MAKARIM DAN IKHWANI: PERLAKUAN AGRONOMIS PADA PADI
Respon Komponen Hasil Varietas Padi terhadap Perlakuan Agronomis Abdul Karim Makarim1 dan Ikhwani2 1 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9 Sukamandi, Subang, Jawa Barat 2 Puslitbang Tanaman Pangan Jl. Merdeka 147 Bogor
ABSTRACT. Yield Responses of two Rice Varieties to Agronomic Treatments. Yield components have important roles on determining the actual rice yield. Modification of rice yield components, either by cultural practices or through breeding may increase yield. However, to increase one component of the yield may also affect the other components. The objectives of this experiment were to study the effects of agronomical treatments (plant spacings and N fertilizer application) on yield components of two rice varieties (IR64 and NPT Fatmawati). Field experiments were conducted during 2005 dry season and 2005/2006 wet season, at Muara Research station, Bogor. The design of the experiment was a split-split plot with three replications. The main plots were rice varieties (IR64 and Fatmawati); three plant spacings were as sub plots, namely: equal spacing (25 cm x 25 cm), “Jajar Legowo” 2:1 (20-30 cm) x 10 cm, and direct seeding (15 cm x 5 cm). The sub-sub plots were rate of urea-N applications at four plant ages: 7 dat – 21 dat – 42 dat – 60 dat, namely: (1) 100-100100-0; (2) 100-0-100-100; (3) 50-50-100-100; and (4) 100-100-0100 kg urea/ha. Results of the two season experiments consistently indicated that NPT Fatmawati showed different characteristics compared with IR64 in various traits, including: (a) longer panicle; (b) more number of grains per panicle (empty, filled and total). However, NPT Fatmawati has twice as much empty grains per panicle as IR64; and it has half number of panicles per hill as compare to IR64. Weight of 1000 filled grains of the two varieties are relatively similar, namely 29.0 gram (IR64) and 30.6 gram (Fatmawati). Grain yield of IR64 (6405 kg/ha) is significantly higher than that of the NPT Fatmawati (5364 kg/ha). The denser the plant population is, the shorter the panicle length, the smaller numbers of total filled and empty grains per panicle, but it resulted in more number of panicles per m 2 and heavier 1000 grain weight, that cause the higher rice yields for both varieties. Plants in the highest population turned yellowing started at about 49 dat due to N deficiency. Thus, the yield could be increased further by more urea application. K application is also being suggested to prevent disease problem. Keywords: Rice variety, plant spacing, N application, yield components ABSTRAK. Komponen hasil mempunyai peranan penting dalam menentukan hasil aktual tanaman padi. Memodifikasi komponen hasil, baik melalui budi daya atau pemuliaan, hasil padi berpeluang dapat ditingkatkan. Namun, permasalahannya adalah perbaikan satu komponen hasil dapat mempengaruhi kualitas komponen hasil lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari respon komponen hasil dari dua varietas padi (IR64 dan VUTB Fatmawati) terhadap perlakuan agronomis. Percobaan dilaksanakan selama dua musim tanam, MK 2005 dan MH 2005/06, menggunakan rancangan petak-petak terpisah dengan tiga ulangan. Varietas adalah sebagai petak utama. Jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm, jajar legowo 2:1 (20-30 cm) x 10 cm, dan tanam benih langsung 15 cm x 5 cm sebagai anak petak. Empat alokasi pupuk N (urea) pada
148
