1
PENGARUH PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
SABTI WAHYUNINGSIH A24062453
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
2
RINGKASAN
SABTI WAHYUNINGSIH. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.). (Dibimbing oleh SUGIYANTA). Penggunaan pupuk daun umumnya hanya sebagai pelengkap dari pemupukan biasa. Penggunaan pupuk daun dengan komposisi unsur hara yang tepat diharapkan akan mempengaruhi pertumbuhan serta meningkatkan produksi hasil padi sawah. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk daun PD1, PD2 dan PD3 dengan dosis 0.5, 0.75, 1, 1.25 dan 1.5 terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa L.) yang dilaksanakan di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat pada bulan September 2009 sampai Februari 2010. Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak, satu faktor dan tiga ulangan. Terdapat tiga jenis pupuk daun yang akan digunakan yaitu PD1 pupuk daun dengan kandungan hara makro (N-Total 7.25%, P2O5 22.53%, K2O 28.75%, PD2 pupuk daundengan kandungan hara makro (N-Total 24.10%, P2O5 15.50%, K2O 13.90%) dan PD3 pupuk daun dengan kandungan hara makro mikro (N-total 24.05%, P2O5 3.55%, K2O 2.35%, CaO, MgO, Fe, Mn, Cu, dan Zn). Dosis yang digunakan untuk masing-masing pupuk daun yaitu 0.5, 0.75, 1, 1.25, dan 1.5. Disamping itu perlakuan tanpa aplikasi pupuk daun sebagai kontrol dan
pupuk daun yang sudah ada dipasaran sebagai pembanding.
Percobaan ini terdapat tujuh belas kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan sehingga terdapat lima puluh satu satuan percobaan. Data diolah dengan menggunakan analisis ragam uji F dan apabila menunjukkan nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT pada taraf 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan tanaman padi sawah (tinggi tanaman, jumlah anakan, Bagan Warna Daun), komponen hasil serta hasil tanaman pada taraf 5%. Namun aplikasi pupuk daun cenderung menghasilkan pertumbuhan tanaman padi sawah (tinggi tanaman, jumlah anakan, Bagan Warna
3
Daun), komponen hasil serta hasil tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa pupuk daun (kontrol). Secara agronomi perlakuan pupuk daun efektif meningkatkan hasil tanaman padi sawah. Nilai rata-rata relatif efektivitas agronomi yaitu 119 %. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil perlakuan pupuk daun dapat meningkatkan hasil lebih besar 119 % dibandingkan perlakuan peningkatan pupuk pembanding. Aplikasi pupuk daun dapat meningkatkan hasil 15 sampai 67%. Perlakuan 1.5 dosis PD1 dan 1 dosis PD2 meningkatkan hasil tanaman hingga 67%. Perlakuan 1.25 dosis PD3 meningkatkan hasil tanaman hingga 49%. Secara ekonomi aplikasi pupuk daun efektif dapat memberikan keuntungan yang lebih baik dan layak untuk diaplikasikan pada tanaman padi sawah.
SABTI WAHYUNINGSIH. Effect of Foliar Fertilizer on Growth and Productivity of Paddy (Oryza sativa L.). (Supervised by : SUGIYANTA). Foliar fertilizing toward paddy has an importance to support root fertilizing, especially to increase soil nutrient. This research focusing to analyze the impact of foliar fertilizer related to paddy’s growth and crop value. This research started from September until December 2009, located in Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat. This research analyze by One Factor Randomize Complete Block Design with three times repetition. Based on this analysis, comparing with application without foliar fertilizer, application of foliar fertilizer PD1, PD2 and PD3 in dosage 0.5, 0.75, 1, 1.25 and 1.5 have insignificant impact toward crop and growth variable (height, number of tillers and leaf color chart). Though, foliar fertilizing tend to increase crop value and growth variable of paddy. Application of foliar fertilizer could raise 15 – 67% of crop. Application of 1.5 dosage PD1 and 1 dosage PD2 could raise the crop for 67%. Application of 1.25 dosage PD3 raised 49% of crop. According to relativity agronomy effectiveness value, application of foliar fertilizer could increase the crop effectively (more than 119%). It proof that foliar fertilizing could give more advantage and feasible to use in paddy. Keywords : foliar fertilizer, paddy, growth, productivity
PENGARUH PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
SABTI WAHYUNINGSIH A24062453
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
Judul
:
Nama NIM
: :
PENGARUH PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) SABTI WAHYUNINGSIH A24062453
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si NIP 19630115 198811 1 002
Mengetahui. Ketua Departemen
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus
:
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 September 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suprapto S dan Ibu Sri Bandinah. Penulis menyelesaikan pendidikannya di SD Negeri 18 Pagi pada tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikannya di SLTP Negeri 74 Jakarta dan lulus dari SMA Negeri 31 Jakarta pada tahun 2006. Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB). Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan minor Ekonomi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan. Penulis aktif
tergabung dalam Gentra
Kaheman sejak tahun 2006 – 2007. Tahun 2006 dan 2007 penulis ikut serta dalam kepanitiaan Gebyar Nusantara yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa IPB. Tahun 2008 penulis mengikuti Training Center pada Bidang Pertanian Organik di OISCA (Organization For Industrial, Spiritual and Cultural Advancement).
Penulis
juga
tergabung
dalam
kepengurusan
Himpunan
Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) sebagai sekretaris divisi Kewirausahaan pada tahun 2009.
iv
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘Pengaruh Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.)’. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan terdorong oleh keinginan penulis untuk mengetahui pengaruh pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil produksi padi sawah dalam upaya peningkatan produktivitas. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr.Ir.Sugiyanta, M.Si sebagai pembimbing skripsi atas arahan dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada orangtua penulis yang telah memberikan dorongan baik secara moral maupun materiil, serta rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura atas bantuan dan masukannya yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini. Semoga hasil skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Oktober 2010 Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang atas kasih dan sayang-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah bagi junjungan Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya. Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan segenap ketulusan, penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Keluarga tersayang bapak, ibu, dan Desi tercinta atas doa, kasih sayang dan dukungan yang tiada henti kepada penulis. 2. Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, dan dukungan kepada penulis. 3. Ir. Heni Purnamawati, M.Sc. Agr. dan Ir. Diny Dinarti, MS sebagai dosen penguji yang telah mengevaluasi hasil penelitian penulis dan saran dalam penulisan skripsi ini. 4. Dr. Ir. Nurul Khumaida, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 5. Keluarga Mang Heri serta Keluarga Besar Sawah Baru atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian di lapang. 6. Pak Joko dan Pak Rahmat atas bantuannya selama penulis menggunakan laboratorium. 7. Nia, Haya, Lia, Nita, Chika, Melly, Raisa, Idja, Rahmi, Bintang, Pipid sebagai sahabat sekaligus saudara, atas bantuan , dukungan, semangat, ilmu, dan pengalaman dalam suka dan duka bersama penulis selama menuntut ilmu di IPB. 8. Irman dan Sefa sebagai rekan penelitiaannya dan seperjuangan yang telah berbagi suka dan duka selama penelitian. 9. Tante Asti, peri Tika, and PNS’ers Crew yang telah mewarnai dan memberikan semangat serta dukungan menuntut ilmu di IPB.
bagi penulis selama proses
vi
10. Mbak Hida, mbak Achie, mbak Rina, mbak Devi, Dina, Ita, Ramdan, Maria, Ismail, Iyud, Dodo serta pihak-pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama penelitian ini berlangsung. 11. Rekan-rekan seperjuangan AGH angkatan 43 atas persahabatan, kebersamaan dan berbagi ilmu selama penulis menuntut ilmu. Semoga segala dukungan dan bantuan baik moril maupun materi yang telah diberikan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya.
Bogor, Oktober 2010 Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
x
PENDAHULUAN ............................................................................ Latar Belakang ........................................................................ Tujuan ..................................................................................... Hipotesis ..................................................................................
1 1 2 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... Padi Varietas Way Apoburu .................................................... Pupuk dan Pemupukan ............................................................ Pupuk Daun ............................................................................. Unsur Hara dalam Tanaman ....................................................
4 4 5 6 7
BAHAN DAN METODE ................................................................. Waktu dan Tempat .................................................................. Bahan dan Alat ........................................................................ Metode Penelitian .................................................................... Pelaksanaan Penelitian ............................................................ Pengamatan .............................................................................
9 9 9 10 11 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ Kondisi Umum ........................................................................ Analisis Kandungan Hara Tanah ............................................ Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam ............................... Pertumbuhan Tanaman ............................................................. Biomassa ................................................................................. Komponen Hasil dan Hasil Tanaman ..................................... Bobot Tajuk Tanaman Pada Saat Panen ................................. Efektivitas Agronomi Relatif .................................................. Peningkatan Hasil .................................................................... Analisis Usahatani ................................................................... Pembahasan .............................................................................
14 14 15 16 17 19 20 21 23 23 24 25
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ Kesimpulan ............................................................................. Saran ........................................................................................
30 30 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... LAMPIRAN .....................................................................................
31 33
viii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Daun yang Digunakan pada Penelitian ............................................................................
