Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2012 Vol. 1 No.1 Hal : 1-7 ISSN 2302-6308
KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI DAN STABILITAS HASIL PADI GOGO PADA SEMBILAN LOKASI PERCOBAAN Angelita Puji Lestari1*, Erwina Lubis1, Supartopo1, Suwarno1 1Kebun
Percobaan Muara Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya Ciapus 25A Bogor, Jawa Barat *Korespondensi :
[email protected]
Diterima: 14 Oktober 2012 / Disetujui: 1 November 2012 ABSTRACT Information on agronomic characters, adaptability and yield stability of upland rice is important to know to determine which line have high and stable yield on the entire location. This study aims to evaluate the phenotype, adaptability and yield stability of some upland rice promising lines. The research was conducted at nine locations, i.e. Lampung, Sukabumi, Indramayu, Banjarnegara, Blora, Pacitan, Banyumas, and Sitiung at the Wet Season (WS) 2011. The material used consists of 14 lines, i.e. TB490H-MR4, MR-B11579E-7-1-1, B11584E-MR-5-2-3-1-2, TB356B-TB 47-3, TB363B -MR-25-11, B11597C-TB-2-24-1, B11178G-TB-29, TB-TB393C-2-2-2, B12151D-MR-4, MR-48B11593F, B11942F-TB -12, B11592F-MR-2-3-1, and Situpatenggang and Limboto as check varieties. Each line was grown on a plot size of 4.2 m x 4.8 m using a randomized complete block design (RCBD) in four replication, with 30 cm x 15 cm spacing, each hole consist of 3-5 seedlings. The lines had an average plant height higher and long age period than Limboto and Situpatenggang. The average number of productive tillers, number of filled grain and 1000 grain weight were not significantly different. B12151D-MR-4, MR-B11584E-5-2-3-1-2, TB363B-MR-25-1-1, and B11178GTB-29 lines has high yield; 4.57 t/ha, 4.16 t/ha, 4.09 t/ha, and 4.08 t/ha, respectively. TB409H-MR-4 has wide adaptability, while TB356B-TB-47-3 and B11597C-TB-2-24-1 was poorly adapted lines. Keywords: agronomic characters, upland rice, yield stability
PENDAHULUAN Padi masih berperan penting sebagai bahan pangan pokok utama khususnya di Indonesia. Program pemuliaan padi terus berlanjut seiring dengan program pemerintah dalam rangka meningkatkan produksi beras nasional (P2BN). Berbagai penelitian telah dilaksanakan untuk terus meningkatkan produksi dan produktivitas padi terutama pada lahan-lahan suboptimal, seperti lahan kering atau dataran tinggi. Pertanaman padi gogo secara monokultur maupun secara tumpangsari dengan jenis kacangkacangan menjadi salah satu alternatif budidaya padi di lahan kering. Di sam-
ping dapat meningkatkan produktivitas juga mengefektifkan penggunaan lahan (Susilaningsih et al. 2008). Pada sistem tumpang sari pengendalian terhadap gulma (Ekeleme et al. 2007) dan penyakit blas (Sudir et al. 2002) lebih sulit dibandingkan pada pertanaman monokultur sehingga akan mempengaruhi jumlah anakan serta hasil padi gogo. Pengujian galur-galur harapan terpilih pada beberapa lokasi merupakan tahap dalam program pemuliaan tanaman sebelum suatu galur dilepas sebagai varietas baru. Oleh karena itu, interaksi antara genotipe dengan lingkungannya (G x E) merupakan hal yang harus dipertimbangkan oleh pemulia tanaman.
2
LESTARI ET AL.
