35
KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan agronomi padi varietas unggul telah dilakukan di kebun percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Muara, Bogor pada bulan Juni sampai Desember 2010. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan dan 12 padi varietas/galur unggul sebagai perlakuan. Varietas yang digunakan adalah Rojolele, Pandan Wangi (varietas unggul lokal/VUL); IR 64 dan Ciherang (varietas unggul baru/VUB); Fatmawati, Cimelati, galur BP 360, dan B11143 (padi tipe baru/PTB); dan Maro, Rokan, SL-8 SHS, dan PP1 (hibrida). Hasil percobaan menunjukkan karakter tiga daun bagian atas PTB lebih baik dibandingkan dengan VUL, VUB, dan hibrida. Karakter daun VUB, PTB, dan hibrida tegak, sedangkan VUL memiliki karakter daun terkulai. Kapasitas sink pada PTB dan hibrida lebih besar dibanding VUB dan VUL, tetapi memiliki persentase gabah isi yang lebih rendah. Hasil tertinggi terdapat pada Galur B11143 (6.93 ton GKG/ha). Hasil yang lebih tinggi disebabkan oleh perbedaan karakter morfologi dan agronomi setiap varietas. Kata kunci : padi, karakter morfologi, karakter agronomi
Abstract An experiment was conducted at Muara Experimental Station, Indonesian Center for Rice Research, Bogor, from June until December 2010. The objective of the research was to study morphological and agronomy characteristics in various types of rice cultivars. A randomized complete block design with four replications was used. The treatment consisted of 12 rice varieties and lines. Varieties and lines used were as follows Rojolele and Pandan Wangi as local varieties (LV); IR64 and Ciherang as improved new varieties (INV); Fatmawati, Cimelati, BP360, and B11143 as new plant type varieties/lines (NPT); Maro, Rokan, SL8SHS, and PP1 as hybrid varieties. The results showed that the top three leaves of NPT were better than those of LV, INV, and hybrids. NPT and hybrids showed erect leaf characteristics and LV had droopy leaf characteristics. The sink capacity in NPT and hybrids was larger than that of INV and LV, but filled grain percentage in the NPT were lower than that of INV and LV. The highest yield was achieved by B11143 line (6.93 tons GKG/ha). The higher grain yield was caused by differences in morphological and agronomy characters. Keywords : rice, morphology, agronomy characters
36
Pendahuluan Peningkatan produksi dan produktivitas padi yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun sejalan dengan perkembangan varietas padi unggul yang dilepas. Varietas unggul toleran terhadap beberapa cekaman yang dihasilkan oleh pemulia menunjukkan peran yang nyata terhadap peningkatan produktivitas padi. Walaupun demikian varietas unggul lokal dengan produktivitas yang rendah tetap berkembang karena selain bersifat aromatik dan memiliki nilai ekonomi tinggi, toleran terhadap berbagai cekaman. Perakitan padi varietas unggul dengan hasil tinggi terus berkembang melalui perakitan padi tipe baru (PTB) maupun hibrida dan banyak menggunakan pendekatan atau konsep pemuliaan idiotipe tanaman (Yang et al. 2007). Yoshida (1981) menyatakan karakter kanopi tanaman yang meliputi posisi dan susunan daun menjadi salah satu faktor yang menentukan tipe tanaman ideal dengan hasil yang lebih tinggi.
Karakter tiga daun bagian atas yang panjang, tegak,
menyempit, dan tebal (Yuan 2001; Hao et al. 2010) dijadikan sebagai dasar perakitan varietas padi dengan hasil tinggi. Pengaturan kanopi tanaman dapat memanfaatkan cahaya lebih besar dan efisien, sehingga fotosintesis tanaman dan produksi biomas lebih besar (Peng et al. 2008). Varietas padi dengan tipe malai besar menunjukkan bahwa 3 daun bagian atas tidak hanya besar, tetapi juga tebal dan tegak dan secara nyata berkorelasi dengan komponen hasil (Jun et al. 2006). Ganghua et al. (2009) menyatakan dari bentuk tanaman maka bentuk daun yang sesuai dengan sudut daun kecil dapat menyebabkan indeks luas daun yang lebih besar dengan luas lebih rendah per batang dan menyebabkan jumlah malai per m2 lebih banyak. Varietas unggul lokal terutama yang tergolong dalam padi jenis indica memiliki daun yang panjang dan horisontal, sehingga bentuk kanopi yang terkulai.
Daun
terkulai akan mengurangi penetrasi cahaya, meningkatkan
kelembaban di bawah kanopi daun, dan mengurangi pergerakan udara (Yoshida 1981; Khush 1999).
Hal ini akan menurunkan efisiensi fotosintesis dan
menguntungkan pertumbuhan hama dan penyakit (Peng et al. 1994). Yoshida (1981) menyatakan fotosintesis pada daun terkulai lebih rendah dibandingkan kanopi daun tegak pada saat intensitas cahaya tinggi.
37 Menurut Abdullah et al. (2008b) PTB yang cocok untuk iklim Indonesia adalah mempunyai jumlah anakan sedang namun semua produktif (12 - 18 batang), jumlah gabah per malai 150 - 200 butir, gabah bernas 85 - 95%, bobot 1000 gabah bernas 25 - 26 g, batang kokoh dan pendek (80 - 90 cm), umur genjah (110 - 120 hari), daun tegak, sempit berbentuk huruf V, warna daun hijau-hijau tua, akar banyak dan menyebar dalam. Karakter morfologi padi varietas unggul dengan potensi hasil tinggi yang menggunakan pendekatan konsep idiotipe tanaman pada varietas hibrida super adalah jumlah anakan sedang (270 - 300 malai/m2), malai besar dan terkulai, tinggi tanaman sekitar 100 cm, tiga daun bagian atas panjang antara 50 dan 55 cm, tegak, sudut daun bendera, kedua, dan ketiga berturut-turut 5, 10, dan 20 derajat, menyempit dan membentuk huruf V dengan lebar daun 2 cm, daun tebal, dan memiliki indeks panen sekitar 0.55 (Peng et al. 2008). Informasi hubungan karakter morfologi dan agronomi pada padi varietas unggul belum banyak dilaporkan.
