PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA BERDASARKAN ANALISIS FAKTOR
SKRIPSI AJI SURYANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN AJI SURYANA. D14104028. 2008. Pengklasifikasian Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan di Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Analisis Faktor. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Rini Herlina Mulyono, MSi. Pembimbing Anggota : Ir. Sri Rahayu, MSi. Domba silangan Lokal-Garut dibentuk sebagai upaya untuk meningkatkan mutu genetik domba Lokal melalui persilangan dengan domba Garut. Program penggemukan domba bakalan di Kabupaten Tasikmalaya menggunakan domba silangan Lokal-Garut jantan karena memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan domba Lokal. Namun demikian, secara genetik kemampuan individu domba silangan ini tidak sama. Oleh sebab itu, perlu adanya pengklasifikasian ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan di Kabupaten Tasikmalaya ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak yang diamati ke dalam kelas besar, sedang dan kecil berdasarkan analisis faktor. Berdasarkan analisis faktor juga disusun indeks komposit yang merupakan ukuran pemerataan tingkat produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Berdasarkan analisis faktor ditentukan faktor yang paling berperan dalam mempengaruhi produktivitas ternak. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan November 2006. Analisis data dilakukan pada bulan Januari-Mei 2008 di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Peubah ukuran-ukuran tubuh yang diamat meliputi lingkar dada (X1), panjang badan (X2) dan lingkar skrotum (X3). Penelitian ini menggunakan data sekunder dari 571 ekor domba silangan Lokal-Garut jantan yang dibagi ke dalam lima kelompok ternak yaitu Mandala Maju (91 ekor I0 dan 54 ekor I1), Cikadu (56 ekor I0 dan 41 ekor I1), Lestari (61 ekor I0 dan 50 ekor I1), Sukaresik (72 ekor I0 dan 53 ekor I1) dan Harapan Jaya (62 ekor I0 dan 31 ekor I1). Total ternak yang diamati meliputi 342 ekor I0 dan 229 ekor I1. Data dianalisis dengan menggunakan T2-Hotteling untuk menguji perbedaan vektor rataan dari dua populasi ternak yang diamati berdasarkan umur dan kelompok ternak. Hasil uji T2-Hotteling menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum pada domba silangan Lokal-Garut jantan I0 dan I1 pada kelompok ternak Harapan Jaya (P<0,05). Hasil uji T2-Hotteling juga menunjukkan perbedaan lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum diantara dua kelompok ternak pada setiap kelompok ternak yang diamati, yaitu Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 dan Harapan Jaya I1 (P<0,01) karena perbedaan manajemen pemeliharaan. Lingkar dada dan panjang badan dijadikan sebagai faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu dan Sukaresik dengan nilai komunalitas lingkar dada dan panjang badan masing-masing sebesar 13,334 dan 12,619; 9,596 dan 9,198; 9,001 dan 8,700. Faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya (I0 dan I1) ialah lingkar dada yang masing-masing
memiliki nilai komunalitas 12,020; 17,128 dan 18,401. Berdasarkan faktor penentu produktivitas, program penggemukan di kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya lebih mengandalkan faktor lingkungan dibandingkan dengan kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu dan Sukaresik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola pemeliharaan pada kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya lebih baik dibandingkan kelompok ternak lain. Pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan berdasarkan nilai skor faktor pertama (SF-1) dibagi ke dalam kelas besar, sedang dan kecil. Proporsi kelas besar, sedang dan kecil pada kelompok ternak Mandala Maju masing-masing sebesar 20,00%, 66,21%, 13,79%; pada kelompok ternak Cikadu sebesar 15,46%, 70,10%, 14,43%; pada kelompok ternak Lestari sebesar 18,92%, 62,16%, 18,92%; pada kelompok ternak Sukaresik sebesar 16,80%, 68,00%, 15,20%; pada kelompok ternak Harapan Jaya I0 sebesar 17,74%, 72,58%, 9,68%; dan pada kelompok ternak Harapan Jaya I1 sebesar 22,58%, 64,52%, 12,90%. Proporsi terbesar pada setiap kelompok ternak adalah kelas sedang. Faktor pertama penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak adalah lingkar dada. Indeks komposit yang mencerminkan indeks tingkat produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan mempunyai korelasi nyata dan positif serta paling tinggi terhadap lingkar dada dibandingkan panjang badan dan lingkar skrotum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lingkar dada berperanan besar dalam menentukan indeks produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Korelasi tersebut diperoleh sebesar 0,86; 0,83; 0,89; 0,86; 0,88 dan 0,85 pada masing-masing kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik Harapan Jaya I0 dan Harapan Jaya I1. Indeks produktivitas tinggi dan rendah ditemukan hampir sama pada setiap kelompok ternak yang diamati. Individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan yang mempunyai indeks produktivitas tinggi disarankan untuk dipertahankan sebagai bibit, sedangkan individu-individu dengan indeks produktivitas rendah dipelihara sebagai ternak potong. Kata kunci : Analisis Faktor, faktor penentu produktivitas, indeks komposit, domba silangan Lokal-Garut jantan
ABSTRACT Classification of Body Measurements of Cross-Bred Local-Garut Males Sheep in Tasikmalaya Regency Based on Factor Analysis Suryana, A., R. H. Mulyono, S. Rahayu Cross-bred Local-Garut sheep were developed as an attempt to increase genetic quality of Local sheep by crossing them with Garut sheep. Observation was done in five sheep-farmer groups including Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik and Harapan Jaya. The objective of this observation was to classify individuals of crossbred Local-Garut male sheep in five sheep-farmer groups into heavy class, medium class and light class based on factor analysis and to arrange composite index that reflected productivity level of cross-bred Local-Garut male sheep also based on factor analysis. Factor analysis determined the factor affecting productivity. This factor includes variables of body measurements, consisting of chest round (X1), body length (X2) and scrotum circumference (X3). The data used in this observation were those of secondary from Regional Office of Husbandry and Fisheries, Tasikmalaya Regency. 571 cross-bred Local-Garut male sheep were divided into five sheepfarmer groups: Mandala Maju (91 I0 dan 54 I1), Cikadu (56 I0 dan 41 ekor I1), Lestari (61 I0 dan 50 I1), Sukaresik (72 I0 dan 53 I1) and Harapan Jaya (62 I0 dan 31 I1). The total number of sheep observed includes 342 I0 dan 229 I1. The data were analyzed using T2-Hotteling to find out the difference between the two population observed based on age and sheep-farmer groups. Result of T2-Hotteling showed differences in chest round, body length and scrotum circumference of cross-bred Local-Garut male sheep I0 and I1 at Harapan Jaya (P<0,05). This result also showed differences in chest round, body length and scrotum circumference of cross-bred Local-Garut male sheep between two sheep-farmer groups in six sheep-farmer groups including Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 and Harapan Jaya I1 (P<0,01). Chest round and body length were the factors determining productivity of cross-bred Local-Garut male sheep in Mandala Maju, Cikadu and Sukaresik. The factor determining productivity in Lestari and Harapan Jaya was chest round. Based on the first factor score (SF-1), Local-Garut male sheep were divided into heavy class, medium class and light class. The greatest proportion of the class in six sheep-farmer groups was that at medium class. The first factor determining productivity of crossbred Local-Garut male sheep in six sheep-farmer groups was chest round. Index of productivity level has the greatest and positive correlation with chest round. It means that chest round is important in determining the index of productivity level of crossbred Local-Garut male sheep. Keywords: Factor analysis, factor determining productivity, composite index, cross-bred Local-Garut males
PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA BERDASARKAN ANALISIS FAKTOR
AJI SURYANA D14104028
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA BERDASARKAN ANALISIS FAKTOR
Oleh : AJI SURYANA D14104028
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 21Agustus 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. NIP. 131 760 850
Ir. Sri Rahayu, M.Si. NIP . 131 667 775
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr. NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 13 September 1987 di Subang, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Dedi Gunadi dan Ibu Juniah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Karang Anyar 1 pada tahun 1998. Pada tahun 2001, Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Ciasem dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Ciasem pada tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di IPB, Penulis aktif di organisasi kemahasiswaan dan berbagai kepanitiaan. Penulis aktif dalam Himpunan Profesi Jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb yang tidak pernah lengah terhadap doa hamba-Nya, Rabb yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rassulullah SAW, manusia yang kesempurnaan akhlaknya telah menjadi teladan bagi semua orang dan Penulis dalam menghadapi segala problema selama perjalanan penyelesaian tugas akhir. Sebuah kebanggaan bagi Penulis ketika membuat skripsi yang berjudul ”Pengklasifikasian Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan di Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan Analisis Faktor” dibawah bimbingan Ir. Rini Herlina Mulyono, MSi. dan Ir. Sri Rahayu, MSi. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan Penulis guna memperbaiki kekurangan skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan dapat dijadikan panduan bagi yang membutuhkannya. Wassalamualaikum Wr. Wb
Bogor, April 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ................................................................................................ i ABSTRACT
................................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
xiii
PENDAHULUAN ..........................................................................................
1
Latar Belakang.................................................................................... Tujuan ... ............................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
3
Klasifikasi Domba .............................................................................. Domba Lokal ...................................................................................... Domba Garut....................................................................................... Pertumbuhan dan Ukuran Tubuh........................................................ Penentuan Umur Domba..................................................................... Skrotum............................................................................................... Testis ............................................................................................ .... Analisis Faktor....................................................................................
3 3 3 4 6 7 8 8
METODE
................................................................................................
10
Lokasi dan Waktu ............................................................................... Materi.................................................................................................. Analisis Data....................................................................................... Uji T2-Hotteling....................................................................... Analisis Faktor........................................................................ Metode Penyusunan Indeks Komposit ................................... Korelasi antara Indeks Komposit dan Bobot Badan...............
10 10 10 10 11 13 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
15
Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan I0 dan I1 ........... Analisis Faktor Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati ........................... Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan ..................... Indeks Tingkat Produktivitas Ternak ………………………………
15
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
36
Kesimpulan ......................................................................................... Saran .................................................................................................
36 37
17 28 31
UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................................
38
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
39
LAMPIRAN
42
................................................................................................
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri Tetap…
7
2. Lingkar Dada, Panjang Badan dan Lingkar Skrotum serta Bobot badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati.....……………………………… ....
16
3. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Mandala Maju........................................................................
19
4. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Cikadu ...................................................................................
20
5. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok TernakLestari.....................................................................................
22
6. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Sukaresik..........................................………………………..
23
7. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0......................................................................
24
8. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1…………………… ..................................
25
9. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok-kelompok Ternak yang Diamati .............................................................................
27
10. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Menjadi Kelas Kecil, Sedang dan Besar Berdasarkan Skor Faktor Pertama (SF-1)........……………………………..…………..
29
11. Korelasi antara Bobot Badan dan Lingkar Dada serta Bobot Badan dan Panjang Badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati .......................... ........................
31
12. Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati………………………………………………………….
32
13. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan berdasarkan Skor Indeks Tingkat Produktivitas Ternak pada Kelompok Ternak yang Diamati…………………………………….
33
14. Korelasi antara Peubah Penyusun dan Model Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) ...........................................
34
15. Korelasi antara Indeks Komposit dan Bobot Badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati……………………………………………………………….
35
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Sapi, Babi, Domba, dan Manusia.
17
2. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Mandala Maju ....... …
19
3. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Cikadu...................... ..
20
4. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Lestari........................
22
5. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Sukaresik...................
23
6. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0 ........
24
7. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1 ...…..
26
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. PerhitunganManual Uji Statistik T2-Hotteling Vektor Nilai Rataan Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan I0 dan I1 pada Kelompok Ternak Sukaresik..........................
43
2. Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotteling Vektor Nilai Rataan Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan antara Kelompok Ternak Manala Maju dan Sukaresik ........
45
3. Perhitungan Manual Analisis Faktor Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Lestari .............................................................................................
47
4. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Mandala Maju ..................................................................................
52
5. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Cikadu ............................. ................................................................
53
6. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Lestari . ……………………………………………………………
54
7. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Sukaresik..........................................................................................
55
8. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0 ................................................................................
56
9. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1 ................................................................................
57
10. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Mandala Maju......................................................................
58
11. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Cikadu .................................................................................
59
12. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Lestari ..................................................................................
60
13. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Sukaresik .............................................................................
61
14. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0 ....................................................................
62
15. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1…………………………………………….
63
16. Perhitungan Manual Model Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Lestari........................
64
17. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Mandala Maju .......
69
18. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Cikadu ...................
70
19. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Lestari....................
71
20. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Sukaresik...............
72
21. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0 .....
73
22. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1 .....
74
PENDAHULUAN Latar Belakang Program penggemukan ternak pedaging di Indonesia dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan gizi masyarakat melalui konsumsi daging. Usaha penggemukan ternak pedaging juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, dan memenuhi kebutuhan daging domestik yang terus meningkat. Kebutuhan masyarakat akan daging akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi di masyarakat. Keadaan ini secara langsung akan berpengaruh terhadap permintaan daging nasional. Sebagai bagian dari sektor usaha peternakan nasional, presentase kebutuhan daging domba masyarakat Indonesia masih jauh di bawah subsektor usaha peternakan lainnya seperti unggas (56%), sapi (23%) serta babi (13%) (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Dijelaskan lebih lanjut bahwa konsumsi daging domba dan kambing di masyarakat memang masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 5%. Namun bila melihat potensi kebutuhan daging hewan ternak ini yang pada tiap tahunnya kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban serta kebutuhan untuk aqiqah sampai kebutuhan pasar di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, serta kawasan Timur Tengah yang tiap tahunnya membutuhkan kurang lebih 9,3 juta ekor domba, maka pertumbuhan populasi domba belum sebanding dengan angka permintaan yang terus meningkat. Lokasi penyebaran domba sangat cocok bila dikembangkan di Provinsi Jawa Barat, karena populasi domba di Provinsi Jawa Barat adalah yang paling tinggi di Indonesia yaitu sebanyak 4.221.806 ekor atau mencapai 55,9% populasi domba nasional (Dinas Peternakan Jawa Barat, 2006). Namun pada umumnya pemeliharaan ternak domba masih dalam skala kecil dan tradisional. Hal inilah yang menjadikan mutu ternak domba menjadi rendah. Program peningkatan mutu ternak domba salah satunya ialah dengan mengetahui faktor penentu produktivitas ternak domba. Beberapa ukuran tubuh sering digunakan sebagai penentu produktivitas ternak. Dengan mengetahui faktor penentu produktivitas ternak tersebut, maka peningkatan mutu ternak domba akan berjalan secara terarah. Faktor penentu produktivitas ternak tersebut juga dapat digunakan untuk mengelompokkan ternak berdasarkan produktivitas.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak yang diamati ke dalam kelas besar, sedang dan kecil berdasarkan analisis faktor. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyusun indeks komposit domba silangan Lokal-Garut jantan di Kabupaten Tasikmalaya yang juga dilakukan berdasarkan analisis faktor. Indeks komposit yang diperoleh merupakan ukuran pemerataan tingkat produktivitas ternak yang diamati. Berdasarkan analisis faktor ditentukan faktor yang berperan dalam mempengaruhi produktivitas ternak.
