Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo
Olin Raden Ibrahim Yakob Napu, Ummyssalam Duludu JURUSAN PLS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana kinerja tutor pada program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk menggambarkan kinerja tutor pada program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket. Sedangkan teknik analisa data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja tutor Paket B Kecamatan Talaga Jaya berjumlah 20 orang, secara kuantitatif sudah termasuk pada kategori cukup tinggi. Dengan hasil skor sejumlah 2.882 atau 83,78%
Pendahuluan Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan non formal, tutor merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Tutor mempunyai posisi strategis, maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan tutor baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Tutor merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan nonformal pada umumnya karena bagi peserta didik, tutor sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan tutor dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis tutor untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional tutor dan mutu kinerjanya (Kamil, 2009:90). Berdasarkan pengamatan di Kecamatan Talaga Jaya, pelaksanaan program
Paket B
berlangsung setiap minggu mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat. Kegiatan pembelajaran program ini berlangsung dari pagi hari sampai dengan siang hari seperti halnya sekolah formal. Tetapi karena ada kondisi ruang belajar yang sudah tidak layak yang perlu perbaikan, dan beberapa ruang kelas dipakai untuk kegiatan yang lain, maka beberapa kelas pada program kesetaraan melaksanakan proses belajar mengajar di luar ruangan. Tetapi hal
ini tidak mengurangi makna dari proses pembelajaran tersebut. Peserta didik tetap mengikuti materi yang diberikan oleh tutor. Begitu juga tutor tetap mengkondisikan proses belajar mengajar dengan prasarana yang ada. Adapun permasalahan yang ada selama ini pada penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan sangat banyak terutama dalam proses pembelajaran yang akhirnya sangat mempengaruhi kompotensi lulusan peserta didik. Untuk mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran program kesetaraan tersebut perlu diadakan identifikasi kebutuhan dalam rangka pengembangan model pembelajaran pendidikan kesetaraan. Kenyataan ini yang manjadi dasar penelitian. Kontroversi antara kondisi ideal yang harus dijalani tutor sesuai harapan dengan kenyataan yang terjadi dilapangan merupakan suatu hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor penyebab munculnya dilema tersebut, sebab hanya dengan memahami faktor yang berpengaruh terhadap kinerja tutor maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja tutor melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja tutor kearah yang lebih baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku dapat meningkat dari waktu ke waktu.
Kinerja Tutor Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Mangkunegara, 2005:9). Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya pendidik program paket B sesuai dengan kompetensinya perlu melakukan langkah – langkah sebagai berikut yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Penilaian prestasi hasil belajar, (4) Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian. Bila tutor diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil tutor, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri tutor. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja tutor. Menurut Sastrohadiwiryo (2001:12) bahwa moral kerja positif ialah suasana bekerja yang gembira, bekerja bukan dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan melainkan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki nilai
keindahan di dalamnya. Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberikan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya. Kemampuan bersama-sama dengan bakat merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi individu, sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak faktor diantaranya kecerdasan.
Pengukuran Penilaian Kinerja Tutor Kinerja tutor sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena tutor mengemban tugas profesional artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui program pendidikan. Tutor memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat dikelompokkan yaitu: (1). Tutor sebagai pengajar, (2). Tutor sebagai pembimbing dan (3). Tutor sebagai pendidik. Adapun makna penilaian bagi ketiganya sebagai berikut: Makna bagi peserta didik ada dua kemungkinan yaitu memuaskan, jika memperoleh nilai yang baik, dan tidak memuaskan karena memperoleh nilai yang tidak memuaskan. Makna bagi tutor berdasarkan hasil nilai yang diperoleh, tutor mengetahui peserta didik mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya, sudah tersampaikan dengan baikkah materi pembelajaran, dan mengetahui strategi pembelajaran yang digunakan sudah mencapai sasaran atau belum. Makna bagi sekolah, dapat mengetahui bagaimana hasil belajar peserta didik, sekolah sudah memenuhi standar atau belum, informasi yang diperoleh dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk menyusun program pendidikan disekolah untuk masa yang akan datang.
