BAB III PENCIPTAAN ALAM DALAM PERJANJIAN LAMA DAN AL-QUR'AN
A. Penciptaan Alam menurut Perjanjian Lama Kisah penciptaan yang terdapat di dalam tradisi Perjanjian Lama ini merupakan suatu pujian besar untuk meluhurkan Allah beserta karyakaryanya. Di dalam penciptaan yang sangat mengesankan ini terdapat di dalam kitab Kejadian I ayat 1-31, Perjanjian Lama menaruh perhatian besar akan kosmos seluruhnya. Ayat penciptaan tentang alam terdapat di awal Bibel dalam Kejadian I ayat 1 dan 2 yang berbunyi : 1. 2.
Bahwa pada mula pertama dijadikan Allah akan Langit dan Bumi Maka Bumi itu lagi campur baur adanya, yaitu suatu hal yang ketutupan kelam kabut; maka roh Allah melayang-layang di atas muka air.1
Dalam Kejadian I ayat 1 yang berbunyi: “Pada mulanya Allah menciptakan Langit dan Bumi.” Karya ciptaan Allah diberitakan sebagai permulaan dari sejarah perjanjian Allah. Ayat di atas adalah untuk menggambarkan keadaan Bumi ketika mula-mula diciptakan Allah. Bumi pada waktu itu adalah suatu yang tidak mempunyai bentuk, dan ini sesuai dengan kata-kata Creatio ex Nihilo yang artinya
menciptakan tanpa
menggunakan sesuatu, menciptakan dari yang tidak ada.2 Pada ayat 1, “ pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi “ ayat di atas dianggap sebagai judul seluruh bab ini. Kemudian pada akhir ayat 2: “Roh Allah melayang-melayang di atas permukaan air”, maksudnya adalah persiapan untuk menciptakan yang dilakukan oleh Allah.3
1
Lembaga Al-Kitab Indonesia, Kitab Perjanjian Lama I, Percetakan Lembaga Al-Kitab Indonesia, Jakarta, 1996, hlm. 9 2 Abineno, Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen, Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hlm. 33 3 F.L Bakker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama, Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hlm. 33
29
30
Selanjutnya riwayat penciptaan yang sebenarnya adalah mulai dalam Kejadian I : 3-5 yang berbunyi : 3. 4. 5.
Berfirmanlah Allah : “ Jadilah terang.” Lalu terang jadi Allah melihat bahwa terang baik, lalu dipisahkannyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.4
Pada ayat 3 maksudnya adalah suatu susunan penciptaan terjadi oleh perintah eksekutif. Sedangkan pada ayat 4,5, maksudnya terang siang hari, sesuai tujuan Allah seperti dinyatakan di dalam nama, yang diberikan olehNya (Bnd Ayb 38: 12-15,…19), diantarkan bukan untuk meniadakan kegelapan bumi, melainkan untuk menyelingi kegelapan itu dengan terang, dalam urutan-urutan yang baik tentang siang dan malam.5 Selanjutnya Allah memisahkan terang itu dari gelap dan Allah menyebutkan terang itu pagi dan gelap itu malam. Jadi kegelapan tidaklah lenyap sama sekali. Tetapi gelap itu menjadi malam ini berarti bahwa gelap itu kehilangan sengatnya. Kehilangan sifatnya yang berbahaya, gelap itu tidak lagi berbahaya, sebab malam sudah selalu diikuti dan diganti oleh fajar siang. Dan kemudian Allah menciptakan Bulan dan Bintang-bintang yang akan menguasi malam. Jadi tidak pernah lagi gelap segelap-gelapnya dibumi.6 Selanjutnya para ahli Kitab Kejadian I pada ayat 6-8, menerangkan hari kedua. 6. 7.
8.
4
Maka Firman Allah : “Hendaklah ada suatu bentangan pada sama tengah air itu supaya diceraikan dengan air.” Maka dijadikan Allah akan bentangan itu serta diceraikanlah air yang dibawah bentangan itu dari air yang diatas bentangan. Maka jadilah demikian. Lalu Allah menamai akan bentangan itu langit. Setelah petang dan pagi maka itulah hari yang kedua.7
Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cip., hlm. 9 Soedarmo, Tafsiran al-Kitab Masa Kini, Gunung Mulia, Jakarta, 1982, hlm. 81 6 F.L Bakker, op. cit., hlm. 9 7 Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cit., hlm. 9 5
31
Pada ayat 6 menjelaskan cakrawala sebagai semacam kubah kokoh yang menahan air yang ada di atasnya melalui tingkap-tingkap di cakrawala itu turunlah air yang menyebabkan air bah.8 Di dalam tafsiran Perjanjian Lama tentang ayat 6-8 menjelaskan cakrawala menunjuk kepada langit seperti penampakannya sebagai sebuah tutup atau kemah yang besar, dibentangkan oleh Allah di atas kamar-Nya (Bnd Mzm: 2, Ams 8: 27, Yes 40: 22). Untuk memisahkan air dari air. Dengan pemisahan ini dibedakanlah antariksa dengan air di bumi, langkah pertama dalam membatasi samudra raya. Pada ayat 7, air di bawah menuntut pembatasan lebih lanjut (Bnd ayat 9). Air di atas adalah awan-awan (BndAms-8:28). Atau dalam bahasa sajak, wadah hujan dalam ‘kamar-kamar loteng’ Allah (Mzm: 13).9 Selanjutnya para ahli Kitab Kejadian I pada ayat 9-13 menerangkan hari ketiga. 9.
10. 11.
12.
13.
Maka Firman Allah : “Hendaklah segala air yang di bawah langit itu berkumpul pada suatu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamainya laut. Allah melihat bahwa semuanya baik. Berfirmanlah Allah : Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segela jenis pohon buahbuahan yang menghasilkan buah yang berbiji supaya ada tumbuhtumbuhan dibumi. Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda segala jenis tumbutumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohanan yang menghasilkan buah berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.10
Pada hari yang ketiga Allah memisahkan laut dari tanah kering. Allah memerintahkan supaya segala air yang ada di bawah langit itu berkumpul pada
8
Lembaga Biblika Indonesia, Kitab Suci Perjanjian Lama, Percetakan Lembaga Al-Kitab Indonesia, Jakarta, 1975, hlm. 27 9 Soedarmo. op. cit., hlm. 81 10 Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cit., hlm. 9
32
satu tempat. Pada satu tempat dalam terjemahan Yunani artinya menjadi satu kumpulan. Dalam ayat 9-13, para ahli kitab menafsirkan pada hari ketiga yakni dalam pengaturan lebih lanjut terhadap samudra yang pertama itu muncullah daratan sebagai kawasan bumi yang lain (Bnd Ams 8: 25, 29, Mzm 104: 7-9). Sepuluh kawasan air di bawah (Bnd ayat 6-7) sekarang bersifat tanah yang dibasahi air atau laut. Ayat 11, 12 sarana-sarana yang kodrati untuk mendukung hidup disediakan (Bnd 2:5). Penabur Ilahi menaburkan benih firmannya yang mengandung daya cipta dan bumi pada kakinya menghasilkan tumbuh-tumbuhan.11 Setalah laut dan darat dipisahkan maka Allah melihat pekerjaannya itu dan menganggapnya itu baik. Sekaranglah baru air itu ditekan betul-betul. Air yang ada di atas telah ditahan oleh cakrawala, sedang air yang ada di bawah sudah menjadi laut, maksudnya tempat tinggal bagi manusia sudah siap. Hanya perlengkapan belum ada, oleh sebab itu Allah memerintahkan supaya tanah itu memancarkan tunas-tunas muda, tumbuhtumbuhan yang berbiji, pohon buah-buahan yang menurut jenisnya berbuahkan buah yang berbiji. Sekarang satu kata sudah cukup dan dengan taat bumi itu memancarkan tumbuh-tumbuhan.12 Selanjutnya, para ahli Kitab Kejadian I ayat 14-19 menerangkan hari keempat. 14.
15. 16.
17. 18. 11
Berfirmanlah Allah : “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang jadi malam. Biarlah bendabenda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan massa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun.” Dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi. Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasi siang dan yang lebih kecil untuk menguasi malam, dan menjadikan hujan bintangbintang. Allah menaruh semuanya itu dicakrawala untuk menerangi bumi Dan untuk menguasi siang dan malam, dan memisahkan terang dari gelap Allah melihat bahwa semua itu baik.
