Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN KABUAPETEN TAPIN KALIMANTAN SELATAN M. Rusmin Nuryadin & Syahrituah Siregar Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Abstract The main purpose of this writing is to inform about the potentially leading commodities products bussinesses (KPJU) in Tapin Regency suitable to develop in this time and the fiture. The commodities/product businesses will be leading in terms of their supports to local development, creation of jobs, growth of economy, and advencement of comvetitiveness. The research was taking place in Tapin Regency by taking 8 sample districts trough the purposive sampling mathod. Data was analized by using, Analytical Hierrachy Proses (AHP) method. After analizing the data, we gotthe ressult revealing Tapin’s leading commodities/Products businesses by sector. In livestock and fishery sector, the leading commodity is cattle. In forestry and plantation sector the leadingcommodity is palm estate. In food crops and horticulture sector the leading commodity is paddy forming. In industrial sector the leading commodity is rattan craft. In trade service sector the leading commodity is hotel/inn. Keyword: commodity, product, bussiness, leading
PENDAHULUAN Upaya mendorong pembangunan khususnya pembangunan ekonomi tidak lepas dari adanya pengembangan potensi ekonomi masyarakat baik berupa potensi sumberdaya manusia, potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya finansial, maupun sumberdaya kelembagaan ekonomi. Empat komponen sumberdaya tersebut jika dikelola dengan baik akan merupakan modal besar yang dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah dengan cepat dan tepat. Pembangunan ekonomi daerah dapat diartikan sebagai proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan ekonomi daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya financial dan bahkan sumberdaya kelembagaan. Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.
221
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
Dalam upaya pembangunan ekonomi daerah, inventarisasi potensi wilayah/masyarakat/daerah mutlak diperlukan agar dapat ditetapkan kebijakan pola pengembangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu langkah inventarisasi/identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan mengidentifikasi produk-produk potensial, andalan dan unggulan daerah pada tiap-tiap sub sektor. Produk unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumberdaya secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki daya saing sehingga mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestic dan /atau menembus pasar ekspor. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada tahun 2009 di delapan kecamatan yang ada di kabupaten Tapin, yaitu kecamatan Binuang, Tapin Selatan, Tapin Tengah, Bungur, Lokpaikat, Tapin Utara, Bakarangan, Candi Laras Selatan, Penetapan delapan kecamatan tersebut sebagai sample dilakukan secara “Purposive sampling” dengan pertimbangan kecamatan-kecamatan tersebut dapat mewakili karakteristik potensi ekonomi masyarakat. Jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatif, sedangkan sumber data berupa data primer dan sekunder. Pengumpulan dan analisis data dilakukan secara bertahap; yakni 1. tahap pembobotan, 2. tahap penentuan komoditi/Produk/Jenis Usaha 3. Tahap penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan per sector/sub sector di tingkat Kabupaten. Data yang dikumpulkan berupa data perbandingan berpasangan dengan skala Saaty 1–9. Data tersebut kemudian diolah melalui komputasi bobot dan skor mengikuti logika dan kaidah AHP dari Saaty. Sebagai outputnya akan disajikan berbagai KPJU terpilih dengan masing-masing skornya berbagai rujukan tingkat prioritas bagi keunggulannya masing-masing.
Tabel 1 Skala Saaty* Tingkat Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 1/(1-9) *Saaty
Definisi Sama penting Sedikit lebih penting Jelas lebih penting Sangat jelas lebih Penting Pasti/mutlak lebih penting (kepentingan yang ekstrim) Jika ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9
222
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
Kemudian dalam penentuan KPJU unggulan di Kabupaten Tapin melalui metode ini dibuat sebuah kerangka alur berpikir tujuan dan faktor penentu keunggulan yakni dalam kontek kepentingan ekonomi secara makro, maka tujuan yang pertama adalah untuk mendukung tercapainya peningkatan pertumbuhan ekonomi (A). kedua adalah dalam kerangka penciptaan lapangan kerja (B). Ketiga, agar dapat meningkatkan daya saing perekonomian ditengah kompetisi yang makin mengglobal (C). Dari kerangka ini, disusunlah kuesioner yang akan ditanyakan kepada sejumlah responden yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan kriteria keahlian dan representasi stakeholders. Untuk menilai seberapa besar suatu KPJU memiliki potensi untuk menjadi unggulan dilakukan analisis atas berbagai faktor dan kriteri keunggulan. Dalam hal ini digunakan 11 macam factor yang dapat menentukan tingkat keunggulan sebagai berikut: skill, bahan baku, modal, sarana produksi/usaha, teknologi, social budaya, manajemen, pasar, harga, penyerapan tenaga kerja, dan peranannya
dalam
ekonomi.
