JURNAL AGROTEKNOS Maret 2013 Vol. 3 No. 1. Hal 48-52 ISSN: 2087-7706
SELEKSI BEBERAPA PROGENI HASIL PERSILANGAN PADI GOGO (Oryza sativa L) BERDASARKAN KARAKTER PERTUMBUHAN TANAMAN Selection of Some Crossbreeding Derived Progenies of Upland Rice Based on Plant Growth Character GUSTI RAY SADIMANTARA, ASIH WIDARSIH, MUHIDIN
ABSTRACT Rice is an important food crop in the world, exceeding potatoes, corn, wheat and other cereals. The experiment was conducted to study differences in the growth characters of some progenies from the crosses of upland rice and to know the cross combinations which produced the best growth characters. The research treatment was seven progenies from crosses of upland rice. Seven progenies of the rice grown in the field experiment were evaluated based on morphological characters, especially rice stems and leaves. Based on the stem color and the color of the sheath, there were two groups consisted of F2 plants population of progeny A (33/Wagamba (1)), E (Wagamba/33), and F (33/Wagamba (3)) with the color purple midrib purple stem and base. In the second group contained of the F2 plant population of progeny B ( 33/Wagamba (2)), C (Cegelius/Wangkoito (1)), D (Cegelius/Wangkoito (2)), and G (33/Wagamba (4)) with the base of the stem and sheath color were green. The progeny A (33/Wagamba (1)) and progeny E (Wagamba/33) were the best progeny because it had several advantages such as growth form upright, erect leafs, plant height, number of tillers, and dark green leaves. Keywords: growth character, crosses, upland rice, progeny, selection.
1PENDAHULUAN
Padi merupakan komoditas pangan penting di dunia terutama di negara-negara asia. Peranan padi sebagai makanan pokok melebihi kentang, jagung, gandum dan serealia lainnya (Lu, 1999). Beras menjadi sumber pangan pokok terpenting di Indonesia, disusul dengan jagung dan umbi-umbian. Sekitar 90 % produksi dan komsumsi beras berada di Asia. Khususnya di Asia Tenggara, padi merupakan penyumbang 70-80 % kalori dan 40-70% protein bagi kebutuhan penduduknya. Kebutuhan beras sebagai salah satu sumber pangan utama penduduk Indonesia terus meningkat, karena selain penduduk terus bertambah dengan laju peningkatan sekitar 2 % per tahun, juga adanya perubahan pola komsumsi penduduk dari non beras ke beras serta makin *) Alamat Korespondensi: Email:
[email protected]
terbatasnya kapasitas produksi padi sawah akibat makin terbatasnya lahan. Pengembangan padi gogo merupakan alternatif penting untuk meningkatkan produksi padi nasional, karena perluasan padi sawah semakin sulit dilakukan. Strategi ini dilakukan diantaranya melalui optimalisasi pemanfaatan lahan kering, lahan-lahan tidur serta lahan-lahan diantara tegakan perkebunan dan kehutanan. Terdapat lebih dari 59,3 juta ha lahan kering berpotensi di berbagai propinsi (Departemen Pertanian, 2004) dan sekitar 11 juta ha lebih lahan diantara tegakan tanaman perkebunan dan kehutanan (Puslitbangtan, 2006). Kontribusi padi gogo terhadap padi nasional masih relatif rendah, sehingga pengembangannya masih terus diupayakan. Rendahnya produktivitas padi gogo disebabkan antara lain oleh kondisi iklim dan tanah yang bervariasi, penerapan teknologi budidaya yang belum optimal terutama dalam penggunaan varietas unggul, pemupukan (Toha, 2005) dan penyakit
Vol. 3 No.1, 2013
Seleksi Beberapa Progeni Hasil Persilangan Padi Gogo
