KOMPOSISI FISIK DAN POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN PADA KECEPATAN PERTUMBUHAN BERBEDA DENGAN PEMELIHARAAN SEMI INTENSIF
SKRIPSI RIKI RACHMAN
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN RIKI RACHMAN. D14060770. 2010. Komposisi Fisik dan Potongan Komersial Karkas Domba Lokal Jantan pada Kecepatan Pertumbuhan Berbeda dengan Pemeliharaan Semi Intensif. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Petrnakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu M.Si. Pembimbing Anggota : Ir. Hj. Komariah M.Si. Domba adalah salah satu ternak penghasil daging yang sudah dikenal oleh masyarakat. Kebutuhan daging domba cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani. Oleh karena itu diperlukan peningkatan dan pengembangan penyedian ternak domba di Indonesia. Domba lokal adalah salah satu ternak yang potensial untuk dikembangkan. Secara umum kinerja produksi domba lokal masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertambahan bobot badan, persentase karkas. Pertumbuhan domba yang cepat diharapkan memilki bobot dan persentase yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan persentase dan bobot potongan komersial dan komposisi fisik karkas domba lokal jantan pada kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Jonggol (UP3J). Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga bulan Desember 2009. Materi penelitian yang digunakan adalah domba lokal jantan yang dipelihara dengan sistem semi intensif sebanyak 3 ekor domba pertumbuhan cepat dan 3 ekor pertumbuhan lambat. Pakan yang digunakan adalah rumput B. humidicola sebagai rumput gembala dan konsentrat yang diberikan pada pagi hari sebelum penggembalaan. Peubah yang diamati adalah bobot dan persentase karkas, daging, tulang dan lemak serta bobot dan persentase daging, tulang dan lemak potongan komersial. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase dan bobot karkas, daging, lemak, dan potongan komersial (flank, shank, rack, leg, neck, breast, loin dan shoulder) tidak menujukkan perbedaan nyata (P>0,05) antara domba lokal pertumbuhan cepat dengan domba pertumbuhan lambat. Perbedaan nyata terjadi pada bobot dan persentase loin (P<0,05). Bobot dan persentase loin pertumbuhan cepat masing-masing sebesar 336,5±71,4 g; 124,1±19,3 % lebih besar dari bobot dan persentase loin pertumbuhan lambat masing-masing sebesar 9,78±0,55 g; 7,77 ±0,24 %. Bobot daging potongan komersial terhadap karkas menujukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada bobot daging potongan komersial (flank, shank, rack, leg, neck, breast, loin dan shoulder). Perbedaan nyata hanya terjadi pada bobot potongan loin (P<0,05) pada pertumbuhan cepat sebesar 202,9±36,2 g bernilai lebih besar daripada pertumbuhan lambat sebesar 124,1±19,3 g. Pada persentase bobot daging potongan komersial menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata (P>0,05) antara pertumbuhan cepat dengan pertumbuhan lambat. Hasil uji persentase lemak potongan komersial (flank, shank, rack, leg, neck, breast, dan shoulder) terhadap karkas menunjukkan tidak adanya (P>0,05) perbedaan nyata antara pertumbuhan cepat dengan pertumbuhan lambat. Perbedaan nyata (P>0,05) hanya terjadi pada bobot tulang potongan komersial (flank, shank, leg, neck, breast, loin dan shoulder) tidak menujukkan adanya perbedaan nyata (P>0,05).
Perbedaan nyata hanya terjadi pada bobot tulang rack, pada pertumbuhan cepat sebesar 88,7±22,4 g bernilai lebih besar daripada pertumbuhan lambat sebesar 43,7±11,8 g. Pada persentase loin domba pertumbuhan cepat sebesar 2,56±0,24% nyata lebih besar dari domba pertumbuhan lambat sebesar 1,83±0,66 %. Kata kunci :
komposisi fisik karkas, potongan komersial, tingkat pertumbuhan, semi intensif.
ABSTRACT Physical Composition and Commercial Cut of Carcass Male Local Sheep on Different Growth Rate Reared With Semi Intensive Rachman,R., S. Rahayu dan Komariah Lamb is one of meat producing animal which has been known well by the public. The need of sheep meat rise as the people know of animal protein grows. Because of that the stock and breeding of lamb must be increased in Indonesia. Local Indonesian lamb have high potential to be raised. Small body, rough wool, long adulthood, and small production of meat are the characteristics of Local Indonesian lamb. This research was held to determine carcass physical composition difference between fast growth lamb and slow growth lamb. The research was conducted at Jonggol Animal Science Teaching and Research Unit (JASTRU). The lamb was raised with the semi intensive method, using 3 male fast growth lamb and 3 male slow growth lamb. The result were analyzed with the t test method. Result shows that weight and percentage of carcass, bones, meat, fat, physical composition of commercial cuts didn’t show significant difference between fast growth lamb and slow growth lamb (P>0,05). The only significant difference between fast growth lamb and slow growth lamb shows in loin cut weigth and percentage (P<0,05), percentage of loin meat (P<0,05), weight of loin bone (P<0,05), and percentage of rack bone (P<0,05). Keywords : carcass physical composition, commercial cut, growth diferences, semi intensive.
KOMPOSISI FISIK DAN POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN PADA KECEPATAN PERTUMBUHAN BERBEDA DENGAN PEMELIHARAAN SEMI INTENSIF
RIKI RACHMAN D14060770
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi :
Komposisi Fisik Potongan Komersial Karkas Domba Lokal Jantan pada Kecepatan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Pemeliharaan Semi Intensif
Nama
:
Riki Rachman
NIM
:
D14060770
Menyetujui, Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Ir. Sri Rahayu, M.Si.) NIP. 19570611 198703 2 001
(Ir. Hj Komariah, M.Si) NIP.195905150 1989030 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 28 September 2010
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Agustus 1988 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasanagan Bapak Asep Suherman dan Ibu Dedeh Rosidah. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 2000 di SD Negeri Panaragan I Bogor, Jawa Barat. Penulis mengikuti pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 2 Bogor, Jawa Barat yang diselesaikan pada tahun 2003 dan meneruskan pendidikan menegah umum di SMU Negeri 5 Bogor, Jawa Barat yang diselesaikan pada tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi seperti UKM musik MAX periode 2008-2009 dan Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) periode 2008-2009. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan seperti Kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas Meet Cowboy 2008, Kepanitiaan D’Farm Festival 2008, dan D’Satay 2009. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ruminansia Kecil semester ganjil tahun 2009.
KATA PENGANTAR Bismillahirohmanirrohim. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat serta pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dari penelitiaan dengan judul Komposisi Fisik dan Potongan Komersial Karkas Domba Lokal Jantan pada Kecepatan Pertumbuhan Berbeda dengan Pemeliharaan Semi Intensif. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada program studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian
ini diarahkan
untuk
mendapatkan informasi tentang persentase
potongan komersial dan komposisi fisik karkas domba lokal jantan pada kecepatan pertumbuhan yang berbeda dengan pemeliharaan semi intensif dengan umur domba lokal jantan dibawah satu tahun (Io). Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan domba lokal di Indonesia khususnya domba lokal di UP3 Jonggol. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia peternakan dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, September 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .....................................................................................................
i
ABSTRACT.........................................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................
v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xii
PENDAHULUAN ...............................................................................................
1
Latar Belakang ......................................................................................... Tujuan ..................................................................................................... Manfaat ...................................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................
3
Domba Lokal ........................................................................................... Pertumbuhan Domba ..................................................................... Penggemukkan Domba .................................................................. Karkas ...................................................................................................... Potongan Komersial....................................................................... Komposisi Fisik Karkas .......................................................................... Daging............................................................................................ Tulang ............................................................................................ Lemak ............................................................................................
3 3 4 4 5 5 6 6 7
MATERI DAN METODE ..................................................................................
8
Lokasi dan Waktu.................................................................................... Materi ...................................................................................................... Ternak dan Pakan .......................................................................... Kandang dan Peralatan .................................................................. Pemberian Obat Cacing ................................................................. Prosedur................................................................................................... Penentuan Sampel Penelitian......................................................... Pemotongan dan Penguraian Tubuh .............................................. Peubah yang diamati ...................................................................... Rancangan .............................................................................................. Perlakuan ....................................................................................... Analisis ..........................................................................................
8 8 8 9 9 9 9 10 11 12 12 12
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................
14
Keadaan Umum Penelitian ...................................................................... Kondisi Lokasi Penelitian .............................................................. Kondisi Kandang............................................................................ Kondisi Padang Rumput ................................................................ Pertumbuhan dan Kondisi Ternak ................................................. Karkas dan Komposisi Fisik Karkas ....................................................... Potongan Komersial Karkas.................................................................... Distribusi Daging pada Potongan Komersial.......................................... Distribusi Tulang pada Potongan Komersial .......................................... Distribusi Lemak pada Potongan Komersial ..........................................
