!"!#$%$& '()!*''+*)(+$ % + ( ( ),) + / -( ),) / 1 ,)( 1 * / < < 1 3 = 3 23 ,)(./0 0 $- 5 60&< / $ * > &2## $- 5 0 &? $- 5 * &# @ $- 5 A &> = $- 5 . &"> $- 5 1 &.A*1 $- 5 1 & (1 /1 2)(1 / 1 (,)314 ( 3 40*- 5 1 6 .7? %(;1 6 1 %%'+,4B)$%&88!2 ) 9 :" * # " * * (*3
),, " 5 # "
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan berkat dan rahmat-Nya, maka Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Volume 9 Nomor 2 tahun 2015 berhasil diterbitkan. Jurnal ini hadir di hadapan pembaca sebagai wadah bagi penulisan hasil pemikiran dan penelitian di bidang pengembangan mutu pendidikan khususnya pendidikan kimia. Rasa terima kasih kami sampaikan kepada para penulis atas kontribusinya yang berupa artikel terhadap penerbitan edisi ini. Kami berharap agar para peneliti, akademisi, pengamat, dan praktisi di bidang pendidikan kimia dapat berpartisipasi menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan dimasukkan ke dalam jurnal ini. Kontribusi penulis berupa saran atau solusi yang komprehensif dan mendalam diharapkan dapat dikembangkan berdasarkan pengamatan atau pengalaman hasil refleksi terhadap permasalahan dan kenyataan di lapangan. Kita dapat secara bersama-sama mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan melalui semangat pengabdian, rasa kepemilikan, dan tekad untuk memajukan pendidikan di tanah air. Semoga kehadiran jurnal ini dapat memacu pemikiran-pemikiran yang menggali hingga ke akar permasalahan dan bermanfaat bagi semua pihak yag bergerak di bidang pendidikan. Kritik dan saran bagi penyempurnaan penerbitan jurnal ini dimasa yang akan datang dapat disampaikan kepada Dewan Penyunting yang dengan senang hati menerima dan menjadikannya sebagai masukan untuk meningkatkan mutu jurnal.
Ketua Penyunting
DAFTAR ISI APLIKASI MODEL JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN KIMIA MATERI pH LARUTAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA Siti Istijabatun (1517-1527) PENERAPAN MODEL LEARNING START WITH A QUESTION BERPENDEKATAN ICARE PADA HASIL BELAJAR Dheni Nur Haryadi1)* dan Sri Nurhayati2) (1528-1537) HASIL BELAJAR BERBANTUAN SMALL NOTES PADA METODE PREVIEW QUESTION READ SUMMARIZE TEST Luthfia Rizqy Amalia* dan Eko Budi Susatyo (1538-1546) PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN LARUTAN BERPENDEKATAN PBL UNTUK MENINGKATKAN KGS INFERENSIAL LOGIKA Deni Ardiyanti* dan Sudarmin (1547-1555)
KONTRIBUSI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA Rohayati*, Woro Sumarni dan Nanik Wijayati (1556-1565)
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK BERBANTUAN E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Nur Jannatu Na’imah*, Supartono dan Sri Wardani (1566-1574) PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK UNTUK MENGUKUR KOMPETENSI PESERTA DIDIK MATERI SENYAWA HIDROKARBON Nino Nurjananto* dan Ersanghono Kusumo (1575-1584) PENGEMBANGAN MODUL LARUTAN PENYANGGA BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) UNTUK KELAS XI SMA/MA Ita Masithoh Wikhdah*, Sri Susilogati Sumarti, Sri Wardani (1585-1595) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani (1596-1606) PENGEMBANGAN MEDIA FLASH BERBASIS PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Indah Triana Aprillia*, Murbangun Nuswowati, Endang Susilaningsih (1607-1616)
Siti Istijabatun, Aplikasi Model Jigsaw Dalam Pembelajaran Kimia ….
1517
APLIKASI MODEL JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN KIMIA MATERI pH LARUTAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA Siti Istijabatun SMA Negeri 1 Pegandon, Jalan Raya Putat Pegandon, Kendal, Kode Pos 51357 Email:
[email protected]
ABSTRAK Dalam rangka meningkatkan keberhasilan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw. Pembelajaran dengan model Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan tim ahli, yaitu tim yang bertugas untuk membahas suatu konsep tertentu untuk dijelaskan kepada anggota kelompok semula. Model pembelajaran Jigsaw menuntut siswa untuk kreatif, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan kelompoknya. Dalam penelitian ini, diamati bagaimana motivasi dan hasil belajar kimia siswa setelah mengalami pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Pada setiap akhir siklus dilakukan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Validasi data dilakukan oleh teman sejawat. Indikator kinerja pada penelitian ini adalah meningkatnya jumlah siswa yang mencapai KKM mata pelajaran kimia sekurang-kurangnya sebesar 72% secara klasikal pada akhir siklus I di kelas XI IPA3 SMA N 1 Pegandon. Hasil penelitian menunjukkan siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan yakni dari 58,8% sebelum menggunakan model Jigsaw menjadi 61,8% setelah menggunakan model Jigsaw pada siklus I dan 73,5 % pada siklus II. Selain itu juga terdapat peningkatan motivasi siswa dalam belajar kimia yang diukur melalui observasi dan wawancara. Kata Kunci: model jigsaw, pembelajaran kimia, materi pH larutan
ABSTRACT In order to increase student success in achieving the expected competencies, need innovations in learning. One of them by using Jigsaw Learning Model. Learning with Jigsaw model is a model of learning which involves a team of experts, the team assigned to discuss a certain concept to be explained to members of the original group. Jigsaw learning model requires students to be creative, have high curiosity as well as having responsibility for himself and his group. In this study, it was observed how the chemistry motivation and learning outcomes of students after studied by using Jigsaw model. This study consisted of two cycles. At the end of every cycle carried out tests to determine the level of student understanding. Validation of data is conducted by peer review. The performance indicators in this study is the increasing number of students who reach minimum critreria achievement (KKM) on chemistry subjects of at least 72% in the classical style at the end of the first cycle in class XI IPA3 SMA N 1 Pegandon. Results showed that students who achieve the KKM has increased from 58.8% before using Jigsaw model became 61.8% after using Jigsaw model in the first cycle and 73.5% in the second cycle. Also there is an increase in students' motivation to learn chemistry as measured through observation and interviews. Keywords: jigsaw models, chemistry learning, material solution pH
PENDAHULUAN SMA Negeri 1 Pegandon
di Kabupaten Kendal. Dalam berbagai hal, merupakan
salah satu sekolah menengah yang berada
baik dari segi fasilitas, sarana prasarana, maupun mutu akademik dan non akademik
1518
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1517 - 1527
selalu
diupayakan
untuk
peningkatan.
Dalam
hal
prasarana,
sekolah
membangun
laboratorium
diadakan
sarana
dan
sudah
mulai
IPA
secara
Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang membahas tentang susunan
(struktur),
perpindahan
atau
perubahan bentuk dan energetika zat. Untuk
terpisah yang awalnya masih bergabung
mempelajari
dalam satu ruangan, laboratorium fisika,
diperlukan
kimia dan biologi. Fasilitas perpustakaan
(Wiwit, et al., 2012). Berdasarkan kurikulum
juga
dengan
2004 (GBPP kimia), fungsi pembelajaran
referensi
kimia di SMA antara lain, memberikan
semakin
ditingkatkan
menambah
buku-buku
ilmu
kimia
keterampilan
di
dan
sekolah penalaran
pembelajaran.
Bidang
non
akademik
dasar-dasar kimia untuk mengembangkan
dikembangkan
dengan
cara
menyeleksi
ilmu pengetahuan di pendidikan tinggi dan
siswa-siswa yang memiliki prestasi
di
sebagai bekal untuk hidup di masyarakat,
bidang non akademik untuk selanjutnya
mengembangkan
mendapatkan bimbingan yang lebih intensif,
mengembangkan sikap dan menimbulkan
sedangkan
nilai yang berguna dalam kehidupan sehari-
untuk
peningkatan
mutu
akademik salah satunya dilakukan dengan diadakannya
penelitian
dalam
bidang
keterampilan
life
skill,
hari. Sebagaimana
diketahui
bahwa
pendidikan terutama penelitian tindakan
karakteristik materi kimia yang berbeda
kelas
dengan pelajaran lain menjadikan ilmu kimia
untuk
mengatasi
masalah
pembelajaran yang ditemui di kelas. Setiap
sekolah
pasti
siswanya lulus 100% ujian
akhir
merupakan salah satu pelajaran yang relatif
menginginkan
sulit bagi siswa saat ini. Atas dasar inilah
dalam menempuh
maka dituntut kemampuan dan keterampilan
sehingga
perlu
seorang guru untuk mampu menciptakan
upaya
untuk
suatu pembelajaran yang sesuai dengan
pelajaran
kimia
kondisi siswa dan konsep karakteristik ilmu
merupakan salah satu mata pelajaran yang
kimia yang dibelajarkan. Tujuannya adalah
menjadi ciri khas jurusan IPA di tingkat SMA
agar siswa termotivasi dan aktif dalam
yang tentu harus dipersiapkan dengan
belajar sehingga hasil belajar siswa akan
maksimal dari segi pemahaman materinya,
meningkat sesuai dengan yang diharapkan
sehingga akan diperoleh hasil akhir yang
(Ismail, et al., 2013). Mengingat bahwa saat
maksimal. Kriteria kelulusan saat ini tidak
ini kelulusan siswa juga dipengaruhi oleh
hanya tergantung pada perolehan nilai hasil
perolehan nilai pada semester-semester
ujian nasional saja, tetapi dipengaruhi oleh
sebelumnya,
nilai sekolah yang terdiri atas nilai raport
harapan
semester 3, 4 dan 5 serta nilai ujian sekolah.
diperoleh
Oleh karena itu perlu dicari cara agar
motivasi belajarnya meningkat. Hal ini tentu
perolehan nilai bisa maksimal terutama
harus melalui proses untuk mencapainya,
pada
bukan sekedar memberikan nilai tanpa
dilakukan
nasional, berbagai
mencapainya.
semester
Mata
yang
mempengaruhi kelulusan.
nilainya
akan
maka
yang siswa
peneliti
besar bisa
agar
mempunyai nilai
yang
maksimal,
serta
melakukan tindakan sebagai proses untuk
Siti Istijabatun, Aplikasi Model Jigsaw Dalam Pembelajaran Kimia …. memperolehnya,
sehingga
tidak
ada
menuntut
1519
siswa
untuk
plesetan istilah “ngaji” atau ngarang biji
memperhatikan
(bahasa
sehingga kejenuhan akan
jawa),
memberikan nilai
yang
maksudnya
di atas KKM kepada
penjelasan
diam
dan
guru
saja,
terjadi dan
mendorong siswa untuk melakukan hal-hal
siswa meskipun pada kenyataannya siswa
di
belum memperoleh nilai itu. Dari data nilai
memang kondisi yang seperti ini tampak
ulangan harian pada kompetensi dasar pada
kondusif,
tahun pelajaran 2013/2014
memperhatikan, akan tetapi aktivitas yang
pada kelas XI
luar
kegiatan
karena
IPA3 menunjukkan hanya 20 siswa yang
dilakukan
nilainya mencapai KKM dari 34 siswa dalam
pengamatan
kelas
bermain
tersebut.
Ini
berarti
siswa
yang
pembelajaran.
siswa
siswa
bisa
guru
mencapai KKM hanya 58,8% saja. Pada
atau bahkan tidur
penelitian ini dipilih konsep menghitung pH
menjelaskan.
larutan, karena merupakan konsep yang tidak
lepas
dari
hitungan,
diam
saja
lepas
misalnya
handphone,
Sekilas
dan
dari
diam-diam
berbincang-bincang saat guru sedang
Fenomena yang terjadi dan dialami
sementara
sendiri oleh peneliti ini menuntut inovasi
kemampuan dan kemauan siswa untuk
pembelajaran yang lebih inovatif sehingga
menyelesaikan soal-soal hitungan masih
membuat pelajaran kimia menjadi menarik.
rendah. Hal ini disebabkan miskonsepsi
Salah
mengenai materi kimia yang melibatkan
mengubah model pembelajaran yang lebih
hitungan masih sering terjadi. Selain itu
menuntut kemandirian siswa untuk belajar
konsep menghitung pH larutan ini juga
memecahkan masalah tanpa tergantung
merupakan salah satu kompetensi dasar
dari penjelasan guru. Metode pembelajaran
yang dipelajari pada semester 4 yang pada
konvensional terbukti kurang efektif untuk
akhirnya hasil belajar
membantu siswa menguasai pemahaman
akan dilaporkan
sebagai salah satu komponen nilai sekolah. Perilaku siswa yang kurang mandiri dan
satu
caranya
adalah
dengan
menyeluruh terhadap suatu konsep (Yip, 2001).
Berbagai
hasil
penelitian
cenderung bergantung pada guru menurut
rekomendasikan
peneliti
satu
pembelajaran yang terpusat pada pelajar
penyebabnya. Suasana yang kondusif serta
(Acar dan Tarhan, 2008; Doymus, 2008;
strategi pembelajaran baru yang inovatif dan
Frailich, et al., 2009; Ozmen 2008; Ozmen,
menarik akan berpengaruh pada motivasi
et al., 2009). Beberapa bentuk pembelajaran
belajar
penting
yang terpusat pada pembelajar diantaranya
perannya dalam proses dan perolehan hasil
pembelajaran kooperatif, diskusi kelompok,
belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang
peta
tinggi biasanya akan memperoleh hasil yang
pemecahan
maksimal. Hal ini mungkin disebabkan
orientasi
karena
mental, diskusi kelas, simulasi, metode studi
merupakan
siswa.
Motivasi
metode
salah
sangat
pembelajaran
yang
konsep,
perubahan
masalah,
inkuiri,
studi
penggunaan
me-
metode
konseptual,
pendekatan
pembelajaran
lapangan,
tugas
ber-
eksperi-
dilakukan oleh guru masih konvensional,
kasus,
pustaka,
yaitu ceramah dan tanya jawab. Metode ini
pembelajaran berbantuan komputer, dan
1520
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1517 - 1527
pekerjaan rumah (Chang dan Tsai 2005;
didesain berkelompok
Larsson 2009). Pembelajaran kooperatif
2010). Pembelajaran kooperatif jigsaw terdiri
merupakan
atas
metode
pembelajaran
yang
bekerja
dalam
pendahuluan, eksplorasi terfokus, laporan
terstruktur
untuk
dan penegasan, dan integrasi dan evaluasi,
mencapai tujuan bersama (Doymus, 2008;
sebagaimana dikembangkan pertama kali
Hennesy dan Evans 2006; Johnson, et al.,
oleh
2007; O’leary dan Griggs 2010). Melalui
pembelajaran
pembelajaran
dapat
bekerja dalam tim yang heterogen dan
berpikir, belajar, dan
diberikan tugas untuk membaca beberapa
menikmati pembelajaran bersama dengan
bab atau unit yang berbeda yang harus
teman sekelompoknya (O’leary dan Griggs
menjadi fokus
2010; Lafont, et al., 2007). Hasil penelitian
anggota tim saat mereka membaca. Setelah
menunjukkan
pembelajaran
semua siswa selesai membaca, siswa dari
merangsang
tim yang berbeda yang mempunyai fokus
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan
topik yang sama bertemu dalam kelompok
untuk meningkatkan hasil pembelajaran baik
ahli untuk mendiskusikan topik mereka.
kognitif,
Para ahli tersebut kemudian kembali kepada
mensyaratkan kelompok
siswa
kecil
yang
kooperatif,
dirangsang untuk
kooperatif
siswa
bahwa
efektif
afektif,
dalam
maupun
psikomotorik
empat
(Doymus, et al.,
langkah
Aronson,
et
utama
yaitu
al.,
(1978).
Dalam
kooperatif
jigsaw,
siswa
perhatian
masing-masing
(Abdullah dan Shariff 2008). Selain itu,
kelompok mereka dan
bekerja dalam kelompok akan meningkatkan
mengajari
kompetensi
mengenai topik yang mereka pelajari. Yang
sosial
kemampuan
siswa,
bekerja
meningkatkan
dalam
tim
dan
terakhir
teman
secara bergantian satu
kelompoknya
adalah para siswa menerima
meningkatkan hasil belajar (Bratt, 2008;
penilaian yang mencakup seluruh topik.
Lafont, et al., 2007; Thurston, et al., 2010).
Kunci
Metode pembelajaran kooperatif yang dilaporkan penelitian
efektif adalah
menurut metode
beberapa
pembelajaran
pada
metode
ini
adalah
interdepedensi yaitu tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya yang dapat memberikan
informasi
yang
diperlukan
kooperatif jigsaw (Doymus, 2008; Doymus,
supaya dapat berkinerja baik pada saat
et al., 2010; Bratt 2008; Chang, et al., 2010;
penilaian. Dalam artikel ini, motivasi dan
Frailich, et al., 2009; Kelly dan Jones 2007;
hasil belajar siswa pada konsep pH larutan
Kim, et al., 2007; Ozmen, et al., 2009;
diuraikan secara detail. Model pembelajaran
Ploetzner, et al., 2009). Dalam penelitian ini,
jigsaw
pembelajaran
bertanggung
kimia
materi
pH
larutan
ini
menuntut jawab
siswa
atas
untuk
pemahaman
dilakukan dengan metode pembelajaran
konsep yang harus dikuasai oleh teman
kooperatif
dalam
jigsaw. Metode ini
merupakan
kelompoknya
yang mendapatkan
metode yang terstruktur dan melibatkan
tugas berbeda dengannya. Dengan kata
strategi
lain,
kooperatif
menghindarkan
yang
masalah-masalah
dapat
model
pembelajaran
jigsaw
ini
yang
mempunyai karateristik bahwa tanggung
dapat timbul dalam pembelajaran yang
jawab belajar adalah pada siswa. Oleh
Siti Istijabatun, Aplikasi Model Jigsaw Dalam Pembelajaran Kimia …. karena
itu
siswa
pengetahuan,
harus
tidak
membangun
hanya
sekedar
menerima bentuk jadi dari guru.
Pola
1521
Pegandon. Data yang diverifikasi meliputi kisi-kisi,
master
soal,
analisis
dan bukan imposisi-intruksi (Slavin, 2008).
menganalisis
deskriptif
Januari sampai dengan April 2014 di SMA Negeri 1 Pegandon kabupaten Kendal. dilaksanakan pada kelas XI
IPA 3 yang berjumlah 34 siswa yang terdiri
laki. Karena motivasi belajar kimia yang masih rendah, seperti masih banyaknya siswa yang tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, kurangnya latihan/ melatih diri untuk mengerjakan soal, serta perolehan ulangan
sebelumnya
masih
sangat rendah, yaitu hanya 58,8% siswa
Karena subyek penelitian adalah siswa maka sumber data diperoleh dari siswa dengan segala macam bentuk kegiatan yang dilaksanakan di kelas, seperti hasil pengamatan atau penilaian aktivitas siswa proses
pembelajaran
sebagai
indikator motivasi dan hasil belajar siswa. Selain itu juga data pengamatan dari guru
itu
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, observasi, wawancara, Validasi data dalam
penelitian ini dilakukan guru
matapelajaran
lain
tes
setiap
siklus
mendeskripsikan
penggunaan
yaitu dengan memaparkan
hasil observasi dari lembar observasi dan hasil wawancara. Langkah-langkah model pembelajaran jigsaw secara rinci adalah sebagai berikut (Slavin, 2008): (a) siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim, (b) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (c) anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok
(d) setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh,
melalui verifikasi yang
sama
(e)
tiap
tim
ahli
mempresentasikan hasil diskusi, (f) guru memberi evaluasi, dan (g) penutup Pada penelitian ini, indikator kinerjanya adalah meningkatnya jumlah siswa yang
observer dalam penelitian.
oleh
juga
model jigsaw
lain atau teman sejawat yang menjadi
dan dokumentasi.
nilai
dengan
ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka,
yang mencapai KKM.
selama
belajar
untuk
jumlah siswa yang mencapai KKM. Selain
atas 26 siswa perempuan dan 8 siswa laki-
pada
yaitu
dengan indikator kinerja yaitu meningkatnya
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
nilai
kualitatif,
hasil
membandingkan
Penelitian ini
pedoman
penskoran. Analisis yang digunakan adalah
komunikasi guru-siswa adalah negosiasi
METODE PENELITIAN
dan
mengampu yaitu
guru
matapelajaran kimia di SMA Negeri 1
mencapai KKM matapelajaran kimia dari 58,8
%
menjadi
sekurang-kurangnya
sebesar 72% secara klasikal pada akhir siklus II
di kelas XI IPA3 SMA N 1
Pegandon tahun 2013/ 2014. Selain itu juga ada peningkatan motivasi siswa dalam belajar
kimia
perubahan
yang
perilaku
ditandai positif
dengan terhadap
1522
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1517 - 1527 HASIL DAN PEMBAHASAN
matapelajaran kimia, seperti antusiasme mengikuti
pembelajaran
kimia,
mau
mengerjakan latihan-latihan soal dan selalu mengerjakan tugas. Penelitian penelitian
menggunakan kelas
sebagai
(PTK).
suatu
desain PTK bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki
dan
meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. PTK dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui hasil
tahap pra-siklus, perlakuan tindakan siklus I, dan tindakan siklus II. Data hasil penelitian
ini
tindakan
didefinisikan
Data hasil penelitian ini diperoleh dari
belajar
kimia konsep
larutan penyangga. Hasil yang diperoleh
yang diperoleh berupa foto kegiatan, hasil tes dan nontes. Hasil tes berupa angka hasil perolehan nilai siswa pada ulangan harian standar kompetensi perubahan energi pada reaksi kimia dan cara pengukurannya, tes siklus I dan tes siklus II (tidak ditampilkan dalam artikel ini), sedangkan hasil non tes berupa hasil observasi dan wawancara dari beberapa
siswa
yang
mewakili
dari
kelompok motivasi (rendah, sedang, tinggi) dan kelompok hasil belajar (rendah, sedang, tinggi).
pada siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan tindakan pada siklus II. Hasil
proses
tindakan
pada
siklus
Hasil Tes
II Tes
bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman
konsep
hidrolisis
garam
setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. PTK dilaksanakan dalam wujud proses pengkajian berdaur yang terdiri
atas
empat
tahap
pada
setiap
siklusnya yakni perencanaan, pelaksanaan
Hipotesis tidak lain adalah jawaban
yang
terhadap
kebenarannya
masalah harus
penelitian
diuji
secara
empiris. Berdasarkan pengertian hipotesis di atas maka dapat dikemukakan hipotesis bahwa model Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar kimia pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 pegandon tahun 2013/ 2014.
dimaksudkan kemampuan
I
dalam untuk
dalam
penelitian
ini
mengetahui
memahami
materi
larutan penyangga, dengan bentuk soal uraian berjumlah 5 soal yang mencakup indikator dalam kompetensi dasar larutan penyangga. Tes siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2014 yang diikuti oleh 34 siswa dari kelas XI IPA3. Tes siklus
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
sementara
siklus
II
yang
dilaksanakan
setelah
selesai
pelaksanaan tindakan siklus II yaitu pada tanggal 20 Maret 2014 dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi hidrolisis garam yang dibuat dalam bentuk soal uraian berjumlah 4 soal yang mencakup
indikator
dalam
kompetensi
dasar hidrolisis garam. Tingkat pemahaman siswa dalam penelitian ini dibatasi pada pemahaman ranah kognitif saja. Hasil tes dikategorikan dalam dua kelompok yaitu
Siti Istijabatun, Aplikasi Model Jigsaw Dalam Pembelajaran Kimia ….
1523
kelompok nilai belum mencapai KKM (0 –
kompetensi dasar hidolisis garam. Hal ini
71) dan kelompok nilai mencapai KKM (72-
menyebabkan
100). Perolehan hasil belajar tiap siklus
belum tepat menjawab pertanyaan yang
disajikan dalam Gambar 1.
mewakili
beberapa
indikator
siswa
yang
Kelemahan
tersebut
dimaksud.
ini
dipikirkan
penyelesaiannya
pada
tindakan siklus II. Pada siklus II pelaksanaan tindakan dirancang dengan menambah waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Jika pada siklus I hanya 7 jam pelajaran untuk kegiatan ditambah
pembelajaran 2
jam
untuk
pengambilan tes akhir siklus, maka pada siklus II menjadi 8
jam
pelajaran
kegiatan Gambar 1. Grafik perolehan nilai tes kognitif tiap siklus
ditambah
2
pengambilan Gambar
1
memperlihatkan
jam tes
akhir
untuk
pembelajaran pelajaran siklus.
untuk Hal
ini
adanya
dilakukan agar kendala yang ditemui pada
peningkatan jumlah siswa yang mencapai
siklus I dapat teratasi. Tim ahli mempunyai
KKM. Pada tahap pra-siklus, hanya 20 dari
waktu yang cukup untuk menjelaskan lebih
34 siswa yang mencapai KKM. Setelah
detail
dilakukan tindakan pada siklus I yaitu
didiskusikan bersama kelompok ahli, agar
dengan menggunakan model pembelajaran
pemahaman konsep bisa maksimal.
mengenai
materi
yang
telah
jigsaw terjadi peningkatan jumlah siswa
Gambar 1 memperlihatkan 25 siswa
yang mencapai KKM yaitu sebanyak 21
telah berhasil memperoleh nilai di atas 72,
siswa dari 34 siswa yang ada. Hal ini
atau dengan kata lain sekitar 73,5% siswa
menunjukkan
mencapai
adanya
peningkatan
dari
KKM.
Hal
ini
menunjukkan
58,8% pada tahap pra siklus menjadi 61,8%
adanya peningkatan hasil belajar siswa dari
siswa yang mencapai KKM.
siklus I ke siklus II. Kondisi ini memang
Pada kegiatan siklus I tampaknya
belum sesuai dengan keadaan ideal yaitu
masih ada beberapa tim ahli yang belum
secara klasikal 85% siswa mencapai KKM.
bisa maksimal menyampaikan penjelasan
Akan tetapi peningkatan ini dapat dikatakan
kepada anggota dalam kelompok awal
sebagai keberhasilan PTK yang dilakukan
mereka, sehingga beberapa siswa masih
oleh peneliti dari segi hasil belajar karena
belum memahami indikator tertentu pada
sudah melampaui indikator kinerja yang
1524
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1517 - 1527
ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 72%
ini menurut peneliti merupakan indikasi
siswa berhasil mencapai KKM.
kurangnya rasa ingin tahu serta tanggung jawab siswa.
Hasil Non Tes
Inovasi yang dilakukan oleh peneliti
Data non tes diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung, hasil observasi kegiatan guru dan siswa yang dilakukan oleh observer, serta hasil wawancara terhadap beberapa siswa yang mewakili dua kategori, yaitu kategori motivasi dan kategori hasil belajar. Hasil observasi aktivitas siswa disajikan
dengan
model
pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih
bertanggung
jawab
terhadap
diri
sendiri dan orang lain (kelompoknya) serta meningkatkan
rasa
ingin
tahu
dan
kerjasama antarsiswa. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model kooperatif jigsaw. Setelah menggunakan model jigsaw tampak
pada
siklus
I
dan
siklus
II
tampak pada Gambar 2.
100 97,06
Di
Siklus I
Jumlah siswa (%)
menerapkan
peningkatan aktivitas siswa sebagaimana
dalam Gambar 2. 100
adalah
80
Siklus II
XI
IPA3
sebagai subyek penelitian tidak ditemukan permasalah-
58,82
60
kelas
52,94
47,06
47,06
sehingga
35,29
40
an tentang kehadiran siswa, tampak
pada
siklus I maupun siklus II
23,53
kehadiran
20
Hanya 0
siswa
pada
100%.
pelaksanaan
siklus II ada satu siswa yang tidak bisa hadir pada salah satu
pertemuan
karena
sakit. Hal ini tidak cukup Gambar 2. Grafik hasil observasi aktivitas siswa Berdasarkan catatan harian peneliti, pada pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran jigsaw, ada 10 sampai 15 siswa yang tidak mengerjakan tugas yang
diberikan,
serta
belum
tampak
antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
yang
ditandai
dengan
keengganan berlatih mengerjakan soal-soal latihan yang ada pada buku atau LKS. Hal
berpengaruh
karena
pada
pertemuan-
pertemuan berikutnya siswa tersebut selalu hadir dan mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti untuk mengamati aktivitas siswa tampak terjadi peningkatan jumlah siswa yang melakukan aktivitas bertanya maupun menjawab pertanyaan dari siklus I ke siklus II. Ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa sebagai indikasi motivasi dibandingkan
dengan
meningkat bila
kondisi
sebelum
menggunakan model jigsaw. Akan tetapi
Siti Istijabatun, Aplikasi Model Jigsaw Dalam Pembelajaran Kimia …. terjadi
penurunan
yang
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
berpendapat pada saat presentasi dari
sebagai salah satu strategi alternatif yang
siklus I ke siklus II. Hal ini disebabkan pada
dapat diterapkan di kelas untuk mengatasi
saat
permasalahan
presentasi
jumlah
pada
siswa
1525
siklus
II
terjadi
kesulitan
Secara
sehingga
bermanfaat baik bagi siswa maupun guru.
yang
hasil
siswa.
interaksi yang baik antar anggota kelompok, pertanyaan-pertanyaan
praktis
belajar
penelitian
ini
terlontar telah berhasil dijawab dengan
Siswa merasakan suasana belajar
tepat. Hasil observasi yang dilakukan oleh
yang lebih menarik karena dilibatkan secara
observer (kolaborator) menunjukkan bahwa
langsung
terjadi interaksi yang baik antar siswa pada
sehingga diharapkan dapat meningkatkan
saat diskusi maupun presentasi. Bahkan
motivasi dan hasil belajar. Sedangkan bagi
pada
guru memberikan manfaat karena dapat
siklus
percaya
diri
II
tampak pada
siswa
saat
semakin
diskusi
dalam
proses
baru
pembelajaran,
dan
mengembangkan diri pada perencanaan,
presentasi. Guru hanya berperan sebagai
pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran
moderator dan fasilitator.
dengan
menggunakan
belajaran
yang
Wawancara menunjukkan bahwa data dari kategori hasil belajar siswa
strategi
bervariasi,
pem-
tidak
hanya
yang
menggunakan papan tulis dan kapur saja
sedang
seperti pada pembelajaran konvensional.
mengatakan mereka senang dengan model
Bagi sekolah, sekiranya hasil penelitian ini
pembelajaran
dapat digunakan untuk memotivasi para
memperoleh
nilai
tinggi
jigsaw
dan
karena
lebih
memahami materi sehingga perolehan hasil
guru
untuk
terus
mengembangkan
diri
belajarnya juga baik. Siswa dengan nilai
dengan melakukan penelitian tindakan kelas
rendah mengatakan bahwa dia senang
menggunakan strategi pembelajaran yang
dengan pembelajaran jigsaw tetapi belum
inovatif,
cukup bisa secara maksimal memahami
akan terus berkembang demi kemajuan
materi. Sedangkan hasil wawancara siswa
dunia pendidikan di Indonesia.
sehingga strategi pembelajaran
dari kategori motivasi menunjukkan bahwa semua siswa merasa senang dan enjoy dengan pembelajaran model jigsaw karena mereka
merasa
lebih
termotivasi
dan
menjadi lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Dari data yang diperoleh melalui lembar observasi maupun wawancara menunjukkan bahwa setelah pembelajaran menggunakan model jigsaw motivasi belajar siswa meningkat jika dibandingkan
dengan
pembelajaran
sebelumnya dengan metode ceramah dan tanya jawab.
SIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan bahwa: (1) motivasi belajar siswa
kelas
XI
IPA3
Pegandon meningkat
SMA
Negeri
1
setelah mengalami
pembelajaran dengan model jigsaw. Hal ini tampak pada peningkatan aktivitas serta tanggung
jawab
pembelajaran model
siswa
dalam
kegiatan
siklus I dan siklus II. (2)
pembelajaran
jigsaw
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI
1526
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1517 - 1527
IPA3 tahun pelajaran 2013/ 2014. Hal ini tampak dari tahap pra siklus yang hanya 58,8% siswa yang mencapai KKM menjadi 61,8% pada siklus I dan meningkat menjadi 73,5% pada siklus II.
UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti
mengucapkan
terima kasih
kepada Drs. Utomo, M.Pd. atas bimbingan dan masukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas
ini.
Peneliti
juga
mengucapkan terima kasih kepada Sri Kadarwati, M.Si. atas masukannya dalam penulisan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chang H., Quintana C., Krajcik J.S., 2010, The Impact of Designing and Evaluating Molecular Animations on How Well Middle School Students Understand The Particulate Nature of Matter, Science Education Vol 94, Hal: 73–94. Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Undang-undang Sisdiknas, Jakarta: Diknas 2004, GBPP Program Pengajaran Kimia, Jakarta : Depdiknas Doymus, K., 2008, Teaching Chemical Bonding Through Jigsaw Cooperative Learning, Research in Science Technological Education, Vol 26, No 1, Hal: 45-47. Doymus, K., Karacop, A. dan Simsek, U., 2010, Effects of Jigsaw and Animation Techniques on Students’ Understanding of Concepts and Subjects in Electrochemistry, Educational Technology Research and Development, Vol 58, No 6, Hal: 671-691.
Abdullah S. dan Shariff A., 2008, The Effects of Inquiry-Based Computer Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Laws, Eurasia Journal Mathematics Science and Technology Education, Vol 4, No 4, Hal: 387–398.
Frailich, M., Kesner, M. dan Hofstein, A., 2009, Enhancing Students’ Understanding of The Concepts of Chemical Bonding by Usng Activities Provided on an Interactive Website, Journal of Research in Science Teaching, Vol 46, No 3, Hal: 289-310.
Acar, B. dan Tahran, L., 2008, Effect of Cooperative Learning on Students’ Understanding of Metallic Bonding, Research Science Education, Vol 38, No 4, Hal: 401-420.
Hennessy, D. dan Evans R., 2006, Smallgroup Learning in The Community College Classroom, Community College Enterprise, Vol 12, No 1, Hal: 93–109.
Aronson E., Stephen C., Sikes J., Blaney N. dan Snapp M., 1978, The Jigsaw Classroom, Sage Beverly Hills.
Ismail, M., Laliyo, L. dan Alio L., 2013, Meningkatkan Hasil Belajar Ikatan Kimia Dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran Peta Konsep Pada Siswa Kelas X di SMA Negeri I Telaga; Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains, Jurnal Entropi, Volume 3, No 1, Hal: 520-529.
Bratt C., 2008, The Jigsaw Classroom Under Test: No Effect on Intergroup Relations Evident, Journal of Community and Applied Social Psychology, Vol 18, Hal: 403–419. Chang C.Y., Tsai C.C., 2005, The Interplay Between Different Forms Of CAI And Students’ Preferences of Learning Environment in The Secondary Science Class, Science Education, Vol 89, No 5, Hal: 707– 724.
Johnson D.W., Johnson R.T. dan Smith K., 2007, The State of Cooperative Learning in Postsecondary And Professional Settings, Educational Psychology Review, Vol 19, No 1, Hal:15–29.
Siti Istijabatun, Aplikasi Model Jigsaw Dalam Pembelajaran Kimia ….
1527
Kelly R.M. dan Jones L.L, 2007, Exploring How Different Features of Animations of Sodium Chloride Dissolution Affect Students’ Explanations, Journal Science Education and Technoogy, Vol 16, Hal: 413–429.
Ploetzner R., Lippitsch S., Galmbacher M., Heuer D. dan Scherrer S., 2009, Students’ Difficulties in Learning From Dynamic Visualisations and How They May Be Overcome, Computers in Human Behaviour, Vol 25, Hal: 56–65.
Kim S., Yoon M., Whang S.M, Tversky B. dan Morrison J.B., 2007, The Effect of Animation on Comprehension and Interest, Journal of Computer Assisted Learning, Vol 23, Hal: 260– 270.
Rumansyah dan Irhasyuarna, Y., 2002, Penerapan Metode Latihan Berstruktur dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Persamaan Kimia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 35, No 8, Hal: 172.
Lafont L., Proeres M. dan Vallet C., 2007, Cooperative Group Learning on a Team Game: Role of Verbal Exchanges Among Peers, Social Psychology of Education, Vol 10, Hal: 93–113. Larsson E.K., 2009, Simulation Training of Boat Handling: Contributions of Problem Solving Style, Spatial Ability, And Visualization, Disertasi tidak dipublikasikan, Universitas Fordham, Amerika Serikat. O’Leary
N. dan Griggs G., 2010, Researching The Pieces of A Puzzle: The Use of A Jigsaw Learning Approach in The Delivery of Undergraduate Gymnastics, Journal of Further and Higher Education, Vol 34, Vol 1, Hal: 73– 81.
Ozmen,
H., 2008, The Influence of Computer-Assisted Instruction on Students’ Conceptual Understanding of Chemical Bonding and Attitude Toward Chemistry: a case for Turkey, Computers and Education, Vol 51, Hal: 423-438.
Ozmen,
H., Demircioglu, H. dan Demircioglu, G., 2009, The Effects of Conceptual Change Texts Accompanied with Animations on th Overcoming 11 Grade Students’ Alternative Conceptions of Chemical Bonding, Computers and Education, Vol 52, Hal: 681-695.
