KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR SURAT AL-NAHL AYAT 43-44 DAN SURAT AR-RAHMAN AYAT 1-4 ) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) (
Oleh Rahayu Mulyawati 1112011000094
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
ABSTRAK RAHAYU MULYAWATI (1112011000094), “Kompetensi Guru Dalam Perspektif AlQur’an (Kajian Tafsir Surat Ar-Rahman ayat 1-4 dan Surat An-Nahl ayat 43-44)”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini membahas mengenai Kompetensi Guru Menurut Perspektif Al-Qur’an Kajian TafsirSurat Al-Nahl ayat 43-44 dan Surat Ar-Rahman Ayat 1-4 : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4 dan untuk mengetahui bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), melalui jenis penelitian kualitatif, serta melalui metode penafsiran tahlili, dengan analisis deskriptif dari data yang dihasilkan melalui kajian kitab-kitab dan referensi yang mendukung. Hasil dari penulisan skripsi ini adalah Kompetensi yang harus dimiliki guru menurut alQur’an surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4 adalah memiliki sifat kasih sayang, lemah lembut, mempunyai wawasan yang tinggi, mempunyai inovasi dalam mengajar, memiliki kemampuan karya tulis guna mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Adapun Kompetensi Guru dalam Surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4 yakni: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi Kepribadian, dan Kompetensi Sosial.
Kata kunci: Kompetensi Guru : Surat Al-Nahl ayat 43-44: Surat Ar-Rahman ayat 1-4 i
KATA PENGANTAR
ِحمَنِ الّرَ حِيْم ْ َبِسمِ اهلل الّر Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, atas berkat nikmat, rahmat serta hidayah-Nya yang telah memberikan penulis inspirasi, kecerahan dalam berpikir serta kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada baginda alam, pemegang panji islam, nabi besar Muhammad Saw, yang telah membawa kegelapan menuju cahaya kebenaran, semoga kita dapati syafa’atnya di hari kiamat nanti. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis terbantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan saran kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 6. Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum, Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi.
ii
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan. 8. Untuk Ibuku Bunda Turinem, engkau selamanya perempuan yang paling aku hormati dan engkaulah yang membuat semua cita-citaku ini akan menjadi kenyataan, dari air matamulah aku belajar jadi orang yang lebih giat lagi dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta Ayahanda Admin yang selalu memberikan cinta kasih dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta Kakak Adit Prasetyo dan Adik Raihan Ali serta Haqqi Husaini terimakasih atas motivasi dan doanya untuk penulis semoga selalu dalam kasih sayang dan rahmat Allah Swt. 9. Teristimewa untuk Muhammad Firdaus, terimakasih atas segala bantuan,doa dan support yang telah diberikan kepada penulis. 10. Terima kasih buat sahabat setia terkasih dan tersayang, seperjuangan yang menginspirasi Febi Yustianingsih, Putri Amelia, Intan Rabiatul Adawiyah, Susylowaty, Ranti Tri Kandita, Muhammad Taufik Hidayatullah yang bersedia menemani dalam suka maupun duka. 11. Rena Qurota’Ayun, Syifa Syarifah, Syifa Fauziah, Rini Fadhillah, yang selalu membantu penulis dalam mengajarkan penelitian ini dan memotivasi penuis agar selalu tetap semangat mengerjakan skripsi ini. 12. Terima kasih pula kepada keluarga besar Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Pusat Studi Al-Quran yang telah menyediakan referensi yang dibutuhkan kepada penulis. 13. Keluarga besar SDN Limo 1 Ibu muniroh, Ibu Zulfah, Ibu Indah, Ibu Euis, Ibu Tuti dan Ibu Puji yang selalu membuat hari-hari penulis berwarna dan memberi nilai kehidupan memahami satu sama lain. 14. Keluarga besar Aktivitas Remaja Islam (ARISDA) yang telah membantu dan mendoakan penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 15. Seluruh teman-teman PAI KANCA C semoga ikatan kebersamaan kita selalu terikat erat. 16. Teman-teman PAI angkatan 2012 yang tidak bisa penulis sebut satu per satu. iii
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, mereka yang telah berkonstribusi langsung maupun tidak, sedikit ataupun banyak dalam proses penyusunan skripsi ini, tiada kata yang paling indah dan layak selain ucapan terima kasih, semoga semua amal baik mereka bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah Swt. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi pembaca lainnya.
Jakarta, Februari 2017 Penulis
Rahayu Mulyawati
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1. Konsonan Tunggal No. 1
Huruf Arab
No. 16
2
Huruf Latin Tidak dilambangka n b
17
ť
3
t
18
‘
19
g
4
Huruf Arab
Huruf Latin ţ
5
j
20
f
6
H
21
q
7
kh
22
k
8
d
23
l
9
24
m
10
ž r
25
n
11
z
26
w
12
s
27
h
13
sy
28
‘
14
Ş
29
y
15
đ
30
h
2. Vokal Tunggal Tanda
Huruf latin A I U
v
3. Vokal Rangkap Tanda dan Huruf
Huruf Latin Ai Au
4. M dd Harakat dan Huruf
Huruf Latin  ΠÛ
5. T ’ Marbuţah T Marbuţah hidup transliterasinya adalah /t/. T Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/. Jika pada suatu kaya yang akhir katanya T ’ Marbuţah diikuti oleh kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka T ’ Marbuţah itu ditranslitrasikan dengan /h/. Contoh: = hadiqat al-hayaw n t atau hadiqatul hayaw n t = al-madrasat al-ibtid ’iyy h atau al-madrasatul ibtid ’iyy h 6. Syaddah (Tasyd d) Syaddah/tasyd d ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah (digandakan). Ditulis
‘allama
Ditulis
yukarriru
vi
7. Kata sandang a. Kata sandang diikuti oleh huruf huruf syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung. Contoh: = asy-syamsu b. Kata sandang yang diikuti huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: = al-qamaru 8. Penulisan Hamzah a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan sesuai dan seperti alif. Contoh: = akaltu
= tiya
b. Bila di tengah dan di akhir, ditranliterasikan dengan aprostof. Contoh: = ta’kul na
= syai’un
9. Huruf Kapital Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata sandangnya. Contoh: = al-Qur n = al-Mad natul Munawwarah
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii TRANSLITERASI ARAB- LATIN ..............................................................v DAFTAR ISI ................................................................................................ viii BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................6 C. Pembatasan Masalah...................................................................6 D. Perumusan Masalah ....................................................................7 E. Tujuan Penelitian.. ......................................................................7 F. Manfaat Penelitian ......................................................................7
BAB II: KAJIAN TEORI A. Pengertian Kompetensi Guru......................................................9 B. Macam-Macam Kompetensi Guru ...........................................11 C. Usaha Peningkatan Kompetensi Guru ......................................16 D. Karakteristik Kompetensi Guru ................................................18 E. Manfaat Kompetensi Guru .......................................................21 F. Hasil Penelitian Relevan ...........................................................22 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian....................................................24 B. Metode Penelitian.................................................................... 24 C. Prosedur Penelitian.................................................................. 26 D. Teknik Analisi Data ................................................................ 26
viii
BAB IV: KOMPETENSI GURU DALAM SURAT AR-RAHMAN AYAT 1-4 DAN SURAT AL-NAHL AYAT 43-44 A. Surat Al-Nahl ayat 43-44 1. Teks dan Terjemahan Surat Al-Nahl ayat 43-44 ................29 2. Penjelasan kata …………………………………………..29 3. Asbabunnuzul ayat 43-44 Surat Al-Nahl .............................. 30 4. Tafsir Surat Al-Nahl ayat 43-44 .........................................30 5. Kompetensi Guru Dalam Surat Al-Nahl ayat 43-44 ..........42 B. Surat Ar-Rahman ayat 1-4 1. Teks dan Terjemahan Surat Ar-Rahman ayat 1-4 ............. 47 2. Asbabunnuzul ayat 1-4 Surat Ar-Rahman ..........................47 3. Tafsir Surat Ar-Rahman ayat 1-4 .......................................47 4. Kompetensi Guru Dalam Surat Ar-Rahman ayat 1-4 .........57 C. Analisis Temuan Dan Implementasi Dalam Dunia Pendidikan BAB V: PENUTUPAN A. Kesimpulan ............................................................................... 85 B. Implikasi ................................................................................... 86 C. Saran ..................................................................................................86 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................88
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.1 Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapar hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Lebih luas lagi Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonseia memiliki semboyan yang snenatiasa melekat pada diri seorang guru. Semboyan itu ada pada simbol pendidikan, yang berbunyi: “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Ing ngarsa sung tulada artinya, di depan menjadi panutan. Guru diharapkan mampu menjadi contoh dan diikuti oleh orang lain, terutama oleh muridya. Dalam bahasa jawa seorang guru itu “digugu dan ditiru”. Segala ucapan dan perbuatnya selalu didengar dan dijadikan sebagai contoh. Ing madya mangun karsa, artinya, di tengah menjadi mediator. Guru diharapkan mampu menajdi mediator agar siswa mau berkarya. Guru tidak hanya memberi, tetapi mampu memfasilitasi agar anak mau memaksimalkan potensi yang telah dimiliki. Tut wuri handayani, artinya, di belakang memberikan dorongan. Guru diharapkan mampu memberikan dorongan atau motivasi agar anak terus
1
Hamzah B Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Refomasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)Cet,V, h. 15
1
2
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Mendorong siswa agar selalu melakukan hal-hal yang membawa manfaat, buat dirinya maupun orang lain.2 Dalam hal ini, Abuddin Nata mengatakan ada tiga syarat khusus untuk profesi seorang pendidik, yaitu: 1. Seorang guru yang professional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik. 2. Seorang guru yang professional harus memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of knowledge) 3. Seorang guru professional harus berpegang teguh kepada kode etik profesi.3 Adapun di dalam pendidikan Islam. Sejarah mencatat, bahwa Rasulullah termasuk guru yang paling sukses dalam melaksanakan tugasnya. M. Fathullah Gulen mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. Adalah manusia sempurna, lengkap dan saleh. Dia berhasil mengubah orang liar dan buta huruf menjadi tentara yang suci yang diberkahi, pendidik yang termasyhur, paglima yang tak terkalahkan, negarawan yang terkemuka, dan pendiri peradaban yang paling luar biasa dalam sejarah.4 Sejalan dengan itu, Abd al-Rahman Azzam mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. Adalah warga pertama dan sekaligus guru dan pembimbing masyarakat. Kehidupan hingga saat terakhirnya merupakan suatu catatan sejarah yang sara dengan kenangan. Perkembangan kepribadian, kepercayaan dan masyaraktnya merupakan sebuah drama kemanusiaan yang paling tinggi nilainya, sebuah drama yang tidak saja disaksikan oleh orang-orang pada zamanya, melainkan juga manusia belahan bumi yang lain setelah zamanya. Posisi Nabi Muhammad saw yang demikian itu terkait erat dengan perananya sebagai Nabi yang berhasil melaksanakan fungsi sebagai pembimbing, pendidik, dan guru yang ideal.5
2
Najib Sulhah, Karakter Guru Masa Depan (Sukses dan Bermartabat), (Surabaya: PT Jepe Press Media Utama, 2011), cet ke-1, hal. 6 3 Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 7 4 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet ke-1, hal 307-308. 5 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an, Ibid. Hal 309-310.
3
Berdasarkan hal tersebut, seorang guru perlu menerapkan syarat-syarat tersebut, selain itu seorang guru professional harus memiliki beberapa kompetensi yang dipersyaratkan sebagai seorang guru. Kompetensi tersebut ditunjukan dalam bentuk unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya mencapai suatu tujuan. Diantara kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah pengendali dan pengaruh proses, serta pembimbing ke arah perkembangan dan pertumbuhan manusia didik bagi kehidupannya dimasa depan. Dan pendidik harus memahami dan pandai menggunakan berbagai macam metode yang berdaya guna dalam proses kependidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan mereka yang bersifat kognitif, konatif (kemauan) dan emosional atau afektif serta psikomotorik manusia didik dalam rangka fitrah masing-masing.6 Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Bab IV telah dijelaskan tentang kompetensi guru, pasal 10 berbunyi: 1. Bahwa kompetensi guru yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan pofesi. 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimakud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Pemerintah.7 Dan penjelasan dari pasal 10 ayat (1) bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua wali murid dan masyarakat sekitar. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
6
Sardiman A.M, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001),h. 161 7 Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun 2005), (Jakarta, Sinar Grafika, 2009)Cet 2, h. 9
4
secara luas dan mendalam. Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru diatur dalam peraturan pemerintah.8 Jabatan guru telah hadir cukup lama di negara kita ini, meskipun hakikatnya, fungsi, latar tugas, dam kedudukan sosiologisnya telah banyak mengalami perubahan. Bahkan, ada yang secara lugas mengatakan bahwa sosok guru telah berubah dari tokoh yang digugu dan ditiru, dipercaya dan dijadikan panutan, diteladani, agaknya menurun dari tradisi latar padepokan menjadi oknum yang wagu lan kuru. 9 Profesi guru saat ini masih banyak dibicarakan orang, baik dikalangan pakar pendidikan maupun diluar pakar pendidikan. Bahkan selama beberapa tahun ini banyak media baik cetak maupun elektronik yang memberitakan tetang guru. Namun ironisnya berita-berita tersebut banyak yang melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya umum maupun yang sifatnya pribadi. Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yakni kelemahan yang terdapat pada guru itu sendiri, seperti rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme mereka, penguasaan guru terhadap materi, dan metode pengajaran yang masih dibawah standar. Ditambah sikap guru yang kejam terhadap murid yang seharusnya tidak layak dilakukan oleh seorang yang berprofesi sebagai guru. Seperti halnya yang terjadi di Palembang, seorang guru SMP menganiaya muridnya dengan cara memukul pundak dan kepala sampai berkali-kali, hal tersebut dikarenakan murid tersebut membuat kegaduhan dikelas.10 Penulis mendapati kembali satu kasus di lapangan yang mencerminkan oknum guru ini tidak patut disebut sebagai guru yang dapat digugu dan ditiru. Dimana kasus ini terjadi di kecamatan Pauh, kota Padang pada Rabu, 18 Mei 2016. Diberitakan oleh KataSumber.com, dia menggambarkan “Diduga Lakukan Pelecehan Seksusal Terhadap Murid, Oknum Guru SD di Padang Ngaku Karena
8
Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun 2005), (Jakarta, Sinar Grafika, 2009)Cet 2, h. 9 9 Syafruddin Nurdin & M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)h. 1 10 www.Sindonews.com, Senin 16-05-16, 10.30 WIB
5
Sayang”. Dalam hal ini kapolsek Pauh, Kompol Wirman mengatakan, oknum guru berinisia (N) ditangkap oleh aparat kepolisian karena diduga telah mekalukan pelecehan seksual terhadap lima orang muridnya. Kelima muridnya berinisial (S, F, T, R, dan ,Y), kelima korban itu mengaku bahwa mereka dipeluk dan dicium oleh guru olahraganya. Kompol Wirman menambahkan bahwa oknum guru olahraga berusia 54 tahun tersebut telah melakukan hal tersebut selama dua tahun. Akibat perbuatannya oknum guru tersebut diancam hukuman minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun, karena melanggar pasal Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlingdungan Anak.11 Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar, yang menjadi subjeknya adalah guru sebagai pengajar dan guru yang baik adalah guru yang menjadikan al-Qur’an sebagai pedomannya. Allah menurunkan al-Qur’an untuk menjadi bahan yang harus dipelajari dan diamalkan oleh manusia. Jika seseorang banyak belajar untuk mempelajari isi kandungan al-Qur’an, maka aktivitas yang dilakukannyapun akan sejalan dengan ajaran al-Qur’an. Oleh karena itu, pentingnya proses belajar menjadi modal dasar dalam upaya meningkatkan derajat manusia. Sejarah penafsiran al-Qur’an dimulai dengan penafsiran ayat-ayatnya sesuai dengan hadis-hadis Rasulullah atau pendapat para sahabat. Penafsiran demikian kemudian berkembang sehingga tidak disadari bercampurlah hadishadis shahih dengan isroiliyyat (kisah-kisah yang bersumber dari ahli kitab yang umumnya tdak sejalan dengan kesucian agama atau akal sehat), ini mengakibatkan sebagian ulama menolak penafsiran yang menggambarkan pendapat-pendapat penulisnya, atau menyatukan pendapat-pendapat tersebut dengan hadis-hadis atau pendapat-pendapat sahabat yang dianggap benar. Kompetensi seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan tugas mendidik harus sesuai dengan pengalaman dan keterampilan yang dimilikinya dan
11
www.Katasumber.com /diduga-lakukan-pelecehan-seksual-terhadap-murid-oknumguru-sd-dipadang-ngaku-karena-sayang/
6
harus disertakan dengan perilaku rasional yang dapat dipertanggung jawabkan serta layak sebagai bagian dari seorang guru. Kemudian jika macam-macam kompetensi tersebut dilihat dari sudut pandang al-Qur’an yang menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan dan yang telah banyak memberikan inspirasi edukatif, dengan cara mengadopsi konsepkonsep al-Qur’an tentang kependidikan, misalnya ayat-ayat yang menjelaskan tentang kompetensi guru. Berdasarkan pemikiran tersebut penulis terinspirasi menumpahkan dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul “Kompetensi Guru Dalam Perspektif AlQur’an (Kajian Tafsir Surat An-Nahl ayat 43-44 dan Ar-Rahman ayat 1-4)”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas dalam skripsi ini, diantaranya yaitu: 1. Banyak guru yang belum memiliki kompetensi guru yang telah disebutkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. 2. Banyaknya guru yang masih mengajar menggunkan metode konvensional. 3. Adanya guru yang melanggar kode etik guru, seperti guru yang melakukan kekerasan terhadap muridnya. 4. Adanya tindak asusila yang dilakukan oleh satu oknum guru. 5. Banyak ayat-ayat yang berbicara tentang kompetensi guru.
C. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat serta menghindari meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, dan dengan adanya identifikasi masalah di atas, penulis akan membatasi beberapa hal yang berkatian dengan masalah, yaitu: 1. Yang dimaksud dengan tafsir surat al-Nahl ayat 43-44 dan ar-Rahman ayat 14 adalah penjelasan tentang kandungan makna surat al- Nahl ayat 43-44 dan
7
ar-Rahman ayat 1-4 yang ada dalam kitab al-Qur’an dan tafsirnya,Tafsir Tarbawi, Tafsir al-Maraghi, Tafsir al-Misbah, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir alAzhar dan Tafsir Nurul Qur’an. 2. Yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional, didalam surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan masalah yaitu, Apa saja kompetensi guru menurut pandangan AlQur’an dalam surat Al-Nahl ayat 43-44 dan surat Ar-Rahman ayat 1-4? dan Bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan?
E. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kompetensi guru yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4 2. Untuk mengetahui bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan.
F. Manfaat Penelitian Setelah mengetahui tujuan tersebut di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan dan diamalkan. Baik secara teoritis maupun secara praktis, dengan itu maka manfaat penelitian ini memiliki dua unsur penting, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan pertimbangan terhadap guru agar meningkatkan mutu pengajarannya dengan menanamkan kompetensi yang ada pada dirinya dengan ajaran al-Qur’an di dalam surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat arRahman ayat 1-4. b. Menambah khazanah keilmuan pada bidang tafsir, serta membuka kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut dan peninjauan kembali dari hasil penelitian ini.
8
2. Manfaat Praktis a. Memberi sumbangsih pemikiran terkait konsep dan teori tentang subjek pendidikan dalam al-Qur`ân, serta menambah khazanah kepustakaan dalam meneliti dan memahami al-Qur’an sebagai petunjuk. b. Mengetahui bagaimana pandangan al-Qur`ân terhadap guru. c. Bahan upaya pengembangan diri penulis maupun bagi orang yang memerlukan d. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori 1. Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi dalam bahasa Inggris adalah competency atau competence yang berarti “kemampuan, wewenang, atau kecalapan”.1 Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dikutip oleh Akmal Hawi, kompetensi adalah keweangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. Jika kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan, maka hal ini erat kaitannya dengan pemilikan pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan guru. 2 Makna kompetensi dinyatakan sebagai perangkat tindakan cerdas yang penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang tertentu, di dalam pembelajaran kompetensi merupakan kemampuan dasar serta sikap dan nilai penting yang dimiliki siswa yang telah mengalami pendidikan dan latihan sebagai pengalaman belajar yang dilakukan secara berkesinambungan. Istilah kompetensi memiliki banyak pengertian dikemukakan sebagai berikut: a. Menurut Mc. Ashan sebagaimana dikutip oleh Akmal Hawi ”Competency is a knowledge, skill and abilities that a person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform, cognitif, afektif, psikomotor behavior”.
Kompetensi
diartikan
sebagai
pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik1
Jhon M. Echokola, et. All, Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995)Cet. Ke-21,h. 132 2 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013)h. 1
9
10
baiknya.3
Hal
ini
menjelaskan
bahwa
seseorang
yang
berkompetensi bukan hanya berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan ketarampilan serta melakukan pelatihan, tapi juga membutuhkan aspek-aspek lain dalam individu yang akan menjadi kekuatan yang baik. b. Menurut Broke dan Stone yang dikutip oleh Akmal Hawi “Competenci is descriptive of aucitativenature of teacher appears to be entirely meaningful”. Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dan prilaku guru yang sangat berarti. 4 c. Menurut Syaiful Sagala “Kompetensi merupakan peleburan pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu) dan keterampilan (daya fisik), yang terwujud dalam satu perbuatan.5 d. Menurut UU No. 14 Tahun 2005, Pasal 1, Ayat 10, “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan. 6 e. Menurut Abdul Mujib “Kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat unuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu”. 7 f. Mengenai kompetensi guru agama, Zakiah Deradjat mengatakan bahwa “kompetensi guru adalah kewenangan untuk menentukan pendidikan agama yang diajarkan pada jenjang tertentu disekolah tempat guru itu mengajar.8
3
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013)h. 3 Ibid, h. 3 5 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 23 6 Ibid, h. 24 7 Pupuh Fathurrohmah dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet.Ke-1, h. 44 8 Zakiah Daradjat ,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,(Jakarta: Ruhama, 1994), Cet.Ke-1, h. 95 4
11
g. Menurut E.Mulyasa “Kompetensi merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman kepada peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.9 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah suatu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk melakukan profesi tertentu.
2. Macam-Macam Kompetensi Guru Dalam
Undang-Undang No.
14
tahun
2005.
Macam-macam
kompetensi adalah: a. Bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dalam mewujudkan masyarakat maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia. b. Bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relavansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan guru dan dosen secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Naional Pendidikan pasal 28 ayat 3 disebutkan
9
E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007), h. 26
12
bahwa seorang pendidik ataupun pengajar harus memiliki 4 kompetensi yaitu: 1) Kompetensi
pedagogik,
yaitu
kemampuan
mengelola
pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta
didik,
perancangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2) Kompetensi kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 3) Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran
yang
luas
dan
mendalam
dapat
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam SNP. 4) Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektof dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat sekitar. Dalam dunia pendidikan, macam-macam kompetensi guru menurut beberapa para ahli berbeda-beda. Menurut Muhibbin Syah sebagaimana yang dikutip Pupuh Faturrohman dan M. Sobry membagi kompetensi menjadi sepuluh bagian, yaitu: a. Menguasai bahan, yang meliputi: 1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah. 2) Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi. b. Mengelola program belajar mengajar, yang meliputi: 1) Merumuskan tujuan instruksional. 2) Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar 3) Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat. 4) Melaksanakan program belajar mengajar. 5) Mengenal kemampuan (entry behavior) anak didik. 6) Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.
13
c. Mengelola kelas, meliputi: 1) Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran 2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. d. Menggunakan media atau sumber belajar, yang meliputi: 1) Mengenal, memilih dan menggunakan media. 2) Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana. 3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar. 4) Menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman lapangan. e. Menguasai landasan-landasan kependidikan. f. Mengelola interaksi belajar mengajar. g. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran. h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan meliputi: 1) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling di sekolah. 2) Menyelenggarakan program layanan dan bimbingan disekolah. i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah: 1) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah. 2) Menyelenggarakan administrasi sekolah. j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran. 10 Asian institute for Teacher Educators dalam Muhammad Ali yang dikutip oleh Pupuh Faturrohman dan M. Sobry mengemukakan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ada tiga macam kompetensi, yaitu: a. Kompetensi pribadi, berisi kemampuan menampilkan mengenai: 1) Pengetahuan tentang adat istiadat (baik sosial maupun agama). 10
Pupuh Fathurrohmah dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 45
14
2) Pengetahuan tentang budaya dan tradisi. 3) Pengetahuan tentang inti demokrasi. 4) Pengetahuan tentang estetika. 5) Apresiasi dan kesadaran sosial. 6) Sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan. 7) Setia kepada harkat dan martabat manusia. b. Kompetensi mata pelajaran, yakni mempunyai pengetahuan yang memadai tentang mata pelajaran yang dipegangnya. c. Kompetensi profesional, mencakup kemampuan dalam hal: 1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya. 2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan perilaku anak. 3) Mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya. 4) Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai. 5) Dapat menggunakan berbagai alat pengajaran dan fasilitas belajar lain. 6) Dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran. 7) Dapat mengevaluasi. 8) Dapat menumbuhkan kepribadian anak. 11 Kompetensi keguruan dalam pendidikan Islam sebenarnya sama dengan kompetensi keguruan pada umumnya. Namun dalam pendidikan Islam semua kompetensi yang dimiliki oleh pendidik (guru) harus in heren dengan ke Islaman. Ada beberapa prinsip dalam ajaran agama Islam yang melandasi profesionalitas pendidik (guru): a) Ajaran Islam memberikan motivasi bagi pendidik (guru) agar bekerja sesuai dengan keahlian. Suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh orang yang tidak profesional akan mengelami kegagalan. Sabda Rasulullah Saw b) Ajaran Islam menekankan pentingnya keikhlasan dalam bekerja. Sebagaimana Firman Allah SWT: 11
Ibid, h. 46
15
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka disisi Tuhan mereka ialah surge „Adn yang mengalir dibawahnya sungai mereka kekal didalamnya selama-lamanya”. (Q.S. Al-Bayyinah:7-8) c) Ajaran Islam memberikan motivasi agar selalu berusaha dalam meningkatkan dan mengembangkan profesionalitasnya. Firman Allah:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah seseuatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S.Al-Ra’d: 11) d) Pekerjaan mendidik yang dilakukan oleh guru, salah satu bentuk ubudiyah kepada Allah (ibadah non ritual). Firman Allah:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.(Q.S. Al-Dzhariat: 56)12 Al-Ghazali seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata menjelaskan tentang ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan sebagai berikut: 1) Guru harus mencintai murid-muridnya sebagaimana dia mencintai anak kandungnya sendiri. 2) Guru jangan mengharap materi (upah) sebagai tujuan utama dari pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah pekerjaan yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW. sedangkan upahnya terletak pada terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya.
12
Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan,(Jakarta: Kalam Mulia, 2013),h. 98-99
16
3) Guru harus mengingatkan kepada murid-muridnya agar tujuannya mencari ilmu bukan untuk membanggakan diri atau mencari keuntungan pribadi, tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 4) Guru harus mendorong muridnya untuk mencari ilmu yang bermanfaat, yakni ilmu yang membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat. 5) Guru harus memberi contoh yang baik kepada muridya. 6) Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan tingkat intelektual dan daya tangkap anak didiknya. 7) Guru harus mengamalkan apa yang diajarkannya. 8) Guru harus memahami minat, bakat dan jiwa anak didiknya, sehingga di samping tidak salah dalam mendidik, juga akan terjalin hubungan yang akrab, baik anatra guru dan anak didiknya. 9) Guru harus menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak didiknya, sehingga akal pikiran anak tersebut dijiwai oleh keimanan itu.13
3. Usaha Peningkatan Kompetensi Guru Dalam meningkatkan kompetensi guru banyak cara yang dapat dilakukan. Cara tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk berikut : a. Seleksi Memasuki LPTK untuk bisa diterima di LPTK perlu seleksi diperguruan tinggi seleksi itu lebih bersifat akademik untuk meramalkan keberhasilan calon guru dalam belajar di perguruan tinggi. b. Pengembangan Profesional di LPTK Dalam pendidikan di LPTK calon di didik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang diperlukan dalam pekerjaaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu,
13
Abudin Nata, Filsafat Islam, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 124
17
bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan mansyarakat. Pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang di rencanakan, selama di LPTK dalam proses perkuliahan dalam bentuk tatap muka, microteaching, dan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). c. Sertifikasi dan Wewenang Mengajar Pada saat ini sertifikasi dan kewenangan mengajar tidak melekat pada ijazah tanda lulus dan lembaga pendidikan guru, melainkan dinyatakan pula dengan Sertifikat “Akta Mengajar”
sesuai dengan tingkat
kewenangan mengajar guru yang bersangkutan berdasarkan jenjang pendidikan yang telah ditempuhnya. Akta mengajar itu diberikan pula untuk mereka yang berpendidikan akademik secara umum (Non-LPTK), untuk mendapatkan kewenangan mengajar melalui Program Pendidikan Akta Mengajar yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Agama untuk guru agama melalui LPTK yang memenuhi pesyaratan. d. Pengembangan kompetensi Selama dalam Jabatan Untuk meningkatkan kualitas kemampuan dan profesional guru yang telah berada dan bekerja di lapangan diselenggarakan pendidikan dalam jabatan guru. Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan secara formal melalui
kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Adapun secara informal melalui media massa televise, radio, 14
Koran, dan majalah maupun publikasi lainnya.
Menurut Jejen Musfah Pengetahuan dan keterampilan guru semesetinya berkembang setiap saat sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus direspons para guru dengan cara belajar melalui beragam sumber belajar. Kompetensi guru merupakan 14
Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 483-486
18
salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan disekolah. Untuk peningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan cara berikut: 1) Program pelatihan guru. Pelatihan ini dapat beruba Bahasa Inggris dan yang dilakukan oleh pihak sekolah. 2) Mengadakan seminar dan sumber belajar, yaitu pengajian, bedah buku, dan workshop.15
4. Karakteristik Kompetensi Guru Karakterisik dapat ditinjau dari berbagai segi tanggung jawab guru, fungsi dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah, dan peranan guru dalam proses belajar mengajar. a. Fungsi, Peranan Guru, dan Kompetensinya Sebagaimana
telah
dikemukakan
bahwa
profesional
guru
mengandung pengertian yang meliputi unsur-unsur kepribdian, keilmuan, dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan, bahwa kompetensi profesionl guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsur keterampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakan. 1) Guru sebagai Pendidik dan Pengajar Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila guru memenuhi syaratsyarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akan mampu mendidik dan mengajar apabila dia mempunya kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka
terhadap
perkembangan,
terutama
terhadap
inovasi
pendidikan. Sehubungan dengan perannya sebagai pendidik dan pengajar, guru harus menguasai ilmu, antara lain mempunyai pengetahuan yang 15
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik,( Jakarta: Kencana, 2011),h. 179
19
luas, menguasai bahan pelajaran serta ilmu-ilmu yang berkaitan dengan mata pelajaran/bidang studi yang diajarkannya, menguasai teori dan praktik mendidik. 2) Guru sebagai Anggota Masyarakat Untuk melaksanakan peranan ini, guru harus memenuhi syaratsyarat kepribadian dan syarat penguasaan ilmu tertentu. Guru harus bersikap terbuka, tidak bertindak otoriter, tidak bersikap angkuh, bersikap ramah tamah terhadap siapapun, suka menolong dimanpun dan kapan saja, serta simpati dan empati terhadap orang lain. 3) Guru sebagai Pemimpin Pernan kepemimpinan akan berhasil apabila guru memiliki kepribadian, seperti: kondisi fisik yang sehat, percaya pada diri sendiri, memiliki daya kerja yang besar dan antusiasme, gemar dan dapat cepat mengambil keputusan, bersikap objektif dan mampu menguasai emosi, serta bertindak adil.selain dari itu, guru harus menguasai ilmu tentang teori kepemimpinan dan dinamika kelompok, menguasai prinsip-prinsip hubungan masyarakat, menguasai teknik berkomunikasi, dan menguasai semua aspek kegiatan organisasi persekolahan. Untuk itu guru harus memiliki berbagai keterampilan yang dibutuhkan sebagai pemimpin, seperti: berkerja dalam tim, keterampilan berkomunikasi, bertindak selaku penasihat dan orang tua bagi murid-murid. 4) Guru sebagai Pelaksana Administrasi Ringan Peranan ini memerlukan syarat-syarat kepribadian, seperti jujur, teliti dalam bekerja, rajin, harus menguasai ilmu mengenai tata buku ringan, korespondensi, penyimpanan arsip dan ekspedisi, dan administrasi pendidikan. Untuk itu maka guru harus memiliki keterampilan seperti: mengadministrasikan
keuangan,
keterampilan
menyusun
20
Academik records, serta keterampilan mengetik, serta berbagai keterampilan lainnya yang berkenaan dengan pelaksanaan administrasi ringan disekolah.16 b. Peranan dan Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar Berdasarkan studi literature terhadap pandangan Adams & Dickey dalam bukunya Basic Principles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas (dalam situasi belajar mengajar). Tiap peranan menuntut berbagai kompetensi atau keterampilan mengajar, diantaranya: 1) Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas. 2) Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok murid. 3) Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki ketrampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa. 4) Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. 5) Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan. 6) Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki ketrampilan menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan. 7) Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih dan meramu bahan pelajaran sevara profesional. 8) Guru sebagai supervisor, perlu memiliki ketarampilam mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas. 9) Guru sebagai motivator, perlu memiliki ketarampilan mendorong motivasi belajar kelas.