14 14 15 15 16 17 19 20 22 23
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................
26
Kesimpulan ............................................................................................. Saran........................................................................................................
25 25
UCAPAN TERIMA KASIH...............................................................................
27
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
28
LAMPIRAN........................................................................................................
31
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kandungan Nutrisi Konsentrat dan Rumput B. humidicola.......................
9
2. Rataan Curah hujan, Kelembaban Udara, dan Suhu di UP3J ....................
14
3. Pertumbuhan Domba ..................................................................................
16
4. Rataan Persentase Karkas dan Komposisi Fisik Karkas ...........................
18
5. Rataan Bobot dan Persentase Potongan Komersial Karkas .......................
20
6. Rataan Bobot dan Persentase Daging Potongan Komersial........................
22
7. Rataan Bobot dan Persentase Tulang Potongan Komersial ........................
23
8. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Potongan Komersial.........................
24
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Domba Pertumbuhan Cepat dan Lambat ....................................................
8
2. Kandang, Pisau dan Bonesaw.....................................................................
9
3. Pengkulitan, Pemotongan Kaki, dan Potongan Komersial..........................
10
4. Potongan Komersial Karkas Domba ..........................................................
13
5. Domba sedang digembalakan......................................................................
15
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Batas-Batas Potongan Komersial ................................................................
31
2. Analisis Uji t Bobot Karkas dan Bobot Karkas Kanan...............................
32
3. Analisis Uji t Bobot Komposisi Fisik Karkas ............................................
32
4. Analisis Uji t Bobot Potongan Komersial ...................................................
32
5. Analisis Uji t Bobot Daging Potongan Komersial ......................................
33
6. Analisis Uji t Bobot Lemak Potongan Komersial .....................................
34
7. Analisis Uji t Bobot Tulang Potongan Komersial.......................................
35
8. Analisis Uji t Persentase Karkas dan Persentase Setengah Karkas ............
36
9. Analisis Uji t Persentase Komposisi Fisik Karkas .....................................
37
10. Analisis Uji t Persentase Potongan Komersial ..........................................
37
11. Analisis Uji t Persentase Daging Potongan Komersial...............................
38
12. Analisis Uji t Persentase Lemak Potongan Komersial .............................
39
13. Analisis Uji t Persentase Tulang Potongan Komersial ...............................
40
14. Karkas Domba Pertumbuhan Cepat ..........................................................
42
15. Karkas Domba Pertumbuhan Lambat .......................................................
42
PENDAHULUAN Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak penghasil daging yang sudah dikenal oleh masyarakat. Permintaan daging domba cenderung meningkat seiring meningkatnya pendapatan masyarakat dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani maka diperlukan peningkatan dan pengembangan penyediaan ternak di Indonesia termasuk domba, oleh karena itu domba lokal adalah salah satu ternak yang potensial untuk dikembangkan. Secara umum kinerja produksi domba lokal masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertambahan bobot badan, persentase karkas maupun persentase daging yang rendah pada umumnya. Salah satu kawasan yang memiliki populasi domba lokal yang cukup untuk dikembangkan adalah Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) yang mempunyai kurang lebih 600 ekor domba lokal dengan lahan 165 Ha. Kualitas domba lokal di lokasi peternakan tersebut masih beragam sehinga perlu dilakukan proses seleksi. Seleksi bertujuan untuk mengetahui domba-domba yang memilki pertumbuhan yang baik sehingga berpotensi untuk dikembangkan. Domba yang memilki kecepatan tumbuh yang baik tentunya baik utuk dikembangkan dan diharapkan akan menghasilkan bobot dan persentase karkas yang besar. Bobot karkas yang semakin besar diharapkan mempunyai proporsi daging lebih besar. Salah satu hasil produksi dari ternak domba adalah karkas. Karkas biasanya dipotong menjadi potongan-potongan komersial untuk memudahkan dalam penjualan dan pendistribusian karkas. Nilai potongan komersial karkas pada umumnya tergantung pada ukuran, struktur dan komposisinya, dimana sifat-sifat
yang utama
untuk kepentingan komersial tersebut meliputi bobot, proporsi jaringan-jaringan karkas serta kualitas dagingnya (Kempster et al, 1982). Sistem pemeliharaan domba yang ada di UP3J adalah sistem pemeliharaan semi intensif.
Sistem semi intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak domba
dengan sistem penggembalaan yang dilakukan secara teratur dan baik dalam kondisi tertentu, pemilik sudah mulai menaruh perhatian terhadap ternak domba yang dipeliharanya, terutama ketika ternak akan melahirkan dan digemukkan untuk dipotong.
Pemeliharaan
semi
intensif
mengakibatkan
ternak
lebih
banyak
beraktifitas, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan domba, bobot karkas dan
persentase karkas yang akan diperoleh. Informasi tentang produksi karkas yang dipengaruhi oleh tingkat kecepatan pertumbuhan yang berbeda pada domba lokal jantan yang dipelihara semi intensif perlu diketahui lebih banyak. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan persentase potongan komersial dan komposisi fisik
karkas domba lokal jantan pada kecepatan
pertumbuhan yang berbeda dengan pemeliharaan semi intensif. Manfaat Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh tingkat kecepatan pertumbuhan yang berbeda terhadap komposisi fisik karkas serta potongan komersial karkas.
2
TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan memiliki sifat seasonal polyestroes sehingga dapat beranak sepanjang tahun. Karakteristik domba lokal diantaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, warna bulunya bermacam-macam dan hasil daging relatif sedikit dengan rata-rata bobot potong 20 kg (Edey,1983). Menurut Tiesnamurti (1992) bobot badan domba dewasa mencapai 30-40 kg pada jantan dan pada betina 20-25 kg dengan persentase karkas 44-49%. Sifat lain dari domba lokal tampak dari warna bulu umumnya putih dengan bercak hitam sekitar mata, hidung dan bagian lainnya (Devendra dan McLeroy, 1992) dan memiliki pola warna bulu sangat beragam dari bercak putih, coklat hitam atau warna polos putih dan hitam (Tiesnamurti, 1992). Menurut Devandra dan McLeroy (1992) domba lokal jantan mempunyai tanduk kecil sedangkan betina biasanya tidak bertanduk Pertumbuhan Domba Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, demensi linier, dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, protein dan abu pada karkas (Soeparno, 1994). Menurut Anggorodi (1990) pertumbuhan mencakup pertumbuhan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan-jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pertambahan bobot karkas segera setelah lahir mengandung proporsi daging yang tinggi, relatif banyak mengandung tulang, dan kadar lemak rendah. Menjelang bobot badan dewasa, proporsi urat daging dalam pertambahan bobot badan menurun sedikit, komponen tulang dari pertambahan bobot badan hampir tidak bertambah dan proporsi lemak
dalam pertambahan bobot badan tinggi dan terus meningkat.
Pertumbuhan lemak pada awalnya lamban, segera diikuti oleh pertumbuhannya yang cepat, bahkan lebih cepat daripada keadaan kedua jaringan tadi. Fase ini disebut fase finish (Parakkasi, 1999).
Menurut Cole (1974), kurva pertumbuhan ternak dibagi menjadi tiga bagian yaitu fase dipercepat, titik infleksi dan (akselerasi)
ukuran
tubuh
bertambah,
fase diperlambat. Selama fase dipercepat setelah
terjadi
penurunan
kecepatan
pertumbuhan (seperti yang ditunjukkan pada kurva sigmoidal) kenaikan berat tubuh akan didominasi oleh peningkatan deposisi lemak yang terjadi pada kira-kira sepertiga dari berat akhir. Laju pertumbuhan domba bervariasi antara 20 sampai 200 gr per hari (Gatenby, 1991). Menurut Soeparno (1998), faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat, dan komposisi kimia komponen karkas. Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% setelah enam bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan, dengan pakan sesuai kebutuhannya (Herman, 2003). Domba jantan muda memiliki potensi untuk tumbuh lebih cepat daripada betina muda, pertambahan bobot badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyak dan penggunaan pakan yang lebih efisien untuk pertumbuhan badan (Anggorodi, 1990). Sekresi testosteron pada jantan menyebabkan sekresi androgen tinggi sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat, terutama setelah munculnya sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan (Soeparno, 1994). Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetik atau faktor keturunan, faktor lingkungan seperti iklim, hormon, kastrasi dan jenis kelamin. Penggemukkan Domba Penggemukkan merupakan cara pemberian pakan yang umum dilakukan pada domba dengan tujuan untuk meningkatkan flavor, keempukkan, dan kualitas daging sesuai permintaan konsumen. Penggemukan umumnya dilakukan lewat pemberian pakan kaya energi, yaitu karbohidrat dan lemak. Tujuan penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas atau daging (Ensminger, 2002). Anggorodi (1990) menyatakan bahwa tujuan usaha penggemukkan antara lain untuk memperoleh pertambahan bobot badan yang relatif lebih tinggi dengan memperhitungkan nilai konversi pakan dalam pembentukan jaringan tubuh termasuk otot daging dan lemak, serta menghasilkan karkas dan daging
yang berkualitas
tinggi. Menurut Sudarmono dan Sugeng (2007) tujuan penggemukkan adalah untuk menghasilkan jumlah dan kualitas daging yang baik sebagaimana dikehendaki konsumen.