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Klasifikasi ternak domba menurut Blakely dan Bade (1998), adalah sebagai berikut: kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, genus Ovis dan species Ovis aries. Mulyaningsih (1990) menyatakan bahwa secara umum domba asli Indonesia diklasifikasikan ke dalam tiga bangsa yaitu domba ekor tipis (Javanese thin tailed) atau domba Lokal, domba Priangan (Priangan of West Java) yang dikenal sebagai domba Garut dan domba ekor gemuk (Javanese fat tailed). Domba ekor tipis adalah domba yang umum terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, sedangkan domba ekor gemuk banyak terdapat di jawa Timur. Domba Lokal Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia yang sering dikenal sebagai domba lokal (Hardjosubroto, 1994). Dijelaskan lebih lanjut bahwa domba Lokal mempunyai tubuh yang kecil sehingga disebut domba Kacang atau domba Jawa. Domba Lokal biasanya mempunyai warna bulu putih dan memiliki bercak hitam di sekeliling mata. Ekor domba Lokal tidak menunjukkan deposisi lemak. Domba betina umumnya tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan melingkar. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa domba Lokal mempunyai garis punggung lurus dan tinggi pundak lebih rendah dari tinggi pinggul. Domba Garut Asal-usul mengenai domba Garut sampai saat ini belum jelas. Merkens dan Soemirat (1926) seperti yang dilaporkan Pambudhi (2007), menyatakan bahwa walaupun tidak ditemukan catatan silsilah atau perkawinan sebagai bukti ilmiah, tetapi domba Garut diduga berasal dari persilangan antara tiga bangsa yaitu domba Lokal, domba Merino dan Domba Kaapstad yang berasal dari Afrika. Domba hasil persilangan ini mempunyai produktivitas yang lebih baik dari tetuanya, terutama pada daya produksi wol yang lebih baik dari domba Merino dan badan yang lebih tinggi dibandingkan domba Kaapstad. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa domba Garut yang terbentuk sekarang merupakan hasil seleksi selama bertahun-tahun serta seleksi alam yang menimbulkan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan setempat. Tipe telinga domba Garut berdasarkan ukuran panjang dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu telinga kecil atau rumpung dengan panjang kurang dari empat cm, telinga sedang atau ngadaun hiris dengan panjang 5-8 cm dan telinga besar atau rubak dengan panjang lebih dari sembilan cm. Mulliadi (1996) menyatakan domba Garut dikelompokkan berdasarkan tujuan pemeliharaan menjadi tipe tangkas dan tipe pedaging. Secara umum tipe tangkas mempunyai garis muka cembung, telinga rumpung, bertanduk, pangkal ekor gemuk dan berwarna hitam polos atau dominan hitam. Tipe pedaging mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: garis muka datar, bentuk telinga rubak (panjang dan lebar), bertanduk, ekor berbentuk mecut dan biasanya berwarna putih polos atau dominan putih. Domba pedaging di Garut merupakan domba sisa hasil seleksi atau domba afkir dari domba tangkas baik jantan maupun betina, dapat pula sebagai hasil perkawinan baik disengaja atau tidak dengan pejantan domba tangkas. Domba Garut mempunyai produktivitas yang lebih baik dibandingkan domba Lokal (Riwantoro, 2005). Dijelaskan lebih lanjut bahwa hasil-hasil pengukuran terhadap ukuran-ukuran tubuh dan bobot badan menunjukkan bahwa domba Garut lebih baik dibandingkan domba Lokal. Persilangan antara domba Lokal dengan domba Garut lebih sering dilakukan. Hal ini dikarenakan populasi domba Lokal yang lebih tinggi dibandingkan domba Garut, sehingga besar kemungkinan terjadi perkawinan antara domba Lokal dengan domba Garut, baik disengaja atau tidak, guna mempertahankan populasi domba. Pertumbuhan dan Ukuran Tubuh Pertumbuhan merupakan peningkatan skala, bentuk serta peningkatan dalam massa tubuh. Jaringan tubuh mencapai pertumbuhan maksimal dengan urutan jaringan syaraf, tulang, otot dam lemak (Lawrence dan Fowler, 2002). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa penampilan seekor hewan merupakan hasil proses pertumbuhan yang berkesinambungan dalam kehidupan hewan tersebut. Setiap bagian tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda, oleh karena itu ukuran tubuh dengan komponen-komponen tubuh lain merupakan suatu keseimbangan biologi sehingga dapat dimanfaatkan untuk menduga gambaran bentuk tubuh sebagai penciri khas suatu bangsa tertentu.
Karakteristik merupakan sifat khas yang memberi ciri pada suatu populasi. Beberapa sifat dapat dijadikan ukuran dasar karakteristik suatu ternak, terutama untuk kepentingan produksi dan reproduksi. Ukuran tubuh tersebut antara lain panjang badan, lingkar dada, bobot badan pada berbagai periode, tinggi badan, tinggi pinggul, lebar pinggul dan lingkar kaki (Budinuryanto, 1991). Dijelaskan oleh Suhaema (1999) bahwa tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang badan dan lingkar dada mempunyai peranan yang cukup besar pada ukuran tubuh domba Garut tangkas dan pedaging. Diperjelas oleh Darmayanti (2003) dan Nurhayati (2004) bahwa ukuran-ukuran tubuh mempunyai hubungan yang positif dengan bobot badan. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa pengukuran ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak yaitu sebagai sifat kuantitatif untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak maupun digunakan untuk mengetahui morfogenetik dari jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antara wilayah atau negara. Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa bentuk dan ukuran tubuh domba dideskripsikan berdasarkan ukuran dan penilaian visual. Ukuran merupakan indikator penting dari pertumbuhan untuk mengevaluasi pertumbuhan, tetapi tidak digunakan untuk mengindikasikan komposisi tubuh ternak. Lingkar dada dan panjang badan merupakan ukuran yang lebih umum digunakan. Lingkar dada meningkat seiring umur ternak. Lingkar dada dan panjang badan mempunyai pengaruh paling besar terhadap bobot badan (Fourie et al., 2002). Dijelaskan lebih lanjut bahwa ditemukan korelasi positif antara lingkar dada dan tingkat pertumbuhan lepas sapih yang menandakan bahwa seleksi pada lingkar dada menjadi petunjuk kecepatan pertumbuhan ternak. Hal tersebut berakibat pada peningkatan tinggi pundak dan ukuran kerangka. Trislawati (2006) menyatakan bahwa lingkar dada dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi karena berkaitan dengan produktivitas domba. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa lingkar dada mempunyai korelasi yang lebih tinggi terhadap bobot badan, dibandingkan panjang badan. Nilai korelasi lingkar dada terhadap bobot badan adalah 0,93; sedangkan nilai korelasi panjang badan terhadap bobot badan adalah 0,84. Dijelaskan lebih lanjut oleh Darmadi (2004) bahwa pada umumnya lingkar dada lebih mempengaruhi bobot hidup
dibandingkan panjang badan. Maria (2004) menambahkan bahwa lingkar dada merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga jual domba. Perbedaan kelompok umur mengakibatkan perbedaan ukuran tubuh, karena menurut Johansson dan Rendel (1966) lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak pada ternak dipengaruhi oleh pertumbuhan kerangka tulang (faktor genetik), sedangkan pertumbuhan dalam dada dan lingkar dada dipengaruhi oleh pertumbuhan daging antarotot (faktor lingkungan). Menurut Doho (1994) berdasarkan ukuran permukaan tubuh hewan dapat ditaksir bobot badan dan memberikan gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa. Sifat yang penting bagi produktivitas pada umumnya tergantung pada pengendalian poligenik tambahan daripada gen tunggal dengan pengaruh utama (Devendra dan Burns, 1994). Apriliyani (2007) menyatakan bahwa salah satu penentu produktivitas ternak pedaging ialah bobot badan. Peningkatan produktivitas terutama pertumbuhan dan bobot badan ternak dapat dilakukan dalam upaya peningkatan produksi daging. Dijelaskan lebih lanjut oleh Wibowo (2007) bahwa bobot badan sangat berkaitan dengan nilai ekonomis domba karena bobot badan merupakan indikator penentu harga jual domba. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa berbagai sifat dapat diukur, beragam antara individu hewan dan hampir semuanya sangat peka terhadap pengaruh lingkungan. Mulliadi (1996) menambahkan bahwa keragaman yang muncul pada setiap individu ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kondisi pemeliharaan, pengaruh pemberian pakan, kondisi alat pencernaan dan keragaman genetik. Dijelaskan lebih lanjut oleh Prihatman (2000) bahwa faktor yang mempengaruhi bobot badan salah satunya yaitu manajemen lingkungan seperti sanitasi dan tindakan preventif, pengontrolan penyakit, perawatan ternak, vaksinasi dan obat, pemeliharaan kandang dan pemberian pakan. Penentuan Umur Domba Domba memiliki masa pertumbuhan, seperti halnya makhluk hidup lain yang berkaitan dengan umur. Salah satu cara untuk menentukan umur domba adalah dengan melihat kondisi gigi, tetapi hai ini tidak dapat secara pasti ditentukan berdasarkan perkiraan saja. Anak domba yang baru dilahirkan telah mempunyai dua buah gigi seri sulung. Pada umur satu bulan, gigi seri sulung telah lengkap (Devendra
dan Mc Leroy, 1982). Pendugaan umur domba berdasarkan gigi tetap disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri Tetap Umur
Jumlah Gigi Seri Tetap
Kode Umur
Kurang dari 1 tahun
Belum ada gigi seri tetap
Io
1,0 – 1,5 tahun
Sepasang gigi seri tetap
I1
1,5 – 2,0 tahun
Dua pasang gigi seri tetap
I2
2,5 – 3,0 tahun
Tiga pasang gigi seri tetap
I3
3,5 – 4,0 tahun
Empat pasang gigi seri tetap
I4
Lebih dari 4 tahun
Gigi seri tetap aus serta mulai lepas
I5
Sumber : Devendra dan Mc Leroy (1982)
Skrotum Skrotum adalah kulit yang berbentuk kantung yang ukuran, bentuk dan lokasi disesuaikan dengan testis yang dikandung (Hardjopranjoto, 1995). Dijelaskan lebih lanjut bahwa kulit skrotum umumnya tipis, lembut dan relatif kurang berambut. Skrotum terdiri atas dua lobus yang masing-masing berisi satu testis. Fungsi skrotum adalah melindungi testis dari dari gangguan luar berupa panas, dingin, pukulan dan gangguan mekanis lain. Fungsi terpenting skrotum ialah mengatur temperatur testis dan epididimys supaya tetap bertemperatur 4-7 derajat lebih rendah dari temperatur tubuh sehingga memungkinkan spermatogenesis terjadi secara sempurna. Yunardi (1999) menyatakan bahwa pertumbuhan ukuran skrotum meningkat pesat pada umur kurang dari satu tahun. Pertumbuhan melambat pada umur di atas satu tahun. Pertumbuhan ukuran skrotum meningkat secara linier dengan peningkatan umur sampai mencapai dewasa tubuh. Pada umur kurang dari satu tahun, pertumbuhan ukuran skrotum sejalan dengan laju pertambahan bobot badan. Nilai korelasi tinggi ukuran skrotum dan lingkar dada ditemukan tinggi pada umur kurang dari satu tahun dan rendah pada umur lebih dari satu tahun (Yunardi, 1999). Dijelaskan lebih lanjut bahwa berdasarkan nilai korelasi yang didapat, memberikan gambaran bahwa seleksi sebaiknya dilakukan pada umur kurang dari satu tahun, sedangkan pada umur lebih dari satu tahun sudah tidak efektif untuk dilakukan seleksi. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa lingkar skrotum mempunyai korelasi lebih dari 63% terhadap bobot badan dan lingkar dada.
Mulliadi (1996) menyatakan bahwa ukuran skrotum pada domba mungkin berkaitan dengan faktor hormonal, yang memberikan dampak pada domba tangkas. Hormon sudah mulai berpengaruh pada sifat kejantanan dan bobot badan sejak domba berumur satu tahun. Ukuran skrotum diikuti dengan ukuran testis, demikian pula sel-sel dalam testis, baik pembentuk hormon (sel Leydig) ataupun jaringan pembentuk sel-sel germinatif. Ismaya (1991) menyatakan bahwa ditemukan hubungan yang nyata antara bobot testis dan umur, bobot tubuh dan besar skrotum pada domba lokal. Bobot testis dan besar skrotum mempunyai hubungan yang terdekat, kemudian diikuti bobot tubuh serta umur dewasa kelamin. Testis Testis terdiri atas tiga jaringan, yaitu : tubulus seminiferi yang terdiri atas sel sertoli dan sel germinatif, sel stroma dan sel Leydig (sel intertitial) yang berfungsi untuk menghasilkan hormon testosteron (Hardjopranjoto, 1995). Ukuran testis bertambah dua sampai tiga kali lipat mencapai 10-12 gram pada umur 8-10 minggu. Pubertas pada anak domba terjadi pada waktu mencapai bobot badan 40%-60% dari bobot badan dewasa (Toelihere, 1994). Testis
mempunyai
dua
fungsi.
Fungsi
endokrinologi,
sel
Leydig
menghasilkan hormon androgen yang mempunyai pengaruh terhadap sifat kejantanan. Fungsi reproduksi, tubulus seminiferi menghasilkan sel sperma. Sel sperma merupakan bentuk terakhir sel jantan setelah mengalami proses perkembangan (spermatogenesis). Produksi sperma akan mengalami peningkatan bersamaan dengan pertambahan umur (Hardjopranjoto, 1995). Analisis Faktor Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis multivariat yang dapat digunakan
untuk
berbagai
keperluan
pemecahan
masalah-masalah
yang
membutuhkan pengkajian secara menyeluruh terhadap perilaku sistem konkrit yang dipelajari (Gaspersz, 1991a). Pontoh (2007) menyatakan bahwa analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan meringkas berbagai interrelasi antara masingmasing peubah. Beberapa peubah yang mempunyai korelasi antara mereka sangat tinggi dan mewakili peubah mendasar yang sama atau suatu faktor. Analisis faktor disebut juga teknik mereduksi data.
Analisis
faktor
bertujuan
menerangkan
struktur
hubungan
diantara
peubah-peubah yang diamati dengan jalan membangkitkan beberapa faktor yang berjumlah lebih sedikit daripada peubah asal (Gaspersz, 1992). Pontoh (2007) menyatakan bahwa analisis faktor membentuk faktor-faktor yang secara relatif independen antara satu faktor dengan faktor lain. Pendugaan parameter dalam model analisis faktor dapat menggunakan dua metode yaitu metode komponen utama (principal component method) dan metode kemungkinan maksimum (maximum likelihood method). Dalam kebanyakan analisis terapan, model analisis faktor diduga berdasarkan metode komponen utama (Everitt dan Dunn, 1991). Pontoh (2007) menyatakan bahwa aplikasi analisis faktor adalah mengidentifikasi faktor-faktor dasar, menyaring peubah-peubah, meringkas data, mengsampel peubah-peubah dan mengelompokkan objek-objek.
METODE Lokasi dan Waktu Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan November 2006. Data yang digunakan pada penelitian ini ialah data sekunder mengenai ukuranukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2006. Analisis data dilakukan pada bulan Januari-Mei 2008 di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Materi yang digunakan untuk penelitian ini berupa data sekunder dari 571 ekor domba silangan Lokal-Garut jantan yang dibagi ke dalam lima kelompok ternak yaitu Mandala Maju (91 ekor I0 dan 54 ekor I1), Cikadu (56 ekor I0 dan 41 ekor I1), Lestari (61 ekor I0 dan 50 ekor I1), Sukaresik (72 ekor I0 dan 53 ekor I1) dan Harapan Jaya (62 ekor I0 dan 31 ekor I1). Total ternak yang diamati meliputi 342 ekor I0 dan 229 ekor I1. Analisis Data Uji T2-Hotteling Uji T2-Hotteling digunakan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran tubuh diantara dua kelompok ternak yang diamati. Ukuran-ukuran tubuh yang diamati terdiri atas lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum. Pengujian dilakukan dengan jalan merumuskan hipotesis sebagai berikut : H0
: U1 = U2
: artinya vektor nilai rataan ukuran-ukuran tubuh dari tiap kelompok ternak adalah sama.
H1
: U1 ≠ U2
: artinya vektor nilai rataan ukuran-ukuran tubuh dari tiap kelompok ternak berbeda.
Uji T2-Hotteling menggunakan rumus seperti yang disarankan oleh Gaspersz (1992) sebagai berikut :
Selanjutnya besaran :
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – p – 1 Keterangan : T2
= nilai T2-Hotteling
F
= nilai hitung untuk T2-Hotteling
n1
= jumlah data pengamatan pada kelompok ternak 1
n2
= jumlah data pengamatan pada kelompok ternak 2
X1
= vektor nilai rataan peubah acak pada kelompok ternak 1
X2
= vektor nilai rataan peubah acak pada kelompok ternak 2
SG
= matriks peragam gabungan
SG-1
= invers dari matriks peragam gabungan
P
= banyaknya peubah yang diukur. Jika hasil pengujian terhadap hipotesis menolak H0, maka kedua nilai rataan
ukuran-ukuran tubuh dari dua kelompok ternak yang diamati adalah berbeda (P<0,01). Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai F > apabila nilai F ≤
. Hal sebaliknya terjadi
.
