PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN DOSIS PUPUK NPKTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.)SAWAH PADA SISTEM KONVENSIONAL
JURNAL
Oleh : IRA YURNAVIRA NPM. 1010005301048
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG 2015 i
PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) SAWAH PADA SISTEM KONVENSIONAL ABSTRAK OLEH : IRA YURNAVIRA Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. M. ZULMAN HARJA UTAMA, MP dan Ir. FATIMAH, MP fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang Jl. Tamansiswa No. 9 Padang Percobaan tentang “Pengaruh Jenis Pupuk Organik Dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi (Oryza Sativa L.) Sawah Pada Sistem Konvensional” telah dilaksanakan di Jorong Simpang Ampek Nagari Sitanang Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam. Kegiatan penelitian berlangsung selama 4 bulan dimulai September–Desember 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis pupuk organik dan dosis pupuk NPK yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil padi sawah pada sistem konvensional. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama jenis pupuk organik (O) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :O0 = 0 kg Pupuk Organik, O1= Pupuk kandang sapi dengan dosis 10 ton/ha setara dengan 6 kg/plot, O2= Kompos Jerami dengan dosis 7 ton/ha setara dengan 4,2 Kg/plot, Faktor kedua yaitu dosis pupuk NPK (D) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :D0= 0 kg Pupuk NPK, D1= Dosis NPK 100 kg Urea/ha + 50 kg TSP/ha+ 25 kg KCl/ha setara dengan 0,06 kg urea/plot + 0,03 kg TSP/plot + 0,015 kg KCl/plot, D2= Dosis NPK 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha setara dengan 0,12 kg urea/plot + 0,06 kg TSP/plot + 0,03 kg KCl/plot. Diperoleh 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, jadi terdapat 27 plot percobaan. Dari setiap plot terdapat 96 tanaman dan jumlah sampel yang diamati dalam setiap plot percobaan berjumlah 9 (sembilan) tanaman (denah plot percobaan pada lampiran 2 dan 3). Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji F, jika F hitung perlakuan lebih besar dari f tabel pada taraf 5 % dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %. Parameter yang diamati yaitu : tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah permalai, persentase gabah bernas permalai, bobot 1000 biji, hasil gabah kering giling perumpun dan hasil gabah kering giling perplot perhektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa jenis pupuk organik dan pupuk NPK pada tanaman padi pada perlakuan tunggal berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi varietas Batang Piaman, kecuali pada variabel pengamatan jumlah gabah permalai dan bobot 1000 biji tanaman padi. Kombinasi perlakuan pupuk NPK dengan dosis 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha dan pupuk organik kompos jerami memberikan hasil yang terbaik untuk tanaman padi dengan hasil mencapai 6,54 ton/ha.
i
Menurut Anonim (2008), rata-rata produksi padi sawah yang dicapai oleh petani berkisar 4 – 4,8 ton/ha, dengan rincian sasaran produksi panen seluas 54.139 ha dan sasaran hasil produksi sebesar 258.056 ton untuk tingkat Kabupaten Agam. Padahal hasil padi sawah bisa mencapai 10 ton/ha, oleh sebab itu perlu peningkatan teknik budidaya yang sesuai untuk pertumbuhan padi sawah. Dengan hanya mengutamakan sumber hara tanaman padi dari kompos jerami dan pupuk kandang, produktivitas padi dilaporkan dapat mencapai 10 – 15 ton/ha. Dari hasil uji coba yang dilakukan oleh Dinas Pertanian tanaman Pangan Perkebunan Kehutanan Kabupaten Agam pada bulan November 2007 s/d Maret 2008 yang mensubstitusikan pupuk buatan dengan pupuk organik dari kompos jerami dan pupuk kandang didapat hasil produksi mencapai 6,7 ton/ha. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian tentang “Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L)” Sawah Pada Sistem Konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan jenis pupuk organik dan dosis pupuk NPK yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil padi sawah pada sistem konvensional.
PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan beras bagi masyarakat Indonesia sangat penting, karena disamping menjadi makanan pokok dan sumber utama dalam penyediaan kalori juga merupakan salah satu mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia di sektor tanaman pangan. Kebutuhan beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita akibat peningkatan pendapatan (Purwantoro, 2011). Optimalisasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Ratarata hasil 4,7 ton/ha, sedangkan potensinya dapat mencapai 6-7 ton/ha. Belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah salah satunya disebabkan oleh rendahnya efisiensi pemupukan (Prihandana dan Hendroko, 2008). Pada saat ini petani selalu lebih cenderung memilih menggunakan pupuk buatan daripada pupuk organik, akibatnya kandungan bahan organik tanah berkurang dan kesuburan tanah terganggu, salah satu cara untuk mengembalikan kondisi kesuburan tanah seperti semula adalah dengan menambahkan pupuk organik ke dalam tanah pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk buatan (Anonim, 2009c). Pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos jerami mengandung unsur-unsur alami yang biasanya cukup lengkap, antara lain unsur hara makro, unsur hara mikro, asam amino, berbagai hormon pertumbuhan, dan juga mikroorganisme yang menguntungkan. Pemberian pupuk organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan seperti Urea, TSP dan KCL yang harganya relatif mahal dan terkadang sulit didapatkan (Sudiarso, 2003).
BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Percobaan ini telah dilaksanakan di lahan sawah di Jorong Simpang Ampek Nagari Sitanang Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam. Percobaan berlangsung selama 4 bulan dimulai September– Desember 2014 (Lampiran 1).
2
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah: benih padi varietas batang piaman (Lampiran 4), pupuk kandang sapi, kompos jerami, Urea, TSP, KCl, kayu tonggak. Alat yang dibutuhkan antara lain: mesin bajak, cangkul, garu, nampan, caplak, ajir,meteran, tali rafia, sabit, pisau, alat tulis, gunting tanaman, kamera.
Pelaksanaan Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos pada percobaan ini adalah jerami, Mikro Organisme Lokal (MOL) larutan gula, ragi tempe dan air, sedangkan alat yang digunakan adalah plastik hitam, ember, timba, pengaduk, tali plastik, karung dan sekop. Cara pembuatan kompos jerami adalah disiapkan plastik sebagai alas bagian bawah dan pembungkus kompos yang akan dibuat, kemudian jerami disusun lapis demi lapis setinggi 30 cm/lapis. Disetiap lapisan jerami disiram dengan MOL, larutan gula dan ragi setelah itu disiram sampai merata denga air sampai keadaan basah. Begitu seterusnya sampai tumpukan jerami mencapai tinggi 1 (satu) meter. Tumpukan kompos yang telah disusun dibungkus dengan plastik yang telah disiapkan dan diikat dengan tali, lakukan pengadukan dan penyiraman apabila kompos dalam kondisi kering setiap 2 (dua) kali sehari agar proses pengomposan berjalan rata untuk setiap lapisan. Kompos bdigunakan setelah 3-4 minggu setelah pembuatan. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang sapi yang berupa campuran kotoran dan urine sapi yang berasal dari kandang sapi yang sudah dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari hingga setengah kering dan dilakukan penyimpanan di bawah ruangan beratap. Tumpukan bahan setengah jadi tersebut dicampur dengan kotoran setengah kering dari luar kemudian diaduk (dilakukan setiap hari) dan siap digunakan sebagai pupuk organik. Pupuk siap digunakan apabila sudah dingin, tercium bau amoniak, serta pupuk sudah berupa tanah yang gembur, kalau diremas tampak kering dan berwarna coklat tua.
Rancangan Percobaan Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama jenis pupuk organik (O) yang terdiri dari 3 taraf yaitu : O0= 0 kg Pupuk Organik O1= Pupuk kandang sapi dengan dosis 10 ton/ha setara dengan 6 kg/plot O2= Kompos Jerami dengan dosis 7 ton/ha setara dengan 4,2 Kg/plot Faktor kedua yaitu dosis pupuk NPK (D) yang terdiri dari 3 taraf yaitu : D0= 0 kg Pupuk NPK D1= Dosis NPK 100 kg Urea/ha + 50 kg TSP/ha+ 25 kg KCl/ha setara dengan 0,06 kg urea/plot + 0,03 kg TSP/plot + 0,015 kg KCl/plot. D2= Dosis NPK 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha setara dengan 0,12 kg urea/plot + 0,06 kg TSP/plot + 0,03 kg KCl/plot. Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, jadi terdapat 27 plot percobaan. Dari setiap plot terdapat 96 tanaman dan jumlah sampel yang diamati dalam setiap plot percobaan berjumlah 9 (sembilan) tanaman (denah plot percobaan pada lampiran 2 dan 3). Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji F, jika F hitung perlakuan lebih besar dari f tabel pada taraf 5 % dilanjutkan dengan Duncan’s 3
Pengolahan tanah dilakukan setelah sawah digenangi dengan air selama 7 hari, tanah diolah sedalam 25-30 cm. Setelah itu dibiarkan selama 2 minggu kemudian diolah kembalu dan dibuat plot dengan ukuran masing-masing 2m x 3m dilanjutkan dengan pemberian pupuk organik seluruhnya sesuai dengan dosis masing-masing perlakuan dan dilanjutkan dengan menggaru sampai lahan siap tanam. Selanjutnya dibuat jarak tanam 25cm x 25cm dengan menggunakan caplak. Benih yang ditanam adalah varietas Batang Piaman. Seleksi benih dengan langkah-langkah sebagai berikut, masukkan air kedalam ember, kemudian masukkan sedikit demi sedikit garam yang telah dihaluskan kemudian dimasukkan telur sambil terus di aduk. Setelah telur mangapung, pemberian garam dihentikan dan telur diangkat. Masukkan benih kedalam larutan garam tersebut, benih yang mengapung dibuang, benih yang digunakan adalah benih yang terendam, kemudian benih dicuci sampai bersih dengan air.Setelah benih dicuci kemudian dibungkus kedalam karung dan direndam selama 24 jam. Kemudian dianginkan selama 48 jam sampai benih berkecambah. Penyemaian benih dilakukan dilahan sawah, dimana 4% dari luas pertanaman (250 m2 per hektar lahan). Pada lahan sawah yang akan disemai dilakukan pengolahan tanah dan penggaruan, kemudian ditebar benih secara merata dan diusahakan agar benih tidak bertumpuk. Persemaian harus dapat menjamin bibit tumbuh dengan kuat, sehat, tidak diganggu hama dan tertular penyakit dan yang lainnya. Seluruh dosis pupuk organik (kompos jerami dan pupuk kandang) diberikan sebelum tanam pada saat penggaruan terakhir. Begitu juga dengan pupuk NPK diamana seluruh dosis TSP dan KCL diberikan bersamaan tanam dengan cara disebar merata. Sedangkan pupuk urea diberikan sebanyak 3 kali pemupukan yaitu