Soedarmo. op. cit., hlm. 81 F.L Bakker, op. cit., hlm. 12
12
33
19.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.13
Pada hari keempat yang terdapat pada ayat 14-19, menguraikan sistem kosmis, melalui mana hasil-hasil yang diuraikan pada hari pertama didapatkan. Secara kronologis hal menjadikan penerangan-penerangan langit ini (pekerjaan hari keempat) dimulai pada mulanya ketika Allah menjadikan langit dan penciptaan itu diteruskan bersama-sama dengan penghiasan bumi yang selanjutnya, yang diuraikan dalam tiga hari pertama.14 Pada ayat di atas sinar baru diciptakan pada hari keempat, untuk memisahkan siang dan malam, ayat tersebut merupakan tempat dan letaknya dalam hikayat penciptaan alam seluruhnya. Bahwa matahari menjadi bintang yang bersinar setelah bumi muncul sebagaimana hal ini dinyatakan dalam Bibel. Asal usul matahari dan bulan tidak dapat dipisahkan dari asal usul bumi. Selanjutnya, para ahli Kitab Kejadian I ayat 20-23 menerangkan hari kelima. 20.
21.
22.
23.
Berfirmanlah Allah : “Hendaklah dalam air berkeriapan mahluk yang hidup, dan hendaklah burung berterbangan di atas bumi melintasi cakrawala. Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis mahluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air dan segala jenis burung yang bersayap Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semua itu , Firmanya : “ Berkembang biaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut dan hendaklah burung-burung dibumi dan bertambah banyak “. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.15
Pada hari kelima pada ayat 20-23 muncul ikan di laut dan burung di udara (Bnd ayat 26, 28 30) mahluk-mahluk hidup yang memenuhi kawasankawasan yang diuraikan dalam hari kesejajarannya, yaitu hari kedua. Secara kronologis bagian pertama dari penciptaan pada hari kelima mendahului paling sedikit perkembangan terakhir yang diuraikan dalam hari ketiga. 13
Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cit., hlm. 9 Soedarmo. op. cit., hlm. 81
14
34
Hendaklah dalam air berkeriapan mahluk (Ayb : 20, Bnd Mzm 104 : 25-26), menguraikan hasil yang berkesimpulan, bukan caranya menciptakan mahluk. Selanjutnya para ahli Kitab Kejadian I ayat 24 - 31 menerangkan hari keenam. 24.
25.
26.
27.
28.
29.
15
Berfirman Allah : “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis mahluk yang hidup, ternak dan bintang melata dan segala jenis binatang liar. Dan jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis binatang ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita. Supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burug-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melatang yang merayap di bumi. Maka Allah menciptaka manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah di ciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka : Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burungburung di udara dan atas segala binatang yang menyerap di bumi. Berfirmanlah Allah : “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji diseluruh bumi dan segala pohon-pohanan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cit., hlm. 9
35
30.
31.
Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat biak. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.16
Pada ayat 24-31 berisikan dua pekerjaan, masing-masing diakhiri dengan pengakuan Allah tentang tujuan yang sudah dipenuhi (Ayb : 25, 31, Bnd ayat 9,11). Sesuai dengan tanah yang kering dengan tunas-tunasnya, yang merupakan Karya Baru dari hari ketiga itu adalah mahluk-mahluk daratan dari hari keenam, yang memakan hasil bumi (Lih Ayb : 29-30). Maksud dari ayat di atas adalah gambaran selesainya penciptaan alam. Selanjutnya pada ayat 26 dijadikan manusia menurut gambarnya dan rupa kita, dalam ayat tersebut tersingkap rahasia Allah Tri Tunggal. Dalam hal ini harus di jelaskan, bahwa kata manusia di sini mempunyai arti kolektif (umat manusia), sebab seterusnya dikatakan: Supaya mereka berkuasa menurut gambar dan rupa istilah “ rupa” agaknya mau memperlemahkan arti istilah “gambar” dan mencegah pengertian kesamaan. Istilah “gambar“ mengan-daikan suatu keserupaan badaniah, seperti antara Adam dan Anaknya. Keserupaan manusia dengan Allah itulah yang membedakan manusia dengan binatang.17 Kemudian istilah itu mengandaikan suatu keserupaan menyeluruh dalam kodrat: Akal, kehendak (bebas) kekuasaan. Berkat sifat-sifat inilah manusia menjadi pribadi. Keserupaan kodrati yang terungkap di sini menyiapkan wahyu tentang penyertaan manusia dalam kodrat Allah yang dianugrahkan. Pada ayat selanjutnya penuhilah bumi dan taklukkanlah itu. Kuasa manusia untuk memerintahkan kehidupannya sebagai raja yang menyerupai Allah, dimulai dengan kawasan yang kodrati, yang daratan kering yang muncul pada hari ketiga. Kemudian ayat 30 menggambarkan suatu keadaan bahagia pada awal mula manusia berdamai dengan semua binatang dan sama-
16
Ibid., hlm. 9-10 Lembaga Biblika Indonesia, op. cit., hlm. 28
17
36
sama mereka memakan tumbuh-tumbuhan. Dalam Kejadian 9:3 mulailah zaman baru: Manusia memakan daging binatang.18 Riwayat Penciptaan alam selesai dengan tiga ayat pertama dari pasal II : 1. 2.
3.
4.
Demikianlah diselesaikanlah langit dan bumi dan segala isinya Ketika Allah pada hari ke tujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatnya itu berhentilah ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatnya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatnya itu. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.19
Menurut Kitab Kejadian II ayat 2, penyelesaian pekerjaan Allah pada hari ketujuh ini bukan penciptaan lanjutan, sebab penyelesaian itu sejajar dengan perhentian Allah. Kedua penyelesaian dan perhentian dipandang secara positif dan memberi sifat pada hari ketujuh hari ketujuh sebagai suatu keadaan penuh penyempurnaan yang memenangkan bagi sang Pencipta. Keadaan ini memiliki awalnya di dalam waktu, tapi tidak berakhir (perhatikan tidak adanya rumusan petang, pagi bagi hari itu). Namun keadaan itu disebut suatu “hari”. Dengan demikian hal ini menyarankan bahwa hari-hari dari cerita penciptaan ini dimaksud secara kiasan.20 Dalam ayat yang kedua mengandung kata, “berhentilah ia pada pekerjaannya”. Yang dimaksudkan adalah beristirahatlah, sebagai terjemahan dari bahasa Ibrani “Sabat”. Dan sampai hari ini, hari Sabtu merupakan hari istirahat bagi orang Yahudi. Pada ayat 3, Allah memberkati hari ketujuh. Sejarah manusia juga berlangsung dari pekerjaan yang dimulai sampai pekerjaan yang diselesaikan dan jabatan raja yang disempurnakan. Allah memperluas janji masuk ke Sabat Ilahi (Bnd, Lbr 4:1) Dengan memeteraikan pola penjadian dari tujuh hari sebagai lingkaran simbolis yang muncul terus menerus pada keberadaan 18
Ibid., hlm. 29 Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cit., hlm. 10
19
37
manusia sehari-hari. Hari Sabat ini secara khusus dikuduskan untuk menjadi sumber berkat yang tetap bagi manusia sebagai tanda harapanya yang kekal. Dengan demikian pemegang gambar raja untuk mengikuti jejak penciptaanya (Bnd Kel 20; 8-11). Hari Sabat itu memanggil manusia untuk terus menerus mempersembahkan kembali jabatan raja yang melayani kepada kemulyaan raja penciptanya. Setelah dijelaskan di atas tentang penciptaan alam semesta dalam Kitab Kejadian I. Di sini akan diterangkan tentang penciptaan yang telah diuraikan di dalam Kitab di luar Kitab Kejadian. 1. Berita dalam Yohanes 40 : 22 Di dalam ayat itu disebutkan, bahwa Tuhan Allah bertahta di atas bulat bumi, Dia-lah yang membentangkan langit, dan bumi digambarkan sebagaimana kubah (koepel) yang besar.21 2. Berita dalam Mazmur 104 : 3 Di sini disebutkan, bahwa Tuhan Allah mendirikan kamar-kamar loteng-Nya di air (Bnd. Am 9 : 6). Menurut bagian al-kitab ini di atas bumi masih ada air, yang menjadi atas tempat kediaman Tuhan Allah, atau dapat juga dikatakan bahwa air itu mendukung surga.22 3. Berita dalam Mazmur 24 : 2 Dalam ayat ini disebutkan, bahwa Tuhan Allah telah mendasar bumi di atas lautan dan menggerakkan di atas sungai-sungai. Sebagaimana bumi terapung-apung di atas lautan, atau seperti kapal selam di dalam lautan, namun bumi tidak goyah, melainkan tetap, kokoh, bukan diombang-ambingkan oleh lautan. Hal ini disebabkan oleh Tuhan Allah telah mendasarkan bumi atau telah memberikan dasar kepadanya. Dalam Kitab Mazmur dijelaskan, bahwa dunia yang berakhir itu (kosmos) sebenarnya keluar atau muncul dari suatu kekacauan, atau di atur dari suatu keadaan yang semula kacau, di mana 20 21
Soedarmo. op. cit., hlm. 82 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Gunung Mulia, Jakarta, 1995, hlm. 156
38
tidak ada kemungkinan hidup, berita tentang penjadian yang demikian itu masih juga menggema dalam Mazmur 33 : 6,7, yang mengatakan, bahwa oleh firman Tuhan langit telah dijadikan oleh nafas dari mulutnya segala tentaranya, dan bahwa Tuhan telah mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan, dan menaruh samudera raya kedalam wadah.23 4. Berita dalam Mazmur 104 Dalam ayat 1–2a menyaksikan bahwa Tuhan berselimutkan terang seperti kain, yang dimaksud dengan “terang” disini sudah barang tentu terang yang biasa, yang dilihatnya. Terang bercahaya sebagai buah ciptaan Allah itu seolah-seolah mewujudkan selimut atau jubah Tuhan Allah. Dalam ayat 2b–4 disebutkan bahwa langit biru yang ada di atas segala awan itu juga buah karya Allah. Tuhan Allah telah membentangkan langit seperti tenda, yang menutupi bumi di atas langit itu Tuhan Allah mendirikan kamar-kamar-Nya di air, yaitu di air samudera. Jadi langit itu memisahkan air yang di bawah dan yang di atas. Dalam ayat 19–23 disebutkan bahwa pandangan juru Mazmur kembali diarahkan ke angkasa dan melihat bulan dan matahari yang menjadi penentu waktu. Bulan menentukan malam, sedang matahari menentukan siang. Tuhan Allah.24
22
Ibid., hlm. 156 Ibid., hlm. 157 24 Ibid., hlm. 159 23
Kedua benda langit itu adalah hasil penjadian
39
Dalam Kitab Kejadian I, penciptaan itu terjadi karena : a. MULA-MULA TUHAN ALLAH
MENCIPTAKAN BAHAN-BAHAN YANG
AKAN DIJADIKAN LANGIT DAN BUMI.
