Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
TATANIAGA JERUK SIAM (Citrus nobilis Lour) DI DESA SUNGAI KAMBAT KECAMATAN CERBON KABUPATEN BARITO KUALA Siam Orange (Citrus nobilis Lour) Marketing at Sungai Kambat Village, Cerbon District, Barito Kuala Region Sri Astuty Handayani1, Abdullah Dja’far2, A. Yousuf Kurniawan2 1
Mahasiswa Program Studi SEP/Agribisnis, Fakultas Pertanian Unlam Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Unlam Jl. A. Yani km.36 Kotak Pos 1028 Telp./Fax 0511-4772254 Banjarbaru 70714 2
Abstract The objectives of this research are: (1) to observe marketing channels, functions and marketing institution who involved in siam orange distribution, (2) to analize marketing costs, marketing shares, marketing margin, profit and marketing efficiency feasibility of siam orange marketing, and (3) to identify siam orange marketing problems in its channels. In this research, data were collected by interviewing 30 farmers from 3 different farmer groups. Then, by snowball sampling technique with those farmers as the starting point, 2 colector traders, 2 whole salers, and 2 retails also were interviewed. The results revealed that Sungai Kambat Village have five marketing channels. As the dominant channel, the third channel has the highest score in economic and technical efficiency. The marketing costs consist of transportation, loading and dropping, fees and taxes, and fruit damage. The higher marketing cost was occured in the second channel while the lowest one was in the first channels. Marketing shares and margins were varied depend on cost, fruit sales, and fruit’s retail price. Siam orange marketing in all channels were economicly feasible. And finally, the most common problems in this marketing were uncertainty price, fruit quality, and illegal fees. Keywords: siam oranges, marketing channel
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
1
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
satu desa penghasil jeruk siam
Pendahuluan
terbanyak yang ada di Kabupaten Latar Belakang Jeruk
Barito Kuala. Jeruk Siam adalah
Siam
Banjar,
Kalimantan
Selatan,
salah
komoditas
satu
hortikultura
yang
asal
merupakan unggulan
sudah
sangat
berkembang dan memiliki potensi cukup prospektif sebagai komoditi bernilai
ekonomis.
Selain
itu
dukungan potensi lahan untuk usaha budidaya komoditas ini masih sangat terbuka. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian
Propinsi
Kalimantan
Selatan, luas lahan yang sudah dimanfaatkan selama tahun 2007 untuk
usaha
pertanian
baru
mencapai 52,55%. Pada tahun 2007 luas lahan pertanaman jeruk tercatat sebesar 8.740 ha, sedangkan luas panen tanaman produktif 2.460 ha dengan tingkat produksi sebesar 78.474 ton dan produktivitas 3,190 ton ha-1 (Dinas Pertanian Kalimantan Selatan, 2007). Kabupaten
penghasilan utama para petani disini, sedangkan
bertani
perkebunan
padi
lainnya
dan
hanyalah
sebagai usaha sampingan saja Mengingat besarnya peranan dan arti penting usahatani jeruk siam di Desa Sungai Kambat Kecamatan Cerbon sebagai mata pencaharian sebagian
besar
pemasaran
mulai
penduduknya, meluas
dan
sebagai pemenuh kebutuhan akan permintaan
buah-buahan,
maka
dirasa perlu dilaksanakan penelitian tentang pemasaran komoditas jeruk siam untuk mengetahui pola saluran pemasaran, besarnya biaya, margin dan keuntungan dari tataniaga jeruk siam serta mengetahui beberapa bagian harga (share) yang diterima produsen atau petani dan masingmasing lembaga tataniaga yang ada. Tujuan dan Kegunaan
Barito
Kuala
dikenal sebagai Sentra penghasil
1. Mengetahui
saluran
tataniaga,
jeruk siam yang merupakan jeruk
fungsi dan lembaga tataniaga
andalan Kalimantan Selatan. Desa
yang terlibat dalam menyalurkan
Sungai Kambat merupakan salah
buah jeruk siam dari produsen ke konsumen.