1/3 dosis diberikan pada umur 0-5 hari setelah tanam, dan 1/3 dari sisanya masingmasing diberikan pada umur 15-20 hari dan 40-45 hari setelah tanam. Untuk jumlah dosis per plot disesuaikan dengan dosis untuk masing-masing perlakuan. Pemasangan label dilakukan setelah persiapan lahan, label ditempatkan ditengah bagian depan petak percobaan, sedangkan pemasangan ajir dibagian dalam petak percobaan. Penempatan sesuai dengan denah penelitian (Lampiran 2 dan 3). Bibit ditanam pada umur 21 hari, dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan tiga batang bibit per titik tanam. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah : a) Penyulaman. Dilakukan pada 1 (satu) minggu setelah tanam bagi tanaman yang mati atau dimakan oleh hama keong mas. b) Penyiangan. Penyiangan untuk membuang gulma yang tumbuh di areal pertanaman, penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu dan 6 minggu setelah tanam. c) Pengaturan air. Pengairan dilakukan secara intermitten, dan air diusahakan tergenang saat primordial bunga. Kemudian dilakukan pengeringan pada saat tanaman berumur 90 hari setelah tanam untuk persiapan panen. Pemanenan dilakukan setelah tanaman cukup umur atau telah matang. Secara visual dapat dilihat apabila daun bendera sudah mulai menguning 80 % dari jumlah populasi dan gabah pada malai sudah mengering secara merata serta gabah telah mengeras. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang setinggi 25 cm diatas permukaan tanah. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel pada masing-masing plot, dimana sampel diambil secara acak sebanyak 10 % dari jumlah tanaman, pengamatan antara lain 1. Tinggi tanaman 2. Jumlah anakan maksimum 4
3. Jumlah anakan produktif 4. Panjang malai 5. Jumlah gabah permalai 6. Persentase gabah bernas permalai 7. Bobot 1000 biji 8. Hasil gabah kering giling per rumpun, per plot dan perhektar
Keterangan :
HASIL DAN PEMBAHASAN
O0
=
0 kg pupuk organik
O1
=
Pupuk kandang sapi
O2
=
Kompos Jerami
D0
=
0 Kg NPK
D1
=
D2
=
Dosis NPK 100 kg Urea/ha + 50 kg TSP/ha + 25 kg KCl/ha setara dengan 0,06 kg Urea/plot + 0,03 kg TSP/plot + 0,015 kg KCl/plot
Tinggi Tanaman Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik dan pupuk NPK tidak berinteraksi nyata, begitu juga dengan pemberian pupuk organik tidak nyata, namun perlakuan dosis NPK berpengaruh nyata (lampiran 5a). Hasil uji lanjut tinggi tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 1.
Dosis NPK 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha + 50 kg KCl/ha setara dengan 0,12 kg Urea/plot + 0,06 kg TSP/plot + 0,03 kg KCl/plot
Tabel 1 menunjukkan nilai tinggi tanaman terbaik yaitu 134,00 cm yang diperoleh dari penggunaan pupuk NPK dosis 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha (D2), berbeda tidak nyata dengan NPK dosis 100 kg Urea/ha + 50 kg TSP/ha+ 25 kg KCl/ha (D1), namun berbeda nyata dengan perlakuan 0 kg NPK. Pemberian pupuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman, semakin banyak dosis NPK yang diberikan kandungan unsur hara yang diterima tanaman akan semakin tinggi pula, disamping itu keberadan pupuk NPK sebagai pupuk anorganik sangat cepat diserap oleh tanaman terutama unsur nitrogen, hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2007). Unsur nitrogen pada pupuk NPK memegang peranan penting pada pertumbuhan tanaman terutama tinggi tanaman padi, nitrogen merupakan unsur esensial yang cepat terdegradasi ataupun diserap oleh tanaman dibandingkan unsur P dan K. Menurut Lingga dan Marsono (2007), peran nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun, serta mendorong terbentuknya klorofil sehingga daunnya menjadi hijau, yang
Tabel 1. Tinggi tanaman padi pada pemberian jenis pupuk organik dan dosis NPK pada sistem konvensional Jenis Pupuk
