Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
KERETAKAN GELAS-LIMBAH DALAM CANISTER Aisyah, Herlan Martono Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif
ABSTRAK KERETAKAN GELAS-LIMBAH DALAM CANISTER. Limbah aktivitas tinggi adalah limbah yang berasal dari ekstraksi siklus pertama proses olah ulang bahan bakar bekas reaktor nuklir. Pada saat ini gelas borosilikat dipilih sebagai bahan matriks untuk imobilisasi limbah aktivitas tinggi karena gelas-limbah hasil imobilisasi mempunyai ketahanan kimia dan mekanik yang cukup baik. Imobilisasi limbah aktivitas tinggi dapat dilakukan dengan proses In Can Melting atau Continuous Melting. Ketahanan mekanik disini dimaksudkan adalah kemampuan gelas-limbah dalam menahan kerusakan mekanik yaitu keretakan. Pada kondisi operasi normal sejumlah keretakan teramati. Penyebab terjadinya keretakan adalah adanya cacat-cacat, perbedaan suhu dalam canister, radiasi alfa dari limbah, tegangan termal, tegangan sisa gelas limbah dalam canister dan adanya benturan yang cukup keras. Keretakan yang disebabkan adanya cacat-cacat dalam gelas limbah dapat diabaikan. Perbedaan suhu yang terjadi selama pengisian, pendinginan dan penyimpanan akan mengakibatkan terjadinya keretakan. Keparahan keretakan tergantung dari kondisi pendinginannya yaitu mulai dari retak ringan sampai hancurnya gelas limbah dalam canister. Adanya sirip pada canister In Can Melting dapat memperburuk efek keretakan. Untuk mencegah keretakan ini dilakukan pendinginan sampai suhu annealing dengan laju pendinginan yang cukup dan selanjutnya agar tidak terjadi kehancuran gelas limbah pendinginan dilakukan dengan laju 1°C/jam.
ABSTRACT CRACKING OF WASTE GLASS IN CANISTER. The high level liquid waste is generated from the first cycle extraction of reactor fuel reprocessing. At the present, borosilicate glass is accepted as matrix material for high level liquid waste immobilization because of its good chemical and mechanical durability. The high level liquid waste immobilization could be produced by In Can Melting or Continuous Melting process. The mechanical durability is the ability of waste glass to resist mechanical failure, which is cracking. Under normal operating conditions a certain amount of cracking is expected. The causes of cracking are defects, temperature gradients, alfa radiation, thermal stress, residual stress and severe impacts of waste glass in canister. Cracking that cause by defect is negligible. The temperature gradients during filling, cool down and storage causes of cracking occur. The aggravates effect of cracking depend on its cool down conditions which is from minor cracking until broken of waste glass in canister. The fin in the In Can Melting canister cause aggravates of cracking. For preventing this crack, cooling could proceed at sufficient rate until annealing temperature, further allowable cooling rates to prevent fracture of waste glass are on the order of 1°C/hr.
PENDAHULUAN Banyak kelompok ilmuwan di dunia ini yang secara terus menerus melakukan litbang dalam pengelolaan limbah radioaktif. Tujuannya adalah untuk mengisolasi limbah agar aman bagi manusia dan lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut telah dikembangkan sistem penahan ganda rekayasa (Engineered Barrier System). Penahan ganda ini terdiri dari bentuk limbah padat, wadah limbah (canister dan overpack) dan kondisi geologi yang stabil.
