ISSN 2086 ‐ 7352
JURNAL
KONSTRUKSIA VOLUME 1 NOMER 1
APRIL 2010
ANALISIS KETAHANAN GEMPA DINAMIS PADA GEDUNG ANALISIS KETAHANAN GEMPA DINAMIS PADA GEDUNG DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN AKIBAT PERATURAN SNI 03‐1726‐2002 Haryo K. Buwono
PENGARUH KADAR SILIKA (SiO2) PADA AGREGAT HALUS TERHADAP PERMEABILITAS BETON TERHADAP PERMEABILITAS BETON Nadia/Ahmad Ghani Ramdhon
PENCEGAHAN PENDANGKALAN ALUR PELAYARAN ANTARA DUA BREAKWATER DENGAN SISTEM SAND BY PASSING Aripurnomo Kartohardjono Aripurnomo Kartohardjono
ANALISIS PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA PADA PEKERJAAN BETON Trijeti/Okerda
KORELASI PENERAPAN ILMU TEKNIK, ILMU EKONOMI KORELASI PENERAPAN ILMU TEKNIK ILMU EKONOMI DAN KEAHLIAN TEKNIK DALAM PROBLEMATIK PROYEK KONSTRUKSI Yul Achyar Alfa
TEKNIK SIPIL – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Volume 1 Nomor 1 Halaman 1 – 55 April 2010
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomor 1 April 2010
ISSN 2086‐7352
JURNAL
KONSTRUKSIA REDAKSI
Penanggung Jawab Pemimpin Redaksi Dewan Redaksi
Staf Redaksi
Seksi Umum
Disain Kreatif Terbit Alamat Redaksi
: Ir. Aripurnomo Kartohardjono, DMS, Dipl.TRE. : Ir. Haryo Koco Buwono, MT. : Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, MSc., PHD. DR. Ir. Rusmadi Suyuti, ME. DR. Ir. Saihul Anwar, M.Eng. : Ir. Nadia, MT. Ir. Trijeti, MT. : Ir. Saifullah Imam Susandi : Ir. Haryo Koco Buwono, MT. : Per Semester ( Dua Kali Setahun ) : Jurnal Konstruksia Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat.10510
Ilustrasi cover: Tower BTS Rev 72 Bekasi
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomor 1 April 2010
ISSN 2086‐7352
JURNAL
KONSTRUKSIA Volume 1 Nomor 1 April 2010
Diterbitkan oleh: Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomor 1 April 2010
ISSN 2086‐7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
PENGANTAR REDAKSI Dengan mengucap syukur yang mendalam seiring terbitnya Jurnal Ilmiah Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang kami beri nama JURNAL KONSTRUKSIA. Jurnal ini sedianya akan terbit setiap semester guna suasana akademik dalam hal ini kebutuhan tulisan Dosen, Mahasiswa dan masyarakat Konstruksi untuk menuangkan informasi yang bermanfaat bagi perkembangan Ketekniksipilan di Indonesia. Pada edisi ini, cukup mewakili semua bidang keilmuan di Teknik Sipil, mulai dari Struktur yang dengan tema perubahan peraturan gempa yang berdampak pada konstruksi yang telah terbangun, bidang Manajemen Konstruksi, berkaitan dengan korelasi teori dan praktek dalam proyek dan Bidang Kepelabuhanan tentang teknologi san by passing. Serta masih banyak yang lain tentang teknologi bahan konstruksi. Embrio dari pemunculan jurnal ini tidak lepas juga dari semangat Jurusan Sipil UMJ untuk meningkatkan mutu dosen dan akreditasi dari periode ke periode berikut dengan sungguh‐sungguh. Namun embrio jurnal ini mungkin masih banyak kekurangan disana‐sini, karena masih dalam proses pembelajaran bagi kami. Semoga tetap sustain dari waktu ke waktu. Amiin Jakarta, April 2010 Pemimpin Redaksi
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomor 1 April 2010
ISSN 2086‐7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
DAFTAR ISI Redaksi Pengantar Redaksi Daftar Isi ANALISIS KETAHANAN GEMPA DINAMIS PADA GEDUNG DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN MENGGUNAKAN SNI 03‐1726‐2002………………………………………… 1 – 10 PENGARUH KADAR SILIKA (SiO2) PADA AGREGAT HALUS TERHADAP PERMEABILITAS BETON .................................................... 11 – 22 PENCEGAHAN PENDANGKALAN ALUR PELAYARAN ANTARA DUA BREAKWATER, DENGAN SYSTEM SAND BYPASSING ……… 23 – 31 ANALISA PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA PADA PEKERJAAN BETON ......................................................................................... 33 – 44 KORELASI PENERAPAN ILMU TEKNIK, ILMU EKONOMI DAN KEAHLIAN TEKNIK DALAM PROBLEMATIK PROYEK KONSTRUKSI ………………………………………………………….. 45 – 55
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomor 1 April 2010
ISSN 2086‐7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
Kriteria Penulisan 1. Jurnal KONSTRUKSIA. Menerima naskah ilmiah dari ilmuwan/akademisi dan praktisi bidang teknik atau yang terkait, bias berupa hasil penelitian,studi kasus, pembahasan teori dan resensi buku, serta inovasi‐ inovasi baru yang belumpernah dipublikasikan. 2. Jurnal KONSTRUKSIA terbit berkala tiap semester, pada bulan April dan Januari. 3. Naskah ilmiah hendaknya ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang baik dan benar. Penulis setuju mengalihkan hak ciptanya ke Redaksi Jurnal KONSTRUKSIA Teknik Sipil UMJ, jika dan pada saat naskah diterima dan diterbitkan. 4. Naskah tidak akan dimuat, jika mengandung unsur SARA, politik, komersial, Subyektifitas yang berlebihan, penonjolan seseorang yang bersifat memuji ataupun merendahkan. 5. Naskah/tulisan hendaknya lengkap memuat : a. Judul b. Nama Penulis (tanpa gelar) dan alamat email c. Nama Lembaga atau institusi tempat penulis beraktifitas d. Abstrak dan kata kunci dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, panjang abstrak tidak lebih dari 200 kata e. Isi Naskah (pembahasan), penutup (kesimpulan), daftar pustaka dan lampiran (jika ada) 6. Naskah /artikel diketik pada kertas HVS ukuran A4 dan dengan format margin kiri, kanan, atas dan bawah 30 mm, serta harus diketik dengan jenis huruf Arial dengan font 10 pt (kecuali judul), satu spasi. Judul ditulis miring (italic), jumlah halaman 7‐10. 7. Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk print out dan soft copy (CD). Alamat redaksi : Jurnal KONSTRUKSIA TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Jl. Cempaka Putih tengah 27 – Jakarta Pusat. Telp. 42882505, Fax. 42882505 Email.
[email protected]
Analisis Ketahanan Gempa Dinamis Pada Gedung (Haryo Koco Buwono)
ANALISIS KETAHANAN GEMPA DINAMIS PADA GEDUNG DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN MENGGUNAKAN SNI 03-1726-2002 oleh : Haryo Koco Buwono Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadyah Jakarta email:
[email protected] ABSTRAK: Aspek perencanaan yang harus ditinjau salah satunya adalah memperhitungkan kemampuan struktur terhadap gempa. Di Indonesia saat ini terdapat 2 peraturan yang kedua-duanya masih berlaku yaitu Peraturan Bangunan Tahan Gempa SNI 03-1726-1989 dan SNI 03-1726-1989. Peraturan ini menjadi menarik ketika ada klaim bahwa peraturan tahun 1989 menjadikan konstruksi tidak aman ketika diberlakukan peraturan baru. Kasus yang dipakai disini adalah menggunakan bangunan eksisting Depatemen Perindustrian dan Perdagangan Jl. MI Ridwan No. 5 Jakarta Pusat. Alat bantu hitung adalah SAP 2000 versi 11. Perencanaan dengan Gempa sistem Statis dan Dinamis. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Volume pembesian yang dihasilkan peraturan SNI 03-17261989, menunjukkan jumlah lebih banyak dibandingkan dengan peraturan tahun 2002. Hasil tersebut mematahkan klaim tentang peraturan 1989 tersebut. Kata Kunci: Peraturan, Gempa, SNI 03-1726-1989, SNI 03-1726-2002 ABSTRACT: Aspects of planning that must be reviewed one of them is the ability to take into account the structure of the earthquake. In Indonesia today there are 2 rules that are both still valid ie Earthquake Resistant Building Regulations SNI SNI 03-1726-1989 and 03-1726-1989. This regulation becomes interesting when there are claims that the 1989 regulations do not make the construction of security when the new rules apply. The case used here is to use the existing building Depatemen Industry and Trade Jl. MI Ridwan No. 5 Jakarta Pusat. Calculate the tool is SAP 2000 version 11. Earthquake Planning with Static and Dynamic systems. Results obtained from this study is the volume produced iron SNI 03-1726-1989 regulations, indicate the number more than the rules in 2002. The results of the break claims regarding The 1989 regulations. Keywords: Regulation, Earthquake, SNI 03-1726-1989, SNI 03-1726-2002
LATAR BELAKANG Perencanaan struktur gedung tentu tidak lepas dari batasan-batasan atau peraturanperaturan yang melekat yaitu peraturan pembebanan, ketahanan gempa, konstruksi/struktur dan lain-lain. Pada saat ini Peraturan Gempa SNI 03-1726-1989 sudah lebih dari 10 tahun dan oleh para perencana bangunan gedung sudah dianggap tidak dapat mengikuti perkembangan periodik pengetahuan tentang kegempaan. Periode Gempa periode 500 tahunan menjadi sulit diterapkan untuk peraturan tahun 1989, maka dengan peraturan tahun 2002 ini diharapkan mampu menjawab tantangan perkembangan informasi tentang ilmu gempa dikaikan dengan konstruksi. Probabilitas 10% selama 50 tahun dapat diukur sebagai umur konstruksi. Seperti dilansir pada peraturan gempa tahun 2002, bahwa makin panjang periode ulang suatu gempa, makin besar pengaruhnya terhadap konstruksi. Disamping itu pula dalam peraturan baru (2002) telah dilengkapi dengan jenis tanah yang lebih spesifik dibandingkan peraturan 1989. Seharusnya bila ditinjau dari itu semua, maka telah terjadi degradasi konstruksi untuk peraturan lama (1989) dengan peraturan 2002. Namun harus ada pendekatan peraturan 1989 dengan peraturan SNI 03-1726-2002 yaitu:
1|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
1. 2. 3.
Faktor reduksi gempa (R), menurut peraturan tahun 1989 dinyatakan R = 6 sedangkan R = 8,5 untuk peraturan baru. Faktor jenis tanah peraturan lama (1989) digunakan tanah lunak sedangkan 2002 digunakan tanah sedang. Gedung eksisting yang telah berjalan sesuai umurnya harus disesuaikan dengan peraturan 2002.
BANGUNAN YANG DITINJAU SEBAGAI KASUS Bangunan yang digunakan sebagai sample untuk penelitian ini adalah bangunan Gedung Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jl. MI Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat dengan perincian sebagai berikut: 1. Jumlah lantai : 12 lantai 2. Tinggi total bangunan : 55,20 meter 3. Panjang bangunan : 66 meter 4. Lebar bangunan : 26 meter 5. Fungsi gedung : Perkantoran 6. Lantai atap : Ruang Mesin 7. Wilayah Gempa : 4 untuk SNI 03-1726-1989 8. Wilayah Gempa : 3 untuk SNI 03-1726-2002 9. Jenis Tanah : Lunak (SNI 03-1726-1989) 10. Jenis tanah : Sedang (SNI 03-1726-2002)
Gambar 1. Denah Kasus analisis
Gambar 2. Tampak Bangunan Gedung tersebut secara struktural telah teruji dengan menggunakan SNI 03-1726-1989. 2|K o n s t r u k s i a
Analisis Ketahanan Gempa Dinamis Pada Gedung (Haryo Koco Buwono)
IDENTIFIKASI MASALAH Masalah yang ada dalam perencanaan struktur gedung menurut SNI 03-1726-1989 dan SNI 03-1726-2002 yaitu tingkat efisiensi terhadap volume beton bertulang dan besi yang digunakan tanpa mengurangi keandalan struktur terhadap ketahanan gempa. BATASAN MASALAH 1. 2. 3.
Perencanaan pada bangunan utama meliputi: a. Perhitungan rekayasa gempa b. Perhitungan struktur beton bertulang Untuk bangunan pelengkap yang akan dibahas adalah perhitungan struktur tangga beton bertulang. Tingkat efisiensi yang dihitung adalah berdasarkan perbandingan volume besi tulangan yang digunakan menurut SNI 1989 dan SNI 2002, dengan dimensi struktur, mutu beton dan mutu besi tulangan yang sama dengan hanya meninjau struktur atas.
PERUMUSAN MASALAH Secara garis besar tata cara perencanaan struktur gedung bertingkat dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Perencanaan awal bangunan yang terdiri dari, perencanaan dimensi bangunan, panjang dan lebar dan yang tak kalah pentingnya adalah tinggi bangunan akibat adanya core wall dan bangunan tangga. 2. Analisa beban-beban yang terjadi, antara lain: Beban mati, beban hidup, beban gempa statis dan beban gempa dinamis didasarkan dari 2 peraturan gempa yang ditinjau. 3. Perencanaan struktur yang ditinjau untuk perbandingan hasil volume, adalah: perencanaan pelat, balok, kolom, core wall dan tangga. MAKSUD DAN TUJUAN Penelitian ini memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui keandalan akibat klaim tentang bangunan yang dihitung menggunakan peraturan SNI 03-1726-1989 akibat adanya peraturan SNI 03-1726-2002. 2. Mengetahui serviceability dan safety dari peraturan SNI 03-1726-1989 dengan peraturan SNI 03-1726-2002. LANDASAN TEORI Seiring dengan pesatnya ilmu dan teknologi, struktur saat ini sudah mampu dianalisis secara 3 dimensi dengan metode elemen hingga yang mencakup degree of freedom akibat perilaku struktur tersebut. Degree of freedom (derajat kebebasan) yang terwakili adalah 3 sistem translasi dan 3 sistem rotasi. Berdasarkan arah pembebanan gempa, maka saat mendesign dengan sistem gempa statis digunakan arah sejajar lebar bangunan dan sejajar panjang bangunan serta rotasi sejajar tinggi bangunan. Menurut peraturan gempa 1989, kedua gempa yang saling tegak lurus ini dikombinasikan secara linier sebagai berikut: 100%*EQx ± 30%EQy atau 30%*EQx ± 100%EQy 3|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Sedangkan menurut peraturan baru kombinasi tersebut harus memiliki besaran yang sama pada kedua sisinya yaitu harus dikalikan 100% untuk EQx maupun EQy artinya sesuai model SRSS (Square Root of the Sum of Square sebagai langkah antisipatis kritis bangunan akibat efek gempa. Analisis dinamis yang digunakan sebenarnya ada 2 type yaitu Respon spektrum (Response Spectra) dan Sejarah Waktu (Time History). Perhitungan respon spektrum pada sebuah gedung yang tidak beraturan akibat pembebanan nominal rencana, sebaiknya dilakukan dengan analisis ragam spektrum sebagai dasar gempa rencana. Penjumlahan ragam respon untuk struktur gedung yang tak beraturan ini memiliki waktu getar alami yang berdekatan, maka diperlukan pendekatan dengan sistem CQC (complete quadratic combination). Bila jarak antara waktu getar alami melebihi dari 15% maka diperkenankan menggunakan sistem SRSS. Pengaruh P-delta pada perencanaan adalah sangat perlu diperhatikan. P-Delta efek adalah momen guling orde kedua akibat lendutan besar yang memperbesar simpangan bangunan. Simpangan yang besar akan berpengaruh pada nilai P-delta-nya. Jika rasio simpangan antara tingkat dan tinggi tingkat tidak melebihi 1%, maka efek P-delta cukup kecil. Kontribusi P-delta pada bangunan tinggi dan bangunan dengan rasio kekakuan dibanding berat hasilnya kecil, maka efek P-delta menjadi besar. Menurut peraturan, pengaruh Pdelta harus diperhitungkan untuk struktur gedung yang lebih besar dari 10 lantai (tingkat) atau 40 meter. Dalam perencanaan telah diterima sebagai suatu kenyataan bahwa secara ekonomis tidaklah layak bila gedung dirancang sekuat-kuatnya, agar mampu menahan beban layan gempa yang sebesar-besarnya. Namun sebagai perencana haruslah memperhatikan faktor ekonomis dan kemampuan layan sebuah konstruksi. Bangunan yang kaku (daktail) tidak identik dengan layak sebagai bangunan yang mempu menerima dinamis beban akibat gempa. Kesepakatan layan gedung terhadap gempa adalah mempunyai kemampuan menyimpang paling sedikit 4 kali dari simpangannya pada leleh pertama (sehingga faktor daktilitasnya tertunjuk 4) tanpa harus kehilangan energi yang berarti. Berikut ini adalah perbedaan dari peraturan gempa SNI 03-1726-1989 dan SNI 03-17262002:
Gambar 3. Wilayah Gempa Berdasar SNI 03-1726-1989
4|K o n s t r u k s i a
Analisis Ketahanan Gempa Dinamis Pada Gedung (Haryo Koco Buwono)
Gambar 4. Koefisien Dasar Gempa berdasar wilayah gempa 1989
Gambar 5. Wilayah Gempa Berdasar SNI 03-1726-2002
Gambar 6. Respons Spectrum berdasar wilayah gempa 2002 5|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Tabel resume antara peraturan gempa SNI 03-1726-1989 dan SNI 03-1726-2002
1. 2. 3. 4. 5.
