Terbit setiap dua bulan sekali pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli, September dan November yang kajian bidang geografi dan pendidikan geografi . ISSN Ketua Penyunting: Deasy Arisanty Penyunting Pelaksana: Sidharta Adyatma, Nasruddin, Arif Rahman Nugroho, Ellyn Normelani, Karunia Puji Hastuti, Parida Angriani, Eva Alviawati, Rosalina Kumalawati, Norma Yuni Kartika, Nevy Farista Aristin. Penelaah: Junun Sartohadi (Universitas Gadjah Mada), Herry Porda Nugroho Putro (Universitas Lambung Mangkurat), Wahyu (Universitas Lambung Mangkurat), Ariyani (Universitas Negeri Semarang), Iya Setiasih (Universitas Mulwarman), Nugroho Hari Purnomo (Universitas Negeri Surabaya). Pembantu Tata Laksana: Hasa Noor Hasadi
Alamat Penyunting: Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP, Jl. H. Hasan Basry, Telp. (0511) 3304914, Fax: (0511) 3304914, Banjarmasin, 70123, E-mail:
[email protected], HP 081348260253. Jurnal Pendidikan Geografi diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat bekerjasama dengan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Regional Kalimantan. Ketua Program Studi: Sidharta Adyatma, Sekretaris: Karunia Puji Hastuti. Terbit pertama kali tahun 2014 dengan nama JPG (Jurnal Pendidikan Geografi). Penyunting menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat diperiksa pada Petunjuk Bagi Penulis disampul belakang dalam jurnal ini.
DAFTAR ISI Jurnal
Halaman
1.
Motivasi Pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Program Keluarga Berencana ............................................ 2. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sebagai Sumber Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMP NegeriBanjarmasin ................................................................................... 3. Upaya Pengrajin Sasirangan Di Kampung Sasirangan Bajarmasin Dalam Menjaga Keberlangsungan Industri............................................... 4. Persepsi Nasabah Terhadap Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah Fkip Unlam Banjarmasin .......................................................................... 5. Pengaruh Penggunaan Internet Sebagai Media Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Angkatan 2012Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan PIPSFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Lambung Mangkurat ........................................... 6. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 .................. 7. Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin .............................................................................................. 8. Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Pada Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Selatan ............................................................... 9. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/SederajatDi Kecamatan Banjarmasin TengahMenghadapi Penerapan Kurikulum 2013 ................ 10. Kerentanan Kebakaran di Kelurahan Sungai AndaiKecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin.......................................................
108
118 127 136
150 159
168 178 189 197
2
MOTIVASI PRIA KECAMATAN TELAGA LANGSAT KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA Oleh Erni Jayanti, Karunia Puji Hastuti, Eva Alviawati, S.Pd. Abstrak Penelitian ini berjudul “Motivasi Pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan Dalam Program Keluarga Berencana”. Tujuan penelitian adalah mengetahui motivasi pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam program Keluarga Berencana. Populasi dalam penelitian ini yaitu Pria Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ikut dalam program Keluarga Berencana dengan jumlah 1797 menggunakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah sampel random, yaitu semua pria pasangan usia subur Kecamatan Telaga Langsat yang tidak ikut dalam program keluarga berencana memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel yaitu dengan melihat pada tabel Morgan diperoleh sampel berjumlah 317 pria pasangan usia subur. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu dengan data primer yang diperoleh dari angket dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi dokumen dan studi pustaka. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Teknik Random Sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk mengikuti suatu hal. Motivasi pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam program KB yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi pria untuk tidak ikut KB. Motivasi intrinsik yang mempengaruhi pria tidak ikut KB yaitu persepsi bahwa KB adalah urusan wanita atau istri, tingkat pendidikan, kurangnya pengetahuan mengenai KB, dan khawatir akan mengurangi kejantanan. Motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi pria tidak ikut KB yaitu rendahnya kualitas dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB, pilihan KB pria yang terbatas yaitu kondom dan vasektomi, kurangnya dukungan dari para tokoh. Kata Kunci : Motivasi, Motivasi Intrinsik, Motivasi Ekstrinsik, Program Keluarga Berencana. I.
PENDAHULUAN
Program Keluarga Berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi. Bentuk program keluarga berencana yaitu mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan beresiko tinggi,kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasihat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan
108
partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB dan meningkatkan pemberian ASI untuk penjarangan kehamilan (ICPDdalam BKKBN 2006). Partisipasi pria secara langsung dalam program KB adalah menggunakan salah satu cara atau metode pencegahan kehamilan seperti vasektomi (MOP/kontap pria), kondom, senggama terputus, pantang berkala, dan kontrasepsi lainnya yang dikembangkan. Sedangkan partisipasi pria secara tidak langsung dalam program keluarga berencana yaitu menganjurkan, mendukung, atau memberikan kebebasan kepada pasangan (istri) untuk menggunakan kontrasepsi (BKKBN, 2006) Masalah utama yang dihadapi dengan banyaknya jumlah penduduk saat ini diantaranya adalah rendahnya partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi serta dalam pemeliharaan kesehatan ibu dan anak termasuk pencegahan kematian (maternal) ibu hamil dan melahirkan. Keikutsertaan pria dalam berKB baru mencapai 4,4 persen yang meliputi kondom 0,9 %, vasektomi 0,4 %, senggama terputus 1,5 % dan pantang berkala 1,6 % (SDKIdalam BKKBN, 2006). Keikutsertaan pria dalam berKB di Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tahun 2009 sebesar 0,7 %, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 0,8 %, pada tahun 2011 menurun lagi menjadi 0,7 %, pada tahun 2012 meningkat menjadi 1,6 % serta pada tahun 2013 tetap yaitu 1,6 %. Jadi, keikutsertaan pria dalam berKB di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tidak stabil kadang menurun dan kadang meningkat bahkan tetap.Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki 11 Kecamatan yaitu Sungai Raya, Padang Batung, Telaga Langsat, Angkinang, Kandangan, Simpur, Daha Selatan, Daha Utara, Kalumpang, Loksado, dan Daha Barat. Adapun Kecamatan yang partisipasi pria dalam mengikuti program KB paling rendah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yaitu Kecamatan Telaga LangsatSelama ini sudah banyak upaya yang ditempuh oleh BKBPMP Kabupaten Hulu Sungai Selatan untuk meningkatkan partisipasi pria dalam berKB dengan bantuan kondom gratis, kelompok KB pria ditingkat desa, penyuluhan, pelatihan petugas untuk melakukan MOP, tersedianya tenaga penyuluh lapangan keluarga berencana ditiap-tiap desa dan lain-lain, namun partisipasi pria masih tetap rendah.Dari permasalahan diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Motivasi Pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Program Keluarga Berencana”. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Program Keluarga Berencana 1. Pengertian Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. 2.
Program Keluarga Berencana Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan
109
reproduksi. Bentuk program keluarga berencana yaitu mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasihat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB dan meningkatkan pemberian ASI untuk penjarangan kehamilan (ICPD dalam BKKBN 2006). 3.
Tujuan Program Keluarga Berencana Tujuan umum program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 4. a) b) c)
d)
Sasaran Program Keluarga Berencana Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004 – 2005 sebagai berikut: Menurutnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14% per tahun. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan. Menurunnya Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmeet need) menjadi 6%. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5% (Sulistyawati, 2011).
B. Metode Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi), atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplant (melekat) dan berkembang dalam rahim.Macam-macam metode kontrasepsi yaitu: 1.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian belum haid 8x sehari, belum haid, usia bayi kurang dari 6 bulan. 2.
Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) Metode KBA efektif bila dipakai dengan tertib, tidak ada efek samping, tetapi ibu harus belajar untuk mengetahui kapan masa suburnya tiba dan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu atau melakukan senggama untuk mencapai kehamilan. 3.
Metode Senggama Terputus atau Coitus Interuptus Metode senggama terputus adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksternal wanita. Cara kerja: alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina. Dengan
110
demikian tidak ada pertemuan antara spermatozoa dengan ovum sehingga kehamilan dapat dicegah (Pinem 2009). 4.
Metode Barrier Macam-macam barrier intra-vaginalis antara lain: a) Diafragma b) Kap Serviks c) Spons d) Kondom Perempuan e) Spermisida Vaginal (Pinem, 2009).
5.
Kontrasepsi Hormonal Mekanisme kerja kontrasepsi hormon steroid (Hanafi dalam Pinem 2009), kontrasepsi hormonal mempengaruhi ovulasi, implantasi, transportasi gamet, fungsi korpusluteum dan lendir serviks. C. Peserta/Akseptor KB Macam-macam akseptor KB yang diikuti Pasangan Usia Subur (PUS) dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu: 1. Akseptor atau peserta KB baru yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan. 2. Akseptor atau peserta KB lama yaitu peserta yang masih menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. 3. Akseptor atau peserta KB ganti cara yaitu peserta KB yang ganti pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke motede+ kontrasepsi lainnya (http://www.mitrariset.com/Akseptor_KB.html). D. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi berasal dari kata motivasion, yang dapat diartikan sebagai dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu tujuan tertentu (Rahmat dalam Panjaitan, 2013). 2.
Teori Motivasi Teori motivasi mula-mula dipelopori oleh Maslow dalam Panjaitan (2013) ia menyatakan bahwa manusia mempunyai berbagai keperluan dan mencoba mendorong bergerak memenuhi kebutuhan tersebut. Keperluan itu wujud beberapa tahap kepentingan. 3.
Jenis-Jenis Motivasi Handoko dalam Panjaitan (2013), motivasi terdiri atas motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsinya tanpa rangsangan dari luar, karena dalam diri individu tersebut sudah ada dorongan untuk melakukan tindakan dan motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsinya karena disebabkan oleh adanya faktor pendorong dari luar individu.
111
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Faktor motivasi dibedakan menjadi dua, yang pertama dinamakan situasi motivasi yang “subjective“ atau faktor intrinsik dan yang kedua adalah faktor “objective” atau ekstrinsik. 5.
Manfaat Motivasi Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktifitas kerja meningkat. Sementara itu manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang ditetapkan dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaanya. 6. a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Pria dalam Program Keluarga Berencana Pengetahuan pria terhadap KB Tingkat pendidikan Persepsi Kualitas dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB pria Terbatasnya metode kontrasepsi pria Khawatir akan mengurangi kejantanan Malu datang ke puskesmas Dukungan istri terhadap suami untuk KB Dukungan pengambil keputusan
III. METODE PENELITIAN A. Pemilihan Daerah Penelitian Daerah penelitian ini adalah Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Penentuan daerah penelitian berdasarkan pada pertimbangan Kecamatan Telaga Langsat merupakan kecamatan yang paling rendah partisipasi pria dalam program KB dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah pasangan usia subur khususnya pria yang tidak ikut program Keluarga Berencana pada tahun 2013 yang terdapat di Kecamatan Telaga Langsat yang berjumlah 1.797 pasangan usia subur khususnya pria yang tidak ikut program KB. Berdasarkan tabel Morgan dan memperhatikan jumlah populasi yakni 1.797 pasangan, maka sampel penelitian berjumlah 317 pasangan usia subur khususnya pria yang tidak ikut program keluarga berencana di Kecamatan Telaga Langsat dengan perhitungan proporsional sampling.. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah teknik random sampling dengan prosedur undian. C. Teknik Pengambilan Data Data yang digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa motivasi pria dalam program Keluarga Berencana yang terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi 112
ekstrinsik menggunakan metode angket dan wawancara sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa gambaran umum Kecamatan Telaga Langsat, jumlah peserta KB dan program KB menggunakan metode studi dokumen dan studi pustaka.Teknik analisis menggunakan persentase. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Motivasi Intrinsik 1. Persepsi Bahwa KB adalah Urusan Wanita/Istri Sebagian besar pria setuju dengan persepsi bahwa KB adalah urusan wanita/istri sebanyak 200 orang pria (63,1%). Alasan pria setuju dengan persepsi bahwa KB adalah urusan wanita/istri karena istri yang melahirkan jadi KB merupakan urusan istri sedangkan suami fokus untuk mencari nafkah. Padahal urusan KB tidak hanya urusan wanita/istri tetapi juga urusan suami, terbatasnya pengetahuan menyebabkan pria masih berpersepsi bahwa KB hanya urusan wanita/istri. 2. Tingkat Pendidikan Mempengaruhi Pria Tidak Ikut KB Sebagian besar pria menyatakan setuju bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pria tidak ikut KB sebanyak 245 orang pria (77,0%). Alasan pria setuju tingkat pendidikan mempengaruhi pria tidak ikut KB karena tingkat pendidikan mempengaruhi pria tidak ikut KB, apabila pendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi sedangkan pendidikan rendah lebih sulit menerima informasi tentang KB. Kalau pendidikan tinggi sangat ingin mengikuti KB sedangkan yang kurang pendidikan tidak sepenuhnya ikut KB. Padahal tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pria mau ikut KB atau tidak ikut KB. Orang yang berpendidikan tinggi belum tentu mau ikut KB. Jadi tergantung niat dari pria mau ikut KB atau tidak ikut KB. 3. Kurangnya Pengetahuan Mengenai KB Pria Lebih banyak pria menyatakan setuju kurangnya pengetahuan mengenai KB pria menyebabkan pria tidak ikut KB sebanyak 290 orang pria (91,5%). Alasan pria setuju kurangnya pengetahuan mengenai KB pria menyebabkan pria tidak ikut KB karena kurangnya pengetahuan dan penyuluhan tentang KB pria sedangkan pengetahuan pria tentang KB pria sedikit jadi perlu diadakan penyuluhan tentang KB pria. Kurangnya pengetahuan mempengaruhi pria untuk ikut KB atau tidak ikut KB. 4.
Khawatir akan Mengurangi Kejantanan Sebagian besar pria menyatakan setuju pria tidak ikut KB karena khawatir akan mengurangi kejantanan sebanyak 186 orang pria (58,7%). Alasan pria setuju pria tidak ikut KB khawatir akan mengurangi kejantanan karena karena kalau memakai alat seperti kondom atau vasektomi takut kurang memuaskan lawan (istri) dan takut tidak bisa mempunyai anak lagi. Padahal KB tidak akan mengurangi kejantanan pria tetapi tujuan KB pria agar tidak terjadi pembuahan/mengikat saluran sel sperma.
113
5. Malu Datang Ke Puskesmas Sebagian besar pria menyatakan tidak setuju apabila malu datang ke puskesmas sebanyak 152 orang pria (47,9%). Alasan pria tidak setuju apabila malu datang kepuskesmas merupakan alasan pria tidak ikut KB karena pria tidak malu untuk datang ke puskesmas apabila dilakukan penyuluhan pria mau datang sedangkan penyuluhan untuk KB pria tidak pernah dilakukan kebanyakannya penyuluhan KB untuk wanita saja. B. Motivasi Ekstrinsik 1. Rendahnya Kualitas dan Aksesibilitas terhadap Informasi dan Pelayanan KB Sebagian besar pria menyatakan setuju rendahnya kualitas dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB sebanyak 287 orang pria (90,5%). Alasan pria setuju rendahnya kualitas dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB karena kebanyakan dari petugas yang berwenang jarang bahkan tidak sama sekali untuk mengadakan penyuluhan tentang KB pria, hanya KB wanita saja yang digencarkan. Padahal KB pria juga perlu digencarkan sosialisasinya agar semua pria tahu tentang baiknya berKB. Jadi tidak hanya wanita saja yang dianjurkan untuk berKB. 2.
Pilihan KB Pria yang Terbatas Yaitu Kondom dan Vasektomi Sebagian besar pria menyatakan setuju pilihan KB pria terbatas yaitu kondom dan vasektomi sebanyak 296 orang pria (93,4%). Alasan pria setuju pilihan KB pria terbatas yaitu kondom dan vasektomi merupakan alasan pria tidak ikut KB karena pilihannya hanya dua saja yaitu kondom dan vasektomi, kalau ada pilihan lain misalnya seperti suntik KB pria mau saja ikut KB. Kalau pakai kondom mengurangi “rasa”, sedangkan vasektomi menurut pandangan mereka akan mengakibatkan berkurangnya kejantanan sebagai suami. 3.
Kurangnya Dukungan dari Para Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Tentang KB Pria Sebagian besar pria menyatakan setuju kurangnya dukungan dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat alasan pria tidak ikut KB sebanyak 220 orang pria (69,4%). Alasan pria setuju kurangnya dukungan dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat karena para tokoh agama dan tokoh masyarakat sangat berpengaruh terhadap pria tidak ikut KB karena mereka merupakan contoh atau panutan bagi masyarakat. Padahal tokoh agama dan tokoh masyarakat tidak berpengaruh karena tergantung dari niat pria tersebut mau ikut KB atau tidak. Karena tokoh agam dan tokoh masyarakat merupakan panutan bagi mereka sehingga mereka menganggap apabila tokoh agama dan tokoh masyarakat tidak ikut KB mereka juga tidak perlu ikut KB 4.
Istri Tidak Setuju Suaminya BerKB Sebagian besar pria menyatakan setuju istri tidak setuju suaminya berKB merupakan alasan pria tidak ikut KB sebanyak 184 orang pria (58,0%). Alasan pria setuju istri tidak setuju suaminya berKB merupakan alasan pria tidak ikut KB karena istri takut kejantanan suaminya melemah atau berkurang dan istri ingin
114
mempunyai anak lagi sehingga istri melarang suaminya ikut KB dan suami mengikuti apa yang dikatakan istri. Kurangnya penyuluhan dan pengetahuan menyebabkan istri berpendapat kalau suaminya ikut KB kejantanan suaminya akan melemah. V. a.
b.
c.
KESIMPULAN Motivasi pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam program KB masih rendah. Motivasi pria Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam program KB yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi pria untuk tidak ikut KB. Motivasi intrinsik yang mempengaruhi pria tidak ikut KB yaitu persepsi bahwa KB adalah urusan wanita atau istri, tingkat pendidikan, kurangnya pengetahuan mengenai KB, dan khawatir akan mengurangi kejantanan. Motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi pria tidak ikut KB yaitu rendahnya kualitas dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB, pilihan KB pria yang terbatas yaitu kondom dan vasektomi, kurangnya dukungan dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang KB pria dan istri tidak setuju suaminya berKB.
VI. UCAPAN TERIMA KASIH Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih sebagai wujud penghargaan dari penyusun, kepada: a. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat yang telah memberikan izin penelitian bagi saya sehingga penelitian ini dapat selesai. b. Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. c. Ibu Karunia Puji Hastuti, M.Pd. selaku pembimbing I, Ibu Eva Alviawati, S.Pd., M.Sc. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran sehingga penelitian ini dapat selesai. d. Bapak/ibu dosen Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, dorongan dan bantuan kepada saya sehingga penelitian ini dapat selesai. e. Ibu Camat Kecamatan Telaga Langsat yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian sehingga penelitian ini dapat selesai. f. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang tulus dan keasabaran, ini persembahan kecil ananda untuk kalian. g. Teman-teman Pendidikan Geografi yang telah memberikan motivasi dan masukkan serta nasehatnya selama ini. h. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan. VII. DAFTAR PUSTAKA Anapah, Yoseph dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor Keluarga Berencana Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Keluarga
115
dengan Pertisipasi Pria dalam Vasektomi di Kecamatan Tejakuk Kabupaten Buleleng. Surakarta:Magister Kedokteran Keluarga Universitas Negeri Sebelas Maret. Anggraini, Lilis. 2012. Hubungan antara Faktor Sosial dan Faktor Pribadi dengan Keputusan Pasangan Usia Subur Tidak Ikut Program Keluarga Berencana di Desa Barabai Darat Kecamatan Barabai. Banjarmasin: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. Anonim, Definisi Akseptor, (Online), (http://www.artikata.com/arti-318230akseptor.html, diakses 3 Desember 2013). Anonim, Akseptor KB, (Online), (http://www.mitrariset.com/Akseptor_KB.html, diakses 11 Desember 2013). Budisantoso, Saptono Iman. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dlam Keluarga Berencana di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Semarang:Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. BKKBN. 2006. Partisipasi Pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta: BKKBN. Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: IKAPI. Hasibuan.2005.(Online),(www.google.co.id.repository,USU.co.id.Otstream/1234 56789125447 / Chapter % 2011, diakses tanggal 3 Desember 2013) Istiqomah,Andrianty. 2012. Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya:Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi. Koordinator Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 2010. Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Angka Tahun 2010. Hulu Sungai Selatan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. ______________________________________________. 2011. Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Angka Tahun 2011. Hulu Sungai Selatan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. ______________________________________________. 2012. Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Angka Tahun 2012. Hulu Sungai Selatan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Koordinator Statistik Kecamatan Telaga Langsat. 2013. Kecamatan Telaga Langsat dalam Angka Tahun 2013. Hulu Sungai Selatan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Panjaitan, Masriati. 2013. Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik terhadap Keikutsertaan Pria Menjadi Akseptor KB Metode Operasi Pria (MOP) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Pakam. Medan:Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan. 2009. Laporan Hasil Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Hulu Sungai Selatan: BKKBN. __________________________________________________________________ _______________________________________. 2010. Laporan Hasil Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Hulu Sungai Selatan: BKKBN.
116
__________________________________________________________________ _______________________________________. 2011. Laporan Hasil Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Hulu Sungai Selatan: BKKBN. __________________________________________________________________ _______________________________________. 2012. Laporan Hasil Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Hulu Sungai Selatan: BKKBN. __________________________________________________________________ _______________________________________. 2013. Laporan Hasil Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Hulu Sungai Selatan: BKKBN. Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media. Siagian, 2009. Teori Motivasi Dua Faktor, (Online), (www.google.co.id/fred 1607,wordpress.com>psikologi. diakses tanggal 3 Desember 2013) Sibagariang, Eva Ellya dkk. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika. Ngadiyana, Y.M. dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher. Wahyuni, Chamnah. 2012. Mekanisme Operasional Pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana di Lini Lapangan. Jakarta: BKKBN. Wirosuhardjo, Kartomo dan Eko Gianiarto. 2010. Kebijakan Kependudukan. Dalam Sri Moertiningsih Adioetomo dan Omas Bulan Samosir (Eds). Dasar-Dasar Demografi (hal : 26-277). Jakarta: Salemba Empat. Yasin, Mohammad dan Sri Moertiningsih Adioetomo. 2010. Demografi : Arti dan Tujuan. Dalam Sri Moertiningsih Adioetomo dan Omas Bulan Samosir (Eds). Dasar-Dasar Demografi (hal : 1-19). Jakarta: Salemba Empat.
117
PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN Oleh Dessy Dwi Ariyani, Karunia Puji Hastuti, Eva Alviawati Abstrak Penelitian berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai Sumber Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 15 Banjarmasin”. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 15 Banjarmasin. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin dengan jumlah 235 siswa, dengan sampel sebesar 235 siswa menggunakan teknik Sampel Penuh. Data primer diperoleh melalui observasi di lapangan dan penyebaran angket, sedang data sekunder diperoleh dari studi dokumen dan studi kepustakaan. Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik persentase dan Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif antara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar terhadap prestasi belajar dengan rhitung =0,025, tetapi tidak ada signifikan antara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar terhadap prestasi belajar karena rtabel 5% =0,129rhitung =0,025rtabel 1% =0,169. Kata Kuci: Pemanfaatan TIK, Sumber Belajar, Prestasi Belajar, Siswa. I.
PENDAHULUAN Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah berkembang seiring dengan globalisasi sehingga memberikan banyak kemajuan pada teknologi yang memungkinkan semua orang termasuk anak-anak memperoleh fasilitas yang serba canggih. Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal handphone, kamera dan berbagai peralatan yang kondisinya berbeda sangat jauh dengan zaman dahulu. Teknologi memudahkan masyarakat dari berbagai negara untuk dapat saling bertukar informasi dan ilmu pengetahuan dengan cepat dan mudah. Adanya globalisasi dapat menumbuhkan kompetensi antarbangsa, sehingga menuntut adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam pengembangan sumber daya manusia, bagi Indonesiaini akan menjadi tantangan, salah satunya dalam meningkatkan mutu sistem pendidikan. Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat (2) bahwa: pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman. Pendidikan di Indonesia sudah seharusnya lebih terbuka dalam hal perubahan kegiatan pengajaran karena adanya tuntutan terhadap perubaha zaman.