b. Bahan-bahan itu diatur dalam enam hari c. BUMI
DICIPTAKAN TERLEBIH DAHULU, SESUDAH ITU BARULAH DI 25
CIPTAKAN MATAHARI, BULAN DAN BINTANG-BINTANG.
B. PENCIPTAAN ALAM MENURUT AL-QUR'AN AL-QUR'AN
ADALAH PEDOMAN YANG BUKAN HANYA DITUJUKAN
KEPADA MANUSIA, TETAPI JUGA DITUJUKAN KEPADA SELURUH CIPTAAN
SWT.
DALAM
BANYAK AYAT 26
BERBAGAI CIPTAAN-NYA, MACAM
BUAH-BUAHAN,
MELIHAT
“KEBIJAKSANAAN
NYA. ITULAH
ALLAH
ALLAH
SENDIRI BERSUMPAH ATAS NAMA
SEPERTI MATAHARI, BULAN DAN BERMACAM-
SEHINGGA
ALLAH
MENYURUH
MANUSIA
AGAR
LUAR BIASA” YANG TERDAPAT DALAM CIPTAAN-
SEBABNYA, BAIK AYAT-AYAT AL-QUR'AN MAUPUN FENOMENA
ALAM YANG ADA DALAM JIWA MANUSIA MAUPUN CIPTAAN-NYA SEBAGAI TANDA ATAU ISYARAT YANG MENGABARKAN HAKIKAT ATAU REALITAS
ALLAH.
SEBAGAIMANA FIRMAN ALLAH YANG BERBUNYI :
ARTINYA : KAMI AKAN MEMPERLIHATKAN KEPADA MEREKA TANDA-TANDA (KEKUASAAN) KAMI DI SEGENAP UFUK DAN PADA DIRI MEREKA SENDIRI, SEHINGGA JELASLAH BAGI MEREKA BAHWA AL QUR'AN ITU ADALAH BENAR, DAN APAKAH TUHANMU TIDAK CUKUP (BAGI KAMU) BAHWA SESUNGGUHNYA DIA MENYAKSIKAN SEGALA 27 SESUATU? (Q.S. FUSHILAT : 53)
25
HARUN HADIJONO, OP.CIT., HLM. 160 HERI PURNAMA, ILMU ALAMIAH DASAR, RINEKA CIPTA, JAKARTA, 1997, HLM 138 27 DEPAG RI, AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, YAYASAN PENYELENGGARA PENERJEMAH/PENAFSIR, SURYA CIPTA AKSARA, SURABAYA, 1993, HLM. 781 26
40
DENGAN
DEMIKIAN, AL-QUR'AN ADALAH WAHYU YANG DITURUNKAN
DENGAN LAMBANG BAHASA DAN KATA YANG TERHIMPUN
QUR’AN),
SAMA.
RECORDED
MAKA SESUNGGUHNYA ALAM INI JUGA MERUPAKAN HAMPARAN
(QUR’AN
WAHYU
(THE
OF
CREATION)
YANG MEMILIKI NILAI DAN SUMBER YANG
DENGAN KATA LAIN, AL-QUR'AN DITURUNKAN ALLAH DALAM BAHASA
ARAB SEBAGAI WADAH PENGEKSPRESIAN
FIRMAN-FIRMAN-NYA.
PERNYATAAN
INI DIINFORMASIKAN AL-QUR'AN SECARA EKSPLISIT DALAM DUA BENTUK.
BENTUK
QUR’AN ‘ARABIYY (AL-QUR'AN
PERTAMA DENGAN UNGKAPAN
BERBAHASA
28
ARAB)
SEBANYAK ENAM KALI.
DENGAN UNGKAPAN LISAN TIGA KALI.
SEMENTARA
’ARABIYY (DENGAN
BAHASA
YANG
BENTUK KEDUA
ARAB)
SEBANYAK
NAMUN SECARA IMPLISIT ALLAH JUGA MENYEBUTKANNYA DALAM 29
AL-QUR'AN SEBANYAK TIGA KALI.
DALAM
AL-QUR'AN TERDAPAT
FENOMENA ALAM. UNTUK
HAMPIR
MEMPELAJARI
750
AYAT YANG MERUJUK KEPADA
SELURUH AYAT INI MEMERINTAHKAN MANUSIA
KITAB
(HAL-HAL
YANG
BERHUBUNGAN)
DENGAN
30
PENCIPTAAN DAN MERENUNGKAN ISINYA.
BERDASARKAN
DALAM BAB DUA, PENULIS AKAN MENGUNGKAPKAN
PENGERTIAN PENCIPTAAN DALAM AL-QUR'AN, MENJELASKAN SELURUH PROSES ALAM YANG DISEBUT DENGAN TUJUH KATA, YAITU
KHALIQ, BAD’I, FATHR,
SHUN, JA’L, AMR, NASY. a. KHALQ KATA
KHALQ YANG BERARTI PENCIPTAAN DALAM AL-QUR'AN KATA
KHALQ MERUPAKAN BENTUK DAN TAFSIRAN DALAM KUMPULAN WAHYU
ALLAH (AL-QUR'AN). KATA KHALQ DISEBUT DALAM AL-QUR'AN SEBANYAK
28
LIHAT AL-QUR’AN DANTERJEMAHNYA (Q.S YUSUF : 2, TOHA : 113, ZUMAR : 28, FUSHSILAT : 3, SYU’ARA : 7, DAN ZUKHRUF : 3) DI AMBIL DARI BUKU SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS DAN AL-QUR'AN, PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, JAKARTA, 1994, HLM. 47 29 LIHAT AL-QUR’AN DAN TERJEMAHNYA (Q.S FUSHSILAT : 44, AL-ROD : 37, DAN MARYAM : 97) IBID., HLM. 48 30 ABDUL RAHMAN ABDULLAH, AKTUALISASI KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM (REKONSTRUKSI PEMIKIRAN DALAM TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM), UII PRESS, YOGYAKARTA, 2002, HLM. 153
41
261
KALI YANG TERDAPAT DALAM
75
31
SURAT.
KATA
TERSEBUT APABILA
OBYEKNYA SELAIN ALAM SEMESTA, SEPERTI MANUSIA JIN ATAU IBLIS DAN HEWAN DISEBUTKAN SECARA EKSPLISIT BAHWA IA DICIPTA DARI MATERI YANG SUDAH ADA. TAPI BILA OBYEKNYA ALAM SEMESTA, MAKA AL-QUR'AN TIDAK MENJELASKAN SECARA RINCI.
