KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat dan rahmat-Nya, maka Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Volume 8 Nomor 1 Tahun 2014 berhasil diterbitkan. Jurnal ini hadir dihadapan pembaca sebagai wadah bagi penulisan hasil pemikiran dan penelitian di bidang pengembangan mutu pendidikan khususnya pendidikan kimia. Rasa terima kasih kami sampaikan kepada para penulis atas kontribusinya yang berupa artikel terhadap penerbitan edisi ini. Kami berharap agar para peneliti, akademisi, pengamat, praktisi dibidang pendidikan kimia dapat berpartisipasi menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan dimasukkan kedalam jurnal ini. Kontribusi penulis berupa saran atau solusi yang komprehensif dan mendalam diharapkan dapat dikembangkan berdasarkan pengamatan atau pengalaman hasil refleksi terhadap permasalahan dan kenyataan di lapangan. Kita dapat secara bersama-sama mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan melalui semangat pengabdian, rasa kepemilikan, dan tekad untuk memajukan pendidikan di tanah air. Semoga kehairan jurnal ini dapat memacu pemikiran-pemikiran yang menggali hingga ke akar permasalahan dan bermanfaat bagi semua pihak yang bergerak dibidang pendidikan. Kritik dan saran bagi penyempurnaan penerbitan jurnal ini di masa yang akan datang dapat disampaikan kepada Dewan Penyunting yang dengan senang hati menerima dan menjadikannya sebagai masukan untuk meningkatkan mutu jurnal.
Ketua Penyunting
DAFTAR ISI
Analisis Kelemahan Eksplanasi Mahasiswa Kaitannya dengan Budaya Kerja dan Pengembangan Kecerdasan Inter-Intrapersonal Dalam Perkuliahan Elektrometri Sri Wardani (1219 - 1229) Pengaruh Model Team Assisted Individualization dengan Structure Exercise Method Terhadap Hasil Belajar Fanny Firman Syah*, Antonius Tri Widodo dan Sri Nurhayati (1230 - 1240) Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia dengan Pendekatan Project-Based Learning Didi Kurniadi*, Kasmadi Imam Supardi dan Latifah (1241 - 1249) Pengembangan Rubrik Performance Assessment pada Praktikum Hidrolisis Garam Nila Puspitasari*, Sri Haryani dan Nuni Widiarti (1250 – 1259) Pembelajaran Berbasis Praktikum Bervisi Sets untuk Meningkatkan Keterampilan Laboratorium dan Penguasaan Kompetensi Shinta Nur Baeti*, Achmad Binadja dan Endang Susilaningsih (1260 – 1270) Keefektifan Strategi Metakognitif Berbantu Advance Organizer untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Zara Bunga Namira*, Ersanghono Kusumo dan Agung Tri Prasetya (1271 - 1280) Keefektifan Inkuiri Terbimbing Berorientasi Green Chemistry terhadap Keterampilan Proses Sains Nur Amalia Afiyanti*, Edy Cahyono dan Soeprodjo (1281 - 1288) Keefektifan Pembelajaran Berorientasi Chemoentrepreneurship pada Pemahaman Konsep dan Kemampuan Life Skill Siswa Novita Nurmasari*, Supartono dan Sri Mantini Rahayu Sedyawati (1289 – 1299) Penerapan Pembelajaran Group Investigation Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Koloid Arinda Dian Wijayanti* dan Eko Budi Susatyo (1300 – 1308) Implementasi Praktikum Aplikatif Berorientasi Chemoentrepreneurship Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia Fina Haziratul Qudsiyah*, Subiyanto Hadisaputro dan Woro Sumarni (1309–1318)
1219
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi....
ANALISIS KELEMAHAN EKSPLANASI MAHASISWA KAITANNYA DENGAN BUDAYA KERJA DAN PENGEMBANGAN KECERDASAN INTER-INTRAPERSONAL DALAM PERKULIAHAN ELEKTROMETRI Sri Wardani* Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kelemahan mahasiswa dalam mengekplanasi prosedur, gejala yang teramati, dan konsep-konsep dasar dalam perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas laboratorium yang dikaitkan dengan budaya kerja dan pengembangan kecerdasan inter-intrapersonal. Penelitian ini menggunakan subyek 30 mahasiswa pendidikan kimia yang mengambil mata kuliah praktikum kimia analisis instrumen. Data dikumpulkan melalui tes awal secara tertulis dan pertanyaan lisan pada saat mahasiswa melaporkan data pengamatan. Rerata nilai untuk eksplanasi prosedur, gejala yang teramati, serta konsep-konsep dasar berturut-turut adalah 60; 61 dan 59 (skor 100). Kegiatan praktikum yang berlangsung sampai saat ini tidak memberi peluang pengembangan kemampuan interintrapersonal mahasiswa seperti identifikasi informasi, mengelaborasi informasi, diskusi untuk mengembangkan dan mengevaluasi prosedur, menyusun konsep baru dan membuat laporan. Oleh sebab itu perlu diupayakan perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas laboratorium yang memberi kesempatan mahasiswa mengembangkan kecerdasan inter-intrapersonal yang dikaitkan juga dengan budaya kerja orang jawa. Kata kunci: aktivitas laboratorium, budaya kerja, elektrometri, inter-intrapersonal ABSTRACT This study aims to gain an overview of student weakness in explanation of procedures, symptoms observed, and the basic concepts in the lecture of electrometry based laboratory activities associated with the work culture and the development of inter-intrapersonal intelligence. This study used 30 subjects, they are chemistry education students who take courses in analytical chemistry lab instruments. Data were collected through preliminary tests in writing and oral questions during student reported observational data. The mean value for the explanation of the procedure, the symptoms observed, as well as the basic concepts are respectively 60, 61 and 59 (score 100). Practicum that lasts to this day do not give opportunity to develop inter-intrapersonal ability students such as information identification, information elaborating, discussions to develop and evaluate procedures, formulate new concepts and create reports. Therefore it is necessary to built the electrometry lecture-based lab activities that give students the opportunity to develop inter-intrapersonal intelligence which is also associated with the work culture of Java. Keywords: electrometry, inter-intrapersonal, lab activity, work culture PENDAHULUAN Pembelajaran
sebagai
(Depdiknas, 2003). Melalui kegiatan tersebut
menjadi
peserta didik memperoleh pengalaman dan
wahana bagi mahasiswa untuk mempelajari
menemukan sendiri produk sains. Salah
dirinya sendiri dan alam sekitarnya melalui
satu cara untuk mendapatkan pengalaman
pemberian pengalaman secara langsung
dan menemukan sendiri suatu produk sains
bagian
dari
sains
kimia
diharapkan
1220
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229
adalah melalui perkuliahan berbasis aktivitas
Pretes dilakukan secara tertulis dan lisan
laboratorium.
yang mengutamakan pemahaman konsep
Aktivitas laboratorium merupakan
dan penjelasan prosedur. Setiap kelompok
salah satu cara para ilmuwan menemukan
terdiri dari 3-4 mahasiswa, pada umumnya
ilmu pengetahuan, eksperimen merupakan
hanya 1-2 mahasiswa saja yang dapat
kegiatan laboratorium yang pada umumnya
memberikan
digunakan untuk membuktikan suatu teori
meskipun mata kuliah praktikum diberikan
(verifikasi). Oleh karena itu eksperimen
sesudah mata kuliah teori.
mempunyai peranan penting dalam pem-
penjelasan
Perkuliahan
dengan
elektrometri
baik,
terkait
belajaran. Kegiatan eksperimen merupakan
pemahaman konsep sebagaimana tercan-
aktifitas istimewa yang berfungsi untuk
tum dalam kurikulum inti butir praktikum
melatih dan memperoleh umpan balik serta
kimia analisis instrumen, yakni mampu
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
mengembangkan
Eksperimen
dapat
konsep
kimia
dengan
digunakan
memanfaatkan teknologi dan seni, serta
untuk mengembangkan kompetensi ranah
menggunakan peralatan kimia dalam me-
psikomotorik, kognitif, dan afektif. Ranah
ngembangkan konsep elektrometri. Kedua
psikomotorik meliputi keterampilan meran-
butir kompetensi tersebut mengisyaratkan
cang, menentukan variabel, mengajukan
bahwa
pertanyaan, menentukan dan menggunakan
elektrometri
peralatan, serta melaksanakan prosedur
kompetensi dasar elektroanalitik yang dapat
penggunaan alat dan melakukan observasi.
dicapai melalui aktivitas laboratorium yang
Ranah kognitif diantaranya melalui kegiatan
terencana dengan baik.
merumuskan masalah, menetapkan tujuan
pengembangan dalam
Aktivitas
konsep
rangka
dasar
pembekalan
laboratorium
yang
yang spesifik, memaparkan landasan teori
terencana dengan baik harus mengacu
secara sekuensial dan sistematis, merumus-
pada kemampuan dasar analitik yang harus
kan hipotesis, merumuskan prosedur yang
dimiliki
benar, membuat prediksi, mengevaluasi
Kemampuan dasar
hasil observasi, membuat pembahasan dan
berupa pemahaman konsep dasar elektro-
interpretasi, dan melaporkan hasil, serta
analitik, tehnik
menyimpulkan hasil eksperimen. Ranah
analisis pada sampel. Selain itu dengan
afektif meliputi antara lain bekerja sama,
pemahaman yang dimilikinya diharapkan
berbagi pengetahuan, berkomunikasi dan
mahasiswa dapat menyelesaikan permasa-
menghargai pendapat orang lain.
lahan
oleh
terkait
mahasiswa
calon
yang harus
analisis
teknik
dan
guru. dimiliki
penerapan
analisis
secara
laborato-
elekrometri. Hasil field study yang dilakukan
rium kimia analitik yang berlangsung saat ini
pada semester gasal 2009-2010 untuk mata
pada umumnya diawali dengan pretes,
kuliah praktikum kimia analisis instrumen
praktikum sesuai prosedur, mencatat data
menunjukan
pengamatan dan melaporkan pada dosen,
konsep teori elektrometri antara lain 80%
serta membuat laporan akhir praktikum.
mendapat nilai di bawah 50 (skor 100),
Pelaksanaan
Aktivitas
hasil
pretes
pemahaman
1221
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... sedangkan 20% mendapat nilai antara 50-
sama team (Lazear, 2004; Cacciatore dan
79. Kondisi ini disebabkan oleh pemahaman
Sevian, 2009) Hasil penelitian Prasetyo, et al.,
konsep teori elektroanalitik mahasiswa calon guru
yang
mahasiswa
masih
rendah.
Komentar
(2008) menunjukkan bahwa pada praktikum
alasan
terjadinya
elektrometri, perolehan
mengenai
skor mahasiswa
kondisi tersebut adalah karena sebelum
adalah 70 (dari skor total 100) sebanyak
melihat alat dan melakukan praktikum,
35,31%.
mereka masih salah dalam memahami
dalam menjelaskan apa yang dilakukan dan
konsep.
melakukan
gejala yang teramati, terjadi karena aktivitas
kegiatan praktikum di laboratorium akan
laboratorium yang dilakukan selama ini
membuat mahasiswa menjadi lebih jelas
masih bersifat verifikatif. Kondisi terkait
dalam memahami konsep.
permasalahan kurang bermaknanya prakti-
Diharapkan
Kebiasaan
dengan
kum kimia termasuk kimia analitik, juga
laksanakan melalui aktivitasi laboratorium,
dinyatakan oleh Adami (2006); Amara-
membuat ilmuwan memiliki kemampuan
siriwardena, (2007); Kipnis dan Hofstein,
berpikir, sehingga mereka terampil dalam
(2007).
berbagai
ilmiah,
mahasiswa
di-
memecahkan
bekerja
Kekurangmampuan
tidak
Manusia di dalam kehidupannya
hanya masalah dalam bidangnya namun
tidak dapat diputuskan dari akar kebudaya-
juga masalah di luar bidang dalam kehidu-
annya, karena akar kebudayaan inilah yang
pannya.
sesungguhnya
Laporan
masalah,
laboratorium
Amerika
memberikan
identitas
dalam NRC (2005) menyimpulkan bahwa
eksistensinya sebagai manusia. Oleh karena
buku petunjuk praktikum sudah tidak efektif
itu pengetahuan tentang kebudayaan yang
lagi
Aktivitas
telah lampau, walaupun kebudayaan itu
laboratorium dapat membangun pemaham-
telah punah, akan selalu memperkokoh
an
dan
identitas manusia sekarang (Suranto, 2009).
perbaikan metakognisi, merupakan cara
Indonesia yang merupakan negara kepulau-
untuk mengembangkan kecerdasan intra-
an terdiri dari berbagai budaya, antara lain
personal. Identifikasi tujuh tujuan pem-
benda, tradisi dan nilai-nilai budaya jawa
belajaran
laboratorium
peninggalan nenek moyang yang masih ada
antara lain: membangun teori, membangun
sampai sekarang. Benda dan tradisi yang
kompetensi
membangun
masih ada sampai sekarang adalah keris,
kemampuan berpikir kompleks merupakan
batik, candi, rumah joglo, jamu, bahasa jawa
pengembangan
logical-
dan huruf jawa, tarian jawa dan gamelan.
mathematic. Dalam kerja empirik terdapat
Nilai budaya jawa yang juga masih ada
alternatif dalam mengembangkan kecer-
sampai sekarang misalnya, aja lali nalika
dasan
membangun
lara lapa artinya berjuang mencapai cita-
keterampilan praktek, membangun pema-
cita, menanamkan setiakawan; aja metani
haman konsep, mengembangkan ilmu dan
alaning liyan artinya menghargai orang lain;
pembelajarannya, serta membangun kerja
aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa
untuk
pengajaran
konsep,
sains.
keterampilan
dengan
aktivitas
dasar,
dan
praktek
kecerdasan
interpersonal
yakni
1222
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229
artinya belajar bisa merasakan rasa; narima
bermacam kecerdasan. Ada delapan jenis
ing pandum artinya selalu bersyukur; rukun
kecerdasan
agawe
santosa artinya menciptakan kerja
delapan jenis kecerdasan tersebut adalah
sama yang baik; sugih tanpa bandha artinya
kecerdasan linguistic, kecerdasan logical
membagi ilmu dengan teman; alon-alon
mathematic,
waton kelakon artinya walaupun pelan tetapi
kecerdasan musical-rhythmic, kecerdasan
harus tercapai,
bodily-kinesthetic, kecerdasan interpersonal,
ojo dumeh artinya jangan
sebagai
teridentifikasi,
kecerdasan
adapun
spatial-visual,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan
sombong (Purwadi, 2004). LPTK
yang
lembaga
yang
naturalist (Lazear, 2004).
mempersiapkan calon guru sains harus
Kecerdasan interpersonal, meru-
membekali mahasiswanya sesuai standar
pakan kecerdasan dalam berhubungan dan
kemampuan calon
memahami
tenaga kependidikan
orang
lain
luar
dirinya.
menuntun
individu
yang meliputi aspek: kepribadian sebagai
Kecerdasan
tenaga
bidang
untuk melihat berbagai fenomena dari sudut
spesialisasi, cara penyampaian, evaluasi
pandang orang lain, agar dapat memahami
hasil belajar serta keprofesian (Depdiknas,
bagaimana mereka melihat dan merasakan,
2002). Demikian juga calon guru sains harus
sehingga terbentuk kemampuan yang bagus
memiliki bekal pengetahuan yang terin-
dalam
tegrasi antara kemampuan bidang studi dan
kerjasama
kemampuan mengajar sains (NRC, 1996).
menjaga kesatuan dalam suatu kelompok.
kependidikan,
Pada
materi
hakekatnya
kemampuan
tersebut
di
mengorganisasikan dengan
Kemampuan
orang
tersebut
tim,
menjalin
lain
ataupun
ditunjang
dengan
bidang studi dan kemampuan mengajar
bahasa verbal dan nonverbal untuk mem-
sains berhubungan erat dengan multiple
buka saluran komunikasi dengan orang lain.
intelligence seseorang. Multiple intelligence
Kecerdasan
merupakan kemampuan untuk memecahkan
tahapan mengumpulkan dasar pengeta-
masalah
atau
huan, tahap menerima masukan teman-
komunitas tertentu, yang terdiri dari delapan
teman dan menyamakan dengan pendapat
macam kecerdasan. Meskipun demikian,
sendiri, kemudian analisis informasi dan
jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi
processing yaitu tahapan menghubungkan
jelas bukan hanya satu kapasitas mental.
pendapat teman dengan pendapat sendiri
Kecerdasan
merupakan
untuk menyamakan pemahaman konsep
kemampuan untuk menangkap situasi baru
dalam kerja kelompok, serta tahapan ber-
serta
pikir tingkat tinggi dan penalaran merupakan
dalam
situasi
budaya
menurutnya
kemampuan
untuk
belajar
dari
pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan
bergantung
interpersonal
terdiri
dari
tahap menyimpulkan dan mengembangkan pada
hasil
diskusi
untuk
mengembangkan
konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan
penelitian dan mengidentifikasi pendapat
oleh kehidupan, lingkungan dan budaya
dalam bentuk pertanyaan (Lazear, 2004).
dimana kita hidup dan mengembangkan diri. Setiap
manusia
diciptakan
dengan
Kecerdasan intrapersonal, tergantung pada proses dasar yang memung-
1223
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... kinkan individu untuk mengklasifikasikan
rapkan, hendaknya dilakukan pembenahan
dengan tepat perasaan-perasaan mereka,
model pembelajaran, tidak hanya mene-
misalnya membedakan sakit dan senang
kankan penguasaan konsep kimia, tetapi
dan
keterampilan berpikir, meng-komunikasikan
bertingkah
pembedaan
laku
tersebut.
tepat
sesuai
Kecerdasan
ini
proses
dan
hasil
belajar
kimia
dalam
memungkinkan individu untuk membangun
pembelajaran kimia di sekolah lanjutan,
model mental mereka yang akurat, dan
serta membekali calon guru kimia dengan
menggambarkan beberapa model untuk
keterampilan laboratorium berpendekatan
membuat keputusan yang baik dalam hidup
interintrapersonal dan inqury (Lazear, 2004;
mereka. Kecerdasan intrapersonal terdiri
NSTA dan AETS, 1998; NRC, 2005).
dari
tahapan
mengumpulkan
dasar
Perkuliahan elektrometri berbasis
pengetahuan, melihat sumber informasi dari
aktivitas laboratorium sangat sesuai untuk
buku
mengembangkan
kecerdasan
inter-
intrapersonal
kecerdasan
logical-
dan
internet
agar
dapat
meng-
hubungkan
dengan
permasalahan
yang
dan
ada, kemudian tahapan analisis informasi
mathematic (Lasear, 2004), karena melalui
dan processing yaitu tahapan pengembang-
mata kuliah ini diharapkan calon guru
an penemuan untuk menjawab permasalah-
mampu
an yang ada serta tahapan berpikir tingkat
merencanakan
tinggi dan penalaran yang merupakan tahap
gunakan berbagai instrumen yang memang
transformasi
diperlukan
konsep
dasar
menjadi
menggali
percobaan,
dalam
pendapat sendiri dengan menyusun konsep
pemecahan
baru dari proses pemecahan masalah dan
2007; Adami, 2006).
dapat
menunjukan
pemahaman
konsep
kemampuan
salah
masalah
Penelitian
serta
satu
diri, meng-
langkah
(Amarasiriwardena,
ini
bertujuan
untuk
dengan cara membuat laporan (Lazear,
memperoleh gambaran keterkaitan ekspla-
2004 ).
nasi Dengan
sebagai
hasil
belajar
praktikum
praktikum kimia analitik instrumen yang
seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
selama ini dilakukan dengan budaya kerja
yaitu model praktikum verifikasi, peluang
dan
mahasiswa mendapatkan latihan berupa
intrapersonal.
permasalahan yang menantang tidak bisa
mengetahui
dilakukan.
dikembangkan dan apakah ada hubungan-
Model
pelaksanaan
mahasiswa
praktikum
verifikasi
pengembangan ini
budaya
inter-
dilakukan
untuk
kerja
dapat
nya
hadapi tugas dan tantangan dalam dunia
yang
kerja
elektrometri berbasis aktivitas laboratorium.
mengajar
berbasis
aktivitas
indikator
yang
bertujuan agar peserta didik siap meng-
yaitu
dengan
Hal
kemampuan
dikembangkan
inter-intrapersonal pada
perkuliahan
laboratorium di sekolah. Berdasarkan uraian di atas maka
METODE PENELITIAN
diperlukan perubahan pola pembelajaran kimia di LPTK. Untuk mengembangkan kecerdasan interintrapersonal yang diha-
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang ditujukan untuk memperoleh
1224
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229
gambaran tentang keterkaitan eksplanasi
instrumen, maupun praktikum kimia analitik
mahasiswa
lainnya. Dari 30 mahasiswa praktikan, hanya
dalam
memahami
konsep-
konsep dasar, prosedur dan gejala yang
7
teramati
dan
dengan baik, atau yang sering terjadi dalam
yang
satu kelompok hanya 1 yang benar-benar
terkembangkan dalam perkuliahan kimia
menjawab dengan baik. Soal-soal yang
analisis instrumen. Penelitian ini dilakukan
diberikan
pada
dengan
prinsip dasar metode, manfaat komponen
melibatkan 30 mahasiswa yang mengontrak
peralatan/ instrumen, serta maksud langkah
mata
dalam prosedur.
dengan
kecerdasan
budaya
kerja
inter-intrapersonal
tahun
kuliah
ajaran
2010/2011
kimia
analisis
instrumen,
mahasiswa
termasuk didalamnya pada materi elektro-
yang
secara
mampu
menjawab
keseluruhan
meliputi
Pada saat mahasiswa melaporkan
metri. Materi praktikum elektrometri meliputi
hasil
substansi
Tetapan
melakukan praktikum, peneliti menanyakan
Disosiasi Asam Lemah secara Potensio-
secara lisan terkait konsep dasar praktikum,
metri, Penentuan Tetapan Hidrolisis (Kh)
gejala yang teramati, dan data pengamatan
Garam Pb(NO3)2, dan Tetapan Hasil Kali
yang dihasilkan. Hasil jawaban mahasiswa
Kelarutan (Ksp) Garam PbSO4 dan PbI2
yang menunjukkan kelemahan eksplanasi
serta Titrasi Konduktometri.
mahasiswa
kajian
Penentuan
Pengambilan
data
dilakukan
data
pengamatan
dianalisis
intrapersonal.
menilai eksplanasi dan melalui angket/
pada Tabel 1.
kuisioner untuk budaya kerja yang terkait dengan
deskriptif
dan
sewaktu
dihubungkan
dengan budaya kerja dan kemampuan inter-
dengan tes lisan, catatan lapangan untuk
diolah
dan
Hasil
analisis
ditampilkan
Kekurangmampuan
mahasiswa
presentasi.
dalam menjelaskan apa yang dilakukan dan
Kelemahan eksplanasi mahasiswa dalam
gejala yang teramati, terjadi karena aktivitas
menjawab dianalisis dan dikaitkan dengan
laboratorium yang dilakukan selama ini
kecerdasan inter-intrapersonal dan budaya
masih bersifat verifikatif. Kondisi terkait
kerja.
permasalahan
kurang
bermaknanya
praktikum kimia termasuk kimia analitik, juga HASIL DAN PEMBAHASAN
dinyatakan
oleh
Amarasiriwardena Pelaksanaan
praktikum
diawali
kesiapan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum, khususnya pengetahuan tentang prosedur. Pada umumnya mereka tidak mampu
menjelaskan
maksud
langkah
percobaan yang akan dilakukan, dan hal ini selalu terjadi pada praktikum kimia analisis
(2007),
(2006),
Kipnis
dan
Hofstein (2007).
dengan pretes yang dilakukan secara lisan. Tes awal ini dimaksudkan untuk mengetahui
Adami
Ashkenazi dan
Weaver
(2007)
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis riset meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa. Adami (2006) melalui pembelajaran berbasis proyek yang dinamakan TAP
(Total
Analytical
Project)
mampu
meningkatkan motivasi siswa, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kemandirian,
1225
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... serta keterampilan berkomunikasi. Atmara-
naan praktikum berbasis proyek, mahasiswa
siriwardena
melakukan
dilatih sebagai seorang analis sehingga
penelitian dalam praktikum kimia analitik
lebih meningkatkan keterampilan maha-
yang
siswa.
(2007)
dimaksudkan
telah
untuk
memper-baiki
pelaksanaan praktikum yang selama ini berlangsung, mereka memperbaiki pelaksa-
Tabel 1. Rangkuman kelemahan eksplanasi mahasiswa dalam praktikum kimia analisis instrumen No
1
Substansi kajian
Penentuan tetapan disosiasi asam lemah secara potensiometri
Gejala yang teramati dari mahasiswa
a. Tidak bisa menjelaskan mengapa titrasi potensiometri yang sedang dikerjakan semestinya tercapai pada pH>7 b. Hasil harga Ka yang diperoleh dengan 4 cara masing-masing berbeda. Pada umumnya mahasiswa tidak berusaha membahas cara mana yang paling teliti, serta belum banyak yang membandingkan dengan Ka dalam literatur c. Kurang mampu menjelaskan mengenai maksud tiap tahap langkah dalam prosedur seperti:
Jumlah Mahasiswa (%) 60
50
73
1) Mengapa harus dicari titik ekivalen 2) Apa tujuan dibuat kurva titrasi 3) mengapa dicari pH pada setengah titik ekivalen. 2
3
Penentuan tetapan hidrolisis (Kh) garam Pb(NO3)2 , dan Tetapan Hasil kali kelarutan (Ksp) garam PbSO4 dan PbI2
Titrasi Konduktometri
a. Tidak mengetahui bahwa ada kesalahan data pH larutan Pb(NO3)2 , yakni yang disebabkan kurang tepat dalam membuat larutan b. Tidak mengetahui bahwa larutan Pb(NO3)2 yang kurang tepat berakibat ketidaktepatan hasil Kh maupun Ksp
47
c. Tidak mengetahui mengapa daerah pH larutan (Pb(NO3)2 semestinya lebih kecil dari 7
63
d. Tidak mengetahui mengapa pH PbSO4 dan PbI2 harus masuk dalam daerah pH Pb(NO3)2
50
a. Tidak mengetahui kapan titik ekivalen tercapai, karena tidak mampu memprediksi dari konsentrasi larutan yang digunakan, sehingga seringkali terjadi titrasi sudah berakhir meskipun titik ekivalen belum tercapai. b. Pembuatan grafik terkesan asal membuat, absis dan ordinat tidak diberi nama dan skala kurang diperhatikan sehingga hasil letak titik ekivalen kurang tepat.
57
57
67
1226
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229
63
Rerata 62 61
Nilai
60 Prosedur Gejala Konsep
59 58 57 56 55 Ka
Kh dan Ksp
Konduktrometri Rerata Total
Gambar 1. Rerata nilai eksplanasi aspek prosedur, gejala yang teramati, dan konsep dasar
Dengan
pelaksanaan
praktikum
kan
kecerdasan
logical-mathematic
dan
seperti yang telah diuraikan sebelumnya
kecerdasan inter-intrapersonal mahasiswa
yaitu model praktikum verifikasi, peluang
(Lazear, 2004; Purwadi, 2006).
mahasiswa mendapatkan latihan berupa
Terkait
pemecahan
permasalahan yang menantang tidak bisa
menurut
dilakukan, padahal seharusnya dibekalkan,
dengan menggunakan prosedur sudah tidak
agar siap menghadapi tugas dan tantangan
efektif, idealnya praktikum dapat mengem-
dalam dunia kerja yaitu mengajar berbasis
bangkan kemampuan interper-sonal terdiri
aktivitas laboratorium di sekolah.
dari
Aktivitas proses
laboratorium
belajar
seharusnya
sains
melalui
dan
tahapan
Sevian
praktikum
mengumpulkan
dasar
dalam
pengetahuan merupakan tahap menerima
kimia,
masukan teman-teman dan menyamakan
tahapan
dengan pendapat sendiri, kemudian analisis
termasuk
dilakukan
Lazear
masalah
eksplorasi dari pengalaman yang dimiliki-
informasi
nya,
menghubungkan pendapat teman dengan
mencari
jurnal
pendukung
dan
dan
prosesing
pendapat
kegiatan bekerja ilmiah. Kemudian dimulai
pemahaman konsep dalam kerja kelompok,
aktivitas laboratorium dengan observasi data
dan tahapan berpikir tingkat tinggi dan
primer
dengan
penalaran merupakan tahap menyimpulkan
bekerja
dan mengembangkan hasil diskusi untuk
dengan
menemukan
mengembangkan penelitian dan mengidenti-
menjadi
pengetahuan
fikasi pendapat dalam bentuk pertanyaan
melibatkan ilmiah,
atau
kemampuan
sampai
kesimpulan
sekunder
yang
dasar
baru. Sehingga aktivitas laboratorium sangat mengembangkan
infiltrasi
budaya
jawa
kearah yang positip dan juga mengembang-
untuk
tahapan
mengembangkannya, persiapan kerja untuk
dan
sendiri
yaitu
menyamakan
(Lazear, 2004; Sevian, 2009). Juga
dapat
mengembangkan
kecerdasan intrapersonal, kemampuan ini
1227
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi.... memungkinkan individu untuk membangun
menjadi
model mental mereka yang akurat, dan
menyusun
menggambarkan beberapa model untuk
pemecahan masalah dan dapat menunjuk-
membuat keputusan yang baik dalam hidup
an
mereka. Kecerdasan intrapersonal terdiri
membuat laporan (Lazear, 2004 ).
dari
tahapan
mengumpulkan
pendapat konsep
pemahaman
dasar
Dalam
sendiri baru
konsep
proses
dengan dari
proses
dengan
cara
pengembangan
pengetahuan merupakan tahapan melihat
kecerdasan inter-intrapersonal juga perlu
sumber informasi dari buku dan internet
dikaitkan dengan budaya kerja orang jawa
agar
dengan
yang lebih menghidupkan sikap kerja nastiti
permasalahan yang ada, kemudian tahapan
ngati-ati, tekun-sabar dan dapat bekerja
analisis
yaitu
sama/gotong royong dengan baik diperkuat
tahapan pengembangan penemuan untuk
dengan pendapat mahasiswa dari hasil uji
menjawab permasalahan yang ada dan
coba kelas besar dan kelas percobaan
tahapan berpikir tingkat tinggi dan penalaran
sebagai berikut disajikan dalam Tabel 3.
dapat
menghubungkan
informasi
dan
prosesing
merupakan tahap transformasi konsep dasar
Tabel 3. Hasil observasi budaya kerja kelas uji coba dan implementasi (%) No
Uji coba %
Implementasi %
Budaya kerja
1
93
95
Nastiti ngati-ati
Kecerdasan Inter Intrapersonal yang terkembangkan Kecerdasan intrapersonal
2
81
100
Rukun agawe santosa
Kecerdasan interpersonal
3
80
89
Alon-alon waton kelakon
Kecerdasan intrapersonal
4
90
91
Sabar,tekun
Kecerdasan intrapersonal
5
75
86
Ojo dumeh
Kecerdasan interpersonal
6
80
94
Gotong royong
Kecerdasan interpersonal
(Wardani, 2011)
Konsep dasar praktikum yang
aktivitas
laboratorium
dengan
berhubungan dengan pemahaman konsep,
bangan
kecerdasan
inter-intrapersonal,
merupakan kelemahan yang selama ini
seperti identifikasi informasi, mengelaborasi
selalu muncul. Keadaan ini menyebabkan
informasi, diskusi untuk mengembangkan
ketidaktahuan
data
dan mengevaluasi prosedur, menyusun
pengamatanya sangat menyimpang dan
konsep baru dan membuat laporan. Model
mereka
ini juga dapat mengaktifkan budaya kerja
tidak
Kesalahan
penerapan
mampu
baru
melaporkan Keadaan
mahasiswa
diketahui
data
ini
dapat
model
hasil
bahwa
menjelaskan. pada
saat
pengamatan.
diperbaiki praktikum
dengan berbasis
pengem-
jawa yang sudah ada sejak lingkungan keluarganya.
1228
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014 Halaman 1219 - 1229
SIMPULAN
Concepts: The Case Of Teaching Solvent
Kelemahan eksplanasi mahasiswa
Miscibility,
Chemistry
Education Research and Practice.
terkait prosedur, gejala yang teramati, dan konsep-konsep dasar terjadi karena pola pelaksanaan perkuliahan
Incrementally
Approaching
instrumen yang belum mengembangkan
Inquiry
Curriculum:
model
Changing
berbasis
kimia
aktivitas
analisis
Cacciatore,K.L. dan Sevian, H., 2009,
laboratorium.
Lab. a
Single
an Can
Laboratory
Rerata nilai untuk eksplanasi prosedur,
Experiment
Improve
Student
gejala yang teramati, serta konsep-konsep
Performance
in
General
dasar berturut-turut adalah 60, 61 dan 59.
Chemistry?, Chemical Education
Oleh karena itu perlu diupayakan suatu
Research. Vol 86, No 4.
kegiatan perkuliahan analisis instrumen
Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004: Standar
berbasis aktivitas laboratorium yang selain
Kompetensi Mata Pelajaran Kimia,
mengembangkan keterampilan dasar mela-
Jakarta: Departemen Pendidikan
kukan praktikum dan pemahaman konsep
Nasional.
juga mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah,
sehingga
kecerdasan
Haryani, S., Prasetyo, A.T. dan Wardani, S., 2008, Pengembangan Panduan
inter-intrapersonal dan budaya kerja dapat
Praktikum
terkembangkan.
Eksplanasi
Untuk
Meningkatkan
Mahasiswa
Dalam
Praktikum Kimia Analisis Instrument, Prosiding Seminar Nasional Kimia
DAFTAR PUSTAKA
dan Pendidikan Kimia 2008. Adami, G. A., 2006, New Project-Based
Kipnis, M. dan Hofstein, A., 2007, The
Lab for Undergraduate Environmental
Inquiry Laboratory As A Source For
and Analytical Cemistry, Journal of
Development Of Metacognitive Skills.
Chemical Education, Vol 83, No 2.
International Journal of Science and
Amarasiriwardena,
D.,
2007,
Analytical
Atomic
Advances
In
An
Teaching
Spectroscopy Environmental
Chemistry Class Using A ProjectBased
Laboratory
Approach:
Mathematics Education. Lazear, D., 2004, Higher-Order Thingking the
Multipple
Intelligences
Way.
Chicago: Zephir Press. NRC (National Research Council), 1996,
Investigation Of Lead And Arsenic
National
Distributions In A Lead Arsenate
Standard, Washington DC: National
Contaminated Apple Orchard, ABCS
Academic Press.
of Teaching Analytical Science.
Lecture
Promote
The
Education
National Science Teacher Association &
Ashkenazi, G. dan Weaver, G.C., 2007, Using
Science
Demonstrations
to
Refinement
Of
Association for The Education of Teachers in Science, 1998, Standar
Sri Wardani, Analisis Kelemahan Eksplanasi....
for Science Teacher Preparation, NY: NSTA & AETS. Purwadi,
2006,
Babad
Tanah
Jawa:
Menelusuri
Sejarah
Kejayaan
Kehidupan
Jawa
Kuno,
Yogyakarta: Panji Pustaka. Suranto,
P.,
2009,
Gusti
Ora
Sare,
Yogyakarta: Penerbit Adiwacana. Wardani, S., 2011, Potensi Budaya Jawa dalam
Meningkatkan
Muliple
Intelligence Mahasiswa Calon Guru Kimia. Proceeding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2011.