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
Sistem penahan ganda terutama diterapkan pada limbah aktivitas tinggi (LAT) dan limbah transuranium (TRU)[1,2]. Ada beberapa pertimbangan penting pada pemilihan bahan untuk imobilisasi limbah, yaitu[3] : • • • • • •
Proses pembuatan yang sederhana dan mudah Kandungan limbah Ketahanan kimia (laju pelindihan) Ketahanan mekanik (keretakan) Kestabilan terhadap panas dan radiasi Integritas fisik
Pada saat ini gelas digunakan sebagai bahan matriks untuk imobilisasi LAT yang cukup bagus, karena gelas-limbah hasil imobilisasi mempunyai ketahanan kimia dan mekanik cukup baik. Bahkan gelas-limbah mempunyai laju pelindihan yang sangat kecil. Salah satu aspek penting dalam mengevaluasi keselamatan pengelolaan limbah adalah kemampuan bentuk akhir limbah dalam menampung sejumlah limbah (waste loading). Beberapa negara telah melakukan karakterisasi bentuk gelas-limbah dari beberapa aspek. Salah satu aspek penting adalah ketahanan mekaniknya. Makalah ini membahas ketahanan mekanik gelas-limbah dalam canister. Ketahanan mekanik disini dimaksudkan adalah kemampuan gelas-limbah dalam menahan kerusakan mekanik yaitu keretakan. Keretakan gelas-limbah dapat disebabkan oleh adanya siklus termal, tegangan sisa dan benturan. Adanya keretakan gelas-limbah ini akan mengakibatkan naiknya luas permukaan dan jumlah partikel-partikel kecil. Besarnya luas permukaan yang terbuka harus dipertimbangkan. Ketika kita mengevaluasi aspek pelindihan gelas-limbah dalam canister. Luas permukaan yang terbuka sangat tergantung dari kualitas canister yang digunakan. Canister yang mudah rusak akan meningkatkan besarnya luas permukaan yang terbuka. Gelas tuang dipelajari karena teknologi ini telah dikembangkan untuk produksi pada skala industri di beberapa negara seperti USA, Perancis dan Jepang. PENGOLAHAN LIMBAH AKTIVITAS TINGGI Bahasan definisi limbah aktivitas tinggi pada umumnya difokuskan pada limbah cair aktivitas tinggi (LCAT). Limbah cair aktivitas tinggi adalah limbah yang berasal dari ekstraksi siklus pertama proses olah ulang bahan bakar bekas. Limbah ini sebagian besar mengandung produk fisi dan sedikit aktinida. Radiasi gama yang dipancarkan produk fisi akan menyebabkan suhu yang cukup tinggi dalam LCAT. Dalam proses olah ulang, selain LCAT akan dihasilkan juga limbah cair transuranium(LCTRU). Limbah ini mengandung banyak aktinida dan sedikit produk fisi yang timbul dari ekstraksi siklus II proses olah ulang bahan bakar bekas[4]. Tujuan pengembangan teknologi imobilisasi limbah dalam pengolahan LAT secara vitrifikasi untuk skala besar adalah 2
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
memproduksi bentuk limbah yang memenuhi syarat, aman, sederhana dan memungkinkan untuk dibuat. Pengolahan LAT dengan gelas borosilikat telah dilakukan secara industrial di beberapa negara maju seperti Perancis, Inggris dan Jepang. Hal ini disebabkan proses pembuatan gelas borosilikat yang lebih mudah dari pada synroc dan vitromet. Gelas borosilikat juga mempunyai keunggulan dibanding gelas fosfat karena lebih tahan korosi dan mengalami devitrifikasi pada suhu yang lebih tinggi. Devitrifikasi adalah kristalisasi gelas yang dapat meningkatkan laju pelindihan radionuklida dalam gelas jika gelas kontak dengan air tanah. Oleh karena itu terjadinya devitrifikasi harus dihindarkan. Akan dipelajari 2 teknik vitrifikasi limbah yaitu[3,5,6] : 1. In Can Melting Process (ICM) 2. Continuous Melting Process (CM) In Can Melting Proses (ICM) Proses batch ini telah dilakukan di beberapa negara seperti di PNL (USA) dan proses Harvest (Inggris). Dalam proses ini canister sekaligus berfungsi sebagai crucible pelelehan gelas. Canister ditempatkan pada bagian bawah calciner. Di dalam calciner LCAT dikalsinasi menjadi bentuk oksida yang akan dituangkan ke dalam canister. Di dalam canister, oksida limbah dicampur dengan bahan pembentuk gelas dan dilelehkan pada suhu 1150°C sehingga terbentuk gelas-limbah. Canister didinginkan pada suhu 700°C dalam tungku baru kemudian didinginkan lebih lanjut pada suhu penyimpanan. Gambar 1 menunjukkan contoh canister PNL pada proses ICM[5]. Canister ini mempunyai sirip yang menyatu di dalamnya. Hal ini diperlukan untuk memperoleh kecepatan pelelehan yang tinggi.
