KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat dan rahmat-Nya, maka Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Volume 8 Nomor 2 Tahun 2014 berhasil diterbitkan. Jurnal ini hadir dihadapan pembaca sebagai wadah bagi penulisan hasil pemikiran dan penelitian di bidang pengembangan mutu pendidikan khususnya pendidikan kimia. Rasa terima kasih kami sampaikan kepada para penulis atas kontribusinya yang berupa artikel terhadap penerbitan edisi ini. Kami berharap agar para peneliti, akademisi, pengamat, praktisi dibidang pendidikan kimia dapat berpartisipasi menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan dimasukkan kedalam jurnal ini. Kontribusi penulis berupa saran atau solusi yang komprehensif dan mendalam diharapkan dapat dikembangkan berdasarkan pengamatan atau pengalaman hasil refleksi terhadap permasalahan dan kenyataan di lapangan. Kita dapat secara bersama-sama mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan melalui semangat pengabdian, rasa kepemilikan, dan tekad untuk memajukan pendidikan di tanah air. Semoga kehairan jurnal ini dapat memacu pemikiran-pemikiran yang menggali hingga keakar permasalahan dan bermanfaat bagi semua pihak yang bergerak dibidang pendidikan. Kritik dan saran bagi penyempurnaan penerbitan jurnal ini di masa yang akan datang dapat disampaikan kepada Dewan Penyunting yang dengan senang hati menerima dan menjadikannya sebagai masukan untuk meningkatkan mutu jurnal.
Ketua Penyunting
DAFTAR ISI
Penerapan Media Chemscool dengan Metode Guided Note Taking pada Pemahaman Konsep Siswa Kartika Prabowowati* Dan Subiyanto Hadisaputro (1319 – 1329) Uji Kriteria Instrumen Penilaian Hasil Belajar Kimia Ana Yustika*, Eko Budi Susatyo Dan Murbangun Nuswowati (1330 – 1339) Efektivitas Model Inkuiri Berbantuan Modul dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Generik Sains Dwi Septiani*, Woro Sumarni Dan Saptorini (1340 – 1350) Implementasi Pembelajaraan Kontekstual dengan Strategi Percobaan Sederhana Berbasis Alam Lingkungan Siswa Kelas X Lita Lilia* Dan Antonius Tri Widodo (1351 – 1359) Keefektifan Strategi Project Based Learning Berbantuan Modul pada Hasil Belajar Kimia Siswa Retha Aliefyan Rose* Dan Agung Tri Prasetya (1360 – 1369) Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Peningkatan Penguasaan Konsep Kimia Ilam Pratitis* Dan Achmad Binadja (1370 – 1379)
Bervisi
Sets
terhadap
Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sma Pada Materi Asam Basa Nunung Fika Amalia* Dan Endang Susilaningsih (1380 – 1389) Penerapan Praktikum Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Ria Rahmawati*, Sri Haryani Dan Kasmui (1390 – 1397) Keefektifan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Berbantuan Lembar Kerja Siswa pada Pembelajaran Kimia Tresnoningtias Mutiara Anisa*, Kasmadi Imam Supardi, Dan Sri Mantini Rahayu Sedyawati (1398 – 1408) Pembelajaran Praktikum Berorientasi Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Tri Winarti* Dan Sri Nurhayati (1409 – 1420)
Kartika Prabowowati dan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool ….
1319
PENERAPAN MEDIA CHEMSCOOL DENGAN METODE GUIDED NOTE TAKING PADA PEMAHAMAN KONSEP SISWA Kartika Prabowowati* dan Subiyanto Hadisaputro Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan media Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking serta mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap media dan lembar kerja yang digunakan pada materi konsep redoks. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X3-X5 pada suatu SMA di Magelang tahun ajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling, diperoleh kelas X3 sebagai kelas kontrol, X4 sebagai kelas uji coba, dan kelas X5 sebagai kelas eksperimen. Variabel yang diteliti adalah pemahaman konsep siswa, dengan desain eksperimen control-group pretest-posttest. Pada analisis awal, kedua kelompok variansi sama, berdistribusi normal, dan rata-rata nilai sama. Analisis akhir menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep siswa dan respon yang positif dari guru maupun siswa. Hasil analisis kelas eksperimen untuk uji N-Gain 75,25% dan uji ketuntasan belajar klasikal 90,63%. Kelas kontrol untuk uji N-Gain 67,86% dan uji ketuntasan belajar klasikal 78,13%. Simpulan yang diperoleh adalah dengan pembelajaran dengan media Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa serta guru dan siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap media dan lembar kerja. Kata kunci: chemscool, guided note taking, pemahaman konsep
ABSTRACT The study aims to determine the ability of students’ conceptual understanding after learning with Chemscool media and Guided Note Taking worksheet, and also to know students and teachers response to Chemscool media and Guided Note Taking worksheet used in the redox concept. The population in this study is X3-X5 grade in Senior High School in Magelang at academic year 2013/2014. By using cluster random sampling technique, it gained X3 as control class, X4 as a test class, and X5 as experiment class. Control variables in this study are students’conceptual understanding which the design of control-group pretest-posttest experimental. Aa preliminary analysis, the two groups have equal variance, normal distribution and the same of average value. Final analysis showed an increase in students' conseptual understanding and a positive response from teachers and students. Based on the N-Gain test and mastery learning test of experimental class got 75.25 % and 90.63 % and control class got 67.86 % and 78.13 %. The conclusions in this study: prove that learning with media Chemscool and Guided Note Taking worksheet can improve students' conceptual understanding and Teachers and students gave positive responses to the media and worksheets. Keywords: chemscool, guided note taking, conceptual understanding
1320
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1319-1329 PENDAHULUAN
Pfister, et al., (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa multimedia adalah alat
Kimia merupakan ilmu yang termasuk
yang ampuh bagi guru untuk memberikan
dalam rumpun IPA selain matematika, fisika,
siswa-siswa
dan biologi. Ada dua hal yang berkaitan
experiences.
mereka
tentang
common
dengan kimia yang tidak dapat terpisahkan,
Pemahaman konsep terhadap suatu
yaitu kimia sebagai produk dan kimia
materi pelajaran memerlukan kemampuan
proses. Bagi sebagian besar siswa SMA,
generalisasi serta abstraksi yang cukup
kimia sering dianggap sebagai satu bidang
tinggi, sehingga pemahaman konsep siswa
yang sulit. Kesulitan pembelajaran kimia
masih lemah (Nizarwati, et al., 2009). Agar
terletak pada kesenjangan yang terjadi
penguasaan konsep menjadi lebih baik,
antara pemahaman konsep dan penerapan
perlu ditunjang dengan media pembelajaran
konsep yang ada sehingga menimbulkan
yang digunakan dan situasi pembelajaran
asumsi sulit untuk mempelajari dan me-
yang baik. Untuk menghasilkan proses pem-
ngembangkannya. Pembelajaran kimia di
belajaran yang dapat menjadikan pengua-
sekolah bertujuan menguasai standar kom-
saan konsep lebih baik, maka harus dipilih
petensi yang telah ditetapkan, oleh karena
metode pembelajaran yang tepat untuk
itu pembelajaran kimia harus dibuat lebih
membantu
menarik dan mudah dipahami, karena kimia
media
lebih membutuhkan pemahaman dari pada
Metode pembelajaran yang dapat dipilih
penghafalan berbagai rumus yang begitu
adalah Guided Note Taking atau catatan
banyak. Salah satu cara untuk meng-
terbimbing,
antisipasi hal tersebut yaitu perlu di dukung
pendukung dari pengembangan metode
media pembelajaran yang sesuai.
pembelajaran
Hamalik,
(2012)
bahwa
pemakaian
dalam
proses
mengemukakan
media
Syariff
yaitu
kooperatif.
(2008)
dalam
penalaran
ilmiah
materi, memusatkan perhatian siswa saat
konseptual
bagi
kegiatan belajar mengajar, membangkitkan
kemampuan penalaran.
satu
metode
Abdullah
dan
penelitiannya
efektif
dalam
meningkatkan
dan
pemahaman
siswa
dari
semua
baru,
Media pembelajaran yang digunakan
pembelajaran,
disebut Chemscool (chemistry is cool).
serta menciptakan lingkungan belajar yang
Media ini merupakan media baru dan dibuat
menyenangkan. Oyedele, et al. (2013)
dengan perpaduan flash dan power point
dalam penelitiannya menemukan bahwa
yang berisi materi pelajaran, kuis, soal
Educational Media and Technology (EMT)
latihan, animasi bergerak, dan simulasi.
sangat penting dalam membantu proses
Desain dari media ini sangat berwarna-
pembelajaran dan sangat efektif digunakan
warni. Tujuannya untuk meningkatkankan
dalam menyampaikan pesan kepada siswa.
daya tarik dan antusiasme siswa terhadap
membangkitkan
motivasi
yang
digunakan.
menunjukkan bahwa metode pembelajaran
mengurangi kekacauan dalam penafsiran
minat
penggunaan
yang
salah
kooperatif
dan
mengajar
pembelajaran
dapat
keinginan
belajar
pembelajaran
memperlancar
Kartika Prabowowati dan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool …. METODE
materi. Konsep kunci dalam pembelajaran multimedia
adalah
(Chambers,
et
penggunaan
beban
al.,
2006).
media
1321
kognitif Sehingga
Chemscool
Penelitian
ini
menggunakan
pen-
ini
dekatan kuantitatif dengan metode pene-
menitikberatkan pada kemampuan kognitif
litian eksperimen. Penelitian eksperimen ini
siswa saja.
menggunakan
Menurut Suprijono, (2009) metode
desain
true
experimental
dengan tipe pretest-posttest control group
metode
design. Teknik pengambilan sampel yang
pembelajaran yang dapat dikembangkan
digunakan dalam penelitian yaitu teknik
untuk membangun stock of knowledge
cluster random sampling. Metode pengum-
siswa. Jacobs, (2008) membandingkan dua
pulan data pada penelitian ini menggunakan
metode catatan yaitu Guided Notes dan
metode wawancara, observasi, tes, dan
Cornell Notes yang menghasilkan data
angket respon. Instrumen yang digunakan
kenaikan hasil belajar menggunakan Guided
dalam penelitian ini adalah angket respon
Notes lebih besar dibandingkan Cornell
siswa dan guru, soal pretest-posttest, serta
Notes yaitu dari 51% menjadi 84%. Lembar
lembar validasi media dan lembar kerja.
kerja Guided Note Taking yang dibuat dalam
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
lembar kerja yang akan diisi secara individu
pembelajaran menggunakan media Chem-
oleh siswa. Lembar kerja ini diisi saat
scool dan lembar kerja Guided Note Taking
kegiatan
pada kelas eksperimen dan pem-belajaran
catatan
terbimbing
belajar
adalah
mengajar
berlangsung.
Ketika guru menjelaskan materi di kelas,
menggunakan
siswa
kontrol terhadap materi konsep redoks.
memperhatikan
sambil
mengisi
guru
lembar
dan
kerja
media
tersebut.
Lembar kerja ini berisi materi dan latihan
Sedangkan
power
variabel
point
pada
terikatnya
kelas
adalah
pemahaman konsep siswa.
soal yang saling berkesinambungan.
Validasi media dan lembar kerja
Penggabungan antara media pem-
menggunakan penilaian validator. Media
belajaran Chemscool dengan Guided Note
dan
Taking diharapkan dapat menjadi suatu
dinyatakan dalam kriteria baik atau sangat
model pembelajaran yang memberikan efek
baik oleh validator, sehingga dapat digu-
positif
nakan untuk uji coba sebelum digunakan
kepada
ningkatkan
siswa
yaitu
pemahaman
dapat
konsep
me-
siswa.
untuk
lembar
kerja
penelitian.
valid
Analsis
apabila
data
telah
awal
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
menggunakan nilai ujian akhir semester
kemampuan
siswa
gasal yaitu uji normalitas, homogenitas, dan
setelah mendapatkan pembelajaran meng-
kesamaan rata-rata. Analisis data akhir
gunakan
menggunakan nilai postes siswa yaitu uji
berbantuan
pemahaman
media Guided
konsep
Chemscool Note
dengan dan
normalitas, kesamaan varians, perbedaan
tanggapan siswa dan guru terhadap media
dua rata-rata, N-Gain, uji hipotesis, dan uji
pembelajaran Chemscool dengan berban-
ketuntasan belajar.
tuan Guided Note Taking.
Taking
1322
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1319-1329 HASIL DAN PEMBAHASAN
reliabilitasnya sangat tinggi dan layak untuk digunakan kembali. Hasil analisis validasi
Berdasarkan hasil analisis data awal
diperoleh media Chemscool dan lembar
sebagai syarat untuk teknik pengambilan
kerja Guided Note Taking dapat digunakan
sampel, cluster random sampling, yaitu uji
untuk penelitian tanpa revisi.
normalitas dan homogenitas. Diperoleh hasil
Analisis data akhir dilakukan untuk
bahwa populasi berdistribusi normal dan
menjawab hipotesis yang telah dikemuka-
memiliki homogenitas yang sama, sehingga
kan. Data yang digunakan dalam analisis
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel
data akhir adalah nilai posttest, sedangkan
dalam penelitian. Selain itu, juga dilakukan
nilai pretest digunakan untuk mengetahui
uji kesamaan rata-rata dan diperoleh hasil
keadaan awal kelas eksperimen maupun
bahwa tidak ada perbedaan rata-rata dari
kontrol. Analisis data akhir nilai pretest
populasi. Berdasarkan pengambilan sampel
menunjukkan
secara acak terpilih kelas X3 sebagai kelas
normal dan memiliki varians yang sama.
kontrol
Data nilai pretest baik kelas eksperimen
dan
kelas
X5
sebagai
kelas
eksperimen.
bahwa
data
berdistribusi
maupun kontrol berasal dari keadaan yang
Selain analisis data awal, dilakukan
sama yaitu nilai rata-rata kelas di bawah
uji coba instrumen penelitian di kelas X4
KKM,
yaitu
Chemscool,
mendapat nilai tuntas, dan nilai tertinggi
lembar kerja Guided Note Taking, dan
hanya pada sampai nilai 53. Data nilai
angket tanggapan serta melalukan validasi
posttest baik kelas eksperimen maupun
untuk media dan lembar kerja kepada
kontrol menunjukkan nilai rata-rata kelas
validator.
angket
sudah melebihi nilai KKM, nilai tertinggi 100
pembelajaran untuk kelas eksperimen layak
diperoleh kelas eksperimen, nilai terendah
digunakan, dengan masing-masing relia-
63 diperoleh kelas kontrol, dan jumlah siswa
bilitas untuk angket yaitu reliabilitas angket
yang tuntas ada 29 (kelas eksperimen) dan
pembelajaran 0,77761; reliabilitas angket
25 (kelas kontrol) dari jumlah total masing-
media pembelajaran Chemscool 0,85978;
masing kelas 32 anak. Data hasil belajar
dan reliabilitas angket lembar kerja Guided
kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan
Note
pada Tabel 1.
media
pembelajaran
Hasil
Taking
analisis
0,8132.
bahwa
Masing-masing
tidak
ada
satupun
siswa
reliabilitas harganya lebih dari 0,7 ini berarti Tabel 1. Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sumber Variansi Rata-rata Simpangan Baku Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rentang Banyak Siswa dengan Nilai Tuntas
Kelas Experiment Pretest Posttest 31 84 10,151 7,822 53 100 17 67 26 33 0 29
Kelas Kontrol Pretest Posttest 32 78 9,904 7,506 50 93 13 63 27 30 0 25
yang
Kartika Prabowowati dan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool …. Berdasarkan
hasil
analisis
1323
data
90,625% lebih besar dari 85% dari jumlah
diperoleh hasil yaitu adanya pengaruh positif
siswa yang ada di kelas tersebut yang telah
pembelajaran menggunakan media pem-
mencapai
belajaran Chemscool dan lembar kerja
membuktikan bahwa media Chemscool dan
Guided Note Taking terhadap peningkatan
lembar kerja Guided Note Taking dapat
pemahaman konsep siswa. Untuk menge-
memberikan manfaat yang jelas dan pasti
tahui pembelajaran di kelas eksperimen
terhadap
lebih baik dari kelas kontrol maka dilakukan
Guided
uji perbedaan dua rata-rata pihak kanan,
Completed Notes (Neef, et al., 2006).
ketuntasan
individu.Ini
pembelajaran. Notes
lebih
dapat
Manfaat jelas
dari
dibanding
dengan menggunakan rumus uji t dan
Uji N-Gain dilakukan untuk menge-
diperoleh hasil analisis harga thitung sebesar
tahui seberapa besar peningkatan pemaha-
2,6103 sedangkan harga t(0,975)(62) sebesar
man konsep kelas eksperimen dan kelas
1,999. Karena thitung lebih dari ttabel, maka
kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan kelas
dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen
eksperimen mengalami peningkatan yang
lebih baik dari kelas kontrol.
tinggi karena harga N-Gain yang diperoleh
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui
pengaruh
penerapan
media
sebesar 0,753 atau 75,3%. Sedangkan peningkatan kelas kontrol tergolong sedang
pembelajaran Chemscool dan lembar kerja
karena
Guided Note Taking pada kelas eksperimen
sebesar 0,679 atau 67,9%.Dari kedua data
menggunakan koefisien korelasi biserial (rb)
tersebut dapat diketahui pemahaman kon-
dan koefisien determinasi (KD). Dari hasil
sep kelas eksperimen lebih tinggi dibanding
analisis diperoleh koefisien korelasi biserial
kelas kontrol. Selain itu, kelas eksperimen
sebesar 0,548 yang berarti berpengaruh
memiliki harga N-Gain yang lebih besar dari
sedang
konsep
0,7 atau 70% sehingga dapat dikategorikan
siswa. Harga KD yang diperoleh sebesar
dalam peningkatan yang tinggi. Tetapi untuk
30,06% yang berarti media pembelajaran
kelas kontrol harga N-Gainnya kurang dari
Chemscool dan lembar kerja Guided Note
0,7 atau 70% maka dikategorikan dalam
Taking dapat mempengaruhi pemahaman
tahap sedang.
terhadap
pemahaman
konsep siswa pada tingkat sedang.
harga
Belajar
N-Gain
konsep
yang
diperoleh
merupakan
hasil
Setelah dianalisis dengan uji hipo-
utama pendidikan. Hasil analisis uji N-Gain
tesis, kemudian dilakukan uji ketuntasan
membuktikan adanya peningkatan pema-
belajar. Berdasarkan hasil analisis ketun-
haman
tasan belajar yang telah dilakukan kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Belajar
eksperimen memperoleh ketuntasan se-
konsep
besar 90,625% dan kelas kontrol sebesar
belajar untuk memberikan
78,125%. Hasil analisis membuktikan bahwa
terhadap sejumlah stimulus (Dahar, 1996).
kelas
eksperimen
konsep
dapat
siswa
baik
membuat
siswa
di
kelas
sedang
satu respon
sudah
mencapai
Belajar konsep dapat diketahui dengan
karena
presentase
mengukur pada kemampuan kognitif siswa.
ketuntasan belajar klasikal yaitu sebesar
Kemampuan ini diperoleh dari hasil pretest-
ketuntasan
belajar
1324
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1319-1329
posttest yang diberikan. Tingkat pencapaian
antusiasme dalam belajar. Sehingga di-
konsep yang diharapkan dari siswa, ter-
dapatkan
gantung pada kompleksitas dari konsep dan
tersimpan dalam ingatan jangka panjang
tingkat perkembangan kognitif siswa.
mereka. Penggunaan media mampu untuk
Berdasarkan uji peningkatan pemahaman
konsep,
konsep
kedua
peningkatan
rata-rata kelas
pemahaman
meningkat,
pemahaman
konsep
konsep-konsep
baru
yang
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa dalam suasana belajar
tetapi
yang menyenangkan sehingga materi yang
kelas
disampaikan
menjadi
jelas
dan
meng-
eksperimen lebih besar daripada kelas
hilangkan verbalisme (Supardi, et al., 2011).
kontrol. Peningkatan pada kelas eksperimen
Media ini juga mampu merangkul semua
disebabkan karena pembelajaran meng-
tipe belajar siswa secara audio, visual, dan
gunakan media Chemscool dan lembar kerja
kinestetik.
Guided Note Taking sebagai salah satu
Media pembelajaran sebagai salah
strategi pembelajaran untuk meningkatkan
satu komponen pembelajaran perlu dipilih
hasil
penggunaan
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi
pembelajaran turut menentukan
dengan efektif dan efisien. Penggunaan
belajar.
strategi
Ketepatan
pencapain tujuan pembelajaran (Sodikin, et
media
al., 2009). Selain itu, dengan lembar kerja
mengefisienkan
Guided Note Taking siswa diarahkan dan
pelaksanaannya pembelajaran yang seha-
dibimbing dalam belajar sehingga tidak
rusnya dilakukan selama 10 jam pelajaran
terjadi
pemahaman
hanya dapat terlaksana selama 8 jam
konsep mereka. Pengarahan yang ber-
pelajaran. Tetapi dengan 8 jam pelajaran ini
orientasi pada perubahan konsep siswa
media
mampu mengurangi kesalahpahaman siswa
pemahaman konsep siswa. Hal ini sesuai
terhadap konsep ilmiah (Baser, 2006).
dengan
miskonsepsi
dalam
pembelajaran
sudah
tujuan
Chemscool
waktu
karena
mampu
dapat dalam
meningkatkan
penggunaan
mediayaitu
Penggunaan media Chemscool dapat
diharapkan dapat membantu guru mem-
meningkatkan antusiasme dan rasa ingin
percepat atau mempermudah untuk men-
tahu
capai
siswa
dalam
belajar.
Media
ini
digunakan untuk membantu penyampaian
tujuan
pembelajaran
yang
telah
ditetapkan (Arsyad, 2013).
materi yang akan diberikan kepada siswa.
Hasil analisis uji hipotesis dengan
Semuanya sudah terpaket menjadi satu dan
koefisien korelasi biserial dan koefisien
menjadi alat bantu dalam mengisi lembar
determinasi
kerja Guided Note Taking yang diberikan
penggunaan media Chemscool dan lembar
guru. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa
kerja Guided Note Taking dapat mem-
fungsi media adalah sebagai alat bantu
berikan pengaruh pada hasil belajar siswa
dalam kegiatan belajar mengajar (Hamalik,
pada tingkat sedang. Ini terjadi karena
2012).
waktu pembelajaran yang kurang maksimal, Kesan
pertama
melihat
membuktikan
bahwa
media
tetapi setidaknya penggabungan media dan
Chemscool, dapat timbul rasa tertarik dan
lembar kerja mampu meningkatkan pema-
Kartika Prabowowati dan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool ….
1325
haman konsep siswa. Lembar kerja Guided
pembelajaran atau dengan kata lain dapat
Note Taking yang digunakan dapat mem-
membantu
bantu penggunaan media secara efektif dan
materi dengan baik kepada siswa. Guru
efisien. Note Taking merupakan salah satu
memberikan tanggapan yang positif dari
solusi
setiap indikator yang ada dalam angket
yang
efektif
dan
efisen
dalam
pembelajaran (Austin, et al., 2004). Angket
yang
guru
dalam
menyampaikan
media Chemscool maupun lembar kerja
digunakan
dalam
Guided Note Taking.
penelitian ada empat angket untuk siswa,
Angket pembelajaran dalam kelas
yaitu (1) angket pembelajan kelas kontrol,
kontrol, berdasarkan hasil analisis siswa
(2) angket pembelajaran kelas eksperimen,
sebenarnya tertarik dengan pembelajaran
(3) angket media pembelajaran Chemscool,
kimia. Dari data angket tanggapan dapat
dan (4) angket lembar kerja Guided Note
dperoleh hasil bahwa siswa menjadi aktif
Taking, serta dua angket untuk guru, yaitu
dalam pembelajaran dan kegiatan pem-
(1) angket media pembelajaran Chemscool
belajaran yang dilakukan dapat membantu
dan (2) angket lembar kerja Guided Note
untuk memahami masalah terhadap materi
Taking. Angket ini digunakan sesuai dengan
kimia. Pernyatan 1 sampai 13 diperoleh
tujuan pembelajaran yaitu untuk mengetahui
presentase siswa memilih sangat setuju
bagaimana tanggapan siswa dan
guru
sebesar 47%, 6%, 16%, 47%, 44%, 38%,
mengenai pembelajaran yang dilaksanakan
22%, 16%, 44%, 53%, 53%, 31%, dan 16%
dan media yang digunakan.
dengan jumlah rata-rata 33%. Pernyatan 1
Angket
tanggapan
diberikan
sampai 12 diperoleh presentase siswa
kepada dua guru kelas yang mengampu
memilih setuju sebesar 53%, 41%, 72%,
kelas X. Berdasarkan hasil analisis, guru
44%, 47%, 53%, 63%, 53%, 53%, 38%,
memberikan respon yang baik terhadap
41%, 59%, dan 69% dengan jumlah rata-
media pembelajaran dan lembar kerja yang
rata 53%. Sisanya 13% memilih tidak setuju
digunakan.
media
dan 1% memilih sangat tidak setuju. Hasil ini
pembelajaran Chemscool dan lembar kerja
membuktikan penelitian Chambers, et al.,
Guided Note Taking mudah digunakan
(2005) bahwa multimedia mampu mem-
dalam pembelajaran. Materinya runtut dan
berikan pemahaman verbal dan visual siswa
mudah dipahami. Penggunaan media dan
trhadap materi pembelajaran baru. Untuk
lembar
presentase jumlah responden tiap pernya-
Secara
kerja
ini
garis
dapat
guru
besar
mengefektifkan
pembelajaran dan mengefisienkan waktu
taan
dapat
dilihat
pada
Gambar
1.
1326
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1319-1329
Gambar 1. Angket tanggapan siswa kelas kontrol terhadap pembelajaran
Angket pembelajaran dalam kelas eksperimen,
berdasarkan
analisis
presentase siswa memilih setuju sebesar
siswa banyak yang tertarik dengan mata
63%, 63%, 75%, 63%, 63%, 65%, 66%,
pelajaran kimia. Mereka juga menyukai
56%, 66%, 63%, 66%, 56%, dan 69%
media
digunakan.
dengan jumlah rata-rata 64%. Sisanya 14%
Lembar kerja yang diberikan juga mereka
memilih tidak setuju dan 0% memilih sangat
manfaatkan
tidak
pembelajaran
hasil
22%. Pernyatan 1 sampai 12 diperoleh
yang
dengan
baik.
yang
digunakan
Strategi
setuju.
Hasil
ini
membuktikan
dapat
penelitian Chambers, et al., (2005) bahwa
mengoptimalkan kegiatan belajar mereka
multimedia yang digunakan guru dapat
dan
pemahaman
menyediakan
memberikan
just
pembelajaran
mampu
konsep
meningkatkan
mereka.
Siswa
in
pengembangan
time
pada
profesional
anak-anak
peningkatan
dan
tanggapan yang positif dari setiap indikator
menunjukkan
yang ada dalam angket. Pernyatan 1
siswa yang belajar dengan menggabungkan
sampai 13 diperoleh presentase siswa
media dan pembelajaran kooperatif. Untuk
memilih sangat setuju sebesar 38%, 25%,
presentase
3%, 31%, 6%, 9%, 28%, 9%, 28%, 28%,
pernyataan dapat dilihat pada Gambar 2.
jumlah
kemampuan
responden
34%, 34%, dan 9% dengan jumlah rata-rata
Gambar 2. Angket tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap pembelajaran
tiap
Kartika Prabowowati dan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool ….
Hasil
analisis
media
sampai 12 diperoleh presentase siswa
pembelajaran Chemscool, sebagai media
memilih setuju sebesar 59%, 69%, 44%,
baru, siswa juga memberikan tanggapan
72%, 59%, 66%, 50%, 63%, 50%, 66%,
yang positif. Menurut mereka media tersebut
56%, dan 50% dengan jumlah rata-rata
menarik, materinya runtut, mudah diguna-
59%. Sisanya 13% memilih tidak setuju dan
kan, dan sangat membantu meningkatkan
0% memilih sangat tidak setuju. Hal ini
pemahaman
membuktikan
konsep
angket
1327
mereka.
Siswa
penelitian
yang
dilakukan
memberikan tanggapan yang positif dari
Salman, et al,. (2011) bahwa media baru
setiap indikator yang ada dalam angket
atau media alternatif di sisi lain memiliki
media Chemscool. Pernyatan 1 sampai 12
karakteristik yang sangat berbeda dan dapat
diperoleh presentase siswa memilih sangat
digunakan untuk komunikasi dan distribusi
setuju sebesar 25%, 22%, 34%, 16%, 31%,
pesan sehingga tidak terjadi miskonsepsi.
25%, 44%, 28%, 25%, 22%, 41%, dan 28%
Untuk presentase jumlah responden tiap
dengan jumlah rata-rata 28%. Pernyatan 1
pernyataan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Angket tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap media Chemscool
Hasil analisis angket lembar kerja
setuju sebesar 28%, 37%, 42%, 34%, 13%,
Guided Note Taking juga sangat baik. Hal ini
16%, 31%, 37%, 28%, 28%, 19%, dan 28%
terbukti bahwa lembar kerja ini mampu
dengan jumlah rata-rata 28%. Pernyatan 1
membantu
pemahaman
sampai 12 diperoleh presentase siswa
konsep mereka dan mengefektifkan pem-
memilih setuju sebesar 56%, 50%, 53%,
belajaran. Siswa tidak membutuhkan waktu
53%, 81%, 78%, 56%, 56%, 59%, 62%,
yang lama dalam mencatat setiap materi
56%, dan 59% dengan jumlah rata-rata
yang disampaikan guru. Siswa memberikan
60%. Sisanya 12% memilih tidak setuju dan
tanggapan yang positif dari setiap indikator
0% memilih sangat tidak setuju. Hasil
yang ada dalam angket lembar kerja Guided
membuktikan kembali penelitian Boch dan
Note Taking.
12
Piolat (2005) bahwa Note Taking adalah alat
diperoleh presentase siswa memilih sangat
penting dalam transmisi informasi, misalnya
meningkatkan
Pernyatan
1 sampai
1328
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1319-1329
informasi dari buku dan guru yang diberikan
mereka
berhasil
dalam
belajar.
Untuk
kepada siswa, yang membuat pembelajaran
presentase jumlah responden tiap pernyata-
semakin efektif dan menarik sehingga siswa
an dapat dilihat pada Gambar 4.
dapat memahami materi yang bisa membuat
Gambar 4. Angket tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap lembar kerja GNT
DAFTAR PUSTAKA SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan,
maka
dapat
diambil
simpulan sebagai berikut: 1) Pembelajaran dengan media pembelajaran Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sebesar 75,3% dan pengaruhnya sebesar 30,1%, 2) Siswa dan guru memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran, media pembelajaran Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking. Terbukti dengan harga reliabilitas yang tinggi untuk masingmasing angket yang diberikan dan presentase
jumlah
responden
pernyataan angket.
untuk
setiap
Abdullah, S. dan Shariff, A., 2008, The effects of inquiry-based computer simulation with cooperative learning on scientific thinking and conceptual understanding of gas law, Eurasia Journal of Mathematics, Science, dan Technology Education, Vol 4, No 4, Hal: 387-398. Arsyad, A., 2013, Media Pembelajaran, Edisi revisi, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Austin, J.L., Lee, M., dan Carr, J.P., 2004, The effects of Guiged Notes on Undergraduate Students’ Recording at Lecture Content, Journal of Instructional Psychology, Vol 4, No 31, Hal: 314-320. Baser, M., 2006, Effect of Conceptual Changeoriented Instruction on Students’ Understanding of Heat and Temperature Concept, Journal of Maltese Education Research, Vol 1, No 4, Hal: 64-79. Boch, F., dan Piolat, A., 2005, Note Taking and Learning: a summary research, The WAC Journal, No 16, Hal: 101113.
Kartika Prabowowati dan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool …. Chambers, B., Cheung, A., Madden, N. A., Slavin, R. E., dan Gifford, R., 2006, Achievement Effects of Embedded Multimedia in a Succes for All Reading Program, Journal of Educational Psychology, Vol 1, No 98, Hal: 232-237. Dahar, R.W., 1996, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga. Hamalik, O., 2012, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Jacobs, K., 2008, A Comparison of Two Note Taking Methods in a Secondary English Classroom, Proceedings of th the 4 Annual GRASP Symposium, Wichita State University, Hal:119-120. Neef, N.A., McCord, B.E., dan Ferreri, S.J., 2006. Effects of Guided Notes Versus Completed Notes During Lectures on College Students’ Duiz Performance, Journal of Applied Behavior Analysis, Vol 1, No 39, Hal: 123-130. Nizarwati, Hartono, Y., dan Aisyah, N., 2009, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa kelas X SMA, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 2, No 3, Hal: 57-72. Oyedele, V., Rwambiwa, J., dan Mamvuto, A., 2013, Using Educational Media
1329
and Technology in Teaching and Learning Processes: a case of trainee teachers at africa university, Academic Research International, Vol 1, No 4. Pfister, C.C., White, D.L., dan Masingila, J.O., 2006, Using Multimedia Case Studies to Advance Pre-Service Tacher Knowing, International Education Journal, Vol 7, No 7, Hal: 948-956. Salman, A., Ibrahim, F., Abdulloh, M.Y., Mustafa, N., dan Mahbob, M.H., 2011, The Impact of New Media on Traditional Mainstream Mass Media, The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal, Vol 3, No 16, Hal: 2-11. Sodikin, Noersasongko, E., dan Pramudi, T.C.Y., 2009, Jurnal Penyesuaian dengan Modus Pembelajaran untuk Siswa SMK kelas X, Jurnal Teknologi Informasi, Vol 2, No 5, Hal: 740-754. Supardi, Leonard, Suhendri, H., dan Rismudiyati, 2012, Pengaruh Media Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa, Jurnal Formatif, Vol 1, No 2, Hal: 71-81. Suprijono, A., 2012, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
1330
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1330-1339
UJI KRITERIA INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR KIMIA Ana Yustika*, Eko Budi Susatyo dan Murbangun Nuswowati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif untuk mengetahui hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar kimia kelas XI. Uji kriteria tersebut dilaksanakan melalui analisis validitas butir, indeks kesukaran, jenjang soal, efektifitas distractor dan reliabilitas soal Ujian Akhir Semester (UAS) Gasal tahun ajaran 2013/2014 mata pelajaran kimia. Sebagai sekolah sampel digunakan Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Ambarawa dan Madrasah Aliyah (MA) Negeri Suruh. Bentuk soal yang dianalisis adalah pilihan ganda, dengan total soal sebanyak 40 butir. Berdasarkan hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar di salah satu SMA Negeri di Ambarawa, diketahui bahwa sebanyak 27 butir soal tergolong valid dengan jenjang soal C1/pengetahuan sampai dengan C3/aplikasi. Terdapat 3 butir soal sukar, 12 butir soal sedang, dan 25 butir soal mudah. Dari total 160 butir distractor yang digunakan, 89 butir diantaranya tergolong efektif. Instrumen tergolong reliabel karena memiliki koefisien reliabilitas 0,70. Sedangkan untuk hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar di salah satu MA Negeri Suruh, sebanyak 28 butir soal tergolong valid dengan jenjang soal C1/pengetahuan sampai dengan C4/analisis.Terdapat 10 butir soal sedang dan 30 butir soal mudah. Distractor (pengecoh) yang tergolong efektif berjumlah 91 butir. Instrumen tergolong reliabel karena memiliki koefisien reliabilitas 0,81. Kata kunci: instrumen, kriteria, penilaian
ABSTRACT This research was conducted with descriptive method to determine the results of assessment criteria for learning outcomes instrument in chemistry subject of class XI. The test include the analysis of the validity, difficulty index, level of matter, distractor effectiveness and reliability of the odd semester final examination in the academic year 2013/2014 chemistry subjects at a Public Senior High School of Ambarawa and a Public Islamic Senior High School of Suruh. Form of matter that is analyzed is multiple choice, with total 40 items. Based on the test results in Public Senior High School of Ambarawa, it is known that 27 items valid, by about C1/know up to C3/apply level. There are 3 tems was difficult, 12 items medium, and 25 items easy. Of the total 160 existing distractor items, 89 items classified distractor effective. Instruments classified as reliable because it has a reliability coefficient of 0.70. While the test results in Public Islamic Senior High School of Suruh, 28 items were classified as valid items by about C1/know up to C4/analyze level. There are 10 items was medium and 30 items easy. Effective distractor was 91 items. Instruments classified as reliable because it has a reliability coefficient of 0.81. Keywords: assessment, criteria, instrument PENDAHULUAN Ujian Akhir Semester (UAS) meru-
paian kompetensi siswa di akhir pembelajar-
pakan alat evaluasi pendidikan yang diguna-
an. Sebagai alat evaluasi pendidikan, paling
kan guru untuk mengetahui tingkat penca-
tidak UAS memiliki empat fungsi yaitu (1)
Ana Yustika, dkk, Uji Kriteria Instrumen ….