Analisis Faktor Analisis faktor merupakan salah satu metode analisis multivariat yang digunakan dalam pengolahan data peubah-peubah yang diamati. Penggunaan analisis faktor menurut Gaspersz (1992) bertujuan untuk menemukan hubungan antara peubah-peubah yang diamati; yang saling bebas satu sama lain, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa buah faktor yang lebih sedikit dari jumlah peubah asal. Analisis faktor dapat dinyatakan sebagai sebagai metode analisis untuk mereduksi data. Peubah-peubah yang diamati meliputi lingkar dada (X1), panjang badan (X2) dan lingkar skrotum (X3). Pada pengamatan ini ditentukan peubah faktor yang jumlahnya lebih sedikit dari peubah asal, yang berpengaruh terhadap produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Pengolahan data dengan analisis faktor dilakukan pada kelompok ternak yang dinyatakan berbeda berdasarkan T2-Hotteling. Apabila ditemukan kelompok-
kelompok ternak yang sama, maka analisis faktor dilakukan pada penggabungan diantara kelompok-kelompok ternak tersebut. Penentuan peubah sebagai faktor yang digunakan untuk mendapatkan nilai skor faktor (SF) dilakukan berdasarkan peranan faktor dalam menerangkan struktur keragaman data. Peranan faktor dihitung berdasarkan rumus seperti yang telah dianjurkan oleh Gaspersz (1992) sebagai berikut :
Keterangan : F
= faktor
cij
= bobot faktor
i
= 1,2,3,......, p
j
= 1,2,3,......,.m
spp
= teras matriks peragam Skor faktor (SF) dihitung berdasarkan rumus seperti yang telah dianjurkan
oleh Gaspersz (1992) sebagai berikut :
Keterangan : F
= matriks skor faktor (diturunkan dari peragam)
C’
= matriks bobot faktor (diturunkan dari peragam)
S-1
= invers dari matriks kovarian K
Xj
= vektor pengamatan individu ke-j
X
= vektor nilai rataan dari peubah X
n
= ukuran contoh (sample size) Faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak domba silangan Lokal-Garut
jantan ditentukan berdasarkan nilai komunalitas. Apabila ditemukan dua faktor yang mempengaruhi maka dibuat faktor diagram dengan skor faktor pertama (SF-1) sebagai sumbu X dan skor faktor kedua (SF-2) sebagai sumbu Y. Klasifikasi berdasarkan skor faktor pertama (SF-1) yaitu kecil, sedang dan besar, menggunakan rumus yang dianjurkan Gaspersz (1992) sebagai berikut :
kelas besar, jika SF-1 > SF-1 + sSF-1 kelas sedang, jika SF-1 − sSF-1 < SF-1 < SF-1 + sSF-1 kelas kecil, jika SF-1 < SF-1 − sSF-1. Keterangan : SF-1
= skor faktor
SF-1
= rataan skor faktor
sSF-1
= simpangan baku skor faktor
Metode Penyusunan Indeks Komposit Salah satu penggunaan analisis faktor yang sangat efektif adalah dalam menyusun indeks komposit dari karakteristik suatu sistem. Tujuan penyusunan indeks komposit adalah untuk mengukur sejauh mana penyimpangan terhadap nilai rata-rata. Penyusunan indeks komposit melalui analisis faktor menggunakan rumus seperti yang disarankan oleh Gaspersz (1991b), sebagai berikut: I = K + a1X1 + a2X2 + a3X3 Keterangan : I
= indeks komposit
K
= konstanta
aj
= koefisien pembobot indeks komposit yang disusun
Xj
= peubah yang diamati Klasifikasi berdasarkan indeks komposit dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: kelas tinggi, jika
IK > IK
kelas rendah, jika
IK < IK
Keterangan : IK
= indeks komposit
IK
= rataan indeks komposit Korelasi antara peubah penyusun model indeks komposit dan model itu
sendiri dihitung untuk mengetahui apakah semua peubah yang dimasukkan dalam model cukup berperanan penting. Korelasi ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti yang disarankan oleh Gaspersz (1992), sebagai berikut:
Keterangan: = korelasi antara peubah penyusun dengan model indeks komposit = koefisien pembobot peubah ke-j dalam model λ
= akar ciri (eigenvalue, characteristic root)
sj
= nilai simpangan baku peubah ke-j
Korelasi antara Indeks Komposit dan Bobot Badan Penyusunan koefisien korelasi antara dua peubah (indeks komposit dan bobot badan) menggunakan rumus seperti yang disarankan oleh Gaspersz (1992), sebagai berikut:
Pengujian hipotesis tentang parameter koefisien korelasi digunakan untuk menentukan apakah korelasi yang diperoleh bersifat nyata atau tidak. Pengujian ini menggunakan rumus seperti yang disarankan oleh Gaspersz (1992), sebagai berikut: H0 : ρxy = 0
: artinya korelasi antara dua peubah atau lebih bersifat tidak nyata.
H1 : ρxy ≠ 0
: artinya korelasi antara dua peubah atau lebih bersifat nyata.
Daerah kritis : t <-tα/2;v dan t> tα/2;v ; v = n-2
Keterangan : rxy
= koefisien korelasi antara dua peubah
n
= jumlah sampel Jika hasil pengujian terhadap hipotesis menolak H0, maka korelasi antara dua
peubah atau lebih bersifat nyata (P<0,05). Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t <-tα/2;v dan t> tα/2;v. Hal sebaliknya terjadi apabila nilai -tα/2;v< t < tα/2;v. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan perangkat lunak analisis statistika Minitab versi 14 dan Microsoft Excel 2007.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan I0 dan I1 Ukuran-ukuran lingkar dada, panjang badan, lingkar skrotum dan bobot badan domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik dan Harapan Jaya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menyajikan nilai rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari setiap peubah yang diamati. Penghitungan uji T2-Hotteling bertujuan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran tubuh pada setiap dua kelompok ternak yang diamati. Hasil uji T2-Hotteling menyatakan bahwa tidak ditemukan perbedaan ukuran-ukuran tubuh (lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum) domba silangan Lokal-Garut jantan I0 dan I1 pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari dan Sukaresik (P>0,05). Hal yang berbeda ditemukan pada kelompok ternak Harapan Jaya (P<0,05). Dengan demikian pengelompokan ternak pada kelompok ternak Harapan Jaya dibedakan menjadi I0 dan I1. Perbedaan ukuran tubuh antara umur I0 dan I1 pada kelompok ternak Harapan Jaya dimungkinkan karena selisih umur antara I0 dan I1 yang cukup jauh. Devendra dan Mc Leroy (1982) menyatakan bahwa domba I0 adalah domba yang berumur kurang dari satu tahun, sedangkan domba I1 berumur antara 1,0-1,5 tahun. Gambar 1 menunjukkan kurva pertumbuhan bobot badan (kg) pada sapi, babi, domba, dan manusia. Berdasarkan Gambar 1, dapat diperjelas bahwa kemungkinan domba silangan Lokal-Garut jantan I0 dan I1 pada kelompok ternak Harapan Jaya berada pada kisaran umur yang berjauhan yang pada gambar 1 diperlihatkan dengan kurva pertumbuhan yang masih curam. Hal yang tidak demikian ditemukan pada kelompok ternak lainnya (Mandala Maju, Cikadu, Lestari dan Sukaresik). Pada kelompok ternak tersebut domba silangan Lokal-Garut jantan I0 dan I1 berada pada kisaran umur yang berdekatan. Uji T2-Hotteling digunakan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran tubuh pada setiap dua kelompok ternak yang diamati. Hasil uji T2-Hotteling menunjukkan perbedaan ukuran-ukuran tubuh yang meliputi lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum diantara dua kelompok ternak yang diamati yang meliputi kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 dan Harapan Jaya I1 (P<0,01). Dengan demikian kelompok-kelompok ternak yang
Tabel 2. Lingkar Dada, Panjang Badan dan Lingkar Skrotum serta Bobot badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati Lingkar Dada
Kelompok Ternak I0
I1
Rataan
Panjang Badan I0
I1
Rataan
Lingkar Skrotum I0
I1
Rataan
------------------------------------------------------ (cm) -------------------------------------------------
Bobot Badan I0
I1
Rataan
-------------- (kg) ------------
Mandala Maju
67,4±3,8 n=91 (5,68%)
68,0±3,3 n=54 (4,90%)
67,6±3,6 n=145 (5,40%)
53,4±3,3 n=91 (6,21%)
54,0±3,9 n=54 (7,27%)
53,6±3,56 n=145 (6,63%)
23,0±2,2 n=91 (9,48%)
23,4±2,4 n=54 (10,2%)
23,14±2,2 n=145 (9,74%)
25,6±3,3 n=91 (12,8%)
25,5±3,3 n=54 (13,08%)
25,5±3,3 n=145 (12,8%)
Cikadu
64,2±3,3 n= 56 (5,08%)
65,1±2,8 n= 41 (4,32%)
64,6±3,1 n= 97 (4,79%)
53,7±3,2 n= 56 (5,94%)
54,0±2,8 n= 41 (5,25%)
53,9±3,0 n= 97 (5,63%)
22,2±2,4 n= 56 (10,8%)
23,1±2,8 n= 41 (12,3%)
22,6±2,6 n= 97 (11,59%)
21,9±2,9 n= 56 (13,5%)
22,2±2,8 n= 41 (12,59%)
22,0±2,9 n= 97 (13,1%)
Lestari
67,5±3,4 n=61 (5,00%)
68,0±3,6 n=50 (5,29%)
67,7±3,5 n=111 (5,12%)
55,8±3,2 n=61 (5,69%)
55,7±3,1 n=50 (5,50%)
55,7±3,1 n=111 (5,58%)
23,5±2,8 n=61 (12,1%)
23,5±2,5 n=50 (10,6%)
23,5±2,7 n=111 (11,40%)
26,4±3,5 n=61 (13,4%)
25,8±3,8 n=50 (14,68%)
26,1±3,6 n=111 (13,9%)
Sukaresik
67,5±3,0 n=72 (4,45%)
68,4±2,9 n=53 (4,29%)
67,9±3,0 n=125 (4,42%)
57,3±2,8 n=72 (4,97%)
57,8±3,1 n=53 (5,35%)
57,5±2,9 n=125 (5,13%)
22,1±2,1 n=72 (9,37%)
22,2±2,0 n=53 (9,05%)
22,2±2,0 n=125 (9,20%)
24,6±3,2 n=72 (13,2%)
24,9±3,1 n=53 (12,45%)
24,7±3,2 n=125 (12,8%)
Harapan Jaya
68,5±4,1 n=62 (6,04%)
71,4±4,3 n=31 (6,01%)
54,9±3,8 n=62 (6,94%)
56,5±4,1 n=31 (7,33%)
24,6±,0 n=62 (8,31%)
25,4±2,4 n=31 (9,63%)
23,0±3,3 n=62 (14,2%)
24,4± 2,4 n=31 (9,97%)
Keterangan : X ± SB, X = rataan, SB = Simpangan Baku; n = jumlah sampel; KK = Koefisien Keragaman (%)
dinyatakan berbeda berdasarkan T2-Hotteling tersebut dapat digunakan sebagai perlakuan.
Perbedaan
ukuran-ukuran
tubuh
antara
tiap
kelompok
ternak
dimungkinkan karena pengaruh lingkungan yang berbeda. Dalam hal ini kemungkinan pengaruh lingkungan yang berperan adalah manajemen pemeliharaan. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa keragaman sifat yang diukur pada setiap individu hewan hampir semua sangat peka terhadap pengaruh lingkungan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Mulliadi (1996), keragaman pada ternak dapat disebabkan kondisi pemeliharaan, pengaruh pemberian pakan, kondisi alat pencernaan dan keragaman genetik.
Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Sapi, Babi, Domba, dan Manusia (Lawrence dan Fowler, 2002) Analisis Faktor Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati Penentuan peubah faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan ialah berdasarkan nilai komunalitas yang diperoleh. Gaspersz (1992) menyatakan bahwa komunalitas merupakan proporsi ragam dari suatu peubah yang diterangkan oleh setiap faktor secara bersama. Peranan faktor menentukan keragaman total yang dapat diterangkan oleh setiap faktor. Hasil olahan
Analisis Faktor beserta bobot faktor, nilai komunalitas, nilai eigen (λ), keragaman total dan keragaman kumulatif dari masing-masing faktor pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 dan Harapan Jaya I1 disajikan pada pemaparan berikut ini. Berdasarkan skor faktor yang mempengaruhi, ditampilkan juga diagram kerumunan data individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan. Faktor penentu produktivitas ternak pada kelompok ternak Mandala Maju berdasarkan nilai komunalitas ialah lingkar dada (X1) dan panjang badan (X2), sedangkan lingkar skrotum (X3) tidak dimasukkan sebagai faktor penentu produktivitas karena memiliki nilai komunalitas yang paling rendah. Nilai komunalitas yang diperoleh untuk lingkar dada adalah 13,334; sedangkan panjang badan 12,619. Peranan faktor pada kelompok ternak Mandala Maju untuk lingkar dada dan panjang badan adalah 67,5% dan 21,7%. Dua peubah tersebut ditetapkan sebagai faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Tabel 3 menyajikan bobot faktor, nilai eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Mandala Maju. Gambar 2 menyajikan sebaran data individuindividu domba silangan Lokal-Garut jantan serta pengklasifikasiannya berdasarkan faktor penentu produktivitas pada kelompok ternak Mandala Maju. Sumbu X disetarakan dengan skor faktor pertama (SF-1) yaitu lingkar dada dan sumbu Y disetarakan dengan skor faktor kedua (SF-2) yaitu panjang badan. Lingkar dada (X1) dan panjang badan (X2) merupakan faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Cikadu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai komunalitas dari lingkar dada dan panjang badan, yaitu 9,596 dan 9,198. Lingkar dada mempunyai peranan faktor 60,8% dan panjang badan 20,2%. Nilai komunalitas dan peranan faktor menjadikan lingkar dada dan panjang badan sebagai faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Cikadu. Tabel 4 menyajikan bobot faktor, nilai eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Cikadu. Gambar 3 menyajikan sebaran
data
individu-individu
pengklasifikasiannya
domba
silangan
Lokal-Garut
jantan
serta
berdasarkan faktor penentu produktivitas pada kelompok
ternak Cikadu. Sumbu X disetarakan dengan skor faktor pertama (SF-1) yaitu lingkar dada dan sumbu Y disetarakan dengan skor faktor kedua (SF-2) yaitu panjang badan. Tabel 3. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Mandala Maju Faktor
Peubah yang Diukur
Komunalitas
F1
F2
F3
Lingkar Dada (X1)
-3,141
1,835
0,360
13,334
Panjang Badan (X2)
-3,008
-1,821
0,501
12,619
Lingkar Skrotum (X3)
-1,420
-0,202
-1,738
5,007
Nilai Eigen (λ)
20,940
6,725
3,365
31,030
Keragaman Total (%)
67,5
21,7
10,8
1,000
Keragaman Kumulatif (%)
67,5
89,2
100
Keterangan : F1 = Faktor Pertama, F2 = Faktor Kedua, F3 = Faktor Ketiga
1,5
SF-2 (Panjang Badan)
1,0 0,5 0,0 -0,5 -1,0 -1,5 -3
-2
-1
0
1
2
3
SF-1 (Lingkar Dada) Keterangan : SF-1 = Skor Faktor Pertama = Kelas Kecil
Gambar 2.
SF-2 = Skor Faktor Kedua = Kelas Sedang
= Kelas Besar
Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama(Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Mandala Maju
Tabel 4. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Cikadu Faktor
Peubah yang Diukur
Komunalitas
F1
F2
F3
Lingkar Dada (X1)
-2,587
1,453
0,891
9,596
Panjang Badan (X2)
-2,456
-1,728
0,422
9,198
Lingkar Skrotum (X3)
-1,695
0,287
-1,971
6,842
Nilai Eigen (λ)
15,598
5,180
4,858
25,636
Keragaman Total (%)
60,8
20,2
19
1,000
Keragaman Kumulatif (%)
60,8
81
100
Keterangan : F1 = Faktor Pertama, F2 = Faktor Kedua, F3 = Faktor Ketiga
SF-2SF-2 (Panjang Badan) (Panjang Badan)
2
1
0
-1
-2
-1
0
1
2
SF-1 (Lingkar Dada) Keterangan :
SF-1 = Skor Faktor Pertama = Kelas Kecil
SF-2 = Skor Faktor Kedua = Kelas Sedang
= Kelas Besar
Gambar 3. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama(Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Cikadu Tabel 5 menyajikan bobot faktor, nilai eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Lestari. Produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Lestari ditentukan oleh lingkar dada (X1) sebagai faktor
penentu. Nilai komunalitas untuk lingkar dada adalah 12,020. Nilai ini lebih besar serta mempunyai selisih yang cukup jauh dibandingkan peubah lainnya. Peranan faktor lingkar dada dalam menerangkan keragaman total pada kelompok ternak Lestari adalah 59,8%. Gambar 4 menyajikan diagram batang nilai skor faktor pertama (SF-1) yaitu lingkar dada serta pengklasifikasian individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Lestari. Produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Sukaresik ditentukan oleh lingkar dada (X1) dan panjang badan (X2) sebagai faktor penentu. Faktor penentu ditentukan dengan nilai komunalitas dari tiap peubah yang diamati. Nilai komunalitas lingkar dada adalah 9,001 dan panjang badan 8,700. Lingkar dada dan panjang badan mempunyai peranan faktor dalam menerangkan keragaman total, yaitu 59,4% dan 23,5%. Tabel 6 menyajikan bobot faktor, nilai eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Sukaresik. Gambar 5 menyajikan sebaran data individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan serta pengklasifikasiannya berdasarkan faktor penentu produktivitas pada kelompok ternak Sukaresik. Sumbu X disetarakan dengan skor faktor pertama (SF-1) yaitu lingkar dada dan sumbu Y disetarakan dengan skor faktor kedua (SF-2) yaitu panjang badan. Nilai bobot faktor, nilai eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Harapan Jaya I0 disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, peubah lingkar dada (X1) mempunyai nilai komunalitas yang lebih besar dibandingkan peubah lainnya, yaitu 17,128. Peranan faktor lingkar dada dalam menerangkan keragaman total pada kelompok ternak Harapan Jaya I0 adalah 61,8%. Hal tersebut menunjukkan lingkar dada merupakan faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Harapan Jaya I0. Gambar 6 menyajikan diagram batang nilai skor faktor pertama (SF-1) yaitu lingkar dada serta pengklasifikasian individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Harapan Jaya I0.
