KONSUMSI DAN PERSEPSI MANFAAT MINUMAN PROBIOTIK PADA LANSIA DI KOTA BOGOR
Oleh: PRITA DHYANI SWAMILAKSITA A54104030
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN Prita Dhyani Swamilaksita (A54104030). Persepsi, Konsumsi, dan Manfaat Minuman Probiotik pada Lansia di Kota Bogor. (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS) Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara konsumsi, dan persepsi manfaat minuman probiotik pada kelompok masyarakat lanjut usia. Sedangkan tujuan khususnya adalah (1) mempelajari karakteristik produk (komposisi dan kandungan gizi, kandungan bakteri asam laktat, dan klaim) minuman probiotik, (2) mempelajari konsumsi minuman probiotik contoh (merek, frekuensi, jumlah, alasan konsumsi, dan pembelian), (3) mengetahui sumber informasi mengenai produk minuman probiotik yang dikonsumsi contoh, (4) mengetahui persepsi contoh terhadap minuman probiotik yang dikonsumsi, (5) mengetahui persepsi contoh terhadap manfaat yang dirasakan setelah mengkonsumsi minuman probiotik, (6) menganalisis hubungan antara konsumsi dan persepsi manfaat minuman probiotik (7) menganalisis hubungan antara persepsi dan pengetahuan contoh, dan (8) menganalisis hubungan konsumsi minuman probiotik terhadap penyakit dan keluhan kesehatan (maag, konstipasi, dan pegel linu). Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan dan teknologi serta memberikan informasi kepada masyarakat terutama lansia mengenai hubungan antara persepsi, konsumsi, dan manfaat minuman probiotik. Selain itu, bagi pemasar produk minuman probiotik dapat membuat strategi pemasaran yang tepat dan untuk pengembangan upaya perlindungan konsumen minuman probiotik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengamatan dilakukan pada satu periode waktu yang bersamaan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah sebanyak 105 orang yang dipilih secara random sampling dengan kriteria contoh adalah lansia berusia ≥ 60 tahun. Selain itu, bugar, tidak mengalami gangguan pendengaran dan buta huruf, mampu berkomunkasi dengan baik, serta bersedia untuk diwawancarai. Merek-merek minuman probiotik yang beredar di pasaran seperti Yakult, Yakult ACE, Taurus Bio-Yoghurt, Vitacharm, Biokul, Queen Yoghurt, Yummy, Mella Yough-Aroom, Calpico, Dutch Mill, dan Activia memiliki karakteristik yang berbeda. Berdasarkan pengalaman mengkonsumsi, sebagian besar contoh (87%) pernah mengkonsumsi minuman probiotik dengan merek yakult (78.1%), mengkonsumsi dengan alasan manfaat kesehatan (54.3%), memiliki frekuensi konsumsi 1 hari sekali (41.9%), dan jumlah konsumsi 1 botol (86.0%). Proporsi terbesar contoh melakukan pembelian sendiri (44.0%), membeli minuman probiotik di toko/minimarket (43.8%), dan hampir seluruh contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik (99.0%) membeli minuman probiotik yang tersimpan di kulkas. Menurut ketersediannya, sebagian besar contoh (84.0%) menyatakan bahwa minuman probiotik yang diinginkan selalu tersedia di pasaran dan lebih dari separuh contoh memiliki loyalitas terhadap merek minuman probitoik yang dikonsumsi (65.7%). Televisi merupakan media yang digunakan sebagian besar contoh (77.8%) untuk memperoleh informasi mengenai minuman probiotik. Berdasarkan sumber informasi terpercaya maka proporsi terbesar contoh (40.0%) memilih dokter/ahli kesehatan, dan lebih dari separuh contoh (65.7%) menginginkan informasi mengenai manfaat kesehatan dari minuman probiotik serta memilih tanggal kadaluwarsa menjadi perhatian utama pada saat pembelian (57.1%).
Lebih dari separuh contoh (50.5%) memiliki persepsi yang baik terhadap minuman probiotik dengan rata-rata contoh memberi penilaian setuju terhadap berbagai karakteristik minuman probiotik yang mencakup atribut fisik dan atribut manfaat yang dimiliki produk. Hampir sebagian besar contoh merasakan manfaat konsumsi probiotik (74.0%) dengan proporsi terbesar merasakan manfaat lebih mudah buang air besar (45.1%) dan sebagian besar contoh yang menkonsumsi minuman probiotik (78.0%) tidak merasakan efek samping setelah mengkonsumsi minuman probiotik Terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi dengan konsumsi minuman probiotik (p<0.01, r=0.579), pengetahuan gizi dengan persepsi (p<0.01, r = 0.285), pengetahuan produk dengan persepsi (p<0.01, r = 0.671), dan frekuensi konsumsi dengan manfaat yang dirasakan (P< 0.01, r = 0.420). Selain itu terdapat hubungan negatif dan tidak signifikan antara konsumsi minuman probiotik dengan konstipasi (r = -0.57), komsumsi minuman probiotik dengan pegel linu (r = -1.37), dan konsumsi minuman probiotik dengan maag (r = -0.73).
KONSUMSI DAN PERSEPSI MANFAAT MINUMAN PROBIOTIK PADA LANSIA DI KOTA BOGOR
Skripsi
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh: PRITA DHYANI SWAMILAKSITA A54104030
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN JUDUL
: KONSUMSI DAN PERSEPSI MANFAAT MINUMAN PROBIOTIK PADA LANSIA DI KOTA BOGOR
Nama
: Prita Dhyani Swamilaksita
Nomor Pokok
: A54104030
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS. NIP. 131 803 658
Mengetahui , Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 17 September 1986. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan suami isteri Bapak Widodo Edy Santoso dan Ibu Dwi Windiati. Penulis menempuh pendidikan TK selama satu tahun di TK Akbar pada tahun 1991. Penulis melanjutkan pendidikan SD selama enam tahun di SDN Pengadilan 4 pada tahun 1992 sampai tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 Bogor pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yakni SMAN 2 Bogor pada tahun 2001 hingga tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat hidayah, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir jaman. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran, membimbing, mengarahkan, memberi saran serta dorongan pada penulis sejak persiapan hingga terselesaikannya skripsi ini dan Bapak Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, motivasi dan masukkan selama kegiatan perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes selaku dosen penguji dan pemandu seminar yang telah meluangkan waktu serta memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada orangtua (Bapak dan Mama), Adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan materil maupun moril, doa, kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, jerih payah, dan restunya yang selalu dan selamanya menjadikan semangat bagi penulis. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah membantu dan memotivasi hingga terselesaikannya skripsi ini: 1. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan berserta staf atas bantuannya dalam perizinan penelitian di Kecamatan Tanah Sareal 2. Kepala
Wilayah
Kecamatan
Tanah
Sareal
beserta
staf
jajaran
kecamatan. 3. Kepala Wilayah Kedung Badak, Kencana, dan Kedung Waringin beserta staf jajaran tingkat kelurahan. 4. Staf Badan Pemerintahan Daerah atas bantuannya dalam penyediaan data lansia di Kota Bogor. 5. Petugas perpustakaan Kota Bogor (Bapak Yanto dkk), Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Faperta, PAU, dan LSI (Bapak Tony dkk). 6. Bapak Ugan, Mas Rena, dan petugas PAP yang telah bersedia memberikan pelayanan administrasi dengan sangat baik. 7. Bapak Mashudi dan Bapak Dian yang banyak memberi saran selama penelitian.
8. Teman-teman statistik’42 (Dini dkk) atas bantuan dan kesabarannya selama pengolahan data. 9. Kak Anita dan Kak Andi atas semangat dan sarannya. 10. Devi Ruspriana atas persahabatan, perhatian, bantuan, kekompakan, semangat, sabar mendengarkan keluh kesah, serta bersama-sama menjalani penelitian di Kota Bogor (I’ll never forget it all…). 11. Rika Yulianti atas doa, bantuan, dan semangatnya (Jangan pernah putus asa ya…semangat!). 12. Teman-teman (Fera, Novita Melanda, Sri) yang telah bersedia menjadi pembahas. (Suci, Kiki, Pitri, dan Shinta) atas tempat kosan, semangat, dan sarannya serta seluruh teman-teman Gamasaker’s 41 lainnya yang telah berbagi ruang dan waktu selama di GMSK, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Terlepas dari kekurangan tersebut, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca atau pihak yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat hidayah, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir jaman. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran, membimbing, mengarahkan, memberi saran serta dorongan pada penulis sejak persiapan hingga terselesaikannya skripsi ini dan Bapak Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, motivasi dan masukkan selama kegiatan perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes selaku dosen penguji dan pemandu seminar
yang
telah
meluangkan
waktu
serta
memberikan
saran
untuk
kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada orangtua (Bapak dan Mama), Adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan materil maupun moril, doa, kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, jerih payah, dan restunya yang selalu dan selamanya menjadikan semangat bagi penulis. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Terlepas dari kekurangan tersebut, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca atau pihak yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...............................................................................................
i
DAFTAR TABEL.........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
vi
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang ...........................................................................
1
Tujuan ........................................................................................
3
Kegunaan Penelitian ..................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
5
Probiotik......................................................................................
5
Manfaat Probiotik ...............................................................
6
Lanjut Usia..................................................................................
10
Penurunan Fisiologis .........................................................
11
Penyakit dan Keluhan Kesehatan ......................................
11
Sumber Informasi ......................................................................
12
Persepsi......................................................................................
13
Persepsi Minuman Probiotik ..............................................
14
Konsumsi Pangan ......................................................................
15
Karakteristik Individu ..................................................................
16
Umur dan Jenis Kelamin ...................................................
16
Pendidikan dan Pekerjaan .................................................
16
Pendapatan ........................................................................
16
Pengetahuan ......................................................................
17
Keluarga .............................................................................
18
Karakteristik Produk ...................................................................
18
Harga .................................................................................
18
Merek .................................................................................
19
Kemasan ...........................................................................
19
Label ..................................................................................
19
Klaim ..................................................................................
19
KERANGKA PEMIKIRAN .........................................................................
21
METODOLOGI ......... .................................................................................
24
Desain, Tempat, dan Waktu .......................................................
24
ii Cara Penarikan Contoh ..............................................................
24
Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................
25
Pengolahan dan Analisis Data ...................................................
25
Definisi Operasional ...................................................................
27
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
29
Keadaan Umum Lokasi Penelitian .............................................
29
Karakteristik Contoh ..................................................................
31
Karakteristik Produk Minuman Probiotik.....................................
34
Konsumsi Minuman Probiotik .....................................................
37
Sumber Informasi ......................................................................
44
Persepsi Contoh terhadap Manfaat yang Dirasakan .................
47
Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman Probiotik dengan Manfaat.......................................................................................
50
Persepsi Contoh terhadap Produk Minuman Probiotik..............
50
Hubungan Persepsi terhadap Konsumsi Minuman Probiotik ....
52
Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi.................................
53
Konsumsi Pangan ......................................................................
54
Penyakit dan Keluhan Kesehatan ..............................................
55
Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman probiotik dengan Keluhan Konstipasi .....................................................................
59
Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman probiotik dengan Keluhan Pegel linu......................................................................
59
Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman probiotik dengan Maag...........................................................................................
60
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
61
Kesimpulan .................................................................................
61
Saran ..........................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
63
LAMPIRAN .................................................................................................
67
iii
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan terkahir .................
32
2.
Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan ...................................
33
3.
Sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan ..............................
33
4.
Sebaran contoh berdasarkan jumlah anggota keluarga ....................
34
5.
Karakteristik produk minuman probiotik berdasarkan komposisi dan kandungan gizi ...........................................................................
6.
Karakteristik produk minuman probiotik berdasarkan kandungan bakteri asam laktat ............................................................................
7.
39
Persentase contoh berdasarkan merek minuman probiotik yang dikonsumsi.........................................................................................
11.
38
Persentase contoh berdasarkan alasan tidak mengkonsumsi minuman probiotik .............................................................................
10.
37
Persentase contoh berdasarkan alasan konsumsi minuman probiotik .............................................................................................
9.
36
Karakteristik produk minuman probiotik berdasarkan klaim kesehatan ..........................................................................................
8.
35
39
Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi minuman probiotik .............................................................................................
40
12.
Sebaran contoh berdasarkan pembelian minuman probiotik ............
42
13.
Sebaran contoh berdasarkan tempat pembelian minuaman probiotik .............................................................................................
14.
42
Sebaran contoh berdasarkan bentuk loyalitas terhadapketersediaan minuman probiotik .............................................................................
44
15.
Persentase contoh berdasarkan sumber informasi ...........................
45
16.
Persentase contoh berdasarkan sumber informasi terpercaya .........
46
17.
Persentase contoh berdasarkan informasi yang diinginkan ..............
46
18.
Persentase contoh berdasarkan perhatian utama dalam pembelian ..........................................................................................
19.
47
Persentase contoh berdasarkan manfaat konsumsi minuman probiotik .............................................................................................
48
20.
Sebaran contoh berdasarkan tingkat keyakinan ...............................
48
21.
Tabulasi silang frekuensi konsumsi minuman probiotik dengan manfaat.................................................................................
50
iv 22.
Sebaran contoh berdasarkan tingkat persepsi ..................................
23.
Sebaran persepsi contoh terhadap berbagai atribut minuman probiotik ............................................................................................
24.
51
51
Sebaran persepsi contoh terhadap berbagai manfaat minuman probiotik ............................................................................................
52
25.
Tabulasi silang persepsi dengan konsumsi minuman probiotik .......
52
26.
Tabulasi silang pengetahuan gizi dengan persepsi ..........................
53
27.
Tabulasi silang pengetahuan produk dengan persepsi ....................
53
28.
Sebaran contoh berdasarkan konsumsi pangan ..............................
55
29.
Persentase contoh berdasarkan jenis penyakit yang pernah diderita ...............................................................................................
30.
56
Persentase contoh berdasarkan jenis penyakit yang sedang diderita ...............................................................................................
56
31.
Persentase contoh berdasarkan jenis keluhan kesehatan ................
58
32.
Tabulasi silang frekuensi konsumsi dengan keluhan konstipasi .......
59
33.
Tabulasi silang frekuensi konsumsi dengan keluhan pegel linu ........
60
34.
Tabulasi silang frekuensi konsumsi dengan maag ............................
60
v
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Bagan kerangka pemikiran penelitian .................................................
23
2.
Bagan metode pengambilan contoh....................................................
25
3.
Komposisi penduduk Kelurahan Kedung Badak .................................
29
4.
Komposisi penduduk Kelurahan Kencana ..........................................
30
5.
Komposisi penduduk Kelurahan Kedung Waringin .............................
31
6.
Sebaran contoh berdasarkan usia ......................................................
31
7.
Sebaran contoh menurut status pernikahan .......................................
34
8.
Sebaran contoh berdasarkan konsumsi minuman probiotik ...............
38
9. Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi minuman probiotik ...............................................................................................
41
10. Sebaran contoh berdasarkan tempat penyimpanan ...........................
43
11. Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan minuman probiotik ..........
43
12. Sebaran contoh berdasarkan informasi minuman probiotik ................
44
13. Sebaran contoh berdasarkan manfaat minuman probiotik ..................
47
14. Sebaran contoh berdasarkan efek samping minuman probiotik .........
49
15. Sebaran contoh berdasarkan keluhan kesehatan ...............................
57
16. Sebaran contoh berdasarkan keluhan konstipasi ...............................
58
vi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Karakteristik berbagai produk minuman probiotik ...............................
68
2.
Kuesioner ............................................................................................
72
PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk Lanjut Usia (Lansia) merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Mursito (2004) menyatakan bahwa tingkat kesehatan kelompok lanjut usia dapat digunakan sebagai tolak ukur tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya. Semakin banyak jumlah penduduk lanjut usia maka tingkat kesehatan masyarakat tersebut semakin baik. Pertumbuhan penduduk lansia (umur > 60 tahun) meningkat secara cepat pada abad 21 ini, yang pada tahun 2000 di seluruh dunia telah mencapai 425 juta jiwa (± 6,8 persen). Angka pertumbuhan lansia di Indonesia mencapai 2,5 persen per tahun, lebih besar dari angka pertumbuhan populasi dunia yang hanya 1,7 persen per tahun. Hingga 30 tahun mendatang, diperkirakan akan terjadi ledakan penduduk lansia mencapai 200-400 persen. Sementara kenaikan populasi penduduk lansia di Indonesia antara tahun 1990 dan 2025 akan mencapai 41, 4 persen dari 32 juta penduduk pada tahun 2002. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan penduduk lansia terjadi secara konsisten dari waktu ke waktu. Pada tahun 2020 jumlah lansia tetap meningkat dan ternyata jumlah Lansia yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (Hermana 2007). Bersamaan dengan bertambahnya usia, terjadi pula penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisik. Penurunan ini terjadi pada semua tingkat seluler, organ, dan sistem. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian penyakit pada lansia. Masalah lain yang timbul adalah menurunnya kemampuan kognitif (gejala ringan adalah mudah lupa dan jika parah akan menyebabkan kepikunan). Ada banyak faktor yang terkait dengan menurunnya kemampuan kognitif pada kelompok lansia seperti faktor gizi dan pola hidup yang sehat. Kemunduran kesehatan pada lansia pun dapat memunculkan berbagai keluhan kesehatan seperti yang pada umumnya terjadi antara lain defisiensi gizi, konstipasi atau sembelit, gangguan tidur, kulit kering, penurunan daya konsentrasi, dan sebagainya (Makalloe 2004). Keluhan-keluhan tersebut mendorong para lansia berupaya mengatasi atau mengurangi gangguan fisik dan psikis yang dialami dengan mengkonsumsi minuman-minuman kesehatan yang saat ini sudah banyak tersedia di pasaran,
2 termasuk minuman probiotik. Menurut Ramadhani (2007) minuman probiotik termasuk ke dalam minuman jenis yoghurt yang berkhasiat untuk memperbaiki penyerapan gizi makanan, mengurangi gangguan usus, memperlambat proses degeneratif alamiah akibat perkembangan bakteri-bakteri merugikan dalam sistem
pencernaan
serta
memperkuat
fungsi
usus
dengan
menjaga
keseimbangan flora usus. Dewasa ini, kesadaran masyarakat terhadap tindakan preventif pada kesehatan dengan mengkonsumsi minuman probiotik semakin meningkat. Hal tersebut diiringi dengan munculnya beragam produk minuman probiotik dengan berbagai merek yang terdapat di pasaran. Promosi mengenai minuman probiotik pun semakin gencar dengan disertai klaim bombastis yang mengindikasikan kearah pengobatan dan manfaatnya terhadap kesehatan. Klaim umum yang terdapat pada minuman probiotik adalah melancarkan gangguan pencernaan dan melindungi pencernaan akibat berbagai kondisi seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS) yang terjadi terutama pada orang tua (Nirmala 2006). Selain itu, baru-baru ini muncul produk yang mengklaim sebagai minuman probiotik rendah lemak. Bentuk produk probiotik pun kini tidak hanya terbatas pada cairan dan krim, tetapi produk probiotik juga dapat diperoleh dalam bentuk suplemen kapsul, dan pil. Bahkan selain dalam bentuk yoghurt dan susu, probiotik pun sudah dapat dijumpai dalam bentuk makanan ringan dan sereal. Konsumsi probiotik secara teratur dapat memberikan beberapa efek positif lain bagi kesehatan. Beberapa manfaat probiotik yang telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah adalah untuk perawatan diare (khususnya diare yang disebabkan oleh rotavirus), mencegah dan merawat infeksi saluran kencing dan saluran genital perempuan, merawat radang usus, mengurangi kanker kandung kemih, perawatan setelah operasi usus, dan mencegah eksim pada anak-anak. Probiotik juga bermanfaat untuk mengurangi efek samping penggunaan antibiotik dan mengurangi gejala-gejala Lactose Intolerance atau gangguan pada perut karena minum susu (Nirmala 2006) . Menurut FAO/WHO (2002), produk minuman probiotik yang baik akan menginformasikan atau mencantumkan dalam labelnya spesifikasi bakteri (termasuk nama taksonomisnya), jumlah bakteri minimum yang tetap hidup di masa akhir umur simpan produk, porsi penyajian yang efektif, penjelasan mengenai efek fisiologis, cara penyimpanan dan penggunaan yang baik, serta akses untuk informasi produk (Lahteenmaki dan Ledeboer 2006).
