Jurnal Ziraa’ah Vol. 12 Nomor 1: 12-17, Februari 2005, ISSN 1412-1468
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN FEASIBILITY ANALYSIS OF SIAM ORANGE (Citrus nobilis Lour) FARMING SYSTEM ON UPLAND IN TAPIN DISTRICT, SOUTH KALIMANTAN Ahmad Yousuf Kurniawan ABSTRACT This research’s objective was to know financial feasibility of Siam Orange (Citrus nobilis Lour). The research was done in Tatakan Village, South Tapin District, South Kalimantan. Stratified sampling method was used in this research. The Population was divided into three groups according to the plants age, that were: 0 – 4 years, 5 – 10 years and > 10 years. Then, ten farmers were taken from each group. Data were analized with use investation criteria, that are: NPV, IRR, and PBP on discount factor (df) 10%, 12%, 18%, and 24%. The results showed that NPV = Rp 59,999,987.- (df 10%); Rp 51,541,324.- (df 12%); Rp 31,096,245.- (df 18%); and Rp 18,262,531.- (df 24%), with IRR 42.38%. PBP was reached on year 6th (df 10%, 12%, and 15%) and year 7th (df 24%). Key word : financial; farming system; siam orange; dryland ABSTRAK Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kelayakan finansial usahatani jeruk siam (Citrus nobilis Lour). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tatakan Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin. Metode pengambilan contoh dilakukan dengan cara penarikan contoh berlapis (stratified sampling). Populasi dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan umur tanaman yang dimiliki, yaitu umur tanaman 0 – 4 tahun, 5 – 10 tahun dan >10 tahun. Kemudian individu contoh diambil dari setiap lapisan dengan penarikan contoh secara sengaja (purposive) sebanyak 10 orang petani contoh. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, dan PBP pada discount factor (df) 10%, 12%, 18%, dan 24%. Dari perhitungan kriteria investasi diketahui NPV = Rp 59.999.987 pada df 10%; Rp 51.041.324,- pada df 12%; Rp 31.096.245,- pada df 18%; dan Rp 18.262.531 pada df 24%, dengan IRR = 42,38%. PBP tercapai pada tahun ke-6 pada df 10%, 12% dan 15%, serta tahun ke-7 pada df 24%. Kata kunci : finansial; usahatani; jeruk siam; lahan kering
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian – Universitas Lambung Mangkurat
2
PENDAHULUAN Kalimantan Selatan memiliki potensi lahan kering yang dapat digunakan untuk pertanian. Dari data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Selatan, lahan kering yang dapat digunakan untuk usaha pertanian adalah 647.024 ha. Dari jumlah tersebut, baru dimanfaatkan seluas 210.299 ha atau sekitar 32,5%. Sedang untuk lahan pasang surut, dari 318.491 ha telah dimanfaatkan seluas 146.374 ha atau sekitar 46%. Salah satu tujuan pokok pembangunan adalah meningkatkan pendapatan petani yang dicapai melalui pertanian yang efisien, maju dan tangguh. Tujuan ini dapat dicapai apabila seluruh lahan dimanfaatkan secara efisien dan berkelanjutan. Salah satu bentuk dari pemanfaatan lahan ini adalah dengan menanam tanaman hortikultura seperti buah-buahan. Permintaan akan buah-buahan akan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan taraf penghasilan, kesadaran masyarakat akan gizi, serta perkembangan sektor industri dan pariwisata, baik itu dalam hal jumlah, mutu, ataupun ragamnya. Kenyataannya, kesempatan ini belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pengusaha buah-buahan di Indonesia. Memang grafik produksi dan ekspor buah-buahan Indonesia relatif meningkat dari tahun ke tahun, tetapi laju peningkatannya jauh dari kesempatan sebenarnya yang dapat diraih. Pada usahatani yang pada umumnya dilakukan di pekarangan kecil menyebabkan rendahnya produksi. Di Indonesia, sekarang ini produktivitas buah rata-rata hanya 7,3 ton/ha sedangkan negara-negara lain sudah mencapai 10 ton/ha (Rahardi et al, 1998). Kalimantan Selatan yang memiliki luas lahan berupa lahan kering dan lahan pasang surut yang relatif luas diharapkan dapat mengembangkan potensi ini. Untuk mengembangkan usahatani ini, petani dihadapkan pada ketebatasan sumberdaya dasar terutama modal. Sehingga modal merupakan bahan pertimbangan pokok dalam pengambilan keputusan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan usahatani (Soekartawi et al, 1984). Untuk meyakinkan petani serta pengambil kebijakan, maka perlu penelitian tentang kelayakan usahatani ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani jeruk siam (Citrus nobilis Lour) ditinjau aspek finansial, dilihat dari NPV (Net Present Value), PBP (Pay Back Period) , dan IRR (Internal Rate of Return).