16
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009),h. 38-44
21
10) Guru sebagai penanya, perlu memiliki ketarampilan cara bertanya yang merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah. 11) Guru sebagai pengajar, perlu memiliki keterampilan cara memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi. 12) Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai anak-anak secara objektif, kotinu, dan komprehensif. 13) Guru sebagai konselor, perlu memiliki keratampilan cara membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu. 17
5. Manfaat Kompetensi Guru Walaupun menjadi tugas yang cukup berat bagi para guru untuk bisa disebut profesional, namun mana kala guru dalam memenuhi persyaratan yang berkenaan dengan kompetensi yang harus dimiliki, maka ada beberapa manfaat untuk berbagai kepentingan yang meliputi: pertama, standar kompetensi guru amat diperlukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk meningkatkan mutu guru melalui
inservice
training.
Sementara
lembaga
pendidikan
sekolah
memerlukannya untuk pembinaan intern dalam proses pendidikan. Kedua, standar kompetensi guru digunakan sebagai dasar untuk penyusunan instrument skill audit yang harus diikuti para guru. Oleh karenanya, guru yang memiliki kompetensi pada tingkat dasar dalam jangka waktu tertentu harus mengikuti diklat untuk memperoleh tingkat yang lebih tinggi. Ketiga, standar kompetensi guru dapat digunakan untuk menjadi salah satu dasar penting untuk kegiatan penilaian guru. Miasalnya, memberikan penilaian terhadap kinerja guru berprestasi. Keempat, standar kompetensi guru juga amat terkait dengan sistem akreditasi guru.
17
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009),h. 48-49
22
Kelima, standar kompetensi guru digunakan sebagai dasar pembinaan guru, dengan standar kompetensi guru, maka pendidikan dan pelatihan dapat dilaksanakan secara efektif, sehingga pelaksanaan diklat menjadi lebih efektif dan efisien, karena yang harus mengikutinya adalah yang benar-benar membutuhkannya. 18
6. Hasil Penelitian Yang Relevan Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: a. Anggi Dwi Saputra, dengan judul penelitian “Kompetensi Guru Dalam Perspektif Al-Qur’an (Tela’ah Surat An-Najm Ayat 5-10)”. Karya ini menjelaskan tentang gambaran dan paparan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut al-Qur’an surat an-Najm ayat 5-10. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru pada surat an-Najm ayat 5-10 yaitu: kompetensi
pedagogik,
kompetensi
profesional,
kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial, serta memiliki kepribadian seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.19 b. Ummi Hanny, dengan judul penelitian “Tafsir Surat Al-Qalam Ayat 1-4 (Kajian Tentang Kompetensi Guru)”. Karya ini menjelaskan tentang kompetensi guru yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mendukung pelaksanaan serangkaian tugasnya dalam kegiatan belajar mengajar Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 1-4 adalah memiliki kepribadian seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi guna pengembangkan diri dan ilmu 18
Suparlan, Guru Sebagai Profesi,(Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006),h. 93-95 Anggi Dwi Saputra, “Kompetensi Guru Dalam Presfektif a Al-Qur’an (Tela’ah Surat AnNajm Ayat 5-10)”, skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2014, hal. 62, tidak dipublikasikan. 19
23
pengetahuan dan media komunikasi dengan orang lain. Adapun relevansi Surat Al-Qalam ayat 1-4 dengan Peraturan Mendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar kompetensi guru bahwa terdapat kesesuaian terkait dengan kompetensi guru, yakni: kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.20
20
Umy Hani, “Tafsir Surat Al-Qalam Ayat 1-4 (Kajian Tentang Kompetensi Guru)”, skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2013, hal. 63, tidak dipublikasikan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah mengenai kajian tentang tafsir surat arRahman ayat 1-4 dan an-Nahl ayat 43-44. Adapun waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu selama dua semester terhitung dari tanggal 15 Maret 2016.
B. Metode Penelitian Kata metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti “cara atau jalan”.di dalam bahasa Inggris kata ini ditulis “method” dan bahasa Arab menerjemahkannya dengan “thariqat” dan “manhaj”. Di dalam pemakaian bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti: “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.1 Dalam penlitian ini studi tafsir al-Qur’an tidak lepas dari metode, yakni “suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan Allah di dalam ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad saw”.2 Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriprif analisis yang menggunakan tehnik analisis kajian melalui studi kepustakaan (Library Research). Penelitian yang bersifat deskripstif analitik ialah data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, prilaku) yang tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistic,
1
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Quran, Kajian Kritis terhadap Ayat-Ayat yang Beredaksi Mirip, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet.Ke-2,h. 54 2 Ibid.h 55.
24
25
melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi.3 Adapun literatur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan literatur/sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data. Sedang isi catatan adalah subjek penelitian atau variabel penelitian. 4 Menurut Lofland Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah katakata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainlain.5 Mengenai analisis data, Menurut Sugiyono, Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.6 Analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif tidak memulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Penelitian terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Oleh karena itu, analisis data di dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.
7
Sehingga dalam hal ini analisis data kualitatif itu akan berlangsung terusmenerus selama proses pengumpulan data. Penelitian ini merupakan penelitian tafsir, dalam meneliti ayat-ayat alQur`ân dengan mengacu pada pandangan al-Farmawi yang dikutip oleh Abudin 3
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet.Ke-6, hal 39. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet.Ke-14, h. 172. 5 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.Ke-21, Hal 112. 6 Sugiyono,Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2013),h. 244. 7 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet ke-6, hal 38
26
Nata bahwa metode tafsir yang bercorak penalaran (bukan jalur riwayat) ini terbagi menjadi empat macam metode, yaitu: tahlilî, ijmalî, muqârin, dan mauđu’î.8 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode tafsir tahlily. Metode tafsir Tahlily atau yang dinamai oleh Baqir Al-Shadr sebagai metode tajzi’iy adalah suatu metode tafsir yang mufasirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayatayat al-Qur’an sebagaimana tercantum di dalam mushaf. Dalam hubungan ini mufasir mulai dari ayat ke ayat berikutnya, atau dari surah ke surah berikutnya dengan mengikuti urutan ayat atau surah sesuai dengan yang termaktub di dalam mushaf. Segala segi yang dianggap perlu oleh seorang mufasir tajzi’iy/tahlily diuraikan. Yaitu bermula dari kosa-kata, asbabun nuzul, munasabat, dan lainlain yang berkaitan dengan teks atau kandungan ayat.9
C. Prosedur Penelitian Dalam penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moelong, perhatian lebih banyak ditunjukan pada pembentukan teori substantive berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Dengan demikian yang dimaksud penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.10 Prosedur pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini merupakan langkah penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan. Kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang digunakan. Data yang diperlukan/dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validitas data dapat
8
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 219 Ali Hasan, Ibid. Hal 41. 10 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet.Ke-6, hal 35-36 9
27
ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas dari pengambil datanya sendiri cukup valid.11 Prosedur data penelitian tafsir tahlily disini para mufasir mulai menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dengan cara meneliti semua aspeknya
dan menyingkap
seluruh maksudnya, dimulai dari uraian makna kosa-kata, makna kalimat, maksud setiap ungkapan, kaitan antarpemisah (munasabat) sampai sisi-sisi keterkaitan antarpemisah itu (wajh al-munasabat) dengan bantuan asbab an-nuzul, riwayatriwayat yang berasal dari Nabi saw. Sahabat, dan tabi’in. Prosedur penelitian tahlily dilakuakan dengan mengikuti susunan mushaf, ayat per ayat dan surah persurah. Metode ini terkadang menyertakan pula perkembangan kebudayaan generasi Nabi sampai tabi’in, terkadang pula diisi dengan uraian-uraian keabsahan dan materi-materi khsusus lainya yang kesemuanya ditunjukan untuk memahami al-Qur’an yang mulia. Para mufassir tidak seragam dalam mengoperasionalkan metode tahlily ini. Ada yang menguraikaya secara ringkas, ada pula yang menguraikanya secara terperinci.12 Menurut Quraish Shihab yang dikutip oleh Abuddin Nata, prosedur yang ditempuh dalam metode tahlily adalah sebagai berikut: 1. Bermula dari kosa-kata yang terdapat pada surat yang akan ditafsirkan sebagaimana urutan dalam al-Qur’an (mushaf utsmani). 2. Menjelaskan asbabun-nuzul dengan menggunaka keterangan yang diberikan oleh hadis (bi ar-riwayah). 3. Menjelaskan munasabah atau hubungan ayat dari surah an-Najm yang ditafsirkan dengan ayat sebelum atau sesudahnya. 4. Menjelaskan makna yang terkandung dari surat yang berkenaan dengan hukum mengenai suatu masalah atau lainya sesuai dengan kandungan ayat tersebut.13
11
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), Cet.Ke-7, hal 174. Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Tahlily dan Cara Penerapanya, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) cet ke-1, hal 23-24. 13 Abuddin Nata, Studi Islam Komrehensif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), cet ke-I, hal 169. 12
28
Setelah semua langkah tersebut di atas sudah ditempuh, mufasir tahlily lalu menjelaskan seluruh aspek dari semua penafsiran dan penjelasanya di atas, dan kemudian ia memberikan penjelasan final mengenai isi dan maksud ayat alQur’an tersebut. Kelebihan metode ini anatara lain adanya potensi untuk memperkaya arti kata-kata melalui usaha penafsiran terhadap kosa-kata ayat, syair-syair kuno dan kaidah-kaidah ilmuan nahwu. Penafsiranya menyangkut segala aspek yang dapat ditemukan oleh mufasir dalam setiap ayat. Analisis ayat dilakukan secara menadalam sejalan dengan keahlian, kemampuan dan kecenderungan mufasir. Kelebihan metode ini walaupun dinilai luas, namun tidak menyelesaikan pokok bahasan, karena seringkali satu pokok bahasan diuraikan sisinya atau kelanjutanya pada ayat lain.14 Setelah menguraikan pembahasan tafsir dan menganalisa kajian deskritif kompetensi guru yang terkandung dalam surat ar-Rahman ayat 1-4 dan al-Nahl ayat 43-44, selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari sejumlah ayat pada surah-surah tersebut. Kesimpulan pada penelitian ini berkaitan dengan apa saja isi kandungan surah ar-Rahman ayat 1-4 dan surah al-Nahl ayat 43-44, kemudian hasil analisis apa saja yang ditemukan pada teori kompetensi guru, lalu bagaimana mengamalkan teori kompetensi guru yang terkandung dalam ayat tersebut pada kehidupan sehari-hari.
14
86.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-9, hal
BAB IV KOMPETENSI GURU MENURUT SURAT AL-NAHL AYAT 43-44 DAN SURAT AR-RAHMAN AYAT 1-4 A. Surat An-Nahl ayat 43-44 1. Teks dan Terjemahan Ayat
٣٤ ٣٣ 43. Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. 44. (Mereka kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab . Dan kami turunkan Az-Zikr (Al-Qur‟an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada manusia apa yang telah duturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan. 2.
Kosa-Kata Ayat : Ahli kitab
: Mukjizat yang membuktikan kebenaran Rasul : Bentuk jamak dari ٌسَُبوْر, yaitu kitab-kitab yang memuat syariat dan taklif yang disampaikan para rasul kepada hamba Allah. : Al-Qur‟an : Untuk menjelaskan kepada mereka rahasia-rahasia tasyri‟ yang tersembunyi bagi mereka
29
30
3. Asbabunnuzul (Latar Belakang Turunnya Ayat) Dinamakan al-Nahl mengingat ayat 68 yang mengisyaratkan bahwa Allah mungkin mengilhamkan kepada sebagian hamba-Nya untuk mengeluarkan faedah-faedah yang manis lagi menyembuhkan dari al-Qur‟an dan untuk mengisyaratkan kepada nikmat Allah dan hikmah menjadi lebah. Kata sebagian ulama seluruh surat ini turun di Mekkah, tetapi sebagian ada yang berkata bahwa surat ini turun di Mekkah selain dari tiga ayat terakhir yang diturunkan di antara Mekkah dan Madinah di waktu Rasulullah kembali dari Uhud. Surat ini juga dinamai an-Ni‟am, karena di dalam surah ini Allah menerangkan tentang nikmat-nikmat-Nya. Adapun pesesuaiannya surah ini dengan surah yang telah lalu, ialah di akhir surah yang telah lalu Tuhan menerangkan tentang keadaan orang-orang yang mengolok-olok Rasul dan mendustakannya dan bahwa semua mereka akan ditanya di hari akhirat. Yang memberi pengertian bahwa semua mereka itu akan dikumpulkan di hari kiamat dan akan diminta pertanggungjawaban terhadap segala perbuatan mereka di dalam dunia.1 B. Tafsir Surat Al-Nahl Menurut Para Mufassir 1. Tafsir Surat Al-Nahl ayat 43
٣٤
“ Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka, mereka bertanya kepada ahl adzDzikr jika kamu tidak mengetahui” Quraish Shihab dalam Tarsir al-Misbah menjelaskan bahwa ayat-ayat yang lalu menguraikan keburukan dan perbuatan ucapan kaum musyrikin serta pengingkaran mereka terhadap keesaan Allah swt, keniscayaan hari kemudian, dan kerasulan Nabi Muhammad saw. demikian juga penolakan 1
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,Tafsir Al-Bayan (Tafsir Penjelas Al-Qur‟anul Karim), (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002),h. 601
31
mereka terhadap apa yang diturunkan Allah swt, itu semua telah dibantah, kini, ayat ini dan ayat-ayat berikutnya kembali menguraikan kesesatan pandangan mereka menyangkut kerasulan Nabi Muhammad saw. Dalam penolakan itu mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi utusan Allah atau paling tidak dia harus disertai oleh malaikat. Dalam tafsir al-Misbah karangan Quraish Shihab menyatakan dalam ayat ini menegaskan bahwa: Dan kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat manusia kapan dan dimana pun, kecuali orang-orang lelaki, yakni jenis manusia pilihan bukan malaikat, yang kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui malaikat Jibril, maka, wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu, bertanyalah kepada ahl adz-Dizkr, yakni orang-orang yang berpengetahuan, jika kamu tidak mengetahui.2 Dalam kitab tafsir lain menjelaskan bahwa Allah swt tidak mengutus Rasul sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw terkecuali laki-laki yang diutusnya itu diberi wahyu. Ayat ini menggambarkan bahwa Rasul-rasul yang diutus untuk menyampaikan wahyu hanyalah laki-laki dari keturunan Adam as hingga Nabi Muhammad saw diutus untuk membimbing umatnya agar mereka itu beragama tauhid dan mengikuti bimbingan wahyu. Maka yang pantas diutus ialah Rasul-rasul dari jenis mereka dan berbahasa seperti mereka. Pada Rasulullah saw diutus orang-orang Arab menyangkal bahwa Allah tidak mungkin mengutus utusan yang berasal dari manusia seperti mereka, tetapi kalau Allah mau mengutus, maka utusNyalah seorang malaikat, seperti firman Allah swt:
“ Dan mereka berkata:”Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan dipasar-pasar?.Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberi peringatan bersama-sama dengan dia?”.(Q.S.Al-Furqan:7) 2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet ke-1, hal 589
32
Selanjutnya Syaikh Imam al-Qurthubi didalam Tafsir al-Qurthubi ”Dan
menerangkan bahwa firman Allah
kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka”. Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang musyrik Makkah yang mengingkari kenabian Muhammad saw. dan mereka berkata, “Allah Maha Agung jika utusannya hanya seorang manusia. Apakah Dia tidak mengutus seorang malaikat kepada kami?”. Lalu Allah swt. “Dan
membalikan perkataan mereka itu dengan firman-Nya:
kami tidak mengutus sebelum kamu, kepada umat –umat yang lalu wahai Muhammad,
“Kecuali orang-orang lelaki”, dari bangsa manusia. “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan”. Sufyan berkata, “Maksudnya, orang-orang mukmin Ahli Kitab”.
“Jika kamu tidak mengetahui”. Maka mereka (Ahli
Kitab) akan menyampaikan kepada kalian bahwa semua nabi adalah manusia biasa. Ada yang mengatakan, artinya, maka bertanyalah kepada Ahli Kitab jika mereka tidak beriman maka mereka mengakui bahwa para rasul adalah manusia biasa.3 Diriwayatkan secara maknanya, dari Ibnu Abbas dan Mujahid yang dikutip oleh al-Qurthubi. Ibnu Abbas berkata,
adalah Ahli al-Qur‟an.