Karakter tipe tanaman padi varietas unggul
dapat memberikan informasi yang berguna untuk pemuliaan padi ideotipe dan menentukan praktek pengelolaan yang optimal. Kajian karakter morfologi dan agronomi pada padi varietas unggul perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan agronomi pada padi varietas unggul.
Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai Desember 2010 bertempat di kebun percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Muara, Bogor. Analisis tanah dilakukan di laboratorium Tanah, Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
Metode Percobaan Padi varietas/galur unggul sebagai perlakuan diatur dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 12 varietas yaitu Rojolele dan Pandan Wangi (varietas unggul lokal/VUL); IR 64 dan Ciherang (varietas unggul baru/VUB); Fatmawati, Cimelati, galur BP 360, dan galur B11143 (padi tipe
38 baru/PTB); dan varieras Maro, Rokan, SL-8 SHS, dan PP1 (Hibrida). Deskripsi karakter penting varietas/galur unggul disajikan pada Lampiran 1. Setiap perlakuan diulang empat kali sehingga terdapat 48 unit percobaan. Setiap unit percobaan adalah petak percobaan dengan ukuran 5 m x 5 m. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati digunakan model matematika sesuai RAK sebagai berikut : Yij = µ + Ti + Bj + ∈ij Yij = respon atau nilai pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ
= nilai tengah umum
Ti = pengaruh perlakuan ke-i Bj = pengaruh kelompok ke-j ∈ij = pengaruh galat percobaan karena perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Pelaksanaan Percobaan Penyiapan lahan dilakukan dengan pengolahan tanah dua kali agar diperoleh pelumpuran tanah yang baik. Ukuran setiap petak percobaan (unit percobaan) ialah 5 m x 5 m. Untuk memisahkan antar petak dibuat pematang lebar 25 cm, sedangkan antar ulangan dibuat pematang dengan lebar 50 cm. Dengan demikian luas seluruh lahan yang digunakan dalam percobaan 23.5 m x 62.5 m atau 1468.75 m2. Bibit hasil persemaian dipindahtanam (transplanting) setelah berumur 21 hari, kecuali untuk varietas Rojolele dan Pandan Wangi setelah berumur 30 hari. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm. Bibit ditanam sebanyak satu bibit/lubang. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dipupuk dengan 300 kg Urea, 200 kg SP-18, dan 100 kg KCl per ha. Pupuk urea diberikan secara bertahap yaitu sebagai pupuk dasar, pupuk susulan diberikan dua kali yaitu 21 hari setelah tanam (HST) pada saat anakan aktif dan 40 HST. Pupuk P diberikan semuanya sebagai pupuk dasar, sedangkan pupuk K diberikan sebagai pupuk dasar 50% dan sisanya pada umur 40 HST saat primordia. Pengairan dilakukan 3 hari setelah tanam, petakan diairi dengan tinggi genangan 3 – 5 cm. Pada saat pemupukan dan penyiangan kondisi tanah macak-macak, setelah tiga hari pemupukan petakan diairi kembali. Pengairan dihentikan pada saat tanaman telah berumur 10 hari menjelang panen.
39 Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara optimal, sedangkan penyiangan dilakukan dengan menggunakan landak dan cara manual pada saat tanaman umur tiga dan lima minggu setelah tanam.
Variabel Yang Diamati Pengamatan dilakukan terhadap lima rumpun tanaman contoh per petak. Karakter morfologi dan agronomi diamati berdasarkan panduan sistem karakterisasi dan evaluasi tanaman padi (Deptan 2003). Karakter Morfologi 1. Karakter Daun a. Distribusi vertikal dan sudut daun dari tiga daun bagian atas dilakukan 10 hari setelah pembungaan. Batang utama untuk setiap perlakuan diteliti untuk pengukuran sudut daun (sudut antara daun dengan batang utama) dari daun bendera, daun kedua, dan ketiga dari atas menggunakan alat ukur busur derajat. b. Dinamika luas daun dari tiga daun bagian atas. Luas daun bendera, daun kedua, dan ketiga dari atas diukur dengan metode panjang x lebar x 0.75 (koefisien) (Yoshida 1976) menggunakan alat ukur mistar. 2. Karakter Batang, diukur diameter ruas batang bagian bawah dan bagian atas setelah berbunga dengan menggunakan alat kaliper. 3. Karakter malai, dilakukan setelah panen dengan mengukur panjang malai dan menghitung jumlah cabang primer dan sekunder serta kepadatan malai. 4. Karakter gabah, dilakukan pengukuran terhadap panjang, lebar, dan tebal gabah menggunakan alat kaliper. Karakter Agronomi 1. Jumlah Anakan, seluruh anakan (produktif dan tidak produktif) yang terbentuk dihitung dengan interval waktu 10 hari setelah tanam. 2. Persentase anakan produktif dihitung dari nisbah malai terhadap jumlah anakan pada tahap anakan maksimum dikalikan 100%. 3. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah hingga ujung malai tertinggi diamati setelah pembungaan.
40 4. Luas daun per rumpun pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji, diukur dengan menggunakan metode panjang x lebar x 0.75 (koefisien) (Yoshida 1976). 5. Bobot biomas akhir (saat panen) diukur dengan mengambil dua tanaman contoh setiap perlakuan kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 85oC selama 48 jam hingga mencapai bobot kering konstan. 6. Umur Berbunga dan Panen. Umur berbunga dicatat dalam hari sejak semai hingga membentuk malai (50% tanaman berbunga) dan umur panen dicatat dalam hari sejak semai hingga matang (85% butir dalam malai matang). 7. Komponen hasil diperoleh dengan mengamati jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir. 8. Hasil (ubinan dan per ha) dan Indeks Panen. Hasil diamati sebagai gabah kering giling (14% kadar air) dari petak ubinan dengan ukuran petak 2 m x 2 m. Indeks Panen (IP) dihitung dengan rumus : IP =
Bobot gabah kering -------------------------------Bobot kering biomas total
Analisis Data Data dianalisis dengan sidik ragam sesuai rancangan yang digunakan, apabila berpengaruh nyata analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf nyata 5% untuk mengetahui perbedaan antar varietas.
Hasil dan Pembahasan Hasil Sidik Ragam Sidik ragam menunjukkan perbedaan varietas atau galur berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap semua variabel pengamatan yaitu karakter morfologi dan agronomi.