118
Sejalan dengan pernyataan Sanjaya, (2006) mengemukakan bahwa pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan, dianggap sudah tidak sesuai dengan keahlian sekarang, alasan yang mendorong terjadinya perubahan paradigma mengajar, siswa merupakan organisme yang sedang berkembang, agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang optimal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang memungkinkan siswa dengan mudah mendapatkan berbagai informasi. Siswa memanfaatkannya untuk menambah wawasan sehingga proses belajar bagi siswa dapat dilakukan tidak hanya di sekolah tetapi dengan kemajuan teknologi mereka dapat belajar dimana saja (dengan bantuan teknologi). Suatu sistem pendidikan yang baik harus mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: a. Memberikan kesempatan kepada semua orang agar bebas dan mudah memperoleh sumber belajar pada setiap saat b. Memungkinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dapat dengan mudah melakukannya, demikian pula yang ingin mendapatkannya c. Menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan”.Illich (2010). Pernyataan yang diungkapkan oleh Illich, dapat dipahami bahwa pendidikan yang baik seharusnya dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada atau yang telah disediakan oleh lingkungan sekitar contohnya dengan adanya kemajuan teknologi, semua orang termasuk siswa dapat dengan mudah mengakses informasi yang tujuannya untuk memperoleh informasi yang seluas-luasnya dari berbagai sumber agar tercipta kemajuan dalam sumber daya manusianya. Teknologi pendidikan merupakan pemikiran yang sitematis tentang pendidikan, yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan alat-alat komunikasi modern. Teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang dihasilkan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan seperti internet dan televisi,(Nasution: 2005). Televisi merupakan fungsi audio visual. Siaran televisi berfungsi menjelaskan dan memberikan informasi kepada siswa dalam pembelajaran. Informasi tentang kemajuan teknologi, berita, wacana, budaya, dan lain-lain dapat diperoleh dari siaran televisi. Jadi, internet adalah jaringan global yang menghubungkan beriburibu bahkan berjuta-juta jaringan komputer (local/wide areal network) dan komputer pribadi (stand alone), memungkinkan setiap komputer yang terhubung dapat menghubugi banyak komputer kapan saja, dan dari mana saja dibelahan bumi untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun mentransfer data. Dapat dipahami teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk menunjang proses belajar siswa. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan, (Djamarah: 2006). Tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi
119
segenap aspek organisme atau pribadi. Semua siswa, orang tua, dan guru sebagai pengajar menginginkan tercapainya prestasi belajar yang tinggi, karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar. Pada kenyataannya tidak semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. b. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu, Slameto (2003). Pemanfaatan fasilitas teknolologi pada proses belajar termasuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhu prestasi belajar siswa. Tursquou (2004), bahwa prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut: “Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar siswa yang terutama dinilai adalah aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi”. Hasil observasi terkait keadaan sekolah yang telah dilakukan, SMP Negeri 15 Banjarmasin memiliki 21 kelas belajar. Kelas-kelas terbagi kedalam tiga tingkatan yaitu kelas VII, VIII, IX. Masing-masing tingkatan kelas terdiri dari 7 rombongan belajar (A-G). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, SMP Negeri 15 Banjarmasin merupakan urutan terakhir nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2012/2013, bila dibandingkan dengan sekolah lain yang berada di kecamatan yang sama yaitu kecamatan Banjarmasin Utara. Dari data yang ada, SMP Negeri 15 Banjarmasin dapat dijadikan sebagai contoh sekolah yang paling rendah nilai rata-rata UN untuk satu Kecamatan. Data tersebut dapat disajikan di Tabel 1. Tabel 1. Data Nilai Rata-Rata Ujian Nasional (UN) SMP Negeri Tahun Ajaran 2012/2013 seKecamatan Banjarmasin Utara No Nama Sekolah Nilai Rata-Rata UN 1 SMPN 13 Banjarmasin 25,95 2 SMPN 15 Banjarmasin 23,74 3 SMPN 17 Banjarmasin 25,75 4 SMPN 21 Banjarmasin 24,43 5 SMPN 24 Banjarmasin 29,62 6 SMPN 27 Banjarmasin 27,21 7 SMPN 29 Banjarmasin 27,43 8 SMPN 31 Banjarmasin 27,97 9 SMPN 32 Banjarmasin 26,99 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin.
Hasil dari observasi yang dilakukan di SMP Negeri 15 Banjarmasin, identifikasi masalah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa di SMP Negeri 15 Banjarmasin, yaitu:
120
a.
b. c.
d.
Masih sedikitnya guru yang memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses belajar-mengajar dan metode mengajar yang dilakukan oleh kebanyakan guru, masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang aktif dan kurang memiliki minat pada proses belajar-mengajar. Adanya peraturan sekolah yang melarang siswanya membawa peralatan elektronik ke sekolah. Masih kurangnya akses bagi siswa untuk mendapatkan informasi atau sumber belajar lain dengan bantuan internet disekolah, karena laboraturium komputer SMP Negeri 15 Banjarmasin tidak berfungsi dengan baik. Berdasarkan kurikulum KTSP, pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang diajarkan di SMP Negeri 15 Banjarmasin hanya secara lisan dan tertulis. Siswa tidak diajak untuk mempraktikan langsung di laboraturium komputer, sehingga banyak siswa yang kurang paham menggunakan fasilitas komputer.
Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai Sumber Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 15 Banjarmasin”. Tujuan dalam penelitian adalah “mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 15 Banjarmasin”. II. TINJAUAN PUSTAKA Teknologi informasi dan komunikasi atau TIK didefinisikan sebagai sekumpulan perangkat dan sumber daya teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi, penciptaan, penyebaran, penyimpanan dan pengelolaan informasi, Ariani, dkk (2010). Teknologi termasuk komputer, internet, teknologi penyiaran dan telepon. Jadi bisa disimpulkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah alat bantu mengolah dan memproses data untuk menyalurkan atau mengkomunikasikan informasi. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar, Winkel (1996). Menurut Arif Gunarso (1993) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriftif Kuantitatif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus Korelasi Product Moment, sebagai berikut: rxy =
𝐍𝐗𝐘− 𝐗 (𝐘) 𝐍𝐗 𝟐 −(𝐗)𝟐 𝐍𝐘 𝟐 −(𝐘)𝟐
121
yang diketahui dimana rxy= koefisien korelasi, X= variabel bebas, N= jumlah data, dan Y= variabel terikat. Data yang akan diinput pada rumus Korelasi Product Moment didapatkan dari data angket yang telah diberi coding dan skoring yang dihitung dengan menggunakan rumus formula prosentase. Apabila sudah didapatkan hasil dari perhitungan dengan rumus formula prosentase, data akan diinput kedalam rumus Korelasi Product Moment untuk mengetahui nilai tingkat hubungan (korelasi). Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hubungan (korelasi) antara variabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dan variabel Y (prestasi belajar) adalah sebesar rxy= 0,025. Selanjutnya mengadakan interpretasi terhadap rxy dengan cara: 1. Interpretasi secara sederhana Hasil dari perhitungan, telah diperoleh rxy sebesar 0,025 karena indeks korelasi yang diperoleh bertanda positif ini berarti korelasi antara variabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dan variabel Y (prestasi belajar) terdapat hubungan korelasi searah diantara kedua variabel tersebut. Nilai rxy dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r berada antara 0,000 sampai dengan 0,200 yang berarti hubungannya sangat rendah. Faktor yang mungkin menyebabkan hubungan antara variabel X dan variabel Y sangat rendah yaitu: siswa menggunakan televisi serta internet sebagai sarana hiburan, dan hanya sedikit yang memanfaatkannya sebagai sumber bahan belajar. 2. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r” Analisa korelasi antara variabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dan variabel Y (prestasi belajar) menghasilkan besar koefisien korelasi 0,025, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel dengan N= 235. Jumlah data (N) sebesar 235 tidak ada pada Tabel nilai “r” Product Moment maka dapat dihitung dengan cara interpolasi sebagai berikut: rtabel 5% N
t5%
200
0,138 35 0,025
235
?
65
300
= 0,138 -
x 35 100 = 0,138 – 0,00875 = 0,12925 0,129
0,113
122
rtabel 1% N
t1%
200
0,181 35 0,033
235
?
65
300
= 0,181 -
x 35
100 = 0,181 – 0,01155 = 0,16945 0,169
0,148
Pada taraf signifikan 5% rtabel menujukkan angka 0,129 dan pada taraf signifikan 1% rtabel menunjukkan angka 0,169. Korelasi pada tingkat signifikan 1% dan 5% adalah tidak signifikan karena nilai rxy lebih kecil dari rtabel 5% dan 1% yaitu 0,1290,0250,169. Berdasarkan uji hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara varabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dengan variabel Y (prestasi belajar), tetapi hubungan tersebut tidak signifikan. Teknologi informasi dan komunikasi atau TIK didefinisikan sebagai sekumpulan perangkat dan sumber daya teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi, penciptaan, penyebaran, penyimpanan dan pengelolaan informasi, Ariani, dkk (2010). Teknologi termasuk komputer, internet, teknologi penyiaran dan telepon. Jadi bisa disimpulkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah alat bantu mengolah dan memproses data untuk menyalurkan atau mengkomunikasikan informasi. Ada berbagai jenis dan bentuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam pendidikan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: a) Pembelajaran Berbasis Internet Internet adalah jaringan global yang menghubungkan beribu-ribu bahkan berjuta-juta jaringan komputer (lokal/wide areal network) dan komputer pribadi (stand alone), memungkinkan setiap komputer yang terhubung kepadanya dapat menghubungi banyak komputer kapa saja, dan dari mana saja di belahan bumi ini untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun mentransfer data. b) Siaran Televisi Pendidikan Siaran TV mempunyai daya jangkau yang luas dan mampu meniadakan batas wilayah geografis, sehingga dimanfaatkan untuk penyiaran programprogram pembelajaran secara nasional agar dapat memperluas kesempatan untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan efektivitas pendidikan. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangannya dan
123
lingkungannya. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dengan berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya. Oleh karena itu, sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta didik belajar secara individual. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh atau hubungan yang positif terhadap prestasi belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin, tetapi tidak memiliki taraf signifikan antara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar dengan prestasi belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin, karena nilai rhitung rtabel 5% rtabel 1% yaitu 0,0250,1290,169. Hal ini dimungkinkan karena siswa hanya memanfaatkan televisi sebagai hiburan. Kemudian, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi lainnya yaitu internet selain digunakan untuk mencari materi pelajaran juga dimanfaatkan untuk bermain game online dan jejaring sosial seperti facebook, tweeter, dan lain-lain. V.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 15 Banjarmasin yang berjudul “pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 15 Banjarmasin”, dapat disimpulkan bahwa: Hasil jawaban angket dengan analisis harga koefisien korelasi Product Moment antara variabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dengan variabel Y (prestasi belajar), terdapat pengaruh positif antara variabel X (pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar) dan variabel Y (prestasi belajar), walaupun pengaruhnya berada di korelasi yang sangat rendah yaitu 0,025. Korelasi pada tingkat signifikan 1% dan 5% adalah tidak signifikan karena rhitung r-tabel. VI. UCAPAN TERIMAKASIH 1.
2.
3.
4.
Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberikan izin penelitian bagi penyusun, sehingga usulan penelitian dapat selesai, Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat yang telah memberi motivasi selama penyusun mengikuti proses pendidikan, Ibu Karunia Puji Hastuti, M.Pd. dan Ibu Eva Alviawati, S.Pd., M.Sc. selaku Pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi, sehingga usulan penelitian dapat selesai, Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, yang
124
telah memberikan saran dan motivasi kepada penyususn, sehingga usulan penelitian dapat selesai, 5. Dinas Pendidikan kota Banjarmasin beserta staf dan SMP Negeri 15 Banjarmasin beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan fasilitas kepada penyusun untuk menyelesaikan skripsi, 6. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan perhatian dengan kasih sayang yang tulus dan kesabaran, serta semangat, do’a dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini, 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penyusun satu persatu. VII. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2013: Pengertian Prestasi Belajar Siswa. (Online). http://ppgpgsd.blogspot.com/2013/01/pengertian-prestasi-belajar-siswa.html. diakses 08 Desember 2013. Ariani, Niken. dan Dany Haryanto. 2010. Pembelajaran Multimedia di Sekolah (Pedoman Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif dan Prosfektif). Jakarta: Prestasi Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010. Cetakan ke-14. Rineka Cipta, Jakarta. Bachrintania, A.F. 2012. Pengaruh Pemafaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Ekonomi Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X di SMAN 3 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta. Everani, A. 2012. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Reguler B Universitas Lambung Mangkurat. Skripsi. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNLAM. Hariningsih, S.P. 2005. Teknologi Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jurusan Pendidikan Geografi FKIP Unlam. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pendidikan Geografi FKIP Unlam, Banjarmasin. Luficha, ggugut. 2012. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli.(Online). (http://PENGERTIAN PRESTASI BELAJAR MENURUT PARA AHLI.html, diakses 17 Januari 2014). Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Belajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Prasetyo, Bambang. dan L. M. Jannah. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya. Cetakan ke-8. Rajawali Pers, Jakarta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudijono. 2004. Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Cetaka ke-16. Alfabeta, Bandung. Syaiful Bahri. Djamrah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
125
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 2. Jakarta: Sisdiknas. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Rineka Cipta, Jakarta. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grafindo.
126
UPAYA PENGRAJIN SASIRANGAN DI KAMPUNG SASIRANGAN BANJARMASIN DALAM MENJAGA KEBERLANGSUNGAN INDUSTRI Oleh Dimas Prasetiyo, Deasy Arisanty, Arif Raman Nugroho Abstrak Penelitian ini berjudul ”Upaya Pengrajin Sasirangan di Kampung Sasirangan Dalam Menjaga Keberlangsungan Industri”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penghambat dan upaya untuk mengatasi faktor penghambat industri sasirangan di Kampung Sasirangan Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengrajin sasirangan yang ada di Kampung Sasirangan Banjarmasin. Sampel yang dijadikan responden adalah sampel penuh yaitu seluruh pengrajin sasirangan. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan metode angket (kuesioner) sedangkan data sekunder menggunakan metode studi pustaka dan dokumen. Analisis data penelitian ini adalah analisis data statistik deskriptif menggunakan teknik distribusi frekuensi untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keberlangsungan industri sasirangan serta upaya yang dilakukan dalam menjaga keberlangsungan industri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang menghambat keberlangsungan industri. Faktor-faktor tersebut yaitu bahan baku yang mahal dan sulit didapat, modal yang tidak mencukupi, tenaga kerja, teknologi, pemasaran, kelembagaan serta upayanya untuk mengatasi faktor penghambat tersebut. Upaya pengrajin dalam mengatasi faktor penghambat menunjukkan upaya yang baik. Bukti tersebut terlihat dari beberapa upaya pengrajin dalam menghadapi faktor penghambat industri sasirangan seperti membeli bahan baku di luar daerah, melakukan pinjaman modal di bank atau koperasi, mengikuti pelatihan yang diadakan pemerintah, menggunakan teknik pewarna sintetis, melakukan pemasaran di lokasi industri dan outlet serta bergabung dalam berbagai kelompok usaha. Kata kunci: upaya, pengrajin sasirangan, Kampung Sasirangan, Faktor Penghambat dan Upaya I.
PENDAHULUAN Industri menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Bagi Negara berkembang, industri sangat penting untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kenutuhan masyarakat yang terus meningkat. Banyak kebutuhan manusia hanya dapat dipenuhi oleh barang dan jasa yang disediakan dari sector industri (Philip,2002). Industri kecil menempati posisi strategis dalam kebijaksanaan pembangunan nasional karena industri kecil mempunyai karakteristik yang lebih 127
banyak menggunakan tenaga kerja dibandingkan modal dan peralatan (mesinmesin). Hal ini menempatkan industri kecil sebagai salah satu strategi perluasan kesempatan kerja. Sementara itu, sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang sering kali dipandang sebelah mata ternyata mampu bertahan pada saat krisis moneter bahkan dapat memulihkan perekonomian nasional. Kalimantan Selatan memiliki banyak potensi Usaha Kecil Menengah yang bisa dikembangkan secara maksimal. Salah satu peluang yang dapat dikembangkan untuk memperkuat perekonomian adalah industri Kain Sasirangan. Kain Sasirangan merupakan produk unggulan yang dihasilkan di Kalimantan Selatan khususnya di Kota Banjarmasin. Pengembangan industri sasirangan tidak lepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Salah satu faktor pendukungnya adalah bahwa kain sasirangan merupakan kain khas Banjarmasin dan tidak terdapat di daerah lain yang tentunya memiliki banyak peminat dan permintaan terhadap kain tersebut, sehingga industri harus meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan konsumen. Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat yang merupakan hasil dari penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui faktor yang mengambat keberlangsungan industri sasirangan serta mengetahui upaya yang dilakukan pengrajin sasirangan dalam menjaga keberlangsungan industri. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengrajin Sasirangan Pengrajin adalah orang yang pekerjannya membuat barang-barang kerajinan atau orang yang mempunyai keterampilan berkaitan dengan kerajinan tertentu. Barang-barang kerajinan yang dibuat tidak menggunakan mesin, tetapi dengan tangan sehingga sering disebut barang kerajinan tangan (Ani Wijayanti, 2007). Pengrajin sasirangan pekerja sektor informal yang menggambar, mencelup dan mengeringkan berbagai jenis kain sebagai bahan baku untuk diproses menjadi kain sasirangan dengan cara kerja yang tradisional. Sasirangan merupakan kain jumputan. Jumputan adalah kain yang dihiasi dengan teknik ikat celup yang banyak ditemui di Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan dan Jawa Tengah. Kain sasirangan digunakan sebagai pengganti kain batik untuk acara-acara pernikahan sebagai paduan kebaya (Kamila, 2008). B. Upaya Pengrajin Sasirangan Upaya pengrajin sasirangan merupakan cara atau usaha seseorang membuat kain sasirangan yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah dengan teknik menggambar, mencelup dan mengeringkan berbagai jenis kain sebaai bahan baku untuk diproses menjadi kain sasirangan sehingga menghasilkan barang yang sesuai pengrajin harapkan. Selain itu, upaya pengrajin sasirangan juga diartikan sebagai cara atau usaha seseorang dalam meningkatkan hasil produksi dan mengatasi ancaman yang dapat mengancam industri sasirangan.
128
C. Keberlangsungan Industri Keberlangsungan diartikan sebagai suatu bentuk kata kerja yang menerangkan suatu keadaan atau kondisi yang sedang berlangsung terus menerus dan berlanjut, merupakan suatu proses yang terjadi dan nantinya bermuara pada suatu eksistensi atau ketahanan suatu keadaan (disarikan dari Kamus Lengkap Bahasa Indonesia). Berdasar definisi ini keberlangsungan usaha merupakan suatu bentuk konsistensi dari kondisi suatu usaha, dimana keberlangsungan ini merupakan suatu proses berlangsungnya usaha baik mencakup pertumbuhan, perkembangan, strategi untuk menjaga kelangsungan usaha dan pengembangan usaha dimana semua ini bermuara pada keberlangsungan dan eksistensi (ketahanan) usaha. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangunan dan perekayasaan industri yakni kelompok industri hulu (kelompok industri dasar), kelompok industri hilir, dan kelompok industri kecil. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi (UU RI No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian). Menurut Kartasapoetra (2000), Pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Menurut Hasibuan (2000) pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro maupun mikro. Secara Mikro Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat yang saling mengganti sangat erat. Dari segi pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro. Industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan industri yaitu secara mikro sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sedangkan secara makro dapat membentuk pendapatan. Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa suatu perusahaan industri akan menghasilkan produk-produk tertentu yang memiliki ciri khas perusahaan, demi untuk pertumbuhan dan perkembangan perusahaan tersebut. Untuk perlindungan terhadap hak-hak perusahaan yang bersangkutan, maka produk yang dihasilkan dari industri mendapat perlindungan hukum. Dengan demikian dalam usaha mendirikan perusahaan industri tidak terlepas dari pengawasan pemerintah. D. Sasirangan Pada mulanya dikenal adanya kain pamintan. Istilah pamintan ini adalah singkatan dari parmintan (permintaan), maksudnya adalah selembar kain putih yang diberi warna tertentu dengan motif tertentu pula atas permintaan seseorang yang berobat kepada seorang pengrajin kain pamintan. Menurut (Seman 2007), Kain pamintan tersebut berfungsi sebagai sarana pengobatan atas petunjuk seorang tabib sebelumnya. Berbagai macam penyakit
129
contohnya sakit perut, sakit kepala, bisul, demam, bahkan sampai penyakit sakit jiwa serta yang disebabkan oleh gangguan mahluk halus. Pengobatan yang belum dapat dibuktikan secara ilmiah ini disebut oleh masyarakat dengan nama “Batatamba” dengan mempergunakan kain pamintan, yang dipakaikan secara berkala. Dalam proses pengetahuan, nasehat tabib, proses pembuatan kain pamintan serta pemakaian sebagai terapi, dilaksanakan agak tertutu, artinya tidak terbuka untuk umum. Begitulah adanya kain pamintan yang dikenal di Kalimatan Selatan sejak abad XVI” (Seman, 2007). III. METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong jenis penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan format deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin sasirangan di Kampung Sasirangan Banjarmasin. Berdasarkan data primer yang telah di dapat, jumlah populasi pengrajin sasirangan di kampung Sasirangan adalah sebanyak 73 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Sampel yang menggunakan seluruh populasi disebut sampel penuh. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel penuh yaitu seluruh pengrajin sasirangan yang berada di Kampung Sasirangan yang berjumlah 73 orang. Menurut Bungin (2005). Variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya. Variabel merupakan sebuah fenomena yang berubah-ubah sehingga bisa jadi tidak ada satu peristiwa di alam ini yang tidak dapat disebut sebagai variabel, tinggal tergantung bagaimana kualitas variabelnya, yaitu bagaimana bentuk variasi fenomena tersebut. Variabel penelitian ini adalah upaya pengrajin sasirangan. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (Tim Dosen Pendidikan Geografi, 2011). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Observasi dan Angket atau Kuesioner Data sekunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari responden tetapi dari pihak ketiga. Data sekunder ini merupakan data yang ada pada instansi tertentu yang di peroleh dengan cara studi dokumenter yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat dan mempelajari buktibukti yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan dan biasanya berbentuk arsip pada instansi terkait. Data sekunder dalam penelitian diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:studi dokumen dan studi pustaka Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini 130
yaitu analisis data statistik deskriptif menggunakan teknik distribusi frekuensi yang dilakukan dengan cara menghitung frekuensi data hasil penelitian kemudian di persentasekan. Menghitung sebaran persentase dari frekuensi tersebut dapat menggunakan rumus : Rumus yang digunakan sebagai berikut: 𝑃=
𝑓 × 100% 𝑁
Keterangan : P = Angka persentase (%) 𝑓 = Frekuensi yang dicari presentasenya N = Jumlah frekuensi/banyaknya responden (Bungin,2005). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor yang Menghambat Keberlangsungan Industri Sasirangan dan Upaya Mengatasinya A. Bahan Baku Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada pengrajin sasirangan, semua responden menyatakan mereka merasa harga bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kain sasirangan terbilang mahal. Responden menyatakan mahalnya harga bahan baku berkisar antara Rp. 4.000.000 sampai
131
cukup untuk usahanya, walaupun sebagian lagi ada menyatakan ingin memajukan usaha mereka. Responen menyatakan modal yang mereka perlukan dalam menjalankan usaha mereka berkisar antara Rp. 30.000.000 –
Rp.45.000.000. Mengetahui modal yang responen perlukan, maka yang selanjutnya adalah tentang bagaimana upaya yang dilakukan pengrajin untuk mensiasati keterbatasan modal. Sebagian besar responden mengatakan bahwa upaya yang mereka lakukan adalah dengan melakukan pinajaman bank atau koperasi. Dengan melakukan pinjaman bank atau koperasi, responden beranggapan akan dapat memajukan industri mereka menjadi lebih besar lagi. C. Tenaga Kerja Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada pengrajin sasirangan, sebagian besar mengaku bahwa mereka pernah mengikuti pendidikan (pelatihan, keterampilan, dan lokakarya) mengenai industri sasirangan. Pendidikan yang mereka dapatkan sebagian besar berupa pelatihan keterampilan tentang pembuatan sasirangan. Responden menyatakan dengan mengikuti pelatihan keterampilan tentang pembuatan sasirangan, akan menambah ilmu pengetahuan mereka terhadap sasirangan tersebut. Lama bekerja juga menentukan seberapa besar keahlian mereka dalam bidang sasirangan. Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka bekerja sebagai pengrajin sasirangan selama 10 – 20 tahun. Sebagian responden lainnya juga menyatakan mereka bekerja selama >20 tahun. Sebelum terjun menjadi pengrajin sasirangan, responden menyatakan pernah bekerja di tempat lain. Sejumlah pengrajin yang pernah bekerja ditempat lain, sebagian besar berprofesi sebagai pedagang. Berdasarkan latar belakang pekerjaan, maka banyak yang menyimpang dari pekerjaan yang dilakukan sekarang ini. perbedaan latar belakang pekerjaan tentunya menimbulkan hambatan. Untuk menghindari hambatan, maka ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan, keterampilan, dan pengalaman kerja. Responden menyatakan upaya mereka dalam meningkatkannya adalah dengan cara mengikuti pelatihan yang diadakan pemerintah. Mereka mengaku dengan adanya pelatihan tersebut, mereka lebih terampil dalam pembuatan kain sasirangan. D. Teknologi Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada pengrajin sasirangan, semua responden menyatakan teknik yang mereka gunakan dalam pembuatan kain sasirangan adalah dengan teknik tradisional. Teknik ini merupakan warisan budaya turun temurun dari nenek moyang mereka yang harus dijaga kelestariannya. Pembuatan dengan cara tradisional tentunya akan ada kendala yang dihadapi. Sebagian besar responden mengatakan bahwa hambatan mereka dalam menggunakan teknik tradisional ini adalah waktu produksi yang lama. Lamanya waktu produksi berakibat kurangnya hasil produksi. Setelah mengetahui hambatan yang dialami, pengrajin melakukan upaya untuk mempermudah produksi. Semua 132
responden menyatakan upaya yang dilakukan adalah dengan mengubah teknik pewarnaan alami menjadi teknik pewarna sintetis. Dengan teknik pewarnaan sintetis, pengrajin mengaku labih cepat dalam pewarnaan dari yang biasanya 10 kali pencelupan dengan menggunakan pewarna alami, kini hanya satu kali pencelupan dengan pewarna sintetis. E. Pemasaran Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada pengrajin sasirangan, sebagian besar mereka melakukan teknik pemasaran dengan cara menjualnya di toko sendiri. Mengenai sebab responden menjual hasil produksinya di toko sendiri adalah mereka beranggapan bahwa menjual di toko sendiri akan lebih mudah dalam pengawasan dan juga dapat menarik pengunjung untuk dapat langsung menyaksikan cara-cara pembuatan kain sasirangan. Untuk lebih meningkatkan penjualan, sebagian besar responden menyatakan upaya mereka adalah dengan cara pemasaran di lokasi industri atau otlet dengan tujuan menarik minat orang untuk berkunjung. F. Kelembagaan Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada pengrajin sasirangan, sebagian besar responden menyatakan tergabung dalam kelompok usaha sasirangan. Responden yang menyatakan dirinya tergabung dalam kelompok industri sasirangan adalah mereka yang sudah lama bergelut di bidang industri sasirangan. Kelompok usaha yang banyak di ikuti oleh pengrajin sasirangan ini adalah kelompok usaha Kayuh Baimbai, walaupun ada sebagian responden lainnya yang bergabung di kelompok usaha Bayam Raja. Perbedaan kelompok usaha yang di ikuti tidak menjadikan perbedaan diantara sesama pengrajin sasirangan. Mereka tetap berupaya untuk meningkatkan fungsi kelompok usaha masing-masing. Sebagian besar upaya mereka dalam meningkatkan fungsi kelompok usaha dengan cara berkumpul dan berdiskusi untuk meningkatkan pengetahuan tentang industri. Sebagian responden lainnya juga menyatakan ikut dalam berbagai kegiatan yang ada di kelompok usaha tersebut. Berdasarkan pembahasan dan identifikasi faktor yang mempengaruhi keberlangsungan industri sasirangan, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi hambatan adalah bahan baku, modal, tenaga kerja, teknologi, pemasaran, dan kelembagaan. Bukti dalam mempertahankan keberlangsungan industri sasirangan adalah adanya upaya yang dilakukan pengrajin sesuai dengan jawaban di angket penelitian. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan pada pengrajin sasirangan di Kampung Sasirangan yang dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi dalam persentase, maka dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat yang mempengaruhi industri sasirangan dan upaya yang dilakukan untuk menjaga keberlangsungan industri adalah sebagai berikut:
133
1.
