BAB
4 4.1
IDENTIFIKASI PRODUK/KOMODITAS UNGGULAN
Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah Produk/komoditas Unggulan daerah
dan
Pendekatan
Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan unsur penting dan utama dalam menciptakan daerah yang mandiri yang dicita-citakan melalui kebijakan desentralisasi. Pembangunan ekonomi daerah dapat diartikan sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola suberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonoi dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisifasi masyarakat dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerahnya. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya financial dan bahkan sumberdaya
kelembagaan.
Orientasi
ini
mengarahkan
kita
kepada
pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Menurut Sudarsono (2001), dinamika keunggulan daerah di masa mendatang ditandai dengan mempu tidaknya daerah dalam meraih peluang
37 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
menghadapi kompetisi pasar bebas baik di tingkat regional maupun global. Beberapa langkah dan strategi yang perlu dilakukan agar daerah mampu berkompetisi antara lain: 1.
Birokrasi
pemerintah
perlu
melakukan
reorientasi
peran
dan
tanggungjawabnya yakni hanya bersifat mengarah dan membina bukan menentukan (steering than rowing). Sehingga peran dan tanggungjawab pemerintah daerah hanya berkisar pada bidangbidang dimana sector swasta atau pihak ketiga lainnya tidak memungkinkan untuk melakukan tugas tersebut, misalnya dalam situasi terjadinya kegagalan pasar (market falure). 2.
Birokrasi Pemda harus dapat berkiprah secara efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan prima untuk meraih investasi dalam dan luar negeri
3.
Membentuk
system
lembaga/asosiasi
dan
bisnis
jaringan dan
kerja
atase
(networking)
perdagangan
dengan
luar
negeri,
khususnya dalam mendukung pemasaran produks ekspor. 4.
Mengembangkan lembaga R & D (research and development) terhadap jenis produksi unggulan untuk menjamin kualitas produk, kestabilan
harga,
kebutuhan
pasar
(demand)
dan
jaminan
kontinuitas ketersediaannya (delivery/supply) 5.
Memfasilitasi lembaga keuangan agar bersedia memberikan modal usaha bagi industri skala kecil dan menengah pada berbagai sector unggulan
daerah,
sehingga
mereka
dapat
menjamin
dan
mempertahankan keberlangsungan usahanya. 6.
Berperan
mentransportasikan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
terapan di berbagai sector unggulan produk daerah, agar proses produksi dapat mencapai efektifitas, efisiensi, dan ekonomis. 7.
Mendorong agar para produsen mengembangkan jenis-jenis produk unggulan yang bersifat komplementer baik intern maupun antar region, memiliki nilai tambah (value edded) dan menghasilkan manfaat ganda (multiple effect) baik secara backward-linkage dan forward linkage terhadap berbagai sector, dengan demikian dapat memperkuat posisi daerah dari pengaruh fluktuasi ekonomi
38 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
8.
Memposisikan birokrasi pemerintah daerah cukup berperan sebagai katalisator, stimulator, dan regulator agar mekanisme pasar dapat bekerja secara sehat
9.
Memprioritaskan
program
pembangunan
infrastuktur
yang
dibutuhkan dalam rangka kemudahan aksebilitas usaha di bidang industri meliputi sarana transprtasi, komunikasi, energi, lokasi industri, sarana dan prasarana pelayanan umum yang baik serta situasi lingkungan yang sehat dan aman.
4.2. Produk Unggulan Daerah Dalam rangka upaya pembangunan ekonomi daerah,inventarisasi potensi
wilayah/masyarakat/daerah
mutlak
diperlukan
agar
dapat
ditetapkan kebijakan pola pengebangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu langkah inventarisasi/identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan mengidentifikasi produk-produk potensial, andalan dan unggulan daerah pada tiap-tiap sub sektor. Produk
unggulan
menghasilkan
produk,
daerah
menggambarkan
menciptakan
nilai,
kemampuan
memanfaatkan
daerah
sumberdaya
secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki daya saing sehingga mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestic dan /atau menembus pasar ekspor (Sudarsono, 2001) Kriteria produk unggul menurut Unkris Satya Wacana salatiga, adalah komoditi
yang
memenuhi
persyaratan
kecukupan
sumberdaya
local,
keterkaitan komoditas, posisi bersaing dan potensi bersaing. Dari kriteria ini memunculkan pengelompokkan komoditas berikut: a. Komoditas potensial adalah komoditas daerah yang memiliki potensi untuk
berkembang
komparatif
terjadi
karena
keunggulan
misalnya
karena
komparatif. kecukupan
Keunggulan ketersediaan
sumberdaya, seperti bahan baku local, keterampilan sumberdaya local, teknologi produksi local serta sarana dan prasarana local lainnya.