APAKAH TERCIPTA DARI MATERI YANG
SUDAH ADA ATAU DARI KETIADAAN, PADA DASARNYA PEMAKAIAN KATA INI MENUNJUKKAN PADA KEHEBATAN CIPTAAN SEBAB-SEBABNYA
OLEH
MANUSIA.
ALLAH
SELAIN
YANG SULIT DI NALAR
ITU,
KATA
KHALQ
INI
MENGANDUNG MAKSUD PENCIPTAAN FISIK ATAU MATERI, BUKAN NON 32
FISIK.
b. BAD’I MENURUT
AL-RAGHIB, KATA BAD’I BERARTI MENCIPTAKAN ATAU
MENGADAKAN PERBUATAN TANPA ADA CONTOH SEBELUMNYA.
JADI
PERBUATAN TERSEBUT ADALAH PERBUATAN BARU, PERTAMA KALI DAN MULA-MULA YANG BELUM PERNAH ADA SEBELUMNYA.
DALAM
AGAMA
SERING DIDENGAR ISTILAH BID’AT, YANG BERARTI SESUATU (PERKATAAN, PERBUATAN) YANG DIADA-ADAKAN DALAM AGAMA TANPA DISYARI’ATKAN OLEH PEMBAWA SYARI’AT (ROSUL) SEBELUMNYA.
DALAM
AL-QUR'AN KATA BAD’I DITEMUKAN SEBANYAK EMPAT KALI 33
DALAM EMPAT SURAT.
S.
AL-BAQARAH
2 : 117,
AL-AN’AM
6 : 101,
AL-
AHQOF 46:9 DAN AL-HADID 57 : 27.34 DUA YANG PERTAMA MENGANDUNG ARTI PENCIPTAAN YANG DIPAKAIKAN KEPADA
ALLAH SWT,
ATAU TIDAK
DIJUMPAI PENJELASAN YANG TEGAS, APAKAH ALAM INI DICIPTAKAN DARI 35
MATERI YANG SUDAH ADA ATAU DARI KETIADAAN.
SEMENTARA
DUA LAINNYA, PENEKANAN ARTINYA LAIN DARI DUA
YANG PERTAMA, NAMUN IA TIDAK TERLEPAS DARI ARTIAN BAD’I
31
PADA
SIRAJUDDIN ZAR, OP.CIT., HLM. 49 SIRAJUDDIN ZAR, MENAFSIRKAN KEMBALI KOSMOLOGI AL-QUR'AN, ULUMUL QUR’AN, JAKARTA, NO. 3, VOL. 5, 1995, HLM. 51 33 SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS DAN ALQUR'AN, OP.CIT., HLM. 68 34 IBID., HLM. 68 35 LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 31 DAN 204 32
42
UMUMNYA KARENA MEMANG BERASAL DARI AKAR KATANYA DAN IA DIPAKAIKAN KEPADA SELAIN ALLAH.
c. FATHR KATA FATHR DITEMUKAN DALAM AL-QUR'AN SEBANYAK 20 KALI YANG TERGELAR DALAM
17
SURAT.
PENGGUNAAN
KATA FATHR MENUNJUKKAN
PENEKANANNYA PADA PENCIPTAANNYA DARI PERMULAAN, SEJAK AWAL TANPA ADA CONTOH SEBELUMNYA, SEMENTARA TITIK TEKANNYA KATA FATHR ADALAH PENCIPTAANNYA DARI PERMULAAN.
d. SHUN’ KATA SHUN’ MENGANDUNG ARTI MEMBUAT BAIK PERBUATAN (IJADAT 36
AL-FI’L)
DALAM AL-QUR'AN KATA SHUN’ DISEBUTKAN SEBANYAK
20 KALI
DALAM 14 SURAT.
TELAH
DIKEMUKAKAN SEBELUMNYA, KATA SHUN’ MENUNJUKKAN
PADA PERBUATAN YANG TELAH MENGAKAR PADA JIWA DAN TIDAK MUNGKIN BERUBAH.
KATA
SHUN’ MENGANDUNG ARTI PENCIPTAAN SATU
BENTUK BARU DARI BEBERAPA BAHAN ATAU MATERI YANG SUDAH ADA SEBELUMNYA.
AKAN
TETAPI DALAM AL-QUR'AN PENCIPTAAN DENGAN
MENGGUNAKAN KATA SHUN’ TIDAK ADA YANG MENERANGKAN TENTANG 37
PENCIPTAAN ALAM SEMESTA ATAU JAGAT RAYA.
.
e. JA’L JA’L ADALAH LAFAL ATAU KATA-KATA YANG MENUNJUKKAN SECARA UMUM TENTANG SELURUH PERBUATAN. DISEBUT SEBANYAK
346
TERDAPAT
AL-QUR'AN
DALAM
KALI DALAM PADA
DALAM 66
AL-QUR'AN KATA JA’L
SURAT.
UMUMYA
KATA
JA’L YANG
MENGANDUNG
PENCIPTAAN DARI SESUATU YANG SUDAH ADA SEBELUMNYA.
ARTI
KATA
JA’L
TIDAK PERNAH MENYERTAI ATAU MENGIRINGI KATA AL-SAMAWAT WA AL38
ARADH (ALAM SEMESTA).
f. AMR 36
SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM QUR'AN, OP.CIT., HLM. 82 37 IBID., HLM. 92 38 IBID., HLM. 101
DALAM
PEMIKIRAN ISLAM, SAINS,
DAN AL-
43
AMR
DENGAN JAMAK UMUR MENGANDUNG ARTI PENCIPTAAN, AMR
PENCIPTAAN INI DIISTILAHKAN DENGAN AMR TAKWINIY.
ADAPUN
YANG
DIMAKSUD DENGAN AMAR TAKWINIY IALAH KATA AMR DALAM ARTI PENCIPTAAN DAN LAFAL AMR YAKNI KARENA YANG BERFUNGSI SEBAGAI ISYARAT KEPADA PENCIPTAAN.
KATA
AMR DALAM AL-QUR'AN DISEBUT
39
SEBANYAK 68 KALI DALAM 20 SURAT.
PENCIPTAAN MENGGAMBARKAN
DENGAN
MENGGUNAKAN
KEMAHAKUASAAN
ALLAH
AMR
DALAM
TAKWINIY
MENCIPTAKAN
SESUATU DAN SEGALA YANG DIKEHENDAKI-NYA PASTI TERJADI SESUAI DENGAN IBADAH-NYA TANPA ADA BANTUAN PIHAK LAIN, HALANGANKESULITAN DAN KETERLAMBATAN.
g. NASY’ KATA NASY’ DAN NASY’AT DISEBUTKAN DALAM AL-QUR'AN SEBANYAK 28
KALI YANG TERGELAR DALAM
14
SURAT.
KATA INSYA’
DIPAKAIKAN
KEPADA PENCIPTAAN SECARA KESELURUHAN (MATERI DAN IMMATERI) BAIK DARI ADA MAUPUN TIADA.
ADAPUN PENCIPTAAN YANG BERUNSUR MATERI
MENGALAMI PROSES GRADUAL SEDANGKAN YANG UNSUR IMATERI TIDAK 40
MENGALAMI PROSES GRADUAL.
1. PROSES PENCIPTAAN ALAM DALAM AL-QUR'AN GAMBARAN
ALAM SEBAGAIMANA DIISYARATKAN DALAM
S. AL-
ANBIYA’ : 30 YANG BERBUNYI:
AYAT BUMI
39 40
DI ATAS MENJELASKAN BAHWA LANGIT (RUANG ALAM) DAN
(MATERI
IBID., HLM. 102 IBID., HLM. 110
ALAM) SEBELUM DIPISAHKAN MERUPAKAN SUATU YANG
44
41
PADU.
HAL
INI
BERARTI
BAHWA
SEBELUM
SISTEM
TATA
TERBENTUK, ALAM MERUPAKAN SUATU KUMPULAN, KESATUAN. DITERJEMAHKAN
“BERCAMPUR,
SEBAGAI
“SUATU
YANG
PADU”
BERSATU” DALAM KAMUS BAHASA
SURYA
KATA RATK
YANG
BERARTI
ARAB. KATA
ITU
DIGUNAKAN UNTUK MERUJUK DUA ZAT YANG BERBEDA YANG MENJADI SATU, FRASA “KAMI PISAHKAN” DITERJEMAHKAN DARI KATA KERJA BAHASA
ARAB,
FATK YANG MENGANDUNG MAKNA BAHWA SESUATU TERJADI 42
DENGAN MEMISAHKAN ATAU MENGHANCURKAN STRUKTUR RATK.
