Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No.1 Januari – Maret 2014: 1-10
KERAGAMAN AGRONOMIS BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA MODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Yudhi Mahmud, Sulistyo Sidik Purnomo Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas Singaperbangsa Karawang Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan varietas unggul baru tanaman padi (Oryza sativa L.) apa yang menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi tertinggi pada model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi di Desa Kuta Raharja Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Tempat percobaan berada pada ketinggian 18 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah Aluvial kelabu. Tempat percobaan berdasarkan Klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson, tergolong tipe E (agak kering). Percobaan dilaksanakan pada musim kemarau 2013 selama 5 bulan mulai dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktor Tunggal, yang terdiri dari 5 perlakuan. Adapun 5 perlakuan itu adalah A = Varietas Mekongga, B = Varietas Sidenuk C = Varietas Ciherang, D = Inpari 18 dan, E = Varietas Inpari 19. Hasil penelitian menunjukkan Terdapat pengaruh macam varietas terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot 1.000 butir gabah isi dan hasil gabah kering giling (GKG) dari kelima varietas tanaman padi yang digunakan. Varietas Mekongga memperoleh hasil gabah kering giling tertinggi, yaitu 6,82 kg/petak atau setara dengan 7,58 ton/ha berbeda nyata dengan empat varietas lainnya.
Kata Kunci : Varietas Unggul baru, PTT, PENDAHULUAN Padi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia. Tingkat produksi maupun konsumsi padi selalu menempati urutan pertama diantara komoditas tanaman pangan lainnya. Konsumsi padi dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Demikian juga dengan produksi maupun produktivitas padi semakin meningkat seiring dengan penggunaan varietas unggul dan teknik budaya yang intensif. Pada tahun 1978 produksi padi nasional sebesar 25.77 juta ton sedangkan pada tahun 1984 menjadi 38.14 juta ton dengan produktivitas 3.91 ton/ha. Pada tahun 2000, produksi nasional mencapai 51.89 juta ton dengan produktivitas sekitar 4.4 ton/ha (Departemen Pertanian, 2006). Permasalahan yang muncul adalah terjadinya pelandaian peningkatan produksi dan produktivitas padi secara nasional. Produksi tahun 1981 – 1990 meningkat sebesar 4.08% per tahun, tahun 1991- 2000 sebesar 1.31% per tahun, sedangkan tahun 2001-2007 sebesar 0.58% (Badan Pusat Statistik, 2008). Angka
1
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa .......
tersebut menunjukkan penurunan tingkat kanaikan produksi pada dekade ini cukup besar jika dibandingkan dengan dekade sebelumnya. Pada satu sisi, kebutuhan pangan nasional terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk sedangkan sisi lain upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional dengan cara selalu mengimpor, selain menguras banyak devisa, juga tidak strategis bagi kepentingan ketahanan nasional dalam jangka panjang. Hal ini secara tidak langsung membutuhkan solusi dari segi varietas tanaman pangan yang berkualitas. Sasaran perbaikan varietas padi adalah menghasilkan varietas – varietas baru yang mempunyai sifat-sifat unggul sesuai dengan tujuan pengembangan pada masing-masing tipologi wilayah padi yaitu : lahan sawah, dataran tinggi, gogo, lebak air dalam dan pasang surut (Harahap dan Silitongga, 1993). Varietas yang memiliki prospek untuk menggantikan varietas Ciherang sebagai varietas padi sawah utama yang ditanami petani adalah varietas Mekongga, varietas Inpari 18, varietas Inpari 19, dan varietas Inpari Sidenuk. Varietas ini termasuk dalam golongan varietas unggul baru yang belum dikenal masyarakat, khususnya para petani di Kabupaten Karawang, sehingga perlu diketahui bagaimana kemampuan adaptasinya jika ditanam di daerah Karawang dan dapat menjadi pilihan atau alternatif varietas tanaman padi yang dapat ditanam dengan hasil yang lebih baik. Pengelolaan Tanaman Terpadu atau PTT padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya hasil produksi diharapkan pendapatan petani akan meningkat. METODE PENELITIAN Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi di Desa Kutaraharja Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pada musim kemarau tahun 2013 selama lima bulan dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. Bahan yang digunakan adalah benih kelas FS (Foundation seed) tanaman padi varietas unggul baru Ciherang, Mekongga, Sidenuk, Inpari 18, Inpari 19, pupuk Urea (46% N), pupuk SP36 (36% P2O5 ), pupuk KCl (60 % K2O) dan pestisida . Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari 5 yang masing-masing diulang 5 kali. Analisis keragaman (Analysis of Variance) dilakukan untuk semua data hasil pengamatan utama. Jika hasil uji F untuk perlakuan dalam sidik ragam menunjukkan berbeda nyata, maka untuk mengetahui perlakuan paling baik pengujian dilajutkan dengan uji beda rata-rata dengan menggunakan Duncan multiple range test (DMRT) pada taraf nyata 5 % (Gomez dan Gomez, 2007) Kegiatan pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan penunjang dan pengamatan utama. Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya tidak disertai analisis statistik, meliputi keadaan cuaca selama percobaan yaitu suhu dan curah hujan selama 10 tahun terakhir dan keadaan OPT selama
2
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa .......
