Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
PERJANJIAN (BERIT) DALAM PERJANJIAN LAMA Pdt. Han A. Sumakul, M.Th. PENDAHULUAN Tujuan tulisan pendek ini adalah untuk memahami penggunaan istilah ‘perjanjian’ (Ibrani: berit) dalam Perjanjian Lama. Sebagaimana diketahui, Perjanjian Lama yang kita kenal sekarang ini, telah dipraktekkan sebagai bagian kitab suci para penulis Perjanjian Baru. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kutipan-kutipan dalam Perjanjian Baru (yang selanjutnya disingkat PB) yang berasal dari Perjanjian Lama (selanjutnya disingkat PL)1 Para penulis PB mau menjelaskan tentang pemahaman-pemahaman iman mereka untuk para pembaca pada saat itu dengan bantuan tulisan-tulisan dalam PL, sehingga dikatakan bahwa berita-berita PL digenapi di dalam PB. Para ahli sependapat bahwa terdapat tema-tema tertentu di dalam PL yang didasarkan pada tindakan dan perbuatan Allah terhadap manusia.2 Menurut Ch. Bart, terdapat sembilan pokok dasar dalam PL yang masing-masing pokok didasarkan pada satu perbuatan Allah.3 Kesembilan pokok tersebut adalah Allah menciptakan langit dan bumi, Allah memilih para Bapa leluhur Israel, Allah membawa Israel keluar dari Mesir, Allah membimbing umatNya di padang gurun, Allah berfirman di Sinai, Allah memberikan Israel tanah Kanaan, Allah mengangkat raja-raja, Allah memilih Sion/Yerusalem, serta Allah mengutus nabi-nabi. Pokok di atas pada dasarnya membicarakan soal hubungan antara Allah dengan manusia serta dengan mahkluk ciptaan lainnya. Manusia diharapkan memahami hubungan dengan Allah melalui perbuatan-perbuatan Allah terhadap manusia. Hal yang mendasari
1Robert G. Bratcher, Old Testament Quotations in The New Testament, T.K: UBS, 1967, p. 1-76. 2 William Dyrness, Themes in Old Testament Theology, Illinois: Inter Varsity, 1990, p. 15-22. 3Ch. Barth, Theologia Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981, hlm. 2223.
23
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
pemahaman tentang keterhubungan Allah dengan manusia dalam pemikiran orang-orang Israel adalah perjanjian (berit).4 Di dalam PL kata berit dipergunakan sebanyak 285 kali.5 Kata ini diterjemahkan dengan perjanjian, persetujuan, rembukan, ketetapan atau peraturan, yang kesemuanya itu melibatkan dua pihak.6 Di dalam PL, pihak-pihak yang terlibat sehubungan dengan kata berit ini terdiri atas seseorang dengan orang lain, baik itu bersifat sederajat maupun yang berbeda kedudukannya, seperti antara seorang budak dengan tuannya, atau antara yang dijajah dengan penjajah, serta antara seseorang atau sekelompok orang dengan Tuhan Allah. Di dalam kelompokkelompok inilah kita akan masuk di dalam perjalanan penelitian penggunaan kata berit di dalam tulisan ini. Tidak semua penggunaan kata ini di dalam PL akan diteliti, tetapi hanya sebagaian kecil dari naskah Alkitab yang akan diteliti yang dianggap dapat mewakili kelompokkelompok di atas yang menggunakan kata ini. Terjemahan yang dipergunakan di sini adalah dari terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia. Kejadian 9:11: Maka Kuadakan perjanjianKu dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi. Cuplikan ini diambil dari cerita tentang perjanjian antara Allah dengan manusia (Nuh) dan keturunannya serta hewan-hewan yang bersamanya. Mereka diselamatkan dari murka Allah yang membinasakan orang-orang yang ada di bumi. Agar supaya tidak akan ada lagi murka Allah yang membinasakan ini terhadap bumi dan segala isinya, maka diaadakan perjanjian ini antara Allah dengan manusia. Perjanjian tersebut di atas semata-mata merupakan gagasan Allah yang akan diberlakukan
4Walter Eichrodt, Theology of The Old Testament, Vol. I, Philadelphia: Westminster Press, 1961, pp. 25-35; J.O. Cobham, “Covenant” dalam Alan Richardson (ed.), A Theological Word Book of The Bible, London: SCM Press, 1962, pp. 55-56; Weinfeld, “Berit” dalam G. Johanes Botterweck dan Helmer Ringgren (ed.), Theological Dictionary of The Bible, Vol. II, Michigan: Wm.B. Eerdmans, p. 253-279. 5 F. Brown, S.R. Driver, Ch. A. Briggs, Gesenius A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, Masachusett: Hendrickson Publisher, 1979, p. 136-137. 6F. Brown, S.R. Driver, Ch. A. Briggs, Gesenius A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, Masachusett: Hendrickson Publisher, 1979, p. 136-137.