Untuk mengembangkan varietas unggul, pemulia tanaman berhadapan dengan faktor interaksi G x E yang berarti respon genotipe tidak sama di setiap lingkungan. Interaksi G x E sangat mempengaruhi fenotipe suatu varietas, sehingga analisis stabilitas diperlukan guna mencirikan penampilan varietas tersebut di berbagai lingkungan untuk memperkirakan seberapa jauh adaptabilitas dan stabilitas yang dimiliki oleh suatu varietas jika ditanam pada lingkungan berubah atau berbeda, sehingga dapat membantu pemulia tanaman dalam memilih varietas. Ketidakstabilan hasil suatu kultivar di berbagai lingkungan biasanya menunjukkan interaksi yang tinggi antara faktor genetis dan lingkungan. (Lone et al. 2009; Jusuf et al. 2008; Mangoendidjojo 2000). Keberadaan interaksi G × E dapat menimbulkan kesulitan dalam program pemuliaan karena dapat menghambat kemajuan seleksi dan sering mengganggu dalam pemilihan varietas-varietas unggul dalam suatu pengujian varietas (Eberhart and Russell 1966) dan seringkali menyulitkan pengambilan kesimpulan secara sahih jika suatu percobaan genotipe berada dalam kisaran lingkungan yang luas (Nasrullah 1981). Stabilitas suatu fenotipe disebabkan oleh kemampuan organisme untuk dapat mengetahui responnya terhadap keragaman lingkungan. Metode sederhana yang biasa digunakan untuk menganalisis stabilitas dalam berbagai percobaan adalah metode yang dikemukakan oleh Finlay-Wilkinson (Haryanto et al. 2008) dan Eberhart-Russel (Dushyanthakumar and Shadadshari 2007; Zen 2007; Azar et al. 2008). Parameter adaptabilitas dan stabilitas yang digunakan adalah koefisien regresi, simpangan regresi, dan rata-rata hasil genotipe. Finlay-Wilkinson menilai adaptabilitas genotipe berdasarkan nilai koefisien regresi dan rata-rata hasil. Sedangkan Eberhart-Russel menggunakan parameter koefisien regresi dan simpangan regresi untuk uji adaptasi dan stabilitas hasil (Lin et al. 1986). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaan karakter agronomi,
JIPP daya adaptasi dan stabilitas hasil beberapa galur harapan padi gogo yang ditanam pada sembilan lokasi percobaan di Jawa dan Sumatera. METODOLOGI Percobaan dilaksanakan pada MH 2011 di sembilan lokasi yaitu: Lampung Timur, Sukabumi, Indramayu, Banjarnegara, Blora, Pacitan, Banyumas, dan Sitiung. Bahan yang digunakan adalah galur-galur terpilih hasil penelitian Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Materi terdiri atas 12 galur dan 2 varietas pembanding (Tabel 1). Setiap galur ditanam pada plot berukuran 4.2 m x 4.8 m disusun mengikuti Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat ulangan dan jarak tanam 30 cm x 15 cm, ditugal setiap lubang 3-5 butir gabah. Pemupukan yang digunakan adalah 225 kg urea + 125 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai, bobot 1000 butir, dan hasil gabah dalam ton/ha. Homogenitas ragam galat dari beberapa lingkungan tumbuh diuji dengan uji Bartlett yang membandingkan nilai khikuadrat hitung (χ2 hitung ) dengan khikuadrat tabelnya (χ2 tabel) (Gomez dan Gomez 1995). Apabila χ2 hitung > χ2 tabel maka hipotesis kehomogenan ragam ditolak atau galat tidak homogen dan pengujian dilakukan terpisah. Namun jika χ2 hitung < χ2 tabel maka ragam galat homogen sehingga dapat diuji gabungan. Jika dua lingkungan tumbuh dalam dua musim tanam mempunyai ragam galat homogen maka dapat dilanjutkan uji stabilitas hasilnya. Data hasil gabah dianalisis ragam dengan mengikuti metode Singh and Chaudary (1979). Jika dalam analisis ragam gabungan terdapat interaksi genotIpe dan lingkungan yang nyata diteruskan dengan analisis stabilitas hasil Finlay-Wilkinson. Analisis regresi linear Finlay and Wilkinson tahun 1963 yang dikembangkan Eberhart and Russel (1966) digunakan untuk menganalisis
Volume 1(1), 2012
Keragaan Karakter Agronomi dan Stabilitas Padi Gogo
