Komunikasi dalam Penanggulangan Bencana Rudianto Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UMSU Abstrak Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi juga penting pada saat pra bencana.Mempersiapkan masyarakat di daerah rawan bencana tentu harus senantiasa dilakukan.Selain informasi yang memadai tentang potensi bencana di suatu daerah, pelatihan dan internalisasi kebiasaan menghadapi situasi bencana juga harus dilakukan secara berkelanjutan.Tapi harus diingat, informasi berlimpah saja tidak cukup untuk menyadarkan warga atas bahaya bencana yang mengancam.Cara menyampaikan informasi juga harus dilakukan dengan tepat.Kekeliruan dalam mengkomunikasikan sebuah informasi, bisa menimbulkan ketidakpastian yang memperburuk situasi. Kata kunci: komunikasi, bencana, penanggulangan bencana
Abstract Communication on disaster is not only needed in disaster emergency condition, but also important before the disaster attacks. Preparing people in disaster critical areas must be done. Beside provide enough information about disaster potency, it also need sustainable training and behaviour internalisation to deal with disaster situation. But information is not enough to increase people awareness on disaster risk. The method to deliver information must be accurate also. Inaccuracy on delivering information causes uncertainty that make worse situation. Keywords: communication, disaster, disaster management Pendahuluan Indonesia
merupakan
negeri
yang
bukan, cara terbaik menyikapi ancaman bencana
beruntung karena dianugerahi oleh Tuhan YME
adalah mempersiapkan diri sebelum bencana itu
sumber daya alam yang berlimpah. Tanahnya
hadir.
yang subur, alamnya yang indah beserta
Belajar dari bencana gempa dan tsunami
kandungan kekayaan di perut bumi nusantara
Aceh-Nias 2004 yang menimbulkan korban jiwa
pantas
seluruh
lebih dari dua ratus ribu jiwa, Indonesia baru
kekayaan
mulai mempersiapkan penanggulangan bencana
alamnya, negeri nusantara menyimpan segudang
dengan lebih terencana. Pembentukan Badan
potensi bencana baik alam maupun non alam.
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di
Gempa,
longsor,
tingkat nasional dan Badan Penanggulangan
kebakaran, kecelakaan transportasi, kegagalan
Daerah (BPBD) di level daerah diharapkan
teknologi dan lainnya menjadi bagian kehidupan
mampu
rakyat negeri ini.
mempersiapkan masyarakat menghadapi situasi
untuk
bangsa.Namun
disyukuri begitu,
tsunami,
di
banjir,
oleh balik
tanah
Terlepas bagi
sebagian
kalangan itu bentuk cobaan dari Tuhan atau
mengefektifkan
upaya
untuk
bencana, mengatasi kondisi darurat bencana
hingga merehabilitasi pasca-bencana. Kehadiran
menimbulkan
UU
memperburuk
nomor
24
Penanggulangan
tahun
2007
tentang
Bencana
juga
merupakan
bagian dari rencana bangsa ini mempersiapkan
ketidakpastian situasi.
Dalam
yang situasi
ini,
pendekatan komunikasi budaya dan lintas budaya amat dibutuhkan.
segala potensi menghadapi bencana. Penanggulangan
bencana
harus
Komunikasi dalam Kehidupan Manusia
didukung dengan berbagai pendekatan baik soft
Dewasa ini keberadaan komunikasi
power maupun hard power untuk mengurangi
sebagai sebuah ilmu dan aktivitas semakin
resiko dari bencana. Pendekatan soft power
disadari teramat penting. Sebagai manusia
adalah
kesiagaan
yang hidup dan berinteraksi dengan orang
masyarakat melalui sosialisasi dan pemberian
lain, komunikasi selalu dibutuhkan. Sejak
informasi tentang bencana. Sementara hard
manusia
power adalah upaya menghadapi bencana
dilakukan begitu seterusnya hingga masa
dengan pembangunan fisik seperti membangun
akhir kehidupan. Dengan demikian kita dapat
sarana
tanggul,
mengatakan komunikasi merupakan aktivitas
mendirikan dinding beton, mengeruk sungai dan
yang tidak bisa ditiadakan selama manusia
lain-lain. Dalam UU, dua hal ini yang disebut
hidup. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan
mitigasi bencana. Pada dua pendekatan inilah,
Ruben dan Steward (2013: 4)
komunikasi bencana amat dibutuhkan.
ada kegiatan yang lebih mendasar untuk
dengan
mempersiapkan
komunikasi,
membangun
dilahirkan,
komunikasi
telah
bahwa tidak
Komunikasi dalam bencana tidak saja
kehidupan kita secara pribadi, sosial atau
dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi
professional kecuali komunikasi. Lebih lanjut
juga penting pada saat
Ruben dan Steward mengatakan:
dan pra bencana.
