ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Juli 2010 HERITABILIITAS KANDUNGAN PROTEIN PADA PADI GOGO DAN KORELASINYA DENGAN HASIL DAN KOMPONEN HASIL Oleh: Agus Riyanto, Dyah Susanti dan Totok Agung DH Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto ABSTRAK
Pendugaan heritabilitas dna korelasi antar sifat menentukan keberhasilan seleksi. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein padi gogo pada lima lokasi tanam yang berbeda, dan 2) mengetahui korelasi antara sifat kandungan protein padi gogo dengan hasil dan komponen hasil. Percobaan dilakukan di lima lokasi tanam yaitu Bali, Cilacap Kulon progo, Lombok dan Sumbawa pada musim hujan tahun 2008/2009. Genotip yang digunakan berjumlah dua belas (UNRAM 1E, UNRAM 4E, UNRAM 17E, UNRAM 9E,, UNSOED G10, UNSOED G19, UNSOED G39, UNSOED G136, B12644F-MR-2, B12498C-MR-1, Situ Patenggang , and Way Rarem). Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein dan korelasinya dengan komponen hasil dan hasil. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein dengan kiteria tinggi diperoleh di lokasi tanam Bali, Cilacap, Lombok dan Sumbawa; 2) Nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein dengan kriteria rendah diperoleh di lokasi tanam Kulon Progo; 3) Sifat kandungan protein memiliki korelasi negatif dengan tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen dan jumlah gabah per malai; 4) Sifat kandungan protein berkorelasi positif dengan persentase gabah isi; dan 5) Sifat kandungan protein tidak berkorelasi dengan jumlah anakan produktif, bobot 1000 biji dan bobot gabah kering giling. Kata kunci: padi gogo, protein, heritabilitas, korelasi
ABSTRACT
Estimation of heritability and correlation between characters determine the success of selection. The research aimed 1) to find out heritability of upland rice protein content in fice locations, and 2) to determine correlation upland rice protein content with yielding component and yield. The experiment was carried out at five different locations i.e. Bali, Cilacap Kulon Progo, Lombok and Sumbawa, in rainy season of 2008/2009. Twelve genotypes (UNRAM 1E, UNRAM 4E, UNRAM 17E, UNRAM 9E,, UNSOED G10, UNSOED G19, UNSOED G39, UNSOED G136, B12644F-MR-2, B12498C-MR-1, Situ Patenggang , and Way Rarem) used in this research. The data obtained were analyzed by broad sense heritability and correlation coefficient. The results showed there 1) high broad sense heritability value of upland rice protein content was obtained in Bali, Cilacap, Lombok and Sumbawa; 2) low broad sense heritability value of upland rice protein content obtained in Kulon Progo; 3) plat height, flowering date, harvesting date and number of grains per panicle had negative correlation with upland rice protein content and; 4) positive correlation was obtained between upland rice protein content and percentage of filled grains per panicle; and 5) the number of productive tillers, onethousand-grain weight and grain yield had nothing correlation with upland rice protein content. Key words: upland rice, protein, heritability, correlation
Sampai saat ini, padi sawah memberikan
PENDAHULUAN Padi merupakan komoditas tanaman
sumbangan terbesar pada produksi padi
pangan penting di Indonesia. Peningkatan
nasional. Padi sawah menyumbang 60,12
produksi padi selalu dikaitkan dengan
juta ton atau 93,35 persen dari produksi
ketahanan pangan nasional. Produksi padi
padi nasional. Di sisi lain, padi sawah
tahun 2009 mencapai
mengalami banyak kendala.
64,40 juta ton,
dengan produktivitas 4,9 ton/ha dan luas panen12,88
juta
ha
(Deptan,
2010).
Peningkatan produksi padi lahan sawah terhambat oleh penyempitan lahan
1
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Juli 2010 akibat
konversi
ke penggunaan lain.
