Pelaksanaan Program Kejar Paket B……..(Moedjiarto)
PELAKSANAAN PROGRAM KEJAR PAKET B DI KABUPATEN TRENGGALEK, JAWA TIMUR Moedjiarto*
Abstrak:Hasil penelitian menyimpulkan: (1) tingkat keberhasilan kejar Program Kejar Paket B cukup tinggi, dapat diterima masyarakat, dan merupakan alternatif lain selain SLTP Negeri maupun swasta, (2) yang menjadi pendukung pelaksanaan program ini adalah tingginya semangat tutor, ijin dan dorongan orangtua, serta (3) yang menjadi penghambat adalah menurunya partisipasi wajib belajar pada musim garap sawah sdan musim panen padi, kedelai, jagung dan hasil pertanian lainnya, dengan alas an membantu orang tuanya. Abstract: This research aims at finding out a) the level of success of Kejar paket B at Kabupaten Trenggalek; b) the supporting factor and c) the inhibiting factors. The result indicates that 1) the program is relatively successful, acceptable and regarded as an alternative for SMP; 2) the tutors are highly spirited and parents are supportive; 3) during harvest and plating seasons, the level of participation reduces. Kata kunci: evaluasi, paket B, wajib belajar. Wajib belajar (wajar) 9 tahun sedang diberlakukan di Indonesia, yaitu kewajiban bagi masyarakat untuk minimal mengenyam pendidikan sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Tujuan dari wajar 9 tahun ini, adalah untuk meningkatkan mutu manusia Indonesia, agar tidak terpuruk di tengah kehidupan bangsa-bangsa. Karena itu, kurangnya faktor dan kesadaran serta tidak dimilikinya kemampuan bersekolah bagi calon wajib belajar, adalah masalah yang harus segera diatasi. Diperlukan dana yang sangat besar untuk membagun dan menyelenggarakan Sekolah dasar 6 tahun dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 3 tahun. Untuk mengatasi terbatasnya dana tersebut, pemerintah menyelenggarakan Program Kejar Paket A disertakan dengan SD, dan Progran Kejar Paket B yang disertakan dengan SLTP. Secara harafiah, program dapat diartikan sebagai rencana. Seringkali program diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (Arikunto, 1988) Menurut Umar Faruq (2003), dalam pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, aparat birokrat pusat hanya membuat acuan arah gerak dan tolak ukur keberhasilan, selebihnya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat demand driven. Hal tersebut ditempuh, karena disadari benar bahwa dengan mematok program berarti mencoba memaksakan kepada masyarakat apa yang mungkin tidak mereka perlukan (supply driven). Sehingga program dirancang bukan untuk kepentingan masyarakat, tetapi untuk kepentingan pemerintah dengan dalih untuk menciptakan masyarakat yang gemar belajar. Pendekatan yang hirarkis tidak dapat diterapkan pada Pendidikan Luar Sekolah. Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, secara tegas telah disebutkan bahwa terdapat jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan nonformal. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah, melalui kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. * Dosen Program Pasca Sarjana, Prodi Manajemen Pendidikan, UNESA
107
Pelaksanaan Program Kejar Paket B……..(Moedjiarto)
Tentang PLS ini, Hamidjojo (1989) mengutarakan bahwa startegi PLS adalah meletakkan sistem yang tangguh untuk menangani pendidikan sepanjang hidup, dengan jalur insidental, informal, non formal, dan formal bagi semua warga negara untuk menggalang masyarakat gemar belajar yang beradap dan demokratis (madani). Pada jalur Pendidikan Luar Sekolah, dianut prinsip belajar sepanjang hayat yang berarti setiap warga masyarakat dirangsang untuk terus belajar walaupun dengan cara, waktu, tempat dan tingkat yang berbeda-beda, keleluasaan untuk memilih sangat terbuka sesuai keadaan masyarakat sendiri. Kejar Paket B tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga mengembangkan kemampuan dan sikap. Untuk mengetahui kendala dan keberhasilan Program Kejar Paket B di Kabupaten Trenggalek, perlu diadakan penelitian. Pendidikan dan kesehatan merupakan komponen-komponen pokok dalam pengertian kebutuhan dasar sehingga harus dimasukkan dalam ekonomi yang utama, di samping sejajar dengan pangan, sandang dan papan. Program Kejar Paket B adalah salah satu program pendidikan dasar yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan Luar Sekolah. Program ini dikembangkan serta dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, yang keberadaanya dipertegas pada pasal 18, peraturan Pemerintah N0. 