Slavin, R.E., 2008, Cooperative Learning, Bandung: Nusa Media. Thurston A., Topping K.J., Tolmie A., Christie D., Karagiannidou E. dan Murray P., 2010, Cooperative Learning in Science: Follow-Up From Primary to High School, International Journal of Science Education, Vol 32, No 4, Hal: 501– 522. Wiwit, Amir H., dan Putra D.D., 2012, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dengan Dan Tanpa Penggunaan Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 9 Kota Bengkulu, Jurnal Exacta, Vol 10, No 1, Hal: 7178. Yip,
D.Y., 2001, Promoting The Development of a Conceptual Change Model of Science Instruction in Prospective Secondary Biology Teachers, International Journal of Science Education, Vol 23, Hal: 755-770.
1528
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1528 - 1537
PENERAPAN MODEL LEARNING START WITH A QUESTION BERPENDEKATAN ICARE PADA HASIL BELAJAR Dheni Nur Haryadi1)* dan Sri Nurhayati2) 1
SMK N 1 Karanganyar, Surakarta Jl. RW Monginsidi Karanganyar, Surakarta 2 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan besar kontribusi pengaruh model learning start with a question berpendekatan ICARE pada hasil belajar. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only control design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA5 sebagai kelas eksperimen. Metode pengumpulan data adalah tes, observasi, dokumentasi, dan angket. Hasil postes menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata sebesar 81,53, sedangkan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata sebesar 77,60. Hasil uji pengaruh antar variabel menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi biserial 0,4407 dan koefisien determinasi 19,42 %. Nilai afektif, nilai psikomotorik, dan nilai angket dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan hasil belajar afektif dan psikomotorik kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar afektif dan psikomotorik kelas kontrol. Penerapan model learning start with a question berpendekatan ICARE memperoleh respon setuju dari siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa model learning start with a question berpendekatan ICARE berpengaruh positif pada hasil belajar dan besarnya kontribusi pengaruh 19,42 %. Kata kunci: hasil belajar, model learning start with a question, pendekatan ICARE
ABSTRACT This research aims to determine the influence and contribution value of learning start with a question model based ICARE approach on learning outcomes. Study design is posttest only control design. Sampling technique is used cluster random sampling. Class of XI IPA 4 as the control group and XI IPA 5 as the experiment group. Data collection methods are test, observation, documentation, and questionnaires. Posttest result showed that the average value in experiment group was 81,53 while the average value in control group was 77,60. Result of affecting among variable test show that biserial correlation coefficient value was 0,4407 and determination coefficient was 19,42 %. Affective value, psycomotoric value, and questionnaires value were analyzed by descriptive method. Result of descriptive analysis show that experiment group of affective and psycomotoric learning outcomes had better than control. Implementation of learning start with a question model based on ICARE approach get agreement from students. The research results concluded that the learning start with a question model based on ICARE approach get positive influence to learning outcome and contribution value was 19,42 %. Keywords: learning products, learning start with question model, ICARE approach
PENDAHULUAN Keaktifan
belajar
siswa
hanya pasif dalam menerima materi dari akan
mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa harus berperan aktif dalam mengkonstruksi dan menerapkan pengetahuan. Jika siswa
guru, ada kecenderungan siswa dapat lupa pada
materi
yang
telah
dipelajari.
Pembelajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal (Sudjana, 2009).
1)
2)
Dheni Nur Haryadi * dan Sri Nurhayati , Penerapan Model Learning Start With ….
1529
Agar mampu mengaktifkan siswa, guru
masih menerapkan pembelajaran teacher
harus memilih dan menerapkan metode
centered. Sering kali siswa hanya mem-
pembelajaran yang inovatif dan mampu
fokuskan pada materi apa yang dijelaskan
mengaktifkan belajar siswa (Solikhah, et al.,
oleh guru dengan metode ceramah. Selama
2012). Jadi, untuk mengaktifkan proses
ini siswa belum aktif dalam membangun
belajar siswa diperlukan pembelajaran aktif.
pengetahuan
dan
menerapkan
penge-
Pembelajaran aktif mampu meng-
tahuannya dalam kehidupan. Kondisi ini
aktifkan siswa dengan berbagai kegiatan
mengakibatkan hasil belajar kimia belum
belajar.
Pembelajaran
sesuai yang diharapkan. Seharusnya dalam
melalui
aktivitas
aktif
belajar
ditunjukkan
siswa
seperti
pembelajaran kimia, siswa perlu dilibatkan
berbicara dan mendengarkan, membaca,
aktif dalam membangun pengetahuan dan
menulis, dan merefleksikan apa yang telah
bisa menerapkan pengetahuannya dalam
dipelajari (Kennedy, 2007). Siswa dapat
pemecahan di kehidupan nyata. Learning
mempraktikan keterampilan penting dan menerapkan
pengalaman
baru
yang
start
with
a
question
merupakan salah satu pembelajaran aktif
dimilikinya melalui pembelajaran aktif ini
yang
(Salman, 2009). Adanya pembelajaran aktif
kepada siswa untuk aktif dalam belajar
membuat
meningkatkan
melalui bertanya di awal pembelajaran.
interaksi antar siswa atau siswa dengan
Pertanyaan yang diajukan siswa berkaitan
guru
menjadi
dengan materi yang akan dipelajari. Siswa
Sulistyo,
perlu membaca materi terlebih dahulu pada
2014). Interaksi antar siswa maupun siswa
materi yang akan dipelajari dengan tujuan
dengan guru sangatlah penting agar siswa
agar siswa memiliki pengetahuan awal pada
memperoleh
materi yang akan dipelajari (Solikhah, et al.,
siswa
sehingga
menyenangkan
untuk
pembelajaran (Cahyono
pengalaman
dan
dalam
belajar
(Arai dan Handayani, 2012)
2012).
dapat
memberikan
Keaktifan
bertanya
kesempatan
di
awal
Ilmu kimia yang dipelajari tidak hanya
pembelajaran bertujuan agar siswa dapat
menitikberatkan pada hal yang bersifat
termotivasi untuk menggali lebih dalam pada
pemahaman konseptual, tetapi harus diikuti
materi yang dibaca dan melatih keberanian
pula dengan mengaplikasikan suatu konsep.
siswa dalam bertanya. Jika siswa mengikuti
Siswa cenderung dalam mempelajari kimia
pembelajaran di kelas tanpa rasa ingin tahu
dengan
daripada
dan tanpa mengajukan pertanyaan, kegiatan
mengkonstruksi pengetahuan (Melati, 2010).
belajar tersebut bersifat pasif (Halim, et al.,
Agar proses belajar siswa pada materi kimia
2013). Bertanya dalam pembelajaran dapat
tidak dijadikan sebagai ilmu konsep yang
mengembangkan minat dan motivasi siswa
hanya
untuk aktif dalam belajar, menilai kesiapan
cara
dihafalkan
menghafal
saja,
perlu
adanya
pembelajaran kimia yang penerapannya
siswa,
mengembangkan
dapat diaplikasikan pada kehidupan. Hasil
berpikir kritis, dan mengingat pengetahuan
studi awal di salah satu SMA wilayah
sebelumnya
Kabupaten Purbalingga, pembelajaran kimia
2008).
(Akinsola
dan
keterampilan
Olowojaiye,
1530
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1528 - 1537 Pendekatan
ICARE
merupakan
bebas dalam penelitian ini adalah model
pendekatan yang memberikan kemudahan
pembelajaran. Model learning start with a
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
question berpendekatan ICARE diterapkan
telah dipelajari siswa di kehidupan nyata.
di kelas
Pendekatan ICARE memiliki lima elemen
belajaran ceramah dan latihan diterapkan di
yaitu introduction (mengenal), connection
kelas kontrol, variabel terikat adalah hasil
(menghubungkan),
application
belajar,
kan),
(merefleksikan),
reflection
(menerapdan
extension (memperluas). Pendekatan ini (Nisya’
dan
Muchlis,
2013).
dan
variabel
kontrol
adalah
kurikulum, guru, materi, dan jumlah jam pelajaran yang sama.
dapat mengembangkan karakter pada diri siswa
eksperimen dan model pem-
Desain posttest
only
penelitian
ini
digunakan
control
design.
Metode
Penguatan pembelajaran melalui penerapan
pengumpulan data untuk mendapatkan data
dan praktik dapat memberikan pengalaman
penelitian menggunkan metode tes, obser-
belajar yang bermakna bagi seseorang
vasi, dokumentasi, dan angket. Instrumen
(Wahyudin, et al., 2010). Jadi, proses belajar
penelitian yang digunakan adalah silabus,
siswa
rencana
tidak
perolehan
hanya
materi,
mengedepankan
tetapi
perlu
adanya
penerapan dalam kehidupan nyata. Penelitian
ini
bertujuan
pelaksanaan
pembelajaran,
handout, lembar kerja siswa, soal postes, lembar penilaian afektif, lembar penilaian
untuk
psikomotorik, dan angket.
mengetahui ada tidaknya pengaruh model
Analisis data penelitian ini meliputi
learning start with a question berpendekatan
analisis data tahap awal dan analisis data
ICARE
tahap akhir.
pada
hasil
belajar
dan
untuk
Analisis
tahap
digunakan
pengaruh
a
pengambilan sampel, sedangkan analisis
question berpendekatan ICARE pada hasil
data tahap akhir digunakan untuk menjawab
belajar.
masalah dan hipotesis penelitian. Data awal
learning
start
with
menentukan
awal
mengetahui berapa besar kontribusi dari model
untuk
data
teknik
penelitian ini adalah nilai ulangan akhir METODE PENELITIAN
semester 1 kelas XI IPA pada suatu SMA di
Penelitian ini dilaksanakan di suatu
Bobotsari tahun 2013/2014, sedangkan data
materi
akhir penelitian ini adalah nilai postes, nilai
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Populasi
afektif, nilai psikomotorik, dan nilai angket.
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
Data
IPA pada SMA tersebut tahun 2013/2014.
sejumlah uji antara lain uji kenormalan dan
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua
uji homogenitas (Sudjana, 2005), sedangkan
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
data
kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas XI
statistik
IPA 5 dan kelas kontrol adalah kelas XI IPA
kenormalan, uji kesamaan dua varians, uji
4. Untuk pengambilan sampel digunakan
perbedaan dua rata-rata, uji pengaruh antar
teknik cluster random sampling. Variabel
variabel,
suatu
SMA
di
Bobotsari
pada
awal
akhir
penelitian
penelitian
parametrik
uji
dianalisis
dianalisis yang
koefisien
dengan
dengan
meliputi
determinasi,
uji
uji
1)
2)
Dheni Nur Haryadi * dan Sri Nurhayati , Penerapan Model Learning Start With ….
1531
ketuntasan hasil belajar, dan analisis secara
menunjukkan nilai postes kelas eksperimen
deskriptif
dan kelas kontrol terdapat perbedaan. Hasil
pada
nilai
afektif,
nilai
psikomotorik, dan nilai angket.
uji perbedaan dua rata-rata: satu pihak kanan
HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan
nilai
postes
kelas
eksperimen lebih baik dari nilai postes kelas
Berdasarkan hasil analisis data tahap
kontrol.
awal dari data populasi menunjukkan data
Untuk menjawab hipotesis penelitian
populasi berdistribusi normal dan homogen.
yakni pengaruh penerapan model learning
Karena data populasi terbukti berdistribusi
start with a question berpendekatan ICARE
normal
pada hasil belajar maka dilakukan uji
dan
pengambilan
homogen sampel
maka
dilakukan
teknik dengan
pengaruh
antar
variabel.
Hasil
uji
ini
diperoleh harga koefisien korelasi biserial
cluster random sampling. Berdasarkan hasil analisis data tahap
(rb) sebesar 0,4407 dengan harga koefisien
akhir pada nilai postes menunjukkan nilai
determinasi sebesar
rata-rata postes kelas eksperimen lebih
menunjukkan model learning start with a
tinggi dari nilai rata-rata postes kelas kontrol.
question berpendekatan ICARE memberikan
Hasil perhitungan secara ringkas mengenai
pengaruh positif pada hasil belajar dengan
nilai postes kelas eksperimen dan kelas
besarnya
kontrol dapat dilihat pada Tabel 1.
19,42%.
kontribusi
Hasil Tabel 1. Hasil perhitungan nilai postes Kelas
Ratarata
Banyak Siswa
Ekperimen Kontrol
81,53 77,60
30 30
Banyak Siswa Tuntas KKM 26 22
Hasil uji kenormalan menunjukkan
uji
19,42 %.
Hal ini
pengaruh
ketuntasan
nilai
adalah
postes
menunjukkan nilai postes baik Banyak kelas eksperimen dan kelas Siswa Tidak Tuntas KKM kontrol telah melebihi nilai kriteria 4 ketuntasan minimal (KKM) 8 sebesar 75. Hasil uji ketuntasan klasikal menunjukkan
persentase
ketuntas-an
data postes kelas eksperimen dan data
klasikal kelas eksperimen adalah 86,67%
postes kelas kontrol berdistribusi normal.
dan persentase ketuntasan klasikal kelas
Data postes ini selanjutnya dapat diuji
kontrol adalah 73,33%. Hal ini menunjukkan
dengan statistik
persentase
kesamaan
parametrik.
dua
varians
Hasil
data
uji
ketuntasan
klasikal
kelas
postes
eksperimen telah melebihi angka 85% dan
menunjukkan data postes kelas eksperimen
persentase ketuntasan klasikal kelas kontrol
dan data postes kelas kontrol memiliki
belum mencapai angka 85% (Mulyasa,
varians yang sama.
2004).
Tabel 1 memperlihatkan nilai rata-rata
Berdasarkan
hasil
uji
data
akhir
postes kelas eksperimen dengan nilai rata-
berupa hasil belajar kognitif menunjukkan
rata
penerapan model learning start with a
postes
perbedaaan. perbedaan
kelas Hal
dua
ini
kontrol sesuai
rata-rata:
terdapat hasil
dua
uji
pihak
question berpendekatan ICARE memberikan pengaruh
positif
terhadap
hasil
belajar
1532
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1528 - 1537
kognitif siswa. Hal ini terlihat pada nilai
membaca,
postes kelas eksperimen lebih tinggi dari
mengerjakan sejumlah pemecahan masalah
nilai postes kelas kontrol (Susanto dan
(Susatyo, et al., 2009).
Munoto, 2014).
belajar
kelompok,
dan
Hasil penilaian afektif pertama di kelas
Selain analisis pada nilai postes, nilai hasil
berdiskusi
afektif
belajar
30 siswa memperoleh kriteria sangat baik,
psikomotorik kelas eksperimen dan kelas
dan 14 siswa dari 30 siswa memperoleh
kontrol dianalisis secara deskriptif. Hasil
kriteria baik. Penilaian kedua menunjukkan
belajar afektif menunjukkan sikap dalam
teradapat
proses
akan
memperoleh kriteria sangat baik, 7 siswa
menjadikan seseorang memiliki sikap yang
dari 30 siswa memperoleh kriteria baik, dan
baik
3 siswa dari 30 siswa memperoleh kriteria
belajar
dan
yang
hasil
menunjukkan
dan
hasil
kontrol menunjukkan terdapat 16 siswa dari
nantinya
belajar
keterampilan
psikomotorik yang
dimiliki
seseorang (Qomari, 2008).
20
siswa
dari
30
siswa
tidak baik. Penilaian ketiga menunjukkan terdapat 24 siswa dari 30 siswa memperoleh
Aspek afektif yang dinilai sebanyak 5
kriteria sangat baik, 5 siswa dari 30 siswa
aspek dan kriteria afektif memiliki 4 kriteria
memperoleh kriteria baik, dan 1 siswa dari
yaitu sangat baik, baik, kurang baik, dan
30 siswa memperoleh kriteria tidak baik.
tidak baik. Penilaian afektif dinilai selama 3
Hasil penilaian afektif selama tiga kali
kali penilaian. Hasil penilaian afektif pertama
penilaian jumlah siswa kelas kontrol yang
di kelas eksperimen menunjukkan terdapat
memperoleh kriteria sangat baik mengalami
20 siswa dari 30 siswa yang memperoleh
peningkatan.Akan tetapi, jumlah siswa yang
kriteria sangat baik dan 10 siswa dari 30
memperoleh kriteria sangat baik di kelas
siswa
Hasil
kontrol tidak lebih banyak dari jumlah siswa
penilaian afektif kedua diperoleh 26 siswa
kelas eksperimen yang memperoleh kriteria
dari 30 siswa memperoleh kriteria sangat
sangat baik.
memperoleh
kriteria
baik.
baik, 2 siswa dari 30 siswa, dan 2 siswa dari
Hasil perhitungan nilai aspek afektif
30 siswa memperoleh kriteria tidak baik.
menunjukkan
Hasil penilaian ketiga menunjukkan terdapat
terdapat 2 aspek yang memiliki kriteria
27 siswa dari 30 siswa memperoleh kriteria
sangat baik dan 3 aspek yang memiliki
sangat
siswa
kriteria baik, sedangkan pada kelas kontrol
memperoleh kriteria baik, dan 2 siswa dari
terdapat 2 aspek yang memiliki kriteria
30 siswa. Penilaian afektif selama tiga kali
sangat baik dan 3 aspek yang memiliki
penilaian di kelas eksperimen menunjukkan
kriteria baik. Hasil analisis aspek afektif
jumlah siswa yang memiliki kriteria sangat
dapat dilihat di Tabel 2.
baik
baik,
1
mengalami
dikarenakan
siswa
dari
30
peningkatan.
pembelajaran
Hal
Tabel
2
kelas
yang
eksperimen
merupakan
hasil
kelas
perhitungan nilai aspek afektif menunjukkan
eksperimen mengembangkan peran siswa
bahwa aspek kehadiran siswa di kelas
untuk lebih aktif dalam proses belajar
memperoleh kriteria sangat baik untuk kelas
terutama
eksperimen dan kelas
dalam
kemampuan
di
ini
pada
bertanya,
kontrol. Hal ini
1)
2)
Dheni Nur Haryadi * dan Sri Nurhayati , Penerapan Model Learning Start With …. kelas
kontrol.
dikarenakan siswa kelas eksperimen dan
di
siswa kelas kontrol sudah terbiasa untuk
pembelajaran di kelas eksperimen tidak
hadir mengikuti pembelajaran kimia di kelas.
hanya membuat siswa aktif memperhatikan
Aspek keaktifan siswa dalam memperoleh
guru,
materi yang sedang dipelajari memperoleh
memberikan
kriteria baik untuk kelas eksperimen dan
untuk aktif bertanya mencari tahu materi
kelas kontrol. Akan tetapi, nilai aspek ini di
yang belum dipahami (Susatyo, et al., 2009).
membaca,
Hal
ini
1533
mencatat
kesempatan
dikarenakan
tetapi
kepada
juga siswa
kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai aspek Tabel 2. Hasil perhitungan nilai aspek afektif Kelas Eksperimen Aspek yang Dinilai Nilai Kriteria Kehadiran siswa di kelas 3,87 Sangat baik Keaktifan siswa dalam memperoleh materi 3,06 Baik yang sedang dipelajari Keaktivan siswa dalam mengerjakan soal 2,90 Baik (tugas/latihan) Sikap/tingkah laku siswa terhadap orang lain 3,79 Sangat baik Keaktivan siswa dalam bekerja sama 3,13 Baik (berdiskusi) dengan siswa lain Rata-rata Nilai Seluruh Aspek 3,35 Sangat baik
Kelas Kontrol Nilai Kriteria 3,86 Sangat baik 2,84 Baik 2,76
Baik
3,82 2,72
Sangat baik Baik
3,20
Baik
Aspek keaktifan dalam mengerjakan
nilai aspek ini di kelas eksperimen lebih kecil
soal dan aspek keaktifan siswa berdiskusi
dari nilai aspek di kelas kontrol. Hal ini
dengan siswa lain memperoleh kriteria baik
dikarenakan siswa di kelas eksperimen
di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Akan
masih ada yang kurang patuh pada perintah
tetapi, nilai aspek ini kelas eksperimen lebih
guru.
tinggi dari nilai kelas kontrol. Hal ini dika-
Secara keseluruhan nilai aspek afektif
renakan pembelajaran di kelas eksperimen
di kelas eksperimen memperoleh kriteria
memberikan
siswa
sangat baik dan nilai aspek afektif di kelas
untuk bekerja secara berkelompok dalam
kontrol memperoleh kriteria baik. Simpulan
menyelesaikan masalah sehingga melalui
hasil analisis deskriptif nilai afektif ini adalah
kerja kelompok ini antar siswa dapat saling
penerapan model learning start with a
bekerja sama dalam mendiskusikan soal
question berpendekatan ICARE memberikan
yang dihadapi. Selain itu, siswa diberikan
pengaruh positif pada hasil belajar afektif
kebebasan untuk mengutarakan jawaban-
siswa (Susatyo, et al., 2009).
kesempatan
kepada
nya tanpa ada paksaan atau rasa takut
Penilaian psikomotorik hanya dilaku-
sehingga siswa akan terlatih untuk memiliki
kan 1 kali penilaian. Aspek psikomotorik
jiwa
yang dinilai ada 7 aspek dengan kriteria
keberanian
dalam
mengutarakan
pendapat (Susatyo, et al., 2009).
psikomotorik yang meliputi sangat baik, baik,
Aspek sikap siswa terhadap orang
kurang baik, dan tidak baik. Berdasarkan
lain memperoleh kriteria sangat baik di kelas
hasil penilaian psikomotorik siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Akan tetapi,
eksperimen menunjukkan terdapat 5 siswa
1534
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1528 - 1537
dari 30 siswa yang memperoleh kriteria
dan terbiasa untuk belajar menanamkan
sangat baik, 21 siswa dari 30 siswa yang
rasa ingin tahu melalui proses membaca,
memperoleh kriteria baik, dan 4 siswa dari
bertanya, dan mempraktikan pengetahuan
30 siswa yang memperoleh kriteria kurang
(Susatyo, et al., 2009).
baik. Hasil penilaian psikomotorik siswa
Berdasarkan hasil analisis deskriptif
kelas kontrol menunjukkan terdapat 4 siswa
nilai aspek psikomotorik menunjukkan pada
dari 30 siswa yang memperoleh kriteria
kelas eksperimen terdapat 5 aspek yang
sangat baik, 21 siswa dari 30 siswa yang
memperoleh kriteria sangat baik dan 2
memperoleh kriteria baik, dan 5 siswa dari
aspek
30 siswa yang memperoleh kriteria kurang
sedangkan pada kelas kontrol terdapat 4
baik. Jumlah siswa kelas eksperimen yang
aspek yang memperoleh kriteria sangat baik
memperoleh
lebih
dan 3 aspek yang memperoleh kriteria baik.
banyak dari jumlah siswa kelas kontrol yang
Hasil analisis aspek psikomotorik kelas
memiliki
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat di
kriteria
kriteria
sangat
sangat
baik
baik.
Hal
ini
dikarenakan siswa kelas eksperimen sudah
yang
memperoleh
kriteria
baik,
Tabel 3.
terbiasa dalam bekerja secara berkelompok Tabel 3. Hasil perhitungan nilai aspek psikomotorik Aspek yang Dinilai Keterampilan siswa untuk persiapan praktikum Keterampilan siswa dalam melaksanakan kerja praktikum/percobaan Keterampilan siswa dalam mengamati praktikum/percobaaan Keterampilan siswa dalam mengumpulkan data percobaan Keterampilan siswa dalam menggunakan alat dan bahan praktikum Keterampilan siswa dalam merapikan tempat kerja praktikum Keterampilan siswa dalam membuat laporan praktikum Rata-rata Nilai Seluruh Aspek Tabel 3 merupakan hasil perhitungan
Kelas Eksperimen Nilai Kriteria 3,00 Baik
Kelas Kontrol Nilai Kriteria 3,00 Baik
3,97
Sangat baik
3,93
Sangat baik
3,57
Sangat baik
3,53
Sangat baik
3,70
Sangat baik
3,50
Sangat baik
2,53
Baik
2,67
Baik
3,27
Sangat baik
3,13
Baik
3,93
Sangat baik
3,93
Sangat baik
3,42
Sangat baik
3,39
Sangat baik
Aspek
keterampilan
siswa
dalam
nilai aspek psikomotorik dan menunjukkan
melaksanakan praktikum, aspek keteram-
aspek keterampilan siswa untuk persiapan
pilan siswa dalam mengamati praktikum dan
praktikum memperoleh kriteria baik untuk
aspek keterampilan mengumpulkan data
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini
praktikum menunjukkan kriteria sangat baik
dikarenakan sebelum siswa melaksanakan
di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Akan
praktikum, siswa telah diingatkan untuk
tetapi, nilai yang diperoleh kelas eksperimen
mempersiapkan berkaitan praktikum yang
lebih tinggi dari nilai kelas kontrol. Hal ini
akan dilakukan.
dikarenakan siswa kelas eksperimen lebih
1)
2)
Dheni Nur Haryadi * dan Sri Nurhayati , Penerapan Model Learning Start With …. tinggi
rasa
keingintahuannya
pembelajaran
sedang
Secara
keseluruhan
nilai
aspek
dilakukan
psikomotorik kelas eksperimen lebih baik
untuk
dari nilai aspek psikomotorik kelas kontrol.
memperhatikan aturan kerja praktikum dan
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
melaksanakan
sesuai
pengaruh positif dari penerapan model
prosedur yang ada. Aspek keterampilan
learning start with a question berpendekatan
siswa dalam menggunakan alat dan bahan
ICARE memberikan pengaruh positif pada
praktikum menunjukkan kriteria baik. Akan
hasil belajar psikomotorik siswa (Susatyo, et
tetapi, nilai kelas eksperimen lebih rendah
al., 2009).
sehingga
yang
pada
1535
siswa
senantiasa
kerja
praktikum
dari nilai kelas kontrol.
Respon siswa kelas eksperimen pada
Aspek keterampilan siswa merapikan
penerapan model learning start with a
tempat kerja praktikum menunjukkan kriteria
question
sangat
pengisian angket. Pernyataan angket yang
baik
sedangkan memperoleh
pada
kelas
kriteria
di
kelas
melalui
direspon ada 16 pernyataan. Kriteria angket
ini
meliputi sangat setuju, setuju, tidak setuju,
eksperimen
ada
dan sangat tidak setuju. Hasil dari respon
pembagian kerja dalam kelompok praktikum.
siswa menunjukkan bahwa sebanyak 7
Aspek keterampilan siswa dalam membuat
siswa dari 30 siswa merespon sangat setuju
laporan
kriteria
dan 23 siswa dari 30 siswa merespon setuju
sangat baik pada kelas eksperimen dan
pada penerapan model learning start with a
kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa
question
kelas eksperimen dan kelas kontrol terbiasa
respon tiap pernyataan dari angket dapat
membuat laporan praktikum, hanya perlu
dilihat di Tabel 4.
di
kelas
praktikum
baik.
kontrol
ICARE
Hal
dikarenakan
kriteria
eksperimen,
berpendekatan
menunjukkan
berpendekatan
ICARE.
Hasil
adanya ketelitian dalam menganalisis data dan pembahasan penelitian. Tabel 4. Hasil analisis pernyataan angket Pernyataan Saya membaca materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Saya dapat mengingat materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Saya bertanya kepada guru pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Saya dapat memahami penjelasan guru pada materi kelarutan dan hasil kelarutan. Saya lebih senang berdiskusi kelompok untuk memecahkan latihan soal pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Saya dapat mengerjakan tugas rumah pada materi kelarutan dan hasil kelarutan. Saya merasa senang untuk mempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan model dan pendekatan pembelajaran yang guru terapkan. Saya merasa lebih aktif untuk belajar materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Jumlah Siswa yang Merespon SS
S
TS
STS
11 4 0
19 23 22
0 3 8
0 0 0
8
21
1
0
13
17
0
0
5
25
0
0
5
24
1
0
2
25
3
0
1536
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1528 - 1537
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4 yang merupakan hasil analisis pernyataan angket menunjukkan secara umum
bahwa
siswa
merespon
positif
dengan kriteria setuju pada pernyataan angket mengenai penerapan model learning start with a question berpendekatan ICARE (Maskur, et al., 2012). Hal ini dikarenakan siswa diberikan kesempatan dan kebebasan untuk aktif dalam proses belajar dengan rasa senang sehingga siswa diharapkan akan
termotivasi
untuk
belajar
secara
bermakna dan nantinya akan berujung pada hasil belajar yang baik (Cahyono dan Sulistyo, 2014). Penerapan model learning start with a question berpendekatan ICARE memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk aktif dalam membaca, mengingat, bertanya, dan berdiskusi kelompok, serta mengaplikasikan
pengetahuan
dalam
pemecahan di kehidupan nyata.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model learning start with a question berpendekatan I CARE memberikan pengaruh positif pada hasil belajar kimia. Besarnya kontribusi pengaruh model learning start with a question berpendekatan ICARE pada hasil belajar kimia sebesar 19,42 %.
Akinsola, M. K. dan Olowojaiye, F. B., 2008, Teacher Instructional Methods and Student Attitudes Towards Mathematics, International Electronic Journal of Mathematics Education, Vol 3, No 1, Hal: 60-73. Arai,
K. dan Handayani, A.N., 2012, Question Answering System for an Effective Collaborative Learning, International Journal of Advanced Computer and Applications, Vol 3, No 1, Hal: 60-64.
Cahyono, A. dan Sulistyo, E., 2014, Pengaruh Pembelajaran Aktif dengan Model Learning Start With A Question Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Melakukan Instalasi Sound System di SMK Negeri 1 Madiun, Jurnal Pendidikan Elektro, Vol 3, No 1, Hal: 77-81. Halim, F.Z., Suroto dan Soerjono, B. 2013, Model Pembelajaran Cooperative dengan Pendekatan Active Learning pada Materi Aljabar, Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, Vol 1, No 1, Hal: 83-96. Kennedy, R., 2007, In-class debates: Fertile Ground for Active Learning and The Cultivation of Critical Thinking and Oral Communication Skills, International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, Vol 19, No 2, Hal: 183-190. Maskur A., Waluya, B. dan Rochmad, 2012, Pembelajaran Matematika dengan Strategi ICARE Beracuan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Materi Dimensi Tiga, Journal Of Primary Education, Vol 1, No 2, Hal: 85-90.
1)
2)
Dheni Nur Haryadi * dan Sri Nurhayati , Penerapan Model Learning Start With …. Melati, H. A., 2010, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMA N 1 Sungai Ambawang melalui model Pembelajaran Advance Organizer Berlatar Number Heads Together (NHT) pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, Jurnal Visi Ilmu Pendidikan: 619-630 Mulyasa, E. 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi, Bandung: Remaja Rosdakarya Nisya’, M. dan Muchlis. 2013, Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Materi Pokok Hidrolisis Garam untuk Meningkatkan Karakter Menghargai Bagi Siswa Kelas XI IPA MA Bahauddin Sidoarjo, Unesa Journal of Chemical Education, 2(2): 114120 Qomari, R., 2008, Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif, Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, Vol 13, No 1, Hal: 87109. Salman, M. F., 2009, Active Learning Techniques (ALT) in Mathematics Workshop; Nigerian Primary School Teachers Assesment, International Electronic Journal of Mathematics Education, Vol 4, No 1, Hal: 23-35. Solikhah, F., Widiyanto dan Oktarina, N., 2012, Penerapan Strategi LSQ Berbantuan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi, Economic Education Analysis Journal, Vol 1, No 2, Hal: 18.
1537
Sudjana, N. 2009, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sudjana, 2005, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito. Susanto, S.B. dan Munoto, 2013, Pengaruh Strategi Learning Start With A Question terhadap Hasil Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio di SMK Negeri 2 Surabaya, Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Vol 2, No 1, Hal: 431-438. Susatyo, E. B., Rahayu S. S. M. dan Yuliawati, R., 2009, Penggunaan Model Learning Start With A Question dan Self Regulated Learning pada Pembelajaran Kimia, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 3, No 1, Hal: 406-412. Wahyudin D., Darmawan, D. dan Ruhimat, T., 2010, Model Pembelajaran ICARE pada Kurikulum Mata Pelajaran TIK di SMP (ICARE Based Instructional Model on ICT Curriculum in Yunior Secondary School, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol 11, No 1, Hal: 2333.
1538
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1538 - 1546
HASIL BELAJAR BERBANTUAN SMALL NOTES PADA METODE PREVIEW QUESTION READ SUMMARIZE TEST Luthfia Rizqy Amalia* dan Eko Budi Susatyo Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan Small Notes pada metode pembelajaran Preview Question Read Summarize Test (PQRST) terhadap hasil belajar siswa kelas X Sekolah Menengah Atas. Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized Control-Group Only. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, observasi dan tes. Metode analisis data yang digunakan adalah uji-t, uji koefisien determinasi dan uji ketuntasan hasil belajar. Rata-rata hasil belajar kognitif yang diperoleh kelas eksperimen I dan eksperimen II adalah 76,48 dan 76,71. Data hasil uji-t adalah 0,07 dengan nilai tkritis sebesar 0,063 dan taraf signifikan 5% sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai thitung lebih besar dari tkritis. Data uji koefisien determinasi sebesar 24,1%. Dari data tersebut memberi kesimpulan penggunaan Small Notes berpengaruh sebesar 24,1% dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Persentase ketuntasan hasil belajar klasikal pada kedua kelas sebesar 62,8 dan 65,7. Dari data tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran PQRST belum efektif terhadap hasil belajar siswa kelas X MIPA pada materi pokok konsep reaksi reduksi-oksidasi. Kata kunci: hasil belajar, redoks, small notes, preview question, read summarize test
ABSTRACT This research aims to determine the effectiveness of using Preview Queston Read th Summarize Test learning method towards the outcome learning student in X grade. The experimental design was used a randomized control-group. Data Collecton technique in this study are conducted by the documentation, observations and test method. Data analysis method used the t-count test, determination coefficient and completeness result tests. The average of cognitive learning outcomes which are obtained by experimental I and experimental II are at 76,48 and 76,71. The data from t-count test is 0,07 with tcritical 0,063 and siginificance level of 5% so it can be concluded that the value t-count is bigger than the critical t-value. The determination coefficient is 24,1%. It can be concluded that the use of Small Notes take the effect as 24,1% and the rest is determined by other factors. The percentage of classical learning completeness in both class are 62,8 and 65,7. The data on these results lead to conclusion that th the PQRST method is not effectively yet to outcome learnings of student in X grade on the reduction-oxidation concept. Keywords : learning outcomes, redox, small notes, preview question, read summarize test
PENDAHULUAN Pendidikan formal di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan mengikuti tuntutan zaman dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan proses pembelajaran
yang baik dan seoptimal mungkin sehingga dapat mencetak generasi muda bangsa yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi. Upaya terus
peningkatan menerus
kualitas
dilakukan,
pendidikan
baik
secara
konvensional maupun inovatif.Peningkatan yang
dilakukan
berupa
perubahan-
Luthfia Rizqy Amalia* dan Eko Budi Susatyo, Hasil Belajar Berbantuan Small Notes …. perubahan
dalam
berbagai
komponen
sistem pendidikan seperti kurikulum, strategi pembelajaran,
sumber-sumber
disimpulkan
dari
materi
1539
yang
telah
dipelajari?. Metode
belajar,
pembelajaran
Preview
media dan sebagainya.Salah satu upaya
Question Read Summarize Test (PQRST)
pemerintah untuk meningkatkan sumber
adalah metode yang bersinonim dari Survey
daya manusia.
Read
Ilmu kimia masih sering dianggap sulit
bagi
sebagian
siswa.
Menurut
Recite
Review
pembelajaran
(SQ3R).Metode
membaca
intensif
yang
menuntun siswa aktif, kritis dan kreatif
Ruwaidah (2012), sumber kesulitan siswa
dalam
dalam mempelajari ilmu kimia yaitu: 1) kesu-
bacaan (Mu’minin, 2010).Membaca intensif
litan dalam memahami istilah, 2) kesulitan
adalah
dalam memahami konsep kimia, 3) kesulitan
mengenali dan memahami arti dari kata-kata
perhitungan, sering dijumpai siswa kurang
dan definisi dari suatu bagian wacana
dapat mengaplikasikan rumusan perhitung-
(Gilani dan Gilakjani, 2012).
an
kimia.Dalam
diharapkan
pembelajaran
tidak
hanya
memahami
membaca
bersikap ilmiah dan kreatif serta tanggung
posttest
kelas
jawab siswa terhadap peristiwa sehari-hari
adalah
sebesar
yang
Sedangkan
pelajaran
kimia
Small
(Yuliawati, 2009). Beberapa alasan mencatat masih proses
pembelajaran
adalah dapat membantu daya ingat siswa
apabila
otak
tak
mampu
lagi
materi
pokok hasil
rata-rata
eksperimen 76,83
untuk
Notes
struktur
(Catatan
evaluasi
dan dan
penelitian
atom
kontrol 72,17.
penerapan
Kecil)
adalah
Setyawan (2012).didapatkan hasil rata-rata evaluasi posttest kelas eksperimen sebesar 80,619 dan kelas kontrol sebesar 75,786.
dalam kegiatan pembelajaran dan menolong ingatan
untuk
PQRST diantaranya adalah Farikhati (2011)
menunjukkan
dalam
rinci
memberikan
siswa, tetapi mampu merangsang berfikir,
dibutuhkan
secara
Penelitian yang menerapkan metode
pada
dengan
mengapresiasi
kimia
pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada
relevan
dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
keefektifan
pengaruh
metode
PQRST.
mengingat apa yang pernah dilihat, didengar
penggunaannya
dan diperhatikan. Tujuannya bukan untuk
Metode
membantu
pikiran
namun
metode tersebut memberikan kesempatan
membantu
diri
yang
siswa untuk berpikir kritis dan kreatif karena
mengingat,
mengingat
apa
tersimpan dalam memori (Porter, 2002). Dalam pembuatan catatan kecil, siswa
diberikan
panduan
berupa
ini
pada
dan
bersifat
sistematik.Tahapan
siswa diajak untuk menemukan sendiri masalah dan menemukan solusinya dengan diskusi
kelompok.Dengan
pembelajaran
pertanyaan: (1) apa topik utama yang
yang bersifat student center ini diharapkan
dibahas?, (2) apa saja poin-poin utama yang
membantu siswa dalam mengingat dan
dibahas?, (3) manfaat apa yang dapat
memahami materi.
diambil dari materi yang pernah dipelajari?, dan (4) gagasan/saran apa saja yang dapat
1540
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1538 - 1546 METODE PENELITIAN
dahulu diberi soal pretest untuk mengetahui
Penelitian dilaksanakan di suatu
kemampuan awal siswa.