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
2
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
2. Menganalisis
besarnya
biaya
nobilis var. Microcarpa. Jeruk siam
tataniaga, share tataniaga, margin
mempunyai ciri khas kulit buahnya
tataniaga,
yang
keuntungan
kelayakan
efisiensi
dan
tataniaga
buah jeruk siam.
tipis
(sekitar
2
mm),
permukaannya halus, licin mengkilap dan menempel lekat pada daging
3. Mengidentifikasi
permasalahan
buahnya.
Daging
buahnya
lunak
yang dihadapi dalam menyalurkan
dengan rasa manis dan harum.
buah jeruk siam pada masing-
Produksi
masing saluran.
dengan berat per buahnya sekitar
buahnya
cukup
lebat
75,6 gr (Tim PS, 1995). Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi atau gambaran mengenai keadaan tataniaga
jeruk
siam
kepada
produsen, petani, pedagang maupun pemerintah
dalam
mengambil
kebijakan yang berhubungan dengan masalah penyediaan buah-buahan bagi
komsumsi
dan
juga
dapat
Keistimewaan
jeruk
siam
Banjar ini antara lain adalah: bobot buahnya rata-rata dapat mencapai 200 gr, banyak ditanam dari bijinya karena dapat
berbuah cepat
(4
tahun), dapat diperbanyak secara vegetatif, yakni dengan stek dan cangkok
(Dinas
Pertanian
Kalimantan Selatan, 2007).
memberikan masukan yang dapat membantu
peningkatan
Tataniaga Jeruk Siam
kesejahteraan masyarakat setempat Istilah tataniaga di Indonesia
serta peningkatan potensi pertanian di Desa Sungai Kambat khususnya.
sama
dengan
pemasaran
atau
distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang bersifat membawa
Tinjauan Pustaka
atau Jeruk Siam
produsen
Jeruk anggota mempunyai
menyampaikan
siam
jeruk nama
merupakan keprok
dan
ilmiah
Citrus
ke
barang
konsumen,
dari maka
tataniaga disebut juga pemasaran (Mubyarto,1989). pemasaran
Dalam
rantai
sekurang-kurangnya
terdapat tiga lembaga, yaitu petani
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
3
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
(produsen), pedagang perantara dan
Data
konsumen (Hanafiah dan Saefuddin,
penelitian ini meliputi data primer
1993).
didefinisikan
yang didapat dari wawancara di
sebagai tempat ataupun terjadinya
lapangan dan data sekunder yang
pemenuhan
didapat dari instansi terkait.
Pasar
dapat
kebutuhan
dan
yang
dikumpulkan
dalam
keinginan dengan menggunakan alat pemuas
yang
berupa
barang
ataupun
jasa,
dimana
terjadi
Metode Penarikan Contoh Pengumpulan
data
perpindahan hak milik antara penjual
menggunakan
dan pembeli (Sudiyono,2002).
Pengambilan contoh kelompok tani
Menurut Soekartawi (1993), dalam
sistem
beberapa
pemasaran
ada
yang
perlu
hal
diperhatikan,
yaitu
terpilih
teknik
wawancara.
menggunakan
sampling sampel
yaitu
purposive
penentuan
kelompok
tani
unit
secara
fungsi-fungsi
sengaja dimana dari 7 kelompok tani
lembaga, saluran, biaya, margin, dan
dipilih 3 kelompok tani sebagai unit
efisiensi pemasaran.
Suatu sistem
sampel, yaitu kelompok tani Usaha
pemasaran akan berhasil apabila
Bersama, Karya Membangun dan
didukung oleh faktor pendukungnya
Tamara,
seperti
bahwa kelompok tani tersebut adalah
transportasi,
perbankan,
asuransi, peraturan pemerintah dan
kelompok
kelembagaan pedagang,
dengan
tani
pertimbangan
yang
jumlah
petani
(petani,
anggotanya paling banyak menanam
tengkulak
maupun
jeruk
pedagang pengecer).
