UKURAN MORFOMETRIK DOMBA LOKAL JANTAN PADA TINGKAT KECEPATAN PERTUMBUHAN YANG BERBEDA
SKRIPSI IBNU BAYU AJI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN Ibnu Bayu Aji. D14060293. 2010. Ukuran Morfometrik Domba Lokal Jantan pada Tingkat Kecepatan Pertumbuhan yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Moh. Yamin, M. Agr. Sc Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc Usaha penggemukan domba saat ini merupakan salah satu agribisnis yang mempunyai prospek cukup baik. Salah satu masalah yang dihadapi peternak adalah kesulitan dalam memilih domba bakalan yang akan digemukkan. Seleksi yang mungkin dilakukan adalah melalui seleksi individu dengan melihat ciri-ciri fisik. Oleh karena itu kriteria fisik domba unggul ini perlu diidentifikasi agar hasil seleksi dapat efektif dan mendapatkan domba dengan kualitas baik yang dapat menguntungkan peternak. Penelitian yang bertujuan untuk mempelajari ukuran morfometrik domba lokal jantan pada tingkat kecepatan pertumbuhan yang berbeda telah dilakukan di peternakan Tawakal Cimande Bogor. Materi yang digunakan adalah domba lokal jantan umur kurang dari satu tahun (I0) sebanyak 15 ekor. Domba yang digunakan telah diseleksi dan dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan penampilannya melalui seleksi cepat (rapid selection) yaitu domba lokal jantan tumbuh cepat (TC) dan domba lokal jantan tumbuh lambat (TL). Pengukuran ukuran morfometrik domba dilakukan pada empat bagian domba, yaitu bagian badan, bagian ekor, bagian kaki, bagian kepala dan leher domba. Domba dengan PBBH di atas 150 gr/ekor/hari dikategorikan ke dalam domba TC dan domba dengan PBBH di bawah 70 gr/ekor/ hari dikategorikan ke dalam domba TL. Berdasarkan hasil penyeleksian didapatkan 8 ekor domba TC dan 7 ekor domba TL. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis uji t dan analisis korelasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, dalam dada, panjang kepala, lingkar leher atas, lingkar leher bawah dan lingkar pangkal ekor TC mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan domba TL (P<0,05). Hal ini berarti parameter-parameter tersebut dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi domba tumbuh cepat. Hasil yang sama terdapat juga pada lingkar kaki depan dan belakang bagian atas kaki kanan dan kiri, serta lingkar kaki depan kiri bagian bawah domba TC berbeda nyata dengan domba TL, sehingga bisa juga dijadikan sebagai kriteria seleksi domba tumbuh cepat. Sebaliknya parameter lingkar moncong, lingkar ujung ekor, lingkar tengah ekor, panjang ekor, lingkar kaki belakang bagian bawah kaki kanan dan kiri, serta lingkar kaki depan bagian bawah kaki kanan domba TC dan TL memiliki hasil yang tidak berbeda nyata sehingga parameter ini kemungkinan tidak bisa dijadikan kriteria seleksi domba tumbuh cepat. Umumnya bobot badan mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh. Hampir semua parameter yang diamati menunjukkan korelasi nyata satu sama lainnya, terutama korelasi terhadap bobot badan. Kata-kata kunci : domba, morfometrik, tumbuh cepat, tumbuh lambat ii
ABSTRACT Morphometric Measurement of Local Sheep with Different Growth Rate Aji, I.B., M. Yamin., and C. Sumantri Local sheep fattening agribussines has been recently more growing. One of significant problems in the business is selection of lambs to be raised. It is therefore study of local sheep’s morphometric measurement at different level of growth rate is important to conduct. Rapid selection is used to get different sheep growth in daily gain and physical appearances as the selection criteria. Sheep with daily gain above 150 gram/day/head are categorized as fast growing sheep and the daily gain under 70 gram/day/head as the slow growing group. The results show that chest circumference, body length, head length, upper neck circumference, body height, upper tail circumference, neck length, and chest depth were significantly higher at fast growing sheep than in slow growing group. similar results were found that circumference of foreleg and neck to thoracic limb either at left or right sides, and circumference of left pastern were significantly higher at fast growing sheep than slow growing group. This may indicate that the parameters can be used as selection criteria for fast growing sheep. In the other hand tail length, muzzle circumference, mid tail circumference, end tail circumference, circumference of right pastern, circumference of hind legs either at left or right sides were similar between fast growing sheep and slow growing sheeps, meaning that those six parameters might not be used as the selection criteria for fast growing sheep. Almost all parameters showed positive correlation between one and the other parameters especially with weight.
Key words: Sheep, fast growing, low growing
iii
UKURAN MORFOMETRIK DOMBA LOKAL JANTAN PADA TINGKAT KECEPATAN PERTUMBUHAN YANG BERBEDA
IBNU BAYU AJI D14060293
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
iv
Judul
: Ukuran Morfometrik Domba Lokal Jantan pada Tingkat Kecepatan Pertumbuhan yang Berbeda
Nama
: Ibnu Bayu Aji
NIM
: D14060293
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Moh. Yamin, M. Agr. Sc) NIP: 19630928 198803 1 002
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc ) NIP: 19591212 198603 1 004
Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc ) NIP: 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 20 Desember 2010
Tanggal Lulus : v
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ibnu Bayu Aji, lahir di Indramayu, tepatnya pada tanggal 29 November 1988. Penulis adalah anak ketiga dari pasangan Sungkana, S.Pd.I dan Khusnul Khotimah, S.Pd.I. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) tahun 2000 di SDN Lohbener I Indramayu, pendidikan lanjutan menengah pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 2 Sindang Indramayu, dan pendidikan lanjutan menengah atas (SMA) diselesaikan tahun 2006 di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor tahun 2007. Selama di
IPB, penulis
aktif di
berbagai
organisasi
dari
kegiatan
kemahasiswaan, meliputi Staf Hubungan Luar Himaproter (Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan) Fapet IPB periode 2007-2008, Badan Pengawas Himaproter (Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan) Fapet IPB periode 2008-2009, Anggota Teater Kandang Fapet IPB, Ketua Divisi Sosial Komunikasi OMDA IKADA (Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Indramayu) periode 2007-2008, Staf Divisi PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) OMDA IKADA (Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Indramayu) periode 2008-2009. Penulis juga aktif mengikuti pelatihan dan seminar diantaranya Pelatihan Pengolahan Hasil Peternakan pada tahun 2007, Stadium General MK Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis pada tahun 2008, serta Pelatihan “Peningkatan Softskill” tahun 2008.
Bogor, Januari 2011
Penulis
vi
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah pada Illahi Rabbi, Tuhan yang merajai langit dan Bumi. Atas kehendak dan petunjuk Nya penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi dengan judul Ukuran Morfometrik Domba Lokal Jantan pada Tingkat Kecepatan Pertumbuhan yang Berbeda. Sebuah karya ilmiah yang bagi penulis bukan sekedar sebagai persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Peternakan belaka, namun lebih sebagai anugerah dari Allah SWT yang mengajarkan umat manusia melalui utusanNya Khair Al Anam Muhammad SAW di berbagai bidang ilmu sehingga mereka terangkat derajatnya. Skripsi ini merupakan hasil penelitian mengenai ukuran tubuh (morfometrik) domba lokal jantan untuk mengetahui kriteria domba cepat tumbuh dan lambat tumbuh. Oleh karenanya diharapkan tulisan ini dapat memberikan informasi tentang kriteria domba cepat tumbuh yang dapat digunakan sebagai referensi baik dalam pembibitan domba maupun pemilihan bakalan domba untuk usaha penggemukan domba. Selesainya penulisan dan penyusunan skripsi ini bukan berarti penulis telah menyempurnakan tugas akhirnya. Kami menyadari bahwa apa yang telah kami tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi mencapai kebenaran. Semoga semua yang tertuang dalam tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .................................................................................................
ii
ABSTRACT ....................................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xii
PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................... Tujuan dan Manfaat .............................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
3
Domba ................................................................................................. Domba Lokal ........................................................................... Pemeliharaan Domba .......................................................................... Sistem Ekstensif ...................................................................... Sistem Semi Intensif ............................................................... Sistem Intensif ......................................................................... Pertumbuhan Domba .......................................................... ................ Pertambahan Bobot Badan .................................................................. Penggemukan ...................................................................................... Konsumsi Pakan .................................................................................. Kondisi Tubuh .................................................................................... Seleksi .................................................................................................
3 4 4 5 5 5 6 7 7 10 10 11
METODE ........................................................................................................
13
Lokasi dan Waktu ............................................................................... Materi .................................................................................................. Prosedur .............................................................................................. Rancangan Percobaan ..........................................................................
13 13 13 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
19
Kondisi Umum Lingkungan ............................................................... Pertumbuhan Domba .......................................................................... Ukuran Morfometrik Domba ...............................................................
19 20 20 viii
Ukuran Morfometrik Bagian Badan Domba ........................... Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher ..................... Ukuran Morfometrik Bagian Ekor ........................................... Ukuran Morfometrik Bagian Kaki .......................................... Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Domba dan Bobot Badan ....... Korelasi pada Bagian Kepala dan Leher Domba ..................... Korelasi pada Bagian Badan Domba ...................................... Korelasi pada Bagian Ekor Domba .......................................... Korelasi pada Bagian Kaki Domba ..........................................
21 22 23 24 25 25 27 29 30
KESIMPULAN .............................................................................................
32
Kesimpulan ......................................................................................... Saran ....................................................................................................
32 32
UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................................
33
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
34
LAMPIRAN ....................................................................................................
38
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dari Berbagai Program Penggemukan ......................................................................................
9
2. Rataan PBBH Domba .........................................................................
20
3. Ukuran Morfometrik Bagian Badan ....................................................
21
4. Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher .................................
23
5. Ukuran Morfometrik Bagian Ekor ......................................................
23
6. Ukuran Morfometrik Bagian Kaki ......................................................
25
7. Korelasi Bagian Kepala dan Leher dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba ......................................................................................
26
8. Korelasi Bagian Badan dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba ..........
28
9. Korelasi Bagian Ekor dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba.............
39
10. Korelasi Bagian Kaki dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba.............
31
x
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kurva Sigmoid Pertumbuhan pada Domba ........................................
6
2. Pengukuran Domba..............................................................................
14
3. Kandang Domba Penelitian ................................................................
19
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Dada Domba .................................
40
2. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Badan Domba ...............................
40
3. Data Hasil Statistik Uji t Tinggi Badan Domba .................................
41
4. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Kepala Domba ..............................
42
5. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Ekor Domba ..................................
42
6. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Pangkal Ekor Domba ....................
43
7. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Moncong Domba ..........................
44
8. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Leher Domba ................................
44
9. Data Hasil Statistik Uji t Dalam Dada Domba ...................................
45
10. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Leher Atas Domba ........................
45
11. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Depan Atas Kanan Domba .............................................................................
46
12. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Depan Atas Kiri Domba .................................................................................
47
13. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Depan Bawah Kanan Domba .........................................................................
47
14. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Depan Bawah Kiri Domba .............................................................................
48
15. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Belakang Atas Kanan Domba ..............................................................................
49
16. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Belakang Atas Kiri Domba .................................................................................
49
17. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Belakang Bawah Kanan Domba .........................................................................
50
18. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Belakang Bawah Kiri Domba .............................................................................
51
19. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Tengah Ekor Domba .....................
51
20. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Ujung Ekor Domba .......................
52
21. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Leher Bawah Domba ....................