24
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
bagi manusia dan mahkluk ciptaan lainnya. Manusia sama sekali tidak berinisiatif bahkan menawarkan perjanjian dengan Allah.7 Isi perjanjian di atas adalah Allah memberikan jaminan kepada manusia dan mahkluk ciptaan lainnya di atas bumi ini bhawa tidak akan ada lagi murka Allah yang membinasakan segala mahkluk hidup sejak ada perjanjian dengan mahkluk hidup di bumi, maka diberikanlah busur (qesyet, Ibrani) di awan, agar supaya Allah senantiasa mengingat tentang perjanjian yang diadakanNya sehingga mahkluk hidup di atas bumi ini terhindar dari murka Allah yang membinasakan itu.8 Bentuk perjanjian di atas memperlihatkan tentang dua pihak, dalam hal ini Allah dengan manusia dan mahkluk ciptaan lainnya, dimana kedudukan pihak yang satu, yaitu Allah, lebih tinggidari pihak yang lain, yaitu manusia dan mahkluk ciptaan lainnya. Allah yang berinisiatif serta mengadakan perjanjian tersebut, sedangkan manusia hanya mendengarkan dan melaksanakan perjanjian itu. Dalam perjanjian ini, diberikan tanda perjanjian sebagai lambang yang mengikat bagi kedua belah pihak. Ulangan 1:8: Ketahuilah, Aku telah menyerahkan negeri itu kepadamu; masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan yakub, untuk memberikannya kepada keturunannya. Kutipan ini merupakan bagian dari cerita tentang janji Tuhan kepada bangsa Israel yang disampaikan melalui Musa tentang tujuan dari perjalanan di padang gurun yang sedang menuju ke tanah yang dijanjikan, sebagaimana janji tersebut sudah diikat oleh Tuhan dengan nenek moyang bangsa Israel, yaitu Abraham, Ishak serta Yakub (Lihat Kejadian 12:1-9; 26:1-36 serta 35:1-15). Dengan demikian, teks Alkitab ini mau menyatakan bahwa pendudukan tanah Kanaan oleh bangsa Israel merupakan penggenapan dari janji yang telah lama diadakan oleh Allah dengan leluhur Israel. Isi perjanjian tersebut di atas menyatakan bahwa Allah memberikan jaminan kepada Abraham, Ishak dan Yakub dimana mereka
7Henry J. Flanders Jr, Robert Wilson Crapps, David A. Smith, People of the Covenant, (3rd ed.) Oxford: Oxford University Press, 1988, p. 110-119. 8 Walter Lempp, Tafsiran Kejadian, Jilih 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1968, hlm. 104-107.