3 Jumlah diperhatikan
bakteri karena
dalam
minuman
berhubungan
probiotik
dengan
sangat
kemanjuran
penting
produk
untuk
probiotik
bersangkutan dan juga untuk mencegah agar tidak terjadi “overdosis’ meskipun belum ada laporan mengenai efek samping negatif probiotik dalam konsentrasi tinggi. Kelebihan probiotik dalam tubuh biasanya dapat dikeluarkan melalui tinja. Efek samping probiotik cenderung ringan dan bersifat digestif seperti buang angin dan kembung. Namun, efek yang lebih serius bisa saja terjadi. Secara teoretis probiotik dapat menyebabkan infeksi yang membutuhkan perawatan dengan antibiotik, aktivitas metabolik yang tidak sehat, stimulasi sistem kekebalan yang berlebihan, dan transfer gen atau penyisipan material genetik ke dalam sel (Nirmala 2006). Berdasarkan masalah yang telah diuraikan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara persepsi, konsumsi, dan manfaat minuman probiotik pada kelompok masyarakat lanjut usia. Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi dan persepsi manfaat minuman probiotik pada kelompok masyarakat lanjut usia. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mempelajari karakteristik produk (komposisi dan kandungan gizi, kandungan bakteri asam laktat, dan klaim) minuman probiotik. 2. Mempelajari konsumsi minuman probiotik contoh (merek, frekuensi, jumlah, alasan konsumsi, dan pembelian). 3. Mengetahui sumber informasi mengenai produk minuman probiotik yang dikonsumsi contoh. 4. Mengetahui
persepsi
contoh
terhadap
minuman
probiotik
yang
dikonsumsi. 5. Mengetahui persepsi contoh terhadap manfaat yang dirasakan setelah mengkonsumsi minuman probiotik. 6. Menganalisis hubungan antara konsumsi dan persepsi manfaat minuman probiotik. 7. Menganalisis hubungan antara persepsi dan pengetahuan contoh. 8. Menganalisis hubungan konsumsi minuman probiotik terhadap penyakit dan keluhan kesehatan (konstipasi, pegel linu, dan maag).
4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan dan teknologi serta memberikan informasi kepada masyarakat terutama lansia mengenai hubungan antara persepsi, konsumsi, dan manfaat minuman probiotik. Selain itu, bagi pemasar produk minuman probiotik dapat membuat strategi pemasaran yang tepat dan untuk pengembangan upaya perlindungan konsumen minuman probiotik.
TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik adalah suatu preparat yang terdiri dari mikroba hidup, yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia secara oral dengan harapan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan manusia melalui perbaikan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba alami yang tinggal di dalam tubuh manusia. Mikroba alami yang terdapat dalam saluran pencernaan mempunyai peran yang sangat penting bagi kesehatan dan kebugaran tubuh seseorang. Berdasarkan hal tersebut maka teknik probiotik diterapkan untuk meningkatkan kesehatan saluran pencernaan serta sistem imunitas tubuh (Winarno 1997). Salminen et al (2004) mendefinisikan probiotik sebagai sediaan sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan terhadap kesehatan dan kehidupan inangnya. Kriteria yang harus dimiliki oleh suatu probiotik adalah bersifat nonpatogenik dan mewakili mikrobiota normal usus dari inang tertentu, serta masih aktif pada kondisi asam lambung dan konsentrasi garam empedu yang tinggi dalam usus halus. Selain itu, mampu tumbuh dan melakukan metabolisme dengan cepat serta terdapat dalam jumlah yang tinggi dalam usus, dapat mengkolonisasi beberapa bagian dari saluran usus untuk sementara, dapat memproduksi asam-asam organik secara efisien, memiliki sifat antimikroba terhadap bakteri merugikan, mudah diproduksi, mampu tumbuh dalam sistem produksi sekala besar, dan hidup selama kondisi penyimpanan. Vrese et al (2001) menyatakan bahwa tidak semua bakteri asam laktat yang digunakan pada pembuatan yoghurt dapat berfungsi sebagai probiotik, dengan alasan bakteri asam laktat yang terdapat pada yoghurt-yoghurt tradisional
ternyata
tidak
mampu
bertahan
hidup
hingga
usus
halus.
Susanti et al (2007) menyatakan bahwa bakteri-bakteri yang tidak berfungsi sebagai probiotik lebih sensitif terhadap pH lambung, garam empedu, lisozim, dan senyawa antimikroba seperti bakteri-bakteri yang digunakan secara luas pada produk fermentasi susu. Fuller (1992) menyatakan bahwa pada umumnya bakteri yang dapat berfungsi sebagai probiotik tergolong dalam bakteri asam laktat yang mampu melewati lambung dan dapat bertahan pada saluran pencernaan. Bakteri asam laktat yang dapat digunakan sebagai probiotik adalah Saccharomyces boulardii, Lactobacillus acidophilus, L. plantarum, Lactobacillus GG, L. casei, L. brevis, L. delbrueckii, Streptococcus salivarius, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium
6 infants, Enterococcus faecium, dan Loctococcus lactis. Menurut Nirmala (2006) bakteri yang memiliki sifat probiotik diantaranya adalah golongan Bifidobacterium (B. Bifidum, B. breve, B. longum, B. Infants, dan B. Adolescents) dan golongan Lactobacillus (L. casei, L. acidophilus, L. Johnsonii, dan L. reuteri). Jenie (2007) menyatakan bahwa Bifidobacterium animalis adalah salah satu golongan Bifidobacterium yang memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan usus. Manfaat Probiotik Di saluran usus manusia terdapat lebih dari 100 trilyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri tersebut bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok masyarakat mikroba di dalam tubuh manusia yang disebut miklofora usus atau kadang-kadang secara singkat hanya disebut sebagai flora usus. Terdapat dua kelompok bakteri dalam flora usus, yaitu yang membantu kesehatan dan yang bersifat pathogen (Winarno 2003). Jenie (2007) menyatakan bahwa koloni bakteri dominan di dalam usus adalah bifidobacteria dengan jumlah 108-109 cfu/g. Bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh artinya dapat melakukan peranan yang sangat berguna dalam aspek gizi, serta pencegahan penyakit. Mereka mampu memproduksi zat-zat gizi essensial seperti vitamin dan asam organik, yang kemudian diserap dari usus dan dimanfaatkan oleh epitelium dinding usus dan organ vital tubuh lain seperti hati. Asam organik yang diproduksi memiliki kemampuan menekan pertumbuhan kuman patogen dalam usus dengan cara menurunkan pH usus. Sedangkan bakteri patogen adalah bakteri yang mampu menghasilkan racun, seperti hasil metabolisme dan senyawa yang bersifat karsinogenik. Bila bakteri patogen tersebut lebih mendominasi kehidupan bakteri yang bermanfaat maka zat gizi essensial tidak lagi dapat diproduksi dan sebaliknya jumlah senyawa yang membahayakan semakin meningkat sehingga dapat menjadi faktor penunjang terhadap berlangsungnya proses penuaan, menstimulir timbulnya penyakit kanker, penyakit hati dan ginjal, hipertensi, aterosklerosis, dan menurunnya imunitas tubuh (Winarno 1997). Mikroba yang menguntungkan bagi kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan flora usus jika dikonsumsi dalam jumlah yang memadai disebut probiotik. Bakteri yang digunakan sebagai probiotik sebagian besar merupakan bakteri asam laktat, tetapi kini mulai pula digunakan Bacillus spp, khamir (Saccharomyces spp), dan Aspergillus spp (Winarno 2003). Fermented Milks and Lactic Acid Bacteria Association (2000) mensyaratkan jumlah minimal 1x107
7 Bifidobacteria setiap satu g atau ml produk probiotik. Jumlah minimal sel probiotik yang dapat memberikan efek kesehatan kurang lebih 1x105 sel hidup setiap g atau ml produk. Namun, jumlah tersebut sebenarnya sangat tergantung dari jenis makanan serta strain yang digunakan (Rahayu 2004). Antoine (2007) menyatakan bahwa probiotik memiliki banyak fungsi di dalam usus yaitu membantu fermentasi dalam usus besar, detoksifikasi, mempersingkat waktu transit, metabolisme kolesterol, sistem pertahanan, respon imun, mencegah laktosa intoleran, keseimbangan epitel, dan membantu metabolisme sel. Sedangkan Varavithya (2007) mengungkapkan bahwa bakteri baik yang terkandung dalam probiotik
dapat
mencegah Irregular bowel
movement, mencegah konstipasi, mencegah infeksi serta mencegah dan mengatasi penyakit alergi. Disamping itu, probiotik juga memiliki berbagai fungsi yang lain, yaitu: 1. Menghambat proses penuaan Pada orangtua (lansia) jumlah Bifidobacteria mengalami penurunan drastis atau bahkan menjadi musnah. Clostridia termasuk C. perferinges secara bermakna meningkat jumlahnya dan Lactobacilli, Streptococci, serta Enterobactericiae juga meningkat. Fenomena tersebut merupakan akibat dari suatu proses penuaan yang sedang terjadi. Kenyataan tersebut menunjukan bahwa manfaat mempertahankan kehadiran bakteri Bifidobacteria di dalam usus besar untuk menghambat proses penuaan (Winarno 1997). 2. Meningkatkan pertumbuhan dan daya cerna Winarno (1997) menyatakan bahwa keberadaan Bifidobacteria longun dalam usus erat kaitannya dengan meningkatnya jangka hidup pada tikus percobaan. Sebagian besar spesies Bifidobacteria mampu memetabolisir seyawa polisakarida dan oligosakarida yang tidak dapat dicerna sehingga menjadi asam asetat dan asam laktat dimana E. coli dan C. perferingens tidak mampu melakukannya. Sedangkan Nakazawa dan Hosono (1992) menyatakan bahwa tikus yang diberi yoghurt menunjukan pertambahan berat badan dan ini semua berhubungan dengan daya cerna/absorpsi yang baik. 3. Mempercepat waktu transit (Mencegah Konstipasi) Probiotik dapat aktif sampai usus dimana di dalam usus bakteri-bakteri tersebut memproduksi asam organik dan menurunkan pH sehingga dapat mempercepat waktu transit di usus (Jenie 2007).
8 4. Mengatasi Laktose Intolerance Laktose intolerance merupakan gejala malabsorpsi laktosa yang banyak dialami oleh penduduk di beberapa negara Asia dan Afrika. Faktor utama penyebabnya adalah terbatasnya enzim laktase tubuh sehingga tidak mampu mencerna
dan
menyerap
laktosa
dengan
sempurna.
Hal
tersebut
mengakibatkan mual, diare, atau gejala sakit perut setelah mengkonsumsi susu. Penelitian membuktikan bahwa susu dapat dikonsumsi oleh penderita Lactose intolerance apabila di dalamnya ditambahkan kultur starter. Menurut Jenie (2007), probiotik dapat mengatasi lactose intolerance karena bakteri asam laktat di dalamnya dapat menguraikan laktosa susu menjadi monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Kedua monosakarida tersebut mudah dicerna atau diserap oleh tubuh. 5. Memberi pengaruh pada jalur gastrointestinal Pengaruh yang diberikan antara lain menurunkan bakteri yang merugikan pada usus dan menekan aktivitas metaboliknya. Selain itu, bakteri asam laktat juga memberi efek menurunkan bakteri yang merugikan serta dapat meningkatkan total motilitas pada usus. 6. Menormalkan pergerakan usus Bakteri asam laktat berperan dalam pergerakan usus karena kegiatannya pada jalur gastrointestinal. Padatan yang terdapat pada fase normal adalah 10-30%. Bila jumlah padatan pada feses melebihi 30% maka seseorang dapat dikatakan mengalami konstipasi, sedangkan bila dibawah 10% maka dikatakan sebagai diare (Hartanti 2007). Nakazawa dan Hosono (1992) menunjukan bahwa konsumsi yoghurt dapat meningkatkan Bifidobacterium spp. pada usus dan menormalkan pergerakan usus. 7. Mencegah Diare L. casei, L. acidophilus, dan L. Bulgaricus memproduksi agen antimikoba seperti acidophilin dan bulgarican yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam usus (Jenie 2007). 8. Menigkatkan sistem imunitas Bakteri asam laktat dapat meningkatkan β-limfosit yang membantu menghancurkan benda asing, meningkatkan IgA, IgB, dan IgM yang berperan sebagai antibodi, dan menigkatkan sel interferon yang dapat membantu sel darah putih melawan penyakit.
9 9. Menurunkan kolesterol darah Bakteri asam laktat dapat mengatur pelepasan kolesterol dari hati menuju darah (Nakazawa dan Hosono 1992). Kusumawati (2002) juga menyatakan bahwa isolate bakteri asam laktat dapat mereduksi kolesterol serum darah dan dapat mempertahankan keseimbangan mikroflora usus. 10. Mencegah kanker Winarno (1997) menyatakan bahwa bakteri asam laktat dapat membuat senyawa racun menjadi tidak aktif. Senyawa racun tersebut merupakan zat karsinogenik yang dihasilkan dari metabolisme triptofan, fenol, amine, dan senyawa nitroso yang diproduksi bakteri usus. Selain itu, senyawa racun dihasilkan dari pencernaan lemak dalam jumlah yang besar yang akan menstimulasi sekresi empedu sehingga asam empedu dan kolesterol meningkat. Peningkatan senyawa tersebut dirubah oleh bakteri usus ke dalam asam empedu sekunder, derivatif, aromatik polisiklik hidrokarbon, astrogen, dan epoxida yang ada hubungannya dengan proses karsinogenik. 11. Mencegah infeksi urogenital Berdasarkan penelitian terhadap wanita yang mengalami infeksi vagina, kemudian
mengkonsumsi
yoghurt
secara
teratur
yang
mengandung
L. acidophilus maka kejadian infeksi mengalami penurunan dibandingkan dengan wanita yang tidak mengkonsumsi yoghurt (Jenie 2007). 12. Mengobati TBC Penderita TBC umumnya mengalami defisiensi gizi meskipun tidak semuanya. Jika tidak terjadi defisiensi gizi, penderita cukup diberikan suplemen peningkat sistem kekebalan tubuh. Sedangkan jika mengalami defisiensi gizi yang ditandai dengan kadar albumin rendah maka diperlukan suplemen dan multivitamin. Selain vitamin A, penderita TBC dengan defisiensi gizi membutuhkan tambahan mineral seng serta zat besi (Fe). Penderita TBC umumnya mengkonsumsi obat dalam jangka waktu lama sehingga memerlukan vitamin K. Hal tersebut dikarenakan flora usus penderita rusak akibat pemaikaian antibiotik jangka panjang sehingga produksi vitamin K secara alami juga megalami gangguan. Sedangkan untuk mengembalikan keseimbangan bakteri dalam ususnya diperlukan tambahan prebiotik dan probiotik (Nirmala 2006).
10 Lanjut Usia (Lansia) Usia lanjut merupakan masa penutup dari tahapan kehidupan manusia. Usia 60 tahun biasa dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Namun demikian, akhir-akhir ini besar umur tidak digunakan sebagai patokan yang pasti karena adanya perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain. Hal tersebut seiring dengan kondisi kehidupan dan perawatan kesehatan fisik dan mental yang lebih baik sehingga banyak orang yang sudah berusia 65 tahun sampai awal 70-an belum menunjukan tanda-tanda fisik dan mentalnya (Nasoetion dan Wirakusumah 1991). Tahapan kehidupan terakhir ini sering dibagi menjadi “tahapan usia lanjut dini” yang berkisar antara 60-70 tahun dan “usia lanjut” yang berkisar antara 70 tahun sampai akhir kehidupan (Nasoetion dan Wirakusumah 1991). Sementara Latifah (1999) menyatakan bahwa dalam data kependudukan Indonesia, istilah lansia mengacu kepada orang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Untuk analisis kependudukan lebih rinci biasanya penduduk lansia dibedakan dalam dua kelompok, yaitu young-old (60-69 tahun) dan old-old (70 tahun ke atas). Wirakusumah (2000) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang menjadi tua, baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan, yaitu: 1. Faktor genetika yang merupakan faktor bawaan (keturunan) yang berada pada setiap individu 2. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang berkaitan dengan diet, kebiasaan merokok, minum alkohol, kafein, tingkat polusi, pendidikan, pendapatan, dan sebagainya. 3.
