SUMMARY FAKTOR-FAKTOR PEMANFAATAN JAMBAN OLEH MASYARAKAT DESA TABUMELA KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 MEISKE YUSUF NIM : 841 409 067 Program Studi S1 Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. ABSTRAK Meiske Yusuf. 2013. Faktor-Faktor Pemanfaatan Jamban Oleh Masyarakat Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Werna Nontji dan pembimbing II Nanang Paramata. Salah satu contoh perilaku sehat adalah menggunakan jamban untuk membuang kotoran atau tinja manusia. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktorfaktor pemanfaatan jamban oleh masyarakat Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 2104 jiwa, sampel sebanyak 336 jiwa ditentukan dengan teknik proportional random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh melalui kuesioner, kemudian dideskripsikan dengan cara menggunakan analisis presentase. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor pemanfaatan jamban berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang selalu memanfaatkan jamban yaitu tingkat pendidikannya SMA/Sederajat sebanyak 16 responden (28.6%). Untuk kepemilikan jamban, responden yang selalu memanfaatkan jamban yaitu memiliki jamban sebanyak 59 responden (46.5%), berdasarkan pengetahuan tentang pemanfaatan jamban, responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu selalu memanfaatkan jamban sebanyak 58 responden dari 152 responden (38.2%). Untuk dukungan keluarga, responden yang memiliki dukungan keluarga baik yaitu selalu memanfaatkan jamban sebanyak 58 responden (41.7%). Disimpulkan bahwa tingkat pendidikan, pengetahuan, kepemilikan jamban dan dukungan keluarga merupakan faktor-faktor pemanfaatan jamban oleh masyarakat. Diharapkan bagi instansi terkait terus melakukan penyuluhan kepada seluruh masyarakat khususnya masyarakat yang belum memanfaatkan jamban sekaligus penyuluhan tentang pentingnya memiliki jamban. Kata Kunci : Faktor, Pemanfaatan, Jamban
1. Pendahuluan Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok karena kotoran manusia (feces) adalah sumber penyebaran penyakit multikompleks. Daryanto (2004), dalam Marliana (2011) mengemukakan bahwa tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang dan berinduknya bibit penyakit menular (misalnya; kuman/bakteri, virus dan cacing). Apabila tinja tersebut dibuang disembarangan tempat, misalnya kebun, sungai, dan lain-lain maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan dan akhirnya akan masuk dalam tubuh manusia serta beresiko menimbulkan penyakit pada seseorang bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas. Sehingga, jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik sebesar 38.7%. terdapat lima Provinsi dengan pencapaian di atas angka nasional yaitu DI Yogyakarta(58.2%), Bali (51.7%), Kalimantan Timur (49.8%), Jawa Tengah (47%), dan Sulawesi Utara (46.9%). Sedangkan Provinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah Papua (24.4%), Nusa Tenggara Timur (26.8%), Gorontalo (27.8%), Riau (28.1%), dan Sumatera Barat (28.2%). Berdasarkan data tersebut, Provinsi Gorontalo merupakan provinsi terendah ke-3 dalam pencapaian PHBS. (Riskesdas, 2007). Salah satu contoh perilaku sehat dalam PHBS, adalah menggunakan jamban keluarga untuk membuang kotoran atau tinja manusia. Dengan menggunakan jamban keluarga dalam pembuangan kotoran atau tinja manusia, maka akan melindungi keluarga dan juga masyarakat dari ancaman penyakit menular berbasis lingkungan seperti diare, penyakit kulit dan kecacingan, dimana penyakit berbasis lingkungan tersebut merupakan salah satu penyebab cukup tingginya angka kesakitan dan kematian di Indonesia. Hal ini terkait erat dengan kondisi lingkungan yang belum memadai (DepKes RI, 2004). Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menunjukan bahwa pada tahun 2010 ditemukan kasus diare sebanyak 31.717 jiwa, pada tahun 2011 kasus diare pada balita sebanyak 29.173 jiwa dan pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 29.671 jiwa (Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 2012). Sesuai data Kemenkes tahun 2011 yang terendah menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri adalah di Provinsi Gorontalo (32.1%). Selain itu, data tahun 2012 yang penulis peroleh dari Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo bahwa kepemilikan jamban keluarga merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang ada di Kecamatan Tilango. Untuk kecamatan Tilango, Desa Tabumela merupakan Desa yang paling sedikit untuk kepemilikan jamban keluarga, tercatat dari 2104 jumlah penduduk dengan 260 jumlah rumah, 520 Kepala Keluarga hanya ada 60 Kepala Keluarga saja yang memiliki sarana buang air besar yang terdiri dari MCK, jamban sehat, dan jamban