Rekapitulasi sidik ragam karakter morfologi dan
agronomi disajikan pada Lampiran 2.
41
Karakter Morfologi Padi Varietas Unggul Karakter Daun Karakter tiga daun bagian atas pada setiap varietas menunjukkan perbedaan (Tabel 3).
Varietas Rojolele dan Pandan Wangi (VUL) memiliki
karakter panjang daun bendera sedang dan pada daun ke dua dan ke tiga panjang, dengan lebar daun yang lebih besar. VUB, PTB (kecuali Fatmawati), dan hibrida memiliki panjang daun bendera yang pendek (28.9 cm - 38.71 cm) dan panjang daun kedua dan ketiga sedang (36.79 cm - 52.13 cm) (kriteria sedang 41cm - 60 cm), dengan lebar daun yang kecil (1.11 cm - 1.79 cm) kecuali Fatmawati dan B11143.
Panjang dan lebar daun adalah faktor yang berhubungan dengan
struktur kanopi dan indeks luas daun.
Bentuk kanopi yang dihasilkan akan
berperan penting untuk menangkap radiasi matahari. Tabel 3 Panjang, lebar, dan sudut tiga daun bagian atas tanaman padi varietas unggul Varietas/ Galur
Panjang daun (cm) Daun Daun Daun bendera ke dua ke tiga
Unggul Lokal Rojolele Pandan Wangi Unggul Baru IR64 Ciherang Padi Tipe Baru Fatmawati Cimelati BP360 B11143 Hibrida Maro Rokan SL-8 SHS PP-1
Lebar daun (cm) Sudut daun (o) Daun Daun Daun Daun Daun Daun bendera ke dua ke tiga bendera ke dua ke tiga
40.1 b 46.1 a
59.8 a 53.9 b
68.4 a 56.8 b
2.2 a 2.2 a
2.0 a 1.9 ab
1.9 a 1.6 b
43.4 a 34.4 b
48.3 a 41.1 b
52.3 a 50.8 a
28.9 e 33.6 cde
36.8 f 43.4 de
37.9 f 45.9 e
1.5 d 1.6 d
1.3 e 1.4 e
1.1 d 1.2 cd
18.7 cd 19.4 c
23.1 cd 23.5 cd
32.2 b 32.1 b
45.9 a 36.1 bcd 34.8 bcd 37.7 bcd
48.1 cde 45.8 cde 49.6 bc 48.4 cd
52.1 cd 49.2 de 54.6 bc 51.5 cd
2.1 ab 1.5 d 1.8 c 2.0 b
1.8 bc 1.3 e 1.6 d 1.7 c
1.5 b 1.1 d 1.3 c 1.5 b
14.0 f 15.9 ef 16.5 de 16.7 de
19.2 e 21.2 de 22.3 cd 22.0 cd
26.5 c 29.4 bc 29.0 bc 30.8 b
38.7 bc 37.3 bcd 35.7 bcd 32.8 de
48.6 c 47.8 cde 43.6 de 43.3 e
51.8 cd 48.1 de 45.0 e 45.3 e
1.5 d 1.6 d 1.5 d 1.6 d
1.3 e 1.4 e 1.3 e 1.4 e
1.2 cd 1.1 d 1.1 d 1.2 d
19.1 c 18.2 cde 18.3 cd 19.2 c
23.4 cd 23.5 cd 23.1 cd 24.7 c
32.8 b 32.9 b 31.0 b 31.6 b
Keterangan : Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
VUL memiliki sudut daun yang lebih besar berkisar 40o – 50o, dengan karakter daun yang lebih panjang dan lebar sehingga menghasilkan bentuk kanopi daun yang terkulai.
Ini menyebabkan daun pada VUL tidak efisien dalam
memanfaatkan radiasi matahari. Sudut daun VUB, PTB, dan hibrida berkisar antara 14.0o – 32.9o, sehingga memiliki karakter kanopi daun yang tegak (kriteria tegak < 45o). PTB terutama Fatmawati dan Cimelati memiliki sudut daun yang lebih kecil pada daun berdera (14.0o dan 15.9o) dan berbeda nyata dengan semua
42 varietas. Hasil ini menunjukkan bahwa PTB memiliki karakter tiga daun bagian atas yang lebih baik, selain berukuran besar juga berposisi tegak sehingga akan lebih efisien dalam memanfaatkan radiasi matahari.
Ini dapat meningkatkan
fotosintesis tanaman dan meningkatkan hasil. Sesuai dengan pernyataan Lu et al. (2010) pengaruh tipe tanaman terhadap hasil sangat tergantung pada struktur kanopi.
Namun demikian varietas padi unggul yang diteliti belum memiliki
karakter morfologi daun yang ideal untuk menjadi tanaman yang memiliki ideotipe berdaya hasil tinggi. Karakter morfologi tiga daun bagian atas yang ideal menurut Yuan (2001) dan Peng et al. (2008) ialah daun bendera panjang 50 cm dan daun ke dua dan ke tiga 55 cm, sudut daun berturut-turut 5, 10, dan 20 derajat daun menyempit membentuk huruf V, lebar 2 cm, dan tebal.
Karakter Distribusi Vertikal Tiga Daun Bagian Atas Tabel 4 menunjukkan tinggi tanaman VUL tergolong tinggi (kriteria tinggi > 130 cm) berbeda nyata dengan varietas lainnya, sedangkan antar varietas pada VUB, PTB, dan hibrida tidak berbeda nyata dan tergolong pendek (kriteria pendek < 110 cm).
Tinggi letak 3 daun bagian atas dari tinggi tanaman
menunjukkan perbedaan di antara varietas.
