyawan (Martoyo, 2000). Loyalitas karyawan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Paling tidak dengan penilaian pre stasi kerja 29
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
yang baik dan benar, para sehingga
kalaupun
ISSN : 1693-9131
karyawan
akan
terjadi kekurangan,
mengetahui
karyawan
prestasi
kerjanya
yang bersangkutan
dapat
memperbaikinya pada periode kerja berikutnya. Menurut Martoyo (2000) tujuan diadakannya
penilaian prestasi kerja
pegawai adalah : a.
Mengidentifikasi para karyawan mana yang membutuhkan pendidikan
dan
latihan, b.
Menetapkan kenaikan gaii ataupun upah karyawan
c.
Menetapkan kemungkinan pemindahan karyawan ke penugasan baru
d.
Menetapkan kebijaksanaan baru dalam rangka reorganisasi
e.
Menidentifikasi para karyawan yang akan dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi dan sebagainya. Penilaian prestasi kerja merupakan hal yang lumrah dalam sebuah organisasi
baik perusahaan maupun pemerintahan,
sebab untuk dapat mengetahui basil keria
yang telah dicapai, hanya dapat dilakukan
lewat evaluasi kerja baik secara
individu maupun kelompok, tergantung kebijakan penilaian yang ditetapkan oleh pihak organisasi. Menurut
Mangkunegara
(2002)
bahwa
yang
berhak
melakukan
penilaian atas hasil kerja yang telah dicapai oleh karyawan atau pengawai adalah atasan pegawai langsung atau atasan tidak langsung. Di samping itu pula, kepala bagian personalia
berhak pula memberikan
penilaian prestasi kerja terhadap
semua pegawainya sesuai dengan data yang ada di bagian personalia. Untuk dan kualitatif)
mengetahui
urgensi
dalam perusahaan,
penilaian
terkadang
secara dikendalai
nilai
(hasil kuantitatif
oleh alasan rahasia
dari perusahaan (yang memang nampaknya logis), sehingga menyulitkan bagi peneliti untuk dapat mengetahui
apa dan bagaimana
hasil kerja yang telah
dicapai olehpegawai atau karyawan dalam kurun waktu tertentu. Alasan terse but,
secara prosedural
bagaimana
cukup
rnenyulitkan
peneliti
untuk
mengetahui
hasil kualitatif dan kuantitatif kinerja yang dicapai oleh karyawan
dalam suatu periode tertentu. Sehingga peneliti melakukan penilaian kinerja dengan memberikan kesempatan pada karyawan untuk melakukan penilaian diri sendiri,
30
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
meskipun dari aspek kejujuran masih diragukan oleh berbagai pakar salah satunya Mangkunegara (2002). METODE PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan tipe penelitian explanatori (explanatory research). Menurut Faisal (1992) bahwa explanatory research adalah, penelitian untuk menguii hubungan kausalitas antara variabel yakni menggarnbarkan hubungan antara dua atau lebih variabel untuk mengetahui apakah suatu variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel lainnya. Sebelum data di analisis, tahapan instrumen
penelitian.
Instrumen
yang harus dilakukan adalah pengukuran
penelitian
akan diukur dengan menggunakan
skala Likert. Dalam skala Likert akan diberikan pertanyaan/pemyataan dengan beberapa
altematif
jawaban
yang
dianggap responden paling tepat yang terdiri
dari lima (5) pilihan jawaban sebagai berikut: Apabila responden memilih jawaban a skore = 5 Apabila responden mernilih jawaban b skore = 4 Apabila responden memilih jawaban c skore = 3 Apabila responden memilih jawaban d skore = 2 Apabila responden memilih jawaban e skore = 1 Selaniutnya
untuk
mengukur
pengaruh
variabel
independen
(bebas)
terhadap variabel dependen (terikat), maka alat analisis yang relevan digunakan adalah analisis statistik Regresi berganda dengan formulasi seebagai berikut: Y = bo + b1X1 + b7X7) Dimana: Y
= Kinerja pegawai (Variabel terikat = dependen variabel)
bo
= Konstanta (intercept)
b I -b2 = Koefisien regresi X1 X2
= Komitmen pegawai = Kepuasan kerja
31
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Analisis Data Pengolahan data dengan menggunakan alat analisis regresi linear, dilakukan
dengan beberapa tahapan
untuk mencari pengaruh antara variabel independen dan
variabel dependen yakni melalui pengaruh komitmen pegawai (Xj) dan kepuasan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y). HasiI regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini: variabel (Constan) X1 X2
Standarized Coenfiens (Beta) 0,608 0,292 0,468
thitung
Sig.
Keterangan
3,361 6,791
0,12 0.000
Significant Significant
R Variabel tergantung pada regresi ini adalah kinerja karyawan (Y) sedangkan variabel bebasnya adalah komitmen pegawai (XI) dan kepuaasan kerja (X2). Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah: Y = 0,608 + 0,292X) + 0,468X2+ e Pada persamaan
tersebut
menunj ukkan angka yang signifikan
pada semua
variabel. Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Nilai konstan bo = 0,608 Nilai konstan sebesar 0,608, ini menuniukkan
tanpa adanya komitmen
pegawai (X1) dan kepuasan keria (X2) kinerja pegawai pada bagian administrasi pemerintahan pada Kantor Bupati Poso sudah sebesar 0,608. b. Nilai Koefisien X1 = 0,292 Nilai parameter atau koefisien regresi b1 ini menunjukkan bahwa apabila variabel komitmen pegawai ditingkatkan sebesar satu (1) satuan maka akan meningkatkan kinerja pegawai sebesar 0,292 dengan asumsi va.riabel kepuasan kerja tetap (ceteris paribus) c. Nilai Koefisien X2 = 0,468 Nilai parameter atau koefisien regresi b2 ini menunjukkan bahwa variabel kepuasan keria ditingkatkan satu (1) satuan maka akan meningkatkan kineria pegawai sebesar 0,468 dengan asumsi variabel komitmen pegawai tetap (ceteris paribus).
32
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
2. Analisis Komitmen Pcgawai terhadap Kinerja Pegawai Komitmen pegawai merupakan perwujudan dari keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota atau bagian organisasi, kemauan yang besar bekeria untuk organisasi serta kepercayaan kuat dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi yang keseluruhannya mencerminkan ikatan psikologis yang melibatkan sikap serta identifikasi seorang individu dengan internal organisasi. Hasil pengolahan data variabel independen (komitmen pegawai) berpengaruh signifikan dan, positif terhadap variabel dependen (kineria pegawai). Kondisi ini dtuniukan oleh variabel komitmen pegawai yaitu 3,361>ttabe1l ,664. Hasil penelitian ini menuniukkan keinginan yang tinggi untuk memberikan segala upaya untuk melaksanakan tugas kantor menjadi sukses. Sebagai implementasi dari wujud komitmen, pegawai suiit untuk memisahkan diri mereka secara parsial, dima munculnya stigma di kalangan pegawai bahwa bila kantor mempunyai masalah, maka mereka akan menganggapnya masalah merekaa juga.Sikap ini muncul karena mereka benar-benar terikat dengan kantor tempat bekerja implikasinya adalah adanya rasa bangga
dari
pegawai untuk
membicarakan tentang kantor tempat mereka
bekeria.Pegawai yang bekerja pada bagian administrasi pemerintahan umum engan meningalkan kantor selama jam keria, karen a memang tidak ada alasan yang dapat meniastifikasi tindakan mereka untuk meninggalkan pekerjaan, 3. Analisis Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Hasil pengolahan data variabel independen (kepuasan kerja) berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel kinerja pegawai, ini ditunuiukan oleh thitung yang diperoleh untuk variabel kepuasan keria 6,791>ttabel 1,664. Kepuasan kerja pada dasarnya bersifat relatif dalam arti hal yang dapat memuaskan pegawai tidak sama satu dengan pegawai Iainnya. Semua tergantung dengan kondisi individu pegawai dan sejauh mana harapan-harapan mereka dari pekerjaan dapat terpenuhi. Hasil wawancara dengan responden saat penelitian ini berlansung menunjukan
bahwa kepuasan keria dipersepsikan sebagai kepuasan
kerja yang dinikmati dalam pekeriaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan
yang relatif sesuai dengan keahlian, perlakuan yang layak dari
pimpinan maupun sesama pegawai, perlatan kerja yang tersedia relatif mcmadai
33
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
untuk menunjang aktivitas kerja pegawai dan suasana lingkungan keria yang rnemungkinkan tumbuhnya kreativitas kerja mereka Kepuasan
keria dalam persepsi
responden
merupakan
kepuasan
yang
mengacu kepada sikap individu secara umum terhadap pekerjaannya, artinya seorang pegawai dengan tingkat kepuasan yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaanya,
sebaliknya
seorang pegawai yang tidak puas dengan
pekerjaannya mempunyai sikap negatifterhadap
pekeriaan tersebut.
Sikap positif pegawai ini muncul dari terpenuhinya harapan mereka terhadap tempat bekerja. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa yang membuat
pegawai merasa puas dalam bekerja mempengaruhi kinerja mereka secara positif adalah perasaan puas dengan cara menyelesaikan pekerjaan dangan kreativitas yang diberikan atasan kepada pegawai baik dalam bentuk konsep maupun dalam aplikasi keria, sejauh konsep dan aplikasi tetap mengacu pada prosedur dan aturan yang berlaku pada kator tersebut. Selain faktor penyelesaian pekerjaan yang baik, dukungan
kepuasan
kerja
Juga muncul karena pegawai merasa bahwa lingkungan kerja mereka cukup kondusif dan nyaman, ruangan yang tertata dengan rapi membantu aktivitas keria mereka dalam kondisi yang menyenangkan. Harmonisasi hubungan antara pegawai Juga dianggap oleh pegawai mempunyai andil yang cukup besar dalam kepuasan
kerja pegawai.
