Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
KERAGAAN KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA SUSU DI INDONESIA (Performance of Dairy Processing Industry in Supporting Self-Sufficiency of Milk in Indonesia) Tati Herawati, Priyanto D Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT Indonesian milk consumption is 11 liters/capita/year, less than that of Malaysia and the Philippines, respectively of 22 liters/capita / year. Indonesian Government has established an action program to promote and encourage people to consume more milk. This paper contains a review of existing dairy processing industry in order to support the government's program for milk self-sufficiency. The study was conducted by interviewing various dairy companies and cooperatives, as well as government agencies in Jakarta, East Java and West Java. Market for downstream segments of the dairy industry was dominated by dairy processing industry that located entirely in Java with the main products of processing milk of imported raw material resources. In upstream segment, largely dominated by dairy farmers as members of cooperatives or managed individually. There was a big challenge and opportunities to improve upstream sector. Target of consuming 90% of milk produced locally meaning 5.4 billion liters of milk from 1.44 million lactating cows should be produced. There were 48 dairy processing companies operating in: West Java (20 companies), East Java (12 companies), Jakarta (8 companies), DIY (2 companies), Central Java (2 companies) and respectively 1 company in North Sumatra, Lampung, East Kalimantan and South Sulawesi. The highest producing milk processing is in East Java, utilized only 75.60% of IPS capacity to produce dairy products. Key Words: Performance, Dairy Processing Industry, Milk Self Sufficiency ABSTRAK Konsumsi susu masyarakat Indonesia mencapai11 liter/kapita/tahun lebih rendah dari pada Malaysia dan Filipina yang mencapai 22 liter/kapita/tahun. Pemerintah Indonesia telah menyusun program aksi untuk mempromosikan dan mendorong masyarakat agar lebih banyak mengkonsumsi susu. Tulisan ini memuat hasil penelaahan kinerja beberapa industri pengolah susu yang ada di pulau Jawa dalam upaya mendukung program pemerintah untuk berswasembada susu. Penelitian dilakukan dengan mewawancarai berbagai perusahaan susu, koperasi susu dan instansi pemerintah yang menangani persusuan yang ada di Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Segmen hilir dari industri susu masih didominasi oleh industri pengolahan susu yang keseluruhannya berlokasi di Pulau Jawa dengan menghasilkan susu olahan yang sebagian besar berbahan baku impor. Untuk segmen hulu, sebagian besar didominasi oleh peternak sapi perah yang tergabung dalam koperasi ataupun mandiri. Suatu tantangan yang dapat menjadi titik ungkit dalam meningkatkan produksi susu di dalam negeri dan menjadi peluang di sektor hulu. Apabila target 90% kebutuhan susu nasional dapat dipenuhi dari pasokan dalam negerimaka harus tersedia 5,4 milyar liter susu yang diperoleh dari 1,44 juta ekor sapi perah laktasi. Terdapat 48 perusahaan pengolah susu, yakni 20 di Jawa Barat, 12 di Jawa Timur, 8 di DKI, 2 di DIY, 2 di Jawa Tengah dan masing-masing 1 perusahaan di Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Di Jawa Timur yang merupakan wilayah tertinggi tingkat olahan susunya, baru 75,60% dari daya tampung IPS yang dimanfaatkan untuk memproduksi susu olahan. Kata Kunci: Performan, Industri Pengolah Susu (IPS), Swasembada Susu
234
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
PENDAHULUAN Salah satu kendala dalam pengembangan agroindustri di Indonesia adalah kemampuan mengolah produk yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar komoditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah dengan indeks retensi pengolahan sebesar 71-75%. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya 25-29% produk pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk olahan. Kondisi ini memperkecil nilai tambah yang yang diperoleh dari ekspor produk pertanian, sehingga pengolahan lebih lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agroindustri di era global ini (Soewono, 2005). Pengembangan agroindustri di Indonesia terbukti mampu membentuk pertumbuhan ekonomi nasional. Di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 19971998, agroindustri ternyata menjadi sebuah aktivitas ekonomi yang mampu berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selama masa krisis, walaupun sektor lain mengalami pertumbuhan negatif, agroindustri mampu bertahan dalam jumlah unit usaha yang beroperasi. Salah satunya adalah industri pengolahan susu yang disebabkan oleh peningkatan permintaan di dalam negeri dan sifat industri yang padat karya (Mangunwijaya dan Sailah 2009). Susu yang berasal dari sapi, susu kambing, dan susu kedelai membawa khasiat berbeda jika dikonsumsi. Susu sapi adalah jenis yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia. Kandungan nutrisinya pun lengkap, antara lain Ca, vit K. vit D, protein, lemak dan mineral serta beberapa zat lain. Susu sapi dapat dikonsumsi oleh semua usia dan jenis kelamin (Siregar, 2013). Dalam hal kesehatan, susu sapi adalah sumber protein yang lengkap. Susu memiliki 8 g protein dan 12 g karbohidrat dalam setiap gelasnya. Susu sapi murni - tanpa fortifikasi - mengandung 300 mg kalsium, yang dapat mencukupi 30% dari jumlah asupan harian yang direkomendasikan untuk kebanyakan orang dewasa. Selain itu, segelas susu memiliki setengah asupan harian vitamin B12 yang direkomendasikan. Susu sapi
