KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR
LUTHFI RAKHMAWATI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
ABSTRACT Luthfi Rakhmawati. Food Contribution in School and Nutrient Adequacy Level of Elementary School Children in Bogor. Supervised by Katrin Roosita and Vera Uripi Subandriyo.
The objective of this research was to know the contribution of school feeding and home feeding; and to know nutrient adequacy level elementary school children. cross sectional study design was used is in the research which was conducted by using from April to June 2009 in Aliya, Pertiwi, Baranangsiang and Kedung Badak 1 Elementary School Bogor. The samples of this research were 5 grade of elementary school students with and without school lunch program. The contribution of school feeding of samples with school lunch program were higher than samples without school lunch (p<0,05). The contribution of home feeding of samples with school lunch program were lower than samples without school lunch service (p<0,05). Adequacy level of energy, vitamin A and C of school with lunch services (p<0,05). The average level of protein, calcium, phosphor, and iron of samples with and without school lunch program were not different. These result elaborate that the lower contribution of feeding school of student without school lunch program was compensated by home feeding.
Keyword: Food Contribution, Nutrient Adequacy Level and Elementary School Children
RINGKASAN LUTHFI RAKHMAWATI. Kontribusi Makanan di Sekolah dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bogor. Di bimbing oleh Katrin Roosita dan Vera Uripi Subandriyo. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kontribusi energi dan zat gizi pada makanan yang dikonsumsi di sekolah dan di rumah serta bertujuan khusus untuk membandingkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak yang bersekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan. Tujuan khusus peneltian ini adalah (1) mengetahui karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, uang jajan, nilai IPA, berat badan dan tinggi badan) (2) membandingkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak usia sekolah dasar yang bersekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan (3) mengetahui kontribusi makanan anak usia sekolah dasar di sekolah dan di rumah terhadap total konsumsi energi dan zat gizi (4) mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi anak usia sekolah dasar baik di sekolah maupun di rumah. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional study yang dilaksanakan pada bulan April-Juni 2009. Pemilihan SD dilakukan dengan cara stratified random sampling. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Bogor (tahun ajaran 2008/2009) terdapat 289 SD, dipilih 2 SD yang terdapat penyelenggaraan makan (PM) dan 2 SD yang tidak terdapat penyelenggaraaan makan (Non PM), yaitu SDIT Aliya, SDS Pertiwi, SDN Baranangsiang, dan SDN Kedung Badak1. Kriteria yang digunakan berada di wilayah kota Bogor serta bersedia menjadi tempat penelitian. Jumlah populasi contoh di SD PM adalah 46 orang, masing-masing di SDIT Aliya 33 orang, dan SDS Pertiwi 13 orang. Jumlah populasi contoh di SD Non PM adalah 66 orang, dengan rincian masingmasing SDN Kedung Badak 1 sebanyak 33 orang dan SDN Baranangsiang sebanyak 33 orang. Selanjutnya dari masing-masing kelompok contoh diambil secara acak sebanyak sebanyak 33 orang dari SD PM dan SD Non PM. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh dan konsumsi pangan. Data-data tersebut diperoleh melalui wawancara langsung dengan contoh dan penimbangan makanan. Data sekunder sebagai data pendukung yang diambil meliputi gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari lokasi penelitian serta karakteristik orang tua berupa pendidikan dan pekerjaan orang tua. Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, dan entri data. Data dientri dengan menggunakan Microsoft Excel dan dianalisis menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Data karakteristik orang tua dan karakteristik contoh dianalisis secara deskriptif. Data konsumsi pangan dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Angka kecukupan protein, vitamin dan mineral didasarkan pada kecukupan zat gizi menurut WNPG 2004 berdasarkan kelompok umur. Tingkat kecukupan energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan protein dihitung dengan membandingkan jumlah energi dan protein yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi dan protein contoh, sedangkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral dibandingkan terhadap kecukupan vitamin dan mineral yang dianjurkan (AKG) (WNPG 2004). Selain itu, untuk menghitung kontribusi konsumsi di sekolah maupun di rumah, yaitu konsumsi di sekolah maupun di rumah dibandingkan terhadap total konsumsi sehari. Untuk
menganalisis perbedaan konsumsi, kontribusi, serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak sekolah dilakukan uji beda T-test (Independent Sample T-test). Persentase terbesar umur contoh PM dan Non PM berkisar antara 11-12 tahun. Persentase contoh laki-laki lebih banyak pada contoh PM, sedangkan pada contoh Non PM persentase perempuan lebih banyak. Besar uang jajan kedua kelompok contoh berkisar antara Rp. 2.000,00-Rp. 8.000,00 per hari. Nilai IPA kelompok contoh PM dan Non PM termasuk kategori cukup dengan kisaran nilai 63-83. Berat badan contoh PM lebih tinggi dibandingkan contoh Non PM masing-masing sebesar 39,6 kg dan 33,4 kg. Tinggi badan rata-rata contoh PM dan Non PM masing-masing adalah sebesar 142 cm dan 139,7 cm. Tingkat kecukupan energi lebih tinggi pada kelompok contoh PM dibandingkan contoh Non PM (p<0,05%). Namun tidak terdapat perbedaan tingkat kecukupan protein. Lebih dari separuh contoh Non PM mengalami defisit energi tingkat berat. Masih terdapat kelompok contoh PM dan Non PM mengalami defisit protein tingkat berat. Tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C lebih tinggi pada kelompok contoh PM dibandingkan contoh Non PM (p<0,05%). Namun tidak terdapat perbedaan tingkat kecukupan kalsium, fosfor, dan zat besi. Pada contoh PM maupun Non PM masih terdapat yang mengalami kekurangan vitamin C, kalsium, dan fosfor. Selain itu, contoh Non PM masih mengalami kekurangan vitamin A dan zat besi. Kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral di sekolah lebih tinggi pada contoh PM dibandingkan contoh Non PM. Sebaliknya rata-rata kontribusi energi dan zat gizi lainnya di rumah lebih rendah pada contoh PM dibandingkan contoh Non PM. Hasil uji beda kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin C, fosfor dan zat besi baik di sekolah maupun di rumah terdapat perbedaan pada kedua kelompok contoh (p<0,05), namun uji beda kalsium menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok contoh. Konsumsi kedua kelompok contoh cukup beragam. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh kelompok contoh PM lebih beragam dan banyak dibandingkan contoh Non PM.
Judul Skripsi
: Kontribusi Makanan di Sekolah terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bogor
Nama
: Luthfi Rakhmawati
NIM
: I14052261
Disetujui : Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Katrin Roosita, SP, MSi NIP. 197110201 199903 2 001
dr. Vera Uripi Subandriya NIP. 19511207 198803 2 001
Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS. NIP. 19621204 198903 2 002
Tanggal Pengesahan :
KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR
LUTHFI RAKHMAWATI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk meperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 25 Desember 1987 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Wagijo dan Ibu Badriyah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 02 Kebakalan pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTPN 1 Mandiraja dan lulus pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan SMU pada tahun 2005 di SMUN 1 Banjarnegara. Pada tahun 2005 juga penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada semester 3 atau kenaikan tingkat 2, yaitu pada tahun 2006 penulis masuk ke Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia sebagai jurusan mayor. Selain mengambil mata kuliah mayor, penulis juga mengambil minor di Departemen Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama kuliah penulis pernah aktif pada kegiatan organisasi menjadi anggota HIMAGITA (Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian) periode 2006/2007 dan staf divisi perekonomian Forum Syiar Islam FEMA (FORSIA) periode 2007/2008. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kelurahan Tapos-Cimpaeun, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Pada bulan Februari 2009 penulis juga melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Atang Sendjaja Bogor.
KATA PENGANTAR Asalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Kontribusi Makanan di Sekolah terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bogor” dilakukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Katrin Roosita, SP, M.Si dan dr. Vera Uripi Subandriya selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Dr. Ikeu Tanziha selaku dosen pemandu seminar atas saran yang diberikan. 3. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen penguji skripsi atas saran yang diberikan. 4. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam pengisian Kartu Rencana Studi selama kuliah. 5. Seluruh pihak sekolah yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian serta seluruh murid-murid sekolah dasar yang telah bersedia diwawancarai dan telah membantu kelancaran penelitian. 6. Ayah ibu tercinta dan kakakku (mas Puguh dan mba Iis) atas segala kasih sayang, doa dan dukungan baik moral maupun material. 7. Teman-teman satu penelitian payung Sofya Eka Masti, Murni Mutia T, dan Janwar Rizki terima kasih atas kerjasama dan dukungannya. 8. Sahabat-sahabatku (Mita, Nenden, Sofy, Tri dan Sri), Dietista GM 42, dan Ayik, Ani, serta seluruh penghuni Jaika 90A terima kasih atas kebersamaan dan keceriannya selama ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua. Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bogor,
September 2009 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
vi
PENDAHULUAN .............................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................... Tujuan Penelitian .................................................................................. Kegunaan Penelitian ............................................................................
1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................
4
Anak Usia Sekolah .............................................................................. 4 Makanan dan Gizi Anak Sekolah (7-12 tahun) ..................................... 4 Bekal Sekolah ...................................................................................... 5 Makanan di Sekolah (School Feeding)................................................. 5 Makanan Jajanan ................................................................................. 6 Kebutuhan Energi dan Kecukupan Zat Gizi ......................................... 6 Kebiasaan Makan ................................................................................ 8 Konsumsi Energi dan Zat Gizi .............................................................. 8 Metode Pengukuran Konsumsi Pangan ............................................... 14 KERANGKA PEMIKIRAN................................................................................ 16 METODE PENELITIAN ................................................................................... 18 Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ................................................... Jenis dan Cara Pengambilan Data ...................................................... Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ Definisi Operasional .............................................................................
18 18 19 20 24
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 25 Keadaan Umum Sekolah Dasar .......................................................... Karakteristik Contoh ............................................................................ Karakteristik Orang Tua ....................................................................... Kebutuhan Energi ................................................................................ Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi .............................................. Kontribusi Energi dan Zat Gizi ............................................................. Jumlah dan Jenis Pangan ...................................................................
25 27 29 30 31 36 38
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 49 Kesimpulan ........................................................................................... 49 Saran .................................................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 50 LAMPIRAN ..................................................................................................... 53
i
DAFTAR TABEL Halaman 1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Anak Sekolah berdasarkan WNPG 2004 ................................................................................................. 7 2 Jenis, fungsi dan bahan makanan sumber vitamin ..................................... 12 3 Jenis, fungsi dan bahan makanan sumber mineral ..................................... 13 4 Variabel, jenis, Cara Pengumpulan Data dan Alat Pengumpul Data .......... 20 5 Persamaan dalam menghitung Angka Metabolisme Basal (AMB) ............... 21 6 Berat badan normal sesuai dengan tingkatan umur .................................... 22 7 Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ..................................... 23 8 Profil sekolah dasar berdasarkan luas bangunan, jumlah murid dan jumlah guru .............................................................................................................. 27 9 Sebaran contoh menurut umur ..................................................................... 27 10 Sebaran contoh menurut jenis kelamin ....................................................... 27 11 Sebaran contoh menurut uang jajan per hari ............................................. 28 12 Sebaran contoh menurut nilai IPA .............................................................. 28 13 Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua ......................................... 29 14 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua .......................................... 30 15 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata angka kebutuhan energi (AKE) .... 31 16 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi ........... 32 17 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein ........... 32 18 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A ...... 33 19 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C ........ 34 20 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Kalsium (Ca) .. 35 21 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Fosfor (P) ....... 35 22 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Zat Besi (Fe) .. 36 23 Rata-rata kontribusi energi dan zat gizi di sekolah dan di rumah ............... 38 24 Jumlah dan jenis pangan kelompok padi-padian dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah .............................................................................. 39 25 Jumlah dan jenis pangan kelompok umbi-umbian dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah ............................................................................. 39 26 Jumlah dan jenis pangan kelompok pangan hewani contoh PM dan Non PM di sekolah .................................................................................................. 40 27 Jumlah dan jenis pangan kelompok minyak dan lemak contoh PM dan Non PM di sekolah ............................................................................................ 40 28 Jumlah dan jenis pangan kelompok buah dan biji berminyak contoh PM dan Non PM di sekolah .............................................................................. 41 29 Jumlah dan jenis pangan kelompok kacang-kacangan dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah ............................................................ 41 ii
30 Jumlah dan jenis pangan kelompok sayur dan buah contoh PM dan Non PM di sekolah ............................................................................................ 31 Jumlah dan jenis pangan kelompok lainnya contoh PM dan Non PM di sekolah ....................................................................................................... 32 Jumlah dan jenis pangan kelompok padi-padian contoh PM dan Non PM di rumah ...................................................................................................... 33 Jumlah dan jenis pangan kelompok umbi-umbian dan olahannya contoh PM dan Non PM di rumah .......................................................................... 34 Jumlah dan jenis pangan kelompok pangan hewani dan olahannya contoh PM dan Non PM di rumah .............................................................. 35 Jumlah dan jenis pangan kelompok minyak contoh PM dan Non PM di rumah ........................................................................................................ 36 Jumlah dan jenis pangan kelompok buah dan biji berminyak contoh PM dan Non PM di rumah ................................................................................. 37 Jumlah dan jenis pangan kelompok kacang-kacangan contoh PM dan Non PM di rumah ............................................................................................... 38 Jumlah dan jenis pangan kelompok sayur dan buah contoh PM dan Non PM di rumah .............................................................................................. 39 Jumlah dan jenis pangan kelompok lainnya contoh PM dan Non PM di rumah ........................................................................................................
42 43 43 44 44 45 45 46 47 47
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah ... 17
iv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di sekolah ..... 54 Lampiran 2 Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di rumah ....... 56
v
PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi Indonesia, kesepakatan untuk memperhatikan anak merupakan upaya yang secara falsafah terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945. Kebijaksanaan ini tersurat dan tersirat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai hakekat pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia
secara
menyeluruh.
Upaya
mewujudkan
manusia
Indonesia
berkualitas harus dilakukan dengan memperhatikan keadaan manusia sejak usia dini, yaitu sejak masa kanak-kanak. Anak merupakan sumber potensi dan penerus cita-cita bangsa. Oleh karena itu, anak perlu mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar (BPS 2001). Suatu bangsa dikatakan semakin maju apabila tingkat pendidikan penduduk semakin baik, derajat kesehatannya tinggi, usia harapan hidup panjang, dan pertumbuhan fisiknya optimal. Anak-anak di negara maju tumbuh lebih cepat daripada di negara berkembang karena asupan gizi yang lebih baik dapat menunjang tumbuh kembang anak (Khomsan 2005). Masa anak-anak merupakan masa yang rentan terhadap berbagai penyakit yang disebabkan karena kekurangan atau kelebihan zat gizi. Menurut Riyadi (2003) anak usia sekolah berada pada masa pertumbuhan yang sangat cepat dengan kegiatan fisik yang sangat aktif. Oleh karena itu, anak usia sekolah harus mendapatkan perhatian khusus mengenai makanan yang dikonsumsi agar memperoleh makanan sehat dan bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Masalah gizi dapat berupa gizi lebih maupun gizi kurang. Masalah kurang gizi yang ditemukan pada kelompok usia sekolah dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan, mudah letih dan mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi
serta
anemia
(Depkes
1994).