Dalam
banyak kasus
ketidakharmonisan antara pegawai dalam melaksanakan pekerjaan, akan memberikan dampak negatif pada kinerja organisasi.
Dalam kondisi hubungan yang tidak
harmonis antara sesama pegawai akan sulit menjalin komunikasi, membangun kerjasama secara team yang akibatnya akan menghambat penyelesaian pekerjaaan. Secara moril kepuasan
kerja pegawai, bersumber
terialin secara harmonis dengan
dari hubungan
yang
atasan pimpinan. Hubungan harmonis ini dianggap
oleh pegawai sebagai bentuk pengakuan oleh atasan/pimpinan akan eksisitensi pegawai dalam lingkungan
kerja. Dalam banyak hal pengakauan merupakan
instrumen yang dapar rnenstimulus keinginan pegawai menunujukkan hasil kerja terbaik, karena perhatian atasan merupakan kebutuhan pegawai. Berdasarkan logika setiap pegawai menginginkan dengan pimpinaniatasan,
kedekatan yang waiar
pegawai akan merasa diperhatikan.
34
Dengan demikian
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
komunikasi akan terjalin secara harmonis sehingga secara alamiah kedekatan emosional antara atasan dan bawahan akan semakin erat. Selain itu perasaan puas juga bersumber dari adanya kesempatan yang diberikan pada seruua pegawai untuk mengikuti program pengembangan karir. Prograrn ini memberikan kontribusi positif dalam kepuasan kerja pegawai. Apalagi pegawai mempersepsikan pimpinan begitu transparan
dalam menangani
bahwa
masalah tanpa membeda-bedakan
pegawai. 4. Komitmen dan Kepuasan kerja terhadap kinerja Pegawai Untuk menunjukkan pengaruh secara bersama-sama semua variabel independen (komitmen
dan kepuasan kerja) terhadap variabel dependen
(kinerja pegawai)
digunakan uii F(Fisher). Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh F hitung 57,507. Nilai ini lebih besar dari F tabel (57,507>\109), terdapat
pengaruh
simultan yang signifikan
ini menunjukkan bahwa
dari komitmen
pegawai dan
kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai pada bagian administrasi umurn dan pemerintahan pada kantor Bupati Poso. Besarnya
pengaruh variabel independen
secara keseluruhan ditunjukkan
oleh nilai koefisen Rsquare yaitu sebesar 0,586. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa perubahan kedua variabeel independen tersebut mempunyai
pengaruh
sebesar 59% terhadap variasi perubahan kinerja pegawai. Sedangkan sisanya sebesar 41 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model (e). Nilai koefisien korelasi (Mulitipel-R) yang diperoleh sebesar 0,772. angka ini diartikan bahwa hubungan (korelasi) variabel independen (X1 dan X2) terhadap variabel dependen (Y) adalah sebesar 77,2%.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Bahwa variabel komitmen pegawai berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai pada bagian administrasi pemerintahan. Ini ditunjukkan dengan angka koefisien bI sebesar 0,292 atau 29%.
2.
Bahwa variabel kepuasan kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai. lni ditunjukkan dengan angka koefisien b2 sebesar 0,468 atau 47%. 35
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
3.
ISSN : 1693-9131
Berdasarkan hasil uji t, bahwa variabel yang dominan berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah kepuasan kerja
4.
Hasil uji F,menyimpulkan bahwa komitmen
pegawai (X1) dan Kepuasan
kerja (X2) secara bersama berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada bagian administrasi pemerintahan. Besarnya pengaruh variabel independen secara keseluruhan artinya
kedua
ditunjukkan
variabel
oleh nilai R square yaitu sebesar0,586
independen (komitmen
dan kepuasan
kerja)
mempunyai pengaruh sebesar 59% terhadap variasi perubahan kinerja Saran 1.
Pengaruh dominan yang signifikan kepuasan kerja menunjukkan bahwa variabel ini menjadi pendorong kinerja pegawai dibanding komitmen pegawai. Oleh karena itu pimpinan mengevaluasi kernbali kebijakkan yang berkaitan dengan hal-hal komitmen keria pegawai yang berlaku selarna ini. sebab pengaruh variabel ini relatif lemah.
2.
Kepala bagian admininistrasi pemerintahan umum sebaiknya mempelajari secara seksama faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen pegawai dalam melaksanakan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, Peraturan Pemerintah Perangkat Daerah
Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
........... Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 Tentang petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Aswad, Buchory. 2003. Analisis Motivasi dan Kepuasan Kerja Karyawan Pengaruhnya Terhadap Prestasi KerjaStudi Kasus Pada Karyawan Home Industri Sarung Tenun di kota Gresik. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka malang. Malang. As'ad, Moh. 1991. Psikologi Industri. Edisi Keempat. Liberty, Yogyakarta. Faisal. Sanafiah. 1992. Mctode Pcnelitian Sosial. Edisi Kelima Bumi Aksara. Jakarta. Gujarati, Damodar. 1991. Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta Haerani, Siti. 2004. Hubungan antara Perubahan Organisasi Dengan Peluang Karir, stres, Kepuasan Kerja, Komitmen dan Kinerja Karyawan di Sulawesi Selatan. Disertasi, Program Pasca sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. 36
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber daya Manusia, Cetakan Kelima Belas. BPFE, Yogyakarta. Hariandja, T.E. Marihot. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Grasindo, Jakarta. Hasibuan, Malayu SP, 2002. Manajemen Sumberdaya Manusia; Dasar dan Kunci Keberhasilan, Cetakan II, Masa Agung Jakarta. Kuntjoro, Zainuddin Sri, 2002. Komitmen Organisasi. http/www.gawat.com/forum/viewtopic. Ladwan, Supomo, P. 2001. Analis Pengaruh Pemberian Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Badan Perencanaan dan Pernbangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Toli-Toli. Tesis Program Pascasarjana Magister Manaiemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi STIE I.S.M. Jakarta. Mangkunegara, Prabu, Anwar. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan Keempat. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Martoyo, Susilo. 2000. Manaiemen Sumber Daya Manusia. BPFE Yogyakarta. Mathis, Robert. L dan Jackson, Jhon. H. 2002. Manajemen Manusia. Salemba Empat, Jakarta.
37
Sumber Daya
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
PENGARUH MARKETING MIX TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN KARTU PRA BAYAR SIMPATI (STUDI KASUS PADA MAHASISWA UNSIMAR POSO) Adolf Ostaf Sovith Lubalu *) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Produk,Harga,Distribusi dan Promosi terhadap Loyalitas Konsumen kartu prabayar Simpati Penelitian dilaksanakan dikampus Unsimar Poso, yaitu pada mahasiswa yang menggunakan kartu prabayar Simpati, data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara secara langsung kepada pengguna kartu prabayar simpati kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis Linier Berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel produk,Harga,Distribusi, dan Promosi terhadap Loyalitas Konsumen Kartu Prabayar Simpati. Kata Kunci: Loyalitas Konsumen,Produk,Harga,Distribusi, Promosi. *) Dosen Tetap Fakultas Ekonomi UNSIMAR PENDAHULUAN Manusia dan mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik kebutuhan yang bersifat biogenetik seperti rasa lapar dan haus, maupun kebutuhan yang bersifat psikogenetik yaitu kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, rasa kepemilikan. Kebutuhan adalah keadaan tidak memiliki kepuasan dasar dan bersifat naluria sedangkan keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut, sehingga keinginan merupakan kebutuhan buatan yaitu kebutuhan yang dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Keinginan terhadap suatu produk yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan membelinya akan menciptakan permintaan. Strategi pemasaran untuk mencipatakan permintaan melalui loyalitas konsumen yang dipengaruhi oleh barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen, melaui harga barang atau jasa tersebut, upaya menditribusikan barang atau jasa dari prousen ke konsumen dan kegiatan memperkenalkan produk tersebut kepada konsumen melalui promosi. Jelanya bahwa kegiatan pemasaran suatu produk dipengaruhi oleh interaksi dari ke empat variabel tersebut. Dalam hal keberhasilan memasarkan suatu produk maupun jasa para pemasar melakukan pendekatan dengan menggunakan Marketing Mix yang merupakan gabungan dari interaksi dari empat variabel tersebut yaitu yang dikenal dengan 4P (Product,Price,Place dan Promotion). Masing-masing variabel tersebut 38
