86
SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH Pujiati Utami Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto ABSTRAK
M
akanan yang aman adalah makanan yang bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia dengan kata lain makanan yang aman adalah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dari aspek kesehatan dan kenyamanan bathiniah. Sehubungan dengan kenyamanan bathiniah tersebut adalah produk pangan dapat dibedakan antara yang halal dan haram. Dalam Islam panduan dalam mengkonsumsi makanan sudah diatur dalam QS Al Baqarah: 168, yang artinya : “Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” merupakan tanggung jawab semua
PENDAHULUAN Pangan
adalah
kebutuhan
pihak.
pokok manusia yang hakiki untuk
Masalah pangan tidak terlepas
dapat hidup. Undang-Undang No 7
dari berbagai subsistem yang saling
Tahun
1996
menyebutkan
tentang
pangan
berhubungan mulai dari subsistem
bahwa
pangan
ketersediaan pangan, distribusi pangan,
merupakan kebutuhan dasar manusia
konsumsi
pangan,
kewaspadaan
yang pemenuhannya menjadi hak asasi
pangan
sampai
bagaimana
setiap
pemberdayaan
rakyat
Indonesia
dalam
masyarakat
mewujudkan sumber daya manusia
mendukung
berkualitas
pangan dapat dilakukan (Sulistyowati,
untuk
pembangunan
melaksanakan
nasional
(Tjahjadi,
program
dalam
ketahanan
2003). Berkaitan dengan persoalan
2003). Hal tersebut mengisyaratkan
tersebut,
keamanan
pangan
di
kita bahwa betapa pentingnya masalah
Indonesia
merupakan
bagian
dari
pangan
ketahanan
pangan.
untuk
ditangani
dan
Pujiati Utami : Sertifikasi Halal Sebagai …
Pada
aspek
87
kebijakan keamanan pangan tersebut
setan; karena sesungguhnya setan itu adalah
diarahkan agar masyarakat menjadi
musuh yang nyata bagimu.” Selain itu
terjamin dan aman mengkonsumsi
terdapat juga dalam hadist Rasullullah
pangan terhadap adanya residu dan
SAW yang diriwayatkan oleh Muslim,
cemaran lainnya. Selain itu masyarakat
yang artinya “Yang halal itu sudah jelas
dapat mengkonsumsi pangan dari
dan yang haram pun sudah jelas; dan di
berbagai produk sesuai dengan agama
antara
dan
musytabihat (syubhat, samar-samar, tidak
keyakinan
masing-masing
(Moerad, 2002).
keduanya
ada
hal-hal
yang
jelas halal haramnya), kebanyakan manusia
Makanan yang aman adalah
tidak mengetahui hukumnya. Barangsiapa
makanan yang bebas dari cemaran
hati-hati dari perkara syubhat, sungguh ia
biologis, kimia, dan benda lain yang
telah menyelamatkan agama dan harga
mengganggu,
merugikan
dirinya.”
membahayakan
kesehatan
dan manusia
Di
Indonesia
masalah
dengan kata lain makanan yang aman
kehalalan itu sangat penting karena
adalah makanan yang dapat memenuhi
sebagian besar konsumennya adalah
kebutuhan
kalangan
konsumen
dari
aspek
muslim
dimana
secara
kesehatan dan kenyamanan bathiniah.
statistik lebih dari 80% penduduk
Sehubungan
Indonesia beragama Islam. Kegiatan
bathiniah
dengan
produk
mengkonsumsi suatu bahan pangan
pangan dapat dibedakan antara yang
bagi seorang muslim tidak hanya
halal
Islam
sekedar untuk memenuhi rasa lapar
mengkonsumsi
tetapi lebih dari itu yaitu bentuk ibadah
dan
panduan
tersebut
kenyamanan
haram. dalam
adalah Dalam
makanan sudah diatur dalam QS Al Baqarah: 168, yang artinya : “Hai
kepada Sang Khaliq. Makanan
halal
merupakan
sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi
kebutuhan yang mutlak bagi
baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
muslim, karena harus mengikuti ajaran
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
agamanya. Kebutuhan akan makanan
AGRITECH, Vol. XIII No. 1 Juni 2011 : 86 – 95
setiap
88
yang halal sekaligus juga menjadi Hak
kehalalan suatu produk membutuhkan
Asasi
pengkajian
Manusia
yang
diakui
dan
penelitian
yang
keberadaanya sehingga harus dijamin
mendalam. Berangkat dari hal tersebut
dan dilindungi oleh semua pihak secara
dikembangkan sistem sertifikasi halal
bertanggungjawab. Maka mendapatkan
yang outputnya adalah diterbitkannya
pangan yang halal di pasar bebas bagi
sertifikat halal untuk produk-produk
orang yang memeluk agama (Islam)
yang telah memenuhi standar halal.