Gambar 1. Canister Gelas-Limbah Dalam Proses ICM[5] 3
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
Continous Melting Process (CM) Proses ini dikembangkan di PNL (USA), AVM (Perancis) dan PNC (Jepang). Dalam proses ini oksida limbah yang telah terkalsinasi dicampur dengan bahan pembentuk gelas dalam tungku dan dilelehkan hingga menjadi gelas. Lelehan gelas-limbah dituang ke dalam canister. Pendinginan canister dilakukan pada suhu 600°C untuk kemudian disimpan pada suhu penyimpanan. Gambar 2 menyajikan canister yang digunakan di PNC Jepang, hasil vitrifikasi dari melter dengan sistem pemanas Joule[3]. Dengan beberapa proses vitrifikasi yang berbeda akan dapat dihasilkan gelas-limbah dengan kualitas yang baik. Namun demikian ada beberapa perbedaan beberapa sifat mekanik dari gelas-limbah yang dihasilkan. Dalam makalah ini akan dipelajari keretakan gelas-limbah yang diproses dengan cara ICM dan CM.
Gambar 2. Canister Gelas Limbah Dalam Proses CM[3] PENYEBAB KERETAKAN GELAS LIMBAH Keretakan merupakan salah satu sifat mekanik gelas-limbah yang perlu diperhatikan, karena adanya keretakan memungkinkan terjadinya penurunan sifat mekanik gelas-limbah. Keretakan gelas-limbah terjadi ketika tegangan dalam melebihi kekuatan bahan. Kekuatan gelas-limbah ditentukan oleh ukuran dan distribusi cacat dalam gelas limbah. Dari percobaan, jelas bahwa kekuatan gelas tanpa cacat adalah 104 MPa (kuat tarik) dan kekuatan gelas-limbah ratarata 38 MPa. Cacat-cacat akan mengakibatkan tegangan-tegangan terlokalisir dan bertindak sebagai daerah awal yang retak. Sebagian besar cacat dalam gelas-limbah terbentuk selama proses. Namun dapat juga terjadi karena adanya panas atau radiasi yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Pada kondisi normal ditemukan adanya keretakan gelas limbah dalam canister dengan luas permukaan rata-rata 0,5 ∼ 1 cm2/g[7].