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah. Sebelum terbitnya Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah, Kejar Paket B dirancang untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi warga masyarakat yang telah menuntaskan belajar Paket A. Paket B ini, tidak mempertimbangkan usia warga belajar, dengan titik berat pendidikan ditekankan pada penguasaan keterampilan yang dapat diandalkan sebagai bekal untuk mencari nafkah. Dalam pemgembangannya kemudian, berdasarkan atas kebijaksanaan pemerintah tentang program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang dimulai pada tahun pertama Pelita VI Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II). Paket B ditetapkan sebagai salah satu pendukung Program Wajib Belajar yang setara dengan SLTP. Implikasi dari hal ini ialah bahwa Paket B yang telah berjalan perlu adanya berbagai penyesuaian, antara lain: (1) Sasaran Paket B diutamakan dari siswa lulusan SD atau yang sederajat karena sesuatu hal tidak dapat melanjutkan ke SLTP, dan siswa putus SLTP pada kelompok usia 13-15 tahun, (2) Kurikulum Paket B disusun berdasarkan kurikulum SMP tahun 1994, yang dengan sendirinya, modul-modul Paket B yang telah ada disempurnakan dengan berdasarkan kurikulum yang dimaksud, (3) Sistem penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dengan sistem “choll Base” atau sekolah sebagai pangkalan belajar, (4) pola pendanaan diupayakan dapat memenuhi kebutuhan minimum yang diperlukan dan tidak ada lagi penyediaan dana secara khusus, (5) Evaluasi proses dan hasil belajar diperkuat dengan melalui penyediaan biaya khusus. Dengan adanya pengembangan pola ini, dimaksudkan agar paket B dapat melembaga dalam masyarakat yang pada gilirannya dapat diketahui secara pasti tentang bobot Paket B dilihat dari segi kuantitas dan kualitasya dalam mendukung Program Belajar Pendidikan dasar. Berdasarkan uraian tersebut di atas, tujuan penelitian dapat dijelaskan sebagai beikut: 1. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan Program Kejar Paket B di kabupaten Trenggalek 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan program Paket B di Trenggalek. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan Program paket B di Trenggalek.
Metode Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Yang menjadi subyek penelitian adalah sekolah yang dipakai siswa untuk belajar, tenaga penyelenggara,
108
Pelaksanaan Program Kejar Paket B……..(Moedjiarto)
tenaga pendidik, dan warga belajar yang terlibat dalam kegiatan Program Kejar Paket B di desa Mlinjon, Kecamatan Karangan, dan di desa Ngares, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten trenggalek. Data dikumpulkan dengan berbagai metode. Metode wawancara diterapkan pada para informan yang terdiri dari penyelenggara, sumber belajar (tutor), dan warga belajar. Angket diberikan kepada penyelenggara, tutor, dan warga belajar, untuk mendapatkan informasi-informasi berkaitan dengan pelaksanaan penyelenggaraan Program Paket B. observasi digunakan untuk mengamati proses pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan program Paket B di Lokasi. Pengamatan dilakukan dengan cara observasi tak terlihat (non participant observation). Studi dokumen digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan Program Kejar paket B yang telah diarsipkan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, analisis deskriptif kualitatif. Tujuan dari analisis deskriptif kualitatif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secaran sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan analisisnya menyajikan kesimpulan dengan menggunakan nilai persentase, frekuensi, dan nilai rata-rata.
