KONTEKSTUALISASI DAN PERJANJIAN LAMA
SHORTER kitab Perjanjian lama lebih dahulu menempatkan Sabda kepada dunia, konsep yang mendasari pendekatan Kristologi untuk berkontekstualisasi. inilah suara Tuhan yang berbicara dalam Sejarah budaya. Ini adalah proses pewahyuan ALLAH, keselamatan dalam sejaran manusia. ALLAH memasukan dalam pikiran-Nya dan jalan-jalan-nya ke dalam Kultur orang Israel.
GILLILAND Inilah pola yang kita dapatkan di Kitab Perjanjian Lama, penuh dengan bukti-bukti bahwa ALLAH secara terus menerus menggunakan proses Kontekstualisasi dalam pengungkapan diri-Nya secara tahap demi tahap kepada manusia
PERNYATAAN DIRI ALLAH ADALAH DASAR KONTEKSTUALISASI • Allah menyatakan diri-Nya dalam proses penciptaan • Dengan menyatakan bahwa diri-Nya adalah Pencipta, sesungguhnya ALLAH sedang menunjukkan kehendak-nya yang abadi kepada manusia • Allah bebas (berdaulat) untuk menyatakan diri-Nya, dia sendiri juga yang menentukan cara atau pola pernyataannya (Bandingkan dengan Ibrani 1:1-5) • Itu sebabnya titik tolak dari teologi kontekstual adalah pemahaman akan Allah dan kehendak-nya
PERNYATAAN DIRI ALLAH ADALAH DASAR KONTEKSTUALISASI • Manusia adalah Objek dari pernyataan diri Allah, • manusia dapat memandang Allah dalam kreativitas budayanya yang utuh, sehingga terjadilah interaksi dan dialog • Contohnya : ALLAH berdialog dengan adam & Hawa, Kain, Nuh, Abraham dll, dalam dialognya ini ada penggunaan-penggunaan istilah Antropomorfistik (Allah masuk dalam konteks khidupan dan pengalaman nyata dari manusia), sehingga terjadilah proses Kontekstualisasi yang seimbang. (Bandingkan dengan pemanggilan nama ALLAH, Gelar ALLAH, dengan Upacara di Bait suci)
• Tatkala ALLAh menampakkan diri kepada Musa, Israel dsb.. Ia menggunakan pola dan terminology serta system yang berlaku dalam konteks Historis budaya merekia, sehingga bagi mereka Allah menjadi sangat jelas. • Hal ini terbukti dari setiap respons manusia, yang membuktikan bahwa mereka memahami dan mengenal ALLAH dengan baik lewat fasilitas budaya mereka.
• Yohanes 1:1-18 • Pernyataan diri Allah lewat penciptaan ternyata begitu dominan dan berkesinambungan, sehingga dengan melihat ciptaan ALLAH pun, manusia dalam budayanya dapat melihat tangan ALLAH. • Namun dosa membuatnya menjadi kabur (Roma 1:18-32, Kisah 17:16-34)
MANDAT BUDAYA ADALAH PERWUJUDAN KONTEKSTUALISASI • Kejadian 1:28-30 adalah wewenang yang ALLAH berikan kepada manusia • Manusia dengan mendayagunakan kreativitasnya dalam berbudaya mewujudkan dan menentukan Kontekstualisasi • Peranan budi daya dan kemampuan mental manusia itu begitu penting, dalam menjalankan Mandat budaya, sehingga putusan moral sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa pun tetap merupakan faktor penentu berteologi dalam konteks • Allah memulai pernyataan diri-nya (memiliki kewenangan yang sah), di luar dari pernyataan diri Allah kepada pribadi, atau kelompok atau budaya adalah tidak absah dalam konteks berteologi. (bandingkan dengan kejadian 3)
BERDASARKAN KEJADIAN 1:28-30 Berteologi dalam konteks hanya dapat terjadi bila ada hubungan intim antara Allah dan manusia
BAGAIMANA SETELAH MANUSIA JATUH DALAM DOSA? • Akibat dari ketidak taatan adam dan hawa, hal itu membawa putusan moral yang membuat mereka harus bertanggung jawab karena Allah yang memberitahukan kepada mereka (bandingkan dengan Yohanes 6:44;37 dan 3:27) • Manusia dalam kreativitas bertanggung jawab atas pengembangan budaya pada umumnya (apakah memilih untuk melayani Dosa atau melayani Kebenaran) • Contoh Kain dan habel atau Nimrod dan Abraham • Yang satu menggunakan kreativitas budayanya untuk melayani dosa, sedangkan yang lain menggunkannya untuk melayani kebenaran
