PENGARUH PUPUK UREA YANG DICAMPUR ASAM HUMAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) EFFECT OF THE MIXED UREA WITH HUMIC ACID ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa L.) Yeni Lestari1), Suhardjadinata2), Yanto Yulianto2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No 24 Telp. (0265) 330634 Tasikmalaya
Abstrak Peningkatan produksi padi kedepan banyak menghadapi tantangan. Salah satu kendala utama peningkatan produksi padi di Indonesia diantaranya adalah ketidakefisienan penggunaan pupuk urea, karena itu perlu dicari usaha untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk nitrogen. Penggunaan asam humat dengan cara dicampurkan pada pupuk urea secara terus menerus diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan nitrogen juga dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah. Namun demikian masih perlu dipelajari tentang komposisi campuran asam humat dengan urea dan takaran dalam pengaplikasiannya. Agar berpengaruh baik terhadap tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai jumlah atau persentase asam humat optimum yang harus ditambahkan pada setiap satuan bobot pupuk urea untuk memperlambat pelepasannya, serta mengetahui dosis optimum pupuk urea yang dicampur asam humat dengan berbagai komposisi. Percobaan ini dilaksanakan di atas tanah lapang di Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi, dengan media tanam menggunakan pot ember plastik. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai bulan September 2015. Percobaan ini berpola faktorial dua faktor dengan rancangan acak kelompok (RAK). Faktor pertama : komposisi asam humat sebagai pelapis urea (H) : h0 (Tanpa), h1 (1%), h2 (2%), h3 (3%), h4 (4%), h5 (5%); faktor kedua : takaran pupuk urea (N) : n1 (100 kg ha-1), n2 (150 kg ha-1), n3 (200 kg ha1 ). Hasil penelitian ini tidak terdapat pengaruh interaksi antara percampuran pupuk urea dengan asam humat pada berbagai takaran
terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Komposisi asam humat yang dicampur dengan pupuk urea maupun takarannya tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Kata Kunci : Padi, Asam Humat, Urea, Nitrogen, Pemupukan Abstract This research aimed to obtain information on the number or percentage of optimum humic acid should be added to each unit weight of urea fertilizer to slow release, as well as determine the optimum dose of mixed urea with humic acid with various compositions. This experiment was carried out over the fields at the Faculty of Agriculture, University Siliwangi, with planting medium using pots plastic bucket. The experiment was conducted in April to September 2015. The experiment used was an experimental methode with factorial experiment with two-factor randomized block design (RAK). The first factor: the composition of humic acid as a coating urea (H): h0 (No), h1 (1%), h2 (2%), h3 (3%), h4 (4%), h5 (5%); The second factor: the dose of urea (N): n1 (100 kg ha-1), n2 (150 kg ha-1), n3 (200 kg ha-1). The results of the study didnβt effect of the interaction between mixed urea with humic acid on doses of the growth and yield of rice paddy fields. Composition of urea by mixed humic acid on doses no gived effect of the growth and yield of rice paddy fields. Keyword : Paddy, Humic Acid, Urea, Nitrogen, Fertilizer
Pendahuluan
Beras merupakan penyangga utama ketahanan pangan nasional, dan usahatani padi merupakan tulang punggung ekonomi pedesaan. Kebutuhan beras terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Di lain pihak, luas sawah semakin berkurang karena alih fungsi lahan dan kesuburan tanah makin menurun yang diindikasikan oleh kandungan C-organik yang rendah. Peningkatan produksi padi kedepan banyak menghadapi tantangan. Salah satu kendala utama peningkatan produksi padi di Indonesia diantaranya adalah ketidakefisienan penggunaan pupuk anorganik (Badan Litbang Pertanian, 2008). Kebijaksanaan pencabutan subsidi pupuk dan pembebasan tataniaga pupuk menyebabkan harga pupuk semakin mahal dan sering terjadi kelangkaan pupuk di beberapa tempat di lapangan (Sudika, 2000). Karama (2001) menyatakan bahwa lebih dari 65 persen tanah sawah di Pulau Jawa telah mengalami penurunan