1331
untuk membantu guru dalam mengevaluasi
menyatakan bahwa analisis butir soal atau
siswa; (2) untuk menaksir apakah siswa
analisis item adalah pengkajian pertanyaan-
benar-benar
pembelajaran
pertanyaan tes agar diperoleh perangkat
seperti yang diharapkan; (3) untuk memo-
pertanyaan yang memiliki kualitas yang
tivasi siswa; dan (4) untuk membantu siswa
memadai. Selain itu, analisis butir soal ini
dalam usaha atau karya bidang akademik
digunakan untuk mengamati karakteristik
(Jandaghi dan Fatemeh, 2008). Adapun
khusus dari butir-butir soal dan digunakan
berbagai macam bentuk soal yang dapat
untuk menjamin bahwa pertanyaan yang
digunakan
diberikan
memahami
untuk
menaksir
pengusaan
sesuai
dengan
materi
ujian
materi siswa, diantaranya dengan ujian
(Zaman, et al., 2010).
jawaban bebas (pertanyaan essai panjang,
`
pertanyaan dengan jawaban singkat, perta-
dalam penelitian ini mencakup beberapa
nyaan essai modifikasi), pertanyaan pilihan
hal, diantaranya adalah analisis validitas
ganda, tes individu, dan
tes kelompok.
butir, indeks kesukaran, jenjang soal, efek-
Namun, pada dasarnya tidak ada bentuk
tifitas distractor dan reliabilitas instrumen
soal yang lebih unggul dibandingkan yang
penilaian hasil belajar. Validitas adalah
lain (Khan dan Badr, 2011).
ketepatan
Analisis butir soal yang dilaksanakan
interpretasi
hasil
prosedur
Bentuk soal pilihan ganda meru-
pengukuran (Ratnaningsih, 2011). Validitas
pakan soal yang umum digunakan pada
butir menandai bahwa butir tes dapat
UAS. Sebagaimana yang dinyatakan oleh
menjalankan fungsi dan pengukurannya
Zaman, et al., (2010) bahwa penggunaan
dengan baik. Hal ini diketahui dari seberapa
soal pilihan ganda sebagai alat evaluasi
besar peran yang diberikan oleh butir soal
pendidikan merupakan tren yang umum
tes tersebut dalam mencapai skor seluruh
digunakan di seluruh dunia. Penggunaan tes
tes (Nuswowati, et al., 2010).
pilihan ganda ternyata memiliki banyak keuntungan,
diantaranya
banyak
sekali
Selain valid, tes juga harus tetap apabila digunakan beberapa kali. Karak-
materi yang dapat dicakup (Suharsimi,
teristik
2009) dan sistem skoringnya sangat mudah
reliabilitas (Jandaghi dan Fatemeh, 2008).
serta reliabel. Selain itu, untuk menilai hasil
Ajeg yang dimaksudkan disini bukan berarti
tes pilihan ganda, guru juga bisa meng-
harus sama, tetapi sama dalam kedudukan
gunakan program komputer (Khan dan
siswa di antara anggota kelompok yang lain.
Badr, 2011).
Reliabilitas
Uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar melalui analisis butir soal penting dilaksanakan
untuk
biasanya
sebuah
disebut
instrumen
sebagai
harus
memenuhi minimal 0,70 (Suparji, 2010). Berdasarkan penelitian, disebutkan
baik
bahwa indeks kesukaran merupakan alat
tidaknya butir-butir soal yang diujikan untuk
yang sangat baik digunakan untuk menilai
mengukur
ini
kualitas soal tipe pilihan ganda (Patel dan
didukung oleh Purwati dan Irni (2009) yang
Neeraj, 2013). Indeks kesukaran merupakan
kemampuan
mengetahui
ini
siswa.
Hal
1332
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1330-1339
bilangan yang menunjukkan sukar dan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
mudahnya suatu soal. Soal yang baik
untuk mengetahui hasil uji kriteria instrumen
adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
penilaian hasil belajar di SMA Negeri 1
tidak terlalu sukar. Soal dengan indeks
Ambarawa dan MA Negeri Suruh, yang
kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu
dilaksanakan melalui analisis butir soal Ujian
terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 me-
Akhir
nunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah
semester gasal tahun ajaran 2013/2014.
Sekolah
(UAS)
kimia
kelas
XI
(Suharsimi, 2009). Berkenaan
dengan
analisis
METODE PENELITIAN
me-
ngenai proporsi setiap jenjang pada kedua paket soal UAS, peneliti menggunakan
Penelitian ini dilaksanakan dengan
taksonomi Bloom versi terbaru menurut
metode deskriptif untuk mengetahui hasil uji
Peggy Dettmer. Di dalam taksonomi Bloom
kriteria instrumen penilaian hasil belajar
versi terbaru ini dikenal 8 jenjang (level)
kimia kelas XI. Metode ini dimulai dengan
dalam
tersebut
mengumpulkan data, menganalisis data dan
diantaranya pengetahuan (C1), pemahaman
menginterprestasikannya (Suryana, 2010).
(C2), aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi
Populasi
(C5), dan sintesis (C6), imajinasi (C7) dan
instrumen penilaian hasil belajar kimia kelas
kreasi
XI
ranah kognitif. Jenjang
(C8).
tersebut,
Berdasarkan
dapat
dikatakan
taksonomi bahwa
soal
di
dalam
SMA/MA
Semarang.
penelitian
Negeri
Teknik
ini
di
adalah
Kabupaten
pengambilan
sampel
dengan jenjang C4 sampai C8 merupakan
yang digunakan adalah purposive sampling,
soal-soal berpikir tingkat tinggi. Semakin
yaitu pengambilan sampel sumber data
banyak jenjang soal tingkat tinggi tersebut,
dengan pertimbangan tertentu, berkaitan de-
semakin baik pula kualitas soal.
ngan seseorang yang mempunyai informasi
Dengan dapat
pula
menganalisis ditentukan
butir
baik
soal,
tidaknya
yang diperlukan sehingga memudahkan peneliti
menjelajahi
objek
yang
diteliti
sampel
yang
pengecoh (distractor) yang dibuat oleh guru.
(Arifianti,
Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali
diambil adalah instrumen penilaian hasil
oleh testee berarti bahwa pengecoh itu
belajar kimia kelas XI di SMA Negeri 1
jelek. Suatu
Ambarawa dan MA Negeri Suruh.
distractor
dapat dikatakan
berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes (Suharsimi, 2009:220).
2013).
Adapun
Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode doku-
Rumusan masalah dalam penelitian
mentasi. Data-data yang diambil mencakup
ini adalah bagaimana hasil uji kriteria
lembar kisi-kisi, soal UAS kimia kelas XI
instrumen penilaian hasil belajar di SMA
semester gasal tahun ajaran 2013/2014
Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh,
yang terdiri atas 40 soal tipe pilihan ganda
yang dilaksanakan melalui analisis butir soal
dan lembar jawaban siswa. Lembar jawaban
Ujian Akhir Sekolah (UAS) kimia kelas XI
yang dianalisis dalam uji kriteria instrumen
semester gasal tahun ajaran 2013/2014.
penilaian hasil belajar kimia ini adalah
Ana Yustika, dkk, Uji Kriteria Instrumen ….
1333
lembar jawaban siswa kelas XI IPA 4 SMA
ranah kognitif dalam taksonomi Bloom versi
Negeri 1 Ambarawa dan XI IPA 1 MA Negeri
terbaru.
Suruh.Dengan demikian, materi penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah seluruh materi kimia kelas XI IPA yang diujikan dalam soal UAS di kedua sekolah tersebut. Adapun variabel yang
Hasil uji validitas butir soal UAS mata
diteliti dalam uji kriteria instrumen penilaian
pelajaran kimia di SMA Negeri 1 Ambarawa
hasil belajar iniadalah validitas butir, indeks
menunjukkan bahwa dari 40 butir soal yang
kesukaran, jenjang soal, efektifitas distractor
diujikan, ternyata terdapat 27 butir soal yang
dan reliabilitas instrumen.
valid dan 13 butir soal yang tidak valid. Soal
Data-data
penelitian
yang
sudah
yang tergolong valid, diantaranya adalah
dikumpulkan selanjutnya digunakan untuk
soal-soal dengan nomor 2, 5, 6, 7, 8, 9, 14,
uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar,
15, 16, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 31, 33,
yaitu
soal.
34, 35, 36, 37, 38, 39, 40. Sedangkan soal
Analisis butir soal yang dilaksanakan dalam
yang tidak valid, diantaranya adalah soal-
penelitian ini mencakup beberapa hal, di-
soal dengan nomor 1, 3, 4, 10, 11, 12, 13,
antaranya adalah analisis validitas butir,
17, 19, 21, 26, 29, 30, 32. Adapun hasil uji
indeks kesukaran, jenjang soal, efektifitas
validitas
distractor dan reliabilitas instrument. Analisis
Ambarawa
jenjang
Tabel.1.
dengan
soal
menganalisis
dilaksanakan
butir
berdasarkan
butir
soal
tersebut
di
SMA Negeri 1
dapat
dilihat
pada
Tabel 1. Hasil uji validitas butir soal di salah satu SMA Negeri di Ambarawa No
Hasil Uji
Kriteria
Butir Soal
1
thitung > t tabel
Valid
27
2
thitung < t tabel
Tidak valid
13
Jumlah
40
No Soal 2, 5, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40 1, 3, 4, 10, 11, 12, 17, 19, 21, 26, 29, 30, 32 40
Hasil uji validitas terhadap 40 butir soal
36, 37, 38, 40, sedangkan 12 butir soal
UAS kimia kelas XI tahun ajaran 2013/2014
lainnya yang tidak valid, yakni soal nomor
di MA Negeri Suruh menunjukkan bahwa
2, 4, 9, 13, 15, 18, 20, 21, 24, 27, 30, 39.
28 butir soal yang valid dan 12 lainnya tidak
Adapun hasil uji validitas butir soal di MA
valid. Butir soal yang valid, yaitu soal nomor
Negeri Suruh tersebut dapat dilihat pada
1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 19,
Tabel 2.
22, 23, 25, 26, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35,
1334
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1330-1339 Tabel 2. Hasil uji validitas butir soal di MA Negeri Suruh No
Hasil Uji
Kriteria
Butir Soal
1
thitung > tkritis
Valid
28
2
thitung < tkritis
Tidak valid
12
Jumlah
40
No Soal 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 19, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40 2, 4, 9, 13, 15, 18, 20, 21, 24, 27, 30, 39 40
Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2,
Hasil uji analisis indeks kesukaran
dapat dilihat bahwa jumlah soal yang valid
soal UAS di SMA Negeri 1 Ambarawa
pada kedua sekolah melebihi separuh dari
menunjukkan bahwa dari 40 butir soal yang
total jumlah soal UAS yang diujikan. Dengan
diujikan,
demikian, sebagian besar soal sudah dapat
tergolong mudah, yakni soal nomor 2, 3, 4,
menjalankan fungsi dan pengukurannya
6, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 22, 23, 28,
dengan baik. Hal ini dikarenakan persya-
29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 40.
ratan tes yang paling utama adalah valid
Adapun 12 soal tergolong sedang, yakni
sehingga
untuk
soal nomor 1, 5, 7, 8, 10, 11, 20, 24, 25, 26,
mengukur hasil belajar siswa dengan tepat
27, 39 dan 3 soal lainnya tergolong sukar,
(Nuswowati, et al., 2010). Ketika suatu tes
yakni soal nomor 9,21,35. Sedangkan hasil
tidak memiliki validitas yang baik, ada dua
analisis indeks kesukaran soal UAS di MA
hal yang mungkin akan terjadi, yaitu: (1)
Negeri
siswa tidak dapat menunjukkan kemampuan
berbeda. Terdapat 30 butir soal mudah,
mereka yang sebenarnya dikarenakan tidak
dengan nomor soal 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12,
ada soal yang menguji kemampuan tersebut
13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 26,
dan
27, 28, 29, 30, 31, 32, 35, 37, 38, 40 dan 10
yang
(2)
soal
dapat
adanya tidak
digunakan
pertanyaan-pertanyaan
Suruh
25
butir
menunjukkan
soal
hasil
yang
yang
sehingga
butir soal sedang, dengan nomor soal 2, 4,
menyebabkan siswa tidak dapat menjawab
11, 14, 23, 24, 33, 34, 36, 39. Berdasarkan
dengan benar (Jandaghi dan Fatemeh,
hasil tersebut, terlihat bahwa sebagian
2008). Namun demikian, ternyata validitas
besar soal UAS di kedua sekolah tergolong
butir saja belum bisa digunakan untuk
mudah. Sementara soal yang baik adalah
menentukan
Oleh
soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
lain
terlalu sukar (Suharsimi, 2009). Adapun
seperti analisis indeks kesukaran,jenjang
hasil uji analisis indeks kesukaran butir soal
soal, efektifitas distractor dan reliabilitas
UAS SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA
instrumen.
Negeri Suruh dapat dilihat pada Gambar 1.
karenanya
berhubungan
terdapat
kualitas perlu
suatu
soal.
diadakan analisis
Ana Yustika, dkk, Uji Kriteria Instrumen ….
1335
SMA Negeri 1 Ambarawa
MA Negeri Suluh
Gambar 1. Hasil analisis indeks kesukaran
Hasil analisis proporsi jenjang soal UAS di
jenjang
SMA Negeri 1 Ambarawa menunjukkan
dengan C4/ analisis di dalamnya. Terdapat
bahwa ada 7 butir soal yang termasuk
5 butir soal yang termasuk dalam jenjang
jenjang C1/pengetahuan, yakni soal nomor
C1/pengetahuan, yakni soal nomor 1, 2, 25,
1, 11, 21, 22, 30, 31, 32. Sementara
29, 32. Selain itu, 30 butir soal termasuk
sebagian besar soal, yakni 30 dari 40 butir
dalam jenjang C2/ pengetahuan, yakni soal
soal
ternyata
nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,
termasuk dalam jenjang C2/ pemahaman,
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26,
yakni soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12,
30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 40. Sedangkan
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 24, 26,
untuk jenjang C3/ aplikasi ada 4 butir soal,
28, 29, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40.
yakni soal nomor 4, 28, 38, 39 dan untuk
Adapun 3 soal lainnya yang termasuk
jenjang C4/ analisis hanya ada 1 butir soal,
dalam jenjang C3/ aplikasi adalah soal
yakni soal nomor 27. Adapun hasil analisis
nomor 4, 25, 27.
proporsi jenjang soal UAS SMA Negeri 1
UAS
sekolah
tersebut
Hasil analisis proporsi jenjang soal terhadap 40 butir soal UAS MA Negeri Suruh
menunjukkan
bahwa
soal
C1/pengetahuan
sampai
Ambarawa dan MA Negeri Suruh dapat dilihat pada Gambar 2.
terdapat
SMA Negeri 1 Ambarawa
MA Negeri Suluh
Gambar 2. Hasil analisis proporsi jenjang soal
1336
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1330-1339
Berdasarkan proporsi jenjang soal pada
sedangkan
Gambar 2, terlihat bahwa sebagian besar
dinyatakan tidak efektif. Oleh karena jumlah
soal UAS termasuk dalam jenjang C2. Hasil
keseluruhan testee di kelas XI IPA 4 SMA
analisis tersebut sesuai dengan hasil yang
Negeri 1 Ambarawa ada 40 orang siswa,
memberikan informasi bahwa semua siswa
maka distractor dinyatakan efektif atau
Indonesia
menguasai
dapat menjalankan fungsinya dengan baik
pelajaran sampai level 3 saja. Padahal,
apabila sekurang-kurangnya dipilih oleh 2
jenjang C2 bukan termasuk dalam kategori
orang testee. Distractor efektif apabila
soal
sekurang-kurangnya dipilih oleh 5% dari
ternyata
berpikir
melatihkan
hanya
tingkat
tinggi
keterampilan
dan
berpikir
tidak siswa
(Lissa, et al., 2012). Yang termasuk dalam
71
butir
yang
lainnya
seluruh peserta. Hasil analisis distractorsoal UAS
soal berpikir tingkat tinggi adalah soal-soal
kimia kelas
XI di MA Negeri
Suruh
analisis, sintesis, dan evaluasi. Hal ini
menunjukkan bahwa sebanyak 91 dari 160
berarti bahwa dari seluruh soal UAS kimia
butir distractor termasuk dalam kriteria
kelas XI semester gasal tahun ajaran
efektif, sedangkan 69 butir yang lainnya
2013/2014 di SMA Negeri 1 Ambarawa dan
dinyatakan tidak efektif. Dalam hal ini,
MA Negeri Suruh hanya ada 1 soal saja
testee pada kelas XI IPA 1 MA Negeri
yang termasuk dalam soal berpikir tingkat
Suruh berjumlah 21 orang siswa. Oleh
tinggi, yaitu soal dengan jenjang C4/
karenanya, distractor sudah bisa disebut
analisis.
efektif apabila sekurang-kurangnya dipilih
Hasil analisis distractor soal UAS
oleh 1 orang testee. Adapun hasil uji
kimia kelas XI di SMA Negeri 1 Ambarawa
efektifitas distractor soal UAS SMA Negeri
menunjukkan bahwa 89 dari 160 butir
1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh dapat
distractor termasuk dalam kriteria efektif,
dilihat pada Gambar 3.
SMA Negeri 1 Ambarawa
MA Negeri Suluh
Gambar 3. Hasil uji efektifitas distractor efektifitas
Negeri 1 Ambarawa dan 91 butir distractor
distractor pada Gambar 3, sebanyak 89 butir
soal UAS kimia di MA Negeri Suruh yang
distractor soal UAS kimia kelas XI SMA
termasuk kategori distractor efektif telah
Berdasarkan
hasil
uji
Ana Yustika, dkk, Uji Kriteria Instrumen ….
1337
menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu
sehingga dapat diabaikan; (2) tidak memiliki
dapat mengecoh testee, khususnya yang
waktu luang karena jam mengajarnya penuh
berkemampuan rendah sehingga memilih
sebab menganilis butir soal tes memerlukan
distractor sebagai jawaban yang benar
waktu ekstra cukup banyak; (3) belum
(Widyantoro, et al., 2009).
mengetahui manfaat dari menganalisis butir
telah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang
soal-soal tes, karena soal yang hampir sama
dilaksanakan,
untuk siswa tahun lalu hasilnya bagus tetapi
diperoleh
koefisien
reliabilitas instrumen untuk SMA Negeri 1
untuk
Ambarawa dan MA Negeri Suruh berturut-
memuaskan; (4) tidak mengetahui cara-cara
turut sebesar 0,70 dan 0,81. Ini artinya
menganalisis butir soal-soal tes; dan (5)
bahwa paket soal UAS tersebut reliabel,
menganggap
karena
tes
dianalisis dan digunakan kembali untuk tes
koefisien
tidak bermanfaat, karena sudah menjadi
Dengan
kebiasaan bahwa soal tes dibagikan kepada
demikian, kapanpun soal UAS SMA Negeri
siswa dan siswa belajar dari soal tersebut
1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh tersebut
(Widodo, 2010).
menurut
dikatakan reliabilitasnya
Suparji
reliabel lebih
(2010),
jika dari
0,70.
digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama (Djanuarsih, 2012).
siswa
tahun
bahwa
sekarang
soal
yang
kurang
telah
Angket tingkat keterbacaan soal yang diisi oleh seluruh siswa kelas XI IPA 4 SMA
Uji kriteria instrumen penilaian hasil
Negeri 1 Ambarawa dan kelas XI IPA 1 MA
belajar kimia yang dilaksanakan di SMA
Negeri Suruh memberikan hasil yang baik.
Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh
Dalam hal ini, tingkat keterbacaan soal UAS
ini didukung pula dengan adanya 2 macam
di kedua sekolah tergolong bagus, karena
data angket, yaitu data angket respon guru
bahasa yang digunakan jelas dan mudah
terhadap prinsip penilaian hasil belajar
dipahami. Akan tetapi, penggunaan bentuk
siswa
soal.
negatif (seperti kecuali dan bukan) pada
untuk
kedua paket soal UAS sama-sama tidak
mengetahui adakah pengaruh respon guru
ditandai dengan cetak miring. Sebagaimana
dan tingkat keterbacaan soal terkait hasil uji
yang disampaikan oleh Suharsimi (2009),
kriteria instrumen penilaian hasil belajar
salah satu kriteria soal bentuk pilihan ganda
yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil
yang baik adalah penggunaan tanda cetak
analisis, ternyata dalam pembuatan soal
miring pada bentuk-bentuk negatif tersebut
UAS, guru pengampu mata pelajaran kimia
sehingga
kelas XI IPA 4 SMA di Negeri 1 Ambarawa
Berdasarkan
dan kelas XI IPA 1 di MA Negeri Suruh tidak
dikatakan bahwa tingkat keterbacaan soal
melakukan uji coba soal, analisis butir soal,
tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil
ataupun perhitungan reliabilitas instrumen
analisis butir soal yang dilaksanakan.
dan
Pengadaan
angket angket
keterbacaan ini
bertujuan
tes. Guru enggan melaksanakan analisis butir soal tes karena: (1) tidak ada tuntutan
tidak
membingungkan
hal-hal
tersebut,
siswa. dapat
1338
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1330-1339 SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
uji
kriteria
instrumen penilaian hasil belajar di SMA Negeri
1
Ambarawa,
diketahui
bahwa
sebanyak 27 butir soal tergolong valid dengan
jenjang
soal
C1/
pengetahuan
sampai dengan C3/ aplikasi. Dari total 160 butir distractor yang digunakan, 89 butir diantaranya
tergolong
efektif.
Instrumen
tergolong reliabel karena memiliki koefisien reliabilitas 0,70. Sedangkan untuk hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar di MA Negeri Suruh, sebanyak 28 butir soal tergolong valid dengan jenjang soal C1/ pengetahuan sampai dengan C4/ analisis. Distractor yang tergolong efektif berjumlah 91 butir. Instrumen tergolong reliabel karena memiliki koefisien reliabilitas 0,81.
DAFTAR PUSTAKA
Arifianti, R., 2013, Analisis Kualitas Produk Sepatu Tomkins, Jurnal Dinamika Manajemen, Vol 1, no 4, Hal:46-58. Djanuarsih, E., 2012, Validitas dan Reliabilitas Butir Soal, Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Vol 1, No 1, Hal: 1-12. Jandaghi, G. dan Fatemeh, S., 2008, Rate of Validity, Reliability, and Difficulty Indices for Teacher-Designed Exam Questions in First Year High School, International Journal of Human Sciences, Vol 2, No 5, Hal:1-6. Khan,
M.U.Z. dan Badr, M.A., 2011, Evaluation of Modified Essay Questions and Multiple Choice Questions as a Tool For Assessing the Cognitive Skills of Undergraduate Medical Students, International Journal of Health Sciences, Qassim University, Vol 1, No 5, Hal:39-43.
Lissa, Andreas, P.B.P., dan Dyah, R.I., 2012, Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Materi Sistem Respirasi dan Ekskresi, Jurnal Ilmu Kependidikan, Vol 1, No 41, Hal:2732. Nuswowati, M., Binadja, A., Soeprodjo, dan Khida, E.N.I., 2010, Pengaruh Validitas dan Reliabilitas Butir Soal Ulangan Akhir Semester Bidang Studi Kimia terhadap Pencapaian Kompetensi, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 1, No 4, Hal:566-573. Patel, K.A. dan Neeraj, R. M., 2013, Itemized Analysis of Questions of Mulptiple Choice Question (MCQ) Exam, International Journal of Scientific Research, Vol 2, No 2, Hal:279-280. Purwati, A. dan Irni, W., 2009, Studi Kualitas Soal Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional Mata Pelajaran Matematika Provinsi DKI Jakarta wilayah Jakarta Timur tahun pelajaran 2007/2008, Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan, Vol 2, No 2, Hal:128-136. Ratnaningsih, D.J., 2011, Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Ujian Akhir Semester Mahasiswa di Universitas Terbuka dengan Pendekatan Teori Tes Klasik, Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol 2, No 12, Hal:92-99. Suharsimi, A., 2009, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi revisi, cetakan 9, Jakarta: Bumi Aksara. Suparji, 2010, Kualitas Butir Soal Buatan Guru-Guru SMP Mata Pelajaran Matematika dan IPA di Kabupaten Sumenep, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol 1, No 11, Hal:48-52. Suryana, 2010, Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Widodo, 2010, Analisis Butir Soal Tes, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol 9, No 14, Hal:58-67. Widyantoro, D., Boenasir, dan Karsono, 2009, Pengembangan Soal Tes Pilihan Ganda Kompetensi Sistem
Ana Yustika, dkk, Uji Kriteria Instrumen …. Starter dan Pengisian Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Kelas XII, Jurnal PTM, Vol 1, No 9, Hal:14-21. Zaman, A., Asaf, N., Fayyaz, A. F., Muhammad, A. D., dan Alamgir, 2010,
1339 Analysis of Multiple Choice Items and the Effect of Items’ Sequencing on Difficulty Level in the Test of Mathematics, European Journal of Social Sciences, Vol 1, No 17, Hal:6167.
1340
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1340-1350
EFEKTIVITAS MODEL INKUIRI BERBANTUAN MODUL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS Dwi Septiani*, Woro Sumarni dan Saptorini Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa menuntut guru untuk mengurangi dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa secara optimal dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, seperti keterampilan generik sains. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model Inquiry Based Learning (IBL) berbantuan Modul terhadap peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa pada salah satu SMA Negeri di Ngawen pada materi larutan penyangga dan hidrolisis garam. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA sekolah tersebut tahun pelajaran 2012/2013. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest and posttest group design. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai posttest pemahaman konsep siswa kelas eksperimen sebesar 84,00 dan kelas kontrol sebesar 77,52. Pada kelas eksperimen diperoleh ketuntasan klasikal 97% dan kelas kontrol 83%. Hasil observasi pada praktikum pertama dan kedua diperoleh ratarata nilai keterampilan generik sains siswa kelas eksperimen adalah 83,43 dan 93,51 sedangkan kelas kontrol adalah 81,41 dan 91,59. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model IBL berbantuan modul terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa. Kata Kunci: keterampilan generik sains, model inkuiri berbantuan modul
ABSTRACT Student-centered learning paradigm requires teachers to reduce the dominance of the teacher in the learning activities so students can optimally develop their potentials, such as generic science skills. This study aims to determine the effectiveness of the application of the Inquiry Based Learning (IBL) assisted module to an improved concepts understanding and generic skills of students of senior high school in Ngawen in the buffer material and salt hydrolysis. The population was all students in class XI IPA of that senior high school in 2012/2013 academic year. The research design is a pretest and posttest group design. Sampling technique used is cluster random sampling, derived class XI IPA 1 as experimental class and class XI IPA 2 as the control class. The results showed that the average posttest’s score of concept understanding of experimental class 84,00 and control class 77.52. In the experimental class obtained the clasical completeness 97% and control class 83%. The result of first and second lab observation obtained the average score of generic science skill at the experimantal class were 83,43 and 93,51 while the control class were 81.41 and 91.59. Based on the results of this study, it can be concluded that implementation of the IBL model through module was effective in improving the understanding of science concepts and generic skills of students. Keywords: generic science skills, inquiry guided module
1341
Dwi Septiani, dkk, Efektivitas Model Inkuiri Berbantuan…. PENDAHULUAN
dan
pemahaman
pemahaman
ide-ide
tentang
ilmiah
bagaimana
serta ilmuan
Salah satu tujuan pembelajaran kimia
mempelajari alam. Menurut Spencer dan
di tingkat SMA adalah agar siswa me-
Walker, (2012). Model pembelajaran IBL
nguasai konsep-konsep dalam ilmu kimia
mendorong dan meningkatkan keingintahu-
dengan benar. Konsep yang kompleks dan
an dan motivasi belajar siswa. Pembelajaran
abstrak dalam ilmu kimia menjadikan siswa
IBL membantu siswa untuk mengembang-
beranggapan
kimia
kan pemahaman ilmu pengetahuan yang
merupakan pelajaran yang sulit (Marsita, et
lebih dalam dan menciptakan penemuan
al., 2010). Cakir, (2008) mengungkapkan
ilmiah baru.
bahwa
pelajaran
bahwa konsep itu merupakan paket makna,
Model pembelajaran inkuiri merupa-
mereka menangkap keteraturan, pola, atau
kan suatu rangkaian kegiatan belajar yang
hubungan antara obyek-obyek, peristiwa,
melibatkan
secara
dan konsep lainnya. Penguasaan konsep
kemampuan
siswa
oleh individu dengan benar adalah sangat
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
penting, karena konsep yang satu berkaitan
dan
dengan konsep yang lain. Individu hanya
merumuskan sendiri penemuannya dengan
dapat memahami suatu konsep dengan
penuh percaya diri (Suyanti, 2010). Kegiatan
benar
menemukan ini dapat dilakukan melalui
jika
konsep
yang
mendasari
sebelumnya telah dikuasai dengan benar pula (Fajaroh, 1998). Proses
analitis
maksimal untuk
sehingga
seluruh
mencari
mereka
dan
dapat
kegiatan praktik. Kenyataan di lapangan menunjukkan
pembelajaran
akan
lebih
bahwa
sejumah
kegiatan
praktikum
bermakna dan informasi yang didapatkan
mencerminkan kegiatan inkuiri. Hal ini di-
akan bertahan lebih lama, jika ada kaitan
karenakan alat bantu petunjuk percobaan
antara konsepsi awal siswa dengan konsep
atau LKS yang digunakan hanya bersifat
baru yang sedang dipelajari. Ini sesuai
verifikatif saja, yakni membuktikan konsep
dengan pandangan konstruktivisme dari
atau prinsip yang telah dibahas sebelumnya
Piaget,
bahwa
dalam pembelajaran di kelas. Praktikum
keberhasilan belajar tidak hanya bergantung
yang bersifat verifikatif ini tidak banyak
pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi
membantu mengembangkan keterampilan
juga pengetahuan awal siswa.
berpikir pada siswa, karena guru yang lebih
yang
Salah
mengungkapkan
satu
strategi
pembelajaran
dominan dalam pembelajaran sedangkan
yang menggunakan pandangan konstruk-
siswa tinggal menerima pengetahuan dari
tivisme adalah strategi pembelajaran inkuiri.
gurunya. Oleh karena itu perlu digunakan
Unver dan Arabacioglu, (2011) mengung-
suatu bahan ajar yang dapat membantu
kapkan bahwa yang dimaksud dengan IBL
mengembangkan
atau pembelajaran berbasis Inkuiri adalah
siswa, misalnya yaitu modul. Pembelajaran
pembelajaran yang mengacu pada kegiatan
menggunakan
siswa yang mengembangkan pengetahuan
dapat belajar secara individual dalam arti
keterampilan
modul
menjadikan
berpikir
siswa
1342
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1340-1350
mereka dapat menyesuaikan kecepatan
penelitian yang digunakan adalah pretest
belajarnya sesuai dengan kemampuannya
and
masing-masing. Selain itu, dengan modul
eksperimen maupun kelas kontrol diberikan
siswa dapat mengukur tingkat penguasaan
tes
mereka terhadap materi yang diberikan
sesudah diterapkan model pembelajaran.
(Hartono dan Aisyah, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
Praktikum
yang
bersifat
bersifat
posttest
group
pemahaman
desain.
konsep
Kelas
sebelum
dan
kelas XI IPA SMA tersebut pada tahun
verifikatif tidak banyak membantu mengem-
pelajaran 2012/2013.
bangkan keterampilan berpikir pada siswa,
bagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2
karena guru yang lebih dominan dalam
sebagai kelas kontrol yang diambil dengan
pembelajaran
tinggal
teknik cluster random sampling dengan
gurunya.
pertimbangan hasil uji normalitas dan uji
Dominannya guru dalam proses belajar
homogenitas terhadap nilai ulangan akhir
mengajar juga akan berakibat pada potensi-
semester
potensi yang dimiliki siswa seperti keteram-
keduanya homogen.
menerima
sedangkan
siswa
pengetahuan
dari
pilan dasar (generik) siswa tidak berkembang secara optimal. Berdasarkan rumusan
masalah
ganjil
Kelas XI IPA 1 se-
yang
diperoleh
bahwa
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. Variasi model
pemaparan
atas,
penelitian
dan media pembelajaran meliputi: model
ini
pembeljaran inkuiri berbantuan modul untuk
adalah apakah penerapan model Inquiry
kelas eksperimen, dan model pembelajaran
Based Learning (IBL)
berbantuan modul
konvensional untuk kelas kontrol. Variabel
meningkatkan pemahaman
terikat dalam penelitian ini adalah pema-
konsep dan keterampilan generik sains
haman konsep dan keterampilan generik
siswa pada materi larutan penyangga dan
sains siswa kelas XI IPA pada salah satu
hidrolisis garam? Sedangkan tujuan dari
SMA
penelitian ini adalah untuk mengetahui
pelajaran 2012/2013.
efektif dalam
dalam
di
Negeri
di
Ngawen
pada
tahun
keefektivan penerapan model Inquiry Based
Metode pengumpulan data dilakukan
Learning (IBL) berbantuan modul terhadap
dengan metode tes, metode observasi,
peningkatan
metode
pemahaman
konsep
dan
dokumentasi
dan
angket
atau
keterampilan generik sains siswa pada
kuesioner. Metode tes digunakan untuk
materi larutan penyangga dan hidrolisis
mengetahui
garam
konsep
kimia
kemampuan siswa,
pemahaman
lembar
observasi
digunakan untuk mengetahui keterampilan METODE PENELITIAN
generik sains siswa, dan angket digunakan untuk mengetahui seberapa besar keter-
Penelitian ini dilaksanakan di salah
tarikan siswa terhadap model pembelajaran
satu SMA Negeri di Ngawen Kabupaten
yang
Blora
pemahaman
(buffer)
pada dan
materi
larutan
hidrolisis
penyangga
garam.
Desain
diterapkan.
Data
konsep
penelitian
dianalisis
tes
secara
statistik parametrik dihitung dengan uji t,
1343
Dwi Septiani, dkk, Efektivitas Model Inkuiri Berbantuan…. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengaruh antar variabel beserta indeks determinasinya tidaknya
untuk
pengaruh
mengetahui penerapan
ada Pengaruh Model IBL terhadap Pemaham-
model
an Konsep dan Peningkatannya
pembelajaran yang diberikan peneliti. Uji
Pencapaian rata-rata posttest dan
normalized gain terhadap hasil pretest dan
harga N-gain hasil pemahaman konsep
posttest pemahaman konsep siswa dihitung untuk
mengetahui
peningkatan
kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah
setelah
diberi perlakuan yang berbeda ditunjukkan
diberi perlakuan yang berbeda sedangkan
pada Gambar 1.
keterampilan generik sains, hasil belajar
Kelas eksperimen yang
diberi model IBL berbantuan modul memiliki
psikomotor, dan hasil angket tanggapan
rata- rata posttest yang lebih baik dari pada
siswa dianalisis secara deskriptif.
kelas
kontrol
yang
diberi
model
konvensional.
Tabel 1. Nilai pretest dan posttest pemahaman konsep Nilai Terendah Kontrol Eksperimen Pretest 28 32 Posttest 68 68
Nilai Tertinggi Kontrol Eksperimen 60 64 92 96
Kontrol 46,62 77,52
Rata-rata Eksperimen 47,33 84
Pembelajaran kimia berbasis prakti-
pemahaman konsep kelas eksperimen lebih
kum berorientasi proyek di kelas eksperimen
baik daripada kelas kontrol,sehingga dapat
1 dapat meningkatkan pemahaman konsep
disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar
kimia siswa, hal ini dapat dilihat dari hasi uji
kognitif siswa yang diberi pembelajaran
t (uji perbedaan dua rata-rata satu pihak
dengan model IBL berbantuan modul lebih
kanan) antara kelas eksperimen dan kelas
baik daripada siswa yang diberi pem-
kontrol. Hasil uji t menghasilkan thitung
belajaran dengan model konvensional.
sebesar 4,24 dengan tkritis sebesar 2,00. Karena thitung lebih besar daripada tkritis, maka
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
84
77,52
0,70 0,58
46,62 47,33 Kontrol Eksperimen
Pretest
Postest
N-gain
Nilai
Gambar 1. Grafik rata-rata posttest dan n-gain hasil belajar kognitif
1344
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1340-1350
Berdasarkan Gambar 1 dapat di-
Praptiwi, (2012) yang menyatakan bahwa
ketahui nilai rerata hasil pretest kelas
penerapan model pembelajaran inkuiri ter-
eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh
bimbing berbantuan My Own Dictionary
berbeda, dimana nilai rerata masing-masing
pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas
kelas berturut-turut adalah 47,33 dan 46,62.
kontrol dengan metode eksperimen reguler.