Peningkatan tinggi tanaman
meningkatkan letak tiga daun bagian atas pada setiap varietas. Jarak antara tiga daun bagian atas (daun bendera, ke dua, dan ke tiga) berbeda antar varietas. Jarak daun bendera dengan daun ke dua dan daun ke tiga pada varietas Rojolele dan Pandan Wangi lebih panjang dan berbeda nyata dengan semua varietas. VUB, PTB, dan hibrida memiliki jarak antar daun bendera, ke dua, dan ke tiga yang hampir sama dan lebih pendek dibanding VUL. Karakter tanaman VUL adalah tinggi dan jarak antar daun yang lebih panjang ini akan memperbaiki posisi daun dalam kanopi, tetapi dengan karakter daun
terkulai
maka
kondisi
demikian
tidak
memperbaiki
kemampuan
fotosintesisnya. Sebaliknya pada tanaman yang pendek seperti pada IR64 (VUB) posisi daun lebih padat dapat menimbulkan kompetisi antar daun dalam kanopi. Karakter tanaman pendek pada Ciherang (VUB), PTB, dan hibrida sekitar 100 cm dengan sudut daun yang tegak menyebabkan pembagian ruang kanopi daun dapat seimbang dengan jarak antara daun yang tidak terlalu panjang. Jun et al. (2006)
43 menyatakan peningkatan tinggi tanaman akan meningkatkan posisi tiga daun bagian atas secara khusus daun bendera dan ini menguntungkan untuk daun di bagian bawah untuk menangkap cahaya.
Tinggi tanaman merupakan faktor
penting yang mempengaruhi tingkat kepadatan daun dan kemampuan untuk fotosintesis untuk menghasilkan asimilat. Karakter tinggi tanaman untuk menjadi tanaman ideal dengan potensi hasil tinggi adalah sekitar 100 cm (Yuan 2001 ; Peng 2008). Tabel 4 Distribusi vertikal tiga daun bagian atas tanaman padi varietas unggul Varietas/ Galur
Jarak antara Jarak antara Tinggi letak daun (cm) Tinggi daun bendera daun ke dua tanaman Daun Daun Daun dan daun ke dua dan daun ke tiga (cm) bendera ke dua ke tiga (cm)
(cm)
Unggul Lokal 22.6 a 43.2 b 58.3 a 80.9 a 163.4 a 124.1 a Rojolele 17.7 b 53.7 a 49.7 b 67.1 b 159.4 a 120.9 a Pandan Wangi Unggul baru 12.9 de 23.4 e 29.0 e 65.3 d 41.9 f 91.1 c IR64 14.8 bcd 24.5 de 71.0 bc 46.5 cde 31.7 de 99.8 b Ciherang Padi Tipe Baru 12.9 de 27.5 cd 72.2 bc 44.7 def 31.8 de 101.8 b Fatmawati 17.5 bc 25.8 cde 74.8 b 49.0 cd 31.6 de 104.7 b Cimelati 13.7 de 22.9 e 36.4 c 73.1 b 50.2 c 103.5 b BP360 14.4 bcde 23.9 de 72.6 bc 48.7 cd 34.3 cd 101.5 b B11143 Hibrida 14.1 cde 26.0 cde 73.8 b 47.8 cd 33.7 cd 102.9 b Maro 14.5 bcde 24.5 de 72.9 bc 48.4 cd 33.9 cd 102.5 b Rokan 11.0 e 26.0 cde 68.8 cd 42.8 ef 31.8 de 100.7 b SL-8 SHS 11.5 de 28.8 c 31.7 de 43.3 ef 72.0 bc 101.3 b PP-1 Keterangan : Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
Karakter Batang Tabel 5 menunjukkan diameter batang bagian bawah dan bagian atas VUL > PTB > hibrida > VUB. Varietas Rojolele memiliki diameter batang terbesar yaitu 9.12 mm berbeda nyata dengan IR64, Ciherang, dan Cimelati, dan tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya. VUB memiliki diameter batang lebih kecil bagian bawah sekitar 6 mm dan atas sekitar 4 mm. Karakter diameter ini berhubungan dengan tinggi tanaman. Dengan tinggi tanaman yang pendek VUB memiliki diameter batang yang lebih kecil.
PTB memiliki diameter berbeda
diantara varietas, BP360 memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan dengan
44 Cimelati. Diameter batang bagian bawah dan bagian atas pada hibrida tidak berbeda antar varietas yang berkisar 7.2 – 8.0 mm bagian bawah dan bagian atas 5.3 - 6.3 mm. Diameter batang dan tinggi tanaman akan mempengaruhi ketahanan terhadap kerebahan.
Diameter yang besar akan menyebabkan tanaman lebih
tegak dan kekar apabila didukung dengan tinggi tanaman yang sesuai. PTB dan hibrida memiliki sifat yang demikian. Karakter tanaman yang pendek dan kaku merupakan sifat yang dikehendaki dalam pengembangan varietas unggul, karena sifat demikian akan tahan rebah (Manurung dan Ismunadji 1988). Tabel 5 Diameter batang bagian bawah dan bagian atas padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Rojolele Pandan Wangi Unggul baru IR64 Ciherang Padi Tipe Baru Fatmawati Cimelati BP360 B11143 Hibrida Maro Rokan SL-8 SHS PP-1 Keterangan :
Diameter ruas batang bawah (mm)
Diameter ruas batang atas (mm)
9.1 a 8.1 abc
7.4 a 6.8 ab
6.2 cd 6.4 cd
4.7 e 4.9 cde
7.4 abcd 6.2 cd 8.5 ab 7.6 abcd
6.1 abcde 4.8 de 6.8 ab 6.2 abcd
7.2 bcd 8.0 abcd 7.8 abcd 7.8 abcd
5.3 bcde 6.3 abc 6.1 abcd 6.0 abcde
Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
Karakter Malai Tabel 6 menunjukkan VUL memiliki malai yang panjang dan berbeda nyata dengan VUB, PTB, dan hibrida. Varietas IR64 dan Ciherang memiliki malai yang pendek dan berbeda nyata dengan semua varietas. Jumlah cabang primer dan sekunder malai pada VUL lebih banyak, tetapi memiliki kepadatan malai yang rendah. VUB mempunyai malai yang pendek, jumlah cabang primer dan sekunder yang sedikit dan kepadatan malai yang rendah. Jumlah cabang primer dan sekunder pada Fatmawati dan B11143 lebih banyak dan malai lebih
45 padat, berbeda nyata PTB lainnya. Hibrida memiliki jumlah cabang primer dan sekunder, serta kepadatan malai yang lebih sedikit dibandingkan PTB. Karakter malai menunjukkan adanya peningkatan pada PTB dan hibrida yaitu semakin banyak cabang primer maupun sekunder akan meningkatkan kepadatan malai, sebaliknya VUL memiliki malai yang panjang sekitar 31 cm dengan jumlah cabang yang banyak tidak menyebabkan peningkatan kepadatan malai. Zhang et al. ( 2010) menyatakan malai yang besar dengan jumlah gabah per malai lebih banyak dapat meningkatkan kepadatan gabah. Varietas Fatmawati dan Galur B11143 memiliki karakter malai yang padat berbeda nyata dengan semua varietas. Kedua genotipe memiliki malai yang panjang yaitu 28.6 cm dan 25.2 cm dan jumlah cabang yang banyak. Tabel 6 Panjang malai, jumlah cabang primer dan sekunder malai, dan kepadatan malai padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Rojolele Pandan Wangi Unggul baru IR64 Ciherang Padi Tipe Baru Fatmawati Cimelati BP360 B11143 Hibrida Maro Rokan SL-8 SHS PP-1 Keterangan :
Jumlah cabang primer malai (buah)
Jumlah cabang sekunder malai (buah)
Kepadatan malai (butir/cm)
31.5 a 31.3 a
13.0 a 13.9 a
39.1 e 45.8 d
5.1 f 6.8 de
24.6 ef 24.1 f
8.9 e 9.4 e
29.8 f 34.3 f
5.0 f 5.3 f
28.6 bc 25.7 e 29.2 b 25.2 ef
12.6 a 10.7 d 11.7 b 12.8 a
59.8 ab 41.3 e 56.4 b 61.8 a
27.1 d 28.3 bc 27.9 cd 28.0 bcd
10.8 cd 10.6 d 11.3 bc 11.7 b
49.6 cd 50.4 c 39.7 e 50.1 c
Panjang malai (cm)
10.1 a 6.1 e 8.7 b 10.7 a 7.6 cd 7.5 cd 8.1 bc 7.7 c
Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
Karakter Gabah Tabel 7 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada panjang, lebar, dan tebal gabah pada setiap varietas.