52
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif dilihat dari frekuensi melahirkan yaitu 1,82 kali dalam satu tahun (Iniguez et al., 1991). Hal tersebut merupakan potensi yang dimiliki oleh domba lokal, sehingga apabila domba lokal dikembangkan dengan baik maka dapat menghasilkan bibit domba lokal dengan nilai tambah yang lebih besar, dalam bentuk penampilan dan pertambahan bobot badan. Usaha penggemukan domba saat ini merupakan salah satu agribisnis yang mempunyai prospek cukup baik. Penggemukan merupakan pemberian perlakuan selama pertumbuhan untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar, dalam bentuk pertambahan bobot badan (Suharya dan Setiadi, 1992). Usaha ini untuk memenuhi permintaan daging domba yang cukup tinggi dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Salah satu masalah yang dihadapi peternak adalah kesulitan dalam memilih domba bakalan yang akan digemukkan. Ketersediaan domba yang berkualitas baik masih sangat beragam karena keragaman genetik yang dimiliki domba lokal masih tinggi. Akibatnya banyak domba yang setelah digemukkan tidak menunjukkan pertambahan bobot badan yang baik dan dapat merugikan peternak. Pemilihan domba bakalan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha penggemukan domba. Domba bakalan yang sebaiknya dipilih adalah domba bakalan yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Hal ini karena keuntungan usaha penggemukan domba paling utama adalah mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang tinggi dalam waktu singkat, sehingga penggemukan yang dilakukan dapat sesuai dengan yang diharapkan peternak. Seleksi yang mungkin dilakukan adalah melalui seleksi individu dengan melihat ciri-ciri fisik. Hal ini karena seleksi berdasarkan catatan silsilah/keturunan atau saudara tidak dapat dilakukan, mengingat peternak umumnya tidak melakukan pembibitan sendiri. Oleh karena itu kriteria fisik domba unggul ini perlu diidentifikasi agar hasil seleksi dapat efektif dan mendapatkan domba dengan kualitas baik yang dapat menguntungkan peternak.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ukuran morfometrik domba lokal jantan pada tingkat kecepatan pertumbuhan yang berbeda, sehingga dapat dijadikan kriteria dalam pemilihan bibit domba di Peternakan Tawakal Cimande Bogor. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya seleksi bakalan domba agar didapatkan domba yang memiliki keunggulan dalam pertumbuhannya
serta
memberikan
infomasi
tentang
pengaruh
kecepatan
pertumbuhan terhadap pertambahan bobot badan dan ukuran morfometrik domba lokal jantan, sehingga dapat dijadikan kriteria dalam pemilihan domba lokal tumbuh cepat.
2
TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba sejak zaman dulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil seleksi berpuluh-puluh tahun, dan pusat domestikasinya diperkirakan berada dekat dengan laut kaspia yang tepatnya berada di daerah Stepa Aralo-Caspian sejak massa neolitik. Peternakan domba ini kemudian berkembang ke arah timur yaitu sub-kontinen India dan Asia tenggara, ke Barat yaitu ke arah Asia Barat, Eropa dan Afrika, kemudian ke Amerika, Australia dan Kepulauan tropik Oceania (Tomaszewska et al., 1993). Domba yang dikenal di seluruh dunia sekarang ini berasal dari keturunan domba liar, yaitu Moufflon atau Ovis Musimon; Argali atau Ovis Ammon; Urial atau Ovis Vignei dan Ovis Arkel. Domba-domba tersebut didomestikasi, tetapi menurut Tomaszewska et al., (1993) yang didomestikasi terlebih dahulu adalah kambing kemudian baru domba. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan asal ternak (Kammlade dan Kammlade, 1955). Domba diklasifikasikan menurut Blakely dan Bade (1992) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mamalia Ordo : Artiodactyla Family : Bovidae Genus : Ovis Species : Ovis aries Domba yang ada di Indonesia untuk saat ini diperkirakan asal-usulnya adalah berasal dari pedagang-pedagang yang melakukan aktivitas membeli rempah-rempah di Indonesia pada zaman dahulu. Pedagang tersebut pada umumnya berasal dari Asia Baratdaya, dan domba yang ada tersebut pada umumnya termasuk bangsa Ekor Gemuk.
3
Domba Lokal Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan memiliki sifat seasonal polyestroes sehingga dapat beranak sepanjang tahun. Karakteristik domba lokal diantaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, tidak seragam dan hasil daging relatif sedikit dengan rata-rata bobot potong 20 kg (Edey, 1983). Pendapat lain menyatakan bahwa bobot dewasa mencapai 30-40 kg pada jantan dan betina 20-25 kg dengan persentase karkas 44-49% (Tiesnamurti, 1992). Sifat lain dari domba lokal tampak dari warna bulu umumnya putih dengan bercak hitam sekitar mata, hidung dan bagian lainnya (Edey, 1983; Mulyaningsih, 2006; Davendra dan McLeroy, 1992). Selain memiliki bentuk tubuh yang ramping, pola warna bulu sangat beragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan hitam (Tiesnamurti, 1992). Ekor pada domba lokal umumnya pendek (Davendra dan McLeroy, 1992), bentuk tipis dan tidak menimbulkan adanya timbunan lemak (Mulyaningsih, 2006). Ukuran panjang ekor rata-rata 19,3 cm, lebar pangkal ekor 5,6 cm dan tebal 2,7 cm (Tiesnamurti, 1992). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil sedangkan betina biasanya tidak bertanduk (Edey, 1983; Davendra dan McLeroy, 1992). Jenis domba lokal yang ada di Indonesia menurut Iniguez et al., (1991) terdapat tiga jenis, yaitu Jawa ekor tipis, Jawa ekor gemuk dan Sumatra ekor tipis. Berdasarkan Inounu dan Diwyanto (1996) terdapat dua tipe domba yang paling menonjol di Indonesia, yaitu domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG) dengan perbedaan galur dari masing-masing tipe. Sedangkan menurut Salamena (2003), domba terkelompok menjadi domba ekor tipis (Javanese thin tailed), domba ekor gemuk (Javanese fat tailed) dan domba priangan atau dikenal juga sebagai domba Garut. Asal-usul domba ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga DET berasal dari India dan DEG berasal dari Asia Barat (Willianson dan Payne, 1993). Pemeliharaan Domba Sistem pemeliharaan domba secara umum terdapat dua cara, yaitu sistem diumbar (di padang penggembalaan) dan dikandangkan, sedangkan menurut Parakkasi (1999) terdapat tiga cara, yaitu :
4
1. Sistem Ekstensif Sistem ekstensif ini seluruh aktivitas perkawinannya, pembesaran, pertumbuhan dan penggemukan dilakukan di padang penggembalaan. Domba dilepas di padang penggembalaan dengan rumput yang cukup subur, dan pertumbuhan domba ini sangat tergantung dari kualitas padangnya. Padang penggembalaan yang subur akan berpengaruh cepat terhadap penggemukan,
dan
begitu
pula
sebaliknya.
Pada
kondisi
padang
penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan domba yang hidup digemukkan di lokasi tersebut, sehingga keadaan domba mengalami pertumbuhan yang lambat maka dapat diatasi dengan penambahan pakan konsentrat sebanyak 225 gram berupa dedak halus atau bahan makanan lainnya, dan jika padang penggembalaan sangat kering karena iklim maka penambahan jumlah konsentrat dapat diperbanyak menjadi 450-675 kg per ekor per hari. 2. Sistem Semi Intensif Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem ekstensif dan intensif, dan sering disebut juga dengan sistem pertanian campuran (mixed farming). Sistem ini banyak dilakukan oleh petani tradisional yang mempunyai tanah pertanian sambil memelihara ternak. Ternak pada siang hari dapat diumbar di padang penggembalaan sepuasnya dan pada malam hari ternak dikandangkan dan pakan diberikan di dalam kandang. 3. Sistem Intensif Pemeliharaan dengan sistem ini biasanya ternak dikandangkan terus menerus (sepanjang hari) (Tomaszewska et al., 1993), dan biasanya sistem ini dilakukan di pedesaan yang padat penduduknya. Pemeliharaan sistem intensif ini sering disamakan dengan pemeliharaan dengan ransum yang bernutrisi tinggi (penguat). Ternak yang dipelihara secara intensif ini biasanya menggunakan pakan berupa rumput secukupnya sedangkan sisa kebutuhannya dipenuhi dengan memberikan konsentrat. Menurut hasil pengamatan bahwa penambahan konsentrat dalam pakan domba yang terdiri 5
dari banyak campuran jagung giling, pertambahan berat badan pernah tercatat 200 g/hari/ekor. Daerah tropis terutama pada peternakan rakyat cenderung lebih banyak menggunakan sistem ekstensif, karena ketersediaan pakan yang terbatas serta tujuan dari beternak yang hanya sebagai tabungan keluarga saja. Sistem pemeliharaan domba sangat dipengaruhi oleh keterbatasan pakan yang ada. Daerah yang iklimnya cenderung tidak baik untuk pertumbuhan hijauan, maka lebih banyak menggunakan sistem intensif atau digembalakan dengan disertai kandang yang sederhana. Pertumbuhan Domba Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan berat badan dan tinggi. Menurut Anggorodi (1990), pertumbuhan murni mencakup pertumbuhan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan-jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Dilihat dari sudut kimiawi pertumbuhan murni adalah suatu penambahan jumlah protein dan zat-zat mineral yang ditimbun dalam tubuh. Pertambahan berat akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukan merupakan pertumbuhan murni.
Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Sigmoid pada Domba Sumber : Soeparno (2005)
6
Pertumbuhan semua hewan pada awalnya lambat dan meningkat dengan cepat kemudian lambat pada saat hewan mendekati dewasa tubuh. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetis atau faktor keturunan dan faktor lingkungan seperti iklim dan manajemen pelaksanaan. Faktor keturunan lebih membatasi kemungkinan pertumbuhan dan besarnya tubuh yang dapat dipakai. Sedangkan faktor lingkungan yaitu seperti pemberian pakan, pencegahan atau pemberantasan penyakit serta tatalaksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam mencapai kedewasaan. Menurut NRC (1985) pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetis, kondisi lingkungan, kondisi setiap individu dan manajemen tatalaksana. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang digunakan untuk menilai kualitas bahan makanan ternak. Pertambahan bobot badan yang diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil zat-zat makanan yang dikonsumsi, sehingga dari data pertambahan bobot badan akan diketahui nilai suatu pakan bagi ternak. Pond et al., (1950), pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang digunakan untuk menilai kualitas bahan makanan ternak. Tillman et al., (1989), menyatakan bahwa makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Kecepatan pertumbuhan diukur dalam kilogram melalui penimbangan berulang-ulang dan dapat dilakukan setiap waktu. Natasasmita (1979) menyatakan bahwa pakan sangat penting diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan ternak, sehingga harus mengandung gizi dan tersedia terus. Pakan yang umum diberikan berupa hijauan, tetapi pada saat ketersediaan hijauan berkurang maka perlu diberikan penambahan pakan penguat atau hijauan yang telah diawetkan. Penggemukkan Penggemukkan saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak maupun pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar, dalam bentuk pertambahan bobot badan (Suharya dan Setiadi, 1992). Istilah penggemukkan berasal dari kata fattening yang berarti pembentukan lemak, dan istilah tersebut dewasa ini tidak sesuai lagi karena sistem 7
produksi dan selera konsumen yang berubah. Hewan yang dipotong semakin muda, sehingga dagingnya semakin empuk. Penggemukkan yang dimaksud adalah penggemukan yang tidak berlebih-lebihan tetapi penggemukkan seperlunya saja sesuai dengan tujuan penggemukan. Tujuan program penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya saja. Bila ternak yang digunakan belum dewasa, maka program tersebut sifatnya adalah bersifat membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1999). Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan ternak dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke ternak (ke kandang) (Parakkasi, 1999). Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot badan harian karena pemberian pakan yang cukupsesuai dengan kebutuhan domba. Pemeliharaan secara intensif ini, ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk produksi daging (Mathius, 1998). Pemeliharaan secara intensif ini diharapkan agar produksi yang dihasilkan tinggi dan waktu produksi yang dibuthkan relatif singkat. Usaha penggemukan domba sangat digemari oleh petani sebagai usaha ternak komersial karena dinilai lebih ekonomis, relatif cepat, rendah modal, serta lebih praktis. Bakalan yang dipilih adalah domba bakalan yang kurus dan sehat serta berkerangka besar. Penentuan kapan suatu program penggemukkan akan diakhiri, karena sudah mencapai titik optimum dan merupakan sesuatu yang tidak mudah (Parakkasi, 1999). Jika titik tersebut dapat ditentukan secara baik, maka peternak dapat mengurangi bahan makanan yang terbuang, sehingga mendapatkan karkas yang tidak banyak lemaknya dan mempercepat turnover usaha. Kondisi masa pertumbuhan yang relatif kurus dari pasar akan cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 2-3 bulan (Yamin, 2001). Penggemukan pada umumnya terdapat tiga kategori yaitu penggemukan jangka waktu pendek (kurang lebih 1 bulan), jangka waktu sedang (kurang lebih 2 bulan) dan jangka waktu panjang (kurang lebih 3 bulan) (Parakkasi, 1999). Waktu penggemukan yang semakin lama akan menghasilkan pertambahan bobot badan menurun, tetapi persentase karkas akan meningkat seiring dengan lama panggemukkan.