Hasil dan Pembahasan Pendidikan Luar Sekolah telah banyak dilaksanakan baik oleh pemerintah, maupun oleh pihak swasta yang terdiri dari para pengusaha, lembaga swadaya masyarakat, kelompok kecil masyarakat, maupun secara individu. Titik beratnya adalah standar kompetensi dari tiap kegiatan belajar. Pada Kejar paket B, terdapat beberapa unsur yang perlu diperhatikan, yaitu beberapa istilah yang sering disebutkan dalam kegiatan belajar Paket B, yaitu: 1) Warga belajar, ialah anggota masyarakat yang mengikuti kegiatan pembelajaran dan mereka secara aktif ikut menentukan apa yang diinginkan; 2) Sumber belajar, yaitu warga masyarakat yang mempunyai kemampuan baik dalam bidang pengetahuan, keterampilan, serta bersedia memberikan apa yang dimiliki tersebut untuk warga belajar melalui proses pembelajaran; 3) Pamong belajar, ialah tokoh masyarakt yang mampu dan mau membina, mengarahkan, dan mengorganisir kegiatan, dan yang bersangkutan bukan petugas pemerintah; 4) Sarana belajar, yaitu bahan dan alat yang ada di lingkungan masyarakat yang dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran; 5) Dana belajar, ialah uang atau materi lain yang diuangkan dalam menunjang pelaksanaan program pembelajaran yang telah disusun oleh pamong dari pemerintah, tokoh masyarakat, pengusaha dan masyarakat yang peduli; 6) Kelompok belajar, yaitu sejumlah warga belajar yang berkumpul dalam satu kelompok dan memiliki tujuan dan kebutuhan belajar yang sama serta sepakat untuk saling belajar. Kelompok ini bersama dengan sumber belajar dan pamong belajar, menentukan tempat belajar dan waktu belajar. 1. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Program Kejar Paket B yang dijadikan sample di kabupaten Trenggalek adalah desa Mlinjon, Kecamatan Karangan, dan desa Ngares kecamatan Trenggalek. Kejar Paket B di Desa Mlijon menempati SD Mlijon IV. Berdiri sejak tahun 1997, sudah mempunyai 3 kelas, yaitu kelas I, II, dan III. Jumlah warga belajar seluruhnya ada 103 orang, terdiri dari 59 orang warga belajar laki-laki, dan 44 orang warga belajar perempuan. Usia warga belajar berkisar antara 12-17 tahun, keseluruhan berasal dari lulusan SD. Hari belajarnya mulai hari Senin setiap hari sampai dengan hari Sabtu, dimulai jam 13.30 sampai dengan jam 16.30. setiap mengikuti kegiatan belajar, warga belajar memakai pakaian seragam, yaitu baju putih dan celana pendek/rok biru, dan bersepatu hitam seperti layaknya siswa SLTP. Kejar Paket B di desa Mlijon ini diberi nama Kejar MITRA, dan bagi para warga belajar maupun masyarakat sekitarnya lebih dikenal sebagai SLTP MITRA.
109
Pelaksanaan Program Kejar Paket B……..(Moedjiarto)
Kejar Paket B di desa Ngares, kecamatan Trenggalek, menempati TK desa Ngares, yang masih merupakan rumah penduduk desa Ngares, berupa pendapa berdinding kayu. Kejar Paket B di desa Ngares ini diberi nama Kejar paket B “Ngudi Kaweruh” dan berdiri sejak tahun 1999. kelompok belajar ini berjumlah 20 orang wajib belajar, terdiri dari 14 orang laki-laki, dan 6 orang perempuan. Usianya berkisar antara 15-20 tahun. Para wajib belajar tersebut berasal dari lulusan SD, Upres SD, dan drop out SLTP. Kegiatan belajarnya 3 kali per minggu, yaitu hari Selasa, Rabu, Kamis, mulai jam 13.30 sampai dengan jam 16.30. dalam mengikuti kegiatan belajar, para warga belajar memakai pakaian bebas, dan bahkan ada yang memakai sandal jepit. Tetapi mereka juga memiliki baju seragam batik, yang digunakan pada hari-hari bila ada kunjungan tamu tertentu (misalnya pejabat), atau bila mengikuti lomba di kecamatan maupun kabupaten. Baik Kejar Paket B MITRA di desa Mlinjon, maupun Kejar Paket B NGUDI KAWERUH yang di desa Ngares, semua penyelenggaraannya dipilih dan ditunjuk oleh Pemilik Pendidikan