25
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
akan menjadi bangsa yang besar dan diberkati Tuhan Allah serta akan menempati tanah yang berlimpah susu dan madu. Di pihak lain, bangsa Israel akan menjadikan Allah sebagai Tuhan mereka dalam segala aspek kehidupan mereka. Jaminan tersebut akan diperoleh setelah tercipta kesepakatan yang membawa manfaat bagi kedua belah pihak, yakni Tuhan Allah di satu pihak serta Abraham, Ishak,Yakub serta bangsa Israel di phak lain.9 Bentuk perjanjian di atas memperlihatkan tentang kesederajatan kedudukan keduabelah pihak dalam mengadakan perjanjian tersebut. Tuhan Allah tidak menampakkan kekuasaanNya dalam mendorong manusia untuk mengikat perjanjian tersebut. Sebaliknya, manusia pula tidak menunjukkan akan ketidakberdayaannya di tengah-tengah kekuasaan serta kekuatan Allah yang tak terbandingi. Dan dari perjanjian-perjanjian tersebut, hampir semuanya diikuti dengan tanda dari perjanjian itu sendiri.Perjanjian Allah dengan Abraham ditandai dengan sunat (Kejadian 17:1-14), perjanjian dengan yakub ditandai dengan dibangunnya sebuah tugu batu sebagai tempat persembahan korban, yang dinamai Betel (Kejadian 35:15). Dalam mengadakan perjanjian di atas, hampir selalu dihubungkan dengan kata sumpah (‘alah, Ibrani).10 Yosua 24:25: Pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di Sikhem. Cerita di atas merupakan bagian dari perikop tentang kebulatan tekad yang diucapkan oleh Bangsa Israel untuk menyembah Allah sebagai Tuhan mereka dalam segala aspek kehidupan mereka. Cerita ini dilatarbelakangi dengan munculnya peribadatan-peribadatan orang-orang Israel yang dipengaruhi dari tradisi kehidupan orang-orang di Kanaan. Ada sekelompok orang yang mulai menyembah kepada allah alain, bukan kepada Tuhan Allah. Hal ini memang dipengaruhi dari pergumulan dengan orang di sekitar dalam kehidupan mereka, yang tidak lagi menyembah kepada Tuhan (Yahwe, Ibrani).
Ch. Barth, Theologia Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982, hlm. 10-
9
15.
10Weinfeld, “Berit” dalam G. Johanes Botterweck dan Helmer Ringgren (ed.), Theological Dictionary of The Bible, Vol II, Michigan: Wm. B. Eerdmans, p. 253-279.
26
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
Yosua mengikat (Karat, Ibrani) perjanjian dengan bangsa Israel agar mereka tetap setia dan melakukan perintah-perintah Tuhan, dengan mengingat akan segala kebaikanNya sejak memberkati leluhur Israel, membebaskan dari perbudakan di Mesir, membimbing di padang gurun serta memberikan tanah yang berlimpah susu dan madu.11 Bangsa Israel memahami apa yang telah dikatakn oleh Yosua sehingga mereka mau meninggalkan kebiasaan menyembah kepada allah-allah lain. Yang terlibat di sini di dalam perjanjian tersebut, adalah antara Yosua dengan bangsa Israel. Allah sama sekali tidak terlibat di dalam perjanjian ini, hanya isi perjanjian ini merupakan pembaharuan dari yang telah dilakukan sebelumnya antara Allah dengan Musa di gunung Horeb/Sinai (Keluaran 3 dan 19). Kata perjanjian disini melibatkan dua pihak, yaitu Yosua di pihak yang satu dengan bangsa Israel di pihak lain yang meminta mereka menyembah hanya kepada Tuhan Allah. Kedua belah pihak berada di dalam kedudukan yang sederajat, tidak ada yang lebih berkuasa dari yang lain. Hanya isi perjanjian tersebutlah yang mampu mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Melalui perjanjian antara mereka, dibuatlah batu peringatan sebagai tanda telah diadakan perjanjian tersebut yang mengingatkan bahwa bangsa Israel telah menyatakan kebulatan tekad untuk seterusnya menyembah Tuhan Allah Israel. Kejadian 21:27: Lalu Abraham mengambil domba dan lembu dan memberikan semuanya itu kepada Abimelekh, kemudian orang itu mengadakan perjanjian. Perjanjian di atas melibatkan dua aorang, yaitu Abraham dan Abimelekh, yang menginginkan adanya kedamaian di antara keduanya yang akan hidup bertetangga. Tidak ada tipu daya, atau perlakuan curang antara satu dengan yang lain, sebagaimana yang diinginkan Abimelekh dari perilaku Abraham di kemudian hari. Cerita ini menjelaskan tentang adanya perjanjian, atau mungkin lebih tepat dikatakan persetujuan, antara Abraham dan Abimelekh tentang kewajiban Abraham serta kewajiban Abimelekh. Abimelekh sebagai penguasa daerah tersebut, memberikan jaminan akan menyediakan sebuah sumur bagi Abraham dan pengikutnya sebagai
11Hugh J. Blair, “Yosua”, dalam Donald Guthrie dkk. (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980, hlm. 99.
