ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 HASIL DAN KOMPONEN HASIL 14 GENOTIP PADI GOGO DI KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh: Agus Riyanto, Suwarto dan Totok Agung Dwi Haryanto Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ABSTRAK
Lahan kering berpotensi untuk pengembangan padi gogo. Hasil dan komponen hasil merupakan salah satu informasi penting dalam memilih kultivar padi gogo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dan komponen hasil 14 genotip padi gogo di Kabupaten Banjarnegara. Penelitian dilaksanakan di Banjarnegara dengan empat belas genotip (Bio 162-AC-BLAS 6, WI-43, UNRAM 07/2010/G/14, UNRAM 06/2010/G-17-18, UNSOED G9, UNSOED G13, IR79971-B-191-B, IR79971-B-13-2-27-B-B, B11584E-MR-5-2-3-1-2, IPB 140F-6-1-1, IPB 116-F-20-1-1, Situ Patenggang dan Batutegi). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam. Hasil penelitian menunjukkan genotip yang menunjukkan hasil tinggi dan komponen hasil yang baik di Kabupaten Banjarnegara adalah B1215D-MR-4 (8,37 t/ha), Bio 162-AC-BLAS 6 (6,23 t/ha), UNSOED G9 (7,50 t/ha), IR79971-B-13-2-27-B-B (7,74 t/ha), B11584E-MR-5-2-3-1-2 (7,35 t/ha), Situ Patenggang (7,27 t/ha) dan Batutegi (7,05 t/ha). Kata kunci: padi gogo, hasil, komponen hasil, Banjarnegara
ABSTRACT
Dry land have a potential for development of upland rice. Yield and yield component, is important factor for upland rice cultivar selection. Objective of the study was to know This yield and yield component of 14 upland rice genotip in Banjarnegara regency. A field experiment was conducted in Banjarnegara with fourteen genotypes (Bio 162-AC-BLAS 6, WI-43, UNRAM 07/2010/G/14, UNRAM 06/2010/G-17-18, UNSOED G9, UNSOED G13, IR79971-B-191-B, IR79971-B-13-2-27-B-B, B11584E-MR-5-2-3-1-2, IPB 140-F-6-1-1, IPB 116-F-20-1-1, Situ Patenggang and Batutegi). The data obtained were analyzed by anova. The results showed there was the genotypes with high yielding in Banjarnegara are B1215D-MR-4 (8,37 t/ha), Bio 162-AC-BLAS 6 (6,23 t/ha), UNSOED G9 (7,50 t/ha), IR79971-B-13-2-27-B-B (7,74 t/ha), B11584E-MR-5-2-3-1-2 (7,35 t/ha), Situ Patenggang (7,27 t/ha) and Batutegi (7,05 t/ha). Key words: upland rice, yield, yield component, Banjarnegara
jumlah penduduk di Indonesia. Pada tahun
PENDAHULUAN Penyediaan bahan pangan terutama
2025 diperkirakan bahwa dengan laju
beras masih menjadi salah satu masalah di
pertambahan penduduk rata-rata 1,7% per
Indonesia. Upaya peningkatan produksi
tahun dan kebutuhan per kapita sebanyak
padi terus dilakukan dari tahun ketahun.
134 kg, maka Indonesia harus mampu
Produksi
2010,
menghasilkan padi 78 juta ton gabah
mencapai 66,41 juta ton dengan luas panen
kering giling untuk mencukupi beras
11,15 juta hektar. Angka
nasional (Jumakir dan Bobihoe, 2010).
padi
nasional
tahun
produksi ini
lebih tinggi dibanding tahun 2009 yang
Upaya peningkatan produksi padi
hanya 64,40 juta ton dengan luas panen
nasional dapat dilakukan dengan cara
12,88 juta hektar (Deptan, 2011). Namun
ektensifikasi memanfaatkan lahan-lahan
demikian, produksi padi setiap tahun harus
marjinal. Lahan kering merupakan salah
ditingkatkan karena terjadi peningkatan
satu lahan potensial untuk meningkatkan 111
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 produksi padi guna memenuhi kebutuhan
pemuliaan tanaman. Pengembangan padi
pangan nasional.
gogo
Luas lahan kering di
ke
depan
bertujuan
varietas
untuk
Indonesia mencapai lebih dari 8 juta lahan
mendapatkan
kering (Totok et al., 2008) yang dapat
mempunyai
dimanfaatkan untuk budidaya padi gogo.