Faktor endogenik yang terkait dengan proses penuaan (perusakan sel yang berjalan seiring perjalanan waktu). Sementara Astawan dan Wahyuni (1988) menyatakan bahwa proses
menua timbul karena berkurangnya jumlah sel-sel baru yang mempunyai kemampuan mengganti sel-sel yang vital bagi kehidupan, sel-sel yang dibentuk di usia lanjut berbeda dan tidak lebih baik kualitasnya dari sel-sel yang dibentuk pada usia muda. Terjadinya proses metabolisme kompleks selama hidup menyebabkan semakin ausnya organ-organ tubuh, keturunan (hereditas), dan farktor psikologis yang bersifat menekan kejiwaan. Kondisi tubuh yang menurun merupakan bagian dari proses penuaan. Penuaan terbagi menjadi dua, yaitu : (1) penuaan eksternal yang dapat dilihat dari perubahan kulit, rambut, gigi, dan lain-lain, (2) penuaan internal yang terjadi
11 di dalam tubuh. Penuaan eksternal dan internal tidak dapat dipisahkan dan terus berlangsung. Penuaan yang terjadi pada masa ini akan berpengaruh terhadap masalah gizi dan kesehatan (Turner et al 1991). Penurunan Fisiologis Perubahan komposisi tubuh yang terjadi saat seseorang memasuki usia lanjut meliputi dua hal yaitu peningkatan dan penurunan fungsi organ. Peningkatan yang terjadi adalah peningkatan jumlah lemak. Sedangkan penurunan yang terjadi adalah kekuatan otot, jumlah total air tubuh, penciuman, perasa, produksi asam lambung dan enzim pencernaan, lapisan otot halus, fungsi hati, sistem kekebalan, kerja jantung, fungsi paru-paru, dan penurunan kemampuan otak (Wirakusumah 2000). Astawan dan Wahyuni (1988) menyatakan bahwa keadaan fisiologik kesehatan yang semakin melemah serta daya tahan tubuh para lanjut usia yang cenderung menurun terhadap gangguan dari luar akan lebih mempermudah serangan penyakit bila tidak disertai tindakan-tindakan pencegahan dalam hal kesehatan. Hampir seluruh sistem dalam tubuh mengalami gangguan antara lain sistem imunologik (kekebalan), sistem pencernaan, sistem metabolik, sistem pancaindera, sistem penglihatan, sistem pernafasan, dan sistem persendian. Penurunan sistem dan fungsi tubuh tersebut mengakibatkan timbulnya beberapa penyakit seperti kardiovaskular (hipertensi, jantung koroner, dan stroke), penyakit persendian dan tulang, penyakit metabolik (diabetes mellitus), penyakit paru-paru, penyakit saluran pencernaan, dan penyakit mata (Nasoetion dan Briawan 1993). Selain itu, sikap hidup, cara hidup dan perasaan atau emosi akan mempengaruhi perubahan mental lansia (Wirakusumah 2000). Penyakit dan Keluhan Kesehatan Menurut BPS (2004), keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh kondisi kesehatan, kejiwaan, kecelakaan atau hal lain. Berbagai penyakit degeneratif juga dapat dipicu akibat konsumsi pangan yang tidak baik (Nasoetion dan Briawan 1993). Selain itu, masalah kesehatan pada lansia juga berhubungan dengan kebiasaan merokok. Kebiasaan tersebut dapat mengakibatkan penyakit kronis seperti kanker (Turner et al 1991). Arisman (2002) menyatakan bahwa penyakit yang sering diderita lansia adalah penyakit kardiovaskuler, muskoskeletal, TBC paru, bronchitis, asma, penyakit gusi, mulut, saluran cerna, sistem saraf, dan infeksi. Gangguan kesehatan lain yang sering diderita pada lansia adalah osteoporosis atau kekeroposan tulang. Kondisi ini
12 sering kali ditandai dengan keadaan tulang yang menjadi tipis, rapuh, dan mudah patah karena menurunnya massa tulang (Kasdu 2002). Proses penuaan juga merupakan penyebab meningkatnya prevalensi penderita osteoarthritis dan arthritis gout akut akibat pengapuran. Pengapuran menyebabkan tulang rawan pada sendi menipis sehingga timbul tulang muda (spur) sebagai kompensasi menggantikan tulang yang menipis tadi. Kondisi inilah yang mengakibatkan rasa nyeri yang umum terjadi di daerah lutut, pinggul, dan pinggang bawah (Wirakusumah 2000). Menurut Oswari (1997), pada lansia sering pula terjadi gangguan mata akibat proses menua. Katarak adalah suatu penyakit kekaburan lensa mata. Orang yang terkena katarak, penglihatannya makin lama makin kabur seperti tertutup asap. Sakit dada di daerah jantung yaitu pada kiri depan yang terjadi mendadak juga perlu mendapat perhatian. Sakit demikian bisa disebabkan oleh gangguan otot jantung dan peradangan pada pembungkus jantung. Sakit dada yang tembus ke belakang kadang-kadang disebabkan oleh masuk angin atau dapat pula disebabkan oleh tukak lambung (sakit maag). Sedangkan gejala hipertensi adalah pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, dan tengkuk terasa pegal. Kondisi hilangnya atau menurunnya selera makan yang terjadi pada seseorang disebut dengan anoreksia. Gustatory papillae (bintil perasa) mulai kurang sensitif menjelang usia lanjut sehingga selera makan menurun (Wirakusumah 2000). Wirakusumah (2000) pun menyatakan bahwa konstipasi sangat umum diderita lansia. Gerakan otot pada usus dan aktivitas gastrointestinal semakin menurun dengan bertambahnya usia. Selain kurangnya serat, dehidrasi atau kurangnya aktivitas juga merupakan penyebab utama terjadinya konstipasi. Pencegahan yang sederhana adalah dengan meningkatkan konsumsi serat dan cairan dalam diet serta konsumsi minuman probiotik. Selain itu, Anemia juga merupakan penyakit yang sering terjadi pada lansia akibat penurunan kapasitas sumsum tulang belakang dan respon hormonal terhadap tekanan secara haematologi. Sumber Informasi Konsumen
membutuhkan
informasi
karena
informasi
mempunyai
berbagai fungsi bagi konsumen. Informasi membantu konsumen untuk mengambil keputusan dengan rasional dan efisien sehingga konsumen dapat menggunakan sumberdayanya dengan baik. Informasi juga dapat mengurangi resiko ketidakpastian. Konsumen membutuhkan informasi yang benar karena
13 informasi yang salah bukan hanya akan berakibat fatal, tetapi juga akan menghilangkan kepercayaan konsumen kepada produsen (Mather 2006). Kebutuhan informasi semakin penting pada era industrialisasi ini karena beragam produk makanan dan minuman menghadirkan berbagai macam merek kepada konsumen. Kotler (2002) menggolongkan informasi konsumen ke dalam empat kelompok, yaitu (1) sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, dan kenalan), (2) sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, dan pajangan di toko), (3) sumber publik (media massa), dan (4) sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk). Selain itu, Kotler (2002) menyatakan bahwa jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi tersebut berbeda tergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli. Menurut Kotler (2002), pada umumnya konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu produk dari sumber komersial, yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Tiap informasi menjalankan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Informasi komersial biasanya menjalankan fungsi pemberi informasi, sedangkan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi dan evaluasi. Persepsi Schiifman dan Kanuk (1994) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimulus ke dalam pemahaman dan gambar-gambar yang masuk akal. Menurut Mowen dan Minor (2002), persepsi merupakan suatu proses dimana individu mencari informasi, memperoleh informasi, dan memahaminya. Sedangkan Sumarwan
(2004)
mendefinisikan
persepsi
adalah
bagaimana
seorang
konsumen melihat relitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya. Pengetahuan dan persepsi biasanya berbentuk kepercayaan, yaitu konsumen mempercayai bahwa produk memiliki sejumlah atribut (Schiifman dan Kanuk 1994). Mowen dan Minor (2002) menyatakan bahwa adanya perbedaan persepsi antara konsumen yang satu dengan yang lain dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan budaya. Sedangkan menurut Kotler (2002), persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama disebabkan oleh proses pembentukan persepsi yang mengalami tiga tahap, yaitu perhatian selektif, distorsi selektif, dan ingatan atau retensi selektif. Berdasarkan teori persepsi diri menurut Engel et al (1994), kekuatan eksternal atau alasan untuk melaksanakan suatu perilaku bekerja menentang
14 orang yang menghubungkan kinerja perilaku dengan motivasi eksternal. Insentif menggambarkan alasan eksternal untuk pembelian produk. Konsumen yang membeli suatu produk disertai oleh insentif kurang, mungkin menghubungkan pembelian tersebut dengan sikap yang mendukung produk dibandingkan dengan konsumen yang membeli tanpa insentif. Insentif mencakup jajaran luas alat-alat promosi seperti korting harga, premium, kontes, undian, rabat, dan kupon. Persepsi Terhadap Minuman Probiotik Engel et al (1995) menyatakan bahwa proses keputusan pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang didefinisikan sebagai suatu persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses kebutuhan. Berdasarkan penelitian Ramadhani (2007), seseorang cenderung mengkonsumsi minuman probiotik untuk manfaat utama sebagai minuman yang menunjang kesehatan. Sedangkan alasan atau motivasi utama karena kandungan probiotiknya yang baik untuk kesehatan. Lingkungan sosial yang mempengaruhi persepsi dalam mengkonsumsi minuman probiotik adalah keluarga, saudara, dan teman atau kenalan, yang cenderung memilih minuman probiotik yang mempunyai banyak pilihan rasa. Ramadhani (2007) pun mengungkapkan bahwa sumber informasi yang digunakan oleh konsumen berasal dari berbagai macam media dengan informasi
produk
yang
dirasa
penting
oleh
konsumen
adalah
tanggal
kadaluwarsa. Mengenai manfaat lain dari minuman probiotik selain manfaat utama sebagai minuman yang dapat membantu kesehatan preventif, sebagian besar konsumen tidak mengetahuinya. Namun sebagian kecil responden mengetahui manfaatnya hanya sebagai pelepas dahaga. Bagi konsumen, kemasan merupakan hal yang penting dari suatu produk khususnya minuman probiotik karena akan memberikan kesan ketika pertama kali konsumsi. Kemasan yang paling banyak diinginkan adalah kemasan sederhana yang meliputi tampilan warna, informasi produk, dan bahan kemasan yang cenderung biasa dengan harapan kemudahan serta kenyamanan dari kemasan tetap baik (Ramadhani 2007). Selain kemasan, atribut lain yang penting dalam minuman probiotik adalah klaim. Lahteenmaki dan Ledeboer (2006) menyatakan bahwa beberapa produk probiotik dipasarkan dengan klaim mengenai manfaat terhadap usus. Namun, hal tersebut justru hingga saat ini masih menimbulkan pertanyaan konsumen mengenai validitas klaim, ketepatan pesan yang disampaikan, keamanan dan efikasi bakteri probiotik, dan harapan konsumsi probiotik.
15 Konsumsi Pangan Konsumsi adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), konsumsi makanan adalah jumlah makanan (tunggal atau beragam) yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Sedangkan Harper et al (1985) menyatakan bahwa konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi yang pada gilirannya zat gizi tersebut berfungsi untuk menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan pertumbuhan, serta memperbaiki jaringan tubuh. Selain dipengaruhi oleh karakteristik individu, Suhardjo (1989) menyatakan bahwa pandangan dan kepercayaan penduduk termasuk juga pengetahuan mereka tentang ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari berbagai faktor penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan. Menurut Suhardjo (1989), terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan , yaitu (1) Karakteristik individu yang meliputi umur, jenis kelamin, pendapatan, pengetahuan gizi, dan kesehatan; (2) Karakteristik makanan yang meliputi rasa, rupa, tekstur, bentuk, bumbu, tipe, dan kombinasi; (3) Karakteristik lingkungan yang meliputi musim, pekerjaan, mobilitas, perpindahan penduduk, jumlah keluarga, dan tingkat sosial. Nasoetion dan Briawan (1993) menyatakan bahwa konsumsi pangan yang tidak teratur dan tidak seimbang dapat menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif. Sebaliknya, konsumsi pangan yang cukup dan seimbang dapat membantu terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh. Konsumsi pangan pada lanjut usia hendaknya memperhatikan faktor-faktor berikut Nasoetion dan Briawan (1993): a) Mengandung cukup zat gizi sesuai dengan persyaratan kebutuhan manula dalam jumlah maupun komposisinya b) Susunan konsumsi makanan berasal dari kelompok pangan yang beragam c) Makanan hendaknya banyak mengandung serat (seralia, sayuran, dan buah) untuk menghindari konstipasi d) Menghindari makanan olahan yang banyak menggunakan bumbu yang merangsang saluran cerna seperti pedas, asin, dan asam
16 e) Menghindari pemakaian garam terlalu banyak, merokok, dan minuman beralkohol. Konsumsi pangan yang salah akan menyebabkan ketidakseimbangan zat gizi makro ataupun mikro yang akan memperburuk keadaan kondisi lansia yang kondisinya memang sudah menurun (Nasoetion dan Briawan 1993). Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin Sumarwan (2004) menyatakan bahwa memahami usia konsumen adalah penting karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda pula. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Menurut Kotler (2002), umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam pembuatan keputusan untuk menerima segala sesuatu yang baru seperti barang dan jasa. Hal tersebut disebabkan oleh umur yang berpengaruh terhadap kecepatan seseorang dalam menerima informasi baru. Seorang yang berumur relatif muda akan relatif lebih cepat dalam menerima sesuatu yang baru. Menurut Schiffman dan Kanuk (1994), pada setiap masyarakat sangat umum sekali untuk menemukan sesuatu produk yang khusus diasosiasikan pada jenis kelamin tertentu. Oleh sebab itu, jenis kelamin telah menjadi dasar segmentasi pasar yang digunakan pada berbagai produk. Pendidikan dan Pekerjaan Menurut Sumarwan (2004), pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang konsumen. Selanjutnya, profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi proses keputusan pada konsumsi seseorang. Konsumen yang memiliki pendidikan baik akan sangat responsif terhadap informasi yang diterimanya. Pendidikan juga dapat mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk atau merek. Perbedaan pendidikan akan menyebabkan perbedaan selera konsumen. Semua konsumen dengan tingkat pendidikan yang berbeda adalah konsumen yang potensial bagi barang dan jasa. Pendapatan Teori Engel menyatakan bahwa semakin sejahtera seseorang maka semakin kecil presentase pendapatannya untuk membeli makanan (Sumarwan 2004). Menurut Suhardjo dan Hardinsyah (1987), rendahnya pendapatan (kemiskinan) merupakan salah satu penyebab rendahnya konsumsi pangan
17 serta buruknya status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh, rentan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas kerja, dan menurunkan pendapatan. Pada akhirnya masalah pendapatan rendah, kurangnya konsumsi, kurang gizi, dan rendahnya mutu hidup dapat membentuk siklus yang amat berbahaya. Besar kecilnya pendapatan yang diterima keluarga dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan dan status pekerjaan maka semakin besar pendapatan keluarga. Sumarwan
(2004)
menyatakan
bahwa
pendapatan
merupakan
sumberdaya material bagi konsumen untuk membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan yang diperoleh akan menggambarkan besarnya daya beli konsumen. Pendapatan yang diukur dari konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima individu, melainkan pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga. Menurut Tucker dan Bunarapin (2001), lansia sangat bergantung pada keluarganya dalam masalah ekonomi, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diterima atau tidak memiliki pendapatan sama sekali. Pengetahuan Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan (Engel et al 1994). Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2002), pengetahuan konsumen adalah sejumlah pengalaman dan informasi tentang produk atau jasa tertentu yang dimiliki oleh seseorang. Meningkatnya
pengetahuan
konsumen
akan
memungkinkan
bagi
konsumen tersebut berpikir tentang produk di antara sejumlah dimensi yang lebih besar dan membuat perbedaan yang baik diantara merek-merek. Berikut ini adalah cara untuk memperoleh pengetahuan (Mowen dan Minor (2002): 1. pembelajaran kognitif (membentuk asosiasi di antara konsep), 2. pembelajaran melalui pendidikan (perolehan informasi melalui iklan, wiraniaga, dan usaha konsumen sendiri dalam mencari data), dan 3. pembelajaran melalui pengalaman (pengetahuan melalui kontak nyata dengan produk). Pengetahuan termasuk di dalamnya pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal. Semakin tinggi pendidikan formal, semakin luas wawasan berpikir sehingga lebih banyak informasi yang diserap. Namun bukan berarti seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah, kurang mampu menyusun makanan memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan yang tingkat pendidikannya lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
18 faktor seperti sumber informasi yang digunakan sehingga mempengaruhi pengetahuan gizinya (Nauli 2006). Keluarga Keluarga adalah lingkungan mikro atau lingkungan yang paling dekat dengan konsumen. Keluarga adalah tempat konsumen tinggal dan berinteraksi dengan angota-anggota keluarga lainnya. Keluarga akan mempengaruhi perilaku konsumen karena disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1) berbagai macam produk dan jasa dibeli oleh beberapa orang konsumen yang mengatasnamakan sebuah keluarga dan (2) produk dan jasa yang digunakan oleh keluarga seringkali dibeli oleh anggota (individu), tetapi pengambilan keputusannya dipengaruhi oleh keluarga (Sumarwan 2004). Sumarwan (2004) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi barang atau jasa. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan mengkonsumsi pangan lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit. Jumlah anggota keluarga akan menggambarkan potensi permintaan terhadap suatu produk dari sebuah rumah tangga. Karakteristik Produk Harga Menurut Sumarwan (2004), harga adalah atribut produk atau karakteristik produk yang paling sering digunakan oleh sebagian besar konsumen untuk mengevaluasi produk. Harga merupakan faktor utama yang dipertimbangkan masyarakat dalam memilih produk atau jasa sehingga konsumen menjadi sangat sensitif terhadap harga. Harga merupakan salah satu kriteria evaluasi yang penting bagi konsumen. Pilihan terhadap suatu produk akan sangat dipengaruhi oleh pertimbangan harga yang dialami konsumen. Meskipun begitu, terdapat variasi yang luas dalam kepentingan harga antar konsumen maupun produk sehingga kepekaan harga konsumen kerap digunakan sebagai dasar untuk pemasaran. Namun, konsumen tidak selalu mencari harga semurah mungkin atau bahkan rasio harga-kualitas terbaik. Faktor-faktor lain seperti kenyamanan atau nama merek mungkin lebih dianggap penting (Engel et al 1994). Mowen & Minor (2002) menyatakan bahwa pada kondisi tertentu konsumen menghubungkan harga dengan kualitas barang. Berdasarkan riset bahwa kombinasi karakteristik produk dengan harga akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas produk. Dengan kata lain konsumen yang
19 memiliki beragam informasi terhadap suatu produk maka kecil kemungkinan menggunakan harga sebagai indikator kualitas produk. Merek Sumarwan (2004) menyatakan bahwa merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa yang digunakan sebagai simbol atau indikator kualitas dari sebuah produk. Merek-merek produk yang sudah dikenal akan menjadi sebuah citra atau bahkan menjadi simbol status bagi produk tersebut. Menurut Engel et al (1994), merek memiliki tiga dimensi yaitu atribut fisik (warna, harga, dan bahan), atribut fungsional (konsekuensi pemakaian), dan karakterisasi atau kepribadian merek yang dirasakan oleh konsumen. Kemasan Teks atau tulisan pada kemasan biasanya memuat hal-hal seperti klaim yang menunjukan manfaat produk, komposisi kandungan bahan dari produk yang dilengkapi dengan jumlah kadarnya, dosis yang menunjukan aturan pakai, indikasi yang menunjukan keuntungan dari konsumsi produk, dan petunjuk lainnya seperti cara penyimpanan yang baik dan peringatan pemakaian jika produk tersebut memiliki efek yang keras (Olivia et al 2006). Label Label adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada atau merupakan bagian kemasan pangan. Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, bahwa selain wajib mencantumkan label dalam kemasan, dan atau di kemasan pangan, keterangan pada label harus benar dan tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar atau bentuk apapun lainnya (Badan POM 2003). Klaim Sumarwan (2004) menyatakan bahwa klaim merupakan salah satu bentuk informasi yang diberikan oleh produsen kepada konsumen. Terdapat dua jenis klaim yaitu klaim objektif dan klaim subjektif. Klaim objektif merupakan suatu informasi yang diberikan oleh produsen mengenai karakteristik suatu produk. Kebenarannya dapat dibuktikan melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang telah ada. Sedangkan, Klaim subjektif merupakan informasi yang bersifat subjektif dan sukar dibuktikan kebenarannya. Menurut Hariyadi (2005),
klaim kesehatan adalah pernyataan yang
menunjukan adanya hubungan antara gizi atau senyawa lain dalam produk
20 pangan dan penyakit atau kondisi kesehatan lainnya. Klaim kesehatan dapat digunakan baik untuk produk pangan biasa (konvensional) ataupun pangan suplemen. Secara umum, peraturan mengenai pelabelan dan iklan pangan menyatakan bahwa (1) produk pangan bukan obat, (2) hanya diperbolehkan pada hal-hal yang didukung oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan (telah mendapat significant scientific agreement) dari masyarakat ilmiah, (3) untuk senyawa tertentu, kandungan ambang signifikannya perlu diperhatikan sehingga manfaat kesehatannya dapat dijamin, (4) klaim kesehatan tidak diperbolehkan pada produk pangan yang mengandung total lemak, lemak jenuh, kolesterol, dan sodium tinggi.
KERANGKA PEMIKIRAN Seiring dengan jumlah lansia di Indonesia yang semakin meningkat maka perhatian yang harus diberikan kepada kelompok ini pun semakin besar. Gizi dan kesehatan lansia adalah salah satu masalah yang harus segera diperhatikan karena dengan keadaan gizi yang baik diharapkan para manula akan tetap sehat, segar, dan bersemangat dalam berkarya. Melalui gizi yang baik, usia produktif dapat ditingkatkan sehingga tetap dapat ikut serta dalam pembangunan (Astawan dan Wahyuni 1988). Namun kenyataannya, pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan seperti proses penurunan fungsi-fungsi organ tertentu dan tubuh secara umum yang tak dapat terhindarkan. Proses tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperi stress, trauma, dan penyakit. Menurut teori kekebalan, pada masa lansia, tubuh kehilangan kemampuan untuk menjaga diri dari penyakit dan sel yang malfungsi Latifah (1999). Selain itu, pada masa lansia tubuh mulai rentan dikarenakan daya tahan tubuh yang semakin menurun. Hal inilah yang kemudian memunculkan berbagai penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan pada lansia seperti pegel linu, lemah, letih, lesu, pusing, nyeri pinggang, sesak nafas, kesemutan, nafsu makan menurun, susah buang air besar, mual, dan sariawan. Kondisi tubuh yang kurang sehat akibat pola hidup sehat yang tidak dipenuhi dengan baik pada lansia dapat dicegah salah satunya dengan cara mengkonsumsi minuman kesehatan, seperti minuman probiotik. Menurut Suhardjo (1989), tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan , yaitu karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendapatan, pengetahuan gizi, dan kesehatan), karakteristik makanan (rasa, rupa, tekstur, bentuk, komposis, tipe, dan kombinasi), dan karakteristik lingkungan (musim, pekerjaan, mobilitas, jumlah keluarga, dan tingkat sosial). Disamping itu, konsumsi pangan pun sangat dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap pangan yang akan dikonsumsi Schiifman dan Kanuk (1994). Sumarwan (2004) menyatakan bahwa persepsi konsumen berarti kemampuan konsumen untuk mengamati keadaan di sekelilingnya. Keputusan konsumen untuk melakukan pembelian ditentukan oleh persepsinya terhadap suatu produk. Menurut Schiifman dan Kanuk (1994), pengetahuan dan persepsi biasanya berbentuk kepercayaan, yaitu konsumen mempercayai bahwa produk memiliki sejumlah atribut.