39 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
b. Komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dipandang dapat dipersandingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi. Efisiensi usaha itu tercermin dari efisiensi produksi, produktivitas pekerja, profitabilitas dan lain-lain. c. Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif, karena telah memenangkan persaingan dengan produk sejenis di daerah lain. Keunggulan kompetitif demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya yang tinggi akibat posisi tawarnya yang tinggi baik terhadap pemasok, pembeli, serta daya saignya yang tinggi terhadap pesaing, pendatang baru maupun barang substitusi. Menurut direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Depdagri, bahwa berdasarkan Surat Edaran Nomor 050.05/2910/III/BANDA tanggal 7 Desember 1999, ditentukan kriteria kooditas unggulan sebgai berikut: a. empunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif di sektor pertanian, industri, dan jasa. b. Mempunyai daya saing tinggi di pasaran, baik ciri, kualitas maupun harga yang kompetitif serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam negeri maupun global c. Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga kerja setempat) d. Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku yang cukup banyak, stabil, dan berkelanjutan. e. Difokuskan pada produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi, baik dalam kemasan maupun pengolahannya f. Secara
ekonomi
menguntungkan
dan
bermanfaat
untuk
meningkatkan pendapatan dan kemampuan SDM masyarakat g. Ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan, berkelanjutan serta tidak merusak budaya setempat.
40 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
4.3. Hasil Analisis Produk Unggulan Daerah Kabupaten Tapin 4.3.1. Output Kriteria dan goal Sebagai bagian dari analisis potensi ekonomi masyarakat Kabupaten Tapin dilakukan analisis tentang komoditas/produk/jasa usaha (KPJU) yang potensial unggul. Untuk tujuan ini digunakan metode AHP atau Analitical Hierarchy Process. AHP
atau
Analitycal
Hierarchy
Process
adalah
metode
yang
dikembangkan oleh Thomas L Saaty (1970) sebagai alat decision support system
(DSS).
Dalam
perkembangannya,
AHP
memiliki
sejumlah
kelebihan. Diantaranya, memiliki kemampuan untuk memodelkan masalah yang tidak terstruktur, maupun
pendapat
menyelesaikan masalah terukur (kuantitatif)
(judgement)
kesahihan/akurasi yang tinggi. telah
menjadi
pilihan
utama
serta
telah
diakui
memiliki
tingkat
Dengan sejumlah kemampuan ini, AHP bagi
para
pengambil
keputusan,
baik
pemerintah maupun organisasi non pemerintah untuk memahami kondisi serta membantu melakukan prediksi dan pengambilan keputusan. Dalam penenetuan KPJU unggulan di Kabupaten Tapin dengan menggunakan metode ini, telah dibuat sebuah kerangka alur berpikir tujuan dan faktor penentu keunggulan (terlampir). Dari kerangka ini, disusunlah kuesioner yang akan ditanyakan kepada sejumlah responden yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan kriteria keahlian dan representasi stakeholders. Data yang dikumpulkan
berupa
data perbandingan berpasangan
dengan skala Saaty 1–9. Data tersebut kemudian diolah melalui komputasi bobot dan skor mengikuti logika dan kaidah AHP dari Saaty. Sebagai outputnya akan disajikan berbagai KPJU terpilih dengan masing-masing skornya berbagai rujukan tingkat prioritas bagi keunggulannya masingmasing.
41 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