umur genjah dan kualitas hasil tinggi
Potensi lahan ini belum dimanfaatkan
(Carsono, 2008). Produktivitas yang tinggi
secara optimal. Hal ini tercermin dari luas
pada tanaman ditentukan oleh hasil dan
panen padi gogo tahun 2010 yang hanya
komponen hasil yang ada pada tanaman
mencapai 1,13 juta ha dengan produksi
tersebut. Seleksi suatu genotip dilakukan
3,45 juta ton per tahun dan produktivitas
berdasarkan keunggulan sifat hasil dan
3,04 ton per hektar. Angka ini kalah jauh
komponen hasil. Oleh karenanya informasi
dari luas panen padi sawah pada tahun
hasil dan komponen hasil sangat penting
2010 yang mencapai 12,12 juta ha dengan
dalam program pemuliaan tanaman.
sifat
unggul
yang
produktivitas
tinggi,
produksi 63,02 juta ton per tahun dan
Karakter hasil merupakan karakter
produktivitas 5,20 ton per hektar (Deptan,
penting pada padi gogo yang ditentukan
2011).
oleh karakter pertumbuhan dan komponen
Produktivitas yang rendah menjadi
hasil. Karakter pertumbuhan merupakan
salah satu alasan padi gogo kurang disukai
karakter yang mementukan hasil kultivar
petani (Totok et al., 2011). Hal ini
unggul (Firdaus et al., 2000). Karakter
menyebabkan luas padi gogo masih rendah
pertumbuhan
jika dibandingkan dengan luas panen padi
antara lain tinggi tanaman, jumlah anakan
sawah. Luas panen dan produktivitas yang
produktif, umur berbunga dan umur panen
rendah menyebabkan sumbangan padi
(Anwar et al., 1986). Karakter komponen
gogo terhadap padi nasional menjadi
hasil yang penting pada pagi gogo antara
rendah. Padi gogo hanya menyumbang
lain jumlah gabah per malai, persentase
5,20% dari total produksi padi nasional,
gabah isi per malai dan bobot 1000 biji
jauh dibandingkan dengan padi sawah
(Taslim et al., 1989).
yang mencapai 94,80% (Deptan, 2011).
Upaya
yang
menentukan
peningkatan
hasil
produktivitas
Oleh karenanya diperlukan peningkatan
padi gogo telah dilakukan oleh beberapa
produktivitas padi gogo guna menunjang
lembaga penelitian dan perguruan tinggi di
ketahanan pangan.
Indonesia. Hasil yang telah diperoleh
Produktivitas ditingkatkan varietas 112
padi
dengan
unggul
gogo
dapat
adalah galur-galur harapan padi gogo
pengembangan
berdaya hasil tinggi. Galur-galur ini diuji
melalui
program
multilokasi (UML) secara bersama-sama
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 melalui Konsorsium Padi Nasional. Salah
terletak di ketinggian 125 meter di atas
satu lokasi UML yang digunakan yaitu
permukaan laut dan memiliki jenis tanah
Kabupaten Banjarnegara yang merupakan
podsolik. Percobaan lapang dilakukan dari
salah satu wilayah di Indonesia berpotensi
Bulan Oktober 2010
untuk penanaman padi gogo. Luas lahan
Januari 2011. Dua belas galur dengan latar
kering Kabupaten Banjarnegara mencapai
belakang genetik yang beragam berasal
51,16 ribu ha atau sebesar 92% dari luas
dari program pemuliaan tanaman yang
lahan pertaniannya (Wijanarko et al.
dilakukan oleh institusi yang berbeda-beda
2009).
digunakan sebagai bahan percobaan. Situ
Penelitian ini bertujuan untuk
Patenggang
genotip
sebagai kultivar pembanding (Tabel 1).
gogo
di
Kabupaten
Banjarnegara.
Batutegi
dengan
mengetahui hasil dan komponen hasil 14 padi
dan
sampai
digunakan
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Faktor yang dicoba adalah genotip yang terdiri
METODE PENELITIAN Penelitian
Desa
atas dua belas genotip dan dua kultivar
Purwanegara,
pembanding (Tabel 1). Luas petak yang
Kabupaten Banjarnegara. Lahan percobaan
digunakan adalah 4,2m x 4,2m dengan luas
Parakan,
dilakukan
Kecamatan
di
Tabel 1. Genotip padi gogo yang digunakan Genotip Bio 162-AC-BLAS 6 WI-43
Asal Galur padi gogo berdaya hasil tinggi hasil pemuliaan dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Bogor.