22 Pada penelitian ini, konsumsi minuman probiotik sangat dipengaruhi oleh pengetahuan contoh yang meliputi pengetahuan gizi dan pengetahuan produk. Selain itu, konsumsi pun dipengaruhi oleh pendapatan, riwayat kesehatan, dan persepsi yang dimiliki contoh mengenai sejumlah atribut yang dimiliki oleh produk minuman probiotik baik itu atribut fisik produk maupun atribut manfaat yang dimiliki produk. Kemudian, konsumsi minuman probiotik akan memberikan konstribusi terhadap kesehatan seperti manfaat yang dirasakan. Manfaat yang dirasakan contoh setelah mengkonsumsi minuman probiotik dipengaruhi oleh frekuensi pangan contoh sehari-hari, kemudian manfaat yang dirasakan akan mempengaruhi contoh dalam pembelian produk minuman probiotik yang kemudian akan mempengaruhi konsumsi minuman probiotik. Persepsi yang baik terhadap minuman probiotik dipengaruhi oleh sumber informasi dan karakteristik produk yang mencakup berbagai atribut termasuk atribut fisik dan manfaat kesehatan minuman probiotik. Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
23
Pendapatan
Riwayat kesehatan Pengetahuan Gizi Pengetahuan Produk
Konsumsi Minuman probiotik
Manfaat Kesehatan yang dirasakan
Sumber Informasi
Persepsi terhadap produk
Karakteristik Produk
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian
Frekuensi Konsumsi pangan
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
desain
cross
sectional study,
yaitu
pengamatan dilakukan pada satu periode waktu yang bersamaan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Lokasi penelitian tersebut dipilih dengan pertimbangan: (1) Kemudahan akses karena dekat dengan domisili peneliti, (2) Tempat yang strategis (pusat kota) yang berkembang dengan pesat dan diduga banyak mendapatkan dampak akibat perkembangan masyarakat, teknologi, dan industri, serta (3) Keragaman latar belakang soisal ekonomi masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2008 hingga April 2008. Cara Penarikan Contoh Nasoetion dan Wirakusumah (1991) menyatakan bahwa penduduk lansia dibedakan dalam dua kelompok, yaitu usia lanjut dini (60-70 tahun) dan usia lanjut (70 tahun ke atas). Berdasarkan hal tersebut maka contoh dalam penelitian adalah lansia berusia ≥ 60 tahun. Selain itu, bugar, tidak mengalami gangguan pendengaran dan buta huruf, mampu berkomunkasi dengan baik, serta bersedia untuk diwawancarai. Jumlah total penduduk usia lanjut di kota Bogor tahun 2006 adalah sebanyak 50.156 jiwa (Badan Pusat Statistik 2007). Dengan menggunakan rumus Slovin dengan batas kesalahan 10%, menghasilkan jumlah responden minimal yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sebanyak 100 orang. Berikut ini adalah rumus perhitungan ukuran responden menurut Slovin (Umar 2005): n =
N (1+ N e2)
n
=
50.156 (1+ (50.156 x 0.12)
=
99,8
=
100 orang
Keterangan : n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= persen kelonggaran ketidaktelitian untuk kesalahan pengambilan responden yang masih dapat ditolerir dan diinginkan, dimana dalam penelitian ini adalah 10 persen
25 Berdasarkan jumlah contoh minimal tersebut diambil 105 orang contoh dalam penelitian ini. Teknik yang digunakan dalam pengambilan contoh adalah probability sampling, yaitu dengan random sampling. Contoh dipilih secara acak pada lokasi yang telah ditentukan secara purposive. Kota Bogor (Purposive)
Kecamatan Tanah Sareal (Purposive)
Kelurahan Kedung Badak
Kelurahan Kencana
(n=35)
Kelurahan Kedung Waringin
(n=35)
(n=35)
Gambar 2 Bagan metode pengambilan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan pengisian langsung dengan responden yang meliputi karakteristik sosial ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat konsumsi pangan, konsumsi minuman probiotik, persepsi, sumber informasi, pengetahuan gizi, pengetahuan produk, manfaat konsumsi, dan efek samping konsumsi minuman probiotik. Sedangkan data mengenai karakteristik produk yang mencakup merek-merek minuman probiotik yang ada di pasaran beserta ukuran kemasan, berat isi, harga, komposisi dan kandungan gizi, kandungan bakteri asam laktat, dan klaim dikumpulkan dengan cara survei pasar dan pencatatan. Sebelum disebarkan kepada contoh, dilakukan pengujian terhadap reabilitas alat ukur pengetahuan gizi, pengetahuan produk, dan persepsi. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 15 orang dengan nilai Alpha Cronbach sebesar 0.736 untuk pengetahuan gizi, 0.626 untuk pengetahuan produk, dan 0.691 untuk persepsi. Berdasarkan Simamora (2004), pada α = 0.05 dan n = 15, maka data tersebut telah reliabel (nilai Alpha Cronbach > 0.513). Data sekunder berupa karakteristik lingkungan lokasi penelitian dikumpulkan melalui pencatatan berdasarkan data yang tersedia di lokasi penelitian. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak komputer Microsoft Excel dan SPSS 13.00 for Windows. Analisis dilakukan secara deskriptif dan inferensia. Analisis secara deskriptif
26 dilakukan dengan menghitung frekuensi contoh berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status pernikahan, besar keluarga, pengetahuan gizi, pengetahuan produk, sumber informasi, konsumsi produk, persepsi, dan riwayat konsumsi pangan. Sedangkan analisis inferensia yang digunakan adalah korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara persepsi, konsumsi, dan manfaat minuman probiotik. Tingkat pengetahuan gizi contoh diperoleh dengan cara memberikan 20 pertanyaan berbentuk benar dan salah mengenai gizi dan kesehatan secara umum. Sedangkan tingkat pengetahuan produk diperoleh dengan cara memberikan 10 pertanyaan berbentuk benar dan salah mengenai karakteristik produk secara umum. Masing-masing pertanyaan diberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Skor pengetahuan gizi dan pengetahuan produk contoh merupakan perbandingan antara skor yang diperoleh dengan skor maksimal yaitu 20 untuk pengetahuan gizi dan 10 untuk pengetahuan produk, kemudian dikalikan 100%. Selanjutnya, tingkat pengetahuan gizi contoh dikategorikan dengan menetapkan cut off point dari skor. Menurut Khomsan (2000), kategori untuk tingkat pengetahuan gizi dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Baik (skor>80%), 2. Sedang (Skor 60-80%) 3. Kurang (skor<60%). Persepsi contoh terhadap minuman probiotik diukur dengan meminta contoh untuk memberikan penilaian terhadap karakteristik produk minuman probiotik secara umum. Penilaian tersebut merupakan penilaian contoh berdasarkan hasil tangkapan seluruh indera, pengetahuan, dan pengalaman contoh dalam mengkonsumsi minuman probiotik. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan lima skala, yaitu tidak tahu (1), sangat tidak setuju (2), tidak setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5). Tingkat persepsi contoh ditentukan berdasarkan kelas interval dari total skor persepsi contoh. Adapun penentuan kelas interval persepsi contoh adalah sebagai berikut (Nauli 2006): Kelas Interval = (Skor maksimum-Skor minimum)/Jumlah kategori 1. Kurang
: 20≤skor≤46.7
2. Sedang
: 46.7<skor≤73.3
3. Baik
: 69.7<skor≤95
27 Definisi Operasional Lanjut usia adalah tahapan kehidupan terakhir yang terbagi menjadi “tahapan usia lanjut dini” yang berkisar antara 60-70 tahun dan “usia lanjut” yang berkisar antara 70 tahun sampai akhir kehidupan (Nasoetion dan Wirakusumah 1991). Contoh adalah orang yang berusia ≥ 60 tahun, bugar, tidak mengalami gangguan pendengaran dan buta huruf, mampu berkomunikasi dengan baik, serta bersedia untuk diwawancarai.. Minuman probiotik adalah minuman kesehatan yang mengandung bakteri baik, yang sangat berguna bagi kesehatan. Frekuensi konsumsi probiotik adalah berapa kali contoh mengkonsumsi minuman probiotik yang dikategorikan berdasarkan hari. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh minuman probiotik. Kemasan adalah wadah minuman probiotik yang berfungsi untuk melindungi produk dan menarik perhatian konsumen.
Persepsi adalah hasil penilaian terhadap berbagai atribut atau karakteristik produk minuman probiotik yang didasarkan atas hasil tangkapan seluruh indera, pengetahuan, serta, pengalaman contoh dalam mengkonsumsi minuman probiotik tersebut. Sumber informasi adalah media-media yang digunakan contoh untuk memperoleh informasi mengenai minuman probiotik seperti teman, keluarga, televisi, radio, Koran, majalah, dan sebagainya. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh contoh. Tingkat pendapatan adalah jumlah pendapatan contoh yang dihasilkan per bulan dari pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, atau pemberian dari orang lain yang dinilai dalam rupiah. Tingkat pengetahuan gizi adalah skor yang diperoleh contoh dari 20 pertanyaan mengenai gizi yang diajukan dalam kuesioner. Tingkat pengetahuan produk adalah skor yang diperoleh contoh dari 10 pertanyaan mengenai minuman probiotik yang diajukan dalam kuesioner. Manfaat kesehatan adalah dampak positif bagi kesehatan yang dirasakan contoh setelah mengkonsumsi minuman probiotik.
28 Efek Samping adalah dampak negatif bagi kesehatan yang dirasakan contoh setelah mengkonsumsi minuman probiotik. Penyakit yang pernah diderita adalah penyakit yang diderita contoh semasa hidupnya (dari lahir) dan sudah tidak diderita selama satu bulan terakhir. Penyakit yang sedang diderita contoh adalah penyakit yang dialami contoh satu bulan terakhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kedung Badak Kelurahan Kedung Badak terletak di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 200 Ha. Menurut batas wilayahnya, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sukaresmi, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kedung Halang dan Kelurahan Cibuluh, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kebon Pedes dan Kelurahan Tanah Sareal, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kedung Jaya. Keadaan penduduk Kelurahan Kedung Badak pada akhir Bulan Januari tahun 2008 sebanyak 28.710 jiwa yang tersebar dalam pembagian wilayah di 100 RT dan 14 RW. Sebagian besar penduduk beragama Islam (76.8%). Pada umumnya mata pencaharian penduduk Kelurahan Kedung Badak adalah buruh, pegawai negeri, pedagang, TNI/Polri, sopir, pengusaha, tukang kayu, montir, pengrajin, penjahit, tukang becak, dokter, dan peternak. Sebaran penduduk menurut tingkat pendidikannya adalah tamat SD (15.8%), SLTP (15.6%), SLTA (23.4%), lainnya belum sekolah, tidak tamat SD, Diploma (D1-D3), dan Sarjana (S1-S3). Komposisi penduduk Kelurahan Kedung Badak berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 3. 465 660
60-64
1239 1237 1475
50-54 40-44
2761 1219
30-34
2503 2260 2560
20-24
2935 2892 3038
10-14 thn 0-4
3457 0
1000
2000
3000
4000
Sumber: Data Monografi Kelurahan Kedung Badak Tahun 2008
Gambar 3 Komposisi penduduk Kelurahan Kedung Badak Kelurahan Kencana Kelurahan Kencana terletak di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 227,727 Ha, ketinggian tanah 350 m diatas permukaan laut, suhu udara rata-rata 21-32oC, dan curah hujan 4000 mm/thn. Menurut batas wilayahnya, sebelah utara berbatasan dengan Desa waringin
30 Jaya, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cilebut Barat, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukadamai, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Mekarwangi. Keadaan penduduk Kelurahan Kencana pada akhir bulan Januari 2008 sebanyak 10.635 jiwa yang tersebar dalam pembagian wilayah di 45 RT dan 9 RW. Sebagian besar penduduk beragama islam (95.3%). Pada umumnya mata pencaharian penduduk Kelurahan Kencana adalah pedagang, pegawai negeri sipil, TNI/Polri, karyawan swasta, petani, buruh tani, pertukangan, dan pensiunan. Sebaran penduduk menurut tingkat pendidikannya adalah tamat SD (1.6%), SLTP (20.3%), SLTA (15%), lainnya tidak tamat SD, Diploma (D1-D3), dan Sarjana (S1-S3). Komposisi penduduk Kelurahan Kencana berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 4. 226 200 234
60-64 50-54
382 545 541
40-44
732 1006 1005 994 892 1038
30-34 20-24 10-14 thn
1213 0-4
1627 0
500
1000
1500
2000
Sumber: Data Monografi Kelurahan Kencana Tahun 2008
Gambar 4 Komposisi Penduduk Kelurahan Kencana Kelurahan Kedung Waringin Kelurahan Kedung Waringin terletak di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 151,352 Ha. Menurut batas wilayahnya, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Cibadak, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kedung Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Menteng, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Curug dan Cilendek Timur. Keadaan penduduk Kelurahan Kedung Waringin pada akhir Bulan Januari tahun 2008 sebanyak 22.237 jiwa yang tersebar dalam pembagian wilayah di 60 RT dan 12 RW. Keberadaan pendidikan di Kelurahan Kedung Waringin sudah cukup memadai, hal tersebut dapat dilihat dari data pendidikan dan sarana pendidikan yang ada. Demikian juga tentang sosial budaya dan kesehatan. Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah tersebut sebanyak 11 buah, yaitu TK (3 buah), SD (4 buah), SLTP (3 buah), dan SLTA (1 buah). Sedangkan sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Kedung Waringin sebanyak 23 unit, yaitu Poliklinik (2 unit), Apotik (3 unit), Posyandu (14 unit), dan dokter praktek (4 unit).
31 Perekonomian masyarakat Kelurahan Kedung Waringin bila dilihat dari struktur penduduk menurut mata pencaharian tercatat paling besar jumlahnya adalah sebagai buruh, selebihnya sebagai pegawai negeri dan karyawan swasta. Komposisi penduduk Kelurahan Kedung Waringin berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 5. 1060 1459 1271 1429 1470 1651 1437 1753 1585 1791 1692 1695 1858
60-64 50-54 40-44 30-34 20-24 10-14 thn
2086
0-4 0
500
1000
1500
2000
2500
Sumber: Data Monografi Kelurahan Kedung Waringin Tahun 2008
Gambar 5 Komposisi Penduduk Kelurahan Kedung Waringin Karakteristik Contoh Usia dan Jenis Kelamin Nasoetion dan Wirakusumah (1991) mengelompokkan lanjut usia menjadi dua kelompok, yaitu “usia lanjut dini” yang berkisar antara 60-70 tahun dan “usia lanjut” yang berkisar lebih dari 70 tahun. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (78.1%) berusia antara 60-70 tahun dan sebagian kecil (21.9%) berusia lebih dari 70 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, 50.5% contoh berjenis kelamin laki-laki dan sisanya sebanyak 49.5% contoh berjenis kelamin perempuan.
22%
60 - 70 >70
78%
Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan usia Kotler (2002) menyatakan bahwa usia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi
seseorang
dalam
pembuatan
keputusan
untuk
menerima segala sesuatu yang baru seperti barang dan jasa. Seorang yang
32 berumur relatif muda akan relatif lebih cepat dalam menerima sesuatu yang baru. Menurut Schiffman dan Kanuk (1994), jenis kelamin telah menjadi dasar segmentasi pasar yang digunakan pada berbagai produk karena pada setiap masyarakat sangat umum sekali untuk menemukan sesuatu produk yang khusus diasosiasikan pada jenis kelamin tertentu. Pendidikan Menurut Sumarwan (2004), tingkat pendidikan akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi yang diterimanya. Pendidikan juga dapat mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk atau merek. Perbedaan pendidikan akan menyebabkan perbedaan selera konsumen. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan akhir yang telah ditempuhnya dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan akhir No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pendidikan Akihir Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA/SMEA Diploma Sarjana Total
n 2 26 14 38 9 16 105
% 1.9 24.8 13.3 36.2 8.6 15.2 100.0
Tingkat pendidikan akhir yang ditempuh oleh contoh tersebar pada tingkat SD, SMP, SMA, Diploma, dan Sarjana. Proporsi contoh terbesar berpendidikan akhir tamat SMA/SMEA (36.2%) dan diikuti oleh tingkat pendidikan akhir tamat SD (24.8%). Hanya sebagian kecil contoh memiliki tingkat pendidikan akhir tamat SMP, Diploma, dan Sarjana (13.3%, 8.6%, dan 15.2%). Selain itu, terdapat pula sebagian kecil contoh (2.0%) yang tidak pernah mendapatkan pendidikan formal. Pekerjaan Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang konsumen. Selanjutnya, profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi proses keputusan pada konsumsi seseorang (Sumarwan 2004). Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh contoh (53.3%) tidak bekerja, sedangkan sisanya (46.7%) masih bekerja. Proporsi contoh terbesar (21.9%) memiliki pekerjaan sebagai petani, peternak, buruh tani,
33 buruh cuci, dan guru ngaji. Sedangkan bagi kelompok yang tidak bekerja, proporsi terbesar (27.6%) adalah ibu rumah tangga. Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan No.
Kelompok
1.
Bekerja
2.
Tidak Bekerja
Jenis Pekerjaan Karyawan/swasta Wiraswasta/pedagang Lainnya Total Pensiun PNS Pensiun TNI/POLRI IRT Total Total
n 17 9 23 49 22 5 29 56 105
% 16.2 8.6 21.9 46.7 21.0 4.8 27.6 53.3 100.0
Pendapatan Pendapatan
lansia
sangat
dipengaruhi
oleh
pendidikan
dan
pekerjaannya. Pada usia lansia yang tidak memiliki pendapatan karena sudah tidak bekerja, mereka biasa menggantungkan kehidupan ekonominya pada keluarga. Tucker dan Bunarapin (2001) menyatakan bahwa lansia sangat bergantung pada keluarganya dalam masalah ekonomi, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diterima atau tidak memiliki pendapatan sama sekali. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa jumlah pendapatan yang diperoleh akan menggambarkan besarnya daya beli dari konsumen. Pendapatan yang diukur dari konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima individu, melainkan
pendapatan
yang
diterima
oleh
seluruh
anggota
keluarga.
Berdasarkan Tabel 3, proporsi contoh terbesar (46.7%) adalah berpendapatan Rp 500.000–1.000.000. Sedangkan hanya sebagian kecil (2.9% dan 1.9%) contoh yang berpendapatan Rp 2.000.000-3.000.000 dan Rp >3.000.000. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Pendapatan (Rp) <500.000 500.000-1.000.000 1.000.000-2.000.000 2.000.000-3.000.000 >3.000.000 Total
n 22 49 29 3 2 105
% 21.0 46.7 27.6 2.9 1.9 100.0
Status Pernikahan dan Besar Keluarga Sebaran contoh menurut status pernikahan (Gambar 7) menunjukan bahwa sebagian besar contoh (75.0%) berstatus menikah, sedangkan sisanya (25.0%) contoh berstatus tidak menikah (cerai mati).
34
25%
Kawi n Cer ai
75%
Gambar 7 Sebaran contoh menurut status penikahan Latifah (1999) menyatakan bahwa secara perlahan namun pasti, seorang lanjut usia akan kehilangan pekerjaannya, pasangan hidupnya, dan teman-teman dekatnya. Pada masyarakat Timur, anak yang beranjak dewasa satu per satu mulai meninggalkan rumah dan adakalanya
pada usia ini mulai ditinggal
pasangan (Arisman 2002). Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh contoh (57.1%) memiliki jumlah anggota keluarga 3-5 orang. Sedangkan sebagian kecil (13.3%) contoh memiliki jumlah anggota keluarga ≥6 orang. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jumlah anggota keluarga No. 1. 2. 3.
Anggota Keluarga ≤ 2 Orang 3-5 Orang ≥ 6 Orang Total
n 31 60 14 105
% 29.5 57.1 13.3 100.0
Karakteristik Produk Minuman Probiotik Saat ini, telah banyak produk minuman probiotik yang beredar di pasaran dengan berbagai merek, kemasan, dan harga. Pasar minuman probiotik tidak lagi hanya dikuasai oleh merek Yakult yang memang sejak lama telah mendominasi pasar minuman probiotik dengan slogannya sebagai pelopor minuman probiotik. Merek-merek berikutnya yang muncul di pasar minuman probiotik adalah Vitacharm, Biokul, Queen Yoghurt, Yummy, MellaYough-Aroom, Calpico, dan Dutch Mill. Baru-baru ini kembali muncul minuman probiotik dengan merek baru yaitu, Yakult ACE dan Activia. Merek-merek tersebut menawarkan berbagai kelebihan seperti volume yang lebih besar, memiliki kandungan vitamin, rendah lemak, kandungan probiotik yang lebih banyak, dan manfaat untuk kesehatan, serta harga yang lebih murah. Komposisi dan kandungan gizi pun bervariasi antar merek satu dengan merek yang lain. Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, komposisi dan kandungan gizi pada berbagai merek minuman probiotik berbeda. Komposisi yang paling umum digunakan adalah air, susu bubuk skim, gula pasir,
35 kultur, dan perisa. Namun, terdapat beberapa produk yang mengandung pengawet (Vitacharm, Biokul, dan Calpico) dan pewarna (Vitacharm, Queen Yoghurt, Yummy, Dutch Mill, dan Activia). Selain itu terdapat pula produk yang memiliki kandungan vitamin B6, B12, D, dan Niasin (Yakult ACE). Tabel 5 Karakteristik produk minuman probiotik berdasarkan komposisi dan kandungan gizi Komposisi dan Kandungan Gizi Air Susu sapi segar Susu sapi rendah lemak Susu bubuk Susu bubuk skim Yoghurt Gula pasir Sukrosa Glukosa Kalsium laktat Asam sitrat Natrium sitrat Acetylated distarch adipate Gelatin Protein susu Pektin Niasin Vitamin B6 dan B12 Vitamin D Inulin Keragenan Kultur Konsentrat Krim Penstabil Pengemulsi Perisa Pewarna makanan Pemberi aroma Selai/sari/jus buah Ket:
1. 2. 3. 4.
Yakult Yakult ACE Taurus Bio-Yoghurt Vitacharm
1 V
2 V
3
4 V
5 V
Merek 6 7 8 V V V
9 V
10 V
11
12 V
V V
V V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V V V
V
V V
V V V V
V
V V V V V V
V V V
V V V
V
V
V
V
V
V
V
V
V V V
5. 6. 7. 8.
Biokul Cair Biokul Krim Queen Yoghurt Yummy
V
V V V V
V
V
V
V
V V V V
V V V
V
V
V V
V
V
V V
9. Mella Yough-Aroom 10. Calpico 11. Dutch Mill 12. Activia
Nauli (2006) menyatakan bahwa kandungan vitamin dapat menjadi nilai tambah bagi produk, sedangkan kandungan pengawet dan pewarna dapat menjadi nilai kurang bagi produk. Menurut Widianarko (2002), pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki makanan, memeberi kesan menarik bagi kosumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna akibat pengolahan dan penyimpanan.
36 Menurut Hull et al (1992), selain komposisi dan kandungan gizi, minuman probiotik pun harus memiliki bakteri yang berfungsi sebagai probiotik. Pada umumnya, bakteri yang dapat berfungsi sebagai probiotik tergolong dalam bakteri asam laktat. Berikut ini adalah kandungan bakteri asam laktat pada beberapa merek minuman probiotik: Tabel 6 Karakteristik produk minuman probiotik berdasarkan kandungan bakteri Asam laktat BAL
1 V
L. casei shirota strain L. acidophilus S. acidophilus L. bulgaicus S. thermophilus Bifidobacterium L. casei Lactobacillus Bifidobacterium animalis Ket:
1. 2. 3. 4.