1229
1230
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240
PENGARUH MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN STRUCTURE EXERCISE METHOD TERHADAP HASIL BELAJAR Fanny Firman Syah*, Antonius Tri Widodo dan Sri Nurhayati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar antara siswa dengan pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan Structure Exercise Method (SEM) berfasilitasi LKS dibandingkan dengan siswa yang hanya dengan pembelajaran TAI, dan siswa tanpa model TAI dan SEM, serta manakah penerapan metode yang terbaik dari ketiga perlakuan sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif metode yang lebih baik. Desain penelitian ini adalah pretest and postest control group design. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling. Berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen I sebesar 84,67, kelas eksperimen II sebesar 82,41, dan kelas kontrol sebesar 76,61. Hasil uji Anava menunjukkan perbedaan rata-rata yang signifikan antara ketiga kelas. Uji pasca Anava Scheffe menunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan antara masingmasing kelas dan menunjukkan bahwa kelas eksperimen I merupakan kelas dengan hasil belajar terbaik. Pengaruh penerapan model TAI dengan SEM sebesar 20,82%. Hasil belajar afektif dan psikomotorik pada kelas TAI dan SEM menunjukkan hasil yang terbaik dari ketiga kelas. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu pembelajaran TAI dengan SEM berfasilitasi LKS menghasilkan hasil belajar terbaik. Kata kunci: hasil belajar; structure exercise method, team assisted individualization
ABSTRACT This study aimed to investigate the differences of learning outcomes between students with learning Team Asissted Individualization (TAI) and Structure Exercise Method (SEM) equipped with student worksheet, students with simply TAI learning, and students without TAI and SEM models, and which the implementation of model is the best ones that can be used as an alternative better model. Experimental design of this study is a pretest and posttest control group design. Samples were taken with cluster random sampling technique. Based on the analysis the average cognitive achievement test of experimental class I is 84.67, experimental class II is 82.41, and control class is 76.61. The Anova test results showed the average difference is significant between the three classes. Scheffe's post-ANOVA test showed the average difference is significant between each class and demonstrated that the experimental class I is the class with the best learning outcomes. The contribution of aplication of TAI and SEM models is 20,82%. Affective and Psychomotor learning outcomes of TAI and SEM class showed that it is the best result from three class. The conclusion of this study that learning TAI and SEM equipped with student worksheet produce the best learning outcomes. Keywords: learning outcomes, structure exercise method, team assisted individualization
PENDAHULUAN Pembelajaran kimia pada umumnya menuntut siswa untuk mempelajari konsepkonsep kimia maupun materi kimia yang
bersifat hitungan matematis. Dalam proses pemahamannya, seringkali siswa mengalami kesulitan sehingga siswa menjadi malas dan berdampak pada perolehan hasil belajar
1231
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... yang tidak maksimal. Salah satu faktor yang
tifkan siswa dan membantu siswa dalam
mempunyai peranan yang sangat penting
proses pembelajaran adalah penggunaan
adalah guru. Guru dituntut untuk dapat
model pembelajaran Team Assisted Indi-
mendesain proses kegiatan pembelajaran
vidualization
yang inovatif, efektif dan interaktif sehingga
Team Assisted Individualization merupakan
dapat menarik perhatian siswa, merangsang
model
motivasi belajar siswa sehinga berdampak
pada
positif pada meningkatnya hasil belajar
(Suyitno, 2011). Dalam hal ini siswa dibagi
siswa.
menjadi
(TAI).
Model
pembelajaran penerapan
pembelajaran
yang
bimbingan
beberapa
menekankan antarteman
kelompok
secara
Pokok bahasan kelarutan dan hasil
heterogen. Pada setiap kelompok ada salah
kali kelarutan merupakan materi kimia yang
satu siswa yang memiliki kemampuan lebih
menuntut siswa untuk dapat menggabung-
dari yang lain sebagai penanggung jawab
kan
kelompok
antara
kimia
penguasaan
dan
konsep-konsep
mengaplikasikannya
dan
bertugas
membimbing
dalam
anggota kelompoknya yang masih kesulitan
perhitungan kimia, sehingga tidak jarang
dalam memahami suatu materi (Slavin,
banyak siswa yang mengalami kesulitan
1984). Keyakinan akan keunggulan model
dalam
Hasil
pembelajaran Team Assisted Individuali-
observasi yang dilakukan di suatu SMA di
zation diungkapkan Hooper dan Hannafin
Pekalongan,
dalam
mempelajari
materi
menunjukkan
ini.
bahwa
hasil
Yusuf,
et
al.
(2012),
bahwa
belajar kimia siswa kelas XI IPA pada pokok
pembelajaran kooperatif atau berkelompok
bahasan kelarutan dan hasil kali masih
erat
belum maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan
kemampuan yang maksimal dari setiap
masih banyaknya siswa yang mendapatkan
siswa pada kelompok yang heterogen,
nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal
meskipun siswa dengan kemampuan baik
(KKM) yang ditetapkan yaitu 76. Dalam
akan lebih baik dibanding siswa dengan
beberapa kasus guru menyadari bahwa
kemampuan sedang ataupun rendah. Hal ini
proses
guru
didukung oleh hasil penelitian Awofala et al.
seringkali tidak dapat diterima baik oleh
(2010) bahwa hasil belajar siswa dengan
siswa, namun yang disayangkan adalah
model
ketika
atau
meningkat lebih baik daripada pembelajaran
menangkap materi yang disampaikan, siswa
Framing strategy maupun konvensional.
enggan atau malas untuk bertanya, dengan
Marijono (2006) dan Ariani, et al. (2008)
alasan malu atau takut untuk bertanya,
juga memperoleh hasil temuan yang hampir
imbasnya
sama
penyampaian
siswa
materi
belum
selain
oleh
memahami
pemahaman
siswa
hubungannya
Team
bahwa
dengan
Assisted
prestasi
pencapaian
Individualization
belajar
siswa
terhadap materi yang diajarkan menjadi
mengalami peningkatan dengan pembelajar-
kurang, guru
an Team Assisted Individualization.
pun mengalami kesulitan
dalam mengukur tingkat pemahaman siswa. Salah
satu
model
pembelajaran
yang dapat digunakan untuk lebih mengak-
Selain penerapan model pembelajaran
TAI,
untuk
menambah
tingkat
pemahaman siswa dan tingkat kemandirian
1232
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240
siswa dalam mempelajari suatu materi,
tanpa SEM dan LKS dan siswa yang tidak
penerapan model TAI dapat juga disertai
diberi model pembelajaran TAI maupun
dengan penggunaan metode latihan ber-
SEM berfasilitasi LKS pada pokok bahasan
struktur atau Structure Exercise Method
kelarutan dan hasil kali kelarutan serta
yang difasilitasi dengan LKS. Metode latihan
mengetahui besarnya kontribusi pengaruh
berstruktur atau Structure Exercise Method
dari perbedaan perlakuan yang dilakukan.
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan METODE PENELITIAN
pemahaman siswa mengenai suatu materi yang sedang dipelajari dengan adanya pemberian
latihan
soal-soal
yaitu penggunaan soal-soal yang dimulai dari soal dengan tingkat kesulitan rendah dan dilanjutkan ke soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi (Rusmansyah dan Irhasyuarna, 2002). Penelitian yang dilakukan Nugraha (2008) menunjukkan bahwa
hasil
belajar
siswa
mengalami
peningkatan yang signifikan dengan metode latihan berstruktur. Hal ini menguatkan bahwa metode latihan berstruktur dapat memberikan
efek
positif
dalam
pem-
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa yang diberi model pembelajaran TAI dengan SEM LKS
meningkat
lebih
baik
daripada siswa yang hanya diberi model pembelajaran TAI tanpa SEM dan LKS dan siswa yang tidak diberi model pembelajaran TAI maupun SEM berfasilitasi LKS pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan
Negeri di Pekalongan pada materi kelarutan dan hasil kelarutan. Desain peelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA tahun pelajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling, yaitu
sampel
diambil
secara
acak
berdasarkan kelas-kelas tertentu (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini diambil siswasiswa dari tiga kelas sebagai sampel dari keseluruhan tujuh kelas populasi. Peng-
belajaran.
berfasilitasi
Penelitian dilakukan di suatu SMA
berstruktur,
serta
berapakah
kontribusi
pengaruh dari perbedaan perlakuan yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diberi model pembelajaran TAI dengan SEM berfasilitasi LKS lebih baik daripada siswa yang hanya diberi model pembelajaran TAI
gunaan model pembelajaran TAI dengan SEM
berfasilitasi
LKS
sebagai
kelas
eksperimen I, model pembelajaran TAI tanpa
SEM
dan
LKS
sebagai
kelas
eksperimen II dan pembelajaran tanpa model TAI, SEM dan LKS sebagai kelas kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan. Variasi perlakuan
pada kelompok
eksperimen I adalah model pembelajaran TAI dengan SEM berfasilitasi LKS, pada kelompok
eksperimen
II
adalah
model
pembelajaran TAI tanpa SEM dan LKS dan pada kelompok kontrol adalah pembelajaran tanpa model TAI dengan SEM dan LKS. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
1233
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... hasil belajar kimia siswa kelas XI suatu SMA
Analisis selanjutnya adalah uji besarnya
Negeri di Pekalongan pada materi kelarutan
kontribusi pengaruh dari perlakuan pada
dan hasil kali kelarutan. Variabel kontrol
kelas eksperimen I dan II terhadap hasil
dalam penelitian ini adalah materi pelajaran,
belajar kognitif siswa. Hasil belajar afektif,
kurikulum yang digunakan, dan jumlah jam
psikomotor, dan hasil angket tanggapan
pelajaran.
siswa dianalisis secara deskriptif. Kelas
Metode pengumpulan data dilaku-
eksperimen I diterapkan model pembela-
kan dengan metode dokumentasi, metode
jaran TAI dengan SEM berfasilitasi LKS,
tes, metode observasi, dan metode angket.
kelas
Metode
pembelajaran TAI, dan kelas kontrol dengan
dokumenasi
digunakan
untuk
mendaftar nama, jumlah siswa, dan semua
eksperimen
II
diterapkan
model
model pembelajaran konvensional.
data yang diperlukan dalam penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar kognitif kimia siswa materi
Analisis data dilakukan pada nilai
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa pada aspek afektif dan psikomotor. Metode angket digunakan untuk memperoleh data tanggapan siswa
Data penelitian hasil belajar kognitif dengan
data pretest, rata-rata nilai pretest siswa pada
masing-masing
mempunyai berbeda
terhadap pembelajaran.
dianalisis
pretest dan postest. Berdasarkan analisis
uji
Anava
untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol. Setelah diketahui adanya perbedaan pada ketiga kelas eksperimen, perhitungan dilanjutkan dengan uji pasca Anava, yaitu uji Scheffe yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan yang paling signifikan di antara ketiga kelas.
rata-rata secara
kelas nilai
yang
signifikan.
1. 2. 3.
Eksperimen I Eksperimen II Kontrol
ini
keadaan yang sama. Berdasarkan analisis data akhir (postest), rata-rata hasil tes hasil belajar siswa pada masing-masing kelas eksperimen mempunyai perbedaan yang signifikan. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan ratarata hasil belajar kelas eksperimen II dan kelas kontrol. Data rata-rata pretest, postest dan N-gain pretest-postest dapat dilihat
Tabel 1. Ringkasan rata-rata pretest, postest dan N-Gain pretest-posttest Kelas
Hal
tidak
menunjukkan bahwa sampel berangkat dari
pada Tabel 1.
No
sampel
Pretest,
Postest
N-Gain
51,43 50,23 51,89
84,67 82,41 76,61
0,68 0,65 0,51
1234
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240 dengan SEM berfasilitasi LKS memberikan Berdasarkan
hasil
analisis
data
diperoleh beberapa fakta dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol. Perbedaan hasil belajar kognitif ini selanjutnya diuji menggunakan uji pasca Anava Scheffe untuk mengetahui manakah yang memiliki perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif yang terbaik dari ketiga kelas dengan membandingkan
hasil
belajar
kognitif
antarkelasnya. Uji dilakukan pada kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II, kelas eksperimen I dengan kelas kontrol, dan kelas eksperimen I dengan kelas kontrol. Dari hasil perhitungan diperoleh fakta
bahwa
belajar
terdapat
yang
eksperimen
perbedaan
signifikan
I
dengan
antara kelas
hasil kelas
kontrobl,
sedangkan kelas eksperimen I dengan eksperimen II dan eksperimen II dengan kelas
kontrol
tidak
terlihat
adanya
perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu untuk
menentukan
kelas
mana
yang
merupakan kelas terbaik dapat dilihat pada analisis
pengaruh
antar
variabel,
yaitu
dengan membandingkan besarnya kontribusi pengaruh dari perbedaan treatment yang dilakukan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Hasil analisis pengaruh antar variabel diperoleh penera-pan model TAI dengan SEM berfasilitasi LKS (kelas eksperimen pengaruh
I)
memberikan
sebesar
20,82%
kontribusi sedangkan
penerapan model TAI tanpa SEM dan LKS memberikan kontribusi pengaruh sebesar 10,87%.
Sehingga,
dapat
disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran TAI
hasil belajar kognitif lebih baik daripada penerapan model TAI tanpa SEM dan LKS, dan pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk menentu-kan besarnya peningkatan hasil belajar kognitif dengan melihat nilai Ngain rata-rata tiap kelasnya. Pada hasil analisis
diketahui
bahwa
hasil
belajar
kognitif kelas eksperimen I meningkat lebih baik daripada kelas eksperimen II dan kelas kontrol,
atau
eksperimen
dengan I
kata
merupakan
lain
kelas
kelas
yang
memiliki peningkat-an hasil belajar kognitif terbaik. Pada
dasarnya
penelitian
ini
merupakan penggabungan dari penerapan model pembelajaran TAI dan penggunaan metode latihan berstruktur (SEM) dimana diperoleh fakta bahwa hasil belajar kognitif siswa lebih baik daripada kelas dengan hanya menerapkan model TAI saja. Proses pembelajaran kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II menggunakan model pembelajaran TAI. Pembelajaran TAI
dapat
meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan
yang
saling
menguntung-kan
antar mereka (Rohendi, et al., 2010). Siswa yang pandai dapat lebih mengembangkan keterampilannya dengan membantu anggota kelompok yang meng-alami kesulitan, dan anggota kelompok yang mengalami kesulitan juga akan terbantu dengan adanya pemberian assist dari siswa yang pandai di dalam kelompoknya. Adanya kesempatan siswa dalam berdiskusi, meng-eksplorasi diri dan melakukan aktivitas, selain dapat terjalin komunikasi yang baik antar siswa, juga siswa merasa menjadi lebih tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pembela-
1235
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... jaran.
Keadaan
menghilangkan
seperti
ini
siswa
dapat
lebih
mudah
mem-
bandingkan dan menganalisis bebe-rapa
pembelajaran dan mengembangkan pola
variasi-variasi soal sehingga lebih terlatih
pikir siswa menjadi lebih aktif dan kritis
dalam mencari pemecahannya. Berbeda
dalam memecahkan suatu masalah (Slavin,
dengan kelas eksperimen I, kelas ekspe-
1984). Perbedaan antara kelas eksperimen I
rimen II hanya diskusi dan pembahasan soal
dan kelas eksperimen II pada penerapan
secara
metode latihan berstruktur atau SEM yang
disampaikannya materi. Meskipun demikian
dilengkapi dengan adanya LKS berbasis
bantuan siswa pandai juga memiliki andil
SEM. Pada kelas eksperimen I pembelajar-
besar dalam kegiatan meng-assist siswa-
an model TAI akan dipadukan dengan
siswa lain yang masih mengalami kesulitan,
metode latihan berstruktur (SEM) yang
karena dapat dipastikan kemampuan siswa
dilengkapi dengan adanya LKS berbasis
pandai baik di kelas eksperimen I maupun II
SEM sedangkan kelas eksperimen II tidak.
dalam menjelaskan suatu masalah pun
Structure Exercise Method menekankan
berbeda-beda. Hal ini jauh berbeda dengan
pada pemberian latihan-latihan soal dengan
kelas kontrol, pada kelas kontrol penyam-
kualitas soal yang bertingkat (Rijani, 2011).
paian pembelajaran berpusat pada guru
Kaitannya dengan pemberian soal-soal ber-
(teacher center), walaupun sesekali guru
tingkat, Rijani (2011) berinisiatif menyusun
memberi-kan umpan balik kepada siswa,
LKS
memberikan pertanyaan-pertanyaan pada
SEM
pada
ini
saat
berbasis
kebosanan
dapat
sebagai
suplemen
acak
tingkatannya
setelah
penunjangnya. LKS yang berisi ringkasan
siswa.
materi
dibuat
nangkap suatu materi beragam, tentunya
bertingkat berdasarkan tingkatan atau level-
tidak semua siswa dapat menangkap materi
level kesukaran tertentu. Pada kelas kontrol,
yang disampaikan oleh guru dengan baik,
pembelajaran sepenuhnya dilaku-kan oleh
akibatnya materi yang dapat diperoleh oleh
guru
siswa kurang maksimal karena informasi
disertai
kimia
soal-soal
pengampu
yang
kelas
tersebut,
dengan materi, waktu pem-belajaran, dan materi
tes
eksperimen.
yang
sama
Perbedaan
Kemampuan
siswa
dalam
me-
cenderung hanya bersumber dari guru.
dengan
kelas
Pada analisis deskriptif nilai afektif
terletak
pada
diperoleh skor rata-rata aspek afektif kelas
kegiatan praktikum dimana seluruh kegiatan
eksperimen
praktikum baik kelas kontrol maupun kelas
eksperimen II sebesar 27,57, dan kelas
ekperimen dilakukan dan dipandu oleh
kontrol sebesar 26,65. Selain itu diketahui
peneliti langsung, dan tentunya didampingi
banyaknya siswa yang memperoleh nilai
dengan guru.
afektif tinggi dan sangat tinggi dari ketiga
Pada kelas eksperimen I kegiatan
kelas,
paling
I
sebesar
banyak
28,17,
ada
di
kelas
kelas
diskusi disertai dengan latihan-latihan soal
eksperimen I dengan kriteria tinggi di-
berstruktur atau bertingkat, yakni dari soal-
peroleh 13 siswa dan sangat tinggi 5 siswa,
soal yang mudah ke tingkat soal yang lebih
kemudian di kelas eksperimen II kriteria
sulit. Melalui kegiatan pembelajaran seperti
tinggi 14 siswa dan sangat tinggi 4 siswa
1236
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240
dan selanjutnya baru pada kelas kontrol
mempunyai
kemampuan
kriteria tinggi 12 siswa dan sangat tinggi 3
membimbing
temannya
siswa. Artinya, jumlah siswa yang tuntas
Berbeda
aspek afektif pada kelas eksperimen I
pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali
sebesar 18 siswa, kelas eksperimen II
kelarutan tidak ada pembelajaran diskusi di
sebesar 18 siswa dan pada kelas kontrol 15
dalamnya,
siswa. Berdasarkan hasil rata-rata skor
materi, contoh soal dan dilanjutkan latihan
afektif tiap kelas dapat disimpulkan bahwa
soal. Hal ini juga mengingat bahwa materi
kelas eksperimen I memperoleh hasil belajar
kelarutan dan hasil kelarutan cenderung
afektif yang lebih baik daripada kelas
lebih ke perhitungan yang menjadi perma-
eksperimen II dan kelas kontrol. Hal ini
salahan siswa, sehingga dari guru lebih
berarti penerapan model pembelajaran TAI
menekankan pada contoh-contoh soalnya,
dengan SEM berfasilitasi LKS tidak hanya
dan karena hal ini menyebabkan pemberian
berpengaruh pada hasil belajar kognitif saja,
materi yang dikaitkan dengan kehidupan
akan
juga
sehari-hari pun sangat sedikit. Pembelajaran
signifikan
kelompok tidak hanya membantu siswa
tetapi
walaupun
pada tidak
aspek
afektif
begitu
perbedaannya.
dengan
kelas
lebih
dapat
(Saleh,
2012).
kontrol
selama
pembelajaran
diisi
dengan
dalam berinteraksi satu sama lain, namun
Hasil analisis nilai afektif kelas
secara tidak langsung dapat menumbuhkan
eksperimen I, eksperimen II dan kelas
ide-ide alternatif serta menghasilkan suatu
kontrol untuk skor tiap aspeknya dapat
pemecahan masalah melaui adanya diskusi
dilihat pada Gambar 1. Perbedaan yang
(Pandey dan Kishore, 2003).
paling terlihat di antara ketiga kelas terdapat
Pada aspek keenam dan kedelapan,
pada aspek kedua, keenam, ketujuh, dan
yaitu aspek kecermatan dan kemandirian
kedelapan.
yaitu
kelas eksperimen I lebih tinggi dibanding
bertanya, siswa kelas eksperimen I dan II
kelas eksperimen II dan kelas kontrol. Hal ini
cenderung
disebabkan karena pada kelas eksperimen I
dibanding
Pada
aspek
lebih
aktif
dalam
kelas
kontrol.
bertanya ini
siswa sudah terbiasa dihadapkan pada
yakni
pembahasan soal-soal secara bertingkat
cara diskusi TAI lebih membuat rasa ingin
melalui adanya penerapan metode latihan
tahu siswa ketika terdapat suatu masalah,
berstruktur atau SEM, sehingga siswa pada
apalagi ketika pemberian materi yang ada
kelas
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari,
penyelesaian-penyelesaian
rasa ingin tahu siswa bertambah sehingga
lebih cermat dan lebih mandiri. Hal ini
semakin banyak siswa yang bertanya. Di sisi
menunjukkan
lain dengan adanya dorongan dari peneliti
pengaruh positif pada siswa, sehingga siswa
agar mau bertanya dan tidak malu untuk
menjadi terlatih dalam berfikir secara lebih
bertanya.
sistematis, logis, teliti, dan teratur (Nugraha,
disebabkan
pada
kedua
adanya
Kerja
Hal
pembelajaran
kelompok
dapat
juga
bermanfaat untuk mengatasi atau mengurangi
kevakuman,
karena
siswa
yang
2008).
eksperimen
bahwa
I
terlatih
dalam
soal-soal
SEM
dan
memberikan
1237
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team.... Pada aspek ketujuh yaitu aspek
saling
berdiskusi
dengan
teman
penilaian siswa mengenai bekerjasama,
sebangkunya ketika guru memberikan soal.
terlihat jelas bahwa kelas eksperimen I dan
Namun demikian terjadi kesenjangan, yakni
II lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
ada beberapa siswa yang keduanya mampu
kontrol. Hal ini jelas dikarenakan pada kelas-
duduk sebangku. Ada juga yang keduanya
kelas eksperimen sudah terbiasa dalam
sama-sama tidak mampu dan justru perlu
bekerjasama dengan adanya perapan TAI,
dibimbing.
jadi bisa saling melengkapi antara siswa
menimbulkan masalah, sehingga beberapa
yang pandai dengan siswa yang kurang
siswa
pandai, sehingga lebih tercipta suasana
disimpulkan bahwa pembelajaran diskusi
yang harmonis dalam bekerjasama. Pada
kelompok
kelas kontrol, walaupun dari awal kelas
sosial
kontrol tidak dikonsep dalam pembelajaran
pengetahuan dan pemahamannya di dalam
berkelompok namun sebenarnya guru juga
diskusi (Kupczynski, et al., 2012).
Ketidakmerataan
justru
malah
dapat
antar
ini
tertinggal.
meningkatkan
siswa
dalam
juga
Dapat
interaksi
membangun
memberikan instruksi kepada siswa untuk
Rata-rata
4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 1
2
3
4 5 6 Aspek yang dinilai
7
Eksperimen I Eksperimen II Kontrol
8
Gambar 1. Grafik perbandingan skor rata-rata afektif
Pada
analisis
deskriptif
nilai
dan sangat tinggi 6 siswa dan selanjutnya
psikomotorik diperoleh skor rata-rata aspek
baru pada kelas kontrol kriteria tinggi 11
psikomotorik kelas eksperimen I sebesar
siswa dan sangat tinggi 4 siswa. Artinya,
31,97, kelas eksperimen II sebesar 31,43,
jumlah
dan kelas kontrol sebesar 31,39. Selain itu
psikomotorik
diketahui banyaknya siswa yang mem-
sebesar 21 siswa, kelas eksperimen II
peroleh nilai afektif tinggi dan sangat tinggi
sebesar 16 siswa dan pada kelas kontrol 15
dari ketiga kelas, paling banyak ada di kelas
siswa. Berdasarkan hasil rata-rata skor
eksperimen I kriteria tinggi diperoleh 20
psikomotorik tiap kelas dapat disimpulkan
siswa dan sangat tinggi 1 siswa, kemudian
bahwa kelas eksperimen I memperoleh hasil
di kelas eksperimen II kriteria tinggi 10 siswa
belajar
siswa
yang
pada
psikomotorik
tuntas
kelas
yang
aspek
eksperimen
lebih
I
baik
1238
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240
daripada kelas eksperimen II dan kelas
Hasil
analisis
psikomotorik
ini
kontrol. Hal ini berarti penerapan model
sangat bervariasi, namun terdapat hasil
pembelajaran TAI dengan SEM berfasilitasi
perbedaan yang sangat mencolok yaitu
LKS juga berpengaruh positif pada aspek
pada aspek kedua, yaitu aspek keteram-
psikomotorik siswa.
pilan
Hasil
analisis
nilai
siswa
dalam
menggunakan
alat
psikomotorik
praktikum. Pada aspek ini siswa kelas
kelas eksperimen I, eksperimen II dan kelas
kontrol memperoleh hasil yang lebih baik
kontrol untuk skor tiap aspeknya dapat
dari
dilihat pada Gambar 2. pada hasil penelitian
eksperimen II. Hal ini ternyata disebabkan
hasil belajar psikomotorik. Hasil analisis
karena kelas ekperimen I dan II tidak pernah
psikomotorik
melaksanakan
untuk
tiap
aspeknya
kelas
eksperimen
I
dan
kegiatan
kelas
praktikum
menunjukkan hasil yang bervariasi. Pada
sebelumnya, dan berbeda dengan kelas
aspek
kontrol
keempat,
lima
dan
enam
dan
yang
sudah
beberapa
kali prak-
sembilan kelompok eksperimen I menun-
melaksanakan praktikum
sebelum
jukkan hasil yang lebih baik dari kelas
tikum
dan
eksperimen II dan kontrol. Pada aspek
kelarutan. Hal ini terlihat sekali pada kelas
ketiga kelas eksperimen II lebih baik dan
eksperimen I dan II belum terbiasa dalam
pada
menggunakan alat-alat praktikum, sehingga
aspek
menunjukkan
dua,
tujuh,
kelas
kontrol
dan
delapan
lebih
baik.
materi
keterampilan
kelarutan
dalam
hasil
penggunaan
kali
alat
Sedangkan pada aspek kesatu tidak dapat
praktikum pun berbeda sekali dengan kelas
digunakan
kontrol yang sudah terbiasa. Pengalaman
berdasar
sebagai pada
pengukuran,
hasil
karena
kordinasi
yang
siswa
dalam
melaksanakan
praktikum
dilakukan peneliti dan guru pengampu pada
menjadi kunci dalam kegiatan belajar siswa
kegiatan
pada
praktikum
alat
dan
bahan
dipersiapkan oleh guru dan peneliti demi kelancaran
kegiatan
praktikum
kegiatan
praktikum
itu
(Suprijono, 2011).
dan
keamanan bersama.
Rata-rata
4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 1
2
3
4 5 6 Aspek yang dinilai
7
8
9
Gambar 2. Grafik perbandingan skor rata-rata psikomotorik
Eks I Eks II Kontrol
sendiri
1239
Fanny Firman Syah, dkk, Pengaruh Model Team....
pada
Angket tanggapan siswa diberikan
pembelajaran TAI dengan metode SEM dan
kelas
pemberian
eksperimen
I
dan
kelas
latihan
soal
dengan
LKS
eksperimen II dengan butir pertanyaan
membuat siswa tertantang untuk berusaha
angket yang disesuaikan dengan pem-
menyelesaikan
belajaran pada masing-masing kelas. Selain
besar
itu, angket juga digunakan oleh peneliti
Sedangkan
sebagai refleksi pada penelitian yang telah
dengan butir pernyataan dengan adanya
dilakukan. Butir pertanyaan pada angket
model pembelajaran TAI membuat siswa
berjumlah 18 butir pertanyaan secara garis
tertantang untuk berusaha menyelesaikan
besar
soal-soal, sebagian besar siswa hanya
digunakan
untuk
mengetahui
siswa
soal-soal
dan
menjawab pada
sangat
kelas
eksperimen
pembelajaran yang dilakukan, ketertarikan
karena adanya penggunaan metode SEM
siswa, keterbantuan siswa, motivasi siswa
dilengkapi dengan LKS berbasis
dalam
dimana siswa kelas eksperimen I lebih
tanggapan
dikarenakan
terbiasa
pembelajaran kimia. Pada butir-butir soal
berstruktur atau bertingkat, sehingga siswa
yang
siswa
lebih merasa tertantang dalam belajar dan
terhadap pembelajaran, ketertarikan siswa,
mengerjakan soal-soal yang ada, dan hal ini
keterbantuan siswa, motivasi siswa, dan
merupakan hal positif yang menjadi poin
kegiatan praktikum, sebagian besar siswa
plus dalam kegiatan pembelajaran di kelas
menjawab setuju di kedua kelas, yang
eksperimen I.
antu-siasme
latihan-latihan
SEM,
tentang adanya kegiatan praktikum dalam
menyatakan
dengan
ini
II
menjawab
serta
Hal
setuju.
seberapa besar antusiasme siswa terhadap
pembelajaran
setuju.
sebagian
soal
artinya baik di kelas eksperimen I maupun SIMPULAN
eksperimen II merasa tertarik, termotivasi dan terbantu dengan adanya penerapan model
pembelajaran
Ingatan,
perhatian,
yang minat,
kecerdasan,
motivasi, kemauan dan pikiran merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Anni dan Rifai, 2012). Oleh karena itu pembelajaran dengan variasi model dan metode
ini
perlu
Hasil belajar siswa
dilakukan.
dikembangkan
dalam
pembelajaran kimia, karena dapat berpengaruh positif terhadap pembelajaran dan hasil belajar siswa. Perbedaan yang mengindikasikan adanya pengaruh dari pemberian SEM dengan LKS terlihat pada butir pertanyaan ke-lima. Pada kelas eksperimen I butir kelima menyatakan dengan adanya model
model
pembelajaran
yang diberi
Team
Assisted
Individualization dengan Structure Exercise Method berfasilitasi LKS lebih baik daripada siswa
yang hanya
diberi model
pem-
belajaran Team Assisted Individuali-zation tanpa Structure Exercise Method dan LKS dan juga lebih baik dari siswa yang tidak diberi model pembelajaran Team Assisted Individualization maupun Structure Exercise Method
berfasilitasi
LKS
pada
pokok
bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan.
1240
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1230 - 1240 DAFTAR PUSTAKA
Anni, C. T. dan Rifa’i, A., 2012, Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES Press. Ariani,
S. R. D., Mulyani, B. dan Yulianingrum, F., 2008, Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif TAI (Team Assisted Individualization) dilengkapi Modul dan Penilaian Portofolio untuk meningkatkan Prestasi belajar Penentuan DH Reaksi Siswa SMA Kelas XI Semester I, Jurnal Varian Pendidikan, Vol 20, No 1, Hal 59-69.
Awofala, Adeneye, O.A. dan Nneji, L.M., 2010, Effect of Framing and Team Assisted Individualized Instructional Strategies on Students’ Achievement in Mathematics. Ibadan Journal of Educational Studies, Vol 6, No 1, Hal 1-9. Kupczynski, L., Mundy, M.A., Goswami, J. dan Meling, V., 2012, Cooperative Learning in Distance Learning: a Mixed Methods Study, International Journal of Instruction, Vol 5, No 2, Hal 81-90. Marijono, 2006, Upaya untuk Peningkatan Pemahaman Mahasiswa melalui Penerapan Belajar Kooperatif Model Team Assisted Individualized (T.AI), Jurnal Pancaran Pendidikan, Vol 19, No 65, Hal 762-777. Nugraha, A. W., 2008, Penerapan Metode Latihan Berstruktur dalam Pengembangan Buku Ajar Kimia Fisika 1, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol 3, No 2, Hal 125-131. Pandey, N.N. dan Kishore, K., 2003, Effect of Cooperative Learning on Cognitive Achievement in Sciene, Journal of Science and Mathematics Education in S.E. Asia, Vol 26, No 2, Hal 52-60. Rijani, E.W., 2011, Implementasi Metode Latihan Berjenjang untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal-Soal Hitungan Pada Materi Stoikiometri di SMA, EJurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Vol 1, No 1, Hal 1-6.
Rohendi, D., Sutarno, H. dan Waryuman, D.R., 2010, Penerapan Metode Pembelajaran Team Assisted Individualization untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), Vol 3, No 1, Hal 33-37. Rusmansyah dan Irhasyuarna, Y., 2002, Penerapan Metode Latihan Berstrukturdalam Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Persamaan Reaksi Kimia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 8, No 35, Hal 169-193. Saleh. M., 2012, Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistic (PMR), Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Vol 13, No 2, Hal 51-59. Slavin, R. E., 1984, Effects of Team Assisted Individualization on the Mathematics Achievement of Academically Handicapped and Nonhadicapped Students, Journal of Educational Psychology, Vol 76, No 5, Hal 813-819. Sugiyono, 2010, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta. Suprijono, A., 2011, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suyitno, A., 2011, Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I, Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Yusuf, M.O., Gambari, I.A. dan Olumorin, C.U., 2012, Effectiveness of Computer-Supported Cooperative Learning Strategies in Learning Physics, International Journal Social, Sciene, and Education, Vol 2, No 2, Hal 94-109.
1241
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil....