UNRAM 07/2010/G/14 UNRAM 06/2010/G-17-18
Galur padi gogo berdaya hasil tinggi hasil pemuliaan dari Universitas Mataram, Mataram.
UNSOED G9 UNSOED G13
Galur padi gogo berdaya hasil tinggi hasil pemuliaan dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
IR79971-B-191-B IR79971-B-13-2-27-B-B
Galur padi gogo berdaya hasil tinggi hasil pemuliaan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta
B11584E-MR-5-2-3-1-2 B1215D-MR-4
Galur padi gogo berdaya hasil tinggi hasil pemuliaan dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi
IPB 140-F-6-1-1 IPB 116-F-20-1-1
Galur padi gogo berdaya hasil tinggi hasil pemuliaan dari Institut Pertanian Bogor, Bogor
Situ Patenggang Batutegi
Kultivar pembanding Kultivar pembanding
113
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 dengan luas petak panen 3,9 m x 3,9 m.
genotip tertinggi (Tabel 3). Genotip padi
Variabel yang diamati adalah: tinggi
gogo
tanaman, jumlah anakan produktif, umur
tanaman sedang (Bio 162-AC-BLAS 6,
berbunga, umur panen, jumlah gabah per
WI-43, UNRAM 07/2010/G/14, UNRAM
malai, persentase gabah isi per malai,
06/2010/G-17-18, UNSOED G9, IR79971-
bobot 1000 butir gabah isi, dan hasil gabah
B-13-2-27-B-B, B1215D-MR-4, IPB 140-
kering per hektar. Data yang diperoleh
F-6-1-1, dan Situpatenggang) dan tinggi
dianalisis menggunakan uji F. Apabila uji
(UNSOED
F menunjukkan perbedaan nyata maka
B11584E-MR-5-2-3-1-2, IPB 140-F-6-1-1
pengujian
dan Batutegi) di Kabupaten Banjarnegara.
dilanjutkan
menggunakan
Duncan Multiple Range Test (DMRT).
G13,
kategori
tinggi
IR79971-B-191-B,
Tinggi tanaman merupakan indikator untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan
kerebahan
tanaman
padi
berkorelasi
karena negatif
tinggi dengan
Tabel 1 menampilkan matriks hasil
kerebahan padi (Amanda dan Mac Kill
uji F karakter hasil dan komponen hasil
1988 dalam Yamin dan Moentono 2005).
padi gogo di Kabupaten Banjarnegara.
Padi gogo yang terlalu tinggi akan mudah
Hasil dan komponen hasil berbeda sangat
rebah sehingga terjadi kehilangan hasil.
nyata antar genotip. Hal ini menunjukkan
Petani mengharapkan padi gogo dengan
genotip memiliki hasil dan komponen hasil
tinggi sekitar 100 cm (Toha, 2007).
genotip padi gogo yang ditanam di
Genotip yang memiliki tinggi sekitar 100
Kabupaten Banjarnegara beragam.
cm adalah Bio 162-AC-BLAS 6 dan IPB
WI-43 merupakan genotip terpendek
140-F-6-1-1.
dan B11584E-MR-5-2-3-1-2 merupakan Tabel 2. Matriks hasil uji F variabel hasil dan komponen hasil di Kabupaten Banjarnegara Variabel Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan produktif Umur berbunga (hari setelah tanam/hst) Umur panen (hari setelah tanam/hst) Jumlah gabah per malai Persentase gabah isi per malai (%) Bobot 1000 butir (g) Hasil (t/ha) Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5%; tn = tidak berbeda nyata.