umur tanaman 7 HST – 21 HST – 42 HST – 60 HST, yaitu (1) 100100-100-0; (2) 100-0-100-100; (3) 50-50-100-100; (4) 100-100-0100 kg urea/ha dirancang sebagai anak-anak petak. Hasil percobaan selama dua musim tanam secara konsisten menunjukkan bahwa VUTB Fatmawati memiliki sifat berbeda dengan IR64: (a) malai lebih panjang (28,7 cm) dibanding IR64 (24,3 cm); (b) jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa per malai lebih banyak dibanding IR64; Namun VUTB Fatmawati memiliki kehampaan gabah dua kali lipat lebih banyak dan jumlah malai per rumpun setengah dari IR64. Bobot 1.000 butir gabah isi kedua varietas tersebut relatif sama yaitu 29,0 g (IR64) dan 30,6 g (Fatmawati). Pada kondisi komponen hasil seperti ini, hasil IR64 (6.405 kg GKG/ ha) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan VUTB Fatmawati, (5.364 kg GKG/ha). Semakin rapat populasi tanaman, semakin pendek malai, dan jumlah gabah (total, isi, hampa) per rumpun menurun. Namun jumlah malai/m 2 dan bobot 1.000 butir gabah meningkat, sehingga hasil kedua varietas meningkat. Pada pertanaman paling rapat, daunnya kekuning-kuningan karena kahat N, sehingga memerlukan tambahan pupuk N dan K untuk meningkatkan hasil dan mencegah penularan penyakit. Kata kunci: Varietas padi, jarak tanam, pemupukan N, komponen hasil
asil padi ditentukan oleh komponen hasilnya, sedangkan komponen hasil ditentukan oleh genetik tanaman maupun faktor lingkungan (iklim, hara/tanah dan air) (Matsushima 1995). Komponen hasil yang terdiri atas jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah hampa, dan bobot 1000 butir memang khas untuk suatu varietas. Varietas unggul tipe baru (VUTB) Fatmawati, misalnya, memiliki keunggulan dalam jumlah gabah per malai (sinks) yang hampir mencapai 400, dua kali lipat varietas unggul biasa, namun jumlah malai per rumpun dan persentase gabah isinya rendah (Makarim et al. 2004); Sebaliknya, varietas unggul lainnya memiliki jumlah malai per rumpun yang banyak, namun jumlah gabah per malai berkisar antara rendah-sedang sehingga hasil aktualnya sama atau sedikit lebih rendah dibanding VUTB (Makarim et al. 2005). Lingkungan berpengaruh terhadap komponen hasil. Ismail et al. (2003) melaporkan bahwa bobot 1000 butir gabah berkorelasi dengan curah hujan dan kadar air tanah. Gabah isi dan jumlah malai per rumpun berkorelasi dengan tegangan dan status air tanah. Persentase kehampaan ditentukan oleh suhu udara
H
JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 27 NO. 3 2008
pada fase kritis, yaitu saat terjadinya meiosis (9-12 hari sebelum pembungaan) dan pada saat pembungaan (Shihua et al. 1991). Suhu dingin pada saat meiosis atau suhu panas atau dingin pada saat pembungaan menyebabkan tingginya sterilitas. Sebaliknya, pengelolaan air (digenangi terus dan intermittent) tidak nyata pengaruhnya terhadap bobot 1000 butir gabah, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah per malai maupun jumlah malai per rumpun varietas Way Apoburu (Setiobudi et al. 2003). Pemberian pupuk N secara bertingkat dari 0 hingga 195 kg N/ha meningkatkan jumlah malai per rumpun dua kali lipat (dari 7,1 menjadi 15,8 malai), jumlah gabah per malai (dari 80,8 menjadi 100,5 butir); jumlah gabah isi per malai (dari 70,8 menjadi 93,1 butir); dan bobot 1.000 butir dari (23,5 g menjadi 25,9 g). Abdulrachman et al. (2004) melaporkan bahwa pemberian pupuk N, P, K dan kombinasinya pada varietas IR64 di Sukamandi berpengaruh terhadap jumlah malai per rumpun dan jumlah gabah per malai, namun tidak