Kode Judul : V.16
"PEMBUATAN BENANG GELATIN SEBAGAI PRODUK TEKSTIL BIOMATERIAL MELALUI PROSES WET SPINNING" Rifaida Eriningsih
Kementerian Perindustrian BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI 2012
LATAR BELAKANG
Latar Belakang Kebutuhan benang bedah terserap masih dipenuhi impor Gelatin : produk alami (protein), belum termanfaatkan di bidang tekstil medis, bersifat biodegradable, non toxic, biocompatible, antibakteri, mudah didapat dan murah harganya. Berdasarkan literatur dan karakteristiknya, gelatin mampu sebagai therapeutic agent dan dapat dibuat benang melalui proses wet spinning Teknologi wet spinning merupakan teknologi yang sudah lama, namun industri tekstil di Indonesia baru memanfaatkan untuk pembuatan serat rayon dari polimer selulosa. Metode pembuatan benang gelatin perlu disosialisasikan Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012
1
PERMASALAHAN
Permasalahan keunggulan gelatin bersifat biocompatible, tidak menyebabkan alergi dan non toxic , Namun daya absorbsinya tinggi, sehingga mudah terdegradasi. perlu dipilih pelarut untuk mendapatkan larutan polimer gelatin yang stabil, tidak merusak gelatin dan dapat dipintal menjadi benang. dicampur dengan alginat yang relatif murah, mudah didapat dan juga terbukti sebagai therapeutic agent seleksi koagulan dan zat pengikat yang dapat berikatan silang dengan gelatin menjadi bentuk benang yang kuat, namun elastis
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012
2
METODOLOGI
• Ruang lingkup -Pembuatan benang gelatin dengan proses wet spinning , spineret 2000 µ -Digunakan tepung gelatin komersial kekuatan gel 250 Bloom -Dalam larutan pintal dicampur alginat yang diekstraksi dari rumput laut coklat -Proses koagulasi dalam 2 tahap dalam CaCl2 dan alkohol -Perlakuan dengan zat pengikat TGA dan GA,
• Fokus : Teknologi Kesehatan dan Obat • Desain Penelitian Membuat benang bedah gelatin terserap yang memenuhi syarat sifat fisik sesuai SNI 16-3346-1994, “Benang Operasi Terserap Sekali Pakai” dan US Pharmacopeia 29-NF 24, .serta lulus uji praklinis.
• Tahapan – Metode Pelaksanaan Kegiatan • Proses wet spinning melalui spineret, koagulasi, treatment dengan zat pengikat, penarikan, penggulungan, pengeringan
• Perkembangan dan Hasil Kegiatan Hasil penelitian berupa Benang gelatin / alginat kondisi optimum gelatin/alginat = 75/25 , sifat-sifat fisik sesuai SNI 16-3346-1994,dan U.S. Pharmacopeia 29-NF 24, bersifat antibakteri dan lulus uji praklinis terhadap hewan percobaan. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012
3
SINERGI KOORDINASI
• Lingkup dan bentuk koordinasi yang dilakukan Kerjasama dengan mitra uji (Farmasi ITB) yang juga sebagai nara sumber
• Nama lembaga yang diajak koordinasi Sekolah FarmasiITB, lab. Farmakologi dan Toksisitas Farmasi ITB
• Strategi pelaksanaan koordinasi Melakukan diskusi dan masukan dari mitra sesuai bidang kepakarannya dan pengujian dilakukan di lab. Mitra meliputi uji antibakteri, uji iritasi dan praklinis
• Signifikansi capaian koordinasi yang dilakukan Uji praklinis telah lulus uji dan untuk kedepannya akan dilakukan uji pembedahan pada organ dalam hewan
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012
4
PEMANFAATAN HASIL KEGIATAN •Kerangka dan strategi pemanfaatan hasil kegiatan Sosialisasi hasil penelitian untuk mendukung potensi daerah berupa tepung gelatin dan tepung alginat dari rumput laut coklat Tetap melakukan kerjasama dengan Farmasi ITB dan merintis kerjasama dengan FKG UGM dalam hal penelitian pemanfaatan benang gelatin pada pembedahan organ dalam hewan
•Wujud - bentuk pemanfaatan hasil kegiatan masih terbatas pada pemanfaatan potensi daerah, yaitu tepung gelatin dan tepung alginat dari rumput laut coklat
•Data (jumlah dan demografi) pihak yang memanfaatkan hasil kegiatan Belum ada pihak yang memanfaatkan karena masih akan dilakukan uji reprodusibilitas, uji kadaluarsa , uji coba pada organ dalam hewan dan uji klinis
•Signifikansi pemanfaatan yang dirasakan pihak penerima manfaat hasil kegiatan Kedepannya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan benang bedah yang masih dipenuhi impor terutama benang terserap Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012
5
POTENSI PENGEMBANGAN KE DEPAN
• Rancangan Pengembangan ke depan Hasil penelitian disosialisasikan melalui : Publikasi pada jurnal/majalah ilmiah, Seminar atau diseminasi. Kepada pengguna, rumah sakit, dokter, industri farmasi.
• Tahapan Pengembangan ke depan Pada tahun berikutnya diharapkan diperoleh hasil uji reprodusibilitas, kadaluarsa dan lulus uji pada pembedahan organ dalam hewan, yang selanjutnya akan dilakukan uji klinis
• Strategi Pengembangan ke depan Terwujudnya kerjasama dengan FKG UGM dan industri Farmasi yanga berpotensi untuk diajak kerjasama
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012
6
Proses percobaan
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012
7
Penyayatan : lebar 1 cm,kedalaman 1 cm (paha kanan dan kiri)
Penjahitan luka : 2 jahitan dan 2 simpul (paha kanan tidak dijahit, paha kiri dijahit
Hari ke 2, luka masih basah, benang bedah tampak jelas
Hari ke 4, luka mulai kering benang masih terlihat
Hari ke 5, luka kering /sembuh , benang tampak samar
Hari ke 6, luka sembuh, benang tidak terlihat
Hari ke 6, blangko (tanpa dijahit) luka tetap terbuka, memerah, bernanah
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang 2012
Hari ke 3, masih tampak goresan luka, benang masih tampak
Hari ke 7, luka mentutup sempurna tidak ada bekas
Hari ke 7, luka belum sembuh terdapat jaringan parut
8
logo lembaga
Peneliti
: Rifaida Eriningsih Theresia Mutia Dikdik Natawijaya Dermawati Achmad Sjaifudin Nara Sumber : Prof. Elin Yulinah Sukandar [ NAMA TIM PENELITI ]