Unsur Gempa rencana dengan periode ulang Daktilitas Elastik penuh Parsial Penuh Jenis Tanah Tanah Keras Tanah sedang Tanah Lunak Wilayah Gempa Respon spektrum gempa rencana
SNI 03-1726-1989 200 tahun
SNI 03-1726-2002 500 tahun
1,0 2,0 4,0
1,0 1,5 – 5,0 5,3
2 kgf/cm2 = 200 kPa ---
Su ≥ 100 kPa 50 ≤ Su < 100 kPa
0,5 kgf/cm2 = 50 kPa Lihat Gambar 3 Lihat Gambar 4
Su < 50 kPa Lihat Gambar 5 Lihat Gambar 6
INPUT GEMPA DINAMIS DAN STRENGTH REDUCTION SNI 2002 untuk analisis ragam respon spectrum, nilai ordinatnya dikalikan faktor I/R, dimana I adalah faktor keutamaan, sedangkan R adalah faktor reduksi gempa representatif.
Gambar 7. Faktor keutamaan Struktur (I)
Gambar 8. Faktor Reduksi gempa Representatif (R)
6|K o n s t r u k s i a
Analisis Ketahanan Gempa Dinamis Pada Gedung (Haryo Koco Buwono)
ANALISA PERHITUNGAN STRUKTUR 1.
PEMBEBANAN a. Beban Mati Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu struktur yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan. Untuk beban tersebut akan dihitung berdasarkan tabel dibawah ini : No. MATERIAL BEBAN MATI 1. Baja 7.850 kg/m3 2. Beton Bertulang 2.400 kg/m3 3. Pasir 2.200 kg/m3 4. Finishing lantai per cm tebal 24 kg/m² b. Beban Hidup Beban hidup yang digunakan sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia. Beban Hidup untuk berbagai fungsi ruang adalah seperti tertera dalam Tabel 2. KOEFISIEN BEBAN HIDUP BEBAN FUNGSI RUANG HIDUP ANALISA ANALISA (Kg/m²) FRAME BEBAN GEMPA Pelayanan Umum 400 0,9 0,50 c.
Beban Gempa Pada prinsipnya, beban horizontal (beban gempa) secara lebih detail dijelaskan dalam butir 1.8. Beban gempa ialah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu Analisis Dinamis Respon Spektrum, maka yang diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu. Pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana menurut wilayah gempa 3, yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R. Dalam penelitian pada sebuah kasus di Gedung Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jl. MI Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, ini memiliki nilai I = 1,0 dan R = 8,5, maka rasio I/R = 0,117. Mengacu pada perencanaan Gedung Beton Indonesia SNI 03 – 2847 – 2002, yang menyatakan bahwa strength reduction harus digunakan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Bending/Tension = 0,80 Compression (T) = 0,65 Compression (S) = 0,70 Shear = 0,60
7|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010 Gempa Wilayah III 0.6 0.5
C
0.4 0.3 0.2 0.1 0 0
0.2
0.6 0.75
1
1.25 1.5 1.75
2
2.25 2.5 2.75
3
T
Gambar 9. Gempa Wilayah 3 yang sudah tereduksi d. Beban Angin Struktur ini tidak direncanakan secara khusus terhadap beban angin, karena persyaratan beban gempa untuk bangunan struktur ini lebih menentukan / dominan dari pada beban angin. e.
Kombinasi Pembebanan Kombinasi pembebanan dihitung berdasarkan atas Peraturan Perencanaan yang berlaku. Untuk struktur ini, elemen struktur direncanakan sesuai persyaratan kekuatan (Design Strength) pada kombinasi beban batas seperti diuraikan berikut ini : Required Strength < Design Strength U < Ø x (Nominal Strength) Dimana : U = Required Strength (Kuat Perlu) Ø = Strength Reduction Factor (Faktor Reduksi Kekuatan) 1. U = 1,2 D + 1,6 L 2. U = 1,05 (D + LR + E) a. U = 1,05 (D + LR ± EX ± 30 % EY) b. U = 1,05 (D + LR ± EY ± 30 % EX) Salah satu check terhadap analisis perhitungan balok menggunakan analisa sebagai berikut ini. Besarnya gaya momen yang terjadi pada struktur balok yaitu 1033kg.m/m maka : Mu = Ø * As * fy * (d – a/2) asumsi lengan momen ( (
) )
As = 2.31 cm² jadi digunakan D16 – 200 mm As yg terjadi sebesar 12.0576 cm²/m 8|K o n s t r u k s i a
Analisis Ketahanan Gempa Dinamis Pada Gedung (Haryo Koco Buwono)
As min = A * (1.4 / Fy) = 25 cm * 100 cm * 0.0036 = 9 cm²/m As maks = ρ maks * A = 0.0157 * 25 cm * 100 cm = 39.25 cm² Asmin < As yang digunakan < As maks (Disain ok) Lendutan yang terjadi pada salah satu kolom sebesar 0.0518 cm
Gambar 10. Hasil Analisis sederhana menggunakan PCACOL untuk penggambaran detail kolom hitungan kesimpulan : gaya momen dan gaya normal yang terjadi masih didalam kapasitas kekuatan dinding box girder dengan tulangan D16 – 200 mm. 2.
HASIL ANALISA Hasil analisa struktur gedung secara keseluruhan yang ditinjau didapatkan bahwa hasil volume pembesian (tulangan) yang diperhitungkan dengan peraturan SNI 03-1726-1989 dan SNI 03-2847-2002 dari analisa dinamis didapatkan hasil sebagai berikut: 9|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
1. 2.
Volume balok berdasarkan peraturan gempa 1989 menyatakan lebih banyak dibandingkan peraturan tahun 2002. Volume pelat lantai untuk peraturan 2002 lebih banyak dibandingkan peraturan 1989.
Tabel perbandingan Hasil Penulangan Maksimum : Elemen Balok Kolom
Volume Pokok (kg/m3) SNI 03-1726SNI 03-28471989 2002 1053,67 968,61 1416,68 787,76
Volume Sengkang (kg/m3) SNI 03-1726SNI 03-28471989 2002 301,88 299,02 178.39 175.68
KESIMPULAN 1. 2.
3.
Hasil dari volume yang dapatkan dari SNI 03-1726-1989 lebih tinggi dibandingkan dengan SNI 03-1726-2002, sebagai contoh Balok SNI 1989 untuk tulangan pokoknya sebesar 1053,67 kg/m3, sedangkan utuk SNI 2002 didapatkan 968,61 kg/m3. Peraturan SNI 03-1726-1989 menunjukkan lebih boros dibandingkan peraturan baru SNI 03-1726-2002. Hal ini dikarenakan peraturan lama menggunakan sistem CQC sedang peraturan baru menggunakan sistem yang lebih fleksibel yaitu dapat menggunakan CQC atau SRSS. Berarti peraturan lama (SNI 03-1726-1989) masih dapat digunakan, artinya gedung yang telah terhitung menggunakan SNI 03-1726-1989 tidak gagal konstruksi setelah menggunakan peraturan SNI 03-1726-2002
PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002, 2002 Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung, SNI 03-1726-1989, 1989 Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002, 2002 Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, PPIUG-1983, 1983 Agha Riwayat, Perbandingan Perencanaan Struktur Gedung Terhadap Ketahanan Gempa menurut SNI 03-1726-1989 dan SNI 03-1726-2002, Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2005
10 | K o n s t r u k s i a
Pengaruh Kadar Silika (SiO2) Pada Agregat Halus (Nadia)
PENGARUH KADAR SILIKA (SiO2) PADA AGREGAT HALUS TERHADAP PERMEABILITAS BETON oleh : Nadia Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadyah Jakarta email:
[email protected] Ahmad Ghani Ramdhon Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta ABSTRAK: Bahan additive Silika (SiO2) merupakan salah satu senyawa yang sangat berpengaruh pada proses hidrasi Beton, sehingga dapat mempengaruhi Kuat Tekan maupun Permeabilitasnya. Campuran Beton yang utama merupakan campuran yang terdiri dari Agregat halus (Pasir)+ Agregat kasar (Split/Kerikil) + Semen + Air + Bahan additive. Umumnya Bahan Silika yang ditambahkan pada Beton berupa bahan additive. Sedangkan Pasir setelah diteliti dari beberapa jenis, ternyata Pasir mengandung Silika dalam jumlah yang bervariasi. Sehingga perlu penelitian, apakah kandungan Silika pada Agregat Halus (Pasir) berpengaruh terhadap Beton, dan seberapa besar pengaruhnya. Penelitian dilakukan pada campuran beton normal, dimana agregat halus (pasir) yang digunakan mengandung unsur Silika (SiO2) sebesar 13,12% (rendah < 20%), 35,09% (sedang 20%-40%) dan 50,40% (tinggi >50%) dan beton telah melalui umur rendaman 28 hari. Penelitian dilakukan dalam hal permeabilitasnya, dengan maksud supaya dapat diketahui kerapatan atau porositas beton pada campuran yang dipengaruhi oleh kandungan Silika pada agregat halusnya. Pengukuran dilakukan pada nilai koefisien permeabilitasnya. Nilai koefisien permeabilitas yang diperoleh adalah 1,55x10 -7 cm/det untuk kadar SiO2 = 13,12%, 1,17x10 -7 cm/det untuk kadar SiO2 = 35,09% dan 8,11x10 -8 cm/det untuk kadar SiO2 = 50,40%. Dari hasil penelitian yang diperoleh, ternyata makin tinggi kandungan Silika pada Pasir, semakin rendah nilai koefisien permeabilitasnya. Kata Kunci: SiO2, pasir, beton, koefisien permeabilitas. ABSTRACT: Additive Silica (SiO2) is one of the compounds have great influence on concrete hydration process, which can affect the Compressive Strength and permeability. Concrete is a mixture comprising primarily a mixture of fine aggregates (Sand) + coarse aggregates (Split / Gravel) + Cement + Water + additive materials. Silica materials are generally added to the concrete form of additive materials. While the sands upon validation of some kind, apparently containing Silica Sand in varying amounts. So that the necessary research, whether the silica content in Fine Aggregate (Sand) effect on concrete, and how big influence. The study was conducted on normal concrete mixtures, where the fine aggregate (sand) used contain elements of Silica (SiO2) of 13.12% (low <20%), 35.09% (currently 20% -40%) and 50.40% (high> 50%) and concrete have gone through the age of 28 days immersion. The study was conducted in terms of permeability, with the intention to be known density or porosity of concrete to be influenced by a mixture of silica content in fine aggregate. Measure the value of permeability coefficient.Permeability coefficient values obtained were 1.55 x10-7 cm / sec for the content of SiO2 = 13.12%, 1.17 x10-7 cm / sec for the content of SiO2 = 35.09% and 8.11 x10-8 cm / s for rateSiO2 = 50.40%. From the research results obtained, it was the higher content of silica in the sand, the lower the permeability coefficient. Keywords: SiO2, sand, concrete, permeability coefficient
11 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
LATAR BELAKANG Struktur mikro beton menjadi salah satu bidang yang sedang popular untuk diteliti. Proses hidrasi semen, hubungan antara pori-pori di dalam beton, zona pertemuan antara agregat dengan pasta semen adalah struktur mikro yang berpengaruh pada struktur beton secara makro, misalnya kekuatan maupun durabilitas beton Bahan additive Silika (SiO2) merupakan salah satu senyawa kimia yang memiliki peranan penting di dalam terjadinya proses hidrasi semen, sehingga akhirnya semen dapat mengeras. Ketika air ditambahkan ke dalam campuran semen, proses kimiawi yang disebut hidrasi akan berlangsung. Senyawa kimia di dalam semen akan bereaksi dengan air dan membentuk komponen baru Banyak penelitian mengenai penambahan zat additive yang memiliki kadar SiO2 cukup besar, yaitu seperti silica fume atau fly ash. Hal tersebut ternyata terbukti dapat membantu mengurangi porositas (rongga-rongga) pada beton, sehingga permeabilitas betonnya menjadi kecil. Permeabilitas beton ini merupakan sifat beton yang paling penting agar beton memiliki ketahanan terhadap serangan material dari luar. Secara umum ketahanan beton akan bertambah bila permeabilitasnya berkurang. Sifat permeabilitas beton ini sendiri ada dua macam, yaitu permeabilitas terhadap udara dan permeabilitas terhadap zat cair. Dengan kata lain penelitian mengenai permeabilitas beton ini menunjukkan seberapa besar kemudahan beton dalam menerima serangan material dari luar, baik berupa gas maupun zat cair. Selain semen, bahan-bahan penyusun beton yang lain adalah air, batu kerikil dan pasir. Dan dari semua bahan penyusun beton tersebut pasir dan batu kerikil merupakan agregat yang memiliki kandungan SiO2 sebagai mineral pembentuknya. Jika dilihat dari ukuran butirannya, pasir berukuran lebih kecil dibandingkan dengan batu kerikil, maka lebih besar kemungkinan untuk kandungan kimia didalamnya akan mempengaruhi kualitas beton yang dihasilkan, terutama senyawa kimia SiO2. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini. yaitu penelitian yang mengkaji mengenai seberapa besar pengaruh kandungan senyawa SiO 2 dalam pasir pada saat berlangsungnya proses hidrasi, terhadap nilai permeabilitas yang dihasilkan. Identifikasi Masalah Agregat halus (pasir) setelah diperiksa dilaboratorium, terdapat kadar SiO 2 yang jumlahnya bervariasi tergantung darimana pasir itu berasal. Setelah diteliti, kadar SiO 2 yang ada didalam pasir, dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu Pasir dengan kadar Sio2 tinggi (> 40 %), sedang (20 % - 40 %) dan rendah (< 20 %). Oleh karena itu, kondisi ini akan diteliti bagaimana dan seberapa besar pengaruh pasir dengan kadar Silika dalam 3 kategori ini dapat mengurangi permeabilitas beton.
