Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN KEGIATAN MEDIA WARGA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN I. Pendahuluan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999, dan pada tahun 2008 ini menjadi PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program pemerintah yang berupaya memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya, termasuk pemerintah pusat/daerah dan kelompok peduli. Tujuannya, untuk membangun gerakan masyarakat menjadi gerakan kemitraan dalam menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Strategi dasar gerakan kemitraan dilakukan melalui perubahan perilaku kolektif dengan cara membangun kesadaran kritis semua pihak, bahwa sesungguhnya setiap orang mampu dan berdaya untuk melakukan perubahan-perubahan penting dalam menanggulangi kemiskinan dengan dimulai dari diri sendiri. Selanjutnya, melalui gerakan ini juga diharapkan rnampu menumbuhkembangkan serta meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga yang ada di sekitar masyarakat miskin menjadi jaringan kelompok-kelompok peduli yang berpartisipasi dalam penanggulangan kemiskinan. Dalam konteks PNPM Mandiri Perkotaan, sosialisasi diartikan bukan hanya bagaimana PNPM Mandiri Perkotaan dapat dipahami oleh masyarakat baik subtansi maupun prosedurnya. Sosialisasi bukan sekedar diseminasi atau media publikasi, melainkan bagian dari proses pemberdayaan, di mana melalui sosialisasi diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kritis, menumbuhkan perubahan sikap, dan perilaku masyarakat. Sebab itu, sosialisasi harus terintegrasi dalam aktivitas pemberdayaan dan dilakukan secara terus menerus untuk memampukan masyarakat menanggulangi masalah-masalah kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Kegiatan sosialisasi mempunyai peranan penting dalam proses memberikan pehamaman kepada masyarakat. Pada awal-awal program, media sosialisasi yang didorong adalah media yang secara substansi menjelaskan program secara keseluruhan pada tahapan/siklus kegiatan dimasyarakat melalui media yang didistribusikan dari Pusat. Pada tahun 2007 pendekatan mulai bergeser, dimana masyarakat diberi ruang untuk mengembangkan, merencanakan, memproduksi, mendistribusikan pengetahuan dan. informasi melalui “Media Warga” . Melalui Media warga ini juga diharapkan masyarakat dapat merencanakan strategi Komunikasi dan mampu mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan yang ada di wilayahnya baik secara horizontal diantara warga sendiri, maupun secara vertikal antara warga dengan pihak pemerintah desa/daerah. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan, pengembangan, dan pemanfaatan media warga akan memberikan pembelajaran kritis dan menumbuhkan kesadaran dan rasa memiliki yang tinggi sehingga dapat terjamin keberlanjutannya . media warga lebih mudah diterima dan dipahami karena sangat mengutamakan konteks budaya dan seni lokal/daerah, juga sesuai dengan penggunaan bahasa, nilai-nilai, dan kebiasaan/tradisi setempat.
1
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
II. Tujuan 1. Memberi deskripsi yang jelas dan akurat kepada masyarakat tentang pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, dan persoalan Nangkis di wilayahnya. 2. Menumbuhkan kesadaran kritis dan pemberdayaan masyarakat melalui keterlibatan dalam pembuatan serta pengelolaan media warga. 3. Sebagai media pembelajaran dan pertukaran informasi serta pengetahuan antar warga, dan antar warga dengan pemerintah 4. Sebagai wadah untuk saling berpartisipasi, berekspresi, forum diskusi serta menjadi wadah transparansi dan akuntabilitas.
III. Mekanisme Pelaksanaan Media Warga A. Persiapan 1. Sebelum media warga dibuat diberikan coaching kepada relawan/masyarakat di tingkat kelurahan/desa. 2. Dibentuk tim media warga. Tim media warga terdiri dari relawan/masyarakat di kelurahan/desa tersebut. Tim inilah yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan media warga. 3. Menganalisa khalayak sasaran dan kapasitas komunikasi masyarakat. 4. Menentukan media warga yang akan digunakan. B. Pilihan Media Warga Media warga terdiri dari beberapa jenis. Masyarakat bebas untuk mengembangkan dan mengelola satu atau lebih media warga. Jenis-jenis media warga tersebut terdiri dari: 1. Foto Novella Foto Novella, adalah sebuah media warga dalam bentuk Komik Foto yang temanya diangkat dari kondisi riil masyarakat dengan maksud untuk mencari solusi pemecahan maupun daya dukung bagi lancarnya pelaksanaan penangulangan kemiskinan. 2. Teater Warga Teater warga merupakan sebuah media komunitas yang didasarkan dari kajian-kajian kondisi riil masyarakat dalam bentuk pementasan yang bisa menumbuhkan suasana dialogis antar warga masyarakat. Para pemain dalam teater rakyat ini adalah masyarakat di tingkat kelurahan/desa. 3. Koran Warga Koran warga merupakan media yang berbentuk koran beberapa halaman yang dibuat dan dikelola secara partisipatif oleh masyarakat. Topik dan tema berita atau informasi diangkat dari permasalah riil yang dihadapai oleh masyarakat serta solusinya. 4. Poster Warga Poster warga merupakan media berbentuk poster yang dibuat oleh masyarakat dan didasarkan dari permasalahan riil yang dihadapi masyarakat. Poster ini sapat menjadi bahan atau media dialog dan diskusi warga untuk mencari alternatif solusi bersama.