27
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
sumber kehidupan mereka selanjutnya, sedangkan Abimelekh meminta agar Abraham tidak meminta pengaruh Allah untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang merugikan Abimelekh (Lihat Kejadian 20:1 dan seterusnya).12 Sebagaimana dikatakan di atas, kata perjanjian yang dipakai disini memperlihatkan tentang kesepakatan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, yang mendapatkan keuntungan bagi kedua pihak. Tidak ada pihak yang merasa bahwa dia dirugikan atas persetujuan yang telah dicapai bersama ini. Oleh karena itu kata persetujuan adalah yang lebih tepat dipakai didalam terjemahan kata berit di dalam konteks perikop di atas. Kesepakatan di atas dapat dicapai setelah melalui pembicaraan (mungkin juga perundingan) yang dilakukan sebelumnya antara kedua belah pihak. I Samuel 11:1 dan 2: Maka Nahas, orang Amon itu, bergerak maju dan berkemah mengepung Yabesy-Gilead. Lalu berkatalah semua orang Yabesy itu kepada Nahas: “Adakanlah perjanjian dengan kami, maka kami akan takluk kepadamu. Tetapi Nahas, orang Amon itu, berkata kepada mereka: Dengan syarat inilah aku aakan mengadakan perjanjian dengan kamu, bahwa tiap mata kananmu akan kucungkil”. Orang-orang Yabesy Gilead sedang dikepung oleh orang-orang Amon, yang adalh musuh orang-orang Israel di bawah pimpinan Nahas. Orang-orang Yabesy melihat bahwa kekuatan orang Amon sungguhsungguh melibihi kemampuan mereka, sehingga orang Yabesy hendak berpertang melawan orang-orang Amon, maka akan sia-sialah usaha perlawanan akan dilaksanakan. Oleh karena itu, jalan keluar yang dilihat adalah mengadakan perjanjian dengan orang Amon, dimana orang-orang Yabesy akan tunduk kepada orang Amon sebagai tanda ketidakberdayaan mereka atas kekuatan pasukan Amon. Akan tetapi Nahas sebagai pemimpin orang Amon merasa hal menyerah sebelum berperang, seperti yang ditawarkan orang Yabesy belum cukup. Sebagai tanda ketaklukan mereka terhadap kekuatan bangsa Amon, maka setiap mata kanan orang Yabesy harus dicungkil. Dan itulah yang dipahami Nahas sebagai tanda perjanjian tersebut.13
12Walter Lempp, Tafsiran Kejadian, Jilih 3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1968, hlm. 256-263. 13H. Rothlisberger, Tafsiran I Semuel, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1969, hlm. 79-84.
28
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
Perjanjian yang ditawarkan Yabesy, sebagai pihak yang lemah, kepada orang Amon yang memilki kekuatan yang tak tertandingi, memperlihatkan bahwa pihak yang lemah tidak dapat memaksakan keinginannya kepada pihak yang kuat. Yang terlihat di uraian di atas adalah pihak yang kuat senantiasa mampu mendesak lawannya yang lebih lemah agar dapat menerima usulan atau keinginan mereka untuk dilaksanakan. Kata perjanjian yang dipakai disini tidak melibatkan dua pihak yang sederajat yang saling memberikan keuntungan kepada masing-masing pihak, tetapi hanya untuk pihak yang satu, yakni yang memilki keuatan lebih tinggi dari pihak yanglain. Yeremia 31:33: Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu demikian: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan melukiskannya dalam hati mereka maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. Bagian Alkitab ini masuk di dalam berita penghiburan bagi bangsa Israel melalui janji pemulihan keberadaan umat yang berada ditengah-tengah penderitaan, yaitu di dalam pembuangan (lihat pasal 30) Dengan pulihnya keadaan umat, maka Allah mau memperbaharui ikatan perjanjian yang telah dibuat dahulu dengan nenek moyang Israel ketika akan keluar dari tanah Mesir. Setelah dalam pasal-pasal sebelumnya (1522) bencana-bencana datang melanda Yehuda yang disertai dengan tidak ada tanda-tanda dari bangsa Yehuda untuk bertobat, maka terdoronglah Yeremia untuk memperlihatkan tentang adanya harapan bagi mereka melalui campur tangan langsung Allah kepada mereka, dimana orangorang Yehuda itu akan dikembalikan dari pembuangan (pasal 30 dan 31). Tuhan Allah menawarkan perjanjian baru kepada umatNya, dimana perjanjian yang lama, yaitu perjanjian di gunung Horeb (Keluaran 3) telah diingkari oleh bangsa Israel (Utara dan Selatan). Perjanjian baru itu bukan perjanjian lama yang telah diperbaharui, tetapi menggantikan yang lama karena telah diingkari oleh manusia. Yeremia melihat bahwa perjanjian di Horeb itu adalah perjanjian yang mendasar bagi kehidupan orang Israel. Oleh karena itu, perjanjian itu menjadi titik tolak dari perjanjian yang diadakan oleh Yeremia.14
14band. Dengan John G. Gammie, Holiness in Israel, OBT. Minneapolis: Fortress Press, 1989, p. 48.