Konversi lahan sawah menjadi non-sawah
hanya 5 persen, jauh di bawah sumbangan padi sawah.
di Jawa dalam dua dekade tahun terakhir
Luas
padi
gogo
yang
rendah
telah terjadi dengan cepat mencapai rata-
disebabkan oleh produktivitas dan kualitas
rata 54.716 ha/tahun (Soedjana, 2005). Di
hasil yang rendah sehingga padi gogo
sisi lain, pencucian lahan sawah produktif
kurang disukai petani. Salah satu upaya
meningkat setiap tahunnya. Kesuburan
mengatasi permasalahan tersebut dapat
tanah
inefisiensi
dilakukan melalui program pemuliaan
pemupukan terutama urea, ketidakpastian
tanaman untuk merakit kultivar unggul
musim
padi gogo. Pengembangan kultivar baru
yang
menurun,
yang
menyebabkan
puso,
kekeringan pada musim kemarau dan
padi
kebanjiran
dan
produktivitas padi, peningkatan kualitas
kehadiran organisme pengganggu tanaman
padi dan peningkatan ketahanan penyakit
juga menjadi masalah yang dihadapi padi
pada padi (Bernier et al., 2008).
pada
musim
hujan,
gogo
meliputi
peningkatan
sawah (Totok, 2008). Oleh karena itu,
Salah satu kualitas hasil yang perlu
diperlukan upaya peningkatan produksi
diperbaiki adalah kandungan protein padi
padi pada sumber daya lahan lainnya.
gogo.
Protein
dari
bahan
pangan
Sumber daya lahan lain yang dapat
diperlukan oleh tubuh untuk penggantian
digunakan untuk peningkatan produksi
senyawa yang hilang dari tubuh serta
padi adalah
lahan kering. Indonesia
pembentukan dan pertumbuhan jaringan
memiliki lahan kering mencapai 55,6 juta
baru selama masa pertumbuhan (bayi,
ha
dapat
anak-anak dan remaja), selama masa hamil
dimanfaatkan untuk budidaya padi gogo.
dan menyusui dan setelah sembuh dari
Akan
sakit. Oleh karenanya kebutuhan protein
(Soedjana, tetapi,
2005) potensi
yang ini
belum
dimanfaatkan secara optimal. Hal ini
harus terpenuhi.
tercermin dari luas panen padi gogo yang
Kebutuhan protein dapat dipenuhi
masih rendah dibandingkan lahan sawah.
dengan protein hewani atau nabati. Protein
Pada tahun 2009 luas lahan kering yang
hewani memiliki harga relatif dan sebagian
dimanfaatkan untuk padi gogo baru 1,10
besar petani padi adalah masyarakat
juta ha dengan produksi 3,22 juta ton dan
pedesaan. Secara ekonomi mayoritas dari
produktivitas 2,96 t/ha (Deptan, 2010).
mereka memiliki daya beli yang lemah
Kondisi ini menyebabkan sumbangan padi
sehingga tidak mampu membeli protein
gogo terhadap produksi padi nasional
hewani.
Oleh
karenanya
peningkatan
kandungan protein beras merupakan hal 2
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Juli 2010 penting yang harus dilakukan (Roxaz, et
kandungan protein tinggi dikendalikan
al., 1979; Shi, et al., 1999; Futakhuci, et
oleh banyak gen (poligenik). Oleh karena
al., 2008). Selain itu, beras merupakan
itu,
sumber protein utama bagi masyarakat di
berprotein
Asia (Virmani, 1994).
pemuliaan tanaman.
Sifat protein padi yang non-alergenik
diperlukan
perakitan
tinggi
padi
melalui
Keberhasilan
gogo
program
program
pemuliaan
dan mudah dicerna dapat menggantikan
tanaman sangat ditunjang oleh kemampuan
protein yang berasal dari hewani. Padi
pemulia
mengandung lysine yang lebih tinggi dari
Keberhasilan
kedelai, jagung atau sorgum (Janick,
informasi awal sebelum seleksi antara lain
2002). Disisi lain, padi berprotein tinggi
heritabilitas
akan mudah diproduksi dan harganya
Heritabilitas
terjangkau
Namun
perbedaan suatu karakter disebabkan oleh
demikian, rata-rata kandungan protein
faktor genetik atau lingkungan (Hanson,
beras pada varietas yang sudah ada hanya
1963). Heritabilitas dibedakan menjadi
pada kisaran 7% (Astawan, 2007).
heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti
oleh
masyarakat.
dalam
tahapan
seleksi dan
korelasi
seleksi.
memerlukan antar
merupakan
sifat.
penentu
Penelitian tentang protein padi telah
sempit Nasir, 1999). Heritabilitas suatu
dilakukan seperti di Afrika (Futakuchi et
sifat dipengaruhi oleh populasi dan faktor
al., 2008) India, di Amerika, serta di IRRI.
lingkungan
(Poespodarsono,
Penelitian Roxas et al., (1979) menyatakan
Lingkungan
yang
padi IR 480-5-9 memiliki kandungan
mempengaruhi
protein tinggi (11% ) dan IR32 memiliki
Penelitian
kandungan
kandungan
protein
rendah
(7,1%).
1988).
beragam
nilai
dapat
heritabilitas.
tentang nilai heritabilitas protein
pada
padi
telah
Fenomena heterosis dan heterobeltiosis
dilaporkan oleh Shi et al., (1999) yang
sifat kandungan protein diperoleh pada
menyatakan bahwa nilai heritabilitas arti
persilangan padi indica (Virmani, 1994).
sempit
Penelitian Shi et al., (2000) memperoleh
tergolong
hasil
protein
dilakukan untuk menduga nilai heritabilitas
genetik,
terdapat
sifat kandungan protein pada lima lokasi
dan
pengaruh
bahwa
dikendalikan pengaruh
kandungan
secara maternal
sifat
kandungan
tinggi
protein
(85%).Penelitian
padi ini
tanam yang berbeda.
sitoplasmik. Penelitian Mahmoud et al.,
Korelasi berguna untuk mengetahui
(2008) menyebutkan adanya peningkatan
keeratan hubungan antar sifat pada suatu
kandungan protein padi hasil persilangan
tanaman. Seleksi yang efektif memerlukan
antara IR 64 dengan O. Nivara dan sifat
informasi korelasi antar sifat sehingga 3
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Juli 2010 seleksi
suatu sifat
atau lebih dapat
Penelitian dilakukan di Bali, Cilacap,
dilakukan secara bersama-sama (Welsh,
Kulon Progo, Lombok dan Sumbawa.
1933., Zen, 1995).
Kabupaten
kandungan
protein
Korelasi antara dan
hasil
telah
dilaporkan oleh Watanabe, et al. (2006) yang menyatakan tidak ada korelasi antara kandungan
protein
dan
hasil
pada
Banjarnegara.
Penelitian
dilaksanakan pada Bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2009. Bahan
yang
digunakan
adalah
sepuluh galur dengan latar belakang
persilangan interspesifik padi. Namun
genetik yang beragam hasil
demikian, Kataoka (1978) menyebutkan
pemuliaan tanaman yang dilakukan oleh
bahwa daya hasil yang rendah berasosiasi
institusi yang berbeda-beda (Tabel 1). Situ
dengan kandungan protein yang tinggi.
Patenggang dan Way Rarem digunakan
Oleh karena itu diperlukan kajian
sebagai
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein padi gogo pada
kultivar
program
pembanding.
Kedua
kultivar ini telah dilepas sejak tahun 2002 oleh Kementerian Pertanian Indonesia. Rancangan
percobaan
yang
lima lokasi tanam yang berbeda, dan
digunakan pada setiap lokasi
2)
sifat
rancangan acak kelompok dengan tiga
kandungan protein padi gogo dengan hasil
ulangan dan faktor tunggal. Faktor yang
dan komponen hasil.
dicoba genotip, yaitu sepuluh genotip dan
METODE PENELITIAN
dua kultivar pembanding (Tabel 1).