Ada pula yang berpendapat, Ahli Ilmu, keduanya mempunyai makna yang saling berdekatan.4 Selanjutnya Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi berpendapat “Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu”. Kaum musyrikin Arab tidak 3
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Op.cit, h. 269 Ibid.269
4
33
percaya Nabi Muhmmad saw. seorang Rasul. Mereka mengatakan „Allah terlalu besar dibanding bahwa Rasul-Nya adalah seorang manusia‟, Maksudnya Allah itu Maha Besar,tidak mungkin Rasul-Nya seorang manusia. Untuk membantah hal itu Allah menurunkan surat Yunus bahwa sikap heran adanya Rasul seorang manusia tidak benar:
“ Patutkan menjadi keheranan bagi manusiabahwa Kami wahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, “Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka”. Orang-orang kafir berkata, “Sesungguhnya orang ini (Muhammad)benar-benar adalah pesihir yang nyata”.5 Manusia tidak layak menolak manusia sebagai Rasul Allah, oleh karena hal itu wewenang Allah. Sebagai seorang Rasul manusia terpilih itu menerima wahyu, yang menghendaki perlunya orang itu memiliki kesucian pribadi yang istimewa. Dan tugasnya adalah berdakwah, yang memerlukan ekuatan rohani dan jasmani yang tabgguh. Oleh karena itu Allah yang lebih tahu siapa yang pantas untuk diangkat-Nya sebagai Rasul-Nya, yang suci pribadinya
dan
kuat
jasmani
dan
rohaninya
itu,
manusia
boleh
mempertanyakan dan mengirinya.6 Sementara itu didalam Tafsir Nurul Qur‟an menjelaskan tentang ayat ini bahwa Allah menuturkan, “Kami tidak mengutus sebelum kamu, wahai Muhammad, seorang Rasul pun kepada kaum manapun, melainkan rasul itu dikukuhkan dan dibekali dengan wahyu kami, yang terhadapnya kaummu mengemukakan keberatan soal mengapa nabi mereka bukan seorang malaikat, melainkan hanya seorang manusia. Katakanlah kepada mereka agar mereka mencari kebenaran dengan merujuk pada ahludzdzikr (ahli zikir), 5
Salman Harun, Tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), Cet.Ke-1.h. 53-54 6 Ibid, h. 62
34
yakni orang-orang yang memiliki pengetahuan dan para ulama ditengah setiap kaum, jika mereka tak mampu mengajukan pertanyaan-pertanyan mengenai masalah tersebut kepada para nabi yang termasuk dalam jenis manusia. Menurut Ibnu Abbas yang dikutip didalam Tafsir Nurul Quran, yang dimaksud ahludzdzikr dalam konteks ini adalah para ulama Nasrani dan Yahudi. Jadi, ayat diatas maksudnya, “Jika mereka ragu-ragu tentang kebenaran masalah ini, hendaklah mereka bertanya kepada ahli Taurat dan Injil untuk mengklarifikasinya”. Kata-kata ini dialamatkan pada orang-orang kafir. Sebab, segenap informasi yang disampaikan kepada mereka oleh orangorang Yahudi dan Nasrani dari kitab-kitabnya dapat mereka terima meskipun mereka menolak perkataan Nabi saw dikarenakan permusuhannya yang amat sangat. Akan tetapi, sebagian orang mengatakan bahwa ahludzdzkir berarti „para pengikut al-Qur‟an‟. Sebab, dzikr berarti al-Qur‟an.7 Menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum engkau melainkan orang-orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka.” Hal ini diperingatkan kembali kepada beliau, Rasul Allah bahwa itu, da nisi pengajarannyapun sama. Bahkan nasib pertentangan pun kebanyakan bersamaan. Sebab mereka itu semuanya adalah manusia, orangorang laki-laki yang tidak lepas daripada suka dan duka. Maka disuruhlah Nabi saw menyampaikan kepada orang-orang itu “Maka kepada ahli-ahli yang telah mempunyai peringatan, jika kamu belum mengetahui.” Jika masih kurang percaya akan hal itu, mereka boleh menanyakan kepada Ahludz-Dzikri , ahli peringatan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah menerima kitab-kitab dan ajaran dari Nabi-nabi yang dahulu itu. Kalau mereka orangorang yang jujur, niscaya akan meeka beritahukan hal yang sebenarnya itu. 8 Dalam Tafsir al-Azhar Ahludz-Dzikri, orang yang ahli peringatan, atau orang yang berpengetahuan lebih luas. Umum arti ayat menyuruhkan orang yang tidak tahu bertanya kepada yang lebih tahu, karena ilmu pengetahuan itu 7 8
Kamal Faqih Imani,Tafsir Nurul Quran 8, (Jakarta: Al-Huda,2005),h. 522 Hamka,Tafsir Al-Azhar Juz XIII-XIV (Terj), (Jakarta: Pustaka Panjimas,1983),h. 248
35
adalah umum sifatnya, berfaedah buat mencari kebenaran. Menurut yang dirawikan oleh Mujahid dari Ibnu Abbas bahwa ahludz-dzikri disini maksudnya adalah Ahlu-Kitab. Sebelum Ahlul-kitab itu dipengaruhi oleh nafsu ingin menang sendiri, mereka akan mengakui bahwa Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang terdahulu semuanya adalah manusia belaka, manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah.9 Manusia sebagai Rasul dalam ayat ini dinyatakan ( رجالlaki-laki) yang menunjukan bahwa Rasul itu seorang laki-laki, tidak ada Rasul perempuan. Perempuan, sebagaimana dinyatakan al-Qur‟an, ada yang menerima wahyu, seperti ibu Nabi Musa, tetapi wahyu yang disampiakan kepadanya bukan syariat tetapi hanya perintah untuk menghanyutkan Musa dan menyusuinya. Hal ini berarti bahwa wahyu yang diberikan itu adalah wahyu secara harfiyah, yaitu memasukan ilmu secara cepat kedalam lubuk hati manusia, yakni ilham. 10
الذكزmaksudnya adalah wahyu, اهل الذكزadalah orang-orang yang paham tentang wahyu, dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl kitab. Jadi, bila kalian wahai kaum musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah kepada manusia itu adalah juga seorang manusia, maka bertanyalah kepada Ahl Kitab apakah Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad seorang manusia, malaikat atau bukan. Pasti jawaban mereka adalah manusia.11 Sementara menurut M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, kata رجال pada ayat ini sebagai alasan untuk menyatakan bahwa semua manusia yang diangat Allah sebagai Rasul adalah pria, dan tidak satu pun yang wanita. Dari segi bahasa kata رجالyang merupakan bentuk jamak dari kata ()رخل seringkali dipahami dengan arti lelaki. Namun demikian, terdapat ayat-ayat al-Qur‟an yang mengesankan bahwa kata tersebut tidak selalu dalam arti jenis kelamin lelaki. Ia digunakan juga untuk menunjuk manusia yang memiliki keistimewaan atau ketokohan, atau ciri tertentu yang membedakan mereka dari yang lain. Sesuai dengan firman-Nya: 9
Ibid,249 Salman Harun, Op.cit, h. 63 11 Ibid,63 10
36
“Dan orang-orang yang di atas A‟raf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tandatandanya dengan mengatakan: Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi kamu manfaat.” (Q.S.al-A‟raf:48)12 Sementara itu, kata ( ) اهل الذكرahl adz-Dzikr pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama dalam arti para pemuka agama Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah orang-orang yang dapat memberi informasi tentang kemanusiaan para rasul yang diutus Allah. Disisi lain, perintah untuk bertanya kepada ahl alkitab yang dalam ayat ini mereka digelari ahl adz-Dzikr menyangkut apa yang tidak diketahui, selama mereka dinilai berpengetahuan dan objektif, menunjukan betapa Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan. Sejalan dengan sabda Nabi saw “Hikmah adalah sesuatu yang didambakan seorang mukmin, di mana pun dia menemukannya, maka dia yang lebih wajar mengambilnya.” Demikian juga dengan ungkapan yang popular “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina.” Ini semua merupakan landasan untuk menyatakan bahwa ilmu dalam pandangan Islam bersifat universal, terbuka, serta manusiawi dalam arti harus dimanfaatkan oleh dan untuk kemaslahatan seluruh manusia.13 Selanjutnya menurut Ahmad Mustafa al-Maragi dalam Tafsir al-Maragi tidaklah kami mengutus para rasul sebelummu kepada umat-umat untuk mengajak mereka agar mentauhidkan Aku dan melaksanakan perintah Ku, kecuali mereka itu adalah laki-laki dari Bani Adam yang Kami wahyukan kepada mereka, bukan para maialaikat. Ringkasnya, sesungguhnya Kami tidak mengutus kepada kaummu, kecuali 12 13
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 235 Ibid,236
37
seperti orang-orang yang pernah Kami utus kepada umat-umat sebelum mereka, yakni para rasul dari jenis mereka dan berbuat seperti mereka berbuat.14 Selanjutnya
, maka tanyakanlah kepada ahli
kitab di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani, apakah para utusan yang diutus kepada mereka itu manusia ataukah malaikat? Jika mereka itu malaikat silakan kalian mengingkari Muhammad saw. Tetapi jika mereka itu manusia, jangan kalian ingkari dia. Dengan ayat ini kita mendapat pengertian bahwasannya kita boleh menuntut ilmu kepada ahlinya, di mana saja dan siapa saja sebab yang kita cari ialah kebenaran. Dalam hal yang mnegenai ilmu-ilmu agama Islam, maka kita bertanya kepada Ahludz-Dzikri da;am hal Islam, dan ilmu-ilmu yang lain, yang lebih umum kita bertanya kepada ahludz-dzikrinya sendiri, itu sebagai tanda kita berpaham luas dan berlapang dada. 2. Tafsir Surat al-Nahl ayat 44
“Dengan penjelasan-penjelasan dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepada engkau peringatan, supaya emgkau terangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka. Mudah-mudahan mereka berfikir.” Menurut Ahmad Mustafa al-Maraghi di dalam tafsir Maraghi, Orang Arab mengatakan zabartu al kitaba, berarti saya menulis kitab, seperti fiman Allah:
14
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Margahi (Terejemahan), (Semarang: Toba Putra, 1989), Cet ke-1, hal 161
38
“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan.”(Q.S. Al-Qomar:52) Yakni, Kami tidak mengutus para rasul, kecuali mereka itu laki-laki dengan membawa dalil-dalil dan hujah-hujah yang membuktikan kebenaran kenabian mereka, serta kitab-kitab yang memuat berbagai taklif dan syariat yang mereka sampaikan dari Allah kepada para hamba. Selanjutnya, bahwa Allah menurunkan al-Qur‟an kepadamu sebagai peringatan bagi manusia agar kamu memberitahu mereka tentang apa yang telah diturunkan kepada mereka, berupa hukum syariat dan ikhwal umat-umat yang dibinasakan dengan azab, sebagai balasan atas penentangan mereka terhadap para nabi dan agar kamu menjelaskan hukum-hukum yang sulit oleh mereka, serta menguraikan apa yang diturunkan secara garis besar, sesuai dengan tingkat kesiapan dan pemahaman mereka terhadap rahasia tasyri‟.
Yakni, Kami turunkan al-Qur‟an itu agar kamu menaati mereka berpikir tentang rahasia dan pelajaran ini, serta agar mereka jauh dari mengikuti jejak para pedusta terdahulu, sehingga mereka ditimpa azab seperti yang telah ditimpakan kepada mereka.15 Sementara itu M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan tentang ayat ini, bahwa rasul yang Kami utus sebelummu itu semua membawa keterangan-keterangan yakni mukjizat-mukjizat nyata yang membuktikan kebenaran mereka sebagai rasul, dan sebagian membawa pula zubur yakni kitab-kitab yang mengandung ketetapan-ketetapan hukum dan nasihat-nasihat yang seharusnya menyentuh hati, dan Kami turubkan kepadamu adz-Dzikr yakni al-Qur‟an, agar engkau menerangkan kepada seluruh manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka yakni al-Qur‟an itu, mudah-mudahan dengan penjelasanmu mereka mengetahui dan sadar dan 15
Ibid,162
39
supaya
mereka
senantiasa
berpikir
lalu
menarik
kemaslahatan hidup duniawi dan uhkrawi mereka.
pelajaran
untuk
16
Selanjutnya menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar Nabi-nabi dan Rasulrasul itu diutus Tuhan: “Dengan penjelasan-penjelasan dan kitab-kitab.” Penjelasan, yaitu keterangan-keterangan dan alasan-alasan untuk menguatkan pendirian bahwa Allah itu ada dan tunggal, tidak berserikat dengan yang lain. “Kitab-kitab”, zubur kata jama‟ dari zabur, artinya kitab-kitab. Semua kitabkitab itu, baik Taurat yang diturunkan kepada Musa, Injil kepada Isa, Mazmur atau Zabur kepada Daud, dan Shuhuf, yaitu catatan-catatan yang diterima Nabi Ibrahim, semuanya itu disebut “zubur”. “Dan kami turunkan kepada engkau peringatan.” Yakni al-Qur‟an “supaya engkau terangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka.” Dengan ayat ini teranglah bahwa kewajiban Nabi Muhammad saw. menyampaikan peringatan (alQur‟an) bukanlah kewajiban yang baru sekarang, melainkan sambungan mata rantai saja dari rencana Tuhan membimbing dan memberi petunjuk umat manusia yang telah dimulai sejak Adam sampai kepada berpuluh Rasul sesudahnya, sampai kepada Muhammad saw. “Mudah-mudahan mereka akan berfikir”. Sebab maksud al-Qur‟an atau peringatan ini, memang yang utama sekali mengajak orang kafir berfikir tentang dirinya, tentang hidupnya, tentang Tuhannya dan hubungannya dengan Tuhan itu.17 Kemudian
az-zabur adalah jamak dari kata (
zabur yakni
tulisan. Yang dimaksud disini adalah kitab-kitab yang ditulis, seperti Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur‟an. Para ulama berpendapat, bahwa zubur adalah kitab-kitab singkat yang tidak mengandung syariat, tetapi sekedar nasihatnasihat.18 Sementara dalam Tafsir Nurul Qur‟an menerangkan istilah bahasa Arab bayyinat, berarti bukti-bukti jelas dari misi kenabian, juga mukjizat, dan kata 16
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 237 Hamka, Tafsir Al-Azhar JuzuXIII-XIV(Terj), ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 250 18 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 237 17
40
zubur adalah bentuk jamak dari zabur yang berarti „kitab langit‟. Ayat ini mungkin merujuk pada dua jenis wahyu, yang pertama adalah al-Qur‟an yang merupakan milik semua manusia, dan yang kedua adalah penafsiran dan penjelasan tentang al-Qur‟an yang khusus bagi Nabi Muhammad saw. Jadi maksudnya kira-kira, “Kami mengirimkan kepadamu adz-dzikr agar kamu menjelaskan penafsiran al-Qur‟an yang telah diturunkan untuk umat manusia”. Oleh karena itu, para nabi memiliki mukjizat-mukjizat maupun kitab-kitab suci, agar manusia tidak mencampuradukan antara yang benar dan yang salah. Selaras dengan ayat di atas yang mengatakan “Kami mengirim nabi-nabi sebelum kamu dengan membawa bukti-bukti yang jelas (mukjizat-mukjizat) dan kitab-kitab suci).”19 Lebih jauh Syaikh Imam al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi “keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-
menjelaskan
kitab.” Ada yang berpendapat dengan
(keterangan-keterangan) berkaitan
(Kami telah mengutus). Dalam ungkapan ini didahulukan kata
tertentu dan diakhirkan kata yang lainnya. Maksudnya, Kami tidak mengutus sebelummu dengan berbagai keterangan dan mukjizat melainkan para pria.20 Pengulangan kata turun dua kali yakni ( kepadamu dan (
Kami turunkan
Apa yang telah diturunkan kepada mereka
mengisyaratkan perbedaan penurunan yang dimaksud. Yang pertama adalah penurunan al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad saw. yang bersifat langsung dari Allah swt., dan dengan redaksi pilihan-Nya sendiri, sedangakn yang kedua adalah yang ditunjukan kepada manusia seluruhnya. Ini adalah
19 20
h. 270
Kamal Faqih Imani,Tafsir Nurul Quran 8, (Jakarta: Al-Huda,2005),h. 525 Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi(Terj),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet I,
41
penjelasan-penjelasan Nabi Muhammad saw. tentang al-Qur‟an. Penjelasan yang dimaksud adalah berdasar wewenang yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad saw. dan wahyu atau ilham-Nya yang beliau sampaikan dengan bahasa dan redaksi beliau. Thabathaba‟I menegaskan bahwa diturunkannya al-Qur‟an kepada umatmanusia dan turunyya kepada Nabi Muhammadsaw. Adalah sama, dalam arti diturunkannya kepada manusia dan turunnya kepada Nabi saw. adalah agar mereka semua (Nabi dan seluruh manusia) mengambil dan menerapkannya. Ayat ini menurutnya bermaksud menegaskan bahwa tujuan turunnya al-Qur‟an adalah untuk semua manusia, dan keadaanmu wahai Nabi Muhammad serta seluruh manusia dalam hal ini sama. 21 Lanjutnya,
“Agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” Dalam al-Qur‟an ini terdapat hukum-hukum dan janji, serta ancaman atas ucapan dan perbuatan manusia. Rasulullah saw. menjelaskan apa yang Dia maksud dari firman himpunkan di dalam Kitab-Nya. Baik berupa hukum-hukum sholat, zakat, dan lain sebagainya berupa hal-hal yang belum Dia jelaskan secara rinci. “Dan supaya mereka memikirkan”,sehingga mereka mendapat pelajaran.22 Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi memaparkan tentang ayat ini bahwa Nabi Muhammad juga Allah beri wahyu lengkap yaitu al-Qur‟an. Tugas beliau adalah menjelaskan wahyu yang diturunkan kepada beliau itu kepada seluruh manusia. Penjelasan beliau adalah dalam bentuk Sunnah (hadis), yang terbagi dua, Bayan Ta‟kid (menguatkan dengan memberikan penjelasan-
21 22
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 238 Syaikh Imam al-Qurthubi, Op.Cit.h.271
42
penjelasan dam contoh-contoh), dan Bayan Tafsir (menjelaskan dengan memberikan rincian, batasan, bahkan tambahan).23 M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah juga berpendapat bahwa ayat ini menugaskan Nabi Muhammas saw. untuk menjelaskan al-Qur‟an. Bayan atau penjelasan Nabi Muhammad saw. itu bermacam-macam dan bertingkattingkat. Memang as-Sunnah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan alQur‟an dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hukum syara‟. Ada dua fungsi penjelasan Nabi Muhammad saw. dalam kaitannya dengan al-Qur‟an, yaitu Bayan Ta‟kid dan Bayan Tafsir. Yang pertama sekedar menguatkan atau menggarisbawahi kembali apa yang terdapat dalam al-Qur‟an, sedangkan yang kedua memperjelas,merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat al-Qur‟an.24 Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban Nabi saw. untuk menjelaskan al-Qur‟an, sementara kewajiban manusia adalah menerima penjelaskan-penjelasan tersebut atas dasar pemikiran yang sehat. Sebab, alQur‟an adalah adz-dzikr atau „pengingat‟, dan di saat yang sama merupakan cara untuk mengundang perhatian manusia, seraya menjauhkannya dari kealpaan, kelupaan, dan perilaku keliru.25
C. Kompetensi Guru Dalam Surat Al-Nahl ayat 43-44 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi kemampuan guru dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diologis, evaluasi
hasil
belajar,
dan
pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 23
Salman Harun, tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), cet ke-1. h 64 24 M.Quraish Shihab,Op.Cit.h. 239 25 Kamal Faqih Imani,Tafsir Nurul Quran 8, (Jakarta: Al-Huda,2005),h. 526
43
Dalam hal ini ditemukan dua kompetensi pedagogik dalam surat an-Nahl ayat 43-44, yakni
adalah wahyu, اهل الذكرadalah orang-orang yang paham tentang wahyu, dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl Kitab. Jadi, bila kalian wahai kaum musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah kepada manusia itu adalah juga seorang manusia, maka bertanyalah kepada Ahl Kitab, apakah Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad seorang manusia, malaikat, atau bukan. Pasti jawaban mereka adalah manusia Dalam ayat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru harus lebih unggul terhadap muridnya baik dalam bidang kognitif, psikomotorik maupun afektif dan seorang guru harus memiliki inovasi dalam mengelola pembelajaran. Seorang murid biasanya lebih percaya kepada apa yang dikatakan gurunya dibandingkan oleh orang tuanya, maka dari itu seorang guru sebaiknya mentransfer ilmu pengetahuan yang positif, valid dan juga sesuai dengan usia peserta didiknya. Rasa percaya seorang murid terhadap gurunya sangat besar, sehingga murid akan selalu bertanya hal-hal yang tidak diketahuinya kepada gurunya.