4
Karkas Karkas adalah bagian penting dari tubuh ternak setelah dibersihkan dari darah, kepala, keempat kaki bagian bawah dari sendi carpal untuk kaki depan dan sendi tarsal untuk kaki belakang, kulit, organ-organ internal seperti paru-paru tenggorokan, saluran pencernaan, saluran urin, jantung, limpa, hati, dan jaringanjaringan lemak yang melekat pada bagian-bagian tersebut (Lawrie, 1995). Karkas sebagai satuan produksi dinyatakan dalam bobot dan persentase. Menurut Parwoto (1995) karkas sebagai satuan produksi yang bernilai ekonomi tinggi dan secara praktis dapat digunakan sebagai satuan produksi yang komposisi dan proporsinya dapat digunakan sebagai kriteria keberhasilan usaha ternak. Menurut Berg dan Butterfield (1976) persentase karkas dipengaruhi oleh bobot ternak, bangsa, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum, umur, dan jenis kelamin. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi karkas seekor ternak adalah bangsa, jenis kelamin, laju pertumbuhan, bobot potong dan nutrisi. Bangsa ternak yang mempunyai bobot potong besar menghasilkan karkas yang besar juga. Bobot potong yang semakin meningkat menghasilkan karkas yang semakin meningkat pula, sehingga dapat diharapkan bagian dari karkas yang berupa daging menjadi lebih besar (Soeparno, 1994). Menurut Speedy (1980) bertambahnya umur ternak sejalan dengan penambahan bobot hidupnya, maka bobot karkas akan bertambah. Jenis kelamin menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan, ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepat daripada ternak betina pada umur yang sama (Soeparno, 1994). Potongan Komersial Karkas Nilai komersial karkas pada umumnya tergantung pada ukuran, struktur dan komposisinya; sifat-sifat stuktural karkas yang utama untuk kepentingan komersial tersebut
meliputi bobot, proporsi jaringan-jaringan karkas, serta kualitas dagingnya
(Kempster, 1982). Cara pemotongan karkas pada umumnya dibagi menjadi dua bagian kanan dan kiri, maka setengah karkas dibagi lagi menjadi dua potongan melalui tulang rusuk ke-10 dan ke-11 atau ke-12 dan ke-13 yaitu seperempat bagian depan (forequarter) dan seperempat bagian belakang (hindquarter). Romans dan Ziegler (1977) membagi karkas domba menjadi 8 potongan yaitu paha (leg) pinggang (loin), punggung rusuk (rack), bahu (shoulder), leher (neck), dada (breast), lipatan paha (flank) dan lengan (shank). Menurut Beerman
5
et.al.(1986) menyatakan bahwa bobot potongan karkas komersial dipengaruhi oleh bobot karkasnya. Pada domba jantan, otot pada bagian shoulder, leg, loin, dan breast mengalami masak dini sehingga pertumbuhannya relatif cepat dibandingkan dengan potongan bagian tubuh lainnya. Komposisi Fisik Karkas Karkas dan potongan karkas dapat diuraikan secara fisik menjadi komponen jaringan daging tanpa lemak (lean), lemak, dan tulang (Davendra dan Bade, 1992). Komposisi karkas bervariasi pada karkas-karkas yang beratnya berbeda. Perubahan komposisi karkas sebanding dengan bertambahnya bobot karkas itu sendiri. Bobot karkas yang semakin tinggi diikuti dengan pertambahan persentase lemak dan menurunnya
persentase
daging
dan
tulang.
Tulang
sebagai kerangka
tubuh
merupakan komponen yang tumbuh dan berkembang paling dini kemudian disusul oleh daging atau otot dan yang paling akhir jaringan lemak (Soeparno, 1991). Daging Daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno, 1994). Komposisi daging diperkirakan terdiri atas 75% air, 19% protein, 3,5% substansi non protein yang larut dan 2,5% lemak (Lawrie, 1995). Daging domba memiliki serat yang lebih halus dibandingkan dengan daging lainnya, jaringannya sangat padat, berwarna merah muda, konsistensinya cukup tinggi, lemaknya terdapat di bawah kulit yaitu antara otot dan kulit, dagingnya sedikit berbau amonial (prengus). Daging domba mengandung protein 17,1% dan lemak 14,8%. Tulang Tulang adalah jaringan pembentukan kerangka tubuh, yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan ternak. Menurut Pulungan dan Rangkuti (1981) bahwa pertumbuhan relatif tulang lebih kecil dibandingkan dengan bobot karkas dengan perkembangan yang lebih kecil atau dengan kata lain persentase tulang berkurang dengan meningkatnya karkas. Tulang akan bertambah selama hidup ternak dan pada ternak tua terjadi pembentukan tulang yang berasal dari tulang rawan yang mempertautkan tulang dengan tendon atau ligamentum.
6
Lemak Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Lemak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, pertumbuhan lemak sangat lambat, tetapi pada saat fase penggemukan, pertumbuhannya meningkat dan cepat (Berg dan Butterfield, 1976). Menurut Forrest et. al.(1975) perlemakan mulamula terjadi di sekitar organ-organ internal, ginjal dan alat pencernaan kemudian lemak disimpan pada jaringan ikat sekitar urat daging di bawah kulit, sebelum urat daging dan antara urat daging. Jaringan lemak yang terdapat diantara urat daging tidak hanya memperlunak daging, tetapi juga memperlezat rasa.
Permatasari (1992)
menyatakan bahwa timbunan lemak daging domba putih lebih padat daripada timbunan
lemak
daging
kambing.
Faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
perlemakan pada karkas yaitu komposisi pakan yang diberikan, faktor genetik ternak atau keterkaitan antara kedua faktor tersebut (Leat, 1976)
7
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB yang terletak di Desa Singasari Kecamatan Jonggol,
Bogor.
Ruminansia
Analisis
Besar
komposisi fisik
Fakultas
Peternakan
karkas dilakukan di Laboratorium Institut
Pertanian
Bogor.
Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2009. Materi Ternak dan Pakan Ternak domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal dengan umur di bawah satu tahun (Io) sebanyak 6 ekor. Pakan yang diberikan adalah rumput B. humidicola dan konsentrat. Konsentrat berasal dari Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS Bogor) yang diberikan sebanyak 110 gr/ekor/hari pada pagi hari sebelum digembalakan.
(a)
(b)
Gambar 1 : (a) Domba Pertumbuhan Cepat, (b) Domba Pertumbuhan Lambat Tabel 1. Kandungan Hijaun dan Konsentrat yang Digunakan
Pakan
BK
Abu
Komposisi (%) PK SK
Hijauan
31,60
2,29
2,65
13,08
0,07
13,51
Konsentrat
70,43
18,80
8,09
15,78
2,74
25,02
LK
Beta-N
Keterangan : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Institut Pertanian Bogor (2010)
Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang koloni. Pemeliharaan dilakukan secara semi-intensif. Ternak digembalakan dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan merek ”Tanita” dengan kapasitas 120 kg, pita ukur, gergaji karkas, pisau, pinset, chiller, kertas label, plastik, tambang, gunting, timbangan digital untuk menimbang potongan karkas, bonesaw, alat tulis dan kamera.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2 : (a) Kondisi Kandang, (b) Pisau, (c) Bonesaw Pemberian Obat Cacing Obat cacing yang digunakan pada penelitian ini adalah obat cacing dengan merek ”Kalbazen-SG”, obat cacing diberikan hanya satu kali sebanyak 1 ml/ ekor pada awal pemeliharaan.
Prosedur Penentuan Sampel Penelitian Sampel penelitian ditentukan dengan cara domba lokal jantan dengan umur di bawah satu tahun (Io ) sebanyak 19 ekor, lalu diseleksi berdasarkan rataan bobot populasi domba lokasi penelitian. Domba
dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok domba pertumbuhan cepat dan pertumbuhan lambat. Domba yang memiliki pertambahan bobot badan harian (PBBH) lebih dari 110 gr/ekor/hari masuk kedalam kategori domba
pertumbuhan
cepat
sedangkan
yang
dibawah
80
gr/ekor/hari masuk kedalam kategori domba pertumbuhan lambat. Setelah diseleksi, ditentukan tiga ekor domba pertumbuhan cepat dan tiga ekor domba pertumbuhan lambat sebagai materi penelitian. Kriteria yang digunakan pada saat menseleksi domba pertumbuhan lambat dan pertumbuhan cepat adalah: Bobot awal (kg), bobot akhir (kg), pertambahan bobot badan (kg), pertambahan bobot badan harian (gram), ukuran tubuh domba awal dan akhir.