berpengaruh terhadap bobot 1000 butir gabah. Syafruddin et al. (2003) melaporkan pula bahwa pemupukan N secara konsisten menambah panjang malai, dan menurunkan persentase gabah hampa varietas Kapuas, Lematang, Lalan, dan Cisanggarung pada lahan sawah bukaan baru dan lahan rawa. Koyama et al. (1973) menyimpulkan pemberian N pada fase awal pertumbuhan tanaman dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah anakan yang bila dapat dipertahankan hidup, misalnya dengan pemberian pupuk N fase primordia, dapat meningkatkan jumlah malai per tanaman dan jumlah gabah per malai. Umur bibit dan jumlah bibit per rumpun berhubungan dengan jumlah anakan produktif. Deyun et al. (1991) melaporkan bahwa jumlah anakan produktif yang optimal (>4,5 juta anakan/ha atau >450 per m2) merupakan persyaratan tercapainya hasil yang tinggi. Kondisi tersebut dapat dicapai bila populasi tanaman 0,7-3 juta rumpun/ha atau 70-300 rumpun/m2. Pada suhu yang dingin, fase pembentukan anakan akan lebih lama, sehingga jumlah anakan lebih banyak dibandingkan bila suhu udara panas. Dengan kata lain, untuk mencapai jumlah anakan produktif yang seimbang diperlukan
jumlah bibit yang lebih banyak pada musim atau tempat dengan suhu udara yang lebih tinggi. Namun, bibit yang ditanam muda (DS= 0,2) memiliki anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan bibit yang lebih tua (DS= 0,36). Dengan demikian, populasi optimum untuk mencapai hasil maksimum tidak konstan, tetapi berkaitan dengan umur bibit, jumlah bibit dan musim atau kondisi iklim atau ketinggian tempat. Menyadari pentingnya peran komponen hasil dalam menentukan hasil aktual tanaman padi, maka modifikasi komponen hasil melalui teknik budi daya atau pemuliaan tanaman akan sangat bermanfaat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari respon komponen hasil dari dua varietas padi (IR64 dan VUTB Fatmawati) terhadap perlakuan agronomis, seperti jarak tanam dan alokasi waktu pemberian pupuk N.
BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di KP Muara, Bogor, Jawa Barat selama dua musim tanam (MK 2005 dan MH 2005/06). Jenis tanah lokasi percobaan adalah Latosol cokelat atau kaolinitic, isohyperthermic Haplorthox menurut taksonomi tanah. Rancangan percobaan adalah petakpetak terpisah dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah dua varietas padi yaitu IR64 (V1) dan Fatmawati (V2); Anak petak adalah jarak tanam, yaitu tegel 25 cm x 25 cm (J1), jajar legowo 2:1 (20-30 cm) x 10 cm (J2), dan tanam benih langsung 15 cm x 5 cm (J3) untuk MK 2005 dan tanam bibit muda (14 HSS) 15 cm x 5 cm (J3) untuk MH 2005/06 atau masing-masing setara dengan populasi 160.000, 400.000 dan 1.320.000 rumpun/ha. Sebagai anak-anak petak adalah waktu pemberian pupuk N dengan empat kombinasi perlakuan seperti disajikan pada Tabel 1. Ukuran petak terkecil atau anak-anak petak adalah 5 m x 6 m. Pengamatan dilakukan terhadap komponen hasil seperti jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot 1000 butir gabah isi, dan panjang malai, diamati dengan cara mengambil dua rumpun tanaman contoh per petak. Tanaman contoh tersebut diambil dari rumpun di luar petak ubinan
Tabel 1. Perlakuan percobaan waktu dan takaran pemberian pupuk untuk memodifikasi komponen hasil padi. Saat tanam Perlakuan pemupukan
P1 P2 P3 P4
SP36 (kg/ha)
KCl (kg/ha)
7 HST Urea (kg/ha)
21 HST Urea (kg/ha)
42 HST Urea (kg/ha)
60 HST Urea (kg/ha)
200 200 200 200
100 100 100 100
100 100 50 100
100 0 50 100
100 100 100 0
0 100 100 100
