1
Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Bermain Kartu Kata Di kelas II SDN 9 Tilango, Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo WIDYAWATI DJ. LAHATI (Mahasiswa S1 Jurusan PGSD FIP UNG) Pembimbing Dra. Dajani Suleman, M. Hum Dra. Hj. Evi Hasim , M.Pd ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah kemampuan siswa membaca permulaan dengan bermain kartu kata pada siswa kelas II SDN 9 Tilango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan siswa membaca permulaan dengan bermain kartu kata di kelas II SDN 9 Tilango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa membaca permulaan di kelas II sudah meningkat. hal ini dilihat dari hasil data siswa sebanyak 10 orang, yang mendapat kategori mampu adalah 90%, dan Kategori tidak mampu membaca 10%. Demikian dapat disimpulkan bahwa siswa di kelas II SDN 9 Tilango telah mampu membaca permulaan. Dengan adanya penerapan pendekatan pembelajaran dengan permainan kartu kata ini diharapkan dapat memperbaiki sistem pembelajaran di kelas II SD khususnya pembelajaran membaca permulaan. BAB I PENDAHULUAN Salah satu tingkatan pendidikan yang harus dilalui oleh siswa adalah pendidikan sekolah dasar. Pendidikan sekolah dasar memiliki tujuan institusional yakni sekolah dasar memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan anggota umat manusia serta mempesiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Memperhatikan perananya yang begitu besar sekolah dasar harus mempersiapkan dengan sebaik-baik sehingga menjadi sekolah dasar yang bermutu. Sekolah dasar tidak akan bermutu dengan baik, unggul dengan sendirinya melainkan dengan upaya peningkatan mutu pendidikannya. Salah satu mata pelajaran yang tertuang dalam kurikulum 2004 SD adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan alat pendidikan yang perlu dibina dan dikembangkan. Karena bahasa Indonesia sangat memegang peranan penting dalam aspek kehidupan. Khususnya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia ada sejumlah keterampilan yang perlu dikuasai oleh siswa. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan membaca khususnya kelas II SD dikenal dengan keterampilan membaca permulaan. membaca permulaan adalah keterampilan membaca yang hanya terbatas pada pembunyiaan lambang tertulis dan pelafalan
2
kata tanpa harus memahami naskah. ( pusat pengembangan profesi pendidik, 2012: 7). Untuk kemampuan membaca permulaan tersebut yakni dengan kegiatan membaca teknik, kegiatan ini bertujuan untuk melatih siswa menyuarakan lambang-lambang tertulis. Melalui kegiatan ini siswa dibiasakan membaca dengan intonasi yang wajar, tekanan yang baik, dan lafal yang benar. Disini diharapkan siswa mampu mengucapkan kata-kata dalam kalimat dengan lafal yang baku. Aktivitas siswa pada usia sekolah dasar masih dipengaruhi kegiatan bermain, sebab dalam bermain siswa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dengan mencoba berbagai cara dengan mengerjakan sesuatu dan memilih dan menentukan cara yang paling tepat. Dalam bermain siswa menggunakan bahasa untuk membawakan aktivitasnya, memperluas dan menyaring bahasa mereka dengan berbicara dengan mendengar orang lain ketika bermain, mereka belajar memahami orang lain dengan mencoba mensepakati komitmen yang mereka buat dari berbagai aturan dan menilai pekerjaan secara bersama-sama dalam area, intelektual, sosial, /emosional dan fisik ( Depdikbud, 2007: 183). Kegiataan bermain tersebut tanpa disadari dapat membantu guru dalam mempermudah siswa dalam membaca khusunya kegiatan membaca permualaan. Namun kenyataan yang ada menunjukan bahwa guru banyak menuntut siswa untuk secara total mengejar rangking dan skor tertinggih dalam prestasi akademiknya tanpa mempertimbangkan tugas perkembangan siswa yang dihadapinya. Dengan kenyataan tersebut pada akhirnya siswa akan cepat bosan menerima pelajaran, selain itu siswa tidak termotivasi untuk mengenal dan memahami materi yang disajikan yang pada akhirnya siswa tidak dapat mencapai ketuntasan dalam belajar khususnya materi membaca. Hal ini ditandai dengan kurang lancarnya siswa dalam membaca, hal tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada yakni kurangnya aktivitas siswa dalam membaca permulaan, kurang mampu membaca dengan intonasi yang tepat. Berdasarkan sekian banyak teknik dalam membaca permulaan maka bermain kartu kata dianggap sangat tepat digunakan oleh peneliti untuk bisa melihat sejauh mana pencapai pembelajaran tersebut. Untuk itu peneliti ingin mengkaji tentang bermain kartu kata untuk kemampuan membaca permulaan bagi siswa di SDN 9 Tilango yang dirumuskan dalam judul penelitian “kemampuan siswa membaca permulaan dengan bermain kartu kata di kelas II SDN 9 Tilango Kabupaten Gorontalo. BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Hakikat Membaca Membaca adalah usaha memahami bacaan sebaik-baiknya, jika teks yang dilafalkan maka pembelajaran jelas dan fasih, tepat informasi dan penjelasannya, sehingga komunikatif dengan pendengar, dan juga ditandai oleh suatu pemahaman teks. Selain itu membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dihati. ( Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, 2002: 5-18). Pendapat tersebut dipertegas kembali oleh Ahmad S Harja Sujana