8
Penggemukan dapat dilakukan dengan berbagai macam pakan sesuai dengan keinginan peternaknya. Pakan yang digunakan selama penggemukan akan sangat berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan harian yang dihasilkan. Selain faktor pakan, ada faktor lain yang juga berpengaruh yaitu bangsa dan jenis kelamin domba serta manajemen pemeliharaan dan kondisi lingkungan. Faktor pakan, bangsa dan jenis kelamin mempunyai pengaruh yang saling berkaitan satu sama lain, jadi faktor yang satu akan saling berkaitan dengan faktor lainnya untuk mendapatkan PBBH yang optimal. Beberapa hasil penelitian penggemukan domba dengan berbagai macam pakan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dari Berbagai Program Penggemukkan Bangsa Domba
PBBH Waktu (g/ekor/hari) (Minggu)
Priangan Jantan DEG DEG Jantan
64,99a 47b 89,28c 126,99d 102,68e 117,86a 90,16f 88,2g
8 12 8 8 8 8 8 10
DEG Betina
28,2h
12
Merino Jantan Backcross Jantan
33,45i 34,35i
12 12
Domba Lokal (DET) DET Jantan
Keterangan : a : Baliarti (1985) b : Elia (2005) c : Purnomo (2006) d : Mulyaningsih (2006) e : Hasanah (2006)
Perlakuan
Rumput Lapang dan Bekatul Brachiaria humidicola 50% Rumput Lapang + 50% Ampas Tahu 100% Konsentrat Konsentrat dan Rumput Gajah 50% Konsentrat + 50% Rumput Gajah Rumput Lapang dan Bekatul Hijauan Daun Bawang 25% + Rumput Alam 75% dan Konsentrat 1,5 kg Rumput Alam + 0,5 kg Gamal (Gliricidia sepium) + 0,2 kg dedak padi Rumput Gajah dan Konsentrat Rumput Gajah dan Konsentrat
f : Setyowati (2005) g : Arifiyanti (2002) h : Munier et. al. (2004) i : Permana (2003)
9
Konsumsi Pakan Konsumsi pada umumnya diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, yang kandungan zat makanan di dalamnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak tersebut (Tillman et al., 1998). Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh ternak bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Konsumsi merupakan faktor essensial sebagai dasar untuk hidup pokok dan untuk produksi. Tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor hewan, faktor makanan yang diberikan dan faktor lingkungan (suhu dan kelembaban). Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu tanda terbaik bagi produktivitas ternak (Arora, 1989). Konsumsi pakan sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, besarnya tubuh, keaktifan dan kegiatan pertumbuhan atau produktivitas lainnya, yaitu suhu dan kelembaban udara. Suhu udara yang tinggi maka konsumsi pakan akan menurun karena konsumsi air minum yang tinggi berakibat pada penurunan konsumsi energi (Siregar, 1984). Konsumsi juga sangat dipengaruhi oleh palatabilitas yang tergantung pada eberapa hal, yaitu penampilan dan bentuk makanan, bau, rasa, tekstur dan suhu lingkungan (Church dan Pond, 1988). Konsumsi pakan secara umum akan meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan, karena pada umumnya kapasitas saluran pencernaan meningkat dengan semakin meningkatnya berat badan. Kondisi Tubuh Herman (2003), pertumbuhan hewan berlangsung dua kejadian, yaitu bertambahnya bobot badan sampai dicapainya besar tubuh dewasa (pertumbuhan) dan terdapatnya perubahan bentuk serta konformasi tubuh hewan sehingga diperoleh bentuk dewasa (perkembangan). Setelah hewan lahir, perubahan berlangsung dalam proporsi tubuh. Tubuh khususnya bagian belakang (hind quarters) dan daerah pinggang (loin). Perkembangan terakhir, daerah loin ditandai oleh timbunan otot dan lemak yang cukup tebal. Kondisi ini dapat digunakan untuk menilai kondisi tubuh seekor hewan, baik hasil penggemukan, bibit betina maupun pejantan. Nichols (1996), bahwa mendeteksi kondisi tubuh domba dengan meraba lemak di punggungnya. Ketebalan lemak punggung dipercaya sebagai indikator kurus atau
10
gemuknya domba. Domba yang gemuk dan sudah tidak mungkin mengalami pertumbuhan pesat, biasanya lemak punggungnya tebal, sedangkan domba yang kurus lemak punggungnya tipis, bahkan jika diraba terasa ada tulang yang menonjol. Cara penilaian kondisi tubuh ini didasarkan atas timbunan lemak dan otot di atas tulang belakang di daerah pinggang. Tangan dan jari-jari tangan digunakan untuk merasakan adanya timbunan tersebut, di sekitar processus spinosus, juga diraba ujung processus transverses beserta perlemakan dan perototannya untuk dinilai. Keadaan sangat kurus apabila kedua processus tersebut mudah diraba karena penimbunan otot dan lemak yang sangat kurang. Nilai 5 dapat diberikan untuk hewan yang memiliki kondisis sangat gemuk dan nilai 1 dapat diberikan kepada hewan yang memiliki kondisi tubuh sangat kurus. Hewan yang memiliki kondisi tubuh kurus, sedang dan gemuk dapat diberikan nilai 2, 3 dan 5 (Herman, 2003). Seleksi Menurut Noor (2008), dari segi genetik, seleksi diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan ternak-ternak tertentu berproduksi, sedangkan ternak lainnya tidak diberi kesempatan berproduksi.
Terdapat dua kekuatan yang menentukan
apakah ternak-ternak pada generasi selanjutnya. Kedua kekuatan itu adalah seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi alam meliputi kekuatan-kekuatan alam yang menentukan ternak-ternak akan bereproduksi dan menghasilkan keturunan untuk melanjutkan proses reproduksi. Pada seleksi buatan, manusia menentukan ternak mana yang boleh bereproduksi. Ternak-ternak ini tidak dipilih berdasarkan daya adaptasinya terhadap lingkungan, tetapi berdasarkan keunggulannya. Hal itu disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan manusia. Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan. Perbedaan yang dapat diamati pada ternak-ternak untuk berbagai sifat disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini berperan sangat penting dalam menentukan keunggulan suatu ternak. Ternak yang secara genetik unggul tidak akan menampilkan keunggulan optimal jika tidak didukung oleh faktor lingkungan yang baik pula. Sebaliknya, ternak yang memiliki mutu genetik rendah, meski masih didukung oleh lingkungan yang baik juga tidak akan
11
menunjukkan produksi yang tinggi. Jadi, pada dasarnya ternak yang memiliki mutu genetik yang tinggi harus dipelihara pada lingkungan yang baik pula agar tersebut bisa menampilkan produksi secara maksimal (Noor, 2008).
12
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir RT 05 RW 05 Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada Bulan Juli sampai September 2009.
Materi Materi yang digunakan adalah domba lokal jantan umur kurang dari satu tahun (I0) sebanyak 15 ekor. Alat yang digunakan meliputi tali, timbangan, pita ukur, tongkat ukur, alat tulis, kamera, kertas label, gunting dan selang pelastik. Prosedur Identifikasi Ternak Identifikasi dilakukan sebelum pengukuran bobot badan domba, yaitu penentuan umur, jenis domba, dan jenis kelamin domba. Kemudian dilakukan penomoran pada domba. Seleksi Domba Seleksi domba dilakukan untuk menentukan kelompok domba tumbuh cepat (TC) dan tumbuh lambat (TL). Seleksi domba berdasarkan dari hasil identifikasi domba yang telah dilakukan kemudian dibagi dua kelompok antara kelompok domba TC dan kelompok domba TL berdasarkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan penampilannya melalui seleksi cepat (rapid selection), yaitu pemilihan dan pengelompokan domba berdasarkan performa PBBH di atas 150 gr/ekor/hari dikategorikan ke dalam domba TC dan domba dengan PBBH di bawah 70 gr/ekor/ hari dikategorikan ke dalam domba TL. Berdasarkan hasil penyeleksian didapatkan 8 ekor domba TC (Rataan BB = 35,625 kg dan rataan PBBH = 179,29 gr/ekor/hari) dan 7 ekor domba TL (Rataan BB = 24,28 kg dan
rataan PBBH = 66,51
gr/ekor/hari). Persiapan Kandang dan Peralatan Kandang dan semua peralatan yang digunakan dibersihkan. Kemudian setiap kandang diberi label kode domba yang digunakan dalam penelitian.
13
Pakan Pakan yang diberikan merupakan pakan yang sama dengan pakan penggemukan yang diberikan pada Tawakal Farm yaitu rumput lapang 2 kg/hari/ekor dan ampas tahu sekitar 2 kg/hari/ekor. Pemeliharaan dan Pengukuran Pemeliharaan dilakukan selama 7 minggu. Pegukuran bobot badan domba dilakukan pada tiga titik selama pemeliharaan, yaitu pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan untuk melihat pertambahan bobot badan domba. Setelah itu ditentukan domba TC dan domba TL kemudian dilakukan pengukuran morfometrik domba. Peubah yang Diamati
Gambar 2. Pengukuran Domba Panjang Leher Panjang leher diperoleh dengan cara pengukuran dari ujung leher atas (di bawah pangkal kepala) sampai ujung leher bawah, di atas tulang dada yang menonjol menggunakan pita ukur (cm).
14
Panjang Kepala Panjang kepala diperoleh dengan cara pengukuran dari ujung dahi sampai ujung moncong, menggunakan pita ukur (cm). Lingkar Moncong Lingkar moncong diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling moncong, menggunakan pita ukur (cm). Lingkar Leher Atas Lingkar leher atas diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling leher atas, di bawah pangkal kepala menggunakan pita ukur (cm). Lingkar Leher Bawah Lingkar leher bawah diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling ujung leher bawah, di atas tulang dada yang menonjol menggunakan pita ukur (satuan cm). Lingkar Dada Lingkar dada diperoleh dengan cara diukur melingkar sekeliling dada dibelakang sendi siku, menggunakan pita ukur (cm). Dalam Dada Dalam dada diperoleh dengan cara pengukuran dari titik tertinggi tulang pundak sampai tulang dada bagian bawah belakang kaki depan, diukur dengan menggunakan kaliper (cm). Panjang Badan Panjang badan diperoleh dengan cara diukur dari sendi bahu sampai tulang duduk (tuber ischii) dengan menggunakan pita ukur (cm). Tinggi Pundak Tinggi pundak diperoleh dengan cara diukur dari titik tertinggi pundak sampai alas kandang dengan menggunakan tongkat ukur (cm). Panjang Ekor Panjang ekor diperoleh dengan cara pengukuran dari pangkal ekor sampai ujung ekor, diukur dengan menggunakan pita ukur (cm).