149
MAKARIM DAN IKHWANI: PERLAKUAN AGRONOMIS PADA PADI
HASIL DAN PEMBAHASAN IR64 merupakan varietas padi yang paling umum ditanam petani di seluruh pesawahan di Indonesia, meskipun kini sudah mulai tergeser oleh varietas unggul baru (VUB) hasil tinggi, semi tipe baru seperti Gilirang dan Cimelati, dan padi tipe baru seperti Fatmawati. Varietas-varietas tersebut memiliki berbagai keunggulan terutama hasil tinggi, sama atau bahkan melebihi hasil IR64 namun juga memiliki kelemahan. Penampilan Varietas Fatmawati dan IR64 MK 2005 Malai dan gabah dari varietas IR64 dan Fatmawati memiliki penampilan yang berbeda. VUTB Fatmawati memiliki malai yang lebih panjang (28,7 cm) dibandingkan IR64 (24,3 cm). Jumlah gabah/malai, jumlah gabah isi dan hampa/malai juga lebih banyak pada VUTB Fatmawati dibanding IR64 (Tabel 2). Namun VUTB Fatmawati memiliki kehampaan gabah yang dua kali lipat lebih banyak dan jumlah malai/rumpun setengah dari jumlah malai IR64. Bobot 1.000 butir gabah isi kedua varietas relatif sama yaitu 29,0 g (IR64) dan 30,6 g (Fatmawati). Pada kondisi demikian, maka varietas IR64 (6.405 kg GKG/ha) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan hasil VUTB Fatmawati (5.364 kg GKG/ha). Pengaruh jarak tanam atau populasi tanaman terhadap hasil gabah kedua varietas tersebut disajikan pada Gambar 1. Semakin rapat populasi tanaman, semakin tinggi hasil kedua varietas. Kenaikan hasil pada populasi yang paling rapat (jarak tanam 15 cm x 5 cm) sebenarnya masih dapat ditingkatkan apabila tidak terjadi kekurangan hara
N. Pada perlakuan tanam benih rapat (J3) daun tanaman kekuning-kuningan, konsisten pada semua petak J3. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Pupuk N terhadap Komponen Hasil, MK 2005 Pada varietas IR64, jarak tanam berpengaruh nyata terhadap semua komponen hasil yang diamati, kecuali persentase gabah hampa (Tabel 3). Jarak tanam dapat diekspresikan sebagai populasi tanaman atau jumlah rumpun/ha. Populasi tanaman untuk jarak tanam 25 cm x 25 cm (J1), legowo 2:1 dengan jarak tanam (20-30 cm) x 10 cm (J2) dan tanam benih 15 cm x 5 cm (J3) masingmasing adalah 160.000, 400.000, dan 1.320.000. Jumlah malai/rumpun menurun drastis dari 35,5 menjadi 22,1 dengan semakin rapatnya jarak tanam (25 cm x 25 cm dibandingkan legowo 2:1). Namun dengan jarak tanam lebih rapat, yaitu pada sebar benih langsung (15 cm x 5 cm), jumlah malai per rumpun tidak berkurang lagi. Jarak tanam yang relatif lebih lebar atau populasi rendah (25 cm x 25 cm) memiliki malai yang nyata lebih panjang dibandingkan dengan populasi lebih rapat (legowo dan sebar benih 15 cm x 5 cm). Jumlah gabah/malai juga menurun dengan semakin rapatnya jarak tanam. Hal ini diikuti oleh penurunan jumlah gabah isi maupun gabah hampa/malai sehingga persentase gabah hampa relatif tetap.
7000 Hasil gabah (kg GKG/ha)
selanjutnya dimasukkan ke dalam kantung kain dan plastik untuk mencegah kehilangan gabah/rontok/tercecer. Hasil gabah diukur dari ubinan seluas 3 m x 3 m. Analisis data menggunakan program Minitab. Semua data pengamatan dimasukkan ke dalam sheet, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi sesuai untuk rancangan petak-petak terpisah.
6500
IR64
6000 5500 5000
Fatmawati
4500 4000 3500 3000 160.000
400.000
1.320.000
Populasi tanaman (rpn/ha)
Gambar 1. Pengaruh jarak tanam/populasi terhadap hasil dua varietas padi. Muara, Bogor, MK 2005.
Tabel 2. Perbedaan komponen hasil dan hasil padi varietas IR64 dan Fatmawati. Muara, Bogor, MK 2005.