Dosis Pupuk NPK (D) kg/ha
Organik (O)
D0
D1
D2
Rataan
-------------- cm ---------------O0
120,33
130,67
129,33
126,78
O1
128,67
126,67
136,33
130,56
O2
123,67
140,00
136,33
133,33
Rataan
124,22 b
132,44 a
134,00 a
KK
5,49 %
Angka diikuti huruf kecil sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
5
berguna bagi proses fotosintesis, selain itu nitrogen berfungsi mempercepat pertumbuhan tanaman, menjadikan daun tanaman menjadi lebih hijau dan segar serta banyak mengandung butir-butir hijau daun yang penting dalam proses fotosintesis. Tabel 1 juga terlihat bahwa pemberian pupuk organik tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Hal ini menjelaskan bahwa pupuk alam dibandingkan dengan pupuk buatan lebih lambat tersedia serta lambat pula menyediakan unsur nitrogen bagi tanaman, karena harus mengalami perubahan terlebih dahulu. Dimana dalam prosesnya pupuk organik seperti kompos jerami, itu menghambat oksigen untuk masuk agar mempercepat pelapukan atau proses fermentasi. Hal ini juga terkait dengan kondisi tanah yang anaerob, dimana budidaya padi sawah secara konvensional dilakukan penggenangan terus menerus sehingga menghambat asupan oksigen di dalam tanah. Sehingga pupuk organik membutuhkan waktu lama dibandingkan pupuk buatan untuk penguraiannya sehingga bisa disuplai bagi tanaman sebagai unsur hara. Bahan organik masih belum memenuhi kebutuhan untuk tanaman sehingga belum bisa memberikan pengaruh yang signifikan. Menurut deskripsi tanaman (Lampiran 4), varietas Batang Piaman mempunyai tinggi rata-rata 105 cm - 174 cm. Sesuai dengan Tabel 1 rata-rata tinggi tanaman padi berkisar antara 120 cm – 140 cm, hal ini menunjukkan bahwa tanaman tumbuh dengan baik sesuai dengan deskripsi tanaman yang dipaparkan.
pupuk organik secara tunggal menunjukkan pengaruh nyata (Lampiran 5.b). Data jumlah anakan maksimum tanaman padi setelah dilakukan uji DMRT dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah anakan maksimum pada pemberian jenis pupuk organik dan dosis NPK pada sistem konvensional Jenis Pupuk Organik (O)
Dosis Pupuk NPK (D) kg/ha
D0
D1
D2
Rataan
--------------- batang ------------------O0 19,00
22,33
24,00
21,78 c
21,33
25,33
29,33
25,33 b
23,33
31,33
33,67
29,44 a
21,22 c
26,33 b
29,00 a
O1
O2
Rataan
KK
23,40
Angka diikuti huruf kecil sama pada baris yang sama dan huruf kapital yang sama pada lajur yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf nyata 5%.
Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa penggunaan pupuk organik secara tunggal mempengaruhi jumlah anakan maksimum tanaman padi, jumlah anakan terbanyak diperoleh dari penggunaan pupuk organik kompos jerami (O2) dengan jumlah anakan 29,44 batang. Hasil ini berbeda nyata dengan penggunaan pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang sapi (O1) dengan jumlah anakan 25,33 batang, dan juga berbeda nyata dengan plot tanpa menggunakan pupuk organik sama sekali (O0) dengan jumlah anakan 21,78 batang. Pemberian pupuk organik kompos jerami memberikan jumlah anakan yang lebih tinggi dari pemberian pupuk kandang
B. Jumlah Anakan Maksimum Hasil sidik ragam jumlah anakan maksimum menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik dan pupuk NPK tidak berinteraksi nyata, namun perlakuan pupuk NPK secara tunggal dan perlakuan jenis 6
sapi disebabkan kandungan hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang terdapat pada kompos jerami lebih banyak dibandingkan kandungan hara pada pupuk kandang sapi. Tabel 2 menunjukkan perlakuan pupuk NPK secara tunggal mempengaruhi jumlah anakan tanaman padi, jumlah anakan maksimal tertinggi diperoleh dari NPK dosis 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha (D2) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi dosis NPK yang diberikan maka jumlah anakan tanaman juga semakin banyak, hal ini disebabkan karena pada periode pembentukan anakan tanaman membutuhkan jumlah hara yang semakin tinggi seiring dengan bertambahnya anakan tanaman padi. Plot percobaan tanpa menggunakan pupuk organik ataupun pupuk NPK menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan plot percobaan yang diberi perlakuan pupuk. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara yang tersedia didalam tanah tidak mencukupi kebutuhan pertumbuhan tanaman, untuk menutupi kekurangan tersebut maka dibutuhkan unsur hara tambahan bagi tanaman baik yang berasal dari unsur organik ataupun unsur anorganik.