15
Lingkar Tengah Ekor Lingkar tengah ekor diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling tengahl ekor, menggunakan pita ukur (satuan cm). Lingkar Pangkal Ekor Lingkar pangkal ekor diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling pangkal ekor, menggunakan pita ukur (cm). Lingkar Ujung Ekor Lingkar ujung ekor diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling ujung ekor, menggunakan pita ukur (satuan cm). Lingkar Atas Kaki Kanan Depan Lingkar atas kaki kanan depan diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling pangkal atas kaki kanan depan menggunakan pita ukur (satuan cm). Lingkar Atas Kaki Kiri Depan Lingkar atas kaki kiri depan diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling pangkal atas kaki kiri depan menggunakan pita ukur (satuan cm). Lingkar Bawah Kaki Kanan Depan Lingkar bawah kaki kanan depan diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling ujung bawah kaki kanan depan, di atas kuku menggunakan pita ukur (satuan cm). Lingkar Bawah Kaki Kiri Depan Lingkar bawah kaki kiri depan diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling ujung bawah kaki kiri depan, di atas kuku menggunakan pita ukur (satuan cm). Lingkar Atas Kaki Kiri Belakang Lingkar atas kaki kiri belakang diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling pangkal atas kaki kiri belakang menggunakan pita ukur (satuan cm).
16
Lingkar Atas Kaki Kanan Belakang Lingkar atas kaki kanan belakang diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling pangkal atas kaki kanan belakang menggunakan pita ukur (satuan cm). Lingkar Bawah Kaki Kiri Belakang Lingkar bawah kaki kiri belakang diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling ujung bawah kaki kiri belakang, di atas kuku menggunakan pita ukur (satuan cm). Lingkar Bawah Kaki Kanan Belakang Lingkar bawah kaki kanan belakang diperoleh dengan cara pengukuran melingkar sekeliling ujung bawah kaki kanan belakang, di atas kuku menggunakan pita ukur (satuan cm). Rancangan Percobaan Perlakuan Perlakuan yang diberikan adalah domba lokal jantan dengan tingkat kecepatan tumbuh yang cepat dan domba lokal jantan dengan kecepatan tumbuh yang lambat. Analisis Data
yang
diperoleh
dianalisis
dengan
menggunakan
uji
t
dengan
membandingkan dua perlakuan yaitu kelompok domba TC dan kelompok domba TL untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Model matematis yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1997) : μi - μj – d0 t = s√1 + s √ 1 n
n
Keterangan: Xi
= Rata-rata Perlakuan ke-i
Xj
= Rata-rata Perlakuan ke- j
s
= Simpangan Baku
n
= Jumlah individu sampel
Do
=0
17
Dilakukan juga análisis korelasi untuk mengetahui hubungan antar ukuranukuran tubuh yang diamati (Steel dan Torrie, 1997). Model matematis yang digunakan adalah sebagai berikut:
18
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lingkungan Peternakan Peternakan Tawakal adalah peternakan penggemukan domba dengan populasi 1000 ekor domba yang terletak di Desa Cimande Hilir RT 05 RW 05 Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Kondisi lingkungan di daerah tersebut cukup baik karena terletak di kaki Gunung Salak sehingga memiliki hawa yang sejuk. Desa Cimande Hilir terletak pada ketinggian 400-700 m di atas permukaan laut, suhu udara di daerah tersebut berkisar antara 21,8-30oC dengan kelembaban udara 70% dan curah hujan 3500-4000 mm/tahun (http://kotabogor.go.id, [29 September 2009]). Kondisi ini cukup baik untuk pertumbuhan domba karena stress panas tidak terlalu tinggi dan memungkinkan untuk hijauan tumbuh dengan baik sehingga kebutuhan pakan dapat tercukupi.
Gambar 3. Kandang Domba Penelitian Peternakan Tawakal memiliki empat bangunan kandang besar dengan model kandang yang berbeda. Selain itu terdapat juga bangunan rumah untuk tempat tinggal para karyawan peternakan Tawakal. Bangunan kandang peternakan tawakal terdiri dari satu kandang untuk domba betina dan tiga kandang untuk domba jantan. Bangunan kandang untuk domba jantan ini dibedakan berdasarkan kelasnya, yaitu untuk kelas domba ukuran besar, domba ukuran sedang dan domba ukuran kecil. Bangunan kandang merupakan kandang individu berbentuk panggung dengan jarak dari tanah ke alas kandang 1,5 meter. Kondisi domba yang ada di peternakan Tawakal sangat baik, bugar dan jarang sekali ada yang sakit. Hal ini karena kebersihan di peternakan Tawakal dijaga dengan sangat baik. Kandang dibersihkan
19
setiap hari dan dombanya sendiri dimandikan setiap satu minggu sekali. Ditambah lagi bentuk kandang peternakan tawakal adalah kandang panggung sehingga memungkinkan lebih bisa menjaga kebersihan kandang karena kotoran dapat langsung jatuh ke tanah. Pertumbuhan Domba Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan seperti iklim dan manajemen pelaksanaan. Hasil seleksi yang dilakukan menunjukkan bahwa domba lokal jantan tumbuh cepat mempunyai ratarata pertambahan bobot badan yang berbeda jauh dengan domba lokal jantan tumbuh lambat. Tabel 2. Rata-rata Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Tumbuh Cepat dan Domba Tumbuh Lambat Grade Domba
N (ekor)
Rataan BB (kg)
Rataan PBBH (gr)
Tumbuh Cepat
8
35,625
179,29
Tumbuh Lambat
7
24,28
66,51
Menurut Tarmidi (2004) domba dalam masa pertumbuhan memiliki PBBH berkisar antara 49,63 – 71,43 gram/ekor/hari. Hasil ini memperlihatkan potensi yang dimiliki oleh domba lokal jantan tumbuh cepat, karena dengan umur, jenis kelamin, kondisi lingkungan dan pemberian pakan yang sama domba lokal jantan tumbuh cepat lebih bisa mengoptimalkan pertumbuhannya. Potensi ini dapat menguntungkan peternak karena domba yang memiliki kecepatan pertumbuhan yang ekstrim memiliki potensi untuk lebih mengefiensikan produksi dikarenakan domba dengan pertumbuhan cepat ini dapat mengkonversikan pakan yang dikonsumsinya dengan lebih baik. Ukuran Morfometrik Domba Ukuran-ukuran permukaan tubuh memiliki kegunaan untuk manaksir bobot badan dan memberikan gambaran bentuk (shape) tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa (Doho, 1994). Fourie et al., (2002) menyatakan bentuk dan ukuran tubuh ternak dapat dideskripsikan dengan menggunakan ukuran permukaan tubuh dan penilain visual pada ternak. Ukuran merupakan salah satu indikator penting dari
20
pertumbuhan yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi komposisi tubuh ternak. Ternak yang berasal dari bangsa yang sama menurut Aberle et al., (2001) akan cenderung memiliki cirri khas dan karakteristik yang sama, yang mencirikan bangsa ternak tersebut. Ukuran-ukuran tubuh dapat digunakan untuk mengetahui morfogenetik dari jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antar wilayah atau antar Negara, sehingga sebagai salah satu hasilnya dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai bentuk tubuh hewan sebagai cici khas bangsa ternak tertentu. Pengukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak yaitu sifat kuantitatif untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak maupun untuk digunakan dalam seleksi (Mulliadi, 1996). Ukuran tubuh bertambah seiring bertambahnya umur. Namun demikian, ukuran tubuh ternak juga dipengaruhi oleh status gizi dan status kelamin (Devendra dan Burns, 1992). Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang proporsional dari bobot tubuh, karena bobot tubuh merupakan fungsi dari volume. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa keseluruhan domba TC tumbuh di Peternakan Tawakal mempunyai karakteristik morfometrik yang lebik besar dibandingkan domba TL. Hasil tersebut berlaku untuk semua parameter yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang jelas antara domba TC dan domba TL. Bobot tubuh umumnya mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linear tubuh. Ukuran Morfometrik Bagian Badan Domba Tabel 3. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Badan Domba Lokal Jantan Tumbuh Cepat dan Tumbuh Lambat di Peternakan Tawakal. Peubah
Grade Domba TC (cm)
TL (cm)
Panjang Badan
69,77 ± 4,33a
61,75 ± 3,58b
Tinggi Badan
63,50 ± 3,19a
60,30 ± 2,39b
Lingkar Dada
76,36 ± 3,29a
67,90 ± 2,69b
Dalam Dada
32,38 ± 2,30a
29,50 ± 2,10b
Ket : Superscript huruf kecil yang berbeda pada baris yang (P<0,05).
sama menunjukkan berbeda nyata
21
Berdasarkan analisis statistik diperoleh hasil domba TC mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk parameter dalam dada, lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan domba yang berbeda dapat mempengaruhi kriteria fisik dari parameter-parameter tersebut. Hal ini juga berarti panjang badan, tinggi badan, lingkar dada dan dalam dada dapat dijadikan sebagai kriteria dalam pemilihan domba tumbuh cepat. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa lingkar dada, tinggi badan, dalam dada dan panjang badan mempunyai korelasi yang erat dengan bobot badan domba, sehingga juga erat hubungannya dengan pertumbuhan. Semakin cepat laju pertumbuhan, ukuran lingkar dada, dan lebar dada domba akan semakin besar, sehingga semakin besar ukuranukuran tubuh tersebut maka bobot tubuh akan semakin berat (Diwyanto, 1982 dan Amri, 1992). Hal ini sesuai dengan konsep pertumbuhan ke arah samping (Manggung, 1979). Pertumbuhan tersebut juga harus didukung oleh panjang badan dan tinggi badan yang proporsional. Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Parameter pada bagian kepala dan leher menunjukkan bahwa panjang kepala, lingkar leher atas dan lingkar leher bawah domba TC berbeda nyata dengan domba TL (P<0,05), kecuali pada parameter lingkar moncong dan panjang leher yang tidak berbeda nyata antara domba TC dan domba TL (P>0,05). Hal ini berarti panjang kepala, lingkar leher atas dan lingkar leher bawah dapat dijadikan sebagai kriteria domba tumbuh cepat. Sedangkan untuk parameter lingkar moncong dan panjang leher kemungkinan tidak dapat dijadikan sebagai kriteri domba tumbuh cepat. Diwyanto (1982) menyatakan bahwa komponen lebar muka mempunyai peranan yang cukup penting dalam menduga bobot badan, dengan demikian domba yang kepalanya lebih lebar mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan domba yang kepalanya relatif sempit. Lebar muka tersebut juga harus didukung oleh panjang kepala yang proporsional.