(Santika dan Sunaryo, 2008). Pada sisi lain, petani juga umumnya lebih menyukai padi gogo lokal dibandingkan dengan padi gogo unggul introduksi. Hal ini umumnya disebabkan karena faktor aksesptibilitas dan faktor rasa dari beras yang dihasilkan. Sebagian dari padi gogo ini termasuk padi aromatik, yang umumnya meskipun berproduksi rendah (Seno et al., 2011), namun memiliki nilai ekonomi tinggi terutama pada masyarakat berkehidupan mapan (Bradbury et al., 2005; Shi et al., 2008). Sementara permasalahan pada padi unggul juga terkait dengan kurangnya ketersediaan benih dan kurangnya minat penangkar dalam memproduksi benih padi gogo yang unggul. Menurut Kaher (1993), kesulitan peningkatan produksi padi gogo disebabkan oleh kendala fisik, biologi, dan sosial ekonomi. Lahan pertanaman umumnya bereaksi masam dengan kejenuhan Al tinggi, selain itu sering terjadi kekeringan dan kahat hara. Sifat-sifat padi gogo yang diinginkan untuk kondisi biofisik semacam itu adalah berumur genjah hingga sedang, anakan sedang, batang agak tegak, tahan blas, dan toleran Al, kekeringan, dan naungan (Lubis et al., l993). Pemuliaan tanaman merupakan suatu metoda yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Varietas unggul baik unggul baru maupun unggul lokal, merupakan hasil kegiatan pemuliaan tanaman dan menjadi salah satu teknologi kunci dalam peningkatan hasil padi. Menurut Las (2002), peningkatan produksi padi didominasi peranan peningkatan produktivitas (teknologi) sebesar 56,1%, perluasan areal 26,3%, dan 17,6% interaksi antara keduanya. Sementara itu dalam teknologi, peran varietas bersama pupuk dan air terhadap peningkatan produktivitas padi adalah 75%. Perakitan varietas secara konvensional memerlukan waktu yang panjang (lebih dari 5 tahun), apalagi dengan menggunakan berbagai varietas atau tetua yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Metode seleksi merupakan proses yang efektif untuk memperoleh sifatsifat yang dianggap sangat penting dan tingkat keberhasilannya tinggi. Helyanto et al. (2000), menyatakan bahwa apabila suatu karakter memiliki keragaman genetik cukup tinggi, maka keragaman karakter tersebut antar individu dalam populasinya akan tinggi pula,
49
sehingga seleksi akan lebih mudah untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Oleh sebab itu, informasi keragaman genetik sangat diperlukan untuk memperoleh varietas baru yang diharapkan (Zen, 2002). Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan pangan, pertanian di lahan kering merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk dikembangkan melalui pengembangan varietas unggul berbasis padi gogo lokal.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Kampus Bumi Tridharma, Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari. Benih padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi tujuh progeni hasil persilangan yang terdiri dari : A = 33/Wagamba (1), B = 33/Wagamba(2), C = Cegeulis/Wangkoito(1), D = Cegeulis/Wangkoito (2), E = Wagamba/33, F = 33/Wagamba(3), G = 33/Wagamba (4). Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan populasi tanaman F2 meliputi: (1) Warna daun, (2) Warna pelepah daun, (3) Warna pangkal batang, (4) Bentuk pertumbuhan, (5) Tinggi tanaman, (6) Jumlah anakan, (7) Panjang daun, (8) Lebar daun, dan (9) Jumlah daun.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh perbedaan kombinasi/pasangan tetua persilangan terhadap penampilan progeni masing-masing, baik untuk karakter morfologi daun dan batang pada tanaman hasil persilangan (Tabel 1). Batang pada tanaman padi berfungsi sebagai penopang tanaman dan penyalur senyawa-senyawa kimia dan air dalam tanaman. Komponen hasil ditentukan juga oleh batang padi yang kokoh, sehingga tanaman tidak mudah rebah dan akhirnya dapat menekan produksi. Pengelompokan tanaman padi dapat dilakukan juga berdasarkan karakter batang terutama pertumbuhan batangnya (Makarim dan. Suhartatik, 2009). Batang yang pendek dan kaku merupakan sifat yang dikehendaki dalam pengembangan varietas-varietas unggul padi karena tahan rebah, dan perbandingan antara
50
SADIMANTARA ET AL.