Mempersiapkan masyarakat di daerah rawan
“Kesadaran bahwa komunikasi merupakan
bencana tentu harus senantiasa dilakukan.
proses
Selain informasi yang memadai tentang potensi
menyiratkan bahwa hal itu mudah dipahami
bencana
dan
atau dikendalikan. Sebaliknya, komunikasi itu
menghadapi
situasi
sangat kompleks dan memiliki banyak bentuk.
dilakukan
secara
Banyak contohnya dalam kehidupan pribadi,
berkelanjutkan. Tapi harus diingat, informasi
keluarga, masyarakat, profesional, teknologi,
berlimpah saja tidak cukup untuk menyadarkan
nasional ataupun tradisional” (2013: 4).
di
internalisasi bencana
suatu
daerah,
kebiasaan
juga
harus
pelatihan
warga atas bahaya bencana yang mengancam.
yang
mendasar,
Penegasan
mau
tentang
tidak
mau
pentingnya
Cara menyampaikan informasi juga harus
komunikasi dalam kehidupan manusia juga
dilakukan dengan tepat. Kekeliruan dalam
disampaikan oleh Scheidel dalam Mulyana
mengkomunikasikan sebuah informasi, bisa
(2007: 4) yang mengemukakan:
“Bahwa kita berkomunikasi terutama untuk
orang lain dan mengorbankan diri kita sendiri.
menyatakan dan mendukung identitas diri,
Melalui komunikasilah manusia membangun
untuk membangun kontak sosial dengan orang
hubungan dengan orang lain yang berbeda.
sekitar kita dan untuk mempengaruhi orang
Komunikasi adalah sarana mencapai kegiatan
lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku
bersama, menghubungkan satu dengan yang
seperti yang kita inginkan. Namun menurut
lain dan alat berbagi ide. Dalam kelompok,
Sheidel tujuan dasar kita berkomunikasi
organisasi dan masyarakat, komunikasi adalah
adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik
sarana yang dapat mempertemukan kebutuhan
dan psikologis kita”.
dan tujuan kita sendiri dengan kebutuhan dan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
tujuan pihak lain. Di dalam organisasi yang
komunikasi dapat dikatakan sebagai perilaku
lebih besar, masyarakat dan komunitas dunia,
atau aktivitas manusia yang utama dalam
komunikasi menyediakan jaringan hubungan
kehidupannya di muka bumi. Tidak mungkin
yang memungkinkan kita untuk melakukan
manusia
sosial
aksi bersama, pembentukan identitas bersama
dengan orang lain dan lingkungannya. Itu
dan pembangunan kepemimpinan (Ruben dan
semua
Stewart 2013: 17).
tidak
tentu
melakukan
saja
kontak
dilakukan
dengan
komunikasi. Selain merupakan aktivitas mendasar
Konsep Komunikasi Bencana
dalam kehidupan manusia, komunikasi juga
Istilah
komunikasi
bencana
memiliki tujuan penting untuk menyelesaikan
belum menjadi konsep popular dalam bidang
tugas-tugas penting bagi kebutuhan manusa
komunikasi
serta
memupuk
Meski penelitian komunikasi bencana sendiri
hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi
telah banyak dilakukan, namun di Indonesia
mempunyai
melibatkan
kajian komunikasi terkait bencana baru banyak
pertukaran informasi yang kita perlukan untuk
dilakukan setelah peristiwa bencana alam
menyelesaikan tugas dan fungus hubungan
gempa dan tsunami Aceh tahun 2014. Meski
untuk
demikian,
untuk
menciptakan
fungsi
melibatkan
isi,
dan
yang
pertukaran
informasi
maupun
bidang
kesadaran
akan
pentingnya
mengenai bagaimana hubungan kita dengan
komunikasi
orang lain (Zimmerman dalam Mulyana 2007:
semakin tinggi belakangan ini. Salah satu titik
4).
penting Terkait
dengan
fungsi
dalam
kebencanaan.