Tabel 4.1. Skala Saaty* Tingkat Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 1/(1-9) *Saaty (1986)
Definisi Sama penting Sedikit lebih penting Jelas lebih penting Sangat jelas lebih Penting Pasti/mutlak lebih penting (kepentingan yang ekstrim) Jika ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9
a. Tujuan Komoditas Unggulan Berdasarkan hipotesa yang dimiliki maka ditetapkan ada 3 (tiga) macam tujuan dalam penetapan KPJU unggulan. Dalam kontek kepentingan ekonomi
secara
makro,
maka
tujuan
yang
pertama
adalah
untuk
mendukung tercapainya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tujuan yang kedua adalah dalam kerangka penciptaan lapangan kerja. Sementara itu, tujuan yang ketiga dari adanya KPJU unggulan adalah agar dapat meningkatkan daya saing perekonomian ditengah kompetisi yang makin mengglobal. Tenaga Ahli 1 A
Tenaga Ahli 2
B
C
A
1.000
0.333
3.000
B
3.000
1.000
C
0.333
0.333
TOTAL 4.333 1.667 Keterangan : A. Pertumbuhan Ekonomi B. Penciptaan Lapangan Kerja C. Peningkatan Daya Saing A
B
A
B
C
A
1.000
0.200
7.000
3.000
B
5.000
1.000
9.000
1.000
C
0.143
0.111
1.000
7.000
TOTAL
6.143
1.311
17.000
C
EV UT
A
B
C
EV UT
A
0.231
0.200
0.429
0.286
A
0.163
0.153
0.412
0.242
B
0.692
0.600
0.429
0.574
B
0.814
0.763
0.529
0.702
C
0.077
0.200
0.143
0.140
C
0.023
0.085
0.059
0.056
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
TOTAL
TOTAL
CI
0.0884
CI
0.177298
RI
0.58
RI
0.58
CR
0.305686
CR 0.152415 Keterangan : EV UT = Eigen Vector Utama CI = Index konsistensi RI = Nilai pembangkit random sesuai dengan ordo matrix n CR = Rasio konsistensi
42 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
Matriks Pendapat Gabungan ta 1
ta 2
RG
VP
A
0.286
0.242
0.263
0.267
B
0.574
0.702
0.635
0.643
C
0.140
0.056
0.088
0.089
TOTAL
1.000
1.000
0.986
1.000
Keterangan : ta 1 = tenaga ahli pertama ta 2 = tenaga ahli kedua RG = rata-rata geometris VP = Vektor Prioritas
Pilihan yang dilakukan tenaga ahli yang terpilih nampak bervariasi. Dengan
menggabungkan
pilihan-pilihan
para
ahli
tersebut
yang
diseimbangkan menggunakan rataan geometris maka diperoleh pilihan ahli (expert choices) tentang tujuan yang diinginkan. Hasilnya menunjukkan bahwa tujuan yang paling diprioritaskan dari adanya KPJU unggulan adalah tujuan B. Penciptaan Tenaga Kerja dengan bobot 0,643. Jauh dibawahnya adalah tujuan A. Pertumbuhan Ekonomi (0,267) dan diurutan terakhir tujuan C. Peningkatan Daya Saing dengan bobot 0.089. Ini menandakan bahwa persoalan yang dianggap paling krusial adalah lapangan kerja yang mengungguli kepentingan bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi. Sementara itu daya saing yang saat ini semakin penting masih belum menjadi kepentingan yang mendesak dibanding yang lainnya. b. Faktor Penentu Keunggulan dan Kriterianya Untuk menilai seberapa besar suatu KPJU memiliki potensi untuk menjadi unggulan diperlukan analisisnya atas berbagai faktor dan kriteri keunggulan. Dalam hal ini digunakan 11 macam factor yang dapat menentukan tingkat keunggulan sebagai berikut: skill, bahan baku, modal, sarana produksi/usaha, teknologi, social budaya, manajemen, pasar, harga, penyerapan tenaga kerja, dan peranannya dalam ekonomi. Dari kesebelas faktor tersebut, faktor modal (0,234) dianggap paling menentukan bagi terujudnya KPJU menjadi unggulan. Selanjutnya, penentu keunggulan diikuti oleh bahan baku (0,147), Pasar (0,129), dan Harga (0,123). Faktor-faktor lain berada dibwah kepentingan keempat faktor tersebut. Sementara itu faktor teknologimenempati urutan terakhir dengan bobot terendah (0,022).