Tabel 5. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Lestari Faktor
Peubah yang Diukur
Komunalitas
F1
F2
F3
Lingkar Dada (X1)
-3,082
1,070
1,174
12,020
Panjang Badan (X2)
-2,222
-2,166
-0,201
9,671
Lingkar Skrotum (X3)
-1,686
0,900
-1,880
7,187
Nilai Eigen (λ)
17,280
6,647
4,952
28,879
Keragaman Total (%)
59,8
23
17,1
1,000
Keragaman Kumulatif (%)
59,8
82,8
100
Keterangan : F1 = Faktor Pertama, F2 = Faktor Kedua, F3 = Faktor Ketiga
70 60
Frekuensi Frekuensi
50 40 30 20 10 0 -1,49
0
1,37
Skor Faktor Pertama (SF-1) Keterangan =
Gambar 4.
= Kelas Kecil
= Kelas Sedang
= Kelas Besar
Diagram Batang Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan serta Pengklasifikasian berdasarkan Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Lestari
Tabel 6. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Sukaresik Faktor
Peubah yang Diukur
Komunalitas
F1
F2
F3
Lingkar Dada (X1)
-2,568
1,438
0,582
9,001
Panjang Badan (X2)
-2,426
-1,676
-0,074
8,700
Lingkar Skrotum (X3)
-0,715
0,522
-1,838
4,163
Nilai Eigen (λ)
12,994
5,148
3,722
21,864
Keragaman Total (%)
59,4
23,5
17
1,000
Keragaman Kumulatif (%)
59,4
82,9
100
Keterangan : F1 = Faktor Pertama, F2 = Faktor Kedua, F3 = Faktor Ketiga
1,5
SF-2 (Panjang SF-2 (PanjangBadan) Badan)
1,0 0,5 0,0 -0,5 -1,0 -1,5 -2,0 -2,5 -4
-3
-2
-1
0
1
2
SF-1(Lingkar (Lingkar Dada ) SF-1 Dada)
Keterangan: :SF-1 = Skor Faktor Pertama Keterangan ==Kelas Kecil Kelas Kecil
SF-2 = Skor Faktor Kedua ==Kelas KelasSedang Sedang
= =Kelas Besar Kelas Besar
Gambar 5. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama(Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Sukaresik
Tabel 7. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0 Faktor
Peubah yang Diukur
Komunalitas
F1
F2
F3
Lingkar Dada (X1)
-3,633
1,939
-0,416
17,128
Panjang Badan (X2)
-2,635
-2,749
-0,210
14,547
Lingkar Skrotum (X3)
-1,349
0,149
1,531
4,186
Nilai Eigen (λ)
21,958
11,341
2,562
35,861
Keragaman Total (%)
61,2
31,6
7,1
1,000
Keragaman Kumulatif (%)
61,2
92,8
100
Keterangan : F1 = Faktor Pertama, F2 = Faktor Kedua, F3 = Faktor Ketiga
50
Frekuensi
Frekuensi
40
30
20
10
0 1
2
3
Skor Faktor Pertama (SF-1) Keterangan :
Gambar 6.
= Kelas Kecil
= Kelas Sedang
= Kelas Besar
Diagram Batang Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan serta Pengklasifikasian berdasarkan Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0
Nilai komunalitas tertinggi pada kelompok ternak Harapan Jaya I1 ialah pada peubah lingkar dada (X1), yaitu 18,401. Peranan lingkar dada dalam menerangkan keragaman total adalah 50%. Nilai bobot faktor, nilai eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan disajikan pada Tabel 8. Hal tersebut menunjukkan lingkar dada sebagai faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Harapan Jaya I1. Gambar 7 menyajikan diagram batang nilai skor faktor pertama (SF-1) yaitu lingkar dada serta pengklasifikasian individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Harapan Jaya I1. Faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok-kelompok ternak yang diamati disajikan pada Tabel 10. Produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Lestari seperti halnya pada kelompok ternak Harapan Jaya (I0 dan I1), dipengaruhi oleh lingkar dada. Hal yang berbeda ditemukan pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu dan Sukaresik. Faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas domba silangan LokalGarut jantan pada kelompok Mandala Maju, Cikadu dan Sukaresik adalah lingkar dada dan panjang badan. Tabel 8. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1 Peubah yang Diukur
Faktor
Komunalitas
F1
F2
F3
Lingkar Dada (X1)
-3,666
2,170
-0,504
18,401
Panjang Badan (X2)
-2,620
-3,205
0,108
17,150
Lingkar Skrotum (X3)
-0,693
0,639
2,257
5,983
Nilai Eigen (λ)
20,784
15,390
5,360
41,534
Keragaman Total (%)
50
37,1
12,9
1,000
Keragaman Kumulatif (%)
50
87,1
100
Keterangan : F1 = Faktor Pertama, F2 = Faktor Kedua, F3 = Faktor Ketiga
Frekuensi Frekuensi
20
10
0 1
2
3
Skor Faktor Pertama (SF-1) Keterangan :
= Kelas Kecil
= Kelas Sedang
= Kelas Besar
Gambar 7. Diagram Batang Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan serta Pengklasifikasian berdasarkan Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1 Faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu dan Sukaresik ialah lingkar dada dan panjang badan. Hal ini berarti bahwa domba yang mempunyai produktivitas tinggi ditunjukkan oleh ukuran lingkar dada dan panjang badan yang besar, sedangkan domba dengan ukuran lingkar dada dan panjang badan yang kecil dapat dinyatakan mempunyai produktivitas yang rendah. Domba silangan Lokal-Garut jantan merupakan domba pedaging hasil program penggemukan. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa ukuran lingkar dada dan panjang mempunyai korelasi yang tinggi dan nyata terhadap bobot badan. Bobot badan menurut Apriliyani (2007) merupakan penentu produktivitas ternak pedaging. Penentu produktivitas pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu dan Sukaresik menunjukkan bahwa kelompok ternak tersebut tidak hanya mengandalkan faktor lingkungan tetapi juga faktor genetik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Johansson dan Rendel (1966) bahwa ukuran-ukuran tulang lebih dipengaruhi faktor genetik dibandingkan faktor lingkungan. Lingkar dada
bukan merupakan ukuran tulang. Pertumbuhan panjang badan pada ternak dipengaruhi oleh pertumbuhan kerangka tulang (faktor genetik), sedangkan pertumbuhan lingkar dada dipengaruhi oleh pertumbuhan daging antarotot (faktor lingkungan). Kazzal (1973) seperti yang dilaporkan oleh Juma dan Alkass (2006) menyatakan bahwa pada domba Awassi umur satu tahun, panjang badan mempunyai nilai heritabilitas yang lebih tinggi dibandingkan lingkar dada. Hal tersebut diperlihatkan dengan nilai heritabilitas panjang badan yaitu 0,60 dan lingkar dada yaitu 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa panjang badan terhadap lingkar dada lebih dipengaruhi faktor genetik dibandingkan faktor lingkungan. Tabel 9. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok-kelompok Ternak yang Diamati Kelompok Ternak
Faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas domba
Mandala Maju
Lingkar Dada Panjang Badan
Cikadu
Lingkar Dada Panjang Badan
Lestari
Lingkar Dada
Sukaresik
Lingkar Dada Panjang Badan
Harapan Jaya I0
Lingkar Dada
Harapan Jaya I1
Lingkar Dada
Lingkar dada pada kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya (I0 dan I1) merupakan penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan peternak pada kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya (I0 dan I1) ditentukan oleh ukuran lingkar dada. Domba yang mempunyai ukuran lingkar dada besar mempunyai produktivitas yang tinggi, begitupula sebaliknya. Domba yang mempunyai produktivitas rendah ditunjukkan dengan ukuran lingkar dada yang kecil. Penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan adalah lingkar dada. Domba silangan merupakan domba pedaging hasil program penggemukan. Produksi domba pedaging ditentukan oleh bobot badan. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa lingkar dada mempunyai korelasi yang positif (r = 0,93) dan nyata (P<0,01) terhadap bobot badan domba jantan.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Apriliyani (2007) bahwa bobot badan merupakan salah satu penentu produktivitas ternak pedaging. Pola pemeliharaan pada kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya lebih mengandalkan faktor lingkungan dibandingkan faktor genetik. Hal tersebut diperlihatkan dengan lingkar dada sebagai faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Hanibal (2008) menyatakan
bahwa
secara genetik
domba silangan
Lokal-Garut jantan yang terdapat pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik dan Harapan Jaya adalah sama berdasarkan bentuk tubuh yang seragam. Keberhasilan program penggemukan domba silangan Lokal-Garut jantan dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola pemeliharaan pada kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya lebih baik dibandingkan pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu dan Lestari karena lebih mengandalkan faktor lingkungan (yang ditunjukkan dengan faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan yaitu lingkar dada), dibandingkan faktor genetik. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Skor
faktor
pertama
(SF-1)
digunakan
sebagai
kriteria
dalam
pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok-kelompok ternak yang diamati. Pengkasifikasian berdasarkan skor faktor pertama (SF-1) dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu kecil, sedang dan besar. Pembentukan diagram berdasarkan nilai komunalitas yang berpengaruh. Diagram batang dibuat bila terdapat hanya satu faktor penentu produktivitas, sedangkan diagram kerumunan dibuat
bila terdapat dua faktor penentu produktivitas pada domba silangan
Lokal-Garut jantan. Pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok Mandala Maju disajikan pada Tabel 10. Pengklasifikasian berdasarkan nilai skor faktor pertama (SF-1) diperoleh hasil sebanyak 20 ekor (13,79%) digolongkan ke dalam kelas kecil, 96 ekor (66,21%) kelas sedang dan 29 ekor (20,00%) kelas besar. Kisaran kelas sedang mempunyai proporsi lebih besar dibandingkan kelas lainnya. Gambar 1 menyajikan data kerumunan individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan serta pengklasifikasiannya pada kelompok ternak Mandala Maju.
Tabel 10 menyajikan pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Cikadu. Berdasarkan nilai skor faktor pertama (SF-1), sebanyak 14,43% atau 14 ekor digolongkan ke dalam kelas kecil, 70,10% atau 68 ekor digolongkan ke dalam kelas sedang dan 5,46% atau 15 ekor digolongkan kedalam kelas besar. Proporsi pengklasifikasian terbesar terdapat pada kelas sedang. Gambar 2 menyajikan data kerumunan individu-individu domba silangan LokalGarut jantan serta pengklasifikasiannya pada kelompok ternak Cikadu. Nilai skor faktor pertama (SF-1) merupakan kriteria dalam pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan. Pada kelompok ternak Lestari pengklasifikasian ke dalam kelas kecil, sedang dan besar disajikan pada Tabel 10. Domba yang digolongkan ke dalam kelas kecil ditemukan berjumlah 21 ekor atau 18,92% dari jumlah domba pada kelompok ternak Lestari. Pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan ke dalam kelas sedang berjumlah 69 ekor atau 62,16% dan kelas besar berjumlah 21 ekor atau 18,92%. Proporsi pengklasifikasian terbesar terdapat pada kelas sedang. Pengklasifikasian berdasarkan skor faktor pertama (SF-1) pada kelompok ternak lestari juga disajikan pada Gambar 3. Tabel 10. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Menjadi Kelas Kecil, Sedang dan Besar Berdasarkan Skor Faktor Pertama (SF-1) Kelompok Ternak
Kelas Total Kecil Sedang Besar --------------------- (ekor) -----------------------------------
Mandala Maju
20 (13,79%)
96 (66,21%)
29 (20,00%)
145
Cikadu
14 (14,43%)
68 (70,10%)
15 (15,46%)
97
Lestari
21 (18,92%)
69 (62,16%)
21 (18,92%)
111
Sukaresik
19 (15,20%)
85 (68,00%)
21 (16,80%)
125
Harapan Jaya I0
6 (9,68%)
45 (72,58%)
11 (17,74%)
62
Harapan Jaya I1
4 (12,90%)
20 (64,52%)
7 (22,58%)
31
Keterangan : Angka dalam tanda kurung menunjukkan proporsi berdasarkan total ternak dalam setiap kelompok ternak yang diamati
Pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan berdasarkan nilai skor faktor pertama (SF-1) dibagi ke dalam kelas kecil, sedang dan besar. Pengklasifikasian pada kelompok ternak Sukaresik disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 menyajikan sebanyak 19 ekor digolongkan ke dalam kelas kecil, 85 ekor digolongkan ke dalam kelas sedang dan 21 ekor digolongkan ke dalam kelas besar. Proporsi pengklasifikasian pada kelompok ternak Sukaresik, yaitu 15,20% kelas kecil, 68,00% kelas sedang dan 16,80% kelas besar. Proporsi terbesar terdapat pada kelas sedang. Gambar 4 menyajikan data kerumunan individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan serta pengklasifikasiannya pada kelompok ternak Sukaresik. Tabel 10 menyajikan pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Harapan Jaya I0. Pengklasifikasian dilakukan berdasarkan nilai skor faktor pertama (SF-1) dari masing-masing individu ternak. Pada kelompok ternak Harapan Jaya I0 ditemukan sebanyak enam ekor digolongkan ke dalam kelas kecil, 45 ekor digolongkan ke dalam kelas sedang dan sebelas ekor digolongkan ke dalam kelas besar. Proporsi pada pengklasifikasian berdasarkan nilai SF-1 meliputi 9,68% kelas kecil, 72,58% kelas sedang dan 17,74% kelas besar. Proporsi pengklasifikasian terbesar terdapat pada kelas sedang. Gambar 5 menyajikan diagram batang nilai skor faktor pertama (SF-1) pada individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Harapan Jaya I0. Pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Harapan Jaya I1 disajikan pada Tabel 10. Nilai skor faktor pertama digunakan sebagai kriteria pengklasifikasian. Sebanyak empat ekor domba (12,90%) digolongkan ke dalam kelas kecil, 20 ekor (64,52%) digolongkan ke dalam kelas sedang dan tujuh ekor (22,58%) digolongkan ke dalam kelas besar. Kisaran kelas sedang mempunyai proporsi lebih besar dibandingkan kelas lainnya. Gambar 6 menyajikan diagram batang nilai skor faktor pertama (SF-1) pada individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Harapan Jaya I1. Korelasi antara bobot badan dan lingkar dada yang diperoleh pada pengamatan ini adalah nyata dan positif. Hal yang sama ditemukan pada korelasi antara bobot badan dan panjang badan. Tabel 11 menyajikan nilai korelasi antara bobot badan dan lingkar dada serta bobot badan dengan panjang badan pada
kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu dan Sukaresik. Nilai korelasi antara bobot badan dan lingkar dada yang diperoleh yaitu lebih besar dibandingkan korelasi antara bobot badan dan panjang badan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bobot badan lebih dipengaruhi
lingkar
dada
dibandingkan
panjang
badan.