3
(dalam Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, 2012: 5) menyatakan bahwa membaca merupakan kegiatan yang merespon lambang-lambang terulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Muara akhir kegiatan membaca adalah memahami ide atau gagasan yang terkuat, tersirat bahkan tersorot dalam bacaan. 2.1.2. Tujuan Membaca Waples (dalam Nurhadi, 2005 : 135) menemukakan bahwa tujuan membaca meliputi : a) Mendapat alat tertentu (instrumental effect), yaitu membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktis :misalnya cara membuat masakan, cara membuat topi, cara memperbaiki bola lampu, dan sebagainya. b) Mendapat hasil yang berupa prestise (prestige effect), yaitu membaca dengan tujuan ingin mendapat rasa lebih (self image) dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya. Misalnya, seseorang akan merasa lebih bergensi bila bacaannya majalah-majalah yang terbit di luar negeri. c) Memperkuat nilai-nilai pribadi atau keyakinan, misalnya membaca untuk mendapat kekuatan keyakinan pada partai politik yang kita anut, memperkuat keyakinan agama, mendapat nilai-nilai baru dari sebuah buku filsafat, dan sebagainya. d) Mengganti pengalaman estetik yang sudah asing, misalnya membaca untuk tujuan mendapat sensasi-sensasi baru melalui penikmatan emosional bahan bacaan (buku cerita, novel, cerita pendek, cerita kriminal, dan lain sebagainya. e) Membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan atau penyakit tertentu. 2.1.3. Fungsi Membaca Kegiatan membaca yang merupakan jantungnya pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut. 1. Fungsi Intelektual Dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina daya nalar kita. Contoh : membaca buku-buku pelajaran, karyakarya ilmiah, laporan peneliti, skripsi, tesis, disertasi,dan lain-lain. (Amir, 2004: 5) 2. Fungsi Pemacu Kreativitas Hasil membaca kita dapat mendorong, menggerakkan diri kita untuk berkarya, didukung oleh keluasan wawasan dan pemilihan kosa kata. Contoh: buku ilmiah, bacaan sastra, dan lain-lain 3. Fungsi Praktis Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan, misalnya: teknik memotret, teknik memelihara ikan lele, resep membuat minuman dan makanan, cara merawat tanaman, dan lainlain. 4. Fungsi Religious Membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. 5. Fungsi Informatif
4
Dengan membaca banyak bacaan, informasi lebih cepat kita dapatkan. Contoh : dengan membaca majalah dan koran dapat kita peroleh berbagai informasi yang sangat penting atau kita perlukan dalam kehidupan seharihari. 6. Fungsi Rekreatif Membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasyikkan,. Contoh : bacaan-bacaan ringan, novel-novel, cerita humor, Variabel karya sastra, dan lain-lain. 7. Fungi Sosial Kegiatan membaca mempunyai fungsi sosial yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring. Dengan demikian kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat dan berpikir. Contoh : pembicaraan berita, karya sastra, pengumuman, dan lain. 8. Fungsi Pembunuh Sepi Kegiatan membaca juga dapat dilakukan untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi waktu luang. Contoh : membaca majalah, surat kabar, dan lain-lain. (Amir, 2004: 5) 2.1.4. Manfaat Membaca Selain fungsi tersebut diatas, kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat, antara lain : (1) Memperoleh banyak pengalaman hidup. (2) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan. (3) Mengetahui berbagai besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa. (4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia. (5) Dapat memecahkan berbagai masalah berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai. (6) Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dan lain-lain yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. (7) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap desistensi, dan lain-lain 2.1.5. Jenis-jenis Membaca dan Karakteristiknya Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan membaca, maka proses membaca dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (a). Membaca nyaring, membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis adalah: (1) Menggunakan ucapan yang tepat, (2) Menggunakan frase yang tepat, (3) Menggunakan intonasi suara yang wajar, (4) Dalam posisi sikap yang baik, (5) Menguasai tanda baca, (6) Membaca dengan terang dan jelas, (7) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, (8) Membaca dengan tidak terbata-bata, (9) Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya, (10) Kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya, (11) Membaca dengan tanda terus-menerus melihat bahan bacaan, (12) Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri; (b). Membaca dalam hati, membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.