9
2. Perlakuan yang Dilakukan dalam penelitian ..............................
10
3. Hasil Analisis dan Kriteria Sifat Kimia Tanah Penelitian ..........
16
4. Rekapitulasi Sidik Ragam Pupuk Daun terhadap Berbagai Peubah Pengamatan ....................................................
16
5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pupuk Daun terhadap Berbagai Peubah Pengamatan (Lanjutan) ..................................
17
6. Pertumbuhan Tanaman pada Berbagai Pupuk Daun ..................
18
7. Panjang Akar, Volume Akar, Bobot Kering Akar dan Tajuk pada Berbagai Perlakuan Pupuk Daun .......................................
19
8. Komponen Hasil Tanaman Padi Sawah pada Berbagai Perlakuan Pupuk Daun ................................................
20
9. Hasil Tanaman Padi Sawah pada Aplikasi Pupuk Daun ............
21
10. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Bobot Tajuk Tanaman pada saat Panen ............................................................................
22
11. Efektivitas Aplikasi Pupuk Daun terhadap Analisis Ekonomi Usahatani......................................................................
25
ix
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kondisi Umum Tanaman pada Saat 7 MST ...............................
15
2. Nilai Gabah kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) ...............................................................................
22
3. Nilai Efektivitas Agronomi Relatif (RAE) Tiap Perlakuan ........
23
4. Peningkatan Hasil Aplikasi Pupuk Daun ....................................
24
x
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Dokumentasi ...............................................................................
34
2. Denah Petak Percobaan ...............................................................
35
3. Data Iklim Bulan Agustus-Desember 2009 ................................
37
4. Keragaan Tanaman Tiap Perlakuan pada 8 MST ........................
38
5. Deskripsi/Karakteristik Varietas Way Apoburu .........................
39
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Produktivitas padi nasional setiap tahunnya selalu meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), produktivitas tanaman padi sawah yang diperoleh dari tahun 2005 – 2009 yaitu 45.75 ku/ha, 46.20 ku/ha, 47.05 ku/ha, 48.94 ku/ha, 49.99 ku/ha. Diperkirakan pada tahun 2010 dengan luas panen 12.891.749 ha dan produksi
sebesar
64.897.700
dapat
menghasilkan
produktivitas
sebesar
50.34 ku/ha dengan harapan dapat memenuhi konsumsi beras nasional. Pramono, J et al.( 2005) menjelasakan bahwa dilain pihak banyak juga terjadi konversi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan dan pelandaian produktivitas Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Salah satu usaha yang perlu dilakukan agar produksi tanaman padi sawah meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen adalah dengan cara pemupukan. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan
bahwa
pemupukan
dilakukan
karena
tanah
tidak
mampu
menyediakan satu atau beberapa unsur hara untuk menjamin suatu tingkat produksi tertentu. Pemupukan dapat diaplikasikan melalui akar dan daun. Pemupukan melalui daun yang dikenal dengan pemupukan daun diaplikasikan ke tanaman yang mengalami kekurangan unsur hara tertentu dengan harapan dapat diatasi secara cepat dan dapat terlihat hasilnya secara cepat pula. Menurut Lingga dan Marsono (2004) menjelaskan pemupukan melalui daun memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman, penyerapan hara pupuk yang diberikan berjalan
lebih cepat dibandingkan pupuk yang
diberikan melalui akar, kelarutan pupuk daun lebih baik dibandingkan pupuk akar, pemberiannya dapat lebih merata,
kepekatannya dapat diatur sesuai
pertumbuhan tanaman, dapat menghindari hilangnya unsur hara akibat pencucian dan volatilisasi sebelum dapat diserap oleh akar atau mengalami fiksasi dalam
2
tanah yang berakibat tidak dapat lagi diserap oleh tanaman, serta dapat menjaga struktur tanah tetap remah/gembur. Pemberian pupuk daun merupakan tindakan sangat menguntungkan untuk aplikasi unsur hara mikro karena selain menyediakan unsur N, P, dan K dalam jumlah besar, pupuk daun juga mengandung nutrisi mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit termasuk ke dalamnya Fe, Mn, Br, Zn, dan Mo. Pemberian nutrisi melalui daun merupakan aplikasi dalam bentuk cair. Aplikasi pemupukan melalui daun harus memiliki tingkat kelarutan yang tinggi dan tidak meracuni daun. Penyediaan
kandungan
hara
tanaman
pada
pupuk
daun
yang
dapat
dikombinasikan dengan hara makro dan mikro sehingga muncul berbagai merk dagang dipasaran sehingga diperlukan dilakukan pengujian. Hasil penelitian yang dilakukan mengenai pupuk daun selama ini terlihat tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun hasil tanaman. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sutapraja dan Sumpena (1996) bahwa pemberian pupuk daun pada tanaman kubis kultivar Victory tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar tajuk. Ditambahkan lagi Soedomo (2006) bahwa pemupukan dengan pupuk daun berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas per lubang, panjang tunas serta tinggi tanaman namun tidak nyata terhadap bobot hasil tunas per lubang tanam dan per plot. Walaupun demikian pupuk daun yang diaplikasikan dapat meningkatkan bobot hasil tunas kacang kapri dibandingkan dengan yang tidak dipupuk daun. Respon hasil yang diberikan untuk masing-masing tiap tanaman berbeda-beda terlihat dari morfologi helai daun sehingga ingin dilihat respon hasil aplikasi pupuk daun terhadap padi sawah. Penggunaan pupuk daun dengan komposisi unsur hara yang tepat diharapkan akan mempengaruhi pertumbuhan serta meningkatkan produksi hasil padi sawah.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa L.).
3
Hipotesis Hipotesis yang diajukan yaitu 1. Pemberian pupuk daun dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L.). 2. Terdapat kombinasi jenis dan dosis dari pupuk daun yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi sawah (Oryza sativa L.).
4
TINJAUAN PUSTAKA
Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai mulai berbuah) dan padi kering (sejenis padi yang tidak membutuhkan banyak air sebagaimana padi sawah, padi kering dapat tumbuh hanya mengandalkan curah hujan) (Anonim, 2010). Salah satu teknologi inovasi yang belum optimal dimanfaatkan petani adalah varietas unggul baru (VUB).
Varietas unggul merupakan salah satu
teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman maupun toleransi dan atau ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik.
Sekitar 80 VUB yang
berkembang di petani saat ini, di antaranya paling luas areal pertanamannya yaitu IR64, Way Apoburu, Ciliwung, Memberamo, dan Ciherang. Varietas Way Apoburu yang dilepas pada tahun 1998 merupakan Varietas Unggul Baru yang penyebarannya terluas kedua (8.16%) setelah IR64 (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2008). Menurut Lesmana et al. (2004) Way Apoburu termasuk dalam padi varietas unggul yang dilepas pada tahun 1998 yang memiliki karakteristik diantaranya bentuk tanaman yang tegak, tinggi tanaman antara 105 – 113 cm, jumlah anakan produktif antara 15 – 18 batang, warna kaki dan batang hijau, warna telinga daun dan lidah daun tidak berwarna, muka daun kasar, posisi daun tegak, daun bendera tegak, panjang malai sekitar 21 – 24 cm, umur panen 105 – 125 hari dan produktivitasnya antara 5 – 8 ton/ha serta bobot 1000 butir antara 27 – 28 g.
Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang memberikan zat hara pada tanaman (Harjadi, 1996). Kegiatan pemupukan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi, waktu, dan cara aplikasinya. Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga
5
diperlukan metode diagnosis yang benar agar unsur yang ditambahkan hanya yang dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang di dalam tanah. Konsentrasi, waktu dan cara pemberian harus tepat agar tidak merugikan dan merusak lingkungan akibat kelebihan konsentrasi dan salah satu dalam waktu dan cara aplikasinya (Soepardi, 1983). Menurut Siregar (1981), unsur hara yang mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi yaitu N, P, dan K. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menjelaskan tujuan pemupukan untuk memperoleh produksi yang tinggi dan bernilai dengan memperbaiki penyediaan hara dengan memperhatikan atau memperbaiki kesuburan tanah tanpa merusak lingkungan. Unsur N utama adalah Urea (CO(NH2)2) yang mengandung 46% N. Urea dapat langsung dimanfaatkan tanaman, tetapi umumnya didalam tanah akan diubah menjadi ammonium dan nitrat melalui proses amonifikasi dan nitrifikasi oleh bakteri tanah. Nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan persenyawaan organik lainnya. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk nitrat (NO3-) atau garam ammonium (NH4+) (Rinsema, 1983). Memproduksi padi dengan hasil 6 ton/ha gabah, tanaman padi menyerap 100 kg N/ha. IRRI (2007) menyatakan fungi unsur N untuk tanaman padi yaitu mempercepat pertumbuhan, memperbesar ukuran daun, dan meningkatkan jumlah bulir per malai. Selain N, tanaman juga membutuhkan P dan K. Fosfor umumnya diserap tanaman dalam bentuk (H2PO4-) dan (HPO42-) dimana kemasaman tanah sangat menentukan rasio serapan
(H2PO4-) dan (HPO42-). IRRI (2007) menjelaskan
fungsi unsur P diperlukan bagi penyimpanan dan pengangkutan energi dalam tanaman. Unsur P bersifat mudah berpindah dalam tanaman dan mendorong pembentukan anakan, pertumbuhan akar, pembungaan awal, dan pemasakan. Fosfor diserap oleh tanaman dan didistribusikan ke tiap sel dalam tanaman (Rinsema, 1983). Untuk menghasilkan 6 ton gabah diperlukan 15.6 kg P/ha untuk diserap tanaman. Salah satu bentuk pupuk kalium adalah kalium chloride (Muriate of potash) yang mengandung 33 – 55.5% atau 40 – 61.5% K atau 40 – 61.5% K2O,
6
berbentuk kristal atau briket, berwarna merah muda, dan larut dalam air. IRRI (2007) menjelaskan unsur K diperlukan untuk memindahkan produk fotosintesis dalam tanaman. Kalium memperkuat dinding sel dan mendukung fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Unsur Kalium meningkatkan jumlah bulir per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir. Kalium dalam tanah terdapat dalam bentuk yang tersedia (K- dapat dipertukarkan; K dalam larutan tanah), lambat tersedia (terfiksasi dalam illit, biotit) dan yang sukar tersedia (feldspar, muskovit). Kalium dalam tanaman berperan dalam penebalan sel, fotosintesis, translokasi gula, reduksi nitrat dan aktivitas enzim (Rinsema, 1983). Pupuk Daun Menurut Sarief (1985), pemberian pupuk terhadap tanaman dapat dilakukan melalui media tanam yang akan diserap oleh akar maupun pemberian melalui daun dengan menggunakan pupuk daun. Pupuk daun adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan disemprotkan maupun dengan cara disiramkan pada tajuk tanaman agar langsung dapat menambahkan zat-zat yang dibutuhkan tanaman.