yang
penanganan
menjadi
perhatian
bencana
terkait
hubungan,
komunikasi dalam bencana adalah masalah
komunikasi adalah jalur yang menghubungkan
ketidakpastian. Menurut Frank Dance (dalam
manusia di dunia, sarana untuk menampilkan
Littlejohn, 2006: 7), salah satu aspek penting di
kesan, mengekspresikan diri, mempengaruhi
dalam
komunikasi
adalah konsep
reduksi
ketidakpastian. Komunikasi itu sendiri muncul
komunikasi efektif dan terlibat aktif
karena adanya kebutuhan untuk mengurangi
dalam proses komunikasi.
ketidakpastian, supaya dapat bertindak secara
3.Situational
awareness,
efektif demi melindungi atau memperkuat ego
efektif
yang bersangkutan dalam berinteraksi secara
analisis dan diseminasi informasi yang
indivuidual
terkendali
maupun
kelompok.
Dalam
didasari
oleh
komunikasi
terkait
pengumpulan,
bencana.
Prinsip
penanganan bencana, informasi yang akurat
komunikasi efektif seperti transparansi
diperlukan oleh masyarakat maupun lembaga
dan dapat dipercaya menjadi kunci.
swasta yang memiliki kepedulian terhadap
4.Media
korban bencana.
partnership,
media
seperti
televisi, surat kabar, radio, dan lainnya
Komunikasi dalam bencana tidak saja
adalah media yang sangat penting untuk
dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi
menyampaikan informasi secara tepat
juga penting pada saat
dan pra bencana.
kepada publik. Kerjasama dengan media
Sebagaimana dikatakan
bahwa komunikasi
menyangkut
kesepahaman
tentang
adalah cara terbaik untuk kesuksesan mitigasi
kebutuhan media dengan tim yang terlatih
bencana, persiapan, respon, dan pemulihan
untuk
situasi pada saat bencana. Kemampuan untuk
untukmendapatkan
mengkomunikasikan
menyebarkannya kepada publik.
pesan-pesan
tentang
berkerjasama
dengan informasi
media dan
bencana kepada publik, pemerintah, media dan
Penanggulangan bencana, harus didukung
pemuka pendapat dapat mengurangi resiko,
dengan berbagai pendekatan baik soft power
menyelamatkan kehidupan dan dampak dari
maupun hard power untuk mengurangi resiko
bencana (Haddow and Haddow, 2008: xiv).
dari bencana. Pendekatan soft power adalah
Menurut Haddow dan Haddow (2008:
dengan mempersiapkan kesiagaan masyarakat
2) terdapat 5 landasan utama dalam membangun
melalui sosialisasi dan pemberian informasi
komunikasi bencana yang efektif yaitu:
tentang bencana.Sementara hard power adalah
1.Costumer Focus,
yaitu memahami
upaya
menghadapi
bencana
dengan
informasi apa yang dibutuhkan oleh
pembangunan fisik sepeti membangun sarana
pelanggan dalam hal ini masyarakat dan
komunikasi, membangun tanggul, mendirikan
relawan. Harus dibangun mekanisme
dinding beton, mengeruk sungai dll. Dalam UU,
komunikasi yang menjamin informasi
dua hal ini yang disebut mitigasi bencana. Pada
disampaikan dengan tepat dan akurat.
dua pendekatan inilah, komunikasi bencana
2.Leadership commitment, pemimpin yang berperan dalamtanggap darurat
amat dibutuhkan.
harus
Dalam UU No 23 Tahun 2007 tentang
memiliki komitmen untuk melakukan
Penanggulangan Bencana, salah satu langkah
yang penting dilakukan untuk pengurangan
Berikut beberaa riset komunikasi bencana yang
resiko bencana adalah melalui mitigasi bencana.
pernah dilakukan:
Dijelaskan mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
Model Komunikasi Bencana
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan
kemampuan
menghadapi
Salah satunya penelitian yang dilakukan Jeanne Branch Johsnton
dari University of
ancaman bencana. Salah satu bentuk kegiatan
Hawaii dengan judul Personal Account From
mitigasi bencana menurut pasal 47 ayat 2 (c)
Survivor of the Hilo Tsunamis 1946 and 1960:
adalah melalui pendidikan, penyuluhan dan
Toward A Dister Communication Models.
