EFEK WARNA CAHAYA PENERANGAN BERBEDA PADA AYAM BROILER TERHADAP BOBOT HIDUP, PERSENTASE KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL KARKAS
SKRIPSI SONY ARFIANSYAH
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN Sony Arfiansyah. D14103006. 2010. Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda Pada Ayam Broiler Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan Komersial Karkas. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Hj. Ir. Niken Ulupi, MS. Pembimbing Anggota : Ahmad Yani S. TP, MSi Secara umum pertumbuhan ayam broiler dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya terdiri dari tiga aspek yang berbeda yaitu intensitas, lama pencahayaan, dan warna cahaya. Pada kondisi lingkungan yang dapat dikendalikan, ayam mempunyai kepekaan terhadap berbagai warna cahaya. Di antara warna cahaya yang ada, ayam mempunyai kepekaan paling baik terhadap warna hijau, biru, merah, dan kuning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai warna cahaya lampu sebagai tambahan penerangan pada malam hari terhadap bobot hidup, persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler. Ternak yang digunakan adalah ayam broiler strain Ross umur satu hari sebanyak 160 ekor yang dipelihara sampai umur 34 hari. Perlakuan dimulai pada saat ayam berumur lima belas hari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan pemberian warna cahaya lampu penerangan yaitu kuning, merah, biru dan hijau. Setiap perlakuan terdiri dari lima ulangan dengan masingmasing terdiri atas delapan ekor ayam. Peubah yang diukur adalah bobot hidup, persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler (dada, paha, sayap dan punggung). Data yang diperoleh dianalisis dengan ragam. Hasil penelitian pada masing-masing peubah yang diamati adalah sebagai berikut: rataan bobot hidup yang diperoleh berkisar antara 1.461,10 – 1.573,80 gram/ekor. Persentase karkas berkisar antara 60,52 – 69,91 % dari bobot hidup. Persentase dada, paha, sayap dan punggung yang diperoleh berkisar antara 38,06 – 38,86 %, 30,02 – 30,88 %, 12,67 – 15,67 % dan 22,46 – 23,34 %. Warna cahaya lampu penerangan kandang yang diberikan setelah masa brooding tidak berpengaruh terhadap bobot hidup, persentase karkas, dan persentase potongan komersial (dada, paha, sayap, punggung). Kata-kata kunci: warna cahaya lampu, broiler, bobot hidup, karkas, potongan komersial karkas.
ABSTRACT Effect of Lighting Colour on Broiler Growth Sony Arfiansyah, N. Ulupi, Ahmad Yani Lighting is one important factor affecting broiler growth. Light consist of three different aspects those are intensity, duration and colour. The objective of the present research was to observe the effect of lighting colour on the percentage of weight and percentage of commercial carcass. A hundread sixty broiler chick (Ross strain) were used in the research. A complete randomized design with four different colour lighting (yellow, red, blue, and green) was used. Chickens were reared until 34 days. The observed parameter were weight, the percentage of carcass, the percentage of commercial carcass and the final body weight of the chicken. The result showed that lighting colour did not significantly influence the weight and the percentage of carcass, the percentage of commercial carcass (chest, thigh, wing and back) and the final weight of chicken. The percentage weight of carcass ranged 66,52-69,91 %. The percentage weight of chest, thigh, wing and back ranged 38,06-38,86 %, 30,02-30,08 %, 12,67-15,67 % and 22,46-23,34 %. The final weight of the chicken varied from 1.461,1-1.573,8 g. Lighting colour after brooding period (period of week 3 to week 5) did not affect the observed parameters. The growth and development of each digestive tract of the chicken was proportional to the daily gain. Keyword : Lamp light colour, broiler, body weight, carcass percentage, commercial cutting percentage.
EFEK WARNA CAHAYA PENERANGAN BERBEDA PADA AYAM BROILER TERHADAP BOBOT HIDUP, PERSENTASE KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL KARKAS
SONY ARFIANSYAH D14103006
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul : Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda pada Ayam Broiler Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan Komersial Karkas Nama : Sony Arfiansyah NIM
: D14103006
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Niken Ulupi, MS NIP 19570127 198303 2 001
Ahmad Yani, S.TP, M.Si NIP 19720503 199903 1 004
Mengetahui, Ketua Departem Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc. NIP. 19591212 198603 1004
Tanggal Ujian : 5 November 2010
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 25 Juni 1985. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Aep Saepudin dan Ibu Lilis Kurniati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Rimba Putera Bogor pada tahun 1997, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SLTP Insan Kamil Bogor pada tahun 2000. Setelah menyelesaikan pendidikan di SLTP Insan Kamil Bogor, pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Insan Kamil Bogor dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun tersebut penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003-2004. Selain itu penulis juga mengikuti berbagai kegiatan, antara lain dalam bentuk seminar nasional, paduan suara dan kapanitiaan kegiatan kemahasiswaan.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan sebesar-besarnya pada Allah SWT karena ridho dan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skirsi dengan judul
“Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda Pada Ayam Broiler
Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan Komersial karkas”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan umatnya yang tetap istiqomah sampai akhir zaman. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kelancaran penelitian. Penulis pun menyadari bahwa penelitian ini masih ada kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, tetapi penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Novenber 2010
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN………………………………………………………………
Halaman i
ABSTRACT………………………………………………………………...
ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………...
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….
x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… .
xi
PENDAHULUAN…………………………………………………………..
1
Latar Belakang……………………………………………………… Tujuan……………………………………………………………….
1 2
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….
3
Ayam Broiler……………………………………………………….. Cahaya bagi Ayam Broiler…………………………………………. Fungsi Cahaya…………………………………………….... Mekanisme Rangsangan Cahaya…………………………… Intensitas Pencahayaan……………………………………... Lama Pencahayaan…………………………………………. Warna dan Panjang Gelombang Cahaya…………………… Bobot Hidup………………………………………………………. . Karkas…………………………………………………………….. .. Potongan Komersial Karkas………………………………………. .
3 3 3 4 4 5 6 7 8 8
MATERI DAN METODE………………………………………………….
10
Lokasi dan Waktu………………………………………………… . Materi………………………………………………………………. Ternak……………………………………………………… Pakan dan Vitamin………………………………………. .. Kandang Peralatan………………………………………… Rancangan……………………………………………………….. .. Prosedur………………………………………………………….. .. Persiapan Kandang dan Peralatan…………………………. Pemeliharaan………………………………………………. Pemotongan dan Pengambilan Sampel……………………. Pengukuran Peubah…………………………………………
10 10 10 10 10 11 11 11 12 13 13
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….
15
Kondisi Lingkungan Mikro Kandang………………………………. Kandang Penelitian…………………………………………. Suhu dan Kelembaban Udara Relatif Kandang…………….. Intensitas Cahaya…………………………………………….
15 15 15 16
Bobot Hidup………………………………………………………… Karkas dan Persentase Potongan Komersial………………………... Persentase Karkas…………………………………………… Potongan Komersial Dada………………………………….. Potongan Komersial Paha………………………………… .. Potongan komersial Sayap………………………………… . Potongan Komersial Punggung…………………………… .
17 18 19 20 20 21 21
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….
22
Kesimpulan………………………………………………………… Saran…………………………………………………………… ….
22 22
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………
23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… …...
24
LAMPIRAN………………………………………………………………
28
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Rekomendasi Program Pencahayaan untuk Ayam Broiler………
5
2. Rataan Intensitas Cahaya setiap Warna Lampu Penerangan……
16
3. Rataan Bobot Hidup Ayam Broiler pada Berbagai Warna Lampu Penerangan……………………………………………………….
18
4. Hasil Pengamatan Pengaruh Warna Lampu Penerangan Terhadap Rataan Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler..