percobaan. Sedangkan Pengamatan utama adalah pengamatan yang diuji secara statistic meliputi pengamatan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot 1.000 butir gabah isi dan hasil gabah kering giling (GKG). HASIL DAN PEMBAHASAN Selama percobaan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober, suhu dan kelembaban udara tidak mengalami perubahan cukup berarti. Kisaran suhu harian selama percobaan antara 24 0C – 330C, sedangkan kelembaban relatif antara 45% - 80%. Kisaran suhu dan kelembaban relatif tempat percobaan berada pada kisaran yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi, seperti yang dikemukakan oleh Fagi dan Las (1989), bahwa tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 – 350C. Secara umum pelaksanaan percobaan di lapangan berjalan lancar, tidak terjadi serangan hama yang mengkhawatirkan, dan tidak terjadi serangan penyakit yang mengkhawatirkan. Pengumpulan data serangan hama dan penyakit didasarkan pada jenis dan gejala serangan hama dan penyakit selama percobaan. Serangan hama mulai terlihat pada saat tanaman berumur 5 hari setelah tanam. Hama yang menyerang yaitu siput Murbai atau keong emas (Pomacea canaliculata). Serangan hama tikus (Rattus rattus argentiventer) terjadi pada umur 14 dan 21 hst. Pada umur 28 hari setelah tanam terjadi serangan hama penggerek batang padi (Scirpophaga spp ) dengan intensitas rendah, dan dapat diatasi secara kimia menggunakan insektisida. 1.
Tinggi Tanaman per Rumpun
Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat pengaruh nyata macam varietas terhadap keragaan tinggi tanaman dari lima varietas yang diteiliti tertera pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap tinggi tanaman padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang pada umur 14 – 70 hst. Rata-rata tinggi tanaman per rumpun umur Perlakuan 14 hst Kode
28 hst
42 hst
56 hst
70 hst
Varietas (cm)
A
Mekongga
39,93b
65,09b
85,15b
93,83b
104,96b
B
Sidenuk
41,91b
65,99b
84,01b
93,81b
105,77b
C
Ciherang
41,35b
65,00b
89,04b
106,02a
110,69a
D
Inpari 18
46,96a
67,27b
87,87b
101.27a
101,55b
3
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa .......