Yakult Yakult ACE Taurus Bio-Yoghurt Vitacharm
2 V
3
4
5
Merek 6 7 8
V
V
V
V
V V V
V
V
10
V V
V V
Biokul Cair Biokul Krim Queen Yoghurt Yummy
12
V V
V 5. 6. 7. 8.
11
V V V V
V V
9
V V
9. Mella Yough-Aroom 10. Calpico 11. Dutch Mill 12. Activia
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, kandungan bakteri asam laktat pada berbagai merek minuman probiotik berbeda. Bakteri yang umum
dikandung
oleh
minuman
probiotik
termasuk
dalam
kelompok
L.actobacillus, Streptococcus, dan Bifidobacterium. Ketiga kelompok bakteri asam laktat tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu memperkuat fungsi usus dengan menjaga keseimbangan flora usus. Namun berdasarkan spesifikasinya, Winarno (1997) menyatakan bahwa Bifidobacterium dapat menghambat proses penuaan, memperbaiki daya cerna, dan mencegah kanker. Sedangkan, Jenie (2007) menyatakan bahwa Lactobacillus dan Streptococcus dapat mempercepat waktu transit, menormalkan pergerakan usus, mencegah diare, dan mencegah infeksi urogenital pada perempuan. Berkembangnya produk-produk baru minuman probiotik di pasaran meningkatkan upaya produsen untuk menarik hati konsumen dengan promosi yang semakin gencar dengan disertai klaim bombastis yang mengindikasikan kearah pengobatan dan manfaatnya terhadap kesehatan. Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, klaim kesehatan pada berbagai merek minuman probiotik berbeda. Terdapat produk yang memiliki satu klaim kesehatan seperti menjaga keseimbangan mikroorganisme baik di dalam usus (Yakult), rendah lemak (Queen Yoghurt), serta kaya akan zat gizi dan kalsium (Dutch Mil).
37 Selain itu, terdapat pula produk yang memiliki lebih dari satu klaim seperti Yakult ACE, Vitacharm, Taurus Bio-Yoghurt, dan Activia. Namun, beberapa produk tidak memiliki klaim kesehatan yaitu Biokul, Yummy, Mella Yough-Aroom, dan Calpico. Olivia et al (2006) menyatakan bahwa klaim merupakan bentuk informasi yang diberikan oleh produsen kepada konsumen mengenai karakteristik suatu produk, klaim pada kemasan bertujuan untuk menunjukan manfaat produk. Tabel 7 Karakteristik produk minuman probiotik berdasarkan klaim kesehatan Klaim Kesehatan Menjaga keseimbangan mikroorganisme baik di dalam usus Mampu meningkatkan daya tahan tubuh Mengandung vitamin B dan D Mengandung kultur hidup prebiotik dan probiotk Lebih efektif dan bermanfaat Rendah lemak Mengandung New Multi-Probiotic ABC Memberikan pertahanan menyeluruh pada sistem pencernaan Membantu menekan bakteri merugikan Membantu keseimbangan miklofora usus Kaya akan zat gizi dan kalsium Mengandung probiotik ekslusif Membantu mempertahankan fungsi saluran cerna Ket:
1. 2. 3. 4.
Yakult Yakult ACE Taurus Bio-Yoghurt Vitacharm
5. 6. 7. 8.
1
2
V
V
3
4
5
Merek 6 7 8
9
10
11
12
V V V V
Biokul Cair Biokul Krim Queen Yoghurt Yummy
V
V V V V V V V V 9. Mella Yough-Aroom 10. Calpico 11. Dutch Mill 12. Activia
Selain komposisi dan kandungan gizi, kandungan bakteri asam laktat, dan klaim, produk minuman probiotik yang beredar di pasaran tersedia dalam kemasan botol (cair) dan cup (krim). Volume kemasan pun bervariasi, yaitu 65-200 ml dan 120 gram untuk kemasan botol, sedangkan 100-200 ml dan 80 gram untuk kemasan cup. Harga yang ditawarkan masing-masing merek berkisar antara Rp 1.150-5.850 per kemasan. Karakteristik beberapa produk minuman probiotik secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Konsumsi Minuman Probiotik Konsumsi adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Pada
38 Gambar 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (87%) pernah mengkonsumsi minuman probiotik. Sisanya (13%) tidak pernah mengkonsumsi minuman probiotik.
13%
Per nah Ti dak per nah
87%
Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi minuman probiotik Motivasi Konsumsi Pengalaman konsumsi minuman probiotik dipengaruhi oleh motivasi contoh. Motivasi contoh merupakan refleksi dari alasan contoh dalam mengkonsumsi minuman probiotik. Schiffman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa motivasi dapat digambarkan seperti tenaga pendorong dari dalam individu yang dibentuk oleh pusat ketegangan untuk melakukan sesuatu akibat kebutuhan
yang
tidak
terpenuhi.
Individu
berusaha
untuk
mengurangi
ketegangan tersebut melalui perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan dan mengurangi stres yang mereka rasakan. Tabel 8 Persentase contoh berdasarkan alasan konsumsi minuman probiotik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Alasan Konsumsi Rasanya enak Klaim kesehatan Manfaat bagi kesehatan Harga murah/terjangkau Mudah didapat Penghilang dahaga Menghambat proses penuaan dini Menghaluskan kulit Mencegah/mengobati konstipasi Menyembuhkan diare Menurunkan kolesterol Lainnya
n 41 5 57 17 18 5 2 2 7 2 8 5
% 39.0 4.8 54.3 16.2 17.1 4.8 1.9 1.9 6.7 1.9 7.6 4.8
Pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh contoh (54.3%) mengkonsumsi minuman probiotik dengan alasan manfaat bagi kesehatan. Rasa yang enak merupakan alasan yang paling banyak diungkapkan contoh (39.0%) setelah manfaat kesehatan. Menurut Nauli (2006), rasa merupakan salah satu atribut yang penting dalam produk pangan karena akan mempengaruhi kesukaan
39 dan pada akhirnya akan mempengaruhi konsumsi. Rasa yang enak dapat menjadi alasan seseorang mengkonsumsi suatu produk pangan. Selain itu, contoh yang tidak mengkonsumsi minuman probiotik pun memiliki alasan yang mendorong untuk tidak mengkonsumsi minuman probiotik. Pada tabel 9 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh contoh (51.1%) yang tidak mengkonsumsi memiliki alasan tidak mengetahui minuman probiotik dan tidak mengetahui manfaatnya. Alasan lainnya adalah harganya mahal, tidak suka, dan merasa tidak memerlukannya. Tabel 9 Persentase contoh berdasarkan alasan tidak mengkonsumsi minuman probiotik No. 1. 2. 3. 4.
Alasan Tidak Konsumsi Tidak menngetahui minuman probitoik Tidak tahu manfaatnya Harganya mahal Lainnya
n 8 8 1 3
% 51.1 51.1 7.1 21.4
Merek Minuman Probiotik Mengkonsumsi minuman probiotik dikenal sebagai tindakan preventif (pencegahan) pada gangguan kesehatan. Saat ini, kesadaran masyarakat terhadap tindakan preventif pada kesehatan dengan mengkonsumsi minuman probiotik semakin meningkat. Hal tersebut diiringi dengan munculnya beragam produk minuman probiotik dengan berbagai merek yang terdapat di pasaran. Tabel 10 Persentase contoh berdasarkan merek minuman probiotik yang dikonsumsi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Jenis Minuman Probiotik Yakult Yakult ACE Vitacharm Taurus BioYoghurt Biokul Queen Yoghurt Yummy Mella Yough-Aroom Calpico Dutch Mill Activia Kefir
n 82 3 37 0 0 6 0 0 1 0 0 4
% 78.1 2.9 35.2 0.0 0.0 5.7 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 3.8
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa merek minuman probiotik yang dikonsumsi
contoh
cukup
beragam.
Sebagian
besar
contoh
(78.1%)
mengkonsumsi minuman probiotik dengan merek Yakult dan sepertiga contoh (35.2%) mengkonsumsi minuman probiotik dengan merek Vitacharm.
40 Merek Yakult lebih banyak dikonsumsi oleh contoh diduga disebabkan Yakult merupakan merek yang sudah lama beredar di pasaran sehingga lebih dikenal dan memiliki reputasi yang baik di masyarakat. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa yang digunakan sebagai simbol atau indikator kualitas dari sebuah produk. Merek-merek produk yang sudah dikenal akan menjadi sebuah citra atau bahkan menjadi simbol status bagi produk tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pula bahwa terdapat contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik lain, yaitu Kefir. Omoy (2008) mengemukakan bahwa kefir adalah susu fermentasi yang memiliki rasa, warna, dan konsistensi yang menyerupai yoghurt, serta memiliki aroma khas yeasty (seperti tape). Kefir diperoleh melalui proses fermentasi susu pasteurisasi menggunakan starter berupa butir atau biji kefir (kefir grain/kefir granule), yaitu butiran-butiran putih atau krem dari kumpulan bakteri antara lain Streptococcus sp, Lactobacillus, dan beberapa jenis ragi atau khamir nonpatogen. Manfaatnya antara lain mengatasi lactose
intolerance
dan
oleh
sebagian
masyarakat
dipercaya
untuk
menyembuhkan penyakit seperti diabetes, asma, dan jenis tumor tertentu. Frekuensi Konsumsi Seberapa sering minuman probiotik dikonsumsi dapat digambarkan dalam frekuensi konsumsi. Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi minuman probiotik contoh cukup beragam. Proporsi terbesar contoh adalah konsumsi probiotik dengan frekuensi 1 hari sekali (41.9%). Sisanya tersebar pada frekuensi 2 hari sekali hingga 30 hari sekali. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi minuman probiotik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Frekuensi Konsumsi Tidak mengkonsumsi 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali 7 hari sekali 14 hari sekali 30 hari sekali
Total
n
%
14 44 14 3 18 5 7 105
13,3 41,9 13,3 2,9 17,1 4,8 6,7 100
Minuman probiotik baik untuk dikonsumsi setiap hari karena pemasukan bakteri probiotik secara rutin dapat memelihara bakteri berguna dan menjaga usus tetap sehat. Pada saat sehat, keseimbangan bakteri usus terjaga dengan baik. Namun, setiap saat keseimbangan ini dapat terganggu karena menu
41 makanan yang kurang seimbang dan obat-obatan, sehingga muncul masalah serius seperti diare dan lain sebagainya (Susanti et al 2007). Jumlah Konsumsi Jumlah konsumsi dapat menggambarkan seberapa banyak (kuantitas) minuman probiotik yang digunakan oleh konsumen. Menurut Sumarwan (2004), jumlah konsumsi akan menjadi indikator besarnya permintaan pasar bagi suatu produk.
Gambar 9 menunjukan jumlah konsumsi minuman probiotik contoh
dalam sekali konsumsi. Sebagian besar contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik (86.0%) menghabiskan 1 botol minuman probiotik dalam sekali konsumsi minuman probiotik. Sisanya (14.0%) menghabiskan 2 botol dalam sekali konsumsi minuman probiotik.
14%
1Bot ol 2 Bot ol
86%
Gambar 9 Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi minuman probiotik Minuman probiotik bila dikonsumsi dalam jumlah yang memadai dapat menguntungkan bagi kesehatan (Winarno 2003). Pada umumnya jumlah yang disarankan pada setiap kali konsumsi untuk berbagai merek adalah satu botol. (Rahayu 2004) menyatakan bahwa jumlah bakteri minimum yang dapat memberikan efek bagi kesehatan adalah 1x105 bakteri, sedangakan Fermented Milks and Lactic Acid Bacteria Association (2000) mensyaratkan jumlah minimal 1x107 bakteri setiap satu g atau ml produk probiotik. Berdasarkan hal tersebut berarti dapat diasumsikan bahwa satu botol telah mencukupi kebutuhan bakteri sehingga memberikan efek positif bagi tubuh. Jenis Pembelian Pengenalan kebutuhan akan menyebabkan tekanan (tension) kepada konsumen sehingga adanya dorongan pada dirinya (drive state) untuk melakukan tindakan yang bertujuan (goal-directed behaviour). Tindakan tersebut bisa berbagai macam, diantaranya adalah pembelian (Sumarwan 2004). Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa proporsi contoh terbesar (44.0%) melakukan pembelian sendiri. Kemudian diikuti oleh contoh yang melakukan pembelian melalui anak (38.1%). Hanya sebagian kecil contoh yang melakukan
42 pembelian melalui cucu, saudara, dan istri (4.8%, 2.9%, dan 4.8%). Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa contoh merupakan konsumen individu. Konsumen individu adalah konsumen yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Selain itu, konsumen individu juga membeli barang dan jasa untuk digunakan oleh anggota keluarga yang lain (Sumarwan 2004). Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pembelian minuman probiotik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pembelian Tidak pernah membeli Sendiri Anak Cucu Saudara Istri Total
n 14 40 38 5 3 5 105
% 13.3 38.1 36.2 4.8 2.9 4.8 100.0
Tempat Pembelian Tempat pembelian suatu produk dapat memberikan informasi kepada pemasar mengenai tempat pemasaran yang paling baik bagi produk tersebut. Pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa sebanyak 43.8% contoh membeli minuman probiotik di toko/minimarket, 27.6% contoh membeli di supermarket, dan sisanya sebesar 14.3% dan 1.0% membeli di warung dan distributor. Berdasarkan data tersebut maka dapat diduga bahwa contoh lebih membeli minuman probiotik di tempat yang mudah ditemui, seperti toko/minimarket yang berada di dekat lokasi tempat tinggal. Selain itu, kepraktisan diduga menjadi salah satu pertimbangan contoh memilih toko/minimarket dan supermarket untuk membeli minuman probiotik. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tempat pembelian minuman probiotik No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tempat Pembelian Tidak pernah membeli Warung Toko/minimarket Supermarket Distributor Total
n 14 15 46 29 1 105
% 13.3 14.3 43.8 27.6 1.0 100.0
Tempat Penyimpanan Tempat penyimpanan merupakan salah satu daya tarik konsumen dalam pembelian suatu produk. Selain itu, minuman probiotik harus selalu disimpan pada suhu dingin karena pada suhu tersebut bakteri dapat terus aktif dan hidup ketika dalam penyimpanan (Antoine 2006). Menurut Lahteenmaki dan Ledeboer (2006), bakteri mudah mengalami degradasi oleh panas, cahaya, kelembapan,
43 dan oksigen. Oleh karena itu, tempat penyimpanan harus diperhatikan agar kemampuan bakteri untuk terus hidup dapat terjaga dan bakteri tetap aktif. Pada Gambar 10, dapat diketahui bahwa hampir seluruh contoh (99.0%) yang mengkonsumsi minuman probiotik membeli minuman probiotik yang disimpan di kulkas. Sisanya (1.0%) membeli minuman probiotik yang disimpan di etalase.
1% Kulkas Etalase 99%
Gambar 10 Sebaran contoh berdasarkan tempat penyimpanan Loyalitas Merek Loyalitas merek diukur berdasarkan tindakan yang dilakukan konsumen ketika merek yang dicari tidak ada di tempat pembelian. Pada Gambar 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh (84.0%) yang mengkonsumsi minuman probiotik menyatakan bahwa merek minuman probiotik yang diinginkan selalu tersedia di tempat pembelian, sedangkan sisanya (16%) menyatakan bahwa merek minuman probiotik yang diinginkan tidak selalu ada di tempat pembelian.
16%
Ya Tidak
84%
Gambar 11 Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan minuman probiotik Nauli (2006) menyatakan bahwa loyalitas merupakan pembelian kembali secara konsisten terhadap suatu produk. Pembelian yang tetap terhadap suatu merek pada suatu waktu akan berulang kembali karena adanya pengalaman positif yang dialami sebelumnya oleh konsumen. Menurut Nurjanah (2000), seorang konsumen dikatakan memiliki loyalitas merek jika ia menunda pembelian
44 atau mencari merek tersebut di tempat lain pada saat merek yang diinginkan tidak tersedia di tempat pembelian. Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh contoh (65.7%) yang mengkonsumsi minuman probiotik memiliki loyalitas terhadap merek yang sering digunakan. Loyalitas tersebut digambarkan dalam bentuk penundaan pembelian dan membeli ke tempat lain ketika merek yang diinginkan tidak tersedia di tempat pembelian. Penundaan pembelian (33.3%) merupakan tindakan yang paling banyak dilakukan oleh contoh yang memiliki loyalitas terhadap merek. Penundaan diduga lebih dipilih contoh daripada membeli merek lain karena mereka merasa puas terhadap merek yang biasa dikonsumsi. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa tingkat kepuasan konsumen akan menpengaruhi tingkat loyalitas seseorang. Semakin tinggi tingkat kepuasan seorang terhadap suatu merek maka akan semakin tinggi tingkat loyalitasnya. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan bentuk loyalitas terhadap ketersediaan minuman probiotik No. 1. 2. 3. 4.
Bentuk Loyalitas Tidak pernah membeli Beli merek lain Menunda Membeli ke tempat lain Total
n 14 22 35 34 105
% 13.3 21.0 33.3 32.4 100
Sumber Informasi Kebutuhan informasi semakin penting pada era industrialisasi ini karena beragam produk makanan dan minuman menghadirkan berbagai macam merek kepada konsumen. Informasi membantu konsumen untuk mengambil keputusan dengan
rasional
dan
efisien
sehingga
konsumen
dapat
menggunakan
sumberdayanya dengan baik. Selain itu, Informasi juga dapat mengurangi resiko ketidakpastian (Mather 2006).
23%
Ya Tidak
77%
Gambar 12 Sebaran contoh berdasarkan Informasi minuman probiotik
45 Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (77.0%) menyatakan pernah mendengar informasi mengenai minuman probiotik. Sedangkan, sisanya (23.0%) menyatakan tidak pernah mendengar informasi mengenai
minuman
probiotik.
Menurut
Sumarwan
(2004),
konsumen
membutuhkan informasi yang benar karena informasi yang salah bukan hanya akan berakibat fatal, tetapi juga akan menghilangkan kepercayaan konsumen kepada produsen. Kotler (2002) menyatakan bahwa jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi berbeda-beda bergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli. Tabel 15 menunjukan sebaran contoh berdasarkan sumber informasi yang digunakan. Sebagian besar contoh (77.8%) memperoleh informasi mengenai produk minuman probiotik dari televisi. Kemudian sepertiga contoh (38.3%) memperoleh informasi minuman probiotik dari keluarga. Tabel 15 Persentase contoh berdasarkan sumber informasi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sumber Informasi Keluarga Teman Televisi Radio Koran Majalah Dokter/ahli kesehtan Sales/Distributor Kunjungan ke pabrik Ahli mikrobiologi
n 31 8 63 6 9 9 13 8 1 1
% 38.3 9.9 77.8 7.4 11.1 11.1 16.0 9.9 1.2 1.2
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh memperoleh informasi dari sumber komersial, yaitu televisi, kemudian diikuti oleh sumber pribadi yaitu keluarga. Pemilihan televisi sebagai sumber informasi yang paling banyak digunakan oleh contoh diduga disebabkan televisi merupakan media yang menarik secara audio maupun visual. Kotler (2002) menyatakan bahwa televisi merupakan media iklan yang paling banyak digunakan oleh para produsen karena jangakauannya yang luas dan kemampuan audio-visulanya dalam menyampaikan iklan. Selain itu, Kotler (2002) pun menyatakan bahwa umumnya konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu produk dari sumber komersial, yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Tiap informasi menjalankan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Informasi komersial biasanya menjalankan fungsi pemberi informasi, sedangkan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi dan evaluasi.