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA DENGAN PENDEKATAN PROJECT-BASED LEARNING Didi Kurniadi*, Kasmadi Imam Supardi dan Latifah Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Rendahnya hasil belajar kimia banyak disebabkan oleh proses pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan bagi siswa dalam memperoleh pengalaman belajar. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa dengan pendekatan Project-Based Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Class-Room Action Research). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Fokus penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, observasi dan tes. Penelitian dikatakan berhasil jika sekurang-kurangnya 23 dari 30 siswa mendapat nilai lebih dari 75. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Project-Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar. Data penelitian ketuntasan hasil belajar ranah kognitif siklus I sebanyak 23 dari 30 siswa tuntas, ranah afektif 23 dari 30 siswa tuntas dan ranah psikomotorik sebesar 27 dari 30 siswa tuntas. Data penelitian ketuntasan hasil belajar ranah kognitif siklus II sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas, ranah afektif sebanyak 24 dari 30 siswa tuntas dan ranah psikomotorik sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas. Hal ini berarti indikator keberhasilan yang dipatok telah tercapai pada siklus II. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa menerapkan pendekatan Project-Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Kata Kunci : hasil belajar, pemurnian garam dapur; project-based learning
ABSTRACT The low learning outcome chemistry mainly caused by the learning process did not provide the opportunity for students to gain learning experience. The purpose of this research was to improve student learning outcomes with Project-Based Learning approach. This study was a class action (Class-Room Action Research). This study was conducted in two cycles, each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection. The focus of this research was improving student learning outcomes. The data collection techniques used were technical documentation, observation and tests. Research was successful if at least 23 of the 30 students scored more than 75. The results showed that the application of Project-Based Learning approach can improve learning outcomes. Research data completeness cognitive learning outcomes cycle I was 23 of the 30 students completed, affective domain was 23 of 30 students completed and psychomotor domains was 27 of 30 students completed. Research data completeness cognitive learning outcomes cycle II was 26 of 30 students completed, the affective domain was 24 of the 30 students completed and psychomotor domains was 26 of the 30 students completed. This means that the indicator set had achieved success on the cycle II. From the research, it was concluded that implementing Project-Based Learning approach could improve student learning outcomes of chemistry. Keywords: learning outcome, project-based learning, purifying of table salt PENDAHULUAN
hasil belajar kimia siswa masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di suatu SMA di Banjarnegara,
hasil belajar klasikal siswa yaitu sebanyak
1242
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1241 - 1249
17 siswa tuntas dari 30 siswa dengan rata-
siswa (Wibowo, 2005). Pada pembelajaran
rata kelas sebesar 69,30. Rendahnya hasil
proyek, terdapat keterampilan proses yang
belajar kimia siswa dapat disebabkan oleh
teramati ketika pembuatan suatu produk
berbagai hal. Berdasarkan data observasi,
ilmiah. Pembelajaran melalui pendekatan
pembelajaran cenderung dilakukan dengan
keterampilan proses menyebabkan siswa
ceramah. Pembelajaran cenderung berlang-
dapat
sung satu arah, artinya interaksi hanya
konsep dan teori-teori dengan keterampilan
berpusat dari guru. Rendahnya interaksi
proses dan sikap ilmiah siswa sendiri
guru dan siswa menjadikan suasana di
(Soetarjo dan Soejitno, 1998).
menemukan
fakta-fakta,
konsep-
kelas menjadi tidak kondusif dan cenderung
Inti kegiatan pembelajaran proyek
membosankan. Siswa dihadap-kan pada
adalah memberikan pengalaman secara
situasi yang kurang real (Herminarto, 2006).
langsung kepada siswa sehingga siswa
Selain itu, pada proses pembelajaran yang
dapat memaknai simbol-simbol, teori-teori
dijumpai di SMA tersebut, siswa hanya
dan manfaat dari belajar kimia (Mulyani,
dituntut untuk dapat mengerjakan soal ujian.
2011). Hal ini perlu dilakukan mengingat
Permasalahan yang terjadi adalah
simbol dan teori tersebut bersifat abstrak.
masih rendahnya hasil belajar yang dicapai.
Ketertarikan terhadap sesuatu yang tidak
Hal
pem-
diketahui manfaatnya akan sangat kecil.
belajaran yang belum sesuai materi kimia
Jika saja bukan karena nilai yang diberikan
(Hixson, et al. 2013).
Materi kimia yang
oleh guru, siswa tidak akan berminat belajar
mencapai tingkat sintesis, dibutuhkan high
kimia. Perlu dilakukan arahan kepada siswa
order
agar dapat menggunakan ilmu kimia dalam
ini
disebabkan
thinking
belajarannya
oleh
dalam (Anni,
pembelajaran
proses
proses 2012).
konvensional
pemPadahal
kehidupan
(metode
kimia dalam kehidupan nyata (Medine, et al.
ceramah, tanya jawab dan demonstrasi)
sehari-hari,
menemukan
arti
2010).
tidak menuntut sampai pada tingkat sintesis.
Penelitian tindakan kelas sangat
Kegiatan praktikum cenderung ditekankan
memerlukan
pada kemampuan aplikatif dengan men-
menyampaikan materi. Penelitian dengan
contoh prosedur yang sudah ada tanpa
penugasan proyek dapat mendukung pem-
mengetahui
harus
belajaran tindakan kelas (Elfanany, 2013).
seperti itu atau bagaimana dengan prosedur
Penugasan proyek dapat dikembangkan
lain. Pendekatan yang paling ideal untuk
dalam banyak hal, seperti penyampaian
memacu
adalah
materi, lingkup kontekstual dan pembela-
dengan menggunakan pendekatan proyek
jaran kooperatif (Rais, 2010). Penugasan
(Baker, et al. 2011).
proyek menekankan suatu produk ilmiah,
kenapa
prosedurnya
kemampuan
sintesis
Pembelajaran melalui proyek memiliki
karakteristik
yang
kompleks,
pem-
kreativitas
guru
dalam
memberikan pengertian kontekstual kepada siswa
(Susanti,
2008).
Proyek
juga
belajaran akan sangat dipengaruhi oleh
dilakukan dalam satu tim kerja ilmiah untuk
jenis tugas proyek yang diberikan pada
memacu siswa dalam kerja kooperatif.
1243
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... Penelitian-penelitian tentang Project-Based
tahap planning (perencanaan) dilakukan
Learning sudah banyak dilakukan, diantara-
penyusunan
nya
dilakukan
observasi dan analisis data tahap awal
Katharina, et al. (2010) , menunjukan bahwa
untuk menentukan tindakan yang akan
pembelajaran
dapat
dilakukan. Tahap acting (tindakan) dilakukan
meningkatkan sikap positif terhadap materi
penerapan tindakan yang sebelumnya telah
ajar yang diberikan. Metode proyek akan
direncanakan pada tahap planning. Tahap
dapat meningkatkan kontekstual sehingga
observing (pengamatan) dilakukan selama
materi yang diberikan dianggap berguna
proses tindakan dilakukan untuk mendapat-
dalam kehidupan nyata
kan data nilai afektif dan psikomtorik. Tahap
adalah
penelitian
yang
dengan
proyek
(Wasis, 2008).
Sikap positif pada materi ajar memberikan
reflection
pengaruh
dilakukan,
yang
besar
terhadap proses
pembelajaran (Sanjaya, 2009).
tindakan,
melalui
tahap
dilakukan setelah satu siklus merefleksi
berarti
mengkaji
kembali pembelajaran yang telah dilakukan.
Rumusan masalah pada penelitian
Uji instrumen meliputi uji validitas
ini adalah apakah pendekatan PBL (Project-
dan uji reliabilitas (Sudjana, 2005). Uji
Based Learning) dapat meningkatkan hasil
validitas butir soal instrumen kognitif dengan
belajar kimia siswa suatu SMA N di
rumus r point biserial (Arikunto, 2009). Uji
Banjarnegara kelas IPA 1? Sedangkan tuju-
reliabilitas
an penelitian ini adalah meningkatkan hasil
dengan
belajar kimia SMA dengan pendekatan PBL
instrumen lembar observasi menggunakan
(Project-Based Learning) berbasis bahan
reliabilitas raters (Mardapi, 2000). Penelitian
sekitar.
dilakukan dalam 2 siklus, pengambilan data
butir rumus
soal
instrumen
KR21.
Uji
kognitif
reliabilitas
dilakukan dengan instrumen teruji dalam METODE PENELITIAN
bentuk tes ranah kognitif, lembar observasi
Penelitian dilakukan di suatu SMA Negeri
di
Banjarnegara
pada
materi
kelarutan dan hasil kelarutan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA I SMA yang berjumlah 30 siswa. Fokus penelitian
ini
adalah
peningkatan
hasil
belajar (Arikunto, 2006). Desain penelitian
ranah afektif dan lembar observasi ranah psikomotorik (Widodo, 2009). Data hasil penelitian di analisis dengan menggunakan pencapaian hasil belajar klasikal. Penelitian dianggap berhasil jika minimal 24 dari 30 siswa
tuntas
memenuhi
KKM
(>75)
(Mulyasa, 2004).
yang digunakan adalah desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilakukan dengan tindakan
menerapkan kelas,
metode
yaitu
penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
data penelitian, hasil
planning-acting-
belajar kognitif sebelum penelitian adalah
observing-reflecting (Ristata, 2007) yang
sebesar 17 dari 30 siswa tuntas KKM dan
berulang pada tiap siklus pada siswa kelas
data pada siklus I adalah 23 dari 30 siswa
XI IPA 1 tahun ajaran 2012/2013. Pada
tuntas KKM, data hasil belajar kognitif siklus
1244
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1241 - 1249
II sebesar 26 dari 30 siswa tuntas KKM.
sudah
Hasil
dari
dibandingkan dengan target ketercapaian
yaitu
sebanyak 24 siswa tuntas (Mulyasa, 2004).
meningkat sebanyak 6 siswa pada siklus I
Data ketercapaian siswa per indikator dapat
dan peningkatan sebanyak
dilihat pada Gambar 1.
belajar
sebelum
kognitif
tindakan
meningkat dilakukan,
9 siswa pada
dapat
dianggap
berhasil
jika
siklus II. Peningkatan hasil belajar kognitif
Gambar 1. Ketercapaian hasil belajar kognitif per indikator siklus I dan II Gambar 1 indikator 1 menjelaskan
pengendapan zat ini memiliki laju yang
kesetimbangan dalam larutan jenuh atau
sama. Proses kesetimbangan ini merupakan
larutan garam yang sukar larut merupakan
proses kasat mata, sehingga diperlukan
indikator dengan ketercapaian terkecil. Hal
pemahaman pada tingkat yang lebih tinggi
ini menunjukan bahwa perngertian kesetim-
(Wasis, 2008). Indikator 1-6 sudah dapat
bangan jenuh merupakan hal yang sulit
dikatakan memenuhi target pada siklus II
dipahami oleh siswa. Proses kesetimbangan
dengan melihat ketercapaian rata-rata 24
jenuh
dari 30 siswa tuntas (Mulyasa, 2004).
merupakan
proses
yang
sulit
dimengerti terutama proses laju pelarutan
Berdasarkan data penelitian, ketun-
dan pengendapan yang setimbang. Proses
tasan hasil belajar afektif yang diperoleh
pelarutan suatu zat tidak terhenti karena
adalah 23 dari 30 siswa tuntas pada siklus I
larutan menjadi jenuh, tetapi zat tetap
dan 24 dari 30 siswa pada siklus II. Data
melarut dalam larutan jenuh dan pada waktu
ketercapaian indikator tiap siklus dapat
yang sama sejumlah zat mengendap dalam
dilihat pada Gambar 2.
larutan itu. Proses pelarutan
zat dan
1245
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... .
Gambar 2. Ketercapaian rata-rata nilai hasil belajar afektif siklus I dan II.
Ketuntasan
hasil
belajar
afektif
efektif
jika
dilakukan
di
ruang
kelas.
dapat dilihat dari kriteria skor lebih dari 3
Pembelajaran akan lebih tertib dan mudah
dengan kategori baik. Berdasarkan data
dikontrol jika dilakukan di laboratorium yang
yang diperoleh pada siklus I, indikator 5, 6,
sudah
7, 8, dan 9 masih kurang dari 3. Hal ini
2011).
lengkap
peralatannya
(Mulyani,
menunjukan indikator tersebut masih belum
Hasil belajar psikomotorik memiliki
baik dan diperbaiki pada siklus II. Pembe-
ketuntasan yang paling besar dibandingkan
nahan
dilakukan
dengan aspek afektif dan kognitif. Aspek
dengan cara kontrol pada tiap pengumpulan
psikomotor yang dilakukan pada siklus 1
tugas
merupakan kegiatan dasar dalam kegiatan
proses
dan
pembelajaran
tertib
saat
pembelajaran
berlangsung. Dari data siklus II, semua
laboratorium dan
indikator ketercapaian sudah masuk dalam
pada proyek inti pemurnian garam dapur.
kategori baik. Pelaksanaan kegiatan pem-
Hasil
belajaran proyek lebih efektif dilaksanakan
ketuntasan
di laboratorium (Miswanto, 2011). Pem-
memenuhi kriteria ketuntasan minimal dan
belajaran proyek yang menggunakan alat-
rata-rata siswa mendapat nilai 3,57 dengan
alat laboratorium, ternyata tidak
kriteria sangat baik. Data ini menunjukan
terlalu
belajar 27
merupakan persiapan
psikomotor dari
30
menghasilkan siswa
mampu
1246 bahwa
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1241 - 1249 kegiatan
laboratorium
dan sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas KKM.
(melarutkan, menyaring, dan mengamati
Jika dibandingkan dengan data siklus I, nilai
endapan dalam larutan) dapat dikuasai oleh
psikomotorik siswa menurun. Hal ini dikare-
siswa (Widodo, 2009).
nakan proyek pada siklus II cenderung lebih
Data
hasil
dasar
belajar
psikomotorik
siswa kelas IPA 1 pada siklus II memiliki
kompleks dan membutuhkan kecermatan lebih.
rata-rata sebesar 3,36 dengan kriteria Baik
Gambar 3. Rata-rata nilai psikomotor per indikator aspek psikomotorik siklus II
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa
(Baker, et al. 2011). Penelitian tindakan
indikator Keterampilan Dalam Menyaring
kelas
ini
betujuan
meningkatkan
Larutan dan Melarutkan Garam Hasil Cucian
belajar siswa SMA kelas XI materi kelarutan
merupakan hal yang sulit dilakukan oleh
dan hasil kelarutan melalui pendekatan
siswa.
dipahami
bahwa
Project-Based
permurnian
garam
akhir proses siklus II dihasilkan produk
dapur ditentukan pada proses ini. Proses
ilmiah berupa garam dapur murni dan
penyaringan larutan tidak dapat berhasil
makalah hasil proyek. Berdasarkan data
dengan sempurna jika prosedurnya salah
psikomotrik, terjadi peningkatan hasil belajar
(Setyopratomo, 2003). Kebanyakan siswa
pada tiap indikator. Semua hasil proyek
menyaring larutan dengan cara menuang
tersebut di nilai dalam bentuk hasil belajar
larutan secara berlebihan pada kertas saring
dalam ranah hasil belajar, yaitu ranah
sehingga terdapat banyak larutan yang
psikomotor (Anni, 2012)
Hal
keberhasilan
ini
dapat
proses
berceceran.
Learning,
sehingga
hasil
pada
Berdasarkan kegiatan pembelajaran
Pembelajaran dengan pendekatan
siklus I, kegiatan pembelajaran berbasis
Project-Based Learning menekankan untuk
proyek merupakan langkah dalam me-
dapat menghasilkan produk-produk ilmiah
nyikapi ilmu sains untuk dapat berpikir kritis
1247
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... dan kreatif. Pembelajaran berbasis proyek
efektitas pembelajaran, yaitu sebesar 50%
memberikan pengalaman yang lebih kepada
(Ambarjaya, 2012).
siswa
tentang
materi
kimia
sehingga
Masalah
yang
menjadi
dasar
diharapakan pengalaman tersebut dapat
penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
masuk dalam ingatan jangka panjang (Eng-
masih rendah dan didukung dari data
Tek, 2009). Efektifitas model pembelajaran
observasi
dipengaruhi oleh pengalaman siswa selama
Permasalahan yang terjadi disebabkan oleh
pembelajaran
proses belajar yang belum memberikan
berlangsung
(Ambarjaya,
2012).
afektif
pada
tahun
2012.
kesempatan bagi siswa dalam mencapai Berdasarkan kegiatan pembelajaran
kemampuan
berpikir
tingkat
tinggi.
siklus I dan II, kegiatan pembelajaran
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
berbasis proyek yang telah dilakukan dalam
dilakukan dalam dalam penelitian adalah
penelitian
pada tingkat sinstesa dalam taksonomi
ini
memberikan
pengalaman
siswa pada proporsi Doing Real Thing
Bloom.
(Ambarjaya, 2012) sehingga secara kualitas
Penelitian
seharusnya siswa dapat menyerap materi
gunakan
pembelajaran sekitar 90%. Pada penelitian
Learning untuk menuntaskan hasil belajar
tindakan kelas yang telah dilakukan secara
siswa.
pembelajarannya yang
telah
(Anni,
2012).
dilakukan
meng-
pendekatan
Project-Based
keseluruhan tidak semua siswa berpar-
Project-based learning memungkin-
tisipasi aktif dengan cara pengelompokan.
kan siswa untuk memperoleh pengalaman
Hal ini menyebabkan tidak semua siswa
belajar dalam tiap ranah (Mahanal,
dapat melakukan kegiatan proyek secara
2009). Berdasarkan data peningkatan hasil
keseluruhan dan kejadian semacam ini
belajar, ranah kognitif siswa meningkat
umum
dengan
terjadi
pada
praktikum
yang
beranggotakan banyak siswa. Jika
dilihat
pembelajaran,
dari
dilaksanakannya
et al.
pembelajaran
berbasis proyek karena dalam pelaksanaan data
pengelompokan
proses mempe-
pembelajaran proyek, siswa dituntut agar mampu
menjawab
pertanyaan
terkait
ngaruhi hasil belajar. Pengelompokan dalam
dengan proyek. Materi proyek dirancang
kegiatan proyek dimaksudkan agar siswa
oleh guru pengampu agar relevan dengan
dapat bekerja dalam kelompok sehingga
kurikulum. Pembelajaran berbasis proyek
kejadian
dapat
memberikan kesempatan bagi siswa agar
secara
mampu menyusun kegiatan pembelajaran
tidak
menempuh
semua
proses
siswa belajar
keseluruhan adalah hal yang tidak dapat
yang terkait dengan
dihindarkan. Meskipun tidak semua siswa
diberikan (Klein, 2009). Penelitian yang
dapat bekerja lebih banyak dari teman
telah dilakukan memberikan data pening-
sekelompoknya,
katan hasil belajar yang mencapai indikator
pembelajaran
setidaknya tetap
pengalaman
terjadi.
Kegiatan
materi
ajar
yang
keberhasilan.
semacam ini dikategorikan dalam Watching
Pendekatan Project-Based Learning
a Demonstration pada piramida belajar
memberikan kesempatan bagi siswa agar
1248
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1241 - 1249
belajar
dari
(Herminarto,
kehidupan 2006).
Proyek
sehari-hari pemurnian
garam dapur (Setyopratomo, 2003) yang dilakukan memberikan sikap positif bagi siswa dan dinilai dalam instrumen afektif
Baker, E., Breana, T., Patricia, O., Margaret, T. dan Lynne F, 2011, Project-based Learning Model: Relevant Learning for the 21st Century, New York: Pacific Education Institute. Elfanany, B., 2013, Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Araska.
siswa dan dapat dilihat pada Gambar 2. Pada siklus II, pencapaian siswa hasil belajar sudah mencapai target keberhasilan.
SIMPULAN
Data penelitian ketuntasan hasil belajar ranah kognitif siklus I sebanyak 23 dari 30 siswa tuntas KKM, ranah afektif 23 dari 30 siswa tuntas KKM dan ranah psikomotorik sebesar 27 dari 30 siswa tuntas KKM. Data penelitian ketuntasan hasil belajar ranah kognitif siklus II sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas KKM, ranah afektif sebanyak 24 dari 30 siswa tuntas KKM dan ranah psikomotorik sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas KKM. Hal ini berarti indikator keberhasilan yang dipatok telah tercapai pada
siklus
disimpulkan dekatan
II.
Dari
bahwa
data
penelitian,
menerapkan
Project-Based
Learning
pendapat
meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
DAFTAR PUSTAKA __________, 2009, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Ambarjaya, B., 2012, Psikologi Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: Center for Academic Publishing Service Anni, C., 2004, Psikologi Belajar, Semarang: Unnes Press Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Eng-Tek, O., 2009, The Effectiveness of Smart Schooling on Students Attitudes Toward Science, Eurasia Journal of Mathematics, Science dan Technology Education, Vol 5, No 1, Hal: 35-45. Herminarto, S., 2006, Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek pada Bidang Kejuruan, Cakrawala Pendidikan, Yogyakarta: LPM UNY. Hixson, N., Jason, R. dan Andy, W., 2012, Extended Profesional Development in Project-based Learning: Impact on 21st Century Skills Teaching and Student Achivement, West Virgina: Department of Education. Katharina, B., Torsten, W. dan Ingo, E., 2010, Open Experimentation on Phenomena of Chemical Reactions Via The Learning Company Approach in Early Secondary Chemistry Education, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol 6, No 3, Hal: 163-171 Klein,
J., 2009, Project-base Learning: Inspiring Middle School Students to Engage in Deep and Active Learning, New York City : Department of Education.
Mahanal, S., Ericka, D., Corebimad dan Siti, Z., 2009, Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning (PJBL) pada Materi Ekosistem terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang, Jurnal Kependidikan Universitas Negeri Malang, Vol 3, No 2, Hal: 1-13. Mardapi, D., 2000, Azas PerformanceBased Evaluation, Yogyakarta: UNY Press. Medine, B., Kadir, M. dan Nurcan, T., 2010, Research on the Effect of Certain Variables Chosen and TechnologySupported Project-Based Learning Approach on 11th-grade Students’ Attitudes Towards Computers,
Didi Kurniadi, dkk, Upaya Meningkatkan Hasil.... Eurasia Journal Of Mathematics, Science & Technology Education, Vol 3, No 1, Hal: 1-13. Miswanto, 2011, Penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek pada Materi Program Linier Siswa Kelas x SMK Negeri 1 Singosari, Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan, STAIN Tulungagung, Vol 1, No 1, Hal: 61-68. Mulyani, S. 2011, Perbedaan Penggunaan Strategi Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Tugu Utara 11 Pagi Jakarta Utara, Skripsi, Jakarta: PGSD Universitas Muhammad Prof, Dr Hamka. Mulyasa, E., 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristi, Implementasi dan Inovasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Rais, M., 2010, Model Project BasedLearning Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Akademik Mahasiswa, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Universitas Negeri Makassar, Vol 43, No 3, Hal: 246-252. Ristata, R., 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuk Sanjaya, W., 2009, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Prenada Media Group.
1249 Setyopratomo, P., 2003, Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan Cara Rekristalisasi, Jurnal Teknik Kimia Universitas Surabaya,Vol 1, No 2, Hal:17-28. Soetarjo dan Soejitno, P., 1998, Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses, Surabaya: SIC. Sudjana, 2005, Metode Statistika, Bandung: Tarsito. Susanti, E., 2008, Pembelajaran ProjectBased Learning untuk Pembelajaran Kimia Koloid di SMA, Jurnal Mipa Universitas Negeri Medan, Vol 3, No 2, Hal:106-112. Wasis, P., 2008, Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktik Industri Pada Prodi S-1 PTB, Jurnal Penelitian Kependidikan Universitas Negeri Malang, Vol 1, No 1, Hal: 204-215. Wibowo, A., 2005, Pengaruh Pendekatan Project Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar serta Sikap terhadap Ekosistem Sungai Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 9 Malang, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Universitas Negeri Malang, Vol 3, No 2, Hal:106-112. Widodo, A., 2009, Pengembangan assesmen pembelajaran pendidikan kimia, Semarang: LP3 UNNES.
1250
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259
PENGEMBANGAN RUBRIK PERFORMANCE ASSESSMENT PADA PRAKTIKUM HIDROLISIS GARAM Nila Puspitasari*, Sri Haryani dan Nuni Widiarti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menghasilkan inovasi rubrik performance assessment praktikum materi hidrolisis garam. Rubrik dikonsultasikan dan divalidasi oleh ahli, kemudian dilakukan revisi dan dujicobakan. Hasil uji coba dianalisis, direvisi kemudian dilakukan uji pemakaian. Penelitian dilaksanakan di suatu SMA N di Semarang, dengan sampel diambil secara purposive sample. Uji skala kecil dilakukan pada 10 siswa dan uji skala besar dilakukan pada seluruh siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa validitas inovasi rubrik performance assessment oleh para ahli adalah 86,46%. Penggunaan Inovasi rubrik performance assessment pada praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam dalam air” telah tercapai kesepahaman antara observer dan siswa dengan harga koefisien generalisabilitas 0,711 dan 0,744. Dampak penggunaan rubrik performance assessment ini adalah hasil belajar kognitif siswa mencapai ketuntasan belajar. Pada kelas XI IPA 3 terdapat 33 siswa dari 38 siswa telah mencapai KKM, sedangkan kelas XI IPA 4 terdapat 33 siswa dari 37 siswa. Karakter siswa dapat dibangun selama kegiatan praktikum, antara lain kedisiplinan, kejujuran, kemandirian, rasa ingin tahu, bertanggungjawab, dan bekerjasama. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa inovasi performance assessment praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam dalam air” dapat digunakan sebagai panduan penilaian kinerja siswa dan dapat meningkatkan pemahaman konsep serta menumbuhkan karakter siswa. Kata kunci : hidrolisis garam, inovasi, rubrik performace assessment ABSTRACT This research aims to produce innovation of performance assessment rubric on practicum salt hydrolysis material. The rubric was being consulted and validated by experts, then it was being revised and tested. The trial result was being analyzed and revised, then usage test was given. The research was conducted at SMA in Semarang using purposive sampling technique. A small scale was given to ten students and large scales were given to the students in class XI IPA 3 and XI IPA 4. The results showed that the validity of innovation of performance assessment rubric by experts was 86.46%. Implementation innovation of performance assessment rubric on practicum salt hydrolysis "test salt solution in water", the agreement has been reached between the observer and the student with the value of generalizability coefficient are 0.711 and 0.744. The impact of the use of performance assessment rubric is that the cognitive learning outcomes of the students can achieve mastery learning. In class XI IPA 3, there are 33 students from 38 students achieve KKM and in class XI IPA 4 there are 33 students from 37 students achieve values KKM. Student’s characters can also be developed during lab activities, such as discipline, honesty, independence, curiosity, responsibility, and cooperation. Based on the results, innovation of performance assessment research practicum salt hydrolysis "test salt solution in water" could be used as a guide to the performance assessment (psychomotor) of the students and increase understanding of the concept and fosters student’s character. Keywords : innovation, performance assessment rubric, salt hydrolisis
1251
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... PENDAHULUAN
guru belum memiliki rubrik performance assessment dan kesulitan dalam menilai
Kegiatan
praktikum
meru-
psikomotorik (keterampilan kinerja) siswa.
pakan bagian integral dari pembelajaran
Rubrik performance assessment yang akan
kimia. Praktikum dapat digunakan untuk
digunakan disosialisasikan terlebih dahulu
lebih memahami teori dan mengembangkan
kepada siswa untuk membangun persa-
keterampilan dasar. Keterampilan dikem-
maan persepsi antara observer dan siswa.
bangkan
Efektivitas
melalui
kimia
latihan-latihan
meng-
pelaksanaan
assessment
gunakan alat, mengobservasi, mengukur
menuntut pihak yang dinilai (siswa) dan
dan kegiatan lainnya (Rustaman, 2005).
penilai
Berdasarkan
persepsi terhadap kriteria penilaian. Tanpa
wawancara
dan
observasi
(guru)
mempunyai
yang telah dilakukan di suatu SMA di kota
ketersediaan
Semarang, masalah yang selama ini terjadi
produk
adalah siswa belum mampu melakukan
didasarkan pada penggunaan data yang
praktikum
sesuai
secara
mandiri
dan
kurang
rubrik
kesamaan
yang
dan
penilaian
valid,
skill
praktikum
berkualitas
dan
kurang
(Sudria
dan
memahami apa yang sebenarnya mereka
Sya’aban, 2008). Selama ini, rubrik hanya
lakukan dalam kegiatan praktikum sehingga
dibuat dalam kalimat-kalimat panjang yang
guru
membutuhkan pemahaman lama apabila
hanya
cenderung
menilai
hasil
akhirnya atau hanya nilai kognitifnya saja.
digunakan
sebagai
panduan
penilaian.
Guru diberikan keleluasaan dalam
Padahal menurut Kishbaugh, et al., (2012),
memilih dan menentukan metode yang tepat
rubrik yang dilengkapi dengan gambar dapat
digunakan
proses
memudahkan dalam menunjukkan kom-
pembelajaran serta penilaiannya (asses-
petensi atau sub keterampilan yang dinilai.
ment). Menurut Adiguzel (2011), peng-
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
gunaan
untuk
dalam
pelaksanaan
assesment
meningkat
seiring
menghasilkan
rubrik
performace
dengan kepentingan untuk mengetahui dan
assessment praktikum hidrolisis garam “uji
meningkatkan kemajuan akademik siswa.
larutan garam
Namun, selama ini masih terdapat kendala
dengan cara inovasi melalui penggunaan
dalam menilai keterampilan kinerja siswa
gambar dan tulisan untuk setiap aspek yang
dalam praktikum. Keberhasilan keterampilan
dinilai, sehingga diharapkan dapat lebih
dasar
memudahkan dalam menilai kinerja siswa.
sangat
tergantung
dari
kualitas
program latihan dan assesmentnya (Sudria
dalam
air”
yang dibuat
Rumusan masalah dalam penelitian
itu,
ini, (1) apakah inovasi rubrik performance
diperlukan performance assessment yang
assessment yang telah dilakukan melalui
dilengkapi dengan rubrik.
penggunaan gambar dan tulisan dapat
dan
Siregar,
2009).
Oleh
karena
Hasil observasi dan wawancara di
digunakan
sebagai
panduan
penilaian
suatu SMA di Semarang menunjukkan
kinerja siswa dalam kegiatan praktikum
bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah
hidrolisis garam “uji larutan garam dalam
yang tepat untuk diadakan penelitian karena
air”?; (2) bagaimana hasil belajar kognitif
1252
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259
siswa?; serta (3) apa karakter siswa yang
tersebut yang terdiri dari 5 kelas. Sampel
dapat dibangun setelah menggunakan rubrik
dalam penelitian uji pemakaian skala besar
performance assessment dalam praktikum
diambil dengan teknik purposive sampling
hidrolisis garam “uji larutan garam dalam
sebanyak 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 3 dan
air”?
XI IPA 4 dimana guru yang mengajar kimia Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui
apakah
inovasi
pada kedua kelas tersebut adalah sama.
rubrik
Namun, pada uji coba skala kecil hanya 10
performance assessment yang telah dilaku-
siswa yang digunakan sebagai sampel.
kan melalui penggunaan gambar dan tulisan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
dapat digunakan sebagai panduan penilaian
penggunaan rubrik performance assessment
kinerja siswa dalam praktikum hidrolisis
pada praktikum hidolisis garam. Variabel
garam “uji larutan garam dalam air”, dan
terikat dalam penelitian ini adalah hasil
untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa
belajar siswa, yaitu psikomotorik, kognitif,
serta karakter siswa yang muncul setelah
dan afektif. Variabel kontrol dalam penelitian
melakukan kegiatan praktikum
ini
hidrolisis
garam dengan dilengkapi rubrik perfor-
adalah
alokasi
dan
materi
pelajaran yang sama.
mance assessment.
Responden pembelajaran
METODE PENELITIAN
waktu
diberikan
praktikum
perlakuan
dengan
meng-
gunakan rubrik performance assessment yang telah direvisi berdasarkan hasil pada
Penelitian ini dilaksanakan di suatu
uji coba skala kecil. Hasil uji coba skala kecil
SMA Negeri di Semarang. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui keterlak-
menggunakan
sanaan
metode
research
and
penggunaan
inovasi
rubrik
development, yang meliputi tiga langkah
performance assessment dan mendapatkan
utama
masukan
yaitu:
analisis
kebutuhan,
dari
hasil
pengamatan
guna
perancangan dan pengembangan rubrik,
memperbaiki
dan validasi serta reliabilitas perangkat
(Listyawati, 2012). Observer mengisi lembar
assessment yang meliputi uji coba, revisi
observasi performance assessment dengan
dan validasi perangkat rubrik. Prosedur
panduan rubrik performance assessment
penelitian yang digunakan dalam penelitian
yang telah direvisi, kemudian dianalisis
ini mengacu pada tahap R&D Sugiyono
menggunakan
(2010) yang telah dijabarkan, antara lain
yang dikembangkan oleh Thorndike dalam
menganalisis produk yang akan dikem-
Susilaningsih
bangkan, mengembangkan produk awal,
harga reliabilitas yang tinggi dapat diartikan
validasi ahli, revisi, uji coba skala kecil,
bahwa
revisi, uji pemakaian skala besar, dan
dikukuhkan oleh masing-masing observer
produk telah teruji.
adalah konsisten satu sama lain (Sutrisno,
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA di sekolah
2012).
kekurangan-kekurangan
koefisien
(2011).
pemberian
generalisabilitas
Apabila
skor
diperoleh
yang
telah
1253
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek psikomotorik (kinerja) siswa yang dinilai dalam penelitian ini adalah
Penilaian
persiapan praktikum, keterampilan mela-
rubrik
performance
setelah
assessment dilakukan oleh 3 dosen Kimia
praktikum dan membuat laporan sementara.
FMIPA UNNES. Penilaian rubrik perfor-
Keefektifan rubrik performance assessment
mance assessment meliputi 3 komponen
dapat
ditentukan
dari
hasil
penilaian, yaitu kelayakan isi, kebahasaan,
belajar
kognitif
siswa
klasikal.
dan penyajian. Tiga komponen tersebut
Menurut Mulyasa dalam Prasetya (2012),
terbagi dalam 8 aspek, yaitu indikator
ketuntasan klasikal dapat tercapai apabila
observasi
tidak kurang dari 32 siswa dari jumlah siswa
bahasa yang digunakan komunikatif, tata
di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan.
bahasa
Pembelajaran
instrumen mudah dibaca, gambar instrumen
kukan
percobaan,
kegiatan
ketuntasan secara
praktikum
menggunakan
harus
yang
sudah
digunakan
benar,
format
mudah
yang
Data
instrumen jelas, kriteria penskoran jelas dan
penelitian hasil belajar kognitif dianalisis uji
mudah dipahami, serta rubrik penskoran
normalitas, normalized-gain, dan uji ketun-
jelas dan mudah dipahami. Penilaian rubrik
tasan. Hasil belajar afektif, psikomotorik, dan
performance assessment disajikan pada
tanggapan siswa dianalisis menggunakan
Tabel 1.
dalam
diri
siswa.
pedoman
tujuan,
rubrik ini juga bertujuan mengetahui karakter muncul
dipahami,
sesuai
pengisian
presentase (Pahlevi, 2004). Tabel 1. Penilaian dosen terhadap kelayakan rubrik Penilai Validator I Validator II Validator III Rata-rata
Persentase Kelayakan 90,63 % 93,75 % 75,00 % 86,46 %
Berdasarkan bahwa
validasi
Tabel
diketahui
Keterlaksanaan
penerapan
produk
dosen
dalam
dapat dilihat dari analisis data koefisien
berupa
rubrik
generalisabilitas yang diperoleh dari lembar
performance assessment materi praktikum
observasi kinerja (psikomotorik) pada uji
hidrolisis garam “uji larutan garam dalam air”
coba skala kecil dengan berpedoman pada
diperoleh rata-rata penilaian oleh dosen
inovasi
mencapai 86,46 % termasuk kriteria sangat
menghasilkan harga reliabilitas antar penilai
layak. Hasil tersebut menunjukkan rubrik
(r) sebesar 0,417 dalam kategori sedang.
yang
valid
Reliabilitas kategori sedang mengakibatkan
digunakan
nilai kinerja (psikomotorik) siswa belum
dalam pembelajaran praktikum (Sudria dan
dapat dinilai dengan mudah meskipun telah
Sya’aban, 2008).
berpedoman dengan rubrik performance
pengembangan
telah
sehingga
oleh
1
Kriteria Sangat Layak Sangat Layak Layak Sangat Layak
produk
dikembangkan
mudah
dan
sudah
layak
rubrik
performance
assessment
1254
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259
assessment yang dikembangkan, sehingga
membuat
perlu dilakukan revisi pada rubrik yang telah
kegiatan setelah praktikum. Dari keempat
dibuat dan uji pelaksanaan lebih lanjut
aspek terdapat rata-rata nilai 2 aspek
dalam skala besar (Susilaningsih, 2011).
dengan kriteria baik dan 2 aspek dengan
Penilaian kinerja (psikomotorik) terdiri dari 4 aspek, yaitu (1) persiapan praktikum,
laporan
sementara,
dan
(4)
kriteria cukup. Rata-rata nilai keempat aspek disajikan pada Gambar 1.