Metode Penelitian
siam. Tahap kedua untuk
menentukan
jumlah
petani
juga
menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel petani
Penelitian ini dilakukan di
secara sengaja yang dipilih sebagai
Desa Sungai Kambat, pada bulan
unit sampel dengan jumlah petani
Mei 2010 sampai
bulan Juli 2010
sebanyak 30 orang dengan alasan
yang dimulai dari pengumpulan data
bahwa para petani tersebut yang
sampai dengan pembuatan laporan.
terbanyak
menanam
jeruk
siam
dengan area tanam yang besar dan Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
4
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
tanaman
jeruk
siamnya
sudah
metode
observasi
langsung
menghasilkan (berumur lebih dari 3
kemudian dianalisis secara deskriptif.
tahun) sehingga pemasarannya juga
Untuk menghitung
lebih
harga (share) pada masing-masing
luas.
pada
Pengambilan
pedagang
pengumpul,
pedagang
besar
dan
pengecer
yang
bergerak
pemasaran
jeruk
sampel
pedagang
siam
saluran
tataniaga
berapa bagian
jeruk
siam
berdasarkan rumus:
pada dengan
metode Snow Ball Sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara bergulir dari petani yang menjadi sumber informasi pertama tentang orang-orang
lain
dalam
saluran
tataniaga jeruk siam yang juga dapat dijadikan sampel selanjutnya Pembatasan Masalah 1.
Petani yang dijadikan sampel merupakan
petani
yang
berusahatani jeruk siam yang berada di Desa Sungai Kambat. 2.
Saluran
tataniaga
yang
dianalisis adalah rantai tataniaga yang sudah rutin dan dominan terjadi
di
daerah
tempat
penelitian tersebut. Analisis Data
dimana: Spr = Bagian harga (share) yang diterima oleh produsen jeruk siam (%) Spl = Bagian harga (share) yang diterima oleh pedagang pengumpul jeruk siam (%) Spt = Bagian harga (share) yang diterima oleh pedagang besar jeruk siam (%) Spc = Bagian harga (share) yang diterima oleh pedagang pengecer jeruk siam (%) Hpr = Harga jeruk siam di tingkat produsen (Rp) Hpl = Harga jeruk siam di tingkat pedagang pengumpul (Rp) Hpt = Harga jeruk siam di tingkat pedagang besar (Rp) Hpc = Harga jeruk siam di tingkat pedagang pengecer (Rp)
tujuan
Untuk mengetahui besarnya margin
pertama dan tujuan kedua digunakan
total yang diterima pada tataniaga
Untuk
menjawab
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
5
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
jeruk siam digunakan rumus sebagai berikut:
Untuk
M = Hk ─ Hp
keuntungan
dimana: M = Margin tataniaga buah jeruk siam (Rp) Hk = Harga yang dibayarkan oleh pembeli jeruk siam terakhir (konsumen akhir) (Rp) Hp = Harga yang dibayarkan kepada penjual jeruk siam pertama (petani) (Rp). Untuk
melihat
menghitung pada
pendapatan/ masing-masing
saluran tataniaga jeruk siam adalah sebagai berikut:
margin
pemasaran jeruk siam pada setiap
dimana:
mata rantai pemasaran digunakan
Kpl = Keuntungan pedagang pengumpul jeruk siam (%) Kpt = Keuntungan pedagang besar jeruk siam (%) Kpc = Keuntungan pedagang pengecer jeruk siam (%) Htpl = Harga jeruk siam di tingkat pedagang pengumpul (Rp) Htpt = Harga jeruk siam di tingkat pedagang besar (Rp) Htpc= Harga jeruk siam di tingkat pedagang pengecer (Rp) Ctpl = Biaya pemasaran jeruk siam di tingkat pedagang pengumpul (Rp) Ctpt = Biaya pemasaran jeruk siam di tingkat pedagang besar (Rp) Ctpc= Biaya pemasaran jeruk siam di tingkat pedagang pengecer (Rp)
rumus: Mo = Hsi ─ Hbi dimana: Hsi = Harga penjualan jeruk siam di tingkat pedagang ke – i (Rp) Hbi = Harga pembelian jeruk siam di tingkat pedagang ke – i (Rp) Persentase margin pemasaran jeruk siam dihitung dengan:
Untuk menghitung keuntungan yaitu: K=M─C dimana: K M C
= Keuntungan total tataniaga jeruk siam (Rp) = Margin tataniaga jeruk siam (Rp) = Biaya total tataniaga jeruk siam (Rp)
Untuk
mengetahui
saluran
tataniaga jeruk siam mana yang secara ekonomis relatif lebih efisien dari berbagai saluran tataniaga yang
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
6
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
ada, dilakukan analisis efisiensi yang menggunakan
rumus
sebagai dimana
berikut:
dimana: EpE = Efisiensi saluran tataniaga jeruk siam (%) C = Total biaya tataniaga jeruk siam (Rp) H = Harga penjualan terakhir/ nilai akhir jeruk siam (Rp).