43 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
Faktor
Bobot
A. Skill
0.032
B. Bahan Baku
0.147
C. Modal
0.234
D. Saprodi/Usaha
0.091
Kriteria
Bobot
1.Tk Pdd
0.063
2.Pelatihan
0.240
3.Pnglm Krj
0.389
Faktor
Bobot
E. Teknologi
0.022
F. Sosial Budaya
0.049
Kriteria
Bobot
16.Ketersediaan
0.167
17.Kemdhn
0.833
18.Cr kh lkl
0.333
4.Jml Pelath
0.307
19.klgs bdy
0.333
5.Ketersediaan
0.345
20.Tradisi
0.333
6.Dy Tahan
0.201
21.Canggih
0.145
7.Kesinmbgn
0.177
22.Mudah
0.855
8.Mutu
0.077
23.Keluasan
0.500
9.Kemudhn
0.200
24.Kepastian
0.500
10.Kebt I awl
0.225
25.Stabil
0.634
11.Kbt M krj
0.454
26.Besaing
0.366
12Akses keu
0.321
27.T Lokal
0.900
13Ketersediaan
0.219
28.T Luar
0.100
14.Harga
0.515
29.Rnti Prod
0.632
15.Kemudh
0.266
30.Keb Khlyk
0.248
31.Sbg PDRB
0.120
G. Manajemen
0.038
H. Pasar
0.129
I. Harga
0.123
J. Peyerapan T.K.
0.077
K. Peran Dlm Ekonomi
0.058
Keterangan : 1.Tk Pdd
=Tingkat Pendidikan
16.Ketersediaa n
=Tingkat ketersediaan teknologi
2.Pelatihan
=Tingkat Pelatihan
17.Kemdhn
=Kemudahan teknologi
3.Pnglm Krj
=Pengalaman Kerja
18.Cr kh lkl
=Ciri khas lokal
4.Jml Pelath 5.Ketersediaa n
=Jumlah Kegiatan Pelatihan
19.klgs bdy
=Kelangsungan Budaya
=Ketersediaan Bahan Baku
20.Tradisi
=Sejalan dg tradisi
6.Dy Tahan
=Daya Tahan Bahan Baku
21.Canggih
=Canggih
7.Kesinmbgn
=Kesinambungna Bahan Baku
22.Mudah
=Mudah diaplikasikan
8.Mutu
23.Keluasan
=Keluasan Pasar
24.Kepastian
=Kepastian Pasar
25.Stabil
=Kestabilan harga
11.Kbt M krj
=Mutu Bahan Baku =Kemudahan Memperoleh Bahan Baku =Tingkat kebutuhan Investasi Awal =Kebutuhan modal kerja
26.Besaing
=Harga mampu bersaing
12Akses keu 13Ketersediaa n
=Akses pada sumber keuangan =Ketersediaan Sarana produksi/usaha
27.T Lokal
=Tenaga kerja lokal
28.T Luar
=Tenaga kerja dari luar
14.Harga
=Harga Sarana produksi/usaha =Kemudahan memperoleh Sarana
29.Rnti Prod 30.Keb Khlyk
=Peran dalam rantai produksi ekonomi =Peran dalam pemenuhan kebutuhan khalayak
31.Sbg PDRB
=Peranan dalam besaran PDRB
9.Kemudhn 10.Kebt I awl
15.Kemudh
Produksi/usaha
Setiap faktor memiliki sejumlah kriteria yang masing-masing memiliki bobot kepentingan pula dalam dalam menentukan keunggulan suatu KPJU. Faktor skill didominasi oleh kriteria pengalaman kerja dengan bobot (0,389). Bahan baku lebih ditentukan oleh ketersediaannya (0,345). Modal lebih dipengaruhi oleh terjaminnya pemenuhan kebutuhan kodal kerja (0,454). Sarana Produksi akan lebih efektif jika harganya dapat terjangkau (0,515).
44 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
Selanjutnya, dalam hal teknologi dunia usaha lebih memntingkan kemudahannya (0,833) dibanding terbatas pada ketersediaannya. Dalam faktor sosial budaya, dunia usaha menempatkan kepentingan kriteria ciri khas lokal, kelangsungan budaya, dan keterkaitan dengan tradisi secara seimbang, masing-masing dengan bobot 0,333. Seperti halnya teknologi, dalam hal manajemen yang lebih dipentingkan adalah kemudahannya (0,855) sehingga praktis dijalankan ketimbang kecanggihan suatu sistem manajemen. Keluasan pasar dan kepastian pelanggan merupakan unsur kriteria
yang
memiliki
bobot
seimbang
dalam
mendukung
peranan
pemasaran setiap KPJU, masing-masing memiliki bobot 0,500. Faktor harga lebih ditentukan oleh kestabilanya (0,634), sementara peyerapan tenaga kerja lokal (0,900) menjadi sangat dominan dibanding keperluan untuk penyerapan tenaga luar dalam lapangan usaha produktif. KPJU unggulan akan memiliki ketahanan yang stabil jika terkait dan memiliki rantai produksi yang lebih panjang (0,632). 4.3.2. Output KPJU Unggulan di Setiap Sektor Analisis KPJU unggulan dalam penelitian ini akan disajikan secara sektoral artinya masing-masing hanya diperbandingkan dalam lingkup satuan sektor usaha sejenis. Pembagian sektor usaha sejenis disini terdiri dari peternakan dan perikanan, kehutanan dan perkebunan, industri, perdagangan dan jasa, dan tanaman pangan dan holtikultura. Pada setiap sektor terdapat beberapa KPJU terpilih yang akan diperbandingkan comparison).
secara
KPJU
bolak
terpilih
balik
sesuai
diperoleh
metode
AHP
(pairwise-
hasil
survei
lapangan
dari
menggunakan teknik wawancara kepada berbagai stakeholders (pejabat, tokoh, dan pelaku ekonomi) dengan tujuan untuk mengidentifikasi berbagai komoditas/produk/jasa usaha yang menonjol dan potensial untuk dijadikan unggulan Kabupaten Tapin. hasil analisis dari bawan wawancara menjadi dasar penetapan KPJU terpilih sebagai bakal unggulan yang akan dianalisis menggunakan metode AHP. a. Peternakan dan Perikanan
45 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