22
Tabel 4. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba Lokal Jantan Tumbuh Cepat dan Tumbuh Lambat di Peternakan Tawakal. Peubah
Grade Domba
Panjang Kepala
TC (cm) 21,43 ± 0,98a
TL (cm) 19,14 ± 0,90b
Lingkar Moncong
20,00 ± 0,92a
19,71 ± 1,11a
Panjang Leher
23,00 ± 1,77a
22,00 ± 2,24a
Lingkar Leher Atas
34,00 ± 1,69a
30,71 ± 2,14b
Lingkar Leher Bawah
41,50 ± 2,56a
35,86 ± 2,67b
Ket :
Superscript huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
Ukuran panjang kepala dan lingkar leher atas yang lebih tinggi pada domba TC kemungkinan berkaitan dengan konsumsi pakan yang lebih besar sehingga harus didukung oleh kapasitas ukuran kepala dan leher yang lebih besar dibandingkan domba TL. Ukuran-ukuran permukaan kepala bagian tubuh ternak lainnya berguna untuk menaksir bobot badan serta memberi gambaran bentuk tubuh yang merupakan cirri khas suatu bangsa ternak tertentu (Doho, 1994). Ukuran Morfometrik Bagian Ekor Domba Hasil analisis statistik parameter pada bagian ekor menunjukkan bahwa lingkar pangkal ekor domba TC berbeda nyata dengan domba TL (P<0,05). Sebaliknya untuk parameter panjang ekor, lingkar tengah ekor dan lingkar ujung ekor tidak berbeda nyata antara domba TC dan domba TL (P>0,05). Tabel 5. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Ekor Domba Lokal Jantan Tumbuh Cepat dan Tumbuh Lambat di Peternakan Tawakal. Peubah Panjang Ekor
Grade Domba TC (cm) TL (cm) a 22,38 ± 2,72 19,86 ± 2,67a
Lingkar Pangkal Ekor
14,63 ± 1,30a
13,00 ± 1,29b
Lingkar Tengah Ekor
6,750 ± 0,707a
6,57 ± 1,40a
Lingkar Ujung Ekor
3,875 ± 0,835a
4,143 ± 0,900a
Ket :
Superscript huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
23
Hasil ini berarti lingkar pangkal ekor dapat dijadikan sebagai kriteria domba tumbuh cepat. Ukuran lingkar pangkal ekor yang lebih tinggi pada domba TC kemungkinan berkaitan dengan adanya deposit lemak pada ekor domba TC yang lebih banyak dibandingkan dengan domba TL. Hal ini menunjukkan bahwa domba TC lebih efisien dalam menggunakan nutrisi pakan, sehingga domba TC mempunyai bobot daging yang lebih tinggi dibandingkan dengan domba TL karena domba TC lebih banyak mendepositkan lemaknya pada bagian ekor. Domba masih pada masa pertumbuhan dan merupakan petunjuk bahwa tipe ekor yang tebal cenderung mempunyai kemampuan tumbuh yang besar pula. Selain itu tingkat deposisi lemak yang lebih cepat tercapai dengan pakan yang cukup dan terlihat pada ketebalan pangkal ekornya (Diwyanto, 1984). Ukuran Morfometrik Bagian Kaki Hasil analisis uji statistik pada bagian kaki domba menunjukkan perbedaan yang nyata antara domba tumbuh cepat dan tumbuh lambat pada lingkar kaki depan bawah kiri serta lingkar atas kaki depan dan belakang domba baik kaki kiri maupun kaki kanan. Hasil berbeda terlihat pada lingkar kaki depan bawah kanan, kaki belakang bawah kanan dan kaki belakang bawah kiri domba tumbuh cepat dan tumbuh lambat yang mempunyai hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pada lingkar kaki bagian atas domba baik kaki depan maupun kaki belakang dapat dijadikan sebagai kriteria domba tumbuh cepat. Sedangkan untuk lingkar kaki bawah domba kemungkinan belum bisa dijadikan kriteria domba tumbuh cepat, karena dari hasil analisis statistik bagian bawah kaki domba yang berbeda nyata hanya terdapat pada lingkar kaki depan bawah kiri. Berdasarkan rataan keseluruhan data hasil pengukuran pada bagian kaki, ukuran kaki domba TC lebih besar dibandingkan dengan domba TL. Hal ini sesuai dengan bobot badan domba TC yang lebih besar dari domba TL, sehingga ukuran kaki domba menyesuaikan dengan bobot badannya (proporsional). Berdasarkan hasil ini kita bisa mengetahui bahwa, antara domba TC dengan domba TL memiliki perbedaan kriteria fisik. Kriteria fisik inilah yang kemudian bisa dijadikan sebagai acuan untuk penyeleksian domba tumbuh cepat.
24
Tabel 6. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Kaki Domba Lokal Jantan Tumbuh Cepat dan Tumbuh Lambat di Peternakan Tawakal. Peubah
Grade Domba TC (cm)
TL (cm)
Lingkar Kaki Depan Atas Kanan
20,50 ± 2,33a
17,7 ± 1,11b
Lingkar Kaki Depan Atas Kiri
20,88 ± 1,81a
18,00 ± 1,53b
Lingkar Kaki Depan Bawah Kanan
8,00 ± 0,535a
7,286 ± 0,906a
Lingkar Kaki Depan Bawah Kiri
8,00 ± 0,535a
7,071 ± 0,838b
Lingkar Kaki Belakang Atas Kanan
31,57 ± 1,98a
26,43 ± 1,90b
Lingkar Kaki Belakang Atas Kiri
31,88 ± 1,46a
26,00 ± 2,58b
Lingkar Kaki Belakang Bawah Kanan
9,125 ± 0,991a
7,86 ± 1,21a
Lingkar Kaki Belakang Bawah Kiri
9,063 ± 0,678a
7,93 ± 1,24a
Ket :
Superscript huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Domba dan Bobot badan Korelasi pada Bagian Kepala dan Leher Domba Hasil analisi korelasi bagian kepala dan leher menunjukkan bahwa panjang kepala, lingkar leher atas, dan lingkar leher bawah mempunyai korelasi dengan beberapa ukuran tubuh lainnya terutama dengan bobot badan domba kecuali panjang leher yang hanya berkorelasi dengan lingkar kaki belakang bawah kiri dan lingkar moncong tidak menunjukkan korelasi dengan ukuran tubuh lainnya. Panjang kepala, lingkar leher atas dan lingkar leher bawah berkorelasi sangat nyata dengan bobot badan (P<0,01). Selain itu diantara parameter tersebut saling berkorelasi satu sama lainnya. Hal ini mungkin terkait dengan konsumsi pakan yang lebih banyak pada domba dengan ukuran kepala dan leher yang besar sehingga memungkinkan pertumbuhan yang optimal pada domba. Menurut Doho (1994) menyatakan bahwa ukuran-ukuran permukaan kepala bagian tubuh ternak lainnya berguna untuk menaksir bobot badan serta memberi gambaran bentuk tubuh yang merupakan cirri khas suatu bangsa ternak tertentu.
25
Tabel 7. Korelasi Bagian Kepala dan Leher dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba. Peubah Panjang Kepala Lingkar Moncong Lingkar Leher atas Lingkar Leher bawah Panjang Leher Dalam Dada LK1 LK2 LK3 LK4 LK5 LK6 LK7 LK8 Panjang Ekor Lingkar Pangkal Ekor Lingkar Tengah Ekor Lingkar Ujung Ekor Lingkar Dada Panjang Badan Tinggi Badan
BB 0,842 0,000 0,311 0,281 0,704 0,003 0,803 0,000 0,061 0,828 0,604 0,017 0,728 0,002 0,765 0,001 0,547 0,035 0,681 0,005 0,845 0,000 0,823 0,000 0,576 0,024 0,520 0,047 0,346 0,206 0,479 0,071 0,214 0,444 -0,231 0,408 0,865 0,000 0,793 0,000 0,609 0,016
Nilai Koelasi dan P Value antara Ukuran-ukuran Tubuh Domba pada Peubah yang Berbeda PK LM LLA LLB PL
0,325 0,237 0,763 0,001 0,748 0,001 0,217 0,437 0,554 0,032 0,786 0,001 0,828 0,000 0,411 0,128 0,692 0,004 0,798 0,000 0,888 0,000 0,444 0,097 0,434 0,106 0,261 0,347 0,389 0,152 0,129 0,646 -0,170 0,545 0,796 0,000 0,742 0,002 0,572 0,026
0,459 0,085 0,426 0,114 0,328 0,233 0,294 0,288 0,482 0,069 0,461 0,084 0,393 0,147 0,407 0,132 0,423 0,116 0,344 0,210 0,178 0,527 0,427 0,113 -0,089 0,752 0,083 0,769 0,436 0,104 0,085 0,762 0,154 0,584 0,343 0,210 0,141 0,617
0,703 0,003 0,190 0,498 0,470 0,077 0,515 0,050 0,587 0,021 0,533 0,041 0,766 0,001 0,670 0,006 0,639 0,010 0,624 0,013 0,611 0,015 0,055 0,846 0,529 0,042 -0,018 0,949 -0,101 0,719 0,795 0,000 0,583 0,023 0,455 0,089
0,326 0,236 0,254 0,361 0,783 0,001 0,801 0,000 0,323 0,240 0,477 0,072 0,850 0,000 0,825 0,000 0,462 0,083 0,544 0,036 0,302 0,274 0,403 0,136 0,165 0,556 -0,219 0,432 0,815 0,000 0,616 0,014 0,413 0,126
0,003 0,991 0,255 0,360 0,305 0,269 0,098 0,729 0,282 0,308 0,149 0,596 0,296 0,284 0,193 0,490 0,540 0,038 0,325 0,237 0,406 0,133 0,331 0,229 0,508 0,053 0,204 0,465 0,051 0,856 -0,084 0,766
Ket : BB : bobot badan; PK : panjang kepala; LLA : lingkar leher atas; LM : lingkar moncong; LLB : lingkar leher bawah; PL : panjang leher; LK1 : lingkar kaki depan atas kanan; LK2 : lingkar kaki depan atas kiri; LK3 : lingkar kaki depan bawah kanan; LK4 : lingkar kaki depan bawah kiri; LK5 : lingkar kaki belakang atas kanan; LK6 : lingkar kaki belakang atas kiri; LK7 : lingkar kaki belakang bawah kanan; LK8 : lingkar kaki belakang bawah kiri. Nilai pada baris pertama pada kolom setiap parameter merupakan koefisien korelasi dan baris kedua merupakan P-Value dimana P<0,05 merupakan hubungan korelasi nyata.
Selain itu komponen lebar muka mempunyai peranan yang cukup penting dalam menduga bobot badan, dengan demikian domba dengan ukuran kepala lebih lebar 26
mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan domba yang kepalanya relatif sempit. Korelasi pada Bagian Badan Domba Bobot tubuh umumnya mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh. Semakin cepat laju pertumbuhan, ukuran lingkar dada dan lebar dada akan semakin besar (Damayanti, 2003). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa lingkar dada hampir berkorelasi nyata dengan semua ukuran tubuh kecuali dengan lingkar moncong, panjang leher, dalam dada, panjang ekor, lingkar tengah ekor, lingkar ujung ekor dan tinggi badan. Panjang badan, tinggi badan, dalam dada saling berkorelasi satu sama lain. Namun pada hasil analisis korelasi antara tinggi badan dengan lingkar dada tidak menunjukkan adanya korelasi. Hal ini sesuai dengan Manggung (1979) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ternak umumnya mengarah kesamping, sehingga pertambahan ukuran tubuh (besar) ke arah samping terlihat nyata, sedangkan pertambahan panjang dan tingginya biasanya tidak seberapa. Korelasi positif antara lingkar dada dengan tingkat pertumbuhan lepas sapih menandakan bahwa seleksi pada lingkar dada menjadi petunjuk kecepatan pertumbuhan ternak yang berakibat pula pada peningkatan tinggi pundak dan ukuran kerangka. Namun perlu diperhatikan bahwa daya adaptasi ternak dapat berkurang, karena adanya korelasi negatif antara ukuran kerangka dan daya adaptasi lingkungan (Fourie et al., 2002). Menurut Fourie et al., (2002) menyatakan bahwa bobot tubuh dan panjang tubuh merupakan faktor penting yang mempengaruhi tinggi pundak. Tinggi pundak dianggap sebagai indikator yang baik untuk ukuran kerangka. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Dwiyanto et al., (1984), bahwa peranan tinggi pundak dalam persamaan untuk menduga bobot tubuh domba jantan memberi petunjuk bahwa domba tersebut cenderung ke arah tipe adu. Kesimpulan
yang diperoleh Khan et al., (2006)
menyatakan bahwa pengukuran badan mempunyai korelasi tinggi dengan berat badan dan digunakan sebagai ukuran-ukuran dalam pemilihan bakalan dan peningkatan produksi daging.