• dalam praktek kehidupan mereka terdapat berteologi dalam konteks. Dimana mereka mengekspresikan interaksi diri atas pernyataan diri Allah. • Gambarannya dapat diambil dari Mazmur 1, dimana pemazmur melihat taurat Tuhan itu sebagai pernyataan diri Allah, dan Taurat itu menguasakan untukberteologi dalam konteks secara tepat. • Lalu mazmur 1 melukiskan kebenaran ALLAH dalam konteks terminus (tujuan akhir) sehingga dapat dipahami oleh orang dalam emic, karena kebenaran itu dikespresikan dalam Emic Perspectivies (pendekatan berdasarkan sudut pandang budaya) • Contoh Pohon di palestina hanya dapat tumbuh di tepi aliran air (relevan dalam Hebraic Konteks tapi tidak relevan bagi Tropic Konteks)
MANDAT BUDAYA ADALAH PERWUJUDAN KONTEKSTUALISASI kebenaran firman itu tetap relevan dan berlaku universal, sedangkan ekspresi kontekstualnya hanya dapat dimengerti oleh manusia yang hidup pada zaman itu
PERJANJIAN BERKAT ALLAH : DINAMIKA KONTEKSTUAL • Allah mengukuhkan semua hasil ciptaan-Nya dengan berkat-Nya (bandingkan dengan Kejadian 1:28; 2:3) – Creation Covenant). • Dengan demikian semua hasil ciptaan allah memuliakan kemuliaan-nya (bandingkan Mazmur 8:2-10)
DOSA MENGUBAH SEGALANYA • Dosa membuat semua berkat dan kemuliaan menjadi kabur • Sehingga Allah berinisiatif untuk mengadakan suatu perjanjian baru (New Covenant) bagi jalan masuk kontekstualisasi yang benar • Kejadian 3:15 • Allah menyediakan cara yang baru untuk menyatakan diri-Nya, disinlah terjadi dinamika Kontekstualisasi Allah
PUNCAK DARI PERJANJIAN BERKAT : DI GENAPKAN DALAM KRISTUS YESUS Galatia 4:4-10 4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. 4:6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" 4:7 Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah. 4:8 Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. 4:9 Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? 4:10 Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.
PERJANJIAN BERKAT ALLAH SECARA DINAMIS BEKERJA • Digambarkan dalam Kejadian 17, saat Allah memilih untuk berinteraksi dengan Abraham. Praktik itu merupakan perilaku dan tindak budaya yang sangat dikenal dalam masyarakat Abraham serta memiliki arti khusus bagi semua pemilik budaya yang dimaksud • Allah dalam mengadakan perjanjian dengan Abraham menggunakan praktek ritual budaya yang tidak asing bagi Abraham, yang memberi arti-arti istimewa bagi Abraham sendiri, sebagai peserta Perjanjian itu
DINAMIKA PROSES KONTEKSTUALISASI TERDAPAT JUGA DALAM PRAKTIK PARA BAPA DI PL • Contoh kepada Yusuf di Mesir dan kepada Daniel di Babilon • Kepada keduanya Allah menyatakan diri-Nya melalui mimpi, suatu praktek penujuman yang sangar popular di kalangan masyarakat. Namun yang dapat memahami secara tepat hanya Yusuf dan Daniel saja. • Jadi jelaslah bahwa Allah dalam penyataan diri-Nya menggunakan perangkat budaya yang dikenal oleh Konteks budaya masyarakat setempat, sedangkan yang dapat berteologi dalam konteks dengan tepat hanyalah umat Allah dari dan dalam setiap konteks
INTERAKSI (INKARNASI) FIRMAN DAN REFLEKSI IMAN KONTKEKS PERJANJIAN LAMA • Semua ibadat Israel dilaksanakan dengan menggunakan pola kontekstual yang dikenal pada zaman itu, sehingga ada pengorbanan, ada hari-hari Raya, dsb.. • Polanya sama dengan apa yang dikenal dalam konteks, sedangkan isinya jelas berbeda, dengan tujuan yang juga berbeda. • Inilah cara Allah berkontekstualisasi dalam Perjanjian Lama, yang tegas menggunakan elemen budaya kontekstual dengan tujuan “menyatakan Allah” dalam sejarah manusia • Bahkan allah orang asing dibedakan dengan huruf kecil, dan Allah orang Israel disebut dengan TUHAN, YHWH atau TUHAN Allah..