3
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di wilayah Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin, yang merupakan sentra produksi jeruk lahan kering di Propinsi Kaliamantan Selatan. Kecamatan ini dipilih secara purposive (sengaja) karena berdasarkan data sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Tapin, kecamatan ini memiliki populasi tanaman jeruk terbanyak. Dari kecamatan tersebut terpilih Desa Tatakan sebagai desa sampel, karena merupakan sentra produksi jeruk dan memiliki sebaran umur tanaman jeruk yang lengkap dengan kisaran umur 1 – 15 tahun. Pengambilan sampel responden dilakukan dengan cara penarikan contoh berlapis (stratified sampling), yaitu suatu usaha memilih sebagian unsur dari populasi yang telah dikelompokkan (lapisan). Pemilihan unsur dari setiap lapisan dilakukan dengan sengaja (purposive). Pelaksanaan dengan cara ini, populasi dibagi-bagi ke dalam beberapa kelompok (lapisan), yaitu: (1) kelompok 1 (umur tanaman 0 – 4 tahun); (2) Kelompok 2 (umur tanaman 5 – 10 tahun); dan (3) Kelompok 3 (umur tanaman >10 tahun). Kemudian individu contoh diambil dari setiap lapisan (kelompok) dengan penarikan contoh secara sengaja sebanyak 10 orang petani contoh setiap kelompok. Data yang diperoleh dianalisis secara tabulasi yang meliputi biaya dan penerimaan dan selanjutnya dianalisis dengan analisa finansial. Analisa finansial secara garis besarnya meliputi biaya dan penerimaan pada usaha tersebut. Kelayakan investasi dapat diketahui dengan menggunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Pay Back Period (PBP). Ketiga kriteria itu dinyatakan dengan (Kadariah et al, 1978 dan Riyanto (1984)): n
NPV t 1
Bt Ct (1 i) t
…………………………………………..……… (1)
Keterangan: Bt = penerimaan pada tahun t Ct = pengeluaran pada tahun t i = tingkat suku bunga n = waktu pengusahaan
Kriteria penilaian: NPV < 0 : investasi masih merugikan NPV = 0 : investasi berada break even point NPV > 0 : investasi menguntungkan
4
NPV1 IRR i (i 2 i1 ) …………………………… (2) NPV1 NPV 2 Pay Back Period diperoleh pada saat NPV = 0, yaitu pada saat perubahan NPV negatif ke NPV positif atau pada saat total penerimaan sama dengan total biaya (Noorginayuwati, 1996).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam menganalisis biaya dan manfaat dari usahatani jeruk di lahan kering ini digunakan data produksi dan pembiayaan yang berasal dari usahatani ini. Dalam menganalisis biaya dan manfaat, luas lahan yang dianalisis adalah seluas satu hektar dengan jumlah pohon 400 batang per hektarnya.