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya guna menciptakan sesuatu permintaan terhadap barang atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen yang memberikan manfaat,diterima baik oleh konsumen yang pada akhirnya pelanggan merasa puas dan kemudian mereka akan menjadi loyal terhadap produk atau jasa tersebut. Loyalitas merupakan wujud dari kepuasan yang didapatkan oleh konsumen setelah menggunakan barang atau jasa tersebut dan kemudian mereka akan konsisten dalam penggunaan barang dan jasa tersebut tanpa memperdulikan barang dan jasa lain yang ditawarkan kepada mereka. Konsumen yang loyal akan selalu setia menggunakan merek yang mereka sukai walaupun produk lain dengan gencar melakukan promosi. Jika konsumen tidak merasa puas maka dengan sendirinya konsumen akan mengambil tindakan untuk berpindah pada merek yang lain. Kartu prabayar Simpati merupakan salah satu produk dari PT.Telkomsel Tbk, yang bergerak dibidang jasa telekomunikasi, produk ini sudah sangat dikenal oleh masyarakat indonesia, mepunyai pelanggan yang banyak dan cukup diperhitungkan oleh para kompetitornya. Pesaingan antara produk sejenis sangat gencar baik dalam produk, harga distribusi maupun promosi, hal ini menuntut perusahaan untuk lebih kreatif dalam menarik bahkan mempertankan pelanggannya. Salah satu upaya yang dilakukan dalam menghadapi persaingan ini, Telkomsel dengan produknya memberikan kualitas pelayanan yang terbaik dengan melakukan pendekatan dalam hal Marketing Mix. Kemampuan produk dalam memberikan kepada konsumennya akan menguatkan kedudukan atau posisi produk dalam benak konsumen, sehingga memungkinkan konsumen menjadikan pilihan pertama bilamana terjadi diwaktu yang akan datang. Kualitas produk yang ditawarkan dan dari kartu prabayar diantaranya dengan memberikan fitur dan layanan yang tersedia didalam kartu, yaitu mulai dari SMS, Transfer pulsa,GPRS,MMS, Slir, Confirence Call dan lain-lain, sehingga produk ini menarik perhatian pengguna khususnya mahasiswa yang ada dikampus Unsimar Poso. Harga suatu produk sangat mempengaruhi keputusan menggunakan kartu prabayar Simpati, karena harga yang kompetitif dapat menjadikan konsumenpun loyal, demikian halnya dengan ketersediaan produk disuatu tempat sangat didukung dengan pendistribusian produk tersebut, sehingga produk tersebut bisa tiba dengan cepat dari
39
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
produsen ke konsumen saat mereka membutuhkan. Jika produk tersebut gencar diperkenalkan kepada konsumen dengan segala keunggulan kartu prabayar Simpati. Konsumen yang loyal akan berdampak positif bagi Telkomsel dimana perusahaan tidak lagi mencari konsumen baru. Berdasarkan latar belakan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi hal poko dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Pengaruh Marketing Mix Terhadap Loyalitas Konsumen Kartu Prabayar Simpati “( Studi Kasus Pada Mahasiswa Unsimar Poso) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Pemasaran Dengan meningkatnya kebutuhan dan keinginan manusia serta terbatasnya sumber daya yang tersedia maka pemasar dituntut untuk mengelolah segala sesuatu yang efektif dan se-efisien mungkin, agar semuanya itu barjalan sesuai dengan rencana, maka itu memerlukan suatu pengaturan pemasaran atau yang biasa kita sebut sebagai Manajemen Pemasaran. Definisi pemasaran menurut Kotler (2000 :9 ) merupakan suatu proses sosial yang didalamnya individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Philip Kotler (2000:6), Manajemen Pemasaran (marketingmanagement) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Menurut Fandy Tjiptono (2004:3)Pada umumnya, setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan sebagai dasar dari setiap kegiatanya dalam meemuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Marketing mix merupakan alat dari marketing/pemasaran yang terdiri dari 4 (empat) elemen yang lebih dikenal dengan istilah 4P. Marketing mix terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan terhadap
40
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
produk/jasanya. Elemen-elemen 4P yang telah dipopulerkan oleh E. J. McCarthy terbagi menjadi 4 (empat) bagian yakni product, price, place, dan promotion. 1. Produk Menurut Kotler & Armstrong (2001: 346) sebagai berikut:”Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan” 2. Harga Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanan, Dharmmesta dan Irawan (2001 : 241). Harga adalah sesuatu yang merupakan permasalahan dalam dunai usaha, akerna itu penetapan harga harus mmperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Distribusi Distribusi meruakan kegiatan memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Saluran
distribusi
sering
disebut
saluran
perdagangan
atau
saluran
pemasaran.Pengertian saluran menurut Dharmmesta dan Irawan (2001 : 285) sebagai berikut:“Saluran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar, dan pengecer melalui nama sebuah komoditi produk atau jasa dipasarkan”. 4. Promosi Kotler (2002:41) menyatakan bahwa “Promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaanyang menonjolkan keistimewaan-keistimewaan produknya yang membujukkonsumen sasaran agar membelinya Menurut Kotler & Armstrong variabel-variabel yang ada di dalam promotional mix ada lima, yaitu: a. Periklanan (advertising) Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa. b. Penjualan Personal (personal selling) Presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.
41
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
c. Promosi penjualan (sales promotion) Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa. d. Hubungan masyarakat (public relation) Membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun ”citra perusahaan” yang baik dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita dan peristiwa yang dapat merugikan. e. Pemasaran langsung (direct marketing) Komunikasi langsung dengan pelanggan yang diincar secara khusus untuk memperoleh tanggapan langsung. Loyalitas Konsumen Menurut Tjiptono (2002 : 24) terciptanya kepuasan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis, men jadi dasar bagi pembelian ulang dan menciptakan loyalitas pelanggan serta rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan perusahaan. Menurut Kotler (2003 : 140) Hubungan antara kepuasan dan loyalitas adalah saat dimana konsumen mencapai tingkat kepuasan tertinggi yang menimbulkan ikatan emosi yang kuatdan komitmen jangka panjang dengan merek perusahaan Tjiptono (2002:85) mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk mengukur loyalitas konsumen yaitu : 1. Pembelian ulang 2. Kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut 3. Selalu menyukai merek tersebut 4. Tetap memilih merek tersebut 5. Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik 6. Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain. METODOLOGI PENELITIAN a. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, data yang berbentuk angka dengan skala ordinal yang didapatkan dari kuesioner dan kemudian di analisis menggunakan regresi linier berganda.
42
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
b. Populasi adalah seluruh mahasiswa UNSIMAR Poso yang menggunakan kartu pra bayar simpati sebanyak 250 responden.Penarikan sampel dengan metode Non Probability Sampling 100 responden. c. Data 1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner pada tempat penelitian. 2. Data Sekunder adalah data yang di peroleh melalui referensi-referensi ,jurnal, internet serta sumber-sumber pendukung lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis Regreesi Linier Berganda yaitu untuk mengetahui pengaruh Marketing Mix(product,price,place,promotion) terhadap loyalitas konsumen pengguna kartu prabayar simpati baik secara simultan maupun secara parsial.Hasil regeresi berganda direkapitulasi pada tabel berikut: Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi berganda Variabel Promosi (X1) Harga (X2) Distribusi (X3) Produk (X4) Kostanta R R Square Adjusted R Square F hitung Signifikansi F
Koefisien Regresi (B) 0,409 0,377 0,348 0,490 = 2,915 = ,567 = ,322 = ,293 = 11,258 = 0,000
t
Sig
3,070 2,665 1,508 2,620
,003 ,009 ,135 ,010
Dari hasil analisis regresi linear berganda, diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 22,369+0,409X1 + 0,377X2+ 0,348X3 +0,490X4 Pengaruh Secara Simultan Hasil analisis regresi berganda : variabel Promosi(X1) Harga (X2) Distribusi (X3) Produk(X4)
terhadap Loyalitas konsumen (Y) menunjukkan hasil nilai Fhitung adalah
sebesar 11,258 dengan Signifikan F sebesar 0.00 atau lebih kecil dari 0,05 (5%), Hasil
43
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
ini menyatakan bahwa secara simultan semua Variabel Bebas berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Loyalitas konsumen (Y). Pengaruh Secara Parsial Berdasarkan uji parsial melalui analisis regresi , diperoleh hasil Variabel Bebas ya(X1, X2, X3, X4 ) terhadap variabel Loyalitas Konsumen (Y) secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut : 1)
Promosi (X1)
Analisis Regresi menunjukkan koefesien Regresi (B) sebesar 409% terhadap loyalitas konsumen dengan signifikansi 0,003. Hal ini berarti bahwa (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen 2)
Harga (X2)
Analisis Regresi menunjukkan koefesien Regresi (B) sebesar 37,7% terhadap kinerja pegawai , dengan signifikansi 0,009. Hal ini berarti bahwa variabel(X2) berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen. 3) Distribusi (X3) Analisis Regresi menunjukkan koefesien Regresi (B) sebesar 34,8% terhadap kinerja pegawai , dengan signifikansi 0,135. Hal ini berarti bahwa variabel(X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen. 4) Produk (X4) Analisis Regresi menunjukkan koefesien Regresi (B) sebesar 49,0% terhadap kinerja pegawai , dengan signifikansi 0,010. Hal ini berarti bahwa variabel(X2) berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen.
KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil uji F dapat diketahui bahwa nilai Fhitung (11.258) > Ftabel (2,105) pada
α
0,05
yang
menunjukkan
bahwa
secara
simultan
variabel
harga,produk,distribusi dan promosi berpengaruh siginfikan terhadap loyalitas konsumen. 2. Berdasarkan hasil uji T variabel produk,mempunyai pengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen t hitung > t tabel (3,070 > 1.985). variabel harga t hitung > t tabel (2.665 > 1.985) signifikan terhadap loyalitas konsumen.variabel distribusi t hitung
>
t.tabel
(1.508
<1.985)
44
tidak
signifikan
terhadap
loyalitas
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
konsumen.Variabel proosi t hitung > t tabel (2.620 > 1.985) signifikan terhadap loyalitas konsumen. 3. Dengan hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa pengaruh Marketing Mix dalam menciptakan loyalitas pelanggan kartu prabayar simpati berpengaruh siginfikan, ini menunjukkan pengguna kartu prabayar simpati dikalangan mahasiswa Unsimar Poso sangat loyal karena pihak Telkomsel sangat memperhatikan bagaimana mempertahankan konsumennya untuk tidak berpindah ke provider lain. DAFTAR PUSTAKA Dharmmesta dan Irawan, 2001.Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua,. Yogyakarta Kotler ,Philip, 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid 1&2. PT. Prenhalindo; Jakarta. .....................2002. Marketing Management, Millenium Edition North Western University New Jersey, Prentice Hall Inc. .......................2003. Marketing Manajemen 11th ed.New Jersey Prentice Hall Kotler & Armstrong 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2, edisi ke-8, Penerbit Erlangga, Jakarta. Tjiptono Fandy 2002, Manajemen Pemasaran, --- , Penerbit Andi, Jogyakarta,
45
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
HUBUNGAN DISIPLIN DENGAN PRODUKTIFITAS KERJA PEGAWAI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN POSO Timotius Garatu *) ABSTRAK Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan disiplin terhadap produktivitas kerja pada dinas kependudukan dan pencatatan kabupaten Poso . Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara disiplin pegawai dengan produktifitas kerja sebesar 0,372. Artinya hubungan kedua variabel tersebut masuk dalarn kategori cukup yaitu antara 0,25 - 0,50. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara disiplin pegawai dengan produktifitas kerja searah. Selanjutnya angka Thitung > angka rtabe(l0,372 > 0,312). Artinya ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut, Selaniutnya Koefisien regresi X sebesar 0,231 menunjukkan bahwa apabila disiplin pegawai naik 1%, maka produktifitas kerja (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,231%. Kata Kunci : Kedisiplinan dapat memperbaiki produktivitas kerja. *) Dosen Pada Fakultas Ekonomi UNSIMAR Poso
PENDAHULUAN Berbicara mengenai disiplin, berarti seseorang dituntut untuk melaksanakan setiap tata tertib dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi, karena disiplin merupakan perbuatan yang mendasar pada pendapat dan atau keyakinan serta perilaku yang diharapkan dalam kehidupan bermasyarakat agar tetap terjamin suasana kerja yang tertib, teratur dan terkendali yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan disiplin Pegawai Negeri Sipil merupakan suatu hal yang sangat penting dalam rangka peningkatan produktivitas kerja pegawai sebab pembinaan disiplin dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil tentunya harus melalui bimbingan dan latihan, pendidikan dan tidak luput peran aktif dari pimpinan dalam melaksanakan aturan dan tata tertib sehingga dapat dijadikan contoh dan teladan bagi para pegawainya serta diterapkan sistem penghargaan agar pegawai bersemangat dalam mengabdi dan setia pada negara dan bangsa. Bahwa sehubungan dengan itu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Poso telah dapat melaksanakan upaya-upaya pembinaan disiplin dalam
46
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
rangka peningkatan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil misalnya dengan menerapkan
aturan-aturan
yang
berlaku
yang berhubungan
dengan
disiplin
diantaranya diterapkannya sistem apel pagi dan siang, sistem absensi, pemberian contoh atau teladan dari pimpinan. Namun dalam kenyataannya implementasi pembinaan disiplin pegawai di kantor yang bersangkutan masih memperlihatkan kondisi yang belum optimal. Hal tersebut akan dibuktikan dari beberapa pelanggaran terhadap ketentuan dan peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan oleh oknum pegawai negeri tertentu, seperti sering terlambat datang ke kantor atau absen, menimbulkan perkelahian di tempat kerja, tidak jujur, atau perilaku menyimpang lainnya, maka pemimpin atau harus memberikan respons. Penyimpangan atau pelanggaran itu bentuk konkritnya dapat terlihat dari banyaknya penggunaan waktu yang tidak produktif dilakukan oleh sebagian pegawai negeri sipil. Disamping itu banyak Pegawai Negeri Sipil yang memperlihatkan penurunan disiplin kerja misalnya ; pegawai rajin bekerja apabila pimpinan berada di tengah-tengah mereka, selain itu terdapat kecenderungan orientasi yang kurang mengarah kepada peningkatan produktivitas kerja seperti masih terjadi pemborosan waktu serta berbagai bentuk pelanggaran lain yang merugikan kepentingan bangsa dan negara. Dengan demikian fungsi pelayanan umum yang melekat pada pemerintah belum mencapai sasaran yang optimal, sehingga fenomena ini sangat mempengaruhi produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil sebagai public service (pelayan masyarakat) atau yang lazim dikenal abdi masyarakat dan abdi negara. TINJAUAN PUSTAKA Disiplin adalah suatu ketaatan terhadap aturan atau sifat taat terhadap aturan, dan ini menjadi dasar disiplin tidak peduli baik tidaknya aturan yang dipatuhi tersebut.oleh sebab itu sering terdengar istilah dengan sebutan disiplin mati. Bagi seorang yang demikian taat terhadap suatu aturan atau perintah , tampa menilai apakah aturan atau perintah tersebut berkaitan dengan nilai dari apa yang akan dicapai dari sauatu aturan yang secara tepat dan benar. 1. Konsep Pengawai Negeri Sipil Secara sederhana yang dimaksud dengan pengawai dapat diartikan sebagai orang
47
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
yang melakukan pekerjaan dengan memdapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan usaha swasta. Dalam undang-undang no 43 tahun 1993 pasal 1 dirumuskan sebagai berikut: Pengawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat –syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undanagan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwewenang dan diserahi tugas negara lainnya
yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan gaji menurut peraturan perundangundanagan yang berlaku. 2. Konsep Produktifitas Kerja. Produktivitas mengandung pandangan sikap dan mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan ini harus lebih baik daripada kemarin dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari pada hari ini. Menurut Hasibuan (2001) , memberikan pengertiaan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input, dimana auput harus mempunyai nilai tambah dan teknik pekerjaanya yang lebih baik. Untuk mencapai produktifitas kerja tinggi harus terpenuhi indikator-indikator sebagai berikut: a. Mencapai target bahkan melampaui target. b. Kualitas dan produktifitas memenuhi standar atau diatas standar c. Penyelesaian tugas yang tepat waktu bahkan sebelum batas waktunya berakhir. METODOLOGI PENELITIAN Dalam upaya pengumpulan data yang valid, maka diperlukan instrumeninstrumen penelitian.
Menurut Sugiyono (2007) instrumen penelitian adalah suatu
alat yang digunakan untuk mengukur fenomena obyek, yang secara spesifik fenomena ini merupakan variabel penelitian. Maka pada penelitian ini penulis menggunakan metode survey yaitu digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah, dengan menggunakan kuisioner dan wawancara terstruktur, dan selanjutya akan dianalisis secara kuantitatif. Untuk
mengetahui
hubungan
antara
variabel
disiplin
pegawai
(X)
terhadap variabel produktivitas kerja (Y) digunakan persamaan analisis regresi sederhana yang menurut Usman & Akbar (2008: 216) dengan rumus sebagai berikut: Y = a + bX 48
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Dimana: Y = Variabel kriterium Produktivitas Kerja X = Variabel predictor Disiplin a = Bilangan konstan b = Koefisien arah regresi linier Koefisien arah regresi tinier dinyatakan dengan huruf b yang juga menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap variabel X sebesar satu bagian. Maksudnya adalah bila b positif, maka variabel Y akan mengalami kenaikan atau pertambahan. Sebaliknya bila b negatif, maka variabel Y akan mengalami penurunan.
HASIL DAN P EMBAHASAN Dari hasil perhitungan dengan
produktifitas
bahwa hubungan
kerja
didapat angka korelasi antara disiplin pegawai sebesar
0,372.
antara disiplin pegawai
Korelasi
positif
menunjukkan
dengan produktifitas
kerja searah.
Hubungan kedua variabel tersebut masuk dalam kategori cukup yaitu antara 0,25 0,50. Artinya
disiplin
pegawai
terhadap
produktifitas
kerja
pegawai
pegawai
dengan
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil masih kurang. Untuk produktifitas
melihat
hubungan
kerja signifikan
antara
variabel
disiplin
atau tidak dapat membandingkan
antara angka
rhitungdengan angka Jtabcl • Jika angka rhitung> angka rtabelmaka hubungan kedua variabel
tersebut
adalah
signifikan,
Dari hasil
penelitian
angka fhitung> angka ftabel(0,372 > 0,312). Artinya hubungan
diperoleh
antara variabel
disiplin pegawai dengan produktifitas kerja pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Po so adalah signifikan, karena nilai rhitllllglebih besar dari angka r tabel. Untuk menghitung besarnya pengaruh disiplin pegawai produktifitas kerja, menggunakan angka R Square yang disebut juga sebagai koefisien determinasi (KD). Besarnya angka determinasi mempunyai arti bahwa sebesar 13,8% variabilitas produktifitas kerja yang terjadi dapat dijelaskan disiplin pegawai.
dengan
menggunakan variabel
Dengan kata lain, besamya pengaruh variable disiplin pegawai
terhadap produktifitas
kerja adalah 13,8% sedangkan sisanya 86,2% (100% -
13,8%) harus dijelaskan
oleh factor-faktor penyebab lainnya yang berasal dari
49
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
luar model regresi ini. Selanjutnya
dari hasil perhitungan
diperoleh
nilai koefisien
regresi
sebagai berikut: Y = 12,512 + 0,231 X Dirnana: = Produktivitas kerja = Disiplin pegawai
Y X
Konstanta sebesar 12,512 menunjukkan bahwa jika tidak ada variabel disiplin pegawai maka produktifitas kerja pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Poso adalah sebesar 12,512. Koefisien regresi X sebesar 0,231 menunjukkan bahwa apabila disiplin pegawai naik 1%, maka produktifitas kerja (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,231%. Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel independen (disiplin pegawai) yang dianalisis memberikan pengaruh positif terhadap produktifitas kerja pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Poso. KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan 1.