pelatihan baik secara konvensional maupun
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
modern
pengakuan personal para korban selamat dari
Sebagaimana dijelaskan Susanto (dalam
bencana tsunami di Hilo pada tahun 1946 dan
Budi, 2011: 17) bahwa untuk mengintegrasikan
1960.
karakter masyarakat kawasan rawan bencana
bencana tsunami di Hilo tahun 1946 dan 1960
dengan regulasi pemerintah dalam penanganan
terjadi kesalahan prosedur dan koordinasi
bencana, bisa tercapai dengan baik jika kedua
pemerintah
belah pihak mampu menciptakan komunikasi
tsunami. Pihak berwenang dalam hal ini dinas
kohesif
pertahanan sipil, kepolisian di Hawaii dan Hilo
yang
menghasilkan
pemahaman
Penelitian ini menemukan bahwa pada
dalam
mengantisipasi
bersama. Namun persoalannya dalam kondisi
mengalami
darurat bencana, membuka sinyal komunikasi
sehingga pemberitahuan kepada warga Hilo
untuk menangani korban dengan cepat, tidak
terlambat diberitakan. Selain itu ditemukan juga
mudah untuk dilaksanakan.Sebab, lembaga
bahwa media massa melakukan kesalahan
pemerintah dibelenggu oleh belantara peraturan,
dalam menyampaikan berita kepada publik
sedangkan masyarakat, selain tetap berpijak
tentang tsunami. Media menyampaikan berita
kepada nilai setempat, juga dikuasai oleh pesan–
melalui radio di Hawaii bahwa tidak akan ada
pesan dari sumber yang tidak jelas nilai
gelombang tsunami dalam satu jam ke depan.
faktualnya.
Masyarakat pengetahuan
Diskusi: Perlunya Riset Komunikasi Bencana Kajian
tentang
komunikasi
miskomunikasi
juga yang
dan
bencana
koordinasi
diketahui sangat
rendah
memiliki tentang
bencana tsunami. Hal itulah yang dianggap
bencana
menjadi salah satu sebab banyaknya korban
memang belum terlalu lama dilakukan. Meski
yang tewas pada dua bencana alam tersebut
begitu saat ini riset tentang fungsi komunikasi
(Johnston, 2013).
dalam bencana semakin banyak dilakukan.
bahwa mereka baik-baik saja, tidak sakit mental
Komunikasi Pasca Bencana Penelitian selanjutnya berkaitan dengan
dan tidak ragu untuk meminta pertolongan.
komunikasi dan bencana dilakukan oleh Susan
Dalam hal peristiwa pengeboman di
Nicholls dan Chris Healy dari University of
London,
Canbera pada tahun 2007. Bedanya, penelitian
komunikasi dengan chat room di internet
ini mengenai bencana non-alam. Penelitian ini
dengan fitur-fitur yang menarik guna membantu
berjudul
Disaster
penyembuhan mental masyarakat. Satu chat
Survivor: Toward Best Practice. Latar belakang
room disiapkan untuk ucapan belasungkawa,
penelitian
11
satu lagi untuk korban. Dua kelompok chat ini
September 2001 dan ledakan bom di Inggris
cukup unik dan membutuhkan perhatian khusus.
pada tahun 2005. Pertanyaan penelitian yang
Namun hanya satu orang yang selamat yang
diajukan
penggunaan
merasakan kesedihan, sementara yang lain lebih
komunikasi dalam upaya membantu pemulihan
bersemangat setelah berkomunikasi (Healy dan
masyarakat korban tragedi New York dan
Nicholls, 2008).
Communication
ini
adalah
adalah
with
peristiwa WTC
bagaimana
pemerintah
membuka
fasilitas
London. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat kompleksitas, kesamaan
Fungsi Media Sosial dalam Komunikasi Bencana
karakter dan keunikan bentuk komunikasi yang
Penelitian dengan judul Best Practices:
digunakan dalam pemulihan. Upaya pemerintah
The
federal untuk memulihkan kesehatan mental
Emergency & Disaster Relief dilakukan oleh
publik pasca tragedi 9/11 dilakukan melalui
Erica Goldfinedari American University pada
kampanye melalui Proyek Liberty dengan
tahun 2011. Risetnya dilakukan dengan tujuan
menyebarluaskan pesan-pesan di stasiun kereta,
untuk
warung-warung kopi dan tempat umum lainnya
media sosial pada saat darurat bencana.
guna memberikan pertolongan bagi korban.