46 Pada Tabel 16 dapat diketahui bahwa sumber informasi yang paling dipercaya adalah dokter/ahli kesehatan (40.0%). Hal tersebut diduga karena dokter/ahli kesehatan dianggap memiliki pengetahuan dan informasi yang baik mengenai suatu produk dan manfaatnya bagi kesehatan. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa seorang dokter adalah kelompok acuan bagi para pasiennya karena memiliki pengetahuan dan informasi yang dapat dipercaya. Sedangkan para ahli dianggap sebagai seorang pakar karena pekerjaannya, pendidikannya, atau pengalamannya. Para ahli digunakan untuk membatu konsumen dalam mengevaluasi produk dan jasa dan diharapkan dapat memberi keyakinan kepada kosumen mengenai produk dan jasa yang diiklankan. Tabel 16 Persentase contoh berdasarkan sumber informasi terpercaya No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sumber Informasi Keluarga Teman Televisi Radio Koran Dokter/ahli kesehatan Kunjungan ke pabrik Ahli mikrobiologi
n 22 2 18 2 2 42 1 1
% 21.0 1.9 17.1 1.9 1.9 40.0 1.0 1.0
Mather (2006) manyatakan bahwa pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya (pencarian internal) dan akan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal). Konsumen akan mencari informasi berbagai jenis produk, merek, harga, tempat membeli, dan cara pembayaran yang sesuai. Tabel 17 menunjukan bahwa lebih dari separuh contoh (65.7%) lebih menginginkan informasi mengenai manfaat kesehatan dari produk minuman probiotik. Informasi lainnya yang diinginkan contoh dari minuman probitotik adalah klaim kesehatan, harga, merek, efek jangka panjang, spesifikasi sasaran, dan komposisi. Tabel 17 Persentase contoh berdasakan informasi yang diinginkan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Informasi Manfaat minuman probiotik Klaim kesehatan minuman probiotik Harga minuman probiotik Merek minuman probiotik Lainnya
n 69 19 4 4 2
% 65.7 18.1 3.8 3.8 1.9
47 Setelah pencarian informasi, konsumen akan melakukan pengolahan informasi mengenai suatu produk. Pengolahan informasi terjadi ketika salah satu pancaindera menerima input dalam bentuk stimulus. Menurut Sumarwan (2004), perhatian merupakan salah satu proses pengolahan informasi. Tidak semua stimulus yang dipaparkan dan diterima konsumen akan memperoleh perhatian dan berlanjut dengan pengolahan stimulus tersebut. Hal ini terjadi karena konsumen memiliki keterbatasan sumberdaya kognitif untuk mengolah semua informasi yang diterimanya. Oleh karena itu, konsumen menyeleksi stimulus atau informasi mana yang akan diperhatikannya dan diproses lebih lanjut. Tabel 18 Persentase contoh berdasarkan perhatian utama dalam pembelian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perhatian Utama
n 26 60 17 4 10 3
Informasi gizi Tanggal kadaluwarsa Harga Klaim kesehatan Kemasan Manfaat kesehatan
% 24.8 57.1 16.2 3.8 9.5 2.9
Tabel 18 menunjukan beragamnya perhatian utama konsumen dalam proses pembelian. Lebih dari separuh contoh (57.1%) memilih tanggal kadaluwarsa menjadi perhatian utama pada saat pembelian. Selain itu, hampir seperempat contoh (24.8%) memilih informasi gizi sebagai perhatian utama dalam pembelian. Perhatian utama contoh lainnya adalah harga, klaim kesehatan, kemasan, dan manfaat kesehatan. Persepsi Contoh Terhadap Manfaat yang Dirasakan Manfaat adalah dampak positif yang diharapkan oleh konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk. Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa sebanyak 74.0% contoh menyatakan merasakan manfaat setelah mengkonsumsi minuman probiotik. Sisanya sebanyak 26.0% contoh menyatakan tidak merasakan manfaat setelah mengkonsumsi minuman probiotik.
26% Ya Tidak 74%
Gambar 13 Sebaran contoh berdasarkan manfaat minuman probiotik
48 Manfaat yang dirasakan contoh setelah mengkonsumsi minuman probiotik cukup beragam.
Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa manfaat yang
paling banyak dirasakan contoh setelah mengkonsumsi minuman probiotik adalah lebih mudah buang air besar (45.1%). Manfaat selanjutnya yang dirasakan adalah badan menjadi lebih bugar (38.5%) dan daya tahan tubuh meningkat
(17.6%).
Manfaat
lainnya
yang
dirasakan
contoh
adalah
menyembuhkan diare, tidak mudah lelah, kulit menjadi lebih halus, menghambat proses penuaan dini, dan menurunkan kolesterol. Menurut Engel et al (1994), kebutuhan yang diaktifkan akhirnya diekspresikan menjadi perilaku pembelian dan konsumsi dalam bentuk dua jenis manfaat yang diharapkan, yaitu manfaat utilitarian dan manfaat hedonik atau pengalaman. Berdasarkan data tersebut, manfaat yang lebih dirasakan contoh adalah manfaat utilitarian daripada manfaat hedonik. Hal tersebut ditunjukan oleh beragam manfaat kesehatan yang dirasakan oleh contoh setelah mengkonsumsi minuman probiotik. Tabel 19 Persentase contoh berdasarkan manfaat konsumsi minuman probiotik No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Manfaat Daya tahan tubuh meningkat Lebih mudah buang air besar Menyembuhkan diare Badan menjadi lebih bugar Tidak mudah lelah Kulit menjadi lebih halus Menghambat proses penuaan dini Menurunkan kolesterol
n 16 41 2 35 4 2 2 1
% 17.6 45.1 2.2 38.5 4.4 2.2 2.2 1.1
Manfaat kesehatan yang dirasakan oleh contoh dipengaruhi oleh tingkat keyakinan yang dimiliki oleh contoh. Hal tersebut dapat diartikan sejauh mana keyakinan
contoh
yang
menyatakan
bahwa
minuman
probiotik
yang
dikonsumsinya benar-benar memberikan dampak positif bagi kesehatan. Tabel 20 sebaran contoh berdasarkan tingkat keyakinan No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keyakinan Tidak konsumsi Tidak merasakan Sangat yakin Yakin Agak yakin Ragu-ragu Total
n 14 22 1 45 21 2 105
% 13.3 21.0 1.0 42.8 20.0 1.9 100.0
49 Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa proporsi terbesar contoh (42.8%) merasa
yakin bahwa
minuman
probiotik yang dikonsumsi benar-benar
memberikan dampak positif bagi kesehatannya. Sedangkan, hanya sedikit contoh yang menyatakan sangat yakin (1.1%) dan ragu-ragu (2.2%) bahwa minuman
probiotik
yang
dikonsumsi
dapat
memberikan
manfaat
bagi
kesehatannya. Berdasarkan data tersebut, dapat diduga bahwa hampir separuh contoh telah mengetahui manfaat minuman probiotik sehingga mereka yakin bahwa manfaat yang dirasakan benar-benar disebabkan oleh minuman probiotik yang dikonsumsi. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa konsumen mengkonsumsi produk pangan karena konsumen mengetahui manfaat produk pangan tersebut bagi kesehatan tubuhnya. Konsumen seringkali berfikir mengenai manfaat yang akan dirasakan jika mengkonsumsi atau membeli suatu produk. Selain manfaat, konsumsi suatu produk terkdang memberikan efek negatif bagi tubuh yang dikenal dengan efek samping. Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (78.0%) tidak merasakan efek samping setelah mengkonsumsi minuman probiotik. Sisanya (22.0%) contoh merasakan efek samping setalah mengkonsumsi minuman probiotik. Efek samping yang dirasakan contoh setelah mengkonsumsi minuman probiotik pun berbeda. Berdasarkan persentase contoh yang merasakan efek samping dapat diketahui bahwa sebanyak 19.8% merasakan sakit perut setelah mengkonsumsi minuman probiotik. Sisanya sebanyak 1.1% merasakan efek samping seperti pusing dan mual. Efek samping merupakan resiko fisik yang mengurangi rasa aman bagi contoh dalam menkonsumsi suatu produk.
22%
Ya Tidak
78%
Gambar 14 Sebaran contoh berdasarkan efek samping minuman probiotik Efek samping yang dirasakan contoh setelah mengkonsumsi minuman probiotik pun berbeda. Berdasarkan persentase contoh yang merasakan efek samping dapat diketahui bahwa sebanyak 19.8% merasakan sakit perut setelah mengkonsumsi minuman probiotik. Sisanya sebanyak 1.1% merasakan efek
50 samping seperti pusing dan mual. Efek samping merupakan resiko fisik yang mengurangi rasa aman bagi contoh dalam menkonsumsi suatu produk. Menurut Sumarwan (2004), resiko fisik merupakan dampak negatif yang akan dirasakan konsumen karena menggunakan suatu produk. Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman Probiotik dengan Manfaat Winarno (2003) menyatakan bahwa probiotik dapat menguntungkan bagi kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan flora usus jika dikonsumsi dalam jumlah yang memadai. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa contoh yang memiliki frekuensi konsumsi minuman probiotik 1 hari sekali merasakan
manfaat
kesehatan
dengan
persentase
tertinggi
(26.7%)
dibandingkan contoh yang memiliki frekuensi 2 hari sekali, 3 hari sekali, 7 hari sekali, 14 hari sekali, dan 30 hari sekali. Tabel 21 Tabulasi silang frekuensi dengan manfaat konsumsi minuman probiotik Frekuensi Konsumsi Tidak Konsumsi 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali 7 hari sekali 14 hari sekali 30 hari sekali
n 14 16 1 0 4 0 3
Manfaat Tidak % n 13.3 0 15.2 28 1.0 13 0 3 3.8 14 0 5 2.9 4
Total
Ya % 0 26.7 12.4 2.9 13.3 4.8 3.8
n 14 44 14 3 18 5 7
% 13.3 41.9 13.3 2.9 17.1 4.8 6.7
Hasil uji korelasi spearman menunjukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara frekuensi konsumsi dengan manfaat minuman probiotik (p< 0.01, r = 0.420). Hal ini menunjukan kecenderungan bahwa semakin tinggi frekuensi maka contoh akan merasakan manfaat kesehatan. Susanti et al (2007) menyatakan bahwa minuman probiotik baik untuk dikonsumsi setiap hari karena pemasukan bakteri probiotik secara rutin dapat memelihara bakteri berguna dan menjaga usus tetap sehat. Pada saat sehat, keseimbangan bakteri usus terjaga dengan baik. Persepsi Contoh Terhadap Produk Minuman Probiotik Engel et al (1995) menyatakan bahwa proses keputusan pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang didefinisikan sebagai suatu persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses kebutuhan.
51 Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan tingkat persepsi No. 1. 2. 3.
Tingkat Persepsi Kurang (20≤ skor ≤ 46.7) Sedang (46.7 < skor ≤ 73.3) Baik (73.3 < skor ≤ 100) Total
n 23 29 53 105
% 21.9 27.6 50.5 100.0
Menurut Mather (2006), persepsi merupakan gambaran penilaian konsumen terhadap berbagai atribut produk termasuk atribut fisik produk dan atribut manfaat produk. Pada Tabel 22 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh contoh (50.5%) memiliki persepsi yang baik terhadap minuman probiotik. Sisanya tersebar dalam persepsi sedang dan kurang (27.6% dan 21.9%). Rata-rata skor persepsi contoh terhadap atribut fisik minuman probiotik dapat dilihat pada Tabel 23. Berdasarkan nilai modus, maka dapat diketahui bahwa rata-rata contoh memberikan persepsi setuju mengenai atribut fisik yang terdapat pada minuman probiotik. Hal tersebut menunjukan bahwa rata-rata contoh memiliki penilaian yang baik terhadap atribut-atribut fisik minuman probiotik, khususnya yang terkait dengan label dan kemasan. Tabel 23 Sebaran persepsi contoh terhadap berbagai atribut minuman probiotik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Atribut Berdasarkan kandungan gizi, minuman probiotik lebih menyehatkan Kemasan penting dalam pembelian Merek faktor utama pembelian Harga terjangkau Jaminan kualitas tertuang dalam label Klaim kesehatan menginformasikan manfaat Kandungan gizi lebih tinggi Informasi gizi tercantum Tanggal kadaluwarsa hal utama pembelian Tempat pembelian perlu diperhatikan
Keterangan: 1. Tidak tahu
2. Sangat tidak setuju
3. TidakSetuju 4. Setuju
Skor 3 4
Total
Ratarata
8
327
3.11
57 52 58 51
11 5 13 15
355 339 367 349
3.38 3.23 3.50 3.32
5
62
12
349
3.32
2 1
16 4
51 62
6 22
316 387
3.01 3.72
17
1
1
30
56
422
4.02
17
4
4
59
21
378
3.60
1
2
28
0
17
52
19 18 16 21
1 2 0 5
17 28 18 13
26
0
30 16
5
5. Sangat setuju
Rata-rata skor persepsi contoh terhadap manfaat minuman probiotik dapat dilihat pada Tabel 24. Berdasarkan nilai modus, maka dapat diketahui bahwa rata-rata contoh memberikan persepsi setuju mengenai manfaat yang terdapat pada minuman probiotik. Hal tersebut dapat diartikan bahwa rata-rata contoh mempercayai bahwa minuman probiotik memiliki manfaat kesehatan. Schiffman dan
Kanuk (1994) menyatakan bahwa persepsi biasanya berupa
kepercayaan bahwa suatu produk memiliki sejumlah atribut.
52 Tabel 24 Sebaran persepsi contoh terhadap berbagai manfaat minuman probiotik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kandungan mikroba pada minuman probiotik Peran minuman probitik pada kesehatan Manfaat minuman probiotik pada pencernaan Sifat minuman probiotik Klasifikasi minuman probiotik Konsumsi minuman probiotik pada lansia Peran minuman probitik pada pencernaan Manfaat minuman probiotik pada sistem imun Efek samping minuman probiotik Jenis minuman probiotik
Keterangan: 1. Tidak tahu
2. Sangat tidak setuju
3. TidakSetuju 4. Setuju
Skor 3 4
Total
Ratarata
24
340
3.24
49
21
348
3.31
4
51
12
317
3.02
0 1 1 1
17 16 6 3
44 56 59 55
7 9 6 12
299 342 319 325
2.85 3.26 3.04 3.10
31
0
23
43
8
312
2.97
24 40
3 0
23 5
48 52
7 8
326 303
3.10 2.89
Atribut
1
2
34
1
0
46
29
0
6
35
3
37 23 33 34
5
5. Sangat setuju
Hubungan Persepsi dengan Konsumsi Minuman Probiotik Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh contoh (50.5%) yang memiliki persepsi baik terhadap minuman probiotik mengkonsumsi minuman probiotik. Sedangkan, sebagian kecil contoh (13.3%) yang memiliki persepsi kurang terhadap minuman probiotik tidak mengkonsumsi minuman probiotik. Hasil uji korelasi spearman menunjukan adanya hubungan positif dan signifikan antara persepsi dengan konsumsi minuman probiotik (p<0.01, r = 0.579). Hal ini menunjukan bahwa terdapat kecenderungan semakin baik persepsi maka contoh akan mengkonsumsi minuman probiotik. Persepsi yang baik mengenai minuman probiotik diduga dipengaruhi oleh pengetahuan gizi dan pengetahuan produk yang dimiliki oleh contoh. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa persepsi konsumen terhadap suatu produk adalah kesimpulan mengenai stimulus atau objek tersebut yang melalui berbagai tahap seperti pemaparan, perhatian, pemahaman. Tabel 25 Tabulasi silang persepsi dengan konsumsi minuman probiotik Persepsi Kurang Sedang Baik
Konsumsi Probiotik Tidak Total % n % n % 8.6 14 13.3 23 21.9 27.6 0 0.0 29 27.6 50.5 0 0.0 53 50.5
Ya n 9 29 53
53 Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Uji hubungan pengetahuan dan persepsi bertujuan untuk membuktikan pendugaan bahwa persepsi contoh dipengaruhi oleh pengetahuan contoh. Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa lebih dari seperempat contoh (28.6%) yang memiliki pengetahuan gizi baik maka memiliki persepsi yang baik pula terhadap minuman probiotik. Sedangkan, sebanyak 10.5% contoh yang memiliki pengetahuan gizi sedang memiliki persepsi yang kurang terhadap minuman probiotik. Hasil uji korelasi spearman menunjukan hubungan positif dan signifikan (p<0.01, r = 0.285) antara pengetahuan gizi dengan persepsi. Hal ini menunjukan kecenderungan bahwa semakin baik pengetahuan gizi maka semakin baik persepsi terhadap minuman probiotik. Tabel 26 Tabulasi silang antara pengetahuan gizi dengan persepsi Pengetahuan Gizi Kurang Sedang Baik
Kurang n % 5 4.8 11 10.5 7 6.7
Persepsi Sedang n % 1 1.0 18 17.1 10 9.5
n 1 22 30
Baik % 1.0 21.0 28.6
Total n 7 51 47
% 6.7 48.6 44.8
Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui bahwa hamper seperempat contoh (24.8%) yang memiliki tingkat pengetahuan produk baik memiliki persepsi yang baik pula terhadap minuman probiotik. Sedangkan, sebanyak 19.0% contoh yang memiliki pengetahuan produk yang kurang maka memiliki persepsi yang kurang pula terhadap minuman probiotik. Hasil uji korelasi spearman menunjukan hubungan positif dan signifikan (p<0.01, r = 0.671) antara pengetahuan produk dengan persepsi. Hal ini menunjukan kecenderungan bahwa semakin baik pengetahuan produk maka semakin baik persepsi terhadap minuman probiotik. Engel et al (1995) menyatakan bahwa tahap terakhir pembentukan persepsi adalah pemahaman. Pemahaman adalah proses pemberian makna kepada stimulus. Makna ini tergantung kepada bagaimana stimulus diklasifikasikan dan dielaborasi dalam kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki konsumen. Tabel 27 Tabulasi silang antara pengetahuan produk dengan persepsi Pengetahuan Produk Kurang Sedang Baik
Kurang n % 20 19.0 2 1.9 1 1.0
Persepsi Sedang n % 4 3.8 23 21.9 2 1.9
n 2 26 25
Baik % 1.9 24.8 23.8
Total n 26 51 28
% 24.8 48.6 26.7
54 Konsumsi Pangan Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), konsumsi makanan adalah jumlah makanan (tunggal atau beragam) yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Sedangkan, Harper et al (1985) mendefinisikan konsumsi pangan sebagai faktor utama untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi yang pada gilirannya zat gizi tersebut berfungsi untuk menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan pertumbuhan, serta memperbaiki jaringan tubuh. Frekuensi konsumsi pangan contoh dalam satu minggu terakhir dikategorikan menjadi tiga, yaitu 1-3hari/minggu, 4-5 hari/minggu, dan 6-7 hari/minggu. Hal tersebut didasarkan atas asumsi bahwa contoh mengkonsumsi pangan tiga kali dalam sehari (kecuali junkfood). Selain itu, pengkategorian tersebut bertujuan untuk mempermudah perhitungan. Data sebaran contoh berdasarkan konsumsi pangan dalam satu minggu terakhir (Tabel 28) menunjukan bahwa lebih dari separuh contoh (50.5%) mengkonsumsi sayur dan buah dengan frekuensi 6-7 hari/minggu. Kemudian lebih dari separuh contoh (67.6%) mengkonsumsi daging dengan frekuensi 1-3 hari/minggu. Sebagian besar contoh (78.1%) mengkonsumsi ikan dengan frekuensi 1-3 hari/minggu, sedangkan lebih dari separuh contoh (61.9%) mengkonsumsi telur dengan frekuensi 1-3 hari/minggu. Proporsi contoh terbesar (44.8%) mengkonsumsi susu dengan frekuensi 1-3 hari/minggu. Kemudian, hampir separuh contoh (48.6%) mengkonsumsi minuman probiotik dengan frekuensi 1-3 hari/minggu, serta lebih dari separuh contoh (68.6%) tidak mengkonsumsi junk food. Tingginya konsumsi sayuran dan buah dibandingkan konsumsi jenis pangan lain diduga dipengaruhi oleh kesadaran dalam diri contoh bahwa konsumsi sayur dan buah sangat berguna untuk menjaga kesehatan tubuh, khususnya pada usia lanjut. Nasoetion dan Briawan (1993) menyatakan bahwa konsumsi pangan pada usia lanjut hendaknya banyak mengandung serat seperti sayuran
dan
buah-buahan.
Sedangkan
Astawan
dan
Wahyuni
(1988)
menyatakan bahwa uisa lanjut sedapat mungkin membatasi konsumsi lemak dan makanan-makanan lainnya yang banyak mengandung lemak.