Lingga dan Marsono (2004) menyatakan
kelebihan dari pupuk daun, yaitu penyerapan hara berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang diberikan lewat akar. Akibatnya, tanaman akan cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak. Pada permukaan daun terdapat lapisan kutikula yang lebih berperan dalam mengontrol kehilangan air dan penyerapan hara yang diberikan melalui daun dibandingkan dengan stomata (Marschner, 1995). Mekanisme masuknya hara melalui daun berhubungan dengan proses membuka dan menutupnya stomata. Membukanya stomata merupakan proses yang diatur oleh tekanan turgor dari sel-sel penutup. Adapun tekanan turgor sebanding
dengan
kandungan
karbondioksida dari ruang di bawah stomata. Meningkatnya tekanan turgor akan membuka lubang stomata bersama-sama dengan masuknya air (Setyamidjaja, 1986). Lingga dan Marsono, (2009) menjelaskan meskipun pupuk daun mempunyai banyak kelebihan, tetap saja dalam penggunaannya masih terdapat kekurangan. Dengan mengetahui kekurangannya maka kita dapat lebih hati-hati dalam mengaplikasikannya. Adapun kekurangan dari pupuk daun sebagai berikut
7
(1) bila dosis pemupukannya salah (misalnya terlalu tinggi) maka daun akan rusak, terutama sering terjadi pada musim kering, (2) tidak semua pupuk daun dapat digunakan untuk tanaman yang langsung dikonsumsi seperti sayuran atau buah berkulit tipis. Akibatnya, kita harus lebih selektif memilih jenis pupuk daun yang diizinkan untuk tanaman tersebut, (3) biaya yang digunakan lebih mahal. Haryadi (1996) menambahkan bahwa pemberian pupuk lewat daun dapat segera diabsorpsi dan tanggapan tanaman dapat dilihat dalam dua hari, tetapi efek residu kurang, pemberian harus lebih sering dilakukan daripada pemberian lewat tanah. Menurut Tisdale et al., (1985) menyatakan
kelemahan dalam menggunakan
pupuk daun adalah dalam menentukan konsentrasi pemberian hara yang cukup tanpa menyebabkan plasmolisis dan tanpa pemberian dalam jumlah yang banyak, konsentrasi atau dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan keracunan.
Unsur Hara dalam Tanaman Leiwakabessy dan Sutandi (2004), proses absorpsi hara dari permukaan akar ke dalam tanaman membutuhkan energi yang besar dengan mekanisme yang kompleks. Dugaan yang diterima saat ini adalah masuknya ion ke dalam akar terjadi melalui tiga macam mekanisme yaitu pertukaran ion, difusi dan melalui kegiatan carrier atau senyawa-senyawa metabolik pengikat ion. Mekanisme yang pertama merupakan proses yang pasif, dan yang kedua (difusi) adalah transport aktif, dan merupakan transport masuknya ion ke dalam outer space atau free space (ruang luar dari akar) yaitu pada dinding epidermis dan sel korteks dari akar dan dalam film air yang melapisi rongga interseluler. Mekanisme yang ketiga yaitu kegiatan carrier merupakan transport aktif yang terjadi dalam inner space. Transport ini sifatnya selektif dalam absorpsi ion. Dengan demikian melalui mekanisme ini, tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk memilih unsur yang dibutuhkan dan yang berbahaya dapat disaring untuk tidak masuk ke dalam tanaman. Namun menurut Epstein (1972) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004), kesamaan sifat dari beberapa ion hara, mengakibatkan ion yang tidak dibutuhkan bahkan mungkin yang dapat meracuni tanaman, turut terbawa oleh carrier.
8
Dengan mekanisme transport ion oleh carrier ini, maka membran sel yang sebenarnya tidak permeabel terhadap ion tunggal menjadi mudah dilewati oleh kompleks ion-carrier. Setelah mencapai titik terjauh dalam membran, carrier melepaskan diri dan ion tadi meneruskan perjalanan dengan cara serupa di dalam tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Hubungan antara produksi dan kadar hara tanaman atau pemberian hara biasanya didasarkan pada satu, dua, atau tiga unsur hara yang divariasikan, sedangkan hara lainnya dianggap dalam kisaran yang cukup. Sudah lama diketahui bahwa kadar hara (bobot kering tanaman) berubah dengan nyata mengikuti umur tanaman (Rominger et al. 1975 dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004). Munson dan Nelson (1973) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menjelaskan pada tanaman padi, kacang tanah, kentang, dan okra kadar N dan K umumnya menurun cepat dengan umur, sedangkan kadar P berubah sedikit.
9
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat pada bulan September 2009 sampai Februari 2010. Analisis tanah dilakukan di laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. Analisis pupuk dilakukan di Balai Besar Sumber Daya Lahan, Bogor. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas benih padi varietas Way Apoburu, pupuk Urea, SP-18, dan KCl. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk daun PD1, PD2, dan PD3 serta insektisida dengan bahan aktif profenofos secara terbatas. Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat-alat budidaya pertanian, timbangan analitik, oven, meteran, alat tulis, plastik, dan Bagan Warna Daun (BWD) dan Blower Separator. Dokumentasi selama penelitian (Lampiran 1).Secara rinci kandungan unsur hara pupuk daun yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Daun yang Digunakan pada Penelitian Pupuk Daun Pembanding PD1 PD2 PD3
-
Kandungan Unsur N-Total 8.9% P2O5 17.57% K2O 40.49% N-total 7.25% P2O5 22.53% K2O 28.75% N-total 24.10% P2O5 15.50% K2O 13.90% N-total 24.05% P2O5 3.55% K2O 2.35% CaO MgO Fe Mn Cu Zn
10
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dengan tiga ulangan. Terdapat tiga jenis pupuk daun yang akan digunakan yaitu PD1 pupuk daun dengan kandungan hara makro, PD2 pupuk daun dengan kandungan hara makro, dan PD3 pupuk daun dengan kandungan hara makro mikro. Pupuk dasar pada semua perlakuan sama yaitu 250 kg Urea/ha, 200 kg SP-18/ha, dan 100 kg KCl/ha. Secara rinci perlakuan yang dilakukan dalam penelitian disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Perlakuan yang Dilakukan dalam Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Keterangan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16
Perlakuan Tanpa Pemupukan Pupuk Daun Pupuk Daun Pembanding 0.5 dosis PD1 0.75 dosis PD1 1 dosis PD1 1.25 dosis PD1 1.5 dosis PD1 0.5 dosis PD2 0.75 dosis PD2 1 dosis PD2 1.25 dosis PD2 1.5 dosis PD2 0.5 dosis PD3 0.75 dosis PD3 1 dosis PD3 1.25 dosis PD3 1.5 dosis PD3
Dosis (g/25m2) 3.75 3.125 4.688 6.25 7.813 9.375 3.125 4.688 6.25 7.813 9.375 1.25 1.563 1.875 2.343 2.5 3.125 3.125 3.906 3.75 4.688
Dosis anjuran PD1 dan PD2 yaitu 2.5 kg/ha dengan konsentrasi 5 g/l. PD2 diberikan setiap dua minggu sekali sejak tanaman berumur 3 MST hingga tanaman keluar malai. PD1 diberikan setiap seminggu sekali sejak tanaman mulai keluar malai (9 Minggu Setelah Tanam (MST)) sampai 12 MST. PD3 diberikan pada 15 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST dan 41 HST. Pemberian pupuk PD3 ke-1 sampai ke-4 dengan menggunakan konsentrasi 2 ml/l air sedangkan untuk pemberian terakhir menggunakan konsentrasi 2.5 ml/l air. Pupuk daun diaplikasikan dengan cara disemprotkan ke tanaman dengan volume semprot 500 L/Ha.