2
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
5. VCD Warga VCD warga adalah Video yang direkam dalam cakram padat (Video Compact Disc) yang pengerjaannya dilakukan oleh masyarakat. Media ini digunakan untuk menggali permasalahan, kebutuhan, potensi maupun daya dukung lainnya. Media ini diharapkan bisa menjadi alternatif untuk menumbuhkan kesadaran kritis terhadap kondisi yang dihadapi masyarakat saat ini. 6. Radio Komunitas Sebagai media pembelajaran, Radio Komunitas atau yang dikenali merupakan siaran radio pemberdayaan yang dikelola oleh masyarakat, baik manajemen maupun paket-paket siarannya diorientasikan untuk membangun keswadayaan dalam penanggulangan kemiskinan. 7. Buletin/Tabloid Warga Buletin/Tabloid warga merupakan media yang berbentuk buletin/tabloid beberapa halaman yang dibuat dan dikelola secara bersama oleh masyarakat. Topik dan tema isi berita atau informasi diangkat dari permasalah kondisi riil yang dihadapai oleh masyarakat serta solusinya. 8. Papan Informasi Papan informasi umumnya berupa papan yang menjadi tempat ditempelkannya berbagai informasi mengenai program. Papan informasi biasanya semacam papan tulis yang diberi kaki-kaki sehingga dapat dipasang berdiri, atau papan yang ditempelkan di dinding. 9. Pertemuan Warga Sebuah Media warga, yang biasanya ada dan dilakukan rutin oleh masyarakat sesuai dengan adat dan tradisi budaya setempat. Pertemuan warga ini biasanya rutin dilakukan dengan jadwal dan tema yang ditentukan oleh warga dan peserta/anggotanya sudah jelas (misal arisan,pengajian,yasinan,PKK/Dasawisma, dll) C. Jenis-Jenis Media Warga 1. Foto Novella a. Fotonovela adalah media motivasional yang bertujuan untuk memotivasi masyarakat untuk berubah perilaku dan berbuat sesuatu. Sebagai media motivasional, fotonovella harus menghadirkan fakta. b. Salah satu ciri media motivasional adalah membujuk (memotivasi), memberi informasi dasar, memuat fakta dan informasi pendukung serta memiliki hubungan sebab-akibat. Inilah yang membedakan fotnovela dengan media instruksional (bandingkan dengan komik RK, PS, BKM, atau KSM). Isi cerita media motivasional dihentikan di tengah jalan (tidak selesai) agar akhir cerita dapat dianalisis oleh para pembacanya melalui diskusi. c. Dalam konteks PNPM Mandiri Perkotaan, fotonovela mengambil peran unttuk menghadirkan cerita-cerita best practice yang pernah dijalankan oleh masyarakat. d. Pembentukan tim pembuatan foto novella. Tim ini didasarkan pada kualifikasi kemampuan yang harus dipunyai. Misalnya siapa yang bisa menulis relatif bagus, bisa memotret, dan bisa membuat naskah ceritera (story board). e. Identifikasi masalah. Hal ini dilakukan untuk menandakan bahwa fotonovela yang akan dibuat bukan bercerita tentang dunia khayal, akan tetapi merupakan suatu ceritera riil yang
3
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
diangkat dari kondisi masyarakat saat itu. Identifikasi masalah ini bisa dilakukan dengan turun ke lapangan atau mengkaji dari laporan pengamatan sebelumnya. f. Tentukan tema yang diangkat melalui fotonovela. Misalkan, tema kesehatan lingkungan, usaha masyarakat, pembudidayaan pertanian, produksi dan sebagainya. Penentuan tema inipun harus disepakati bersama, dan yang paling penting tema tersebut menjadi prioritas masalah masyarakat yang diharapkan juga diprioritaskan penanggulangannya. g. Membuat cerita dan skenario fotonovella. Di dalamnya harus tergambar peran-peran para tokoh-tokohnya. Langkah ini diambil setelah mendapatkan alur yang jelas dan gaya bertutur yang cocok. Mulalilah menyusun kharakter tokoh-tokohnya. h. Pengambilan gambar foto (pemotretan) yang disesuaikan dengan skenario yang telah dibuat. Pada pengambilan foto ini diupayakan mengambil gambar-gambar yang terang, tetapi tidak berlawanan dengan sumber cahaya. Jadi foto yang yang diperoleh menyesuaikan dengan skenario cerita (bukan sebaliknya). Oleh sebab itu disinilah dibutuhkan story board, agar foto yang diambil dapat menyesuaikan dengan alur cerita. No urut gambar
Gambar Adegan
Dialog Balon Kata
1.
Penjual Nasi Pecel sedang berkemas dan membuang sampah sisa makanan ke saluran air. Hadi yang sedang berangkat sekolah menegur penjual nasi
Yati : Eh Hadi ada apa? Hadi : Ibu tahu ngga bahwa penyebab banjir itu adalah perilaku nggak peduli lingkungan termasuk menumpuk sampah di got?