Gizi
lebih
disebabkan
oleh
ketidakseimbangan konsumsi energi, karena energi yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan masukan energi. Terjadinya perubahan pola makan dari pola makan tradisional yang tinggi karbohidrat, tinggi serat dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat dan tinggi lemak juga mendukung terjadinya gizi lebih (Almatsier 2003). Berdasarkan laporan nasional Riskesdas tahun 2007 status gizi penduduk umur 6-14 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT yang dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Menurut standar WHO 2007 secara nasional
prevalensi kurus adalah 13,3% pada laki-laki dan 10,9% pada perempuan. Sedangkan prevalensi BB lebih pada laki-laki 9,5% dan perempuan 6,4%. Kurus mengindikasikan gizi kurang, sedangkan berat badan lebih mengindikasikan gizi lebih. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 untuk provinsi Jawa Barat prevalensi kurus pada laki-laki adalah 10,9% dan 8,3% pada perempuan. Selain itu, prevalensi BB lebih pada anak laki-laki adalah 7,4% dan 4,6% pada perempuan. Hal ini menunjukan nilai yang mendekati prevalensi nasional untuk kriteria kurus dan BB lebih di Indonesia (Depkes 2008). Penyelenggaraan makan di sekolah bagi semua murid merupakan praktik yang telah diterima di sebagian besar negara maju. Penyelenggaraan makan di negara maju bertujuan untuk mendukung pencegahan obesitas dimana 3 dari 5 murid menderita obesitas. Berbeda halnya dengan tujuan penyelenggaraan makan di negara berkembang, selain untuk mencegah terjadinya obesitas juga untuk mengatasi masalah gizi kurang (Snyder et al. 1999) Menurut
Riyadi
(2006)
berbagai
penelitian
menunjukkan
bahwa
pemberian makanan tambahan pada anak sekolah dapat memperbaiki prestasi di sekolah, baik anak-anak di negara berkembang maupun anak-anak di negara maju. Anak-anak yang lapar pada saat sekolah tidak dapat berkonsentrasi dan melakukan tugas-tugas yang kompleks, meskipun keadaan gizi mereka baik. Menurut Depkes (2005) dalam Setyawati (2008), pemerintah menetapkan dan menyelenggarakan kebijakan di bidang gizi bagi perbaikan status gizi masyarakat sesuai dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan. Perbaikan gizi institusi merupakan salah satu program perbaikan gizi masyarakat. Menurut Yuliati dan Santoso (1995) penyelenggaraan makan disekolah bertujuan untuk memperbaiki status gizi terutama bagi anak sekolah yang tidak sempat sarapan dan tidak membawa bekal, memperbaiki prestasi akademis,
sebagai
bahan
pendidikan
gizi
untuk
anak
sekolah
serta
membiasakan memilih makanan bergizi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti kontribusi energi dan zat gizi pada makanan yang disediakan disekolah dan di rumah serta membandingkan tingkat kecukupan anak yang bersekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan.
Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi energi dan zat gizi pada makanan yang dikonsumsi disekolah dan di rumah; dan membandingkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak yang bersekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah 1. mengetahui karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, uang jajan, dan nilai IPA), karakteristik orang tua (pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua) 2. membandingkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak usia sekolah dasar yang bersekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan 3. mengetahui kontribusi makanan anak usia sekolah dasar di sekolah dan di rumah terhadap total konsumsi energi dan zat gizi 4. mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi anak usia sekolah dasar baik di sekolah maupun di rumah. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi tentang konsumsi makanan siswa SD baik di sekolah maupun di rumah serta perbandingan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak yang sekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan. Bagi pihak sekolah dan orang tua diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan mengenai tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak-anak usia sekolah dasar.
TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Hurlock (1980) mengelompokkan anak usia sekolah berdasarkan perkembangan psikologis yang disebut sebagai Late Childhood. Usia sekolah dimulai pada usia 6 tahun dan berakhir saat individu menunjukkan kematangan seksualnya antara usia 13 sampai 14 tahun. Usia sekolah merupakan awal seorang anak belajar bertanggung jawab terhadap sikap dan perilakunya. Terjadi perkembangan sosialisasi yang menonjol pada anak selama periode usia sekolah. Diantaranya adalah pergaulan anak menjadi lebih luas, dan tidak terbatas hanya dengan anggota keluarga dirumah. Masa sekolah memberikan kesempatan kepada anak untuk lebih banyak bergaul dengan teman sebayanya. Selain itu, pada usia sekolah terjadi perkembangan intelegensi, minat, emosi dan kepribadian. Perkembangan pada aspek-aspek itulah yang membentuk karakteristik khas pada anak usia sekolah (Akbar 2005). Menurut teori perkembangan Piaget diacu dalam Hidayat (2004) anak usia 7-11 tahun termasuk dalam tahap konkret operasional yaitu kemampuan untuk memahami konsep-konsep, hubungan sebab akibat, hubungan yang majemuk, serta kemampuan diri yang menyangkut proses berpikir, daya ingat, pengetahuan, tujuan dan aksi yang meningkat. Makanan dan Gizi Anak Sekolah (7-12 tahun) Karakteristik anak usia sekolah, antara lain gigi susu yang tanggal secara berangsur dan diganti dengan gigi permanen, lebih aktif dalam memilih makanan yang disukai. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar daripada golongan 7-9 tahun, karena pertumbuhan lebih cepat, terutama penambahan tinggi badan serta anak usia sekolah memiliki aktivitas fisik, misalnya berolah raga, bermain, atau membantu orang tua. Anak usia sekolah biasanya mempunyai lebih banyak perhatian dan aktivitas di luar rumah, sehingga sering melupakan waktu makan. Makan pagi (sarapan) perlu diperhatikan, untuk mencegah hipoglikemi dan supaya anak lebih mudah menerima pelajaran. Anak usia sekolah telah mempunyai daya tahan yang cukup terhadap berbagai penyakit (RSCM & Persagi 1990). Faktor yang mempengaruhi keadaan gizi anak sekolah menurut Moehji (1980) adalah: a. anak dalam usia ini sudah dapat memilih dan menentukan makanan apa yang disukai dan tidak disukai, sehingga seringkali anak-anak salah memilih.
Terlebih lagi jika orangtua tidak memberikan informasi mengenai makanan sehat dan bergizi b. kebiasaan jajan, dimana anak seusia ini gemar jajan. Hal ini lebih dipengaruhi oleh teman meskipun keluarga juga ikut berpengaruh c. anak tiba di rumah dalam keadaan letih karena belajar dan bermain di sekolah, sehingga sampai di rumah kurang nafsu makan. Pilihan terhadap makanan kesukaan anak sangat dipengaruhi oleh teman, orangtua, dan juga media massa melalui iklan/reklame. Bekal Sekolah Menurut Moehji (1980), apabila anak-anak diberi bekal, maka hendaklah diperhatikan
bahwa
bekal
makanan
yang
diberikan
kepadanya
dapat
memberikan unsur-unsur gizi yang kurang terdapat dalam makanannya waktu makan pagi, siang dan malam. Dua unsur yang diutamakan dalam bekal makanan yaitu energi dan protein. Kekurangan akan zat gizi lain dapat diberikan melalui makanan mereka di rumah. Memang bekal makanan yang paling ideal adalah makanan yang dapat memberikan zat gizi yang diperlukan. Tetapi dalam praktik, membuat bekal yang memenuhi syarat demikian itu agak sulit. Bekal makanan untuk anak-anak memberikan keuntungan, antara lain : a. anak-anak dapat dihindarkan dari gangguan rasa lapar b.
pemberian bekal dapat menghindarkan anak itu dari kekurangan energi
c. pemberian bekal dapat menghindarkan anak dari kebiasaan jajan sehingga menghindarkan anak dari gangguan penyakit akibat makanan yang tidak higienis. Makanan di Sekolah (School-Feeding) School-feeding merupakan tindakan umum yang bisa dilaksanakan untuk memperbaiki keadaan gizi anak sekolah. Praktik penyelenggaraan makanan di sekolah ini sudah lama dan sudah banyak diselenggarakan di negara-negara baik di Eropa maupun di Asia. Untuk masing-masing negara baik bentuk maupun cara penyelenggaraan makanan di sekolah ini berbeda-beda (Moehji 1980). Nilai kalori dalam suatu susunan hidangan sekolah seyogyanya sebesar 900 kalori bagi anak-anak diatas umur 11 tahun, 700 kalori diantara 6 dan 11 tahun, serta 600 kalori bagi umur di bawah 6 tahun. Suatu susunan hidangan rata-rata yang mengandung 700 kalori sudah mencukupi kebutuhan bagi kondisi di daerah tropik (Nicholls 1976).
Makanan Jajanan Makanan jajanan adalah makanan siap santap untuk dikonsumsi (disantap) yang digunakan sebagai selingan atau pelengkap menu utama. Berbagai macam makanan jajanan yang khas dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, khas dalam bahan, pengolahan, maupun penyajiannya (Hardinsyah & Briawan 1994). Jajan adalah hal yang lumrah dilakukan oleh anak-anak. Dalam satu segi jajan mempunyai aspek positif dan dalam segi lainya jajan juga bisa bermakna negatif. Rentang waktu antara makan pagi dan makan siang adalah relatif panjang, oleh karena itu anak-anak memerlukan asupan gizi tambahan di antara waktu makan tersebut. Makanan jajanan seringkali lebih banyak mengandung unsur karbohidrat dan hanya sedikit mengandung protein, vitamin, mineral. Akibat ketidaklengkapan gizi dalam makanan jajanan, maka pada dasarnya makanan jajanan tidak dapat mengganti sarapan pagi atau makan siang. Anakanak yang banyak mengkonsumsi makanan jajanan perutnya akan merasa kenyang karena padatnya kalori yang masuk ke dalam tubuhnya. Sementara gizi seperti protein, vitamin, dan mineral masih sangat kurang (Khomsan 2005). Kebutuhan Energi dan Kecukupan Zat Gizi Kebutuhan zat gizi (nutrient requirement) menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh setiap orang agar dapat hidup sehat. Kebutuhan gizi antar individu bervariasi, ditentukan atau dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), keadaan fisiologis (hamil dan menyusui), aktivitas fisik serta metabolisme tubuh. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan fisik internal dan eksternal, pertumbuhan bagi usia bayi, balita, anak, dan remaja, atau untuk aktivitas dan pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia (Hardinsyah dkk 2002). Selain itu, menurut Karyadi & Muhilal (1996) kebutuhan gizi lebih meggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu, jadi ada yang tinggi dan ada pula yang rendah, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain genetika. Kebutuhan Energi Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun lebih besar daripada golongan 7-9 tahun, karena pertumbuhannya lebih cepat, terutama penambahan tinggi badan. Mulai umur 10-12 tahun kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda
dengan perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih banyak sedangkan perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak (RSCM & Persagi 1990). Menurut Hardinsyah dkk (2002), kebutuhan gizi antar individu yang berat badannya relatif sama dan berasal dari kelompok umur yang sama dapat bervariasi. Namun variasi kebutuhan energi lebih kecil dibanding dengan variasi kebutuhan protein dan zat gizi lainnya pada kelompok umur yang sama. Hal ini dikarenakan energi dapat disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak yang dapat diubah kembali menjadi energi dan digunakan pada kesempatan lainnya bila kekurangan energi. Perhitungan angka kebutuhan energi (AKE) lebih tepat menggunakan pendekatan pengeluaran energi karena dalam perhitungannya menggunakan angka metabolisme basal berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, berat badan dan aktivitas fisik (FAO 2001). Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang Dianjurkan Penetapan kebutuhan individu untuk energi dan zat gizi juga dapat diturunkan dari angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan. AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Muhilal dkk 1994). Menurut Hardinsyah dan Martianto (1994) angka kecukupan gizi (AKG) sudah memperhitungkan variasi kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman (save level). Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak usia sekolah berikut ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Anak Sekolah berdasarkan WNPG 2004 Umur 10-12 tahun Perempuan Laki-laki Protein 50 g 50 g Kalsium (Ca) 1000 mg 1000 mg Besi (Fe) 20 mg 13 mg Fosfor (P) 1000 mg 1000 mg Vitamin A 600 mgRE 600 mgRE Vitamin C 50 mg 50 mg Sumber : Hardinsyah & Tambunan (2004) dalam WNPG (2004) Zat Gizi
Kebiasaan makan Menurut Riyadi (2006) kebiasaan makan adalah cara-cara yang dipakai orang pada umumnya untuk memilih bahan makanan yang mereka makan sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, kebudayaan dan sosial. Selain itu menurut Suhardjo (1989) kebiasaan makan adalah perilaku yang berhubungan dengan makan, frekuensi makan seseorang, pola makan, pantangan, distribusi makanan dalam keluarga, preferensi terhadap makanan, dan cara-cara memilih bahan makanan. Kebiasaan makan pada anak usia sekolah tergantung pada kehidupan sosial di sekolah. Anak usia sekolah cenderung lebih menyukai makan secara bersamaan dengan teman sekolahnya. Kadang-kadang anak malas makan di rumah, hal ini disebabkan akibat stres atau sakit (Hidayat 2004). Membentuk pola makan yang baik untuk seorang anak menuntut kesabaran seorang ibu. Pada usia prasekolah, anak-anak sering kali mengalami fase sulit makan. Kalau masalah makan ini berkepanjangan maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak karena jumlah dan jenis gizi yang masuk dalam tubuhnya kurang. Solusi dari masalah makan yang terjadi pada anak-anak antara lain, awali makan dengan porsi kecil, apabila porsi kecil sudah dihabiskan, orang tua bisa menawarkan kepada anak untuk ditambah kembali. Ketika anak sedang makan orang tua jangan terlalu banyak memberi nasihat. Selain itu suasana makan haruslah menyenangkan. Anak-anak seyogyanya diberi kesempatan untuk memilih makanan sendiri yang disukai dengan pengawasan seperlunya dari orang tua. Kewajiban orang tua adalah menjamin hak anak-anak untuk memeperoleh makanan secara cukup dan berkualitas. Dengan disertai pola asuh yang baik, anak-anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi generasi yang sehat dan cerdas (Khomsan 2004). Konsumsi Energi dan Zat Gizi Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang di konsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Hardinsyah & Briawan 1992). Zat gizi merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam makanan dan diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan seperti menghasilkan energi, mengganti jaringan aus serta rusak, memproduksi substansi tertentu misalnya enzim, hormon dan antibodi. Zat gizi dapat dibagi menjadi kelompok makronutrien yang terdiri atas karbohidrat, lemak serta