Analisis Biaya Dalam usahatani ada beberapa tahap kegiatan yang diperhitungkan sebagai pengeluaran (biaya). Untuk memudahkan dalam analisis, maka biaya-biaya tersebut dibedakan menjadi biaya investasi (biaya yang dikeluarkan sebelum tanaman berproduksi) dan biaya eksploitasi (biaya yang dikeluarkan setelah tanaman berproduksi). Biaya investasi meliputi : biaya pengadaan lahan, pembersihan dan penyiapan lahan, pengadaan bibit, dan pemeliharaan tanaman sebelum tanaman berproduksi. Jumlah biaya investasi yang dikeluarkan dalam penelitian adalah sebesar Rp 14.932.000,- per hektar. Biaya produksi atas biaya eksploitasi tahun ke-t diperhitungkan mulai tanaman berproduksi, yaitu pada umur tiga tahun sampai umur 13 tahun. Hal ini disebabkan karena tanaman jeruk mulai berproduksi pada umur 3 tahun sampai umur 13 tahun. Biaya produksi ini meliputi biaya pemeliharaan tanaman setelah menghasilkan, yaitu: biaya sarana produksi dan biaya pemeliharaan tanaman. Biaya per per hektar tahun ke-t (Ct) dapat dilihat pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Biaya total per hektar yang dikeluarkan selama masa ekonomis tanaman jeruk (x Rp 1.000). UMUR (tahun)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
TANAH
BIBIT
PUPUK (Rp)
PESTISIDA (Rp)
(Rp)
(Rp)
NPK
Kandang
Kapur
Daun
PESTISIDA
3.500
1.000
350 350 1.400 1.400 2.100 4.200 4.200 4.200 4.200 4.200 4.200 4.200 4.200 4.200 43.400
200 200 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 5.000
10
630 630 630 630 630 630 630 630 630 630 630 630 630 630 8.820
420 420 420 420 420 420 420 420 420 420 420 420 420 420 5.880
3.500
1.000
10
HERBISIDA
TENAGA KERJA (Rp)
369 369 369 369 369 369 369 369 369 369 369 369 369 369 5.166
1.825 330 435 435 645 435 645 435 645 435 645 435 645 435 8.425
ALAT (Rp)
635 140 120 1.140 375 1.260 1.140 120 1.515 1.260 7.705
JUMLAH (Rp)
8.939 2.299 3.694 3.674 5.604 6.729 7.824 6.354 7.704 6.474 8.079 6.354 7.824 6.354 87.906
Analisis Penerimaan Penerimaan yang diperoleh petani dari usahatani jeruk ini adalah merupakan perkalian antara harga jual ouput per kg dengan jumlah output yang dihasilkan. Jumlah produksi per hektar tanaman jeruk bervariasi tergantung dari umur tanaman. Tanaman jeruk mulai berproduksi pada umur 3 tahun, yaitu sekitar 5 kg/pohon atau 2.000 kg/ha, kemudian terus mengalami peningkatan sampai jeruk berumur 7 tahun yaitu sekitar 60 kg/pohon atau 24.000 kg/ha. Mulai umur 8 tahun, tanaman jeruk mengalami penurunan produksi. Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 1 dan Tabel 2. Harga jeruk di tingkat petani bervariasi antara Rp 2.000,-/kg sampai dengan Rp 3.500,-/kg, tergantung dengan mutu buah. (biasanya dilihat dari besar kecilnya buah) dan tingkat permintaan konsumen. Dalam analisis ini digunakan tingkat harga terendah, yaitu Rp 2.000,-/kg. Penerimaan (R) petani jeruk juga tergantung dari umur tanaman. Penerimaan yang diterima petani berkisar antara Rp 4.000.000,-/ha sampai dengan Rp 48.000.000,-/ha dengan rata-rata penerimaan per tahun adalah Rp 17.230.769,23. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
6
Tabel 2. Rata-rata produksi per pohon dan per hektar serta penerimaan per hektar dengan jumlah pohon 400 batang/ha dan harga jual buah jeruk Rp 2.000,-/kg Tahun
Produksi kg/pohon kg/ha 5 2.000 10 4.000 25 10.000 40 16.000 60 24.000 40 16.000 35 14.000 25 10.000 20 8.000 10 4.000 10 4.000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Penerimaan (Rp/ha) 4.000.000 8.000.000 20.000.000 32.000.000 48.000.000 32.000.000 28.000.000 20.000.000 16.000.000 8.000.000 8.000.000 224.000.000
Dalam usahatani ini, penerimaan per hektar tertinggi diperoleh pada waktu tanaman jeruk berumur 7 tahun, yakni Rp 48.000.000 per tahun dan setelah itu menurun seiring
Rata-rata produksi jeruk per pohon (kg)
dengan menurunnya rata-rata produksi jeruk (lihat gambar 1) 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Umur tanaman (tahun)
Gambar 1. Kurva rata-rata produksi jeruk per pohon
Analisis Kelayakan Finansial Untuk menganalisis kelayakan finansial usahatani jeruk ini digunakan tingkat bunga (df) 10%, 12%, 18% dan 24%, dengan luasan lahan 1 hektar dan harga buah jeruk Rp 2.000,-/kg.