Pengklasifikasian
berdasarkan skor faktor pertama (SF-1) dapat dihubungkan dengan bobot badan karena lingkar dada yang merupakan penentu dalam perhitungan skor faktor pertama (SF-1) berkorelasi nyata dan positif terhadap bobot badan. Tabel 11. Korelasi antara Bobot Badan dan Lingkar Dada serta Bobot Badan dan Panjang Badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati Kelompok Ternak
Korelasi BB dan LD
BB dan PB
Mandala Maju
0,59**
0,38**
Cikadu
0,53**
0,44**
Lestari
0,70**
−
Sukaresik
0,64**
0,46**
Harapan Jaya I0
0,72**
−
Harapan Jaya I1
0,52**
−
Keterangan : BB = Bobot Badan; LD = Lingkar Dada; PB = Panjang Badan; (−) = Menunjukkan bahwa panjang badan bukan merupakan faktor penentu produktivitas; ** = sangat nyata
Hasil pengklasifikasian ini sesuai dengan Hanibal (2008) berdasarkan skor komponen pertama yang menggunakan metode Analisis Komponen Utama (AKU) pada pengamatan domba silangan Lokal-Garut jantan yang sama dan pada lokasi yang sama, yaitu kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik dan Harapan Jaya. Pengklasifikasian ternak pedaging pada umumnya ditentukan oleh bobot badan. Wibowo (2007) menyatakan bahwa bobot badan mempengaruhi harga jual domba. Indeks Tingkat Produktivitas Ternak Salah satu penggunaan analisis faktor yang sangat efektif adalah dalam menyusun indeks komposit dari karakteristik suatu sistem (Gaspersz, 1991). Dijelaskan lebih lanjut bahwa tujuan penyusunan indeks komposit adalah untuk mengukur sejauh mana penyimpangan terhadap nilai rata-rata. Penyusunan indeks
komposit pada pengamatan ini bertujuan untuk menyusun indeks tingkat produktivitas ternak domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak yang diamati, yang dianggap sebagai perlakuan berdasarkan hasil Uji T2-Hotteling. Tabel 12 menyajikan model indeks komposit domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak yang diamati. Tabel 12. Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati Kelompok Ternak
Indeks Komposit
Mandala Maju
I = 0,773 X1 + 0,740 X2 + 0,349 X3
Cikadu
I = 0,766 X1 + 0,727 X2 + 0,503 X3
Lestari
I = 0,828 X1 + 0,596 X2 + 0,455 X3
Sukaresik
I = 0,779 X1 + 0,735 X2 + 0,217 X3
Harapan Jaya I0
I = 0,859 X1 + 0,624 X2 + 0,280 X3
Harapan Jaya I1
I = 0,856 X1 + 0,615 X2 + 0,162 X3
Keterangan : I = Indeks Tingkat Produktivitas Ternak; X1 = Lingkar Dada; X2 = Panjang Badan; X3 = Lingkar Skrotum
Skor indeks tingkat produktivitas ternak pada setiap individu domba silangan Lokal-Garut jantan diperoleh berdasarkan model indeks komposit yang dibentuk. Skor rata-rata indeks tingkat produktivitas ternak dari setiap individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak merupakan batas pengkelasan tingkat produktivitas ternak. Skor ini merupakan rata-rata skor seluruh individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak yang diamati. Hal tersebut disesuaikan dengan yang disarankan oleh Gaspersz (1991) bahwa nilai dari masing-masing variabel dalam indeks komposit merupakan nilai rata-rata dari variabel tersebut. Dijelaskan lebih lanjut bahwa nilai indeks komposit tersebut disamakan dengan 100. Skor indeks tingkat produktivitas ternak menunjukkan performa produktivitas dari setiap individu domba. Berdasarkan skor ini, dapat dilakukan pengklasifikasian ke dalam kelas tinggi dan rendah. Kelas tinggi menunjukkan performa produktivitas yang tinggi pada setiap individu domba dari setiap kelompok ternak yang diamati, Hal yang sebaliknya ditunjukkan oleh kelas rendah. Tabel 13 menyajikan pengklasifikasian berdasarkan skor indeks tingkat produktivitas ternak.
Tabel 13. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan berdasarkan Skor Indeks Tingkat Produktivitas Ternak pada Kelompok Ternak yang Diamati Kelompok Ternak Mandala Maju
Kelas Tinggi Rendah ------------------------ (ekor) ------------------------66 79 (45,52%) (54,48%)
Cikadu
48 (49,48%)
49 (50,52%)
Lestari
60 (54,05%)
51 (45,95%)
Sukaresik
60 (48,00%)
65 (52,00%)
Harapan Jaya I0
32 (51,61%)
30 (48,39%)
Harapan Jaya I1
15 (48,39%)
16 (51,61%)
Keterangan : Angka dalam tanda kurung menunjukkan proporsi berdasarkan total ternak dalam setiap kelompok ternak yang diamati
Perhitungan indeks tingkat produktivitas ternak menjadi kelas tinggi dan rendah dilakukan bila tidak semua domba dijadikan sebagai hewan potong. Keputusan peternak dapat mempertahankan atau menyingkirkan ternak. Individuindividu ternak dengan skor indeks tingkat produktivitas ternak tinggi disarankan untuk dipertahankan sebagai bibit, sedangkan individu-individu ternak dengan skor indeks tingkat produktivitas rendah disarankan untuk dijual sebagai hewan potong. Pengujian lebih lanjut dilakukan dengan menghitung korelasi antara peubah yang diamati dengan model indeks komposit yang dibentuk. Korelasi antara peubah yang diamati dengan model indeks komposit menunjukkan peranan peubah dalam menerangkan indeks komposit (indeks tingkat produktivitas ternak) yang dibentuk. Nilai korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa peubah yang dilibatkan dalam model indeks komposit
mempunyai peranan penting dalam menerangkan tingkat
produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak yang diamati. Hal yang sebaliknya ditunjukkan oleh nilai korelasi yang rendah antara peubah yang diamati dengan model indeks komposit. Tabel 14 menyajikan nilai
korelasi antara peubah yang diamati dengan model indeks komposit yang dibentuk pada setiap kelompok ternak yang diamati. Tabel 14. Korelasi antara Peubah Penyusun dan Model Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) Kelompok Ternak
Korelasi X1 dan I
X2 dan I
X3 dan I
Mandala Maju
0,86
0,85
0,63
Cikadu
0,83
0,81
0,65
Lestari
0,89
0,71
0,63
Sukaresik
0,86
0,82
0,35
Harapan Jaya I0
0,88
0,69
0,58
Harapan Jaya I1
0,85
0,63
0,28
Keterangan :
I = Indeks Komposit; X1 = Lingkar Dada; X2 = Panjang Badan; X3 = Lingkar Skrotum
Korelasi antara indeks tingkat produktivitas ternak dan lingkar dada paling besar bila dibandingkan terhadap peubah lain. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar dada lebih berperan dalam menentukan produktivitas ternak domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak yang diamati dibandingkan panjang badan dan lingkar skrotum. Mulliadi (1996) menyatakan
bahwa lingkar dada
mempunyai nilai korelasi terhadap bobot badan yang tinggi dan nyata dibandingkan panjang badan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Apriliyani (2007) bahwa produktivitas ternak pedaging dihubungkan dengan bobot badan. Tingkat produktivitas ternak domba silangan Lokal-Garut jantan pada pengamatan ini dihitung berdasarkan nilai indeks produktivitas ternak. Korelasi antara indeks tingkat produktivitas ternak dan bobot badan ditemukan sangat nyata seperti yang disajikan pada Tabel 15. Pada pengamatan ini, nilai indeks produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan juga dipengaruhi panjang badan dan lingkar skrotum. Hannibal (2008) berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama menyatakan elastisitas panjang badan dan lingkar skrotum terhadap bobot badan pada kelompok ternak Mandala Maju masing-masing ialah 0,56 dan 0,11; pada kelompok ternak Cikadu ialah 0,70 dan 0,20; pada kelompok ternak Lestari ialah 0,69 dan 0,22; pada kelompok ternak Sukaresik ialah 0,90 dan 0,10; pada kelompok ternak Harapan Jaya I0 ialah 0,72 dan 0,17; serta pada
kelompok ternak Harapan Jaya I1 ialah 0,46 dan 0,05. Nilai elastisitas panjang badan dan lingkar skrotum sebesar 0,72 dan 0,17 terhadap bobot badan pada kelompok ternah Harapan Jaya I0 mengindikasikan bahwa peningkatan panjang badan dan lingkar skrotum sebesar 1% akan meningkatkan bobot badan masing-masing sebesar 0,72% dan 0,17% dari rataan bobot badan kelompok ternak tersebut. Tabel 15. Korelasi antara Indeks Komposit dan Bobot Badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati Kelompok Ternak Indeks Komposit dan Bobot Badan P Mandala Maju
0,568
**
Cikadu
0,634
**
Lestari
0,688
**
Sukaresik
0,655
**
Harapan Jaya I0
0,768
**
Harapan Jaya I1
0,644
**
Keterangan : ** = sangat nyata ( P < 0,01)
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil uji T2-Hotteling menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum pada domba silangan Lokal-Garut jantan I0 dan I1 pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari dan Sukaresik (P>0,05), tetapi tidak demikian pada kelompok ternak Harapan Jaya. Hasil uji T2-Hotteling juga menunjukkan perbedaan lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum diantara dua kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 dan Harapan Jaya I1 (P<0,01). Perbedaan ukuran-ukuran tubuh antara tiap kelompok ternak dimungkinkan karena manajemen pemeliharaan yang merupakan faktor lingkungan. Faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu dan Sukaresik ialah lingkar dada dan panjang badan yang menunjukkan bahwa kelompok ternak tersebut tidak hanya mengandalkan faktor lingkungan tetapi juga faktor genetik. Lingkar dada pada kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya (I0 dan I1) merupakan penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan yang menunjukkan bahwa kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya lebih mengandalkan faktor lingkungan dibandingkan faktor genetik. Pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan berdasarkan nilai skor faktor pertama (SF-1) dibagi ke dalam kelas kecil, sedang dan besar. Proporsi terbesar pada setiap kelompok ternak adalah kelas sedang. Faktor pertama penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak adalah lingkar dada. Lingkar dada berkorelasi nyata dan positif terhadap bobot badan. Lingkar dada mempunyai korelasi terhadap indeks tingkat produktivitas ternak yang paling tinggi dibandingkan panjang badan dan lingkar skrotum, yang menunjukkan bahwa lingkar dada mempunyai peranan yang lebih besar dalam menentukan produktivitas ternak domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak dibandingkan panjang badan dan lingkar skrotum.
Saran Dalam membandingkan ukuran tubuh domba sebaiknya dilakukan pada kelompok domba yang dipelihara dengan manajemen pemeliharaan yang relatif sama. Domba silangan Lokal-Garut jantan yang mempunyai skor indeks tingkat produktivitas ternak tinggi disarankan untuk dipertahankan sebagai bibit.
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmat-Nya, yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga dan hanya dengan pertolongan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW. Kepada Ayahanda Dedi Gunadi dan Ibunda Juniah yang sangat Penulis cintai. Penulis ucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas kasih sayang, doa, nasehat dan motivasi yang tiada henti diberikan hingga detik ini, serta kepada Adinda Lita Nia Wiguna yang juga sangat Penulis cintai dan banggakan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir. Rini H. Mulyono, MSi dan Ir. Sri Rahayu, MSi sebagai Pembimbing Utama dan Pembimbing Anggota atas segala curahan waktu, bimbingan dan arahannya, didikan pengetahuan dan ajaran moral yang selalu diberikan kepada Penulis guna menjadi lebih baik lagi. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Tantan R. Wiradarya, MSi atas bimbingannya selama di Tasikmalaya. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc, dan Dr. Ir. Kartiarso, MSi sebagai dosen penguji atas segala saran dan nasehat yang sangat berharga untuk memperbaiki kekurangan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga Penulis sampaikan kepada Ir. Andi Murfi, MSi sebagai pembimbing akademik atas segala bimbingan yang selalu diberikan kepada Penulis selama menjalani masa kuliah. Kepada teman-teman ”seperjuangan” dari awal penelitian hingga akhir penulisan skripsi, M.Vamy.H, Lia.K, serta Lenny.L, kepada teman satu bimbingan terimakasih atas segala pengertian, kesabaran, kerjasama dan kebersamaan. Kepada Khrisna, Deli, Yudi, Pipih dan Kevin atas segala bantuan yang selalu diberikan serta keluarga TPT’41 atas persahabatan, pertolongan dan kebersamaannya dalam menjalani masa-masa kuliah yang penuh kenangan ini. Semoga Allah SWT membalas setimpal semua amalan. Amin. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi bagi semua pihak yang membaca dan dapat dijadikan panduan bagi yang membutuhkan. Bogor, April 2008
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Apriliyani, I. N. 2007. Penampilan produksi dan pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran linier tubuh sapi Lokal dan sapi persilangan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Budinuryanto, D. C. 1991. Karakteristik domba Priangan adu ditinjau dari segi eksterior dan kebiasaan peternak dalam pola pemeliharaannya. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Darmadi, D. 2004. Produktivitas domba Garut tipe daging di dua desa yang berbeda ketinggian tempat di Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Darmayanti, D. 2003. Kualitas karkas serta sifat fisik dan sensori daging domba Lokal pada kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Devendra, C. and G. B. McLeroy. 1982. Goat and Sheep Production in the Tropics. Terjemahan:H. Putra. Longman, London. Devendra, C. and M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Dinas Peternakan Jawa Barat. 2006. PopulasiTernak. http://www.disnak.jabar.go.id/ index/php.?mod=dataStatistik&idMenukiri=448&IdMenu.450.html [2006] Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Everitt, B. S., and G. Dunn. 1991. Applied Multivariate Data Analysis. Edward Arnold, London. Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Olivier and C. van der Westhuizen. 2002. Relationship between production performance, visual appraisal and body measurements of young Dorper rams. http://. sazas.co.za/sajas.html. [November-Desember 2002] Gaspersz, V. 1991a. Ekonometrika Terapan. Jilid 2. Penerbit Tarsito, Bandung. Gaspersz, V. 1991b. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Jilid 1. Penerbit Tarsito, Bandung. Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Jilid 2. Penerbit Tarsito, Bandung. Hanibal, M. V. 2008. Penciri ukuran dan bentuk serta elastisitas ukuran-ukuran tubuh terhadap bobot badan domba silangan Lokal-Garut jantan umur I0 dan I1 di Kabupaten tasikmalaya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya.
Hardjosubroto. 1994. Aplikasi Pemultibiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta. Ismaya. 1991. Hubungan antara bobot testis dengan umur, bobot tubuh dan besar skrotum domba lokal. Buletin Peternakan. Fakultas Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. [Desember 1991] Johansson, I. and J. Rendel. 1966. Genetics and Animal Breeding. W.H. Freeman and Company, San Fransisco. Juma, K. H. and J. E. Alkass. 2006. Genetic and phenotypic parameters of some economics characteristic in Awassi sheep of Iraq : a review. Egyptian Journal of Sheep, Goat and Desert Animals Sciences (2006) 1(1): 15-29. Lawrence, T. L. J. and V. R. Fowler. 2002. Growth of Farm Animals. Center for Agriculture and Biosciences International (CAB International), Cambridge. Maria, R. A. 2004. Analisis harga jual ternak domba di pasar hewan Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyaningsih, N. 1990. Domba Garut sebagai Sumber Plasma Nutfah Ternak. Plasma Nutfah Hewan Indonesia. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Indonesia. 42-49. Nurhayati. 2004. Penampilan pertumbuhan domba Priangan di Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pambudhi, A. S. 2007. Studi keragaman fenotipik dan jarak genetik antar domba garut di BPPTD Margawati (Garut), Lesan Putra (Ciomas, Bogor) dan Ternak Domba Sehat (Cinagara, Bogor). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pontoh,
Z. M. A. 2007. Factor Analysis (Chapter 15, KACHIGAN). http://mail.pl.itb.ac.id/~zpontoh/PL212/StatCH15/Index.htm [2007]
Prihatman, K. 2000. Budidaya Domba. peternakan/PEMD/domba .html. [12 Maret 2000]
http://iptek.apjii.or.id/budidaya%20
Riwantoro. 2005. Konservasi plasma nutfah domba Garut dan Strategi pengembangannya secara berkelanjutan. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suhaema, E. 1999. Studi morfometri ukuran-ukuran tubuh domba Garut tangkas di desa Sukawargi dan domba Garut pedaging di desa Tenjonagara Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Toelihere, M. R. 1994. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung. Trislawati, L. 2006. Seleksi domba Garut pejantan di peternakan Ternak Domba Sehat Dompet Dhuafa Republika (TDS-DD Republika) berdasarkan ukuran-ukuran tubuh. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wibowo, T. P. 2007. Analisis harga pokok penjualan dan titik impas usaha penggemukan ternak domba (Studi kasus peternakan domba Tawakkal). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yunardi, Y. 1999. Kajian kondisi fisik skrotum domba Garut tangkas di Desa Sukawargi Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut (Scrotal morphometry of the Garut Cibuluh sheep). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotteling Vektor Nilai Rataan Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan I0 dan I1 pada Kelompok Ternak Sukaresik Rumus :
selanjutnya besaran :
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – p – 1 n1 = Jumlah data domba Silangan Lokal-Garut Jantan I0 = 72 n2 = Jumlah data domba Silangan Lokal-Garut Jantan I1 = 53 H0 : U1 = U2 : artinya vektor nilai rataan ukuran-ukuran tubuh domba I0 sama dengan domba I1 H1 : U1 ≠ U2 : artinya vektor nilai rataan ukuran-ukuran tubuh domba I0 berbeda dengan domba I1 Tahap 1 Matriks peragam kelompok domba I0 9,00900
4,13254
1,51114
4,13254
8,12423
1,49958
1,51114
1,49958
4,29688
Matriks peragam kelompok domba I1 8,61909
3,11945
1,48737
3,11945
9,53890
0,29511
1,48737
0,29511
4,05013
Tahap 2 Hasil kedua matriks di atas dimasukkan ke dalam rumus matriks gabungan, yaitu :
sehingga diperoleh hasil berupa matriks 3 x 3, sebagai berikut: 9,00135
3,77879
1,51914
3,77879
8,69968
0,99616
1,51914
0,99616
4,16273
Tahap 3 Menghitung matriks rataan dari kelompok domba I0 (x1) dan domba I1 (x2) 67,488 x1 =
68,451
57,333
x2 =
22,113
57,774 22,240
Tahap 4 Hasil dari matriks gabungan (SG) digunakan untuk menghitung rumus T2-Hotteling, yaitu :
sehingga diperoleh hasil sebesar 3,1627 Tahap 5 Selanjutnya nilai T2-Hotteling hasil perhitungan di atas dimasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui hasil berbeda nyata atau tidak, yaitu :
p = jumlah peubah yang diamati = 3 peubah sehingga memberikan hasil F hitung = 1,037 F tabel (α : v1,v2) = F (0,05:3,121) = 2,68 terima H0, jika F hitung ≤ F tabel 1,037 ≤ 2,68 Jadi vektor rataan ukuran tubuh domba Silangan Lokal-Garut jantan antara I0 dan I1 pada kelompok ternak Sukaresik adalah sama.