29
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
Perjanjian di atas melibatkan dua pihak dimana pihak yang satu, yaitu Allah, memilki kedudukan yang lebih besar dari pihak yang lain, yaitu bangsa Yehuda. Akibat pengingkaran perjanjian sebelumhya yang dilakukan oleh bangsa Yehuda, maka Allah mampu menggantikan perjanjian tersebut dengan yang baru. Perjanjian tersebut tidak dapat dibentuk oleh pihak yang lemah, yaitu bangsa yehuda. Mreka hanya dapat melakukan perjanjian tersebut yang telah diusulkan Allah. Perjanjian itu memang datang dari Allah, karena Allalah yang berinisiatif untuk menggantikannya dengan yang baru. Kata perjanjian di atas lebih cocok kalau dimengerti sebagai kewajiban dari pihak yang lemah untuk diberlakukan dalam hidup mereka setelah mendapat petunjuk dari yang lebih berkuasa. Memang inilah, yaitu kewajiban yang dilakukan oleh pihak yang lemah terhadap ikatan yang telah dilakukan antara kedua belah pihak. Perjanjian di atas bukan diletakkan dalam kesepakatan antara dua pihak yang sederajat tetapi antara dua pihak yang berbeda tingkat kedudukannya. Yehezkiel 17:18: Ya ia memandang ringan kepada sumpah dan mengingkari perjanjian. Sungguh, walaupun ia menyuguhkan hal itu dengan berjabat tangan, tetapi ia melanggar semuanya itu, maka ia tidak dapat luput. Bagian Alkitab ini merupakan cerita tentang Zedekia yang mengingkari akan janji yang telah diikat bersama antara orang Yehuda dengan orang-orang Babilonia pada masa pemerintahan Yoyakhin (II Raja-Raja 24:8-20). Bangsa Yehuda yang telah dikalahkan oleh raja babel, serta mengangkut orang-orang Yehuda yang gagah perkasa sebagai tawanan perang, telah diberi ultimatum agar tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan semua orang-orangYehuda yang masih tinggal di Yerusalem. Tetapi hal ini yang kemudian yang telah dilanggar oleh Zedekia, dimana ia bersekutu dengan kekuatan dari selatan, yaitu Mesir agar bersama-sama dapat mengalahkan kekuatan yang baru dari Utara, yaitu babel. Persoalan inilah yang dicoba oleh Yehezkiel untuk mengingati orang Yehuda, teristimewa kepada raja Zedekia agar jangan melakukan hal-hal yang dapat merugikan orang-orang Yehuda di Yerusalem. Firman Allah ini datang kepada Zedekia untuk mengingatkannya tentang bahaya yang dapat melanda orang-orang Yehuda. Walaupunia telah menandai perjanjiannya dengan orang-orang Mesir melalui jabat tangan, tetapi
30
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
penghukuman itu akan datang sebagai hasil ketidaktaatannya terhadap perjanjian yang dilakukan sebelumnya.15 Kata perjanjian di atas dipergunakan dalam rangka ketaatan dari pihak yang lemah, yaitu orang-orang Yehuda, terhadap tuntutan pihak yang lebih kuat, yaitu babel. Perjanjian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan di atas, bukanlah perjanjian antara pihak-pihak yang sederajat kedudukannya, sebab disini tidak ada untuk kesepakatan dalam mencari keuntungan dan kesenangan bersama. Yang terlibat adalah perbedaan dua kekuatan dimana yang satu mempunyai kuasa yang begitu besar yang dapat mengatur segala kepentingan pihaknya sendiri, meupun dari pihak yang lain, yaitu yang lemah. Sedangkan pihak yang satu hanya tinggal menerima keputusan yang akan diberikan untuk dijalankan, walaupun keputusan itu tidak membawa kebahagiaan bagi pihaknya. Oleh karena itu, kata perjanjian yang dipergunakan di atas lebih menitikberatkan kepada perintah atau amanat dari pihak yang kuat yang harus dilakukan oleh pihak yang