5
2.2. Hakikat Membaca Permulaan 2.2.1. Pengertian Membaca Permulaan Membaca permulaan adalah membaca yang hanya terbatas pada pembunyian lambang tertulis dan pelafalan kata tanpa harus memahami naskah . Membaca yang sudah berusaha untuk memahami bacaan dinamakan membaca lanjut. (Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, 2012: 8). 2.2.2. Tujuan Membaca Permulaan Tujuan membaca permulaan di kelas II adalah agar “ Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 2007: 4). 2.2.3. Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan di SD Menurut Hiola Warni (2004: 23) pembelajaran membaca permulaan. Dimulai dengan; 1. Tahap persiapan 2. Tahap membaca 3. Kata-kata baru 2.3. Hakikat Bermain dalam pembelajaran membaca permulaan 2.3.1. Pengertian Bermain Bermain bagi anak adalah apa yang mereka lakukan sepanjag hari, bermain adalah Kehidupan belajar, dan bekerja. Anak-anak adalah pemain alami, mereka menikmati bermain dan dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama untuk sebuah keterampilan. Bermain merupakan motivasi intrinsik bagi anak dan tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. 2.3.2. Manfaat Bermain Bagi Anak Bermain bagi anak, Selain merupakan kebutuhan bagi setiap anak, diperlukan waktu yang cukup banyak terutama pada saat di usia SD, menurut Tecik (dalam Depdikbud, 2007: 183) diperlukan 4-5 jam perhari bagi anak untuk bermain, pada saat bermain anak dapat memenuhi kebutuhan geraknya. 2.3.3. Karakteristik Bermain Menurut Maxim (dalam Depdikbud, 2007: 183), mengemukakan lima karakteristik yang dapat diidentifikasikan dalam bermain yaitu; (1) Motifasi intrinsik, aktifitas bertujuan untuk kesenangan dan motifasi datang dari dalam diri anak; (2) Penekanan pada proses bukan hasil;(3) Perilaku nonliterial, anak-anak menggunakan kekuatan yang luar biasa untuk berpura-pura selama bermain; (4) Kebebasan;(5) Kesenangan. 2.3.4. Fungsi Bermain dalam Pendidikan Kegiatan bermain dalam pendidikan dimulai oleh siswa TK. Kegiatan bermain selalu menjadi bagian dari program pendidikan anak-anak. Melalui situasi bermain anak diharapkan mendapat pemahaman mendalam terhadap objek-objek dan memiliki keterampilan khusus. 2.3.5. Jenis-jenis Permainan Bahasa Ada beberapa macam permainan yang dapat digunakan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia. Beberapa contoh diantaranya yaitu; (1) Bisik berantai. Permainan ini dilkukan dengan cara, setiap siswa harus membisikkan suatu kata ( untuk kelas rendah) atau kalimat atau cerita (untuk kelas tinggi) kepada pemain
6
berikutnya. Terus berurut sampai pemain terakhir, pemain yang terakhir harus mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang dibisikan. (2) Kim Lihat (Lihat Katakan). Sediakan beberapa benda, atau sayuran atau buah-buahan dalam suatu kotak tertutup. siswa berkelompok. (3) Aku seorang detektif. Permainan ini dilakukan berpasangan. (4) Bertanya dan menerka. Para siswa dibagi dua kelompok, kelompok satu sebagai penjawab dan kelompok kedua sebagai penanya. (5) Baca lakukan. Permainan ini untuk kelas rendah yang sudah bisa membaca. Dilakukan berpasangan harus melakukan apa yang diperhatikan dalam membaca. Dilakukan berpasangan, seorang harus membaca suruhan tertulis yang dibuat guru, pasangannya harus melakukan apa yang diperintahkan dalam membaca. (6) Bermain telepon, permainan ini kelas rendah. Siwa secara berpasangan mempersiapkan alat untuk menelpon, baik telepon, baik telepon biasa maupun telepon genggam. (Depdikbud, 2007: 161) 2.4. Hakikat Permainan Kartu Kata 2.4.1. Pengertian Kartu Kata Menurut Soedarso (dalam Esti Ismawati, 2005: 78) bahwa dalam pembelajaran menggunakan kartu kata, kartu huruf, kartu kalimat, atau kartu berseri dan kartu bergambar, guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu kata tersebut dan digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata siswa diajak bermain dengan menyusun kata berdasarkan teka teki yang dibuat oleh guru. 2.4.2. Langkah-Langkah Bermain Kartu Kata 1. Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi lanjutan membaca yakni membaca suatu wacana yang berhubungaan dengan tema binatang 2. Wacana tersebut dibuat oleh guru dalam bentuk pias pias kata, pias-pias kata tersebut dimasukan kedalam masing masing kotak dari setiap kelompok . 3. Guru menugaskan siswa untuk membaca wacana dengan bermain kartu kata tersebut sambil diberikan penjelasan tentang peraturan permainan 2.5. Kajian Relevan Hasna Asmu (2010) dalam penetian yang berjudul “Meningkatkan kemampuan membaca permainan kartu kata pada siswa kelas 2 SDN 08 Mananggu kecamatan mananggu kabupaten boalemo. Dalam penilaian tersebut ia menyimpulkan berdasarkan hasil penialian menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: a) Pada siswa kelas 2 SDN 08 Mananggu kecamatan Mananggu masih ada 4 orang yang belum mampu membaca kata dalam pembelajaran bahasa Indonesia. b) Faktor penghambat kurang mampunya siswa kelas 1 yaitu: siswa lebih banyak bermain ketimbang belajar, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, kurangnya pemahaman siswa dalam kegiatan membaca. c) Penggunaan kartu kata di kelas 1 dalam membaca permulaan merupakan hal yang cukup menarik jika diberikan variasi warna
7
d) Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang paling utama karena pengetahuan harus ditempuh dengan kemampuan membaca yang baik. Ruliyanti A Kamali (2009) dalam penelitian yang berjudul “Meningkatkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Latar Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Tabel 1. Keadaan Jumlah Murid SDN 9 Tilango NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jumlah
KELAS I II III IV V VI 6
L 10 7 7 9 6 7 45
P 9 3 4 7 4 10 38
JUMLAH 19 10 11 16 10 17 83
KET
Sumber Data : Statistik Keadaan Jumlah Murid SDN 9 Tilango Tahun 2013 3.1.2. Waktu Penelitian Tabel 2. Waktu dan jenis penelitian Bulan No. 1.