SMAN di Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada minggu keempat bulan Januari tahun 2014
sampai
minggu
keempat
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
bulan
Berdasarkan uraian di atas diper-
Februari tahun 2014.Variabel bebas dalam
oleh hasil penelitian berupa analisis data
penelitian ini adalah penggunaan Small
populasi awal yang diperoleh menggunakan
Notes.
nilai ujian akhir semester menunjukkan Penelitian ini merupakan penelitian
bahwa populasi berdistribusi normal dan
eksperimen. Desain Control Group Pretest-
memili tingkat homogenitas yang sama
Posttest
dengan dibuktikan dengan nilai X
dipilih
karena
akan
dilihat
2 X kritis
2 hitung
(1,86
perbedaan pretest maupun posttest kelas
dan 2,93) kurang dari
eksperimen I dan eksperimen II. Pada
tahap awal dilakukan dengan tujuan untuk
penelitian ini, sampel A sebagai kelas
mengetahui keadaan awal masing-masing
eksperimen I dan sampel B sebagai kelas
kelas sebelum diberi perlakuan. Analisis
eksperimen II.Teknik pengumpulan data
data awal dengan nilai ujian akhir semester
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menunjukkan
dokumentasi, observasi, dan tes.Bentuk
memiliki tingkat homogenitas yang sama,
instrumen yang digunakan adalah lembar
dan tidak ada perbedaan rata-rata populasi
soal pretest dan posttest, lembar observasi
pada kedua kelas. Pembelajaran PQRST
afektif dan lembar observasi psikomotorik.
diterapkan pada kedua kelas eksperimen.
Uji
awal
Perbedaannya terletak pada penggunaan
populasi menggunakan data nilai ujian akhir
Small Notes yang hanya diterapkan pada
semester.
kelas eksperimen II..ji
normalitas
dan
Hasil
homogenitas
aspek
kognitif
siswa
data
(9,49). Analisis
berdistribusi
normal,
dianalisa dengan menggunakan statistik uji
Varians yang diperoleh pada kelas
parametrik yaitu dengan uji normalitas untuk
eksperimen I adalah 163,43 sedangkan
mengetahui pendistribusian data normal
pada eksperimen II sebesar 200,5 sehingga
atau tidak, kesamaan dua varians untuk
harga Fhitung yang diperoleh sebesar 1,22.
menentukan
digunakan,
Hasil analisis tersebut menunjukkan per-
hipotesis (uji-t) untuk pengujian hipotesis,
olehan hasil Fhitung lebih kecil dari Fkritis yang
koefisien
berarti kedua kelas mempunyai varians
besar
uji
t-tes
determinasi pengaruh
ketuntasan
belajar
yang
untuk
Small
mengetahui Notes,
umtuk
dan
mengetahui
jumlah persentase belajar (Sari, 2010) Sebelum PQRST,
diterapkan
masing-masing
kelas
yang sama (Setiyono, 2011). Pengamatan dilakukan
pada
pada saat
aspek
afektif
pembelajaran
metode
berlangsung dengan observer berjumlah 3
terlebih
orang.Pengamatan ini dilakukan di kedua kelas, baik kelas eksperimen I maupun
Luthfia Rizqy Amalia* dan Eko Budi Susatyo, Hasil Belajar Berbantuan Small Notes ….
1541
kelas eksperimen II dengan bantuan 3 observer.Ranah yang diamati yaitu kehadiran
siswa,
perhatian,
keaktifan,
keberanian, kedisiplinan dan kelengkapan. Data
hasil belajar
aspek
afektif
dan
psikomotorik diperoleh dengan metode observasi.Hasil aspek afektif dan psikomotorik dianalisa menggunakan analisis deskriptif pada kelas eksperimen I dan II. Hasil sangat rendah diperoleh pada skor rentang 1 sampai 1,6. Sedangkan skor
Gambar 1. Rata-rata nilai afektif kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
sangat tinggi diperoleh pada rentang 3,4 sampai 4 (Lestari, 2009)
motorik dilakukan pada saat praktikum.
Pengukuran aspek afektif dilakukan dengan
metode
observasi
deskriptif.Rata-rata
nilai
dengan
aspek
uji
afektif
disajikan pada Tabel 1.
Aspek Kehadiran Perhatian Keaktifan Keberanian Kedisiplinan Kelengkapan
Eksperimen I 3,43 (Sangat Baik) 3,14 (Baik) 3,03 (Baik) 3,17 (Baik) 3,17 (Baik) 3,17 (Baik)
Praktikum
yang
dilaksanakan
adalah
percobaan aplikasi konsep reaksi reduksioksidasi
yaitu
pembakaran
logam
Magnesium dan mereaksikan besi dengan larutan Tembaga Sulfat.
Tabel 1. Rata-rata skor tiap aspek afektif No 1 2 3 4 5 6
Pengembangan pada aspek psiko-
Eksperimen II 3,51 (Sangat Baik) 3,11 (Baik) 3,54 (Baik) 3,49 (Baik) 3,09 (Baik) 3,49 (Baik)
Rata-rata skor aspek afektif kelas
an
Ranah
psikomotorik
diperlukan untuk mengetahuan ketercapaian keterampilan motorik siswa yang meliputi keterampilan persiapan sebelum praktikum, kelengkap-
keamanan,
keterampilan
proses
eksperimen I sebesar 3,185 sedangkan
praktikum (proses pembakaran), pelaksa-
kelas eksperimen II sebesar 3,37. Kedua
naan
kelas memilikikriteria baik.Hasil rata-rata
praktikum. Pengukuran aspek psikomotorik
analisis deskripstif siswa kelas eksperimen II
dilakukan dengan metode observasi dan
lebih baik dari kelas eksperimen I.
dilakukan oleh 3 observer.Rata-rata skor
praktikum,
dan
setelah
kegiatan
tiap aspek psikomotorik disajikan pada Tabel 2.
No 1 2 3 4 5
Tabel 2. Rata-rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik Aspek Eksperimen I Eksperimen II Persiapan 3,2 (Baik) 3,26 (Baik) Kelengkapan keamanan 3.17 (Baik) 3,31 (Baik) Keterampilan proses 3,26 (Baik) 3,49 (Sangat Baik) Pelaksanaan 3,17 (Baik) 3,14 (Baik) Setelah kegiatan 2,94 (Baik) 3,17 (Baik)
1542
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1538 - 1546 Rata-rata skor aspek psikomotorik
kelas
eksperimen
I
3,148
kognitif dilakukan dengan uji normalitas,
sedangkan kelas eksperimen II sebesar
kesamaan dua varians, perbedaan dua
3,274.Kedua
memilikikriteria
rata-rata dan uji ketuntasan pembelajaran.
baik.Hasil rata-rata analisis deskriptif aspek
Analisis data menggunakan nilai posttest
psikomotorik kelas eksperimen II lebih
menunjukkan
tinggi dari kelas eksperimen I.
normal, memiliki varians yang sama pada
kelas
sebesar
Analisis tahap akhir hasil belajar
bahwa
data
berdistribusi
kedua kelas. Nilai
pretest
pada
kelas
eksperimen I dan II masing-masing sebesar 45,94 dan 34,37. Sedangkan nilai posttest kelompok eksperimen I sebesar 76,48 dan kelas eksperimen II sebesar 76,71. Grafik perbandingan nilai pretest
dan
posttest
masing-masing
kelas ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 2. Rata-rata nilai psikomotorik kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
Gambar 3. Perbandingan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah perlakuan Uji
ketuntasan
belajar
kelas
pembelajaran berlangsung, membuat kega-
eksperimen I sebesar 62,8% dan kelas
duhan dan tidak memperhatikan siswa lain
eksperimen II sebesar 65,7% yang berarti
yang sedang melakukan presentasi.
kedua kelas tidak mencapai ketuntasan klasikal
yaitu
dikarenakan
sebesar adanya
85%. kendala
Hal
ini
pada
penelitian ini diantaranya sejumlah siswa yang sering tidak berkonsentrasi ketika
Pembahasan Metode PQRST merupakan akronim dari Preview Question Read Summarize Test. Sintaks pertama yaitu “Preview”. Pada
Luthfia Rizqy Amalia* dan Eko Budi Susatyo, Hasil Belajar Berbantuan Small Notes ….
1543
tahap ini siswa diberikan materi konsep
(Farikhati, 2011).Peran guru di tahap ini
reaksi redoks bersama dengan kelompok-
adalah
nya kemudian melakukan tahap membaca
pertanyaan siswa yang tidak terjawab maka
cepat
guru memberikan kesempatan kelompok
serta
mencatat
menggaris
pokok
bawahi
kajian,
judul
atau bagian
lain
penting
untuk
karena
membantu.
ketika
Namun
ada
ketika
(heading), sub judul, dan istilah-istilah yang
kelompok lain tidak dapat menjawab maka
tidak diketahui untuk disusun pada tahap
guru memberikan arahan tentang materi
question. Tujuannya adalah agar siswa
yang tidak diketahui dan dilanjutkan dengan
mengetahui pokok materi yang sedang
menyimpulkan bersama siswa.
dipelajari. Pada tahap ini diperoleh data 3,11
diperoleh tahap ini yaitu sebanyak 29 dari
dengan
kelas
35 siswa mencapai ketuntasan atau 6 siswa
kelas
yang tidak tuntas pada kelas eksperimen I
kategori
eksperimen
I
dan
baik
pada
3,14
pada
eksperimen II atau sebesar 77% siswa
Data yang
dan 32 siswa dari kelas eksperimen II.
kelas
Sintaks keempat yaitu “Summarize”.
eksperimen I dan 78% siswa yang mencapai
Pada tahap ini kegiatan siswa adalah
ketuntasan kelas eksperimen II.
membuat ringkasan dari keseluruhan tahap
mencapai
tahap
ketuntasan
pada
Sintaks kedua yaitu “Question”.Pada
yang telah dilaksanakan.Ringkasan dibuat
ini
dengan tujuan agar informasi yang telah
menyusun
siswa
melakukan
pertanyaan.
kegiatan
Pertanyaan
dibuat berdasarkan pikiran siswa
ini
diperoleh
dari
bacaan
tidak
lupa.
yang
Pembuatan ringkasan dapat dibuat per bab
muncul saat melakukan aktivitas preview.
atau sub bab. Hal-hal yang ditulis dalam
Pertanyaan dapat muncul sesuai hasrat
ringkasan
atau keinginan siswa untuk mengetahui hal
diperoleh siswa pada tahap sebelumnya.
yang terdapat dalam bacaan. Pada tahap ini
Pada tahap ini dapat diperoleh data yaitu
diperoleh data 3,03 dengan kategori baik
sebanyak 31 siswa menyelesaikan tugas
pada kelas eksperimen I dan 3,54 pada
berupa membuat kesimpulan dalam Small
kelas eksperimen II atau sebesar 78% siswa
Notes dengan lengkap dan tepat waktu atau
yang mencapai ketuntasan pada kelas
sebesar 88,6% mencapai ketuntasan pada
eksperimen I dan 88% siswa yang mencapai
kelas eksperimen II. Sedangkan data pada
ketuntasan pada kelas eksperimen II.
kelas eksperimen I sebanyak 29 siswa
Sintaks ketiga yaitu “Read”. Pada
mencapai
merupakan
informasi
ketuntasan
atau
yang
sebesar
tahap ini kegiatan siswa adalah membaca
82%.Setelah melakukan tahap keempat,
bacaan
siswa
secara
merupakan
keseluruhan. Tahap
tahap
terpenting
ini
karena
diberi
bertukar
kesempatan
untuk
informasi
dengan
teman
dan
merangkum
saling satu
pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada
kelompok
tahap questionakan dijawab pada tahap ini.
masing-masing
Pada tahap read siswa membaca secara
masing-masing kelompok diberi kesempatan
menyeluruh yaitu membaca bab demi bab.
untuk maju ke depan kelas menyampaikan
Siswa biasanya lebih teliti ketika membaca
pendapat.
anggota.
pendapat Perwakilan
1544
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1538 - 1546 Sintaks kelima yaitu “Test”.Tahap
eksperimen I sebesar 76,48 dan kelas
ini merupakan tahap terakhir dari metode
eksperimen
PQRST. Pada tahap ini siswa akan menguji
masing-masing kelas sebesar 163,43 dan
penguasaan materi yang diperoleh dari
200,5. Perolehan harga thitung dengan taraf
tahap
signifikan 5% adalah sebesar 1,22. Dari
sebelumnya.
Cara
yang
dapat
II
76,71.
hasil
buku ada empat yaitu : (1) Siswa memeriksa
disimpulkan bahwa pada kelas eksperimen
(menguji) ringkasan yang telah dibuat pada
sebanyak 19 siswa dari 35 siswa telah
tahap summarize. Apakah ringkasan yang
mencapai ketuntasan belajar klaskal yakni
dibuat sudah sesuai dengan isi bacaan atau
sebesar 62,8 % sedangkan pada kelas
belum, (2) Siswa menjawab pertanyaan
eksperimen I hanya sebanyak 20 dari 35
yang telah disediakan pada akhir bab, (3)
siswa yang telah mencapai ketuntasan
Siswa menjawab pertanyaan yang telah
belajar klasikal yakni sebesar 65,7 % yang
dibuat
artinya
tahap
question,
(4)Siswa
ketuntasan
Varians
digunakan untuk menguji penguasaan isi
pada
uji
sebesar
siswa
klasikal
pada
kelas
dapat
eksperimen
menceritakan kembali tentang isi bacaan
memperoleh hasil belajar tuntas sesuai KKM
yang telah diperoleh. Data yang diperoleh
yang
pada tahap ini yaitu data aspek kognitif yaitu
Kaliwungu. Keberhasilan kelas dilihat dari
sebesar 76,48 pada kelas eksperimen I dan
jumlah
76,71 pada kelas eksperimen II.
menyelesaikan atau mencapai minimal 65%,
Koefisien
Determinasi
diperoleh
di
tetapkan
peserta
di
suatu
didik
sekurang-kurangnya
SMAN
yang
85%
di
mampu
dari
jumlah
sebesar 24,1%. Hal ini dapat disimpulkan
peserta didik yang ada di kelas tersebut,
bahwa penggunaan Small Notes mem-
maka dapat disimpulkan kedua kelas belum
berikan
dan
mencapai KKM.Sisanya, yaitu 37,20% siswa
sisanya sebesar 75,9% ditentukan oleh
pada kelas eksperimen I dan 34,3% siswa
faktor
pada kelas eksperimen II belum mencapai
pengaruh
lain.
Kelas
sebesar
24,1%
eksperimen
II
yang
menggunakan bantuan Small Notes memiliki
ketuntasan
klasikal.
nilai yang lebih tinggi dari kelas eksperimen
disimpulkan
bahwa
II karena guru memberikan tugas berupa
pembelajaran
catatan kecil setiap kali pertemuan. Guru
terhadap pembelajaran siswa SMA.
Sehingga
dapat
penggunaan
model
PQRST
belum
efektif
dapat memberikan tugas kepada siswa
Kendala pada penelitian ini adalah:
untuk membuat catatan kecil yang berisi
1) metode ini memiliki beberapa tahap
pokok materi yang telah diajarkan agar
sehingga waktu yang dibutuhkan cukup
dapat membatu siswa dalam belajar dan
banyak. Beberapa siswa meminta setiap
membantu
tahapan diulang sampai 3 kali sehingga
meningkatkan
kemampuan
kognitif (Urquhart, 2009). Keefektifan pembelajaran kimia diuji
pembelajaran
tidak
direncanakan,
2)
yang
metode
PQRST
membaca
sehingga
menggunakan perhitungan perbedaan uji
merupakan
dua
uji
pada materi pokok reaksi reduksi-oksidasi
kelas
yang memiliki fokus pada hafalan harus
rata-rata.
perbedaan
dua
Hasil
perhitungan
rata-rata
pada
metode
sesuai
Luthfia Rizqy Amalia* dan Eko Budi Susatyo, Hasil Belajar Berbantuan Small Notes ….
1545
diimbangi dengan latihan soal. Pada saat
dibutuhkan karena siswa belajar dengan
pemberian latihan soal beberapa siswa
cara diskusi sehingga tujuan pembelajaran
masih
yang diharapkan dapat tercapai.
ada
yang
belum
sepenuhnya
berkonsentrasi sehingga beberapa kali guru meminta siswa mengerjakan di depan kelas. DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
sebagai
pembelajaran
berikut:
PQRST
metode
belum
efektif
terhadap peningkatan hasil belajar siswa pokok bahasan konsep reaksi reduksioksidasi karena belum mencapai ketuntasan klasikal minimal. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya materi reaksi reduksi-oksidasi
adalah
materi
yang
Farikhati dan Isni, L., 2011, Pengaruh Penggunaan Metode PQRST (Preview Question Read Summarize Test) melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia SMA, Skripsi, Semarang: FMIPA UNNES. Gilani, R. A, Gilakjani., H.N, I. dan A. P. G., 2012, Impacts of Learning Reading Strategy on Reading Comprehension Proficiency, Jurnal of Language and Appplied Linguistic World, Vol I, No 1, Hal: 78-79. Lestari,
memiliki fokus pada hafalan sehingga guru harus memberikan latihan soal yang sering kepada
siswa,
metode
yang
memiliki
beberapa tahap ini memiliki kekurangan
A. W., 2009, Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA SMP Berbasis Kooperatif Tipe STAD Pada Tema Fotosintesis Di SMP Giki 3 Surabaya, Pensa E-Jurnal, Vol 8, No 3, Hal: 46-54.
supaya waktu pembelajaran sesuai yang
Mu'minin, 2010, Pembelajaran Membaca Cerpen dengan Metode SQ3R Berbasis Kooperatif, Jurnal Prospektus, Vol 8, No 2, Hal: 170178.
direncanakan.Analisis
Porter,
pada penggunaan efisiensi waktu.Sehingga siswa harus dipersiapkan terlebih dahulu
hasil
belajar
dari
kedua kelas mengalami peningkatan yang lebih
tinggi
II.Analisis
pada
hasil
kelas
belajar
eksperimen afektif
dan
psikomotorik pada masing-masing kelas eksperimen
memiliki
rata-rata
baik.
Beberapa kekurangan dalam penelitian ini adalah : (1) Metode ini merupakan metode membaca.
Pada
mempunyai
fokus
penghitungan, strategi
guru
untuk
materi
pokok
yang
pada
hafalan
dan
harus
mempunyai
melakukan
variasi
pembelajaran. Contohnya adalah dengan memberi banyak latihan soal kepada siswa, (2) Peran guru sebagai fasilitator sangat
B.D. dan Hernacki, M., 2002, Quantum Learning, Bandung: Kaifa.
Ruwaidah, 2012, Pembelajaran Kimia Dengan Metode Problem Posing Dan Pemberian Tugas Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Analisis Kreativitas Siswa, Jurnal Inkuiri Pasca UNS, Vol 1, No 1, Hal: 78-95. Sari,
I. P., 2010, Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R terhadap Kemampuan Membaca Intensif, Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol 4, No 2, Hal: 1-6.
Setyawan, F., 2012, Penerapan Teknik Cacil Laser Pada Metode Drill Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Redoks di SMA 1 Mejobo, Skripsi, Semarang: Jurusan Kimia UNNES.
1546
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1538 - 1546
Setiyono, 2011, Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA SMP Berbasis Kooperatif Tipe STAD Pada Tema Fotosintesis Di SMP Giki 3 Surabaya, Jurnal Prospektus, Vol 1, No 2, Hal: 149-58.
Urquhart, V., 2009. Using Writing in Mathematics to Deepen Student Learning. Journal Colorado: Mid Continent Research For Educational and Learning, Vol 3, No 2, Hal: 94103. Yuliawati, 2009. Penggunaan Model Learning Start With A Question dan Self Regulated Learning Pada Pembelajaran Kimia, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 3, No 2, Hal: 94-103.
Deni Ardiyanti* dan Sudarmin, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Larutan ….
1547
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN LARUTAN BERPENDEKATAN PBL UNTUK MENINGKATKAN KGS INFERENSIAL LOGIKA Deni Ardiyanti* dan Sudarmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pengembangan perangkat pembelajaran berpendekatan Problem Based Learning (PBL) merupakan upaya untuk meningkatkan Kerampilan Generik Sains (KGS) inferensial logika dan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan perangkat pembelajaran materi larutan dengan pendekatan PBL dan (2) mengetahui respon siswa terhadap perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan PBL. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian Research and Development (R&D). Teknik pemilihan sampel uji coba menggunakan teknik purposive sample. Perangkat pembelajaran dinyatakan valid apabila telah dinyatakan mempunyai kriteria baik atau sangat baik oleh tim ahli (validator). Hasil pengembangan produk perangkat pembelajaran telah dinyatakan valid dengan kategori baik dan layak diterapkan. Perangkat pembelajaran mampu meningkatkan KGS inferensial logika siswa dengan nilai rata-rata 58,5 menjadi 82,1. Perangkat pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar kognitif dengan nilai rata-rata 47,6 menjadi 79,3. Hasil belajar afektif sebanyak 34 siswa meningkat dari kriteria kurang baik menjadi baik. Hasil belajar psikomotorik sebanyak 22 siswa meningkat dari kriteria kurang baik menjadi baik. Angket respon siswa terhadap pembelajaran juga sangat baik dengan 4 siswa memberikan respon sangat puas, dan 33 siswa merasa puas terhadap pembelajaran. Simpulan yang diperoleh pada penelitian ini ialah 1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan valid dan layak, dan 2) respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan PBL baik. Kata Kunci : Keterampilan Generik Sains, Inferensial Logika, Problem-Based Learning
ABSTRACT Problem Based Learning (PBL) approach learning software development is an attempt to improve Generic Science Skill (KGS) inferential logic and student learning outcomes. This study aims to (1) develop the learning materials to the solution of the PBL approach, and (2) know the student response to learning tools using PBL approach. This type of research is a kind of research Research and Development (R&D). Test sample selection techniques using purposive sampling technique. Learning device is valid if it has been declared to have good or very good criteria by a team of experts (validators). The results of product development learning device has been declared invalid by both category and feasible. Learning device capable of improving inferential logic KGS students with an average value of 82.1. Learning device capable of improving cognitive learning outcomes with an average value of 79.3. As for the affective and psychomotor learning outcomes are 34 and 22 students have good criteria. Questionnaire responses of students to learning is also very good with 4 students responded very satisfied, and 33 students were satisfied with the learning. The conclusions obtained in this study are (1) learning device with Problem Based Learning was valid and feasible, (2) students' response to learning with PBL approach were well. Keywords: generic skills science, inferential logic, problem-based learning
PENDAHULUAN Kurikulum 2013 sebagai peng-ganti Kurikulum KTSP menjadikan manusia yang
produktif,
inovatif,
kreatif
dan
afektif.
Sehingga diperlukan keterampilan berpikir sebagai hal yang penting untuk persiapan
1548
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1547 - 1555
generasi muda di masa mendatang. Salah
untuk mengarahkan pembelajaran,
satu
definisikan dan menganalisis masalah dan
keterampilan
memotivasi
yang
siswa
memecahkan Peraturan
menarik
adalah
keterampilan
masalah.
Pemerintah
untuk
membangun solusi (Mathew, 2011).
Perubahan
tentang
Standar
men-
KGS inferensial logika sangat berguna
terhadap
pembelajaran.
KGS
Nasional Pendidikan dari KTSP menjadi
inferensial logika dibutuhkan dalam pem-
Kurikulum
belajaran
2013
yang
menggunakan
agar
siswa
dapat
memiliki
pendekatan scientific menekankan pada
kemampuan
proses
konsep, teori, prinsip, dan aturan-aturan
belajar
didapatkan
daripada
siswa
hasil
dalam
yang
mentranfer
dalam
dalam
praktikum
menghubungkan
untuk
mendapatkan
pengetahuan dari seseorang ke orang-orang
kesimpulan yang sesuai dengan tujuan
lain.
pembelajaran Teladan
ilmu
pendidikan
dalam
praktikum
(Broto-
dapat
siswojo, 2001). Keterampilan inferensi logika
yang kaya untuk
adalah kemampuan generik untuk dapat
mengembangkan banyak keterampilan pada
mengambil kesimpulan baru sebagai akibat
abad 21, seperti berpikir kritis, pemecahan
logis dari hukum, prinsip, dan aturan dahulu
masalah,
dengan atau tanpa melakukan percobaan
menawarkan konteks
ketika
dan literasi informasi terutama ilmu
(Sudarmin, 2012). Keterampilan ini juga
pengetahuan dan mempromosikan peng-
dapat diimbangi dengan penggunaan model
gunaan praktek ilmu. Melalui ilmu pen-
pembelajaran yang berbasis pada masalah
didikan berkualitas, kita dapat mendukung
sehingga dapat memicu motivasi siswa
dan memajukan keterampilan abad ke-21
dalam mempelajari materi.
yang
instruksi
relevan,
membahas
sekaligus
sifat
meningkatkan
Hasil observasi yang dilakukan di
praktek ilmu pengetahuan melalui infus
suatu SMA Negeri di Pati kelas X ditemukan
keterampilan ini (Brian, 2013). Tujuan utama
bahwa konsep Kurikulum 2013 yang sedang
dari proses PBL adalah untuk mengenali
dilaksanakan masih meliliki banyak kendala
kemampuan
memecahkan
di sekolah. Sosialisasi Kurikulum 2013 yang
masalah dan mengembangkan keterampilan
dilaksanakan belum merata, sekitar 10%
belajar dan motivasi mereka (Jacob dan
guru saja yang telah mengerti konsep dari
Cherian,
sangat
Kurikulum 2013 ini. Kegiatan praktikum yang
terstruktur, student centered, metodologi
dilakukan pada materi larutan memang
pendidikan, kelompok kecil dan kegiatan
sudah
pemecahan masalah kolaboratif (Redhwan
siswa
dan Yuri, 2012). Pembelajaran berbasis
kesimpulan masih rendah. Penyebab yang
masalah (PBL) layak mendapat tempat yang
timbul
lebih
ilmu
kebanyakan siswa hanya menyimpulkan
pendidikan dasar bagi guru pre-service
hasil praktikum dengan mengambil teori
karena proses memberdayakan siswa dan
yang ada dalam buku seperti pengertian
pendidik untuk memikul tanggung jawab
larutan dan perbedaan larutan. Metode
siswa
2012).
menonjol
untuk
PBL
dipahami
dalam
sarjana
dilakukan. dalam
dalam
Namun,
mengamati
kemampuan dan
permasalahan
ini
menarik
adalah
Deni Ardiyanti* dan Sudarmin, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Larutan …. praktikum yang seperti ini menyebabkan
observasi.
selain hasil
juga
posttest dibagi menjadi dua soal, yaitu soal
menyebabkan rendahnya KGS inferensial
pilihan ganda dan uraian. Soal pilihan ganda
logika
dirasa
digunakan untuk menganalisis peningkatan
kurang mendukung keterampilan berpikir
hasil belajar kognitif, sedangkan soal uraian
siswa, sehingga berdampak pada kualitas
digunakan
pembelajaran yang kurang bermakna serta
inferensial logika yang terdiri dari soal
menyentuh
pem-
mengajukan
belajaran di kelas maupun ketika melakukan
menerapkan
praktikum di Laboratorium (Sumarni, 2010).
kesimpulan. Perangkat pembelajaran yang
Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah
dikembangkan layak untuk digunakan jika
(1) mengembangkan perangkat pembelajar-
telah
an materi larutan dengan pendekatan PBL,
dinyatakan
dan (2) mengetahui respon siswa terhadap
pengamatan
pembelajaran
sedangkan
belajar
siswa.
yang rendah
Metode
akar
praktikum
permasalahan
materi
larutan
dengan
Penilaian
untuk
soal
1549
peningkatan
prediksi
dan
oleh
reliabel.
ahli
untuk
menarik
dan
inter
angket
menggunakan reliabilitas
pendekatan PBL.
kimia,
Reliabilitas
menggunakan
dan
KGS
peristiwa
konsep
divalidasi
pretest
telah lembar rater, siswa
Alfa Cronbach
(Sudjana, 2009). METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D) dengan metode
Hasil pengembangan perangkat
penelitian yang digunakan adalah desain
pembelajaran yang dibuat adalah pengem-
penelitian model 4-D
yang meliputi tahap
bangan silabus, RPP, bahan ajar, dan alat
Define, Design, Develop, dan Disseminate
evaluasi. Alat evaluasi yang dikembangkan
(Thiagaradjan,
Penelitian
terdiri dari data tes dan nontes. Data tes
dilakukan di suatu SMA Negeri di Pati.
berupa soal pretest-posttest, sedangkan
Subjek penelitian yang diambil adalah 20
data nontes berupa lembar pengamatan
siswa dari kelas XI IPA 3 untuk uji skala
aspek psikomotorik, aspek afektif, aktivitas
kecil, 37 siswa kelas X IPA 5 untuk uji skala
siswa dalam memecahkan masalah, dan
besar, dan kelas X IPA 6 untuk pengambilan
aktivitas guru dalam mengembangkan KGS
data penelitian dengan teknik pengambilan
Inferensial Logika siswa. Perangkat pem-
sampel berupa purposive sampling.
belajaran yang dikembangkan valid atau
pada
et
al.,
1974).
Teknik pengumpulan data dilakukan
dapat digunakan jika perangkat pembelajar-
data
pengumpulan
tes
dan
data
nontes.
Metode
an sudah mendapatkan pengakuan dari tim
dilakukan
dengan
ahli.
Rata-rata
skor
validasi
perangkat
metode tes, metode dokumentasi, lembar
pembelajaran yang dikembangkan ditunjuk-
observasi dan angket (Arikunto, 2006). Data
kan pada Tabel 1.
tes diambil dari penilaian soal, sedangkan
Tabel 1 menunjukkan skor rerata
data nontes diambil pada penilaian lembar
untuk masing-masing perangkat pembelajar-
1550
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1547 - 1555
an di atas 3,5. Hal ini berarti perangkat
mempelajari teori yang dikemas bersama
pembelajaran memiliki kriteria baik sehingga
pendekatan
perangkat pembelajaran valid dan layak
Siswa dalam PBL dapat mengembangkan
digunakan. Kesamaan antara data yang
keterampilan
terkumpul dengan data sesungguhnya dan
mereka dengan mengaitkan pengetahuan
layak digunakan merupakan syarat valid
yang ada dengan informasi baru mereka
tidaknya
peroleh sambil memberikan solusi alternatif
suatu
Pembelajaran
data
(Sugiyono,
Berbasis
Masalah
2010). yang
saintifik
(Fachrurazi,
pengambilan
2011).
keputusan
untuk masalah (Cemal dan Yavus, 2011).
dikembangkan dalam bahan ajar mengacu
Peningkatan hasil belajar dengan
pada masalah nyata atau masalah yang
Pembelajaran Berbasis Masalah pada tiap
siswa ditemui setiap harinya, sehingga
indikator dapat diketahui dari presentase n
siswa lebih mudah dalam memahami dan
gain yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 1. Rata-rata skor validasi perangkat pembelajaran materi larutan dengan pendekatan PBL yang dikembangkan Validator Perangkat Pembelajaran Kriteria 1 2 3 Silabus 3, 6 Sangat Baik RPP 3, 6 Sangat Baik LKS 3, 6 3, 5 Sangat Baik Aspek Psikomotorik 3, 8 Sangat Baik Aspek Afektif 3, 4 Baik Soal Pilihan Ganda 3, 6 Sangat Baik Soal Uraian 3, 6 Sangat Baik Angket 3, 4 Baik KGS Inferensial Logika 2, 9 Sangat Baik PBL 2, 8 Sangat Baik Tabel 2. Deskripsi indikator, nomor soal, skor pretest, posttest, n gain dan taraf pencapaian untuk hasil belajar siswa Skor Taraf N gain Indikator No Soal % Pencapaian Pretest Posttest Menentukan larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan daya 2 dan 4 0 1 50 Sedang hantar listriknya Menjelaskan penyebab 1 dan kemampuan larutan elektrolit 0 2 100 Tinggi 10 menghantarkan arus listrik Mengelompokkan larutan elektrolit berdasarkan jenis ikatan 3 dan 5 1 2 100 Tinggi senyawa dalam larutan Mendeskripsikan bahwa larutan 6 dan elektrolit dapat berupa senyawa 0 1 50 Sedang 19 ion dan senyawa kovalen polar Menngelompokkan larutan elektrolit dan nonelektrolit 11 dan 1 2 100 Tinggi berdasarkan daya hantar 12 listriknya Membandingkan larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan 7 dan 9 0 1 50 Sedang percobaan
Deni Ardiyanti* dan Sudarmin, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Larutan …. Skor Pretest Posttest
1551
N gain %
Taraf Pencapaian
2
100
Tinggi
0
2
100
Tinggi
15 dan 17
1
2
100
Tinggi
14 dan 16
0
2
100
Tinggi
85
Tinggi
Indikator
No Soal
Menyimpulkan sifat larutan larutan elektrolit dan nonelektrolit Memberikan contoh penerapan larutan elektrolit dalam kehidupan sehari-hari Menggolongkan sifat larutan menjadi larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah Menjelaskan kekuatan larutan elektrolit berdasarkan derajat disosiasi Rata-rata
8 dan 18
1
13 dan 20
Tabel 3. Nilai n gain untuk setiap indikator dalam KGS inferensial logika Aspek KGS Inferensial Logika Mengajukan Prediksi Peristiwa Kimia
Rata - rata Menerapkan Konsep
Pretest
Posttest
n gain
%
22
2, 62
4, 16
0, 65
65%
Sedang
28
2, 65
3, 24
0, 44
44%
Sedang
30
2, 41
3, 51
0, 69
69%
Sedang
0, 59
59%
Sedang
24
Rata – rata Menarik Kesimpulan
Skor
No Soal
Taraf Pencapaian
2, 97
3, 92
0, 47
47%
Sedang
25
3
4, 41
0, 71
71%
Sedang
26
2, 05
3, 49
0, 74
74%
Tinggi
27
2, 51
3, 73
0, 82
82%
Tinggi
0, 68
68%
Sedang
21
2, 95
4, 11
0, 57
57%
Sedang
23
2, 78
3, 86
0, 49
49%
Sedang
29
2, 51
3, 32
0, 54
54%
Sedang
0, 53
53%
Sedang
Rata – rata Tabel 3 menjelaskan tentang hasil
praktikum di laboratorium dan kelas. Hasil
perhitungan n gain dari semua indikator
belajar afektif meningkat sebanyak 34 siswa
dalam pembelajaran larutan. Peningkatan
meningkat dari kriteria kurang baik menjadi
paling signifikan terdapat pada indikator
baik. Hasil belajar psikomotorik sebanyak 22
dengan nilai n gain 100%. Peningkatan rata-
siswa meningkat dari kriteria kurang baik
rata
menjadi baik. Perhitungan reliabilitas inter
presentase
n
gain
untuk
semua
indikator sebesar 85%. Hal ini berarti bahwa
rater
peningkatan
psikomotorik
hasil
belajar
untuk
setiap
untuk
instrumen dan
penilaian
afektif
aspek
masing-masing
indikator tinggi. Peningkatan hasil belajar
adalah 0,92 dan 0,93 yang menunjukkan
ditinjau dari harga n gain yang tinggi
instrumen reliabel. Harga reliabilitas di atas
(Rusnayati dan Prima, 2011). Peningkatan
0,7 dapat dikatakan baik
pada aspek psikomotorik dan afektif didapat
(Sudjana, 2009). Perangkat pembelajaran
berdasarkan pengamatan dalam kegiatan
yang
dikembangkan
dan reliabel
selain
untuk
1552
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1547 - 1555
mengembangkan kemampuan siswa dalam
Gambar 1 menunjukkan peningkat-
ranah kognitif juga dapat meningkatkan
an indikator dalam KGS Inferensial Logika
KGS Inferensial Logika siswa (Sumarjono,
secara keseluruhan. Pengujian n gain yang
2012). Peningkatan KGS inferensial logika
paling
siswa dapat dilihat pada hasil perhitungan n
menerapkan konsep dengan nilai rata-rata n
gain tiap indikator yang ditunjukkan pada
gain 0,68 dengan taraf pencapaian sedang.