E
Inpari 19
Koefisien Keragaman (%)
48,02a
74,81a
98,12a
7,45
5,23
5,47
103,61a 105,61ab 4,39
3,78
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Varietas Inpari 19 sejak 14 hst hingga 42 hst memiliki tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan varietas lainnya, baru pada umur 56 hst tinggi tanaman tertinggi dicapai oleh varietas Ciherang berbeda nyata dengan varietas Mekongga dan Sidenuk, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 18 dan Inpari 19. Pada umur 70 hst tinggi tanaman tertinggi dicapai oleh varietas Ciherang berbeda nyata dengan varietas Mekongga, Sidenuk dan Inpari 18, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 19. 2. Jumlah Anakan per Rumpun Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat pengaruh nyata macam varietas terhadap keragaan jumlah anakan per rumpun dari lima varietas yang diteiliti tertera pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap jumlah anakan per rumpun padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang pada umur 14 – 70 hst. Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur Perlakuan 14 hst Kode
28 hst
42 hst
56 hst
70 hst
Varietas (batang)
A
Mekongga
6,88a
16,82a
20,44a
15,94a
14,46a
B
Sidenuk
5,84ab
15,56a
17,84b
13,7b
11,86b
C
Ciherang
5,64ab
14,42ab
17,14b
12.16 bc
10,10b
D
Inpari 18
5,22b
12,10bc
14,32c
11,3c
10,30b
E
Inpari 19
6,40ab
10,72c
13,66c
11,06c
10,08b
15,52
12,97
9,97
10,68
13,19
Koefisien Keragaman (%)
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Pada umur 14 hst jumlah anakan terbanyak dicapai oleh varietas Mekongga, berbeda nyata dengan varietas Inpari 18, namun tidak berbeda nyata
4
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa .......
dengan varietas Sidenuk, Ciherang dan Inpari 19. Pada umur 28 hst jumlah anakan terbanyak masih dicapai oleh varietas Mekongga berbeda nyata dengan varietas Inpari 18 dan Inpari 19. Pada umur 42 – 70 hst varietas Mekongga memiliki jumlah anakan paling banyak berbeda nyata dengan varietas lainnya. Secara umum jumlah anakan menurun pada saat tanaman padi mencapai periode generatif, diduga karena adanya kompetisi yang menyebabkan kebutuhan nutrisi, cahaya dan ruang tumbuh menjadi tidak tercukupi sehingga pertumbuhan jumlah anakan terganggu dan akhirnya mati (Sastroutomo, 2009). 3. Jumlah malai per rumpun Jumlah malai per rumpun terbanyak dicapai oleh varietas Mekongga berbeda nyata dengan empat varietas lainnya. Perolehan jumlah malai per rumpun berkaitan erat dengan kemampuan tanaman menghasilkan anakan dan kemampuan mempertahankan berbagai fungsi fisiologis tanaman. Semakin banyak anakan yang terbentuk semakin besar peluang terbentuknya anakan yang menghasilkan malai. Hal ini sejalan dengan pendapat Murayama (1995) yang menyatakan bahwa pada saat tanaman mulai berbunga hampir seluruh hasil fotosintesis dialokasikan ke bagian generatif tanaman (malai) dalam bentuk tepung. Selain itu, terjadi juga mobilisasi karbohidrat protein dan mineral yang ada di daun, batang dan akar untuk dipindahkan ke malai. Tabel 3. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap komponen hasil tanaman padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang, 2013.
Perlakuan Kode
Varietas
Jumlah malai per rumpun
Jumlah gabah per malai
Persentase gabah isi
Bobot 1000 butir gabah isi
(Batang)
(Butir)
(%)
(gram)
A
Mekongga
14,1a
108,52b
94,86a
27,8a
B
Sidenuk
11,66b
132,55a
91,44bc
25,26b
C
Ciherang
9,86b
120,86ab
90,84bc
26,68b
D
Inpari 18
10,22b
106,07b
92,66ab
28,46a
E
Inpari 19
9,98b
120,45ab
90,02c
25,6b
13,57
10,36
1,67
5,74
Koefisien Keragaman (%)
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
5
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa .......