Program Paket B Pendidikan Luar Sekolah merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan termasuk kepramukaan, latihan-latihan keterampilan dan pemberantasan buta huruf yang dikembangkan dan diperluas dengan mendayagunakan sarana dan prasarana yang makin ditingkatkan. Pendidikan luar sekolah juga sebagai bentuk kegiatan yang diarahkan untuk menyiapkan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya saing untuk merebut peluang yang tumbuh dan berkembang
dengan
mengoptimalkan
penggunaan
sumber-sumber
yang
ada
di
lingkungannya (Dirjen PNFI, 2007:18). Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/IMTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Hasil pendidikan nonformal dapat sihargai
setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (UU No 20/2003 Sisdiknas Psl 26 Ayat (6). Pendidikan Kesetaraan Paket B merupakan salah satu jalur pendidikan pada sistem pendidikan nasional yang bertujuan antara lain untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dijangkau dan dipenuhi oleh jalur pendidikan formal melalui program Paket B setara SMP. Dalam pelaksanaan Program Kejar Paket B setara SLTP berbagai permasalahan berkaitan dengan warga belajar yang dihadapai diuraikan di bawah ini: 1.
Lokasi tempat tinggal warga belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan satu kelompok sebanyak 40 orang warga belajar sesuai dengan yang dipersyaratkan pemerintah.
2.
Latar belakang sosial ekonomi warga belajar lemah sehingga frekuensi kehadiran sangat rendah.
3.
Warga belajar menjadi pencari nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengizinkan.
4.
Motivasi belajar rendah, mereka menganggap dan berpendapat tanpa belajar mereka sudah mendapatkan uang.
5.
Pelaksanaan evaluasi yang kurang baik.
6.
Kesadaran belajar sangat dipengaruhi oleh budaya yang berkembang dimasyarakat dan aktivitas warga di lingkungannya. Untuk mengatasi permasalahan harus diketahui cukup permasalahannya dan dan
menganalisis penyebab timbulnya permasalahan. Dalam pengelolaan program Kejar Paket B khususnya pengelolaan warga belajarnya dapat dilakukan dengan cara pertimbangan atas dasar permasalahannya. Program Paket B meliputi Tingkatan tiga dengan derajat kompetensi Terampil 1 setara dengan kelas 8 SMP/MTs. Penekanannya pada penguasaan dan penerapan konsepkonsep abstrak secara lebih meluas dan berlatih meningkatkan keterampilan berpikir dan bertindak logis dan etis, sehingga peserta didik mampu berkomunikasi melalui teks secara tertulis dan lisan, serta memecahkan masalah dengan menggunakan fenomena alam dan atau sosial yang lebih luas.Tingkatan 4 dengan derajat kompetensi Terampil dua setara dengan kelas 9 SMP/MTs. Di sini menekankan peningkatan keterampilan berpikir dan mengolah informasi serta menerapkannya untuk menghasilkan karya sederhana yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat, sehingga peserta didik mampu secara aktif mengekspresikan diri dan
mengkomunikasikan karyanya melalui teks secara lisan dan tertulis berdasarkan data dan informasi yang akurat secara etis, untuk memenuhi tuntutan keterampilan dunia kerja sederhana dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi.
Metode Penelitian Anggota sampel dalam penelitian ini yaitu tutor Paket B yang ada di Kecamatan Talaga Jaya. Maka ditetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 orang. Penentuan responden yang menjadi sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik sampel total. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan menggunakan instrumen berupa angket (kuesioner). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik deskriptif sederhana.
Hasil Penelitian 1. Perencanaan Skor tertinggi adalah 60; terendah 39; modus (mode) 39; median 49,50; rata-rata 49,80; simpangan baku 7,48; varians 55,96, skor total 996. Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 20 responden maka Perencanaan Pembelajaran berada pada daerah Cukup Tinggi.