19
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Tampilan Kandang Penelitian………………………………
15
2. Tampilan Kandang pada Siang dan Malam Hari… ………
15
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Rataan Suhu Kandang Setiap Minggu Selama Penelitian…………
29
2. Estimasi Rataan Kelembaban Udara Relatif Kandang Setiap Minggu Selama Penelitian………………………………………….
29
3. Komposisi Nutrisi Pakan Penelitian……………………………….
29
4. Rataan Konsumsi Pakan Broiler Selama Pemeliharaan……………
30
5. Mortalitas Broiler Selama Pemeliharaan…………………………..
30
6. Analisis Ragam Bobot Hidup………………………………………
30
7. Analisi Ragam Persentase Karkas…………………………………
30
8. Analisis Ragam Persentase Dada…………………………………
30
9. Analisis Ragam Persentase Paha…………………………………
30
10. Analisis Ragam Persentase Sayap………………………………
30
11. Analisis Ragam Persentase Punggung……………………………
31
PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam merupakan hewan homeotermic, artinya ayam harus mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal untuk hidup dan berproduksi secara efisien. Keadaan temperatur lingkungan yang cukup tinggi pada siang hari di daerah tropis dapat menimbulkan cekaman panas yang dapat menurunkan konsumsi pakan. Untuk menanggulangi keadaan ini perlu diberikan tambahan cahaya pada malam hari. Hal ini akan memberikan kesempatan pada ayam untuk mengkonsumsi pakan yang lebih banyak sehingga konsumsi nutrisi akan dapat terpenuhi. Disamping hal tersebut, suhu pada malam hari yang lebih rendah memungkinkan terjadinya proses metabolisme yang lebih baik yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan. Selain mempengaruhi konsumsi pakan, cahaya secara umum mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler. Unggas merespon cahaya dengan beragam cara yang mencakup pertumbuhan dan performa produksi. Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan, merangsang siklus internal dan menstimulasi pelepasan hormon, baik hormon pertumbuhan maupun hormon reproduksi. Pada kondisi lingkungan yang dapat dikendalikan, ayam mempunyai kepekaan terhadap berbagai warna cahaya. Cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda mempunyai efek yang bervariasi pada retina mata dan dapat mengakibatkan perubahan pola tingkah laku yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Di antara warna cahaya yang ada, ayam mempunyai kepekaan paling baik terhadap warna hijau, biru, merah, dan kuning (Widjaja dan Haerudin, 2006). Warna cahaya hijau dan biru memberikan efek tenang pada ayam (Rozenboim et al, 2004) sehingga energi yang digunakan lebih besar untuk pertumbuhan, hal ini dapat dilihat dari bobot badan akhir yang lebih tinggi. Warna cahaya merah dan kuning dapat menimbulkan aktivitas (Rozenboim et al., 2004; Widjaja dan Haerudin, 2006) yang menyebabkan rendahnya pertumbuhan. Pertumbuhan yang rendah disebabkan oleh banyaknya energi yang terpakai untuk beraktivitas. Dalam beraktivitas paha dan sayap adalah organ yang banyak berperan. Dengan pemberian warna cahaya yang berbeda akan menyebabkan terjadinya perbedaaan aktivitas, sehingga dengan adanya perbedaan aktivitas akan mempengaruhi terhadap persentase beberapa bagian tertentu dalam tubuh ternak.
Warna cahaya penerangan dalam sistem kandang tertutup (closed house) dengan kondisi suhu yang stabil dan optimal untuk pertumbuhan serta diberikan selama 23 jam setiap harinya, memberikan efek yang berbeda terhadap aktivitas yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler. Warna cahaya merah dan kuning dapat meningkatkan aktivitas dan agresifitas, sementara warna biru dan hijau justru sebaliknya dapat mengontrol agresifitas dan aktifitas ayam sehingga ayam menjadi lebih tenang. Ayam broiler yang dipelihara dengan penerangan cahaya lampu warna hijau atau biru
dengan intensitas 0,1 W/m2
menghasilkan bobot badan yang nyata lebih tinggi dibandingkan ayam yang dipelihara dengan penerangan lampu warna merah (Rozenboim et al., 1999). Pemeliharaan ayam broiler pada sistem kandang terbuka di daerah tropis seringkali dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu optimal untuk pertumbuhan. Kondisi ini menyebabkan ayam mengalami cekaman panas sehingga ayam meningkatkan konsumsi air minum yang berakibat penurunan konsumsi pakan. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka perlu diberi tambahan cahaya penerangan pada malam hari. Akan dicobakan berbagai warna lampu penerangan pada sistem kandang terbuka. Apakah warna cahaya lampu penerangan pada kandang tersebut masih mampu memberikan efek terhadap aktivitas yang akan mempengaruhi pertumbuhan yang tercermin dari persentase karkas dan potongan komersialnya. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemberian berbagai warna cahaya lampu sebagai tambahan penerangan pada malam hari terhadap persentase karkas, dan potongan komersial karkas ayam broiler.
bobot hidup,
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum chordate, class aves, ordo Galliformes, family Phasianidea, genus Gallus, species Gallus gallus dan subspecies Gallus gallus domesticus. Ayam yang dikembangkan oleh peternak sekarang di seluruh dunia berasal dari ayam hutan liar yang dijinakan (domestikasi) sekitar 8000 tahun yang lalu oleh masyarakat Asia (Poultry Indonesia, 2006). Lebih lanjut dijelaskan bahwa strain ayam broiler berasal dari hasil silang antara White Plymouth Rock dan White Cornish. Di Indonesia ayam broiler baru populer sejak tahun 1980-an. Menurut BAPPENAS (2000), ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi. Pemeliharaan ayam broiler relatif singkat yaitu sekitar lima sampai enam minggu. Sebelumnya North dan Bell (1990) menyatakan bahwa ayam broiler merupakan hasil rekayasa teknologi yang memiliki ciri khas dalam hal pertumbuhan bobot badan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, siap dipotong pada umur relatif muda dan menghasilkan daging berserat lunak. Strain ayam broiler yang banyak beredar di pasaran adalah : Super 77, Tegel 70. ISA, Kim Cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Plich, Yabro, Goto, Arbor Arcres, Tatum, Indian River, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-broiler, Ross, Marshall”m”, Euribid, A.A 70, Sussex, Bromo dan Cp 707 (BAPPENAS, 2000). Cahaya bagi Ayam Broiler Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang yang dapat membantu proses penglihatan, bergerak lurus ke semua arah, tidak dapat membelok dan dapat dipantulkan. Sumber cahaya yang paling banyak digunakan dalam kandang tertutup (closed house) untuk memproduksi ayam broiler bersumber dari lampu pijar (Olanrewaju et al., 2006). Fungsi Cahaya Cahaya merupakan faktor lingkungan yang mengontrol proses biologi dan tingkah laku unggas. Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan (Manser, 1996), memungkinkan unggas untuk mengatur ritme harian dan mensinkronisasikan beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti suhu tubuh dan bermacam tahapan