4. Jumlah gabah per malai Jumlah gabah per malai terbanyak diperoleh oleh varietas Sidenuk berbeda nyata dengan Mekongga dan Inpari 18, tapi tidak berbeda nyata dengan varietas Ciherang dan Inpari 19. Kemampuan tanaman untuk menghasilkan jumlah gabah per malai dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satu faktor yang paling penting adalah karakteristik panjang malai dan ketersediaan hara. Setiap varietas memiliki karakteristik panjang malai yang berbeda. Adanya perbedaan panjang malai berpengaruh terhadap perbedaan jumlah bakal gabah dengan kecenderungan semakin panjang malai semakin banyak bakal gabah yang terbentuk. Perbedaan jumlah gabah per malai yang dihasilkan dari masing-masing varietas disebabkan oleh faktor genetik masing-masing varietas, berdasarkan deskripsi varietas Sidenuk memang memiliki jumlah gabah paling banyak, yaitu 175 – 200 butir. Hal ini sejalan dengan pendapat Guswara (2007) jumlah gabah per malai dipengaruhi oleh faktor genetik. Disamping itu faktor lingkungan ikut berperan dalam tinggi rendahnya jumlah gabah permalai, karena keadaan cuaca yang cerah dapat meningkatkan laju fotosintesa, energi cahaya yang digunakan untuk merombak air dan gas asam arang dirubah menjadi makanan, fotosintat yang dihasilkan akan disimpan dalam jaringan batang dan daun, kemudian akan ditranslokasikan ke gabah tingkat pematangan 5. Persentase Gabah Isi Hasil analisis ragam dan uji beda nyata Duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase gabah isi tertinggi diperoleh varietas Mekongga, yaitu 94,86% berbeda nyata dengan varietas Sidenuk, Ciherang dan Inpari 19, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 18. Perbedaan persentase gabah isi ini diduga disebabkan oleh faktor genetik dari tiap varietas tanaman padi yang digunakan. Varietas Mekongga relatif lebih stabil dibanding varietas lainnya sehingga memiliki persentase gabah isi yang tinggi. Tingginya persentase gabah isi per malai sangat dipengaruhi oleh jumlah gabah per malai dan jaminan hara yang tersedia. Kondisi lingkungan tumbuh yang sesuai cenderung merangsang proses inisiasi malai menjadi sempurna, sehingga peluang terbentuknya bakal gabah menjadi lebih banyak. Namun demikian semakin banyak gabah yang terbentuk, meningkatkan beban tanaman untuk membentuk gabah bernas. Apabila saat proses pengisian gabah, tidak diimbangi dengan ketersediaan hara yang mencukupi akan banyak terbentuk gabah hampa. Persentase gabah isi merupakan salah satu indikator produktivitas tanaman, semakin tinggi persentase gabah isi yang diperoleh suatu varietas menandakan varietas tersebut mempunyai produktivitas yang tinggi 6. Bobot 1.000 butir gabah isi Hasil analisis ragam dan uji beda nyata Duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot 1.000 butir gabah isi tertinggi diperoleh varietas Inpari 18, yaitu 28,46 gram berbeda nyata dengan varietas Sidenuk, Ciherang dan Inpari 19, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Mekongga. Perbedaan bobot 1000 butir gabah isi antara hasil percobaan dan deskripsi membuktikan bahwa walaupun secara genotifik varietas-varietas tersebut sudah stabil namun faktor lingkungan sangat mempengaruhi sifat fenotifik dari suatu varietas.
6
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa .......
7. Hasil Gabah Kering Giling Hasil analisis statistik terhadap data hasil gabah kering giling (GKG) dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5% tertera pada Tabel 4. Hasil analisis statistik terhadap hasil gabah kering giling menunjukkan varietas Mekongga memperoleh hasil tertinggi sebesar 6,82 kg/petak atau setara dengan 7,58 ton/ha, berbeda nyata dengan hasil gabah kering giling empat varietas lainnya. Hasil gabah berhubungan erat dengan komponen hasil seperti jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi dan bobot 1.000 butir gabah isi. Tingginya perolehan hasil gabah kering giling varietas Mekongga ditunjang oleh perolehan jumlah malai per rumpun, persentase gabah isi dan bobot 1.000 butir gabah isi yang lebih banyak dibanding perlakuan lainnya. Tabel 4. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap hasil gabah kering giling tanaman padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang. 2013.
Perlakuan Hasil Gabah Kering Giling Kode
Varietas (kg/petak)
(ton/ha)
A
Mekongga
6.82a
7,58
B
Sidenuk
5,98b
6,64
C
Ciherang
5,8b
6,44
D
Inpari 18
5,96b
6,62
E
Inpari 19
5,5b
6,11
Koefisien Keragaman (%)
7,78
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh macam varietas terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot 1.000 butir gabah isi dan hasil gabah kering giling (GKG) dari kelima varietas tanaman padi yang digunakan.