114
Genotip ** ** ** ** ** ** ** ** ** = berbeda nyata pada taraf 1 %;
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif genotip padi gogo di Kabupaten Banjarnegara Genotip
Tinggi Kriteria Jumlah Kriteria jumlah tanaman tinggi anakan anakan produktif (cm) tanaman* produktif ** Bio 162-AC-BLAS 6 99,95 f Sedang 16,55 a Tinggi WI-43 90,65 g Sedang 14,45 ab Tinggi UNRAM 07/2010/G/14 115,70 de Sedang 17,95 a Sangat tinggi UNRAM 06/2010/G-17-18 113,35 e Sedang 14,55 ab Tinggi UNSOED G9 124,85 bc Sedang 11,65 bc Sedang UNSOED G13 129,65 b Tinggi 10,65 cd Sedang IR79971-B-191-B 128,95 b Tinggi 8,80 cd Rendah IR79971-B-13-2-27-B-B 120,35 cd Sedang 11,45 bc Sedang B11584E-MR-5-2-3-1-2 140,95 a Tinggi 8,65 cd Rendah B1215D-MR-4 124,30 bc Sedang 8,00 cd Rendah IPB 140-F-6-1-1 130,10 b Tinggi 11,00 bc Sedang IPB 116-F-20-1-1 101,30 f Sedang 11,35 bc Sedang Situ Patenggang 110,40 e Sedang 8,00 cd Rendah Batutegi 144,70 p Tinggi 6,95 d Rendah Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%; * = kriteria tinggi tanaman menurut IRRI (2002), yaitu pendek (<90cm), sedang (90cm-125cm) dan tinggi (>125cm); ** = kriteria jumlah anakan produktif menurut Deptan (1998): sangat rendah (<5 batang), rendah (5-8 batang), sedang (9-12 batang), tinggi (13-16 batang), dan sangat tinggi (>16 batang). Tabel 3 menunjukkan genotip Bio 162-AC-BLAS
6,
WI-43,
UNRAM
pembandingnya. Jumlah anakan produktif yang beragam antar genotip disebabkan
07/2010/G/14, UNRAM 06/2010/G-17-18,
oleh
adalah genotip yang memiliki jumlah
produktif pada setiap varietas disebabkan
anakan produktif di atas jumlah anakan
faktor
produktif kedua varietas pembanding.
(Ruchjaningsih et al., 2000).
Genotip UNSOED G9, IR79971-B-13-2-
faktor
genetik.
genetik
Jumlah
Jumlah
anakan
setiap
varietas
anakan
produktif
27-B-B, IPB 140-F-6-1-1 dan IPB 116-F-
mengambarkan
20-1-1 memiliki jumlah anakan produktif
untuk membentuk malai. Jumlah anakan
lebih banyak dari jumlah anakan produktif
produktif merupakan komponen hasil yang
Batutegi,
secara langsung mempengaruhi hasil biji.
tetapi
sama
dengan
Situ
Patenggang. Genotip yang lain memiliki
Oleh
jumlah anakan produktif sama dengan
diharapkan
jumlah
produktif
anakan
produktif
kedua
karenanya,
kemampuan
varieta
memiliki
tanaman
padi
jumlah
yang tinggi. Genotip
gogo anakan yang
115
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 memiiliki kriteria sangat tinggi dan tinggi
oleh
adalah: UNRAM 07/2010/G/14, Bio 162-
(Sabouri and Nahvi, 2009). Genotip yang
AC-BLAS
UNRAM
berbeda yang ditanam pada lokasi yang
06/2010/G-17-18. Genotip UNSOED G9,
sama dan menujukkan umur berbebunga
UNSOED G13, IR79971-B-13-2-27-B-B,
yang beragam mengindikasikan perbedaan
IPB 140-F-6-1-1 dan IPB 116-F-20-1-1.
umur
6,
WI-43,
dan
Situ Patenggang merupakan padi
faktor
berbunga
bagi
berbunga
pertumbuhan
menunjukkan
hampir
Tabel
semua
4
yang
lingkungan
antar
genotip
Fase pertumbuhan tanaman padi di
2010), oleh karenanya memiliki umur pendek.
dan
disebabkan oleh faktor genetik.
gogo dengan umur genjah (Suprihatno, yang
genetik
menjadi
2
fase
vegetatif
yaitu
fase
dan
fase
genotip
pertumbuhan generatif (Yoshida, 1981).