Dalam sektor peternakan dan perikanan memuat KPJU yang terdiri dari usaha perikanan karamba, tambak ikan, sapi, dan unggas. Masingmasing memiliki keutamaan dan kelebihan dalam berbagai faktor penentu keunggulan. Dari sisi skill (dengan kriteria-kriteria tingkat pendidikan, tingkat pelatihan, pengalaman kerja, jumlah pelatihan), komoditas sapi (0,338) secara tipis mengungguli ikan karamba pada urutan prioritas unggul teratas. Tambak ikan memiliki skor prioritas terendah dengan nilai 0,122 pada faktor skill ini (lampiran 1). Selain dalam hal skill, komoditas sapi nampak unggul dalam lokallokal faktor yang lain, yakni bahan baku (0,372), modal (0,523), sarana produksi/usaha
(0,487),
teknologi
(0.350),
dukungan
sosial
budaya
(0,369), manajemen (0,367), pasar (0,299), Harga (0,522), dan peran dalam ekonomi (0,337). Hanya dalam hal penyerapan tenaga kerja komoditas ternak sapi diungguli komoditas unggas (0,446) (lampiran 2 – 11). Prioritas Global Peternakan dan Perikanan Dari keseluruhan faktor dan kriteria penentu keunggulan KPJU yang ada maka terlihat jelas komoditas ternak sapi bisa diprioritaskan sebagai unggulan Kabupaten Tapin. Hal ini sejalan dengan skor prioritas global ternak sapi yang sangat dominan (0.417) dibandingkan unggas yang memiliki skor 0.239, ikan karamba 0.222, dan tambak ikan yang terkecil dengan nilai 0,122 (lampiran 12). KPJU a Sapi b Unggas c Ikan Karamba d Tambak Ikan
Global Priority 0.417 0.239 0.222 0.122
Produksi sapi Kabupaten Tapin tahun 2008 mencapai 15.083 ekor dan daerah penghasilutama berada di Kecamatan Hatungun, Binuang, Tapin Tengah, Salam Babaris, dan Tapin Selatan. Potensi peggemukan sapi untuk Kabupaten Tapin sangat menjanjikan. Hal ini mengingat kebutuhan daging di Kalimantan Selatan Cukup tinggi dimana selama ini kebutuhan tersebut banyak didatangkan dari Jawa dan Nusa
46 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
Tenggara Barat. Usaha pengembangan Sapi potong di Kabupaten Tapin dapat dikembangkan pada skala kecil dan menengah. Kegiatan pengembangan dapat dilakukan oleh sejumlah peternak kecill secara bersama-sama di dalam koordinasi KUD dengan mengadakan kerjasama kemitraan secara terpadu dengan perusahaan inti (Fedlolotters). Perusahaan initi bisa dibentuk oleh pemerintah sebagai suatu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), sehingga pola yang digunakan adalah pola inti dan plasma. Kendala dalam usaha penggemukan sapi selama ini adalah kelangkaan pengadaan sapi bakalan, oleh karenanya harus disertai dengan usaha penyediaan sapi bakalan. Perusahaan inti dapat berfungsi sebagai perusahaan pengadaan bakalan meskipun harus dilakukan secara impor. Komoditas unggulan lain yakni unggas, meliputi ayam buras dan ayam ras pedaging. Ayam buras Kabupaten Tapin memiliki kapasitas terbesar mencapai 1.124.271 ekor di tahun 2008 dibanding ayam ras pedaging. Penyebaran hampir merata di setiap kecamatan dan terbesar sekaligus baik dijadikan daerah pengembangan berada di Kecamatan Bungur,
kemudian
Kecamatan
Lokpaikat
dan
Kecamatan
Binuang.
Sementara ayam ras pedaging terbesar di Kecamatan Binuang, kemudian Kecamatan Tapin Utara. b. Kehutanan dan Perkebunan Dalam sektor kehutanan dan perkebunan memuat KPJU yang terdiri dari usaha perkebuan sawit, komoditas hutan rumbia, nilam, kayu galam, dan kelapa dalam. Masing-masing memiliki keutamaan dan kelebihan dalam berbagai faktor penentu keunggulan secara cukup bervariasi. Dari segi skill, nampak sekali dominasi keunggulan sawit dibanding yang lain. Hal ini terbukti dengan nilai prioritas lokal sawit sebesar 0.603. keunggulan ini meliputi semua kriteria termasuk tingkat pendidikan, tingakat pelatihan, pengalaman kerja dan jumlah pelatihan (lampiran 13). Dari segi bahan baku dominasi sawit tergantikan oleh komoditas kelapa dalam (0,261). Posisi selanjutnya adalah kayu galam (0,233) yang disusul rumbia (0,225) dan sawit (0,195) (lampiran 14). Dalam hal faktor-faktor penentu keunggulan selanjutnya yakni modal, sarana produksi/usaha, manajemen, pasar, harga, penyerapan
47 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
tenaga kerja, dan peranan dalam ekonomi sawit menampakkan keunggulan yang cukup dominan. Pada faktor teknologi keunggulan ditempati kelapa dalam (0,320) dan pada saat yang sama sosial budaya ditempati kayu galam (0,279) (lampiran 15 – 23). Prioritas Global Kehutanan dan Perkebunan Untuk mendapatkan nilai prioritas global maka bobot prioritas lokal (contoh, skill : 0,032) harus diintegrasikan kedalam kerangka global (keseluruhan 11 faktor yang ada). Dengan sendirinya maka setiap bobot kriteria dalam faktor lokal (contoh, tingkat pendidikan : 0,063) yang berhadapatan
langsung
dengan
alternatif-alternatif
pilihan
mesti
disesuaikan dengan bobot lokal integratif dengan metode normalitas keatas (global). Berdasarkan kalkulasi tersebut diperoleh hasil masing-masing KPJU kehutanan
dan
perkebunan
dimana
sawit
memiliki
nilai
prioritas
keseluruhan (global priority) tertinggi dengan 0,447. komoditas lainnya jauh dibawah dengan skor hampir bersamaan yakni kelapa dalam (0,188), Galam (0,133), Rumbia (0,117), dan Nilam (0,115) (lampiran 24).