mengetahui
korelasi
antara
adalah
Tabel 1. Genotip padi gogo yang digunakan pada studi interaksi genotip x tahun di Kabupaten Banjarnegara. Genotip Asal UNRAM 1E Galur padi gogo berdaya hasil tinggi dan toleran kekeringan hasil UNRAM 4E pemuliaan dari Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Universitas UNRAM 17E Mataram, Mataram, Provinsi Nusa Tengggra Barat, Indonesia. UNRAM 9E UNSOED G10 Galur padi gogo berdaya hasil tinggi dan aromatik hasil pemuliaan dari UNSOED G19 Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Universitas Jenderal Soedirman, UNSOED G39 Purwokerto, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. UNSOED G136 B12498C-MR-1 Galur padi gogo berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit blast hasil pemuliaan dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi, B12644F-MR-2 Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Situ Patenggang Kultivar pembanding untuk daya hasil tinggi dan aromatik, dilepas tahun 2002. Way Rarem Kultivar pembanding untuk daya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit blast, dilepas tahun 1994. 4
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Juli 2010 Tabel 2. Analisis ragam dan pendugaan komponen ragam Sumber variasi Blok Genotip Galat Variabel
Derajat bebas r-1 g-1 (r-1)(g-1) yang
diamati
adalah
Kuadrat tengah KTb KTg KTe sifat.
Komponen ragam 2e +g2r 2e + r2g 2e
Korelasi
antar
sifat
dianalisis
kandungan protein, tinggi tanaman, jumlah
menggunankan program Minitab 14.
anakan produktif, umur berbunga, umur
Tabel 2. Kriteria nilai heritabilitas arti luas
panen, jumlah gabah total per malai, persentase gabah isi, bobot 1000 butir, dan bobot gabah kering giling. Pendugaan nilai heritabilitas arti luas kandungan protein padi gogo dilakukan menggunakan metode analisis komponen ragam
(Singh
and
Chaudary,
1979).
Komponen ragam diperoleh berdasarkan analisis ragam (Tabel 1). Hasil pendugaan heritabilitas arti luas dikelompokkan sesuai dengan kriteria nilai heritabilitas arti luas menurut Haeruman, et al. (1990), seperti tersaji pada Tabel 2. Nilai ragam genetik dan
heritabilitas
arti
luas
dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut. = =
−
= +
dimana: = ragam galat = ragam genetik = Heritabilitas arti luas Data kandungan protein, komponen
Nilai heritabilitas H ≤ 0,3 0,3≤ H ≤ 0,5 0,5≤ H ≤ 0,7 0,7≤ H
Kriteria Rendah Agak rendah Agak tinggi Tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai
heritabilitas
mencerminkan
seberapa besar sumbangan faktor genetik terhadap penampilan suatu tanaman. Nilai duga
heritabilitas
menunjukkan
kandungan
protein
kriteria tinggi di hampir
semua lokasi tanam, kecuali di lokasi tanamn Kulon Progo (Tabel 3). Kriteria heritabilitas yang tinggi di lokasi tanam Bali, Cilacap, Lombok dan Sumbawa menunjukkan
bahwa
peranan
faktor
genetik terhadap sifat kandungan protein sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa sifat
kandungan
protein
dikendalikan
secara kuat oleh faktor genetik sehingga akan
diwariskan
secara
kuat
kepada
keturunannnya. Sifat yang memiliki nilai heritabilitas tinggi akan diwariskan kepada keturunannya secara kuat dan memberikan
hasil dan hasil dari lima lokasi tanaman
peluang
digunakan dalam analisis korelasi antar
perbaikan
besar
terhadap
genetiknya
usaha-usaha
melalui
seleksi
5
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Juli 2010 massa atau perakitan genotip-genotip baru
sehingga timbul suatu keragaman (Zen,
(Sahaendi, 1991).
1995).