:
BCR= Perbandingan manfaat biaya pada masing-masing rantai tataniaga jeruk siam πi = Keuntungan tataniaga jeruk siam pada pelaku rantai tataniaga ke- i (Rp) Ci = Biaya tataniaga jeruk siam pada pelaku rantai tataniaga ke- I (Rp). Untuk
mengetahui
Efisiensi teknis dari distribusi
permasalahan
siam
masing-masing
memberikan alternatif pemecahan
saluran tataniaga diketahui dengan
dalam usahatani dan tataniaga jeruk
menghitung rasio tataniaga terhadap
siam maka digunakan penjelasan
jarak
secara
deskriptif
informasi
dari
jeruk
pada
tujuan
pasar
dengan
menggunakan rumus:
dan
mencoba
berdasarkan
petani,
pedagang
perantara, dinas dan instansi terkait serta beberapa literatur lain yang dimana
:
mendukung.
EpT = Efisiensi teknis tataniaga jeruk siam (Rp/km) C = Total biaya tataniaga jeruk siam (Rp) J = Jarak produsen jeruk siam sampai ke konsumen akhir (pasar eceran) (km) Rumus Ratio) tingkat
BCR
dipakai
Saluran Tataniaga Jeruk Siam di Desa Sungai Kambat
Cost
Lembaga-lembaga tataniaga
mengetahui
yang terlibat dalam memasarkan
dan
biaya
jeruk
pedagang
pada
konsumen
untuk
keuntungan
masing-masing
(Benefit
Hasil dan Pembahasan
siam
berbagai saluran yang terjadi pada
pengumpul,
tataniaga jeruk siam.
supermarket
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
dari
petani
adalah pedagang dan
sampai
pedagang besar, pedagang 7
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
pengecer.
Lembaga-lembaga
dari total biaya tataniaga sebesar Rp
terbentuk
310 kg-1. Total keuntungan sebesar
menjadi pola saluran tataniaga jeruk
Rp 1.190 kg-1 dan tingkat kelayakan
siam di Desa Sungai Kambat. Untuk
(BCR)
lebih jelasnya dapat dilihat pada
saluran I yaitu sebesar 3,8 yang
skema saluran tataniaga jeruk siam
berarti
pada Gambar 1.
menghasilkan
tataniaga
yang
ada
aktivitas
setiap
tataniaga
Rp
1
pada
biaya
manfaat/keuntungan
sebesar Rp 3,8 (lihat Lampiran 1). Analisis Biaya, Keuntungan, Margin dan Share serta Efisiensi Pemasaran
Biaya total pada saluran II untuk grade A dan B sebesar Rp
Pada saluran I, jeruk yang
1.104 kg-1 dengan biaya tertinggi
dijual hanya jeruk siam dengan
pada biaya pengangkutan sekitar
grade
63,4%
C,
biasanya
dalam
satu
dari
total
biaya.
Total
kilogram berisi 15-20 biji buah. Rata-
keuntungan pada saluran ini untuk
rata setiap penjualan yang dilakukan
grade A dan B sebesar Rp 3. 356 kg1
petani
sebesar
50
kg.
tataniaga tertinggi terdapat
Biaya
dan grade C sebesar Rp 2.830 kg-1.
pada
Selisih harga (margin tataniaga) di
pengangkutan yaitu sebesar 64,5%
tingkat
petani
dan
pedagang
Gambar 1. Skema Saluran-Saluran Tingkat Tataniaga Jeruk Siam Di Desa Sungai Kambat tahun 2010. Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
8
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
pengecer sangat tinggi yaitu sebesar
petani dan grade C didapatkan oleh
Rp 4.460 kg-1 untuk grade A dan B,
pedagang
sedangkan untuk grade C Rp 3.800
menunjukkan bahwa saat ini petani
-1
besar.
sudah
biaya maupun resiko yang diterima
dengan cara peningkatan grade.
oleh pedagang pengecer.