Tabel 3.
Indikator
Tabel
3
menunjukkan
indikator-
kimia
tinggi
adalah
indikator
mengajukan
dan
prediksi
menarik
dalam
peristiwa
kesimpulan
juga
indikator dalam KGS Inferensial Logika yang
mengalami peningkatan presentase n gain
dituangkan
dengan
sedang dengan nilai rata-rata n gain 0,59
mengetahui
dan 0,53. KGS Inferensial Logika dengan
peningkatan dan taraf pencapaian indikator
pembelajaran berbasis masalah mengalami
dalam KGS Inferensial Logika. Indikator
peningkatan. Persentase peningkatan KGS
mengajukan
kimia,
inferensial logika setiap indikator setelah
menerapkan konsep dan menarik kesim-
dilakukan posttest mengalami peningkatan
pulan memiliki masing-masing 3, 4 dan 3
(Setiawan dan Suhandi, 2009).
perhitungan
dalam n
setiap
gain
untuk
prediksi
soal
peristiwa
soal dalam uraian. Peningkatan paling tinggi
Uji coba skala kecil dilakukan untuk
terjadi pada nomor soal 26 dan 27 yang
mengetahui
mewakili
konsep.
perangkat pembelajaran yang digunakan
Indikator-indikator dalam KGS Inferensial
yaitu penggunaan bahan ajar. Uji coba skala
Logika meningkat setelah mendapatkan
kecil dilakukan di kelas XI IPA 3 kepada 20
pembelajaran dengan metode yang tepat
siswa yang dibagi menjadi 10 kelompok.
(Sumarni,
setiap
Setiap kelompok diberikan 1 LKS dan
indikator dalam KGS Inferensial Logika
lembar pendapat siswa tentang LKS. Hasil
ditunjukkan pada Gambar 1.
rata-rata skor yang didapat adalah 3.3 yang
indikator
2010).
menerapkan
Peningkatan
pendapat
berarti
siswa
baik
Rata-rata
tentang
dan
skor
layak. respon
siswa terhadap perangkat pembelajaran yang digunakan di atas 3 memiliki kriteria
baik
dan
layak
untuk digunakan (Herdianawati,
2013).
Keefektifan
produk uji coba skala besar dihitung berdasarkan resGambar 1. Skor n gain untuk setiap indikator dalam KGS inferensial logika
pon kelayakan
produk
siswa yang
terhadap
dikembangkan
meliputi tampilan LKS, isi LKS, bahasa dalam LKS, pembelajaran menggunakan
Deni Ardiyanti* dan Sudarmin, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Larutan …. pendekatan PBL, dan KGS inferensial logika
1553
Tabel 4 menunjukkan respon siswa
siswa. Respon siswa yang didapat sebesar
terhadap
3,3 setelah dilakukan uji coba skala besar
Terdapat 4 siswa yang merasa sangat puas
pada kelas X IPA 5 dengan memberikan 1
setelah mendapatkan pembelajaran dengan
topik
pen-
pendekatan PBL dan 33 siswa yang merasa
dekatan pembelajaran PBL. Hal ini berarti
puas. Respon siswa setelah mendapatkan
bahwa variasi isi dalam LKS dapat menarik
pembelajaran materi larutan dengan pem-
perhatian siswa untuk terlibat aktif dalam
belajaran berbasis masalah tinggi (Permana
pembelajaran
dan
respon
pembelajaran
siswa
menggunakan
(Barakatu, terhadap
ditunjukkan pada Tabel 4.
2007).
Hasil
pembelajaran
pembelajaran
Sumarmo,
2007).
yang
tinggi.
Perhitungan
reliabilitas angket sebesar 0,93 yang bernilai tinggi.
Reliabilitas
dengan
nilai
tinggi
dikatakan reliabel (Sudjana, 2009). Tabel 4. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan PBL setelah Diterapkan Butir Aspek Skor Skor Skor Skor Jumlah Rerata Taraf Ke SS S TS STS Skor Skor Pencapai an 1 Penggunaan Model 96 39 0 0 135 119, 75 Tinggi 2 Pembelajaran 44 60 12 0 116 3 56 63 4 0 123 4 24 63 16 2 105 5 Kesadaran 16 69 18 1 104 119, 5 Tinggi 6 108 24 4 0 135 7 Kegunaan PBL 60 54 8 0 121 121 Tinggi 8 Ajakan untuk berpikir 64 57 4 0 124 127 Tinggi 9 aktif 84 48 0 0 132 10 60 66 0 0 125 11 KGS Inferensial 44 78 0 0 121 120, 3 Tinggi 12 Logika 48 72 2 0 121 13 44 69 6 0 119 14 Pemahaman Materi 56 51 4 4 114 121 Tinggi 15 Sumber Belajar 28 60 16 2 105 105, 5 Tinggi 16 24 16 18 0 106 17 Kesulitan PBL 72 51 4 0 126 126 Tinggi 18 Bimbingan terhadap 60 66 0 0 125 124, 5 Tinggi 19 Siswa 64 57 4 0 124 20 Perhatian 20 66 20 0 104 114, 25 Tinggi 21 72 57 0 0 128 22 32 78 4 1 114 23 40 60 12 1 111 24 Penguasaan Konsep 36 84 0 0 119 119 Tinggi 25 Percaya Diri 44 75 2 0 120 105 Tinggi 26 12 51 24 5 90 27 Pemanfaatan 84 42 4 0 130 130 Tinggi Fasilitas 28 Kemudahan 52 72 0 0 123 124, 3 Tinggi 29 Pembelajaran 52 66 2 0 121 30 84 45 2 0 129 Jumlah 1580 1809 192 16 3750 Rerata 119, 8 Tinggi
1554
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1547 - 1555 Analisis
pencapaian
keberhasilan
dalam hasil belajar kognitif dan 31 siswa
produk ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5
dalam KGS inferensial logika dinyatakan
menunjukkan
kriteria
tuntas dari KKM. Analisis pada Tabel 5
keberhasilan
produk
peningkatan yang
pada
ditinjau
dari
menunjukkan
bahwa
perangkat
peningkatan rata-rata kelas, peningkatan
pembelajaran yang dikembangkan dapat
hasil belajar kognitif, dan peningkatan KGS
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
inferensial logika. Hasil belajar kognitif siswa
dan KGS inferensial logika. Ketuntasan
dan KGS Inferensial logika sudah mencapai
belajar ditinjau dari rata rata hasil belajar
target yang ditentukan terdapat 27 siswa
posttest lebih besar dari KKM (Kun, 2001).
Tabel 5. Analisis skor pretest, posttest, ketuntasan posttest, dan taraf pencapaian untuk peningkatan pembelajaran Ketuntasan Posttest Skor Tes Aspek Taraf Pencapaian Pretest Posttest Tuntas Tidak Tuntas Rata-Rata Kelas 53, 04 80, 69 32 5 Meningkat Hasil Belajar 47, 6 79, 3 27 10 Meningkat KGS Inferensial Logika 58, 5 82, 1 31 6 Meningkat
SIMPULAN Hasil pengembangan perangkat dapat
disimpulkan
Perangkat
sebagai
pembelajaran
berikut.
materi
(1)
larutan
berpendekatan PBL telah teruji valid oleh 3 validator dan layak untuk diterapkan di kelas. (2) Perangkat pembelajaran materi larutan
berpendekatan
Problem-Based
Learning (PBL) mendapat respon baik dari siswa dengan reliabilitas sebesar 0,93.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,
S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta.
Barakatu, A.R., 2007, Membangun Motivasi Berprestasi: Pengembangan Self Efficacy dan Penerapannya dalam Dunia Pendidikan, Jurnal Lentera Pendidikan, Vol 10, No 1, Hal: 34-51.
Brian, T. B., 2013, 21th Century Chemistry, Florida : School Board of Brevard County. Brotosiswojo, B.S., 2001, Hakekat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimia di Perguruan Tinggi, Jakarta: PAUPPAI Cemal dan Yavuz, 2011, The Effect ff Problem Based Learning on Student Motivation Towards Chemistry Classes and on Learning Strategies, Journal of Turkish Science Education, Vol 9, No 1, Hal: 126-131. Fachrurazi, 2011, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Universitas Terbuka, Vol 1, No 1, Hal: 76-89. Herdianawati, S., 2013, Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Inkuiri Berbasis Berpikir Kritis pada Materi Daur Biogeokimia Kelas X, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 2, No 1, Hal: 99-104.
Deni Ardiyanti* dan Sudarmin, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Larutan …. Ikhsanuddin dan Widhiyanti, T., 2007, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa Pada Topik Hidrolisis Garam dan Sifat Koligatif Larutan, Thesis, Bandung : FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Jacob, J. dan Cherian, J., 2012, A Study of Problem Based Learning Approach for Undergraduate Students, Asian Social Science Journal, Vol 8, No 15, Hal: 157164. Kun, P., 2001, Pendekatan Konstruktif untuk Optimalisasi Aktivitas Hands-On dalam Pembelajaran IPA, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Mathew, E, 2011, Investigative Primary Science: A Problem-Based Learning Approach, Australian Journal of Teacher Education, Vol 36, No 9, Hal: 36-57. Permana, Y. dan Sumarmo, U, 2007, Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Balai Penataran Guru Tertulis dan Universitas Pendidikan Indonesia, Vol 1, No 2, Hal: 116-123. Redhwan, A.N. dan Yuri, V. B., 2012, Acceptance of Problem Based Learning Among Medical Students, Community Media Health Education Journal, Vol 2, No 5, Hal: 1-6. Rusnayati dan Prima, 2011, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri Untuk
1555
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Elastisitas pada Siswa SMA, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, Yogyakarta: FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Setiawan, A. dan Suhandi, A., 2009, Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Relativitas Khusus untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol 3, No 1, Hal: 21-30. Sudarmin,
2012, Keterampilan Generik Sains dan Penerapannya dalam Pembelajaran Kimia Organik, Semarang: UNNES Press.
Sudjana, 2009, Metode Statistika, Bandung : Tarsito. Sugiyono, 2010, Statistika untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta. Sumarjono, 2012, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Ditinjau dari Keterampilan Generik Sains Calon Guru IPA, Prosiding Seminar Nasional MIPA dan Pembelajaran, Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang Sumarni, W., 2010, Penerapan Learning Cycle Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Inferensia Logika Mahasiswa Melalui Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 4, No 1, Hal: 521-531. Thiagaradjan, Semmel dan Semmel, 1974, Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children, Minneapolis: Minnesota.
1556
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1556 - 1565
KONTRIBUSI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA Rohayati*, Woro Sumarni dan Nanik Wijayati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi pembelajaran berbasis proyek terhadap jiwa kewirausahaan siswa. Sampel penelitian diambil dengan teknik cluster random sampling dan terambil 2 kelas dari 5 kelas. Kelas eksperimen I menggunakan pembelajaran berbasis proyek, sedangkan kelas eksperimen II menggunakan pembelajaran ceramah. Desain penelitian ini adalah pretest posttest control group design. Data diperoleh dengan metode observasi dan angket. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji t dan skala likert. Hasil analisis secara kuantitatif kelas eksperimen dengan nilai aspek kerjasama sebesar 3,40; aspek disiplin sebesar 3,47; aspek tanggungjawab sebesar 3,39; aspek komunikatif sebesar 3,07; aspek percaya diri sebesar 3,15; aspek ulet sebesar 3,14; aspek kreatif sebesar 2,84; dan aspek inovatif sebesar 2,95. Sedangkan kelas eksperimen II dengan nilai aspek kerjasama sebesar 3,14; aspek disiplin sebesar 3,49; aspek tanggungjawab sebesar 3,23; aspek komunikatif sebesar 3,14; aspek percaya diri sebesar 3,02; aspek ulet sebesar 2,98; aspek kreatif sebesar 2,78; dan aspek inovatif sebesar 2,59. Hasil analisis secara kualitatif data angket jiwa kewirausahaan pada kelas eksperimen berada pada kategori sangat baik, sedangkan pada kelas eksperimen II berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek berkontribusi terhadap jiwa kewirausahaan siswa. Kata kunci: jiwa kewirausahaan, pembelajaran berbasis proyek
ABSTRACT This research aimed to determine the effect of project based learning for students entrepreneurship. Samples were taken with a cluster random sampling technique and drawn two of fifth group. Experimental-I group using project based learning, while experimental-II group using conventional based learning. Design used is pretest posttest control group design. Data collected by observation and questionnaires. Data analyzed using t-test and likert scale. The analysis result of the experimental-I group with score aspects of cooperation 3,40; aspects of discipline 3,47; aspects of responsible 3,39; aspects of communicative 3,07; aspects of selfconfident 3,15; aspects of ductile 3,14; aspects of creative 2,84 and aspects of innovative 2,95; while experimental-II group with score aspects of cooperation 3,14; aspects of discipline 3,49; aspects of responsible 3,23; aspects of communicative 3,14; aspects of self-confident 3,02; aspects of ductile 2,98, aspects of creative 2,78 and aspects of innovative 2,59. The analysis result of questionnaries entrepeneurships, experimental-I group with high category, while experimental-II group with medium category. The result of research can concluded that project based learning have effect to students entrepreneurship. Keywords: entrepreneurship, project based learning
PENDAHULUAN Pembelajaran
adalah
yang proses
interaksi antara siswa dengan guru dan sumber
belajar
pada
suatu
lingkungan
belajar yang terarah untuk mencapai tujuan
telah
ditentukan.
Pembelajaran
merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin
Rohayati, dkk., Kontribusi Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1557
meningkat baik dalam sikap, pengetahuan
berkembang.
Selain
itu,
maupun
keterampilan
disampaikan
kurang
dikaitkan
dirinya
untuk
berbangsa,
yang
hidup
serta
kesejahteraan
diperlukan
bermasyarakat,
berkontribusi
hidup
umat
pada
manusia
materi
yang dengan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari serta
belum
menerapkan
kegiatan
pembelajaran yang bisa menunjang untuk
(Permendikbud, 2013). Oleh karena itu,
mengembangkan
kegiatan pembelajaran seharusnya diarah-
Kondisi-kondisi tersebut dapat menyebab-
kan untuk memberdayakan semua potensi
kan tidak
siswa
usahaan siswa.
sehingga
diharapkan
bisa
jiwa
kewirausahaan.
berkembangnya
jiwa kewira-
menghasilkan lulusan yang berkualitas baik
Adanya kesenjangan antara kondisi
untuk melanjutkan studi ke jenjang yang
real dengan kondisi ideal yang diharapkan,
lebih
memasuki
memerlukan
suatu
lapangan kerja secara mandiri sebagai
pelaksanaan
pembelajaran
wirausaha (entrepreneur). Pada kenyataan-
dalam hal pemilihan metode pembelajaran.
nya pembelajaran kimia yang diterapkan di
Metode pembelajaran yang dirasa cocok
sekolah selama ini masih berorientasi pada
untuk membantu mengembangan potensi
hasil
siswa yaitu metode pembelajaran berbasis
tinggi
kognitif
maupun
dan
siap
belum
menerapkan
dalam
kimia,
proyek.
an potensi siswa pada ranah afektif seperti
proyek merupakan metode pembelajaran
jiwa kewirausahaan. Padahal jiwa kewirau-
yang
sahaan merupakan salah satu bekal untuk
kegiatan pembelajarannya yang berpusat
hidup dimasyarakat dengan baik.
pada siswa (Susilowati, 2013). Dalam hal ini
pada
proyek
berbasis
dengan
pendahuluan,
peran guru hanya sebagai fasilitator dan
pembelajaran kimia khususnya pada materi
mengevaluasi produk hasil kerja siswa yang
koloid biasanya hanya dilakukan di kelas
ditampilkan dalam hasil proyek yang telah
dengan
ceramah.
diselesaikan (Guo dan Yang, 2012; Johnson
Padahal materi koloid akan lebih mudah
dan Delawsky, 2013; Sudewi, et al., 2013).
dipahami ketika siswa mengalaminya secara
Selain itu, pembelajaran berbasis proyek
langsung, misalnya dengan mengajak siswa
juga
belajar di laboratorium. Metode ini memiliki
digunakan guru untuk meningkatkan kete-
keunggulan, yaitu guru dengan mudah
rampilan berpikir, komunikasi, kolaboratif
dalam mengontrol kelas, dapat menyampai-
dan kreativitas siswa (Licht, 2014). Melalui
kan materi lebih banyak, lebih efisien dari
metode ini, diharapkan siswa bisa lebih aktif
segi waktu dan biaya, serta lebih praktis
dalam
dalam hal persiapan kerena guru tidak perlu
sehingga mampu mengembangkan potensi
menyiapkan media pendukung. Metode ini
yang dimilikinya.
metode
studi
didasarkan
pembelajaran
yaitu
pembelajaran yang mengarah pengembang-
Berdasarkan
Metode
perubahan
diskusi
dan
juga memiliki kelemahan yaitu menjadikan
merupakan
strategi
yang
bisa
mengikuti kegiatan pembelajaran
Salah satu kegiatan yang men-
siswa sebagai objek didik sehingga umpan
dukung
pembelajaran
berbasis
proyek
balik, aktivitas, dan kreativitas siswa kurang
dalam pembelajaran kimia adalah dengan
1558
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1556 - 1565
adanya
penugasan
proyek.
Melalui
Pengumpulan
data
dilakukan
penugasan proyek siswa terlibat langsung
dengan metode
dalam kegiatan pembelajaran serta siswa
Metode observasi digunakan untuk menilai 8
bisa mengasah kemampuan yang dimiliki.
aspek jiwa kewirausahaan yang meliputi
Konsep-konsep
yang
kerjasama, disiplin, tanggungjawab, komu-
dibangun menjadi lebih bermakna jika siswa
nikatif, percaya diri, ulet, kreatif, dan inovatif,
mengalami pembelajaran secara langsung.
sedangkan metode angket diguna-kan untuk
Oleh karena itu, pembelajaran berbasis
mengetahui
proyek diharapkan siswa mampu mengem-
kemampuan jiwa kewirausahaan. Data hasil
bangkan semua potensi yang ada pada
penelitian dianalisis secara statistik para-
dirinya
inovatif,
metrik dengan uji t untuk mengetahui
tanggungjawab, kerjasama
perbedaan jiwa kewirausahaan antara kelas
serta potensi yang lainnya. Tujuan penelitian
eksperimen I dan kelas eksperimen II.
ini yaitu untuk mengetahui adanya kontribusi
Selain
penerapan pembelajaran berbasis proyek
dianalisis dengan membandingkan skala
terhadap jiwa kewirausahaan siswa.
likert (Arikunto, 2012).
seperti
percaya
diri,
dan
pengetahuan
berpikir
kreatif,
itu,
observasi dan angket.
persepsi
data
dari
hasil
siswa
penelitian
atas
juga
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di suatun SMA
Hasil observasi menunjukkan jiwa
Negeri di Magelang. Desain penelitian ini
kewirausahaan siswa kelas eksperimen I
yaitu pretest posttest control group design.
maupun kelas eksperimen II berada pada
Sampel diambil dua dari lima kelas sebagai
kategori
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
penilaian jiwa kewirausahaan
menggunakan
eksperimen I maupun kelas eksperimen II
teknik
cluster
random
baik
dan
sangat
baik.
Hasil
baik kelas
disajikan pada Gambar 1.
sampling. Variabel bebas da25
metode pembelajaran. Kelas eksperimen I menggunakan pembelajaran berbasis proyek,
sedangkan
kelas
eksperimen II menggunakan
Jumlah Siswa
lam penelitian ini adalah
20 15 10 5 0
pembelajaran ceramah. Variabel terikatnya yaitu jiwa kewirausahaan siswa, sedangkan variabel kontrolnya adalah materi pembelajaran, guru, kurikulum 2013, dan jumlah jam pelajaran.
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
Baik
Sangat baik Kategori Gambar 1. Hasil penilaian jiwa kewirausahaan Gambar 1 menunjukkan jiwa kewirausahaan siswa kelas eksperimen I lebih
Rohayati, dkk., Kontribusi Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1559
baik daripada kelas eksperimen II. Hal ini
Pada Tabel 1, terlihat bahwa tiga
terjadi karena pada kelas eksperimen I
aspek jiwa kewirausahaan kelas eksperimen
diterapkan metode pembelajaran berbasis
I
proyek, sedangkan metode pembelajaran
kerjasama, disiplin, dan tanggungjawab,
yang diterapkan pada kelas eksperimen II
sedangkan aspek komunikatif, percaya diri,
adalah
Pembelajaran
ulet, kreatif, dan inovatif mempunyai kategori
merupakan pembelajaran
baik. Rata-rata nilai jiwa kewirausahaan
yang memberikan kebebasan kepada siswa
kelas eksperimen I sebesar 25,41 termasuk
untuk merencanakan aktivitas belajar dan
dalam kategori sangat baik. Sedangkan
melaksanakan proyek secara kolaboratif dan
untuk kelas eksperimen II, satu aspek
pada akhirnya akan menghasilkan suatu
tergolong sangat baik yaitu aspek disiplin.
produk yang dapat dipresentasikan kepada
Tujuh aspek yang lain tergolong baik yaitu
orang lain, sehingga siswa bisa mengem-
aspek kerjasama, tanggungjawab, komu-
bangkan
dimilikinya
nikatif, percaya diri, ulet, kreatif, dan inovatif.
(Purbalaksmi, et al., 2013). Selain itu
Rata-rata nilai jiwa kewirausahaan kelas
kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada
eksperimen II sebesar
kelas eksperimen I lebih menunjang untuk
dalam kategori baik. Adanya perbedaan
mengembangkan jiwa kewirausahaan siswa.
rata-rata ini disebabkan oleh penerapan
metode
berbasis proyek
ceramah.
potensi
Terdapat
yang
delapan
aspek
jiwa
tergolong
sangat
baik
yaitu
aspek
24,38 termasuk
metode pembelajaran yang berbeda. Secara
kewirausahaan yang dinilai selama proses
umum,
pembelajaran, meliputi kerjasama, disiplin,
kewirausahaan kelas eksperimen I dan
tanggungjawab, komunikatif, percaya diri,
kelas eksperimen II termasuk dalam kategori
ulet,
yang sama yaitu baik dan sangat baik.
kreatif,
dan
Inovatif.
Tiap
aspek
rata-rata
tiap
jiwa
dianalisis secara deskriptif untuk menge-
Namun,
jika
tahui aspek mana yang telah baik dan aspek
terdapat
perbedaan
mana yang perlu ditingkatkan. Hasil analisis
Kelas eksperimen I memperoleh nilai lebih
tiap aspek jiwa kewirausahaan siswa dapat
tinggi dibandingkan kelas eksperimen II.
dilihat pada Tabel 1.
dilakukan
aspek
pembandingan,
diantara
keduanya.
Terdapat tiga aspek jiwa kewirausahaan kelas eksperimen I berada pada
Tabel 1. Perbandingan skor rata-rata tiap aspek jiwa kewirausahaan Aspek yang dinilai Kerjasama Disiplin Tanggungjawab Komunikatif Percaya diri Ulet Kreatif Inovatif
kategori
sangat
Rata-rata nilai tiap aspek Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II 3,40 3,14 3,47 3,49 3,39 3,23 3,07 3,14 3,15 3,02 3,14 2,98 2,84 2,79 2,95 2,59
baik
yaitu
(A)
aspek
kerjasama,
(B)
tang-
gungjawab,
dan
(C)
disiplin. Sedangkan pada kelas eksperimen II, hanya
aspek
disiplin
yang termasuk dalam kategori
sangat
baik.
Hasil penilaian aspek
1560
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1556 - 1565
kerjasama,
disiplin,
dan
tanggungjawab
dapat dilihat pada Gambar 2.
kepada teman satu kelompoknya ketika ia sedang
sibuk
atau
selama
pelaksanaan proyek. Selain
4.00
itu, 3.00 Rata-rata
tidak
penerapan
pembela-
jaran berbasis proyek juga Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
2.00
mempunyai beberapa keuntungan, salah satunya yaitu
1.00
dapat meningkatkan kola0.00
borasi
A B C Aspek yang dinilai
atau
kerjasama
(Hutasuhut, 2010; Prabowo, 2012; dan Sumarni, 2015).
Gambar 2. Aspek jiwa kewirausahaan
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
Berdasarkan
Gambar
2
terlihat
bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara
pembelajaran
berbasis
proyek
berkontribusi terhadap jiwa kewirausahaan siswa.
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
Sedangkan
pada
aspek
disiplin
pada aspek kerjasama. Adanya perbedaan
terlihat bahwa terdapat perbedaan antara
ini dilakukan menggunakan analisis per-
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
bedaan dua rata-rata melalui uji satu pihak
Adanya perbedaan ini dilakukan meng-
kanan dengan taraf signifikansi dan derajat
gunakan analisis perbedaan dua rata-rata
kebebasan berturut-turut adalah 5% dan 55.
melalui uji satu pihak kanan dengan taraf
Pada hasil observasi, rata-rata nilai aspek
signifikansi dan derajat kebebasan berturut-
kerjasama
turut adalah 5%
kelas
ekperimen
dan
kelas
dan
55. Pada hasil
eksperimen II masing-masing sebesar 3,40
observasi, rata-rata nilai aspek disiplin kelas
dan
ekperimen
3,14.
Penilaian
aspek
kerjasama
I
dan
kelas
eksperimen
II
dilakukan berdasarkan beberapa indikator
masing-masing sebesar 3,47 dan 3,49.
seperti aktif dalam kerja kelompok, berusaha
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa
membantu ketika ada teman yang kesulitan,
perbedaan diantara keduanya tidak terlalu
dan
dengan
jauh. Hal ini dikarenakan pihak sekolah
kesepakatan. Berdasarkan hasil observasi,
sudah membuat tata tertib yang wajib
terlihat bahwa kelas eksperimen I mem-
dipatuhi siswa. Salah satu manfaat dari
peroleh skor lebih tinggi dibandingkan kelas
penerapan
eksperimen II. Hal ini karena, kegiatan
membentuk pribadi siswa yang disiplin.
pembelajaran
Selain
melakukan
tugas
pada
sesuai
kelas
eksperimen
tata
itu,
tertib
metode
tersebut
pembelajaran
adalah
yang
menuntut siswa untuk selalu aktif dalam
digunakan sebelumnya juga sudah melatih
kerja kelompok dalam rangka menyele-
sikap disiplin siswa. Sehingga penerapan
saikan
pembelajaran
proyek.
Pembelajaran
berbasis
berbasis
tidak
terlalu
proyek juga melatih siswa dalam membagi
berkontribusi terhadap sikap disiplin siswa.
kerja kelompok dan memberikan bantuan
Dari
uraian
tersebut,
dapat
diambil
Rohayati, dkk., Kontribusi Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1561
kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran
tanggungjawab,
pemecahan
masalah,
memberikan kontribusi yang tidak signifikan
komunikasi, penga-rahan diri sendiri, dan
terhadap aspek disiplin siswa.
kreativitas (Wurdinger dan Qureshi, 2014).
Sementara pada aspek tanggung-
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan
jawab terlihat bahwa terdapat perbedaan
bahwa penerapan pembelajaran berbasis
antara
proyek
kelas
eksperimen
eksperimen II.
Adanya
I
dan
kelas
perbedaan
ini
berkontribusi
terhadap
jiwa
kewirausahaan siswa.
dilakukan menggunakan analisis perbedaan
Pada aspek komunikatif, percaya
dua rata-rata melalui uji satu pihak kanan
diri, dan ulet baik kelas eksperimen I
dengan
maupun kelas eksperimen II berada pada
taraf
signifikansi
dan
derajat
kebebasan berturut-turut adalah 5% dan 55.
kategori
Pada hasil observasi, rata-rata nilai aspek
kewirausahaan seperti (A) aspek komu-
tanggungjawab kelas ekperimen dan kelas
nikatif, (B) percaya diri, dan (C) ulet dapat
eksperimen II masing-masing sebesar 3,23
dilihat pada Gambar 3.
dan 3,39. Berdasarkan data
baik.
Hasil
penilaian
jiwa
4.00
kelas
eksperimen
I
lebih
tinggi dari kelas eksperimen II.
Hal
ini
dikarenakan
penerapan
Rata-rata
tersebut, terlihat bahwa nilai 3.00 Kelas Eksperimen I
2.00
Kelas Eksperimen II 1.00
metode 0.00
pembelajaran yang berbeda.
A B C Aspek yang dinilai
Pada kelas eks-perimen I menerapkan
meto-de
pembelajaran
berbasis
proyek.
Gambar 3. Aspek jiwa kewirausahaan
Pembelajaran berbasis proyek merupakan
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bah-
pembelajaran yang didasarkan pada proyek
wa
dengan
eksperimen I dan kelas eksperimen II pada
kegiatan
pem-belajarannya
terdapat
perbedaan
antara
kelas
berpusat pada siswa (Susilowati, 2013).
aspek
Pada kegiatan pembelajaran, siswa harus
dilakukan menggunakan analisis perbedaan
mempersiapkan
dua rata-rata melalui uji satu pihak kanan
segala
sesuatu
yang
disiplin.
Adanya
perbedaan
ini
berhubungan dengan proyek mulai dari
dengan
merencanakan proyek sampai menghasilkan
kebebasan berturut-turut adalah 5% dan 55.
produk. Pada proses inilah siswa dilatih
Pada hasil observasi, rata-rata nilai aspek
bertanggung jawab terhadap proyek yang
komunikatif kelas ekperimen I dan kelas
ditugaskan
Pembelajaran
eksperimen II masing-masing sebesar 3,07
berbasis proyek dapat menjadikan siswa
dan 3,14. Berdasarkan data tersebut, terlihat
lebih
jawab
bahwa perbedaan diantara keduanya tidak
(Susilowati, 2013). Pembelajaran berbasis
terlalu jauh. Hal ini dikarenakan pem-
proyek juga dapat melatih siswa dalam hal
belajaran yang dilakukan oleh guru kimia
oleh
mandiri
dan
guru.
bertanggung
taraf
signifikansi
dan
derajat
1562
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1556 - 1565
sudah
mengarah
aspek
pada
komunikatif
pengembangan
seperti
berbicara
berkontribusi terhadap jiwa kewirausahaan siswa.
menggunakan kalimat yang runtut dan
Sementara pada aspek ulet terlihat
mudah dipahami serta berbicara dengan
bahwa terdapat perbedaan antara kelas
keras dan lantang ketika menyampaikan
eksperimen I dan kelas eksperimen II.
pendapat
Adanya
atau
kegiatan
presentasi.
perbedaan
ini
dilakukan
Sehingga penerapan pembelajaran berbasis
menggunakan analisis perbedaan dua rata-
proyek tidak memberikan kontribusi yang
rata melalui uji satu pihak kanan dengan
signifikan terhadap aspek komunikatif.
taraf signifikansi dan derajat kebebasan
Sedangkan pada aspek percaya diri
berturut-turut adalah 5% dan 55. Pada hasil
terlihat bahwa terdapat perbedaan antara
observasi, rata-rata nilai aspek ulet kelas
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
ekperimen dan kelas eksperimen II masing-
Adanya
masing sebesar 3,14 dan 2,98. Berdasarkan
perbedaan
ini
dilakukan
menggunakan analisis perbedaan dua rata-
data
rata melalui uji satu pihak kanan dengan
eksperimen I memperoleh nilai lebih tinggi
taraf signifikansi dan derajat kebebasan
dibandingkan kelas eksperimen II. Hal ini
berturut-turut adalah 5% dan 55. Pada hasil
karena, pada pembelajaran berbasis proyek
observasi, rata-rata nilai aspek kerjasama
menuntut siswa untuk lebih aktif dalam
kelas ekperimen I dan kelas eksperimen II
setiap proses pembelajaran, sedangkan
masing-masing sebesar 3,15 dan 3,02.
peran
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa
Pembelajaran berbasis proyek juga dapat
kelas eksperimen I memperoleh skor lebih
melatih kepercayaan diri siswa, hal ini
tinggi dibandingkan kelas eksperimen II. Hal
terlihat siswa kelas eksperimen I lebih berani
ini dikarenakan siswa kelas eksperimen I
dalam mengungkapkan pendapat maupun
menggunakan
berbasis
bertanya pada saat kegiatan pembelajaraan
proyek
berlangsung. Sehingga, adanya perbedaan
proyek.
pembelajaran
Pembelajaran
berbasis
tersebut,
guru
menuntut siswa lebih sering melakukan
ini
kegiatan
presentasi
berbasis
berkaitan
dengan
khususnya proyek,
yang
mulai
dari
terlihat
hanya
menunjukkan proyek
bahwa
sebagai
bahwa
kelas
fasilitator.
pembelajaran
berkontribusi
terhadap
aspek ulet.
presentasi judul, alat dan bahan, cara kerja,
Sedangkan untuk dua aspek jiwa
perkambangan proyek, sampai presentasi
kewirausahaan yang lain seperti (A) kreatif
produk
Adanya
dan (B) inovatif kelas eksperimen I dan
kegiatan presentasi, membuat rasa percaya
eksperimen II berada pada kategori yang
diri
penjelasan
sama yaitu kategori baik. Hasil penilaian
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahawa
aspek kreatif dan inovatif dapat dilihat pada
penerapan pembelajaran berbasis proyek
Gambar 4.
diakhir
siswa
pembelajaran.
meningkat.
Dari
Rohayati, dkk., Kontribusi Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1563 pada aspek kreatif. Pem-
4.00
belajaran berbasis proyek Rata-rata
3.00
dapat
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
2.00 1.00
akti-
vitas dan keterlibatan siswa, meningkatkan serta
0.00
meningkatkan
kreativitas,
menciptakan
pem-
belajaran yang menyenang-
A B Aspek yang dinilai
kan
(Hutasuhut,
2010;
Prabowo, 2012; Wurdinger Gambar 4. Aspek jiwa kewirausahaan Berdasarkan
Gambar
4
& Qureshi, 2014; dan Sumarni, 2015).
bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada aspek
kreatif.
Adanya
perbedaan
ini
dilakukan menggunakan analisis perbedaan dua rata-rata melalui uji satu pihak kanan dengan
taraf
signifikansi
dan
derajat
kebebasan berturut-turut adalah 5% dan 55. Pada hasil observasi, rata-rata nilai aspek kreatif
kelas
ekperimen
I
dan
kelas
eksperimen II masing-masing sebesar 2,84 dan 2,79. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa kelas eksperimen memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen II. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh penerapan
metode
pembelajaran.
Pada
kelas eksperimen menggunakan pembelajaran
berbasis
proyek.
Siswa
kelas
eksperimen diminta untuk membuat produk secara memiliki
berkelompok, pengalaman
sehingga dalam
Sedangkan untuk aspek inovatif
terlihat
siswa
membuat
produk. Produk yang dibuat berupa yogurt, es krim, selai, gel rambut, permen jahe, dan susu kedelai. Sedangkan pada siswa kelas eksperimen II tidak diminta untuk membuat produk aplikasi dari koloid. Hal ini yang menyebabkan kelas eksperimen mempunyai skor lebih tinggi dari kelas eksperimen II
terlihat bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Adanya perbedaan ini dilakukan menggunakan analisis perbedaan dua rata-rata melalui uji satu pihak kanan dengan taraf signifikansi dan derajat kebebasan berturutturut adalah 5%
dan
55. Pada hasil
observasi, rata-rata nilai aspek kerjasama kelas ekperimen dan kelas eksperimen II masing-masing sebesar 2,95 dan 2,59. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa kelas eksperimen memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen II. Siswa
kelas
eksperimen diminta
untuk
membuat suatu produk. Dalam pembuatan produk, siswa dituntut untuk menghasilkan produk yang berbeda dari produk yang sudah ada. Keadaan seperti ini menuntut siswa untuk melakukan modifikasi terhadap resep atau kemasan produk yang sudah ada. Proses memodifikasi ini merupakan sikap inovatif yang dimunculkan oleh siswa, karena siswa menerima adanya perubahan dengan harapan menciptakan produk yang lebih baik. Tugas pembuatan produk juga dapat membuat siswa tertarik terhadap pembelajaran sehingga membuka pikiran untuk menciptakan produk-produk yang lain.