2. 3. 4.
Kegiatan Penyusunan dan penyeminaran proposal Pengurusan ijin penelitian Pelaksanaan penelitian Penyusunan laporan
Maret April Mei M M M M M M M M M M M M 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
8
3.1.3. Keadaan Tenaga Pengajar Tabel 3. Keadaan Guru SDN 9 Tilango NO NAMA PENDIDIKAN JABATAN 1. Hj. Ratna Wulungo, S.Pd SI Kepsek 2. Maryam R Arapa, S.Pd SI Guru 3. Marni Danial, A.Ma.Pd DII Guru 4. Aisa O Kasim, S.Pd SI Guru 5. Lisnawati Rahman, S.Pd SI Guru 6. Hapsa Dengo, A.Md.Pd SI Guru 7. Namsi.K.Ulitoto, S.Pd DII Guru 8. Roy. S. Wungguli SMA GMP 9. Hendrik. R. Radjuku SMA OPERATOR 3.1.4. Sarana dan Prasarana Sekolah Tabel 4. Keadaan Sarana Dan Prasarana SDN 9 Tilango NO JENIS SARANA/ PRASARANA JUMLAH KET 1. Ruang Belajar 6 2. Ruang Kep. Sek/ Dewan Guru 1 3. Bangku/Meja 166 4. Meja Guru 9 5. Kursi Guru 9 6. Kursi Tamu 1 7. Papan Tulis 9 8. Papan Absen Kelas 9 9. Lapangan Bulu Tangkis 1 10. Perumahan Sekolah 1 Sumber Data : Statistik Keadaan Sarana Prasarana SDN 9 Tilango 2012/2013 3.2. Pendekatan Dan Jenis Penelitian 3.2.1. Pendekatan Dalam Pendekatan penelitian ini untuk memperoleh data dan menganalisis data, penelitian berpedoman pada ketentuan yang menjadi standar penyusunan karya ilmiah. 3.2.2. Jenis Penelitian Deskripkif Kualitatif Sesuai dengan sifat dan karakter permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini yang akan digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Sehingga metode penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. 3.3. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti sebagai instrument kunci, karena peneliti merupakan penentu dari semua proses penelitian. Karena peneliti bertindak sebagai partisipasi aktif langsung sebagai perencana, mengumpulkan data, menganalisis data, dan sebagai pelopor hasil penelitian. 3.4. Data Dan Sumber Data 3.4.1. Data Untuk memperoleh data yang mendukung dalam pemecahan masalah ini maka data yang dimaksud dalam penelitian ini terbagi atas dua:
9
1. Data Primer Data primer adalah dalam penelitian ini merupakan data yang hanya bisa kita peroleh dari sumber hasil wawancara langsung di lokasi atau lapangan secara langsung. Data primer ini dalam bentuk kualitatif atau pernyataanpernyaatan. 2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah merupakan data yang sudah tersedia dan peneliti tinggal mencari dan mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu guru kelas, kepala sekolah dan siswa. 3.4.2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah para guru dan siswa dalam bentuk hasil belajar siswa, dan perangkat pembelajaran. Data hasil belajar berupa hasil evaluasi siswa setelah mengalami proses belajar. Hasil evaluasi ini yang menjadi dasar bagi peneliti untuk mempertanggung jawabkan penelitian. 3.5. Prosedur Pengumpulan Data Data Dapat Diperoleh Melalui : 3.5.1 Observasi Dengan tetap berfokus pada subjek yang diteliti. Observasi dalam hal ini peneliti mengamati proses pembelajaran bahasa Indonesia tentang membaca permulan pada siswa kelas II SDN 9 Tilango yang berlangsung pada saat penelitian 3.5.1. Wawancara Data penelitian ini diperoleh secara lengkap setelah melihat dan mengamati secara langsung proses belajar mengajar. Dan mengadakan Tanya jawab (Dialog) kepada tiga sumber utama yakni kepala sekolah, wali kelas, dan siswa. Untuk mengetahui apakah ada hubungannya permainan kartu kata dengan kemampuan siswa dengan membaca permulaan. Serta memberikan kejelasan, melalui isi wawancara yang telah dilakukan didalam penelitian sebagai berikut : a. Wawancara untuk guru 1. Pernakah guru menggunakan permainan kartu kata ketika membaca permulaan ? 2. Apakah ada hambatan dalam menggunakan permainan kartu kata ketika membaca permulaan ? Jika ada, hambatan apa yang guru temukan ? 3. Apakah siswa bermotivasi ketika guru menggunakan permainan kartu kata dalam membaca permulan ? 4. Ketika guru mengajar menggunakan permainan kartu kata dalam membaca permulaan, bagaimanakah respon siswa dan apakah siswa terlibat aktif ? 5. Apakah permainan kartu kata merupakan salah satu upaya yang dapat meningkatkan membaca permulaan, dan bagaimana cara guru jika masih ada siswa yang lambat membaca permulaan dengan menggunakan kartu kata?