2.
Hadi mengingatkan dengan nada tinggi bahwa got bukan tempat sampah dan memungut sebagian sampah di got. Si penjual nasipun mengikuti, mengambil sampah-sampah yang telah terlanjur dibuang
Teks Narasi (Penutur)
Suatu hari, Bu Yati, penjual nasi pecel di ujung gang sedang berkemas. Hari itu laku keras, sehingga ia pulang lebih awal. Dibuangnya sampah dan sisa makanan di saluran air. Hadi datang menegur si tukang nasi Bu Yati menghentikan Yati : Tapi Saya Cuma buang membuang sampah. sedikit koq, ntar juga Sebagian sampah yang telah terlanjur dibuang terbawa air diambil lagi. Saluran air Hadi : Nggak boleh, meski Cuma dibersihkan mengikuti teguran Hadi yang marah. sedikit. Dibilangin koq. Coba ada 10 orang penjual nasi yang buang sampah di got apa jadinya lingkungan kita?
Setting Lokasi Ujung Gang Melati Desa.......
Ujung Gang Melati Desa.......
3. Pada saat pemotretan dilakukan, adegan harus mengikuti story board tersebut seperti potret Bu Yati yang membuang sampah di got. Gambar Hadi yang berangkat sekolah dan menegur dengan marah dst. 4. Apabila foto telah dicetak, maka pembuatan foto novella bisa dimulai. Foto novella ini dibuat di atas dasar kertas HVS (putih) agar mudah digandakan atau langsung di print out jika diawali dengan format foto digital. Pada foto novella, diupayakan ada alur cerita yang ditulis dengan rapi dan jelas dilengkapi dengan balon-balon dialog antar pemerannya. 5. Apabila foto novella telah jadi, langkah selanjutnya adalah menggandakan atau memfotocopynya untuk dibagikan kepada warga peserta coaching atau Rembug Warga
4
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
sebagai bahan diskusi atau ditempel di papan informasi. Coba cermati contoh fotonovella berikut ini (diambil dari Panduan untuk Fasilitator Infomobilisasi, Mengembangkan Media Komunikasi Berbasis Masyarakat, Buku 3, Tim Partnership for e-prosperity for the poor (PePP), Bappenas-UNDP, Jakarta, 2007)
5
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
2. Koran Kampung a. Koran Kampung harus dibentuk dari tekat kuat dan mimpi para para pembuatnya untuk sebuah visi perubahan sosial. Jika tidak, maka koran kampung mungkin hanya akan terbit beberapa kali saja sebelum berhenti total karena pengelolanya bosan dan kehabisan dana. b. Koran Kampung mungkin termasuk dalam jenis media warga yang paling sulit karena membutuhkan ketrampilan menulis, pengorganisasian dan proses pencetakan. Namun kelebihannya dikerjakan secara team work. Setelah merumuskan visi dan misi bersama, maka ditentukan bagaimana membuat dan memproduksi koran kampung terutama segmen pembaca utamanya. c. Pembentukan tim pengelola koran warga. Siapa yang akan menjadi pencari berita, siapa yang akan mengelola redaksional, dan siapa yang akan menjadi pengganda dan penyebar hasil produksi. d. Identifikasi masalah (kondisi riil) yang dihadapi komunitas saat ini. Identifikasi bisa dilakukan dengan turun kelapangan, atau dengan pengamatan yang tepat tanpa harus turun ke lapangan. e. Penentuan tema-tema yang akan menjadi pokok bahasan koran warga. Tema diangkat dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi sebelumnya. Selain masalah riil yang dihadapi masyarakat, juga termuat informasi penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan secara bersama. f. Penentuan rubrik-rubrik yang akan menjadi khas pembahasan dalam koran warga. Nama rubrik yang akan muncul sebaiknya bernuansa lokal. g. Pengetikan naskah yang akan menjadi pengisi ruang/rubrik yang ada. Diupayakan bahasa menjadi pertimbangan yang paling pokok dalam koran warga ini. Gambar-gambar maupun foto riil masyarakat merupakan ikatan kuat sebagai daya tarik warga untuk memberikan respon balik terhadap keberadaan koran warga ini. h. Ukuran koran warga ini sama dengan koran umum yang telah ada. i. Penggandaan dilakukan dengan mencetak atau memfotocopy sesuai dengan kebutuhan warga yang ada. Untuk menjamin keberlanjutan dapat ditentukan frekuensi penerbitannya dengan mempertimbangkan kemampuan mengelola, sumberdana dan keperluan penyebarluasan. j. Koran warga ini diharapkan bisa dipakai untuk menjadi media diskusi pada pelaksanaan rembug warga, dan diharapkan muncul respon-respon warga terhadap masalah yang menjadi tema koran warga serta terjadi dialog untuk mencari solusi pemecahan secara bersama. Seharusnya para relawan dan masyarakat telah dilatih mengembangkan Media Warga melalui coachng yang difasilitasi oleh fasilitator selama tiga hari (24 Jpl). Dalam Coaching tersebut terdapat Kegiatan Merancang Buletin dan Papan Informasi (Kegiatan 3 di Modul 9, Pengembangan Media Warga) berupa simulasi proses produksi buletin dan papan informasi. Sebagai bekal singkat untuk memfasilitasi pembuatan buletin atau koran kampung (lihat contoh Buletin warga shudheun Jaya Post, Media Warga dari NAD atau contoh Media Warga di Banten dan DKI - terlampir) maka dapat dilakukan dengan tip ringkas berikut ini.