55 Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi pangan satu mingggu terakhir No
Jenis Bahan Pangan
1
Sayur dan buah
2
Daging
3
Ikan
4
Telur
5
Susu
6
Minuman probiotik
7
Junk Food
Frekuensi Konsumsi 1-3 hari/minggu 4-5 hari/minggu 6-7 hari/minggu Total Tidak konsumsi 1-3 hari/minggu 4-5 hari/minggu 6-7 hari/minggu Total Tidak konsumsi 1-3 hari/minggu 4-5 hari/minggu 6-7 hari/minggu Total Tidak konsumsi 1-3 hari/minggu 4-5 hari/minggu 6-7 hari/minggu Total Tidak konsumsi 1-3 hari/minggu 4-5 hari/minggu 6-7 hari/minggu Total Tidak konsumsi 1-3 hari/minggu 4-5 hari/minggu 6-7 hari/minggu Total Tidak konsumsi 1-3 hari/minggu 4-5 hari/minggu 6-7 hari/minggu Total
n 12 40 53 105 6 71 17 11 105 8 82 14 1 105 12 65 18 10 105 36 47 3 19 105 43 51 6 5 105 72 29 2 2 105
% 11.4 38.1 50.5 100.0 5.7 67.6 16.2 10.5 100.0 7.6 78.1 13.3 1 100.0 11.4 61.9 17.1 9.5 100.0 34.3 44.8 2.9 18.1 100.0 41 48.6 5.7 4.8 100.0 68.6 27.6 1.9 1.9 100.0
Penyakit dan Keluhan Kesehatan Menurut Makalloe (2004), semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan fungsi organ dan perubahan fisik yang terjadi pada tingkat seluler, organ, dan sistem. Selain itu, daya tahan tubuh cenderung menurun terhadap gangguan dari luar yang akan mempermudah serangan penyakit bila tidak disertai tindakan-tindakan pencegahan dalam hal kesehatan. Hampir seluruh sistem dalam tubuh lanjut usia akan mengalami gangguan antara lain sistem imunologik, sistem pencernaan, sistem metabolik, sistem pancaindera, sistem penglihatan, sistem pernafasan, dan sistem persendian. Penurunan sistem dan fungsi tubuh tersebut mengakibatkan timbulnya beberapa penyakit seperti
56 kardiovaskular (hipertensi, jantung koroner, dan stroke), penyakit persendian dan tulang, penyakit metabolik (diabetes mellitus), penyakit paru-paru, penyakit saluran pencernaan, dan penyakit mata (Nasoetion dan Briawan 1993). Tabel 29 Persentase contoh berdasarkan jenis penyakit yang pernah diderita No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Jenis Penyakit
n 10 2 6 1 3 1 2 17 2 22 26 10
Hipertensi Hipotensi Diabetes Liver Jantung Stroke Ginjal Asam urat Asma Maag Rematik Lainnya
% 9.5 1.9 5.7 1.0 2.9 1.0 1.9 16.2 1.9 21.0 24.8 9.5
Pada Tabel 29 dapat dilihat bahwa jenis penyakit yang pernah diderita contoh cukup beragam. Proporsi contoh terbesar adalah pernah menderita penyakit rematik (24.8%), kemudian disusul oleh maag (21.0%), dan asam urat (16.2%). Sisanya pernah menderita penyakit hipertensi, hipotensi, diabetes, liver, jantung, stroke, ginjal, asma, hernia, bronchitis, alergi, dan wasir. Menurut Mursito (2004), kelompok lanjut usia lebih banyak menderita rematik. Gejala penyakit ini meliputi rasa lelah, kaku pada persendian, ketegangan otot, dan rasa nyeri. Sedangkan Arisman (2002) menyatakan bahwa penyakit
yang
sering
diderita
lansia
adalah
penyakit
kardiovaskuler,
muskoskeletal, TBC paru, bronchitis, asma, penyakit gusi, mulut, saluran cerna, saraf, dan infeksi. Gangguan kesehatan lain yang sering diderita pada lansia adalah osteoporosis atau kekeroposan tulang. Tabel 30 Persentase contoh berdasarkan jenis penyakit yang sedang diderita selama satu bulan terakhir No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jenis Penyakit Hipertensi Hipotensi Diabetes Jantung Ginjal Asam urat Maag Rematik Lainnya
n 9 3 7 3 1 11 13 26 5
% 8.6 2.9 6.7 2.9 1.0 10.5 12.4 24.8 4.8
57 Pada Tabel 30 dapat diketahui bahwa sebaran contoh yang sedang menderita penyakit dalam satu bulan terakhir sangat beragam. Proporsi terbesar adalah contoh yang sedang menderita rematik (24.8%), kemudian disusul oleh maag (12.4%), dan asam urat (10.5%). Sisanya sedang menderita penyakit hipertensi, hipotensi, diabetes, jantung, ginjal, alergi, sakit gigi, wasir, dan diare. Berdasarkan penyakit yang pernah dan sedang diderita contoh (Tabel 29 dan Tabel 30) dapat diketahui bahwa terjadi penurunan proporsi contoh terhadap penyakit yang diderita, terutama pada penyakit maag dan asam urat. Penurunan tersebut diduga disebabkan oleh pola hidup lansia yang semakin baik, khususnya pola makan semakin cukup, teratur, dan seimbang. Nasoetion dan Briawan (1993) menyatakan bahwa konsumsi pangan dapat menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit. Sebaliknya, konsumsi pangan yang cukup dan seimbang dapat membantu terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh. Selain itu, konsumsi beragam suplemen dan obat-obatan diduga ikut mempengaruhi penurunan proporsi contoh terhadap penyakit yang di derita. Selain menderita penyakit, kondisi fisiologis lanjut usia yang semakin menurun pun dapat memunculkan keluhan kesehatan. Menurut BPS (2004), keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh kondisi kesehatan, kejiwaan, kecelakaan atau hal lain. Berdasarkan Gambar 15 dapat diketahui bahwa sebanyak 72.0% contoh mengalami keluhan kesehatan dalam satu bulan terakhir. Sisanya sebanyak 28.0% tidak merasakan keluhan kesehatan dalam satu bulan terakhir.
28%
Ya Tidak
72%
Gambar 15 Sebaran contoh berdasarkan keluhan kesehatan Keluhan kesehatan yang dirasakan contoh selama satu bulan terakhir cukup beragam. Persentase contoh berdasarkan jenis keluhan kesehatan (Tabel 31) menunjukan bahwa proporsi terbesar contoh merasakan keluhan pegal linu (28.6%), kemudian disusul oleh pusing (19.0%), dan lemah, Letih, lesu (16.2%). Sisanya mengeluh nyeri pinggang, kesemutan, nafsu makan menurun, susah buang air besar, mual, sariawan, sulit tidur, batuk, dan sakit kaki.
58 Tabel 31 Persentase contoh berdasarkan keluhan kesehatan satu bulan terakhir No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jenis Keluhan Pegal linu Lemah, letih, lesu Pusing Nyeri pinggang Kesemutan Nafsu makan menurun Konstipasi Mual Sariawan Lainnya
n 30 17 20 5 9 1 12 4 9 7
% 28.6 16.2 19.0 4.8 8.6 1.0 11.4 3.8 8.6 6.7
Menurut Oswari (1997), pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, dan tengkuk terasa pegal merupakan gejala hipertensi.
Wirakusumah
(2000)
menyatakan
bahwa
lemah,
letih,
lesu
merupakan gejala anemia yang sudah sangat umum. Rasa nyeri yang biasa terjadi di daerah lutut, pinggul, dan pinggang bawah disebabkan oleh proses pengapuran yang menyebabkan tulang rawan pada sendi menipis sehingga timbul tulang muda (spur) sebagai kompensasi menggantikan tulang yang menipis tadi. Selain itu, Gustatory papillae (bintil perasa) pada lanjut usia mulai kurang sehingga mengakibatkan nafsu makan menurun. Konstipasi atau susah buang air besar pun sangat umum diderita oleh lansia karena gerakan otot pada usus dan aktivitas gastrointestinal semakin menurun dengan bertambahnya usia (Wirakusumah 2000). Berdasarkan sebaran contoh yang mengalami konstipasi (Gambar 16) dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh (89.0%) tidak mengalami konstipasi. Hal tersebut diduga disebabkan oleh tingginya konsumsi serat dalam pangan cotoh sehari-hari seperti sayur dan buah. Selain itu, konsumsi minuman probiotik pun diduga mempengaruhi rendahnya keluhan konstipasi pada contoh.
11%
Ya Tidak
89%
Gambar 16 Sebaran contoh berdasarkan keluhan konstipasi
59 Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman Probiotik dengan Keluhan Konstipasi Berbagai minuman probiotik memiliki klaim umum melancarkan buang air besar atau mencegah konstipasi. Sedangkan Wirakusumah (2000) menyatakan bahwa konstipasi (susah buang air besar) sangat umum diderita lansia. Gerakan otot pada usus dan aktivitas gastrointestinal semakin menurun dengan bertambahnya usia. Selain kurangnya serat, dehidrasi atau kurangnya aktivitas juga merupakan penyebab utama terjadinya konstipasi. Tabel 32 Tabulasi silang frekuensi konsumsi minuman probiotik terhadap keluhan konstipasi Konstipasi Frekuensi Konsumsi Tidak Konsumsi 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali 7 hari sekali 14 hari sekali 30 hari sekali Ket: h/mgg = hari per minggu
n 13 37 12 3 17 5 6
Tidak % 12.4 35.2 11.4 2.9 16.2 4.8 5.7
Total
Ya n 1 7 2 0 1 0 1
% 1.0 6.7 1.9 0.0 1.0 0.0 1.0
n 14 44 14 3 18 5 7
% 13.3 41.9 13.3 2.9 17.1 4.8 6.7
Pada Tabel 32 dapat diketahui bahwa contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik dengan frekuensi 1 hari sekali memiliki persentase terbesar terhadap kejadian tidak konstipasi (35.2%) dibandingkan dengan contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik dengan frekuensi 2 hari sekali, 3 hari sekali, 7 hari sekali, 14 hari sekali, dan 30 hari sekali. Hasil uji korelasi speraman menunjukan hasil yang negatif dan tidak signifikan antara frekuensi konsumsi dengan keluhan konstipasi (r = -0.57). Hal tersebut menunjukan kecenderungan semakin tinggi konsumsi minuman probiotik maka semakin rendah kejadian konstipasi. Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman Probiotik dengan Keluhan Pegal Linu Pegal linu merupakan keluhan kesehatan yang paling banyak diderita oleh contoh dengan persentase 28.6%. Wirakusumah (2000) manyatakan bahwa keluhan pegal linu banyak diderita oleh usia lanjut karena menurunnya stamina atau proses pengapuran. Berdasarkan Tabel 33 dapat diketahui bahwa contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik dengan frekuensi 1 hari sekali memiliki persentase terbesar terhadap kejadian tidak pegel linu (28.6%) dibandingkan dengan contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik dengan frekuensi 2 hari sekali, 3 hari sekali, 7 hari sekali, 14 hari sekali, dan 30 hari sekali. Hasil uji
60 korelasi speraman menunjukan hasil yang negatif dan tidak signifikan antara frekuensi konsumsi dengan keluhan pegal linu (r = -1.37). Hal tersebut menunjukan kecenderungan semakin tinggi konsumsi minuman probiotik maka semakin rendah kejadian pegal linu. Tabel 33 Tabulasi silang frekuensi konsumsi minuman probiotik terhadap keluhan pegel linu Frekuensi Konsumsi Tidak Konsumsi 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali 7 hari sekali 14 hari sekali 30 hari sekali
n 9 30 9 2 15 4 6
Pegal Linu Tidak % n 8.6 5 28.6 14 8.6 5 1.9 1 14.3 3 3.8 1 5.7 1
Total
Ya % 4.8 13.3 4.8 0.0 2.9 1.0 1.0
n 14 44 14 3 18 5 7
% 13.3 41.9 13.3 2.9 17.1 4.8 6.7
Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman Probiotik dengan Maag Penyakit maag merupakan salah satu penyakit yang mengalami penurunan proporsi contoh pada satu bulan terakhir. Susanti et al (2007) menyatakan bahwa konsumsi minuman probiotik dapat menurunkan kejadian penyakit maag karena asam laktat yang dihasilkan mampu menutup luka pada dinding lambung. Berdasarkan Tabel 34 diketahui bahwa contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik dengan frekuensi 1 hari sekali memiliki persentase terbesar terhadap menurunnya kejadian maag (38.1%) dibandingkan dengan contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik dengan frekuensi 2 hari sekali, 3 hari sekali, 7 hari sekali, 14 hari sekali, dan 30 hari sekali. Hasil uji korelasi speraman menunjukan hasil yang negatif dan tidak signifikan antara frekuensi konsumsi dengan keluhan pegal linu (r = -0.73). Hal tersebut menunjukan kecenderungan semakin tinggi konsumsi minuman probiotik maka semakin rendah kejadian maag. Tabel 34 Tabulasi silang frekuensi konsumsi minuman probiotik terhadap maag Maag Frekuensi Konsumsi Tidak Konsumsi 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali 7 hari sekali 14 hari sekali 30 hari sekali
n 14 40 11 2 15 4 6
Tidak % 13.3 38.1 10.5 1.9 14.3 3.8 5.7
Total
Ya n 0 4 3 1 3 1 1
% 0.0 3.8 2.9 0.0 2.9 1.0 1.0
n 14 44 14 3 18 5 7
% 13.3 41.9 13.3 2.9 17.1 4.8 6.7
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Merek-merek minuman probiotik yang beredar di pasaran seperti Yakult, Yakult ACE, Taurus Bio-Yoghurt, Vitacharm, Biokul, Queen Yoghurt, Yummy, Mella Yough-Aroom, Calpico, Dutch Mill, dan Activia memiliki karakteristik yang berbeda. Berdasarkan pengalaman mengkonsumsi, sebagian besar contoh (87%) pernah mengkonsumsi minuman probiotik dengan merek yakult (78.1%), mengkonsumsi dengan alasan manfaat kesehatan (54.3%), memiliki frekuensi konsumsi 1 hari sekali (41.9%), dan jumlah konsumsi 1 botol (86.0%). Proporsi terbesar contoh melakukan pembelian sendiri (44.0%), membeli minuman probiotik di toko/minimarket (43.8%), dan hampir seluruh contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik (99.0%) membeli minuman probiotik yang tersimpan di kulkas. Menurut ketersediannya, sebagian besar contoh (84.0%) menyatakan bahwa minuman probiotik yang diinginkan selalu tersedia di pasaran dan lebih dari separuh contoh memiliki loyalitas terhadap merek minuman probitoik yang dikonsumsi (65.7%). Televisi merupakan media yang digunakan sebagian besar contoh (77.8%) untuk memperoleh informasi mengenai minuman probiotik. Berdasarkan sumber informasi terpercaya maka proporsi terbesar contoh (40.0%) memilih dokter/ahli kesehatan, dan lebih dari separuh contoh (65.7%) menginginkan informasi mengenai manfaat kesehatan dari minuman probiotik serta memilih tanggal kadaluwarsa menjadi perhatian utama pada saat pembelian (57.1%). Lebih dari separuh contoh (50.5%) memiliki persepsi yang baik terhadap minuman probiotik dengan rata-rata contoh memberi penilaian setuju terhadap berbagai karakteristik minuman probiotik yang mencakup atribut fisik dan atribut manfaat yang dimiliki produk. Hampir sebagian besar contoh merasakan manfaat konsumsi probiotik (74.0%) dengan proporsi terbesar merasakan manfaat lebih mudah buang air besar (45.1%) dan sebagian besar contoh yang menkonsumsi minuman
probiotik
(78.0%)
tidak
merasakan
efek
samping
setelah
mengkonsumsi minuman probiotik Terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi dengan konsumsi minuman probiotik (p<0.01, r=0.579), pengetahuan gizi dengan persepsi (p<0.01, r = 0.285), pengetahuan produk dengan persepsi (p<0.01, r = 0.671), dan frekuensi konsumsi dengan manfaat yang dirasakan (P< 0.01, r = 0.420). Selain itu terdapat hubungan negatif dan tidak signifikan antara
62 konsumsi minuman probiotik dengan konstipasi (r = -0.57), komsumsi minuman probiotik dengan pegel linu (r = -1.37), dan konsumsi minuman probiotik dengan maag
(r = -0.73). Saran Televisi merupakan media yang paling banyak digunakan contoh sebagai
sumber informasi mengenai produk minuman probiotik. Oleh karena itu, sebaiknya pemasar lebih mengoptimalkan penggunaan televisi sebagai salah satu media untuk mempromosikan atau mengiklankan produknya. Selain itu, pemasar harus lebih menunjukan manfaat kesehatan minuman probiotik dalam mempromosikan produknya dan mengutamakan kualitas minuman probiotik agar dapat membentuk persepsi yang baik pada diri konsumen. Mengkonsumsi
minuman
probiotik
sedang
menjadi
tren
dalam
masyarakat sehingga semakin banyak produk minuman probiotik beredar di pasaran. Oleh karena itu, agar dapat mempertahankan pangsa pasar produsen harus lebih kreatif dalam memasarkan produknya, melakukan inovasi, dan mengefektifkan distribusi. Konsumen pun sebaiknya lebih selektif dalam pemilihan produk minuman probiotik. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa minuman probiotik yang baik akan mencantumkan spesifikasi bakteri, jumlah bakteri minimum yang tetap hidup di masa akhir umur simpan produk, porsi penyajian efektif, efek fisiologis, cara penyimpanan, penggunaan yang baik, dan akses untuk informasi produk.
DAFTAR PUSTAKA Antoine JM. 2007. Probiotics, What Are They?. Interhational Symposium Probiotics for Optimum Health. Bogor, 11 Desember 2007. Fakultas Ekologi Manuisa, Institut Pertanian Bogor. Astawan dan Wahyuni. 1988. Gizi dan kesehatan Manula. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Arisman. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Diktat Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang. Badan POM. 2003. Pedoman Penilaian Label Pangan. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pamngan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta. BPS. 2004. Statistik Kesejahteraan Rakyat. CV Nasional Indah, Jakarta. BPS. 2007. Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2006. Badab Pemerintahan Daerah, Kota Bogor Engel JF, RD Blackwell, dan PW Miniard. 1994. Perilaku Konsumen Jilid I (6th ed.). (FX Budiyanto, penerjemah). Binarupa Akasara, Jakarta. ________. 1995. Perilaku Konsumen Jilid 2 (6th ed.). (FX Budiyanto, penerjemah). Binarupa Akasara, Jakarta. Fuller R. 1992. Probiotics : The Scientific Basis. Chapman & Hall, New York. Hardinsyah dan Martianto.1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Wirasari, Jakarta. Hariyadi P. 2005. Mencermati Label dan Iklan Pangan. Bulletin Ilmu dan Teknologi pangan. www. Ipb.ac.id. 14 Mei 2008. Harper LJ, BJ Deaton, & JA Driskel. 1985. Pangan, Gizi, dan Pertanian. (Suhardjo, penerjemah). UI Press, Jakarta. Hartanti AW. 2007. Seleksi Bakteri Asam Laktat yang Berpotensi sebagai Probiotik dari Isolat Air Susu Ibu. [Skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hermana. 2007. Penduduk Lansia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya. Departemen Sosial, Republik Indonesia. Hull RR, Conway PL, dan Evans AJ. 1992. Probiotics Foods: A New Opportunity. Food Australia. Jenie BSL. 2007. Probiotics : General Benefits For Health. Interhational Symposium Probiotics for Optimum Health. Bogor, 11 Desember 2007. Fakultas Ekologi Manuisa, Institut Pertanian Bogor.
64 Kasdu D. 2002. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Puspa Swara, Jakarta. Khomsan. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Diktat Jurusan Gizi Mayarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Petanian Bogor. Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid ke-1. (Molan B, penerjemah). Prenhallindo, Jakarta. Kusumawati N. 2002. Seleksi Bakteri asam Laktat Indigenus Sebagai Genus Probiotik dengan Kemampuan Mempertahankan Keseimbangan Mikroflora Feses dan Mereduksi Kolesterol Serum Darah Tikus. [Tesis]. Ilmu Pangan, Program Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor. Lahteenmaki dan Ledeboer. 2006. Probiotics: The Consumer perspective. Food Science and Technology Bulletin:Functional Foods 3 (5). 47-50. Latifah M. 1999. Kesehatan Mental Pada Manusia Lanjut Usia : Tinjauan Psikologi Perkembangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumebrdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Makalloe. 2004. Obat dan Suplemen Untuk Lansia. www.suaramerdeka.com Mather G. 2006. Foundation of Perception. Univercity of Sussex. Psychologi Press, New York. Mowen & Minor. 2002. Perilaku Konsumen (Edisi 5). Erlangga, Jakarta. Muchtadi. 2000. Sayur-sayuran Sumber Serat dan Antioksidan: Mencegah Degeneratif. Mursito B. 2004. Sehat di Usia Lanjut dengan Ramuan Tradisional. Penebar Swadaya, Jakarta. Nakazawa Y dan Hosono. 1992. Function Fermented Milk : Challenges for The Health Sciences. El Sevier Publisher Ltd, University Press, Cambridge. Nasoetion dan Briawan. 1993. Makanan Bergizi Kelompok Usia Lanjut. Laboratorium Gizi Masyarakat, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Nasoetion dan Wirakusumah. 1991. Pangan dan Gizi Untuk Kelumpok Khusus. Laboratorium Gizi Masyarakat, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Nauli SNP. 2006. Analisis Persepsi, Konsumsi, dan Kepuasan terhadap Minuman Isotonik pada Atlet Bola Basket. [Skripsi]. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nirmala. 2006. Konsumsi Minuman Probiotik. www.jurnalnet.com.14 Mei 2008
65 Nurjanah E. 2000. Analisis Karakteristik Konsumen dan pola KOnsumsi Sereal Sarapan. [Skripsi]. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Olivia, Syamsir, & Iwan. 2006. Food Suplemen. Gramedia, Jakarta. Omoy TR. 2008. Kefir, Susu Fermentasi dengan Rasa Menyegarkan. www.pustaka-deptan.go.id Oswari. 1997. Menyongsong Usia Lanjut dengan Bugar dan Bahagia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Rahayu WP. 2004. Penuntun Parktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Ramadhani R. 2007. Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses keputusan Pembelian Minuman Kesehatan Probiotik Yakult. [Skripsi]. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Salminen, Wright, & Ouwehand. 2004. Lactic Acid Bacteria: Microbiology and Fungtional Aspect. 3th edition. Revised and Expanded. Marcel Dekker Inc, New York. Schiffman LG, Kanuk LL. 1994. Consumer Behaviour 5th Edition.Prentice Hall, New Jersey. Simamora. 2004. Panduan Riset perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. _______& Hardinsyah. 1987. Ekonomi Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Jakarta. Susanti,
Kusumaningtyas, & Illaningtyas. 2007. Journal of Probiotic Characteristics of laactic acid Bacteria as Candidate for Functional Food. www.ipb.ac.id. 14 Mei 2008.