adaptabilitas dan stabilitas hasil genotipe yang ditentukan dari hasil rata-rata genotipe dan nilai koefisien regresinya. Metode ini digunakan oleh Bahar et al. (1994), Haryanto et al (2008), dan Jusuf et al. (2008). Persamaan regresi adalah sebagai berikut : Yij = µ + Bi Ij + dij Dimana : Yij = Rata-rata hasil genotipe i pada lokasi j µ = Rata-rata hasil genotipe ke-i di seluruh lokasi Bi = Koefisien regresi genotipe ke-i Ij = Indeks lingkungan pada lokasi j dij = Simpangan regresi genotipe i pada lokasi j Genotipe yang memiliki garis regresi di atas rata-rata hasil seluruh genotipe di semua lokasi berarti memiliki stabilitas hasil tinggi dan mampu beradaptasi di semua lokasi. Genotipe dengan garis regresi memotong rata-rata hasil seluruh genotipe di semua lokasi diperkirakan mampu beradaptasi di spesifik lokasi. Genotipe dengan garis regresi di bawahnya berarti memiliki daya hasil dan adaptasi yang rendah. Adaptabilitas dan stabilitas suatu tanaman diukur berdasarkan koefisien regresi antara hasil rata-rata suatu genotipe dengan rata-rata umum semua genotipe pada suatu lingkungan tertentu. Sehingga stabilitas dikelompokkan menjadi tiga kemungkinan : 1) Jika koefisien regresi (bi) mendekati atau sama dengan satu maka stabilitasnya adalah rata-rata (average stability). Jika stabilitasnya rata-rata dan hasilnya rata-rata lebih tinggi dari rata-rata semua genotipe pada semua lingkungan maka genotipe tersebut memiliki adaptasi umum yang baik (general adaptability). Sebaliknya jika rata-rata hasil lebih rendah dari rata-rata umum, maka adaptasinya buruk (Poorly adapted) pada semua lingkungan. 2) Jika koefisien regresi (bi) lebih besar dari satu maka stabilitasnya berada di bawah rata-rata (below average stability). Genotipe demikian peka terhadap perubahan lingkungan dan
3
beradaptasi khusus pada lingkungan yang menguntungkan (favorable) atau produktivitasnya tinggi. 3) Jika koefisien regresi (bi) lebih kecil dari satu maka stabilitasnya berada di atas rata-rata (above average stability). Genotipe beradaptasi khusus pada lingkungan suboptimum dan kurang peka terhadap perubahan lingkungan. Dengan adanya perubahan lingkungan, genotipe hanya memberikan sedikit perubahan pada hasil. Penampilan tanaman tergantung kepada genotipe serta lingkungan dimana tanaman tumbuh dan interaksi antara genotipe dan lingkungan. Faktor lingkungan yang tidak dapat dikendalikan, seperti cahaya matahari, curah hujan, tanah, dan ketinggian tempat sulit diubah pada suatu lokasi dan musim tanam. Dalam penelitian, menilai pengaruh faktor lingkungan yang tidak dapat dikendalikan pada respon tanaman adalah dengan melakukan percobaan di beberapa lokasi, atau antar beberapa musim atau keduanya dengan menggunakan analisis gabungan. Tujuan analisis gabungan adalah melihat interaksi dan perlakuan antar musim antar lokasi untuk menentukan rekomendasi perlu tidaknya teknologi yang terpisah (Gomez and Gomez 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis ragam gabungan menunjukkan bahwa lokasi, galur, maupun interaksi antara lokasi dan galur berpengaruh sangat nyata pada seluruh karakter yang diamati (Tabel 1). Namun pada ulangan dalam lokasi pengaruh nyata hanya terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah gabah hampa permalai, serta hasil dan pengaruh tidak nyata pada jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi permalai, dan bobot 1000 butir. Analisis ragam gabungan untuk hasil gabah per hektar menunjukkan pengaruh genotipe, lingkungan, dan interaksi galur dengan lingkungan berbeda sangat nyata. Hal ini berarti bahwa galur yang
4
LESTARI ET AL.
JIPP
memberikan hasil tertinggi pada masingmasing lokasi dapat berbeda disebabkan oleh adanya perbedaan tanggap dari masing-masing galur terhadap lokasi atau lingkungan tumbuhnya tersebut. Sebagian besar galur yang diuji memiliki tinggi tanaman (antara 117,6 cm-144,1 cm) nyata lebih tinggi dari varietas pembanding Situpatenggang
(105,1 cm) dan Limboto (104,8 cm), kecuali B11579E-MR-7-1-1 (103,8 cm) yang merupakan galur terpendek. Sedangkan untuk jumlah anakan produktif, dari 12 galur, hanya dua yang memiliki jumlah anakan nyata lebih tinggi dari Situpatenggang dan Limboto, yaitu B11579E-MR-7-1-1 (13 anakan) dan B11584E-MR-5-2-3-1-2 (12 anakan).