biasanya juga diperkaya dengan vitamin D, dan setiap orang membutuhkan vitamin D untuk menyerap kalsium. Namun, serat tidak bisa didapatkan dalam susu sapi. Jumlah lemak pada susu beragam, termasuk lemak jenuh. Terdapat sedikit kandungan lemak dalam susu rendah lemak seperti susu skim yang kandungan lemaknya hanya 1-2% saja. Tapi susu juga memiliki kandungan laktosa, sehingga dapat menyebabkan gastrointestinal atau masalah pencernaan untuk orang yang memiliki kekurangan enzim laktase (Powel 2012). Manfaatnya baik untuk pembentukan tulang, gigi, dan memperbaiki fungsi tiroid serta menurunkan resiko asam urat sebab mengandung yodium. Heriawan (2012) menyatakan bahwa masyarakat Indonesia masih menganggap susu sebagai barang mewah. Konsumsi susu masyarakat Indonesia sekitar 11 liter/kapita/ tahun, lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia dan Filipina yang masing-masing mencapai 22 liter/kapita/tahun. Bahkan, negara-negara di Eropa telah mencapai 100 liter/kapita/ tahun. Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia swasembada susu pada tahun 2019. Badan Pangan Dunia (FAO) mendefinisikan swasembada dengan komponen impor mencapai 10%, padahal Direktur Perbibitan Ternak, Ditjen PKH menyatakan bahwa 7075% susu yang dikonsumsi masih harus diimpor. Swasembada susu 2019 merupakan revolusi putih untuk meningkatkan gizi yang tinggi (Martharini 2013). Pemerintah telah menyusun program aksi berupa mempromosikan dan mendorong masyarakat untuk lebih banyak mengkonsumsi susu. Hanya 30% yang dapat memenuhi produksi dalam negeri. Hal ini disebabkan karena harga bahan baku atau sapi perah di Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan bahan baku impor. Kementerian Pertanian telah menyiapkan roadmap guna meningkatkan angka produksi yang minimal, sehingga dapat memenuhi kebutuhan susu masyarakat Indonesia. Secara umum kebijakan persusuan umum/nasional adalah:
235
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
1. Meningkatkan ketahanan pangan nasional, melalui penyediaan pangan protein hewani dan penyediaan susu minimal 6 kg/kapita/ tahun. 2. Memberdayakan dan mengoptimalkan kinerja kelompok ternak dan koperasi persusuan agar mandiri dan berdaya saing dalam rangka menghadapi persaingan usaha. 3. Memfasilitasi pelaku usaha melalui bantuan permodalan dan atau mempermudah ke akses pembiayaan, kebijakan insentif dan deregulasi investasi serta melakukan perlindungan terhadap kelompok peternak melalui promosi dan proteksi. 4. Mengembangkan produk-produk unggulan yang berdaya saing untuk menghadapi pasar global dan serta pengamanan ternak dan produk-produk olahannya. 5. Memanfaatkan dan mengadopsi teknologi tepat guna yang berwawasan lingkungan dengan didukung pembinaan yang rutin dan berkelanjutan. 6. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak serta masyarakat pada umumnya. Swasembada susu tahun 2020 meski terkesan sangat idealis dan ambisius tetapi dapat menjadi tantangan yang dapat diwujudkan. Populasi sapi perah berdasarkan hasil sensus BPS tahun 2011 mencapai 496.000 ekor, dimana 80% berada di Pulau Jawa dengan produksi susu segar sekitar 1800 ton per tahun atau setara dengan nilai Rp. 6 Milyar. Luthan (2012) mengungkapkan bahwa produksi susu di Indonesia mencapai 1.208.000 ton pada tahun 2012, sedangkan permintaan sekitar 3.120.000 ton. Untuk menutupi kebutuhan, pemerintah masih harus bergantung terhadap sapi perah impor. Tahun ini pihaknya mengizinkan impor sebanyak 2.300 ekor sapi perah dari Australia untuk secara bertahap menutupi kebutuhan susu masyarakat. Segmen hilir dari industri susu masih didominasi oleh industri pengolahan susu yang berlokasi di Pulau Jawa dengan hasil susu olahan yang sebagian besar berbahan baku impor. Untuk segmen hulu, sebagian besar didominasi oleh peternak sapi perah yang tergabung dalam koperasi ataupun mandiri. Suatu tantangan yang dapat diungkit menjadi peluang di sektor hulu. Pihak legislatif harus
236
memberi dukungan pendanaan untuk pengembangan sapi perah agar dapat mencapai swasembada susu tahun 2020, dimana populasi sapi perah harus mencapai 2,3 juta ekor. Suatu capaian yang fantastis dan memerlukan komitmen sangat tinggi untuk mencapai target populasi tersebut (Ditjen P2HP, 2013). Kebijakan pemerintah dalam pencapaian populasi tersebut diperlukan anggaran khusus untuk memperbanyak jumlah peternak dan jumlah populasi sapi perah. Jumlah peternak sapi perah saat ini mencapai lebih dari 100 ribu orang dengan kepemilikan sapi berkisar 2-4 ekor per peternak, yang sebagian besar bersatu dalam wadah koperasi. Tulisan ini memuat hasil penelaahan pada beberapa industri pengolah susu yang ada di pulau Jawa, seberapa siap mendukung program pemerintah untuk berswasembada susu. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan dengan mewawancarai berbagai perusahaan susu, koperasi susu dan instansi pemerintah yang menangani persusuan di Indonesia yang ada di Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Data dikumpulkan dari instansi pemerintah yang menangani persusuan yaitu Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian. Perusahaan susu yang dikunjungi adalah PT Nestle yang berada di Jawa Timur serta kantor pusatnya di Jakarta, serta PT Indolakto yang berada di Sukabumi. Parameter yang dikumpulkan di instansi pemerintah berupa program kerja atau kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan sapi perah atau dukungan terhadap pengolahan susu di daerah. Hal tersebut pada perusahaan susu meliputi kapasitas tampung, jenis produk dan produktivitas tiap produk yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi sapi perah Usaha sapi perah masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, terlihat dari jumlah populasi yang melebihi atau hampir 3000 ekor terdapat di lima provinsi di Pulau Jawa, dimana tertinggi terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan DKI Tabel 1. Kelima provinsi ini mempunyai nilai pertumbuhan populasi sapi perah relatif stabil,
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tabel 1. Populasi sapi perah menurut Provinsi tahun 2008-2012 (ekor) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
2008 32 2.290 768 82 0 59 599 263 73 0 3.355 111.250 118.424 5.652 212.322 14 126 0 0 173 0 124 0 0 0 1.919 0 17 5 0 0 0 30 1.930.716
2009 35 2.301 826 122 0 51 688 221 99 0 2.920 117.337 120.677 5.495 221.743 15 134 0 0 84 0 96 6 0 0 1.826 0 17 8 0 0 0 0 474.701
Tahun 2010 41 2.642 857 110 0 86 783 140 109 0 3.238 120.475 122.489 3.466 231.408 28 127 0 0 72 0 112 24 17 0 2.198 0 21 5 0 0 0 0 488.448
2011 31 894 484 172 81 154 247 201 119 0 2.728 139.970 149.931 3.522 296.350 19 139 18 32 227 0 110 32 22 8 1.690 0 8 13 0 0 0 11 597.213
*)
2012 31 948 598 213 90 163 281 206 126 0 2.953 147.958 152.220 3.613 309.775 35 147 18 32 281 0 163 45 42 8 1.954 0 16 47 0 0 0 17 621.980
Pertumbuhan 2012 terhadap 2011 (%) 0,00 6,04 23,54 23,85 11,11 5,84 13,79 2,49 5,88 0,00 8,24 5,71 1,53 2,58 4,53 84,21 5,76 0,00 0,00 23,97 0 48,18 40,63 0 0,00 15,59 0 100,00 261,54 0 0 0 54,55 4,15
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan (2012) * = Angka Sementara; 0 atau - ) Data tidak tersedia
yaitu kurang dari 10%. Sebaliknya di luar Pulau Jawa terdapat beberapa provinsi yang berusaha meningkatkan populasinya, dengan tingkat pertumbuhan populasi yang cukup signifikan (lebih dari 100 ekor), antara lain di Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Jumlah dan jenis industri pengolah susu Industri pengolah susu (IPS) tersebar di berbagai kota, umumnya tidak jauh dari tempat peternak sapi perah berada. Kecuali untuk
pabrik pengolah susu yang ada di wilayah Jakarta, umumnya bahan baku susu segar dipasok dari berbagai daerah. Hasil penelusuran Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Kementerian Perindustrian tahun 2008, tercatat ada 44 perusahaan pengolah susu dengan berbagai produk susu di Indonesia Tabel 2 dan 3. Produk yang dihasilkan bervariasi dari hanya satu produk saja hingga tujuh macam produk, seperti yang dilakukan PT Indolakto. Terdapat 15 jenis olahan yang tercatat hasil telaahan dari Kementerian Perindustrian Tabel 2. Jumlah perusahaan yang memproduksi susu
237
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
segar maupun UHT sebanyak 3 perusahaan di Jawa Barat dan DKI dan 3 buah di Jawa Timur Tabel 3. Rendahnya produsen susu segar berkorelasi positif dengan tingkat konsumennya, dimana jumlah produsen merupakan peubah tak bebas sedangkan tingkat konsumen peubah bebas. Rendahnya konsumen susu segar karena bentuk ini tidak tahan lama pada suhu kamar. Oleh karena itu, strategi pemasaran susu murni adalah perluasan daerah pemasaran, pelabelan nilai gizi susu murni, pengemasan yang menarik,harga komoditas yang terjangkau, dan promosi melalui media cetak dan elektronik (Mulijanti dan Sugandi. 2010). Produsen susu pasteurisasi lebih banyak yaitu 7 perusahaan di Jawa Barat dan DKI, 2 buah di Jawa Tengah dan DIY, dan 3 buah di Jawa Timur. Susu pasteurisasi diproses dari susu yang telah dipanaskan 65-80°C selama 15 detik untuk membunuh bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit dan susu UHT adalah susu yang telah dipanaskan dalam suhu tinggi (140°C) selama 2 detik, dan langsung dimasukkan dalam karton kedap udara sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Perusahaan industri pengolah susu memperoleh bahan baku berupa susu segar dari koperasi atau dari kelompok tani, umumnya tidak ada yang menerima langsung dari petani sebagai perorangan. Beberapa industri pengolah susu besar bergabung dalam Asosiasi Industri Pengolah Susu (AIPS), yaitu Sari Husada, Ultra Jaya, Frisian Flag, Indolakto, Diamond dan Nestle. Sedangkan yang lain seperti Sekar Tanjung Green Field Danone dan Cimory tidak termasuk sebagai anggota AIPS. Jawa Barat merupakan provinsi terbanyak memiliki perusahaan pengolah susu, diikuti oleh Jawa Timur menyusul Tabel 3, padahal dari jumlah populasi sapi perah adalah sebaliknya Tabel 1. Hal ini dikarenakan sebagian produksi dikirim ke Jawa Barat. Provinsi di luar Jawa yang sudah memiliki IPS terdapat di Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.