Tabel 3. Nilai duga heritabilitas arti luas sifat kandungan protein padi gogo pada 5 lokasi tanam. Lokasi Nilai Duga Kriteria Tanam Heritabilitas 0,762 Tinggi Bali 0,950 Tinggi Cilacap 0,017 Rendah Kulon Progo 0,967 Tinggi Lombok 0,940 Tinggi Sumbawa
kandungan protein pada padi gogo dapat
Nilai heritabilitas yang tinggi di
ekspresi sifat tersebut. Seleksi pada sifat
lokasi tanam Bali, Cilacap, Lombok, dan
dengan nilai heritabilitas rendah akan sulit
Sumbawa
latar
dilakukan karena kemajuan seleksi yang
belakang genetik populasi yang beragam
diperoleh akan kecil (Jagau, et al., 1999)
dan lokasi percobaan pada tiap-tiap lokasi
sehingga
yang relatif seragam dan. Genotip yang
heritabilitas sifat kandungan protein yang
dicoba
rendah di Kulon Progo menunjukkan
dapat
diduga
merupakan
pemuliaan
dari
tiga
berbebeda
sehingga
karena
hasil
program
Oleh
karenanya,
seleksi
sifat
dilakukan pada lokasi tanaman Bali, Cilacap, Sumbawa dan Lombok. Nilai heritabilitas sifat kandungan protein
yang
rendah
diperoleh
pada
pengujian di lokasi tanam Kulon Progo. Heritabilitas yang rendah menunjukkan faktor lingkungan lebih berperan dalam
seleksi
instansi
yang
bahwa
memiliki
latar
mendukung
tidak
lingkungan ekpresi
efektif.
tumbuh sifat
Nilai
tidak
kandungan
belakang genetik tetua yang luas sehingga
protein tipa individu, sehingga tidak
dapat menyumbang nilai heritabilitas yang
memunculkan keragaman genetic populasi
tinggi. Latar belakang genetik tetua yang
yang dicoba. Oleh karena itu, seleksi sifat
luas dapat berpengaruh terhadap besarnya
kandungan protein padi gogo tidak dapat
ragam genetik dalam populasi tersebut
dilakukan di lokasi tanam Kulon Progo. Korelasi
(Fehr, 1987).
sederhana
antara
sifat
Nilai heritabilitas di lokasi tanam
kandungan protein padi gogo dengan
Bali, Cilacap, Lombok, dan Sumbawa
komponen hasil dan hasil disajikan pada
yang
bahwa
Tabel 4. Sifat kandungan protein memiliki
lingkungan mampu mendukung ekspresi
korelasi negatif dan nyata dengan tinggi
sifat tersebut pada setiiap individu.. Seleksi
tanaman, umur berbunga, umur panen dan
suatu sifat akan berhasil jika dilakukan
jumlah
pada lingkungan yang mampu memberikan
menunjukkan bahwa seleksi pada sifat
peluang yang sama bagi setiap individu
kandungan
tanaman untuk menunjukkan ekspresinya
berpengaruh terhadap penurunan tinggi
6
tinggi
menunjukkan
gabah
per protein
malai. tinggi
Hal
ini akan
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Juli 2010 tanaman, memperpendek umur berbunga,
protein
memperpendek
dan
persentase gabah isi. Oleh karena itu,
menurunkan jumlah gabah per malai.
seleksi terhadap kedua sifat ini dapat
Penurunan tinggi tanaman dan jumlah
dilakukan secara bersama-sama.
umur
panen
diikuti
dengan
peningkatan
gabah per malai dapat merugikan ketika
Sifat kandungan protein berkorelasi
melakukan seleksi. Namun demikian, nilai
positif dan tidak nyata dengan jumlah
korelasi
menunjukkan
anakan produktif, bobot 1000 biji dan
keeratan hubungan yang rendah sehingga
bobot gabah kering giling. Hasil ini
diharapkan
sifat
berbeda dengan hasil penelitian Futakuchi,
kandungan protein tidak mempengaruhi
et al. (2008), yang menyatakan bahwa
tinggi tanaman dan jumlah gabah per
pada persilangan antara Oryza sativa dan
malai. Seleksi terhadap sifat kandungan
Oryza glaberrima Steud. Sifat kandungan
protein menyebabkan tanaman berumur
protein berkorelasi negatif dan nyata
genjah sehingga seleksi sifat kandungan
dengan bobot 1000 biji. Perbedaan ini
protein, umur berbunga dan umur panen
diduga karena perbedaan populasi yang
dapat dilakukan serentak.