metabolis yang terkait dengan pemberian pakan dan pencernaan. Selain itu, cahaya juga merangsang pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan, pendewasaan, dan reproduksi (Olanrewaju et al., 2006). Mekanisme Rangsangan Cahaya Card dan Nesheim (1972) menyatakan bahwa unggas merupakan ternak yang peka terhadap cahaya. Cahaya akan mempengaruhi proses biologis melalui aktivitas hormonal, antara lain mempengaruhi pertumbuhan. Mekanisme proses fisiologis yang terjadi dalam penerimaan rangsangan cahaya sehingga dapat mempengaruhi organ tubuh, diawali dengan rangsangan mekanis pada syaraf penglihatan yang selanjutnya secara kimia berlangsung melalui rangsangan hormonal. Cahaya yang mengenai mata ayam akan diterima oleh reseptor pada mata ayam, merangsang syaraf mata dan kemudian rangsangan ini diteruskan ke hypofisa. Hasil kerja selanjutnya menyebabkan pengeluaran hormon pengendali dari hypofisa anterior yang berfungsi mengatur pengeluaran kelenjar endokrin. Hormon pengendali tersebut terdiri dari hormon stimulasi tiroid yang meningkatkan stimulasi tiroid dan hormon somatotropik yang berfungsi mengatur pertumbuhan, yaitu mengendalikan metabolisme asam amino dalam pembentukan protein. Hormon pertumbuhan merupakan suatu hal yang penting dalam pengendalian pertumbuhan dan aspek lainnya dari metabolisme dalam tubuh unggas, karena dapat merangsang metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Kelenjar Endokrin lainnya termasuk kelenjar pankreas, tiroid, dan adrenal serta berbagai fungsi kekebalan tubuh. Intensitas Pencahayaan Program pencahayaan pada tahap pertumbuhan awal, yaitu anak ayam yang berumur antara satu sampai tujuh hari digunakan intensitas cahaya minimum 20 lux yang diberikan secara terus menerus. Pemberian cahaya seperti ini bertujuan untuk memastikan anak ayam dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya serta meningkatkan aktivitas sehingga mengurangi terjadinya kelainan cacat pada kaki. Hal ini dapat diindikasikan oleh konsumsi pakan dan air minum yang optimal. Pada tahap pertumbuhan ayam selanjutnya, dilakukan pembatasan intensitas cahaya dan lama pencahayaan antara dua sampai enam jam perhari (Olanrewaju et al., 2006). Cahaya berimplikasi pada perubahan struktur morfologi mata. Cahaya yang sangat rendah (< 5 lux) dapat menyebabkan retina mata, bupthalmos, myopia, glaucoma, dan kerusakan lensa mata yang berakibat pada kebutaan (Busye et al.,
1996). Rekomendasi program pencahayaan untuk ayam broiler disajikan dalam Tabel 1 Tabel 1. Rekomendasi Program Pencahayaan untuk Ayam Broiler Umur (Hari) 0–7
Intensitas Cahaya (Lux) 20,0
8 – 14
5,0
16 T ; 8 G
15 – 21
5,0
16 T ; 3 G ; 2 T ; 3 G
22 – 28
5,0
16 T ; 2 G ; 4 T ; 2 G
29 – 35
5,0
16 T ; 1 G ; 6 T ; 1 G
36 – 49
5,0
23 T ; 1 G
Periode Pencahayaan Perhari 23 T ; 1 G
Sumber :Randen et. al (1996) Keterangan : T : Terang G: Gelap
Lama Pencahayaan Lama pencahayaan (photoperiode) yang pendek pada awal-awal tahap pemeliharaan dapat mengurangi asupan pakan dan menekan tingkat pertumbuhan (Olanrewaju et al., 2006). Hal ini disebabkan oleh periode penggelapan yang lebih lama akan membatasi akses terhadap pakan, yang selanjutnya mengurangi asupan pakan dan menekan pertumbuhan (Clansens et al., 2004). Pencahayaan secara terus-menerus menyebabkan terjadinya gangguan ritme harian (diurnal). Ayam broiler yang diberi cahaya terus menerus memiliki peluang yang lebih tinggi terkena kelainan kaki dan tulang (Sanotra et al., 2002) dan efek selanjutnya menyebabkan unggas mengalami kesulitan untuk mendapatkan pakan dan air minum (Wong-Valle et al., 1993). Unggas yang tetap berada pada posisi ritme harian, mampu secara normal mengatur pola tingkah laku seperti makan, tidur, bergerak dan istirahat (Olanrewaju et al., 2006). Penggunaan cahaya secara terus menerus menyebabkan ayam mudah stres dan tingkat mortalitas yang tinggi (Freeman et al., 1981). Ayam broiler yang diberi pencahayaan secara bergantian (intermittent lighting) mengalami pengurangan tingkat stres dibandingkan dengan ayam broiler dalam kondisi pencahayaan terus menerus yang diukur berdasarkan plasma kortikosteron. Plasma kortikosteron akan meningkat pada ayam broiler yang mengalami stres (Puvadolpirod dan Thaxton, 2000d). Pemberian lama pencahayaan enam belas jam dapat menurunkan stres fisiologis, peningkatan respon kekebalan,
peningkatan waktu tidur, peningkatan aktivitas total, peningkatan metabolisme tulang dan peningkatan kesehatan kaki (Classen et al., 2004). Unggas yang diberi perlakuan dengan periode gelap yang cukup, mempunyai masalah kesehatan yang lebih sedikit seperti sudden death syndrome, mortalitas dan gangguan pada kaki (Moore dan Siopes, 2000). Beberapa penjelasan secara fisiologis dapat menerangkan kejadian ini. Melatonin merupakan hormon yang disekresikan dari kelenjar pineal yang terlibat dalam proses ritme harian suhu tubuh. Beberapa fungsi esensial metabolisme tubuh terkait dengan konsumsi pakan dan pencernaan serta sekresi beberapa limphokines yang terkait dengan sistem kekebalan (Apeldoom et al., 1999). Periode gelap harian diperlukan untuk membentuk pola sekresi hormon melatonin secara normal. Melatonin yang disintesis dalam kelenjar pineal dan retina unggas disekresikan selama periode gelap sebagai respon terhadap aktivitas serotonin-N-acetyltransferase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesa melatonin baik pada retina maupun kelenjar pineal (Binkley et al., 1973). Lama pencahayaan tergantung pada umur ayam dan tipe kandang yang digunakan (Blokguis, 1983). Pada sistem kandang yang didesain sebagai kandang tertutup memungkinkan pengontrolan secara intensif terhadap faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, kecepatan udara, gas, intensitas cahaya, warna dan lama pencahayaan (Olanrewaju et al., 2006). Warna dan Panjang Gelombang Cahaya Panjang gelombang yang berbeda-beda diintrepetasikan oleh otak sebagai warna cahaya. Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut dengan pandangan, oleh karena itu penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak (United Nations Environment Programme, 2006). Cahaya nampak adalah sebagian dari spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara 400 sampai 800 nanometer. Gelombang cahaya dibawah 400 nanometer (ultraviolet/UV) dan diatas 800 nanometer (infra merah) tidak dapat dilihat. Cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda mempunyai efek yang bervariasi pada retina dan dapat mengakibatkan perubahan pola tingkah laku yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ayam (Lewis dan Morris, 2000).
Warna cahaya lampu dapat mempengaruhi performa ayam broiler. Lampu berwarna biru memberikan suasana tenang pada unggas, sementara lampu berwarna merah dapat meningkatkan aktivitas mengepak-ngepakan sayap dan kanibalisme. Lampu berwarna hijau kebiruan dapat menstilmulasi pertumbuhan anak ayam, sementara warna lampu jingga kemerahan menstimulasi reproduksi (Rozenboim et al., 1999; 2004). Menurut Widjaja dan Herudin (2006) lampu warna merah dan kuning dapat meningkatkan aktivitas ayam sedangkan warna biru dan hijau sebaliknya. Warna merah akan meningkatkan agresivitas dan aktifitas ayam sehingga feed intake terpenuhi serta disarankan untuk periode brooding. Sebaliknya warna biru dan hijau akan mengontrol agresifitas dan aktivitas ayam broiler agar tidak berlebihan, selain itu warna biru dan hijau juga mampu menggertak sintesa protein dan memberikan kesempatan pada ayam untuk melakukan perbanyakan serabutserabut otot dalam kondisi yang lebih tenang. Menurut Rozenboim et al. (2004) cahaya hijau dapat merangsang pertumbuhan unggas muda, sedangkan cahaya biru merangsang pada unggas yang lebih tua. Menurut Olanrewaju et al. (2006) kemampuan ayam untuk memvisualisasikan warna sama dengan manusia, akan tetapi ayam tidak dapat melihat dengan baik ketika mendapat warna cahaya dengan panjang gelombang yang pendek (biru-hijau). Dartnall et al. (1983) menyatakan bahwa unggas sensitif terhadap panjang gelombang 415, 455, 508, dan 571 nm, sedangkan pada manusia maksimal pada panjang gelombang 419, 531 dan 558 nm. Bobot Hidup Menurut North dan Bell (1990) faktor-faktor yang mempengaruhi bobot hidup ayam broiler adalah pakan, genetik, jenis kelamin, suhu, dan tatalaksana. Salah satu faktor dalam tata laksana ini adalah pemberian cahaya pada ayam. Ayam broiler yang dipelihara sampai umur 4 minggu dengan suhu 21,1 0C menghasilkan bobot hidup 1.060 gram/ekor, konsumsi pakan 1.490 gram/ekor dan konversi pakan 1.410 gram/ekor. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa peningkatan mingguan pada bobot hidup tidak terjadi secara seragam. Menurut Oluyemi dan Roberts (1980) kenaikan bobot hidup seiring dengan bertambahnya umur, selain itu diikuti oleh peningkatan jumlah penutupan bulu, juga mempengaruhi peningkatan konsumsi pakan dan menurunkan efisiensi penggunaan pakan.