12 | K o n s t r u k s i a
Pengaruh Kadar Silika (SiO2) Pada Agregat Halus (Nadia)
Pembatasan Masalah 1.
Agregat halus (pasir) dengan ukuran butiran < 5 mm terdiri dari : Pasir Mundu dengan kadar SiO2 tinggi (50,40 %) ----- > 40 % Pasir Cileungsi kadar SiO2 sedang (35,09 %) -----(20% s/d 40%) Pasir dengan kadar SiO2 rendah (13,12 % ) --------------- -< 20% 2. Agregat kasar (split) yang digunakan adalah batu split dari Cileungsi – Bogor (dengan ukuran butiran < 25 mm). 3. Semen yang digunakan adalah semen PCC Tiga Roda. 4. Bahan admixture yaitu Platicizer CP-100 produksi PT. Fosroc. 5. Air yang digunakan adalah air PDAM. 6. Untuk perhitungan Mix Design menggunakan ketentuan SK-SNI-T-15-1990-03. 7. Rencana mutu beton standar yang dipakai adalah K300. 8. Persyaratan penetrasi air dan uji permeabilitas sesuai DIN 1045 dan DIN 1048. 9. Pengujian beton berbentuk persegi dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 12 cm. 10. Pengujian permeabilitas beton dilakukan pada umur 28 hari Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. 2.
Untuk mengetahui pengaruh perbedaan kadar SiO2 dalam pasir terhadap nilai permeabilitas beton. Untuk menentukan agregat halus (pasir) yang akan digunakan dalam pembuatan beton, terutama untuk beton yang langsung berhubungan dengan air.
Bahan dan Permeabilitas Beton Sifat yang penting atau utama yang harus dimiliki beton adalah kuat tekan. Semakin padat beton berarti semakin berkurang porositas (lubang pori yang terbentuk) pada beton, porositas yang tinggi akan membuat beton rapuh atau dapat dipastikan memiliki kuat tekan yang kecil. Hal ini juga berarti membuat beton akan mudah untuk dilalui air, atau dapat dinyatakan bahwa permeabilitas beton tersebut tinggi. Sifat permeabilitas ini ada dua macam, yaitu permeabilitas terhadap udara dan permeabilitas terhadap zat cair . Secara umum sifat permeabilitas beton terhadap zat cair sangatlah penting, terutama untuk struktur yang akan berhubungan langsung dengan air. Maka untuk mengetahui dan mengukur permeabilitas beton perlu dilakukan pengujian permeabilitasnya. Dari data yang dihasilkan oleh uji permeabilitas ini dapat ditentukan koefisien permeabilitas, yaitu suatu angka yang menunjukkan kecepatan rembesan fluida dalam suatu zat . Untuk mengetahui dan mengukur permeabilitas beton perlu dilakukan pengujian. Uji permeabilitas ini terdiri dari dua macam, yaitu uji aliran (flow test) dan uji penetrasi (penetration test). Uji yang pertama digunakan untuk mengukur permeabilitas beton terhadap air bila ternyata air dapat mengalir melalui sampel beton. Uji penetrasi digunakan jika dalam percobaan permeabilitas tidak ada air yangmengalir melalui sampel.
13 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Dari data yang dihasilkan oleh uji permeabilitas ini dapat ditentukan koefisien permeabilitas, suatu angka yang menunjukkan kecepatan rembesan fluida dalam suatu zat. Pada uji aliran, koefisien permeabilitas dihitung dengan Rumus Darcy ,
dl Q K dh A t Pada uji penetrasi, Rumus yang dipakai adalah
d 2v K 2Th Angka pori beton, v, dihitung dengan menggunakan Rumus :
v
w / c 100 36,15 w 100 / g
Agregat Beton Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Berat jenis agregat normal berkisar antara 2,5 sampai 2,7. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 60% - 70% dari volume mortar atau beton. Pemilihan agregat merupakan bagian yang sangat penting karena karakteristik agregat akan sangat mempengaruhi sifat-sifat mortar atau beton.. Faktor penting yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran butir agregat. Apabila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam, dapat menimbulkan volume pori lebih besar. Tetapi jika ukuran butirnya bervariasi, maka volume pori menjadi kecil. Hal ini disebabkan butir yang lebih kecil akan mengisi pori di antara butiran yang lebih besar. Agregat sebagai bahan penyusun beton diharapkan memiliki kemampatan yang tinggi, sehingga volume pori dan kebutuhan bahan pengikat lebih sedikit Selain itu, agregat juga memiliki unsur-unsur kimia yang dapat bereaksi jika saling bercampur satu sama lain. Semen Semen merupakan bahan ikat yang penting dalam campuran beton. Susunan kimianya terdiri dari: Batu kapur yang mengandung CaO 14 | K o n s t r u k s i a
Pengaruh Kadar Silika (SiO2) Pada Agregat Halus (Nadia)
Lempung yang mengandung komponen SiO2 (silica); Al2O3 (alumina); Fe2O3 (oksida besi). Dipasaran, terdapat ber-macam-2 type semen, salah satunya adalah type semen PCC yang mutunya sebanding dengan semen yang sering digunakan (type I) Plasticizer adalah bahan additive pada campuran beton, yang digunakan untuk mengubah sifat-sifat beton agar mudan dikerjakan (workability) tanpa menambah air. Air Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga terjadi reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya proses pengerasan pada beton, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang memenuhi persyaratan air minum merupakan air yang memenuhi syarat untuk bahan campuran beton. Tinjauan Pustaka Ketika bahan-bahan penyusun beton telah tercampur menjadi suatu adukan beton, maka pada adukan tersebut terjadi proses pengerasan karena adanya proses hidrasi atau terjadi reaksi kimiawi antara air dengan semen dan agregat yang berlangsung dari waktu ke waktu. Hal tersebut menyebabkan kekerasan beton terus bertambah sejalan dengan waktu Diketahui setelah adukan beton dituang ke dalam cetakan, terjadi proses hidrasi, dan dihasilkan produk berupa calsium-silicate-hydrate (C-S-H). Sisa kapur bebas umumnya melemahkan campuran beton. Maka penambahan Silika pada campuran, dapat bereaksi dengan kapur bebas dan menghasilkan C-S-H, sehingga campuran menjadi bertambah kuat. Reaksi pengikatan kapur bebas dalam beton dengan SiO2 secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : Ca(OH)2+2SiO2+H2O Kapur bebas
Silica
Air
3CaO.2 SiO2.3H2O (C-S-H) Mengeras
Pada penelitian yang pernah dilakukan terhadap suatu campuran beton dan Silica fume (> 92% SiO2), serta Fly ash (> 40,4% SiO2), dapat mengurangi porositas beton (permeabilitas) dan sekaligus meningkatkan daya lekat antara pasta semen dan agregat. Dari penelitian yang pernah dilakukan juga, diketahui bahwa kandungan SiO2 akan mengurangi penggunaan semen dan menambah kuat tekan beton
15 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Penambahan abu sekam dengan kadar SiO2 > 80% diperoleh hasil peningkatan kuat tekan beton sebesar 29%, dan rembesan (permeabilitas) berkurang, yang berarti beton menjadi lebih kedap air Meningkatnya kuantitas C-S-H, senyawa utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan property semen, mengakibatkan ikatan yang dihasilkan oleh semen dengan agregat semakin kuat dan ruang-ruang kosong yang awalnya terisi oleh air dan partikelpartikel semen larut, digantikan dengan diganti dengan C-S-H sehingga porositas beton berkurang. Peristiwa inilah yang memberikan kontribusi utama bagi peningkatan kuat tekan sejalan dengan berkurangnya permeabilitas beton dengan betambahnya umur hidrasi (Lea, 1970; Mehta, 1986; Neville and Brooks, 1998) Kerangka Berfikir Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat diketahui bahwa beton dengan kandungan senyawa SiO2 yang semakin besar dapat menghasilkan kuat tekan yang semakin meningkat dan menurunkan permeabilitas beton. Hal tersebut berdasarkan teori-teori yang menyatakan bahwa dengan kandungan SiO2 yang semakin besar dalam beton yang bergabung dengan reaksi hidrasi semen dengan air, akan menghasilkan persenyawaan yang disebut C-S-H, jadi dengan betambahnya senyawa C-S-H, maka peluang terisinya rongga-rongga oleh senyawa C-S-H tersebut semakin besar, sehingga dapat membuat nilai porositas dan permeabilitasnya semakin kecil. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan suatu eksperimen (percobaan) dilaboratorium, yang diuji pada saat umur perawatan 28 hari. Pengujian beton dilakukan terhadap 3 kategori dibawah, dimana masing-masing kategori terdiri dari 4 sample. Kategori pasir tersebut yaitu : Pasir dengan kadar SiO2 tinggi (> 40%) Pasir dengan kadar SiO2 sedang (20% s/d 40%) Pasir dengan kadar SiO2 rendah (< 20%) Tempat dan Waktu Penelitian Pengujian kadar SiO2 dalam pasir dilakukan di Laboratorium Afiliasi UI Departemen Kimia, FMIPA UI, Kampus UI Depok. Pelaksanaan pembuatan sampel beton dilakukan di Laboratorium Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta di jalan Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat.
16 | K o n s t r u k s i a
Pengaruh Kadar Silika (SiO2) Pada Agregat Halus (Nadia)
Pengujian permeabilitas beton dilakukan di Laboratorium Departemen Perindustrian Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah mencari nilai koefisien permeabilitas dari masingmasing sampel beton yang di uji, dengan menggunakan jenis pasir yang berbeda kadar SiO 2 nya. Untuk peralatan maupun persyaratan-persyaratan yang digunakan mengacu pada peraturan-peraturan konstruksi yang digunakan di Indonesia, yaitu :
Standar SK-SNI-T-15-1991-03 dalam perencanaan mix design beton. Persyaratan standar uji permeabilitas, menggunakan standar Jerman DIN 1045 dan DIN 104
Peralatan Pada pelaksanaan penelitian, diperlukan berbagai peralatan untuk kelancaran uji coba, serta untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. 1. 2. 3.
Peralatan yang digunakan dalam pengujian permeabilitas beton: Satu set alat uji permeabilitas. Mesin uji tekan, untuk membelah benda uji setelah melalui uji permeabilitas.
Tes Permeabilitas Garis besar tes permeabilitas ini adalah mempercepat masuknya air ke dalam beton dengan memberikan tekanan tertentu. Tujuannya adalah untuk mengukur tingkat kemudahan beton untuk dapat dilalui air. Data berupa variabel-variabel yang didapat dari hasil pengujian permeabilitas, selanjutnya dapat digunakan untuk mencari nilai koefisien permeabilitasnya, yaitu berdasarkan Formulasi Darcy yaitu,
dl Q k dh A t
17 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
HASIL dan ANALISA PENELITIAN Hasil Pengujian Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian permeabilitas beton, yang mana tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kadar SiO2 yang terkandung di dalam pasir dapat mempengaruhi nilai permeabilitas beton. Pengujian permeabilitas beton ini dilakukan pada sampel beton berbentuk kubus dengan ukuran panjang 20 cm, lebar 20 cm, dan tinggi 12 cm, dengan kadar SiO 2 pasir yang berbeda, pengujian ini dilakukan setelah sampel beton tersebut melalui masa perawatan / rendaman / curing time selama 28 hari, dimana
Untuk sampel beton 1, yaitu sebanyak 4 buah dengan persentase kadar SiO 2 dalam pasir sebesar 13,12%. Untuk sampel beton 2, yaitu sebanyak 4 buah dengan persentase kadar SiO2 dalam pasir sebesar 35,09%. Untuk sampel beton 3, yaitu sebanyak 4 buah dengan persentase kadar SiO 2 dalam pasir sebesar 50,40%.
Dari pengujian permeabilitas didapatkan hasil berupa nilai rembesan air, yaitu seperti berikut ini :
penetrasi / kedalaman
Untuk sampel beton 1, dengan persentase kadar SiO2 dalam pasir sebesar 13,12% diperoleh nilai penetrasi rata-rata sebesar 4,4 cm. Untuk sampel beton 1, dengan persentase kadar SiO2 dalam pasir sebesar 35,09% diperoleh nilai penetrasi rata-rata sebesar 3,2 cm. Untuk sampel beton 1, dengan persentase kadar SiO2 dalam pasir sebesar 50,40% diperoleh nilai penetrasi rata-rata sebesar 2,2 cm.