Varietas Cimelati memiliki gabah yang
lebih panjang tidak berbeda nyata dengan Rojolele dan Maro, sedangkan Pandan
46 Wangi memiliki panjang gabah yang lebih pendek. Semua varietas memiliki kriteria gabah yang sangat panjang (kriteria sangat panjang > 7.5 mm). Varietas Pandan Wangi memiliki ukuran gabah yang lebih lebar dan tebal yang berbeda nyata dengan semua varietas. Gabah yang lebih tebal dihasilkan oleh Rojolele dan Cimelati yang tidak berbeda nyata dengan Pandan Wangi, sedangkan varietas PP1 memiliki ketebalan gabah yang rendah berbeda nyata dengan semua varietas. Tabel 7 Panjang, lebar, dan ketebalan gabah padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Rojolele Pandan Wangi Unggul baru IR64 Ciherang Padi Tipe Baru Fatmawati Cimelati BP360 B11143 Hibrida Maro Rokan SL-8 SHS PP-1 Keterangan
:
Panjang gabah (mm)
Lebar gabah (mm)
Tebal gabah (mm)
Rasio panjang/lebar gabah
9.9 abc 8.4 f
3.3 b 3.6 a
2.13 a 2.12 ab
3.0 2.3
9.9 abc 9.6 cd
2.5 f 2.7 e
2.05 cd 2.08 bc
4.0 3.6
9.4 de 10.1 a 9.2 e 9.2 e
3.0 c 2.8 e 3.3 b 2.9 d
2.08 bc 2.13 a 2.07 cd 1.99 ef
3.1 3.6 2.8 3.2
10.0 ab 9.7 c 9.6 cb 9.8 bc
2.6 f 2.7 e 2.7 e 2.5 f
2.01 ef 1.98 f 2.03 de 1.94 g
3.8 3.6 3.6 3.9
Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
Berdasarkan rasio panjang dan lebar gabah maka varietas Rojolele, Pandan Wangi, dan galur BP360 mempunyai bentuk gabah sedang, sedangkan varietas dan galur lainnya berbentuk ramping. Kriteria bentuk ramping bila rasio > 3.0 dan sedang 2.1 – 3.0 (IRRI 1996). Karakter gabah VUB dan hibrida cenderung sama yaitu ramping, hal ini sesuai dengan deskripsinya. Karakter ukuran gabah menggambarkan ukuran sink bagi tanaman padi. Ukuran gabah dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Ukuran gabah menentukan kapasitas sink dan ditentukan oleh tersedianya asimilat selama tahap reproduktif (Horie 2001). Dengan demikian ukuran gabah akan mempengaruhi bobot gabah.
47
Karakter Agronomi Padi Varietas Unggul Jumlah Anakan dan Persentase Anakan Produktif Pola jumlah anakan pada semua varietas sama sesuai umur dan tahap pertumbuhan. Gambar 8 menunjukkan VUL memiliki waktu yang lama untuk mencapai anakan maksimum yaitu sekitar 70 - 80 HSS, sedangkan pada VUB, PTB, dan hibrida waktunya lebih pendek sekitar 50 - 60 HSS. Setelah tercapai anakan maksimum terjadi penurunan jumlah anakan. 30
Rojolele Pandan Wangi
Jumlah anakan
25
IR64 Ciherang Fatmawati
20
Cimelati BP360
15
B11143 Maro
10
Rokan SL8-SHS
5
PP1
0 30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
Umur Tanaman (Hari setelah semai)
Gambar 8 Pola jumlah anakan per rumpun berdasarkan umur tanaman padi varietas unggul. Kemampuan membentuk anakan pada VUL tidak berbeda nyata dengan PTB kecuali Cimelati yaitu lebih sedikit, sedangkan pada VUB dan hibrida lebih banyak dan varietas dari ke dua kelompok tidak berbeda nyata (Tabel 8). IR64 menghasilkan jumlah anakan tertinggi yang tidak berbeda nyata dengan Ciherang dan hibrida. Fatmawati menghasilkan jumlah anakan per rumpun terendah yang tidak berbeda nyata dengan BP360, B11143, dan VUL.