Varietas
IR64 Fatmawati
150
Jumlah malai/ rumpun
Panjang malai (cm)
Jumlah gabah isi/ malai
Jumlah gabah hampa/ malai
Total gabah/ malai
Gabah hampa (%)
Bobot 1.000 butir (g)
Hasil (kg GKG/ ha)
26,6 13,0
24,3 28,7
81,0 122,0
23,9 117,1
104,9 239,1
22,8 49,1
29,0 30,6
6405 5364
JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 27 NO. 3 2008
Tabel 3. Pengaruh jarak tanam dan pemberian pupuk N terhadap komponen hasil padi varietas IR64 dan Fatmawati. Muara, MK 2005. Jumlah malai per rumpun
Panjang malai (cm)
IR64 25 cm x 25 cm Legowo 2:1 Benih 15 cm x 5 cm
35,5 22,1 22,3
25,3 22,6 24,9
91,8 80,4 70,7
P1 P2 P3 P4
(1-1-1-0) (1-0-1-1) (1/2-1/2-1-1) (1-1-0-1)
29,5 24,3 28,0 24,6
23,2 25,8 25,9 22,2
Fatmawati 25 cm x 25 cm Legowo 2:1 Benih 15 cm x 5 cm
15,9 11,4 13,9
P1 P2 P3 P4
11,2 12,7 15,4 12,5
Varietas/jarak tanam
(1-1-1-0) (1-0-1-1) (1/2,1/2,1,1) (1-1-0-1)
Jumlah gabah isi/ malai
Jumlah gabah hampa/ malai
Jumlah gabah total/ malai
Gabah hampa (%)
27,2 24,0 20,5
119,0 104,5 91,2
22,8 23,0 22,5
80,2 81,4 86,7 75,6
25,7 28,2 22,7 18,9
105,9 109,6 109,4 94,5
24,7 25,9 20,8 19,8
33,9 25,6 26,5
146,2 110,7 109,0
141,9 106,7 102,8
288,0 217,4 211,8
49,2 49,5 48,6
26,0 27,2 30,4 31,1
97,6 130,8 126,5 132,8
116,9 111,4 135,7 104,5
214,6 242,2 262,2 237,3
54,6 46,0 52,0 43,9
Tabel 4. Perbedaan penampilan varietas IR64 dan Fatmawati berdasarkan komponen hasil dan hasil padi, Muara, Bogor, MH2005/06.
Varietas
IR64 Fatmawati
Jumlah malai per m2
Panjang malai (cm)
Jumlah gabah isi/ malai
Jumlah gabah hampa/ malai
Total gabah/ malai
Gabah hampa (%)
Bobot 1.000 butir (g)
Hasil (kg GKG/ ha)
420,0 227,7
22,9 26,5
91,7 169,8
18,9 87,0
112,8 261,5
17,7 33,3
26,9 29,2
5785 5437
Tendensi yang sama juga ditunjukkan oleh VUTB Fatmawati dengan tingkat penurunan yang lebih tajam akibat bertambahnya populasi tanaman, kecuali jumlah malai/rumpun. Panjang malai menurun dari 33,9 cm menjadi sekitar 26 cm. Jumlah gabah total/malai menurun dari 288 butir menjadi 212 butir/malai. Penurunan ini kemungkinan akibat berkurangnya hara N pada tanaman akibat persaingan dalam penyerapan hara N. Hal ini juga menandakan bahwa panjang malai dan jumlah gabah/malai VUTB Fatmawati tidak stabil. Faktor lingkungan lebih banyak berpengaruh atau ikut menentukan kedua parameter tersebut. Namun jumlah malai/rumpun dan persentase gabah hampa VUTB Fatmawati relatif stabil, artinya tidak banyak dipengaruhi oleh perlakuan atau lingkungan. Oleh karena itu kedua karakter tersebut lebih banyak ditentukan oleh sifat genetik. Penurunan jumlah malai per rumpun tidak linier dengan semakin rapatnya populasi tanaman. Hal ini kemungkinan karena tidak terjadinya planting shock pada perlakuan benih sebar langsung seperti yang biasa terjadi pada tanam pindah (transplanting). Seperti