sederhana serta dari 2104 jumlah penduduk desa tersebut hanya ada sekitar 515 jiwa yang memanfaatkan sarana buang air besar. Fenomena ini menyebabkan penulis tertarik mengadakan penelitian tentang “Faktor-Faktor Pemanfaatan Jamban Oleh Masyarakat Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013”. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan berikut “Faktor-Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Jamban Oleh Masyarakat Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013?” 2. Pembahasan Kerangka Teori Faktor Predisposisi Pengetahuan Pendidikan Sikap Keyakinan Nilai Faktor Pemungkin Kepemilikan jamban Prasarana
Pemanfaatan Jamban
Faktor Pendukung Petugas kesehatan Tokoh agama Tokoh masyarakat Dukungan keluarga Sumber : L. W Green, di dalam Notoatmodjo 2012 3. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey deskriptif yaitu menggambarkan faktor-faktor pemanfaatan jamban oleh masyarakat Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, yaitu sebanyak 2104 jiwa.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random sampling. Besar sampel yakni sebanyak 336 jiwa ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana : n : Besar sampel N : Besar Populasi d : Tingkat Kepercayaan yang diinginkan Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif (univariat). 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian A. Faktor Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Jamban Tabel 4.8 Distribusi Faktor Tingkat Pendidikan Dengan Pemanfaatan Jamban Di Desa Tabumela Kec.Tilango Kab.Gorontalo Pemanfaatan Jamban Jumlah Pend. Selalu Sering Kadang Tidak Pernah n % n % n % n % n % 20 35.7 20 35.7 16 28.6 56 100.0 SD 28 14.7 113 59.5 37 19.5 12 6.3 190 100.0 SMP 31 34.4 51 56.7 8 8.9 90 100.0 SMA PT 59 17.6 184 54.8 65 19.3 28 8.3 336 100.0 Total Sumber : Data Primer, 2013 Tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden yang selalu memanfaatkan jamban paling banyak yaitu responden yang tingkat pendidikannya SMA/Sederajat yakni sebanyak 31 responden dari 90 responden atau 34.4%, dan responden yang tidak pernah memanfaatkan jamban paling banyak yaitu responden yang tingkat pendidikannya SD/Sederajat yakni sebanyak 16 responden dari 56 responden atau 28.6%. B. Faktor Kepemilikan Jamban dengan Pemanfaatan Jamban Tabel 4.9 Distribusi Faktor Kepemilikan Jamban Dengan Pemanfaatan Jamban Di Desa Tabumela Kec.Tilango Kab.Gorontalo Pemanfaatan Jamban Jumlah Kpmlkan Selalu Sering Kadang Tidak Pernah Jamban n % n % n % n % n % Memiliki Jamban Tidak Memiliki Jamban
59
46.5
67
52.7
1
0.8
-
-
127
100.0
-
-
117
56.0
64
30.6
28
13.4
209
100.0
59 17.6 184 54.8 Total Sumber : Data Primer, 2013
65
19.3
28
8.3
336
100.0
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang selalu memanfaatkan jamban yaitu hanya responden yang memiliki jamban yakni sebanyak 59 responden dari 127 responden atau 46.5%, sedangkan sisanya sebanyak 67 responden atau 52.7% masuk dalam kategori sering memanfaatkan jamban dan sebanyak 1 responden atau 0.8% responden yang memiliki jamban, kadang memanfaatkan jamban. Untuk responden yang tidak pernah memanfaatkan jamban yaitu hanya responden yang tidak memiliki jamban yakni sebanyak 28 responden dari 209 responden atau 13.4%. C. Faktor Pengetahuan dengan Pemanfaatan Jamban Tabel 4.10 Distribusi Faktor Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Jamban Di Desa Tabumela Kec.Tilango Kab.Gorontalo Pemanfaatan Jamban Jumlah Peng. Selalu Sering Kadang Tidak Pernah n % n % n % n % n % Baik Cukup Kurang
58 1 59
38.2 0.6 17.6
82 102 184
53.9 64.2 54.8
12 42 11 65
7.9 26.4 44.0 19.3
14 14 28
8.8 56.0 8.3
152 159 25 336
100.0 100.0 100.0 100.0