Use
of
Social
mengetahui
Penelitian
ini
Media
bagaimana
Throughout
penggunaan
mengambil
lembaga-
Selain itu, pesan-pesan kampanye “Feel Free to
lembaga sosial peduli bencana sebagai subjek
Feel Better” atau jangan ragu untuk merasakan
penelitian
lebih baik, “saya tidak merasa sendirian”,
International, Chatolic Medical Mission Board,
“bahkan
butuh
Humanitarian Information Unit, Office of the
melalui
Assistant Secretary for Preparedness and
poster-poster membuat korban-korban tragedi
Response dan World Vision Program. Metode
9/11 merasa lebih baik. Pesan-pesan tersebut
penelitian yang digunakan adalah penekatan
digunakan untuk menguatkan mental publik
kualitatif dengan metode wawancara mendalam
superhero
pertolongan”
yang
kadang-kadang disebarluaskan
antara
lain
Direct
Relief
tak berstruktur. Informan yang diwawancarai
adalah para operator komunikasi
sebanyak
Tengah
menyebabkan
korban
jiwa dan
enam orang dari masing-masing lembaga.
kerusakan infrastruktur.
Dipilihnya operator komunikasi ini karena
Hasil
dianggap memiliki pemahaman dan pengalaman
pemberdayaan komunikasi pemuka pendapat
tentang
di
dalam penanganan bencana dipengaruhi secara
lembaganya selama masa darurat dan pemulihan
nyata oleh keragaman kelompok masyarakat.
bencana.
Dijelaskan bahwa bila tokoh masyarakat banyak
pemanfaatan
Penelitian
ini
media
sosial
menyimpulkan
bahwa
penelitian
terlibatdalam
menunjukkan
penanganan
bahwa
bencana
di
belajar dari pengalaman yang ada, pemanfaatan
lingkungannya, kemudian menjadi fasilitator
media sosial dapat memaksimalkan kegiatan
sosial dan kompak dengan kelompoknya, maka
penanggulangan
proses penanganan bencana di lingkungannya
bencana.
darurat
Kemudian
dan
media
pemulihan sosial
yang
relatif lebih cepat dan berhasil. Penanganan
digunakan dalam penanganan bencana baiknya
bencana
adalah media yang populer dan relevan dengan
mensinergikan
penggunaan
partisipasi
penggunaan
masyarakat. media
sosial
Selanjutnya juga
dapat
merupakan program
masyarakat
kegiatan
yang
pemerintah
dan
korban
bencana,
sehingga faktor-faktor tersebut berpengaruh
memudahkan pemetaan dan mengetahui lokasi
terhadap
keberhasilan program penanganan
bencana. Terakhir penggunaan media sosial
bencana di masyarakat. Peran pemuka pendapat
secara tepat akan bermanfaat untuk pemulihan
juga diperlukan dalam kegiatan penanganan
bencana (Goldfine, 2011).
bencana oleh lembaga non pemerintah yang biasanya cenderung partisipatif dan melibatkan
Opinion Leader dalam Komunikasi Bencana
banyak
pihak
dalam
masyarakat.
Penelitian tentang keterlibatan pemuka
Pemberdayaan komunikasi pemuka pendapat
pendapat dalam komunikasi saat bencana
dalam penanganan bencana perlu ditingkatkan,
pernah dilakukan oleh Muhammad Badri. Ia
karena pemuka pendapat banyak berperan
“Pemberdayaan
dalam kegiatan penanganan bencana (Badri,
mengambil
judul
riset
Komunikasi
Pemuka
Penanganan
Bencana
Yogyakarta
(Kasus
Pendapat Gempa Kabupaten
dalam
Bumi
2008).
di
Bantul)”.
Penelitiannya dilatarbelakangi bahwa Indonesia
Peran Media Massa dalam Penanganan Bencana
merupakan salah satu negara yang memiliki
Penelitian mengenai peran media massa
tingkat kerawanan gempa tinggi. Gempa bumi
dalam penanganan bencana salah satunya
tanggal 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa
dilakukan oleh Elva Ronaningroem dengan mengangkat judul “Persepsi Masyarakat tentang
Peran Media Cetak Lokal dalam Mitigasi
budaya. Penelitian ini mengambil lokasi di
Bencana Alam”. penelitian ini adalah untuk
dalam wilayah Kota Banda Aceh. Penelitian
mendeskripsikan persepsi masyarakat dalam
menggunakan pendekatan kualitatif dengan
menafsirkan peran media cetak lokal Padang
tradisi interaksi simbolik khususnya dengan
Ekpress
varian dramaturgi. Sebagai suatu acuan untuk
dan
Singgalang
tentang
mitigasi
bencana alam.