11
Percobaan ini terdapat tujuh belas kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan sehingga terdapat lima puluh satu satuan percobaan. Denah perlakuan pupuk daun dapat dilihat pada Lampiran 2. Satu satuan percobaan adalah petakan sawah berukuran 5 m x 5 m sehingga luas total lahan yang digunakan 1275 m2. Model linear aditif yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Yij = μ + αi + βj + εij Dimana : Yij
= hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= rataan umum
αi
= pengaruh perlakuan ke-i
βj
= pengaruh kelompok ke-j
εij
= pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
i
= 0, 1, 2, …, 16
j
= 1, 2, 3
Mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan dilakukan analisis sidik ragam (uji F). Apabila hasil uji F menunjukan pengaruh yang nyata pada taraf 5% pengujian dilanjutkan dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test).
Pelaksanaan Penelitian Petakan yang digunakan pada setiap percobaan berukuran 25 m2 sebanyak lima puluh satu petak pada lahan sawah beririgasi. Persiapan tanam meliputi kegiatan pengolahan tanah serta persemaian benih padi. Sebelum disemai, benih direndam satu malam di dalam air agar benih mengalami imbibisi dan berkecambah secara serentak. Selanjutnya benih diperam selama dua hari sehingga benih mulai berkecambah dan disemai pada lahan persemaian yang telah dipersiapkan. Tanah diolah sempurna dengan pembajakan dua kali dan dilumpurkan hingga siap tanam. Kemudian tanah yang telah diolah dibuat petakan berukuran 5 m x 5 m. Setiap petakan dibuat saluran masuk dan saluran pembuangan. Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 10 – 14 hari setelah sebar (HSS) dengan satu bibit per lubang tanam. Bibit pindah tanam ke lahan sawah dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Penyulaman dilakukan pada 1 – 2 Minggu
12
Setelah Tanam (MST) dengan menggunakan bibit yang berumur sama dengan bibit yang ditanam sebelumnya. Pemupukan SP-18 dan KCl dilakukan sekaligus pada satu minggu setelah tanam, sedangkan untuk Urea diberikan tiga kali yaitu 30% pada 1 MST, 40% pada 4 MST dan 30% sisanya diberikan pada 6 MST. Pupuk daun diaplikasikan sesuai dengan perlakuan dengan cara disemprotkan ke tanaman dengan menggunakan knapsack sprayer. Penyiangan gulma dilakukan secara manual
pada 3 dan 5 MST.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual apabila diperlukan dilakukan pengendalian secara kimiawi.
Pengamatan Pengamatan yang dilakukan meliputi : 1. Analisis hara tanah (pH, N-Total, P, K) yang dilakukan sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Analisis tanah yang dilakukan secara komposit. 2. Pengamatan vegetatif. Peubah yang diamati dari masing-masing petakan dengan 5 tanaman contoh, diamati setiap minggu dimulai sejak 3 MST sampai heading (keluar malai). -
Tinggi tanaman. Diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi.
-
Jumlah anakan
-
Bagan Warna Daun. Pembacaan Bagan Warna Daun dilakukan terhadap daun teratas tanaman contoh yang telah membuka penuh yang merefleksikan status N tanaman.
3. Pengamatan biomassa. Panjang Akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dilakukan pada 8 MST (pada masa pertumbuhan vegetatif maksimum). Pengamatan ini menggunakan tanaman contoh sebanyak 2 tanaman tiap petakan. Biomassa diukur dengan menimbang bagian
tajuk tanaman dan akar setelah
dikeringkan dengan oven pada suhu 1050C selama 1 hari (hingga bobotnya konstan). Volume akar diukur dengan menggunakan hukum Archimedes.
13
4. Komponen hasil dan hasil. Peubah yang diamati dari petakan dengan 5 tanaman contoh adalah -
Jumlah anakan produktif/rumpun, dilakukan dengan menghitung jumlah anakan yang menghasilkan malai pada saat panen.
-
Panjang malai, diukur dari ruas terakhir sampai ujung malai.
-
Jumlah gabah/malai, dilakukan dengan menghitung jumlah total gabah dari tiap malai dalam satu rumpun.
-
Hasil gabah basah dan kering/tanaman, diperoleh dengan menimbang seluruh gabah dari masing-masing tanaman contoh.
-
Bobot 1000 butir gabah, diperoleh dengan menimbang 1000 gabah bernas dari masing-masing tanaman contoh.
-
Hasil gabah basah dan kering/petak, diperoleh dengan membuat ubinan terlebih dahulu setiap petakan seluas 6.25 m2 kemudian hasil panennya ditimbang.
-
Persentase gabah hampa, dihitung dari gabah sebanyak 100 g yang diambil dari tiap tanaman contoh.
-
Gabah Kering Panen dan Gabah Kering Giling. Hasil konversi dari hasil gabah basah dan kering/petak.
-
Efektivitas penggunaan pupuk. Diukur sebagai efisiensi agronomi yang merupakan perbandingan antara kenaikan hasil pada perlakuan tertentu dengan kenaikan hasil penggunaan pupuk dosis pembanding dikali 100.
-
Peningkatan Hasil.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2009, yang merupakan bulan basah. Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga, Bogor (Lampiran 3) diperoleh bahwa curah hujan pada bulan-bulan tersebut berkisar 156.8 mm sampai 415.8 mm dengan curah hujan rata-rata per bulan 407.0 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan curah hujan terendah pada bulan September. Jumlah hari hujan terbanyak 24 hari pada bulan Oktober dan terendah 13 hari pada bulan September. Kondisi curah hujan tersebut sangat mencukupi untuk pertanaman padi sawah tetapi menyulitkan untuk pelaksanaan pemeliharaan tanaman baik pemupukan maupun pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Bibit tanaman padi dipindah tanam padi berumur 10 – 14 hari setelah semai (HST) dengan satu bibit per lubang tanam. Penyulaman tanaman dilakukan saat tanaman berumur 1 – 4 Minggu Setelah Tanam (MST). Penyulaman dilakukan karena serangan hama keong mas (Pomacea canaliculata L.). Penyulaman digunakan bibit yang berumur sama sehingga tidak tertinggal dengan tanaman awal. Populasi hama ini kian meningkat akibat kondisi air yang tergenang. Upaya pengendalian dilakukan sejak sebelum penanaman bibit (transplanting) hingga tanaman padi tampak kokoh yaitu dengan mengeringkan lahan dan memungut secara manual keong maupun telurnya dari lahan sawah. Kondisi pertanaman padi sawah secara umum dapat dilihat pada Gambar 1. Keragaan tanaman tiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 4. Hama lain yang banyak menyerang yaitu belalang. Hama ini menyerang pada saat pertumbuhan tanaman hingga saat pengisian bulir padi. Hama ini menyerang pada lahan percobaan dengan intensitas serangan yang cukup besar karena penularan dari petakan diluar penelitian. Hama ini menyebabkan daun pada tanaman
padi
tidak utuh lagi sehingga proses penyerapan fotosintesis
kurang sempurna. Hama belalang dikendalikan dengan aplikasi insektisida dengan bahan aktif profenofos 500 EC dengan dosis 1 L/Ha.
15
Gambar 1. Kondisi Umum Tanaman pada Saat 7 MST Jenis gulma yang terdapat pada areal sawah terdiri dari gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Pengendaliannya gulma dilakukan secara manual pada areal pertanaman padi sawah pada saat tanaman berumur 3 dan 5 MST sampai dengan saat panen. Serangan hama dan penyakit dapat diatasi sehingga baik fase vegetatif maupun generatif terlihat normal. Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan unsur hara tanah pada awal dan akhir penelitian dilakukan secara komposit dengan mencampurkan tanah yang berasal dari semua petakan. Perlakuan pemupukan pada penelitian berupa pupuk daun yang diaplikasikan pada tajuk tanaman padi sehingga tidak langsung mengenai tanah. Pupuk dasar berupa Urea, SP-18 dan KCl yang diberikan melalui tanah pada seluruh perlakuan dengan dosis sama. Parameter yang dianalisis meliputi pH, N total, unsur P dan K. Hasil analisis diperoleh bahwa tanah sebelum penelitian memiliki nilai pH sekitar 5.6 atau tergolong agak masam. Hasil analisis hara setelah penelitian menunjukkan adanya peningkatan pH menjadi 6.5. Unsur N Total sebelum penelitian 0.12% setelah penelitian meningkat menjadi 0.16% menunjukkan kandungan unsur N total yang rendah dan unsur P sebelum penelitian 3.4% setelah penelitian menjadi 5.2% menunjukkan kandungan unsur P
16
sangat rendah. Kandungan unsur K tanah mengalami penurunan pada akhir penelitian 0.21 meq/100g. Selisih pH serta kandungan hara tanah pada awal dan akhir penelitian secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 . Hasil Analisis dan Kriteria Sifat Kimia Tanah Penelitian Sifat Tanah pH H2O N-Total (%) P ters Bray I (%) K dapat ditukar extr. NH4Oac (me/100g)
Perlakuan Sebelum Pemupukan 5.6 (Agak Masam) 0.12 (Rendah) 3.4 (Sangat Rendah)
Perlakuan Setelah Pemupukan 6.5(Agak Masam) 0.16 (Rendah) 5.2(Sangat Rendah)
0.62 (Tinggi)
0.21 (Rendah)
Sumber : SEAMEO BIOTROP, 2009 dan 2010; Hardjowigeno, S, 1995.
Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam terhadap berbagai peubah yang diamati menunjukkan bahwa aplikasi perlakuan pupuk daun tidak berpengaruh nyata baik pada pertumbuhan maupun komponen hasil, kecuali pada peubah bobot basah jerami/tanaman. Secara rinci rekapitulasi hasil sidik ragam disajikan pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Pupuk Daun terhadap Berbagai Peubah Pengamatan Peubah Tinggi Tanaman 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
Pengaruh Perlakuan Pertumbuhan Tanaman
Koefisien Keragaman (%)
tn tn tn tn tn tn Jumlah Anakan tn tn tn tn tn tn
10.11 9.95 11.28 10.84 8.25 5.89 16.67# 13.97# 16.19# 15.09# 20.26 14.15
17
Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pupuk Daun terhadap Berbagai Peubah Pengamatan (Lanjutan) Peubah
Pengaruh Perlakuan Koefisien Keragaman (%) Bagan Warna Daun 3 MST tn 9.58 4 MST tn 7.74 5 MST tn 6.11 6 MST tn 4.57 7 MST tn 6.16 8 MST tn 6.44 Biomassa Tinggi Tanaman tn 5.52 Panjang Akar tn 12.06 Bobot Akar tn 21.79 Bobot Tajuk tn 21.92 Volume Akar tn 16.2# Komponen Hasil dan Hasil Jumlah Anakan Produktif tn 18.6 Panjang Malai tn 6.35 Jumlah Malai tn 18.57 Jumlah GabahMalai tn 17.6 Hasil Gabah Basah/Petak tn 17.97 Hasil Gabah Kering/Petak tn 22.42 Hasil Gabah Basah/Tanaman tn 17.5# Hasil Gabah Kering/Tanaman tn 17.06# Bobot Basah Jerami/Tanaman * 12.12 Bobot Kering Jerami/Tanaman tn 22.47# Bobot 1000 Butir tn 4.67 Persen Gabah Hampa tn 28.41# GKP tn 17.97 GKG tn 22.42 Keterangan : * = Nyata pada taraf 5%, tn = Tidak Nyata pada taraf 5 %, # = Tranformasi ((х+0.5)^0.5)
Pertumbuhan Tanaman Hasil pengamatan dan analisis statistik (Tabel 6) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk daun yang diberikan
tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman baik tinggi tanaman, jumlah anakan serta Bagan Warna
18
Daun (BWD). Peubah jumlah anakan yang di pupuk dengan pupuk daun cenderung menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anakan tanpa pupuk daun seperti terlihat pada perlakuan 0.5 dosis PD1, 1 dosis PD1, 0.75 dosis PD2, 1 dosis PD2, 1.25 dosis PD3 dan 1.5 dosis PD3. Pada saat tanaman berumur 4 dan 6 MST Bagan Warna Daun menunjukkan skala < 4 sehingga perlu dilakukan pemupukan pupuk N susulan. Penggunaan Bagan Warna Daun (BWD) berkaitan erat dengan pemupukan terutama nitrogen. Tanaman yang memiliki kecukupan unsur N akan menunjukkan warna daun hijau gelap. Pemupukan N sangat menentukan hasil tanaman padi sawah. Nilai kritis bagan warna daun 4, oleh karena itu tanaman harus segera diberi pupuk N bila warna daun berada di bawah skala 4. Skala Bagan Warna Daun pada saat tanaman berumur 4 MST sekitar 2.4 – 2.7. pada saat tanaman berumur 6 MST, skala Bagan Warna Daun menunjukkan nilai sekitar 3.0 – 3.4. Hal ini diduga pemupukan pupuk daun hingga 1.5 dosis belum mampu mempengaruhi Bagan Warna Daun. Walaupun demikian, perlakuan pupuk daun memiliki Bagan Warna Daun yang lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pemupukan pupuk daun. Tabel 6. Pertumbuhan Tanaman pada Berbagai Pupuk Daun Perlakuan Tanpa pupuk daun Pembanding 0.5 dosis PD1 0.75 dosis PD1 1 dosis PD1 1.25 dosis PD1 1.5 dosis PD1 0.5 dosis PD2 0.75 dosis PD2 1 dosis PD2 1.25 dosis PD2 1.5 dosis PD2 0.5 dosis PD3 0.75 dosis PD3 1 dosis PD3 1.25 dosis PD3 1.5 dosis PD3
Tinggi Tanaman 8 MST 60.4 67.5 65.9 61.8 68.8 66.9 65.2 64.4 68.3 67.3 63.3 63.6 65.0 62.4 63.4 67.1 66.7
Jumlah Anakan 8 MST 27 34 34 27 34 27 32 30 34 34 25 29 31 29 30 36 33
Bagan Warna Daun 4 MST 2.4 2.4 2.4 2.6 2.6 2.5 2.5 2.6 2.6 2.4 2.4 2.7 2.4 2.5 2.5 2.4 2.4
Bagan Warna Daun 6 MST 3.2 3.3 3.4 3.0 3.4 3.2 3.2 3.3 3.2 3.3 3.3 3.1 3.4 3.2 3.2 3.0 3.2
19
Biomassa Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi bahan kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun dan bagian generatif, dapat mencerminkan produktivitas tanaman. Pengamatan biomassa yang diamati pada tanaman padi sawah terdiri atas panjang akar, bobot kering akar, bobot kering tajuk/rumpun dan volume akar. Secara umum aplikasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata secara stastistik terhadap biomassa padi sawah pada 8 MST (Tabel 7). Namun demikian terlihat perbedaan yang sangat besar yang ditunjukkan pada panjang akar, bobot akar, bobot tajuk dan volume akar apabila dibandingkan antara yang dipupuk daun dengan tanpa pupuk daun. Tabel 7. Panjang Akar, Volume Akar, Bobot Kering Akar dan Tajuk pada Berbagai Perlakuan Pupuk Daun Perlakuan
Panjang Akar (cm)
Volume Akar (ml)
Bobot Kering Akar (g)
Tanpa pupuk daun Pembanding 0.5 dosis PD1 0.75 dosis PD1 1 dosis PD1 1.25 dosis PD1 1.5 dosis PD1 0.5 dosis PD2 0.75 dosis PD2 1 dosis PD2 1.25 dosis PD2 1.5 dosis PD2 0.5 dosis PD3 0.75 dosis PD3 1 dosis PD3 1.25 dosis PD3 1.5 dosis PD3
21.9 29.1 24.0 21.9 27.5 26.1 23.4 22.6 26.5 26.2 24.8 23.4 22.3 24.2 20.8 25.7 25.9
25.0 46.6 41.6 28.3 38.3 46.6 38.3 38.3 30.0 43.3 43.3 36.6 43.3 31.6 28.3 33.3 41.6
6.0 10.8 10.1 7.4 8.9 10.8 10.4 9.2 7.8 12.2 9.8 9.3 10.4 8.5 7.1 8.4 10.5
Bobot Kering Tajuk (g) 21.8 30.5 28.8 20.2 31.6 31.8 27.4 25.9 27.4 32.4 28.8 22.7 28.2 24.1 24.5 29.4 31.0
20
Komponen Hasil dan Hasil Tanaman Pengamatan terhadap komponen hasil yang dilakukan meliputi jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, persentase gabah hampa, serta bobot 1000 butir bobot. Aplikasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap komponen hasil. Secara rinci komponen hasil tanaman padi sawah pada berbagai perlakuan pupuk daun disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Komponen Hasil Tanaman Padi Sawah pada Berbagai Perlakuan Pupuk Daun
Perlakuan Tanpa pupuk daun Pembanding 0.5 dosis PD1 0.75 dosis PD1 1 dosis PD1 1.25 dosis PD1 1.5 dosis PD1 0.5 dosis PD2 0.75 dosis PD2 1 dosis PD2 1.25 dosis PD2 1.5 dosis PD2 0.5 dosis PD3 0.75 dosis PD3 1 dosis PD3 1.25 dosis PD3 1.5 dosis PD3
Jumlah Anakan Produktif/ Rumpun 24 26 24 24 23 22 23 19 21 22 20 19 20 27 26 18 22
Panjang Malai (cm) 23.6 25.1 24.9 24.0 24.1 24.6 25.0 25.3 24.3 25.8 24.5 22.8 24.7 24.9 25.7 24.1 25.0
Jumlah Gabah/ Malai
Persentase Gabah Hampa (%)
Bobot 1000 Butir (g)
99.4 113.8 105.1 106.3 106.8 103.0 120.4 133.4 115.0 132.2 117.5 97.2 109.0 123.0 124.9 108.8 111.3
31.6 30.3 14.6 22.6 15.6 29.0 18.6 18.3 17.6 14.0 14.0 21.3 22.6 21.0 20.6 10.6 11.6
26.0 25.3 27.0 25.0 26.6 26.6 25.3 26.6 26.3 25.6 26.6 27.3 26.3 27.0 26.3 27.3 24.6
Aplikasi pupuk daun menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap bobot gabah basah/tanaman, bobot gabah kering/tanaman, bobot gabah basah/petak, bobot gabah kering/petak, gabah kering panen dan gabah kering giling tanaman padi sawah. Namun, secara umum perlakuan pupuk daun memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan kontrol. Secara rinci pengaruh aplikasi pupuk daun terhadap hasil tanaman disajikan pada Tabel 9.