238
Populasi sapi perah tertinggi di Indonesia yaitu di Jawa Timur juga ditunjukkan dari besarnya kontribusi wilayah ini terhadap nasional sebesar 60%, dengan produksi susu 1.512 ton/hari. Produksi ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan Jawa Timur dengan permintaan sebesar 2.000 ton/hari. Kualitas susu di Jawa juga terbaik secara nasional dengan TPC 85% termasuk grade I (<1 juta/ml), 10% grade II (1-2 juta/ml) dan 5% lainnya (>2 juta/ml). AIPS memproyeksikan bahwa industri pengolahan berbahan baku susu sapi akan tumbuh antara 6,8-7%, dimana tahun lalu nilai penjualan industri pengolah susu sapi mencapai Rp. 31 triliun. Lebih lanjut AIPS menyampaikan bahwa daya beli masyarakat, ketersediaan bahan baku dan regulasi pemerintah menjadi penopang utama pertumbuhan produksi susu. Saat ini, pelaku industri susu masih harus mengimpor 70% bahan baku dari negara lain, karena kapasitas produksi susu dalam negeri masih rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama tahun 2011, impor susu mencapai 207.403 ton dengan nilai 796,4 juta dolar AS. Susu utamanya diimpor dari Selandia Baru, Australia, AS, Filipina dan Belanda. Susu segar terdiri dari beberapa bentuk yaitu susu segar tanpa olahan, susu UHT, susu pasteurisasi dan susu steril. Jenis susu olahan dengan jumlah perusahaan terbanyak yang mengolahnya adalah ice cream, disusul susu bubuk, susu pasteurisasi, susu kental manis, yoghurt baru susu segar tanpa olahan Tabel 3 dan Gambar 8. Ranking produk yang dihasilkan mencerminkan preferensi konsumen terhadap jenis produk olahan. Dari penghitungan nilai konsumsi susu, 30% masyarakat Indonesia mengkonsumsi susu segar. Diharapkan nilai ini dapat meningkat seiring dengan peningkatan pemahaman terhadap pentingnya nilai gizi susu. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi responden dalam membeli dan mengkonsumsi produk peternakan adalah faktor pengalaman dalam membeli, mutu atau kualitas dan harga dari produk tersebut (Bakrie et al. 2008).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
239
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
240
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tabel 3. Jumlah perusahaan pengolahan susu dan jumlah produk yang dihasilkan Lokasi perusahaan
Produk yang dihasilkan
Jumlah perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
DKI
8
0
2
1
2
3
2
0
0
3
3
0
1
0
0
1
Jawa Barat
20
3
6
2
1
4
3
0
0
6
4
1
1
1
1
0
DIY
2
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
Jawa Tengah
2
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
Jawa Timur
12
3
2
3
1
3
2
0
1
4
0
0
1
1
0
0
Luar Jawa
4
0
1
0
0
0
1
0
0
3
0
0
0
1
0
0
Total *
44
6 12
6
4 11
8
2
1 16
7
1
3
3
1
1
6
6
7
4
9
5
10
8
8
10
10
Urutan
2
3
10
1
Sumber: Direktorat Industri Minuman dan Tembakau (2008) (data diolah) 1 = Susu segar tanpa olahan; 5 = Susu pasteurisasi; 9 = Ice cream; 2 = Susu bubuk; 6 = Susu kental manis; 10 = Yoghurt; 3 = Susu UHT; 7 = Susu formula; 11 = Acidified milk drink; 4 = Susu steril; 8 = Susu kemasan; 12 = Mentega;
13 = Kopi instan; 14 = Caramel; 15 = Makanan bayi
* Ada dua perusahaan yaitu PT Indolakto dan PT Nestle Indonesia yang masing-masing memiliki pabrik pengolahan di tiga provinsi
Susu segar tanpa olahan, menurut ahli dari Klinik Semanggi, memiliki keunggulan dibanding dengan susu kental manis atau susu bubuk karena proses pengolahannya tidak berlebihan sehingga zat gizi yang terbuang lebih sedikit. Susu segar, baik yang di-pasteurisasi atau susu ultra high temperature (UHT) memiliki keunggulan nilai gizi yang tinggi. Selain itu, susu yang sudah siap minum ini rasa susunya lebih terasa. Sementara Susu bubuk, yang proses pengolahannya merupakan susu cair yang dikeringkan, akan kehilangan beberapa zat gizi, walaupun disuplementasi oleh zat gizi yang terbuang dalam pengolahan. Meski demikian, susu bubuk memiliki keunggulan daya tahan yang lama dan praktis. Kerjasama IPS dan Koperasi Koperasi ada yang mengolah sendiri sebagian atau semua produk susunya, ada juga yang hanya sebagai pengumpul dari peternak kemudian menjualnya ke IPS. Keputusan koperasi untuk menjual susu ke IPS ditetapkan sepenuhnya dalam
kepengurusan koperasi, yang ditindak lanjuti dengan pembuatan kesepakatan antara koperasi dan IPS yang bersangkutan. Tabel 4 menunjukkan bahwa dari sarana yang ada susu segar di Jawa Timur baru tertampung berkisar antara 71-91,67% dengan rata-rata 75,60% atau masih dapat menampung sekitar 500 ton/hari susu segar. Jika diasumsikan produktivitas sapi per hari sebesar 10 liter/hari, maka pemenuhan kapasitas alat dapat diperoleh dari 50.000 ekor sapi dan dengan asumsi jumlah yang laktasi 75%, maka diperlukan lebih dari 66.000 ekor sapi perah. Selain dengan cara menambah populasi sapi perah, juga dapat dengan cara meningkatkan produktivitas dengan melalui pmeningkatkan terapan teknologi perbibitan dan pakan sehingga produktivitas dapat meningkat menjadi sedikitnya 20 liter/hari/ekor. Jika nilai ini dapat tercapai, maka jumlah tambahan sapi perah dapat diturunkan menjadi setengahnya yaitu 33.000 ekor. Dengan asumsi harga sapi impor Rp. 40 juta/ekor, maka peluang investasi bibit sapi perah sebanyak Rp. 1,32 trilyun dapat diserap di Jawa Timur.
