KINERJA INDUSTRI TAHUN 2010, PROGRAM KERJA DITJEN BIM TA 2011 DAN PROGRAM PENGEMBANGAN 6 (ENAM) KELOMPOK INDUSTRI PRIORITAS
DIREKTORAT JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Pokok Bahasan
I
Pendahuluan
II
Kinerja Ditjen BIM Tahun 2010
III
Program Kerja Ditjen BIM Tahun 2011
IV
Pengembangan Industri Prioritas Tahun 2011 2
I
Pendahuluan
VISI DITJEN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
Terwujudnya basis industri manufaktur yang kokoh, mandiri, dan berdaya saing kuat pada tahun 2025
MISI DITJEN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
Menjadikan Basis industri manufaktur sebagai penggerak SDM industri memanfaatkan sumber daya alam nasional dalam rangka pengembangan kegiatan industri yang efisien, bernilai tambah tinggi, dan meningkatkan devisa negara 3
I
Pendahuluan
Padat Energi
Padat Modal
Padat Karya
Penghasil Devisa
Keanekaragaman komoditi yang luas, mulai dari bahan baku hingga barang konsumsi.
Ciri-Ciri Industri Manufaktur
Menggunakan teknologi maju
Pemasok bahan baku ke industri antara dan industri hilir 4
I
Pendahuluan
Dit. Industri Tekstil dan Aneka
Industri Binaan Ditjen BIM
Dit. Industri Kimia Hilir Dit. Industri Kimia Dasar Dit. Industri Material Dasar Logam
5
I
Pendahuluan
Produk dan Komoditi BIM Secara Umum No Direktorat 1 Direktorat IMDL
2
Direktorat IKD
3
Direktorat IKH
4
Direktorat ITA
Komoditi besi dan baja dasar, pipa dan sambungan pipa, ekstrusi logam bukan besi, barang dari logam aluminium dan bukan aluminium untuk bangunan, alat potong dan perkakas pertukangan dan pertanian, barang dari kawat, paku, mur, baut, alat rumah tangga dan furnitur dari logam, lampu dari logam. Pengolahan garam, industri pupuk, bahan baku pemberantas hama, bahan farmasi, IKD anorganik khlor dan alkali, gas industri, pigmen garam meja dan industri, cat, pernis, sabun, bahan kosmetik, tinta, korek api, ban luar dan ban dalam, barang karet untuk rumah tangga dan industri, pipa dan selang dari plastik, cakram optik, kaca, porselin, semen, kapur pemintalan benang, kain tenun dan sulaman/bordir, pencetakan kain, batik, barang jadi tekstil untuk industri, kain ban, karung goni, pakaian jadi, barang dari kulit dan kulit buatan untuk pribadi dan industri, alas kaki, perhiasan, alat musik, mainan anak, kaca mata 6
Pendahuluan
I
PAGU Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur TA 2011
250.000.000.000 217.000.000.000 200.000.000.000
PAGU
150.000.000.000
100.000.000.000 68.100.000.000 54.700.000.000 50.000.000.000 28.000.000.000
19.700.000.000
0 PAGU %
IMDL
IKD
IKH
ITA
SETDITJEN BIM
19.700.000.000
54.700.000.000
28.000.000.000
217.000.000.000
68.100.000.000
5,08%
14,12%
7,23%
56,00%
17,57%
7
II
Kinerja Ditjen Basis Industri Manufaktur s.d. 2010
Pertumbuhan Industri Binaan Ditjen Basis Industri Manufaktur
LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Logam Kimia Dasar Kimia Hilir TPT, ANEKA BIM * Angka sementara **Angka sangat sementara - Sumber BPS, diolah
2006 5,88 -3,28 6,73 1,39 2,59
2007 2,67 -5,87 9,25 -3,62 0,41
2008 6,19 3,02 -2,16 -3,46 -0,82
2009* -5,45 7,07 1,31 0,71 1,00
2010** 6,13 5,02 3,53 1,89 3,46
II
Kinerja Ditjen Basis Industri Manufaktur s.d. 2010
Statistik Industri Binaan Ditjen BIM No.