21
Tabel 9. Hasil Tanaman Padi Sawah pada Aplikasi Pupuk Daun
Perlakuan Tanpa pupuk daun Pembanding 0.5 dosis PD1 0.75 dosis PD1 1 dosis PD1 1.25 dosis PD1 1.5 dosis PD1 0.5 dosis PD2 0.75 dosis PD2 1 dosis PD2 1.25 dosis PD2 1.5 dosis PD2 0.5 dosis PD3 0.75 dosis PD3 1 dosis PD3 1.25 dosis PD3 1.5 dosis PD3
Hasil Gabah Basah / Tanaman (g) 79.8 155.5 126.4 141.8 124.8 102.0 174.6 140.7 150.9 191.5 143.7 95.8 130.7 189.6 173.1 115.9 152.4
Hasil Gabah Kering/ Tanaman (g) 72.6 134.9 110.1 123.3 107.9 87.1 152.2 119.2 126.5 161.0 119.4 81.3 114.9 162.1 151.1 99.0 131.9
Hasil Gabah Basah/ Petak (kg) 1.9 2.7 3.2 2.7 2.5 2.6 3.3 3.1 2.6 3.3 2.9 3.0 2.8 2.3 2.2 2.9 2.8
Hasil Gabah Kering/ Petak (kg) 1.5 2.2 2.5 2.1 2.1 2.1 2.8 2.3 2.2 2.7 2.0 2.1 1.8 2.0 1.8 2.3 2.2
Berdasarkan Gambar 2 gabah kering panen dan gabah kering giling yang dihasilkan dengan pemberian pupuk daun memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan tanpa pemupukan pupuk daun. Aplikasi 1.5 dosis PD1 dan 1 dosis PD2 menghasilkan gabah kering panen paling tinggi (5280 kg/ha) sedangkan perlakuan kontrol menghasilkan 3147 kg/ha. Aplikasi 1.5 dosis PD1 menghasilkan gabah kering giling 4533 kg/ha. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan aplikasi pupuk daun dapat meningkatkan gabah kering panen dan giling.
Bobot Tajuk Tanaman Pada Saat Panen Aplikasi pupuk daun berpengaruh nyata terhadap bobot basah jerami tanaman padi sawah. Perlakuan 0.75 – 1.5 Dosis PD1, 0.5 – 1 dosis PD2, 0.75 – 1.5 dosis PD3 berpengaruh nyata meningkatkan bobot basah jerami lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa pupuk daun. Namun perlakuan pupuk daun tidak mempengaruhi bobot kering jerami (Tabel 10). Bobot basah jerami
22
dipengaruhi oleh kandungan air yang diserap oleh tanaman padi sehingga tanaman padi menjadi lebih sukulen.
Gambar 2. Nilai Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) Tabel 10. Pengaruh Pupuk Daun terhadap Bobot Tajuk Tanaman pada saat Panen Perlakuan Tanpa pupuk daun Pembanding 0.5 dosis PD1 0.75 dosis PD1 1 dosis PD1 1.25 dosis PD1 1.5 dosis PD1 0.5 dosis PD2 0.75 dosis PD2 1 dosis PD2 1.25 dosis PD2 1.5 dosis PD2 0.5 dosis PD3 0.75 dosis PD3 1 dosis PD3 1.25 dosis PD3 1.5 dosis PD3
Bobot Basah Jerami (g) 406.6c 491.6abc 486.6abc 575.0ab 571.6ab 473.3bc 601.6ab 568.3ab 556.6ab 563.3ab 475.0bc 530.0abc 526.6abc 575.0ab 605.0a 573.3ab 606.6a
Bobot Kering Jerami (g) 183.3 178.3 176.7 203.3 200.0 176.7 216.7 238.3 510.0 225.0 145.0 196.7 200.0 195.0 161.7 226.7 266.7
Keterangan : angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
23
Efektivitas Agronomi Relatif Nilai relatif efektivitas agronomis (RAE) merupakan nilai peningkatan hasil relatif antara perlakuan dosis pupuk yang diuji terhadap peningkatan hasil yang disebabkan oleh perlakuan pembanding (standar) dari perlakuan kontrol. Setiap nilai efektivitas agronomi > 100 menunjukkan bahwa perlakuan tersebut efektif secara agronomi. Terlihat pada Gambar 3 beberapa perlakuan pupuk daun memperlihatkan nilai RAE lebih besar dari 100. Perlakuan 0.5 dan 1.5 dosis PD1, 0.5, 1 – 1.5 dosis PD2, 0.5, 1.25 – 1.5 dosis PD3 memberikan nilai RAE lebih besar dari 100. Nilai RAE tertinggi ditunjukkan pada perlakuan 1.5 dosis PD1 dan 1 dosis PD2 dengan nilai RAE sebesar 181.84. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil perlakuan pupuk daun PD1 dan PD2 dapat meningkatkan hasil lebih besar 181.14% dibandingkan perlakuan peningkatan pupuk pembanding.
Gambar 3. Nilai Efektivitas Agronomi Relatif (RAE) Tiap Perlakuan Peningkatan Hasil Aplikasi pupuk daun
dapat meningkatkan hasil 15 sampai 67% dari
perlakuan kontrol (Gambar 4). Perlakuan pupuk PD1 dapat meningkatkan hasil 28 – 67%. Peningkatan hasil tertinggi pada pupuk PD1 terjadi pada pemberian 1.5 dosis PD1. Perlakuan pupuk PD2 meningkatkan hasil 35 – 67%. Peningkatan
24
hasil tertinggi terjadi pada 1 dosis PD2. Sedangkan pada PD3 peningkatan hasil terjadi dari 15 – 49% dengan 1.5 dosis PD3 memberikan peningkatan hasil tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pupuk daun dapat meningkatkan hasil dan efektif secara agronomi.
Gambar 4. Peningkatan Hasil Aplikasi Pupuk Daun Analisis Usahatani Mengetahui tingkat efektivitas aplikasi pupuk daun PD1, PD2 , dan PD3 dapat dilakukan analisis ekonomi usahatani. Peubah yang dianalisis tingkat keuntungan dan nilai R/C Rasio. Aplikasi PD1 0.5 dosis, 1 dosis PD2, dan 1.25 dosis PD3 menghasilkan keuntungan tertinggi untuk masing-masing pupuk. Aplikasi 0.5 dosis PD1 menghasilkan keuntungan Rp 10.520.000,00 dengan R/C Ratio 2.42 hal ini menunjukkan besar 1 satuan rupiah yang dikeluarkan menghasilkan Rp 2.42,00. Aplikasi 1 dosis PD2 menghasilkan keuntungan Rp 10.805.000,00 dengan R/C Ratio 2.41. aplikasi 1.25 dosis PD3 menghasilkan keuntungan Rp 8.997.300,00 dengan R/C Rasio 2.21 sedangkan perlakuan kontrol menghasilkan keuntungan Rp 4.064.000,00 dengan R/C Rasio 1.58. Secara rinci efektivitas aplikasi pupuk daun terhadap analisis ekonomi usahatani disajikan pada Tabel 11.