Didalam ayat 44 Surat al-Nahl jika dihubungkan dengan kompetensi guru adalah setiap guru wajib memahami setiap bahan ajar/materi yang akan disampaikan seperti wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad menjadi sangat penting. Karena bahan ajar atau materi yang disampaikan sangat berguna bagi peserta didik dalam memahami pelajaran yang akan dia dapat.
44
2. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara meluas dan mendalam26 yaitu meliputi konsep, struktur, dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan seharihari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Berkaitan dengan hal ini ditemukan kompetensi profesional dalam surat al-Nahl ayat 44, yakni:
Kata bayyinat berarti bukti-bukti jelas misi kenabian sedangkan zabur adalah bentuk jamak dari zabur yang berarti kitab langit. Penjelasannya yaitu bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk menerangkan kepada umat manusia yang belum mengetahui tentang apa yang dibawanya dan dibawa oleh Nabi sebelumnya, dengan bukti-bukti yang jelas dan kitabkitab suci. Ayat ini menjelaskan bahwa seorang guru harus mempunyai panduan/referensi berupa buku-buku pegangan (bayyinat) dan diktat-diktat (zubur) hal ini bertujuan sebagai tuntutan untuk mencapai tujuan pembelajaran. 3. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang dimiliki oleh seorang guru berupa berakhlak mulia, mantap, stabil dan dewasa, arif dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri dan religius. Berkaitan dengan hal ini, ditemukan kompetensi kepribadian dalam surat al-Nahl ayat 43, yakni:
26
M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h. 40
45
Manusia sebagai Rasul dalam ayat ini dinyatakan „laki-laki‟ yang menunjukan bahwa Rasul itu seorang laki-laki, tidak ada Rasul perempuan. Namun dalam dunia pendidikan guru boleh seorang perempuan, yang terpenting bahwa ia disiapkan dengan baik, baik dalam segi perbuataannya, sifatmya, agamanya dan pengetahuannya. Sebagaimana nabi disiapkan oleh Allah dengan bimbingan dan pengetahuan yang diberikan kepadanya. Ayat ini menjelaskan bahwa seorang guru tidak harus laki-laki asalakan orang tersebut mempunyai sifat yang baik yang dapat diteladani oleh murid-muridnya, mau mengevaluasi diri sendiri melalui bimbingan-bimbingan, dan bersikap mantap, tegas, arif, dan bijakasana terhadap anak didiknya.
D. Surah Ar-Rahman ayat 1-4 1. Teks dan Terjemahan Ayat
1. (Tuhan) yang maha pemurah 2. Yang telah mengajarkan al-Qur‟an 3. Dia menciptakan manusia 4. Mengajarnya pandai bicara
2. Kosa-Kata Ayat = Ar-Rahman : salah satu di antara nama-nama Allah yang indah (Asmaul Husna). = umat manusia27
27
Ahmad Musthopa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Terj). (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989),h. 184
46
= kata al-bayan berasal dari bana-yabinu-bayanan yang berarti nyata, terang dan jelas. Dengan al-bayan dapat terungkap apa yang belum jelas. Pengajaran al-bayan oleh Allah tidak hanya terbatas pada ucapan, tetapi mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.28
3. Asbabunnuzul (Latar Belakang Turunnya Al-Qur’an) Surat ar-Rahman terdiri dari 78 ayat, termasuk kelompok surah Madaniyyah, diturunkan sesudah surat ar-rad. Dinamai ar-Rahman (Yang Maha Pemurah), diambil dari kata ar-rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian besar dari isi surah ini menerangkan kemurahan Allah kepada hamba-hamba-Nya, dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga kepada mereka baik di dunia maupun diakhirat nanti.29 Surat ini pula berisi tentang penjelasan-penjelasan bagi nikmat Allah yang dimulai dengan nikmat yang paling besar yang dicurahkan kepada manusia yaitu Al-Qur‟an, kemudian nikmat yang terbentang dalam alam ini, kemudian tentang kejadian manusia, sesudah itu tentang hal kiamat dan keadaan neraka. Pada akhirnya diterangkan tentang hal surge dan segala kenikmatan yang didalamnya disediakan untuk As Sabiqin dan Ashhabul Yamin.30
28
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan tafsirnya Jilid IX Juz 27, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010 ), Hal 590. 29
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Dan tafsirnya Jilid IX Juz 27, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Hal 589 30 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al Bayan ( Tafsir Penjelas Al-Quranul Karim),(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002),h. 1263
47
E. Tafsir Surat Ar-Rahman Menurut Para Mufassir 1. Tafsir Surat Ar-Rahman ayat 1-2
“Ar-Rahman. Dialah yang telah mengajarkan al-Qur‟an” Ahmad Mustafa al-Maraghi di dalam tafsir Maraghi, menjelaskan bahwa Allah telah mengajari Nabi Muhammad saw al-Qur‟an dan Nabi Muhammad mengajarkan kepada umatnya. Ayat ini sebagai jawaban kepada penduduk Mekah ketika mereka mengatakan:
“Sesungguhnya al-Qur‟an itu diajarlan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).” (Q.S. An-Nahl:103). Dan oleh karena surat ini menyebut-nyebut tentang nikmat-nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, maka terlebih dahulu Allah menyebutkan nikmat yang merupakan nikmat terbesar kedudukannya dan terbanyak manfaatnya. Bahkan paling sempurna faidahnya, yaitu nikmat diajarkannya al-Qur‟an
al-Karim. Karena dengan mengikuti al-Qur‟anul
Karim, maka diperolehlah kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan dengan menempuh jalannya. Lalu doperolehlah segala keinginan di dunia dan di akhirat, karena Al-Qur‟anlah puncak dari segala kitab Samawi, yang telah diturunkan pada makhluk Allah yang terbaik.31 M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah mengatakan , surah ini dimulai dengan menyebut sifat rahmat-Nya yang menyeluruh yaitu ar-Rahman, yakni Allah yang mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluk dalam kehidupan dunia ini, baik manusia atau jin yang taat dan durhaka, malaikat, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Dimulainya surah ini dengan kata 31
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Margahi (Terjemahan), (Semarang: Toba Putra, 1989), Cet ke-1, hal 183
48
tersebut bertujuan juga mengundang rasa ingin tah mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat-nikmat dan beriman kepada-Nya.32 Kata
terambil dari akar kata “rahmat”, dengan alasan bahwa
“timbangan” kata tersebut dikenal dalam bahasa Arab. Rahman setimbang dengan kata
fa‟lan , timbangan fa‟lan biasanya menunjukan kepada
kesempurnaan atau kesamarataan. Oleh sebab itu sehingga tidak ada bentuk jamak dari kata Rahman karena kesempurnaannya itu, dan tidak ada juga yang wajar dinamai Rahman kecuali Allah swt. didalam surat al-Isra ayat 110 Allah berfirman
“Katakanlah: “ Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai al-Asma‟ al-Husna (namanama terbaik).” (Q.S. Al-Isra:110)33 Sementara itu Hamka dalam tafsir al Azhar menerangkan arti dari Rahman adalah amat luas, kalimat dalam pengambilannya ialah Rahmat, yang berarti kasih, sayang, cinta, pemurah. Dia meliputi kepada segala segi dari kehidupan manusia dan terbentang di dalam segala makhluk yang wujud dalam dunia ini. Di dalam ayat-ayat al-Qur‟an kita akan bertemu dengan ayatayat yang menyebutkan Rahmat Allah, tidak kurang daripada 60 kali. Dan dengan jelas pula Tuhan bersabda:
“Dia telah memastikan kepada diriNya sendiri supaya memberi rahmat”(Q.S. al-An‟am:12) Dan sabdaNya pula: 32
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Cet Ke-1, hal 277 33 Ibid, h. 41-42
49
“ Dan Tuhan engkau itu adalah kaya, Dia mempunyai Rahmat.” (Q.S. alAn‟am: 133) Maka kalau kiranya Allah adalah bersifat Rahman, semestinya kita sebagai insan ini meniru pula sifat Tuhan itu, sebagai mana tersebut di dalam Hadis:
“Kasihanilah olehmu orang yang ada di muka bumi, agar kasih pula kepada engkau Tuhan yang di langit”.(H.R at-Termidz)34 Setelah itu mulailah Tuhan memperincikan RahmatNya itu. “Yang mengajarkan al-Qur‟an.” Inilah salah satu dari Rahman, atau kasihsayang Tuhan kepada manusia, yaitu diajarkan kepada manusia itu al-Qur‟an, yaitu Wahyu Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. yang dengan sebab al-Qur‟an itu manusia dikeluarkan daripada gelap gulita kepada terang menderang, dibawa kepada jalan yang lurus. Maka tersebutlah pula di dalam surat al-Qiyamah:
“Apakah menyangka manusia bahwa mereka akan dibiarkan saja kucarkacir?.”(Q.S.al-Qiyamah:36) Maka datanglah pelajaran al-Qur‟an kepada manusia, adalah sebagai menggenapkan kasih sayang Tuhan kepada manusia, sesuai pula dengan sabda Tuhan:
34
Hamka,Tafsir al-Azhar juzu‟XXVII,(Jakarta: Pustaka Panji Mas,1980),h. 180
50
“Dan tidaklah Kami utus akan dikau, melainkan sebagai Rahmat bagi seisi Alam.”(Q.S. al-Anbiya:107) Rahmat Ilahi yang paling utama ialah ilmu pengetahuan yang dianugerahkan Allah kepada kita manusia. Mengetahui itu adalah suatu kebahagiaan.35 Sementara itu menurut Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi, berpendapat Ar-Rahman adalah maha pengasih kepada seluruh makhluk-Nya. Kasih-Nya tak pilih kasih. Jangankan manusia, apa saja hewan yang melata diatas bumi ini pun ia jamin rezekinya bila berusaha. Didalam ayat lain Allah berfirman
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitb yang nyata(Lauh Mahfuzh).”(Q.S.Al-Hud:6) Karena itu ia mengasih menusia yang kafir atau jahat sekalipun. Namun saja kasih-Nya itu tanpa sayang-Nya (ar-rahim). Sayang-Nya itu hanya untuk orang baik dan diberikan-Nya terutama nanti di akhirat sedangkan Kasih-Nya hanya didunia. Penyebutan Tuhan dengan nama ar-Rahman itu mengejutkan masyarakat jahiliyah Arab. Sebabnya antara lain, nama itu menggah mereka, karena selama ini mereka memahami bahwa Tuhan itu sesuatu zat yang Mahadahsyat yang perlu ditakuti serta nama itu menarik hati mereka, karena dinyatakan sebagai “Yang Mahakasih” yang menyejukan hati mereka. 36 Syaikh Imam al Qurthubi dalam tafsir Al-Qurthubi menjelaskan bahwa Sa‟id bin Jubair dan Amir Asy-Sya‟bi berkata “
35
, ada tiga pembuka
Ibid,181 Salman Harun, Tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), Cet.Ke-1.h. 53-54 36
51
surah yang apabila ketiganya digabungkan maka menjadi salah satu nama Allah swt, yaitu,
bila digabungkan menjadi .
. Firman Allah
“yang telah mengajarkan al-Qur‟an”, maksudnya yang telah
swt
mengajarkannya kepada Nabi-Nya hingga ia dapat menyampaikannya kepada seluruh manusia. Surat ini diturunkan ketika orang-orang bertanya “apa itu itu?” Ada juga yang mengatakan bahwa surat ini turun sebagai bantahan atas penduduk Mekkah ketika mereka berkata “sesungguhnya yang mengajarinya (Muhammad) adalah manusia, yaitu Yamamah yang bernama Rahman.” Yang mereka maksud ialah Musailamah al Kazab (si pembohong). “Tuhan yang
Allah swt pun menurunkan firman-Nya maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Qur’an”. 37
Selanjutnya Salman Harun dalam tafsir Tarbawi menjelaskan kalimat bahwa Allah mengajarkan Al-Qur‟an kepada Nabi-Nya Muhammad saw. dengan cara mula-mula Allah mengajarkannya kepada Jibril a.s lalu Jibril menyampaikannya kepada beliau. Kemudian beliau menyampaikannya kepada para sahabat, dan para sahabat menyampaikannya kepada umat manusia.38 Dalam tafsir al-misbah Quraish Shihab menerangkan kata „allama/mengajarkan
memerlukan
menyebutkan objeknya adalah kata
dua
objek.