2.
Faktor Penghambat yang mempengaruhi industri sasirangan meliputi bahan baku yang mahal, keterbatasan modal, tenaga kerja yang tidak sesuai latar belakang pendidikan dan pekerjaan, penggunaan teknologi tradisional, pemasaran yang hanya di toko sendiri, dan fungsi kelembagaan yang kurang maksimal. Upaya yang dilakukan untuk menjaga keberlangsungan industri yaitu dengan cara membeli bahan baku di luar daerah, menambah modal dengan melakukan pinjaman kooperasi dan bank, mengikuti pelatihan, penggunaan pewarna sintetis, pemasaran di lokasi industri/outlet dan meningkatkan fungsi kelompok usaha.
VI. UCAPAN TERIMAKASIH Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: a. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberikan izin penelitian bagi penyusun, sehingga skripsi dapat selesai; b. Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberi motivasi selama penyusun mengikuti proses pendidikan; c. Ibu Dr. Deasy Arisanty, S.Si., M.Sc dan Arif Rahman Nugroho, S.Pd, M.Sc selaku pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi, sehingga skripsi dapat selesai; d. Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberikan saran dan motivasi kepada penyusun, sehingga skripsi dapat selesai; e. Orangtua, saudara, dan kerabat dekat penyusun yang senantiasa memberikan dukungan; f. Dinas Perindustrian dan Perdagangan, beserta jajaranya yang telah memberikan izin penelitian dan fasilitas kepada penyusun untuk menyelesaikan skripsi; g. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penyusun satu persatu dalam penyusunan skripsi ini. VII. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian. IKAPI. Jakarta. Dumairy, 1996. Perekonomian Internasional. Cetakan Pertama Erlangga. Jakarta Hasibuan, Nurimansyah. 2000. Ekonomi Industri, Persaingan, Monopoli, dan Regulasi. LP3ES. Jakarta Kamila, Mika. 2008. Ragam Kain Tradisional Nusantara. Bee Media Indonesia. Jakarta. Kartasapoetra G, 2000. Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Crtakan Keempat Belas.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
134
Kotler, Philip & Gary Amstrong. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran (Principles Marketting 7e). Prenhallindo (terjemahan). Jakarta. Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Kuncoro, Mudrajat. 2007. Pembiayaan Usaha Kecil. Economic Review, No. 211 Murtadlo, Arif. 2013. Upaya Pengembangan Usaha Pengrajin Batik Malangan. Forum Penelitian. Rosyidie, Arif. 1987. Tinjauan Konseptual Pengembangan Industri Kecil Dalam Rangka Pengembangan Pedesaan. Fakultas Pascasarjana Institut Tekhnologi Bandung. Bandung. Seman, Syamsiar. 2010. Sasirangan Kain Khas Banjar. Lembaga Pengkajian dan Pelestarian. Banjarmasin Soekanto, Soerjono.2005. Sosiologi Suatu Pengantar. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Tim Dosen Pendidikan Geografi. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Eja Publisher. Yogyakarta. Wijayanti, Ani. 2013. Perancangan Buku Esai Foto dan Media Pendukung Kehidupan Pengrajin Kerang di Desa Tambak Deres Sukolilo. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
135
PERSEPSI NASABAH TERHADAP BANK SAMPAH GERAKAN PEDULI SAMPAH FKIP UNLAM BANJARMASIN Oleh Fahruddin A.S, Deasy Arisanty, S.Si., M.Sc, Karunia Puji Hastuti. Abstrak Penelitian ini berjudul ”Persepsi Nasabah Terhadap Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah (BSGPS) FKIP UNLAM Banjarmasin”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nasabah terhadap BSGPS FKIP UNLAM Banjarmasin. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh nasabah BSGPS FKIP UNLAM Banjarmasin. Sampel yang dijadikan responden adalah sampel penuh yaitu seluruh nasabah BSGPS yang terdaftar. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan metode angket (kuesioner) sedangkan data sekunder menggunakan metode studi pustaka dan dokumen. Analisis data penelitian ini adalah analisis data statistik deskriptif menggunakan teknik distribusi frekuensi untuk mengetahui persepsi dan faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi nasabah terhadap BSGPS FKIP UNLAM Banjarmasin berdasarkan jawaban responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi nasabah terhadap BSGPS FKIP UNLAM. Faktor-faktor tersebut yaitu kemudahan dalam mengumpulkan, menyimpan dan menabung sampah, jenis sampah yang mudah dikumpulkan dan ditabung, kepentingan yang menjadi motivasi dalam menabung sampah, pengalaman yang didapatkan sebelum dan setelah mengenal bank sampah dan harapan yang diinginkan dari BSGPS. Persepsi nasabah terhadap BSGPS adalah bahwa nasabah merespon baik terhadap keberadaan bank sampah di lingkungan satuan pendidikan yaitu FKIP UNLAM. Bukti dari respon baik tersebut terlihat dari beberapa faktor meliputi dari faktor sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan yang ada pada diri nasabah. Kata kunci: persepsi, nasabah bank sampah, Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah, faktor yang mempengaruhi persepsi. I.
PENDAHULUAN Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah yang diproduksi. Berdasarkan data statistik persampahan Indonesia yang dihitung per 10 tahun dengan tahun 2008 sebagai tahun periode terakhir, jumlah sampah yang diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau Tempat Penampungan Akhir (TPA) sebesar 11,6 juta ton/tahun, ditimbun 1,6 juta ton/tahun, dibuat kompos 1,2 juta ton/tahun, dibakar 0,8 juta ton/tahun dan yang dibuang ke sungai 0,6 juta ton/tahun. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang belum bernilai dan sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada sistem kumpul-angkut-buang (KAB) (Suwerda, 2012).
136
Volume sampah Kota Banjarmasin semakin bertambah setiap tahunnya. Hal tersebut terbukti bahwa sampah yang diangkut ke TPA pada tahun 2009 seberat 58.830 ton, tahun 2010 seberat 66.583 ton, dan tahun 2011 seberat 98.986,5 ton (Kota Banjarmasin Dalam Angka 2010, 2011, 2012). Berdasarkan perhitungan kapasitas TPS yang ada, jumlah volume sampah Kota Banjarmasin pertengahan tahun 2013 sebesar 801,5 m3 perhari. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banjarmasin untuk mengurangi sampah adalah dengan menerapkan sistem KAB, Sistem Tempat Penampungan Sementara Terpadu (TPST) 3R {Reuse (menggunakan kembali), Reduce (mengurangi), Recycle (mendaur ulang)} dan sistem bank sampah (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banjarmasin, 2013). Bank Sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah menurut daftar jenis sampah yang telah ditetapkan oleh petugas bank sampah. Individu atau kelomok yang menabung sampah disebutnasabah (Suwerda, 2012). Jumlah bank sampah di Kota Banjarmasin adalah 45 bank sampah. Bank sampah dilingkungan satuan pendidikan berjumlah 5 bank sampah, yaitu Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah (BSGPS) FKIP UNLAM, Bank Sampah SMKN4, Bank Sampah Fak. Hukum UNLAM, Bank SampahSDN Kebun Bunga V, dan Bank Sampah SMAN4 (Lembaga Kompas Borneo, 2013). Bank Sampah yang pertama didirikan di lingkungan satuan pendidikan adalah Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah FKIP UNLAM yang diresmikan secara simbolis oleh Ketua Badan Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin. Bank Sampah ini telah memiliki kelengkapan administrasi, jumlah residu sampah dan omset penjualan tertinggi dibanding 4 bank sampah lainnya yang berada dalam lingkup pendidikan. Sebagaimana sampah yang dibagi menjadi 2 jenis yaitu sampah organik dan anorganik, maka bank sampah ini khusus hanya membeli sampah dari jenis anorganik. Terdapat beberapa bank sampah yang belum diresmikan seperti pada Bank Sampah Fak.Hukum UNLAM dan Bank Sampah SMA 4 Teluk Tiram. Meski belum diresmikan, bank sampah ini telah berjalan aktif dalam membeli sampah dan menjaual sampah. Tujuan didirikannya Bank Sampah ini adalah sebagai solusi untuk mengurangi jumlah sampah yang berada di FKIP UNLAM Banjarmasin dengan menyadarkan bahwa sampah telah memiliki nilai dan harga. Tujuan lain adalah sebagai motivasi untuk karyawan bagian kebersihan agar bekerja lebih giat lagi dalam menjaga kebersihan. Pada bulan pertama setelah didirikan, jumlah nasabah yang terdaftar adalah 20 orang. Setelah berjalan 1 tahun, jumlah seluruh nasabah adalah 70 orang. Data ini mengindikasikan bahwa terjadi pertambahan jumlah orang yang mendaftar menjadi nasabah sejak awal diresmikan hingga akhir periode pertama. Perhitungan satu periode BSGPS adalah satu tahun masehi. Bertambahnya jumlah penabung sampah tidak sama dengan jumlah nasabah yang aktif menabung. Hal ini terbukti bahwa pada caturwulan pertama terdapat 7 nasabah yang aktif menabung, sedangkan pada caturwulan kedua hanya terdapat 2 nasabah yang aktif menabung. Nasabah yang aktif menabung adalah nasabah yang pernah melakukan penimbangan sampah sebanyak 4 kali selama 1 caturwulan.
137
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan, terdapat penurunan jumlah nasabah yang aktif menabung sampah. Mengingat pentingnya posisi penabung sampah (nasabah) sebagai salah satu komponen keberlangsungan bank sampah, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti tentang persepsi nasabah terhadap bank sampah. Berdasarkan persepsi tersebut maka akan diketahui hal-hal yang melatarbelakangi mereka untuk menabung di BSGPS FKIP UNLAM sebagai sebab terjadinya penambahan dan pengurangan jumlah nasabah aktif. Persepsi ini juga membahas terkait dengan cara nasabah berpendapat dan bersikap terhadap BSGPS FKIP UNLAM. Bardasarkan uraian tersebut maka judul penelitian ini adalah ”Persepsi Nasabah Terhadap Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah FKIP UNLAM Banjarmasin”. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi Nasabah Bank Sampah 1. Pengertian Persepsi Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan definisi persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Daviddof menjelaskan persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya (Davidoff, 1981 dalam Walgito, 1999). Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja,tetapi ada faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu: 1) diri sendiri, yaitu melihat dan berusaha memberi interpretasi tentang apa yang dilihat. Karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti: a) sikap, keadaan mental dan saraf dari aksi yang diterimanya, dan menjadi reaksi di dalam pikiran dalam bentuk persepsi. Sikap tidak tergantung oleh waktu, karena cenderung menetap dalam aspek dunia individu; b) motif atau alasan, segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk ketertarikannya, bertindak atau memberikan tanggapan terhadap sesuatu; c) kepentingan, berkaitan dengan hal (timbal balik) yang akan diterima oleh individu. Apabila dianggap baik, maka akan menghasilkan persepsi yang positif, dan sebaliknya; d) pengalaman, kejadian waktu lampau yang pernah dialami individu dan orang lain yang sampai pada pemersepsi, baik yang sudah lama atau baru terjadi. Meskipun hanya ada satu kejadian yang dapat menjadi pengalaman, namun jika dialami oleh individu yang berbeda maka akan menghasilkan persepsi yang berbeda; e) harapan, sebuah keinginan yang ingin diwujudkan. Merupakan akumulasi akhir dari subfaktor diatas. 2) Sasaran persepsi, hal yang berhubungan dengan sasaran ini berupa orang, benda, atau peristiwa. Sikap sasaran biasanya berpengaruh terhadap persepsi seseorang melihatnya 3) Faktor situasi, yang memberi pengaruh terhadap persepsi antara lain faktor waktu, keadaan, tempat, dan keadaan sosial (Sondang:1991).
138
Nasabah atau penabung adalah seluruh warga baik secara individual maupun kelompok yang menjadi anggota penabung sampah. Tanda bukti sebagai penabung adalah dengan kepemilikan nomor rekening dan buku tabungan sampah serta berhak atas hasil tabungan sampahnya (Suwerda, 2012). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, persepsi nasabah bank sampah adalah kemampuan individu atau kelompok yang menjadi penabung sampah yang dibuktikan dengan kepemilikan nomor rekening dan buku tabungan untuk mengorganisir suatu pengamatan berdasarkan stimulus yang telah diterima panca indranya untuk kemudian memberikan tanggapan dan pandangan. 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Walgito (1999) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. 1) Faktor internal adalah berbagai hal yang berkaitan dengan keadaan individu. Keadaan individu dipengaruhi oleh dua sumber yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan psikologis. 2) Faktor eksternal adalah lingkungan atau situasi yang melatarbelakangi stimulus dalam memberikan persepsi. Penelitian ini akan meneliti faktor internal yang mempengaruhi persepsi nasabah bank sampah. Aspek yang termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah motif, sikap, kepentingan, pengalaman dan harapan. B. Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah (BSGPS) 1. Pengertian Sampah Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat (UU No. 18 Tahun 2008).Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan, pemakaian barang rusak, cacat dalam pembuatan manufaktur, materi berlebihan, ditolak atau buangan (Kamus Lingkungan, 1994 dalam Suwerda, 2012). 2.
Penggolongan Jenis Sampah Undang-Undang No.18 Tahun 2008 menjelaskan bahwa, jenis sampah dapat dibagi menjadi sebagai berikut: a) Sampah rumah tangga didefinisikan sebagai barang yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik, b) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya, c) Sampah spesifik, meliputi: 1) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; 2) sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; 3) sampah yang timbul akibat bencana;
139
4) bongkaran bangunan; 5) sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau 6) sampah yang timbul secara tidak periodik (UU No.18 Tahun 2008). Suwerda (2012) menjelaskan bahwa sampah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu; a) Sampah Organik adalah sampah yang bersifat biodegradable, yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob maupun anaerob. Contoh sampah organik adalah sampah dapur, sisasisa hewan dan sampah pertanian atau perkebunan; b) Sampah Anorganik adalah sampah yang bersifat non biodegradable, yaitu sampah yang tidak dapat diuraikan secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob maupun anaerob. Sampah anorganik dibagi menjadi sampah yang dapat digunakan kembali dan tidak dapat digunakan kembali. 3.
Jenis Sampah yang Dapat Di Tabung Jenis sampah yang dapat ditabung di BSGPS FKIP UNLAM adalah sampah dari jenis anorganik meliputi kertas, plastik, logam seperti alumunium, besi, dan tembaga. Data jenis dan harga sampah yang dibeli BSGPS FKIP UNLAM terlampir. 4.
Sumber Sampah Suwerda (2012) menjelaskan bahwa sumber sampah terbagi menjadi lima jenis, yaitu : a) Sampah rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga; b) Sampah Pertanian yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pertanian dan umumnya berupa sampah yang mudah membusuk; c) Sampah sisa bangunan yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan; d) Sampah perdagangan dan perkantoran yaitu sampah yang berasal dari kegiatan jual beli dan perkantoran; e) Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari kegiatan industri dan jenis sampah yang dihasilkan juga lebih beragam. 5.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah Sampah dari segi kualitas dan kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah adalah sebagai berikut: a) Jumlah penduduk; b) Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai; c) Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali; d) Faktor geografis Lokasi tempat pembuangan sampah ada yang terdapat di daerah pegunungan, lembah, pantai, atau di dataran rendah; e) Faktor waktu Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu;
140
f) Faktor sosial, ekonomi dan budaya; g) Pada musim hujan, sampah mungkin akan tersangkut pada selokan, pintu air, atau penyaringan air limbah; h) Kebiasaan masyarakat; i) Kemajuan teknologi; j) Jenis sampah. Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula macam dan jenis sampahnya (Chandra: 2006). 6.
Pengelolaan Sampah Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Banjarmasin adalah dengan menerapkan sistem Kumpul-Angkut-Buang, Sistem Tempat Penampungan Sementara Terpadu (TPST), dan Sistem Bank Sampah (Dinas Kebersihan & Pertamanan Kota Banjarmasin, 2013). a) Sistem kumpul-angkut-buang adalah sistem pengelolaan sampah dimana sampah yang dihasilkan dari rumah tangga dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara (TPS), kemudian diangkut menggunakan mobil atau truk oleh petugas untuk selanjutnya dibuang ke Tempat Penampungan Akhir (TPA) sampah (Suwerda, 2012). b) Sistem Tempat Penampungan Sementara Terpadu (TPST) 3R adalah TPS dengan sistem yang menekankan pada pengelolaan sampah menggunakan konsep 3R yaitu Reuse (menggunakan kembali), Reduce (mengurangi), Recycle (mendaur ulang) (Suwerda, 2012). c) Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah menurut jenis sampah. Sampah yang ditabung pada bank sampah adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis (Suwerda, 2012) Komponen sistem pengelolaan sampah dengan bank sampah adalah : 1. Petugas Bank Sampah Petugas bank sampah adalah petugas yang bertugas melayani penabung sampah seperti dalam hal menimbang berat sampah, melebeli sampah, mencatat dalam buku induk, dan berkomunikasi dengan pengepul.; 2. Nasabah Bank Sampah Nasabah bank sampah adalah seluruh warga baik individu maupun komunitas/ kelompok, yang berminat menabungkan sampahnya pada bank sampah; 3. Pengepul Pengepul adalah perseorangan dan atau lembaga yang masuk dalam sistem pengelolaan sampah yang berfungsi membeli sampah yang telah terkumpul di bank sampah; 7.
Gerakan Peduli Sampah (GPS) Bank sampah Gerakan Peduli Sampah (BSGPS) didirikan dan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2012 oleh Ketua Badan Lingkungan Hidup (BLH) Banjarmasin. Bank sampah ini terdaftar sebagai bank sampah ke 37 sekota Banjarmasin dan pertama ditingkat satuan pendidikan dibawah binaan BLH dan Lembaga Kompas Borneo (LKB) Kota Banjarmasin. Pengurus BSGPS terdiri dari
141
6 orang meliputi Direktur, sekretaris, bendahara, menejer administrasi, menejer pembelian dan menejer penjualan. Pelaksanaan penimbangan atau pembelian sampah nasabah dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul 16.00 wita bertempat didepan Aula 1 Hasan Bondan FKIP UNLAM. Data terakhir jumlah nasabah adalah 70 orang. Nasabah terdiri dari individu dan kelompok meliputi mahasiswa, cleaning servis, orgaisasi internal dan eksternal kampus,sub bagian FKIP UNLAM dan berbagai komponen masyarakat lainnya. Bank sampah ini memiliki 22 daftar jenis beserta harga beli sampah yang dapat ditabung. Bank sampah ini memiliki motto yaitu “Annazofatu Minal Iman, Sampah Ku Timbang, Uang Ku Timang”. (BSGPS FKIP UNLAM, 2013). III. METODE PENELITIAN A. Pemilihan Daerah Penelitian Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini berada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Kelurahan Pengeran, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi objek penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Merupakan lokasi pertama tempat didirikannya bank sampah dilingkungan satuan pendidikan; 2. Merupakan contoh dari bank sampah dilingkungan satuan pendidikan lainnya yang didirikan setelah diresmikannya bank sampah ini; 3. Lingkungan kampus FKIP merupakan salah satu lokasi penghasil sampah dengan volume yang besar dikarenakan jumlah mahasiswa yang banyak dan lebih dinamisnya gaya hidup para mahasiswa; 4. Lokasi bank sampah ini berada di komplek pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. Kondisi ini mengakibatkan penabung sampah yang menjadi nasabah di bank BSGPS FKIP UNLAM didominasi mahasiswa serta dari berbagai elemen masyarakat baik secara individu maupun kelompok; 5. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai persepsi nasabah bank sampah khususnya untuk bank sampah dalam lingkup satuan pendidikan. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah BSGPS FKIP UNLAM Banjarmasin. Berdasarkan data sekunder yang telah didapat, jumlah populasi penabung yang menjadi nasabah di BSGPS adalah sebanyak 70 orang (BSGPS 2013). 2.
Sampel Penuh/Jenuh Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Sampel yang menggunakan seluruh populasi disebut sampel penuh atau jenuh.
142
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah BSGPS yang terdaftar selama masa aktif BSGPS FKIP UNLAM berjumlah 70 (BSGPS FKIP UNLAM, 2013). Pada pelaksanaan penelitian, jenis kelamin nasabah dalam bentuk komunitas atau organisasi ditentukan berdasarkan jenis kelamin responden yaitu yang berstatus sebagai ketua atau anggota yang mendaftarkan komunitas atau organisasinya untuk menjadi nasabah BSGPS FKIP UNLAM. Table 4. Populasi Dan Sampel Jenis Populasi Sampel Laki-Laki 23 23 Perempuan 34 34 Komunitas 13 13 Jumlah
70
70
Sumber: BSGPS FKIP UNLAM, 2013.
3.
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010). Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi nasabah BSGPS FKIP UNLAM Banjarmasin. Sondang mengemukakan dalam teorinya bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diri sendiri, sasaran persepsi, dan situasi. Faktor diri sendiri meliputi: sikap, motif, kepentingan, pengalaman, dan pengharapan. Sasaran persepsi adalah hal yang berhubungan dengan orang, benda, atau peristiwa. Sedangkan faktor situasi adalah waktu, keadaan, tempat, dan keadaan sosial (Sondang, 2006). C. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama atau obyek penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber ke dua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Bungin, 2010). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik antara lain : 1. Pengumpulan data primer, meliputi: Observasi dan Angket/Kuesioner, 2. Pengumpulan data sekunder, meliputi :internal data dan eksternal data D. Pengolahan Data Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan (Bungin, 2010). Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:Editing, Codin, dan Tabulating. E. Analisis Data Analisis data pada penelitian ini yaitu kegiatan yang dilakukan dalam mengelola dan menganalisis data yang dianggap relevan dengan teknik analisis persentase. Teknik analisis persentase bertujuan untuk mengetahui besarnya persentase dari tiap-tiap pertanyaan yang diajukan dalam angket, dengan menggunakan rumus persentase (Sudijono, 2006). Rumus yang digunakan sebagai berikut: 143
𝑷=
𝒇 × 𝟏𝟎𝟎% 𝑵
Keterangan : P = Angka persentase (%) 𝑓 = Frekuensi yang dicari presentasenya N = Jumlah frekuensi/banyaknya responden (Number of Cases). IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di BSGPS FKIP UNLAM Banjarmasin, Kelurahan Pangeran, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Bank sampah ini didirikan pada tahun tanggal 27 Desember 2012 dengan status sebagai bank sampah ke 37 sekota Banjarmasin dan yang pertama ditingkat satuan pendidikan. Deskripsi daerah penelitian adalah sebagai berikut: 1. a.
Letak BSGPS FKIP UNLAM Banjarmasin Letak Astronomis Letak atronomis adalah letak suatu tempat berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Letak astronomis Kota Banjarmasin adalah 3°16’46”LS sampai 3°22’54”LS dan 114°31’40”BT sampai 114°39’55”BT. Berdasarkan pengukuran di lapangan menggunakan GPS (Global Positioning System), letak astronomis BSGPS FKIP UNLAM adalah 3°17’94,1”LS dan 114°35’14,1”BT. Peta lokasi penelitian Kecamatan Banjarmasin Utara disajikan pada Gambar 3. b. Letak Administratif Letak administratif adalah letak suatu daerah terhadap kedudukan daerah lainnya secara administratif pemerintahan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin secara administratif terletak di Banjarmasin Utara dengan rincian sebagai berikut: - Sebelah selatan berbatasan dengan tanah kosong - Sebelah barat berbatasan dengan asrama Demang Lehman - Sebelah utara berbatasan dengan Kantor Rektorat - Sebelah timur berbatasan dengan Fakultas Ilmu Sosial Politik c.