4
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
Cacat struktur berupa porositas tertutup (gelembung di dalam), ronggarongga dan kristal-kristal dari bahan yang tidak tervitrifikasi. Adanya cacat ini dapat meningkatkan sedikit luas permukaan, namun hal ini diabaikan jika dibandingkan dengan luas permukaan dari keretakan. Porositas dalam canister ICM dihasilkan dari gas-gas yang terlepas dari dekomposisi kimia anion dalam limbah. Gelembung-gelembung gas tersebut biasanya berdiameter 100 µm dan kurang dari 1% volume bulk gelas-limbah. Gelembung-gelembung gas yang terbentuk dalam canister pada proses CM timbul karena adanya lepasan gas selama vitrifikasi dan dari udara yang masuk selama penuangan. Secara visual porositas yang terbentuk ini tampak sama seperti dalam canister dengan proses ICM. Penuangan (dalam proses CM) juga akan mengakibatkan terbentuknya strings dan rongga. String terbentuk karena laju penuangan yang sangat lambat sedangkan rongga terbentuk karena laju penuangan yang cepat. Rongga juga dapat terbentuk dimana gelas memadat sebelum pengisian ke dalam canister selesai. Cacat ini terjadi karena gelas tidak mempunyai panas sisa yang cukup selama pengisian. Cacat seperti ini memungkinkan untuk dikurangi atau dicegah dengan cara mempertahankan canister pada suhu yang lebih tinggi dengan pengisolasian atau pemanasan tambahan. Pengendalian suhu canister akan lebih baik untuk mengurangi jumlah porositas dan hampir menghilangkan strings dan rongga-rongga[7]. Cacat baik pada proses ICM dan CM dapat juga terjadi selama penyimpanan pada suhu tinggi (> 550°C dan dari pengaruh radiasi). Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kerusakan karena suhu tinggi dapat menyebabkan terjadinya devitrifikasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Devitrifikasi yaitu terbentuknya fase kristal pada gelas-limbah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk fase kristal yang kecil mempunyai sedikit pengaruh pada kekuatan sedangkan untuk fase kristal yang besar dapat menurunkan kekuatan karena terbentuk retak mikro (mikrocracking)[8,9]. Kerusakan radiasi dalam gelas limbah (pada proses ICM dan CM) disebabkan karena pengaruh radiasi alfa. Hasil pengujian menunjukkan bahwa gelas akan mengembang atau mengkerut sampai dengan 1% volume, namun kekuatan masih sama dengan gelas tanpa iradiasi alfa[8]. Inklusi kristal adalah komponen limbah yang tidak larut yang berada dalam fase gelas-limbah. Konsentrasi dari fase inklusi ini dipengaruhi oleh komposisi gelas limbah dan suhu proses. Dari hasil pengujian menyatakan bahwa ditemukan adanya inklusi dalam gelas-limbah namun bukan hal yang nyata dari keretakan. Tegangan termal dan tegangan sisa terjadi dalam gelas limbah baik pada proses ICM maupun pada proses CM. Hal ini sebagai akibat dari proses dan penanganan selanjutnya. Tegangan disebabkan oleh adanya regangan yang berbeda-beda yang timbul dari perbedaan suhu pada gelas. Perbedaan suhu terjadi selama pengisian, pendinginan setelah pengisian dan kapan saja pada saat terjadi perubahan suhu canister akibat perpindahan dari lingkungan yang berlainan. Hal ini dapat menimbulkan keretakan dalam gelas limbah.
5
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
(a)
(b)
(c)
Gambar 3. Devitrifikasi Gelas-Limbah[9] Penjelasan Gambar 3 : − Contoh gelas-limbah mengalami pemanasan pada suhu 860°C selama : (a) 3 jam (b) 30 jam (c) 300 jam −
Noktah hitam pada gambar menunjukkan bagian yang terdevitrifikasi
JENIS KERETAKAN Ada beberapa jenis keretakan gelas-limbah dalam canister yang terjadi selama pengisian, pendinginan dan penyimpanan. Jenis keretakan ini juga dipengaruhi oleh posisi gelas-limbah dalam canister. Penyebab utama keretakan gelas-limbah selama pengisian dalam proses CM adalah adanya perbedaan suhu yang tidak merata dan thermal shock dari dinding canister. Pengisian yang tidak merata menyebabkan perbedaan suhu dalam badan utama gelas-limbah. Perbedaan suhu ini kecil sehingga keretakan yang teramati juga kecil. Keretakan dekat dengan dinding canister biasanya beraturan. Pada saat mulai penuangan, gelas akan kontak dengan dinding canister yang dingin, dimana thermal shock akan mengakibatkan keretakan yang terlokalisir, terbentuk lapisan konsentris dengan tebal 2∼4 mm dan kedalaman 2 cm. Untuk meminimalkan keretakan yang terlokalisir ini disarankan untuk melakukan pemanasan awal pada canister pada suhu transisi gelas-limbah [6,7]. Pendinginan dari suhu pengisian maupun pendinginan pada suhu penyimpanan setelah pengisian dapat menyebabkan terjadinya keretakan. Keretakan terjadi karena adanya regangan tetap dalam gelas ketika adanya perbedaan suhu sepanjang gelas bersamaan dengan mengerasnya gelaslimbah tersebut. Jika tidak ada perbedaan suhu ketika gelas memadat (seperti pada annealing) tidak terjadi regangan tetap. Jumlah keretakan ini tergantung pada suhu dimana pendinginan dimulai dan laju pendinginannya.