Tabel 1 Kuadrat tengah hasil analisis ragam gabungan komponen hasil dan hasil 14 galur padi gogo pada sembilan lokasi, MH 2011 Sumber Keragaman Lokasi (E)
Karakter TT
JAP
7758,4** 213,3**
UB
UP
GI
GH
B1000
4230,9** 2895,8** 184071,2** 57434,3** 751,5**
Hasil 273,1**
Ulangan (Lokasi) Galur (G)
83,9**
3,3tn
4,6tn
4,0tn
1038,7tn
480,6**
3,94tn
0,7*
5669,3**
46,7**
288,7**
213,8**
7947,1**
6158,4**
20,9**
4,3**
GxE
126,2**
4,1**
57,9**
46,5**
1582,2**
886,3**
8,2**
1,3**
Galat
44,8
2,6
4,6
4,2
750,2
214,5
2,8
0,4
Keterangan: * = nyata pada taraf 5%; ** = sangat nyata pada taraf 5%; TT=tinggi tanaman; JAP=jumlah anakan produktif; UB=umur berbunga; UP=umur panen; GI=gabah isi; GH=gabah hampa; B1000=bobot 1000 butir gabah
Galur yang paling cepat berbunga B11592F-MR-2-3-1 (78 HST) dengan umur panen 115 HST. Namun galur yang paling genjah adalah B11579E-MR-7-1-1 dan B12151D-MR-4 (114 HST) dengan umur berbunga 79 HST. Galur dengan gabah isi permalai terbanyak yaitu B11178G-TB-29 (171 butir) dan gabah hampa permalai paling sedikit adalah B11579E-MR-7-1-1 (38 butir). Galur yang memiliki bobot 1000 butir gabah terberat adalah B12151D-MR-4 (28,4 g) diikuti TB356B-TB-47-3 (28,3). Galur dengan
bobot 1000 butir terendah yaitu B11942FTB-12 (26,4 g). Data hasil rekapitulasi menun-jukkan hasil rata-rata tertinggi berturut-turut ditempati oleh galur B12151D-MR-4 (4,57 t/ha), B11584E-MR-5-2-3-1-2 (4.16 t/ha), TB363B-MR-25-1-1 (4,09 t/ha), dan B11178G-TB-29 (4,08 t/ha). Galur lainnya serta varietas pembanding memiliki hasil rata-rata di bawah 4 t/ha yaitu berkisar antara 3,31 t/ha (B11942F-TB12) – 3,96 t/ha (Limboto). Situpatenggang memiliki hasil 3,85 t/ha.
Volume 1(1), 2012
Keragaan Karakter Agronomi dan Stabilitas Padi Gogo
5
Tabel 2 Rata-rata data karakter agronomi pada UDHL padi gogo di 9 lokasi, MH 2011 No
Galur
TT (cm)
JAP
UB (HST)
UP (HST)
GI
GH
B1000 (g)
Hasil (t/ha)
1
TB409H-MR-4
123,2*
9
82*
117
161*
75*
27,1
3,85
2
B11579E-MR-7-1-1
103,8
13*
79
114
118
38
26,8
3,42
3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
131,1*
12*
81*
117
124
57*
26,8
4,16*
4
TB356B-TB-47-3
125,9*
9
83*
118*
134
48*
28,3*
3,63
5
TB363B-MR-25-1-1
128,2*
11
83*
119*
135
41*
26,5
4,09*
6
B11597C-TB-2-24-1
128,3*
11
82*
119*
131
61*
26,3
3,83
7
B11178G-TB-29
125,0*
10
82*
119*
171*
65*
25,6
4,08*
8
TB393C-TB-2-2-2
125,6*
10
81*
118*
153
46*
27,8*
3,92
9
B12151D-MR-4
117,6*
11
79
114
147
45*
28,4*
4,57*
10
B11593F-MR-48
139,4*
10
83*
120*
151
63*
27,3
3,82
11
B11942F-TB-12
144,1*
9
86*
122*
161*
39
26,4
3,31
12
B11592F-MR-2-3-1
135,6*
9
78
115
156
59*
27,2
3,33
13
Situpatenggang
105,1
10
78
114
146
31
27,0
3,94
14
Limboto
104,8
11
78
117
145
34
27,0
3,96
Rata-rata
124,1
10
81
117
145
50
27,0
3,85
KK (%)
5,39
15,63
2,4
1,76
18,78
29,18
6,22
17,38
BNT 5%
3,11
0,75
1
0,96
12,72
6,82
0,78
0,31
Keterangan: * = berbeda nyata dengan varietas Situpatenggang dan Limboto pada taraf 5% BNT; TT=tinggi tanaman; JAP=jumlah anakan produktif; UB=umur berbunga; UP=umur panen; GI=jumlah gabah isi; GH=jumlah gabah hampa; B1000=bobot 1000 butir gabah