Adapun
BCR pada masing-masing lembaga
oleh
relatif seimbang, sehingga saluran ini
pedagang pengecer baik untuk grade
menjadi saluran yang paling dominan
A dan B maupun grade C, sehingga
dilaksanakan.
tertinggi
pembagian
diterima
harga
untuk
masing-
Kegiatan
kualitas
ini
kg . Hal ini diakibatkan besarnya
share
menjaga
Hal
buah
tataniaga
pada
masing lembaga masih belum adil.
saluran IV ini mengeluarkan biaya
Tingkat kelayakan tataniaga jeruk
total sebesar Rp 1.000 kg-1 dan biaya
siam,
sudah
paling besar adalah biaya angkutan.
masing-
Total keuntungan sebesar Rp 2.650
pada
dikatakan
saluran
layak
ini
karena
masing grade mendapatkan nilai
kg-1.
BCR ≥ 1 (lihat Lampiran 2).
diperoleh pedagang pengumpul yaitu
Keuntungan
paling
besar
Pada saluran III, biaya total
sebesar Rp 2.150 kg-1. Buah jeruk
tataniaga untuk grade A dan B
yang dipasarkan pada saluran ini
sebesar Rp 390,4 kg sebesar
Rp
397,5
-1
dan grade C -1
kg .
hanya dengan grade A (kriteria
Total
dalam satu kilogram hanya berisi 7-8
keuntungan untuk grade A dan B
biji buah). Share untuk petani dan
sebesar Rp 1.356,6 kg-1 dan grade C
pedagang pengumpul sama yaitu
-1
sebesar Rp 1.475,5 kg .
Margin
sebesar 45,1%, nilai ini cukup tinggi,
total untuk grade A dan B sebesar
sehingga
Rp 1.747 kg-1 dan margin total untuk
motivasi
-1
hal
ini
bagi
dapat
menjadi
petani
untuk
grade C sebesar Rp 1.873 kg .
meningkatkan kualitas buah jeruk
Keuntungan maupun margin bagian
siam
tertinggi pada saluran III didapatkan
dengan grade
oleh pedagang besar. Adapun share
didapatkan
atau bagian harga yang tertinggi
sebesar 3,3.
dalam
menghasilkan A. oleh
BCR
buah
tertinggi
Supermarket
untuk grade A dan B didaptkan oleh
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
9
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
Pada
saluran
V
(lihat
sebesar 18,61% dan 20,4 % untuk
Lampiran 5) terlihat bahwa biaya
masing-masing grade (A, B dan C)
total untuk grade A dan B sebesar
yang
-1
diperoleh
oleh
saluran
V.
Rp 922,9 kg , sedangkan biaya total
Sedangkan nilai efisiensi ekonomis
untuk grade C sebesar Rp 804,5 kg-1
terendah diperoleh oleh saluran III
dengan
untuk
yaitu sebesar 9,76% untuk grade A
keduanya diperoleh dari penyusutan.
dan B, sedangkan grade C sebesar
Total keuntungan untuk grade A dan
13,25%. Jadi saluran tataniaga yang
B sebesar Rp 1.824,1 kg-1 dan untuk
dikatakan
grade C sebesar Rp 2.068,5 kg-1.
saluran III, karena semakin kecil
Keuntungan
biaya
biaya
tertinggi
terbesar
didapatkan
paling
efisien
pemasaran
adalah
akan
oleh pedagang pengecer baik grade
menyebabkan nilai efisiensi semakin
A dan B maupun grade C. Margin
kecil pula. Efisiensi teknis tertinggi
bagian tertinggi untuk grade A dan B
untuk grade C adalah saluran I
didapatkan oleh pedagang pengecer,
sebesar 16,67% dan untuk grade A
sedangkan
pada
untuk
grade
C
saluran
IV
yaitu
sebesar
didapatkan oleh pedagang besar.