6
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
Profil suhu pendinginan awal dari canister pada proses CM ditunjukkan pada Gambar 4[6]. Perbedaan suhu pada dekat dinding mempunyai sedikit efek pada gelas yang sudah pecah karena adanya thermal shock. Keretakan baru akan muncul pada lapisan permukaan dengan interval rata-rata 5 – 10 cm dengan potongan yang lebih besar terdapat pada bagian dekat pusat. Hal ini terjadi jika gelas mendingin secara merata dari suhu sekitar transisi gelas. Dalam hal ini, lapisan gelas mendingin dan mengkerut berada di sekitar pusat yang lebih panas dan ini akan mengakibatkan terjadinya patah yang mendekati simetris.
Gambar 4. Profil Penurunan Suhu Dalam Canister [6] Adanya sirip di dalam canister akan menyebabkan keretakan, karena sirip mempunyai koefisien muai yang lebih besar dari gelas limbah sehingga sirip menyusut lebih besar dari gelas. Gelas menempel pada sirip yang akan memperburuk efek keretakan. Gambar 5 menunjukkan retak gelas-limbah dalam canister ICM, dengan pola keretakan simetris di sekitar sirip. Keretakan seperti ini dapat dikurangi dengan membuat disain bahan sirip yang mempunyai koefisien muai yang disesuaikan dengan gelas limbah[5,7].
Gambar 5. Keretakan Gelas-Limbah Dalam Canister ICM[5,10] 7
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
Keparahan keretakan bergantung pada kondisi pendinginan , oleh karena itu annealing dipertimbangkan sebagai sesuatu perbaikan yang akan membatasi kehancuran gelas-limbah. Pendinginan dapat dilakukan dengan laju yang cukup sampai mencapai suhu annealing gelas yaitu 500 – 550°C, selanjutnya untuk mencegah kehancuran gelas-limbah maka dilakukan laju pendinginan pada 1°C/jam. KONSEKUENSI DARI KERETAKAN GELAS-LIMBAH Imobilisasi LAT dengan gelas dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan lepasnya radionuklida yang terkandung dalam limbah ke lingkungan. Ada 3 mekanisme yang potensial untuk lepasnya bahan radioaktif ke lingkungan [7], yaitu : • • •
Serangan kimia oleh air (pelindihan) Hilangnya partikel-partikel yang sangat halus Penguapan radioisotop-radioisotop tertentu
Keretakan gelas limbah dalam canister memungkinkan terjadinya pelindihan dan lepasnya partikel-partikel halus. Akan ditinjau kemungkinan lepasnya bahan radioaktif dari Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif di fasilitas imobilisasi, pengangkutan dan penyimpanan. Fasilitas imobilisasi telah dirancang dengan aman untuk seluruh bahan radioaktif yang berada di dalamnya, sehingga jika terjadi lepasan radioaktif maka akan tetap berada dalam fasilitas, tidak keluar ke lingkungan. Fungsi utama canister adalah untuk mencegah lepasnya bahan radioaktif dari gelas limbah dan untuk mencegah rusaknya gelas limbah selama operasi. Mekanisme lepasnya bahan radioaktif yang memungkinkan adalah karena adanya benturan. Namun demikian sangat tidak mungkin terjadi kerusakan akibat benturan, karena canister telah didisain mampu bertahan dari kejatuhan setinggi 9 meter dengan hasil pengujian menunjukkan bahwa permukaan canister masih tetap utuh. Seandainyapun terjadi kerusakan dan sampai mengakibatkan sejumlah kecil lepasan dalam bentuk partikel, maka lepasan ini akan tetap berada dalam hot cell [7,8]. Canister yang telah berisi gelas-limbah akan diangkut dari fasilitas imobilisasi ke lokasi