Lampiran 2. Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotteling Vektor Nilai Rataan Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan antara Kelompok Ternak Mandala Maju dan Sukaresik Rumus :
selanjutnya besaran :
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – p – 1 n1 = Jumlah data domba Silangan Lokal-Garut Jantan Mandala Maju
= 145
n2 = Jumlah data domba Silangan Lokal-Garut Jantan Sukaresik
= 125
H0 : U1 = U2 : artinya vektor nilai rataan ukuran-ukuran tubuh domba pada kelompok ternak Mandala Maju sama dengan Sukaresik H1 : U1 ≠ U2 : artinya vektor nilai rataan ukuran-ukuran tubuh domba pada kelompok ternak Mandala Maju berbeda dengan Sukaresik Tahap 1 Matriks peragam domba kelompok Mandala Maju 13,3338
6,2636
3,56015
6,2636
12,6186
3,76905
3,5602
3,7691
5,07732
Matriks peragam domba kelompok Sukaresik 9,00135
3,77879
1,51914
3,77879
8,69968
0,99616
1,51914
0,99616
4,16273
Tahap 2 Hasil kedua matriks di atas dimasukkan ke dalam rumus matriks gabungan, yaitu :
sehingga diperoleh hasil berupa matriks 3 x 3, sebagai berikut:
11,3100
5,3916
2,53233
5,3916
14,6107
1,52104
2,5323
1,5210
4,87441
Tahap 3 Menghitung matriks rataan dari domba kelompok Mandala Maju (x1)dan Sukaresik (x2) 67,593 x1 =
67,896
53,594
x2 =
23,142
57,520 22,166
Tahap 4 Hasil dari matriks gabungan (SG) digunakan untuk menghitung rumus T2-Hotteling, yaitu :
sehingga diperoleh hasil sebesar 100,621 Tahap 5 Selanjutnya nilai T2-Hotteling hasil perhitungan di atas dimasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui hasil berbeda nyata atau tidak, yaitu :
p = jumlah peubah yang diamati = 3 peubah sehingga memberikan hasil F hitung = 33,290 F tabel (α : v1,v2) = F (0,01:3,266) = 3,86 tolak H0, jika F hitung > F tabel 33,290 > 3,86 Jadi vektor rataan ukuran tubuh domba Silangan Lokal-Garut jantan antara kelompok ternak Mandala Maju dan Sukaresik adalah berbeda.
Lampiran 3. Perhitungan Manual Analisis Faktor Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Lestari Mencari Nilai Eigen Tahap 1 Penghitungan matriks kovarian dari ukuran-ukuran tubuh domba Silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Lestari. 12,0201
4,29455
3,95340
12,02
4,29
3,95
4,2945
9,67149
2,17633
4,29
9,67
2,18
3,9534
2,17633
7,18742
3,95
2,18
7,19
Matriks kovarian dibulatkan menjadi dua angka di belakang koma, Begitu pula pada perhitungan matriks selanjutnya. Tahap 2 Penggandaan matriks kovarian menjadi S2 178,56
101,76
85,28
101,76
116,72
53,67
85,28
53,67
72,02
Tahap 3 Penggandaan vektor awal (a’0) berupa matriks dengan S2 a’0 =
1,00 1,00 1,00
Sehingga menjadi vektor a’0 S2, yaitu : a’0 S2 =
365,60 272,14
210,97
Tahap 4 Iterasi pertama diperoleh melalui a’0 S2 / 365,60; yang merupakan elemen terbesar dari vektor a’0 S2, yaitu: 1
0,74
0,58
Tahap 5 Penggandaan kembali matriks S2 manjadi S4, kemudian dilakukan perhitungan matriks seperti tahap 3, sehingga diperoleh hasil iterasi kedua yaitu a’0 S4 / 110965 =
1
0,72
0,55
Tahap 6 Penggandaan kembali matriks S4 manjadi S8, kemudian dilakukan perhitungan matriks seperti tahap 3 dan 5, sehingga diperoleh hasil iterasi ketiga yaitu a’0 S4 / 9910028473 =
1
0,72
0,55
Tahap 7 Hasil iterasi kedua telah sama dengan iterasi ketiga, sehingga iterasi dihentikan dan perlu dinormalkan agar berlaku a’1a1 = 1 Vektor normal a’1 ditentukan sebagai berikut :
Sehingga diperoleh vektor normal a’1, yaitu : a’1 =
0,74
0,53
0,41
Tahap 8 Vektor ciri yang telah normal harus memenuhi persamaan untuk memperoleh nilai eigen (λ1), yaitu :
λ1 = (1×12,02) + (0,72×4,29) + (0,55×3,95) λ1 = 17,28 sehingga diperoleh nilai eigen pada komponen utama pertama (λ1) = 17,28 Tahap 9 Proses iterasi masih dilanjutkan seperti pada tahap-tahap di atas sampai mendapatkan nilai eigen ketiga.
Pencarian Matriks Bobot Faktor Matriks bobot Faktor (C) 3×3 = aij c11
c12
c13
c21
c22
c23
c31
c32
c33
Pencarian nilai matriks bobot c21 dilanjutkan seperti pada tahap-tahap di atas sampai mendapatkan nilai c33. Peranan Fj dalam Menerangkan Keragaman Data Ukuran-ukuran Tubuh Rumus :
Pencarian Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) Rumus : Tahap 1 Matriks bobot faktor pertama (C1) ditranspose menjadi C’ 3,08 C=
2,20
C’ = 3,08
2,20
1,70
1,70 Tahap 2 Matriks kovarian (S) diinverskan menjadi S-1 S =
12,02
4,29
3,95
4,29
9,67
2,18
3,95
2,18
7,19
0,11 -0,04 -0,05 S-1 =
-0,04
0,12 -0,02
-0,05 -0,02 0,17 Tahap 3 Perkalian transpose dari matriks bobot (C’) dengan invers dari matriks kovarian (S-1) diperoleh matriks, yaitu : C’S-1 =
0,18
0,13
0,10
Tahap 4 Perkalian C’S-1 dengan nilai Xj-Xj, untuk X1-Xj diperoleh nilai SF-1: SF-1 =
0,18
0,13
0,10
×
-6,21 2,68 -2,32
= – 0,99 Perkalian seperti di atas dilakukan sampai X111-X111
Pengklasifikasian Ukuran-ukuran Tubuh Pengklasifikasian didasarkan pada nilai SF-1, criteria yang digunakan sebagai berikut : Kelompok besar, jika SF-1 > SF-1 + sSF-1 SF-1 > 0,00 + 1,00 SF-1 > 1,00 Kelompok sedang, jika SF-1 – sSF-1 < SF-1 < SF-1 + sSF-1 0,00 – 1,00 < SF-1 < 0,00 + 1,00 –1,00 < SF-1 < 1,00 Kelompok kecil, jika SF-1 < SF-1 – sSF-1 SF-1 < 0,00 – 1,00 SF-1 < –1,00 Berdasarkan klasifikasi di atas untuk nilai SF-1 (1) = – 0,99; artinya domba Silangan Lokal-Garut jantan pertama pada kelompok ternak Lestari dimasukkan ke dalam kelompok sedang, Pengklasifikasian dilakukan sampai domba Silangan LokalGarut jantan pada kelompok ternak Lestari ke-111, serta pada kelompok ternak lainnya.
Lampiran 4. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Mandala Maju No
X1-X1
X2-X2
X3-X3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145
7,91 3,21 9,01 3,11 3,81 -0,09 3,11 -0,59 -1,09 -6,09 -3,59 2,41 0,41 1,41 -4,59 -0,59 2,41 0,41 5,41 3,41 -0,59
0,71 3,21 5,91 3,41 3,11 3,61 5,81 3,81 -0,29 -1,79 1,41 -1,59 -6,59 -1,59 0,41 -7,59 -7,59 -0,59 5,41 -0,59 -4,59
-1,04 1,26 3,56 2,36 4,26 2,06 0,46 1,56 2,36 -3,14 -1,14 -1,14 0,86 -0,14 -0,14 -5,14 -0,14 -0,14 2,86 -0,14 -0,14
Keterangan : X1 = Lingkar Dada X2 = Panjang Badan X3 = Lingkar Skrotum
X1 = Rataan Lingkar Dada X2 = Rataan Panjang Badan X3 = Rataan Lingkar Skrotum
Lampiran 5. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Cikadu No
X1-X1
X2-X2
X3-X3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
2,58 3,38 0,18 1,38 -6,12 4,38 -7,62 -2,32 1,38 1,38 0,88 -2,62 -0,82 3,38 2,68 -3,62 -0,82 -2,62 0,98 -1,62 1,88
-0,36 1,14 -1,26 1,14 -4,86 0,74 -4,36 -2,86 8,64 0,84 0,14 -2,86 3,44 1,64 -3,96 3,14 0,14 -3,36 5,04 -0,26 3,64
2,13 2,03 -7,97 0,43 -1,57 2,03 -1,57 -0,57 -0,07 -3,57 4,03 -5,57 1,33 6,93 3,43 2,43 3,83 0,43 1,43 -4,77 -0,07
Keterangan : X1 = Lingkar Dada X2 = Panjang Badan X3 = Lingkar Skrotum
X1 = Rataan Lingkar Dada X2 = Rataan Panjang Badan X3 = Rataan Lingkar Skrotum
Lampiran 6. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Lestari No
X1-X1
X2-X2
X3-X3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111
-6,21 -5,51 -3,71 2,29 -3,21 -3,71 2,29 -1,01 -4,71 4,29 -0,81 -0,51 3,79 3,79 3,29 3,29 2,79 -2,71 1,29 3,29 6,29
2,68 0,58 0,28 0,28 -0,42 -1,72 0,78 -1,72 -2,72 -2,72 0,78 -0,22 5,28 -2,22 3,48 3,28 -2,72 4,78 3,78 1,08 0,28
-2,32 -2,32 -4,52 1,48 0,88 -4,02 1,98 -1,32 -1,52 1,98 -3,22 2,38 0,48 1,98 4,08 -0,32 1,48 -1,02 -2,52 3,18 2,98
Keterangan : X1 = Lingkar Dada X2 = Panjang Badan X3 = Lingkar Skrotum
X1 = Rataan Lingkar Dada X2 = Rataan Panjang Badan X3 = Rataan Lingkar Skrotum
Lampiran 7. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Sukaresik No
X1-X1
X2-X2
X3-X3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125
2,10 2,10 1,60 -0,40 -0,90 -2,40 2,10 0,10 -1,90 0,60 -2,90 3,10 -3,90 -0,90 -2,40 -0,90 0,90 2,10 -0,40 -2,90
-1,52 2,48 -3,42 1,48 -0,12 -1,02 1,98 1,38 1,68 -2,22 -1,02 -1,22 -1,62 2,08 -0,22 2,38 4,48 0,78 1,68 3,38
-0,17 -3,47 0,33 2,03 2,03 -3,17 0,83 0,83 -1,67 2,33 -0,67 3,83 -0,97 -2,37 1,33 -1,17 -0,17 0,83 1,83 0,83
Keterangan : X1 = Lingkar Dada X2 = Panjang Badan X3 = Lingkar Skrotum
X1 = Rataan Lingkar Dada X2 = Rataan Panjang Badan X3 = Rataan Lingkar Skrotum
Lampiran 8. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0 No
X1-X1
X2-X2
X3-X3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
7,05 6,35 5,15 5,45 7,55 2,55 3,15 2,15 1,75 -4,15 -7,55 2,75 -5,15 5,15 -2,05 -7,55 -0,55 2,45 5,45 -1,55 -0,75
-6,94 0,06 -8,44 -5,94 2,56 1,06 6,06 -1,94 -1,44 0,56 -1,04 0,06 -1,14 0,36 -2,84 -4,44 -0,04 1,76 2,56 -0,94 -5,04
2,38 6,38 0,88 -1,32 -0,62 1,78 -1,12 -1,12 -1,62 -3,12 -3,82 -0,92 0,18 1,58 0,58 -0,82 1,08 2,68 -0,02 -2,42 1,68
Keterangan : X1 = Lingkar Dada X2 = Panjang Badan X3 = Lingkar Skrotum
X1 = Rataan Lingkar Dada X2 = Rataan Panjang Badan X3 = Rataan Lingkar Skrotum
Lampiran 9. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1 No
X1-X1
X2-X2
X3-X3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
2,77 2,43 6,27 8,07 4,17 8,27 5,97 3,77 -2,13 -3,83 4,37 2,17 2,07 -2,03 -4,23 -0,23 -7,63 -3,03 0,37 -3,93 -1,43 -4,83 -4,13 -4,43 -4,63 5,87 -1,93 2,27 -4,23 -0,23 -1,13
-3,01 -5,21 4,49 -1,51 -12,51 -1,51 4,49 2,49 -3,01 -0,51 -0,51 9,99 3,79 4,49 -3,71 2,09 -2,01 -1,71 2,39 3,19 0,29 1,39 -4,01 4,29 -2,11 0,99 -2,31 4,39 -2,71 0,99 -3,31
1,59 0,09 1,59 -0,01 -1,61 3,59 0,09 -0,91 -1,41 0,59 -0,01 -4,11 2,99 -2,21 -1,31 -2,01 -3,71 -1,91 -1,01 -2,41 -1,01 -1,11 -2,61 3,49 2,39 4,49 0,79 2,39 6,09 -1,11 -1,81
Keterangan : X1 = Lingkar Dada X2 = Panjang Badan X3 = Lingkar Skrotum
X1 = Rataan Lingkar Dada X2 = Rataan Panjang Badan X3 = Rataan Lingkar Skrotum
Lampiran 10. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Mandala Maju Kelas
Individu-Individu Domba
Jumlah
Kecil
No.10 (-1,39) No.33 (-1,06) No.41 (-1,29)
No.59 (-1,88) No.67 (-2,65) No.70 (-1,21)
No.72 (-1,13) No.73 (-2,00) No.74 (-1,05)
No.77 (-2,30) No.79 (-2,45) No.82 (-1,51)
No.84 (-2,13) No.85 (-1,78) No.86 (-1,70)
No.93 (-1,45) No.96 (-1,84) No.110 (-1,24)
No.134 (-1,02) No.140 (-1,53)
Sedang
No.6 ( 0,64) No.8 ( 0,56) No.9 (-0,05) No.11 ( 0,12) No.12 (-0,01) No.13 ( 0,04) No.15 ( 0,07) No.16 (-0,33) No.17 ( 0,24) No.18 ( 1,00) No.21 ( 0,09) No.22 (-0,01) No.23 (-0,39) No.24 (-0,66)
No.26 ( 0,49) No.27 (-0,69) No.28 ( 0,19) No.29 (-0,60) No.30 (-0,38) No.32 (-0,03) No.34 (-0,31) No.35 (-0,23) No.36 (-0,55) No.38 (-0,19) No.39 (-0,25) No.40 ( 0,00) No.42 ( 0,13) No.43 (-0,17)
No.44 ( 0,16) No.45 ( 0,53) No.46 (-0,38) No.47 (-0,27) No.48 ( 0,53) No.49 ( 0,25) No.50 ( 0,12) No.51 ( 0,20) No.52 ( 0,47) No.55 (-0,89) No.56 (-0,03) No.57 (-0,11) No.58 (-0,57) No.60 (-0,73)
No.61 ( 0,78) No.62 ( 0,82) No.63 (-0,05) No.64 (-0,36) No.65 (-0,44) No.68 (-0,76) No.71 ( 0,51) No.75 (-0,83) No.76 (-0,58) No.78 (-0,04) No.81 (-0,98) No.83 ( 0,57) No.87 (-0,91) No.88 (-0,04)
No.89 (-0,78) No.90 ( 0,71) No.91 ( 0,19) No.97 (-0,48) No.98 ( 0,98) No.100 (-0,96) No.101 ( 0,80) No.103 (-0,14) No.104 (-0,03) No.107 ( 0,34) No.108 (-0,36) No.109 (-0,54) No.111 ( 0,33) No.112 (-0,10)