Penilaian
setiap
alternatif
KPJU
ditetapkan
berdasarkan
penilaian/pendapat narasumber yang diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan narasumber di tingkat kabupaten/kota, misalnya pejabat dinas/instansi, asosiasi Kadin, Bappeda, Perbankan, dan Peneliti perguruan tinggi. Melalui forum FGD, dimintakan pula pendapat dari para narsumber mengenai alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka pengembangan KPJU unggulan yang telah teridentifikasi. Konfirmasi unggulan KPJU dilakukan minimal pada 4 (empat) KPJU untuk setiap sektor dengan menggunakan metode AHP. Adapun sektor-sektor terpilih terdiri dari sektor peternakan dan perikanan, kehutanan dan perkebunan, industri, perdagangan dan jasa, serta tanaman pangan dan holtikultura. HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan Komoditas Unggulan Dalam kontek kepentingan ekonomi secara makro, maka tujuan
pertama, adalah untuk
mendukung tercapainya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tujuan kedua, adalah dalam kerangka penciptaan lapangan kerja, tujuan
ketig,
dari adanya KPJU unggulan adalah agar dapat
meningkatkan daya saing perekonomian ditengah kompetisi yang makin mengglobal. Hasil FGD diperoleh nilai sbb:
A
Tenaga Ahli 1 A B 1.000 0.333
A
Tenaga Ahli 2 A B 1.000 0.200
B
3.000
1.000
3.000
B
5.000
1.000
9.000
C
0.333
0.333
1.000
C
0.143
0.111
1.000
TOTAL
4.333
1.667
7.000
TOTAL
6.143
1.311
17.000
C 3.000
223
C 7.000
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________ Keterangan : A. Pertumbuhan Ekonomi B. Penciptaan Lapangan Kerja C. Peningkatan Daya Saing A
B
A
0.231
0.200
B
0.692
0.600
C
0.077 1.000 0.0884 0.58 0.152415
Total
CI RI CR Keterangan :
C 0.429
A
EV UT
B
C
EV UT
0.153
0.412
0.242
0.286
A
0.163
0.429
0.574
B
0.814
0.763
0.529
0.702
0.200
0.143
0.140
C
0.023
0.085
0.059
0.056
1.000
1.000
1.000
Total
1.000 1.000 0.177298 0.58 0.305686
1.000
1.000
CI RI CR
EV UT = Eigen Vector Utama CI = Index konsistensi RI = Nilai pembangkit random sesuai dengan ordo matrix n CR = Rasio konsistensi
Matriks Pendapat Gabungan ta 1 ta 2 RG 0.286 0.242 0.263 0.574 0.702 0.635 0.140 0.056 0.088 1.000 1.000 0.986
A B C TOTAL Keterangan : ta 1 = tenaga ahli pertama ta 2 = tenaga ahli kedua RG = rata-rata geometris VP = Vektor Prioritas
VP 0.267 0.643 0.089 1.000
Pilihan yang dilakukan tenaga ahli yang terpilih nampak bervariasi. Dengan menggabungkan pilihan-pilihan para ahli tersebut yang diseimbangkan menggunakan rataan geometris maka diperoleh pilihan ahli (expert choices) tentang tujuan yang diinginkan. Hasilnya menunjukkan bahwa tujuan yang paling diprioritaskan dari adanya KPJU unggulan adalah tujuan B. Penciptaan Tenaga Kerja dengan bobot 0,643. Jauh dibawahnya adalah tujuan A. Pertumbuhan Ekonomi (0,267) dan diurutan terakhir tujuan C. Peningkatan Daya Saing dengan bobot 0.089. Ini menandakan bahwa persoalan yang dianggap paling krusial adalah lapangan kerja yang mengungguli kepentingan bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi. Sementara itu daya saing yang saat ini semakin penting masih belum menjadi kepentingan yang mendesak dibanding yang lainnya.