Banyak
ulama
al-insan/manusia
yang yang
diisyaratkan oleh ayat berikut. Thabathaba‟I menambahkan bahwa jin juga termasuk karena surah ini ditunjukan kepada manusia dan jin. Malaikat Jibril 37 38
Syaikh Imam al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 516 Salman Harun, op.cit. h 54
52
yang menerima dari Allah wahyu-wahyu al-Qur‟an untuk disampaikan kepada Rasul Saw, termasuk juga yang diajar-Nya, karena bagaimana mungkin malaikat dapat menyapaikan bahkan mengajarkannya kepada Nabi Muhammad saw. Didalam ayat lain Allah berfirman dalam surah an-Najm ayat 5
“Dia diajar oleh (jibril) yang sangat kuat.”(Q.S. An-Najm:5) Malaikat Jibril tidak mampu mengajarkan firman Allah itu kepada Nabi Muhammad saw, jika malaikat itu sendiri tidak memperoleh pengajaran dari Allah swt.39 Syaikh Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Qurthubi memaparkan bahwa Az-Zajjaj berkata, makna firman Allah swt
adalah dia
memudahkan al-Qur‟an untuk diingat dan dibaca. Sebagaimana dia berfirman:
‟‟Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur‟an untuk pelajaran.‟‟(Q.S. Al-Qamar:17)40 2. Tafsir Surat ar-Rahman ayat 3-4
“Dia menciptakan manusia. Mengajarkannya pandai berbicara.”
39 40
h. 516
M. Quraish Shihab,op.cit , h. 278 Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi(Terj),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet I,
53
Salman Harun didalam Tafsir Tarbawi, berpendapat bahwa yang terdapat dalam surat ar-Rahman juga menerangkan tentang penciptaan manusia yang khusus disebutkan didalam surat ini, dan juga karena manusia adalah makhuk-Nya yang paling mulia. Hanya manusia yang memiliki jasmani yang paling sempurna dengan otak dan panca indera yang sempurna pula. Disamping itu hanya manusia yang berdiri tegak dan tangannya lepas. Dengan berdiri tegak kepala ketas, maka manusia dapar berpikir, yang melahirkan ilmu pengetahuan. Dan dengan tangan lepas manusia dapat merealisasikan ilmu pengetahuannya, yang melahirkan teknologi. Terlebih lagi hanya manusia yang memiliki kalbu. Dengan kalbu manusia dapat menerima agama lalu bermoral dan bertuhan. Hanya manusia yang memiliki kecerdasan sehingga mengembangkan ilmu dan teknologi. 41 Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan Allah ar-Rahman yang mengajarkan al-Qur‟an itu Dialah yang menciptakan manusia makhluk yang paling membutuhkan tuntunan-Nya, sekaligus yang paling berpotensi memanfaatkan tuntunan itu dan mengajarnya ekspresi yakni kemampuan menjelaskan apa yang ada dalam benaknya, dengan berbagai cara utamanya adalah bercakap dengan baik dan benar. Kata (
al-insan pada ayat ini
mencakup semua jenis manusia, sejak Adam as. hingga akhir zaman.42 Selanjutnya al-Marogi berpendapat tentang bahwa
Allah
telah
menciptakan
manusia
adalah ini
dan
mengajarinya
mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya dan terbertik dalam sanubarinya. Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad saw. tak akan dapat mengajarkan al-Qur‟an kepada umatnya. Oleh karena manusia itu makhluk sosial menurut tabiatnya, yang tak bisa hidup kecuali bermasyarakat dengan sesamanya, maka haruslah ada bahasa yang digunakan untuk saling
41 42
Salman Harun, Op.cit, h.54 Quraish Shihab, Op. cit, h. 494
54
memahamkan sesamanya, dan untuk menulis kepada sesamanya yang berada ditempat-tempat jauh dan negeri-negeri seberang, disamping itu untuk memlihara ilmu-ilmu orang terdahulu, supaya dapat diambil manfaatnya oleh generasi berikut, dan supaya ilmu-ilmu itu dapat ditambah oleh generasi atas hasil usaha yang diperoleh oleh generasi yang lalu.43 Lebih jauh al-Qurthubi menerangkan firman Allah
“Dia
menciptakan manusia.” Ibnu Abbas RA, Qatadah dan Hasan berkata, maksudnya adalah Adam as. Dan firman Allah
Mengajarnya
pandai berbicara”. Maksudnya, mengajarkan nama-nama segala sesuatu. Ada juga yang mengatakan bahwa maksudnya adalah mengajarkan bahasa seluruhnya.44 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA dan juga Ibnu Kaisan yang dikutip dalam Tafsir al-Qurthubi bahwa maksud dan maksud
disini adalah Muhammad saw
adalah kejelasan yang halal dari yang haram dan petunjuk
dari kesesatan. Adalagi yang mengatakan bahwa maksudnya adalah apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena, Dia menjelaskna tentang orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang, juga hari kiamat. Ada pula yang mengatakan maksud dari kata
adalah kebaikan dan
keburukan. Rabi‟ bin Annas berkata “maksudnya adalah apa yang bermanfaat baginya dan yang memudharatkannya”. Dan selanjutnya ada pula yang berpendapat bahwa maksud kata
adalah seluruh manusia. Artinya, itu
adalah nama bagi jenis, sementara maksud
43
, berdasarkan pendapat ini
Ahmad Musthopa al-Maraghi, Tafsir Al-maraghi (Terj).(Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1989), cet.2, h. 188 44 Syaikh Imam al-Qurthubi, Op.cit, h. 517
55
adalah bicara dan paham. Ini termasuk hal yang menjadikan manusia lebih utama dari seluruh makhluk hidup. 45 As-Suddi berkata yang dikutip pula oleh Syeikh Imam al-Qurthubi didalam tafsirnya al-Qurthubi “Dia mengajarkan kepada setiap kaum bahasa mereka yang mereka gunakan untuk berkomunikasi”. Yaman berkata, maksudnya adalah tulisan dan menulis dengan menggunakan pena. Padananya adalah firman Allah swt
“Yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S.Al-Alaq:4-5).46 Selanjutnya Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi memaparkan “Mengajanya pandai berbicara” Allah memberi manusia kemampuan berbicara. Tidak hanya berbicar tetapi juga kemampuan menjelaskan pikirannya. Dan tidak hanya menjelaskan pikirannya tetapi juga kemampuan logika dan berteori. al-bayan adalah ekspresi , baik dengan perbuatan, perkataan, ataupun pikiran.47 Selanjutnya, Hamka dalam Tafsir al-Azhar menjelaskan tentang “yang menciptakan manusia” bahwa penciptaan manusia pun adalah satu diantara tanda Rahman Tuhan kepada alam ini. Sebab di antara begitu banyak makhluk ilahi didalam alam, manusialah satu-satunya makhluk paling mulia. Kemudian itulah salah satu Rahman Ilahi:
45
Ibid, h. 517 Ibid, h. 518 47 Salman Harun, Op.cit,h.55 46
56
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam dan Kami tanggung dia di darat dan di laut dan Kami beri rezeki dia dengan yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.(Q.S.Al-Isra‟:70) Maka terbentanglak alam luas ini dan berdiamlah manusia di atasnya. Maka dengan Rahmat Allah yang ada pada manusia tadi, yaitu akalnya dan fikirannya dapatlah manusia menyesuaikan dirinya dengan alam. Manusia dengan akal budinya mampu menembus jarak dan perpisahan yang jauh dengan membuat bahtera dan kapal untuk menghubungkannya satu dengan yang lain. Diantara begitu banyak makhluk Tuhan di dalam dunia ini, manusialah yang dikaruniai perkembangan akal dan fikiran, sehingga timbullah pepatah yang terkenal, bahwasannya tabiat manusia itu ialah hidup yang lebih maju.48 Selanjutnya Hamka memaparkan tentang
“yang mengajarkan
kepadanya berbicara”. Barulah Rahman Allah kepada manusia tadi lebih sempurna lagi, karena manusiapun diajar oleh Tuhan menyatakan perasaan hatinya dengan kata-kata. itulah yang didalam bahasa Arab disebut “alBayaan”, yaitu menjelaskan, menerangkan apa yang terasa di hati, sehingga timbullah bahasa-bahasa. Kitapun sudah sama maklum bagaimana pentingnya kemajuan bahasa karena kemajuan ilmu pengetahuan. Suatu bangsa yang lebih maju, terutama dilihat orang dalam kesanggupan memakai bahasa, memakai bicara. Alangkah malang yang tidak sanggup memakai lidahnya untuk mentakan perasaan hatinya, “bagai orang bisu bermimpi” kemana dan bagaimana dia akan menerangkan mimpinya? Oleh sebab itu jelaslah bahwa pemakaian bahasa adalah salah satu di antara Rahman Allah juga di muka bumi ini. Beribu-ribu sampai berjuta-juta buku-buku yang dikarang, dalam beratus ragam bahasa, semuanya menyatakan apa yang terasa di hati sebagai hasil penyelidikan, pengelaman, dan kemajuan hidup.49
48
Hamka,Tafsir Al-Azhar Juzu‟ XXVII,(Jakarta:Pustaka Panji Mas,1980),h. 182 Ibid,182
49
57
F. Kompetensi Guru Dalam Surat Ar-Rahman Ayat 1-4 1. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara meluas dan mendalam50 yaitu meliputi konsep, struktur, dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Berhubungan dengan kompetensi ini, ditemukan kompetensi profesional dalam surat ar-Rahman, yakni:
Allah mengajarkan Al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Allah mula-mula mengajarkannya kepada Jibril a.s lalu Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad. Kemudian Nabi Muhammad menyampaikannya kepada para sahabat, dan para sahabat menyampaikannya kepada umat manusia. penulis menganalisis bahwa didalam surat ar-Rahman kata ini dapat diartikan guru yang kompeten atau profesional harus mampu menguasai materi dalam mengajar, kemudian mampu menyampaikannya kepada peserta didik melalui metode yang tepat, kemudian mampu mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah diajarkan kepada peserta didik. 2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang dimiliki oleh seorang guru berupa berakhlak mulia, mantap, stabil dan dewasa, arif dan
50
h. 40
bijaksana,
menjadi
teladan,
mengevaluasi
kinerja
sendiri,
M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2,
58
mengembangkan diri dan religius. Hal ini sejalan dengan kompetensi guru yang terdapat dalam surat ar-Rahman ayat pertama, yakni:
Ayat ini menjelaskan bagaimana seorang pendidik selain mengajarkan seseorang juga harus memiliki sifat kasih sayang serta cinta yang tulus sehingga tidak mudah emosi dan selalu sabar dalam mengajarkan peserta didiknya. Seorang guru yang menyayangi muridnya dengan tulus maka muridnyapun akan bersikap demikian. 3. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial meliputi kualitas guru sebagai bagian dari kehidupan sosial. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal ini sejalan dengan kompetensi yang ditemukan dalam surat arRahman ayat keempat, yakni:
Kata
tidak selalu dalam bentuk mendiktekan sesuatu atau
menyampaikan suatu kata juga ide, tetapi dapat juga dalam arti mengasah potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan. Kemudian dalam kata ( mulanya berarti
jelas,namun
ada pula
yang berpendapat
) pada “potensi
menggungkapkan”, yakni kalam/ucapan yang dengannya dapat terungkap apa yang terdapat dalam benak, akan tetapi al-bayan itu tidak hanya terbatas pada ucapan saja melainkan mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka. Allah memberikan Nabi Adam atau Nabi Muhammad kemampuan untuk berbicara, mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya
59
dalam bentuk kata-kata yang pada akhirnya timbullah bahasa-bahasa yang mudah untuk dipahami. Dengan menggunakan kemampuan berbicara inilah yang membuat proses penyampaian pelajaran menjadi sangat jelas dan mudah dimengerti. Didalam surat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru dan murid harus bisa menjalin komunikasi yang efektif, tidak terbatas hanya dengan murid saja, tetapi seorang guru harus membangun komunikasi dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali bahkan dengan masyarakat sekitar. Hal ini bertujuan agar terciptanya hubungan yang harmonis antara pihak sekolah dengan pihak yang berada diluar sekolah sehingga memudahkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. G. Analisis Temuan Kompetensi Guru dalam Surat ar-Rahman ayat 1-4 dan Surat al-Nahl Ayat 43-44 dan Implementasinya Dalam Dunia Pendidikan Seorang guru dianggap kompeten apabila ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan kepribadiannya, menguasai ilmu pengetahuan yang luas, memiliki keterampilan, memiliki kemampuan berkarya sehingga dapat mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab, dapat hidup bermasyarakat dan bekerjasama, saling menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralism serta kedamaian. Seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, disamping itu, guru harus bersifat inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif dalam menghadapi para peserta didik yang beragam, tentunya seorang guru harus menguasai materi pelajaran, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung bidang pengembangan yang berlaku dalam pengembangan materi pelajaran secara kreatif. Karena hal ini juga diterangkan dalam undang-undang, yaitu:
60
Standar guru yang tertuang dalam undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa guru memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik (kemampuan mengelola pelajaran peserta didik), kompetensi kepribadian (kompetensi kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan), kompetensi sosial (berinteraksi secara efisein dengan peserta didik, dan
masyarakat
sekitar),
dan
kompetensi
profesional
(kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam) Dalam bergaul dengan peserta didik, tenaga pendidikan, orang tua wali, masyarakat, guru juga harus bersikap komunikatif, empatik dan santun. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan mampu menjadi teladan bagi mereka, menampilkan diri menjadi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri, menjunjung kode etik profesi guru, beradaptasi ditempat bertugas diseluruh Indonesia yang memiliki keberagaman sosial budaya. Kompetensi
guru
adalah
kumpulan
pengetahuan,
perilaku,
dan
keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi guru tersebut meliputi: 1. Kompetensi intelektual; perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi. 2. Kompetensi pribadi; perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas dan pemahaman diri. 3. Kompetensi sosial; perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif.
61
4. Kompetensi spiritual; pemahaman penghayatan serta pengalaman kaidah-kaidah keagamaan. 5. Kompetensi fisik; perangkat fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi.51 Dari pengertian kompetensi guru diatas, dapat penulis jabarkan bahwa seorang guru harus dapat menguasai karakteristik para peserta didik dalam berbagai aspek, diantaranya aspek fisik, moral, emosional dan intelektual selanjutnya guru harus menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, kemudian dapat mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Seorang guru juga harus kreatif
dalam
menyelenggarakan
kegiatan
pembelajaran
dikelas,
memfasilitasi pengembangan potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara afektif, empatik dan santun dengan peserta didik. Selanjutnya, guru harus mampu memberikan penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar, kemudian memanfaatkan hasil penilai dan evaluasi untuk kepentingan kegiatan pengembangan. Masalah kompetensi guru di Indonesia merupakan keutamaan yang harus dimiliki oleh setiap guru, baik yang berhubungan dengan pribadi guru (internal) maupun saat melakukan interaksi dengan peserta didik, sesame guru dan masyarakat (eksternal). Agar guru dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pendidikan secara profesional. Sehingga pendidikan menjadi media trasformasi keilmuan, pengalaman, emosional, dan spiritual, dan peningkatan sumber daya masyarakat (SDM) dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan peserta 51
didik
yang
meliputi
pemahaman
wawasan
atau
landasan
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),h. 55-61
62
kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diologis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.52 Seorang guru harus memahami tingkat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antar sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan. Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut agar membuat guru sadar posisi stategisnya ditengah masyarakat dan perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Joseph Fischer menulis” Pendidikan adalah penanaman pengetahuan, keterampilan, nilai, dan perilaku melalui prosedur yang standar”.53 Dalam ayat ini menggambarkan bahwa seorang guru harus mempunyai wawasan atau bidang keilmuan yang lebih tinggi daripada peserta didiknya, sehingga guru dapat menanamkan hal-hal yang belum diketahui oleh muridnya yang pada akhirnya hakikat belajar yang pada awalnya belum mengetahui menjadi mengetahui. Hal demikian ini seperti didalam surat alNahl ayat 43
Menurut Salman Harun,
adalah wahyu, اهل الذكرadalah orang-orang
yang paham tentang wahyu, dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl Kitab. 52
Jejen Musfah,Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Prenadamedia Group,2011),h. 31 53 Ibid,h. 31
63
Jadi, bila kalian wahai kaum musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah kepada manusia itu adalah juga seorang manusia, maka bertanyalah kepada Ahl Kitab, apakah Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad seorang manusia, malaikat, atau bukan. Pasti jawaban mereka adalah manusia.54 Dalam ayat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru harus lebih unggul terhadap muridnya baik dalam bidang kognitif, psikomotorik maupun afektif. Seorang murid biasanya lebih percaya kepada apa yang dikatakan gurunya dibandingkan oleh orang tuanya, maka dari itu seorang guru sebaiknya mentransfer ilmu pengetahuan yang positif, valid dan juga sesuai dengan usia peserta didiknya. Rasa percaya seorang murid terhadap gurunya sangat besar, sehingga murid akan selalu bertanya hal-hal yang tidak diketahuinya kepada gurunya.
Eksistensi seorang guru sungguh sangat
penting sehingga orang yang mnegikuti pendidikan dan pembelajaran membutuhkan guru untuk membimbing dan mengarahkan segala hal untuk mencapai
tujuan
belajarnya.