NPK tidak berinteraksi nyata, begitu juga dengan perlakuan pupuk NPK secara tunggal juga menunjukkan tidak berpengaruh nyata perlakuan, jenis pupuk organik secara tunggal menunjukkan pengaruh yang nyata (lampiran 5.c). Hasil uji lanjut Jumlah anakan produktif disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah anakan produktif pada pemberian jenis pupuk organik dan dosis NPK pada sistem konvensional Jenis Pupuk
Dosis Pupuk NPK (D) kg/ha
Organik (O)
D0
D1
D2
Rataan
------------------- batang -------------------O0 15,00
17,00
17,33
16,44 b
16,00
17,33
18,00
17,11 b 20,67 a
O1
O2
Rataan KK
18,00
22,00
22,00
16,33
18,78
19,11
19,52 %
Angka diikuti huruf kecil sama pada lajur yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
Hasil ini menggambarkan bahwa pemberian pupuk organik dan pupuk NPK dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman padi (tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun). Hal ini terjadi karena pupuk kandang dan pupuk NPK dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro dalam jumlah yang cukup seimbang bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tabel 3 dapat dijabarkan bahwa jumlah anakan produktif tertinggi diperoleh dari pemberian pupuk organik yang berasal dari kompos jerami (O2) dengan jumlah anakan produktif rata-rata sebanyak 20,67 batang. Berbeda nyata dengan pemberian pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang yang menghasilkan anakan produktif rata-rata 17,11 batang berbeda tidak nyata dengan plot tanpa pemberian pupuk sama sekali.
C. Jumlah Anakan Produktif Hasil sidik ragamjumlah anakan produktif tanaman padi menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik dan pupuk 7
Dari potensi anakan produktif yang dipaparkan pada Lampiran 4 maka dapat dipastikan bahwa hasil anakan produktif yang dihasilkan dari penggunaan beberapa jenis pupuk Organik dan Pupuk NPK sesuai dengan deskripsi yang di harapkan.Pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif hal ini diperkirakan karena pada pupuk NPK hanya mengandung unsur tunggal nitrogen, posfor dan kalium saja, walaupun semua itu adalah unsur esensial namun masih banyak unsur esensial lain yang dibutuhkan oleh tanaman, unsur esensial lain tersebut dapat dipenuhi oleh pupuk organik yang berasal dari kompos yang diberikan sebagai pupuk dasar.
Organik (O)
D0
D1
D2
Rataan
23,10
25,80
27,07
25,32
O1
24,83
26,80
25,40
25,68
O2
24,23
25,93
27,20
25,79
4,51 %
26,56 a
E. Jumlah Gabah Permalai Sidik ragam jumlah gabah permalai tanaman padi menunjukkan bahwa pemberian beberapa jenis pupuk organik dan pupuk NPK tidak berinteraksi nyata, begitu juga dengan pemberian pupuk organik dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata. (Lampiran 5e). Data jumlah spiklet
---------------------- cm ---------------------O0
KK
26,18 a
Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk NPK pada tanaman padi mampu mempengaruhi panjang malai tanaman padi, dosis NPK 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha (D2) berbeda tidak nyata dengan penggunaan NPK 100 kg Urea/ha + 50 kg TSP/ha+ 25 kg KCl/ha (D1) namun berbeda nyata dengan perlakuan tanpa NPK (D0). Pemberian pupuk NPK meningkatkan panjang malai tanaman padi, dalam hal ini unsur nitrogen berperanan penting pada proses pertambahan panjang malai tanaman padi, semakin tinggi nitrogen maka malai juga akan semakin panjang. Sedangkan pemberian pupuk organik tidak mempengaruhi pada panjang malai. Hal ini disebabkan bahwa pupuk organik di dalam tanah sudah tersedia sehingga pemberian bahan organik tidak ada pengaruhnya secara signifikan. Panjang malai berkorelasi dengan tinggi tanaman, semakin tinggi tanaman maka tanaman akan semakin efektif dalam penerimaan cahaya untuk melakukan proses fotosintesis, sehingga asimilat yang dihasilkan juga semakin tinggi untuk pembentukan gabah, hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi antara Tabel 1 dan Tabel 4 dimana hasil yang didapatkan sama-sama dipengaruhi oleh faktor pemberian pupuk NPK.
Tabel 4. Panjang malai pada pemberian jenis pupuk organik dan dosis NPK pada sistem konvensional Dosis Pupuk NPK (D) kg/ha
24,06 b
Angka diikuti huruf kecil sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
D. Panjang Malai Sidik ragam panjang malai tanaman padi menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik dan pupuk NPK tidak berinteraksi nyata, begitu juga dengan pemberian jenis pupuk organik secara tunggal menunjukkan tidak berpengaruh secara nyata, namun pemberian pupuk NPK secara tunggal memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap panjang malai tanaman padi (Lampiran 5.d). Data panjang malai tanaman padi terdapat pada Tabel 4.
Jenis Pupuk
Rataan
8
permalai tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 5.