diketahui, bibit padi yang ditanam pindah mengalami transplanting shock. Semakin tua bibit yang ditanam semakin besar shock yang dialami yang ditunjukkan oleh lamanya recovery tanaman muda. Semakin lama recovery atau planting shock, semakin lambat keluarnya anakan sehingga jumlah anakan semakin sedikit. Tidak adanya transplanting shock mengakibatkan tanaman muda cepat berkembang, menghasilkan anakan, dan semakin cepat panen. Dalam percobaan ini masak gabah pada perlakuan tanam benih langsung lebih cepat 10 hari dari pertanaman tanam pindah. Penampilan Varietas Fatmawati dan IR64, MH 2005/06 Hasil dan komponen hasil kedua varietas MH 2005/06 konsisten menyerupai hasil dan komponen hasil pada MT 1 (MK 2005) (Tabel 4). Malai dan gabah dari kedua varietas tersebut memiliki penampilan berbeda. VUTB Fatmawati memiliki malai yang lebih panjang yaitu 26,5 cm dibanding IR64 yang hanya 22,9 cm. Jumlah gabah dan jumlah gabah isi per malai Fatmawati dua kali lipat
151
MAKARIM DAN IKHWANI: PERLAKUAN AGRONOMIS PADA PADI
lebih banyak dari IR64, serupa dengan musim tanam sebelumnya (Tabel 2). Namun Fatmawati memiliki persen kehampaan gabah dua kali lipat lebih banyak dibanding IR64 dan jumlah malai per rumpun lebih sedikit, yaitu setengah dari jumlah malai per rumpun IR64. Bobot 1000 butir gabah isi kedua varietas sedikit berbeda yaitu 26,9 g pada IR64 dan 29,2 g pada Fatmawati. Pada MH 2005/06 hasil varietas IR64 rata-rata 5.785 kg/ha, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil VUTB Fatmawati 5.437 kg/ha. Pengaruh jarak tanam atau populasi tanaman terhadap hasil kedua varietas disajikan pada Gambar 2. Semakin rapat populasi tanaman, semakin tinggi hasil kedua varietas. Hasil padi pada populasi yang paling rapat (jarak tanam 15 cm x 5 cm) sebenarnya masih dapat ditingkatkan apabila tidak terjadi kekurangan hara N.
Hasil gabah (kg/ha)
7.000 6.500
IR64 Fatmawati
6.000 5.500 5.000 160.000
400.000
1.320.000
Populasi tanaman (rpn/ha)
Gambar 2. Pengaruh jarak tanam/populasi terhadap hasil dua varietas padi. Muara, Bogor, MH 2005/06.
Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Pupuk N terhadap Hasil dan Komponen Hasil, MH 2005/06 Sama halnya dengan hasil musim tanam sebelumnya (MK 2005), untuk MH 2005/06 pembahasan pengaruh perlakuan terhadap komponen hasil disajikan terpisah antara IR64 dan VUTB Fatmawati (Tabel 5). Kedua varietas yang diuji ini memiliki karakteristik komponen hasil tanaman yang berbeda seperti telah dibahas sebelumnya. Data pengamatan menunjukkan bahwa semakin rapat populasi tanaman semakin tinggi hasil gabah kedua varietas yang diuji. Pada Tabel 5 nampak pengaruh negatif jarak tanam rapat (J3) terhadap komponen hasil. Pada varietas IR64, jarak tanam yang terlalu rapat mengurangi panjang malai, menurunkan jumlah gabah isi, gabah total per malai, dan jumlah malai per rumpun. Namun jarak tanam rapat sangat nyata menambah jumlah malai/m2 dan menaikkan bobot 1000 butir gabah isi, sehingga nyata meningkatkan hasil gabah. Pada VUTB Fatmawati, komponen hasilnya sangat labil, sangat nyata dipengaruhi oleh jarak tanam. Jarak tanam rapat nyata mengurangi panjang malai, menurunkan jumlah gabah isi, gabah total per malai, dan jumlah malai per rumpun. Namun jarak tanam rapat juga sangat nyata menambah jumlah malai/m2, bobot 1.000 butir gabah isi, dan mengurangi jumlah gabah hampa. Jarak tanam rapat juga nyata meningkatkan hasil gabah. Pengaruh waktu pemberian pupuk urea terhadap hasil dan komponen hasil kedua varietas tidak sejelas pengaruh jarak tanam. Pada IR64, pemberian urea pada
Tabel 5. Pengaruh jarak tanam dan pemberian pupuk N terhadap hasil dan komponen hasil dua tipe varietas padi. Muara, Bogor, MH 2005/06.