protein, dan kelompok mikronutrien yang terdiri atas vitamin dan mineral (Hartono 2004). Perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan disebut sebagai tingkat kecukupan gizi. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut depkes (1996) diacu dalam Sukandar (2007) adalah : (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); (5) kelebihan (
120% AKG). Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan
mineral menurut Gibson (2005) yaitu (1) kurang (<77% AKG); (2) cukup ( 77% AKG). Energi Tenaga yang mampu melaksanakan suatu pekerjaan dinamakan energi. Energi (tenaga) diperoleh dari hasil pembakaran bahan makanan di dalam tubuh, terutama dari makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Energi dinyatakan dalam satuan kalori (Nasoetion 1995). Energi merupakan salah satu hasil metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk
metabolisme,
pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan tubuh sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (Hardinsyah & Tambunan 2004). Kebutuhan energi bayi dan anak relatif lebih besar bila dibandingkan dengan orang dewasa, karena untuk pertumbuhan. Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/kg berat badan. Untuk tiap 3 tahun pertambahan umur kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/kg berat badan. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada usia remaja membutuhkan energi yang lebih besar (RSCM & Persagi 1990). Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari kebutuhan energi untuk komponen-komponen sebagai berikut: 1) Angka Metabolisme Basal/AMB; 2) Aktifitas fisik; 3) pengaruh Dinamik Khusus Makanan/SDA (dapat diabaikan). Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal. Kebutuhan energi basal atau AMB pada dasarnya ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh serta umur. AMB per kg berat badan lebih tinggi pada orang pendek dan kurus serta lebih rendah pada orang tinggi dan gemuk. Penggunaan energi di luar AMB bagi bayi dan anak selain untuk pertumbuhan adalah untuk
bermain dan sebagainya. Pada usia remaja (10-18 tahun), terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh, juga aktifitas yang tinggi (Almatsier 2003). Protein Istilah protein berasal dari bahasa yunani, didefinisikan sebagai senyawa dalam pangan yang mengandung nitrogen. Protein sangat penting bagi fungsi tubuh, karena tanpa senyawa ini, kehidupan tidak mungkin terjadi (Riyadi 2006). Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh, karena protein selain berfungsi sebagai sumber energi juga berfungsi sebagai zat pembangun (Nasoetion 1995). Menurut Hartono (2006) protein terbentuk dari asam-asam amino yang dirangkaikan oleh ikatan peptida. Fungsi protein antara lain membangun jaringan tubuh baru, memperbaiki jaringan tubuh, menghasilkan senyawa esensial, mengatur tekanan osmotik, mengatur keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa,menghasilkan pertahanan tubuh, menghasilkan mekanisme transportasi, dan menghasilkan energi. Kebutuhan protein pada anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelamin dan umur. Pada umumnya kebutuhan protein pria sedikit lebih tinggi dibanding wanita (Hardinsyah & Martianto 1992). Kebutuhan protein bayi dan anak relatif lebih besar bila dibandingkan dengan orang dewasa. Angka kebutuhan protein tergantung pula pada mutu protein. Semakin baik mutu protein, semakin rendah angka kebutuhan protein. Mutu protein bergantung pada susunan asam amino yang membentuknya, terutama asam amino esensial. Kecukupan protein yang diperlukan oleh anak umur 10-18 tahun adalah 1-1,5 g/kg BB (RSCM & Persagi 1990). Menurut Nasoetion (1995) protein lengkap yaitu protein yang mengandung semua asam amino esensial, terdapat pada semua protein hewani. Prinsip mutu protein yang baik adalah apabila suatu protein mengandung asam amino esensial yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Protein hewani mempunyai mutu protein yang lebih baik dibanding protein nabati, karena susunan asam aminonya lebih lengkap. Meskipun begitu manusia dapat memenuhi kebutuhan protein tubuh dari pangan nabati, akan tetapi dalam jumlah yang cukup dan mengandung asam amino yang diperlukan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan sumbernya, protein dibedakan sebagai protein hewani dan protein nabati. Sumber protein hewani antara lain daging, dan organ-organ dalam
seperti hati,pankreas, ginjal paru-paru, jantung dan jeroan (babat, usus halus, dan usus besar). Susu dan telur termasuk juga sumber protein hewani berkualitas tinggi. Selain itu, ikan, kerang dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein yang baik karena mengandung sedikit lemak (Nilawati 2008). Menurut Almatsier (2003) sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan. Karbohidrat Karbohidrat merupakan unsur gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar untuk menghasilkan energi atau tenaga. Kebutuhan yang besar akan karbohidrat terjadi karena zat gizi ini merupakan sumber energi utama dan tidak dapat di daur ulang, akan tetapi hanya dapat diubah dan disimpan sebagai cadangan energi (Hartono 2004). Menurut Nasoetion (1995) karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama bagi otak dan susunan syaraf terutama glukosa. Oleh karena itu ketersediaan glukosa harus tetap terjaga, agar terhindar dari kerusakan otak atau kelainan syaraf. Menurut Almatsier (2003) satu gram karbohidrat menghasilkan 4 Kal. Sebagian dari karbohidrat disimpan dalam tubuh sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen, sebagian lagi diubah menjadi lemak sebagai cadangan energi. Seseorang yang mengkonsumsi karbohidrat berlebih akan menjadi gemuk. Sumber utama karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan (nabati) dan hanya sedikit yang berasal dari hewani. Di dalam tubuh manusia, karbohidrat merupakan salah satu sumber energi. Dari tiga sumber energi utama (yaitu karbohidrat, lemak, protein), karbohidrat merupakan sumber energi yang paling murah. Karbohidrat yang tidak dapat di cerna memberikan volume kepada isi usus. Rangsangan mekanis yang terjadi melancarkan gerak bubur makanan melalui saluran pencernaan dan memudahkan pembuangan tinja (Nilawati 2008). Lemak Lemak dalam makanan biasanya juga disebut lipid. Lipid seperti halnya karbohidrat juga mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Menurut Hartono (2006) lemak dan minyak merupakan zat gizi kedua yang digunakan sebagai bahan bakar dalam menghasilkan energi. Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak. Kebutuhan lemak yang dianjurkan 15-20% jumlah energi total berasal dari lemak. Bayi dan anak dianjurkan 1-2% dari kebutuhan energi total berasal dari asam lemak
esensial (asam linoleat). Asam lemak esensial dibutuhkan untuk pertumbuhan dan untuk memelihara kesehatan kulit (RSCM & Persagi 1990). Menurut sumbernya kita membedakan lemak nabati dan lemak hewani. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan lemak hewani berasal dari hewan, termasuk ikan, telur dan susu. Fungsi lemak dalam makanan memberikan rasa gurih, terutama makanan yang digoreng, serta memberi kandungan kalori yang tinggi dan memberikan sifat empuk (lunak) pada kue yang dibakar. Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun ditempat-tempat tertentu (Sediaoetama 2006). Vitamin Vitamin
didefinisikan
sebagai
bahan-bahan
organik,
yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah sangat sedikit, yang melakukan paling sedikit satu fungsi metabolik spesifik dan harus diberikan dalam makanan. Terdapat dua golongan vitamin, yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin yang larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang larut air adalah vitamin B kompleks (tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, dan vitamin B12) dan C (Riyadi 2006). Jenis, fungsi dan bahan makanan sumber vitamin dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis, fungsi dan bahan makanan sumber vitamin Vitamin
Fungsi
Bahan Makanan Sumber
A
Proses penglihatan, pertumbuhan, perkembangan tulang, jaringan epitel dan kekebalan
Minyak ikan, hati, mentega, susu, keju, sayuran daun hijau tua, serta sayuran dan buah berwarna kuning (wortel, pepaya, dan mangga)
B1
Unsur sistem enzim jaringan terutama hubungannya dengan dekarboksilasi
Hati, jantung, ginjal, ragi, gandum, kedela, serta kacang-kacangan dan susu
B2
Unsur sistem pernapasan metabolisme asam dan lipid
enzim dan amino
Susu, hati, ginjal, jantung, telur, dan sayuran daun hijau
B6
Koenzim dan metabolisme asam lemak esensial
Daging, hati, ginjal, tepung gandum, kacang tanah, jagung
Pembentukan kolagen, pembentukan gigi, metabolisme tiroksin Sumber : Riyadi (2006)
Buah jeruk, tomat, arbei, kangkung, kentang,cabai hijau, selada hijau dan jambu biji
C
Menurut Almatsier (2003) vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya
sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Selain itu menurut Moehji (1982) vitamin digunakan untuk mengatur fungsi faal dari alat-alat tubuh. Setiap vitamin mempunyai fungsi dan sumber pangan sendiri. Oleh karena itu pada Tabel 2 disajikan fungsi dan sumber dari masingmasing vitamin. Mineral Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Mineral dibedakan menjadi mineral makro dan mineral mikro (Almatsier 2003). Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Hingga saat ini dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial (Almatsier 2003). Menurut Riyadi (2006) mineral yang tergolong ke dalam mineral makro adalah kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg), sedangkan mineral yang tergolong ke dalam mineral mikro antara lain besi (Fe), iodium (I), seng (Zn), selenium (Se), dan fluor (F). Fungsi dan bahan makanan sumber mineral dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis, fungsi dan bahan makanan sumber mineral Mineral
Fungsi
Bahan Makanan Sumber
Ca : kalsium
Unsur utama tulang dan gigi, untuk kontraksi otot, irama jantung, dan kepekaan syaraf
Susu, kangkung, tiram, udang, salem, dan kijing
P : Fosfor
Unsur utama tulang dan gigi, metabolisme lemak dan karbohidrat serta pertukaran energi
Susu, keju, kuning telur, daging, ikan, unggas, dan kacang-kacangan
Unsur hemoglobin, mioglobin, dan beberapa enzim oksidatif Sumber : Riyadi (2006)
Hati, daging, kuning telur, sayuran berdaun hijau tua, tiram, udang, salem, dan kijing
Fe : Zat besi
Metode Pengukuran Konsumsi Pangan a. Metode ”Recal” Metode recall (metode mengingat-ingat) umumnya digunakan untuk survei konsumsi tingkat individu. Dalam metode ini, responden diminta untuk mengingat semua makanan yang telah dimakan, biasanya makanan sehari atau 24 jam yang lalu. Responden diminta untuk mengingat jenis masakan yang dimakan beserta jenis pangan penyusunnya. Jumlah makanan yang dicatat biasanya dalam bentuk masak (kecuali untuk makanan-makanan tertentu yang biasa dikonsumsi dalam bentuk segar dan mentah) dalam ukuran rumah tanga (URT) misalnya gelas, mangkuk, sendok makan dan sebagainya. Untuk membantu mengestimasi jumlah makanan yang dimakan, deskripsikan dan identifikasi secara tepat setiap jenis pangan dengan menggunakan ukuran porsi, food models, atau foto pangan. Penggaris dapat digunakan untuk mengestimasi ukuran pangan. Kuesioner yang terstruktur digunakan sebagai panduan pengisian data. Responden biasanya merangkap sebagai sasaran dalam penelitian. Namun jika sasaran penelitian adalah anak-anak, maka yang menjadi responden adalah ibunya atau seseorang yang cenderung mengetahui apa saja yang dimakan oleh anaknya (Sa’diyah dan Kusharto 2007). Metode ”recall” ini mempunyai kelebihan relatif murah dan tidak memakan waktu banyak (Sa’diyah dan Kusharto 2007). Selain itu menurut Supariasa et al. (2001)
kelebihan
lain
dari
metode
recall
diantaranya
adalah
mudah
melaksanakannya dan tidak terlalu membebani respoden, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf, serta dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Namun kekurangannya adalah data yang dihasilkan kurang akurat karena mengandalkan keterbatasan daya ingat sseorang dan tergantung dari keahlian tenaga pencatatan dalam mengkonversikan URT kedalam satuan berat serta adanya variasi URT antar daerah, dan ada variasi interpretasi besarnya ukuran antar responden (besar, sedang, kecil, dll) (Sa’diyah dan Kusharto 2007). b. Metode ”Food Weighing” Metode penimbangan makanan (food weighing) merupakan metode dimana responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu hari. Kelebihan metode penimbangan yaitu data lebih akurat atau teliti sedangkan kekurangannya yaitu lama, mahal,
memerlukan tenaga pengumpul data yang terlatih dan terampil serta memerlukan kerjasama yang baik dengan responden (Supariasa et al. 2001). Selain itu Menurut Sa’diyah dan Kusharto (2007) kekurangan lainnya adalah kadangkadang responden segan atau malu atau tidak memperkenankan bila makanannya harus dipindah-pindahkan dari tempatnya untuk ditimbang, serta responden mungkin merubah-ubah pola konsumsi pangan dari kebiasaannya sehari-hari dengan kehadiran kita. Menurut Sa’diyah dan Kusharto (2007), metode penimbangan ada dua yaitu
metode
penimbangan
biasa
dan
penimbangan
langsung
dengan
pengamatan. Perbedaannya adalah pada penimbangan biasa, penimbangan dapat dilakukan oleh responden, sedangkan pada penimbangan langsung dengan pengamatan penimbangan dilakukan sendiri oleh enumerator. Pada metode penimbangan, pengukuran penggunaan pangan untuk konsumsi dilakukan dengan cara menimbang bahan pangan dalam keadaan mentah (proses persiapan), setelah makanan masak (penyajian), dan setelah pangan tersebut di konsumsi (mengamati sisa yang tidak termakan). Selain itu ditimbang pula makanan yang diperoleh dari pemberian dan makanan yang dikonsumsi di luar rumah.
KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menuju kedewasaan tidak
mengalami
gangguan.