Karkas Definisi karkas menurut USDA yang dikutip oleh Mountney (1976) adalah bagian tubuh ayam tanpa darah, bulu, kepala, kaki, dan organ dalam. Produksi ternak daging umumya dinilai dengan menggunakan persentase karkas. Lubis (1992) mendefinisikan persentase karkas sebagai perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup. Rendahnya bobot hidup tidak selalu menghasilkan persentase bobot karkas yang lebih rendah. Menurut Summers (2004) bagian terbesar dari karkas adalah daging, yaitu sekitar 54% dari karkas. Daging pada karkas paling banyak terdeposisi pada bagian dada, paha atas (thighs), dan paha bawah (drumstick). Sekitar 70% bagian dada dan thighs adalah daging serta lebih sedikit lagi pada bagian drumstick. Lesson dan Summers (1980) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas adalah bangsa, umur, jenis kelamin, bobot badan, dan pakan. Persentase bobot karkas rata-rata ayam broiler umur enam minggu berkisar antara 64,7 – 71,2% dari bobot hidup. Potongan Komersial Karkas Pemotongan bagian-bagian komersial karkas dapat dilakukan secara manual dengan pisau atau otomatis dengan mesin (Sams, 2001). Selain diperdagangkan dalam bentuk utuh, karkas ayam juga diperjualbelikan dalam bentuk potongan bagian dada, sayap, punggung, paha, dan kaki atau kepala (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Ayam broiler lebih disukai jika dipotong menjadi beberapa bagian (Snyder dan Orr, 1964). Sams (2001) menyatakan bahwa karkas ayam biasanya dipotong menjadi dua bagian, empat bagian, delapan bagian atau sembilan bagian. Potongan komersial dada mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada potongan yang lainnya karena perdagingan yang tebal di daerah ini. Bagian dada merupakan tempat perletakan daging yang banyak, perkembangan tulang dada akan menunjukan produksi daging (Mansjoer, 1981). Paha merupakan bagian karkas yang mengandung jaringan otot terbanyak kedua setelah dada, perkembangannya banyak dipengaruhi oleh pakan terutama kandungan protein (Bahij, 1991). Sayap adalah potongan karkas yang memiliki bobot tulang lebih banyak dari pada daging. Potongan punggung merupakan bagian yang terbesar persentase tulangnya dibandingkan potongan komersial yang lainnya.
Menurut Bahij (1991), potongan komersial dada adalah bagian karkas yang dipotong pada batas persendian taju tulang belikat hingga batas tulang punggung. Potongan komersial sayap adalah bagian karkas yang dipotong mulai dari persendian tulang pangkal lengan sampai persendian taju tulang belikat. Sedangkan potongan komersial paha adalah bagian karkas yang dipotong dari sendi lutut sampai sendi intertarsica. Grey et al. (1982) menjelaskan bahwa persentase potongan komersial karkas dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur. Selanjutnya Merkley et al. (1980) melaporkan bahwa persentase potongan komersial karkas juga dipengaruhi strain dan hasil persilangan antar strain. Dikatakan juga bahwa persentase potongan komersial karkas yang terdiri dari paha bawah, paha atas, dada, sayap dan punggung terhadap bobot hidup ayam broiler strain Hubbard masing-masing sebesar 15,96%; 17,94%; 27,76%; 13,42% dan 24,93%. Heath et al. (1984) menyatakan bahwa persentase potongan karkas dipengaruhi oleh bobot, volume dan dimensi karkas tersebut.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama lima minggu mulai dari bulan Maret sampai dengan April 2007 di Laboratorium Lapang Kandang B (Kandang ayam), Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 160 ekor anak ayam broiler (DOC) strain Ross yang diproduksi oleh PT Cibadak Indah Sari Farm. Perlakuan dimulai pada saat ayam berumur 2 minggu dengan bobot rata-rata 455,5 ± 25,29 gram/ekor dengan koefisien keragaman 5,6%. Pakan dan Vitamin Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah PC 100 diproduksi oleh PT Charoen Phokphand. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Vitamin yang digunakan adalah Vita chick, Vita Strees. Vaksin yang digunakan adalah ND dan Gumboro A produksi PT Medion. Kandang dan Peralatan Jumlah kandang yang digunakan sebanyak 20 petak dengan ukuran 1 x 1 m2. Pada setiap petak kandang dipelihara delapan ekor ayam. Pada setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Untuk penerangan kandang digunakan lampu pijar bening 60 watt masing-masing sebanyak 20 buah dan lampu berwarna (merah, biru dan hijau) serta lampu bening masing-masing sebanyak lima buah dengan daya lima watt. Peralatan yang digunakan antara lain bambu, kawat tali, kardus, kertas karton putih, koran bekas, desinfektan, alat tulis, timbangan digital merk Acis berskala 0,1 gram, gunting, nampan, pita ukur berskala 0,1 cm, dan kertas label yang digunakan untuk identifikasi level perlakuan. Label ditempelkan pada tempat pakan dan kandang perlakuan.
Rancangan Perlakuan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebagai perlakuan adalah warna cahaya lampu pijar yang terdiri dari empat macam, yaitu lampu berwarna cahaya bening sebagai perlakuan pertama (P1, kontrol), merah sebagai perlakuan ke-dua (P2), biru sebagai perlakuan ke-tiga (P3), dan hijau sebagai perlakuan ke-empat (P4). Masing-masing perlakuan terdiri dari lima ulangan dan setiap ulangan terdapat delapan ekor ayam broiler. Peubah yang diamati meliputi bobot hidup, persentase karkas, persentase potongan komersial karkas yang terdiri dari dada, paha, sayap, dan punggung. Data yang diperoleh dalam satuan persentase dengan rentang data antara 0-30% ditransformasi terlebih dahulu dengan transformasi akar kuadrat dan data persentase yang lain dengan transformasi arcsin (√% ). Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan model sebagai berikut : Yij = µ + αi + εij Keterangan : Yij
:
Nilai pengamatan pada penambahan warna cahaya lampu pijar ke-i dan ulangan ke-j.
:
Nilai rataan umum.
αi
:
Pengaruh pemberian warna cahaya ke-i (i = 1,2,3, dan 4).
ij
:
Pengaruh galat pada pemberian warna cahaya lampu pijar ke-i dan ulangan ke-j (j = 1,2,3,4 dan 5). Hasil analisis yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Tukey (Steel dan
Torrie, 1997). Prosedur Persiapan Kandang dan Peralatan Kandang dipersiapkan satu minggu sebelum ayam datang. Kandang dibersihkan terlebih dahulu dan didesinfeksi, kemudian dilakukan pengapuran secara merata. Peralatan yang digunakan, yaitu tempat pakan dan tempat air minum juga didesinfeksi, kemudian dilakukan penaburan litter (sekam padi) dan pemasangan tirai plastik dan selanjutnya dibiarkan sampai kering. Setelah penaburan litter kemudian ditutupi dengan koran, hal ini dilakukan satu hari menjelang ayam datang.