Sedangkan
dapat
Hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan nilai
diketahui bahwa nilai rerata posttest kelas
rata-rata kelas eksperimen yaitu 84 dengan
eksperimen lebih tinggi daripada kelas
= 0,72 yang termasuk kriteria tinggi,
kontrol.
kelas
sedangkan pada kelas kontrol dengan nilai
rata-rata 81 dan = 0,66 yang termasuk
dari
hasil
Dimana
eksperimen
posttest
nilai
adalah
rerata
84,00dengan
sebesar 0,70 (sedang) dan nilai rerata kelas
kriteria sedang.
kontrol adalah 77,52 dengan sebesar
Berdasarkan hasil pemahaman kon-
0,58 (sedang). Jadi, setelah penerapan
sep siswa yang telah dikemukakan di atas,
model
kedua kelas sampel mengalami peningkatan
IBL
peningkatan signifikan
berbantuan
modul
pemahaman
konsep
pada
eksperimen
yang
pemahaman
konsep.
Hasil
peningkatan
dan
pemahaman konsep kelas eksperimen lebih
kontrol. Akan tetapi ketuntasan klasikal yang
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini
ditetapkan sebesar 85% belum terpenuhi
ditunjukkan dari kriteria nilai kelas
oleh kelas kontrol yang hanya memperoleh
kontrol sebesar 0,58 (tergolong sedang),
83%. Kelas kontrol belum memenuhi kriteria
sementara kelas eksperimen sebesar 0,70
ketuntasan klasikal karena pembelajaran
hampir mendekati tinggi. Tingginya nilai
yang
penguasaan
pada kelas eksperimen karena pembe-
konsep saja dan mengacu pada buku yang
lajaran berbasis IBL dapat mempercepat
digunakan. Hal ini menyebabkan siswa tidak
proses ingatan dikarenakan pengetahuan
dapat mengembangkan kemampuan ber-
yang diperoleh melalui proses penyelidikan
inkuiri, yakni mencari dan menemukan
akan lebih mudah diingat.
dilakukan
kelas
terjadi
cenderung
pengetahuan sendiri. Hal ini membuat siswa akan lebih mudah lupa atas pengetahuan
Pengaruh Model IBL terhadap Keteram-
yang telah dipelajarinya. Pada kegiatan
pilan Generik Sains Siswa
praktikum, kegiatan siswa terfokus untuk
Keterampilan
siswa
diamati
yang
kegiatan
laboratorium dengan menggunakan lembar
menemukan
observasi. Penilaian ini dilaksanakan ketika
mengumpulkan
terfokus data
pada untuk
kegiatan
sains
memverifikasi informasi. Kegiatan praktikum tidak
dalam
generik
siswa
guru sehingga pembelajaran menjadi kurang
bufffer dan bukan buffer serta penyelidikan
bermakna bagi siswa.
beberapa jenis garam dalam air.
siswa
sesuai
dengan
hasil
penelitian
praktikum
di
konsep dengan bimbingan dan petunjuk
Peningkatan pemahaman konsep
melaksanakan
praktikum
analisis
Hasil
analisis deskriptif terhadap rata-rata kedua
1345
Dwi Septiani, dkk, Efektivitas Model Inkuiri Berbantuan…. kelas pada praktikum pertama dan kedua
Rata-rata nilai kelas eksperimen adalah
menunjukkan adanya peningkatan.
93,51 dan rata-rata nilai kelas kontrol adalah
Pada praktikum yang pertama, rata-
91,59.
rata nilai KGS kedua kelas termasuk dalam kategori
“tinggi”.
Nilai
rata-rata
Analisis
kelas
deskriptif
dari
aspek
pengamatan tak langsung, kesadaran akan
eksperimen adalah 83,43, sementara rata-
skala
rata nilai kelas kontrol adalah 81,41. Pada
inferensi logika pada praktikum pertama dan
praktikum,
kedua memberikan rata-rata yang berbeda.
kedua
peningkatan
yakni
kelas nilai
menunjukkan rata-rata
KGS
besaran,
bahasa
simbolik,
dan
Nilai rerata aspek pengamatan tak langsung
keduanya mencapai kategori “sangat tinggi”.
disajikan pada Gambar 2.
4 3,41
3,5
3,24 3,1
3 3
Pra ktikum 1
2,5
Pra ktikum 2 2 1,5
1 Eksperimen
Kontrol
Pengamatan tak langsung
Gambar 2. Nilai rerata aspek pengamatan tak langsung
Pada praktikum pertama, nilai rerata
praktikum. Oleh karena itu, pada saat
aspek pengamatan tak langsung kelas
melakukan praktikum siswa sudah paham
ekperimen dan kelas kontrol tidak jauh
tentang konsep tersebut serta dapat mem-
berbeda. Pada praktikum yang kedua nilai
prediksikan bagaimana hasilnya. Dengan
rata-rata aspek pengamatan tak langsung
pendekatan
menunjukkan adanya peningkatan. Nilai
kesempatan untuk mencari dan menemukan
rata-rata aspek pengamatan tak langsung
keteraturan
kelas
dengan
eksperimen
meningkat
dari
3,00
kontruktivisme
hal-hal
yang
pengamatan
dan
siswa
diberi
berhubungan pengalaman
(“tinggi”) menjadi 3,41 (“sangat tinggi”),
sendiri, sehingga memberikan kebermakna-
sedangkan kelas kontrol mengalami pe-
an terhadap konsep yang dipelajari.
ningkatan dari 3,10 (“tinggi”) menjadi 3,24
Nilai rerata aspek kesadaran akan
(“tinggi”). Kelas ekspeimen menunjukkan
skala
adanya peningkatan yang sukup signfikan,
Berdasarkan Gambar 3,
hal
kelas
pada praktikum pertama rerata nilai aspek
eksperimen telah mempelajari sendiri materi
kesadaran akan skala besaran pada kedua
terlebih
kelas juga tidak jauh berbeda, yaitu 3,40
ini
dikarenakan siswa pada
dahulu
sebelum
melakukan
disajikan
pada
Gambar
3.
diperoleh bahwa
1346
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1340-1350
dan 3,41. Pada praktikum kedua, kelas
rancangan sendiri mengakibatkan siswa
eksperimen
pe-
lebih teliti atau sadar akan skala besaran
ningkatan, dimana nilai rata-rata aspek
dalam melakukan pengukuran. Berbeda
kesadaran akan skala naik menjadi 3,53
dengan kelas kontrol yang dalam melakukan
termasuk kategori “sangat tinggi”. Namun
praktikum semuanya telah dipersiapkan oleh
pada
mengalami
guru, hal ini membuat siswa malas untuk
penurunan, dimana nilai rata-rata aspek
mencari informasi terkait kegiatan praktikum
kesadaran akan skalanya menjadi 3,35
yang
yakni
kelas
menunjukkan
kontrol
termasuk
adanya
justru
dalam
kategori
“tinggi.
akan
dengan
akan
praktikum
terjadi
siswa
baik,
dan
dengan
model
digunakan untuk bertanya kepada gurunya.
pembelajaran yang diberikan, siswa dilatih
Dengan keterbatasan waktu, mengakibatkan
untuk
sendiri,
siswa tergesa-gesa untuk menyelesaikan
sehingga dengan kegiatan praktikum yang
kegiatan praktikum, sehingga siswa kurang
merupakan
teliti dalam melakukan pengukuran.
merancang
praktikum
implementasi
dari
hasil
4
3,53 3,4
3,5
3,41
siswa
melakukan
kelas
dikarenakan
waktu
ketika
pada
eksperimen
yang
Akibatnya
kurang dapat memahami kegiatan praktikum
Peningkatan nilai rata-rata aspek kesadaran skala
dilakukan.
lebih
banyak
3,35
3 Pra ktikum 1
2,5
Pra ktikum 2 2 1,5
1 Eksperimen
Kontrol
Kesadaran akan skala
Gambar 3. Nilai rerata aspek kesadaran akan skala
Nilai
rata-rata
aspek
bahasa
4,0 yang keduanya termasuk dalam kategori
simbolik kedua kelas disajikan pada Gambar
“sangat
tinggi”.
4. Nilai rata-rata aspek bahasa simbolik
simbolik
siswa
kedua
berkembang
kelas
pada
praktikum
pertama
Keterampilan kelas
dengan
baik
kontrol
bahasa lebih
dibandingkan
termasuk dalam kategori “sangat tinggi”,
dengan kelas eksperimen. Hal ini dikarena-
yaitu 3,79 dan 3,53. Gambar 3 menunjukkan
kan kelas eksperimen lebih terpusatkan
bahwa kedua kelas sama-sama mengalami
pada kegiatan praktikum, sedangkan kelas
peningkatan nilai rata-rata aspek bahasa
kontrol lebih teliti dalam menuliskan bahasa-
simbolik. Kelas kontrol mempunyai nilai rata-
bahasa simbolik karena dalam melakukan
rata
kelas
kegiatan praktikum semuanya dipersiapkan
eksperimen, yakni masing-masing 3,9 dan
oleh gurunya. Siswa pada kelas kontrol
sedikit
lebih
besar
dari
1347
Dwi Septiani, dkk, Efektivitas Model Inkuiri Berbantuan…. pada setiap pertemuan telah memperoleh
analisis deskriptif tersebut menunjukkan
penjelasan dari guru dalam mengidentifikasi
bahwa siswa telah mempunyai keterampilan
besaran-besaran yang diselidiki dan bagai-
generik bahasa simbolik yang sangat baik.
mana
yaitu
Siswa telah mampu memaknai arti fisis dari
mengidentifikasi rumus mencari konsentrasi
simbol-simbol kimia dengan baik (Sudarmin,
hubungannya,
misalnya
+
ion H , sehinggta secara
umum 4
hasil
3,79
2012). 4
3,9 3,53
3,5 3 Pra ktikum 1
2,5
Pra ktikum 2 2 1,5 1
Eksperim en
Kontrol
Bahasa simbolik
Gambar 4. Nilai rerata aspek bahasa simbolik
Nilai rerata aspek inferensi logika
siswa mencari dan menemukan pengetahu-
disajikan pada Gambar 5. Pada praktikum
annya sendiri. Dengan demikian, pada saat
pertama kedua kelas memiliki nilai rata-rata
melakukan kegiatan praktikum, siswa telah
aspek inferensi logika yang tidak jauh
mengetahui konsep-konsep yang berkaitan
berbeda, nilai keduanya termasuk kategori
dengan apa yang dipraktikkan dan dapat
“tinggi” yaitu 3,13 dan 3,00. Pada praktikum
memprediksikan
yang kedua, secara umum kedua kelas
menyimpulkan
menunjukkan
ke-
mengkaitkan konsep yang telah dipelajari
terampilan generik inferensi logika, kedua
sebelumnya. Pada kelas kontrol, siswa
kelas memiliki nilai rata-rata yang termasuk
mendapatkan pengetahuan dari gurunya,
kategori “sangat tinggi” masing masing yaitu
sehingga
4,00 dan 3,93. Hasil temuan ini tidak sesuai
terampilan inferensi logika dengan cukup
dengan Sudarmin, (2007) yang menyatakan
baik. Hal ini dikarenakan pada praktikum
bahwa keterampilan generik inferensi logika
pertama siswa belum begitu memahami
termasuk
Pada
kegiatan praktikum dengan baik, namun
praktikum pertama maupun kedua, nilai
setelah diberikan arahan dari guru siswa
rata-rata
menjadi
adanya
sulit
KGS
peningkatan
dikembangkan.
inferensi
logika
kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, karena pada kelas eksperimen
hasilnya. hasil
mampu
lebih
Siswa
praktikum
dapat dengan
mengembangkan
mempersiapkan
praktikum yang kedua.
ke-
kegiatan
1348
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1340-1350 4
3,93
4 3,5
3,13
3
3 Pra ktikum 1
2,5
Pra ktikum 2 2 1,5 1 Eksperim en
Kontrol
Inf erensi logika
Gambar 5. Nilai rerata aspek inferensi logika
Hasil Belajar Psikomotorik Penilaian aspek psikomotorik siswa
rata-rata kelas kontrol adalah 78,06 dan
diperoleh dari hasil observasi terhadap
termasuk dalam kategori “tinggi”. Praktikum
siswa saat praktikum. Ada empat aspek
kedua dengan
psikomotorik
menghasilkan rata-rata nilai psikomotorik
yang
diobservasi
dengan
hidrolisis
kedua
eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.
“sangat tinggi” yaitu 90,54 pada kelas
Praktikum
analisis
eksperimen dan 85,47 pada kelas kontrol.
Analisis
Hasil rata-rata nilai psikomotorik tiap aspek
buffer
dan
bukan
melakukan buffer.
termasuk
eksperimen
dan
dalam
garam,
jumlah aspek yang diobservasi yakni kelas
pertama
kelas
materi
kontrol
kategori
menghasilkan rata-rata nilai psikomotorik
kelas
pada
kelas eksperimen termasuk dalam kategori
praktikum pertama dan kedua ditampilkan
“sangat tinggi” yaitu 84,63, sedangkan nilai
pada Gambar 6 dan 7.
Gambar 6. Penilaian psikomotorik kelas eksperimen dan kontrol pada praktikum pertama
1349
Dwi Septiani, dkk, Efektivitas Model Inkuiri Berbantuan….
Gambar 7. Penilaian psikomotorik kelas eksperimen dan kontrol pada praktikum kedua
Kegiatan
dengan
kran yang mengalir melainkan dengan air
praktikum pada kelas eksperimen dapat
yang ada dalam satu wadah dan digunakan
menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan
berkali-kali ketika melaksanakan praktikum
dan kemampuan berinkuiri pada siswa.
di laboratorium, hal ini sudah menjadi
Hasil
kebia-saan yang perlu diperhatikan; (4)
yang
pembelajaran
diperoleh
saat
praktikum
tersebut dikaitkan dengan teori yang ada
siswa
dan informasi-informasi yang telah mereka
berpendapat
bangun sebelumnya. Kegiatan praktikum
bersikap
pada kelas kontrol merupakan penerapan
sebelumnya
teori
penyesuaian terhadap model pembelajaran
yang
telah
mereka
pelajari
sebelumnya dan telah dijelaskan oleh guru
kurang
terbiasa
bertanya
karena
pasif
siswa
dalam dan
atau
terbiasa
pembelajaran
belum
adanya
yang baru diterapkan.
dalam pembelajaran di kelas. Kegiatan
Berdasarkan penelitian yang telah
pembe-lajaran ini dapat membuat siswa
dilakukan, selain kendala-kendala yang
lebih
dihadapi
termotivasi
dan
antusias
untuk
mengikuti pembelajaran.
tersebut
terdapat
beberapa
kelebihan yaitu: (1) pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student centered); (2)
Kendala dan Kelebihan
meningkatkan pemahaman konsep secara
Pelaksanaan penelitian ini tidak
mendalam karena siswa membangun ide-
luput dari kendala-kendala yang dihadapi di
ide secara mandiri sesuai permasalahan
lapangan.
yang
Adapun
kendala-kendala
ada
melalui
studi
pustaka;
(3)
tersebut yaitu: (1) siswa kurang mem-
mendorong siswa berpikir dan merumuskan
perhatikan
dalam
hipotesis sendiri; (4) mendorong siswa
pengisian data pengamatan sehingga pada
untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya
waktu akan melakukan pengisian data
sendiri; (5) melatih keterampilan berpikir
pengamatan masih banyak yang bingung;
siswa (keterampilan generik sains); (6)
(2) siswa berbicara dengan siswa lain
siswa mempunyai strategi tertentu untuk
dalam
menyele-saikan
pengarahan
kelompok
yang
guru
keluar
dari
tugas
dengan
caranya
permasalahan pada waktu pembelajaran;
sendiri; (7) dapat menghindarkan siswa dari
(3) siswa tidak mencuci pipet dengan air
cara-cara belajar menghafal; (8) mem-
1350
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1340-1350
berikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan
hasil
percobaan
untuk
disesuaikan dengan teori; (9) meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran; (10)
mengembangkan
kerjasama
dan
keterampilan berkomunikasi siswa yang memungkinkan mereka untuk belajar dan bekerja dalam kelompok; (11) penerapan model IBL dapat meningkatkan ketrampilan generik
sains
siswa
terutama
aspek
inferensi logika secara signifikan. SIMPULAN Penerapan model IBL berbantuan modul pada materi larutan penyangga dan hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan pemahaman
konsep
dan
keterampilan
generik sains siswa salah satu SMA Negeri di Ngawen. Besarnya kontribusi pengaruh model IBL berbantuan modul terhadap pemahaman
konsep
adalah
sebesar
47,90%. Penerapan model IBL pada materi larutan penyangga dan hidrolisis garam berbantuan
modul
juga
berpengaruh
terhadap peningkatan keterampilan generik sains siswa yaitu sebesar 12,08%, dimana nilai rata-rata siswa kedua kelas tidak berbeda secara signifikan. DAFTAR PUSTAKA ,
2012, Keterampilan Generik Sains dan Penerapannya dalam Pembelajaran Kimia Organik, Semarang: UNNES PRESS.
Cakir, M., 2008, Constructivist Approaches to Learning in Sciences an Their Implications for Science Pedagogy: A Literature Review, International Journal of Environmental and
Science Education, Vol 3, No 4, Hal: 193-206. Fajaroh, F., 1998, Hubungan Antara Pemahaman Mikroskopis dengan Kemampuan Menyelesaikan SoalSoal Hitungan Konsep Asam Basa, Forum Penelitian Kependidikan TH 10 Desember 1998, Hal: 47–53. Hartono dan Aisyah, 2008, Pengembangan Modul Pembelajaran Individual Dalam Mata Pelajaran Matematika di Kelas XI SMA Negeri 1 Palembang, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 2, No 2, Hal: 35-44. Jaenudin, 2011, Konstruktivisme Sebagai Dasar Model Pembelajaran SSCS untuk Melihat Efektivitasnya Terhadap Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Topik Listrik Dinamis, Tesis, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Marsita, Priatmoko dan Kusuma, 2010, Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA dalam Memahami Materi Larutan Penyangga dengan Menggunaan Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 4, No 1, Hal: 512-520. Praptiwi, L., 2012, Efektivitas Model Pembelajaran Eksperimen Inkuiri Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Unjuk Kerja Siswa SMP RSBI, Unnes Science Education Journal, Vol 1, No 2, Hal: 86 – 95. Spencer dan Walker, 2012, Creating a Love for Science for Elementary Student through Inquiry-Based Learning, Journal of Virginia Science Education, Vol 4, No 2, Hal: 18-25. Sudarmin, 2007, Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Organik dan Keterampilan Generik Sains (MPKOKG) bagi Calon Guru Kimia, Disertasi, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Suyanti, R. D., 2010, Strategi Pembelajaran Kimia, Graha Ilmu: Yogyakarta. Unver dan Arabacioglu, 2011, Overviewers on InQuiry Based and Problem Based Learning Methods, Western Anatolia Journal of Educational Science, Vol 1, No 3, Hal: 303 – 30
Lita Lilia dan Antonius Tri Widodo, Implementasi Pembelajaraan Kontekstual….
1351
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PERCOBAAN SEDERHANA BERBASIS ALAM LINGKUNGAN SISWA KELAS X Lita Lilia* dan Antonius Tri Widodo Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSRTAK Keterbatasan alat dan bahan menjadikan praktikum di sekolah menjadi tidak terlaksana dengan baik, sehingga diperlukan strategi percobaan sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar menggunakan pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana dan besarnya ketuntasan belajar materi pokok reaksi redoks di suatu SMA di Tegal. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas X semester di SMA tersebut. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh sampel penelitian yaitu X-2 sebagai kelas eksperimen menggunakan implementasi pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana berbasis alam lingkungan dan X-3 sebagai kelas kontrol menggunakan metode ekspositori. Desain penelitian adalah posttest only control group design. Setelah dilakukan pembelajaran dengan metode kontekstual, dilanjutkan dengan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol. Uji statistika yang digunakan adalah uji normalitas, kesamaan dua varians, uji perbedaan dua rata-rata dan ketuntasan belajar. Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen 80,86 dan kelas kontrol 73,70. Pada uji hipotesis diperoleh thitung 3,501 lebih dari 1,993 dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 74. Ini berarti rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih baik dari control, sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana berbasis alam lingkungan pada siswa kelas X memberikan perbedaan yang positif terhadap hasil belajar kimia materi pokok redoks kelas X. Kata Kunci: pembelajaran kontekstual, percobaan sederhana berbasis alam lingkungan
ABSTRACT The limitations of the tools and materials made practicum in school is not performing well, so it requires a simple experimental strategy. This study aims to determine the differences of outcomes in using contextual learning with a simple experimental strategy and the magnitude of mastery learning subject matter of redox reactions in a high school in Tegal. The population of this study was all class X at the high school. The sampling technique used was cluster random sampling, obtained X-2 as an experimental class using the strategy of implementation of contextual learning environments on simple experiments and X-3 as a control class using the expository method. The study design was a posttest only control group design. After learning by using the contextual method, a posttest were performed in the experimental and control class. Statistical test used are the test for normality, equality of two variances, the difference between two average and mastery learning. The average grade of experimental class posttest 80.86 and control class 73.70. In the hypothesis test, obtained tcount 3.501 greater than 1.993, with 5% significance level and 74 degrees of freedom. It means that the average grade of cognitive achievement is better than the control experiment, so it can be concluded thah the implementation of contextual learning with a simple experimental strategy based environments in class X gives a positive difference to the learning outcomes of the subject matter of the redox chemistry in class X. Keywords: a simple experiment based environments, contextual learning
1352
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1351-1359 PENDAHULUAN
siswa kurang termotivasi sehingga pembelajaran cenderung pasif.
kontekstual merupakan model pembelajaran
yang membantu guru meng-
hubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa. Pembelajaran mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari .
Hasil observasi awal dan diskusi dengan guru kimia kelas X pada sebuah SMA di Tegal tersebut menyimpulkan bahwa hasil belajar kimia siswa kelas X selama ini sangat rendah (rata-rata 6,5). Telah dilakukan berbagai upaya oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, namun hasilnya masih jauh dari harapan. Dari
Pembelajaran kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di laboratorium (Phelps dan Lee, 2003). Beberapa sekolah yang tidak bisa melaksanakan praktikum karena terbentur ketersediaan alat dan bahan yang terbatas. Seorang guru hendaknya tetap merancang kegiatan praktikum bagi peserta didiknya meskipun dalam kondisi sarana
pengamatan daftar hasil belajar siswa oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung, hanya sekitar 40% siswa kelas X yang mendapat nilai 7,5. Hasil diskusi dengan guru SMA tersebut menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana berbasis alam lingkungan dapat menjembatani permasalahan tersebut.
dan prasarana laboratorium yang serba kekurangan (Sweeney dan Paradis, 2003). Oleh karena itulah diperlukan percobaan sederhana,
yakni
melakukan
eksperimen
bahan dan alat
serangkaian
tindakan
dengan
bahan-
yang mudah diperoleh di
lingkungan alam sekitar siswa dan murah harganya
sehingga
dapat
digunakan
Pembelajaran kontekstual ini dilakukan melalui strategi percobaan sederhana. Siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya
kreatif yang didapatnya dari hasil pengamatan dan diskusi, sehingga dapat memahami konsep yang diajarkan dan ketuntasan hasil belajar dapat tercapai (Zainul, 2011).
sebagai alternatif yang baik untuk dilaksanakan secara kontinyu. Terdapat salah satu SMA di Tegal yang merupakan sekolah Yayasan yang dalam kurikulumnya banyak mengedepankan materi keagamaan. Praktikum kimia untuk kelas X belum pernah dilakukan karena alat bahan yang terbatas. Jumlah jam yang terlalu sedikit membuat guru sulit dalam membagi waktu untuk penyampaian materi serta praktikum. Hal ini menyebabkan
sendiri, menyampaikan ide-ide
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan hasil belajar antara
kelas
eksperimen
menggunakan
pembelajaran kontekstual yang di implementasikan
melalui
strategi
percobaan
sederhana berbasis bahan alam lingkungan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori dan apakah hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen mencapai ketuntasan belajar? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan hasil
1353
Lita Lilia dan Antonius Tri Widodo, Implementasi Pembelajaraan Kontekstual…. belajar antara kelas eksperimen meng-
kelas X semester genap pada materi pokok
gunakan pembelajaran kontekstual yang di
redoks. Variabel kontrol dalam penelitian ini
implementasikan melalui strategi percobaan
adalah
sederhana berbasis bahan alam lingkungan
pelajaran, kurikulum yang digunakan, dan
dengan kelas kontrol yang menggunakan
waktu tatap muka.
guru
yang
mengajar,
materi
metode ekspositori, dan untuk mengetahui
Metode pengumpulan data dilaku-
pencapaian ketuntasan hasil belajar kelas
kan dengan metode tes, lembar observasi
eksperimen maupun kelas kontrol.
dan angket. Metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kimia (kognitif) siswa
METODE PENELITIAN
kelas eksperimen dan kontrol, dan angket digunakan
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di Tegal pada materi redoks. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only control group design yaitu penelitian dengan melihat nilai posttest antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol (Sudjana, 2005).
mengetahui
seberapa
besar ketertarikan siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Data penelitian hasil posttest dianalisis secara statistik parametrik untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diketahui adanya perbedaan pada kelas eksperimen dan
Populasi dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas X SMA tersebut pada tahun
untuk
pelajaran
2012/2013.
Kelas
X2
merupakan kelas eksperimen, kelas X3 merupakan
kelas
kontrol
yang
diambil
kelas kontrol kemudian dilanjutkan perhitungan dengan uji statistik dependent sample test (uji-t) untuk mengetahui pencapaian ketuntasan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
dengan teknik cluster random sampling dengan pertimbangan hasil uji normalitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan uji homogenitas terhadap nilai ulangan data akhir hasil belajar kelas ekspe-
akhir semester ganjil yang diperoleh bahwa
rimen dan kelas kontrol menunjukkan rata-
keduanya adalah homogen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu metode pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana berbasis alam lingkungan
dan
metode
pembelajaran
ekspositori. Variabel terikat dalam penelitian yang dilakukan adalah hasil belajar siswa
rata hasil posttest mempunyai perbedaan yang signifikan. Rata-rata hasil posttes siswa
kelas
eksperimen
adalah
80,89
dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 60. Sedangkan pada kelas kontrol adalah 73,79 dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 54. Hasil belajar ini ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data hasil belajar reaksi redoks Kelas Eksperimen (Kelas X2) Kontrol (Kelas X3)
N 36 40
Rata-rata 80,89 73,70
SD 8,50 9,31
Nilai tertinggi 92 88
Nilai terendah 60 54
1354
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1351-1359
Rata-rata
kelas
rata-rata antar kelas eksperimen dan kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol menggunakan uji t kanan diperoleh
kontrol
thitung 3,501 lebih dari 1,993
karena
nilai
kelas
posttest
eksperimen
yang
dengan taraf
menggunakan implementasi pembelajaran
signifikan 5% dan derajat kebebasan 74.
kontekstual
Maka dapat disimpulkan bahwa ada per-
dengan
strategi
percobaan
sederhana berbasis alam lingkungan me-
bedaan
hasil
belajar
antara
kelompok
mungkinkan siswa untuk lebih termotivasi
eksperimen dan kontrol dimana hasil belajar
dan membangkitkan minat belajar siswa
kelompok eksperimen lebih baik daripada
terhadap mata pelajaran kimia terutama
kelas kontrol.
redoks. Mata pelajaran redoks yang awal-
Perhitungan uji ketuntasan belajar
nya abstrak dan sulit dipahami menjadi
pada kelas eksperimen sudah mencapai
suatu hal yang nyata, jelas serta mudah
ketuntasan belajar sedangkan kelas kontrol
untuk dipahami bahkan untuk diaplikasikan
belum mencapai ketuntasan belajar. Hal ini
dalam kehidupan sehari-hari (Susilaningsih,
dapat dilihat dari hasil perhitungan uji
2012).
ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen, Siswa secara berkelompok melaku-
yaitu nilai t hitung 4,16 lebih dari 2,03 dengan
kan percobaan dengan bahan-bahan yang
taraf signifikan 5% dengan derajat kebe-
ada di lingkungan sekitar. Melalui percobaan
basan 35. Hasil perhitungan uji ketuntasan
sederhana siswa dapat mudah menyerap
pada kelas kontrol, yaitu diperoleh nilai t hitung
ilmu yang diajarkan karena bahan-bahan
-0,88
yang digunakan mudah didapat dan sering
signifikan 5% dengan derajat kebebasan 37.
ditemui
sehari-hari
Hasil perhitungan ketuntasan belajar pada
(Silberman, 2002). Dalam hal ini, bila se-
kelas eksperimen diketahui bahwa yang
orang guru banyak memberikan aktivitas
tidak tuntas ada 5 siswa dari 36 siswa,
yang bersifat keterampilan, maka peserta
sedangkan pada kelas kontrol yang tidak
didik akan memahaminya secara lebih baik.
tuntas sebanyak 17 siswa dari 40 siswa.
dalam
kehidupan
Pembelajaran
melak-
Ketuntasan belajar klasikal untuk kelas
sanakan diskusi dan praktikum. Keadaan
eksperimen sebesar 86,11% dan pada kelas
yang terjadi pada saat praktikum dan diskusi
kontrol sebesar 57,50% yang artinya kelas
kurang kondusif, siswa kurang merasa
eksperimen
termotivasi.
pelaksanaan
belajar klasikal sedangkan kelas kontrol
kegiatan presentasi hasil praktikum, tidak
belum mencapai ketuntasan belajar klasikal.
Pada
ekspositori
lebih kecil dari 2,03 dengan taraf
saat
telah
semua siswa berpartisipasi, pembahasan
Hasil
kadang menyimpang dari materi, kelompok
implementasi
kurang menanggapi hasil kelompok lain
dengan
strategi
karena
berbasis
alam
lebih
memusatkan
perhatian
ini
mencapai
ketuntasan
menunjukkan
pembelajaran percobaan lingkungan
metode
kontekstual sederhana lebih
efektif
padatugas kelompoknya sendiri (Widodo,
digunakan. Ketuntasan belajar pada kelas
2008). Hasil perhitungan uji perbedaan dua
eksperimen disebabkan karena siswa lebih
1355
Lita Lilia dan Antonius Tri Widodo, Implementasi Pembelajaraan Kontekstual…. bersemangat dan terlibat serta melihat
dapat menemukan suatu pendapat dan
langsung contoh nyata dalam kehidupan
mampu
sehari-hari sehingga terjadi peningkatan
tahuan yang dimiliki dengan penerapannya
pemahaman (Wiratini, 2011).
dalam
Pembelajaran kelas kontrol dibe-
menghubungkan
kehidupan
antara
sehari-hari
penge-
(Nurhadi,
2002).
rikan dengan metode ekspositori, sehingga
Percobaan sederhana dapat me-
kemandirian, motivasi dan daya berfikir
ningkatkan sistem kerja sama siswa. Hasil
siswa belum optimal. Oleh sebab itu, hasil
belajar psikomotorik diukur dengan meng-
belajar yang diperoleh lebih rendah daripada
gunakan lembar pengamatan. Terdapat 8
kelas eksperimen.
aspek dalam lembar observasi psikomotorik
Perbedaan hasil belajar dimungkinkan karena
dalam
pembelajaran
kelas
yaitu persiapan, persiapan alat dan bahan, keterampilan
memakai
alat,
ketepatan
eksperimen guru merangsang meningkatnya
prosedur, kerjasama kelompok, keteram-
motivasi belajar siswa. Kegiatan percobaan
pilan
sederhana yang dilakukan siswa kelas
pelaporan hasil percobaan, kebersihan dan
eksperimen dituntut untuk lebih aktif agar
kerapihan alat serta tempat (Mardapi, 2008).
dalam
melakukan
pengamatan,
Gambar 1. Perbandingan skor rata-rata hasil belajar psikomotorik
Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata
mencari dahulu referensi percobaan di
nilai aspek psikomotorik kelas eksperimen
internet atau sumber lain tentang percobaan
secara umum lebih tinggi daripada kelas
redoks yang akan dilakukan. Kemudian
kontrol. Hanya aspek 1 yaitu persiapan
siswa mencari bahan dan alat di sekitar
kelas
kelas
lingkungan yang sesuai dengan percobaan.
eksperimen karena kelas kontrol untuk alat
Hal tersebut membuat siswa memiliki lebih
dan
banyak
kontrol
bahan
lebih
sudah
tinggi
dari
tersedia.
Sebelum
praktikum pada kelas eksperimen, siswa
pengetahuan
karena
mereka
mendapatkan materi dari berbagai sumber
1356
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1351-1359
(Dewi, 2012). Pada kelas kontrol alat dan
tinggi.
bahan sudah tersedia tanpa harus mencari
menyenangkan, siswa pada kelas eksperi-
disekitar alam lingkungan sehari-hari karena
men sangat bersemangat sehingga ketika
praktikum dilaksanakan seperti biasa.
waktu kebersihan mereka dengan senang
Aspek
3
(ketrampilan
kerja),
Melalui
percobaan
yang
lebih
4
hati membersihkan alat setelah percobaan.
(penguasaan prosedur), 6 (pengamatan), 7
Lembar observasi psikomotorik ini diukur
(hasil dan laporan) untuk kelas kontrol
pada
penilaian cenderung lebih rendah. Aspek
sederhana.
nomor 5 (dinamika kelompok) kelas eksperimen
lebih
eksperimen
tinggi
karena
percobaan
pada
yang
kelas
dilakukan
saat
dilaksanakannya
percobaan
Hasil belajar afektif diukur dengan menggunakan
lembar
observasi
afektif.
Terdapat 6 aspek dalam lembar observasi
dengan menggunakan bahan dari ling-
afektif
kungan
sehingga
siswa dalam mengikuti PBM, keaktifan
siswa akan lebih aktif dalam dinamika
siswa dalam diskusi, keaktifan siswa dalam
kelompok. Aspek nomor 8 (kebersihan dan
mengajukan pertanyaan, keseriusan dan
kerapihan pasca praktikum) kelas eks-
ketepatan waktu siswa menyerahkan tugas,
perimen memperoleh kategori sangat tinggi
serta keberanian siswa mengerjakan tugas
dan kelas kontrol memperoleh kategori
di depan kelas (Mardapi, 2008).
lebih
menyenangkan
yaitu kehadiran di kelas, keaktifan
Gambar 2. Perbandingan skor rata-rata hasil belajar afektif Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai aspek
6 (keberanian siswa mengerjakan tugas di
afektif
tinggi
depan kelas) kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol. Skor aspek nomer 1
daripada kelas kontrol. Aspek nomor 2, 3, 4,
(kehadiran), 2 (keaktifan dalam mengikuti
5, 6 memperoleh kategori tinggi hanya
PBM), 3 (keaktifan siswa dalam diskusi), 4
aspek nomor 1 yang memperoleh kategori
(keaktifan dalam mengajukan perrtanyaan),
yang sama yakni sangat tinggi. Hal ini
5 (ketepatan waktu pengumpulan tugas) dan
dikarenakan bahwa aspek nomor 1 yaitu
kelas
eksperimen
lebih
1357
Lita Lilia dan Antonius Tri Widodo, Implementasi Pembelajaraan Kontekstual…. kehadiran siswa di sekolah dan mengikuti
tangan untuk membangkitkan
pelajaran merupakan disiplin sekolah yang
siswa, membangkitkan minatnya, menarik
harus dipatuhi oleh setiap siswa.
dan mempertahankan perhatiannya, serta
Perbedaan nilai pada spek tersebut
mengusahakan agar
motivasi
siswa mau mem-
disebabkan pembelajaran yang diterapkan
pelajari materi-materi yang akan dipelajari
di kelas eksperimen menuntut dan merang-
(Slameto, 2003).
sang
siswa
lebih
aktif,
disiplin
serta
Pembelajaran kelas kontrol yang
perhatian pada saat kegiatan belajar sedang
dilaksanakan tidak selalu hanya dengan
berlangsung, mengerjakan tugas dan me-
kegiatan
ngajukan atau menjawab pertanyaan, be-
didiselingi dengan kegiatan diskusi dan
kerja sama dalam kelompok baik diskusi
praktikum. Meskipun demikian siswa tetap
atau pada saat melakukan percobaan.
merasa tidak tertarik dan cenderung pasif
Sedangkan pada kelas kontrol kebanyakan
saat mengikuti pelajaran. Seorang guru
siswa pasif dan kurang bersemangat dalam
perlu memiliki keterampilan laboratorium
mengikuti PBM. Dari semua aspek penilaian
sebagai penunjang pelaksanaan tugas di
afektif, kelas eksperimen mempunyai nilai
lapangan serta kemampuan pemecahan
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
masalah, sehingga tidak mudah menyerah
Pada proses belajar pada kelas eksperimen belajaran
menggunakan kontekstual
model
dengan
pemstrategi
ceramah
saja,
namun
juga
ketika menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan tugas mengajarnya (Kerr dan Runquist, 2005).
percobaan sederhana berbasis alam ling-
Penyebaran angket dalam penelitian
kungan, proses belajar berlangsung melalui
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
interaksi antara guru-siswa, dan antara
penerimaan
siswa-siswa, sehingga terjalin komunikasi
pembelajaran dengan implementasi pem-
multiarah yang efektif. Siswa yang pandai
belajaran
mengajari yang lemah dan yang tahu
percobaan sederhana berbasis bahan alam
memberi tahu temannya yang belum tahu
lingkungan pada materi reaksi oksidasi dan
(Nurhadi, 2002). Selain itu, dengan dilaksa-
reduksi. Pernyataan dalam angket tang-
nakannya kegiatan percobaan sederhana,
gapan
siswa lebih dapat memahami materi yang
keadaan siswa saat pembelajaran, parti-
mereka
men-
sipasi siswa saat pembelajaran, keadaan
langsung
akademik siswa dan keadaan sosial siswa.
pelajari
dapatkan
karena
pengalaman
mereka
secara
(Kurnianto, et al., 2010). Pembelajaran
Untuk yang
siswa
kontekstual
dikategorikan
kategori
terhadap
proses
dengan
menjadi
keadaan
strategi
4
siswa
yaitu
saat
dilaksanakan
pembelajaran ada pada pernyataan nomor
pada kelas kontrol menggunakan metode
1, 2 dan 3. Kategori partisipasi siswa saat
ekspositori terbukti kurang dapat memotivasi
pembelajaran ada pada pernyataan nomor
siswa untuk meningkatkan aktivitas dalam
4, 5, 6, dan 7. Kategori keadaan akademik
pembelajaran. Namun demikian, seorang
siswa ada pada pernyataan nomor 8, 9 dan
pengajar harus dapat menghadapi tan-
10. Kategori keadaan sosial siswa ada pada
1358
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1351-1359
pernyataan nomor 11, 12 dan 13. Hasil
Sebagian siswa masih merasa canggung
penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.
untuk maju ke depan kelas atau me-
Siswa memberikan tanggapan sa-
ngungkapkan pendapatnya secara lisan. Ini
ngat setuju pada pernyataan nomor 1, 2,
disebabkan mereka sudah terbiasa dengan
dan 11 karena sebagian besar siswa datang
ceramah yang tidak menekankan pada
tepat waktu saat pelajaran dimulai dan
keaktifan siswa.
mereka saling bekerjasama apabila ada tugas
ataupun
pada
saat
melakukan
Tanggapan-tanggapan siswa tersebut menunjukkan bahwa penerapan model
percobaan. Pernyataan nomor 3, 4, 7, 8, 9,
pembelajaran
kontekstual
lebih
menye-
10, 12, 13 siswa memberikan tanggapan
nangkan, menarik, dan dapat membuat
setuju. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
siswa lebih mudah memahami materi. Hal
sangat bersemangat dan merasa senang
ini dapat dilihat dari pemahaman siswa yang
dengan pembelajaran yang diberikan. Siswa
meningkat dalam pembelajaran dan mereka
dengan aktif melakukan kerjasama, saling
lebih termotivasi untuk giat belajar (Sukarta,
membantu bila ada teman yang kesulitan
2010). Siswa juga dapat mengaitkan materi
sehingga dapat memahami pelajaran lebih
redoks dengan contoh dalam kehidupan
baik. Namun pada pernyataan nomor 5 dan
sehari-hari.