7
Net Present Value sampai tahun ke-5 belum menghasilkan nilai positif, ini berarti bahwa pada tingkat biaya investasi usahatani ini belum menguntungkan. Tetapi pada umur enam tahun (pada tingkat suku bunga (df) 10%, 12%, dan 18%) dan tujuh tahun (pada df 24%), nilai NPV telah bernilai positif atau usahatani ini telah menguntungkan. Setelah arus NPV ditabulasikan, secara langsung dapat dibaca nilai Pay Back Period yaitu saat perubahan nilai NPV dari negatif ke positif. Pada analisis ini masa pengembalian investasi dicapai pada tahun keenam. Rincian yang lebih detail hasil analisis finansial ini disajikan pada tabel 3. Tabel 3. NPV, IRR dan PBP per hektar dalam tingkat bunga 10%, 12%, 18% dan 24% pada tngkat harga jeruk Rp 2.000/kg. Kriteria Analisis Kelayakan Investasi Df 10% Df 12% Df 18% Df 24% NPV (Rp) 59.999.987 51.041.324 31.096.245 18.262.531 IRR (%) 42,38 42,38 42,38 42,38 PBP (thn) 6 6 6 7 Keterangan : df = discount factor (tingkat suku bunga). Dari tabel ini dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat bunga maka nilai NPV akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Gittinger (1982) bahwa NPV dipengaruhi oleh tingkat bunga. Semakin besar tingkat bunga maka nilai NPV akan semakin kecil. Sedangkan besarnya IRR menurut Rajino (1984) ditentukan oleh pendapatan, biaya investasi serta lamanya waktu yang ditentukan dalam penilaian. Pada tabel di atas diketahui bahwa nilai IRR adalah 42,38%. Pada keadaan ini, usahatani ini dikatakan layak karena nilai NPV positif, PBP lebih kecil dari nilai ekonomi dari tanaman jeruk yakni 6 tahun lebih kecil 13 tahun, dan IRR = 42,38.% adalah lebih besar dari suku bunga 10%, 12%, 18% dan 24%. Kurva pengembangan net present value selama umur tanaman dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
8
70.000
Arus NPV (x Rp 1,000)
60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 -10.000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-20.000 -30.000 Umur Tanaman (tahun) df 10%
df 12%
df 18%
df 24%
Gambar 2. Kurva perkembangan NPV kumulatif selama 13 tahun.
13
9
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelayakan usahatani jeruk pada lahan kering di Desa Tatakan Kecamatan Tapin Selatan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Kalimantan Selatan memiliki potensi lahan kering yang dapat digunakan untuk usaha pertanian seluas 647.024 ha. Salah satu penggunaan lahan tersebut adalah untuk usahatani jeruk siam (Citrus nobilis Lour).
2.
Secara finansial, dilihat dari kriteria investasi, usahatani ini layak untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari nilai NPV yang bernilai positif, yaitu Rp 59.999.987,00 pada df 10%; Rp 51.041.324,00 pada df 12%; Rp 31.096.245,00 pada df 18% dan Rp 18.262.531,00 pada df 24%. Nilai IRR adalah 42,38 dan Pay Back Period pada tahun ke-6 pada df 10%, 12% dan 18%, dan pada tahun ke-7 pada df 24%. Saran
1.
Melihat peluang pengembangan usahatani jeruk ini, maka pemerintah atau pengambil kebijakan di bidang pertanian mensosialisasikannya di daerah lain untuk memacu peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi wilayah.
2.
Pemerintah daerah perlu melakukan evaluasi yang terus menerus dan rinci mengenai usahatani jeruk. Ini untuk mengantisipasi permasalahan yang timbul dalam pengembangan usahatani ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Gittinger, J. Price., H. A. Adler. 1982. Evaluasi Proyek. ESG. Jakarta. Kadariah., Lien Karlina, Clive Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Noorginayuwati. 1996. Analisis Ekonomi Sistem Surjan dengan Pola Tanam Padi dan Jeruk di Lahan Pasang Surut (Kasus Desa Tandipah, Kec. Sungai Tabuk, Kalsel). Dalam: Maamun, Yusuf. 1996. Aspek-Aspek Sosial Ekonomi Usahatani Lahan Marjinal di Kalimantan. Balittra. Banjarbaru. Rahardi., Yovita Hety Indriani, Haryono. 1998. Penebar Swadaya, Jakarta, 1998,
Agribisnis Tanaman Buah, cet.VIII.
Rajino, Anton Yusuf. 1984. Pengkajian Biaya Manfaat Investasi Modal untuk Peremajaan Teh Perkebunan. Disertasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Riyanto, Bambang. 1984. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Yogyakarta. Soekartawi., A. Soehardjo, John L. Dillon, J. Brian Hardaker. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UI Press. Jakarta.