Jumlah anakan
maksimum pada VUB dan hibrida sama yaitu berkisar 23 - 24 anakan, sedangkan pada PTB dan VUL lebih sedikit yaitu berkisar antara 12 – 17 anakan. Anakan pada VUB dan hibrida tergolong banyak, sedangkan pada PTB dan VUL tergolong sedang (kriteria banyak 20 – 25 anakan/rumpun dan sedang 10 – 19 anakan/rumpun) (IRRI 1996). Belum ada kriteria karakter jumlah anakan yang konsisten yang dapat memberikan hasil yang lebih tinggi pada padi varietas
48 unggul. Yoshida (1981), Yuan (2001), dan Peng (2008) hanya menyatakan bahwa kapasitas anakan sedang diperlukan untuk varietas berdaya hasil tinggi. Abdullah et al. (2008a) menyatakan hal yang sama untuk pembentukan varietas PTB yang berpotensi tinggi memiliki karakter jumlah anakan sedang tapi semua produktif (12 - 18 batang). Tabel 8 Jumlah anakan pada tahap anakan maksimum dan persentase anakan produktif padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Rojolele Pandan Wangi Unggul baru IR64 Ciherang Padi Tipe Baru Fatmawati Cimelati BP360 B11143 Hibrida Maro Rokan SL-8 SHS PP-1 Keterangan
:
Jumlah anakan tahap anakan maksimum
Persentase anakan produktif (%)
12.5 c 13.2 c
61.0 bc 60.2 bc
24.9 a 23.9 a
60.2 bc 62.0 bc
12.4 c 17.4 b 14.6 c 13.9 c
61.6 bc 71.5 b 84.4 a 86.2 a
24.7 a 24.2 a 23.1 a 23.8 a
61.7 bc 57.3 c 52.4 c 54.3 c
Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
Galur BP360 dan B11143 (PTB) memiliki persentase anakan produktif tertinggi yang berbeda nyata dengan varietas lainnya.
Hibrida memiliki
persentase anakan produktif yang lebih rendah, dan tidak berbeda nyata dengan VUB, VUL, dan Fatmawati. Ini menunjukkan galur BP360 dan B11143 selama tahap pertumbuhannya dapat mengurangi kompetisi antar anakan terhadap faktor lingkungan dan hasil fotosintesis. Rendahnya anakan produktif menggambarkan terjadinya kompetisi antar anakan khususnya terhadap hasil fotosintesis, dan ini dapat mempengaruhi hasil.
49
Luas Daun per Rumpun Karakter luas daun per rumpun pada semua varietas menunjukkan pola pertumbuhan yang sama yaitu terjadi peningkatan luas daun sesuai umur tanaman dan menurun setelah masuk tahap pengisian biji (Gambar 9). Peningkatan luas dari setiap varietas berbeda. Pada VUB, PTB, dan hibrida peningkatan luas daun secara tajam terjadi pada 40 - 70 HSS setelah itu cenderung melandai dan mulai menurun pada 80 HSS. Karakter luas daun pada VUL berbeda dengan VUB, PTB, dan hibrida, pada awal pertumbuhan sampai 60 - 70 hari setelah semai (HSS) peningkatan luas daun lambat selanjutnya meningkat tajam pada 70 - 100 HSS, kemudian mulai 100 - 110 HSS menurun secara berlahan. 30
Rojolele
Luas daun (dm²/rumpun)
Pandan Wangi
25
IR64 Ciherang
20
Fatmawati Cimelati
15
BP360 B11143
10
Maro Rokan
5
SL8-SHS PP1
0 30
40
50
60
70
80
90
100 110 120 130 140
Umur tanaman (hari setelah semai)
Gambar 9
Pola luas daun per rumpun berdasarkan umur tanaman padi varietas unggul.
Karakter luas daun per rumpun pada padi berhubungan dengan periode tumbuh tanaman dan kemampuan tanaman membentuk anakan, sehingga perbedaan umur tanaman menyebabkan perbedaan pada pola pertumbuhan luas daun. VUL memiliki umur panjang yaitu 155 hari memiliki pola pertumbuhan luas daun pada tahap awal lambat disebabkan kemampuan pembentukan anakan yang sedikit, kemudian meningkat dan menurun. Pada VUB, PTB, dan hibrida yang memiliki umur pendek yaitu sekitar 120 hari memiliki pola pertumbuhan daun yang tinggi pada tahap awal kemudian melandai dan menurun.
50 Varietas Maro menghasilkan luas daun per rumpun tertinggi pada semua tahap pengamatan (Tabel 9). Luas daun per rumpun terendah dihasilkan oleh VUL pada tahap anakan maksimum dan berbunga, sedangkan pada tahap pengisian biji dihasilkan oleh VUB. Varietas Maro dan Rokan (hibrida), B11143, BP360, dan Cimelati (PTB) mampu mempertahankan luas daun per rumpun yang tetap tinggi sampai pada tahap pengisian biji. Luas daun per tanaman dipengaruhi oleh kemampuan tanaman membentuk anakan. Kemampuan pembentukan anakan yang tinggi pada VUB dan hibrida menyebabkan karakter luas daun yang lebih besar sampai tahap berbunga, tetapi pada tahap pengisian biji VUB memiliki luas daun terendah. Hal ini disebabkan pada VUB memiliki karakter tiga daun bagian atas yang kecil dan tipis, sehingga daun mudah menguning dan mengering. Pada PTB dan VUL karakter luas daun yang tetap tinggi pada tahap pengisian biji karena memiliki karakter daun yang besar dan tebal, sehingga daun tetap hijau dan penurunan luas daun dari tahap berbunga diperlambat. Tabel 9 Luas daun pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Rojolele Pandan Wangi Unggul baru IR64 Ciherang Padi Tipe Baru Fatmawati Cimelati BP360 B11143 Hibrida Maro Rokan SL-8 SHS PP-1 Keterangan :
Luas daun per rumpun (dm2/rumpun) Anakan Berbunga Pengisian biji maksimum 10.1 c 11.3 c
20.7 c 21.9 c
19.5 ab 19.6 ab
14.8 ab 15.0 ab
21.6 c 24.7 abc
13.5 d 14.5 d
13.9 b 14.3 ab 13.5 b 14.4 ab
22.4 cb 27.0 ab 24.5 abc 24.8 abc
16.7 bcd 18.2 abc 19.8 ab 19.2 ab
16.4 a 14.8 ab 14.6 ab 15.8 ab
27.3 a 24.5 abc 21.7 c 23.5 abc
21.0 a 19.2 ab 16.6 bcd 15.3 cd
Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
51
Umur Berbunga dan Panen Padi Varietas Unggul Umur berbunga dan panen setiap varietas berbeda (Tabel 10). Hasil penelitian menunjukkan VUL memiliki waktu panen yang lebih cepat dibandingkan umur sesuai deskripsinya, varietas Rojolele panen setelah umur 150 hari dan Pandan Wangi 134 hari padahal umur berdasarkan deskripsinya adalah 155 hari. VUB, PTB, dan hibrida memiliki umur panen pendek dan hampir sesuai dengan deskripsinya.