Luas Kota Banjarmasin memiliki luas wilayah yang kurang lebih 98,47 Km² dan berada pada ketinggian rata-rata 0,16 m dibawah permukaan laut dengan kondisi daerah berpaya-paya dan relatif datar. Kota Banjarmasin terbagi menjadi 5 kecamatan yaitu Banjarmasin Utara, Selatan, Timur, Barat dan Tengah. B. Hasil Penelitian 1. Identitas Responden Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada nasabah BSGPS, ditemukan bahwa yang menjadi nasabah lebih banyak berjenis kelamin perempuan meskipun perbedaan angkanya tidak terlalu besar. Nasabah dalam bentuk komunitas atau organisasi tetap menjadi responden dalam penelitian
144
ini dan yang berhak mengisi koesioner adalah orang yang mendaftarkan sebagai nasabah atau yang termasuk dalam komunitas atau organisasi tersebut. Hampir seimbangnya antara jumlah nasabah berjenis kelamin laki-laki dan perempuan disebabkan karena dalam hal menjaga lingkungan tidak terlalu mempermasalahkan tentang jenis kelamin. Berdasarkan umurnya, nasabah yang menjadi responden terbanyak berada pada kelas umur 21-30 tahun dan terbanyak kedua berada pada kelas umur <20 tahun. Hal ini terjadi karena BSGPS berlokasi di lingkungan kampus, sehingga mayoritas yang menjadi nasabah adalah mahasiswa. Nasabah yang berumur 21-30 adalah para mahasiswa lama yang telah mengetahui tentang keberadaan BSGPS sejak tahun 2013 awal, sedangkan yang berumur <20 adalah para mahasiswa yang baru saja menjadi mahasiswa pada tahun ajaran 2013/2014. Adapun nasabah yang berumur lebih dari 30 tahun adalah para pegawai dan karyawan serta pedagang lingkungan FKIP UNLAM. Berdasarkan jenjang pendidikan terakhirnya sebagian besar nasabah yang menjadi responden adalah tamat SMA/sederajat. Hal ini terjadi karena saat penelitian dilakukan responden sedang melanjutkan pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan alamatnya, sebagaian besar nasabah yang menjadi responden bertempat tinggal di Kecamatan Banjarmasin Utara. Hal ini terjadi karena lokasi BSGPS berada di Kecamatan Banjarmasin Utara. 2. a.
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nasabah BSGPS Faktor Sikap Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada nasabah BSGPS sebagai responden ditemukan bahwa, sebagian besar responden menyatakan mereka merasa mudah bersiakap dalam mengumpulkan, menyimpan dan menabung sampah di BSGPS. Soetarno dalam Sarlito (2000) mengatakan bahwa sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain. Responden yang menyatakan bahwa dia merasa kesusahan dalam mengumpulkan sampah disebabkan karena adanya rasa malas, lingkungan tempat tinggalnya sudah bersih yang ditangani oleh petugas khusus. Responden yang mengatakan kesusahan dalam menyimpan sampah adalah karena responden tidak memiliki tempat kosong atau tidak terpakai yang digunakan untuk menyimpan sampah. Responden yang menyatakan bahwa mereka kesusahan dalam menabung sampah adalah karena jauhnya jarak yang harus ditempuh dari rumah tempat tinggal menuju lokasi BSGPS. Setelah mengetahui apa yang dirasakan para responden dalam mengumpulkan, menyimpan dan menabung maka yang selanjutnya adalah tentang bagaimana mereka memperlakukan sampah yang telah terkumpul dan bagaimana mereka bersikap kepada para petugas BSGPS ketika penimbangan. Sebagian besar responden mengatakan bahwa perlakuan mereka setelah sampah terkumpul
145
adalah dengan memilah-milih sampah berdasarkan jenis sampah yang berlaku di BSGPS. Mengenai cara responden bersikap kepada para petugas BSGPS sebagian besar mengatakan bahwa mereka peduli terhadap apa yang diinstruksikan oleh petugas. Bukti bahwa mereka peduli adalah ketika mereka diminta untuk memilah-milah sampah yang dibawanya sendiri atau merapikannya sebelum ditimbang, para responden bersedia melakukannya. Berdasarkan teori tentang sikap dan hasil angket mengenai faktor sikap yang mempengaruhi persepsi nasabah BSGPS bahwa sikap dipengaruhi pandangan dan perasaan. Pandangan dan perasaan yang mudah dalam mengumpulkan, menyimpan dan menabung sampah sudah jelas berdampak pada persepsi yang baik untuk terus menabung dan menjadi nasabah BSGPS meskipun tidak secara keseluruhan. b. Faktor Motif Motif kadang-kadang dinyatakan oleh sebagian orang sebagai kebutuhan, keinginan dan dorongan yang muncul dalam diri seseorang (Winardi dalam Irwanto: 2002). Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada nasabah BSGPS sebagai responden, ditemukan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa motif mereka menabung adalah karena mudah dalam mengumpulkan sampah jenis kertas dan plastik, bukan karena harga beli sampah di BSGPS termasuk mahal. Mengenai sebab responden mudah dalam mengumpulkan sampah jenis kertas adalah karena mereka mayoritas berstatus sebagai mahasiswa yang dominan menghasilkan sampah kertas dalam aktifitas akademiknya. Adapun responden yang menyatakan bahwa alasan menabung karena harga beli sampah di BSGPS termasuk mahal lebih banyak memilih sampah jenis tembaga lebih mahal daripada kertas putih. Berdasarkan hasil angket mengenai faktor motif yang mempengaruhi persepsi nasabah BSGPS sudah jelas terlihat bahwa responden memiliki alasan menabung di BSGPS bukan karena harga tetapi karena lokasi dan sampah yang mudah dikumpulkan. c.
Faktor Kepentingan Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya (Irwanto, 2002). Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada nasabah BSGPS sebagai responden, ditemukan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa alasan utama mereka menabung sampah adalah karena kepentingan sosial kemudian kepentingan pribadi dan kepentingan ekonomi. Sebagian besar responden yang menyatakan bahwa sebab mereka menabung karena kepentingan sosial banyak memilih alasan utama mengajarkan bahwa sampah telah bernilai dan berharga. Adapun yang menyatakan bahwa sebab mereka menabung karena kepentingan pribadi banyak memilih alasan memanfaatkan sampah yang dihasilkan.
146
Berdasarkan hasil angket mengenai faktor kepentingan yang mempengaruhi persepsi nasabah BSGPS sudah jelas terlihat bahwa alasan utama responden menabung di BSGPS bukan untuk mencari keuntungan atau menginginkan uang dari sampah yang ditabung tetapi karena keinginan untuk memanfaatkan sampah yang dihasilkan dan mengajarkan bahwa sampah telah bernilai dan berharga. d. Faktor Pengalaman Teori pengalaman adalah proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang berbeda (Haditono,1999). Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada nasabah BSGPS sebagai responden, ditemukan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka mendapatkan pembelajaran yang bermacam-macam. Ketika mengumpulkan sampah sebagian besar responden mendapat dukungan. Sebagian besar responden menyatakan bahwa pengalaman mereka sebelum mengenal bank sampah adalah hanya membuang sampah pada tempatnya. Adapun setelah mengenal BSGPS, sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka mulai mengumpulkan sampah yang dapat dijual. Berdasarkan hasil angket mengenai faktor pengalaman yang mempengaruhi persepsi nasabah BSGPS sudah jelas terlihat bahwa terdapat perbedaan pengalaman yang didapatkan responden dalam mengumpulkan sampah, sebelum mengenal BSGPS dan sesudah mengenal BSGPS. Bertambahnya pengalaman responden maka akan berbeda pula persepsi antara orang yang menjadi nasabah dengan yang tidak menjdi nasabah. e.
Faktor Harapan Teori harapan adalah kekuatan dari suatu kecendrungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut (Irwanto:2002). Berdasarkan hasil penelitian dari data angket yang disebarkan kepada nasabah BSGPS sebagai responden ditemukan bahwa sebagian besar responden menyatakan mereka memiliki kecendrungan untuk bertindak yang dipengaruhi keinginan untuk memelihara lingkungan. Berdasarkan hasil angket mengenai faktor harapan yang mempengaruhi persepsi nasabah BSGPS sudah jelas terlihat bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka berharap adanya peningkatan harga jual sampah yang berdampak pada meningkatnya keinginan atau motif nasabah untuk lebih giat lagi menjaga lingkungan dengan mengumpulkan sampah yang bernilai dan berharga. Berdasarkan pembahasan dan identifikasi faktor yang mempengaruhi persepsi nasabah terhadap Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah, dapat disimpulkan bahwa persepsi nasabah adalah baik terhadap keberadaan bank sampah di lingkungan satuan pendidikan FKIP UNLAM. Bukti dari respon baik tersebut terlihat dari beberapa faktor meliputi dari faktor sikap, motif,
147
kepentingan, pengalaman dan pengharapan yang ada pada diri nasabah sesuai dengan jawaban di angket penelitian. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan pada nasabah BSGPS FKIP UNLAM yang dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi dalam persentase, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi nasabah BSGPS adalah sebagai berikut: a. Faktor sikap yang sangat mempengaruhi persepsi nasabah menabung sampah di BSGPS adalah karena nasabah mudah dalam mengumpulkan, menyimpan dan menabung. b. Faktor Motif yang sangat mempengaruhi persepsi nasabah dalam menabung sampah di BSGPS adalah karena sampah yang mudah dikumpulkan dan termasuk mahal jika dijual. c. Faktor kepentingan yang sangat mempengaruhi persepsi nasabah dalam menabung sampah di BSGPS adalah kepentingan sosial. d. Faktor pengalaman yang mempengaruhi persepsi nasabah terhadap BSGPS adalah pengalaman tentang cara bersikap dan memperlakukan sampah sebelum mengenal bank sampah, sesudah mengenal bank sampah dan saat mengumpulkan bank sampah. e. Faktor harapan yang mempengaruhi persepsi nasabah terhadap BSGPS adalah harapan dari segi lingkungan. Berdasarkan pembahasan dan identifikasi faktor yang mempengaruhi persepsi nasabah terhadap Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah, dapat disimpulkan bahwa persepsi nasabah adalah baik terhadap keberadaan bank sampah di lingkungan satuan pendidikan yaitu FKIP UNLAM. Bukti dari respon positif tersebut terlihat dari beberapa faktor meliputi dari faktor sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan yang ada pada diri nasabah sesuai dengan jawaban yang terdapat di koesioner penelitian. VI. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penelitian yang berjudul ”Persepsi Nasabah Terhadap Bank Sampah Gerakan Peduli Sampah (BSGPS) FKIP UNLAM Banjarmasin, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin” dapat selesai pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata-1 Pendidikan Geografi FKIP UNLAM. Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: a. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberikan izin penelitian bagi penyusun, sehingga usulan penelitian dapat selesai; b. Bapak Drs. Yustinus Maria Ngadiyana, selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Unlam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberi motivasi selama penyusun mengikuti proses pendidikan;
148
c.
Ibu Dr. Deasy Arisanty, S.Si., M.Sc dan Ibu Karunia Puji Hastuti, M. Pd, selaku pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi, sehingga usulan penelitian dapat selesai; d. Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberikan saran dan motivasi kepada penyusun, sehingga usulan penelitian dapat selesai; e. Orangtua, saudara, dan kerabat dekat penyusun yang senantiasa memberikan dukungan; f. Dinas Kebersihan Dan Pertamanan, Badan Lingkungan Hidup dan Lembaga Kompas Borneo beserta jajaranya yang telah memberikan izin penelitian dan fasilitas kepada penyusun untuk menyelesaikan usulan penelitian; g. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penyusun satu persatu dalam penyusunan usulan penelitian ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan dari semua pihak untuk memperbaiki skripsi ini. VII. DAFTAR PUSTAKA Adi, I.R. 2003. Pengantar Psikologi. Erlangga. Jakarta. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Bank Sampah “GPS”. 2013. Profil dan Data Nasabah Bank Sampah “GPS” FKIP UNLAM. Banjarmasin. Bungin, B. 2010. Metode Penelitian. IKAPI. Jakarta. Damanik, D.E.R. 2013. Analisa Program Bank Sampah (Studi Kasus Masyarakat Malakasari, Jakarta Timur. Jurnal Non Publikasi. Dinas Kebersihan & Pertamanan (DKP) Kota Banjarmasin. 2013. Data TPS Kota Banjarmasin 2013. Banjarmasin. Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Prenhalindo. Jakarta. Juliandoni, A. 2013. Pelaksanaan Bank Sampah dalam Sistem Pengelolaan Sampah di Kelurahan Gunung Bahagia Balikpapan. Jurnal Non Publikasi. Lembaga Kompas Borneo. 2013. Data Bank Sampah Kota Banjarmasin. Banjarmasin. Sarwono, S.W. 1991. Psikologi Remaja. PT Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Sondang, S. P. 2006,Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan ketiga belas, Bumi Aksara, Jakarta. Soelaeman. 1985. Psikologi Pendidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Sudijono, A. 2006. Pengantar statistik pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarrta. Suwerda, B. 2012. Bank Sampah (Kajian Teori & Penerapan. Pustaka Rihana. Yogyakarta. Undang-Undang No 18. 2008. Tentang Pengelolaan Sampah. Walgito, B. 1999. Psikologi Sosial. Penerbit ANDI. Yogyakarta
149
PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PIPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Oleh Rini Rahmiati, Karunia Puji Hastuti, M.Pd., Deasy Arisanty. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan internet sebagai media belajar terhadap hasil belajar mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan PIPS Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.Metode penelitian ini menggunakan metode deskriftif kuantitatif dengan mencari pengaruh penggunaan internet yang meliputi Browsing (X1), Resourching (X2), dan Searching (X3) terhadap hasil belajar (Y). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan PIPS Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat tahun ajaran 2012-2013 sebanyak 96 orang mahasiswa, semua populasi dijadikan sampel yaitu 96 orang mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan penggunaan internet (Browsing, Resourching dan Searching) terhadap hasil belajar memiliki hubungan sebesar Ry(1,2,3) = 0,73 dikategorikan korelasinya tinggi karena terletak antara 0,60 – 0,799. Nilai Ry(1,2,3) dengan r tabel diketahui Ry(1,2,3) atau r hitung lebih besar dari r tabel baik itu 5% maupun 1%. (r tabel 5%< Ry(1,2,3) > r tabel 1%) atau (0,202 < 0,73 > 0,263). Berdasarkan nilai r tabel dan r hitung menunjukkan bahwa harga Ry(1,2,3) sebesar 0,73 signifikan baik untuk ketelitian 5% maupun 1%. Berarti hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh antara penggunaan internet sebagai media belajar terhadap hasil belajar mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan PIPS Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. Kata kunci : Pengaruh, Browsing, Resourching, Searching, Hasil Belajar. I.
PENDAHULUAN
Era globalisasi identik dengan keterbukaan dan persaingan bebas yang terjadi di berbagai bidang kehidupan seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi, sampai pada dunia pendidikan. Pada jangka yang relatif mendesak dunia pendidikan harus mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, tangguh, dan siap pakai. Mewujudkan kondisi tersebut, sumber daya manusia perlu memiliki pengetahuan, dan kebiasaan menerapkan sikap moral yang baik, cara-cara berpikir baru, terobosan-terobosan baru harus diperkenalkan dan diciptakan untuk mengatasi permasalahan pendidikan pada masa sekarang serta masa yang akan datang. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan ini bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari melainkan jam, bahkan menit atau detik pun terutama berkaitan 150
dengan teknologi informasi dan komunikasi yang ditunjang dengan teknologi elektronika. Pengaruhnya meluas ke berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat ini memberikan dampak positif dan dampak negatif. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif dengan semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan keseluruh dunia menembus batas ruang dan waktu. Dampak negatifnya yaitu terjadinya perubahan nilai, norma, aturan, atau moral kehidupan yang bertentangan dengan nilai, norma, aturan dan moral kehidupan yang dianut masyarakat. Perkembangan teknologi adalah salah satu yang mempunyai peran yang sangat tinggi dan ikut memberikan arah perkembangan dalam dunia pendidikan. Salah satu wujud perkembangan teknologi informasi saat ini adalah internet yang mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru.dan media internet pun menyediakan materi pembelajaran yang tak terbatas dan dapat diakses kapan dan dimana saja sesuai keperluan (Asyhar, 2012). Internet merupakan suatu jaringan komunikasi tanpa batas yang melibatkan jutaan komputer pribadi yang tersebar diseluruh dunia yang menggunakan Transmition Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) dan didukung oleh media komunikasi seperti satelit dan paket radio, internet telah memungkinkan komunikasi antar komputer dengan jarak yang tak terbatas (Oetomo dalam Mareta, 2012). Menurut Ardi (2008) pemanfaatan jaringan internet sebagai media pembelajaran, dapat diimplementasikan melalui cara : a) Browsing, b) Consultingc) Resourcingd) Communicatingdan 4) Searching. Umumnya media pembelajaran yang tersedia di Universitas Lambung Mangkurat sudah baik. Laboratorium, ruang komputer yang dilengkapi dengan jaringan internet, seperti wi-fi, tapi terkadang jaringan wi-fi yang tersedia kurang berfungsi dengan baik. Hal tersebut membuat mahasiswa kurang memanfaatkan media yang disediakan dengan maksimal untuk kepentingan pembelajaran, terutama jaringan internet yang tersedia sepertiwi-fi. Ketika kegiatan perkuliahan yang dilakukan di ruang komputer yang ada jaringan internet, mahasiswa sering mencari celah mengakses internet di luar kebutuhan perkuliahan seperti facebook atau twitter. Hal tersebut akan menghambat kegiatan perkuliahan. Berdasarkan observasi melalui dokumen daftar IPS (Indeks Prestasi Semester), IPK (Indeks Prestasi Kumulatif), dan semester mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi yang dikeluarkan oleh BAAK, dilihat dari IPS (Indeks Prestasi Semester) angkatan 2010, 2011, dan 2012 yang telah mengambil mata kuliah TIK (Teknologi Informatika dan Komputer), angkatan 2012 memiliki jumlah mahasiswa yang terbanyak mendapatkan nilai IPS (Indeks Prestasi Semester) ≥3,00 sebanyak 71 orang mahasiswa dari 96 orang mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 5 orang mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Geografi, bahwa penggunaan internet digunakan oleh mahasiswa, karena antusias mereka terhadap internet sangat tinggi, sehingga internet banyak digunakan dikalangan mahasiswa. Dari 5 orang mahasiswa tersebut menyatakan sering menggunakan internet untuk mencari materi pelajaran bahan kuliah (Resourching), untuk penyelesaian tugas-tugas pekerjaan rumah, maupun sebagai media belajar.
151
Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui Pengaruh Penggunaan Internet Sebagai Media Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan PIPS Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penggunaan Internet Sebagai media Belajar 1. Pengertian Internet Internet merupakan jaringan global komputer dunia, di mana setiap komputer saling terhubung satu sama lainnya dari negara ke negara lainnya di seluruh dunia dan berisi berbagai macam informasi, mulai dari teks, gambar, audio, dan lainnya. Internet berasal dari kata interconnection networking, yang berarti hubungan dari banyak jaringan komputer dengan berbagai tipe dan jenis, dengan menggunakan tipe komunikasi seperti telepon, satelit, dan lainnya (Rahmasari, 2013). 2.
Penggunaan Internet Sebagai Media Belajar Menurut Oetomo dalam Mareta (2012), internet sebagai media belajar merupakan alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran berbasis media elektronik berupa internet. Menurut Munir dalam Mareta (2012), pengenalan internet sebagai media belajar dapat dimulai dengan penjelasan tentang cara pengoperasian ke internet, pembuatan e-mailaddress, prosedur dan tata cara menggunakan e-mail. Dengan menggunakan e-mail address ini maka mahasiswa mampu mempraktekan pengetahuan yang diperoleh. Penggunaan internet sebagai media belajar juga bisa dilakukan dengan browsing dan mendiskusikan topiktopik tertentu melalui mailing list, newsgroup dan fasilitas internet lainnya. Jadi intenet dapat diartikan sebagai akses media belajar yang relevan, download informasi yang relevan, berinteraksi dengan media lain, berinteraksi dengan orang lain. Menurut Ardi (2008), pemanfaatan jaringan internet sebagai media pembelajaran, dapat diimplementasikan melalui cara berikut : a. Browsing Browsing atau surfing merupakan istilah umum yang digunakan bila hendak menjelajahi dunia maya atau web. Tampilan web yang sangat artistik menampilkan teks, gambar-gambar dan malahan animasi yang ditampilkan sedemikian rupa sehingga selalu membuat betah para pengunjungnya. Untuk melakukan browsing ini kita menggunakan suatu fasilitas yang bernama browser, banyak jenis software browser yang tersedia dipasaran, mulai dari yang gratisan seperti mozila sampai yang komersil seperti Netscape , Internet Explorer dan Google Chrome . Apapun jenis aplikasi internet yang akan kita lakukan tidak terlepasdari browser, karena browser merupakan media komunikasi antara user dengan layanan internet. Sebagai pengguna windows, maka software browser yang sering digunakan adalah Internet Explorer dari Microsoft.
152
b.
Resourcing Resourcing yang dimaksud disini adalah menjadikan internet sebagai sumberpengajaran, dalam arti kata peranan internet sebagai gudangnya informasi dimanfaatkanuntuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan materi pengajaran yangdisampaikan, dalam hal ini informasi yang berkaitan dengan alamat situs yang akandikunjungi sebagai sumber materi ajar telah diketahui terlebih dahulu melalui informasiyang diberikan pada buku pegangan pengajaran maupun dari informasi lainnya. c.
Searching Searching merupakan proses pencarian sumber pembelajaran guna melengkapi materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dalam hal ini segala sesuatu informasi yang berkaitan sumber informasi tersebut belum diketahui, sehingga dengan memanfaatkan Search engine adalah salah satu fasilitas yang tersedia pada aplikasi untuk mencari informasi yang diinginkan. Ada berbagai macam search engine yang bisa digunakan dalam searcing, yaitu ; yahoo, google, altavista, lycos, astaga, msn, dan lain sebagainya d.
Consulting E-mail (Konsultasi via E-mail) E-mail merupakan aplikasi yang paling populer sejak internet pertama kalidiperkenalkan, karena dengan fasilitas ini dapat menjembatani komunikasi data antarpersonal maupun antar perusahaan, e-mail terkenal karena memberikan cara yang mudahdan cepat dalam mengirim informasi.. Selain itu juga dapat menangani catatan yang kecil, hingga file yang besar berupa file yang ditumpangkan padanya (attachment file). e.
Communicating Milis (Mailing List) Mailing list berarti daftar alamat E-mail untuk setiap orang yang ingin menerima mail tentang topic tertentu. Mailing List atau Milis (kadang disebut posting), pada dasarnyamasih merupakan komunikasi dengan memanfaatkan layanan e-mail, yakni mengirim dan menerima. E-mail ke dan/atau dari sekelompok orang dengan tujuan penggunaan sebagaisarana diskusi, yang biasanya dikelompokkan berdasarkan topik diskusi, kelompok tertentuatau pengelompokan lainnya. B. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata,yaknihasil dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian hasil belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengertian hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan dan sebagainya oleh usaha (Martin, 2008). Sedangkan Menurut Yenny dalam Amelia (2013), hasil belajar adalah perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan, tetapi dengan
153
adanya situasi belajar. Sudjana (1992), memberikan pengertian hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. 2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum menurut Slameto (2010), pada garis besarnya meliputi faktor intern dan faktor ekstern. III. METODE PENELITIAN A. Pemilihan Daerah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat tahun ajaran 2012-2013 sebanyak 96 orang mahasiswa. Penelitian ini menggunakan teknik Probability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jumlah populasi dalam penelitian ini subjeknya kurang dari 100 orang, maka seluruh populasi mendapat peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel, pengambilan sampelnya diambil secara penuh untuk memperoleh hasil yang representatif semua populasi dijadikan sampel yaitu 96 orang mahasiswa. C. Variabel Penelitian Berdasarkan pada landasan teori maka variabel yang diteliti terdiri dari 3 (tiga) Variabel Terikat (dependen) dan 1 (satu) Variabel Bebas (independen), yaitu: 1. Independent variable yaitu variabel pengaruh /variabel bebas: penggunaan internet sebagai media belajar (X), yaitu: X1 adalah Browsing X2 adalah Resourching X3 adalah Searching 2. Dependent variabel yaitu variabel terpengaruh/variabel terikat: hasil belajar mahasiswa (Y). D. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan pengumpulan data primerdan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan dengan observasi dan angket/kueioner. Sedangkan pengumpulan data sekundermenggunakan Studi Dokumentasi dan Kepustakaan
teknik primer teknik Studi
154
E. Pengolahan Data Langkah- langkah pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari: 1) edeting, 2) coding, 3) skoring dan tabulating. F. Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas. Adapun metode statistik yang digunakan adalah Koefisien Korelasi Product Moment dan Interpretasi nilai r. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di FKIP Unlam Program Studi Pendidikan Geografi mendapat dokumen berupa hasil belajar mahasiswa angakatan 2012 pada nilai IPS (Indeks Prestasi Semester) pada semester 3 tahun ajaran 2013/2014 pada lampiran 3. Dokumen yang diperoleh dari arsip program Studi Pendidikan Geografi dan arsip BAAK FKIP Unlam. Berdasarkan lampiran 2 (pedoman kuesioner) dengan 96 responden yaitu, seluruh mahasiswa angkatan 2012 yang telah menempuh mata kuliah TIK, diperoleh jawaban yang meliputi: identitas responden (nama, nim dan kelas), pengetahuan tentang pemanfaatan internet yaitu meliputi (Browsing,Resourching dan Searching). Jawaban responden yang didapat kemudian dilakukan proses editing, coding, tabulasi dan scoring. Hasil jawaban responden disajikan pada tabel 31. Berdasarkan data pada tabel 31 maka dapat diketahui nilai dari tiap-tiap variable yaitu X1, X2 dan X3. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan rumus persentase. B. Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan SE (Sumbangan Efektif) dan SR (Sumbangan Relatif), diketahui bahwa nilai sumbangan dari prediktor X1(Browsing) lebih besar dibandingkan dengan prediktor X2 (Resourching) dan X3(Searching). Besarnya nilai dari sumbangan tiap variabel dijelaskan sebagai berikut: 1. Browsing(X1) Berdasarkan hasil perhitungan SE (Sumbangan Efektif) dan SR (Sumbangan Relatif), diketahui bahwa nilai sumbangan dari prediktor X1(Browsing) lebih besar dibandingkan dengan prediktor X2 (Resourching) dan X3(Searching). Hasil perhitungan untuk nilai SE (Sumbangan Efektif) dari prediktor X1(Browsing) adalah 27,12%. Dan hasil perhitungan untuk nilai SR (Sumbangan Relatif)dari prediktor X1(Browsing) adalah 50,49%. 2.