Penilaian stabilitas dan adaptabilitas genotipe yang diuji mengikuti metode uji Finlay-Wilkinson, dilihat berdasarkan nilai koefisien regresi (bi) dan rata-ratanya. Jika nilai bi tidak sama dengan satu berarti terjadi interaksi genotipe dengan lingkungan (G x E). Sebaliknya, jika nilai bi sama atau tidak berbeda nyata dengan satu berarti tidak ada interaksi G x E. Dari 14 genotipe yang diuji, sembilan galur bernilai koefisien regresi (bi) berbeda nyata dengan satu, yaitu B11579E-MR-71-1, B11584E-MR-5-2-3-1-2, TB363B MR-25-1-1, B11178G-TB-29, TB393CTB-2-2-2, B12151D-MR-4, B11593F-MR48, B11942F-TB-12, dan B11592F-MR-2-
3-1 (Tabel 3). Tujuh galur diantaranya, yaitu B11584E-MR-5-2-3-1-2, TB363BMR-25-1-1, B11178G-TB-29, TB393CTB-2-2-2, B12151D-MR-4, B11593F-MR48, dan B11942F-TB-12 memiliki nilai bi > 1, yang berarti galur tersebut memiliki stabilitas di bawah rata-rata serta daya adaptabilitas spesifik pada kondisi lingkungan optimum. Galur tersebut peka terhadap perubahan lingkungan. Sedangkan dua galur lainnya, yaitu B11579EMR-7-1-1 dan B11592F-MR-2-3-1 memiliki nilai bi < 1 maka stabilitasnya berada di atas rata-rata dan mampu beradaptasi pada lingkungan suboptimum.
6
LESTARI ET AL.
JIPP
Tabel 3 Analisis stabilitas hasil padi gogo pada sembilan lokasi, MH 2011 No
Genotipe
Hasil
bi
Sdi
ri
1
TB409H-MR-4
3,86
0,99
tn
0,26
0,99
2
B11579E-MR-7-1-1
3,42
0,87
*
0,85
0,92
3
B11584E-MR-5-2-3-1-2
4,16
1,06
*
0,40
0,99
4
TB356B-TB-47-3
3,69
0,97
tn
0,71
0,95
5
TB363B-MR-25-1-1
4,09
1,03
*
0,39
0,99
6
B11597C-TB-2-24-1
3,83
0,96
tn
0,54
0,97
7
B11178G-TB-29
4,08
1,41
*
0,31
0,99
8
TB393C-TB-2-2-2
3,92
1,07
*
0,36
0,99
9
B12151D-MR-4
4,57
1,09
*
0,68
0,97
10
B11593F-MR-48
3,81
1,02
*
0,58
0,97
11
B11942F-TB-12
3,31
1,01
*
0,43
0,98
12
B11592F-MR-2-3-1
3,32
0,78
*
0,83
0,91
13
Situpatenggang
3,94
0,99
tn
0,36
0,99
14
Limboto
3,96
1,00
tn
0,62
0,97
Rata-rata Dari nilai bi dan rata-rata hasil keempat belas galur yang diuji, diketahui bahwa terdapat satu galur dengan adaptasi umum yang baik karena koefisien regresi (bi) mendekati atau sama dengan satu maka stabilitasnya adalah rata-rata (average stability) dan hasilnya rata-rata lebih tinggi dari rata-rata semua genotipe pada semua lingkungan Galur itu adalah TB409H-MR-4 serta varietas Situpatenggang dan Limboto. Hal ini berarti galur dan varietas yang diuji tersebut stabil dan memiliki daya adaptasi yang luas pada sembilan lokasi percobaan. Terdapat dua galur yang memiliki nilai bi tidak berbeda nyata dengan satu (bi ≈ 1) namun ratarata hasilnya di bawah rata-rata umum, yaitu TB356B-TB-47-3 dan B11597C-TB2-24-1. Galur tersebut memiliki hasil stabil rendah dan beradaptasi buruk di semua lingkungan. Penelitian Haryanto et al. (2008) terhadap galur padi gogo aromatik menunjukkan bahwa stabilitas hasil pada lingkungan yang berbeda bervariasi antar genotipe. Sebanyak empat genotipe memiliki stabilitas hasil tinggi dan adapta-