a b c d e
KPJU Sawit Kelapa Dalam Galam Rumbia Nilam
Global Priority 0.447 0.188 0.133 0.117 0.115
Sebagai catatan disektor perkebunan sebenarnya dari berbagai kajian bahwa
perkebunan
karet
merupakan
komoditas
unggulan
utama
masyarakat Kabupaten Tapin. Namun demikian dalam kajian ini dikeluarkan dari model supaya diperoleh komoditas lainnya untuk pengembangan lebih lanjut. Kelapa sawit menjadi unggulan utama, meskipun bagi Kabupaten Tapin ini merupakan komoditas perkebunan baru yang dikembangkan setelah sebelumnya karet. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan utama
yang
dikelola
oleh
perusahaan
besar
swasta/nasional/asing,
sedangkan karet dan kelapa dalam, galam, rumbia dan nilam sebagai tanaman utama yang dikembangkan oleh perkebunan rakyat.
48 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
Melalui paradigma baru dalam pembangunan perkebunan Kabupaten Tapin harus menempatkan orientasi pembangunan perkebunan bukan pada aspek
produksi
tapi
berorientasi
pada
agribisnis
dan
menempatkan
agribisnis sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi Kabupaten Tapin secara keseluruhan. Kedepan sub sistem hilir yang meliputi pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan merupakan rangkaian sub sistem yang sangat strategis karena dapat menghela sub sistem lainnya untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Peluang yang dimiliki potensi perkebunan sawit adalah pembangunan industri hilir dan turunannya dari CPO (Crude Palm Oil) seperti minyak goreng, sabun, margarin. Langkah ke arah demikian di dalam perencanaan maka reinvestasi perkebunan yang selama ini banyak diperoleh dari hasil tambang harus dialihkan kepada industri perkebunan untuk pembangunan berkelanjutan. c. Tanaman Bahan Makanan dan Hortikultura Dalam sektor tanaman bahan makanan dan hortikultura ini memuat KPJU hasil dari usaha tani padi sawah, padi gunung, kacang tanah, jagung, jeruk, pisang, dan rambutan. Masing-masing memiliki keutamaan dan kelebihan dalam berbagai faktor penentu keunggulan namun nampak sekali komoditas hasil usaha tani padi sawah mendominasi. Dari segi skill, ada 2 (dua) macam komoditas hasil usaha tani yang paling unggul dengan nilai prioritas lokal berada diatas yang lainnya, yakni padi sawah dan padi gunung. Kendati demikian skor tertinggi ada pada padi sawah (0,375) yang disusul padi gunung dengan skor 0,216 (lampiran 25). Komoditas-komoditas lainnya dalam kelompok tanaman bahan makanan dan hortikultura ini hanya mencapai skor 0,084 kebawah. Dari
segi
faktor
bahan
baku,
padi
sawah
semakin
nampak
mendominasi dengan skor tertinggi 0,433 (lampiran 26). Hal yang sama juga nampak pada faktor-faktor yang lainnya. Variasi hanya terjadi pada urutan kedua sampai yang terbawah atau kelima. Meski demikian, terdapat pula situasi yang berbeda khususnya pada faktor manajemen dimana komoditas jeruk mencapai skor tertinggi dengan 0,276. Padi sawah dan padi gunung masing-masing hanya memiliki skor 0,114, dibawah pisang dan rambutan (lampiran 31).
49 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
Jeruk juga cukup signifikan untuk unggul jika dilihat dari permodalan (Lampiran 27) dan faktor harga, khususnya pada kemampuan harga untuk bisa bersaing (Lampiran 33). Akan tetapi pada sebagian besar faktor-faktor penentu keunggulan lainnya jeruk memiliki nilai yang masih rendah (lampiran 34 – 35). Prioritas Global Tanaman Bahan Makanan dan Holtikultura Berdasarkan kompilasi atas semua faktor dan kriteria penentu keunggulan yang ada padi sawah menduduki urutan teratas (0,378). Urutan kedua sebagai komoditas yang dapat dijadikan unggulan adalah padi gunung dengan skor 0,172. Ini bisa menjadi indikasi awal bagi keduanya untuk lebih dikembangkan menjadi unggulan kabupaten (lampiran 36). Perbandingan prioritas atas berbagai komoditas unggul yang ada secara berurutan dapat dilihat pada tabel berikut ini. KPJU Padi Sawah Padi Gunung Jeruk Kacang Tanah Jagung Pisang Rambutan
a b c d e f g Padi
sawah
memenuhi
Global Priority 0.378 0.172 0.113 0.099 0.082 0.078 0.077 kriteria
menjadi
produk
unggulan.