digunakan. Penelitian ini menggunakan
Tabel 4. Nilai korelasi sifat kandungan protein padi gogo dengan komponen hasil dan hasil. Peubah Nilai Korelasi Tinggi tanaman (cm) -0,273 ** Jumlah anakan produktif 0,140 tn Umur berbunga (HST) -0,223 ** Umur panen (HST) -0,244 ** Jumlah gabah per malai -0,160 * Persentase gabah isi (%) 0,308 ** Bobot 1000 biji (g) 0,125 tn Bobot gabah kering 0,001 tn giling (t/ha) Keterangan: tn = tidak berbeda nyata, * = berbeda nyata pada taraf 5%, ** = berbeda nyata pada taraf 1%, HST = hari setelah tanam.
genotip hasil persilangan antara Oryza
yang
rendah
seleksi
terhadap
Korelasi positif dan nyata diperoleh pada
sifat
kandungan
protein
dan
persentase gabah isi. Hal ini menunjukkan bahwa
seleksi
pada
sifat
kandungan
sativa dan Oryza sativa. Sifat kandungan protein dan bobot gabah kering giling. berkorelasi positif dan tidak nyata. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Watanabe, et al. (2006) yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara sifat kandungan protein dan daya hasil. Seleksi terhadap sifat yang tidak memiliki
keeratan
dilakukan
secara
hubungan
dapat
bersama-sama
atau
terpisah. Sifat kandungan protein yang berkorelasi positif dan tidak nyata dengan jumlah anakan produktif, bobot 1000 biji dan
bobot
gabah
kering
giling
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sifat kandungan protein dan ketiga komponen hasil dan hasil tersebut. Kondisi 7
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Juli 2010 ini menyebabkan seleksi terhadap sifat
Saran
dapat
dberikan
berdasar
kandungan protein tidak akan berpengaruh
penelitian ini sebagai berikut.
terhadap jumlah anakan produktif, bobot
1. Seleksi sifat kandungan protein dapat
1000 biji dan bobot gabah kering giling.
dilaksanakan di lokasi tanam Bali,
Oleh karennya, seleksi terhadap sifat
Cilacap, Lombok dan Sumbawa.
kandungan
protein
dapat
dilakukan
2. Seleksi
terhadap
bersama-sama atau secara terpisah dengan
protein
seleksi terhadap jumlah anakan produktif,
bersama-sama dengan, umur berbunga,
bobot 1000 biji dan bobot gabah kering
umur panen,
giling.
jumlah anakan produktif, bobot 1000
dapat
sifat
kandungan
dilakukan
secara
persentase gabah isi,
biji dan bobot gabah kering giling. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang dapat diambil sebagai
UCAPAN TERIMAKASIH
berikut. 1. Nilai
Penulis mengucapkan terima kasih heritabilitas
kandungan
protein
arti
luas
dengan
sifat kiteria
kepada Konsorsium Padi Nasional, Balai Besar
Penelitian
Tanaman
Padi,
tinggi diperoleh di lokasi tanam Bali,
Kementerian Pertanian Indoensia, dan
Cilacap, Lombok dan Sumbawa.
Direktorat
2. Nilai
heritabilitas
arti
luas
sifat
kandungan protein dengan kriteria
Pendidikan
Tinggi,
Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian.
rendah diperoleh di lokasi tanam Kulon Progo. 3. Sifat
DAFTAR PUSTAKA kandungan
protein
memiliki
korelasi negatif dengan tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen dan jumlah gabah per malai. 4. Sifat kandungan protein berkorelasi positif dengan persentase gabah isi. 5. Sifat
kandungan
protein
tidak
berkorelasi dengan jumlah anakan produktif, bobot 1000 biji dan bobot gabah kering giling.