(2) keterampilan melakukan praktikum, (3)
Nilai Rata-rata Tiap ASpek
3,34
3,32
3,50
2,75
3,00 2,50
1,96
2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 1
2
3
4
Aspek Psikomotorik Gambar 1. Nilai rata-rata masing-masing aspek kinerja (psikomotorik) siswa pada uji coba skala kecil materi praktikum hidrolisis garam
Tanggapan siswa terhadap peng-
mengikuti
pembelajaran
praktikum
gunaan rubrik performance assessment
hidrolisisis “uji larutan garam dalam air”
disajikan pada Tabel 2. Hasil tanggapan
dengan
siswa dianalisis sehingga diperoleh hasil
assessment. Hasil tersebut juga mendu-
sebagian besar siswa yaitu 7 dari 10 siswa
kung penggunaan rubrik tersebut pada uji
setuju
pemakaian skala besar setelah dilakukan
dengan
penggunaan
rubrik
performance assessment. Hal ini mem-
dilengkapi
rubrik
performance
revisi
buktikan bahwa siswa antusias dan tertarik . Tabel 2. Tanggapan siswa pada uji coba skala kecil terhadap penggunaan rubrik performance assessment Kriteria Tanggapan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah Siswa
Jumlah Siswa 1 7 1 1 10
1255
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... Penilaian kinerja (psikomotorik)
observer dan siswa tentang aspek-aspek
selama praktikum terdiri dari 4 aspek, yaitu
sasaran keterampilan dalam praktikum yang
(1) persiapan praktikum, (2) keterampilan
terdapat dalam rubrik sehingga membantu
melakukan praktikum, (3) membuat laporan
memudahkan
sementara,
motorik) siswa (Susilaningsih, 2011).
dan
(4)
kegiatan
setelah
penilaian
kinerja
(psiko-
praktikum. Nilai keempat aspek tersebut
Hasil kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4
diperoleh dari rata-rata nilai dari 4 observer.
dari keempat aspek terdapat 3 aspek
Reliabilitas untuk kelas XI IPA 3 diperoleh
dengan kriteria baik dan 1 aspek dengan
sebesar 0,711 sedangkan kelas XI IPA 4
kriteria sangat baik. Nilai rata-rata masing-
sebesar 0,744. Reliabilitas dari kedua kelas
masing aspek kinerja (psikomotorik) siswa
tersebut sudah tinggi, yaitu tidak kurang dari
kelas XI IPA 3 disajikan pada Gambar 2 dan
0,7. Hal ini menunjukkan telah tercipta
kelas XI IPA 4 disajikan pada Gambar 3.
Nilai Rata-rata Tiap ASpek
kesepahaman persepsi yang tinggi antara
3,80 3,60
3,62 3,44 3,32
3,40
3,24
3,20 3,00 1
2
3
4
Aspek Psikomotorik
Nilai Rata-rata Tiap ASpek
Gambar 2. Nilai rata-rata masing-masing aspek kinerja (psikomotorik) siswa kelas XI IPA 3 pada materi praktikum hidrolisis garam
3,57
3,50
3,60
3,50 3,28
3,40 3,20 3,00 1
2
3
4
Aspek Psikomotorik Gambar 3. Nilai rata-rata masing-masing aspek psikomotorik siswa kelas XI IPA 4 pada materi praktikum hidrolisis garam Rata-rata
nilai
kinerja
(psiko-
terendah 76,81; sedangkan rata-rata nilai
motorik) siswa kelas XI IPA 3, yaitu 83,32
kinerja (psikomotorik) siswa kelas XI IPA 4
dengan nilai tertinggi 94,01 dan nilai
adalah 84,73 dengan nilai tertinggi 94,62
1256
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259
dan nilai terendah 80,69. Kriteria kinerja
tinggi dalam menilai kinerja siswa tersebut
siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 termasuk
(Sudria dan Sya’aban, 2008.)
dalam kriteria tinggi. Kinerja siswa dapat
Berdasarkan analisis data akhir,
terukur dengan tepat karena menggunakan
rata-rata hasil tes hasil belajar siswa pada
panduan
uji pemakaian skala besar disajikan pada
penilaian
berupa
rubrik
performance assessment dengan reliabel
Tabel 3.
Tabel 3. Nilai hasil belajar kognitif siswa pada uji pemakaian skala besar materi praktikum hidrolisis garam
No 1. 2. 3. . 5.
Penelitian Skala Besar
Hasil Penelitian XI IPA 3 63 90 80,95 Tuntas 0.57
Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Kriteria N-Gain
Tabel 3 menjelaskan bahwa tercapai ketuntasan
belajar
siswa.
XI IPA 4 67 93 81,46 Tuntas 0.58
dengan 33 siswa dari 37 siswa telah tuntas
Indikator
belajar sehingga uji pemakaian skala besar
keberhasilan untuk ketuntasan belajar yaitu
ini telah berhasil karena keefektivan produk
tidak kurang dari 32 siswa telah mencapai
ditentukan oleh hasil belajar kognitif siswa
KKM nilai kimia. Kelas XI IPA 3 dan XI IPA
(Jannah: 2012).
4 dengan nilai rata-rata di atas nilai KKM
Hasil
belajar
afektif
siswa
juga
menjadi aspek penilaian pada uji pemakaian
rata-rata sebesar 0,57 dan 0,58. Kelas XI
skala besar ini. Nilai rata-rata afektif siswa
IPA 3 telah mencapai ketuntasan dengan 33
kelas XI IPA 3 dari keenam aspek tersebut
siswa dari 38 siswa telah tuntas belajar dan
disajikan dalam Gambar 4 dan kelas XI IPA
kelas XI IPA 4 telah mencapai ketuntasan
4 disajikan dalam Gambar 5.
Rata-rata Nilai Tiap Aspek
Kimia yaitu 80,95 dan 81,46. Harga N-Gain
4,0
3.37
3.61 3.18
3.40
3.76
3.84
3,0 2,0 1,0 0,0 1
2
3
4
5
6
Aspek Afektif
Gambar 4. Nilai rata-rata masing-masing aspek afektif siswa uji pemakaian skala besar kelas XI IPA 3 materi praktikum hidrolisis garam
1257
Rata-rata Nilai Tiap Aspek
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance....
4
623.3
3.62
3.38
1
2
3
3.68
3.84
3.76
4
5
6
3 2 1 0 Aspek Afektif
Gambar 5. Nilai rata-rata masing-masing aspek afektif siswa uji pemakaian skala besar kelas XI IPA 4 materi praktikum hidrolisis garam
Pada tahap skala besar di kelas XI
penelitian
ini
telah
pencapaian
sangat baik dan 3 aspek dengan kriteria
psikomotorik siswa diikuti dengan keenam
baik. Kelas XI IPA 4 diperoleh 5 aspek
kemampuan afektif tersebut (Sukanti, 2011). Data
belajar
karena
IPA 3 diperoleh 3 aspek dengan kriteria
dengan kriteria sangat baik dan 1 aspek
hasil
berhasil
untuk
kognitif
tanggapan
dan
siswa
dengan kriteria baik. Nilai afektif terendah
diperoleh setelah pembelajaran berakhir
kelas XI IPA 3 sebesar 75,00; nilai tertinggi
untuk mengetahui pendapat siswa terhadap
100,00; dan nilai rata-rata 84,67. Nilai afektif
pembelajaran praktikum hidrolisis garam
terendah kelas XI IPA 4 sebesar 75,00; nilai
dilengkapi rubrik performance assessment.
tertinggi 100,00; dan nilai rata-rata 88,88.
Kelas XI IPA 3 sebagian setuju yaitu 16
Siswa kelas XI IPA 3 maupun kelas XI IPA 4
siswa dari 38 siswa. Kelas XI IPA 4
memilki nilai afektif rata-rata dalam kriteria
sebagian besar setuju yaitu 20 siswa dari 37
tinggi. Nilai afektif siswa yang dapat terlihat
siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
setelah
siswa
melakukan
praktikum
dengan
setuju
dengan
penerapan
pem-
berpedoman rubrik performance assess-
belajaran praktikum hidrolisis garam “uji
ment
kejujuran,
larutan garam dalam air” dengan dilengkapi
kemandirian, rasa ingin tahu, bertanggung-
rubrik performance assessment. Tanggapan
jawab, dan bekerjasama. Nilai afektif siswa
siswa tersebut disajikan dalam Tabel 4.
yang
yaitu,
terlihat
kedisiplinan,
tersebut
menunjukkan
1258
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1250 - 1259
Tabel 4. Tanggapan siswa uji pemakaian skala besar terhadap penggunaan rubrik performance assessment Kriteria Tanggapan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah Siswa Tanggapan rubrik
tentang
performance
XI IPA 3 13 16 9 0 38
penggunaan
yang tinggi antara observer dan siswa
dalam
tentang aspek-aspek sasaran keterampilan
praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam
dalam praktikum yang terdapat dalam rubrik
dalam
guru
tersebut. Dampak dari penggunaan rubrik
pengampu kelas yang digunakan dalam
juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
penelitian ini. Hasil analisis deskriptif dari
karena apabila telah mampu memaham
angket yang telah diisi menunjukkan bahwa
rubrik tersebut maka materi praktikum juga
guru setuju dengan penggunaan rubrik. Hal
semakin mudah untuk dipahami. Pening-
ini dikarenakan guru beranggapan berda-
katan
sarkan penelitian yang telah dilakukan,
tercapainya indikator keberhasilan ketun-
rubrik dapat menarik minat belajar siswa,
tasan belajar dan aspek psikomotorik serta
mendorong aktivitas belajar siswa, siswa
afektif siswa juga dapat terukur. Penelitian
dapat lebih mudah memahami materi yang
ini menunjukkan bahwa guru dan siswa juga
diajarkan. Penggunaan rubrik tersebut juga
setuju
dapat membantu dalam penilaian kinerja
performance
(psikomotorik) siswa dan dapat melatih
praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam
keterampilan kinerja siswa dalam praktikum.
dalam air”.
air”
juga
assessment
XI IPA 4 9 20 8 0 37
diperoleh
dari
hasil
belajar
dengan
terbukti
dengan
penggunaan
assessment
rubrik
dalam
materi
Jadi, rubrik performace assessment sangat SIMPULAN
tepat digunakan dalam praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam dalam air”. yang
Inovasi dalam rubrik performance
inovasi
rubrik
assessment telah memenuhi 3 komponen
dalam
materi
penilaian, yaitu kelayakan isi, kebahasaan,
praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam
dan penyajian dengan rata-rata penilaian
dalam air” yang valid dan reliabilitas tinggi
ahli
sehingga memudahkan penilaian kinerja
sangat layak. Rubrik juga dapat digunakan
(psikomotorik) siswa dan lebih menjamin
sebagai
ketepatan penilaian sasaran (Sudria dan
(psikomotorik)
Siregar, 2009). Rubrik yang diinovasi dapat
praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam
memudahkan pemahaman observer dan
dalam
siswa dalam memahami rubrik tersebut
generalisabilitas tinggi yaitu, 0,711 dan
sehingga tercipta kesepahaman persepsi
0,744. Hasil belajar kognitif siswa pada
Berdasarkan dilakukan,
telah
performance
penelitian
tercipta
assessment
sebesar
86,46%
panduan
air”
siswa
dengan
termasuk
penilaian dalam
harga
kriteria
kinerja kegiatan
koefisien
Nila Puspitasari, dkk, Pengembangan Rubrik Performance.... materi praktikum hidrolisis garam “uji larutan garam
dalam
air”
setelah
melakukan
kegiatan praktikum dengan dilengkapi rubrik performance assessment dapat mencapai ketuntasan belajar, yaitu tidak kurang dari 32 siswa dari siswa di kelas mencapai nilai KKM Kimia, dan karakter siswa yang dapat dibangun
selama
kegiatan
praktikum
hidrolisis garam “uji larutan garam dalam air” antara lain adalah kedisiplinan, kejujuran, kemandirian,
rasa
ingin
tahu,
bertanggungjawab, dan bekerjasama.
DAFTAR PUSTAKA Adiguzel, T., 2011, Use of Audio Modification in Science Vocabulary Assessment, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol 7, No 4, Hal 215-225. Jannah, M, Sugianto, dan Sarwi, 2012, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Nilai Karakter Melalui Inkuiri Terbimbing Materi Cahaya pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama, Journal of Innovative Science Education, Vol 1, No 1, Hal 61-67. Kishbaugh, T.L.S., Cessna, S., Horst, S.J., Leaman, L., Flanagan, T., Neufeld, D.G. dan Siderhurst, M., 2012, Measuring Beyond Content: A Rubric Bank For Assessing Skills In Authentic Research Assignments In The Sciences, Chem. Educ. Res. Listyawati, M., 2012, Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu di SMP, Journal of Innovative Science Education, Vol 1, No 1, Hal 68-76. Pahlevi, M., 2012, Pengaruh Pendekatan Aesop’s Berbantuan Guidance Worksheet terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Hidrokarbon, Skripsi, Semarang: FMIPA UNNES.
1259
Prasetya, H.A., 2012, Pengaruh Pendekatan Brain-Based Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Koloid Kelas XI Semeter 2 SMA Negeri 1 Mejobo, Skripsi, Semarang: FMIPA UNNES. Rustaman, N.Y., 2005, Srategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: Universitas Negeri Malang. Sudria,
I.B.N dan Siregar, M., 2009, Pengembangan Rubrik Penilaian Keterampilan Dasar Praktikum dan Mengajar Kimia Pada Jurusan Pendidikan Kimia, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol 42, No 3, Hal 222-233.
Sudria, I.B.N dan Sya’aban, S., 2008, Pengembangan Rubrik Assessment Performance Keterampilan Dasar Kimia dalam Perkuliahan Kimia Dasar, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol 2, No 1, Hal 30-41. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta. Sukanti, 2011, Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akuntansi, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol 9, No 1, Hal 74-82. Susilaningsih, E., 2011, Pengembangan Model Evaluasi Praktikum Kimia di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Disertasi, Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY. Sutrisno, 2012, Pembelajaran Fluida Menggunakan Model Jigsaw dengan Peer Assessment untuk Meningkatkan Aktivitas, Sikap Ilmiah, dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA, Journal of Innovative Science Education, Vol 1, No 1, Hal 10-18.
1260
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270
PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM BERVISI SETS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN LABORATORIUM DAN PENGUASAAN KOMPETENSI Shinta Nur Baeti*, Achmad Binadja dan Endang Susilaningsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Praktikum merupakan salah satu kegiatan yang sangat berperan dalam meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar. Pembelajaran berbasis praktikum dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif merekonstruksi pemahaman konseptualnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan laboratorium dan penguasaan kompetensi pada materi hidrokarbon melalui pembelajaran berbasis praktikum bervisi SETS. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X suatu SMA Negeri di Pekalongan. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling, diperoleh X-5 sebagai kelas eksperimen 1 dan X-6 sebagai kelas eksperimen 2, dengan masing-masing terdiri dari 30 siswa. Keterampilan laboratorium meningkat secara signifikan dengan rata-rata praktikum 1, 2 dan 3 pada kelas eksperimen 1 masing-masing 25, 31 dan 32. Penguasaan kompetensi kognitif meningkat secara signifikan pada kelas eksperimen 1 dengan rata-rata 86 dengan 26 dari 30 siswa mencapai ketuntasan. Penguasaan kompetensi afektif dan psikomotorik meningkat secara signifikan pada kelas eksperimen 1 dengan rata-rata masing-masing 20 dan 17. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis praktikum bervisi SETS dapat meningkatkan keterampilan laboratorium dan penguasaan kompetensi pada materi hidrokarbon siswa. Kata kunci:
keterampilan laboratorium, pembelajaran berbasis praktikum, penguasaan kompetensi, SETS
ABSTRACT Practicum is one instrumental activity that is improving the success of the learning process. Practicum-based learning can be used as an alternative learning which can encourage students to learn actively reconstruct the conceptual understanding. This study aims to determine the improvement of laboratory skills and mastery of competencies in hydrocarbon materials through lab-based learning with SETS vision. The design used in this study is the posttest only control design. The population in this study is a class X of an high school (SMA) in Pekalongan. Samples were taken with a random cluster sampling technique, which the X-5 was obtained as an experimental class 1 and X-6 as an experimental class 2, with each consisting of 30 students. Laboratory skills improved significantly by an average in Practicum 1, 2 and 3 in the experimental class 1 respectively 25, 31 and 32. Mastery cognitive competence increased significantly in the experimental class 1 with an average of 86 to 26 of the 30 students achieve mastery. Affective and psychomotor competency mastery increased significantly in the experimental class 1 with an average of respectively 20 and 17. Based on the results of this study, it can be concluded that lab-based learning with SETS vision can improve laboratory skills and mastery of student competencies in hydrocarbon material. Keywords: laboratory skills, lab-based learning, mastery of competencies, SETS
1261
Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum..... PENDAHULUAN
untuk
dilaksanakan
praktikum.
Namun,
kegiatan praktikum untuk mata pelajaran Kegiatan praktikum merupakan salah
kimia jarang dilaksanakan karena keter-
satu kegiatan yang sangat berperan dalam
batasan
meningkatkan keberhasilan proses belajar
laboratorium sebenarnya dapat dilakukan
mengajar. Pembelajaran berbasis praktikum
bersamaan dengan pembelajaran konsep.
dapat
Kurangnya kegiatan praktikum mengakibat-
digunakan
sebagai
alternatif
waktu.
Kegiatan
di
pembelajaran yang dapat mendorong siswa
kan
untuk belajar secara aktif merekonstruksi
cenderung
pemahaman konseptualnya (Duda, 2010).
yang diberikan guru lebih ditekankan pada
Rustaman, et al., (2005) mengemukakan
kegiatan
bahwa dalam pendidikan sains kegiatan
sehingga hanya aspek kognitif saja yang
laboratorium (praktikum) merupakan bagian
dinilai. Padahal aspek afektif dan psikomotor
integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal
penting
untuk
ini menunjukkan betapa pentingnya peranan
proses
pembelajaran.
praktikum untuk mencapai tujuan pendidikan
kognitif,
afektif,
IPA. Selain itu Rustaman, et al., (2005)
ditampilkan oleh siswa selanjutnya disebut
mengemukakan empat alasan mengenai
dengan kompetensi. Lynn dan Nixon (1985)
pentingnya kegiatan praktikum sains, yaitu
menyatakan
(1) dapat membangkitkan motivasi belajar
kemampuan terdiri dari pengalaman dan
siswa; (2) mengembangkan keterampilan
pemahaman tentang fakta dan konsep,
dasar melakukan eksperimen; (3) menjadi
peningkatan
wahana belajar pendekatan ilmiah; serta (4)
mengajarkan perilaku dan sikap.
menunjang materi pelajaran.
keterampilan
praktikum
rendah.
ceramah
laboratorium
siswa
Pengalaman
belajar
dan
latihan
penilaian
dan
bahwa
keahlian,
siswa
soal,
selama
Perilaku-perilaku psikomotor
kompetensi
selain
itu
yang
atau
juga
Kebermaknaan suatu pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi yang
dapat tercermin dalam pengaplikasian sains
telah dilakukan di suatu SMA Negeri di
untuk teknologi serta dampaknya pada
Pekalongan, diperoleh data penguasaan
lingkungan dan masyarakat. Sains memiliki
kompetensi
materi
nilai-nilai yang dikandungnya, sikap dan
pokok hidrokarbon masih rendah. Hal ini
keterkaitan sains, lingkungan, teknologi, dan
ditunjukkan dengan ketuntasan klasikal nilai
masyarakat
ulangan
materi
sains yang efektif harus memperhatikan dua
2011/2012
hal, yaitu hakekat bagaimana siswa belajar
harian
hidrokarbon belum
kognitif
siswa
siswa
tahun
mencapai
pada
pada
pelajaran
dan hakekat materi yang diajarkan. Hakekat
ketuntasan minimal (KKM) 75. Sekolah
sains yang meliputi sains sebagai konten,
tersebut
memiliki
memadai multimedia,
fasilitas
seperti dan dan
dengan
Pembelajaran
kriteria
Peralatan
70%,
(salingtemas).
yang
cukup
proses, sikap, nilai, dan salingtemas harus
perpustakaan,
ruang
tercakup
laboratorium
kimia.
(Romlah, 2009). Perlunya menggunakan
bahan-bahan
kimia
dalam
proses
pembelajaran
di
pembelajaran model SETS yaitu, siswa
laboratorium cukup lengkap dan memadai
diharapkan memahami implikasi hubungan
1262
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270
antar unsur SETS. SETS akan membimbing
semester
siswa
keduanya homogen.
berfikir
aktif
dan bertindak
me-
mecahkan masalah lingkungan atau segala sesuatu
yang
berhubungan
dengan
masyarakat (Binadja, 1999). Pembelajaran
ganjil
yang
diperoleh
bahwa
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
metode
pembelajaran
yang
dilaksanakan dengan variasi pembelajaran
berbasis
praktikum
berbasis
praktikum
bervisi
SETS
dan
bervisi SETS dapat digunakan sebagai
pembelajaran berbasis praktikum, sedang-
alternatif untuk mengembangkan keteram-
kan variabel terikatnya yaitu keterampilan
pilan laboratorium dan penguasaan kom-
laboratorium dan penguasaan kompetensi.
petensi siswa. Pembelajaran ini memberikan
Metode
kesempatan kepada siswa untuk bekerja di
dengan metode dokumentasi, metode tes,
laboratorium dan mengaplikasikan sains
lembar observasi dan angket. Instrumen
pada teknologi serta mengetahui dampak-
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nya terhadap ling-kungan dan masyarakat.
soal
Rumusan masalah dalam penelitian
pengumpulan
postest
kognitif,
lembar
data
penguasaan observasi
dilakukan
kompetensi dan
angket
ini adalah: Apakah penerapan pembelajaran
tanggapan siswa. Data penelitian pengua-
berbasis praktikum bervisi SETS mem-
saan kompetensi kognitif dianalisis secara
berikan peningkatan terhadap keterampilan
statistik parametrik dihitung dengan uji t dan
laboratorium dan penguasaan kompetensi
uji anava untuk mengetahui peningkatan
hidrokarbon siswa? Sehingga tujuan dari
yang signifikan. Penguasaan kompetensi
penelitian ini adalah untuk mengetahui
afektif,
apakah penerapan pembelajaran berbasis
laboratoriun siswa dianalisis menggunakan
praktikum bervisi SETS memberikan pening-
uji anava untuk mengetahui peningkatan
katan terhadap keterampilan laboratorium
rata-rata dari penilaian awal dan penilaian
dan penguasaan kompetensi siswa.
akhir. Pada kelas eksperimen 1. diterapkan
psikomotor,
dan
keterampilan
pembelajaran berbasis praktikum bervisi METODE PENELITIAN
SETS dan kelas eksperimen 2 diterapkan
Penelitian ini dilakukan di suatu
pembelajaran berbasis praktikum.
SMA Negeri di Pekalongan pada materi hidrokarbon. Desain penelitian yang dipakai
HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu posttest only control design. Populasi
Observasi pada keterampilan labora-
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1
torium dilakukan saat siswa melakukan
sampai X-8 tahun pelajaran 2012/2013.
kegiatan praktikum, yakni dari praktikum
Kelas X-5 merupakan kelas eksperimen 1
pertama, kedua dan ketiga. Nilai rata-rata
dan kelas X-6 merupakan kelas eksperimen
tiap aspek keterampilan laboratorium kedua
2
kelas eksperimen disajikan pada Tabel 1.
yang
diambil
random sampling
dengan
teknik
cluster
dengan pertimbangan
hasil uji homogenitas terhadap nilai mid
1263
Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum.....
Tabel 1. Rata-rata tiap aspek nilai keterampilan laboratorium Aspek Menyiapkan alat Menyiapkan bahan Menyiapkan format laporan sementara Melaksanakan prosedur kerja Menggunakan alat Menggunakan bahan dengan tepat Melakukan pengamatan Membersihkan alat dan tempat praktikum Merapikan alat Membuat laporan sementara Nilai keterampilan laboratorium dalam
Eksperimen 1 P1 P2 P3 2,5 3,4 3,5 2,6 3,1 3,2 2,7 3,0 3,1 2,6 2,8 3,1 1,8 3,0 3,2 2,4 3,2 3,3 2,7 3,4 3,5 2,5 3,1 3,2 2,6 3,1 3,2 2,5 3,2 3,4 langkah-langkah
Eksperimen 2 P1 P2 P3 2,5 3,3 3,4 2,5 3,1 3,3 2,7 3,0 3,2 2,6 2,8 3,0 1,9 3,0 3,1 2,4 3,2 3,3 2,7 3,3 3,4 2,5 3,2 3,3 2,6 3,0 3,2 2,5 3,2 3,3
kerja
dalam
praktikum
satu kelas untuk kelas eksperimen 1 dan
untuk kelas eksperimen 1 sama dengan
eksperimen 2 pada praktikum pertama,
kelas eksperimen 2.
kedua dan ketiga masing-masing sebesar
Pada
kelas
eksperimen
1
dan
25, 31 dan 32. Hasil analisis data nilai
eksperimen 2, setelah dianalisis mengguna-
keterampilan laboratorium menggunakan uji
kan uji anava satu jalur diperoleh hasil
anava satu jalur untuk kelas eksperimen 1
bahwa
dan eksperimen 2 pada praktikum pertama,
laboratorium dari praktikum pertama hingga
kedua dan ketiga diperoleh harga Fhitung
praktikum ketiga terdapat perbedaan. Uji
kurang dari Ftabel. Hal ini berarti rata-rata
pasca anava menghasilkan rata-rata nilai
keterampilan laboratorium kelas eksperimen
keterampilan laboratorium yang berbeda
1
pada
signifikan yaitu rata-rata nilai keterampilan
praktikum pertama, kedua dan ketiga tidak
laboratorium yang pertama dengan kedua
terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan
serta rata-rata nilai keterampilan labora-
karena
torium
dengan
kelas
praktikum
eksperimen
yang
2
diberikan
dan
rata-rata
yang
nilai
pertama
keterampilan
dengan
ketiga.
Jika diurutkan rata-rata nilai keteram-
sebagian siswa belum dapat menggunakan
pilan laboratorium dari paling tinggi hingga
alat-alat praktikum dengan benar. Pada
paling rendah yaitu perolehan nilai pada
praktikum
praktikum ketiga, praktikum kedua dan
peningkatan keterampilan laboratorium pada
praktikum pertama.
kelas eksperimen 1 maupun kelas ekspe-
kedua
dan
ketiga
terjadi
Nilai rata-rata keterampilan labora-
rimen 2. Peningkatan ini terjadi karena
torium pada kedua kelas eksperimen pada
siswa sudah memiliki pengalaman me-
praktikum pertama masih tergolong rendah,
lakukan kegiatan praktikum pada praktikum
hal ini dikarenakan siswa pada kedua kelas
pertama. Pembelajaran berbasis praktikum
eksperimen
dapat meningkatkan keterampilan labora-
baru
pernah
melakukan
kegiatan praktikum. Sebagian besar siswa
torium
siswa,
seperti
keterampilan
belum mengenal alat-alat serta bahan-
menggunakan alat dan bahan, keterampilan
bahan praktikum. Saat kegiatan praktikum,
melakukan prosedur kerja, keterampilan
1264
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270
melakukan pengamatan, keterampilan me-
rimen diambil dua nilai, yaitu penilaian awal
ngumpulkan
sebelum perlakuan dan penilaian akhir
data
serta
keterampilan
membuat kesimpulan dalam laporan semen-
selama
tara, hal ini sesuai dengan Tabel 1 (Adane
dilakukan ketika guru kimia menggunakan
dan Admas, 2011). Pembelajaran berbasis
metode
praktikum
akhir
dapat
melatih
siswa
dalam
perlakuan.
ceramah. yaitu
Sebelum
perlakuan
Sedangkan
penilaian
penilaian
dilakukan
ketika
melakukan keterampilan kerja laboratorium
menggunakan pembelajaran berbasis prak-
serta meningkatkan keterampilan labora-
tikum bervisi SETS pada kelas eksperimen
torium
siswa
1 dan pembelajaran berbasis praktikum
memperoleh pengalaman langsung dalam
pada kelas eksperimen 2. Nilai rata-rata tiap
menggunakan alat-alat praktikum (Arifin,
aspek
1995; Romlah, 2009).
disajikan pada Tabel 2.
karena melalui
praktikum
penguasaan
kompetensi
afektif
Penilaian penguasaan kompetensi afektif untuk masing-masing kelas ekspe-
Tabel 2. Nilai rata-rata tiap aspek penguasaan kompetensi afektif Aspek Minat Kesiapan Sikap Kedisiplinan Kerapian Tanggung jawab
Eksperimen 1 Nilai awal Nilai akhir 3,3 3,7 2,5 3,1 2,7 3,3 2,7 3,2 2,6 3,1 2,8 3,4
Nilai penguasaan kompetensi afektif
afektif
Eksperimen 2 Nilai awal Nilai akhir 3,2 3,6 2,5 2,9 2,7 3,0 2,7 3,1 2,6 2,9 2,8 3,5 kelas
eksperimen
1
dengan
dalam satu kelas untuk kelas eksperimen 1
eksperimen 2 pada penilaian akhir. Pengua-
dan eksperimen 2 pada penilaian awal
saan kompetensi afektif kelas eksperimen 1
sebesar 17 dan penilaian akhir masing-
lebih baik dari kelas eksperimen 2.
masing sebesar 19 dan 20. Uji anava satu
Peningkatan penguasaan kompe-
jalur, diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada
tensi afektif dilihat dari rata-rata nilai kedua
perbedaan rata-rata afektif pada penilaian
kelas eksperimen pada penilaian awal dan
awal antara kelas eksperimen 1 dan ekspe-
penilaian akhir. Pada kelas eksperimen 1
rimen 2. Pada penilaian akhir dilakukan uji
setelah diuji menggunakan uji anava satu
anava satu jalur, diperoleh kesimpulan
jalur didapatkan harga Fhitung lebih besar dari
bahwa ada perbedaan rata-rata afektif pada
Fkritis yang berarti ada perbedaan rata-rata
penilaian akhir antara kelas eksperimen 1
nilai
dan eksperimen 2. Hasil uji lanjut pasca
penilaian akhir. Uji lanjut pasca anava
anava didapatkan Fhitung lebih besar dari
(metode scheffe) diperoleh harga Fhitung jauh
Fkritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa
lebih besar dari Fkritis. Hal ini berarti ada
ada perbedaan yang signifikan rata-rata
perbedaan yang signifikan antara rata-rata
afektif
pada
penilaian
awal
dan
1265
Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum..... nilai
afektif
pada
penilaian
awal
dan
Dalam
pembelajaran
praktikum
bervisi
penilaian akhir, dan dapat disimpulkan ada
SETS pada kelas eksperimen 1, siswa
peningkatan rata-rata nilai afektif siswa
sangat antusias dalam mengikuti pembe-
kelas eksperimen 1.
lajaran ketika mengaitkan materi dengan
Pada kelas eksperimen 2 uji anava
unsur-unsur SETS, sehingga berdampak
satu jalur didapatkan harga F hitung lebih
pula
besar dari Fkritis yang berarti ada perbedaan
tanggung jawab seperti ditunjukkan pada
rata-rata nilai afektif pada penilaian awal
Tabel 2 (Rahmiyati, 2008).
dan penilaian akhir. Uji lanjut pasca anava
pada
kedisiplinan,
Penilaian
kerapian
penguasaan
dan
kompetensi
(metode scheffe), diperoleh harga Fhitung jauh
psikomotorik untuk masing-masing kelas
lebih besar dari Fkritis. Hal ini berarti ada
eksperimen diambil dua nilai, yaitu penilaian
perbedaan yang signifikan antara rata-rata
awal sebelum perlakuan dan penilaian akhir
nilai
selama
afektif
pada
penilaian
awal
dan
perlakuan.
Sebelum
perlakuan
penilaian akhir, atau dapat disimpulkan ada
maksudnya penilaian dilakukan ketika guru
peningkatan rata-rata nilai afektif siswa
kimia yang mengajar menggunakan metode
kelas eksperimen 2.
ceramah.
Sedangkan
penilaian
akhir
Pembelajaran praktikum yang dite-
dilakukan ketika menggunakan pembelaja-
rapkan pada kedua kelas eksperimen dapat
ran berbasis praktikum bervisi SETS pada
meningkatkan
kelas
penguasaan
kompetensi
eksperimen
1
dan
pembelajaran
afektif siswa. Kegiatan praktikum dapat
berbasis praktikum pada kelas eksperimen
meningkatkan kesiapan dan minat siswa
2. Nilai rata-rata penguasaan kompetensi
dalam belajar karena siswa mempersiapkan
dalam satu kelas disajikan pada Gambar 1.
sebelumnya dan berhubungan langsung dengan objek yang diamati (Hayat, 2010).
Gambar 1. Grafik rata-rata nilai psikomotorik
Peningkatan penguasaan kompetensi
kelas eksperimen pada penilaian awal dan
psikomotorik dilihat dari rata-rata nilai kedua
penilaian akhir. Pada kelas eksperimen 1
1266
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270
rata-rata skor psikomotorik pada penilaian
tikum bervisi SETS dapat meningkatkan
awal dan penilaian akhir masing-masing
penguasaan
sebesar 14 dan 17. Setelah diuji meng-
siswa. Adapun aspek-aspek psikomotorik
gunakan uji anava satu jalur didapatkan
yang dinilai yaitu menulis, berbicara, dan
harga Fhitung lebih besar dari Ftabel yang
bekerjasama. Rata-rata nilai psikomotorik
berarti
nilai
kedua
dan
meningkat dari penilaian awal ke penilaian
penilaian akhir. Uji dilanjutkan dengan uji
akhir, tetapi pada penilaian akhir rata-rata
lanjut
nilai psikomotorik kelas eksperimen 1 lebih
ada
psikomotorik
pasca
perbedaan pada
rata-rata
penilaian
anava
(metode
awal
scheffe),
diperoleh harga Fhitung jauh lebih besar dari
kompetensi
kelas
psikomotorik
eksperimen
sama-sama
tinggi dari kelas eksperimen 2.
Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang
Tingginya rata-rata nilai psikomotorik
signifikan antara rata-rata nilai psikomotorik
siswa pada kelas eksperimen 1 dikarenakan
pada penilaian awal dan penilaian akhir, dan
pada pembelajaran yang diterapkan, yakni
dapat disimpulkan ada peningkatan rata-rata
pembelajaran berbasis praktikum bervisi
nilai psikomotorik siswa kelas eksperimen 1.