Masyarakat Kecamatan. Penyelenggara Paket B di desa Mlinjon, adalah M. Rohadi, berusia 62 tahun, pendidikan terakhir SGA (SPG), pekerjaan adalah Pensiunan Kepala SD. Penyelenggara Paket B di desa Ngares adalah Edi Purwana, S.Ag. yang baru berusia 31 tahun. Dan merangkap sebagai tutor. Baik Kejar Paket B di desa Mlinjon maupun di desa Ngares, semua menyatakan, untuk dapat menjadi penyelenggara Kejar Paket B harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain kegiatannya harus memiliki relevansi dengan penghidupan penduduk, sedangkan menurut penyelenggara di desa Ngares, penyelenggara harus mempunyai tanggung jawab yang tinggi, dianggap mampu menangani, serta kegiatannya ada relevansinya dengan penghidupan penduduk. Menurut M. Rohadi, dalam menyelenggarakan Kejar Paket B di desanya. Lembaga atau organisasi yang dilibatkan sebagai penyelenggara adalah Karang taruna dan LKMD. Warga belajar Paket B MITRA di desa Mlinjon, tingkat kehadirannya mencapai 90%, karena mereka menganggap seperti sekolah SLTP lainnya, dan kebanyakan baru lulus SD. Mereka tidak melanjutkan ke SLTP di kecamatan Karangan, bukan masalah biaya, tetapi lokasinya dianggap terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Selain itu, medan yang harus dilalui berbukit-bukit, yang sulit dilalui sepeda. Di musim hujan, jalannya menjadi licin, karena terdiri dari tanah liat. Untuk sampai di SLTP kecamatan Karangan, bila harus berjalan kaki umumnya memerlukan waktu 3 sampai 4 jam. Agar bisa mengikuti pelajaran pada jam 07.00 pagi, mereka harus berangkat dari rumah sekitar jam 03.00 atau 04.00 pagi. Bila sekolah usai pada jam 13.00 mereka baru sampai di rumah pada jam 16.00 atau lebih. Maka dari itu, orangtua mereka lebih senang bila anaknya disekolahkan pada Kejar Paket B. Meraka juga mengharapkan, bila lulus nanti, dapat meneruskan ke SMU atau lebih senang lagi bila dapat dibuka Kejar Paket C setara SMU di desanya. Terhadap warga belajar, bila 2 kali tidak mengikuti pelajaran, maka pihak penyelenggara akan memberikan teguran lisan, bila masih berlanjut akan ditegur secara tertulis, atau orangtuanya dipanggil. Warga belajar yang drop out hanya 1 orang, yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya kesadaran akan petingnya pendidikan, dan alasan lainnya karena menikah. Penyelenggara diwajibkan membuat laporan tertulis setiap triwulan kepada pemilik Pendidikan Masyarakat. Kejar Paket B di desa Mlinjon, sudah meluluskan satu angkatan pada tahun 1999, dan warga belajar sebanyak 44 orang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 22 orang perempuan, seluruhnya lulus 100%. Meskipun demikian, hambatan paling dominan yang dihadapi penyelenggara adalah masalah dana. Bila tingkat kehadiran di Paket Kejar B di desa Mlinjon tinggi, tidak demikian kehadiran di desa Ngares, yang hanya mencapai 60% saja. Salah satu penyebab adalah wajib belajar
110
Pelaksanaan Program Kejar Paket B……..(Moedjiarto)
umumnya telah berusia di atas rata-rata usia siswa SLTP. Oleh karena itu, sebagian besar bertani, mengerjakan ladang, atau pekerjaan serabutan apa saja. Bagi warga belajar yang tingkat kehadirannya kurang dari 50%, diberikan sangsi membersihkan kelas. Sampai penelitian dilaksanakan, belum ada warga berlajar yang drop out, karena memang kegiatan belajarnya masih belum 1 tahun. Selain itu, pada saat penelitian dilaksanakan, Kejar Paket B di desa Ngares ini belum dimiliki TK desa Ngares. Para tutor mulai bertugas sebagai tutor sejak berdirinya Kejar paket B di lokasi ini, yaitu pada tahun 1996. tutor dipilih oleh penyelenggara dan pamong desa. Dalam penjaringan tutor, pamong desa memotivasi bahwa menjadi tutor adalah berasal dari warga desa setempat, berminat untuk menjadi tutor, dan