No.113 ( 0,63) No.114 (-0,24) No.115 (-0,76) No.116 ( 0,53) No.117 (-0,29) No.118 ( 0,15) No.120 ( 0,34) No.121 (-0,22) No.122 (-0,54) No.123 (-0,40) No.124 ( 0,36) No.125 (-0,91) No.126 (-0,49) No.127 (-0,25)
No.128 (-0,40) No.131 ( 0,86) No.132 ( 0,46) No.135 (-0,41) No.136 ( 0,05) No.137 (-0,83) No.138 (-0,03) No.139 (-0,64) No.141 (-0,74) No.142 (-0,03) No.144 ( 0,42) No.145 (-0,76)
Besar
No.1 (1,22) No.2 (1,03) No.3 (2,44) No.4 (1,12) No.5 (1,31)
No.7 (1,33) No.14 (1,02) No.19 (1,40) No.20 (1,37) No.25 (1,55)
No.31 (1,51) No.37 (1,47) No.53 (1,03) No.54 (1,20) No.66 (1,50)
No.69 (1,18) No.80 (1,18) No.92 (1,46) No.94 (1,12) No.95 (1,46)
No.99 (1,71) No.102(2,27) No.105(2,26) No.106(1,13) No.119(1,35)
No.129 (1,13) No.130 (1,30) No.133 (1,26) No.143 (1,78)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor faktor pertama (SF-1)
-- (ekor) -20
96
29
Lampiran 11. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Cikadu Kelas
Individu-Individu Domba
Kecil
No.3 (-1,03) No.5 (-1,95) No.7 (-2,12) No.16 (-1,40) No.21 (-2,32)
No.25 (-1,54) No.27 (-1,53) No.28 (-1,28) No.29 (-1,14) No.48 (-1,12)
No.69 (-1,26) No.81 (-1,02) No.82 (-2,09) No.88 (1,49)
Sedang
No.1 ( 0,60) No.2 ( 0,96) No.4 ( 0,46) No.8 (-0,90) No.10 (-0,03) No. 12 ( 0,52) No.13 (-0,94) No.14 ( 0,67) No.17 (-0,90) No.20 (-0,10)
No.22 (-0,49) No.23 (-0,47) No.24 ( 0,23) No.26 (-0,99) No.30 (-0,57) No.31 (-0,37) No.32 (-0,90) No.33 ( 0,63) No.34 (-0,61) No.35 (-0,76)
No.36 ( 0,56) No.37 (-0,17) No.38 (-0,98) No.39 ( 0,27) No.40 ( 0,37) No.41 (-0,19) No.42 ( 0,52) No.43 (-0,43) No.44 ( 0,67) No.46 ( 0,70)
Besar
No.6 (1,06) No.9 (1,58) No.11 (1,83) No.15 (2,08) No.18 (1,68)
No.19 (2,03) No.45 (1,41) No.50 (1,09) No.52 (1,07) No.57 (1,61)
No.71 (1,81) No.73 (1,19) No.85 (1,19) No.90 (1,57) No.95 (1,11)
Jumlah ---- (ekor) ---14
No.47 (-0,05) No.49 ( 0,22) No.51 (-0,27) No.53 (-0,59) No.54 (-0,41) No.55 (-0,81) No.56 (-0,59) No.58 ( 0,58) No.59 ( 0,47) No.60 (-0,97)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor faktor pertama (SF-1)
No.61 ( 0,97) No.62 (-0,63) No.63 ( 0,87) No.64 (-0,01) No.65 (-0,45) No.66 ( 0,72) No.67 (-0,27) No.68 ( 0,44) No.70 (-0,25) No.72 ( 0,56)
No.74 (-0,37) No.75 (-0,82) No.76 ( 0,91) No.77 ( 0,02) No.78 (-0,53) No.79 ( 0,50) No.80 ( 0,60) No.83 ( 0,70) No.84 ( 0,97) No.86 (-0,86)
No.87 ( 0,61) No.89 ( 0,55) No.91 ( 0,19) No.92 ( 0,16) No.93 ( 0,30) No.94 (-0,92) No.96 (-0,83) No.97 ( 0,88)
68
15
Lampiran 12. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Lestari Kelas
Individu-Individu Domba No.27 (-1,39) No.29 (-1,50) No.41 (-1,63) No.45 (-1,39) No.46 (-1,45)
No.48 (-1,74) No.50 (-1,47) No.59 (-1,82) No.63 (-1,87) No.65 (-1,38)
No.68 (-1,47) No.74 (-2,10) No.76 (-1,37) No.84 (-1,57) No.87 (-1,59)
No.92 (-1,61)
Kecil
No.2 (-1,13) No.3 (-1,07) No.6 (-1,27) No.9 (-1,34) No.23 (-1,16)
Sedang
No.1 (-0,99) No.4 ( 0,59) No.5 (-0,54) No.7 ( 0,70) No.8 (-0,53) No.10 ( 0,61) No.11 ( 0,45) No.12 (-0,34) No.14 (-0,94) No.15 (-0,27)
No.16 ( 0,20) No.18 (-0,93) No.19 (-0,09) No.20 ( 0,28) No.21 ( 0,30) No.22 ( 0,47) No.24 ( 0,58) No.26 ( 0,61) No.30 (-0,16) No.32 ( 0,15)
No.33 ( 0,21) No.34 (-0,24) No.35 ( 0,52) No.37 ( 0,22) No.38 ( 0,10) No.39 ( 0,28) No.40 (-0,79) No.42 ( 0,84) No.43 (-0,03) No.44 (-0,40)
No.49 (-0,11) No.51 ( 0,46) No.52 (-0,47) No.53 ( 0,90) No.54 ( 0,86) No.56 (-0,40) No.58 ( 0,47) No.60 ( 0,61) No.61 ( 0,86) No.64 (-0,84)
No.67 ( 0,11) No.70 ( 0,36) No.73 (-0,24) No.75 (-0,54) No.77 (-0,53) No.78 ( 0,49) No.79 (-0,94) No.80 (-0,61) No.82 (-0,53) No.83 (-0,73)
No.36 (1,15) No.47 (1,84) No.55 (1,44) No.57 (1,32) No.62 (1,34)
No.66 (1,25) No.69 (1,18) No.71 (1,25) No.72 (1,61) No.81 (1,50)
No.85 (1,29) No.98 (1,66) No.103 (1,40) No.105 (1,43) No.110 (1,04)
No.111 (1,45)
Besar
No.13 (1,12) No.17 (1,15) No.25 (2,22) No.28 (1,02) No.31 (1,18)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor faktor pertama (SF-1)
Jumlah ----- (ekor) ---21
No.86 ( 0,69) No.88 ( 0,08) No.89 ( 0,65) No.90 ( 0,65) No.91 ( 0,22) No.93 ( 0,64) No.94 (-0,41) No.95 ( 0,03) No.96 (-0,23) No.97 (-0,24)
No.99 (-0,89) No.100 (-0,91) No.101 (-0,36) No.102 ( 0,11) No.104 ( 0,58) No.106 ( 0,98) No.107 ( 0,29) No.108 ( 0,03) No.109 ( 0,47)
69
21
Lampiran 13. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Sukaresik Kelas
Individu-Individu Domba
Jumlah --- (ekor) ---
Kecil
No.29 (-1,25) No.31 (-1,03) No.32 (-1,75) No.35 (-1,73) No.37 (-1,25)
No.39 (-1,30) No.41 (-3,64) No.42 (-1,30) No.54 (-1,27) No.55 (-1,18)
No.56 (-1,91) No.59 (-1,07) No.63 (-1,20) No.81 (-1,04) No.90 (-1,08)
No.103 (-1,41) No.104 (-2,49) No.108 (-1,52) No.118 (-1,13)
Sedang
No.1 ( 0,12) No.2 ( 0,69) No.3 (-0,30) No.4 ( 0,31) No.5 (-0,09) No.6 (-0,84) No.7 ( 0,83) No.8 ( 0,32) No.9 (-0,15) No.10 (-0,17) No.15 (-0,82) No.16 ( 0,75) No.17 ( 0,93)
No.18 ( 0,46) No.19 (-0,48) No.20 (-0,26) No.21 (-0,90) No.23 ( 0,62) No.25 ( 0,14) No.26 (-0,46) No.27 ( 0,42) No.28 (-0,34) No.30 ( 0,54) No.33 (-0,28) No.34 (-0,59) No.36 (-0,24)
No.38 (-0,67) No.40 (-0,29) No.43 (-0,90) No.44 ( 0,11) No.45 (-0,67) No.46 (-0,42) No.47 (-0,32) No.48 (-0,47) No.49 (-0,02) No.50 ( 0,66) No.51 ( 0,43) No.52 (-0,25) No.53 ( 0,95)
No.57 (-0,79) No.58 ( 0,73) No.60 (-0,35) No.61 (-0,20) No.62 (-0,08) No.64 (-0,24) No.65 (-0,71) No.66 ( 0,65) No.67 ( 0,86) No.69 ( 0,81) No.70 (-0,88) No.71 ( 0,44) No.74 (-0,25)
No.77 (-0,76) No.79 (-0,22) No.80 (-0,75) No.82 ( 0,30) No.85 (-0,21) No.87 (-0,31) No.88 (-0,41) No.89 ( 0,01) No.91 ( 0,00) No.92 (-0,43) No.94 ( 0,01) No.95 (-0,48) No.96 (-0,01)
No.97 ( 0,23) No.99 ( 0,73) No.100 ( 0,10) No.101 ( 0,62) No.102 (-0,50) No.105 ( 0,17) No.107 (-0,20) No.109 ( 0,36) No.110 ( 0,80) No.112 (-0,60) No.113 ( 0,11) No.115 (-0,93) No.116 (-0,80)
No.117 ( 0,60) No.119 ( 0,08) No.120 (-0,44) No.121 ( 0,20) No.123 ( 0,61) No.124 ( 0,34) No.125 ( 0,10)
Besar
No.11 (1,19) No.12 (2,33) No.13 (1,45)
No.14 (1,28) No.22 (1,74) No.24 (1,71)
No.68 (1,48) No.72 (1,55) No.73 (1,65)
No.75 (1,41) No.76 (1,62) No.78 (1,08)
No.83 (1,21) No.84 (1,82) No.86 (1,89)
No.93 (1,40) No.98 (1,69) No.106 (2,13)
No.114 (1,12) No.111 (1,07) No.122 (1,01)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor faktor pertama (SF-1)
19
85
21
Lampiran 14. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0 Kelas
Individu-Individu Domba
Jumlah ----- (ekor) ----
Kecil
No.13 (-1,66) No.14 (-1,95) No.21 (-1,44) No.36 (-2,12) No.52 (-1,61) No.57 (-1,83)
Sedang
No.1 ( 0,48) No.3 (-0,11) No.4 ( 0,11) No.6 ( 0,66) No.8 ( 0,06) No.9 ( 0,02) No.10 (-0,81)
No.15 ( 0,28) No.16 ( 0,63) No.17 (-0,91) No.18 ( 0,35) No.19 (-0,68) No.20 (-0,04) No.22 (-0,96)
Besar
No.2 (1,45) No.5 (1,52) No.7 (1,18) No.11 (1,18) No.12 (1,23) No.26 (2,12) No.29 (1,23)
No.35 (1,69) No.39 (1,61) No.40 (2,17) No.60 (1,21)
6
No.23 (-0,27) No.24 (-0,25) No.25 (-0,69) No.27 ( 0,59) No.28 ( 0,31) No.30 ( 0,26) No.31 (-0,91)
No.32 ( 0,77) No.33 ( 0,27) No.34 ( 0,08) No.37 ( 0,35) No.38 (-1,00) No.41 ( 0,03) No.42 (-0,45)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor faktor pertama (SF-1)
No.43 (-0,54) No.44 ( 0,65) No.45 (-0,22) No.46 (-0,40) No.47 (-0,94) No.48 (-0,46) No.49 (-0,82)
No.50 (-1,00) No.51 ( 0,20) No.53 ( 0,41) No.54 (-0,98) No.55 ( 0,99) No.56 (-0,64) No.58 (-0,03)
No.59 ( 0,78) No.61 (-0,52) No.62 (-0,62) 45
11
Lampiran 15. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1 Kelas
Kecil
Individu-Individu Domba
Jumlah ----- (ekor) ----
No.2 (-1,08) No.15 (-1,26) No.17 (-1,72) No.23 (-1,32)
4
Sedang
No.1 ( 0,16) No.5 (-0,90) No.8 ( 0,95) No.9 (-0,80) No.10 (-0,72)
No.11 ( 0,71) No.13 ( 0,94) No.14 ( 0,13) No.16 ( 0,16) No.18 (-0,81) No.26 (1,31) No.28 (1,03)
Besar
No.3 (1,72) No.4 (1,23) No.6 (1,39) No.7 (1,62) No.12 (1,50)
No.19 ( 0,33) No.20 (-0,37) No.21 (-0,25) No.22 (-0,71) No.24 (-0,12)
No.25 (-1,00) No.27 (-0,61) No.29 (-0,88) No.30 ( 0,05) No.31 (-0,68)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor faktor pertama (SF-1)
20
7
Lampiran 16. Perhitungan Model Indeks komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Lestari
Perhitungan Model Indeks Komposit Tahap 1 Penghitungan matriks kovarian dari ukuran-ukuran tubuh domba Silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Lestari. 12,0201
4,29455
3,95340
4,2945
9,67149
2,17633
3,9534
2,17633
7,18742
Tahap 2 Langkah selanjutnya adalah memasukkan nilai kovarian kedalam persamaan sebagai berikut : 12,020 c1 + 4,295 c2 + 3,953 c3 = λc1 4,295 c1 + 9,672 c2 + 2,176 c3 = λc2 3,953 c1 + 2,176 c2 + 7,187 c3 = λc3 Tahap 3 Iterasi 1 : Untuk iterasi pertama dinukai dengan menetapkan nilai c1 = c2 = c3 = 1,000. Jika c1 = c2 = c3 = 1,000; maka apabila nilai-nilai ini dimasukkan ke dalam persamaan pada diatas akan diperoleh : λc1 = 12,020 + 4,295 + 3,953 = 20,268 λc2 = 4,295 + 9,672 + 2,176 = 16,142 λc3 = 3,953 + 2,176 + 7,187 = 13,316 Tahap 4 Iterasi 2 : Pada iterasi kedua, setiap nilai λcj dibagi dengan salah satu nilai λcj agar diperoleh nilai pembobot c1, c2 dan c3. Dalam proses iterasi ini nilai c1 = 1,00; sedangkan nilai c2 dan c3 akan selali tergantung pada c1, sehingga diperoleh :
c1 = 20,268 / 20,268 = 1,000 c2 = 16,142 / 20,268 = 0,796 c3 = 13,316 / 20,268 = 0,657 Kemudian nilai c1, c2 dan c3 yang diperoleh dalam iterasi kedua dimasukkan kembali dalam persamaan pada tahap 2 diatas, sehingga diperoleh : λc1 = 12,020 (1,000) + 4,295 (0,796) + 3,953 (0,657) = 18,036 λc2 = 4,295 (1,000) + 9,672 (0,796) + 2,176 (0,657) = 13,423 λc3 = 3,953 (1,000) + 2,176 (0,796) + 7,187 (0,657) = 10,407 Tahap 5 Iterasi 3 : Dengan menggunakan cara/ metode yang sama seperti pada iterasi kedua, sehingga diperoleh hasil : c1 = 1,000
λc1 = 17,496
c2 = 0,744
λc2 = 13,423
c3 = 0,577
λc3 = 9,719
Tahap 6 Iterasi 4 : Dengan menggunakan cara/ metode yang sama seperti pada iterasi ketiga, sehingga diperoleh hasil : c1 = 1,000
λc1 = 17,341
c2 = 0,728
λc2 = 12,543
c3 = 0,555
λc3 = 9,526
Tahap 7 Iterasi 5 : Dengan menggunakan cara/ metode yang sama seperti pada iterasi keempat, sehingga diperoleh hasil : c1 = 1,000
λc1 = 17,295
c2 = 0,723
λc2 = 12,428
c3 = 0,549
λc3 = 9,472
Tahap 8 Iterasi 6 : Dengan menggunakan cara/ metode yang sama seperti pada iterasi kelima, sehingga diperoleh hasil : c1 = 1,000
λc1 = 17,287
c2 = 0,722
λc2 = 12,470
c3 = 0,548
λc3 = 9,462
Tahap 9 Iterasi 7 : Dengan menggunakan cara/ metode yang sama seperti pada iterasi keenam, sehingga diperoleh hasil : c1 = 1,000
λc1 = 17,279
c2 = 0,721
λc2 = 12,458
c3 = 0,547
λc3 = 9,453
Tahap 10 Iterasi 8 : Dengan menggunakan cara/ metode yang sama seperti pada iterasi ketujuh, sehingga diperoleh hasil : c1 = 1,000 c2 = 0,721 c3 = 0,547 Karena nilai pada iterasi 8 sama dengan pada iterasi 7, maka proses iterasi dihentikan karena telah diperoleh nilai cj yang stabil. Dalam proses iterasi diperoleh nilai cj sebagai berikut : c1 = 1,000 c2 = 0,721 c3 = 0,547 nilai λc1 = 17,279; yang berarti λ = 17,279 karena c1 = 1,000.