Kandang diberi nomor urut dari 1 sampai 20. Pada minggu pertama dan minggu kedua lampu pijar dengan daya (60 watt) berfungsi sebagai penghangat sekaligus penerangan ruang kandang, untuk minggu selanjutnya lampu pijar hanya berfungsi sebagai penerangan saja (yang diberi mulai jam 18.00 sampai dengan jam 06.00 WIB). Untuk tahap selanjutnya sampai umur potong (lima minggu) diberi warna lampu pijar yang berbeda (warna merah, biru, hijau, dan kuning sebagai kontrol) sesuai perlakuan pada setiap kandangnya dengan daya lima watt. Penempatan warna cahaya lampu tersebut dalam masing-masing petak kandang dilakukan secara acak. Pemeliharaan Penempatan ayam di dalam kandang dilakukan secara acak. Pada saat anak ayam datang, diberikan air gula merah dengan konsentrasi lima persen untuk mengganti energi yang hilang selama pengangkutan atau perjalanan. Pakan diberikan pada pagi hari dengan pengecekan rutin siang dan sore harinya untuk mengetahui ketersediaan pakan, sedangkan air minum diganti dua kali sehari agar kebersihan dan kesegarannya tetap terjaga. Pada hari ke-empat diberikan vaksin ND tahap pertama dan minggu kedua vaksin Gumboro. Vitamin anti stress terutama diberikan sebelum dan sesudah penimbangan dan pemberian vaksin untuk mencegah cekaman pada ayam. Pada minggu pertama dan minggu ke-dua masing-masing kandang diberikan cahaya penuh selama 24 jam yang berfungsi sebagai indukan sekaligus untuk mempercepat proses adaptasi ayam terhadap lingkungannya, selepas itu cahaya lampu hanya diberikan pada malam hari. Pengaturan ketinggian lampu pada massa brooding (selama dua minggu) dilihat berdasarkan ayam di dalam kandang yang bertujuan untuk memberikan suhu yang lebih nyaman. Ketinggian lampu pada umur ayam lima, sembilan, dan empat belas hari adalah 10,15 dan 30 sentimeter yang diukur dari permukaan litter (sekam padi). Setelah masa brooding sampai finisher (lima minggu) ketinggian lampu 60 sentimeter. Tirai kandang ditutup sepenuhnya baik siang maupun malam hari ketika ayam berumur kurang dari satu minggu. Setelah ayam berumur di atas satu minggu tirai kandang mulai dibuka sedikit-sedikit pada siang hari dan pada malam harinya ditutup kembali sampai akhirnya tirai kandang dilepas. Tirai berfungsi untuk menahan air dan angin saat terjadi hujan besar sekaligus menahan pancaran sinar matahari yang
berlebihan. Untuk menjaga kesehatan ayam dilakukan pembersihan lingkungan dan penyemprotan kandang setiap tiga hari sekali serta penggantian litter jika dinilai telah basah. Pemotongan dan Pengambilan Sampel Pengambilan sampel sebesar 25 persen dari total ayam penelitian atau dua ekor untuk tiap perlakuan dan tiap ulangan. Pemotongan ayam dilakukan pada umur 34 hari. Sebelum dilakukan pemotongan, ayam dipuasakan terlebih dahulu lebih kurang dua belas jam. Pemuasaan bertujuan agar lebih mudah dalam processing dan mengurangi kontaminasi pencemaran mikroorganisme ke karkas. Pemotongan dilakukan dengan metode kosher style pada bagian occipito atlantis, yaitu antara tulang kranial (kepala) dengan tulang atlas. Bagian yang
dipotong adalah pembuluh darah vena jugularis, arteri karotidea, esophagus, dan trakea. Sebelumnya ayam digantung dengan posisi kepala di bawah dan setelah dipotong dibiarkan lebih kurang selama dua setengah menit dalam posisi tersebut, agar pengeluaran darah lebih banyak. Tahap selanjutnya ayam dicelupkan ke dalam air panas dengan suhu sekitar 600C selama 30 detik, kemudian dimasukan ke dalam mesin pencabut bulu. Setelah sampel ayam dibersihkan bulunya lalu ayam ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot karkas, lalu dilakukan pemotongan karkas yang dapat diuraikan menjadi dada, paha, sayap, dan punggung. Potongan bagian dada, dipotong pada persendian tulang belikat sampai batas tulang punggung. Potongan bagian paha, dipotong sepanjang persendian tulang paha. Potongan bagian sayap, dipotong mulai dari persendian tulang pangkal lengan sampai persendian tulang belikat. Potongan bagian punggung, dipotong pada batas persendian tulang belikat yang berbatasan dengan potongan dada sampai dengan persendian tulang paha. Pengukuran Peubah Peubah yang diukur adalah bobot hidup, karkas, persentase potongan komersial paha, sayap, dada dan punggung. Persentase bobot karkas diperoleh dari bobot karkas dibagi dengan bobot badan akhir dan dikalikan dengan 100 persen. Persentase potongan komersial karkas ayam broiler diperoleh dari pembagian masingmasing bobot potongan komersial dengan bobot karkas dikalikan 100 persen. Bobot hidup diperoleh dari penimbangan ayam pada akhir pemeliharaan
Untuk lebih jelasnya, perhitungan peubah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: Persentase bobot karkas =
Bobot karkas (g) Bobot badan akhir(g) Bobot dada (g)
X 100%
Persentase dada
=
Persentase paha
=
Persentase sayap
=
Persentase punggung
= Karkas (%) – Bagian Dada (%) – Bagian Paha (%) – Bagian sayap (%)
Bobot karkas (g) Bobot paha (g) Bobot karkas (g) Bobot sayap (g) Bobot karkas (g)
X 100% X 100% X 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang dinding terbuka (open sided wall house). Kandang ini di bagi menjadi beberapa sekat-sekat yang dibuat dari bambu dan kardus dengan ukuran masing-masing 1 x 1 m2, setiap sekat diisi dengan delapan ekor ayam. Desain kandang dan keadaan warna lampu penerangan dapat dilihat pada Gambar. 1, 2 dan 3.
Keadaan kandang pada malam hari Suhu dan Kelembaban Udara Relatif Kandang Suhu dan kelembaban udara relatif merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ayam. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari pada pagi hari, siang, dan malam hari dengan termometer bola kering dan bola basah yang diletakan di dalam kandang. Hasil pengukuran suhu pada
pagi hari berkisar antara 25–28,2 0C dengan rataan 25,76 0C, siang hari berkisar antara 27,94–32,29 0C dengan rataan 31,09 0C dengan malam harinya 25–27,92 0C dengan rataan 25,94
0
C. Estimasi rataan kelembaban udara relatif yang dicatat dari
pengukuran pagi, siang dan malam hari masing-masing 89,1; 71,1 dan 89,0%. Suhu lingkungan dan kelembaban yang tinggi sangat berpangaruh terhadap pertumbuhan ayam broiler (Butcher dan Miles, 2006). Stres panas merupakan masalah utama dalam produksi unggas, tidak hanya suhu lingkungan yang tinggi tetapi juga suhu yang berfluktuasi. Ini terjadi secara alami pada perubahan temperatur siang dan malam. Ayam cenderung lebih baik berada pada suhu lingkungan tetap, tetapi akan lebih stres berada pada suhu berfluktuasi. Ketika terjadi fluktuasi suhu, ayam membutuhkan banyak energi untuk menjaga agar temperatur tubuhnya tetap yaitu 41–42 0C. Apabila temperatur tubuh melebihi 42 0C kematian mulai terjadi (Canadian Poultry Consultants, 2006). Suhu dan kelembaban udara relatif dalam kandang penelitian berfluktuasi dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kisaran suhu dan kelembaban udara relatif optimal untuk pertumbuhan ayam broiler yaitu antara 18–26 0C dan 50-70% (Oluyemi dan Roberts, 1980). Dengan suhu lingkungan yang lebih tinggi dari suhu optimal untuk pertumbuhan, maka ayam akan mengalami stres panas yang akan menurunkan tampilan produksi karena berkaitan langsung dengan perubahanperubahan fisiologik, biokimiawi dalam tubuh, dan membangkitkan adaptasi perilaku (behavior), yang semuanya memerlukan energi yang pada akhirnya menurunkan penempilan ayam (Poultry Indonesia, 2007). Kelembaban udara relatif juga berpengaruh terhadap stres panas melalui interaksi dengan suhu. Selain itu kelembaban udara yang terlalu rendah akan menyebabkan dehidrasi pada ayam, sedangkan kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme patogen seperti coccidia pada litter (Oluyemi dan Roberts, 1980). Intesitas Cahaya Rataan intensitas cahaya masing-masing warna lampu penerangan kandang ayam broiler selama pemeliharaan dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Intensitas Cahaya setiap Warna Cahaya Lampu Penerangan Minggu
Intensitas Cahaya (Lux) Merah Hijau 14,18 15,78
III
Bening 28,48
Biru 12,93
IV
28,96
14,85
18,99
14,00
V
26,14
12,33
16,11
11,67
Rataan
27,86
13,79
16,96
12,87