Total Sumber : Data Primer, 2013 Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden yang selalu memanfaatkan jamban paling banyak yaitu responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pemanfaatan jamban yakni sebanyak 58 responden dari 152 responden atau 38.2%, untuk responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang pemanfaatan jamban paling banyak yaitu sering memanfaatkan jamban yakni sebanyak 102 responden dari 159 responden atau 64.2% dan responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak yaitu tidak pernah memanfaatkan jamban yakni sebanyak 14 responden dari 25 responden atau 56%. D. Faktor Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Jamban Tabel 4.11 Distribusi Faktor Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Jamban Di Desa Tabumela Kec.Tilango Kab.Gorontalo Pemanfaatan Jamban Jumlah Duk. Selalu Sering Kadang Tidak Pernah Keluarga n % n % n % n % n % 58 41.7 72 51.8 9 6.5 139 100.0 Baik 1 0.7 109 71.7 36 23.7 6 3.9 152 100.0 Cukup 3 6.7 20 44.4 22 48.9 45 100.0 Kurang 59 17.6 184 54.8 65 19.3 28 8.3 336 100.0 Total Sumber : Data Primer, 2013 Tabel 4.11 menunjukkan bahwa responden yang selalu memanfaatkan jamban paling banyak yaitu responden yang memiliki dukungan keluarga baik dalam pemanfaatan jamban yakni sebanyak 58 responden dari 139 responden atau 41.7%, untuk responden yang dukungan keluarganya cukup paling banyak yaitu
sering memanfaatkan jamban yakni sebanyak 109 responden dari 152 responden atau 71.7%, dan responden yang memiliki dukungan keluarga kurang dalam pemanfaatan jamban paling banyak yaitu tidak pernah memanfaatkan jamban yakni sebanyak 22 responden dari 45 responden atau 48.9%. 4.2 Pembahasan A. Tingkat Pendidikan Salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan jamban adalah tingkat pendidikan. Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan dibagi atas tingkat pendidikan rendah yakni SD/Sederajat, SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, dan tingkat pendidikan tinggi yaitu akademik ataupun perguruan tinggi. Berdasarkan Tabel 4.3, latar belakang pendidikan responden pada penelitian ini seluruhnya (100%) berada pada tingkat pendidikan rendah sehingga responden lebih sulit untuk memahami informasi yang diterima terutama tentang dampak dari perilaku tidak memanfaatkan jamban. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden yang selalu memanfaatkan jamban terbanyak yaitu responden yang tingkat pendidikannya SMA/Sederajat yakni sebanyak 31 responden (9.2%) dan responden yang tidak pernah memanfaatkan jamban terbanyak yaitu responden yang tingkat pendidikannya SD/Sederajat yakni sebanyak 16 responden (28.6%). Pendidikan merupakan salah satu unsur yang menjadi pertimbangan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, oleh karena dapat memberikan suatu informasi mengenai tingkat kemampuan dan kompetensi seseorang. Pendidikan berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kualitas individu, di dalam proses belajar akan terjadi perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang dalam diri individu. (Notoatmodjo, 2012) Pendidikan tentang memanfaatkan jamban yang baik dan sehat merupakan suatu proses mengubah kepribadian, sikap, dan pengertian tentang jamban yang sehat sehingga tercipta pola kebudayaan dalam menggunakan jamban secara baik dan benar tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Berpedoman pada tujuan pendidikan yang dicapai sebagian besar penduduk, semakin membantu kemudahan pembinaan akan pentingnya memanfaatkan jamban (Dunggio, 2012). Dengan demikian pendidikan pada dasarnya merupakan usaha dan tindakan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan keterampilan manusia. Tingkat pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam pengembangan daya nalar serta sarana untuk menerima pengetahuan. Kemampuan menerima seseorang akan lebih cepat jika orang tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang cukup. Pengertian tersebut menggambarkan pendidikan bukan hanya mempersiapkan masa depan agar lebih cerah saja, melainkan untuk membantu setiap individu mengembangkan faktor psikisnya menuju tingkat kedewasaan. Sejak dini pendidikan harus sudah diberlakukan pada