25
Tabel 11. Efektivitas Aplikasi Pupuk Daun terhadap Analisis Ekonomi Usahatani Perlakuan Kontrol Pembanding 0.5 Dosis PD1 0.75 Dosis PD1 1 Dosis PD1 1.25 Dosis PD1 1.5 Dosis PD1 0.5 Dosis PD2 0.75 Dosis PD2 1 Dosis PD2 1.25 Dosis PD2 1.5 Dosis PD2 0.5 Dosis PD3 0.75 Dosis PD3 1 Dosis PD3 1.25 Dosis PD3 1.5 Dosis PD3
Biaya (Rp) 6,950,000.00 7,625,000.00 7,400,000.00 7,625,000.00 7,675,000.00 7,062,500.00 8,300,000.00 7,400,000.00 7,625,000.00 7,675,000.00 8,075,000.00 8,300,000.00 7,140,800.00 7,236,200.00 7,157,500.00 7,427,900.00 7,523,300.00
Penerimaan (Rp) 11,014,500.00 15,120,000.00 17,920,000.00 15,120,000.00 14,185,500.00 14,934,500.00 18,480,000.00 17,360,000.00 14,934,500.00 18,480,000.00 16,614,500.00 16,800,000.00 15,680,000.00 13,065,500.00 12,694,500.00 16,425,500.00 16,054,500.00
Pendapatan (Rp) 4,064,500.00 7,495,000.00 10,520,000.00 7,495,000.00 6,510,500.00 7,872,000.00 10,180,000.00 9,960,000.00 7,309,500.00 10,805,000.00 8,539,500.00 8,500,000.00 8,539,200.00 5,829,300.00 5,537,000.00 8,997,600.00 8,531,200.00
R/C Ratio 1.58 1.98 2.42 1.98 1.85 2.11 2.23 2.30 1.96 2.41 2.06 2.02 2.20 1.81 1.77 2.21 2.13
Pembahasan Dengan sifat tanah seperti dikemukakan pada Tabel 3 maka tanah tersebut tergolong kurang subur dilihat dari kandungan unsur hara makro, dan pH tanah yang berstatus rendah. Faktor-faktor tanah tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman bila keadaannya tidak mendukung untuk memenuhi kebutuhan hara dan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, pemupukan pada kegiatan budidaya padi menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman sehingga dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan, pemberian pupuk daun tidak mempengaruhi hasil analisis tanaman yang masih berperan meningkatkan nilai pH tanah, N-total, P pemupukan melalui akar. Tanah sawah yang digunakan dalam kegiatan penelitian memiliki sifat tanah yang agak masam dengan pH 6.5. Suplai nitrogen untuk padi sawah, diantaranya dapat berasal dari residu nitrogen ammonium dan nitrat di dalam tanah, nitrogen hasil mineralisasi bahan organik,
26
fiksasi oleh mikroorganisme tanah, dan dari pupuk yang diberikan (Ismunadji dan Roechan, 1988). Penggenangan tanah sawah dapat meningkatkan kadar P-tersedia dalam tanah (De Datta, 1981). Penggenangan umumnya dapat meningkatkan konsentrasi fosfat terlarut dan P-tersedia (Neue and Bloom, 1989). Saat tanah sawah tergenang, reduksi Fe3+ dapat melepaskan P terjerap (De Datta, 1986). Fosfor tidak langsung terlibat dalam reaksi oksidasi-reduksi dalam tanah tergenang, tetapi terjadi pengaktifan kembali fosfor yang bereaksi dengan besi, kalsium dan magnesium akibat sejumlah unsur redoks yang dipengaruhi oleh penggenangan tanah (Patrick and Reddy, 1978). Peningkatan kadar P-tersedia diduga terjadi akibat adanya penggenangan tanah dan peningkatan pH tanah. Penggenangan tanah dapat meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan pH pada tanah masam sehingga dapat membebaskan sebagian Pterfiksasi. Peningkatan pH tanah pada tanah masam juga dapat meningkatkan mineralisasi P-Organik (Anwar dan Sudadi, 2007). Aplikasi pupuk daun pada tanaman padi sawah tidak berpengaruh nyata berdasarkan analisis sidik ragam terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan dan Bagan Warna Daun saat berumur 3 – 8 MST. Namun, perlakuan pupuk daun menunjukkan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan pembanding. Aplikasi 1 dosis PD1 memberikan tinggi tanaman paling tinggi 68.84 cm. Aplikasi 1.25 dosis PD2 memberikan jumlah anakan paling banyak 36.26 anakan/rumpun. Bagan warna daun (BWD) yang dihasilkan pada pada 4 MST menunjukkan skala kurang dari 4 begitu pula pada saat tanaman berumur 6 MST namun lebih baik dari umur 4 MST. Peningkatan tersebut diduga karena pemberian pupuk daun yang diberikan mengandung unsur N, P, dan K yang ketiga unsur tersebut dapat membantu pertumbuhan. Menurut Salibury dan Ross (1992), tanaman yang cukup mendapatkan nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat, dengan sistem akar kerdil, sehingga nisbah tajuk-akarnya tinggi. Menurut Blevins (1994), Magnesium sangat penting di dalam berbagai aspek fotosintesis, teralokalisasi antara 10-20% pada kloroplas daun.
27
Berdasarkan deskripsi/karakteristik varietas Way Apoburu (Lampiran 5) jumlah anakan produktif yang dihasilkan 15-18 anakan/rumpun. Pada saat vegetatif, perlakuan pupuk daun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan saat 3 – 8 MST. Pada saat 8 MST, perlakuan 1.25 dosis PD3 memberikan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan kontrol. Jumlah anakan produktif merupakan jumlah anakan yang menghasilkan malai. Jumlah anakan produktif umumnya lebih sedikit karena pada masa generatif ada beberapa malai yang terlambat masa pengisiannya. Perlakuan 0.75 dosis PD3 memperlihatkan
jumlah
anakan
produktif
yang
lebih
banyak
sekitar
27.46 anakan/rumpun sedangkan perlakuan kontrol 24.26 anakan /rumpun. Tanaman padi sawah memiliki bulu halus dan kandungan unsur Si yang diduga menyebabkan sulitnya pupuk daun terserap oleh tanaman itu sendiri. Letak stomata tanaman pada umumnya terletak dibelakang daun. Penguapan air dari tumbuhan berhubungan dengan kehilangan air dalam melalui stomata, kutikula, atau lentisel. Menurut Salisbury and Ross (1995) menyatakan faktor lingkungan juga mempengaruhi tidak hanya proses transpirasi dan difusi, tapi juga mempengaruhi membuka menutupnya stomata pada permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air yang ditranspirasikan dan CO2. Naiknya suhu daun, misalnya meningkakan penguapan dan sedikit difusi, namun menyebabkan menutup atau membuka stomata lebih lebar. Waktu matahari terbit, stomata membuka karena meningkatnya pencahayaan, dan cahaya menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat. Naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih banyak kelembapan, makan transpirasi meningkat. Angin membawa lebih banyak CO2 dan mengusir uap air. Hal ini menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2 meningkat karena menyebabkan stomata menutup sebagian. Bila daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas yang melebihi suhu udara, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya, tranpirasi menurun. Bila kandungan air tanah terbatas, transpirasi dan penyerapan CO2 terhambat, karena stomata menutup. Selain faktor fisiologi ada kemungkinan faktor lingkungan yang membuat perlakuan pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang tinggi saat penelitian terutama saat aplikasi pupuk
28
daun oleh air hujan dan belum diserap oleh tanaman, sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap perumbuhan tanaman. Hal ini kemungkinan ada unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun yang disemprotkan pada tanaman, memerlukan waktu untuk dapat masuk ke dalam daun sehingga bila selama waktu tersebut turun hujan atau keadaan cuaca kering dan panas, maka menjadi berkurang penyerapannya. Faktor lingkungan dan internal tanaman mempengaruhi serapan tanaman untuk menjerap pupuk daun secara efektif. Pemberian pupuk daun tidak mempengaruhi persentase gabah hampa dan bobot 1000 butir. Brady dan Weil (2002) menyatakan bahwa nitrogen penting untuk pembentukan karbohidrat dalam tanaman. Nitrogen dapat meningkatkan kepadatan gabah tanaman berbiji dan jumlah protein di dalam biji. Hasil penelitian Wegner dan Michael (1971) dalam Mengel dan Kirby (1982) menunjukkan bahwa sintesis sitokinin akan terganggu jika kebutuhan akan unsur N tidak mencukupi. Ciri defisiensi nitrogen pada tanaman serelia di antaranya yaitu menurunnya jumlah butir padi per unit area, butir padi kecil, tapi relatif mengandung protein yang tinggi. Aplikasi pupuk daun tidak nyata berpengaruh terhadap komponen hasil dan hasil tanaman. Aplikasi pupuk daun tidak memberikan
hasil/tanaman,
hasil/petak dan dugaan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Namun, aplikasi pupuk daun lebih baik dibandingkan perlakuan kontrol. Perlakuan 1 dosis PD2 dan 0.75 dosis PD3 menghasilkan bobot basah dan kering per tanaman lebih baik dibandingkan perlakuan kontrol. Aplikasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan GKP dan GKG tanaman padi sawah. Hasil GKP tertinggi diperoleh dengan aplikasi 1.5 dosis PD1 dan 1 dosis PD2 yaitu 5280 kg/ha sedangkan perlakuan kontrol menghasilkan 3147 kg/ha. Hal ini mendekati dengan rata-rata hasil varietas Way Apoburu 5.5 ton/ha. Aplikasi pupuk daun efektif secara agronomis dan ekonomis terlihat aplikasi pupuk daun menunjukkan nilai RAE 181.14% pada aplikasi 1.5 dosis PD1 dan 1 dosis PD2. Efektivitas analisis usahatani menghasilkan keuntungan dua kali lipat dari perlakuan tanpa pemupukan pupuk daun (kontrol). Pemberian dosis pupuk daun hingga 1.5 dosis rekomendasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Persentase kandungan N,
29
P, dan K dalam
masing-masing pupuk daun sangat kecil. Hal ini yang
menyebabkan kebutuhan hara tanaman tidak cukup mendorong pertumbuhan maupun hasil tanaman bila dibandingkan dengan hara yang diberikan melalui akar. Beberapa hara tanaman yang diberikan bersifat immobile yang menyebabkan aplikasi pupuk daun tidak dapat tersebar secara merata keseluruh bagian tanaman. Kebutuhan hara tanaman terhadap serapan
hara yang diberikan tidak
diketahui sehingga jumlah hara yang diberikan sebatas rekomendasi saja. Kebutuhan hara tanaman akan unsur makro dianggap belum mencukupi untuk mempengaruhi pertumbuhan dan hasil yang maksimal. Bila kebutuhan akan N, P, dan K terpenuhi, maka proses metabolisme yang berkaitan dengan pembentukan dan pengisian gabah padi dapat berjalan dengan baik. Bobot GKG perlakuan pupuk daun yang relatif rendah menunjukkan padi mengalami defisiensi hara N, P, dan K. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) semakin tinggi tingkat produksi, maka semakin tinggi hara yang dibutuhkan. Sehingga, rendahnya produksi pada perlakuan pupuk dan menunjukkan rendahnya jumlah hara yang diberikan melalui pupuk tersebut.