0
Rendah
Sedang
300
600
Cukup Tinggi
Tinggi
900 996
1200
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Skor untuk Perencanaan 2. Pelaksanaan Skor tertinggi adalah 48; terendah 35; modus (mode) 39; median 40,50; rata-rata 41,10; simpangan baku 4,19; varians 17,57, skor total 822. Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 20 responden maka Pelaksanaan Pembelajaran berada pada daerah Cukup Tinggi.
0
Rendah
Sedang
240
480
Cukup Tinggi 720
822
Tinggi 920
Gambar Error! No text of specified style in document..2 Skor untuk Pelaksanaan 3. Evaluasi
Skor tertinggi adalah 40; terendah 25; modus (mode) 29; median 34; rata-rata 33,70; simpangan baku 3,92; varians 15,38, skor total 674. Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 20 responden maka Evaluasi berada pada daerah Cukup Tinggi.
0
Rendah
Sedang
200
400
Cukup Tinggi 600
Tinggi 674
800
Gambar Error! No text of specified style in document..3 Skor untuk Evaluasi 4. Tindak Lanjut Skor tertinggi adalah 24; terendah 15; modus (mode) 19; median 19; rata-rata 19,50; simpangan baku 2,56; varians 6,58, skor total 390. Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 20 responden maka tindak lanjut berada pada daerah Cukup Tinggi.
0
Rendah
Sedang
120
240
Cukup Tinggi 360 390
Tinggi 480
Gambar Error! No text of specified style in document..4 Skor untuk Tindak Lanjut Sehingganya berdasarkan hasil instrumen penilaian seluruh kinerja tutor yang berada di kecamatan Talaga Jaya yang berjumlah 20 tutor, dapat dilihat bahwa tingkat kinerja berada di daerah Cukup Tinggi yakni sejumlah 2.882 atau 83,78%.
Pembahasan Dari hasil analisis tersebut kemudian dikonfirmasikan kepada tutor yang ada di PKBM Jabal Rahmah Kecamatan Talaga Jaya. Dari hasil konfirmasi diketahui bahwa pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagian tutor aktif melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kompetensinya. Berdasarkan uraian rekapitulasi data hasil sebaran angket kepada responden berkaitan dengan kinerja tutor pada pembelajaran program Paket B, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kinerja tutor pada pembelajaran program Paket B memunculkan kualitas kinerja yang cukup tinggi di PKBM Jabal Rahmah, hal tersebut dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian hasil belajar, dan pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian.
Walaupun pada kenyataannya tutor kurang termotivasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang diakibatkan oleh kecilnya upah honorarium tutor yang menjadi salah satu kendala, namun diupayakan hal tersebut bisa menjadi bahan evaluasi bagi pihak pengelola PKBM guna peningkatan mutu pendidikan secara optimal dan efisien. Sehingga tutor Paket B dapat lebih menggali potensi yang dimiliki khususnya dalam menjalankan langkah-langkah pembelajaran serta dapat menambah wawasan yang selanjutnya akan dibagikan kepada peserta didik, dan peserta didik juga menjadi paham tentang materi pembelajaran yang diajarkan, dengan begitu akan menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas dan bukan kuantitas.
Penutup Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kinerja tutor pada pembelajaran program Paket B memunculkan kualitas kinerja yang cukup tinggi di PKBM Jabal Rahmah, hal tersebut dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian hasil belajar, dan pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian. Kinerja tutor pada pembelajaran program Paket B ditinjau dari aspek perencanaan tergolong cukup tinggi, yakni mencapai 83%. Kemudian kinerja tutor pada pembelajaran program Paket B dari aspek pelaksanaan tergolong cukup tinggi, yakni mencapai 85,63%. Selanjutnya kinerja tutor pada pembelajaran program Paket B dari aspek penilaian hasil belajar mencapai 84,25%. Sedangkan kinerja tutor pada pembelajaran program Paket B dari aspek pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian mencapai 81,25%.
Daftar Pustaka Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahastya. Depdiknas. 2003. Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara. Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal. 2007. Acuan dan Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Paket B, dan Paket C. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Kamil, Mustofa. 2009. Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui PKBM di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari Kominkan di Jepang). Bandung: Alfabeta. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung : PT. Refika Aditama.
Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2001. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Admministratif Dan Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.