Wilayah potensial tanaman padi sawah dengan rata-rata produksi 4,07 ton per hektar adalah kecamatan-kecamatan Tapin Tengah, Candi laras Utara, Candi Laras Selatan, Tapin Selatan, Bakarangan, Tapin Utara, dan Binuang. Kecamatan Tapin tengah merupakan wilayah paling potensial untuk pengembangan padi sawah dengan tingkat produktifitas
mencapai
4,29
ton/ha,
dimana
kecamatan
ini
menyumbang 24,58% produksi padi sawah Kabupaten tapin (250.827 ton). d. Industri Dalam sektor industri ini memuat KPJU yang terdiri dari usaha industri kacang jaruk, kripik jintan, kue bawang, rimpi pisang, kerajinan dari rotan, kerajinan anyaman, dan meubel. Masing-masing memiliki
50 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
keutamaan dan kelebihan dalam berbagai faktor penentu keunggulan sehingga nampak keunggulannya sangat berimbang antara satu dengan yang lain. Dari segi skill ada 3 (tiga) macam industri yang paling unggul dengan nilai prioritas lokal yang hampir bersamaan. Ketiga industri itu adalah kerajian rotan, anyaman, dan meubel. Kendati demikian skor tertinggi ada pada kerajinan anyaman (0,257) (lampiran 37). Dari segi faktor bahan baku ketiga industri yang tertinggi sebelumnya memiliki skor yang sama persis yakni 0,1659. ini adalah skor paling unggul dibanding industri lainnya yang tersisa (lampiran 38). Dari segi modal dan faktor sosial-budaya kerajinan anyaman kembali terlihat paling unggul dibandingkan yang lainnya. Disisi lain kerajinan rotan juga unggul tipis pada faktor sarana produksi dan teknologi. Keduanya unggul dibanding yang lain dalam hal faktor peranan dalam ekonomi yang meliputi rantai produksi, kebutuhan khalayak, dan PDRB (lampiran 39). Pada faktor-faktor lainnya yang tesisa nampak keunggulan menjadi seimbang kecuali pada faktor pasar, ketiga industri yang cenderung dominan, yakni kerajinan rotan, anyaman, dan meubel unggul kembali disini (lampiran 40 – 47). Prioritas Global Industri Secara keseluruhan, meliputi semua fakktor dan kriteria penentu keunggulan, posisi terunggul ditempati bersama-sama oleh kerajinan rotan dan kerajinan anyaman (0,197). Ini sebagai indikasi awal dimana keduanya patut lebih dikembangkan sehingga betul-betul menjadi unggulan kabupaten Tapin (lampiran 48). a b c d e f g
KPJU Ker Rotan Ker Anyaman Meubel Kcg Jaruk Kripik Jntn Kue Bawang Rimpi Pisang
Global Priority 0.197 0.197 0.181 0.107 0.106 0.106 0.106
e. Jasa dan Perdagangan
51 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
Dalam sektor Jasa dan Perdagangan memuat KPJU yang terdiri dari usaha perhotelan, restoran, persewaan bangunan, dan pariwisata. Masingmasing memiliki keutamaan dan kelebihan dalam berbagai faktor penentu keunggulan secara cukup bervariasi. Akan tetapi, nampak persaingan ketat terjadi antara perhotelan dan restoran diberbagai faktor dan kriteria. Dari segi skill, persewaan bangunan nampak dominan dibanding yang lain. Hal ini terbukti dengan nilai prioritas lokal persewaan bangunan sebesar 0.305 (lampiran 49). Dari segi bahan baku dominasi dipegang usaha restoran (0,394) yang diikuti oleh perhotelan (0,219). Posisi selanjutnya adalah persewaan bangunan (0,197) yang disusul pariwisata yang tertinggal tipis dengan 0,191 (lampiran 50). Dalam hal faktor-faktor penentu keunggulan selanjutnya nampak sekali hanya didominasi oleh 2 (dua) KPJU, yakni usaha perhotelan dan usaha restoran secara bergantian. Usaha perhotelan lebih unggul pada modal, teknologi, manajemen, pasar, harga, dan penyerapan terhadap tenaga kerja. Disisi lain, usaha resotoran lebih unggul dalam hal sarana produksi/usaha, sosial-budaya, dan peranan dalam ekonomi (lampiran 51 – 59). Prioritas Global Jasa dan Perdagangan Berdasarkan kalkulasi integral atas
semua faktor dan
kriteria
keunggulan maka dapat diperoleh nilai masing-masing KPJU Jasa dan Perdagangan yang menjadi petunjuk peringkat antar satu dengan yang lainnya.Usaha perhotelan ternyata memiliki nilai prioritas keseluruhan (global priority) tertinggi dengan 0,318. Jenis usaha lainnya yang juga potensial untuk diunggulkan adalah usaha restoran yang memiliki skor 0,271 (lampiran 24). Meskipun demikian, keempat KPJU yang nilai disini semuanya sangat potensial karena sejalan dengan arah pengembangan kabupaten kedepan yang berbasis bisnis dan perdaganan, khususnya diilayah perkotaan. Secara berurutan hasil analisis KPJU unggulan bidan jasa dan perdagangan menggunakan metode AHP dapat dilihat pada tabel dibawah ini. a b
KPJU Perhotelan Restoran
Global Priority 0.318 0.271
52 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
c d
Pariwisata Sewa Bgnn
0.221 0.190
4.3.2. Kerangka Pengembangan Komoditas Unggulan a. Arah Pengembangan Komoditas Unggulan Pola dan arah pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Tapin pada dasarnya merupakan dasar untuk pengembagan kawasan andalan
dan
sentra
produksi.