secara otomatis merupakan salah satu
Dengan
HAM yang harus pula dilindungi.
dimaksudkan agar konsumen muslim
Dalam hal ini, informasi yang jelas
terlindungi dari produk-produk yang
tentang
tidak halal (Apriyatono, 2003)
kandungan
disajikan
pada
bahan
label
yang
adanya
sertifikat
halal
kemasan
Produk halal adalah produk
merupakan aplikasi dari HAM ini
yang memenuhi syarat kehalalan sesuai
untuk melindungi masyarakat dalam
dengan syari'at Islam, yaitu : tidak
memilih
terjamin
mengandung babi dan bahan yang
kehalalannya sekaligus sebagai HAM
berasal dari babi, semua bahan yang
dalam
berasal
produk menjalankan
yang
agama
yang
dipeluknya.
dari
hewan
halal
yang
disembelih menurut tata cara syari'at Islam, semua tempat penyimpanan,
PENTINGNYA SERTIFIKAT HALAL Dewasa ini masalah pangan halal telah menjadi bagian dari isu global menyusul adanya temuan bahwa beberapa produk olahan terindikasikan mengandung bahan baku berasal dari bahan haram. Realitas ini menyadarkan umat Islam bahwa untuk mengetahui
tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan transportasinya tidak digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi atau barang tidak halal lainnya terlebih dulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syari'at Islam dan semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.
Pujiati Utami : Sertifikasi Halal Sebagai …
89
Dari sisi produsen sertifikat
terkait,
seperti
lembaga-lembaga
halal mempunyai peran antara lain; (1)
penelitian dan perguruan tinggi, untuk
sebagai pertanggungjawaban produsen
ikut mengawasi semua produk pangan
kepada konsumen muslim, mengingat
yang beredar di masyarakat.
masalah halal merupakan bagian dari
Kesadaran
para
pengusaha
prinsip hidup muslim, (2) meningkatkan
produk makanan maupun minuman
kepercayaan dan kepuasan konsumen,
untuk mencantumkan label halal pada
(3) meningkatkan citra dan daya saing
produknya lebih disebabkan pada
perusahaan,
alat
realitas banyaknya konsumen umat
pemasaran serta untuk memperluas
Islam. Masalah ini yang selanjutnya
area pemasaran.
memunculkan banyak pengusaha yang
dan
(4)
sebagai
Legalisasi halal terhadap setiap
asal mencantumkan label halal, tanpa
produk pangan sangat diperlukan demi
prosedur yang disyaratkan berdasarkan
terciptanya
bathin
sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh
masyarakat dalam memilih produk
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
pangan yang dikehendaki. Dalam hal
obatan, dan kosmetika-Majelis Ulama
ini,
bertanggungjawab
Indonesia (LPPOM-MUI) berdasarkan
dalam pelaksanaan legalisasi halal,
UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang
tidak terbatas pada pemberian instruksi
Pangan dan Undang-undang (UU)
kepada
Nomor
ketentraman
pemerintah
para
pengusaha
untuk
8
Tahun
1999
tentang
pada
perlindungan Konsumen. Legalisasi
produknya, tetapi perlu melalukan
Halal yang berupa Sertifikasi Halal
pengujian dan pengawasan terhadap
terhadap suatu produk pangan bukan
setiap produk pangan yang beredar di
sekedar jaminan terhadap ketentraman
seluruh wilayah negara kita. Disamping
konsumen, tetapi juga jaminan bahwa
itu,
produknya akan semakin dibeli oleh
mencantumkan
label
pemerintah
memberikan masyarakat
halal
juga
kebebasan dan
harus kepada
konsumen.
instansi-instansi
AGRITECH, Vol. XIII No. 1 Juni 2011 : 86 – 95
90
(Anonim, 2000). Sementara menurut
PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN
Ahmadjayadi (2001), produk unggulan
Dalam
rangka
upaya
pembangunan
ekonomi
daerah,
inventarisasi potensi wilayah (daerah) mutlak
diperlukan
ditetapkan
agar
kebijakan
dapat pola
pengembangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu langkah inventarisasi
potensi
ekonomi
dengan
daerah
adalah
menginventarisasi produk unggulan daerah.
