KRITIK SASTRA FEMINISME DALAM KUMPULAN CERPEN PENARI NAGA KECIL KARYA TARINI SORRITA
Faujan Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
ABSTRAK: Secara umum, penelitian karya sastra feminisme jenis cerpen ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara konkret dan obyektif tentang kritik sastra feminisme yang ada dalam kumpulan cerpen Penari Naga Kecil karya Tarini Sorrita dan secara khusus penelitian ini mengkaji lima permasalahan gender, dan bertujuan: (1) mendeskripsikan perbedaan gender yang terdapat dalam kumpulan cerpen Penari Naga Kecil, (2) mendeskripsikan kesenjangan gender yang terdapat dalam kumpulan cerpen Penari Naga Kecil, (3) mendeskripsikan genderisasi yang terdapat dalam kumpulan cerpen Penari Naga Kecil, (4) Mendeskripsikan identitas gender yang terdapat dalam kumpulan cerpen Penari Naga Kecil, dan (5) mendeskripsikan peranan gender yang terdapat dalam kumpulan cerpen Penari Naga Kecil. yang terdapat dalam kumpulan cerpen Penari Naga Kecil. Penelitian tentang kritik sastra feminis dalam cerpen-cerpen Tarini Sorrita menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena; (1) data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata bukan angkaangka; (2) analisis data dilakukan secara induktif, yang berarti bahwa pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran hipotesis, tetapi merupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan yang kemudian dikelompokkelompokkan; dan (3) adanya batas yang ditentukan oleh fokus penelitian. Kata Kunci: Kritik sastra feminisme, kumpulan cerpen, penari naga kecil Cerita pendek (cerpen) merupakan karya sastra yang paling memasyarakat dibandingkan dengan jenis karya sastra lain, seperti novel, puisi, dan drama. Pada umumnya, setiap koran dan majalah memuat cerpen, akan tetapi cerpen yang paling sedikit mendapat sorotan. Terdapat beberapa pembicaraan selintas tentang cerpen, akan tetapi umumnya kurang memuaskan, karena lebih menekankan pada segi-segi komunikasinya semata. Banyak cerpen yang memikat, seperti cerpen-cerpen karya Danarta, Putu Wijaya, Umar Kayam, Gerson Poyk, Seno Gumira Adjidarma, Eka Budianta, dan
sebagainya, dan kurang mendapat perhatian. Padahal cerpen-cerpen karya mereka merupakan cerpen kontemplatif, dan dari beberapa cerpen mereka dapat disimpulkan bahwa cerita pendek memiliki dunia yang khas, tak kalah dengan dunia novel, drama maupun puisi. Tarini Sorrita, perempuan kelahiran tahun 1971 termasuk salah satu perempuan potensial di bidang sastra. Bagaimana tidak? Potensi Rini sapaan ibu seorang gadis kecil ini tidak dapat diragukan lagi. Dalam kurun satu semester atau hanya enam bulan Rini berhasil menulis sekitar 25 cerita
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 559
pendek, sebagian pernah dipublikasikan melalui media cetak, dan kemudian berani bersusah-susah mengumpulkan dana untuk membantu kelancaran penerbitannya sebagai sebuah buku. Kegemaran menulis bagi Rini sudah dirintis sejak kecil. Ia mulai gemar mengabadikan peristiwa-peristiwa tertentu yang dianggapnya menarik, meski ia tidak tahu pasti untuk apa semua itu. Tetapi ia merasa puas apabila mampu mengabadikan semua itu dengan baik. Dalam menghadapi kemiskinan, kekurangan, penderitaan, dan jatuh bangun dalam menjalani kehidupan, ia bukan hanya berperan sebagai pengamat, melainkan sekaligus pelaku. Tarini Sorrita, pengarang kumpulan cerpen Penari Naga Kecil ini merupakan salah satu penulis sastra migran yang aktif. Bersama dengan teman-teman yang mempunyai hobi sama, mereka membukukan karyakaryanya dengan mendapat dukungan penuh dari pak Bonari Nabonenar, Lan Fang, pak Kuswinarto dan kritikus lain. Tarini Sorrita termasuk cerpenis yang tertarik cerpen-cerpen realistik, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Cerpen-cerpen tersebut banyak memberikan gambaran permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi baik dengan sang majikan, anak majikan, dengan sesama TKW dari Indonesia ataupun TKW dari Filipina dan Thailand. Kumpulan cerpen ini berisi dua puluh tiga cerpen. Sebagian besar berkisah tentang liku-liku kehidupan para TKW di Hongkong, permasalahanpermasalahan yang mereka hadapi baik dengan sang majikan, anak majikan, dengan sesama TKW dari Indonesia ataupun TKW dari Filipina dan Thailand. Di balik semua permasalahan itu tersirat perjuangan seorang wanita untuk dapat bertindak lebih dari hanya sekedar pembantu, yaitu mempertajam intelektual dengan cara menulis. Sisi feminisme inilah yang hendak dikaji