Faktor Penentu Keunggulan dan Kriterianya Analisis atas berbagai faktor dan kriteri keunggulan agar KPJU memiliki potensi untuk menjadi unggulan, digunakan 11 macam factor yang dapat menentukan tingkat keunggulan sebagai
224
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
berikut: skill, bahan baku, modal, sarana produksi/usaha, teknologi, social budaya, manajemen, pasar, harga, penyerapan tenaga kerja, dan peranannya dalam ekonomi. Dari kesebelas faktor tersebut, faktor modal (0,234) dianggap paling menentukan bagi terujudnya KPJU menjadi unggulan. Selanjutnya, penentu keunggulan diikuti oleh bahan baku (0,147), Pasar (0,129), dan Harga (0,123). Faktor-faktor lain berada dibawah kepentingan keempat faktor tersebut. Sementara itu faktor teknologi menempati urutan terakhir dengan bobot terendah (0,022). Tabel 6. Nilai Faktor Penentu Keunggulan dan Kriterianya Faktor
Bobot
A. Skill
0.032
B.Bahan Baku
C. Modal
D.Saprodi/ Usaha
0.147
0.234
0.091
Kriteria 1.Tk Pdd 2.Pelatihan 3.Pnglm Krj 4.Jml Pelath 5.Ketersediaan 6.Dy Tahan 7.Kesinmbgn 8.Mutu 9.Kemudhn 10.Kebt I awl 11.Kbt M krj 12.Akses keu 13. Ketersediaan 14.Harga 15.Kemudh
Bobot 0.063 0.240 0.389 0.307 0.345 0.201 0.177 0.077 0.200 0.225 0.454 0.321 0.219 0.515 0.266
Faktor
Bobot
E. Teknologi
0.022
F.Sosial Budaya
0.049
G. Manajemen
0.038
H. Pasar
0.129
I. Harga
0.123
J.Peyerapan T.K.
0.077
K.Peran Dlm Ekonomi
0.058
Kriteria 16.Ketersediaan 17.Kemdhn 18.Cr kh lkl 19.klgs bdy 20.Tradisi 21.Canggih 22.Mudah 23.Keluasan 24.Kepastian 25.Stabil 26.Besaing 27.T Lokal 28.T Luar 29.Rnti Prod 30.Keb Khlyk 31.Sbg PDRB
Bobot 0.167 0.833 0.333 0.333 0.333 0.145 0.855 0.500 0.500 0.634 0.366 0.900 0.100 0.632 0.248 0.120
Keterangan : 1.Tk Pdd 2.Pelatihan 3.Pnglm Krj 4.Jml Pelath 5.Ketersediaan 6.Dy Tahan 7.Kesinmbgn 8.Mutu 9.Kemudhn 10.Kebt I awl 11.Kbt M krj 12Akses keu 13Ketersediaan 14.Harga
=Tingkat Pendidikan =Tingkat Pelatihan =Pengalaman Kerja =Jumlah Kegiatan Pelatihan =Ketersediaan Bahan Baku =Daya Tahan Bahan Baku =Kesinambungna Bahan Baku =Mutu Bahan Baku =Kemudahan Memperoleh Bahan Baku =Tingkat kebutuhan Investasi Awal =Kebutuhan modal kerja =Akses pada sumber keuangan =Ketersediaan Sarana produksi/usaha =Harga Sarana produksi/usaha
16.Ketersediaan 17.Kemdhn 18.Cr kh lkl 19.klgs bdy 20.Tradisi 21.Canggih 22.Mudah 23.Keluasan 24.Kepastian 25.Stabil 26.Besaing 27.T Lokal 28.T Luar 29.Rnti Prod
15.Kemudh
=Kemudahan memperoleh Sarana Produksi/usaha
30.Keb Khlyk 31.Sbg PDRB
225
=Tingkat ketersediaan teknologi =Kemudahan teknologi =Ciri khas lokal =Kelangsungan Budaya =Sejalan dg tradisi =Canggih =Mudah diaplikasikan =Keluasan Pasar =Kepastian Pasar =Kestabilan harga =Harga mampu bersaing =Tenaga kerja lokal =Tenaga kerja dari luar =Peran dalam rantai produksi ekonomi =Peran dalam pemenuhan kebutuhan khalayak =Peranan dalam besaran PDRB
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
Setiap faktor memiliki sejumlah kriteria yang masing-masing memiliki bobot kepentingan pula dalam dalam menentukan keunggulan suatu KPJU. Faktor skill didominasi oleh kriteria pengalaman kerja dengan bobot (0,389). Bahan baku lebih ditentukan oleh ketersediaannya (0,345). Modal lebih dipengaruhi oleh terjaminnya pemenuhan kebutuhan kodal kerja (0,454). Sarana Produksi akan lebih efektif jika harganya dapat terjangkau (0,515). Selanjutnya, dalam hal teknologi dunia usaha lebih mementingkan kemudahannya (0,833) dibanding terbatas pada ketersediaannya. Dalam faktor sosial budaya, dunia usaha menempatkan kepentingan kriteria ciri khas lokal, kelangsungan budaya, dan keterkaitan dengan tradisi secara seimbang, masing-masing dengan bobot 0,333. Seperti halnya teknologi, dalam hal manajemen yang lebih dipentingkan adalah kemudahannya (0,855) sehingga praktis dijalankan ketimbang kecanggihan suatu sistem manajemen. Keluasan pasar dan kepastian pelanggan merupakan unsur kriteria yang memiliki bobot seimbang dalam mendukung peranan pemasaran setiap KPJU, masing-masing memiliki bobot 0,500. Faktor harga lebih ditentukan oleh kestabilanya (0,634), sementara penyerapan tenaga kerja lokal (0,900) menjadi sangat dominan dibanding keperluan untuk penyerapan tenaga luar dalam lapangan usaha produktif. KPJU unggulan akan memiliki ketahanan yang stabil jika terkait dan memiliki rantai produksi yang lebih panjang (0,632).