JADI
KESIMPULANNYA ADALAH SEBELUM TERJADI RUANG ALAM (AL-SAMA’) DAN MATERI (AL-ARDH) SEPERTI SEKARANG, ALAM SEMESTA MERUPAKAN SATU KESATUAN YANG BERSIFAT PADU.
PROSES
ALAM BERIKUTNYA SETELAH PEMISAHAN, ALAM KEMUDIAN
MENGALAMI TRANSISI FASE DALAM BENTUK
DUKHAN. DALAM
HAL INI
DITANGKAP DARI PERNYATAAN SURAT FUSHSHILAT : 11 “KEMUDIAN ALLAH MENUJU PENCIPTAAN RUANG ALAM (AL-SAMA’), YANG KETIKA ITU PENUH
“EMBUNAN”. “DALAM AL-QUR'AN KATA DUKHAN HANYA DITEMUKAN DUA KALI DALAM KATA
2
DUKHAN
SURAT
(FUSHSHILAT : 11,
DAN AL-DUKHAN
: 10). TETAPI
YANG TERDAPAT DALAM SURAT YANG DISEBUT KEDUA
TIDAK BERBICARA TENTANG PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA SEPERTI DALAM SURAT YANG PERTAMA.
KATA DUKHAN
ﺎ ﹲﻥﺩﺧ ﻲ ﻭ ِﻫ ﺎ ِﺀﺴﻤ ﻯ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﺘﻮﺳ ﺍﹸﺛﻢ MATERI ASAL RUANG ALAM
DUKHAN
(AL-SAMA’),
DALAM SUSUNAN AYAT
BUKANLAH MENUNJUKKAN
AKAN TETAPI MENJELASKAN
TENTANG BENTUK ALAM SEMESTA KETIKA BERLANGSUNGNYA FASE AWAL 43
PENCIPTAANNYA.
HAL INI DI PERKUAT DENGAN HASIL TEMUAN ILMUWAN
BAHWA PADA SUATU KETIKA DALAM PENCIPTAAN TERJADINYA EKSPANSI YANG SANGAT CEPAT SEHINGGA MUNCUL
“KONDENSASI”
DIMANA ENERGI
BERUBAH MENJADI MATERI.
41
LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 499 HARUN YAHYA, PENCIPTAAN ALAM RAYA, DZIKRA, BANDUNG, 2001, HLM. 20 43 SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS QUR'AN, OP.CIT., HLM. 137 42
DAN
AL-
45
KATA
DUKHAN DALAM AL-QUR'AN MENERANGKAN BAHWA ZAT ALIR
(AL-MA’)
ATAU SOP KOSMOS
TELAH ADA SEBAGAI SALAH SATU KONDISI
TERWUJUDNYA ALAM SEMESTA.
DENGAN
KATA LAIN, SEBELUM ALAM
SEMESTA TERBENTUK SEPERTI SEKARANG INI, IA MENGALAMI BENTUK ATAU SIFAT SEMACAM ZAT ALIR ATAU SOP KOSMOS.
SEPERTI
DIJELASKAN SEBELUMNYA, DALAM AL-QUR’AN SURAT MENUNJUKAN BAHWA “ZAT ALIR” ATAU “SOP KOSMOS”
YANG TELAH
HUD : 744 (AL
MA’).
JUGA
HAL
INI
ERAT KAITANNYA DENGAN PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA, SEDANG SURAT AL-ANBIYA DALAM
: 30
“KEHIDUPAN 45
MAKHLUK HIDUP”.
MELUKISKAN ATAU
DARI
AL-MA’ (AIR) AIR
YANG
SANGAT DIBUTUHKAN
DICIPTAKAN
SEKALIAN
HAL INI DAPAT DIPERKUAT OLEH SURAT AN-NUR : 45,
BAHWA
ALLAH TELAH MENCIPTAKAN SEMUA JENIS HEWAN DARI AIR, KATA
AL-MA’
DALAM AL-QUR’AN DAPAT DIARTIKAN SEBAGAI JALAN PROSES
PENCIPTAAN,
DAN
IA
JUGA
MERUPAKAN
SYARAT
MUTLAK
UNTUK
46
TERJADINYA KEHIDUPAN.
PROSES
PENCIPTAAN ALAM SEMESTA SELANJUTNYA SEBAGAIMANA
DIJELASKAN DALAM SURAT
SAMA’)
ADZ-DZARIYAT : 47. BAHWA RUANG DAN (AL-
BERSIFAT MELUAS, MELEBUR DAN MEMUAI.
SETELAH TERJADINYA PEMISAHAN OLEH SAMA) DAN MATERI
‘AIDIN
INI MUNCUL
ALLAH ANTARA RUANG ALAM (AL-
(AL-ARDH). MENURUT BAEQUNI
DENGAN BANAYNAHA BI
HAL
YANG DIMAKSUD
OLEH AYAT INI IALAH KETIKA LEDAKAN
BESAR TERJADI DAN INFLASI MELANDA, SEHINGGA BEBERAPA DIMENSINYA MENJADI TERBENTANG SEDANGKAN YANG DIMAKSUD DENGAN INNA 47
LANUSI’UN ADALAH TUHAN YANG MEMBUAT ALAM ITU BEREKSPANSI.
DENGAN
DEMIKIAN
SIFAT
MEMUAI
AL-SAMA’
BERSIFAT
TERUS
MENERUS SAMPAI SEKARANG HINGGA WAKTU YANG TAK TERBATAS SELAMA BELUM DATANG KETENTUAN LAIN SEBAGAIMANA DIJELASKAN OLEH SURAT
44
LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 327 IBID., HLM. 499 46 IBID., HLM. 552 47 AHMAD BAIQUNI, AL-QUR'AN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, PT. DANA BHAKTI WAKAF, JAKARTA, 1994, HLM. 47 45
46
AL-ANBIYA
: 104
YANG ARTINYA:
“(YAITU)
PADA HARI KAMI GULUNG
LANGIT SEPERTI MENGGULUNG LEMBARAN KERTAS SEBAGAIMANA KAMI TELAH
MEMULAI
MENGULANGINYA.
PENCIPTAAN
ITULAH
PERTAMA
JANJI
YANG
BEGITULAH PASTI
KAMI
AKAN
TEPATI”.
KAMI
SESUNGGUHNYA KAMILAH YANG AKAN MELAKSANAKANNYA.48 KATA
LANGIT (SAMA’) DALAM AL-QUR’AN DISEBUTKAN
120
KALI
DALAM BENTUK TUNGGAL, DAN DALAM BENTUK JAMAK DISEBUTKAN KALI. DAN KATA BUMI (ARDH) DALAM AL-QUR’AN DISEBUTKAN
UNGKAPAN “LANGIT-LANGIT
190
460 KALI.49
DAN BUMI” DIKEMUKAKAN LEBIH DARI
200
KALI DALAM AL-QUR’AN.
48
LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 508 SACHIKO MURATA, THE TAO OF ISLAM (KITAB RUJUKAN TENTANG RELASI GENDER DALAM KOSMOLOGI DAN TEOLOGI ISLAM), MIZAN, BANDUNG, 1999, HLM. 167 49
47
KEMUDIAN
DALAM
PROSES
ALAM,
PENCIPTAAN
AL-QUR’AN
MENJELASKAN BAHWA ALAM SEMESTA DICIPTAKAN SELAIN ENAM TAHAP ATAU PERIODE SECARA GLOBAL PENTAHAPAN
HUD : 7. AL-QUR’AN
SURAT
6 MASA DISEBUTKAN DALAM
MENYATAKAN
“DAN DIA-LAH 50
MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI DALAM 6 HARI (MASSA)”, DALAM AL-QUR’AN DISEBUTKAN DALAM SURAT
YANG
SELANJUTNYA
SAJDAH : 4 “ALLAH-LAH
YANG MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI DAN APA YANG ADA DI ANTARA KEDUANYA DALAM ENAM HARI”.
51
KEMUDIAN
DIULANG LAGI DENGAN
PERLAMBATAN KATA-KATA SA-MA’ BAYNAHUMA’ (APA YANG ADA DIANTARA KEDUA RUANG ALAM DAN MATERI).