menggali informasi dan persepsi serta melihat
Hasil penelitian mendeskripsikan Peran
perilaku komunikasi para informan sebagai
media lokal yaitu Harian Padang Ekpress dan
subjek
Singgalang dipersepsi secara berbeda oleh
carawawancara
kelompok buruh, pegawai negeri, mahasiswa,
berperanserta, dan studi dokumentasi. Teknik
dan dosen. Menurut mahasiswa dan dosen,
analisis
media lokal dapat
kualitatif
mengurangi
kepanikan
penelitian.
data
Data
diperoleh
mendalam,
dilakukan
dengan
pengamatan
secara
deskriptif
masyarakat akibat isu-isu dan rumor yang tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa;
bertanggung jawab dan mendidik masyarakat
pertama, identitas diri yang ditampilkan saat
agar lebih melek bencana. Menurut buruh dan
melakukan
pegawai negeri, media lokal terlalu mengekspos
mengharapkan
bencana secara berlebihan dan menyebabkan
Dengan cara menutupi kelemahan yang ada
masyarakat kalut, bahkan eksodus ke luar
dalam dirinya dengan menampilkan sebaliknya
daerah. Penelitian ini merekomendasikan agar
agar dapat diterima oleh kelompoknya dan
media dan pemerintah serta lembaga yang
orang lain. Kedua, warga korban tsunami di
terkait dengan bencana alam agar mengontrol
Banda
pemberitaan tentang bencana alam sehingga
perannya dengan melakukan pengelolaan kesan
tidak merugikan masyarakat (Elva, 2011).
(impression management) sehingga tampak
suatu
Aceh
kegiatan
dapat
oleh
individu
dipersepsikan
masing-masing
positif.
menampilkan
tegar atau menunjukkan lebih baik dari orang Komunikasi Antar-budaya Korban dan
lain yang sama-sama mengalami musibah
Relawan Bencana
tsunami. Demikian juga untuk menampilkan
Penelitian dilakukan judul
Mahyuzar dengan
“Dinamika Komunikasi
Antarbudaya
kepada
masyarakat
kehidupannya
kini
luar sudah
bahwa
kondisi
sama
seperti
Pasca Tsunami (Studi Dramaturgis dalam
masyarakat biasa yang tidak tertimpa tsunami,
Kegiatan Kemasyarakatan Antar Warga Korban
namun
Tsunami dan Interaksi dengan Orang Asing di
mengharapkan
Banda Aceh). Penelitian ini bertujuan untuk
kebutuhan hidupnya dan sebagai modal usaha
mengkaji proses perubahan dalam perilaku
(Mahyuzar, 2011).
berkomunikasi korban tsunami yang berbeda
secara
ekonomi
(finansial)
bantuan
untuk
masih
menopang
mengenai kondisi terkini dan keadaan korban baik yang selamat maupun meninggal dunia untuk menghindarkan dari kecemasan. Relawan
Kesimpulan dan Saran Komunikasi dalam bencana tidak saja
juga amat membutuhkan komunikasi yang
dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi
lancar dengan berbagai pihak untuk bisa terjun
juga
pra
ke lokasi bencana. Sedangkan media massa,
bencana.Mempersiapkan masyarakat di daerah
dalam kondisi darurat sangat membutuhkan
rawan bencana tentu harus senantiasa dilakukan.
sumber informasi yang kredibel agar berita yang
Selain informasi yang memadai tentang potensi
disebarluaskan
bencana
masyarakat luas.
penting
di
internalisasi bencana
pada
suatu
daerah,
kebiasaan
juga
saat
pelatihan
dan
memberikan
manfaat
bagi
menghadapi
situasi
Pada masa rehabilitasi atau pasca bencana,
dilakukan
secara
komunikasi juga penting untuk mengembalikan
harus
berkelanjutan.Tapi harus diingat, informasi
masyarakat
berlimpah saja tidak cukup untuk menyadarkan
kehidupan
warga atas bahaya bencana yang mengancam.