Pada Tabel 2 disajikan rataan intensitas cahaya lampu warna kuning 27,86 lux, hijau 16,96 lux, merah 13,79 lux dan biru 12,87 lux. Intensitas cahaya tersebut berada dalam kisaran normal seperti yang disarankan Oluyemi dan Roberts (1980) yaitu 2,69-53,8 lux. Intensitas cahaya yang lebih rendah dari kisaran normal dapat menyebabkan degenerasi retina mata, buphthalamus, myopia, glaucoma dan kerusakan lensa mata yang berakibat pada kebutaan (Busye et al., 1996), sedangkan cahaya dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan stres yang berakibat pada penurunan laju pertumbuhan (Oluyemi dan Roberts, 1980). Rataan intensitas cahaya masing-masing lampu penerangan kandang meningkat pada minggu keempat. Peningkatan ini disebabkan oleh panambahan sekam (litter), sehingga alat sensor pengukur cahaya (lux meter) semakin dekat dengan sumber cahaya (lampu penerangan). Pada minggu kelima rataan intensitas menurun kembali, ini disebabkan oleh penggantian sekam baru sehingga alat sensor pengukur cahaya lebih jauh dari sumber cahaya. Penambahan dan penggantian sekam ini dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kelembaban sekam di dalam petak kandang. Alas kandang cepat basah dan lembab disebabkan oleh feses ayam yang cair. Feses cair ini disebabkan oleh suhu kandang yang tinggi, sehingga ayam banyak minum (Butcher dan Miles, 2006). Bobot Hidup Secara umum bobot badan akhir ayam broiler dipengaruhi oleh pakan, genetik, jenis kelamin, suhu dan tata laksana adalah seragam, sehingga tidak menjadi faktor dalam mempengaruhi bobot badan akhir ayam broiler. Rataan bobot hidup tidak menunjukan hasil yang berbeda. Dengan kata lain, perlakuan cahaya yang berbeda tidak nyata berpengaruh terhadap bobot hidup ayam broiler. Rataan bobot hidup ayam broiler per ekor pada umur 34 hari pada setiap perlakuan warna lampu penerangan kandang, tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Bobot Hidup Ayam Broiler pada Berbagai Warna Cahaya Lampu Penerangan. No
Warna Lampu Penerangan
Rataan Bobot Hidup (g/ekor)
1
Bening
1.561,20 85,95
2
Merah
1.461,10 119,47
3
Biru
1.512,50 136,36
4
Hijau
1.573,80 118,72
Rataan Bobot hidup yang didapatkan selama pemeliharaan adalah 1.527,12 gram/ekor dengan kisaran antara 1.461,10–1.573,80 gram/ekor. Rataan bobot hidup yang dihasilkan masih sesuai dengan bobot hidup hasil penelitian Maulana (2007), bobot hidup ayam broiler strain Ross yang dipelihara pada suhu lingkungan yang sama selama 32 hari sebesar 1.416,5 gram/ekor. Untuk standar bobot hidup ayam broiler strain Ross umur lima minggu adalah sebesar 1.768 gram/ekor. Bobot hidup yang sama juga disebabkan oleh kondisi perlakuan pada saat siang hari. Pada saat siang hari kandang perlakuan diberikan cahaya yang sama, yaitu cahaya sinar matahari, sehingga hal ini memberikan pengaruh yang hampir sama pada kondisi kandang perlakuan. Cahaya sinar matahari, menyebabkan aktivitas ternak sama, meskipun diberikan perlakuan penyinaran yang berbeda pada malam harinya, sehingga aktivitas makan maupun aktivitas pergerakan lainnya sama dengan ayam pada perlakuan kontrol maupun pada perlakuan yang memakai warna cahaya yang berbeda. Konsumsi pakan juga menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan, jadi adanya penyinaran yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi pakan, sehingga bobot hidup yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata. Karkas dan Persentase Potongan Komersial Hasil pengamatan mengenai pengaruh warna lampu penerangan terhadap rataan persentase karkas dan persentase potongan komersial ayam broiler per ekor dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pengaruh Warna Cahaya Lampu Penerangan Terhadap Rataan Persentase Karkas dan Persentase Potongan Komersial Ayam Broiler Warna Lampu Penerangan
Peubah
Kuning
Merah
Hijau
Biru
Karkas (%)
68,60±5,10
68,57±5,04
68,66±1,43
67,79±1,98
Bagian dada (%)
38,14±2,47
38,10±1,76
38,71±1,42
38,86±0,69
Bagian Paha(%)
30,88±1,23
30,02±1,10
30,44±1,02
30,24±0,80
Bagian Sayap (%)
11,08±0,33
11,36±0,90
11,07±0,27
11,26±0,61
Bagian Punggung(%)
19,12±0,96
20,26±1,16
19,40±1,13
19,38±0,89
Persentase Karkas Rataan persentase karkas yang diperoleh selama 34 hari penelitian sebesar 68,39% dengan kisaran persentase bobot karkas 67,79-68,69%. Hasil yang didapatkan masih sesuai dengan pernyataan Pesti dan Bakalli (1997) yaitu persentase bobot karkas ayam broiler berkisar antara 60,52-69,91% dari bobot hidup. Lesson dan Summer (1980) menyatakan bahwa persentase karkas yang dihasilkan berkisar 64,772%. Menurut hasil penelitian Maulana (2007) persentase karkas broiler umur 32 hari berkisar 69,11% dari bobot hidup. Menurut Bell dan Weaver (2002) persentase karkas dengan bobot hidup sebesar 1.520 gram/ekor adalah 65,5%. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa persentase karkas tidak dipengaruhi oleh pemberian cahaya warna lampu penerangan berbeda. Hal ini disebabkan kemampuan ayam yang relatif sama dalam mencerna makanan sehingga diperoleh bobot hidup yang juga tidak berbeda. Kemampuan ayam untuk mencerna makanan dapat digambarkan melalui data tentang konsumsi dan konversinya. Rataan konsumsi pakan pada penelitian ini berkisar antara 2.418,7-2.556,8 gram/ekor. Summer (2004) menyatakan bahwa ayam makan memenuhi kebutuhan proteinnya. Protein yang terkandung dalam pakan nantinya akan digunakan untuk pertumbuhan jaringan tubuh terutama jaringan otot yang pertumbuhannya sangat cepat pada ayam. Pertumbuhan jaringan otot memerlukan asupan protein yang cukup agar dapat tumbuh dengan optimal. Pada penelitian ini, konsumsi dan konversi pakan tidak berbeda untuk setiap perlakuan. Hal ini berarti asupan protein juga tidak berbeda serta kemampuan ayam dalam memanfaatkan protein yang terkandung dalam pakan
untuk pertumbuhan jaringan tubuhnya juga tidak berbeda sehingga menyebabkan persentase karkas yang dihasilkan juga tidak berbeda. Potongan Komersial Dada Potongan komersial dada merupakan potongan komersial karkas yang paling banyak mengandung daging. Menurut Amrullah (2002), potongan komersial dada ayam broiler merupakan bagian yang empuk dan sedikit mengandung lemak. Potongan dada diperoleh dari punggung pada persendian tulang bahu dan sepanjang tulang belakang dan tulang rusuk. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase dada. Warna cahaya penerangan yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas ayam sehingga aktivitas bergerak untuk tiap perlakuan sama. Hal ini akan berakibat pada aktivitas otot dada yang tidak berbeda. Bobot dada ada pada kisaran 38,06–38,86%, sangat jauh berbeda dengan penelitian Bannowati (2006), bahwa persentase potongan komersial dada ayam broiler strain Cobb pada umur 5 minggu sebesar 24,01-32,05%. Bahij (1991), menyatakan bahwa potongan komersial dada merupakan bagian karkas yang banyak mengandung jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh zat makanan khususnya protein. Penggunaan pakan yang sama pada penelitian ini menyebabkan perkembangan potongan komersial dada hampir sama. Potongan Komersial Paha Potongan komersial paha merupakan bagian karkas yang banyak mengandung jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh zat makanan khususnya protein (Bahij, 1991). Rataan bobot potongan komersial paha ayam broiler umur 34 hari pada penelitian ini berkisar antara 299,40–312,40 gram/ekor dengan persentase 30,0230,88%. Hasil ini menunjukan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Bannowati (2006), bahwa persentase potongan komersial paha ayam broiler umur 5 minggu adalah 35,60%, dengan kondisi lingkungan dan kandang yang
hampir sama. Hasil analisis ragam warna lampu penerangan yang berbeda pada perlakuan tidak berpengaruh terhadap rataan potongan paha. Menurut Widjaja dan Haerudin (2006), warna lampu merah dan kuning yang dipakai selama pemeliharaan ayam broiler dapat meningkatkan aktifitas. Pengaruh dari warna cahaya akan tampak
apabila pemberian cahaya dilakukan secara terus-menerus dan tidak ada gangguan bias cahaya dari sinar matahari saat siang hari. Potongan Komersial Sayap Potongan komersial sayap adalah bagian karkas yang dipotong mulai dari persendian tulang pangkal lengan sampai persendian tulang belikat. Sayap adalah bagian karkas yang lebih banyak mengandung jaringan tulang dari pada jaringan ototnya, sehingga yang lebih berpengaruh adalah mineral ransum untuk masa pertumbuhan (Basoeki, 1983). Dari hasil penelitian diperoleh nilai rataan potongan sayap adalah sebesar 116,625 gram/ekor atau sebesar 11,073–11,358%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Bannowati (2006) yang melaporkan bahwa persentase potongan komersial sayap ayam broiler umur 5 minggu adalah 12,67-15,67%. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan warna lampu penerangan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase sayap. Potongan Komersial Punggung Potongan komersial punggung adalah bagian karkas yang sedikit dagingnya, dipotong pada batas persendian tulang belikat yang berbatasan dengan potongan dada sampai dengan bagian persendian tulang paha kiri dan kanan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase bobot punggung. Rataan persentase potongan komersial punggung ayam broiler 5 minggu dalam penelitian ini adalah 19,540%. Menurut Bintang dan Natamijaya (2003) rataan persentase punggung ayam broiler umur lima minggu berkisar antara 22,46–23,43%. Bannowati (2006)
melaporkan bahwa rataan persentase potongan komersial punggung ayam broiler strain Cobb umur 5 minggu adalah 23,23%. Hal ini berarti rataan potongan komersial punggung ayam penelitian berada bawah penelitian tersebut.