memiliki umur berbunga sama dengan
Fase vegetatif sampai muncul malai sering
varietas pembanding Situ Patenggang,
disebut sebagai umur berbunga. Panjang
kecuali Bio 162-AC-BLAS 6. B11584E-
periode
MR-5-2-3-1-2,
IPB 140-F-6-1-1, dan
kecepatan pertumbuhan fase vegetatif yang
Batutegi. Waktu berbunga dikendalikan
mendukung terbentuknya organ sumber
fase
vegetatif
tanaman
dan
Tabel 4. Rata-rata umur berbunga dan umur panen genotip padi gogo di Kabupaten Banjarnegara Genotip
Umur berbunga Umur panen Kriteria (hst) (hst) umur panen* Bio 162-AC-BLAS 6 85,00 c 112,00 de Genjah WI-43 83,75 de 113,00 cd Genjah UNRAM 07/2010/G/14 83,00 e 110,00 fg Genjah UNRAM 06/2010/G-17-18 83,00 e 110,00 fg Genjah UNSOED G9 83,50 de 111,75 de Genjah UNSOED G13 82,75 e 108,00 h Genjah IR79971-B-191-B 83,00 e 109,25 gh Genjah IR79971-B-13-2-27-B-B 83,75 de 113,75 c Genjah B11584E-MR-5-2-3-1-2 84,50 cd 113,00 cd Genjah B1215D-MR-4 83,75 de 112,75 cd Genjah IPB 140-F-6-1-1 88,50 b 115,50 b Genjah IPB 116-F-20-1-1 83,50 de 109,00 gh Genjah Situ Patenggang 83,25 e 111,00 ef Genjah Batutegi 90,00 a 123,00 a Genjah Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%; * = kriteria umur panen menurut Bobihoe (2010), yaitu ultra genjah (≤ 90 hst), sangat genjah (90-104 hst), genjah (105-124 hst), sedang (125-164 hst), dan dalam (>165 hst), hst = hari setelah tanam.
116
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 dan limbung secara optimal merupakan
untuk
faktor yang berpengaruh besar terhadap
kekeringan
hasil
(Susanto
et
al.,
atau
akibat
menghindari
anomali
iklim
Oleh
(Sembiring, 2010). Penanaman varietas
karenanya varietas padi gogo diharapkan
berumur genjah memiliki keuntungan lebih
memiliki umur berbunga yang pendek.
cepat panen, risiko serangan organisme
Tabel
4
2010).
mengatasi
menunjukkan
genotip
UNSOED G13, IR79971-B-191-B dan IPB
penganggu tanaman (OPT) lebih rendah, dan meningkatkan indeks panen.
116-F-20-1-1 memiliki umur panen lebih
Tabel
5
menyajikan
rata-rata
genjah dari kedua varietas pembandingnya.
jumlah gabah per malai genotip padi gogo
Genotip Bio 162-AC-BLAS 6, UNRAM
di Kabupaten Banjarnegara. Genotip yang
07/2010/G/14, UNRAM 06/2010/G-17-18,
memiliki jumlah gabah per malai sama
dan UNSOED G9, memiliki umur panen
dengan kedua varietas pembanding adalah
lebih cepat dari varietas pembanding
Bio 162-AC-BLAS 6, IR79971-B-13-2-27-
Batutegi, tetapi sama dengan varietas
B-B dan B11584E-MR-5-2-3-1-2. Genotip
pembanding Situ Patenggang. Genotip WI-
yang memiliki jumlah gabah per malai
43, IR79971-B-13-2-27-B-B, B11584E-
sama dengan varietas pembanding Situ
MR-5-2-3-1-2, B1215D-MR-4 dan IPB
Patenggang, tetapi
140-F-6-1-1 memiliki umur panen lebih
Batutegi
lama
Situ
B1215D-MR-4, IPB 140-F-6-1-1 dan IPB
Patenggang, tetapi lebih cepat dari varietas
116-F-20-1-1. Genotip yang lain memiliki
pembanding Batutegi. Namun demikian,
jumlah gabah per malai dibawah kedua
semua genotip dan varietas pembanding
varietas pembanding.
dari
varietas
pembanding
memiliki kriteria umur panen genjah.
lebih rendah dari
adalah
IR79971-B-191-B,
Tabel 5 menunjukkan tidak ada
Umur panen merupakan penting
genotip yang memiliki persentase gabah isi
karakter penting pada padi gogo. Umur
per malai lebih tinggi dari kedua varietas
panen optimal tanaman padi adalah 120
pembanding.
hari (Yoshida, 1981), namun demikian
IR79971-B-13-2-27-B-B, B11584E-MR-5-
beberapa tanaman yang berumur 115 hari
2-3-1-2
masih mampu memberikan daya hasil yang
persentase gabah isi per malai yang sama
diharapkan
dengan
(BB
Padi
2009).
