11
BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak pada ketinggian 190 m di atas permukaan laut (dpl) (Lampiran 1). Percobaan
dilaksanakan pada musim
kemarau dari bulan Mei 2008 – September 2008. Bahan dan Alat Pada percobaan ini digunakan benih dari 16 galur padi gogo hasil kultur antera yaitu : IW- 54, IW-56, IW- 64, IW-67, WI-43, WI-44, GI-7, O18b-1, IG-19, IG-38, A3-2, A3-7, B13-2a, B13-2d, B13-2e, D19-1 dan Jatiluhur sebagai varietas pembanding. Alat yang digunakan cangkul, ember, tali, bambu dan alat tulis.
Pelaksanaan Percobaan Persiapan Tanam : Tanah diolah dua minggu sebelum tanam. Tanah yang sudah diolah kemudian dibuat petakan sebanyak 51 petak dengan ukuran tiap petak 3,0 m x 3,6 m, jarak antar petak 0,5 m. Pupuk kandang diberikan seminggu sebelum ditanam sebanyak 10,8 kg/petak atau 10 ton/ha. Pupuk anorganik diberikan dengan dosis Urea 200 kg/ha (diberikan 3 kali), SP36 100 kg/ha dan KCl 75 kg/ha. Pupuk SP36 dan KCl diberikan seluruhnya dan Urea 1/3 pada saat tanam, diberikan dengan cara dilarik disamping baris tanaman. Benih ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm dengan cara ditugal sebanyak 3 butir/lubang sedalam 3 cm dan diberi Furadan. Benih sebelum ditanam dioven selama 2 hari dengan suhu 40 0C. Total populasi tiap petak 180 rumpun. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan meliputi penyulaman pada 2 MST, pengairan (disesuaikan dengan kondisi lapangan), penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Sisa pupuk Urea 1/3 diberikan pada 5 MST dan 1/3 bagian saat primordia bunga dan diberikan dengan cara dilarik di samping tanaman. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored dan tangan. Pengendalian hama dilakukan pada saat munculnya gejala serangan hama dan penyakit.
12
Pengamatan Pengambilan 5 tanaman contoh secara acak dilakukan pada setiap petak percobaan. Tanaman contoh terletak bukan di baris terluar. Karakter-karakter yang diamati meliputi fase vegetatif, komponen hasil dan hasil. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga daun terpanjang, pengamatan dilakukan pada 45 HST, sedangkan tinggi tanaman saat panen diukur dari permukaan tanah hingga malai terpanjang. Jumlah anakan dihitung
pada waktu panen.
Umur berbunga (hari) dihitung jika malai telah muncul 80 % dari populasi tanaman. Umur panen (hari) dihitung jika 80 % malai siap dipanen. Jumlah anakan produktif (batang/rumpun) dihitung berdasarkan jumlah anakan bermalai pada saat panen. Panjang malai, diukur dari leher malai sampai ujung malai (cm) (diambil 3 malai dari tiap tanaman contoh). Peubah lain yang diukur adalah jumlah gabah per malai (butir), jumlah gabah hampa per malai (butir), jumlah gabah isi per malai (butir), persentase gabah isi dan persentase gabah hampa, bobot 1000 butir (g), hasil per rumpun (g), hasil per petak (kg). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F, dan jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5 %. II. Uji Ketahanan Galur-Galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera terhadap Penyakit Blas Daun. Waktu dan Tempat Percobaan
dilaksanakan
Desa
Bojong,
Kecamatan
Cikembar,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang merupakan daerah endemik panyakit blas (Pyricularia grisea L). Percobaan dilakukan pada musim hujan dari bulan November 2008 - Maret 2009. Bahan dan Alat Dalam percobaan digunakan benih dari 16 galur padi gogo hasil kultur antera yaitu : IW- 54, IW-56, IW- 64, IW-67, WI-43, WI-44, GI-7, O18b-1, IG-19, IG-38, A3-2, A3-7, B13-2a, B13-2d, B13-2e, D19-1 dan varietas Jatiluhur, Batutegi, Limboto sebagai varietas tahan dan Cisokan varietas rentan. Alat yang digunakan pacul, ember, tali, bambu dan alat tulis.