1564
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1556 - 1565 Berdasarkan hasil penelitian, data
Berdasarkan hasil analisis proyek
jiwa kewirausahaan siswa juga diperoleh
pada Tabel 2 terlihat bahwa semua kelom-
dari angket. Pembagian angket jiwa kewira-
pok siswa masuk dalam kategori sangat baik
usahaan dilakukan pada akhir pembelajar-
dalam melaksanakan tugas proyek. Hal ini
an, baik untuk kelas eksperimen I maupun
menunjukkan bahwa siswa bersungguh-
kelas eksperimen II. Pemberian angket pada
sungguh
kelas eksperimen bertujuan untuk mengeta-
proyek,
hui
melakukan proyek.
jiwa
kewirausahaan
siswa
setelah
dalam terlihat
melaksanakan antusias
tugas
siswa
Pada hasil
saat
analisis
mendapat pembelajaran berbasis proyek.
produk pada Tabel 2 juga terlihat semua
Rata-rata nilai jiwa kewirausahaan siswa
kelompok termasuk dalam kategori sangat
kelas eksperimen I sebesar 25,60 termasuk
baik saat menciptakan produk. Hal ini
dalam kategori sangat baik. Sedangkan
menunjukkan
rata-rata nilai jiwa kewirausahaan siswa
membuat produk dari tugas proyek. Pada
kelas eksperimen II sebesar 23,96 termasuk
saat melakukan penilaian produk dilakukan
dalam kategori baik.
dengan cara pameran. Setiap kelompok
bahwa
siswa
berhasil
Selain hasil observasi jiwa kewira-
menampilkan produknya di depan kelas,
usahaan, juga diperoleh data hasil observasi
sehingga dapat dilihat oleh kelompok lain.
proyek
proyek
Produk yang dibuat mempunyai kriteria
judul,
bentuk fisik, inovatif, pemakaian bahan
dan
baku, manfaat dari produk yang hampir
bahan, keterampilan menggunakan alat,
sama dan menarik sesuai dengan kreativitas
kesesuaian langkah kerja dan keselamatan
siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
kerja, kerjasama tim, ketepatan waktu,
cukup
penguasaan terhadap materi, penggunaan
Pembelajaran berbasis proyek merupakan
media, dan respon terhadap kritik dan
salah
saran, dan hail proyek, sedangkan penilaian
dengan melibatkan kreativitas yang ada
produk berdasarkan kriteria bentuk fisik,
dalam diri mahasiswa (Widiyatmoko dan
inovatif, pemakaian bahan baku, dan man-
Pamelasari, 2012).
dan
berdasarkan rancangan
produk. kriteria
proyek,
Penilaian menentukan
persiapan
alat
kreatif
satu
dalam
membuat
pembelajaran
yang
produk.
relevan
faat produk. Hasil penilaian proyek dan SIMPULAN
produk dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Tabel 2. Hasil penilaian proyek dan produk Kelompok
Produk
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7
Ice cream Selai nanas Permen jahe Gel rambut Yogurt Keju Susu kedelai
Penilaian Proyek Produk 39,5 14 41 16 42 16 39,5 14 40 16 38,5 14 39,3 13
diambil kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis proyek berkontribusi terhadap jiwa kewirausahaan siswa. Pada hasil observasi, terdapat
perbedaan
antara
kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II. Berdasarkan analisis deskriptif data angket jiwa kewirausahaan, rata-rata kelas eksperimen sebesar 25,60 termasuk dalam
Rohayati, dkk., Kontribusi Pembelajaran Berbasis Proyek …. kategori sangat baik. Sedangkan rata-rata nilai
jiwa
kewirausahaan
eksperimen II sebesar
siswa
kelas
23,96 termasuk
dalam kategori baik.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 2012, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Bas, G., dan Beyhan, O., 2010, Effects Of Multiple Intelligences Supported Project-Based Learning On Students’ Achievement Levels and Attitudes Towards English Lesson, International Electronic Journal of Elementary Education, Vol 2, No 3, Hal: 366-368. Bas, G., 2011, Investigating The Effects Of Project-Based Learning On Student’s Academic Achievment And Attitudes Toward English Lesson, The Online Journal of New Horizons in Education, Vol 1, No 4, Hal: 1-15. Bell, S., 2010, Project-Based Learning Of st The 21 Century, Skills For The Future, The Clearing House, Vol 83, Hal: 39-43. Cakici, Y., dan Turkmen, N., 2013. An Investigation of Effect of ProjectBased Learning Approach on Children’s Achievement and Attitude In Science, The Online Journal of Science and Technology, Vol 3, No 2, Hal: 9-17. Guo, S., dan Yang, Y. 2012, Project-Based Learning: An Effective Approach To Link Teacher Professional Development And Students Learning, Journal of Educational Technology Develpoment and Exchange, Vol 5, No 2, Hal: 41-56. Hutasuhut, S., 2010, Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan Pada Jurusan Manajemen FE UNIMED, Pebkis Jurnal, Vol 2, No 1, Hal: 196207.
1565
Johnson, C.S., dan Delawsky, S., 2013, Project Based Learning and Student Engagement, Academic Research International, Vol 4, No 4, Hal: 560570. Licht, M., 2014, Controlled Chaos, Project Based Learning, 31 March, Hal: 951. Permendikbud, 2013, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013, Jakarta: Pemendikbud. Prabowo, A., 2012, Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa atas Permasalahan Statistika pada Perkuliahan Studi Kasus dan Seminar, Jurnal Kreano, Vol 3, No 2, Hal: 1-9. Purbalaksmi, Dantes, N. dan Suhandana, A., 2013, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Seni Rupa, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4. Sudewi, G.A., Suharsono, N., dan Kirna, I.M., 2013, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Kelas X Multimedia 3 SMK Negeri 1 Sukasada, e-Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3. Sumarni, W., 2015, The Strenghts and Weaknesses of The Implementation of Project Based Learning: A Review, International Journal of Science and Research, Vol 4, No 3, Hal: 478-484. Susilowati, I., 2013, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Sistem Pencernaan Manusia, Unnes Journal of Biology Education, Vol 2, No 1, Hal: 82-90. Widiyatmoko, A. dan Pamelasari, S.D., 2012, Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengembangkan Alat Peraga Ipa Dengan Memanfaatkan Bahan Bekas Pakai, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Vol 1, No 1, Hal: 51-56.
1566
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1566 - 1574
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK BERBANTUAN E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Nur Jannatu Na’imah*, Supartono dan Sri Wardani Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek berbantuan e-learning. Penelitian ini dilakukan di suatu SMA N di Mranggen. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest and postest group design. Sampel yang digunakan sebanyak dua kelas dengan teknik cluster random sampling. Metode pengumpulan data berupa metode tes dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji t dan uji n gain. Hasil uji perbedaan rata-rata menunjukkan bahwa thitung 5,43 lebih besar dari tkritis 1,99 dengan taraf signifikansi 5%. Uji normalitas gain menunjukkan bahwa rata-rata hasil posttest mengalami peningkatan sebesar 0,57 dan 0,52 dengan kriteria sedang pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa ketercapaian indicator psikomotorik dan afektif menurut analisis deskriptif rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Menurut analisis koefisien determinasi diperoleh hasil bahwa penelitian ini berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 12,60%. Berdasarkan hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek berbantuan e-learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: hasil belajar, pembelajaran berbasis proyek, e-learning
ABSTRACT This research aims to improve student learning outcomes by applying methods project based learning assisted e-learning. The research was conducted at SMA in Mranggen. The research design was pretest and posttest group design. The sample used as much as two groups with cluster random sampling technique. The method of data collection which was utilized in this study was test and observation. Those data are analyzed using t test and normality gain. Based on the mean difference test showed tcalculated 5.43 greater than tcritical 1,99 with 5% significance level. Gain normality test showed that the posttest average increased by 0.57 and 0.52 with medium criteria at the experimental and control groups.The result of this study showed that achievement indicators psycomotor and affective according to descriptive analysis shows the average value of the experimental group better than the control group. According to the determination coefficient analysis showed that the study contributes to improving student learning outcome by 12.60%. Based on the results of the analysis concluded that the application of project based learning assisted e-learning was able to improve student learning outcomes. Keywords: learning outcomes, project based learning, e-learning
PENDAHULUAN
pengembangan IPTEK (Sastrika, et al., 2013). Pendidikan kimia sebagai salah satu
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan di berbagai bidang
kehidupan,
berkompetisi
dalam
terutama penguasaan
dapat dan
aspek pendidikan memiliki peranan penting dalam
peningkatan
mutu
pendidikan
khususnya dalam menghasilkan sumber daya manusia yang mampu berpikir kritis,
Nur Jannatu Na’imah, dkk., Penerapan Pembelajaran Berbasis ….
1567
kreatif, dan mampu mengaplikasikan ilmu
menggambarkan
pengetahuan
pembelajaran berbasis proyek berbantuan
dalam
kehidupan
sehari
hari.Seiring dengan perkembangan ilmu
e-learning
pengetahuan
belajar siswa.
dan
mendorong
teknologi,
upaya-upaya
semakin
pembaharuan
mampu
nya
dalam
menunjukkan
belajar
(Akbar,
2012).
penerapan
meningkatkan
hasil
Pelaksanaan pembelajaran khusus-
dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi proses
bahwa
pada
mata bahwa
pelajaran
kimia
pencapaian
hasil
Perkembangan teknologi informasi dapat
belajar kognitif sudah baik namun belum
meningkatkan kinerja dan memungkinkan
mengasah ketrampilan atau kemampuan
kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat,
lain siswa. Hal ini terlihat dari partisipasi
tepat dan akurat, sehingga menghasilkan
siswa
produktivitas yang tinggi. E-learning sebagai
diberikan belum mampu mengaplikasikan
media elektronik dapat membawa dampak
pengetahuan
perubahan
pembelajaran.
permasalahan dalam kehidupan nyata, serta
Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya
belum adanya aplikasi materi pembelajaran
dilakukan
secara
pada kehidupan siswa sehingga siswa
langsung tetapi juga dapat menggunakan
kurang kreatif dan terampil serta mempunyai
media
perantara
pola pikir yang monoton. Sehingga tak
sehingga suasana belajar mengajar menjadi
jarang mata pelajaran kimia kurang diminati
lebih menarik, visual dan interaktif (Nugroho,
dan dianggap sebagai salah satu disiplini
2014).
lmu yang sukar. Oleh karena itu perlu
pada
proses
dengan
tatap
elektronik
muka
sebagai
Salah satu kegiatan pembelajaran kimia
yang
efektif
masih
suatu
pasif,
untuk
materi
yang
menyelesaikan
pembelajaran
untuk
benar-bena
melengkapi metode ceramah yang dapat
rmencerminkan hakekat kimia itu sendiri
mengaktifkan siswa dan menarik minat
adalah melalui kegiatan praktikum. Secara
siswa.
umum kegiatan praktikum merupakan unjuk
pembelajaran berbasis proyek merupakan
kerja yang ditampilkan guru atau siswa
salah satu alternatif pembelajaran yang bisa
dalam
digunakan tidak hanya untuk menilai aspek
bentuk
dan
adanya
yang
demonstrasi
maupun
Project
Based
kognitif, tetapi
laboratorium
(Hayati, et al., 2013). Metode ini cukup
eksperimen
atau
proyek (Yance, 2013).
unjuk
atau
percobaan olehsiswa yang berlangsung di melalui
juga
Learning
kerja siswa
efektif dan menantang sebagai alat untuk
Hasil penelitian dengan penerapan
membelajarkan siswa secara aktif karena
Project Based Learning dapat meningkatkan
para siswa didorong untuk lebih mandiri,
aktivitas dan hasil belajar siswa (Addiin, et
dengan tidak bergantung sepenuhnya pada
al., 2014). Penerapan media pembelajaran
guru, tetapi diarahkan untuk dapat belajar
dengan e-learning berbasis edmodo blog
mandiri (Muderawan, et al., 2013). Selain
education mampu meningkatkan respons
itu, pembelajaran ini merupakan pengem-
motivasi dan hasil belajarsiswa (Wasis,
bangan
2013).
kontekstual yang efektif karena model
Beberapa
penelitian
tersebut
dari
suatu
pembelajaran
1568
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1566 - 1574
pembelajaran
berbasis
proyek
sangat
berupa
e-learning,
kurikulum,
mata
berpotensi untuk membuat pengalaman
pelajaran, guru serta jumlah jam pelajaran
belajar yang lebih menarik dimana siswa
yang sama.
dituntut untuk berpikir kreatif dan dapat
Metode pengambilan data dilakukan
bekerja secara tim atau kelompok untuk
dalam beberapa metode diantaranya adalah
membentuk
metode dokumentasi, metode tes, metode
kreativitas
siswa
dan
pengalaman belajar siswa dengan proyek
observasi
nyata.
mengungkapkan data tentang pelaksanaan Tujuan dari penelitian ini adalah (1)
untuk
mengetahui
peningkatan berbasis
proyek
metode
angket
penerapan pembelajaran berbasis proyek berbantuan e-learning materi kelarutan dan
pembelajaran
hasil kali kelarutan pada peningkatan hasil
berbantuan
e-learning
belajar siswa. Instrumen penelitian yang
terhadap hasil belajar siswa dan (2) untuk
mendukung
mengetahui
berupa (1) soal pretest – posttest
ada
untuk
tidaknya
ada
penerapan
dan
tidaknya
kontribusi
dalam
pengambilan
data pilihan
penerapan pembelajaran berbasis proyek
ganda, (2) lembar observasi aspek afektif,
berbantuan
(3) lembar observasi aspek psikomotorik,
e-learning
terhadap
hasil
belajar siswa.
dan (4) lembar angket tanggapan siswa. Data
METODE PENELITIAN
dianalisis
yang
dengan
diperoleh
kemudian
menggunakan
teknik
Penelitian ini dilakukan di siatu SMA
analisis deskriptif kuantitatif berupa uji t dan
di Mranggen pada materi kelarutan dan hasil
uji n gain. Analisis deskriptif pada lembar
kali kelarutan. Metode yang digunakan
observasi
adalah pretest and postest control group
kuantitatif berupa uji t dan uji n gain pada
design untuk membandingkan hasil pretest
rata-rata hasil kognitif siswa.
dan
angket
serta
analisis
dan post-test kelas eksperimen dan kontrol sehingga dapat diketahui kemampuan siswa yang
berkembang
secara
optimal
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah
(Listyawati, 2012). Teknik yang digunakan
dilakukan
dalam menetapkan sampel kelas adalah
peningkatan hasil belajar siswa pada aspek
teknik cluster random sampling dengan
psikomotorik,
mengambil dua dari empat kelas.Variabel
tanggapan siswa terhadap pembelajaran
bebas
berbasis proyek berbantuan e-learning. Data
yang
pembelajaran.
digunakan Pada
yaitu
kelas
model
eksperimen
penelitian
memperoleh
afektif
pada
analisis
dan
ranah
kognitif
data
serta
psikomotorik
ini
diterapkan model pembelajaran berbasis
diperoleh melalui hasil pengamatan selama
proyek berbantuan e-learning. Pada kelas
proses kegiatan belajar mengajar dengan
kontrol
menggunakan rubrik penskoran berupa (1)
dengan
diterapkan metode
proses
e-
Persiapan
learning dan variabel terikat yaitu hasil
kelompok
belajar
Penggunaan
siswa
diskusi
pembelajaran
serta
berbantuan
variabel kontrolnya
praktikum (3)
(2)
Kerjasama
Penggunaan bahan
(5)
alat
(4)
Pelaksanaan
Nur Jannatu Na’imah, dkk., Penerapan Pembelajaran Berbasis …. praktikum (6) Kebersihan tempat dan alat (7) Pembuatan
laporan.Hasil
belajar
1569
Pada kelas kontrol, hasil penilaian
ranah
ranah psikomotorik menunjukkan 2 aspek
psikomotorik pada kelas eksperimen dan
yang memiliki rata-rata sangat tinggi yaitu,
kelas kontrol ditunjukkan pada Gambar 1.
penggunaan alat praktikum dan pembuatan laporan.
Rata-rata tiap Aspek
10
Sedangkan
aspek
8
5
berikutnya
termasuk dalam kategori tinggi
6
yaitu
persiapan
praktikum,
kerjasama
4
kelompok,
penggunaan
2
bahan
pelaksanaan
praktikum,
0 A
B C Eksperimen
D E Kontrol
F
G
tempat dan alat. Hal ini disebabkan karena kelas kontrol
model
Gambar 1. Hasil penilaian psikomotorik kelas eksperimen dan kelas kontrol
kelas
eksperimen terdapat 4 aspek yang memiliki rata-rata
sangat
yaitu
yang
aspek
afektif
siswa
pada
kelas
eksperimen dan kelas kontrol mencapai 84,32% dan 79%. Presentase skor ini sudah termasuk dalam kriteria baik.
persiapan
Data penelitian pada ranah afektif ini
praktikum, penggunaan alat, penggunaan
diperoleh melalui hasil pengamatan selama
bahan dan pembuatan laporan. Sedangkan
proses kegiatan belajar mengajar dengan
3 aspek berikutnya termasuk dalam kategori
menggunakan rubrik penskoran berupa (1)
tinggi,
kelompok,
kehadiran, (2) disiplin, (3) disiplin tugas, (4)
pelaksanaan praktikum, kebersihan tempat
ketepatan waktu mengumpulkan tugas, (5)
dan alat. Hal ini disebabkan karena model
keaktifan, (6) tanggungjawab, (7) rasa ingin
pembelajaran berbasis proyek berbantuan
tahu, (8) kerjasama, (9) teliti, dan (10)
e-learning memberikan kesempatan kepada
penugasan proyek. Hasil belajar ranah
siswa untuk belajar melalui sumber yang
afektif pada kelas eksperimen dan kelas
beragam
dan
kontrol ditunjukkan pada Gambar 2.
dengan
menghasilkan
yaitu
tinggi
konvensional
jawab dan percobaan sederhana. Rerata
Berdasarkan hasil penilaian ranah menunjukkan bahwa
pembelajaran
menggunakan
dilengkapi dengan metode diskusi, tanya
nilai psikomotorik
kebersihan
kerjasama
berinovasi
secara produk
nyata yang
bermanfaat dari materi yang telah dipelajari sehingga pembelajaran memberikan kesan yang menyenangkan karena bersifat student centered.
Rata-rata tiap Aspek
1570
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1566 - 1574
8
mengerjakan
7
individu, kelengkapan dan
6
ketepatan waktu menger-
5
jakan
4
tugas
tugas,
keaktifan,
tanggungjawab,
3 2 1
ingin
tahu,
dan
teliti.
rasa
kerjasama, Hal
ini
disebabkan karena pada
0 A
B
C
D
E
F
Eksperimen
Berdasarkan hasil penilaian ranah menunjukkan
H
bahwa
kelas
eksperimen terdapat 4 aspek yang memiliki rata-rata sangat tinggi yaitu kehadiran,
proyek. Sedangkan 6 aspek berikutnya
disiplin
dalam
kategori
mengerjakan
kelengkapan
dan
mengerjakan
tinggi,
tugas
yaitu
individu,
ketepatan tugas,
waktu keaktifan,
tanggungjawab, kerjasama, dan teliti. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran berbasis
proyek
berbantuan
J
kelas
e-learning
kontrol
menggu-
nakan model
pembela-
jaran konvensional yang dilengkapi dengan metode diskusi, tanya jawab dan percobaan sederhana. Rerata nilai aspek afektif siswa pada
kelas
eksperimen
dan
kontrol
mencapai 81,34% dan 79,59%. Presentase skor ini sudah termasuk dalam kriteria baik. Rata-ratapretest
disiplin, rasa ingin tahu dan penugasan
termasuk
I
Kontrol
Gambar 2. Hasil penilaian afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol
afektif
G
dan
post-testhasil
belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 53,17 ; 47,88 dan 80,02 ; 75,03,
sehingga
menunjukkan
adanya
perbedaan rata-rata pada hasil belajar. Nilai tersebut akan digunakan pada analisis uji t (perbedaan rata-rata), uji n gain (peningkatan hasil belajar) dan uji ketuntasan hasil belajar.
Pada
uji
perbedaan
rata-rata,
siswa
diperoleh thitung sebesar 5,43 lebih besar dari
untuk berpartisipasi secara aktif terhadap
tkritis dengan derajat kebebasan 79 pada
memberikan
kesempatan
pembelajaran
yanng
kepada
melibatkan
siswa
secara dalam suatu pembelajaran sehingga mampu
memberikan
menyenangkan
dan
kesan
yang
membangkitkan
taraf signifikansi 5% sebesar 1,99. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Analisis uji normalitas gain (n-gain)
motivasi serta minat belajar siswa. Pada kelas kontrol, hasil penilaian ranah afektif menunjukkan 3 aspek yang memiliki
rata-rata
sangat
tinggi
yaitu,
kehadiran, disiplin, dan penugasan proyek. Sedangkan 7 aspek berikutnya terma-suk dalam
kategori
tinggi
yaitu
disiplin
terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar 0,57 dan 0,52 dengan kriteria
peningkatan
menunjukkan
bahwa
sedang.
Hal
peningkatan
ini hasil
belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Nur Jannatu Na’imah, dkk., Penerapan Pembelajaran Berbasis ….
1571
Pada uji ketuntasan hasil belajar,
kontrol. Berdasarkan 10 aspek yang diamati,
diperoleh thitung pada kelas eksperimen dan
rata-rata hasil belajar ranah afektif siswa
kelas kontrol sebesar 7,08 dan 2,42 dengan
kelas eksperimen sebesar 81,34 dengan
tkritis pada derajat kebebasan 40 dengan
criteria
taraf signifikansi 5% untuk kelas eksperimen
sedangkan rata-rata siswa untuk kelas
dan kelas kontrol adalah 2,021 dan 2,023.
kontrol sebesar 79,59 dengan kriteria tinggi.
Karena thitung lebih besar dari ttabel, maka baik
Pada ranah kognitif menunjukkan bahwa
kelas eksperimen dan kelas kontrol telah
setelah
mencapai ketuntasan hasil belajar dengan
penerapan pembelajaran berbasis proyek
presentase
berbantuan e-learning pada kelas ekspe-
ketuntasan
belajar
klasikal
sebesar 92,68% dan 72,50%. Hipotesis besarnya
untuk
adanya
setiap
pertemuan,
perlakuan
melalui
rimen memiliki nilai rata- rata yang lebih
untuk
pengaruh
tinggi
mengetahui
penerapan
pem-
belajaran berbasis proyek berbantuan e-
tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu sebesar 80,02 dan 75,03 untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
learning terhadap peningkatan hasil belajar
Pada dasarnya, pembelajaran ber-
siswa, digunakan rumus korelasi biserial.
basis
Dari hasil analisis data, diperoleh harga
pembelajaran yang menuntut siswa untuk
koefisien korelasi biserial sebesar 0,355
berpartisipasi
pada kategori rendah. Selanjutnya dengan
individu
menggunakan koefisien determinasi menun-
kerjasama sehingga melibatkan siswa dalam
jukkan
investigasi pemecahan masalah. Melalui
bahwa
berbasis
penerapan
proyek
memberikan
pembelajaran
berbantuan
kontribusi
e-learning
sebesar
12,60%
terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan,
hasil
secara
maupun
aktif
model
baik
berkelompok
secara melalui
pembelajaran berbasis proyek, selain hasil belajar pada ranah kognitif, kemampuan lain siswa seperti kreativitas dan motivasi belajar dapat meningkat (Pradita, et al., 2015). Hal ini yang menjadi landasan dari aspek
kelarutan dan hasil kali kelarutan pada
penilaian ranah psikomotorik selama proses
ranah psikomotorik menunjukkan bahwa
pembelajaran
nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik
bahwa siswa mampu melaksanakan setiap
daripada kelas kontrol.
Berdasarkan 7
tahapan proyek dengan baik sesuai dengan
aspek yang diamati, rata-rata hasil belajar
kriteria penilaian yang sudah ditetapkan.
ranah psikomotorik siswa kelas eksperimen
Selain itu, hasil belajar siswa pada ranah
sebesar 84,32 dengan criteria sangat tinggi
afektif menyimpulkan bahwa dari setiap
untuk setiap pertemuan, sedangkan rata-
aspek pengamatan ternyata memiliki kriteria
rata siswauntuk kelas kontrol sebesar 79,00
yang baik pada kebanyakan siswa yang
dengan kriteria tinggi. Selanjutnya, hasil
belajar dengan penerapan pembelajaran
belajar
berbasis proyek. Dalam pelaksanaannya,
pada
kimia
merupakan
materi
kimia
belajar
proyek
ranah
afektif
menunjukkan bahwa aktivitas siswa kelas
model
eksperimen
dilakukan
lebih
baik
daripada
kelas
berlangsung
pembelajaran dengan
menunjukkan
berbasis metode
proyek
percobaan
1572
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1566 - 1574
berupa proyek, demonstrasi, diskusi dan
siswa (Lukman, et al., 2015). Hal ini
tanya jawab serta ceramah. Dengan model
dibuktikan
pembelajaran
yang
belajar kimia siswa dalam ranah kognitif.
praktikum
Jika ditinjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal
mampu menjadikan siswa lebih kreatif dan
(KKM) yang ditentukan sekolah yaitu 75,
inovatif, berfikir kritis, serta mengaplikasikan
hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
materi yang didapatkan
telah mencapai KKM dibandingkan dengan
diterapkan
berbasis melalui
proyek
metode
dalam kehidupan
sehari-hari.
kelas
Berdasarkan belajar
kimia
analisis siswa
data pada
hasil
dengan
kontrol
meningkatnya
yang
belum
hasil
semuanya
mencapai KKM.
ranah
Data
analisis
tanggapan
siswa
psikomotorik, afektif dan kognitif diatas,
diperoleh melalui pengisian lembar angket
maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
setelah
dikatakan
rangka
dengan kriteria (1) menarik (2) mudah (3)
melalui
memahami
berpengaruh
peningkatan
hasil
dalam belajar
pembelajaran
materi
selesai
(4)
dilakukan
bermanfaat
(5)
pembelajaran berbasis proyek berbantuan
kreativitas (6) kejujuran (7) komunikasi lisan
e-learning. Pada ranah kognitif, perlakuan
(8)
pembelajaran berbasis proyek pada kelas
pendapat
eksperimen
untuk
kerjasama (12) kebersaman antar teman
berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi
dan (13) partisipasi aktif dapat dilihat pada
permasalahan yang diberikan dalam bentuk
Gambar 3.
membiasakan
et
al.,
2012).
Pada
pelaksanaannya,
siswa
diberikan proyek
kerangka yang
dapat
menuntun siswa dalam menemukan
solusi
masalah mampu proyek
sehingga menyelesaikan sesuai
tertulis
(10)
(9)
menghargai
tanggungjawab
(11)
120.00
Rata-rata tiap aspek
proyek nyata (Anggriani,
siswa
komunikasi
100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
Eksperimen
dengan
waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis proyek sekedar
memberikan
bukan
pengetahuan
mengenai konsep dasar kimia tetapi juga menjadikan pengetahuan itu lebih bermakna melalui
kegiatan
proyek
Gambar 3. Hasil analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran
yang
mampu
mengubah konsep yang selama ini bersifat abstrak menjadi nyata. Sehingga konsep tersebut dapat bertahan lama dalam pikiran
Dari hasil analisis angket tanggapan siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai
pembelajaran
kimia
dengan
menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek berbantuan e-learning karena lebih menyenangkan, menarik, mendorong siswa
Nur Jannatu Na’imah, dkk., Penerapan Pembelajaran Berbasis …. untuk
berinovasi,
bermanfaat
dalam
1573
DAFTAR PUSTAKA
kehidupan sehari-hari dan dapat membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan siswa dalam bertanya saat pembelajaran dan peningkatan motivasi dalam belajar. Selain itu,
siswa
merasa
dengan
adanya
pembelajaran berbasis proyek berbantuan e-learning dapat meningkatkan kecakapan dalam
bekerjasama
secara
kelompok,
berinovasi menciptakan sesuatu hal yang baru, memanfaatkan sumber belajar yang ada dan teknologi yang bermanfaat dalam dunia pendidikan.
SIMPULAN Berdasarkan pembahasan
dapat
analisis diambil
hasil
dan
kesimpulan
bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek
berbantuan
e-learning
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pada aspek kognitif menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,57 dan 0,52 dengan kriteria sedang melalui uji normalitas Gain. Selain itu, hasil belajar siswa memiliki perbedaan rata-rata yang lebih
baik
pada
kelas
eksperimen
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan adanya pengaruh pembelajaran berbasis
proyek
berbasis
e-learning
terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI sebesar 12,60%. Pembelajaran berbasis proyek berbantuan e-learning berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa baik psikomotorik, afektif dan kognitif.
Addiin, I., Redjeki, T. dan Ariani, S.R.D., 2014, Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Pada Materi Pokok Larutan Asam Dan Basa Di Kelas XI IPA 1 SMA N 2 karanganyar tahun ajaran 2013/ 2014, Jurnal Pendidikan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, Vol 3, No 4, Hal: 7-16. Akbar, S.A., 2012, Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata Pelajaran Seni Budaya Semester Ganjil Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Kediri Tahun 2011/2012, Artikel Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Anggriani, W., Ariani, S.R.D. dan Sukardjo, J., 2012, Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen dan Proyek Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Minat Berwirausaha Siswa pada Materi Destilasi Kelas X SMK N 2 sukoharjo tahun ajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, Vol 1, No 1, Hal: 80-88. Hayati, M.N., Supardi, K.I. dan Miswadi, S.S., 2013, Pengembangan Pembelajaran IPA SMK dengan Model Kontekstual Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa, Jurnal Pendidikan Program Studi IPA FMIPA UNNES Semarang, Vol 2, No 1, Hal: 53-58. Listyawati, M., 2012, Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu di SMP, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, Vol 1, No 1, Hal: 61-70.
1574
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1566 - 1574
Lukman, L.A., Martini, K.S. dan Utami, B., 2015, Efektivitas Metode Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Disertai Media Mind Mapping Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid di kelas XI IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, Vol 4, No 1, Hal: 11319. Muderawan, I.W., Siwa, I.B. dan Tika, I.N., 2013, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Pembelajaran Kimia terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol 3. Nugroho, A.A., 2014, Pengembangan Media Pembelajaran Matematika dengan Strategi Project Based Learning Berbantuan Edmodo pada Mata Kuliah Statistik Dasar, Jurnal Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas PGRI Semarang. Pradita, Y., Mulyani, B. dan Redjeki, T., 2015, Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa Pada Materi Pokok Koloid Kelas XI IPA Semester Genap Madrasah Aliyah Negeri Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, Vol 4, No 1, Hal: 8996. Sastrika, I.A.K., Sadia, I.W. dan Muderawan, I.W., 2013, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Dan Keterampilan Berpikir Kritis, eJounal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol 3.
Wasis, A.S., 2013, Penggunaan Media Pembelajaran Fisika dengan ELearning Berbasis Edmodo Blog Education Pada Materi Alat Optik untuk Meningkatkan Respons Motivasi dan Hasil belajar Siswa di SMP Negeri 4 surabaya, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol 2, No 3, Hal: 187-90. Yance, R.D., 2013, Pengaruh Penerapan Model Project Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Batipuh Kabupaten Tanah Datar, Pillar of Physics Education, Hal: 48-54.
Rohayati, dkk., Kontribusi Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1575
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK UNTUK MENGUKUR KOMPETENSI PESERTA DIDIK MATERI SENYAWA HIDROKARBON Nino Nurjananto* dan Ersanghono Kusumo Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail:
[email protected],
ABSTRAK Pada proses penilaian diperlukan instrumen penilaian yang dapat mengukur semua aspek kompetensi peserta didik yang menuntut peserta didik untuk aktif, salah satunya dengan menerapkan penilaian autentik. Subjek penelitian ini yaitu peserta didik suatu SMA di Bergas. Tujuan penelitian adalah mengembangkan instrumen penelitian autentik pada materi senyawa hidrokarbon yang valid, reliabel, dan efektif. Jenis penelitian ini adalah Research and Development. Prosedur pengembangan produk melalui tahap pendahuluan dan pengembangan. Pada tahap pendahuluan terbagi menjadi dua, yaitu studi empirik dan studi pustaka. Tahap pengembangan melalui beberapa bagian, yaitu 1) menyusun jenis instrumen, 2) validasi pakar, 3) uji coba skala kecil, 4) uji coba skala besar dan 5) implementasi produk. Pada penelitian ini disusun instrumen penilaian autentik pada materi senyawa hidrokarbon. Hasil analisis validasi pakar diperoleh nilai validasi instrumen 3,52 dengan kategori sangat baik. Hasil uji coba dan implementasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen penilaian autentik dinyatakan reliabel. Hasil analisis uji coba skala kecil menunjukkan reliabilitas instrumen sebesar 0,88 dan skala besar diperoleh sebesar 0,88. Hasil tahap implementasi diperoleh angka reliabilitas instrumen sebesar 0,86. Tingkat keefektifan instrumen pada tahap uji coba mencapai 95,67% dengan kategori sangat baik dan pada tahap implementasi mencapai 95,58% dengan kategori sangat baik. Hasil penelitian memperoleh instrumen penilaian autentik yang telah dinyatakan valid, reliabel, dan efektif. Kata kunci: Instrumen penilaian, penilaian autentik, senyawa hidrokarbon
ABSTRACT The assessment process required instruments that can measure all aspects of the competence of learners and they are actively involved in the assessment process by implementing one application of authentic assessment. The subjects is SMA in Bergas. The purpose of this research is to develop authentic research instruments to the hydrocarbon material in X grade are valid, reliable, and effective. This research is a Research and Development. Product development procedures phase through preliminary stage and development stage. Preliminary stage is divided into empirical studies and literature. Development stage is performed through several parts, 1) develop the type of instrument, 2) validation of experts, 3) small-scale trials, 4) large-scale trials and 5) the implementation of the product. In this study the type of instrument that is composed of authentic assessment instrument in hydrocarbon material. The results of the analysis of the expert validation instruments authentic assessment instrument validation value of 3.52 was obtained with a very good category. The results of the testing and implementation of this study indicate that the instrument can be declared reliable authentic assessment. The results of the analysis of smallscale trials showed reliability of the instrument was 0.88 and on a large-scale instrument reliability obtained by 0.88. The results obtained by the implementation phase of instrument reliability of the instrument was 0.86. The effectiveness of the instrument in the test phase reaches 95.67% with very good categories and at the implementation stage reached 95.58% with very good category. The results of the research and development of authentic assessment instruments have been declared valid, reliable, and effective. Keywords: assessment instruments, authentic assessment, hydrocarbon compounds
1576
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1575 - 1584 PENDAHULUAN Penilaian
hasil
menampilkan atau mengerjakan suatu tugas
belajar
harus
dilakukan dengan baik agar mendapatkan informasi yang tepat dan bermanfaat dalam perbaikan proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar
yang kurang baik meng-
akibatkan informasi yang didapatkan juga kurang tepat sehingga tidak tercapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Penilaian berperan sebagai program penilaian proses, kemajuan belajar, dan hasil belajar peserta didik (Docktor dan Heller, 2009). Dewasa ini metode
penilaian
hasil
belajar
yang
dilakukan oleh guru masih menggunakan metode penilaian dengan teknik tes saja. Metode penilaian hasil belajar dengan teknik
atau proyek. Dewasa ini sistem penilaian yang dilakukan masih berorientasi pada paper and pencil test yang hanya mengukur kompetensi pengetahuan saja (Astuti, 2012). Hasil wawancara dengan guru kimia suatu SMA Negeri di Bergas menunjukkan bahwa instrumen penilaian yang digunakan masih mengukur aspek hafalan dan pemahaman. Belum adanya instrumen penilaian yang dapat mengukur semua kompetensi peserta didik mengakibatkan kurang terpantaunya perkembangan kompetensi peserta didik selama mengikuti pembelajaran. Berdasarkan
hal
mengungkapkan kompetensi pengetahuan (Ovianti, 2013). Salah satu bentuk penilaian yang menekankan ketiga kompetensi di atas melalui
sebuah
penilaian
yang
menitik
beratkan pada proses pembelajaran bukan
Penilaian autentik sebagai kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai penilaian
yang
disesuaikan
dengan tuntutan kompetensi (Kunandar, 2013). Tujuan dari penilaian autentik adalah untuk memberikan informasi yang valid dan akurat tentang apa yang diketahui serta dapat
dilakukan
(Mundilarto,
oleh
2010).
peserta
Berbeda
didik dengan
penilaian tradisional yang cenderung hanya memilih respons yang tersedia, sedangkan dalam
penilaian
autentik
penelitian
Instrumen penilaian yang dikembangkan
dalam
penelitian
ini
adalah
instrumen penilaian autentik yang dapat mengukur semua kompetensi peserta didik pada
materi
senyawa
hidrokarbon.
Instrumen penilaian autentik yang dikembangkan yaitu lembar observasi penilaian sikap untuk mengukur kompetensi sikap,
pada hasil adalah penilaian autentik.
instrumen
dilakukan
pengembangan instrumen penilaian autentik.
tes tidak mampu mengukur semua aspek dalam belajar karena tes hanya dapat
tersebut,
peserta
didik
lembar penilaian kerja praktikum, lembar penilaian proyek, dan lembar penilaian performa presentasi dan peer assessment untuk mengukur kompetensi keterampilan, pretest
dan
posttest
untuk
mengukur
kompetensi pengetahuan. Tujuan penelitian adalah 1) Mengembangkan instrumen penilaian autentik dalam mengukur ketercapaian kompetensi peserta didik kelas X pada materi senyawa hidrokarbon,
2)
Memperoleh
instrumen
penilaian autentik yang valid, reliable dan efektif, 3) Memperoleh instrumen penilaian yang dapat mengukur kompetensi peserta didik secara berimbang baik kompetensi
Rohayati, dkk., Kontribusi Pembelajaran Berbasis Proyek …. sikap,
kompetensi
pengetahuan,
dan
kompetensi keterampilan.