Semua
dan
Genotip
UNSOED
B1215D-MR-4
varietas
G9,
memiliki
pembanding
Situ
genotip padi gogo yang dicoba memiliki
Patenggang. Genotip Bio 162-AC-BLAS
potensi umur panen yang baik dan
6,
termasuk dalam kategori umur genjah.
UNRAM 06/2010/G-17-18 dan IR79971-
Varietas umur genjah dapat digunakan
B-191-B memiliki persentase gabah isi per
WI-43,
UNRAM
07/2010/G/14,
117
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 Tabel 5. Rata-rata jumlah gabah per malai dan persentase gabah isi genotip padi gogo di Kabupaten Banjarnegara Genotip Jumlah gabah Persentase gabah Kriteria persentase per malai isi per malai (%) gabah isi per malai* Bio 162-AC-BLAS 6 Subur 248,83 ab 76,35 c WI-43 Subur 107,03 g 78,78 bc UNRAM 07/2010/G/14 Subur 99,98 g 80,25 bc UNRAM 06/2010/G-17-18 Subur 120,85 fg 81,70 bc UNSOED G9 Subur 144,03 efg 84,58 abc UNSOED G13 Subur sebagian 149,68 efg 55,45 e IR79971-B-191-B Subur 182,58 cde 76,53 c IR79971-B-13-2-27-B-B Sangat subur 229,43 abc 92,73 a B11584E-MR-5-2-3-1-2 Subur 209,85 a-d 87,25 ab B1215D-MR-4 Subur 200,68 b-e 86,20 abc IPB 140-F-6-1-1 Subur sebagian 176,58 c-f 65,43 d IPB 116-F-20-1-1 Subur sebagian 170,33 def 56,53 e Situpatenggang Sangat subur 216,38 a-d 91,53 a Batu tegi Subur sebagian 264,25 a 66,65 d Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%; * = kriteria presentasi gabah isi per malai menurut IRRI (2002): sangat subur (>90 %), subur (75-89 %), subur sebagian (50-74 %), steril (<50 %), dan tidak subur (0 %). malai di bawah varietas pembanding
merupakan komponen hasil yang secara
Situpatenggang
varietas
langsung menentukan hasil varietas padi
pembanding Batutegi. Genotip lainnya
gogo. Salah satu tipe ideal tanaman padi
memiliki persentase gabah isi per malai
adalah memiliki jumlah gabah per malai
yang
varietas
antara 180-240, dengan persentase gabah
pembanding Batutegi. Jika dikelompokkan
isi lebih dari 85% Ma et al. (2006).
berdasarkan kriteria persentase gabah isi
Genotip dengan tipe ini adalah IR79971-
per malai maka IR79971-B-13-2-27-B-B
B-13-2-27-B-B,
termasuk dalam kriteria sangat subur.
dan B1215D-MR-4.
sama
dan
atau
di
di
atas
bawah
Genotip Bio 162-AC-BLAS 6, WI-43, UNRAM
Rata-rata bobot 1000 biji genotip
UNRAM
padi gogo di Kabupaten Banjarnegara
06/2010/G-17-18, UNSOED G9, IR79971-
berkisar antara 24,85g dan 32,03 g (Tabel
B-191-B,
dan
6). Hampir semua genotip memiliki bobot
B1215D-MR-4 termasuk dalam kriteria
1000 biji yang sama dengan varietas
subur. Genotip yang lain termasuk dalam
pembanding
kriteria subur sebagian. Jumlah gabah per
genotip Bio 162-AC-BLAS 6, WI-43 dan
malai dan persentase gabah isi per malai
IPB 116-F-20-1-1.
118
07/2010/G/14,
B11584E-MR-5-2-3-1-2
B11584E-MR-5-2-3-1-2,
Situpatenggang,
kecuali
Namun demikian,
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 semua genotip memiliki bobot 1000 biji
G9,
yang baik, karena varietas unggul padi
B11584E-MR-5-2-3-1-2
memiliki
diharapkan memiliki bobot 1000 biji
yang
kedua
sekitar 25 gram (Kush, 1996).
pembanding. Genotip lainnya memiliki
Rata-rata
padi
gogo
sama
dengan
dan hasil
varietas
di
hasil di bawah kedua varietas pembanding.