Resourcing Berdasarkan hasil perhitungan SE (Sumbangan Efektif) dan SR (Sumbangan Relatif), diketahui bahwa nilai sumbangan dari prediktor X2 (Resourching) lebih kecil dari nilai sumbangan prediktor X1(Browsing). Hasil perhitungan untuk nilai SE (Sumbangan Efektif) dari prediktor X2 (Resourching) adalah 3,44%. Hasil perhitungan untuk nilai SR (Sumbangan Relatif)dari prediktor X2 (Resourching) adalah 6,42%.
155
3.
Searching Berdasarkan hasil perhitungan SE (Sumbangan Efektif) dan SR (Sumbangan Relatif), diketahui bahwa nilai sumbangan dari prediktor X3 (Searching) lebih kecil dari nilai sumbangan prediktor X1(Browsing). Hasil perhitungan untuk nilai SE (Sumbangan Efektif) dari prediktor X3 (Searching) adalah 23,14%. Hasil perhitungan untuk nilai SR (Sumbangan Relatif)dari prediktor X3 (Searching) adalah 43,07%. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum Menurut Slameto (2010), dapat digolongkan menjadi dua yaitu: a) Faktor intern Faktor ini berkaitan dengan segala yang berhubungan dengan diri siswa itu sendiri berupa motivasi, minat, bakat, kepandaian, kesehatan, sikap, perasaan dan faktor pribadi lainnya. b) 2) Faktor ekstern Faktor ini berhubungan dengan pengaruh yang datang dari luar diri individu berupa sarana dan prasarana, lingkungan, masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi sosial, ekonomi, dan lain sebagainya. V.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Internet Sebagai Media Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan PIPS Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan internet sebagai media belajar terhadap hasil belajar mahasiswa angakatan 2012 Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan PIPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. Bukti ada pengaruh penggunaan internet sebagai media belajar terhada hasil belajar dapat dilihat dari: 1. Nilai Ry(1,2,3)= 0,73dikategorikan korelasinya tinggi karena terletak antara 0,60 – 0,799, hal ini dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh variabel X1 (Browsing), X2 (Resourching), dan X3(Searching)terhadap Y (hasil belajar) adalah tinggi. Berdasarkan nilai R dapat dijelaskan bahwa nilai hubungan antara X1, X2, X3 terhadap Y sebesar 0,73 × 100% =73%. 2. Nilai Ry(1,2,3) dengan r tabel maka diketahui Ry(1,2,3) atau r hitung lebih besar dari r tabel baik itu 5% maupun 1%.(r tabel 5%< Ry(1,2,3) > r tabel 1%) atau (0,202 < 0,73 > 0,263). Berdasarkan nilai r tabel dan r hitung menunjukkan bahwa harga Ry(1,2,3) sebesar 0,73 signifikan baik untuk ketelitian 5% maupun 1%. Berarti hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. 3. Nilai Freg yang diperoleh dari hasil perhitungan sebesar 35,6. Sedangkan Ftabeluntuk 5% dengan N = 92 adalah sebesar 2,70 dan Ftabel1% sebesar 3,98, setelah diinterpretasikan antara Fregatau Fhitungdengan Ftabelmaka diketahui Fregatau Fhitunglebih besar dari Ftabel5% dan 1%(Ftabel5% < Freg > Ftabel 1%) atau (2,70 < 35,6 > 3,98). Hal ini menunjukkan bahwa harga Freg sebesar 35,6 signifikan baik untuk taraf signifikan 5% maupun 1%. Dapat disimpulkan
156
bahwa hubungan antara (Browsing)X1, (Resourching)X2, dan (Searching)X3dengan (hasil belajar)Y sangat meyakinkan, karena signifikan. 4. Nilai sumbangan relatif prediktor X1(Browsing) adalah sebesar 50,49%. Sumbangan relative prediktor X2 (Resourching) adalah6,42% dan sumbangan prediktor X3 (Searching)adalah sebesar 43,07. Sumbangan prediktor X1(Browsing) terhadap (Hasil Belajar) Y lebih besar dibandingkan dengan sumbangan Prediktor X2 (Resourching) dan X3 (Searching). 5. Sumbangan efektif nilai Y(hasil belajar) dijelaskan sebesar 53,73%. Hubungan antara Hasil Belajar dengan Browsing dapat dijelaskan adalah 27,12% dari total sumbangan sebesar 53,73%. Hubungan antara Hasil Belajar dengan Resourching sebesar 3,44% dan hubungan antara Hasil Belajar dengan Searching dapat dijelaskan sebesar 23,14%. Sumbangan prediktor X1 (Browsing) lebih besar dibandingkan dengan prediktor X2 (Resourching) dan X3(Searching). VI. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi, dan Supriyono Widodo. 1990. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ardi, Muhammad. 2008. Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber pembelajaran, (Online), (http://www.directory.umm.ac.id, diakses 6 Januari 2014). Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran,. Jakarta: Referensi Jakarta. Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan. 2010.Pedoman Akademik Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Mareta, Rose, 2012. Pengaruh Penggunaan Internet Sebagai Media belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ilmu Sosial Universitas negeri Yogyakarta Angkatan 2010). Skripsi. Yogyakarta: FIS UNY. Martin, M.Andre, 2002. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Karina. Ngadiyana, Y.M. dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Tujuan Perguruan Tinggi. 1999. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Perpustakaan Online, http://www.Lib.UGM.ac.id), diakses pada 6 Januari 2013. Pustekkom. Departemen Pendidikan Nasional. Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran. (Online), (http:scribd.com/doc/3583851/PemanfaatanInternet-dalam-Pembelajaran, diakses 12 Desember 2013). Rahmasari, Gartika. 2013. e-Learning Pembelajaran Jarak Jauh. Bandung: Yrama Widya. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunarto, 1996. Hubungan Antara Kemandirian, Penguasaan, Keterampilan dan Aspirasi Kerja Dengan Minat Siswa-Siswi Kelas Lanjutan SLB/YPAC 157
Surakarta tahun Ajaran 1995/1996. Skripsi. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
158
PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP SEDERAJAT DI KECAMATAN BANJARMASIN UTARA MENGHADAPI PENERAPAN KURIKULUM 2013 Oleh: Erma Suryani, Karunia Puji Hastuti, H. Sidharta Adyatma Abstrak Penelitian ini berjudul “Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara menghadapi Penerapan Kurikulum 2013”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara dalam menghadapi Penerapan Kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru 14 SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara yaitu sebanyak 42 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 orang. Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui observasi dan angket, dan data sekunder di dapat melalui studi dokumen. Analisis data yang digunakan adalah analisis persentase. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara dalam menghadapi Penerapan Kurikulum 2013, yang terdiri dari pengetahuan guru tentang kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran. Sebagian besar pengetahuan guru IPS Terpadu menghadapi penerapan Kurikulum 2013, sudah mengetahui namun pengetahuannya masih rendah. Pengetahuan guru tentang mata pelajaran dan alokasi merupakan pengetahuan yang paling dominan diketahui guru, dengan predikat sangat tinggi. Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013 I.
PENDAHULUAN Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembalajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, H., 2010). Kurikulum 2013 menurut Dokumen Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Desember 2012, kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum
159
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pendidikan tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup, yang artinya kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat. Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah sebagai pengajar, pembimbing, dan administrator kelas (Sudjana, 2003, dalam Khairiah, 2009). Tugas-tugas guru yang merupakan tugas pokok profesi guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan pengajaran. Seorang guru dituntut untuk menguasai seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, dan menguasai bahan yang akan diajarkan. Karakteristik Kurikulum 2013 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 dirancang sebagai berikut: a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. Jumlah sekolah SMP Negeri di Kecamatan Banjarmasin Utara, berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin ada 15 sekolah SMP Sederajat dan hanya satu sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 yaitu SMP N 13 dan penelitian dilakukan di 14 SMP Sederajat yang belum menerapkan Kurikulum 2013, yang disajikan pada Tabel 1.
160
Tabel 1. Daftar Sekolah SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara Jumlah Guru IPS Terpadu No Nama Sekolah Kurikulum (jiwa) 1 SMP Negeri 13 2013 4 2 SMP Negeri 17 KTSP 5 3 SMP Negeri 21 KTSP 3 4 SMP Negeri 24 (SSN) KTSP 5 5 SMP Negeri 27 KTSP 4 6 SMP Negeri 29 KTSP 3 7 SMP Negeri 31 KTSP 3 8 SMP Negeri 32 KTSP 3 9 SMP SMIP 1946 KTSP 3 10 MTs Sultan Suriansyah KTSP 1 11 MTs Noor Aini KTSP 2 12 MTs Al-Mawahib KTSP 1 13 MTs Al-Hamid KTSP 2 14 MTs SMIP 1946 KTSP 2 15 MTs Al-Furqan KTSP 5 Jumlah 46 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin
II. TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan bermakna sikap seseorang untuk melakukan suatu tindakan dengan menyusun cara dan strategi tertentu agar dalam pelaksanaannya tersusun hingga tujuan yang ditetapkan tercapai (Ahmadi, 2004, dalam Khairiah, 2009).Penerapan bermakna pengenaan atau mempraktikkan hal-hal yang sudah diketahui agar berlangsung sesuai yang dikehendaki sehingga mencapai tujuan dari kegiatan yang dituju (Harsono., 2001). Contoh penerapan metode mengajar yang sudah diketahui langkah-langkah kerjanya agar guru dapat mengikuti dan melaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Tugas merupakan hal yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan, pekerjaan yang menjadi tanggungjawab seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Ada enam tugas dan tanggung jawab guru dalam mengembangksn profesinya, yaitu: a. Guru bertugas sebagai pengajar b. Guru bertugas sebagai pembimbing c. Guru bertugas sebagai administrator d. Guru bertugas sebagai pengembang kurikulum e. Guru bertugas untuk mengembangkan profesi f. Guru bertugas untuk membina hubungn dengan masyarakat. A. Peran guru sebagai pengelola kurikulum 1. Guru bertanggunjawab membuat perancanaan mengajar (rencana tahunan, rencana bulanan, rencana permulaan mengajar dan rencana harian).
161
2. Guru berusaha mengumpulkan dan mencari bahan dari berbagai badan atau institusi yang dapat memantu dalam pelaksanaan kurikulum 3. Mengumpulkan data tentang partisipasi murid dalam mengikuti pelajaran atau berbagai kegiatan kurikuler 4. Ikut serta menyusun jadwal pelajaran dan mengikuti berbagai pertemuan yang diselenggarakan oleh sekolah dan para pengawas 5. Membuat laporan tentang hasil kegiatan kurikulum yang telah dilakukan. Tugas guru sebagai pengelola kurikulum dengan tugas guru sebagai administrator, menunjang pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah (Muzamiroh, M, L., 2013). B. Tugas Guru 2013 Tugas guru pada kurikulum 2013 secara konsep sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum KTSP yang selama ini telah berjalan. Standar kompetensi guru masih tetap mengacu pada empat kompetensi yang diatur oleh Permendiknas No 16 Tahun 2007 yaitu kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian.. Perbedaannya terdapat pada proses pembelajaran yang lebih menuntut guru untuk benar-benar dapat menunjukkan kompetensi yang dimilikinya lebih nyata secara aplikatif daripada secara administratif. Karena selama ini kelemahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan lebih banyak menyita waktu guru dalam hal administrasi seperti pembuatan Silabus dan RPP dan pembuatan porto folio anak. Itu sebabnya untuk menghindari hal-hal yang bersifat administrasi yang banyak menyita waktu guru maka pada kurikulum 2013 ini pembuatan Silabus sudah disusun oleh pemerintah pusat sehingga secara administrasi tugas guru tentu lebih ringan karena tinggal hanya menyusun RPP (Hasibuan, M, F., 2013). C. Fungsi kurikulum Kurikulum berfungsi sebagai pedoman acuan acuan. Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses kegatan belajar mengajar. Bagi kepala sekoah dan pengawas kurikulum berfungsi pedoman dalam melakukan supervise atau pengawasan. Bagi orang tua kurikulum berfungsi sebagai pedoman guna membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah, dan bagi peserta didik berfungsi sebagai pedoman belajar. Fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu: 1. Fungsi penyesuaian (the adjustive or adaptive funcion), mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan setiap peserta didik agar memiliki sifat well adjusted yaitu kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. 2. Fungsi integrasi (the integrating function), yaitu kurikulum sebagai alat pendidikan harus mamiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakat, sehingga peserta didik tidak asing di tempat di mana ia tinggal.
162
3.
4.
5.
6.
Fungsi diferensiasi (the differentiating function), yaitu kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu peserta didik, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik. Fungsi persiapan (the propaedeutic function), yaitu kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi kejenjang pendidikan berikutnya. Fungsi pemilihan (the selective function), yaitu kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada sisw untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi diagnostik (the diagnostic function), yaitu kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.
D. Peran kurikulum Kurikulum memiliki banyak peranan, menurut Oemar Hamalik sekurangkurangnya terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting yaitu sebagai berikut: 1. Peranan Konservatif, menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda seperti para siswa. 2. Peranan kreatif, kurikulum harus dapat membantu pesrta didik dalam rangka mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa guna memperoeh dan menalami pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berfikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. 3. Peranan krisis dan evaluativ, dilator belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang aktif dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada peserta didik perlu adanya penyesuaian dengan kondisi dan situasi yang ada saat ini. III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif artinya penelitian yang memberikan penjelasan dan gambaran dengan sistematis dan cermat fakta-fakta sifat populasi dan sifat-sifat tertentu (Margono., 2007). Jenis data yang dipakai penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang berdasarkan realitas yang dapat diklasifikasikan dan digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu karena menggunakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiono., 2000). Data yang diperoleh melalui wawancara yang dijawab oleh responden yaitu Guru IPS Terpadu, kemudian diolah (editing, scoring, dan tabulating), dan analisis menggunakan teknik persentase.
163
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengetahuan Guru Tentang Kompetensi Inti Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu, sehingga melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Hasil jawaban responden mengenai pengetahuan guru tentang kompetensi inti beserta cakupan dan indikator yang ada di Kurikulum 2013, akan di sajikan pada Tabel 12. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: a) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual b) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial c) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, dan d) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan rendah yaitu sebanyak 20 guru (48%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 1 guru (2%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan cukup rendah sampai sangat rendah sebanyak 38 guru (91%). 2. Pengetahuan Guru tentang Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Mata pelajaran dibagi 2 kelompok, kelompok A terdiri 7 mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris. Kelompok B terdiri 3 mata pelajaran yaitu Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehtan, Prakarya. Alokasi waktu per minggu terdiri dari pertemuan ke VII berjumlah 38 pertemuan, VIII berjumlah 38 pertemuan. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat tinggi yaitu sebanyak 9 guru (22%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan cukup rendah yaitu sebanyak 5 guru (12%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak tinggi sampai sangat tinggi sebanyak 23 guru (55%). 3. Pengetahuan Guru Tentang Beban Belajar Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Berdasarkan rumusan beban belajar dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013, akan ditanyakan beban belajar berdasarkan 1 minggu, 1 jam pelajaran, 1 semester, dan satu tahun untuk kelas VII, VIII, dan IX pengetahuan guru tentang beban belajar dengan skor maksimun 18. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan rendah yaitu sebanyak 60 guru (25%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan agak rendah yaitu sebanyak 4 guru (9%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 36 guru (86%). 4. Pengetahuan Guru tentang Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta 164
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti. Berdasarkan rumusan kompetensi dasar dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013, akan ditanyakan KI 1 sikap spiritual, KI 2 sikap sosial, KI 3 pengetahuan, dan KI 4 keterampilan dengan skor maksimun 16. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan rendah yaitu sebanyak 14 guru (33%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 3 guru (7%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 28 guru (67%). 5. Pengetahuan Guru tentang Muatan Pembelajaran Muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu adalah IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated sciences dan integrated social studies. Muatan IPA berasal dari disiplin biologi, fisika, dan kimia, sedangkan muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah yaitu sebanyak 25 guru (60%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan agak rendah yaitu sebanyak 1 guru (2%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 42 guru (100%). 6. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 Berdasarkan kunci jawaban kuesioner pada lampiran 2 akan diperoleh skor pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara menghadapi Penerapan Kurikulum 2013. Skor total pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 adalah 97, yang terdiri dari pengetahuan kompetensi inti, pengetahuan mata pelajaran dan alokasi waktu, pengetahuan beban belajar, pengetahuan kompetensi dasar, dan pengetahuan muatan pembelajaran. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan rendah yaitu sebanyak 15 guru (36%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 1 guru (2%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 33 guru (79%). B. Pembahasan Penelitian Hasil perhitungan persentase nilai jawaban Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara menghadapi penerapan Kurikulum 2013 yang berjumlah 42 Guru, yaitu mayoritas pengetahuannya agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 33 guru dengan persentase 79%. Hal ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian yaitu Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 sebagian besar masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara pada saat menyebar angket ke sekolah, para guru IPS Terpadu menyatakan bahwa mereka sudah mengetahui tentang Kurikulum 2013, namun hanya mengetahui sedikit isi
165
dan tata pelaksanaan Kurikulum 2013, itu disebabkan sebagian besar masih banyak guru yang mengajar menggunakan KTSP dan belum mencari refrensi tentang Kurikulum 2013 sehingga belum mempersiapkan perubahan kurikulum baru. Serta kurangnya sosialisasi atau pelatihan dari Dinas Pendidikan, jadi hanya sebagian guru yang sudah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang penerapan Kurikulum 2013. V.
KESIMPULAN Hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara menghadapi penerapan Kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa: a. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Utara menghadapi penerapan Kurikulum 2013, sebagian besar pengetahuan guru agak rendah sampai sangat rendah yaitu 33 guru dengan persentase 79%. b. Faktor yang menyebabkan adalah sebagian besar masih banyak guru yang mengajar menggunakan KTSP dan belum mencari refrensi tentang Kurikulum 2013 sehingga belum mempersiapkan perubahan kurikulum baru. Serta kurangnya sosialisasi atau pelatihan dari Dinas Pendidikan, jadi hanya sebagian guru yang sudah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang penerapan Kurikulum 2013. VI. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih oleh penulis di sampaikan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan pemahaman kepada penulis mengenai penyusunan jurnal penelitian. VII. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Dalam Fajar. Karakter Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Plaihari Pada Mata Pelajaran Geografi. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dakir, H. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA EDISI KEEMPAT. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fajrianoor, M. 2012. Upaya Orang Tua Siswa SMA Negeri 1 Barabai Tahun Ajaran 2012/2013 dalam MenyediakanFasilitas Belajar di rumah. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM. Implementasi Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. KECAMATAN DALAM ANGKA: 2012. KECAMATAN BANJARMASIN BARAT DALAM ANGKA. Banjarmasin: BPS Kota Banjarmasin. Khairiah, 2009. Krsiapan Guru SMP Negeri 5 Banjarmasin dalam Penerapan KTSP. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM.
166
Marsudiyanto. 2013. Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013, (Online), (http://marsudiyanto.blogspot.com/2013/08/perbedaan-ktsp-dankurikulum-2013.html, diakses 20 Januari 2014). Masduki, M. Y. M. Ngadiyana. Eliani Dharmanata. 1990. Statistika Pengajaran. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press. Muzamiroh, M. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena. Ngadiyana, Y. M. Sidharta Adyatma. Nasruddin. Ellyn Normelani. Deasy Arysanty. Rosalina Kumalawati. Eva Alviawati. Norma Yuni Kartika. Karunia Puji Hastuti. Parida Angriani. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. 2013. Saud, U. S. 2010. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Sudijono, A. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Susilo, T. 2010. Kesiapan Guru SMA N 1 Plaihari Kecamatan Plaihari Kabupaten Tanah Laut dalam Penerapan KTSP. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM. Undang-undang nomor 2 tahun 1989, (Online). (http://ilmiahmanajemen.blogspot.com/2008/10/pengaruh-pendidikanpelatihan-dan.html, diakses 18 April 2014).
167
PENGARUH PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XII IPSSMA NEGERI 9 BANJARMASIN Oleh: Khairani, Parida Anggriani, Eva Alviawati. Abstrak Penelitian ini berjudul “ Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin. Sampel yang dijadikan responden adalah Sampel penuh yaitu seluruh siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan metode angket (kuesioner), sedangkan pengumpulan data sekunder menggunakan metode studi dokumen dan studi pustaka. Analisis data penelitian ini adalah analisis data dengan menggunakan teknik persentase dan teknik korelasi Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar terhadap hasil belajar Geografi siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin, karena nilai rxy bernilai 0,556 lebih besar r Tabel dari 1%, tabel nilai r menghasilkan angka 0,351 dan 5% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,271 atau nilai rxy 0,556 lebih besar dari r tabel 5% dan 1 % yaitu 0,271 < 0,556 > 0,351 dan bahwa pengaruh pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi memperoleh harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 = 63,91. Harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar daripada harga Ftabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, yaitu 4,028<63,91>7,16. Artinya ada pengaruh yang positif dan hubungan yang agak rendah antarapemanfaatan Internet sebagai sumber dengan hasil belajar siswa Kelas Kata Kunci : Pemanfaatan internet, Sumber Belajar, Hasil Belajar, Siswa I.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia seutuhnya. Seluruh rakyat Indonesia mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional pasal 1 dijelaskan bahwa ” pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara
168
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Riyanto, 2012). Sumber belajar merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, bahan, alat, teknik dan lingkungan yang mana hal itu dapat berpengaruh hasil belajar siswa (Sardiman, 2012). Penyelenggaraan pembelajaran merupakan tugas guru, sehingga kegiatan pembelajaran siswa diharapkan mampu memperoleh hasil belajar yang baik, hasil belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan. Hasil belajar adalah tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami konsep belajar (Sulandra, 2013). Teknologi merupakan faktor budaya yang mempengaruhi hasil belajar yang ada dari luar siswa. Perkembangan ilmu dan teknologi sangat pesat membawa dampak yang sangat luas dalam semua sektor kehidupan (Ali,2009). Dunia pendidikan merupakan salah satu sektor yang mengalami pengaruh yang besar terhadap perkembangan dan teknologi, yang sejalan dengan paradigma belajar abad 21 yang dicirikan oleh empat karakteristik pokok,yaitu; informasi, komputasi, otomasi dan komunikasi. Ciri yang pertama informasi, bahwa informasi dapat diperoleh di mana saja dan kapan saja.Ciri kedua komputasi, bahwa lebih cepat memakai mesin. Ciri ketiga otomasi, bahwa menjangkau segala pekerjaan rutin. Ciri ke empat komunikasi, bahwa komunikasi bisa dari mana saja dan kemana saja (Farisi,2013). Proses belajar mengajar biasanya menggunakan berbagai media pembelajaran atau multimedia yang berbasis komputer dan memiliki jaringan internet, yang mana dapat mengatasi kekurangan guru guna memenuhi aspirasi belajar pendidik dan membantu pelajar menguasai pengetahuan (Hananta, 2010). Pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran mengkondisikan peserta didik untuk belajar secara mandiri. Siswa dapat mengakses secara online sumber belajar seperti mencari informasi pembelajaran melalui geogle dan yahoo, mencari data yang berkaitan dengan pelajaran dan perpustakaan online (Munadi,2013). Pemanfaatan jaringan internet sebagai sumber pembelajaran dapat diimplementasikan melalui cara: Browsing, Searching, Resourcing, Consulting dan Communicating(Andri,2007). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Internet Internet adalah kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang saling berhubungan menggunakan jaringan komunikasi yang ada diseluruh dunia. Seluruh manusia yang secara aktif berpartisipasi sehingga internet menjadi sumber daya informasi yang sangat berharga. Jaringan komputer adalah cara menghubungkan beberapa komputer yang ada di dalamnya dapat saling berhubungan dan berbagai sumber daya seperti perangkat penyimpan data (Daryanto, 2004). Paradigma belajar abad 21 yang dicirikan oleh empat karakterisrik pokok, yaitu :
169
1.
2.
3.
4.
Apek informasi, bahwa informasi dapat diperoleh di mana saja dan kapan saja. Pada tahap ini pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu. Aspek komputasi, bahwa lebih cepat memakai mesin. Pada tahap ini pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah, bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab). Aspek otomasi, bahwa menjangkau segala pekerjaan rutin. Pada tahap ini pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanis (rutin). Aspek komunikasi, bahwa komunikasi bisa dari mana saja dan ke mana saja. Pada tahap ini pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Farisi, 2013).