9
Pemotongan dan Penguraian Tubuh Domba yang dipotong dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam untuk mengurangi jumlah digesta dalam saluran pencernaan. Sebelum dipotong, domba ditimbang untuk mengetahui bobot potongnya. Domba dipotong pada persendian tulang atlas memotong vena jugularis, oesophagus dan trachea. Darah yang keluar ditampung, ditimbang dan dikubur kemudian domba digantung pada tendon achilles. Setelah itu dilakukan pemotongan kepala dan keempat kaki, pengulitan dan eviscerasi, maka diperoleh karkas. Bagian kepala dipotong pada persendian occipito atlatis, bagian kaki depan dipotong pada persendian carpal-metacarpal dan bagian kaki belakang dipotong pada persendian carpus-metatarsus. Jeroan dikeluarkan kemudian karkasnya ditimbang untuk memperoleh bobot karkas. Jeroan ditimbang sebagai bobot non karkas. Karkas dibelah menjadi dua bagian yang sama pada tulang belakang yaitu bagian kiri dan kanan lalu ditimbang untuk digunakan sebagai bobot karkas kanan dan kiri. Kemudian karkas dilayukan denagn cara digantung dan disimpan dalam chiller (4o C) selama ±16 jam. Karkas bagian kanan ditimbang sebagai bobot setengah karkas kemudian diuraikan menjadi delapan potongan komersial yaitu paha (leg), pinggang (loin), rusuk dada (rack), bahu (shoulder), perut dada (breast), leher (neck), lengan (shank), dan lipat paha (flank) (Romans dan Ziegler, 1977). Potongan komersial yang sudah didapat, masing-masing dari bagian tersebut ditimbang dan dipisahkan antara daging, tulang, dan lemak. Kemudian masing-masing bagian daging, tulang, dan lemak tersebut ditimbang untuk mengetahui bobot masingmasing bagian tersebut.
(a)
(b)
(c)
Gambar 3. (a) Pengulitan domba, (b) Pemotongan kaki (c) Karkas
10
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah: 1. Bobot karkas (g), bobot karkas adalah bobot tubuh ternak setelah dipotong dan dikurangi dengan darah, kepala, keempat kaki, kulit, isi rongga perut, isi rongga dada dan ekor. 2. Bobot daging karkas (g), bobot daging karkas adalah hasil penimbangan bagian otot-otot karkas setelah dipisahkan dari lemak, dan tulang. 3. Bobot tulang karkas (g), bobot tulang karkas adalah hasil penimbangan tulang-tulang karkas setelah dibersihkan dari daging,dan lemak. 4. Bobot lemak karkas (g), bobot lemak karkas adalah hasil penimbangan lemak karkas. 5. Bobot potongan-potongan karkas (g), bobot potongan komersial karkas adalah hasil penimbangan bagian-bagian: paha (leg), pinggang (loin), rusuk dada (rack), bahu (shoulder), perut dada (breast), leher (neck), lengan (shank), dan lipat paha (flank). 6. Bobot daging, lemak dan tulang potongan komersial karkas (g), bobot daging, lemak, tulang, karkas adalah hasil penimbangan bagian-bagian daging, lemak dan tulang dari potongan komersial karkas. 7. Persentase karkas (%) diperoleh dari bobot karkas dibagi dengan bobot potong dikalikan 100%. 8. Persentase daging karkas (%) diperoleh dari bobot daging karkas dibagi dengan bobot karkas dikalikan 100%. 9. Persentase lemak karkas (%) diperoleh dari bobot lemak karkas dibagi dengan bobot karkas dikalikan 100%. 10. Persentase tulang karkas (%) diperoleh dari bobot tulang karkas dibagi dengan bobot karkas dikalikan 100%. 11. Persentase potongan komersial karkas (%) diperoleh dari bobot setiap potongan komersial seperti: paha (leg), pinggang (loin), rusuk dada (rack), bahu (shoulder), perut dada (breast), leher (neck), lengan (shank), dan lipat paha (flank) masing- masing dibagi dengan bobot karkas dikalikan 100%.
11
Rancangan Perlakuan Perlakuan yang diberikan adalah domba lokal dengan tingkat kecepatan tumbuh yang baik dan domba lokal dengan kecepatan tumbuh yang lambat. Analisis Data
yang
diperoleh
dianalisis
dengan
menggunakan
uji
t
dengan
membandingkan dua perlakuan yaitu kelompok domba cepat tumbuh dan kelompok domba lambat tumbuh untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati
dengan
masing-masing
perlakuan.
Menurut
Walpole
(1995)
model
matematis yang digunakan adalah sebagai berikut: t = Χi - Χj – Do s √1 + s √ 1 n n Keterangan: Xi = Rata-rata Perlakuan ke-i Xj
= Rata-rata Perlakuan ke- j
s
= Simpangan Baku
n
= Jumlah individu sampel
Do
= Selisih antara nilai tengah ke-i dengan ke-j
12
Keterangan : 1. Leher (Neck)
6. Pinggang (Loin)
2. Bahu (Shoulder)
7. Paha (Leg)
3. Kaki Depan (Shank)
8. Lipat Paha (Flank)
4. Dada (Breast) 5. P. Rusuk (Rack)
Gambar 4. Potongan Komersial Karkas Domba (Romans dan Ziegler, 1977)
13
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian
dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Jonggol (UP3J)
milik Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara geografis UP3 Jonggol terletak antara 106,53o BT dan 06,53o LS dengan ketinggian 145 m di atas permukaan laut. UP3 Jonggol terletak secara adiministratif di desa Singasari, kecamatan Jonggol, kabupaten Bogor. Luas areal UP3 Jonggol sekitar 165 ha yang terdiri dari kandang, pasture, kantor, ruang kelas, laboratorium, gudang, rumah pegawai dan rumah pengunjung (guest house). Informasi mengenai curah hujan, kelembaban udara, dan suhu lingkungan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Curah Hujan, Kelembaban Udara dan Suhu Lingkungan di UP3J Bulan Juli 2009 hingga Desember 2009 Bulan Kondisi Umum Jul
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
Curah Hujan (mm)
34,5
0
66
167
307
257
Kelembaban (%)
93,9
93,2
91,8
97
95
96
Suhu Max (o C)
32,8
33,5
34,9
29,2
33
33
Suhu Min (o C)
21
21,3
22
23
32
23
Sumber : Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (2009)
Tabel 2. Menunjukkan curah hujan mengalami peningkatan mulai bulan November
dan Desember karena telah memasuki musim penghujan, dan curah
tertinggi terjadi pada bulan November
sebesar 257 mm. Suhu UP3 Jonggol pada
siang hari relatif tinggi yaitu 32,8 hingga mencapai sekitar 33o C. Kelembaban udara juga relatif tinggi dengan kisaran 91,8 hingga 97 %. Kondisi lingkungan yang demikian dapat menyebabkan rendahnya produktifitas ternak khususnya ternak domba di tempat tersebut.