1577
kimia yang digunakan di sekolah, mengkaji sarana prasarana sekolah, dan proses pembelajaran kimia. Studi literatur dengan
METODE PENELITIAN
mencari
Penelitian dilakukan di suatu SMA di
coba skala kecil, kelas X 5 sebagai subjek uji coba skala besar, dan kelas X 6 sebagai subjek uji coba tahap implementasi. Subjek uji coba yaitu peserta didik yang dipilih secara acak. Jenis penelitian termasuk Research and Development (R&D) yaitu penelitian
pengembangan
instrumen
penilaian autentik. Jenis penelitian R&D yang
digunakan
dalam
penelitian
ini,
mengacu Sugiyono (2009) yang diadaptasi sesuai dengan kebutuhan penelitian yang terdiri
atas
(1)
pendefinisian
dengan
melakukan studi pendahuluan yang meliputi
Desain menyusun
dimulai dari uji coba skala kecil, dan uji coba skala luas; (4) implementasi, merupakan tahapan
terakhir
sebelum
produk
pengembangan dipublikasikan; (5) produk jadi,
setelah
dilakukan
implementasi,
validasi, uji reliabilitas, uji keefektifan dan revisi
akhir,
maka
produk
siap
untuk
diproduksi masal dan dipublikasikan. Waktu penelitian dimulai dari bulan April sampai Juni 2014. Tahap penelitian ini dibagi menjadi
finisian meliputi dua tahapan yaitu studi lapangan, yang dilakukan untuk mendapat informasi berupa jenis instrumen penilaian
produk
instrumen
diawali
dengan
penilaian
autentik
Kemudian desain awal instrumen penilaian autentik divalidasi oleh pakar penelitian pendidikan, pakar penilaian hasil belajar, pakar bahasa, pakar kimia, dan praktisi lapangan.
Setelah
divalidasi,
instrumen
penilaian mengalami beberapa kali revisi untuk
memperbaiki
instrumen
penilaian
yang dikembangkan sehingga layak untuk diujicobakan di kelas uji coba. Perbaikan dan penyempurnaan instrumen penilaian dilakukan dengan arahan, bimbingan serta masukan dari validator. Tahap pengembangan selanjutnya yaitu develop, dilakukan pengujian kualitas instrumen dengan mengujicobakan pada skala kecil.. Perbaikan dilakukan untuk menyempurnakan
instrumen
penilaian
autentik dari kekurangan pada tahap uji coba
skala
kecil.
Kemudian
instrumen
diujicobakan pada uji coba skala besar dengan 30 peserta didik sebagai subjek uji coba.
Perbaikkan
terhadap
dilakukan
kembali
kekurangan-kekurangan
yang
masih pada instrumen. Instrumen penilaian autentik selanjutnya diimplementasikan. Data
empat tahap, yaitu pendefinisian, desain, pengembangan, dan implementasi. Pende-
kriteria
berdasar studi empirik dan studi pustaka.
studi empirik dan studi putaka; (2) desain produk dan validasi; (3) pengembangan
mengenai
pengembangan penilaian autentik.
Bergas, Kab. Semarang, Jawa Tengah dengan kelas XI IPA 1 sebagai subjek uji
referensi
kualitatif
diolah
dengan
menggunakan tenik penjumlahan sederhana kemudian
dilakukan
kategorisasi.
Untuk
mengetahui kualitas instrumen penilaian autentik reliabilitas,
maka dan
dilakukan
validasi,
keefektifan.
uji
Validitas
1578
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1575 - 1584
instrumen penilaian ditentukan dari validasi
yang berjalan juga menerapkan student
pakar.
tes
centre. Akan tetapi sistem penilaian yang
alpha-cronbach.
digunakan khususnya pada materi senyawa
Perhitungan reliabilitas lembar observasi
hidrokarbon kelas X masih berupa penilaian
penilaian sikap, lembar
penilaian kerja
trdisional yang hanya berupa tes saja belum
praktikum, lembar penilaian proyek, dan
menerapkan penilaian autentik. Perban-
lembar observasi penilaian performa pre-
dingan
sentasi
penilaian autentik yang dikembangkan pada
Perhitungan
menggunakan
reliabilitas
rumus
dan
peer
soal
assessment
meng-
gunakan rumus kesepakatan antar raters.
Efektifitas
penilaian
instrumen
subjek uji coba.
Tabel 1. Perbandingan instrumen penilaian tradisional dengan penilaian autentik Penilaian Tradisional -
Kompetensi Kompetensi sikap
HASIL DAN PEMBAHASAN Studi pustaka yang telah dilakukan memperoleh informasi bahwa hasil belajar didik
merupakan
dengan
penelitian ini dipaparkan pada Tabel 1.
penilaian dapat dilihat dari hasil respon
peserta
tradisional
Kompetensi keterampilan
-
Kompetensi pengetahuan
Soal pilihan ganda
kompetensi-
kompetensi yang diperoleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Kompetensi yang dimaksud yaitu kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi
Penilaian Autentik Lembar observasi penilaian sikap Lembar observasi performa presentasi dan peer assessment Lembar penilaian proyek Lembar penilaian kerja praktikum Soal pretest dan posttest
keterampilan. Masing-masing kompetensi perlu
untuk
melalui
dipantau
panduan
perkembangannya
instruksi
dari
sebuah
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa proses penilaian tradisional yang
proses penilaian (Palm, 2008). Sehingga
dilakukan di sekolah, subjek
proses penilaian harus mencakup ketiga
hanya mengukur kompetensi pengetahuan
kompetensi tersebut. Salah satu instrumen
saja padahal hasil belajar peserta didik
penilaian
meliputi ketiga kompetensi. Belum adanya
yang
kompetensi
menekankan
tersebut
adalah
ketiga instrumen
penilaian autentik. Hasil
studi
instrumen
untuk
mengukur
penelitian
kompetensi
sikap dan keterampilan mengakibatkan tidak empirik
dengan
terpantaunya
perkembangan
kompetensi
observasi pada subjek penelitian didapatkan
sikap
bahwa lingkungan sekolah subjek penelitian
Berbeda dengan penilaian autentik yang
yang jauh dari keramaian membuat iklim
dapat mengukur ketiga kompetensi peserta
yang kondusif untuk menunjang proses
didik sesuai dengan kebutuhan. Proses
pembelajaran. Fasilitas dalam setiap ruang
penilaian
kelas sangat menunjang keberlangsungan
melibatkan peserta didik sebagai subjek
proses pembelajaran. Proses pembelajaran
pembelajaran. Peran aktif peserta didik
dan
keterampilan
yang
peserta
dilakukan
juga
didik.
tidak
Rohayati, dkk., Kontribusi Pembelajaran Berbasis Proyek …. dalam
proses
penilaian
1579
menjadikan
memberikan dampak positif bagi peserta
penilaian yang dilakukan transparan dan
didik yaitu memotivasi peserta didik dalam
dapat menghindari subjektifitas (Amo, 2011).
meningkatkan hasil belajarnya. Penilaian
Berdasarkan Tabel 1, maka ran-
teman sejawat membantu per-kembangan
cangan instrumen penilaian autentik sudah
rasa saling menghargai dan hubungan antar
mewakili penilaian masing-masing kom-
pribadi pada internal kelas (Yanbin dan Min,
petensi.
2005).
Penilaian
autentik
mampu
Penelitian
ini
juga
memberikan
membantu guru dalam melakukan penilaian
pelatihan kepada peserta didik tentang
hasil belajar peserta didik yang mencakup
kesadaran diri untuk belajar dari kesuksesan
kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan
dan
sikap (Purwanti, 2013). Lembar observasi
Penggunaan penilaian teman sejawat dapat
penilaian
menggunakan
mengembangkan kesadaran peserta didik
sistem penyekoran melalui rubrik. Lembar
untuk bertanggung jawab terhadap proses
observasi ini menunjukkan kompetensi sikap
belajarnya dan meningkatkan kesadaran diri
dari peserta didik selama mengikuti proses
tentang apa yang perlu mereka ketahui
pembelajaran. Kompetensi sikap yang dinilai
(Syahrul, 2009).
sikap
disusun
kekurangan
peserta
didik
lainnya.
antara lain jujur, disiplin, tanggungan jawab,
Lembar penilaian proyek terdiri atas
toleransi, sopan dan santun, gotong royong,
4 aspek yaitu kesuaian tema dan judul,
dan
dikembangkan
penggunahan bahan acuan yang relefan,
kedalam 10 aspek pada lembar observasi
kerincian analisis, dan laporan. Proses
penilaian sikap. Rubrik lembar observasi
pengambilan data pada lembar penilaian
penilaian sikap terdiri atas 10 aspek dengan
proyek menggunakan rubrik, dilakukan oleh
menggunakan skala 1 hingga 3. Kompetensi
dua mahapeserta didik dan satu guru
sikap juga bagian terpenting dalam suatu
sebagai pengamat. Rubrik berfungsi untuk
penilaian.
observasi
mengenal pasti pencapaian pelajar (Peirce,
penilaian sikap akan memacu peserta didik
2006). Oleh karena itu, rubrik dijadikan
dalam
suatu alat penilaian yang sangat hebat
percaya
selama
diri
Adanya
yang
lembar
mengoptimalkan proses
sikap
pembelajaran
mereka (Qomari,
2008).
dalam
pengajaran
maupun
penilaian.
Adanya rubrik lembar penilaian proyek Lembar observasi performa presen-
dengan menggunakan beberapa indikator
tasi merupakan instrumen penilaian autentik
berpengaruh
yang
suatu
dapat
mengukur
kompetensi
besar
instrumen
terhadap
(Frey,
melalui
et
al.,
2012).
keterampilan. Proses penilaian pada lembar
Penilaian
observasi performa presentasi dan peer
penilaian
assessment mengharuskan peserta didik
pengamat
mengkomunikasikan hasil diskusi kelom-
dilakukan setelah peserta didik diberikan
poknya dalam diskusi kelas. Pengamatan
tugas
juga dilakukan oleh teman sejawat sebagai
senyawa
peer assessment. Penilaian teman sejawat
sehari-hari. Lembar penilaian proyek yang
yang
rubrik
reliabilitas
dilakukan
menjadi
proyek
oleh
terarah.
berupa
hidrokarbon
menjadikan
Penilaian
laporan dalam
para
analisis
kehidupan
1580
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1575 - 1584
disusun secara transparan dapat mening-
peserta didik dalam suatu proses belajar
katkan kompetensi keterampilan peserta
mengajar.
didik dalam membuat tugas sebaik–baiknya (Rahayu, 2012).
Pengujian kualitas instrumen dilakukan melalui validasi pakar dan uji
Lembar penilaian kerja praktikum
reliabilitas. Validasi yang dilakukan yaitu
juga merupakan salah satu instrumen untuk
validasi isi dari instrumen penilaian autentik.
mengukur kompetensi keterampilan. Proses
Hal ini menunjukkan bahwa validasi pakar
pengambilan data pada lembar penilaian
menjadi bagian yang penting untuk memulai
kerja
dua
pengembangan (Ovianti, 2013). Instrumen
sebagai
penilaian autentik dinyatakan valid apabila
pengamat. Peserta didik secara berke-
nilai rata-rata skor hasil validasi mencapai
lompok melakukan praktikum identifikasi
kategori baik atau sangat baik. Revisi
unsur–unsur
dilakukan untuk perbaikan instrumen yang
praktikum
mahasiswa
dan
dilakukan satu
penyusun
oleh
guru
senyawa
hidro-
karbon dan pengamat bertugas menilai
dikembangkan
selama
aktifitas yang dilakukan peserta didik. Hasil
Revisi instrumen penilaian autentik dila-
pengembangan lembar penilaian ini ter-
kukan dibawah bimbingan dan arahan pakar
susun di dalam rubrik yang terdiri atas 5
sebagai
aspek. Keseluruhan aspek dalam lembar
validasi pakar untuk instrumen penilaian
penilaian kerja praktikum adalah untuk
autentik dapat dilihat pada Tabel 2.
validator.
proses
Hasil
validasi.
analisis
tahap
mengukur keterampilan peserta didik saat Tabel 2. Hasil analisis validasi pakar instrumen penilaian autentik Rata-Rata Instrumen Kategori Skor Lembar observasi penilaian sikap 3,50 Sangat baik Lembar penilaian kerja praktikum 3,35 Sangat baik Lembar penilaian proyek 3,55 Sangat baik Lembar observasi penilaian 3,60 Sangat baik performa presentasi dan peer assessment 3,60 Sangat baik Soal pretest dan posttest 3,52 Sangat baik Skor rata – rata pretest dan
melakukan kegiatan laboratorium. Semakin jelas panduan penilaian kerja, semakin me-motivasi peserta didik dalam menca-pai nilai yang optimal (Keppell, et al., 2006). Penilaian aspek kompetensi pengetahuan menggunakan soal uraian yaitu
posttest. Soal tersebut dilengkapi dengan
Berdasarkan Tabel 2, skor rata-rata
kisi-kisi soal dan panduan penilaiannya.
yang didapatkan dari hasil analisis validasi
Pretest dan posttest masing–masing terdiri
pakar yaitu 3,52 yang termasuk pada
atas 5 soal uraian. Materi pretest dan
kategori sangat baik. Hal ini menyatakan
posttest adalah senyawa hidrokarbon kelas
bahwa instrumen penilaian autentik yang
X. Instrumen soal pretest dan posttest dapat
dikembangkan
mengukur kompetensi pengetahuan peserta
yang dikembangkan dapat mengukur ketiga
didik
aspek
dalam
memahami
suatu
materi
pembelajaran (Kunandar, 2013). Instrumen ini dapat dijadikan pedoman keberhasilan
yaitu
pengetahuan.
valid.
sikap,
Artinya,
instrumen
keterampilan
dan
Rohayati, dkk., Kontribusi Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1581
Kualitas instrumen juga ditentukan
penilaian autentik juga dilakukan pada tahap
melalui uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas
uji coba skala besar. Pengujian reliabilitas
instrumen
posttest
dilakukan pada semua instrumen penilaian
alpha-cronbach
autentik. Hasil analisis reliabilitas instrumen
(Suharsimi, 2012). Sedangkan instrumen
penilaian autentik pada tahap uji coba skala
yang menggunakan tenik non tes, pengujian
besar dipaparkan pada Tabel 4.
soal
pretest
menggunakan
dan
rumus
reliabiltasnya meng-gunakan rumus kesepakatan
antar
raters
(Azwar,
Tabel 4. Reliabilitas instrumen penilaian autentik tahap uji coba skala besar
1999).
Instrumen penilaian autentik dinyatakan
reliabel
reliabilitas
masing-masing
komponen instrumen memiliki nilai
alpha
di
atas
0,70
(Sugiyono, 2010). Pengujian reliabilitas instrumen penilaian autentik
Lembar penilaian proyek Lembar penilaian kerja praktikum Lembar observasi penilaian performa persentasi dan peer assessment Lembar observasi penilaian sikap Soal pretest kompetensi pengetahuan Soal posttest kompetensi pengetahuan Rata – rata nilai alpha
dilakukan pada tahap uji coba skala kecil, skala
besar,
dan
juga
Nilai alpha 0,95 0,91 0,90
Instrumen
apabila
pada
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel
0,96 0,79 0,80 0,88
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat
tahap
hasil reliabilitas instrument penilaian autentik
implementasi. Pada tahap uji coba skala
pada tahap uji coba skala besar me-
kecil hanya pada instrumen soal pretest dan
nunjukkan rata–rata nilai alpha sebesar 0,88.
posttest. Hasil analisis reliabilitas instrumen
Hasil
tahap uji coba skala kecil disajikan pada
instrumen
Tabel 3.
mengukur semua aspek yang peserta didik
Tabel 3. Reliabilitas instrumen penilaian autentik tahap uji coba skala kecil Nilai Instrumen Keterangan alpha Soal pretest kompetensi 0,89 Reliabel pengetahuan Soal posttest kompetensi 0,87 Reliabel pengetahuan
ketahui dan yang peserta didik lakukan
Berdasarkan Tabel 3, nilai alpha
tersebut
penilaian
dapat
digunakan
menyatakan bahwa instrumen soal pretest dan posttest reliabel karena reliabilitasnya lebih dari 0,70. Sehingga instrumen soal pretest dan posttest dapat dilanjutkan untuk penelitian. Pengujian reliabilitas instrumen
untuk
melanjutkan
penelitian. Pengujian
reliabilitas
instrumen
penilaian autentik juga dilakukan pada tahap
instrumen
dapat
dapat
coba skala besar dinyatakan reliabel dan
sebesar
tersebut
autentik
instrumen penilaian autentik pada tahap uji
implementasi.
Hal
bahwa
(Mueller, 2005). Berdasarkan Tabel 4, maka
soal pretest sebesar 0,89 dan posttest 0,87.
menunjukkan
Hasil penilaian
analisis
reliabilitas
autentik
implementtasi disajikan pada Tabel 5.
tahap
1582
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1575 - 1584
Tabel 5. Reliabilitas instrumen penilaian autentik tahap implementasi Instrumen Lembar penilaian proyek Lembar penilaian kerja praktikum Lembar observasi penilaian performa presentasi dan peer assessment Lembar observasi penilaian sikap Soal pretest kompetensi pengetahuan Soal posttest kompetensi pengetahuan Rata – rata nilai alpha
Nilai Alpha 0,88
Keterang an Reliabel
0,87
Reliabel
0,88
Reliabel
0,93
Reliabel
0,79
Reliabel
0,80 0,86
Reliabel Reliabel
Tabel 6. Data hasil angket respon subjek uji coba skala besar Analisis Jawaban Respon Sangat Setuju Respon Setuju Respon Tidak Setuju Respon Sangat Tidak Setuju Angket
Banyak Responden 248
Jumlah Nilai 992
46
138
6
12
-
-
respon
disusun
untuk
mengetahui tanggapan terhadap proses pembelajaran yang menggunakan instrumen penilaian autentik. Berdasarkan Tabel 6, responden terbanyak memberikan respon pada kategori sangat setuju, dan tidak ada satu pun responden yang menyatakan
Berdasarkan
Tabel
seluruh
respon sangat tidak setuju. Persentase
instrumen mendapatkan nilai alpha di atas
keefektifan instrumen mencapai 95,67%
0,70. Hasil reliabilitas instrumen penilaian
dengan kategori sangat baik. Hasil angket
autentik tahap implementasi menunjukkan
menunjukkan tanggapan positif diberikan
rata–rata nilai alpha sebesar 0,86. Hal
oleh subjek uji coba terhadap instrumen
tersebut menunjukkan bahwa instrumen
penilaian autentik yang diterapkan dalam
penilaian autentik pada tahap implementasi
proses pembelajaran.
Hasil
5,
dinyatakan
reliabel.
perhitungan
reliabilitas
digunakan
untuk
keajegan
instrumen
sehingga
mengukur dapat
Tabel 7. Data hasil angket respon subjek uji coba tahap implementasi
dibandingkan antar waktu untuk mengetahui perkembangan hasil belajar yang dicapai (Mardapi, 2012). Tingkat
keefektifan
instrumen
ditentukan dari hasil angket respon subjek uji coba penelitian dan pengembangan. Uji keefektifan ini juga dilakukan di uji coba
Analisis Jawaban Respon Sangat Setuju Respon Setuju Respon Tidak Setuju Respon Sangat Tidak Setuju
Banyak Responden 252
Jumlah Nilai 1008
43
129
5
10
-
-
skala besar dan tahap implementasi. Hasil
Hasil angket respon peserta didik
angket respon subjek uji coba skala besar
tahap implementasi yang dipaparkan pada
dipaparkan pada Tabel 6, sedangkan hasil
Tabel 7 menyatakan tingkat keefektifan
angket
instrumen
respon
subjek
uji
coba
tahap
implementasi dapat dilihat pada Tabel 7.
mencapai
95,58%
dengan
kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan instrumen
penilaian
autentik
direspon
Rohayati, dkk., Kontribusi Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1583
sangat baik oleh peserta didik. Adanya
Instrumen
penilaian autentik dapat meningkatkan minat
mengukur kompetensi peserta didik mata
peserta
pelajaran kimia materi senyawa hidrokarbon
didik
dalam
mengikuti
proses
penilaian
autentik
masing-masing
dapat
pembelajaran. Transparansi dalam proses
dengan
kompetensi
penilaian autentik menjadikan peserta didik
menggunakan instrumen yang berbeda-
ikut aktif dalam penilaian sehingga terpacu
beda sesuai dengan kebutuhan.
untuk meningkatkan minat belajarnya (Astuti, 2012). Produk
penelitian
ini
beberapa kendala antara lain tidak semua komponen
instrumen
penilaian
autentik
yang dikembangkan dapat digunakan di semua sekolah karena fasilitas dari masingmasing
sekolah
berbeda-beda.
Sekolah
dengan fasilitas yang memadai tentu tidak akan jadi masalah namun sekolah dengan fasilitas yang kurang memadai terutama pada kondisi laboratorium akan berbeda pelaksanaannya.
Penelitian
ini
mengembangkan produk menjadi beberapa komponen
dalam
instrumen
penilaian
autentik dengan tujuan bisa digunakan semudah
mungkin.
Contohnya
pada
penilaian kompetensi keterampilan, bagi sekolah dengan fasilitas laboratorium yang kurang
atau
bahkan
belum
memiliki
laboratorium dapat memilih alternatif lain dalam
melakukan
penilaian
kompetensi
keterampilan yaitu menggunakan lembar penilaian proyek dan lembar observasi penilaian performa presentasi dan peer
Amo, E., 2011, Self, Peer, and Teacher Assessment as Active Learning, Journal of International Studies, Vo 18, No 1, Hal: 41-47. Astuti,
W. P, 2012, Pengembangan Instrumen Asesmen Autentik Berbasis Literasi Sains pada Materi Sistem Ekskresi, Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, Vol, 41, No 1, Hal: 40-43.
Azwar, S., 1999, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Docktor, J. dan Heller, K., 2009, Robust Assessment Instrument for Student Problem Solving, Prosiding the NARST 2009 Annual Meeting, Minnesota university. Frey, B. B., Schmitt, V.L., dan Allen, J.P., 2012, Defining Authentic Classroom Assessment, Journal of Practical Assessment, Research dan Evaluation, Vol 17, No 2, Hal: 1-18. Keppell, M., Au, E., Ma, A. dan Chan, C., 2006, Peer Learning And Learning Oriented Assessment In Technology Enhanced Environments, Journal of Assessment dan Evaluation in Higher Education, Vol 31, No 4, Hal: 453 – 464. Kunandar, 2013, Penilaian Autentik, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
assessment.
Mardapi, D., 2012, Pengukuran Penilaian Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: Nuha Medika.
SIMPULAN Instrumen penilaian autentik yang dikembangkan telah teruji valid dan reliabel. Sedangkan
DAFTAR PUSTAKA
menemui
respon
subjek
uji
coba
menunjukkan instrumen tersebut efektif.
Mueller, J., 2005, The Authentic Assessment Toolbox, Enhancing Student Learningthrough Online Faculty Development, Vol 1, No 1, Hal: 1-7.
1584
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1575 - 1584
Mundilarto, 2006, Authentic Assessment Sebagai Sarana Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja Ilmiah Peserta Didik, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Vol 1, No 1, Hal: 1-8. Ovianti,
M., 2013, Pengembangan Instrumen Penilaian Autentik Pada Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika Materi Persamaan Garis Lurus di Kelas VIII SMP Berdasarkan Standar KTSP, Jurnal Edumatica, Vol 3, No 1, Hal: 1-10.
Palm, T., 2008, Performance Assessment and Authentic Assessment: A Conceptual Analysis Of The Literature, Journal of Practical Assessment, Research dan Evaluation, Vol 13, No 4, Hal: 1 – 11. Peirce, W., 2006, Designing Rubric for Accessing Higher Order Thinking, Journal of Afacct Howard Community College, Vol 58, No 2, Hal: 1-14. Purwanti, A., 2013, Hakekat Asesmen Autentik Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Biologi, Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, Vol 1, No 1, Hal: 10-21. Qomari, R, 2008, Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif, Jurnal Insania, Vol 13, No 1, Hal: 87-109.
Rahayu, D. S, 2012, Pengembangan Perangkat Penilaian Proyek Berbahasa Inggris pada Materi Skala, Jurnal Mathedunesa, Vol 1, No 1, Hal: 1-7. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2010, Statistika untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta. Suharsimi, A, 2012, Dasar–dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Bumi Aksara. Syahrul, 2009, Keefektifan Penerapan Model Asesmen Autentik Terintegrasi dalam Pembelajaran Praktikum pada Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Jurnal Media Edukasi Pendidikan Teknologi dan Kejuaran, Vol 2, No 1, Hal: 1-9. Yanbin T, dan Min L., 2005, Peer and Self Assessment to Reveal the Rangking of Each Individual’s Contribution To A Group Project, Journal of Informatian Systems Education, Vol 16, No 2, Hal: 197-206.
Ita Masithoh Wikhdah, dkk., Pengembangan Modul Larutan Penyangga Berorientasi ….
1585
PENGEMBANGAN MODUL LARUTAN PENYANGGA BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) UNTUK KELAS XI SMA/MA Ita Masithoh Wikhdah*, Sri Susilogati Sumarti, Sri Wardani Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dirancang dengan desain Research and Development yang diadaptasi dari model pengembangan pengajaran Sugiyono yang termodifikasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelayakan, keefektifan, dan tanggapan siswa dan guru terhadap modul larutan penyangga berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) yang dikembangkan. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, angket, tes, dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Secara kuantitatif, data hasil penelitian dianalisis dengan cara menghitung rerata skor dan menentukan kriteria pada interval kelas tertentu. Hasil analisis menunjukkan bahwa modul memperoleh skor validasi sebesar 3,24 sehingga dinyatakan valid, modul dinyatakan efektif karena penumbuhan minat wirausaha siswa dalam kriteria tinggi dengan skor 3,07 dan peningkatan pemahaman konsep siswa sebesar 0,65 dalam kriteria sedang. Selain itu, data angket menunjukkan bahwa modul dinyatakan mendapat respon baik dari penggunanya. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa modul larutan penyangga berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) dinyatakan valid, efektif, dan dapat diterima dengan baik oleh pengguna sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa yang mampu meningkatkan pemahaman konsep dan menumbuhkan minat wirausaha siswa. Kata Kunci: chemoentrepreneurship (cep), larutan penyangga, pengembangan modul
ABSTRACT This study was designed with a Research and Development, which was adapted from the model of development Sugiyono teaching has been modified. This study aims to determine the feasibility, effectiveness, and student and teacher responses to the buffer solution-oriented modules chemoentrepreneurship (CEP). Collecting data using interviews, observations, questionnaires, tests, and documentation. Data were analyzed by descriptive quantitative. In quantitative terms, the data were analyzed by calculating the mean scores and determining the criteria at intervals of a certain class. The analysis showed that the module validation scored 3.24 that is valid, the module is declared effective because of growing interest in entrepreneurial students in high criteria with a score of 3.07 and increase students' understanding of concepts of 0.65 in the criteria. In addition, questionnaire data indicate that the module is declared received good response from the users. Based on the results of data analysis can be concluded that the buffer solution-oriented modules chemoentrepreneurship (CEP) is valid, effective, and well received by the user so that it can be used as a source of student learning that can improve understanding of concepts and foster interest in entrepreneurship students. Keywords: chemoentrepreneurship (CEP), development, module buffer solution
PENDAHULUAN
dan membentuk watak serta peradaban
Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan
kemampuan
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa, agar menjadi
manusia
yang
beriman
dan
1586
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1585 - 1595
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(CEP) yang dikaitkan dengan objek nyata,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
maka diharapkan pula siswa akan menjadi
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
lebih paham terhadap pelajaran kimia yang
yang demokratis serta bertanggung jawab.
cenderung
Oleh karena itu perkembangan di bidang
kesempatan
pendidikan pada hakikatnya mencerdaskan
mengoptimalkanpotensinya
dan meningkatkan kualitas sumber daya
menghasilkan produk. Bila siswa sudah
manusia. Hal ini dapat tercapai salah
terbiasa
satunya
pem-
demikian, tidak menutup kemungkinan sikap
pada
wirausaha siswa akan tumbuh (Supartono,
dengan
belajaran.
meningkatkan
Pembelajaran
sains
hakikatnya terdiri atas produk, proses, dan
dan
pemecahan
masalah
dan
pada
dengan
memberi
siswa
untuk agar
kondisi
belajar
yang
et al., 2009).
sikap yang menuntut siswa melakukan penemuan
abstrak
Materi larutan penyangga sangat tepat
bila
dikembangkan
dengan
(Widyaningrum, et al., 2014). Penggunaan
berorientasi pada chemoentrepreneurship
bahan
(CEP),
ajar
merupakan
salah
satu
mengingat
banyak
larutan
pemanfaatan media dalam sebuah proses
penyangga yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran. Modul adalah bahan ajar
pembuatan produk. Modul materi larutan
cetak
penyangga
yang
fasilitator
dapat
digunakan
menyampaikan
materi
sebagai dalam
berorientasi
chemoentrepre-
neuship (CEP) selain dapat meningkatkan
proses pembelajaran. Penggunaan modul
pemahaman
konsep,
sebagai bahan ajar mempermudah siswa
menumbuhkan
untuk memahami materi kimia yang abstrak
meningkatkan keterampilan dalam kegiatan
menjadi konkrit (Mansyur, et al., 2012).
inovatif
Untuk memaksimalkan modul maka modul
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP)
dirancang dengan desain yang berwarna
dapat dijadikan sebagai salah satu upaya
dan bergambar agar siswa lebih tertarik
mengurangi pengangguran akibat adanya
untuk mempelajari materi.
aspek kewirausahaan dalam pendidikan
dan
minat
modul
ini
dapat
wirausaha
kewirausahaan.
dan
Modul
Modul berorientasi chemoentrepre-
(Askun dan Yildirim, 2011). Selain itu
neurship (CEP) merupakan modul yang
chemoentrepreneurship (CEP) dapat mem-
dapat mengembangkan keterampilan siswa.
bantu siswa memperoleh keterampilan dan
Modul
(CEP)
pengetahuan yang sangat penting untuk
dikembangkan dengan mengaitkan lang-
pengembangan pola pikir kewirausahaan,
sung pada obyek nyata atau fenomena di
karena
sekitar
pertumbuhan ekonomi (Guardia, et al.,
chemoentrepreneurship
kehidupan
manusia.
Modul
ini
memungkinkan siswa dapat mempelajari
wirausaha
dapat
meningkatkan
2014).
proses pengolahan suatu bahan menjadi
Berdasarkan hasil observasi peneliti
produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi
selama PPL di suatu MAN di Magelang
dan memotivasi untuk wirausaha. Dengan
menunjukkan bahwa tahun 2014 hanya 62
modul berorientasi chemoentrepreneurship
dari
303
siswa
yang
melanjutkan
ke
Ita Masithoh Wikhdah, dkk., Pengembangan Modul Larutan Penyangga Berorientasi ….
1587
perguruan tinggi, berarti lebih dari 50%
sehingga minat wirausaha siswa dapat
siswa tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
tumbuh.
Hal itu terjadi karena adanya faktor ekonomi
Rumusan masalah dalam penelitian
keluarga siswa Suatu MAN di Magelang.
ini, antara lain: 1)apakah modul yang
Lembaga Pendidikan Sekolah Menengah
dikembangkan
Atas (SMA) bertujuan mempersiapkan siswa
sumber belajar yang berorientasi chemo-
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
entrepreneurship (CEP)?, 2) apakah modul
yang lebih tinggi. Namun kenyataannya
yang dikembangkan efektif menumbuhkan
banyak
minat
siswa
SMA
yang
tidak
dapat
valid
wirausaha
digunakan
dan
sebagai
meningkatkan
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
pemahaman konsep siswa? , 3) bagaimana
lebih
tanggapan guru dan siswa terhadap modul
tinggi
sehingga
berpotensi
untuk
menjadi pengangguran. Maka perlu adanya
larutan
upaya mempersiapkan lulusan SMA untuk
entrepreneurship
(CEP)?.
memenuhi lapangan kerja (Supartono et al.,
bertujuan
mengetahui
2009). Salah satu upaya perlu adanya
keefektifan, dan tanggapan siswa dan guru
pembelajaran yang dapat mengembangkan
terhadap modul materi larutan penyangga
keterampilan siswa yaitu pembelajaran yang
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP)
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP).
untuk meningkatkan pemahaman konsep
Data observasi peneliti menunjukkan
bahwa
tidak
memanfaatkan
banyak
serta
guru
dan
LKS
selama proses pembelajaran yang diperoleh dari
penerbit.
kondisi
siswa
Kekurangsesuaian dengan
yangterdapatdalambahan
tujuan ajar
lain
antara materi yang
diperoleh dari penerbit dapat diatasi dengan mengembangkan bahan bahan ajar berupa modul oleh guru. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan modul larutan penyangga berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) yang
dapat
membantu
memberikan
informasi yang lebih jelas dan sistematis kepada siswa dan pada akhirnya dapat dijadikan
sumber
belajar
mandiri
Penelitian
ini
kelayakan,
METODE PENELITIAN
mengembangkan
paket
chemo-
yang
an materi pembelajaran.. Guru lebih banyak buku
untuk
berorientasi
siswa dan menumbuhkan minat wirausaha.
bahan ajar khususnya sebagai penyampai-
mempergunakan
penyangga
yang
mampu menampilkan kompetesi tertentu
Penelitian ini dilaksanakan di Suatu MAN di Magelang tahun pelajaran 20142015.