Kabupaten Banjarnegara disajikan pada
Tabel 6 menunjukkan genotip B1215D-
Tabel 6. Kedua varietas pembanding di
MR-4, Bio 162-AC-BLAS 6, UNSOED
Kabupaten Banjarnegara memiliki hasil
G9,
yang tinggi yaitu 7,27 t/ha untuk Situ
B11584E-MR-5-2-3-1-2
Patenggang dan 7,05 t/ha untuk Batutegi.
yang tinggi jika di tanam di Kabupaten
Hasil ini melebihi potensi hasil yang
Banjarnegara berdasarkan karakter hasil.
tercantum dalam Deskripsi Varietas Situ
Selain itu, genotip B1215D-MR-4, Bio
Patenggang (6,0 t/ha) dan Batutegi (6,0
162-AC-BLAS 6, UNSOED G9, IR79971-
t/ha) (Suprihatno, 2010). Genotip B1215D-
B-13-2-27-B-B, dan B11584E-MR-5-2-3-
MR-4 merupakan satu-satunya genotip
1-2 memilikikomponen hasil yang baik.
memiliki hasil sama dengan varietas
Oleh karenanya genotip kelima genotip
pembanding Situpatenggang dan lebih
tersebut
tinggi dari varietas pembanding Batutegi.
Kabupaten Banjarnegara sebagai padi gogo
Genotip Bio 162-AC-BLAS 6, UNSOED
berdaya hasil tinggi.
Tabel 6.
hasil
IR79971-B-13-2-27-B-B
IR79971-B-13-2-27-B-B,
berpotensi
memiliki
dikembangkan
dan hasil
di
Rata-rata bobot 1000 biji dan hasil genotip padi gogo di Kabupaten Banjarnegara
Genotip Bobot 100 biji (g) Hasil (t/ha) Bio 162-AC-BLAS 6 24,85 e 6,23 cd WI-43 27,52 cde 4,26 ef UNRAM 07/2010/G/14 30,74 a-d 5,36 de UNRAM 06/2010/G-17-18 28,87 a-e 5,16 de UNSOED G9 31,81 abc 7,50 ab UNSOED G13 28,85 a-e 3,53 f IR79971-B-191-B 31,52 abc 4,39 ef IR79971-B-13-2-27-B-B 28,29 b-e 7,74 ab B11584E-MR-5-2-3-1-2 32,57 ab 7,35 ab B1215D-MR-4 31,56 abc 8,37 a IPB 140-F-6-1-1 32,89 a 5,60 d IPB 116-F-20-1-1 26,45 de 2,32 g Situpatenggang 32,03 ab 7,27 abc Batu tegi 30,45 a-d 7,05 bc Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
119
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 KESIMPULAN Genotip yang menunjukkan hasil tinggi dan komponen hasil yang baik di Kabupaten Banjarnegara adalah B1215DMR-4 (8,37 t/ha), Bio 162-AC-BLAS 6 (6,23 t/ha), UNSOED G9 (7,50 t/ha), IR79971-B-13-2-27-B-B
(7,74
t/ha),
B11584E-MR-5-2-3-1-2 (7,35 t/ha), Situ Patenggang (7,27 t/ha) dan Batutegi (7,05 t/ha). UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Konsorsium Padi Nasional, Balai Besar
Penelitian
Tanaman
Padi,
Kementerian Pertanian Indonesia, dan Direktorat
Pendidikan
Tinggi,
Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anwar, K., R. Damanhuri, dan S. Partohardjono. 1986. Hubungan Antara Sifat – Sifat Pertumbuhan Padi dengan Daya Hasil dan Tanggapan Pemupukan N. Hal 13 – 19. Dalam J. Soejitno, Sumarno, M. Amin dan A. Djauhari (Eds). Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Bobihoe, J. 2010. Peningkatan produksi padi melalui pelaksanaan IP-400. (on-line), http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/i ndex.php.com.peningkatan_produksi _ padi_melalui_pelaksanaan_IP_400 &brosurleaflet&item. diakses 19 Juni 2011.