6
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
TIPS RINGKAS MEMBUAT KORAN KAMPUNG/BULETIN VERSI CONTOH 1. Untuk memulai ide pengembangan Koran kampung. Fasilitator dapat membuat contohnya terlebih dahulu dengan mengumpulkan beberapa tulisan yang telah dibuat oleh warga dan relawan. Kemudian ketik dan edit seperlunya beberapa tulisan tanpa merubah orisinalitas tulisan. 2. Kategorikan tulisan-tulisan tersebut dalam beberapa tema/rubrik, misalnya rubrik sosialisasi (sosialisasi massal), KSM, dana bergulir, best practices, budidaya ikan, perawatan infrastruktur dst. Sesuaikan rubrik-rubrik dengan kebutuhan warga dan tuliskan masing-masing rubrik di kertas plano. 3. Selanjutnya tempelkan tulisan-tulisan relawan/warga ke dalam masing-masing rubrik tersebut sesuai kategorinya seperti layaknya koran. Jika ada, tambahkan foto-foto dalam setiap tulisan. Kemudian tempelkan ’koran’ tersebut di kelas (ruang belajar warga). 4. Diskusikan isi koran buatan warga tersebut bersama para relawan. Ajaklah mereka membaca tulisan-tulisan dalam koran tersebut. Tanyakan kepada mereka adakah informasi baru dalam koran tersebut dan apa manfaatnya. Arahkan diskusi terfokus pada kegunaan koran kampung bagi kebutuhan masyarakat. Coba gagas, bagaimana melembagakan pertukaran pengalaman lewat Sedangkan tim kerja yang dibutuhkan dalam pembagian kerja sederhana, namun memiliki tulisan dalam koran kampung milikiterbagi sebuah komunitas.
fungsi dan peran layaknya koran profesional. Selengkapnya dapat dilihat di box di bawah ini. SUSUNAN TIM PENGELOLA KORAN KAMPUNG/BULETIN
1. Penanggung Jawab Koran yaitu pimpinan dari lembaga penerbit Koran ini, bias lurah atau kepala desa atau organisasi lembaga/organisasi lain di desa. 2. Pemimpin Redaksi : yaitu salah satu dari tim redaksi yang bertugas mengajak/memimpin rapat redaksi untuk menentukan tema dan topic-topik tulisan setiap edisi Koran. Untuk Edisi-edisi awal masa pendampingan kemungkinan masih cukup stock tema yang disediakan PNPM Mandiri Perkotaan 3. Tim Redaksi : yaitu beberapa orang (2-3 orang atau lebih) yang bertugas menyeleksi, mengolah dan menyunting tulisan yang masuk agar cocok untuk dimuat (dari segi topic dan panjang tulisan). Tim redaksi sebaiknya merangkap sebagai reporter yang bertugas mencari bahan tulisan dari peristiwa atau narasumber untuk ditulis sesuai kebutuhan materi di setiap edisi. Tim redaksi juga melakukan pemotretan dan mengumpulkan/menyusunnya menjadi stock foto yang sewaktu-waktu siap digunakan. 4. Tim Reporter yaitu beberapa orang relawan yang turut mencari berita menarik seputar upaya penanggulangan kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perkotaan. Pencarian berita dapat dilakukan melalui pengamatan, mewawancarai seseorang dan menuliskannya dalam laporan. Hasilnya kemudian diolah (diedit) Tim redaksi menjadi tulisan yang siap dimuat. Tim reporter juga melakukan pemotretan yang diperlukan. 5. Lay outer/type setter ; yaitu orang yang bertugas mengatur tata letak (lay out) naskah, gambar, dan bagian-bagian lain dalam koran termasuk tata aksara (setting) melalui pemilihan jenis dan ukuran yang jelas dan artistic. 6. Ilustrator ; yaitu orang yang membuat gambar ilustrasi untuk melengkapi naskah. Fungsinya berupa visualisasi cerita, catatan pengalaman, cerpen, puisi dsb.
7. Kontributor tulisan ; yaitu personil yang memiliki kepandaian menulis tetapi tidak masuk dalam struktur organisasi media. Beberapa orang semacam ini dapat diperoleh dari jenis keahlian tertentu misalnya, guru, dokter, petani, petugas puskesmas, aparat desa, Lurah. Bahkan tidak hanya tulisan yang dapat disumbangkan melainkan termasuk karikatur dari kartunis.