27
Tabel 8. Korelasi Bagian Badan dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba. Peubah Panjang Kepala Lingkar Moncong Lingkar Leher atas Lingkar Leher bawah Panjang Leher LK1 LK2 LK3 LK4 LK5 LK6 LK7 LK8 Panjang Ekor Lingkar Pangkal Ekor Lingkar Tengah Ekor Lingkar Ujung Ekor Dalam Dada Lingkar Dada Panjang Badan Tinggi Badan
Nilai Koelasi dan P Value antara Ukuran-ukuran Tubuh Domba pada Peubah yang Berbeda BB DD LD PB TB 0,842 0,554 0,796 0,742 0,572 0,000 0,032 0,000 0,002 0,026 0,311 0,294 0,154 0,343 0,141 0,281 0,288 0,584 0,210 0,617 0,704 0,470 0,795 0,583 0,455 0,003 0,077 0,000 0,023 0,089 0,803 0,254 0,815 0,616 0,413 0,000 0,361 0,000 0,014 0,126 0,061 0,003 0,204 0,051 -0,084 0,828 0,991 0,465 0,856 0,766 0,728 0,381 0,538 0,690 0,467 0,002 0,161 0,038 0,004 0,079 0,765 0,372 0,631 0,656 0,433 0,001 0,172 0,012 0,008 0,107 0,547 0,248 0,567 0,351 0,168 0,035 0,372 0,028 0,200 0,550 0,681 0,376 0,726 0,455 0,293 0,005 0,167 0,002 0,088 0,289 0,845 0,458 0,765 0,727 0,563 0,000 0,086 0,001 0,002 0,029 0,823 0,436 0,773 0,666 0,464 0,000 0,104 0,001 0,007 0,081 0,576 0,105 0,740 0,265 0,139 0,024 0,711 0,002 0,340 0,622 0,520 0,124 0,633 0,253 0,002 0,047 0,661 0,011 0,363 0,993 0,346 0,207 0,366 0,480 0,360 0,206 0,458 0,179 0,070 0,188 0,479 0,029 0,660 0,271 0,166 0,071 0,919 0,007 0,329 0,555 0,214 -0,114 0,160 0,084 -0,178 0,444 0,686 0,569 0,766 0,525 -0,231 -0,375 -0,104 -0,276 -0,272 0,408 0,169 0,712 0,319 0,326 0,604 0,363 0,703 0,703 0,017 0,184 0,003 0,003 0,865 0,363 0,629 0,376 0,000 0,184 0,012 0,168 0,793 0,703 0,629 0,660 0,000 0,003 0,012 0,007 0,609 0,703 0,376 0,660 0,016 0,003 0,168 0,007
Ket : BB : bobot badan; LD : lingkar dada; DD : dalam dada; PB : panjang badan; TB : tinggi badan; LK1 : lingkar kaki depan atas kanan; LK2 : lingkar kaki depan atas kiri; LK3 : lingkar kaki depan bawah kanan; LK4 : lingkar kaki depan bawah kiri; LK5 : lingkar kaki belakang atas kanan; LK6 : lingkar kaki belakang atas kiri; LK7 : lingkar kaki belakang bawah kanan; LK8 : lingkar kaki belakang bawah kiri. Nilai pada baris pertama pada kolom setiap parameter merupakan koefisien korelasi dan baris kedua merupakan PValue dimana P<0,05 merupakan hubungan korelasi nyata.
28
Korelasi pada Bagian Ekor Domba Tabel 9. Korelasi Bagian Ekor dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba. Peubah Panjang Kepala Lingkar Moncong Lingkar Leher atas Lingkar Leher bawah Panjang Leher Dalam Dada LK1 LK 2 LK3 LK4 LK5 LK6 LK7 LK8 Panjang Ekor Lingkar Pangkal Ekor Lingkar Tengah Ekor Lingkar Ujung Ekor Lingkar Dada Panjang Badan Tinggi Badan
Nilai Koelasi dan P Value antara Ukuran-ukuran Tubuh Domba pada Peubah yang Berbeda BB PE LPE LTE LUE 0,842 0,261 0,389 0,129 -0,170 0,000 0,347 0,152 0,646 0,545 0,311 -0,089 0,083 0,436 0,085 0,281 0,752 0,769 0,104 0,762 0,704 0,055 0,529 -0,018 -0,101 0,003 0,846 0,042 0,949 0,719 0,803 0,302 0,403 0,165 -0,219 0,000 0,274 0,136 0,556 0,432 0,061 0,325 0,406 0,331 0,508 0,828 0,237 0,133 0,229 0,053 0,604 0,207 0,029 -0,114 -0,375 0,017 0,458 0,919 0,686 0,169 0,728 0,313 0,152 0,207 -0,183 0,002 0,256 0,588 0,459 0,513 0,765 0,228 0,303 0,207 -0,077 0,001 0,414 0,272 0,459 0,785 0,547 0,000 0,737 0,544 0,372 0,035 1,000 0,002 0,036 0,172 0,681 0,129 0,759 0,402 0,360 0,005 0,648 0,001 0,138 0,187 0,845 0,348 0,450 0,130 -0,178 0,000 0,203 0,093 0,644 0,526 0,823 0,316 0,436 0,144 -0,117 0,000 0,251 0,105 0,608 0,679 0,576 0,067 0,878 0,310 0,407 0,024 0,812 0,000 0,260 0,132 0,520 -0,046 0,751 0,441 0,419 0,047 0,869 0,001 0,100 0,120 0,346 0,365 0,235 0,145 0,206 0,180 0,400 0,605 0,479 0,365 0,378 0,485 0,071 0,180 0,165 0,067 0,214 0,235 0,378 0,485 0,444 0,400 0,165 0,067 -0,231 0,145 0,485 0,485 0,408 0,605 0,067 0,067 0,865 0,366 0,660 0,160 -0,104 0,000 0,179 0,007 0,569 0,712 0,793 0,480 0,271 0,084 -0,276 0,000 0,070 0,329 0,766 0,319 0,609 0,360 0,166 -0,178 -0,272 0,016 0,188 0,555 0,525 0,326
Ket : BB : bobot badan; PE : panjang ekor; LPE : lingkar pangkal ekor; LTE : lingkar tengah ekor; LUE : lingkar ujung ekor; LK1 : lingkar kaki depan atas kanan; LK2 : lingkar kaki depan atas kiri; LK3 : lingkar kaki depan bawah kanan; LK4 : lingkar kaki depan bawah kiri; LK5 : lingkar kaki belakang atas kanan; LK6 : lingkar kaki belakang atas kiri; LK7 : lingkar kaki belakang bawah kanan; LK8 : lingkar kaki belakang bawah kiri. Nilai pada baris pertama pada kolom setiap parameter merupakan koefisien korelasi dan baris kedua merupakan P-Value dimana P<0,05 merupakan hubungan korelasi nyata.
29
Hasil analisis korelasi pada bagian ekor tidak menunjukkan banyak korelasi, baik diantara panjang ekor, lingkar tengah ekor, lingkar pangkal ekor dan lingkar ujung ekor maupun dengan ukuran-ukuran tubuh lainnya. Lingkar ujung ekor merupakan parameter bagian ekor yang banyak berkorelasi negatif dengan parameter lainnya termasuk bobot badan. Selain itu parameter pada bagian ekor domba juga sama sekali tidak mempunyai korelasi dengan bobot badan domba. Namun lingkar pangkal ekor memiliki nilai korelasi yang sangat nyata terhadap lingkar dada (P<0,01). Dengan demikian ada kemungkinan lingkar pangkal ekor mempunyai korelasi dengan bobot badan. Hal ini terkait dengan konsep pertumbuhan ke arah samping Manggung (1979) dan hasil penelitian sebelumnya Damayanti (2003) yang menyatakan bahwa korelasi positif antara lingkar dada dengan tingkat pertumbuhan lepas sapih menandakan bahwa seleksi pada lingkar dada menjadi petunjuk kecepatan pertumbuhan ternak yang berakibat pula pada peningkatan tinggi pundak dan ukuran kerangka. Selain itu menurut Dwiyanto (1984), domba masih pada masa pertumbuhan dan merupakan petunjuk bahwa tipe ekor domba yang lebar cenderung mempunyai kemampuan tumbuh yang besar pula. Tingkat deposisi lemak yang lebih tercapai dengan pakan yang cukup dan terlihat pada ketebalan pangkal ekornya. Dwiyanto (1984), domba dalam keadaan sehat dengan pakan yang cukup bergizi dapat tumbuh dengan baik. Penimbunan lemak di bagian ekor diperkirakan sebagai penyimpanan energi (Pamungkas et al., 1996). Hasil analisis korelasi pada bagian ekor dapat dilihat pada tabel 9. Korelasi pada Bagian Kaki Domba Bagian kaki domba sebagian besar berkorelasi nyata dengan ukuran tubuh lainnya termasuk bobot badan. Hal ini karena bagian kaki merupakan penopang bagian tubuh lainnya, sehingga ukuran kaki menyesuaikan dengan bagian tubuh lainnya (proporsional). Selain itu keseimbangan tersebut juga sebagai penanda cacat atau tidaknya domba.
30
Tabel 10. Korelasi Bagian Kaki dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba. Peubah Panjang Kepala Lingkar Moncong Lingkar Leher atas Lingkar Leher bawah Panjang Leher Dalam Dada LK1 LK2 LK3 LK4 LK5 LK6 LK7 LK8 Panjang Ekor Lingkar Pangkal Ekor Lingkar Tengah Ekor Lingkar Ujung Ekor Lingkar Dada Panjang Badan Tinggi Badan
BB 0,842 0,000 0,311 0,281 0,704 0,003 0,803 0,000 0,061 0,828 0,604 0,017 0,728 0,002 0,765 0,001 0,547 0,035 0,681 0,005 0,845 0,000 0,823 0,000 0,576 0,024 0,520 0,047 0,346 0,206 0,479 0,071 0,214 0,444 -0,231 0,408 0,865 0,000 0,793 0,000 0,609 0,016
Nilai Koelasi dan P Value antara Ukuran-ukuran Tubuh Domba pada Peubah yang Berbeda LK1 LK2 LK3 LK4 LK5 LK6 0,786 0,828 0,411 0,692 0,798 0,888 0,001 0,000 0,128 0,004 0,000 0,000 0,482 0,461 0,393 0,407 0,423 0,344 0,069 0,084 0,147 0,132 0,116 0,210 0,515 0,587 0,533 0,766 0,670 0,639 0,050 0,021 0,041 0,001 0,006 0,010 0,783 0,801 0,323 0,477 0,850 0,825 0,001 0,000 0,240 0,072 0,000 0,000 0,255 0,305 0,098 0,282 0,149 0,296 0,360 0,269 0,729 0,308 0,596 0,284 0,381 0,372 0,248 0,376 0,458 0,436 0,161 0,172 0,372 0,167 0,086 0,104 0,964 0,098 0,389 0,747 0,809 0,000 0,730 0,152 0,001 0,000 0,964 0,232 0,513 0,780 0,869 0,000 0,406 0,051 0,001 0,000 0,098 0,232 0,831 0,455 0,376 0,730 0,406 0,000 0,088 0,167 0,389 0,513 0,831 0,529 0,561 0,152 0,051 0,000 0,042 0,029 0,747 0,780 0,455 0,529 0,939 0,001 0,001 0,088 0,042 0,000 0,809 0,869 0,376 0,561 0,939 0,000 0,000 0,167 0,029 0,000 0,159 0,358 0,842 0,836 0,480 0,458 0,571 0,190 0,000 0,000 0,070 0,086 0,276 0,446 0,763 0,782 0,414 0,452 0,319 0,096 0,001 0,001 0,126 0,091 0,313 0,228 0,000 0,129 0,348 0,316 0,256 0,414 1,000 0,648 0,203 0,251 0,152 0,303 0,737 0,759 0,450 0,436 0,588 0,272 0,002 0,001 0,093 0,105 0,207 0,207 0,544 0,402 0,130 0,144 0,459 0,459 0,036 0,138 0,644 0,608 -0,183 -0,077 0,372 0,360 -0,178 -0,117 0,513 0,785 0,172 0,187 0,526 0,679 0,538 0,631 0,567 0,726 0,765 0,773 0,038 0,012 0,028 0,002 0,001 0,001 0,690 0,656 0,351 0,455 0,727 0,666 0,004 0,008 0,200 0,088 0,002 0,007 0,467 0,433 0,168 0,293 0,563 0,464 0,079 0,107 0,550 0,289 0,029 0,081
LK7 0,444 0,097 0,178 0,527 0,624 0,013 0,462 0,083 0,193 0,490 0,105 0,711 0,159 0,571 0,358 0,190 0,842 0,000 0,836 0,000 0,480 0,070 0,458 0,086
0,839 0,000 0,067 0,812 0,878 0,000 0,310 0,260 0,407 0,132 0,740 0,002 0,265 0,340 0,139 0,622
LK8 0,434 0,106 0,427 0,113 0,611 0,015 0,544 0,036 0,540 0,038 0,124 0,661 0,276 0,319 0,446 0,096 0,763 0,001 0,782 0,001 0,414 0,126 0,452 0,091 0,839 0,000
-0,046 0,869 0,751 0,001 0,441 0,100 0,419 0,120 0,633 0,011 0,253 0,363 0,002 0,993
Ket : BB : bobot badan; LK1 : lingkar kaki depan atas kanan; LK2 : lingkar kaki depan atas kiri; LK3 : lingkar kaki depan bawah kanan; LK4 : lingkar kaki depan bawah kiri; LK5 : lingkar kaki belakang atas kanan; LK6 : lingkar kaki belakang atas kiri; LK7 : lingkar kaki belakang bawah kanan; LK8 : lingkar kaki belakang bawah kiri. Nilai pada baris pertama pada kolom setiap parameter merupakan koefisien korelasi dan baris kedua merupakan P-Value dimana P<0,05 merupakan hubungan korelasi nyata.