Gambar 5 : Domba Penelitian Yang Digembalakan Kondisi Kandang Kandang domba yang digunakan adalah kandang koloni yang terbuat dari kayu beratapkan seng, panjang kandang 18,15 m, tinggi kandang 3,55 m dan lebar kandang 5,89 m dilengkapi tempat pakan tetapi tidak memilki tempat minum. Sistem pemeliharaan domba pada penelitian ini adalah sistem pemeliharaan intensif yaitu domba
dibiarkan
merumput
sendiri,
lalu
pada
sore
hari domba
kembali
dikandangkan. Suhu dalam kandang pada siang hari sekitar 30-31o C. Kondisi kandang cukup panas hal ini dikarenakan ventilasi yang kurang baik dan lantai kandang yang kotor disebabkan oleh feses domba yang sudah mengering. Domba digembalakan pukul 09.00-16.00 WIB. Hal ini dilakukan karena rumput pada sebelum pukul 09.00
masih dalam kaeadaan basah dan untuk
mengurangi
kemungkinan terjadinya penyakit bloat dan cacingan. Kondisi Padang Rumput Domba digembalakan di padang rumput dalam ranch-ranch yang ditumbuhi rumput Brachiaria humidicola, Brachiaria decumbens, Pennisetum purpuroides, rumput liar, gulma, dan legum-legum seperti Leucaena leucecopala, dan Gamal. Dalam penggembalannya domba dirotasi antar ranch. Rotasi dilakukan apabila dalam ranch tersebut telah habis rumput atau persediaan airnya. Luas areal yang ditumbuhi Brachiaria humidicola ±55 ha, Brachiaria decumbens ±19 ha dan Pennisetum purpuroides ±2 ha selebihnya rumput alam dan legum. Areal penggembalaan hanya pada bagian folk B. humidicola. Disekitar folk dikelilingi dengan pagar kawat untuk menjaga agar ternak lain tidak dapat masuk ke lokasi penenelitian serta memudahkan pengawasan. Selain itu, di dalam areal penggembalaan juga terdapat pohon-pohon besar yang berfungsi sebagai naungan bagi ternak domba saat siang hari. 15
Pertumbuhan dan Kondisi Ternak Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linier, dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponenkomponen tubuh seperti otot, lemak, protein dan abu pada karkas (Soeparno, 1994). Data mengenai pertumbuhan ternak domba selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot Badan Domba Domba
Penimbangan ke I (kg)
Penimbangan ke II (kg)
Penimbangan ke III (kg)
PBBH (g/hari)
PC
17,6±4,04
20,0±4,5
20,0±3,4
113,64
PL
13,3±1,5
15,3±0,5
14,3±1,5
76,92
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 6 ekor domba jantan dengan umur dibawah satu tahun (Io ). Menurut Anggorodi (1990) domba jantan muda memilki potensi untuk tumbuh lebih cepat daripada betina muda, pertambahan bobot badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyak dan penggunaan pakan yang lebih efisien untuk pertumbuhan badan. Hal ini dikarenakan adanya hormon testosteron pada jantan. Sekresi testosteron pada jantan menyebabkan sekresi androgen tinggi sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat, terutama setelah munculnya sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan (Soeparno, 1994). Dalam penelitian ini domba jantan dibagi menjadi dua kelompok yaitu domba cepat tumbuh dan domba lambat tumbuh. Domba cepat tumbuh didefinisikan sebagai domba yang memiliki rata-rata PBBH lebih dari 110 g/hari, sedangkan domba lambat tumbuh didefinisikan sebagai domba yang memiliki rata-rata PBBH kurang dari 80 g/hari. Domba dipelihara selama 22 hari (± 3 minggu) dengan selang pengukuran 11 hari. Pakan konsentrat yang diberikan selalu habis tak bersisa. Kendala yang dialami selama penelitian adalah umur domba yang dipelihara sudah ada yang berumur satu tahun (I1 ). Hal ini terjadi mungkin dikarenakan kekeliruan dalam identifikasi. Pada saat identifikasi gigi yang akan tanggal belum terlihat dengan jelas karena umur diperkirakan sudah berumur 10-11 bulan sehingga
16
dilakukan penyeleksian ulang domba umur dibawah satu tahun (I 0 ). Kalung nomor identifikasi yang lepas atau rusak segera diganti sehingga memudahkan dalam pengamatan. Rataan bobot potong untuk domba pertumbuhan cepat adalah sebesar 18,5±3,4 kg dan domba pertumbuhan lambat adalah sebesar 14±2,0 kg. Karkas dan Komposisi Fisik Karkas Bangsa ternak yang mempunyai bobot potong besar menghasilkan karkas yang besar juga. Menurut Soeparno (1994), bobot potong yang semakin meningkat akan menghasilkan karkas yang semakin meningkat pula, sehingga dapat diharapkan daging menjadi lebih besar. Menurut Berg dan Butterfield (1976), persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, bobot ternak, kondisi, bangsa ternak, proporsi bagianbagian non karkas, ransum yang diberikan dan cara pemotongan. Menurut Oberbaeur et. al. (1994), faktor yang mempengaruhi produksi karkas seekor ternak adalah salah satunya kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Rataan persentase karkas dan komposisi fisik karkas dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil uji t menunjukan bobot dan persentase karkas untuk domba pertumbuhan cepat tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan bobot dan persentase karkas domba pertumbuhan lambat, hal ini menujukkan bahwa tingkat kecepatan pertumbuhan yang berbeda tidak mempengaruhi bobot dan persentase karkas. Hasil ini berbeda dengan pernyataan Thatcher dan Gaunt (1992) yang melaporkan bahwa terdapat pengaruh laju pertumbuhan terhadap bobot dan persentase karkas. Bobot dan persentase karkas yang tinggi ada pada pertumbuhan lambat sedangkan domba dengan dengan laju pertumbuhan lebih cepat cenderung mempunyai bobot dan persentase karkas rendah, karena pada domba pertumbuhan cepat mempunyai proporsi lemak yang lebih tinggi. Jumlah rataan persentase karkas domba yaitu sebesar 35,7±0,7 %. Bobot dan persentase daging, tulang dan lemak pada domba pertumbuhan cepat tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan persentase daging, tulang dan lemak pertumbuhan lambat. Rataan bobot daging, tulang dan lemak masing-masing sebesar 1834±516 g; 205,8±56,8 g; 801,6±122,7 g. Rataan persentase daging, tulang dan lemak masing- masing sebesar 62,5±1,8 %; 27,2±2,0 %; 6,9±1,5 %.
17
Tabel 4. Rataan Persentase Karkas dan Komposisi Fisik Karkas Domba pada Tingkat Kecepatan Pertumbuhan Berbeda Peubah
Perlakuan Pertumbuhan Pertumbuhan Cepat Lambat 6685±943 4945±645 36,2±0,9 35,3±0,4
Rata-Rata
Karkas
(g) (%)
5815±794 35,7±0,7
Setengah Karkas
(g) (%)
3421±572 38,4±1,1
2445±238 37,5±1,0
2933±405 38,0±1,1
Daging½ Karkas
(g) (%)
2131±317 62,4±1,2
1537±199 62,7±2,3
1834±516 62,5±1,8
Tulang½ Karkas
(g) (%)
250,5±62,4 27,3±2,14
161,1±51,3 27,0±1,9
205,8±56,8 27,2±2,0
Lemak½ Karkas
(g) (%)
944±220 7,3±1,1
659,2±25,4 6,6±1,9
801,6±122,7 6,9±1,5
Bobot dan persentase daging karkas yang tidak berbeda disebabkan bobot karkas yang tidak berbeda. Bobot karkas yang tidak berbeda disebabkan oleh periode penggemukkkan
yang
singkat
sehingga
tidak
mempengaruhi secara signifikan
terhadap bobot dan persentase karkas serta komposisi fisik karkas. Menurut Parakkasi (1999) lama pengemukkan yang ideal adalah 2- 3 bulan Bobot dan persentase lemak karkas dan tulang karkas domba pertumbuhan cepat tidak berbeda (P<0,05) dengan domba pertumbuhan lambat hal ini disebabkan tulang merupakan komponen karkas yang tumbuh paling dini dan konstan kemudian disusul oleh daging dan terakhir adalah lemak, sehingga menghasilkan bobot dan persentase tulang dan lemak yang tidak berbeda. Menurut Spedding (1976) bahwa, domba yang pertumbuhan cepat memiliki jaringan lemak yang lebih tinggi dibandingkan domba yang tumbuh lebih lambat karena pada domba pertumbuhan cepat cenderung memilki efisiensi konversi pakan yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan pemasukan energi yang tinggi melebihi yang diperlukan untuk pertumbuhan sehingga terjadi deposisi lemak.