7
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
8
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
3. Buletin/Tabloid Warga a. Paralel dengan pembuatan koran kampung, dalam pembuatan buletin/tabloid warga didahului dengan Pembentukan tim pelaksana. Tugas dan peran dibagi-bagi antara siapa yang akan menjadi pencari berita, siapa yang akan mengelola redaksional, dan siapa yang akan menjadi pengganda dan penyebar hasil produksi b. Identifikasi masalah (kondisi riil) yang dihadapi komunitas saat ini. Identifikasi bisa dilakukan dengan turun kelapangan, atau dengan pengamatan yang tepat tanpa harus turun ke lapangan. c. Penentuan tema-tema yang akan menjadi pokok bahasan buletin/tabloid warga. Tema diangkat dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi sebelumnya. Selain masalah riil yang dihadapi masyarakat, juga termuat informasi penanggulangan kemiskinan yang sedang atau telah dilakukan secara bersama. d. Penentuan rubrik-rubrik yang akan menjadi khas pembahasan dalam buletin/tabloid warga. Nama rubrik yang akan muncul sebaiknya bernuansa lokal. e. Pengetikan naskah yang akan menjadi pengisi ruang/rubrik yang ada. Diupayakan bahasa menjadi pertimbangan yang paling pokok dalam buletin/tabloid warga ini. Gambar-gambar maupun foto riil masyarakat merupakan ikatan kuat sebagai daya tarik warga untuk memberikan respon balik terhadap keberadaan buletin/tabloid warga ini. f. Ukuran buletin/tabloid warga ini sama dengan buletin/tabloid umum yang telah ada. g. Penggandaan dilakukan dengan mencetak atau memfotocopy sesuai dengan kebutuhan warga yang ada. h. Buletin/tabloid warga ini diharapkan bisa dipakai untuk menjadi media diskusi pada pelaksanaan rembug warga, dan diharapkan muncul respon-respon warga terhadap masalah yang menjadi tema buletin/tabloid warga serta terjadi dialog untuk mencari solusi pemecahan secara bersama. 4. Poster Warga a. Pembentukan tim pembuat poster warga. Siapa yang mencari data, siapa yang membuat gambar dan huruf. b. Identifikasi masalah yang dihadapai secara riil oleh masyarakat. Sesuaikan tema dengan fungsi poster untuk mengkomunikasikan keprihatinan, peringatan maupun isu. Tentu saja Isu utama dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah Penanggulangan Kemiskinan dan pemberdayaan. c. Penentuan tema poster yang didasarkan pada hasil analisa masalah dan peluang untuk menumbuhkan rangsangan dialog dan diskusi. d. Poster warga dibuat pada kertas karton (karton manila) dengan ukuran tertentu, A2 atau A3. Alat gambar yang dipakai adalah spidol atau alat gambar lainnya sesuai dengan kondisi yang ada. e. Tugas Utama Poster adalah menarik perhatian orang. Faktor yang menjadikan media ini sangat populer adalah dapat dibuat dalam waktu singkat. Poster sederhana hanya membutuhkan orang yang dapat menggambar (pada dasarnya semua orang mampu menggambar) dan gagasan yang berupa tulisan yang tidak terlalu panjang. f. Poster dibuat bisa beberapa lembar sesuai dengan kebutuhan dan disebarkan atau ditempelkan di beberapa lokasi dimana warga bisa mengamatinya. Atau menjadi media dialog/diskusi pada rembug warga. Diharapkan warga setelah melihat dan membaca isi pesan poster tersebut akan memberikan respon dan muncul alternatif solusi.
9
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
g. Dilihat dari isi pesannya, setidaknya poster dapat bersifat ancaman, himbauan maupun informasi. Berikut ini perbedaannya. i. Ancaman, misalnya poster yang mengingatkan bahaya HIV/AIDS, bahaya demam berdarah, bahaya korupsi, bahaya merokok, bahaya penggundulan hutan, atau bahaya peredaran daging gelonggongan ii. Himbauan, misalnya poster untuk mengajak pergi ke Posyandu, mengajak peduli kepada persoalan kemiskinan, taat berlalu lintas pemeliharaan pantai melalui penanaman mangrove iii. Informasi, misalnya poster yang menjelaskan cara-cara mengurus perijinan pendirian bangunan, pencegahan demam berdarah dengan 3M, mekanisme FGD Refleksi Kemiskinan, langkah-langkah Pemetaan Swadaya. 5. Teater Warga a. Pembentukkan tim teater warga. Siapa yang akan menjadi pembuat cerita, sutradara, pemain dan pemusik, dll. b. Identifikasi masalah (kondisi riil) yang dihadapi komunitas saat ini. Identifikasi bisa dilakukan dengan turun kelapangan, atau dengan pengamatan yang tepat tanpa harus turun ke lapangan. c. Penentuan tema yang akan dimunculkan pada pementasan. Misalkan, tema pengrusakkan hutan dan sebagainya, tergantung dari prioritas masalah yang akan ditanggulangi secara bersama. d. Diskusi tentang pembuatan cerita yang kemudian dituangkan dalam bentuk skenario pementasan. e. Penentuan peran pelaku pementasan yang disesuaikan dengan skenario yang telah dibuat. f. Latihan pementasan. Latihan ini diupayakan di alam terbuka dimana masyarakat bisa melihat secara langsung proses latihan pementasan yang dilakukan. Hal ini untuk membuka feed back masyarakat terhadap permasalahan dan dialog yang akan dipentaskan. g. Apabila tim teater warga sudah merasa bisa untuk pentas, maka pementasan bisa dilaksanakan. Sarananya bisa di balai desa atau tempat-tempat rembug warga atau pestapesta warga. Pada akhir pementasan diupayakan terjadinya suatu acara dialog khusus tentang permasalah yang diangkat. Diupayakan muncul alternatif solusi yang kemungkinan bisa disepakati secara bersama. Hasil dari rumusan dialog dengan warga tadi, dirumuskan menjadi sebuah action plan yang akan dilakukan secara bersama-sama. 6. VCD Warga a. Pembentukan tim pelaksana pembuatan VCD warga. b. Identifikasi masalah yang dilakukan bersama masyarakat, dikaitkan dengan isu strategis. c. Penentuan tema yang akan diangkat menjadi bahan VCD berdasarkan dari olahan hasil identifikasi sebelumnya. d. Pembuatan/penulisan skenario dan penentuan peran yang didasarkan pada skenario yang telah dibuat. Pembuatan VCD dapat menggunakan gambar bergerak atau foto digital yang menggambarkan sebuah cerita. Dikenal juga dengan istilah Dongeng digital (Digital story telling-DST). Durasinya tidak panjang, sekitar 2 sampai 3 menit.