penulis untuk mengetahui sejauh mana cerpenis buruh migrant memandang dan menilai perempuan pekerja (buruh) berjuang menyejajarkan dirinya dengan kaum lelaki. Dalam kumpulan cerpen Penari Naga kecil, Tarini memberi suguhan cerita yang ringan dengan tema-tema sederhana namun penuh dengan perjuangan wanita buruh di Hongkong. Dia ingin mendobrak tatanan yang selama ini mengungkung kaum buruh migran. Dalam hal ini, Millet dalam Sugihastuti (2002:64) menjelaskan bahwa tatanan patriarkhi yang memiliki makna tata kekeluargaan yang sangat mementingkan garis keturunan bapak, telah memposisikan perempuan sebagai kelas yang cenderung menjadi objek dari kaum laki-laki. Perempuan tidak memiliki independensi dalam menentukan sikap maupun sesuatu hal yang lain. pandangan kaum perempuan dibangun dalam landasan berpikir kaum laki-laki. Perempuan kurang memiliki wewenang untuk memandang atau menentukan sesuatu berdasar pada hakikat kodrati keperempuannya, yang tentu saja berbeda dengan kaum lakilaki. Sejalan dengan hal itu, karya sastra yang tergolong dalam genre sastra feminis yang diusung oleh buruh migran ini juga menawarkan suatu ide atau gagasan yang memandang perempuan sebagai suatu institusi yang independen dan sejajar dengan laki-laki. Mereka memiliki kaidah-kaidah tertentu baik normatif maupun psikologis yang berbeda bahkan bertolak belakang dengan sistem yang dibangun dan dimiliki oleh laki-laki. Djajanegara (2000:51) mengungkapkan bahwa setiap karya sastra yang menampilkan tokohtokoh perempuan baik itu fiksi, lakon, maupun puisi dapat didekati dengan pendekatan feministik. Annete Kollodny, salah satu tokoh kritik sastra feminis menyatakan kritik sastra feminis muncul ke permukaan
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 560
guna memberikan garis yang nyata dan lugas dalam mengklasifikasikan suatu karya sastra yang mengusung nafas feminisme di dalamnya. METODE PENELITIAN Kritik sastra dengan perspektif feminis ini bersifat kualitatif. Dengan demikian, jenis data yang diambil pun data yang bersifat kualitatif, misalnya data-data yang mendeskripsikan status dan peran perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Sugihastuti (1998:30-31) menjelaskan dalam penelitian kualitatif, data yang terkandung di dalamnya berupa rincian data yang lebih detail. Pengkajian variabelnya dilakukan dengan studi deskriptif kualitatif dalam bentuk studi kasus. Cerpen yang merupakan obyek studi kasus diteliti dan hasilnya diharapkan dapat menceritakan keberhasilan atau kegagalan tokoh perempuan sebagai individu, anggota keluarga, dan anggota masyarakat. Eksistensi, cita-cita, dan peranan tokoh perempuan dalam hubungannya dengan tokoh lain dan lingkungan sekitarnya menjadi poin penting. Pemahaman kaitan itu terarah pada kaitan antarunsur yang berdasarkan pola dan tatanan nilai budaya tertentu. Penelitian tentang kritik sastra feminis dalam cerpen-cerpen Tarini Sorrita menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena; (1) data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata bukan angka-angka; (2) analisis data dilakukan secara induktif, yang berarti bahwa pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran hipotesis, merupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan yang kemudian dikelompokkelompokkan; dan (3) adanya “batas” yang ditentukan oleh “fokus”. Alasanalasan tersebut berdasarkan pendapat Bogdan dan Biklen serta Lincoln dan