Output KPJU Unggulan di Setiap Sektor a. Peternakan dan Perikanan Dalam sektor peternakan dan perikanan memuat KPJU yang terdiri dari usaha perikanan karamba, tambak ikan, sapi, dan unggas. Masing-masing memiliki keutamaan dan kelebihan dalam berbagai faktor penentu keunggulan. Dari sisi skill (dengan kriteria-kriteria tingkat pendidikan, tingkat pelatihan, pengalaman kerja, jumlah pelatihan), komoditas sapi (0,338) secara tipis mengungguli ikan karamba pada urutan prioritas unggul teratas. Tambak ikan memiliki skor prioritas terendah dengan nilai 0,122 pada faktor skill. Selain dalam hal skill, komoditas sapi nampak unggul dalam lokal-lokal faktor yang lain, yakni bahan baku (0,372), modal (0,523), sarana produksi/usaha (0,487), teknologi (0.350), dukungan sosial budaya (0,369), manajemen (0,367), pasar (0,299), Harga (0,522), dan peran dalam ekonomi (0,337). Hanya dalam hal penyerapan tenaga kerja komoditas ternak sapi diungguli komoditas unggas (0,446). Prioritas Global Peternakan dan Perikanan Dari keseluruhan faktor dan kriteria penentu keunggulan KPJU yang ada maka terlihat jelas komoditas ternak sapi bisa diprioritaskan sebagai unggulan Kabupaten Tapin. Hal ini sejalan dengan
226
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
skor prioritas global ternak sapi yang sangat dominan (0.417) dibandingkan unggas yang memiliki skor 0.239, ikan karamba 0.222, dan tambak ikan yang terkecil dengan nilai 0,122. a b c d
KPJU Sapi Unggas Ikan Karamba Tambak Ikan
Global Priority 0.417 0.239 0.222 0.122
Produksi sapi Kabupaten Tapin tahun 2008 mencapai 15.083 ekor dan daerah penghasil utama berada di Kecamatan Hatungun, Binuang, Tapin Tengah, Salam Babaris, dan Tapin Selatan. Potensi peggemukan sapi untuk Kabupaten Tapin sangat menjanjikan. Hal ini mengingat kebutuhan daging di Kalimantan Selatan Cukup tinggi dimana selama ini kebutuhan tersebut banyak didatangkan dari Jawa dan Nusa Tenggara Barat. Usaha pengembangan Sapi potong di Kabupaten Tapin dapat dikembangkan pada skala kecil dan menengah. Kegiatan pengembangan dapat dilakukan oleh sejumlah peternak kecil secara bersama-sama di dalam koordinasi KUD dengan mengadakan kerjasama kemitraan secara terpadu dengan perusahaan inti (Fedlolotters). Perusahaan inti bisa dibentuk oleh pemerintah sebagai suatu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), sehingga pola yang digunakan adalah pola inti dan plasma. Kendala dalam usaha penggemukan sapi selama ini adalah kelangkaan pengadaan sapi bakalan, oleh karenanya harus disertai dengan usaha penyediaan sapi bakalan. Perusahaan inti dapat berfungsi sebagai perusahaan pengadaan bakalan meskipun harus dilakukan secara impor. Komoditas unggulan lain yakni unggas, meliputi ayam buras dan ayam ras pedaging. Ayam buras Kabupaten Tapin memiliki kapasitas terbesar mencapai 1.124.271 ekor di tahun 2008 dibanding ayam ras pedaging. Penyebaran hampir merata di setiap kecamatan dan terbesar sekaligus baik dijadikan daerah pengembangan berada di Kecamatan Bungur, kemudian Kecamatan Lokpaikat dan Kecamatan
Binuang. Sementara ayam ras pedaging terbesar di Kecamatan Binuang, kemudian
Kecamatan Tapin Utara.