penyimpanan sementara. Transfer cask didisain untuk dapat melindungi lepasnya bahan radioaktif selama pengangkutan dan jika terjadi kecelakaan pada saat pengangkutan. Sangat dimungkinkan terjadinya lepasan bahan radioaktif dalam pengangkutan yaitu jika terjadi kecelakaan hebat hingga menembus transfer cask. Dalam hal ini mekanisme utama pelepasan bahan radioaktif adalah dispersi dan penguapan partikel –partikel yang dapat masuk pernafasan. Penguapan hanya akan terjadi pada suhu dimana gelas meleleh. Oleh karena itu adanya sejumlah keretakan tidak akan berpengaruh. Jumlah partikel yang lepas dan masuk pernafasan yang dapat terdispersi adalah kecil dan berdasarkan pengkajian hal ini sangat tidak
8
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
mungkin terjadi. Hal ini karena di dalam transfer cask masih terdapat canister yang cukup kuat. Hal yang diyakini sampai dengan saat ini adalah bahwa pada penyimpanan lestari, media geologi akan menahan seluruh bahan radioaktif yang masih cukup potensial bagi lingkungan. Penelitian telah banyak dilakukan dengan mempelajari mekanisme terjadinya pelepasan bahan radioaktif. Hal penting dari mekanisme pelepasan ini adalah adanya pelindihan dan pengangkutan bahan radioaktif yang terlindih sepanjang jalur air. Adanya keretakan pada penyimpanan akan berpengaruh terhadap laju pelindihan. Dengan meningkatnya luas permukaan sebagai akibat adanya keretakan maka potensi terjadinya pelindihan akan semakin besar. Pada awalnya sebagian besar gelas tidak langsung kontak dengan air, sehingga tidak mengalami pelindihan. Setelah periode yang panjang maka canister tidak akan bertahan lama dalam melindungi gelas sehingga banyak permukaan gelas yang akan terbuka. Air mempunyai jalan difusi sepanjang retakan-retakan diantara gelas, oleh karena itu laju pelepasan akan semakin meningkat dengan bertambahnya waktu. Sebagian besar daerah permukaan terbuka adalah partikel-partikel kecil sejumlah 1% berat total gelas dan berada dekat dinding canister, sehingga partikel-partikel inilah yang berpotensi terlindih keluar dan 99% berat gelas lainnya akan tetap utuh untuk periode waktu yang lebih lama [7,10]. KESIMPULAN Gelas telah dipakai dalam skala industri untuk imobilisasi LAT di beberapa negara maju. Proses imobilisasi dapat dilakukan dengan proses ICM dan CM. Adanya keretakan dalam gelas limbah perlu diperhatikan karena memungkinkan terjadinya penurunan kualitas gelas limbah. Pada kondisi normal ditemukan adanya keretakan gelas limbah dalam canister dengan luas permukaan rata-rata 0,5 dan 1 cm2/g. Cacat-cacat dalam gelas limbah dapat berupa porositas tertutup, rongga-rongga, kristal, strings dan inklusi kristal. Cacat yang berupa porositas tertutup, rongga dan kristal dari bahan yang tidak tervitrifikasi baik pada proses ICM maupun CM dapat diabaikan, karena hanya sedikit meningkatkan luas permukaan. Strings merupakan cacat yang timbul pada proses penuangan gelas limbah pada proses CM. Cacat ini dapat dikurangi dengan mempertahankan canister pada suhu yang lebih tinggi dengan pengisolasian atau pemanasan tambahan. Cacat dapat timbul selama penyimpanan gelas limbah pada suhu tinggi (> 550°C) dan dari pengaruh radiasi alfa. Suhu tinggi dapat mengakibatkan devitrifikasi, sedangkan radiasi alfa dapat mengakibatkan gelas limbah mengembang atau mengkerut. Namun hal ini tidak mempengaruhi kekuatan gelas limbah. Adanya tegangan termal dan tegangan sisa dalam gelas limbah juga dapat menimbulkan keretakan. Penyebab utama keretakan gelas limbah selama proses pengisian adalah perbedaan suhu yang tidak merata dan thermal shock dari dinding canister. Hal ini mengakibatkan terjadinya keretakan yang terlokalisir. Untuk meminimalkan keretakan ini maka disarankan sebelum pengisian dilakukan pemanasan awal pada suhu transisi gelas limbah. 9