SETS,
Kelas eksperimen 2 rata-rata nilai psikomotorik
pada
penilaian
awal
dan
siswa
aktif
mengikuti
kegiatan
praktikum dan diskusi mengenai keterkaitan sains dengan lingkungan, teknologi dan
penilaian akhir masing-masing sebesar 14
masyarakat.
dan 16. Uji anava satu jalur didapatkan
mengenai
harga Fhitung lebih besar dari Ftabel yang
hidrokarbon siswa dituntut aktif menulis hasil
berarti
nilai
diskusi, aktif bekerjasama dalam diskusi
dan
kelompok dan berbicara saat mempresen-
ada
psikomotorik
perbedaan pada
rata-rata
penilaian
awal
penilaian akhir. Uji dilanjutkan dengan uji lanjut
pasca
anava
(metode
Dalam unsur-unsur
kegiatan
diskusi
SETS
materi
tasikan hasil diskusi kelompok.
scheffe),
Berdasarkan analisis data diperoleh
diperoleh harga Fhitung jauh lebih besar dari
adanya perbedaan rata-rata nilai kognitif
Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang
dari kedua kelas eksperimen dengan tahun
signifikan antara rata-rata nilai psikomotorik
lalu. Dari data postes diketahui bahwa rata-
pada penilaian awal dan penilaian akhir,
rata nilai kognitif kelas eksperimen 1 lebih
atau dapat disimpulkan ada peningkatan
tinggi dari kelas eksperimen 2 dan tahun lalu
rata-rata nilai psikomotorik siswa kelas
yaitu masing-masing sebesar 86, 79 dan 70.
eksperimen 2.
Rata-rata
Perhitungan analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis prak-
nilai
penguasaan
kognitif disajikan pada Gambar
kompetensi
1267
Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum.....
Gambar 2. Grafik rata-rata nilai kognitif
Hasil perhitungan ketuntasan klasikal
mencapai
ketuntasan
klasikal.
Data
diperoleh kelas eksperimen 1 mencapai
ketuntasan masing-masing kelas disajikan
ketuntasan
pada Tabel 3.
klasikal
sedangkan
kelas
eksperimen 2 dan kelas tahun lalu belum Tabel 3. Data ketuntasan klasikal Kelas Eksperimen 1 Eksperimen 2 Tahun Lalu
Jumlah siswa keseluruhan 30 30 30
Jumlah siswa tuntas 26 22 16
Jumlah siswa tidak tuntas 4 8 14
Hasil perhitungan uji rata-rata satu
SETS memberikan hasil nilai kognitif dan
pihak kanan, uji ketuntasan rata-rata nilai
ketuntasan klasikal yang paling baik karena
kognitif dan uji anava satu jalur menunjuk-
dalam
kan bahwa ada perbedaan antara kelas
melakukan kegiatan praktikum dan mengait-
eksperimen 1 dan eksperimen 2 serta kedua
kan hasil praktikum ke dalam unsur-unsur
kelas eksperimen dengan kelas tahun lalu.
SETS. Pembelajaran berbasis praktikum
Kelas eksperimen 1 lebih baik dari kelas
bervisi SETS dapat meningkatkan minat
eksperimen 2 dan kelas tahun lalu, dan
siswa dan membuat siswas lebih antusias
kelas eksperimen 2 lebih baik dari kelas
dalam mengikuti pelajaran sehingga ber-
tahun lalu. Hal ini dikarenakan diterapkan-
dampak pada kognitif siswa (Slish dan
nya pembelajaran yang berbeda, pada kelas
Donald, 2005). Pembelajaran bervisi SETS
eksperimen
pembelajaran
dapat meningkatkan kemampuan kognitif
berbasis praktikum bervisi SETS, kelas
siswa yang ditandai dengan meningkatnya
eksperimen
rata-rata
1
2
diterapkan
diterapkan
pembelajaran
proses
nilai
pembelajarannya
kognitif
ketuntasan
hanya
(Afriawan, et al., 2012; Mulyani, 2008).
metode
ceramah.
Pembelajaran berbasis praktikum bervisi
dalam
tingginya
berbasis praktikum sedangkan tahun lalu menggunakan
klasikal
dan
siswa
satu
kelas
1268
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270 Berdasarkan hasil tanggapan siswa
terlihat dari jawaban siswa yang sebagian
diketahui bahwa siswa menyukai pem-
besar menyatakan bahwa dengan kegiatan
belajaran dengan kegiatan praktikum. Pada
praktikum dan pembelajaran SETS dapat
kelas
mempermudah dalam memahami materi
eksperimen
1
yang
diterapkan
pembelajaran berbasis praktikum bervisi
pelajaran,
SETS,
membangun
siswa
sangat
antusias
untuk
mengajak
siswa
kerjasama
aktif,
antar
dan siswa.
mengikuti pembelajaran praktikum. Selain
Tanggapan siswa kelompok eksperimen 1
itu siswa lebih termotivasi ketika dalam
terhadap pembelajaran berbasis praktikum
proses pembelajaran mengaitkan materi
bervisi SETS disajikan pada Tabel 4.
dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat (Nuryanto dan Binadja, 2010). Hal ini
No 1.
2.
3.
4. 5. 6. 7.
8. 9. 10.
Tabel 4. Hasil Angket Tanggapan Siswa Pernyataan SS S Saya merasa tertarik dan senang dengan 4 25 pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum siswa siswa bervisi SETS materi hidrokarbon Saya lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan 6 20 menggunakan pembelajaran berbasis siswa siswa praktikum bervisi SETS Saya dapat meningkatkan kemampuan saya 4 23 untuk mengingat suatu konsep melalui siswa siswa pembelajaran berbasis praktikum bervisi SETS Saya lebih mudah dalam menyelesaikan soal 5 22 hidrokarbon siswa siswa Saya bersemangat melakukan kegiatan 6 23 praktikum pada materi hidrokarbon siswa siswa Saya tidak segan bertanya kepada guru jika 7 20 ada pelajaran yang tidak jelas siswa Saya lebih mudah memahami materi setelah 6 23 melakukan praktikum yang sesuai dengan siswa siswa materi Saya bersemangat mengerjakan soal latihan di 5 20 kelas dan di rumah yang diberikan oleh guru siswa siswa Pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum 6 24 bervisi SETS sesuai untuk materi hidrokarbon siswa siswa Saya termotivasi untuk lebih giat belajar 5 20 karena mengikuti pelajaran kimia dengan siswa siswa pembelajaran berbasis praktikum bervisi SETS Hasil
analisis
angket
mengenai
belajaran
berbasis
TS
STS
1 siswa
0
4 siswa
0
3 siswa
0
3 siswa 1 siswa
0 0
3
0
1 siswa
0
5 siswa
1 siswa
0
0
4 siswa
1 siswa
praktikum
memberi
tanggapan siswa terhadap pembelajaran
kesempatan siswa untuk belajar aktif. Siswa
berbasis
bahwa
dapat bereksplorasi melalui kegiatan yang
pembelajaran lebih menarik, meningkatkan
relevan untuk memperoleh pengalaman dan
minat belajar, dan membantu memahami
konsep
konsep yang diajarkan. Siswa senang dan
praktikum menjadikan proses pembelajaran
tertarik dengan pembelajaran, karena pem-
menjadi lebih hidup dan bermakna bagi
praktikum
menyatakan
baru.
Pembelajaran
berbasis
Shinta Nur Baeti, dkk, Pembelajaran Berbasis Praktikum..... siswa (Sukaesih, 2011). Hasil tanggapan siswa
menyatakan
laboratorium
dengan
bahwa visi
kegiatan
SETS
dapat
membantu siswa membantu memahami materi pelajaran dan meningkatkan motivasi untuk giat belajar. Kegiatan laboratorium juga
dapat
meningkatkan
kemampuan
kognitif, memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas laboratorium dan juga kemampuan untuk melakukan observasi (Hofstein, 2004).
SIMPULAN
Penerapan
pembelajaran
berbasis
praktikum bervisi SETS dapat meningkatkan keterampilan laboratorium dan penguasaan kompetensi hidrokarbon siswa. Penerapan pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keterampilan laboratorium dan penguasaan kompetensi
hidrokarbon
siswa
secara
signifikan.
1269
Arifin, M., 1995, Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, Surabaya: Airlangga University Press. Binadja, A., 1999, Cakupan Pendidikan SETS untuk Bidang Sains dan Non Sains, Makalah disajikan dalam seminar lokakarya Pendidikan SETS untuk bidang Sains dan Non Sains, Kerjasama antara SEMEORECSAM dan UNNES Semarang 14 -15 Desember 1999. Duda, H. J., 2010, Pembelajaran Berbasis Praktikum dan Asesmennya pada Sistem Ekskresi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI, VOX Edukasi, Vol 1, No 2, Hal: 29-39. Hayat, M. S., 2010, Pembelajaran Berbasis Praktikum pada Konsep Invertebrata untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa, Tesis: UPI Bandung. Hofstein, 2004, The Laboratory in Chemistry Education: Thirty Years of Experience with Developments, Implementation, and Research, Journal Research and Practice, Vol 5, No 3, Hal: 247-264. Lynn, V. C. dan Nixon, J. E, 1985, Physical Education: Teacher Education, New York: John Wiley and Sons, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Adane, L. dan Admas, A., 2011, Relevance and Safety of Chemistry Laboratory Experiments from Students Perspective: A Case Study at Jimma University, Southwestern Ethiopia. Department of Chemistry, Jimma University, Southwstern Ethiopia, Journal Educational Research, Vol 2, No 12, Hal: 1749-1758. Afriawan, M., Binadja, A. dan Latifah, 2012, Pengaruh Penerapan Pendekatan Savi Bervisi Sets Pada Pencapaian Kompetensi Terkait Reaksi Redoks, Unnes Science Education Journal, Vol 1, No 2, Hal : 2252-6617.
Mulyani, 2008, Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Pendekatan SETS menggunakan Media CD Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 14 Semarang, Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA UNNES Nuryanto dan Binadja, A., 2010, Efektivitas Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Salingtemas ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 4, No 1, Hal: 552-556. Rahmiyati, S., 2008, Keefektifan Pemanfaatan Laboratorium di Madrasah Aliyah Yogyakarta, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol 11, No 1, Hal: 84-95.
1270
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1260 - 1270
Romlah, O., 2009, Peranan Praktikum dalam Mengembangkan Keterampilan Proses dan Kerja Laboratorium, Makalah disampaikan pada pertemuan MGMP Biologi Kabupaten Garut, 3 Februari 2009. Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochiantaniawati, D., dan Nurjhani, M., 2005, Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: UM PRESS. Slish, J. dan Donald, E., 2005, Assesment of the Use of the Jigsaw Method and Active Learning in Major Introductory Biology, Journal of Science Education, Vol 31, No 4, Hal: 566-682. Sukaesih, S., 2011, Analisis Sikap Ilmiah dan Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Praktikum, Jurnal penelitian pendidikan, Vol 28, No 1, Hal: 77-85.
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif....
1271
KEEFEKTIFAN STRATEGI METAKOGNITIF BERBANTU ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA Zara Bunga Namira*, Ersanghono Kusumo dan Agung Tri Prasetya Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode pembelajaran dengan strategi metakognitif berbantu Advance Organizer. Desain penelitan yang digunakan adalah pretest-posttest control group design. Keefektifan penelitian akan ditunjukkan dengan ketuntasan belajar klasikal siswa minimal 85%. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X suatu SMA di Tengaran. Sampel penelitian adalah kelas X-5 (kelas eksperimen) dan X-4 (kelas kontrol) yang diambil dengan teknik Cluster Random Sampling. Kelas eksperimen menerapkan pembelajaran dengan strategi metakogntif berbantu Advance Organizer sedangkan kelas kontrol tidak menerapkan strategi metakognitif berbantu Advance Organizer. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi afektif dan psikomotorik, tes hasil belajar kognitif dan lembar angket respon siswa. Data hasil penelitian diambil dari hasil belajar dan respon siswa. Berdasarkan analisis data diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen sebesar 78,32 dan kelas kontrol sebesar 75,09 dengan ketuntasan belajar klasikal kognitif kelas eksperimen sebesar 88,23% dan kelas kontrol sebesar 70,59%. Siswa kelas eksperimen rata-rata memiliki respon baik terhadap penggunaan strategi metakognitif berbantu Advance Organizer pada pembelajaran yang diterapakan. Kesimpulan yang dapat diambil yakni strategi metakognitif berbantu Advance Organizer terbukti efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa di sekolah. Kata kunci: advance organizer, hasil belajar, strategi metakognitif
ABSTRACT This study aims to determine the effectiveness of the use of learning methods with metacognitive strategies assisted Advance Organizer. Research design used was a pretestposttest control group. The effectiveness of the research will be presented with the classical student learning completeness minimum 85%. The study population was all students of class X in a school of Tengaran. Samples were X-5 class (the experimental class) and X-4 (grade control) were taken with a cluster random sampling technique. Experimental class implements metakogntif assisted learning strategies Advance Organizer while the control class is not apply metacognitive strategies assisted Advance Organizer. The research instrument used is the observation sheet affective and psychomotor, cognitive and achievement test sheet student questionnaire responses. The data were taken from learning outcomes and student response. Based on data analysis, it obtained that the average student learning outcomes for experimental class was 78.32, and control class was 75.09, with classical cognitive mastery of learning outcomes for experimental class was 88.23% and control class was 70.59%. The average of experimental class students have a good response on learning that used metacognitive strategies assisted Advance Organizer. It can be concluded that metacognitive strategies assisted Advance Organizer effectively can improve the student learning outcomes in school. Keywords: advance organizer, learning outcomes, strategy metacognitive
1272
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280 PENDAHULUAN
ngan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya
dalam
situasi
kehidupan
Pemerintah melalui berbagai program
nyata (Warpala, 2009). Implementasi aspek-
selalu berusaha memajukan pendidikan di
aspek pelaksanaan pembelajaran itu harus
Indonesia, mulai dari wajib belajar 9 tahun
selalu diupayakan agar tidak semata-mata
sampai diberlakukannya perubahan kuri-
mengacu
kulum. Penerapan kurikulum yang baru
informasi
disesuaikan
kecakapan berpikir tingkat tinggi (Susantini,
dengan
kebutuhan
siswa
diharapkan mampu meningkatkan kualitas lulusan
dan
tetapi
transfer
mengacu
pada
2010) Salah satu mata pelajaran yang tidak
bukan
bisa diajarkan dengan hanya satu sumber
hanya menyampaikan materi yang ada di
informasi saja adalah kimia. Oleh sebab itu
buku
sampai saat ini kimia dianggap sebagai
Tugas
teks
pendidikan
saja
kepentingan
di
Indonesia.
kualitas
pada
seorang
melainkan
guru
juga
berupaya
menjadikan pembelajaran menjadi sesuatu
mata
yang bermakna bagi siswa. Keberhasilan
bosankan bagi siswa karena selain banyak
proses belajar mengajar merupakan hal
rumus yang harus dihafal, juga terdapat
utama yang didambakan dalam melaksana-
beberapa
kan pendidikan sekolah. Komponen utama
visualiasasi dengan bantuan media lain,
dalam kegiatan belajar mengajar adalah
tidak hanya sekedar ceramah. Anggapan
siswa dan guru, dalam hal ini siswa menjadi
tersebut menyebabkan siswa memberikan
subjek belajar. Oleh karena itu, paradigma
respon
pembelajaran yang berpusat pada guru
pembelajaran kimia yang akhirnya juga
hendaknya diubah menjadi pembelajaran
mempengaruhi ketuntasan belajar siswa.
yang berpusat pada siswa (Fajri, 2012).
Ada banyak penelitian yang dilakukan terkait
Kenyataan yang ditemui di suatu SMA di
dengan
Tengaran,
hasil observasi menunjukkan
pendekatan dan teknik pembelajaran yang
bahwa sebagian besar guru khususnya
dapat membantu siswa meningkatkan hasil
pada
hanya
belajar. Salah satu strategi menjadikan
mentransfer pengetahuan atau informasi
informasi yang mudah diingat dan dipahami
yang ada di buku. Siswa cenderung pasif di
adalah strategi metakognitif.
mata
pelajaran
kimia
dalam kelas dalam menerima pelajaran,
pelajaran
yang
materi
yang
sulit
yang
kurang
pemilihan
dan
mem-
membutuhkan
positif
terhadap
metode,
strategi,
Pembelajaran dengan strategi meta-
lebih banyak diam, mendengar, mencatat,
kognitif
menghafal
tidak
menanamkan kesadaran bagaimana meran-
proses
cang, memonitor serta mengontrol tentang
kemudian
bersungguh-sungguh
bosan
dan
mengikuti
merupakan
apa
menekankan pada resitasi konten, tanpa
diperlukan untuk mengerjakan dan bagai-
memberikan waktu yang cukup kepada
mana
siswa untuk merefleksi materi-materi yang
Strategi metakognitif dilakukan dalam tiga
dipresentasikan,
tahap, yakni tahap proses sadar belajar,
de-
mereka
melakukannya
ketahui,
apa
yang
pembelajaran. Pembelajaran konvensional
menghubungkannya
yang
pembelajaran
(Maulana,
yang
2008).
1273
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... tahap
merencanakan
monitoring
dan
belajar,
tahap
belajar
(Romli,
refleksi
ajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
keefektifan
strategi
2009). Metakognitif dapat dinilai dengan
metakognitif berbantu Advance Organizer
menggunakan kuesioner untuk melaporkan
terhadap peningkatan hasil belajar siswa
persepsi dan kemampuan memecahkan
pada materi hidrokarbon.
masalah siswa (Downing, 2009). METODE PENELITIAN
Strategi metakognitif melalui multistrategi dan dikombinasikan dalam sebuah jurnal
belajar
lebih
untuk
Penelitian ini dilakukan di suatu SMA
meningkatkan hasil belajar siswa terutama
di Tengaran Kabupaten Semarang yakni
dalam
ini
siswa kelas X pada mata pelajaran kimia
menggunakan strategi metakognitif dengan
dan materi hidrokarbon. Desain penelitian
bantuan Advance Organizer. Istilah Advance
yang dipakai yaitu pretest-posttest control
Organizer
kesadaran
group design yaitu desain penelitian dengan
siswa terhadap struktur pengetahuan yang
melihat perbedaan pretest maupun posttest
telah dimilikinya sehingga informasi baru
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat
(Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian
aspek
kognitif.
diartikan
dikaitkan
sebelumnya
berpotensi
Penelitian
sebagai
dengan
(Dahar,
pengetahuan
1996).
ini
ini adalah siswa kelas X-1 sampai X-9 suatu
Advance Organizer dianggap sebagai alat
SMA di Tengaran tahun pelajaran 2012/
yang dapat dipakai untuk memberikan suatu
2013. Kelas X-5 merupakan kelas ekspe-
bahan pendahuluan terhadap apa yang
rimen sedangkan kelas X-4 merupakan
dipelajari untuk membantu siswa meng-
kelas
organisasi,
menggunakan
mengingat,
dan
Saat
mengaitkan
kontrol
yang
diambil
dengan
teknik
cluster
random
dengan pengetahuan sebelumnya terhadap
sampling. Variabel dalam penelitian ini ada
pengetahuan baru yang akan dipelajari
tiga, yakni variabel bebas, variabel kontrol
(Wachanga,
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
dapat
2013).
Advance
meningkatkan
Organizer
pemahaman
siswa
penelitian ini yaitu strategi pembelajaran.
tentang berbagai macam materi pelajaran
Variasi perlakuan pada kelas eksperimen
dan lebih berguna untuk mengajarkan isi
adalah
pelajaran yang telah mempunyai struktur
metakognitif berbantu Advance Organizer
kognitif relevan yang ada dalam diri siswa
sedangkan
(Dahar, 1996).
menggunakan strategi metakognitif berbantu
Berdasarkan uraian diatas
dengan
pada
menggunakan
kelas
kontrol
strategi
tanpa
maka
Advance Organizer atau menerapkan pem-
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
belajaran ceramah. Variabel terikat pada
penelitian
adalah
apakah
strategi
penelitian ini yaitu hasil belajar siswa SMA N
metakognitif berbantu Advance Organizer
1 Tengaran yang dinyatakan dengan hasil
efektif terhadap peningkatan hasil belajar
belajar tes kognitif, penilaian aspek afektif
siswa di suatu SMA di Tengaran pada
dan aspek psikomotorik sedangkan variabel
materi pokok hidrokarbon kelas X tahun
kontrol dalam penelitian ini yaitu Rencana
ini
1274
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus,
dengan menggunakan data nilai pretest dan
materi yang diajarkan dan alokasi waktu
posttest siswa kelas eksperimen dan kelas
pembelajaran.
kontrol. Hasil belajar afektif dan psiko-
Metode pengumpulan data dilakukan
motorik serta angket respon siswa dianalisis
dengan metode dokumentasi, metode tes,
secara deskriptif.
metode observasi dan metode angket.
rapan
Metode dokumentasi digunakan untuk mem-
ketuntasan belajar klasikal siswa dimana
peroleh data mengenai jumlah populasi,
suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif
jumlah sampel, nama-nama siswa anggota
jika
sampel dan nilai ulangan mid semester 1
minimal 85% (Mulyasa, 2007).
strategi
Keefektifan dari penemetakognitif
ketuntasan
belajar
dilihat
klasikal
dari
siswa
yang akan digunakan dalam analisis data HASIL DAN PEMBAHASAN
pada uji homogenitas populasi. Metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar pada
aspek
kognitif,
afektif
dan
Analisis dilakukan pada data nilai
psikomotorik. Metode observasi digunakan
pretest
untuk mengumpulkan data dengan cara
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan
pengamatan dengan menggunakan hasil
bahwa nilai rata-rata pretest siswa kelas
belajar
eksperimen sebesar 31,70 sedangkan nilai
ranah
afektif
dan
psikomotorik
dan
data
pengamatan selama pembelajaran berlang-
30,29.
sung.
varians didapatkan hasil bahwa tidak ada
memperoleh siswa
data
digunakan untuk
mengenai
terhadap
tanggapan
uji
sebesar
kesamaan
dua
perbedaan yang signifikan pada nilai pretest
kimia
dari kedua kelas sehingga dapat dikatakan
menggunakan strategi metakognitif berbantu
bahwa sampel berangkat dari keadaan awal
Advance Organizer di akhir pembelajaran.
yang sama atau kemampuan awal yang
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
sama. Hasil belajar kognitif siswa kelas
ini adalah silabus, RPP, bahan ajar, soal
eksperimen setelah menerapkan strategi
pretest dan posttest hasil belajar kognitif,
metakognitif berbantu Advance Organizer
lembar observasi dan angket respon siswa.
sebesar 78,32 dengan
Data penelitian hasil belajar siswa dianalisis
klasikal sebesar 88,23% sedangkan kelas
dengan
dihitung
kontrol
sebesar 75,09 dengan ketuntasan
dengan uji t, uji F, uji ketuntasan belajar
belajar
klasikal sebesar
untuk mengetahui keefektifan penggunaan
penelitian ini ketuntasan belajar individu
strategi
Advance
ditentukan berdasarkan KKM dari sekolah
Organizer terhadap peningkatan hasil be-
yakni siswa dianggap tuntas secara individu
lajar aspek kognitif siswa kelas eksperimen.
pada nilai minimal 75. Jika dibandingkan
Uji normalized-gain dan uji paired sample
antara nilai pretest dan posttest dari kedua
test dihitung untuk mengetahui signifikansi
kelas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen
besarnya pe-ningkatan hasil belajar siswa
dan kelas kontrol mengalami peningkatan
statistika
metakognitif
pembelajaran
Berdasarkan
kontrol
siswa.
rata-rata
angket
kelas
posttest
dengan menggunakan lembar observasi/
Metode
pretest
nilai
parametrik
berbantu
ketuntasan belajar
80,29%.
Pada
1275
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... nilai rata-rata. Nilai rata-rata pretest dan
metakognitif,
posttest siswa kelas eksperimen dan kelas
tidak seharusnya terjadi dalam kekosongan
kontrol
pikiran.
diuji
dengan
menggunakan
uji
pembelajaran
Guru
juga
atau
perlu
belajar
mengetahui
Normalized gain (N-gain) dan uji paired
perbedaan individu dan bagaimana individu
sample test untuk mengetahui kelas yang
tersebut menginteraksikan metakognitifnya
mengalami peningkatan hasil belajar lebih
dengan berbagai komponen yang berkaitan
signifikan. Berdasarkan uji paired sample
dengan proses pembelajaran (Veenman et
test diperoleh harga t hitung pada taraf
al., 2006).
kepercayaan 95% adalah 5,55 yang berada
Peningkatan hasil belajar siswa kelas
pada daerah penolakan dengan t kritis
eksperimen disebabkan karena penerapan
sebesar 2,03. Hasil N-gain dari kelas
strategi
eksperimen
sebesar 0,71 pada kategori
Advance Organizer mampu membangkitkan
tinggi sedangkan kelas kontrol sebesar
minat dan motivasi belajar siswa di dalam
0,66
uji
kelas dan di luar kelas. Siswa menggunakan
normalized-gain dan uji paired sample test
Advance Organizer sebagai media belajar.
menunjukkan peningkatan hasil belajar yang
Dalam penelitian ini, Advance Organizer
diperoleh kelas eksperimen lebih signifikan
memiliki fungsi yang hampir sama dengan
dibandingkan
hasil
LKS yakni sama-sama digunakan untuk
belajar yang diperoleh kelas kontrol. Kelas
membantu siswa selama kegiatan belajar
eksperimen mencapai rata-rata hasil belajar
mengajar di dalam kelas dan di luar kelas.
kognitif lebih baik daripada kelas kontrol
Advance Organizer membuat siswa memiliki
karena
kelas
aktivitas belajar selama di dalam kelas
eksperimen siswa dibimbing dengan strategi
karena selama pembelajaran siswa di-
metakognitif
bimbing
pada
kategori
sedang.
dengan
selama
peningkatan
pembelajaran
yang
Hasil
diterapkan
di
dengan
metakognitif
untuk
dibantu
aktif
dengan
mengungkapkan
bantuan Advance Organizer untuk mem-
pemikiran, ide dan pengetahuan yang ingin
bangkitkan keaktifan siswa selama proses
mereka kuasai. Selama di luar kelas, siswa
pembelajaran.
menggunakan Advance Organizer untuk
Pembelajaran
dengan
strategi metakognitif menitikberatkan pada
membuat
aktivitas
dan
informasi sebanyak mungkin terkait dengan
membimbing siswa jika ada kesulitan serta
materi yang ingin mereka pelajari dari
membantu siswa mengembangkan konsep
berbagai sumber. Penggunaan Advance
diri apa yang dilakukan saat kegiatan belajar
Organizer
kimia berlangsung. Rata-rata hasil belajar
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
siswa
strategi
mampu meningkatkan minat dan motivasi
metakognitif dalam pembelajaran meningkat
siswa dalam mempelajari suatu materi
dibandingkan dengan pembelajaran yang
(Shihusa
tidak
metakognitif
visualisasi nilai rata-rata hasil belajar kognitif
(Agustina dan Muyanratna, 2012). Sama
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
seperti yang diterapkan dalam pengetahuan
dapat
belajar
yang
siswa,
membantu
menggunakan
menerapkan
strategi
catatan
dan
sebagai
dan
dilihat
mengumpulkan
suatu
Keraro,
pada
alat
2009).
dalam
Bentuk
Gambar
1.
1276
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280
Gambar 1. Perbandingan hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol
Pengambilan data hasil belajar afektif
meningkatnya aktivitas belajar siswa selama
siswa dilakukan dengan metode observasi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
langsung.
selama
menggunakan strategi metakognitif berbantu
kegiatan belajar mengajar berlangsung oleh
Advance Organizer. Sedangkan kemauan
observer yang dalam hal ini dilakukan oleh
bertanya dan berpendapat siswa kelas
guru kimia dan teman sejawat. Hasil belajar
eksperimen meningkat karena siswa kelas
afektif yang diamati terdiri dari delapan
eksperimen dibiasakan untuk mengungkap-
aspek dan masing-masing aspek dianalisis
kan ide dan pemikirannya pada Advance
secara deskriptif. Kedelapan aspek tersebut
Organizer
diantaranya kehadiran, konsentrasi dalam
nyampaikan suatu informasi baru, siswa
pembelajaran,
selama
yang metakognitifnya telah terkontrol lebih
diskusi, interaksi dengan guru, kelengkapan
mudah mengungkapkan apa yang ingin
isi catatan dan Advance Organizer, disiplin
mereka
mengerjakan
dalam
mempelajari suatu informasi dari sumber
kelompok serta kemauan bertanya dan
yang baru kemudian membuat ringkasan
berpendapat.
data
dari sumber tersebut akan memiliki skor tes
yang dilakukan terhadap nilai afektif siswa
yang lebih baik daripada seseorang yang
selama proses pembelajaran berlangsung,
mempelajari teks asli sebuah buku tanpa
didapatkan
aspek
membuat catatan atau ringkasan (Bahri dan
keempat yakni interaksi dengan guru dan
Apriana, 2008). Hal ini bisa membuktikan
pada aspek kedelapan yakni kemauan
bahwa dengan adanya strategi metakognitif
bertanya dan berpendapat terlihat jelas
berbantu
perbedaan yang besar dari nilai rata-rata
meningkatkan aspek afektif yang dimiliki
aspek afektif siswa kelas eksperimen dan
oleh siswa. Hasil rata-rata nilai afekif tiap
kelas
aspek
Penilaian
dilakukan
perhatian
tugas,
siswa
kerjasama
Berdasarkan analisis
hasil
kontrol.
bahwa
Interaksi
pada
siswa
kelas
eksperimen dengan guru meningkat seiring
sehingga
ketika
ungkapkan.
Advance
kelas
guru
Seseorang
Organizer
eksperimen
terdapat pada Gambar 2.
dan
me-
yang
mampu
kontrol
1277
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif....
Gambar 2. Perbandingan rata-rata nilai aspek afektif siswa kelas kontrol dan eksperimen
Penilaian aspek psikomotorik siswa kelas
eksperimen
dan
kontrol
cukup. Hal ini disebabkan karena sebelum
dilakukan dengan menggunakan lembar
berlangsungnya kegiatan praktikum, siswa
observasi pada saat praktikum. Berdasarkan
kelas eksperimen telah dibimbing untuk
hasil analisis data didapatkan bahwa dari
mempersiapkan pengetahuan awal yang
pelaksanaan dua kali kegiatan praktikum,
mendukung materi praktikum yang dituliskan
kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata
dalam Advance Organizer. Pengetahuan
sebesar 80,19 sedangkan kelas kontrol
awal yang dimiliki siswa setelah dibimbing
memperoleh nilai rata-rata sebesar 72,15.
dengan strategi metakognitif terkait dengan
Penilaian aspek psikomotorik siswa meliputi
materi praktikum membantu siswa kelas
delapan indikator, yaitu kemampuan siswa
eksperimen
dalam diskusi kelompok, keterampilan siswa
praktikum. Waktu yang diberikan untuk
dalam
melaksanakan praktikum
menyampaikan
kelas
berkategori baik dan 11 siswa berkategori
hasil
diskusi,
dalam
melakukan
tidak
kegiatan
terbuang
persiapan alat dan bahan, keterampilan
percuma karena siswa memahami materi
menggunakan alat, penggunaan prosedur
sehingga pembelajaran dapat berlangsung
praktikum,
percobaan,
efektif. Siswa kelas eksperimen yang telah
keterampilan bekerjasama dalam kelompok
mempersiapkan diri dengan pengetahuan
dan
sosial.
awal lebih mudah memahami, mengolah
Hasil analisis data menunjukkan bahwa 26
dan menganalisis data hasil praktikum.
siswa di kelas eksperimen memiliki nilai
Mempelajari suatu materi sebelum materi
psikomotorik pada kategori baik dan tujuh
tersebut diajarkan oleh guru akan membuat
siswa
nilai
siswa mengingat informasi dengan lebih
berkategori sangat baik dan hanya satu
baik dan lebih lama karena konsep baru
siswa memiliki nilai berkategori cukup. Kelas
yang disampaikan digabungkan dengan
kontrol hanya memiliki 23 siswa dengan nilai
struktur kognitif yang sebelumnya telah
mengamati
keterampilan
kelas
hasil
berkomunikasi
eksperimen
memiliki
1278
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280
disiapkan oleh siswa. Visualiasi nilai hasil
dapat dilihat pada Gambar 3.
rata-rata per aspek psikomotorik siswa
Gambar 3. Perbandingan rata-rata nilai aspek psikomotorik siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen Pengambilan
siswa
kelas. Respon baik yang ditunjukkan siswa
meng-
dengan diterapkannya strategi metakognitif
gunakan metode angket yang memuat 20
berbantu Advance Organizer disebabkan
indikator dengan kriteria sangat setuju,
karena Advance Organizer menjadi sebuah
setuju, kurang setuju, tidak setuju dan
media baru bagi siswa dalam belajar,
sangat
khususnya
terhadap
data
pembelajaran
tidak
setuju.
respon dengan
Hasil
menunjukkan
bahwa
rata-rata
memberikan
tanggapan
baik
analisis siswa terhadap
catatan
pada
saat
mengenai
siswa
informasi
membuat baru
dari
berbagai sumber, penyampaian ide dan
pembelajaran yang diterapkan. Hal ini bisa
pendapat saat pembelajaran.
dilihat dari indikator penyampaian tujuan
Organizer dirancang untuk mengajarkan
pembelajaran,
informasi
rasa
ingin
tahu
siswa,
dan
konsep
verbal
pembelajaran
metode pada materi lain dan semangat
presentasi. Masalah yang ditemui siswa
belajar siswa memperoleh respon yang
selama pembelajaran, didiskusikan bersama
sangat baik. Sebanyak 50% siswa sangat
guru untuk dapat mengetahui bagaimana
setuju dan 44%
permasalahan tersebut dapat diatasi secara
pernyataan
bahwa
setuju dengan
strategi
metakognitif
diskusi
dan
kesesuaian metode dengan materi, aplikasi
siswa
melalui
Advance
dan
tepat dan cepat. Refleksi yang dilakukan
berbantu Advance Organizer meningkatkan
diakhir
rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran
metakognitif berbantu Advance Organizer
kimia materi hidrokarbon. Sebanyak 17
membuat siswa terbiasa untuk memilih
siswa
strategi yang tepat bagi dirinya sehingga
menyatakan
sangat
setuju
dan
pembelajaran
dapat
dengan
sembilan siswa menyatakan setuju pada
pembelajaran
indikator yang menyatakan bahwa strategi
bermakna bagi siswa. Melalui penggunaan
metakognitif berbantu Advance Organizer
Advance
membuat siswa lebih mudah belajar di luar
manfaat tidak hanya dari belajar bermakna
Organizer,
berlangsung
strategi
siswa
lebih
memperoleh
1279
Zara Bunga Namira, dkk, Keefektifan Strategi Metakognitif.... akan tetapi juga dari penguatan struktur
butuhkan untuk dipelajari, apa saja masalah
kognitif mereka (Aziz, 2009). Hal ini di-
yang ditemui selama pembelajaran dan
dukung dengan nilai posttest, nilai tugas dan
bagaimana
sikap kedisplinan dalam mengerjakan tugas
tersebut sehingga cara belajar pun lebih
siswa kelas eksperimen lebih baik daripada
terfokus
kelas kontrol.