NPK menunjukkan pengaruh yang nyata (Lampiran 5f). Data persentase gabah bernas permalai tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5. Jumlah gabah permalai pada pemberian jenis pupuk organik dan dosis NPK pada sistem konvensional Jenis Dosis Pupuk NPK (D) kg/ha Pupuk Organi k (O)
D0
D1
D2
Tabel 6. Persentase spiklet bernas permalai pada pemberian jenis pupuk organik dan dosis NPK pada sistem konvensional Jenis Dosis Pupuk NPK (D) kg/ha Pupuk
Rataan
Organik (O)
--------------------- butir ----------------------
D0
D1
D2
Rataan
O0
178,33
183,67
186,33
183,89
O1
181,00
184,33
185,00
183,44
O0
70,09
82,23
81,58
77,96
O2
180,33
180,33
181,33
180,67
O1
75,94
77,27
83,93
79,04
Rataan
181,00
182,78
184,22
O2
76,63
82,16
84,74
81,17
KK
4,51 %
Rataan
74,22 c
80,55 b
83,41 a
KK
6,17 %
----------------------- % ----------------------
Angka-angka pada kolom dan baris berbeda tidak nyata menurut uji F
Angka diikuti huruf kecil sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian beberapa jenis pupuk organik dan pupuk NPK memberikan hasil yang berbeda tidak nyata pada jumlah gabah permalai tanaman padi, hasil yang didapatkan ratarata 180-184 butir. Tidak adanya pengaruh perlakuan diperkirakan karena tanaman padi mampu memanfaatkan hara yang tersedia secara optimal untuk membentuk gabah. Tanaman tanpa perlakuan pupuk sama sekali dapat mengoptimalkan unsur hara yang didapat secara terbatas untuk pembentukan gabah. Pada tanaman lain kelebihan hara mampu didistribusikan oleh tanaman ke bagian lain sehingga jumlah gabah permalai yang didapatkan relatif sama.
Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa pemberian dosis NPK 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha (D2) memberikan nilai persentase gabah bernas tertinggi (83,41%), berbeda nyata dengan dosis NPK 100 kg Urea/ha + 50 kg TSP/ha+ 25 kg KCl/ha (D1) dengan persentase gabah bernas sebanyak 80,55%, dan juga berbeda nyata dengan tanpa penggunaan pupuk NPK dengan hasil gabah bernas sebanyak 74,22%. G. Bobot 1000 biji Sidik ragam bobot 1000 biji tanaman padi menunjukkan bahwa perlakuan beberapa jenis pupuk organik dan pupuk NPK tidak berinteraksi nyata, begitu juga dengan pemberian beberapa jenis pupuk organik dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata (Lampiran 5g). Data bobot 1000 biji tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 7.
F. Persentase Gabah Bernas Permalai Sidik ragam persentase gabah bernas permalai tanaman padi menunjukkan bahwa perlakuan pemberian beberapa pupuk organik dan pupuk NPK tidak berinteraksi nyata, pemberian pupuk organik berpengaruh tidak nyata, pemberian pupuk 9
Tabel 7. Bobot 1000 biji pada pemberian jenis pupuk organik dan dosis NPK pada sistem konvensional Jenis Dosis Pupuk NPK (D) kg/ha Pupuk Organi k (O)
D0
D1
Sidik ragam hasil gabah kering giling perumpun tanaman padi menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik dan pupuk NPK tidak berinteraksi nyata, begitu juga dengan pemberian jenis pupuk organik secara tunggal menunjukkan tidak berpengaruh secara nyata, namun pemberian pupuk NPK secara tunggal memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil gabah kering giling perumpun (Lampiran 5h). Data hasil gabah kering giling perumpun terdapat pada tabel 8 berikut.
Rataan
D2
---------------------- gram --------------------O0
27, 81
28,2 2
28,4 2
28, 15
O1
28, 19
27,2 5
28,9 1
28, 11
O2
27, 86
27,5 3
28,3 2
27, 90
Rataan
27, 95
27,6 6
28,5 5
KK
Tabel 8. Hasil gabah kering giling perumpun pada pemberian jenis pupukorganik dan dosis NPK pada sistem konvensional Jenis Dosis Pupuk NPK (D) kg/ha Pupuk Organi k (O)
D0
D1
D2
Rataan
---------------- gram/rumpun -----------------
12,25 %
Angka-angka pada kolom dan baris berbeda tidak nyata menurut uji F
Pada Tabel 7 terlihat bahwa bobot 1000 biji berkisar antara 27 sampai 28 gram dan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata antara satu dengan yang lainnya, hal ini sejalan dengan variabel pengamatan jumlah gabah permalai dimana terdapat nilai yang berbeda namun tidak berbeda signifikan. Berdasarkan deskripsi tanaman padi pada Lampiran 4 bobot 1000 biji tanaman padi Varietas Batang Piaman sesuai dengan potensi yang ada. Sama halnya dengan sidik ragam variabel pengamatan jumlah spiklet permalai, bobot 1000 biji tidak ditentukan oleh penggunaan pupuk organik ataupun pupuk NPK, hal ini mungkin disebabkan karena suplai hara untuk pengisian biji tidak terhambat sama sekali sehingga menunjukkan hasil berbeda tidak nyata.
O0
29,42
36,45
37,39
34,42
O1
31,11
41,47
42,19
38,26
O2
35,00
41,50
43,06
39,85
Rataan
31,84 b
39,81 a
40,88 a
KK
13,94 %
Angka diikuti huruf kecil sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
Hasil gabah kering yang terdapat pada Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil gabah kering giling berkisar antara 29,4 g/plot sampai 43,06 g/plot. Penggunaan NPK dosis 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha (D2) menghasilkan gabah rata-rata 40,88 gram/rumpun, berbeda tidak nyata dengan penggunaan NPK dosis 100 kg Urea/ha + 50 kg TSP/ha+ 25 kg KCl/ha (D1) yang menghasilkan gabah ratarata 39,81 gram/rumpun, hasil gabah kering giling perumpun ini berbeda nyata dengan plot tanaman yang tanpa perlakuan (D0).