18
Potongan Komersial Karkas Semakin meningkatnya bobot dan persentase karkas semakin meningkat juga bobot dan persentase potongan komersial dari karkas tersebut. Menurut Beerman et. al.(1986), bobot potongan komersial dipengaruhi oleh bobot karkasnya. Rataan bobot dan persentase potongan komersial karkas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Bobot dan Persentase Potongan Komersial Karkas Domba pada Tingkat Kecepatan Pertumbuhan Berbeda
Leg
(g) (%)
Perlakuan Pertumbuhan Pertumbuhan Cepat Lambat 1062±128 835 ±144 31,2±1,7 33,9±2,6
Loin
(g) (%)
336,5±71,4 a 9,7±0,5
Rack
(g) (%)
266,0±69,5 7,7±1,4
172,8±30,8 7,2±2,0
167,7±50,1 7,4±1,7
Shoulder
(g) (%)
835±188 24,3± 2,2
471,0±56,1 19,3±1,9
653±122,0 21,8±2,0
Neck
(g) (%)
262,7 ± 44,9 7,6±0,5
235,3 ±6,8 9,6±0,9
251,5±25,8 8,6±0,7
Breast
(g) (%)
290,8 ±82,9 8,4±8,4
209,9±36,9 8,5±0,7
250,3±59,9 8,4±4,6
Shank
(g) (%)
247,7±58,5 7,2 ±1,2
222,2 ± 48,7 9,0±1,5
234,9±53,7 8,1±1,3
Flank
(g) (%)
50,8±12,3 1,4±0,2
53,9±10,6 2,2±0,6
52,3 ±11,4 1,8±0,4
Bagian
a
124,1±19,3 b 7,7±0,2
Rata-rata 948,5±136 32,6±2,2
b
Keterangan: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Bobot dan persentase potongan-potongan komersial seperti neck, leg, breast, rack, flank, shank dari domba pertumbuhan cepat tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan domba pertumbuhan lambat. Perbedaan hanya terjadi pada bobot dan persentase potongan loin. Pada potongan loin domba dengan pertumbuhan cepat menghasilkan bobot dan persentase sebesar 336,5±7,4 g;9,7±0,5 % nyata lebih besar
19
dari bobot dan persentase domba pertumbuhan lambat sebesar 124,1±19,3 g;7,7 ±0,2 %. Menurut Parakkasi (1999) pemeliharaan semi intensif membuat aktifitas ternak lebih tinggi dari pemeliharaan intensif. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Lambuth
(1970)
yang
menyatakan
bahwa
tidak
ada
pengaruh
kecepatan
pertumbuhan domba terhadap persentase loin yang dihasilkan. Aktivitas ternak pada pemeliharaan semi intensif membuat cadangan energi dalam tubuh berupa glikogen terbuang, karena ternak lebih banyak bergerak. Salah satu unsur pembentuk massa otot adalah glikogen. Pengeluaran glikogen membuat bagian seperti leg, breast, rack, flank, neck, dan shank kurang berkembang. Bagian loin merupakan bagian dari karkas yang pertumbuhannya paling terakhir (late maturity) (Berg dan Butterfield, 1976) dan paling sedikit mengalami aktivitas sewaktu ternak masih hidup sehingga aktifitas ternak yang tinggi tidak membuat pertumbuhan loin terhambat. Rataan bobot dan persentase potongan komersial tertinggi ada pada bagian leg yaitu sebesar 948,5±136 g; 32,6±2,2 %. Rataan bobot dan persentase terendah ada pada bagian flank sebesar 52,3 ±11,4 g; 1,86±0,4%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ruhimat (1988) yang meneliti pengaruh penggemukan terhadap komposisi karkas domba lokal jantan muda bahwa bobot dan persentase potongan tertinggi ada pada bagian leg yaitu sebesar 1522,9 g; 32,38%. Distribusi Daging pada Potongan Komersial Daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno, 1994). Distribusi otot pada ternak menurut Berg dan Butterfield (1976) serta Bowker et. al. (1978) terdapat dua arah gelombang distribusi pada ternak, yaitu: (1) arah antero-posterior yang dimulai dari arah cranium (tengkorak) dibagian depan tubuh menuju kebelakang ke arah pinggang (loin), dan (2) arah centripetal dimulai dari daerah distal kaki ke atas ke arah proximal tubuh menuju bokong (pelvis) dan pinggang (loin) yang merupakan bagian tubuh yang paling akhir mencapai pertumbuhan maksimal (late maturity).
20
Tabel 6. Rataan Bobot dan Persentase Daging Potongan Komersial Domba pada Tingkat Kecepatan Pertumbuhan Berbeda
Leg
(g) (%)
Perlakuan Pertumbuhan Pertumbuhan Cepat Lambat 750,2±91,6 573±110 22,0±1,1 23,3±2,3
Loin
(g) (%)
202,9±36,2 5,9±0,2
Rack
(g) (%)
152,9±37,8 4,4±0,8
100,9±3,0 4,1±0,3
126,9±20,4 4,3±0,6
Shoulder
(g) (%)
530±108 15,4±1,4
309,4±32,1 12,6±0,8
419,7±70,0 14,0±1,12
Neck
(g) (%)
148,3±28,0 4,3±0,7
140,8±4,9 5,7±0,4
144,5±16,4 5,0±0,5
Breast
(g) (%)
158,7±42,3 4,6±0,7
110,2±20,1 4,4±0.4
134,4±31,2 4,5±0,5
Shank
(g) (%)
149,6±41,4 4,3±0,9
138,6±38,4 5,6±1,2
144,1±39,9 5,01±1,0
Flank
(g) (%)
38,1±6,9 1,2±0,4
39,9±14,2 1,6±0,6
39,0±21,1 1,4±1,1
Bagian
a
124,1±19,3 5,0±0,3
Rata-rata 661,6±100,8 22,6±1,7
b
5,4±0,32
Keterangan: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Rataan bobot dan persentase daging potongan komersial dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil menujukkan bahwa secara umum tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap bobot dan persentase daging potongan komersial. Perbedaan hanya terjadi pada bobot dan persentase daging loin. Bobot loin pertumbuhan cepat sebesar 202,9±36,2 g nyata lebih besar (P<0,05) dari bobot daging loin pertumbuhan lambat sebesar 124,1±19,3 g. Perbedaan bobot daging loin tidak sejalan dengan persentase daging loin, persentase loin yang tidak berbeda menunjukkan tingkat pertumbuhan yang berbeda tidak mempengaruhi persentase loin. Potongan daging loin mempunyai nilai terpenting dari keseluruhan potongan karkas dan memilki tingkat keempukan yang terbaik dan semua gelombang pertumbuhan bertemu pada bagian loin (Clout, 1974).
21
Aktifitas ternak mempengaruhi tingkat arah distribusi perkembangan otot pada setiap bagian potongan komersial yang memungkinkan perkembangan daging pada bagian yang aktifitasnya tinggi seperti leg, breast, rack, flank, neck, dan shank kurang
berkembang
dengan
baik.
Menurut
Soeparno
(1994)
faktor
yang
mempengaruhi distribusi perkembangan otot adalah jenis kelamin, aktivitas ternak, bangsa ternak, dan pakan. Rataan bobot dan persentase daging tertinggi domba ada pada bagian leg yaitu sebesar 661,6±100,8 g; 22,6±1,7 %. Bobot dan persentase terendah ada pada bagian flank yaitu sebesar 39,0±21,1 g; 1,4±1,1 %. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nurmalasari (2008) yang meneliti komposisi fisik karkas domba lokal jantan dengan perlakuan rasio pakan B. humidicola yang berbeda, bahwa bobot dan persentase daging tertinggi ada pada bagian leg yaitu sebesar 675 g; 69,94 % dan bobot daging terendah ada ada bagian flank yaitu sebesar 26,78 g. Distribusi Tulang pada Potongan Komersial Tulang merupakan bagian dari tubuh ternak yang perkembangannya paling lambat dan konstan. Menurut Berg dan Butterfield (1976) tulang merupakan komponen yang tumbuh paling dini kemudian disusul oleh daging dan terakhir adalah lemak. Menurut Pulungan dan Rangkuti (1981) bahwa pertumbuhan relatif tulang lebih kecil dibandingkan dengan bobot karkas dengan perkembangan yang lebih kecil atau dengan kata lain persentase tulang berkurang dengan meningkatnya bobot karkas. Rataan bobot dan persentase tulang potongan komersial dapat dilihat pada Tabel 7. Analisis uji t menujukkan dari semua peubah bobot dan persentase tulang potongan komersial, perbedaan hanya terjadi pada rataan persentase tulang loin dan bobot tulang rack. Rataan persentase tulang loin domba pertumbuhan cepat sebesar 2,5±0,2 % nyata lebih besar (P<0,05) dari pada
persentase tulang loin domba
pertumbuhan lambat yang sebesar 1,8±0,6 %. Pada bobot tulang hanya bobot tulang bagian rack saja yang berbeda nyata (P<0,05), bobot tulang rack untuk pertumbuhan cepat sebesar 88,7±22,4 g sedangkan bobot tulang pertumbuhan lambat sebesar 43,7±11,8 g. Hasil ini sesuai dangan Nurmalasari (1998) menyatakan bahwa hanya bobot tulang rack saja yang dipengaruhi oleh perlakuan.