10
b. Wawancara Untuk Siswa 1. Pernakah adik-adik menggunakan permainan kartu kata di sekolah ini ? 2. Kesulitan apa yang adaik-adik temukan ketika menggunakan permainan kartu kata dengan konsep membaca permulaan ? 3. Apakah yang adik-adik rasakan ketika belajar menggunakan permainan kartu kata dalam membaca permulaan ? Apakah adik merasa senang atau bosan? 4. Ketika sudah menggunakan permainan kartu kata, soal latihan membaca permulaan yang diberikan guru dapat dilalukan dengan baik? 5. Apakah hasil belajar siswa meningkat jika menggunakan permainan kartu kata ? 3.5.2. Dokumentasi Dokumentasi pada penelitian ini sebagai bukti fisik bahwa pengumpulan data benar-benar terjadi di lapangan. Dalam hal ini peneliti memperoleh dokumentasi melalui video dan foto. Dengan dokumentasi, maka akan diperoleh suatu bukti otentik terhadap penelitian yang dilakukan. Selain itu, ada teks wacana yang menjadi pendukung bagi peneliti berada di lapangan yaitu teks wacana kemudian diubah dalam bentuk kartu kata. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Hasil penelitian ini dapat dibahas secara keseluruhan, apabila hasil penelitian didahului dengan pengamatan serta pemaparan dengan jelas hasil temuan umum dan temuan khusus pada penelitian yang telah dilaksanakan 4.1.1 Temuan Umum Adapun gambaran umum yang ditemui peneliti yaitu kendala siswa dalam kegiatan belajar mengajar, maksudnya adalah pada belajar siswa berdasarkan sistem dan proses belajar secara intensif dan merupakan suatu integrasi hidup. Dimana kesemuanya saling berkaitan antara satu sama lain secara aktif melaksanakan program-program belajar yang telah dilakukan untuk merubah sikap dan tingkah laku siswa kearah yang positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar sering ditemukan masalahmasalah yakni kurangnya dukungan mutu guru dan kesadaran orang tua tentang arti dan fungsi sekolah, dalam hal ini orang tua sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa. 4.1.2. Temuan Khusus Temuan khusus pada penelitian ini adalah gambaran kemampuan siswa membaca permulaan dengan bermain kartu kata di kelas II SDN 9 Tilango dapat dikemukakan dalam tabel berikut:
11
Tabel 5. Kemampuan Membaca Permulaan Sebelum Diadakan Permainan Kartu Kata Aspek
No Nama
Pelafalan 3
2
Intonasi
1
3
√
1.
Jendris R
2.
Ilham Y
3.
Rahmatia
4.
Siti M.
√
5.
Ahmad
√
6.
Feb
√
7.
Idul P
8.
Cicin C.
9.
Eka S
10
Mohamad
√
Jumlah Presentasi
5 50 %
√ √
2
1
Kejelasan Suara
Kelancaran
3
3
√
√
√
√
√
2
√
√
√ √
√ √
√
√
√
√
√
√ 1 10 %
4 40 %
3 30 %
√
√
7 70 %
0 0 %
6 60 %
68% 92%
M
7
58%
TM
16
83%
M
12
100%
M
√
10
83%
M
√
11
92%
M
8
68%
KM
8
68%
KM
12
100%
KM
√ 1 10 %
KM
8 11
√
√ 3 30 %
Ket
√
√
√
Presen tase
1
√
√ √
2
√
√ √
1
Jum lah Skor
6 60 %
4 40 %
0 0 %
Hasil Penilaian : M = Mampu Tidak Mampu
Ket: : 50% M : 76-100 % : 50% KM : 60-75 % TM : 0 -59 % Berdasarkan hasil pengamatan tersebut ternyata yang mendapatkan kategori mampu membaca sebanyak 5 orang atau 50%, dan kategori tidak mampu membaca 5 orang atau 50%. Dari data tersebut peneliti mengambil ke simpulan ternyata hasil belajar siswa belum sesuai dengan apa yang diharapkan. dengan demikian peneliti merancang suatu pendekatan yang dapat membantu keberhasilan siswa dalam pembelajaran membaca yakni dengan menggunakan bermain kartu kata. Hal dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh pada kemampua membaca dengan menggunakan kartu kata di kelas II pada tabel berikut ini: Tabel 6. Daftar Pengamatan Membaca Permulaan Siswa Aspek Pelafalan No
Kejelasan Suara
Intonasi
Nama 3
2
1
3
2 √
1
3
1.