lemah. Tidak ada kesepakatan yang muncul, setelah melalui perundingan untuk mencari jalan keluar terbaik demi kebutuhan dan kebahagiaan bersama. Ayub 31:1: Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara? Cuplikan ini merupakan bagian dari pasal 31 seluruhnya yang menceritakan tentang perilaku Ayub selama ini. Sekali lagi ia mau menekankan bahwa ia tidak melakukan kesalahan kepada Tuhan selama ia menjadi pengikutNya. Apa yang ia kerjakan selama ini merupakan perwujudan dari kesetiaan dan ketaatannya untuk melakukan perintah dan ajaran Tuhan Allah. Ia tidak pernah melakukan hal-hal yang menyimpang, sebagaimana yang ia ungkapkan secara terinci, seperti berdusta, memperdayai orang lain, melakukan perzinahan, mengabaikan hak budak-budak yang ia milki, bahkan tidak pernah mengabaikan anak yatim piatu serta orang asing. Untuk mendukung akan perilaku dan perbuatannya tersebut, ia bahkan telah menetapkan syarat atau
15G.R. Beasley-Murray, “Yehezkiel”, dalam Donald Guthrie dkk. (Ed.) Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980, hlm. 524.
31
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
ketentuan terhadap matanya agar ia tidak mudah dipengaruhi oleh halhal yang bertentangan dengan ajaran Tuhan Allahnya.16 Kata berit di atas diterjemahkan dengan kata syarat, bukan perjanjian sebagaimana telah dilihat dalam teks-teks Alkitab sebelumnya. Kata syarat ini melibatkan du pihak, yaitu Ayub dengan mata (ayin), dimana Ayub yang menetapkan syarat atau ketentuan yang harus ditaati oleh mata. Ketetapan atau syarat itu datang dari pihak yang satu yaitu Ayub, sedangkan mata, di pihak yang lain hanya menunggu ketetapan tersebut dan melaksanakannya. Mata tidak berinisiatif membuat ketetapan atau syarat tersebut bahkan memberi ketentuan itu, karena ia tidak mempunyai kekuatan untuk melakukannya. Mazmur 83:6: Sungguh, mereka telah berunding dengan satu hati, mereka telah mengadakan perjanjian untuk melawan Engkau. Kutipan di atas merupakan bagian dari doa pemazmur (pasal 83) kepada Tuhan Allah agar dapat menolong umat Israel dari ancaman musuh-musuhnya. Lawan-lawan umat Israel ini telahmengadakan suatu perjanjian bersama membentuk suatu kekuatan yang besar agar dapat mengalahkan bangsa Israel. Melihat persekutuan yang esar dari lawanlawannya, yaitu orang-orang Edom, Ismael, hagar, Gebal, Amon, Amalek, Filistea, Tirus, juga Asyur bergabung bersama-sama dengan bani Lot, maka pemazmur menaikkan permohonan kepada Tuhan Allah agar menolong mereka dari ancaman tersebut.17 Kata perjanjian di atas melibatkan banyak pihak, yaitu lawanlawan bangsa Israel agar dapat membentuk stau keuatan yang besar untuk mengalahkan umat Israel. Inilah tujuan dari perjanjian yang dilaksanakan di antara lawan-lawan Israel tersebut. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang sama yaitu mau mengalahkan bangsa Israel. Oleh karena itu, kata perjanjian yang dipakai di sini lebih menitikberatkan kepada kesepakatan bersama untuk menciptakan satu persekutuan baru demi kepentingan bersama. Persetujuan yang
16E.S.P. Heavenor, “Ayub”, dalam Donald Guthrie dkk. (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980, hlm. 99. 17 B.W. Anderson, Understanding The Old Testament (4th. Ed.), New Jersey: PrenticeHall, 1986, pp. 541-545.; Leslie S.M’Caw dan J.A. Motyer, “Mazmur”, dalam Donald Guthrie dkk. (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980, h. 218; D.C. Mulder, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1963, hlm. 202-209.