241
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
18 18 16 16
Jumlah IPS IPS Jumlah
14 14 12 12 10 10 88 66 44 22
Mak bayi
se ga r bSegar ub uk Bubuk UH T pa sUHT st ter eu il rSteril is as i SK Pasteurisasi Fo M r mSKM ke u la m as iceFormula a cr n Kemasan ea yo m gh Ice cream ur t Yoghurt am m en d amd ko teg pi a su Mentega ca su Kopirasusu m me ak l Caramel ba yi
00
Gambar 8. Jumlah IPS per produk olahan Tabel 4. Pemasaran susu segar anggota GKSI di Jawa Timur Konsumen PT Nestle Indonesia
Kapasitas tampung (ton/hari) 1000
Penyerapan susu Jumlah (ton/hari)
%
725
72,50
PT Ampi GKSI
60
50
83,33
PT FUI Jakata
120
110
91,67
PT Sari Husada
125
90
71,00
KUD Batu
50
35
70,00
KUD Dau
35
30
85,71
PT Indolakto
300
200
66,67
PT Green Field
175
150
85,71
KUD Sekar Tanjung
115
105
Anlene Konsumen Langsung Jumlah Sumber: Disnak Jatim (2012)
242
91,30 (baru)
20
17
85,00
2000
1512
75,60
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
243
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Bahan baku yang digunakan untuk produk olahan susu bukan hanya dari susu segar saja melainkan dari lokal maupun impor. Bahan baku tersebut adalah skim milk powder, anhydrous milk fat, butter milk powder, cheddar cheese, dry whey dan gula. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, selama tahun 2011, impor susu mencapai 207.403 ton dengan nilai 796,4 juta dolar AS. Susu utamanya diimpor dari Selandia Baru, Australia, AS, Filipina dan Belanda. Kerjasama IPS dengan peternak selain menampung produk susu segar dari peternak, IPS menyusun berbagai program untuk meningkatkan produksi, produktivitas maupun kualitas susu yang dihasilkan kelompok tani sebagai pemasok bahan baku. Program tersebut dinamai KUD service Tabel 5. Walaupun demikian ada juga perusahaan yang sepenuhnya menggunakan bahan baku impor. Penentuan harga susu tingkat peternak Harga susu ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama, yang berbeda-beda antar perusahaan susu. Harga susu ditentukan oleh kualitas susu tersebut, yaitu dilihat dari kadar TPC (Total Plate Count harus <1 juta), TS (Total Solid) lemak <3,0 dan protein >2,8 (AIPS, 2012). Indolakto membuat 3 grade kualitas susu dimana harga tertinggi adalah Rp. 3800/l yang diberikan dari IPS ke KUD. Sedangkan KUD ke peternak berkisar dari Rp. 2800-Rp. 3100/l (Nugroho, 2011). Kadang ditemukan susu yang dicurigai mengandung borax atau antibiotik, sehingga susu tersebut ditolak oleh IPS. Hasil kajian Universitas Brawijaya Malang, harga pokok penjualan (HPP) susu segar dalam negeri (SSDN) ditingkat koperasi adalah Rp. 4.136/kg. IPS membeli SSDN di tingkat koperasi sebesar Rp. 3.200-3.700/kg. Sementara itu, harga bahan baku susu impor setara susu segar saat ini sebesar Rp. 3.500/kg (kurs 1 US$ = Rp. 10.000). Perbedaan harga SSDN dengan harga susu impor diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa tahun ke depan. HPP SSDN di tingkat koperasi masih dirasakan rendah, yakni dibawah Rp. 3.000/liter. Harga yang layak diterima
244
peternak diharapkan minimal sekitar Rp. 4.500/liter. (Romjali dan Eko, 2012). Di pihak lain, IPS merasa berat dengan harga input industri antara lain mahalnya harga bahan bakar dan kenaikan tarif dasar listrik. AIPS yang beranggotakan sejumlah perusahaan pengolah susu besar yaitu Nestle, Sari Husada, Frisian Flag, Ultra Jaya dan Indolacto meminta pemerintah mendukung pertumbuhan industri dengan membantu penyediaan sumber energi yang murah. Penggunaan solar dengan harga Rp. 8.900/l cukup mahal dibandingkan dengan penggunaan gas dengan harga Rp. 2.9003.000/liter, namun kebutuhan gas tersebut belum dapat dipenuhi. Selain itu, IPS merasa bahwa bea masuk bahan mentah susu sebesar 5% perlu diturunkan. Ironisnya, semua produk susu jadi olahan yang masuk ke Indonesia tidak dikenakan bea masuk. Pertimbangan pemerintah dikarenakan kebutuhan susu sebanyak 3,2 juta ton/ tahun, sementara peternak dalam negeri hanya mampu memproduksi susu sebanyak 690 ribu ton/tahun, sehingga masih harus mengimpor bahan baku susu dari luar negeri (Direktorat Industri Minuman dan Tembakau, 2012). Seperti diketahui, kebijakan bea masuk didasarkan pada UU No 10 Tahun 1995 dan UU No 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Fungsinya sebagai instrumen pengembangan industri, instrumen perdagangan serta instrumen fiskal. Sedangkan target kebijakan tarif bea masuk adalah harmonis, rendah serta uniform. Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Kementerian Keuangan, Astera Primanto Bhakti, menjelaskan fasilitas pembebasan bea masuk merupakan fasilitas yang terkait dengan pembangunan, pengembangan, serta pembangunan atau pengembangan dengan pertimbangan penggunaan tingkat komponen dalam negeri minimal 30%. Masalah kesepakatan tingkat harga susu antara peternak/koperasi sebagai produsen dan IPS sebagai konsumen dibahas dalam pertemuan Seminar nasional yang diadakan di Yogyakarta dengan rumusan bahwa masalah ini merupakan PR bersama yang akan dibicarakan pada kesempatan khusus oleh semua pihak yang terkait dengan persusuan.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Dukungan Pemerintah terhadap pengembangan industri pengolah susu Dalam kegiatan pemasaran diperlukan 4P yakni Products, Price, Place dan Promotion. Meskipun 4P sudah berjalan namun dalam prakteknya diperlukan 2P lagi yakni dukungan dari pemerintah (Power) dalam bentuk regulasi dan peningkatan hubungan masyarakat (Public relation) (Mubarjo, 2006). Terdapat 14 lembaga pemerintah yang menangani atau mendukung pengembangan industri pengolahan susu dan tiga lembaga yang merupakan asosiasi, dengan kegiatan (Tabel 6 dan 7).