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
Pendinginan dari suhu pengisian akan mengakibatkan terjadinya keretakan. Pada proses ICM gelas bereaksi dan terikat pada dinding canister, sehingga adanya proses pendinginan akan berakibat keretakan terlokalisir yang berat. Hal ini diperparah dengan adanya sirip yang berada di dalam canister. Mekanisme potensial untuk lepasnya bahan radioaktif ke lingkungan akibat adanya retakan adalah serangan kimia oleh air (pelindihan), hilangnya partikel-partikel yang sangat halus dan penguapan radioisotop tertentu. Dalam fasilitas imobilisasi adanya canister cukup melindungi gelas limbah yang ada di dalamnya. Kemungkinan lepasnya bahan radioaktif dari fasilitas ini akibat adanya benturan. Dalam pengangkutan gelas limbah dari fasilitas imobilisasai ke tempat penyimpanan dimungkinkan terjadinya kecelakaan. Adanya transfer cask yang didisain sedemikian kuat sehingga mampu melindungi canister yang berisi gelas limbah didalamnya. Dalam fasilitas penyimpanan, pelepasan bahan radioaktif dimungkinkan jika telah terjadi kerusakan overpack dan canister yang mengakibatkan timbulnya permukaan yang terbuka sebesar 1% berat total gelas limbah. Partikel-partikel inilah yang akan terlepas dan terlindih keluar. DAFTAR PUSTAKA 1. IAEA; Chemical Durability and Related Properties of Solidified High Level Waste Form, Technical Report Series No. 257, IAEA, Viena, 1985 2. POTTIER P., Criteria for High Level Waste Disposal and Characterization of Barrier, Proceeding of The International Seminar on Chemistry and Process Engineering for High Level liquid Waste Solidification, Frankfurt, 1981 3. MARTONO, H., Training Report on Treatment of High Level Liquid Waste and Characterization of Waste Glass, PNC, Jepang, 1988 4. MARTONO, H. dan AISYAH; Kajian Pengelolaan Limbah Aktivitas Tinggi dan Transuranium dari Iradiasi Bahan Bakar, Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI P2TBDU-BATAN, Jakarta, 2001 5. H.T. BLAIR; Vitrification of Nuclear Waste Calcines by In Can Melting, Pacific Northwest Laboratories, Richland, 1978 6. C.C. CHAPMAN and J.L. BUELT; The Use of Continous Glass Melter in Immobilization of Radioactive Defence Waste, PNS-SA-6867, Pacific Northwest Laboratories, Richland, 1978 7. S.C. SLATE, L.R. BUNNELL, et al; Stresses And Cracking In High-Level Waste Glass, Presented at the Nuclear Regulatory Commission Conference , Colorado, 1978 8. MARTONO, H. dan AISYAH; Efek Radiasi Terhadap Gelas-Limbah Hasil Vitrifikasi, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, P3TM-BATAN, Yogyakarta, 2002 9. AISYAH dan MARTONO, H.; Penentuan Devitrifikasi Gelas-Limbah Secara Mikroskop Optik; Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN, Yogyakarta, 1992. 10. D & ME; Solidification cracking of Glass in Stainless Steel Canister, PNL, 2002 10