B. Sumber Belajar Sumber belajar merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, bahan, alat, teknik dan lingkungan yang mana dapat berpengaruh hasil belajar siswa (Sardiman, 2012). C. Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Pembelajaran Pemanfaatan jaringan internet sebagai sumber pembelajaran, dapat diimplementasikan melalui cara berikut : 1. Browsing (menjelajahi dunia maya) Browsing atau surfing merupakan istilah umum yang digunakan bila hendak menjelajahi dunia maya atau web. Tampilan web yang sangat artistik menampilkan teks, gambar-gambar, dan malahan animasi yang ditampilkan sedemikian rupa sehingga selalu membuat betah para pengunjungnya. Melakukan browsing ini kita menggunakan suatu fasilitas yang bernama browser, banyak jenis software browser yang tersedia dipasaran, mulai dari gratisan seperti mozilla sampai komersil seperti Netscape dan internet explorer. Jenis aplikasi internet yang akan kita lakukan tidak terlepas dari browser, karena browser merupakan media komunikasi antara user dengan layanan internet. Sebagai pengguna windows, maka software browser yang sering digunakan adalah internet explorer dari Microsoft. 2. Searching (pencarian sumber bahan belajar) Searching merupakan proses pencarian sumber pembelajaran guna melengkapi materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Segala sesuatu informasi yang berkaitan sumber informasi tersebut belum diketahui, sehingga dengan memanfaatan Search engine adalah salah satu fasilitas yang tersedia pada aplikasi untuk mencari informasi yang kita inginkan. Search engine menampung database situs-situs dari seluruh dunia yang jumlahnya milyaran halaman web. Cukup dengan memasukkan kata kuncinya, maka proses pencarian akan dilakukan dan search engine akan menampilkan beberapa link situs yang disertai dengan keterangan singkat.Banyak aplikasi search engine yang ditawarkan oleh situssitus tertentu yang ada di internet, yang populer antara lain geogle, yahoo,
170
altavista, dan sebagainya disamping fasilitas search yang disediakan oleh setiap situs. 3. Resourcing (internet untuk sumber bahan belajar) Resourching yang dimaksud disini adalah menjadikan internet sebagai sumber pengajaran, dalam arti kata peranan internet sebagai gudangnya informasi dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan materi pengajaran yang disampaikan, Informasi yang berkaitan dengan alamat situs yang akan dikunjungi sebagai sumber media ajar telah diketahui terlebih dahulu melalui informasi yang diberikan pada buku pegangan pengajaran maupun dari informasi lainnya. 4. Consulting dan Communicating (Konsultasi dan komunikasi) E-Mail (Surat Elektronik) E-mail merupakan aplikasi yang paling populer sejak internet pertama kali diperkenalkan, karena dengan fasilitas ini dapat menjembatani komunikasi data antar personal maupun antar perusahaan, e-mail terkenal karena memberikan cara yang mudah dan cepat dalam mengirim informasi. Selain itu juga menangani catatan yang kecil, hingga file yang besar berupa file yang ditumpangkan padanya (attachment file). Milis (Mailing List) (Berdiskusi Melalui Email) Mailling list berarti daftar alamat E-mail untuk setiap orang yang ingin menerima mail tentang topik tertentu. Mailing List atau Milis (kadang disebut posting) pada dasarnya masih merupakan komunikasi dengan memanfaatkan layanan e-mail, yakni mengirim dan menerima E-mail ke dan/atau dari sekelompok orang dengan tujuan penggunaan sebagai sarana diskusi, yang biasanya dikelompokkan berdasarkan topik diskusi, kelompok tertentu atau pengelompokkan lainnya. D.
Hasil Belajar Hasil dari serangkaian kegiatan belajar mengajar adalah hasil belajar dengan objeknya adalah siswa. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami konsep dalam belajar. Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas guru, sehingga kegiatan pembelajaran diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang baik, secara umum hasil belajar dipandang sebagai perwujutan nilai yang diperoleh siswa melalui pembelajaran (Sulandra, 2013). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam pendidikan, bahkan menentukan kualitas belajar yang dicapai oleh siswa pada bidang studi yang dipelajari. Siswa yang cerdas dapat dengan cepat menciptakan lingkungan belajar yang mendorong perkembangan intelektual dirinya dalam bentuk macam-macam kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajarnya.
171
III. METODE PENELITIAN A. Pemilihan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 9 Banjarmasin, beralamat di Jalan Tatah Bangkal Luar, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek /subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya dan Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah mengambil sampel penuh, yaitu dengan mengambil seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 53 siswa. C. Teknik Pengumpulan Data Data merupakan sekumpulan informasi yang di perlukan untuk pengambilan kesimpulan (Samsu, 2013). Permasalahan dalam penelitian ini, maka data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data primer adalah pengupumlan data secara mandiri oleh peneliti langsung melalui jaringan pengisian kuesioner oleh responden yang bersifat langsung (Nuning, 2012). 2. Data sekunder adalah perolehan data dari berbagai jurnal dan laporan peneliti terdahulu (Nuning, 2012). D. Teknik Pengolahan Data Pengumpulan data dilapangan selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah pengolahan data dan analisis data yaitu:Pengolahan data adalah mentabulasi data menjumlahkan atau memilah- milah data menjadi yang disajikan dan kemudian di analisis sesuai dengan kebutuhan (Nuning, 2012). Data yang diperoleh dari penyebaran angket dapat dilakukan dengan cara, Editing, Coding, Scoring dan Tabulating E. Teknik Analisis data Data primer yang diperoleh dalam penelitian di analisis dengan menggunakan random atau teknik acak dengan menggunakan perhitungan presentase. Teknik analisis data pada penelitian menggunakan teknik persentase dan teknik korelasi Product Moment yang disajikan pada uraian berikut: 1. Persentase hasil angket Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan dimasukkan kedalam tabel frekuensi untuk diketahui persentase masing-masing indikator, dengan rumus sebagai berikut :
p
f 100% N
Keterangan : p: persentase 172
f: frekuensi jawaban responden N : jumlah sampel penelitian(Sudijono,2010). 2.
Perhitungan korelasi Product Moment Data yang diperoleh kemudian dihitung koefisien korelasinya dengan menggunakan rumus korelasiProduct Moment, sebagai berikut : 𝑟xy =
N X
N XY ( X )( Y ) 2
( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2
Keterangan: 𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi product moment 𝑁 = Jumlah Siswa 𝑋 = Nilai Kuesioner 𝑌 = Nilai Geografi 𝑋 2 = Kuadrat nilai koesioner 𝑌 2 = Kuadrat nilai Geografi ( Arikunto, 2002). IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hubungan antara variabel X (Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar) dengan variabel Y (Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS) dapat diketahui dengan teknik analisis Korelasi Product Moment. Perhitungan untuk mengetahui korelasi antara variabel X (Pemanfaatan Internet) dengan varibel. Taraf signifikan 5% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,271, sedangkan taraf signifikan 1% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,351. Maka nilai rxy lebih besar dari “r” tabel 5% dan 1 % yaitu 0,271< 0,556> 0,351. Berdasarkan uji hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara varabel X (Pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar) dengan variabel Y (Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS). Taraf signifikan 5% Tabel nilai F menghasilkan angka 4, 028 sedangkan taraf signifikan 1% Tabel nilai r menghasilkan angka 7,16. Maka nilai 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar dari “F” tabel 5% dan 1 % yaitu 4,028<63,91>7,16. Berdasarkan uji hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh yang positif dan signifikan antara varabel X (Pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar) dengan variabel Y (Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS). A. PEMBAHASAN Pemanfaatan jaringan internet sebagai sumber pembelajaran dapat diimplementasikan melalui cara: 1.
Browsing (menjelajahi dunia maya) Browsing atau surfing merupakan istilah umum yang digunakan bila hendak menjelajahi dunia maya atau web. Tampilan web yang sangat artistik menampilkan teks, gambar-gambar, dan malahan animasi yang ditampilkan sedemikian rupa sehingga selalu membuat betah para pengunjungnya.
173
Berdasarkan dari data yang diperoleh bahwa pada indikator Browsing atau mengakses internet, siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin, seluruh siswa pernah mengakses pelajaran Geografi di Internet dan aplikasi Browsing yang paling banyak digunakan siswanya adalah Mozilla. Siswa mengakses pelajaran Geografi dalam bentuk Teks, Gambar, Video dan Animasi yang mana keseringan siswa dalam mengakses pelajaran itu rata- rata hanya 1-3 kali mengakses dan Teks merupakan bentuk materi pelajaran yang paling banyak di akses. 2.
Searching (pencarian sumber bahan belajar) Searching merupakan proses pencarian sumber pembelajaran guna melengkapi materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Segala sesuatu informasi yang berkaitan sumber informasi tersebut belum diketahui, sehingga dengan memanfaatan Search engine adalah salah satu fasilitas yang tersedia pada aplikasi untuk mencari informasi yang kita inginkan. Berdasarkan dari data yang diperoleh bahwa pada indikator Searching Siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin sebagian besar siswanya pernah mencari informasi meteri geografi dari Google dan Yahoo dan rata- rata siswanya hanya 1-3 kali dalam mencari informasi geografi di Internet sedangkan untuk aplikasi Searching yang paling banyak digunakan adalah Google dibandingkan Yahoo. 3.
Resourcing (internet untuk sumber bahan belajar) Resourching yang dimaksud disini adalah menjadikan internet sebagai sumber pengajaran, dalam arti kata peranan internet sebagai gudangnya informasi dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan materi pengajaran yang disampaikan, Informasi yang berkaitan dengan alamat situs yang akan dikunjungi sebagai sumber media ajar telah diketahui terlebih dahulu melalui informasi yang diberikan pada buku pegangan pengajaran maupun dari informasi lainnya. Berdasarkan pada data yang diperoleh bahwa pada Indikator Resourcing siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin sebagian besar siswanya mempelajari materi pelajaran yang didapat di Internet dan siswa rata- rata hanya membaca 1-3 saja sumber materi pelajaran yang mereka dapat di Internet. 4. Consulting dan Communicating (Konsultasi dan komunikasi) E-mail (Yahoo Mail) merupakan aplikasi Chating yang paling populer sejak internet pertama kali diperkenalkan, karena dengan fasilitas ini dapat menjembatani komunikasi data antar personal maupun antar perusahaan, e-mail terkenal karena memberikan cara yang mudah dan cepat dalam mengirim informasi.sekarang ini aplikasi chating lebih beragam diantaranya Facebook dan Twitter yang mana mempermudah siswa berkomunikasi dengan guru maupun dengan teman di Internet. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada indikator Communicating siswa kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin hanya sebagian kecil siswa yang bekomunikasi menenai pelajaran Geografi baik itu dengan guru geografi maupun dengan teman. Aplikasi Chating yang paling banyak digunakan siswa berkomunikasi tentang meteri pelajaran dengan guru geografi adalan Yahoo Mail
174
sedangkan aplikasiyang paling banyak digunakan berkomunikasi tentang materi pelajaran Geografi dengan teman adalah Twitter. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hubunganpemanfaatan Internet sebagai sumber belajar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar Geografisiswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis korelasi product moment yang memperoleh harga rxy = 0,556. Harga rxylebih besar daripada harga rtabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, yaitu 0,271< 0,556> 0,351, danbahwa pengaruh pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi memperoleh harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 = 63,91. Harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar daripada harga Ftabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, yaitu 4,028<63,91>7,16. V. KESIMPULAN Berdasarakan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 9 Banjarmasin yang berjudul “ Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Gografi Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan Internet sebagai sumber belajarterhadap hasil belajar Geografi siswa Kelas XII IPS karena nilai rxy bernilai 0,556 lebih besar r Tabel dari 1%,Tabel nilai r menghasilkan angka 0,351 dan 5% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,271 atau nilai rxy 0,556 lebih besar dari r tabel 5% dan 1 % yaitu 0,271< 0,556> 0,351dan bahwa pengaruh pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi memperoleh harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 = 63,91. Harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar daripada harga Ftabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, yaitu 4,028<63,91>7,16.Ada pengaruh yang positif (signifikan) dan hubungan yang agak rendah antara pemanfaatan Internet sebagai sumber dengan hasil belajar siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin. VI. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Pt Rieneka Cipta. Daryanto. 2004. Memahami Kerja Internet. Bandung : Yrama Widya. Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hadi, Sutrisno. 1983. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran(Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Gp Press Group.
175
Pujiyanti, Rezky. 2013. Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Terhadap Prestasi Belajar Pada Siswakelas X SMAN 2 Barabai Tahun Ajaran 2012/2013. Banjarmasin: Fkip Geografi Unlam. Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian (Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Adri, Muhammad. 2007. Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Pembelajaran, (Online),(Http://Ilmukomputer.Org/Wp-Content/Uploads/2008/01/AdriModul0-Gurugoblog.Pdf, di akses 6 Januari 2014). Ali, Muhammad. 2009. Peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran melalui teknologi informasi dan komunikasi di universitas negeri Yogyakarta, (online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhamad%20Ali,%20S T.,M.T./TIK%20dalam%20Pembelajaran%20%28Muhamad%20Ali%29.p df diakses 3 maret 2013). Farisi, Muhammad iman. 2013. Kurikulum rekonstruksionis dan implikasinya terhadap ilmu pengetahuan sosial analisis dokumen kurikulum 2013, (online), (http://utsurabaya.files.wordpress.com/2010/08/imam8-teoriskema.pdf, diakses 6 maret 2014). Hadi, Ido Priyono.2001. Wawancara, online, (http://faculty.petra.ac.id/ido/courses/11_wawancara.pdf diakses tanggal 3 maret 2014). Hananta, Amalia Putri Sari. 2010. Penggunaan internet sebagai sumber belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa akselerasi kelas XI pada mata pelajaran pendidikan agama islam di SMAN 1 Malang, (online), (http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06110220.pdf diakses 3 maret 2014). Imron, Ahmad Ali. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Internet Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa, (Online), (http://ejurnal.stkipjb.ac.id/index.php/AS/article/viewFile/53/38, di akses 24 oktober 2013). Mustamin, hasmimiah ST.2010. Meningkatkan asil belajar matematika melalui penerapan asesmen kinerja, (online), (http://ejurnal.uinalauddin.ac.id/artikel/03%20Meningkatkan%20Hasil%20Belajar%20%20St%20Hasmiah%20Mustamin.pdfhttp://ejurnal.uinalauddin.ac.id/artikel/03%20Meningkatkan%20Hasil%20Belajar%20%20St%20Hasmiah%20Mustamin.pdf diakses 3 maret 2014). Nuning. 2012. Pemanfaatan layanan ruang baca perpustakaan disekolah menengah atas negeri 2 kota Mojokerto, (online) (http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ARTIKEL%20EJOURNAL%20SKRIPSI%20LAYANAN%20RUANG%20BACA.pdf diakses 3 maret 2014).
176
Purnamasari, Dian. 2010. Persepsi Siswa Terhadap Pengaruh Motivasi Dalam Menggunakan Internet Sekolah Sebagai Sumber Informasi Pendidikan Si SMK Negeri 4 Yogyakarta, (Online), (http://digilib.uinsuka.ac.id/5413/1/BAB%20I%2CV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pd f , di akses 24 oktober 2013). Riyanto. 2012. Pemanfaatan Internet Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X (Studi Ksus Pada Kompetensi Keahlian Elektronika Industry Di Smk Muda Patria Kalasan ),(Online),( Http://Eprints.Uny.Ac.Id/8853/1/JURNAL%20SKRIPSI.Pdf, di akses 24 Oktober 2013). Samsu, Saharia. 2013. Analisis pengakuan dan pengukuran pendapatan berdasarkan PSAK. No. 23 pada PT. Misa utara Manado,(online), (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/1862/14711 471, di akses 2 januari 2014). Sulandra, M. 2013. Meningkatkan hasil belajar pkn siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe crossword puzzle pada materi pengertian perundang-undangan di kelas V SDN 27/IX Sebapo, (online), (http://fkipunjaok.com/versi_2a/extensi/artikel_ilmiah/artikel/A1D108183_349.pdf diakses 3 maret 2013). Wijaya, Niken Wijaya. 2010. Hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pkn di SMPN 77 Jakarta, (online), (http://skripsippknunj.com/wp-content/uploads/2013/02/JURNAL-NikenRatna.pdf diakses tanggal 3 maret 2014). Yusuf, Muh. Mappeasse. 2009. Pengaruh cara dan motivasi belajar terhadap hasil belajar programmable controller (PLC) siswa kelas III jurusan listrik SMK Negeri 5 Makassar, (online), (http://www.ftunm.net/medtek/Jurnal%20Medtek%20Vo.%201_No.2_Oktober%202009 /M.%20Yusuf%20Mappeasse.pdf diakses tanggal 3 maret 2014).
177
KEBISINGAN LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR PADA RUAS JALAN DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN Oleh Rafika Fitrianingsih, Sidharta Adyatma, Eva Alviawati Abstrak Penelitian ini berjudul “Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kendaraan bermotor, skala intensitas tingkat kebisingan, dan hubungan antara jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat kebisingan pada jam sibuk pagi (07.00-08.30), siang (12.30-14.00) dan sore 16.30-18.00). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kendaraan bermotor yang melintas pada jalan arteri primer dan sekunder di kecamatan Banjarmasin Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kendaraan bernotor yang melintas pada tiap ruas jalan arteri primer dan sekunder di Banjarmasin Selatan. Tehnik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui observasi, dan data sekunder didapat dari studi dokumen. Pengolahan data dengan cara editing dan tabulasi. Analisis data menggunakan rumus korelasi, banyak kelas, kelas interval dan rumus persentase. Hasil dari penelitian adalah jumlah kendaraan yang melintas pada jam 07.00-08.30 adalah sangat banyak 83-86, pada jam 12.30-14.00 adalah sangat banayak 82-85, pada jam 16.30-18.00 adalah sangat banyak 79-81. Skala intensitas tingkat kebisingan pada jam 07.00-08.30 adalah kuat (60-70) dan sangat hiruk (80-90), jam 12.30-14.00 adalah kuat (60-70) dan sangat hiruk (80-90) dan pada jam 16.30-18.30 adalah kuat (60-70) dan sangat hiruk (80-90). Hubungan jumlah kendaraan dengan skala intensitas tingkat kebisingan pada jam 07.0008.30 adalah sangat tinggi (0,865 > 0,708 > 0,576), pada jam 12.30-14.00 hubunganya sangat tinggi (0,949 > 0,708 > 0,576) dan pada jam 16.30-18.00 hubunganya sangat tinggi (0,998 > 0,708 > 0,576). Kata Kunci : Kebisingan, Lalu Lintas, Kendaraan Bermotor. I.
PENDAHULUAN Teknologi memiliki peran langsung terhadap ledakan penduduk. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi transportasi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan seperti transportasi laut, udara dan darat. Klasifikasi jalan menurut Undang-undang 38/2004 beserta PP No.34/2006 tentang jalan dan Undang-Undang 14/ 1993 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan beserta PP 43/ 1993 tentang Prasarana Transportasi, yang sesuai dengan karakter perjalanan dan karakter kendaraan pengguna jalan ditinjau dari 178
sisi dimensi kendaraan, fungsi jalan yang direpresentasikan melalui kecepatan perjalanan kendaraan, dan berat kendaraannya. Klasifikasi jalan pada dasarnya menjadi ukuran standar minimum untuk mewujudkan keselamatan transportasi darat yang menggunakan jalan, sehingga perwujudan prasarana transportasi, mengacu kepada undang-undang.Standarisasi penggunaan jalan yang diatur sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kelas Jalan Berdasarkan Fungsi dan Penggunaannya (PP 43/1993,PP 44/1993, RUU LLAJ/2006). Dimensi Maksimum dan MST Kendaraan Bermotor yang harus mampu ditampung Kelas Fungsi Jalan Jalan Lebar Panjang Tinggi MST (mm) (mm) (mm) (ton) Draft RUU final tentang LALU-LINTAS dan ANGKUTAN JALAN ps 19 (mei 2009) sebagai pengganti UU.No.14 1992, ps 7, dan PP. No.43/1993,ps.11 ayat (1) Arteri dan I 2.500 18.000 4.200 10 kolektor II Arteri, 2.500 12.000 4.200 8 Kolektor, Lokal dan III 2.100 9.000 3.500 8 Lingkungan Melibihi Melebihi Melebihi Khusus Arteri 4.200 2.500 12.000 10 Sumber : PP 43/1993,PP 44/1993, RUU LLAJ/2006
Kelas jalan berdasarkan fungsi dan penggunaanya berdasarkan Tabel 1 maka dapat diketahui bahwa ada beberapa klasifikasi jalan yang pada dasarnya menjadi ukuran standar minimum untuk mewujudkan keselamatan transportasi darat bagi pengguna jalan, sehingga kita dapat diketahui tentang fungsi jalan dan penggunaanya. Transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). (Sukarto, 2006). Wilayah perkotaan, transportasi memegang peranan yang cukup menentukan. Suatu kota yang baik dapat ditandai, antara lain dengan melihat kondisi transportasinya. Transportasi yang baik, aman, dan lancar selain mencerminkan keteraturan kota, juga memperlihatkan kelancaran kegiatan perekonomian kota perwujudan kegiatan transportasi yang baik adalah dalam bentuk tata jaringan jalan dengan segala kelengkapannya, berupa rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, penunjuk jalan, dan sebagainya, kebutuhan lahan untuk jalur jalan masih banyak lagi kebutuhan lahan untuk tempat parkir, terminal, dan fasilitas angkutan lainnya (Sukarto, 2006). Mobilitas orang meningkat memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Peningkatan
179
pendapatan per kapita membuat masyarakat mampu untuk membeli kendaraan seperti sepeda motor maupun mobil sebagai sarana pribadi. Peningkatan perekonomian daerah menyebabkan kebutuhan akan sarana transportasi lain seperti bus dan truk meningkat, sehingga jumlah arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang menggunakan ruas-ruas jalan semakin bertambah, karena menimbulkan dampak diantaranya adalah dampak polusi suara atau kebisingan yang ditimbulkan oleh lalu lintas (Sam, 2012). Peningkatan jumlah perpindahan atau pergerakan menggunakan sarana pengangkutan berupa kendaraan yang dalam pengoperasiannya menimbulkan suara-suara seperti suara mesin yang keluar melalui kenalpot maupun kelakson. Pada level kebisingan suara-suara masih dapat ditolerir dalam arti bahwa akaibat yang ditimbulkannya merupakan suatu gangguan akan tetapi pada tingkat yang lebih tinggi suara yang ditimbulkan oleh kendaraan tersebut sudah merupakan gangguan polusi yang disebut kebisingan (Djalante, 2012 ). Kebisingan menurut KEPMENAKER, 1999 adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan menurut KEPMENLH, 1996 adalah bunyi yang tidak di inginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Skala intensitas tingkat kebisingan menurut Su’makmur 2009 ada tujuh skala intensitas yaitu sangat tenang, tenang, sedang, kuat sangat hiruk, menyebabkan tuli dan mengalami kerusakan alat pendengaran. Perkembangan volume transportasi dari waktu ke waktu terus berkembang sangat pesat. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kalimantan Selatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terjadi pada tiap moda kendaraan dimana untuk prosentase peningkatan diatas 10% pada moda sepeda motor dengan prosentase peningkatan sebesar 13% pertahunnya (Badan Pusat Statistik – Kepolisian Republik Indonesia, 2013). Data kendaraan bermotor di wilayah Kota Banjarmasin dari tahun 2009 hingga 2010 juga mengalami kenaikan yaitu dari 315.552 unit menjadi 356.630 unit pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami sedikit penurunan dari 367.697 unit menjadi 360.611 dan tahun 2013 mengalami peningkatan lagi menjadi 371.532. Tahun 2011 hingga 2012 mengalami penurunan namun kepadatan di Kota Banjarmasin terus meningkat, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Jenis Kendaraan Bermotor Kendaraan No 2009 2010 2011 2012 2013 Bermotor 1 SEDAN 3.991 4.253 3.955 3.892 3.732 2 JEEP 6.824 7.324 7.560 7.371 7.783 3 S.WAGON 0 0 42 35.643 431 4 M.BUS 24.756 28.749 32.618 405 40.362 5 BUS 79 65 65 19 19 6 PICK UP 9.974 11.234 12.081 13.690 14.620 7 TRUCK 9.653 9.918 10.014 9.275 9.693 8 A.BERAT 3 1 1 45 64 180
No 9 10 11
Kendaraan Bermotor SPD.MOTOR SCOTER R3 Jumlah
2009
2010
2011
2012
2013
226.276 249.907 224.698 194.104 180.868 33.502 53.685 76.214 95.615 113.359 40 494 449 552 601 315.552 365.630 367.697 360.611 371.532
Sumber : Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Banjarmasin, 2014.
Jalan arteri primer dan sekunder di kecamatan Banjarmasin merupakan jalan yang sering mengalami kepadatan yang cukup tinggi, hal ini didukung dengan data yang disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Data Kepadatan Arus Lalu Lintas, Jam Padat Perjam Dan Tingkat Pelayanan Jalan, Tahun 2013. Nama Ruas Jalan 1 Ahmad Yani Km.1 Ahmad Yani Km.3 Ahmad Yani m.6.5 Sutoyo S.
Lebar
Tipe Jalan
Kapasitas (*SMP)
2
3
4
Kepadatan Lalu Lintas (*SMP) 5
26,0
4/2 D
7896
23,0
4/2 D
24,3
4/2 D
Jam Terpadat
Tingkat Pelayanan
6
7
0,58
15.00-16.00
C
7256
0,93
07.00-08.00
E
7470
0,59
16.30-17.30
C
08.45-09.45
E
07.30-08.30 07.15-08.15 07.30-08.30
C C C
07.00-08.00
C
11.45-12.45
B
06.45-07.45
B
15.30-16.30
C
06.45-07.45
C
16.30-17.30
C
4/2 3792 0,97 UD S. Parman 13,4 4/2 D 5175 0,71 Hasan Basri 14,4 4/2 D 5442 0,69 P. Antasari 15,5 4/2 D 5762 0,47 P. Samudera 4/1 15,3 4974 0,58 UD Hryono MT 2/2 09,6 2839 0,40 UD Yos Sudarso 2/2 09,7 2772 0,30 UD Sudirman 4/2 09,0 5122 0,67 UD Veteran 2/2 06,9 2235 0,63 UD Perintis 2/2 09,3 2658 0,65 Kemerdekaan UD Sumber : Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Banjarmasin, 2014. 10,0
Kecamatan Banjarmasin Selatan Merupakan salah satu kecamatan yang ada di Banjarmasin. Luasnya mencapai 20,18 km². Banjarmasin Selatan terdiri dari 12 kecamatan yaitu Mantuil, Kelayan Selatan, Pekauman, Kelayan Barat, Kelayan Tengah, Kelayan Dalam, Murung Raya, Kelayan Timur, Tanjung Pagar,
181
Pemurus Dalam, Pemurus Baru, Basirih Selatan. Jalan arteri di Kecamatan Banjarmasin Selatan disajikan pada tabel 4 (Badan Pusat Statistik, 2014). No 1 2 3
Tabel 4. Data Nama Jalan di Kecamatan Banjarmasin Selatan Nama Jalan Tipe Jalan Klasifikasi Jalan Fungsi/Peranan Pembinaan A. Yani Km 4 6/2 D Arteri Primer Nasional A. Yani Km 5 6/2 D Arteri Primer Nasional Ujung Murung 2/1 UD Arteri Sekunder Kota
Sumber: Dinas Perhubungan, 2014.
Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang terwujud dalam pusat-pusat kegiatan, sedang sistem jaringan jalan sekunder salah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk untuk masyarakat didalam kawasan perkotaan (Sasmita, 2012). Tipe jalan dapat juga disebut juga dengan pengelompokkan jalan, tipe jalan (D) merupakan tipe jalan yang bermedian, sedangkan tipe jalan (UD) merupakan tipe jalan yang tidak bermedian (Warpani, 2002). Penelitian dilakukan pada ruas jalan arteri primer dan arteri sekunder di Banjarmasin Selatan yang meliputi A. Yani Km 4, A. Yani Km 5, dan Ujung Murung karena jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama yang dilalui oleh kendaraan bermotor sehingga akan menghasilkan bunyi/suara yang disebut kebisingan. Observasi lapangan yang dilakukan menunjukkan bahwa kepadatan lalu lintas jalan terjadi pada pukul07.00-08.30 WITA karena pada jam tersebut merupakan jam dimana sebagian orang melakukan aktifitas seperti berangkat sekolah, berangkat kerja dan berangkat ke kampus, 12.30-14.00 sebagian orang pulang sekolah, 16.30-18.00 WITA sebagian orang pulang kerja. Berdasarkan paparan latar belakang tentang kemacetan terjadi pada beberapa ruas jalan arteri primer dan arteri sekunder di kecamatan Banjarmasin Selatan yang menyebabkan kebisingan. Maka penelitian ini berjudul “Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan Banjarmasin Selatan”. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan Kebisingan berasal dari kata bising yang artinya semua bunyi yang mengalihkan perhatian, mengganggu atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari, bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dan juga dapat menyebabkan polusi lingkungan (Cornwell 1998 dalam Djalante, 2012). Bising merupakan bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan
182
konteks ruang dan waktu sehingga menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan manusia (Huboyo, 2008). Kebisingan menurut KEPMENAKER, 1999 adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Bunyi yang ditimbulkan oleh lalu lintas adalah bunyi yang tidak konstan tingkat suaranya. Tingkat gangguan kebisingan yang berasal dari bunyi lalu lintas dipengaruhi oleh tingkat suaranya, seberapa sering terjadi dalam satu satuan waktu, serta frekewnsi bunyi yang dihasilkanya. Kebisingan lalu lintas berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, terutama dari mesin kendaraan, knalpot, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan. Kendaraan berat (truk, bus) dan mobil penumpang merupakan sumber kebisingan utama di jalan raya (Setiawan dkk, 2001). B. Jalan Klasifikasi jalan menurut Undang-undang 38/2004 beserta PP No.34/2006 tentang jalan dan Undang-undang 14/ 1993 tentang lalu-lintas dan angkutan jalan beserta PP 43/ 1993 tentang prasarana transportasi, yang sesuai dengan karakter perjalanan dan karakter kendaraan pengguna jalan ditinjau dari sisi dimensi kendaraan, fungsi jalan yang direpresentasikan melalui kecepatan perjalanan kendaraan, dan berat kendaraannya. Klasifikasi tersebut pada dasarnya menjadi ukuran standar minimum untuk mewujudkan keselamatan transportasi darat yang menggunakan jalan. Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang terwujud dalam pusat-pusat kegiatan, sedang sistem jaringan jalan sekunder salah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk untuk masyarakat didalam kawasan perkotaan (Sasmita, 2012). C. Kendaraan Bermotor Kendaraan diklasifikasikan karena kendaraan menghasilkan spektrum bunyi yang berbeda, yang dimaksud kendaraan adalah unsur lalu lintas di atas roda. Kendaraan yang beroperasi di jalan raya dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori 1. Kendaraan berat (HV) Kendaraan berat adalah kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda meliputi bis, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi 2. Kendaraan ringan (LV) Kendaraan ringan adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan empat roda dan dengan jarak as 2,0-3,0 m. Kendaraan ini meliputi mobil penumpang, microbus, pick up, dan truk kecil. 183
3. Sepeda motor (MC) Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda, meliputi sepeda motor dan kendaraan roda 3. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan ciri-ciri orang tertentu, kelompok-kelompok atau keadaan-keadaan yang dilakukan secara seksama dengan melakukan pemilihan dan penentuan data yang dipandang representatif terhadap masalah penelitian (Margono, 2010). A. Pemilihan Daerah Penelitian Penelitian dilaksanakan pada ruas jalan arteri primer dan arteri sekunder di Kecamatan Banjarmasin Selatan yang meliputi A. Yani Km 4, A. Yani 5, dan Ujung Murung, hal ini dikarenakan ruas jalan berada di kota dan sebagai jalur utama kendaraan umum yang menuju daerah lain sehingga banyaknya jumlah kendaraan yang melintas pada ruas jalan utama yang menyebabkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Penelitian juga dilakukan pada jam-jam sibuk yaitu 07.00-08.30 WITA karena pada jam tersebut merupakan jam dimana sebagian orang melakukan aktifitas seperti berangkat sekolah, berangkat kerja dan berangkat ke kampus, 12.30-14.00 sebagian orang pulang sekolah, 16.30-18.00 WITA sebagian orang pulang kerja B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian adalah kendaraan bermotor yang melintas pada ruas jalan arteri primer dan arteri sekunder di Kecamatan Banjarmasin Selatan. Sampel yang diambil pada penelitian adalah semua kendaraan yang melintas pada ruas jalan arteri primer dan arteri sekunder di Kecamatan Banjarmasin Selatan dengan teknik Insidental Sampling, yaitu teknik pengumpulan sampel berdasarkan kebetulan, artinya semua kendaraan bermotor yang melintas pada ruas jalan di Kecamatan Banjarmasin Selatan. C. Variabel Penelitian Variabel dan indikator dalam penelitian disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Variabel dan Indikator Penelitian No Variabel Indikator 1 Jumlah kendaraan 1. 1. Kendaraan Berat (HV) 2. 2. Kendaraan Ringan (LV) 3. Sepeda motor (MC) 2 Skala Intensitas tingkat 1. Tingkat kebisingan db(A) pada ruas jalan arteri kebisingan pada ruas primer dan sekunder, adalah sebagai berikut : jalan arteri primer 2. 1. A. Yani Km 4 3. 2. A. Yani Km 5 4. 3. Ujung Murung Sumber. Data Primer 2014
184
D. Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian kebisingan kendaraan bermotor pada ruas jalan di Kecamatan Banjarmasin Selatan meliputi data Primer dan data Sekunder. Data primer yaitu data yang diambil langsung dari lapangan. Data primer dalam penelitian diperoleh dari volume lalu lintas, dan pengukuran tingkat kebisingan. Data sekunder adalah data yang ada pada instansi tertentu (Arikunto, 2010), yaitu berupa studi dokumen. Studi dokumen adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Studi dokumen dalam penelitian meliputi jumlah kendaraan kendaraan bermotor. Data sekunder diperoleh dari Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Banjarmasin. E. Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi Pengeditan (Editing) dan Tabulating F. Analisis Data . Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kuantitatif dengan menggunakan perhitungan statistik berupa tabulasi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisisi persentase dan analisis korelasi 1) Persentase Persentase digunakan untuk mempersentasekan kriteria jumlah kendaraan bermotor dan skala intensitas tingkat kebisingan dengan rumus : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jumlah Kendaraan Jumlahkendaraan bermotor yang melintas pada jam sibuk pagi (07.0008.30) diruas jalan Ahmad Yani km 4, Ahmad Yani Km 5 dan Ujung Murung sebagian besar adalah sangat banyak. jumlah kendaraan bermotor yang melintas pada jam sibuk siang (12.30-14.00) diruas jalan Ahmad Yani km 4, Ahmad Yani Km 5 dan Ujung Murung sebagian besar adalah sangat banyak. jumlah kendaraan bermotor yang melintas pada jam sibuk sore (16.30-18.00) diruas jalan Ahmad Yani km 4, Ahmad Yani Km 5 dan Ujung Murung sebagian besar adalah sangat banyak. B. Skala Intensitas Tingkat Kebisingan skala intensitas tingkat kebisingan pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di kecamatan Banjarmasin Selatan yaitu pada ruas jalan Ahmad Yani Km 4, Ahmad Yani Km 5 dan Ujung Murung saat pada waktu jam sibuk pagi (07.00-08.30) yaitu kuat dan sangat hiruk. skala intensitas tingkat kebisingan pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di kecamatan Banjarmasin Selatan yaitu pada ruas jalan Ahmad Yani Km 4, Ahmad Yani Km 5 dan Ujung Murung saat pada waktu jam sibuk siang (12.30-14.00) yaitu kuat dan sangat hiruk. skala intensitas tingkat kebisingan pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di
185
kecamatan Banjarmasin Selatan yaitu pada ruas jalan Ahmad Yani Km 4, Ahmad Yani Km 5 dan Ujung Murung saat pada waktu jam sibuk sore (16.30-18.00) yaitu kuat dan sangat hiruk. C. Hubungan Jumlah Kendaraan Bermotor dengan Tingkat Kebisingan pada jam sibuk pagi 07.00-08.30 tinggi terhadap hubungan antara jumlah kendaraan dengan tingkat kebisingan yaitu rxy atau r hitung lebih besar dari r tabel 1% dan lebih besar dari 5 % (r hitung > rt1% > rt5%) atau (0,865 > 0,708 > 0,576) atau dapat diartikan juga bahwa variable X dan variable Y adalah signifikan karena r hitung > rt1% >rt5%. Pada jam sibuk siang 12.30-14.00 tinggi terhadap hubungan antara jumlah kendaraan dengan tingkat kebisingan yaitu rxy atau r hitung lebih besar dari r tabel 1% dan lebih besar dari 5 % (r hitung > rt1% > rt5%) atau (0,949 > 0,708 > 0,576) atau dapat diartikan juga bahwa variable X dan variable Y adalah signifikan karena r hitung > rt1% >rt5%. Pada jam sibuk sore 16.30-18.00 tingkat kebisingan yaitu rxy atau r hitung lebih besar dari r tabel 1% dan lebih besar dari 5 % (r hitung > rt1% > rt5%) atau (0,998 > 0,708 > 0,576) atau dapat diartikan juga bahwa variable X dan variable Y adalah signifikan karena r hitung > rt1% >rt5%. V. KESIMPULAN Hasil penelitian disimpulkan bahwa : a. Jumlah kendaraan yang melintas pada jalan arteri primer dan arteri sekunder di kecamatan Banjarmasin Selatan yaitu pada ruas jalan Ahmad Yani Km 4, Ahmad Yani Km 5 dan Ujung Murung pada sibuk pagi (07.00-08.30) sebagian besar adalah sangat banyak yaitu berkisar antara 83-86 per unit yang melintas pada tiap ruas jalan, pada jam sibuk siang (12.30-14.00) sebagian besar adalah sangat banyak yaitu berkisar antara 82-85 per unit yang melintas pada tiap ruas jalan dan jam sibuk sore (16.30-18.00) sebagian besar adalah sangat banyak yaitu berkisar antara 79-81 per unit yang melintas pada tiap ruas jalan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran maka hipotesis 1 adalah diterima. b. Tingkat kebisingan pada jalan arteri primer dan arteri sekunder yaitu pada ruas jalan Ahmad Yani Km 4, Ahmad Yani Km 5 dan Ujung Murung adalah kuat (60-70) dB(A) dan sangat hiruk (80-90) dB(A). berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran yang dilakukan maka hipotesis 2 adalah diterima. c. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara variable X (Jumlah Kendaraan) dengan variable Y (Tingkat Kebisingan). Pada jam sibuk pagi (07.00-08.30) nilai rxy=0,865 atau r hitung lebih besar dari r tabel 1% dan lebih besar dari 5 % (r hitung > rt1% > rt5%) atau (0,865 > 0,708 > 0,576), atau dapat diartikan juga bahwa variable X dan variable Y adalah signifikan karena r hitung > rt1% >rt5%. Pada jam sibuk siang (12.30-14.00) nilai rxy=0,949 atau r hitung lebih besar dari r tabel 1% dan lebih besar dari 5 % (r hitung > rt1% > rt5%) atau (0,949 > 0,708 > 0,576) atau dapat diartikan juga bahwa variable X dan variable Y adalah signifikan karena r hitung > rt1% >rt5%,. Pada jam sibuk sore (16.30-18.00)
186
nilai rxy=0,998 atau r hitung lebih besar dari r tabel 1% dan lebih besar dari 5 % (r hitung > rt1% > rt5%) atau (0,998 > 0,708 > 0,576) atau dapat diartikan juga bahwa variable X dan variable Y adalah signifikan karena r hitung > rt1% >rt5%, dapat disimpulkan juga bahwa hipotesis nomor 3 adalah diterima. VI.
UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih saya ucapkan kepada tuhan yang maha esa karena berkat rahmat dsn hidayahnya saya dapat menyelesaikan jurnal ini pada waktunya, tak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing 1 dan pembimbing 2 yang tak pernah bosan memberi kritikan dan masukan untuk penyelesaian jurnal ini. Terimakasih saya ucapkan kepada orang tua yang telah memberikan motivasi baik moril dan materil serta teman, sahabat dan teman special saya yang turut membantu dalam penyelesaian jurnal ini.
VII. DAFTAR PUSTAKA Arikunto.2010. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta. Rineka Cipta. Djalante.2012. Analisis Tingkat Kebisingan di Jalan Raya yang Menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL), Studi Kasus; Simpang Ade Swalayan (online), (http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMARTEK/article/view/647, diakses 29 Januari 2014 ). Huboyo, dkk.2008. Pengendalian Bising Dan Bau. Ikron, dkk.2005. Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Jalan Terhadap Ganguan Kesehatan Psikologis Anak SDN Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta (http://journal.ui.ac.id/health/article/viewFile/229/225, diakses 28 Januari 2014 ). Kadir.2006. Transportasi ;Peran dan Dampaknya dalam Ekonomi Nasional (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15980/1/wahapr2006-%20(6).pdf, diakses 29 Januari 2014). Kusumaningrum, dkk.2007. Hubungan Antara Tingkat Kebisingan Dengan Gangguan Stres Masyarakat Di Pemukiman Sekitar Rel Kereta Api Srago Gede ( http://jurnal.stikesmukla.ac.id/index.php/motorik/article/download/10/11, diakses 27 Januari 2014 ). Leksono.2009. Gambaran Kebisingan (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125420-S-5631Gambaran%20kebisingan-Pendahuluan.pdf, diakses 30 Januari 2014 ). Maulana, dkk.2011. Pemetaan Kebisingan di Lingkungan Kampus Politeknik (PENS-ITS) (online), (http://ejournal-repo.eepis-its.edu/1334/2/Paper.pdf , diakses 3 Februari 2014). Margono.2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka cipta. Ngadiyana, dkk. 2011. Pedoman Penulisan karya Ilmiah. Yogyakarta. Eja Publisher.
187
Pradana Arcipta. 2013. Hubungan Kebisingan dengan Stress Kerja Pada Pekerja Bagian Gravity PT Dua Kelinci. (Online) (http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/331/jiptummpp-gdl-jou-2013PradanaA-16517-Hubungan.pdf, diakses 1 06 2014 ) Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan 1992. Jakarta. Sinar Grafika. Rubiyanti.2009. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Evaluasi Kepadatan Lalu Lintas Jalan Arteri Primer dan Sekunder Di Kota Surabaya. Sudijono.2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta. Rajawali Pers. Sukarto.2006. Transportasi Perkotaan dan Lingkungan (online), (http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/331/jiptummpp-gdl-jou-2009haryonosuk-16517-Transpor-n.pdf, diakses 2 Februari 2014 ). Sam.2012. Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas dengan Tingkat Kebisingan Kendaraan pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makasar (online), (http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2796/JURN AL%20TUGAS%20AKHIR.pdf?sequence=1, diakses 2 Februari 2014). Setiawan, dkk.2001. Studi Awal Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Pada Jalan Tol Ruas Waru-Sidoarjo (http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/01065/Tollway%20Noise%20M odelling.pdf, diakses 1 Februari 2014 ). Sasmita.2012. Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah. Yogyakarta. Graha Ilmu. Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung.Alfabeta. Warpani.2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung. ITB.
PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP/SEDERAJAT
188
DI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH MENGHADAPI PENERAPAN KURIKULUM 2013 Oleh Eni Sulistyowati, Karunia Puji Hastuti, H.Sidharta Adyatma. Abstrak Penelitian ini berjudul “Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Tengah Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Tengah menghadapi penerapan Kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Guru IPS Terpadu 14 SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Tengah yaitu sebanyak 33 orang. Memperhatikan sedikitnya jumlah populasi maka tidak dilakukan teknik penarikan sampel. Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui observasi dan angket, data sekunder di dapat melalui studi dokumen. Analisis data yang digunakan adalah analisis banyak kelas, panjang kelas interval dan persentase. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Tengah menghadapi penerapan Kurikulum 2013 termasuk dalam kriteria agak rendah sampai sangat rendah, karena sebagian besar guru belum mendapatkan sosialisasi maupun pelatihan mengenai Kurikulum 2013. Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013 I.
PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sebelumnya telah diterapkan dalam satuan pendidikan di Indonesia. Pemerintah melakukan upaya penerapannya dengan cara menunjuk sekolah-sekolah yang menjadi sekolah rintisan Kurikulum 2013 sebelum kurikulum ini benar-benar diterapkan di sekolah seluruh Indonesia. Empat elemen perubahan dalam Kurikulum 2013 yaitu, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), Standar Proses, dan Standar Penilaian. Empat standar itu yang akan dijadikan pedoman oleh guru dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, 2012). Ide pergantian kurikulum dilandasi oleh semangat meningkatkan mutu pendidikan nasional, walaupun mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum. Keberhasilan peningkatan mutu pendidikan melalui perubahan kurikulum pada akhirnya akan sangat ditentukan oleh guru sebagai pelaksana kurikulum. Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah, oleh karena itu, ia dituntut untuk mengenal tempat bekerjanya. Pemahaman tentang apa yang terjadi di sekolah akan banyak membantu mereka memperlancar tugasnya sebagai pengelola langsung proses belajar-mengajar. Guru perlu memahami faktor-faktor yang langsung dan tidak langsung menunjang proses belajar 189
mengajar. Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah sebagai pengajar, pembimbing dan administrator kelas. Tugas sebagai pengelola kurikulum sejalan dengan peran guru sebagai administrator (Soetjipto, 2004). Kurikulum 2013 mengalami perubahan struktur pada semua jenjang satuan pendidikan. Struktur Kurikulum 2013 jenjang Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, yaitu: disusun berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik SMP dalam ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan, menggunakan mata pelajaran sebagai sumber kompetensi dan substansi pelajaran, menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 12 dikurangai menjadi 10 mata pelajaran, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan sebagai mata pelajaran terpadu, bahasa Inggris diajarkan untuk membentuk keterampilan berbahasa, dan menambah enam jam pelajaran per minggu sebagai akibat perubahan pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaian (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, 2012). Sekolah Menengah Pertama/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Tengah beserta kurikulum yang dipakai dan jumlah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Tengah beserta Kurikulum yang dipakai dan Jumlah Guru IPS Terpadu Jumlah Guru IPS No Nama Sekolah Kurikulum Terpadu (jiwa) 1 SMP Negeri 1 2013 2 2 SMP Negeri 2 KTSP 3 3 SMP Negeri 6 2013 4 4 SMP Negeri 9 KTSP 5 5 SMP Negeri 10 KTSP 5 6 SMP Negeri 26 KTSP 3 7 SMP Santa Angela 2013 3 8 SMP Kristen Kanaan 2013 3 9 SMP Idhata KTSP 1 10 SMP Islam Sabilal Muhtadin KTSP 3 11 SMP Kartika V-3 Banjarmasin KTSP 2 12 SMP Kristen Banjarmasin KTSP 2 13 SMP Muhammadiyah 2 KTSP 1 14 SMP Muhammadiyah 3 KTSP 1 15 MTsN Mulawarman KTSP 4 16 MTs. Al Gazaliyah KTSP 1 17 MTs. Pangeran Antasari KTSP 2 18 MTs. An Nuriyah KTSP 1 Jumlah 46 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin
190
Hasil observasi awal yaitu wawancara dengan kasi kurikulum dan kelembagaan bidang dikdas di Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin menyatakan 4 sekolah di Kecamatan Banjarmasin Tengah yaitu SMP Negeri 1, SMP Negeri 6, SMP Santa Angela, dan SMP Kristen Kanaan menerapkan kurikulum 2013 dikarenakan sekolah tersebut ditunjuk oleh Pemerintah Pusat sebagai sekolah tempat uji coba penerapan Kurikulum 2013. Pemerintah pusat menunjuk dan melatih beberapa guru kelas VII pada semua Sekolah Menengah Pertama yang ada di Kota Banjarmasin untuk menjadi guru inti yang nantinya akan melatih guru-guru lain pada masing-masing sekolah dalam menerapkan kurikulum 2013. Tanggapan beberapa guru IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama/Sederajat dari hasil observasi awal bahwa para guru mengaku sudah mengetahui tentang adanya Kurikulum 2013 tetapi hanya sebatas tentang pengurangan jumlah mata pelajaran saja. Beberapa guru mengaku belum memahami teknis menjabarkan materi kurikulum 2013 ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebagian guru mengatakan sosialisasi tentang Kurikulum 2013 masih minim dilakukan, sehingga penelitian ini berjudul: “Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Tengah Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013” II. TINJAUAN PUSTAKA Guru adalah pendidik professional, karena ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak orang tua. Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Peranan guru sulit digantikan oleh orang lain. Peranan guru dalam masyarakat indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang cepat, hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus bagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru dan tidak dapat digantikan oleh teknologi (Saud, 2010). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 68, 2013). Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
191
c. d. e. f.
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 68, 2013).
Struktur Kurikulum 2013 Kompetensi Inti Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Mata Pelajaran Mata pelajaran dan alokasi waktu disusun berdasarkan kompetensi inti yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Beban Belajar Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: a. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; b. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; c. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan
192
d.
Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4 (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 68, 2013).
Muatan Pembelajaran Muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). III. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif artinya penelitian yang memberikan penjelasan dan gambaran dengan sistematis dan cermat, faktor-faktor aktual dan sifat populasi dan sifat-sifat tertentu (Margono, 2007). Jenis data yang dipakai penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang berdasarkan pada realitas/gejala fenomena yang dapat diklasifikasikan dan digunakan untuk penelitian pada populasi atau sampel tertentu karena menggunakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiono, 2000). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengetahuan Tentang Kompetensi Inti Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu, sehingga melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan rendah, yaitu 16 guru (49%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan agak rendah, yaitu 2 guru (6%) dan sangat tinggi, yaitu 2 guru (6 %). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah, yaitu 26 guru (79%). 2.
Pengetahuan Tentang Mata Pelajaran & Alokasi Waktu Mata pelajaran dan alokasi waktu disusun berdasarkan kompetensi inti yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu 20 guru (61%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan agak rendah, yaitu 4 guru (12%). Tidak ada guru yang memiliki pengetahuan agak tinggi sampai sangat tinggi (0%).
193
3.
Pengetahuan Tentang Beban Belajar Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat tinggi, yaitu 12 guru (37%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan rendah, yaitu 6 guru (18%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak tinggi sampai sangat tinggi, yaitu 20 guru (61%). 4.
Pengetahuan Tentang Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: a. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; b. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; c. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan d. Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4 Sebagian besar guru memiliki pengetahuan rendah, yaitu 16 guru (49%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan agak rendah, yaitu 1 guru (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah, yaitu 26 guru (79%). 5.
Pengetahuan Tentang Muatan Pembelajaran Muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated sciences dan integrated social studies. Muatan IPA berasal dari disiplin biologi, fisika, dan kimia, sedangkan muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu 9 guru (28%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan sangat tinggi, yaitu 2 guru (6%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah, yaitu 22 guru (67%). 6.
Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Tengah Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat tentang Kurikulum 2013 adalah hal yang diketahui guru mengenai struktur kurikulum 2013 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 tahun 2013 pada
194
SMP/Sederajat yang terdiri dari Kompetensi Inti, mata pelajaran & alokasi waktu, beban belajar, Kompetensi Dasar dan muatan pembelajaran. Sebagian besar guru memiliki pengetahuan rendah, yaitu 15 guru (46%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan sangat tinggi, yaitu 1 guru (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah, yaitu 26 guru (79%). B. Pembahasan Penelitian Berdasarkan hasil perhitungan persentase jawaban Guru IPS Terpadu, dapat diketahui bahwa mayoritas Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Tengah memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap penerapan Kurikulum 2013 yaitu sebanyak 26 guru dengan persentase 79%, sehingga hal ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian. Hasil wawancara pada saat menyebar angket ke sekolah-sekolah, guru sudah mengetahui adanya perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 2013 namun belum mencari referensi bacaan tentang Kurikulum 2013, karena kegiatan belajar mengajar di sekolah masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Sebagian besar guru mengaku belum mendapatkan sosialisasi dan pelatihan Kurikulum 2013 oleh Dinas Pendidikan sehingga belum mengetahui secara menyeluruh tentang Kurikulum 2013. V. KESIMPULAN Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Tengah menghadapi penerapan kurikulum 2013 termasuk dalam kriteria agak rendah sampai sangat rendah, yaitu 26 guru (79%). Kegiatan belajar mengajar di sekolah masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sehingga guru belum mempelajari Kurikulum 2013. Kurang meratanya sosialisasi dan pelatihan menyebabkan guru kurang mengetahui secara menyeluruh tentang Kurikulum 2013 dan belum mempersiapkan diri menghadapi penerapannya. VI. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Karunia Puji Hastuti, M.Pd dan Bapak Drs.H.Sidharta Adyatma, M.Si yang telah memberikan bimbingan serta saran dalam penyusunan skripsi ini. VII. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Fajrianoor, M. 2012. Upaya Orang Tua Siswa SMA Negeri 1 Barabai Tahun Ajaran 2012/2013 dalam MenyediakanFasilitas Belajar di rumah. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM. Khairiah, 2009. Kesiapan Guru SMP Negeri 5 Banjarmasin dalam Penerapan KTSP. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM. Marsudiyanto, 2013. Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013, (On Line). (http://marsudiyanto.blogspot.com/2013/08/perbedaan-ktsp-dankurikulum-2013.html, diakses 3 Januari 2014).