TAFSIR
MENURUT
AL-AZHAR,
DITERANGKAN DALAM SURAT SURAT
HUD : 7
ENAM
HARI
PENCIPTAAN
YANG JUGA DITAFSIRKAN PADA
YUNUS : 3 BAHWASANYA BILANGAN ENAM HARI BAGI ALLAH YANG
PENCIPTAAN-NYA MELINGKUPI SEMUA LANGIT YANG TINGGI, BERSAMA BUMI SEBAGAI TEMPAT TINGGAL MANUSIA.
DALAM
HAL INI, ENAM HARI
YANG DIMAKSUD ADALAH BILANGAN AHAD, SENIN, SELASA, RABU, KAMIS, JUM’AT, LALU ISTIRAHAT DI HARI SABTU.
SANGAT
BESAR KEMUNGKINAN
BAHWA YANG DIMAKSUD DENGAN ENAM HARI BUKANLAH ENAM HARI PERHITUNGAN PEREDARAN DI BUMI, YANG MENGELILINGI MATAHARI 24 JAM SEHARI SEMALAM. SATELIT
KARENA
MATAHARI
YANG
MATAHARI BUKANLAH
24
SELAIN DARI BUMI INI ADA LAGI BINTANG LAIN,
YANG
EDARANNYA
MENGELILINGI
JAM BILANGAN DI BUMI MALAHAN BERTAHUN-
TAHUN DAN BERJUTA-JUTA LAGI BINTANG DI CAKRAWALA, DIRUANG ANGKASA JAUH YANG PERKELILINGANNYA BERIBU-RIBU TAHUN.
JADI
BILANGAN ENAM HARI DALAM PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI DISERAHKAN SAJA PADA ILMU
ALLAH
APABILA HARI-HARI
50
52
TA’ALA.
ALLAH
OLEH
KARENA ITU, TIDAK TEPAT
DIBANDINGKAN DENGAN HARI-HARI DI BUMI.
LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 327 IBID., HLM. 660 52 HAMKA, TAFSIR AL-AZHAR JUZ XII, PUSTAKA PANJIMAS, JAKARTA, 1982, HLM. 18
51
48
HAL INI DIPERKUAT DENGAN FIRMAN ALLAH Q.S AL-HAJJ : 47, SAJDAH : 5, DAN AL-MA’RIJ : 4.
53
DALAM SURAT FUSHSHILAT : 9-12 DIJELASKAN ENAM TAHAPAN ATAU PERIODE DENGAN PENJELASAN YANG LEBIH RINCI DARI DUA SURAT SEBELUMNYA, ENAM TAHAP ATAS PERIODE BUKANLAH MENUNJUKAN URUTURUTAN DALAM PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI SERTA LAINNYA.
TETAPI
HARUS DIPANDANG SEBAGAI TAHAPAN ATAU PERIODE PENCIPTAAN ALAM SEMESTA SECARA KESELURUHAN DALAM WAKTU YANG SAMA PENJELASAN DALAM SURAT FUSHSHILAT DIDUKUNG OLEH SEJUMLAH AYAT, YAITU SURAT
AL-A’ROF : 54, YUNUS : 3, AL-FURQON : 59, QOF : 38, AL-HADID : 4.54 MENURUT ENSIKLOPEDI ISLAM
DINYATAKAN PROSES PENCIPTAAN
ALAM YANG DISEBUT JUGA ALAM SEMESTA BERDASARKAN
(Q.S. 21:30),
SELANJUTNYA
ALLAH
FIRMAN ALLAH
MENJELASKAN KESELURUHAN PROSES
KEJADIANNYA DALAM ENAM HARI (MASA) SEBAGAIMANA
(Q.S. 25: 59, 32:
4, 5: 38, DAN 57: 4). SEBAGIAN MEMBERI MAKNA UKURAN ENAM HARI DAN 55
SEBAGIAN YANG LAIN MEMBERI MAKNA ENAM PERIODE.
YANG DIMAKSUD
DENGAN ENAM PERIODE ADALAH BAHWA PENCIPTAAN BUKAN SEKETIKA, KARENA SETIAP SESUATU MEMPUNYAI BATAS DAN WAKTU TERTENTU.
KEDUA
PENDAPAT TERSEBUT BERDASARKAN PADA REKAAN YANG TIDAK
MUDAH UNTUK MENETAPKAN MANA YANG KUAT. NAMUN KEDUA PENDAPAT TERSEBUT DISEPAKATI DENGAN MEMBERI MAKNA “PERIODE” ATAU “TAHAP” AKAN TETAPI
“ENAM
PERHITUNGAN HARI
HARI” YANG DIMAKSUD ADALAH BERDASARKAN
ALLAH SWT
YANG TIDAK DAPAT DIBANDINGKAN 56
DENGAN PERHITUNGAN HARI DI BUMI.
PENGERTIAN
HARI DALAM
FIRMAN TUHAN
ITU TENTU TIDAK SAMA
DENGAN PENGERTIAN HARI YANG DI KENAL SEKARANG.
HARI
YANG DI
KENAL SEKARANG ADALAH HARI SETELAH MUNCUL MATAHARI, BUMI, 53
AHMAD MUSHTHOFA AL-MAROGHI, TAFSIR AL-MAROGHI JUZ XII, TOHA PUTRA SEMARANG, 1988, HLM. 4 54 SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS DAN ALQUR'AN, OP.CIT., HLM. 139 55 KAFRAWI RIDWAN, ENSIKLOPEDI ISLAM, IKHTIAR BARU VAN HOEVE, JAKARTA, 1994, HLM. 320
49
BULAN DAN MANUSIA.
DENGAN
KATA LAIN HARI YANG SEKARANG INI
ADALAH HARINYA MANUSIA, SEDANG HARI YANG DIMAKSUD DALAM FIRMAN
TUHAN
ITU TENTU HARINYA
DALAM AL-QUR’AN BAHWA SEHARI PERHITUNGAN MANUSIA.(AS-SAJDAH
TUHAN
DALAM HAL INI DIJELASKAN
: MASSA (WAKTU)
ITU SANGAT RELATIF
;
ALLAH SAMA DENGAN SERIBU TAHUN PERHITUNGAN : 5),
RIBU TAHUN (AL-MA’ARIJ
DAN SATU HARI
: 4)
TUHAN
JADI SATU HARI
SAMA DENGAN LIMA
TUHAN
ITU BISA BERARTI
57
JUTAAN TAHUN DALAM PERHITUNGAN MANUSIA.
KATA YAUM
DALAM JAMAKNYA AYYAN
(TAHAPAN
ATAU PERIODE)
DALAM AL-QUR’AN BUKANLAH DIMAKSUD BATASAN WAKTU ANTARA TERBENAMNYA MATAHARI HINGGA TERBENAM LAGI ESOKNYA SEPERTI HARI BUMI.
JIKA
DIPAHAMI DENGAN
“SATU
HARI” SELAIN TIDAK LOGIS JUGA
BERTENTANGAN DENGAN AYAT-AYAT LAIN.
1). SURAT AL-HAJJ : 47
ARTINYA : DAN
MEREKA MEMINTA KEPADAMU AGAR AZAB ITU DIGERAKKAN, PADAHAL ALLAH SEKALI-KALI TIDAK AKAN MENYALAHI JANJI-NYA. SESUNGGUHNYA SEHARI DISISI TUHANMU ADALAH SERIBU TAHUN DARI TAHUN-TAHUN 58 YANG KAMU HITUNG. (QS AL-HAJJ : 47).
2). SURAT AL-SAJDAH : 5
ARTINYA : DIA MENGATUR URUSAN DARI RUANG ALAM KE MATERI (ARAH) KEMUDIAN URUSAN ITU NAIK KEPADANYA DALAM 56
IBID., HLM. 320 CHAIRUDDIN HADHIRI, KLARIFIKASI KANDUNGAN AL-QUR’AN, GEMA INSANI PRESS, JAKARTA, 1996, HLM. 49 58 LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 519 57
50
SATU HARI YANG KADARNYA ADALAH SERIBU TAHUN 59 MENURUT PERHITUNGANMU. (Q.S. AL-SAJDAH : 5) SURAT AL-MAARIIJ : 4
ARTINYA : PARA MALAIKAT DAN JIBRIL NAIK (MENGHADAP) KEPADA TUHAN DALAM SEHARI YANG KADARNYA LIMA PULUH RIBU 60 TAHUN. (Q.S. AL-MAARIIJ : 4) DALAM
AYAT-AYAT
DI
ATAS
DIKATAKAN
SATU
HARI
SAMA
KADARNYA DENGAN SERIBU TAHUN DAN LIMA PULUH RIBU TAHUN MENURUT PERHITUNGAN HARI DIBUMI. JADI KATA SERIBU TAHUN DAN LIMA PULUH RIBU TAHUN DISINI TIDAK MENUNJUKKAN BATAS WAKTU YANG NYATA, MELAINKAN IA MERUPAKAN SUATU MASA YANG SANGAT PANJANG.