harus seorang guru, atau profesinya sebagai pengajar. Jumlah tutor di Kejar paket B “MITRA” desa Mlinjon, kecamatan Karangan sebanyak 7 orang, dan tutor Kejar Paket B “Ngudi Kaweruh” di desa Ngares kecamatan Trenggalek, sebanyak 4 orang. Yang dilibatkan menjadi tutor adalah guru SLTP, dan warga masyarakat yang memenuhi syarat. Semua tutor menyatakan, bahwa mereka adalah tutor bidang studi, tetapi ada yang memberi tutorial lebih dari satu bidang studi. Metode mengajar yang digunakan adalah ceramah, diskusi, dan pemberian tugas. Sebelum menjadi tutor, ada yang belum pernah mengikuti pelatihan tutor, tetapi kebanyakan pernah mengikuti penataran tutor. Tentang persiapan sebelum mengajar, sebagian besar tutor selalu membuat persiapan mengajar, tetapi ada beberapa orang tutor yang menyatakan kadang-kadang membuat persiapan mengajar. Dalam memberikan pekerjaan rumah, sebagian tutor selalu memberikan PR, dan sebagian lagi menyatakan kadang-kadang saja. Pekerjaan rumah yang ditugaskan kepada wajib belajar, sebagian besar dikerjakan oleh mereka. Selain mengajar, tutor juga sering memberikan motivasi kepada warga belajar, agar tidak DO. Selain kegiatan kelompok secara rutin, kegiatan yang dilaksanakan oleh warga belajar adalah kegiatan belajar mandiri di rumah, dan belajar kelompok di rumah teman sesama warga belajar. Tentang hubungan antara tutor dan warga belajar dalam kelompok belajar, semua tutor menyatakan bahwa hubungannya baik. Kelompok belajar dibentuk oleh Penilik Dikmas dan penyelenggara. Jumlah warga kelompok belajar ada yang 5 orang, 7 orang dan ada yang 20 orang, dan jumlah tersebut menurut tutor cukup baik. Tentang kelengkapan administrasi, yang dimiliki tutor adalah buku absensi, buku nilai, dan buku bahan pelajaran. Sebelum mengajar, semua tutor menyatakan mengabsen warga belajarnya. Bilawarga belajar tingkat kehadirannya kurang dari 25% maka tutor akan memberikan sangsi, antara lain peringatan lisan, memanggil orangtuanya, serta membersihkan ruang belajar. Seluruh tutor menyatakan bahwa mereka memiliki bahan belajar/buku paket/modul, bidang studi yang dibinanya. Semua tutor juga menyatakan bahwa bahan pelajaran tersebut diperoleh dari penilik Dikmas. Semua tutor juga menyatakan memiliki buku pedoman tutor. Selain menggunakan buku paket, semua tutor juga menyatakan menggunakan buku-buku setara SLTP. Manakala ditanyakan seberapa tinggi tingkat kesukaran bahan yang diajarkan, semua tutor menjawab sedang-sedang saja. Tentang kesesuaian paket belajar dengan tujuan Paket B. Jadwal disusun oleh tutor bersama-sama dengan penyelenggara. Semua tutor menyatakan, bahwa selain materi dari buku paket, wajib belajar juga diberi keterampilan. Di Kejar Paket B “MITRA” di desa Mlinjon Kecamatan Karangan, terdapat pelajaran menjahit dan elektro, sedangkan di Kejat Paket B di desa Ngares Kecamatan Trenggalek, wajib belajar mendapatkan pelajaran keterampilan kerajinan tangan pembuatan Cindera mata. Tentang sarana dan prasarana dan tempat belajar, meja tutor, papan tulis, dan penghapus. Yang belum ada hanya penerangan listrik. Dilihat dari kuantitas kondisi sarana yang ada, tutor menyatakan masih kurang dan perlu penyempurnaan. Semua tutor menyatakan mendapatkan honorarium dan uang transport. Honorarium di Kejar Paket B desa Mlinjon, besarnya Rp. 28.000,- (Dua puluh ribu rupiah), sedangkan di Kejar
111
Pelaksanaan Program Kejar Paket B……..(Moedjiarto)