22
Tabel 7. Rataan Bobot dan Persentase Tulang Potongan Komersial Domba pada Tingkat Kecepatan Pertumbuhan Berbeda
Leg
(g) (%)
Perlakuan Pertumbuhan Pertumbuhan Cepat Lambat 272,4±44,9 225,6±37,9 7,9±0,5 9,1±0,7
Loin
(g) (%)
152,9±37,8 a 2,5±0,2
Rack
(g) (%)
88,7±22,4 2,7±0,5
Shoulder
(g) (%)
230,8±70,4 6,6±1,0
119,3±10,8 4,9±0,68
175,0±40,6 5,7±0,8
Neck
(g) (%)
86,0±38,8 2,4±0,7
64,0±2,7 2,6±0,2
75,0±20,7 2,5±0,9
Breast
(g)
87,8±27,5
71,5±15,3
79,6±21,4
(%)
2,5±0,4
2,9±0,3
2,7±0,4
Shank
(g) (%)
84,9±14,6 2,4±0,2
73,5±13,6 3,0±0,3
79,2±14,1 2,7±0,3
Flank
(g) (%)
Bagian
61,5±26,4 b 1,8±0,6 a
43,7±11,8 2,6±1,4
Rata-rata 249±414,4 8,5±0,8 107,2±64,2
b
2,6±0,9
Keterangan: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Rataan bobot dan persentase tulang tertinggi ada pada bagian leg yaitu sebesar 249±414,4 g; 8,5±0,8 %. Rataan bobot dan persentase tulang terendah ada pada bagian flank. Bobot dan persentase yang rendah pada flank disebabkan pada bagian tersebut tidak
terdapat tulang. Menurut Triyantini et.al.(2002) bagian
potongan flank tidak terdapat tulang. Distribusi Lemak pada Potongan Komersial Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Lemak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, awalnya pertumbuhan lemak
sangat lambat,
tetapi pada saat fase penggemukkan, pertumbuhannya
meningkat dan cepat (Soeparno, 1994). 23
Tabel 8. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Potongan Komersial Domba pada Tingkat Kecepatan Pertumbuhan Berbeda Bagian
Perlakuan Pertumbuhan Pertumbuhan Cepat Lambat 39,8±12,5 33,9±4,6 1,2±0,4 1,3±0,2
Rata-rata
Leg
(g) (%)
36,8±8,5 1,2±0,3
Loin
(g) (%)
39,5±12,9 1,1±0,2
17,4±11,0 0,6±0,4
28,4±11,9 0,9±0,3
Rack
(g) (%)
16,1±8,4 0,4±0,1
6,5±3,3 0,2±0,1
11,3±5,8 0,3±0,1
Shoulder
(g) (%)
75,0±14,1 2,18±0,1
38,0±17,9 1,5±0,6
56,5±16 1,8±0,3
Neck
(g) (%)
19,9±16,2 0,6±0,4
21,3±6,0 0,8±0,2
20,6±11,1 0,7±0,3
Breast
(g) (%)
37,6±17,1 1,0±0,3
24,2±11,4 0,9±0,4
30,9±14,2 1,0±0,4
Shank
(g) (%)
12,0±3,9 0,3±0,1
8,6±3,0 0,3±0,1
10,3±3,4 0,3±0,1
Flank
(g) (%)
10,6±5,3 0,3±0,1
11,0±3,2 0,4±0,1
10,8±4,2 0,2±0,1
Variasi kandungan lemak umumnya mempengaruhi pertumbuhan komponen tubuh. Lemak tubuh yang bervariasi disebabkan adanya perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang bergantung pada bangsa, umur, jenis kelamin dan latar belakang makanannya (Nurmalasari, 2008). Distribusi lemak mempunyai arti penting karena akan mempengaruhi kualitas daging. Rataan bobot dan persentase lemak potongan komersial dapat dilihat pada Tabel 8. Bobot dan persentase lemak potongan komersial (flank, shank, rack, leg, neck, breast, loin dan shoulder) terhadap karkas tidak berbeda nyata hal ini disebabkan oleh umur ternak yang sama yaitu dibawah umur satu tahun (Io). Umur yang relatif sama dan muda sehingga laju pertumbuhan komponen lemak berada pada tingkat yang sama sehingga perkembangan lemak pada potongan komersial tidak berbeda. Menurut Soeparno (1994) pertumbuhan lemak pada domba mencapai maksimal jika domba sudah berumur diatas satu tahun (I1 ). 24
Jumlah rataan bobot lemak tertinggi ada pada bagian leg sebesar 36,8±8,5 g dan persentase lemak tertinggi ada pada bagian shoulder sebesar 1,8±0,3 %. Hasil ini sesuai dengan penelitian Herlina (1988); Nurmalasari (2005) menyatakan bahwa rataan bobot lemak tertinggi dari potongan komersial karkas terdapat pada bagian paha (leg) yaitu sebesar 10,33 g dan sesuai dengan penelitian Sunarlim dan Setiyanto (2005) yang menyatakan bahwa rataan persentase lemak tertinggi berasal dari bagian bahu (shoulder).
25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tingkat kecepatan pertumbuhan domba lokal jantan secara umum tidak mempengaruhi kualitas karkas. Dilihat dari rataan persentase dan bobot karkas, daging, tulang, lemak serta persentase dan bobot potongan komersial karkas yaitu leg, flank, shank, breast, rack, neck, dan shoulder domba dengan kecepatan pertumbuhan cepat maupun lambat menunjukkan hasil yang sama. Persentase dan bobot potongan loin,bobot daging dan bobot tulang loin dan persentase tulang pada potongan rack menunjukkan hasil yang berbeda yakni pada domba dengan kecepatan pertumbuhan cepat lebih tinggi dibandingkan pada domba dengan pertumbuhan lambat. Saran Perlu dilakukan penelitian dengan waktu pemeliharaan domba yang lebih lama dan kriteria kecepatan pertumbuhan yang tidak hanya berdasarkan pertambahan bobot badan harian. Penentuan kecepatan pertumbuhan perlu dikaji lebih mendalam dengan jumlah sampel yang lebih banyak dengan memasukan faktor-faktor seperti bobot awal dan umur.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Batas-Batas Potongan Komersial 1. Paha (leg), dimulai dari persendian lumbar vertebrae ke-7 dan sacrum vertebrae ke-1 vertikal ke bawah dengan posisi pada paha ditarik lurus kebelakang, termasuk kedalamnya sacrum vertebrae ke-1, tibia, femur dan pubis. 2. Pinggang (loin), dimulai dari persendian thoracic vertebrae ke-12 dan ke-13 sampai persendian lumbar vertebrae ke batas pemotongan paha, termasuk kedalamnya lumbar vertebrae ke-13 yang dipotong menurut garis sejajar chine bone sampai batas pemotongan flank. 3. Rusuk (rack), dimulai dari persendian thoracic vertebrae ke-5 dan ke-6 sampai batas persendian thoracic vertebrae ke-12 dan ke-13, termasuk kedalamnya costae ke-6 samapai ke-12 yang dipotong menurut garis sejajar chine bone sampai batas pemotongan dada. 4. Bahu (shoulder), dimulai dari persendian cerevical vertebrae ke-5 dan ke-6 samapi batas potongan rusuk termasuk didalamnya scapula, sepertiga bagian humerus sebelah atas, cerevical vertebrae ke-6 dan ke-7 dan costae pertama sampai batas pemotongan dada dan shank. 5. Leher (neck), dimulai dari persendian occipito atlantis sampai persendian cerevical vertebrae ke-5 dan ke-6 termasuk kedalamnya lima ruas cerevical vertebrae pertama. 6. Lengan (shank), dimulai dari pemotongan sepertiga panjang humerus dari atas, termasuk didalamnya dua pertiga bagian bawah humerus, ulna dan radius. 7. Dada (breast), dimulai dari batas costae ke-12 dan ke13 yang dipotong menurut garis sejajar chine bone dan pemotongan costae berdasarkan garis lurus yang ditarik dari ujung costae ke-13 termasuk kedalamnya sternum dan costae pertama. 8. Lipat paha (flank), adalah daerah yang terletak antara batas pemotongan karkas dada dengan pemotongan yang dilakukan berdasarkan garis lurus yang ditarik dari ujung costae ke-13 ke titik sudut lipatan paha.