Tahap 11 Penyusunan model indeks komposit kedalam variabel baku. Pencarian vektor normal, melalui rumus :
= 1,819
Dengan demikian diperoleh :
Dengan demikian diperoleh model indeks komposit dalam bentuk variabel baku sebagai berikut : I = 0,741 Z1 + 0,534 Z2 + 0,407 Z3 Tahap 12 Penentuan konstanta k : k (c1 . x1 + c2 . x2 + c3 . x3) = 100 k {(0,741 . 67,712) + (0,543 . 55,715) + (0,407 . 23,520)} = 100 89,499 k = 100 k = 1,117 Tahap 13 Dengan demikian model indeks komposit yang dinginkan sebagai berikut : I = (k.c1) X1 + (k.c2) X2 + (k.c3) X3 = (1,117 . 0,741) X1 + (1,117 . 0,534) X2 + (1,117 . 0,407) X3 = 0,828 X1 + 0,596 X2 + 0,455 X3
Perhitungan Skor Indeks Komposit (IK) Data peubah-peubah yang diamati pada individu No.1 kelompok ternak Lestari dimasukkan ke dalam model indeks komposit pada kelompok ternak Lestari. I = 0,828 X1 + 0,596 X2 + 0,455 X3 = 0,828 (61,5) + 0,596 (58,4) + 0,455 (21,2) = 95,374 Perhitungan seperti di atas dilakukan sampai individu domba terakhir (N0.111) pada kelompok ternak Lestari. Pengklasifikasian Ukuran-ukuran Tubuh Pengklasifikasian didasarkan pada nilai skor indeks komposit (IK) , kriteria yang digunakan sebagai berikut : Kelas tinggi, jika
Kelas rendah, jika
Berdasarkan klasifikasi di atas untuk nilai IK (1) = 95,374, artinya domba Silangan Lokal-Garut jantan No.1 pada kelompok ternak Lestari dimasukkan ke dalam kelas rendah. Pengklasifikasian dilakukan sampai domba Silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Lestari ke-111, serta pada kelompok ternak lainnya. Perhitungan Korelasi antara Peubah Asal dengan Model Indeks Komposit Rumus yang digunakan :
r1 = {0,741 (17,279)1/2 }/ 3,467
= 0,89
r2 = {0,534 (17,279)1/2 }/ 3,110
= 0,71
r3 = {0,407 (17,279)1/2 }/ 2,681
= 0,63
Lampiran 17. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Mandala Maju Kelas
Individu-Individu Domba
Jumlah
Tinggi
No.1 (106,26) No.2 (105,28) No.3 (112,56) No.4 (105,73) No.5 (106,71) No.6 (103,30) No.7 (106,84) No.8 (102,89) No.11 (100,59) No.13 (100,17) No.14 (105,23)
No.15 (100,35) No.17 (101,23) No.18 (105,15) No.19 (107,20) No.20 (107,06) No.21 (100,44) No.25 (107,98) No.26 (102,50) No.28 (100,94) No.31 (107,75) No.37 (107,54)
No.42 (100,66) No.44 (100,83) No.45 (102,72) No.48 (102,72) No.49 (101,28) No.50 (100,60) No.51 (101,04) No.52 (102,39) No.53 (105,31) No.54 (106,16) No.61 (103,99)
No.62 (104,19) No.66 (107,73) No.69 (106,06) No.71 (102,59) No.80 (106,05) No.83 (102,94) No.90 (103,65) No.91 (100,98) No.92 (107,52) No.94 (105,76) No.95 (107,50)
No.98 (105,06) No.99 (108,79) No.101 (104,10) No.102 (111,70) No.105 (111,62) No.106 (105,81) No.107 (101,75) No.111 (101,71) No.113 (103,25) No.116 (102,72) No.118 (100,74)
No.119 (106,93) No.120 (101,74) No.124 (101,84) No.129 (105,78) No.130 (106,67) No.131(104,42) No.132(102,35) No.133 (106,47) No.136 (100,27) No.143 (109,16) No.144 (102,13)
Rendah
No.9 (99,75) No.10 (92,85) No.12 (99,94) No.16 (98,30) No.22 (99,94) No.23 (97,98) No.24 (96,60) No.27 (96,43) No.29 (96,89) No.30 (98,02) No.32 (99,81) No.33 (94,53) No.34 (98,36) No.35 (98,81)
No.38 (99,01) No.39 (98,68) No.40 (99,99) No.41 (93,34) No.43 (99,10) No.46 (98,05) No.47 (98,61) No.55 (95,38) No.56 (99,86) No.57 (99,41) No.58 (97,04) No.59 (90,32) No.36 (97,14) No.60 (96,22)
No.63 (99,73) No.64 (98,11) No.65 (97,74) No.67 (86,32) No.68 (96,05) No.70 (93,74) No.72 (94,18) No.73 (89,70) No.74 (94,58) No.75 (95,71) No.76 (97,01) No.77 (88,14) No.78 (99,78) No.79 (87,37)
No.81 (94,96) No.82 (92,21) No.84 (89,01) No.85 (90,81) No.86 (91,24) No.87 (95,31) No.88 (99,78) No.89 (95,98) No.93 (92,53) No.96 (90,52) No.97 (97,51) No.100 (95,03) No.103 (99,26) No.104 (99,84)
No.108 (98,12) No.109 (97,.23) No.110 (93,59) No.112 (99,45) No.114 (98,75) No.115 (96,09) No.117 (98,51) No.121 (98,86) No.122 (97,20) No.123 (97,92) No.125 (95,29) No.126 (97,46) No.127 (98,67) No.140 (92,11)
No.141 (96,18) No.142 (99,81) No.145 (96,08) No.128 (97,94) No.134 (94,75) No.135 (97,85) No.137 (95,72) No.138 (99,84) No.139 (96,69)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor indeks komposit
-- (ekor) --
66
79
Lampiran 18. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Cikadu Kelas
Individu-Individu Domba
Jumlah
Tinggi
No.1 (102,79) No.2 (104,45) No.4 (102,11) No.6 (104,92) No.9 (107,31) No.11 (108,44) No.12 (102,41) No.14 (103,10) No.15 (109,62) No.18 (107,77)
No.19 (109,38) No.24 (101,05) No.33 (102,90) No.36 (102,60) No.39 (101,25) No.40 (101,69) No.42 (102,41) No.44 (103,10) No.45 (106,53) No.46 (103,24)
No.49 (101,00) No.50 (105,02) No.52 (104,94) No.57 (107,42) No.58 (102,70) No.59 (102,19) No.61 (104,47) No.63 (104,03) No.66 (103,34) No.68 (102,02)
No.71 (108,39) No.72 (102,61) No.73 (105,52) No.76 (104,19) No.77 (100,09) No.79 (102,33) No.80 (102,77) No.83 (103,25) No.84 (104,48) No.85 (105,51)
No.87 (102,81) No.89 (102,55) No.90 (107,28) No.91 (100,91) No.92 (100,74) No.93 (101,41) No.95 (105,14) No.97 (104,06)
Rendah
No.3 (95,22) No.5 (91,00) No.7 (90,21) No.8 (95,86) No.10 (99,88) No.13 (95,68) No.16 (93,52) No.17 (95,82) No.20 (99,53) No.21 (89,30)
No.22 (97,72) No.23 (97,85) No.25 (92,87) No.26 (95,41) No.27 (92,95) No.28 (94,08) No.29 (94,76) No.30 (97,38) No.31 (98,28) No.32 (95,84)
No.34 (97,19) No.35 (96,51) No.37 (99,23) No.38 (95,48) No.41 (99,11) No.43 (97,99) No.47 (99,79) No.48 (94,83) No.51 (98,75) No.53 (97,29)
No.54 (98,09) No.55 (96,27) No.56 (97,26) No.60 (95,53) No.62 (97,11) No.64 (99,98) No.65 (97,91) No.67 (98,75) No.69 (94,18) No.70 (98,86)
No.74 (98,29) No.75 (96,24) No.78 (97,56) No.81 (95,30) No.82 (90,35) No.86 (96,05) No.88 (93,12) No.94 (95,77) No.96 (96,18)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor indeks komposit
----- (ekor) ----
48
49
Lampiran 19. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Lestari Kelas
Individu-Individu Domba
Jumlah
Tinggi
No.4 (102,71) No.7 (103,24) No.10 (102,81) No.11 (102,07) No.13 (105,18) No.16 (100,87) No.17 (105,31) No.20 (101,30) No.21 (101,38) No.22 (102,15)
No.24 (102,68) No.25 (110,29) No.26 (102,80) No.28 (104,70) No.31 (105,45) No.32 (100,65) No.33 (100,95) No.35 (102,39) No.36 (105,32) No.37 (101,01)
No.38 (100,45) No.39 (101,28) No.42 (103,86) No.47 (108,53) No.51 (102,12) No.53 (104,13) No.54 (103,99) No.55 (106,66) No.57 (106,08) No.58 (102,18)
No.60 (102,82) No.61 (103,99) No.62 (106,21) No.66 (105,76) No.67 (100,47) No.69 (105,46) No.70 (101,66) No.71 (105,79) No.72 (107,43) No.78 (102,24)
No.81 (106,94) No.85 (105,98) No.86 (103,17) No.88 (100,36) No.89 (102,98) No.90 (102,98) No.91 (100,99) No.93 (102,95) No.95 (100,10) No.98 (107,66)
No.102 (100,50) No.103 (106,48) No.104 (102,69) No.105 (106,63) No.106 (104,51) No.107 (101,34) No.108 (100,12) No.109 (102,15) No.110 (104,79) No.111 (106,71)
No.18 (95,64) No.19 (99,57) No.23 (94,60) No.27 (93,54) No.29 (92,99) No.30 (99,24) No.34 (98,88) No.40 (96,29) No.41 (92,43) No.43 (99,82)
No.44 (98,12) No.45 (93,52) No.46 (93,23) No.48 (91,92) No.49 (99,48) No.50 (93,14) No.52 (97,78) No.56 (98,11) No.59 (91,52) No.63 (91,29)
No.64 (96,10) No.65 (93,58) No.68 (93,13) No.73 (98,87) No.74 (90,22) No.75 (97,48) No.76 (93,62) No.77 (97,53) No.79 (95,64) No.80 (97,12)
No.82 (97,52) No.83 (96,60) No.84 (92,67) No.87 (92,61) No.92 (92,50) No.94 (98,06) No.96 (98,91) No.97 (98,86) No.99 (95,85) No.100 (95,76)
No.101 (98,30)
Rendah
No.1 (95,37) No.2 (94,70) No.3 (95,01) No.5 (97,47) No.6 (94,05) No.8 (97,51) No.9 (93,76) No.12 (98,40) No.14 (95,60) No.15 (98,73)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor indeks komposit
---- (ekor) ----
60
51
Lampiran 20. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Sukaresik Kelas
Individu-Individu Domba
Jumlah
Tinggi
No.1 (100,46) No.2 (102,69) No.4 (101,20) No.7 (103,25) No.8 (101,25) No.11 (104,68) No.12 (109,17) No.13 (105,69) No.14 (105,03) No.16 (102,94)
No.17 (103,66) No.18 (101,79) No.22 (106,84) No.23 (102,43) No.24 (106,71) No.25 (100,53) No.27 (101,65) No.30 (102,11) No.44 (100,40) No.50 (102,56)
No.51 (101,68) No.53 (103,72) No.58 (102,87) No.66 (102,55) No.67 (103,36) No.68 (105,80) No.69 (103,17) No.71 (101,69) No.72 (106,06) No.73 (106,49)
No.75 (105,54) No.76 (106,37) No.78 (104,24) No.82 (101,17) No.83 (104,75) No.84 (107,17) No.86 (107,43) No.89 (100,03) No.91 (99,99) No.93 (105,49)
No.94 (100,01) No.97 (100,90) No.98 (106,63) No.99 (102,86) No.100 (100,37) No.101 (102,42) No.105 (100,66) No.106 (108,39) No.109 (101,39) No.110 (103,12)
No.111 (104,19) No.113 (100,43) No.114 (104,38) No.117 (102,33) No.119 (100,30) No.121 (100,78) No.122 (103,94) No.123 (102,37) No.124 (101,30) No.125 (100,39)
Rendah
No.3 (98,79) No.5 (99,63) No.6 (96,68) No.9 (99,37) No.10 (99,32) No.15 (96,76) No.19 (98,10) No.20 (98,97) No.21 (96,45) No.26 (98,17) No.28 (98,65)
No.29 (95,05) No.31 (95,93) No.32 (93,06) No.33 (98,88) No.34 (97,67) No.35 (93,18) No.36 (99,03) No.37 (95,05) No.38 (97,33) No.39 (94,86) No.40 (98,85)
No.41 (85,64) No.42 (94,84) No.43 (96,43) No.45 (97,34) No.46 (98,31) No.47 (98,74) No.48 (98,11) No.49 (99,91) No.52 (99,01) No.54 (94,98) No.55 (95,34)
No.56 (92,44) No.57 (96,87) No.59 (95,75) No.60 (98,58) No.61 (99,21) No.62 (99,67) No.63 (95,24) No.64 (99,02) No.65 (97,17) No.70 (96,50) No.74 (99,00)
No.77 (97,00) No.79 (99,12) No.80 (97,02) No.81 (95,89) No.85 (99,14) No.87 (98,78) No.88 (98,36) No.90 (95,74) No.92 (98,28) No.95 (98,11) No.96 (99,92)
No.102 (98,00) No.103 (94,43) No.104 (90,17) No.107 (99,21) No.108 (93,99) No.112 (97,60) No.115 (96,30) No.116 (96,83) No.118 (95,54) No.120 (98,24)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor indeks komposit
---- (ekor) ----
60
65
Lampiran 21. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0 Kelas
Individu-Individu Domba
Tinggi
No.1 (102,45) No.2 (107,34) No.4 (100,67) No.5 (107,97) No.6 (103,41) No.7 (106,23) No.8 (100,38) No.9 (100,21) No.11 (106,04) No.12 (106,32)
No.15 (101,41) No.16 (103,26) No.18 (101,90) No.26 (111,00) No.27 (103,06) No.28 (101,68) No.29 (106,45) No.30 (101,37) No.32 (103,96) No.33 (101,36)
No.34 (100,40) No.35 (108,80) No.37 (101,83) No.39 (108,38) No.40 (111,16) No.41 (100,21) No.44 (103,48) No.51 (101,08) No.53 (102,20) No.55 (105,15)
Rendah
No.3 (99,46) No.10 (95,97) No.13 (91,53) No.14 (90,07) No.17 (95,33) No.19 (96,61) No.20 (99,88) No.21 (92,59) No.22 (95,15) No.23 (98,74)
No.24 (98,70) No.25 (96,52) No.31 (95,40) No.36 (89,21) No.38 (94,82) No.42 (97,78) No.43 (97,25) No.45 (98,94) No.46 (98,06) No.47 (95,21)
No.48 (97,73) No.49 (95,83) No.50 (94,91) No.52 (91,86) No.54 (94,98) No.56 (96,69) No.57 (90,58) No.58 (99,87) No.61 (97,47) No.62 (96,74)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor indeks komposit
Jumlah No.59 (104,01) No.60 (106,33)
----- (ekor) -----
32
30
Lampiran 22. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1 Kelas
Individu-Individu Domba
Tinggi
No.1 (100.79) No.3 (108.40) No.4 (105.99) No.6 (106.75) No.7 (107.90) No.8 (104.63) No.11 (103.44) No.12 (107.35) No.13 (104.60) No.14 (100.68)
No.16 (100.78) No.19 (101.64) No.26 (106.38) No.28 (105.04) No.30 (100.25)
Rendah
No.2 (94.74) No.5 (95.63) No.9 (96.11) No.10 (96.52) No.15 (93.90) No.17 (91.65) No.18 (96.06) No.20 (98.22) No.21 (98.80) No.22 (96.55)
No.23 (93.59) No.24 (99.43) No.25 (95.14) No.27 (97.07) No.29 (95.71) No.31 (96.72)
Keterangan : angka dalam tanda kurung menunjukkan nilai skor indeks komposit
Jumlah ----- (ekor) -----
15
16