Paket B desa Ngares, besarnya Rp. 135.000,- (Seratus tiga puluh lima ribu rupiah) per bulan. Semua tutor menyatakan bahwa honorarium tersebut diperoleh dari penyelenggara, dan mereka menyatakan bahwa honorarium tersebut terlalu kecil. Sebagai evaluasi, diadakan tes formatif beberapa kali, dan ditutup dengan tes sumatif pada setiap akhir pelajaran satu buku paket, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Tentang tes formatif dan sumatif tersebut, setelah tutor mengoreksi, hasil pekerjaan wajib belajar kadangkala dikembalikan, dan kadangkala tidak dikembalikan kepada wajib belajar. 2. Faktor Pendukung Pelaksanaan Kejar Paket B LKMD di desa Mlinjon, didirikan sejak tahun 1970, mempunyai program pelayanan social, yang salah satu kegiatannya adalah di bidang pendidikan. Jumlah warga belajar terus meningkat, pada awal berdirinya Kejar paket B di desa Mlinjon ini, mempunyai warga belajar sebanyak 42 orang, terdiri 34 orang laki-laki dan 18 orang perempuan, pada tahun 2000 jumlah wajib belajar berkembang menjadi 103 orang. Usia belajar yang berkisar antara 12 sampai dengan 17 tahun sebanyak 102 orang, dan yang 1 orang lagi (perempuan) berusia di atas 21 tahun. Proses belajar mengajarnya telah mengembangkan diskusi kelompok, dan kegiatan belajarnya selama 6 hari per minggu, @ 4 jam dimulai sejak jam 13.30 sampai dengan 17.30. di luar jam tatap muka, warga belajar, juga kelompok kecil belajar, biasanya bila ada Pekerjaan Rumah atau tugas dari tutor. Selain itu warga belajar juga biasa belajar mandiri menggunakan modul-modul Evaluasi belajar sudah dapat dilaksanakan secara rutin. Administrasi pendidikan yang dilaksanakan cukup tertib, meliputi buku absen tutor, buku absen warga belajar, buku induk, buku kumpulan nilai, buku rapor, dan buku siswa. Dana yang diterima dari Pemda Tingkat II Trenggalek berupa dana penyelenggaraan, dana keterampilan yang meliputi keterampilan elektronika untuk warga belajar perempuan, dan keterampilan elektronika untuk warga belajar laki-laki. Jumlah tutor ada 8 orang, terdiri dari 5 laki-laki dan 3 perempuan, yang berpendidikan SLTA 1 orang sedangkan yang 7 orang lulusan S-1. Pekerjaan tetap tutor semuanya wiraswasta. Frekuensi kehadiran tutor 90%, dan jika ada tutor yang tidak hadir, digantikan oleh penyelenggara atau tutor lain yang kebetulan tidak bertugas. Semua tutor sudah pernah mengikuti pelatihan tutor, dan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mereka membuat satuan pelajaran untuk mengajar. Warga belajar pernah diikutkan lomba gerak jalan dan MTQ, dan berhasil mendapatkan posisi juara, sedangkan keikutsertaannya di lomba bola voli belum berhasil mendapatkan juara. Para warga belajar juga pernah diajak mengadakan studi banding ke Kejar paket B di desa Wonokerto Trenggalek, sambil mengadakan rekreasi ke pantai selatan Popoh. 3. Faktor Penghambat Pelaksanaan Kejar Paket B Dalam pelaksanaan Kejar Paket B, yang dirasakan sebagai penghambat adalah rendahnya minat belajar para wajib belajar, yang dapat dilihat khususnya pada musim panen padi, kacang, kedelai, dan jagung, dan saat musim menggarap sawah. Banyak warga belajar yang tidak masuk belajar, dengan alasan membantu orangtua menggarap sawah, menuai hasil panen di sawah, kendala lainnya adalah bila telah tiba musim hujan. Baik wajib belajar maupun tutor mengalami kesulitan untuk datang ke tempat belajar, karena kondisi jalannya menjadi licin, dan medannya cukup sulit untuk dilewati. Bahkan, bukit yang berada di kedua sisi jalan seringkali longsor, sehingga untuk beberapa waktu jalan terpaksa ditutup. Hambatan lain yang ditemukan di lapangan adalah kecilnya, honorarium tutor. Sejak awal sampai penelitian dilakukan honorarium instruktur belum pernah dinaikkan. Selain itu, hambatan lainnya adalah masih kecilnya dana penyelenggaraan pengajaran pada Kejar Paket B di desa ini. Mengingat pentingnya Kejar Paket B ini di mata masyarakat, maka dana penyelenggaraan perlu ditingkatkan, dan keberadaan Kejar Paket B ini masih perlu dipertahankan, bahkan dikembangkan.