7
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa .......
2. Varietas Mekongga memperoleh hasil gabah kering giling tertinggi, yaitu 6,82 kg/petak atau setara dengan 7,58 ton/ha berbeda nyata dengan empat varietas lainnya. DAFTAR PUSTAKA Atman. 2005. Pengaruh Sistim Tanam Bershaf dengan P-starter (shafter) pada Padi Sawah varietas Batang Piaman. Jurnal Stigma Vol. XIII No. 4, Oktober-Desember 2005. Faperta Universitas Andalas Padang; 579-582. Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia.. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Macam Varietas Unggul. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 6 Maret 2013. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. 2011. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Pada Lahan Sawah Dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. http://bali.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 16 April 2013. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Potensi Varietas Unggul Baru Tanaman Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Padi. Bogor Bambang. 2010 . Benih Tahan Banting. http://majalahpadi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013. Budianto D. 2003. Kebijaksanaan Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu Di Indonesia. Prosiding Lokakarya pelaksanaan program peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) Tahun 2003. Puslitbangtan. Bogor. Departemen Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo. Pedoman bagi penyuluh pertanian. Badan Litbangtan. Departemen Pertanian. Jakarta. Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Karawang. Paparan Target Produksi Tanaman pangan di Kabupaten Karawang Tahun Anggaran 2013. Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Kabupaten Karawang. Karawang. Gomez, A. K. ,dan Gomez, A.A. 2007. Prosedur Statistik Untuk Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia Press. 698 hal. Guswara, A., Tita, R., E. Sutisna, dan I. Las. 2003. Intersepsi Radiasi Dalam Berbagai Populasi Padi Tipe Baru. Laporan Kemajuan Penelitian. 2003. 11 p. tidak dipublikasikan.
8
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa .......
Guswara, A.2007. Peningkatan Hasil Tanaman Padi Melalui Pengembangan Padi Hibrida : Dalam Kumpulan RDTP/ROPP. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.. Harahap, Z. dan Silitongga. 1993. Perbaikan Varietas Padi Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. http://www.bps.go.id (03 April 2011) Ihsan, Nurman. 2012. Macam – Macam Karakteristik Varietas Padi Unggul Baru. http://ceritanurmanadi.wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 April 2013 Ishaq, Iskandar, Kasdi Subagyono, dan Agus Nurawan. 2009. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pertanian, Jakarta. Kush. G. S. and R. C. Aquino. 1990. Breeding For High Yield Potential In Rice. Paper Presented At The International Rice Research Conference. 27 – 31 Augustus. Seoul, Korea. Murayama, N 1995. Fertilizer application to rice in relation to nutriphysiology of ripening. 2.j.Agri.Sci.24:71-77.(J) dalam skripsi H. Sukardi. 2006. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Anorganik (NPK) dan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Fakultas Pertanian Unsika. Manurung, S.O. dan M. Ismunadji. 1989. Morfologi Padi. Dalam Padi Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman, Bogor. Hal. 319. Pusat
Pengembangan Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2011. Usaha Tani Padi Dengan Pendekatan PTT. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian.Jakarta.
Sabiha. 2012. Varietas Inpari Untuk Rakyat. .http://blog.ub.ac.id. Diakses Pada Tanggal 6 Maret 2013. Sastroutomo, S., 2009. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. Simorangkir, Yudho.2011. Sawah Irigasi. http://yudhozone.blogspot.com Diakses Pada Tanggal 12 Maret 2013. Sudirman. 2005. Deskripsi Tanaman Padi. http://theriiz.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013. Suhendar, Yan. 2011. Pemilihan Varietas Unggul Baru. http://www.agrinaonline.com. Diakses pada tanggal 16 April 2013. 9
Yudhi Mahmud dkk, Keragaman Agronomis Beberapa .......
Suteja. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta. 193 hal. Suryatna. 2007. Subsidi Benih Dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Produksi Pangan, Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian, Analisis Kebijaksanaan Antisipatif Dan Responsif. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
10