kisaran ukuran normal menurut dua
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian disimpulkan bahwa warna cahaya lampu penerangan kandang yang diberikan selepas masa brooding, yaitu mulai dari minggu ketiga sampai minggu kelima pemeliharaan tidak berpengaruh terhadap bobot karkas, potongan komersial paha, sayap, dada dan punggung ayam broiler. Ratan bobot hidup selama 34 hari pemeliharaan sebesar 1.527,12 gram/ekor, persentase karkas 68,39%, persentase dada, paha, sayap dan punggung masing-masing sebesar 38,46%; 30,45%; 11,358% dan 19,54%. Saran Pada waktu penelitian yang menjadi kendala adalah sirkulasi udara di dalam kandang yang kurang baik, hal ini dikarenakan desain kandang yang tertutup oleh kardus antara sekat-sekat kandang. Disarankan dalam penelitian selanjutnya, lebih memperhatikan desain kandang agar sirkulasi udara lebih lancar.
UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah atas rahmat, hidayah dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam bagi nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umatnya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan panghargaan kepada Ibu Ir. Niken Ulupi, MS. dan Bapak Ahmad Yani S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, menuntun, mengarahkan dan membimbing penulis sejak awal hingga selesainya penulisan skripsi ini. Kepada Ibu Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dalam proses kelancaran studi penulis. Seterusnya kepada Bapak Dr. Rudi Afnan, S.Pt M.Sc.Agr. dan Bapak Prof. Dr. Cece Sumantri M.Sc.Agr selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan kritikan yang membangun dalam penulis dan penyelesaian skripsi ini. Seluruh dosen dan staf pengajar pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor selama proses pembelajaran dan kasih sayang serta materi yang telah diberikan tanpa pamrih. AdikadiK penulis Sansan Santiadi dan M Sendhi Septian. Keluarga Bapak H Ade Syaefudin dan Ayu Tita Rahayu yang telah memberi dukungan baik berupa moril ataupun materil. Selanjutnya kepada teman sepenelitian: Ade Surya, Gustaf dan Elfiandra. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan Rezka, Aif, Cholil, Anggoro, Abdan dan seluruh teman-teman TPT’40. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas atas semua kebaikannya, dan semoga kita menjadi hamba yang bertawakal dan selalu berada dalam lindungan dan petunjuk-Nya hingga akhir jaman nanti. Amin. Bogor, April 2010
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Amrullah, I.K. 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor. Apeldoorn, E.J., J.W. Schrama, M.M Mashaly & H.K. Parmentier, 1999. Effect of melatonin and lighting scedule on energy metabolism in broiler chicken. Poult. Sci., 78: 223_227. Bahij, A, 1991. Tumbuh kembang potongan karkas komersial ayam broiler akibat penurunan tingkat protein ransum pada minggu ketiga-keempat. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor Bannowati. A. 2006. Persentase karkas, potongan komersial serta kandungan kolesterol karkas ayam broiler yang diberi tepung daun salam (Syzygium Polyantum Weight) dalam ransum. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. BAPPENAS. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. http://www/digilib.brawijaya.ac.id/vitural_library/mlg_warintek/ristek-pdiilipi/data/budidaya%20peter [26 November 2006] Basoeki, B. D. A. 1983. Pengaruh tingkat pemberian ampas tahu dalam ransum terhadap potongan karkas komersial ayam broiler betina strain hybroo umur 6 minggu. Skripsi. Fakultas Petrnakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bell, D.D., & W.D Weaver.2002. Comercial Chicken Meat and Egg Production. 5th Edition. Springer Science and Business Media, Inc., New York, USA. Binkley, S., S.E MacBride, D.C. Klein, & C.L. Ralph, 1973. Pineal enzymes: Regulation of avian melatonin synthesis. Sci., 181:273-275. Bintang I. A. K. & Natamijaya. 2003. Pengaruh pemberian pakan hijauan terhadap persentase karkas, penyusutan, dan lemak abdomen ayam broiler. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor. Blokguis, H.J., 1983. The revelance of sleep in poultry. World’s Poult. Sci. J., 39:333337. Butcher, G. D. & R. Miles, 2006. Heat stress management in broilers. http://www.omafra.gov.on.ca?english?engineer?facts?06-009.htm [Desember 2006] Buyse, J., P.C.M. Simons, F.M.G. Boshouwers & E. Decuypere, 1996. Effect of intermittent lighting, light intensity and source on the performance andwelfare of broilers. World’s Poult, Sci. J., 52 : 121-130. Canadian Poultry Consultants. 2006. Be aware of heat stress this summer. http//www.canadianpoultry.ca/heat_stress.htm. [Desember 2006]. Card, L. E. & M. C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 75th Edition. Lea and Febriger, Philadelphia Cibadak Indah Sari Farm. 2007. Recording harian pemeliharaan ayam. Sakinah Farm, Bogor.