Angka
korelasi
yang
dengan produktivitas tersebut tingkat
kerja
disiplin
Hubungan
dan
sebesar
masuk dalam kategori
Kependudukan 2.
positif
0,372.
antara Hubungan
disiplin
pegawai
kedua
variabel
cukup yaitu antara 0,25 - 0,50. Artinya
pegawai dengan dan Catatan
searah
produktifitas
kerja
pada
Dinas
Sipil Kabupaten Poso.
antara variabel disiplin pegawai dengan produktifitas
kerja
adalah signifikan yaitu angka fhitung > angka rtabel (0,372 > 0,312). 3.
Besamya angka koefisien determinasi adalah sebesar 0,138 atau sama dengan 13,8%. Angka tersebut rnempunyai arti bahwa sebesar 13,8% variabilitas produktifitas kerja yang terjadi dapat dijelaskan dengan rnenggunakan variabel disiplin pegawai,
4.
Koefisien regresi X sebesar 0,231 menunjukkan apabila disiplin pegawai naik 1%, maka produktifitas kerja (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,231%.
50
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Saran 1. Agar lebih meningkatkan disiplin pegawai sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja, karena korelasi yang diperoleh masih tergolong cukup. Dalam artian pegawai Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten
masih kurang disiplin dalam menjalankan
tugas dan kewajiban
Po so sebagai
Pegawai Negeri Sipil. 2.
Agar pimpinan
dapat lebih meningkatkan
diharapkan untuk menumbuh
kembangkan
lagi peranannya
dan sangat
sikap positif dan disiplin antar
pegawai, agar tercapai produktifitas kerja pegawai yang baik. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Anonim, 1999, Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Abdulrahman Arifin. 1998. Filosojis dan Etika Manajemen, Jakarta LAN. Fuad Hasan, 1998. Pendayagunaan Fungsi Pengawasan dalam rangka Disiplin Pembangunan, Penerbit. H. Masagung, Jakarta Gomes, 2001, Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Hadari Nawawi dan Martini Hadari, 1992. Administrasi Personil untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja, Penerbit Haji Masagung, Jakarta. Handoko Hani, T, 2000, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta. Husnan, Heidjrachman, R, 2002. Manajemen Personalia. BPFE, Yogyakarta. Notoadmojo, 1998, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta,
Simanjuntak, J.P, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. Tunggal, M.A, 2003, Bisnis dan Manajemen, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
51
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP EFEKTIFITAS KERJA STAF PADA KANTOR STASIUN METEOROLOGI POSO Iswan.M.Masirete *) ABSRTAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan efektifas kerja pada kantor Stasiun Meteorologi Poso. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai korelasi sebesar 0,640 menunjukan bahwa hubungan variable independen (pendidikan dan latihan) dan variable dependen (efektifitas kerja staf) mempunya hubungan atau korelasi yang kuat. Besarnya pengaruh variable independen (pendudukan dan latihan) dengan variable dependen (efektifitas kerja staf) adalah sebesar 0,409 atau 40,9%. dan nilai probability sebesar 0,019 lebih kecil dari (α) 0,05 yang menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan berpengaruh siknifikan terhadap efektifitas kerja staf pada Kantor Stasiun Meteorologi Poso. Dengan demikian hipotesis yang diajukan bahwa Pendidikan dan Pelatiahn berpengaruh terhadap efektifitas kerja pada Kantor Stasiun Meteorologi Poso terbukti diterima. Kata Kunci : Pendidikan dan Pelatihan sangat penting dalam meningkatkan kinerja pegawai. *) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sintuwu Maroso
PENDAHULUAN Dalam rangka pengembangan efektifitas kerja masyarakat Indonesia, baik disektor pemerintahan maupunswasta sangat tergantung pada pengembangan potensi sumber daya manusia. Hal ini disejajarkan dengan semakin sempitkan lapangan kerja pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah sehingga menuntut setiap orang untuk dapat mengembangkan potensi diri (keterangan guna menciptakan lapangan kerja mandiri dan professional). Dalam era modernisasi ini, perlu mempertimbangkan konsekuensi sumber daya manusia yang memadai, terampil dan professional dalam bidang masing-masing. Ini diperlukan untuk peningkatan personalia guna menggeser system yang selama ini dilakukan dengan menempatkan orang – orang tanpa melihat kemampuan (skill), output pendidikan, dan kemampuan sumber daya manusia didalam melaksanakan suatu perkerjaan. Sementara itu,bila dibandingkan dengan Negara-negara lain yang menerapkan system kerja profesionalisme berdasarkan sumber daya manusia atau kemampuan dan keterampilan yang dimiliki(skill) maka Negara Indonesia masih jauh dari harapan. Hal 52
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
ini membuktikan penerapan system yang dilakukan selama ini perlu perubahan dan penataan kembali aparatur pemerintahan dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki seseorang. Bila dicermati dengan kemampuan keahlian yang dimiliki seseorang. Maka Indonesia dapat merubah diri dan wajah yang dimiliki seseorang sebagai Negara yang memiliki potensi dalam peningkatan sumber daya dan profesionalisme kerja apabila dilakukan dengan sungguh – sungguh dan penuh tanggungjawab. Berdasarkan urainan tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untk menkaji lebih jauh dan lebih mendalam mengenai sejauh mana upaya pengmbangan staf yang dilakukan oeh Kantor Stasiun Meteorologi Poso. Dalam upaya meningkatan efektifitas kerja. Berdasarkan hal itu. Maka penulis member judul penelitian ini adalah “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Efektifitas Kerja Staf Pada Kantor Stasiun Meteorologi Poso. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen sumber daya manusia merupakan penerapan pendekatan sumber daya manusia, dimana secara bersama terdapat dua tujuan yang ingin di capai yaitu : tujuan untuk perkantoran dan untuk pegawai. Dua kepentinga tujuan tersebut tidak bias dipisahkan dalam kesatuan kebersamaan yang utuh. Jika kepentingan yang satu tercapai sedangkan yang lain tidak, maka pendekatan manajemen sumber daya manusia ini dinilai gagal. Pada awalnya, sumber daya manusia tidak hanya dipandang sebagai unsure produksi tetapi juga sebagai manusia yang memiliki emosi dan kepribadian aktif yang dapat dijadikan sebagai kekuatan untk menggerakan perusahaan. Dewasa ini secara ilmu dan praktek dalam mengelolah sumber daya manusia khususnya dilingkungan perkantoran, telah menunjukan bukti yang meyakinkan bahwa kegiatannya pada masa lalu mempunyai kelemahan. Kelemahan – kelemahan itu pada umumnya bersifan fundamental, sehingga sebagian besar harus disesuaikan, yang menempatkan perbaikan dan penyempurnaa menjadi sesuatu yang baru, yang disebut sumber daya manusia. Menurut Heidjrachman dan Husnan (2002 : 5)
manajemen sumber daya
manusia adalah “ perncanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dari pengadaan dari tenaga kerja dengan maksud untuk membantu mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat”. 53
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Sedagkan Moekijat (1999 : 7) pengertian manajemen sumber daya manusia adalah “sebagai suatu proses yang mengembangkan,menerapkan dan menilai kebijaksanaan – kebijaksanaan, produser – produser, metode – metode, program – program yang ada hubungannya dengan individu”. Sifat fundamental itu treletak pada kegiatan pengolaan sumber daya manusia untk mewujudkan eksistensi organisasi/perkantoran yang kompetitif. Titik beratnya lebih ditekankan pada aspek – aspek administrasi dalam arti sempit berupa kegiatan layanan ketat perkantoran yang tertib dan sistemik. Menurut Hariandja (2002 : 2) pengertian sumber daya manusia adalah “perencanaa, pengorganisasian, pengarahan, pengawasa, kegiatan – kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, dan pelepasan sumber daya nanusia agar tercapai tujuan organisasi dan masyarakat”. Dengan kata lain , aktivitas yang dilakukan merangsang, mengembangan, memotivasi dan memelihara kinerja yang tinggi didalam organisasi. Berdasarkan definisi diatas dapat dismpulkan pengertian sumber daya manusia adalah “keseluruhan penentuan dan pelaksanaan berbagai aktifitas dan program yang bertujuan untuk mendapatkan
tenaga
kerja,
pengembangan
dan
pemeliharaan
dalam
usaha
meningkatkan dalam dukungannya terhadap peningkatan efektifitas organisasi secara etis dan social dapat dipertanggungjawabkan. Aktivitas berarti melakukan berbagai kegiatan, misalnya melakukan perencanaan,pengorganisasan, pengawasan, pengarahan, analisis jabatan, rekrutmen, seleksi, orientasi, memotivasi dan lain –lain. Notoadmojo (1998 : 113) mengemukakan bahwa fungsi manajemen sumber daya manusia adalah : 1). Fungsi – fungsi manajemen yang mencakup : a. Perencanaan (planning) perencanaan berarti menentukan program pegawai (sumber daya manusia) dalam rangka membantu tercapainya sasaran atau tujuan organisasi. b. Pengorganisasian (Organizing) Dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian tugas dan tanggungjawab orang – orang atau karyawan yang akan melakukan kegiatan masing – masing.