Menurut
Suhardjo
(2003)
meskipun
laju
pertumbuhan anak usia sekolah mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya, namun per satuan berat badan, anak-anak sekolah membutuhkan makanan yang lebih banyak daripada orang dewasa. Anak usia sekolah membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang baik jenis maupun jumlahnya. Menurut Suhardjo (2003) kenaikan kebutuhan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk kegiatan fisik dan mental yang meningkat pada anak usia sekolah. Perilaku konsumsi makan seorang anak berhubungan erat dengan sistem nilai dan perilaku yang dilakukan oleh orang tua dan keluarga. Hal tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh latar belakang pendidikan dan pekerjaan orang tua. Selain itu karakteristik anak juga diduga mempengaruhi perilaku konsumsi makan anak baik di rumah maupun di sekolah, diantaranya adalah umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, uang jajan, serta pengetahuan gizi dan kesehatan yang digambarkan dengan nilai ujian IPA. Konsumsi makanan anak usia sekolah dasar (SD), pada umumnya diperoleh dari yang dikonsumsi saat berada di rumah dan atau di lingkungan sekolah. Makanan yang dimakan ketika berada di rumah dapat berupa makanan yang dimasak dan disediakan di rumah maupun makanan jajanan. Makanan yang dimakan ketika berada di lingkungan sekolah dapat berasal dari bekal sekolah, catering (school feeding / penyelenggaraan makan), dan atau makanan jajanan yang di beli di kantin sekolah, warung atau penjual kaki lima (PKL). Total konsumsi sehari anak usia sekolah diperoleh dari konsumsi makan di rumah dan di sekolah, sehingga dapat diketahui tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak usia sekolah. Selengkapnya yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi
dan
zat
gizi
anak
dapat
dilihat
pada
Gambar
1
Karakteristik Orang Tua: • Pendidikan • Pekerjaan
Penyelenggaraan Makan (PM)
Ketersediaan dari PM
Konsumsi dari PM
Karakteristik Contoh: • Umur • Berat Badan • Tinggi Badan • Jenis Kelamin • Uang Jajan • Nilai Ujian IPA
Makanan jajanan di sekolah
Konsumsi makanan jajanan di sekolah
Bekal
Ketersediaan makan di rumah
Makanan jajanan di rumah
Konsumsi makanan di rumah
Konsumsi makanan jajanan di rumah
Konsumsi bekal
Konsumsi di sekolah
Konsumsi di rumah Konsumsi sehari
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi AUS
Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti
= Hubungan yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang tidak diteliti
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
desain
cross
sectional
study
yaitu
pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian di bagi menjadi dua yaitu sekolah dengan dan tanpa penyelenggaraan makan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan Stratified Random Sampling dengan kriteria berada di wilayah kota Bogor serta bersedia menjadi tempat penelitian. Berdasarkan data Dinas Pendidikan kota Bogor (tahun ajaran 2008/2009) terdapat 289 Sekolah Dasar (SD). Selanjutnya dipilih 2 SD dari 4 SD yang terdapat penyelengaraan makan (disebut PM) yaitu Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Aliya dan Sekolah Dasar Swasta (SDS) Pertiwi. SD yang tidak memiliki penyelenggaraan makan (disebut Non PM) dipilih 2 SD dari 248 SD yaitu SDN Baranangsiang dan SDN Kedung Badak 1 terpilih sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan April sampai bulan Juni. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh penelitian adalah siswa SD kelas 5 yang berusia antara 10-12 tahun. Pertimbangan usia contoh berdasarkan teori perkembangan Piaget diacu dalam Hidayat (2004) pada usia ini tingkat perkembangan kognitif anak berada pada akhir masa konkrit operasional, sehingga anak-anak sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, mampu mengingat kejadian 24 jam yang lalu, dan sudah diikutkan dalam kegiatan sekolah yang menuntut tanggung jawab. Jumlah sampel untuk membandingkan antar kelompok seperti t-test dan analisa varian pada setiap sel dalam rancangan analisa minimal harus 30 kasus (Singarimbun & Effendi 2006). Jumlah contoh diambil dari 4 sekolah dasar, yaitu 2 sekolah dasar yang terdapat penyelenggaraan makan dan 2 sekolah dasar yang tidak terdapat penyelenggaraan makan. Kriteria contoh di sekolah dengan penyelenggaraan makan (PM) adalah siswa yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan makan untuk makan siang. Berdasarkan kriteria contoh tersebut populasi contoh di SD PM berjumlah 46 , masing-masing di SDIT Aliya 33 orang, dan SDS Pertiwi 13 orang. Jumlah populasi contoh di SD Non PM adalah 66 orang, dengan rincian masing-masing SDN Kedung Badak 1 sebanyak 33 orang dan SDN Baranangsiang sebanyak 33 orang. Selanjutnya dari masingmasing kelompok contoh diambil secara acak sebanyak sebanyak 33 orang dari SD PM dan SD Non PM.
SD PM
33 orang
SD NON PM
13 orang
33 orang
46 orang
33 orang
66 orang
33 orang
33 orang dibandingkan
Jenis dan Cara Pengambilan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner dan pengamatan. Jenis data primer yang dikumpulkan meliputi: a. Karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, uang jajan, nilai ujian IPA). b. Konsumsi pangan contoh (jumlah dan jenis pangan) Data sekunder sebagai data pendukung yang diambil meliputi gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari lokasi penelitian serta karakteristik orang tua. Cara pengambilan data primer antara lain a. Data usia , jenis kelamin, uang jajan dan nilai ujian IPA diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan bantuan kuesioner. Sementara data berat badan dan tinggi badan diperoleh dari pengukuran menggunakan timbangan injak dan mikrotoise b. Data konsumsi pangan contoh, diperoleh melalui metode recall 2 x 24 jam untuk konsumsi pangan di rumah dan metode food weighing untuk konsumsi pangan di sekolah (makanan catering maupun bekal sekolah). Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Variabel, jenis, cara pengumpulan data dan alat pengumpul data N o. 1.
2.
3.
4.
Variabel
Jenis Data
Karakteristik sekolah - Jumlah murid dan guru - Lama belajar - Sarana dan prasarana Karakteristik orangtua - Pendidikan - Pekerjaan Karakteristik contoh - Nama, umur, jenis kelamin, aktivitas fisik - Berat badan dan tinggi badan Konsumsi pangan - Jumlah pangan - Jenis pangan
Cara Pengumpulan
Alat Pengumpul
Data
Data
Sekunder
Wawancara
Kuesioner
Sekunder
Wawancara
Kuesioner
Primer
• •
Primer
•
Wawancara, Pengukuran (TB,BB)
Kuesioner, alat timbangan injak, dan microtoise
Wawancara langsung dengan contoh • Penimbangan
Kuesioner Food Recall dan Food Record 2 x 24 jam dan food weighing
Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah terkumpul ditabulasikan dan dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensia. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, dan entri data. Analisis data menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows. Data karakteristik orang tua dan contoh dianalisis secara deskriptif. Data konsumsi pangan dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Konversi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994): KEj = Bj / 100 x Gj x BDDj / 100 Keterangan : KEj
= Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj
= Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj
= Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan (% BDD) Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan zat gizi makanan jajanan adalah sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994):
KGj = (Bj/Bjd) x Gj Keterangan : KGj
= Kandungan zat gizi makanan jajanan j dengan berat B (g)
Bj
= Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bjd
= Berat makanan j yang tercantum daam tabel DKGJ
Gj
= Kandungan zat gizi makanan jajanan j dengan berat Bjd (tabel DKGJ) Pengukuran status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui
perhitungan indeks IMT/U. IMT/U digunakan untuk anak yang berumur 5-19 tahun, dengan menggunakan z-score. Berdasarkan WHO Reference 2007 status gizi untuk anak-anak dan remaja dibagi menjadi enam kategori, yaitu sangat kurus/severe thinnes ( -3SD), kurus/thinnes ( -2SD), normal (-2SD sampai dengan +1SD), overweight ( +1SD), obese ( +2SD), dan severe obese ( +3SD). Perhitungan IMT/U menggunakan AnthroPlus, yaitu dengan memasukkan data berat badan, tinggi badan dan umur anak (WHO 2007). Aktivitas fisik diukur dengan Physical Activity Level (PAL) dalam FAO (2001). Aktivitas fisik untuk
anak-anak dan remaja digolongkan menjadi 3
golongan yaitu ringan (1,4 PAL 1,69), sedang (1,7 PAL 1,99 perempuan), dan berat
(2,00 PAL 2,4).
Jenis
aktvitas
fisik
digolongkan
berdasarkan
penggolongan aktivitas fisik dalam Hardinsyah dan Martianto (1992), yaitu tidur, sekolah, kegiatan ringan, kegiatan sedang dan kegiatan berat. Angka kebutuhan energi dihitung dengan pendekatan pengeluaran energi.
Pengeluaran
energi
ditentukan
dengan
rumus
sebagai
berikut
(FAO/WHO/UNU 2001): Pengeluaran energi = (angka metabolisme basal x tingkat aktivitas fisik) Angka metabolisme basal untuk anak 10-12 tahun ditentukan dengan menggunakan rumus FAO (2001), yaitu sebagai berikut: Tabel 5 Persamaan dalam menghitung Angka Metabolisme Basal (AMB) Jenis Kelamin
Rentang Usia (tahun)
Persamaan AMB
Laki-laki
10-12
17,686 (BB) + 658,2
Perempuan
10-12
13,384 (BB) + 692,6
Perhitungan angka kebutuhan energi ditentukan berdasarkan berat badan normal contoh. Penentuan berat badan normal contoh didasarkan pada berat
badan normal populasi sesuai dengan tingkatan umur (FAO 2001) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Berat badan normal sesuai dengan tingkatan umur Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Rentang Usia (tahun)
Berat Badan Ideal/BBI (kg)
10-11 11-12 10-11 11-12
33,3 37,5 34,7 39,2
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan ke dalam bentuk energi, protein, lemak, vitamin dan mineral per orang per hari. Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan menggambarkan tingkat kecukupan individu. Tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan energi dihitung dengan membandingkan jumlah energi yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi dan protein contoh. Perhitungan tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada rumus berikut : Tingkat kecukupan E = Konsumsi zat gizi X 100 Angka kebutuhan E Tingkat kecukupan protein, vitamin dan mineral dihitung dengan membandingkan jumlah protein, vitamin dan mineral yang dikonsumsi terhadap kecukupan vitamin dan mineral yang dianjurkan (AKG) (WNPG 2004). Perhitungan tingkat kecukupa protein, vitamin dan mineral dapat dilihat pada rumus berikut : Tingkat Kecukupan Protein = Konsumsi protein X 100 Angka Kecukupan Protein Tingkat kecukupan vitamin & mineral = Konsumsi zat gizi X 100 Angka kecukupan vit & min
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dinyatakan dalam persen. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Energi dan Zat Gizi Energi dan protein
Klasifikasi Tingkat Kecukupan a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan) b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan) c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan) d. Normal (90-119% angka kebutuhan) e. Di atas angka kebutuhan ( 120% angka kebutuhan) Vitamin dan mineral a. Kurang (<77% angka kecukupan) b. Cukup ( 77% angka kecukupan) Sumber : a) Depkes 1996 diacu dalam Sukandar (2007), b) Gibson (2005) Data konsumsi pangan di sekolah diperoleh dari hasil penimbangan konsumsi makanan anak yang telah disediakan di sekolah/catering maupun bekal sekolah. Untuk menghitung kontribusi konsumsi pangan di sekolah terhadap tingkat konsumsi anak dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kontribusi = Konsumsi di sekolah X 100% Konsumsi total Sementara data konsumsi pangan di rumah diperoleh dari hasil recall 2x24 jam. Untuk menghitung kontribusi konsumsi pangan di rumah tehadap tingkat konsumsi anak dihitung sebagai berikut: Kontribusi = Konsumsi di rumah X 100% Konsumsi total Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji beda T-test (Independent Sample T-test) untuk menganalisis perbedaan konsumsi energi dan zat gizi, kontribusi energi dan zat gizi baik di sekolah maupun di rumah, serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak sekolah dasar di SD yang terdapat penyelenggaraan makan dan tidak terdapat penyelenggaraan makan.
Definisi Operasional Pendidikan orang tua : lama pendidikan formal yang ditempuh oleh ayah Pekerjaan orang tua : jenis pekerjaan yang ditekuni oleh ayah. Umur : lamanya waktu hidup sejak lahir yang di hitung berdasarkan selisih tanggal, bulan dan tahun dengan tanggal, bulan dan tahun saat penelitian. Berat badan : masa tubuh dalam satuan kilogram yang meliputi lemak, otot, tulang, cairan tubuh dan lain-lain, diukur dengan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 Kg. Tinggi badan : hasil pengukuran tinggi badan anak dalam posisi berdiri tegak sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Konsumsi makanan di rumah : jumlah dan jenis energi dan zat gizi lainnya yang dikonsumsi di rumah diukur berdasarkan data konsumsi selama 2 x 24 jam. Konsumsi makanan di sekolah : jumlah dan jenis energi dan zat gizi lainnya yang di konsumsi di sekolah di ukur berdasarkan data konsumsi selama 2x24 jam dan data food weighing Makanan di rumah : makanan yang disiapkan dan disediakan di rumah, dapat berupa makanan utama maupun makanan selingan. Makanan PM (Penyelenggaraan Makan) : makanan yang disediakan oleh pihak sekolah yang mengadakan penyelenggaraan makan di sekolah, berupa makan utama atau makan siang. Bekal dari rumah : makanan yang dibawa dari rumah sebagai bekal sekolah, dapat berupa makanan utama maupun makanan jajanan. Makanan jajanan : makanan yang siap dimakan dan diminum yang biasanya diperoleh dengan membeli baik yang dilakukan oleh anak sendiri maupun ibu yang terdiri dari makanan lengkap, makanan kudapan/snacks, minuman dan buah-buahan segar. Tingkat kecukupan : jumlah konsumsi pangan aktual terhadap kebutuhan gizi atau angka kecukupan gizi (AKG).
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Penelitian dilakukan di 4 Sekolah Dasar (SD) yaitu terdiri dari dua SD swasta yang terdapat penyelenggaraan makan, serta dua SD negeri yang tidak terdapat penyelenggaraan makan. Sekolah Dasar swasta yang terpilih adalah SDIT Aliya dan SDS Pertiwi, sedangkan SD negeri yang terpilih adalah SDN Baranangsiang dan SDN Kedung Badak 1. Pemilihan sekolah dilakukan secara stratified random sampling, dengan kriteria berada di wilayah kota Bogor serta bersedia menjadi tempat penelitian. Sekolah Dasar Islam Terpadu Aliya terletak di Jalan Gardu Raya RT 3 RW 11 Kelurahan Bubulak, Bogor Barat. SDIT Aliya berdiri sejak tahun 2003, dibangun diatas tanah milik pribadi yayasan keluarga Aliya. Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan sarjana psikologi. Kurikulum yang digunakan di SDIT Aliya adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jam belajar per hari berkisar antara 7 hingga 9 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 14.00 WIB pada hari senin, rabu dan jumat. Selain itu, pada hari selasa dan kamis jam belajar dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 16.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari Senin hingga Jumat atau selama 5 hari. Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu mushola, UKS, perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer, ruang audio video, kantin, koperasi, lapangan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi Tilawah Qur’an, klub Bahasa Inggris, klub matematika, klub sains, jurnalistik, seni peran/drama, melukis,biola,
angklung,
kepanduan,
karate,
olah
raga
(futsal,
renang,
bulutangkis). Sekolah Dasar Swasta Pertiwi terletak di Jalan Sukasari III No 4 Bogor. SDS Pertiwi berdiri sejak tahun 1972, yang pada awalnya dirintis oleh Organisasi Pertiwi Cabang Kotamadya Daerah Tk. II Bogor. Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan sarjana pendidikan. Kurikulum yang digunakan di SDS Pertiwi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jam belajar per hari berkisar antara 5 hingga 6 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.30 WIB. Namun ada pula anak-anak yang ikut kegiatan TPA seusai sekolah, yang dimulai pada pukul 13.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari Senin hingga Jumat atau selama 5 hari.
Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu mushola, UKS, perpustakaan, ruang musik, ruang komputer khusus, ruang laboratorium bahasa, dan lapangan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi baca tulis Al Quran, Ekstrasia, English Club, Sains Club, Pertiwi Match Olimpiade, olahraga (Futsal Club dan Chees Club), informasi dan teknologi komputer, sanggar seni (seni musik tradisional, seni musik modern, seni suara, seni lukis dan seni peran). Sekolah Dasar Negeri Baranangsiang terletak di Jalan Malabar No 2 Bogor. SDN Baranangsiang berdiri pada tahun 1977. Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan D2. Kurikulum yang digunakan di SDN Baranangsiang adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jam belajar per hari berkisar antara 5 hingga 6 jam, yang dimulai pada pukul
07.00
sampai
dengan
12.00
WIB.
Kegiatan
belajar
mengajar
diselenggarakan pada hari Senin hingga Sabtu atau selama 6 hari. Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu perpustakaan, mushola, dan lapangan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi pencak silat, karawitan dan pramuka. Sekolah Dasar Negeri Kedung Badak 1 terletak di Jalan Kolonel Enjo Martadisastra III Bogor. SDN Kedung Badak 1 berdiri pada tahun 1975, dibangun diatas tanah yang memilki status hak guna pakai (milik TNI AD). Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan D2. Kurikulum yang digunakan di SDN Kedung Badak 1 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jam belajar per hari berkisar antara 5 hingga 6 jam, yang dimulai pada pukul
07.00
sampai
dengan
12.00
WIB.
Kegiatan
belajar
mengajar
diselenggarakan pada hari Senin hingga Sabtu atau selama 6 hari. Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu lapangan sekolah dan perpustakaan. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi pramuka, seni tari, olahraga dan seni musik. Profil masing-masing sekolah dasar berdasarkan luas bangunan, jumlah murid dan jumlah guru dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Profil sekolah dasar berdasarkan luas bangunan, jumlah murid dan jumlah guru Nama SD
Luas Bangunan
Jumlah Murid
Jumlah Guru
(m2)
(orang)
(orang)
Aliya
8530
579
53
Pertiwi
2900
627
26
Baranangsiang
1600
366
18
647,61
458
15
Kedung Badak 1
Karakteristik Contoh Umur Contoh pada penelitian ini berumur 10-12 tahun dengan rata-rata umur masing-masing contoh PM adalah 11,1 tahun dan contoh Non PM 11,2 tahun. Lebih dari separuh contoh berumur 11-12 tahun, baik di SD yang terdapat penyelenggaran
makan
(PM)
maupun
di
SD
yang
tidak
terdapat
penyelenggaraan makan (Non PM) masing-masing sebesar 72,7% dan 66,7%. Sebaran anak menurut umur dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh menurut umur PM
Umur
NON PM
Total
n
%
n
%
n
%
10-11
13
39,4
9
27,3
22
33,3
11-12
20
60,6
24
72,7
44
66,7
Total
33
100
33
100
66
100
Jenis Kelamin Sebaran contoh menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10. Persentase contoh laki-laki lebih banyak pada contoh PM, sedangkan pada contoh Non PM persentase perempuan lebih banyak masing-masing sebesar 63,6% dan 60,6%. Tabel 10 Sebaran contoh menurut jenis kelamin PM
Jenis Kelamin
NON PM
Total
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
21
63,6
13
39,4
34
51,5
Perempuan
12
36,4
20
60,6
32
48,5
Total
33
100
33
100
66
100
Uang Jajan Uang jajan adalah uang yang benar-benar dipergunakan oleh anak untuk jajan, makanan dan minuman baik di sekolah maupun di rumah selama satu hari. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan besar uang jajan antara kedua contoh (p<0,05). Sebagaimana terlihat pada Tabel 11 sebaran contoh dengan uang jajan lebih dari Rp. 8.000,00 sehari pada contoh PM lebih sedikit dibanding pada contoh Non PM masing-masing sebesar 12,1% dan 15,2%. Hal ini karena anak yang bersekolah di SD negeri atau tanpa adanya penyelenggaraan makan (Non PM) lebih sering jajan baik di sekolah maupun dirumah dan tidak terbiasa membawa bekal ke sekolah, sedangkan anak yang bersekolah di SD PM sebagian besar membawa bekal dari rumah serta mengikuti penyelenggaraan makan di sekolah. Tabel 11 Sebaran contoh menurut uang jajan per hari PM
Uang Jajan (Rp/hari)
NON PM
Total
n
%
n
%
n
%
<2000
3
9,1
1
3,0
4
6,1
2000-8000
26
78,8
26
78,8
52
78,8
>8000
4
12,1
6
18,2
10
15,2
Total
33
100
33
100
66
100
Nilai IPA Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh atau sebesar 72,7% baik di SD PM maupun Non PM mendapat nilai IPA dengan kategori cukup dengan kisaran nilai 63-83. Nilai IPA menggambarkan pengetahuan gizi dan kesehatan contoh, baik yang bersekolah di SD PM maupun non PM. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang gizi dan kesehatan pada contoh SD PM dan non PM tidak berbeda. Tabel 12 Sebaran contoh menurut nilai IPA Nilai IPA
PM
NON PM
Total
n
%
n
%
n
%
<63
4
12.1
4
12.1
8
12.1
63-83
24
72.7
24
72.7
48
72.7
>83
5
15.2
5
15.2
10
15.2
Total
33
100
33
100
66
100
Karakteristik Orang Tua Pendidikan orang tua Tingkat pendidikan orang tua contoh diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal dari ayah. Tingkat pendidikan orang tua (ayah) contoh dibagi menjadi SD, SLTP, SLTA/ sederajat, D3, S1 dan S2. Tabel 17 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh SD PM mempunyai ayah dengan tingkat pendidikan S1 sebesar 66,7%, sedangkan sebaran pendidikan orang tua contoh di SD Non PM sebagian besar adalah lulusan SLTA atau sederajat yaitu sebesar 42,4%. Menurut Suhardjo (1996) tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik. Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran Contoh menurut pendidikan orang tua PM
Pendidikan Orang Tua/ayah
NON PM
Total
n
%
n
%
n
%
SD
0
0,0
6
18,2
6
9,1
SLTP
0
0,0
11
33,3
11
16,7
SLTA/sederajat
4
12,1
14
42,4
18
27,3
D3
4
12,1
0
0,0
4
6,1
S1
22
66,7
1
3,0
23
34,8
S2
3
9,1
1
3,0
4
6,1
Total
33
100
33
100
66
100
Pekerjaan orang tua Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan orang tua (ayah) yang dibedakan menjadi buruh, supir, pedagang, TNI, PNS, pegawai swasta, wiraswasta, dan pegawai BUMN. Persentase terbesar orang tua SD PM sebesar 54,5% dan orang tua SD Non PM sebesar 42,4% adalah pegawai swasta. Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar (Engel et al 1994 diacu dalam Lusiana 2008). Selain itu,
jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan seseorang. Tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi keluarganya. Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua PM
Pekerjaan
NON PM
Total
Orang Tua/ayah
n
%
n
%
n
%
Buruh
0
0,0
6
18,2
6
9,1
Supir
0
0,0
1
3,0
1
1,5
Pedagang
0
0,0
2
6,1
2
3,0
TNI
0
0,0
1
3,0
1
1,5
PNS
5
15,2
2
6,1
7
10,6
Pegawai Swasta
18
54,5
14
42,4
32
48,5
Wiraswasta
7
21,2
7
21,2
14
21,2
BUMN
3
9,1
0
0,0
3
4,5
Total
33
100
33
100
66
100
Kebutuhan Energi Berdasarkan Tabel 15 tinggi badan rata-rata contoh PM dan Non PM masing-masing adalah sebesar 142 cm dan 139,7 cm. Berat badan rata-rata contoh PM lebih tinggi dibandingkan contoh Non PM masing-masing sebesar 39,6 kg dan 33,4 kg (p<0,05). Angka kebutuhan energi dihitung dengan pendekatan pengeluaran energi. Menurut FAO/WHO/UNU 2001; WNPG 2004 untuk menentukan angka kebutuhan energi lebih tepat jika menggunakan EAR dibandingkan dengan AKG (Angka Kecukupan Gizi). Karena perhitungan EAR menggunakan angka metabolisme basal berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat badan), dan aktifitas fisik. Rata-rata angka kebutuhan energi contoh PM dan Non PM masingmasing adalah sebesar 2068 kkal dan 2105 kkal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardinsyah dkk (2002) bahwa kebutuhan gizi antar individu bervariasi, ditentukan atau dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, umur, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), aktivitas fisik serta metabolisme tubuh.
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata angka kebutuhan energi (AKE) Variable
PM
Non PM
Rata-rata
Rata-rata
Tinggi badan/TB (cm)
142,0
139,7
Berat badan/BB (kg)
39,6
33,4
1194,7
1150,6
1,6
1,8
2068
2105
Angka metabolisme basal/AMB (kkal) Faktor aktivitas/FA Angka kebutuhan energi/AKE (kkal)
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Tingkat Kecukupan Energi Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) diacu dalam Sukandar (2007) adalah: (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) kelebihan
120% AKG.
Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada Tabel 16. Kebutuhan energi contoh PM dan Non PM dengan nilai rata-rata masingmasing sebesar 2068 kkal dan 2105 kkal. Konsumsi energi rata-rata contoh PM dan Non PM dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 1679 kkal dan 1449 kkal. Hal ini menyebabkan tingkat kecukupan energi rata-rata pada contoh PM lebih tinggi dibanding contoh Non PM, masing-masing sebesar 82,7% dan 71,4% (p<0,05). Hasil klasifikasi tingkat kecukupan energi menunjukkan yang termasuk kategori normal pada contoh PM lebih tinggi dibandingkan contoh Non PM, masing-masing sebesar 24,2% dan 15,2%. Sebaliknya pada kategori defisit tingkat berat persentase contoh PM lebih rendah dibandingkan contoh Non PM, masing-masing sebesar 24,2% dan 54,5%. Lebih dari separuh contoh Non PM mengalami defisit tingkat berat disebabkan karena kurangnya jumlah energi yang dikonsumsi dalam sehari. Hal ini didukung oleh data rata-rata konsumsi energi pada contoh PM lebih tinggi dibandingkan contoh Non PM masing-masing sebesar 1679 kkal/hari dan 1449 kkal/hari. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi (TKE) Klasifikasi
PM
Non PM
Defisit tingkat berat
n 8
% 24,2
n 18
% 54,5
Defisit tingkat sedang
7
21,2
4
12,1
Defisit tingkat ringan
8
24,2
5
15,2
Normal
8
24,2
5
15,2
Kelebihan
2
6,0
1
3,0
Jumlah
33
100
33
100
Rata-rata TKE (%) Rata-rata konsumsi (kkal) Rata-rata AKE(kkal)
82,7±18,0 1679±298 2068±315
71,4±17,8 1449±366 2105±363
Tingkat Kecukupan Protein Angka kecukupan protein contoh PM dan Non PM dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 55,1 g dan 45,6 g. Konsumsi protein contoh PM dan Non PM dengan nilai rata-rata masing-masing yaitu sebesar 45,5 g dan 35,7 g. Hal ini menyebabkan rata-rata tingkat kecukupan protein pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 89,0% dan 83,6%. Berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan protein baik contoh PM maupun Non PM termasuk kategori defisit tingkat ringan. Contoh yang mengalami defisit tingkat berat masih terdapat pada contoh PM maupun Non PM
masing-masing sebesar 33,3% dan 39,4%. Hal ini
disebabkan karena masih kurangnya konsumsi protein hewani maupun nabati, baik pada contoh PM maupun Non PM masing-masing sebesar 45,5 g dan 35,7 g.
Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein dapat
dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein Klasifikasi Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Kelebihan Jumlah Rata-rata TKP (%) Rata-rata konsumsi (g) Rata-rata AKP (g)
PM n 11 5 2 8 7 33
Non PM % 33.3 15.2 6.1 24.2 21.2 100
89,0%±30,7 45,5±10,5 55,1±17,5
n 13 3 2 9 6 33
% 39.4 9.1 6.1 27.3 18.2 100 83,6%±30,0 35,7±9,3 45,6±11,4
Tingkat kecukupan Vitamin A Vitamin dan mineral termasuk dalam zat gizi mikro (mikronutrient). Tubuh hanya membutuhkan vitamin dan mineral dalam jumlah sangat kecil. Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dikelompokkan menjadi dua kategori menurut Gibson (2005), yaitu kurang (tingkat kecukupan <77%) dan cukup (tingkat kecukupan 77%). Tingkat kecukupan vitamin A contoh PM lebih tinggi dibanding contoh Non PM masing-masing adalah sebesar 219,1% dan 124,7% (p<0,05). Hal ini sesuai dengan hasil klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A, kelompok contoh PM tidak ada yang masuk kategori kurang, sedangkan pada contoh Non PM masih terdapat yang masuk kategori kurang sebesar 42,4%. Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernapasan
dan
diare,
meningkatkan
angka
kematian
campak,
serta
menyebabkan keterlamtan pertumbuhan. Sumber vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam
lemaknya) dan
mentega. Sumber karoten adalah daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, nangka masak dan jeruk (Almatsier 2003). Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A terdapat pada Tabel 18. Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A Klasifikasi
PM
Non PM
n
%
n
%
Kurang
0
0
14
42,4
Cukup
33
100
19
57,6
Jumlah
33
100
33
100
Rata-rata TK Vit A (%)
219,1±86,0
124,7±105,7
Rata-rata konsumsi (RE)
1358,5±472,2
630,2±493,9
Rata-rata AK Vit A (RE)
660,7±210,0
546,8±136,8
Tingkat kecukupan Vitamin C Tingkat kecukupan vitamin C pada contoh PM lebih tinggi dibandingkan contoh Non PM (p<0,05), dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 63% dan 35,6%. Persentase contoh yang termasuk kategori cukup untuk konsumsi vitamin C lebih tinggi pada contoh PM dibandingkan contoh Non PM masing-masing
sebesar 21,2% dan 6,1%. Meskipun demikian, masih banyak contoh PM dan Non PM yang termasuk dalam kategori kurang masing-masing yaitu sebesar 78,8% dan 93,9%. Hal ini didukung oleh data rata-rata konsumsi vitamin C masing-masing untuk contoh PM dan Non PM sebesar 31,8 g dan 14,8 g. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C terdapat pada Tabel 19. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C PM
Klasifikasi
Non PM
n
%
n
%
Kurang
26
78,8
31
93,9
Cukup
7
21,2
2
6,1
Jumlah
33
100
33
100
Rata-rata TK Vit C (%)
63,0±53,7
35,6±37,8
Rata-rata konsumsi (mg)
31,8±22,6
14,8±12,5
Rata-rata AK vit C (mg)
55,0±17,5
45,5±11,4
Menurut Setiawan dan Rahayuningsih (2004), pada derajat yang lebih ringan, kekurangan vitamin C berpengaruh pada sistem pertahanan tubuh dan kecepatan penyembuhan luka. Selain itu, asupan vitamin C yang tinggi akan meningkatkan risiko timbulnya batu ginjal karena meningkatnya produksi oksalat, rebound scurvy akibat penurunan yang mendadak selain itu pada beberapa orang dapat mengakibatkan gangguan lambung dan diare. Tingkat kecukupan Kalsium (Ca) Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahannya, seperti keju. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Selain itu, tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila kita makan makanan yang seimbang tiap hari (Almatsier 2003). Hasil klasifikasi tingkat kecukupan kalsium menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 60,6% dan 66,7% termasuk kategori kurang. Kekurangan kalsium yang diperoleh oleh contoh baik PM maupun Non PM disebabkan masih kurangnya konsumsi pangan yang mengandung kalsium. Hal ini didukung oleh data konsumsi kalsium masing-
masing sebesar 1370,4 mg dan 1854,6 mg. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan kalsium dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Kalsium (Ca) PM
Klasifikasi
Non PM
n
%
n
%
Kurang
20
60,6
22
66,7
Cukup
13
39,4
11
33,3
Jumlah
33
100
33
100
Rata-rata TK kalsium (%)
133,3±225,6
198,3±357,5
Rata-rata konsumsi (mg)
1370,4±2077,3
1854,6±3453,4
Rata-rata AK kalsium (mg)
1101,2±350,0
911,3±228,0
Tingkat kecukupan Fosfor (P) tingkat kecukupan fosfor contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 73,5% dan 91,2%. Masih terdapat masing-masing sebanyak 75,8% dan 87,9% pada contoh PM dan Non PM memiiki tingkat kecukupan fosfor yang kurang. Hal ini disebabkan masih rendahnya konsumsi pangan yang mengandung fosfor, baik pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 715,7 mg dan 725,8 mg. Menurut Almatsier (2003) fosfor terdapat di dalam semua makanan, terutama makanan yang kaya protein, seperti daging, ayam, ikan, telur,susu dan hasil olahannya, serta kacang-kacangan dan serealia. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan fosfor dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Fosfor (P) Klasifikasi
PM
Non PM
n
%
n
%
Kurang
25
75,8
29
87,9
Cukup
8
24,2
4
12,1
Jumlah
33
100
33
100
Rata-rata TK fosfor (%)
73,5±84,5
91,2±191,8
Rata-rata konsumsi (mg)
715,7±672,3
725,8±1215,4
Rata-rata AK fosfor (mg)
1101,2±350,0
911,3±228,0
Tingkat kecukupan Zat Besi (Fe) Tingkat kecukupan zat besi contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 85,6% dan 83%. Hasil klasifikasi tingkat kecukupan zat besi yang menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh PM sebesar 54,5% termasuk dalam kategori cukup, namun lebih dari separuh contoh Non PM sebesar 60,6% termasuk dalam kategori kurang. Kekurangan zat besi yang diperoleh oleh contoh Non PM disebabkan karena masih kurangnya konsumsi zat besi yaitu sebesar 11,4 mg. Hal lainnya disebabkan karena adanya zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh seperti asam fitat, asam oksalat dan tanin terdapat dalam serealia, sayuran, kacang-kacangan dan teh. Selain itu, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi adalah asam organik (vitamin C), zat penghambat penyerapan (asam fitat, asam oksalat dan tanin), tingkat keasaman lambung, faktor intrinsik dan kebutuhan tubuh (Almatsier, 2003). Menurut Almatsier (2003) kekurangan zat besi pada anak-anak menimbulkan apatis, mudah tersinggung, dan menurunnya kemampuan untuk belajar. Sumber baik zat besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, ikan, telur, serealia, kacang-kacangan, dan sayuran hijau. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan zat besi dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Zat Besi (Fe) Klasifikasi
PM
Non PM
n
%
n
%
Kurang
15
45,5
20
60,6
Cukup
88
54,5
13
39,4
Jumlah
33
100
33
100
Rata-rata TK Fe (%)
85,6±34,9
83,0±63,3
Rata-rata konsumsi (mg)
13,3±3,8
11,4±6,4
Rata-rata AK Fe (mg)
16,8±5,1
15,5±4,3
Kontribusi Energi dan Zat Gizi Kontribusi Energi dan Zat Gizi di Sekolah Total energi yang dikonsumsi oleh contoh dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi di sekolah dan di rumah. Dapat dibedakan makanan yang dikonsumsi di sekolah dan di rumah. Kontribusi energi dan zat gizi makanan di
sekolah diperoleh dari perbandingan konsumsi energi dan zat gizi di sekolah terhadap total konsumsi sehari. Tabel 23 menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral yang di konsumsi di sekolah pada
contoh PM lebih tinggi dibandingkan yang di konsumsi contoh Non PM. Di sekolah PM disediakan makan siang yang menyediakan kalori sebanyak 500-700 kkal setara dengan sebesar 37,9% energi, 35,1% protein, 34,5% lemak, 41,5% karbohidrat, 54,0% vitamin A, 44,4% vitamin C, 22,4% kalsium, 32,2% fosfor, 36,6% zat besi. Sesuai dengan pernyataan Nicholls (1976) bahwa nilai kalori dalam suatu hidangan sekolah seyogyanya sebesar 700 kalori bagi anak-anak pada umur antara 6-11 tahun. Kalori dari makan siang ini sedikitnya memberikan sumbangan atau kontribusi energi dan zat gizi sebanyak 30% dari kebutuhan sehari. Seperti yang dikemukakan Walker (2005) makan siang di sekolah harus memberikan sepertiga kecukupan harian yang dianjurkan (AKG) baik untuk energi maupun protein dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium. Pada contoh Non PM kontribusi energi dan zat gizi di sekolah, hanya diperoleh dari makanan jajanan. Kontribusi energi dan zat gizi di sekolah yaitu sebesar 18,8% energi, 16,3% protein, 20,5% lemak, 23,5% karbohidrat, 21,2% vitamin A, 13,2% vitamin C, 22,4% kalsium,15,8% fosfor, dan 20,5% zat besi. Menurut (Khomsan 2004) jajan adalah hal yang lumrah dilakukan anakanak. Dalam satu segi jajan mempunyai aspek positif dan dalam segi lainnya juga bisa bermakna negatif. Rentang waktu antara makan pagi dan makan siang adalah relatif panjang, oleh karena itu anak-anak memerlukan asupan gizi tambahan diantara kedua waktu makan tersebut. Terdapat perbedaan kontribusi energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, fosfor dan zat besi di sekolah (p<0,05). Namun uji beda kontribusi kalsium di sekolah menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok contoh. Hal ini karena rata-rata kontribusi kalsium di sekolah diantara kedua contoh tidak terlalu jauh perbedaanya. Kontribusi Energi dan Zat Gizi di Rumah Kontribusi energi dan zat gizi di rumah diperoleh dari perbandingan antara konsumsi makanan di rumah terhadap konsumsi total sehari. Kontribusi energi dan zat gizi dirumah pada kelompok contoh PM lebih rendah dibandingkan pada kelompok contoh PM. Tabel 23 menunjukkan rinciannya
masing-masing adalah sebesar 62,0% energi; 64,8% protein; 65,5% lemak; 58,5% karbohidrat; 45,9% vitamin A; 55,5% vitamin C; 77,6% kalsium; 67,8% fosfor; 63,4% zat besi dan 81,2% energi; 83,7% protein; 76,5% lemak; 79,5% karbohidrat; 84,1% vitamin A; 73,5% vitamin C; 78,7% kalsium; 86,8% fosfor; 77,6%; 84,1% zat besi. Hal ini karena pada kelompok contoh Non PM lebih banyak waktu tersedia di rumah. Hasil uji beda kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin C, fosfor dan zat besi di rumah terdapat perbedaan pada kedua kelompok contoh (p<0,05). Namun uji beda kalsium menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok contoh. Tabel 23 Rata-rata kontribusi energi dan zat gizi di sekolah dan di rumah Kontribusi (%) Zat Gizi
Sekolah
Rumah
PM
NON PM
PM
NON PM
Energi (kkal)
37,9
18,8
62,0
81,2
Protein (g)
35,1
16,3
64,8
83,7
Lemak (g)
41,5
20,5
58,5
79,5
Karbohidrat (g)
34,5
23,5
65,5
76,5
Kalsium (mg)
22,4
21,2
77,6
78,7
Phosfor (mg)
32,2
13,2
67,8
86,8
Zat besi (mg)
36,6
22,4
63,4
77,6
Vitamin A (RE)
54,0
15,8
45,9
84,1
Vitamin C (mg)
44,4
20,5
55,5
73,5
Jumlah dan Jenis Pangan Jumlah dan jenis pangan contoh di Sekolah Tabel 24 menunjukkan sumber pangan kelompok padi-padian yang paling banyak dikonsumsi di sekolah oleh contoh PM dan Non PM berbeda. Masingmasing adalah nasi sebesar 94,3 g/kap/hari dengan energi 168 kkal dan bubur sebesar 22,4 g/kap/hari dengan energi 13 kkal. Terdapat 30 jenis pangan padipadian dan olahannya yang dikonsumsi oleh contoh PM di sekolah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 15 jenis. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh PM lebih banyak dibandingkan contoh Non PM. Hal ini menyebabkan kontribusi energi dari kelompok padi-padian di sekolah pada contoh PM lebih tinggi dibanding contoh Non PM masing-masing sebesar 358 kkal dan 175 kkal.
Tabel 24 Jumlah dan jenis pangan kelompok padi-padian dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Nasi
94,3
168
-
-
2.
Nasi goreng
16,2
45
-
-
3.
Tepung terigu
3,1
11
4,9
18
4.
Roti putih
2,8
7
2,3
6
5.
Bihun goreng
11,7
28
-
-
6.
Cakue/roti goreng
5.5
22
4.0
16
7.
Bubur
-
-
22,4
13
8.
Mie instan
-
-
17,0
90
Total
358
175
Kelompok pangan umbi-umbian yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh PM berasal dari French fries sebesar 8,0 g/kap/hari dengan energi sebesar 26 kkal, sedangkan contoh Non PM berasal dari tepung sagu sebesar 3,8 g/kap/hari dengan energi sebesar 14 kkal. Terdapat 7 jenis pangan umbiumbian dan olahannya yang dikonsumsi oleh contoh PM di sekolah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 9 jenis. Kelompok pangan umbi-umbian memberikan kontribusi energi kepada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 40 kkal dan 34 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok umbi-umbian contoh PM dan Non PM di sekolah dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Jumlah dan jenis pangan kelompok umbi-umbian dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
French fries
8,0
26
0,4
1
2.
Kentang
4,0
3
-
-
3.
Tepung sagu
0,6
2
3,8
14
4.
Pempek telur
1,2
2
-
-
5.
Batagor
-
-
3.5
5
Total
40
34
Kelompok pangan hewani dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh PM adalah daging ayam, sedangkan contoh Non PM adalah susu sapi. Konsumsi ayam contoh PM adalah sebesar 31,4 g/kap/hari dengan energi 55 kkal. Konsumsi susu sapi contoh Non PM adalah sebesar 9,5 g/kap/hari dengan energi sebesar 6 kkal. Terdapat 17 jenis pangan hewani dan olahannya yang dikonsumsi oleh contoh PM di sekolah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 9 jenis. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh PM lebih banyak dibandingkan contoh Non PM. Hal ini menyebabkan kontribusi energi dari kelompok pangan hewani dan olahannya di sekolah pada contoh PM lebih tinggi dibanding contoh Non PM masing-masing sebesar 100 kkal dan 13 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok pangan hewani contoh PM dan Non PM di sekolah dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Jumlah dan jenis pangan kelompok pangan hewani contoh PM dan Non PM di sekolah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Ayam
31,4
55
0,6
1
2.
Udang, segar
5,7
4
-
-
3.
Telur ayam, dadar
3,8
10
0,3
1
4.
Worst (sosis daging)
2,6
12
-
-
5.
Susu sapi
2,4
1
9,5
6
6.
Telur ayam
2,2
3
0,8
1
Total
100
13
Kelompok pangan lemak dan minyak yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh PM dan Non PM adalah minyak kelapa sawit, masing-masing adalah sebesar 5,9 g/kap/hari dengan energi 53 kkal dan 0,7 g/kap/hari dengan energi 6 kkal. Terdapat 2 jenis kelompok pangan minyak dan lemak yang dikonsumsi oleh contoh PM di sekolah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 3 jenis. Kontribusi energi dari kelompok pangan minyak dan lemak di sekolah pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 53 kkal dan 9 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok minyak dan lemak contoh PM dan Non PM di sekolah dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Jumlah dan jenis pangan kelompok minyak dan lemak contoh PM dan Non PM di sekolah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Minyak kelapa sawit
5,9
53
0.7
6
2.
Margarine
0,1
1
0,1
1
3.
Mentega
-
-
0,4
3
Total
53
9
Kelompok pangan buah dan biji berminyak yang paling banyak dikonsumsi di sekolah oleh contoh PM dan Non PM berasal dari santan. Konsumsi santan pada masing-masing contoh PM dan Non PM yaitu sebesar 0,3 g/kap/hari dan 0,8 g/kap/hari. Terdapat 1 jenis kelompok pangan buah dan biji berminyak yang dikonsumsi oleh contoh PM di sekolah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 2 jenis. Kontribusi energi dari kelompok pangan buah dan biji berminyak pada contoh PM dan Non PM sangat sedikit masing-masing sebesar 0 kkal dan 1 kkal. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi kelompok pangan buah dan biji berminyak masih sangat kurang. Sebaran jumlah dan jenis kelompok buah dan biji berminyak contoh PM dan Non PM di sekolah dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Jumlah dan jenis pangan kelompok buah dan biji berminyak contoh PM dan Non PM di sekolah PM No
NON PM
Jenis Makanan
1.
Santan
2.
Kelapa setengah tua, daging Total
g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
0,3
0
0.6
1
-
-
0,8
1
0
1
Kelompok pangan kacang-kacangan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi di sekolah oleh contoh PM adalah tempe goreng, sedangkan contoh Non PM adalah kacang kedelai kering. Konsumsi tempe goreng pada contoh PM di sekolah adalah sebesar 14,7 g/kap/hari dengan energi 48 kkal. Konsumsi kacang kedelai kering pada contoh Non PM adalah sebesar 1,5 g/kap/hari dengan energi 5 kkal. Terdapat 3 jenis kelompok pangan kacang-kacangan dan olahannya yang dikonsumsi oleh contoh PM di sekolah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 6 jenis. Kontribusi energi dari kelompok kacang-kacangan dan olahannya pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 51 kkal dan 11 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok kacang-kacangan dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29 Jumlah dan jenis pangan kelompok kacang-kacangan dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Kacang kedelai, kering
-
-
1,5
5
2.
Oncom kedele
-
-
0,2
0
3.
Tepung hunkwe
-
-
0,2
1
4.