Perlakuan
Hasil (kg GKG/ha)
Panjang malai (cm)
Jumlah gabah isi/ malai
Jumlah Jumlah Persentase Jumlah gabah gabah total/ gabah malai per hampa/malai malai hampa rumpun
Bobot 1.000 butir (g)
Jumlah malai/m2
IR64 25 cm x 25 cm Legowo 2:1 15 cm x 5 cm
5.975 b 6.458ab 6.781a
23,5 22,9 22,3
102,9 91,7 80,4
22,5 20,1 21,0
125,4 111,7 101,4
17,8 17,7 17,6
18,7a 10,8b 5,9c
26,3b 26,9b 27,6a
299,0c 432,5b 528,5a
P1 (1-1-1-0) P2 (1-0-1-1) P3(1/2,1/2,1,1) P4(1-1-0-1)
6.237a 6.196a 5.996ab 5.456b
23,1 22,9 22,7 23,0
91,2 88,0 87,7 99,8
19,5 19,3 19,4 26,5
110,8 107,2 107,1 126,2
17,5 17,8 18,0 17,7
11,7 12,0 11,9 11,7
26,8 27,1 27,0 26,8
436,2 404,2 421,9 417,6
Fatmawati 25 cm x 25 cm Legowo 2:1 15c m x 5 cm
5.598c 6.044b 6.624a
27,5a 26,9b 25,2c
196,3a 175,5b 137,7c
115,9a 83,9b 61,2c
312,2a 259,4b 198,8c
37,1a 32,2b 30,4b
8,8a 5,8b 3,3c
28,5b 29,0ab 30,0a
141,0c 230,0b 312,1a
P1 (1-1-1-0) P2 (1-0-1-1) P3(1/2,1/2,1,1) P4(1-1-0-1)
5.537bc 5.491c 5.638ab 5.714a
27,1 27,1 26,3 25,6
157,9 183,4 175,0 163,0
111,5 88,3 82,7 65,5
269,4 271,8 257,6 228,5
41,1 31,7 32,0 28,2
6,2 5,9 5,8 5,9
28,8 29,0 29,4 29,5
243,7 218,7 220,2 228,2
Pada selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT
152
JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 27 NO. 3 2008
fase akhir cenderung kurang bermanfaat, sedangkan pada VUTB Fatmawati diperlukan. Oleh karena itu, perlakuan pada P1 IR64 lebih baik dibanding perlakuan lainnya. Pada Fatmawati, P4 yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena VUTB Fatmawati memerlukan banyak hara (terutama N) pada fase akhir pertumbuhan untuk mendukung pengisian gabah yang jumlahnya sangat banyak melalui anakan tanaman yang sedikit jumlahnya dibanding varietas lain seperti IR64. Hal ini yang menyebabkan VUTB Fatmawati (anakan sedikit, malai panjang dan gabah per malai lebat) kurang menguntungkan dalam penyediaan sources, di mana sinks (gabah) yang dihasilkan harus ditopang oleh anakan yang jumlahnya sedikit. Pada varietas IR64 (anakan banyak), sinks (gabah/hasil) ditopang oleh banyak anakan (sources). Alternatif pemecahannya adalah kualitas anakan pada VUTB harus jauh lebih baik dari anakan varietas unggul biasa, terutama dalam hal penyerapan hara dan penangkapan radiasi surya (luas permukaan dan kehijauan warna daun).