Classen, H.L. 1989. The Role of Photopeiod Manipulation in Broiler Chicken Management. University of Saskatchewan, Canada. Classen, H.L., C.B Annet, K.V. Schwean-lardner,R. Gonda & D. Derow, 2004. The effects of lighting programmes with twelve hours of darkness per day provided in one, six or twelve hour intervals on the productivity and healt of broiler chickens. Br. Poult. Sci., 45:S31-32. Dartnall, H.J.A., J.K Bowmaker & J.D Mollon, 1983. Human visual pigments: microspectrophotometric results from the eyes of seven persons. Proc. Of the Royal Society of London. B., 220: 115-130. Freeman, B.M., A.C.C. Manning and I.H. Flack,1981. Photoperiod and its effect on the response of the immature fowl to stressors. Comp. Biochem. And Physiol., 68A:411-416. Grey, T.C., D. Robinson & J.M Jones. 1982. Effect of age and sex on the wviscreated yield, muscle and edible offal of commercial broilers starin. Poultry Sci. 23: 289-298. Heat, J.L., S.L. Owens & N. Anderson. 1984. Componenet and evaluation of uniformity of broiler part using the coefficient of skiwedness ang kurtosis. Poultry Sci., 65: 279-288. Lessons, S & D.J. Summers. 1980. Production and carcass characteristic of the broiler chickens. Poultry Sci. 59 : 786-798 Lewis, P.D. & T.R. Morris, 2000. Poultry and colored lights. World Poult. Sci. J., 56: 189-207. Lubis, A. H. 1992. Respon ayam broiler terhadap penurunan tingkat protein dalam ransum berdasarkan efisiensi penggunaan protein dan suplementasi asam amino methionin dan lysine. Disertasi. Pasca Sarjana IPB. Bogor. Manser, C.E., 1996. Effect of lighting on the welfare of domestic poultry : A review. Anim. Welfare, 5:342-360. Mansjoer, S. S. 1981. Studi sifat-sifat produksi ayam kampong serta persilangannya dengan ayam Rhode Island Red. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Maulana, I. 2007. Pengaruh warna lampu indukan terhadap bobot hidup, persentase karkas, lemak abdomen, dan giblet ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Merkley, S.W., B.T. Weinland, G.W. Malone & G.W. Chaloupka. 1980. Evaluation of five commercial broiler crosses, Eviscerated yield and component part. Poultry Sci. 59: 1755-1760. Moore, C.B. & T.D. Siopes, 2000. Effect of lighting conditions and melatonin suplementation on the cellular and humoral immune responses in japanese quail Coturnix coturnix japonica. Gen. Comp. Endocrinol. 199: 95-104. Mountney, G.J. 1976. Poultry Products Technology 2nd Ed. The Avi Publishing Co. Inc. West Port, Connecticut
Muchtadi, T.R. & Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor North, M.O. & D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production manual. 4th Ed. The Avi Publishing Company Inc. Wesport, Connecticut. Olanrewaju, J.P. Thaxton, W.A. Dozier, J. Purswell, W.B. Roush & S.L. Branton. 2006. A Review of lighting program for broiler production. Departemen of Poultry Science, Mississipi State University, Mississipi State, MS 397629665, USA Oluyemi, J.A., & F.A. Robert. 1980 Poultry Production in Warm Wet Climates. The Macmillan Press, London. Pesti, G. M, & R. I. Bakalli. 1997. Estimation of the composition of broiler carcases from their specific gravity. Poultry Sci. 76 (7): 948-951. Renden, J.A., E.T. Moran, Jr. & S.A. Kincaid, 1996. Lighting programs for broilers that reduce leg pronlem without loss of performance or yield. Poult. Sci., 75:1345-1350. Rozenboim, I., I. Biran, Y. Chaiseha, S. Yahav, A. Rosenstrauch, D. Sklan & O. Halvely, 2004. The effect of green and blue monochromatic light combination on broiler growth and development. Poult. Sci., 83: 842-845 http://www. Agrapoit. Ca/ publication/light% 20source%20and %20positioning%20Poutry%20Dece ber%202002.pdf. [November 2006]. Rozenboim, I., I. Biran., Z. Uni., B. Robinson & O. Halevy. 1999. The effect of monochromatic light on broiler growth development. Poultry Sci. 78:135138. http://ps.fass.org/cgi/reprint/78/1/135.pdf. [24 April 2007] Sams, A.R. 2001. Poultry Meat Processing. CRC Press, Washington D.C. Hal : 36 Sanotra, G.S., J. Damkjer Lund & K.S. Vestergaard, 2002. Influence of light-dark schedules and stocking density on behavior, risk of leg problems and occurrence of chronoic fear in broilers. Br. Poult. Sci., 43: 34354. Snyder, E. S. & H. I. Orr. 1964. Poultry Meat Processing Quality Factor, Yields. Otario Agr. Dept. Publ. Toronto. Summers, J. D. 2004. Broiler Carcass Composition. Poultry Industry Council for Research an Education. Guelph. Steel, R.G.D., J.H. Torrie & D.A. Dickey. 1997. Principles and Procedures of Statistics a Biomedical Approach, 3th Ed. Mc Grow-Hill, Inc. Singapore. United Nations Environment Programme. 2006. Peralatan energi listrik: pencahayaan. www.energyefficiencyasia.org. [5 Maret, 2007]. Widjaja, H & Haerudin, R. 2006. Rahasia Pancaindera Ayam. Majalah Trobos edisi Mei 2006. Wong-Valle, J., G.R. McDaniel, D.L. Kulers dan J.E Bartels, 1993. Effect of lighting program and broiler line on the incidence of tibial dyschondroplasia at four and seven weeks of age. Poult. Sci., 72: 1855-1860.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rataan Suhu Kandang Setiap Minggu selama Penelitian SUHU (0C)
Pengukuran pada Minggu Ke-
PAGI
SIANG
1
28,20
31,64
27,92
2
25,30
27,94
25,77
3
25,04
32,29
25,00
4
25,27
31,80
25,40
5
25,00
31,76
25,62
Rataan
25,76
MALAM
31,09
25,94
Lampiran 2. Estimasi Rataan Kelembaban Udara Relatif Kandang setiap Minggu Selama Penelitian Pengukuran pada Minggu Ke-
Kelembaban Udara Relatif (%) Pagi
Siang
Malam
1
74,0
73,5
73,5
2
92,0
74,5
91,0
3
91,0
68,0
92,0
4
92,5
69,5
93,0
5
96,0
70,0
95,5
89,1
71,1
89,0
Rataan
Lampiran 3. Komposisi Nutrisi Pakan Penelitian Kandungan Pakan
Komposisi
KadarAir(%)
Max 13,0
Protein(%)
21,5-23,5
Lemak(%)
Min 5,0
Serat(%)
Max 5,0
Abu(%)
Max 7,0
Kalsium(%)
Min 0,9
Fosfor(%)
Min 0,6
Energimetabolism(kkal/kg)
3.020-3.120
Lampiran 4. Rataan Konsumsi Pakan Broiler selama Pemeliharaan Ulangan Merah (13,79 lux) Kuning (27,86 lux) Hijau (16,96 lux) Biru (12,87 lux) 1
2.204,60
2.590,10
2.340,90
2.137,30
2
2.460,10
2.375,90
2.529,40
2.517,00
3
2.606,50
2.465,30
2.800,60
2.471,90
4
2.584,60
2.743,00
2.598,40
2.523,50
5
2.602,60
2.609,60
2.513,60
2.443,80
2.491,68
2.556,78
2.556,58
2.418,70
Rataan
Lampiran 5. Mortalitas Broiler selama Pemeliharaan Ulangan
Merah (13,79 lux)
Kuning (27,86 lux) Hijau (16,96 lux) Biru (12,87
lux) 1
0
0
1
1
2
1
1
1
0
3
0
0
0
0
4
0
1
0
0
5
1
1
0
2
Rataan
2
3
2
3
Lampiran 6. Analisis Ragam Bobot Hidup Sumber Keragaman Perlakuan
Derajat Bebas (DB) 3
Jumlah Kuadrat Kuadrat (JK) Tengah (KT) 39564 13188
Error
16
217398
Total
19
256963
F-hitung 0,97
13587
Lampiran 7. Analisis Ragam Persentase Karkas Sumber Keragaman Perlakuan
Derajat Bebas (DB) 3
Jumlah Kuadrat (JK) 0,00050
Error
16
0,02426
Total
19
0,02476
Kuadrat Tengah (KT) 0,00017 0,00152
F-hitung 0,4
Lampiran 8. Analisis Ragam Persentase Dada Sumber Keragaman Perlakuan
Derajat Bebas (DB) 3
Jumlah Kuadrat Kuadrat (JK) Tengah (KT) 4,54 1,51
Error
36
105,11
Total
39
109,65
F-hitung 0,52
2,92
Lampiran 9. Analisis Ragam Persentase Paha Sumber Keragaman Perlakuan
Derajat Bebas (DB) 3
Jumlah Kuadrat (JK) 4,08
Error
36
39,75
Total
39
43,83
Kuadrat Tengah (KT) 1,36
F-Hitung 1,23
1,10
Lampiran 10. Analisis Ragam Persentase Sayap Sumber Keragaman Perlakuan
Derajat Bebas (DB) 3
Jumlah Kuadrat (JK) 0,726
Error
36
12,726
Total
39
13,513
Kuadrat Tengah (KT) 0,242
F-hitung 0,68
0,355
Lampiran 11. Analisis Ragam Persentase Punggung Sumber Keragaman Perlakuan
Derajat Bebas (DB) 3
Jumlah Kuadrat (JK) 7,40
Error
36
38,98
Total
39
46,38
Kuadrat Tengah (KT) 2,47 1,08
F-hitung 2,28