kesuburan karena kandungan bahan organiknya rendah (kurang dari dua persen). Sementara, sistem pertanian dapat berkelanjutan (sustainable) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari tiga persen. Tanah pertanian dikategorikan baik jika tanah tersebut kandungan bahan organiknya antara tiga persen sampai lima persen. Suwardi dan Darmawan (2009) menyatakan bahwa kadar bahan organik tanah yang rendah akan menyebabkan tanah menjadi semakin masam dan keras akibat kerusakan struktur, dan juga tidak berkembangnya kehidupan sebagian besar mikroorganisme tanah. Menurut Abdulrachman, dkk (2011) pada kondisi seperti itu, tanah menjadi tidak responsif lagi terhadap pemupukan sehingga produksi padi sulit ditingkatkan (levelling of). Para petani biasanya menambahkan lebih banyak pupuk khususnya nitrogen (pupuk urea) untuk meningkatkan produksi padi mereka. Namun demikian penambahan pupuk nitrogen yang berlebihan akan merusak tanah dan menyebabkan pencemaran lingkungan (Suwardi dan Darmawan, 2009). Oleh karena itu perlu dicari usaha untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk nitrogen. Menurut Suwardi dan Darmawan (2009), usaha untuk meningkatkan efisiensi pupuk nitrogen yang banyak dilakukan adalah dengan membuat pupuk nitrogen dalam bentuk slow release fertilizer (SRF). Namun pupuk SRF yang ada sekarang ini sebagian besar menggunakan bahan kimia yang dapat meninggalkan residu dan juga merusak tanah. Sekarang peneliti cenderung menggunakan bahan alam seperti asam humat sebagai bahan SRF. Wardani (2002) menyatakan bahwa asam humat merupakan bahan aktif yang diekstrak dari bahan organik yang dapat berfungsi sebagai bahan organik. Asam humat memiliki KTK yang sangat tinggi (250 sampai 700 cmol (+) kg-1) dan dapat menyerap ion ammonium, sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk memperlambat pelepasan nitrogen atau pupuk SRF dengan cara dilapiskan atau diselimutkan pada urea. Untuk mengatasi permasalahan rendahnya bahan organik perlu dicari terobosan dengan menggunakan bahan yang mudah diaplikasikan. Penggunaan asam humat sebagai bahan SRF dengan cara dicampurkan pada pupuk urea secara terus menerus diharapkan selain dapat meningkatkan efisiensi pemupukan nitrogen juga dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah. Namun demikian masih perlu dipelajari tentang komposisi campuran asam humat dengan urea dan takaran dalam pengaplikasiannya. Agar berpengaruh baik terhadap tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai jumlah atau persentase asam humat optimum yang harus ditambahkan pada setiap satuan bobot pupuk urea untuk memperlambat pelepasannya, serta mengetahui dosis optimum pupuk urea yang dicampur asam humat dengan berbagai komposisi. Bahan dan Metode Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan September 2015. Percobaan ini dilakukan dalam pot, tanaman padi ditumbuhkan pada media dalam pot ember plastik hitam yang ditempatkan di atas
tanah lapang di Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi. Bahan yang dipergunakan dalam percobaan adalah asam humat, pupuk urea (45 persen N), pupuk SP36 (36 persen P2O5), pupuk KCl (52 persen K2O), bibit padi kultivar Inpari 19 (Sidenuk), zat-zat kimia untuk analisis tanah. Alat-alat yang digunakan adalah pot ember plastik hitam, cangkul, timbangan halus dan kasar, alat ukur, sprayer, seperangkat alat analisis tanah. Tanaman padi ditumbuhkan dalam media tanah dalam pot ember plastik hitam volume 10 L. Penelitian ini menggunakan pola faktorial dua faktor dengan rancangan rancangan acak kelompok (RAK). Kombinasi perlakuan sebanyak 18, setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga secara keseluruhan terdapat 54 kelompok percobaan. Jumlah pot yang diperlakukan sebanyak 378 buah. Untuk mengukur efisiensi pemupukan urea diperbandingkan dengan perlakuan kontrol (chek plot) yaitu perlakuan yang tidak beri pupuk urea dan asam humat sebanyak 3 ulangan dengan masing-masing ulangan sebanyak 7 pot tanaman. Faktor pertama : komposisi atau persentase asam humat (H) sebagai pelapis urea: h0 = 0 (tanpa asam humat), h1 = 1 % (1 kg asam humat : 100 kg urea), h2 = 2 % ( 2 kg asam humat : 100 kg Urea), h3 = 3 % ( 3 kg asam humat : 100 kg Urea), h4 = 4 % ( 4 kg asam humat : 100 kg Urea), h5 = 5 % ( 5 kg asam humat : 100 kg Urea). Faktor kedua adalah takaran pupuk urea (N) : n1 = urea 100 kg ha-1, n2 = urea 150 kg ha-1, n3 = urea 200 kg ha-1 Pada penelitian ini parameter pengamatan yang dilakukan yaitu : Tinggi tanaman dilakukan pada umur 20, 40 dan 60 HST, jumlah anakan per pot tanaman dilakukan pada umur 20, 40 dan 60 HST, jumlah malai per pot tanaman, bobot 100 butir gabah, bobot gabah per pot tanaman, efisiensi pemupukan nitrogen (urea) adalah efisiensi pupuk N (urea) dinyatakan dalam bentuk efisiensi agronomi (EAN) dengan rumus sebagai berikut : πΈπ΄π =
(π»πΊ ππ β π»πΊ π0 ) π₯100 ππππ ππ ππ
Dimana : EAN : Efisiensi Agronomi N HG Ni : hasil gabah pada perlakuan N HG N0 : hasil gabah pada perlakuan tanpa N Ni : dosis N yang digunakan Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (Anova) taraf 5 % (F= 0,05) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan. Apabila berbeda nyata ( F hitung > F table 5 %) dilanjutkan dengan uji berganda Duncan pada taraf nyata signifikansi 5 %. Hasil dan Pembahasan Tinggi Tanaman Padi Berdasarkan analisis statistika pemberian urea yang dicampur asam humat dengan berbagai takaran tidak menunjukkan ada interaksi, dan pemberian urea yang dicampur asam humat dengan berbagai takaran tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 20, 40 dan 60 HST (Tabel 2). Hal ini diduga karena pengaruh dari kondisi tanah yang sudah subur dengan dengan kandungan Corganik yang cukup tinggi yakni 3,36 persen. Sehingga membuat pemberian pupuk urea yang dilapisi asam humat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Sistem pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari dua persen (Handayanto 1999; Suntoro 2003). Tingginya C-organik di dalam tanah ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik secara fisik, kimia dan biologi. Ihdriyanti (2001) mengungkapkan asam humat juga merupakan hasil akhir dekomposisi bahan organik di dalam tanah. Peranan asam humat juga memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga tidak ada perbedaan dalam pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Vitousek (1982) dalam penelitian Triadiati, dkk (2012) Tanaman padi mampu menggunakan N yang tersedia, baik yang sudah terdapat dalam tanah maupun pemberian pupuk N, sehingga pemberian takaran pupuk N yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman padi.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman padi pada umur 20, 40, dan 60 HST Umur Tanaman
20 HST
Komposisi Asam Humat
n2
n3
h0
44,90
42,57
43,32
43,60 a
h1
42,55
43,94
45,24
43,91 a
h2
44,84
42,76
44,9
44,17 a
h3
41,96
40,08
43,54
41,86 a
h4
42,64
44,66
43,20
43,30 a
h5
43,55
43,99
43,80
43,78 a
h0
43,41 A 86,49
42,90 A 98,28
44,00 A 83,38
84,39 a
h1
83,30
84,40
83,42
83,73 a
h2
86,70
83,56
85,90
85,39 a
h3
84,74
83,04
84.38
84,05 a
h4
82,96
81,83
83,50
82,76 a
84,57
84,20
84,75
84,51 a
h0
84,80 A 88,67
83,40 A 87,76
84,23 A 89,08
88,31 a
h1
93,09
87,91
88,68
89,90 a
h2
83,38
90,67
89,66
89,57 a
h3
87,57
91,51
88,16
89,08 a
h4
88,86
84,84
92,03
88,58 a
h5
89,20
87,09
88,92
88,41 a
h5 Rata-rata
60 HST
Rata-rata
n1
Rata-rata
40 HST
Tinggi Tanaman Takaran Pupuk
89,30 88,20 89,42 A A A Keterangan : Angka rata-rata yang ditandai oleh huruf yang sama pada setiap umur pengamatan menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT taraf 5%. Rata-rata
Menurut Syekhfani (1997), pemupukan nitrogen dapat menunjang pertumbuhan tanaman padi sawah dan sebaliknya jika tidak diberikan akan menghambat pertumbuhan tanaman karena nitrogen merupakan unsur hara yang berfungsi memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada umur 60 HST pertumbuhan tanaman tidak terlalu aktif hal ini diduga unsur hara yang ada didalam tanah digunakan tanaman untuk memasuki fase generatif sehingga pertumbuhan tinggi
tanaman tidak banyak mengalami perubahan. Jumlah Anakan Hasil analisis statistik terhadap jumlah anakan per rumpun tanaman padi pada umur 20, 40, 60 HST, tidak menunjukkan ada interaksi antara kedua faktor yang diteliti. Perlakuan pupuk urea yang dicampur asam humat dengan berbagai takaran tidak memberikan pengaruh yang nyata (Tabel 3).
Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan tanaman padi pada umur 20, 40, dan 60 HST Jumlah Anakan Umur Tanaman
20 HST
40 HST
Komposisi Asam Humat
Rata-rata
n1
n2
n3
h0
11,13
9,13
9,06
9,78 a
h1
8,30
9,26
9,67
9,09 a
h2
9,20
7,80
10,13
9,04 a
h3
7,60
8,26
9,80
8,58 a
h4
7,20
9,40
7,20
7,96 a
h5
8,06
10,60
8,80
9,20 a
Rata-rata
8,60 A
9,09 A
9,13 A
h0
25,50
25,50
25,00
25,36 a
h1
19,20
26,40
26,00
23,87 a
h2
29,06
22,67
25,60
25,78 a
h3
26,60
24,20
25,30
25,40 a
h4
20,40
24,20
19,80
21,47 a
h5
24,20 24,53 A 29,13
24,06 24,30 A 28,00
24,22 a
h0
24,40 24,21 A 33,73
h1
25,20
26,60
28,60
26,80 a
h2
31,73
26,06
26,33
28,04 a
h3
29,21
28,2
26,86
28,15 a
h4
25,30
24,67
24,80
24,96 a
Rata-rata
60 HST
Takaran Pupuk
30,29 a
27,26 27,13 27,46 27,30 a 28,78 26,97 27,02 Rata-rata A A A Keterangan : Angka rata-rata yang ditandai oleh huruf yang sama pada setiap umur pengamatan menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT taraf 5%. h5
Hal ini diduga karena adanya pengaruh kondisi lingkungan dan fisiologis tanaman. Menurut Sugito (1999) pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan juga dipengaruhi oleh sifat keturunan dan jenis tanaman itu sendiri. Sehingga jumlah anakan yang dihasilkan sesuai dengan deskripsi tanaman padi yang diteliti. Jumlah anakan dari umur 40 HST dan 60 HST cenderung tetap, hal ini diduga anakan telah mencapai anakan maksimal, karena anakan aktif ditandai dengan pertambahan anakan yang cepat. Apabila kondisi lingkungan sesuai dengan
kondisi tumbuh ada kemungkinan jumlah anakan akan lebih banyak dari yang ada pada deskripsi varietas ini. Jumlah Malai per Rumpun Berdasarkan analisis statistika pemberian urea yang dicampur asam humat dengan berbagai takaran tidak menunjukkan ada interaksi, dan pemberian urea yang dicampur asam humat dengan berbagai takaran tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah malai (Tabel 4), diduga karena faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah malai tanaman padi Jumlah Malai Komposisi Asam Humat
Takaran Pupuk
Rata-rata
n1
n2
n3
h0
18,35
17,20
16,68
17,41 a
h1
15,89
16,53
16,93
16,45 a
h2
18,48
17,40
17,26
17,72 a
h3
17,83
16,93
17,70
17,49 a
h4
16,34
15,56
15,53
15,81 a
17,51 15,73 16,67 16,64 a 17,40 16,56 16,80 Rata-rata A A A Keterangan : Angka rata-rata yang ditandai oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT taraf 5%. h5
Siregar, dkk (1998) menyatakan bahwa jumlah malai merupakan salah satu karakter tanaman yang dapat menentukan produktivitas tanaman dimana semakin banyak jumlah anakan yang menghasilkan malai erat hubunganya dengan bertambahnya tempat kedudukan gabah. Pemberian pupuk urea yang dilapisi asam humat dengan takaran yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah malai. Hal ini diduga karena kondisi tanah yang sudah subur dengan kandungan C-organik yang cukup tinggi. Pemupukan yang berlebihan akan membuat tanaman rentan
terhadap penyakit. Penyakit yang menyerang tanaman selama penelitian yaitu penyakit kresek (hawar daun) yang menyerang pada umur 40 sampai 60 HST, dimana gejala penyakit ini terjadi pada fase pembentukan anakan sampai fase pematangan. Bobot Gabah Berdasarkan analisis statistika bobot gabah tidak menunjukkan adanya interaksi dari kedua faktor yang diteliti, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan pupuk urea yang dicampur asam humat dengan berbagai takaran (Tabel 5).
Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap bobot gabah tanaman padi Komposisi Asam Humat
Bobot Gabah (gr rumpun-1) Takaran Pupuk
Rata-rata
n1
n2
n3
h0
61,92
58,90
57,62
59,48 a
h1
45,78
52,06
66,47
54,77 a
h2
63,77
56,63
60,36
60,25 a
h3
68,20
68,61
50,51
62,43 a
h4
57,04
54,63
57,74
56,47 a
h5
59,31 59,33 A
58,82 58,28 A
65,80 59,75 A
61,31 a
Rata-rata
Hasil (ton ha-1) 9,52 8,76 9,60 9,98 9,03 9,81
Hasil (ton ha-1)
9,50 9,32 9,56 Keterangan : Angka rata-rata yang ditandai oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT taraf 5%.
Setelah dikonversi ke hektar, didapatkan hasil gabah tertinggi pada
perlakuan Humat pemberian pupuk
3 persen dengan 100 kg ha-1 dan
150 kg ha-1 sebesar 10, 91 ton ha-1 dan 10,98 ton ha-1 (Gambar 5). Hasil gabah pada pemberian pupuk 200 kg ha-1 mengalami penurunan, di duga akibat dari serangan penyakit kresek dimana penyakit ini dapat menurunkan hasil sebesar 7 sampai 36
persen (Utama, 2015). Penurunan hasil gabah dapat diakibatkan dari pemberian takaran pupuk N yang terlalu banyak, sehingga membuat N tidak diserap tanaman untuk pembentukan gabah.
PE RS E NTAS E GAB AH H AMPA
25% 28% 28%
38% 20% 17%
23% 31% 36% 29%
Gambar 5. Grafik Hasil Gabah (ton ha-1)
29% 33% 31%
N= 200 kg ha-1
43% 36% 30%
N = 150 kg ha-1
9,49 9,41 10,53
N= 200 kg ha-1 9,13 8,74 9,24
N = 150 kg ha-1
10,91 10,98 8,08
N=100 kg ha-1
10,2 9,06 9,66
Tanpa N
7,33 8,33 10,64
N=100 kg ha-1
5,56 9,91 9,42 9,22
Tanpa N
24% 33% 27%
H AS IL GAB AH (TO N/ H A)
Gambar 6. Grafik Persentase Gabah Hampa
Dilihat dari grafik persentase gabah hampa, tanaman padi yang diberi pupuk N 150 sampai 200 kg ha-1 menghasilkan gabah hampa yang lebih banyak daripada pemberian pupuk N 100 kg ha-1. Menurut FAPRC (1995) dalam Triadiati, ddk (2012), jumlah N yang diserap oleh tanaman cenderung sesuai dengan pertumbuhannya, penambahan pupuk N mengakibatkan pupuk N terbuang, sehingga pemberian pupuk yang berlebihan menyebabkan hasil gabah menurun dan persentase gabah hampa semakin besar.
Bobot 100 Butir Berdasarkan hasil analisis statistik dapat dilihat pada Tabel 5, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan terhadap bobot 100 butir. Berdasarkan tabel rata-rata bobot 100 butir benih berkisar antara 2,40 sampai 2,58 gram apabila di konversi kedalam 1000 butir benih menjadi 24 sampai 25,8 gram. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi sifat fenotifik dari suatu varietas, sehingga bobot 100 butir yang didapatkan sesuai dengan deskripsi varietas ini.
Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap bobot 100 butir tanaman padi Bobot 100 Butir Takaran Pupuk
Komposisi Asam Humat
Rata-rata
n1
n2
n3
h0
2,40
2,42
2,38
2,40 a
h1
2,56
2,46
2,48
2,50 a
h2
2,53
2,70
2,49
2,58 a
h3
2,58
2,49
2,55
2,54 a
h4
2,52
2,36
2,60
2,49 a
h5
2,71
2,47
2,49
2,56 a
2,55 2,49 2,50 A A A Keterangan : Angka rata-rata yang ditandai oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT taraf 5%. Rata-rata
dengan takaran pupuk 100 kg ha-1. Hal ini diduga ada sebagian tanaman yang hanya membutuhkan unsur hara dalam jumlah sedikit, sehingga pemberian pupuk yang berlebihan akan menurunkan hasil. Menurut Suwardi (2004), ketidakefisienan penggunaan pupuk nitrogen diantaranya karena rendahnya kadar bahan organik tanah. Berdasarkan hasil analisis tanah bahan organik didalam tanah percobaan cukup tinggi mengakibatkan penggunaan pupuk menjadi efisien
Efisiensi Pemupukan Nitrogen Efisiensi pemupukan nitrogen merupakan indikator dalam menilai kemampuan suatu tanaman untuk menghasilkan per unit berat kering tanaman yang bernilai ekonomis (hasil biji) dari pengaruh pemberian pupuk N. Dilihat dari grafik efisiensi penggunaan perlakuan hanya memberikan efisiensi tertinggi sebesar 33 persen pada perlakuan H3N1 .