10
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
e. Pengambilan gambar sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Skenario (script) biasanya bergaya faktual berbentuk kisah pribadi, informasi-pendidikan (informationeducation) maupun film dokumenter (dokumentasi mikro dari sudut pandang pencerita) Dalam proses ini gunakan story board seperti pada fotonovella. f. Proses editing dan pemberian judul. Dalam proses ini akan sangat berkaitan dengan manajemen file, pengolahan foto/adegan, perekaman suara hingga penggunaan program movie maker untuk pengembangannya. g. Proses penggandaan untuk disebarkan kepada tiap kelompok masyarakat yang membutuhkan media pemberdayaan. h. Apabila VCD ini menjadi bahan untuk dialog dan diskusi pada pertemuan masyarakat, maka harus ada upaya untuk merumuskan hasil dialog tersebut dan diharapkan terumuskan pula alternatif solusi yang disepakati secara bersama. 7. Radio Komunitas a. Pembentukan tim pelaksana pembuatan radio Komunitas. Radio komunitas adalah penamaan popular dari radio yang dikelola warga. Bisa juga disebut dengan radio warga karena pengelola dan pemanfaatnya adalah warga.. Fungsi utama radio sebagai media elektronik adalah media massa yang berfungsi informasional dan persuasive (mengajak dan membujuk) b. Diskusi perencanaan dengan pihak teknisi radio komunitas. Dalam masa perencanaan ini akan banyak dibahas mengenai dukungan dan penyamaan persepsi. Kemudian diikuti penamaan radio komunitas, penentuan visi/misi, tujuan, format siaran, gelombang/frekuensi, wilayah, jangkauan dan program kerja. c. Pendirian radio warga. Nama radio diupayakan merupakan kesepakatan bersama warga masyarakat dan perencanaan materi siarannya juga dilakukan secara bersama. Payung Hukum Radio komunitas adalah UU no 32 tahun 2002 tentang Penyiaran dan PP no 51 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Komunitas. Normatifnya Radio Komunitas harus berbadan hukum (disebut Lembaga Penyiaran Komunitas, baik berbentuk Perkumpulan atau Koperasi), memiliki ijin siaran yang prosedur perijinannya cukup panjang hingga ke tingkat Menteri melalui Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID). d. Untuk mengisi atau menciptakan paket-paket siarannya didasarkan pada hasil pengolahan identifikasi masalah-masalah riil yang dihadapi oleh masyarakat. Seusai penuntasan persoalan kelembagaan maka dibutuhkan penguatan kapasitas dan pelatihan untuk tim radio komunitas. Sejumlah pelatihan dasar yang diperlukan antara lain adalah pelatihan jurnalistik radio, bagaimana menjadi penyiar yang baik,dan seluk-beluk pengetahuan serta ketrampilan teknis penyiaran lainnya. Pelatihan-pelatihan tersebut sudah menjadi proses pembelajaran yang baik bagi komunitas. Radio Komunitas dewasa ini sedang ngetrend menunjang pembangunan masyarakat, maka tidaklah sulit menghadirkan pelatih-pelatih untuk materi ini. e. Evaluasi untuk radio warga dilakukan secara partisipatif. Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki kualitas acaranya sehingga menjadi acuan untuk perancangan program dan format acara yang digemari masyarakat. Monitoring terpenting adalah sudah sejauh mana siaran radio menjangkau khalayak sasaran seperti yang diharapkan, siapa yang menikmati siaran radio, siapa yang tidak tertarik, mengapa?