112
Pelaksanaan Program Kejar Paket B……..(Moedjiarto)
Penutup Dari hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Tingkat keberhasilan Kejar Paket B cukup tinggi. Program ini dapat diterima oleh masyarakat dengan baik, dan merupakan alternatif lain selain SLTP Negeri maupun swasta, bagi anak yang telah lulus SD. Program ini juga bepotensi untuk dikembangkan. 2. Yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan program Kejar Paket B ini adalah tingginya semangat tutor untuk menjalankan tugasnya. Selain itu, ijin dan dorongan orangtua yang tinggi terhadap anaknya untuk belajar dalam kegiatan Kejar Paket B juga merupakan pendukung keberhasilan program ini. 3. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Kejar paket B ini, antara lain menurunnya partisipasi wajib belajar pada musim garap sawah dan musim panen, baik panen padi, kedelai, jagung, dan hasil pertanian lainnya. Dengan alasan membantu orangtua, wajib belajar menjadi kurang aktif mengikuti pelajaran. Dari simpulan tersebut, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Pendanaan program Kejar Paket B disarankan untuk ditingkatkan, agar program dapat berjalan lebih lancar, kesejahteraan tutor dapat diperbaiki, dan honorarium jangan sampai terlambat diberikan. 2. Agar program ini dapat dikenal lebih luas oleh masyarakat, disarankan peningkatan sosialisasi terhadap masyarakat, khususnya orangtua yang anaknya lulus SD, drop out dari SLTP, dan belum sempat mengeyam pendidikan di SLTP. 3. Pelaksanaan program disarankan disesuaikan dengan waktu longgar yang dimiliki wajib belajar, misalnya pada musim garap sawah dan musim panen, baik jam belajar dan hari belajar dikurangi, sementara pada waktu lainnya ditambah. 4. Penyelenggara disarankan dapat menggandeng pengusaha, masyarakat yang mampu, dan tutor lainnya yang dapat memberikan bantuan penyelenggaraan Kejar Paket B.
Daftar Acuan Arikunto, Suharsimi. 1985. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta, Bina Aksara. Depdikbud. 2003. Undang-undang RI. No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdikbud. Direktorat Pendidikan Masyarakat. 1984. Petunjuk Pelaksanaan Proghram Paket B dan Program Kejar Usaha. Jakarta. Depdikbud. Direktorat. Pendidikan Masyarakat. 1983. “Proyek Pendidikan Non Formal.’ Lembaga Berita No. 9 tahun 1983. Jakarta Depdikbut. Hamidjojo, Santoso, 1998. Tantangan PLS Dalam Era Reformasi dan Globalisasi. Seminar di IKIP Malang. Soemasstro, 1985.Pendidikan Non Formal dan Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya. Media Pendidikan UNESA. Umar Faruq, 2003. Pendidikan Luar Sekolah Dalam Era Otonomi Daerah Makalah yang dipresentasikan di PPS.
113