Dari hasil yang didapat terlihat bahwa semakin tinggi kadar SiO2 dalam pasir, semakin rendah nilai penetrasinya, yang berarti semakin sedikit air yang dapat menembus ke dalam pori-pori beton. Analisa Pengujian Permeabilitas
Analisa tabel untuk kategori kadar SiO2 rendah. Hasil pengujian permeabilitas beton untuk sampel beton yang menggunakan pasir Cianjur dengan kadar SiO2 dalam pasir sebesar 13,12 % dan telah melalui masa curing 28 hari. TEKANAN (kg/cm2) 1.0 3.0 7.0 PENETRASI (cm)
PEREMBESAN AIR KEDALAM BETON (ml) 6/12-08 CIANJUR.AGR 1-B 2-B 3-B 4-B 10 6 8 5 25 30 27 20 32 35 40 30
18 | K o n s t r u k s i a
3.0
4.0
6.0
4.5
RATA- SYARAT RATA STANDAR (ml) DIN 1045 7.3 25.5 34.3 4.4
<5 cm
Pengaruh Kadar Silika (SiO2) Pada Agregat Halus (Nadia)
Perhitungan koefisien permeabilitas Keterangan
Sampel 1
Penetrasi (cm) Tekanan Air (gr/cm2)
Sampel 3
Sampel 4
Rata-rata
4.000
6.000
4.500
4.375
7000.000
7000.000
7000.000
7000.000
7000.000
Masa Jenis Air (gr/cm 3)
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Perc.Grafitasi (cm/det2)
980.665
980.665
980.665
980.665
980.665 7.138 34.250
P/(ρ.g) Total Air Permeable (cm3) Luas Penampang (cm2) Total Waktu (det) K. Permeabilitas (cm/det)
Sampel 2
3.000
7.138
7.138
7.138
7.138
32.000
35.000
40.000
30.000
400.000
400.000
400.000
400.000
400.000
345600.000
345600.000
345600.000
345600.000
345600.000
9.72882E-08
1.41879E-07
2.4322E-07
1.36812E-07
1.51854E-07
Analisa tabel untuk kategori kadar SiO2 sedang. Hasil pengujian permeabilitas beton untuk sampel beton yang menggunakan pasir Cileungsi dengan kadar SiO2 dalam pasir sebesar 35,09% dan telah melalui masa curing 28 hari. TEKANAN (kg/cm2) 1.0 3.0 7.0 PENETRASI (cm)
PEREMBESAN AIR KEDALAM BETON (ml) RATA- SYARAT 6/12-08 CILEUNGSI RATA STANDAR 1-B 2-B 3-B 4-B (ml) DIN 1045 15 14 10 12 12.8 28 30 25 28 27.8 35 40 30 38 35.8 2.9
3.5
2.5
4.0
3.2
<5 cm
Perhitungan koefisien permeabilitas beton Keterangan Penetrasi (cm) Tekanan Air (gr/cm2)
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Rata-rata
2.900
3.500
2.500
4.000
3.225
7000.000
7000.000
7000.000
7000.000
7000.000
Masa Jenis Air (gr/cm 3)
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Perc.Grafitasi (cm/det2)
980.665
980.665
980.665
980.665
980.665 7.138 35.750
P/(ρ.g) Total Air Permeable (cm3) Luas Penampang (cm2) Total Waktu (det) K. Permeabilitas (cm/det)
Sampel 1
7.138
7.138
7.138
7.138
35.000
40.000
30.000
38.000
400.000
400.000
400.000
400.000
400.000
345600.000
345600.000
345600.000
345600.000
345600.000
1.02862E-07
1.41879E-07
7.60064E-08
1.5404E-07
1.16841E-07
Analisa tabel untuk kategori kadar SiO2 tinggi. Hasil pengujian permeabilitas beton untuk sampel beton yang menggunakan pasir Mundu dengan kadar SiO2 dalam pasir sebesar 50,40% dan telah melalui masa curing 28 hari.
19 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010 TEKANAN (kg/cm2) 1.0 3.0 7.0 PENETRASI (cm)
PEREMBESAN AIR KEDALAM BETON (ml) RATA- SYARAT 6/12-08 MUNDU RATA STANDAR 1-B 2-B 3-B 4-B (ml) DIN 1045 11 14 12 16 13.3 27 26 31 30 28.5 35 32 42 38 36.8 2.6
1.8
2.0
2.3
2.2
<5 cm
Perhitungan permeabilitas beton Keterangan
Sampel 1
Penetrasi (cm) Tekanan Air (gr/cm2)
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Rata-rata
2.600
1.800
2.000
2.300
2.175
7000.000
7000.000
7000.000
7000.000
7000.000
Masa Jenis Air (gr/cm 3)
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Perc.Grafitasi (cm/det2)
980.665
980.665
980.665
980.665
980.665 7.138 36.750
P/(ρ.g) Total Air Permeable (cm3) Luas Penampang (cm2) Total Waktu (det) K. Permeabilitas (cm/det)
7.138
7.138
7.138
7.138
35.000
32.000
42.000
38.000
400.000
400.000
400.000
400.000
400.000
345600.000
345600.000
345600.000
345600.000
345600.000
9.22211E-08
5.83729E-08
8.51272E-08
8.85728E-08
8.10038E-08
Dari data yang didapat terlihat bahwa hampir seluruh beton yang di uji telah memenuhi syarat standar untuk beton kedap air, yaitu kedalaman penetrasi air yang tidak melebihi atau kurang dari 5 cm. Syarat standar yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah syarat standar Jerman yaitu DIN 1045. Analisa grafik hasil pengujian permeabilitas Hasil Uji Permeabilitas 7.00
6.00
Kedalaman Pentrasi (cm)
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Benda Uji 1
Benda Uji 2
Benda Uji 3
Benda Uji 4
Cianjur (SiO2 13,12%)
3.00
4.00
6.00
4.50
Cileungsi (SiO2 35,09%)
2.90
3.50
2.50
4.00
Mundu (SiO2 50,40%)
2.60
1.80
2.00
2.30
Gambar 1. Grafik perbandingan penetrasi hasil pengujian permeabilitas berdasarkan data laboraturium B4T Bandung. 20 | K o n s t r u k s i a
Pengaruh Kadar Silika (SiO2) Pada Agregat Halus (Nadia)
P enetras i A ir (C m)
K adar S iO2 (% ) Vs P enetras i R ata-R ata (C m)
4.60 4.40 4.20 4.38 4.00 3.80 3.60 3.40 3.20 3.00 2.80 2.60 2.40 2.20 2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 10% 15%
y = -4.3558x 2 - 3.1345x + 4.8612 R2 = 1
3.23
2.18
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
Kadar S iO2 Dalam P as ir
Gambar 2. Grafik perbandingan penetrasi rata-rata hasil pengujian permeabilitas berdasarkan data laboraturium B4T Bandung.
Analisa grafik perbandingan Koefisien Permeabilitas rata-rata dengan kadar SiO2 berbeda 0.00000016
1.54800E-07 y = -2.18384E-07x2 - 5.90458E-08x + 1.66306E-07 R2 = 1.00000E+00
0.00000015 Koefisien Permeabilitas Rata-rata (cm/det) 0.00000014 0.00000013
1.18697E-07
0.00000012 0.00000011 0.0000001 0.00000009 0.00000008 0.00000007 10.00%
8.10735E-08
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
55.00%
Kadar SiO2 Dalam Pasir(%)
Gambar 3. Grafik perbandingan koefisien permeabilitas rata-rata
21 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Hasil penelitian permeabilitas pada kubus-kubus beton, yang terbagi menjadi tiga kategori kadar SiO2 , yang diuji pada umur perawatan 28 hari. Grafik tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata Koefisien Permeabilitas dari ketiga kategori kadar SiO2 berbeda mengalami penurunan seiring dengan lebih banyaknya kadar SiO2 dalam yang terkandung dalam pasir, KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. 2. 3.
Makin tinggi kandungan SiO2 dalam Agregat halus (Pasir), makin kecil Nilai Koefisien Permeabilitas beton, sehingga permeabilitas atau rembesannya kecil. Perubahan nilai koefien permeabilitas beton dapat digambarkan berupa grafik lengkung kuadrat Beton yang menggunakan pasir dengan kadar SiO2 lebih besar akan memiliki nilai kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton yang menggunakan pasir dengan kandungan SiO2 yang lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA [1]
Alvan, Syahreza. Pengaruh Penambahan Zat Aditif Terhadap Permeabilitas Beton Dan Kuat Tekan Beton. Sumatera Utara : e-USU Respository, 2005. [2] Badan Standardisasi Nasional, 2004, Standar Nasional Indonesia Semen Portland Komposit (SNI 15-7064-2004) [3] Dajan, Anto. Pengantar Metode Statistik. Jakarta : LP3ES, 1986. [4] Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan Pertama, Bandung : DPU – Yayasan LPMB, 1991. [5] Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Petra. Rancang Bangun Alat Uji Permeabilitas Beton. http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/. Dimensi Teknik Sipil Vol. 6, NO. 2, September 2004. [6] Mulyono, Tri. TEKNOLOGI BETON. Yogyakarta : Andi, 2003. [7] Murdock, L.J.,K.M.Brook, dan Stephanus Hendarko. Bahan dan Praktek Beton. Jakarta : Erlangga, 1991. [8] Nugraha, Paul, dan Antoni. Teknologi Beton – Dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi. Yogyakarta : Andi, 2007. [9] Rochman, Abdul. Tinjauan Kuat Tekan Dan Permeabilitas Beton Dengan Bahan Tambah Dari Abu Sekam Padi. Semarang : Journal JTPTUMS, 27 April 2006. [10] Salalin, Karyawan, I. M. A., Perbandingan Kuat Tekan dan Permeabilitas Beton Yang Menggunakan Semen Portland Pozzolan Dengan Menggunakan Semen Portland Tipe I. Seminar dan Pameran HAKI : 2007. [11] Special Blended Cement, http://suramadu.com/219.83.87.82/v06, 3 Maret 2008.
22 | K o n s t r u k s i a
Pencegahan Pendangkalan Alur Pelayaran (Aripurnomo Kartohardjono)
PENCEGAHAN PENDANGKALAN ALUR PELAYARAN ANTARA DUA BREAKWATER, DENGAN SYSTEM SAND BYPASSING oleh: Aripurnomo Kartohardjono Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadyah Jakarta email:
[email protected] ABSTRAK: Pendangkalan alur pelayaran yang terletak diantara dua breakwater, merupakan fenomena alam yang biasa terjadi, sehingga upaya mengatasinya harus menggunakan solusi yang tepat agar alur pelayaran dapat berfungsi sebagaimana mestinya dengan biaya yang memadai. Upaya pencegahan pendangkalan yang disebabkan oleh sedimen transport yang datang dan masuk ke alur pelayaran harus dipindahkan agar tidak terjadi pengendapan, dalam hal ini dibahas dengan menggunakan sistem sand by passing. Material yang masuk melalui breakwater diupayakan agar dapat terus berlalu dan tidak mengendap di alur, tentunya dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas material sedimen. KATA KUNCI: Breakwater, Alur, Sand Bypassing ABSTRACT: The shallow navigation channel is located between two breakwater, is a common natural phenomenon, so that efforts to overcome it must use the correct solution to the cruise line can function properly with the appropriate fee. Efforts to prevent silting caused by sediment transport coming into the navigation channel and must be moved so that precipitation does not occur, in this case is discussed by using the system by passing sand. Materials that go through the breakwater strived to continue to be passed and no sediment in the groove, of course, with attention to quality and quantity of sedimentary material. KEYWORD: Breakwater, Groove, Sand Bypassing
PENDAHULUAN Alur yang terletak pada dua breakwater umumnya terdapat pada alur pelayaran akses menuju ke pelabuhan yang terdapat pada pelabuhan – pelabuhan banyak di dunia. Sand by passing adalah pasir yang melewati suatu konstruksi dengan gerakan hidraulik atau mekanik dari daerah akresi ke wilayah downdrift erosi, melintasi penghalang (breakwater). Gerakan hidrolik dapat mencakup gerakan alam serta gerakan yang disebabkan oleh manusia (pengerukan). Pengendalian fenomena alam yang terjadi di alur masuk pelabuhan adalah masuknya sediment atau material dasar laut ke alur pelayaran. Pengendalian masuknya sediment dimaksud dapat menggunakan sistem sand by passing. A Sand Bypass System is a permanent solution to sand erosion and littoral drift problems affecting river mouths and navigation channels worldwide. It is described as the artificial transport of littoral drift across tidal entrances to help prevent accretion, on the updrift side, control downdrift erosion and maintain navigation channels. (Sumber: Encora COASTAL PORTAL, The COASTAL PORTAL is hosted and developed by the Flanders Marine Institute (VLIZ)) Pengendalian dengan sistem sand bypassing pada alur pelabuhan perlu diperhatikan secara kualitas maupun kuantitas material sedimen. Apabila material sedimentasi masih memadai dan memungkinkan untuk dipindahkan (sand by passing) dengan system pompa maka kapasitas pompa atau debit pompa yang akan dioperasikan harus seimbang dengan 23 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
material yang masuk yang diakibatkan oleh adanya sedimentasi. Pengoperasian pompa harus dilakukan secara terus menerus setiap hari, dengan penjagaan oleh operator selama mesin pompa dioperasikan. Pembuatan sand trap lebih dianjurkan dalam hal penggunaan system ini, sehingga mesin pompa seakan-akan memelihara kondisi sand trap yang ada terhadap datang material pasirnya.
Gambar 1. Foto Alur Pelayaran
Gambar 2. Diagram Alur Pelayaran Penggunaan system ini menggunakan biayanya yang relatif kecil karena sistemnya yang sederhana dibandingkan harus dilaksanakan secara pengerukan yang menggunakan kapal keruk. Telah banyak pelabuhan-pelabuhan yang menggunakan sistem sand by passing, seperti: The Tweed River entrance is located on the southeast coast of Australia, yang berada pada area yang mempunyai wave energi yang tinggi dan longshore sediment transport rata 500.000 m3 per tahun, Mansfield Pass Texas Coast, di Palm Beach, Florida. Sand bypassing pada umumnya terjadi dengan dua cara, yaitu pertama, peralatan dan perpipaan pemompaan dapat dibangun bahwa pasir di transfer dari sisi updrift, dan di deposito sebagai lumpur pasir dan air di sisi downdrift (lihat foto). Tergantung pada laju pertambahan di sisi updrift, peralatan ini dapat terus berjalan, atau atas dasar disesuaikan dengan kebutuhan. 24 | K o n s t r u k s i a
Pencegahan Pendangkalan Alur Pelayaran (Aripurnomo Kartohardjono)
Metode kedua melibatkan pengerukan atau penggalian pasir dari sisi updrift, menggunakan kapal keruk, dan penempatan bahan ini di sisi downdrift oleh mengeruk (transport based), atau dengan truk serta peralatan berat lainnya (transportasi material berbasis transportasi). Selain itu digunakan sebagai mekanisme untuk mengembalikan ke pola alam, (sediment transport), sand bypassing digunakan sebagai metode untuk menjaga alur navigasi/pelayaran bebas dari sedimentasi yang berlebihan dalam upaya untuk mengurangi kebutuhan perawatan pengerukan yaitu dengan membuat sand-trap di alur pelayaran, yang selanjutnya dari sandtrap dimaksud di pompakan material (pasir) dan air ke sisi down drift. Kondisi di Indonesia yang dapat dilaksanakan dengan system ini antara lain adalah pelabuhan di Pulau Baai, Bengkulu, karena kondisi alamnya yang memadai untuk penyelesaian dengan sistem sand bypassing. Pelabuhan Pulai Baai, Bengkulu merupakan pelabuhan yang strategis, di pantai timur Pulau Sumatera, yang berhubungan langsung dengan Samudra Hindia. Pelabuhan Bengkulu sangat penting artinya bagi daerah pesisir timur Sumatera, mengingat ada batas yang memisahkan antara pesisir timur Sumatera dan bagian tengah atau barat. Pemisahnya adalah bukit Barisan yang membujur sepanjang Sumatera bagian utara hingga selatan yang merupakan benteng pemisah. Sehingga keberadaan pelabuhan di sisi timur Sumatera merupakan kondisi yang strategis. Namun biaya yang harus dikeluarkan untuk memelihara alur pelayaran agar dapat disinggahi kapal – kapal berbobot 150.000 DWT merupakan tantangan tersendiri agar tercipta kondisi yang seimbang antara pendapatan terhadap pengeluaran. Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan yang sangat vital untuk mengangkut dan mengatarkan beberapa komoditi dan barang kebutuhan, yang masuk maupun keluar Bengkulu atau pesisir barat Sumatere. Pengguna jasa yang melakukan kegiatannya melalui pelabuhan Pulau Baai, berasal dari 9 kabupaten/kota disekitar ibu kota Propinsi Bengkulu. Komoditi yang biasanya diekspor dan diimport diantara lain adalah batubara, crude palm oil (CPO), kopi, jahe, sayur-mayur, karet, cangkang sawit, penumpang, bahan bakar minyak (BBM), biji besi dan kakao. Alur pelayaran Pulau Baai, merupakan alur pelayaran yang dilindungi oleh break-water sepanjang 600 meter menjulur ke arah lautan Hindia. Pendangkalan terjadi karena kondisi hydrodynamic, dengan adanya ombak/gelombang yang bertransformasi melalui pantai, sehingga menimbulkan wave set up dan longshore currents, yang akan menyebabkan pergerakan atau transportasi dari sedimen dasar laut (pasir). Hal ini yang menimbulkan atau menjadikan sebagai proses littoral transport. Pendangkalan alur pelayaan yang terjadi tiap tahunnya mencapai 800.000 meter kubik, dan kondisi saat ini kedalaman hanya -3,5 LWS dengan lebar 25 meter, dan penyelesai an masalahnya adalah apa layak diterapkan pengerukan dengan menggunakan sistem sand bypassing.