PROSES
PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI DIJELASKAN DALAM SURAT
FUSHSHILAF : 9-12,
DAN ASAL USUL PEMBENTUKAN LANGIT BAN BUMI
DITEGASKAN DALAM
Q.S
AL-ANBIYA’:30.
DALAM
AYAT-AYAT TERSEBUT
DAPAT DIAMBIL BEBERAPA HAL YANG PENTING, YAITU :
a.
PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI BERASAL DARI ASAP (DUKHAN).
b. ASAP
PADA MULANYA BERSATU PADU, KEMUDIAN MEMECAH.
DARI
BAGIAN PECAHAN ITU TERJADILAH LANGIT DAN BUMI.
c.
PENCIPTAAN BUMI BERLANGSUNG DALAM DUA MASA DAN PENCIPTAAN ISINYA
(GUNUNG,
TUMBUH-TUMBUHAN,
DAN
HEWAN-HEWAN)
BERLANGSUNG DALAM DUA MASA. SEHINGGA GENAP EMPAT MASA.
d. SEKALIAN YANG HIDUP BAIK TUMBUH-TUMBUHAN DAN HEWAN-HEWAN 61
DICIPTAKAN DARI AIR.
ADAPUN MASA PENCIPTAAN ALAM SEBAGAI FUNGSI ENAM PERIODE, HARI, MASA ATAU TAHAP DI ATAS DAPAT DIURAIKAN KEMBALI SEBAGAI BERIKUT :
a. MASA PERTAMA, ASAP (DUKHAN) YANG MEMECAH. b. MASA KEDUA, TIMBUL AIR YANG BERASAL DARI ASAP. 59
IBID., HLM. 660 IBID., HLM. 973 61 KAFRARI RIDWAN, OP.CIT., HLM. 320-321 60
51
c. MASA KETIGA, TERPANCANG BUKIT DAN GUNUNG-GUNUNG. d. MASA
KEEMPAT, TERCIPTANYA KEHIDUPAN YANG BERASAL DARI AIR,
YAITU TUMBUH-TUMBUHAN DAN HEWAN-HEWAN.
e. MASA KELIMA, PENCIPTAAN LANGIT. f. MASA KEENAM, PENCIPTAAN BENDA-BENDA LANGIT.62 DARI
URAIAN DI ATAS DIJELASKAN DALAM HADIST
NABI SAW
TENTANG PENCIPTAAN ALAM.
ﻛﺎﻥ ﰱ ﻋﻤﺎﺀ ﻣﺎﻓﻮﻗﻪ ﻫﻮﺃ: ﺍﻳﻦ ﻛﺎﻥ ﺭﺑﻨﺎ ﻗﺒﻞ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﺍﻻﺭﺽ ؟ ﻗﺎﻝ ﰒ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﺀ ﻛﺘﺐ ﺟﻞ ﺛﻨﺎﺅﻩ ﰱ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﻛﻞ ﺷﺊ ﰒ.ﻭﻣﺎ ﲢﺘﻪ ﻫﻮﺃ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﻭﺍﻻ ﺭﺽ Artinya : Rasulullah pernah ditanya oleh Sahabat “Dimanakah Tuhan kita sebelum langit dan bumi ada? jawab Beliau,” Tuhan berada disatu posisi yang diatasnya udara dan dibawahnya udara. Lalu ia menciptakan ‘Arsy (singgasana Allah) di atas air, Allah menulis segala sesuatu dalam lauhul mafuzh. Setelah itu menciptakan langit dan bumi. (H.R. al-Baihaqy).63 Allah menciptakan bumi selama dua hari (hari disini menurut versi Allah) lalu dia menciptakan langit dan berbentuk awan. Dan dari awan ini dia menciptakan benda-denda langit selama empat hari. Demikianlah proses penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu di antara keduanya, yang diterangkan Allah SWT di dalam kitab suci al-Qur’an. Proses tersebut berlangsung jutaan tahun bagi umat islam harus diterima dan diyakini dengan iman. 2. Ayat-ayat tentang Penciptaan Alam Telah dijelaskan sebelumnya, al-Qur'an berbicara tentang alam semesta ditemukan dalam ayat-ayatnya yang tergelar dalam beberapa surat. Akan tetapi alam semesta itu hanya bersifat garis-garis besar atau prinsip-prinsip dasar saja, karena al-Qur'an bukanlah buku-buku kosmologi atau buku-buku
62
Ibid., hlm. 320-321 Muh. Faiz Al-Math, Keistimewaan Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 2000, hlm. 63
63
52
ilmu pengetahuan umumnya yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Informasi yang pertama tentang penciptaan alam semesta dapat ditangkap dari sub bab sebelumnya yang menjelaskan tentang tujuh bentuk kata pengungkapan penciptaan dalam Al-Qur'an. Tiga bentuk di antaranya Khalq, Badi’ dan Fathr yang mengandung tentang penciptaan alam semesta. Berikut ini penulis akan menukilkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang penciptaan alam semesta yang dimaksud. Adapun ayat-ayat tersebut penulis susun sebagai berikut : a.
Q.S. HUD : 7
ARTINYA : DAN
DIALAH YANG MENCIPTAKAN RUANG ALAM (AL-SAMA’) DAN MATERI (AL-ARDH) DALAM ENAM TAHAPAN ATAU PERIODE DAN ADALAH SINGGASANA-NYA (SEBELUM ITU) DI ATAS ZAT ALIR (AL-MA’), AGAR DIA MENGUJI SIAPAKAH DIANTARA KAMU YANG LEBIH BAIK AMALNYA, DAN JIKA KAU BERKATA (KEPADA PENDUDUK MAKKAH): “SESUNGGUHNYA KAMU AKAN DIBANGKITKAN SESUDAH MATI,” NISCAYA ORANG-ORANG YANG KAFIR ITU AKAN BERKATA: “INI TIDAK LAIN HANYALAH SIHIR 64 YANG NYATA.
DALAM
SURAT
HUD : 7
DI ATAS BERKENAAN DENGAN PENCIPTAAN
ALAM SEMESTA SELAMA ENAM TAHAPAN ATAU PERIODE DAN ‘ARASY ATAU SOP
KOSMOS (AL-MA’). UNGKAPAN
TENTANG KANA ARSYAH ALA AL-MA’,
SINGGASANA-NYA DI ATAS ZAT ALIR ATAU SOP KOSMOS, MERUPAKAN KINAYAH ATAU KIASAN.
KATA AL-SAMA’, YANG LAZIM DIARTIKAN DENGAN
LANGIT HARUS DIPAHAMI SEBAGAI RUANG ALAM YANG DIDALAMNYA TERDAPAT
GALAKSI-GALAKSI
BINTANG-BINTANG
SEDANGKAN
KATA AR-ARDH YANG BIASA DIARTIKAN BUMI DISINI LEBIH
DAN
LAINNYA.
53
TEPAT DIPAHAMI DENGAN MATERI ADA SESAAT SETELAH
ALLAH
.
YAKNI BAKAL BUMI, YANG SESUDAH 65
MENCIPTAKAN JAGAT RAYA.
YANG TERDAPAT DALAM SURAT
HUD : 7 LEBIH
KATA
AL-MA’
TEPAT DIARTIKAN DENGAN
ZAT ALIR ATAU SOP KOSMOS KETIMBANG DENGAN AIR.
64
LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 327 SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS QUR'AN, OP.CIT., HLM. 127 65
DAN
AL-
54
b. Q.S. AL-ANBIYA’ : 30
Atinya : Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya ruang alam dan materi (al-ardh) itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air (al-ma’) kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapakah mereka tiada juga beriman?66 Dalam Q.S. Hud : 7 seperti telah dijelaskan di atas tentang al-ma’ yang lebih tepat diartikan dengan zat alir atau sop kosmos , dikaitkan dengan fase penciptaan alam semesta. Sedangkan dalam surat Al-Anbiya’ : 30 kata al-ma’ dalam surat Al-Anbiya’ : 30 yang dimaksud adalah yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. c. Q.S. AL-SAJDAH : 4
ARTINYA : ALLAH-LAH YANG MENCIPTAKAN RUANG ALAM (AL-SAMA’) DAN MATERI (AL-ARDH) DAN APA YANG DIANTARA KEDUANYA DALAM ENAM TAHAPAN ATAU PERIODE KEMUDIAN DIA BERSEMAYAM DI ‘ARASY. TIDAK ADA LAGI KAMU SELAIN DARI PADA SESEORANG PENOLONGPUN DAN TIDAK (PULA) SEORANG PEMBERI SYAFAAT, 67 MAKA APAKAH KAMU TIDAK MEMPER-HATIKAN?