Guba yang mengulas lima belas ciri penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif bercirikan pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen. Penelitian kritik sastra feminis yang terdapat dalam cerpen-cerpen Tarini Sorrita mempergunakan sumber data berupa buku kumpulan cerpen yang berjudul “Penari Naga Kecil” karya Tarini Sorrita. Cerpen-cerpen yang menjadi sumber data dalam penelitian ini terdiri atas cerpen-cerpen yang dimuat dalam kumpulan cerpen “Penari Naga Kecil” karya Tarini Sorita, yang di dalamnya terdapat 23 cerpen, diantaranya: 34, Adegan, G/0,03,10,13,18, Batal, Buku, Celana Panjang dan Blous Silk, Diskotik, Disney Land, Dragon Boat Festival Memory, Hamil, Tujuh Hari Terbaring di Routan Djie, Kaos Silk San Fransisco, Tenda Putih dan Kutang Victoria, Maaf, Migren a la Migran, Sepasang Penari Naga Kecil, Nyonya Majikan, Pasrah, Burung Pak Komar, September, Toilet atau WC, Ular Hitam Ular Coklat Ular Putih, dan Cari Utang Yuk. Jadi sumber data penelitian ini 23 cerpen karya Tarini Sorrita yang terdokumentasi sampai dengan penelitian ini dilaksanakan. Objek dalam penelitian ini berupa teks-teks yang mengandung kritik sastra feminis yang berhubungan dengan tokoh utama seorang wanita yang dikaitkan dengan stereotipe wanita dalam budaya patriarkhat serta penggambaran seorang tokoh wanita yang memiliki semangat juang yang tinggi yang dikaitkan dengan semangat feminis yang terdapat di dalam ke-dua puluh tiga cerpen karya Tarini Sorrita. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi. Dokumen merupakan cerpen-cerpen Tarini Sorrita yang berjumlah dua puluh tiga judul dalam satu buku.
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 561
Teknik dokumentasi digunakan dalam rangka mengkaji teks dokumen yang berupa naskah cerpen karya, Tarini Sorrita yang dijadikan objek dalam penelitian ini dikaitan dengan informasi atau data yang diperoleh dari buku kumpulan cerpen “Penari Naga Kecil”. Pengkajian ini dilakukan dalam rangka mencari jawaban terhadap permasalahan yang telah ditetapkan. Pengolahaan data dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlak dilakukan setelah pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara data dikumpulkan, peneliti dapat mengolah dan melakukan analisis data secara bersamaan. Sebaliknya, pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi kelapangan untuk memperoleh tambahan data yang dianggap perlu dan mengolahnya kembali. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengklarifikasi atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitianya. Bila penelitian tersebut untuk membentuk proposisi-proposisi atau teori, maka analisis data secara induktif dapat dilakukan melalui beberapa tahap, seperti yang dilakukan (Taylor dan Bogdan, 1984:127) dalam grounded research sebagai berikut: 1) Membuat definisi sementara tentang gejala yang dipelajari 2) Rumuskan suatu hipotesis untuk menjelaskan gejala tersebut 3) Pelajari suatu kasus untuk melihat kecocokan antara kasus ddan hipotesis 4) Jika hipotesis tidak rumuskan kasus, rumuskan kembali hipotesis gejala yang dipelajari 5) Pelajari kasus-kasus negatif untuk menolak hipotesis
6) Bila ditemui kasus negatif, formuasikan kembali hipotesis gejala 7) Lanjutkan sampai hipotesis benar-benar diterima dengan cara menguji kasus-kasus yang bervariasi. Analisis data berarti kategorisasi, penataan, manipulasi, dan peringkasan data untuk memperoleh jawaban bagi pertanyaan penelitian. Kegunaan analisis data adalah meriduksikan data menjadi perwujudan yang dapat dipahami dan ditafsirkan dengan cara tertentu hingga relasi masalah penelitian dapat ditelaah serta diuji (Kerlinger, 1973: 134). Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data di atas dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis isi. Analisis dekriptif adalah teknik analisis data yang mendeskripsikan dan menginterprestasikan kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang (Sumanto, 1990: 47). Teknik deskriptif ini digunakan untuk memberikan nilai kritik sastra feminis dalam cerpencerpen Tarini Sorrita sebagai salah satu wujud struktur cerpen. Kejelasan pengungkapan ini dibutuhkan untuk ditindak lanjuti dengan analisis ini. Kirppendorff (1993:15) menjelaskan analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat informasi-informasi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteknya. Penelitian kualitatif memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data-datanya, yaitu nilai subyektivitas, metode pengumpulan dan sumber data penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 562