6 siswa memberikan tanggapan tidak setuju.
Gambar 3. Hasil analisis tanggapan siswa Ket: Pernyataan nomor 1, 2 dan 3 adalah kategori keadaan siswa, pernyataan nomor 4, 5, 6, 7 dan adalah kategori partisipasi siswa, pernyataan nomor 8, 9 dan 10 adalah kategori keadaan akademik siswa, pernyataan nomor 11, 12 dan 13 adalah kategori keadaan sosial siswa. Hasil analisis angket tanggapan
SIMPULAN
siswa terhadap pembelajaran dapat disimpul
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
-kan bahwa siswa menyukai pembelajaran
implementasi pembelajaran kontekstual de-
dengan implementasi pembelajaran kon-
ngan percobaan sederhana berbasis alam
tekstual dengan percobaan sederhana ber-
lingkungan memberikan perbedaan yang
basis alam lingkungan.
positif terhadap hasil belajar siswa, serta mampu meningkatkan motivasi belajar. Hal
Lita Lilia dan Antonius Tri Widodo, Implementasi Pembelajaraan Kontekstual…. ini karena siswa dilibatkan langsung dengan contoh di lingkungan sehari-hari mengenai materi yang dipelajari melalui percobaan sederhana. Ketuntasan belajar kelas eksperimen
dengan
menggunakan
imple-
mentasi pembelajaran kontekstual dengan percobaan sederhana berbasis alam lingkungan sebesar 86,11%, sedangkan kelas kontrol hanya sebesar 57,50%.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, N. K. A. M. P., 2012, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII E pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP Negeri 3 Singaraja Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Teknik Informatika, Vol 1, No 4, Hal: 2252-9063. Kerr. S. dan Runquist. O., 2005, Are We Serious about Preparing Chemists for the 21st Century Workplace or Are We Just Teaching Chemistry?, Journal of Chemical Education, Vol 82, No 2, Hal: 231 – 239. Kurnianto, Dwijananti, dan Khumaedi, 2010, Pengembangan Kemampuan Menyimpulkan dan Mengkomunikasikan Konsep Fisika Melalui Kegiatan Praktikum Fisika Sederhana, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol 6, No 6-9, Hal: 16931246. Mardapi, D., 2008, Teknik Penyusunan Instrument Tes dan Nontes, Jogjakarta: Mitra Cendekia. Nurhadi, 2002, Pendekatan Kontekstual, Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
1359
Phelps. A.J dan Lee C., 2003, The Power of Practice: What Students Learn From How We Teach, Journal of Chemical Education, Vol 80, No 7, Hal: 829 – 832. Silberman, M., 2002, Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Yappendis. Slameto, 2003, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, 2005, Metode Statistika Edisi keenam, Bandung: Tarsito. Sukarta, I.N., 2010, Penerapan Pendekatan Kontekstual Menggunakan Model Kooperatif pada Pembelajaran Kimia dan Pencemaran, Journal Pendidikan dan Pengajaran, Vol 43, No 3, Hal: 199-206. Susilaningsih, E., 2012, Model Evaluasi Praktikum Kimia di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jurnal Penilaian dan Evaluasi Pendidikan, Vo 16, No 1, Hal: 234248. Sweeney, A.T dan Paradis, J.A. 2003, Addressing the Professional Preparation of Future Science Teachers to Teach Hands – on Science : a Pilot Study of a Laboratory Model, Vol 80, No 2, Hal: 171 – 173. Widodo, A.T., 2008, Pemaksimalan Kompetensi Kimia Siswa SMA dengan Pendekatan Pembelajaran Penerapan Penelitian Sederhana, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No 1, Hal: 173-181. Wiratini, N.M., 2011, Pemanfaatan Potensi Lingkugan Lokal dalam Membuat Prosedur Praktikum Kontekstual, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol 44, No 1-3, Hal: 60-68. Zainul, A., 2011, Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Diklat Guru Mata Pelajaran Kimia Madrasah Aliyah (MA), Jurnal Inovasi, Vol 1, No 5, Hal: 28 – 41.
1360
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1360-1369
KEEFEKTIFAN STRATEGI PROJECT BASED LEARNING BERBANTUAN MODUL PADA HASIL BELAJAR KIMIA SISWA Retha Aliefyan Rose* dan Agung Tri Prasetya Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan strategi pembelajaran project based learning berbantuan modul pada hasil belajar kimia siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI pada suatu SMA Negeri di Pemalang tahun ajaran 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI PSIA 1 sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran project based learning berbantuan modul dan kelas XI PSIA 3 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran ceramah berbantuan modul. Penelitian ini menggunakan pretest and posttest comparison group design. Hasil uji perbedaan rata-rata satu pihak kanan hasil belajar posttest pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Hasil tersebut diperkuat dengan uji estimasi rata-rata yang menunjukkan kisaran rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen adalah 78,51-82,29 dan kelas kontrol adalah 74,05-79,15. Hasil uji ketuntasan belajar klasikal menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal kelas eksperimen sebesar 67,50% dan kelas kontrol sebesar 47,50%. Hasil belajar afektif dan psikomotorik menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Simpulan dari penelitian ini yaitu bahwa penerapan strategi pembelajaran project based learning berbantuan modul efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: hasil belajar, modul, project based learning
ABSTRACT This study aims to determine the effectiveness of instructional strategies of project based learning module assisted on student learning outcomes on chemical material of solubility and solubility product. The population in this study was class XI PSIA student of a high school in Pemalang academic year 2011/2012. The sample in this study namely class XI PSIA 1 as experimental class with project-based learning modules assisted and class XI PSIA 3 as a control class with lecture learning with module-assisted.This study used a pretest and posttest comparison group design. Analysis results of the average differences in one right hand posttest learning outcomes at the level of 95% indicates that the average learning outcomes of experimental class greater than the control class. This result are evidenced by the estimated average test showed the average range of cognitive learning outcomes between the experimental class and the control class respectively 78.51-82.29 and 74.05-79.15. The results showed that the classical learning mastery of experimental class was 67.50% and control class was 47.50%. Affective and psychomotor learning outcomes indicated that the experimental class are better than control class. The conclusions from this study were that the implementation of project-based learning with module assisted effectively increase the student learning outcomes. Keywords: learning outcomes, module, project based learning
Retha Aliefyan Rose dan Agung Tri Prasetya, Keefektifan Strategi Project Based …. PENDAHULUAN
1361
dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut hasil penelitian Özdemir (2006) menyatakan
Guru dituntut untuk menyajikan proses
bahwa
pembelajaran yang inovatif dan efektif.
tampaknya menjadi model yang efektif untuk
Inovasi
meningkatkan prestasi akademis dan sikap,
pembelajaran
diperlukan
untuk
pembelajaran
proyek
mengubah pembelajaran yang semata-mata
meskipun
hanya
kualitas proyek dan tingkat keterlibatan
berpusat
kepada
guru
menjadi
pembelajaran yang mengaktifkan siswa.
hasilnya
berbasis
bervariasi
dengan
siswa yang berbeda. Penerapan
Inovasi pembelajaran ini menjadi sangat
pembelajaran
project
mata
based learning diharapkan dapat mengubah
pelajaran yang mengandung konsep-konsep
konsep-konsep kimia yang dianggap masih
yang bersifat abstrak bagi siswa seperti
abstrak oleh siswa seperti pokok materi
halnya pelajaran kimia.
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pokok
penting
saat
guru
mengajarkan
Salah satu strategi pembelajaran yang
dianggap
dapat
mengubah
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dianggap
abstrak
karena
melibatkan
keabstrakkan dalam pelajaran kimia adalah
perhitungan kimia yang meliputi kelarutan
project based learning atau pembelajaran
garam sukar larut, harga Ksp, ion senama,
berbasis proyek. Project based learning
pH larutan, dan reaksi pengendapan. Siswa
merupakan pembelajaran yang memberikan
ternyata mengalami kesulitan untuk mencari
kesempatan kepada guru untuk mengelola
penerapan konsep-konsep tersebut dalam
pembelajaran
melibatkan
kerja
kehidupan sehari-hari. Keabstrakkan konsep
project
based
pada pokok materi kelarutan dan hasil kali
learning memberikan kesempatan kepada
kelarutan tersebut dapat disajikan dalam
siswa untuk belajar dan bekerja sama untuk
proyek pembelajaran sehingga diharapkan
memecahkan
dapat memaksimalkan hasil belajar siswa .
proyek.
dengan
Pembelajaran
permasalahan
kemudian
menyajikan hasil pekerjaan mereka kepada
Hasil
studi
pendahuluan
yang
audiens untuk
di presentasikan. Siswa
dilakukan di suatu SMA Negeri di Pemalang
secara
terlibat
proses
kelas XI Program Studi Ilmu Alam (PSIA)
pendefinisian masalah, pemecahan masa-
dengan melakukan wawancara terhadap
lah, pengambilan keputusan, dan aktivitas
guru bidang studi kimia diketahui bahwa
investigatif lainnya.
pembelajaran dilakukan dengan ceramah
aktif
dalam
Hasil penelitian Miswanto (2011) membuktikan
bahwa
penerapan
yang
diselingi
dengan
kegiatan
project
laboratorium. Siswa kesulitan untuk men-
based learning memberikan hasil yang
capai hasil belajar yang maksimal dengan
positif pada hasil belajar siswa. Selain
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
berimbas pada hasil belajar siswa, hasil
tinggi yaitu 80. Oleh karena itu, disusunlah
penelitian Baş (2011) membuktikan bahwa
penelitian
project based learning dapat meningkatkan
pembelajaran project based learning dalam
motivasi, sikap, dan keterlibatan siswa
pembelajaran kimia khususnya pokok materi
yang
menerapkan
strategi
1362
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1360-1369 METODE PENELITIAN
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pembelajaran project based learning ini dibantu dengan modul pembelajaran yang memuat
Penelitian ini dilakukan di suatu SMA
bahan ajar serta proyek pembelajaran untuk
Negeri di Pemalang pada materi kelarutan
mempermudah siswa. Penelitian ini akan
dan hasil kali kelarutan. Desain penelitian
mengukur keefektifan strategi project based
yang dipakai yaitu pretest and posttest
learning
hasil
comparison group design. Populasi dalam
belajar kimia siswa kelas XI PSIA pada
penelitian ini adalah siswa kelas XI PSIA
suatu SMA Negeri di Pemalang. Indikator
tahun ajaran 2011/2012. Sampel dalam
kefektifan
adalah
penelitian ini diambil dengan teknik cluster
apabila hasil belajar siswa, baik hasil belajar
random sampling. Kelas XI PSIA 1 sebagai
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
kelas
pembelajaran
pembelajaran
berbantuan
dalam
modul
penelitian
project
pada
ini
based
learning
eksperimen
diberi
project
perlakuan
based
learning
berbantuan modul mencapai nilai KKM yang
berbantuan modul, sedangkan kelas XI
telah ditentukan yaitu 80.
PSIA 3 sebagai kelas kontrol diberi perla-
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1) apakah strategi pembelajaran
kuan pembelajaran ceramah berbantuan modul.
project based learning berbantuan modul
Variabel bebas dalam penelitian ini
efektif pada hasil belajar kimia siswa kelas
yaitu
XI yang dilakukan di suatu SMA Negeri di
project based learning berbantuan modul
Pemalang; 2) jika efektif, berapa besar
dan
keefektifan strategi project based learning
modul, sedangkan variabel terikatnya yaitu
berbantuan modul pada hasil belajar kimia
hasil belajar siswa dari dua metode yang
siswa kelas XI pada suatu SMA Negeri di
diterapkan.
Pemalang. Tujuan dari penelitian ini yaitu
dilakukan dengan metode tes, observasi,
untuk mengetahui: 1) apakah strategi project
dokumentasi, dan angket tanggapan siswa
based learning efektif pada hasil belajar
kelas
kimia siswa kelas XI yang dilakukan di suatu
mengetahui
SMA Negeri di Pemalang khususnya materi
observasi
kelarutan dan hasil kali kelarutan; 2) jika
kemampuan afektif dan psikomotorik siswa,
efektif, untuk mengetahui berapa besar
dokumentasi digunakan untuk mendapatkan
keefektifan strategi project based learning
data-data nama dan nilai siswa, sedangkan
pada hasil belajar kimia siswa kelas XI yang
angket
dilakukan di suatu SMA Negeri di Pemalang
tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap
khususnya materi kelarutan dan hasil kali
pembelajaran yang diterapkan.
kelarutan.
dua
metode
pembelajaran
pembelajaran
ceramah
Metode
eksperimen.
kemampuan digunakan
digunakan
berbantuan
pengumpulan
Metode
yakni
data
tes
untuk
kognitif
siswa,
untuk
untuk
mengetahui
mengetahui
Pembelajaran project based learning berbantuan modul pada kelas eksperimen diterapkan dengan memberikan beberapa tugas proyek pembelajaran yaitu pemurnian
Retha Aliefyan Rose dan Agung Tri Prasetya, Keefektifan Strategi Project Based ….
1363
garam krosok, kelarutan garam sukar larut,
Uji yang digunakan dalam penelitian
dan peristiwa kelarutan dan hasil kali
ini adalah uji perbedaan rata-rata satu pihak
kelarutan dalam kehidupan. Modul yang
kanan
berisi petunjuk berkaitan dengan proyek dan
perbedaan hasil belajar, uji estimasi rata-
gambaran umum tentang materi pelajaran
rata untuk mengetahui kisaran rata-rata
diberikan
proses
hasil belajar siswa, uji ketuntasan belajar
pembelajaran. Pengerjaan proyek pembe-
untuk mengetahui apakah kedua kelas
lajaran
sampel mencapai ketuntasan klasikal yang
kepada
dilakukan
siswa
dalam
secara
berkelompok
masing-masing terdiri atas 5 orang siswa.
untuk
mengetahui
ada
tidaknya
ditentukan serta uji peningkatan hasil belajar
Pembelajaran ceramah berbantuan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
modul diterapkan pada kelas kontrol. Proses
siswa. Hasil belajar afektif dan psikomotorik
pembelajaran berlangsung dengan
serta
guru
memberi penjelasan, pemberian contoh soal
hasil
angket
tanggapan
siswa
dianalisis secara deskriptif.
latihan dan pekerjaan rumah. Siswa kelas HASIL DAN PEMBAHASAN
kontrol mendapatkan modul pembelajaran seperti halnya siswa kelas eksperimen, perbedaannya
terletak
pada
penyajian
Pengamatan ranah afektif siswa
proyek pembelajaran. Proyek pembelajaran
kelas
eksperimen
dan
kelas
kontrol
pada kelas eskperimen adalah dengan
menunjukkan hasil belajar afektif kelas
kegiatan praktikum dan diberikan di akhir
eksperimen yang lebih baik dibandingkan
pembelajaran.
kelas kontrol seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Skor rata-rata hasil belajar afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol No
Aspek
1 2 3 4 5
Memperhatikan penjelasan guru Memperhatikan media pembelajaran Serius dalam mengikuti pembelajaran Mampu menyimpulkan hasil pembelajaran Mengungkapkan gagasan apabila mempunyai ide yang lebih baik dari yang sudah ada
Tabel 1 membuktikan bahwa skor rata-rata
hasil
eksperimen
belajar
Kelas control Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
1,58
1,44
Rendah
Rendah
memperoleh kategori rendah. Walaupun kelas
eksperimen
dan
kelas
kontrol
menunjukkan kategori yang sama, tetapi
dengan kelas kontrol. Project based learning
kelas eksperimen memperoleh skor rata-
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
rata yang lebih tinggi dibandingkan kelas
dan mencapai pembelajaran afektif yang
kontrol. Siswa kelas eksperimen menunjuk-
signifikan (Doppelt, 2003). Skor rata-rata
kan
afektif siswa kelas eksperimen dan kelas
berlangsung.
kontrol
eksperimen
aspek
tinggi
kelas
Skor 2,85 2,74 2,57 2,66
dibandingkan
pada
lebih
afektif
Kelas eksperimen Skor Kategori 2,91 Tinggi 2,85 Tinggi 2,65 Tinggi 2,74 Tinggi
1,
2,
3,
dan
4
memperoleh kategori tinggi, dan aspek ke 5
sikap
antusias
selama
Perhatian berkaitan
pelajaran
siswa dengan
kelas proyek
pembelajaran yang ditugaskan. Siswa yang
1364
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1360-1369
antusias terhadap apa yang dipelajarinya
pengarahan yang diberikan guru mengenai
akan cenderung menggali lebih dalam dan
proyek yang akan mereka kerjakan (Yance,
mengembangkan
2013).
pembelajaran
tersebut.
Hal yang berbeda ditunjukkan oleh siswa
Pengamatan
ranah
psikomotorik
kelas kontrol. Siswa kelas kontrol cenderung
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
diam dan kurang fokus dengan pelajaran.
dibedakan menjadi 2, yaitu hasil belajar
Mereka menunjukkan tanda-tanda bosan
psikomotorik pembelajaran di kelas dan
seperti mengantuk dan mengobrol dengan
hasil
temannya. Siswa akan termotivasi untuk
praktikum
melakukan
ditampilkan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
proyek
saat
mendengar
belajar di
psikomotorik
pembelajaran
laboratorium,
berturut-turut
Kelas Eksperimen
Kelas kontrol
Aspek yang diamati
Gambar 1. Perbandingan skor rata-rata hasil belajar psikomotorik pembelajaran di kelas pada kelas eksperimen dan kelas control
Kelas Eksperimen
Kelas kontrol
Aspek yang diamati
Gambar 2. Perbandingan skor rata-rata hasil belajar psikomotorik pembelajaran praktikum di laboratorium kelas eksperimen dan kelas control
Retha Aliefyan Rose dan Agung Tri Prasetya, Keefektifan Strategi Project Based …. Hasil
pengamatan
ranah
1365
psiko-
menunjukkan hasil belajar psikomotorik ke-
motorik baik pada kegiatan pembelajaran di
giatan praktikum yang lebih baik disbanding-
kelas (Gambar 1) maupun kegiatan prakti-
kan kelas kontrol.
kum di laboratorium (Gambar 2) menunjuk-
Perbedaan
hasil
belajar
psiko-
kan bahwa skor rata-rata yang diperoleh
motorik pembelajaran praktikum di labora-
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
torium pada kelas eksperimen dan kontrol
kelas
disebabkan
kontrol.
Project
based
learning
oleh
perbedaan
penyajian
mempunyai pengaruh yang berarti terhadap
proyek pembelajaran. Kesiapan untuk me-
hasil belajar siswa pada ranah psikomotor
laksanakan praktikum serta keterampilan
(Yance, 2013).
melaksanakan praktikum siswa kelas ekspe-
Skor rata-rata psikomotorik pembe-
rimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.
lajaran di kelas pada kelas eskperimen dan
Kegiatan praktikum
tersebut merupakan
kelas kontrol untuk aspek 1, 2, dan 3
bagian
proyek
memperoleh kategori tinggi,
disiapkan oleh siswa sejak awal pembe-
sedangkan
dari
tugas
lajaran.
Siswa
cukup. Walaupun siswa kelas eksperimen
dibekali
gambaran
dan kelas kontrol menunjukkan kategori
penelusuran untuk melaksanakan proyek.
yang sama, tetapi siswa kelas eksperimen
Pelaksanaan kegiatan laboratorium siswa
memperoleh skor rata-rata yang lebih tinggi
kelas kontrol hanya mengikuti langkah kerja,
dibandingkan kelas kontrol. Aspek keleng-
seringkali dengan atau tanpa benar-benar
kapan tugas rumah siswa kelas eksperimen
memahami konsep-konsep. Mereka me-
menempati
dibandingkan
nerima instruksi, melaksanakan praktikum,
kelima aspek yang lain. Kelas eksperimen
dan kemudian menulis laporan. Project
menunjukkan
psikomotorik
based learning bermanfaat bagi siswa salah
pembelajaran di kelas yang lebih baik
satunya dengan cara memberikan mereka
dibandingkan kelas kontrol.
tanggungjawab
hasil
tertinggi
belajar
Skor rata-rata psikomotorik siswa pembelajaran
praktikum
proyek
kegiatan
serta
proyek
telah tugas
labora-
torium, suatu pendekatan yang akan meng-
laboratorium
hasilkan pemahaman yang lebih mendalam
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
tentang bagaimana ilmu pengetahuan di-
untuk aspek 1, 2, 3, 4, dan 5 memperoleh
praktekkan oleh ilmuwan melalui pemecah-
kategori tinggi, dan aspek 6 memperoleh
an masalah dan perumusan serta pengujian
kategori sangat tinggi. Walaupun siswa
berbasis
kelas
kontrol
zadeh, et al., 2012). Perbedaan hasil belajar
menunjukkan kategori yang sama, skor rata-
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
rata siswa kelas eksperimen lebih tinggi di-
signifikan diperkuat oleh hasil belajar kognitif
bandingkan kelas kontrol. Kelas eksperimen
siswa seperti disajikan pada Tabel 2.
eksperimen
dan
di
eksperimen
telah
aspek 4, 5, dan 6 memperoleh kategori
skor
kelas
yang
kelas
penelitian
hipotesis
(Movahed-
1366
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1360-1369 Tabel 2. Ringkasan hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas Eksperimen
Sumber Variansi Rata-rata
Kelas Kontrol
Pretest
Posttest
Kenaikan
Pretest
Posttest
Kenaikan
31,20
80,40
49,20
30,80
76,60
45,80
0
27
-
0
19
-
Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 80
Hasil belajar kognitif siswa kelas
adalah 76,60. Karena KKM yang ditetapkan
eksperimen dan kelas kontrol memiliki per-
adalah 80, maka kelas eksperimen telah
bedaan yang signifikan seperti ditunjukkan
mencapai KKM dan kelas kontrol tidak
Tabel 2. Hasil belajar kognitif siswa kelas
mencapai KKM yang diharapkan.
eksperimen
yang
diberi
pembelajaran
Perhitungan
ketuntasan
belajar
project based learning berbantuan modul
klasikal kelas eksperimen sebesar 67,50%
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang
dan kelas eksperimen sebesar 47,50%. Ke-
diberi pembelajaran ceramah berbantuan
berhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-
modul.
kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada Perbedaan hasil belajar kognitif
di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan
kelas eksperimen dan kelas kontrol dibuk-
individu (Mulyasa, 2004). Kelas eksperimen
tikan dengan perhitungan uji perbedaan
dan kelas kontrol belum mencapai ketun-
rata-rata satu pihak kanan. Hipotesis yang
tasan belajar klasikal yang diharapkan, akan
diajukan dalam uji perbedaan rata-rata satu
tetapi dapat diketahui bahwa ketuntasan
pihak
belajar klasikal kelas eksperimen lebih besar
kanan
bahwa
kelas
eksperimen
mempunyai hasil belajar yang lebih baik
dibandingkan kelas kontrol.
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil yang diperoleh dari uji ini yaitu
Uji peningkatan hasil belajar me-
thitung
nunjukkan bahwa baik kelas eksperimen
sebesar 2,26 dan tkritis sebesar 2,02 yang
maupun kelas kontrol menunjukkan pening-
berarti
diajukan
katan yang signifikan. Hasil perhitungan uji
diterima atau rata-rata hasil belajar kimia
peningkatan hasil belajar kelas eksperimen
siswa yang diberi strategi pembelajaran
diperoleh thitung sebesar 47,01 dan kelas
project based learning berbantuan modul
kontrol diperoleh thitung sebesar 32,43 pada
lebih baik daripada kelas dengan pem-
tkritis sebesar 2,02. Peningkatan hasil belajar
belajaran ceramah berbantuan modul.
kelas
bahwa
hipotesis
yang
Pengujian keefektifan pembelajaran
eksperimen
dibandingkan
dengan
lebih
besar
jika
peningkatan
hasil
dengan uji estimasi rata-rata menunjukkan
belajar kelas kontrol. Peningkatan ini juga
bahwa kisaran rata-rata hasil belajar kognitif
dapat dilihat dari perbedaan rata-rata antara
kelas eksperimen adalah 78,51-82,29 dan
nilai pretest dan posttet siswa seperti
kelas kontrol adalah 74,05-79,15. Rata-rata
ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil ini menun-
hasil belajar kognitif kelas eksperirmen
jukkan bahwa kelas eksperimen mengalami
diperoleh 80,40 sedangkan kelas kontrol
Retha Aliefyan Rose dan Agung Tri Prasetya, Keefektifan Strategi Project Based …. peningkatan hasil belajar yang lebih baik
mana
dibandingkan kelas kontrol.
mereka menyadari hubungan antara ke-
Serangkaian hasil uji hipotesis dapat
menggunakan
1367
pengetahuan
dan
hidupan dan disiplin ilmu (Gültekin, 2005).
disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif
Pembentukan
kelompok-kelompok
kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
belajar pada kelas eksperimen membantu
kelas
learning
siswa dalam memahami materi pelajaran
memiliki efek positif pada hasil belajar siswa
dan menyelesaikan tugas proyek. Kerja-
bila dibandingkan dengan kelas kontrol
sama siswa dalam suatu kelompok belajar
(Thomas, 2000). Penerapan strategi pembe-
project
lajaran project based learning berbantuan
pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa
modul pada kelas eksperimen memberikan
(Andri, 2012). Siswa kelas eksperimen
pengalaman belajar lebih bermakna diban-
mempunyai kesempatan untuk berdiskusi
dingkan
based
dan menyelesaikan masalah pembelajaran
learning menyediakan pengalaman belajar
yang muncul secara berkelompok. Mereka
yang kaya (Gültekin, 2005). Tugas proyek
mengembangkan dan mempraktikan kete-
pembelajaran memicu siswa untuk belajar
rampilan komunikasi serta belajar untuk
memecahkan masalah. Siswa dituntut untuk
mengorganisasikan proyek. Belajar bersama
mencari dan mendapatkan informasi yang
memungkinkan siswa untuk menyatukan ide
relevan berkaitan dengan tugas proyek.
satu sama lain, menyampaikan pendapat
Modul pembelajaran yang diberikan mem-
mereka sendiri, dan merundingkan solusi.
bantu
materi
Semua keterampilan ini akan diperlukan di
pengerjaan
lingkungan kerja. Masing-masing kelompok
proyek, sehingga dapat menghasilkan karya
berlomba untuk menghasilkan proyek yang
atau produk dari penyelesaian tugas proyek.
terbaik. Siswa memasuki kompetisi yang
kontrol.
kelas
siswa
pembelajaran
Project
based
kontrol.
dalam dan
Project
memahami
prosedur
Proyek pembelajaran memberikan
sehat
based
dengan
learning
memberikan
kelompok
lain
selama
contoh nyata penerapan materi kelarutan
pengerjaan proyek dan berusaha keras agar
dan hasil kali kelarutan pada kehidupan
berhasil (Baş, 2011). Siswa merasakan
sehari-hari siswa. Penerapan project based
kebahagiaan dan kegembiraan mencapai
learning menjembatani kesenjangan antara
sesuatu.
pengetahuan teoritis dan relevansi pengeta-
sesuatu dan menampilkan sesuatu yang
huan di dunia (Kalek dan Lee, 2012).
berbeda, yang pada akhirnya membuat
Keabstrakkan materi kelarutan dan hasil kali
mereka merasa berharga, terampil dan
kelarutan diubah dalam bentuk tugas proyek
berpengetahuan. Hal ini dapat menjadi
pembelajaran. Selama pengerjaan proyek,
kontribusi
yang
siswa belajar mamahami konsep atau materi
akademik
dan
belajar sekaligus menerapkannya melalui
pelajaran (Yalçin et al., 2009).
proyek
pembelajaran
yang
ditugaskan.
Siswa
senang
positif sikap
menghasilkan
pada siswa
prestasi terhadap
Tugas akhir berupa presentasi hasil
Proyek pembelajaran memungkinkan siswa
proyek
diberikan
kepada
siswa
kelas
memiliki kesempatan untuk belajar bagai-
eksperimen sebagai umpan balik setelah
1368
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1360-1369
pembelajaran
berlangsung.
Kegiatan
ini
pembelajaran
project
based
learning
merupakan bagian dari proyek dan dinilai
berbantuan modul terbukti efektif diterapkan
sebagai
ranah
dalam pembelajaran kimia pokok materi
psikomotorik. Hasil pengamatan presentasi
kelarutan dan hasil kali kelarutan ditinjau
proyek secara umum menunjukkan bahwa
dari hasil belajar siswa, baik dari ranah
siswa mampu menyampaikan hasil tugas
kognitif, afektif, maupun psikomorik. Project
proyek sesuai dengan kriteria yang telah
based learning mempunyai pengaruh yang
ditentukan. Tujuan kegiatan presentasi ini
berarti terhadap hasil belajar siswa pada
adalah untuk menyimpulkan bahwa seluruh
ranah
tugas
(Susanti, 2008 dan Yance, 2013).
salah
proyek
satu
penilaian
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan. Siswa menyimpulkan kaitan
kognitif,
afektif,
dan
psikomotor
Berdasarkan penelitian ini, dapat
konsep
disimpulkan kelebihan strategi project based
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Siswa
learning yaitu: 1) siswa diberikan kesem-
merefleksikan pengalaman masing-masing
patan lebih untuk terlibat langsung dan
selama pengerjaan tugas proyek pembe-
berinteraksi langsung dengan siswa lain
lajaran. Project based learning menawarkan
untuk memecahkan masalah, 2) siswa
kesempatan untuk penutupan, tanya jawab,
memahami penerapan konsep melalui tugas
dan refleksi (Grant, 2002).
proyek pembelajaran, dan 3) siswa dapat
masing-masing
proyek
dengan
Pembelajaran ceramah berbantuan modul pada kelas kontrol menunjukkan hasil
menghasilkan
produk
karya
pengerjaan
proyek pembelajaran.
belajar yang kurang maksimal bila diban-
Pengalaman di lapangan menemu-
dingkan kelas eksperimen. Pembelajaran
kan bahwa pembelajaran melalui strategi
dengan
project
ceramah
kurang
memberikan
based
learning
juga
memiliki
kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi
beberapa keterbatasan yaitu: 1) kondisi
aktif
lebih
kelas cenderung gaduh sehingga diperlukan
banyak berperan sebagai sumber belajar.
kecakapan guru dalam penguasaan dan
Materi yang dikuasai siswa terbatas hanya
pengelolaan kelas, dan 2) membutuhkan
pada apa yang disampaikan guru. Sulit
waktu yang lebih banyak bila dibandingkan
untuk
dengan strategi belajar lainnya.
dalam
pembelajaran.
mengetahui
apakah
Guru
siswa
telah
memahami apa yang disampaikan guru. Analisis angket tanggapan siswa
SIMPULAN
kelas eksperimen terhadap pembelajaran project based learning menunjukkan bahwa
Hasil penelitian membuktikan bahwa
tanggapan
strategi pembelajaran project based learning
setuju terhadap masing-masing indikator
berbantuan modul pada kelas eksperimen
yang terdapat dalam angket. Siswa kelas
efektif diterapkan dalam pembelajaran kimia
eksperimen tertarik dengan pembelajaran
pokok materi kelarutan dan hasil kali kela-
project based learning berbantuan modul.
rutan ditinjau dari hasil belajar kognitif,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
afektif dan psikomotorik siswa. Pembela-
83,33%
siswa
memberikan
Retha Aliefyan Rose dan Agung Tri Prasetya, Keefektifan Strategi Project Based …. jaran project based learning berbantuan modul pada kelas eksperimen dikatakan efektif karena hasil belajar siswa pada pokok
materi
kelarutan
dan
hasil
kali
kelarutan telah mencapai nilai 80 dari seluruh proses pembelajaran, ditinjau dari hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomorik.
DAFTAR PUSTAKA Andri, 2012, Pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap tingkat kerjasama siswa dan hasil belajar siswa kelas X TPM pada mata pelajaran menggambar di SMK N 1 Jetis Mojokerto, Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, Vol 1, No 2, Hal: 2837. Baş, G., 2011, Investigating the effects of project-based learning on students’ academic achievement and attitudes towards english lesson, The Online Journal of New Horizon in Education, Vol 1, No 4, Hal: 1-15. Doppelt, Y., 2003, Implementation and assessment of project-based learning in a flexible environment, Internatioanal Journal of Technology and Design Education, Vol 13, No 3, Hal: 255–272. Grant, M. M, 2002, Getting a grip on projectbased learning: theory, cases and recommendations, Meridian: A Middle School Computer Technologies Journal, Vol 5, No 1, Hal: 116-132. Gültekin, M., 2005, The effects of projectbased learning on learning th outcomes in the 5 grade social studies course in primary education, Educational Sciences: Theory and Practice, Vol 5, No 2, Hal: 548-556.
1369
Kalek, A. A. dan Lee, A., 2012, Application of project-based learning in students’ engagement in malaysian studies and english language, Journal of Interdisciplinary Research in Education, Vol 2, No 1, Hal: 3746. Miswanto, 2011, Penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi program linier siswa kelas X SMK Negeri 1 Singosari, Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan, Vol 1, No 1, Hal: 60-68. Mulyasa, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Özdemir, E., 2006, An investigation on the effects of project-based learning on students’ achievement in and attitude towards geometry, Thesis, Ankara: Middle East Technical University Turkey. Susanti,
E. dan Muchtar, Z., 2008, Penerapan project based learning untuk pembelajaran koloid SMA, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol 3, No 2, Hal: 106-112.
Yalçin, S. A., Turgut, Ü., dan Büyükkasap, E., 2009. The Effect of Project Based Learning on Science Undergraduates’ Learning of Electricity, Attitude Towards Physics and Scientific Process Skills, International Online Journal of Educational Sciences, Vol 1, No 1, Hal: 81-105. Yance, R. D., 2013, Pengaruh Penerapan Model Project Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batipuh Kabupaten Tanah Datar, Pillar of Physhic Education, Vol 1, No 1, Hal: 48-54.