pemberdayaan
Cara menyampaikan informasi juga harus
pengembalian kehidupan sosial masyarakat
dilakukan dengan tepat. Kekeliruan dalam
adalah kegiatan yang amat membutuhkan
mengkomunikasikan sebuah informasi, bisa
pemahaman komunikasi yang baik. Pendekatan
menimbulkan
yang
komunikasi yang tepat akan membuat upaya
ini,
penyembuhan mental korban bencana berjalan
pendekatan komunikasi budaya dan lintas
lebih cepat. Strategi dan model komunikasi
budaya amat dibutuhkan.
yang efektif akan mendukung pemberdayaan
memperburuk
Dalam
ketidakpastian situasi.
darurat
situasi
bencana
normal.Melakukan sosial
pada
kondisi
konseling,
ekonomi,
dan
bencana,
sosial ekonomi masyarakat. Begitu juga dengan
komunikasi amat dibutuhkan sebagai fungsi
mengembalikan kehidupan sosial masyarakat
manajemen dan koordinasi antara pemerintah,
menuntut sebuah ruang komunikasi yang sesuai
korban, masyarakat, relawan dan media massa.
dengan nilai, budaya dan agama masyarakat.
Manajemen komunikasi krisis yang baik akan
Cara terbaik untuk mengembembalikan kondisi
membuat fungsi koordinasi dan pengambilan
sosial masyarakat adalah melalui interaksi sosial
keputusan pemerintah berjalan stabil. Pada sisi
yang normal.Dalam interaksi sosial ini, fungsi
korban, penderitaan bisa dikurangi karena
komunikasi
bantuan lebih cepat dan mudah diberikan
penting.Rekonstruksi sosial dapat dilakukan
dengan
memadai.
dengan merekayasa komunikasi sosial dan lintas
Keluarga korban dan masyarakat luas penting
budaya yang setara dan egaliter diantara sesama
mendapatkan pemenuhan kebutuhan informasi
masyarakat korban bencana.
modal
kondisi
Dalam
korban
informasi
yang
memegang
peranan
Pada hakikatnya, komunikasi memang
Kemasyarakatan Antar Warga
pasti hadir kapanpun dan dimanapun manusia
Korban Tsunami Dan Interaksi
berada, termasuk pada saat bencana. Pra-
Dengan Orang Asing di Banda
bencana, darurat dencana atau pasca bencana
Aceh. Bandung: Disertasi Program
sama-sama melibatkan komunikasi. Hanya saja
Doktor Ilmu Komunikasi UNPAD.
perlu dipahami bagaimana fungsi komunikasi hadir pada masing-masing kondisi. Dengan kata lain,
dalam
penanggulangan
bencana,
Muhammad, B. 2008. Pemberdayaan Komunikasi Pemuka Pendapat
komunikasi bisa hadir sebagai fungsi sosialisasi
dalam Penanganan Bencana
dan
Gempa Bumi di Yogyakarta (Kasus
penyebarluasan
informasi,
fungsi
manajemen dan koordinasi dan fungsi konseling
Kabupaten Bantul). Sekolah
dan rehabilitasi.
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Daftar Putaka Setio, H. H. B (ed). 2011. Komunikasi Bencana. Yogyakarta:
Mata
Padi
Presindo
.Mulyana, D. 2006. Ilmu Komunikasi, Suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Johsnton, J. B. 2003. Personal Account From Survivor of the Hilo Tsunamis 1946 and
1960:
Toward
A
Dister
Nicholls, S, dan C. Healy. Communication with Disaster Survivor: Toward Best
Communication Models. University
Practice. The Australian Journal of
Of Hawaii Library
Emergency Management, Vol. 23 No. 3, August 2008 14-20
Haddow, G. D, dan Kims. 2008. Disaster Communications, In A Changing Media World. London. Elsevier
Mukti, A. G. dan A. Winarna. 2012. Manajemen
Ritzer, G, dan S. Barry, 2011. Handbook Teori Sosial. Bandung: Nusamedia.
Roem,E. R. 2011. "Persepsi Masyarakat tentang
Resiko Bencana dalam Konstruksi
Peran Media Cetak Lokal dalam
Masyarakat
Mitigasi Bencana Alam." Jurnal Ilmu
Tangguh
Bencana”.
Yokyakarta: Mizan. Mahyuzar. 2011. Dinamika Komunikasi Antarbudaya Pasca Tsunami (Studi Dramaturgis Dalam Kegiatan
Komunikasi Terakreditasi .
Stewart, L. P, dan R. D. Brent 2013, Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta:
Rajawali