H. Hasil Gabah Kering Giling Perumpun 10
Pengaruh pupuk sangat penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman. Semakin tepat kandungan unsur hara untuk tanaman maka pertumbuhan dan produksi akan semakin baik. Kebalikannya jika kandungan hara tidak dapat menyuplai kebutuhan hara tanaman maka pertumbuhan akan terhambat dan produksi akan akan jelek.
diperoleh dari pemberian NPK dosis 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha (D2) menghasilkan gabah rata-rata 3,92 kg/plot, berbeda tidak nyata dengan penggunaan NPK dosis 100 kg Urea/ha + 50 kg TSP/ha+ 25 kg KCl/ha (D1) yang menghasilkan gabah rata-rata 39,81 gram/rumpun, hasil gabah kering giling perumpun ini berbeda nyata dengan plot tanaman yang tanpa perlakuan (D0) dengan hasil 31,84 gram/rumpun. Bobot hasil gabah kering giling perplot kemudian di konversikan kedalam satuan ton/hektar, setelah dilakukan analisis ragam dan kemudian dilanjutkan dengan DMRT (lampiran 5j) maka didapatkan data rata-rata hasil gabah kering perhektar. Hasil gabah kering giling perhektar, menunjukkan hasil rata-rata gabah kering giling perhektar berkisar antara 5,09 ton/ha sampai 6,54 ton/ha. Sedangkan potensi hasil sesuai deskripsi pada lampiran 4 adalah 6 ton/ha. Pemberian NPK dosis 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha (D2) yang menghasilkan gabah sebanyak 40,88 gram/rumpun, (6,54 ton/ha) berbeda tidak nyata dengan penggunaan NPK dosis 100 kg Urea/ha + 50 kg TSP/ha+ 25 kg KCl/ha (D1) yang menghasilkan gabah 39,81 gram/rumpun (6,37 ton/ha) dan berbeda nyata dengan plot tanaman tanpa perlakuan pupuk sama sekali (D0) dengan hasil 31,84 gram/rumpun setara dengan 5,09 ton/ha. Sesuai dengan deskripsi tanaman padi varietas batang piaman (lampiran 4) potensi hasil mencapai 6 ton/ha dan rataan hasil mencapai 7,6 ton/ha, sedangkan hasil tertinggi yang didapatkan pada penelitian adalah 6,54 ton/ha. Hal ini diduga karena keterlambatan panen yang mencapai umur 120 hari sehingga gabah mudah rontok dan ada juga gabah yang dimakan oleh hama burung. Namun hasil yang didapatkan tidak tergolong rendah.
I. Hasil Gabah Kering Giling Perplot dan Perhektar Sidik ragam hasil gabah kering giling perplot dan perhektar menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik dan pupuk NPK tidak berinteraksi nyata, begitu juga dengan pemberian jenis pupuk organik secara tunggal menunjukkan berpengaruh tidak nyata, pemberian pupuk NPK secara tunggal memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil gabah kering giling perumpun (Lampiran 5i dan 5j). Data ratarata gabah kering giling per plot dan perhektar pada tabel 9. Tabel 9. Hasil gabah kering giling perplot perhektar pada pemberian jenis pupuk organik dan dosis NPK pada sistem konvensional Jenis Dosis Pupuk NPK (D) kg/ha Pupuk Organik (O)
D0
D1
Rataan
D2
------------------- kg/plot -------------------O0
2,82
3,50
3,59
3,30
O1
2,99
3,98
4,05
3,67
O2
3,36
3,98
4,13
3,83
Rataan
3,06 b
KK
13,94 %
3,82 a
3,92 a
Angka diikuti huruf kecil sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf nyata 5%
Tabel 9 menunjukkan nilai rata-rata hasil gabah kering giling perplot tertinggi 11
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan disimpulkan bahwa pemberian beberapa jenis pupuk organik dan pupuk NPK pada tanaman padi pada perlakuan tunggal berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi varietas Batang Piaman, kecuali pada variabel pengamatan jumlah gabah permalai dan bobot 1000 biji tanaman padi. Kombinasi perlakuan pupuk NPK dengan dosis 200 kg Urea/ha + 100 kg TSP/ha+ 50 kg KCl/ha dan pupuk organik kompos jerami memberikan hasil yang terbaik untuk tanaman padi dengan hasil mencapai 6,54 ton/ha. B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan disarankan memberikan perlakuan pupuk buatan dalam jumlah yang tepat (sesuai tingkat kesuburan tanah) dan kebutuhan tanaman serta penambahan bahan organik kedalam tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mencukupi unsur hara di dalamnya sehingga mendapatkan hasil produksi padi sawah yang optimal.
12
Agam. Laporan Penelitian DIKTI, UNAND. Padang. 86 hal.
DAFTAR PUSTAKA Anonim,2006. Padi Tanam sabatang. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat. 26 Hal.
Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 50 hal.