Jendris R
√
2.
Ilham Y
√
3.
Rahmatia
√
4.
Siti M
√
√
√
5.
Ahmd M
√
√
6.
Feb Y
√
√
7.
Idul P
√
√
√ √
2
Kelancaran 1
3
√
√
√
√
2
Jum lah Skor
Presen tase
Ke t
1 11
92%
M
12
100%
M
10
83%
M
√
12
100%
M
√
√
12
100%
M
√
√
12
100%
M
√
√
12
100%
M
√
√
12 8.
Cicin C
√
9. 10
Eka S Rivai
√
Jumlah Presentasi
√ √
√
√ √
√
√
√
9
√
10
√
12
10
0
0
6
3
1
9
1
0
7
3
0
100
0 %
0 %
60 %
30 %
10 %
90 %
10 %
0 %
70 %
30 %
0 %
%
Hasil penilaian : M = Mampu : 90% TM = Tidak Mampu : 10%
75% 83% 100%
K M M M
Ket : M = 76-100 % KM = 60-75 % TM= 0 -59 % Berdasarkan hasil pengamatan tersebut ternyata yang mendapatkan kategori mampu membaca sebanyak 9 orang atau 90 %, kategori tidak mampu 1 orang atau 10 %. Berikut akan diuraikan penilaian siswa yang mampu dan tidak mampu membaca permulaan dengan bermain kartu kata 1. Jendris R Luawo Disaat pembelajaran berlangsung siswa tersebut memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Oleh dari itu dalam aspek pelafan, kejelasan suara, kelancaran sudah mampu, sedangkan pada aspek intonasi masih kurang mampu. Sehingga jendris mendapatkan nilai 92 dengan kriteria mampu. 2. Ilham Yunus Gani Disaat pembelajaran berlangsung siswa tersebut memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Oleh dari itu dalam aspek kejelasan suara, pelafalan, intonasi dan kelancaran sudah mampu. Sehingga Ilham mendapatkan nilai 100 dengan kriteria mampu. 3. Rahmatia Lamalani Disaat pembelajaran berlangsung siswa tersebut memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Sehingga dalam aspek pelafan sudah mampu, kelancaran masih kurang mampu, intonasi kurang mampu, kejelasan suara mampu. Oleh dari itu rahamatia mendapat nilai 83 dengan kriteria mampu. 4. Siti Marwia Latif Disaat pembelajaran berlangsung siswa tersebut sangat memperhatikan penjelasan guru dengan baik, Sehingga dalam aspek pelafan mampu, intonasi mampu, kejelasan suara mampu, kelancaran mampu. Oleh dari itu siti marwia mendapatkan nilai 100 dengan kriteria mampu. 5. Ahmad Majid Hasan Disaat pembelajaran berlansung siswa tersebut sangat memperhatikan penjelasan guru dengan baik, tidak suka mengganggu teman sehingga dalam aspek membaca pelafan mampu, kelancaran mampu, intonasi mampu, kejelasan suara mampu. Oleh dari itu ahmad mendapatkan nilai 100 dengan kriteria mampu.
13
6. Febrian Yusuf Disaat pembelajaran berlangsung siswa tersebut sangat memperhatikan penjelasan guru sehingga dalam aspek pelafan mampu, kejelasan suara mampu, pelafan mampu, intonasi mampu, kelancaran mampu. Oleh dari itu febrian mendapatkan nilai 100 dengan kriteria mampu.. 7. Idul Pango Disaat pembelajaran berlangsung siswa tersebut sangat memperhatikan penjelasan guru dengan baik, selalu fokus dalam setiap tahap permainan. Sehingga dalam aspek pelafan mampu, intonasi mampu, kejelasan suara mampu, kelancaran mampu. Oleh dari itu idul pango mendapatkan nilai 100 dengan kriteria mampu. 8. Cicin Cahyani Ismail Dalam pembelajaran siswa tersebut sudah sembuh sakit sehingga siswa tersebut sudah mampu memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Dalam aspek penilaian pelafan mampu, intonasi kurang mampu, kejelasan suara mampu, kelancaran kurang mampu. Oleh dari itu cicin mendapatkan nilai 75 atau dengan kriteria tidak mampu. 9. Eka Saputra Abas Dalam pembelajaran siswa tersebut mulai memperhatikan penjelasan guru dan sudah bisa bermain dengan baik dan tekun sehingga dalam aspek pelafalan mampu, intonasi kurang mampu, kejelasan suara mampu, kelancaran kurang mampu. Oleh dari itu eka saputra mendapatkan nilai 83 dengan kriteria mampu. 10. Mohamad Rivai Disaat pembelajaran berlansung siswa tersebut sangat memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Sehingga dalam aspek pelafan mampu, intonasi mampu, kejelasan suara mampu, kelancaran mampu. Oleh dari itu mohamad mendapatkan nilai 100 dengan kriteria mampu. Dari hasil penilaian yang awalnya kurang mampu membaca dan tidak lancar membaca tapi dengan adanya permainan kartu kata ini, siswa tersebut sudah mampu membaca karena siswa merasa senang dan siswa tersebut telah termotivasi untuk membaca lancar dengan adanya bermain kartu kata tersebut. Pada Uraian Tersebut, temuan khusus yang ditemui peneliti dalam kemampuan siswa membaca permulaan dengan bermain kartu kata di kelas II SDN 9 Tilango, Yaitu 1. Problem prestasi belajar siswa, dimana yang dimaksud peneliti yakni masalah dalam belajar siswa. Dalam upaya belajar tidaklah hanya berdiri sendiri melainkan ada kerja sama antara orang tua dan sekolah dengan kata lain program belajar siswa merupakan suatu integrasi antara guru dan orang tua untuk menerima anaknya sebagai siswa yang memiliki kemampuan dan masa depan serta mendapatkan perlakuan yang baik seperti siswa yang lain, maka dapat disimpulkan bahwa semua kegiatan yang dilakukan dalam belajar siswa dapat membawa dampak positif serta membawa pengaruh besar dalam upaya menigkatkan prestasi belajar siswa.