13
Pelaksanaan Percobaan Tanah diolah dua minggu sebelum tanam. Ada 20 galur/varietas. Setiap galur ditanam 2 baris. Jarak antar baris 10 cm, jarak dalam baris 5 cm, panjang baris 50 cm. Benih ditanam secara larikan. Pupuk buatan diberikan dengan dosis Urea 200 kg/ha (diberikan 3 kali), SP36 100 kg/ha dan KCl 75 kg/ha. Pupuk SP36 dan KCl diberikan seluruhnya dan Urea 1/3 pada saat tanam, diberikan dengan cara dilarik disamping baris tanaman. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan meliputi penyulaman pada 2 MST, pengairan (disesuaikan dengan kondisi lapangan), penyiangan. Sisa pupuk Urea 1/3 diberikan pada 5 MST dan 1/3 bagian saat primordia bunga dan diberikan dengan cara dilarik di samping tanaman. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored dan tangan. Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengambil
5 tanaman contoh. Daun
yang diamati adalah tiga daun dari pucuk daun yang membuka sempurna. Pengamatan dilakukan setiap minggu. Pengamatan dilakukan terhadap : 1. Skala penyakit : Penetapan skala berdasarkan standar IRRI (1996) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Skala penyakit berdasarkan standar IRRI Skala
Gejala
0
Tidak ada bercak
1
Bercak sebesar ujung jarum (0,5%) dan berwarna coklat, tanpa ada pusat Sporulasi.
2
Bercak nekrotik keabu-abuan, bundar sampai sedikit memanjang berdiameter sekitar 1-2 mm, dengan pinggir berwarna coklat lebih besar dari ujung jarum. Bercak umumnya dijumpai pada bagian bawah daun (luas daun terserang 1 %).
3
Tipe bercak seperti pada skala 2, tetapi jumlah bercak nyata lebih banyak pada bagian atas daun (luas daun terserang 2 %).
4
Bercak tipe rentan, khas blas (belah ketupat dengan pusat abu-abu), sepanjang 3 mm atau lebih panjang, menginfeksi kurang dari 4 % luas daun.
14
Skala
Gejala
5
Bercak tipe rentan, khas blas (belah ketupat dengan pusat abu-abu), menginfeksi 4-10 % luas daun.
6
Bercak tipe rentan, khas blas (belah ketupat dengan pusat abu-abu), menginfeksi 11-25 % luas daun.
7
Bercak tipe rentan, khas blas (belah ketupat dengan pusat abu-abu), menginfeksi 26-50 % luas daun.
8
Bercak tipe rentan, khas (belah ketupat dengan pusat abu-abu ), menginfeksi 51-75 % luas daun.
9
Menginfeksi lebih dari 75 % luas daun.
Pengelompokan sifat ketahanan berdasarkan sistem “ Standard Evaluation for Blast Disease “ dari IRRI (1996). Skala
Ketahanan
0
Sangat tahan
1-3
Tahan
4-6
Moderat tahan atau rentan
7-9
Bersifat rentan.
2. Intensitas serangan (%) : dihitung dengan rumus sebagai berikut : I =
Σ ( n x v ) x 100 % (N X V)
Keterangan : I = Intensitas serangan n = Jumlah daun terserang v = Skala masing-masing daun terserang N = Jumlah daun yang diamati V = Skala tertinggi dalam blas daun (9) 3. Periode laten : Waktu terinfeksinya tananam oleh patogen. III. Uji Daya Hasil Galur-Galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera di Daerah Endemik Penyakit Blas. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang merupakan daerah endemik panyakit blas (Pyricularia grisea L) . Percobaan dilakukan pada musim hujan dari bulan November 2008 - Maret 2009.
15
Bahan dan Alat Dalam percobaan digunakan benih dari 16 galur padi gogo hasil kultur antera yaitu : IW- 54, IW-56, IW- 64, IW-67, WI-43, WI-44, GI-7, O18b-1, IG-19, IG-38, A3-2, A3-7, B13-2a, B13-2d, B13-2e, D19-1 dan varietas Jatiluhur, Batutegi, Limboto (kontrol tahan) dan Cisokan (kontrol rentan).