3,85 bilitas luas yang berpotensi dilepas sebagai varietas padi gogo aromatik baru. KESIMPULAN Galur padi gogo yang diuji rata-rata memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dan berumur lebih dalam dibandingkan varietas pembanding Situpatenggang dan Limboto. Jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi, dan bobot 1000 butir dari galurgalur yang diuji, rata-rata tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Galur B12151D-MR-4, B11584E-MR5-2-3-1-2, TB363B-MR-25-1-1, dan B11178G-TB-29, memiliki hasil (t/ha) nyata lebih tinggi dari varietas pembanding, masing-masing 4,57 t/ha, 4,16 t/ha, 4,09 t/ha, dan 4,08 t/ha. Namun berdasarkan uji stabilitas, keempat galur tersebut berdaya adaptasi rendah dan stabil pada daerah optimum atau produktivitasnya tinggi. Dari seluruh galur yang diuji, TB409H-MR-4 merupakan galur yang stabil dan memiliki daya adaptasi yang luas pada seluruh lokasi percobaan. Sebaliknya, TB356B-TB-47-3 dan B11-
Volume 1(1), 2012
Keragaan Karakter Agronomi dan Stabilitas Padi Gogo
597C-TB-2-24-1 adalah galur yang beradaptasi buruk di semua lokasi dengan hasil yang stabil rendah. DAFTAR PUSTAKA Azar MS, Ranjbar GA, Rahimian H, Arefi H. 2008. Grain yield stability and adaptability study on rice (Oryza sativa) promising lines. Journal of Agric. & Social Sci. 4: 27-30. Bahar H, Kasim F, Zen S. 1994. Stabilitas dan adaptabilitas enam populasi jagung di tanah masam. Zuriat 5(1): 55-60. Dushyanthakumar BM, Shadadshari YG. 2007. Stability analysis of P.U. belliyappa local rice mutants. Karnataka J. Agric. Sci. 20(4): 724726. Eberhart, S. A. and W. A. Russel. 1966. Stability parameters for comparing varieties. Crop Sci. 6:36-40. Ekeleme, F., A.Y. Kamara, S.O. Oikeh, D. Chikoye, and L.O. Omoigui. 2007. Effect of weed competition on upland rice production in north-eastern Nigeria. African Crop Sci. Conference Proceedings 8: 61-65. Gomez.K.A., and A.H. Gomez. (1995). Statistical Procedures for Agricultural Research. International Rice Research Institute, Los Banos, Laguna, Philippines, 680 p. Haryanto TAD, Suwarto, Yoshida T. 2008. Yield stability of aromatic upland rice with high yielding ability in Indonesia. Plant Prod. Sci. 11 (1) : 96-103.
7
Jusuf M, Rahayuningsih SA, Wahyuni TS, Restuono J. 2008. Adaptasi dan Stabilitas Hasil Klon Harapan Ubi Jalar. Penel. Pertanian Tanaman Pangan 27(1): 37-41. Lin CS, Binns MR, Lefkovitch LP. 1986. Stability analysis: Where do we stand?. Crop Sci. 26: 894-900. Lone AA, Sofi PA, Warsi MZ, Wani SH. 2009. Stability analysis in maize (Zea mays L.) for anthesis- silking interval and grain yield. Maize Genetics Cooperation Newsletter 83: 1-9. Mangoendidjojo, W. 2000. Analisis Interaksi Genotip x Lingkungan Tanaman Perkebunan (Studi Kasus pada Tanaman Teh). J. Zuriat. 1:1521 Singh RK, Chaudary BD. 1979. Biometrical methods in quantitative genetic analysis. Kalyani Pub. New Delhi. 302 p. Sudir, Suprihanto, A. Guswara, dan H.M. Toha. 2002. Pengaruh genotipe, pupuk, dan fungisida terhadap penyakit blas leher pada padi gogo. Penel. Pert. Tan. Pangan 21(1): 3942. Susilaningsih, F., D. Ruswandi, dan N. Hermiati. 2008. Penampilan fenotipik dan beberapa parameter genetik 16 kultivar padi gogo pada sistem tumpangsari 3:1 dengan kacang tanah di Jatinangor. Zuriat 19(2): 153-163.