Seorang
guru
harus
terus
menerus
memperbaharui pengetahuannya sejalan dengan perkembangan zaman yang terus berubah. Untuk mencapai kondisi tersebut, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengondisikan guru agar memiliki kualitas dan kualifikasi yang memadai, tingkat kelayakannya sesuai dengan bidang yang ditangani, sehingga jika gurunya sudah berkualitas, upaya peningkatan kualitas sumber daya alam (peserta didik) merupakan hal yang mudah untuk diwujudkan. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik. Maka seorang guru harus dilengkapi kemampuan sebagai berikut: a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. b. Pemahaman terhadap peserta didik. c. Pengembangan kurikulum/silabus d. Perancangan pembelajaran. 54
Salman Harun, tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), cet ke-1. Hal 63
64
e. Evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.55 Guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran, yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, ada empat hal yang harus dilakukan yakni, menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan peserta didik, meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai perubahan program.56 Hal ini berkaitan dengan apa yang dikatakan didalam surat alNahl ayat 44 dalam kata yakni:
“Agar kamu menerangkan pada umat manusia” Didalam ayat 44 Surat al-Nahl jika dihubungkan dengan kompetensi guru adalah setiap guru wajib memahami setiap bahan ajar/materi yang akan disampaikan seperti wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad menjadi sangat penting. Karena bahan ajar atau materi yang disampaikan sangat berguna bagi peserta didik dalam memahami pelajaran yang akan dia dapat. Dalam menyampaikan bahan pengajaran itu yang perlu diperhatikan adalah: 1) Bahan yang disampaikan benar, tidak ada yang menyimpang 2) Penyampaian lancar, tidak tersedat-sedat. 3) Penyampaian harus sistematis. 4) Behasannya jelas dan benar, mudah dipahami oleh murid-murid
55
Jejen Musfah,Opcit,h. 32 E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009), Cet.Ke-4, h, 78 56
65
Proses belajar mengajar dapat juga disebut dengan proses pengajaran, karena didalam proses tersebut terdapat unsur interaksi antara guru dengan siswa. Melalui kegiatan terpadu dan dari kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh siswa, dan kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh guru. Selain terjadi interaksi dalam proses pengajaran itu, juga terdapat 4 komponen utama yang perlu diatur dan dikembangkan secara baik, sehingga dari semua komponen itu saling berpengaruh dan berhubungan dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan, 4 komponen itu antara lain: a) Tujuan b) Bahan pengajaran c) Metode dan alat d) Evaluasi Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan menguasai bahan pengajaran oleh guru itu sangat mempengaruhi keberhasilan atau pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar. Karena salah satu dari proses belajar mengajar itu adalah kompetensi penguasaan bahan pengajaran. Kemudian memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai kompetensi akademik dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik. Dalam teori lain dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan, pembelajaran untuk kepentingan peserta didik, paling tidak harus meliputi pemahaman wawasan atau landasan kepemimpinan dan pemahaman terhadap peserta didik. Selain itu, juga meliputi kemampuan dalam pengembangan kurikulum silabus termasuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik serta diologis. Ada pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi akhir belajar, dan pengembangan peserta didik didalamnya. Ini semua dimaksudkan demi mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh guru, sekali lagi untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran.57 Dengan memiliki kompetensi pedagogik yang baik, guru diharapkan dapat menyusun rancangan pembelajaran dan melaksanakannya. Untuk 57
Soekartawi dkk, Meningkatkan Rancangan Instruksional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995),h. 54
66
melaksanakan proses belajar mengajar yang maksimal guru memang tidak cukup mengandalkan rancangan yang telah dibuatnya. Guru harus tetap mencari metode dan strategi pembelajaran yang lain. 2. Kompetensi Profesional Profesional berasal dari kata profesi (profession) yang artinya sebagai jenis pekerjaan khas yang mana memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan orang lain, instansi atau lembaga. Menurut pendapat Ward dijelaskan bahwa guru dikatakan profesional adalah seorang guru yang memiliki pengetahuan mendalam tentang pekerjaannya yang diperoleh oleh latihan atau sekolah khusus.58 Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara meluas dan mendalam59 yaitu meliputi konsep, struktur, dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.60 Kompetensi profesional dalam arti guru harus menguasai keilmuan bidang studi yang diajarkannya, serta mampu melakukan kajian keritis dan pendalaman isi bidang studi. Sebagai seorang profesional, guru harus memiliki kpmpetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru,
58
Martinis Yamin dkk, Standarisasi Kinerja Guru,( Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.
59
M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h.
60
Jejen Musfah,Opcit,h. 54
31 40
67
mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.61 Profesional berasal dari kata profesi (profession) yang artinya sebagai jenis pekerjaan khas yang mana memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan orang lain, instansi atau lembaga. Menurut pendapat Ward dijelaskan bahwa guru dikatakan profesional adalah seorang guru yang memiliki pengetahuan mendalam tentang pekerjaannya yang diperoleh oleh latihan atau sekolah khusus.62 Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara meluas dan mendalam63 yaitu meliputi konsep, struktur, dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.64 Kompetensi profesional dalam arti guru harus menguasai keilmuan bidang studi yang diajarkannya, serta mampu melakukan kajian keritis dan pendalaman isi bidang studi. Sebagai seorang profesional, guru harus memiliki kpmpetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.65
61
Syaiful Sagala,Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,(Jakarta: Alfabeta,2013)Cet,Ke-4,h. 39 62 Martinis Yamin dkk, Standarisasi Kinerja Guru,( Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 31 63 M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h. 40 64 Jejen Musfah,Opcit,h. 54 65 Syaiful Sagala,Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,(Jakarta: Alfabeta,2013)Cet,Ke-4,h. 39
68
Sebelum memberikan materi ajar seorang guru harus yakin bahwa materi yang diberikan telah teruji kebenarannya, dan materi tersebut dikaitkan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi yang diberikan harus bersifat standar, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Materi yang diberikan hendaknya yang menarik yang mampu memotivasikan peserta didik sehingga peserta didik mempunyai minat untuk mengembangkan minat yang dimilikinya dan mengembangkan apa yang ada dalam diri mereka melalui proses belajar mengajar disekolah. Hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya, dan peserta didik benarbenar dapat bekerja menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut. Seperti apa yang terdapat didalam surat ar-Rahman ayat 2
“Yang mengajarkannya al-Qur‟an” Salman Harun mengatakan bahwa Allah mengajarkan al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Allah mula-mula mengajarkannya kepada Jibril a.s lalu Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad. Kemudian Nabi Muhammad menyampaikannya kepada para sahabat, dan para sahabat menyampaikannya kepada umat manusia.66 Kemudian kompetensi guru didalam kata
/ allama setelah dianalisis
dari Tafsir al-Maraghi, penulis menganalisis bahwa didalam surat ar-Rahman kata ini dapat diartikan guru yang kompeten atau profesional harus mampu menguasai materi dalam mengajar, kemudian mampu menyampaikannya kepada peserta didik melalui metode yang tepat, kemudian mampu mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah diajarkan kepada peserta didik.
66
Salman Harun,Tafsir Tarbawi (Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Qur‟an), ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), Cet Ke-1, h. 54
69
Kemampuan profesional guru berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.67 Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan akademik (mata pelajaran/ bidang study) yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa akademik.68 Selain itu menjadi seorang guru haruslah teliti dalam segala hal, terutama dalam menyampaikan materi yang diajarkannya karena teliti dalam bekerja merupakan salah satu ciri profesionalitas. Demikian juga al-Qur‟an menuntut kita agar berkerja dengan penuh kesungguhan, apik dan bukan asal jadi. Dalam surat al-An‟am dinyatakan:
“Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.”(Q.S.Al-An‟am: 135) Menurut badan Standar Nasional Pendidikan No. 88 Tahun 2006, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: a. Konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni menaungi/koheren dengan mata pelajaran. b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah. c. Hubungan konsep antarmata pelajaran terkait. d. Penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. 67
yang
Dikutip dari Makalah Pengembangan Profesi Keguruan.hal 9, dalam mengikuti mata kuliah Pengembangan Profesi Keguruan (2 SKS) di semester 8 tahun ajaran 2016 68 Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),h. 56
70
e. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.69 Sedangkan ruang lingkup kompetensi profesional guru meliputi: 1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya. 2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. 3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya. 4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. 5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan sumber belajar yang relevan. 6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. 8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.70 Seorang guru yang profesional harus memiliki keahlian, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara; “Tut wuri handayani, ing garso sung tolodo, ing madyo mangun karso”. Tidak cukup dengan hanya menguasai materi pembelajaran saja akan tetapi dapat mengayomi muridnya. Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literature-literatur, dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya. Hal tersebut sejalan dengan ayat
“Berikut kitab-kitab dan keterangan-keterangan” Menurut Tafsir Nurul Qur‟an bayyinat berarti bukti-bukti jelas misi kenabian sedangkan zabur adalah bentuk jamak dari zabur yang berarti kitab langit. Penjelasannya yaitu bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi 69
Jejen Musfah,Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Prenadamedia Group,2011),h. 54 70 E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009), Cet. 4, h, 135-136
71
Muhammad untuk menerangkan kepada umat manusia yang belum mengetahui tentang apa yang dibawanya dan dibawa oleh Nabi sebelumnya, dengan bukti-bukti yang jelas dan kitab-kitab suci. Ayat
ini
menjelaskan
bahwa
seorang
guru
harus
mempunyai
panduan/referensi berupa buku-buku pegangan (bayyinat) dan diktat-diktat (zubur) hal ini bertujuan sebagai tuntutan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seorang guru selain harus mempunyai bahan ajar yang akurat juga harus memahami materi pembelajaran. Beberapa hal penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum. Untuk kepentingan tersebut, guru harus menentukan secara tepat materi yang relavan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang akan diajarkan kepada peserta didik, menurut Hasan, sedikitnya mencakup hal-hal sebagai berikut: a) Validitas (Validity) atau tingkat ketepatan materi, sebelum memberikan materi pelajaran seorang guru harus yakin bahwa materi yang diberikan telah teruji kebenarannya. b) Keberartian atau tingkat kepentingan materi tesebut dikaitkan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi standar yang diberikan harus relavan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik, sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. c) Relevansi (Relevance) dengan tingkat kemampuan peserta didik, artinya tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan dengan variasi lingkungan setempat dan kebutuhan lapangan pekerjaan serta masyarakat pengguna saat ini dan yang akan datang. d) Kemenarikan (Interes) pengertian menarik disini bukan hanya sekedar menarik perhatian peserta didik pada sat mempelajari suatu materi pelajaran. e) Kepuasan (Satisfacation) kepuasan yang dimaksud merupakan pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya, dan peserta didik benar-benar dapat bekerja dengan menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut. Dengan memperoleh nilai/inseftif yang sangat berarti bagi kehidupannya dimasa depan.71 71
Ibid,h. 140-141
72
1. Mengorganisasikan Materi Pembelajaran Seorang guru dituntut untuk menjadi ahli penyebar informasi yang baik karena tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada peserta didik. Disamping itu, guru juga berperan sebagai perencana (designer), pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator) materi pembelajaran. Apabila pembelajaran diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi para peserta didik dengan penyedian ilmu yang tepat dan latihan keterampilan yang mereka perlukan, haruslah ada ketergantungan terhadap materi pembelajaran yang efektif dan terorganisasi. Untuk itu diperlukan peran baru dari para guru, mereka dituntut memiliki keterampilan-keterampilan teknis yang memungkinkan untuk mengorganisasikan bahan pembelajaran serta menyampampaikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.72 2. Mendayagunakan Sumber Belajar Derasnya arus informasi yang berkembang dimasyarakat menuntut setiap orang untuk bekerja keras agar dapat mengikuti dan memahaminya, kalau tidak kita akan ketinggalan zaman. Demikian halnya dalam pembelajaran disekolah, untuk memperoleh hasil yang optimal dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada didalam kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri berbagai sumber pembelajaran yang diperlukan. Guru dituntut tidak hanya mendaya gunakan sumber-sumber pembelajaran yang ada disekolah tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber, seperti majalah, surat kabar, dan internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, sehigga tidak terjadi kesenjangan dalam pola pikir peserta didik.73
72 73
Ibid,h. 148-149 Ibid,h. 156
73
3. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang dimiliki oleh seorang guru berupa berakhlak mulia, mantap, stabil dan dewasa, arif dan
bijaksana,
menjadi
teladan,
mengembangkan diri dan religius.
mengevaluasi
kinerja
sendiri,
74
Menurut Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Syaiful Sagala kepribadian disebut juga sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau memalui atsarnya saja. Kepribadian mencakup semua unsur baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian orang tersebut.75 Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup hanya “tahu” sesuatu materi yang akan diajarakan, tetapi yang pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki “kepribadian guru”, dengan segala tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain untuk menjadi pendidik atau guru, seseorang harus memiliki kepribadian.76 Dalam hal ini guru tidak hanya dituntut untuk pandai dalam hal kognitif saja , tetapi guru harus mempunyai kompetensi pendukung lainnya yang membuat peserta didik tertarik menimba ilmu kepadanya. Seorang guru harus mempunyai sifat kasih sayang dan lemah lembut serta penuh cinta kepada peserta didiknya, karena guru merupakan orang tua disekolah, dimana salah satu tugas orang tua adalah memberikan kasih sayang yang tulus terhadap anak-anaknya. Hal ini tertuang dalam ayat
74
Ibid,h. 43 Syaiful Sagala, Opcit,h. 33 76 Sardiman.A.M.,Interaksi & Motivasi Belajar mengajar,(Jakarta:Rajawali Press,2011)Cet. Ke19, h. 137 75
74
“(Tuhan) yang maha pemurah” Ayat ini menjelaskan bagaimana seorang pendidik selain mengajarkan seseorang juga harus memiliki sifat kasih sayang serta cinta yang tulus sehingga tidak mudah emosi dan selalu sabar dalam mengajarkan peserta didiknya.seorang guru yang menyayangi muridnya dengan tulus maka muridnyapun akan bersikap demikian. Seperti dalam hadis Nabi saw dikatakan pula
“Barang siapa tidak menyayangi tidak akan disayangi.”(HR.Muslim) Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan. Khususnya dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia adalah makhluk mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam pembentukan pribadinya. Semua itu menunjukan bahwa kompetensi personal dan kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya. Oleh karena itu guru harus tampil beda dari penampilan orang lain yang bukan guru. Sebab penampilan guru, bisa membuat murid nyaman dan senang dalam belajar. Menurut para ahli pendidikan Islam salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kasih sayang kepada anak didik dan bersikap lemah lembut. Asma Hasan Fahmi menjelaskan bahwa kasih sayang itu dapat dibagi dua, pertama, kasih sayang dalam pergaulan; berarti guru harus lemah lembut dalam pergaulan. Konsep ini mangajarkan agar tatkala menasihati murid yang melakukan kesalahan, hendaknya menegurnya dengan cara memberikan penjelasan, bukan dengan cara mencelanya. Kedua, kasih sayang yang diterapkan dalam mengajar. Ini berarti guru tidak boleh memaksa murid mempelajari sesuatu yang belum dapat dijangkaunya. Pengajaran harus dirasakan mudah oleh anak didik.