32
Lampiran 2. Analisis Uji t Bobot Karkas dan Bobot Karkas Kanan lAnalisis Uji t Bobot Karkas Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 6685 4945
SD 943 645
Nilai P 0,078
SD 572 238
Nilai P 0,112
SD 317 199
Nilai P 0.071
Analisis Uji t Bobot Setengah Karkas Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 3421 2445
Lampiran 3. Analisis Komposisi Fisik Karkas Analisis Uji t Bobot Daging Setengah Karkas Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 2131 1537
Tabel Analisis Uji t Bobot Lemak Setengah Karkas Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 250,5 164,9
SD 62,4 47,7
Nilai P 0,155
Tabel Analisis Uji t Bobot Tulang Setengah Karkas Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 944 659,2
SD 220 25,4
Nilai P 0,156
Lampiran 4. Analisis Uji t Bobot Potongan Komersial Analisis Uji t Bobot Leg Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 1062 835
SD 128 144
Nilai P 0,134
Rataan 336,5 124,1
SD 71,4 19,3
Nilai P 0,038*
Analisis Uji t Bobot Loin Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
33
Analisis Uji t Bobot Rack Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 266 172,8
SD 69,5 30,8
Nilai P 0,168
Rataan 835 471
SD 188 56,1
Nilai P 0,084
Rataan 267,7 235,3
SD 44,9 6,8
Nilai P 0,406
Rataan 290,8 209,9
SD 58,5 48,7
Nilai P 0,263
Rataan 247,7 222,2
SD 58,5 48,7
Nilai P 0,602
Rataan 50,8 53,9
SD 12,3 10,6
Nilai P 0,759
Analisis Uji t Bobot Shoulder Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Bobot Neck Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Bobot Breast Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Bobot Shank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Bobot Flank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Lampiran 5. Analisis Uji t Bobot Daging Potongan Komersial Analisis Uji t Bobot Daging Leg Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 750,2 573
SD 91,6 110
Nilai P 0,122
Rataan 202,9 124,1
SD 36,2 19,3
Nilai P 0,045*
Analisis Uji t Bobot Daging Loin Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
34
Analisis Uji t Bobot Daging Rack Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 152,9 100,93
SD 37,8 3,04
Nilai P 0,141
Rataan 530 309,4
SD 108 32,1
Nilai P 0,077
Rataan 148,3 140,87
SD 28,0 4,90
Nilai P 0,694
SD 42,3 20,1
Nilai P 0,215
SD 41,4 38,4
Nilai P 0,759
SD 6,92 14,2
Nilai P 0,867
Analisis Uji t Bobot Daging Shoulder Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Bobot Daging Neck Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Bobot Daging Breast Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 158,7 110,2
Analisis Uji t Bobot Daging Shank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 149,6 138,6
Analisis Uji t Bobot Daging Flank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 38,17 39,9
Lampiran 6. Analisis Uji t Bobot Lemak Potongan Komersial Analisis Uji t Bobot Lemak Leg Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 39,8 33,93
SD 12,5 4,69
Nilai P 0,527
Rataan 39,5 17,4
SD 12,9 11,0
Nilai P 0,109
Analisis Uji t Bobot Lemak Loin Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
35
Analisis Uji t Bobot Lemak Rack Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 16,10 6,53
SD 8,49 3,30
Nilai P 0,210
Rataan 75,0 38,0
SD 14,1 17,9
Nilai P 0,067
Rataan 19,9 21,37
SD 16,2 6,06
Nilai P 0,894
SD 17,1 11,4
Nilai P 0,340
SD 3,94 3,05
Nilai P 0,327
SD 5,36 3,23
Nilai P 0,919
Analisis Uji t Bobot Lemak Shoulder Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Bobot Lemak Neck Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Bobot Lemak Breast Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 37,6 24,2
Analisis Uji t Bobot Lemak Shank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 12,00 8,63
Analisis Uji t Bobot Lemak Flank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 10,63 11,03
Lampiran 7. Analisis Uji t Bobot Tulang Potongan Komersial Analisis Uji t Bobot Tulang Leg Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 272,4 225,6
SD 44,9 37,9
Nilai P 0,262
Rataan 88,7 43,7
SD 22,4 11,8
Nilai P 0,054
Analisis Uji t Bobot Tulang Loin Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
36
Analisis Uji t Bobot Tulang Rack Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 152,9 61,5
SD 37,8 26,4
Nilai P 0,041*
Rataan 230,8 119,3
SD 70,4 10,8
Nilai P 0,113
Rataan 86,0 64,03
SD 38,8 2,78
Nilai P 0,430
SD 27,5 15,3
Nilai P 0,437
SD 14,6 13,6
Nilai P 0,395
Analisis Uji t Bobot Tulang Shoulder Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Bobot Tulang Neck Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Bobot Tulang Breast Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 87,8 71,5
Analisis Uji t Bobot Tulang Shank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 84,9 73,5
Lampiran 8. Analisis Presentase Karkas dan Setengah Karkas Analisis Uji t Persentase Karkas dan Persentase Karkas Kanan Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 36,21 35,30
SD 0,98 0,43
Nilai P 0,280
SD 1,25 1,07
Nilai P 0,39
Analisis Uji t Persentase Setengah Karkas Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 38,46 37,56
37
Lampiran 9. Analisis Uji t Persentase Komposisi Fisik Karkas Analisis Uji Persentase Daging Setengah Karkas Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 62,44 62,76
SD 1,29 2,31
Nilai P 0,845
Analisis Uji t Persentase Lemak Setengah Karkas Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 7,30 6,60
SD 1,12 1,97
Nilai P 0,632
Analisis Uji t Persentase Tulang Setengah Karkas Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 27,39 27,09
SD 2,14 1,98
Nilai P 0,868
Lampiran 10. Analisis Uji t Persentase Potongan Komersial Analisis Uji t Persentase Leg Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 31,22 33,98
SD 1,79 2,69
Nilai P 0,236
Rataan 9,78 7,77
SD 0,54 0,24
Nilai P 0,028*
Rataan 7,78 7,20
SD 1,45 2,05
Nilai P 0,715
SD 2,25 1,92
Nilai P 0.061
Analisis Uji t Persentase Loin Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Persentase Rack Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Persentase Shoulder Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 24,30 19,30
38
Analisis Uji t Persentase Neck Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 7,68 9,68
SD 0,54 0,92
Nilai P 0,051
Rataan 8,41 8,54
SD 1,43 0,73
Nilai P 0,90
Rataan 7,25 9,07
SD 1,21 1,52
Nilai P 0,204
Rataan 1,48 2,23
SD 0,28 0,60
Nilai P 0,190
Analisis Uji t Persentase Breast Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Persentase Shank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Analisis Uji t Persentase Flank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Lampiran 11. Analisis Uji t Persentase Daging Potongan Komersial Analisis Uji t Persentase Daging Leg Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 22,06 23,86
SD 1,17 6,61
Nilai P 0,688
SD 0,25 1,34
Nilai P 0,435
SD 0,83 0,415
Nilai P 0,60
Analisis Uji t Persentase Daging Loin Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 5,92 5,16
Analisis Uji t Persentase Daging Rack Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 4,48 4,15
39
Analisis Uji t Persentase Daging Shoulder Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 15,49 12,76
SD 1,43 1,98
Nilai P 0,149
SD 0,28 0,60
Nilai P 0,190
SD 0,71 1,23
Nilai P 0,98
SD 0,95 2,25
Nilai P 0,416
SD 0,42 0,63
Nilai P 0,478
Analisis Uji t Persentase Daging Neck Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 1,48 2,23
Analisis Uji t Persentase Daging Breast Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 4,60 4,58
Analisis Uji t Persentase Daging Shank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 4,38 5,81
Analisis Uji t Persentase Daging Flank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 1,29 1,65
Lampiran 12. Analisis Uji t Persentase Lemak Potongan Komersial Analisis Uji t Persentase Lemak Leg Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 1,20 1,39
SD 0,48 0,21
Nilai P 0,59
SD 0,20 0,41
Nilai P 0,24
Analisis Uji t Persentase Lemak Loin Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 1,13 0,69
40
Analisis Uji t Persentase Lemak Rack Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 0,45 0,27
SD 0,19 0,16
Nilai P 0,32
SD 0,05 0,66
Nilai P 0,23
SD 0,45 0,28
Nilai P 0,42
SD 0,37 0,43
Nilai P 0,83
SD 0,07 0,16
Nilai P 0,87
SD 0,13 0,12
Nilai P 0,27
Analisis Uji t Persentase Lemak Shoulder Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 2,18 1,53
Analisis Uji t Persentase Lemak Neck Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 0,60 0,88
Analisis Uji t Persentase Lemak Breast Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 1,06 0,99
Analisis Uji t Persentase Lemak Shank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 0,34 0,36
Analisis Uji t Persentase Lemak Flank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 0,30 0,45
Lampiran 13. Analisis Uji t Persentase Tulang Potongan Komersial Analisis Uji t Persentase Tulang Leg Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 7,96 8,00
SD 0,04 2,55
Nilai P 0,432
41
Analisis Uji t Persentase Tulang Loin Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 2,56 1,76
SD 0,24 0,32
Nilai P 0,043*
SD 0,59 0,87
Nilai P 0,68
SD 1,04 0,34
Nilai P 0,109
SD 0,79 0,29
Nilai P 0,53
SD 0,48 0,94
Nilai P 0,53
SD 0,22 0,89
Nilai P 0,39
Analisis Uji t Persentase Tulang Rack Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 2,74 2,47
Analisis Uji t Persentase Tulang Shoulder Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 6,64 4,89
Analisis Uji t Persentase Tulang Neck Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 2,46 2,63
Analisis Uji t Persentase Tulang Breast Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 2,52 2,98
Analisis Uji t Persentase Tulang Shank Perlakuan CT LT
Ulangan 3 3
Rataan 2,48 3,06
42
Lampiran 13. Karkas Domba Pertumbuhan Cepat
Lampiran 14. Karkas Domba Paertumbuhan Lambat
43
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat tak terhingga, atas rahmat, petunjuk dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis kepada kedua orang tua, yaitu Ayahanda Asep Suherman dan Ibunda Dedeh Rosidah serta adik tercinta Andina Nadya Mursidah atas kasih sayang, doa, perhatian dan moril maupun materiil selama ini. Terima kasih kepada Pipit dan kepada teman-teman IPTP 43 atas dukungan, bantuan dan doa yang telah diberikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si. dan Ir. Hj. Komariah M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Ir. Maman Duldjaman. M.S, Dr. Ir. Panca Dewi. M.H.K.S. M.Si dan Ir. Lucia Cyrilla ENSD.,
M.Si sebagai dosen penguji sidang yang telah memberikan
bimbingan dan saran yang bermanfaat. Terima kasih kepada teman-teman penelitian yaitu, Rasmani, Yogi, Fajar, Mawas, dan Ibnu atas kebersamaan dan kerjasamanya selama menjalani penelitian serta teman-teman Clib, NFO, HIMAPROTER, dan MAX atas pengalaman yang sangat berharga. Spesial terima kasih kepada Winda yang selalu memberikan dukungan semangat, perhatian, dan doa kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Hanya Allah yang bisa membalasnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis pribadi.
Bogor, September 2010 Penulis