b. Kehutanan dan Perkebunan Dalam sektor kehutanan dan perkebunan memuat KPJU yang terdiri dari usaha perkebuan sawit, komoditas hutan rumbia, nilam, kayu galam, dan kelapa dalam. Masing-masing memiliki keutamaan dan kelebihan dalam berbagai faktor penentu keunggulan secara cukup bervariasi. Dari segi skill, nampak sekali dominasi keunggulan sawit dibanding yang lain. Hal ini terbukti dengan nilai prioritas lokal sawit sebesar 0.603. keunggulan ini meliputi semua kriteria termasuk tingkat pendidikan, tingakat pelatihan, pengalaman kerja dan jumlah pelatihan. Dari segi bahan baku dominasi sawit tergantikan oleh komoditas kelapa dalam (0,261). Posisi selanjutnya adalah kayu galam (0,233) yang disusul rumbia (0,225) dan sawit (0,195).
227
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
Dalam hal faktor-faktor penentu keunggulan selanjutnya yakni modal, sarana produksi/usaha, manajemen, pasar, harga, penyerapan tenaga kerja, dan peranan dalam ekonomi sawit menampakkan keunggulan yang cukup dominan. Pada faktor teknologi keunggulan ditempati kelapa dalam (0,320) dan pada saat yang sama sosial budaya ditempati kayu galam (0,279). Prioritas Global Kehutanan dan Perkebunan Untuk mendapatkan nilai prioritas global maka bobot prioritas lokal (contoh, skill : 0,032) harus diintegrasikan kedalam kerangka global (keseluruhan 11 faktor yang ada). Dengan sendirinya maka setiap bobot kriteria dalam faktor lokal (contoh, tingkat pendidikan : 0,063) yang berhadapatan langsung dengan alternatif-alternatif pilihan mesti disesuaikan dengan bobot lokal integratif dengan metode normalitas keatas (global). Berdasarkan kalkulasi tersebut diperoleh hasil masing-masing KPJU kehutanan dan perkebunan dimana sawit memiliki nilai prioritas keseluruhan (global priority) tertinggi dengan 0,447. komoditas lainnya jauh dibawah dengan skor hampir bersamaan yakni kelapa dalam (0,188), Galam (0,133), Rumbia (0,117), dan Nilam (0,115). a b c d e
KPJU Sawit Kelapa Dalam Galam Rumbia Nilam
Global Priority 0.447 0.188 0.133 0.117 0.115
Sebagai catatan disektor perkebunan sebenarnya dari berbagai kajian bahwa perkebunan karet merupakan komoditas unggulan utama masyarakat Kabupaten Tapin. Namun demikian dalam kajian ini dikeluarkan dari model supaya diperoleh komoditas lainnya untuk pengembangan lebih lanjut. Kelapa sawit menjadi unggulan utama, meskipun bagi Kabupaten Tapin ini merupakan komoditas perkebunan baru yang dikembangkan setelah sebelumnya karet. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan utama yang dikelola oleh perusahaan besar swasta/nasional/asing, sedangkan karet dan kelapa dalam, galam, rumbia dan nilam sebagai tanaman utama yang dikembangkan oleh perkebunan rakyat. Melalui paradigma baru dalam pembangunan perkebunan Kabupaten Tapin harus menempatkan orientasi pembangunan perkebunan bukan pada aspek produksi tapi berorientasi pada agribisnis dan menempatkan agribisnis sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi Kabupaten Tapin secara keseluruhan. Kedepan sub sistem hilir yang meliputi pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan merupakan rangkaian sub sistem yang sangat strategis karena dapat menghela sub sistem lainnya untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Peluang yang dimiliki potensi perkebunan sawit adalah pembangunan industri hilir dan turunannya dari CPO (Crude Palm Oil)
228
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
seperti minyak goreng, sabun, margarin. Langkah ke arah demikian di dalam perencanaan maka reinvestasi perkebunan yang selama ini banyak diperoleh dari hasil tambang harus dialihkan kepada industri perkebunan untuk pembangunan berkelanjutan.