Agar peningkatan kualitas dan produktivitas sapi perah meningkat, maka diperlukan perbaikan kualitas dari segi budidaya meliputi bibit, perkandangan dan pakan. Dengan perbaikan teknologi pakan dan pemeliharaan, maka produksi susu akan meningkat sampai 12 l/ekor/hari serta terhindar dari kemungkinan gangguan penyakit mastitis (Astuti et al. 2012; Basri et al. 2012). Selain itu, juga perlu dukungan teknologi yang handal dari segi alat dan mesin serta dukungan saranan dan prasarana. Tak kalah pentingnya adalah promosi untuk meningkatkan konsumsi susu. Kesemuanya ini perlu dukungan pemerintah agar berjalan secara berkesinambungan.
Tabel 6. Program kerja instansi pemerintah dukungan terhadap persusuan Kementan
Membantu permodalan, teknologi, penyuluhan, penelitian, pengkajian dan pengembangan.
Kemen Kop dan UKM
Melaksanakan penyuluhan, pembinaan dan pengembangan usaha persusuan nasional
Kemendag,
Mendorong keterkaitan IPS dan industri pengguna bahan susu dengan koperasi, petani ternak perah dan pemasaran
Kemenperin,
Pembinaan dan mewujudkan keterkaitan antara IPS dan industri pengguna bahan susu dan peternak sapi perah
Kemenkominfo, Kemendikbud, Kemenko Kesra, Kemenko Perekonomian Kemenakertrans
Pengembangan persusuan dan promosi susu segar dari peternakan rakyat melalui pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah SD dan SMP (misalnya: Program Makanan Tambahan Anak Sekolah/PMTAS) Menyediakan pelayanan tenaga kerja pengembangan peternakan dan distribusi pengembangan peternakan
Kemenkes
Melakukan pembinaan dan pengembangan persusuan susu dalam rangka peningkatan gizi masyarakat
Kemenhut
Menyediakan aksesibilitas lahan untuk pengembangan hijauan pakan ternak Mendukung pengembangan riset iptek yang inovatif dan tepat guna Melakukan kajian analisis dampak lingkungan hidup dalam mendukung persusuan nasioanal
Kemenristek Kementerian Negara L H
terkait konsumsi
Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota Menyediakan pelayanan medik, IB, pembinaan dan monitoring perkembangan; mendorong tumbuhnya investasi bidang sapi perah baik melalui Bank maupun non Bank
245
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Table 7. Kegiatan asosiasi sebagai dukungan terhadap persusuan DPN 1) (Dewan Persusuan Nasional)
GKSI2) (Gabungan Koperasi Susu Indonesia) IPS (Industri Pengolahan Susu)
Kelompok Tani
a. Memperjuangkan kepentingan dan perlindungan pelaku usaha agribisnis persusuan b. Meningkatkan akses pelaku usaha agribisnis persusuan terhadap berbagai sumberdaya c. Mendorong peningkatan peran agribisnis persusuan dalam perekonomian nasional d. Mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi usaha peternakan sapi perah e. Membangun kebersamaan diantara para pelaku untuk mewujudkan swasembada susu nasional. a. Pendampingan dan pembinaan ke koperasi/kelompok dalam pengembangan bisnis perkoperasian b. Melakukan negosiasi harga hasil produksi dan bantuan koordinasi teknis lainnya a. Menampung produksi susu dalam negeri sebagai bahan baku susu dan impor bahan susu sebagai pelengkap. b. Menyediakan pelayanan teknis, konsultasi dan juga dukungan modal demi kelangsungan pemasok susu a. Meningkatkan kemampuan budidaya dan efisiensi usaha b. Membentuk jaringan usaha c. Menumbuh kembangkan P4S ternak perah
Sumber: 1)DPN (2012); 2) GKSI (2012)
Revitalisasi Persusuan Nasional 2010-2014 yang disusun Ditjen Peternakan (Ditjennak, 2012) meliputi: 1. Peningkatan kuantitas dan kualitas bibit 2. Peningkatan produksi dan populasi ternak 3. Peningkatan produksi pakan ternak 4. Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan 5. Penjaminan pangan asal hewan yang ASUH 6. Peningkatan koordinasi dan dukungan manajemen. Keenam program tersebut dijabarkan dalam 10 program aksi yaitu: 1. Penambahan populasi melalui impor (KUPS dan lain-lain), rearing dan optimalisasi IB dan TE 2. Penanganan brucellosis dan mastitis 3. Pengembangan HMT dan pabrik makan mini 4. Pengembangan usaha pengolahan hasil dan pemasaran 5. Pengembangan kelembagaan usaha (koperasi dan SMD) 6. Pelatihan petugas dan peternak 7. Fasilitasi peralatan
246
8. Penerapan SISI (sistim informasi sapi perah) 9. Advokasi dan promosi 10. Pengembangan kawasan sapi perah. Bentuk bantuan dari Ditjen P2HP berupa peralatan yang diperlukan dalam pengolahan susu. Ditjen P2HP pada tahun 2012 telah membantu kelompok di Mojokerto sebuah cooling unit untuk menampung susu hasil dari anggota kelompoknya sebelum disetor ke koperasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian memfasilitasi teknologi untuk mendukung pengembangan usaha sapi perah dan nya maupun untuk pengolahan hasil produk. Unit kerja tersebt adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Besar Pascapanen, Balai Besar Penelitian Veteriner dan Balai Besar Alat Mesin Pertanian. Teknologi meliputi teknologi reproduksi, breeding, pakan, manajemen, pengolahan, penanggulangan penyakit dan alat perah maupun alat transportasi susu (Tiesnamurti et al. 2012). Dinas Peternakan Jawa Timur pada tahun 2012 mempunyai program ”Bansos” untuk 8 kabupaten, dengan rata-rata sebesar 300 juta rupiah, yang diberikan 85% dalam bentuk fisik dan 15% dalam bentuk uang cash ke anggota.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tabel 8. Lokasi pengembangan sapi perah Propinsi NAD