32
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
dilakukan di atas tidak secara langsung memberi hasil yang membahagiakan bagi semua pihak, tetapi nanti setelah perjanjian tersebut diwujudkan dalam pekerjaan yang harus dilakukan, maka barulah dapat diperoleh hasil dari kesepakatan di atas. Yesaya 24:4-6: Bumi berkabung, dan layu, ya, dunia merana dan layu, langit dan bumi merana bersama. Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka melanggar undang-undang Mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi. Sebab itu sumpah serapah akan memamkan bumi, dan penduduknya akan mendapat hukuman, sebab itu penduduk bumi akan hangus lenyap dan manusia akan tinggal sedikit. Kutipan di atas merupakan bagian dari pasal 24 seluruhnya yang menubuatkan tentang kehancuran bagi seluruh bumi, karena ketidakdengar-dengaran manusia kepada Tuhan sehingga datanglah bencana melanda seluruh bumi. Tidak akan ada kuasa manapun yang mampu untuk menghalangi penghukuman ini, sehingga akan meranalah dunia. Bumi seakan-akan tidak ada gairah lagi untuk melanjutkan kehidupan sehari-harinya. Penghukuman ini dialami oleh bumi dan isinya karena perbuatan-perbuatan manusia yang melanggar undangundang, ketetapan-ketetapan serta perjanjian yang diikat sebelumnya.18 Kata perjanjian di atas menunjuk pada peristiwa pemberian hukumhukum serta ketetapan-ketetapan kepada bangsa Israel. Dimana sebagai jawaban umat terhadap permberian tersebut adalah umat Israel harus taat dan setia melakukan kehendak Tuhan serta mengaku bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang patut disembah. Tidak ada Allah lain yang disembah dan dipuja oleh umat Israel. Berdasarkan pengakuan bangsa Israel, serta tanda pemberian tersebut, maka diadakanlah perjanjian sebagai wujud dari kesepakatan bersama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Otto Kaiser, Isaiah 13-19, OTL, Philadelphia: The Westminster Press, 1974.
18
33
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa kata perjanjian akan lebih tepat dimengerti dalam konteks perundingan di antara kedua belah pihak yang menghasilkan suatu kesepakatan bersama demi kemajuan bersama pula. Tidak ada pihak yang merasa dirugikan serta tidak ada pihak yang merasa diuntungkan lebih banyak dari pihak yang lain. Bentuk perjanjian ini melibatkan dua pihak yang sederajt kedudukannya, dimana tidak ada pihak yang lebih tinggi dari pihak yang lain. Hosea 8:1-3: Tiuplah sangkakala. Serangan laksana rajawali atas rumah Tuhan Oleh karena mereka telah melangkahi perjanjianKu dan telah mendurhaka terhadap pengajaranKu KepadaKu mereka berseru-seru: “Ya Allahku, kami Israel mengenal Engkau!” Israel telah menolak yang baik, biarlah musuh mengejar dia. Gema peperangan telah terdengar ketika sangkakala ditiup. Akan ada pertempuran diantara kelompok-kelompok yang berperang, dalam hal ini adalah antara umat Israel dengan lawan-lawannya. Bangsa israel menjadi kelompok yang akan dikalahkan oleh musuhnya ketika Tuhan Allah meninggalkan mereka. Tidak ada yang mampu menolong mereka dari peperangan tersebut di atas. Hal ini akan dialami umat israel karena mereka telah melangkahi dan berlaku curang terhadap perjanjian yang telah diikat Tuhan Allah. Walaupun bangsa israel mengaku mengenal siapakah Tuhan Allah mereka, tetapi dalam perbuatannya ternyata tidak melaksanakan apa yang diperintahkan sesuai dengan yang sudah diajarkan oleh Tuhan Allah.19 Kata perjanjian di atas memperlihatkan tentang kesepakatan yang telah dilakukan sebelumnya antara umat Israel dengan Tuhan Allah melalui Musa di gunung Sinai. Di sana mereka mngaku bahwa Tuhan Allah akan menjadi Allah Israel serta tidak ada lain yang akan mereka sembah kecuali Tuhan Allah nenek moyang bangsa israel. Tetapi dalam perjalanan kehidupan umat selanjutnya, mereka justru melakukan hal yang bertolak belakang dengan tuntutan yang harus dilakukan sebagai umat Allah. Inilah yang membuat Allah tidak akan memperhatikan lagi sehingga musuh-musuh akan mengejar umat Israel. Mereka sungguhsungguh telah melupakan segala ajaran yang telah diberikan kepada umat Israel.