Tucker & Bunarapin. 2001. Nutrition and Aging in Developing Countries. www. nitrition. org. 14 Mei 2007. Turner, Helms, dan College. 1991. Lifespan Development 4th edition. Holt, Rinehart and Winston. Umar H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
66 Varavithya W. 2007. Prebiotics and Digestive System. Interhational Symposium Probiotics for Optimum Health. Bogor, 11 Desember 2007. Fakultas Ekologi Manuisa, Institut Pertanian Bogor. Vrese M, Anna S, Bernd R, Susanne F, Christiane L, Jurgen S. 2001. Probiotic compensation for Lactase Insufficiency. American Jornal Clinical Nutrition. www. ajcn.org. 14 Mei 2008. Widianarko, D. 2002. Teknologi, Nutrisi, dan Keamanan Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Winarno FG.2003. Flora Usus dan Yoghurt, M-BRIO PRESS, Bogor. Winarno FG. 1997. Probiotik dan Keamanan Pangan dalam Seminar Nasional Biopreservasi dan Probiotik dalam Industri Pangan. Yogyakarta, 12 Juni 1997. Pusat Antar Universitas. Wirakusumah ES. 2000. Tetap Bugar di Usia Lanjut. Trubus Agriwidya, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1
KARAKTERISTIK BERBAGAI PRODUK MINUMAN PROBIOTIK No.
1.
Merek
Yakult
2.
Yakul ACE
3.
Taurus BioYoghurt
Kemasan
Botol
Botol
Cup
Berat Isi
65 (ml)
80 (ml)
125 (ml)
Harga (Rp)
@1150
Komposisi
Distributor
Registrasi
Air, sukrosa, susu bubuk skim, glukosa, kultur, dan perisa yakult
- PT Yakult Sukabumi, Indonesia - Persada Sukabumi, Indonesia
BPOM RI MD 206510001 370
@3000
Gula, susu tepung skim, glukosa, kalsium laktat, perisa, niasin, vitamin (B6, B12, dan D), Air, dan kultur
PT Yakult, Malaysia
4300
Susu sapi rendah lemak, selai buah, gula pasir, susu bubuk skim, kultur yoghurt, penstabil, dan inulin
Fajar Taurus, Jakarta, Indonesia
BPOM 205209021 004
BAL
L. casei shirota strain
Klaim
Menjaga keseimbangan mikroorganisme baik di dalam usus.
L. casei shirota strain
1. Mengandung 30 milyar kultur hidup L. casei shirota strain. 2. Lebih efektif dan bermanfaat. 3. Mampu meningkatkan daya tahan tubuh. 4. Mengandung vitamin B dan D
L. acidophilus, L. bulgaicus, S. thermophilus, Bifidobacterium
1. Mengandung kultur hidup prebiotik dan probiotk 2. Rendah lemak
68
4.
5.
6.
Vitacharm
Bio Kul
Bio Kul
Botol
65 (ml)
Botol
150 (ml)
Cup
100 (ml)
@1150
Air, gula, susu skim bubuk, kultur, penstabil, sari buah, kalsium laktat, pengatur keasaman (asam sitrat dan natrium sitrat), perisa, dan pewarna makanan.
2900
Air, susu bubuk skim, gula, konsentrat jeruk, krim, asam sitrat, penstabil, yoghurt kultur, dan perisa
4900
Air, susu bubuk skim, gula, krim, Penstabil, dan yoghurt kultur
PT. Ultra Prima Artaboga
PT Diamond Cold Storage, Jakarta, Indonesia PT Diamond Cold Storage, Jakarta, Indonesia
BPOM RI MD 206510003 759
L. acidophilus, Bifidobacteria, dan L. casei
1. Mengandung New Multi-Probiotic ABC yang membantu memberikan pertahanan menyeluruh pada sistem pencernaan, baik di usus halus maupun di usus besar. 2. Mengandung Acidophilus digestiva dan Casei Imunita yang berperan dalam melindungi sistem pencernaan, membantu menekan bakteri merugikan, dan membantu keseimbangan miklofora usus. 3. Mengandung Bifido Defensia untuk melindungi sistem pencernaan.
BPOM RI MD 205209199 001
L. acidophilus dan Bifidobacteria
-
BPOM RI MD 205209199 001
L. acidophilus dan Bifidobacteria
-
69
7.
Queen Yoghurt
Cup
200 (ml)
8.
Yummy
Cup
80 (gram)
9.
Mella YoghAroom
Cup
175 (ml)
10.
11.
Calpico
Dutch Mill
Botol
Botol
200 (ml)
180 (ml)
S. thermophilus, S.achidophilus, dan L. bulgaricus
5850
Susu sapi segar, susu skim bubuk, pemberi aroma, gula, karagenan, dan pewarna
PT Queen, Bandung, Indonesia
MD 105210005 321
3700
Susu segar, buahbuahan, susu skim, gula pasir, acetylated distarch adipate, gelatin sapi, protein susu, pectin, pewarna alami, dan kultur
PT Yummy Food Utama, Jakarta, Indonesia
BPOM RI MD 205209021 149
L. acidophilus, S. thermophilus, Bifidobacterium
-
5650
Air, susu skim, gula, aroma, dan kultur
BPOM RI MD 2052 10006797
L. bulgaicus dan S. thermophilus
-
1150
Air, gula, susu skim bubuk, asam sitrat, kalsium laktat, perisa, pengemulsi nabati, dan vitamin D
BPOM RI MD 206510009 859
Lactobacillus
-
3250
Yoghurt, jus buah, gula, dan pewarna makanan
Mella Bogor, Indonesia -PT. Milko Beverage Industry Bogor - PT. Ajinomoto Calpis Beverage Bekasi, Indonesia
Dairy plus, LTD Nakhan Sawan, Thailand
ICT. HL.. 60334035 0748 Reg. No. 601058411 0043
L. bulgaicus dan S. thermophilus
Rendah Lemak
Kaya akan zat gizi dan kalsium.
70
Botol 12.
Activia Cup
120 (gram) 80 (gram)
3500 2500
Susu segar, susu bubuk, susu bubuk tanpa lemak, gula pasir, kultur, perisa, sari buah, pewarna buatan.
PT. Danone Indonesia, Bekasi
BPOM RI MD 205210088 288
Bifidobacterium animalis
1. Mengandung probiotik ekslusif 2. Probiotik membantu mempertahankan fungsi saluran cerna.
71
72
Lampiran 2
KUESIONER KONSUMSI MINUMAN PROBIOTIK, PERSEPSI, DAN MANFAAT KESEHATAN PADA LANSIA DI KOTA BOGOR
Kode Responden
:
Responden
:
Alamat/Lokasi
:
Kota
:
Telepon
:
Waktu wawancara
: Hari:
Tanggal:
/
/
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
73 A. IDENTITAS RESPONDEN Nama Usia (tahun) Jenis Kelamin Status pernikahan Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Pendapatan keluarga/ bulan (Rp) Jumlah anggota keluarga (orang) Alamat (Telp/HP)
: ……………………………………………… : ……………………………………………… : L/P (1) Tidak Kawin (3) Duda (2) Kawin (4) Janda (1) Tidak Sekolah (4) SMA (2) SD (5) Diploma (3) SMP (6) Sarjana (1) PNS (2) Karyawan/Swasta (3) Wiraswasta/Pedagang (4) TNI/POLRI (5) Lainnya, ………………………………… (1) < 500.000 (2) 500.000 – 1.000.000 (3) 1.000.000 – 2.000.000 (4) 2.000.000 – 3.000.000 (5) > 3.000.000 : ……………………………………………… : ………………………………………………
B. RIWAYAT KESEHATAN Penyakit yang pernah anda derita
Penyakit yang sedang anda derita
(1) Hipertensi (7) Ginjal (2) Hipotensi (8) TBC (3) Diabetes (9) Asam urat (4) Liver (10) Asma (5) Jantung (11) Maag (6) Stroke (12) Rematik (13) Lainnya, ………………… (1) Hipertensi (7) Ginjal (2) Hipotensi (8) TBC (3) Diabetes (9) Asam urat (4) Liver (10) Asma (5) Jantung (11) Maag (6) Stroke (12) Rematik (13) Lainnya, …………… a. Ya b. Tidak
Pernah mengalami keluhan kesehatan dalam satu bulan terakhir Bila jawaban Tidak, lanjut ke kolom C. Bila jawaban Ya, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya. Keluhan kesehatan yang anda alami dalam (1) Pegel linu satu bulan terakhir (2) Lemah, letih, lesu (3) Pusing (4) Nyeri pinggang (5) Sesak nafas (6) Kesemutan (7) Nafsu makan menurun (8) Susah buang air besar (9) Mual (10) Sariawan (11) Lainnya, ……………………………… Apakah anda sering mengalami susah a. Ya, seberapa sering …………………… buang air besar b. Tidak
74
C. PENGETAHUAN GIZI DAN KESEHATAN No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Pertanyaan
Benar
Salah
Benar
Salah
Susunan makanan yang terdiri dari makanan pokok, laukpauk, sayuran, buah-buahan, dan susu tergolong ke dalam makanan 4 sehat 5 sempurna. Makanan yang sehat adalah makanan yang cukup mengandung zat gizi dan bersih. Makanan yang dikonsumsi orang seusia Bapak/Ibu perlu bervariasi, baik dalam hal macam bahan maupun cara pengolahannya. Orang seusia Bapak/Ibu tidak perlu membatasi makan daging yang berlemak/jeroan. Orang seusia Bapak/Ibu perlu membatasi penggunaan garam atau makanan yang asin-asin. Orang seusia Bapak/Ibu tidak perlu membatasi makanan pedas. Lebih banyak konsumsi makanan yang rendah serat baik bagi kesehatan Bapak/Ibu. Orang seusia Bapak/Ibu tidak perlu membatasi penggunaan gula atau makanan yang manis-manis. Makan nasi dengan ikan saja sudah cukup untuk hidup sehat. Lebih banyak makan sayur-sayuran dan buah-buah sangat baik bagi kesehatan orang seusia Bapak/Ibu. Sayur dan buah bukan merupakan sumber serat yang dapat memperlancar pencernaan Minum air putih sekurang-kurangnya 8 gelas setiap hari baik bagi kesehatan orang seusia Bapak/Ibu. Olahraga yang teratur tidak terlalu berpengaruh pada kesehatan orang seusia Bapak/Ibu. Merokok sangat baik untuk kesehatan orang seusia bapak/ibu Di saluran usus manusia terdapat bakteri jahat dan bakteri baik. Semua bakteri yang terdapat di dalam usus sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Terdapat bakteri dalam usus yang dapat berperan dalam memperlancar proses pencernaan. Bakteri yang memperlancar pencernaan dapat ditingkatkan jumlahnya melalui konsumsi minuman probiotik. Mengkonsumsi minuman probiotik setiap hari tidak baik untuk kesehatan orang seusia Bapak/Ibu. Bakteri baik dapat berperan dalam menghambat proses penuaan. D. PENGETAHUAN PRODUK
No.
1. 2. 3.
Pertanyaan Minuman probiotik mengandung mikroba yang berguna bagi kesehatan. Mengkonsumsi minuman probiotik merupakan tindakan preventif (pencegahan) pada gangguan kesehatan. Minuman probiotik dapat mencegah konstipasi (susah buang air besar).
75
No.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pertanyaan
Benar
Salah
Minuman probitiok bersifat tambahan yang dikonsumsi bila diperlukan. Minuman probiotik termasuk kedalam kelompok obat. Minuman probiotik tidak baik bila dikonsumsi oleh lanjut usia. Probiotik dianggap penting karena berperan dalam pencernaan. Minuman probiotik dapat meningkatkan sistem ketahanan tubuh (sistem imun). Mengkonsumsi minuman probiotik setiap hari (sesuai anjuran) dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Yoghurt merupakan salah satu jenis minuman probiotik E. PENGALAMAN MENGONSUMSI PRODUK PROBIOTIK
Apakah Bapak/Ibu pernah mengetahui sebelumnya tentang minuman probiotik Pernah mengkonsumsi minuman probiotik
a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak (1) Tidak mengetahui minuman probiotik Bila jawaban Tidak, Apa alasan anda tidak mengonsumsi (2) Tidak tahu manfaatnya (3) Harganya mahal minuman probiotik (4) Sulit diperoleh (5) Lainnya, ……………………………….. Bila jawaban Ya, Jawablah pertanyaan di bawah ini: Merek minuman probiotik yang anda (1) Activia konsumsi (2) Yakult (3) Yakult ACE (4) Vita Charm (5) Bio Taurus (6) Bio Kul (cair) (7) Bio Kul (krim) (8) Queen Yoghurt (9) Yummy (10) Mella Yogh-Aroom (11) Calpico (12) Dutch Mill (13) Lainnya, …………………….. Alasan anda probiotik
mengkonsumsi
minuman
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Rasanya enak Klaim kesehatan Manfaat bagi kesehatan Harganya murah/terjangkau Mudah didapat Untuk penghilang dahaga Untuk menghambat penuaan Menghaluskan kulit Untuk mencegah/mengobati konstipasi (10) Menyembuhkan diare (11) Menurunkan kolesterol (12) Lainnya, ……………………………...
76
Frekuensi konsumsi minuman probiotik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jumlah minuman probiotik setiap kali anda konsumsi (ukuran kemasan saji)
(1) 1 botol (2) 2 botol (3) Lainnya, …………………………………
Jika terdapat produk minuman probiotik baru dipasaran, anda bersedia untuk mencobanya
Sehari sekali Dua hari sekali Tiga hari sekali Seminggu sekali Dua minggu sekali Sebulan sekali Lainnya, ……………………………...
a. Ya b. Tidak
E.1 Pembelian Minuman Probiotik Apakah anda membeli sendiri minuman probiotik yang dikonsumsi Bila jawaban Tidak, siapakah yang membeli minuman probiotik tersebut Tempat anda membeli minuman probiotik
Tempat menyimpan minuman probiotik di tempat anda membeli Produk tersebut selalu tersedia pada tempat yang sering anda kunjungi Jika merek minuman probiotik yang biasa anda konsumsi tidak ada saat hendak membelinya, maka
a. Ya b. Tidak (1) Anak (3) Saudara (2) Cucu (4) Lainnya,………… (1) Warung (2) Toko/Minimarket (3) Supermarket (4) Pasar (5) Penjaja (6)Lainnya, …………………………………. (1) Etalase (2) Lemari pendingin / Kulkas (3) Kotak pendingin (Cooler) (3) Lainnya, ………………………………… a. Ya b. Tidak (1) Membeli merek lain (2) Menunda pembelian (3) Membeli ke tempat lain (4) Lainnya, …………………………………
E. 2 Manfaat Konsumsi Minuman Probiotik Anda merasakan manfaat minuman probiotik yang dikonsumsi Manfaat yang anda rasakan
Seberapa yakin bahwa manfaat yang anda rasakan tersebut adalah karena mengonsumsi minuman probiotik
a. Ya c. Tidak tahu b. Tidak (1) Daya tahan tubuh meningkat (2) Lebih mudah buang air besar (3) Menyembuhkan diare (4) Menyembuhkan TBC (5) Badan menjadi lebih bugar (6) Tidak mudah lelah (7) Kulit menjadi lebih halus (8) Memperlambat proses penuaan (9) Menurunkan kolesterol (10) Lainnya, ……………………….. (1) Sangat yakin (5) Tidak yakin (2) Yakin (6) Agak tidak yakin (3) Agak yakin (7) Sangat tidak yakin (4) Ragu-ragu
77
E. 3 Efek Samping Konsumsi Probiotik Anda merasakan efek samping setelah mengkonsumsi minuman probiotik Bila jawaban Ya, apakah yang anda rasakan
a. Ya b. Tidak (1) Sakit perut (2) Pusing (3) Mual-mual (4) Muntah (5) Mencret berdarah (6) Diare (7) Gatal-gatal (8) Lainnya, ……………………………
F. SUMBER INFORMASI Anda pernah mendengar informasi tentang minuman probiotik Jika Tidak, lanjutkan ke kolom G Jika Ya, lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya. Dari mana anda mengetahui informasi mengenai minuman probiotik
Sumber Informasi mana yang menurut anda paling dipercaya?
Sumber informasi tentang apa yang anda ingin ketahui
Yang pertama kali anda perhatikan sebelum mengkonsumsi minuman probiotik
a. Ya b. Tidak (1) Keluarga (2) Teman (3) Televisi/Iklan (4) Radio (5) Koran (6) Majalah (7) Dokter/Ahli kesehatan (8) Sales/Distributor (9) Lainnya, ………………………………… (1) Keluarga (2) Teman (3) Televisi (4) Radio (5) Koran (6) Majalah (7) Dokter/Ahli kesehatan (8) Sales/Distributor (9) Lainnya, ………………………………… (1) Manfaat minuman probiotik (2) Klaim kesehatan minuman probiotik (3) Harga minuman probiotik (4) Merek minuman probiotik (5) Lainnya, ………………………………… (1) Informasi gizi (2) Tanggal kadaluwarsa (3) Harga (4) Klaim gizi (5) Kemasan (6) Lainnya, …………………………………
78 G. PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK Apakah anda Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS), atau Tidak Tahu (TT) terhadap pernyataan-pernyataan di bawah ini? Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban yang anda inginkan ! No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Pertanyaan
SS
S
TS
STS
TT
Minuman probiotik lebih menyehatkan dibandingkan dengan minuman non-probiotik. Kemasan merupakan sangat penting untuk diperhatikan dalam pembelian minuman probiotik. Merek adalah faktor utama sebagai pertimbangan dalam pembelian minuman probiotik. Harga minuman probitik yang tersedia di pasaran sangat terjangkau. Jaminan kualitas minuman probiotik ditentukan dari label sertifikasi dalam kemasan. Klaim kesehatan menginformasikan manfaat yang terkandung dalam minuman probitik. Minuman probiotik memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan minuman non-probiotik. Informasi gizi penting dicantumkan dalam kemasan minuman probiotik. Tanggal kadaluwarsa merupakan hal utama yang harus diperhatikan pada saat pembelian minuman probiotik. Tempat pembelian perlu diperhatikan pada saat membeli minuman probiotik. Minuman probiotik mengandung mikroba yang berguna bagi kesehatan. Mengkonsumsi minuman probiotik merupakan tindakan preventif (pencegahan) pada gangguan kesehatan. Minuman probiotik dapat mencegah konstipasi (susah buang air besar). Minuman probiotik bersifat tambahan yang baik bila dikonsumsi setiap hari. Minuman probiotik tidak termasuk kedalam kelompok obat. Minuman probiotik baik bila dikonsumsi oleh lanjut usia. Probiotik dianggap penting karena berperan dalam pencernaan. Minuman probiotik dapat meningkatkan sistem ketahanan tubuh (sistem imun). Mengkonsumsi minuman probiotik setiap hari (sesuai anjuran) tidak menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Yoghurt merupakan salah satu jenis minuman probiotik H. RIWAYAT KONSUMSI MAKANAN
Berilah tanda (√) pada daftar makanan di bawah ini yang anda konsumsi selama satu minggu terakhir beserta frekuensi konsumsinya (seberapa sering anda mengonsumsi makanan tersebut). No. 1.
Daftar Makanan Sayur-sayuran - Bayam - Kangkung - Daun singkong
Konsumsi satu minggu terakhir Ya Tidak
1
Frekuensi Konsumsi (Seberapa sering) 2 3 4 5 6
7
79
No.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Daftar Makanan - Daun pepaya - Kacang panjang - Wortel - Toge - Lainnya, ………… Buah-buahan - Pepaya - Jeruk - Mangga - Pisang - Jambu - Apel - Lainnya, ………… Daging - Daging sapi - Daging ayam - Daging kambing - Lainnya, …………… Ikan - Ikan mas - Ikan tongkol - Ikan mujair - Ikan tenggiri - Lainnya, …………… Telur - Telur bebek - Telur ayam Susu dan olahannya - Susu sapi - Susu kental manis - Susu skim - Es krim - Lainnya, …………… Minuman Probiotik - Activia - Yakult - Yakult ACE - Vita Charm - Bio Taurus - Bio Kul (cair) - Bio Kul (krim) - Queen Yoghurt - Yummy - Mella Yogh-Aroom - Calpico - Dutch Mill - Lainnya, …………… Junk Food - Pizza - KFC/CFC/Mc Donald - Lainnya, ……………
Konsumsi satu minggu terakhir Ya Tidak
1
Frekuensi Konsumsi (Seberapa sering) 2 3 4 5 6
7