Pemecahan
Peningkatan yang signifikan pada hasil
belajar
siswa
kelas
eksperimen
disebabkan karena strategi metakognitif
mengatasi
pada
permasalahan
pemecahan
masalah
masalah.
dilakukan
dengan
diskusi dalam kelompok kecil dan kelompok besar sehingga aktivitas belajar siswa kelas pun semakin meningkat.
yang diterapkan dengan bantuan Advance Organizer berhasil meningkatkan kemam-
SIMPULAN
puan metakognitif siswa. Pada prinsipnya jika
dikaitkan
dengan
proses
belajar,
Penggunaan
strategi
metakognitif
kemampuan metakognitif seseorang diguna-
berbantu Advance Organizer terbukti efektif
kan dalam mengontrol proses belajar mulai
terhadap peningkatan hasil belajar siswa
dari tahap perencanaan, pemilihan strategi
suatu SMA di Tengaran kelas X-5 pada
yang tepat sesuai dengan masalah yang
materi hidrokarbon.
dihadapi
dan
metakognitif berbantu Advance Organizer
memonitor kemajuan dalam belajar secara
efektif meningkatkan hasil belajar siswa
bersamaan sebagai bentuk koreksi selama
kelas
memahami
afektif dan psikomotorik secara signifikan.
strategi
kemudian
konsep
belajar
merefleksi
dan
yang
menganalisis dipilih.
eksperimen
Penggunaan strategi
pada
aspek
kognitif,
Pada
pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen siswa diajarkan untuk berlatih
DAFTAR PUSTAKA
mengembangkan metakognitif yang telah dimiliki siswa dengan menerapkan strategi metakognitif berbantu Advance Organizer. Siswa kelas eksperimen dibiasakan untuk merencanakan dan menyadari untuk apa harus belajar materi kimia, merencanakan strategi materi
yang serta
tepat
dalam
melakukan
mempelajari
refleksi
untuk
memonitor bagaimana cara berpikir mereka sendiri.
Seiring
kemampuan
dengan
metakognitif
meningkatnya siswa,
maka
kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen pun
akan
perlahan
meningkat
karena
dengan strategi metakognitif siswa dibiasakan untuk mengontrol apa saja yang mereka
Agustina, L. dan Muyanratna, M., 2012, Penerapan strategi metakognitif dalam meningkatkan kualitas belajar siswa pada materi cahaya di kelas VIII SMP Negeri 1 Mojokerto, Jurnal Fisika, Vol 2, No 4, Hal 52-61. Aziz, A., 2009, Model Advance Organizer dan penerapannya dalam pembelajaran, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 1, No 19, Hal 34-44. Bahri, S. dan Apriana, E., 2008, Peran pengetahuan awal, strategi metakognitif, dan metakognitif terhadap pencapaian hasil belajar, Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. Vol 1 No 6, Hal 58-64. Dahar, R.W., 1996, Teori-teori Jakarta: Erlangga.
belajar,
1280
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1271 - 1280
Downing, K.J., 2009, Self eficiacy and metacognitive development, The International Journal of Learning. Vol 4, No 16, Hal 21-32. Fajri, L., 2012, Upaya peningkatan proses dan hasil belajar Kimia materi koloid melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dilengkapi dengan teka-teki silang bagi siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Boyolali pada semester genap tahun ajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 1, No 1, Hal 50-61. Maulana, 2008, Pendekatan metakognitif sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa PGSD, Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Vol 2, No 10, Hal 25-36. Mulyasa, E., 2007, Menjadi pendidik profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Romli, M., 2009, Strategi membangun metakognisi siswa SMA dalam pemecahan masalah Matematika, Skripsi, Madura: FKIP Universitas Madura. Shihusa, H. dan Keraro, F.N., 2009, Using Advance Organizers to enhance student’s motivation in learning Biology, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technoloy Education, Vol 4, No 5, Hal 413-420. Sugiyono, 2010, Statistika untuk penelitian, Bandung: Alfabeta. Susantini, E., 2010, Efektivitas perangkat pembelajaran Biologi berbasis strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan siswa dan kategori sekolah, Skripsi, Surabaya: FMIPA Universitas Negeri Surabaya. Veenman, M.V.J., Bernadette, H.A.M., Wolters, W.H. dan Afflerbach, P, 2006, Metacognition and learning as conceptual and methodological considerations, Journal Springer Science, Vol 3, No 4, Hal 210-211.
Wachanga, S.W., 2013, Effects of Advance Organizer teaching approach on Secondary School students achievement in Chemistry in Maara District Kenya, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technoloy Education, Vol 2, No 6, Hal 122-132. Warpala, I.W.S., 2009, Pendekatan pembelajaran konvensional. Diunduh di http://edukasi.kompasiaa.com/2009/1 2/20/pendekatan-pembelajarankonvensional/ tanggal 23 Januari 2013
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing....
1281
KEEFEKTIFAN INKUIRI TERBIMBING BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS Nur Amalia Afiyanti*, Edy Cahyono dan Soeprodjo Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry terhadap keterampilan proses sains kelas XI suatu SMA di Semarang pada tahun ajaran 2012/2013. Populasi bersifat normal dan homogen, sehingga pengambilan dua kelompok sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Desain penelitian yaitu posttest only control design. Keberhasilan penelitian dilihat dari ketuntasan belajar pembelajaran yang menggunakan model inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry aspek kognitif mencapai nilai KKM. Pada analisis tahap akhir, uji yang digunakan adalah uji t pihak kiri dengan t hitung > t tabel (1,696). Hasil uji ketuntasan belajar untuk kelas eksperimen didapatkan thitung sebesar 3,860 sedangkan kelas kontrol 0,914. Hal ini menyatakan bahwa kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan kelas kontrol belum. Rata-rata nilai aspek psikomotorik siswa pada kelas eksperimen adalah 82,6 yang termasuk dalam kategori sangat baik dan kelas kontrol adalah 74 termasuk dalam kategori baik. Pada aspek kepedulian lingkungan siswa, rata-rata nilai pada kelas eksperimen adalah 88,65 termasuk dalam kategori sangat baik dan kelas kontrol adalah 81,7 termasuk dalam kategori baik. Kesimpulan penelitian adalah bahwa inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry terbukti efektif meningkatkan keterampilan proses sains. Kata kunci: green chemistry, inkuiri terbimbing, keterampilan proses sains
ABSTRACT This research aims to know the effectiveness of guided inquiry oriented green chemistry for science process skills at XI school grade of SMA in Semarang on 2012/2013 period. The population is normal and homogeneous, so to take two groups of samples using cluster random sampling techniques. Design of this research is posttest only control design. The succes of this research seen from cognitive aspect of student achievement reach KKM. At the final stage of the analysis, the t test used was left-test with t count > t table (1.696). The student achievement for experimental classes obtained t count of 3.860 while the control class 0,914. This suggests that the experimental class has achieved mastery learning, while the control class not yet. The average value of the psychomotor aspects of students in the experimental class was 82.6 which is included in the excellent category and control class was 74 included in good category. In the aspect of Students environmental concern, the average value of the experimental class was 88.65 included in the excellent category and class control was 81.7 included in good category. The conclusion was that the research-oriented guided inquiry of green chemistry proved effectively increase the science process skills. Keywords: green chemistry, guided inquiry, science process skills
PENDAHULUAN Kurangnya keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam pembelajaran membuktikan bahwa pem-
belajaran lebih bersifat teacher-centered, yakni guru menyampaikan kimia sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktualnya. Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa
1282
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1281 - 1288
mengenai proses maupun sikap dan konsep kimia yang mereka peroleh. Akibatnya, rasa ingin tahu siswa akan konsep menjadi kurang. Siswa hanya menghafalkan pengetahuan atau konsep tetapi tidak mengetahui proses, sehingga keterampilan proses sains masih kurang dan ketuntasan belajarnya pun masih rendah. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk menemukan konsepnya sendiri adalah dengan model inkuiri terbimbing (guided inquiry). Pembelajaran inquiry diterapkan dalam mata pelajaran IPA dan dirancang untuk melibatkan siswa dalam berpikir sebab akibat dan untuk mengajukan pertanyaan sehingga siswa lebih komunikatif (Lisnawati, 2007). Pembelajaran berbasis inkuiri melibatkan prosesproses mental, yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, dan menganalisis data serta menarik kesimpulan (Roestiyah, 2001). Inquiry adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, me-rumuskan hipotesis, merancang eks-perimen, menemukan data, dan meng-gambarkan kesimpulan tentang masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah (Widowati, 2007). Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan inkuiri dengan masalah dikemukakan guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan intensif guru (Amri, 2010). Siswa yang menggunakan metode berbasis inkuiri pada kelas eksperimen menunjukkan peningkatan keterampilan proses sains sebesar 2% (Brickman, et al., 2009). Keterampilan proses merupakan suatu pendekatan belajar mengajar yang
mengarah pada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu (Wardani, 2008). Keterampilan proses sains merupakan perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Keteram-pilan proses merupakan pengetahuan prosedural yang dapat dikembangkan pada peserta didik sejak dini secara bertahap (Rustaman, 1992). Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dengan mengembangkan keterampilanketerampilan memproses perolehan, siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap yang dituntut (Semiawan, 1992). Keterampilan ini juga berkaitan dengan kreatifitas dan berpikir kritis. Faktor penting untuk perkembangan sebuah negara dapat diketahui melalui siapa bisa berpikir kreatif dan berpikir kritis (Karsi dan Sahin, 2009). Green chemistry bukanlah environmental science tetapi bagian ilmu kimia yang mencari dan berkreasi untuk memberikan solusi bagi penciptaan teknologi yang aman bagi manusia dan lingkungannya (Ilyas, 2010). Green chemistry adalah bagian dari produk dan proses kimia yang ramah lingkungan meliputi semua aspek dan jenis dari proses kimia yang mengurangi efek negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar (Kusuma, et al, 2009). Pembelajaran kimia berorientasi green chemistry bertujuan agar siswa memiliki karakter peduli lingkungan, khususnya dalam penanganan masalah lingkungan, membentuk perilaku agar dapat berpartisipasi dalam pemeliharaan lingkungan. Peng-kajian terhadap fenomena dan dampak perubahan lingkungan perlu dilakukan melalui pendidikan formal (Setyo, 2011).
1283
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing.... Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu efektifkah pembelajaran model inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry terhadap keterampilan proses sains dan kepedulian lingkungan siswa suatu SMA di Semarang pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran model inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry terhadap keterampilan proses sains dan kepedulian lingkungan siswa suatu SMA di Semarang pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di suatu SMA di Semarang pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Desain penelitian ini yaitu posttest only control design. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah siswa XI IPA SMA tahun pelajaran 2012/2013. Kelas XI IA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IA 3 sebagai kelas kontrol yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. Kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Variabel terikat dalam pene-litian ini yaitu keterampilan proses sains dan kepedulian lingkungan siswa SMA tahun ajaran 2012/2013. Keberhasilan di dalam penelitian ini dilihat dari ketuntasan belajar pembelajaran yang menggunakan model inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry dari aspek kognitif mencapai nilai KKM yaitu 72, aspek psikomotorik dan kepedulian terhadap lingkungan setiap siswa mencapai nilai 65 dengan ketuntasan klasikal sebesar 85% (Mulyasa, 2002). Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, tes, lembar observasi dan angket. Bentuk
instrumen yang digunakan berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, soal posttest, lembar observasi kepedulian terhadap lingkungan, lembar observasi psikomotorik dan angket. Data penelitian posttest dianalisis secara statistik parametrik yaitu dihitung dengan uji t dan uji ketuntasan klasikal sedangkan kepedulian lingkungan, psikomotor dan hasil angket tanggapan siswa dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Kelas eksperimen pada penelitian ini menggunakan model inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran seperti yang biasa digunakan guru mitra yaitu menggunakan metode ceramah dan diskusi. Analisis hasil belajar kognitif secara statistika meliputi uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji keefektifan, uji ketuntasan belajar, dan uji estimasi rata-rata hasil belajar. Hasil uji normalitas data posttes kedua kelas berdistribusi normal. Uji kesamaan dua varians, kedua kelas memiliki varians yang tidak berbeda (homogen). Perhitungan uji keefektifan menggunakan uji t, pada kelas eksperimen diperoleh t hitung = 3,8601 sedangkan ttabel = 1,696. Besarnya thitung> ttabel dan thitung berada di daerah penerimaan H, sedangkan untuk kelas kontrol thitung 0,914 dan thitung berada didaerah penolakan H. Jadi, ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia kelas eksperimen dengan kelas kontrol atau hasil belajar kimia kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hasil perhitungan uji ketuntasan belajar, diperoleh hasil ketuntasan belajar pada kelas eksperimen adalah 87,5% yang berarti bahwa kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar klasikal sedangkan hasil ketuntasan belajar kelas kontrol adalah 71,9% yang berarti bahwa kelas kontrol
1284
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1281 - 1288
belum mencapai ketuntasan belajar klasikal karena kurang dari 85%. Hal ini dikarenakan kelas eksperimen menggunakan inkuiri terbimbing sehingga siswa dapat belajar menemukan pengetahuan atau konsep, guru hanya memberi pengarahan dan bimbingan jika diperlukan siswa (Djamarah, 2002). Siswa dengan keterampilan proses sains yang tinggi lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan dan berdampak pada kognitif siswa (Rahayu, 2011). Berdasarkan uji estimasi rata-rata hasil belajar, dapat diprediksikan bahwa rata-rata yang mungkin dicapai kelas eksperimen berkisar antara 74,8 sampai 81,4 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata hasil belajarnya berkisar 70,7 sampai 76,6. Hasil estimasi rata-rata hasil belajar ini menunjukkan bahwa prediksi rata-rata hasil belajar yang dicapai kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar yang dicapai kelas kontrol. Penilaian ranah psikomotorik menggunakan lembar observasi atau lembar pengamatan yang dilakukan oleh observer. Penilaian ini dilaksanakan ketika siswa melaksanakan praktikum. Penilaian psikomotorik terdiri dari empat aspek. Aspek yang pertama yaitu kegiatan persiapan. Kegiatan persiapan ini dibagi menjadi 3 sub aspek yaitu menyiapkan alat, menyiapkan zat/ larutan kerja, dan menyiapkan format laporan sementara. Untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol rata-rata nilai aspek kegiatan persiapan ini termasuk kriteria sangat tinggi, tetapi terdapat perbedaan rata-rata nilai yaitu kelas ekperimen 3,6 sedangkan kelas kontrol 3,5. Aspek yang kedua yaitu keterampilan proses sains. Aspek ini terbagi menjadi 11 sub aspek yang sesuai dengan sub-sub indikator keterampilan proses sains serta disesuaikan
dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Untuk aspek ini rata-rata nilai kelas eksperimen 3,38 dan kelas kontrol 2,8 yang termasuk dalam kriteria tinggi. Siswa dengan keterampilan proses sains tinggi cenderung melaksanakan percobaan sesuai dengan metode ilmiah yang baku, siswa memiliki bekal keterampilan untuk melakukan percobaan, siswa tidak mengalami hambatan yang berarti dalam pelaksanaan percobaan. Hal ini berdampak pada psikomotorik siswa, yakni siswa dengan keterampilan proses sains tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan keterampilan proses sains rendah (Nur, 2011). Aspek yang ketiga yaitu membuat laporan sementara. Aspek ini hanya terbagi menjadi dua aspek yaitu membuat laporan sementara hasil analisis dan merevisi kesalahan hasil analisis. Untuk kelas eksperimen rata-ratanya sebesar 2,68 sedangkan kelas kontrol 2,7. Kelas eksperimen memiliki rata-rata yang lebih rendah dari kelas kontrol dikarenakan kelas eksperimen mencari sendiri susunan laporan yang sistematis, sedangkan untuk kelas kontrol susunan laporan diberikan oleh guru sehingga lebih sistematis. Susunan laporan hasil siswa kelas eksperimen kurang sistematis, maka guru memberikan arahan terhadap siswa. Untuk aspek yang terakhir yaitu kegiatan setelah praktikum, aspek ini dibagi menjadi tiga sub aspek yaitu membuang sisa praktikum ke tempat yang disediakan, kebersihan, dan pengembalian alat yang sudah dibersihkan. Dalam aspek ini kelas eksperimen memiliki rata-rata 3,63, sedangkan kelas kontrol memiliki rata rata 3,57. Hasil nilai rata-rata psikomotorik kelas eksperimen dan kelas control ditampilkan pada Gambar 1.
1285
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing....
Nilai Rata-Rata
4 3 2
Kelas Eksperimen
1
Kelas Kontrol
0 1
2
3
4
Aspek Psikomotorik
Gambar 1. Hasil nilai rata-rata psikomotorik kelas eksperimen dan kelas kontrol Keterangan: Aspek Psikomotorik 1: Kegiatan Persiapan 2: Keterampilan Proses Sains
3: Laporan Sementara 4: Kegiatan Setelah Praktikum
Karakter peduli lingkungan merupakan sikap
terdapat perbedaan pada rata-rata nilai
dan
aspek
tindakan
yang
selalu
berupaya
kepedulian
terhadap
lingkungan.
mencegah kerusakan lingkungan alam di
Rata-rata nilai pada kelas eksperimen 88,65
sekitarnya dan mengembangkan upaya-
yang termasuk dalam kategori sangat baik
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
dan kelas kontrol 81,7
yang terjadi. Penilaian ranah ini dilakukan
dalam kategori baik. Adapun perbedaan
pada saat proses pembelajaran di kelas dan
rata-rata hasil analisis aspek kepedulian
pada saat praktikum di laboratorium. Peni-
siswa terhadap lingkungan kelas ekspe-
laian dilakukan oleh observer. Untuk kelas
rimen dan kelas kontrol disajikan pada
eksperimen dan kelas kontrol setiap siswa
Gambar 2.
yang termasuk
Nilai Rata-Rata
telah mencapai nilai lebih dari 65 tetapi 2,8 2,7 2,6 2,5 2,4 2,3 2,2 2,1
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1
2
Aspek Kepedulian Terhadap Lingkungan Gambar 2. Hasil nilai rata-rata nilai kepedulian lingkungan terhadap lingkungan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Keterangan: Aspek Kepedulian Terhadap Lingkungan 1: Kepedulian Lingkungan Saat di Kelas 2: Kepedulian Lingkungan Saat Praktikum Perbedaan rata-rata nilai posttest, psiko-
lebih baik pada kelas eksperimen daripada
motorik dan kepedulian terhadap lingkungan
kelas
kontrol.
Inkuiri
terbimbing
meng-
1286
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1281 - 1288
hasilkan efek yang cukup signifikan antara
terhadap pertanyaan pembelajaran inkuiri
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
terbimbing berorientasi green chemistry da-
(Bilgin, 2009). Berdasarkan hal tersebut,
pat meningkatkan kemampuan untuk mengi-
dapat dikatakan bahwa penggunaan inkuiri
ngat suatu konsep pembelajaran. Hasil ini
terbimbing
chemistry
didukung dengan nilai posttest hasil belajar
dalam pelajaran kimia efektif terhadap hasil
kelas eksperimen yang meningkat dan lebih
postes, psikomotorik dan kepedulian siswa
tinggi dari pada kelas kontrol. Siswa memilih
terhadap lingkungan.
66% sangat setuju, 31% setuju, dan 3%
berorientasi
green
Berdasarkan hasil analisis angket
tidak setuju mengenai pernyataan pem-
tanggapan siswa dalam penelitian ini dapat
belajaran
disimpulkan pada kelas eksperimen siswa
green
menyukai
mengenai fenomena kelarutan dan hasil kali
inkuiri
pembelajaran
terbimbing
menggunakan
berorientasi
green
inkuiri
terbimbing
chemistry
kelarutan
berorientasi
membuka
dalam
kehidupan
wawasan
sehari-hari.
chemstry. Angket ini memiliki tingkatan
Pernyataan tentang lebih mudah dalam
respon mulai dari sangat setuju, setuju,
menyelesaikan
kurang setuju, dan tidak setuju. Hasil angket
kelarutan dan hasil kali kelarutan mendapat
menyatakan bahwa 63% sangat setuju, 38%
respon 59% sangat setuju, 31% setuju dan
setuju, dan 0% tidak setuju dengan per-
9% tidak setuju. Siswa menyatakan 72%
tanyaan berkaitan dengan ketertarikan pada
sangat setuju, dan 28% setuju terhadap
materi
pertanyaan
kimia
kelarutan
dan
hasil
kali
soal-soal
latihan
Pelaksanaan
pembelajaran
kelarutan yang dipelajari. Siswa menyatakan
inkuiri
53% sangat setuju, 41% setuju, dan 6%
chemistry membuat mereka lebih tertarik
tidak
pernyataan
untuk memperdalam kimia lebih lanjut.
pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi
Siswa menyatakan 69% sangat setuju dan
green chemistry dapat membuat mereka
31%
lebih mudah memahami materi kelarutan
Pelaksanaan
dan hasil kali kelarutan. Pernyataan rasa
terbimbing
ingin tahu meningkat, mendapat respon
membuatnya lebih peduli lagi terhadap
56% sangat setuju, 31% setuju, dan 13%
lingkungan sekitar. Adapun hasil analisis
tidak setuju. Siswa menyatakan 41% sangat
respon
setuju, 53% setuju, dan 6% tidak setuju
disajikan dengan Gambar 3.
setuju
dengan
terbimbing
materi
setuju
berorientasi
dengan
siswa
pernyataan
pembelajaran
berorientasi
green
terhadap
green
inkuiri chemistry
pembelajaran
1287
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing....
80%
% Pendapat Siswa
70% 60%
Sangat Setuju
50%
Setuju
40%
Kurang Setuju
30%
Tidak Setuju
20% 10% 0% 1
2
3
4
5
6
7
8
Pernyataan
Gambar 3. Hasil analisis respon siswa terhadap pembelajaran Keterangan: Pernyataan 1. 2.
3. 4.
5.
6.
7. 8.
Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry sangat menarik dan menyenangkan Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry dapat membuat saya lebih mudah memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry dapat meningkatkan rasa ingin tahu saya Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry dapat meningkatkan kemampuan saya untuk mengingat suatu konsep pembelajaran Pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry membuka wawasan saya mengenai fenomena kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kehidupan sehari-hari Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry membuat saya lebih mudah dalam menyelesaikan soal-soal latihan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry membuat saya lebih tertarik untuk memperdalam kimia lebih lanjut Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi green chemistry membuat saya lebih peduli lagi terhadap lingkungan sekitar saya
SIMPULAN
sional sebesar 73,18. Nilai aspek psikomotorik yang didalamnya sudah mencakup
Pembelajaran
model
ter-
keterampilan proses sains untuk kelas eks-
bimbing berorientasi green chemistry efektif
perimen dan kelas kontrol setiap siswa telah
terhadap keterampilan proses sains dan
mencapai nilai lebih dari 65 tetapi terdapat
kepedulian lingkungan. Nilai posttest kelas
perbedaan pada rata-ratanya. Rata-rata nilai
eksperimen yang menerapkan model inkuiri
pada kelas eksperimen 82,6 yang termasuk
terbimbing
chemistry
dalam kategori sangat baik dan kelas kontrol
sebesar 77,50 sedangkan kelas kontrol
74 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai
yang menggunakan pembelajaran konven-
aspek
berorientasi
green
inkuiri
kepedulian
terhadap
lingkungan
1288
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1, 2014, halaman 1281 - 1288
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol setiap siswa telah mencapai nilai lebih dari 65 tetapi terdapat perbedaan pada rata-rata. Rata-rata nilai pada kelas eksperimen 88,65 yang termasuk dalam kategori sangat baik
Lisnawati, L., 2007, Hubungan Antara Keterampilan Proses Sains Dengan Sikap Ilmiah Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Terstruktur, Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Mulyasa,
dan kelas kontrol 81,7 yang termasuk dalam kategori baik.
DAFTAR PUSTAKA Amri, S., 2010, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas, Jakarta : Prestasi Pustaka. Bilgin, I., 2009, The Effect Of Guided Inqury Instruction Incorporating A Cooperative Leaning Approach On University Students Achievement Of Acid And Bases Concepts And Attitude Toward Guided Inquiry Insruction, Journal Of Science Research and Essay, Vol 4, No 10, Hal: 1-3.
2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosdakarya.
Nur, M., 2011, Modul Keterampilan Proses Sains, Surabaya: Pusat Matematika dan Sains Sekolah (PSMS) Universitas Negeri Surabaya. Rahayu, E., Susanto, dan Yulianti, 2011, Pembelajaran sains dengan keterampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol 2, No 7, Hal: 106110. Roestiyah, 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta
Brickman, P., Gormally, Armstrong, dan Hallar, 2009, Effect Of Inquiry Based Learning On Students Science Literacy Skill And Confidence, Journal Of teaching and Learning Vol 2, No 3, Hal : 122.
Rustaman, N., 1992, Pengembangan dan Validasi Alat Ukur Keterampilan Proses Sains Pada Pendidikan Dasar 9 Tahun Sebagai Persiapan Pelaksanaan Kurikulum 1994, Laporan Penelitian, Bandung : FPMIPA IKIP.
Djamarah, S., 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta.
Semiawan, C., 1992, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: Gramedia.
Ilyas, W., 2010, Sama atau Bedakah Green Chemistry Dan Enviromental Chemistry Itu? diunduh dari http://greenchemistryindonesia.blo gspot.com/ pada tanggal 30 Desember 2012. Karsi
dan Sahin, 2009, Developing Worksheet Based On Science Process Skills: factors affecting solubility, Journal Of Science Learning and Teaching Vol 1, No 10, Hal: 1-12.
Kusuma, E., Sukirno, dan Kurniati, 2009, Penggunaan Pendekatan ChemoEntrepreneurship Berorientasi Green Chemistry Untuk Meningkatkan Kemampuan Life Skill Siswa SMA, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Vol 1, No 3, Hal: 2-4.
Setyo, A., 2011, Pembelajaran Bermakna Berpendekatan SETS pada Pelajaran Biologi untuk Menumbuhkan Kepedulian terhadap Lingkungan, Jurnal Bioma Vol 1, No 2, Hal: 2-3. Wardani,
S., 2008, Pengembangan Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran Kromatografi Lapis Tipis Melalui Praktikum Skala Mikro, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No 2, Hal:1-5.
Widowati, A., 2007, Penerapan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Sains sebagai Upaya Pengembangan Cara Berpikir Divergen, Jurnal Ilmiah Pembelajaran Vol 1, No 3, Hal:1-8.
1289
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi....
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP PADA PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA Novita Nurmasari*, Supartono dan Sri Mantini Rahayu Sedyawati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSTRAK Studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA N di Semarang kelas X tahun ajaran 2012/2013 memperoleh data ketuntasan klasikal siswa pada mata pelajaran kimia kurang dari 85% dan kemampuan life skill siswa rendah yaitu sebesar 61%. Penelitian ini menerapkan pembelajaran berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP) pada materi minyak bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran berorientasi CEP pada pemahaman konsep dan kemampuan life skill siswa SMA kelas X. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di salah satu SMA N di Semarang. Desain yang digunakan adalah posttest only control design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling, kelas X-3 sebagai kelas eksperimen dan X-2 sebagai kelas kontrol. Hasil ketuntasan belajar menunjukkan bahwa kelas eksperimen mencapai ketuntasan belajar klasikal sebesar 88,89%, sedangkan kelas kontrol hanya sebesar 78,95%. Rata-rata pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol yaitu masing-masing sebesar 80,11 dan 74,32. Kemampuan life skill siswa meningkat dari 61% menjadi 84%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berorientasi CEP memberikan keefektifan yang signifikan pada pemahaman konsep dan kemampuan life skill siswa SMA kelas X. Kata kunci: chemoentrepreneurship, life skill, pemahaman konsep ABSTRACT Preliminary study has performed in a high school in Semarang within grade X of the school year 2012/2013, obtained the classical completeness students on chemistry subject less than 85% and the ability of students' life skill was lower, equal to 61%. This study applied the learning-oriented Chemoentrepreneurship (CEP) in petroleum subject. This study aimed to determine the effectiveness of the learning-oriented CEP in understanding the concepts and life skills of high school students’ grade X. The population in this study were class X students of high school in Semarang. The design used is a posttest only control design. The sample was taken by random cluster sampling technique, the class X-3 as the experimental class and the class X-2 as a control class. The results of completeness study showed that experimental class achieved mastery of classical study at 88.89%, while the control class was only 78.95%. The average of students’ concept understanding in experimental class was better than the control class respectively 80.11 and 74.32. The ability of student life skill increased from 61% to 84. The results showed that the learning-oriented CEP provided significant effectiveness in understanding the concepts and life skills of class X high school students. Keywords: chemoentrepreneurship, concept understands, life skill PENDAHULUAN
dengan
negara-negara
maju.
Sistem
pendidikan di Indonesia berada di posisi Salah
satu
masalah
di
bidang
terbawah
bersama Meksiko dan Brasil
pendidikan adalah masih rendahnya mutu
berdasarkan
tabel
liga
global
yang
pendidikan di Indonesia bila dibandingkan
diterbitkan oleh Firma Pendidikan Pearson
1290
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299
(BBC Indonesia, 2012). Masalah rendahnya
dengan
mutu pendidikan ini berimplikasi langsung
keterampilan yang terkait dengan pemikiran
terhadap mutu lulusan.
kritis dan pemecahan masalah, manajemen
Menurut data Badan Pusat Statistik
diri,
penekanan
keterampilan
pada
pokok
berkomunikasi,
dan
(2012), tingkat pengangguran terbuka (TPT)
keterampilan antarpersonal (Rahmawati dan
untuk pendidikan menengah masih tetap
Yonata, 2012). Pendidikan kecakapan hidup
menempati
dapat
posisi
tertinggi.
Tingkat
menghantarkan
manusia-manusia
pengangguran terbuka pada bulan Februari
Indonesia memasuki era globalisasi dengan
2012
kemampuan kompetitif yang tinggi. Life skill
lulusan
SMA
mencapai
10,34%.
Masalah banyaknya pengangguran lulusan
harus
SMA merupakan fenomena rendahnya mutu
sekolah agar peserta didik lebih terlatih
lulusan.
lulusan
untuk melatih kemampuan life skill yang
SMA dipengaruhi oleh beberapa faktor,
mereka miliki (Yulianingrum dan Rahayu,
antara lain mutu lembaga sekolah, terutama
2013).
Kemampuan
akademis
diajarkan
sejak
duduk
dibangku
sarana
Setelah dilakukan survey tentang life
pendukung maupun proses pengajaran dari
skill yang dibutuhkan, diperoleh 10 indikator
setiap sekolah (Asmorowati, 2009).
yang akan diamati dalam penelitian ini.
guru,
peralatan,
buku,
dan
Hasil observasi dan wawancara di
Indikator ini diambil dari hasil survey tentang
salah satu SMA di Semarang menunjukkan
kecakapan
bahwa pemahaman siswa kelas X terhadap
dibutuhkan oleh siswa. Indikator ini meliputi
pelajaran kimia masih rendah, banyak siswa
(1) sadar sebagai makhluk tuhan,
yang
percaya diri, (3) kecakapan menggali dan
tidak
mencapai
batas
Kriteria
hidup
terbanyak
menemukan
kelas
ketuntasan
mengolah informasi, (5) kecakapan ber-
Pembelajaran
komunikasi, (6) bekerjasama, (7) tanggung-
klasikal
67,44
sebesar
dengan
57,89%.
(8)
(4)
(2)
Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-rata hanya
informasi,
yang
merumuskan
kecakapan
yang dilakukan di sekolah tersebut masih
jawab,
masalah,
(9)
didominasi oleh ceramah, pemberian tugas
membuat hipotesis, dan (10) membuat
dan latihan soal. Siswa kurang diberi
kesimpulan.
kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam
Pembelajaran harus lebih melibat-
proses pembelajaran, hal ini menyebabkan
kan siswa dalam proses belajar mengajar
siswa belum dapat mengembangkan potensi
dan memberi kesempatan siswa untuk
yang ada pada dirinya secara optimal dan
mengembangkan kemampuan life skill yang
kemampuan life skill siswa rendah. Setelah
nantinya
disebarkan
informasi
masalah yang dihadapi dalam hidupnya.
bahwa kemampuan life skill siswa hanya
Pembelajaran kimia dapat menggunakan
mencapai 61%. Hal ini menunjukan bahwa
pendekatan
kemampuan life skill siswa masih rendah.
suasana belajar yang lebih mengaktifkan
angket,
diperoleh
Life skill meliputi kombinasi dari pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan,
dibutuhkan
CEP
untuk
untuk
mengatasi
menciptakan
siswa dan memberikan kesempatan siswa
1291
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... untuk mengembangkan kemampuan life
pendekatan CEP, sedangkan kelas kontrol
skill.
menggunakan
pendekatan
yang
biasa
Konsep pendekatan CEP adalah
dilakukan selama ini yaitu pem-belajaran
suatu pendekatan pembelajaran kimia yang
yang didominasi oleh ceramah, latihan soal
dikaitkan dengan obyek nyata sehingga
dan penugasan. Variabel terikat dalam
selain mendidik, dengan pendekatan CEP
penelitian ini yaitu pemahaman konsep dan
ini memungkingkan siswa dapat mempela-
kemampuan life skill siswa.
jari proses pengolahan suatu bahan menjadi
Metode pengumpulan data dilaku-
produk yang bermanfaat, benilai ekonomi
kan dengan metode
tinggi dan menumbuhkan semangat berwira-
observasi dan angket. Tes digunakan untuk
usaha (Supartono, 2006).
mengukur
pemahaman
Observasi
digunakan
Rumusan masalah dalam penelitian
dokumentasi, tes,
konsep untuk
siswa. menilai
ini adalah: bagaimana keefektifan pem-
kemampuan life skill siswa. Angket digu-
belajaran berorientasi CEP pada pemaham-
nakan sebagai data awal untuk mengetahui
an konsep dan kemampuan life skill siswa
kemampuan
SMA kelas X? Penelitian ini bertujuan untuk
instrumen yang digunakan berupa silabus,
mengetahui keefektifan pembelajaran bero-
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
rientasi CEP pada pemahaman konsep dan
tes pemahaman konsep (posttest), lembar
kemampuan life skill siswa SMA kelas X.
observasi, dan angket. Tes pemahaman
life
skill
siswa.
Bentuk
konsep sebelum digunakan perlu dianalisis METODE PENELITIAN
dengan
uji
validitas,
reliabilitas,
daya
pembeda, dan taraf kesukaran. Lembar Penelitian ini merupakan penelitian
observasi digunakan untuk penilaian life skill
eksperimen yang dilakukan salah satu di
yang
SMA Negeri di Semarang pada materi
dosen pembimbing dan telah diuji cobakan.
minyak bumi. Desain penelitian ini yaitu
Hasil uji coba tersebut kemudian dihitung
posttest only control design. Populasi dalam
reliabilitasnya. Instrumen observasi dika-
penelitian adalah siswa kelas X tahun
takan reliabel jika rhitung yang didapatkan
pelajaran 2012/2013. Kelas X-3 merupakan
lebih dari atau sama dengan 0,7 (Mardapi,
kelas eksperimen dan X-2 merupakan kelas
2012).
kontrol yang diambil melalui teknik cluster random sampling bahwa
hasil
dengan pertimbangan
uji
normalitas
dan
uji
sebelumnya
telah
divalidasi
oleh
Data penelitian pemahaman konsep dianalisis secara statistik parametrik dihitung dengan uji perbedaan rata-rata satu pihak
homogenitas terhadap nilai ulangan akhir
kanan
semester ganjil diperoleh bahwa keduanya
pemahaman konsep kelas eksperimen lebih
berdistribusi normal dan homogen. Variabel
baik dari kelas kontrol, uji ketuntasan belajar
bebas
adalah
untuk mengetahui ketuntasan klasikal kedua
pendekatan pembelajaran. Kelas ekspe-
kelas. Ketuntasan belajar individu dapat
rimen menggunakan pembelajaran dengan
dilihat dari data hasil belajar siswa dan
dalam
penelitian
ini
untuk
mengetahui
apakah
hasil
1292
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299
dikatakan
tuntas
jika
hasil
belajarnya
mendapat nilai lebih besar dari 70. Lembar
terlihat lebih percaya diri dan kemampuan life skiil lebih berkembang.
observasi kemampuan life skill, dan angket dalam
penelitian
ini
dianalisis
secara
deskriptif.
Pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol menggunakan metode ceramah, latihan soal dan penugasan. Pembelajaran pada kelas kontrol hanya berpusat pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
guru (teacher centered), siswa cenderung pasif karena hanya mendengarkan pen-
Pembelajaran yang dilakukan di kelas
jelasan dari guru. Hal ini membuat siswa
eksperimen menggunakan metode diskusi
merasa bosan, dan mengantuk. Beberapa
berorientasi
siswa kurang memperhatikan penjelasan
diskusi
ini
CEP.
Penerapan
dilakukan
untuk
metode
lebih
me-
dan mereka sibuk berbicara dengan teman
ngembangkan kemampuan life skill siswa.
sendiri.
Siswa terlihat kurang aktif terhadap kegiatan
ceramah kurang efektif jika diterapkan untuk
diskusi kelompok pada pertemuan pertama.
mengajari matari minyak bumi karena materi
Beberapa siswa ada yang ramai sendiri,
minyak bumi bersifat hafalan. Materi minyak
siswa juga belum berani mengemukakan
bumi
pendapatnya. Siswa harus ditunjuk untuk
mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-
maju mempresentasikan hasil diskusi. Hal
hari
ini menunjukkan bahwa kemampuan life skiil
memudahkan memahami materi tersebut
siswa belum berkembang. Siswa terlihat
(Wicaksana, 2013).
Pembelajaran
lebih
atau
baik
dengan
diajarkan
menggunakan
media
metode
dengan
untuk
Kemampuan life skill siswa selama
antusias dan aktif berdiskusi saat diskusi berlangsung pada pertemuan selanjutnya,
proses
hal ini ditandai dengan siswa bertanya
observasi yang dilakukan oleh tiga observer/
kepada teman sekelompok, serta mencari
pengamat. Observer ini mengamati kegiatan
dari
bahan
siswa selama pembelajaran di dalam kelas
berdiskusi. Beberapa kelompok ada yang
dan kegiatan praktikum di laboratorium. Nilai
maju tanpa ditunjuk. Hal ini terlihat bahwa
rata-rata
berbagai
sumber
untuk
pembelajaran
kemampuan
diukur
life
skill
eksperimen disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata kemampuan life skill siswa kelas eksperimen Indikator/aspek
Rata-rata
Kategori
Sadar Sebagai Mahkluk Tuhan Percaya diri Kecakapan menggali dan mencari informasi Kecakapan mengolah informasi Kecakapan berkomunikasi Kerjasama Tanggung jawab Kecakapan merumuskan masalah Kecakapan membuat hipotesis Kecakapan membuat kesimpulan
4 3 3,3 3,1 3,6 3,4 3,5 3,1 2,9 3,5
Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
dengan
kelas
1293
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi....
Kemampuan life skill yang dikembangkan
di
kelas
selama
diskusi
setelah kegiatan praktikum, menggunakan kecakapan sesuai fungsinya.
Aspek yang
berlangsung diantaranya kecakapan individu
dapat dikembangkan selama kegiatan di
(personal skill) yaitu sadar sebagai makhluk
dalam kelas dan di laboratorium adalah
Tuhan dan percaya diri, kecakapan berpikir
percaya
diri,
rasional (thinking skill) yaitu kecakapan
secara
lisan
menggali
berkomunikasi dalam kelompok, tanggung
dan mengolah
informasi, ke-
cakapan sosial (social skill) meliputi bekerja
dan
kecakapan
akademik
(academic
skill)
meliputi
kecakapan
dan
berkomunikasi
tulisan,
kecakapan
jawab menyelesaikan tugas.
sama, tanggung jawab, kecakapan berkomunikasi,
kecakapan
Terjadi peningkatan kemampuan life skill siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah
diajar
dengan
menggunakan
merumuskan masalah, kecakapan membuat
pendekatan CEP. Kemampuan life skill
hipotesis,
siswa sebelum diajar dengan pendekatan
dan
kecakapan
membuat
kesimpulan.
CEP
Penilaian semua indikator tersebut
hanya
mencapai
diperoleh dari
angket
61%. yang
Hasil
ini
disebarkan
dilakukan didalam kelas dan di laboratorium.
sebelum pembelajaran berlangsung. Hasil
Penilaian didalam kelas dilakukan pada saat
analisis deskriptif menunjukkan bahwa 15
siswa melakukan diskusi kelompok. Diskusi
siswa memiliki nilai dengan kategori sangat
kelompok dapat mengembangkan indikator
baik dengan persentase sebesar 41,67%,
life skill sadar sebagai Makhluk Tuhan,
dan 21 siswa dengan persentase sebesar
kecakapan menggali dan mencari informasi,
58,33%
kecakapan mengolah informasi, kecakapan
Kemampuan life skill siswa setelah diajar
merumuskan masalah, kecakapan membuat
dengan menggunakan pendekatan CEP
hipotesis,
mencapai
dan
kecakapan
membuat
kesimpulan.
memiliki
Disimpulkan
kategori
persentase bahwa
nilai
sebesar
pembelajaran
baik.
84%. ber-
Indikator yang dinilai selama ke-
orientasi CEP efektif pada kemampuan life
giatan praktikum di laboratorium adalah
skill karena kemampuan life skill siswa
aspek kerjasama dalam menyiapkan alat
meningkat (Mursiti, et al., 2008). Besarnya
dan bahan praktikum, pembagian kerja
Peningkatan kemampuan life skill kelas
kelompok,
eksperimen untuk masing-masing indikator
pemberian
bantuan
kepada
teman satu kelompok, tanggung jawab
dapat dilihat pada Gambar 1.
1294
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299
Gambar 1. Peningkatan kemampuan life skill kelas eksperimen Keterangan: 1) Sadar Sebagai Mahkluk Tuhan 2) Percaya diri 3) Kecakapan menggali dan mencari informasi 4) Kecakapan mengolah informasi 5) Kecakapan berkomunikasi 6) Kerjasama 7) Tanggung jawab 8) Kecakapan merumuskan masalah 9) Kecakapan membuat hipotesis 10) Kecakapan membuat kesimpulan Aspek
sadar
sebagai
makhluk
Tuhan mengalami peningkatan dari 74%
keberanian siswa maju mempresentasikan hasil diskusi tanpa ditunjuk oleh guru.
menjadi 100%. Aspek ini tergolong sangat
Aspek kecakapan berpikir rasional
tinggi karena semua siswa pada kelas
yang diukur dalam penelitian ini adalah
eksperimen
kecakapan
menyadari
bahwa
dirinya
menggali
informasi
dan
adalah makhluk ciptaan Tuhan, sehingga
kecakapan mengolah informasi. Kecakapan
mensyukuri
menggali
nikmat
Tuhan
dan
tidak
merusak ciptaan Tuhan. Aspek peningkatan
menemukan
informasi
mengalami peningkatan dari 61% menjadi
percaya dari
dan
diri
62%
mengalami
menjadi
76%.
83%.
Peningkatan
penerapan
ini
pembelajaran
terjadi
karena
dengan
pen-
Percaya diri adalah rasa percaya bahwa ia
dekatan CEP dapat lebih mengaktifkan
sanggup
mencapai
siswa. Pembelajaran yang mengaktifkan
prestasi tertentu. Kurang percaya diri tidak
siswa dapat meningkatkan keterampilan
akan menunjang tercapainya prestasi yang
berpikir siswa daripada pembelajaran yang
tinggi,
menggunakan metode ceramah dan hafalan
dan
dan
mampu
berarti
untuk
juga
meragukan
kemampuan diri sendiri (Yulianto, 2006). Kepercayaan
diri
siswa
terlihat
dari
(Snyder dan Snyder, 2008). Peningkatan
kecakapan
berpikir
secara rasional terlihat dari siswa dapat
1295
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... mencari bahan/materi dari berbagai sumber.
untuk membuat laporan praktikum dengan
Siswa tidak hanya mencari dari buku paket
benar
SMA tetapi mereka juga mencari dari
praktikum
internet atau sumber lain yang lebih relevan.
berkomunikasi dalam kelompok tergolong
Kecakapan mengolah informasi mengalami
sangat tinggi karena siswa dapat mem-
peningkatan dari 57% menjadi 77%. Siswa
berikan minimal satu ide dalam kelompok-
mampu mengolah informasi, hal ini ditandai
nya dan dapat mengumpulkan tugas tepat
dengan
men-
waktu. Keterampilan sosial sangat penting
jelaskan materi minyak bumi dengan benar
untuk untuk berinteraksi dan beradaptasi
di depan kelas. Kecakapan berfikir rasional
dalam
penting karena memungkinkan siswa untuk
berinteraksi dengan orang lain adalah kunci
secara efektif menangani sosial, ilmiah, dan
sukses untuk pengalaman yang memper-
masalah praktis (Shakirova, 2007).
kaya kehidupan (Chen, 2006).
beberapa
siswa
mampu
Indikator kecakapan sosial
yang
dan di
mempresentasikan depan
lingkungan.
Aspek
kelas.
Selain
hasil
Kecakapan
itu,
kerjasama
mampu
mengalami
diukur pada penelitian ini adalah kecakapan
peningkatan dari 61% menjadi 85%, dengan
berkomunikasi, kerjasama, dan tanggung
nilai rata-rata yang tergolong dalam kategori
jawab. Indikator kecakapan sosial ini dibagi
tinggi. Siswa mampu bekerja sama dengan
lagi
meliputi
teman satu kelompok untuk mempersiapkan
kecakapan berkomunikasi secara lisan dan
alat dan bahan yang digunakan dalam
tulisan, berkomunikasi dalam kelompok,
praktikum. Siswa juga mampu membagi
kerjasama dalam menyiapkan alat dan
kerja kelompok dan memberikan bantuan
bahan
kerja
kepada teman satu kelompoknya ketika ia
kepada
sedang sibuk atau tidak selama kegiatan
dalam
beberapa
praktikum,
kelompok,
aspek
pembagian
pemberian
bantuan
teman kelompok, tanggung jawab setelah praktikum,
menggunakan
sesuai
Aspek tanggung jawab mengalami
dengan fungsinya, dan tanggung jawab
peningkatan sebesar 29% dari 59% menjadi
menyelesaikan tugas. Kecakapan sosial
88%, dengan nilai rata-rata yang tergolong
adalah
untuk
dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3,5.
berkomunikasi dengan manusia lainnya.
Masing-masing kelompok dapat membersih-
Kecakapan sosial diperlukan agar mampu,
kan dan mengembalikan alat ke tempat
sanggup, terampil menjalankan kehidupan-
semula. Siswa dapat menyelesaikan tugas
nya, yaitu dapat menjaga kelangsungan
dengan tepat waktu. Siswa juga dapat
hidup dan perkembangannya.
menggunakan alat sesuai fungsinya dengan
kecakapan
Kecakapan secara
lisan
dan
alat
praktikum (Kadarwati, et al., 2010).
seseorang
berkomunikasi tulisan
siswa
mengalami
peningkatan sebesar 28%, dengan nilai
baik misalnya untuk memanaskan dengan pembakar
3,6.
Kecakapan
berkomunikasi
secara tulisan terlihat dari siswa mampu
digunakan
digunakan
beaker glass pyrex.
rata-rata dalam kategori sangat tinggi yaitu sebesar
spirtus
Kecakapan merumuskan masalah dan
kecakapan
membuat
hipotesis
dikembangkan dengan memberikan sebuah
1296
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299
permasalahan
kepada
mengenai
rata, tidak ada bintik-bintik berwarna putih,
materi minyak bumi. Kecakapan merumus-
sumbu harus bisa dibakar, warna yang
kan masalah mengalami peningkatan yaitu
dihasilkan dan kemasan lilin juga harus
sebesar 55% menjadi 76%. Kecakapan
menarik sehingga dapat dijadikan peluang
membuat
mengalami
bisnis penjualan lilin aromaterapi. Balsem
peningkatan sebesar 20% yaitu dari 54%
yang baik dan dapat dijual adalah balsem
menjadi
untuk
yang tidak terlalu keras dan memiliki khasiat
yang didiskusikan
menghilangkan pegal-pegal. Siswa sudah
hipotesis
74%.
juga
Siswa
menyimpulkan materi pada
akhir
siswa
dilatih
pembelajaran.
Kecakapan
dapat
membuat
semir
sepatu,
lilin
membuat kesimpulan siswa meningkat dari
aromaterapi, dan balsem yang dapat dijual
56% menjadi 87%, hal ini terlihat dari siswa
dan
yang dapat membuat kesimpulan sendiri.
mempertimbangkan laba yang diperoleh.
dijadikan
Hasil praktikum menunjukkan bahwa
peluang
usaha
dengan
Pemahaman konsep siswa kelas
siswa sudah dapat membuat semir sepatu
eksperimen
yang baik dan layak dijual. Semir sepatu
diketahui
yang layak dijual dan dapat dijadikan
dilaksanakan diakhir pembelajaran. Rata-
peluang usaha adalah semir sepatu yang
rata hasil pemahaman konsep siswa kelas
berwarna hitam pekat, teksturnya rata, dan
eksperimen
tidak terlalu keras. Siswa sudah dapat
tertinggi 96 dan nilai terendah 56. Rata-rata
membuat lilin yang berkreasi dan dapat
hasil pemahaman konsep kelas kontrol
memancarkan aroma terapi saat dibakar
adalah 74,32 dengan nilai tertinggi 92 dan
dalam
lilin
nilai terendah 52. Hasil nilai rata-rata
aromaterapi. Lilin aromaterapi yang layak
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
dijual adalah lilin yang dapat memancarkan
dapat lihat pada Gambar 2.
praktikum
pembuatan
dan dengan
adalah
kelas
kontrol
dapat
hasil
posttest
yang
80,11
dengan
nilai
aroma terapi ketika dibakar, tekstrurnya
Gambar 2. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kontrol
kelas
Rata-rata hasil pemahaman konsep
rata-rata posttest kelas eksperimen lebih
eksperimen
tinggi daripada kelas kontrol yaitu masing-
dan
kelas
kontrol
mempunyai perbedaan yang signifikan. Nilai
masing
sebesar
80,11
dan
74,32.
1297
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... Perbedaan nilai rata-rata ini disebabkan
kelompok
siswa pada kelas eksperimen dan kelas
ketuntasan klasikal.
kontrol diberi perlakuan yang berbeda.
kontrol
belum
mencapai
Penerapan pembelajaran berorien-
Kelas eksperimen pembelajaran mengguna-
tasi
kan pendekatan CEP, sedangkan kelas
memberikan
kontrol
metode
pada pemahaman konsep dan kemampuan
ceramah. Hasil penelitian ini menunjukkan
life skill siswa kelas X. Hal ini ditunjukkan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan
dengan dengan proporsi ketuntasan belajar
dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa kelas yang diajar dengan pendekatan
siswa (Supartono, et al., 2009).
pembelajaran
menggunakan
CEP
Hasil analisis dengan menggunakan
CEP
memenuhi
pada
materi
keefektifan
minyak yang
berorientasi
proporsi
bumi
signifikan
CEP
ketuntasan
telah belajar
uji kesamaan dua varians diperoleh F hitung
klasikal lebih dari 85% yaitu sebesar 88,89%
(1,07) kurang dari Fkritis (1,94)
dengan
dengan siswa yang tuntas sebanyak 32
derajat kebebasan pembilang sebesar 35
siswa. Rata-rata hasil pemahaman konsep
dan derajat kebebasan penyebut sebesar
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
37, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kontrol yaitu masing-masing sebesar 80,11
kedua kelompok memiliki varians yang
untuk kelas eksperimen dan 74,32 untuk
sama.
kelas kontrol. Kemampuan life skill siswa Hasil analisis uji perbedaan dua
juga meningkat dari 61% menjadi 84%.
rata-rata satu pihak kanan diperoleh harga
Pembelajaran berorientasi CEP ini
thitung sebesar 2,87 sedangkan harga tkritis
memberikan
sebesar 1,99 dengan derajat kebebasan
pada pemahaman konsep dan kemampuan
sebesar 72,
life skill siswa karena siswa lebih termotivasi
sehingga dapat disimpulkan
signifikan
dan
kelompok kontrol karena thitung lebih besar
Pembuatan semir sepatu, lilin aromaterapi,
dari
untuk
dan balsem ini juga dapat memberikan
menyatakan pembelajaran efektif adalah
pengalaman bagi siswa dalam membuat
apabila proporsi ketuntasan belajar kelas
suatu produk dengan nilai daya jual yang
eksperimen telah memenuhi ketuntasan
tinggi, selain itu pembelajaran berorientasi
klasikal
CEP
Salah
lebih
satu
besar
indikator
dari
85%.
Hasil
ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa
juga
tertarik
yang
bahwa kelompok eksperimen lebih baik dari
tkritis.
lebih
keefektifan
dapat
mempelajari
kimia.
meningkatkan
jiwa
berwirausaha siswa (Sumarti, 2008).
ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen
Beberapa hal yang perlu diperhati-
sebesar 88,89% dengan siswa yang tuntas
kan untuk melaksanakan pem-belajaran
sebanyak
berorientasi
32 siswa dan kelas kontrol
CEP
dalam
penelitian
ini
sebesar 78,95% dengan siswa yang tuntas
diantaranya adalah (1) perlu persiapan yang
sebanyak 30 siswa. Hal ini menunjukkan
lebih matang untuk melakukan praktikum ini,
bahwa
salah
kelompok
eksperimen
telah
mencapai ketuntasan klasikal, sedangkan
satunya
bahan-bahan
adalah
yang
mempersiapkan
di-gunakan,
karena
bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian
1298
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1289-1299
ini tidak tersedia di laboratorium sekolah, (2) waktu yang di-perlukan untuk menerapkan pendekatan
tersebut
lebih
lama
dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensial, oleh karena itu guru harus mampu menguasai materi dan tahapantahapan
dalam
penelitian,
(3)
perlu
persiapan dalam membuat RPP berorientasi CEP agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
SIMPULAN
Hasil bahwa
Penelitian
penerapan
menunjukkan
pembelajaran
ber-
orientasi CEP memberikan keefektifan yang signifikan pada pemahaman konsep dan kemampuan life skill siswa kelas X-3 suatu SMA N di Semarang. Proporsi ketuntasan klasikal kelas X-3, telah memenuhi proporsi ketuntasan klasikal sebesar 88,89%. Ratarata pemahaman konsep kelas eksperimen sebesar 80,11 lebih baik daripada kelas kontrol yaitu
sebesar 74,32. Kemampuan
life skill siswa meningkat dari 61% menjadi 84%.
DAFTAR PUSTAKA
Asmorowati, D.S., 2009, Pembelajaran Kimia Hidrokarbon Menggunakan Kolaborasi Konstruktif dan Inkuiri Berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Minat Berwirausaha Siswa, Skripsi, Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES. Badan Pusat Statistik, 2012, Data strategis BPS, Jakarta: CV. Nasional Indah.
BBC Indonesia, 2012, Sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia, Tersedia di http://Sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia KOMPAS.com.html tanggal 1 Maret 2013. Chen, K. 2006, Social Skills Intervention For Students With Emotional/Behavioral Disorders: A Literature Review From The American Perspective, Education Research and Reviews, 1(3): 143-149. Kadarwati, S., Saputro, S.H. dan Priatmoko, S., 2010, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Kimia Fisika 5 Dengan Pendekatan ChemoEntrepreneurship Melalui Kegiatan Lesson Study. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 1, No 4, Hal: 531-543. Mardapi, D., 2012, Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: Nuha Medika. Mulyasa, E., 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mursiti, S., Wahyukaeni, T. dan Sudarmin, 2008, Pembelajaran dengan Pendekatan ChemoEntrepreneurship dan Penggunaan Game Simulation sebagai Media Chemo-Edutainment untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Kreativitas, dan Life Skill, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No 2, Hal: 278-280. Rahmawati, A. dan Yonata, B., 2012, Keterampilan Sosial Siswa Pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) SMA Negeri 9 Surabaya, Unesa Journal of Chemical Education, Vol 1, No 1, Hal: 47-55. Shakirova, D.M., 2007, Technology for the Shaping of College Students’ and Upper-Grade Students’ Critical Thinking, Russian Education dan Society, Vol 9, No 49, Hal: 42-52.
Novita Nurmasari, dkk, Keefektifan Pembelajaran Berorientasi.... Snyder, L.G. dan Snyder, M. J., 2008, Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills, The Delta Pi Epsilon Journal, Vol 2, No 50, Hal: 90-99. Sumarti, S.S., 2008, Peningkatan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Calon Guru Kimia dengan Pembelajaran Praktikum Kimia Dasar Berorientasi Chemo-Entrepreneurship, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No 2, Hal: 305-311. upartono, Saptorini, dan Asmorowati, D,S., 2009, Pembelajaran Kimia Menggunakan Kolaborasi Konstruktif dan Inkuiri Berorientasi Chemo-Entrepreneurship, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No 3, Hal: 476-483. Supartono, 2006, Peningkatan Kreativitas Peserta Didik Melalui Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP), Proposal Research Grant – Program Hibah A2, Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
1299
Wicaksana, G.A., Nurhayati, N. dan Cahyono, E., 2013, Efektivitas Media Pembelajaran E-Learning Berbasis Chemo-Edutainment terhadap Hasil Belajar Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi Siswa Kelas X, Chemistry in Education, Vol 1, No 2, Hal: 1-10. Yulianingrum dan Rahayu, Y.S., 2013, Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Pada Tema Suara Kelas VII SMP Al-Amal Surabaya, Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa, Vol 1, No 1, Hal: 1-7. Yulianto, F. dan Nashori , H.F., 2006, Kepercayaan Diri dan Prestasi Atlet Tae Kwon Do Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 1, No 3, Hal: 55-62.
1300
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308
PENERAPAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOLOID Arinda Dian Wijayanti* dan Eko Budi Susatyo Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran Group Investigation berbasis Inkuiri Terbimbing berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar kimia kompetensi Sistem Koloid dan bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontol. Pengambilan data menggunakan teknik tes, observasi, angket, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan rerata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol berdasarkan pada uji satu pihak kanan kedua nilai posttest yaitu dengan thitung sebesar 6,89 lebih dari ttabel sebesar 2,00. Hasil analisis pengaruh antar variabel diperoleh besarnya koefisien determinasi adalah 73,38%, berarti bahwa pembelajaran Group Investigation berbasis Inkuiri Terbimbing berkontribusi meningkatkan hasil belajar kognitif siswa sebesar 73,38%. Pada penilaian afektif dan psikomotor, rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Analisis angket tanggapan guru dan siswa juga menunjukkan bahwa pembelajaran Group Investigation berbasis Inkuiri Terbimbing memperoleh tanggapan yang baik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Group Investigation berbasis Inkuiri Terbimbing berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI kompetensi terkait sistem koloid dan memperoleh tanggapan yang baik dari guru dan siswa. Kata kunci: group investigation, hasil belajar, inkuiri terbimbing
ABSTRACT This study aims to determine whether the implementation of inquiry-based learning Group Investigation Guided influential in improving learning outcomes of chemistry in competence of Colloid Systems and how the responses of teachers and students towards applied learning. Sampling used cluster random sampling technique, obtained class XI IPA 1 as the experimental class and the XI IPA 4 as control class. Retrieval of data used techniques: tests, observations, questionnaires, and documentation. The results showed that the average grade of experimental class was higher than the control class based on the test of the right hand, with both of the posttest score of tcount 6.89 over ttable of 2.00. The results of the analysis of the magnitude of the effect between variables obtained coefficient of determination 73.38%, mean that the inquirybased learning Group Investigation Guided contributed to increasing students' cognitive learning outcomes of 73.38%. On Affective and psychomotor assessment, the average grades of the experimental class learning better than classroom control. Analysis of the questionnaire responses of teachers and students also indicated that inquiry-based learning Group Investigation Guided obtained a good response. This study concluded that the implementation of inquiry-based learning Group Investigation Guided influenced in improving learning outcomes chemistry class XI student with competencies related colloidal systems and obtained good response from teachers and students. Kata kunci: group investigation, learning outcomes, inquiry-guided
1301
Arinda Dian Wijayanti, dkk, Penerapan Pembelajaran Group.... PENDAHULUAN
puan yang berbeda bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai
Proses pembelajaran hingga saat
tujuan bersama (Akinbobola, 2006). Salah
ini, kebanyakan belum memberikan akses
satu model pembelajaran kooperatif adalah
bagi
secara
Group Investigation. Group Investigation
proses
merupakan model pembelajaran kooperatif
siswa
untuk
mandiri melalui
berkembang
penemuan
dan
berpikirnya. Hal ini salah satunya disebab-
yang
kan proses pembelajaran yang didominasi
memungkinkan siswa bekerja menggunakan
oleh
Pada
penemuan kooperatif, perencanaan, proyek,
pembelajaran ini suasana kelas cenderung
diskusi kelompok, dan kemudian mempre-
teacher centered sehingga siswa menjadi
sentasikan penemuan mereka kepada kelas.
kurang aktif. Pembelajaran pada materi
Istikomah, Istikomah, et al., (2009) dalam
pokok koloid di salah satu SMA N di
penelitiannya, Group Investigation melatih
Magelang cenderung di sampaikan dengan
siswa untuk tekun, bersikap ingin tahu
metode ceramah dan hanya disampaikan
dalam mencari informasi dan jujur dalam
teorinya
diadakan
mengolah data, terbuka dalam menerima
percobaan atau praktikum sehingga siswa
pendapat orang lain dan teliti memproses
menjadi
koloid
informasi. Group Investigation melatih siswa
merupakan salah satu materi kimia yang
untuk bekerjasama dengan baik sehingga
sebagian besar aplikasinya paling dekat
terjadi interaksi sosial dan efektif dalam
dengan kehidupan sehari-hari, tetapi belum
menyelesaikan permasalahan yang sulit
banyak siswa yang menyadari akan hal
dalam kelompok (Tsoi, 2004).
pembelajaran
saja
konvensional.
serta
kurang
belum
aktif.
Materi
melibatkan
tersebut. Hal ini dikarenakan pemahaman
Indrawati
kelompok
dalam
Trianto
(2007)
menyatakan
Kebanyakan siswa hanya menghafal teori.
umumnya akan lebih efektif bila diseleng-
Menghafal teori boleh, tetapi belum cukup
garakan melalui model-model pemrosesan
sekedar
harus
informasi yang menekankan pada bagai-
menemukan dan memahami konsepnya
mana seseorang berpikir dan bagaimana
agar
yang
dampaknya terhadap cara-cara mengolah
sedang di pelajari, sehingga tidak hanya
informasi. Salah satu yang termasuk dalam
sekedar menghafal teori-teorinya saja.
model
saja.
mengetahui
Siswa
aplikasi
juga
materi
Pengembangan pembelajaran yang
pemrosesan
pembelajaran
inkuiri
pembelajaran
yang
konsep oleh siswa masih belum maksimal.
itu
bahwa
kecil
pada
informasi
adalah
terbimbing.
Inkuiri
diperlukan saat ini adalah pembelajaran
terbimbing yaitu metode inkuiri dimana guru
yang inovatif dan kreatif yang memberikan
membimbing
pengembangan daya nalar dan kreatifitas
dengan memberi pertanyaan awal dan
siswa. Salah satunya adalah dengan meng-
mengarahkan pada suatu diskusi. Melalui
gunakan metode pembelajaran kooperatif.
inkuiri terbimbing siswa dilibatkan secara
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajar-
aktif dalam kegiatan pembelajaran, yakni
an dimana siswa dengan tingkat kemam-
dengan
siswa
melakukan
melakukan kegiatan
percobaan
untuk
1302
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308
menentukan
konsep
materi
pada penelitian ini menggunakan teknik
pembelajaran. Proses pembelajaran dengan
cluster random sampling, yaitu dengan
inkuiri
siswa
mengambil dua kelas secara acak dengan
dapat bekerja secara kelompok (Zawadzki,
syarat populasi berdistribusi normal dan
2010). Inkuiri terbimbing dapat meningkat-
homogenitasnya
kan partisipasi siswa dalam mempelajari
digunakan pada penelitian ini soal pretest
materi melalui proses penemuan dalam
dan
kelompok kecil sehingga pembelajaran lebih
observasi digunakan untuk mengukur hasil
bermakna dan membantu siswa dalam
belajar psikomotorik dan afektif.
terbimbing
tentang
memungkinkan
sama.
Instrumen
posttest, sedangkan untuk
menemukan konsep materi (Bilgin, 2009).
yang
lembar
Variabel bebas dalam penelitian ini
Rumusan masalah dalam penelitian
yaitu
metode pembelajaran.
Sedangkan
ini adalah apakah penerapan pembelajaran
variasi perlakuan adalah kelas eksperimen
Group
Inkuiri
diterapkan pembelajaran group investigation
Terbimbing berpengaruh dalam meningkat-
berbasis inkuiri terbimbing dan kelas kontrol
kan hasil belajar kimia kompetensi Sistem
diterapkan
Koloid siswa kelas XI suatu SMAN di
praktikum dan diskusi. Variabel terikat yaitu
Magelang dan bagaimana tanggapan guru
hasil belajar siswa kompetensi terkait sistem
dan
pem-
koloid siswa kelas XI Salah satu SMA N di
berbasis
Magelang serta tanggapan guru dan siswa
Inkuiri Terbimbing? Penelitian ini bertujuan
terhadap pembelajaran yang diterapkan.
untuk
Metode pengumpulan data yang digunakan
Investigation
siswa
belajaran
terhadap
Group
berbasis
penerapan
Investigation
mengetahui
pengaruh
penerapan
pembelajaran
ceramah,
pembelajaran Group Investigation berbasis
pada
Inkuiri Terbimbing dalam meningkatan hasil
dokumentasi,
belajar kimia kompetensi Sistem Koloid
observasi, dan metode angket. Instrumen
siswa kelas XI suatu SMAN di Magelang
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dan untuk mengetahui tanggapan guru dan
soal pretest dan posttest hasil belajar
siswa terhadap penerapan pembelajaran
kognitif,
Group
psikomotorik serta angket tanggapan guru
Investigation
berbasis
Inkuiri
Terbimbing.
penelitian
lembar
ini
yaitu
metode
metode
tes,
metode
observasi
afektif
dan
dan siswa. Data penelitian hasil belajar kognitif dianalisis secara statistik parametrik
METODE PENELITIAN
dihitung dengan uji kesamaan dua varians,
Penelitian ini dilaksanakan di Salah satu SMA N di Magelang pada kompetensi terkait
Sistem
Koloid.
Penelitian
ini
menggunakan yaitu Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA salah satu SMA Negeri di Magelang. Pengambilan sampel
uji perbedaan rata-rata satu pihak kanan, uji ketuntasan hasil belajar, uji t, analisis terhadap
pengaruh
variabel,
penentuan
koefisisen determinasi dan uji peningkatan hasil belajar digunakan untuk mengetahui peningkatan belajar setelah diberi perlakuan yang
berbeda.
Hasil
belajar
afektif,
1303
Arinda Dian Wijayanti, dkk, Penerapan Pembelajaran Group.... psikomotorik, dan angket tanggapan guru
koloid yaitu sebesar 73,38%. Berdasarkan
dan siswa dianalisis secara deskriptif.
data penilaian kognitif siswa, penerapan pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
group
investigation
dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa (Oh dan Shin, 2005). Hasil uji peningkatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil belajar dari kelas eksperimen 0,76
hasil belajar kognitif kelas ekperimen lebih
dalam kategori tinggi dan kelas kontrol 0,61
baik
ini
yang dikategorikan sedang. Pembelajaran
didasarkan pada hasil perhitungan uji satu
group investigation berbasis inkuiri terbim-
pihak kanan nilai postes diperoleh thitung
bing ini menjadikan rasa ingin tahu siswa
sebesar 6,89 lebih dari ttabel sebesar 2,00
meningkat sehingga siswa lebih aktif dan
yang berarti bahwa rerata hasil belajar
bersungguh-sungguh
kognitif kelas eksperimen lebih baik dari
pelajaran serta selama proses pembelajaran
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen 100%
siswa
siswa sudah mencapai ketuntasan belajar,
membuat siswa menemukan konsep materi
sedangkan untuk kelas kontrol hanya 72%
yang sedang dipelajari melalui kegiatan
siswa yang mencapai ketuntasan belajar.
investigasi sehingga siswa lebih menguasai
Hasil perhitungan analisis pengaruh antar
konsep. Hal ini karena siswa akan lebih
variabel diperoleh koefisien korelasi biserial
mudah menemukan dan memahami konsep
hasil belajar kognitif siswa (rb) sebesar 0,86
melalui pemikiran aktif dan pemecahan
dengan
Harga
masalah yakni tidak sekedar mengingat
koefisien korelasi biserial yang diperoleh
melainkan membangun pengetahuan se-
bertanda
hingga pembelajaran menjadi bermakna dan
daripada
adanya
kelas
kriteria
positif
sangat
Hal
tinggi.
sehingga
pengaruh
investigation
kontrol.
menunjukkan
pembelajaran
berbasis
proses
mengikuti
inkuiri
yang
meningkatkan hasil belajar (Indiarti, 2011).
terbimbing
Penilaian psikomotorik siswa ada
terhadap peningkatan hasil belajar kognitif
dua yaitu hasil belajar psikomotorik siswa
siswa pada materi pokok sistem koloid.
selama kegiatan praktikum dan hasil belajar
Perhitungan
psikomotorik siswa dalam kegiatan pem-
pengaruh
inkuiri
group
mengalami
dalam
antar
variabel
menghasilkan koefisien determinasi hasil
belajaran
belajar kognitif siswa sebesar
psikomotorik
73,38%,
dikelas. kegiatan
Nilai
rata-rata
praktikum
kelas
berarti besarnya kontribusi pembelajaran
eksperimen adalah 84 dan kelas kontrol 78.
group
investigation
terbimbing
terhadap
berbasis
inkuiri
Hasil rata-rata nilai psikomotorik kegiatan
peningkatan
hasil
praktikum tiap aspek kelas eksperimen dan
belajar kognitif siswa pada materi pokok
kelas kontrol terdapat pada Gambar 1.