Kabupaten Aceh Besar
Sumatera Utara
Karo, Deli Serdang, Langkat, dan Samosir
Sumatera Barat
Padang Panjang, Tanah Datar dan 50 Kota
Riau
Kampar
Sumatera Selatan
Pagar Alam, Muaraenim, Oku Selatan
Lampung
Metro, Tanggamus, Lampung Barat
Bengkulu
Rejang Lebong, Kepahiang
Jambi
Kerinci
Kalimantan Selatan
Banjarbaru
Sulawesi Selatan
Enrekang, Sinjai, Gowa
Sulawesi Utara
Minahasa, Tomohon
Bali
Bangli
Kalimantan Barat
Kodya Pontianak
Jawa Barat
Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur, Bogor, Kuningan dan Majalengka
DIY
Sleman
Jawa Tengah
Boyolali, Magelang, Klaten, Semarang, Banyumas, Purbalingga
Jawa Timur
Lumajang, Banyuwangi, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Malang, Pasuruan, Kediri, Batu, Madiun, dan Ngawi
Sumber: (Ditjennak dan Keswan, 2012)
Tahun 2012, Kementerian Perindustrian, memberi bantuan alat berkapasitas 1000 liter dan teknologi pendinginan susu untuk: 1. KUD Turen, Malang 2. KUD tani Luhur, Karang Ploso 3. KUD kandang Sapi, Kediri 4. KUD KPPS, Pengalengan 5. KUD Tandan sari, Sumedang. Sedangkan tahun 2013, juga akan diberi bantuan untuk: 1. KPPS Pengalengan 2. KUD Gemah Ripah 3. KUD di Padang Panjang di daerah gunung. Dengan dukungan berbagai program pemerintah ini diharapkan dapat mengakselerasi pengembangan usaha sapi perah, sekaligus industri pengolahan yang akan bermuara pada peningkatan gizi masyarakat Indonesia.
KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan ini meliputi: 1. Usaha sapi perah masih terkonsentrasi di pulau Jawa, dengan populasi tertinggi terdapat di Jawa Timur. 2. Terdapat 48 perusahaan pengolah susu, dimana terbanyak terdapat di Jawa Barat (20 perusahaan), diikuti berturut-turut Jawa Timur (12 perusahaan), DKI (8 perusahaan), DIY (2 perusahaan), Jawa Tengah (2 perusahaan), dan masing-masing 1 perusahaan di Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Timur dan Sulawesi Slatan. 3. Enam jenis olahan susu yang paling banyak di produksi oleh semua perusahaan adalah berturut-turut adalah dari terbanyak yaitu ice cream, susu bubuk, susu pasteurisasi, SKM, yoghurt, dan susu segar tanpa olahan.
247
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
4. Di Jawa Timur yang merupakan wilayah tertinggi tingkat olahan susunya, baru 75,60% dari daya tampung IPS yang dimanfaatkan untuk memproduksi susu olahan. Jika kekurangan ini dipenuhi, artinya serapan susu ditambah sebanyak 500 ton/hari. Hal ini dapat dipenuhi melalui tambahan 66.000 ekor sapi perah atau peningkatan produktivitas susu dari 10 ltr/hari menjadi 20 l/hari dengan meningkatkan adopsi teknologi budidaya. Jika hal ini dapat berjalan, investasi di Jawa Timur melalui kegiatan ini bertambah Rp. 1,32 Trilyun. 5. Untuk meningkatkan daya beli masyarakat, sekaligus meningkatkan pendapatan peternak tanpa merugikan pihak IPS, disarankan agar penentuan harga susu dapat dibahas bersama antara semua pihak terkait. 6. Berbagai program yang bertujuan meningkatkan pendapatan peternak dan peningkatan konsumsi susu masyarakat Indonesia melalui peningkatan peran serta pengusaha susu, telah disusun oleh 14 lembaga pemerintah bekerja sama dengan 3 asosiasi industri pengolahan susu. DAFTAR PUSTAKA AIPS (Asosiasi Industri Pengolahan Susu). 2012. Serapan Susu Lokal dan Import Serta Penentuan Harga. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Peringatan Hari Susu Nusantara. Yogyakarta, 1 Juni 2012. Astuti U, Gunawan, Ruswendi. 2012. Keragaan usaha sapi perah dan upaya perbaikannya: kasus di kabupaten Rejang Lebong-Bengkulu. Prosiding semiloka nasional prospek industri sapi perah menuju perdagangan bebas - 2020. hlm. 551-555. Bakrie B, Suwandi, Setiabudi D, Sarjoni. 2008. Analisis faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap produk peternakan di wilayah perkotaan DKI Jakarta. Dalam: Haryanto B, Setiadi B, Adjid RMA, Situmorang T, Prawiradiputra BR, Tarigan S, Wiyono A, Tresnawati MB, Murdiati TB, Abubakar, Ashari, penyunting. Inovasi teknologi peternakan dan veteriner dalam menunjang keterpaduan usaha peternakan yang berdaya saing Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,. Bogor. 11 nov-12 nov 2008. hlm. 854-861.