Desain
pengembangan
yang
digunakan untuk mengembangkan modul larutan
penyangga
berorientasi
chemo-
entrepreneurship (CEP) dalam penelitian ini adalah desain yang diadaptasi dari model pengembangan pengajaran yang didesain Sugiyono
yang
termodifikasi
(Sugiyono,
2010), meliputi: 1) Identifikasi potensi dan masalah; 2) pengumpulan data; 3) desain produk; 4)validasi desain; 5) revisi desain; 6) uji coba produk skala kecil; 7) revisi produk; 8) uji coba produk skala luas; 9) revisi produk; 10) laporan penelitian. Teknik digunakan
pengumpulan
yaitu
data
wawancara
yang untuk
1588
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1585 - 1595
identifikasi potensi dan masalah; lembar
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP);
angket untuk analisis keterbacaan, minat
3) hasil validitas desain modul larutan
wirausaha,
penyangga
tanggapan
siswa,
dan
berorientasi
chemoentre-
tanggapan guru; lembar observasi untuk
preneurship (CEP) oleh ahli sebagai uji
analisis sikap wirausaha siswa; dan tes
kelayakan; 4) keefektifan modul larutan
evaluasi
penyangga
untuk
analisis
peningkatan
berorientasi
chemoentre-
Instrumen
preneurship (CEP) terhadap pemahaman
penelitian yang digunakan sebelumnya telah
konsep siswa dan minat wirausaha; 5)
divalidasi oleh ahli. Instrumen pelaksanakan
tanggapan
penelitian meliputi silabus, RPP, lembar
pembelajaran menggunakan modul larutan
validasi
penyangga
pemahaman
konsep
modul,
siswa.
lembar
angket
keter-
bacaan,lembar angket penilaian diri minat wirausaha,
lembar
observasi
siswa
serta
guru
berorientasi
terhadap
chemoentre-
preneurship (CEP).
sikap
Berdasarkan hasil observasi peneliti
wirausaha, lembar angket tanggapan siswa
menunjukkan bahwa tahun 2014 ada 62 dari
dan guru, dan soal evaluasi pemahaman
303 siswa yang melanjutkan ke perguruan
konsep siswa.
tinggi, berarti lebih dari 50% siswa tidak
Analisis data hasil penelitian menggunakan
teknik
deskriptif
kuantitatif.
melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal itu terjadi
karena
adanya
keluarga
modul larutan dinyatakan valid jika rerata
Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki
skor hasil validasi sekurang-kurangnya 2,5.
tujuan
Modul
berorientasi
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
chemoentrepreneurship (CEP) dinyatakan
lebih tinggi. Namun kenyataannya banyak
efektif jika peningkatan pemahaman konsep
siswa SMA yang tidak dapat melanjutkan ke
siswa sekurang-kurangnya dalam kriteria
jenjang
sedang dan sekurang-kurangnya 70% siswa
sehingga
dalam kriteria kuat dan sangat kuat minat
pengangguran. Maka perlu adanya upaya
wirausaha.
mempersiapkan
penyangga
Selain
penyangga
itu,
modul
berorientasi
larutan
Lembaga
ekonomi
Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu
larutan
siswa.
faktor
mempersiapkan
pendidikan
siswa
yang
berpotensi
Pendidikan
lebih
untuk
lulusan
untuk
tinggi menjadi
SMA
untuk
chemoentre-
memenuhi lapangan kerja (Supartono, et al.,
preneurship (CEP) mendapatkan respon
2009). Salah satu upaya perlu adanya
positif dari pengguna (guru dan siswa).
pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil modul
penelitian
larutan
pengembangan
penyangga
berorientasi
chemoentrepreneurship (CEP) ini meliputi 1) hasil identifikasi potensi dan masalah; 2) desain
modul
larutan
penyangga
Pembelajaran
yang
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) dikembangkan
dengan
mengaitkan
langsung pada obyek nyata atau fenomena di sekitar kehidupan manusia. Pembelajaran ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi
Ita Masithoh Wikhdah, dkk., Pengembangan Modul Larutan Penyangga Berorientasi …. dan
memotivasi
untuk
Pembelajaran chemoentrepreneurship dikaitkan
dengan
wirausaha.
dengan tujuan materi yang terdapat dalam
berorientasi
LKS atau bahan ajar lain yang diperoleh dari
(CEP)
yang
dapat
diatasi
dengan
mengembangkan bahan bahan ajar berupa
diharapkan pula siswa akan menjadi lebih
modul oleh guru. Modul mempermudah
paham
yang
siswa untuk memahami materi kimia yang
memberi
abstrak menjadi konkrit, sehinga siswa lebih
untuk
mudah memahami materi modul (Mansyur,
agar
et al., 2012). Oleh karena itu, peneliti
menghasilkan produk. Bila siswa sudah
mengembangkan modul larutan penyangga
terbiasa
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP)
cenderung
pelajaran
abstrak
kesempatan
nyata,
penerbit
maka
terhadap
objek
1589
kimia
dan
pada
siswa
mengoptimalkanpotensinya
dengan
kondisi
belajar
yang
demikian, tidak menutup kemungkinan sikap
yang
wirausaha siswa akan tumbuh (Supartono,
informasi yang lebih jelas dan sistematis
et al., 2009). Hal ini sesuai dengan pidato
kepada siswa dan pada akhirnya dapat
presiden Nasional Summit tahun 2010 yang
dijadikan
telah
mampu menampilkan kompetesi tertentu
mengamanatkan
penggalakkan
jiwa
metodologi
perlunya
kewirausahaan
pendidikan
yang
dan lebih
dapat
membantu
sumber
memberikan
belajar
mandiri
yang
sehingga minat wirausaha siswa dapat tumbuh.
mengembangkan kewirausahaan (Dzulkifli,
Modul
larutan
penyangga
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP)
2010). Data
observasi
peneliti
disusun berdasarkan acuan penyusunan
menunjukkan bahwa tidak banyak guru yang
modul.
memanfaatkan
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP)
bahan
serta
ajar
penyampaian Berdasarkan
mengembangkan
khususnya materi
wawancara
Modul
larutan
penyangga
sebagai
ini berisi materi yang dilengkapi dengan uji
pembelajaran.
pemahaman setiap kegiatan pembelajaran,
terhadap
guru
gambar-gambar
terkait
kimia SMA yang mengajar kimia di suatu
chemoentrepreneurship (CEP), info terbaru
MAN di Magelang menunjukkan bahwa tidak
yang
ada guru kimia yang menulis bahan ajar
motivasi
sendiri. Guru lebih banyak mempergunakan
berwirausaha, dan kolom kewirausahaan.
buku
Modul
paket
dan
LKS
selama
proses
berkaitan yang
larutan
dengan berisi
materi,
kolom
karakter
sikap
penyangga
berorientasi
pembelajaran yang diperoleh dari penerbit.
chemoentrepreneurship (CEP) tersaji dalam
Kekurangsesuaian
Gambar 1.
antara
kondisi
siswa
1590
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1585 - 1595 Keterangan:
1
1 1. Identitas pengembangan CEP 3 2. Judul materi 3. Gambar yang 4 relevan dengan materi 5 4. Ikon modul 5. Identitas kelas 2
Keterangan: 1. Kolom motivasi karakter 2 wirausaha 2. Uji pemahaman kegiatan belajar 3. Info produk CEP 3 industri
Gambar 1. Desain modul larutan penyangga berorientasi chemoentrepreneurship (CEP)
Validasi
kelayakan
modul
dapat
Tabel 1. Hasil penilaian kelayakan modul
diketahui melalui penilaian yang dilakukan oleh pakar menggunakan lembar validasi yang mengacu pada empat komponen yang harus dimiliki oleh modul, yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian, penilaian bahasa, dan kelayakan kegrafikan (Muljono, 2007). Penentuan
kelayakan
penyangga
modul
berorientasi
larutan
chemoentre-
Kelayakan isi Kelayakan penyajian Kelayakan bahasa Kelayakan kegrafikan Rata-rata kelayakan
preneurship (CEP) diukur berdasarkan para ahli yaitu ahli materi, ahli media, dan guru. Data yang didapat menunjukkan tingkat validasi kelayakan modul larutan penyangga sebagai
sumber
terdapat
dalam
instrumen
sebagai
bahan
pertimbangan
perbaikan
modul
belajar.
Saran
larutan
yang
digunakan untuk
penyangga
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) lebih
lanjut.
Hasil
penilaian
disajikan pada Tabel 1.
kelayakan
Rerata Skor 3,25
Komponen
Layak Sangat Layak Sangat Layak
3,36 3,31
Tabel modul
Kriteria
1
larutan
3,04
Layak
3,24
Layak
menunjukkan penyangga
penilaian
berorientasi
chemoentrepreneurship (CEP) oleh pakar dan guru dilihat dari komponen kelayakan isi,
penyajian,
bahasa,
dan
kegrafikan
memenuhi standar validasi kelayakan modul yaitu skor hasil validasi lebih dari 2,5 sehingga modul tergolong kategori layak berdasarkan
kelayakan
buku
teks
dari
BSNP. Perbaikan telah dilakukan sesuai dengan saran dan masukan dari ahli. Kolom tugas siswa sebagai keterkaitan pembuatan produk dengan materi dan gambar-gambar yang sesuai dengan isi telah ditambahkan
Ita Masithoh Wikhdah, dkk., Pengembangan Modul Larutan Penyangga Berorientasi …. supaya
lebih
menarik.
Gambar-gambar
dapat mendukung dan memperjelas isi
Minat Wirausaha Siswa
materi sehingga menimbulkan daya tarik dan mengurangi kebosanan bagi pembaca (Prastowo, 2011).
untuk menguji keterbacaan modul bagi siswa. Hasil keterbacaan mengenai modul penyangga
entrepreneurship
berorientasi (CEP)
chemo-
menunjukkan
bahwa modul memiliki keterbacaan tinggi dengan rata-rata skor siswa sebesar 3,10. Data
uji
keterbacaan
penyangga
modul
berorientasi
larutan chemo-
entrepreneurship (CEP) dapat dilihat pada Tabel 2.
siswa dilihat melalui angket yang diberikan
dengan
menggunakan
modul
penyangga
larutan
berorientasi
chemoentrepreneurship (CEP). Selain itu, sebagai pendukung hasil angket minat wirausaha,
sikap
kegiatan
wirausaha
selama
pembelajaran
dengan
menggunakan modul larutan penyangga berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) juga dilihat oleh pengamat. Sikap wirausaha siswa
ditinjau
menggunakan
lembar
pengamatan selama kegiatan pembelajaran
Tabel 2. Hasil analisis angket keterbacaan siswa Kategori 3,25 < skor 4 2,5 <skor 3,25 1,75<skor 2,5 1<skor
Tumbuhnya minat wirausaha pada
pada siswa setelah kegiatan pembelajaran
Tahap uji coba skala kecil bertujuan
larutan
1591
1,75
Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah
Jumlah 1 8 1 0
berdasarkan enam aspek wirausaha. Minat wirausaha peserta didik dapat ditingkatkan melalui pendidikan dengan menanamkan pendidikan kewirausahaan ke dalam semua mata pelajaran, bahan ajar, ekstrakurikuler, maupun
pengembangan
diri
(Sutomo,
2012). Pendidikan yang dilakukan melalui
Setelah dilakukan revisi hasil uji
poses
pembelajaran
yang
coba skala kecil sesuai saran dan komentar
antara
materi
diajarkan
siswa, maka dilakukan tahap pengem-
kehidupan sehari-hari dan diarahkan untuk
bangan selanjutnya yaitu uji coba skala
mandiri terjun dalam dunia usaha. Sesuai
besar.
pem-
hasil pengamatan diperoleh persentase 48%
belajaran dilakukan sesuai dengan RPP
siswa dengan kriteria baik dan 52% siswa
menggunakan modul yang sudah di uji skala
dengan kriteria sangat baikdalam sikap
kecil, kegiatan pembelajaran dimulai dengan
wirausaha.
pretest,
wirausaha yang telah dilakukan diperoleh
Pada
tahap
praktikum,
ini
kegiatan
diskusi
kelompok,
perencanaan dan pembuatan produk yang berkaitan
dengan
larutan
presentasi, dan post test.
penyangga,
yang
Ditinjau
dari
mengaitkan
aspek
nilai yang disajikan pada Gambar 2.
dengan
sikap
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1585 - 1595
Skor
1592 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Keterangan: A. Percaya Diri B. BerorientasiTugas dan Hasil C. Pengambil Resiko D. Kepemimpinan E. Keorisinilan F. Berorientasi ke Masa Depan A
B
C
D
E
F
Aspek Sikap Wirausaha Gambar 2. Hasil analisis tiap aspek sikap wirausaha
Selain sikap wirausaha siswa yang
pendekatan chemoentrepreneurship (CEP)
menunjukkan kategori baik, 21 dari 23 siswa
ini memungkinkan siswa dapat mempelajari
menyatakan kuat dan sangat kuat minat
proses pengolahan suatu bahan menjadi
wirausaha sehingga hasil analisis data
produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi,
angket minat wirausaha dalam kategori kuat
dan menumbuhkan semangat wirausaha
dengan rerata skor 3,07. Hasil analisis
(Supartono, et al., 2009). Dengan ber-
angket minat disajikan pada Tabel 3.
orientasi chemoentrepreneurship (CEP) ini pengajaran kimia akan lebih menyenangkan
Tabel 3. Hasil analisis angket minat berwiruasaha siswa Kriteria Sangat Lemah Lemah Kuat Sangat Kuat
dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
Jumlah Siswa 1 1 14 7
penyangga
chemoentrepreneurship
biji nangka, dan tempe biji nangka.
proses
pembelajaran
bersikap
wirausaha
menyenangkan disebabkan
oleh
karena
berorientasi
(CEP)
agar
telah dihasilkan siswa adalah deterjen, susu
Pemahaman Konsep Siswa
merupakan dampak positif dari penggunaan larutan
potensinya
menghasilkan suatu produk. Produk yang
Hasil minat wirausaha yang kuat
modul
mengoptimalkan
dalam
Penggunaan penyangga
modul
berorientasi
preneurship
(CEP)
larutan
chemoentre-
dapat
meningkatkan
yang
dirancang
pemahaman konsep siswa. Pada penelitian
dan
dirasakan
ini peningkatan pemahaman konsep siswa
siswa. konsep
Hal
ini
berorientasi
dalam kriteria sedang dengan nilai uji NGain
sebesar
0,65.
Modul
larutan
chemoentrepreneurship (CEP) merupakan
penyangga
berorientasi
suatu pendekatan pembelajaran kimia yang
preneurship
(CEP)
kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran
menggunakan konsep yang lebih sistematis
kimia yang dikaitkan dengan objek nyata
dan ringkas supaya materi lebih mudah
sehingga
dipahami
selain
mendidik,
dengan
dan
disertai
chemoentre-
disusun
uji
dengan
pemahaman
Ita Masithoh Wikhdah, dkk., Pengembangan Modul Larutan Penyangga Berorientasi ….
1593
sebagai evaluasi kemampuan siswa setelah
Seluruh aspek memperoleh skor tanggapan
kegiatan pembelajaran. Penggunaan modul
baik, berarti siswa banyak yang terlibat
larutan
secara
aktif
larutan
penyangga
penyangga
berorientasi
chemoentrepreneurship proses
belajar
kesempatan
(CEP)
kimia
kepada
siswa
dalam
dalam
penggunaan berorientasi
modul chemo-
memberikan
entrepreneurship (CEP). Hal ini menunjuk-
untuk
kan
lebih
bahwa
modul
larutan
penyangga
memahami materi dengan mempelajari teks
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP)
karena
dapat diterima dengan baik untuk digunakan
siswa
modul untuk
memberikan belajar
kesempatan
mandiri.
Dengan
demikian siswa dapat mengetahui konsep atau
informasi
langsung
yang
ada
dan
mengaplikasikan
sebagai modul dalam mempelajari materi larutan penyangga.
secara
pada
uji
Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui
bahwa
pembelajaran
dengan
pemahaman (Kusuma, et al., 2009). Modul
menggunakan modul larutan penyangga
larutan
chemo-
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP)
entrepreneurship (CEP) itu bertujuan untuk
layak digunakan sebagai sumber belajar
mempelajari
yang dapat menumbuhkan minat wirausaha
penyangga
berorientasi
proses
pengolahan
suatu
bahan alam menjadi suatu produk yang
siswa
bermanfaat sehingga siswa dapat tertarik
konsep siswa. Selain itu, siswa memberikan
untuk wirausaha. Pembelajaran CEP ini
padangan positif terhadap modul larutan
dikembangkan
penyangga
ke
konsep-konsep
kimia
dan
meningkatkan
berorientasi
pemahaman
chemoentre-
yang berkaitan dan proses kimia yang
preneurship (CEP). Adanya modul yang
melandasi sehingga siswa dapat mengingat
dibuat semenarik mungkin membuat siswa
lebih banyak konsep (Supartono et al.,
semangat membaca bahan materi larutan
2009). Hal ini sesuai dengan temuan yang
penyangga
menyatakan bahwa pembelajaran dengan
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP)
pendekatan CEP memberikan pengaruh
membuat
positif terhadap pemahaman konsep siswa
(Lestari dan As'ari, 2013). Hal ini sesuai
(Sa'adah & Supartono, 2013).
dengan temuan Agustini bahwa model
apalagi
siswa
lebih
pembelajaran
antusias
belajar
pembelajaran kimia dengan pendekatan Tanggapan Siswa dan Guru Tanggapan terhadap
modul
siswa
chemoentrepreneurship dan
larutan
guru
penyangga
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP)
meningkatkan
modul
yang
dikembangkan.
Hal
ini
ditunjukkan dari rerata skor yang diperoleh siswa sebesar 3,00 dan guru sebesar 3,47.
motivasi
belajar,
mampu minat
wirausaha, dan hasil belajar siswa (Agustini, 2007). Keterbatasan
pada penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dan guru memandang positif terhadap
(CEP)
dari
pembelajaran
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) ini adalah membutuhkan waktu yang lebih banyak
untuk
mengerjakan
tugas-tugas
pada modul dan waktu untuk melaksanakan praktik wirausaha. Salah satu alternatif
1594
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1585 - 1595 SIMPULAN
untuk memecahkan masalah itu dengan dilaksanakannya pelajaran
praktik
sebagai
di
tugas
luar
rumah
jam sesuai
rancangan pembuatan produk yang telah didiskusikan secara berkelompok. Sehingga nantinya diharapkan akan bisa menjadi kegiatan ekstra kurikuler wirausaha kimia, karena selama
kegiatan ini
ekstra
kurikuler
diselenggarakan
yang
sekolah
merupakan salah satu media yang potensial untuk
pembinaan
karakter
termasuk
karakter wirausaha dan peningkatan mutu akademik siswa (Mulyani, 2011).
minat wirausaha meliputi faktor pribadi dan lingkungan. Faktor yang pertama yaitu untuk menumbuhkan minat dalam wirausaha yang perlu diperhatikan adalah masalah konsep diri siswa itu sendiri sebagai faktor pribadi siswa. Hal ini disebabkan karena didalam konsep diri siswa itu sendiri terkandung didalamnya mengenai pandangan tentang fisik,
psikologis,
dan
pembahasan,
modul
larutan
penyangga
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) dinyatakan
valid
atau
layak
digunakan
sebagai sumber belajar karena diperoleh rerata skor dari pakar sebesar 3,24 dengan kriteria
layak.
penyangga
Modul
materi
berorientasi
larutan
chemoentre-
preneurship (CEP) dinyatakan efektif untuk menumbuhkan
minat
wirausaha
dan
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini dikarenakan pada uji coba skala
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi
Berdasarkan hasil penelitian dan
sikapnya,
besar penumbuhan minat wirausaha dalam kriteria
tinggi
peningkatan
dengan
skor
pemahaman
3,07
konsep
dan siswa
sebesar 0,65 dalam kriteria sedang. Selain itu, guru dan siswa SMA/MA kelas XI memberikan respon positif terhadap modul materi
larutan
penyangga
berorientasi
chemoentrepreneurship
(CEP)dengan
penilaian
modul
baik,
sehingga
dapat
digunakan sebagai sumber belajar.
dengan adanya konsep diri maka siswa dapat
mengenali
pribadi,
potensi,
dan
kelemahannya (Suryana, 2003). Selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
faktor yang mempengaruhi atau mendukung minat wirausaha adalah berasal dari sekolah itu
sendiri,
yaitu
pihak
sekolah
membekali
pengetahuan
kewirausahaan
karena
dapat
perlu
tentang dijadikan
potensi untuk dapat memberikan kehidupan yang baik pada kondisi dunia pekerjaan sekarang ini.
Agustini, F., 2007, Peningkatan Motivasi Hasil Belajar dan Minat Wirausaha Siswa Melalui Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP), In Seminar Nasional Implementasi Pembelajaran Tematik dalam Mengoptimalisasi Kurikulum 2013, Semarang Askun, B. dan Yildirim, N., 2011, Insight On Entrepreneurship Education In Public Universities In Turkey: Creating Entrepreneurs Or Not?, Procedia Social and Behavioral Sciences, Vol 24, Hal: 663-76.
Ita Masithoh Wikhdah, dkk., Pengembangan Modul Larutan Penyangga Berorientasi ….
1595
Dzulkifli, F., 2010, Perlunya Kebijakan Kewirausahaan, Harian Jurnal Nasional, 11 Mei.
Prastowo, A., 2011, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Yogyakarta: Diva Press.
Guardia, D.L., 2014, A Game Based Learning Model for Entrepreneurship Education, Procedia-Social and Behavioral Sciences, Vol 141, Hal: 195-99.
Sa'adah, N. dan Supartono, 2013, Pendekatan Chemoentrepreneurship Pada Materi Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan Life Skill Siswa, Jurnal Chemistry in Education, Vol 2, No 1, Hal: 111-17.
Kusuma, E., Sukirno & Kurniati, I., 2009, Penggunaan Pendekatan Chemoentrepreneurship Berorientasi Green Chemistry Untuk Meningkatkan Kemampuan Life Skill Siswa SMA, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 3, No 1, Hal: 336-72. Lestari, E. & As'ari, A.R., 2013, Pengembangan Modul Pembelajaran Soal Cerita Matematika Kontekstual Berbahasa Inggris Untuk Siswa Kelas X, Malang: Universitas Negeri Malang. Mansyur, M., Rahamma, T. & Fatimah, J.M., 2012, Literacy Vicual Media Student Success Learning and Information and Communication Technology (Ict) In The Junior High School 11 Parepar. Muljono, P., 2007, Kegiatan Penilaian Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah, Buletin BSNP, Januari, Hal: 21. Mulyani, E., 2011, Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol 8, No 1.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Supartono, Saptorini dan Asmorowati, D.S., 2009, Pembelajaran Kimia Menggunakan KOlaborasi Konstruktif dan Inkuiri Berorientasi Chemoentrepreneurship, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 3, No 2, Hal: 476-83. Supartono, Wijayani, N. dan Sari, A.H., 2009, Kajian Prestasi Belajar Siswa SMA dengan Metode Student Teams Achievement Divisions Melalui Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP). Vol 3, No 2. Suryana, 2003, Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kuat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat. Sutomo, R., 2012, Kewirausahaan Dari Sisi Kebijakan Pendidikan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Widyaningrum, R., Sarwanto dan Puguh, 2014, Pengembangan Modul Berorientasi POE (Predict, Observe, Explain) Pada Materi Pencemaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Jurnal Inkuiri, Vol 3, No 2, Hal: 97-106.
1596
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1596 - 1606
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis proyek terhadap peningkatan keterampilan metakognitif siswa materi larutan penyangga dan hidrolisis di Suatu SMA di Bae Kudus. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas pada kelas XI IPA 2 sebanyak 30 siswa. Penelitian tindakan kelas terdiri atas siklus I dengan materi larutan penyangga dan siklus II dengan materi hidrolisis. Metode pengumpulan data berupa tes kognitif berbentuk uraian, lembar pengamatan, dokumentasi dan angket. Keterampilan metakognitif diukur melalui tes kognitif berbentuk uraian dengan penilaian acuan kriteria yang dimodifikasi dari standard grade arrangement in science. Lembar pengamatan meliputi aspek afektif, psikomotorik, presentasi serta tugas proyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 19 dari 30 siswa keterampilan metakognitif meningkat. Pengamatan afektif, psikomotorik serta presentasi siswa dengan kriteria sangat tinggi meningkat menjadi lebih dari 8 siswa dan 30 siswa berhasil mengerjakan proyek. Hasil angket menunjukkan respon siswa sangat tinggi dengan jumlah respon antara 91–117. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran berbasis proyek materi larutan penyangga dan hidrolisis meningkatkan keterampilan metakognitif siswa Suatu SMA di Bae Kudus. Kata kunci: keterampilan metakognitif, larutan penyangga dan hidrolisis, lembar pengamatan, model pembelajaran berbasis proyek. ABSTRACT The purpose of this research is to know the application of project based learning to improve students’ metacognitive skill in teaching the material of buffer and hydrolysis at SMA Negeri in Bae Kudus. The research used is a classroom action research towards students of grade XI IPA 2 as many as 30 students. This action research consisted of two cycles. The first was cycle I; the teacher taught buffer and the second was cycle II; the teacher taught hydrolysis. The methods of collecting the data were in essay cognitive form, observation checklist, documentation and questionnaire. Metacognitive skill is measured by essay cognitive form test by using Criterion-Referenced Test which modified from standard grade arrangement in science. The observation checklist consisted of affective, psychomotor, presentation and project tasks aspect. The result that 19 of 30 students increased their metacognitive skill. The observation of effective, psychomotor, and presentation by high criterion greater than 8 students increased and 30 students were successfully working the project. The result of the questionnaire showed that the students’ responses were very high with a number of 91-117. The conclusion of this research is the application of project based learning in material of buffer and hydrolysis increase the students’ metacognitive skill of Suatu SMA di Bae Kudus. Key words: metacognitive skill, buffer and hydrolysis, observation checklist, project based learning.
PENDAHULUAN Pada suatu Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kudus sudah memiliki fasilitas
lengkap dalam proses pembelajaran kimia. Di sekolah ini tersedia laboratorium kimia dan LCD di setiap kelasnya. Berdasarkan wawancara dengan guru kimia dan siswa
Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek …. kelas
XII
pembelajaran
pada
sekolah
kimia
di
tersebut,
sekolah
sudah
sendiri
pengetahuan
melalui
1597 interaksi
dengan lingkungannya.
berjalan baik dan menyenangkan namun
Pemilihan
strategi
pembelajaran
pembelajaran masih terpusat pada guru
adalah penting dalam meningkatkan kualitas
sehingga keaktifan siswa masih kurang.
proses
Kriteria ketuntasan minimal (KKM)
pembelajaran
(Suratno,
2010).
Pembelajaran akan berjalan optimal bila
merupakan kriteria yang digunakan dalam
pemilihan
menentukan tuntas atau tidaknya dalam
menggunakan model pembelajaran berbasis
suatu penilaian. Berdasarkan hasil nilai akhir
proyek (PjBL) merupakan salah satu model
semester ganjil kelas XI IPA 2 yang sudah
untuk mendukung keterampilan metakognitif
memenuhi KKM sebanyak 13 dari 30 siswa.
siswa. Menurut Mills dan Treagust (2003)
Ketuntasan yang paling rendah terletak
metakognitif diperlukan untuk mensukses-
pada
kan pembelajaran PjBL. Siswa mencoba
materi
larutan
penyangga
dan
strategi
yang
tepat.
Strategi
hidrolisis. Ketuntasan tersebut berkaitan
memperhatikan
fakta
bahwa
selama
dengan keterampilan metakognitif siswa
menggunakan
model
PjBL,
mereka
yang dicapai karena selama pembelajaran-
berkesempatan untuk bekerjasama dengan
nya
kelompok
siswa
tidak
berkesempatan
untuk
dan merasa senang dengan
memonitor pekerjaannya. Guru juga belum
pencapaian bersama-sama (Yalcin, et al.,
mengetahui
2009).
apa
dan
bagaimana
pembelajaran metakognitif.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini
Metakognisi dan aktivitas keterampilan
berpikir
tingkat
merupakan
PjBL apakah dapat meningkatkan kete-
potensi dasar yang perlu dikembangkan
rampilan metakognitif siswa SMA materi
pada diri siswa (Suratno, 2010). Siswa yang
larutan penyangga dan hidrolisis. Indikator
memiliki kesadaran metakognitif tinggi akan
keberhasilan penelitian ini adalah 10 dari 30
berhasil
tersebut
siswa mengalami peningkatan keterampilan
mampu menerapkan
metakognitif dan 8 dari 30 siswa mencapai
dalam
tinggi
adalah untuk mengetahui penerapan model
belajar.
dikarenakan siswa
Hal
pengetahuan yang diperoleh untuk meng-
kriteria
atasi masalah yang dihadapi. Metakognisi
afektif, psikomotorik, presentasi serta tugas
merupakan
proyek.
faktor
yang
penting
dalam
sangat
baik
pada
pengamatan
proses pembelajaran karena metakognisi mempunyai
hubungan secara
yang positif dengan pencapaian akademik artinya semakin tinggi kesadaran metakognisi maka semakin baik pula hasil belajar siswa
(Nuryana
dan
METODE PENELITIAN
langsung
Sugiarto,
2012).
Pembelajaran kimia yang menggunakan keterampilan metakognitif diharapkan dapat melibatkan keaktifan siswa dan menemukan
Penelitian ini dilakukan di suatu SMA Negeri di Kabupaten Kudus pada materi larutan penyangga dan hidrolisis. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan
kelas
pada
kelas
XI
IPA
2
sebanyak 30 siswa. Penelitian tindakan
1598
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1596 - 1606 HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas ini mencakup 5 tahapan penelitian yakni perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan evaluasi. Dalam penelitian ini PjBL terdiri atas 6 langkah
yakni
penentuan
pertanyaan
mendasar, menyusun perencanaan proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil dan
evaluasi
keterampilan
pengalaman metakognitif
sedangkan terdiri
atas
monitoring kemajuan belajar, mengoreksi kesalahan,
strategi
perencanaan
dan
selektifitas, menseleksi – mengorganisasi dan mengintegrasi informasi, menganalisis strategi belajar yang efektif dan mengubah tingkah laku dan strategi belajar ketika dibutuhkan.
Penelitian
tindakan
kelas
pada
pokok bahasan larutan penyangga dan hidrolisis diberikan tindakan berupa pembelajaran berbasis proyek. Siswa menyusun, mendiskusikan
dan
mempresentasikan
proyek yang telah disusunnya sehingga diperoleh masukan-masukan dari berbagai pihak, baik sesama siswa maupun guru pengampu. Penelitian terdiri atas dua siklus yang berlangsung selama enam minggu dari tiga minggu siklus I dengan alokasi waktu pertemuan efektif 11 jam pelajaran dan tiga minggu siklus II dengan alokasi waktu pertemuan efektif 7 jam pelajaran. Jadwal kegiatan siklus I tertera dalam Tabel 1.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode doku-mentasi, tes, lembar pengamatan dan angket. Bentuk instrumen yang digunakan
berupa
Tabel 1. Jadwal kegiatan siklus I
Pertemuan ke1
Hari
Tanggal
Bulan
Kegiatan
Jumat
14
Maret
Pengenalan materi
silabus,
2
Selasa
18
Maret
Diskusi
rencana pelaksanaan pembe-
3
Kamis
20
Maret
Presentasi
lajaran, lembar pengamatan
4
Selasa
25
Maret
Praktikum
afektif,
psikomotorik,
5
Kamis
27
Maret
Presentasi
presentasi serta tugas proyek,
6
Selasa
8
April
Tes
tes kognitif berbentuk uraian dan angket. Pada siklus I dimulai tanggal 14
Lembar pengamatan afektif, psikomotorik, presentasi
dan
tugas
proyek
sebagai
Maret, siswa diperkenalkan materi serta
penilaian PjBL dianalisis secara deskriptif
model
dan keterampilan meta-kognitif dari tes
dilanjutkan dengan pertemuan kedua, siswa
kognitif berbentuk uraian dianalisis secara
berdiskusi tentang materi dan rencana yang
deskriptif
akan di proyekkan. Pada pertemuan ketiga,
acuan
mengacu
kriteria
yang
pedoman
penilaian
di-modifikasi
dari
siswa
pembelajarannya
menyampaikan presentasi.
setelah
rencana Pada
itu
proyek
standard grade arrangement in science
dengan
pertemuan
serta angket dianalisis secara deskriptif.
keempat, siswa melaksanakan praktikum dengan proyek yang sudah direncanakan. Siswa menunjukkan rasa antusias dan kesungguhan dalam mengerjakan proyek. Setelah
pelaksanaan
praktikum,
siswa
Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1599
mempresentasikan tugas proyeknya. Melalui
telah dipraktikumkan. Sama seperti siklus I,
presentasi siswa mendapatkan kekurangan
siklus II diakhiri dengan tes uraian untuk
serta
mengetahui
kelebihan,
memberikan
siswa
masukan
Keterampilan
diminta serta
metakognisi
untuk
komentar.
siswa
keterampilan
metakognitif
siswa. Siswa menghabiskan sebagian besar
diuji
waktu untuk belajar sendiri atau dalam
dengan tes uraian. Setelah siklus I selesai
kegiatan
dilanjutkan dengan siklus II. Jadwal kegiatan
berlangsung selama jangka waktu tertentu
siklus II tertera pada Tabel 2.
untuk
Tabel 2. Jadwal kegiatan siklus II Pertemuan keHari Tanggal Bulan 1
kelompok-kelompok
menghasilkan
11
April
Kamis
17
April
3
Selasa
22
April
Pengenalan dan diskusi Presentasi dan praktikum Presentasi
4
Kamis
24
April
Tes
Siklus II berlangsung selama empat
suatu
yang
produk,
demonstrasi Kegiatan
Jumat
2
kecil
atau
kinerja (Yalcin, et al., 2009).
Inovasi
pembelajaran perbaiki belajar,
memmotivasi
sikap,
ke-
sanggupan menyelesaikan masalah dan
dimulai
pencapaian belajar siswa (Hung, et al.,
tanggal 11 April, siswa memulai berdiskusi
2012). Ketika guru berhasil menerapkan
rencana yang akan diproyekkan pada materi
PjBL, siswa dapat termotivasi dan aktif
hidrolisis. Pada pertemuan kedua, siswa
dalam pembelajaran (Yalcin, et al., 2009).
melakukan
kemudian
Penilaian pengamatan afektif, psikomotorik,
praktikum. Pada pertemuan ketiga, siswa
presentasi siklus I ditampilkan dalam Tabel
melakukan presentasi tugas proyek yang
3.
pertemuan.
Pertemuan
presentasi
Aspek Afektif Psikomotorik Presentasi Tugas proyek
pertama
proyek
Tabel 3. Penilaian Pengamatan Siklus I Kriteria Siswa Rata-rata Kurang Cukup Baik 2,95 0 0 25 3,00 0 0 23 3,00 0 0 23 3,72 0 0 0
Sangat baik 5 7 7 30
Aspek afektif mempunyai rata-rata
kriteria baik. Aspek tugas proyek mem-
sebesar 2,95 dengan 5 siswa kriteria sangat
punyai rata-rata 3,72 dengan 30 siswa
baik dan 25 kriteria baik. Aspek psikomotorik
kriteria sangat baik dan 0 siswa kriteria baik
mempunyai rata-rata 3,00 dengan 7 siswa
sedangkan penilaian pengamatan afektif,
kriteria sangat baik dan 23 kriteria baik.
psikomotorik, presentasi siklus II ditampilkan
Aspek presentasi mempunyai rata-rata 3,00
dalam Tabel 4.
dengan 7 siswa kriteria sangat baik dan 23
1600
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1596 - 1606 Tabel 4. Penilaian pengamatan siklus II Kriteria Siswa Rata-rata Kurang Cukup Baik 3,061 0 0 21 3,053 0 0 20 3,053 0 0 20 3,78 0 0 0
Aspek Afektif Psikomotorik Presentasi Tugas proyek
Sangat baik 9 10 10 30
Aspek afektif mempunyai rata-rata
Pada siklus I kelompok 3 memperoleh nilai
sebesar 3,061 dengan 9 siswa kriteria
sempurna dengan rata-rata 4, perolehan
sangat baik dan 21 kriteria baik. Aspek
nilai sempurna ini bertahan sampai siklus
psikomotorik mempunyai rata-rata 3,05
II. Pada siklus II kelompok 2 berhasil
dengan 10 siswa kriteria sangat baik dan
mendapatkan nilai sempurna sebesar 4
20
presentasi
sehingga keseluruhan nilai rata-rata siklus
mempunyai rata-rata 3,05 dengan 10 siswa
II mencapai 3,78 lebih tinggi dibandingkan
kriteria sangat baik dan 20 kriteria baik.
dengan siklus I dengan perolehan 3,72.
Aspek tugas proyek mempunyai rata-rata
Pembelajaran
3,78 dengan 30 siswa kriteria sangat baik
diterapkan dalam program individu atau
dan 0 siswa kriteria baik. Pada aspek tugas
seluruh kurikulum, proyek tersebut dapat
proyek tidak mengalami peningkatan jum-
dikombinasikan dengan pengajaran tradi-
lah siswa namun mengalami peningkatan
sional, proyek dapat dilakukan secara
rata-rata siswa. Siklus I dan siklus II
perorangan atau dalam kelompok kecil dan
sebanyak 30 siswa berhasil memenuhi
proyek dapat bervariasi dalam durasi dari
kriteria tugas proyek dengan sangat baik.
beberapa minggu sampai satu tahun (Mills
Skor tertinggi tugas proyek adalah 4. Tugas
dan Treagust, 2003). Melalui kegiatan
proyek
proyek,
kriteria
dinilai
baik.
Aspek
berdasarkan
kelompok
berbasis
siswa
proyek
memperoleh
dapat
banyak
karena siswa bekerja dengan kelompoknya.
masukan baik itu yang berkaitan dengan
Rata-rata tugas proyek siklus I dengan
materi maupun diluar materi sehingga
siklus II tertera pada Tabel 5.
keaktifan
siswa,
psikomotorik
serta
presentasi meningkat. Data pengamatan Tabel 5. Rata-rata tugas proyek Kelompok 1
siswa kriteria sangat baik siklus I dan
Rata-rata Proyek siklus I Proyek siklus II 3,67 3,67
2
3,67
4
3
4
4
4
3,67
3,67
5
3,67
3,67
6 Rata-rata
3,67 3,72
3,67 3,78
siklus II tertera pada Gambar 1.
Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1601
Gambar 1. Pengamatan kriteria sangat baik siklus I dan siklus II
Berdasarkan
aspek
harus secara aktif memonitor penggunaan
mengalami
proses berpikir mereka dan mengaturnya
peningkatan dari siklus I sebanyak 5 siswa
sesuai tujuan kognitif mereka (Haryani,
menjadi 9 siswa pada siklus II, begitu juga
2012).
dengan aspek psikomotorik dan aspek
diketahui adanya peningkatan pemahaman
presentasi kriteria sangat baik sebanyak 7
siswa
siswa pada siklus I meningkat menjadi 10
Peningkatan pemahaman ini disebabkan
siswa pada siklus II. Kriteria sangat baik
karena adanya kebiasaan siswa selama
mereka dapatkan ketika siswa aktif dalam
proses pembelajaran berlangsung. Analisis
berdiskusi
tes kognitif berbentuk uraian tertera pada
afektif
kriteria
Gambar
sangat
dengan
baik
teman
1,
kelompoknya,
melakukan presentasi serta mengutarakan pendapat dan melakukan praktikum dengan baik. Penilaian dari ketiga pengamat tidak jauh
berbeda
dari
pengamatan
Berdasarkan
terhadap
hasil
materi
tes
yang
kognitif
dipelajari.
Tabel 6. Tabel 6. Penilaian tes kognitif berbentuk uraian
yang
Ratarata nilai
Nilai tertinggi
Nilai terendah
sebenarnya, dalam satu kelompok siswa
Siklus I
67
85
50
mengalami peningkatan keaktifan, adapun
Siklus II
77
100
58
yang tidak berubah namun tidak mengalami Berdasarkan Tabel 6, tes kognitif
penurunan aktifitas kelompok. Berpikir pada umumnya dianggap suatu proses kognitif, suatu aksi mental yang dengan proses dan tindakan itu pengetahuan
diperoleh.
Proses
berpikir
berhubungan dengan bentuk-bentuk tingkah laku dan memerlukan keterlibatan aktif pada bagian-bagian Dengan
tertentu
demikian,
dari
seorang
si
pemikir.
pembelajar
berbentuk uraian mengalami peningkatan. Siklus I memperoleh nilai tertinggi sebesar 85 dan nilai terendah adalah 50 dengan rata-rata sebesar 67, siklus II mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi sebesar 100 dan nilai terendah adalah 58 dengan rata-rata sebesar 77. Para peserta didik dengan pengetahuan metakognitifnya sadar akan kelebihan dan keterbatasannya dalam
1602
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1596 - 1606
belajar
(Maulana,
2008).