75
Tekanan pada sifat kasih sayang seolah-olah lebih dipentingkan daripada keahlian mengajar hal ini merujuk atas paham bahwa apabila guru telah memiliki kasih sayang yang tinggi kepada muridnya, maka guru tersebut akan berusaha sekuat-kuatnya untuk meningkatkan keahliannya karena ia ingin memberikan yang terbaik kepada peserta didiknya.77 Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap dan berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.78 a. Kepribadian yang Mantap, Stabil, dan Dewasa Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional dan dapat dipertanggung jawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa. Hal ini penting, karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang dewasa. Kondidi kepribadian yang demikian sering membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji, bahkan tindakan-tindakan yang tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru. Berbagai kasus disebabkan oleh kepribadian guru yang kurang kompeten, kurang stabil dalam emosi dan berprilaku asusila kepada peserta didiknya. Sering kali kita dengar banyak disurat-surat kabar, media cetak, media-media elektronik dan diberbagai media lainnya. Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memancing emosinya, kestabilan emosi sangat diperlukan namun tidak semua
orang
dapat
mengontrol
emosi
terhadap
rangsangan
yang
menyinggung perasan, dan memamg diakui bahwa setiapb orang mempunyai tempramen yang berbeda-beda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik menjadi takut untuk mengikuti kegiatan 77
Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,1991),Cet,Ke-
1,h. 86 78
Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 10 ayat 1
76
belajar, sebab karena ketakutan itu yang membuat minat mereka terhadap belajar menjadi terganggu. Baik dalam segi konsentrasinya maupun dalam segi psikologinya, mereka akan sangat takut apabila salah, takut dimarahi oleh gurunya. b. Disiplin, Arif, dan Berwibawa Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan kedisiplinan gurunya, arif, dan berwibawa. Kita tidak bisa berharap banyak akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari pribadi guru yang kurang disiplin, kurang arif, dan kurang berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus ditunjukan
untuk
diri;mengatasi,mencegah
membantu timbulnya
peserta masalah
didik disiplin,
menemukan dan
berusaha
menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka dapat mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. c. Menjadi Teladan bagi Peserta Didik Ini sejalan dengan Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 21 yang mengatakan:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. AlAhzab: 21) Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia adalah seorang guru. Terdapat kecenderungan yang besar menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh guru akan menjadi
sorotan peserta didik serta orang
yang berada disekitar
77
lingkungannya yang menganggap dan mengakuinya sebagai seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab sebagai teladan yang baik. d. Berakhlak Mulia Guru harus berakhlak mulia, karena guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak mempunyai latihan khusus sebagai penasihat. Banyak guru yang menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru tingkat manapun manapun berarti menjadi penasihat dan menjadi orang kepercayaan yang harus berakhlak mulia, kegiatan pembelajaran guru meletakannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan gurunya, peserta didik akan menentukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin mungkin akan menyalahkan apa yang mungkin ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk medapat nasihat dan kepercayaan diri. Disinilah pentingnya guru berakhlak mulia.79 Kemudian guru juga harus memiliki sifat lemah lembut terhadap peserta didiknya dan tidak berhati kasar/membentak kepada peserta didiknya. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 159:
79
E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009), Cet. 4, h, 117-129
78
“Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,Maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.”(Q.S.Ali-Imran: 159) 4. Kompetensi Sosial Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan masyarakat. Disatu pihak guru adalah warga masyarakatnya dan dilain pihak guru bertanggung jawab turut serta memajukan kehidupan masyarakat. Dalam melakukan profesinya, seorang guru harus mampu menunjukan diri sebagai pribadi yang senantiasa berinteraksi dan bergaul dalam lingkungan dimana ia menjalankan profesinya, dan disinilah kompetensi sosial sangat diperlukan. Berbagai teori tentang kompetensi sosial sebagai berikut: kompetensi sosial meliputi kualitas guru sebagai bagian dari kehidupan sosial. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.80 Artinya seorang guru harus bisa menunjukan kemampuannya dalam berkomunikasi, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sasama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.kompetensi sosial yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki kemampuan: berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kemampuan berkompetensi agar mampu berkompetensi secara lisan tulisan dan secara isyarat, mampu 80
Dikutip dari Makalah Pengembangan Profesi Keguruan.hal 9, dalam mengikuti mata kuliah Pengembangan Profesi Keguruan (2 SKS) di semester 8 tahun ajaran 2016
79
pula memilah memilih dalam memanfaatkan alat telekomunikasi yang sesuai secara fungsional dan bergaul secara efektif dengan berbagai kalangan serta lapisan. Pergaulan itu bisa dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga pendidikan atau orang tua peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa guru dalam ranag kompetensi sosial harus kompeten bergaul secara santuan dengan masyarakat disekitar tempat kerja dan lingkungan tempat tinggalnya. Kompetensi sosial jika dilihat dari kualifikasi guru adalah: a. Bersikap inklusif, bertindak objektif dan tidak deskriminatif karena perbedaan agama, jenis kelamin, suku, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. c. Beradaptasi ditempat tugas diseluruh wilayah kesatuan Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Seorang guru dituntut untuk memiliki cultural intelligence yaitu kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan kondisi budaya yang beraneka ragam diseluruh Indonesia. d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.81 Hal ini sangat berkaitan dengan ayat 4 surat ar-Rahman.
“Mengajarinya pandai berbicara” Menurut M.Quraish Shihab kata
tidak selalu dalam bentuk
mendiktekan sesuatu atau menyampaikan suatu kata juga ide, tetapi dapat juga dalam arti mengasah potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan. Kemudian dalam kata ( berpendapat
“potensi
) pada mulanya berarti jelas,namun ada pula yang menggungkapkan”,
yakni
kalam/ucapan
yang
dengannya dapat terungkap apa yang terdapat dalam benak, akan tetapi al81
Ibid,h. 49-51
80
bayan itu tidak hanya terbatas pada ucapan saja melainkan mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.82 Jika dilihat dari apa yang ditafsirkan oleh M.Quraish Shihab bahwasannya Allah memberikan Nabi Adam atau Nabi Muhammad kemampuan untuk berbicara, mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya dalam bentuk kata-kata yang pada akhirnya timbullah bahasa-bahasa yang mudah untuk dipahami. Dengan menggunakan kemampuan berbicara inilah yang membuat proses penyampaian pelajaran menjadi sangat jelas dan mudah dimengerti. Didalam surat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru dan murid harus bisa menjalin komunikasi yang efektif, tidak terbatas hanya dengan murid saja, tetapi seorang guru harus membangun komunikasi dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali bahkan dengan masyarakat sekitar. Hal ini bertujuan agar terciptanya hubungan yang harmonis antara pihak sekolah dengan pihak yang berada diluar sekolah sehingga memudahkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Selain itu seorang guru juga harus dapat mengidentifikasi kompetensi yang ingin dicapai bagi peserta didik, banyak sekali peserta didik yang mempunyai kemampuan tetapi mereka tidak bisa mengungkapkannya, baik melalui katakata maupun tindakan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan dorongan kepada peserta didik untuk mengekpsresikan pendapatnya masingmasing secara langsung kepada guru, dan guru membantu mereka dalam menyelesaikan hambatan-hambatannya, sehingga antara guru dengan peserta didik terjalin komunikasi yang efektif. Kompetensi sosial dalam arti guru harus mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, anggota sekolah dan masyarakat yakni dengan kemampuan bersikap menarik, empati, kolaboratif, suka menolong, komunikatif, dan kooperatif. Kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam memberikan contoh yang 82
baik
terhadap
lingkungannya
dengan
menjalankan
hak
M.Quraish Shihab,Tafsir Al-misbah Jilid 13,(Jakarta: Lentera Hati, 2002),Cet.1,H.495
dan
81
kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitar. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu yang tertutup dan tidak memperdulikan orang-orang sekitarnya.83 Dalam kesempatan tertentu sejumlah peserta didik membicarakan kebaikan gurunya akan tetapi dalam situasi lain mereka membicarakan kekurangannya, demikian halnya dengan masyarakat. Oleh karena itu, sebaiknya guru harus sering meminta pendapat teman sejawat atau peserta didik
tentang
penampilannya
sehari-hari,
baik
disekolah
maupun
dimasyarakat,dan segera memnfaatkan pendapat yang telah diterima dalam upaya merubah atau memperbaiki penampilan tertentu, selain itu seorang guru juga harus memiliki pengetahuan tentang adatistiadat, baik sosial maupun agama, budaya, tradisi, dan memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, serta setia terhadap harkat dan martabat manusia. Untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja (kognitif). Tetapi, harus beritikad baik sehingga hal ini menyatu dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya. Tingkah laku yang dilakukan oleh seorang guru akan menjadi panutan bagi peserta didik maupun masyarakat. Apabila masyarakat telah mengetahui bahwa guru-guru disekolah tertentu dapat dijadikan suri tauladan dimasyarakat, kepercayaan masyarakat terhadap sekolah akan menjadi lebih besar dan penilaian masyarakat terhadap sekolah tersebutpun akan positif. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 (ayat 3) butir dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.84 Guru adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu, guru 83
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru,(Jakarta: Prenamedia Group, 2011)Cet, Ke-1,
h. 52 84
Kunandar,Guru Profesional(Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),h. 77
82
dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang meadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pelajaran sekolah tetapi pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung dimasyarakat. 1) Pentingnya Kompetensi Sosial Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian
sebagai
pendidik
kadang-kadang
dirasakan
lebih
berat
disbanding profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru nisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampiakan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang dimasyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara nasional, nilai-nilai tersebut sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum terwadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya, dan berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut, jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianut, maka dengan cara tyang tepat dia menyikapi hal tersebut, wawasan nasional mutlak diperlukan dalam pendidikan dan pembelajaran.
2) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik disekolah maupun dimasyarakat. Ketujuh kompetensi tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: a). Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama. b). Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
83
c). Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi. d). Memiliki pengetahuan tentang estetika e). memiliki apresiasi dan kesadaran sosial f). memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan g). Setia terhadap harkat dan martabat manusia.
3) Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan dan kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Husemas ini merupakan usaha koperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personal sekolah dengan masyarakat. 4) Peran Guru di Masyarakat Guru merupakan kunci penting dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat. Oleh karena itu, ia harus memiliki kompetensi untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut: a). Membantu sekolah dalam melaksanakan teknik-teknik Husemas b). Membuat diri lebih baik lagi dalam bermasyarakat c). Dalam melaksanakan semua itu guru harus melaksanakan kode etiknya. Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang 5) Guru Sebagai Agen Perubahan Sosial UNESCO mengungkapkan bahwa guru adalah agen perubahan yang mampu mendorong terhadap pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar hanya
mencerdaskan
peserta
didik
tetapi
mampu
mengembangkan
kepribadian yang berakhlak, dan berkarakter, salah satu tugas guru adalah
84
menterjemahkan pengalaman yang telah laku kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.85
85
E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009), Cet. IV, h, 173-181
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang sudah peneliti lakukan pada bab sebelumnya, maka penulis simpulkan kompetesi guru yang terkandung dalam surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4 adalah kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Dalam surat al-Nahl ayat 43-44 terkandung kompetensi pedagogik yang tersirat bahwa seorang guru harus mempunyai wawasan atau bidang keilmuan yang tinggi dibadingkan dengan anak muridnya (
), selain itu
seorang guru harus memahami bahan ajar/materi serta cara untuk menyampaikannya sehingga akan mudah dipahami oleh anak muridnya
Kemudian dalam surat ar-Rahman ayat 2 dan al-Nahl ayat 43 terkandung kompetensi profesional yang mengharuskan seorang guru menguasai materi yang akan disampaikannya dalam hal tersebut materi yang disampaikan harus teruji kebenarannya (
selanjutnya seorang guru diharuskan
mempunyai buku paduan/referensi berupa buku pegangan sebagai tuntuna dalam mengajar ( Selanjutnya dalam surat al-Nahl ayat 43-44 terkandung kompetensi kepribadian yang tersirat bahwasannya seorang guru harus mempunyai sifat kasih sayang dan lemah lembut terhadap anak muridnya sehingga mereka dapat nyaman dalam kegiatan pembelajaran (
85
serta mempunyai sifat
86
yang tegas, arid, adil dan bijaksana sehingga tidak pilih kasih kepada anak ا.
muridnya (
Surat ar-Rahman ayat 4 menjelaskan tentang kompetensi sosial yang menggambarkan bahwa seorang guru harus bisa menjalin komunikasi yang baik terhadap murid, warga sekolah serta orang tua/wali murid sehingga suasana disekolahpu menjadi harmonis (
B. Implementasi Untuk pengajaran,
mengimplementasikan
kompetensi
guru
dalam
sebuah
seorang guru harus rajin membaca, berfikir, dan tentu harus
kreatif agar dapat menemukan perumpamaan-perumpamaan saat akan mengajar, atau saat secara tiba-tiba ia akan menyampaikannya. Dan seorang guru harus melatih pribadinya untuk menjadi manusia yang selalu berbuat baik dan menjadi teladan bagi anak didiknya. Adapun cara untuk menerapkan peneladanan kompetensi guru yang ialah dengan metode yang tepat dan sesuai acuan, antara lain dengan metode ceramah, diskusi, teladan, dan metode proyek. Untuk menimbulkan hasil yang lebih spesifik maka dilakukan pendekatan pendidikan berasrama (boarding school) supaya kompetensi-kompetensi yang diperlukan itu dapat dididikan dan dibiasakan.
C. Saran Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan penulis pada penelitian ini, penulis akan mengemukakan masukan atau saran, antara lain sebagai berikut: 1. Sebagai subjek pendidikan, hendaknya guru mampu menjadi model dan teladan yang baik bagi para peserta didiknya, mampu menguasai materi yang diajarkan dengan sangat baik dan sesuai dengan rujukan (kurikulum) sekolah, dan mampu menjadi teladan bagi anak murid.
87
2. Terus menerus menggali isi dan makna al-Qur’an. Sebab, banyak sekali makna-makna yang terkandung didalam al-Qur’an tentang pendidikan dan khususnya tentang kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Farmawi, Abdul Hayy , Tafsir Kajian Metodologis, Bandung: Pustaka Setia, 2002, Cet.Ke-1 Al-Maraghi, Ahmad Mustafa , Tafsir Al-Margahi (Terjemahan). Semarang: Toba Putra, 1989, Cet Ke-1 Al-Qurthubi, Syaikh , Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, Cet.Ke-14 Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi , Al Bayan ( Tafsir Penjelas Al-Quranul Karim). Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002 Baidan, Nashruddin, Metode Penafsiran al-Quran, Kajian Kritis terhadap Ayat-Ayat yang Beredaksi Mirip. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, cet ke-2 Buchori, Didin Saefuddin¸ Metodologi Studi Islam. Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005 Daradjat, Zakiah ,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama, 1994, Cet.Ke-1 Echokola , Jhon M, Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995. Cet. Ke-21 Farihah, Ipah , Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Lembaga UIN Jakarta, 2006 Fathurrohmah , Pupuh dan Sutikno, M.Sobry, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama, 2007
88
89
Hakim, Abdul Atang dan Mubarok Jaih, Metodelogi Studi Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007 Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Hamka,Tafsir al-Azhar juzu’XXVII. Jakarta: Pustaka Panji Mas,1980 Harun, Salman, Tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur’an. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013, Cet.Ke-1 Hawi, Akmal , Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2013 Imani, Kamal Faqih, Tafsir Nurul Quran 8. Jakarta: Al-Huda,2005 Kadir, Abdul Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta:Kencana, 2012,Cet.Ke-1 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan tafsirnya Jilid IX Juz 27,. Jakarta: Lentera Abadi, 2010 Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh. Semarang: Dina Utama, 1994 ,Cet.Ke- 1 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 Makalah Pengembangan Profesi Keguruan.hal 9, dalam mengikuti mata kuliah Pengembangan Profesi Keguruan (2 SKS) di semester 8 tahun ajaran 2016 Margono, S, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet.Ke-6 M, Sardiman A, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001
89
90
Moleong, Lexy J,
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011. Cet. Ke-221 Mudlofir, Ali , Pendidik Profesional Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2012 Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007 Musfah, Jejen,
Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana, 2011 Nata, Abuddin, Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005 -----, Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2011 -----,Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005,Cet.Ke-1 -----, Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana, 2011, Cet.Ke-1 Nazir, Moh, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, Cet.Ke-7 Nurdin, Syafruddin Nurdin dan Usman, M. Basyiruddin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers, 2002 Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013 Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press,2005 Sagala, Syaiful , Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta, 2013 Sembiring, M.Gorky, Menjadi Guru Sejati. Jogyakarta: Best Publisher, 2009, Cet. Ke-2 Shiddiq, Sapiuddin, Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana,2011 90
91
Shihab, M.Quraish , Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2003 ,Cet.Ke-VI -----. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an). Jakarta: Lentera Hati, 2002, Cet.Ke-1 -----. Wawasan Al-Qur’an. Jakarta: PT.Mizan Pustaka , 2008 Sholeh, Asruron Ni’am ,Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta: Elsas, 2006, Cet.Ke-1 Soekartawi dkk, Meningkatkan Rancangan Instruksional. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta, 2012 Sukardjo, M dan Komarudin, Ukim, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers, 2009 Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung : Rosdakarya, 1997 Sulhah, Najib , Karakter Guru Masa Depan (Sukses dan Bermartabat). Surabaya: PT Jepe Press Media Utama,2011, Cet.Ke-1 Suparlan, Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing,2006 Syarifuddin, Amir ,Ushul Fiqh. Jakarta:Kencana, 2008, Cet.Ke- 5 Tatang, IlmuPendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2012 Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun 2005). Jakarta, Sinar Grafika, 2009, Cet.Ke-2 Uno, Hamzah B, Profesi Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet. Ke-5 www.Sindonews.com./guru smp/menganiaya/muridnya/dengan/cara/memukul 91
92
www.Katasumber.com
/diduga-lakukan-pelecehan-seksual-terhadap-murid-oknum-
guru-sd-dipadang-ngaku-karena-sayang/ Yamin, Martinis Dkk, Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010
92
BIODATA PENULIS Rahayu Mulyawati, penulis lahir di Bogor pada tanggal 22 Oktober 1994, merupakan anak kelima dari 2 bersaudara dari pasangan Admin dan Turinem yang beralamatkan di Jalan Jati Indah RT 005 RW 004 No 49 Sawangan Baru Kota Depok. Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2006, kemudian melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) lulus pada tahun 2009, setelah itu melanjutkan pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) lulus pada tahun 2012. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan masuk pada tahun 2012.