Uraian
1
Jumlah Perusahaan
2
Jumlah Tenaga Kerja
3 Ekspor 4 Impor Total Investasi 5 (Kurs US$ 1 : Rp 9.000)
Satuan Unit Orang Juta US$ Juta US$ Triliun Rupiah
* Angka sementara **Angka sementara s/d triwulan III - Sumber BPS, diolah
2007
2008
2009
2010 **
3.924
4.061
6.244
6.286
1.566.340
1.630.210
1.646.273
1.657.430
26.312 13.558
27.564 24.828
27.863 21.509
31.468 24.861
1.249.435,448
1.288.248,103
1.325.173,773
1.364.314,735
III
Rencana Program Kerja Ditjen BIM 2011
Sasaran Program Kerja Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur
Pengembangan dan Pembinaan Teknis SNI Fasilitasi Penguatan Struktur Industri Manufaktur 1. Entitas Kolaborasi Klaster 2. Terbentuknya Pusat Pengembangan Teknologi Industri Manufaktur 3. Berkembangnya kawasan industri yang terintegrasi
1. SNI Wajib Produk Industri Manufaktur 2. RSNI Produk Industri Manufaktur 3. Pembinaan Teknis SNI 4. Pengawasan (Uji Petik) SNI
Program Pendukung Peningkatan Daya Saing 1. Optimalisasi Kapasitas Produksi 2. Terselenggaranya tata kelola industri manufaktur nasional 3. Meningkatnya jumlah investasi industri manufaktur 4. Berkembangnya iklim usaha yang kondusif 5. Meningkatnya kerjasama dalam rangka pengembangan industri manufaktur 6. Tersusunnya pedoman teknis mengenai efesiensi energi dan pengurangan emisi CO2 7. Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri melalui pengadaan barang/jasa. 10
IV
Pengembangan Industri Prioritas Ditjen BIM Tahun 2011
Industri Tekstil
Industri Alas Kaki
Industri Prioritas Binaan Ditjen Basis Industri Manufaktur
Industri Karet
Industri Pupuk
Industri Petrokimia
Industri Baja dan Aluminium Hulu
11
IV
Pengembangan Industri Prioritas Ditjen BIM Tahun 2011
Industri Tekstil Permasalahan Internal : Eksternal : 1. Keterbatasan bahan baku dan bahan 1. Pangsa pasar dalam dan luar negeri penolong 2. Frekuensi transportasi : pabrik 2. Kekinian teknologi pelabuhan 3. Keterbatasan SDM yang terampil 3. Efisiensi pelabuhan 4. Sulitnya pendanaan 4. Perlakuan perpajakan 5. Ketersediaan energi
–
Solusi 1. Peningkatan kerjasama jangka panjang dengan negara produsen bahan baku dan mengembangkan bahan baku lokal (diantaranya melalui BMDTP) 2. Perumusan kebijakan dan bentuk inisiatif untuk mendukung pengembangan industri 3. Penguatan struktur industri hulu dan antara 4. Melakukan restrukturisasi permesinan dan pengembangan industri barang modal dalam negeri 5. Memperluas lembaga pelatihan dan peningkatan pelatihan serta insentif pendidikan (beasiswa). 6. Peningkatan daya saing melalui program P3DN sehingga dapat memperluas pangsa 12 pasar dalam negeri.
IV
Pengembangan Industri Prioritas Ditjen BIM Tahun 2011
Industri Alas Kaki Permasalahan Internal : 1. Keterbatasan bahan baku dan bahan Eksternal : penolong 1. Pangsa pasar dalam dan luar negeri 2. Kekinian teknologi 2. Frekuensi transportasi : pabrik 3. Keterbatasan SDM yang terampil pelabuhan 4. Keragaman komponen 3. Efisiensi pelabuhan 5. Sulitnya pendanaan 4. Perlakuan perpajakan 6. Ketersediaan energi
–
Solusi 1. Peningkatan kerjasama jangka panjang dengan negara produsen bahan baku dan mengembangkan bahan baku lokal (diantaranya melalui BMDTP) 2. Perumusan kebijakan dan bentuk inisiatif untuk mendukung pengembangan industri 3. Melakukan restrukturisasi permesinan dan pengembangan industri barang modal dalam negeri 4. Memperluas lembaga pelatihan dan peningkatan pelatihan serta insentif pendidikan (beasiswa). 5. Peningkatan daya saing melalui program P3DN sehingga dapat memperluas pangsa 13 pasar dalam negeri.
Pengembangan Industri Prioritas Ditjen BIM Tahun 2011
IV
Industri Karet Permasalahan 1. Keterbatasan bahan baku dan bahan penolong karena rendahnya produktifitas tanaman 2. Lemahnya kelembagaan petani dan kemitraan usaha serta sulitnya akses permodalan 3. Keterbatasan SDM yang terampil 4. Kurangnya dukungan sarana dan prasarana terutama akses dari perkebunan ke pelabuhan 5. Ketersediaan energi
Solusi 1. 2.