1370
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1370-1379
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERVISI SETS TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP KIMIA Ilam Pratitis* dan Achmad Binadja Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang,50229,Telp.(024)8508035 E-mail : [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran advance organizer bervisi SETS terhadap peningkatan penguasaan konsep kimia materi larutan penyangga di suatu SMA di Semarang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non ekivalen. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, dan didapatkan kelas XI IPA 6 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, tes, observasi, dan angket. Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen adalah 84, sedangkan kelas kontrol adalah 82. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran advance organizer bervisi SETS terhadap peningkatan penguasaan konsep kimia sebesar 4%, dengan angka korelasi sebesar 0,2. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran advance organizer bervisi SETS berpengaruh positif terhadap peningkatan penguasaan konsep kimia pada materi larutan penyangga. Saran yang diberikan adalah model pembelajaran advance organizer bervisi SETS sebaiknya juga diterapkan pada materi kimia yang lain. Hal ini tentu saja disertai dengan perubahan sesuai dengan kebutuhan agar pengaruhnya terhadap hasil belajar berupa penguasaan konsep kimia menjadi lebih meningkat. Kata Kunci : advance organizer, larutan penyangga, penguasaan konsep, SETS
ABSTRACT This study aims to determine the effect of the application of learning model with advance organizer envisions SETS to increase mastery of chemistry concepts in the high school in Semarang on buffer solution material. The design used in this research is the design of the control group non equivalent. Sampling was conducted with a purposive sampling technique, and obtained a XI 6 science grade as experimental class and class XI 5 science grade as control class. Data collection method used is the method of documentation, testing, observation, and questionnaires. The results showed that the average cognitive achievement of experimental class was 84, while the control class was 82. The result of data analysis showed that the effect of the application of learning model with advance organizer envisions SETS was able to increase the mastery of chemical concepts of 4%, with a correlation rate of 0.2. Based on the results, it can be concluded that the learning model with advance organizer envisions SETS had positive effect of increasing mastery of the concept of chemistry on buffer solution material. The advice given is learning model with organizer envisions SETS should also be applied to other chemistry materials. This is of course accompanied by a change in order to suit the needs of its effect on learning outcomes in the form of concept mastery of chemistry to be more increased. Keywords: advance organizer, buffer solution, concept mastery, SETS
Ilam Pratitis dan Achmad Binadja, Penerapan Model Pembelajaran …. PENDAHULUAN
1371
disajikan pertama kali dalam pembelajaran. Tujuannya adalah menjelaskan, mengin-
Seklama ini, guru mengajarkan kon-
tegrasikan dan menghubungkan materi baru
sep dan teori kimia dengan metode yang
dengan materi yang dipelajari sebelumnya
hanya berpusat pada guru, sedangkan
(Kovalik, 2011). Kelebihan visi SETS adalah
siswa kurang diberi kesempatan untuk aktif
pendidik dan siswa dapat memperoleh
dalam
ini
pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir
berdasarkan fakta proses pembelajaran di
dan bertindak berdasarkan data analisis dan
kelas XI IPA suatu SMA di Semarang.
sintesis
Metode ceramah dan tanya jawab sering
Tentunya dengan memperhatikan aspek
digunakan
pembelajaran.
sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
Potensi siswa dalam memahami materi
sebagai kesatuan yang tak terpisah (Ifadloh,
kurang
2012). Oleh karena itu, model pembelajaran
kegiatan
pembelajaran.
dalam
digali
proses
sehingga
Hal
siswa
selalu
yang
bersifat
beranggapan bahwa teori kimia adalah
advance
materi yang sulit dan harus selalu dihafal.
diharapkan
Materi
belajar siswa khususnya dalam meningkat-
yang
disampaikan
juga
belum
organizer
komprehensif.
bervisi
mampu
memperbaiki
secara nyata. Hasil belajar kognitif materi
larutan penyangga dan aplikasinya dalam
larutan penyangga di SMA tersebut dari
kehidupan sehari-hari.
2012/2013
2010/2011
sampai
masih di bawah batas nilai
kimia
hasil
kan
pelajaran
konsep
ini
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
tahun
penguasaan
SETS
materi
Atas dasar inilah peneliti menerapkan
model
organizer
Hanya
aktif
pembelajaran kimia kelas XI IPA di suatu
menjawab pertanyaan dan mengemukakan
SMA di Semarang. Diharapkan siswa dapat
pendapat.
menguasai konsep materi larutan penyang-
Model gunakan
oleh
tertentu
saja
pembelajaran seorang
yang
yang
guru
di-
sangat
SETS
advance
tuntas 75 yaitu sebesar 66, 67, dan 71. siswa
bervisi
pembelajaran dalam
proses
ga dengan baik dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan
sehari-hari.
Rumusan
berpengaruh pada keaktifan siswa di kelas
masalah dalam penelitian ini adalah “apakah
(Panggabean, 2012). Guru harus bijaksana
model pembelajaran
dalam mengajar agar dapat menciptakan
bervisi SETS berpengaruh positif terhadap
situasi dan kondisi kelas yang kondusif
peningkatan
(Lught, 2007). Model pembelajaran tersebut
siswa kelas XI IPA di suatu SMA di
harus
dalam
Semarang?”. Penelitian ini bertujuan untuk
menguasai konsep serta mendorong siswa
mengetahui pengaruh model pembelajaran
untuk menerapkannya dalam kehidupan
advance organizer bervisi SETS terhadap
sehari-hari. Model pembelajaran advance
peningkatan
organizer
yang
siswa kelas XI semester genap di suatu
dikembangkan oleh Ausubel. Ausubel dalam
SMA di Semarang. Hasil penelitian ini
Sumiyadi (2012) mendeskripsikan advance
diharapkan dapat memberikan bantuan di
organizer sebagai materi pengenalan yang
bidang pendidikan berupa pengembangan
dapat
membantu
merupakan
siswa
alternatif
advance organizer
penguasaan
penguasaan
konsep
konsep
kimia
kimia
1372 model
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1370-1379 pembelajaran
advance
organizer
daya pembeda, dan indeks kesukaran.
bervisi SETS pada pembelajaran kimia, dan
Metode analisis data tahap awal yang
memberikan
model
digunakan adalah uji normalitas. Metode
advance organizer bervisi
analisis data tahap akhir yang digunakan
SETS pada pembelajaran materi larutan
meliputi uji normalitas, uji kesamaan dua
penyangga.
varians, uji dua pihak, uji satu pihak, uji
gambaran
pembelajaran
tentang
ketuntasan METODE PENELITIAN
belajar,
uji
pengaruh
antar
variabel dan uji koefesien determinasi. Peningkatan penguasaan konsep kimia siswa
Materi
yang
digunakan
dalam
diukur dari nilai pretest-posttest siswa.
penelitian ini adalah larutan penyangga. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi
experimental
design
jenis
HASIL DAN PEMBAHASAN
non
equivalent control group design. Populasi
Temuan dalam penelitian ini adalah
yang digunakan dalam penelitian adalah
terdapat perbedaan peningkatan penguasa-
siswa kelas XI IPA suatu SMA di Semarang
an konsep kimia pada siswa yang diberi
tahun pelajaran 2013/2014. Kelas XI IPA 6
pembelajaran
merupakan kelas eksperimen dan kelas XI
organizer bervisi SETS dengan siswa yang
IPA 5 merupakan kelas kontrol yang diambil
hanya diberi model pembelajaran advance
dengan teknik purposive sampling. Variabel
organizer tanpa visi SETS, rata-rata nilai
bebas yang digunakan dalam penelitian ini
penguasaan konsep siswa pada kelas yang
adalah model pembelajaran yang diterap-
diberi
kan. Pada kelas eksperimen diterapkan
organizer bervisi SETS adalah 84 semen-
model
organizer
tara rata-rata nilai siswa pada kelas yang
bervisi SETS sedangkan pada kelas kontrol
hanya diberi model pembelajaran advance
diterapkan model pembelajaran advance
organizer adalah 82. Ini menunjukkan ke-
organizer tanpa visi SETS. Variabel terikat
mampuan penguasaan konsep kimia siswa
dalam penelitian ini adalah penguasaan
kelas
konsep kimia siswa yang dinyatakan dengan
advance organizer bervisi SETS lebih tinggi
nilai tes kognitif. Variabel kontrol dalam
dibanding kelas dengan model pembelajar-
penelitian adalah guru, kurikulum, mata
an advance organizer tanpa visi SETS.
pelajaran dan jumlah jam pelajaran.
Rohmadi
pembelajaran
advance
dengan
model
yang
pembelajaran
diberi
(2011)
model
model
dalam
advance
advance
pembelajaran
penelitiannya
Metode pengumpulan data yang
menyimpulkan bahwa siswa yang diajarkan
digunakan adalah metode dokumentasi, tes,
dengan visi SETS memperoleh nilai kimia
observasi dan
yang lebih tinggi daripada siswa yang
angket.
Instrumen
yang
digunakan berupa silabus, RPP, bahan ajar,
diajarkan
dengan metode konvensional.
soal pre-post test, lembar observasi dan
Arlitasari
lembar angket. Tahap awal penelitian ini
menyimpulkan bahwa pengembangkan pe-
dilakukan uji coba soal. Analisis instrumen
rangkat pembelajaran berbasis SETS dapat
penelitian meliputi uji validitas, reliabilitas,
meningkatkan pemahaman siswa terhadap
(2013)
dalam
penelitiannya
Ilam Pratitis dan Achmad Binadja, Penerapan Model Pembelajaran ….
1373
konsep kimia. Berdasarkan hasil penelitian
pembelajaran advance organizer tanpa visi
ini dan penelitian terdahulu yang relevan
SETS. Dalam penelitian ini, proses pem-
menunjukkan model pembelajaran advance
belajaran
organizer
advance organizer bervisi SETS dilakukan
bervisi
SETS
mempunyai
pengaruh yang lebih baik dari pada model
dengan
model
pembelajaran
tahapan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks model pembelajaran advance organizer bervisi SETS Tahap Penyajian Advance Organizer
Perlakuan Guru Menyampaikan tujuan pembelajaran mempelajari larutan buffer yang merupakan salah satu cara untuk memperoleh perhatian siswa. Penyampaian gagasan diri sendiri atau mengekplorasi materi larutan buffer secara terampil. Menumbuhkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan tentang SETS. Membuat organisasi secara tegas Membuat urutan bahan pelajaran larutan buffer secara logis dan eksplisit. Memelihara suasana agar penuh perhatian. Tahap ini dapat dikembangkan dalam bentuk diskusi, melakukan percobaan, ceramah, siswa memperhatikan gambar-gambar, membaca teks, yang masing-masing diarahkan pada tujuan pembelajaran yang ditunjukan pada langkah pertama. Menyajikan bahan Menggunakan prinsip – prinsip rekonsiliasi integratif Meningkatkan kegiatan belajar yang aktif Melakukan pendekatan kritis guna memperjelas materi pelajaran Mengklarifikasikan materi yang telah dipelajari
Penyajian bahan pelajaran
Penguatan organisasi kognitif
Tahap-tahap
pelaksanaan
model
sistematis
pembelajaran advance organizer
bervisi
bagaimana mengelola proses pembelajaran
SETS pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
agar bermakna bagi siswa. Di dalam pem-
model
organizer
belajaran menggunakan visi SETS siswa
bervisi SETS merupakan model pembe-
diminta menghubungkaitkan unsur SETS.
lajaran yang sistematis. Siswa dibimbing
Siswa menghubungkaitkan konsep sains
untuk mengingat kembali konsep-konsep
yang dipelajari dengan hal-hal berkenaan
terdahulu yang sudah pernah dipelajari.
dengan konsep tersebut pada unsur lain
Pemahaman konsep yang baik memerlukan
dalam
perencanaan yang sistematis dalam proses
siswa memperoleh gambaran yang lebih
pembelajaran
ini
jelas tentang keterkaitan konsep tersebut
sesuai dengan pernyataan Rahayu (2010)
dengan unsur lain dalam SETS, baik dalam
pada
yang
bentuk kelebihan ataupun kekurangannya
dapat
(Setiyono, 2011). Keterkaitan antar unsur
pembelajaran
(Nugroho,
penelitian
menyatakan
advance
bahwa
2008). Hal
sebelumnya agar
siswa
memahami konsep yang lebih baik dan efisien
diperlukan
perencanaan
yang
dari
SETS,
guru
sehingga
yang
memuat
memungkinkan
SETS dapat dilihat pada Gambar 1.
1374
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1370-1379
TEKNOLOGI
SAINS MASYARAKA T
LINGKUNGAN
Gambar 1. Keterkaitan antar unsur SETS Salah satu contoh manfaat larutan
termasuk unsur lingkungan dalam SETS,
penyangga dalam kehidupan sehari-hari
dan
yang dibahas pada penelitian ini adalah
pemanfaatan obat sakit kepala aspirin yang
manfaat larutan penyangga pada industri
digunakan
pembuatan obat. Dalam hal ini, siswa
menghilangkan rasa nyeri termasuk unsur
dijelaskan
masyarakat
keterkaitan
materi
larutan
siswa
diajak
untuk
oleh
menganalisis
masyarakat
dalam
SETS.
untuk Dalam
penyangga dengan unsur SETS yang lain.
pembahasan semacam itu, siswa dapat
Sebagai
larutan
diajak untuk membahas lebih jauh tentang
penyangga MgO beserta pHnya dalam obat
berbagai macam isu lain yang berkaitan
aspirin termasuk unsur konsep sains-kimia
dengan
dalam
kemampuan mereka berpikir. Materi larutan
contoh,
SETS,
pembuatan
pembahasan
siswa
obat
diajak
sakit
membahas
kepala
aspirin
penyangga
larutan
penyangga
bervisi
SETS
sebatas dalam
termasuk unsur teknologi dalam SETS,
pemanfaatan obat sakit kepala aspirin dapat
siswa diajak membahas limbah buangan
dilihat pada Gambar 2.
akibat industri pembuatan obat tersebut Teknologi: Industri Pembuatan Obat Aspirin
Masyarakat: Dapat digunakan masyarakat penghilang rasa nyeri
SAINS Larutan Buffer asam asetilsalisila t -MgO
Lingkungan: Perlu dilakukan pengolahan limbah berbahaya industri obat aspirin terlebih dahulu.
Gambar 2. Materi larutan penyangga bervisi SETS
Ilam Pratitis dan Achmad Binadja, Penerapan Model Pembelajaran ….
1375
Keterkaitan antar unsur SETS materi
Pada uji normalitas hasil posttest
larutan penyangga pada Gambar 2, unsur
kedua kelas berdistribusi normal dan uji
sains yang menjadi pusat pembahasan.
kesamaan dua varians hasil posttest dipe-
Akan tetapi, dalam penerapannya pada
roleh harga
kompetensi lain unsur-unsur lain seperti
sebesar
unsur teknologi, lingkungan, dan masya-
pusat
pembahasan,
kurang
tergantung
sebesar
didapatkan nilai posttest di akhir pem-
5,13
dan
harga lebih dari
kedua kelas mempunyai perbedaan hasil
data yang bertujuan menjawab hipotesis
posttest. Berdasarkan hasil posttest terbukti
dengan uji korelasi. Selain itu, nilai posttest
berdistribusi normal, varians sama, dan
juga digunakan untuk mengetahui apakah
berpengaruh
dapat
, maka dapat disimpulkan bahwa
akhir pembelajaran digunakan untuk analisis
SETS
maka
sebesar 1,998. Karena
belajaran. Nilai posttest yang diperoleh di
bervisi
dari
rata-rata hasil post test diperoleh harga
proses pembelajaran seperti pada Tabel 1
advance
taraf
varians yang sama. Pada uji perbedaan
Setelah dilakukan serangkaian tahap
pembelajaran
dengan
disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai
darimana permasalahan akan dibahas.
model
2,028
signifikansi sebesar 0,05. Karena harga
rakat mempunyai peluang yang sama untuk menjadi
sebesar 1,12 dan harga
memiliki perbedaan rata-rata. Nilai pretest
organizer
siswa
terhadap
kelas
eksperimen
dan
kontrol
disajikan pada Tabel 2.
peningkatan penguasaan konsep kimia. Tabel 2. Nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas
N
Rata-rata
SD
Eksperimen Kontrol
33 33
23 26
6,61 6,73
Tabel
terendah kelas kontrol lebih tinggi dari pada
kelas
kelas eksperimen. Hal ini disebabkan karena
eksperimen yang lebih rendah sebesar 23
tingkat pemahaman konsep awal siswa
dari kelas kontrol sebesar 26. Selisih nilai
kelas
tertinggi
kelas
penyangga lebih baik. Nilai posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu
eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada
sebesar 28. Akan tetapi nilai tertinggi dan
Tabel 3.
nilai
dan
menunjukkan
Nilai Terendah 12 16
adanya
perbedaan
2
Tertinggi 40 44
rata-rata
terendah
pretest
pretest
kontrol
terhadap
materi
Tabel 3. Nilai Post Test Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol Kelas
N
Rata-rata
SD
Eksperimen Kontrol
33 33
84 82
7,22 6,82
Nilai Tertinggi 96 92
Terendah 68 64
larutan
1376
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1370-1379 Tabel
3
menunjukkan
adanya
advance
organizer
bervisi
SETS
hasil
perbedaan nilai rata-rata posttest kelas
belajar kognitifnya lebih baik daripada kelas
eksperimen yang lebih tinggi sebesar 84
yang diberi model pembelajaran advance
daripada kelas kontrol sebesar 82. Nilai
organizer tanpa visi SETS. Hal ini dapat
tertinggi dan terendah kelas eksperimen
diperjelas pada perhitungan uji perbedaan
lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini
rata-rata satu pihak kanan (uji satu pihak)
menunjukkan bahwa model pembelajaran
yang menunjukkan bahwa thitung sebesar
advance
5,129 lebih dari
organizer
bervisi
SETS
yang
sebesar 1,998) yang
diterapkan pada kelas eksperimen lebih baik
berarti bahwa rata-rata hasil belajar kognitif
daripada
kimia
model
pembelajaran
advance
penerapan
model
organizer tanpa visi SETS yang diterapkan
pembelajaran advance organizer
bervisi
pada kelas kontrol.
SETS lebih baik daripada siswa yang diberi
Selisih rata-rata nilai pretest–posttest siswa
kelas
eksperimen
sebesar
61,
siswa
model
dengan
pembelajaran
advance
organizer
tanpa visi SETS. Selisih peningkatan nilai
sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 56.
rata-rata
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
kelas
pada Gambar 3.
yang
diberi
model
pembelajaran
hasil
belajar
kognitif
kelas
Gambar 3. Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Besarnya
pengaruh
model
pem-
diperoleh koefesien korelasi biserial sebesar
belajaran advance organizer bervisi SETS
0,2 yang menunjukkan bahwa pengaruh
terhadap peningkatan penguasaan konsep
penerapan model pembelajaran advance
kimia materi larutan penyangga,
organizer bervisi SETS termasuk dalam
dapat
diketahui dengan uji koefesien korelasi
kategori
sangat
rendah.
Berdasarkan
biserial dan koefesien determinasi. Dengan
perhitungan
diperoleh
menganalisis data nilai rata-rata posttest
determinasi
hasil
kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-
Penyebab pengaruh antar variabel sangat
turut sebesar 84 dan 82, harga proporsi
rendah adalah karena 96% hasil belajar
pengamatan sebesar 0,5, dan tinggi ordinat
dipengaruhi oleh faktor lain di luar model
luasan pada kurva normal yang luasnya 0,5,
pembelajaran advance organizer
harga
belajar
koefesien
sebesar
4%.
bervisi
Ilam Pratitis dan Achmad Binadja, Penerapan Model Pembelajaran ….
1377
SETS. Adapun faktor lain yang mem-
sebesar
pengaruhi di antaranya yaitu: (1) model
pengusaan konsep kimia materi larutan
pembelajaran
yang
penyangga. Model pembelajaran dengan
sama–sama digunakan pada kelas ekspe-
visi SETS pada mata pelajaran yang lain
rimen dan kelas kontrol, (2) pengenalan
juga
pembelajaran dengan visi SETS kurang
ningkatan hasil belajar kognitif siswa. Hasil
optimal pada kelas eksperimen, (3) pe-
penelitian ini diperkuat dengan penelitian
nyiapan perangkat pembelajaran seperti
sebelumnya pada mata pelajaran fisika SMA
silabus, RPP, dan bahan ajar kurang optimal
kelas X yang menunjukkan bahwa model
sehingga siswa pada kelas eksperimen
pembelajaran advance organizer
belum mencapai pemikiran yang optimal
ngaruh
dalam SETS, (4) kecerdasan setiap siswa
aktivitas belajar siswa dan hasil belajar
yang berbeda, (5) tingkat kesulitan materi
kognitif siswa (Dewi, 2012). Skor rata-rata
yang diberikan, (6) motivasi siswa yang tidak
hasil
besar
model
diterapkan model pembelajaran advance
pembelajaran yang diberikan, (7) lingkungan
organizer sebesar 80,8 sedangkan kelas
belajar
kontrol yang diterapkan model pembelajaran
advance
terhadap
siswa,
materi
dan
organizer
maupun
(8)
latar
belakang
4%
terhadap
berpengaruh
positif
belajar
positif
peningkatan
terhadap
terhadap
kelas
pe-
berpe-
peningkatan
eksperimen
yang
direct instruction sebesar 75,3. Selain itu,
keluarga yang berbeda. Hasil yang diperoleh menunjukkan
Sianturi
(2013)
dalam
penelitiannya
bahwa dari 33 siswa kelas eksperimen dan
menerapkan model pembelajaran advance
33 siswa kelas kontrol, terdapat 2 siswa
organizer pada materi kewirausahaan siswa
pada kelas eksperimen dan 3 siswa pada
SMK menyimpulkan bahwa adanya pe-
kelas kontrol yang belum mencapai nilai
ngaruh
KKM
pembelajaran
sebesar
75.
Akan
tetapi,
kelas
eksperimen dan kelas kontrol telah dinya-
positif
sebesar
advance
40%
organizer
model dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
takan mencapai ketuntasan klasikal karena
Secara umum, masalah yang sering
jumlah siswa yang mencapai nilai tuntas
muncul dalam setiap proses pembelajaran
lebih besar dari 85% jumlah siswa pada
adalah
masing-masing kelas. Hasil perhitungan uji
lajaran
ketuntasan
kelas
advance organizer bervisi SETS yang dite-
sebesar 7,54
rapkan guru di dalam kelas eksperimen lebih
sebesar 2,037, dan untuk
menekankan keaktifan siswa pada proses
belajar
(uji
eksperimen diperoleh lebih dari
kelas kontrol diperoleh
t)
untuk
sebesar 6,15
kekurangaktifan dengan
model
Pembe-
pembelajaran
pembelajaran. Contohnya usaha guru untuk
sebesar 2,037. Hal ini berarti
membuat
proses
kelas eksperimen dan kelas kontrol telah
bermakna
dalam
mencapai ketuntasan hasil belajar.
dengan
lebih dari
siswa.
cara
pembelajaran penelitian
penyajian
menjadi
ini
adalah
artikel
disertai
pembelajaran
dengan gambar manfaat larutan penyangga
advance organizer bervisi SETS dalam
yang ditampilkan pada media powerpoint.
penelitian ini mempunyai pengaruh positif
Siswa secara berkelompok menganalisis
Penerapan
model
1378 artikel
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1370-1379 yang
disajikan
oleh
guru
yang
kemudian saling tukar informasi dengan
merusak
lingkungan
sementara
tetap
bermanfaat bagi masyarakat.
presentasi dan mengadakan tanya jawab. SIMPULAN
Dengan adanya keaktifan tersebut, motivasi pada siswa akan timbul dengan sendirinya dan dapat mempengaruhi hasil belajar
Simpulan dari hasil penelitian ini
berupa penguasaan konsep kimia pada
adalah
siswa sehingga membuat proses pem-
organizer bervisi SETS untuk materi larutan
belajaran menjadi efektif dan bermakna. Hal
penyangga
ini
terhadap hasil belajar berupa peningkatan
diperkuat
belumnya
dengan
bahwa
pernyataan
dalam
se-
menyikapi
model
pembelajaran
memiliki
penguasaan
konsep
advance
pengaruh
kimia.
positif
Hal
ini
kekurangaktifan siswa, tugas seorang guru
ditunjukkan dengan koefesien korelasi yang
adalah membuat agar proses pembelajaran
didapatkan sebesar 0,2 dengan koefesien
berlangsung secara efektif dan bermakna
determinasi (KD) sebesar 4%. Penerapan
(Hamdani (2011).
model
Hasil
analisis
lembar
angket
pembelajaran
peningkatan
mendalami materi larutan penyangga yang
sebesar 4%.
eksperimen
lebih
tinggi
dibandingkan
pada
kelas
dengan
kelas
organizer
bervisi SETS terbukti berpengaruh terhadap
menunjukkan bahwa motivasi siswa untuk
disampaikan
advance
penguasaan
konsep
kimia
DAFTAR PUSTAKA
kontrol, hal ini dapat dilihat dari rasa ingin tahu yang besar terhadap materi yang disajikan
maupun
hal-hal
lain
yang
berkaitan. Terlebih lagi dengan adanya visi SETS. Dengan adanya kesalingterkaitan antar
unsur
Environment, dalam
model
SETS
yaitu
Technology,
and
pembelajaran
Science, Society advance
organizer, siswa dapat mengetahui dan menghubungkan antara konsep sains dengan perkembangan teknologi, lingkungan dan pengaruh atau dampaknya terhadap masyarakat. Siswa akan memiliki kemampuan
memahami
dan
Arlitasari, O., Budiharti, R., dan Pujayanto, P., 2013, Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis Salingtemas dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan, Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Vol 1, No 1, Hal: 1-8.
menerapkan
pengetahuan yang telah dipelajari, mampu menganalisis dan mensintesis pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari, dengan arah yang tidak harus
Dewi,
L., 2012, Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA Kelas X, Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, Vol 1, No 1, Hal: 8892.
Hamdani, 2011, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia. Ifadloh, V.N., Santoso, N.B., dan Supardi, K.I., 2012, Metode Diskusi dengan Pendekatan SETS dan Media Question Card, Unnes Science Education Journal, Vol 1, No 2, Hal: 119-125.
Ilam Pratitis dan Achmad Binadja, Penerapan Model Pembelajaran …. Kovalik, dan Williams, 2011, Cartoons As Advance Organizers, Lifespan Development and Educational Sciences, Journal of Kent State University, Vol 30, No 2, Hal: 4064. Lught, Smulders, F., dan Snelders, D., 2007, Teaching Theoretical Concepts to Large Groups of Design Students Using Fish Bowlessions, Journal International Engineering and Product Design Education Conference, Vol 6, No 12, Hal: 1012. Nugroho, S., Wardani, S., dan Binadja, A., 2008, Keberkesanan Pembelajaran Kimia Materi Ikatan Kimia Bervisi SETS pada Hasil Belajar Siswa, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No 2, Hal: 256-262. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D., 2012, Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction, Jurnal Online Pendidikan Fisika PPs Universitas Negeri Medan, Vol 1, No 2, Hal: 13-20. Rahayu, S., Supartono, dan Widodo, A.T., 2010, Pengembangan Model Pembelajaran Advance Organizer untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, Jurnal Inovasi
1379
Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Semarang, Vol 4, No 1, Hal: 497-505. Rohmadi, M., 2011, Pembelajaran dengan Pendekatan CEP (ChemoEntrepreneurship) yang Bervisi SETS Guna Meningkatkan Kualitas Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Sains PPs Universitas Negeri Surakart, Vol 2, No 1, Hal: 1-9. Setiyono,
F.P., 2011, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kimia Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Pendekatan SETS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa, Jurnal PP, Vol 1, No 2, Hal: 149158.
Sianturi,
C.I., 2013, Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Kewirausahaan SMK BM, Jurnal Universitas Negeri Medan, Vol 1, No 1, Hal: 64-68.
Sugiyono, 2010, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfa Beta. Suharsimi, A., 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Sumiyadi, 2012, Pengajaran Sastra dengan Model Advance Organizer, Jurnal FPBS Universitas Pendidikan Indonesia, Vol 11, No 1, Hal: 1
1380
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1380-1389
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI ASAM BASA Nunung Fika Amalia* dan Endang Susilaningsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang,50229,Telp.(024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSTRAK Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, siswa dituntut untuk mempunyai ketrampilan berpikir kritis, terutama pada matapelajaran yang bersifat abstrak seperti kimia. Penelitian pendahuluan yang dilakukan pada salah satu SMA di Ambarawa menemukan bahwa instrumen penilaian yang digunakan belum berorientasi pada keterampilan berpikir kritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengembangan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis, memperoleh inovasi instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis yang dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa, dan memperoleh instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis yang memenuhi kriteria valid dan reliable. Jenis penelitian ini adalah Research and Development. Prosedur pengembangan produk melalui tahapan penelitian yakni pendahuluan dan pengembangan. Tahap pendahuluan terbagi menjadi dua, yaitu studi lapangan dan studi literatur. Tahap pengembangan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu 1) menyusun jenis instrumen, 2) validasi pakar, 3) uji coba skala terbatas 4) uji coba skala luas dan 5) implementasi produk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis instrumen yang digunakan di sekolah memiliki tingkatan taksonomi kognitif C1 sampai C2 dan terkadang C3. Instrumen penilaian yang dikembangkan adalah tes essay analisis, lembar aktivitas siswa, dan tes problem solving yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis siswa. Instrumen penilaian yang telah dikembangkan dalam penelitian ini dinyatakan valid dan reliable dan berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif siswa. Kata kunci: instrumen penilaian, keterampilan berpikir kritis, materi asam basa
ABSTRACT In order to achieve the national education goals, students are required to have critical thinking skills, especially on abstract lesson such as chemistry. Preliminary research conducted at one of high school in Ambarawa found that the assessment instruments used have not been oriented toward critical thinking skills. The purpose of this study is to investigate the process of developing critical thinking skills assessment instruments, to obtain the innovation critical thinking skills assessment instruments that can measure students' critical thinking skills, and acquire critical thinking skills assessment instruments that meet criteria for valid and reliable. The research is a Research and Development. The procedures are the preliminary stages of research and development stages. Preliminary stages are divided into two, namely the field studies and literature studies. The development stages are divided into several parts, namely 1) develop the type of instrument, 2) validation by expert, 3) a limited scale trial, 4) large-scale trials and 5) implementation of the product. The results of this study indicate that the type of instrument used in schools have cognitive taxonomic level C1 to C2 and sometimes C3. Assessment instruments developed was essay test analysis, student activity sheets, and testoriented problem solving students' critical thinking skills. Assessment instruments that have been developed in this study is valid and reliable and positive effect on students' cognitive learning outcomes. Keywords: assessment instruments, critical thinking skills, acid-base materials
1381
Nunung Fika Amalia dan Endang Susilaningsih, Pengembangan Instrumen…. PENDAHULUAN
berpikir ini tidak dibawa sejak lahir (Redhana dan Liliasari, 2008). Pendidikan berpikir di
Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar siswa serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi pelajaran.
siswa
pada
Penilaian
semua
mata
belajar
yang
hasil
dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk ujian
nasional
pencapaian nasional
bertujuan
untuk
menilai
lulusan
secara
pelajaran
tertentu
kompetensi
pada
mata
(Saptorini, 2012) penilaian
merupakan
bagian integral dari suatu proses penilaian dalam pembelajaran. Penilaian berperan sebagai program penilaian proses, kemajuan belajar, dan hasil belajar siswa (Docktor Heller,
2009). Instrumen penilaian
meliputi tes dan sistem penilaian. Instrumen penilaian
dirancang
untuk
mengetahui
tingkat pemahaman peserta didik setelah mempelajari suatu kompetensi (Prasasti, et.al.,
2012).
Pencapaian
tujuan
pem-
belajaran kimia yang sebenarnya membutuhkan penggunaan instrumen penilaian yang tidak hanya mencakup hafalan dan pemahaman,
tetapi
juga
dibutuhkan
penilaian yang melatih keterampilan berpikir (Lissa, 2012).
berpikir kritis pada lulusan SMA masih relatif rendah. Rendahnya keterampilan berpikir kritis dan kreatif lulusan pada sekolah dasar sampai
dengan
perguruan
tinggi
di
Indonesia masih sering dikeluhkan (Reta, 2012). Hasil wawancara dengan guru kimia di
suatu
SMA
Negeri
di
Ambarawa
membuktikan bahwa instrumen penilaian yang digunakan masih mengukur aspek hafalan
dan
pemahaman.
Asam
basa
dengan baik dan sesuai dengan tingkatan kemampuan berpikir dapat meningkatkan daya berpikir siswa, khususnya berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat dilatihkan
membutuhkan hafalan dan pemahaman, Materi ini merupakan materi yang sarat dengan konsep dan berkaitan satu sama lain untuk mendukung materi selanjutnya yaitu Hidrolisis, Buffer, dan Ksp, sehingga perlu penanaman konsep yang utuh dan benar. Materi ini penting sebagai konsep awal siswa untuk memahami konsep kimia pada materi berikutnya. Selain itu, materi pokok
ini
dipilih
berdasarkan
rincian
indikator yang terdapat dalam silabus kimia KTSP (2006) yakni materi asam basa dapat memenuhi kesebelas indikator keterampilan berpikir kritis yang akan dikembangkan (Purwaningtyas, et.al., 2012). Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian pengembangan instrumen penilaian keterampilan
Instrumen penilaian yang dirancang
penting
ditangani dengan baik sehingga kecakapan
merupakan salah satu materi kimia yang
Instrumen
dan
sekolah saat ini khususnya di SMA belum
karena
keterampilan
berpikir kritis siswa pada materi sistem asam dan basa. Instrumen penilaian yang dikembangkan
dalam
penelitian
ini
adalah
instrumen penilaian yang dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Instrumen
1382
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1380-1389
penilaian ini didesain untuk meningkatkan
rampilan berpikir kritis. Jenis penelitian R&D
keterampilan berpikir siswa. Keterampilan
yang
berpikir siswa dapat dilihat dari jenjang
mengacu
instrumen
diadaptasi
penilaian
yang
diujikan
dan
digunakan pada
dalam
penelitian
Sugiyono
(2010)
sesuai
dengan
ini yang
kebutuhan
proporsi ketuntasan. Selain itu, instrumen
penelitian. Waktu penelitian dimulai dari
penilaian keterampilan berpikir kritis materi
bulan Januari 2014 sampai bulan Maret
asam basa yang disajikan mengangkat
2014.
fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap penelitian ini dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap pendefinisian,
Penelitian dilakukan di suatu SMA
penyusunan desain, pengembangan, dan
Negeri di Ambarawa, Kab. Semarang, Jawa
implementasi. Pendefinisian meliputi dua
Tengah.
1)
tahapan yaitu (1) studi lapangan, yang
bagaimanakah pengembangan instrumen
dilakukan untuk mendapat informasi berupa
penilaian keterampilan berpikir kritis siswa,
jenis
2) instrumen penilaian berpikir kritis yang
digunakan disekolah, dan (2) mengkaji
seperti
mengukur
sarana prasarana sekolah, dan proses
keterampilan berpikir kritis, dan 3) apakah
pembelajaran kimia. Studi literatur dilakukan
instrumen penilaian berpikir kritis
yang
dengan mencari referensi mengenai kriteria
dikembangkan telah memenuhi kriteria valid
pengembangan keterampilan berpikir kritis
dan reliabel.
serta
Masalah
apakah
penelitian
yang
adalah
dapat
Tujuan penelitian adalah untuk 1) mengetahui
proses
instrumen
penilaian
indikator-indikator
kimia
yang
keterampilan
berpikir kritis.
pengembangan
Desain
produk
diawali
dengan
instrumen penilaian keterampilan berpikir
menyusun kisi-kisi soal, menyusun soal,
kritis, 2) memperoleh inovasi instrumen
menyusun kunci jawaban, dan validasi
penilaian keterampilan berpikir kritis yang
desain oleh pakar penelitian pendidikan,
baru yang dapat mengukur keterampilan
pakar keterampilan berpikir kritis, pakar
berpikir kritis siswa, dan 3) memperoleh
kimia,
instrumen penilaian keterampilan berpikir
divalidasi, instrumen penilaian mengalami
kritis yang dapat mengukur keterampilan
beberapa kali revisi untuk memperbaiki
berpikir kritis siswa yang memenuhi kriteria
instrumen penilaian yang dikembangkan
valid dan reliabel.
sehingga layak untuk diujicobakan di kelas
dan
praktisi
lapangan.
Setelah
uji coba. Perbaikan dan penyempurnaan METODE PENELITIAN
instrumen
Penelitian dilakukan di suatu SMAN di
Ambarawa,
Kab.
Semarang,
Jawa
pengembangan instrumen penilaian kete-
dilakukan
dengan
arahan, bimbingan serta masukan dari validator. Tahap
Tengah. Jenis penelitian termasuk Research and Development (R&D) yaitu penelitian
penilaian
pengembangan
dilakukan
dengan uji kualitas instrumen yakni dengan menguji validitas dan reliabilitas soal di suatu
SMAN
di
Ambarawa.