J. AGROTEKNOS
gabah dengan jerami lebih seimbang (Jennings et at., 1979; Yoshida, 1981). Berdasarkan warna daun dan batangnya, populasi tanaman padi gogo hasil persilangan dapat dibagi menjadi dua kelompok. Untuk warna daun terbagi menjadi daun dengan warna hijau dan
hijau gelap dengan garis keunguan pada tepi daun. Pada pelepah daun terdiri dari pelepah dengan warna hijau dan warna ungu, sedangkan warna pangkal batangnya terdiri dari batang dengan warna keunguan dan hijau (Tabel 2).
Tabel 1. Perbedaan Karakter Pertumbuhan Pada Populasi Progeni Tanaman Hasil Persilangan
Daun Progeni A B C D E F G
Panjang (cm) 48.5 36.7 40.5 41.0 49.8 40.6 38.7
Lebar (cm) 1.16 1.01 1.21 1.07 1.17 1.09 1.02
Jumlah (helai) 24.0 20.9 25.3 26.8 24.9 20.4 25.0
Tinggi Tanaman(cm)
Jumlah Anakan
72.9 56.5 60.9 61.8 75.6 65.3 57.8
3.8 3.4 4.5 4.6 3.4 3.0 3.1
Keterangan : A= 33/Wagamba(1), B= 33/Wagamba(2), D= Cegeulis/Wangkoito(1), Cegeulis/Wangkoito(2), E= Wagamba/33, F= 33/Wagamba(3), G= 33/Wagamba(4).
D=
Tabel 2. Morfologi Daun dan Batang Progeni Padi Gogo Populasi Tanaman F2 Hasil Persilangan
Progeni A B C D E F G
Warna Daun Hijau Gelap Hijau Hijau Hijau Hijau Gelap Hijau Gelap Hijau
Warna Pelepah Daun Ungu Hijau Hijau Hijau Ungu Ungu Hijau
Warna Pangkal Batang Keunguan Hijau Hijau Hijau Keunguan Keunguan Hijau
Keterangan : A= 33/Wagamba(1), B= 33/Wagamba(2), C= Cegeulis/Wangkoito(1), Cegeulis/Wangkoito(2), E= Wagamba/33, F= 33/Wagamba(3), G= 33/Wagamba(4).
Bentuk Pertumbuhan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa progeni padi gogo hasil persilangan memiliki bentuk pertumbuhan
D=
yang beragam, antara lain tumbuh tegak dan menyebar dengan daun tegak dan daun terkulai (Tabel 3).
Tabel 3. Bentuk Pertumbuhan Beberapa Progeni Tanaman Padi Hasil Persilangan Pada Umur 8 MST
Progeni A B C D E F G
Anakan Tegak Tegak Menyebar Tegak Tegak Menyebar Tegak
Bentuk Pertumbuhan Daun Tegak Terkulai Tegak Tegak Tegak Terkulai Terkulai
Keterangan : A= 33/Wagamba(1), B= 33/Wagamba(2), C= Cegeulis/Wangkoito(1), Cegeulis/Wangkoito(2), E= Wagamba/33, F= 33/Wagamba(3), G= 33/Wagamba(4).
D=
Vol. 3 No.1, 2013
Seleksi Beberapa Progeni Hasil Persilangan Padi Gogo
Menurut Vergara (1985), bahwa bentuk pertumbuhan yang tegak dan daun yang tegak (lurus) memiliki kemampuan membentuk anakan yang baik. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemampuan membentuk anakan yang baik menjamin jumlah anakan yang memadai tiap satuan luas sekalipun ada tanaman yang mati dalam tahap pertumbuhan awal. Pertumbuhan yang tegak dan daun yang tegak memberi peluang adanya pembagian cahaya yang lebih baik. Bentuk pertumbuhan yang tegak dan berdaun tegak dimiliki oleh progeni A, D dan E. Menurut Makarim dan Suhartatik (2009), sifat daun yang baik adalah daun yang tumbuhnya tegak, tebal, kecil dan pendek untuk mencapai indeks luas daun maksimal sebelum berbunga serta berwarna hijau gelap. Daun pada morfologi tanaman merupakan bagian tanaman yang berwarna hijau karena mengandung klorofil. Jumlah daun pada tiap tanaman tergantung pada varietas dan sifatsifat daun merupakan salah satu sifat morfologi yang berkaitan erat dengan produktivitas tanaman. Jennings et al. (1979), memasukkan daun sebagai organ yang harus diukur pada pemuliaan, seperti ketegakan, panjang, lebar, ketebalan, warna, kelembutan, dan penuaan daun.