setiap individu agar menjadikan manusia berkualitas dan tidak menimbulkan dapak yang negatif pada dirinya sendiri atau orang lain khususnya. Diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mampu seseorang mengetahui, memahami ataupun menganalisis apa yang disampaikan demikian sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan yang seseorang miliki maka semakin rendah atau tidak tahu pula seseorang tersebut mencerna apa yang menjadi isi pesan dari informasi khususnya dalam hal pemanfaatan jamban. B. Kepemilikan Jamban Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang selalu memanfaatkan jamban yaitu hanya responden yang memiliki jamban yakni sebanyak 59 responden dari 127 responden atau 46.5%, sedangkan sisanya sebanyak 67 responden atau 52.7% masuk dalam kategori sering memanfaatkan jamban dan sebanyak 1 responden (0.8%) yang memiliki jamban, kadang memanfaatkan jamban. Untuk responden yang tidak pernah memanfaatkan jamban yaitu hanya responden yang tidak memiliki jamban yakni sebanyak 28 responden dari 209 responden atau 13.4%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang tidak memiliki jamban tidak pernah memanfaatkan jamban. Hal tersebut bisa berdampak serius terhadap sanitasi atau lingkungan disekitarnya menjadi lebih rentang terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan. Perilaku masyarakat yang tidak mau menggunakan jamban merupakan faktor utama meluasnya penyakit. Perilaku masyarakat yang lebih suka membuang hajat di sembarangan tempat terutama di pekarangan rumah ataupun membuat WC helicopter, membuat mereka enggan membuat jamban di rumah masing-masing. Warga masyarakat memiliki jamban yang masuk dalam kategori kadang memanfaatkan jamban, didapatkan bahwa jamban yang dimilikinya hanya di sediakan untuk orang-orang yang bertamu ke rumahnya. Sebaliknya warga masyarakat yang tidak memiliki jamban tetapi masuk dalam kategori sering memanfaatkan jamban didapatkan bahwa mereka BAB di MCK yang merupakan fasilitas umum. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan jamban diduga menjadi faktor utama yang menyebabkan minimnya kepemilikan jamban di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Masyarakat kurang sadar bahwa buang air besar yang dilakukan bukan di jamban akan berdampak terhadap kesehatan lingkungan. Selain menyebabkan lingkungan kotor, rusak, bau, dan tidak menyenangkan juga akan memudahkan munculnya penyakit-penyakit karena lingkungan yang kotor seperti penyakit diare, kolera disentri, typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit, dan banyak penyakit lainnya (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Hasil penelitian ini sejalan dengan Chandra (2007) yang mengemukakan bahwa ketiadaan uang untuk ditabung sehubungan dengan
menurunnya pendapatan (karena krisis ekonomi), meningkatkan biaya konstruksi (semenjak 1998 sampai saat ini) serta tidak adanya lahan untuk membangun sarana sanitasi lingkungan rumah tangga berpengaruh pada penggunaan jamban maupun pemanfaatan jamban. C. Pengetahuan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden yang selalu memanfaatkan jamban paling banyak yaitu responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pemanfaatan jamban yakni sebanyak 58 responden dari 152 responden atau 38.2%, untuk responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang pemanfaatan jamban paling banyak yaitu kadang memanfaatkan jamban yakni sebanyak 102 responden dari 159 responden atau 64.2%, dan responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak yaitu tidak pernah memanfaatkan jamban yakni sebanyak 14 responden dari 25 responden atau 56%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan jamban dapat selalu memanfaatkan jamban dengan baik. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang belum dapat mengetahui secara jelas dan efektif tentang pemanfaatan jamban. Pengetahuan yang baik dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Neydi (2012) yang mengemukakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Serangkaian pengalaman selama proses interaksi dalam lingkungan akan menghasilkan sesuatu pengetahuan bagi orang tersebut (Notoatmodjo, 2003). Jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang kegunaan jamban maka tindakan untuk memanfaatkan jamban akan berjalan dengan baik. Akan tetapi apabila seseorang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang definisi jamban, manfaat jamban, syarat jamban sehat maka tindakan untuk memanfaatkan jamban tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga diharapkan responden yang berpengetahuan rendah agar lebih meningkatkan pengetahuaannya melalui penginderaan dalam setiap gerakan tentang pemanfaatan jamban yang baik mulai dari tahu,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis sehingga dengan demikian pengetahuan responden lebih meningkat dari sebelumnya. Pemerintah setempat sebenarnya telah berusaha melaksanakan program-program berkaitan dengan peningkatan pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan jamban. Namun kenyataannya, sampai saat ini belum memperlihatkan hasil yang optimal. Kapasitas masyarakat dan sumber daya alam dalam pengelolaan prasarana sanitasi yang dibangun masih cukup rendah untuk mendukung keberlanjutan program yang telah dilaksanakan. Dalam hasil penelitian ini pun terlihat bahwa masih terdapat warga masyarakat yang memiliki pengetahuan kategori baik tetapi berperilaku kadang memanfaatkan jamban dan memiliki pengetahuan yang cukup dalam hal pemanfaatan jamban tetapi tidak pernah memanfaatkan jamban. Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat setempat untuk buang air besar di sembarangan tempat antara lain anggapan bahwa lebih enak buang air besar di kebun/pekarangan rumah, tinja dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan, dan lain-lain yang akhirnya dibungkus sebagai alasan karena kebiasaan sejak dulu, sejak anak-anak, sejak nenek moyang, dan sampai saat ini tidak mengalami gangguan kesehatan. Menurut asumsi peneliti, masih kurangnya pengetahuan ini sebagai imbas dari rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden sehingga pengetahuan responden masih belum memadai mengenai pentingnya jamban dalam menjaga kesehatan pribadi maupun kesehatan lingkungan, responden hanya sekedar tahu tetapi tidak dapat memahami dan menganalisis informasi yang diperoleh. Hal ini terlihat dari pendidikan sebagian besar responden hanya sampai tingkat SMP. Ini diperparah lagi dengan minimnya kepemilikan jamban dan dukungan yang diberikan oleh keluarga sehingga masing-masing anggota keluarga belum menyadari dampak dari tindakan tidak memanfaatkan jamban. D. Dukungan Keluarga Tabel 4.11 menunjukkan bahwa responden yang selalu memanfaatkan jamban paling banyak yaitu responden yang memiliki dukungan keluarga baik dalam pemanfaatan jamban yakni sebanyak 58 responden dari 139 responden atau 41.7% dan responden yang memiliki dukungan keluarga kurang dalam pemanfaatan jamban paling banyak yaitu tidak pernah memanfaatkan jamban yakni sebanyak 22 responden dari 45 responden atau 48.9%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik dalam pemanfatan jamban akan selalu memanfaatkan jamban dengan baik, sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga kurang tidak pernah memanfaatkan jamban. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan individu. Keluarga harus dilibatkan dalam program pendidikan dan penyuluhan agar mereka mampu mendukung usaha keluarga yang masih buang air besar di sembarang tempat. Bimbingan/penyuluhan dan dorongan secara terus menerus biasanya
diperlukan agar keluarga yang belum memanfaatkan tersebut mampu melaksanakan rencana yang dapat diterima dan mematuhi peraturan. Keluarga selalu dilibatkan dalam program pendidikan sehingga mereka dapat memperingati bahwa buang air besar sembarangan dapat berdampak penyakit-penyakit (Andarmoyo, 2012). Menurut asumsi peneliti, masih kurangnya dukungan keluarga ini sebagai imbas dari rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh responden sehingga keluarga responden masih belum maksimal memberikan dukungan mengenai pentingnya jamban dalam menjaga kesehatan pribadi maupun kesehatan lingkungan. 5. Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Deskripsi faktor pengetahuan tentang pemanfaatan jamban oleh masyarakat Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo tahun 2013, persentase terbanyak responden yang selalu memanfaatkan jamban yaitu responden memiliki pengetahuan dengan kriteria baik yakni sebanyak 58 responden dari 152 responden atau 38.2%. 