Karakter umur panen selain ditentukan secara genetik
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan praktek budidaya. Tabel 10 Umur berbunga dan panen padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Rojolele Pandan Wangi Unggul baru IR64 Ciherang Padi Tipe Baru Fatmawati Cimelati BP360 B11143 Hibrida Maro Rokan SL-8 SHS PP-1
Umur berbunga
Umur panen
(Hari Setelah Semai)
(Hari Setelah Semai)
Umur panen (deskripsi varietas)
114 97
150 134
155 155
78 81
113 117
110 – 120 116 – 125
78 82 80 82
113 117 116 119
105 – 115 118 – 125 115 – 125 110 – 115
79 81 82 84
115 117 116 119
114 – 120 110 – 116 112 – 115 121
VUL memerlukan waktu yang lebih lama untuk berbunga yaitu Rojolele 114 HSS dan Pandan Wangi 97 HSS, sedangkan VUB, PTB, dan hibrida sekitar 78 – 84 HSS. Umur berbunga ditentukan oleh umur tanaman pada VUL memiliki fase vegetatif yang lebih panjang sehingga memiliki umur berbunga yang lebih lama.
Lamanya tahap pengisian biji atau pemasakan untuk semua varietas
memerlukan waktu antara 34 – 37 hari. Menurut Yoshida (1981) varietas dengan umur 120 hari bila ditanam pada daerah tropik maka tahap vegetatif memerlukan waktu sekitar 60 hari, tahap reproduktif memerlukan waktu 30 hari, dan periode pemasakan diperlukan waktu 30 hari.
Selanjutnya dinyatakan bahwa tahap
pertumbuhan vegetatif merupakan tahap yang menyebabkan terjadinya perbedaan
52 umur panen sebab lama tahap reproduktif dan pemasakan tidak dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan. Perakitan padi varietas unggul di Indonesia diarahkan pada umur panen yang lebih pendek dibandingkan varietas unggul lokal.
Hasil penelitian
menunjukkan VUB, PTB, dan hibrida memiliki umur panen genjah (kriteria ganjah 105 - 125 hari). VUL pada Rojolele memiliki umur dalam (kriteria dalam > 150 hari) sedangkan Pandan Wangi tergolong sedang (kriteria sedang 125 150). Menurut Yuan (2001) model pembentukan karakter morfologi padi hibrida super dengan hasil tinggi memiliki lama pertumbuhan sekitar 130 hari, pada PTB memiliki umur sedang sekitar 110 - 130 hari (Abdullah et al. 2008b).
Komponen Hasil Padi Varietas Unggul Karakter komponen hasil setiap varietas menunjukkan perbedaan (Tabel 11). VUB dan Maro menghasilkan jumlah malai per m2 lebih banyak yang tidak berbeda nyata dengan Rokan, tetapi berbeda nyata dengan varietas lainnya. Jumlah malai per m2 terendah dihasilkan oleh VUL dan Fatmawati. Jumlah gabah per malai tertinggi dihasilkan oleh Fatmawati yang berbeda nyata dengan semua varietas, sedangkan Rojolele dan VUB menghasilkan jumlah gabah per malai terendah. Persentase gabah isi terendah dihasilkan oleh Fatmawati yang tidak berbeda nyata dengan SL8-SHS dan PP1. VUL dan VUB menghasilkan persentase gabah isi yang lebih tinggi dan tidak berbeda nyata di antara kelompok varietasnya. Rojolele memiliki bobot 1000 butir yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan semua varietas, sedangkan bobot 1000 butir terendah dihasilkan oleh PP1 yang tidak berbeda nyata dengan SL8-SHS, B11143, dan IR64. Karakter setiap komponen hasil yang merupakan ukuran sink akan menentukan hasil gabah. VUL memiliki jumlah malai dan gabah per malai lebih sedikit tetapi memiliki keunggulan pada persentase gabah isi yang lebih tinggi (87.6 % dan 79.1 %), sedangkan VUB yang memiliki malai banyak dan jumlah gabah per malai lebih sedikit memiliki keunggulan pada persentase gabah isi (79.9% dan 82 %). Padi tipe baru memiliki karakter komponen hasil yang lebih baik yaitu jumlah malai sedang dengan jumlah gabah per malai yang banyak, namun memiliki kelemahan pada persentase gabah isi yang sangat rendah
53 terutama Fatmawati yang mencapai 53 %. Hibrida juga memiliki persentase gabah isi yang rendah meskipun memiliki jumlah malai dan gabah yang banyak. Persentase gabah isi yang rendah merupakan salah satu kelemahan PTB dan hibrida. Hasil penelitian Munarso (2011) menunjukkan hibrida dengan karakter malai panjang memiliki jumlah gabah isi yang rendah. VUB dengan karakter jumlah malai lebih banyak memiliki jumlah gabah per malai yang lebih sedikit. Tabel 11 Komponen hasil padi varietas unggul Varietas/Galur
Jumlah Jumlah malai/rumpun malai/m2
Jumlah Persentase gabah/malai gabah isi
Unggul Lokal 131.7 f 188.8 d 7.6 d Rojolele 169.9 de 193.8 d 7.8 d Pandan Wangi Unggul baru 124.8 f 373.8 a 15.0 a IR64 130.3 f 368.8 a 14.8 a Ciherang Padi Tipe Baru 285.9 a 188.8 d 7.6 d Fatmawati 159.3 e 310.0 bc 12.4 bc Cimelati 210.7 c 305.0 c 12.2 c BP360 262.7 b 298.8 c 12.0 c B11143 Hibrida 181.9 d 377.5 a 15.1 a Maro 171.5 de 342.5 ab 13.7 ab Rokan 183.3 d 302.5 c 12.1 c SL-8 SHS 176.9 de 320.0 bc 12.8 bc PP-1 Keterangan : Angka-angka pada kolom sama yang diikuti berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