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Varietas VUTB Fatmawati mempunyai karakteristik komponen hasil yang berbeda dengan IR64 dan lebih peka terhadap lingkungan. Namun terdapat beberapa kesamaan respon terhadap perlakuan populasi (jarak tanam). 2. Persentase gabah hampa yang tinggi pada VUTB Fatmawati disebabkan oleh malai yang panjang dan jumlah gabah per malai yang banyak sebagai sinks yang besar, hanya ditopang (sources) oleh beberapa anakan, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan hara dan karbohidrat. 3. Pada varietas IR64 dan Fatmawati, semakin rapat populasi tanaman (jarak tanam rapat), semakin pendek malai yang dihasilkan, semakin berkurang jumlah gabah hampa dan gabah isi/ malai. Namun hasilnya meningkat dengan semakin rapatnya populasi/jarak tanam, terutama akibat bertambahnya jumlah malai dan bobot 1.000 butir. 4. Pada tanam rapat (populasi tinggi) besar kemungkinan terjadinya kahat hara N, sehingga hasil gabah tidak maksimal. Oleh karena itu, perlu tambahan pupuk N dari 300 kg urea menjadi 400 kg urea/ha (atau dari 135 kg N menjadi 180 kg N/ha). Pemberian hara K tambahan juga diperlukan, karena pada populasi rapat iklim mikro lebih lembab sehingga tanaman rentan terhadap penyakit.
5. Disarankan untuk membuktikan hipotesis bahwa dengan mencukupkan hara (terutama N) di akhir fase pertumbuhan VUTB Fatmawati (melalui tanah dan daun) dalam upaya peningkatan kualitas anakan, dapat meningkatkan hasil gabah secara signifikan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa VUTB Fatmawati memiliki jumlah gabah yang banyak yang perlu dicukupi melalui anakan yang sedikit jumlahnya.
DAFTAR PUSTAKA Abdulrachman, S., Z. Susanti, dan Suhana. 2004. Efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman padi selama dua musim berturut-turut. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 23(2):6572. Deyun, P., W. Zhaoqian, and Y. Lijiao. 1991. Simulation of tillering and potential production of indica rice. In. F.W.T. Penning de Vries et al. (Eds.). Simulation and systems analysis for rice production (SARP). Pudoc, Wageningen. p. 94-101. Ismail, B.P., B. Suprihatno, H. Pane, dan I. Las. 2003. Pemanfaatan penciri abiotik lingkungan tumbuh dalam seleksi simultan galur padi gogorancah toleran kekeringan. Dalam: B. Suprihatno et al. (Eds.) Buku 2: Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. p. 319-328. Koyama, T., C. Chammek, and N. Niamsrichand. 1973. Nitrogen application technology for tropical rice as determined by field experiments using 15 N tracer technique. Tropical Agriculture Research Center Tech. Bull. 3:37-49. Makarim, A.K., I. Las, A.M. Fagi, I.N. Widiarta, dan D. Pasaribu. 2004. Padi Tipe Baru. Budi daya dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu. Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. 48 p. Makarim, A.K., E. Suhartatik, dan Ikhwani. 2005. Optimalisasi komponen hasil varietas padi. Laporan akhir. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. 80 p. Matsushima, S. 1995. Physiology of high yielding rice plants from the viewpoint of yield components (chapter 8). In. Matsuo et al. (Eds). Science of the rice plant. Volume 2:Physiology. p.737753. Setiobudi, D., Supriadi, dan O. Sjahromi. 2003. Tanggap tanaman padi sawah terhadap pemupukan nitrogen dan selang pemberian air. Dalam B. Suprihatno et al. (Eds.) Buku 2 Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. p. 451-465. Shihua, C., S. Zongxiu, and S. Huamin. 1991. Simulation of the effect of temperature on spikelet fertility in rice and its consequences for rice production. In. F.W.T. Penning de Vries et al. (Eds). Simulation and systems analysis for rice production (SARP). Pudoc, Wageningen. p. 73-78. Syafruddin, Maskar, dan M. Slamet. 2003. Pemupukan pada empat varietas padi di dua tipologi lahan sawah di Sulawesi Tengah. Dalam B. Suprihatno et al. (Eds.) Buku 2 Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. p. 481-490.
153