2. Deskripsi faktor tingkat pendidikan dengan pemanfaatan jamban oleh masyarakat Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo tahun 2013, responden yang selalu memanfaatkan jamban distribusi paling banyak yaitu responden berpendidikan tingkat SMA/Sederajat yakni sebanyak 31 responden dari 90 responden atau 34.4%. 3. Deskripsi faktor kepemilikan jamban oleh masyarakat Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo tahun 2013, distribusi terbanyak yaitu responden yang tidak memiliki jamban yakni sebanyak 209 responden atau 62.2%. 4. Deskripsi faktor dukungan keluarga dalam pemanfaatan jamban oleh masyarakat Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo tahun 2013, responden yang selalu memanfaatkan jamban dengan persentase terbanyak yaitu responden dukungan keluarganya baik yakni sebanyak 58 responden dari 139 responden atau 41.7%. 5.2 Saran Berkaitan dengan simpulan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi instansi terkait Diharapkan terus melakukan penyuluhan kepada seluruh masyarakat khususnya warga masyarakat yang belum memanfaatkan jamban sekaligus melakukan penyuluhan tentang pentingnya untuk memiliki jamban. 2. Bagi masyarakat Diharapkan dapat menyadari pentingnya memahami akibat buruk dari tidak memanfaatkan jamban dengan baik serta diharapkan dapat meiliki jamban.
3. Bagi peneliti lain Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dalam skala lebih besar guna kepentingan pengembangan pendidikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. -----------------. 2007. Riset keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. -----------------. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga; Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan. Yokyakarta: Graha Ilmu. Antuli, Noerlayla. 2012. Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Perilaku Buang Air Besar Di Desa Sogu Kecamatan Monano Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi, Kesehatan Masyarakat. Depkes, RI. 2004. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2003. Jakarta. Hal. 84. (online).(http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20 Kesehatan%20Indonesia%202004.pdf, diakses 25 Februari 2013 05:30 PM). ---------------. 2008. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Jakarta. Hal. (online).(http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20 Kesehatan%20Indonesia%202007.pdf, diakses 25 Februari 2013 06:36 PM). Dunggio, Neydi. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Jamban Di Desa Modelomo Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Kesehatan Masyarakat UNG. Fajar, Nur Alam. Dkk. 2010. Pengaruh Metode Pemicuan Terhadap Perubahan Perilaku Stop BABS Di Desa Senuro Timur Kabupaten Organ Ilir. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unri. Kemenkes, RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta. Hal. 26. (online). (http://www.perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/.../1489/.../ BK2010-100212-A.pdf, diakses 25 Februari 2013 06:30 PM).
Marliana. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Buang Air Besar Pada Keluarga Di Desa Bleboh Jiken Blora. Skripsi S1 Keperawatan Universitas Muhamadiyah Semarang. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. -------------------------------. 2007. Promosi dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. -------------------------------. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. -------------------------------. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. --------------------------------. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2012. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Yokyakarta: Nuha Medika. Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktek Penulisan Riset keperawatan. Yokyakarta: Graha Ilmu. UNICEF Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan. (online).(http://www.unicef.org/indonesia/id/A8__B_Ringkasan_K ajian_Air_Bersih.pdf, diakses 05 Maret 2013 11:26 PM). Water and Sanitation Program. 2011. Informasi Pilihan Jamban Sehat. Jakarta. Hal. 7-9.