Produk
unggulan
daerah,
khususnya produk olahan komoditas pertanian
unggulan
daerah,
menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk, menciptakan nilai,
memanfaatkan sumber daya
secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat
maupun
pemerintah,
memiliki prospek untuk meningkatkan
unggul
jika
produk memiliki
dikatakan daya
saing
sehingga mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestik dan atau
menembus
pasar
ciri khas dan keunikan yang tidak dimiliki daerah lain, berdaya saing handal,
memberikan
peluang
kesempatan kerja kepada masyarakat luas
dan
berorientasi
ramah
lingkungan. Produk
olahan
komoditas
pertanian digolongkan dalam subsistem agroindustri, yang merupakan suatu kegiatan merencanakan pengembangan produk,
pengembangan
pascapanen
hingga ke tingkat pengolahan lanjut demi peningkatan kualitas produk. Agroindustri
juga
dapat
diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sangat luas, dimulai dari pengadaan dan penyaluran saprodi hingga memasarkan produkproduk yang dihasilkan baik oleh petani maupun
agroindustri
(Departemen
Pertanian, 1994).
produktivitas dan investasinya. Sebuah
daerah adalah produk yangmemiliki
ekspor
Kegiatan beberapa
tahun
agroindustri
pada
terakhir
juga
dikembangkan Banyumas.
Sektor
di
ini
Kabupaten tersebut
dapat
memberikan lapangan pekerjaan yang
Pujiati Utami : Sertifikasi Halal Sebagai …
91
lebih luas bagi masyarakat sekitar, dapat
diberi gula kelapa yang telah dicairkan.
meningkatkan nilai tambah dari bahan
Setelah halus, getuk tersebut diletakkan
baku pertanian yang digunakan serta
di meja yang telah ditaburi tepung
dapat meningkatkan pendapatan dan
beras,
kesejahteraan
menggunakan
masyarakat
pada
umumnya (Utami dan Pujiharto, 2007).
kemudian
digilas
bambu.
dengan
Lempengan
getuk diiris kecil dengan ukuran 3 cm x
Dari beragam jenis unit usaha
3 cm x 2 cm. Selanjutnya digoreng
agroindustri yang ada di Kabupaten
dengan dilapisi adonan tepung beras
Banyumas, banyak yang menggunakan
yang
ubikayu sebagai bahan baku utamanya.
kecoklatan, getuk yang telah digoreng
Jenis produk yang dihasilkan dari
kemudian diangkat dari penggorengan
ubikayu sangat beragam, antara lain :
dan ditiriskan. Untuk mempertahankan
tapioka, ceriping ubikayu, kelanting,
citra tradisional, tempat mengemas
dan getuk goreng. Getuk goreng
getuk goreng menggunakan besek yang
merupakan makanan tradisional khas
berasal dari anyaman bambu dengan
daerah
bebagai
Banyumas
dengan
sentra
Getuk goreng yang menjadi salah satu produk olahan komoditas unggulan
dan
tahun 1918. Menurut Watemin dan Utami (2006), proses pembuatan getuk Sokaraja
relatif
ukuran.
berwarna
Ukuran
besek
kg. Setelah dingin getuk goreng dapat dikemas dalam besek berbagai ukuran.
khas
Kabupaten Banyumas, telah ada sejak
goreng
Setelah
digunakan adalah ukuran 0,5 kg dan 1
produksi di Kecamatan Sokaraja.
pertanian
encer.
sederhana.
SERTIFIKASI HALAL PADA PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH Berdasarkan
peraturan
yang
Ubikayu dikupas, dicuci lalu dikukus.
berlaku, label halal yang dicantumkan
Setelah itu ditumbuk hingga halus dan
dalam suatu produk pangan dalam
dibuang
waktu
kemasan harus didasarkan atas sertifikat
menumbuk, secara bertahap getuk
halal yang dimiliki oleh produk yang
seratnya.
Pada
AGRITECH, Vol. XIII No. 1 Juni 2011 : 86 – 95
92
bersangkutan dimana sertifikat halal
proses dilakukan sesuai dengan
tersebut dikeluarkan oleh lembaga yang
hukum Islam
berwenang yaitu LPPOM MUI.
b.
Untuk produk pangan hasil
Bahan yang berasal dari hewani atau bagiannya maka harus
industri kecil, masih bermasalah karena
dilampiri
masih
keterangan dari Rumah Potong
cukup
banyak
yang
dengan
mencantumkan label halal walaupun
Hewan
sebetulnya
menjelaskan
belum
mendapatkan
surat
(RPH)
yang bahwa
sertifikat halal dari MUI, sebagian lagi
pemotongan hewan dilakukan
sudah didasarkan atas sertifikat halal
sesuai dengan hukum Islam.
yang diperoleh dari MUI. Hal ini terjadi
c.