54
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
c. Pengarahan (Directing) Untuk melakukan kegiatan yangdirencanakan, agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan efektif diperlukan arahan dari manajer atau pimpinan. d. Pengendalian (Controling) Fungsi pengendalian adalah untk mengatur kegiatan, agar kegiatan – kegiatan itu dapat berjalan sesuai dengan rencana. 2). Fungsi – fungsi operasional yang mencakup ; a. Pengadaan sumber daya manusia (Recruitmen) fungsi rekruitmen seorang manajer sumber daya manusia bertujuan memperoleh jenis dan jumlah tenaga atau sumber daya manusia yang tepat, sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh unit – unit kerja yang bersangkutan. b. Pengembangan (Development) Tenaga atau sumber daya yang diperoleh sesuai dengan organisasi, perlu pengembangan sampai pada taraf tertentu sesuai dengan pengembangan organisasi itu. c. Balas Jasa (Compencation) Balas jasa adalah merupakan fungsi jasa yang memadai dan layak kepada karyawan. d. Integrasi (integration) Integritas adalah kegiatan manajemen yang bertujuan untuk rekonsiliasi. Untuk itulah
pentingnya fungsi integrasi ini agar diperolah kesepakatan kembali
pelaksanaan kegiatan organisasi. e. Pemeliharaan (Maintenance) Kemampuan – kemampuan sumber daya manusia yang telah dimiliki oleh suatu organisasi perlu dipelihara, karena kemampuan merupakan suatu asset yang sangat penting bagi terlaksananya tugas dan tercapainya tujuan organisasi.
55
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
f. Pemutusan Hubungan Kerja (Separation) Seorang karyawan tidak mungkin akan selalu bekerja pada organisasi tertentu, suatu saat paling tidak mereka harus memutuskan hubungan kerja dengan cara pensiun. METODOLOGI PENELITIAN Metode ini dipilih karena dapat mengukur variabel bebas secara signifikan. Formulasi regresi Linear Sederhana (Sugiyono 2007) tersebut dituliskan sebagai berikut : Y
= a + bX
Dimana : Y = Pendidikan dan Pelatihan a = Nilai Intercept (konstan) b = Koefisien arah regresi X = Efektifitas Kerja
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Variabel pendidikan dan Pelatihan (X) terhadap efektifitas kerja staf pada Kantor Stasiun Meteorologi Poso (Y) Bahwa utuk mengetahui keeratan hubungan pendidikan dan pelatihan (X), sebagi variable bebas terhadap efektifitas kerja staf (Y) sebagai variable tidak bebas digunakan analisa regresi linear sederhana sebagaimana terlihat ada hasil computer program statistic SPSS for wind release 16,00. Dari hasil penelitian bahwa koefisien korelasi variable pendidikan dan pelaihan dengan responden 11 (sebelas) orang diperoleh sebesar 0,640 atau 64%. Dan memiliki tanda positif, ini menunjukan pergerakan yang searah dari kedua variable ini, yang memerangkan bahwa semakin baik pendidikan dan pelatihan akan menghasilkan efektifitas kerja yang semakin baik pula, dengan tingkat prpbabilitas sebesar 0,019 lebih kecil dari (ά) 0,05. Artinya terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara pendidikan dan pelatihan terhadap efektifitas kerja pegawai Kantor Stasiun Meteorologi Poso. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menunjukan variable pendidik dan pelatihan berpengaruh terhadap
56
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
efektifitas kerja staf dengan derajat hubungan signifikan. Dengan deikian hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara variable pendidikan dan pelatihan terhadap efektifitas kerja pegawai, dalam penelitian ini meyakinkan pada taraf signifikan 5%. Dari hasil perhitungan diperolehnilai koefisien regresi sebagai berikut : Y = 10,727 + 0,818 X Dimana : Y
= Efektifitas kerja staf
X
= Pendidikan dan pelatihan Koefisien sebasar 10,727 menunjukan bahwa jika tidak ada variable pendidikan
dan pelatihan maka efektifitas kerja staf pada Kantor Stasiun Meteorologi Poso adalah 10,727. Koefisien regresi X sebasar 0,818 menunjukan apabila pendidikan dan pelatihan (X) naik 1% maka efektifitan kerja staf (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,818%. Persamaan rregresi tersebut mnunjukan variable independen (pendidikan dan pelatihan) yang dianalisis member pengaruh positif terhadap efektifitas kerja staf pada Kantor Stasiun Meteorologi Poso. Selanjutnya besarnya pengaruh variable pendidikan dan pelatihan ditinjukkan oleh nilai R square sebesar 40,9%. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa 40,9% dari efektifitas kerja staf pada Kantor Stasiun Meteorologi Posodapat dijelaskan oleh varibel pendidikan dan pelatihan. Variable yang tidak dijelaskan sebesar 59,1%, mungkin dijelaskan oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Variable pendidikan dan pelatihan yang dianalisis, secara signifikan mempengaruhi peningkatan efektifitas kerja staf/pegawai. Pegawai pada Kantor Stasiun Meteorologi Poso dapat mengerjakan pekerjaannya secara lebih efektif seelah mengikuti pendidikan dan pelatihan.
57
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
2. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai korelasi menunjukan bahwa hubungan antara
variable
independen
(pendidikan
dan
pelatihan)
dengan
variable
dependen(efektifitas kerja staf) mempunyai hubungan atau korelasi yang kuat. 3. Dari hasil pengujian hipotesisdiperoleh nilai probabilitas yang menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap efektifitas kerja staf pada Kantor Stasiun Meteorologi Poso. 4. Dari hasil pengolahan data diperoleh besarnya pengaruh variable pendidikan dan pelatihan oleh nilai R Square sebesar 40,9%. Artinya bahwa 40,9% dari efektifitas staf pada Kantor Stasiun Meteorologi Poso dapat dijelaskan oleh variable pendidikan dan pelatihan. Saran 1. Pimpinan harus memperhatikan dan mencermati akan penempatan pegawai sesuai dengan bidang dan keahlianya. 2. Terus meningkatkan sumberdaya manusia terutama dari segi pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Hariandja ,2002 , Manajemen Sumberdaya Manusia,Edisi Pertama,BPFE, Yogyakarta Heidjrachman, 2002, Manajemen Personalia, BPFE, Yogyakarta Husnan ,2002, Manajemen Personalia, BPFE, Yogyakarta Moekijat ,1999 , Manajemen Sumberdaya Manusia,( Manajemen kepegawaian) Edisi Pertama,BPFE, Yogyakarta Notoadmojo ,1998, Pengembangan Sumberdaya Manusia ,Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Rineca Cipta, Jakarta
58
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN BERBELANJA DI BNSMART POSO Holmes Rolandy Kapuy *) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, keputusan tempat/lokasi terhadap tingkat kepuasan konsumen pada Toko Lisari Poso. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan konsumen berbelanja pada Toko Lisari Poso dipengaruhi oleh faktor keragaman produk sebesar 0,857, faktor layanan dan atmosfer toko sebesar 0,243, faktor keputusan harga sebesar 0,114, faktor keputusan promosi sebesar 0,370, dan faktor keputusan tempat/lokasi sebesar 0,672. Sedangkan besarnya korelasi antara faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, keputusan tempat/lokasi terhadap tingkat kepuasan konsumen berbelanja pada Toko Lisari Poso adalah sebesar 50,8%. Korelasi faktor-faktor tersebut berpengaruh positif dan signifikan. Selanjutnya besarnya pengaruh faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, keputusan tempat/lokasi terhadap tingkat kepuasan konsumen pada Toko Lisari Poso sebesar 0,258 atau 25,8%. Kata Kunci : produk, layanan, harga, lokasi, kepuasan konsumen *) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sintuwu Maroso PENDAHULUAN Dewasa ini perhatian terhadap kepuasan pelanggan atau ketidakpuasan pelanggan semakin besar. Persaingan yang semakin ketat khususnya untuk bisnis ritel, dimana banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginaan konsumen, menyebabkan setiap perusahaan ritel harus menempatkan orientasi kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama dan diyakini sebagai kunci utama untuk memenangkan persaingan dengan memberikan nilai dan kepuasan kepada pelanggan melalui penyampaian produk dan jasa dengan harga bersaing. Kepuasan pelanggan adalah faktor yang menentukan dalam strategi pemasaran perusahaan dan merupakan pertahanan paling baik untuk menghadapi persaingan yang ketat yang menyebabkan perusahaan harus menempatkan perusahaan pada kepuasaan konsumen sebagai tujuan utama, sehingga kini menjadi salah satu penentu suksesnya pemasaran. Kesetiaan konsumen agar tidak hilang, maka perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam strategi bauran pemasaran eceran sebagai analisis agar dapat berorientasi pada kepuasan konsumen.