248
Basri I, Astuti UP, Hamdan. 2012. Kendala dan peluang pengembangan usaha sapi Perah: studi kasus di Bengkulu. Prosiding semiloka nasional prospek industri sapi perah menuju perdagangan bebas - 2020. hlm. 491-496. Direktorat Industri Minuman dan Tembakau. 2008. Kebijakan Model Pengembangan Industri Pengolahan Susu. Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. Kementerian Perindustrian. 77 hlm. Disnak Jatim. 2012. Pengembangan Industri Persusuan di Jawa Timur. http://www.disnakjatim.go.id. (26 Juni 2012). Ditjennak, Keswan. 2012. Program Pengembangan Sapi Perah dalam Kesiapan Penyediaan Susu. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Peringatan Hari Susu Nusantara. Yogyakarta, 1 Juni 2012. Ditjen P2HP. 2013. Bermimpi Tentang Swasembada Susu. http://pphp.deptan. go.id/ disp_informasi/1/71/127/1556/ber mimpi_tentang_swasembada_susu.html. DPN. 2012. Menyongsong Swasembada Susu tahun 2020. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Peringatan Hari Susu Nusantara. Yogyakarta, 1 Juni 2012. Greenfield Indonesia PT. 2012. Pengembangan Rantai Pasokan Susu segar di Jawa Timur. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Peringatan Hari Susu Nusantara. Yogyakarta, 1 Juni 2012. GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia). 2012. Kesiapan Peternak Sapi Perah Rakyat Untuk Swasembada Susu. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Peringatan Hari Susu Nusantara. Yogyakarta, 1 Juni 2012. Heriawan R. 2012. Temu wartawan dengan Wakil Menteri Pertanian. Kantor Metan. Senin, 28 May 2012. Unpublished. Luthan F. 2012. Pengembangan Agribisnis Persusuan di Indonesia. Director of Livestock of Ruminant, Directorate General Livestock Services. Ministry of Agricultural, Jakarta Indonesia. Mangunwidjaja D, Sailah I. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. Penerbit Swadaya. Bogor. Martharini D. 2013. Susu dan Pengolahannya sebagai Pangan Peningkat Kecerdasan Bangsa. http://dwitiya-martharini.blog. ugm.ac.id/2012/08/12/susu-dan-pengolah annya-sebagai-pangan-peningkat-kecerd asanbangsa/.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Mubarjo H. 2006. Manajemen Agribisnis Persusuan. PT. Duta Karya Swasta. Mulijanti SL, Sugandi. 2010. Pola konsumsi dan preferensi susu di Jawa Barat. Dalam: Prasetyo LH, Natalia L, Iskandar S, Puastuti W, Herawati T, Nurhayati, Anggraeni A, Damayanti R, Darmayanti NLPI, Estuningsih SE, penyunting. Teknologi Peternakan dan Veteriner Ramah Lingkungan Dalam Mendukung Swasembada Daging dan Peningkatan Ketahanan Pangan Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,. Bogor (Indonesia) 3-4 Agustus 2010 hlm. 461-466. Nugroho E. 2011. Status sosial ekonomi peternak sapi perah di kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. J Ternak Tropika 12:4751. Pariatmoko, Anggraeni A. 2012. Nestle Indonesia sebagai “Good Food, Good Life” Bagi Masyarakat. Buku. Dukungan Teknologi dan Kebijakan Dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu Untuk Meningkatkan Gizi Bangsa. Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. 243 hlm.
Powel. 2012. Pendapat Empat Ahli Seputar Manfaat Susu. http://health.kompas.com /Pendapat.4. Ahli.Seputar.Manfaat.Susu. (4 Juli 2012). Romjali E, Eko T. 2012. Program Pengembangan Budidaya Sapi Perah Diluar Pulau Jawa. Buku. Dukungan Teknologi dan Kebijakan Dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu Untuk Meningkatkan Gizi Bangsa. Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. 243 hlm. Siregar Y. 2013. Manfaat Susu Sapi Murni. http//: www.manfaat-susu-sapi-segar.html (21 Juni 2013). Soewono L. 2005. Pemanfaatan teknologi pasca panen dalam perkembangan agroindustri. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pasca Panen Untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Balai besar penelitian dan pengembangan Pertanian. Bogor. Tiesnamurti B, Romjali E, Jamal E, Herawati T, Situmorang P, Anggraeni A, Praharani L. 2012. Dukungan Teknologi dan Kebijakan Dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu Untuk Meningkatkan Gizi Bangsa. Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Buku. 243 hlm.
249