SIMPULAN Berdasarkan progeni hasil persilangan pada beberapa karakter morfologi dan pertumbuhan tanaman dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan warna pangkal batang dan warna pelepahnya, terdapat dua kelompok progeni tanaman yaitu populasi F2 dari progeni A (33/Wagamba(1)), E (Wagamba/33), dan F (33/Wagamba(3)) dengan warna pelepah ungu dan pangkal batangnya berwarna keunguan. Kemudian kelompok progeny ke dua pada populasi tanaman F2 dari progeni B (33/ Wagamba(2)), D (Cegelius/ Wangkoito(1)), D (Cegelius/ Wangkoito(2)),dan G (33/ Wagamba(4)) dengan warna pangkal batang dan pelapah berwarna hijau. 2. Progeni A (33/Wagamba(1)) dan E (Wagamba/33) merupakan progeni terbaik karena memiliki beberapa keunggulan antara lain bentuk pertumbuhan tegak, berdaun tegak, tinggi tanaman, jumlah anakan dan daun berwarna hijau gelap.
51
DAFTAR PUSTAKA Bradbury LM, Fitgerald TL, Henry RJ, Jin Q, Waters DLE (2005) The gene for fragrance in rice. Plant Biotech J 3:363-370. Helyanto, B., U. S. Budi, A. Kartamidjaya, D. Sunardi. 2000. Studi parameter genetik hasil serat dan komponennya pada plasma nutfah rosela. Jurnal Pertanian Tropika 8(1):82-87. Jennings, P.R. et al. 1979. “rice improvement”. IRRI, Los Banos, Philippines. Kaher, A. 1993. Perbaikan Varietas Padi Gogo pada Lahan Kering Marginal. Dalam M. Syam, Hermanto, A. Musaddad dan Sunihardi (Eds.), hal.448-459. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. Las, I. 2002. Alternatif inovasi teknologi peningkatan produktivitas dan daya saing padi. Power Point PPN 2002. BALITPA. 2002 Lu, B.R. 1999. Taxonomy of the genus Oryza (Poaceae): historical perspective and current status. Mini review. IRRN 24(3): 48. Lubis, E., Z. Harahap, M.Diredja dan B. Kustianto. 1993. Perbaikan Varietas Padi Gogo. Dalam M. Syam, Hermanto, A. Musaddad dan Sunihardi (Eds.), hal. 437447. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. Makarim, A.K, E. Suhartatik, 2009. Morfologi Dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Padi. Departemen Pertanian. Santika, A dan Sunaryo. 2008. Teknik Pengujian Galur Padi Gogo Terhadap Penyakit Blas (Pyricularia grisea). Bulletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 1 Seno, D.S.H., A.E.Z. Hasan, B. Kusbiantoro., T.J. Santoso dan Z. A. Mas'ud. 2011. Identifikasi Gen Aroma Pada Progeni-Progeni Backcross Antara Varietas Ciherang Dengan Pandan Wangi. Jurnal llmu Pertanian Indonesia, Agustus 2011, him. 136-141 ISSN 0853-4217 Shi W, Yang Y, Chen S, Xu M (2008) Discovery of a new fragrance allele and the development of functional markas for the breeding of fragrant rice varieties. Mol. Breeding 22: 185-192.
52
SADIMANTARA ET AL.
Toha, H.M. 2005. Padi Gogo dan Pola Pengembangannya. Balai Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 48 hal. Vergara S. Benito, 1985. Komponen Hasil. Pustaka Desa. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
J. AGROTEKNOS
Zen, S. 2002. Parameter genetik karakter agronomi galur harapan padi sawah. Stigma10(4):325-330. Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research Institute. Los Banos, Philippines