59
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Kepuasan pelanggan adalah salah satu dari tingkat kepuasan yang umum, kalau kinerja di bawah harapan, pelanggan akan kecewa, kalau kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas, kalau melebihi harapan pelanggan sangat puas atau gembira. Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dia rasakan dengan harapannya. Pada umumnya harapan dari pelanggan merupakan perkiraan/keyakianan pelanggan tentang apa yang diterimanya bila mereka membeli atau mengkonsumsi suatu produk. Kepuasan ini mendatangkan keuntungan karena biaya mendapatkan pelanggan baru lima kali lebih tinggi daripada mempertahankan yang sudah ada. Keputusan terpenting pengecer yang berhubungan langsung dengan tingkat kepuasaan konsumen adalah : 1. Keragaman produk 2. Layanan dan atmosfer toko 3. Keputusan harga, 4. Keputusan Promosi, 5. Keputusan tempat (lokasi) Semakin meningkatnya kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang didapatkan melalui kagiatan berbelanja di swalayan memiliki tujuan untuk mendapatkan kepuasan tersendiri atas aktivitas yang dilaksanakan konsumen. Hal-hal yang akan ditawarkan yang notabene bukan hanya dalam bentuk barang harus memiliki kelebihan-kelebihan khusus yang bersifat positif dibandingkan dengan penawaran usaha ritel lainnya, maka pelanggan tetap setia. Dalam mempertahankan pelanggan, perusahaan harus dapat memberikan kepuasan yang maksimal dalam memuaskan pelanggannya. Adapun kepuasan pelanggan dapat terjadi apabila harapan benar-benar terwujud demikian pula sebaliknya, jika pelanggan merasa puas, maka mereka akan kembali membeli produk kita dan membicarakan hal tersebut kapada orang lain secara menguntungkan. Dalam hal tersebut BNSMART Poso yang beralamat di Jl. Pulau Sumatera sebagai salah satu usaha ritel adalah toko swalayan yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan rumah tangga, yang kemunculannya mencoba menghadirkan sarana tempat berbelanja keluarga di Kota Poso.
BNSMART Poso
mencoba menghadirkan hal-hal yang menjadi kebutuhan para konsumennya, antara lain menawarkan produk-produk dengan harga murah, kenyamanan berbelanja atau hanya
60
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
sekedar kunjungan dan lain-lain. Ini memungkinkan adanya perjuangan yang keras dalam mempertahankan keberadaannya dari sekian banyak usaha ritel di Indonesia serta di Kota Poso pada khususnya. Dari hal tersebut di atas penulis hanya mengetahui bahwa pihak BNSMART Poso telah melaksanakan strategi bauran pemasaran eceran tanpa mengetahui puas atau tidaknya konsumen terhadap hal-hal yang ditawarkan dan tidak pula mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan konsumen terhadap strategi yang dilaksanakan tersebut. Dalam hal ini kepuasan bukan hanya milik para konsumen saja melainkan perusahaan juga ikut puas terhadap hal-hal yang ditawarkan. Dengan puasnya konsumen terhadap strategi yang ditawarkan, perusahaan bisa terus menjaga prestasi tersebut atau bahkan terus mengembangkan strategi bauran pemasaran eceran dengan inovasi-inovasi yang berdasarkan dari masukan-masukan para konsumen. Masalah penelitian yang menjadi fokus peneliti adalah untuk mengetahui sejauh mana faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, keputusan tempat/lokasi terhadap tingkat kepuasan konsumen pada BNSMART Poso, sehingga dapat memberikan nilai tambah dan dapat memberikan kebutuhan informasi yang mencerminkan kesinambungan produk dan dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dalam meningkatkan kualitas segala hal yang ditawarkan perusahaan, jumlah pelanggan yang sudah ada. Hal yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah sejauh mana faktor-faktor strategi bauran pemasaran eceran yakni keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, keputusan tempat/lokasi terhadap tingkat kepuasan konsumen pada BNSMART Poso. Atas dasar permasalahan tersebut diatas maka dalam penulisan skripsi ini akan menganalisa tingkat kepuasan konsumen terhadap strategi bauran pemasaran eceran terhadap obyek yang akan diteliti. Dengan harapan analisis ini mendapatkan suatu konsep teoritik pada pelaksanaan program bauran pemasaran eceran dan masukan bagi perusahaan dalam memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga mampu mempertahankan pelanggan serta eksistensinya dalam dunia bisnis ritel yang merupakan satu tujuan terpenting dalam daur hidup suatu usaha.
61
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul: “Bauran Pemasaran Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen pada BNSMART Poso” TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pemasaran Menurut Stanton dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Irawan dan Swastha (1990 : 5) pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Jadi pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan yang saling berhubungan ditujukan
untuk
merencanakan,
menentukan
harga,
mempromosikan
dan
mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli. Dalam buku Kotler (2002) ada beberapa pengertian pemasaran yaitu : 1). Pemasaran adalah satu proses sosial dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, mempertukarkan produk dan nilai dengan individu atau kelompok lainnya. 2). Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan perusahaan yang mengarahkan atau mengendalikan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. 3). Pemasaran adalah penyediaan barang dan jasa yang tepat, kepada orang yang tepat, harga yang tepat, komunitas dan promosi yang tepat. Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa pemasaran harus dimulai dengan kebutuhan dari konsumen dan bukan proses produksi, melainkan harus berusaha untuk memperkirakan kebutuhan-kebutuhan. Kemudian pemasaranlah yang akan menentukan barang apa yang harus dibuat termasuk keputusan tentang pengembangan produk, desain produk, dan pengemasan, harga jualnya, kebijakan kredit dan pembayaran, kebijakan pengangkutan dan penyimpanan, bila dan bagaimana produk akan diiklankan dan dijual, serta jaminan sesudah penjualan dan pelayanan. Hal ini tidak berarti pemasaran mengambil alih bagian produksi, dan keuangan. Bahkan pemasaran dengan cara mengartikan kebutuhan konsumen, harus memberikan pengarahan bagi kegiatan-kegiatan ini dan membantu dalam mengkoordinasikannya.
62
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Karena tujuan akhir dari suatu perusahaan adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen selain mendapatkan keuntungan. Selain itu beberapa definisi pemasaran tersebut bertumpu pada konsep pokok sebagai berikut : a). Kebutuhan manusia yaitu suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan dasar yang dirasakan atau disadari. Konsep yang paling dasar dalam pemasaran adalah kebutuhan manusia (human need) ini merupakan suatu keadaan seperti perasaan kehilangan dalam diri seseorang atau keadaan tidak memiliki kepuasan dasar. Menurut Kotler (2002) kebutuhan manusia adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Manusia membutuhkan makanan, pakaian, perlindungan, keamanan hak milik, harga diri, dan beberapa hal lain, untuk bisa hidup. Kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar, namun sudah ada tertulis dalam hayati serta kondisi manusia”. b). Keinginan manusia yaitu hasrat untuk memperoleh pemuas-pemuas tertentu untuk kebutuhan yang lebih mendalam. Seseorang yang tidak puas akan melakukan satu di antara dua hal yaitu mencari barang yang akan memuaskannya atau mencoba memindahkan kebutuhannya. Kebutuhan manusia berbeda dengan keinginan manusia, keinginan manusia (human want) merupakan bentuk yang berasal dari kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan pribadi seseorang. Dengan berkembangnya masyarakat, maka keinginannya berkembang pula. Orang dihadapkan dengan barang yang mungkin banyak dan membangkitkan keingintahuan, minat, dan nafsu mereka. Di sisi lain pihak produsen mengambil langkah khusus untuk menggerakkan nafsu mereka. c). Permintaan yaitu keinginan terhadap produk-produk tertentu yang didukung oleh suatu kemampuan dan kemauan untuk membeli produk. d). Produk yaitu segala sesuatu yang dapat diberikan kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. e). Nilai dan kepuasan yaitu taksiran konsumen tentang kapasitas produk untuk memuaskan seperangkat tujuan. Melalui kegiatan ekonomi, barang dan jasa beralih dari produsen ke konsumen. Pemasaran merupakan tugas terakhir dari kegiatan ekonomi dalam memuaskan kebutuhan hidup manusia. Pemasaran memiliki aspek yang berbeda bagi setiap indvidu.
63
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Itulah sebabnya pemasaran dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang dan kenyataan ataupun fenomena yang ada dalam masyarakat, terutama yang berhubungan dengan perekonomian. Jika dilihat dari struktur tugasnya, pemasaran berfungsi untuk menemukan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh manusia serta menjual barang dan jasa tersebut ke tempat konsumen berada pada waktu yang diinginkan, dengan harga yang terjangkau tetapi tetap menguntungkan bagi perusahaan yang memasarkan. Bauran Pemasaran Dalam mempengaruhi konsumen, seorang pengusaha memerlukan perencanaan dan pengawasan yang matang serta perlu dilakukan tindakan-tindakan yang kongkrit. Untuk keperluan tersebut pengusaha dapat melakukan tindakan-tindakan yang menurut Gitosudarmo (2001 : 181) terdiri dari 4 macam tindakan mengenai : -
Produk (product); adalah barang dan jasa yang bisa ditawarkan di pasar untuk mendapat perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan.
-
Harga (price); adalah sejumlah kompensasi (uang maupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa.
-
Saluran distribusi (place); adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktifitas perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen.