Tempe goreng
14,7
48
-
-
Total
51
11
Kelompok pangan gula yang paling banyak dikonsumsi di sekolah oleh kedua kelompok contoh adalah gula pasir, pada contoh PM dan Non PM masingmasing sebesar 0,3 g/kap/hari dan 0,8 g/kap/hari. Kontribusi energi dari kelompok pangan gula pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 1 kkal dan 3 kkal. Kelompok pangan sayur dan buah yang paling banyak dikonsumsi di sekolah pada contoh PM adalah semangka dan wortel rebus masing-masing yaitu sebesar 25,3 g/kap/hari dan 5,4 g/kap/hari. Namun sumber pangan sayur dan buah yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh Non PM di sekolah hanya berasal dari buah yaitu semangka sebesar 1,5 g/kap/hari. Contoh Non PM tidak mengonsumsi sayur di sekolah. Terdapat 4 jenis sayur dan 3 jenis buah yang dikonsumsi oleh contoh PM di sekolah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 1 jenis buah. Kontribusi energi dari kelompok pangan sayur dan buah pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 11 kkal dan 0 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok sayur dan buah contoh PM dan Non PM di sekolah dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30 Jumlah dan jenis pangan kelompok sayur dan buah contoh PM dan Non PM di sekolah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Semangka
25,3
3
1,5
0
2.
Pepaya
12,6
4
-
-
3.
Wortel, rebus
5,4
2
-
-
4.
Buncis, rebus
2,9
1
-
-
5.
Pisang raja uli
0,8
1
-
-
6.
Sawi
0,5
0
-
-
7.
Bayam, rebus
0,5
0
-
-
Total
11
0
Tabel 31 menunjukkan jumlah dan jenis pangan lainnya yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh PM dan Non PM di sekolah adalah sama berasal dari teh dalam kemasan yaitu Fruit tea dan Mountea. Rata-rata konsumsi Fruit tea sebesar 14,4 g/kap/hari dengan energi 6 kkal. Rata-rata konsumsi Mountea sebesar 40,3 g/kap/hari dengan energi 10 kkal. Terdapat 10 jenis pangan lainnya yang dikonsumsi oleh contoh PM di sekolah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 12 jenis. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh PM lebih sedikit dibandingkan contoh Non PM. Hal ini menyebabkan kontribusi energi dari kelompok pangan lainnya di sekolah pada contoh PM dan Non PM masingmasing sebesar 17 kkal dan 24 kkal.
Tabel 31 Jumlah dan jenis pangan kelompok lainnya contoh PM dan Non PM di sekolah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Fruit tea
14,4
6
-
-
2.
Jelly drink
3,0
1
3,0
1
3.
Coklat susu, batang
1,0
4
0,2
1
4.
Mountea
-
-
40,3
10
5.
Pocari sweat
-
-
3,8
1
Total
17
24
Jumlah dan jenis pangan contoh di Rumah Kelompok pangan padi-padian dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi di rumah oleh contoh PM dan Non PM adalah sama berasal dari nasi. Konsumsi nasi pada kedua kelompok contoh masing-masing sebesar 178,4 g/kap/hari dan 221,2 g/kap/hari. Terdapat 36 jenis pangan lainnya yang dikonsumsi oleh contoh PM di rumah, sedangkan pada contoh Non PM sebanyak 34 jenis. Kontribusi energi dari konsumsi kelompok pangan padi-padian dan olahannya di rumah pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 629 kkal dan 758 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok padi-padian contoh PM dan Non PM di rumah dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32 Jumlah dan jenis pangan kelompok padi-padian contoh PM dan Non PM di rumah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Nasi
178,4
318
221,2
394
2.
Mie instan
20,9
109
21,6
111
3.
Nasi goreng
14,4
40
49,2
136
4.
Roti putih
5,1
13
5,1
13
5.
Bubur
3,0
2
12,1
7
6.
Tepung terigu
2,8
10
1,5
5
7.
Corn flakes
11,7
21
-
-
8.
Nasi uduk
-
-
12,1
31
Total
629
758
Kelompok pangan umbi-umbian yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh PM dan Non PM berasal dari batagor sebesar 9,1 g/kap/hari dengan energi sebesar 14 kkal, sedangkan pada contoh Non PM berasal dari siomai sebesar 4,5 g/kap/hari dengan energi sebesar 4 kkal. Terdapat 12 jenis pangan umbi-umbian dan olahannya yang dikonsumsi oleh contoh PM di rumah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 11 jenis. Jumlah dan jenis pangan contoh PM lebih banyak dibanding contoh Non PM. Kelompok pangan umbi-umbian memberikan kontribusi energi kepada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 44 kkal dan 32 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok umbiumbian contoh PM dan Non PM di sekolah dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33 Jumlah dan jenis pangan kelompok umbi-umbian dan olahannya contoh PM dan Non PM di rumah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Batagor
9,1
14
-
-
2.
Siomai
-
-
4,5
4
3.
Singkong
1,5
2
0,8
1
4.
Maizena
0,1
0
-
-
5.
Kentang
0,2
0
5,7
4
6.
Tepung sagu
-
-
2,1
7
Total
44
32
Kelompok pangan hewani dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh PM berasal dari susu sapi sebesar 73,5 g/kap/hari dengan energi sebesar 45 kkal, sedangkan contoh Non PM berasal dari bakso sebesar 30,6 g/kap/hari dengan energi sebesar 23 kkal. Terdapat 35 jenis pangan hewani dan olahannya yang dikonsumsi oleh contoh PM di rumah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 34 jenis. Kelompok pangan hewani memberikan kontribusi energi kepada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 259 kkal dan 264 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok pangan hewani contoh PM dan Non PM di rumah dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34 Jumlah dan jenis pangan kelompok pangan hewani dan olahannya contoh PM dan Non PM di rumah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Susu sapi
73,5
45
14,5
9
2.
Ayam
28,5
50
17,8
31
3.
Telur ayam
9,2
13
9,5
14
4.
Bakso
13,9
11
30,6
23
5.
Daging sapi
6,0
12
2,9
6
6.
Telur ayam, dadar
5,0
13
22,3
56
7.
Telur ayam, ceplok
5,0
19
12,0
46
8.
Tongkol
3,0
3
2,3
2
Total
259
264
Kelompok pangan lemak dan minyak yang paling banyak dikonsumsi di rumah oleh contoh PM dan Non PM adalah minyak kelapa sawit, masing-masing yaitu sebesar 6,8 g/kap/hari dengan energi 62 kkal dan 4,5 g/kap/hari dengan energi 41 kkal. Terdapat 3 jenis pangan kelompok minyak dan lemak yang dikonsumsi oleh contoh PM di rumah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 1 jenis. Kontribusi energi dari kelompok pangan minyak dan lemak di sekolah pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 63 kkal dan 41 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok minyak dan lemak contoh PM dan Non PM di rumah dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35 Jumlah dan jenis pangan kelompok minyak dan lemak contoh PM dan Non PM di rumah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Minyak kelapa sawit
6,8
62
4,5
41
2.
Margarine
0,1
1
-
-
3.
Mentega
0,1
1
-
-
Total
63
41
Kelompok pangan buah dan biji berminyak yang paling banyak dikonsumsi di rumah oleh contoh PM dan Non PM berasal dari santan. Konsumsi santan pada masing-masing contoh yaitu sama sebesar 1,7 g/kap/hari. Terdapat 3 jenis pangan kelompok buah dan biji berminyak yang dikonsumsi oleh contoh PM di rumah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 1 jenis. Kontribusi energi dari kelompok pangan buah dan biji berminyak pada contoh PM dan Non PM adalah sama masing-masing yaitu sebesar 2 kkal. Sebaran jumlah dan jenis kelompok buah dan biji berminyak contoh PM dan Non PM di sekolah dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36 Jumlah dan jenis pangan kelompok buah dan biji berminyak contoh PM dan Non PM di rumah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Santan
1,7
2
1,7
2
2.
Kelapa setengah tua, daging
0,3
0
0,1
0
3.
Kelapa muda daging
0,8
0
-
-
Total
2
2
Kelompok pangan kacang-kacangan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi di rumah oleh contoh PM adalah tahu goreng, sedangkan pada
contoh Non PM adalah tempe goreng. Konsumsi tahu goreng pada contoh PM di sekolah adalah sebesar 1,9 g/kap/hari dengan energi 2 kkal. Konsumsi tempe goreng pada contoh Non PM adalah sebesar 7,4 g/kap/hari dengan energi 24 kkal. Terdapat 7 jenis pangan kelompok kacang-kacangan dan olahannya yang dikonsumsi oleh contoh PM dan Non PM di rumah. Kontribusi energi dari kelompok kacang-kacangan dan olahannya pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 11 kkal dan 34 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok kacang-kacangan dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Jumlah dan jenis pangan kelompok kacang-kacangan dan olahannya contoh PM dan Non PM di rumah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Tahu goreng
1,9
2
1,1
1
2.
Tempe goreng
0,8
2
7,4
24
3.
Kacang tanah, kacang sari
0,4
2
-
-
4.
Kacang ijo
0,2
1
-
-
5.
Kacang kedelai, kering
0,1
0
0,7
2
6.
Tahu
-
-
1,1
1
7.
Tempe sayur
-
-
0,7
2
Total
11
34
Kelompok pangan gula yang paling banyak dikonsumsi di sekolah oleh kedua kelompok contoh adalah gula pasir, masing-masing di
contoh PM
sebesar 2,7 g/kap/hari dan Non PM sebesar 5,5 g/kap/hari. Kontribusi energi dari kelompok pangan gula pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 10 kkal dan 20 kkal. Kelompok pangan sayur dan buah yang paling banyak dikonsumsi di rumah oleh contoh PM yaitu kangkung tumis dan jeruk manis masing-masing yaitu sebesar 3,0 g/kap/hari. Namun berbeda dengan sumber pangan sayur dan buah yang paling banyak dikonsumsi di rumah oleh contoh Non PM masing-
masing yaitu sop kool dan wortel sebesar 11.2 g/kap/hari dan jambu biji sebesar 5,9 g/kap/hari. Terdapat 24 jenis sayur dan 5 jenis buah yang dikonsumsi oleh contoh PM di rumah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 14 jenis sayur dan 6 jenis buah. Kontribusi energi dari kelompok pangan sayur dan buah pada contoh PM dan Non PM adalah sama masing-masing sebesar 12 kkal. Sebaran jumlah dan jenis pangan kelompok sayur dan buah contoh PM dan Non PM di rumah dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38 Jumlah dan jenis pangan kelompok sayur dan buah contoh PM dan Non PM di rumah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1.
Jeruk manis
3,0
1
2,3
1
2.
Kangkung, tumis
3,0
2
2,3
1
3.
Bayam, rebus
3,0
1
-
-
4.
Labu siam
2,7
1
3,0
1
5.
Kacang panjang, rebus
2,7
1
2,7
1
6.
Pisang ambon
2,3
2
-
-
7.
Sop kool dan wortel
2,3
0
11,2
2
8.
Jambu biji
1,5
1
-
-
9.
Melon
-
-
5,9
2
10.
Pisang raja
-
-
3,4
3
Total
12
12
Tabel 39 menunjukkan jumlah dan jenis pangan lainnya yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh PM dan Non PM di sekolah adalah sama berasal dari teh dalam kemasan masing-masing yaitu teh botol/kotak dan Mountea. Ratarata konsumsi teh botol/kotak sebesar 21,8 g/kap/hari dengan energi 8 kkal. Rata-rata konsumsi Mountea sebesar 20,2 g/kap/hari dengan energi 5 kkal. Terdapat 19 jenis pangan kelompok lainnya yang dikonsumsi oleh contoh PM di rumah, sedangkan contoh Non PM sebanyak 14 jenis. Kontribusi energi dari
kelompok pangan lainnya di sekolah pada contoh PM dan Non PM masingmasing sebesar 50 kkal dan 23 kkal. Tabel 39 Jumlah dan jenis pangan kelompok lainnya contoh PM dan Non PM di rumah PM No
NON PM
Jenis Makanan g/kapita/hari
Energi (kkal)
g/kapita/hari
Energi (kkal)
1,5
1
1.
Teh botol/kotak
2.
Fruit tea
-
-
3.
Pocari sweat
-
-
4.
Happy jus
-
-
5.
Coklat susu, batang
-
-
6.
Mountea
-
-
20,2
5
7.
Jelly drink
-
-
3,0
1
8.
Es cream
-
-
1,6
3
9.
Pop ice
-
-
1,3
5
Total
50
23
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Persentase terbesar umur kedua kelompok contoh berkisar antara 11-12 tahun. Persentase contoh laki-laki lebih banyak pada contoh penyelenggaraan makan, sedangkan pada contoh tanpa penyelenggaraan makan persentase perempuan lebih banyak. Besar uang jajan kedua kelompok contoh berkisar antara Rp. 2.000,00-Rp. 8.000,00 per hari. Nilai IPA kedua kelompok contoh termasuk kategori cukup dengan kisaran nilai 63-83. Berat badan contoh penyelenggaraan
makan
lebih
tinggi
dibandingkan
contoh
tanpa
penyelenggaraan makan masing-masing sebesar 39,6 kg dan 33,4 kg. Tinggi badan rata-rata kedua kelompok contoh masing-masing adalah sebesar 142 cm dan 139,7 cm. Tingkat
kecukupan
energi
lebih
tinggi
pada
kelompok
contoh
penyelenggaraan makan dibandingkan contoh tanpa penyelenggaraan makan (p<0,05%). Namun tidak terdapat perbedaan tingkat kecukupan protein. Lebih dari separuh contoh tanpa penyelenggaraan makan mengalami defisit energi tingkat berat. Masih terdapat pada kedua kelompok contoh yang mengalami defisit protein tingkat berat. Tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C lebih tinggi pada kelompok contoh penyelenggaraan makan dibandingkan contoh tanpa penyelenggaraan makan (p<0,05%). Namun tidak terdapat perbedaan tingkat kecukupan kalsium, fosfor, dan zat besi. Pada kedua kelompok contoh masih terdapat yang mengalami kekurangan vitamin C, kalsium, dan fosfor. Selain itu, contoh tanpa penyelenggaraan makan masih mengalami kekurangan vitamin A dan zat besi. Kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral di sekolah lebih tinggi pada contoh penyelenggaraan makan dibandingkan contoh tanpa penyelenggaraan makan. Sebaliknya rata-rata kontribusi energi dan zat gizi lainnya di rumah lebih rendah pada contoh penyelenggaraan makan dibandingkan contoh tanpa penyelenggaraan makan. Hasil uji beda kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin C, fosfor dan zat besi baik di sekolah maupun di rumah terdapat perbedaan pada kedua kelompok contoh (p<0,05), namun uji beda kalsium menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok contoh.