31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ukuran morfometrik berupa lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, dalam dada, panjang kepala, lingkar leher atas, lingkar leher bawah dan lingkar pangkal ekor pada domba TC mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan domba TL. Hal ini berarti parameter-parameter tersebut dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi domba tumbuh cepat. Hasil yang sama terdapat juga pada lingkar kaki depan bagian atas kaki depan kanan dan kiri, lingkar kaki depan kiri bagian bawah dan lingkar kaki belakang bagian atas kaki belakang kanan dan kiri domba TC berbeda nyata dengan domba TL, sehingga bisa juga dijadikan sebagai kriteria seleksi domba tumbuh cepat. Sebaliknya parameter lingkar moncong, lingkar tengah ekor, lingkar ujung ekor, panjang ekor, lingkar kaki belakang bagian bawah baik kaki kanan maupun kaki kiri, serta lingkar kaki depan kanan bagian bawah domba TC dan TL memiliki hasil yang tidak berbeda nyata sehingga parameter ini kemungkinan tidak bisa dijadikan kriteria seleksi domba tumbuh cepat. Umumnya bobot badan mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh. Hampir semua parameter yang diamati menunjukkan korelasi nyata satu sama lainnya terutama korelasi terhadap bobot badan. Saran Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya pemilihan domba bibit dan domba bakalan tidak hanya melalui penilaian secara fisik, namun dapat dilakukan dengan penilaian secara genetik. Dengan demikian informasi mengenai kriteria bibit domba dan domba bakalan yang memiliki kualitas baik lebih akurat, sehingga dapat juga memperbaiki sifat genetik domba lokal.
32
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas semua limpahan kasih sayang dan anugerah yang telah tercurahkan dalam setiap desiran nafas yang dihembuskan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tetap selalu dijunjungkan kepada Manusia yang telah berpengaruh besar dalam peradaban dunia ini, Nabyyullah Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Moh. Yamin, M. Agr. Sc sebagai pembimbing utama dan Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc sebagai pembimbing anggota. Terima kasih atas perhatian, bimbingan, nasehat, dan kesabarannya yang diberikan selama penyusunan proposal, penelitian, seminar, hingga penyusunan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si selaku penguji seminar serta kepada Tuti Suryati, S.Pt. M.Si sebagai pembimbing akademik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para teknisi kandang dan laboratorium yang telah membantu selama penelitian. Kepada rekan-rekan Tim “Dominol” serta rekan usaha “Ikhtiar Farm” (Dimas Dj, Krisna, Ridho dan Wahid), serta kepada rekan-rekan IPTP 43 Fakultas Peternakan IPB. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada ibunda dan ayahanda tercinta yang setiap do’anya selalu menyertai dalam keberhasilan penulis. Kemudian adik dan kakak penulis tercinta, semoga Allah tidak menjadikan jalan bagi kalian kecuali penuh dengan kesuksesan dan keberkahan. Amin. Terakhir terima kasih yang sebesar-besarnya pada Agista Puspa Wulandaputri yang senantiasa mengingatkan, memberi semangat dan mendoakan
penulis,
sehingga
dapat
mendorong
semangat
penulis
untuk
menyelesaikan skripsinya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Terimakasih.
Bogor, Januari 2010
Penulis
33
DAFTAR PUSTAKA Aberle, E. D., J. C. Forrest, D. E. Gerrard, E. W. Mills, H. B. Hendrick, M. D. Judge & R. A. Merkel. 2001. Principles of Meat Science. 4th Edit. Kendall/ Hunt Publishing Co., Iowa. Amri, U.1992. Beberapa ukuran tubuh sebagai penduga bobot karkas pada ternak domba lokal. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anggorodi. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT.Gramedia, Jakarta. Arifiyanti, L. 2002. Daun bawang merah (Allium ascalonicum L) sebagai hijauan substitusi rumput lapang pada ternak domba ekor gemuk lokal. Skripsi. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Terjemahan : Retno Muwarni. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Blakely, J. & D. H. Bade. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Baliarti, E. 1985. Analisis kandungan kolesterol dalam daging beberapa bangsa domba yang dipelihara di pedesaan serta efisiensi pakannya. Laporan Penelitian. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Chruch, D. C. & W. G. Pond. 1988. Basic Animal and Feeding. Joh Willey and Son. New York. Singapore. Damayanti, D. 2003. Kualitas karkas serta sifat fisik dan sensori daging domba lokal pada kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Davendra, C. & G. B. McLeroy. 1992. Sheep Breeds. Dalam : C. Davendra dan G. B. McLeroy (Editor). Goat and Sheep Production in the Tropic. ELBS Longman Group Ltd. London. Diwyanto, K. 1982. Pengamatan fenotip domba Priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Diwyanto, K. 1984. Pengamatan ukuran permukaan tubuh domba di kabupaten Garut serta hubungannya dengan bobot badan. Prosiding pertemuan ilmiah penelitian ruminansia kecil, domba dan kambing di Indonesia, Bogor 22-23 November 1983. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hlm. 143-146.
34
Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Edey, T. N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Australian Universities International Development Program (AUIDP). Camberra. Elia, I. 2005. Penampilan domba yang dikandangkan dengan pakan kombinasi tiga macam rumput (Brachiaria humidicola, Brachiaria decumbens, dan rumput alam) di UP3 Jonggol. Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Olivier & C. van der Weathuizen. 2002. Relationship between production performance, visual appraisal and body measurements of young Dorper rams. South Afric. J. of Anim. Sci. 32 : 256262. Hadiningrum, V. 2006. Strategi pengembangan usaha ternak domba Tawakal Dusun Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hasanah, K. 2006. Penampilan Domba Ekor Tipis jantan yang diberi konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada lama penggemukan yang berbeda. Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Herman, R. 2003. Budidaya Ternak Ruminansia Kecil. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Iniguez, L.. M. Sanhez & S. P. Ginting. 1991. Productivity of Sumatran Sheep in a system integrated with rubber plantation. Small Ruminan. Res. 5 : 303-307. Inounu, I. & K. Dwiyanto. 1996. Pengembangan ternak domba di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. XV : 61-68. Khan, H., F. Muhammad, R. Ahmad, G. Nawaz, Rahimullah & M. Zubair. 2006. Relationship of body weight with linear body measurements in Goat. Journal of agricultural and biological science. Vol. 1, No. 3, September 2006. http://www.arpjournals.com [10 Maret 2007]. Kammlade, W. G., Sr. & W. G., Yr. Kammlade. 1955. Sheep Science. Lippicot Co. New York. Manggung, R.I.R. 1979. Pendugaan bobot hidup dan bobot karkas sapi Bali berdasarkan pengukuran morfologi. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
35
Mathius, I. W. 1998. Jenis dan nilai gizi hijauan makanan ternak domba dan kambing di pedesaan Jawa Barat. Balai Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. Maynard, L. A. & J. K. Loosly. 1979. Animal Nutrition. Fourth Edition. McGraw Hill Book Company, Inc. New York. Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. Mulyaningsih, T. 2006. Penampilan domba ekor tipis jantan yang digemukkan dengan beberapa imbangan konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Munier, F. F., D. Bulo, Saidah, Syafruddin, R. Boy, Femmi N. F. & S. Husain. 2004. Pertambahan bobot badan domba ekor gemuk (DEG) yang dipelihara secara intensif. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Natasasmita, A. 1979. Body composition of swamp Buffalo (Bubalus bubalis) A study of developmental growth and of sex differences. Ph.D. Thesis. University of Melbourne. National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Sheep. 6th Revised Edition. National Academy Press, Washington. Nichols, D. 1996. Livestock Judging. Kansas State University, Manhattan. Kansas. Noor, R. R. 2008. Genetika Ternak. Cetakan IV. Penebar Swadaya, Jakarta. Pamungkas, D., A. Djajanegara & K. Ma’sum. 1996. Perubahan ukuran linier tubuh anak domba ekor gemuk saat lahir hingga disapih berbagai tipe kelahiran. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor 7-8 November 1996. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Permana, A. S. 2003. Pengaruh infeksi cacing kawat (Haenmonchus contortus) terhadap pertumbuhan domba Ekor Tipis, domba Merini dan persilangannya. Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pond, W. G., D. C. Church & K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th Edition. John Wiley and Sons Press, New York.
36
Purnomo, D. 2006. Penampilan produksi domba ekor tipis jantan dengan rasio pakan rumput lapang dan ampas tahu yang berbeda. Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Salamena, J. F. 2003. Strategi pemuliaan ternak domba pedaging di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Setyowati, A. D. 2005. Pengaruh limbah media produksi jamur pelapuk kayu isolat Hs terhadap konsumsi, produksi dan efisiensi pakan pada pakan domba. Skripsi. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Siregar, A. R., M. Rangkuti, Sukoto & H. Pulungan. 1984. Efisiensi penggunaan makanan pada sapi peranakan Ongole (PO) dan Madura Umur 3-4 Tahun. Dalam : P. Pulungan, F. K. Tangbilintin, S. Paurjawidjaja dan Situru (Eds). Penggunaan Berbagai Tingkat Ampas Sagu dalam Ransum Sapi Peternakan Ongole. Fakultas Ilmu Pertanian. Universitas Hassanuddin, Ujung Pandang. 1:36-166. Steel, R.G., J.H. Torrie & D.A.Dickey. 1997. Principles and Procedures of Statistics a Biomedical Approach, 3rd Edit. McGraw – Hill, Inc., Singapore. Suharya, E. & R. Setiadi. 1992. Pembinaan produksi ternak domba dan kambing di Jawa Barat. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor, Bogor. Tarmidi, A. R. 2004. Pengaruh pemberian ransum yang mengandung ampas tebu hasil biokonversi oleh jamur tiram putih (Pleurotus estreatus) terhadap performans domba priangan. JITV 9 : 157-163 Tiesnamurti, B. 1992. Alternatif pemilihan jenis ternak ruminansia kecil untuk wilayah Indonesia bagian Timur. Potensi ruminansia kecil Indonesia bagian timur. Prosiding Lokakarya Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. BPT, Bogor. Tillman,E., H. Hartadi, S. Reksohadipradjo & S. Labdosoeharjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner & T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Williamson G. & W. J. A. Payne. 1993. Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. 5 th Ed. Longmans Green and Company, Ltd. London.
37
Yamin, M. 2001. Budidaya penggemukan ternak domba. Makalah Seminar. Yayasan Husnul Khatimah, Jakarta.