observasi yang mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep-konsep analisis gender digunakan sebagai dasar analisis. Konsep-konsep itu antara lain sebagai berikut. Pertama, perbedaan gender ialah pendekatan dari atribut-atribut sosial, karakteristik, perilaku, penampilan, cara berpakaian, harapan, peranan dan sebagainya yang dirumuskan untuk perorangan menurut ketentuan kelahiran. Kedua, kesenjangan gender ialah perbedaan dalam hak berpolitik, memberikan suara, dan bersikap antara laki-laki dengan perempuan. Ketiga, genderisasi ialah pengacauan konsep pada upaya menempatkan jenis kelamin pada pusat perhatian identitas diri dan pandangan dari dan terhadap orang lain. Keempat, identitas gender ialah gambaran tentang jenis kelamin yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan oleh tokoh yang bersangkutan. Aplikasi dari hal ini adalah timbulnya perbedaan perilaku sesuai dengan karakteristik biologisnya. Kelima, peran gender ialah peranan perempuan atau peranan lakilaki yang dipalikasikan secara nyata. Aplikasinya sangat berbeda dari latar masyarakat yang satu ke masyarakat yang lain. Seperti tertera dalam konsep kritik sastra feminis, pemahaman feminisme sebagai gerakan kesadaran perempuan terhadap pengabaian dan eksploitasi dirinya menjadi dasar dan memotori jenis penelitian ini. Persamaan persepsi antar jenis kelamin perlu disamakan. Hal ini merupakan usaha yang masih terusmenerus diusahakan karena, masih saja ada perbedaannya. Adapun data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa kumpulan cerpen Penari Naga kecil yang kemudian akan
dipaparkan dan dideskripsikan adalah (1) perbedaan gender yang menekankan pada masalah karakteristik, perilaku, dan cara berpakaian, (2) kesenjangan gender yang menekankan masalah cara menyampaikan pendapat dan kedudukan, (3) genderisasi yang menekankan pada satu masalah, yaitu sikap dalam pergaulan, (4) identitas gender yang menekan pada masalah orientasi seks saja, dan (5) peranan gender yang menekankan pada peranan sebagai ibu rumah tangga, pembantu rumah tangga dan sebagai penari. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis tentang kritik feminisme yang terdapat dalam kumpulan cerpen Penari Naga Kecil karya Tarini Sorrita dengan menggunakan konsep analisis gender ditemukan adanya perbedaan gender, kesenjangan gender, genderisasi, identitas gender dan peran gender. Halhal tersebut dalam cerpen-cerpen yang diteliti tampak dilukiskan pada karakter tokoh, perilaku tokoh, penampilan tokoh, identitas tokoh, dan peranan tokoh. Perbedaan gender dalam kumpulan cerpen Penari Naga Kecil meliputi; karakter tokoh, perilaku tokoh, dan cara berpakaian tokoh. Perbedaan gender tersebut dapat ditemukan dalam cerpen 34, Maaf, Sepasang Penari Naga Kecil, Adegan, Celana Panjang dan Blouse Silk, Dragon Boat Festival Memory, Hamil, Tenda Putih dan Kutang Victoria, Pasrah, September, Buku,Tujuh Hari Terbaring di Routan Djie dan Kaos Silk Biru San Fransisco. Kesenjangan gender Penari Naga Kecil meliputi; cara tokoh dalam menyampaikan pendapat, dan kedudukan tokoh. Cara tokoh menyampaikan pendapat digambarkan oleh pengarang dengan cara langsung (berbicara secara langsung) dan
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 563
disampaikan secara tertulis. Gambaran ini terdapat dalam cerpen 34 dan Celana Panjang dan Blouse Silk. Kedudukan tokoh digambarkan dengan jabatan sebagai penulis dan penari. Gambaran kedudukan tokoh tersebut terdapat dalam cerpen 34, Dragon Boat Festival Memory dan Sepasang Penari Naga Kecil. Genderisasi digambarkan oleh Tarini Sorrita dalam cerpen-cerpennya yaitu sikap tokoh dalam pergaulan. Sikap tersebut antara lain sikap manja kepada orang tua, sikap yang menunjukkan penuh perhatian kepada sahabat karibnya, dan sikap penuh curiga kepada orang yang tidak dikenalnya. Sikapsikap tersebut terdapat dalam cerpen 34, Maaf, Diskotik, Tujuh Hari Terbaring di Routan Djie, dan Sepasang Penari Naga Kecil. Identitas gender dalam kumpulan cerpen Penari Naga Kecil oleh pengarang hanya digarisbesarkan pada orientasi seks, orientasi seks tersebut digambarkan pada