25 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
SEDIMEN TRANSPORT SECARA UMUM Pergerakan sedimen di dasar laut terjadi apabila adanya kekuatan pergeseran antar partikel yang cukup besar, atau terjadinya tegangan geser, antar material dasar perairan dengan gerakan air. Gerakan-gerakan ini dapat disebabkan oleh arus atau gelombang kecepatan orbital atau kombinasi keduanya, yang terakhir merupakan situasi yang paling penting. Parameter yang relevan untuk deskripsi transpor sedimen sepanjang garis pantai atau di daerah pesisir. Oleh karena itu sebagai berikut: o Kondisi gelombang di lokasi dan variasi mungkin atas situs ditambah daerah sebelah; o Kondisi saat ini serta variasi ini atas wilayah tersebut; o Kondisi air-tingkat, pasang yaitu, gelombang badai dan gelombang set-up; o Keadaan Kontur yang bervariasi di dasar perairan; o Karakteristik sedimen atas wilayah tersebut; o Sumber dan material sedimen, seperti sungai, pengikisan pantai atau karena arus pasang surut. Hubungan antara gaya hidrodinamika dan respon morfologi pantai tersebut direalisasikan melalui transportasi sedimen. Sedimen transport ini dapat terjadi baik sebagai bedload atau sebagai partikel yang melayang. Meskipun upaya pemodelan menunjukkan bahwa material yang melayang adalah lebih penting dalam zona surfing, khususnya di bawah kondisi energi tinggi, masih ada konsensus tentang hal ini, sebagian karena bedload sangat sulit diukur dalam kondisi di lapangan. Distribusi sedimen pada gumpalan/pusaran air dapat terjadi sebagai proses difusi yang pada umumnya terjadi ketika dasar perairan yang datar atau sebagai proses konvektif bahwa sedimen tersuspensi dan mengangkat ke atas dalam paket yang koheren misalnya karena vortex shedding dari riak pada dasar perairan. Dalam kedua kasus, distribusi vertikal endapan di gumpalan air dapat diperkirakan dengan rumus:
dimana: ws = kecepatan jatuh sedimen, c = konsentrasi sedimen, z = ketinggian di atas dasar perairan dan merupakan koefisien difusi eddy mewakili skala turbulen mixing. Persamaan ini memprediksi bahwa dalam situasi negara stabil, fluks ke bawah sedimen (WSC) harus diimbangi oleh fluks ke atas diberikan oleh produk dari gradien konsentra si dan difusi sedimen. LITTORAL TRANSPORT Littoral transport adalah istilah yang digunakan untuk transport non-kohesif sediment, i.e terutama pasir, di zona litoral sepanjang garis pantai terutama disebabkan oleh gaya akibat gelombang pecah. Litoral transport juga disebut longshore transport atau littoral drift.
26 | K o n s t r u k s i a
Pencegahan Pendangkalan Alur Pelayaran (Aripurnomo Kartohardjono)
Gambar 3. Variasi dalam litoral transport dengan paparan gelombang dan sudut insiden gelombang. Littoral transportasi sering di asumsikan bahwa garis pantai hampir lurus dengan kontur kedalaman hampir paralel. Asumsi ini sering diberlakukan, terutama jika bagian dari pantai yang tidak terlalu panjang dan jika transisi bertahap antara bagian tersebut diasumsikan. Dalam keadaan ini, litoral transport dapat diuraikan sebagai berikut. Ketika gelombang mendekati kemiringan garis pantai, refraksi cenderung mengubah arah gelombang sehingga mereka hampir sejajar dengan garis pantai. Pada saat yang bersamaan, ketika mendekati zona breaker, mereka mengalami shoaling, yang berarti bahwa mereka menjadi lebih curam dan lebih tinggi. Akhirnya, ombak pecah. Selama proses gelombang pecah, sekumpulan turbulensi menyebabkan beberapa sedimen dasar laut yang akan di bawa ke suspensi. Sedimen ini yang melayang, ditambah beberapa sedimen lainnya di dasar laut, kemudian dilakukan sepanjang garis pantai oleh aliran longshore, yang telah maksimal di dekat garis pecah. Kedua moda angkutan transportasi disebut sebagai suspended transport dan bed load, masing-masing. Jumlah gaya-gaya tersebut adalah litoral drift.
27 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Gambar 4. Pemodelan Sand Bypass Gambar 4. Pemodelan Sand Bypassing Sebuah contoh aplikasi yang sedang berkembang saat ini, yang ditemukan prinsip desain teknik pesisir diterapkan pada system sand bypass. System jaringan dirancang untuk mengurangi erosi pantai yang disebabkan apabila saluran navigasi/pelayaran dikeruk yang terganggu oleh gerakan sediment transport dekat pantai. System bypass, atau sand transport seperti ini, yang kadang mereka sebut, yaitu memiliki kapal keruk tetap yang ditempatkan di salah satu sisi alur navigasi/pelayaran. Seperti pasir yang bergerak sepanjang pantai (garis), dikumpulkan oleh plant dan ditransfer melalui downcoast pelabuhan. Sebuah contoh aplikasi yang sedang berkembang saat ini, yang ditemukan prinsip desain teknik pesisir diterapkan pada system sand bypass. System jaringan dirancang untuk mengurangi erosi pantai yang disebabkan apabila saluran navigasi/pelayaran dikeruk yang terganggu oleh gerakan sediment transport dekat pantai. System bypass, atau sand transport seperti ini, yang kadang mereka sebut, yaitu memiliki kapal keruk tetap yang ditempatkan di salah satu sisi alur navigasi/pelayaran. Seperti pasir yang bergerak sepanjang pantai (garis), dikumpulkan oleh plant dan ditransfer melalui downcoast pelabuhan. Studi menunjukkan bahwa pengerukan dan break-water channel, menyebabkan erosi yang tidak alami sepanjang bermil-mil pantai. Namun, transformasi (perpindahan) pasir jarang manfaat lebih dari satu mil dari garis pantai yang berdekatan dan memotong alur navigasi. Alasan kekurangan kinerja ditunjukkan dalam contoh berikut.
28 | K o n s t r u k s i a
Pencegahan Pendangkalan Alur Pelayaran (Aripurnomo Kartohardjono)
Gambar 5. Hasil Pelabuhan Tanpa kinerja Perbaikan Alur Asumsikan garis pantai longshore pasir per tahun sejumlah 1 juta meter kubik - enam ratus ribu kubik meter sedimennya bergerak dari utara ke selatan, didorong oleh angin utara, dan empat ratus ribu meter kubik pergerakan bergerak berlawanan arah didorong oleh angin dari selatan . Rasio ini mewakili total longshore drift untuk kebanyakan garis pantai. Pompa pasir digunakan untuk menyediakan pengeboran dengan kapasitas debit tertentu dan tekanan untuk pemompaan pasir, silt lumpur. Pompa pasir sentrifugal dikembangkan oleh suatu perusahaan melalui aplikasi situs dan prasarana di tingkat mahir dari segi performa teknis atau dalam pelestarian lingkungan hidup, dan mencapai tingkat produk yang dapat diterima oleh dunia luar. Pompa ini memiliki dua jenis drive, dan drive belt electromotion. Produk baru dapat didesain dan disediakan sesuai dengan kebutuhan khusus pelanggan. Salah satu contoh spesifikasi teknik menunjukan bahwa untuk volume sedimentasi di P. Baai, Bengkulu sebesar 800.000 m3 apabila menggunakan pompa model SB 8x6x14, yang mempunyai discharge 320 m3/h, dan daya angkat hingga 40 meter maka diperhitungkan bahwa sedimen pasir akan habis selama : 10 bulan dalam satu tahun, dengan rincian sebagai berikut: -
Operasional 10 jam per hari (mulai jam 07.00 hingga jam 17.00); Maka dapat memompa 10 x 320 m3 = 3.200 m3 per hari 1 bulan (25 hari) = 25 x 3.200 m3 = 80.000 m3 Untuk 800.000 m3 akan terselesaikan pada 800.000:80.000 = 10 bulan.
29 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Gambar 6. Hasil pemompaan pasir secara periodik Tabel SAND PUMP TECHNICAL PARAMETERS: Model Flow Lift Power 3 SB8×6-14 320m /h 40m 75KW SB8×6-13 240m3/h 35m 55KW SB8×6-12 216m3/h 30m 45KW 3 SB6×5-14 200m /h 40m 55KW SB6×5-13 180m3/h 35m 45KW SB6×5-12 160m3/h 30m 37KW 3 SB5×4-14 120m /h 40m 37KW SB5×4-13 90m3/h 40m 30KW SB4×3-12 60m3/h 20m 11KW 3 SB4×3-11 40m /h 20m 7.5KW
Speed 1480r/min 1480r/min 1470r/min 1480r/min 1470r/min 1460r/min 1460r/min 1460r/min 1450r/min 1450r/min
Efficiency 65% 64% 64% 62% 60% 62% 56% 56% 54% 49%
Salah satu contoh pompa yang dapat diletakan pada salah satu sisi breakwater di Pulau Baai, Bengkulu.
Gambar 7. Pompa Sand Bypass Penelitian dan invetigasi lebih lanjut perlu dilaksanakan, agar terjadi keseimbangan antara sedimen yang masuk ke alur pelayaran P. Baai dan besarnya pompa untuk memindahkan pasir.
30 | K o n s t r u k s i a
Pencegahan Pendangkalan Alur Pelayaran (Aripurnomo Kartohardjono)
PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bambang Triatmojo, TEKNIK PANTAI, EDISI KE DUA, Beta Offset 1999 Ir. R.J. de Heer, Dredging and Dredging Equipment, IIHE Delft, 1991 The International Association of Ports and Harbors (IAPH), GUIDELINES FOR SAFETY AND ENVIRONMENTAL PROTECTION OF PORTS, Nagoya Japan, 1981 http://www.divingthegoldcoast.com, Gold Coast Seaway 2010 www.lesmp.vic.gov.au/sand_bypass_system.php,SAND BYPASSING SYSTEM, 2010 www.dredgingtoday.com,The Canaveral Harbor Federal Sand Bypass Project, 2010
31 | K o n s t r u k s i a
Analisa Produktifitas Tenaga Kerja (Trijeti/Okerda)
ANALISA PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA PADA PEKERJAAN BETON oleh : Trijeti Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadyah Jakarta email:
[email protected] Okerda Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta ABSTRAK: Produktivitas dikatakan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai / keluaran (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan / masukkan (input). Bagi pemilik bangunan, output bisa berarti sebagai biaya persatuan keluaran (output) yang dihasilkan. Untuk kontraktor dapat berarti jumlah atau persentase biaya yang didapatkan dari pemilik berada diatas dari biaya pembangunan. Untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja pada pekerjaan beton perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran produktivitas secara langsung menggunakan analisa kerja dengan mengambil sampel pekerjaan balok beton. Kata Kunci: Produktivitas, sumber daya, analisa kerja. ABSTRACT: Productivity is said as a comparison between the results achieved / output
(output) with the overall resources used / entered (input). For building owners, the output means as the cost of unity can be output (output) generated. For the contractor can mean the number or percentage of costs above was obtained from the owner of the construction costs. To determine the productivity of labor in the measurement of concrete work needs to be done. Direct productivity measurement using the sample analysis taking a job working with concrete blocks. Keywords: Productivity, resources, job analysis
LATAR BELAKANG Proyek konstruksi semakin kompleks dan kendala waktu yang semakin ketat, mengakibatkan banyak perubahan dalam penyelenggaraan proyek menuju tingkat yang lebih baik dan menguntungkan. Untuk menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Kegiatan untuk memenuhi kebutuhan konstruksi membutuhkan kemampuan teknis, manajemen, tenaga kerja dan peralatan untuk mengatasi masalah atau kendala tsb. Masalah yang dihadapi oleh pemilik dan pelaksana konstruksi adalah jadwal pelaksanaan yang lambat, kualitas sumber daya yang kurang, terus meningkatnya biaya dan system manajemen yang kurang memberikan semua control yang dibutuhkan. Salah satu alat yang penting disemua tingkatan organisasi dan perusahaan, termasuk perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi adalah pengukuran produktivitas dalam suatu periode waktu. Pengelolaan dari sumber daya yang terpenting seperti tenaga kerja, peralatan secara efektif dan efisien merupakan faktor yang terpenting dalam pelaksanaan konstruksi. Semakin banyak pengelolaan akan memberikan hasil dan keuntungan yang lebih memuaskan baik bagi pemilik maupun bagi pelaksana konstruksi. Proses nilai tambah yang dihasilkan oleh sumber daya manusia dapat memberikan dampak bagi peningkatan 33 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
hasil yang diinginkan. Untuk mewujudkan proses nilai tambah tersebut, diperlukan suatu pengukuran produktivitas yang sekaligus juga berfungsi sebagai evaluasi terhadap pemanfaatan sumber daya yang dipakai. Maksud dan tujuan Untuk mengetahui dan memberikan gambaran pengukuran produktivitas dalam pelaksanaan pekerjaan balok beton. Kajian Pustaka Kata produktivitas pertama kali didefinisikan sebagai kemampuan untuk menciptakan, kemudian dijabarkan secara sederhana sebagai hubungan antara output dan pekerjapekerja yang mengahsilkan output tersebut. Secara umum produktivitas dikatakan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Formula Produktivitas dinyatakan : output / input Bagi pemilik bangunan, output bisa berarti sebagai biaya persatuan keluaran (output) yang dihasilkan. Untuk kontraktor dapat berarti jumlah atau persentase biaya yang didapatkan dari pemilik berada diatas dari biaya pembangunan. Pada umumnya untuk mengatur hasil guna (efektivitas) dengan keahlian manajemen, pekerja-pekerja, material, peralatan dan ruang kerja yang ditetapkan untuk menghasilkan tujuan produksi dan pembangunan dengan biaya layak terendah. Berdasarkan tingkatannya produktivitas dibagi menjadi :
Produktivitas makro (nasional) = produk domestic nasional / tenaga kerja Produktivitas sektoral = produk domestic bruto sektoral / tenaga kerja pd sector ybs. Produktivitas mikro = nilai tambah / masukkan yang dipakai Produktivitas individu : o Prod. Tenaga kerja = jml produk yg dihasilkan / jml tenaga kerja o Jika dinyatakan dalam jam kerja maka, Prod. Tenaga kerja = jml produk yg dihasilkan / jml jam kerja tenaga kerja
o Prod. Tenaga kerja produksi = nilai tambah / jml tenaga kerja produksi Berdasarkan faktoral produktivitas dibagi menjadi :
Total factor productivity (produktivitas total) = keluaran / semua masukkan Produktivitas multifactor = keluaran / beberapa masukkan Produktivitas parsial : o Produktivitas bahan baku = keluaran / bahan baku o Produktivitas energi = keluaran / energi yg digunakan
Faktor-faktor produktivitas yaitu : sikap mental, pendidikan, ketrampilan, manajemen, tingkat penghasilan dan kesejahteraan, lingkungan dan iklim kerja, sarana dan teknologi, kesempatan berprestasi. Sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan dapat dikelompokkan menjadi : kondisi fisik lapangan dan sarana bantu; supervisi, perencanaan & koordinasi ; komposisi kelompok kerja; kerja lembur; 34 | K o n s t r u k s i a
Analisa Produktifitas Tenaga Kerja (Trijeti/Okerda)
ukuran besar proyek; kurva pengalaman (learning curve); pekerja langsung versus subkontraktor; kepadatan tenaga kerja. Pengukuran produktivitas menunjukkan dibedakan dalam tiga jenis yaitu :
perbandingan-perbandingan
yang
dapat
Perbandingan antara hasil pelaksanaan sekarang dengan hasil pelaksanaan sebelumnya yang menunjukkan adanya peningkatan atau tidak Perbandingan hasil pelaksanaan antara satu unit dengan unit lain. Tetapi pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian yang relative. Perbandingan antara hasil pelaksanaan antara satu unit dengan target yang ingin dicapai pada masa yang akan dating. Untuk melakukan pengukuran produktivitas, langkah-langkah yg dilakukan : Menghitung tingkat produktivitas Mengumpulkan data untuk bahan perhitungan Menyajikan dan menganalisa data Menetapkan sasaran yang akan diukur, apakah jenis kegiatan atau unit kerja atau pekerja tanpa terikat pada jenis kegiatan.