195
Syam, N. 2013. Guru dan Implementasi Kurikulum 2013, (On Line). (http://nursyam.uinsby.ac.id/?p=3736, diakses 3 Januari 2014). Muzamiroh, M. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena. Ngadiyana, Y. M. Sidharta Adyatma. Nasruddin. Ellyn Normelani. Deasy Arisanty. Rosalina Kumalawati. Eva Alviawati. Norma Yuni Kartika. Karunia Puji Hastuti. Parida Angriani. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. 2013. Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Saud, U. S. 2010. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Susilo, T. 2010. Kesiapan Guru SMAN 1 Pelaihari Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut dalam Penerapan KTSP. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendiikan Nasional. Prasetyo, H. 2006. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi. Skripsi. Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012. Soetjipto, & Raflis Kosasi. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Masduki, M. Y.M. Ngadiyana. Eliani dharmanata. 1990. Statistika Pengajaran. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press. Sudijono, A. 2010. PengantarStatistik Pendidikan. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. Kecamatan Dalam Angka. 2012. Kecamatan Banjarmasin Tengah Dalam Angka. Banjarmasin: BPS Kota Banjarmasin. Salahudin, A. 2011. Filsafat Pendidikan.Bandung: Pustaka Setia.
196
KER/ENTANAN KEBAKARAN DI KELURAHAN SUNGAI ANDAI KECAMATAN BANJARMASIN UTARA KOTA BANJARMASIN Oleh Ruth Fransisca, H. Sidharta Adyatma, M. Si.Arif Rahman Nugroho. Abstrak Penelitian ini berjudul Kerentanan Kebakaran di Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan kebakaran di Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) Kelurahan Sungai Andai yang berjumlah 5.720 Kepala Keluarga (KK), dengan sampel berjumlah 263 Kepala Keluarga (KK) menggunakan teknik sampel random sampling. Data primer diperoleh melalui observasi di lapangan dan penyebaran koesioner atau angket, sedang data sekunder diperoleh dari Badan Penaggulangan Bencana Daerah dan Kebakaran, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Badan Pusat Statistik, Kantor Kecamatan Banjarmasin Utara dan Kantor Kelurahan Sungai Andai. Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik presentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa kerentanan kebakaran tergolong rendah dengan kriteria sangat rendah berjumlah 10 KK atau 31,81%, kriteria rendah berjumlah 91 KK atau 34,61%, dan kriteria cukup rendah berjumlah 125 KK atau 47,52%. Kata Kunci : Kerentanan, Kebakaran I.
PENDAHULUAN Kebakaran adalah suatu bencana, malapetaka, atau musibah yang ditimbulkan oleh api yang tidak diharapkan atau tidak dibutuhkan, sukar dikuasai, dan merugikan (Wachyudin, M.Y., 1986: 1). Kebakaran dapat dikategorikan sebagai bencana alam (natural disasters) maupun bencana non-alam yang diakibatkan oleh kelalaian manusia (man-made diasters). Sumber bencana yang ditimbulkan oleh alam yang menyebabkan kebakaran seperti petir, gempa buni, letusan gunung berapi, dan kekeringan. Kebakaran yang diakibatkan oleh kelalaian manusia disebabkan karena pemasangan instalasi listrik, penggunaan kompor, dan penggunaan alat penerangan. Kebakaran tidak hanya dapat menimbulkan kerugian materiil, tetapi dapat menghilangkan nyawa manusia (Lasuda, S., 2010: 1). Kebakaran sering terjadi pada kawasan perkotaan daripada kawasan pedesaan, karena pusat pertumbuhan penduduk terpusat di perkotaan yang menyebabkan aktifitas di kawasan perkotaan semakin tinggi sehingga peluang terjadinya kebakaran di kawasan perkotaan lebih besar. Kota Banjarmasin merupakan ibu Kota dari Provinsi Kalimantan Selatan yang terdisi dari 5 Kecamatandan terdapat 52 kelurahan. Penduduk Kota Banjarmasin berjumlah 634.990 jiwa, luas 16,54 Km², penduduk laki-laki
197
317.449, penduduk perempuan 317.541 jiwa, dan kepadatannya8.314 km²(BPS Kota Banjarmasin, 2012). Seluruh Kecamatan di Kota Banjarmasin memiliki kerentanan terhadap kebakaran, karena setiap Kecamatan di Kota Banjarmasin selama lima tahun terakhir memiliki angka terjadinya kebakaran. Kecamatan di Kota Banjarmasin yang memiliki kerentanan kebakaran salah satunya adalah Kecamatan Banjarmasin Utara (BPBD-K Kota Banjarmasin, 2013). Kecamatan Banjarmasin Utara dalam lima tahun terakhir memiliki kerentanan kebakaran yang tinggi terdapat di Kelurahan Sungai Andai, karena angka terjadi kebakaran setiap tahun meningkat (BPBD-K Kota Banjarmasin, 2013). Kelurahan Sungai Andai sebelumnya bergabung dengan Kelurahan Sungai Jingah, pada tahun 2010 bulan Agustus Sungai Andai baru pemekaran dan berpisah dengan Kelurahan Sungai Jingah. Penduduk Kelurahan Sungai Andai berjumlah 25.232 jiwa, luas 6,64 Km², laki-laki berjumlah 12.561 jiwa, perempuan berjumlah 12.671 jiwa, dan Kepala Keluarga (KK) berjumlah 7.520 KK. Kelurahan Sungai Andai terdapat 4 RW yang terdiri dari 63 RT. Kebakaran pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 penyebab yang sering terjadi karena instalasi listrik (Kelurahan Sungai Andai, 2013). Tabel 1. Intensitas Kebakaran Permukiman Kecamatan Banjarmasin Utara Tahun 2009-2013 No
Kelurahan
1 Sungai Miai 2 Antasan Kecil Timur 3 Surgi Mufti 4 Sungai Jingah 5 Alalak Utara 6 Alalak Tengah 7 Alalak Selatan 8 Kuin Utara 9 Pangeran 10 Sungai Andai Jumlah: Rata-rata: 11,8
2009 2 1 1 1 5
Jumlah kebakaran 2010 2011 2012 3 2 3 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 7 6 19
2013 1 1 1 3 4 2 2 2 6 22
Sumber : BPBD-K Kota Banjarmasin dan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota 2013.
Jumlah 10 3 3 4 6 8 3 7 6 9 59 Banjarmasin,
Kelurahan Sungai Andai merupakan wilayah yang rentan kebakaran dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, maka penelitian ini berjudul “Kerentanan Kebakaran di Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin”. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerentanan Kerentanan merupakan kondisi masyarakat yang tidakdapat menyesuaikan perubahan yang disebabkan oleh ancaman tertentu (Latifah dan Pamungkas, 2013). Faktor kerentanan yang dikemukakan Tearfundada tiga faktor, yaitu: 1.
Kerentanan Fisik/Infrastruktur 198
2.
3.
Kerentanan fisik atau infrastruktur merupakan tingkat kerusakan yang ditimbulkan jika bencana terjadi. Kerentanan Sosial Kependudukan Kerentanan sosial kependudukan merupakan kerentanan terhadap keselamatan jiwa/kesehatan penduduk jika terjadi bencana. Kerentanan Ekonomi Kerentanan ekonomi merupakan besarnya kerugian atau gangguan terhadap aktivitas ekonomi komunikasi sehari-hari.
B. Kebakaran Kebakaran adalah api yang tidak terkendali diluar kemampuan dan keinginan manusia. Api terjadi karena ada proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal sebagai segi tiga api (fire triagle), 3 unsur yang mempengaruhi, yaitu: 1. Bahan bakar (fuel), yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang dapat terbakar dan bercampur dengan oksigen dari udara. 2. Sumber panas (heat), yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi yang cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara. 3. Oksigen (oxygen), yang terkandung dalam udara. Tanpa adanya udara atau oksigen, maka proses kebakaran tidak dapat terjadi. Kebakaran merupakan musibah yang sering terjadi di tengah masyarakat khususnya daerah permukiman, tempat kerja dan perkotaan. Kebakaran menimbulkan kerugian yang besar, baik korban jiwa, cidera serta kerugian materil. Kebakaran juga merupakan api yang tidak terkendali diluar kemampuan dan keinginan manusia (Ramli, 2010). C. Klasifikasi Kebakaran Klasifikasi kebakaran merupakan pengelompokan jenis-jenis kebakaran dengan jenis bahan pemadaman kebakaran. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran klasifikasi kebakaran meliputi: 1. Kebakaran kelas A merupakan kebakaran bahan padat seperti: kertas, kayu, plastik, dan pakaian. 2. Kebakaran kelas B merupakan kebakaran bahan cair seperti: minyak bumi, gas, lemak, dan cat. 3. Kebakaran kelas C merupakan kebakaran listrik seperti: kebocoran pada alatalat listrik (generator dan motor listrik) yang menyebabkan korsleting listrik. 4. Kebakaran kelas D merupakan kebakaran logam seperti: seng, magnesium, serbuk aluminium, senium, dan titanium. D. Penyebab Kebakaran Penyebab kebakaran yang umumnya terjadi di permukiman adalah: 1. Faktor Manusia Sebagian besar kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran. Kebakaran disebabkan oleh faktor manusia adalah:
199
a. b.
c.
Merokok di sembarang tempat, termasuk sambil tiduran atau di dekat bahan yang mudah terbakar. Pemasangan instalasi listrik yang tidak benar, penggunaan instalasi yang tidak standar atau kurang aman. Penggunaan listrik dengan cara tidak aman seperti, mengganti sekering dengan kawat. Melakukan pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa mengikuti persyaratan keselamatan seperti, mengoperasikan dan mengoplos tabung gas LPG dengan cara tidak aman atau memasak menggunakan gas LPG yang tidak standar.
2.
Faktor Teknis Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi tidak aman dan membahayakan. Kebakaran disebabkan faktor teknis adalah: a. Kondisi instalasi listrik yang sudah tua atau tidak standar b. Peralatan masak tidak aman misalnya selang atau tabung LPG bocor, kompor tidak baik atau peralatan listrik yang rusak. c. Penempatan bahan mudah terbakar seperti minyak, gas atau kertas berdekatan dengan sumber api atau panas (Ramli, 2010). III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel. Sedang kuantitatif yaitu suatu metode yang mencari atau menjelaskan pengaruh dari variabel yang diteliti, dimana ada pengaruh atau tidak, berkorelasi positif atau negatif. Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Margono, 2005). Penggunaan metode ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana variasi pada salah satu faktor yang berkaitan dengan variasi pada faktor lain, sehingga berbagai masalah dalam penelitian ini akan dapat terungkap jelas pengaruhnya. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pemasangan Instalasi Listrik Instalasi listrik merupakan peralatan yang sangat penting dalam suatu bangunan, sehingga perlu memperhatikan pemasangan dan perawatannya. Penggunaan instalasi yang tidak benar menjadi salah satu faktor penyebab terjadi hubungan singkat atau korsleting listrik yang berhujung pada kebakaran.
a.
Penggunaan T-kontak
200
PENGGUNAAN T-KONTAK
33,85% Tidak 89 KK
66,15%
Ya 174 KK
Gambar 1. Presentase Jumlah Responden Menggunakan T-Kontak
b.
Penggunaan Kabel Bersambung PENGGUNAAN KABEL BERSAMBUNG 39,55% 60,45%
Tidak 159 KK Ya 104 KK
Gambar 2. Presentase Jumlah Responden Menggunakan Kabel Bersambung
c.
Penggunaan Kabel Terkelupas PENGGUNAAN KABEL TERKELUPAS 32,92% 67,08%
Tidak 161 KK
Ya 79 KK Gambar 3. Presentase Jumlah Responden yang Menggunakan Kebel Terkelupas
2.
Penggunaan Kompor Kompor merupakan peralatan memasak dan sangat membantu aktivitas memasak di dapur. Penggunaan kompor disamping memberi kemudahan dalam memasak namun disisi lain penggunaan kompor juga membahayakan pengguna kompor jika lalai dan kurang mengerti cara penggunaannya dan perawatannya. a. Penggunaan Kompor Minyak
201
PENGGUNAAN KOMPOR MINYAK Ya 93 KK 35,36%
Tidak 170 KK 64,64%
Gambar 4. Presentase Jumlah Responden Menggunakan Kompor Minyak
b.
Merawat Kompor Minyak MERAWAT KOMPOR MINYAK 4,30% 46,23%
Sering 43 KK Kadang-kadang 46 KK
48,47%
Tidak Pernah 4 KK
Gambar 5. Presentase Jumlah Responden Merawat Kompor Minyak
c.
Penggunaan Kompor Gas PENGGUNAAN KOMPOR GAS
31,94% Tidak 84 KK
68,06%
Ya 179 KK Gambar 6. Presentase Jumlah Responden yang Menggunakan Kompor Gas
d.
Mengganti Regulator dan Selang Kompor Gas MENGGANTI REGULATOR DAN SELANG KOMPOR GAS 23,40%% 76,60%
1 – 2 Tahun Sekali 72 KK 3 – 5 Tahun Sekali 22 KK
Gambar 7. Presentase Jumlah Responden Bedasarkan Jangka Waktu Mengganti Regulator Selang Kompor Gas
202
3.
Penggunaan Alat Penerangan Penerangan pada saat lampu padam salah satu cara untuk mendapatkan yaitu dengan menggunakan alat penerangan baik itu genset maupun alat penerangan sederhana seperti lampu emergency, lampu teplok dan lilin. a. Penggunaan Lampu Emergency PENGGUNAAN LAMPU EMERGENCY 27,76% Tidak 73 KK
72,24%
Ya 190 KK
Gambar 8. Presentase Jumlah Responden Menggunkan Lampu Emergency
b.
Penggunaan Genset 1,91%
PENGGUNAAN GENSET
Tidak 258 KK
98,09%
Ya 5 KK
Gambar 9. Presentase Jumlah Responden Menggunakan Genset
c.
Penggunaan Lampu Teplok atau Lampu Semprong PENGGUNAAN LAMPU TEPLOK/LAMPU SEMPRONG 21,68% 78,32%
Tidak 206 KK Ya 57 KK
Gambar 10. Presentase Jumlah Responden Menggunakan LampuTeplok/Lampu Semprong
d.
Penggunaan Lilin
203
PENGGUNAAN LILIN 46,38%
53,62%
Tidak 122 KK Ya 141 KK Gambar 34. Presentase Jumlah Responden Menggunakan Lilin
4.
Penggunaan Obat Nyamuk Bakar Obat nyamuk bakar merupakan salah satu cara untuk mengusir nyamuk pada suatu ruangan. PENGGUNAAN OBAT NYAMUK BAKAR Tidak 113 KK 42,97%
Ya 150 KK
57,03%
Gambar 37. Presentase Jumlah Responden Menggunakan Obat Nyamuk Bakar
5.
Jarak Antar Bangunan Jarak antar bangunan merupakan jarak antar satu rumah dengan rumah yang lainnya. Kategori jarak lebar yautu lebih dari 3 meter, kategori jarak sedang yaitu antara 1,5 meter sampai 3 meter, sedang kategori jarak rapat atau padat yaitu kurang dari 1,5 meter. a. Jarak Samping Kiri Bangunan JARAK SAMPING KIRI BANGUNAN 7,76% 31,00% 61,24%
Lebar > 3 meter 80 KK
Sedang 1,5 - 3 meter 158 KK Rapat < 1,5 meter 20 KK
Gambar 40. Presentase Jarak Samping Kiri Bangunan Responden
204
b.
Jarak Samping Kanan Bangunan 8,17%
JARAK SAMPING KANAN BANGUNAN 28,40%
Lebar > 3 meter 73 KK Sedang 1,5 – 3 meter 163 KK Rapat < 1,5 meter 21 KK
63,43%
Gambar 41. Presentase Jumlah Responden Berdasarkan Jarak Samping Kanan Bangunan
c.
Jarak Belakang Bangunan JARAK BELAKANG BANGUNAN 19,11% 48,89% 32%
Lebar > 3 meter 43 KK Sedang 1,5 – 3 meter 72 KK Rapat < 1,5 meter 110 KK
Gambar 42. Presentase Jumlah Responden Berdasarkan Jarak Belakang Bangunan
6. a.
Jenis Bangunan Jenis Tembok Bangunan JENIS TEMBOK BANGUNAN 17,88%
3,42%
Beton 47 KK Setengah Beton 9 KK Papan/Kasibut 207 KK
78,40%
Gambar 43. Presentase Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Tembok Bangunan
b.
Jenis Lantai Bangunan JENIS LANTAI RUMAH 23,19% 76,81%
Keramik/Semen 61 KK Papan/Kayu 202 KK
Gambar 44. Presentase Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Lantai Bangunan
c.
Jenis Atap Bangunan 205
0,38%
JENIS ATAP RUMAH 28,52%
71,10%
Genteng 75 KK Seng/Asbes 187 KK Sirap 1 KK
Gambar 45. Presentase Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Atap Bangunan
B. Pembahasan Penelitian Masyarakat di Kelurahan Sungai Andai dari 263 responden diketahui bahwa kerentanan kebakaran sebagian besar memiliki kriteria rendah dengan kriteria sangat rendah berjumlah 10 KK atau 3,81%, kriteria rendah berjumlah 91 KK atau 34,61%, kriteria cukup rendah berjumlah 125 KK atau 47,52%, dan kriteria agak rendah berjumlah 37 KK atau 14,06%. Kelurahan Sungai Andai merupakan Kelurahan yang baru pemekaran, dulu Kelurahan Sungai Andai bergabung dengan kelurahan Surgi Mifti. Bulan Agustus tahun 2010 Kelurahan Sungai Andai memisahkan diri. Kelurahan Sungai Andai memiliki banyak perumahan yang dibangun dengan jenis bangunan yang sama. Jenis bangunan sebagian besar perumahan dibangun dengan kontrusi papan/kasibut, dengan lantai papan dan atap seng atau asbes. Perumahan di Kelurahan Sungai Andai juga memiliki jarak yang sama antar rumah yaitu dengan ukuran sedang atau berkisar antara 1,5 meter sampai 3 meter. Keadaan perumahan yang demikian menyebabkan jika kebakaran api sangat cepat menjalar dan sangat rentan terhadap kebakaran karena perumahannya cukup padat dan didukung perumahan dengan kontruksi kayu atau tidak permanen. V. KESIMPULAN Hasil penelitian kerentanan kebakaran di Kelurahan Sungai Andai Kecamatan banjarmasin Utara Kota Banjarmasin berdasarkan pemasangan instalasi listrik, penggunaan kompor, penggunaan alat penerangan, penggunaan obat nyamuk bakar, jarak antar bangunan, dan jenis bangunan menunjukan bahwa kerentanan kebakaran tergolong dalam kriteria rendah dengan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria sangat rendah berjumlah 10 KK atau 31,81% b. Kriteria rendah berjumlah 91 KK atau 34,61% c. Kriteria cukup rendah berjumlah 125 KK atau 47,52% Kerentanan kebakaran di Kelurahan Sungai Andai memiliki kerentanan rendah, namun kebakaran merupakan musibah yang tidak bisa ditebak. Kebakaran terjadi karena kecerobohan dan kelalaian manusia itu sendiri. Kelurahan Sungai Andai memiliki banyak perumahan yang dibangun dengan jenis bangunan yang sama. Jenis bangunan sebagian besar perumahan dibangun dengan kontrusi papan/kasibut, dengan lantai papan dan atap seng atau asbes. Perumahan di Kelurahan Sungai Andai juga memiliki jarak yang relatif sama antar rumah yaitu 206
dengan ukuran sedang atau berkisar antara 1,5 meter sampai 3 meter. Keadaan perumahan yang demikian menyebabkan rentan terbakar dan api sangat cepat menjalar karena perumahannya cukup padat dan didukung perumahan dengan kontruksi kayu atau tidak permanen. VI. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih oleh penulis disampaikan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan pemahaman kepada penulis mengenai penyusunan jurnal penelitian. VII. DAFTAR PUSTAKA Wachyudin, M.Y. 1986. Teori Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran. Jakarta: Pusat Latihan Keterampilan Tenaga Kebakaran Ciracas. Ramli, S. 2010. Manajemen Kebakaran. Jakarta: DIAN RAKYAT. Syafiq, A. & Fikawati, S. 2012. Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Banjir dan Kebakaran. Jakarta: Universitas Indonesia. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALVABETA, cv. Margono, S. 2009. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penaggulangan Bahaya Kebakaran. 2008. Banjarmasin: WalikotaBanjarmasin. Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Banjarmasin dalam Angka. Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin. Kecamatan Banjarmasin Utara. 2013 .Data Kebakaran. Banjarmasin: Kecamatan Banjarmasin Utara. Kelurahan Sungai Andai. 2013. Laporan Bulanan Kelurahan Sungai Andai Desemberi 2013. Banjarmasin: Kelurahan Sungai Andai. Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Kebakaran. 2013. Frekuensi Kebakaran di Kota Banjarmasin. Banjarmasin: Pemerintah KotaBanjarmasin. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. 2013. Data Bencana Sosial Kebakaran Kota Banjarmasin. Banjarmasin: Pemerintah Kota Banjarmasin. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran, (Online), (http://www.ciptakarya .pu.go.id/dok/hukum/permen/permen_25_2008.pdf), diakses 12 Februari 2014). Lasuda, S. 2010. Analisis Terjadinya Kebakaran Akibat Listrik pada Bangunan, (Online), (http://elektro.pnj.ac.id/upload/artikel/files/08_Edit&Layout_In dra_Mart2011_Analisis%20Sistem(1).pdf., diakses 08 Oktober 2013). Latifah, R.N & Pamungkas, A. 2013. Identifikasi Faktor-Faktor Kerentanan Terhadap Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Kecamatan LiangAnggang Kota Banjarbaru, (Online), (http://www.portalgaruda.org/downlload_article.php?article=89244&val=4 186., diakses 27 Februari 2014). 207
Pane, M. 2011.Sistem Penanggulangan Kebakaran pada Permukiman Padat Perkotaan Studi Kasus Kecamatan Tanjung Balai Utara, Kota Tanjung Balai Provinsi Sumatera Utara, (Online), (http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/31960/4/Chapter%20I.pdf., diakses 18 Oktober 2013). Steven. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Upaya Penanganan Pra Bencana Kebakaran di Tingkat Komunitas, (Online), (http://lontar.ui.ac.id/file? file=digital/20352799-S-Steven.pdf., diakses 28 Januari 2014). Estria, C. 2008. Evaluasi Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kapal Penumpang KM. Lambelu PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PT. PELNI) Tahun 2008, (Online), (http://lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/metadata123414.pdf., diakses 1 Maret 2014). Standar Nasional Indonesia (SNI) 04-0225-2000. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), (Online), (http://mulyono.staff.un s.ac.id /files/2009/10/13707100-puil-2000.pdf., diakses 3 Maret 2014). Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia No 10/KPTS/2000. 2000. Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, (Online), (http://ciptakarya.pu.go.id/dok/hukum/kepmen/kepmen_10_2000.pdf., diakses 3 Maret 2014). Winda. 2012. Karakteristik Permukiman dan Pemanfaatan Pekarangan Rumah di Zona Hilir DAS Deli, (Online), (http://digilib.unimed.ac.id/public/UNI MED-Research-22274-24%20Abstrak.pdf., diakses 2 Maret 2014). Trisna, R. 2003. Kajian Pelayanan Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Kota Palembang, (Online), (http://eprints.undip.ac.id/11368/1/2013MTPK2404.Pdf, diakses 16 Oktober 2013). Ismawan, D.A. 2008. Kajian Kerentanan Kawasan Permukiman Padat Terhadap Bencana Kebakaran di Kecamatan Tambora-Jakarta Barat, (Online), (http://eprints.undip.ac.id/4074/1/dimas02.pdf, diakses 25 Oktober 2013). Sari, L.M. 2010. Upaya Pencegahan dan Penaggulangan Potensi Bahaya Kebakaran di Area Outer Tube Casting PT. Kayaba Indonesia, Bekasi Jawa Barat, (Online), (http://eprints.uns.ac.id/7007/1/103482809200910331.pdf, diakses 28Januari 2014). Amin, G.I. 2010. Analisis Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Area Produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Jakarta Tahun 2010,(Online),(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3 47/11101943-GYTHA%20INDRIAWATI%20AMIN-FKIK.PDF, diakses 08 Oktober 2013). Setiawan, B & Wiguna, A. 2012. Analisa Potensi Ancaman Kebakaran di Kawasan Permukiman Pesisir Kota Tarakan, (Online), (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-21737-chapter1pdf.pdf, diakses 11 Februari 2014).
208
Perwira, W.N. 2009. Evaluasi dan Analisis Konsekuensi Alat Pemadam Api Ringan di Gedung A FKM UI Tahun 2009 dengan Metode Event Tree Analysis, (Online), (lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126431-S-5629Evaluasi%20dan-Bibliografi.pdf, diakses 22 November 2013). Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan dan Paradigma Baru. Dalam Fajar. Karakter Siswa Kelas X SMAN 1 Plaihari pada Mata Pelajaran Geografi. Skripsi. Bjm: FKIP UNLAM. Badan Perencanaan Pembangunan Kota. 2006. Peta Administrasi Kecamatan Banjarmasin Utara. Banjarmasin: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Banjarmasin.
209