11
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
8. Papan Informasi a. Pembentukan tim pelaksana pembuatan dan pengelola papan informasi. b. Identifikasi masalah (kondisi riil) yang dihadapi komunitas saat ini. Identifikasi bisa dilakukan dengan turun kelapangan atau dengan pengamatan yang tepat tanpa harus turun ke lapangan. c. Penentuan tema-tema yang akan menjadi pokok bahasan papan informasi warga. Tema diangkat dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi sebelumnya. Selain masalah riil yang dihadapi masyarakat, juga termuat informasi penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan secara bersama. d. Perencanaan bentuk disain papan informasi (upayakan disain menjadi daya tarik masyarakat, kuat dan melindungi bahan-bahan informasi yang akan ditempel). e. Penentuan tempat lokasi papan informasi (lokasi-lokasi strategis). Usahakan menempatkan papan Informasi di lokasi yang banyak dilalui masyarakat setiap harinya. f. Sejumlah lima Papan Informasi dibiayai oleh program dalam masa pendampingan. Namun karena sifatnya hanya stimulan maka jumlah papan informasi sangat dianjurkan untuk ditambahkan sendiri oleh warga secara swadaya. Papan informasi tambahan tersebut dapat difungsikan sebagai majalah dinding. g. Kekhasan majalah dinding adalah menampilkan lebih banyak gambar dan informasi yang komunikatif, mudah dipahami warga dan berbahasa lokal. Papan informasi sebaiknya tidak hanya berisi laporan-laporan keuangan resmi UP-UP/BKM. Modifikasi isi papan informasi dengan menampilkan laporan-laporan kegiatan BKM secara lebih menarik dan tidak kaku, misalnya disertai dengan foto-foto atau gambar-gambar karikatural yang relevan. h. Sebagaimana koran kampung dan buletin, majalah dinding dapat dikemas dalam bermacam rubrikasi yang berisikan beragam informasi sesuai kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dapat ditentukan berdasarkan siklus yang sedang berjalan maupun isu aktual yang sedang up to date dibicarakan. 9. Pertemuan Warga Pertemuan warga mungkin adalah bentuk media warga tertua yang pernah ada, sebab tumbuh bersama komunitas dapat dilaksanakan dimana saja, kapan saja dengan media apa saja. Dalam sejarahnya, pertemuan warga didominasi dialog verbal. Untuk menstrukturkannya perlu dipersiapkan antara lain : a. Pembentukkan tim pengurus dan penanggung jawab b. Identifiksi masalah-masalah yang dihadapi warga c. Menentukan dan memprioritaskan tema-tema masalah d. perencanan Pertemuan dan jadwal pertemuan serta peserta yang akan diundang
IV. Jenis Media Warga Yang Dibiayai Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, bentuk Media Warga yang didanai adalah Media Cetak berupa Koran Kampung, Buletin, Fotonovella, atau kombinasi antara ketiganya. Sedangkan untuk sarana penempelan Media cetak tersebut beserta hasil-hasil kegiatan masyarakat telah disediakan papan informasi yang dibiayai oleh penyelenggara program PNPM mandiri Perkotaan. Sebagai stimulan, papan informasi dialokasikan sejumlah 5 buah yang dipasang di lokasi-lokasi strategis bersama dengan papan-papan yang diswadayakan oleh masyarakat. Agar lebih memasyarakat dan menjadi
12
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
milik komunitas maka papan informasi harus dikelola optimal sebagaimana majalah dinding sekolah. Untuk jenis-jenis media warga yang lain tidak mendapatkan pendanaan karena berbagai faktor, antara lain disebabkan oleh besarnya skala kegiatan dan agar tidak mempersempit keleluasaan masyarakat untuk berekspresi dalam berkomunikasi. Format Koran Kampung maupun Buletin dapat disisipi dengan komik foto (fotonovella). Disarankan tidak terlalu panjang, cukup selembar saja dalam satu edisi. Sehingga jika koran kampung atau buletin diterbitkan dalam 4 lembar (8 Halaman), maka satu halaman diantaranya berupa fotonovella. Dengan demikian diharapkan kebosananan pembaca dapat diantisipasi.
V. Waktu Pembuatan Media Warga Tema-tema yang diusung dalam media warga adalah tema-tema di seputar program PNPM Mandiri Perkotaan. Pembuatan media warga baik di kelurahan baru maupun kelurahan lama dilakukan minimal tujuh kali selama program berlangsung dan disesuaikan dengan tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Beberapa fenomena menunjukkan bahwa masyarakat tidak selalu berhasil memproduksi media warga seiring dengan tahapan siklus PNPM Mandiri Perkotaan yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu kemudian, tema-tema siklus dapat diganti dengan 7 tema alternatif dalam Paket-Paket Informasi (terlampir).
VI.