30
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Aplikasi
pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
maupun komponen hasil dan hasil tanaman. Namun aplikasi pupuk daun cenderung menghasilkan
pertumbuhan maupun komponen hasil dan hasil
tanaman lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa pupuk daun. Secara agronomi perlakuan pupuk daun efektif meningkatkan hasil tanaman padi sawah. Nilai relatif efektivitas agronomi tertinggi (181.84%) ditujukan pada 1.5 dosis PD1 dan 1 dosis PD2. Aplikasi 1.25 dosis menghasilkan nilai relatif efektivitas agronomi 131.79% Aplikasi pupuk daun dapat meningkatkan hasil 15 sampai 67%. Perlakuan 1.5 dosis PD1 dan 1 dosis PD2 meningkatkan hasil tanaman hingga 67%. Perlakuan 1.25 dosis PD3 meningkatkan hasil tanaman hingga 49%. Secara ekonomi aplikasi pupuk daun efektif dapat memberikan keuntungan yang lebih baik dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan pupuk daun.
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemberian dosis pupuk daun lebih tinggi yang dilakukan di rumah kaca untuk melihat efektivitas dosisnya sehingga kondisinya lebih terkontrol serta perlu diketahui neraca hara tanaman.
31
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah. http://garutkab.go.id. [25 Oktober 2010] Anwar, S. dan U. Sudadi. 2007. Kimia Tanah. Bagian Kimia dan Kesuburan Tanah. Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Bogor. Badan Pusat Statistik. 2010. Data statistik produksi, luas panen, produktivitas tanaman pangan. http://www.bps.go.id. [24 Juli 2010]. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2008. Direktori Padi Indonesia 2008. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 329 hal. Blevins, D.G. 1994. Uptake, translocation and function of essential mineral element, 259-275. In Boote, R.J. et al. Physiology and determination of crop yield. John Willey dan Sons., New York. Brady, N.C. and R.R. Weil. 2002. The Nature and Properties of Soils. 13th ed. Pearson Education, Inc., New Jersey, USA. De Datta, S. K. 1933. Principles and Practices of Rice Production. A Wiley Interscience. Canada. 618p. Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal. IRRI. 2007. Padi : Panduan Praktis Pengelolaan Hara, International Rice Research Institute. Jakarta. 95 hal. Ismunadji, M. dan S. Roechan. 1988. Hara Mineral Padi, 231-269. Dalam Padi, Buku I. Pusat penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Leiwaskabessy, F. M., dan A. Sutandi. 2004. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 208 hal. Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal. Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Second Edition. Academic Press. California. Mengel, K.E. and A. Kirkby. 1982. Principle of Plant Nutrition. 3rd ed. International Potash Institute, Bern, Switzerland.
32
Neue, H. U. and Bloom, P.R. 1989. Nutrient kinetics and availability in flooded rice soils.p 173-190. In Progress in Irrigated rice research. International rice research institute, Manila, Philippines. Pramono et al. 2005. Upaya peningkatan produktivitas padi sawah melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu. Agrosains 7(1):1. Rinsema, W.T. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Salisbury, F. B and C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan jilid I. Institut Teknik Bandung. Bandung. 241 hal. Sarief, E.S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 182hal. Setyamidjaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV Smplex. Jakarta. 120hal. Siregar, E. S. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Soedomo, R. D., Prasodjo. 2006. Pengaruh tiga macam pupuk daun pada berbagai konsentrasi terhadap hasil tunas kacang kapri (Pisum sativum L.). Jurnal Agrijati 3(1):34-40. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suprihatno, B., Daradjat, A.A., Satoto. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang. Jawa Barat. 13 hal. Sutapraja dan Sumpena. 1996. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk daun Complesai Cair terhadap pertumbuhan dan hasil kubis kultivar Victory.J.5(5):51-55. Tisdale, S. And W. Nelson. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. Mc Millan Publs. Co, Inc., New York.
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 1. Dokumentasi
a. Persiapan Lahan
b. Persiapan Tanam
c. Pemeliharaan
PD 3
PD 1
PD 2
d. Pupuk yang digunakan dalam penelitian
35
Lampiran 2. Denah Petak Percobaan P12U3
P11U3
P0U3
P13U3
U
P15U3
P6U3
P10U3
P4U3
P14U3
P8U3
P1U3
P2U3
P9U3
P16U3
P5U3
P7U3
P4U2
P13U2
P1U2
P8U2
P16U2
P9U2
P2U3
P7U2
P14U2
P15U2
P10U2
P0U2
P6U2
P5U2
P11U2
P3U2
P12U2
P7U1
P10U1
P13U1
P14U1
P9U1
P6U1
P15U1
P0U1
P5U1
P12U1
P2U1
P11U1
P16U1
P3P3
P3U1
P1U1
P8U1
P4U1
36
Keterangan : PO
: Tanpa pupuk daun
P1
: 1 dosis pupuk daun yang sudah ada di pasaran (pupuk pembanding)
P2
: 0.5 Dosis pupuk daun PD1
P3
: 0.75 Dosis pupuk daun PD1
P4
: 1 Dosis pupuk daun PD1
P5
: 1.25 dosis pupuk daun PD1
P6
: 1.5 dosis pupuk daun PD1
P7
: 0.5 Dosis pupuk Daun PD2
P8
: 0.75 Dosis pupuk daun PD2
P9
: 1 Dosis pupuk daun PD2
P10
: 1.25 dosis pupuk daun PD2
P11
: 1.5 dosis pupuk daun PD2
P12
: 0.5 Dosis pupuk Daun PD3
P13
: 0.75 Dosis pupuk daun PD3
P14
: 1 Dosis pupuk daun PD3
P15
: 1.25 dosis pupuk daun PD3
P16
: 1.5 dosis pupuk daun PD3
Lampiran 3. Data Iklim Bulan Agustus – Desember 2009 Bulan
Curah Hujan (mm)
Jumlah Hari Hujan
Temperatur Max (0C)
Temperatur Min (0C)
Temperatur Rata-rata (0C)
Kelembaban Rata-rata (%)
September
156.8
13
28.2
25.6
26.6
75.2
Oktober
415.8
24
27.5
24.6
26
82.1
November
407.0
23
28.0
24.7
26.3
84.1
Desember
258.2
20
27.4
24.9
26.1
85.1
Rata-rata
407.0
20
28.0
25.0
26.0
81.6
Sumber : Stasiun Klimatologi Kecamatan Darmaga, 2009
38
Lampiran 4. Keragaan Tanaman Tiap Perlakuan pada 8 MST
Kontrol dan Pembanding
PD1
PD2
39
Lampiran 4. Keragaan Tanaman Tiap Perlakuan pada 8 MST (Lanjutan )
PD3
40
Lampiran 5. Deskripsi/Karakteristik Varietas Way Apoburu Nama Asal Persilangan Golongan Umur Tanaman Bentuk Tanaman Tinggi Tanaman Anakan Produktif Warna Kaki Warna Batang Warna Telinga Daun Warna Lidah Daun Muka Daun Posisi Daun Daun Bendera Bentuk Gabah Warna Gabah Kerontokan Kerebahan Tekstur Nasi Kadar Amilosa Bobot 1000 Butir Rata-Rata Hasil Potensi Hasil Ketahanan Terhadap Hama Penyakit Anjuran Tanam Pemulia Dilepas tahun
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
S383-1D-PN-16-2 IR18349-1-31-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64 Cere 115 - 125 hari Tegak 105 - 113 cm 15 - 18 batang Hijau Hijau Tidak berwarna Tidak berwarna Kasar Tegak Tegak Panjang ramping Kuning bersih Sedang Sedang Pulen 23% 27 g 5.5 ton/ha 8.0 ton/ha - tahan wereng coklat biotipe 2 dan rentan biotipe 3 - tahan hawar daun bakteri strain III dan IV Baik ditanam dilahan sawah irigasi dataran rendah sampai sedang (600 m dpl) : Z. A. Simanulang, E. Sumadi, Taryat T., Aan A. Daradjat dan B. Suprihatno : 1998