c. Tanaman Bahan Makanan dan Hortikultura Dalam sektor tanaman bahan makanan dan hortikultura ini memuat KPJU hasil dari usaha tani padi sawah, padi gunung, kacang tanah, jagung, jeruk, pisang, dan rambutan. Masing-masing memiliki keutamaan dan kelebihan dalam berbagai faktor penentu keunggulan namun nampak sekali komoditas hasil usaha tani padi sawah mendominasi. Dari segi skill, ada 2 (dua) macam komoditas hasil usaha tani yang paling unggul dengan nilai prioritas lokal berada diatas yang lainnya, yakni padi sawah dan padi gunung. Kendati demikian skor tertinggi ada pada padi sawah (0,375) yang disusul padi gunung dengan skor 0,216. Komoditaskomoditas lainnya dalam kelompok tanaman bahan makanan dan hortikultura ini hanya mencapai skor 0,084 kebawah. Dari segi faktor bahan baku, padi sawah semakin nampak mendominasi dengan skor tertinggi 0,433. Hal yang sama juga nampak pada faktor-faktor yang lainnya. Variasi hanya terjadi pada urutan kedua sampai yang terbawah atau kelima. Meski demikian, terdapat pula situasi yang berbeda khususnya pada faktor manajemen dimana komoditas jeruk mencapai skor tertinggi dengan 0,276. Padi sawah dan padi gunung masing-masing hanya memiliki skor 0,114, dibawah pisang dan rambutan. Jeruk juga cukup signifikan untuk unggul jika dilihat dari permodalan dan faktor harga, khususnya pada kemampuan harga untuk bisa bersaing. Akan tetapi pada sebagian besar faktor-faktor penentu keunggulan lainnya jeruk memiliki nilai yang masih rendah. Prioritas Global Tanaman Bahan Makanan dan Holtikultura Berdasarkan kompilasi atas semua faktor dan kriteria penentu keunggulan yang ada padi sawah menduduki urutan teratas (0,378). Urutan kedua sebagai komoditas yang dapat dijadikan unggulan adalah padi gunung dengan skor 0,172. Ini bisa menjadi indikasi awal bagi keduanya untuk lebih dikembangkan menjadi unggulan kabupaten (lampiran 36). Perbandingan prioritas atas berbagai komoditas unggul yang ada secara berurutan dapat dilihat pada tabel berikut ini. a b c d e f g
KPJU Padi Sawah Padi Gunung Jeruk Kacang Tanah Jagung Pisang Rambutan
Global Priority 0.378 0.172 0.113 0.099 0.082 0.078 0.077
229
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
Padi sawah memenuhi kriteria menjadi produk unggulan. Wilayah potensial tanaman padi sawah dengan rata-rata produksi 4,07 ton per hektar adalah kecamatan-kecamatan Tapin Tengah, Candi laras Utara, Candi Laras Selatan, Tapin Selatan, Bakarangan, Tapin Utara, dan Binuang. Kecamatan Tapin tengah merupakan wilayah paling potensial untuk pengembangan padi sawah dengan tingkat produktifitas mencapai 4,29 ton/ha, dimana kecamatan ini menyumbang 24,58% produksi padi sawah Kabupaten tapin (250.827 ton).