Pembiayaan Kegiatan
Untuk mendukung biaya produksi diberikan dana stimulan yang digunakan untuk pengembangan sebuah media warga di setiap desa/kelurahan. Tidak tertutup kemungkinan warga membuat lebih dari satu media warga dalam satu siklus kegiatan. Inisiasi, kreativitas dan pembiayaan adalah bentuk otoritas warga dalam mengelola media. Sehingga terbuka peluang pengorganisasian swadaya, pengetahuan, ketrampilan dan keahlian. Biaya Stimulan pembuatan media warga dikeluarkan dari dana PNPM Mandiri Perkotaan terdapat dalam budget kontrak Manajemen di KMW. Untuk setiap penerbitan media warga di tiap kelurahan lama dan baru, diberikan dana stimulan sebesar Rp 300 untuk 200 eksemplar. Untuk wilayah UPP3 di budget kontrak KMW masih tertera sebesar Rp. 500 untuk 250 eksemplar setiap kelurahan. Dana tersebut tidak boleh dipotong oleh manajemen KMW (fix cost). Pembiayaan hanya berlangsung pada masa aktif pendampingan konsultan (KMW). Kedepan diharapkan masyarakat bisa membiayai sendiri pembuatan media warga, baik melalui dana kas desa/kelurahan/dusun/lingkungan/RW/RT, donatur atau sponsor independent sehingga keberlangsungannya sebagai media komunikasi dialogis tetap terus terjaga. Dana Stimulan Media tersebut dapat dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Biaya penggandaan atau photo copy (minimal sejumlah 200 eksemplar) 2. Pencetakan foto, scanning atau print out foto digital 3. Rental pengetikan (bila tim media/masyarakat tidak memiliki computer)
13
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
Dana stimulan pengembangan media warga tersebut tentu tidak sebanding dengan produktivitas warga dalam mengelolanya. Oleh sebab itu, pembiayaan media warga dapat didukung oleh : 1. Swadaya/iuran warga setempat 2. Swasta/pemerintah daerah 3. Iklan/layanan masyarakat 4. hasil penjualan Media warga bagi masyarakat yang mampu (misal dijual kepada warga yang mampu ditetapkan harga per eksemplar)
VI. Mekanisme Pelaporan 1. Tim Faskel bertanggungjawab melaporkan pelaksanaan media warga di wilayah dampingan masing-masing ke Korkot dalam bentuk : a. Rekapitulasi (Tabel Rekapitulasi terlampir) seluruh pelaksanaan media warga di seluruh wilayah dampingan b. Sebuah laporan lengkap kelurahan/desa yang dinilai terbaik (best practice) dalam pelaksanaan media warga. c. laporan pemanfaatan dana fixed cost media warga sebesar Rp. 125.000. d. Bukti media warga yang telah dicetak. 2. Korkot bertanggungjawab menyampaikan rekapitulasi laporan dari seluruh Tim Faskel dan memilih masing-masing 1 laporan pelaksanaan media warga yang dianggap sebagai best practice dari setiap Kabupaten/Kota kepada TA Sosialisasi KMW. 3. TA Sosialisasi KMW bertanggungjawab menyampaikan laporan pelaksanaan media warga kepada KMP berupa : a. Masing-masing 1 Laporan Best Practice Kelurahan/Desa dari setiap Kabupaten/Kota b. Rekap pelaksanaan media warga dari seluruh Kelurahan/Desa dampingan KMW setiap provinsi. c. Bukti media warga yang telah dicetak, baik hard maupun soft copy. 4. Penyampaian laporan ke KMP paling lambat satu minggu setelah pelaksanaan media warga di setiap tahapan sesuai master schedule. 5. Dalam perkembangannya, tanpa atau dengan pendamping dari konsultan, media warga harus dipastikan berkembang dan mekanisme pelaporan dilakukan kepada warga masyarakat, berkaitan dengan sumber pembiayaan, jumlah eksemplar yang di produksi, sasaran penerima media dan berita-berita yang di munculkan dalam setiap penerbitan serta rencana penerbitan selanjutnya 6. Langkah yang tak kalah pentingnya adalah pada pengelolaan pendistribusian Koran kampong atau bulletin. Distribusi dapat dilakukan dengan menempel di tempat-tempat umum atau tempat yang ramai dikunjungi warga. Papan informasi dapat digunakan disini. Koran kampong/bulletin dapat didistribusikan ke rumah-rumah ketua RW/lingkungan/RT oleh loper Koran (dalam hal ini relawan). Selanjutnya diharapkan terjadi distribusi yang berantai di masing-masing komunitas tersebut.
14
Kerangka Acuan Media Warga – PNPM Mandiri Perkotaan
Catatan: 1. Pengelolaan media warga yang baik harus dimulai dari perencanaan. Dalam perencanaan harus disepakati bersama, Visi, misi, bentuk, tim penanggung jawab, sasaran pemanfaat media, monitoring dan evaluasi serta efektivitas media warga. 2. Keberadaan Tim Penanggungjawab Media Warga merupakan salah satu unsur penting untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan. Tim tersebut terdiri dari orang-orang yang dirasa mampu dan memiliki minat untuk mengembangkan dan mengelola media warga. Anggota Tim melakukan pengorganisasian diri untuk menjalankan peran dan fungsi b i j b di Referensi :
Panduan untuk Fasilitator Infomobilisasi, Mengembangkan Media Komunikasi Berbasis Masyarakat, Buku 3, Tim Partnership for e-prosperity for the poor (PePP), BappenasUNDP, Jakarta, 2007 Media Rakyat, Mengorganisasi Diri Melalui Informasi, Combine Resource Institution-The Ford Foundation, Yogyakarta, 2007 Menguak Budaya Bisu, Model Komunikasi Pengembangan Masyarakat, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, Jakarta, Desember 1989
15