hubungan seks sesama jenis, yaitu hubungan seks sesama laki-laki (gay) dan sesama perempuan (lesbian). Gambaran tersebut terdapat dalam cerpen Adegan. Peranan gender dalam kumpulan cerpennya digambarkan oleh Tarini Sorrita dengan peran sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pembantu rumah tangga. Peran ibu rumah tangga dapat ditemukan dalam cerpen Burung Pak Komar. Dan peran pembantu rumah tangga dapat ditemukan dalam cerpen Adegan, G/0, 03, 10, 13, 18, Batal, Celana Panjang dan Blouse Silk. Hamil, dan cerpen Nyonya Majikan. Saran Kumpulan cerpen “Penari Naga Kecil” merupakan sebuah karya sastra yang di dalamnya sedikit banyak ada hubungan dengan pengalaman kehidupan penulisnya. Menilik gaya cerita dan tema ceritanya, cerpen ini mengetengahkan kehidupan yang mungkin dialami oleh penulis atau
dialami orang lain, sebagai suatu fakta yang telah dikemas dengan imajinasi. Bagaimanapun juga terbitnya kumpulan cerpen ini perlu diacungi jempol dan angkat topi yang setinggitingginya. Di tengah badai krisis dan berita tentang TKW yang banyak kenyelenehan. Kumpulan cerpen ini sebagai salah satu bukti bahwa TKW kita mempunyai kemampuan yang perlu diperhitungkan, walaupun mereka dalam kesibukan sebagai buruh migran, mereka masih sempat menulis dan menulis. Apalagi jika mereka memanfaatkan internet sebagai medianya. Ini menunjukan bahwa wawasan sang penulis cukup luas dan tidak gagap teknologi. Dengan demikian penulis menyarankan agar karya sastra para buruh migran ini perlu diapresiasi oleh semua pihak, khususnya pemerintah. Sehingga masyarakat dapat memahami bahwa karya sastra itu dapat ditulis oleh siapa pun, tanpa harus membandingkan siapa penulisnya? Apa profesinya? Dan bagaimana latar belakangnya? Karena karya sastra itu sendiri tidak membatasi apa dan siapa yang akan berkarya. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung. Sinar Baru. Algensindo. Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa. Djajanegara, Sunarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis Sebuah Pengantar. Jakarta: PT.Gramedia. Djojosuroto, Kinayati & M.L.A Sumaryati. 2000. Prinsip-prinsip Dasar dalam Penelitihan Bahasa dan Sastra. Jakarta: Nuansa. Endraswara, Suwardi. 2002. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi,
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 564
Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Fakih, Mansoer. 2001. Analisis Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogayakarta: Pustaka Pelajar. Goldmann, Lucien.1975. Tawards a Sociology of the Nofel. London: Tavistock Publication (English version translated by Alan Sheridan). Hardjana, Andre. 1994. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia. Jabrohim (ed). 2001.Metologi Penelitihan Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. Mistar, Junaidi. 2010. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Program Pascasarjana Universitas Islam Malang. Moeliono, Anton M. (Penyunting). 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Moleong, Lexy. J. 1991. Metodologi Penelitihan Kualitatif. Bandung PT Remaja Rosdakaya. Satoto, Soediro.1989. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Sebelas Maret Universty Press. Semi, Atar.1985. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa. Soekamto, Soerjono.2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sorrita, Tarini. 2006. Penari Naga Kecil. Surabaya: JP-BOOKS. Sugihastuti dan Suharto. 2002. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumardjo, Yakob. 1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: CV Nur Cahaya. Susanto, Astrid. 1992. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta: Bina Cipta. Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta Gramedia.
Swingewood, Alan and Laurenson, Diana.1971. The Sociology of Literature. London: Gramedia Publishing Limited. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Veeger, Karel J.1993.Pengantar Sosiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wellek, Rene & Austin Warren.1993.Theory of Literature. (diindonesiakan oleh Melani Budianta). Teori Kesusutraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 565