16,67%. Hal ini menunjukkan bahwa
Adapun share tertinggi untuk grade A
kedua saluran ini memiliki efisiensi
dan B didapatkan oleh petani dan
teknis yang rendah, sebab semakin
grade C didapatkan oleh pedagang
dekat jarak tataniaga maka akan
pengecer. Pada saluran ini tataniaga
semakin
buah jeruk siam masih layak untuk
Efisiensi teknis terendah diperoleh
dilaksanakan.
Namun sebaiknya
oleh saluran III sebesar 1,95% untuk
hanya jeruk siam dengan grade A
grade A dan B, sedangkan grade C
dan B yang dipasarkan pada saluran
sebesar 1,98%.
besar
nilai
efisiennya.
ini. Tingkat Efisiensi Pemasaran Berdasarkan
perhitungan
yang telah dilakukan didapatkan nilai efisiensi ekonomis tertinggi yaitu
Permasalahan Tataniaga Jeruk Siam 1. Dari 30 petani, sekitar 25 petani atau bahwa
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
80%-nya
menyatakan
permasalahan
yang
10
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
paling banyak adalah harga jeruk
yang masih tidak merata baik
siam
dari
yang
tidak
stabil
menyebabkan
dan
sulitnya
menentukan waktu panen dan penjualan.
segi
grade
maupun
penampilan jeruk siam. 5. Pedagang pengecer mempunyai masalah dalam hal penanganan
2. Permasalahan pedagang
yang
dihadapi
pengumpul
kualitas
jeruk
kerusakan
adalah
buah jeruk siam sebelum buah jeruk
laku
terjual,
karena
siam
dan
biasanya jeruk siam yang sampai
jeruk
saat
ke
buah
pedagang
pengecer
pengangkutan dan penimbangan
merupakan
yang tidak hati-hati.
kesegarannya sudah berkurang
kualitas
jeruk
Adapun
siam
yang
akibat
buah
yang
panjangnya
rantai
diharapkan pedagang pengupul
pemasaran.
adalah penampilan buah tidak
mengatasi buah yang kurang
kusam,
warna
kekuningan
dan
jeruk
hijau
segar dengan cara menyiramkan
cerah,
serta
air ke buah jeruk yang akan di
rasanya manis. 3. Permasalahan besar
adalah
Selama ini cara
jual. bagi yang
pedagang dihadapi
pedagang besar yaitu kerusakan buah jeruk siam yang tergolong
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
tinggi akibat perjalanan jauh dan
1. Saluran tataniaga jeruk siam di
banyaknya jeruk yang diangkut.
Desa Sungai Kambat terbagi atas
Selain
itu
lima saluran, dan lembaga yang
lainnya
saat
pungutan-pungutan membawa
jeruk
terlibat dalam saluran ini yaitu
siam ke tujuan juga dirasa sangat
petani,
memberatkan
pedagang besar, supermarket dan
bagi
pedagang
pedagang
besar, retribusi pasar juga sangat
pedagang
tinggi sekitar Rp 40.000 per hari.
yang domiman digunakan adalah
4. Permasalahan bagi supermarket
saluran
pengecer.
pengumpul,
III,
yaitu
Saluran
petani
adalah kualitas buah jeruk siam
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
11
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
pedagang
pengumpul
pedagang besar konsumen. 2. Biaya-biaya tataniaga jeruk siam meliputi:
biaya
dalam memasarkan jeruk siam di Desa Sungai Kambat. 5. Permasalahan
yang
dihadapi
angkutan
petani dalam memasarkan jeruk
bongkar
siam adalah harga jeruk siam
muat,
retribusi dan kerusakan
yang tidak menentu dan tidak ada
buah.
Biaya tataniaga paling
standarisasi harga, adapun yang
(transportasi),
biaya
tinggi terjadi pada saluran II dan
dihadapi
yang paling rendah terjadi pada
adalah kualitas dan kerusakan
saluran I.
jeruk siam.