Konsumsi kedua kelompok contoh cukup beragam. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh kelompok contoh penyelenggaraan makan lebih beragam dan banyak dibandingkan contoh tanpa penyelenggaraan makan. Saran Konsumsi makanan baik di sekolah maupun di rumah untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi anak perlu ditingkatkan. Anak perlu dibiasakan untuk mengkonsumsi makanan beraneka ragam, menyukai sayur dan buah agar tercukupi kebutuhan vitamin larut air serta meningkatkan konsumsi susu dan olahannya, pangan hewani dan nabati, serta serealia atau padi-padian.
DAFTAR PUSTAKA Akbar R, Hawadi. 2005. Identifikasi Keterbakatan Intelektual melalui Metode Non-tes dengan Pendekatan Konsep Keterbakatan Renzulli. Jakarta: PT Grasindo. Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. ____________. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia. [BPS] Biro Pusat Statistik. 2001. Indikator Kesejahteraan Anak. Jakarta: Badan Pusat Statistika Republik Indonesia. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes. ____________. 2008. Laporan Nasional Riskesdas 2007. Jakarta: Depkes. [8 April 2009]. Endres JB, Robert E Rokwell, Chintya GM. 2004. Food Nutrition and The Young Child. Ohio: Pearson Prentice Hall. FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirements. FAO/WHO/UNU, Rome Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Ed ke-2. New York: Oxford University Press. Hardinsyah & D Martianto. 1988. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari. ____________ . 1992. Gizi Terapan. Bogor: Kerjasama Depdikbud– dirjen Dikti dengan PAU Pangan dan Gizi IPB. ____________ , Briawan D. 1992. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. ____________ . 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. ____________ , Retnaningsih, Herawati T, Wijaya R. 2002. Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Bogor : Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi (PSKPG). Institut Pertanian Bogor. ____________ , Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Serat Makanan. Prosiding Widya Karya Pangan dan Gizi LIPI Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta : Organisasi di Bidang Pangan dan Gizi. hlm 317-330. Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian; penerjemah, Suhardjo. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UIPress. Hartono A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC. Hidayat A, Alimul A. 2004. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan. Edisi Kelima. Istiwidayanti, Soedjarwo. Penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Karyadi D, Muhilal. 1996. Kecukupan Gizi yag Dianjurkan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ___________. 2005. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan 2. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Lusiana SA. 2008. Status Gizi, Konsumsi Pangan dan Usia Menarche Anak Perempuan Sekolah Dasar di Bogor. [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Bogor. Mahan LK, Stump SE. 2004. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy 11th Edition. USA : Elsevier. Moehji S. 1980. Ilmu Gizi jilid 2. Jakarta : Bhratara Karya Aksara. ___________. 1982. Ilmu Gizi jilid 1. Jakarta : Bhratara Karya Aksara. Muhilal dkk. 1994. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V. LIPI. Jakarta. Nasoetion A, Riyadi H, Mudjajanto ES. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Proyek Peningkatan Pendidikan dan Kejuruan Non Teknik II. Nicholls L. 1976. Ilmu Gizi dan Ilmu Diit di Daerah Tropik; penerjemah, Sediaoetama AD. Jakarta: Balai Pustaka. Nilawati S, Krisnatuti D, Mahendra B, Djing OG. 2008. Care Yourself Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus. Riyadi H. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Bogor: IPB Press. ____________. 2006. Materi Pokok Gizi dan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Universitas Terbuka. . 2003. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri [diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 1990. Penuntun Diit Anak. Cet 2. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sa’diyyah NY, Kusharto CM. 2007. Departemen Gizi Masyarakat. Pertanian Bogor.
Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Fakultas Ekologi Manusia. Institut
Sediaoetama AD. 2006. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jakarta: Dian Rakyat. Setiawan B & S Rahayuningsih. 2004. Angka Kecukupan Vitamin Larut Air. Di dalam Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: LIPI. Setyawati RD. 2008. Sistem Penyelenggaraan Makanan, Tingkat konsumsi, Status Gizi serta Ketahanan Fisik Siswa Pusat Pendidikan ZENI Kodiklat TNI AD Bogor Jawa Barat. [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Bogor.
Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Snyder P, Anliker J, Cuningham-Sabo L, Dixon LB, Altaha J dkk. 1999. The Pathways Study: A model for Lowering The Fat In School Meals. Am J Clin Nutr, 69:810S-5S. [17 November 2008]. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas. Bogor. ____________. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi Petani Sawah Beririgasi di Banjar Jawa Barat. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Sukarni M. 1989. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bogor : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Yuliati LN, H Santoso. 1995. Manajemen Gizi Institusi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Proyek Peningkatan Pendidikan dan Kejuruan Non Teknik II. Walker A, Humpries C. 2005. Makan yang Sehat untuk Bayi dan Anak-anak; penerjemah, Rahmalia A. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. [WHO] World Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years. http://www.who.int/growthref/who2007 bmi for age/en/index.html. [18 April 2009]. WNPG. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. LIPI, Jakarta.
LAMPIRAN Lampiran 1. Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di sekolah PM No
Jenis Makanan
g/kapita/ hari
Jenis Makanan Energi (kkal)
No
NON PM g/kapita/ hari
Energi (kkal)
A.
Padi-padian dan olahannya
1.
Nasi
94,3
168
1.
Tepung terigu
4,9
18
2.
Nasi goreng
16,2
45
2.
Bubur
22,4
13
3.
Bihun goreng
11,7
28
3.
Mie instan
17,0
90
4.
Kue cucur
4.
cakue/roti goreng
5.
Tepung terigu
3,1
5.
Roti putih
2,3
6
6.
Roti putih
2,8
6.
snack jagung/beras
7.
Jagung kuning
7.
koko crunch
8.
Bagelen
8.
martabak telur
9.
Biskuat bolu
9.
mie goreng
10
Biscuit
10
pow
11
Biscuit Trenz
11
richeese rolls
12
Cakue
12
risoles
13
Bihun goreng
13
karoket
14
Cheetos
14
taro snack
15
Cookies
15
wafer tango
16
Koko crunch
17
Kue pia
18
Martabak mie
19
Momogie keju
20
Pilus
21
Pisang molen
11
22
Pizza beef
23
Richeese rolls
24
Risoles
25
Roti warna sawo matang
26
Soba mie
27
Taro
28
Timtam
29
Twister coklat
30
Wafer tango Total
358
B.
Umbi-umbian dan olahannya
1.
french fries
2.
Kentang
3.
175
1.
Tepung sagu
2.
batagor
pempek telur
3.
chitato
4.
chitato
4.
french fries
5.
lays
5.
keripik singkong kingkong
6.
Tepung sagu
6.
kerupuk aci
7.
kerupuk aci
7.
kerupuk ikan, berpati
8.
pempek telur
9.
siomai
4,0
0,6
Total
3
2
3,8
14
40
Lampiran 1. Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di sekolah PM No
C.
Jenis Makanan
g/kapita/ hari
Pangan hewani dan olahannya
Jenis Makanan Energi (kkal)
No
NON PM g/kapita/ hari
Energi (kkal)
1.
ayam
1.
susu sapi
2.
udang, segar
2.
telur ayam
3.
telur ayam, dadar
3.
ayam
4.
worst (sosis daging)
4.
5.
susu sapi
5.
ikan tenggiri
6.
telur ayam
6.
telur puyuh
7.
telur ayam, ceplok
7.
susu cair indomilk
8.
daging sapi
8.
susu kental manis
9.
ikan tenggiri
9.
susu yes
10
cumi-cumi, segar
11
ikan tuna
12
telur puyuh
13
bakso
14
milo
15
susu cair ultra
16
susu kental manis
17
tepung susu
telur ayam, dadar
Total D 1.
13
Kacang-kacangan dan olahannya Tempe goreng
14,7
48
1.
Kacang kedelai, kering
1,5
5
2.
kacang hot nut
2.
Oncom kedele
0,2
0
3.
kecap
3.
Tepung hunkwe
0,2
1
4.
kacang bawang
5.
kacang kapri goreng
6.
oncom merah goreng
Total
11
E.
Lainnya
1.
fruit tea
1.
mountea
2.
jelly drink
2.
pocari sweat
3.
coklat susu, batang
3.
jelly drink
4.
saos tomat
4.
selai coklat
5.
Hore
5.
pop ice
6.
es cone
6.
es cream
7.
jasjus
7.
es mambo
8.
permen
8.
permen
9.
sambal (chili sauce)
9.
selai coklat
10
coklat susu, batang
11
jam selai
12
ragi
10
hore
Total
17
24
Lampiran 2. Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di rumah PM No
Jenis Makanan
g/kapita/ hari
Jenis Makanan Energi (kkal)
No
NON PM g/kapita/ hari
A.
Padi-padian dan olahannya
1.
Nasi
1.
Nasi
2.
indomie goreng
2.
nasi goreng
3.
nasi goreng
3.
indomie goreng
4.
corn flakes
4.
bubur
5.
roti putih
5.
nasi uduk
6.
bubur
6.
roti putih
Energi (kkal)
7.
tepung terigu
7.
kwetiau
8.
quaker oats
8.
tepung terigu
9.
mie, basah
9.
bihun
10
jagung kuning, pipil baru
10 tepung beras 11
jagung kuning, pipil baru
11
12
jagung rebus
12
13
wafer tango
13
14
turbo jagung puff
14
15
taro snack
15
16
soba mie
16
17
snack jagung/beras
17
18
salt cheese/ crispy
18
19
richeese rolls
19
20
richeese ahh
20
21
pow
21
22
pop corn
22
23
martabak telur
23
24
martabak
24
25
makaroni
25
26
kue talam
26
27
koko crunch
27
28
goodtime chocochip cookies
28
29
!
29 cakue/roti goreng
30
biskuit better
30
"
31
biskuit
31
32
biskuat bolu
32
33
bagelen
33
34
oreo
34
35
roti warna sawo matang
36
mie goreng Total
#
758
629
Lampiran 2. Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di rumah PM No
Jenis Makanan
g/kapita/ hari
Jenis Makanan Energi (kkal)
No
NON PM g/kapita/ hari
B.
Umbi-umbian dan olahannya
1.
batagor
1.
kentang
2.
chitato
2.
singkong
3.
french fries
3.
tepung sagu
4.
keripik kentang
4.
chitato
5.
keripik singkong kusuka
5.
6.
kerupuk udang, berpati
6.
keripik singkong kingkong
7.
lays
7.
kerupuk aci
8.
pempek telur
8.
siomai
9.
kerupuk aci
9.
ubi jalar goreng
10
singkong
10
singkong goreng
11
maizena
11
ubi jalar rebus
french fries
Energi (kkal)
12
kentang Total
44
32
C.
Kacang-kacangan dan olahannya
1.
tahu goreng
1.
tempe goreng
2.
tempe goreng
2.
tahu goreng
3.
kacang tanah, kacang sari
3.
4.
kacang ijo
4.
tempe sayur
5.
kacang kedelai, kering
5.
kacang kedelai, kering
6.
oncom merah goreng, bertepung
6.
kecap
7.
7.
Total
tahu
kacang atom garuda
11
kecap 34
Lampiran 2. Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di rumah PM No
Jenis Makanan
g/kapita/ hari
Jenis Makanan
Energi (kkal)
No
g/kapita/ hari
D.
Pangan hewani dan olahannya
1.
susu sapi
1.
telur ayam, dadar
2.
ayam
2.
ayam
3.
bakso
3.
susu sapi
4.
telur ayam
4.
telur ayam, ceplok
5.
daging sapi
5.
bakso
6.
telur ayam, dadar
6.
telur ayam
7.
telur ayam, ceplok
7.
daging sapi
8.
tongkol
8.
tongkol
9.
worst (sosis daging)
9.
10
ikan mas
10
bandeng
11
udang, segar
11
ikan gurame
12
kerang
12
ampela ayam
13
kakap
13
hati ayam
14
ikan tuna
14
ikan tenggiri
15
bandeng
15
udang, segar
16
yoghurt
16
babat
17
tepung susu
17
telur puyuh
18
ikan asin, japuh goreng
19
daging asap
18
worst (sosis daging)
susu kental manis 19
susu cair ultra
NON PM Ene rgi (kka l)
20
susu bubuk dancow
20
susu bubuk bendera
21
22
susu cair indomilk
22
23
sardines, dalam kaleng
23
milo
24
milo
25
sardines, dalam kaleng
21
24
ikan asin. teri goreng
ikan mas, goreng keju
lele, goreng
25 milky moo 26
milkuat
26
sate ayam
27
lele, goreng
27
susu bubuk bendera
28
keju
28
susu bubuk dancow
29
ikan mas, goreng
29
susu bubuk indomilk
30
ikan asin, japuh goreng
30
31
empal goreng
31
32
dendeng daging sapi
32
kepala susu (cream)
33
34
daging asap
34
35
sate ayam
33
susu cair indomilk susu cair ultra
susu kental manis
tepung susu
Total
yoghurt
259
264
Lampiran 2. Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di rumah PM No
Jenis Makanan
E.
Sayur dan buah
1.
jeruk manis
g/kapita/ hari
Jenis Makanan Energi (kkal)
No
1.
NON PM g/kapita/ hari
sop kool dan wortel
Energi (kkal)
2.
kangkung, tumis
2.
melon
3.
bayam, rebus
3.
pisang raja
4.
labu siam
4.
labu siam
5.
kacang panjang, rebus
5.
kacang panjang, rebus
6.
pisang ambon
6.
jeruk manis
7.
sop kool dan wortel
7.
kangkung, tumis
8.
jambu biji
8.
semangka
9.
wortel
9.
buncis, rebus
10
jamur putih (kulat putih)
10
11
sawi
11
12
jagung muda, bertongkol
12
13
salak
13
sawi
14
bayam merah
14
wortel, rebus
15
kool kembang
15
daun melinjo
16
ketimun
16
jambu air jambu biji
nangka muda
pisang raja 17
kacang panjang, tumis
18
17 buncis, rebus 18
kacang panjang, rebus
daun melinjo 19
jamur kuping, segar
19
kangkung, tumis
20
toge, kacang ijo
20
wortel, rebus
21
kacang panjang
22
ketimun
23
selada
24
tomat masak
25
kangkung, tumis
26
kacang panjang, tumis
27
bayam, rebus
28
kacang panjang, rebus
29
sop kool dan wortel Total
12
12
Lampiran 2. Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di rumah PM No
Jenis Makanan
g/kapita/ hari
Jenis Makanan Energi (kkal)
No
NON PM g/kapita/ hari
F.
Lainnya
1.
the botol/kotak
1.
mountea
2.
fruit tea
2.
jelly drink
3.
pocari sweat
3.
es cream
4.
happy jus
4.
the botol/kotak
5.
coklat susu, batang
5.
pop ice
6.
es cream
6.
selai coklat
7.
energen
7.
the
8.
es cone
8.
coklat susu, batang
9.
nutrisari
9.
jam selai
10
permen
10
jasjus
Energi (kkal)
11
sambal (chili sauce)
11
12
jam selai
12
selai kacang
13
agar-agar
13
hore
14
saos tomat
14
permen
15
selai coklat
16
setrup, sirup
17
jasjus
18
the
19
madu Total
saos tomat
50
23