1304
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308
Keterangan Aspek Penilaian: 1 = persiapan alat dan bahan 2 = keterampilan memakai alat 3 = penguasaan prosedur praktikum 4 = kerjasama kelompok 5 = mengamati hasil praktikum 6 = kemampuan deskripsi hasil 7 = kebersihan (alat dan tempat 8 = pembuatan laporan
Gambar 1. Penilaian psikomotorik (kegiatan praktikum) kelas eksperimen dan kelas kontrol
aspek
Pada aspek 1 dan aspek 2 yaitu
diberikan. Hal tersebut menjadikan siswa
persiapan
pada kelas eksperimen lebih mandiri dan
alat
dan
bahan
alat
pada
kelas
rata-rata
skor
ketrampilan
memakai
eksperimen
mempunyai
dan
terampil
dalam
mempersiapkan
dan
memakai bahan dan alat untuk praktikum.
dengan kategori sangat tinggi sedangkan
Nilai rata-rata psikomotorik untuk
pada kelas kontrol mempunyai rata-rata skor
pembelajaran di kelas pada kelas eks-
dengan kategori tinggi. Hal ini di karenakan
perimen adalah 85 lebih tinggi dibandingkan
dalam
pembelajaran group investigation
kelas kontrol dengan rata-rata nilai 78. Hasil
berbasis inkuiri terbimbing yang diterapkan
rata-rata nilai psikomotorik pembelajaran di
pada
kelas tiap aspek kelas eksperimen dan kelas
kelas
eksperimen
mengharuskan
siswa untuk merencanakan proses penemu-
kontrol terdapat pada Gambar 2.
an konsep sendiri dari permasalahan yang
Keterangan Aspek Penilaian: 1 = kecakapan mengajukan pertanyaan 2 = kecakapan berkomunikasi lisan 3 = kemampuan menyelesaikan soal 4 = menggali informasi melalui alat atau sumber belajar lain 5 = ketrampilan melaksanakan diskusi
Gambar 2. Penilaian psikomotorik (pembelajaran di kelas) kelas eksperimen dan kelas kontrol
1305
Arinda Dian Wijayanti, dkk, Penerapan Pembelajaran Group.... Pada aspek 4 dan 5 yaitu menggali
gagasan
yang
mereka
miliki.
Metode
informasi melalui alat atau sumber belajar
pembelajaran group investigation juga dapat
lain dan ketrampilan melaksanakan diskusi
meningkatkan aktifitas dan semangat siswa
pada
dalam proses pembelajaran (Rahmi, 2012).
kelas
eksperimen
menunjukkan
perbedaan
yang
cukup
bandingkan
kelas
kontrol.
karenakan
dengan
investigation
di-
Hasil analisis deskriptif nilai afektif,
di-
kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai
group
81 yang termasuk kategori baik, dan pada
terbimbing
kelas kontrol 79 yang termasuk kategori
Hal
ini
pembelajaran
berbasis
siswa dituntut
menonjol
dalam
sedang. Hasil rata-rata nilai afektif tiap
mencari sumber belajarnya sendiri dan juga
aspek kelas eksperimen dan kelas kontrol
selama proses diskusi berlangsung siswa
terdapat pada Gambar 3.
lebih
berani
untuk
inkuiri
lebih aktif
menyampaikan
gagasan-
Keterangan Aspek Penilaian: 1 = kehadiran di kelas 2 = perhatian dalam mengikuti pelajaran 3 = kejujuran 4 = keseriusan dan ketepatan waktu menyerahkan tugas 5 = kerja sama 6 = kerapihan dan kelengkapan buku catatan 7 = menghargai pendapat teman 8 = keberanian siswa mengerjakan tugas di depan kelas 9 = sopan santun dalam berkomunikasi 10 = sikap dan tingkah laku terhadap guru
Gambar 3. Penilaian afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol
Hasil
analisis
afektif
siswa
mengungkapkan
gagasan
yang
dimiliki.
menunjukkan terdapat beberapa aspek yang
Pembelajaran group investigation ini mem-
berbeda antara kelas eksperimen dengan
buat peserta didik menjadi lebih aktif dalam
kelas
aspek
mengikuti kegiatan belajar mengajar (Hasan,
keberanian siswa mengerjakan tugas di
2009). Penerapan Pembelajaran dengan
depan kelas dan sopan santun dalam
inkuiri terbimbing dapat me-ningkatkan hasil
berkomunikasi. Hal ini dikarenakan pem-
belajar afektif siswa (Douglas dan Chiu,
belajaran pada kelas eksperimen yaitu
2009).
kontrol,
misalnya
pada
pembelajaran group investigation berbasis
Tanggapan guru dan siswa terhadap
inkuiri terbimbing, siswa menjadi lebih aktif
pembelajaran yang telah dilakukan di kelas
selama proses pembelajaran dan ingin
eksperimen diukur dengan angket. Angket
1306
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308
memiliki tingkatan respon mulai dari sangat
karena lebih menyenangkan, menarik, dan
setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak
membuat siswa lebih mudah memahami
setuju. Angket ini digunakan untuk me-
konsep materi, hal ini dapat dilihat dari rasa
ngetahui pendapat siswa terhadap pem-
ingin tahu siswa yang meningkat dalam
belajaran group investigation berbasis inkuiri
pembelajaran serta peningkatan minat dan
terbimbing. Hasil analisis angket tanggapan
motivasi siswa untuk giat belajar baik
siswa dalam penelitian ini dapat disimpulkan
individu maupun kelompok. Metode Inkuiri
bahwa
terbimbing terbukti mampu meningkatkan
pada
kelas
eksperimen
siswa
menyukai pembelajaran group investigation
respons
berbasis inkuiri terbimbing. Hasil analisis
pelajaran (Soesanti, 2005). Hasil angket
angket menunjukkan siswa pada kelas
tanggapan siswa terhadap pembelajaran
ekperimen menyukai pembelajaran group
group
investigation
terbimbing disajikan pada Tabel 1.
berbasis
inkuiri
terbimbing
positif
siswa
investigation
dalam
berbasis
mengikuti
inkuiri
Tabel 1. Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10. 11 12.
Pertanyaan Saya selalu hadir di kelas selama pembelajaran berlangsung Saya masuk kelas tepat waktu Saya memperhatikan setiap penjelasan yang diberikan oleh guru Saya bersemangat mengikuti pelajaran kimia tentang sistem koloid Saya berani mengungkapkan gagasan/pendapat di depan kelas Saya sering memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru Saya mengerjakan setiap latihan yang diberikan oleh guru Saya dapat memahami materi sistem koloid dengan lebih mudah setelah pembelajaran group investigation berbasis inkuiri terbimbing Saya tidak mengalami kesulitan selama mempelajari materi sistem koloid Saya berbagi tugas dengan anggota kelompok yang lain dalam menyelesaikan tugas Saya berdiskusi dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok Saya membantu teman apabila teman satu kelompok apabila mengalami kesulitan
Hasil analisis angket tanggapan
SS (%)
S (%)
KS (%)
TS (%)
86,67
13,33
0
0
33,33 30,00
66,67 70,00
0 0
0 0
43,33
50,00
6,67
0
10,00
73,33
13,33
3,33
26,67
66,67
6,67
0
36,67
60,00
3,33
0
50,00
50,00
0
0
36,67
60,00
3,33
0
10,00
70,00
16,67
3,33
36,67
53,33
10,00
0
56,67
43,33
0
0
an yang terdapat dalam angket. Hasil angket
guru dalam penelitian ini dapat disimpulkan
tanggapan
bahwa guru memberikan tanggapan yang
pembelajaran group investigation berbasis
positif
inkuiri
terhadap
pembelajaran
group
guru
terbimbing
menunjukkan
bahwa
mampu meningkatkan
investigation berbasis inkuiri terbimbing. Hal
partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran
ini ditunjukkan dengan tanggapan positif
dan
terhadap masing-masing indikator pertanya-
siswa
meningkatkan terhadap
penguasaan materi
yang
konsep sedang
1307
Arinda Dian Wijayanti, dkk, Penerapan Pembelajaran Group.... dipelajari.
Inkuiri
meningkatkan
terbimbing
partisipasi
siswa
berhasil dalam
mempelajari materi menambah penguasaan
konsep siswa (Bilgin, 2009). Hasil angket tanggapan
guru
terhadap
pembelajaran
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil angket tanggapan guru terhadap pembelajaran No.
Pertanyaan Saya mengetahui pembelajaran group investigation berbasis inkuiri terbimbing Saya merasa pembelajaran group investigation berbasis inkuiri terbimbing tepat diterapkan pada materi sistem koloid
1 2
SS (%)
S (%)
KS (%)
TS (%)
0
0
100
0
50
50
0
0
3
Saya merasa pembelajaran group investigation berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
0
100
0
0
4
Saya merasa pembelajaran group investigation berbasis inkuiri terbimbing pada materi sistem koloid meningkatkan penguasaan konsep siswa.
0
100
0
0
5
Saya merasa pembelajaran group investigation berbasis inkuiri terbimbing meningkatkan rasa ingin tahu dan partisipasi siswa dalam pelajaran.
50
50
0
0
6
Saya merasa pembelajaran group investigation berbasis inkuiri terbimbing efektif dalam mengatasi kesulitan siswa memahami materi pelajaran
50
50
0
0
memperoleh tanggapan yang baik dari guru SIMPULAN
dan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
DAFTAR PUSTAKA
rerata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas control. Berdasarkan pada uji satu pihak kanan kedua nilai posttest yaitu dengan thitung sebesar 6,89 lebih dari ttabel sebesar 2,00. Hasil analisis pengaruh antar variabel diperoleh besarnya koefisien determinasi adalah 73,38%, berarti bahwa pembelajaran Group Investigation berbasis Inkuiri Terbimbing berkontribusi meningkatkan hasil belajar kognitif siswa sebesar 73,38%. Penerapan pembelajaran Group
Investigation
Terbimbing
terbukti
berbasis berpengaruh
Inkuiri dalam
meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI kompetensi terkait sistem koloid dan
Akinbobola, A.O., 2006, Effects of Cooperative and Competitive Learning Strategies on Academic Performance of Students in Physics, Journal Result in Eduation, Vol 1, No 3, Hal: 1-5. Bilgin, I., 2009, The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative Learning Approach on University Students’ Toward Guided Inquiry Instruction, Scientific Research and Essay, Vol 4, No 10, Hal:1-9. Douglas, E.P. dan Chiu, C., 2009, Use of Guided Inquiry as an Active Learning Technique in Engineering, Proceedings of the Research in Engineering Education Symposium, Vol 2, No 6, Hal: 1-6.
1308
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1300-1308
Hasan, S., 2009, Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Perawatan dan Perbaikan Sistem Refrigerasi, Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, Vol 1, No 3, Hal:1-10. Indiarti, 2011, Penerapan Model Pembelajran Berdasarkan Masalah pada Pelajaran IPA Materi Zat Aditif Makanan dan Kaitannya dengan Kesehatan di Kelas VII SMP Negeri 2 Malang, PENSA E-Jurnal, Vol 1, No 2, Hal: 2-5. Istikomah, S., Hendratto, S., dan Bambang, 2010, Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation untuk menumbuhkan sikap ilmiah siswa, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol 3, No 6, Hal:40-43. Oh, P. S dan Shin, M. K., 2005, Student Reflection on Implementation of Group Investigation in Korean Secondary Classroom, Research International Journal of Science and Mathematic Education, Vol 2, No 3, Hal:327-349. Rahmi, W., 2012, Penggunaan Model “Group Investigation” untuk Meningkatkan Minat Beajar Siswa Kelas VIII Di MTs Muhammadiyah Pekanbaru, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol 1, No 4, Hal:1-12.
Soesanti, N., 2005, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Tidak Terbimbing terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Struktur Tumbuhan, diunduh di http://www.pagesyourfavourite.com/pp supi/-abstrakipa2005.html, diakses tanggal 24 Juli 2013. Trianto, 2007, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Prestasi Pustaka. Tsoi, M. F., 2004, Using Group Investigation for Chemistry in Teacher Education, Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Vol 1, No 5, Hal: 1-12. Zawadzki, R., 2010, Is process-oriented guided-inquiry learning (POGIL) suitable as a teaching method in Thailand’s higher education?, As. J. Education dan Learning, Vol 1, No 2, Hal:66-74.
1309
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif....
IMPLEMENTASI PRAKTIKUM APLIKATIF BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA Fina Haziratul Qudsiyah*, Subiyanto Hadisaputro dan Woro Sumarni Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh implementasi praktikum aplikatif berorientasi CEP terhadap peningkatan hasil belajar kimia materi pokok koloid siswa kelas XI SMA. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada salah satu SMA Negeri di Magelang pada tahun pelajaran 2012/2013. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest–Posttest Control Group Design. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling, sehingga diperoleh kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen menggunakan metode praktikum aplikatif berorientasi CEP dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol menggunakan metode praktikum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh implementasi praktikum aplikatif berorientasi CEP terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa. Besarnya pengaruh implementasi praktikum aplikatif berorientasi CEP terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa yaitu 63,64%. Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai N-Gain sebesar 0,84 lebih besar dari kelas kontrol dengan nilai N-Gain sebesar 0,51 yang termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh implementasi praktikum aplikatif berorientasi CEP terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa di salah satu SMA di Magelang. Kata kunci: chemoentrepreneurship, hasil belajar, metode praktikum aplikatif
ABSTRACT This study aims to investigate the influence of applied practical implementation of Chemoentrepreneurship (CEP) oriented towards improvement learning outcomes on colloid chemistry subject of class XI high school students. The population of this study were all Science students of class XI of the high schools in Magelang, 2012-2013 school year. The design used in this study was pretest-posttest control group design. The sampling technique used was purposive sampling, obtained Science XI-3 as experimental class used practical methods applicable CEP oriented and Science class XI-2 as the control class. The results showed that there was an influence of applied practical implementation of CEP oriented towards thew improvement of student learning outcomes chemistry. The magnitude of the effect of applied practical implementation of CEP oriented towards improvement of student learning outcomes chemistry was 63.64%. The improvement of student learning outcomes in the experimental class in the high category with N-Gain value of 0.84 was greater than the control class with NGain value of 0.51 was included in the medium category. Based on the results, it can be concluded that there are significant influence of practical implementation of CEP applicative oriented toward chemistry learning outcome of students in one high school in Magelang. Keywords: applicative experiment method, chemoentrepreneurship, learning outcomes PENDAHULUAN
hasil
bahwa
pembelajaran
kimia
yang
dilakukan cenderung text book oriented, dan Observasi awal yang dilakukan di
kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari
suatu SMA Negeri di Magelang memberikan
sehingga terjadi kesulitan dalam memahami
1310
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318
konsep materi yang diajarkan. Sementara itu
(Tobin,
metode dan model pembelajaran yang
diperlukan
digunakan oleh guru juga kurang bervariasi
pembelajaran kimia adalah agar siswa
sehingga motivasi belajar dan kreativitas
memiliki keterampilan dalam melakukan
siswa menjadi kurang. Motivasi siswa yang
kegiatan
kurang tersebut membuat pembelajaran
konsep-konsep kimia serta menumbuhkan
yang dilakukan tidak bermakna dan hasil
minat dan sikap ilmiah (Depdiknas, 1999).
belajar yang diperoleh siswa menjadi tidak maksimal.
Kondisi
seperti
inilah
yang
1990).
Cara
karena
praktikum
salah
laboratorium
Pembelajaran
untuk
mutlak
satu
tujuan
memahami
menggunakan
prak-
tikum aplikatif, memungkinkan siswa untuk
menjadi salah satu faktor penyebab kualitas
berproses
dalam
menemukan
konsep
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia
sendiri, sehingga materi yang dipelajari
rendah.
dapat diidentifikasi, dianalisis dan disintesis,
Solusi dalam memperoleh pembelaja-
diuji kebenarannya dan disimpulkan menjadi
yang
suatu
suatu konsep. Penggunaan praktikum apli-
metode pembelajaran yang dapat mening-
katif menjadikan siswa termotivasi untuk
katkan hasil belajar siswa. Salah satu
belajar, kreatif, berpikir logis serta sistematis
metode
dan dapat melatih siswa untuk berpikir
ran
bermakna
yang
dapat
diperlukan
digunakan
adalah
praktikum aplikatif berorientasi Chemoentre-
ilmiah.
preneurship (CEP). Solusi dalam memper-
metode
oleh
di-
menarik dan menyenangkan jika dikaitkan
perlukan suatu metode pembelajaran yang
dengan obyek nyata dan bisa menghasilkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
suatu produk dari praktikum yang dilakukan.
Salah satu metode yang dapat digunakan
Konsep CEP adalah suatu pendekat-
adalah praktikum aplikatif berorientasi CEP.
an pembelajaran kimia yang kontekstual
Kegiatan praktikum di laboratorium merupa-
yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang
kan kegiatan siswa yang dilakukan secara
dikaitkan dengan obyek nyata. Tujuannya
kooperatif
adalah
pembelajaran
dalam
yang
bermakna
kelompok
kecil untuk
Kegiatan
pembelajaran
praktikum
untuk
aplikatif
memotivasi
dengan
akan
siswa
lebih
agar
menginvestigasi fenomena dengan instruksi
mempunyai semangat berwirausaha. Melalui
khusus
untuk
pendekatan ini pengajaran kimia akan lebih
mempelajari lingkungan. Kegiatan praktikum
menyenangkan dan memberi kesempatan
mempunyai
pada peserta didik untuk mengoptimalkan
dan
salah
potensi
satu
untuk
cara
membangun
hubungan sosial serta sikap yang positif dan
potensinya
dapat menunjang perkembangan kognitif
Apabila peserta didik sudah terbiasa dengan
(Hofstein,
kondisi belajar yang demikian, tidak me-
kegiatan
2004). di
Dibandingkan
kelas,
kegiatan
dengan praktikum
nutup
agar
menghasilkan
kemungkinan
akan
produk.
memotivasi
berpeluang lebih banyak untuk membangun
mereka untuk berwirausaha (Supartono,
interaksi sosial antar siswa dan antar siswa
2006).
dengan lingkungan
guru
sehingga
pembelajaran
menciptakan yang
positif
Pembelajaran
dengan
pendekatan
CEP merupakan pendekatan pembelajaran
1311
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... kimia yang dikaitkan dengan obyek nyata.
Metode pengumpulan data dilakukan
Penerapan pembelajaran dengan pende-
dengan metode dokumentasi, metode tes,
katan CEP ini diterapkan dengan harapan
lembar
siswa akan menjadi lebih paham terhadap
dokumentasi digunakan untuk penentuan
materi pelajaran kimia. Praktikum kimia
sampel. Instrumen yang digunakan dalam
aplikatif
dikatakan
penelitian ini adalah silabus, RPP, soal
menarik karena siswa bisa belajar untuk
pretes dan postes, lembar observasi dan
mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari-
angket tanggapan siswa. Data penelitian
nya dalam kehidupan sehari-hari dan juga
hasil
bisa menumbuhkan motivasi berwirausaha.
statistik parametrik dihitung dengan uji t, uji
berbasis
CEP
bisa
observasi
belajar
perbedaan METODE PENELITIAN
dan
kognitif
angket.
dianalisis
rata-rata,
Metode
secara
pengaruh
antar
variabel, penentuan koefisien determinasi, uji normalized gain, dan uji ketuntasan hasil
Penelitian ini dilakukan di suatu SMA
belajar. Sedangkan hasil belajar afektif,
Negeri di Magelang pada materi kimia
psikomotor, dan hasil angket tanggapan
koloid. Desain penelitian yang dipakai yaitu
siswa dianalisis secara deskriptif. Kelas
Pretest–Posttest Control Group Design yang
eksperimen diterapkan metode praktikum
merupakan
aplikatif berorientasi CEP dan kelas kontrol
desain
eksperimen
dengan
melihat perbedaan pretes maupun postes
diterapkan metode praktikum.
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas XI IPA suatu SMA Negeri di Magelang tahun pelajaran 2012/2013. Kelas XI IPA 3
Penelitian dilaksanakan di suatu SMA
merupakan kelas eksperimen dan kelas XI-
Negeri di Magelang yaitu kelas XI IPA 3
IPA 2 merupakan kelas kontrol yang diambil
sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI
peneliti dengan teknik purposive sampling
IPA 2 sebagai kelompok kontrol. Hasil
dengan
belajar kognitif diperoleh dari nilai pretes
pertimbangan
dari
guru
mata
pelajaran kimia di sekolah tersebut dan nilai
dan postes yang disajikan dalam Tabel 1.
ujian akhir semester ganjil yang tidak jauh berbeda. Tabel 1. Nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol Nilai Terendah Kontrol Eksperimen Pretest 40 30 Posttest 60 77
Nilai Tertinggi Kontrol Eksperimen 83 67 90 100
Hasil belajar kognitif setelah diberikan
menerapkan
Rata-rata Kontrol 62,50 81,50 metode
Eksperimen 47,96 91,70
praktikum
aplikatif
perlakuan yang berbeda diperoleh rata-rata
berorientasi CEP sebesar 91,70 sedangkan
nilai
kelas kontrol yang menggunakan metode
postes
kelas
eksperimen
yang
1312
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318
praktikum
sebesar
81,5.
ini
yang berkaitan dengan materi sehingga
menunjukkan pencapaian rata-rata hasil
siswa menjadi kurang tertarik untuk belajar
belajar kelas eksperimen yang mengguna-
dan lebih sulit memahami materi. Oleh
kan metode praktikum aplikatif berorientasi
karena itu, rata-rata postes hasil belajar
CEP lebih tinggi dari pada kelas kontrol
kognitif siswa kelas kontrol lebih rendah dari
yang
pada kelas eksperimen.
menggunakan
Penelitian
metode
praktikum
sehingga dapat dikatakan perlakuan dengan
Perhitungan uji t satu pihak kanan
metode praktikum aplikatif berorientasi CEP
diperoleh thitung sebesar 6,10 sedangkan ttabel
meningkatkan hasil belajar kognitif (Mursiti,
sebesar 2,01. Jadi thitung lebih dari ttabel yang
et al., 2008).
menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar
Penyebab kemampuan kognitif kelas
kognitif kelompok eksperimen tidak sama
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol
dengan
yaitu
kelas
kelompok kontrol dengan rata-rata hasil
dalam
belajar kognitif kelas eksperimen lebih baik
pembelajaran dan lebih mudah memahami
dari pada kelas kontrol (Supartono, et al.,
materi karena dikaitkan dengan kehidupan
2009).
sehari-hari (Mansor dan Othman, 2011).
digunakan rumus koefisien korelasi biserial
Perlakuan ini yang membuat siswa mudah
(rb). Analisis ini bertujuan untuk menentukan
dalam mengerjakan soal kognitif. Walaupun
ada tidaknya korelasi penerapan metode
pada kelas kontrol juga diterapkan metode
praktikum aplikatif berorientasi CEP pada
praktikum tetapi praktikum yang dilakukan
materi koloid terhadap hasil belajar siswa.
tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-
Hasil analisis pengaruh antar variabel dari
hari dan tidak menciptakan suatu produk
hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 2.
pada
proses
eksperimen
siswa
pembelajaran lebih
tertarik
rata-rata
Analisis
hasil
belajar
korelasi
antar
kimia
variabel
Tabel 2. Hasil analisis pengaruh antar variabel dari hasil belajar kognitif Data Sy P Q Z rb Kriteria Postes 8,01 0,49 0,51 0,02 0,798 Kuat
Perhitungan
analisis
antar
kontribusi pengaruh antar variabel mengha-
variabel menghasilkan koefisien korelasi
silkan koefisien determinasi hasil belajar
biserial hasil belajar (rb) sebesar 0,798.
sebesar
Harga
yang
dilakukan untuk mengetahui peningkatan
sehingga
rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
koefisien
diperoleh
sebanding
korelasi
bertanda
menunjukkan
korelasi
positif
adanya antara
biserial
korelasi
penerapan
yang metode
63,64%.
Uji
Normalized-Gain
dan kontrol. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
peningkatan
hasil
belajar
kelas
praktikum aplikatif berorientasi CEP pada
eksperimen termasuk dalam kategori tinggi
materi koloid terhadap hasil belajar siswa
sedangkan kelas kontrol termasuk dalam
(Supartono
kategori sedang (Morgil, et al., 2009).
et
al.,
2009).
Perhitungan
1313
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... Tabel 3. Kategori peningkatan hasil belajar kognitif
g
Kelas
Rata-rata pretes
Rata-rata postes
Gain
Eksperimen
47,96
91,70
0,84
Tinggi
Kontrol
62,50
81,50
0,51
Sedang
Kategori
Implementasi praktikum aplikatif ber-
adanya selisih rata-rata hasil pretes dan
orientasi CEP pada materi koloid dapat
postes hasil belajar dan harga N-Gain yang
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
ditunjukkan pada Gambar 1 (Morgil, et al.,
(Haniatun, 2007). Hal ini ditunjukkan dengan
2009).
Gambar 1. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa
Berdasarkan hasil
perhitungan uji
Perbandingan
hasil
belajar
ranah
ketuntasan belajar, diperoleh hasil bahwa
afektif pada kelompok eksperimen yang
ketuntasan belajar pada kelas eksperimen
menggunakan
adalah 100% dan kelas kontrol 85,71%,
metode praktikum aplikatif berorientasi CEP
dapat dikatakan kedua kelas telah mencapai
dan kelompok kontrol yang menggunakan
ketuntasan belajar karena hasilnya lebih dari
metode praktikum setelah penelitian dimuat
85% (Mulyasa, 2007).
pada Gambar 2.
pembelajaran
dengan
Keterangan Aspek Penilaian: 1 = kehadiran 2 = perhatian dalam mengikuti pelajaran 3 = kejujuran 4 = tanggungjawab 5 = kerajinan membawa buku referensi 6 = partisipasi dalam kegiatan diskusi 7 = kelengkapan dan kerapian catatan 8 = menghargai pendapat teman 9 = sopan santun dalam berkomunikasi 10 = sikap dan tingkah laku terhadap guru
Gambar 2. Rerata nilai ranah afektif kelompok eksperimen dan kontrol
1314
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
berkomunikasi.
Rerata
afektif
kelompok
hasil belajar afektif kelompok eksperimen
eksperimen lebih baik daripada kelompok
lebih baik daripada hasil belajar afektif
kontrol karena metode yang diterapkan
kelompok kontrol (Morgil, et al., 2009).
pada kelas eksperimen yaitu praktikum
Rerata
kelompok
aplikatif berorientasi CEP menarik untuk
eksperimen yaitu 5 yang termasuk dalam
siswa sehingga menjadikan mereka rajin
kategori sangat tinggi. Aspek yang termasuk
untuk
dalam kategori sangat baik yaitu kehadiran,
perhatikan serta menjadikan siswa lebih aktif
perhatian
dalam kegiatan pembelajaran (Supartono, et
hasil
belajar
dalam
afektif
mengikuti
pelajaran,
menghargai pendapat teman, sopan santun
terhadap
guru.
Sedangkan
pada
Perbandingan psikomotorik
kelompok kontrol hanya ada 2 aspek yang
dan
termasuk dalam kategori sangat tinggi, yaitu
Gambar 3.
kehadiran
dan
sopan
santun
pelajaran
dan
mem-
al., 2009).
dalam berkomunikasi, sikap dan tingkah laku
mengikuti
hasil
belajar
ranah
pada kelompok eksperimen
kelompok
kontrol
dimuat
pada
dalam Keterangan Aspek Penilaian: 1 2 3 4 5 6 7 8
= = = = = = = =
persiapan alat dan bahan ketrampilan menggunakan alat ketepatan prosedur praktikum kerjasama mengamati hasil praktikum kebersihan alat dan ruang menyampaikan hasil praktikum pembuatan laporan
Gambar 3. Rerata nilai psikomotorik kelompok eksperimen dan kontrol
Rata-rata skor semua indikator dalam kemampuan
psikomotor
kelas
menggunakan metode pembelajaran prak-
eksperimen dengan kontrol menunjukkan
tikum aplikatif berorientasi CEP. Metode
adanya
terhadap
tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-
penggunaan pembelajaran dengan metode
hari yang pada akhirnya akan menghasilkan
praktikum aplikatif berorientasi CEP pada
produk
kelas eksperimen dan metode praktikum
ekonomis sehingga siswa akan cenderung
pada kelas kontrol. Pada semua aspek
lebih tertarik mengikuti pelajaran (Mursiti et
terlihat kelas eksperimen memiliki rata-rata
al.,
psikomotorik yang lebih tinggi dibandingkan
ditunjukkan dengan melakukan praktikum
pengaruh
antara
Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen
positif
dengan kelas kontrol (Urena et al., 2011).
yang
2008).
bermanfaat
Ketertarikan
dan
siswa
bernilai
tersebut
1315
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... secara sungguh-sungguh dan semua siswa
menyatakan
ikut berpartisipasi aktif dalam praktikum.
menyatakan setuju. Metode pembelajaran
Tanggapan
siswa
setuju
dan
53%
pem-
praktikum aplikatif berorientasi CEP yang
belajaran yang telah dilakukan di kelas
diterapkan pada kelas eksperimen meru-
eksperimen diukur dengan angket tertutup.
pakan metode yang menarik bagi siswa
Angket tertutup memiliki tingkatan respon
sehingga siswa selalu hadir di kelas dan
mulai dari sangat setuju, setuju, tidak setuju,
dengan antusias mengikuti pembelajaran
dan sangat tidak setuju. Hal ini dilakukan
yang berlangsung (Kusuma, et al., 2009).
supaya pendapat siswa yang diberikan apa
Hasil ini didukung dengan rata-rata skor
adanya sesuai kenyataan selama proses
afektif siswa, yaitu aspek kehadiran kelas
pembelajaran.
eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan
Hasil
terhadap
sangat
analisis
angket
tanggapan siswa dapat dilihat di Tabel 4. Hasil
angket
menyatakan
kelas kontrol. Begitu juga rata-rata skor
bahwa
afektif aspek perhatian dalam mengikuti
hampir di semua indikator, siswa memilih
pelajaran kelas eksperimen lebih tinggi
kategori
setuju.
dengan kategori sangat tinggi dibandingkan
indikator
dengan kelas kontrol dengan kategori tinggi.
sangat
Tanggapan
setuju
siswa
dan
terhadap
keadaan siswa selama pelajaran yaitu 47%
Tabel 4. Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran No. 1. 2. 3.
Indikator Keadaan siswa selama pembelajaran Keadaan Akademik Keadaan Sosial
Tanggapan keadaan
siswa
akademik
dari
yaitu
SS % 47 34 35
S % 53 59 58
KS % 0 7 6
TS % 0 1 1
indikator
didukung dengan nilai postes hasil belajar
siswa
kognitif kelas eksperimen yang meningkat
34%
menyatakan sangat setuju, 59% menya-
dan lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
takan setuju, 7% meyatakan tidak setuju,
Pada indikator keadaan sosial, ada
dan 1% menyatakan tidak setuju. Hasil
35% siswa menyatakan sangat setuju, 58%
angket menunjukkan lebih banyak yang
setuju, 6% kurang setuju, dan 1% tidak
menyatakan
sangat
setuju. Sama dengan indikator sebelumnya,
dibandingkan
yang
setuju
dan
tidak
setuju
dan
menyatakan setuju.
dikarenakan
metode
berorientasi
CEP
setuju kurang
siswa
lebih
banyak
yang
menyatakan
Hal
tersebut
sangat setuju dan setuju dibandingkan yang
praktikum
aplikatif
menyatakan kurang setuju dan tidak setuju.
dikaitkan
dengan
Pada
pembelajaran
dengan
metode
kehidupan sehari-hari, sehingga membuat
praktikum aplikatif berorientasi CEP, siswa
siswa lebih mudah untuk mempelajari materi
dituntut melakukan kerjasama yang baik
koloid (Kusuma dan Siadi, 2010). Hasil ini
antar anggota kelompok pada kegiatan
1316
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318
praktikum dan kerja kelompok. Adanya
katan hasil belajar kimia materi koloid siswa
kerjasama antar anggota kelompok tersebut
kelas XI pada suatu SMA di Magelang.
akan melatih kemampuan bersosialisasi siswa dengan orang lain menjadi lebih baik (Morgil, et al., 2009). Hasil analisis angket
DAFTAR PUSTAKA
tanggapan siswa pada kelas eksperimen dalam
penelitian
bahwa
siswa
ini
dapat
menyukai
disimpulkan pembelajaran
menggunakan metode praktikum aplikatif berorientasi
CEP.
Siswa
juga
dapat
memahami materi koloid dengan lebih baik, sehingga hasil belajarnya lebih maksimal (Mursiti, et al., 2008).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan yaitu
implementasi
berorientasi
CEP
praktikum pada
aplikatif
materi
koloid
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar kognitif kimia siswa di suatub SMA Negeri sebesar
di
Magelang 63,64%
dengan dan
kontribusi
implementasi
praktikum aplikatif berorientasi CEP pada materi koloid mendapat tanggapan yang baik dari siswa. Selain hasil belajar kognitif, implementasi aplikatif berorientasi CEP juga berpengaruh positif terhadap hasil belajar afektif
dan
psikomotorik.
Hal
tersebut
ditunjukkan dengan rata-rata skor hasil belajar
afektif
dan
psikomotorik
kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol.
Secara
umum
dapat
disimpulkan bahwa implementasi praktikum aplikatif
berorientasi
CEP
pada
pem-
belajaran berpengaruh terhadap pening-
Depdiknas, 1999, Garis-garis besar program pengajaran Sekolah Menengah Umum 1994 Suplemen 1999, Jakarta. Haniatun, 2007, Peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif students teams achievement divisions (STAD) berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) menggunakan praktikum aplikatif berbasis life skill, Skripsi, Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang Hofstein, A., 2004, The laboratory in chemistry education: thirty years of experience with developments, implementation, and research, Journal of Chemistry Education, Vol 3, No 5, Hal: 247-264. Kusuma, E. dan K. Siadi, 2010, Pengembangan bahan ajar kimia berorientasi chemoentrepreneurship untuk meningkatkan hasil belajar dan life skill mahasiswa, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 1, No 4, Hal: 544-551. Kusuma, E., Sukirno, dan Kurniati, I., 2009, Penggunaan pendekatan chemoentrepreneurship berorientasi green chemistry untuk meningkatkan kemampuan life skill siswa SMA, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 1, No 3, Hal: 366-372. Mansor, M. dan Othman, N., 2011, Consulting based entrepreneurship education in Malaysian higher education institutions, Journal of International Conference on Social Science and Humanity, Vol 5, Hal: 351-355. Morgil, I., Seyhan, H.G., dan Secken N., 2009, Investigating the effects of project-oriented chemistry experiments on some affective and cognitive field components, Journal of Turkhis Science Education, Vol 1, No 6, Hal: 89-107.
Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif.... Mulyasa, 2007, Kurikulum tingkat satuan pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Mursiti, S., Wahyukaeni, T. dan Sudarmin, 2008, Pembelajaran dengan pendekatan chemoentrepreneurship dan penggunaan game simulation sebagai media chemoedutainment untuk meningkatkan hasil belajar, kreativitas, dan life skill, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No 2, Hal: 274-280. Supartono, Wijayati, N., dan Sari, A.H., 2009, Kajian prestasi belajar siswa SMA dengan metode student teams achievement divisions melalui pendekatan chemoentrepreneurship, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 1, No 3, Hal: 337-344. Supartono, Saptorini, dan Asmorowati, D.S., 2009, Pembelajaran kimia menggunakan kolaborasi konstruktif dan inkuiri berorientasi chemoentrepreneurship, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No 3, Hal: 476-483.
1317
Supartono, 2006, Peningkatan kreativitas peserta didik melalui pembelajaran kimia dengan pendekatan chemoentrpreuneurship (CEP), Usulan Research Grant-Program Hibah A2, Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES. Tobin, K.G., 1990, Research on science laboratory activities: in pursuit of better questions and answers to improve learning, Journal of School Science and Mathematics, Hal: 403418. Urena, S. S., Cooper, M. M., Gatlin, T. A. dan Bhattacharyya, G., 2011, Students’ experience in a general chemistry cooperative problem based laboratory, Journal of Chemistry Education Research and Practice, Hal: 434–442.
1318
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 1, 2014, hlm 1309-1318