Instrumen
1383
Nunung Fika Amalia dan Endang Susilaningsih, Pengembangan Instrumen…. HASIL DAN PEMBAHASAN
dinyatakan valid oleh pakar dan memiliki koefisien reliabilitas dan validitas dengan
Pengembangan instrumen penilaian
kategori cukup sampai dengan kategori tinggi, kemudian diujicobakan pada skala terbatas yang melibatkan 9 siswa anggota KIR di SMA tersebut. Hasil uji coba skala terbatas
kemudian
mendapatkan
instrumen
direvisi
untuk
penilaian
yang
lebih reliabel yang kemudian diujicobakan pada skala besar di kelas XI IPA 4. Hasil analisis uji coba skala besar didapatkan instrumen
penilaian
final,
kemudian
diimplementasikan di kelas XI IPA 3. Semua sampel diambil secara purposive sampling. Tahap pendefinisian, diperoleh data yang meliputi jenis dan kualitas instrumen penilaian yang digunakan di sekolah, kondisi sekolah dan proses pembelajaran kimia. Pada tahap pengembangan, data yang terkumpul adalah pengaruh implementasi
keterampilan berpikir kritis dalam hal ini mengacu
terhadap
hasil
belajar
dan
ketercapaian efektifitas serta kepraktisan instrumen
penilaian.
dikumpulkan
dengan
Data
tersebut
menggunakan
instrumen penelitian yang berupa lembar validasi
pakar,
lembar
angket,
lembar
checklist, lembar aktivitas siswa, tes essay
kualitatif
diolah
dengan
menggunakan tenik penjumlahan sederhana kemudian dilakukan kategorisasi. Validitas soal
tes
dihitung
dari
validasi
pengembangan
dengan melakukan studi pendahuluan yang meliputi studi lapangan dan studi literatur; (2) desain produk diawali dengan menyusun kisi-kisi soal, menyusun soal, menyusun kunci jawaban, dan validasi desain; (3) pengembangan dimulai dari tahap pra uji coba, uji coba skala terbatas, dan uji coba skala luas; (4) implementasi, merupakan tahapan
terakhir
sebelum
produk
pengembangan dipublikasikan; (5) produk jadi, setelah dilakukan implementasi, uji keefektifan, efisien dan revisi akhir, maka produk siap untuk diproduksi massal dan dipublikasikan. Pada tahap pendefinisian didapatkan data tentang jenis instrumen penilaian kimia tepatnya materi asam dan basa di sekolah, selain itu juga mengukur aspek hafalan
dan pemahaman konsep. Ber-
dasarkan taksonomi kognitif Bloom berada pada ranah C1 (hafalan) dan C2 (pemahaman). Kondisi seperti ini tentu tidak lebih baik untuk melatih keterampilan berpikir
analisis, dan tes problem solving. Data
model
Sugiyono yang terdiri dari (1) pendefinisian
instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis
pada
pakar,
reliabilitas soal tes dengan rumus alphacronbach. Efektifitas instrumen dapat dilihat dari peningkatan keterampilan berpikir siswa dihitung dengan rumus t (Sudjana, 2005).
kritis siswa. Jenis soal dengan tingkat taksonomi Bloom yang rendah tidak melatihkan keterampilan berpikir siswa (Pursitasari dan Permanasari, 2012; Ennis, 1993). Instrumen pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis menjadi penting dikembangkan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Richmond (2007) dalam penelitiannya yang menya-
1384
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1380-1389
takan bahwa keterampilan berpikir yang baik
setelah dilakukan revisi pada penulisan dan
dapat menjadi modal kuat bagi siswa di Asia
keterbacaan yang sesuai dengan Ejaan
untuk
permasalahan
Yang Disempurnakan (EYD), kesesuaian
kompleks yang ada pada perkembangan
antara indikator keterampilan berpikir kritis
jaman yang modern. Tuntutan jaman seperti
dengan
itu tentu tidak dengan mudah dapat kita
taksonomi kognitif Bloom pada setiap soal,
hadapi
latihan.
ketepatan penggunaan gambar dalam soal,
Keterampilan berpikir dapat dikembangkan
dan ketepatan penyajian kasus pada soal
melalui suatu pengkondisian untuk berpikir.
problem solving.
dapat
menghadapi
tanpa
melalui
proses
soal,
Oleh karena itu, dibutuhkan proses latihan berpikir
melalui
menjawab
soal
yang
kesesuaian
penggunaan
Validitas dinyatakan baik dengan kategori koefisien validitas berkisar antara
berorientasi pada keterampilan berpikir kritis
valid
sampai
dengan
sangat
valid.
sehingga siswa mampu mengikuti perkem-
Reliabilitas soal berpikir, juga harus diuji dan
bangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
hasilnya ada pada kategori tinggi sampai
Instrumen yang berorientasi pada
sangat tinggi. Reliabilitas butir soal pada tes
keterampilan berpikir dikembangkan ber-
essay analisis dan tes problem solving
dasarkan
pendahuluan
memang sedikit naik turun, hal tersebut
tentang instrumen yang ada di lapangan,
dikarenakan tipe soal yang berorientasi
karakter siswa, kondisi sekolah, tinjauan dari
pada
penelitian-penelitian
dan
keterampilan berpikir, bukan hanya mene-
pemerintah
kankan pada pemahaman konsep tetapi
tentang orientasi pendidikan nasional, serta
lebih pada aspek sintesis, analisis, dan
mempertimbangkan kemajuan ilmu penge-
evaluasi, sehingga memiliki keajegan yang
tahuan, dan teknologi. Instrumen kete-
relatif rendah (Carson, 2007; Docktor dan
rampilan berpikir kritis yang dikembangkan
Heller,
mengadaptasi pada indikator berpikir kritis
dengan nilai alpha di atas 0,7 maka
Ennis (1985)
dinyatakan reliabel.
tinjauan
data
penelitian
yang
relevan,
kebijakan-kebijakan
yang meliputi tes essay
keterampilan
analisis, tes problem solving dan lembar aktivitas siswa.
2009;
berpikir.
Ennis,
Keterampilan
1993).
Instrumen
Reliabilitas
berpikir
bukanlah
sebuah hasil belajar instan yang langsung
Salah satu langkah pada tahap
dapat diukur dengan dua sampai tiga kali
desain adalah validasi pakar. Validasi yang
pembelajaran, kemudian dinyatakan baik
dilakukan adalah validitas isi dari instrumen
ataupun
penilaian. Instrumen keterampilan berpikir
penelitian dari (Richmond, 2007; Woolf, et.
hendaknya memiliki validitas konstruk yang
al., 2005), menyatakan dibutuhkan sebuah
baik sebelum digunakan (Ennis dan Weir,
proses dan latihan yang tidak singkat untuk
1985; Docktor dan Heller, 2009). Oleh
dapat
karena itu, validasi pakar menjadi bagian
seseorang. Dalam penelitian, hal ini dapat
yang
pengem-
dilihat dari peningkatan rerata hasil belajar
bangan. Hasil validasi dinyatakan valid
keterampilan berpikir kritis seperti ditam-
penting
untuk
memulai
tidak
baik.
mengubah
Berdasarkan
keterampilan
hasil
berpikir
1385
Nunung Fika Amalia dan Endang Susilaningsih, Pengembangan Instrumen…. terjadi
latihan soal yang berbentuk essay sehingga
peningkatan rata-rata nilai dan proporsi
nilai siswa lebih baik. Kenaikan rata-rata
ketuntasan pada tes essay analisis pada
nilai dan proporsi ketuntasan pada tes essay
materi asam dan basa. Hal tersebut terjadi
analisis ini dapat diartikan bahwa tes essay
karena siswa sudah terbiasa mengerjakan
analisis efektif untuk dipergunakan.
pilkan
pada
Tabel
1
yakni
Tabel 1. Rerata hasil belajar dan proporsi ketuntasan tahap implementasi Jenis Tes Ulangan harian materi asam basa Ulangan tengah semester Tes esai analisis Tes problem solving TEA dan TPS
Rerata 72,08 71,54 73,42 67,28 70,35
Proporsi Ketuntasan
Pada tes problem solving, me-
instrumen penilaian keterampilan berpikir
ngalami penurunan rata-rata hasil belajar,
kritis dapat meningkatkan proporsi ketun-
tetapi proporsi ketuntasan menjadi naik,
tasan belajar siswa. Hal ini disebabkan
dapat dilihat pada Tabel 1. Hal tersebut,
karena instrumen penilaian keterampilan
dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu
berpikir kritis yang dibuat tidak hanya
kondisi saat pembelajaran kurang efektif
menjadikan siswa memahami mengenai
karena
melakukan
materi asam basa, melainkan siswa dapat
persiapan ujian nasional. Kondisi yang
mengetahui mengenai materi asam basa
kurang
mengubah
dalam hal aplikasinya dalam kehidupan
keterampilan berpikir ke arah negatif atau
sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari
penurunan (Miri, et. al., 2007; Liliawati dan
siswa dapat menemui cuka saat makan
Puspita, 2010). Pada awal pembelajaran,
bakso, aspirin yang merupakan asam asetil
keterampilan berpikir kritis masih dapat
salisilat, asam format yang dikeluarkan saat
dikondisikan
semut merah menggigit serta sifat kimia
sekolah
mendukung
memasuki
tetapi
sedang
dapat
saat
kondisi
yang terkandung dalam lahan gambut. Dari
sekolah sudah tidak kondusif untuk belajar.
fenomena yang telah dijabarkan, melalui
Siswa kurang terlatih dan belum terbiasa
instrumen penilaian keterampilan berpikir
dengan bentuk soal yang menyajikan kasus-
kritis, siswa lebih bisa memahami fenomena
kasus khusus sehingga dibutuhkan cukup
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
waktu. Membutuhkan waktu yang lama dan
dan menghubungkannya dengan proses
pengetahuan dasar yang kuat untuk melatih
kimia.
keterampilan
kehidupan sehari-hari disajikan dan dikemas
(Carson,
penyelesaian
pembelajaran kasus
menyelesaikan
2007).
Oleh
masalah
karena
Fenomena
yang
terjadi
dalam
itu,
dalam suatu kasus yang harus diselesaikan
diasumsikan bahwa nilai tes problem solving
dan dicari solusinya yang dapat dilihat pada
kurang baik.
Gambar 1.
Berdasarkan data yang telah dipaparkan dalam Tabel 1 diketahui bahwa
1386
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1380-1389
Gambar 1. Contoh soal instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis
Spesifikasi instrumen penilaian tes
kemampuan menganalisis uraian soal yang
essay analisis yaitu instrumen mengacu
disajikan, sedangkan pada tes problem
pada indikator keterampilan berpikir kritis
solving, siswa dilatih untuk menyelesaikan
menurut Ennis (1985), terdiri dari 8 soal
masalah
uraian dengan waktu pengerjaan 55 menit,
tersebut.
disertai
solusi
dari
masalah
menggunakan taksonomi kognitif mulai dari
Instrumen yang digunakan untuk
C3 sampai C7. Soal merupakan tes essay
menilai keterampilan berpikir kritis dan pe-
terbuka dan dikerjakan secara mandiri dan
mecahan masalah hendaknya berpedoman
close
pada pengetahuan dasar. Dalam menye-
book.
Sedangkan
spesifikasi
tes
problem solving yaitu instrumen mengacu
lesaikan masalah
pada indikator keterampilan berpikir kritis
penting daripada pengetahuan yang dimiliki,
menurut Ennis (1985), yang terdiri dari 4
meskipun begitu pengetahuan dasar juga
soal dengan waktu pengerjaan 35 menit,
merupakan faktor yang tidak kalah penting
menggunakan taksonomi kognitif dari C5
dalam
sampai C6. Soal ini berupa penyajian kasus
(Carson, 2007). Oleh karena itu, pengem-
kontekstual
terkait
bangan
dikerjakan
mandiri
konsep dan
kimia close
dan book.
Spesifikasi soal tes essay analisis dan tes problem solving hampir sama, tetapi tetap
kritis
proses
menyelesaikan
instrumen
dilakukan
berpikir
suatu
masalah
keterampilan
tanpa
lebih
berpikir
menyampingkan
konsep. Pengaruh
penerapan
instrumen
terdapat perberbedaan. Pada tes essay
penilaian keterampilan berpikir kritis terha-
analisis,
dap hasil belajar kognitif dinyatakan positif
siswa
lebih
ditekankan
pada
1387
Nunung Fika Amalia dan Endang Susilaningsih, Pengembangan Instrumen…. atau signifikan. Pengaruh positif diartikan
dan
bahwa penerapan instrumen penilaian dapat
Reliabilitas dihitung menggunakan alpha
meningkatkan hasil belajar siswa. Pengaruh
croncabch. Dalam penelitian ini, reliabilitas
terbesar
dan
lembar observasi aktivitas siswa ranah
problem
psikomotorik sebesar 0,805 dan dinyatakan
pengaruh solving.
pada tes
essay
analisis
terendah
pada
tes
Pengaruh
keterampilan
berpikir
pakar
keterampilan
berpikir
kritis.
reliabel.
kritis terhadap hasil belajar ternyata tidak
Pengamatan
ranah
psikomotorik
begitu besar, ini diartikan bahwa tidak hanya
dilakukan oleh masing-masing tiga penga-
keterampilan
yang
mat yaitu peneliti, mahasiswa kimia UNNES,
mempengaruhi hasil belajar siswa, namun
dan guru kimia di SMA tempat penelitian
terdapat faktor lain yang mempengaruhi
dilaksanakan. Skor yang didapat oleh siswa
hasil belajar, diantaranya kondisi keluarga,
dari ketiga pengamat kemudian dicari nilai
ekonomi,
rata-ratanya. Skor siswa yang didapat kemu-
berpikir
kritis
budaya,
saja
multibudaya
dan
sosioteknologi (Kuswana, 2011). Selain itu,
dian
dikategorikan
dapat berpengaruh juga seperti strategi
yang telah ditentukan. Terdapat 10 aspek
mengajar guru, sarana dan pra sarana
yang dinilai pada ranah psikomotorik yang
sekolah, serta lingkungan sekitar sekolah.
berkaitan
dengan
berdasarkan
keterampilan
rentang
berpikir
Penelitian ini tidak hanya mengukur
kritis. Aktivitas siswa selama pembelajaran
kemampuan pada ranah kognitif, tetapi juga
teramati pada Tabel 2, sedangkan hasil
mengukur
ranah
belajar psikomotorik siswa dapat dilihat pada
mengamati
Tabel 3. Berdasarkan Tabel 2 dijelaskan
pembelajaran
kecenderungan siswa pada awal pem-
berlangsung. Aktivitas siswa di kelas diamati
belajaran masih belum terbiasa dengan
melalui lembar observasi aktivitas siswa.
aktivitas keterampilan berpikir kritis namun
Lembar aktivitas siswa ranah psikomotorik
setelah tiga kali pertemuan ada kemajuan.
dalam penelitian ini telah dianalisis validitas
Hal ini ditunjukkan dari proporsi kategori
dan
tinggi yang meningkat.
kemampuan
psikomotorik aktivitas
siswa
siswa
pada
dengan
selama
reliabilitasnya.
Validitas
lembar
observasi dilakukan oleh dosen pembimbing
Tabel 2. Aktivitas siswa selama pembelajaran Pertemuan 1
3
Kategori Tinggi Cukup Kurang Tinggi Cukup Kurang
Banyak Siswa 2 32 6 21 19 -
Proporsi
-
Kepraktisan instrumen keterampilan
siswa dapat dilihat pada Tabel 3 yang
berpikir kritis diukur dengan menggunakan
menyatakan respon positif lebih dari 70%.
angket respon siswa dan guru. Hasil respon
Instrumen keterampilan berpikir kritis itu
1388
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1380-1389
praktis digunakan dan pembelajaran yang
mengusulkan pada guru kimianya untuk
dilakukan dalam penelitian diterima oleh
digunakan tipe soal keterampilan berpikir
siswa (Hobri, 2009).Beberapa siswa bahkan
kritis pada materi kimia yang lain.
Tabel 3. Respon Siswa Terhadap Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kategori Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah
Banyak Siswa 2 27 9 2
Proporsi
Penyusunan produk instrumen penilaian
Nilai reliabilitas dari tes dan non-tes juga
keterampilan
dinyatakan
berpikir
kritis
ini
memiliki
reliable
sebelum
digunakan.
keterbatasan, diantaranya jenis instrumen
Keterampilan berpikir kritis terbukti memiliki
yang dikembangkan hanya menggunakan
pengaruh positif terhadap capaian hasil
dua jenis keterampilan yaitu analisis dan
belajar.
cara menyelesaikan masalah. Keterbatasan
dengan respon positif dari guru dan siswa
kedua pada penggunaan indikator berpikir
yang lebih dari 70%.
kritis
dan
penyelesaian
menggunakan
semua
masalah, indikator
Instrumen
dinyatakan
praktis
tidak DAFTAR PUSTAKA
namun
hanya diambil indikator yang sesuai dengan penelitian,
dan
jenis
instrumen
yang
dikembangkan masih pada jenis essay sehingga masih menimbulkan kesan pada siswa tes seperti layaknya biasa.
SIMPULAN
Instrumen baku yang digunakan di suatu SMA Negeri di Ambarawa mengukur
Carson, J., 2007, A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without Teaching Knowledge, The Mathematics Educator, Vol 17, No 2, Hal: 7-14. Docktor, J. dan Heller, K., 2009, Robust Assessment Instrument for Student Problem Solving, Prosiding the NARST 2009 Annual Meeting, Minnesota university. Ennis,
aspek hafalan dan pemahamanyang berada pada ranah kognitif Bloom tingkat C1–C3, dengan intensitas pengeluaran C3 masih jarang
digunakan.
instrumen
dilakukan
Pengembangan berdasarkan
data
penelitian pendefinisian, penelitian relevan, dan teori yang mendukung. Instrumen yang dikembangkan adalah tes essay analisis, tes problem solving, dan lembar aktivitas siswa. Nilai validitas dari instrumen penelitian yang berupa tes dan non-tes dinyatakan valid.
R. H., 1993. Critical Thinking Assessment, Journal College of Education The Ohio State University, Vol 32, No 3, Hal: 179-186.
Ennis, R. H. dan Weir, E., 1985, The Ennis Weir Critical Thinking Essay Test, Pacific Grove, CA: Midwest Publication. Hobri,
2009, Metode Penelitian Pengembangan (Developmental Research), Diunduh di http://Hobri.blog.ujec.co.id/ tanggal 20 Januari 2014.
Kuswana, W.S., 2011, Taksonomiberpikir, Bandung: Remaja Rosdakarya.
1389
Nunung Fika Amalia dan Endang Susilaningsih, Pengembangan Instrumen…. Liliawati, W. dan Puspita, E., 2010, Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa, Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010, Bandung. Lissa,
2012, Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Materi Sistem Respirasi Dan Ekskresi, Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, Vol 41, No 1, Hal: 27-32.
Miri, B., David, B.C. dan Uri, Z., 2007, Purposely Teaching for the Promotion of Higher-Order Thinking Skills: a Case of Critical Thinking, Research Science Education, Vol 37, No 1, Hal: 353-369. Prasasti, Y. R., Suyono dan Basuki, I. A., 2012, Pengembangan Instrumen Asesmen Berpikir Kritis melalui Membaca untuk Siswa SD/MI, Jurnal Universitas Negeri Malang, Vol 48, No 2, Hal:1-12. Pursitasari, I. D. dan Permanasari. A., 2012, Analisis Pemahaman Konsep dan Kesulitan Mahasiswa untuk Pengembangan Program Perkuliahan Dasar-Dasar Kimia Analitik Berbasis Problem Solving, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Vol 1, No 1, Hal: 98-101. Purwaningtyas, R., Ashadi dan Suparmi, 2012, Pembelajaran Kimia Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dengan Metode Proyek dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Kritis, Jurnal Inkuiri, Vol 1, No 1, Hal: 1-9.
Redhana, I. W. dan Liliasari, 2008, Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis pada Topik Laju Reaksi untuk Siswa SMA, Jurnal Forum
Kependidikan, Hal:103-112. Reta,
Vol
27,
No
2,
I. K., 2012, Pengaruh Model Pembelajran Berbasis Masalah terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa, Jurnal Pendidikan, Vol 26, No 1, Hal: 1-16.
Richmond, J.E.D., 2007, Bringing Critical Thinking to the Education of Developing Country Professionals, Journal International Education, Vol 8, No 1, Hal: 1-29. Saptorini, 2012, Strategi Pembelajaran Kimia, Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES. Sudjana, 2005, Metoda Statistika Edisi 6, Bandung: Tarsito. Woolf, B. P., Murray, T., Marshall, D., Dragon, T., Kohler, K., Mattingly, M., Bruno, M., Murray, D, dan Sammons, J., 2005, Critical Thinking Environments for Science Education, Prosiding International Conference
1390
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1390-1397
PENERAPAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA Ria Rahmawati*, Sri Haryani dan Kasmui Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang,50229,Telp.(024)8508035 E-mail : [email protected]
ABSTRAK Selama ini praktikum yang berlangsung di sekolah masih bersifat verifikasi, hanya membuktikan konsep atau prinsip yang telah dipelajari sebelumnya sehingga mengakibatkan keterampilan proses sains tidak berkembang. Oleh karena diperlukan strategi pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa yakni metode praktikum berbasis inkuiri. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas X setelah menerapkan praktikum berbasis inkuiri materi hidrokarbon. Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen dengan control group pretest-posttest desain. Keterampilan proses sains diukur menggunakan tes tertulis dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai KPS kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Pengukuran melalui tes diperoleh peningkatan tertinggi di kelas eksperimen dan kelas kontrol pada indikator meramalkan, sedangkan peningkatan terendah di kelas eksperimen pada indikator hipotesis dan kelas kontrol pada indikator hipotesis. Melalui metode observasi KPS, diperoleh peningkatan tertinggi di kelas eksperimen pada indikator mengamati dan kelas kontrol pada indikator komunikasi, sedangkan peningkatan terendah di kelas eksperimen pada indikator mengajukan pertanyaan dan kelas kontrol pada indikator klasifikasi. Hasil penelitian KPS kelas eksperimen meningkat lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran praktikum berbasis inkuiri pada materi Hidrokarbon karena memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif, dan meningkatkan motivasi siswa. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa praktikum berbasis inkuiri dapat meningkatkan KPS siswa. Kata Kunci: inkuiri, keterampilan proses sains, praktikum
ABSTRACT Practicum taken place in schools is still verification, just to prove a concept or principle that has been previously studied, resulting in not developing science process skills. Therefore, learning strategy is required to improve the students' science process skills by inquiry-based lab methods. This study aimed to obtain information science process skills improvement class X after applying the inquiry-based lab hydrocarbon material. The study used a quasi-experimental method with a pretest-posttest control group design. Science process skills were measured using written tests and observation. The results show the value of KPS experimental class better than the control class. Measurements obtained by testing the highest increase in the experimental class and control class in predicting indicators, while the lowest increase in the experimental class and control class hypotheses indicator on the indicator hypothesis. Through observation of KPS, obtained the highest increase in the experimental class and control class observing indicators on communication indicator, while the lowest increase in the experimental class on asking questions and the control class on classification indicator. The results of KPS showed the increase of experimental class higher than the control class. Students give positive response to the inquiry-based learning lab at the hydrocarbon material because it gives students the chance to participate actively, and increase student motivation. Based on studies, it concluded that lab-based inquiry can improve the students' KPS. Keywords: inquiry, science process skills, practicum
Ria Rahmawati, dkk, Penerapan Praktikum Berbasis …. PENDAHULUAN
1391
mengkomunikasikan hasil-hasilnya.
Kete-
rampilan-keterampilan tersebut melibatkan Kimia
merupakan
mata
pelajaran
yang harus dilaksanakan dengan pembelajaran
yang
siswa
dalam
pembelajaran
(Haryono, 2006). Pada kenyataannya, kegiatan pem-
terampilan dan penalaran siswa, sehingga
belajaran kimia di suatu SMA N di Grabag
siswa memperoleh pengetahuan secara
masih belum melibatkan siswa sebagai
utuh dengan melihat kimia sebagai proses
subjek belajar yang aktif dan pelaksanaan
(kerja
(fakta-fakta,
praktikum yang berlangsung masih bersifat
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip) (BSNP,
verifikasi karena hanya membuktikan kon-
2006). Salah satu tujuan pembelajaran kimia
sep atau prinsip yang telah dipelajari siswa
dalam KTSP adalah memperoleh penga-
sebelumnya
laman dalam menerapkan metode ilmiah
keterampilan
melalui
dan
melibatkan
aktif
ke-
ilmiah)
dapat
peran
produk
sehingga proses
mengakibatkan
sains
siswa
tidak
percobaan.
Siswa
melakukan
berkembang (Haryani, 2008). Berkenaan
hipotesis
dengan
merancang
dengan permasalahan tersebut diperlukan
percobaan melalui pemasangan instrumen,
strategi pembelajaran yang tepat untuk
pengambilan, pengolahan dan penafsiran
meningkatkan keterampilan proses sains
data, serta menyampaikan hasil percobaan
siswa. Salah satunya adalah pem-belajaran
secara lisan dan tertulis. Sesuai dengan
dengan menggunakan metode praktikum
tujuan tersebut dalam pembelajaran kimia
berbasis inkuiri. Metode praktikum paling
perlu dikembangkan keterampilan proses
tepat
sains dalam siswa memperoleh penge-
pembelajaran dengan pendekatan
tahuan, maupun pengembangan keteram-
dan pembelajaran dengan metode prakti-
pilan, dan sikap.
kum
pengujian
Keterampilan
proses
sains
digunakan
dapat
untuk
merealisasikan
memperkaya
inkuiri
pengalaman,
meru-
mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil
pakan keterampilan-keterampilan fisik dan
belajar akan bertahan lama dalam ingatan
mental yang dimiliki oleh para ilmuwan
siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih
untuk memperoleh dan mengembangkan
bermakna
pengetahuan (Semiawan, et al., 1992).
Pembelajaran
Selain itu, keterampilan proses sains juga
hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri
melibatkan keterampilan - keterampilan in-
pengetahuannya dan belajar lebih bermakna
telektual, manual, dan sosial yang digu-
sekali hanyalah terjadi pada penelitian yang
nakan siswa dalam proses pembelajaran
bersifat ilmiah (Dahar, 1996).
(Rustaman, et al., 2005). Keterampilan proses
sains
merumuskan
diantaranya
mengamati,
(Rustaman, menjadi
Pembelajaran
et
al.,
lebih
berbasis
2005).
bermakna
inkuiri
mengharuskan siswa aktif mengumpulkan
hipotesis,
melakukan
per-
ide-ide untuk menciptakan pengetahuan
merencanakan
penelitian,
me-
dengan sendirinya (Khan dan Iqbal, 2010).
ngendalikan variabel, menafsirkan data,
Pembelajaran menggunakan metode prak-
inferensi, memprediksi, menerapkan, dan
tikum berbasis inkuiri menekankan aktivitas
cobaan,
1392
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1390-1397
siswa
secara
maksimal
menggunakan
kelas eksperimen dan kelas X4 sebagai
seluruh panca indra siswa untuk mencari
kelas kontrol. Variabel bebas penelitian
atau
adalah
menemukan
jawaban
sendiri
dari
metode
pembelajaran
yang
sesuatu yang dipertanyakan sehingga siswa
digunakan. Kelas eksperimen menerapkan
akan
dapat
praktikum berbasis inkuiri, sedangkan kelas
memecahkan masalah yang diberikan guru
kontrol menerapkan praktikum verifikasi.
(Hussain,
Variabel
terlibat
secara
2011).
langsung
Hal
tersebut
dapat
terikat
penelitian
ini
meliputi
berdampak pada peningkatan keterampilan
keterampilan proses sains dan pemahaman
proses sains siswa.
konsep
Rumusan masalah dalam penelitian ini
antara
lain
(1)
Apakah
praktikum
berbasisi
meningkatan
keterampilan
penerapan
inkuiri
sains
Variabel
kontrol
dalam
penelitian ini adalah alokasi waktu dan materi pelajaran yang sama.
dapat
proses
siswa.
Metode pengumpulan data penelitian ini
menggunakan
observasi,
Apakah
berbasis
keterampilan proses sains menggunakan
inkuiri dapat meningkatkan pemahaman
metode tes pilihan ganda dan observasi
konsep siswa kelas X materi hidrokarbon?;
(Firman, 2000), sedangkan pemahaman
(3) Bagaimana tanggapan siswa terhadap
konsep menggunakan tes pilihan ganda.
pembelajaran
Data penelitian diperoleh dari hasil pretest
praktikum
hidrokarbon
dengan
untuk
pemahaman konsep, dan skor observasi.
keterampilan
Indikator keterampilan proses sains yang
proses sains dan pemahaman konsep siswa
dinilai dalam penelitian yaitu mengamati,
setelah diterapkan praktikum berbasis inkuiri
mengklasifikasi, meramalkan, menafsirkan,
serta untuk mengetahui tanggapan siswa
mengajukan pertanyaan, hipotesis, meren-
terhadap pembelajaran praktikum berbasis
canakan percobaan, menggunakan alat/
inkuiri.
bahan,
mengetahui
ini
bertujuan
Penilaian
dan posttest keterampilan proses sains,
penerapan praktikum berbasis inkuiri? Penelitian
angket.
tes,
siswa kelas X materi Hidrokarbon?; (2) penerapan
dan
dokumentasi,
peningkatan
komunikasi,
dan
menerapkan
konsep. Uji hipotesis yang digunakan dalam METODE PENELITIAN
penelitian ini diantaranya uji t-test dan Ngain.
Penelitian dilaksanakan di suatu SMA di
Grabag
Penelitian
pada
materi
menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hidrokarbon. metode
kuasi Indikator keterampilan proses sains
eksperimen dengan control group pretestposttest desain (Suharsimi, 2006). Subyek penelitian meliputi seluruh siswa kelas X. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling (Sugiyono, 2010). Sampel diperoleh dua kelas yaitu kelas X3 sebagai
yang diukur meliputi mengamati, klasifikasi, meramalkan, mengajukan pertanyaan, hipotesis,
menafsirkan,
merencanakan
per-
cobaan, menggunakan alat/bahan, komunikasi, dan menerapkan konsep. Gambar 1
Ria Rahmawati, dkk, Penerapan Praktikum Berbasis ….
1393
menunjukkan hasil penilaian keterampilan
rata pretes, postes dan N-gain siswa antara
proses sains yang diperoleh dari skor rata-
kelas eskperimen dan kelas kontrol.
Gambar 1. Peningkatan nilai rata-rata keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas kontrol. Gambar 1 menunjukkan keterampilan
pada kelas eksperimen lebih baik daripada
proses sains kelas eksperimen meningkat
kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji N-gain
lebih tinggi daripada kelas kontrol. Nilai rata-
dan t-test maka dapat dikatakan bahwa
rata N-gain keterampilan proses sains kelas
secara keseluruhan keterampilan proses
eksperimen sebesar 62 dan kelas kontrol
sains kelas eksperimen meningkat lebih
sebesar 46. Kedua kelas menunjukkan
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini
peningkatan pada kategori sedang tetapi
karena siswa kelas eksperimen diarahkan
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
untuk menganalisis suatu permasalahan,
kelas kontrol. Hasil tersebut menunjukkan
baik masalah yang diberikan oleh guru atau
bahwa praktikum berbasis inkuiri ini dapat
siswa sendiri dalam melakukan percobaan
menggali keterampilan proses sains karena
sehingga
siswa diarahkan dengan langkah-langkah
(Ambarsari, et al., 2013). Siswa terdorong
inkuiri
aktif menggali keterampilan proses sains
yaitu
mencari
informasi, meren-
meningkatkan
sehingga
praktikum
terampil, dan mandiri dalam memecahkan
langsung
untuk
menemukan jawaban kemudian menghu-
pribadi
siswa
canakan percobaan, dan melaksanakan secara
menjadi
aktivitas
yang
aktif,
masalah (Haryani, 2008).
bungkannya dengan materi, sehingga siswa
Penilaian keterampilan proses sains
menemukan konsep dari hasil praktikum
juga
(Dwiyanti dan Siswaningsih, 2005).
lembar observasi. Indikator yang diobservasi
Hasil
uji t-test
dari data postes
dilakukan
dengan
menggunakan
adalah mengamati, klasifikasi, meramalkan,
diperoleh thitung sebesar 5,51 dengan taraf
mengajukan
signifikasi
nafsirkan, merencanakan percobaan, meng-
5%
dan
derajat
kebebasan
sebesar 57. Hal ini menunjukkan bahwa
gunakan
rata-rata keterampilan proses sains siswa
menerapkan
pertanyaan,
alat/
bahan,
konsep.
hipotesis, komunikasi,
Hasil
uji
medan
N-gain
1394
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1390-1397
diperoleh bahwa setiap indikator keterampil-
ningkatan terendah pada indikator klasifi-
an proses sains pada kelas eksperimen
kasi. Pada kelas eksperimen terdapat 3
mengalami peningkatan lebih tinggi di-
indikator yang mengalami peningkatan ka-
bandingkan
Peningkatan
tegori tinggi yaitu mengamati, menggunakan
tertinggi pada kelas eksperimen tercapai
alat/ bahan, dan komunikasi, sedangkan
pada indikator mengamati, sedangkan pe-
kelas kontrol peningkatan indikator tertinggi
ningkatan terendah terdapat pada indikator
dalam
meramalkan. Peningkatan tertinggi kelas
menunjukkan peningkatan masing-masing
kontrol pada indikator komunikasi dan pe-
indikator keterampilan proses sains siswa.
kelas
kontrol.
kategori
sedang.
Gambar
2
1. Eksperimen 2. Kontrol
Keterangan: 1. Klasifikasi 2. Hipotesis 3. Meramalkan 4. Mengajukan Pertanyaan 5. Menafsirkan
6. Merencanakan Percobaan 7. Menggunakan Alat/Bahan 8. Mengamati 9. Komunikasi 10. Menerapkan Konsep
Gambar 2. Peningkatan masing-masing indikator keterampilan proses sains
Peningkatan tertinggi kelas eksperi-
untuk mempersiapkan presentasi meng-
men pada indikator mengamati termasuk
akibatkan siswa kurang memperhatikan pre-
dalam kategori tinggi karena siswa secara
sentasi kelompok
maksimal dalam melakukan pengamatan
mengamati, indikator menggunakan alat/
selama percobaan yakni dengan meng-
bahan
gunakan banyak indra. Selain itu, dengan
ningkatan menjadi kategori tinggi karena
menggunakan praktikum inkuiri siswa lebih
siswa kelas eksperimen telah merencana-
teliti dalam mengamati semua gejala yang
kan praktikum sebelumnya sehingga ada
terjadi untuk mendapatkan data pengamat-
kesempatan untuk menanyakan terlebih
an yang akan dianalisis agar dapat ditarik
dahulu kepada guru mengenai kegunaan
kesimpulan
Indikator
alat-alat yang belum diketahui dan informasi
terendah terjadi pada indikator mengajukan
data yang harus dilaporkan siswa (Prasetya
pertanyaan karena pada saat diskusi hasil
dan Haryani, 2007). Praktikum berbasis
percobaan siswa adalah melakukan diskusi
inkuiri ini dapat meningkatkan rasa ingin
sendiri dengan kelompok masing-masing
tahu siswa mengenai kegunaan alat dan
(Kurnia,
2011).
dan
lain.
komunikasi
Selain indikator mengalami
pe-
Ria Rahmawati, dkk, Penerapan Praktikum Berbasis ….