d. Industri Dalam sektor industri ini memuat KPJU yang terdiri dari usaha industri kacang jaruk, kripik jintan, kue bawang, rimpi pisang, kerajinan dari rotan, kerajinan anyaman, dan meubel. Masingmasing memiliki keutamaan dan kelebihan dalam berbagai faktor penentu keunggulan sehingga nampak keunggulannya sangat berimbang antara satu dengan yang lain. Dari segi skill ada 3 (tiga) macam industri yang paling unggul dengan nilai prioritas lokal yang hampir bersamaan. Ketiga industri itu adalah kerajian rotan, anyaman, dan meubel. Kendati demikian skor tertinggi ada pada kerajinan anyaman (0,257) Dari segi faktor bahan baku ketiga industri yang tertinggi sebelumnya memiliki skor yang sama persis yakni 0,1659. ini adalah skor paling unggul dibanding industri lainnya yang tersisa. Dari segi modal dan faktor sosial-budaya kerajinan anyaman kembali terlihat paling unggul dibandingkan yang lainnya. Disisi lain kerajinan rotan juga unggul tipis pada faktor sarana produksi dan teknologi. Keduanya unggul dibanding yang lain dalam hal faktor peranan dalam ekonomi yang meliputi rantai produksi, kebutuhan khalayak, dan PDRB. Pada faktor-faktor lainnya yang tesisa nampak keunggulan menjadi seimbang kecuali pada faktor pasar, ketiga industri yang cenderung dominan, yakni kerajinan rotan, anyaman, dan meubel unggul kembali disini. Prioritas Global Industri Secara keseluruhan, meliputi semua fakktor dan kriteria penentu keunggulan, posisi terunggul ditempati bersama-sama oleh kerajinan rotan dan kerajinan anyaman (0,197). Ini sebagai indikasi awal dimana keduanya patut lebih dikembangkan sehingga betul-betul menjadi unggulan kabupaten Tapin. A B C D E F G
KPJU Ker Rotan Ker Anyaman Meubel Kcg Jaruk Kripik Jntn Kue Bawang Rimpi Pisang
Global Priority 0.197 0.197 0.181 0.107 0.106 0.106 0.106
230
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
e. Jasa dan Perdagangan Dalam sektor Jasa dan Perdagangan memuat KPJU yang terdiri dari usaha perhotelan, restoran, persewaan bangunan, dan pariwisata. Masing-masing memiliki keutamaan dan kelebihan dalam berbagai faktor penentu keunggulan secara cukup bervariasi. Akan tetapi, nampak persaingan ketat terjadi antara perhotelan dan restoran diberbagai faktor dan kriteria. Dari segi skill, persewaan bangunan nampak dominan dibanding yang lain. Hal ini terbukti dengan nilai prioritas lokal persewaan bangunan sebesar 0.305. Dari segi bahan baku dominasi dipegang usaha restoran (0,394) yang diikuti oleh perhotelan (0,219). Posisi selanjutnya adalah persewaan bangunan (0,197) yang disusul pariwisata yang tertinggal tipis dengan 0,191. Dalam hal faktor-faktor penentu keunggulan selanjutnya nampak sekali hanya didominasi oleh 2 (dua) KPJU, yakni usaha perhotelan dan usaha restoran secara bergantian. Usaha perhotelan lebih unggul pada modal, teknologi, manajemen, pasar, harga, dan penyerapan terhadap tenaga kerja. Disisi lain, usaha resotoran lebih unggul dalam hal sarana produksi/usaha, sosial-budaya, dan peranan dalam ekonomi. Prioritas Global Jasa dan Perdagangan Berdasarkan kalkulasi integral atas semua faktor dan kriteria keunggulan maka dapat diperoleh nilai masing-masing KPJU Jasa dan Perdagangan yang menjadi petunjuk peringkat antar satu dengan yang lainnya.Usaha perhotelan ternyata memiliki nilai prioritas keseluruhan (global priority) tertinggi dengan 0,318. Jenis usaha lainnya yang juga potensial untuk diunggulkan adalah usaha restoran yang memiliki skor 0,271 (lampiran 24). Meskipun demikian, keempat KPJU yang nilai disini semuanya sangat potensial karena sejalan dengan arah pengembangan kabupaten kedepan yang berbasis bisnis dan perdaganan, khususnya diilayah perkotaan. Secara berurutan hasil analisis KPJU unggulan bidang jasa dan perdagangan menggunakan metode AHP dapat dilihat pada tabel dibawah ini. A B C D
KPJU Perhotelan Restoran Pariwisata Sewa Bangunan
Global Priority 0.318 0.271 0.221 0.190
3. Arah Pengembangan Komoditas Unggulan Pola dan arah pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Tapin pada dasarnya merupakan dasar untuk pengembagan kawasan andalan dan sentra produksi. Kebijakan pengembangan komoditas unggulan tersebut bertumpu pada program pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari dan berkesinambungan (gamb.1). Mengingat komoditas unggulan yang dikembangakan berdasarkan natural resources base, maka pola dan arahan pada hakekatnya berisi
231
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
tentang arahan-arahan pemanfaatan atau analisis kebijakan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tentang Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Tapin
Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Tapin Pengembangan Komoditas Unggulan Pengembangan Cluster Industri Perencanaan Pembangunan Dan Pengembangan Komoditas Unggulan Kebijakan Pemerintah Pusat & Daerah Kawasan Sentra Andalan
Analisis Kebikan
Kebijakan Pengembangan Potensi dan Keunggulan Komoditas Unggulan
Prinsip komplementaritas ekonomi dan keterkaitan fungsional akan menjadi pertimbangan dalam rangka memaksimumkan keuntungan (benefit) dari suatu kawasan andalan dan sentra produksi. Pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Tapin akan lebih efektif apabila terdapat interaksi antar variabel dan antara kriteria. Interaksi tersebut haruslah interaksi antar beberapa aktivitas pada suatu wilayah dengan wilayah lainnya yang tercipta dan memungkinkan terjadinya perkembangan yang optimal antar unit-unit wilayah maupun dengan wilayah sekitar. Variabel aktivititas ekonomi dalam hal pengembangan sentra produksi dan kawasan andalan akan sangat bergantung pada asfek tenaga kerja, permodalan, pasar dan sumberdaya alam. Jika keempat variabel tersebut saling berkait secara sistem maka akan sangat mendorong pertumbuhan komodits unggulan yang terdapat di Kabupaten Tapin.