120
BB Padi. 2009. Indeks pertanaman padi 400 strategi, kebijakan, program dan uji coba. (On-line), http://www.litbang.deptan.go.id/pres s/one/18/pdf/IndeksPertanamanPadi4 00Strategi,Kebijakan,ProgramdanUji Coba.pdf diakses 5 Juni 2011. Carsono, N. 2008. Peran pemuliaan tanaman dalam meningkatkan produksi pertanian di Indonesia. (Online), http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/ uploads/2009/ 08/peran pemuliaan _tanaman.pdf diakses 5 September 2010. Departemen Pertanian. 1998. Pedoman Bercocok Tanam Padi Palawija Sayur-sayuran. Departemen Pertanian Satuan Penendali Bimas, Jakarta. 281 hal. Deptan. 2011. Basis Data Pertanian. Departemen Pertanian. http://database.deptan.go.id /bdsp/hasil_kom.asp. diakses tanggal 7 Juni 2010. Firdaus, Yanda dan Ardi. 2000. Penampilan Sifat Agronomis Beberapa Galur Padi Gogo dataran Rendah. Jurnal Agron Universitas Jambi. 4(2) : 22 – 27. IRRI. 2002. Standard Evaluation System for Rice (SES). International Rice Research Institute (IRRI). Los Banos. Philipines. 56 p. Jumakir and J. Bobihoe. 2010. Ketersediaan Teknologi dan Peluang Peningkatan Produksi Padi IP 300 di Lahan Sawah Semi-Intensif Kecamatan Batang Asam, Kaupaten TanjungJabung Barat, Jambi. Dalam: Sarlan A., H.M.Toha dan A. Gani (Eds). Inovasi Teknologi Padi Untuk Mempertahankan Swasembada dan Mendorong Ekspor Beras. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Padi 2009, Buku 2, hal 45-365.
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 Kush, G. S. 1996. Prospect and Approach to Increasing the Genetic Yield Potential of Rice. Book of Abstract of Rice Research in Asia. Progress and Priorities, IRRI, Philippine. Pp. 5971. Ma, J., W. Ma, D. Ming, S. Yang, Q. Zhu. 2006. Characteristics of rice plant with heavy panicle. Agricultural Sciences in China 5(12):101-105. Ruchjaningsih, A. Imran, M. Thamrin dan Z. Karno. 2000. Penampilan Fenotipik dan Beberapa Parameter Genetik 8 Kultivar Kacang Tanah pada Lahan Sawah. Zuriat. 11(1) : 8 – 15. Sabouri, H and M. Nahvi. 2009. Identification of Major and Minor Genes Associated with Heading Date in an Indica x Indica Cross of Rice (Oryza Sativa L.). International Journal of Plant Production, 3(1): 105-114. Sembiring, H. 2010. Ketersediaan Inovasi Teknologi Unggulan Dalam Meningkatkan Produksi Padi Menunjang Swasembada dan Ekspor. Dalam: Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, S.E. Baihaki dan Sudir (Eds). Inovasi Teknologi Padi Untuk Mempertahankan Swasembada dan Mendorong Ekspor Beras. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Padi 2009, Buku , hal 1-16 Suprihatno, et al. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Susanto, U. E. Purnawati., R.H. Wening dan L. Mardiani. 2010. Karakterisasi Pertumbuhan Tanaman Padi terkait Umur dan Daya Hasil. Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, S.E. Baihaki dan Sudir (Eds). Inovasi Teknologi Padi Untuk
Mempertahankan Swasembada dan Mendorong Ekspor Beras. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Padi 2009, Buku 1, hal 73-88. Taslim, Haeruddin. S., Partohardjono, dan Djunainah. 1989. Bercocok Tanam Padi Sawah. Buku Padi 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 652 hal. Toha,
H.M. 2007. Peningkatan Produktivitas Padi Gogo melalui Penegrapan Pengelolaan Tanaman Terpadu dengan Introduksi Varietas Unggul. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 26(3):180-187.
Totok, A.D.H, Suwarto and T. Yoshida. 2008. Yield Stability of Aromatic Upland Rice with High Yielding Ability in Indonesia. Plant Prod. Sci. 11 (1): 96-103. 2008. -----------------, Suwarto, A. Riyanto, D. Susanti, I.N. Kantun dan Suwarno. Pengaruh Waktu Tanam dan Genotipe Padi Gogo terhadap Hasil. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 30(1): 17-22. Wijanarko, A., A. Taufiq, dan A.A. Rahmianna. 2009. Pengaturan Jarak Tanam Ubikayu dan Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Banjarnegara (Online). http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/ index.php?option=com_ content&task=view&id=231&Itemid =269. Diakses pada 31 Mei 2010. Yamin, M., M. D. Moentono. 2005. Seleksi Beberapa Kultivar Padi untuk Kuat Batang dan Ketahanan Rebah. Ilmu Pertanian 12(1) : 32-42. Yoshida, S. 1981. Fundamental of rice Crop Science. IRRI. Los Banos. Philippines. 269p.
121