Alat yang
digunakan cangkul, ember, tali, bambu dan alat tulis. Pelaksanaan Percobaan Tanah diolah dua minggu sebelum tanam. Dibuat petakan sebanyak 60 petak dengan ukuran tiap petak 3 m x 3,6 m, jarak antar petak 0,5 m. Jarak tanam 30 cm x 15 cm. Benih sebelum ditanam dioven selama 2 hari dengan suhu 40 0C. Benih ditanam sebanyak 3 butir/lubang dengan cara ditugal sedalam 3 cm. Total populasi tiap petak 240 rumpun. Pupuk buatan diberikan dengan dosis Urea 200 kg/ha (diberikan 3 kali), SP36 100 kg/ha dan KCl 75 kg/ha. Pupuk SP36 dan KCl diberikan seluruhnya dan Urea 1/3 pada saat tanam, diberikan dengan cara dilarik disamping baris tanaman. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan meliputi penyulaman pada 2 MST, pengairan (disesuaikan dengan kondisi lapangan), penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Sisa pupuk Urea 1/3 diberikan pada 5 MST dan 1/3 bagian saat primordia bunga dan diberikan dengan cara dilarik di samping tanaman. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored dan tangan. Pengamatan
Pengambilan 5 tanaman contoh secara acak dilakukan pada setiap petak percobaan. Tanaman contoh terletak bukan di baris terluar. Karakter-karakter yang diamati meliputi fase vegetatif, fase generatif dan komponen hasil . Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga daun terpanjang, pengamatan dilakukan
pada 45 HST, sedangkan tinggi tanaman saat panen diukur dari
permukaan tanah hingga malai terpanjang. Jumlah anakan dihitung pada waktu panen. Umur berbunga (hari) dihitung jika telah muncul 80% dari populasi tanaman. Umur panen (hari) dihitung jika 80% malai siap dipanen. Jumlah anakan produktif (batang/rumpun) dihitung berdasarkan jumlah anakan bermalai pada saat panen. Panjang malai, diukur dari leher malai sampai ujung malai (cm)
16
(diambil 3 malai dari tiap tanaman contoh). Peubah lain yang diukur adalah jumlah gabah per malai (butir), jumlah gabah hampa per malai (butir), jumlah gabah isi per malai (butir), persentase gabah isi dan persentase gabah hampa, bobot 1000 butir (g), hasil per rumpun (g), hasil per petak (kg). Pengamatan mutu beras meliputi : 1. Ukuran dan bentuk beras Butir beras pecah kulit dan beras giling dari masing-masing galur diukur dengan menggunakan jangka sorong. Dari tiap galur diukur 10 butir beras pecah kulit dan beras giling. Ukuran dan bentuk beras mengikuti Tabel 2. Tabel 2. Standarisasi tipe beras berdasarkan ukuran dan bentuk beras. Skala USDA Ukuran
Beras Pecah Kulit
Beras Giling
7,5
7,0
Ukuran (mm) Sangat panjang (extra long) Panjang (long)
6,61 - 7,5
Sedang (medium)
5,51 - 6,60
5,50 - 5,99
5,51
5,0
Lonjong (slender)
3,0
3,0
Sedang (medium)
2,1 – 3,0
-
2,1
2,0 – 3,0
-
2,0
Pendek (short)
6 - 6,99
Bentuk (panjang/lebar)
Agak bulat Bulat (round)
Sumber USDA dalam Damardjati dan Purwani (1993). 2. Kadar amilosa. Sampel tepung beras sebanyak 40 g dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan air sebanyak 200 ml dan dikocok sampai homogen, kemudian dibilas dengan 160 ml air lagi. Larutan kemudian dimasukkan ke Brabender, pemanasan pertama pada suhu 300C selama 3 menit, setelah itu suhu dinaikkan sampai menjadi 970C selama 43,5 menit, lalu setelah mencapai suhu tersebut dipertahankan selama 20 menit. Tahap selanjutnya adalah pendinginan, yaitu dengan menurunkan suhu sampai 500C selama 30 menit. Hasil dari proses dalam Brabender tercetak pada grafik yang kemudian dari
17
grafik tersebut dapat diketahui viscositas optimum, waktu gelatinasi dan waktu granula pecah. 3. Suhu gelatinasi Uji suhu gelatinasi ditentukan dengan menggunakan uji alkali, yaitu pengembangan dan kelarutan butir beras dalam larutan alkali lemah. Kegiatan pengujiannya adalah dengan menggunakan 6 butir beras utuh yang diletakkan dalam cawan petri kecil, kemudian ditambahkan larutan KOH 1,7% sebanyak 10 ml, ditutup dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 300C atau pada suhu kamar. Setelah itu dilakukan pengamatan visual terhadap tipe dan tingkat disintegrasi dari butir beras. Skala pengembangan dimulai dari nilai 1 (butir beras tetap utuh ) sampai nilai 7 ( butir beras hancur sama sekali) (Tabel 3).
Tabel 3. Pedoman penilaian suhu gelatinasi Nilai
Pengembangan (Speering)
Kejernihan (Clearing)
1
Biji tetap utuh
Biji putih bersih
2
Biji membesar
Biji putih retak-retak
3
Biji membesar, sedikit retak-retak
Biji putih, keruh
4
Biji membesar retak-retak melebar
Bagian tengah mengkilat, bagian tepi keruh
5
Biji membelah, melebar tetapi masih merupakan kesatuan
Bagian tengah mengkilat, bagian tepi terang
6
Biji berpencar dan hancur
Bagian tengah keruh, bagian tepi terang
7
Biji hancur sama sekali
Seluruh bagian terang
Sumber USDA dalam Damardjati dan Purwani (1993).