Kebijakan
pengembangan
komoditas
unggulan tersebut bertumpu pada program pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari dan berkesinambungan (gamb.1). Mengingat komoditas unggulan yang dikembangakan berdasarkan natural resources base, maka pola dan arahan pada hakekatnya berisi tentang arahan-arahan pemanfaatan atau analisis kebijakan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Gambar
1.
Kerangka Pemikiran Tentang Unggulan Kabupaten Tapin
Pengembangan
Komoditas
Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Tapin Pengembangan Komoditas Unggulan Pengembangan Cluster Industri Perencanaan Pembangunan Dan Pengembangan Komoditas Unggulan
Kebijakan Pemerintah Pusat & Daerah Kawasan Sentra Andalan
Analisis Kebikan
Kebijakan Pengembangan Potensi dan Keunggulan Komoditas Unggulan Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
53
Prinsip komplementaritas ekonomi dan keterkaitan fungsional akan menjadi pertimbangan dalam rangka memaksimumkan keuntungan (benefit) dari suatu kawasan andalan dan sentra produksi. Pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Tapin akan lebih efektif apabila terdapat interaksi antar variabel. Interaksi tersebut haruslah
interaksi antar
beberapa
aktivitas pada suatu wilayah dengan wilayah lainnya yang tercipta dan memungkinkan terjadinya perkembangan yang optimal antar unit-unit wilayah maupun dengan wilayah sekitar. Variabel aktivititas ekonomi dalam hal pengebangan sentra produksi dan kawasan andalan akan sangat bergantung pada asfek tenaga kerja, permodalan, pasar dan sumberdaya alam. Jika keempat variabel tersebut saling berkait secara sistem maka akan sangat mendorong pertumbuhan komodits unggulan yang terdapat di Kabupaten Tapin. Adapun
Penetapan
Kawasan
sentra
dan
andalan,
harus
memperhatikan aspirasi dan isu yang berkembang di masyarakat. Hal ini penting mengingat pelaksanaan dan penerima konsep rencana pengebagan dan analisis kebijakan yang dilakukan adalah masyarakat. Oleh karenannya pengembangan
komoditas
unggulan
harus
memperhatikan
kelayakan
ekonomis maupun analisis performansi seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. b. Peran UMKM dalam Pengembangan Komoditas Unggulan Berdasarkan hasil kajian terhadap komoditas unggulan Kabupaten Tapin, maka pengembangan usaha kecil dan menengah layak untuk diperhatikan. Hal ini mengingat bahwa komoditas unggulan tersebut sebagian masih bertumpu pada sumberdaya alam yang terdapat di daerah tersebut.
Oleh
karennya
pendekatan
model
alternatif
pembangunan
ekonomi Kabupaten Tapin dapat dilakukan melalui tiga strategi yakni (1). Revitalisasi
usaha
mikro/kecil
dan
menengah
serta
koperasi,
(2)
54 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009
Reaktualisasi pembangunan sosial seiring pebangunan ekonomi dengan fokus pengembangan komoditas unggulan dalam wujud pengembangan kawasan andalan serta sentra produksi, dan (3) reinvestasi pembangunan yang selama ini diperleh dari usaha pertambangan (sumberdaya terbatas) terhadap usaha-usaha yang menghasilkan jangka panjang utamanya komoditas-komoditas unggulan. Namun demikian dari beberapa kajian terhadap usaha kecil dan menengah pada komoditas unggulan masih dihadapkan pada kendalakendala pelaksanaan yakni lemahnya kemampuan pengelolaan sumberdaya alam yang digunakan, tenaga kerja yang berketerampilan rendah, mutu bahan masukan kurang sesuai, kurang menguasai teknologi, kelemahan dalam rekayasa lembaga dan organisasi, kurangnya infrastruktur utamanya transportasi dan informasi pasar, kurangnya dukungan lembaga keuangan formal, serta keterbatasan pengembangan pasar. Hal ini memerlukan analisis kebijakan lebih lanjut terutama untuk pengembangan kawasan sentra produksi dan kawasan andalan di Kabupaten Tapin.
55 Identifikasi Potensi Ekonomi Masyarakat Kab. Tapin 2009