Bobot 1000 butir gabah (g)
87.6 a 79.1 abc
32.25 a 30.04 b
82.0 ab 79.9 ab
25.48 hg 28.28 cd
53.0 g 66.3 def 65.0 ef 74.3 bcd
29.35 bc 27.33 def 26.45 efg 24.55 h
70.7 cde 68.6 def 59.6 fg 60.5 fg huruf yang
27.69 de 26.12 fg 25.77 hg 24.29 h sama tidak
Karakter komponen hasil pada VUL jumlah malai per m2 dan jumlah gabah per malai belum sesuai dengan desain untuk potensi hasil tinggi, sedangkan pada VUB jumlah malai per m2 (368 – 373 malai per m2) sesuai tetapi jumlah gabah per malai masih sangat rendah (124 – 130 gabah/malai). PTB dan hibrida belum semuanya sesuai dengan desain tanaman berdaya hasil tinggi. Meskipun memiliki jumlah gabah per malai yang sesuai (159 – 285 gabah/malai) tetapi PTB memiliki jumlah malai per m2 yang belum sesuai (188 – 310 malai per m2), sebaliknya hibrida memiliki jumlah malai per m2 yang sesuai (302 – 377 malai per m2) tetapi jumlah gabah per malai lebih sedikit di banding PTB. Kriteria untuk hasil yang lebih tinggi adalah jumlah malai sedang dan gabah per malai yang banyak yaitu jumlah malai 330 per m2 dan jumlah gabah per malai 150
54 (Peng dan Kush 2003), dan 12 - 18 jumlah malai per rumpun dengan jumlah gabah per malai 150 - 250 butir (Abdullah et al. 2008b). Bobot biji antara lain ditentukan oleh varietas. Hasil penelitian menunjukkan bobot 1000 biji berada pada kisaran sesuai deskripsinya yaitu VUL (30 - 32 g), VUB (25 - 28 g), PTB (24 - 29 g), dan hibrida (24 - 27 g). Karakter ideal untuk varietas dengan malai besar antara lain memiliki bobot 1000 butir 28 30 g (Jun et al. 2006), pada PTB berkisar 25 - 26 g (Abdullah et al. 2008b; Peng dan Kush 2003).
Hasil dan Indeks Panen Padi Varietas Unggul Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terhadap hasil gabah dan indeks panen pada setiap varietas. Hasil gabah tertinggi dicapai oleh galur B11143 (6.93 ton GKG/ha) dan berbeda nyata dengan semua varietas. Varietas Rokan, SL8-SHS, PP1, dan BP360 memberikan hasil gabah dan indeks panen terendah dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Indeks panen tertinggi pada B11143 tidak berbeda nyata dengan Fatmawati dan Cimelati. Tabel 12 Hasil ubinan,hasil, dan indeks panen padi varietas unggul Varietas/Galur
Hasil ubinan
(kg GKG/4m2)
Unggul Lokal Rojolele Pandan Wangi Unggul baru IR64 Ciherang Padi Tipe Baru Fatmawati Cimelati BP360 B11143 Hibrida Maro Rokan SL-8 SHS PP-1 Keterangan
:
Hasil (ton GKG/ha)
Indeks panen
Hasil dan potensi hasil berdasarkan deskripsi (ton GKG/ha)
Hasil
Potensi hasil
1.72 cd 1.62 d
4.29 cd 4.06 d
0.23 d 0.21 d
4.2 5.7
5 7.4
2.00 c 1.83 cd
5.00 c 4.57 cd
0.34 bc 0.30 c
5 6
6 8.5
2.44 b 2.49 b 1.06 e 2.77 a
6.09 b 6.21 b 2.64 e 6.93 a
0.40 a 0.39 ab 0.18 de 0.41 a
6 6 7.4 7.5
9 7.5 8.7 10
2.37 b 0.82 e 1.02 e 0.90 e
5.92 b 2.04 e 2.54 e 2.25 e
0.33 c 0.13 e 0.19 d 0.18 de
6.4 6 6.6
9.5 9 14.8 10.4
Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
55 Pencapaian
hasil
penelitian
dibandingkan
dengan
potensi
hasil
berdasarkan deskripsi berbeda untuk setiap varietas. Pada VUL dan VUB hasil penelitian lebih mendekati potensi hasilnya, dibandingkan PTB dan hibrida. Bahkan galur BP360, varietas Rokan, Maro, dan PP1 memiliki hasil yang sangat rendah disebabkan adanya serangan penyakit HDB seperti yang dibahas pada bab keadaan umum tempat penelitian. Hasil ini menunjukkan bahwa hibrida terutama Rokan, SL8-SHS, PP1, dan PTB galur BP360 sangat peka terhadap penyakit HDB. VUL dan VUB menunjukkan lebih tahan pada serangan penyakit HDB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan nilai indeks panen akan meningkatkan hasil gabah. Hal ini tampak pada hasil PTB > hibrida > VUB > VUL dengan indeks panen PTB > hibrida > VUB > VUL. Indeks panen adalah rasio bobot gabah dengan total biomas (Yoshida 1981). Dengan demikian dapat diduga bahwa rendahnya hasil pada VUL karena memiliki karakter tanaman yang tinggi yang menyebabkan rendahnya indeks panen dan menyebabkan hasil yang lebih rendah.
Kesimpulan Karakter tiga daun bagian atas PTB lebih baik dibandingkan dengan VUL, VUB, dan hibrida. PTB mempunyai panjang, lebar, dan tebal daun lebih besar dan sudut daun yang lebih kecil. Karakter kanopi daun VUB, PTB, dan hibrida tegak sedangkan VUL memiliki karakter kanopi daun terkulai. Karakter tinggi tanaman pada VUL tergolong tinggi, sedangkan pada VUB, PTB, dan hibrida tergolong pendek. Kemampuan pembentukan anakan pada hibrida dan VUB lebih banyak, sedangkan pada VUL dan PTB lebih sedikit. Kapasitas sink pada Pandan Wangi, Ciherang, PTB, dan hibrida tergolong besar. Galur B11143 memberikan hasil tertinggi yaitu 6.93 ton GKG/ha.
Hasil yang lebih tinggi
disebabkan oleh perbedaan karakter morfologi setiap varietas.