1395
mengakibatkan siswa menjadi lebih siap
kelas kontrol. Hasil analisis kedua uji dapat
dalam
sehingga
membuktikan bahwa penerapan praktikum
menunjukkan adanya keterkaitan masing-
berbasis inkuiri dapat meningkatkan pe-
masing indikator keterampilan proses sains
mahaman konsep siswa materi hidrokarbon,
(Haryani, 2007).
karena
melakukan
Uji konsep
N-gain pada
praktikum
terhadap
kelas
pemahaman
eksperimen
meng-
pencarian
melibatkan dapat
siswa
pengetahuan
yang
mengakibatkan
siswa
membangun
konsep
ke
dalam
hasilkan angka sebesar 76, sedangkan
pikirannya (Ango, 2002). Kegiatan pem-
kelas kontrol sebesar 70, meskipun kedua-
belajaran inkuiri dalam penelitian ini sangat
nya dalam
kategori tinggi tetapi N-gain
melibatkan siswa secara aktif sehingga
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
siswa mampu menangkap keteraturan pola-
N-gain kelas kontrol. Hal ini sama dengan
pola materi kemudian dapat menginter-
hasil uji t-test
nilai posttest pemahaman
presentasikan materi ke dalam bentuk lain
konsep siswa diperoleh thitung 2,64 dengan
(Nirmalasasi, 2011). Gambar 3 menunjukan
taraf signifikasi 5% dan derajat kebebasan
nilai pretest, posttest, dan N-gain pe-
sebesar 57 menunjukkan bahwa rata-rata
mahaman konsep siswa kelas eksperimen
nilai
dan kontrol.
pemahaman
konsep
siswa
kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan
Gambar 3. Peningkatan rata-rata pretest dan postest pemahaman konsep kelas eksperimen dan kontrol Gambar 3 menunjukkan bahwa kelas
mendalami konsep materi yang dipelajari
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan
(Odja dan Rahandra, 2010). Penerapan
kelas kontrol. Hal ini dikarenakan praktikum
praktikum berbasis inkuiri menyebabkan
berbasis inkuiri memungkinkan siswa terlatih
siswa lebih banyak mengumpulkan infor-
dengan keterampilan proses sainsnya se-
masi-informasi baru dan siswa lebih banyak
hingga membuat siswa termotivasi untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman baru
menyelesaikan permasalahan-permasalah-
karena
an baru dan siswa akan semakin tertarik
pembelajaran dalam hal mengajukan perta-
berpartisipasi
langsung
dalam
1396
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1390-1397
nyaan, menyusun hipotesis, mengumpulkan
serta mendorong siswa untuk bertanya
dan menganalisis data merupakan tahapan
ataupun berpendapat (Kholifudin, 2012).
dari inkuiri (Kholifudin, 2012). Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui
seberapa
jauh
tanggapan
siswa. Dalam hal ini terdapat dua aspek yaitu mengenai ketertarikan siswa terhadap pelajaran
kimia
dan
tanggapan
siswa
mengenai penerapan praktikum berbasis inkuiri. Hasil penyebaran angket didapatkan bahwa 26 dari 29 siswa lebih suka pelajaran kimia daripada pelajaran lain, 23 dari 29 siswa merasa bahwa kimia merupakan pelajaran yang menyenangkan, serta 17 dari 29 siswa mengetahui kimia bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat bahwa sebagian
besar
siswa
tertarik
dengan
pelajaran kimia. Hasil penyebaran tanggapan siswa terhadap penerapan praktikum berbasis inkuiri menunjukkan 20 dari 29 siswa senang dan tertarik, 22 dari 29 siswa merasa lebih mudah memahami materi, 23 dari 29 siswa merasa rasa ingin tahu siswa menjadi meningkat, 28 dari 29 siswa lebih berani mengungkapkan pendapat, 27 dari 29
siswa
lebih
SIMPULAN
termotivasi
terhadap
Penerapan
praktikum
berbasis
inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses sains sekaligus pemahaman konsep materi hidrokarbon siswa kelas X. Peningkatan keterampilan
proses
sains
kelas
eksperimen sebesar 62 dengan peningkatan tertinggi pada indikator mengamati, menggunakan alat/bahan, dan ko-munikasi dalam kategori tinggi. Peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas kontrol sebesar 46 dengan peningkatan tertinggi pada indikator mengamati dan komunikasi dalam kategori sedang. Peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen sebesar 76 dan kelas kontrol sebesar 70. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan praktikum berbasis inkuiri yang memberikan kesempatan kepada siswa berpartisipasi langsung dalam pembelajaran sehingga dapat menarik dan memotivasi siswa untuk belajar kimia materi hidrokarbon.
pembelajaran, 25 dari 29 siswa dapat berinteraksi dan sharing, dan 23 dari 29 siswa lebih senang pembelajaran kimia dengan
penerapan
praktikum
berbasis
inkuiri. Berdasarkan data penyebaran menunjukkan
bahwa
siswa
memberikan
tanggapan positif terhadap pembelajaran pratikum
berbasis
inkuiri.
DAFTAR PUSTAKA
Pembelajaran
praktikum berbasis inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif selama proses pem-belajaran karena dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa,
Ambarsari, W., Santosa, S., dan Maridi, 2013, Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas X SMP Negeri 7 Surakarta, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 5, No 1, Hal: 81-91. Ango, M. L., 2002, Mastery of Science Process Skills and Their Effective use in The Teaching of Science,
Ria Rahmawati, dkk, Penerapan Praktikum Berbasis …. International Journal of Educology, Vol 16, No 1, Hal: 11-30. BSNP,
2006, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, R. W., 1996, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga. Dwiyanti, G. dan Siswaningsih, W., 2005, Keterampilan Proses Sain Siswa SMU Kelas II pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia melalui Metode Praktikum, Laporan Penelitian FPMIPA UPI, Bandung: UPI. Firman, H., 2000, Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia, Jakarta: FPMIPA UPI. Haryani, S., 2007, Pemberian Penugasan Perencanaan Percobaan pada Praktikum Kimia Dasar, untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Mahasiswa, Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia, Unnes Semarang, 26 November 2007. Haryono,
2006, Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains, Jurnal Pendidikan Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Pascasarjana UNNES, Vol 7, No 1, Hal: 1-13.
Hussain, A., Azeem, M., dan Shakoor, A., 2011, Physic Teaching Methods: Scientific Inquiry vs Traditional Lecture, International Journal of Humanisties and Social Science, Vol 1, No 19, Hal: 269-276. Khan, M. dan Iqbal, M., 2010, Effect of Inquiry Lab Teaching Method on The Development of Scientific Skill Through The Teaching of Biology in Pakistan, Journal Strength for Today and Bright Hope for Tomorrow, Vol 11, No 1, Hal: 169178. Kholifudin, Y., 2012, Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Gaya
1397 Belajar Siswa, Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng dan DIY, Purworejo: SMA 2 Kebumen.
Kurnia, E. 2011, Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Pembelajaran Sistem Koloid Menggunakan Metode Praktikum Berbasis Masalah, Skripsi, Bandung: FPMIPA UPI. Nirmalasasi, M., 2011, Pengembangan Model Memorization Learning dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik pada Pelajaran Kimia SMA, Jurnal Pendidikan UPI, Vol 2, No 1, Hal: 1-15. Odja, A. dan Rahandra, P., 2010, Pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa, Jurnal FMIPA, Vol 3, No 4, Hal: 56-68. Prasetya, A. T. dan Haryani, S., 2007, Pendekatan Tutorial sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Penggunaan Peralatan Kimia bagi Mahasiswa Semester II Jurusan Kimia FMIPA Unnes, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 1, No 1, Hal: 1-10. Rustaman, N. Y., Dirdjosoemarto, S., Yudiyanto, A., Achmad, Y., Subekti., Rochintaniawati, D., dan Nurjhan, M., 2005, Strategi Belajar Mengajar Biologi, Bandung: UM Pres. Semiawan, C. A., Tahyong, F., Belen, S., Matahalemual, Y., dan Suseloardjo, W., 1992, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: Gramedia. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, Bandung: Alfabeta. Suharsimi, A., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara.
1398
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1398-1408
KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA Tresnoningtias Mutiara Anisa*, Kasmadi Imam Supardi, Dan Sri Mantini Rahayu Sedyawati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang,50229,Telp.(024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSTRAK Pendekatan keterampilan proses sains diperlukan dalam pembelajaran kimia yang efektif. Ini dapat dilakukan dengan bantuan media belajar siswa seperti lembar kerja siswa berperan bagi pengembangan kemandirian siswa, keterampilan afektif, kognitif, dan psikomotorik serta kemampuan pribadi siswa yang selanjutnya diterapkan dan dikembangkan dalam kelompok terutama pada pelaksanaan praktikum. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan pembelajaran kimia dengan pendekatan keterampilan proses sains berbantuan lembar kerja siswa yang diterapkan pada KBM di suatu SMA N di Pemalang. Desain penelitian ini adalah pretest and posttest control group design. Sampel dipilih dengan teknik cluster random sampling, dengan kelas eksperimen menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berbantuan lembar kerja siswa sedangkan kelas kontrol pembelajaran tanpa pendekatan keterampilan proses sains. Analisis data menggunakan uji perbedaan rata-rata pihak kiri dan ttest, hasil belajar kognitif dianalisis dengan statistika parametrik, sedangkan pada aspek afektif, psikomotor dan keterampilan proses sains, dianalisis secara deskriptif. Keefektifan perlakuan penelitian diketahui dengan menggunakan analisis uji gain terhadap hasil belajar kognitif yaitu pretest dan posttest siswa. Hasil analisis uji gain kelas eksperimen sebesar 0,79 dengan kriteria tinggi yang menunjukkan tingkat kepahaman siswa berbeda secara signifikan (tinggi). Kesimpulan penelitian ini yaitu pendekatan keterampilan proses sains berbantuan LKS efektif terhadap hasil belajar siswa dengan pencapaian ketuntasan belajar klasikal 86,09 %. Kata kunci: keefektifan pembelajaran, keterampilan proses sains, lembar kerja siswa
ABSTRACT Science process skills approach needed in effective chemistry learning. This can be done with the help of student learning media such as student worksheets which contribute to the development of students' independence, skills, affective, cognitive, and psychomotor and personal abilities of students and further developed in the group, especially on the practical implementation. This study aims to determine the effectiveness of the chemistry teaching science process skills approach with worksheets assisted that is applied to the teaching process of SMA N in Pemalang. The study design was a pretest and posttest control group. Samples were choosen by cluster random sampling technique, so the experimental class using science process skills approach aided student worksheets while the control class without learning science process skills approach. Data analysis used the left-mean difference test and t-test, cognitive learning outcomes were analyzed with statistical parametric, whereas the affective aspect, psychomotor and science process skills, were analyzed descriptively. The effectiveness of treatment is known from the results of gain test that using student’s pretest and posttest data. The gain results of the analysis of cognitive test is 0.79 for experimental class with a high criterion that indicates the level of understanding students are significantly different (high). The conclusion of this research is science process skills approach aided worksheets effectively to the achievement of student learning outcomes with classical learning completeness 86.09%. Keywords: learning effectiveness, science process skills, student worksheets
1399
Tresnoningtias Mutiara Anisa dan Kasmadi Imam Supardi, Keefektifan…. PENDAHULUAN
praktikum agar dapat diperoleh informasi yang
maksimal
mengenai
kemampuan
merupakan salah satu bidang disi-
siswa dan dapat dijadikan sebagai batas
plin ilmu sains yang diajarkan pada siswa
keberhasilan siswa dalam belajar (Severo,
Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam
et al., 2012).
proses pembelajaran sains di sekolah,
Peran pendekatan belajar mengajar
sebaiknya pengembangan konsep dan ilmu
sangat penting dalam kaitannya dengan
juga memperhatikan pengembangan nilai
keberhasilan
dan sikap siswa disamping perkembangan
belajaran yang melibatkan siswa secara
teori dan isi materi terutama dalam per-
langsung berinteraksi dengan lingkungan-
kembangan ilmu kimia. Pengembangan nilai
nya
dan sikap yang diperhatikan dalam sains
menjadi bermakna bagi siswa dan melibat-
yaitu pada pengembangan aspek afeksi,
kan siswa secara aktif dalam kegiatan
psiko-motor dan keterampilan siswa.
pembelajaran.
belajar.
membuat
Pendekatan
pembelajaran
Metode
pem-
tersebut
praktikum
dalam
Hasil observasi di suatu SMA Negeri
pelaksanaannya melibatkan siswa dalam
di Pemalang, diketahui bahwa pembelajaran
proses pembelajaran secara utuh sejak
kimia di sekolah tersebut belum sepenuhnya
langkah awal observasi hingga penarikan
memiliki waktu dan kesempatan yang cukup
kesimpulan
untuk melakukan praktikum di laboratorium.
sesuai dengan penerapan pendekatan pem-
Pembentukan
belajaran keterampilan proses sains.
kelompok
kerja
dan
pe-
laksanaan kegiatan praktikum membutuh-
(Champlain,
Pendekatan
2010),
hal
keterampilan
ini
proses
kan adanya pengawasan dan pembimbing-
merupakan pendekatan yang menekankan
an dari guru kimia agar terhindar dari
pada
kesalahan prosedur dan kecelakaan kerja
sejumlah keterampilan tertentu pada diri
dalam pelaksanaan praktikum, namun yang
peserta didik agar mereka mampu mem-
terjadi di suatu SMA di Pemalang, guru
proses informasi sehingga ditemukan hal-
kimia yang bertugas mendampingi siswa
hal yang baru yang bermanfaat baik berupa
dalam kegiatan praktikum adalah guru mata
fakta,
pelajaran yang memberikan pelajaran di
sikap dan nilai (Semiawan, et al., 1989).
dalam kelas sendiri, tanpa ada asisten guru
Dengan pendekatan keterampilan proses
atau
membantu
sains dan adanya bantuan media belajar
kelancaran praktikum. Nilai rata-rata hasil
siswa seperti lembar kerja siswa berperan
belajar kimia di kelas XII IPA pada materi
bagi pengembangan kemandirian siswa,
sifat koligatif larutan masih cukup rendah,
keterampilan afektif, kognitif, dan psiko-
yaitu 67,89. Nilai tersebut masih jauh dari
motorik serta kemampuan pribadi siswa
nilai
yang
(Holil, 2008) yang selanjutnya diterapkan
ditargetkan oleh sekolah, yakni sebesar 78.
dan dikembangkan dalam kelompok ter-
Pembelajaran pada materi sifat koligatif
utama
larutan akan dapat disampaikan dengan
Keterampilan individu yang kemudian ber-
baik apabila disampaikan dengan metode
kembang
laboran
kriteria
untuk
dapat
ketuntasan
mandiri
penumbuhan
konsep,
pada dan
dan
maupun
pengembangan
pengembangan
pelaksanaan mendasari
praktikum.
premis
yang
1400
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1398-1408
mengatur metode ilmiah disebut sebagai
penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control
kerampilan
Group Design. Pengambilan sampel di-
proses
sains.
Keterampilan
proses sains yang dimaksud meliputi ke-
lakukan
terampilan
mengamati/
sampling. Dalam penelitian ini diambil siswa
observasi, keterampilan proses sains klasifi-
siswi pada dua dari tiga kelas populasi
kasi, interpretasi/ mengolah data berdasar-
sebagai sampel. Variabel bebas dalam
kan informasi awal dari observasi, ke-
penelitian
ini
terampilan proses sains merumuskan hipo-
belajaran
yang digunakan.
tesis, dan keterampilan proses sains me-
eksperimen,
lakukan eksperimen, serta keterampilan
gunakan pendekatan keterampilan proses
proses sains dalam mengambil kesimpulan.
sains
Pada pengembangan keterampilan proses,
sedangkan pada kelas kontrol dilakukan
dapat
pembelajaran kimia tanpa menggunakan
proses
sains
menggunakan
(Wardani,
2008).
metode
praktikum
Keefektifan
program
dengan
teknik
adalah
random
pendekatan
pembelajaran
berbantuan
pendekatan
cluster
Pada kelas kimia
lembar
keterampilan
pem-
kerja
proses
mengsiswa,
sains.
pembelajaran ditandai dengan keberhasilan
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
guru mengantarkan siswa pada
tujuan
hasil belajar kimia siswa kelas XII semester
instruksional pembelajaran (Ananda, 2013),
1 Tahun Ajaran 2013/2014 pokok bahasan
dapat memberikan pengalaman belajar yang
sifat koligatif larutan. Variabel kontrol dalam
atraktif, dan memiliki sarana belajar yang
penelitian ini adalah materi pelajaran, kuri-
menunjang. (Muhli, 2011).
kulum yang digunakan, dan jumlah jam
Rumusan masalah dalam penelitian
pelajaran.
ini adalah bagaimana keefektifan pem-
Metode pengumpulan data dilaku-
belajaran kimia dengan pendekatan ke-
kan dengan metode dokumentasi, metode
terampilan proses sains berbantuan lembar
tes, dan metode observasi. Data penelitian
kerja siswa pada materi sifat koligatif
hasil belajar kognitif dianalisis dengan uji
larutan, yang dilaksanakan di kelas XII IPA 2
statistik parametrik, yaitu uji perbedaan rata-
suatu SMA di Pemalang, sedangkan tujuan
rata satu pihak kiri untuk
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
perbedaan
keefektifan
eksperimen dan kelas
pendekatan
pembelajaran keterampilan
kimia proses
dengan sains
hasil
belajar
mengetahui
antara
kelas
kontrol. Setelah
diketahui adanya perbedaan pada ketiga
berbantuan lembar kerja siswa pada materi
kelas
eksperimen,
analisis
dilanjutkan
sifat koligatif larutan, yang dilaksanakan di
dengan uji t-test dan uji gain ternormalisasi
kelas XII IPA 2 suatu SMA di Pemalang.
untuk mengetahui keefektifan dari model pembelajaran yang dilakukan yaitu penggunaan lembar kerja siswa dengan pen-
METODE PENELITIAN
dekatan keterampilan proses pada kelas XII IPA 2.
Penelitian dilakukan di suatu SMA di Pemalang pada materi sifat koligatif larutan. Desain penelitian yang digunakan dalam
Rumus uji gain ternomalisasi (n-gain) yang digunakan adalah:
1401
Tresnoningtias Mutiara Anisa dan Kasmadi Imam Supardi, Keefektifan…. =
(Wiyanto, 2008)
nilai pretest digunakan untuk menganalisis keadaan awal sampel yang telah terpilih
Keterangan:
secara cluster random sampling, pengujian
<Spre> <Spost>
pertama yang dilakukan yaitu uji kenormalan
= faktor gain = skor rata-rata tes awal (%) = skor rata-rata tes akhir (%)
data. Dari hasil analisis normalitas data, diperoleh χ2 hitung sebesar 8,80 pada kelas
Gain menunjukkan peningkatan pe-
eksperimen dan 9,00 pada kelas kontrol.
mahaman atau penguasaan konsep siswa
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa χ2
setelah
guru.
hitung tidak lebih dari χ2 tabel yang nilainya
Dijelaskan bahwa N-gain adalah gain yang
9,49 sehingga diketahui bahwa kedua kelas
dinormali-sasi
tersebut
pembelajaran
dari
dilakukan
kedua
model,
skor
maksimum adalah pencapaian skor tertinggi
berdistribusi
normal
(Sudjana,
2005).
dari tes awal (pretest) dan tes akhir
Data pada hasil uji bartlett terhadap
(posttest). Jika paling sedikit 0,7, maka
nilai pretest siswa diperoleh χ2 sebesar
N-gain yang dihasilkan termasuk kategori
0,114. Uji bartlett ini dilakukan untuk me-
tinggi, jika yang diperoleh paling sedikit
ngetahui homogenitas berdasarkan nilai
0,3 dan tidak lebih dari 0,7, maka N-gain
pretest pada kedua kelas. Nilai yang di-
yang dihasillkan temasuk kategori sedang.
dapatkan lebih kecil dari χ2 pada tabel χ2
Namun, jika yang diperoleh tidak lebih
homogenitas sebesar 3,84 yang berarti
dari 0,3, maka N-gain yang dihasilkan
bahwa kedua kelas memiliki kesamaan rata-
termasuk kategori rendah (Nuraeni, et al.,
rata homogen (Sudjana,2005). Dari hasil analisis kesamaan rata-
2013). Hasil belajar afektif, psikomotor, dan
rata atau varians untuk nilai pretest pada
ke-terampilan proses sains siswa dianalisis
kedua kelas, diperoleh nilai F hitung untuk
secara deskriptif. Deskripsi aspek psiko-
tes awal sebesar 1,589. Hasil ini menun-
motorik dan afektif dengan kriteria (1)
jukkan
sangat tinggi untuk rata-rata nilai pada tiap
kesamaan
aspek 91-100, (2) tinggi untuk rata-rata nilai
sama. Berdasarkan analisis awal dari nilai
pada tiap aspek 81-90, (3) cukup untuk rata-
pretest antara kelas eksperimen dan kelas
rata nilai pada tiap aspek 71-80, (4) rendah
kontrol, dapat diketahui bahwa kedua kelas
untuk rata-rata nilai pada tiap aspek 61-70,
berawal dari kondisi yang sama. Kemudian
dan (5) sangat rendah untuk rata-rata nilai
kedua kelas diberi pembelajaran dengan
pada tiap aspek kurang dari 60.
perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen
bahwa
kedua
rata-rata
kelas
atau
memiliki
varians
yang
mendapat pembelajaran dengan pendekatHASIL DAN PEMBAHASAN
an keterampilan proses sains berbantuan lembar kerja siswa sedangkan kelas kontrol
Data rata-rata pretest siswa yang dihasilkan untuk kelas eksperimen sebesar 45,03 dan 47,02 pada kelas kontrol. Data
dengan model pembelajaran konvensional. Pada
pendekatan
keterampilan
proses sains, keterampilan yang dimaksud
1402
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1398-1408
adalah keterampilan yang mendasari premis
kan dan diamati dalam penelitian ini di-
yang mengatur metode ilmiah, meliputi ke-
analisis secara deskriptif dengan tujuan
terampilan
mengamati/
untuk mengetahui indikator mana yang
observasi, keterampilan proses sains klasifi-
dimiliki siswa dan indikator mana yang perlu
kasi, interpretasi/ mengolah data berdasar-
dibina
kan informasi awal dari observasi, ke-
penilaian
terampilan
merumuskan
cukup, rendah dan sangat rendah. Rata-rata
hipotesis, dan keterampilan proses sains
nilai keterampilan proses sains dan rata-rata
melakukan eksperimen, serta keterampilan
nilai aspek psikomotor
proses sains dalam mengambil kesimpulan.
pada Tabel 1.
proses
sains
proses
sains
dan dikembangkan lagi. meliputi
sangat
Kriteria
tinggi,
tinggi,
siswa ditampilkan
Keterampilan proses sains yang dikembangTabel 1. Rata-rata keterampilan proses sains dan psikomotorik
No Keterampilan Proses Sains 1 2 3 4 5 6
KPS Mengamati KPS Klasifikasi KPS Interpretasi KPS Hipotesis KPS Eksperimen KPS Menyimpulkan dan Mengomunikasikan Rata-rata nilai psikomotorik siswa
Ratarata poin 3,30 3,16 3,05 3,44 3,42 3,63
Eksperimen Ratarata Kriteria nilai 82,56 Tinggi 79,07 Cukup 76,16 Cukup 86,05 Tinggi 85,47 Tinggi 90,70 Sangat Tinggi
83,33
Pada kelas kontrol semua indikator
Kontrol Ratarata Kriteria nilai 70,83 Cukup 71,43 Cukup 70,24 Cukup 75 Cukup 77,98 Cukup 76,19 Cukup
Ratarata poin 2,83 2,86 2,81 3 3,12 3,05
Tinggi
73,61
keterampilan
proses
Cukup
sains
mengamati,
berkategori cukup, hal ini dikarenakan pada
keterampilan proses sains klasifikasi, dan
kelas kontrol guru menggunakan model
keterampilan
pembelajaran konvensional yang kurang
sebesar 82,56; 79,07, dan 76,16. pada kelas
menumbuh-kan keterampilan proses sains
eksperimen sedangkan pada kelas kontrol
namun telah diselingi dengan kegiatan
sebesar 70,83; 71,43, dan 70,24. Hasil
observasi.
Pada
siswa
analisis menunjukkan bahwa capaian kete-
cenderung
lebih
suasana
rampilan proses sains siswa pada kelas
belajar dan proses pembelajaran kurang
eksperimen lebih baik daripada capaian
menarik dan hanya berpusat pada guru.
siswa pada kelas kontrol. Hal ini dapat
Sedangkan pada kelas eksperimen rata-rata
diketahui pula dari kriteria keterampilan
keterampilan proses sains siswa sudah
proses sains yang dicapai, yakni pada
cukup baik dan tinggi.
indikator
kelas pasif
kontrol, karena
proses
sains
keterampilan
inter-pretasi
proses
sains
Rata-rata capaian nilai keteram-
mengamati, dengan kriteria tinggi pada
pilan proses sains siswa pada indikator
kelas eksperimen dan kriteria cukup pada
1403
Tresnoningtias Mutiara Anisa dan Kasmadi Imam Supardi, Keefektifan…. kelas kontrol. Sedangkan pada indikator
indikator
keterampilan
kedua
sains hipotesis) dan kelima (keterampilan
(keterampilan proses sains klasifikasi) dan
proses sains eksperimen) dengan kriteria
ketiga (keterampilan proses sains inter-
tinggi pada kelas eksperimen dan kriteria
pretasi), menunjukkan hasil analisis dengan
cukup pada kelas kontrol. Pencapaian siswa
kriteria yang tidak jauh berbeda dengan
pada indikator keterampilan proses sains
kelas kontrol. Rata-rata nilai kedua kelas
keenam, yaitu keterampilan proses sains
pada indikator tersebut berada pada kriteria
menyimpulkan dan mengomunikasikan, me-
yang sama, yakni pada kriteria cukup. Hal
nunjukkan perbedaan yang sangat signi-
ini dapat terjadi karena pada penelitian ini,
fikan. Kriteria untuk pencapaian indikator ini
pembelajaran
pe-
yaitu dengan kelas eksperimen mencapai
ngembangan keterampilan proses sains
kriteria sangat tinggi sedangkan pada kelas
observasi, hipotesis, melakukan eksperimen
kontrol mencapai kriteria cukup. Perbedaan
dan mengkomunikasikan simpulan dari hasil
pencapaian nilai dan tingkat perkembangan
eksperimen
pengem-
keterampilan proses untuk indikator kete-
bangan keterampilan proses sains klasifikasi
rampilan proses yang sama pada kelas
dan keterampilan proses sains interpretasi
eksperimen dan kelas kontrol dapat terjadi
siswa masih kurang dilatih (Deta, et al.,
karena
2013). Selain itu, untuk dapat mengem-
pembelajaran yang diterapkan selama pro-
bangkan keterampilan proses sains inter-
ses pembelajaran berlangsung (Hayat, et
pretasi, guru baik di dalam kelas maupun di
al., 2011).
proses
lebih
siswa
sains
terfokus
pada
sehingga
lapangan harus lebih menguasai materi berkaitan
agar
dapat
memandu
siswa
dengan baik (Hartono, 2013).
adanya
(keterampilan
perbedaan
proses
pendekatan
Rata-rata keseluruhan penguasaan siswa tiap indikator pada kelas eksperimen 3,33,
Rata-rata capaian nilai keteram-
keempat
dengan nilai
perkembangan
83,33
yang berarti
keteram-pilan
proses
pilan proses sains siswa pada indikator
sainsnya termasuk tinggi. Kelas kontrol
keterampilan proses sains hipotesis, kete-
mencapai rata-rata 2,94 dengan nilai 73,61
rampilan proses sains eksperimen, dan
yang berarti perkembangan keterampilan
keterampilan proses sains menyimpulkan
proses sainsnya termasuk cukup. Berdasar-
serta
berturut-turut
kan hasil analisis tersebut dapat dikatakan
sebesar 86,05; 85,47, dan 90,76 pada kelas
bahwa secara umum keteram-pilan proses
eksperimen sedang-kan pada kelas kontrol
sains siswa pada kelas eksperimen lebih
sebesar 75,00; 77,98, dan 76,19. Hasil
baik daripada siswa kelompok kontrol. Hasil
analisis
capaian
analisis deskriptif keterampilan proses sains
keterampilan proses sains siswa pada kelas
yang di dukung oleh pengamatan aspek
eksperimen lebih baik daripada capaian
psikomotorik siswa membuktikan bahwa
siswa pada kelas kontrol. Hal ini dapat
ketercapaian perkem-bangan keterampilan
diketahui pula dari kriteria keterampilan
proses sains siswa pada kelas eksperimen
proses sains yang dicapai, yakni pada
berbeda dengan siswa pada kelas kontrol.
mengkomunikasikan
menunjukkan
bahwa
1404
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1398-1408
Grafik pencapaian aspek
afektif
dan
psikomotorik siswa dimuat pada Gambar 1.
bagaimana menemukan ide dan pola yang dapat dilakukan untuk mem-pelajari dan memecahkan masalah yang siswa hadapi berkaitan
dengan
materi
sifat
koligatif
larutan. Selain itu juga untuk mengarahkan siswa
untuk
dapat
menyusun
jawaban
sementara atau hipotesis dari suatu langkah kerja ilmiah serta merancang praktikum untuk membuktikan hipotesis yang didukung teori-teori yang berkaitan, menjawab soal secara runtut, sehingga akan memacu untuk mengembangkan keterampilan proses sains dan berpikir ilmiah siswa (Severo, et al., Kelas Kontrol
2010).
Kelas Eksperimen
Rata-rata hasil pengamatan aspek Keterangan gambar: 1. Ketrampilan proses sains mengamati 2. Ketrampilan proses sains klasifikasi 3. Ketrampilan proses sains interpretasi 4. Ketrampilan proses sains hipotesis 5. Ketrampilan proses sains eksperimen 6. Ketrampilan proses sains 7. menyimpulkan dan mengomunikasi
Gambar 1. Ketercapaian perkembangan keterampilan proses sains siswa Gambar 1 menampilkan pencapaian keterampilan proses sains siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen yang baik disebabkan karena pada kelas eksperimen, guru menggunakan metode pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
proses
sains
berbantuan
lembar kerja siswa. Metode ini dapat menumbuhkan keterampilan berproses siswa melalui pengamatan lingkungan sekolah, rumah, atau bahkan pengamatan yang dilakukan terhadap tubuh siswa sendiri. Proses
pembelajaran
menjadi
menarik,
karena dalam prosesnya siswa diajarkan
afektif
yang
diperoleh
pada
kelas
eksperimen adalah 3,31 dengan nilai 82,75 yang berarti pencapaian nilai pada aspek afektifnya tinggi. Sedangkan pada kelas kontrol rata-ratanya men-capai 3,03, tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan kelas eksperimen dengan pencapaian nilai 75,79 yang berarti pencapaian nilai pada aspek afektifnya adalah cukup. Dengan meng-analisis pencapaian aspek afektif dan aspek
psikomotorik
siswa
yang
dinilai
secara deskriptif individual, diperoleh bahwa rata-rata aspek psikomotorik dan afektif pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rata-rata hasil pengamatan pada
kelas
kontrol.
Perbedaan
lebih
menonjol terdapat pada aspek psikomotorik siswa antara kelas eksperimen dan kontrol daripada perbedaan yang dihasilkan dari analisis deskriptif aspek afektif (Kazembe dan Methias, 2010). Grafik perbedaan ratarata pencapaian aspek afektif dan aspek psikomotorik siswa dimuat pada Gambar 2.
1405
Tresnoningtias Mutiara Anisa dan Kasmadi Imam Supardi, Keefektifan….
kontrol meskipun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Pada pertemuan terakhir dilaksanakan tes akhir (posttest) pada kedua kelas objek penelitian untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Nilai dari posttest inilah yang digunakan untuk analisis hipotesis. Diperoleh data rata-rata posttest siswa untuk kelas eksperimen sebesar
Gambar
2.
Kelas Kontrol
88,44 dan pada kelas kontrol 79,96. Dari
Kelas Eksperimen
hasil uji kenormalan data, diperoleh χ2
Perbedaan rata-rata aspek afektif dan aspek psikomotorik siswa
hitung nilai posttest siswa sebesar 7,56 pada kelas eksperimen dan 8,73 pada kelas kontrol.
Hasil
analisis
ini
menunjukkan
Perbedaan yang lebih besar pada
bahwa χ2 hitung tidak lebih dari χ2 tabel
psikomotorik
yang
aspek
siswa
dikarenakan
nilainya
9,49
sehingga
diketahui
pendekatan keterampilan proses seperti
bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi
pada
normal (Sudjana, 2005).
pembahasan
sebelumnya
melatih
siswa dalam berproses melakukan kegiatankegiatan
ilmiah
dan
atau varians diperoleh nilai F hitung untuk
pengamatan yang secara langsung me-
tes akhir sebesar 23,037. Hasil ini me-
ngembangkan keterampilan proses sains
nunjukkan adanya perbedaan rata-rata nilai
dan
psiko-
atau varians dari kelas eksperimen dan
motoriknya. Dari perbedaan hasil analisis
kelas kontrol setelah pelaksanaan pem-
kedua aspek ini dapat disimpulkan bahwa
belajaran. Selain itu, hasil analisis varians
pembelajaran kimia dengan pendekatan
perlu didukung dengan adanya analisis
keterampilan
ketuntasan
kemampuan
berupa
pada
proses
praktik
Pada analisis kesamaan rata-rata
aspek
sains
berbantuan
belajar
untuk
mengetahui
lembar kerja siswa terbukti efektif dalam
apakah
meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas
varians yang menunjukkan hasil positif, baik
eksperimen baik ditinjau dari aspek kognitif,
atau justru sebaliknya. Perbedaan hasil
afektif, psikomotorik maupun dalam pe-
belajar kognitif ini selanjutnya diuji meng-
ngembangan keterampilan proses sains
gunakan uji perbedaan rata-rata satu pihak
siswa. Berdasarkan hasil analisis data yang
kiri dan t-test untuk menguji hipotesis. Data
diperoleh, dapat dikatakan bahwa penca-
hasil
paian
dimuat pada Tabel 2.
aspek
afektif
siswa pada
kelas
eksperimen lebih baik daripada siswa kelas
perbedaan
perhitungan
rata-rata
hasil
nilai
belajar
atau
klasikal
1406
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1398-1408 Kelas
Jumlah siswa
Rata-rata
Ekperimen Kontrol
43 42
88,44 79,96
Jumlah siswa yang tuntas 37 20
Rasio ketuntasan belajar 86,05 47,62
Tabel 2. Hasil rasio ketuntasan belajar klasikal Pada uji ketuntasan belajar klasikal, diperoleh rasio ketuntasan belajar klasikal
sehingga keterampilan proses sains siswa dapat ditingkatkan (Marnita, 2013).
(keberhasilan kelas) pada kelas eksperimen
Rata-rata nilai pretest pada kelas
sebesar 86,05 yang berarti ada lebih dari 36
eksperimen sebesar 45,03. Nilai ini lebih
siswa dari jumlah siswa di kelas tersebut
kecil dari perolehan rata-rata pretest pada
telah mencapai ketuntasan individu. Dengan
kelas
demikian,
kelas
Sedangkan rata-rata nilai posttest pada
ketuntasan
kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata
belajar klasikal (Mulyasa, 2007). Rasio
nilai posttest pada kelas kontrol yaitu
ketuntasan belajar klasikal pada kelompok
sebesar 88,44 pada kelas eksperimen dan
kontrol sebesar 47,62, yang berarti rasio
79,96 pada kelas kontrol. Grafik hasil
ketuntasan belajar pada kelompok kelas
analisis hasil belajar pretest dan posttest
kontrol belum mencapai ketuntasan belajar.
siswa disajikan dalam Gambar 3.
siswa
eksperimen
pada
telah
Rata-rata
kelompok
mencapai
gain
(g)
untuk
kontrol,
yakni
sebesar
47,02.
kelas
eksperimen diperoleh sebesar 0,79 yang lebih besar dari kelas kontrol, sebesar 0,617. Uji gain ternormalisasi digunakan untuk mengetahui keefektifan dari penerapan pembelajaran yang dilakukan yaitu pendekatan
keterampilan
proses
sains
dengan bantuan lembar kerja siswa. N-gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran
dilakukan
guru.
Untuk
pre test
kelas
post test
eksperimen, rata-rata gain menunjukkan hasil yang baik dengan kriteria tinggi se-
Gambar 3. Grafik hasil belajar aspek kognitif
dangkan pada kelas kontrol dengan kriteria kemampuan
Dari hasil pengujian uji rata-rata
kognitif posttest antara kelas eksperimen
satu pihak kiri untuk ketuntasan belajar
dan kelas kontrol ini disebabkan pada kelas
klasikal, diperoleh t-hitung sebesar 8,662
eksperimen
pembelajaran
pada kelas eksperimen dan 1,515 pada
keterampilan proses sains yang dirancang
kelas kontrol. Hasil analisis t-hitung ini
untuk memotivasi dan mengaktifkan siswa
memenuhi
pada saat proses pembelajaran berlangsung
Dengan demikian, hipotesis diterima atau
sedang.
Perbedaan
hasil
menerapkan
kriteria
pengujian
hipotesis.