3. 4. 5.
Peningkatan produktifitas dan kualitas karet alam untuk menunjang pasokan bahan baku industri barang-barang karet Peningkatan produksi produk barang-barang karet guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri melalui diversifikasi produk, peningkatan nilai tambah, peningkatan kandungan lokal (bahan baku/bahan penolong, peralatan pabrik, jasa teknik dan konstruksi, jasa pendukung produksi) Meningkatkan litbang teknologi industri, pengembangan dan diversifikasi teknologi tradisional ke teknologi maju serta pengembangan kemampuan balai-balai karet Membangun sarana prasarana jalan dari lokasi bahan baku Peningkatan daya saing melalui program P3DN sehingga dapat memperluas pangsa pasar 14 dalam negeri.
IV
Pengembangan Industri Prioritas Ditjen BIM Tahun 2011
Industri Pupuk Permasalahan 1. Pada umumnya mesin yang digunakan sudah berusia tua sehingga tingkat efisiensi relatif rendah 2. Terbatasnya ketersediaan bahan baku diantaranya gas bumi, kalium dan phosphate 3. Realisasi penyerapan pupuk NPK dan organik masih rendah dibandingkan kebutuhan, sehingga perlu mereview pengembangan pupuk NPK dan organik
Solusi 1. Revitalisasi pabrik pupuk (penggantian mesin pabrik yang sudah tua, pembangunan pabrik pupuk baru, pengembangan industri pupuk NPK dan organik) 2. Pengamanan pasokan gas bumi 3. Penetapan harga yang sama untuk harga gas bumi bagi industri pupuk 4. Kebijakan insentif harga gas bumi bila terjadi kondisi dimana harga gas bumi berada di bawah harga keekonomian KKKS 5. Peningkatan kerjasama dengan negara-negara penghasil bahan baku phosphate dan kalium 6. Alternatif sumber pembiayaan program revitalisasi industri pupuk 7. Peningkatan daya saing melalui program P3DN sehingga dapat memperluas pangsa 15 pasar dalam negeri.
Pengembangan Industri Prioritas Ditjen BIM Tahun 2011
IV
Industri Petrokimia Permasalahan 1. Kurangnya dukungan kebijakan untuk pemanfaatan SDA/migas, menyebabkan kurang terjaminnya pasokan bahan baku dalam negeri. 2. Tingginya pajak, pungutan resmi maupun tidak resmi yang memberatkan industri 3. Tingginya ketergantungan teknologi dari negara lain dan terbatasnya penyediaan infrastruktur. 4. Lemahnya kerjasama dunia usaha dan litbang
Solusi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pengembangan infrastruktur di lokus pengembangan klaster industri petrokimia Pengembangan bahan baku alternatif Pengembangan SDM dan produk serta konservasi dan efisiensi bahan baku & energi, teknologi, pengembangan infrastruktur dengan pembangunan centre of excellence. Pemberian insentif diantaranya memberikan keringanan pajak dan subsidi bunga pinjaman untuk revitalisasi mesin produksi Harmonisasi tarif bahan baku dan produk barang jadi petrokimia Pembangunan refinery yang terintegrasi dengan industri petrokimia Peningkatan daya saing melalui program P3DN sehingga dapat memperluas pangsa pasar dalam negeri. 16
IV
Pengembangan Industri Prioritas Ditjen BIM Tahun 2011
Industri Baja Hulu, Aluminium Hulu dan Nikel Permasalahan 1. Belum terintegrasinya kebijakan pengembangan dan pembinaan industri baja 2. Ketergantungan pada bahan baku impor iron pellet dan skrap serta produk antara tertentu 3. Pada umumnya mesin produksi baja sudah tua sehingga efisiensi dan daya saing rendah 4. Penggunaan energi belum efisien
Solusi 1. Peningkatan kompetensi SDM melalui penguasaan kemampuan teknologi industri baja, aluminium dan nikel serta membentuk pustek dan cooking coal center. 2. Pengembangan industri berbahan baku lokal dan meningkatkan pengembangan teknologi industri ramah lingkungan 3. Meningkatkan jaminan pasokan bahan baku (diantaranya melalui BMDTP) 4. Meningkatkan kerjasama antara industri pengolahan bahan baku dengan industri terkait 5. Peningkatan daya saing melalui program P3DN sehingga dapat memperluas pangsa pasar dalam negeri. 17
18