Pengetahuan
larutan penyangga adalah menjaga tujuan
metakognitif mengacu pada pengetahuan
yang telah ditetapkan, mengetahui bahwa
tentang memori, komprehensif, dan proses
tujuan telah tercapai, menilai penanganan
pembelajaran (Händel, et al., 2013). Di
kesulitan dan hambatan, memilih operasi
sekolah, siswa
yang
mempunyai
kesempatan
paling
sesuai,
dan
mengurutkan
berulangkali untuk memonitor dan mengatur
operasi-operasi. Sedangkan indikator soal
kognisi
memiliki
keterampilan metakognitif materi hidrolisis
begitu
adalah mengevaluasi kesesuaian prosedur
Metakognisi
yang digunakan, menimbang keakuratan
berkaitan erat dengan hasil belajar karena
dan ketepatan hasil-hasil, menjaga tujuan
hasil belajar merupakan suatu hasil dari
yang telah ditetapkan, dan mengurutkan
proses kognitif (Nuryana dan Sugiarto,
operasi-operasi.
2012).
faktor
mereka,
pengalaman banyak
mereka
juga
metakognitif
(Haryani,
2012).
yang
yang
Metakognisi penting
merupakan
dalam
proses
Pada siklus I digunakan 5 soal
pembelajaran pelajar karena mempunyai
larutan penyangga dan siklus II digunakan 4
hubungan secara langsung yang positif
soal hidrolisis, namun kedua siklus tersebut
dengan pencapaian akademik (Rahman dan
bobot nilainya adalah sama. Setiap soal
Phillips,
memiliki indikator keterampilan metakognisi.
keterampilan metakognitif tertera dalam
Indikator
Tabel 7.
soal
keterampilan
metakognisi
2006).
Ketercapaian
indikator
Tabel 7. Ketercapaian indikator keterampilan metakognitif Siklus I Siklus II No.
No. soal
Skor
1
3,267
2
3,433
3
4,1
4
3,133
5 Rata -rata
4,033 3,56
Keterangan Sebagian besar indikator tercapai Sebagian besar indikator tercapai Indikator tercapai Sebagian besar indikator tercapai Indikator tercapai Sebagian besar indikator tercapai
Penilaian keterampilan metakognitif
soal
Skor
Keterangan
1
4,533
Indikator tercapai
2
3,433
3
3,6
4
4,067
Indikator tercapai
Rata -rata
4
Indikator tercapai
Sebagian besar indikator tercapai Sebagian besar indikator tercapai
3,56 dengan 2 soal indikator tercapai adalah
dibagi menjadi 4 pencapaian antara lain:
4,1
dan
skor 0–1 adalah tidak mencapai indikator
memperoleh rata-rata sebesar 4 dengan 2
keterampilan metakognisi, skor 2 adalah
soal indikator tercapai adalah 4,533 dan
sebagian kecil indikator tercapai, skor 3
4,067. Siklus I dengan sebagian besar
adalah sebagian besar indikator tercapai,
indikator tercapai mengalami peningkatan
dan skor 4–5 adalah indikator tercapai.
sehingga indikator pada siklus II tercapai.
Pada siklus I perolehan rata-rata sebesar
Tabel
7
4,033
sedangkan
merupakan
penilaian
siklus
II
dengan
Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1603
mengambil rata-rata dari tiap soal, untuk
memperoleh skor 4–5 dengan indikator
mengetahui
tercapai, hal ini membuktikkan bahwa siswa
peningkatan
metakognitif aspek
siswa
keterampilan
diperlukan
keterampilan
penilaian
metakognitif
semakin banyak mencapai metakognisinya.
siswa
Menurut
Lin
dan
Sugiarto
(2012),
siklus I dan siklus II. Berikut diuraikan dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar di-
Tabel 8.
pengaruhi oleh kemampuan metakognitifnya. Jika setiap kegiatan belajar dilakukan
Tabel 8. Penilaian aspek keterampilan dengan mengacu pada indikator dari metakognitif learning how to learn Penilaian aspek metakognitif Jumlah siswa maka hasil optimal pasti Skor 0 – 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 – 5 Siklus I
0
9
9
12
akan
Siklus II
0
1
15
14
Keterlibatan siswa se-
proses
pembelajaran
lama Pada siklus I sebanyak 0 siswa memperoleh
skor
0–1
dengan
tidak
mencapai indikator metakognisi, sebanyak 9 siswa memperoleh skor 2 dengan sebagian kecil indikator tercapai, sebanyak 9 siswa memperoleh skor 3 dengan sebagian besar indikator tercapai, dan sebanyak 12 siswa memperoleh skor 4–5 dengan indikator tercapai. Berbeda dengan siklus II dengan penilaian yang sama mengalami penurunan menjadi 1 siswa memperoleh skor 2 dengan sebagian
kecil
indikator
tercapai
dan
mengalami penaikan sebesar 15 siswa memperoleh skor 3 dengan sebagian besar indikator
tercapai
serta
14
siswa
mudah
dicapai.
dengan
menggunakan PjBL mengalami peningkatan sehingga
tingkat
pemahaman
dan
keterampilan metakognitif siswa meningkat karena siswa telah terbiasa menggunakan PjBL.
Pengalaman
ini
mereka
peroleh
dengan mandiri, sehingga apabila mereka menemukan kesulitan akan aktif bertanya kepada teman maupun guru. Metakognisi terdiri
atas
berlangsung
dua
proses
secara
dasar
simultan
yang yakni
memonitor kemajuan ketika belajar dan membuat
perubahan
(Haryani,
2012).
Gambar ketercapaian indikator metakognitif tiap siswa tertera pada Gambar 2.
1604
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1596 - 1606
Gambar 2. Hasil pencapaian indikator metakognisi tiap siswa
Berdasarkan Gambar 2, sebanyak
mereka. Berdasarkan penelitian Pulmones
19 siswa mengalami peningkatan kete-
(2007), dalam proses konstruksi penge-
rampilan metakognitif sedangkan sebanyak
tahuan, siswa mewujudkan perencanaan
11 siswa mengalami penurunan keteram-
yang jelas, pemantauan dan mengevaluasi
pilan
tertinggi
perilaku. Hal ini mendorong siswa untuk
keterampilan metakognitif adalah 5. Siklus I
melakukan metakognisi. Siswa menyukai
memperoleh skala 2,4–4,8 dan siklus II
gagasan bahwa pelajaran tidak disajikan
memperoleh
Peningkatan
dalam cara langsung dan berbeda namun
terjadi karena siswa telah menanamkan
kegiatan yang menyenangkan dan menarik.
keterampilan
Gambar hasil angket siswa tertera pada
metakognitif.
skala
Skala
2,75–5.
metakognitif
melalui
PjBL
sehingga siswa dapat memonitor kognitif
Gambar 3.
Gambar 3. Hasil angket siswa
Berdasarkan Gambar 3, sejumlah
Rata-rata siswa menyatakan setuju dengan
91-117 respon siswa tinggi terhadap PjBL.
35 pernyataan antara lain: siswa dapat
Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek …. mengikuti
pembelajaran
dengan
1605
baik,
percobaan yang telah dilakukan. Interaksi
memahami tujuan pembelajaran, menge-
satu sama lain dapat memberikan stimulus
tahui permasalahan utama, menganalisis
yang diperlukan oleh individu untuk menjadi
permasalahan,
lebih
memonitor
dan
menilai
menyadari
proses
kognitif
siswa.
pemikiran, memahami permasalahan utama,
Keyakinan metakognitif
rumusan masalah yang dibuat, merancang
dari inteligensi dan kognisi individu dibentuk
alat dan bahan, mencari dari sumber buku
melalui interaksi sosial yang selanjutnya
atau internet, diskusi dengan teman satu
dapat mempengaruhi pembelajaran dimasa
kelompok maupun dengan kelompok lain,
mendatang.
membuat
mengulangi
penting, bahwa siswa memiliki kesempatan
menghubungkan
untuk mengembangkan metakognisi, untuk
informasi yang diperoleh, mengumpulkan
mengkonstruk dan mengkonstruk kembali
informasi, mengidentifikasi dan memeriksa
keyakinan ini dan untuk
setiap
terbuka
kesalahan
beberapa
dan
pekerjaan,
informasi,
membuat
cara
kerja,
Dengan
menghadapi
mengenai dasar
demikian
hal
ini
tertantang serta tantangan
dari
mereview, pekerjaan menjadi lebih mudah
keyakinan ini (Murti, 2011). Keterampilan
dengan
proyek,
metakognitif siswa meningkat berarti PjBL
menyelesaikan proyek sebelum jadwal yang
baik untuk dijadikan alternatif dalam upaya
sudah ditentukan, melakukan percobaan
meningkatkan
sesuai prosedur cara kerja, menambahkan
siswa.
adanya
jadwal
keterampilan
metakognitif
sedikit kreasi, mengorganisir waktu belajar, SIMPULAN
mengembangkan prosedur percobaan, jika mengalami
hambatan
akan
berusaha
mengenali dulu masalahnya dengan mengulangi dan membaca kembali, melakukan percobaan dengan baik, meminta bantuan kepada teman yang lain jika benar-benar tidak
bisa
mengetahui
melaksanakan sumber
proyek,
kesalahan,
meng-
analisis informasi, menanyakan pencapaian tujuan untuk setiap langkah dalam prosedur yang telah ditetapkan, mencari sumber kesalahan dalam setiap langkah prosedur, memeriksa hasil perhitungan, mengevaluasi proyek, diskusi
menyampaikan dengan
presentasi
baik,
hasil
menerapkan
pengetahuan yang dipelajari pada situasi lain, memilih prosedur yang sesuai jika dihadapkan membuat
pada catatan
permasalahan tentang
materi
lain, dan
Pembelajaran dengan menggunakan PjBL dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa Suatu SMA di Bae Kudus kelas XI IPA 2 dengan hasil: sebanyak 19 dari
30
siswa
keterampilan
mengalami
metakognitif;
peningkatan pengamatan
afektif, psikomotorik serta presentasi kriteria sangat tinggi meningkat menjadi lebih dari 8 siswa dan 30 siswa berhasil mengerjakan proyek; hasil angket menunjukkan respon siswa sangat tinggi dengan jumlah respon antara 91 - 117.
1606
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1596 - 1606 DAFTAR PUSTAKA
Händel, M., Artelt, C., dan Weinert, S., 2013, Assessing Metacognitive Knowledge: Development and Evaluation of a Test Instrument, Journal for Educational Research Online, Vol 5, No 2, Hal: 162-188. Haryani, S., 2012, Membangun Metakognisi dan Karakter Calon Guru Melalui Pembelajaran Praktikum Kimia Analitik Berbasis Masalah, Semarang: UNNES Press. Hung, C.M., Hwang, G.J., dan Huang, I., 2012, A Project-Based Digital Storytelling Approach for Improving Students' Learning Motivation, Problem-Solving Competence and Learning Achievement, Educational Technology dan Societ, Vol 15, No 4, Hal: 368–379. Lin,
Y.N.I.S., dan Sugiarto, B., 2012, Korelasi Antara Keterampilan Metakognitif dengan Hasil Belajar Siswa di SMAN 1 Dawarblandong Mojokerto, Unesa Journal of Chemical Education, Vol 1, No 2, Hal: 78-83.
Maulana, 2008, Pendekatan Metakognitif sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD, Jurnal Pendidikan Dasar, 10 – Oktober 2008. Mills J.E., dan Treagust D. F., 2003, Engineering Education – Is ProblemBased or Project-Based Learning The Answer?, Australian Journal of Engineering Education, Online publication 2003-04 pada http://www.aaee.com.au/journal/2003/ mills_treagust03.pdf. Murti, H.S.A., 2011, Metakognisi dan Theory Of Mind (ToM), Jurnal Psikologi Pitutur, Vol 1, No 2, Hal: 53 – 64. Nuryana, E., dan Sugiarto, B., 2012, Hubungan Keterampilan Metakognisi dengan Hasil Belajar Siswa pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks) Kelas X-1 SMA Negeri 3 Sidoarjo, Unesa Journal of Chemical Education, Vol 1, No 1, Hal: 83-75.
Pulmones, R., 2007, Learning Chemistry in a Metacognitive Environment, The Asia-Pacific Education Researcher, Vol 16, No 2, Hal: 165-183. Rahman S., dan Phillips J. A., 2006, Hubungan Antara Kesedaran Metakognisi, Motivasi Dan Pencapaian Akademik Pelajar Universiti, Jurnal Pendidikan, Vol 31, Hal: 21-39. Suratno, 2010, Pemberdayakan Keterampilan Metakognisi Siswa Dengan Strategi Pembelajaran Jigsaw-Reciprocal Teaching, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol 17, No 2, Hal: 146-152. Yalcin, S. A., Turgut, Ü., dan Büyükkasap, E., 2009, The Effect of Project Based Learning on Science Undergraduates’ Learning of Electricity, Attitude Towards Physics and Scientific Process Skills, International Online Journal of Educational Sciences, Vol 1, Hal 1, Hal: 81-105.
Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1607
PENGEMBANGAN MEDIA FLASH BERBASIS PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Indah Triana Aprillia*, Murbangun Nuswowati, Endang Susilaningsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D). Tahapan rancangan pengembangan media flash ini menggunakan langkah prosedural oleh Borg and Gall. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dalam penggunaan media flash berbasis pembelajaran inkuiri. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi, tes, angket dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Produk pengembangan dinyatakan valid dan layak apabila telah memenuhi kriteria baik atau sangat baik dari validator. Produk pengembangan teruji untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu diuji berdasarkan penggunaan media flash pada proses pembelajaran. Hasil pengembangan produk media flash berbasis pembelajaran inkuiri dinyatakan valid dengan kategori baik dan layak diterapkan berdasarkan uji kelayakan oleh ahli media dan ahli materi dengan skor rata-rata ahli media 73.5 dan ahli materi 37. Media flash dinyatakan efektif karena 36 siswa mencapai nilai KKM pada hasil tes, dengan nilai n-gain 0,71 dan pada aspek afektif dan psikomotorik termasuk dalam kategori baik, serta mendapat respon positif dari penggunanya dilihat dari angket tanggapan siswa, sehingga media flash efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: hasil belajar siswa, inkuiri, media flash
ABSTRACT The research include in Research and Development (R&D). This step of flash media development uses procedural step by Borg and Gall. The purpose of this research is to know the effectiveness in the cognitive, afective, and psychomotoric domain in using flash media based on inquiry learning. Data accumulation in this research uses observation, test, questionaire and documentation methods. The result data of this research is analyzed by using quantitative descriptive analysis method. Development product is called valid and proper if it has fullfilled good or very good criteria from the validator. The development product proved to improve the learning outcome that is proved base on the using of flash media in learning process. The development result of flash media product based inquiry learning is called valid with good and proper category is implemented base on properness test by media and matery expert with average score of media expert is 73,5 and matery expert is 37. The flash media is called effective because 36 students gain minimum campetence criteria (KKM) score in test result, with n-gain score is 0,71 and afective and psychomotoric aspect include in good category, and also get a positive respond from user that can be seen by the students responds questionare, so flash media is effective to improve the students learning outcome. Keyword : learning outcome, inquiry, flash media peserta PENDAHULUAN
dan terencana untuk mewujudkan suasana dan
proses
pembelajaran
dapat
secara
aktif
mengembangkan potensial diri (Undang-
Pendidikan merupakan usaha sadar
belajar
didik
agar
undang sistem pendidikan No. 20 tahun 2003). Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru
1608
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 15607 - 1616
bertindak sebagai fasilitator dan mediator
Proses pembelajaran inkuiri dilakukan
yang kreatif, sedangkan siswa bertindak
melalui proses tanya jawab antara guru dan
sebagai
siswa sehingga siswa terlibat dalam proses
agen
pembelajar
yang
aktif
(Mugiarso, 2011).
pembelajaran
dimana
guru
sebagai
Seorang guru dalam proses belajar
fasilitator dan motivator belajar siswa bukan
mengajar sering menggunakan berbagai
sebagai sumber belajar (Sanjaya, 2006).
macam metode, antara lain: eksperimen,
Siswa
demonstrasi, ceramah, tanya jawab, dan
pembelajaran,
lain-lain. Tanpa disadari penggunaan model
proses pembelajaran, sehingga memberikan
pembelajaran selama ini yang digunakan
dampak
oleh guru telah menjadi suatu rutinitas dan
aktivitas, sikap, dan kinerja siswa pada
cenderung monoton (Astuti, 2011). Hal ini
materi pembelajaran (Bilgin, 2009). Seperti
membuat siswa kurang kreatif, mandiri dan
penelitian
aktif, sehingga dibutuhkan suatu metode
Zawadski (2010) tentang penerapan metode
pembelajaran
inkuiri pada proses pembelajaran SMA di
yang
melibatkan
siswa.
yang
terlibat akan
positif
yang
lebih
pada
proses
menghayati
perkembangan
telah
dilakukan
Thailand,
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
proses pembelajaran inkuiri memungkinkan
berorientasi kepada siswa (student centered
siswa untuk mengembangkan kemampuan
approach).
siswa dalam berkomunikasi, kerja tim, dan
rangkaian
kemampuan berfikir, seperti ketika siswa berfikir tentang hal yang bersifat abstrak
mencari
kemudian mempresentasikannya kedalam
atau
hal yang lebih konkrit, sama halnya dengan
mempelajari suatu gejala (Wenning, 2006).
mempelajari materi kimia, dimana materi
Opara dan Nkasiobi merumuskan langkah
yang dipelajari dalam kimia lebih bersifat
pembelajaran
kompleks dan abstrak, sehingga masih
siswa
pembelajaran
diterapkannya
yang
melatih
kegiatan
dengan
oleh
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan
Strategi pembelajaran inkuiri adalah
bahwa
dalam
untuk
pengetahuan
atau
inkuiri
Langkah-langkah
belajar informasi,
ada
tersebut
7
tahapan.
antara
lain:
banyak siswa yang mengalami kesulitan
merumuskan masalah, membuat hipotesis,
dalam memahami dan mengikuti pelajaran
mendesain
eksperimen,
kimia (Resti, 2010).
eksperimen,
mengumpulkan
melakukan dan
meng-
Siswa
merasa
kesulitan
dalam
analisis data, dan menarik kesimpulan, dari
memahami dan mengikuti pembelajaran
langkah tersebut bertujuan untuk membantu
kimia khususnya
siswa
ketrampilan
larutan penyangga dapat dibantu dengan
ketrampilan-ketrampilan
menghadirkan media pembelajaran sebagai
lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan
perantara untuk mewujudkan situasi belajar
ketrampilan menemukan (mencari) jawaban
mengajar yang efektif untuk mempermudah
yang berawal dari keingintahuan (Opara dan
siswa
Nkasiobi, 2011).
abstrak menjadi lebih konkrit (Astuti, 2011).
intelektual
mengembangkan dan
Media
dalam
pada
pokok
mempelajari
digunakan
dalam
bahasan
materi
proses
yang
pem-
Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1609
belajaran merupakan salah satu upaya
Development (R&D). Desain penelitian ini
untuk
yang
menggunakan desain dari Borg and Gall
menyenangkan bagi siswa, sehingga proses
yang terdiri dari potensi dan masalah,
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
pengumpulan data, desain produk, validasi
berkualitas
Seperti
desain, revisi desain, uji coba produk, revisi
oleh
produk, uji coba pemakaian, revisi produk,
menciptakan
pembelajaran
(Rahayu,
penelitian
yang
Fadliana
(2013)
macromedia
2013).
telah
dilakukan
tentang
flash
Subjek penelitian ini menggunakan 14
belajaran siswa dapat meningkatkan hasil
siswa kelas XI IPA 2 untuk uji coba skala
belajar
bantuan
kecil dan 40 siswa kelas XI IPA 1 untuk uji
media dapat memberikan gambaran asli
coba skala besar pada semester genap
mengenai materi yang sedang diajarkan
tahun pelajaran 2014/2015. Pengambilan
oleh guru sehingga siswa mudah untuk
sampel
mengingatnya selain itu penggunaan media
purposive sampling. Kelayakan media dinilai
ini dapat meningkatkan motivasi belajar
oleh
siswa.
validasi. Media yang dikembangkan diuji
karena
proses
dan produk akhir.
pem-
siswa,
pada
penggunaan
dengan
didasarkan
para
pakar
atas
dasar
menggunakan
tekhnik
lembar
Media yang digunakan dalam proses
pada dua tahapan, yaitu uji coba skala kecil
pembelajaran bertujuan untuk menghindari
dan uji coba skala besar. Sedangkan untuk
atau
kemungkinan-
keefektifan media diuji pada uji coba skala
kesalahan
besar menggunakan data hasil belajar siswa
mengurangi
kemungkinan komunikasi
terjadinya dalam
proses
pembelajaran
yang diperoleh.
(Hamdani, 2011). Salah satu media yang dapat
dikembangkan
untuk
proses
Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, lembar observasi dan
pembelajaran yaitu media flash. Media flash
angket.
yang digunakan dalam pembelajaran dapat
mengetahui
meningkatkan hasil belajar siswa (Salim,
lembar observasi digunakan untuk menge-
2011).
tahui kemampuan afektif dan psikomotorik
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
Metode
dan
tes
digunakan
kemampuan
angket
kogintif
digunakan
untuk siswa,
mengetahui keefektifan penggunaan media
siswa,
untuk
flash berbasis pembelajaran inkuiri pada
memperoleh data tentang kelayakan media
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
dan respon user. Selain itu pengumpulan data juga digunakan metode dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan
METODE Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 18 April 2015. Penelitian ini dilakukan di suatu MAN di Kudus pada mata pelajaran kimia pokok bahasan larutan penyangga. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Research and
yaitu
silabus,
rencana
pelaksanaan
pembelajaran, lembar validasi untuk media flash, lembar observasi untuk mengukur kemampuan afektif dan psikomotorik siswa, soal pretest dan post test, lembar angket tanggapan siswa dan guru. Data penelitian hasil
belajar
kognitif
dianalisis
dengan
1610
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 15607 - 1616
statistika parametrik menggunakan uji n-
Dari hasil observasi dan wawancara,
gain, kemudian untuk hasil belajar afektif
maka dibuat media yang sesuai dengan
dan
angket
kebutuhan, mudah dipahami, serta mudah
tanggapan siswa dianalisis secara deskriptif.
penggunaanya yaitu dengan menggunakan
psikomotorik
dan
hasil
media flash berbasis pembelajaran inkuiri. Tahapan
HASIL DAN PEMBAHASAN Media flash berbasis inkuiri yang dihasilkan sebagai produk pengembangan penelitian pada tahap potensi dan masalah telah
melalui
analisis
analisis
media
yang
kebutuhan, digunakan
yaitu dalam
proses pembelajaran. Pada tahap observasi awal terlebih dahulu menetapkan materi yang akan dikembangkan dan bagaimana konsep media yang akan digunakan. Pada tahap ini
analisa kurikulum
didapatkan
materi larutan penyangga yang disesuaikan dengan silabus SMA kelas XI agar materi yang
disajikan
sesuai
dengan
standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang
Berdasarkan data identifikasi potensi yang didapatkan melalui tahap observasi dan wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa setiap kelas yang ada di
inkuiri
menurut Sudjana yaitu perumusan masalah, menetapkan
jawaban
sementara,
siswa
mencari informasi dan selanjutnya menarik kesimpulan (Sudjana, 2004). Sedangkan menurut Natalina tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri yaitu penyajian masalah, pengumpulan data, penyajian data dan menarik kesimpulan (Natalina, 2013). Adapun
pada
penelitian
ini
proses
pembelajaran inkuiri diberikan melalui media pembelajaran flash yang digunakan yaitu mula-mula siswa disajikan suatu tayangan slide percobaan dari larutan penyangga dimana
tanyangan
tersebut
sebagai
untuk mengumpulkan data percobaan yang telah ditanyangkan tersebut dan berdiskusi untuk mendapatkan jawaban, selanjutnya siswa diminta untuk menarik kesimpulan. Desain media flash ini disesuaikan
suatu MAN di Kudus memiliki fasilitas on focus, yaitu telah disediakan LCD, proyektor dan komputer di setiap ruang kelasnya. wawancara
dengan
guru
mata
pelajaran kimia di suatu MAN di Kudus diperoleh konsep media pembelajaran, dan media yang dikehendaki dapat menampilkan tulisan, gambar, dan animasi percobaan. Selain itu, hasil belajar siswa masih rendah terlihat dari banyaknya siswa yang belum mencapai
pembelajaran
penyajian masalah, setelah itu siswa diminta
ditetakan.
Hasil
dalam
KKM
yang
ditetapkan,
sekitar 26 siswa dalam satu kelas.
yaitu
dengan strategi pembelajaran inkuiri. Pada penelitian
ini,
media
dibuat
dan
dikembangkan sebagai media penunjang yang dapat membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Desain media flash terdiri dari halaman cover, menu utama, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, simulasi percobaan, dan evaluasi.
Selanjutnya
yaitu
proses
uji
kevalidan produk pengembangan media yang
dilakukan
oleh
3
validator
yang
meliputi proses review dan evaluasi. Produk pengembangan yang dievaluasi diberi saran
Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ….
1611
perbaikan untuk penyempurnaan. Saran
aspek media dan materi masing-
perbaikan yang diberikan oleh validator
masing memberikan skor baik, sehingga
dapat dilihat pada Tabel 1.
diperoleh kriteria baik/layak untuk diterapkan di kelas. Media flash ini teruji layak apabila
Tabel 1. Saran perbaikan oleh validator ahli media dan ahli materi Sumber Jenis Perbaikan Catatan Validator ahli Materi dibuat media komunikatif, sehingga mengajak siswa untuk mencari jawaban (memunculkan strategi inkuiri). Font tulisan yang ada di media, tidak harus resmi Penambahan efek suara Validator ahli Ditambah lagi latihan materi soalnya. Diberi penambahan gambar (misalnya gambar larutan penyangga).
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Peningkatan hasil belajar kognitif diukur menggunakan soal pretest dan soal posttest.
Soal
yang
digunakan
untuk
mengukur hasil belajar kognitif ini adalah soal pilihan ganda. Uji coba skala kecil dilakukan pada siswa kelas XI dengan sampel 14 siswa. Data nilai hasil pretest dan posttest siswa ditujukkan pada Gambar 1. Hasil yang diperoleh
menunjukkan
bahwa
terjadi
peningkatan hasil belajar kognitif dari hasil pretest dan posttest. Analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata pre test yaitu 44,78 dan nilai rata-rata post test yaitu 85,28 dan diperoleh hasil nilai n-gain sebesar 0,73.
Saran yang diberikan oleh validator
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
menunjukkan bahwa media pembelajaran
media flash efektif digunakan sebagai media
masih
pembelajaran yang baik bagi siswa.
perlu
perbaikan-perbaikan
penyempurnaan. dikonsultasikan
Proses dengan
untuk
perbaikan
validator
dan
dihasilkan produk pengembangan media flash yang dinilai valid dan layak untuk diterapkan di kelas. Hasil validasi media flash dijabarkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil total skor oleh validator ahli media dan ahli materi Validator Ahli Media I Ahli Media II Ahli Materi I Ahli Materi II
Total skor 74 73 37 37
Skor rata-rata
1612
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 15607 - 1616
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Uji
coba
skala
besar
dilakukan pada siswa kelas XI dengan sampel 40 siswa. Data nilai hasil pretest dan posttest
Series1
siswa ditujukkan pada Gambar 2. Hasil yang diperoleh me1
nunjukkan
2
bahwa
terjadi
peningkatan hasil belajar kog-
1. Hasil nilai pretest 2. Hasil nilai posttest
nitif
dari
hasil
pretest
dan
posttest. Analisis menunjukkan
Gambar 1. 1. Peningkatan Peningkatan hasil hasil belajar belajar kognitif Gambar kognitif siswa pada uji skala kecil siswa pada uji skala kecil
bahwa nilai rata-rata pre test yaitu 40,05 dan nilai rata-rata post test yaitu 83,2 dan
Untuk mengetahui tanggapan siswa pada
uji
coba
skala
kecil
diperoleh hasil nilai n-gain sebesar 0,72.
terhadap
Hasil uji coba skala kecil tersebut
penggunaan media flash pada proses
dapat dikatakan bahwa media flash efektif
pembelajaran menggunakan lembar angket
digunakan sebagai media pembelajaran
tanggapan siswa, dimana siswa mengisi angket
tersebut
setelah
yang baik bagi siswa. Hasil ini diperkuat
melaksanakan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
proses pembelajaran. Hasil dari angket tanggapan Gambar
siswa 2.
dapat
Berdasarkan
dilihat
Hariyanti
pada
gambar
(2013),
penerapan
pembelajaran model problem posing yang
2
dilengkapi dengan media flash menun-
menunjukkan bahwa pembelajaran kimia
jukkan adanya peningkatan prestasi belajar
dengan menggunakan media pembelajaran
siswa pada mata pelajaran kimia pokok
flash berbasis inkuiri memperoleh respon
bahasan kesetimbangan kimia. Penelitian
positif.
Skor rata-rata
bahwa
yang
dilakukan
oleh
4.8
Setiawan (2013) bahwa
4.6
penerapan strategi pem-
4.4
belajaran
4.2
proses pembelajaran me-
4
nunjukkan
3.8
yang
3.6 1
2
3
4
5
6
Aspek Tanggapan Siswa Gambar 2. Data hasil tanggapan siswa pada uji coba skala kecil
7
8
inkuiri
hasil lebih
dibandingkan model
pada
belajar baik
penerapan
pembelajaran
konvensional.
Skor rata-rata
Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek …. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
1613
Series1
1
2 1. Hasil nilai pretest 2. Hasil nilai posttes
Gambar 3. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada uji skala besar
Untuk mengetahui tanggapan siswa pada
uji
coba
penggunaan
skala
media
besar
flash
terhadap
pada
proses
pada
uji
coba
skala
besar
terhadap
penggunaan media flash dapat dilihat pada Gambar
4.
Berdasarkan
gambar
4
pembelajaran menggunakan lembar angket
menunjukkan bahwa pembelajaran kimia
tanggapan siswa, dimana siswa mengisi
dengan menggunakan media pembelajaran
angket
flash berbasis inkuiri memperoleh respon
tersebut
setelah
melaksanakan
Skor rata-rata
proses pembelajaran. Tanggapan siswa
positif.
4.15 4.1 4.05 4 3.95 3.9 3.85 3.8 3.75 3.7 1
2
3
4
5
6
7
8
Aspek Tanggapan Siswa Pada Uji Coba Skala Besar Gambar 4. Data Hasil Tanggapan Siswa Pada Uji Coba Skala Besar
Selain penilaian kognitif, dilakukan penilaian
pada
aspek
dan
sangat kurang. Rata-rata nilai afektif dapat
psikomotorik. Terdapat delapan aspek untuk
dilihat pada Gambar 3. Dari Gambar 3
menilai sikap siswa dan lima aspek untuk
terlihat
menilai keterampilan psikomotorik siswa
mempunyai satu aspek yang sangat baik
selama
yaitu tanggung jawab terhadap tugas.
pembelajaran.
afektif
sangat baik, baik, cukup, kurang, dan
Kriteria
meliputi
bahwa
pada
kelas
tersebut
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 15607 - 1616
Skor rata-rata
1614
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Aspek Penilaian Sikap Siswa Gambar 5. Rata-rata nilai afektif Keterangan: 1. 2. 3. 4.
Ketepatan waktu ketika masuk kelas Kesiapan siswa membawa buku Pengumpulan tugas Perhatian terhadap presentasi teman
Penilaian psikomotorik dapat dilihat
5. Kepercayaan diri siswa 6. Menghargai pendapat orang lain 7. Menghargai pendapat orang lain 8. Mencatat penjelasan guru
satu
aspek
yang
sangat
baik
yaitu
pada Gambar 4 yang memperlihatkan
kecakapan dalam menjawab pertanyaan
bahwa pada kelas tersebut mempunyai
secara lisan.
4 3.5
Skor rata-rata
3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
Aspek Penilaian Keterampilan Gambar 6. Rata-rata nilai psikomotorik Keterangan: 1. Ketepatan menjawab pertanyaan lisan 2. Ketepatan mengerjakan tugas materi 3. Mengemukakan pendapat Data angket tanggapan siswa dan angket tanggapan guru pada uji coba skala
4. Mengajukan pertanyaan 5. Kecakapan mempresentasikan
besar masukan
digunakan untuk
untuk
memberikan
penyempurnaan
produk
Yuli Rahmawati* dan Sri Haryani, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek …. pengembangan media flash berbasis inkuiri sehingga
didapatkan produk
akhir
coba skala besar memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media flash dengan rata-rata tanggapan siswa sebesar 32,2. Nilai rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan tahap validasi, uji coba kecil,
uji
coba
skala
besar
menunjukkan bahwa media flash berbasis pembelajaran inkuiri adalah salah satu media
pembelajaran
penunjang
keberhasilan pembelajaran yang layak dan efektif untuk digunakan serta memperoleh respon positif dari penggunanya.
SIMPULAN Hasil
pengembangan media
flash
berbasis inkuiri dapat disimpulkan bahwa media flash berbasis pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi larutan penyangga dan media flash
berbasis
pembelajaran
inkuiri
mendapat respon positif dari penggunanya dilihat dari angket tanggapan siswa yang diberikan setelah selesai melaksanakan proses belajar, sehingga media flash efektif meningkatkan hasil belajar siswa. .
DAFTAR PUSTAKA
dari
media flash. Data tanggapan siswa pada uji
skala
1615
Astuti, S., Ishafit, dan Toifur M., 2011, Pemanfaatan Media Pembelajaran (Macromedia Flash) Dengan Pendekatan Kontruktivis Dalam Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Fisika Pada Konsep Gaya, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan Penerapan MIPA, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Bilgin, I., 2009, The Effect of Inquiri Instruction Incorporation a Cooperative Learning Approach on University Students Achievment of Acid and Bases Concept and Attitude Toward Inquiri Instruction, Scientific Research and Essay, Vol 4, No 10, Hal: 1038-1046. Fadliana, H.N., Redjeki, T., dan Nurhayati, N.D., 2013, Studi Komparasi Penggunaan Metide PBL (Problem Based Learning) Dilengkapi Dengan Macromedia Flash Dan LKS Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Materi Asam, Basa, dan Garam Kelas VII SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 2, No 3, Hal: 158-165. Hamdani, M. A., 2011, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia. Hardiyanto, W., 2012, Pemanfaatan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Macromedia Flash 8 Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sifat Mekanik Bahan Kelas X Tkj 2 SMK Batik Perbaik Tahun Pelajaran 2011/2012, Jurnal akademik, Vol 1, No 1, Hal: 56-59. Hariyanti, I., Haryono J., dan Sukardjo S., 2013, Penerapan Pembelajaran Model Problem Posing Dilengkapi Macromedia Flash Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI IPA SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 2, No 3, Hal: 85-91.
1616
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 15607 - 1616
Mugiarso, H, 2011, Bimbingan dan Konseling, Semarang: UNNES press. Natalina, M., Mahadi I., dan Suzane A. C., 2013, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012, Prosiding Seminar FMIPA Universitas Lampung, Lampung: Universitas Lampung. Opara, J.A. dan Nkasiobi S.O., 2011, Inquiry Instructional Method and The School Science Curriculum, Research Journal of Social Science, Vol 3, No 3, Hal: 188-198. Rahayu, I. dan Lily M., 2013, Upgrading The Availability Of Building Sentence On Indonesian Language Learning By Using Series Pictures Media, Academic Research International, Vol 4, No 2, Hal: 530-535. Resti, A.M., Priatmoko S., dan Kusumo E., 2010, Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA Dalam Memahami Materi Larutan Penyangga Dengan Menggunakan Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang, Vol 4, No 1, Hal: 512520. Salim, A dan Toifur M., 2011, Pemanfaatan Media Pembelajaran (Macromedia Flash) Dengan Pendekatan Kontruktivis Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Fisika Pada Konsep Gaya, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011. Sanjaya, W., 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media.
Setiawan, D dan Budhitjahjanto, 2013, Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terhadap Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Di SMKN 3 Buduran Sidoarjo, Jurnal Pendidikan Tekhnik Elektro, Vol 2, No 1, Hal: 301-309. Sudjana, 2004, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia. Wenning, C.J., 2005, Implementing InquiryBased Instruction in the Science Classroom: A New Model for Solving the Improvement of Practice Problem, Journal of Physics Teacher Education, Vol 2, Hal: 1790-4560. Zawadski, R., 2010, Is Process-oriented inquiry suitable as a teaching method in Thailand’s Higher Education, Journal Education and Learning, Vol 1, No 2, Hal: 66-74.
!"# $"
# % & " #
# ' "
# % ! " ( )$& # $%& #" " # $!& # " " # * # + # )
),, " -" # % # " . / 01 23 11 01 ( 3 40*- 5 1 6 .7 %31 6 1 %%' )$%&88! ) 9 :" * ; ( 5 * 3 $(*3&