1407
Tresnoningtias Mutiara Anisa dan Kasmadi Imam Supardi, Keefektifan…. rata-rata
hasil
belajar
kognitif
kelas
belajaran konvensional yang kurang me-
eksperimen lebih besar bila dibandingkan
numbuhkan
dengan rata-rata hasil belajar kognitif kelas
namun telah diselingi dengan kegiatan
kontrol. Kelebihan dari pendekatan pem-
observasi.
belajaran keterampilan proses sains adalah
eksperimen rata-rata keterampilan proses
pada kegiatan siswa dengan pendekatan
sains siswa sudah cukup baik dan tinggi.
pembelajaran
dilakukan
Hasil yang baik dari pada pelaksanaan
untuk mengembangkan keterampilan siswa
pendekatan KPS dalam pembelajaran pada
dalam berproses dan menjalani metode
di kelas eksperimen didukung oleh pen-
ilmiah
melakukan
capaian hasil belajar kognitif dan aspek
observasi hingga menarik kesimpulan ber-
afektif siswa. Dari uraian dan analisis data
dasarkan analisis data yang dilakukan saat
yang telah dilakukan, dapat diambil sim-
dan setelah kegiatan praktikum. Hal ini
pulan
dapat memberikan efek ingatan yang lebih
proses sains berbantuan lembar kerja siswa
tajam dan bertahan lama pada siswa karena
pada materi sifat koligatif larutan terbukti
tidak hanya teori dan analisis berbagai jenis
efektif dalam
soal mengenai sifat koligatif larutan yang
siswa.
yang
diberikan
ini
sepenuhnya
dimulai
kepada
dari
siswa
selama
keterampilan
Sedangkan
bahwa
proses
Ppada
pendekatan
sains
kelas
keterampilan
peningkatan hasil belajar
pem-
belajaran berlangsung, melainkan siswa juga diajak untuk mengikuti alur proses
DAFTAR PUSTAKA
ilmiah tentang bagaimana teori tersebut dapat berlaku. Hal ini dibuktikan sendiri oleh siswa melalui praktikum sehingga dapat meningkatkan
pencapaian
hasil
belajar
kognitif siswa pada kelas eksperimen. Hal ini diketahui dari hasil analisis uji gain
Ananda, R. 2013, Keefektifan Problem Based Learning Berbantuan Software The Geometer’s Skecthpad Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Segitiga, Skripsi, Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.
pretest-posttest yang telah dilakukan. Dapat diambil
kesimpulan
keterampilan
proses
bahwa
pendekatan
sains
berbantuan
lembar kerja siswa pada materi sifat koligatif larutan terbukti efektif dalam peningkatan hasil belajar siswa.
SIMPULAN Pada kelas kontrol semua indikator Ketrampilan Proses Sains (KPS) berkategori cukup, hal ini dikarenakan pada kelas kontrol, guru menggunakan model pem-
Champlain, D.A.F., 2010, A Primer On Classical Test Theory And Item Response Theory For Assessments In Medical Education, Medical Education, Vol 44, No 1, Hal: 109117. Deta, U.A., Suparmi S., dan Widha, S., 2013, Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol 9, No 1, Hal: 28-34.
1408
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1398-1408
Hartono, 2013, Learning Cycle-7E Model to Increase Student’s Critcal Thingking on Science, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol 9, No 1, Hal: 58-66. Hayat, M.S., Sri, A., dan Sri, R., 2011, Pembelajaran Berbasis Praktikum pada Konsep Invertebrata untuk Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa, Jurnal Bioma, Vol 1, No 2, Hal: 141152. Kazembe, T. dan Methias S., 2010, Efectiveness of Teachers at Preparing Grade 7 Candidates For Environmental Science Examinations, Eurasian Journal Phyical Chemistry Education, Vol 2, No 2, Hal:64-81. Marnita, 2013, Peningkatan Keterampilan Proses Sains Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Mahasiswa Semester I Materi Dinamika, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol 9, No 1, Hal: 43-52. Mulyasa, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya. Nuraeni, N., Eka F., dan Wawan S., 2013, Efekivitas Penerapan Model Pembelajaran Generative untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, Jurnal Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI.
Semiawan, C.R., Tangyong A.F., Belen S., Matahelemual Y., dan Suseloardjo W., 1989, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: P.T. Gramedia. Severo, M., Rita G., Daniel M., Rui F., Teresa R., Adelino F. L. M., Isaura T., Luis D., dan Maria A. F. T., 2012, Reliability Evidence for Examination Cut Scores Within A Medical school. Journal of Education and Learning, Vol 1, No 1, Hal: 77-83. Sudjana, 2005, Metoda Statistika Edisi 6 Cetakan Ke 3, Bandung: Penerbit TARSITO. Wardani, S., 2008, Pengembangan Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran Kromatografi Lapis Tipis Melalui Praktikum Skala Mikro, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No 2, Hal:317-322. Wiyanto, 2008. Menyiapkan Guru IPA dalam Pembelajaran Laboratorium. Semarang: Unnes press.
Tri Winarti dan Sri Nurhayati, Pembelajaran Praktikum Berorientasi ….
1409
PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERORIENTASI PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP Tri Winarti* dan Sri Nurhayati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang,50229,Telp.(024)8508035 E-mail : [email protected]
ABSTRAK Pembelajaran berbasis praktikum berorientasi proyek menggunakan prinsip learning by doing yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan tertentu sehingga diharapkan mendorong siswa belajar aktif merekonstruksi pemahaman konseptualnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep kimia siswa setelah diterapkannya pembelajaran kimia berbasis praktikum berorientasi proyek. Desain penelitian menggunakan posttest only control design dengan teknik cluster random sampling, diperoleh kelas eksperimen pertama XI IPA3, kelas eksperimen kedua XI IPA4. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tes pemahaman konsep kelas eksperimen pertama sebesar 85,23, kelas eksperimen kedua sebesar 78,69. Hasil uji t menunjukkan thitung 2,40 lebih besar dari tkritis 2,002 untuk derajat kebebasan 57 dan taraf signifikan 5%. Berdasarkan analisis tersebut disimpulkan bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen pertama lebih baik daripada kelas eksperimen kedua. Keterampilan proses sains siswa dengan analisis variansi satu jalur menghasilkan F hitung sebesar 10,91 lebih besar dari Fkritis 4,01 dengan uji lanjut pasca anava menghasilkan Fhitung sebesar 10,90 lebih besar dari Fkritis 4,01 untuk praktikum 1 dan Fhitung sebesar 48,04 lebih besar dari Fkritis 4,01 dengan uji lanjut pasca anava menghasilkan Fhitung sebesar 48,15 lebih besar dari Fkritis 4,01 untuk praktikum 2. Disimpulkan bahwa rata-rata keterampilan proses sains kelas eksperimen pertama lebih baik daripada kelas eksperimen kedua. Kata kunci: keterampilan proses sains, pemahaman konsep, pembelajaran berbasis praktikum berorientasi proyek
ABSTRACT Practicum based learning with project orientation used learning by doing principle namely process of learning outcome by doing action so could encourage students to actively study and construct their understanding. The aim of this research is to know the increasing of student’s science process skill and chemistry concept understands. Design of research is posttest only control design and samples were taken with a cluster random sampling technique, obtained the first experimental class XI IPA3, the second experimental 2 class XI IPA4. The means of test result about concept understanding of first experimental class is 85.23 and second experimental class is 78.69. The test results showed t 2.40 bigger than t critic 2.002 for 57 degrees of freedom and 5% significance level. It has been concluded that the average value of the postest of first experimental class is better than the second experimental class. Student’s process skill analyzed by one-way variants analysis, resulted F 10,91 bigger than Fcritic 4,01 and by scheffe methods resulted F 10,90 bigger than F critic 4,01 for practicum 1 and F 48,04 bigger than Fcritic 4,01 and by scheffe methods resulted F 48,15 bigger than F critic 4,01 for practicum 2. The average of student’s science process skill of first experimental class is better than the second one. Keywords: concept understanding, practicum based learning with project orientation, science process skills.
1410
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1409-1420 PENDAHULUAN
praktikum sehingga keterampilan proses sains dan pemahaman konsep kimia siswa
Pembelajaran berbasis
praktikum
dapat berkembang secara optimal.
diarahkan pada experimental learning yakni
Berdasarkan hasil observasi peneliti
pembelajaran dengan berdasarkan pada
dan wawancara dengan guru kimia di suatu
pengalaman konkret, diskusi dengan teman
SMA di Pekalongan diperoleh informasi,
yang selanjutnya dapat diperoleh ide dan
bahwa ketuntasan klasikal siswa dalam
konsep baru. Belajar dipandang sebagai
menguasai materi pokok Kelarutan dan
proses
dari
Hasil Kali Kelarutan untuk tahun ajaran
pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif
2011/2012 kurang dari 75%. Nilai Kriteria
dan
Ketuntasan
penyusunan
refleksi
serta
pembelajaran
yang
pengetahuan
interpretasi. berbasis
Strategi
Minimal
(KKM)
di
sekolah
praktikum
tersebut untuk mata pelajaran kimia adalah
dapat mendukung siswa untuk mengem-
76, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
bangkan hands on dan minds on. Oleh
rata-rata hasil belajar siswa untuk materi
karena itu, pembelajaran berbasis praktikum
pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
dapat digunakan sebagai alternatif pem-
tidak
belajaran yang dapat mendorong siswa
kompetensi. Pembelajaran kimia berbasis
belajar aktif untuk merekonstruksi pema-
praktikum
haman konseptualnya (Duda, 2010).
penelitian ini dilakukan melalui praktikum
Pembelajaran
berbasis
proyek
mencapai
kimia
standar
berorientasi
materi
kelulusan
proyek
kelarutan
dan
dalam
hasil
kali
menggunakan prinsip learning by doing
kelarutan akan memberikan kesempatan
yakni suatu proses perolehan hasil belajar
kepada
dengan
ngetahuannya sendiri, menyampaikan ide-
mengerjakan
suatu
tindakan
siswa
membangun
ide
berhubungan dengan lingkungan sekitar
pengamatan dan diskusi, sehingga dapat
mereka
lebih memahami konsep yang diajarkan.
hal
tersebut
lebih
membuka pandangan siswa terhadap sains
yang didapatnya
dari
pe-
tertentu. Proyek yang diberikan pada siswa
sehingga
kreatif
untuk
hasil
Rumusan masalah dalam penelitian
khususnya kimia yang sangat dekat dalam
ini
kehidupan mereka (Dewi, 2012). Siswa
keterampilan proses sains siswa setelah
dituntut aktif dalam pembelajaran ini melalui
pembelajaran
pelaksanaan praktikum dan diskusi tugas
berorientasi proyek? dan
proyek.
ningkatan pemahaman konsep kimia siswa Pembelajaran berbasis
berorientasi
proyek
praktikum
diharapkan
dapat
adalah
apakah
kimia
ada
berbasis
peningkatan
praktikum
apakah ada pe-
setelah pembelajaran kimia berbasis praktikum berorientasi proyek?
meningkatkan secara optimal keterampilan
Tujuan dari penelitian ini adalah
proses sains dan pemahaman konsep kimia
untuk mengetahui peningkatan keterampilan
siswa.
proses sains siswa setelah pembelajaran
Pembelajaran
melibatkan
siswa
secara aktif dalam mencari referensi tugas
kimia
proyek
proyek, dan untuk mengetahui peningkatan
yang
terkait
dan
pelaksanaan
berbasis
praktikum
berorientasi
Tri Winarti dan Sri Nurhayati, Pembelajaran Praktikum Berorientasi ….
1411
pemahaman konsep kimia setelah pem-
kelas XI IPA semester 2 tahun ajaran
belajaran
2012/2013.
kimia
berorientasi
berbasis
proyek
di
praktikum
suatu
SMA
di
Pekalongan.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, lembar observasi dan angket. Metode tes digunakan untuk
METODE PENELITIAN
mengetahui konsep
kemampuan
kimia
siswa,
pemahaman
lembar
observasi
Penelitian ini dilakukan di suatu
digunakan untuk mengetahui keterampilan
SMA di Pekalongan pada materi kelarutan
proses sains siswa, dan angket digunakan
dan hasil kali kelarutan. Desain penelitian
untuk mengetahui seberapa besar ketertari-
yang dipakai yaitu posttest only control
kan siswa terhadap model pembelajaran
design
yang diterapkan. Data penelitian pemaham-
yaitu
pertama
desain
dan
kelas
diberikan tes
kelas
eksperimen
eksperimen
kedua
an
konsep
dianalisis
secara
statistik
pemahaman konsep dan
parametrik dihitung dengan uji perbedaan
keterampilan proses sains sesudah diterap-
dua rata-rata satu pihak kanan (uji t) untuk
kannya model pembelajaran yang berbeda
mengetahui perbedaan pemahaman konsep
(Sudjana, 2005).
kimia antara kelas eksperimen pertama dan
Populasi dalam penelitian ini adalah
kelas eksperimen kedua serta perbedaan
kelas
pelajaran
antara kelas eksperimen pertama tahun ini
2012/2013. Kelas XI IPA3 merupakan kelas
dan tahun lalu dan kelas eksperimen kedua
eksperimen
IPA4
tahun ini dan tahun lalu. Sebelum dilakukan
merupakan kelas eksperimen kedua yang
uji perbedaan dua rata-rata satu pihak
diambil
kanan,
siswa
XI
IPA3
pertama,
dengan
tahun
kelas
teknik
XI
cluster
random
terlebih
dahulu
dilakukan
uji
sampling dengan pertimbangan hasil uji
normalitas dan homogenitas untuk me-
normalitas dan uji homogenitas terhadap
ngetahui apakah kelas dalam kondisi yang
nilai ulangan akhir semester ganjil yang
sama. Keterampilan proses sains siswa diuji
diperoleh bahwa keduanya homogen.
statistik
Variabel bebas adalah pembelajaran praktikum
dengan
variasi
perlakuan
menggunakan
analisis
variansi
(anava) satu jalur dengan membandingan antara kelas eksperimen pertama dan kelas
pembelajaran praktikum berorientasi proyek
eksperimen
dan
keterampilan proses sains kelas eksperimen
pembelajaran
praktikum
verifikatif.
peningkatan
pertama
meliputi: model pembelajaran kimia berbasis
selama praktikum 1 dan praktikum 2 dan
praktikum berorientasi proyek untuk kelas
untuk
eksperimen pertama, dan
pembelajaran
dianalisis secara deskriptif.
kimia
untuk
praktikum
kelas
eksperimen kedua. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains dan pemahaman konsep kimia siswa
hasil
kelas
serta
Variasi model dan media pembelajaran
berbasis
dan
kedua
angket
eksperimen
tanggapan
kedua
siswa
1412
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1409-1420 HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga
mereka
lebih
aktif
selama
pembelajaran berlangsung. Pernyataan
dalam
angket
tang-
Siswa
yang
aktif
memiliki
ke-
gapan dikategorikan menjadi 3 yaitu moti-
terampilan proses sains yang baik karena
vasi, ketertarikan dan pemahaman. Siswa
mereka memperhatikan dan mendengarkan
yang memiliki motivasi tinggi terlihat lebih
dengan
tertarik selama pembelajaran berlangsung.
berlangsung. Sebanyak 90% siswa yang
Motivasi
dan
seksama
selama
pembelajaran
ketertarikan
siswa
pada
aktif memiliki keterampilan proses sains
menjadikan
siswa
lebih
yang tergolong baik. Siswa yang memiliki
memperhatikan materi yang disampaikan
keterampilan proses sains rendah karena
sehingga pemahaman mereka terhadap
mereka cenderung kurang serius selama
materi menjadi lebih baik. Hal itu dapat
kegiatan praktikum berlangsung. Siswa yang
dilihat
selama
aktif juga memiliki pemahaman konsep yang
dapat
lebih baik. Hal itu ditunjukkan dengan nilai
pembelajaran
dari
pembelajaran
keaktifan
siswa
berlangsung
yang
dilihat pada Gambar 1. Siswa dengan
ulangan
motivasi
dan
tinggi
Sebanyak 100% siswa yang aktif memiliki
memiliki
pemahaman
baik
nilai lebih dari 76 sehingga pemahaman
ketertarikan yang
yang lebih
terhadap materi yang sedang dipelajari
yang
diperoleh
oleh
siswa.
konsep siswa termasuk kategori baik.
Gambar 1. Hasil angket tanggapan siswa Hasil terhadap
angket
pembelajaran
tanggapan praktikum
siswa
peroleh
pengalaman
dan
konsep
baru
ber-
sehingga keterampilan proses sains dan
orientasi proyek menyatakan bahwa pem-
pemahaman konsep kimia siswa menjadi
belajaran lebih menarik, meningkatkan minat
meningkat. Pembelajaran praktikum men-
belajar, dan membantu memahami konsep
jadikan proses pembelajaran menjadi lebih
yang diajarkan. Siswa dapat bereksplorasi
hidup dan bermakna bagi siswa (Sukaesih,
melalui kegiatan yang relevan untuk mem-
2011).
Tri Winarti dan Sri Nurhayati, Pembelajaran Praktikum Berorientasi …. Siswa
yang
aktif
selama
1413
pem-
ketertarikan, dan pemahaman yang baik
belajaran jauh lebih banyak daripada siswa
berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh
yang pasif selama pembelajaran. Hal itu
oleh siswa. Keterampilan proses sains dan
menunjukkan bahwa pembelajaran prak-
pemahaman konsep kimia siswa meningkat
tikum berorientasi proyek membuat siswa
sejalan dengan keaktifan siswa selama
menjadi lebih aktif karena pembelajaran
pembelajaran berlangsung (Ariyati, 2010).
bersifat student centered sehingga me-
Hasil rata-rata skor keterampilan
mungkinkan siswa mendapatkan penge-
proses
sains
yang
diperoleh
tahuan yang banyak dibandingkan pem-
observasi dapat dilihat di Tabel 1.
melalui
belajaran praktikum konvensional. Motivasi,
Tabel 1. Skor keterampilan proses sains setiap indikator
No.
Indikator
1 2
Menyiapkan alat dan bahan Melaksanakan praktikum
3
Menggunakan alat bahan
4 5
Pengukuran Menerapkan konsep
6 7
Pengamatan Perhitungan
8
Mengajukan pertanyaan
9 10
Kesimpulan Berkomunikasi
Jumlah
Rata-rata Skor Per Indikator Kelas eksperimen pertama Kelas eksperimen kedua Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum 1 2 1 2 a. 3,2 a. 4 a. 3,3 a. 4 a. 3,2 a. 3,3 a. 3,2 a. 3,3 b. 3 b. 3,3 b. 2,5 b. 3 a. 3,3 a. 3,7 a. 2,5 a. 3,3 b. 4 b. 4 b. 4 b. 4 a. 2,3 a. 3 a. 2 a. 3,3 a. 3 a. 3,5 a. 3 a. 3,2 b. 3,3 b. 3,5 b. 3,2 b. 3,3 c. 3,7 c. 3,8 c. 3,8 c. 3,8 a. 3 a. 3 a. 2,3 a. 2,7 a. 3 a. 3,8 a. 3 a. 3,3 b. 2,5 b. 4 b. 2,5 b. 3,7 a. 3,5 a. 3,8 a. 3,5 a. 3,7 b. 3,2 b. 3,5 b. 3,2 b. 3,6 a. 2,3 a. 3 a. 2 a. 3,3 a. 2,7 a. 3,7 a. 3 a. 3,2 b. 2,6 b. 3,6 b. 2,7 b. 3,5 c. 3 c. 3,2 c. 2,9 c. 4 d. 2,5 d. 3,5 d. 2,5 d. 3,5 e. 3,2 e. 3,5 e. 3 e. 3,5 59,2 70,8 58,32 69,2
Hasil analisis variansi satu jalur
anava yaitu dengan metode scheffe untuk
keterampilan proses sains siswa
kelas
mengetahui apakah perbedaan tersebut
eksperimen
Fhitung
signifikan.
pertama
diperoleh
sebesar 323,91 dan Fkritis sebesar 4,007.
Hasil uji lanjut pasca anava diper-
Keterampilan proses sains antara praktikum
oleh Fhitung sebesar 323,566 dan Fkritis
1 (Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan) dan
sebesar 4,007. Terdapat perbedaan yang
praktikum 2 (Pemurnian Garam) berbeda
signifikan antara keterampilan proses sains
untuk kelas eksperimen pertama. Oleh
pada praktikum 1 dan praktikum 2 di kelas
karena itu, perlu dilakukan uji lanjut pasca
eksperimen pertama. Hasil uji lanjut pasca
1414
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1409-1420
anava
menunjukkan
bahwa
praktikum
Hasil
uji
lanjut
pasca
anava
dengan rata-rata skor keterampilan proses
diperoleh Fhitung sebesar 251,11 dan Fkritis
sains yang lebih besar memiliki keterampilan
sebesar 4,013. Karena Fhitung lebih besar
proses sains yang lebih baik. Praktikum 2
daripada Fkritis, maka terdapat perbedaan
memiliki rata-rata skor keterampilan proses
yang signifikan antara keterampilan proses
sains lebih besar daripada praktikum 1,
sains pada praktikum 1 dan praktikum 2 di
sehingga dapat disimpulkan bahwa kete-
kelas eksperimen kedua. Hasil uji lanjut
rampilan proses sains pada praktikum 2
pasca anava menunjukkan bahwa praktikum
lebih baik daripada keterampilan proses
dengan rata-rata skor keterampilan proses
sains pada praktikum 1. Skor rata-rata
sains yang lebih besar memiliki keterampilan
keterampilan proses sains yang diperoleh
proses sains yang lebih baik. Skor rata-rata
melalui observasi pada praktikum 2 adalah
keterampilan proses sains yang diperoleh
70,8 dan praktikum 1 adalah 59,2. Siswa
melalui observasi pada praktikum 2 adalah
lebih terampil pada saat praktikum 2 dan
69,2 dan praktikum 1 adalah 58,32. Siswa
praktikum
lebih terampil pada saat praktikum 2 dan
juga
berjalan
lebih
lancar
dibandingkan praktikum 1. Hasil tanggapan
praktikum
siswa
juga
berjalan
lebih
lancar
menunjukkan
bahwa
siswa
dibandingkan praktikum 1. Hasil tanggapan
tanggapan
yang
positif
siswa
memberikan terhadap
juga
pembelajaran
yang
dilakukan
juga
menunjukkan
memberikan
tanggapan
siswa
yang
positif
seperti yang tertera pada Tabel 3. Hal ini
terhadap
menunjukkan adanya peningkatan keteram-
seperti
pilan proses sains antara praktikum 1 dan 2.
Keterampilan proses sains pada praktikum 2
Hal
lebih baik daripada keterampilan proses
Keuntungan
metode
dalam
eksperimen
menggunakan
yang
tertera
yang pada
dilakukan Tabel
3.
lain
dapat
sains pada praktikum 1. Hal ini menunjukkan
praktis
serta
adanya peningkatan keterampilan proses
keterampilan dalam menggunakan alat-alat
sains antara praktikum 1 dan 2 (Silvia,
praktikum (Arifin, 1995). Selain itu, Kegiatan
2010).
memberikan
antara
pembelajaran
bahwa
pengalaman
praktikum merupakan suatu sarana yang
Hasil analisis variansi satu jalur
dapat digunakan untuk melatih siswa dalam
diperoleh Fhitung sebesar 10,91 dan Fkritis
melakukan keterampilan kerja laboratorium
sebesar 4,01. Keterampilan proses sains
(Romlah, 2009).
antara kelas eksperimen pertama dan kelas
Hasil analisis variansi satu jalur
eksperimen kedua berbeda untuk praktikum
keterampilan proses sains kelas eksperimen
1. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lanjut
kedua diperoleh Fhitung sebesar 251,59 dan
pasca anava untuk mengetahui apakah
Fkritis sebesar 4,013. Karena Fthitung lebih
perbedaan tersebut signifikan atau tidak.
besar daripada Fkritis, maka keterampilan proses
sains
praktikum
2
antara
praktikum
berbeda
eksperimen kedua.
untuk
1
Hasil
uji
lanjut
pasca
anava
dan
diperoleh Fhitung sebesar 10,90 dan Fkritis
kelas
sebesar 4,01. Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains
Tri Winarti dan Sri Nurhayati, Pembelajaran Praktikum Berorientasi …. kelas
eksperimen
kelas
Hasil analisis variansi satu jalur
eksperimen kedua. Hasil uji lanjut pasca
diperoleh Fhitung sebesar 48,04 dan Fkritis
anava menunjukkan bahwa kelas dengan
sebesar 4,01. Karena Fhitung lebih besar
rata-rata skor keterampilan proses sains
daripada Fkritis, maka keterampilan proses
yang lebih besar memiliki keterampilan
sains antara kelas eksperimen pertama dan
proses sains yang lebih baik. Skor rata-rata
kelas eksperimen kedua berbeda untuk
keterampilan proses sains yang diperoleh
praktikum 2. Oleh karena itu, perlu dilakukan
melalui observasi pada kelas eksperimen
uji lanjut pasca anava untuk mengetahui
pertama adalah 59,2 dan kelas eksperimen
apakah perbedaan tersebut signifikan atau
kedua
tidak.
adalah
pertama
58,32.
dan
1415
Siswa
kelas
eksperimen pertama lebih terampil dalam
Hasil
uji
lanjut
pasca
anava
melakukan kegiatan praktikum dan mereka
diperoleh Fhitung sebesar 48,15 dan Fkritis
juga lebih menguasai materi praktikum
sebesar 4,01. Karena Fhitung lebih besar
sehingga praktikum berjalan lebih lancar
daripada Fkritis, maka terdapat perbedaan
daripada kelas eksperimen kedua. Hasil
yang signifikan antara keterampilan proses
tanggapan siswa juga menunjukkan bahwa
sains kelas eksperimen pertama dan kelas
siswa memberikan tanggapan yang positif
eksperimen kedua. Skor rata-rata keteram-
terhadap
pilan proses sains yang diperoleh melalui
seperti
pembelajaran yang
tertera
yang
3.
observasi pada kelas eksperimen pertama
Keterampilan proses sains kelas eksperimen
adalah 70,8 dan kelas eksperimen kedua
pertama
pembe-
adalah 69,2. Kelas eksperimen pertama
lajaran praktikum berorientasi proyek lebih
memiliki rata-rata skor keterampilan proses
baik daripada keterampilan proses sains
sains lebih besar daripada kelas eksperimen
kelas eksperimen kedua dengan meng-
kedua, sehingga dapat disimpulkan bahwa
gunakan pembelajaran praktikum konven-
keterampilan proses sains kelas eksperimen
sional.
adanya
pertama dengan menggunakan pembelajar-
sains
an praktikum berorientasi proyek lebih baik
antara kelas eksperimen pertama dan kelas
daripada keterampilan proses sains kelas
eksperimen kedua (Kukuh, et al, 2003).
eksperimen kedua dengan menggunakan
Keterampilan
dan
pembelajaran praktikum verifikatif. Hal ini
diukur
melalui
menunjukkan adanya peningkatan keteram-
meningkat.
Siswa
pilan proses sains antara kelas eksperimen
dengan
Hal
Tabel.
menggunakan
ini
peningkatan
pada
dilakukan
menunjukkan
keterampilan
menerapkan
komunikasi
siswa
observasi
terbukti
yang
proses
konsep
menerapkan konsep untuk menjelaskan apa
pertama
dan
kelas
yang
(Adane
dan
Admas,
terjadi,
terhadap
sehingga
konsep
pemahaman
tertentu
dapat
mempengaruhi dalam menerapkan konsep (Kurnia, 2011).
eksperimen 2011).
kedua Metode
praktikum dapat mengembangkan keterampilan proses sains (Wardani, 2008).
1416
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1409-1420
Gambar 2. Nilai rata-rata keterampilan proses sains praktikum kelas eksperimen pertama dan eksperimen kedua
Nilai
rata-rata
posttest
kelas
eksperimen pertama pembelajaran meng-
eksperimen pertama lebih tinggi daripada
gunakan
kelas eksperimen kedua
praktikum berorientasi proyek, sedangkan
yang masing-
pembelajaran
masing sebesar 85,23 dan 78,69. Hal ini
pada
dikarenakan siswa pada kelas eksperimen
gunakan
pertama dan kelas eksperimen kedua diberi
praktikum verifikatif (Duda, 2010).
perlakuan
yang
berbeda.
Pada
kelas
kimia
eksperimen
pembelajaran
berbasis
kedua kimia
mengberbasis
kelas
Tabel 2. Nilai posttest dan hasil ulangan siswa materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tahun lalu Kelas Kelas Kelas XI Kelas XI IPA 3 eksperimen eksperimen IPA 4 Tahun Lalu pertama kedua Tahun Lalu Nilai rata-rata 85,23 78,69 72,32 71,86 Simpangan baku 9,34 11,54 12,94 10,05 Nilai tertinggi 100 97 90 96 Nilai terendah 63 47 35 56
Pembelajaran praktikum berorien-
menghasilkan thitung sebesar 2,40 dengan
tasi proyek di kelas eksperimen pertama
tkritis sebesar 2,002. Karena thitung lebih besar
dapat meningkatkan pemahaman konsep
daripada tkritis, maka pemahaman konsep
kimia siswa, hal ini dapat dilihat dari hasi uji t
kelas
(uji perbedaan dua rata-rata satu pihak
daripada
kanan) antara kelas eksperimen pertama
dapat
dan kelas eksperimen kedua serta antara
konsep kimia siswa meningkat. Hasil uji t
kelas eksperimen pertama dan kelas XI
antara kelas eksperimen pertama dan kelas
IPA3 tahun lalu. Hasil uji t antara kelas
XI IPA3 tahun lalu menghasilkan thitung
eksperimen pertama dan eksperimen kedua
sebesar 4,38 dengan tkritis sebesar 2,003.
eksperimen
pertama
eksperimen
disimpulkan
lebih
kedua.
bahwa
baik
Sehingga
pemahaman
Tri Winarti dan Sri Nurhayati, Pembelajaran Praktikum Berorientasi ….
1417
Karena thitung lebih besar daripada tkritis, maka
3. Rata-rata siswa memberikan tanggapan
pemahaman konsep kimia kelas eksperimen
positif terhadap masing-masing indikator
pertama lebih baik daripada kelas XI IPA3
yang terdapat dalam angket. Tanggapan-
tahun lalu. Sehingga dapat disimpulkan
tanggapan
bahwa pemahaman konsep kimia siswa
bahwa pembelajaran yang menggunakan
meningkat. Hal ini diperkuat dengan hasil
pembelajaran berbasis praktikum berorien-
analisis angket tanggapan siswa terhadap
tasi proyek membuat siswa dapat mema-
pembelajaran menggunakan pembelajaran
hami
kimia
berorientasi
kelarutan, sehingga pemahaman konsep
memberikan
kimia siswa terhadap materi lebih baik.
berbasis
proyek.
praktikum
Rata-rata
siswa
tanggapan positif terhadap masing-masing indikator
yang
terdapat
Tanggapan-tanggapan
dalam siswa
angket. tersebut
siswa
materi
tersebut
kelarutan
menunjukkan
dan
hasil
kali
Pemahaman konsep kimia kelas eksperimen pertama lebih baik daripada kelas
eksperimen
kedua
menandakan
menunjukkan bahwa pembelajaran yang
bahwa tugas proyek membuat siswa dapat
menggunakan pembelajaran kimia berbasis
lebih memahami materi yang dipelajari.
praktikum
membuat
Proyek tersebut membuat siswa lebih aktif
siswa dapat memahami materi kelarutan
dalam belajar dan mereka juga dituntut
dan
sehingga
untuk mencari dan membaca lebih banyak
pemahaman konsep kimia siswa terhadap
materi untuk menyelesaikan tugas proyek
materi
tersebut.
berorientasi
hasil
lebih
kali
baik.
proyek
kelarutan,
Pembelajaran
kimia
Hal
tersebut
membuat
siswa
dengan kegiatan praktikum dapat mengem-
memiliki lebih banyak pengetahuan karena
bangkan keterampilan proses dan pema-
mereka mendapatkan materi dari berbagai
haman konsep (Kelly dan Finlayson, 2007).
sumber (Dewi, 2012).
Pembelajaran
praktikum
konven-
Kelas
eksperimen
kedua
mem-
sional di kelas eksperimen kedua juga dapat
punyai pemahaman konsep kimia yang lebih
meningkatkan pemahaman konsep kimia
baik jika dibandingkan dengan nilai tahun
siswa, hal ini dapat dilihat dari hasi uji t
lalu kelas XI IPA4 materi kelarutan dan hasil
antara kelas eksperimen kedua dan kelas XI
kali kelarutan. Hal tersebut menunjukkan
IPA4 tahun lalu. Hasil uji t antara kelas
bahwa dengan adanya praktikum, siswa
eksperimen pertama dan kelas XI IPA4
lebih dapat memahami materi yang mereka
tahun lalu menghasilkan thitung sebesar 2,38
pelajari
dengan tkritis sebesar 2,004. Karena thitung
pengalaman secara langsung (Kurnianto, et
lebih besar daripada tkritis, maka pemahaman
al, 2010). Kegiatan laboratorium dapat lebih
konsep kimia kelas eksperimen kedua lebih
efektif
baik daripada kelas XI IPA4 tahun lalu. Hal
konstruk pengetahuan mereka, mengem-
ini diperkuat dengan hasil analisis angket
bangkan kemampuan logikal dan kemam-
tanggapan siswa terhadap pembelajaran
puan memecahkan masalah dengan baik.
menggunakan
Kegiatan
pembelajaran
praktikum
berorientasi proyek yang tertera pada Tabel
karena
dalam
mereka
membantu
laboratorium
mendapatkan
siswa
juga
meng-
dapat
me-
ningkatkan kemampuan kognitif, memecah-
1418 kan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1409-1420
masalah,
mengerjakan
tugas-tugas
melakukan observasi (Hofstein, 2004).
laboratorium dan juga kemampuan untuk
Gambar 3. Nilai rata-rata posttest dan nilai kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen kedua tahun lalu
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Pembelajaran praktikum berorientasi proyek dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep kimia siswa materi kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI pada suatu SMA di Pekalongan. Skor keterampilan proses sains Kelas eksperimen pertama sebesar 59,2 untuk praktikum 1 meningkat menjadi 70,8 untuk praktikum 2. Kelas eksperimen kedua memiliki skor keterampilan proses sains sebesar 58,32 untuk praktikum 1 meningkat menjadi
69,2
untuk
praktikum
2.
Pemahaman konsep kimia kelas eksperimen pertama pada tahun lalu sebesar 72,32 meningkat menjadi 85,23 pada tahun ini. Pemahaman konsep kimia kelas eksperimen kedua pada tahun lalu sebesar 71,86 meningkat menjadi 78,69 pada tahun ini.
Adane, L. dan Admas, A., 2011, Relevance and Safety of Chemistry Laboratory Experiments from Students’ Perspective: a Case Study at Jimma University, Southwestern Ethiopia, Educational Research, Vol 2, No 12, Hal: 1749-1758. Arifin, M., 1995, Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, Surabaya: Airlangga University Press. Ariyati, E., 2010, Pembelajaran Berbasis Praktikum untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis, Jurnal Matematika dan IPA, Vol 1, No 2, Hal: 1-12. Dewi, N. K. A. M. P., 2012, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII E pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP Negeri 3 Singaraja Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Teknik Informatika, Vol 1, No 4, Hal: 2252-9063.
Tri Winarti dan Sri Nurhayati, Pembelajaran Praktikum Berorientasi …. Duda, H. J., 2010, Pembelajaran Berbasis Praktikum dan Asesmennya pada Konsep Sistem Ekskresi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI, VOX Edukasi, Vol 1, No 2, Hal: 29-39. Hofstein, A., 2004, The Laboratory in Chemistry Education: Thirty Years of Experience with Developments, Implementation, and Research, Chemistry Education: Research and Practice, Vol 5, No 3, Hal: 247-264. Kelly, O.C. dan Finlayson, O.E., 2007, Providing Solutions through Problem Based Learning for the st Undergraduate 1 Year Chemistry Laboratory, Chemistry Education: Research and Practice, Vol 8, No 3, Hal: 347-361. Kukuh J. W. A., Kuncoro T., dan Wena, M.m 2003, Menumbuhkan dan Mengoptimalkan Kemandirian Siswa Program Studi D3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM) dalam Mengerjakan Proyek Akhir Melalui Penerapan Metode Project Base Learning (PBL), Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang SubProject Management Unit (SPMU) Technological and Professional Skills Development Sector Project. Kurnia, E., 2011, Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Pembelajaran Sistem Koloid Menggunakan Metode Praktikum Berbasis Masalah, Skripsi, Bandung: UPI.
1419
Kurnianto, Dwijananti, dan Khumaedi, 2010, Pengembangan Kemampuan Menyimpulkan dan Mengkomunikasikan Konsep Fisika melalui Kegiatan Praktikum Fisika Sederhana, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol 6, No 6-9, Hal: 1693-1246. Romlah, O., 2009, Peranan Praktikum dalam Mengembangkan Keterampilan Proses dan Kerja Laboratorium, Makalah disampaikan pada pertemuan MGMP Biologi Kabupaten Garut, 3 Februari 2009. Silvia,
F., 2010, Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI Pada Pembelajaran Titrasi AsamBasa Dengan Metode Praktikum Berbasis Material Lokal, Skripsi, Bandung: FPMIPA UPI.
Sudjana, 2005, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito. Sukaesih, S., 2011, Analisis Sikap Ilmiah dan Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Praktikum, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol 28, No 1, Hal: 77-85. Wardani, S., 2008, Pengembangan Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran Kromatografi Lapis Tipis Melalui Praktikum Skala Mikro, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 2, No 2, Hal: 317-322.
1420
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1409-1420