JIKA DIBANDINGKAN ANTARA SURAT HUD : 7 DAN SURAT AL-SAJDAH :4
TENTANG TAHAPAN ATAU PENCIPTAAN ALAM SEMESTA SEOLAH-OLAH
TERJADI PENGULANGAN.
DALAM
SURAT
HUD : 7
PEMBICARAAN ENAM
TAHAPAN ATAU PERIODE PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DIKAITKAN DENGAN ZAT ALIR ATAU SOP KOSMOS 66
(AL-MA’)
SEBAGAI KEADAAN ALAM DALAM
Lihat al-Qur'an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 449
55
FASE
PENCIPTAANNYA.
SEDANGKAN
DALAM
SURAT
AL-SAJDAH:4
PEMBICARAAN ENAM TAHAPAN ATAU PERIODE PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DIHUBUNGKAN DENGAN KE
MAHA KUASAAN ALLAH ATAS SELURUH ALAM
SEMESTA BERSERTA SEGALA APA YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA.
d. Q.S. ADZ-DZARIYAT : 47
Artinya : Ruang alam (al-sama’) itu kami bangun dengan kekuasaan kami dan sesungguhnya kami yang menunaikannya.68 Dalam surat Adz-Dzariyat : 47 menunjukkan bahwa ruang alam (al sama’) mengembang atau berekspansi. Pengembangan ini sesuai dengan kehendak hukum Allah di alam ini. e. Q.S. FUSHSHILAT : 9-12 ARTINYA :
67 68
IBID., HLM. 660 Ibid., hlm. 862
56
(9)
(10)
(11)
(12)
KATAKANLAH SESUNGGUHNYA PATUTKAH KAMU KAFIR KEPADA YANG MENCIPTAKAN BUMI DALAM DUA MASSA DAN KAMU ADAKAN SEKUTU-SEKUTU BAGI-NYA? (YANG BERSIFAT) DEMIKIAN ITULAH TUHAN SEMESTA ALAM. DAN DIA MENCIPTAKAN DIBUMI ITU GUNUNG-GUNUNG YANG KOKOH DIATASNYA. DIA MEMBERKAHINYA DAN DIA MENENTUKAN PADANYA KADAR MAKANAN-MAKANAN (PENGHUNI) NYA DALAM 4 MASSA, (PENJELASAN ITU SEBAGAI JAWABAN) BAGI ORANG-ORANG YANG BERTANYA. KEMUDIAN IA MENUJU LANGIT DAN LANGIT ITU MASIH MERUPAKAN ASAP. LALU IA BERKATA KEPADANYA DAN KEPADA BUMI: “DATANGLAH KAMU KEDUANYA MENURUT PERINTAHKU DENGAN SUKA HATI.” MAKA DIA MENJADIKANNYA TUJUH LANGIT DALAM DUA MASSA DAN DIA MEWAHYUKAN PADA TIAP LANGIT URUSANNYA. DAN KAMI HIASI LANGIT YANG DEKAT DENGAN BINTANG-BINTANG YANG CERMELANG DAN KAMI MEMELIHARA-NYA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA. DEMIKIAN 69 KETENTUAN YANG MAHA PERKASA LAGI MAHA MENGETAHUI. DALAM
SURAT
FUSHSHILAF
AYAT
9
DITERANGKAN, SEBAGIAN AHLI
TAFSIR BERPENDAPAT BAHWA YANG DIMAKSUD DENGAN MENJADIKAN BUMI DALAM AYAT INI IA MENCIPTAKAN WUJUDNYA DAN YANG DIMAKSUD DENGAN
“HARI”
DALAM AYAT INI ADALAH WAKTU, KARENA HARI DAN 70
MALAM BELUM ADA DIWAKTU LANGIT DAN BUMI DIADAKAN.
DALAM
AYAT
10
DIJELASKAN
ALLAH SWT
MENERANGKAN BAHWA
MENCIPTAKAN BUMI DAN GUNUNG-GUNUNG YANG ADA PADANYA ITU IALAH DALAM DUA MASSA DAN MENCIPTAKAN KEPERLUAN-KEPERLUAN, MAKAN DAN SEBAGAINYA ITU DUA MASSA PULA.
SEMUANYA DILAKUKAN DALAM 4
MASSA. DALAM WAKTU 4 MASSA ITU TERCIPTALAH SEMUANYA DAN DASARDASAR DARI SEGALA SESUATU YANG ADA DI DALAM INI, SESUAI DENGAN MASSA DAN KEADAAN DALAM PERKEMBANGAN SELANJUTNYA.
DALAM AYAT 11 DIJELASKAN SETELAH PENCIPTAAN BUMI PADA AYAT YANG LALU.
MAKA PADA AYAT INI ALLAH SWT MENERANGKAN KEADAAN
LANGIT.
SETELAH ALLAH
WAKTU
ITU
69
LANGIT
MENCIPTAKAN BUMI DIA MENUJU KELANGIT
BERUPA
71
ASAP.
SETELAH
IBID., HLM. 774 DEPAG RI, AL-QUR'AN DAN TAFSIRNYA, JILID, VIII, 1990, HLM. 635 71 IBID., HLM. 637 70
ALLAH
SELESAI
57
MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI BERSERTA SEGALA ISINYA, MAKA DIA MEMERINTAHKAN KEPADA KEDUANYA,
“DATANGLAH
KAMU BERDUA
KEPADAKU, BAIK DALAM KEADAAN SENANG HATI MAUPUN TERPAKSA”.
MAKA
LANGIT DAN BUMI ITU MENJAWAB:
DAN PATUH.”
KEMUDIAN ALLAH
“PERHATIKANLAH GEMERLAPAN
“KAMI
AKAN DATANG TUNDUK
BERTITAH KEPADA ALAM LANGIT:
SINAR MATAHARIMU, CAHAYA BULANMU, CAHAYA BINTANG-BINTANG,
DARI
HEMBUSKANLAH
ANGIMU,
EDARKANLAH AWANMU, SEHINGGA DAPAT MENURUNKAN HUJAN.” DAN DIA BERKATA PADA BUMI“
: ALIRKANLAH SUNGAI-SUNGAIMU, TUMBUHKANLAH
TANAMAN-TANAMAN MENJAWAB:
“KAMI
DAN
POHON-POHONMU.”
MAKA
KEDUANYA
PENUHI SEGALA PERINTAH-MU DENGAN PATUH DAN
TAAT.”
DALAM AYAT 12 MENJELASKAN SETELAH ALLAH SWT MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI, SEPERTI YANG DITERANGKAN PADA AYAT YANG LAIN, MAKA PADA AYAT INI DITERANGKAN KEADAAN KEDUANYA SETELAH PENCIPTAAN
ITU.
DITERANGKAN
ALLAH
BAHWA
MENYEMPURNAKAN
LANGIT ITU DENGAN MENJADIKAN TUJUH LANGIT DALAM DUA MASA: DENGAN DEMIKIAN, LAMANYA
ALLAH SWT
MERENCANAKAN PENCIPTAAN 72
LANGIT DAN BUMI IALAH SELAMA ENAM MASA.
f. Q.S. AL-THALAQ : 12
ARTINYA : ALLAH-LAH
YANG MENCIPTAKAN TUJUH LANGIT DAN SEPERTI ITU PULA BUMI PERINTAH ALLAH BERLAKU PADA MASINGMASING, AGAR KAMI MENGETAHUI BAHWASANNYA ALLAH MAHA KUASA ATAS SEGALA SESUATU, DAN SESUNGGUHNYA ALLAH, 73 ILMUNYA BENAR-BENAR MELIPUTI SEGALA SESUATU.
DALAM
SURAT
KEMAHAKUASAAN 72
IBID., HLM. 638
AT-THALAQ
ALLAH
:
12
DIKAITKAN
DENGAN
DAN KELUWESAN ILMU-NYA YANG MELIPUTI
58
SEGALA SESUATUNYA.
TIADA
BAGAIMANA PUN KECILNYA.
SESUATU YANG TERSEMBUNYI BAGI
PENGAITAN
ALLAH
INI DAPAT DIARTIKAN BAHWA
TIADA SESUATUPUN YANG TERLEPAS DAN MENYIMPANG DARI PERATURAN ATAU UNDANG-UNDANG YANG TELAH DITETAPKAN ALLAH SWT.
73
LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT.,
HLM. 947