Penggunan Pestisida Alami Hampir semua diantara kita pernah mendengar kata pestisida, herbisida, insektisida atau nama lainnya. Hampir dalam semua sisi kehidupan kita tidak bisa lepas dari pestisida dalam berbagai bentuknya. Dari gunung sampai pantai, dari desa sampai kota. Petani di pegununganpun tidak lepas dari penggunaan pestisida. Petani sayuran di Dieng, Kopeng, atau petani tembakau di lereng gunung Sindoro dan Sumbing. Nelayan dalam pembuatan ikan asin misalnya, ada yang menggunakan pestisida. Tentunya cara ini tidak dibenarkan, namun demikian adanya masyarakat kita. Pemakaian pestisida di rumah tangga seperti penggunaan obat nyamuk, anti rayap / ngengat, pengusir nyamuk (repelent) dan banyak lagi macamnya. Untuk itulah kita perlu mengenal lebih jauh tentang pestisida. Penggunaan pestisida dalam pembangunan di berbagai sektor seperti pertanian, kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri semakin meningkat. Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pada bidang pertanian termasuk pertanian rakyat maupun perkebunan yang dikelola secara profesional dalam skala besar menggunakan pestisida yang sebagian besar adalah golongan organofosfat. Demikian pula pada bidang kesehatan masyarakat pestisida yang digunakan sebagian besar adalah golongan organofosfat. Karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. Penggunaan pestisida di bidang pertanian saat ini memegang peranan penting. Sebagian besar masih menggunakan pestisida karena kemampuannya untuk memberantas hama sangat efektif. Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tesebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para petani yang sering / intensif menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Menurut Atmawijaya, pada tahun 1985 diperkirakan menggunakan 10.000 ton pestisida, pada tahun 1991 meningkat menjadi 600.000 ton. Jumlah ini mencapai 5 % konsumsi dunia. Keracunan pestisida terjadi di banyak negara seperti di Turki, Pakistan Barat, Iraq dan Guatemala. Keracunan makanan yang terkontaminasi pestisida parathion seperti tepung dan gula ditemukan diberbagai negara. (Philp, 1995) Di negara lain seperti di Afrika Selatan pernah dilaporkan 10.000 orang meninggal dunia akibat keracunan kronis organofosfat tahun 1959. Di Amerika Selatan ribuan orang mengalami kelumpuhan pada tahun 1978. Di Indonesia juga banyak terjadi kasus keracunan antara lain di Kulon Progo terdapat 210 kasus keracunan dengan pemeriksaan fisik dan klinis, 50 orang diantaranya diperiksa laboratorium dengan hasil 15 orang (30 %) keracunan, di Kabupaten Sleman dilaporkan dari 30 orang petugas pemberantas hama 14 orang (46,66 %) mengalami gejala keracunan. Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan terhadap dampak negatif akibat penggunaan pestisida, perlu adanya upaya pengawasan pengamanan pestisida. Upaya pengamanan pestisida ditujukan untuk mencegah dan menanggulangi dampak negatif penggunaan pestisida terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan melalui usaha-usaha pengawasan terhadap penggunaan pestisida dan pengendalian terhadap pencemaran dan keracunan pestisida. Salah satu penggunaan pestisida yang cukup banyak adalah di bidang pertanian dan kesehatan. Di Bidang Pertanian, penggunaan pestisida banyak dipakai untuk memberantas
hama pada tanaman buah, sayur dan sebagainya. Akhir-akhir ini penggunaan pestisida pada tanaman sayuran juga cukup tinggi. Para petani yang dulu tidak banyak mengenal pestisida, sekarang sudah akrab dan intensif mengguanakannya. Pengertian Pestisida Secara harfiah pestisida berarti pest killing agent atau bahan pembunuh hama. (Tan Malaka, 1994) Pengertian menurut Sub Dit P2 Pestisida (1990), adalah semua bahan kimia, binatang maupun tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan hama. Pengertian lain tentang pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus digunakan untuk: x x x x x x x x
memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman. memberantas rerumputan mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman. memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaan. memberantas atau mencegah hama-hama air. memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah, alat-alat angkutan, dan alat-alat pertanian. memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang dapat menyebabkan penyakit yang perlu dilindungi. (Syamsuir Munaf, 1997, Depkes RI, 1985)
Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisidaadalah : x
x
Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang mengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.
// Penggunaan pestisida buatan yang memakai bahan kimia memang berbahaya bagi manusia. Kita sering merasa waswas bila anak kita akan bisa menjangkaunya. Nah, semoga artikel tentang pembuatan pestisida alami ini dapat membantu memecahkan persoalan petani dalam melindungi kebun (lahan pertanian) sekaligus keluarga. 1. Mimba (Azadiracta indica) Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2 genggam bijinya, kemudian ditumbuk. Campur dengan 1 liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya harus ditambah dengan air sebagai pengencer. Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air. Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring. Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama tanaman. Tembakau (Nicotium tabacum) Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 – 4 hari, atau bisa juga dengan direbus
selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman. Tuba, Jenu (Derriseleptica) Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman. Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit) Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2 – 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman. Kucai (Allium schonaoresum) Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun. Bunga Camomil (Chamaemelum spp) Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk mencegah damping off atau penyakit rebah. Bawang Putih (Allium sativum) Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 – 10 hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura. Abu Kayu Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman. Mint (Menta spp) Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan untuk memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman.Kembang Kenikir (Tagetes spp) Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan.
Kemudian tambahkan 4 – 5 bagian air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman. Cabai Merah (Capsium annum) Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman. Sedudu Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil getahnya. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman. Kemanggi (Ocimum sanetu) Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus\ sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami. Dringgo (Acarus calamus) Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga. Tembelekan (Lantara camara) daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar. Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun pengerek daun. Rumput Mala (Artimista vulgaris) Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput tersebut. Kemudian manfaatkan asap ini untuk mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman. Tomat (Lycopersicum eskulentum) Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman. Gamal (Gliricidia sepium) Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu ambil ekstraknya. Ekstrak daun segar ini dan batang gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga. Bunga Mentega (Nerium indicum) Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian disaring. Dari hasil saringan tadi dapat digunakan untuk mengusir semut.
Sumber : http://sugiartoagribisnis.wordpress.com