EFISIENSI AGRONOMI N 100 kg/Ha 40% 20%
150 kg/Ha
27% 16% 11%
16% 11%12%
29% 15%13%
H0
H1
H2
200 kg/Ha
33% 23% 8%
22% 13%11%
25% 16%16%
H4
H5
0% H3
Gambar 7. Grafik Efisiensi Agronomi Nitrogen Perlakuan yang diaplikasikan menjadi tidak efisien apabila hara dari perlakuan tidak diserap tanaman. Menurut Budi (1996) dalam penelitian Kastono (2005) makin tinggi nitrogen yang diberikan, makin rendah efisiensi pemanfaatan pupuk oleh tanaman ditentukan oleh gabungan antara tanggapan tanah atas pemberian pupuk dan tanggapan
tanaman atas serapan hara pupuk, sehingga berdasarkan grafik efisiensi, pemberian pupuk N dengan takaran 150 kg ha-1 dan 200 kg ha-1 tidak efisien hanya berkisar 8 sampai 16 persen. Maka pemberian pupuk 100 kg ha-1 sudah cukup untuk kondisi tanah yang sudah subur dengan efisiensi sebesar 33 persen.
Kesimpulan Tidak terdapat pengaruh interaksi antara percampuran pupuk urea dengan asam humat pada berbagai takaran terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Dan komposisi asam humat yang dicampur dengan pupuk urea maupun takarannya tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah.
http://bbpadi.litbang.go.id/index.php/in/ber ita/info-aktual/511-pemupukan-tanamanpadi.
Daftar Pustaka Abdulrachman, S, Hasil Sembiring dan Suyamto. (2011). Pemupukan Tanaman Padi Sawah. Dipetik Maret 9, 2013, dari bbpadi.litbang.deptan.go.id:
Ihdaryanti, M. A. (2011). Asam Humat. [Online]. Tersedia : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle /123456789/46885/A11mai_BAB%2011% 20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=6(i pb). (09 Maret 2013). Karama, S. (2001). Pertanian Organik Indonesia Kini dan Nanti. Seminar Nasional Penggunaan Cendawan Mikoriza dalam Sistem Pertanian Organik dan
Rehabilitasi Unpad.
Lahan
Kritis.
Bandung:
Sudika, M. 2000. Kebijaksanaan penggunaan pupuk alternatif melalui program bimas. Makalah dalam Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian Tahun 2000. Sekertariat Satuan Bimas. Provinsi Bali. Sugito, Y. (1999). Ekologi Tanaman. Penerbit Fakultas Pertanian universitas Brawijaya Malang. Suntoro, Wongso Atmojo. (2003). Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Suwardi. (2004). Teknologi Pengomposan Bahan Organik Sebagai Pilar Pertanian Organik. Proceding Simposium Nasional Pertanian Organik, 1 - 5, hal. 25-33. Suwardi dan Darmawan. (2009). Peningkatan Efisiensi Pupuk Nitrogen Melalui Rekayasa Kelat-Urea-Zeolit-Asam Humat. [Online]. Tersedia : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle /123456789/45154/_Peningkatan%20Efisi ensi%20pupuk.pdf?sequence=1. (09 Maret 2013). Syekhfani. (1997). Hara Air Tanah dan Tanaman. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brahwijaya. Malang. Triadiati dkk.(2012). Pertumbuhan dan efisiensi penggunaan nitrogen pada padi dengan pemberian pupuk urea yang berbeda. Departemen Biologi FMIPA IPB. Bulletin Anatomi dan Fisiologi. 20(2):1-14 Wardani, N. (2002). Pengaruh Pemberian Asam Humat Sebagai Bahan Amelioran Tanah terhadap Pertumbuhan dan Serapan Timbal Tanaman Bayam (Amaranthus sp.) pada Tanah tercemar.
Zulman Harja Utama. (2015). Budidaya Padi Pada Lahan Marginal Kiat Meningkatkan Produksi Padi. Penerbit Andi : Yogyakarta.