Pengamatan aktivitas pekerjaan dikelompokkan dalam klasifikasi bekerja dan tidak bekerja. Klasifikasi bekerja atau dianggap bekerja adalah :
Membawa atau memegang material Berpartisipasi dalam pekerjaan fisik yang aktif termasuk : mengukur, menghampar, membaca gambar, menulis pesanan dan memberi instruksi ; memegang tali pengukur atau alat bantu kerja ; mengoperasikan mesin atau alat-alat
Membahas pekerjaan yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan. Sedangkan aktifitas yang dianggap tidak bekerja :
Menunggu pekerja lain untuk menyelesaikan pekerjaan Berbicara tanpa melakukan pekerjaan Menunggui mesin yang beroperasi otomatis, kecuali terlibat langsung Berjalan-jalan tanpa tujuan. Aktivitas-aktivitas dalam pelaksanaan konstruksi dikategorikan tiga bagian :
Kerja efektif : mengecat dinding, memasang sambungan , mengangkut material, membuat campuran dll. Kerja kontributif : mengukur, mengembalikan alat bergerak dalam area 3 – 10 m. Kerja yang tidak efektif : berjalan dengan tangan kosong atau bergerak diluar 10 m tanpa mendukung pekerjaan, mengoreksi kesalahan dan berbicara mengenai sesuatu diluar pekerjaan yang dilakukan.
Pengukuran produktivitas secara langsung menggunakan analisa kerja dengan gambaran sebagai berikut : 35 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Analisa Kerja (Work study)
Analisa metode
Pengukuran waktu kerja
Memperbaiki metode produksi
Mengukur efektifitas tenaga kerja manusia Menghasilkan peningkatan, perencanaan pengawasan, tenaga kerja
Menghasilkan pemakaian lebih efektif terhadap material, peralatan, tenaga manusia Produktivitas ukur
Produktivitas yang lebih baik melalui perbaikan
Work Study : Tujuan utama adalah membantu manajemen dalam penggunaan secara optimal sumber daya dasar (tenaga kerja & bahan yg tersedia) : memilih pekerjaan ; mencatat pengamatan secara langsung; memeriksa data secara bertahap ; mengembangkan metode pekerjaan yg dianggap paling ekonomis ; mengukur banyaknya kegiatan dalam satu pekerjaan; merumuskan secara jelas & rinci metode yg dipilih ; dengan metode baku & waktu standar dihitung produktivitas tenaga kerja yang bersangkutan Analisa metode : Memberikan gambaran yang sebenarnya produktivitas melalui metode kerja dengan memusatkan perhatian pada efisiensi kerja. Bentuknya bisa berupa bagan, diagram, pemotretan, rekaman video yang memiliki keuntungan : komunikasi antara pimpinan dan pekerja dapat ditingkatkan, pengambilan keputusan lebih mudah diidentifikasikan; pelatihan tenaga kerja & keamanan kerja lebih mudah ; dapat menevaluasi penampilan aktivitas pelaksanaan kerja. Pengukuran waktu kerja : Dilakukan untuk mengurangi waktu-waktu yang tidak efektif dalam pelaksanaan kegiatan, dengan cakupan sbb : pengambilan contoh kegiatan ; analisa waktu standar; melakukan taksiran waktu standar yg diukur dari estimator yg berpengalaman pada pekerjaan sejenis ; analisa taksiran dari kegiatan yg diuraikan atas elemn-elemen ; sistem waktu gerak yg ditetapkan sebelumnya. Analisa Waktu : Teknik pelaksanaan sbb ; mengumpulkan/mencatat semua keterangan kegiatan ; memuat uraian tertulis yg lengkap mengenai metode pelaksanaan ; mempelajari rincian kerja ; mengukur/mencatat waktu yg diperlukan tenaga kerja; menetapkan kecepatan efektif; menghitung waktu yg diamati; menetapkan kelonggaran yg diberikan terhadap waktu. 36 | K o n s t r u k s i a
Analisa Produktifitas Tenaga Kerja (Trijeti/Okerda)
Selanjutnya kumpulkan data dasar pengukuran kerja ; pilih unsur-unsur waktu dasar ; hilangkan waktu kosong; tetapkan waktu standar efektif. Waktu dasar unsur kegiatan = waktu yg diukur x (100 / tingkat prestasi yg dicapai) Langkah-langkah pengukuran : Persiapan : -Pemilihan sample -Peralatan -Pekerja / tim kerja Pengamatan : -Pelaksanaan Pekerjaan -Uraian unsur pekerjaan Pengumpulan Data : -Pengukuran waktu -Pengukuran kapasitas / volume kerja -Pekerja / tim kerja DATA PENGOLAHAN
Pengolahan data volume kerja
Penentuan metode kerja jika metode yg ada belum baku Pengolahan data ukuran waktu
Waktu standar setiap unsur
Waktu standar setiap kegiatan
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
37 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Contoh Pengukuran Produktivitas Contoh pengukuran produktivitas diambil pada pekerjaan beton. Kualifikasi pekerja memiliki ketrampilan yang diharapkan seperti : Kualitas pendidikan pekerja dan pengawas lapangan, masa kerja efektif di lapangan, memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, memiliki kekuatan fisik dan mental yang baik. Peralatan yang digunakan : Stopwatch, formulir pencatatan data. Pengambilan data dengan penyebaran sample dan test kecukupan data. Rumus yang digunakan dalam mengontrol kecukupan data : 2 N’ = 40 √ N ∑ x2 – ( ∑ x ) 2 ∑x dimana : N’ = jumlah data tambahan , x = data ; N = jumlah data yang diukur contoh : fabrikasi sengkang pada kegiatan mengukur dengan data waktu (detik) : 15” ; 18” ; 17” ; 17” ; 17” maka , 2 N’ = 40 √ 5. 842 – 84 2 = 5,44 84 1. Perhitungan Balok : 25 3 16
40
10 - 10
Panjang balok
= 240 cm
Jumlah sengkang
= 25 buah
Ukuran sengkang
= 20 x 35 cm
Volume beton
= 0,25 x 0,4 x 2,4 = 0,24 m3
a. Fabrikasi Tulangan Balok Utama = 969,92 " = 16,17 ' : Dikerjakan 2 orang untuk : o Mengukur = 20,116 x 6 o Memotong = 32,956 x 6 Dikerjakan 2 orang untuk : o Transportasi = 95,266 x 2 38 | K o n s t r u k s i a
= 120,696 " = 197,736 " = 190,532 "
Analisa Produktifitas Tenaga Kerja (Trijeti/Okerda)
Dikerjakan 3 orang untuk : o Membengkokkan = 76,826 x 6 b. Fabrikasi sengkang Balok = 2333,144 "= 38,89 ' : Dikerjakan 2 orang untuk : o Mengukur = 20,116 x 25 o Memotong = 19,402 x 25 Dikerjakan 1 orang untuk : o Transportasi Dikerjakan 1 orang untuk : o Membengkokkan = 52,43 x 25
= 460,956 " = 502,9 " = 485,05 " = 34,444 " = 1310,75 "
c. Pemasangan Tulangan Balok = 4134 " = 68,9 ' : Dikerjakan 2 orang untuk : o Transportasi = 93,5 x 2 = 187 " o Meletakkan = 121,88 x 3 = 365,64 " Dikerjakan 1 orang untuk : o Mengikat = 83,032 x 2 = 166,064 " o Persiapan sengkang = 119,02 " Dikerjakan 1 orang untuk : o Pemasangan sengkang = 131,869 x 25 = 3296,725 " d. Fabrikasi Bekesting Balok = 1807,302 " = 30,12 ' : Dikerjakan 1 orang untuk : o Mengukur = 64,628 x 3 o Memotong = 253,316 x 3 Dikerjakan 1 orang untuk : o Menyambung o Checking e. Pemasangan Bekesting Balok = 502,437 " = 8,37 " : Dikerjakan 3 orang untuk : o Persiapan = 54,784 x (0,6 / 0,5) o Meletakkan Dikerjakan 2 orang untuk : o Menyambung o Checking
= 193,884 " = 759,948 " = 525,798 " = 327,672 "
= 65,741 " = 243,506 " = 83,246 " = 109,944 "
f. Pengecoran Balok dengan Pompa Beton = 613,33" = 10,22 ' : Dikerjakan 1 orang untuk : o Beton tahu = 17,334 x 10 = 173,34 " Dikerjakan 1 orang untuk : o Persiapan = 267,928 " Dikerjakan 12 orang untuk : o Pengecoran = 156,42 x 1,1 = 172,062 " g. Pelepasan Bekesting = 390,336" = 6,51' : Dikerjakan 2 orang untuk : o Persiapan o Melepas penguat = 102,46 x 3
= 26,46 " = 307,38 " 39 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Dikerjakan 1 orang untuk : o Membongkar
= 56,496 "
Berdasarkan waktu standar untuk tiap kegiatan dan volume pekerjaan maka produktivitas dapat diukur. TABEL PRODUKTIVITAS
KEGIATAN
PEKERJA
UNIT VOL.