8
Astawan, M. 2007. Beras Makanan Pokok Sumber Protein. (Online). http://padi-gabahberas.com/2008/09/beras-makananpokok-sumber-protein.html. Diakses tanggal 27 Januari 2010. Bernier, J., G. N. Atlin, R. Serraj, A. Kumar, and D. Spaner. 2007. Review :Breeding Upland Rice for Drought Ressistance (Online). http://cropwiki.irri.org/gcp/images/f/ f6/Review_Breeding_upland_rice_fo r_drought_resistance.pdf Diakses 12 Oktober 2009.
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Juli 2010 Deptan, 2010 Basis Data Pertanian. Departemen Pertanian. (Online). http://database.deptan.go.id/bdsp/has il_kom.asp. diakses tanggal 7 Juli 2010.
Roxas, B. V., Carmen L. I., dan B. O. Julaiano, 1979. Protein Quality of High-Protein and Low-Protein Milled Rice in Preschool Children. J. Nutr. 109: 832-839.
Fehr, W.R. 1987. Principles of Cultivar Development Theory and Technique. McMillan Publ.Co. New York.
Sahaendi, H. 1991. Keragaman Genetik dan Heritabilitas Beberapa Sifat Morfologi Eucalyptus urophylla S.T. Blake. Zuriat, 7(1): 1-9.
Futakhuci, K., H. Watanabe, and M.P. Jones. 2008. Relationship of Grain Protein Content to Other Grain Quality Traits in Interspecific Oryza sativa L., X Oryza glaberrima Steud. Progenies. Agricultura Journal 3(1): 50-57. Haeruman, M., A. Baihaki., G. Satarri., T. Danakusuma., dan A.H. Permadi. 1990. Variasi Genetik Sifat-sifat Tanaman Bawang Putih di Indonesia. Zuriat 1(1): 32-36
Shi, C., Jun Z., Xiaoe Y., Yunggui Y. dan Jianguo W, 1999. Genetic analysis for protein content in indica rice. Euphytica 107: 135-140. Shi, C. H., J. Zhu and Y. G. Yu. 2000. Genotype x Environment Interaction Effect and Genotipic Correlation for Nutrient Quality Traits of Indica Rice (Oryza sativa). Indian Journal of Agricultural Sciences 70(2): 8589.
Hanson, W.D. 1963. Heritability. In Statistical Genetic and Plant Breeding. NAS-NRC Publ. 982: 38215.
Singh
Jagau, Y., H. Aswidinnoor., S.H. Sutjahjo dan A. Makmur.1999. Aksi Gen dan Heritabilitas Efisiensi Nitrogen dalam Keadaan Cekaman Aluminium pada Dua Persilangan Padi Gogo. Zuriat 10(1): 41-47.
Soedjana, T.D. 2005. Hasil Perumusan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah Dan Iklim, Bogor 14-15 September 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Kataoka, K. 1978. Inheritance of GrainProtein in Rice. Japan J. Breed., 28: 263-268.
Totok, A.D.H. 2008. Mutiara Yang Terlupakan (Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Padi Gogo Aromatik). Orasi Ilmiah. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Mahmoud A. S. Sukumar and H. B. Krishnan. 2008. Interspecific Rice Hybrid of Oryza sativa × Oryza nivara Reveals a Significant Increase in Seed Protein Content, J. Agric. Food Chem., 2008, 56 (2), 476-482. Nasir, M. 1999. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
RK, Chaudary BD. 1979. Biometrical method in quantitative genetic analysis. New Delhi: Kalyani Pub.
Virmani, S. S., 1994. Monograph 22: Heterosis and Hybrid Rice Breeding. International Rice Research Institute, Manila. 206 hal. Watanabe, H., K. Futakuci, M.P. Jones and B.A. Sobambo. 2006. Grain Protein Content of Interspecific Progenies Derived from The Cross of African Rice (Oryza glaberrima Steud.) and Asian Rice (Oryza sativa L.). Plant Prod. Sci. 9: 287-293. 9
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Juli 2010 Welsh, J.R. 1933. Fundamental of Plant Genetics and Breeding. John Wiley & Sons, Inc. Canada.
10
Zen, S. 1995. Heritabilitas, Korelasi Genotipik dan Fenotipik Karakter Padi Gogo. Zuriat, 6(1): 25-32.