Sistem halal termasuk panduan
karena ketidakfahaman industri kecil
halal
dalam masalah sertifikasi halal. Oleh
pelaksanaan,
karena dibutuhkan pengetahuan kita
dokumen
dalam menilai apakah produk pangan
mendukung
industri kecil ini diragukan kehalalannya
produknya.
atau tidak. Dalam
2. Tim prakteknya,
dan
prosedur
baku
bahan,
serta
yang
dapat
lain
Auditor
kehalalan LP
POM
MUI
proses
melakukan pemeriksaan/audit ke
sertifikasi halal untuk produk olahan
lokasi produsen setelah formulir
komoditas pertanian adalah sebagai
beserta
berikut :
dikembalikan ke LP POM MUI
lampiran-lampirannya
1. Setiap produsen yang mengajukan
3. Hasil pemeriksaan/audit dan hasil
Sertifikat Halal bagi produknya,
laboratoirum dievaluasi dalam rapat
harus mengisi formulir yang telah
ahli LP POM MUI. Jika memenuhi
disediakan dengan melampirkan :
syarat, diajukan pada rapat Komisi
a.
Fatwa MUI untuk diputuskan status
Spesifikasi dan sumber bahan baku, bahan tambahan dan
kehalalannya.
bahan penolong serta bagan alir
Pujiati Utami : Sertifikasi Halal Sebagai …
93
4. Rapat Komisi Fatwa dapat menolak
kemudian ada perubahan dalam
suatu produk jika belum memenuhi
penggunaan bahan baku, bahan
syarat-syarat Syari'ah
penolong, atau bahan tambahan
5. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh
pada proses produksinya Internal
MUI setelah mendengar keputusan
Auditor diwajibkan segera melapor
rapat Komisi Fatwa MUI.
untuk mendapat persetujuan/tidak
6. Perusahaan yang produknya telah
keberatan atas penggunaannya.
mendapatkan Sertifikat Halal, harus
Berikut ini adalah alur yang
mengangkat Internal Halal Auditor
biasanya digunakan dalam sertifikasi
untuk mengawasi sistem produk
halal :
halal pada produk mereka. Jika
AGRITECH, Vol. XIII No. 1 Juni 2011 : 86 – 95
94
merupakan aplikasi dari HAM ini
PENUTUP Di
Indonesia
masalah
untuk melindungi masyarakat dalam
kehalalan itu sangat penting karena
memilih
sebagian besar konsumennya adalah
kehalalannya sekaligus sebagai HAM
kalangan
dalam
muslim
dimana
secara
statistik lebih dari 80% penduduk
produk menjalankan
yang
terjamin
agama
yang
dipeluknya.
Indonesia beragama Islam. Kegiatan mengkonsumsi suatu bahan pangan bagi seorang muslim tidak hanya sekedar untuk memenuhi rasa lapar tetapi lebih dari itu yaitu bentuk ibadah kepada Sang Khaliq. Makanan
halal
merupakan
kebutuhan yang mutlak bagi
setiap
muslim, karena harus mengikuti ajaran agamanya. Kebutuhan akan makanan yang halal sekaligus juga menjadi Hak Asasi
Manusia
yang
diakui
keberadaanya sehingga harus dijamin
DAFTAR PUSTAKA Ahmadjayadi Cahyana, 2001. Profil Produk Unggulan Daerah. Kabupaten Purbalingga. Anonim, 2000. Analisis Produk Unggulan. Undip. Semarang. Apriyantono Anton. 2003. Alternatif pengembangan Sistem Sertifikasi Halal. www.indohalal.com. Departemen Pertanian, 1994. Moerad, B., 2002. Penerapan Jaminan Keamanan Dan Mutu Produk Pangan Asal Hewan. Pelatihan Penerapan HACCP. Jakarta.
dan dilindungi oleh semua pihak secara bertanggungjawab. Maka mendapatkan pangan yang halal di pasar bebas bagi orang yang memeluk agama (Islam) secara otomatis merupakan salah satu HAM yang harus pula dilindungi. Dalam hal ini, informasi yang jelas tentang disajikan
kandungan pada
bahan
label
yang
Sulistyowati, A. 2003. Dapatkah Konsumen Mempengaruhi Mutu Dan Ketersediaan Pangan di Era Pasar Global.Wacana ELSPPAT Edisi 27/VI April-Mei 2003. Jakarta. Tjahjadi, D. 2003. Pentingnya Sosialisasi Ketahanan Pangan. www.suarapembaruan.Com.
kemasan
Pujiati Utami : Sertifikasi Halal Sebagai …
95
Utami Pujiati dan Pujiharto, 2007. Identifikasi Profil Agroindustri Di Kabupaten Banyumas. Laporan Penelitian. Fakukltas Pertanian UMP. Purwokerto. Watemin dan Utami Pujiati, 2006. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Getuk Goreng Di Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian UMP. Purwokerto.
AGRITECH, Vol. XIII No. 1 Juni 2011 : 86 – 95