Anonim,2007. Pelaksanaan Pertanian Organik di Kecamatan Lubuk Basung.Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam.13 hal.
Hakim,N. 2001. Kemungkinan Penggunaan Tithonia (Tithonia diversifolia) Sebagai Sumber Bahan Organik dan Nitrogen.Laporan Penelitian Pusat Penelitian Pemanfaatan Iptek Nuklir (P3IN),UNAND.Padang.123 hal
Anonim,2008. Pertanian Organik sebuah Kebijakan. Padang.Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi Sumatera Barat.
Hanafiah, K.A., I. Anas, A. Napoleon, & Nuni Ghoffar. 2003. Biologi Tanah.Ekologi dan Makrobiologi Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Anonim,2009.a. Badan Pusat Satatistik. Diakses di http://www.bps.go.id Tanggal 13 April 2014.
Harran, S. 2005. Fisiologi Tanaman Padi. Edisi Revisi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 263 hal.
------------------b. Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia. http://fertismart.com. Diakses tanggal 20 januari 2014.
Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media. Jakarta. 68 hal.
------------------c. Pupuk Kimia. http://fertismart.com/dataferfiles/page0003.htm. Diakses tanggal 20 januari 2014.
Iqbal, A. 2008. Potensi Kompos dan Pupuk Kandang untuk Produksi Padi Organik di Tanah Inceptisol. Jurnal Akta Agrosia. Vol. 11 No.1 hal 1318
------------------d. BudidayaPadiSehat.Deptan DKI Jakarta.http://distan.jakarta.go.id. Diaksestanggal 20 Januari 2014. ------------------e. Kembali ke Pupuk Kandang. Deptan DKI Jakarta.http://distan.jakarta.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2014.
Lautt, B.S; M.A. Chozin; D. Sopandie, dan L.K. Darusman. 2000. Perimbangan Pati-Sukrosa dan aktivitas enzim sukrosa fosfat sintase pada padi gogo yang toleran dan peka terhadap naungan. Hayati 7(2): 31-34.
Anwar. A. 2006. Kajian Penggunaan Unsur Phospor Pada Lahan Pertanian di kecamatan Banuhampu Kabupaten
Lingga, P. Dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi Penebar Swadaya, Jakarta. Hal : 89.
13
Makarim, A.K., U.S. Nugraha, dan U.G. Kartasasmita. 2000. Teknologi Produksi Padi Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 207 hal.
:Proceeding of an International Conference held in Sanya, China, April 1-4 2002. Ithaca NY : Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development.12 Hal.
Marsono dan P. Sigit. 2002. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Depok. 95 hal.
Rohmat D, N,Suardi. 2007. KajianAspekPemberian Air danMekanismePemberian Hara PadaBudidayaPadiLokal-Pola SRI. Paper Seminar KNIICID. Bandung. 9 - 15 Hal.
Misran, 2014.LaporanSekolahLapangTeknol ogiPadiSalibuKec. Matur 2014.BadanPenyuluhanKecamatanM atur. Agam.
Rozen, N. 2006. Makalah Pelatihan petugas Padi dan Palawija. Balai Latihan Pertanian (BLP) Bukittinggi Tanggal 17-18 Mei 2006. 49 hal.
Munir, R dan W.Haryoko. (2009). Uji Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Padi Sawah Pada Lahan Gambut. Jurnal Jerami Volume 2 Nomor 3 September. Fakultas Pertanian. UNAND. Padang. 7 Hal.
Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta. 79 hal. Sudiarso., 2003. Peningkatan Keefektifan Dekomposisi Pupuk Kandang Segar Melalui Rekayasa Lingkungan Hidup Mikroba. http://Top/Unair Dissertations/Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/jiptunair-gdl-s3 2003-sudiarso837-pupuk.
Pracaya dan P.C Kahono. 2011. Kiat Sukses Budidaya Padi, Kalimantan Barat. PT. Maraga Borneo Tarigas. Hal 2535. Prasetyo, Y. T. 2002. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta. 53 hal. Prihandana. R. Dan R. Hendroko.2008. Energi Hijau Pilihan Bijak Menuju Negeri Mandiri Energi. Penebar Swadaya. Bogor. 67 hal.
Sugiyanta. 2007. Peran Jerami dan Pupuk Hijau terhadap Efisiensi dan Kecukupan Hara Lima Varietas Padi Sawah. Disertasi. Institut Pertnian Bogor. 152 hal.
Purwantoro. 2011. Intensifikasi Padi Sawah Melalui Pengolahan Tanaman Terpadu (PTT). Kalimantan barat. PT. Maraga Borneo tarigas. 17 hal.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik; Pemasyarakatan Dan Pengem-bangannya. Kanisius. Yogyakarta. 83 hal.
Rafaralahy, S, 2002. An NGO Perspective on SRI and Its Origins in Madagascar. Assessments of The System of Rice Intensification (SRI)
Wibowo, Puji. 2010. Pertumbuhan dan Produktivitas Galur Harapan Padi (Oryza sativa l.) Hibrida di Desa Ketaon Kecamatan Banyudono 14
Boyolali. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 53 hal. Yandianto, 2003. Bercocok Tanam Padi. M2S. Bandung. 84 hal.
15