14
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Adapun faktor pendukung dalam kegiatan permainan dalam pembelajaran membaca adalah (a) faktor kesehatan, anak yang lebih sehat akan cenderung melakukan dan menyenangi kegiatn bermain aktif (b) perkembangan motorik, kegiatan bermain aktif lebih banyak menggunakan keterampilan motorik, terutama motorik kasar seperti berlari, melompat, meloncat. (c) faktor Integensi, anak yang pandai lebih kreatif dan penuh ingin tahu ,sehingga kegiatan bermain aktif dan pasif sama-sama diminati oleh anak yang pandai. (d) faktor jenis kelamin, dalam kegiatan bermain diharapkan guru maupun orang tua menyedikan permainan yang bervariasi untuk semua anak baik lakilaki maupun perempun. (e) faktor lingkungan dan taraf sosial ekonomi, anak yang berasal dari lingkunagan dan tingkatan sosial ekonomi yang tinggi cenderung memiliki kesehatan yang baik dan fasilitas yang memadai. Sehingga memungkinkan anak untuk bebas melakukan berbagai jenis permainan. Dari sekian faktor yang dikemukakan ada faktor yang sangat mendukung ketercapaian tujuan permainan dalam membaca permulaan yakni kejelasan dan pemahaman baik oleh guru maupun siswa terhadap peraturan permainan yang telah ditentukan . Adapun faktor penghambat yang ditemui peneliti yakni :(a) kurangnya ketersedian waktu dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakn permainan. (b) kesiapan kondisi fisik siswa dalam permainan melalui pembelajaran. (c) latar belakang lingkungan dan taraf sosial ekonomi anak sehingga mempengaruhi pelaksanaan permainan dalam pembelajaran. Adapun kelemahan yang ditemui peneliti yang menyebabkan rendahnya prestasi siswa khususnya pembelajaran membaca dengan menggunakan permainan di sekolah disebabkan: a. Guru kurang menguasai peraturan permainan yang dipilih dalam kegiatan pembelajaran membaca, sehingga siswa pun masih kaku dalam melaksanakan permainan tersebut. b. Keterbatasan waktu yang ditentukan dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan permainan. c. Banyak siswa yang menggunakan waktunya bermain di rumah bukan untuk membantu proses pembelajaran yang telah didapatkannya di sekolah. d. Latar belakang lingkungan dan taraf sosial ekonomi siswa yang kurang mendukung permainan yang dilaksanakan. 4.2. Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan di kelas II SDN 9 Tilango, Peneliti menempatkan bahwa dalam kegiatan bermain kartu kata sebenarnya tidak lepas dari peran guru. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dikatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk kepentingan masyarakat Bangsa dan Negara. Tugas utama seorang pengajar atau guru adalah memudahkan pembelajaran pada siswa. Untuk memenuhi tugas ini, pengajar atau guru harus dapat menyediakan suasana pembelajaran yang menarik
15
dan menyenangkan, tetapi juga dapat menciptakan pengajaran yang berhasil dan berkesan. Disamping itu, seorang guru harus mampu mewujudkan suasana pembelajaran yag dapat merangsang minat pembelajaran untuk belajar serta senantiasa memikirkan keadaan dan keperluan mereka. Dalam proses belajar mengajar, Guru sering berhadapan dengan siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini memerlukan kemampuan guru dalam menentukan strategi pengajaran dan pembelajaran. Hal ini berarti, guru boleh menentukan pendekatan, memilih metode, serta menetapkan teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan siswa. Strategi yang dipilih itu, selain berpotensi dapat merangsang pelajar secara aktif, juga mampu menarik hati pelajar serta dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik dan menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang didalamnya ada kohensi yang kuat antara siswa tanpa ada prasarana terpaksa atau tertekan. Dengan demikian memberikan kesempatan siswa bermain kartu kata dengan membaca permulaan dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat merangsang motivasi tanpa adanya keterpakasaan dan keterbatasan siswa untuk belajar. karena siswa menjadi aktif serta dapat berfikir kreatif. Namun dalam pembelajaran bermain kartu kata dengan membaca permulaan ini masih terdapat kelebihan dan kekurangannya. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan ternyata kemampuan membaca permulaan dengan bermain kartu kata di SDN 9 Tilango sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan dari jumlah 10 orang siswa di SDN 9 Tilango, yang mendapatkan kategori mampu membaca sebanyak 9 orang atau 90 %, kategori kurang mampu membaca sebanyak 1orang atau 10% dan Kategori tidak mampu membaca 0 %. Dari hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa 90 % dari 10 orang siswa dinyatakan sudah mampu membaca karena dengan bermain kartu kata, siswa telah termotivasi dalam membaca permulaan selain itu siswa tidak merasa terbebani bahkan hanya merasa senang untuk melakukan kegiatan pembelajaran khususnya membaca permulaan,lebih utama lagi kegiatan bermain adalah suatu kebutuhan bagi anak. 5.2. Saran Pembelajaran dengan bermain kartu kata ternyata dapat memotivasi siswa untuk dapat meningkatkan pembelajaran membaca permulaan di SDN 9 Tilango. Dengan demikian pendekatan ini dimungkinkan untuk digunakan dalam pembelajaran membaca di sekolah dasar lainnya. Sehubungan dengan pernyataan tersebut maka akan dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
16
1. Pada tahapan tugas perkembangan pribadi siswa khususnya kelas II SD merupakan tahapan perkembangan yang masih dipengaruhi dengan kebutuhan bermain. oleh karena itu sebagai guru yang bijaksana haruslah memperhatikan tugas perkembangan siswa tersebut dengan mengupayakan merancang pembelajaran membaca sambil bermain atau lebih jelasnya pembelajaran membaca permulaan dengan bermain kartu kata. 2. Permainan kartu kata haruslah memperhatikan hal- hal berupa : kartu yang digunakan haruslah berwarna cerah serta tulisannya menggunakan huruf yang dicetak besar-besar, kalimat singkat, sederhana sehingga mudah dipahami. tema yang diambil pun haruslah tema yang sudah dikenal oleh siswa. Sumber Dari Buku Budi Ansih dan Zuehdi Darmiyati, 2008, Pendidikan dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, Departemen. Depdikbud. 2007. Jakarta: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal. Depdiknas, 2007. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kapikta Selekta. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi PJJ PGSD. Departemen Pendidikan Nasional, 2004, Kurikulum Pendidikan dasar : GBPP Kelas II Bahasa Indonesia. Hasan, M Ani. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo: UNG. Hiola. Warni 2010. Skripsi Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Teknik Meloncat Bulatan Kata. Gorontalo: UNG. Isnawati, Esti dan Umaya Faraz. 2012. Belajar Bahas Dikelas Awal.Yokyakarta: Ombak. Nurhadi. 2005. Membaca cepat dan Efektif. Malang: Sinar Baru Algensindo. Pusat Pengembangan Profesi Pendidikan. 2012. Ketrampilan Membaca. Jakarta: BPSDMPK DAN PMP. Rahim Farida 2011. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Somadayu, Samsu. 2011. Strategi Dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tarigan, Guntur Hendri. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Sumber Dari Internet Amir. 2004. “ Manfaat dan Jenis-jenis Membaca”. Online “http://ssurya62.blogspot.com/2013/03/manfaat-membaca.html. Diakses Tanggal 3 Juni 2013
Amir. 2005. “Pengertian, Fungsi dan Manfaat Membaca”. Online “http://ssurya62.blogspot.com/2013/03/fungsi-membaca.html”.Diakses Tanggal 3 Juni 2013 Fatmawati. 2013. “Jenis-jenis Membaca dan Manfaat Membaca”. Online “http://guruit07.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-membaca-dan.html”.
Diakses Tanggal 3 Mei 2013
17
Killer. Maleong. 2008. “Metodologi penelitian kualitatif ”. Online “(http://Suprijono.blogspot.com/2013/02) diakses tanggal 17 Februari 2013. Bogdan, Maleong dkk. Metodologi penelitian kualitatif “. Online “(http://Suprijono.blogspot.com/2o13/02) diakses tanggal 18 Februari 2013 Hamidi 2005. “Metodologi penelitian kualitatif ”. Online “(http://Suprijono.blogspot.com/2013/02) diakses tanggal 19 Februari 2013. Humberman, Miles. “Metodologi penelitian kualitatif ”. Online “(http://Suprijono.blogspot.com/2013/02) diakses tanggal 20 Februari 2013 Kajian Yang Relevan
Asna. Hasna 2010. Skripsi Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Kartu Kata .Gorontalo: UNG Kamali. Ruliyanti 2009. Skripsi Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Kartu Kata .Gorontalo: UNG