Douglas Stuart, Hosea-Jonah, WBT: World Publishing, 1989, hlm. 79-84.
19
34
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
Dari keterangan di atas kata perjanjian ini melibatkan dua pihak, yaitu Tuhan Allah dengan umat Israel melalui Musa. Hanya disini ditambahkan dengan kata ganti kepunyaan yang menunjuk bahwa perjanjian tersebut adalah dia sendiri. Perjanjian itu memang melibatkan dua pihak tetapi hanya satu pihak yang bergagasan untuk mengadakan perjanjian tersebut. Oleh karena itu, penulis teks ini mau mengatakan bahwa perjanjian yang diikat sebelumnya adalah perjanjian Allah dan yang telah mengikatnya dengan umat pilihanNya yaitu bangsa Israel. Dari penggunaan kata berit di atas yang telah diteliti, dapat diambil kesimpulan seperti di bawah ini: 1. Kata berit dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan perjanjian, persekutuan, kesepakatan, maupun syarat, atau ketentuan. 2. Kata berit dapat melibatkan dua pihak maupun banyak pihak. Perjanjian atau kesepakatan pihak-pihak di dalamnya, ada yang sederajat, ada juga yang tidak sederajat kedudukannya. 3. Kata berit juga hampir selalu dihubungkan dengan tanda-tanda perjanjian sebagai bagi hasil pertemuan atau kesepakatan pihakpihak di atas. KEPUSTAKAAN B.W. Anderson, Understanding The Old Testament (4th. Ed.), New Jersey: Prentice-Hall, 1986; Leslie S.M’Caw dan J.A. Motyer, “Mazmur”, dalam Donald Guthrie dkk. (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980; D.C. Mulder, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1963. Ch. Barth, Theologia Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981. Ch. Barth, Theologia Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982 Douglas Stuart, Hosea-Jonah, WBT: World Publishing, 1989. E.S.P. Heavenor, “Ayub”, dalam Donald Guthrie dkk. (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980. F. Brown, S.R. Driver, Ch. A. Briggs, Gesenius A Hebrew and English Lexicon of The Old Testament, Masachusett: Hendrickson Publisher, 1979.Robert G. Bratcher, Old Testament Quotations in The New Testament, T.K: UBS, 1967. 35
Educatio Christi Nomor : 22 Tahun XX Februari 2015
G.R. Beasley-Murray, “Yehezkiel”, dalam Donald Guthrie dkk. (Ed.) Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980. Henry J. Flanders Jr, Robert Wilson Crapps, David A. Smith, People of the Covenant, (3rd ed.) Oxford: Oxford University Press, 1988. H. Rothlisberger, Tafsiran I Semuel, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1969. Hugh J. Blair, “Yosua”, dalam Donald Guthrie dkk. (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980. John G. Gammie, Holiness in Israel, OBT. Minneapolis: Fortress Press, 1989. Otto Kaiser, Isaiah 13-19, OTL, Philadelphia: The Westminster Press, 1974. Walter Eichrodt, Theology of The Old Testament, Vol. I, Philadelphia: Westminster Press, 1961; J.O. Cobham, “Covenant” dalam Alan Richardson (ed.), A Theological Word Book of The Bible, London: SCM Press, 1962; Weinfeld, “Berit” dalam G. Johanes Botterweck dan Helmer Ringgren (ed.), Theological Dictionary of The Bible, Vol. II, Michigan: Wm.B. Eerdmans. Walter Lempp, Tafsiran Kejadian, Jilih 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1968. Weinfeld, “Berit” dalam G. Johanes Botterweck dan Helmer Ringgren (ed.), Theological Dictionary of The Bible, Vol II, Michigan: Wm. B. Eerdmans. William Dyrness, Themes in Old Testament Theology, Illinois: Inter Varsity, 1990.
36