3. Bagian harga/share, margin dan
pedagang
pengumpul
Permasalahan yang
dihadapi pedagang besar adalah
persentase margin pada saluran
kerusakan
tataniaga jeruk siam yang ada di
pungutan-pungutan
Desa Sungai Kambat bervariasi,
memasarkan
jeruk
siam,
tergantung
sedangkan
bagi
pihak
besarnya
biaya,
jeruk
siam
dan
liar
saat
volume penjualan dan harga jual
supermarket yaitu kualitas buah
jeruk siam terakhir (sampai ke
jeruk yang dibeli tidak menentu.
konsumen).
Share
Adapun permasalahan pedagang
didapatkan
oleh
tertinggi pedagang
pengecer
dalam
memasarkan
pengecer pada saluran II, baik
jeruk siam adalah penanganan
grade A dan B maupun grade C.
jeruk siam sebelum jeruk siam
Di
laku terjual.
tingkat
petani
yang
mendapatkan share tertinggi yaitu pada saluran III. Tataniaga jeruk
Saran
siam disemua saluran di Desa
Petani diharapkan untuk lebih
Sungai Kambat dikatakan layak
meningkatkan kualitas grade yang
berdasarkan perhitungan BCR.
akan diproduksi agar memberikan
4. Efisiensi ekonomis dan efisiensi
nilai jual yang lebih tinggi yang akan
teknis tataniaga tertinggi terjadi
berpengaruh terhadap peningkatan
pada saluran III, sehingga menjadi
keuntungan
bagi
saluran
pemerintah
dalam
yang
paling
dominan
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
petani. hal
Peran
informasi
12
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
harga pasar kapada petani sangat
Daftar Pustaka
diharapkan
Dinas Pertanian Kalimantan Selatan. 2007. Jeruk Siam Banjar. http://distan.kalselprov.go.id/in dex2.php?hal=main&act=detail potensi&id=3 Diakses tanggal 1 Maret 2009. Hanafiah, A. M. dan A. M. Saefuddin. 1993. Tataniaga Hasil Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Manajemen Tataniaga Hasilhasil Pertanian. Rajawali Press. Jakarta. Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang. Tim PS. 1995. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Penerbit Swadaya. Jakarta.
pemasaran
dalam jeruk
memajukan
siam,
terutama
dalam kebijakan penetapan harga jual dan hak paten terhadap jeruk siam yang ada di Desa Sungai Kambat. Diharapkan nantinya ada penelitian lanjutan untuk memberikan alternatif saluran tataniaga baru yang lebih efisien dan meneliti indikatorindikator efisiensi tataniaga lainnya agar
masing-masing
lembaga
mendapatkan pembagian yang adil baik terhadap biaya-biaya maupun keuntungan.
Lampiran 1. Perhitungan biaya, keuntungan, persentase keuntungan, margin, share dan BCR tataniaga jeruk siam pada saluran I bulan Juli 2010. Lembaga pemasaran dan Komponen Margin Petani sebagai pedagang Harga Beli Biaya-biaya - Pengangkutan/ transportasi - Penyusutan - Retribus Pasar/Sampah - Kemasan Harga Jual Keuntungan
Nilai (Rp/kg) Grade C
Persentase keuntungan (%)
Margin (Rp/kg)
Share (%)
BCR 0,2
1.200
0,2
20
200 20 10 20 1.500 50
3,00
Jurnal Agrides, Volume 01 Nomor 01, 01 Maret 2011
13
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan Lampiran 2. Biaya, keuntungan, margin, persentase margin, share dan BCR tataniaga jeruk siam pada saluran II bulan Juli 2010