-
Promosi (promotion); adalah bagian dari bauran pemasaran yang besar peranannya. Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan perusahaan untuk mendorong konsumen membeli produk yang ditawarkan Keempat macam tindakan tersebut sering disebut sebagai bauran pemasaran
atau marketing mix. Jadi bauran pemasaran atau marketing mix merupakan alat yang dapat dipergunakan oleh pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya, baik itu lewat produk, promosi, maupun harga yang rendah serta pemberian diskon/potongan harga. Kepuasan Konsumen
Tujuan bisnis adalah menciptakan kepuasan pelanggan pada para konsumen, karena dengan terciptanya kepuasan tersebut pelanggan dapat memberikan manfaat,
64
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
diantaranya adalah hubungan para pelanggan dan perusahaan menjadi harmonis, memberikan dasar untuk melakukan pembelian ulang, loyalitas pelanggan yang menguntungkan perusahaan. Secara umum
kepuasan/ ketidakpuasan pelanggan
merupakan hasil dari adanya perbedaan antara harapan dengan kinerja yang dirasakan, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kinerja yang ada dalam suatu produk, sekurang-kurangnya harus sama dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Untuk dapat mengukur kepuasan pelanggan, kita harus mengetahui definisi secara konseptual, teoritis. Dalam kaitan itu, ada yang mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai hasil penilaian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Harapan tersebut kemudian dibandingkan dengan persepsinya terhadap kinerja yang diterimanya dengan mengkonsumsi produk itu. Jika harapannya lebih rendah daripada kinerja produk, ia akan merasa tidak puas. Sebaliknya, jika harapannya sama dengan atau lebih tinggi daripada kinerja produk maka ia akan merasa puas. Kepuasan pelanggan menurut Kotler (2005: 36) adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Pada umumnya harapan pelanggan merupakan pikiran/keyakinan pelanggan tentang apa yang diterimanya bila mereka mengkonsumsi suatu produk. Sedangkan kepuasan pelanggan adalah sebagai keseluruhan sikap pelanggan terhadap barang/jasa setelah mereka memiliki dan digunakan. Artinya kepuasan pelanggan adalah suatu tingkat dimana ada kesesuaian antara harapan pelanggan terhadap suatu produk dan prestasi atau penampilan yang sebenarnya dari produk tersebut. Harapan terbentuk berdasarkan informasi konsumen yang diterima dari penjual, teman, keluarga, dan sebagainya. Ini merupakan suatu pengukuran yang penting yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengetahui kebutuhan pelanggannya. Kotler (2005: 220-225), mengemukakan bahwa keputusan terpenting pengecer yang berhubungan langsung dengan tingkat kepuasaan konsumen adalah : 1) Keragaman produk (Product assortment) 2) Layanan dan atmosfer toko 3) Keputusan harga, 4) Keputusan Promosi, 5) Keputusan tempat (lokasi)
65
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian survey (survey research), yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar atau kecil dengan mengambil data sampel sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubunganhubungan antar variabel.
Penelitian dirancang dengan expost-facto design, karena
keinginan untuk menentukan hubungan antar variabel tidak dapat dilaksanakan dengan melalui eksperimen, karena semua variabel bebas telah terjadi/bekerja dan telah menimbulkan pengaruh terhadap variabel tak bebas secara alamiah (apa adanya), tanpa ada rancangan sebelumnya penelitian (Singarimbun dan Efendi, 1999). Analisis data dilakukan berdasarkan hasil jawaban dari responden mengenai faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi dan keputusan tempat di BNSMART Poso. Jawaban tersebut kemudian disesuaikan dengan hasil jawaban dari responden sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Data kuantitatif yaitu suatu metode penalaran untuk menganalisis data dengan menggunakan rumus-rumus yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Adapun analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda. Rumus regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4 + b5X5 Keterangan: Y a X1 X2 X3 X4 X5
= = = = = = =
Tingkat Kepuasan Konstanta Keragaman Produk Layanan dan atmosfer toko Keputusan Harga Keputusan Promosi Keputusan Tempat/Lokasi
Sedangkan b1, b2, b3 dan b4 adalah nilai koefisien regresi dari X1, X2, X3, X4, dan X5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer program SPSS For Wind Release 16 diperoleh sebagai berikut :
66
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
Angka korelasi antara faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, dan keputusan tempat/lokasi terhadap tingkat kepuasan konsumen pada BNSMART Poso sebesar 0,508. Artinya hubungan faktorfaktot tersebut adalah sedang (0,40 - 0,599). Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, dan keputusan tempat/lokasi terhadap tingkat kepuasan konsumen pada BNSMART Poso searah, yang artinya jika faktor keragaman produk semakin banyak, layanan dan atmosfer toko semakin baik, harga dapat dijangkau, promosi semakin baik dan lokasi sangat strategis, maka tingkat kepuasan konsumen pada BNSMART Poso akan meningkat. Untuk melihat hubungan antara faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, dan keputusan tempat/lokasi dengan tingkat kepuasan konsumen pada BNSMART Poso signifikan atau tidak dapat dilihat dari angka probabilitas (sig) sebesar 0,019 yang lebih kecil dari 0,05. Ketentuan mengatakan jika angka probabilitas atau signifikansi < 0,05, maka ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor tersebut. Jika angka probabilitas atau signifikansi > 0,05, maka ada hubungan faktor-faktor tersebut tetapi tidak signifikan. Untuk menghitung besarnya sumbangan faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, dan keputusan tempat/lokasi terhadap tingkat kepuasan konsumen pada BNSMART Poso, dengan menggunakan angka R Square. Besarnya angka R Square dalam perhitungan ini adalah sebesar 0,258 atau sama dengan 25,8%, yang artinya bahwa sebesar 25,8% variasi tingkat kepuasan konsumen pada BNSMART Poso dapat dijelaskan dengan menggunakan keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, dan keputusan tempat/lokasi. Dengan kata lain, besarnya pengaruh faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, dan keputusan tempat/lokasi terhadap tingkat kepuasan konsumen pada BNSMART Poso adalah 25,8%. Sisanya 74,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model regresi linear berganda, maka dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut : Y
= 12,303 + 0,857 X1 + 0,243X2 + 0,114X3 + 0,370X4 + 0,672X5
Dimana :
67
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
Y X1 X2 X3 X4 X5
ISSN : 1693-9131
= Tingkat Kepuasan = Keragaman Produk = Layanan dan Atmosfer Toko = Keputusan Harga = Keputusan Promosi = Keputusan Tempat/Lokasi
Konstanta sebesar 12,303 menyatakan bahwa jika tidak ada faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, dan keputusan tempat/lokasi maka tingkat kepuasan konsumen berbelanja pada BNSMART Poso adalah sebesar 12,303. Koefisien regresi X1 sebesar 0,857 menyatakan bahwa apabila faktor keragaman produk dinaikkan sebesar 1 dengan asumsi variabel lain di luar variabel X1 tetap, maka variabel dependen (Y) yang diukur mengalami peningkatan sebesar 0,857. Koefisien regresi X2 sebesar 0,243 menyatakan bahwa apabila faktor layanan dan atmosfer toko dinaikkan sebesar 1 dengan asumsi variabel lain di luar variabel X2 tetap, maka variabel dependen (Y) yang diukur mengalami peningkatan sebesar 0,243. Koefisien regresi X3 sebesar 0,114 menyatakan bahwa apabila faktor keputusan harga dinaikkan sebesar 1 dengan asumsi variabel lain di luar variabel X3 tetap, maka variabel dependen (Y) yang diukur mengalami peningkatan sebesar 0,114. Koefisien regresi X4 sebesar 0,370 menyatakan bahwa apabila faktor keputusan promosi dinaikkan sebesar 1 dengan asumsi variabel lain di luar variabel X3 tetap, maka variabel dependen (Y) yang diukur mengalami peningkatan sebesar 0,370. Selanjutnya Koefisien regresi X5 sebesar 0,672 menyatakan bahwa apabila faktor keputusan tempat/lokasi dinaikkan sebesar 1 dengan asumsi variabel lain di luar variabel X5 tetap, maka variabel dependen (Y) yang diukur mengalami peningkatan sebesar 0,672. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil uraian pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut yaitu : 1. Kepuasan konsumen berbelanja pada BNSMART Poso dipengaruhi oleh faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan Promosi dan faktor keputusan tempat/lokasi. 2. Korelasi antara faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer toko, keputusan harga, keputusan promosi, dan keputusan tempat/lokasi dengan tingkat kepuasan
68
Jurnal EKOMEN Vol. 9 No. 1 Januari 2009
ISSN : 1693-9131
konsumen pada BNSMART Poso sebesar 0,508 atau 50,8%. Korelasi tersebut tergolong sedang, searah dan signifikan. Saran 1. Diharapkan pihak BNSMART Poso lebih meningkatkan pelayanannya dan memperhatikan harga karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. 2. Diharapkan pihak BNSMART Poso tidak hanya memperhatikan dan mencermati kelima faktor yang diteliti tetapi faktor-faktor lain juga harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen berbelanja pada Toko Lisari Poso. DAFTAR PUSTAKA Gitosudarmo Indriyo, (2001), Pengantar Bisnis, Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Kotler, Philip. 2005. Manajemen pemasaran. Edisi kesebelas. Jakarta: PT Indeks Kotler Philip, 2002. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan dan Pengendalian. Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. Ma’ruf, Hendry. 2005. pemasaran Ritel. Jakarta: Gramedia Pustaka Sitepu, Nirwana. 1994. Analisis Jalur. Bandung: UNPAD Singarimbun, Masri, Sofian Effendi, 1999, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta. Sugiyono. 2007, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung. Whidya, Utami, Christina. 2006. Manajemen Ritel (strategi dan implementasi Ritel Modern). Jakarta: Salemba Empat Swatha, Basu & Irawan, 1990, Manajemen Perusahaan Modern . Liberty, Jakarta
69