232
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
Adapun Penetapan Kawasan sentra dan andalan, harus memperhatikan aspirasi dan isu yang berkembang di masyarakat. Hal ini penting mengingat pelaksanaan dan penerima konsep rencana pengebagan dan analisis kebijakan yang dilakukan adalah masyarakat. Oleh karenannya pengembangan komoditas unggulan harus memperhatikan kelayakan ekonomis maupun analisis performansi seperti yang sudah dilakukan sebelumnya.
PENUTUP 1.
Kesimpulan Dalam konteks prioritas kepentingan pengembangan ekonomi secara makro tujuan penetapan
komoditas, produk, dan jenis usaha (KPJU) unggulan di Kabupaten Tapin berturut-turut adalah penciptaan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan daya saing. Adapun faktor penentu terwujudnya KPJU unggulan tersebut lebih ditentukan oleh faktor modal, yang lebih dipengaruhi oleh kebutuhan modal kerja;. Kemudian berturut-turut faktor bahan baku, yang ditentukan oleh ketersediaannya; faktor pasar, yang lebih dipengaruhi oleh keluasan pasar dan kepastian pelanggan; faktor harga, yang dipengaruhi oleh kestabilan harga. Bobot atau prioritas sektor usaha paling unggul berturut-turut menurut sektor perekonomian adalah pada sektor peternakan dan perikanan terdapat komotas peternakan sapi. Pada Sektor kehutanan dan perkebunan adalah komoditas perkebunan sawit disamping karet. Pada sektor tanaman bahan makanan dan holtikultura berupa padi sawah. Pada Sektor Industri adalah Kerajinan rotan, sementara perhotelan menjadi yang terunggul diantara jenis-jenis usaha disektor jasa dan perdagangan.
2. Saran Pola dan arah pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Tapin pada dasarnya merupakan dasar untuk pengembangan kawasan andalan dan sentra produksi. Kebijakan pengembangan komoditas unggulan tersebut bertumpu pada program pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari dan berkesinambungan. Pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Tapin akan lebih efektif apabila terdapat interaksi antar variabel utama yakni asfek permodalan, pasar, harga, sumberdaya manusia, dan bahan baku. Jika kelima variabel tersebut saling berkait secara sistem maka akan sangat mendorong pertumbuhan komoditas unggulan yang terdapat di Kabupaten Tapin. Diperlukan dukungan teknis, manajerial, dan finansial dari berbagai pihak, selain itu komitmen politis perlu dibentuk dalam suatu peraturan daerah yang secara tegas menetapkan dan mengatur Tentang mekanisme dan dukungan bagi pengembangan mulai dari penentuan prioritas,
233
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi, Vol.9 No.3 Desember 2010 _______________________________________________________________________________
mekanisme pembinaan, dukungan pembiayaan dan produksi sampai dengan promosi dan pemasaran produk KPJU unggulan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009. Tapin dalam Angka Tahun 2008, 2009. BAPPEDA Kabupaten Tapin Kerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapin. Anonim, 2008. Rencana Pebangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin 20082012 Amiruddin, 2009. Analisis Pengembangan Komoditas Unggulan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kabupaten Bima NTB, Prosiding Seminar Nasional Dies Natalis UNRAM, Lembaga Penelitian Unram. Dinas Perindustrian Propinsi Kalimantan Selatan, 2000. Buku Pedoman Penyusunan Data Komoditas Unggulan Daerah. Saaty, T.L. 2000. The Fundamental of Decision Making and Priority Theory with the Analytic Hierarchy Proses. Vol.VI of The AHP Series, 478 pp., RWS Publ., 2000 (revised) Todaro, Michael P., 1986, Perencanaan Pembangunan: Model dan Metode, Jakarta: CV Intermedia.
234