Lembaga Pemasaran
Petani Harga Jual Pedagang Pengecer Harga Beli Biaya-baiaya - Pengangkutan - Retribusi Pasar - Penyusutan - kemasan Harga Jual Keuntungan
Nilai (Rp/kg) Grade A dan B
Marjin (Rp/Kg) Grade C
2.540
1.200
2.540
1.200
700 100 254 50 7.000 3.356
700 100 120 50 5.000 2.830
A dan B
4.460
Persentase Margin (%) Grade A dan C B
C
3.800
64,00
Share (%) Grade
BCR Grade
A dan B 36,00
24,00
64,00
76,00
76,00
C
A dan B
C
3,0
2,9
Lampiran 3. Biaya, keuntungan, margin, share dan BCR tataniaga jeruk siam pada saluran III bulan Juli 2010
Lembaga Pemasaran
Nilai (Rp/kg)
Marjin (Rp/kg)
Grade
Grade A dan C B
A dan B
C
2.253,0
1.127
2.253,0
1.127
41,0 16,0 2.500,0 190,0
22,5 2 1.200 48,5
2.500,0
1.200
227,3 85,0 7,5 13,6 4.000,0 1160,5
267 80 13 13 3.000 1427
Petani Harga Jual Pedagang Pengumpul Harga Beli Biaya-biaya - Penyusutan - Tenaga Kerja Harga Jual Keuntungan Pedagang Besar Harga Beli Biaya-biaya Pengangkutan Penyusutan kemasan Retribusi Harga Jual Keuntungan
Jurnal Agribisnis Berkelanjutan
Persentase Margin (%) Grade
Share (%)
BCR
Grade A dan C B 56,30 37,60
Grade A dan C B
A dan B
C
9,88
6,10
6,20
2,40
3,3
2,0
1.500 1.80 37,5 0 0
60,00
37,50
60,00
3,5
3,8
247
73
Volume 01 Nomor 01 Maret 2011
| 14
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
Lampiran 4. Biaya, keuntungan, margin, share dan BCR tataniaga jeruk siam pada saluran IV bulan juni 2010 Lembaga Pemasaran
Nilai (Rp/kg)
Marjin
Grade A
Grade A
Petani Harga Jual Pedagang Pengumpul Harga Beli Biaya-biaya Penyusutan Tenaga Kerja Transportasi Harga Jual Keuntungan Supermarket Harga Beli Biaya-biaya Penyusutan Harga Jual Keuntungan
Persentase Margin (%) Grade A
Persentase keuntungan (%) Grade A
Share (%)
BCR
Grade A 45,10
Grade A
45,10
2,5
9,80
3,3
3.000 3.000
50,00
650
9,80
3.000 300 50 500 6.000 2.150
32,30
6.000 150 6.650 500
7,50
Lampiran 5. Biaya, keuntungan, margin, share dan BCR tataniaga jeruk siam pada saluran V bulan Juli 2010 Nilai (Rp/kg) Lembaga pemasaran
Petani Harga Jual Pedagang Pengumpul Harga Beli Biaya-biaya - Penyusutan - Tenaga Kerja Harga Jual Keuntungan Pedagang Besar Harga Beli Biaya-biaya - Pengangkutan - Penyusutan - Retribusi Harga Jual Keuntungan Pedagang Pengecer Harga Beli Biaya-biaya - Kemasan - Penyusutan - Retribusi Harga Jual
Grade
Grade
A dan B
C
2.253,0
1.127,0
2.253,0
1.127,0
41,0 16,0 2.500,0 190,0
22,5 2,0 1.200,0 48,5
2.500,0
1.200,0
227,3 85,0 13,6 3.500,0 674,1
267,0 80,0 13,0 2.500,0 940,0
3.500,0
2.500,0
100,0 420,0 20,0 5.000,0
100,0 300,0 20,0 4.000,0
Jurnal Agribisnis Berkelanjutan
Persentase Margi (%) Grade A dan C B
Marjin A dan B
C
Share (%) Grade A dan C B 45,10 28,20
BCR Grade A dan C B
247
73
9,88
6,10
4,90
1,80
3,3
2,0
1.000
1.300
28,57
52,00
20.00
32,50
2,1
2,6
1.500
1.500
30,00
37,50
30.00
37,50
1,8
2,6
Volume 01 Nomor 01 Maret 2011
| 15
Keuntungan
Sri Astuty Handayani, Abdullah Dja’far, dan A. Yousuf Kurniawan
Jurnal Agribisnis Berkelanjutan
960,0
1.080,0
Volume 01 Nomor 01 Maret 2011
| 16