ORANG
UNIT WAKTU detik
PRODUKTIVITAS vol / th
th / vol
PABRIKASI TULANG UTAMA BALOK Mengukur &
2
13,56 kg
53,072
919,81
0,0011
Tansportasi
2
13,56 kg
95,266
512,42
0,0020
Membengkokkan
3
13,56 kg
76,826
637,62
0,0015
Memotong
PABRIKASI SENGKANG BALOK Mengukur &
2
1,206 kg
39,518
109,86
0,0091
Tansportasi
1
6,030 kg
34,444
630,24
0,0016
Membengkokkan
1
1,206 kg
52,43
82,81
0,0121
Memotong
PEMASANGAN TULANGAN BALOK Transportasi meletakkan Mengikat sambungan Memasang 40 | K o n s t r u k s i a
2
13,56 kg
215,38
226,65
0,0044
1
3 ikatan
83,032
130,07
0,0077
1
1,206 kg
250,888
17,31
0,058
Analisa Produktifitas Tenaga Kerja (Trijeti/Okerda)
sengkang PABRIKASI BEKESTING BALOK Mengukur & Memotong Menyambung &
1
1m
317,944
11,32
0,0883
1
2,52 m2
853,47
10,63
0,0941
check PEMASANGAN BEKESTING BALOK Persiapan & meletakkan Menyambung &
3
0,5m2
298,29
6,03
0,1657
2
2,52 m2
193,19
46,96
0,0212
check PENGECORAN DENGAN POMPA BETON Persiapan
1
2,52 m2
267,928
33,86
0,0295
Beton tahu
1
1 buah
17,334
207,68
0,0098
Pengecoran
12
1,0 m3
156,42
23,015
0,0435
PELEPASAN BEKESTING BALOK Persiapan Melepas
2
2,52 m2
128,92
70,37
0,0142
1
2,52 m2
56,496
160,58
0,0062
bekesting Keterangan :
vol = volume ; th = time hour
2. Perhitungan kebutuhan man hour Data volume : 41 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Sengkang balok = 25 x 1/4 D2 x 1,2 x 7900 = 18,614 kg Tulangan utama balok = 6 x 1/4 D2 x 2,4 x 7900 = 22,873 kg Jumlah beton tahu = 10 buah Beton ready mix = 0,24 m3 Perhitungan kebutuhan man hour Pabrikasi Tulangan Utama Balok : o Mengukur dan memotong : Pekerja = 2 x 0,0011 x 22,873 kg = 0,0504 mh o Transportasi : Pekerja = 2 x 0,0020 x 22,873 kg = 0,0914 mh o Membengkokkan : Pekerja = 1 x 0,0015 x 22,873 kg = 0,0343 mh Tukang besi = 2 x 0,0015 x 22,873 kg = 0,0686 mh
Pabrikasi Sengkang Balok : o Mengukur dan memotong : Pekerja = 2 x 0,0091 x 18,614 kg = 0,3388 mh o Transportasi : Pekerja = 1 x 0,0016 x 18,614 kg = 0,0298 mh o Membengkokkan : Tukang besi = 1 x 0,0121 x 18,614 kg = 0,2252 mh
Pemasangan Tulangan Balok : o Transportasi dan meletakkan : Pekerja = 2 x 0,0044 x 22,873 kg = 0,2013 mh o Mengikat sambungan : Tukang besi = 1 x 0,0077 x 18 ikatan = 0,1386 mh o Memasang sengkang : Tukang besi = 1 x 0,058 x 18,614 kg = 1,0800 mh
Pabrikasi Bekesting Balok : o Mengukur dan memotong : Tukang kayu = 1 x 0,0883 x 2,52 m² = 0,2225 mh o Menyambung : Tukang kayu = 1 x 0,0941 x 2,52 m² = 0,2371 mh
Pemasangan Bekesting Balok : o Persiapan dan meletakkan : Pekerja = 3 x 1,1657 x 2,52 m2 Tukang kayu = 2 x 0,0941 x 2,52 m2
Pengecoran Balok : o Persiapan : Pekerja o Beton Tahu : Pekerja o Pengecoran : Pekerja Tukang 42 | K o n s t r u k s i a
= 1 x 0,0295 x 2,52 m2 = 2 x 0,0098 x 10 = 8 x 0,0435 x 0,24 m3 = 3 x 0,0435 x 0,24 m3
= 1,2526 mh = 0,4742 mh
= 0,0743 mh = 0,0980 mh = 0,0835 mh = 0,0313 mh
Analisa Produktifitas Tenaga Kerja (Trijeti/Okerda)
Mandor
= 1 x 0,0435 x 0,24 m3
= 0,0104 mh
Pelepasan Bekesting Balok : o Persiapan : Pekerja = 2 x 0,0142 x 2,52 m2 o Pelepasan : Pekerja = 1 x 0,0062 x 2,52 m2
= 0,0176 mh = 0,0156 mh
Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Upah tenaga kerja menurut kelasnya (dengan asumsi 8 jam kerja setiap hari ) : Mandor = Rp. 80.000,- / hari= Rp. 10.000,- / jam Kepala Tukang = Rp. 75.000,- / hari = Rp. 9.375,- / jam Tukang = Rp. 60.000,- / hari = Rp. 7.500,- / jam Pekerja = Rp. 40.000,- / hari = Rp. 5.000,- / jam Untuk pembuatan Balok Pekerjaan pembesian ( Rp. 15.073,-) : o Pekerja : jumlah man – hour = 0,746 mh Biaya = 0,746 x Rp. 5.000 = Rp. 3.730,o Tukang besi : jumlah man – hour = 1,5124 mh Biaya = 1,5124 x Rp. 7.500 = Rp. 11.343,
Pekerjaan Bekesting ( Rp. 13.266,5) : o Pekerja : jumlah man – hour = 1,2526 mh Biaya = 1,2526 x Rp. 5.000 = Rp. 6.263.o Tukang kayu : jumlah man – hour = 0,9338 mh Biaya = 0,9338 x Rp. 7.500 = Rp. 7.003,5
Pengecoran ( Rp. 1.618,15) : o Pekerja : jumlah man – hour = 0,2558 mh Biaya = 0,2558 x Rp. 5.000 = Rp. 1.279,o Tukang batu : jumlah man – hour = 0,0313 mh Biaya = 0,0313 x Rp. 7.500 = Rp. 234,75 o Mandor : jumlah man – hour = 0,0104 mh Biaya = 0,0104 x Rp. 10.000 = Rp. 104,40 Biaya upah tenaga kerja untuk pembuatan balok dengan volume 0,24 m3 adalah : Pekerjaan Pembesian = Rp. 15.073,00 Pekerjaan Bekesting = Rp. 13.266,50 Pekerjaan Pengecoran = Rp. 1.618,15 Total = Rp. 29.957,65 Untuk balok volume 1 m3 biaya tenaga kerja = Rp. 29.957,65 / 0,24 = Rp. 124.823,54 Hasil contoh perhitungan tsb diatas tidak memperhitungkan waktu menunggu (misalnya : pengangkatan beton ke tempat pengecoran di lantai atas, pergantian truck molen dll). Untuk mendapatkan hasil yang lebih mendekati kenyataan, pemakaian tabel produktivitas dapat dipakai dengan faktor koreksi. Faktor koreksi ini dipengaruhi oleh faktor lapangan, pekerja, manajemen dll. 43 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
KESIMPULAN : Pengukuran produktivitas berguna untuk mengetahui sejauh mana efektifitas kerja dari tenaga kerja serta dapat membantu untuk mengestimasi biaya. Pengukuran produktivitas merupakan langkah awal dari suatu system peningkatan produktivitas. Analisa waktu merupakan salah satu metode pengukuran kerja untuk mendapatkan tingkat produktivitas DAFTAR PUSTAKA 1. A Huja HN, Construction Performance Control by Network,, 1996 2. Barra , Ralp , Menerapkan Gugus Mutu , Penerbit Erlangga, 1996 3. Donald S Barie, Manajemen Konstruksi Profesional, Penerbit Erlangga, 1987 4. Hendrickson, Chris, Tung Au, Project Management for Construction, Prentice Hall, New Jersy , 1989 5. Iman Soeharto, Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, Erlangga, 2001 6. Obelender, G.D, Project Management For Engineering and Construction , Mc Graww – Hill, Inc., 1993
44 | K o n s t r u k s i a
Korelasi Penerapan Ilmu Teknik, Ilmu Ekonomi (Yul Achyar Alfa)
KORELASI PENERAPAN ILMU TEKNIK, ILMU EKONOMI DAN KEAHLIAN TEKNIK DALAM PROBLEMATIK PROYEK KONSTRUKSI oleh : Yul Achyar Alfa Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadyah Jakarta email: ABSTRAK: Proyek adalah suatu keseluruhan aktifitas atau kegiatan yang menggunakan sumbersumber (dana, daya dan lain-lain) untuk mendapatkan manfaat pada masa yang akan datang dan yang dapat direncanakan dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu unit aktifitas untuk mencapai tujuan dan mempunyai suatu titik akhir (ending point). Pada dekade tahun 60-an dan sebelumnya, umumnya para tenaga teknik (insinyur) melibatkan dirinya dengan pekerjaan-pekerjaan perencanaan konstruksi, perhitungan-perhitungan dan lain sebagainya, kurang sekali perhatiannya terhadap sumber-sumber daya atau tenaga baik yang berasal dari manusia maupun sumber alam yang menghasilkan produk-produk akhir. Bidang usaha semakin lama semakin kompetetif, akibatnya para insinyur memainkan peran yang semakin bertambah penting dalam pengelolaan dan beberapa keputusan yang dibuat oleh para insinyur menyangkut faktor ekonomi. Para insinyur sebagai ahli teknik dalam melakanakan suatu proyek diahadapan dengan persoalan penerapan ilmu teknik, ilmu ekonomi serta keahlian teknik dalam permasalahan proyek untuk mengambil suatu keputusan. Segi proses keahlian teknik yang mencoba mempelajari kebutuhan-kebutuhan manusia, memerlukan tidak hanya suatu pengetahuan saja (batasan-batasan kemampuan teknik), tetapi memerlukan juga pengetahuan umum seperti sosiologi, psikologi, politik, ekonomi dan lain-lain dimana pengetahuan ini sangat berguna dan penting dalam banyak cabang ilmu pengetahuan teknik modern. Pengetahuan tentang Net Present Value, Internal Rate of Return dan Net Benefit-Cost Ratio sangat diutamkan dan merupakan hal yang mutlak dikuasai agar investasi yang diutamakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan prinsip ekonomi dan teknik.Keahlian teknik yang selalu berhadapan dengan lingkungan fisik, berlangsung terus menerus untuk memenuhi kebutuhan umat manusia yang timbul dalam suatu lingkungan ekonomi. Kata Kunci: Proyek, Manajemen, IRR, ekonomi ABSTRACT: The project is an overall activity or activities that use resources (money, power, etc.) to get benefits in the future and that can be planned to be funded and implemented as a unit activities to achieve goals and have an end point (ending point). In the decade of the '60s and earlier, the majority of technicians (engineers) involves himself with the works of construction planning, calculations and so forth, so less attention to the resources or personnel from both human and natural resources which produce the final products. Field of business becomes increasingly competitive, as a result the engineers play an increasingly important role in the management and some decisions made by the engineers regarding economic factors. The engineer as an expert techniques in a project to do with implementation issues of engineering, economics and engineering expertise in the problems of the project to take a decision. Terms of process engineering expertise to try to learn about human needs, requires not only a knowledge of it (the boundaries of technical ability), but also requires general knowledge such as sociology, psychology, politics, economics and others in which this knowledge is useful and necessary in many branches of modern engineering science. Knowledge of Net Present Value, Internal Rate of Return and Net Benefit-Cost Ratio is precedence and is an absolute must preferably controlled so that the investment that could reach targets in accordance with economic principles and techniques. Skills always confronted with the physical environment, ongoing to meet human needs that arise in an economic environment. Keywords: Project, Management, IRR, economic
45 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
UMUM Seperti diketahui, pembangunan yang dijalankan di negara manapun di dunia ini, termasuk Indonesia dilaksanakan pada mulanya dalam bentuk proyek, kemudian dalam pekerjaanpekerjaan rutin kalau proyek telah selesai. Proyek adalah suatu keseluruhan aktifitas atau kegiatan yang menggunakan sumbersumber (dana, daya dan lain-lain) untuk mendapatkan manfaat pada masa yang akan datang dan yang dapat direncanakan dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu unit aktifitas untuk mencapai tujuan dan mempunyai suatu titik akhir (ending point). Ada beberapa aspek untuk mengevaluasi proyek yaitu: -
Aspek teknis Aspek managerial dan administratif Aspek organisasi Aspek komersial dan sosial Aspek finansial Aspek ekonomis
ILMU TEKNIK, ILMU EKONOMI DAN KEAHLIAN TEKNIK Beberapa ahli berpendapat bahwa ilmu teknik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tata cara karakteristik sumber daya alam bagi kepentingan umat manusia yang didalamnya membahas Matematika, Fisika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi. “Suatu studi mengenai bagaimana manusia dan masyarakat sampai kepada pemeliharaan, dengan atau tanpa mengeluarkan uang untuk menggunakan sumber-sumber produktif yang langka diperoleh yang mempunyai beberapa alternatif kegunaan, untuk memproduksi beberapa macam komoditi dan mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi, baik untuk waktu sekarang maupun untuk waktu akan datang.” Dewan Persatuan Insinyur untuk Pengembangan Profesi di Amerika Serikat menyatakan definisi dari keahlian teknik adalah suatu profesi dimana suatu pengetahuan yang terdiri dari matematik dan pengetahuan-pengetahuan alam yang diperoleh dengan belajar, pengalaman dan praktek, diterpakan dengan pendapatan dan pertimbangan untuk mengembangkan cara-cara menggunakan bahan-bahan dan tenaga alam secara ekonomis dan bermanfaat bagi umat manusia. Jadi keahlian teknik juga merupakan seni yang memperpadukan antara keterampilan dan kepintaran (skill and ingenuity) dalam usaha merubah ilmu pengetahuan untuk kegunaan umat manusia. PERMASALAHAN Pada dekade tahun 60-an dan sebelumnya, umumnya para tenaga teknik (insinyur) melibatkan dirinya dengan pekerjaan-pekerjaan perencanaan konstruksi, perhitunganperhitungan dan lain sebagainya, kurang sekali perhatiannya terhadap sumber-sumber daya atau tenaga baik yang berasal dari manusia maupun sumber alam yang menghasilkan produk-produk akhir. 46 | K o n s t r u k s i a
Korelasi Penerapan Ilmu Teknik, Ilmu Ekonomi (Yul Achyar Alfa)
Bidang usaha semakin lama semakin kompetetif, akibatnya para insinyur memainkan peran yang semakin bertambah penting dalam pengelolaan dan beberapa keputusan yang dibuat oleh para insinyur menyangkut faktor ekonomi. Para insinyur sebagai ahli teknik dalam melakanakan suatu proyek diahadapan dengan persoalan penerapan ilmu teknik, ilmu ekonomi serta keahlian teknik dalam permasalahan proyek untuk mengambil suatu keputusan. TUJUAN DAN UNSUR POKOK PROYEK Ada enam aspek dari pada persiapan dan evaluasi proyek yaitu: a. b. c. d.
e.
f.
Aspek Teknis yaitu aspek yang berhubungan dengan input dan output dari barangbarang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi dalam suatu kegiatan proyek. Aspek Managerial dan Administratif yaitu aspek yang menyangkut kemampuan staff pelaksanaan dari pada proyek untuk melaksanakan administrasi dalam aktifitas besar. Aspek Organisasi yaitu aspek yang menyangkut hubungan antara administrasi proyek dengan lembaga lain misalnya pemerintah ataupun untuk mengetahui hubungan antara masing-masing wewenang dan tanggung jawab dapat diketahui dengan jelas. Aspek Komersial dan Sosial yaitu aspek yang menyangkut dampak sosial yang disebabkan adanya penggunaan input dan output yang akan dicapai suatu proyek, baik waktu membangun maupun waktu proyek sudah berproduksi dan menganalisa output yang akan diproduksi oleh proyek. Aspek Finansial merupakan aspek utama yang menyangkut tentang perbandingan antara pengeluaran uang dalam suatu proyek. Apakan proyek tersebut akan terjamin dananya dan mampu membayar kembali dana yang telah diivestasikan sehingga proyek tersebut akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Aspek Ekonomis yaitu aspek yang menentukan tentang besar kecilnya sumbangan suatu proyek dan mempunyai peranan positif terhadap pembangunan ekonomi seluruhnya.
Didalam analisa ekonomis: a. b. c. d. a. b. c. d.
Harga yang dipakai pedoman adalah prices Pembayaran pajak tidak dikurangkan dalam perhitungan benfit Besarnya subsidi harus ditambahkan pada harga pasar barang-barang input. Besarnya bunga modal biasanya tidak dipisahkan atau dikurangkan hasil kotor. Didalam analisis finansial Harga yang dipakai pedoman adalah harga pasar Harga pajak dianggap sebagai biaya didalam proyek sehingga perlu diperhitungkan dan mengurangi benefit. Besarnya subsidi yang diberikan dipakai sebagai mengurangi biaya proyek sehingga akan merupakan benefit. Bunga modal dibedakan atas 2 (dua) yaitu bunga modal yang dibayarkan kepada orang-orang atau lembaga yang meminjamkan uang dan bunga tersebut dianggap sebagai cost, sedangkan bila terdapat bunga atas modal proyek hal ini tidak dianggap sebagai biaya (cost). 47 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Benefit Proyek Benefit suatu proyek terdiri dari direct benefit dan indirect benefit ini akan dicoba dijelaskan mengenai kedua hal diatas. Direct Benefit adalah manfaat langsung dan tampak jelas dari hasil adanya proyek, manfaat tersebut dapat berupa: Adanya kenaikan dalam nilai output dari kegiatan yang ditangani proyek Kenaikan nilai dari pada output yang disebabkan adanya perbaikan kwalitas, perubahan lokasi, waktu penjualan dan bentuk. Penurunan biaya yang disebabkan adanya mekanisasi, penurunan biaya angkutan.
-
PERANAN ILMU EKONOMI DALAM PROYEK Studi Ekonomi Studi ekonomi memberikan informasi pada investasi mana pimpinan mengambil keputusan untuk usaha di masa mendatang. Apabila sudah ada suatu keputusan untuk menanamkan modal dalam suatu proyek dan modal tersebut diinvestasikan, maka mereka yang menyediakan dan mengelola modalnya ingin mengetahui hasil-hasil finansialnya, oleh sebab tu prosedur-prosedur ditetapkan sedemikian rupa sehingga kejadian-kejadian finansial yang berhubungan dengan investasi dapat dicatat, kemudian dipersingkat dan dibuat rekapitulasi dan efisiensi finansialnya ditentukan. Tingkat Suku Bunga Dalam Investasi Tingkat bunga yang berlaku adalah suatu ukuran keproduktifan yang esensial sekali untuk diharapkan dari sumbernya. Pemakaian tingkat suku bunga sangat penting artinya dalam investasi proyek, karena berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku kita dapat memperhitungkan investasi itu layak atau tidak dan juga dapat diperhitungkan seberapa lama investasi yang telah ditanamkan akan kembali. Kriteria Investasi Dalamrangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu proyek telah dikembangkan berbagai macam kriteria unuk menilainya, dimana setiap kriteria tersebut menggunakan nilai sekarang (present value) yang telah didiscount dari pada arus-arus benefit dan cost selama umur suatu proyek. Ada lima kriteria investasi yang paling dikenal yaitu: a. b. c. d. e.
Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NPV) Internal rate of Return (IRR) Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C) Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) Profitability Ratio (PV/K).
Net Present Value (NPV) Didalam analissi proyek, untuk menghitung NPV dipakai rumus:
48 | K o n s t r u k s i a
Korelasi Penerapan Ilmu Teknik, Ilmu Ekonomi (Yul Achyar Alfa)
n Bt Ct NPV = (1 1) t 1 Dimana : Bt
= benefit sosial kotor dari proyek dalam tahun te t
Ct
= biaya sosial kotor dari proyek tahun ke t
n
= umur ekonomis proyek
i
= tingkat suku bunga (sosial opportunity cost of capital) sebagai sosial discount rate
Internal Rate of Return (IRR) Kriteria Investasi IRR ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila IRR > Sosial Discount Rate dan begitu pula sebaliknya. Biasanya rumus IRR diatas sulit diperoleh hasilnya secar langsung, umum dengan cara coba-coba hal itu dapat diselesaikan dengan mudah. Dengan cara coba-coba maka IRR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: IRR = i +
NPV NPV' NPV" (i" i' )
i’
=
Discount Rate pada perhitungan coba-coba pertama
i”
=
Discount Rate pada perhitungan coba-coba kedua
NPV’
=
NPV yang didapat pada perhitungan coba-coba pertama dengan discount rate i’
NPV”
=
NPV yang didapat pada perhitungan coba-coba kedu adengan discount rate i”
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingan antara benefit bersih dari tahun-tahun yang bersangkutan yang telah dipresent value dengan biaya bersih dalam tahun dimana Bt-Ct yang telah dipresent valuekan. Kriteria Net B/C memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih bila nilai memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih bila nilai Net B/C > 1 dan begitu juga sebaliknya.
49 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
n Bt Ct Kt (1 i) t t 1 Net B/C =
--------------------------
n Bt Ct Kt (1 i) t t 1 Untuk lebih jelasnya berikut ini diberikan contoh perhitungan NPV, IRR, Net B/C untuk satu proyek. Suatu investasi ditanamkan untuk suatu proyek dengan nilai investasi awal Rp. 650.000.000,, pada tahun ke 1 invetasi bertambah Rp. 250.000.000,- dan pada tahun ke 2 bertambah lagi sebesar Rp. 100.000.000,-. Pengeluaran dari tahun ke 1 s/d 10 berturut-turut adalah (dalam juta) Rp. 20, 50, 70, 70, 100, 110, 120, 150, 200 dan 250. Benefit dari tahun ke 1 s/d 10 berturut-turut adalah (dalam juta) Rp. 40, 150, 280, 400, 500, 500, 450, dan 400. Discount Rate sebesar 10%. Apakah proyek tersebut layak menurut kriteria NVP, IRR, dan Net B/G. Perhitungan dari kasus diatas kita lakukan dengan memakai tabel berikut ini: Tabel. 1 (Dalam Juta Rupiah) Discounted Thn
Capital
Cost
Benefit
Disc. Factor 10%
Kapital
Cost
Benefit
K
C
B
Net Benefit NB
0
650
---
---
1,0000
650,00
---
---
-650,00
1
250
25
40
0,9091
227,28
18,18
36,36
-209,10
2
100
50
150
0,8264
82,64
41,32
123,96
0,00
3
70
220
0,7513
52,59
165,29
112,00
4
80
280
0,6830
54,64
191,24
136,60
5
100
400
0,6209
62,09
248,36
186,27
6
110
460
0,5645
62,10
259,67
197,57
7
120
500
0,5132
61,58
256,60
195,02
8
150
500
0,4665
69,98
233,25
163,27
9
200
450
0,4241
84,82
190,85
106,03
10
250
450
0,3855
96,38
154,20
57,82-
50 | K o n s t r u k s i a
Korelasi Penerapan Ilmu Teknik, Ilmu Ekonomi (Yul Achyar Alfa)
Tabel 2 Tahun
DF.15%
NB 15
DF.16%
NB 16%
0
1,0000
-650,00
1,0000
-650,00
1
0,9686
-200,01
0,8621
-198,28
2
0,7561
0,00
0,7432
0,00
3
0,6575
98,63
0,6407
96,11
4
0,5718
114,36
0,5523
110,46
5
0,4972
149,16
0,4761
142,83
6
0,4323
151,61
0,4104
143,64
7
0,3759
142,84
0,3538
134,44
8
0,3269
114,42
0,3050
106,75
9
0,2843
71,08
0,2630
65,75
10
0,2472
37,08
0,2267
34,01
IRR = 15% +
28,87 28,87 (14,29) x (16% 15%)
15,67% dibulatkan menjadi 16% Perhitungan Net B/C :
n Bt Ct Kt Dari tabel 1 telah didapat = 1.55,28 sebagai pembilang yang (1 i) t t 1 merupakan jumlah net benefit (NB) yang positif (dari tahun ke 3 s/d 10).
n Bt Ct Kt Dan = 859,10 sebagai penyebut yag merupakan jumlah net benefit (1 i) t t 1 yang negatif (dari tahun ke 0 s/d 2). Net B/C =
1155,28 1,34 859,10
Dengan demikian dapat disimpulkan proyek tersebut sangat layak karena mamanuhi kriteria sebagai berikut: NPV
= Rp. 296.180.000,-
>0 51 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
IRR
= 16%
Net B/C =
> Discount rate i = 10% >1
KEAHLIAN TEKNIK DAN PENGELOLAAN Keahlian teknik disini merupakan manajemen ketektikan (engineering project management) perlu ditata satu sama lainnya dalam jalinan kerja yang mantap dan disini juga diharuskan pengaturan dari aspek struktur keteknikan. Keahlian teknik adalah merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan dan menjawab tantangan teknologi, maka disini peranan dan kemampuan manusianya sangat dominan. Dengan perkembangan ilmu matematika, statistik dan teknik komputer dewasa ini, yang mungkin pengolahan kwantitatif mengenai masalah-masalah ekonomi yang lebih komplek dari waktu sebelumnya, maka para insinyur mempunyai suatu kesempatan untuk memainan peranan lebih penting dalam proses pembuatan keputusan. Hal ini disebabkan karena insinyur tidak hanya memiliki dasar matematika dan ilmu pengetahuan untuk memahami dan menggunakan teknik-teknik tersebut, akan tetapi juga mempunyai dasar keahlian teknik yang memungkinkan dia untuk mengenali pengaruh dari kurangnya informasi yang biasanya timbul dalam situasi yang nyata. Penentuan Sasaran Suatu segi penting dari proses keahlian teknik ialah mengikut sertakan penelitian untuk sasaran-sasaran baru guna pengeterapan tekniknya: yaitu untuk mempelajari apa yang diperlukan masyarakat yang dapat disediakan atau dipenuhi oleh ekahlian teknik. Dalam bidang penemuan atau ciptaan, sukses bukanlah suatu hasil langsung dari pembuatan suatu alat baru: paling tidak, adalah tergantung pada kemampuan ciptaan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi survey-survey pasar sangat diperlukan untuk mempelajari apa yang dinginkan masyarakat. Pengenalan Faktor-faktor Strategis Setelah faktor-fator batasan dimaksud diketahui, maka perlu dikaji ulang untuk melihat manakah yang dapat diusahakan dengan sukses. Jadi setiap hari faktor-faktor batasan harus diuji dan dipelajari dalam rangka menemukan atau menempatkan faktor-faktor strategis, faktor-faktor ni adalah faktor-faktor yang apabila kepadanya diadakan perubahan atau penyesuaian, akan menghilangkan batasan-batasan yang menghambat kesuksesan pelaksanaan. Penentuan Sarana-Sarana Faktor-faktor strategis dapat dirubah dalam banyak cara yang berlainan, setiap kemungkinan harus dievaluasi untuk menentukan mna yang paling menguntungkan dalam istilah ekonomi secara keseluruhan. Para insinyur diperlengkapi sebaik—baiknya dengan latihan dan pengalaman dapat menentukan sarana-sarana guna merubah lingkungan fisik. Jika sarana-sarana yang direncanakan untuk mengatasi faktor-faktor strategi sampai kepada keahlian yeknik, maka hal ini dapat diistilahkan sebahai usulan-usulan teknik (engineering proposals).
52 | K o n s t r u k s i a
Korelasi Penerapan Ilmu Teknik, Ilmu Ekonomi (Yul Achyar Alfa)
Evaluasi Usulan Teknik Dari beberapa usulan yang paling dikehendaki adalah sebuah usulan yang dapat dilaksanakan dengan biaya yang paling ekonomis dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan. Evaluasi usulan-usulan teknis dalam istilah biaya perbandingan ada;ah merupakan suatu segi yang penting sekali dalam proses keteknikan dan juga merupakan sebuah unsur esensial dalam pemuasan kebutuhan dengan efisiensi yang maksimal. Asistensi dalam Pembuatan Keputusan Keahlian teknik berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang akan diambil dalam waktu mendatang. Oleh karena itu, suatu segi penting dari proses keahlian teknik adalah untuk memperbaiki ketentuan keputusan berkenaan dengan kebutuhan untuk memenuhi tujuan aplikasi teknisnya. Keputusan yang tepat dapat meniadakan banyak rintangan pelaskanaan. Sebaliknya keputusan yang tidak tepat dapat dan sering menghambat semua kegiatan berikutnya. Rencana Untuk Studi Ekonomi Teknik Langkah Kreativitas Aspek kreativitas dari ekonomi teknik tercapai karena penemuan fakt-fakta baru dan ombinasi fakta-fakta baru, sedangkan diantaranya dapat merupakan kesempatankesempatan baru untuk memberikan pelayanan yang menguntungkan melalui pengetrerapan teknisnya. Langkah kreativitas dipercaya sebagai langkah pertama yang paling penting dalam studi ekonomi. Langkah Ketentuan Langkah ketentuan terdiri dari penentuan alternatif-alternatif yang berasal dari langkah kreativitas, atau yang telah dipilih berdasarkan perbandingan dalam suatu cara yang lain. Suatu alternatif yang komplit dans emua meliouti, jarang sekali muncul dalam keadaan akhirnya. Suatu alternatif biasanya dimulai sebagai suatu ketidak jelasan, akan tetapi merupakan suatu gagasan yang cukup. Langkah Perubahan Dalam rangka memperbandingkan alternatif-alternatif secara tepat adalah sangat penting bahwa alternatif-alternatif tersebut diubah kepada suatu langkah yang umum. Fase Pertama dari langkah perubahan adalah untuk merubah calin persoalan input dan output seperti disebutkan dalam langkah ketentuan kedalam penerimaan dan pengeluaran pada tanggal yang telah ditentukan. Fase Kedua dari langkah perubahan terdiri dari penempatan cashflow mendatang yang diperkirakan untuk semua alternatif pada suatu perbandingan dasar, dengan mempertimbangkan nilai waktu uang. Pertimbangan mengenai ketidaktelitian yang melekat dalam estimasi-estimasi dari input dan output mendatang, dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari langkah perubahan ini dan jangan sekali-kali diabaikan.
53 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 1 Nomer 1 April 2010
Fase Terakhir dari langkah oerubahan adalah untuk menghubungkan aspek-aspek penting dari studi ekonomi, bersama-sama degan suatu jumlah “irreducibles”, sedemikian hingga aspek-aspek tersebut dapat dipertimbangkan oleh mereka yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan. Langkah Keputusan Keputusan-keputusan diantara alternatif-alternatif yang diusulkan harus dibuat berdasarkan pada perbedaan-perbedaannya. Jadi semua faktor-faktor yang identik dapat dihapuskan dari tiap dua atau lebih alternatif-alternatif pada langkah keputusan dalam suatu studi ekonomi. Sesudah suatu situasi dianalisis denga teliti dan hasilnya dievaluasi atau dinilai dengan secermat mungkin, maka suau keuptusan lalu dibuat. Bahkan setelah semua data yang dapat diketengahkan pada suatu situasi dipertimbangka, nampaknya ada kemungkinan beberapa daerah ketidakpastian diperkirakan masih ada yang tertinggal. Jadi jika suatu keputusan harus dibuat, maka daerah ketidakpastian ini harus dihilangkan dengan mempertimbangkan mengenai data-data yang non kwantitatif atau dengan perkataan lain dengan mengevaluasi faktor-faktor “irreducibles”. Ketatalaksanaan Proyek Pandangan pertama terhadap seorang teknisi pada umumnya hanya terbatas pada kemampuan menangani dan melaksanakan tugas-tugas keteknikannya, apakan ia terjun langsung ke lapangan maupun berada di bejakang meja sebagai tenaga ahli. KESIMPULAN Dari uraian diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. 2.
3. 4. 5.
Dalam menangani atau menyelesaikan permasalahan proyek, disiplin ilmu ekonomi dan ilmu teknik serta keahlian yeknik memegang peranan yang penting untuk dapat memberikan keputusan. Segi proses keahlian teknik yang mencoba mempelajari kebutuhan-kebutuhan manusia, memerlukan tidak hanya suatu pengetahuan saja (batasan-batasan kemampuan teknik), tetapi memerlukan juga pengetahuan umum seperti sosiologi, psikologi, politik, ekonomi dan lain-lain dimana pengetahuan ini sangat berguna dan penting dalam banyak cabang ilmu pengetahuan teknik modern. Pengetahuan tentang Net Present Value, Internal Rate of Return dan Net Benefit-Cost Ratio sangat diutamkan dan merupakan hal yang mutlak dikuasai agar investasi yang diutamakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan prinsip ekonomi dan teknik. Keahlian teknik yang selalu berhadapan dengan lingkungan fisik, berlangsung terus menerus untuk memenuhi kebutuhan umat manusia yang timbul dalam suatu lingkungan ekonomi. Dalam proses keahlian teknik harus mengikut sertakan penelitian untuk sasaransasaran baru apa yang diperlukan masyarakat yang dapat disediakan atau dipenuhi oleh keahlian teknik.
54 | K o n s t r u k s i a
Korelasi Penerapan Ilmu Teknik, Ilmu Ekonomi (Yul Achyar Alfa)
PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
FX. Marsudi Joyowiyono, EKONOMI TEKNIK, Departemen PU, 1989 Paulus Nugraha, Ishak Nathan, R. Sucipto, MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI, Kartika Yudha, 1986 AD Austen, RH Neale, MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI (PROSES DAN PROSEDUR), Pustaka Binaman Pressindo, 1991 Sukanto Reksohadiprodjo, MANAJEMEN PROYEK, BPFE, Yogyakarta, 1983 Sentanoe Kertonegoro, PRINSIP DAN TEKNIK MANAJEMEN, Anand, Yogyakarta, 1985 Kadariah, Lien, Clive , PENGANTAR EVALUASI PROYEK, FE-UI, 1978 Priyono, TATA LAKSANA PROYEK, Andi Offset, 1992
55 | K o n s t r u k s i a
ISSN 2086 ‐ 7352