38
LAMPIRAN
39
1. Hasil Statistik Uji t Lingkar Dada Data Display Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LD 75 79 81 72 77 77 79 80 71 67 69 70 64 64 71
DOMBA 1 CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: LD, DOMBA 1 Two-sample T for LD DOMBA 1 CT LT
N 8 7
Mean 76.36 67.90
StDev 3.29 2.69
SE Mean 0.99 0.85
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 8.46364 99% CI for difference: (4.70191, 12.22536) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 6.48 18
P-Value = 0.000
DF =
2. Hasil Statistik Uji t Panjang Badan Data Display Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PB 75.0 77.0 69.0 69.5 73.0 73.5 66.0 66.0 64.0 63.0 62.0 62.0 59.0 66.0 58.0
DOMBA 2 CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
40
Two-Sample T-Test and CI: PB, DOMBA 2 Two-sample T for PB DOMBA 2 CT LT
N 8 7
Mean 69.77 61.75
StDev 4.33 3.58
SE Mean 1.3 1.1
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 8.02273 99% CI for difference: (3.04467, 13.00078) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 4.64 18
P-Value = 0.000
DF =
P-Value = 0.017
DF =
3. Hasil Statistik Uji t Tinggi Badan Data Display Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
TB 69.0 61.0 64.5 65.0 63.0 68.0 61.0 59.0 64.0 58.0 61.0 63.0 56.0 62.5 59.0
DOMBA 3 CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: TB, DOMBA 3 Two-sample T for TB DOMBA 3 CT LT
N 8 7
Mean 63.50 60.30
StDev 3.19 2.39
SE Mean 0.96 0.76
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 3.20000 99% CI for difference: (-0.32072, 6.72072) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2.62 18
41
4. Hasil Statistik Uji t Panjang Kepala Data Display Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PANJANG KEPALA 22.0 22.0 22.0 20.0 21.0 22.5 20.0 22.0 19.0 18.0 19.0 21.0 19.0 19.0 19.0
PERLAKUAN CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: PANJANG KEPALA, PERLAKUAN Two-sample T for PANJANG KEPALA PERLAKUAN CT LT
N 8 7
Mean 21.438 19.143
StDev 0.980 0.900
SE Mean 0.35 0.34
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 2.295 99% CI for difference: (0.812, 3.777) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 4.73 12
P-Value = 0.000
DF =
5. Hasil Statistik Uji t Panjang Ekor Data Display Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Panjang Ekor 22 21 23 25 27 21 18 22 20 24 19 20 15 20 21
PERLAKUAN_1 CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
42
Two-Sample T-Test and CI: Panjang Ekor, PERLAKUAN_1 Two-sample T for Panjang Ekor PERLAKUAN_1 CT LT
N 8 7
Mean 22.38 19.86
StDev 2.72 2.67
SE Mean 0.96 1.0
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 2.52 99% CI for difference: (-1.74, 6.78) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.80 12
P-Value = 0.096
DF =
6. Hasil Statistik Uji t Lingkar Pangkal Ekor Data Display
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Lingkar Pangkal Ekor 13 13 14 14 16 15 16 16 14 14 14 14 12 11 12
PERLAKUAN_1_1 CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Pangkal Ekor, PERLAKUAN_1_1 Two-sample T for Lingkar Pangkal Ekor PERLAKUAN_1_1 CT LT
N 8 7
Mean 14.63 13.00
StDev 1.30 1.29
SE Mean 0.46 0.49
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 1.625 99% CI for difference: (-0.424, 3.674) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2.42 12
P-Value = 0.032
DF =
7. Hasil Statistik Uji t Lingkar Moncong Data Display Row
Lingkar Moncong
PERLAKUAN
43
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
20 21 21 19 21 20 19 19 20 19 21 20 21 19 18
CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Moncong, PERLAKUAN Two-sample T for Lingkar Moncong PERLAKUAN CT LT
N 8 7
Mean 20.000 19.71
StDev 0.926 1.11
SE Mean 0.33 0.42
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0.286 99% CI for difference: (-1.369, 1.941) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.54 11
P-Value = 0.603
DF =
8. Hasil Statistik Uji t Panjang Leher Data Display Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Panjang Leher 23 21 23 23 26 22 21 25 19 22 26 22 23 20 22
PERLAKUAN CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Panjang Leher, PERLAKUAN Two-sample T for Panjang Leher PERLAKUAN CT LT
N 8 7
Mean 23.00 22.00
StDev 1.77 2.24
SE Mean 0.63 0.85
44
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 1.00 99% CI for difference: (-2.27, 4.27) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.95 11
P-Value = 0.362
DF =
P-Value = 0.026
DF =
9. Hasil Statistik Uji t Dalam Dada Data Display Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Dalam Dada 37.5 32.0 33.5 32.5 31.0 30.5 31.0 31.0 31.0 28.0 30.0 30.0 29.0 32.5 26.0
PERLAKUAN CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Dalam Dada, Two-sample T for Dalam Dada PERLAKUAN CT LT
N 8 7
Mean 32.38 29.50
StDev 2.30 2.10
SE Mean 0.81 0.79
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 2.87 99% CI for difference: (-0.59, 6.34) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2.53 12
10. Hasil Statistik Uji t Lingkar Leher Atas Data Display
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
lingkar leher atas 34 34 35 30 35 35 34 35 34 27 32
Perlakuan CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT
45
12 13 14 15
31 31 30 30
LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: lingkar leher atas, Perlakuan Two-sample T for lingkar leher atas Perlakuan CT LT
N 8 7
Mean 34.00 30.71
StDev 1.69 2.14
SE Mean 0.60 0.81
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 3.29 99% CI for difference: (0.16, 6.41) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 3.27 11
P-Value = 0.007
DF =
11. Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Depan Atas Kanan Data Display
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Lingkar Kaki Depan Atas Kanan 19 23 22 21 20 23 16 20 17 16 19 19 18 18 17
Domba CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Kaki Depan Atas Kanan; Domba Two-sample T for Lingkar Kaki Depan Atas Kanan Domba CT LT
N 8 7
Mean 20,50 17,71
StDev 2,33 1,11
SE Mean 0,82 0,42
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 2,78571 95% CI for difference: (0,72491; 4,84652) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 3,01 10
P-Value = 0,013
DF =
46
12. Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Depan Atas Kiri Data Display Lingkar Kaki Depan Atas kiri 19 23 22 21 20 23 18 21 17 16 20 20 18 18 17
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Domba CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Kaki Depan Atas kiri; Domba Two-sample T for Lingkar Kaki Depan Atas kiri Domba CT LT
N 8 7
Mean 20,88 18,00
StDev 1,81 1,53
SE Mean 0,64 0,58
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 2,87500 95% CI for difference: (0,99842; 4,75158) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 3,34 12
P-Value = 0,006
DF =
13. Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Bawah Depan Kanan Data Display
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Lingkar Kaki Bawah Depan Kanan 8,0 8,0 8,0 7,0 8,0 8,0 9,0 8,0 8,0 8,0 7,5 8,0 7,5
Domba CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT
47
14 15
6,0 6,0
LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Kaki Bawah Depan Kanan; Domba Two-sample T for Lingkar Kaki Bawah Depan Kanan Domba CT LT
N 8 7
Mean 8,000 7,286
StDev 0,535 0,906
SE Mean 0,19 0,34
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,714286 95% CI for difference: (-0,170739; 1,599310) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1,83
P-Value = 0,101
DF = 9
14. Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Bawah Depan Kiri Data Display
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Lingkar Kaki Bawah Depan Kiri 8,0 8,0 8,0 7,0 8,0 8,0 8,0 9,0 8,0 7,0 7,5 8,0 7,0 6,0 6,0
Domba CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Kaki Bawah Depan Kiri; Domba Two-sample T for Lingkar Kaki Bawah Depan Kiri Domba CT LT
N 8 7
Mean 8,000 7,071
StDev 0,535 0,838
SE Mean 0,19 0,32
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,928571 95% CI for difference: (0,094162; 1,762981) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,52
P-Value = 0,033
DF = 9
48
15. Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Atas Belakang Kanan Data Display Lingkar Kaki Atas Belakang kana 30 33 34 32 33 33 31 28 27 24 26 30 27 25 26
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Domba CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Kaki Atas Belakang kana; Domba Two-sample T for Lingkar Kaki Atas Belakang kana Domba CT LT
N 8 7
Mean 31,75 26,43
StDev 1,98 1,90
SE Mean 0,70 0,72
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 5,32143 95% CI for difference: (3,13383; 7,50902) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 5,30 12
P-Value = 0,000
DF =
16. Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Atas Belakang Kiri Data Display
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Lingkar Kaki Atas Belakang Kiri 30 33 34 32 32 33 30 31 24 23 26 31 27
Domba CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT
49
14 15
25 26
LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Kaki Atas Belakang Kiri; Domba Two-sample T for Lingkar Kaki Atas Belakang Kiri Domba CT LT
N 8 7
Mean 31,88 26,00
StDev 1,46 2,58
SE Mean 0,52 0,98
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 5,87500 95% CI for difference: (3,37841; 8,37159) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 5,32
P-Value = 0,000
DF = 9
17. Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Bawah Belakang Kanan Data Display
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Lingkar Kaki Bawah Belakang Kan 8 9 9 8 9 9 11 10 9 8 9 9 7 6 7
Domba CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Kaki Bawah Belakang Kan; Domba Two-sample T for Lingkar Kaki Bawah Belakang Kan Domba CT LT
N 8 7
Mean 9,125 7,86
StDev 0,991 1,21
SE Mean 0,35 0,46
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 1,26786 95% CI for difference: (-0,00349; 2,53920) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,19 11
P-Value = 0,051
DF =
50
18. Hasil Statistik Uji t Lingkar Kaki Bawah Belakang Kiri Data Display Lingkar Kaki Bawah Belakang Kir 8,5 9,0 9,0 8,0 9,0 9,0 10,0 10,0 8,0 8,0 10,0 8,0 8,5 6,0 7,0
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Domba CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Kaki Bawah Belakang Kir; Domba Two-sample T for Lingkar Kaki Bawah Belakang Kir Domba CT LT
N 8 7
Mean 9,063 7,93
StDev 0,678 1,24
SE Mean 0,24 0,47
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 1,13393 95% CI for difference: (-0,05637; 2,32423) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,16
P-Value = 0,060
DF = 9
19. Hasil Statistik Uji t Lingkar Tengah Ekor Data Display
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Lingkar Tengah Ekor 6 7 8 6 7 7 6 7 6 9 7 7 7 5 5
Domba CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
51
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Tengah Ekor; Domba Two-sample T for Lingkar Tengah Ekor Domba CT LT
N 8 7
Mean 6,750 6,57
StDev 0,707 1,40
SE Mean 0,25 0,53
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,178571 95% CI for difference: (-1,168837; 1,525980) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0,31
P-Value = 0,768
DF = 8
20. Hasil Statistik Uji t Lingkar Ujung ekor Data Display Lingkar Ujung Ekor 3 3 3 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 3 3
Row 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Domba CT CT CT CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Ujung Ekor; Domba Two-sample T for Lingkar Ujung Ekor Domba CT LT
N 8 7
Mean 3,875 4,143
StDev 0,835 0,900
SE Mean 0,30 0,34
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: -0,267857 95% CI for difference: (-1,248807; 0,713092) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0,59 12
P-Value = 0,563
DF =
21. Hasil Statistik Uji t Lingkar Leher Bawah Data Display
Row 1 2 3
Lingkar Leher Bawah 39 44 45
Domba CT CT CT
52
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
40 42 44 39 39 36 33 39 36 36 32 39
CT CT CT CT CT LT LT LT LT LT LT LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Leher Bawah; Domba Two-sample T for Lingkar Leher Bawah Domba CT LT
N 8 7
Mean 41,50 35,86
StDev 2,56 2,67
SE Mean 0,91 1,0
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 5,64286 95% CI for difference: (2,68590; 8,59982) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 4,16 12
P-Value = 0,001
DF =
53